PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2010-2013) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
EKO SUNARWAN NIM 1111046100047
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H./2015 M.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance yang diukur dengan Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan syariah yaitu Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) berdasarkan statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia perDesember 2013. Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Total sebanyak 30 bank, yaitu 10 Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha Syariah yang ditentukan sebagai sampel. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Asset (ROA). Sedangkan variabel independen Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Asset (ROA).
Kata kunci: Good Corporate Governance, Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Dewan Pengawas Syariah, Kinerja Keuangan , Return On Asset (ROA).
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap terurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW sebagai uswatun khasanah dalam hidup ini yang telah menuntun umatnya dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang. Alhamdulillah, penelitian yang berjudul “PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS PADA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2013)” telah dapat penulis selesaikan. Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Merupakan suatu kehormatan bagi penulis untuk mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga penulis, almamater dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian skripsi ini. Sebagai bentuk penghargaan, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syar iah dan Hukum Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH,
selaku Ketua Program Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.
Bapak Abdurrauf, Lc, MA, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
4.
Bapak Ali Rama, SE, M.Ec, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan dan masukan yang sangat bermanfaat demi terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
5.
Bapak Dr. Alimin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu penulis dalam hal akademik terkait penyelesaian studi.
6.
Segenap dosen dan staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7.
Kedua orang tua tercinta, Bapak dan Ibu atas limpahan kasih sayang, doa dan air mata serta dukungan yang tiada pernah berakhir untuk penulis walaupun jarak memisahkan. Segala perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan demi pendidikan penulis. Tercurah doa selalu untukmu Bapak dan Ibu.
8.
Nenek dan kak Hendri atas doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis serta adik-adik tercinta adik Riyan, Adik Diana dan Adik Edi atas keceriaan dan kebahagiaan yang tiada habisnya, rajin belajar dan gapailah citacita kalian.
9.
Teman-teman seperjuangan dari Luwu Timur Sulawesi Selatan yang tergabung dalam HIPMAJA LUTIM atas dukungan dan hiburannya ditengah-tengah kesibukan kuliah. Andhiny atas dukungan dan motivasinya yang sangat membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
10.
Teman-teman seperjuangan perbankan syariah 2011, untuk kebersamaannya selama ini. Semoga perjuangan kita selama ini akan berbuah manis dan suk ses untuk kita semua.
11.
Serta seluruh pihak yang telah berjasa namun belum mampu penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT dengan ridho-Nya membalas segala kebaikan dengan
pahala yang berlipat ganda. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Penulis menyadari skripsi ini
vii
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Demikian skripsi ini penulis susun, semoga bermanfaat untuk masyarakat luas dan menambah ilmu pengetahuan. Amin.
Jakarta, 16 April 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv ABSTRAK.............................................................................................................. v KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................................... 9 1. Pembatasan Masalah ............................................................................. 9 2. Perumusan Masalah............................................................................... 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 11 1. Tujuan Penelitian................................................................................... 11 2. Manfaat Penelitian................................................................................. 12 a. Bagi Perusahaan .............................................................................. 12
ix
b. Bagi Institusi ................................................................................... 12 c. Bagi Peneliti .................................................................................... 13 d. Bagi Calon Investor......................................................................... 13 D. Sistematika Penulisan.................................................................................. 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 15 A. Agency Theory (Teori Keagenan) ............................................................... 15 B. Good Corporate Governance...................................................................... 17 1. Pengertian Good Corporate Governance.............................................. 17 2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ....................................... 21 3. Tujuan Good Corporate Governance ................................................... 25 4. Manfaat Good Corporate Governance ................................................. 26 C. Corporate Governance pada Perbankan Syariah ........................................ 28 D. Peraturan Bank Indonesia tentang Good Corporate Governance pada Perbankan Syariah ....................................................................................... 33 E. Kinerja Keuangan........................................................................................ 35 F. Dewan Komisaris ........................................................................................ 38 G. Dewan Komisaris Independen .................................................................... 39 H. Dewan Direksi ............................................................................................. 41 I. Komite Audit ............................................................................................... 43 J. Dewan Pengawas Syariah ........................................................................... 47 K. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 50 L. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 56 x
M. Hipotesis ...................................................................................................... 57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 58 A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 58 B. Metode Penentuan Sampel .......................................................................... 58 C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 59 D. Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 60 1. Variabel Bebas (Independent Variable) ................................................ 61 a. Aktivitas Dewan Komisaris ............................................................ 61 b. Dewan Direksi ................................................................................. 62 c. Dewan Komisaris Independen ........................................................ 63 d. Komite Audit ................................................................................... 64 e. Dewan Pengawas Syariah ............................................................... 65 2. Variabel Terikat (Dependent Variable)................................................. 66 a. Kinerja Keuangan............................................................................ 66 E. Metode Analisis Data .................................................................................. 67 1. Estimasi Model Data Panel ................................................................... 69 a. Metode Common Effect atau Pooled Least Square (PLS) .............. 69 b. Metode Fixed Effect Model (FEM) ................................................. 70 c. Metode Random Effect Model (REM) ............................................ 70 2. Tahap Analisis Data .............................................................................. 72 a. Uji Chow ......................................................................................... 72 b. Uji Hausman.................................................................................... 73 xi
3. Uji Hipotesis.......................................................................................... 74 a. Koefisien Determinasi (R2 ) ............................................................. 74 b. Uji F (Uji Simultan) ........................................................................ 75 c. Uji t (Uji Parsial) ............................................................................. 76 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 77 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian................................................ 77 1. Deskripsi Objek Penelitian .................................................................... 77 2. Deskripsi Sampel Penelitian.................................................................. 78 B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian............................................................... 81 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................. 81 a. Variabel Independen ....................................................................... 83 b. Variabel Dependen .......................................................................... 86 C. Uji Pemilihan Model Regresi Panel ............................................................ 86 1. Uji Chow ......................................................................................... 86 2. Uji Hausman.................................................................................... 89 D. Hasil Uji Hipotesis ...................................................................................... 92 1. Uji Model Regresi Data Panel Terpilih ........................................... 92 a. Koefisien Determinasi (R2 ) ....................................................... 93 b. Uji F (Uji Simultan)................................................................... 95 c. Uji t (Uji Parsial) ....................................................................... 96 E. Analisis Regresi Berganda .......................................................................... 104
xii
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 106 A. Kesimpulan.................................................................................................. 106 B. Implikasi ...................................................................................................... 107 C. Saran ............................................................................................................ 109 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 110 LAMPIRAN ........................................................................................................... 115
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbedaan Corporate Governance Konvensional dan Syariah............... 32 Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ............................................................. 53 Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel............................................................................. 80 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif .................................................................................. 82 Tabel 4.3 Hasil Uji Metode Common Efect ............................................................ 87 Tabel 4.4 Hasil Uji Metode Fixed Effect................................................................. 88 Tabel 4.5 Hasil Uji Chow........................................................................................ 89 Tabel 4.6 Hasil Uji Metode Fixed Effect................................................................. 90 Tabel 4.7 Hasil Uji Metode Random Effect ............................................................ 91 Tabel 4.8 Hasil Uji Hausman .................................................................................. 92 Tabel 4.9 Hasil Uji Terpilih Metode Random Effect .............................................. 93 Tabel 4.10 Koefisien Determinasi (R2 ) ................................................................... 94 Tabel 4.11 Hasil Uji F (Uji Simultan)..................................................................... 95 Tabel 4.12 Hasil Uji t (Uji Parsial) ......................................................................... 97
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Struktur/Organ Good Corporate Governance pada Perbankan Syariah............................................................................. 33 Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ................................................................ 56
xv
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Perkembangan Return On Asset (ROA) Perbankan Syariah ................. 78
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Sampel Bank Umum Syariah (BUS) ........................................ 115 Lampiran 2 Daftar Sampel Unit Usaha Syariah (UUS) .......................................... 115 Lampiran 3 Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah (BUS).......................... 117 Lampiran 4 Data Sampel Penelitian Unit Usaha Syariah (UUS)............................ 119 Lampiran 5 Statistik Deskriptif ............................................................................... 123 Lampiran 6 Hasil Uji Pemilihan Model Regresi Panel ........................................... 124 Lampiran 7 Hasil Uji Hipotesis............................................................................... 127
xvii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah dalam kurun waktu satu tahun terakhir
tergolong pesat, khususnya pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang mendominasi aset perbankan syariah. Dari data Bank Indonesia (BI), tercatat aset perbankan syariah per Oktober 2013 meningkat menjadi Rp229,5 trilyun . Bila ditotal dengan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah, maka aset perbankan syariah mencapai Rp235,1 trilyun. Dengan peningkatan market share yang juga mencapai 4,8% dan jumlah rekening 12 juta rekening atau 9,2% dari total rekening perbankan nasional serta jumlah kantor mencapai 2.925 kantor. 1 Indonesia pernah mengalami krisis keuangan hebat pada tahun 1997 yang telah merusak tatanan dan sendi-sendi perekonomian Indonesia khususnya dunia perbankan. Hal ini mengakibatkan terjadi krisis perbankan terparah dalam sejarah perbankan nasional yang menyebabkan penurunan kinerja perbankan nasional. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa krisis ekonomi hebat yang melanda indonesia terjadi karena buruknya penerapan Good Corporate Governance di Indonesia. Sebagaimana dikemukakan oleh Baird bahwa salah satu akar penyebab timbulnya krisis ekonomi di Indonesia dan juga di berbagai negara Asia lainnya adalah buruknya pelaksanaan Corporate Governance (tata kelola perusahaan) di hampir semua perusahaan yang ada, baik perusahaan yang dimiliki pemerintah 1
Bank Indonesia,”Outlook Perbankan Syariah”,2013. h. 1.
1
2
(BUMN) maupun yang dimiliki pihak swasta. 1 Dengan buruknya pelaksanaan corporate governance, maka tingkat kepercayaan para pemilik modal menjadi turun karena investasi yang mereka lakukan menjadi tidak aman. Hal ini tentu akan diikuti dengan tindakan penarikan atas investasi yang sudah ditanamkan, sementara investor baru juga enggan untuk melakukan investasi. 2 Melihat hal tersebut, mendorong Bank Indonesia sebagai Bank Sentral mulai berbenah diri karena tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi di kemudian hari. Oleh sebab itu, sejak awal januari 2004 Bank Indonesia telah memiliki sebuah blueprint mengenai tatanan industri perbankan kedepan yang dinamakan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). 3 Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-117/MMBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada
Badan
Usaha
Milik
Negara,
dan
telah
disempurnakan
dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01 /MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara menekankan kewajiban bagi Badan Usaha Milik Negara untuk menerapkan Good Corporate Governance secara 1
Baird, M., The Proper Governance of Companies Will Become as Crucial to the World Economy as the Proper Governing of Countries, Paper. 2000. 2 Azhar Maksum, “ Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia”, Gelanggang Mahasiswa, (Medan: Kampus Universitas Su matra Utara, 17 Desember 2005), h. 2. 3 Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
3
konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham
dalam
jangka
panjang
dengan
tetap
memperhatikan
kepenti-
ngan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan serta nilai- nilai etika. Bukti keseriusan pemerintah untuk meningkatkan penerapan Good Corporate Governance dalam dunia perbankan juga dilakukan dengan menetapkan kebijakan melalui Bank Indonesia yang tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006
dan
disempurnakan
dalam
Peraturan
Bank
Indonesia
No.
8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Didalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, ditentukan bahwa dalam melaksanakan usahanya, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib memenuhi tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance), prinsip kehati-hatian dan pengelolaan risiko. Selain itu Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah diwajibkan pula untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah dan perlindungan nasabah termasuk kewajiban untuk menjelaskan kepada Nasabah mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui Bank Syariah. Penerapan Good Corporate Governance dalam perbankan syariah diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).
4
Penilaian kinerja suatu entitas bisnis maupun manajemen bisnis dewasa ini tidak hanya diukur dari aspek keuangan. Tanggung jawab keuangan yang ditampakkan dengan ukuran moneter, akuntansi maupun rasio-rasio tertentu juga harus dilengkapi dengan kinerja non-keuangan seperti penerapan good corporate governance, pelaksanaan corporate social renponsibility dan sosially responsible invesment yang memadai. 4 Penerapan prinsip Good Corporate Governance dalam dunia usaha di Indonesia merupakan tuntutan zaman agar perusahaan-perusahaan yang ada tidak terlindas oleh persaingan global yang semakin keras. Prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate Governance pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. 5 Peran dan tuntutan investor serta kreditor asing mengenai penerapan prinsip Good Corporate Governance merupakan salah satu faktor dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan. Salah satu kasus masih lemahnya penerapan Corporate Governance di Indonesia yaitu munculnya berbagai skandal akuntansi yang terjadi pada perusahaanperusahaan telah mengakibatkan turunnya kepercayaan publik terutama investor terhadap pelaporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan beberapa pelanggaran kepatuhan PT Jamsostek atas laporan keuangan 2011 dengan nilai di atas Rp 7 triliun, Hal tersebut terungkap 4
Dhaniel Syam dan Taufik Najda, “Analisis Kualitas Penerapan Good Corporate Governance pada Bank Umum Syariah di Indonesia Serta Pengaruhnya terhadap Tingkat Pengembalian dan Risiko Pembiayaan”. Jurnal Rev iu Akuntansi dan Keuangan Vo l.2 No. 1, April 2012, h. 195. 5 Tri Purwani,” Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan”, Majalah Ilmiah Informat ika vo l. 1 No. 2 Universitas AKI, Mei 2010, h. 54.
5
dalam makalah presentasi Bahrullah Akbar, anggota VII Badan Pemeriksa Keuangan. Bahrullah mengatakan ada empat temuan BPK atas laporan keuanga n 2011 Jamsostek yang menyimpang dari aturan. Pertama, Jamsostek membentuk Dana Pengembangan Progran Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar Rp7,24 triliun yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah 22/2004. Kedua, Jamsostek kehilangan potensi iuran karena terdapat penerapan tarif program yang tidak sesuai dengan ketentuan. Ketiga, BPK menemukan Jamsostek belum menyelesaikan aset eks investasi bermasalah, yakni jaminan medium term notes. Adapun temuan keempat dari BPK adalah masih terdapat beberapa kelemahan dalam pemantauan piutang hasil 5 investasi. Pengendalian dan monitoring PT Jamsostek atas piutang jatuh tempo dan bunga deposito belum sepenuhnya memadai. 6 Dengan melihat contoh kasus tersebut, sangat releven bila ditarik suatu pertanyaan tentang efektifitas penerapan Corporate Governance. Good Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis yang dapat membantu terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat dipertanggungjawabkan diantara elemen dalam perusahaan (Dewan komisaris, Dewan Direksi dan para pemegang saham) dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam paradigma ini, Dewan Komisaris berada pada posisi untuk memastikan bahwa manajemen telah bekerja dengan benar demi kepentingan perusahaan sesuai strategi yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan para
6
Rustia Anastasya, diakses tanggal 10 februari 2015 dari http://investasi.kontan.co.id/news/bpk - temukan – potensi penyimpangan-gcg-di-atas-rp7-triliun. 2012
6
pemegang saham yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan. Demikian juga komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya Good Corporate Governance.7 Ini menunjukan bahwa penerapan Good Corporate Governance tidak hanya berakibat positif bagi pemegang saham, tetapi juga kepada masyarakat. Penerapan Good Corporate Governance pada bank syariah menjadi sangat penting. Ini dikarenakan bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar dengan bank konvensional, salah satunya adalah penerapan shariah compliance. Penerapan shariah compliance inilah yang menjadi pilar penting keberlangsungan entitas bank syariah. Salah satu turunan dari penerapan shariah compliance ini adalah adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). 8 Keberadaan Dewan Pengawas Syariah dalam struktur perbankan syariah mempunyai tugas utama untuk mengawasi jalannya operasional bank syariah sehari- hari agar sesuai dengan petunjuk dan ketentuanketentuan syariat islam. Atau dengan kata lain DPS bertindak sebagai penyaring pertama atas produk yang telah di fatwakan oleh Dewan S yariah Nasional. 9 Oleh karena itu, perbankan syariah sebagai salah satu lembaga keuangan yang 7 Eko wati Dyah Lestari, “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20072009)”, (Skripsi Fakultas Ekono mi, Universitas Diponegoro, Semarang. 2011), h. 2. 8 Agustin Takarini, “Pengaruh Intelectual Capital, Kualitas Penerapan Good Corporate Governance dan Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Periode 2010-2012”, (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UIN Syarif Hidayatullah jakarta. 2014), h. 3. 9 Antonio, M.S,“Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, (Jakarta: Gema Insani Press. 2001), h. 25.
7
berlandaskan syariat islam diharapkan menjadi uswah hasanah dalam penerapan Good Corporate Governance. Bank-bank syariah harus berada di garis terdepan dalam implementasi Good Corporate Governance.10 Penerapan Good Corporate Governance dalam perbankan syariah dapat membantu bank syariah meminimalisasi kualitas pembiayaan yang tidak baik, meningkatkan akurasi penilaian bank, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan bisnis, dan mempunyai sistem deteksi dini terhadap high risk business area, product, dan services. 11 Sehingga dengan menerapkan Good Corporate Governance secara tepat dapat mendorong bank syariah untuk lebih maju dan dapat bersaing dengan perusahaan lain di era global ini. Ukuran yang dicapai dalam menilai kinerja perusahaan sangatlah bermacammacam dan berbeda-beda dari satu industri ke industri lainnya tergantung pada aktivitas pokok perusahaan seperti produksi, keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, dan banyak lagi kegiatan lainnya. Kinerja keuangan adalah salah satu tolak ukur dalam menilai suatu perusahaan, kondisi keuangan yang bagus cenderung menarik perhatian investor, Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. 12 Laporan keuangan menunjukkan posisi keuangan dan juga indikator kinerja perusahaan. Namun tidak 10 Ari Wibowo,”Membangun Perbankan Syariah Menuju Good Corporate Governance ,” diakses pada tanggal 4 november 2014 dari http//www.pesantren.uii.ac.id, h. 7. 11 Iman Sjahputra Tunggal dan Amin Wid jaja Tunggal, Memahami Konsep Corporate Governance, dalam Hesel Nogi S Tangkilisan, Manajemen Keuangan Bagi Analisis Kredit Perbankan Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance, (Yogyakarta: Balairung & Co., 2003), h. 112. 12 Kieso E. Donald, dan Weygandt J Jerry. Akuntansi Intermediate. Jilid Satu, Edisi Ketujuh, (T.tp., Binarupa Aksara. 1995).
