POTENSI KEBANGKRUTAN PADA SEKTOR PERBANKAN SYARIAH UNTUK MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE MODIFIKASI (Studi Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Sharfina Putri Kartika 1111046100065
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H
POTENSI KEBAIYGKRUTAN PADA SEKTOR PERBA}IKAI\T SYARIAH [,NTT'K MENGIIADAPI PERT]BAHAN LINGKUNGAI\I BISMS I}ENGAI\ MENGGT]NAKAIY MODEL ALTMAN Z-SCORE MODIF'IKASI (Studi Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 20f 0-20f4)
Skripsi Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Ol,eh:
Sharfina Putri Kartika 1111046100065
Pembimhing ,
Ilwi Nur'aini lhsan. S.E.. M.M. i\-tP: 19771A21 20l4Lt 2 0ot
KONSENTRASI PERBAFTKAI\I SYARIAII PROGRAM STUDr MUAMALAT (EKONOTfl rSLAM) FAKT]LTAS SYARIAH DAI{ ITUKIIM TIIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2015 M/1436 H
LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
Sharfina Putri Kartika
Tempat/Tgl Lahir
Jakarta, 10 Oktober 1993
NIM
1111046100065
Fakultas
Syariah Dan Hukum
Jurusan/Prodi
Perbankan Syariah/Mu amalat (Ekonomi Islam)
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
l. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu
mengembangkan dan
mempertan ggungi awabkannya.
2. Tidak melakukan plagiat dari naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli.
4. Tidak melakukan pemalsuan
atau pemanipulasian data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku
di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 13 Oktober 2015
Yang Me
1--
Sharfina Putri Kartika)
-
Islam
ABSTRAK Sharfina Putri Kartika, NIM: 1111046100065, Judul Skripsi Potensi Kebangkrutan Pada Sektor Perbankan Syariah Untuk Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score Modifikasi (Studi Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014). Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat kesehatan dari bank umum syariah dan juga memprediksi potensi kebangkrutan dari bank umum syariah itu sendiri. Semakin awal potensi kebangkrutan diketahui, maka semakin baik untuk melakukan tidakan korektif dan antisipatif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan target penelitian adalah 10 bank umum syariah di Indonesia yang telah berdiri dari tahun 2010-2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Datanya ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan bank umum syariah yang telah dipublikasikan antara tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode RGEC dan model analisis Altman Z-Score modifikasi. Metode RGEC pengukurannya diwakili oleh rasio NPF, LR, ROA, NCOM, dan CAR. Model Altman pengukurannya akan diwakili oleh rasio net working capital to total asset, retained earning to total asset, earning before interest and tax to total asset, book value of equity to book value of debt. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesehatan bank umum syariah menggunakan metode RGEC masuk kedalam kategori yang “sehat” selama tahun 2010-2014. Model Altman z-score juga menunjukkan bahwa bank umum syariah berada pada keadaan yang safe zone (tidak bangkrut) selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Hal ini karena z-score masing-masing BUS selama lima tahun terakhir nilainya ( >2,9). Kata Kunci: Kebangkrutan, Model Altman Z-Score, Bank Umum Syariah, Net working Capital to Total Asset, Retained Earning to Total Asset, Earning Before Interest and Tax to Total Asset, Book Value of Equity to Total Sales, Risk Profile, GCG, Earning, dan Capital Pembimbing
: Dwi Nur’aini Ihsan, S.E, M.M.
Daftar Pustaka
: Tahun 1995 s.d 2015 i
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Alhamdulillahi Rabbil’alamin Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Adapun penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Mumalat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik. Oleh karena itu, lewat tulisan ini penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terimakasih kepada: 1. Ayah dan Mama tercinta, Bapak Mochamad Sayuti dan Ibu Foppy Kartika yang selalu memberikan doa, kasih sayang, kerja keras, dan pengorbanan yang tulus. Semoga kelulusan ini dan hasil skripsi ini bisa menjadi kebanggaan dan kado terindah untuk kalian yang pernah aku berikan. 2. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Dr. Hasanudin, M.Ag., selaku Dosen Penasehat Akademik. 6. Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, S.E, M.M., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
waktu,
ilmu,
pengarahan,
masukan
dan
motivasi
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Drs. Noryamin Aini, M.A dan Ibu RR. Tini Anggraeni S.T., M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan penilaian untuk skripsi ini dan saran agar skripsi ini menjadi lebih baik. 8. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama proses perkuliahaan. 9. Adikku Emir Valdianto yang selalu memberikan doa, semangat, dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doa yang tiada henti untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Yoki Herma Septa yang menjadi tempat berkeluh kesah dan selalu memberikan motivasi, saran dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii
12. Sahabat-sahabatku tersayang Bulan, Riri, Dessy, Burhanudin Yusuf, Alvin, Lukman yang bersama berjuang selama perkuliahan, yang selalu memberikan semangat, bantuan, kasih sayang dan perhatian. 13. Sahabat terbaikku Bella dan Mitha yang selalu mendukung, dan selalu tersenyum untukku dari masa sekolah dahulu. 14. Teman-Teman PSB 2011 senang bisa menjadi bagian dari kalian, semoga pertemanan selalu terjalin dimasa depan dan kita semua dapat terus saling mendukung. 15. Teman-Teman KKN Pendekar yang selalu ada saat aku butuh, selalu memberikan canda dan tawa, memberika semangat, memberi doa, memberikan motivasi, saran, kritik. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini jauh dari kata sempurna, dikarenakan keterbatasannya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu penulis menerima dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi banyak pihak yang membacanya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jakarta, 27 Oktober 2015
Penulis iv
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK ……………………………………………………………………...... i KATA PENGANTAR ………………………………………………………........ ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... v DAFTAR TABEL ………………………………………………………………... vii DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………………. ix DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………....... x BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar Belakang Masalah ……………………………………………… Identifikasi Masalah ………………………………………………….. Batasan dan Rumusan Masalah ………………………………………. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………….. Sistematika Penulisan ……………………………………………........
1 6 8 9 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E. F. G.
Tinjauan Umum Perbankan Syariah ………………………………….. 13 Kebangkrutan …………………………………………………………. 19 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ………………………………........ 22 Analisis Diskriminan …………………………………………………. 29 Model Altman Z-Score ……………………………………………….. 30 Penelitian Terdahulu ………………………………………………….. 35 Kerangka Berpikir …………………………………………………….. 39
v
BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D.
Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………….. 41 Jenis Penelitian dan Metode Pengumpulan Data ………….................. 42 Metode Analisis Data ………………………………………………… 42 Operasional Variabel Penelitian ……………………………………… 43
BAB IV PEMBAHASAN A. B. C. D.
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah …………………... 53 Penilaian Potensi Kebangkrutan Bank Umum syariah ……………….. 63 Hasil Altman Z-Score Modifikasi ……………………………………. 75 Interpretasi Hasil Penelitian …………………………………………… 83
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………………… 91 B. Saran ………………………………………………………………...... 92 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 93 LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah ……………………………… 3
Tabel 1.2
Indikator Utama Perbankan Syariah ………………………........... 3
Tabel 2.1
Matrik Penilaian Profil Resiko …………………………………... 24
Tabel.2.2
Peringkat Komposit Penilaian Faktor GCG ……………………… 25
Tabel 2.3
Penilaian Untuk Peringkat Rentabilitas (Earning) ……………….. 26
Tabel 2.4
Penilaiaian Modal (Capital) ............................................................ 27
Tabel 2.5
Peringkat Komposit Penilaian Metode RGEC …………………… 28
Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu ……………………………………………… 38
Tabel 3.1
Daftar Bank Umum Syariah ………………………………………. 41
Tabel 3.2
Kriteria Nilai NPF ………………………………………………… 44
Tabel 3.3
Kriteria Nilai LR ………………………………………….............. 45
Tabel 3.4
Kriteria Nilai GCG ………………………………………………... 45
Tabel 3.5
Kriteria Nilai ROA ………………………………………………... 46
Tabel 3.6
Kriteria Nilai NCOM ……………………………………………... 47
Tabel 3.7
Kriteria Nilai CAR ………………………………………………... 48
Tabel 4.1
Hasil NPF BUS Tahun 2010-2014 ………………………………. 54
Tabel 4.2
Hasil Liqudity Risk BUS Tahun 2010-2014 ………………........... 55
Tabel 4.3
Peringkat Seluruh Komponen Profil ……………………………… 56 Resiko BUS Tahun 2010-2014
Tabel 4.4
Hasil dan Peringkat GCG Bank Umum Syariah …………………. 58
Tabel 4.5
Hasil ROA Bank Umum Syariah …………………………............ 59
Tabel 4.6
Hasil NCOM Bank Umum Syariah ………………………............. 60 vii
Tabel 4.7
Hasil CAR Bank Umum Syariah …………………………............. 61
Tabel 4.8
Peringkat Komposit BUS ………………………………….. …….. 63 Metode RGEC Tahun 2010-2014
Tabel 4.9
Modal Kerja Bersih (Net Working Capital) ………………………. 64
Tabel 4.10
Total Aktiva (Total Assets) ……………………………….............. 65
Tabel 4.11
Hasil Net Working Capital to Total Assets (X1) ………………….. 66
Tabel 4.12
Laba Ditahan (Retained Earning) ………………………………… 67
Tabel 4.13
Hasil Retained Earning to Total Asset (X2) ……………………… 68
Tabel 4.14
EBT (Laba Sebelum Pajak) ……………………………………… 70
Tabel 4.15
Hasil EBT (Laba Sebelum Pajak) to Total Asset ………………… 71
Tabel 4.16
Nilai Buku Ekuitas (Book Value Of Equity) ……………………… 72
Tabel 4.17
Nilai Buku Kewajiban (Book Value Of Debt) ……………............. 73
Tabel 4.18
Hasil Book Value of Equity to Book Value of Debt (X4) …............ 74
Tabel 4.19
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2010 ………………………….. 76
Tabel 4.20
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2011 ………………………….. 77
Tabel 4.21
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2012 ………………………….. 78
Tabel 4.22
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2013 ………………………….. 79
Tabel 4.23
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2014 ………………………….. 80
Tabel 4.24
Rata-Rata Nilai Variabel Altman Z-Score Modifikasi ………….. 81
viii
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 4.1
Rata-Rata Nilai Z-Score BUS Tahun 2010-2014 ………………… 81
Grafik 4.2
Nilai Z-Score Tertinggi Tahun 2010-2014 ………………………. 82
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Hasil Hitung Net Working Capital Bank Umum Syariah 2010-2014
Lampiran 2
Angka-Angka Dalam Variabel Z-Score Bank Umum Syariah 20102014
Lampiran 3
Hasil Hitung Nilai Rasio Dari Variabel Z-Score X1, X2, X3, dan X4 Bank Umum Syariah 2010-2014
Lampiran 4
Hasil Hitung Nilai Z-Score Masing-Masing Bank Umum Syariah 2010-2014
Lampiran 5
Hasil Hitung Rasio Dalam RGEC
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia tidak luput dari imbas dinamika pasar keuangan global. Termasuk pula imbas dari krisis keuangan yang berawal dari Amerika Serikat, yang menerpa negara-negara lainnya dan kemudian meluas menjadi krisis ekonomi secara global yang dirasakan sejak semester kedua tahun 2008. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dari 3.9% pada 2008 menjadi 2.2% pada tahun 2009. Perlambatan ini tentu saja pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja ekspor nasional, yang pada akhirnya berdampak kepada laju pertumbuhan ekonomi nasional.1 Krisis ekonomi yang berakibat pada guncangan sistem keuangan global ini sangat mempunyai dampak pada sektor perbankan di Indonesia, terutama untuk bank konvensional. Perbankan konvensional sangat mengalami dampak negatif dari krisis ekonomi global yang terjadi, dikarenakan bank konvensional Indonesia memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan sistem keuangan global. Selain itu, bank konvensional sangat rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga. Bunga yang telah ditentukan ini jumlahnya lebih besar daripada jumlah bunga yang
1
Dikutip dari Maikel Jefriando, “Menkeu Bambang: Bank Syariah Lebih Tahan Menghadapi Krisis”, artikel diakses pada 20 Oktober 2015 dari http://finance.detik.com/read/2015/04/14/122700/2886801/5/menkeu-bambang-bank-syariahlebih-tahan-menghadapi-krisis
1
2
diterima dari kredit, sehingga menimbulkan negative spread. Hal-hal tersebut mengakibatkan banyak bank konvensional yang mengalami kesulitan keuangan. Dapat dilihat pada Oktober 2008 Bank Mandiri Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, dan Bank Rakyat Indonesia Tbk meminta bantuan likuiditas dari pemerintah. Berbeda dengan bank konvensional, perbankan syariah tidak terlalu mengalami dampak negatif dari krisis ekonomi global yang terjadi. Ini karena bank syariah tidak rentan dengan fluktuasi tingkat suku bunga, karena bank syariah beroperasi tidak berdasarkan sistem bunga. Eksposure pembiayaan perbankan syariah lebih diarahkan kepada akivitas perekonomian domestik sehingga belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem keuangan global dan belum memiliki tingkat resiko transaksi yang tinggi.2 Hal tersebut membuat kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah mulai meningkat. Ditandai dengan mulai bertambahnya jumlah bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) di Indonesia.
2 Dikutip dari “Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia 2014”, artikel diakses tanggal 10 Februari 2015 dari http://artikelekis.blogspot.co.id/2014/07/pertumbuhan-bank-syariah-diindonesia.html
3
Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah Indikator
2008 5 27
2009 6 25
2010 11 23
Tahun 2011 11 24
2012 11 24
2013 11 23
Nov-14 12 22
Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah Bank Pembiayaan 131 138 150 155 158 163 Rakyat Syariah Sumber : Otoritas Jasa Keuangan(OJK), Statistik Perbankan Syariah, Nov-14
163
Data pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah bank umum syariah di Indonesia mengalami peningkatan dimana pada tahun 2008 bank syariah hanya ada 5 unit namun sekarang, sampai bulan November 2014 bank syariah yang ada di Indonesia sudah sebanyak 12 unit. Untuk unit usaha syariah memang mengalami penurunan, ini dikarenakan ada beberapa unit usaha syariah yang telah berubah menjadi bank umum syariah dan untuk jumlah bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) sama seperti bank umum syariah juga terus mengalami peningkatan. Tabel 1.2 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah dan persentase) Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Nov-14 Aset 49.555 66.090 97.519 145.467 195.018 242.276 261.927 DPK 36.852 52.271 76.036 115.415 147.512 183.534 209.644 Pembiayaan 38.199 46.886 68.181 102.655 147.505 184.122 198.376 FDR 103,65 89,70 89,67 88,94 100,00 100,32 94,62 NPF 1,42 4,01 3,02 2.52 2,22 2,62 4,86 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan(OJK), Statistik Perbankan Syariah, Nov-2014 (www.ojk.go.id) Indikator
Ket
Rp %
Data Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan terakhir indikator-indikator umum kinerja perbankan syariah. Perkembangan aset perbankan syariah meningkat sangat
4
signifikan dari akhir tahun 2008 sampai dengan November 2014 sebesar lebih dari 428.56%. Penghimpunan dana (DPK) dan pembiayaan mencapai peningkatan sebesar 468.88% dan 419.32%. Perkembangan ini menunjukkan hal yang sangat baik, karena dalam waktu kurang dari 10 tahun kinerja perbankan syariah menunjukkan hasil yang positif. Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya dana pihak ketiga (DPK) yang dinyatakan dalam nilai Financing to Deposit Ratio (FDR), maka bank syariah memiliki rata-rata FDR sebesar 95.27%. Bila dilihat FDR perbankan syariah tahun 2008, 2012 dan 2013 nilainya menunjukkan lebih dari 100%. Tingginya nilai FDR ini karena pembiayaan yang disalurkan pada tahun tersebut nilainya lebih besar dari dana pihak ketiga yang dihimpun. Hal yang perlu dicatat disini meskipun pembiayaan yang disalurkan pada tahun 2008, 2012 dan 2013 nilainya lebih besar dari DPK, tapi tingkat kegagalan bayar yang dinyatakan dalam rasio Non Performing Finance (NPF) pada tahun tersebut ternyata lebih rendah daripada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2014. Meskipun demikian nilai NPF dari tahun 2008 sampai November 2014 masih dikatakan aman karena nilainya masih di bawah batas mimimal 5%. Meski pada masa krisis keuangan tersebut perbankan syariah dapat bertahan dan dapat mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kegiatan usahanya, namun bank syariah sebagai lembaga keuangan yang profit oriented tentu akan tetap menghadapi berbagai resiko yang tidak menutup kemungkinan mengancam eksistensinya. Bank
5
yang tidak mampu bersaing untuk mempertahankan kinerjanya lambat laun akan tergusur dari lingkungan industrinya dan akan mengalami kebangkrutan, demikian pula dengan perbankan syariah. Oleh karena itu untuk mengantisipasi berbagai resiko yang mungkin terjadi, diperlukan suatu tindakan sedini mungkin untuk mengukur kondisi serta tingkat kesehatan perbankan syariah itu sendiri. Sistem peringatan dini (early warning system) untuk memprediksi adanya keadaan kesulitan keuangan (financial distress) yang menuju ke arah kebangkrutan ada beberapa model analisis yang sering digunakan, salah satunya yang terkenal adalah model Altman Z-Score yang dikemukakan oleh Edward I. Altman pada tahun 1968. Model analisis ini menggunakan rasio-rasio tertentu sebagai model prediksi dengan menggunakan teknik Multiple Discriminant Analysis (MDA). Rasio-rasio yang digunakan mencerminkan rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, dan aktivitas perusahaan. Dengan adanya kombinasi dari rasio-rasio tersebut, maka model analisis ini akan sangat membantu untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan dapat membantu juga dalam memprediksi potensi kebangkrutan yang mungkin dialami oleh sebuah perusahaan. Penilaian potensi kebangkrutan dimaksudkan untuk menilai keberhasilan perbankan dalam perekonomian Indonesia, dalam industri perbankan sendiri, mengukur tingkat kesehatan dari bank itu sendiri dalam menjaga fungsi intermediasi, serta untuk peringatan dini dalam mengahadapi perubahan di lingkungan bisnis perbakan itu sendiri atau perubahan ekonomi negara .
6
Berdasarkan uraian di atas, maka analisis untuk mengetahui keadaan perbankan syariah yang mempunyai fungsi strategis dan menjadi urat nadi bagi perekonomian Indonesia sangat penting dan dibutuhkan. Mengetahui kondisi perbankan syariah apakah dalam keadaan sehat atau dalam keadaan yang berpotensi mengalami kebangkrutan menjadi hal yang utama. Karena bila keadaan buruk suatu bank dapat diketahui sejak awal, maka akan lebih mudah bagi pihak internal bank dan pemerintah menyelamatkan kondisi bank tersebut dari hal yang paling buruk yaitu kebangkrutan. Maka, dari latar belakang masalah yang telah diungkapakan penulis memberi judul penelitian “POTENSI KEBANGKRUTAN PADA SEKTOR PERBANKAN SYARIAH UNTUK MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z SCORE MODIFIKASI” (Studi Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014) B. Identifikasi Masalah Masalah kebangkrutan pada suatu perusahaan termasuk bagi bank umum syariah merupakan sebuah resiko yang tidak dapat dihindarkan, namun resiko ini dapat diminimalisasi atau dicegah. Kebangkrutan sendiri merupakan akibat dari hasil kinerja negatif yang dilakukan oleh bank umum syariah. Untuk mengetahui kinerja bank umum syariah baik atau tidak dapat dilihat dari tingkat kesehatan bank umum syariah tersebut. Penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dapat menggunakan model analisis RGEC yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia dan tertuang dalam
7
Peraturan Bank Indonesia No 13/PBI/2011 serta, Surat Edaran Bank Indonesia (SBI) No. 13/24/DPNP tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum. Setelah melakukan pengukuran tingkat kesehatan bank, maka kemudian penulis melakukan analisis untuk memprediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah tersebut. Model analisis yang digunakan adalah Multiple Discriminant Analysis (MDA) atau yang lebih dikenal dengan nama model Altman z-score. Dalam penelitian ini model Altman z-score yang digunakan adalah model Altman z-score modifikasi. Menurut Ramadhani dan Lukviarman model Altman modifikasi ini dapat digunakan pada semua perusahaan seperti manufaktur, non manufaktur, dan perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang (emerging market).3 Ini karena dalam model Altman modifikasi variabel X5 (sales to total assets) dihilangkan, karena perusahaan non manufaktur tidak mempunyai akun sales (penjualan) dan mengganti X4 (market value of equity to book value of debt) menjadi book value of equity to book value of debt (nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban), dikarenakan banyak industri yang belum listing di bursa saham sehingga belum mempunyai nilai pasar saham. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti potensi kebangkrutan dari bank umum syariah di Indonesia menggunakan model Altman Z-Score modifikasi. Karena
3
Ayu Suci Ramadhani dan Niki Lukviarman, “Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai variable Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)”, Jurnal Siasat Bisnis Vol.13, no.1 (2009): h.18.
