PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERANAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) DALAM PERENCANAAN APBDESA, PENGUATAN KELEMBAGAAN, PENINGKATAN INSFRASTRUKTUR PEDESAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH PEDESAAN Studi Kasus di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul
HALAMAN JUDUL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Oleh : Margareta Desi Puspitasari NIM : 122114063
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Motto dan Persembahan
“Apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Karena curahan hujan tidak memilh – milih apakah pohon apel atau hanya semak belukar” Wira Sagala “Educating is not the learning of facts, but the training of the mind to think” Albert Einstein “Kita memang tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, namum saya yakin dan saya percaya Tuhan telah menyediakan apa yang kita butuhkan” “Rencana Tuhan tidak pernah gagal, kitalah yang sering keluar dari rencanaNya” Penulis
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus yang menjadi kekuatan serta semangat untuk hidupku, Bapak, Ibu, kakakdan keluarga tercinta yang menjadi motivasiku serta selalu mendukung dan mendoakanku Sahabat, teman dekat dan teman-temanku Akuntansi 2012dan semua orang yang mendukung dalam menyusun skripsi ini
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan atas segala kebaikan, kasih dan anugrahNya dari awal penulisan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini ditulisdengan tujuan memenuhi salah satu persyaratan wajib untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak bantuan dan campur tangan berbagai pihak atas terselesaikannya skripsi ini, untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Drs. J. Eka Priyatama, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.
2.
A. Diksa Kuntara, S.E., MFA., QIA., selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar telah mengarahkan, membimbing dan mendukung penulis dengan kesungguhan hati. Selalu memberikan pengetahuan dan motivasi bagi penulis.
3.
Widodo selaku Kepala Desa Gari dan Suratman selaku kepala urusan Desa Gari yang banyak membantu saya memberikan waktunya untuk wawancara dan mengambil data.
4.
Wahyu Sudibyo selaku Kepala Dusun Ngijorejo dan merupakan adek sepupu saya yang sangat membantu saya wara-wiri menyebarkan kuesioner ke seluruh desa.
5.
Untuk orangtuaku tersayang, Bapak Romanus Rumiyo dan Ibu Yasinta Mursilahyang telah menjadi inspirasi bagi hidup saya dan tak hentinya memberikan kasih sayang, doa, dukungan, nasihat dan kesabaran. Terimakasih atas semua yang telah bapak ibu berikan, hal itu membuat saya menjadi dewasa dan kuat menghadapi segala masalah.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
Untuk kakakku tersayangYohanes Agus Cristianto, Renny Anggraeni dan si kecil Bianca yang selalu mengingatkan untuk segera lulus, memberi dukungan, doa, motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
7.
Untuk keluarga ku yang super hebat. Kakek nenekku yang ada disurga sana yang aku yakin selalu mendoakanku dari sana. Keluarga besar Ny. Atmopawiro bulek-bulekku, pakde-pakdeku, paklek, dan sepupu-sepupuku yang luar biasa banyaknya yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada saya.
8.
Teman dekatku, Isidorus Cahyo Adi Prasetya, orang yang selama ini dekat dengan saya yang selalu menjadi pendengar segala keluhan, kekecewaan dan kegembiraan selama ini. Selalu mendukung saya, memberikan semangat dan sama-sama berjuang untuk mendapatkan gelar sarjana.
9.