8
semua informasi dalam laporan keuangan perusahaan benar. Dalam perusahaan yang tata kelolanya kurang baik, bisa terjadi kondisi dimana informasi dalam laporan keuangan tidak sesuai dengan fakta dilapangan. Penelitian mengenai pengaruh mekanisme Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian Bukhori (2012). Kinerja perusahaan diukur menggunakan Cash Flow Return On Asset (CFROA), dengan sampel sebanyak 160 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga variabel independen, yaitu Dewan Direksi, Dewan Komisaris, serta Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Danang (2013) melakukan penelitian mengenai analisis penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan indikator dewan komisaris independen, jumlah dewan direksi, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q. Penelitian ini mengambil populasi laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sa mpai 2012. Sementara Widagdo (2014) melakukan penelitian yang serupa untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Earning Per Share. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non-financial yang terdaftar di BEI pada tahun 2012. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa independensi komite audit, independensi dewan komisaris,
9
kepemilikan manajerial, jumlah rapat dewan komisaris, dan jumlah rapat komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dari penelitian ini hanya ukuran dewan komisaris yang berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh dari masing- masing dewan sebagai struktur atau organ dalam mewujudkan Good Corporate Governance terhadap kinerja suatu perusahaan masih beragam. Sehingga penelitian ini dimaksudkan untuk mendukung penelitian yang sudah ada. Penelitian ini memfokuskan pada penerapan Good Corporate Governance di perbankan syariah sehingga menambahkan Dewan Pengawas Syariah sebagai salah satu indikator Good Corporate Governance. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, menarik untuk diteliti sejauh mana tingkat keberhasilan perbankan syariah dalam menerapkan Good Corporate Governance serta pengaruhnya terhadap kinerja perbankan syariah. Penulis merasa tertarik untuk menulis skripsi dengan judul: Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2010-2013). B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti
akan membatasi permasalahan yang akan diteliti pada Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
10
(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Tahun 2010-2013), diantaranya adalah: a.
Data Good Corporate Governance (GCG) yang digunaka n merupakan data dari laporan Good Corporate Governance (GCG) seluruh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada tahun 2010 sampai dengan 2013. Yang mana indikatornya adalah jumla h rapat dewan komisaris, jumlah dewan direksi, persentase jumla h dewan komisaris independen, jumlah komite audit dan jumlah rapat dewan pengawas syariah.
b.
Data kinerja keuangan yang digunakan merupakan data dari lapora n tahunan seeluruh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syaria h pada tahun 2010 sampai dengan 2013. Yang mana indikatornya adalah Return on Asset (ROA).
2.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diidentifikasikan
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana pengaruh Dewan Komisaris terhadap kinerja keuanga n perbankan syariah di Indonesia?
2.
Bagaimana pengaruh Dewan Direksi terhadap kinerja keuanga n perbankan syariah di Indonesia?
3.
Bagaimana pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia?
11
4.
Bagaimana pengaruh Komite Audit terhadap kinerja keuanga n perbankan syariah di Indonesia?
5.
Bagaimana pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia?
6.
Bagaimana pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewa n Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syaria h secara bersama-sama (simultan)
terhadap
kinerja keuanga n
perbankan syariah di Indonesia? C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui
secara empiris pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perbankan syariah: 1.
Untuk menganalisis pengaruh aktivitas Dewan Komisaris terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia.
2.
Untuk menganalisis pengaruh Dewan Direksi terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia.
3.
Untuk menganalisis pengaruh Dewan Komisaris Independe n terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di indonesia.
4.
Untuk menganalisis pengaruh Komite Audit terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia.
12
5.
Untuk menganalisis pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia
6.
Untuk menganalisis pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah secara bersama-sama (simultan) terhadap kinerja keuanga n perbankan syariah di Indonesia.
2.
Manfaat Penelitian a.
Bagi Perusahaan Sebagai acuan perusahaan untuk lebih meningkatkan fungsi da n
kemandirian dari masing- masing organ corporate perusahaan yaitu Dewan Komisaris, Direksi, Komite-Komite dan Dewan Pengawas Syariah sehingga dapat
meningkatkan kualitas Good Corporate
Governance demi meningkatkan kinerja keuangan khususnya perusahaan yang bergerak di sektor perbankan berbasis syariah. b.
Bagi Institusi Menambah referensi penelitian di Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan diharapkan dapat menambah bukti empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai praktik Good Corporate Governance berkaitan dengan kinerja perusahaan serta dapat dijadikan referensi dalam mengadakan penelitian lebih lanjut tentang masalah yang sama dan dapat diterapkan di masa yang akan datang.
13
c.
Bagi Peneliti Dengan melakukan Penelitian ini, penulis memperoleh pengalama n
dan menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai pengaruh
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perbankan khususnya perbankan syariah. d.
Bagi Calon Investor Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambara n
dan tambahan informasi kepada investor mengenai kinerja keuangan perusahaan dengan melihat penerapan Good Corporate Governance sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi investor untuk melakukan keputusan investasi pada perusahaan secara tepat dan menguntungkan di masa yang akan datang. D.
Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan disajikan teori terkait Good Corporate Governance (GCG) dan kinerja keuangan perbankan syariah.
14
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, penjelasan mengenai operasional variabel, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi data penelitian mengenai pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada tahun 2010 sampai dengan 2013. BAB V : PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Agency Theory (Teori Keagenan) Sebenarnya konsep Corporate Governance bukanlah sesuatu yang baru, karena
konsep ini telah ada dan berkembang sejak konsep korporasi mulai diperkenalkan di Inggris di sekitar pertengahan abad XIX. 1 Teori korporasi pertama yang dikatakan sebagai teori induk dari berbagai teori mengenai korporasi adalah Equity Theory. Teori ini kemudian menurunkan berbagai teori lainnya, antara lain Entity Theory yang kemudian menurunkan pula Agency Theory yang menjelaskan bagaimana hubungan
kontraktual antara
mendelegasikan
pengambilan
pihak
pemilik
keputusan
perusahaan tertentu
(principal)
guna
yang
meningkatkan
kesejahteraannya dengan pihak manajemen/pengelola (agent) yang menerima pendelegasian tersebut. Agency Theory inilah yang kemudian memberikan landasan model teoritis yang sangat berpengaruh terhadap konsep Good Corporate Governance di berbagai perusahaan di seluruh dunia. Kemudian konsep ini menjadi sangat populer dan bahkan dapat dikatakan telah menjadi isu sentral bagi kalangan pelaku usaha, pemerintah dan juga pihak-pihak lainnya. 2 Meskipun konsep Corporate Governance telah muncul bersamaan dengan konsep korporasi, namun kesadaran terhadap pentingnya konsep ini baru berkembang 1
Solomon, J., and Solo mon, A. “Corporate Governance and Accountability”, John Wiley & Sons, Ltd, 2004. 2 Azhar Maksum, “Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia ”. Gelanggang Mahasiswa, (Medan: Kampus USU, 17 Desember 2005), h. 6.
15
16
secara cepat dalam tahun-tahun belakangan ini. Di awal tahun 1990an di Amerika Serikat mulai muncul berbagai inisiatif guna merealisasikan dan mengembangkan konsep ini yang ditandai dengan dipublikasikannya berbagai prinsip good corporate governance oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan diikuti pula penyebarannya bekerjasama dengan Bank Dunia. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate
governance. Jensen
dan
Meckling
menyatakan
bahwa
hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi. Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. 1 Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing- masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. 2 Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
1
Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics. 3. 1976, h. 305-360. 2 Ali Irfan.”Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi ”. (Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Ju li 2002).
17
mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. 3 Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. 4 Dengan kata lain Corporate Gover-nance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost). B.
Good Corporate Governance 1.
Pengertian Good Corporate Governance Istilah “Corporate Governance” pertama kali diperkenalkan oleh
Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporan yang dikenal dengan Cadbury Report. Laporan ini menandakan pula sebagai titik balik yang menentukan bagi praktik Corporate Governance di seluruh dunia. Dalam Cadbury Report yang
3
Haris Wibisono, Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar SEO. Tesis S2. Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. 2004. 4 Shleifer, A. dan R.W. Vishny. A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance, Vo l.52. No.2. Juni1997, h.737-783.
18
dimaksud dengan Corporate Governance adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Corporate governance merupakan seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manager, kreditor, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak- hak dan tanggungjawab mereka. 5 Di Indonesia, konsep good corporate governance mulai diperkenalkan pada tahun 1999 setelah pemerintah membentuk Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). KNKG mengeluarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia pada tahun 2000 yang kemudian direvisi pada tahun 2006. Isi dari pedoman tersebut adalah setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian penerapan good corporate governance dengan pedoman yang telah dikeluarkan oleh KNKG dalam laporan tahunannya. Hal ini berarti setiap perusahaan telah menerapkan prinsip good corporate governance. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau 5
Sudarmayanti,”Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)”, (Bandung: CV. Mandar Maju, bagian ketiga, 2007), h. 53.
19
dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). 6 Sementara Corporate Governance menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) adalah struktur yang mengatur para pemegang saham, komisaris dan manager dalam menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut serta mengawasi kinerja. Good Corporate Governance merupakan sebuah sistem tata kelola perusahaan yang berisi seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya dalam kaitannya dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain, suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, dengan tujuan untuk meninngkatkan nilai tambah (value added) bagi semua pihak
yang
berkepentingan (stakeholders). Jika pelaksanaan Good Corporate Governance tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka seluruh proses aktivitas perusahaan akan berjalan dengan baik, sehingga hal- hal yang berkaitan dengan
6
Sony Devano, dan Sit i Kurni Rahayu, “Perpajakan: Konsep,Teori, dan Isu”, (Jakarta: Cetakan Pertama, 2006), h. 34.
20
kinerja perusahaan baik yang sifatnya kinerja finansial maupun non finansial akan juga turut membaik. 7 Berdasarkan pengertian diatas, Corporate Governance didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan investasi pemegang saham dalam jangka panjang. 8 Good Corporate Governance terdiri dari dua unsur, yaitu unsur yang berasal dari dalam perusahaan (Corporate Governance internal perusahaan) dan unsur yang berasal dari luar perusahaan (Corporate Governance eksternal perusahaan). Corporate Governance internal perusahaan adalah unsur yang selalu diperlukan dalam perusahaan dan sangat berperan dalam mengelola perusahaan. Jika kinerja Corporate Governance internal perusahaan baik maka kinerja perusahaan pun baik dan sebaliknya. Unsur- unsur Corporate Governance internal perusahaan menurut Kresnohadi adalah Pemegang Saham, Direksi, Dewan Komisaris, Manajer, Karyawan, Sistem dan Komite Audit. 9
7
Brown, Lawrence, and J., Caylor, ”Corporate Governance and Firm Performance”, Boston Accounting Research Colloquiu m 15th, Desember, 2004 8 Muh. Arief Effendi, ”The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi”, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 1. 9 Ariyoto Kresnohadi,”Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan Lingkungan Usaha”, (Majalah Usahawan No. 10 Tahun XXIX, 2000), h. 9.
21
Corporate Governance eksternal perusahaan adalah unsur yang selalu dibutuhkan atau diperlukan diluar
perusahaan dan mempunyai pengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Adapun unsur-unsur Corporate Governance eksternal perusahaan
menurut Kresnohadi adalah kecukupan
undang-undang dan perangkat hukum, Investor, institusi penyedia informasi, akuntan publik, institusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan, pemberi pinjaman dan pengesah legalitas. 10 2.
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Konsep Good Corporate Governance baru populer di Asia. Konsep ini
relatif berkembang sejak tahun 1990-an. Konsep Good Corporate Governance baru dikenal di Inggris pada tahun 1992. Negara-negara maju yang tergabung dalam kelompok OECD (kelompok Negara- negara maju di Eropa Barat dan Amerika Utara) mempraktikkan pada tahun 1999. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menawarkan prinsip-prinsip yang menjadi indikator utama dari good corporate governance. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: Fairness, Transparency, Accountability, dan Responsibility. Keempat prinsip tersebut penting karena penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat
10
Ariyoto Kresnohadi,”Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan Lingkungan Usaha”, (Majalah Usahawan No. 10 Tahun XXIX, 2000), h. 10.
22
aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. 11 a.
Fairness (Keadilan) Prinsip keadilan merupakan kesetaraan yang harus menjamin
adanya perlakuan adil
di dalam memenuhi hak dan kewajibannya
terhadap stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama pemegang saham yang hanya memiliki sejumlah kecil saham di dalam perusahaan (pemegang saham minoritas) dan pemegang saham asing yang secara otomatis memiliki akses dan kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok yang mayoritas. Dengan perlakuan yang adil tersebut diharapkan semua peraturan yang ada ditaati guna melindungi semua pihak yang mempunyai kepentingan terhadap keberlangsungan bisnis. b.
Disclosure/Transparency (Transparasi) Keputusan Menteri Negara BUMN tahun 2002 mengartikan
transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Jadi dalam prinsip ini, para pemegang saham haruslah diberi kesempatan untuk berperan dalam
11
Thomas S. Khaihatu, “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”, (Surabaya: Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 8, no. 1: 1-9. 2006), h. 2.
23
pengambilan keputusan atas perubahan-perubahan mendasar dalam perusahaan dan dapat memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai perusahaan. c.
Accountability (Akuntabilitas) Yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban
dalam perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Manajemen harus membuat job description yang jelas kepada semua karyawan dan menegaskan fungsi- fungsi dasar setiap bagian. Dari sini perusahaan akan menjadi jelas hak dan kewajibannya, fungsi dan tanggungjawabnya serta kewenangannya dalam setiap kebijakan perusahaan. Corporate Governance harus menjamin perlindungan kepada pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas dan asing serta pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi. Jika accountability ini diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggungjawab antara pemegang saham, dewan komisaris serta direksi. Dengan adanya kejelasan maka perusahaan akan terhindar dari kondisi agency problem (benturaan kepentingan peran). 12 d.
12
Responsibility (Responsibilitas)
Mas Ahmad Dariri, “Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia”, (Jakarta: Ray Indonesia, 2005), h. 10.
24
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menyatakan bahwa prinsip tanggung jawab ini menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada shareholder dan stakeholder. Hal ini dimaksudkan agar tujuan yang hendak dicapai dalam good corporate governance dapat direalisasikan, yaitu untuk mengakomodasikan kepentingan dari berbagai pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis, dan sebagainya. Prinsip tanggung jawab ini juga berhubungan dengan kewajiban perusahaan untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku, termasuk juga prinsip-prinsip yang mengatur tentang penyusunan dan penyampaian laporan keuangan perusahaan. Setiap peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku tentu akan diikuti dengan sanksi yang jelas dan tegas. Oleh karena itu kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku akan dapat menghindarkan perusahaan dari sanksi hukum sebagaimana diatur dalam peraturan terkait, dan juga sanksi moral dari masyarakat. 13 Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP117/M-MBU/2002 bahwa di samping keempat prinsip di atas, masih ada satu prinsip tambahan lagi, yaitu prinsip Kemandirian (Independence). Prinsip ini
13
Azhar Maksum, “Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia ”.( Medan: Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 17 Desember 2005) h. 13.
25
diartikan sebagai suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsipprinsip korporasi yang sehat. 3.
Tujuan Good Corporate Governance Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Good
Corporate Governance mempunyai enam macam tujuan utama. Keenam tujuan utama tersebut adalah sebagai berikut: a.
Mendorong
tercapainya
kesinambungan
perusahaan
melalui
pengelolaan yang berdasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas serta kewajaran dan kesetaraan. b.
Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing- masing organ perusahaan yaitu dewan komisaris, direksi dan rapat umum pemegang saham (RUPS).
c.
Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar dapat membuat keputusan dan menjalanka n tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuha n terhadap peraturan perundang-undangan.
d.
Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosia l perusahaan terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkunga n
terutama disekitar perusahaan.
26
e.
Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham denga n memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
f.
Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional da n berkesinambungan.
4.
Manfaat Good Corporate Governance Dengan penerapan Corporate Governance, tidak hanya kepentingan para
investor saja yang dilindungi melainkan juga akan dapat mendatangkan banyak manfaat dan keuntungan bagi perusahaan terkait dan juga pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan langsung maupun hubungan tidak langsung dengan perusahaan. Berbagai
manfaat
yang diperoleh dengan
penerapan Corporate
Governance dapat disebut antara lain: 14 a.
Dengan
Good
Corporate
Governance
proses
pengambila n
keputusan akan berlangsung secara lebih baik sehingga aka n menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatka n efisiensi setra terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga ha l ini jelas akan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja
14
Azhar Maksum, “Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia ”. (Medan: Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 17 Desember 2005), h. 8.
27
perusahaan,
sehingga
kinerja
perusahaan
akan
mengalami
peningkatan. b.
Good Corporate Governance akan memungkinkan dihindarinya atau
sekurang-kurangnya
dapat
meminimalkan
tindaka n
penyalagunaan wewenang oleh pihak direksi dalam mengelola perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan kerugia n bagi perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebaga i akibat dari tindakan tersebut. c.
Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari
meningkatnya
kepercayaan
mereka
kepada
pengelola
perusahaan tempat mereka berinvestasi. Peningkatan kepercayaa n investor kepada perusahaan akan dapat memudahkan perusahaa n mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk berbaga i keperluan perusahaan terutama untuk tujuan ekspansi. d.
Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja perusahaa n dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham mereka da n juga nilai deviden yang akan mereka terima. Bagi negara, hal ini juga akan menaikkan jumlah pajak yang akan dibayarkan ole h perusahaan yang berarti meningkatkan pendapatan negara dar i sektor pajak.
e.
Karena dalam praktik Good Corporate Governance, karyawa n ditempatkan sebagai salah satu stakeholder yang seharusnya
28
dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi dan kepuasa n kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat. Peningkatan ini dalam tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula me ningkatka n produktivitas dan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan. f.
Penerapan Corporate Governance yang konsisten juga aka n meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Manajeme n akan cenderung untuk tidak melakukan rekayasa terhadap lapora n keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi aturan da n prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara transparan.
C.
Corporate Governance pada Pe rbankan Syariah Seiring dengan perkembangan industri perbankan syariah khususnya di
Indonesia antara lain di tandai dengan semakin beragamnya produk perbankan syariah dan bertambahnya sekmen pasar pelayanan perbankan syariah, maka penerapan Good Corporate Governance di lembaga perbankan syariah menjadi sebuah keharusan yang tak terbantahkan. Bahkan bank-bank syariah harus tampil sebagai pionir terdepan dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance tersebut. Dalam kerangka itulah IFSB (Islamic Financial Service Board), sebuah Badan Penetapan Standar Internasional untuk regulasi lembaga keuangan Islam yang berpusat di Kuala Lumpur, pada tahun 2009 mengekspose draft Good Corporate
29
Governance untuk
Lembaga Keuangan Syariah yang merupakan pedoman
pelaksanaan tata kelola perusahaan lembaga keuangan syariah di semua negara atau yang lebih dikenal dengan istilah Sharia Governance. Keharusan tampilnya bank syariah sebagai pionir penegakan Good Corporate Governance dibanding konvensional, menurut Algaoud dan Lewis 15 karena permasalahan governance dalam perbankan syariah ternyata sangat berbeda dengan bank konvensional, yaitu: a.
Bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip syariah (shariah compliance) dalam menjalankan bisnisnya. Karenanya, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang penting dalam governance structure perbankan syariah.
b.
Karena potensi terjadinya information asymmetry sangat tinggi bagi perbankan syariah maka permasalahan agency theory menjadi sangat relevan. Hal ini terkait dengan permasalahan tingkat akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana nasabah dan pemegang saham. Karenanya, permasalahan keterwakilan investment account holders dalam mekanisme Good Corporate Governance menjadi masalah strategis yang harus pula mendapat perhatian bank syariah.
15
Lewis, Mervin K. dan Latifa M. Algaud. “Perbankan Syariah Prinsip Praktek Prospek ”. (Jakarta: PT. Seramb i Ilmu Semesta, 2001), h. 100.
30
c.
Dari perspektif budaya korporasi, perbankan syariah semestinya melakukan transformasi budaya di mana nilai- nilai etika bisnis Islami menjadi karakter yang inheren dalam praktik bisnis perbankan syariah.
Konsep Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh IFSB (Islamic Financial Service Board) yang sering disebut dengan Shari’ah Governance sebagian besar memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan Good Corporate Governance konvensional. Perbedaan yang ada dalam Good Corporate Governance syariah dan konvensional hanya terletak pada syariah compliance yaitu kepatuhan pada syariah. Sedangkan prinsip-prinsip transparansi, kejujuran, kehati-hatian,
kedisiplinan
merupakan prinsip universal yang juga terdapat dalam aturan Good Corporate Governance konvensional. 16 IFSB menjelaskan tentang definisi Sharia Governance sebagai berikut: 17 Sistem Shari’ah Governance merupakan seperangkat pengaturan kelembagaan dan organisasi dimana lembaga keuangan syariah dapat memastikan bahwa terdapat pandangan independen tentang kepatuhan syariah melalui proses penerbitan fatwa syariah yang releven, penyebaran informasi fatwa da n review internal kepatuhan syariah.
16
Siti Maria Wardayati,”Implikasi Shariah Governance terhadap Reputasi dan Kepercayaan Bank Syariah”, (Jurnal Un iversitas Jember, Walisongo, Volu me 19, No mo r 1, Mei 2011), h. 4. 17 Islamic Financial Services Board,” Guiding Principles on Shari’ah Governance Systems for Institutions Offering Islamic Financial Services”, December 2009, h. 1.
31
Struktur dan proses yang harus dilakukan agar pemenuhan syariah dalam sistem Shari’ah Governance terlaksana dengan baik dalam sebuah institusi menurut IFSB adalah sebagai berikut: 18 a.
Pengeluaran pernyataan atau resolusi (fatwa) yang releven Pernyataan atau resolusi syariah mengacu pada opini yang berkenaan dengan hukum yang menyinggung isu- isu mengenai keuangan islam yang diberikan oleh dewan syariah yang telah diberikan mandat. Dewan syariah juga memastikan pelaksanaan pernyataan atau resolusi syariah tersebut kepada indutri jasa keuangan syariah.
b.
Penyebaran informasi mengenai pernyataan atau resolusi (fatwa) yang telah diterbitkan kepada personil operasi Lembaga Keuangan Syariah untuk
memantau kesesuaian terhadap
fatwa pada setiap
tngkat
operasional dan transaksi sehari-hari. c.
Adanya review/audit kepatuhan syariah internal, dimana berfungsi untuk memverifikasi kepatuhan syariah telah dilaksanakan secara maksimal, serta segala bentuk kejadian atas ketidakpatuhan akan dicata t dan dilaporkan sejauh dapat diatasi dan diperbaiki.
d.
Melakukan review/audit terhadap kepatuhan syariah setiap tahun yang berfungsi untuk verifikasi bahwa kepatuhan syariah internal telah dilakukan secara tepat dan dan temuan yang didapat sepatutnya dicatat oleh Dewan Pengawas Syariah.
18
Islamic Financial Serv ices Board, h. 2.
32
Ilustrasi mengenai sistem shari’ah Governance di lembaga keuangan syariah dan perbedaannya dengan lembaga keuangan konvensional dilihat dari pihak yang menjalankan tata kelola, kontrol dan kepatuhannya adalah sebagai berikut: 19 Tabel 2.1 Perbedaan Corporate Governance Konvensional dan Syariah Fungsi Tata Kelola Kontrol Kepatuhan
Konvensional Dewan Direksi Auditor internal Auditor eksternal Unit Aturan dan Kepatuhan Keuangan
Syariah Dewan Syariah Unit Review Syariah Internal Unit Review Syariah Eksternal Unit Kepatuhan Syariah Internal
Sumber: Islamic Financial Services Board 2010.
Konsep shari’ah governance merupakan sistem tata kelola yang unik dan ekslusif pada lembaga keuangan syariah yang berfungsi untuk memastikan kepatuhan syariah dalam keseluruhan aktivitas dan operasi perusahaan. Elemen penting yang membedakannya dari tata kelola perusahan pada umumnya adalah sejumlah pengaturan kelembagaan dan keorganisasian dalam bentuk Dewan Syariah, Unit Review Syariah Internal atau Eksternal dan Unit Kepatuhan Syariah Internal untuk memenuhi aspek kepatuhan syariah pada seluruh aspek transaksi bisnis dan operasi lembaga keuangan syariah. 20
19
Islamic Financial Serv ices Board, h. 4. Ali Rama,”Analisis Komparatif Model Syariah Governance Lembaga Keuangan Syariah: Studi Kasus Negara ASEAN”, (Laporan Penelit ian Publikasi Nasional, Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelit ian dan Pengabdian Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 4. 20
33
Gambar 2.1 Struktur/Organ Good Corporate Governance pada Perbankan Syariah Struktur/ Organ Dewan Pengawas Syariah
RUPSD. Direksi
Dewan Ko misaris Ko mite
Struktur/ Organ Pendukung Hubungan Investor
Corporate Secretary
Ko mite Audit
CSR
SKAI
Ko mite Pemantau Risiko
Corporate Value
Manajemen Risiko
Communication
Compliance
Ko mite Remunerasi & No minasi
Sumber: PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2013
D.
Peraturan Bank Indonesia tentang Good Corporate Governance Dalam konteks bisnis syariah, pelaksanaan Good Corporate Governance
merupakan salah satu upaya untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai- nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah. Dengan menimbang kepentingan tersebut, maka konsep Good Corporate Governance syariah sebagaimana dimuat dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pasal 1 ayat 10 menyebutkan bahwa Good Corporate Governance yang selanjutnya disebut GCG adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-
34
prinsip keterbukaan (transparancy), akuntabilitas (accuntability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional) dan kewajaran (fairness) Kemudian dalam penjelasannya, dijelaskan bahwa dalam rangka menerapkan kelima prinsip dasar tersebut, bank wajib berpedoman pada berbagai ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan pelaksanaan Good Corporate Governance. Selain itu dalam pelaksanaan Good Corporate Governance, perbankan syariah juga harus memenuhi prinsip syariah (sharia compliance). Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana dijelaskan dalam pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa bank wajib melaksanakan Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Pelaksanaan Good Corporate Governance pada Bank Umum Syariah paling kurang harus diwujudkan dalam: a.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi,
b.
Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi yang menjalankan pengendalian intern BUS,
c.
Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dewan pengawas syariah,
d.
Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern,
e.
Batas maksimum penyaluran dana, dan
f.
Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Unit Usaha Syariah paling kurang harus diwujudkan dalam:
35
a.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direktur Unit Usaha Syariah,
b.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah,
c.
Penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana oleh deposan inti, dan
d. E.
Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Unit Usaha Syariah.
Kinerja Keuangan Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar
untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan, 21 sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan. 22 Cash flow return on assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran
21
Kieso E. Donald, dan Weygandt J Jerry. Akuntansi Intermediate. Jilid Satu, Edisi Ketujuh, (Binarupa Aksara. 1995). 22 Pradhono dan Yulius Jogi Cristiawan. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6, No. 2, November. 2004.
36
kinerja perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham. 23 Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Menurut
Theresia 24
manajemen
laba
merupakan
salah satu
faktor
yang
mempengaruhi kinerja perusahaan. Manajemen akan memilih metode tertentu untuk mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya. Bryshaw dan Eldin (1989) menemukan bukti bahwa alasan manajemen melakukan manajemen laba adalah: (1) skema kompensasi manajemen yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan; serta (2) fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan pengambilalihan secara langsung. 25 Cornett et al., menemukan adanya pengaruh mekanisme Corporate Governance terhadap
penurunan discretionary
accru-als sebagai
ukuran
dari
manajemen laba dan berhubungan positif dengan CFROA. Hasil ini diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa CFROA merupakan fungsi positif dari indikator mekanisme corporate
23
governance.
Mekanisme corporate
governance dapat
mengurangi
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. ”Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance”. http://papers.ssrn.com/. 2006 24 Theresia Dwi Hastuti. “Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yangLlisting di Bursa Efek Jakarta)”. (Simposiu m Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005), h. 242. 25 Ekowat i Dyah Lestari, “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20072009)”. (Skripsi Fakultas Ekono mi, Universitas Diponegoro, Semarang. 2011 ), h. 15.
37
dorongan manajer melakukan earnings management, sehingga CFROA yang dilaporkan merefleksikan keadaan yang sebenarnya. 26 Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor- faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja saham. 27 Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur rasio Return On Assets (ROA) sebagai dasar pengukuran kinerja finansial keuangan. Return On Assets adalah rasio laba setelah pajak dalam satu tahun terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. Return On Assets menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dengan rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank memperoleh keuntungan secara keseluruhan. 28 Rasio ini dirumuskan dengan: Return On Assets (ROA) =
26
Laba Setelah Pajak Total Aktiva
x 100%
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. ”Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance”. http://papers.ssrn.com/. 2006 27 Haris Wibisono, Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar SEO. (Tesis S2. Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang, 2004 ). 28 Brigham dan Houston,”Fundamental Of Financial Management: Dasar-Dasar Manaje-men Keuangan”, Edisi Sepuluh Jilid I, (Jakarta: Salemba Empat, 2010), h.115.
38
F.
Dewan Komisaris Sesuai Undang-undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan
Peraturan Bank Indonesia No.11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, Dewan Komisaris senantiasa melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara profesional dan independen dengan berpedoman pada tata kelola perusahaan yang baik. Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Vafeas mengatakan bahwa selain kepemilikan
manajerial, peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris. 29 Dalam rangka menjalankan tugasnya, dewan komisaris mengadakan rapat-rapat rutin untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh dewan direksi. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PB1/2009 pasal 14, rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling kurang satu kali dalam dua bulan dan dihadiri paling kurang dua pertiga dari jumlah anggota Dewan Komisaris. Rapat Dewan Komisaris merupakan media komunikasi dan koordinasi antar anggota dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas manajemen. Dalam rapat tersebut akan dibahas masalah mengenai arah dan strategi 29
Vafeas, N. and Afxentiou, Z. “The Association Between the SEC’s 1992 Compensation Disclosure Rule and Executive Compensation Policy Changes”. (Journal of Accounting and Public Policy 17(1), 1998), h. 27-54.
39
perusahaan, evaluasi kebijakan yang telah diambil atau dilakukan oleh manajemen, dan mengatasi masalah benturan kepentingan. 30 Oleh karena itu semakin sering dewan komisaris mengadakan rapat, diharapkan pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris semakin baik dan semakin membantu dewan direksi dalam pengambilan keputusan secara tepat. Dengan demikian, kinerja perusahaan pun semakin meningkat. Hipotesis yang ditawarkan dalam penelitian ini yaitu: H1 : Aktivitas (rapat) dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. G.
Dewan Komisaris Independen Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah yang dimaksud Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki: 31 1.
hubungan keuangan,
kepengurusan,
kepemilikan saham dan/atau
hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi; atau 2.
hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham dengan Bank, sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak independen.
30
Foru m for Corporate governance in Indonesia (FCGI). Tata Kelola Perusahaan (Corporate governance). The Essence of Good Corporate governance: Konsep dan Implementasi Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia. Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia dan Sinergy Co mmunicat ion. Jakarta, 2002. 31 PBI No mor 11/ 33 /PBI/ 2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umu m Syariah Dan Unit Usaha Syariah, pasal 1 ayat (9).
40
Fama dan Jensen
menyatakan bahwa non-executive director (komisaris
independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.32 Wallace dan Peter memberikan simpulan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau outside director dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Sehingga, jika anggota dewan komisaris dari luar meningkatkan tindakan pengawasan, hal ini juga akan berhubungan dengan makin rendahnya penggunaan discretionary accruals. 33 Dewan komisaris independen anggotanya tidak berasal dari dewan direksi ataupun pemegang saham. Karena dewan komisaris independen berfungsi sebagai pemisah kepentingan antara pemilik perusahaan dengan manaje men. Proporsi minimum dewan komisaris independen adalah 30% dari keanggotaan dewan komisaris. Dewan komisaris independen diangkat melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 34 Proporsi dewan komisaris dalam suatu perusahaan mempengaruhi fungsi pengawasan terhadap pengambilan kebijakan perusahaan. Semakin tinggi
32
Fama, E. F. and M. Jensen . 1983. “Separation of Ownership and Control”. Journal of Law and Economics, 26(2), h. 301-326. 33 Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. “Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance”. http://papers.ssrn.com/. 2006 34 Do minukus Oktavianto Kresno Widagdo, “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan”,(Diponegoro Juornal of Accounting, volume 3, Semarang , 2014), h. 2.
41
proporsi dewan komisaris independen, maka semakin baik pula fungsi pengawasan dalam perusahaan. Oleh karenanya, komposisi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap pelaksanaan Corporate Governance dalam perusahaan. Dalam penelitian ini rumusan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H2 : ukuran dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. H.
Dewan Direksi Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan
diambil atau starategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang. Jumlah dewan yang besar menguntungkan perusahaan dari sudut pandang resources dependence (Goodstein, Gautarn, Boeker, 1994). 35 Maksud dari pandangan resources dependence adalah bahwa perusahaan akan tergantung dengan dewannya untuk dapat mengelola sumber dayanya secara lebih baik. Agar tercipta corporate governance yang efektif pada perbankan syariah maka, angota Dewan Direksi harus memiliki reputasi moral yang baik dan kompetensi teknis yang mendukung. Selain itu mereka juga harus memiliki kesadaran yang penuh terhadap segala risiko, memiliki kemampuan untuk mengelo la resiko seiring dengan kompleksitas bisnis perbankan. Dewan Direksi bertanggung jawab atas beberapa fungsi manajemen tanpa harus terlibat secara langsung dalam operasionalisasi manajemen bank, sehingga ia harus memiliki agenda pertemuan rutin dengan seluruh 35
Ekowat i Dyah Lestari, “Pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan (studi kasus pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2007-2009)”. (Skripsi Fakultas Ekonomi. Un iversitas Diponegoro Semarang. 2011), h. 19.