8
menurut penjelasan sebelumnya model Altman modifikasi ini dapat digunakan untuk perusahaan non manufaktur. Serta melengkapi penelitian ini dengan penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah di Indonesia menggunakan metode RGEC yang merupakan model analisis yang memang diterapkan dalam mengukur tingkat kesehatan bank di Indonesia. C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada penilaian kondisi keuangan bank umum syariah dengan mengacu pada laporan keuangan dan laporan GCG bank umum syariah yang telah berdiri dari tahun 2010-2014. Untuk menilai tingkat kesehatan bank umum syariah dengan menggunakan metode RGEC, pada metode RGEC ini yang menjadi faktor penelitian ada empat yaitu, risk profile, good corporate governance, earning dan capital. Selain menilai tingkat kesehatan bank umum syariah, penelitian ini juga memprediksi potensi kebangkrutan menggunakan model Altman Z-Score modifikasi. Rasio yang digunakan dalam model analisis Z-Score ini ada empat macam yaitu net working capital to total assets (modal kerja bersih terhadap aktiva), retained earnings to total assets (laba ditahan terhadap aktiva), earning before interest and tax to total assets (laba sebelum bunga dan pajak terhadap aktiva) dan book value of equity to book value of debt (nilai buku ekuitas terhadap nilai buku kewajiban).
9
2. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini agar dapat dijawab adalah: a. Bagaimana tingkat kesehatan bank umum syariah di Indonesia selama periode 2010-2014 menggunakan metode RGEC? b. Bagaimana prediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah di Indonesia selama periode 2010-2014 menggunakan model Altman Z-score modifikasi? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: a. menghitung, mengukur, menganalisis dan mengevaluasi tingkat kesehatan bank umum syariah di Indonesia periode 2010 sampai 2014 menggunakan metode RGEC. b. menghitung, mengukur, menganalisis dan mengevaluasi prediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah di Indonesia periode 2010 sampai 2014 menggunakan model Altman Z-Score modifikasi. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu:
10
a. Manfaat Teoritis: 1) Untuk mengetahui secara lebih lengkap dan jelas hal-hal apa saja yang mempengaruhi kondisi kesehatan dan kebangkrutan pada bank umum syariah dan dapat pula mempraktekkan dan membuktikan secara langsung teori-teori yang didapat semasa perkuliahan. 2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan dan bahan pembelajaran bagi para akademisi, khususnya yang berhubungan langsung dengan masalah prediksi kebangkrutan. b. Manfaat Praktis 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi bank umum syariah dalam mengambil keputusan atau kebijakan yang berkaitan dalam masalah keuangan. 2) Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan masukan untuk lebih meningkatkan kinerja keuangan bank umum syariah, agar dapat terus bertahan dan bersaing dalam industri perbankan nasional. 3) Hasil penelitian memberikan informasi kondisi bank umum syariah di Indonesia khususnya bagi pihak ketiga karena dapat dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan ketika akan melakukan investasi, sehingga kerugian dari kesalahan investasi dapat diketahui sejak dini. E. Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
11
2012. Penulis menyusun lima bab uraian, dimana dalam tiap-tiap bab dilengkapi dengan sub-sub bab masing-masing yaitu sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menyajikan landasan teori dalam penelitian yang didasarkan pada teori-teori yang relevan, lalu membahas review studi terdahulu yang fokus penelitiannya mirip dengan penelitian yang sedang dilakukan dan menggambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian.
BAB III
: METODE PENELITIAN Bab ini berisi penjelasan operasional variabel yang digunakan dalam penelitian, sampel penelitian, jenis dan sumber data, serta metode analisis data yang digunakan dalam penelitian.
12
BAB IV
: HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan interpretasi hasil penelitian.
BAB V
: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian dan saran yang yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perbankan Syariah 1. Pengertian dan Fungsi Bank Syariah Pengertian bank syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 pasal 1 butir 7 bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah.1 Perbankan syariah di Indonesia menurut kelembagaannya dapat dibagi tiga kelompok yaitu bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Perkembangan landasan hukum yang mengatur segala tentang perbankan syariah di Indonesia secara singkat diawali oleh:2 a. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan Secara substansi undang-undang ini lebih banyak membahas tentang bank konvensional daripada bank syariah. Undang-undang ini hanya menyatakan dalam pasal 1 butir 12 bahwa bank boleh beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil.3
1
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan Syariah, diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah 2 Dikutip dari artikel Abdul Rasyid, “Hukum Perbankan Syariah di Indonesia”, diakses pada 20 Oktober 2015 dari http://business-law.binus.ac.id/2015/06/02/hukum-perbankan-syariah-diindonesia. 3 Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 7 Tahun 1992, Tentang Perbankan, diakses pada 20 Oktober 2015 dari http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-7-tahun-1992-tentang-perbankansebagaimana-diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-1998
13
14
b. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari UU No.7 Tahun 1992. Dalam undang-undang ini diatur secara jelas bahwa baik bank umum maupun BPR dapat menjalankan operasionalnya dan melakukan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).4 c. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Aspek baru yang diatur dalam undang-undang ini adalah terkait dengan tata kelola (corporate governance), prinsip kehati-hatian (prudential principles), menajemen resiko (risk menagement), penyelesaian sengketa, otoritas fatwa dan komite perbankan syariah serta pembinaan dan pengawasan perbankan syariah.5
4 Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, diakses pada 20 Oktober 2015 dari http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-7-tahun-1992-tentangperbankan-sebagaimana-diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-1998 5 Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan Syariah, diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah
15
Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Dalam UU No. 21 Tahun 2008 pasal 3, tujuan perbankan syariah adalah “menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat”.6 Fungsi bank selama ini dikenal sebagai intermediary (penghubung) antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Selain menjalankan fungsi jasa keuangan seperti yang disebutkan tersebut, maka dalam bank syariah memiliki fungsi yang sedikit berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah bukan hanya berperan sebagai sebuah lembaga usaha, tapi juga berperan sebagai lembaga sosial.7 Menurut Sofyan Harahap fungsi bank syariah yaitu manajer investasi, investor, jasa keuangan, dan fungsi sosial:8 a. Manajer Investasi Bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana dimana dana yang dikumpulkan tersebut disalurkan pada pembiayaan produktif, sehingga dana yang disalurkan tersebut memperoleh keuantungan yang dapat dibagihasilkan antara pihak bank syariah dengan pemilik dana.
6
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008, “Tentang Perbankan Syariah”, diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah 7 Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontenporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), h. 54. 8 Sofyan S. Harahap, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Edisi Revisi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti (LPFE – Usakti), 2004), h. 5–8.
16
b. Investor Bank syariah menginvestasikan dana yang disimpan pada bank tersebut (dana pemilik bank maupun dana rekening investasi) dengan jenis dan pola investasi yang sesuai dengan syariah. c. Jasa Keuangan Bank syariah memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, dan lain sebagainya, hanya saja yang sangat diperhatikan adalah prinsip-prinsip syariah yang tidak boleh dilanggar. d. Fungsi Sosial Bank syariah memberikan pelayanan sosial melalui dana Qardh (pinjaman kebajikan) atau Zakat dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. 9 Fungsi ini juga yang membedakan atara fungsi bank konvensional dengan fungsi bank syariah. 2. Laporan Keuangan Perbankan Syariah Menurut Kasmir, laporan keuangan secara sederhana adalah “laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini atau dalam suatu periode tertentu”.10 Dalam pernyataan standar akuntansi (PSAK) No 101 laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terikat, laporan sumber dan
9
Sofyan S. Harahap, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah”,h., 7-8 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 7
10
17
penggunaan dana zakat, Infaq dan shadaqah (ZIS), laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan, dan catatan atas laporan keuangan11. Tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu, tujuan lainnya yang diungkapkan oleh Sri Nurhayati dan Wasilah adalah sebagai berikut:12 a. Meningkatkan kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah. b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi harta, kewajiban, pendapatan, dan beban. c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak. d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanaman modal dan pemilik dana syirkah temporer serta informasi mengenai pemenuhan kewajiban fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah dan wakaf.
11 Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No 101 Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: IAI, 2007), h. 101.3. 12 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 93.
18
3. Pengguna Laporan Keuangan Bank Syariah Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan
tersebut
dapat
dipahami,
relevan,
andal,
dan
dapat
diperbandingkan. Maka dari itu, laporan keuangan dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi setiap pengguna dari laporan keuangan tersebut sehingga pengguna laporan keuangan tersebut dapat mengambil keputusan dalam investasi dan pendanaan.13 Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan bank syariah yaitu: Shahibul maal (pemilik dana), kreditur, pembayar zakat, infak dan shadaqah, pemegang saham, otoritas pengawas syariah, pemerintah, lembaga penjamin simpanan dan masyarakat.14 4. Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan secara cermat dan tepat untuk membantu mengetahui posisi keuangan perusahaan dan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan perusahaan.15 Sofyan S. Harahap mendefinisikan analisis laporan keuangan adalah “menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif 13
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer h. 85-86 Ikatan Akuntansi Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, h. 1.2 15 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 66. 14
19
maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.16 Alat yang digunakan dalam analisis laporan keuangan yang biasa digunakan adalah rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas, analisis laba kotor, break even point dan rasio lainnya.17 Teknik analisis laporan keuangan ada dua jenis, yaitu teknik analisis horizontal dan teknik analisis vertikal. Teknik analisis horizontal adalah teknik analisis dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode sehingga akan diketahui perkembangannya, sedangkan teknik analisis vertikal adalah analisis laporan keuangan yang hanya meliputi satu periode atau satu saat saja dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut.18 B. Kebangkrutan (Bankruptcy) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2004 pasal 1 butir 1 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang. Menurut Sentosa Sembiring bangkrut mengacu pada “hukum kepailitan negara Anglo Saxon yang menyebutnya Bankruptcy yang berarti
16
Sofyan S. Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, h. 333. Kasmir, Analisis Laporan Keuangan,h.5. 18 Ibid., h. 64. 17
20
ketidakmampuan membayar utang”19. Kata Bankruptcy kemudian bila diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi bangkrut. Menurut Munawir secara garis besar penyebab kebangkrutan biasa dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal perusahaan dan faktor eksternal, baik yang bersifat khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan atau yang bersifat umum. 20 1. Faktor Internal adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri, yang meliputi sebab finansial dan non finansial:21 a. Sebab yang meliputi bidang finansial, yaitu: 1) Utang yang terlalu besar, menimbulkan beban tetap yang berat bagi perusahaan. 2) Adanya “current liabilities” yang lebih besar daripada “current assets”. 3) Banyaknya piutang yang tidak tertagih. 4) Kesalahan dalam kebijakan pemberian deviden. 5) Tidak cukupnya dana-dana penyusutan. b. Sebab yang meliputi bidang non finansial, yaitu: 1) Adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan. 2) Kurang baiknya struktur organisasi perusahaan. 3) Kesalahan dalam memilih pimpinan perusahaan. 4) Adanya “managerial incompetency”. 19 Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-undangan yang Terkait dengan Kepailitan, (Bandung: Nuansa Aulia, 2006), h.11. 20 Munawir S., Analisis Informasi Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002), h. 289. 21 Ibid., h. 289.
21
2. Faktor eksternal adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar perusahaan dan yang berada di luar kekuasaan atau kontrol dari pimpinan perusahaan atau badan usaha, contohnya:22 a. Adanya persaingan yang hebat. b. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan. c. Turunnya harga-harga dan lain sebagainya. Informasi mengenai kebangkrutan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu:23 1) Pemberi pinjaman Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat untuk memonitor pinjaman yang ada. 2) Investor Mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. 3) Pihak pemerintah Pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
22
Ibid., h. 290. Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2007), h. 261. 23
22
4) Akuntan Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan. 5) Manajemen Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah preventif sehingga biaya kebangkrutan dapat dihindari atau diminimalisasi. C. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 pasal 29 tentang Perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.24 Selanjutnya menurut Peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum pasal 2 ayat 3 “bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan pendekatan resiko (Risk Based Bank Rating) baik secara individual maupun konsolidasi”.25 Peraturan BI ini berlaku bagi seluruh bank umum, baik bank konvensional ataupun bank syariah. Hal ini diperkuat dengan penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
24
Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, diakses pada 20 Oktober 2015 dari http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-7-tahun-1992-tentangperbankan-sebagaimana-diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-1998 25 Bank Indonesia, “PBI No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”, diakses tanggal 30 Maret 2015 diakses dari www.bi.go.id/id/peraturan/No.13_24 DPNP_2011.
23
yang juga mengatakan bahwa Bank diwajibkan untuk menilai tingkat kesehatannya menggunakan metode pendekatan Resiko (Risk Based Bank Rating) atau yang dikenal juga dengan metode RGEC. Bank diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) Tingkat kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi, dengan cakupan penilaian meliputi faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko (risk profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (earnings); dan Permodalan (capital) untuk menghasilkan Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank.26 Dalam perhitungan menggunakan model RGEC cakupan yang menjadi bahan penilaian tingkat kesehatan bank adalah Profil Resiko (Risk Profile), Good Corporate Governance, Rentabilitas (Earning), dan Modal (Capital). a. Profil resiko (Risk Profile) Penilaian profil resiko ini adalah “penilaian terhadap resiko inheren (melekat) dan kualitas penerapan manajemen resiko dalam operasional bank yang dilakukan terhadap delapan resiko”.27 Resiko-resiko yang dapat dikuantifikasi (ukur) tersebut adalah resiko kredit, pasar, likuiditas, opersional, hukum, stratejik, kepatuhan, dan reputasi. Penilaian terhadap resiko-resiko tersebut kemudian dimasukkan kedalam matrik penilaian, matrik penilaian profil resiko diberi peringkat 1 sampai 5. Berikut
26
Bank Indonesia, “Surat Edaran BI No. 13/24/DPNP Perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”, diakses tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesianomor-13-24-dpnp 27 Pernyataan dikutip dari Mahmudah, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah (Studi Komparasi CAMELS dan RGEC pada BSM, BMI, dan BRI Syariah), (Skripsi S1, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 31, t.d.
24
merupakan tabel yang menggambarkan matrik penilaian profil resiko menurut SEBI No.13/24/DPNP/2011:28 Tabel 2.1 Matrik Penilaian Profil Resiko Resiko Inheren
Kualitas Penerapan Manajemen Resiko Strong
Satisfactory
Fair
Marginal
Unsatisfactory
Low Low to Moderate Moderate Moderate to High
1
1
2
3
4
1
2
2
3
4
2
2
3
4
4
2
3
4
4
5
High
3
3
4
5
5
b. Good Coorporate Governance (GCG) Pengertian good corporate governance (GCG) menurut PBI No.8/4/PBI/2006 adalah “suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparancy), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness).”29 Bank dapat menilai GCG dengan self assessment. Kegiatan self assessment dalam pelaksanaan GCG dapat dilakukan sebagai evaluasi pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Hasil peringkat
28 Bank Indonesia, “Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP Perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”, diakses pada 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bankindonesia-nomor-13-24-dpnp 29 Bank Indonesia, “PBI No. 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum”, diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/pbi_82406
25
penilaian GCG dengan penetapan klasifikasi peringkat komposit berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP ditunjukkan pada tabel di bawah ini:30 Tabel.2.2 Peringkat Komposit Penilaian Faktor GCG Faktor
GCG
< 1,5
1,5 ≤ Nilai Komposit < 2,5
Sangat Baik
Baik
Nilai Komposit 2,5 ≤ Nilai 3,5 ≤ Nilai Komposit < Komposit < 3,5 4,5
Cukup Baik
Kurang Baik
4,5 ≤ Nilai Komposit < 5
Tidak Baik
C. Rentabilitas (Earning) Rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari aktivitas bisnis bank, selain itu aspek rentabilitas ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.31 Bank yang sehat adalah bank yang nilai rentabilitasnya terus meningkat. Di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan penilaian terhadap peringkat rentabiliatas (earning) untuk sebuah bank berdasarkan PBI No.13/1/PBI/2011.32
30
Bank Indonesia, “Surat Edaran BI No.9/12/DPNP Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum”, diakases pada tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesianomor-9-12-dpnp 31 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h.196. 32 Bank Indonesia, “PBI No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”, diakses pada tanggal 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/No.13_24 DPNP_2011.
26
Tabel 2.3 Penilaian Untuk Peringkat Rentabilitas (Earning) Peringkat
Faktor
Rentabilitas (Earning)
1 Bank memiliki efisiensi operasi yang sangat tinggi dan stabil sehingga memiliki potensi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi
2
3 Bank memiliki efisiensi operasi yang cukup memadai dan stabil sehingga memiliki potensi untuk memperoleh keuntungan yang memadai
Bank memiliki efisiensi operasi yang tinggi dan stabil sehingga memiliki potensi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi
4 Bank memiliki efisiensi operasi yang rendah dan kurang stabil sehingga memiliki potensi untuk memperoleh kerugian
5 Bank memiliki efisiensi operasi yang sangat rendah sehingga memiliki potensi kerugian yang tinggi
D. Permodalan (Capital) Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 menjelaskan penetapan peringkat penilaian
faktor
permodalan
bank
dilakukan
berdasarkan
analisis
secara
komprehensif terhadap parameter atau indikator permodalan dengan memperhatikan signifikansi masing-masing parameter atau indikator serta mempertimbangkan masalah lain yang mempengaruhi permodalan bank.33 Komponen penilaian permodalan menurut PBI No.9/1/PBI/2007 diklasifikasikan menjadi rasio utama, rasio penunjang dan rasio observed. Dari rasio-rasio tersebut rasio utama yang dijadikan penilaian adalah nilai CAR atau kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM). Bank Indonesia lewat PBI No.15/12/PBI/2013 telah menetapkan bahwa batas KPMM atau CAR yang wajib dimiliki oleh bank adalah minimal 8%.
33
Bank Indonesia, “PBI No. 13/1/PBI/2011
27
Berikut ini adalah kriteria penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan permodalan bank syariah menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/Dpbs tahun 2007 adalah34 Tabel 2.4 Penilaiaian Modal (Capital) Peringkat
Faktor
CAR
CAR ≥ 12% Sangat Memadai, bank mempunyai modal yang sangat kuat untuk menutup resiko kerugian dan penurunan kualitas aktiva
9%≤ CAR < 12% Bank mempunyai modal yang memadai untuk menutup resiko kerugian dan penurunan kualitas aktiva
8% ≤ CAR < 9% Bank mempunyai modal yang cukup memadai untuk menutup resiko kerugian dan penurunan kualitas aktiva
6% < CAR < 8%
CAR ≤ 6%
Bank mempunyai modal yang kurang memadai untuk menutup resiko kerugian dan penurunan kualitas aktiva
Bank mempunyai modal yang tidak memadai untuk menutup resiko kerugian dan penurunan kualitas aktiva
Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan PBI No.13/1/PBI/2011 melalui aspek kualitatif dan kuantitatif terhadap masing-masing faktor dan memberi penilaian akhir berupa penilaian komposit berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur dengan memperhatikan signifikansi masing-masing faktor.35 Berikut ini merupakan
peringkat
komposit
penilaian
tingkat
kesehatan
bank
dengan
34 Bank Indonesia, “Surat Edaran BI No.9/24/Dpbs/2007 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdarakan Prinsip Syariah", diakses tanggal 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/se_092407 35 Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011
28
mempertimbangkan penilaian dari seluruh aspek di dalam empat faktor yang ada pada metode RGEC: Tabel 2.5 Peringkat Komposit Penilaian Metode RGEC Peringkat
Penjelasan
PK-1
Mencerminkan kondisi bank secara umum sangat sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum sangat baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan.