42
komponen perusahaan, serta memiliki fungsi kontrol yang efektif. Dewan Direksi memiliki fungsi utama dalam manajemen, yakni menetapkan tujuan strategik dan prinsip-prinsip yang akan dijadikan sebagai acuan operasional bank. Selain itu ia juga berperan dalam menetapkan kode etik bagi senior manajemen dan standar operasional yang akan menjadi budaya kerja perusahaan. 36 Kerugian dari jumlah dewan yang besar berkaitan dengan dua hal, yaitu: meningkatnya permasalahan dalam hal komunikasi dan koordinasi dengan semakin meningkatnya jumlah dewan dan turunnya kemampuan dewan untuk mengendalikan manajemen, sehingga menimbulkan permasalahan agensi yang muncul dari pemisahan antara manajemen dan kontrol (Yenmack, 1996). 37 Dalton et al. (1999) menyatakan adanya hubungan positif antara ukuran dewan dengan kinerja perusahaan, sedangkan Eisenberg et al. (1998) menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara ukuran dewan dengan kinerja perusahaan, dengan menggunakan sampel perusahaan di Finlandia. Jadi, dewan merupakan salah satu mekanisme
yang
sangat
penting
dalam
Corporate
Governance,
dimana
keberadaannya menentukan kinerja perusahaan. 38 Bukti yang menyatakan efektifitas ukuran dewan masih berbaur. Dari hasil yang masih belum konklusif tersebut dapat dikatakan bahwa pengaruh ukuran direksi terhadap kinerja perusahaan akan
36
M.Umer Chapra Dan Habib Ahmed, “Corporate Governance; Lembaga Keuangan Syariah”, (Jakarta: PT Bu mi Aksara, 2008), h. 42. 37 Ekowat i Dyah Lestari, h. 20. 38 Alina Addiyah, “Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20102012),” (Skripsi Fakultas Ekono mi Dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang, 2014), h.57.
43
tergantung dari karakteristik dari masing- masing perusahaan terkait. Kaitan tersebut terutama dengan karakteristik perusahaan secara keuangan. Efektifitas direksi dalam mengahasilkan kinerja akan berbeda bagi perusahaan yang sehat secara keuangan dibandingkan dengan perusahaan yang sedang dalam masalah keuangan. Mengingat fungsi dewan direksi, maka penelitian ini merumuskan hipotesis yang diajukan sebagai berikut: H3 : ukuran jumlah Dewan Direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. I.
Komite Audit Komite Audit harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan
Bank Indonesia nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 dan diubah terakhir berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Persyaratan tersebut adalah anggota Komite Audit paling kurang terdiri dari seorang Komisaris Independen, seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi keuangan dan seorang dari pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan syariah. Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang
44
diterapkan oleh perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan. Di dalam pelaksanaan tugasnya komite menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal, dan auditor internal. 39 Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal dan eksternal yang baik akan meningkatkan akurasi laporan keuangan dan kemudian meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. 40 Tugas komite berhubungan dengan kualitas laporan keuangan, karena komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam pelaksanaan tugas yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan oleh manajemen. Peran komite audit sangat penting karena mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang merupakan salah satu informasi penting yang tersedia untuk publik dan dapat digunakan investor untuk menilai perusahaan. Investor sebagai pihak luar perusahaan tidak dapat mengamati secara langsung kualitas sistem informasi perusahaan. 41 Oleh karena itu, persepsi mengenai kinerja komite audit akan mempengaruhi penilaian investor terhadap kualitas laba perusahaan.
39
Bradbury, M. E., Mak, Y. T. dan Tan, S. M. “Board Characteristics, Audit Committee Characteristics and Abnormal Accruals”. Working Paper. Un itec New Zealand dan National University of Singapore. 2004. 40 Anderson, K.L., Deli, D.N., dan Gillan, S.T. Board of Directors, Audit Committees, and the Information Content of Earnings. Working Papers, September 2003. 41 Teoh, S. H. dan Wong, T. J., “Perceived Auditor Quality and the Earnings Responses Coefficient”. (Journal Accounting Review. Vo l. 66, No.2, 1993), h. 346-366.
45
Pada umumnya, komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu:42 1.
laporan keuangan (financial reporting), yaitu untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kpondisi keuangan, hasil usahanya serta rencana dan komitmen jangka panjang.
2.
Tata kelola perusahaan (corporate governance), adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan tugasnya dengan beretika, melaksanakan
pengawasannya
secara
efektif
terhadap
benturan
kepentingan dan kesurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. 3.
Pengawasan perusahaan (corporate control). Tanggung jawab komite audit untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya pemahaman tentang masalah serta hal- hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Ruang lingkup audit internal harus meliputi pemerikasaan dan penilaian tentang kecukupan dan efektifitas sistem pengawasan intern.
Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk 42
Indra Surya dan Ivan Yustiavanda, “Penerapan Good Corporate Governance (Mengesampingkan Hak -hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha)”, (Jakarta: Kencana, 2008), h, 148.
46
audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal. 43 Penelitian
yang
meneliti
pengaruh karakteristik
komite
audit,
yaitu
independensi dan keahlian yang dimiliki anggota komite audit. Klien44 menguji apakah komite audit dan karakteristik dewan komisaris berhubungan dengan manajemen laba. Temuan membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif antara komite audit independen dan akrual tidak normal. Hasil ini menunjukkan bahwa struktur dewan yang independen terhadap CEO efektif dalam memonitor proses pelaporan akuntansi keuangan perusahaan. Klien menjelaskan bahwa komite audit bertugas sebagai penengah dua pihak untuk menimbang dan sebagai penghubung pandangan yang berbeda antara manjamen dan aud itor untuk mencapai keseimbangan akhir sehingga laporan lebih akurat. Semakin banyak jumlah komite audit independen dalam perusahaan, maka semakin baik fungsi pengawasan yang dilakukan. Termasuk pengawasan pelaksanaan Corporate Governance dalam perusahaan. Maka, independensi komite audit masuk kedalam faktor penting yang mempengaruhi pelaksanaan Corporate Governance dalam suatu perusahaan. Dalam penelitian ini rumusan hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
43
Hamonangan Siallagan dan Mas’ud Machfoedz. “Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, (Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 2006), h. 7. 44 Klien, A. Audit Committee, Board of Director Caracteristics and Earnings Management. (Journal Accounting and Economics (33), 2002), h. 375-400.
47
H4 : ukuran jumlah komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. J.
Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) merupakan istilah umum yang digunakan di
Indonesia untuk menyebut institusi pengawasan internal syariah di bank syariah. Beberapa negara menyebut DPS sebagai Shari’a Supersory Board (SSB), atau Shari’a Committee, atau Shari’a Council. Penerapan Good Corporate Governance pada bank syariah menjadi sangat penting. Ini dikarenakan bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar dengan bank konvensional, salah satunya adalah penerapan shariah compliance. Penerapan shariah compliance inilah yang menjadi pilar penting keberlangsungan entitas bank syariah. Salah satu turunan dari penerapan shariah compliance ini adalah adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). 45 Dewan Pengawas Syariah adalah lembaga independen atau hakim khusus dalam fiqh muamalat (Fiqh al-Muamalat). Namun, DPS bisa juga anggota diluar ahli fiqh tetapi ahli juga dalam bidang lembaga keuangan islam dan fiqh muamalat. Dewan Pengawas Syariah lembaga yang berkewajiban mengarahkan, meriview dan
45
Agustin Takarini, “Pengaruh Intelectual Capital, Kualitas Penerapan Good Corporate Governance dan Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Periode 2010-2012”, (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UIN Syarif Hidayatullah jakarta. 2014), h. 3.
48
mengawasi aktivitas lembaga keuangan agar dapat diyakinkan bahwa mereka mematuhi aturan dan prinsip syariat islam. 46 Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah (DPS) mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No.11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pemenuhan prinsip syariah Bank Umum Syariah. Didalam pelaksanaan GCG pada bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah yang memiliki fungsi sebagai berikut: 1.
Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakan tugas dan ta nggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
2.
memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
3.
Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan Bank;
4.
Melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank;
5.
Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
46
Sofyan Syafri Harahap,”Auditing dalam Perspektif Islam”, (Jakarta: Pustaka Quantum, 2002), h. 207.
49
6.
Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia;
Sebagaimana diatur dalam PBI No. 6/24/PBI/2004, mekanisme kerja Dewan Pengawas Syariah dijelaskan sebagai berikut: 1.
Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah yang berada dibawah pengawasannya.
2.
Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syarriah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan kepada Dewan Syariah Nasional.
3.
Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang diawasi kepada Dewan Syariah Nasional sekurangkurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.
4.
Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan pembahasan Dewan Syariah Nasional.
Dalam perbankan syariah, kedudukan Dewan Pengawas Syariah sejajar dengan Dewan Komisaris. Tujuan dari peletakan sejajar dengan Dewan Komisaris adalah dengan maksud untuk menjamin efektifitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah kepada bank yang bersangkutan. Dewan Komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan internal bank agar Dewan Direksi tetap mengikuti kebijakan perseroan dan ketentuan yang berlaku. Sedangkan Dewan
50
Pengawas Syariah bertugas melakukan pengawasan internal bank agar operasional bank syariah yang berasangkutan sesuai dengan nilai- nilai syariah. 47 Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PB1/2009 pasal 49 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, rapat Dewan Pengawas Syariah wajib diselenggarakan paling kurang satu kali dalam satu bulan dan pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas Syariah dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat. Dalam penelitian ini rumusan hipotesis yang diajukan sebagai berikut: H5 : Aktivitas (rapat) Dewan Pengawas Syariah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan. K.
Penelitian Terdahulu Dalam rangka penentuan fokus penelitian, peneliti telah membandingkan
dengan peneliti terdahulu guna mendukung materi yang akan dibahas. Terdapat beberapa penelitian yang telah membahas pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja keuangan. Diantaranya sebagai berikut: 1.
Devi Nurbayani
meneliti pengaruh
penerapan
Good
Corporate
Governance dan Earning Management terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010. Dengan indikator Earning management, dewan komisaris, dewan direksi,
47
komite
audit,
tobin’s
Q.
Disimpulkan bahwa
earning
Siti Nu rhasanah,”Kinerja pengawasan DPS dalam implementasi GCG di Bank Syariah”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Huku m, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 24.
51
management, dewan komisaris dan dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan tobin’s q, sementara kepemilikan saham dan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat nilai perusahaan. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Dini Ratnasari dengan judul Pengaruh Penerapan Peran Internal Auditor dan Dewan Pengawas Syariah dalam Mewujudkan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Bank Syariah (Studi Empiris Pada Bank Umum Syariah di Jakarta). Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta tahun 2011. Dengan indikator Internal Auditor, Dewan Pengawas Syariah (DPS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel internal auditor dan DPS berpengaruh signifikan positif terhadap GCG dan variabel GCG berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas pelaporan keuangan bank syariah, sedangkan variabel internal auditor dan DPS tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan bank syariah.
3.
Widagdo meneliti pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Non-Financial yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang tahun 2014. Dengan indikator Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit dan kinerja keuangan diukur dengan Earning Per Share (EPS). Dengan metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda disimpulkan bahwa variabel
52
independensi komite audit, independensi dewan komisaris, kepemilikan manajerial, jumlah rapat dewan komisaris, dan jumlah rapat komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dari penelitian ini hanya ukuran dewan komisaris yang berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. 4.
Siti Nurlaila meneliti pengaruh Good Corporate Governance dan Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Dengan indikator Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, ukuran perusahaan,kualitas audit dan Intellectu-al Capital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan direksi dan pengungkapan Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Sementara dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
5.
Gabriel dan Fidelis meneliti pengaruh penerapan corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan hasil survei The Indonesian Institute Perception Governance (IICG) periode 2008-2011, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya tahun 2013.
Dengan indikator
Corporate Governance Perception Index (CGPI), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Tobin’s Q. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi linear berganda. Penerapan Corporate
53
Governance diukur dengan skor CGPI. Kinerja keuangan diukur dengan ROA, ROE dan Tobin’s Q. Regresi menunjukkan tidak ada pengeruh signifikan antara variabel independen GCG terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA dan Tobin’s Q, sedangkan jika diukur dengan ROE memiliki pengaruh signifikan. Tabel 2.2 Ringkasan penelitian terdahulu
No. 1.
2.
Nama penulis / Judul Skripsi, jurnal / Tahun Din i Ratnasari / Pengaruh Penerapan Per an Internal Audi tor dan Dewan Pengawas Syariah dalam Mewujudk an Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Bank Syariah (Studi Empiris Pada Bank Umum Syariah di Jakarta). Skripsi Fakultas Ekono mi dan Bisnis UIN Jakarta / 2011 Devi Nurbayani / Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan
Vari abel Penelitian
Metode Penelitian
Good Corporate Governance, Internal Auditor, Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path Analysis)
variabel internal auditor dan DPS berpengaruh signifikan positif terhadap GCG dan variabel GCG berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas pelaporan keuangan bank syariah, sedangkan variabel internal auditor dan DPS t idak berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan bank syariah
Penulis meneliti tentang pengaruh GCG terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Metode analisis yang digunakan yaitu regresi linear berganda
Earning manageme nt, dewan ko misaris, dewan direksi,
Metode analisis yang digunakan adalah regresi
Hasil penelitian menunjukkan earning management, dewan ko misaris dan dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap nilai
Penulis meneliti tentang pengaruh GCG terhadap kinerja keuangan perbankan
Hasil Analisis
Perbedaan dengan Penulis
54
Earning Management terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi Faku ltas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta / 2010
ko mite audit, tobin’s q
linear berganda
perusahaan yang diproksikan dengan tobin’s q, sementara kepemilikan saham dan ko mite audit t idak berpengaruh signifikan terhadap tingkat nilai perusahaan.
3.
Sit i Nurlaila / Pengaruh Good Corporate Governance dan Intellectual Capital terhadap Ki nerja Perusahaan. Skripsi Faku ltas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta / 2012
Dewan Direksi, Dewan Ko misaris Independen, Ko mite Audit, ukuran perusahaan ,kualitas audit dan Intellectual Capital
Metode analisis yang digunakan adalah Regresi linear berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan direksi dan pengungkapan Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Sementara dewan ko misaris independen, ko mite audit dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
syariah dengan memasukkan Dewan Pengawas Syariah sebagai salah satu proksi GCG. Kinerja keuangan perbankan di ukur dengan menggunakan ROA. Penulis meneliti tentang pengaruh GCG terhadap kinerja keuangan perbankan syariah dengan memasukkan Dewan Pengawas Syariah sebagai salah satu proksi GCG. Metode analisis yang digunakan yaitu regresi linear berganda
4.
Gabriel dan Fidelis/ Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Ki nerja Keuangan Perusahaan Hasil Survei The Indonesian Institute Perception
Corporate Governanc e Perception Index (CGPI), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Tobin’s Q
Metode analisis yang digunakan adalah Regresi linear berganda
Penerapan Corporate Governance diukur dengan skor CGPI. Kinerja keuangan diukur dengan ROA, ROE dan Tobin’s Q. Regresi menunjukkan tidak ada pengeruh signifikan antara variabel independen GCG terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA dan
Penulis menggunakan objek penelitian berupa Bank Umu m Syariah dan Unit Usaha Syariah yang ada di Indonesia periode 20102013 dan hanya menggunakan
55
5.
Governance (IICG) periode 2008-2011, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya/ 2013 Widagdo / Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Ki nerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Non-Financial yang Terdaftar di B ursa Efek Indonesia / Skripsi Faku ltas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang / 2014
Dewan Ko misaris, Kepemilik an Manajerial ,Ko mite Audit, Earning Per Share (EPS)
Metode analisis yang digunakan adalah Regresi linear berganda
Tobin’s Q, sedangkan jika d iukur dengan ROE memiliki pengaruh signifikan
ROA sebagai ukuran kinerja perusahaan
Hasil dari penelit ian in i menunjukkan bahwa independensi komite audit, independensi dewan ko misaris, kepemilikan manajerial, ju mlah rapat dewan ko misaris, dan ju mlah rapat ko mite audit t idak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dari penelitian ini hanya ukuran dewan ko misaris yang berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan
Penulis menggunakan objek penelitian berupa Bank Umu m Syariah dan Unit Usaha Syariah yang ada di Indonesia periode 20102013 dan memasukkan Dewan Pengawas Syariah sebagai salah satu proksi GCG serta menggunakan ROA sebagai ukuran kinerja perusahaan
56
L.
Kerangka Pe mikiran Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran BUS & UUS di Indonesia Statistik Perbankan Syariah per Desember 2013
11 Bank Umu m Syariah
23 Un it Usaha Syariah
Laporan Tahunan
Laporan Keuangan Tahunan
Laporan Good Corporate Governance (GCG)
Dewan Ko misaris
Dewan Direksi
Ko mite Audit
Jumlah Rapat
Jumlah Anggota
Jumlah Anggota
Dewan Ko misaris Independen
Persentase Jumlah Anggota dari keseluruhan ko misaris
Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Return on Asset (R OA) Regresi Linear Berganda Uji Hipotesis
R2
Uji F
Uji t
Penarikan Kesimpu lan
Ha Diterima
Ha Ditolak
Dewan Pengawas Syariah
Jumlah Rapat
57
M.
Hipotesis Ha1 : Aktivitas (rapat) dewan komisaris berpangaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Ha2 : Ukuran jumlah dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Ha3 : Ukuran dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Ha4 : Ukuran jumlah komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Ha5 : Aktivitas
(rapat)
Dewan
Pengawas
Syariah
berpengaruh
signifikanterhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Ha6 : Aktivitas (rapat) Dewan Komisaris,
ukuran Dewan Komisaris
Independen, ukuran Dewan Direksi, keberadaan Komite Audit dan aktivitas (rapat) Dewan Pengawas Syariah secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Good Corporate Governance yang diproksikan melalui Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan bank dan laporan Good Corporate Governance yang dipublikasikan untuk umum periode 2010 sampai 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data time series dan cross section dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Data penelitian yang mencakup data periode 2010 sampai 2013 dipandang cukup mewakili kondisi perbankan syariah di Indonesia pada saat itu dan indikator-indikator keuangan perbankan syariah pada periode itu. B.
Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia yang terdaftar di Bank Indonesia. Berdasarkan statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia per-Desember 2013 jumlah Bank Umum Syariah ada 11 bank dan Unit Usaha Syariah ada 23 bank. sehingga
58
59
total keseluruhan adalah 34 bank yang merupakan besarnya populasi dalam penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang memiliki kriteria tertentu. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian
ini dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Tujuannya adalah untuk
mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut: 1.
Perusahaan merupakan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berdasarkan statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia per-Desember 2013.
2.
Mempublikasikan laporan keuangan dan laporan Good Corporate Governance selama periode 2010-2013.
3.
Data tersedia lengkap (data mengenai Corporate Governance perusahaan maupun data untuk kinerja keuangan perbankan syaria h)
C.
Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara yang dicatat oleh pihak lain. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam data
60
dokumenter
yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. 1
Peneliti
memperoleh data-data penelitian yang bersumber dari: 1.
Penelitian pustaka (library research) Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, artikel, jurnal, laporan penelitian, tesis, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
2.
Penelitian lapangan (field research) Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari laporan keuangan dan laporan Good Corporate Governanace dari masing- masing Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah selama periode tahun 2010-2013 yang bisa dilihat dari situs masing- masing perusahaan sampel.
D.
Definisi Operasional Variabel Definisi operasional adalah penjelasan dari variabel- variabel yang digunakan
dalam penelitian ini menunjukkan cara pengukuran dari masing- masing variabel tersebut. Pengertian dari masing- masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1
Nur Indriantoro dan Babang Suporno, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”, (Yogyakarta: Edisi pertama, Lembaga Penerbit BPFE, 2002), h. 147.
61
1.
Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat,
baik secara positif maupun secara negatif. Variabel bebas dalam penelitian ini berupa: a.
Aktifitas Dewan Komisaris Aktifitas dewan komisaris merupakan jumlah rapat dewan
komisaris perusahaan. 2 Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan.
Rapat Dewan Komisaris merupakan media
komunikasi dan koordinasi antar anggota dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas manajemen. Dalam rapat tersebut akan dibahas masalah mengenai arah dan strategi perusahaan, evaluasi kebijakan yang telah diambil atau dilakukan oleh manajemen, dan mengatasi masalah
benturan
kepentingan.
Semakin
sering dewan komisaris
mengadakan rapat, diharapkan pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris semakin baik dan semakin membantu dewan direksi dalam pengambilan keputusan secara
tepat.
Dengan demikian,
kinerja
perusahaan pun semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Devi
2
Beiner, S., dkk, “ Is Board Size an Independent Corporate Governance Mechanism?”. http://www.wwz.unibas.ch/cofi/publications/papers/2003.
62
(2010) dan Widagdo (2014) menyimpulkan bahwa Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Dewan komisaris diukur dengan menggunakan indikator jumlah rapat dewan komisaris suatu perusahaan dalam satu tahun. b.
Dewan Direksi Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab
secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Board size atau ukuran dewan direksi adalah jumlah dewan direksi dalam perusahaan, semakin banyak dewan dalam perusahaan akan memberikan suatu bentuk pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang semakin lebih baik, dengan kinerja perusahaan yang baik dan terkontrol, maka akan menghasilkan profitabilitas yang baik dan nantinya akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan dan kinerja perusahaan pun juga akan ikut meningkat. 3 Penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Machfoedz (2003) merupakan penelitian yang menguji pengaruh ukuran dewan direksi terhadap kinerja perusahaan, dimana pada penelitian ini disimpullkan bahwa ukuran dewan direksi menunjukkan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Jumlah anggota direksi disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam 3
Dwi Novi Kusumawati dan Bambang Riyanto LS.” Corporate Governance dan Kinerja: Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan terhadap Kinerja”, (Simposiu m Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo. 2005).
63
pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat serta bertindak independen. Dewan direksi diukur dengan jumlah anggota dewan direksi dalam suatu perusahaan. c.
Dewan Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata- mata demi kepentingan perusahaan. Proporsi dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau komisaris independen juga mempengaruhi kinerja perusahaan yang bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang Good Corporate Governance. Semakin tinggi perwakilan dari outsider director (komisaris independensi
dan
independen),
efektivitas
corporate
maka board
semakin
tinggi
sehingga
dapat
meningkatkan kinerja perusahaan. 4
4
Nuswandari Cahyani, “Pengaruh Corporate Governance Perception Index terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur”, Vo l. 16. No. 2, September, 2009, hal: 70-84.
64
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) dan Rafriny Amyulianty (2012) menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan.
Komisaris Independen= d.
jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan seluruh anggota dewan komisaris perusahaan
Komite Audit Komite audit adalah komite yang bertanggung jawab untuk
mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic
manajemen yang melakukan manajemen laba
(earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal. Komite audit memiliki tugas melakukan pengawasan terhadap pelaporan kinerja manajemen. Penelitian Dyah Lestari (2011) menunjukan bahwa independensi komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Dengan semakin banyaknya anggota independen dalam komite audit, maka penilaian komite audit terhadap pelaporan kinerja manajemen akan semakin objektif dan andal, juga mencegah timbulnya moral hazard dan
65
menengahi agency problem yang muncul sehingga nantinya principal dan agent akan memiliki keselarasan tujuan yang berimbas pula pada meningkatnya kinerja perusahaan Komite audit diukur dengan jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan. e.
Dewan Pengawas Syariah Penerapan Good Corporate Governance pada bank syariah menjadi
sangat penting. Ini dikarenakan bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar dengan bank konvensional, salah satunya adalah penerapan shariah compliance. Penerapan shariah compliance inilah yang menjadi pilar penting keberlangsungan entitas bank syariah. Salah satu turunan dari penerapan shariah compliance ini adalah adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). Penerapan Good Corporate Governance di bank syariah tidak saja meningkatkan kepercayaan publik kepada bank syariah, tetapi juga merupakan bagian dari upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada perbankan syariah. Dalam perbankan syariah, kedudukan Dewan Pengawas Syariah sejajar dengan Dewan Komisaris. Dewan Pengawas syariah diukur dengan jumlah rapat anggota Dewan Pengawas Syariah dalam suatu perusahaan selama satu tahun.
66
2.
Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian utama
peneliti. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi variabel independen. 5 Variabel terikat dalam penelitian ini berupa: a.
Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan.
Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. 6 Menurut Lestari dan Sugiharto, ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut 5
Nur Indriantoro dan Babang Suporno, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen,” (Yogyakarta: Edisi pertama, Lembaga Penerbit BPFE, 2002), h. 63 6 Lu kman Dendawijaya, “Manajemen Perbankan”, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 120.
67
makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. 7 Return On Assets (ROA) =
E.
Laba Setelah pajak Total Aktiva
x 100%
Metode Analisis Data Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adala analisis regresi data
panel. Data panel merupakan gabungan dari data cross section dan deret waktu (time series) yakni sejumlah variabel diobservasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan dalam suatu jangka waktu tertentu. 8 Uji regresi panel ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah terhadap variabel dependen kinerja keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA)..Untuk membantu penelitian, peneliti akan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan pengolah data statistik Eviews 7.0. Penggunaan data panel dalam sebuah observasi mempunyai beberapa keuntungan yang diperoleh. Pertama, data panel merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan
7
Maharani Ika Lestari dan Toto Sugiharto, “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,” Proceeding PESAT (Psiko logi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sip il). 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas Ekono mi, Universitas Gunadarma, 2007, h.196. 8 Dedi Rosadi, “ Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews”, Ed isi Pertama (Yogyakarta:C.V ANDI OFFSET ANDI, 2012), h.271.
68
menghasilkan degree of random yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (omitted-variabel). 9 Adapun variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari Good Corporate Governance yang diproksikan melalui Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah. Sedangkan variabel dependennya adalah kinerja keuangan yang diproksikan melalui Return on Asset (ROA). Untuk menguji hipotesis dari variabel-variabel tersebut, maka persamaan regresi pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
logY = a + b1 logDK + b2 logDD + b3 logDKI + b4 logKA + b5 logDPS + e
Dimana:
9
Y
=
ROA (Return On Assets)
a
=
Konstanta
DK
=
Dewan Komisaris
DD
=
Dewan Direksi
DKI
=
Dewan Komisaris Independen
KA
=
Komite Audit
DPS
=
Dewan Pengawas Syariah
b1 ,...,b4
=
Koefisien regresi
e
=
error term
Agus Widarjono, “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews”, Ed isi Keempat (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013), h. 353.
69
1.
Estimasi Model Data Panel Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan anatara lain: 10 a.
Metode Common Effect atau Pooled Least Square (PLS) Pooled Least Square model merupakan metode estimasi model
regresi data panel yang paling sederhana dengan asumsi intercept dan koefisien slope yang konstan antar waktu dan cross section (common effect). Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu sehingga perilaku data antar perusahaan diasumsikan sama dalam berbagai kurun waktu. Pada dasarnya model common effect sama seperti OLS dengan meminimumkan jumlah kuadrat, tetapi data yang digunakan bukan data time series atau data cross section saja melainkan data panel yang diterapkan dalam bentuk pooled. Bentuk untuk model ordinary least square adalah: Yit = β0 + β1 X1it + β2 X2it + Ɛit untuk i = 1,2,……,n dan t=1,2,….,t
10
Agus Widarjono, h.355.
70
b.
Metode Fixed Effect Model (FEM) Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel
dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time in variant). Disamping itu, model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu. Salah satu cara paling sederhana untuk mengetahui perbedaan adalah dengan
mengasusmsikan bahwa
intersept
adalah berbeda antar
perusahaan sedangkan slopenya tetap sama antar perusahaan. Pendekatan dengan variabel dummy ini dikenal dengan sebutan fixed Effect Model atau least square dummy (LSDV) atau disebut juga covariance model. Persamaan pada estimasi dengan menggunakan Fixed Effect Model dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut: Yit = β0 + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + β4 D1i + β5 D2i +…..+ Ɛit
Dimana: i = 1,2,….,n t =1,2,…..,tD = dummy c.
Metode Random Effect Model (REM) Random effect model merupakan metode estimasi model regresi
data panel dengan asumsi koefisien slope dan intercept berbeda antar individu dan antar waktu (random effect). Dimasukannya variabel dummy di dalam fixed effect model bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan
71
tentang model yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan menggunakan variabel gangguan (error term) yang dikenal dengan metode Random Effect.. Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Model yang tepat digunakan untuk mengestimasi Random Effect adalah Generalized Least Square (GLS) sebagai estimatornya, karena dapat meningkatkan efisiensi dari least square.
Bentuk umum untuk Random Effect adalah: Yit = α1 + bjXj it + Ɛit dengan Ɛit = ui + vt + wit
Dimana : ui~ N (0, σu2) = komponen cross section error vt~ N (0, σv2) = komponen time series error wit~ N (0, σw2) = komponen error kombinasi
72
2.
Tahap Analisis Data Untuk memilih model mana yang paling tepat digunakan untuk
pengolahan data panel, maka terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut:11 a.
Uji Chow Uji Chow adalah pengujian untuk memilih apakah model digunakan
pooled least square model atau fixed effect model. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: H0 = Pooled least Square model (PLS) H1 = Fixed effeck model (FEM) Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan membandingkan perhitungan F statistic dengan F tabel. Perbandingan dipakai apabila hasil Fhitung lebih besar (>) dari Ftabel, maka H0 ditolak yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah fixed effexk model. Begitupun sebaliknya, jika F hitung lebih kecil (<) dari Ftabel, maka H0 diterima dan model yang lebih tepat digunakan adalah common effect model.12 Perhitungan F statistic untuk Uji Chow dapat dilakukan dengan rumus: F0 = 11
𝑅𝑅𝑆𝑆 − 𝑈𝑅𝑆𝑆 /(N − 1) 𝑈𝑅𝑆𝑆 /(𝑁. 𝑇 − 𝑁 − 𝐾)
Agus Widarjono, h. 362. Gujarati, N Damodor dan Dawn C Porter, “ Basic Econo metrics”, Fifth Edition (Mc Graw Hill International edition, Singapore) 2009, h. 278. 12
73
Dimana: RRSS
= Restricted residual sums of square error dari model common effect
URSS
= Unrestricted residual sums of squares dari model fixed effect
N
= Jumlah individual (cross section)
T
= Jumlah series waktu (time series)
k
= Jumlah variabel independen dan dependen
Sedangkan Ftabel didapat dari: Ftabel α : |df (n-1, nt-n-k)|
b.
Uji Hausman Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah
model fixed effect atau random effect lebih tepat digunakan dalam regresi data panel. Uji ini dikembangkan oleh Hausman dengan didasarkan pada ide bahwa LSDV di dalam model fixed effect dan GLS adalah efisien sedangkan model OLS adalah tidak efisien, di lain pihak alternatifnya metode OLS efisien dan GLS tidak efisien. Karena itu uji hipotesis nolnya adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji
74
hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut. Pengujian dilakukan dengan hipotesis berikut:13 H0 : Random Effect Model H1 : Fixed Effect Model Jika chi-squarehitung > chi-squaretabel berarti H0 ditolak, artinya model yang digunakan adalah fixed effect model. Jika chi-square chi square
tabel
hitung
<
berarti H1 ditolak, artinya model yang digunakan adalah
Random Effect Model.14 3.
Uji Hipotesis a.
Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (Goodness of fit) yang dinotasikan dengan R2
merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. Nilai koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai R2 mempunyai interval antara 0 samapai 1 (0 < R2 < 1). Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan varaibel dependen. Koefisien
13
Agus Widarjono, “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews”, Ed isi Keempat (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013), h. 364. 14 Gujarati, N Damodor dan Dawn C Porter, “ Basic Econometrics”, Fifth Edit ion (Mc Graw Hill International edition, Singapore) 2009, h. 605.
75
determinasi (R2 ) memiliki kesalahan, yaitu bias terhadap jumlah varaibel bebas yang dimasukkan dalam model regresi dimana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantungnya. Untuk mengurangi kesalahan kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, adjusted R2 . Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan mengunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model. 15 Dalam penelitian ini, penulis memilih menggunakan Adjusted R2 untuk mengukur koefisien determinasi karena nilainya lebih tepat. semakin tinggi nilai Adjusted R2 menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan semakin baik menjelaskan keadaan yang sebenarnya. b.
Uji F (Uji Simultan) Uji F dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat secara bersama-sama (simultan).
15
Gujarat i, N Damodor dan Dawn C Porter, “ Basic Econometrics”, Fifth Edit ion (Mc Graw Hill International edition, Singapore) 2009, h. 76.
76
Untuk menentukan nilai Ftabel, tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah: Jika Fhitung > Ftabel (α ; n-k ; k-1), maka H0 ditolak Jika Fhitung < Ftabel (α ; n-k; k-1), maka H0 diterima c.
Uji t (Uji Parsial) Uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
bebas secara individual terhadap variabel terikat, dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan. Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukkan arah hubungan yang terjadi, apakah perubahan variabel terikat searah (positif) dengan perubahan variabel bebas atau berlawanan arah (negatif). Hipotesis yang digunakan adalah: Nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak atau menerima H1 Nilai thitung < ttabel maka H0 diterima atau menolak H1 Jika menolak H0 dan menerima H1 berarti secara statistik variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen. Namun, jika menerima H0 dan menolak H1 berarti secara statistik variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 16
16
Agus Widarjono, “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews”, Ed isi Keempat (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1.
Deskripsi Objek Penelitian Pupolasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
perbankan syariah yaitu Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berdasarkan statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia per-Desember 2013 yaitu terdiri dari Bank Umum Syariah ada 11 bank dan Unit Usaha Syariah ada 23 bank. sehingga total keseluruhan adalah 34 bank yang merupakan besarnya populasi dalam penelitian ini. Periode pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013. Pemilihan periode pengamatan yang dimulai dari tahun 2010 didasari oleh penerapan Good Corporate Governance pada perbankan syariah yang baru dihimbau oleh Bank Indonesia dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, sehingga pelaporan Good Corporate Governance pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah mulai intensif dipublikasikan pada tahun 2010. Berdasarkan statistik perbankan syariah yang publikasi Bank Indonesia per-Desember 2013 dapat dilihat bahwa perkembangan Return On Asset (ROA)
77
78
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari tahun ketahun cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Grafik 4.1 Perkembangan Return On Asset (ROA) Perbankan Syariah
1,42%
1,48%
1,67%
2008
2009
2010
1,79%
2,14%
2,14%
ROA
2011
2012
2013
Tahun
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Publikasi Bank Indonesia 2013
Dari grafik 4.1 diatas dapat dideskripsikan bahwa nilai Return On Asset (ROA) perbankan syariah yang meliputi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari tahun 2008 sampai tahun 2013 konsisten mengalami kenaikan, yang berarti bahwa kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sementara untuk standar pelaksanaan Good Corporate Governance pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah mengacu pada Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010. 2.
Deskripsi Sampel Penelitian Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel dalam penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan
79
kriteria yang ditentukan. Sampel yang dipilih oleh peneliti adalah perusahaan perbankan syariah baik itu Bank Umum Syariah maupun Unit Usaha Syariah yang menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data mengenai pelaporan Good Corporate Governance dan data mengenai laporan keuangan perusahaan. Pertimbangan dalam pemilihan sampel pada umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut: 4.
Perusahaan merupakan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
berdasarkan
statistik
perbankan
syariah
yang
dipublikasikan Bank Indonesia per-Desember 2013. 5.
Menerbitkan serta mempublikasikan laporan keuangan dan laporan Good Corporate Governance selama periode 2010-2013.
6.
Data tersedia lengkap (data mengenai Corporate Governance perusahaan maupun data untuk kinerja keuangan perbankan syariah).