PK-2
Mencerminkan kondisi bank secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan.
PK-3
Mencerminkan kondisi bank secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum cukup baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan bila tidak diatasi dengan baik akan mengganggu kelangsungan usaha bank.
PK-4
Mencerminkan kondisi bank secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut signifikan dan tidak dapat diatasi dengan baik sehigga mengganggu kelangsungan usaha bank.
PK-5
Mencerminkan kondisi bank secara umum tidak sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum tidak baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut sangat signifikan, sehingga untuk mengatasinya membutuhkan dukungan dana untuk memperkuat kondisi keuangan.
29
D. Analisis Diskriminan Menurut Agus Widarjono analisis diskriminan adalah “metode teknik dependen di mana variabel dependennya bersifat non metrik”.36 Menurutnya analisis diskriminan “…kombinasi linear dari dua atau lebih variabel independen yang akan membedakan atau mendiskriminasikan dua objek atau lebih di dalam sebuah kelompok atau grup …”37. Model dasar analisis diskriminan mirip seperti regresi berganda, perbedaanya terletak pada bila variabel dependen regresi berganda dilambangkan dengan Y, maka analisis diskriminan dilambangkan dengan D.38 Perbedaan yang lebih mendasar antara regresi berganda dengan analisis diskriminan adalah bila regresi berganda variabel dependennya harus metrik (interval dan rasio), sedangkan dalam analisis diskriminan variabel dependennya kategoris.39 Formula untuk analisis diskriman dapat ditulis dalam bentuk fungsi diskrimanan sebagai berikut:40 D = b0 + b1 X1 + b2 X2 + B3 X3 + … + bk Xk Di mana: D = skor diskriminan
36
Agus Widarjono, Analisis Statistika Multivariat Terapan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010),h. 167. 37 Ibid., h. 167 38 Bilson Simamora, Analisis Multivariat Pemasaran, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 144. 39 Ibid., h. 144 40 Ibid., h. 144
30
b = koefisien diskriminan atau bobot X = prediktor atau variabel independen Bilson Simamora menjelaskan dalam fungsi diskriminan tersebut hal yang diestimasi adalah “koefisien ‘b’, sehingga nilai ‘D’ setiap grup dapat berbeda. Ini terjadi pada saat rasio jumlah kuadrat antar grup dengan rasio jumlah kuadrat dalam grup mencapai nilai maksimum. Berdasarkan nilai D itulah keanggotaan objek diprediksi”.41 Metode analisis diskriminan dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu metode diskriminan dengan dua kategori (Two-Group Discriminant Analysis)dan metode diskriminan dengan lebih dari dua kategori (Multiple Discriminant Analysis)42. E. Model Altman Z-Score Altman menggunakan fungsi dari analisis diskriminan yang telah dijelaskan di atas untuk
memprediksi
kebangkrutan
pada
suatu
perusahaan,
model
prediksi
kebangkrutan yang digunakan adalah MDA (Multiple Discriminant Analysis) atau lebih dikenal dengan z-score. Analisis z-score ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan dari analisis rasio keuangan karena dilakukan secara terpisah.43
41
Ibid., h. 144 Agus Widarjono, Analisis Statistika Multivariat Terapan, h. 168. 43 Nur Hasanah, “Analisis Rasio Keuangan Model Altman Dan Model Springate sebagai Early Warning System Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Bank Go Public”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 18, t.d. 42
31
MDA (Multiple Discriminant Analysis) adalah sebuah bentuk analisis diskriminan berganda atau dengan kata lain grup yang dimiliki sebagai variabel dependen bukan lagi dua, melainkan tiga, empat atau lebih. Dalam membangun modelnya Altman menggunakan rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada popularitasnya dalam literatur dan relevansi terhadap penelitian, rasio yang digunakan juga memiliki lima kriteria yaitu rasio yang dapat mencerminkan likuiditas, profitabilitas, leverage, solvency, dan rasio aktifitas.44 1. Model Altman Z-Score Original Awalnya Altman menguji 22 rasio keuangan dari 33 perusahaan manufaktur yang bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut pada tahun 1960 sampai 1965 dan pada akhirnya didapatkan lima rasio keuangan yang dikombinasikan dan dinilai paling berpengaruh untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan”.45 Formula MDA pertama yang ditemukan oleh Altman ditulis sebagai berikut:46 Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5 Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5
44
Kosasih, “Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster Pada Perusahaan Textile Dan Garment Go Public di BEI Periode 2007-2009, (Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 54, t.d. 45 Mutiara Wahyuni, “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Metode Altman Z-Score, Zmijewski Dan Springate Dalam Memprediksi Kebangkrutan Pada Sektor-Sektor Yang Terdaftar di BEI Perode 2009-2012”, (Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 28, t.d. 46 Edward I. Altman, “Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction Of Corporate Bankruptcy”, The Journal of Finance, Vol 23 no. 4, (September 1968): h. 594.
32
Di mana: X1 = net working capital to total assets
X3 = earning before interest to total assets
X2 = retained earning to total assets
X4 = market value of equity to total assets
X5 = sales to total assets
Z = overall index
Nilai Z yang merupakan indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis. Dibagi kedalam tiga kategori keadaan, yaitu: a. Nilai Z < 1,81 maka tergolong perusahaan yang bangkrut. b. Nilai 1,81 < Z < 2,99 maka perusahaan masuk dalam grey area atau perusahaan tidak dapat dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat. c. Nilai Z > 2,99 maka perusahaan dikategorikan dalam keadaan tidak bangkrut. 2. Model Altman Z-Score Revisi Tahun 1984 Altman melakukan pengembangan model diskriminan alternatif zscore yang sebelumnya. Pada penelitian kali ini Altman melakukan penyesuaian agar model prediksi kebangkrutan ini dapat dipakai untuk perusahaan yang tidak mempunyai nilai pasar ekuitas atau perusahaan non publik.47 Perubahan atau revisi dilakukan pada variabel X4 dimana variabel sebelumnya merupakan nilai pasar ekuitas terhadap total kewajiban (market value of equity to book value of total debt) menjadi nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban (book value of equity to book 47
ST.Ibrah Musfa Kamal, “Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Public di Bursa Efek Indonesia (dengan menggunakan model altman z-score)”, (Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin, 2012), h. 30, t.d
33
value of total debt).48 Hasil revisi dari model z-score awal ini tidak hanya pada variabel rasio X4 saja tetapi juga pada nilai koefisien pada setiap variabel. Nilai Z untuk model ini juga berbeda dari nilai Z pada model sebelumnya. Bentuk formula MDA atau z-score hasil pengembangan Altman adalah49 Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5 Kriteria nilai Z pada model ini lebih rendah dari nilai sebelumnya yaitu: a. Nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. b. Nilai 1,23 < Z < 2,90 maka perusahaan masuk dalam grey area,karena perusahaan tersebut tidak dapat dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat. c. Nilai Z > 2,90 maka perusahaan tersebut dikategorikan dalam keadaan sehat dan memiliki kemungkinan bangkrut yang rendah. 3. Model Altman Z-Score Modifikasi Altman terus mengembangkan model analisis diskriminan alternatifnya, agar model prediksi kebangkrutannya dapat digunakan untuk semua jenis perusahaan, seperti perusahaan manufaktur, non manufaktur dan perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang.50 Dalam z-score modifikasi ini Altman mengeliminasi variabel
48
Ibid., h. 30. Edward I. Altman, “Predicting Financial Distress of Companies: Revisiting The Z-Score and ZETA® Models”, The Journal of Finance,(Juli 2000): h. 20. 49
34
X5 (sales/total assets) karena rasio ini sangat bervariatif pada industri dengan ukuran aset yang berbeda-beda. Maka, formula persamaan z-score yang telah di modifikasi oleh Altman dkk menunjukkan fungsi diskriminan sebagai berikut:51 Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4 Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5 Di mana: X1 = net working capital to total assets X2 = retained earning to total assets X3 = earning before interest and tax tototal assets X4 = book value of equity to book value of debt Z = overall index Klasifikasi perusahaan yang bangkrut, grey area dan tidak bangkrut didasarkan pada nilai z-score modifikasi adalah: a. Nilai Z < 1,23 dikategorikan perusahaan yang bangkrut. b. Nilai 1,23 < Z < 2,90 dikategorikan dalam grey area, perusahaan tersebut tidak dapat dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat. c. Nilai Z > 2,90 dikategorikan perusahaan yang tidak bangkrut.
50
Ayu Suci Ramadhani dan Niki Lukviarman, “Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai variable Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)”, Jurnal Siasat Bisnis Vol.13, no.1, (2009), h.18. 51 Ibid, h. 22.
35
B. Penelitian Terdahulu Sejumlah studi telah banyak dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank dengan menggunakan analisis rasio keuangan dalam memprediksi potensi kebangkrutan usaha, salah satu model yang digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan usaha adalah multiple discriminant analysis (MDA) atau disebut juga model z-score. Studi yang membahas tentang model analisis diskriminan alternatif ini antara lain dilakukan oleh: Altman pada tahun 1968 melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan 66 perusahaan manufaktur, Altaman menguji 22 rasio keuangan dengan model Multiple Discriminant Analysis (MDA).52 Akhirnya diperoleh lima rasio keuangan yang paling berkontribusi pada model prediksi ini yaitu net working capital to total assets, retained earning to total assets, EBIT to total assets, market value equity to total Liabilities, dan sales to total assets. Dalam penelitiannya, Altman menerapkan bahwa ambang batas perusahaan yang sehat adalah apabila nilai Z berada antara 2.99 dan 1.81, artinya jika Z-sore perusahaan di atas 2.99 maka perusahaan dinyatakan sehat dan jika berada di bawah 1.81 maka perusahaan potensial bangkrut. Hasil studi Altman hanya mampu memperoleh ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan, 72% untuk dua tahun sebelum kebangkrutan, 48% untuk tiga tahun sebelum kebangkrutan, 29% untuk empat tahun sebelum kebangkrutan dan 26% untuk lima tahun sebelum kebangkrutan 52
Edward I. Altman, “Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction of Corporate Bankruptcy”, The Journal Of Finance, Vol 23, no. 4: (September 1968).
36
Endri tahun 2008 melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan pada tiga bank syariah di Indonesia yaitu, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia.53 Periode penelitian dari tahun 20052007, dengan menggunakan model analisis Altman z-score. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan semua bank syariah yang diteliti menghasilkan nilai Z-score yang ≤ 1,81 sehingga dapat dikatakan akan mengalami kemungkinan kebangkrutan. Hal ini disebabkan nilai variabel X1 (net working capital to total assets) dari ketiga bank syariah bernilai negatif. Agustin dan Iman tahun 2010 melakukan penelitian prediksi kebangkrutan terhadap Bank Century menggunakan model analisis Altman z-score dan CAMEL untuk periode 2000-2008.54 Hasil penelitian dengan menggunakan model analisis zscore menunjukkan bahwa Bank Century dari tahun 2000-2008 dinyatakan dalam kategori bangkrut, ini karena nilai z-score yang dihasilkan di bawah 1.81. Sedangkan hasil penelitian menggunakan metode CAMEL yang diwakili oleh rasio CAR, NIM, BOPO, ROA, dan ROE menghasilkan nilai yang dikategorikan kurang sehat, hanya rasio LDR yang dikategorikan dalam keadaan yang cukup sehat. Nurhasanah tahun 2010 melakukan penelitian menggunakan model analisis Altman dan Springate untuk memprediksi kondisi bermasalah pada bank yang telah
53
Endri. “Prediksi Kebangkrutan Bank Untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman Z-Score”. Perbanas Quarterly Review, Vol.2, (2008). 54 Agustin Andria Rosa dan Iman Murtono Soenhadji. “Analysis of Altman Z (Zeta)-Score Method To Predict Bankruptcy of Century Bank”. Jurnal Program Pasca Sarjana, (2010).
37
go pubic.55 Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa model analisis Altman dan Springate mempunyai tingkat akurasi atau ketepatan yang sama dalam memprediksi kondisi bermasalah bank sebesar 94,8%. Bila dalam model Altman variabel yang mempunyai discriminating power adalah net working capital to total asset dan market value of equity to book value of debt, untuk model Springate adalah variabel net working capital to total asset. Nadratuzzaman dan Shofaun Nada tahun 2013 melakukan penelitian untuk mengukur tingkat kesehatan dan gejala financial distress bank umum syariah di Indonesia.56 Penelitian menggunakan tiga bank umum syariah sebagai objek penelitian, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia dengan tahun data penelitian yaitu 2007-2010. Penelitian ini menggunakan model analisis Altman z-score revisi dan CAMEL. Hasil penelitian menunjukkan ketiga bank umum syariah menggunakan model z-score berada pada kategori bangkrut ini karena nilai z-score dari bank syariah tersebut dibawah 1.81 dan ketika menggunakan metode CAMEL yang diwakili oleh rasio KPMM, ECR, KAP, NPF, NOM, ROA, ROE, REO, STM dan STMP menunjukkan bahwa dari rasio-rasio tersebut bank umum syariah berada pada kategori yang sehat.
55
Nurhasanah. “Analisis Rasio Keuangan Model Altman dan Model Springate Sebagai Early Warning System Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Bank Go Public”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). 56 Muhamad Nadratuzzaman Hosen dan Shofaun Nada. “Pengukuran Tingkat Kesehatan dan Gejala Financial Distress Bank Umum Syariah”. Jurnal Economia, Vol. 9, no. 2, (Oktober 2013).
38
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu Tahun
1968
2008
2010
2010
Nama Peneliti
Altman
Judul Penelitian Financial Ratio, Discriminant Analysis and The Predictionof Corporate Bankruptcy
Endri
Prediksi Kebangkrutan Bank Untuk Menghadapi dan Mengelola Peerubahan Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman Z-Score
Agustin dan Iman
Analysis of Altman Z (Zeta)-Score Method To Predict Bankruptcy of Century Bank
Nurhasanah
Analisis Rasio Keuangan Model Altman dan Model Springate Sebagai Early Warning System Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Bank Go Public
Perbedaan Dengan Penulis Altman menggunakan perusahaan manufaktur dalam penelitiannya dan menggunakan model z-score original sebagai model analisisnya. Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan perusahaan bank umum syariah untuk mengetahui prediksi potensi kebangkrutan.
Penelitian Endri menggunakan tiga bank umum syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia Periode 2005-2007, Model analisis yang digunakan model z-score revisi. Sedangkan penulis menggunakan seluruh bank umum syariah yang telah berdiri selama periode 2010-2014 dan model analisis yang digunakan model z-score modifikasi. Penelitian Agustin dan Iman hanya pada bank Century dengan model analisis yang digunakan model analisis zscore revisi. Sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti bank umum syariah dengan menggunakan model analisis z-score modifikasi. Penelitian Nurhasanah menggunakan bank konvensional yang bermasalah dan tidak bermasalah dengan menggunakan model analisis z-score revisi dan Springate. Sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti adalah seluruh bank umum syariah dan model analisis yang digunakan hanya Altman z-score modifikasi.
Penelitian Nadratuzzaman dan Shofaun Nada menggunakan tiga bank umum syariah yaitu Bank Pengukuran Tingkat Muhamad Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Kesehatan dan Nadratuzzaman Syariah Mega Indonesia Periode 2007-2010, Model 2012 Gejala Financial dan Shofaun analisis yang digunakan model z-score revisi. Sedangkan Distress Bank Umum Nada penulis menggunakan seluruh bank umum syariah yang Syariah telah berdiri selama periode 2010-2014 dan model analisis yang digunakan model z-score modifikasi. Sumber: diolah dari berbagai hasil penelitian
39
C. Kerangka Berpikir Setiap perusahaan pasti akan memiliki resiko kebangkrutan yang selalu melekat pada setiap jenis usaha yang dilakukan, begitupun dengan perusahaan perbankan syariah. Meskipun perusahaan perbankan syariah selama ini belum pernah mengalami masalah keuangan yang menyebabkan kebangkrutan atau dilikuidasinya bank syariah, tetap saja bank syariah harus waspada dan melakukan berbagai tindakan pencegahan sejak dini agar potensi dari kebangkrutan tersebut dapat terus dicegah. Salah satu caranya adalah melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah, kemudian melakukan analisis potensi kebangkrutan untuk menilai bagaimana perusahaan mereka pada masa sekarang dan bagaimana perusahaan mereka nantinya. Untuk itu maka digunakanlah model analisis penilaian terhadap tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC dan model pendekatan analisis diskriminan yang dikembangkan oleh Altman yaitu multiple discriminant analysis (MDA) atau dikenal dengan nama z-score. Hasil dari menggunakan kedua model analisis ini dijadikan suatu alat atau bahan untuk manajemen perusahaan perbankan agar dapat lebih awal mengetahui bagaimana keadaaan keuangan mereka. Berdasarkan pada kajian teori, hasil penelitian terdahulu mengenai prediksi kebangkrutan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:
40
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Bank Umum Syariah
Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
Laporan Keuangan
Rasio Keuangan Metode RGEC Rasio Keuangan Model Altman Z-Score Modifikasi
1. Risk Profile : a. Non Performing Financing (NPF) b. Liquidity Risk (LR) 2. Earning : a. Net Core Operation Margin (NCOM) b. Return on Assets (ROA) 3. Capital : a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Z = 6.65X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 1. Net Working Capital to Total Assets 2. Retained Earning to Total Assets 3. Earning Before Interest and Tax to Total Assets 4. Book Value of Equity to Book Value of Debt
Prediksi
Hasil
Evaluasi
BAB III METODE PENELITIAN A. Lingkup Penelitian Bank umum syariah (BUS) di Indonesia yang terdaftar dalam Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2010 sampai akhir 2014 berjumlah 12 BUS. Daftar dari perusahaan bank umum syariah (BUS) di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.1 Daftar Bank Umum Syariah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bank Umum Syariah Bank Muamalat Indonesia Bank Victoria Syariah BRI Syariah B.P.D Jawa Barat Banten Syariah BNI Syariah Bank Syariah Mega Indonesia Bank Panin Syariah Bank Syariah Bukopin Bank Syariah Mandiri BCA Syariah Maybank Syariah BTPN Syariah
Kode Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS MBS BTPNS
Tahun Berdiri Bank Umum Syariah November 1991 April 2010 November 2008 Januari 2010 April 2000 Juli 2004 Desember 2009 Oktober 2008 November 1999 April 2010 Oktober 2010 Mei 2014
Dari 12 bank umum syariah di atas, penulis akan menggunakan 10 bank umum syariah saja sebagai sampel penelitian. Pemilihan 10 bank umum syariah ini didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: 41
42
1. Bank syariah yang dipilih adalah bank yang sudah berdiri menjadi bank umum syariah sejak tahun 2010-2014. 2. Bank umum syariah mempunyai kelengkapan data laporan keuangan yang telah di audit dan dipublikasikan dari tahun 2010-2014. 3. Bank umum syariah juga harus mempunyai kelengkapan laporan good corporate governance (GCG) untuk tahun 2010-2014. Maka dari pertimbangan tersebut ada dua bank umum syariah yang tidak masuk untuk dijadikan sampel penelitian, yaitu Maybank Syariah dan BTPN Syariah. B. Jenis Penelitian Dan Metode Pengumpulan Data Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan objek penelitian adalah kondisi keuangan bank umum syariah di Indonesia tahun 2010-2014. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan bank umum syariah dan laporan GCG bank umum syariah tahun 2010-2014. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan dan mengkaji data-data laporan keuangan bank umum syariah melalui hasil pencarian dari internet. C. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan dua model analisis, yaitu metode RGEC dan model analisis Altman z-score modifikasi. Dalam mengolah data tersebut penulis menggunakan alat bantu berupa perangkat komputer Ms. Excel.