Tabel di bawah ini menyajikan proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia per-Desember 2013 terlihat bahwa jumlah Bank Umum Syariah ada 11 bank dan Unit Usaha Syariah ada 23 bank. sehingga total keseluruhan adalah 34 bank. Namun, berdasarkan hasil seleksi sampel diperoleh sampel sebanyak
80
30 bank, yaitu 10 Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha Syariah. Periode pengamatan yang diambil oleh peneliti adalah selama 4 (empat) tahun, yaitu tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013. Jadi, total sampel yang diteliti sebanyak 120 data laporan tahunan dan laporan Good Corporate Governance Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Berikut tabel yang menyajikan proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel No. 1.
Kriteria
Melanggar Kriteria
Jumlah Sampel BUS UUS
Total Sampel
Perusahaan merupakan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berdasarkan
11
23
34
11
23
34
10
20
30
statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia per-Desember 2013 2
Menerbitkan serta mempublikasikan laporan keuangan dan laporan Good Corporate Governance selama periode 2010-2013
3
Data tersedia lengkap (data mengenai Corporate Governance perusahaan maupun data untuk kinerja keuangan perbankan syariah).
4
81
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria
30
Tahun Pengamatan
4
Jumlah Total Sampel
120
Sumber: Data Sekunder Diolah.
B.
Hasil Uji Analisis Data Penelitian 1.
Hasil Uji Statistik Deskripsi Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami. Statistik deskriptif digunakan untuk mengembangkan profil perusahaan yang menjadi sampel. Pada penelitian ini statistik deskriptif akan menggambarkan deskripsi dari masing-masing variabel. Tabel 4.2 menggambarkan statistik deskripsi seluruh variabel dalam penelitian ini yang meliputi minimum, maksmum, mean (rata-rata) dan standar deviasi. Nilai minimum menggambarkan nilai paling kecil yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dila kukan terhadap bank sampel. Nilai maksimum menggambarkan nilai paling besar yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan. Sedangkan mean (rata-rata) menunjukkan nilai rata-rata dari masing-masing variabel.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit,
82
Dewan Pengawas Syariah dan Return On Asset (ROA). Variabel-variabel tersebut akan diuji secara statistik dekriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.2 dibawah ini: Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Date: 06/08/15 Time: 07:43 Sample: 2010 2013
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability Sum Sum Sq. Dev. Observations
ROA
DK
DD
DKI
KA
DPS
2.61316
18.0000 7 13.5000 0 58.0000 0 4.00000 0 12.5061 7 1.22043 4 3.92753 5 34.0909 6 0.00000 9 2160.00 0 18612.0 8 120
5.22500 0 4.00000 0 11.0000 0 3.00000 0 2.23216 3 1.28636 8 3.58290 0 34.7937 2 0.00000 0 627.000 0 592.925 0 120
66.0712 0 66.6700 0 100.000 0 33.3300 0 17.8343 6 0.74395 9 2.80849 7 11.2528 8 0.00360 0 7928.55 0 37849.6 0 120
3.60833 5 3.00000 0 6.00000 0 2.00000 0 0.91022 7 0.91819 8 3.20957 2 17.0813 4 0.00019 1 433.000 0 98.5916 9 120
14.2083 3 13.0000 0 36.0000 0 4.00000 0 4.72414 1 1.72083 7 8.43781 1 207.074 3 0.00000 5 1705.00 0 2655.79 7 120
2.56000 6.93000 0.00000 1.39249 0.65145 3.18703 8.66276 0.01314 313.580 230.746 120
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
3 0 0 0 8 4 1 3 0 0 2
83
a.
Variabel Independen 1)
Dewan Komisaris Dewan Komisaris diukur dengan indikator jumlah rapat
Dewan Komisaris selama satu tahun. Hasil uji statistik pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa rapat Dewan Komisaris minimum sebanyak 4 kali dan rapat Dewan Komisaris maksimum sebanyak 58 kali dengan rata-rata rapat Dewan Komisaris sebanyak 18 kali, sementara standar deviasi Dewan Komisaris sebesar 12,5061. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pasal 14 ayat (1) menyebutkan bahwa rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan. Jadi selama setahun Dewan Komisaris wajib melaksanakan rapat sebanyak 6 kali. Nilai minimum rapat Dewan Komisaris adalah 4 kali, menandakan bahwa masih ada perbankan syariah yang belum menerapkan batas wajib jumlah rapat Dewan Komisaris selama satu tahun. Namun secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa rapat yang dilakukan Dewan Komisaris sudah sesuai dengan regulasi yang ada. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata rapat Dewan Komisaris sebanyak 18 kali dalam satu tahun.
84
2)
Dewan Direksi Dewan Direksi diukur dengan indikator jumlah Dewan
Direksi dalam suatu perusahaan perbankan syariah. Hasil uji statistik pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa jumlah Dewan Direksi minimum sebanyak 3 orang dan jumlah Dewan Direksi maksimum sebanyak 11 orang dengan rata-rata jumlah Dewan Direksi adalah 5,225 orang. Sementara standar deviasi jumlah Dewan Direksi adalah 2,232. Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 92 ayat (4) menyebutkan bahwa perseroan yang bergerak dibidang menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi. Nilai minimum dan mean (rata-rata) jumlah Dewan Direksi diatas 2 orang, yang berarti bahwa jumlah Dewan Direksi dalam perbankan syariah sudah sesuai dengan regulasi yang ada. 3)
Dewan Komisaris Independen Hasil uji statistik pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa proporsi
Dewan Komisaris Independen minimum sebanyak 33,33% dan proporsi Dewan Komisaris Independen maksimum sebanyak 1,0000 atau 100% dengan rata-rata proporsi Dewan Komisaris Independen adalah 66,07125%. Sementara standar deviasi Dewan Komisaris Independen adalah 17,83437.
85
4)
Komite Audit Hasil uji statistik pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa jumlah
Komite Audit minimum sebanyak 2 orang dan jumlah Komite Audit maksimum sebanyak 6 orang dengan rata-rata jumlah Komite Audit adalah 3,6083. Sementara standar deviasi Komite Audit adalah 0,910221. 5)
Dewan Pengawas Syariah Hasil uji statistik pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa rapat
Dewan Pengawas Syariah minimum sebanyak 4 kali dan rapat Dewan Pengawas Syariah maksimum sebanyak 36 kali dengan ratarata rapat Dewan Pengawas Syariah adalah 14,20833 kali. Sementara standar deviasi rapat Dewan Pengawas Syariah adalah 4,724. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pasal 49 ayat (1) menyebutkan bahwa rapat Dewan Pengawas Syariah wajib diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan. Artinya Dewa n Pengawas Syariah wajib melaksanakan rapat minimal 12 kali dalam satu tahun. Nilai minimum rapat Dewan Pengawas Syariah adalah 4 kali, menandakan bahwa masih ada perbankan syariah yang belum menerapkan batas wajib jumlah rapat Dewan Pengawas Syariah
86
selama satu tahun. Namun secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa rapat yang dilakukan Dewan Pengawas Syariah sudah sesuai dengan regulasi yang ada. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata rapat Dewan Pengawas Syariah sebanyak 14,25 kali dalam satu tahun. b.
Variabel Dependen 1)
Return on Asset (ROA) Hasil uji statistik pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa Return
on Asset (ROA) minimum sebesar 0 % dan Return on Asset (ROA) maksimum sebesar 6,93 % dengan rata-rata Return on Asset (ROA) 2,613167%. Sementara standar deviasi Return on Asset (ROA) adalah 1,392497 C.
Uji Pe milihan Model Regresi Panel 1.
Uji Chow Menurut Widarjono uji Chow ialah pengujian untuk menentukan model
fixed effect atau common effect yang lebih tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Hipotesis dalam uji chow adalah penelitian ini adalah: H0 : Common Effect Model H1 : Fixed Effect Model Dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan membandingkan perhitungan F-statistik dengan Ftabel. Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari Ftabel, maka H0 ditolak yang berarti model yang lebih tepat
87
digunakan adalah fixed effect model. Begitupun sebaliknya, jika F hitung lebih kecil (<) dari Ftabel, maka H0 diterima dan model yang digunakan adalah common effect model1 . Berikut adalah hasil uji Chow yang dilakukan dalam penelitian ini.. Tabel 4.3 Hasil Uji Metode Common Effect Dependent Variable: LOGROA Method: Panel Least Squares Date: 06/08/15 Time: 08:53 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOGDK
-0.280877
0.081530
-3.445085
0.0008
LOGDD
-0.251678
0.185018
-1.360285
0.1764
LOGDKI
0.031102
0.217010
0.143321
0.8863
LOGKA
0.359549
0.274804
1.308385
0.1934
LOGDPS
-0.487367
0.168611
-2.890486
0.0046
C
2.646289
1.146009
2.309135
0.0228
R-squared
0.177627
Mean dependent var
0.809456
Adjusted R-squared
0.141239
S.D. dependent var
0.617329
S.E. of regression
0.572075
Akaike info criterion
1.770011
Sum squared resid
36.98146
Schwarz criterion
1.910134
Log likelihood
-99.31563
Hannan-Quinn criter.
1.826910
F-statistic
4.881461
Durbin-Watson stat
0.597626
Prob(F-statistic)
0.000442
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
1
Gujarat i, N Damodor dan Dawn C Porter, “ Basic Econometrics”, Fifth Edit ion (Mc Graw Hill International edition, Singapore) 2009, h. 257.
88
Tabel 4.4 Hasil Uji Metode Fixed Effect Dependent Variable: LOGROA Method: Panel Least Squares Date: 06/08/15 Time: 08:54 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOGDK
-0.133580
0.098737
-1.352886
0.1797
LOGDD
0.372537
0.249641
1.492290
0.1394
LOGDKI
-0.061570
0.187990
-0.327515
0.7441
LOGKA
0.538309
0.242946
2.215750
0.0294
LOGDPS
-0.126936
0.129276
-0.981897
0.3290
C
0.488634
0.981494
0.497848
0.6199
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.821737
Mean dependent var
0.809456
Adjusted R-squared
0.749582
S.D. dependent var
0.617329
S.E. of regression
0.308922
Akaike info criterion
0.728474
Sum squared resid
8.016363
Schwarz criterion
1.545863
Log likelihood
-8.344187
Hannan-Quinn criter.
1.060390
F-statistic
11.38862
Durbin-Watson stat
2.369964
Prob(F-statistic)
0.000000
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
89
Tabel 4.5 Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
d.f.
Prob.
Cross-section F
10.465954
(29,84)
0.0000
Cross-section Chi-square
181.942877
29
0.0000
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
Hasil output diatas menunjukkan nilai Prob = 0.0000 untuk Cross section F, yang berarti nilainya kurang dari 0.05. Sehingga dapat disimpulkan model fixed effect lebih tepat digunakan daripada model common effect. 2.
Uji Hausman Selanjutnya dilakukan uji Hausman untuk membandingkan model mana
yang terbaik antara model fixed effect dan random effect. Dalam melakukan uji Hausman, dibuat pula hipotesis sebagai berikut: H0 : Menggunakan model random effect H1 : Menggunakan model fixed effect Berikut ini adalah hasil uji signifikansi dengan metode fixed effect dan random effect:
90
Tabel 4.6 Hasil Uji Metode Fixed Effect
Dependent Variable: LOGROA Method: Panel Least Squares Date: 06/08/15 Time: 08:54 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOGDK
-0.133580
0.098737
-1.352886
0.1797
LOGDD
0.372537
0.249641
1.492290
0.1394
LOGDKI
-0.061570
0.187990
-0.327515
0.7441
LOGKA
0.538309
0.242946
2.215750
0.0294
LOGDPS
-0.126936
0.129276
-0.981897
0.3290
C
0.488634
0.981494
0.497848
0.6199
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.821737
Mean dependent var
0.809456
Adjusted R-squared
0.749582
S.D. dependent var
0.617329
S.E. of regression
0.308922
Akaike info criterion
0.728474
Sum squared resid
8.016363
Schwarz criterion
1.545863
Log likelihood
-8.344187
Hannan-Quinn criter.
1.060390
F-statistic
11.38862
Durbin-Watson stat
2.369964
Prob(F-statistic)
0.000000
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
91
Tabel 4.7 Hasil Uji Metode Random Effect Dependent Variable: LOGROA Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/08/15 Time: 08:55 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOGDK
-0.168075
0.082801
-2.029858
0.0447
LOGDD
0.085564
0.188007
0.455112
0.6499
LOGDKI
0.017923
0.173458
0.103329
0.9179
LOGKA
0.378365
0.220162
1.718579
0.0884
LOGDPS
-0.217581
0.121950
-1.984180
0.0471
C
1.139766
0.915798
1.244561
0.2159
Cross-section random
S.D. 0.503527
Rho 0.7265
Idiosyncratic random
0.308922
0.2735
Effects Specification
Weighted Statistics R-squared
0.97719
Mean dependent var
0.238072
Adjusted R-squared
0.57795
S.D. dependent var
0.321398
S.E. of regression
0.312052
Sum squared resid
11.00351
F-statistic
2.447636
Durbin-Watson stat
1.756067
Prob(F-statistic)
0.038051 Unweighted Statistics
R-squared
0.103882
Mean dependent var
0.809456
Sum squared resid
40.29774
Durbin-Watson stat
0.479503
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
Pedoman yang digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji Hausman adalah sebagai berikut:
92
1. Jika nilai probability Chi Square ≥ 0.05 artinya H0 diterima, yang berarti model yang paling tepat digunakan adalah model random effect. 2. Jika nilai probability Chi Square < 0.05 artinya H0 ditolak, yang berarti model yang paling tepat digunakan adalah model fixed effect. Tabel 4.8 Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
Cross-section random
7.481840
5
0.1872
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
Hasil output diatas menunjukkan nilai Prob= 0.1872 untuk Cross section random, yang berarti nilainya lebih besar dari 0.05. Sehingga dapat disimpulkan model random effect lebih tepat digunakan daripada model fixed effect, D.
Hasil Uji Hipotesis 1.
Uji Model Regresi Data Panel Terpilih Berdasarkan uji yang dilakukan yaitu uji Chow dan uji Hausman, model
estimasi data yang terpilih adalah model Random Effect. Maka selanjutnya dilakukan uji signifikansi dari model yang terpilih.
93
Tabel 4.9 Hasil Terpilih Uji Metode Random Effect Dependent Variable: LOGROA Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/08/15 Time: 08:55 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOGDK
-0.168075
0.082801
-2.029858
0.0447
LOGDD
0.085564
0.188007
0.455112
0.6499
LOGDKI
0.017923
0.173458
0.103329
0.9179
LOGKA
0.378365
0.220162
1.718579
0.0884
LOGDPS
-0.217581
0.121950
-1.984180
0.0471
C
1.139766
0.915798
1.244561
0.2159
Cross-section random
S.D. 0.503527
Rho 0.7265
Idiosyncratic random
0.308922
0.2735
Effects Specification
Weighted Statistics R-squared
0.97719
Mean dependent var
0.238072
Adjusted R-squared
0.57795
S.D. dependent var
0.321398
S.E. of regression
0.312052
Sum squared resid
11.00351
F-statistic
2.447636
Durbin-Watson stat
1.756067
Prob(F-statistic)
0.038051
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
a.
Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R2 ) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dapat menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai Koefisien
94
determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Penelitian ini menggunakan Koefisien determinasi dengan menggunakan nilai adjusted R-square untuk mengevaluasi model regresi. Nilai adjusted R-square dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.10 Koefisien Determinasi (R2 ) R-squared
0.97719
Mean dependent var
0.238072
Adjusted R-squared
0.57795
S.D. dependent var
0.321398
S.E. of regression
0.312052
Sum squared resid
11.00351
F-statistic
2.447636
Durbin-Watson stat
1.756067
Prob(F-statistic)
0.038051
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
Dari tampilan tabel dapat dilihat bahwa besarnya adjusted R-square adalah 0,57795 atau 57,79%. Hal ini berarti 57,79% variabel dependen kinerja keuangan (ROA) dapat dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel independen. Variabel independen tersebut adalah Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah. Sedangkan sisanya sebesar 42,21% (100% – 57,79%) dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi dalam
95
penelitian ini. Variabel lain tersebut antara lain ukuran perusahaan dan lama perusahaan (Siregar dan Utama, 2005), kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial (Danang, 2013). b.
Uji F (Uji Simultan) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh secara bersama-sama
(simultan) Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Untuk menentukan nilai Ftabel, tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah: Jika Fhitung > Ftabel (α ; n-k ; k-1), maka H0 ditolak Jika Fhitung < Ftabel (α ; n-k; k-1), maka H0 diterima Tabel 4.11 Hasil uji F (Uji Simultan) R-squared
0.97719
Mean dependent var
0.238072
Adjusted R-squared
0.57795
S.D. dependent var
0.321398
S.E. of regression
0.312052
Sum squared resid
11.00351
F-statistic
2.447636
Durbin-Watson stat
1.756067
Prob(F-statistic)
0.038051
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
96
Dari tabel diatas, maka didapat F hitung sebesar 2,447636. Sedangkan nilai dengan Ftabel dengan df: α, (k-1), (n-k) atau 0.05, (6-1), (120-6) adalah 2,293911 yang berarti nilai Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil menunjukkan bahwa variable independen Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah secara bersama- sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA) c.