43
D. Operasional Variabel Penelitian Maka akan dijelaskan variabel yang digunakan dalam penelitian menurut masingmasing model analisis, yaitu: 1. Metode RGEC, dalam penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan model analisis ini variabel-variabel yang akan dihitung yaitu: a. Risk Profile (profil resiko) untuk resiko inheren penilaiannya digambarkan melalui rasio NPF dan Liquidity Risk. Sedangkan untuk kualitas manajemen resikonya berdasarkan data yang ada dalam laporan tahunan dan GCG masingmasing bank umum syariah. 1) NPF (Non Performing Finance) adalah rasio yang didapat dengan cara membandingkan pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan. Semakin kecil nilai dari rasio ini menunjukkan indikasi bank umum syariah akan mendapat laba yang tinggi, karena pembiayaan yang disalurkan tidak ada yang macet. Rumus NPF adalah NPF = Pembiayaan Bermasalah Total Pembiayaan
44
Kriteria penilaian atas rasio NPF menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/Dbps Tahun 2007 adalah:1 Tabel 3.2 Kriteria Nilai NPF Peringkat 1 2 3 4 5
Kreteria Penilaian NPF < 2 % 2 % ≤ NPF < 5 % 5 % ≤ NPF < 8 % 8 % ≤ NPF < 12 % NPF ≥ 12 %
Predikat Sangat Sehat Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
2) LR (Liquidity Risk) adalah rasio perbandingan antara asset lancar dikurang dengan kewajiban lancar terhadap total dana pihak ketiga (DPK). Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kemampuan likuiditas bank umum syariah yang sangat baik. Rumus Liquidity Risk Ratio adalah: LR = Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar Total DPK
1
Surat Edaran BI No.9/24/Dpbs/2007 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdarakan Prinsip Syariah", diakses tanggal 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/se_092407
45
Kriteria penilaian atas rasio LR menurut Surat Edaran Bank Indonesia yaitu: Tabel 3.3 Kriteria Nilai LR Peringkat 1 2 3 4 5
Kreteria Penilaian LR > 20 % 15 % < LR ≤ 20 % 5 % < LR ≤ 15 % 0 % < LR ≤ 5 % LR ≤ 0 %
Predikat Sangat Sehat Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
b. Good Corporate Governance (GCG) untuk faktor ini akan dinilai berdasarkan nilai komposit (NK) dari hasil self assessment yang dilakukan oleh bank umum syariah. Hasil tersebut kemudian dipublikasikan melalui laporan GCG masingmasing bank umum syariah. Kriteria penilaian untuk faktor ini berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP yaitu:2 Tabel 3.4 Kriteria Nilai GCG Peringkat 1 2 3 4 5 2
Kreteria Penilaian NK < 2 1,5 ≤ NK < 2, 5 2,5 ≤ NK < 3,5 3,5 ≤ NK < 4,5 4,5 ≤ NK < 5
Predikat Sangat Baik Baik Kurang Baik Cukup Baik Tidak Baik
Surat Edaran BI No.9/12/DPNP Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum”, diakases pada tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesia-nomor-9-12-dpnp
46
b. Earning (Rentabilitas) untuk mencerminkan hasil penilaian rentabilitas (earning) bank umum syariah, maka peneliti menggunakan rasio Return On Asset (ROA) dan Net Core Operation Margin (NCOM). 1) Return On Asset (ROA) adalah rasio perbandingan antara pendapatan tahun berjalan terhadap total aktiva. Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukkan pendapatan bank syariah yang meningkat karena pengelolaan asset yang baik.. Rumus rasio ROA ini adalah: ROA = Pendapatan Tahun Berjalan Total Aktiva
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tahun 2004 diperoleh standar untuk nilai rasio ROA yaitu: Tabel 3.5 Kriteria Nilai ROA Peringkat 1 2 3 4 5
Kreteria Penilaian ROA > 1,5 % 1,25 % < ROA ≤ 1,5 % 0,5 % < ROA ≤ 1,25 % 0 % < ROA ≤ 0,5 % ROA ≤ 0,5%
Predikat Sangat Sehat Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
47
2) Net Core Operation Margin (NCOM) adalah rasio perbandingan antara pendapatan penyaluran dana terhadap akiva produktif. Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukkan pendapatan yang diterima bank dari kegiatan penyaluran dana semakin banyak. Rumus rasio NCOM adalah: NCOM = Pendapatan Penyaluran Dana Aktiva Produktif
Kriteria penilaian terhadap rasio NCOM ini berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia yaitu: Tabel 3.6 Kriteria Nilai NCOM Peringkat 1 2 3 4 5
Kreteria Penilaian NCOM > 3 % 2 % < NCOM ≤ 3 % 1,5 % < NCOM ≤ 2 % 1 % < NCOM ≤ 1,,5 % ROA ≤ 1 %
Predikat Sangat Sehat Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
c. Capital (Modal), untuk menggambarkan keadaan dari modal ini, maka peneliti menggunakan Current Asset Ratio (CAR) dalam perhitungannya. CAR adalah rasio perbandingan antara total modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Rumus rasio CAR adalah: CAR = Total Modal ATMR
48
Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah berdasarkan nilai CAR menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/Dbps tahun 2007 yaitu: Tabel 3.7 Kriteria Nilai CAR Peringkat 1 2 3 4 5
Kreteria Penilaian CAR ≥ 12 % 9 % < CAR ≤ 12 % 8 % < CAR ≤ 9 % 6% < CAR ≤ 8 % CAR ≤ 8 %
Predikat Sangat Sehat Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
2. Model analisis Altman z-score modifikasi, dalam model analisis ini ada empat rasio yang digunakan untuk mendapatkan nilai z-score yang dibutuhkan dalam mengkategorikan keadaan bank umum syariah. Rasio tersebut adalah: a. X1 = Net Working Capital to Total Assets Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih (Net working Capital) diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk memenuhi kewajiban tersebut.3
3
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014), h. 132
49
Net working Capital to Total Assets = Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar Total Aktiva b. X2 = Retained Earning to Total Assets Rasio ini merupakan rasio yang mengukur leverage perusahaan karena dari nilai rasio ini dapat pula diketahui proporsi assets dari perusahaan yang dibiayai dengan menggunakan laba yang dihasilkannya sendiri tanpa menggunakan hutang.4 Dapat diartikan pula bahwa rasio ini merupakan ukuran kumulatif keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Rasio ini juga memberikan informasi mengenai umur perusahaan, karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan.
Retained Earning to Total Assets = Laba ditahan Total Aktiva
4
Ibid., h. 197
50
c. X3 = Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran bunga dan pajak5.
Namun
dalam penelitian ini, hal yang menjadi objek penelitian adalah kondisi keuangan bank umum syariah atau bank yang telah menjalankan kegiatan usahanya serta operasionalnya dengan prinsip syariah. Sehingga tidak ada akun yang bernama EBIT ini dalam laporan keuangannya, karena dalam bank syariah tidak dikenal dengan sistem bunga, oleh karena itu akun ini dalam laporan keuangan bank umum syariah dikenal dengan nama “Laba sebelum pajak penghasilan”. EBIT to Total Assets = Earning Before Interest and Taxes Total Aktiva Dalam bank umum syariah persamaan di atas menjadi: EBT to Total Assets = Laba sebelum pajak penghasilan Total Aktiva
5
Ibid., h. 198
51
d. X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Debt Rasio ini digunakan untuk menilai solvabilitas perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang atau mengukur kemampuan permodalan perusahaan dalam menanggung seluruh kewajibannya 6. Namun, dalam penelitian ini karena bank umum syariah belum go public maka market value of equity dirubah menjadi book value of equity. Book Value of Equiity to Book Value of Total Debt = Nilai buku ekuitas Total Kewajiban
Variabel-variabel di atas kemudian dimasukkan ke dalam formula diskriminan alternatif yang dikembangkan oleh Altman dan telah dimodifikasi, maka fungsi model Altman z-score modifikasi tersebut adalah: Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4
Di mana: X1 = net working capital to total assets X2 = retained earning to total assets 6
Ibid., h. 173
52
X3 = earning before tax to total assets X4 = Book Value of Equity To Book Value of Total Debt Z = Overall Index Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai z-score model Altman modifikasi yaitu: a. Nilai Z < 1,23 dikategorikan perusahaan yang bangkrut. b. Nilai 1,23 < Z < 2,9 dikategorikan grey area, karena perusahaan tidak dapat dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat. c. Nilai Z > 2,9 dikategorikan perusahaan yang tidak bangkrut.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Penilaian tingkat kesehatan pada bank umum syariah penting untuk dilakukan. Penting karena dari penilaian tingkat kesehatan bank maka akan diketahui bagaimana hasil dari kinerja bank umum syariah tersebut dalam kegiatan usahanya. Metode yang digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank umum syariah adalah metode RGEC. Berdasarkan penjelasan singkat tersebut, rasio-rasio yang digunakan untuk mewakili metode RGEC dalam menilai tingkat kesehatan bank umum syariah adalah: 1. Risk Profile (profil resiko) untuk resiko inheren penilaiannya digambarkan melalui rasio NPF dan Liquidity Risk. Sedangkan untuk kualitas manajemen resikonya berdasarkan data yang ada dalam laporan tahunan dan GCG masing-masing bank umum syariah. a. Non Performing Financing (NPF)
53
54
Tabel 4.1 Hasil NPF BUS Tahun 2010-2014
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tahun
Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
2010 4,32 0,00 3,19 1,80 3,59 3,52 0,00 3,80 3,52 1,20
2011 2,60 2,43 2,77 1,36 3,62 3,03 0,88 1,74 2,42 0,15
(dalam %) 2012 2,09 3,19 3,00 3,97 3,02 2,67 0,20 4,57 2,82 0,10
2013 1,35 3,71 4,06 1,86 1,86 2,98 1,20 4,27 4,32 0,10
2014 6,43 7,10 4,60 5,84 1,86 3,89 0,53 4,07 6,84 0,12
Sumber: data diolah
Data yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan tahun 2010 rasio NPF tertinggi ada pada Bank Muamalat Indonesia dengan nilai 4.32%. Artinya dari total pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Muamalat Indonesia sebesar 4.32% adalah pembiayaan bermasalah. Rasio NPF terendah ada pada Bank Victoria Syariah dan Bank Panin Syariah dengan nilai 0.00%. Nilai ini dikarenakan kedua bank baru berdiri sehingga penyaluran pembiayaan yang dilakukan belum terlalu banyak, hal ini mengakibatkan jumlah pembiayaan yang bermasalah pada bank tersebut di tahun 2010 belum ada. Tahun 2011-2013 nilai rasio NPF berfluktuasi pada setiap BUS dan nilai rasio ini tetap berada di bawah 8%. Peningkatan nilai rasio NPF terjadi tahun 2014 dari 10 bank umum syariah 7 diantaranya mengalami peningkatan dari tahun 2013. Hanya BNI syariah yang pada tahun 2014 mempunyai nilai NPF sama seperti tahun
55
sebelumnya, sedangkan Bank Panin Syariah dan Bank Syariah Bukopin nilai rasionya mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Semakin rendah nilai rasio ini memberikan indikasi bahwa bank umum syariah semakin baik meminimalkan resiko gagal bayar dan berakibat pula meningkatkan laba bank tersebut. b. Liquidity Risk (LR) Tabel 4.2 Hasil Liqudity Risk BUS Tahun 2010-2014 Tahun Bank Umum Syariah
No
2010 9,40 15,91 10,48 11,32 19,52 12,64 42,98
2011 21,53 55,16 9,87 38,37 23,00 4,36 52,23
(dalam %) 2012 8,37 33,41 16,16 28,21 0,89 1,30 26,56
2013 3,61 19,68 15,24 17,62 2,92 10,60 41,07
2014 12,26 10,65 31,47 21,55 5,70 10,60 16,87
1 2 3 4 5 6 7
BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS
8
BSB
19,90
20,79
19,51
14,69
23,20
BSM BCAS
10,48 18,41
7,05 20,89
0,96 18,00
3,90 19,96
13,65 25,97
9 10
Sumber: data diolah
Hasil perhitungan di atas menunjukkan rasio likuiditas yang dimiliki bank umum syariah tahun 2010 dapat dikatakan cukup baik karena semua nilai rasio BUS di atas 5%. Tahun 2011 juga dapat dikatakan bahwa kondisi likuiditas bank umum syariah cukup baik. Hanya Bank Syariah Mega yang rasio likuiditasnya di bawah 5% sehingga dikatakan kurang baik. Tahun 2012 ada tiga bank yang rasio likuiditasnya kurang dari 5% yaitu BNI Syariah, Bank Syariah Mega dan Bank Syariah Mandiri.
56
Tahun 2013 juga ada tiga bank yang nilai rasionya di bawah 5% yaitu Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri, sedangkan di tahun 2013 seluruh bank umum syariah mempunyai rasio lebih dari 5%. Dari hasil peringkat komponen profil resiko (risk profile) bank umum syariah tahun 2010 sampai tahun 2014 di atas, maka diperoleh nilai komposit untuk faktor profil resiko. Nilai komposit profil resiko untuk masing-masing bank umum syariah tahun 2010-2014 adalah: Tabel 4.3 Peringkat Seluruh Komponen Profil Resiko BUS Tahun 2010-2014
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah
RI
BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
LtM L LtM LtM LtM LtM L LtM LtM L
2010
Tahun 2012
2011
KPM Sa Sa S Fa Sa Sa Fa Sa Sa Sa
RI
KPM
L L LtM L LtM M L L LtM L
Sa Sa Sa Fa Sa Sa Fa Sa Sa Sa
RI
2013
KPM
LtM L LtM L L M L L M L
Sa Sa Sa Fa S Sa S Sa Sa Sa
RI M LtM LtM LtM LtM LtM L LtM M L
2014
KPM Sa Sa Sa Fa Sa Sa S Sa Sa Sa
RI M M LtM LtM LtM LtM LtM LtM M L
Sumber: data olahan, Ketarangan laporan keuangan tahunan dan laporan GCG
Di mana: RI
= Resiko Inheren
KPM = Kualitas Penerapan Manajemen
L
= Low
LtM
= Low to Moderate
M
= Moderate
S
= Strong
Sa
= Satisfactory
Fa
= Fair
KP M Sa Sa Sa Sa Sa Sa S Sa Sa Sa
57
Berdasarkan hasil penilaian profil resiko bank umum syariah tahun 2010 untuk penilaian terhadap rata-rata resiko inheren adalah Low to Moderate dengan kualitas penerapan manajemen adalah Satisfactory. Ini menandakan bahwa resiko kerugian atas aktivitas usaha yang dilakukan BUS dinilai rendah, karena kualitas penerapan manajemen resiko yang diterapkan oleh bank umum syariah baik. Untuk tahun 2011 dan 2012 penilaian terhadap profil resiko menunjukkan, resiko inheren bank umum syariah adalah Low dengan kualitas penerapan manajemen resiko Satisfactory. Artinya adalah resiko kerugian atas aktivitas usaha yang dilakukan bank umum syariah dinilai sangat rendah, karena kualitas manajemen resiko diterapkan dengan baik oleh bank umum syariah. Pada tahun 2013 dan 2014, hasilnya cenderung sama dengan profil resiko tahun 2010. 2. Good Corporate Governance (GCG), untuk faktor ini akan dinilai berdasarkan nilai komposit dari hasil self assessment yang dilakukan oleh bank umum syariah dan kemudian dipublikasikan melalui laporan GCG masing-masing bank umum syariah tahun 2010-2014 yang telah dipublikasikan.
58
Tabel 4.4 Hasil dan Peringkat GCG Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah
No
Tahun 2010 NK
2011 Ket
NK
2012 Ket
NK
2013 Ket
NK
2014 Ket
NK
Ket
1
BMI
1,4
B
1,3
B
1,7
B
1,15
SB
2,5
CB
2
BVS
1,75
B
1,69
B
2,07
B
1,66
B
1,93
B
3
BRIS
1,61
B
1,55
B
1,38
SB
1,35
SB
1,74
B
4
BJBS
1,5
B
1,6
B
2,53
B
1,78
B
2
B
5
BNIS
1,625
B
1,3
B
1,315
B
1,3
B
2,12
B
6
BMS
1,875
B
1,825
B
1,6
B
1,869
B
2
B
7
BPS
2,2
B
1,95
B
1,35
SB
1,35
SB
1,45
B
8
BSB
1,6
B
1,6
B
1,5
B
1,5
B
2
B
9
BSM
1,35
SB
2,35
B
1,675
B
1,85
B
2,12
B
10
BCAS
2,1
B
1,9
B
1,8
B
1,55
B
1
SB
Sumber: data diolah dari laporan GCG BUS 2010-2014
Di mana: NK
= Nilai Komposit
SB
= Sangat Baik
B
= Baik
CB
= Cukup Baik
Berdasarkan penilaian terhadap penerapan GCG didapatkan hasil bahwa nilai komposit GCG rata-rata bank umum syariah tahun 2010-2014 masuk ke dalam peringkat yang baik, karena indeks nilai komposit penerapan GCG bank umum syariah masih di bawah 2,5. Artinya kelemahan dalam penerapan GCG secara umum tidak terlalu berpengaruh pada kegiatan usaha bank umum syariah dan kelemahan tersebut dapat diselesaikan dengan tindakan normal oleh manajemen bank. Syarat untuk dikatakan GCG dalam peringkat yang baik adalah bila nilai komposit (NK)
59
bank umum syariah lebih besar dari 1.5 tapi nilai komposit juga tidak boleh lebih dari 2.5 atau bisa ditulis (1.5 ≤ NK ≥ 2.5). 3. Earning (Rentabilitas) untuk mencerminkan hasil penilaian rentabilitas (earning) bank umum syariah, maka peneliti menggunakan rasio Return On Asset (ROA) dan Net Core Operation Margin (NCOM) a.
Return On Asset (ROA) Tabel 4.5 Hasil ROA Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah
No
Tahun (dalam %) 2010
2011
2012
2013
2014
1
BMI
1,08
1,14
1,16
1,20
0,15
2
BVS
0,89
4,08
1,08
0,37
(1,74)
3
BRIS
0,26
0,15
0,98
1,06
0,15
4
BJBS
0,4
0,94
0,49
0,40
0,49
5
BNIS
0,57
1,06
1,29
1,22
1,13
6
BMS
1,82
1,29
3,02
2,15
0,33
7
BPS
(1,56)
1,20
2,32
0,72
1,54
8
BSB
0,68
0,55
2,08
0,63
0,25
9
BSM
1,80
1,57
2,08
1,42
0,17
10
BCAS
0,72
0,73
0,68
0,82
0,66
Sumber: data diolah
Berdasarkan penilaian rentabilitas dari sisi ROA pada tahun 2010 nilai rasio tertinggi ada pada Bank Syariah Mega dengan nilai 1.82 dan nilai rasio terendah ada pada Bank Panin Syariah karena bernilai -1.56, nilai minus yang dihasilkan karena pendapatan yang diterima oleh bank tersebut lebih kecil dari beban yang harus dibayar. Pada tahun 2011 nilai rasio ROA tertinggi ada pada Bank Victoria Syariah,
60
tahun 2012 dan 2013 rasio ROA tertinggi ada pada Bank Syariah Mega. Tahun 2014 rasio tertinggi ada pada Bank Panin Syariah dan rasio terendah ada pada Bank Victoria Syariah dengan nilai -1.74. Bank umum syariah dikategorikan mempunyai ROA yang baik jika nilai ROA berada di atas 1.5% Jika dilihat dari data pada tabel di atas, nilai rasio ROA yang dihasilkan oleh ratarata BUS masih tergolong rendah, padahal semakin tinggi nilai rasio ini berpotensi semakin besar bank umum syariah dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaaan aktiva yang dimiliki. Selama kurun waktu lima tahun terakhir rasio ROA tertinggi ada pada tahun 2011 yaitu Bank Victoria Syariah dengan nilai 4.08, artinya Bank Victoria Syariah mampu menghasilkan pendapatan sebesar 4.08% dari total aktiva yang digunakannya. b. Net Core Operation Margin (NCOM) Tabel 4.6 Hasil NCOM Bank Umum Syariah
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
Sumber: data diolah
Tahun (dalam%) 2010 8,09 6,82 10,49 5,93 6,94 21,34 5,05 10,38 9,37 16,64
2011 7,46 4,98 10,01 9,07 12,9 17,33 7,16 8,87 8,84 6,62
2012 6,92 8,10 10,01 8,77 12,97 15,28 6,93 8,68 9,71 10,29
2013 8,93 8,11 10,61 11,42 9,83 16,21 6,81 9,26 9,71 9,60
2014 8,72 10,34 6,79 10,18 11,09 18,88 8,57 9,75 9,47 9,13
61
Data pada Tabel 4.21 menunjukkan rasio NCOM bank umum syariah tahun 20102014 seluruhnya berada di atas 3%. Maka dapat dikatakan bahwa rasio NCOM ini sangat baik. Semakin tinggi nilai dari rasio ini menunjukkan kinerja bank umum syariah dalam mengelola aktiva produktif untuk menghasilkan laba sangat baik. Nilai rasio NCOM dalam kurun waktu 2010-2014 dimiliki oleh Bank Syariah Mega. Nilai rasio tertinggi NCOM yang dimiliki Bank Syariah Mega ada pada tahun 2010 dengan nilai 21.34%. Artinya Bank Syariah Mega dapat menghasilkan pendapatan sebesar 21.34% dari total aktiva produktif yang digunakannya. 4. Capital (Modal), untuk menggambarkan keadaan dari modal ini, maka peneliti menggunakan Current Asset Ratio (CAR) dalam perhitungannya. Rasio CAR yang dimiliki oleh bank umum syariah periode 2010-2014 ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 4.7 Hasil CAR Bank Umum Syariah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
Sumber: data diolah
2010 13,56 18,70 20,62 31,43 27,68 13,14 54,81 11,51 10,60 76,39
Tahun (dalam %) 2011 2012 12,01 11,72 45,22 28,09 14,74 11,35 30,28 21,73 20,75 14,10 12,03 12,03 56,97 32,20 15,29 12,78 14,57 13,88 45,94 31,47
2013 14,18 18,40 14,49 17,99 16,23 13,51 20,69 11,10 13,82 22,35
2014 14,22 15,28 13,03 15,78 18,42 25,69 18,82 15,85 14,10 29,57
62
Penilaian permodalan pada bank umum syariah memberikan hasil bahwa seluruh rasio CAR memiliki nilai di atas 8%. Nilai ini merupakan nilai kewajiban minimum permodalan bank yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dan harus dipenuhi oleh seluruh Bank yang ada di Indonesia. Semakin tinggi nilai rasio CAR menunjukkan potensi modal bank yang semakin kuat untuk mengcover segala hal buruk yang mungkin terjadi pada bank tersebut. Jika dilihat dari tahun 2010-2014 rata-rata nilai rasio CAR bank umum syariah dalam keadaan yang sangat baik, karena nilai rasio CAR yang dimiliki diatas 11%. Nilai CAR tertinggi dalam waktu lima tahun terakhir dimiliki oleh BCA Syariah dengan nilai 76,39. Artinya kemampuan permodalan BCA Syariah sangat baik, sehingga dapat membantu kegiatan aktivitas operasional bank tersebut dalam meningkatkan laba. Jadi berdasarkan hasil penilaian keseluruhan kesehatan bank umum syariah dengan menggunakan metode RGEC di atas selama periode 2010 sampai dengan 2014, didapatkan peringkat komposit untuk mengetahui tingkat kesehatan bank syariah. Peringkat komposit (PK) untuk masing-masing bank umum syariah tersebut adalah sebagai berikut:
63
Tabel 4.8 Peringkat Komposit BUS Metode RGEC Tahun 2010-2014
No
Tahun
Bank Umum Syariah
2010 PK
Ket
2011 PK
Ket
2012 PK
Ket
2013 PK
Ket
2014 PK
Ket
1
BMI
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
BVS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
3
BRIS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
4
BJBS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
5
BNIS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
6
BMS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
7
BPS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
8
BSB
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
9
BSM
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
10
BCAS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
Sumber: data diolah, Keterangan PK = Peringkat Komposit
Hasil di atas menunjukkan bahwa dari tahun 2010-2014 penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah menggunakan metode RGEC yang diwakili oleh beberapa rasio keuangan menunjukkan bahwa bank umum syariah ada pada kategori “sehat” (PK-2). Kategori sehat ini maksudnya adalah bank umum syariah tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan mampu juga mengatasi perubahan lingkungan bisnis di industri keuangan. B. Penilaian Potensi Kebangkrutan Bank Umum Syariah Setelah mengetahui tingkat kesehatan bank, maka selanjutnya adalah melakukan penilaian potensi kebangkrutan pada bank umum syariah. Penilaian dilakukan dengan menggunakan model Altman z-score modifikasi, yaitu suatu model analisis
64
diskriminan alternatif yang dikembangkan oleh Altman dan untuk perhitungannya membutuhkan empat rasio keuangan yang menjadi variabel. Untuk menentukan nilai z dan mengkategorikan nilai tersebut ke dalam kelompok yang telah ditentukan maka yang dilakukan adalah mengitung rasio keuangan yang ada dalam model Altman zscore modifikasi. Rasio-rasio tersebut adalah: 1. X1 = Net Working Capital to Total Assets Berdasarkan perhitungan menggunakan rasio net working capital to total asset (modal kerja bersih terhadap total aktiva), maka modal kerja bersih yang dimiliki oleh BUS menunjukkan nilai: Tabel 4.9 Modal Kerja Bersih (Net Working Capital) No.
Bank Umum Syariah
Tahun 2010
2011
(dalam jutaan rupiah) 2012
2013
2014
1
BMI
17.413.059
27.346.655
35.581.638
43.042.812
49.357.049
2
BVS
279.069
562.460
755.946
1.189.466
1.320.881
3
BRIS
5.600.431
8.870.680
10.773.980
12.929.302
16.103.478
4
BJBS
1.677.371
2.849.451
3.605.195
3.846.871
5.375.024
5
BNIS
5.582.595
6.742.492
8.322.660
10.556.072
15.799.167
6
BMS
3.170.174
3.715.521
6.061.809
7.235.246
5.461.262
7
BPS
408.741
827.504
1.321.221
2.992.961
5.280.680
8
BSB
1.447.029
2.125.127
26.191.911
3.040.519
3.921.853
9
BSM
26.105.801
40.859.935
44.058.321
50.445.953
56.104.646
10
BCAS
763.140
1.027.175
1.334.159
1.750.291
2.653.175
Sumber: data diolah
65
Setelah diketahui nilai modal kerja bersih yang dimiliki oleh BUS selama periode 2010-2014, maka selanjutnya hal yang harus diketahui adalah nilai total aktiva dari bank umum syariah periode 2010-2014. Maka nilai untuk total aktiva yang dimiliki oleh bank umum syariah (BUS) ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.10 Total Aktiva (Total Assets) No.
Tahun
Bank Umum Syariah
2010
2011
(dalam jutaan rupiah) 2012
2013
2014
1
BMI
21.442.596
32.479.506
44.854.413
54.694.020
62.413.310
2
BVS
336.676
642.026
939.472
1.323.398
1.439.903
3
BRIS
6.856.386
11.200.823
14.088.914
17.400.914
20.356.863
4
BJBS
1.930.469
2.749.451
4.275.097
4.695.088
6.090.945
5
BNIS
6.394.924
8.466.887
10.645.313
14.708.504
19.492.112
6
BMS
4.637.730
5.565.724
8.164.921
9.121.575
7.042.489
7
BPS
458.713
1.016.878
2.140.482
4.052.701
6.207.679
8
BSB
2.193.952
2.730.027
3.616.108
4.343.069
5.161.300
9
BSM
32.481.873
48.671.950
54.058.321
63.965.361
66.942.422
10
BCAS
874.631
1.217.097
1.602.181
2.041.419
2.665.416
Sumber: data diolah
Dari tabel di atas, kemudian dimasukkan ke dalam rumus: X1 = Net Working Capital to Total Assets = Asset Lancar – Kewajiban Lancar Total Aktiva Penggunaan rumus tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan nilai rasio net working capital to total assets untuk bank umum syariah tahun 2010-2014. Tabel selanjutnya akan menunjukkan nilai rasio net working capital to total asset bank umum syariah tahun 2010-2014 yaitu:
66
Tabel 4.11 Hasil Net Working Capital to Total Assets (X1) No.
Bank Umum Syariah
Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
1
BMI
0.81
0.84
0.80
0.79
0.79
2
BVS
0.83
0.88
0.80
0.90
0.92
3
BRIS
0.82
0.79
0.76
0.74
0.79
4
BJBS
0.87
0.89
0.84
0.82
0.88
5
BNIS
0.87
0.80
0.78
0.72
0.81
6
BMS
0.68
0.67
0.74
0.75
0.78
7
BPS
0.89
0.81
0.62
0.74
0.85
8
BSB
0.66
0.78
0.72
0.70
0.76
9
BSM
0.80
0.84
0.82
0.79
0.84
10
BCAS
0.87
0.84
0.83
0.86
0.89
Sumber: data diolah
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rasio net working capital to total assets bank umum syariah selama kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan nilai yang cenderung stabil. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bank umum syariah dalam menghasilkan modal kerja bersih sama pada setiap bank. Jumlah atau nilai yang modal kerja bersih yang dihasilkan dari penggunaan aktiva yang dimiliki oleh bank umum syariah tersebut setiap tahunnya juga hampir sama. Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukkan bank umum syariah semakin baik bank syariah menghasilkan modal kerja bersih yang berakibat semakin tinggi pula tingkat likuiditas bank tersebut. Berdasarkan hal ini maka dapat dilihat bahwa bank umum syariah yang tingkat likuiditasnya sangat baik selama kurun waktu lima tahun terakhir adalah Bank Victoria Syariah pada tahun 2012 dengan nilai 0.92. Artinya
67
setiap pemakaian Rp 1 aktiva yang dimiliki Bank Victoria Syariah akan menghasilkan modal kerja bersih sebesar Rp 0.92. 2. X2 = Retained Earning to Total Asset Berikut ini adalah jumlah laba ditahan yang dimiliki perusahaan bank umum syariah selama lima tahun terakhir: Tabel 4.12 Laba Ditahan (Retained Earning) No.
Bank Umum Syariah
Tahun 2010
2011
(dalam jutaan rupiah)
2012
2013
1
BMI
443.684
670.639
1.596.742
1.120.895
2014 684.634
2
BVS
0
2.655
23.214
33.378
37.453
3
BRIS
(23.978)
(12.324)
89.564
219.128
228.343
4
BJBS
5.393
20.579
30.095
40.571
35.531
5
BNIS
36.512
72.386
186.218
303.680
448.500
6
BMS
62.854
116.721
301.539
149.540
17.396
7
BPS
(8.882)
351
39.405
25.995
96.934
8
BSB
(206.805)
(194.596)
(177.296)
(157.750)
(149.088)
9
BSM
1.358.882
1.909.952
2.772.182
3.373.423
3.445.201
10
BCAS
3.826
10.599
18.959
31.659
44.609
Sumber: data diolah
Bila dilihat nilai laba ditahan untuk BRI Syariah, Bank Syariah Bukopin dan Bank Panin Syariah bernilai minus, ini dikarenakan adanya kesalahan kebijakan dalam pembagian deviden. Kesalahan ini berupa pembagian nilai deviden kepada pemegang saham lebih besar daripada nilai laba ditahan bank tersebut. Sedangkan Bank Victoria Syariah mempunyai nilai 0 karena bank tersebut baru beroperasi secara penuh sebagai bank umum syariah pada tahun 2010 sehingga belum mempunyai nilai laba ditahan.
68
Dari tabel laba ditahan yang telah dibahas sebelumnya, kemudian dimasukkan ke dalam rumus: X2 = Retainde Earning to Total assets =
Laba Ditahan Total Aktiva
Maka, dari penggunaan rumus tersebut dihasilkan nilai rasio retained earnings to total assets (laba ditahan terhadap total aktiva) untuk bank umum syariah selama tahun 2010-2014. Nilai rasio yang didapat kemudian dituangkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.13 Hasil Retained Earning to Total Assets (X2) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
Tahun 2010 0.021 0 (0.0035) 0.003 0.006 0.014 (0.018) (0.094) 0.042 0.004
2011 0.021 0.041 (0.0011) 0.007 0.009 0.021 0.00035 (0.071) 0.039 0.009
2012 0.036 0.025 (0.00087) 0.005 0.017 0.037 0.018 (0.049) 0.051 0.012
2013 0.020 0.025 0.0051 0.009 0.021 0.016 0.006 (0.036) 0.053 0.016
2014 0.011 0.026 0.011 0.006 0.023 0.0025 0.016 (0.028) 0.051 0.017
Sumber: data diolah
Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa perkembangan nilai rasio ini selama kurun waktu lima tahun terakhir pada setiap bank umum syariah menunjukkan nilai yang kecil cenderung konsisten. Selain itu dapat dilihat bahwa ada beberapa bank yang mempunyai nilai rasio negatif, yaitu Bank Syariah Bukopin yang dari
69
tahun 2010 sampai tahun 2014 tetap mempunyai nilai yang minus. Hal yang sama juga terjadi pada BRI Syariah yang mengalami nilai minus dari tahun 2010-2012, tapi di tahun selanjutnya yaitu 2013 dan 2014 nilai rasio retained earnings to total assets BRI syariah mulai membaik dengan mendapatkan hasil yang positif. Bank Panin Syariah juga pada tahun 2010 nilai rasionya negatif, tapi di tahun-tahun selanjutnya mulai menunjukkan nilai yang positif. Hasil rasio ini bisa bernilai minus karena nilai dari laba ditahan yang dimiliki oleh bank tersebut juga minus. Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukkan indikasi laba ditahan yang dihasilkan bank umum syariah semakin tinggi. Dari sepuluh bank umum syariah selama lima tahun terakhir, nilai rasio retained earnings to total assets yang tertinggi dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri pada tahun 2013 dengan nilai 0.053. Arti nilai ini adalah setiap penggunaan Rp 1 aktiva oleh Bank Syariah Mandiri akan menghasilkan nilai laba ditahan sebesar Rp 0.053. 3. X3 = Earning Before Tax to Total Asset Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan besarnya laba sebelum pajak yang dimiliki oleh bank umum syariah dari tahun 2010-2014:
70
Tabel 4.14 EBT (Laba Sebelum Pajak)
1
Bank Umum Syariah BMI
2
BVS
3.013
26.182
3
BRIS
18.053
16.701
4
BJBS
7.696
25.769
5
BNIS
36.734
6
BMS
7
BPS
8
BSB
14.919
15.023
24.354
27.245
12.770
9
BSM
583.315
767.112
1.125.264
906.498
112.608
10
BCAS
6.285
8.950
10.961
16.761
17.498
No.
Tahun 2010
2011
231.076
371.670
(dalam jutaan rupiah) 2012 521.841
2013
2014
653.621
96.719
10.164
4.928
(25.021)
138.052
183.942
29.615
20.843
18.759
29.751
89.356
137.744
179.616
220.133
84.352
72.050
246.728
195.737
23.219
(7.173)
12.410
49.572
29.162
95.732
Sumber: data diolah
Data pada tabel earning before tax (laba sebelum pajak) yang telah dikemukakan di atas dapat dilihat pada tahun 2010 sampai tahun 2013 bank umum syariah yang memiliki laba sebelum pajak tertinggi dari bank lainnya adalah Bank Syariah Mandiri. Sedangkan di tahun 2014 laba sebelum pajak Bank Syariah Mandiri menurun cukup jauh dari tahun sebelumnya dan membuat BNI Syariah di tahun 2014 yang menjadi bank dengan laba sebelum pajak tertinggi. Data laba sebelum pajak tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus dibawah ini: X3 = Earning Before Tax to Total Assets = Laba Sebelum Pajak Total Aktiva Penggunaan rumus tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan nilai rasio earning before and tax (EBT) to total assets untuk bank umum syariah tahun 2010-2014.
71
Maka tabel di bawah ini menunjukkan nilai rasio net working capital to total asset bank umum syariah tahun 2010-2014 yaitu: Tabel 4.15 Hasil EBT (Laba Sebelum Pajak) to Total Assets No.
Bank Umum Syariah
Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
1
BMI
0.011
0.011
0.012
0.012
0.0015
2
BVS
0.009
0.0041
0.011
0.0037
(0.017)
3
BRIS
0.003
0.0015
0.0098
0.011
0.0015
4
BJBS
0.004
0.009
0.005
0.004
0.005
5
BNIS
0.006
0.011
0.013
0.012
0.11
6
BMS
0.018
0.013
0.030
0.022
0.0033
7
BPS
(0.016)
0.012
0.023
0.007
0.015
8
BSB
0.006
0.006
0.007
0.006
0.002
9
BSM
0.018
0.016
0.021
0.014
0.002
10
BCAS
0.007
0.007
0.007
0.008
0.007
Sumber: data diolah
Data pada tabel di atas menunjukkan nilai rasio negatif dimiliki oleh Bank Panin Syariah pada tahun 2010 dan Bank Victoria Syariah untuk tahun 2014. Nilai negatif pada rasio ini disebabkan karena nilai laba sebelum pajak (EBT) dari kedua bank umum syariah tersebut juga bernilai negatif. Nilai negatif ini didapat karena jumlah beban yang harus dibayar oleh bank-bank tersebut lebih besar daripada jumlah pendapatan yang diterima.
72
Selama lima tahun terakhir bank yang nilai laba sebelum pajaknya tertinggi adalah Bank Syariah Mandiri, namum rasio laba sebelum pajak terhadap total aktiva yang terbesar adalah BNI Syariah di tahun 2014 dengan nilai 0.11. Artinya, setiap penggunaan Rp 1 aktiva yang dimilki BNI Syariah akan menghasilkan nilai laba sebelum pajak sebesar Rp 0.11. Hal ini menunjukkan semakin tinggi nilai rasio laba sebelum pajak terhadap total aktiva maka menunjukkan semakin baiknya kinerja bank umum syariah dalam mengelola hartanya untuk menghasilkan laba sebelum pajak. 4. X4 = Book Value of Equity to Book Value of Total Debt Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan nilai buku ekuitas (Book Value of Equity) dari bank umum syariah, yaitu: Tabel 4.16 Nilai Buku Ekuitas (Book Value Of Equity) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
Sumber: data diolah
Tahun 2010 208.554 10.087 92.313 1.745 23.647 68.718 26.424 43.994 365.261 8.250
2011 317.399 12.317 125.327 8.927 47.720 61.983 24.446 57.646 511.063 8.439
(dalam jutaan rupiah) 2012 422.600 13.568 123.193 141.149 97.474 57.403 24.761 58.393 743.598 6.767
2013 868.254 14.171 163.153 160.886 102.349 51.082 28.527 85.176 787.871 18.569
2014 2.297.070 15.629 151.928 160.785 110.890 288.933 29.861 80.808 725.401 20.311
73
Data pada Tabel 4.16 menunjukkan pada tahun 2010-2012 nilai buku ekuitas tertinggi ada pada Bank Syariah Mandiri dan untuk tahun 2013 dan 2014 nilai buku ekuitas tertinggi adalah Bank Muamalat Indonesia. Dapat dilihat juga bahwa nilai buku ekuitas, dari setiap bank umum syariah setiap tahunnya berfluktuasi kadang mengalami kenaikan dan kadang megalami penurunan. Selanjutnya tabel di bawah ini adalah data yang menunjukkan Book Value of Debt yang dimiliki oleh bank umum syariah tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Tabel 4.17 Nilai Buku Kewajiban (Book Value Of Debt) No.