Uji t (Uji Parsial) Uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
bebas secara individual terhadap variabel terikat, dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan. Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukkan arah hubungan yang terjadi, apakah perubahan variabel terikat searah (positif) dengan perubahan variabel bebas atau berlawanan arah (negatif). Hipotesis yang digunakan adalah: Nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak atau menerima H1 Nilai thitung < ttabel maka H0 diterima atau menolak H1 Jika menolak H0 dan menerima H1 berarti secara statistik variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen. Namun, jika
97
menerima H0 dan menolak H1 berarti secara statistik variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2
ttabel
= |α ; df= (n-k)| = 5% ; df = (120- 6) = 0.05 ; df = 114 = 1,980992
Berikut ini adalah tabel hasil uji t dari masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen: Tabel 4.12 Hasil Uji t (Uji Parsial) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOGDK
-0.168075
0.082801
-2.029858
0.0447
LOGDD
0.085564
0.188007
0.455112
0.6499
LOGDKI
0.017923
0.173458
0.103329
0.9179
LOGKA
0.378365
0.220162
1.718579
0.0884
LOGDPS
-0.217581
0.121950
-1.984180
0.0471
C
1.139766
0.915798
1.244561
0.2159
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
1)
Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Hipotesis pertama (H1 ) adalah aktivitas (rapat) Dewan
Komisaris berpangaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
2
Agus Widarjono, “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews”, Edisi Keempat (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013).
98
perbankan syariah. Berdasarkan hasil uji t, untuk vaiabel Dewan Komisaris (DK) didapat nilai sebesar -2,029858, yang berarti nilai thitung (2,029858) > ttabel (1,980992), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel Dewan Komisaris (DK) secara parsial dan signifikan serta berpengaruh nyata terhadap Return On Asset (ROA). Hasil pengujian menunjukkan bahwa rapat Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah.
Rapat
Dewan Komisaris
yang
merupakan
media
komunikasi dan koordinasi antar anggota Dewan Komisaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas manajemen dirasa mampu membantu tugas Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan manajemen dengan baik dan membantu Dewan Direksi dalam pengambilan keputusan secara tepat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nurbayani (2010) dan Lestari (2011) yang menyatakan bahwa Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Namun bertentangan dengan Suryani (2010) dan hasanah (2013) yang menyatakan bahwa Dewan Komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
99
2)
Pengaruh Dewan Direksi terhadap Kine rja Keuangan Perbankan Syariah Hipotesis kedua (H2 ) adalah ukuran jumlah Dewan Direksi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Berdasarkan hasil uji t, untuk vaiabel Dewan Direksi (DK) didapat nilai sebesar 0,455112, yang berarti nilai thitung (0,455112) < ttabel (1,980992), maka H0 diterima dan H2 ditolak. Dapat disimpulkan
bahwa
variabel
Dewan
Direksi
(DD)
tidak
berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hasil pengujian menunjukkan bahwa jumlah Dewan Direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wulandari (2006), Dewayanto (2010) dan Zuhairia (2012) yang menyatakan bahwa Dewan Direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya Dewan Direksi dalam perusahaan hanya didasari pada sebatas pemenuhan regulasi semata. Dimana menurut Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 92 ayat (4) menyebutkan bahwa perseroan yang bergerak dibidang menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi. Sehingga mengakibatkan kurang efektifnya peran Dewan Direksi dalam
100
fungsi manajemen. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurbayani (2010), Nurlaila (2012) dan Hasanah (2013) yang menyatakan bahwa Dewan Direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. 3)
Pengaruh
Dewan
Komisaris
Independen
te rhadap
Kinerja Keuangan Pe rbankan Syariah Hipotesis ketiga (H3 ) adalah Ukuran Dewan Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Berdasarkan hasil uji t, untuk vaiabel Dewan Komisaris Independen (DKI) didapat nilai sebesar 0,103329, yang berarti nilai thitung (0,103329) < ttabel (1,980992), maka H0 diterima dan H3 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa variabel Dewan Komisaris Independen (DKI) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hasil
pengujian
menunjukan
bahwa
proporsi
Dewan
Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Kehadiran Dewan Komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau Komisaris Independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris Independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring
101
agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Namun dalam implementasinya, kehadiran Dewan Komisaris yang berasal dari luar perusahaan berdampak pada kurangnya pengetahuan yang cukup mengenai perusahaan. hal ini juga dapat disebabkan Dewan Komisaris Independen tidak memiliki monitoring yang efektif, kondisi tersebut dapat disebabkan oleh kuatnya posisi Dewan Direksi dan Komisaris lainnya yang dipilih oleh pemegang saham mayoritas dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wulandari (2006) dan Nurlaila (2012) yang menyatakan bahwa Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) dan Dewayanto
(2010)
menyatakan
bahwa
Proporsi Komisaris
Independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. 4)
Pengaruh Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Hipotesis keempat (H4 ) adalah ukuran jumlah Komite Audit
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Berdasarkan hasil uji t, untuk vaiabel Komite Audit didapat nilai sebesar 1,718579, yang berarti nilai thitung (1,718579) < ttabel (1,980992), maka H0 diterima dan H4 ditolak. Dapat disimpulkan
102
bahwa variabel Komite Audit (KA) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hasil pengujian penunjukkan bahwa jumlah Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Siregar dan Utama (2005) dan Hidayah (2008) yang menyatakan tidak ada pengaruh signifikan antara Komite Audit Dengan kinerja perusahaan. hal ini disebabkan karena lemahnya akuntabilitas dari struktur perusahaan untuk menegakkan prinsip good corporate governance. Faktor tersebut diantaranya Komite Audit kurang mengawasi laporan keuangan dan audit eksternal serta belum dapat membantu dalam mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan peran Komite Audit belum optimal dan efektif dalam melaksanakan fungsi audit internal. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Nasution dan Setiawan (2007), Lestari (2011) dan Farah (2012) yang menyatakan Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. 5)
Pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Hipotesis kelima (H5 ) adalah aktivitas (rapat) Dewan
Pengawas Syariah
berpengaruh signifikan
terhadap
kinerja
103
keuangan perbankan syariah. Berdasarkan hasil uji t, untuk vaiabel Dewan Pengawas Syariah didapat nilai sebesar -1,984180, yang berarti nilai thitung (1,984180) > ttabel (1,980992), maka H0 ditolak dan H5 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel Dewan Pengawas Syariah (DPS) secara parsial dan signifikan serta berpengaruh nyata terhadap Return On Asset (ROA). Hasil pengujian menunjukkan bahwa rapat Dewan Pengawas Syariah
berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
keuangan
perbankan syariah. Salah satu hal yang membedakan corporate governance konvensional dan syariah (sharia governance) adalah adanya sharia compliance. Rapat yang dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah dirasa mampu membantu tugas Dewan Pengawas Syariah dalam hal pengawasan terhadap seluruh aktivitas bank demi memastikan kepatuhan terhadap aturan dan prinsip syariah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Oktarina (2015) dengan menggunakan sampel Bank Syariah Mandiri di Pekanbaru,
menunjukkan bahwa
Dewan Pengawas Syariah
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja perbankan syariah. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyoningrum (2009) dan Megasari (2010) yang
menyatakan bahwa
Dewan
Pengawas Syariah
berpengaruh terhadap kinerja perbankan syariah.
tidak
104
2.
Analisis Regresi Berganda Hasil analisis regresi berganda dapat dilihat dari tabel 4.10 dengan
persamaan regresi sebagai berikut: logY = 1,139766 – 0,168075logDK + 0,085564logDD + 0,017923logDKI + 0,378365logKA - 0,217581logDPS + e Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Koefisien konstanta sebesar 1,139766 dengan nilai positif, ini dapat diartikan bahwa Y (ROA) akan bernilai 0,139766% jika, Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah masing- masing bernilai 0.
b.
Variabel Dewan Komisaris (DK) memiliki nilai koefisien regresi (-0,168075) menyatakan bahwa setiap penambahan rapat Dewan Komisaris sebesar 1 dengan asumsi variabel lain tetap, maka terjadi penurunan pada kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return On Asset dengan nilai 0,168075%.
c.
Variabel Dewan Direksi (DD) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,085564 menyatakan bahwa setiap penambahan Dewan Direksi sebesar 1 dengan asumsi variabel lain tetap maka, akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return On Asset sebesar 0,085564 %.
d.
Variabel Dewan Komisaris Independen (DKI) memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,017923 menyatakan bahwa setiap
105
penambahan Dewan Komisaris Independen sebesar 1 dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan meningkatkan kine rja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return On Asset sebesar 0,017923%. e.
Variabel Komite Audit (KA) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,378365. Menyatakan bahwa setiap penambahan Komite Audit sebesar 1 dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return On Asset sebesar 0,378365%.
f.
Variabel Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki nilai koefisien regresi sebesar (-0,217581). Menyatakan bahwa setiap penambahan Dewan Pengawas Syariah sebesar 1 dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return On Asset sebesar 0,217581%.
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh Good Corporate
Governance yang diukur melalui Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan bank dan laporan Good Corporate Governance Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang dipublikasikan untuk umum periode tahun 2010 sampai tahun 2013. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1.
Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa pengaruh corporate governanve dalam hal aktifitas (rapat) Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
2.
Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa pengaruh corporate governanve dalam hal jumlah Dewan Direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
106
107
3.
Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa pengaruh corporate governanve dalam hal proporsi Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
4.
Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa pengaruh corporate governanve dalam hal jumlah Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
5.
Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa pengaruh corporate governanve dalam hal rapat Dewan Pengawas Syariah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
B.
Implikasi Model teoritis yang diuji dan dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan
mampu memberikan konstribusi bagi pemahaman kita mengenai faktor- faktor yang dapat memengaruhi kinerja keuangan perbankan syariah dilihat dari segi penerapan mekanisme Good Corporate Governance. Hasil implikasi ini memiliki beberapa pengetahuan penting bagi perusahaan, investor, peneliti selanjutnya dan bagi peneliti sendiri. Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, menunjukkan bahwa variabel Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Tetapi, variabel Dewan Direksi, Dewan Komisaris
108
Independen dan Komite Audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Implikasi yang dapat diberikan penulis terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Perusahaan, khususnya perusahaan yang bergerak di sektor perbankan berbasis syariah dapat dijadikan sebagai acuan perusahaan untuk lebih meningkatkan fungsi, tugas dan kemandirian dari masing- masing organ corporate perusahaan yaitu Dewan Komisaris, Direksi, Komite-Komite dan Dewan Pengawas Syariah sehingga dapat meningkatkan kualitas Good Corporate Governance demi meningkatkan kinerja keuangan.
2.
Peneliti, dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengalaman serta
pengetahuan mengenai praktik Good Corporate
Governance pada lembaga keuangan syariah. 3.
Praktisi, dapat digunaan oleh para praktisi seperti otoritas jasa keuangan dan para analis keuangan syariah mengenai relevansi kinerja keuangan perbankan syariah yang dipengaruhi oleh penerapan Good Corporate Governance. Sementara implikasi untuk investor, dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan tambahan informasi kepada investor mengenai kinerja keuangan lembaga keuangan syariah dengan melihat penerapan Good Corporate Governance sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi investor untuk melakukan keputusan investasi
109
pada lembaga keuangan syariah secara tepat dan menguntungkan di masa mendatang. C.
Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyampaikan beberapa saran
sebagai berikut: 1.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel atau jenis perusahaan yang berbeda sebagai pembanding, seperti memasukkan atau menambahkan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai salah satu sampel dalam penelitian.
2.
Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan indikator lain dalam hal pengukuran corporate governance dan kinerja keuangan perbankan syariah.
3.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan indikator lain dalam hal ukuran variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah. Seperti remunerasi yang diterima, umur, latar belakang pendidikan dan lain- lain.
4.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk memasukkan atau menambah variabel- variabel baru yang diidentifikasi sebagai variabel Good Corporate Governance dan kinerja keuangan perbankan syariah.
DAFTAR PUSTAKA Addiyah, Alina. “Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012),” Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang: 2014. Anastasya, Rustia. Artikel diakses tanggal 10 februari 2015 dari http://investasi.kontan.co.id/news/bpk - temukan – potensi penyimpangan-gcgdi-atas-rp7-triliun. 2012. Anderson, K.L., Deli, D.N., dan Gillan, S.T. Board of Directors, Audit Committees, and the Information Content of Earnings. Working Papers, September 2003. Antonio, M.S,“Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Baird, M., The Proper Governance of Companies Will Become as Crucial to the World Economy as the Proper Governing of Countries, Paper, 2000. Bank Indonesia,”Outlook Perbankan Syariah”, Jakarta: BI, 2013. Beiner, S., dkk, “Is Board Size an Independent Corporate Governance Mechanism?”. http://www.wwz.unibas.ch/cofi/publications/papers/2003. Bradbury, M. E., Mak, Y. T. dan Tan, S. M. “Board Characteristics, Audit Committee Characteristics and Abnormal Accruals”. Working Paper. Unitec New Zealand dan National University of Singapore. 2004. Brigham dan Houston, ”Fundamental Of Financial Management: Dasar-Dasar Manaje-men Keuangan”, Edisi Sepuluh Jilid I, Jakarta: Salemba Empat, 2010. Brown, Lawrence, and J., Caylor, ”Corporate Governance and Firm Performance”, Boston Accounting Research Colloquium 15th, Desember 2004. Cahyani, Nuswandari. “Pengaruh Corporate Governance Perception Index terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur”, Vol. 16. No. 2, September 2009. Chapra, M.Umer Dan Habib Ahmed. “Corporate Governance; Lembaga Keuangan Syariah”, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
110
111
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. ”Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance”. http://papers.ssrn.com/. 2006. Dariri, Mas Ahmad. “Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia”, Jakarta: Ray Indonesia, 2005. Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003. Devano, Sony dan Siti Kurni Rahayu. “Perpajakan: Konsep,Teori, dan Isu”, Cetakan Pertama, Jakarta: 2006. Effendi, Muh. Arief. ”The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi”, Jakarta: Salemba Empat, 2009. Fama, E. F. and M. Jensen . “Separation of Ownership and Control”. Journal of Law and Economics, 26(2), 1983. Gujarati, dkk,“ Basic Econometrics”, Singapore: Fifth Edition, Mc Graw Hill International edition, 2009.
Harahap, Sofyan Syafri. ”Auditing dalam Perspektif Islam”, Jakarta: Pustaka Quantum, 2002. Hastuti, Theresia Dwi. “Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yangLlisting di Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005. Irfan, Ali.”Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi”. Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002. Islamic Financial Services Board, ”Guiding Principles on Shari’ah Governance Systems for Institutions Offering Islamic Financial Services”, December 2009. Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics. 3. 1976. Khaihatu, Thomas S. “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 8, no. 1: 1-9. Surabaya: 2006.
112
Kieso E. Donald, dan Weygandt J Jerry. “Akuntansi Intermediate. Jilid Satu, Edisi Ketujuh”, Binarupa Aksara, 1995. Klien, A. “Audit Committee, Board of Director Caracteristics and Earnings Management”. Journal Accounting and Economics (33), 2002. Kresnohadi, Ariyoto. “Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan Lingkungan Usaha”, Majalah Usahawan No. 10 Tahun XXIX, 2000. Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto LS.” Corporate Governance dan Kinerja: Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan terhadap Kinerja”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo: 2005. Lestari, Ekowati Dyah. ”Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009)”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang: 2011. Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”, Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2007. Lewis, Mervin K. dan Latifa M. Algaud. “Perbankan Syariah Prinsip Praktek Prospek”. Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001. Maksum, Azhar. “Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia”, Gelanggang Mahasiswa, Kampus Universitas Sumatra Utara, Medan: 17 Desember 2005. Nurhasanah, Siti. “ Kinerja pengawasan DPS dalam implementasi GCG di Bank Syariah”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pradhono dan Yulius Jogi Cristiawan. ”Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6, No. 2, November 2004.
113
Purwani, Tri.” Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan,. Majalah Ilmiah Informatika vol. 1 No. 2 Universitas AKI, Mei 2010. Rama, Ali. ”Analisis Komparatif Model Syariah Governance Lembaga Keuangan Syariah: Studi Kasus Negara ASEAN”, Laporan Penelitian Publikasi Nasional, Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Rosadi, Dedi. “ Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews”, Yogyakarta: Edisi Pertama C.V Andi Offset Andi, 2012. Shleifer, A. dan R.W. Vishny. “ A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance”, Vol.52. No.2. Juni1997 Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. “Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, Padang: Simposium Nasional Akuntansi 9, 2006. Solomon, J., and Solomon, A. “Corporate Governance and Accountability”, John Wiley & Sons, Ltd, 2004. Sudarmayanti,”Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)”, Bandung: CV. Mandar Maju, bagian ketiga, 2007. Surya, Indra dan Ivan Yustiavanda, “Penerapan Good Corporate Governance (Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha)”, Jakarta: Kencana, 2008. Syam, Dhaniel dan Taufik Najda. “Analisis Kualitas Penerapan Good Corporate Governance pada Bank Umum Syariah di Indonesia Serta Pengaruhnya terhadap Tingkat Pengembalian dan Risiko Pembiayaan”, Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan Vol.2 No. 1, April 2012. Takarini, Agustin. ”Pengaruh Intelectual Capital, Kualitas Penerapan Good Corporate Governance dan Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Periode 2010-2012”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Teoh, S. H. dan Wong, T. J., “Perceived Auditor Quality and the Earnings Responses Coefficient”. Journal Accounting Review. Vol. 66, No.2, 1993.
114
Tunggal, Iman Sjahputra dan Amin Widjaja Tunggal, Memahami Konsep Corporate Governance, dalam Hesel Nogi S Tangkilisan, Manajemen Keuangan Bagi Analisis Kredit Perbankan Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance, Yogyakarta, Balairung & Co., 2003. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Vafeas, N. and Afxentiou, Z. “The Association Between the SEC’s 1992 Compensation Disclosure Rule and Executive Compensation Policy Changes”. Journal of Accounting and Public Policy 17(1), 1998. Wardayati, Siti Maria. “Implikasi Shariah Governance terhadap Reputasi dan Kepercayaan Bank Syariah”, Jurnal Universitas Jember, Walisongo, Volume 19, Nomor 1, Mei 2011. Widagdo, Dominukus Oktavianto Kresno. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan”, Diponegoro Juornal of Accounting, volume 3, Semarang: 2014. Wibowo, Ari. ”Membangun Perbankan Syariah Menuju Good Corporate Governance”, diakses pada tanggal 4 november 2014 dari http//www.pesantren.uii.ac.id. Wibisono, Haris. “ Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar SEO”, Tesis S2, Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang: 2004. Widarjono, Agus, “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews”, Yogyakarta: Edisi Keempat, UPP STIM YKPN, 2013.