Bank Umum Syariah
Tahun
(dalam jutaan rupiah)
2010
2011
2012
2013
2014
1
BMI
208.554
317.399
422.600
868.254
2.297.070
2
BVS
35.773
64.653
161.748
119.634
84.238
3
BRIS
1.192.418
2.230.290
3.431.739
4.504.515
5.611.539
4
BJBS
274.658
350.268
575.579
711.187
583.989
5
BNIS
825.370
1.746.689
2.366.763
4.272.233
3.859.672
6
BMS
1.397.796
1.820.331
2.118.304
1.905.341
1.345.853
7
BPS
20.802
163.564
612.730
1.026.305
892.549
8
BSB
698.558
492.386
905.598
1.564.054
1.136.981
9
BSM
5.00.9834
7.741.140
9.168.631
11.029.685
9.609.312
10
BCAS
111.270
190.216
268.793
275.000
326.917
Sumber: data diolah
Data pada tabel menunjukkan bank umum syariah yang mempunyai total kewajiban tertinggi adalah Bank Syariah Mandiri pada tahun 2010-2014. Dapat dilihat pula bahwa nilai kewajiban bank umum syariah cenderung meningkat setiap tahunnya, penurunan nilai kewajiban pada bank umum syariah terjadi pada tahun
74
2014. Tahun 2014 ini, tujuh dari sepuluh bank umum syariah mempunyai nilai total kewajiban yang menurun dari tahun sebelumnya. Bank-bank yang mengalami penurunan tersebut adalah Bank Victoria Syariah, Bank Jabar dan Banten Syariah, BNI Syariah, Bank Syariah Mega, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin dan Bank Syariah Mandiri. Data dari nilai buku kewajiban tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus: X4 = Book Value of Equity to Book Value of Debt =
Nilai Buku Ekuitas
Total Kewajiban Penggunaan rumus tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan nilai rasio book value of equity to book value of debt untuk bank umum syariah tahun 2010-2014. Tabel di bawah ini menunjukkan nilai rasio book value of equity to book value of debt bank umum syariah tahun 2010-2014 yaitu: Tabel 4.18 Hasil Book Value of Equity to Book Value of Debt (X4) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
Sumber: data diolah
Tahun 2010 0.057 0.28 0.078 0.006 0.029 0.049 1.27 0.063 0.073 0.074
2011 0.069 0.19 0.056 0.025 0.027 0.034 0.15 0.12 0.066 0.044
2012 0.052 0.084 0.036 0.245 0.041 0.027 0.040 0.064 0.081 0.025
2013 0.088 0.12 0.036 0.226 0.024 0.027 0.028 0.054 0.071 0.068
2014 0.21 0.18 0.027 0.275 0.029 0.215 0.033 0.071 0.075 0.062
75
Data pada Tabel 4.18 menunjukkan bahwa data dari rasio perbandingan antara nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban tertinggi pada tahun 2010 dimiliki oleh Bank Panin Syariah, tahun 2011 berpindah ke Bank Victoria Syariah dan untuk tahun 2012-2014 dimiliki oleh Bank Jabar dan Banten Syariah. Semakin tinggi nilai rasio ini maka menunjukkan bank umum syariah mampu memenuhi seluruh kewajibannya dengan nilai buku ekuitas yang dimiliki oleh bank-bank tersebut. Rasio tertinggi dalam waktu lima tahun terakhir dimiliki oleh Bank Panin Syariah pada tahun 2010 dengan nilai 1.27, artinya adalah setiap Rp 1 total kewajiban yang dimiliki Bank Panin Syariah dicover sebesar Rp 1.27 oleh nilai buku ekuitas yang dimiliki bank tersebut. C. Hasil Altman Z-Score Modifikasi Berdasarkan data dari perhitungan keempat variabel yang digunakan dalam model Altman Z-score modifikasi di atas, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan hasil tersebut kedalam model persamaan dari Altman Z-score modifikasi dengan mengkalikan hasil data di atas dengan nilai konstanta atau standar dari masingmasing variabel. Model Persamaan dan hasil dari perhitungan berdasarkan Z-score modifikasi adalah: Z = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4 Hasil Analisis Model Altman Z-Score Modifikasi Tahun 2010, setelah dimasukkan ke dalam persamaan di atas adalah:
76
Tabel 4.19 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
6.56 (X1)
3.26 (X2)
6.72 (X3)
1.05 (X4)
5,31 5,44 5,38 5.71 5,71 4,46 5,84 4.33 5,25 5,71
0,068 0 (0,0114) 0.009 0,02 0,046 (0,059) (0.31) 0,137 0,013
0,074 0,06 0,02 0.027 0,04 0,121 (0.11) 0.04 0,121 0,047
0,06 0,29 0,082 0.006 0,03 0,05 1,34 0.07 0,077 0,078
Z-Score 5.51 5.75 5.47 5.76 5.80 4.68 6.98 4.13 5.59 5.85
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, nilai z-score dari keseluruhan bank umum syariah pada tahun 2010 melebihi nilai 2.9. Artinya seluruh bank umum syariah dikategorikan dalam keadaan tidak bangkrut. Pada tahun ini nilai z-score tertinggi adalah Bank Panin Syariah dan nilai z-score terendah adalah Bank Syariah Bukopin. Selanjutnya dengan menggunakan rumus persamaan yang sama, maka hasil perhitungan z-score pada tahun 2011 adalah
77
Tabel 4.20 Perhitungan Z-Score BUS tahun 2011 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSM BSB BCAS
6.56 (X1)
3.26 (X2)
5,51 5,77 5,19 5,84 5,24 4,4 5,31 5,12 5,51 5,51
0,068 0,134 (0,0036) 0,023 0,03 0,068 0,0011 (0,23) 0,127 0,03
6.72 (X3) 0,074 0,027 0,01008 0,06 0,07 0,087 0,081 1,12 0,108 0,047
1.05 (X4) 0,072 0,285 0,059 0,026 0,028 0,036 0.16 0,13 0,069 0,046
ZScore 5.72 6.25 5.26 5.95 5.37 4.59 5.55 6.14 5.81 5.63
Sumber: data diolah
Hasil perhitungan untuk tahun 2011 menunjukkan sepuluh bank umum syariah tersebut masih dalam kategori tidak bangkrut, untuk tahun ini nilai z-score tertinggi ada pada Bank Victoria Syariah dan nilai z-score terendah yaitu Bank Syariah Mega. Perhitungan z-score untuk tahun 2012, dengan persamaan yang sama seperti di atas didapatkan hasil sebagai berikut:
78
Tabel 4.21 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2012 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSM BSM BCAS
6.56 (X1)
3.26 (X2)
6.72 (X3)
5,25 5,24 4,99 5,51 5,12 4,85 4,07 4,72 5,38 5,44
0,12 0.025 (0,00028) 0,016 0,055 0,121 0,059 (0,16) 0,166 0,04
0,081 0,074 0,066 0,037 0,087 0,202 0,15 0,05 0,141 0,047
1.05 (X4) 0,055 0,088 0,038 0,26 0,043 0,028 0,042 0,01 0,085 0,026
Z-Score 5.51 5.48 5.09 5.82 5.30 5.20 4.32 4.62 5.77 5.55
Sumber: data diolah
Tabel di atas menunjukkan seluruh bank umum syariah tetap berada pada kategori tidak bangkrut, hasil ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Bank yang memliki nilai z-score tertinggi dibandingkan bank yang lain adalah Bank Jabar dan Banten Syariah dengan nilai 5.82 dan bank yang memiliki nilai z-score terendah adalah Bank Panin Syariah dengan nilai 4.32. Hasil dari analisis tahun 2013 berdasarkan model Altam Z-score modifikasi seperti di atas, maka diperoleh hasilnya sebagai berikut:
79
Tabel 4.22 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2013 Bank Umum Syariah
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
6.56 (X1) 5,18 5,9 4,85 5,34 4,72 4,92 4,85 4,59 5,18 5,64
3.26 (X2)
6.72 (X3)
0,065 0,081 0,0167 0,03 0,068 0,052 0,02 -0,12 0,173 0,052
0,081 0,025 0,074 0,027 0,08 0,147 0,047 0,04 0,094 0,054
1.05 (X4) 0.092 0,126 0,038 0,24 0,025 0,028 0,029 0,06 0,075 0,071
Z-Score 5.42 6.13 4.98 5,64 4.89 5.15 4.95 4.57 5.52 5.82
Sumber: data diolah
Hasil perhitungan nilai z-score tahun 2013 di atas menunjukkan nilai z-score tertinggi ada pada Bank Victoria Syariah dengan nilai 6.13 dan nilai z-score terendah ada pada Bank Syariah Bukopin dengan nilai 4.57. Berdasarkan data pada tabel di atas juga menunjukkan seluruh bank umum syariah masih berada pada kategori tidak bangkrut. Hasil dari analisis tahun 2014 berdasakan model Altam Z-score modifikasi seperti di atas, maka diperoleh hasilnya sebagai berikut:
80
Tabel 4.23 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2014 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah
6.56 (X1)
BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
5,18 6,03 5,18 0.88 5,31 5,12 5,58 4,99 5,51 5,84
3.26 (X2) 0,036 0,085 0,036 0.006 0,075 0,00815 0,052 (0,09) 0,166 0,055
6.72 (X3) 0,0101 (0,114) 0,01008 0.005 0,074 0,022176 0,1008 0,013 0,013 0,047
1.05 (X4) 0,22 0,189 0,028 0.275 0,03 0,23 0,035 0,07 0,079 0,065
Z-Score 5.45 6.19 5.25 6.11 5.49 5.38 5.77 4.98 5.77 6.01
Sumber: data diolah
Data pada tabel 4.15 ini menunjukkan bahwa seluruh bank umum syariah memiliki hasil yang sama dengan empat tahun sebelumnya yaitu seluruh bank umum syariah berada pada kategori tidak bangkrut. Hasil ini diperoleh berdasarkan nilai z-score yang dimiliki oleh seluruh bank umum syariah pada tahun 2014 ini masih lebih besar dari 2.90. Nilai z-score tertinggi untuk tahun 2014 ini dimiliki oleh Bank Victoria Syariah yaitu sebesar 6.19 dan nilai z-score terendah dimiliki oleh Bank Syariah Bukopin yaitu sebesar 4.98. Berdasarkan hasil dari proses yang peritungan nilai z-score menggunakan model Altman Z-score modifikasi di atas dapat diketahui seluruh bank umum syariah dalam rentang waktu lima tahun terakhir berada pada kategori tidak bangkrut. Nilai rata-rata z-score untuk seluruh BUS tahun 2010-2014 ditunjukkan pada grafik di bawah ini:
81
Grafik 4.1 Rata-Rata Nilai Z-Score BUS Tahun 2010-2014 5,80 5,60 5,40 5,20 5,00
5,64
5,63 5,55
5,31 5,27
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: data diolah
Grafik di atas menunjukkan bahwa tren nilai z-score bank umum syariah selama tahun 2010-2014 menunjukkan pergerakan yang cenderung stabil. Penurunan nilai zscore yang terjadi pada tahun 2012 jika diteliti disebabkan karena menurunnya nilai rasio net working capital to total assets dan rasio book value of equity to book value of debt. Hal ini dapat dibuktikan dengan tabel di bawah ini: Tabel 4.24 Rata-Rata Nilai Variabel Altman Z-Score Modifikasi Tahun
WCTA
RETA
EBITTA
BVEBVD
Z-Score
2010
5.31
0.019
0.044
0.208
5.55
2011
5.34
0.023
0.168
0.091
6.63
2012
5.06
0.442
0.093
0.067
5.23
2013
5.12
0.044
0.067
0.078
5.31
2014
5.45
0.043
0.018
0.122
5.64
Sumber: data diolah
Jika dilihat pada tahun 2012 ada penurunan nilai net working capital to total assets (WCTA) dan book value of equity to book value of debt (BVEBVD) yang menyebabkan turunnya nilai z-score. Nilai yang turun di tahun 2012 memang tidak hanya kedua variabel tersebut, tapi juga nilai dari earning before interest and tax to
82
total assets (EBITTA). Namun hal ini tidak mempengaruhi nilai z-score, karena bila dilihat pada tahun 2013 dan 2014 nilai rasio EBITTA juga menurun tapi nilai zscorenya justru naik. Kenaikan nilai z-score pada tahun 2013 dan 2014 ini disebabkan karena nilai dari variabel WCTA dan BVEBVD mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa net working capital to total assets dan book value of equity to book value of debt mempunyai pengaruh lebih besar dalam menentukan nilai z-score dibandingkan dengan variabel lainnya. Hasil menunjukkan bahwa nilai z-score tertinggi bank umum syariah setiap tahunnya digambarkan pada grafik 4.2: Grafik 4.2 Nilai Z-Score Tertinggi Tahun 2010-2014 7,50 7,00 6,50 6,00 5,50 5,00
BPS 6,98 BVS6,13 BVS 6,25
BVS 6,19 BJBS 5,82
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: data diolah
Berdasarkan grafik hasil perhitungan z-score bank umum syariah yang memiliki nilai z-score tertinggi paling banyak selama lima tahun terakhir adalah Bank Victoria Syariah yaitu pada tahun 2011, 2013 dan 2014. Sedangkan Bank Panin Syariah dan Bank Jabar dan Banten Syariah masing-masing hanya sekali mendapatkan nilai zscore tertinggi yaitu tahun 2010 dan 2011. Jika diamati bank umum syariah yang
83
memiliki nilai z-score tertinggi pada setiap tahunnya adalah bank syariah yang berdiri kurang dari lima tahun, dikarenakan bank-bank umum syariah baru ini memiliki nilai kewajiban atau hutang yang masih relatif kecil dibandingkan dengan bank syariah yang telah lama berdiri. Selain itu jumlah aktiva yang dimiliki oleh bank-bank tersebut lebih mampu dioptimalkan ke dalam bentuk modal kerja, meski laba yang dihasilkan masih rendah. D. Interpretasi Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi keuangan bank umum syariah menunjukkan hasil yang stabil cenderung meningkat. Hasil ini di dapat karena kegiatan usaha yang dilakukan baik dalam kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana oleh bank syariah cenderung dengan aman. Maksud aman disini adalah bank syariah dalam melakukan transaksi berlandaskan pada asset dasar (underlying assets) dan kegiatan penyaluran dana bank syariah lebih ke arah sektor riil dalam perekonomian domestik. Berbeda dengan bank konvensional yang kegiatan usahanya cenderung lebih kearah spekulatif dengan melakukan transaksi-transaksi keuangan yang mempunyai resiko tinggi. Spekulatif disini maksudnya adalah dengan tergantung pada tingkat suku bunga, karena keuntungan terbesar bank konvensional didapatkan dari selisih antara besarnya bunga yang dikenakan kepada para peminjam dana dengan imbalan bunga yang diberikan kepada nasabah penyimpan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kesehatan bank umum syariah tidak terganggu meskipun krisis ekonomi sedang melanda Indonesia, hal ini dibuktikan
84
dengan bank umum syariah yang berdasarkan pengukuran tingkat kesehatan berada kategori sehat. Selain itu dilihat dari prediksi potensi kebangkrutan yang dilakukan bank umum syariah berada pada kategori tidak bangkrut. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah dapat bertahan dalam industri perbankan nasional dan selamat dari krisis keuangan global yang menyebabkan besarnya potensi kebangkrutan pada bank. Alasannya karena industri perbankan syariah lebih fleksibel dalam kondisi dan situasi apapun. Ketahanan bank syariah dalam menghadapi krisis yang mengancam kelangsungan usaha bank tersebut dikarenakan prinsip dasar dari bank syariah yang mengedepankan konsep bagi hasil pada kegiatan penghimpunan maupun penyaluran dana, sehingga resiko ditanggung bersama antara bank dengan pihak nasabah. Contohnya kegiatan ini seperti pada saat rasio pembiayaan bermasalah (NPF) bank syariah meningkat yang menyebabkan penurunan laba yang dihasilkan oleh bank syariah, dalam keadaan ini bagi hasil yang didapat oleh nasabah yang menyimpan dananya pada bank syariah juga terkena imbas dengan menurunnya bagi hasil yang didapat oleh nasabah tersebut. Oleh karena itulah bank syariah lebih tahan krisis karena resiko yang dialami oleh bank syariah tidak ditanggung sendiri. Berbeda dengan bank konvensional yang berbasis bunga, dimana bank konvensional harus membayar kewajiban sesuai dengan bunga yang ditetapkan meski pendapatan yang diterima lebih rendah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bank syariah adalah bank yang aman, sehat dan dapat dipercaya oleh masyarakat untuk menyimpan uang atau
85
menginvestasikan dana yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari rasio CAR dan NCOM yang dimiliki oleh bank syariah. Nilai rasio CAR yang lebih dari 8% menunjukkan bank syariah mempunyai kekuatan modal yang cukup kuat untuk membantu membiayai kegiatan usahanya dan mampu mengcover kesulitan yang mungkin terjadi pada bank umum syariah tersebut. Sedangkan untuk nilai rasio NCOM yang lebih dari 3% menunjukkan bank umum syariah mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi dari kegiatan penyaluran dana yang bank syariah lakukan. Bank syariah yang mempunyai nilai laba tinggi berpotensi untuk mempunyai tingkat bagi hasil yang besar pula kepada para nasabahnya. Bank syariah yang kondisi labanya cenderung stabil dan meningkat setiap tahunnya adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega dan BRI Syariah. Bank umum syariah yang mempunyai modal yang kuat berpotensi akan terjaga tingkat likuiditasnya. Masyarakat dapat memilih bank syariah yang mempunyai modal (CAR) yang kuat seperti BNI Syariah, Bank Panin Syariah, BRI Syariah, Bank Jabar dan Banten Syariah, atau BCA Syariah. Hasil penelitian ini mempunyai hasil penelitian yang sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terdahulu dalam mengukur tingkat kesehatan bank umum syariah. Penelitian yang sejalan adalah penelitian yang dilakukan oleh: 1. Sri Fatimah Rahmatillah (2014) dengan menggunakan metode RGEC memperoleh hasil bahwa Bank Syariah Bukopin, BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, BCA Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Mega, Bank Victoria
86
Syariah dan Bank Muamalat Indonesia tahun 2011-2013 dinyatakan dalam tingkat kesehatan yang sehat. 2. Mahmudah (2013), penelitian tingkat kesehatan terhadap Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan BRI Syariah pada tahun 2010-2012 menggunakan metode RGEC menunjukkan bahwa bank umum syariah berada pada tingkat kesehatan yang sehat. Hasil penelitian yang sejalan dengan penulis dalam memprediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah adalah 1. penelitian yang dilakukan oleh Bella Myirandasari (2015) yang mengatakan BNI Syariah, Bank Syariah Mega, Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia tahun 2011-2013 berada pada kategori tidak bangkrut. Hal ini karena nilai rata-rata z-score bank umum syariah selama 3 tahun menunjukkan nilai 5.29. Artinya nilai ini lebih besar dari 2.90, hasil ini diperoleh dengan menggunakan model analisis Altman z-score modifikasi. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata z-score untuk keempat bank umum syariah di atas tahun 2011-2013 menunjukkan hasil 5.28. Perbedaan nilai ini dikarenakan ada perbedaan pembulatan dalam nilai. 2. Sri Fatimah Rahmatillah (2014) yang mengatakan bahwa Bank Syariah Bukopin, BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, BCA Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Mega, Bank Victoria Syariah dan Bank Muamalat Indonesia tahun 2011-2013 dinyatakan dalam kategori tidak bangkrut. Hasil rata-
87
rata nilai z-score yang diperoleh sebesar 5.40. Hasil didapat dengan menggunakan model analisis Altman z-score modifikasi. Hasil penelitian penulis juga menunjukkan nilai rata-rata yang sama dengan hasil penelitian Sri Fatimah. Hasil yang berbeda dengan penelitian sebelumnya terjadi dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Nadratuzzaman dan Shofaun Nada (2013) yang menyatakan bahwa Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega pada tahun 2010 berada pada kategori bangkrut. Hasil ini didapat karena nilai z-score bank umum syariah tersebut dibawah 1.81. Perbedaan terjadi karena bila dalam peneltian ini penulis menggunakan model analisis Altman z-score modifikasi, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Nadratuzzaman dan Shofaun Nada menggunakan model analisis Altman z-score revisi. Perbedaan kedua model ini terletak pada variabel yang digunakan, dalam model Altman z-score revisi ada variabel sales to total assets sedangkan dalam model Altman z-score modifikasi tidak ada. Selain perbedaan variabel, perbedaan lain ada pada nilai konstanta yang harus dikalikan dengan masing-masing nilai dari variabel juga berbeda dan juga perbedaan pada batas nilai z-score yang harus dipenuhi. Penjelasan lebih jelas sudah diterangkan pada bab 2 dalam penelitian ini. Dari penjabaran di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Altman z-score memang dapat digunakan sebagai sistem pencegahan dini untuk memprediksi potensi kebangkrutan pada perusahaan. Tapi karena model analisis Altman Z-Score ini mempunyai beberapa bentuk, maka dalam memilih model analisis ini juga harus
88
diperhatikan. Model Altman yang digunakan harus sesuai dengan bentuk perusahaan yang akan dijadikan objek penelitian. Penelitian ini menggunakan kondisi keuangan bank umum syariah sebagai objek penelitian, maka model analisis Altman z-score yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh bank yang merupakan perusahaan jasa keuangan. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan pada bab 2 model analisis yang dinilai lebih baik digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan bank syariah menggunakan model Altman z-score adalah bentuk model Altman z-score modifikasi. Alasan pemilihan model Altman z-score modifikasi ini karena bank syariah berbeda dengan perusahaan manufaktur jadi bank syariah tidak cocok menggunakan model Altman z-score original ataupun Altman z-score revisi, hal ini karena kedua model Altman tersebut adalah model yang dibuat untuk memprediksi kebangkrutan dari perusahaan maufaktur baik yang sudah go public maupun yang belum. Sedangkan Altman z-score modifikasi adalah sebual model analisis alternatif yang dikembangkan oleh Altman agar dapat digunakan pada perusahaan non manufaktur, dalam model ini variable X5 dihilangkan. Ini karena dalam perusahaan non manufaktur tidak ada akun sales (penjualan). Dari interpretasi penelitian yang telah dijabarkan dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya bank umum syariah adalah bank yang memiliki kinerja yang baik dan bank yang kredibel sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dan menyalurkan
89
dana masyarakat. Meski eksistensi bank umum syariah belum lama seperti bank konvensional dan laba yang dihasilkan juga belum setara dengan bank konvensional, tapi bank umum syariah sudah terbukti dapat bertahan dari guncangan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 dan 2008. Bila dilihat pada tahun-tahun krisis tersebut di mana banyak bank konvensional tutup karena kesulitan keuangan, keadaan berbeda ditunjukkan oleh bank umum syariah di mana pada saat itu tidak ada bank umum syariah yang dilikuidasi oleh pemerintah atau diakuisisi oleh bank lain karena masalah kesulitan keuangan akibat krisis yang melanda. Meskipun demikian bank umum syariah harus tetap menerapkan prinsip kehatihatian dengan lebih baik lagi, kelangsungan usaha bank umum syariah di masa depan bukan hanya dilihat dari nilai rasio-rasio keuangan yang menunjukkan hasil yang baik tetapi juga dilihat dari tata kelola manajemen yang baik. Hal ini dikarenakan bila ada bank umum syariah yang kolaps akibat manajemen yang salah urus akan membuat pandangan masyarakat menjadi rusak, kepercayaan terhadap bank syariah menjadi menurun dan membuat pandangan di masyarakat bahwa bank syariah tidak terjamin keamanannya. Sebenarnya banyak bank yang kolaps bukan karena kondisi keuangannya yang buruk atau pendapatan bank yang menurun, tetapi karena kesalahan yang dibuat oleh manajemen bank sehingga menyebabkan kesulitan likuiditas pada bank tersebut. Likuiditas bank yang menurun akan langsung membuat bank tersebut kehilangan kepercayaan dari masyarakat dan menyebabkan masyarakat ingin menarik uangnya dari bank tersebut, kejadian ini pernah terjadi pada Bank
90
Century yang berakibat dilikuidasinya bank tersebut dan akhirnya berganti nama menjadi Bank Mutiara. Jadi dalam konteks menjaga kestabilan keuangan perbankan syariah dan terus menjaga kelangsungan usaha bank umum syariah yang harus diperhatikan adalah kinerja keuangannya, tingkat likuiditasnya dan tata kelola manajemen bank tersebut.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 seluruh bank umum syariah mempunyai nilai di atas 2.90, nilai tersebut merupakan kriteria pada model Z-score modifikasi yang menyatakan bahwa perusahaan dalam kondisi yang tidak bangkrut. 2. Naik turunnya hasil dari Z-score ini ditentukan oleh variabel net working capital to total assets dan book value of equity to total assets. 3. Nilai z-score tertinggi tahun 2010 ada pada Bank Panin Syariah, tahun 2011, 2013 dan 2014 nilai z-score tertinggi adalah Bank Victoria Syariah dan untuk tahun 2012 nilai z-score tertinggi ada pada Bank Jawa Barat dan Banten Syariah. 4. Metode RGEC yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan pada bank menghasilkan hasil bahwa bank umum syariah dikategorikan dalam keadaan sehat. Hasil ini sejalan dengan hasil model Altman z-score modifikasi.
91
92
B. Saran Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian bank umum syariah di Indonesia, kondisi keuangan bank umum syariah dikategorikan dalam keadaan yang sehat dan tidak bangkrut. Sehingga bank umum syariah dapat bertahan di industri perbankan nasional dan mampu menghadapi krisis ekonomi yang sedang melanda di Indonesia. Selain itu bank umum syariah juga sudah terdaftar di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sehingga nasabah yang menyimpan dananya di bank umum syariah dijamin keamanannya. Oleh karena itu masyarkat tidak perlu lagi ragu untuk menyimpan ayau menginvestasikan dananya di bank umum syariah. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan bank umum syariah dalam menghasilkan laba adalah cukup baik. Modal yang dimiliki bank syariah juga sangat kuat, sehingga bank syariah dapat menjalankan usahanya dengan lancar. Jadi masyarakat juga tidak perlu khawatir tentang kemampuan bank umum syariah menghasilkan laba dari kegiatan usahanya dan kekuatan modal bank syariah dalam menjaga tingkat likuiditasnya 3. Untuk mengecek hasil penelitian ini diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambahkan atau membandingkan model analisis yang penulis gunakan dengan model
analisis
lain
yang
dapat
mengukur
permasalahan
yang
sama.
DAFTAR PUSTAKA Daftar Buku: Arifin, Zainul. Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan, dan Prospek. Jakarta: AlvaBet, 1999. Boediono dan Wayan Koster. Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Harahap, Sofyan S., dkk. Akuntansi Perbankan Syariah: Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti (LPFE – Usakti). 2004. Harahap, Sofyan S. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009. Ikatan Akuntansi Indonesia. PSAK No 101 Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007. Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014. Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2009. Rochaety, Ety. dkk,.Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2009. S. Munawir. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002. Sembiring, Sentosa. Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-undangan yang Terkait dengan Kepailitan. Bandung: Nuansa Aulia, 2006. Simamora, Bilson.Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (Eds). Metode Penelitian Survai Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES. 1995
93
94
Sunyoto, Danang. Analisis Laporan Keuangan Untuk Bisnis. Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service (CAPS), 2013. Widarjono, Agus. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010. Yaya, Rizal, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer, Jakarta: Salemba Empat, 2013 DAFTAR JURNAL DAN SKRIPSI Altman, Edward I. “Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction of Corporate Bankruptcy”. The Journal Of Finance. Vol. 23 No. 4. (September 1968). Altman, Edward I. “Predicting Financial Distress of Companies: Revisiting The ZScore and ZETA® Models”. The Journal Of Finance.(Juli 2000). Alkatiri, Lubna Awad, “Analisis Resiko Kebangkrutan Z-Score Altman Pada Bank Syariah dan Bank Non Syariah”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Yogyakarta, 2007. Akhyar, Muhammad dan Imam Taufiq. “Analisis Ketepatan Prediksi Metode Altman Terhadap Terjadinya Likuidasi Pada Lembaga Perbankan (Kasus Likuidasi Perbankan Di Indonesia)”, Jurnal Akuntansi. Vol 5 No 2 (Desember 2001). Andiria Rosa, Agustin dan Iman Murtono Soenhadji. “Analysis of Altman Z (Zeta)Score Method To Predict Bankruptcy of Century Bank”. Jurnal Program Pasca Sarjana. (2010). Anggraeni, Retno Dewi, Sri Magesti Rahayu dan Topowijono. “Penerapan Model Multiple Discriminant Analysis Untuk Memprediksi Financial Distress (Studi pada Sektor Industri Barang Konsumsi yang Listing di BEI periode 2009-2012)”. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Anggaraini, Yuli R. “Analisis Prediksi Kebangkrutan Perbankan Berdasarkan Model Altman Z-Score pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Jember. 2011. Denok, Maesaroh. “Pengaruh Debt Default Dan Prediksi Kebangkrutan Metode Altman Z-Score Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ)”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009.
95
Endri. “Prediksi Kebangkrutan Bank Untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman Z-Score”. Perbanas Quarterly Review. Vol.2. (2008). Kosasih. “Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster Pada Perusahaan Textile Dan Garment Go Public di BEI”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010. Mustafa Kamil, ST. Ibrah. “Analisis Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan Go Public di BEI dengan Model Altman Z-Score”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makassar. 2011. Mahmudah. “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah (Studi Komparasi CAMELS dan RGEC pada BSM, BMI, dan BRI Syariah)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013. Myirandasari, Bella. “Anlisis Komparasi Stabilitas Perbankan Syariah dan Konvensional (Bank Umum Devisa Non Go Public di Indonesia)”. Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya Malang. 2015. Nadratuzzaman, Muhamad dan Shofaun Nada. “Pengukuran Tingkat Kesehatan dan Gejala Financial Distress Bank Umum Syariah”. Jurnal Economia, Vol. 9 No. 2. (Februari 2012). Nada, Shofaun. “Penerapan Metode Multiple Discriminant Analysis (MDA) Untuk Mengukur Tingkat Kesehatan Yang Mengidentifikasi Gejala Financial Distress Pada Bank Umum Syariah”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2012. Nugraheni, Aprilia. “Analisis Ketepatan Prediksi Potensi Kebangkrutan Melalui Altman Z-Score Dan Hubungannya Dengan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 2005. Nugroho, M. Iqbal Dwi. “Analisis Financial Distress Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score Modifikasi 1995”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang. 2012. Nurina Astria, Maya. “Pelaksanaan Kebijakan”. Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. 2009.
96
Nurhasanah. “Analisis Rasio Keuangan Model Altman dan Model Springate Sebagai Early Warning System Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Bank Go Public”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. (Juni 2010). Nurhasanah, Iis. “Penggunaaan Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Potensi Financial Distress dan Kebangkrutan pada Sektor Perbankan Syariah dengan Model Altman Z-Score (Studi kasus pada BUS periode 2010-2011)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012. Rahmatillah, Sri Fatimah. “Analisis Komparatif Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Risk Based Bank Rating dan Model Altman Z-Score Pada Perbankan Umum Syariah di Indonesia”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makasar. 2014. Ramadhani, Ayu Suci dan Niki Lukviarman. “Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi Dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal Siasat Bisnis. Vol. 13 No. 1. 2009. Wahyuni, Mutiara. “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Metode Altman Z-Score, Zmijewski, dan Springate dalam Memprediksi Kebangkrutan pada Sektor yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Perode 2009-2012”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), Daftar Website Bank Indonesia. “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”. diakses pada 30 Maret 2015 dari http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI PBI No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”, diakses tanggal 30 Maret 2015 diakses dari www.bi.go.id/id/peraturan/No.13_24 DPNP_2011. PBI No. 8/4/PBI/2006. “Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum”. diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/pbi_82406 PBI No.15/12/PBI/2013. “Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum”. diakses pada tanggal 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan
97
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008. “Tentang Perbankan Syariah”. diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah Undang-Undang Republik Indonesia No 37 Tahun 2004. “Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang”. diakses tanggal 30 Maret 2015 dari http:// hukumkepailitan.com/ Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998. “Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.72 Tahun 1992 Tentang Perbankan”. diakses pada 30 Maret 2015 dari https://id.wikisource.org/wiki/UndangUndang_Republik_Indonesia_No mor_10_Tahun_1998 Surat Edaran BI No. 13/24/DPNP. “Perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”. diakses tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/suratedaran-bank-indonesia-nomor-13-24-dpnp Surat Edaran BI No.12/13/Dpbs. “Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum”. diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/se_121310 Surat Edaran BI No.9/12/DPNP Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum”, diakases pada tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/suratedaran-bank-indonesia-nomor-9-12-dpnp Surat Edaran BI No.9/24/Dpbs/2007 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdarakan Prinsip Syariah", diakses tanggal 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/se_092407
LAMPIRAN 1
Hasil Hitung Net Working Capital BUS Tahun 2010-2014 Tahun 2010 : Net Working Capital = Asset Lancar - Kewajiban Lancar
No.
Bank Umum Syariah 1
PT. Bank Muamalat Indonesia
2 3
Asset Lancar
(a)
Kewajiban Lancar (b)
Modal Kerja Bersih (a-b)
20.723.117
3.310.063
17.413.054
PT. Bank Victoria Syariah Bank BRI Syariah
623.587 6.743.070
344.518 1.142.639
279.069 5.600.431
4
B.P.D Jawa Barat Banten Syariah
1.917.951
240.580
1.677.371
5
Bank BNI Syariah
6.318.311
735.716
5.582.595
6
Bank Syariah Mega Indonesia
4.524.742
1.354.568
3.170.174
426.304 2.060.588 31.427.849 863.975
17.563 613.559 5.376.048 100.835
408.741 1.447.029 26.051.801 763.140
7 8 9 10
Bank Panin Syariah PT. Bank Syariah Bukopin Bank Syariah Mandiri PT. BCA Syariah
Tahun 2011 Net Working Capital = Asset Lancar - Kewajiban Lancar No.
Bank Umum Syariah 1
PT. Bank Muamalat Indonesia
2
PT. Bank Victoria Syariah
3
Bank BRI Syariah
4
Asset Lancar
(a)
Kewajiban Lancar (b)
Modal Kerja Bersih (a-b)
31.704.347
4.357.692
27.346.655
625.410
62.950
562.460
11.014.552
2.143.872
8.870.680
B.P.D Jawa Barat Banten Syariah
2.826.742
294.304
2.532.438
5
Bank BNI Syariah
8.402.815
1.660.323
6.742.492
6
Bank Syariah Mega Indonesia
5.464.262
1.748.741
3.715.521
7
Bank Panin Syariah
986.419
158.915
827.504
8
PT. Bank Syariah Bukopin
2.530.738
405.611
2.125.127
9
Bank Syariah Mandiri
46.779.265
5.919.330
40.859.935
1.204.916
177.741
1.027.175
10
PT. BCA Syariah
Tahun 2012 Net Working Capital = Asset Lancar - Kewajiban Lancar No.
Bank Umum Syariah 1
PT. Bank Muamalat Indonesia
2
PT. Bank Victoria Syariah
3
Bank BRI Syariah
4
B.P.D Jawa Barat Banten Syariah
5
Bank BNI Syariah
6
Asset Lancar (a)
Kewajiban Lancar (b)
Modal Kerja Bersih (a-b)
43.999.754
8.418.116
35.581.638
918.988
163.042
755.946
13.907.429
3.133.449
10.773.980
4.117.316
512.121
3.605.195
10.530.883
2.208.223
8.322.660
Bank Syariah Mega Indonesia
8.073.584
2.011.775
6.061.809
7
Bank Panin Syariah
2.108.876
787.655
1.321.221
8
PT. Bank Syariah Bukopin
3.444.459
825.268
2.619.191
9 10
Bank Syariah Mandiri PT. BCA Syariah
52.215.048
8.156.727
44.058.321
1.587.439
253.280
1.334.159
Tahun 2013 Net Working Capital = Asset Lancar - Kewajiban Lancar No.
Bank Umum Syariah 1
PT. Bank Muamalat Indonesia
2
PT. Bank Victoria Syariah
3
Bank BRI Syariah
4
B.P.D Jawa Barat Banten Syariah
5
Bank BNI Syariah
6
Asset Lancar (a)
Kewajiban Lancar (b)
Modal Kerja Bersih (a-b)
53.069.755
10.026.943
43.042.812
1.302.701
113.235
1.189.466
13.907.429
3.133.449
10.773.980
4.495.900
649.029
3.846.871
14.533.249
3.977.177
10.556.072
Bank Syariah Mega Indonesia
9.035.286
1.800.040
7.235.246
7
Bank Panin Syariah
4.008.205
1.015.244
2.992.961
8
PT. Bank Syariah Bukopin
4.168.798
1.128.239
3.040.559
9
Bank Syariah Mandiri
61.696.233
11.250.280
50.445.953
2.013.728
263.437
1.750.291
10
PT. BCA Syariah
Tahun 2014 Net Working Capital = Asset Lancar - Kewajiban Lancar No.