LAMPIRAN Lampiran 1: Daftar Sampel Bank Umum Syariah (BUS) No. Bank Umum Syariah 1.
Bank Muamalat Indonesia
2.
Bank Syariah Mandiri
3.
Bank Mega Mas Syariah
4.
Bank BRI Syariah
5.
Bank Bukopin Syariah
6.
Bank Panin Syariah
7.
Bank Victoria Syariah
8.
Bank BCA Syariah
9.
Bank BNI Syariah
10.
Maybank Indonesia Syariah
Lampiran 2: Daftar Sampel Unit Usaha Syariah (UUS) No.
Unit Usaha Syariah
1.
Bank Permata
2.
Bank Internasional Indonesia
3.
Bank DKI
4.
BPD DI Yogyakarta
115
116
5.
BPD Jawa Tengah
6.
BPD Jawa Timur
7.
BPD Sumatra Utara
8.
BPD Sumatra Barat
9.
BPD Riau
10.
BPD Sumatra Selatan
11.
BPD Kalimantan Selatan
12.
BPD Kalimantan Barat
13.
BPD Sulawasi Selatan
14.
BPD Nusa Tenggara Barat
15.
Bank Tabungan Negara
16.
Bank Tabungan Pensiunan Negara
17.
OCBC NISP
18.
Bank Sinarmas
19
BPD Jambi
20
Bank Danamon
117
Lampiran 3: Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah (BUS) Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah Tahun 2010. No. Bank Umum Syariah
Rapat jml DK DD
DKI (%)
jml KA
Rapat ROA DPS (%)
1
Bank Muamalat Indonesia
13
6
50
3
12
1,36
2
Bank Syariah Mandiri
34
7
60
4
16
2,21
3
Bank Syariah Mega Mas
45
5
100
3
9
1,9
4
Bank Syariah BRI
25
4
75
4
20
0,35
5
Bank Syariah Bukopin
27
4
66,67
3
17
0,74
6
Bank Panin Syariah
7
4
66,67
3
11
0
7
Bank Victoria Syariah
13
3
66,67
3
9
1,09
8
Bank BCA Syariah
13
3
66,67
5
12
1
9
Bank Syariah BNI Maybank Indonesia Syariah
36
3
66,67
3
22
0,61
6
3
66,67
3
11
4,48
10
Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah Tahun 2011 No.
Bank Umum Syariah
Rapat DK
jml DD
DKI (%)
jml KA
Rapat DPS
ROA (%)
1
Bank Muamalat Indonesia
10
5
50
3
12
1,52
2
Bank Syariah Mandiri
36
6
60
4
18
1,95
3
Bank Syariah Mega Mas
26
5
100
3
12
1,58
4
Bank Syariah BRI
36
4
75
4
24
0,2
5
Bank Syariah Bukopin
10
4
66,67
3
11
0,52
6
Bank Panin Syariah
9
4
100
3
10
2,06
7
Bank Victoria Syariah
16
3
66,67
3
12
6,93
8
Bank BCA Syariah
11
3
66,67
3
18
0,9
9
Bank Syariah BNI Maybank Indonesia Syariah
58
3
66,67
3
17
1,29
6
3
66,67
3
12
3,67
10
118
Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah Tahun 2012 No.
Bank Umum Syariah
Rapat DK
jml DD
DKI (%)
jml KA
Rapat DPS
ROA (%)
1
Bank Muamalat Indonesia
8
5
50
3
12
1,54
2
Bank Syariah Mandiri
35
6
60
4
7
2,25
3
Bank Syariah Mega Mas
7
5
100
3
12
3,81
4
Bank Syariah BRI
36
5
60
5
18
1,19
5
Bank Syariah Bukopin
12
4
66,67
2
14
0,55
6
Bank Panin Syariah
9
4
66,67
3
13
3,48
7
Bank Victoria Syariah
19
3
66,67
3
12
3,11
8
Bank BCA Syariah
18
3
66,67
2
19
0,8
9
Bank Syariah BNI Maybank Indonesia Syariah
43
3
66,67
4
20
1,48
6
3
100
3
11
2,88
10
Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah Tahun 2013 No.
Bank Umum Syariah
Rapat DK
jml DD
DKI (%)
jml KA
Rapat DPS
ROA (%)
1
Bank Muamalat Indonesia
13
5
50
3
12
1,37
2
Bank Syariah Mandiri
33
6
60
4
17
1,53
3
Bank Syariah Mega Mas
15
5
100
3
12
2,33
4
Bank Syariah BRI
30
5
60
4
13
1,15
5
Bank Syariah Bukopin
10
4
66,67
2
13
0,69
6
Bank Panin Syariah
20
4
66,67
3
17
1,03
7
Bank Victoria Syariah
20
4
100
3
21
3,08
8
Bank BCA Syariah
18
3
66,67
3
17
1
9
Bank Syariah BNI Maybank Indonesia Syariah
28
4
75
6
17
3,06
6
3
66,67
3
12
2,5
10
119
Lampiran 4: Data Sampel Penelitian Unit Usaha Syariah (UUS) Data Sampel Penelitian Unit Usaha Syariah Tahun 2010 No.
Unit Usaha Syariah
Rapat DK
jml DD
DKI (%)
jml KA
Rapat ROA DPS (%)
1
Bank Danamon
5
11
57
6
14
2,95
2
10
9
55,56
3
9
2
12
9
57,14
4
12
1,14
4
Bank Permata Bank Internasional Indonesia Bank DKI
23
7
66,67
4
4
2,14
5
BPD DIY
8
4
33,33
4
13
2,79
6
BPD Jateng
7
5
75
3
13
2,83
7
BPD Jatim
16
4
50
3
10
5,57
8
BPD Sumut
24
4
66,67
3
14
4,55
9
BPD Sumbar
29
4
50
3
11
3,51
10
BPD Riau
11
5
80
4
10
3,83
11
BPD Sumsel
28
5
66,67
3
8
2,71
12
BPD Kalsel
30
3
100
3
15
3,39
13
BPD Kalbar
14
3
50
3
5
4,17
14
BPD Sulsel
12
4
50
3
12
5,58
15
BPD NTB
20
4
100
3
13
6,27
16
22
6
60
5
19
2,06
4
10
50
5
12
4
18
BTN Bank Tabungan Pensiunan Nasional OCBC NISP
8
8
50
4
14
1,29
19
Bank Sinarmas
53
6
66,67
4
11
1,44
20
BPD Jambi
6
4
66,67
3
15
5,73
3
17
120
Data Sampel Penelitian Unit Usaha Syariah Tahun 2011 No.
Unit Usaha Syariah
Rapat DK
jml DD
DKI (%)
jml KA
Rapat DPS
ROA (%)
1
Bank Danamon
5
11
50
6
14
3
2
10
9
55,56
4
10
1,66
11
7
57,14
5
34
1,13
4
Bank Permata Bank Internasional Indonesia Bank DKI
4
4
66,67
4
13
2,32
5
BPD DIY
14
4
50
4
19
2,55
6
BPD Jateng
5
5
50
3
12
2,67
7
BPD Jatim
15
5
50
5
4
4,97
8
BPD Sumut
16
4
66,67
3
14
3,26
9
BPD Sumbar
35
4
66,67
3
14
2,66
10
BPD Riau
16
5
100
3
12
2,62
11
BPD Sumsel
17
5
66,67
3
14
2,56
12
BPD Kalsel
42
4
100
3
14
2,81
13
BPD Kalbar
11
4
75
3
12
3,45
14
BPD Sulsel
9
4
50
3
12
3,34
15
BPD NTB
6
4
66,67
3
15
5,71
16
57
6
50
5
26
2,03
5
9
50
5
12
4,4
18
BTN Bank Tabungan Pensiunan Nasional OCBC NISP
8
10
50
4
14
1,91
19
Bank Sinarmas
46
6
50
4
12
1,07
20
BPD Jambi
9
4
100
3
13
3,28
3
17
Data Sampel Penelitian Unit Usaha Syariah Tahun 2012 No. 1
Unit Usaha Syariah Bank Danamon
Rapat DK
jml DD
DKI (%)
jml KA
Rapat DPS
ROA (%)
6
11
50
6
15
3,5
121
2
10
9
55,56
4
12
1,7
11
9
57,14
5
26
1,62
4
Bank Permata Bank Internasional Indonesia Bank DKI
9
4
66,67
4
14
1,87
5
BPD DIY
19
4
66,67
4
15
2,56
6
BPD Jateng
4
5
50
3
13
2,73
7
BPD Jatim
15
5
50
3
12
3,34
8
BPD Sumut
9
3
66,67
3
14
2,99
9
BPD Sumbar
24
4
66,67
3
11
2,6
10
BPD Riau
16
3
100
4
12
2,95
11
BPD Sumsel
22
5
50
3
15
1,9
12
BPD Kalsel
38
4
100
3
13
1,27
13
BPD Kalbar
10
4
75
3
13
3,33
14
BPD Sulsel
15
4
75
3
12
3,99
15
BPD NTB
19
4
50
3
19
5,62
16
51
7
50
4
24
1,94
4
10
50
5
12
4,7
18
BTN Bank Tabungan Pensiunan Nasional OCBC NISP
9
9
50
4
15
1,79
19
Bank Sinarmas
25
7
66,67
5
12
1,74
20
BPD Jambi
5
4
100
3
18
3,58
3
17
Data Sampel Penelitian Unit Usaha Syariah Tahun 2013 No.
Unit Usaha Syariah
Rapat DK
jml DD
DKI (%)
jml KA
Rapat DPS
ROA (%)
1
Bank Danamon
6
11
50
6
16
3
2
11
10
50
4
12
1,55
12
9
50
4
36
1,71
4
Bank Permata Bank Internasional Indonesia Bank DKI
16
5
100
4
13
3,15
5
BPD DIY
13
4
33,33
4
15
2,71
3
122
6
BPD Jateng
7
4
66,67
3
14
3,01
7
BPD Jatim
16
7
50
3
12
3,82
8
BPD Sumut
12
3
66,67
3
12
3,97
9
BPD Sumbar
21
4
66,67
3
16
2,64
10
BPD Riau
23
5
100
5
13
3
11
BPD Sumsel
30
5
33,33
2
16
1,76
12
BPD Kalsel
36
4
100
3
16
2,33
13
BPD Kalbar
11
4
100
3
14
3,42
14
BPD Sulsel
12
4
75
3
12
4,2
15
BPD NTB
22
4
33,33
4
20
5,1
16
36
3
50
5
24
1,79
4
10
50
5
12
4,5
18
BTN Bank Tabungan Pensiunan Nasional OCBC NISP
8
11
50
5
14
1,81
19
Bank Sinarmas
26
6
66,67
5
11
1,71
20
BPD Jambi
11
4
100
3
12
4,14
17
Keterangan: DK
: Dewan Komisaris
DD
: Dewan Direksi
DKI
: Dewan Komisaris Independen
KA
: Komite Audit
DPS
: Dewan Pengawas Syariah
ROA
: Return On Asset
123
Lampiran 5: Statistik Deskriptif
Date: 06/08/15 Time: 07:43 Sample: 2010 2013 ROA
DK
DD
DKI
KA
DPS
Mean
2.613167
18.00000
5.225000
66.07125
3.608333
14.20833
Median
2.560000
13.50000
4.000000
66.67000
3.000000
13.00000
Maximum
6.930000
58.00000
11.00000
100.0000
6.000000
36.00000
Minimum
0.000000
4.000000
3.000000
33.33000
2.000000
4.000000
Std. Dev.
1.392497
12.50613
2.232166
17.83437
0.910221
4.724148
Skewness
0.651454
1.220438
1.286369
0.743958
0.918197
1.720834
Kurtosis
3.187035
3.927530
3.582907
2.808492
3.209571
8.437811
Jarque-Bera
8.662766
34.09092
34.79378
11.25284
17.08133
207.0743
Probability
0.013149
0.000000
0.000000
0.003601
0.000195
0.000000
Sum
313.5800
2160.000
627.0000
7928.550
433.0000
1705.000
Sum Sq. Dev.
230.7468
18612.00
592.9250
37849.69
98.59167
2655.792
Observations
120
120
120
120
120
120
124
Lampiran 6: Hasil Uji Pe milihan Model Regresi Panel Hasil Uji Metode Common Effect Dependent Variable: LOGROA Method: Panel Least Squares Date: 06/08/15 Time: 08:53 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOGDK
-0.280877
0.081530
-3.445085
0.0008
LOGDD
-0.251678
0.185018
-1.360285
0.1764
LOGDKI
0.031102
0.217010
0.143321
0.8863
LOGKA
0.359549
0.274804
1.308385
0.1934
LOGDPS
-0.487367
0.168611
-2.890486
0.0046
C
2.646289
1.146009
2.309135
0.0228
R-squared
0.177627
Mean dependent var
0.809456
Adjusted R-squared
0.141239
S.D. dependent var
0.617329
S.E. of regression
0.572075
Akaike info criterion
1.770011
Sum squared resid
36.98146
Schwarz criterion
1.910134
Log likelihood
-99.31563
Hannan-Quinn criter.
1.826910
F-statistic
4.881461
Durbin-Watson stat
0.597626
Prob(F-statistic)
0.000442
125
Hasil Uji Metode Fixed Effect Dependent Variable: LOGROA Method: Panel Least Squares Date: 06/08/15 Time: 08:54 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOGDK
-0.133580
0.098737
-1.352886
0.1797
LOGDD
0.372537
0.249641
1.492290
0.1394
LOGDKI
-0.061570
0.187990
-0.327515
0.7441
LOGKA
0.538309
0.242946
2.215750
0.0294
LOGDPS
-0.126936
0.129276
-0.981897
0.3290
C
0.488634
0.981494
0.497848
0.6199
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.821737
Mean dependent var
0.809456
Adjusted R-squared
0.749582
S.D. dependent var
0.617329
S.E. of regression
0.308922
Akaike info criterion
0.728474
Sum squared resid
8.016363
Schwarz criterion
1.545863
Log likelihood
-8.344187
Hannan-Quinn criter.
1.060390
F-statistic
11.38862
Durbin-Watson stat
2.369964
Prob(F-statistic)
0.000000
126
Hasil Uji Metode Random Effect Dependent Variable: LOGROA Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/08/15 Time: 08:55 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOGDK
-0.168075
0.082801
-2.029858
0.0447
LOGDD
0.085564
0.188007
0.455112
0.6499
LOGDKI
0.017923
0.173458
0.103329
0.9179
LOGKA
0.378365
0.220162
1.718579
0.0884
LOGDPS
-0.217581
0.121950
-1.984180
0.0471
C
1.139766
0.915798
1.244561
0.2159
Cross-section random
S.D. 0.503527
Rho 0.7265
Idiosyncratic random
0.308922
0.2735
Effects Specification
Weighted Statistics R-squared
0.97719
Mean dependent var
0.238072
Adjusted R-squared
0.57795
S.D. dependent var
0.321398
S.E. of regression
0.312052
Sum squared resid
11.00351
F-statistic
2.447636
Durbin-Watson stat
1.756067
Prob(F-statistic)
0.038051 Unweighted Statistics
R-squared
0.103882
Mean dependent var
0.809456
Sum squared resid
40.29774
Durbin-Watson stat
0.479503
127
Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
d.f.
Prob.
Cross-section F
10.465954
(29,84)
0.0000
Cross-section Chi-square
181.942877
29
0.0000
Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
Cross-section random
7.481840
5
0.1872
Lampiran 7: Hasil Uji Hipotesis Hasil Uji Model Data Penel Terpilih (Model Random Effect) Dependent Variable: LOGROA Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/08/15 Time: 08:55 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOGDK LOGDD LOGDKI LOGKA LOGDPS C
-0.168075 0.085564 0.017923 0.378365 -0.217581 1.139766
0.082801 0.188007 0.173458 0.220162 0.121950 0.915798
-2.029858 0.455112 0.103329 1.718579 -1.984180 1.244561
0.0447 0.6499 0.9179 0.0884 0.0471 0.2159
S.D.
Rho
Effects Specification
128
Cross-section random
0.503527
0.7265
Idiosyncratic random
0.308922
0.2735
Weighted Statistics R-squared
0.97719
Mean dependent var
0.238072
Adjusted R-squared
0.57795
S.D. dependent var
0.321398
S.E. of regression
0.312052
Sum squared resid
11.00351
F-statistic
2.447636
Durbin-Watson stat
1.756067
Prob(F-statistic)
0.038051
Koefisien Determinasi (Adjusted R2 ) R-squared
0.97719
Mean dependent var
0.238072
Adjusted R-squared
0.57795
S.D. dependent var
0.321398
S.E. of regression
0.312052
Sum squared resid
11.00351
F-statistic
2.447636
Durbin-Watson stat
1.756067
Prob(F-statistic)
0.038051
Hasil Uji F (Uji Simultan) R-squared
0.97719
Mean dependent var
0.238072
Adjusted R-squared
0.57795
S.D. dependent var
0.321398
S.E. of regression
0.312052
Sum squared resid
11.00351
F-statistic
2.447636
Durbin-Watson stat
1.756067
Prob(F-statistic)
0.038051
Hasil Uji t (Uji Parsial) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOGDK LOGDD LOGDKI LOGKA LOGDPS C
-0.168075 0.085564 0.017923 0.378365 -0.217581 1.139766
0.082801 0.188007 0.173458 0.220162 0.121950 0.915798
-2.029858 0.455112 0.103329 1.718579 -1.984180 1.244561
0.0447 0.6499 0.9179 0.0884 0.0471 0.2159