Bank Umum Syariah 1
PT. Bank Muamalat Indonesia
2
PT. Bank Victoria Syariah
3
Bank BRI Syariah
4
B.P.D Jawa Barat Banten Syariah
5
Bank BNI Syariah
6
Asset Lancar (a)
Kewajiban Lancar (b)
Modal Kerja Bersih (a-b)
59.120.932
9.763.883
49.357.049
1.395.440
74.559
1.320.881
20.127.544
4.024.066
16.103.478
5.908.086
533.062
5.375.024
19.299.851
3.500.684
15.799.167
Bank Syariah Mega Indonesia
6.698.827
1.237.565
5.461.262
7
Bank Panin Syariah
6.154.599
873.919
5.280.680
8
PT. Bank Syariah Bukopin
4.974.902
1.053.049
3.921.853
9
Bank Syariah Mandiri
64.719.334
8.614.688
56.104.646
2.964.948
311.773
2.653.175
10
PT. BCA Syariah
LAMPIRAN 2 Angka Dalam Variabel Z-Score BUS Tahun 2010-2014 Modal Kerja Bersih (Net Working Capital) Bank Umum Syariah
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
Tahun 2010 17.413.059 279.069 5.600.431 1.677.371 5.582.595 3.170.174 408.741 1.447.029 26.105.801 763.140
2011 27.346.655 562.460 8.870.680 2.849.451 6.742.492 3.715.521 827.504 2.125.127 40.859.935 1.027.175
(dalam jutaan rupiah) 2012 35.581.638 755.946 10.773.980 3.605.195 8.322.660 6.061.809 1.321.221 26.191.911 44.058.321 1.334.159
2013 43.042.812 1.189.466 12.929.302 3.846.871 10.556.072 7.235.246 2.992.961 3.040.519 50.445.953 1.750.291
2014 49.357.049 1.320.881 16.103.478 5.375.024 15.799.167 5.461.262 5.280.680 3.921.853 56.104.646 2.653.175
Total Aktiva (Total Assets) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
Tahun 2010 21.442.596 336.676 6.856.386 1.930.469 6.394.924 4.637.730 458.713 2.193.952 32.481.873 874.631
(dalam jutaan rupiah)
2011 32.479.506 642.026 11.200.823 2.749.451 8.466.887 5.565.724 1.016.878 2.730.027 48.671.950 1.217.097
2012 44.854.413 939.472 14.088.914 4.275.097 10.645.313 8.164.921 2.140.482 3.616.108 54.058.321 1.602.181
2013 54.694.020 1.323.398 17.400.914 4.695.088 14.708.504 9.121.575 4.052.701 4.343.069 63.965.361 2.041.419
2014 62.413.310 1.439.903 20.356.863 6.090.945 19.492.112 7.042.489 6.207.679 5.161.300 66.942.422 2.665.416
Laba Ditahan (Retained Earning) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
Tahun 2010 443.684 0 (23.978) 5.393 36.512 62.854 (8.882) (206.805) 1.358.882 3.826
2011 670.639 2.655 (12.324) 20.579 72.386 116.721 351 (194.596) 1.909.952 10.599
(dalam jutaan rupiah)
2012 1.596.742 23.214 89.564 30.095 186.218 301.539 39.405 (177.296) 2.772.182 18.959
2013 1.120.895 33.378 219.128 40.571 303.680 149.540 25.995 (157.750) 3.373.423 31.659
2014 684.634 37.453 228.343 35.531 448.500 17.396 96.934 (149.088) 3.445.201 44.609
EBT (Laba Sebelum Pajak) Bank Umum Syariah
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
Tahun 2010 231.076 3.013 18.053 7.696 36.734 84.352 (7.173) 14.919 583.315 6.285
2011 371.670 26.182 16.701 25.769 89.356 72.050 12.410 15.023 767.112 8.950
(dalam jutaan rupiah) 2012 521.841 10.164 138.052 20.843 137.744 246.728 49.572 24.354 1.125.264 10.961
2013 653.621 4.928 183.942 18.759 179.616 195.737 29.162 27.245 906.498 16.761
2014 96.719 (25.021) 29.615 29.751 220.133 23.219 95.732 12.770 112.608 17.498
Nilai Buku Ekuitas (Book Value Of Equity) Bank Umum Syariah
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
Tahun 2010 208.554 10.087 92.313 1.745 23.647 68.718 26.424 43.994 365.261 8.250
2011 317.399 12.317 125.327 8.927 47.720 61.983 24.446 57.646 511.063 8.439
(dalam jutaan rupiah) 2012 422.600 13.568 123.193 141.149 97.474 57.403 24.761 58.393 743.598 6.767
2013 868.254 14.171 163.153 160.886 102.349 51.082 28.527 85.176 787.871 18.569
2014 2.297.070 15.629 151.928 160.785 110.890 288.933 29.861 80.808 725.401 20.311
Nilai Buku Kewajiban (Book Value Of Debt) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
Tahun 2010 208.554 35.773 1.192.418 274.658 825.370 1.397.796 20.802 698.558 5.00.9834 111.270
2011 317.399 64.653 2.230.290 350.268 1.746.689 1.820.331 163.564 492.386 7.741.140 190.216
(dalam jutaan rupiah) 2012 422.600 161.748 3.431.739 575.579 2.366.763 2.118.304 612.730 905.598 9.168.631 268.793
2013 868.254 119.634 4.504.515 711.187 4.272.233 1.905.341 1.026.305 1.564.054 11.029.685 275.000
2014 2.297.070 84.238 5.611.539 583.989 3.859.672 1.345.853 892.549 1.136.981 9.609.312 326.917
LAMPIRAN 3 Hasil Hitung Variabel Z-Score Hasil Net Working Capital to Total Assets (X1) Tahun
Bank Umum Syariah
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2010
BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
2011 0.81 0.83 0.82 0.87 0.87 0.68 0.89 0.66 0.80 0.87
2012 0.84 0.88 0.79 0.89 0.80 0.67 0.81 0.78 0.84 0.84
2013 0.80 0.80 0.76 0.84 0.78 0.74 0.62 0.72 0.82 0.83
2014 0.79 0.90 0.74 0.82 0.72 0.75 0.74 0.70 0.79 0.86
0.79 0.92 0.79 0.88 0.81 0.78 0.85 0.76 0.84 0.89
Hasil Retained Earning to Total Assets (X2) Bank Umum Syariah
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
Tahun 2010 0.021 0 (0.0035) 0.003 0.006 0.014 (0.018) (0.094) 0.042 0.004
2011
2012
0.021 0.041 (0.0011) 0.007 0.009 0.021 0.00035 (0.071) 0.039 0.009
2013
0.036 0.025 (0.00087) 0.005 0.017 0.037 0.018 (0.049) 0.051 0.012
2014
0.020 0.025 0.0051 0.009 0.021 0.016 0.006 (0.036) 0.053 0.016
0.011 0.026 0.011 0.006 0.023 0.0025 0.016 (0.028) 0.051 0.017
Hasil EBT (Laba Sebelum Pajak) to Total Assets No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
Tahun 2010 0.011 0.009 0.003 0.004 0.006 0.018 (0.016) 0.006 0.018 0.007
2011
2012 0.011 0.0041 0.0015 0.009 0.011 0.013 0.012 0.006 0.016 0.007
2013 0.012 0.011 0.0098 0.005 0.013 0.030 0.023 0.007 0.021 0.007
0.012 0.0037 0.011 0.004 0.012 0.022 0.007 0.006 0.014 0.008
2014 0.0015 (0.017) 0.0015 0.005 0.11 0.0033 0.015 0.002 0.002 0.007
Hasil Book Value of Equity to Book Value of Debt (X4) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Umum Syariah
Tahun 2010
BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
2011
0.057 0.28 0.078 0.006 0.029 0.049 1.27 0.063 0.073 0.074
0.069 0.19 0.056 0.025 0.027 0.034 0.15 0.12 0.066 0.044
2012 0.052 0.084 0.036 0.245 0.041 0.027 0.040 0.064 0.081 0.025
LAMPIRAN 4 Hasil Z-Score BUS Tahun 2010-2014 Rumus Z-Score Modifikasi = 6,56 (X1) + 3,26 (X2) + 6,72 (X3) + 1,05 (X4) Contoh Perhitungan Z-Score Bank Umum Syariah Tahun 2010: 1. Bank Muamalat 6,56 (0,81) + 3,26 (0,021) + 6,72 (0,011) + 1,05 (0,057) 5,31 + 0,0068 + 0,074 + 0,06 = 5,51 2. Bank Victoria Syariah 6,56 (0,83) + 3,26 (0) + 6,72 (0,009) + 1,05 (0,28) 5,44 + 0 + 0,060 + 0,29 = 5,75 3. BRI Syariah 6,56 (0,82) + 3,26 ( -0,0035) + 6,72 (0,003) + 1,05 (0,078) 5,38 + (0.01141) + 0,020 + 0,082 = 5,47 4. BPD Jawa Barat Banten Syariah 6,56 (0,87) + 3,26 (0,003) + 6,72 (0,004) + 1,05 (0,006) 5,71 + 0,009 + 0.03 + 0.006 = 5,76 5. BNI Syariah 6,56 (0.87) + 3,26 (0,006) + 6,72 (0,006) + 1,05 (0,029) 5,71 + 0,02 + 0,040 + 0,030 = 5,80 6. Bank Syariah Mega Indonesia 6,56 (0,68) + 3,26 (0,014) + 6,72 (0,018) + 1,05 (0,049) 4,46 + 0,046 + 0,121 + 0,05 = 4,68 7. Bank Panin Syariah
2013
2014 0.088 0.12 0.036 0.226 0.024 0.027 0.028 0.054 0.071 0.068
0.21 0.18 0.027 0.275 0.029 0.215 0.033 0.071 0.075 0.062
6,56 (0,89) + 3,26 (-0,018) + 6,72 (-0,016) + 1,05 (1.27) 5,84 + (0,059) + (0,11) + 1,34 = 6,98 8. Bank Syariah Bukopin 6,56 (0,66) + 3,26 (-0,094) + 6,72 (0,006) + 1,05 (0,063) 4,33 + (0,31) + 0,04 + 0,07 = 4,13 9. Bank Syariah Mandiri 6,56 (0,80) + 3,26 (0,042) + 6,72 (0,018) + 1,05 (0,073) 5,25 + 0,137 + 0,121 + 0,077 = 5,59 10. BCA Syariah 6,56 (0,87) + 3,26 (0,004) + 6,72 (0,007) + 1,05 (0,074) 5,71 + 0,013 + 0,047 + 0,078 = 5,85 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2010 Bank Umum Syariah
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6.56 (X1)
BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSB BSM BCAS
5,31 5,44 5,38 5.71 5,71 4,46 5,84 4.33 5,25 5,71
3.26 (X2) 0,068 0 (0,0114) 0.009 0,02 0,046 (0,059) (0.31) 0,137 0,013
6.72 (X3) 0,074 0,06 0,02 0.027 0,04 0,121 (0.11) 0.04 0,121 0,047
1.05 (X4)
Z-Score
0,06 0,29 0,082 0.006 0,03 0,05 1,34 0.07 0,077 0,078
5.51 5.75 5.47 5.76 5.80 4.68 6.98 4.13 5.59 5.85
Perhitungan Z-Score BUS tahun 2011 Bank Umum Syariah
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSM BSB BCAS
6.56 (X1) 5,51 5,77 5,19 5,84 5,24 4,4 5,31 5,12 5,51 5,51
3.26 (X2) 0,068 0,134 (0,0036) 0,023 0,03 0,068 0,0011 (0,23) 0,127 0,03
6.72 (X3) 0,074 0,027 0,01008 0,06 0,07 0,087 0,081 1,12 0,108 0,047
1.05 (X4) 0,072 0,285 0,059 0,026 0,028 0,036 0.16 0,13 0,069 0,046
Z-Score 5.72 6.25 5.26 5.95 5.37 4.59 5.55 6.14 5.81 5.63
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2012 Bank Umum Syariah
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6.56 (X1)
BMI BVS BRIS BJBS BNIS BMS BPS BSM BSM BCAS
5,25 5,24 4,99 5,51 5,12 4,85 4,07 4,72 5,38 5,44
3.26 (X2) 0,12 0.025 (0,00028) 0,016 0,055 0,121 0,059 (0,16) 0,166 0,04
6.72 (X3)
1.05 (X4)
0,081 0,074 0,066 0,037 0,087 0,202 0,15 0,05 0,141 0,047
Z-Score
0,055 0,088 0,038 0,26 0,043 0,028 0,042 0,01 0,085 0,026
5.51 5.48 5.09 5.82 5.30 5.20 4.32 4.62 5.77 5.55
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2013 Bank Umum Syariah
No.
6.56 (X1)
3.26 (X2)
6.72 (X3)
1.05 (X4)
Z-Score
1
BMI
5,18
0,065
0,081
0.092
5.42
2
BVS
5,9
0,081
0,025
0,126
6.13
3
BRIS
4,85
0,0167
0,074
0,038
4.98
4
BJBS
5,34
0,03
0,027
0,24
5,64
5
BNIS
4,72
0,068
0,08
0,025
4.89
6
BMS
4,92
0,052
0,147
0,028
5.15
7
BPS
4,85
0,02
0,047
0,029
4.95
8
BSB
4,59
-0,12
0,04
0,06
4.57
9
BSM
5,18
0,173
0,094
0,075
5.52
10
BCAS
5,64
0,052
0,054
0,071
5.82
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2014 Bank Umum Syariah
No.
6.56 (X1)
3.26 (X2)
6.72 (X3)
1.05 (X4)
Z-Score
1
BMI
5,18
0,036
0,0101
0,22
5.45
2
BVS
6,03
0,085
(0,114)
0,189
6.19
3
BRIS
5,18
0,036
0,01008
0,028
5.25
4
BJBS
0.88
0.006
0.005
0.275
6.11
5
BNIS
5,31
0,075
0,074
0,03
5.49
6
BMS
5,12
0,00815
0,022176
0,23
5.38
7
BPS
5,58
0,052
0,1008
0,035
5.77
8
BSB
4,99
(0,09)
0,013
0,07
4.98
9
BSM
5,51
0,166
0,013
0,079
5.77
10
BCAS
5,84
0,055
0,047
0,065
6.01
LAMPIRAN 5 Hasil Perhitungan Rasio Dalam RGEC Return on Assets (ROA) = Pendapatan Tahun Berjalan / Total Aktiva Tahun Bank Umum Syariah
No
2010 Pendapatan tahun berjalan
(dalam jutaan rupiah)
2011 Pendapatan tahun berjalan
Total Aktiva
2012 Pendapatan tahun berjalan
Total Aktiva
2013 Total Aktiva
Pendapatan tahun berjalan
2014 Total Aktiva
Pendapatan tahun berjalan
Total Aktiva
1
BMI
231.076
21.442.596
371.670
32.479.506
521.841
44.854.413
653.621
54.694.020
96.719
62.413.310
2
BVS
3.013
336.676
26.182
642.026
10.164
939.472
4.928
1.323.398
-25.021
1.439.903
3
BRIS
18.053
6.856.386
16.701
11.200.823
138.052
14.088.914
183.942
17.400.914
29.615
20.356.863
4
BJBS
7.696
1.930.469
25.769
2.749.451
20.843
4.275.097
18.759
4.695.088
29.751
6.090.945
5
BNIS
36.734
6.394.924
89.356
8.466.887
137.744
10.645.313
179.616
14.708.504
220.133
19.492.112
6
BMS
84.352
4.637.730
72.050
5.565.724
246.728
8.164.921
195.737
9.121.575
23.219
7.042.489
7
BPS
-7.173
458.713
12.410
1.016.878
49.572
2.140.482
29.162
4.052.701
95.732
6.207.679
8
BSB
14.919
2.193.952
15.023
2.730.027
24.354
3.616.108
27.245
4.343.069
12.770
5.161.300
9
BSM
583.315
32.481.873
767.112
48.671.950
1.125.264
54.058.321
906.498
63.965.361
112.608
66.942.422
10
BCAS
6.285
874.631
8.950
1.217.097
10.961
1.602.181
16.761
2.041.419
17.498
2.665.416
Tahun Bank Umum Syariah
No
(dalam%) ROA
2010
2011
2012
2013
2014
1 2 3
BMI BVS BRIS
1,08 0,89 0,26
1,14 4,08 0,15
1,16 1,08 0,98
1,20 0,37 1,06
0,15 -1,74 0,15
4
BJBS
0,40
0,94
0,49
0,40
0,49
5
BNIS
0,57
1,06
1,29
1,22
1,13
6
BMS
1,82
1,29
3,02
2,15
0,33
7
BPS
-1,56
1,20
2,32
0,72
1,54
8
BSB
0,68
0,55
2,08
0,63
0,25
9
BSM
1,80
1,57
2,08
1,42
0,17
10
BCAS
0,72
0,73
0,68
0,82
0,66
Net Core Operation Margin (NCOM) = Pendapatan Penyaluran Dana / Aktiva Produktif Tahun Bank Umum Syariah
No
2010 Pendapatan Penyaluran Dana
2011 Aktiva Produktif
Pendapatan Penyaluran Dana
(dalam jutaan Rupiah) 2012
Aktiva Produktif
Pendapatan Penyaluran Dana
2013 Aktiva Produktif
Pendapatan Penyaluran Dana
2014 Aktiva Produktif
Pendapatan Penyaluran Dana
Aktiva Produktif
1
BMI
1.607.823
19.881.169
2.319.732
31.095.375
2.980.133
43.066.061
4.794.223
53.713.373
5.214.862
59.782.027
2
BVS
18.864
276.598
31.030
623.084
74.078
915.101
105.116
1.296.501
145.812
1.409.606
3
BRIS
674.895
6.431.080
1.046.082
10.448.821
1.338.401
13.375.716
1.737.511
16.370.804
1.355.184
19.959.522
4
BJBS
118.748
2.003.480
256.752
2.829.360
358.514
4.085.964
511.492
4.479.130
593.149
5.826.129
5
BNIS
417.661
6.017.251
1.009.550
7.826.113
1.259.539
9.709.272
1.341.374
13.647.597
2.036.514
18.367.547
6
BMS
893.452
4.187.257
889.902
5.134.358
1.152.242
7.542.221
1.355.755
8.362.630
1.195.320
6.329.796
7
BPS
21.376
423.509
70.261
981.592
146.346
2.111.769
273.812
4.021.721
529.191
6.177.664
8
BSB
198.407
1.911.707
211.711
2.385.492
283.947
3.271.480
366.252
3.955.011
460.596
4.724.076
9
BSM
2.879.839
30.743.772
3.974.471
44.947.008
4.917.358
50.640.092
4.917.358
50.640.092
5.583.342
58.946.652
10
BCAS
138.034
829.577
76.332
1.152.967
156.917
1.524.775
185.728
1.934.480
262.893
2.878.358
Tahun Bank Umum Syariah
No
(dalam%)
NCOM 2010
2011
2012
2013
2014
1
BMI
8,09
7,46
6,92
8,93
8,72
2
BVS
6,82
4,98
8,10
8,11
10,34
3
BRIS
10,49
10,01
10,01
10,61
6,79
4
BJBS
5,93
9,07
8,77
11,42
10,18
5
BNIS
6,94
12,90
12,97
9,83
11,09
6
BMS
21,34
17,33
15,28
16,21
18,88
7
BPS
5,05
7,16
6,93
6,81
8,57
8
BSB
10,38
8,87
8,68
9,26
9,75
9
BSM
9,37
8,84
9,71
9,71
9,47
10
BCAS
16,64
6,62
10,29
9,60
9,13
Current Asset Ratio (CAR) = Total Modal / Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
Bank Umum Syariah
No
Tahun 2010
1
BMI
Total Modal 2.127.277
2
BVS
3
2011
15.685.792
Total Modal 2.415.629
110.000
588.235
BRIS
995.322
4
BJBS
5
2012
2013
2014
20.109.147
3.682.215
31.422.598
5.149.463
36.305.962
Total Modal 5.876.558
135.845
300.408
154.316
549.306
164.079
891.613
137.800
901.838
4.826.384
1.034.367
7.018.331
1.112.727
9.803.081
1.765.133
12.180.402
1.787.087
13.718.805
515.591
1.640.307
533.379
1.761.433
650.023
2.990.890
655.836
3.646.144
681.337
4.316.702
BNIS
1.057.472
3.820.048
1.097.119
5.286.160
1.198.018
8.495.720
1.365.396
8.413.837
2.004.358
10.878.620
6
BMS
378.452
2.879.917
441.469
3.670.437
441.469
3.670.437
578.863
4.285.662
1.077.568
4.194.517
7
BPS
141.405
257.993
452.867
730.724
483.369
1.501.121
537.402
2.597.432
812.683
4.319.127
8
BSB
185.411
1.611.475
301.859
1.973.954
331.199
2.591.576
358.919
3.232.827
567.308
3.578.295
9
BSM
2.178.877
20.553.673
3.720.674
25.540.366
4.567.310
32.916.532
4.567.310
33.039.066
5.344.901
37.904.941
10
BCAS
300.924
393.931
308.458
671.428
308.589
980.624
321.436
1.438.025
637.854
2.157.000
ATMR
ATMR
Total Modal
ATMR
Total Modal
Tahun Bank Umum Syariah
No
CAR 2010
2011
2012
2013
2014
1
BMI
13,56
12,01
11,72
14,18
14,22
2
BVS
18,70
45,22
28,09
18,40
15,28
3
BRIS
20,62
14,74
11,35
14,49
13,03
4
BJBS
31,43
30,28
21,73
17,99
15,78
5
BNIS
27,68
20,75
14,10
16,23
18,42
6
BMS
13,14
12,03
12,03
13,51
25,69
7
BPS
54,81
56,97
32,20
20,69
18,82
8
BSB
11,51
15,29
12,78
11,10
15,85
9
BSM
10,60
14,57
13,88
13,82
14,10
10
BCAS
76,39
45,94
31,47
22,35
29,57
ATMR
ATMR 41.334.187
Non Performing Finance (NPF) = Pembiayaan Bermasalah / Aktiva Produktif Tahun Bank Umum Syariah
No
2010 Pebiayaan Bermasalah
2011 Aktiva Produktif
Pebiayaan Bermasalah
(dalam jutaan Rupiah) 2012
Aktiva Produktif
Pebiayaan Bermasalah
2013 Aktiva Produktif
Pebiayaan Bermasalah
2014 Aktiva Produktif
Pebiayaan Bermasalah
Aktiva Produktif
1
BMI
689.527
19.881.169
564.658
31.095.375
693.139
43.066.061
1.964.220
53.713.373
2.816.750
59.782.027
2
BVS
2.046
276.598
5.308
623.084
15.311
915.101
31.859
1.296.501
76.538
1.409.606
3
BRIS
186.954
6.431.080
261.196
10.448.821
340.426
13.375.716
571.667
16.370.804
71.560
19.959.522
4
BJBS
28.932
2.003.480
2.396
2.829.360
117.416
4.085.964
67.014
4.479.130
257.069
5.826.129
5
BNIS
140.862
6.017.251
212.756
7.826.113
155.076
9.709.272
209.418
13.647.597
279.822
18.367.547
6
BMS
110.904
4.187.257
124.173
5.134.358
171.211
7.542.221
219.364
8.362.630
217.359
6.329.796
7
BPS
0
423.509
6.006
981.592
3.062
2.111.769
26.474
4.021.721
25.493
6.177.664
8
BSB
61.293
1.911.707
33.265
2.385.492
122.873
3.271.480
142.667
3.955.011
153.412
4.724.076
9
BSM
889.765
30.743.772
1.023.143
44.947.008
1.397.003
50.640.092
1.396.643
50.640.092
2.309.118
58.946.652
10
BCAS
4.528
829.577
1.037
1.152.967
2.367
1.524.775
2.019
1.934.480
3.496
2.878.358
No
Tahun (dalam %) NPF 2012
Bank Umum Syariah 2010
2011
2013
2014
1
BMI
4,32
2,60
2,09
1,35
6,43
2
BVS
0,00
2,43
3,19
3,71
7,10
3
BRIS
3,19
2,77
3,00
4,06
4,60
4
BJBS
1,80
1,36
3,97
1,86
5,84
5
BNIS
3,59
3,62
3,02
1,86
1,86
6
BMS
3,52
3,03
2,67
2,98
3,89
7
BPS
0,00
0,88
0,20
1,20
0,53
8
BSB
3,80
1,74
4,57
4,27
4,07
9
BSM
3,52
2,42
2,82
4,32
6,84
10
BCAS
1,20
0,15
0,10
0,10
0,12