Sahabat-sahabat yang saya temui ketika kuliah yang menjadi semangat dan motivasi
bagi saya, Ade Yuniati, Brigitta Dyah Karisma, dan Yoga
Ramandika, saya hanya bisa mengucapkan terimakasih untuk dukungankalian dan sebagai sahabat tebaik yang pernah saya miliki, saya bangga bisa berjuang bersama kalian. Terimakasih untuk waktu, cerita, bahagia, sedih, pengalaman, canda tawa yang selalu diberikan. 10. Sahabat saya yang dari dulu selalu ada, yang walaupun jauh selalu mendoakan dan mendukung saya dalam keadaan apapun. Scolastica Ocnella, Erna, Elsa, Lia, Novi, Nanik kalian inspirasiku untuk dapat menyelesaikan segera skripsi ini. 11. Teman-teman yang sering menjadi satu kelompok tugas selama semester satu Cicil, Happy, Ina, Tesa, Sherly, saya beruntung sering berbagi tugas dengan kalian. 12. Sahabatku yang paling aku sayang, temen tidur, temen makan, temen jail, temen main and everything aku sayang banget sama kalian Mbak Melinda, Mbak Ivo, Tia, Astrid, Mbak Ella, Mbak Dela. Walaupun jarak memisahkan, kalian ga ada hentinya mendukung, pemberi semangat pokoknya segala gundahku hilang kalau ketemu sama kalian.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ................................ v HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................................................... vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii ABSTRAK ........................................................................................................... xiv ABSTRACT ............................................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4 E. Sistematika Penulisan .................................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6 A. Anggaran........................................................................................................ 6 B. Desa ............................................................................................................. 10 C. Lembaga Kemasyarakatan Desa .................................................................. 10 D. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) .................................. 12 E. Pembangunan dan pengembangan desa....................................................... 15 F. Permendagri 37 tahun 2007 dan Permendagri 113 tahun 2014 tentangPengelolaan Keuangan Desa ............................................................ 23 G. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 24 BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 28 A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 28 B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................... 28
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Subyek dan Obyek Penelitian ...................................................................... 28 D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 29 E. Populasi dan Sampel .................................................................................... 30 F. Variabel dan Instrumen Penelitian............................................................... 32 G. Skala Pengukuran Data ................................................................................ 36 H. Teknik Pengujian Instrumen ........................................................................ 38 I. Teknik Analisis Data ................................................................................... 40 BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................................................... 41 A. Visi dan misi Desa Gari ............................................................................... 41 B. Keadaan Umum Wilayah Desa Gari............................................................ 42 C. Bidang Ekonomi .......................................................................................... 44 D. Kondisi Sosial Budaya ................................................................................. 49 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................................................... 52 A. Karakteristik Responden .............................................................................. 52 B. Pengujian Instrumen Penelitian ................................................................... 55 C. Analisis Data ................................................................................................ 58 D. Pembahasan ................................................................................................. 74 BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 80 A. Kesimpulan .................................................................................................. 80 B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 82 C. Saran ............................................................................................................ 82 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 85 LAMPIRAN .......................................................................................................... 87
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel Tabel5.1
Halaman Klasifikasi Responden Menurut Usia
52
Tabel 5.2 Klasifikasi Responden Menurut Jenis Pekerjaan
53
Tabel 5.3 Klasifikasi Responden Menurut Pengetahuan APBDesa
54
Tabel 5.4 Klasifikasi Responden Menurut Keterlibatan dalam Organisasi
54
Tabel 5.5 Klasifikasi Responden Menurut Jenis Kelamin
55
Tabel 5.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
56
Tabel 5.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
57
Tabel 5.8 Hasil Tanggapan Responden
58
Tabel 5.9 Alokasi APBDesa Gari Tahun 2010-2014
76
Tabel 5.10 Realisasi Pelaksanaan APBDesa Gari berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Dasar, Penguatan Kelembagaan dan Peningkatan Infrastruktur Tahun 2010-2014
77
Tabel 5.11 Pengembangan Desa Gari
78
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
Gambar 4.1 Strukur Organisasi Desa Gari
42
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERANAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) DALAM PERENCANAAN APBDESA, PENGUATAN KELEMBAGAAN, PENINGKATAN INSFRASTRUKTUR PEDESAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH PEDESAAN Studi Kasus di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul Margareta Desi Puspitasari NIM: 122114063 Univeritas Sanata Dharma Yogyakarta 2016 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap peranan APBDesa dalam perencanaan APBDesa, penguatan kelembagaan, peningkatan insfrastruktur pedesaan dan pengembangan wilayah pedesaan di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Teknik analisa data yang digunakan adalah statistik deskrifptif. Data diperoleh dari kuesioner, observasi, wawancara, serta dokumentasi. Variabel dalam penelitian ini adalah perencanaan APBDesa, pemenuhan kebutuhan dasar, kelembagaan desa, peningkatan insfrastuktur pedesaan, dan pengembangan wilayah pedesaan. Sampel yang digunakan berjumlah 96 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah geografik cluster judgmental sampling. Berdasarkan analisis data yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat berpendapat peran APBDesa dalam proses perencanaan masih kurang dan masih belum dirasakan oleh masyarakat luas. Masyarakat berpendapat bahwa APBDesa berperan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Pelayanan semakin meningkat dengan adanya APBDesa. Peran lembaga kemasyarakatan belum sesuai dengan yang diharapkan, karena pengalokasian dana yang masih belum mencukupi. Dalam peningkatan insfrastruktur pedesaan ada peranan APBDesa, hanya saja belum berperan secara maksimal karena masih banyak fasilitas yang jauh dari harapan masyarakat. APBDesa memiliki peranan dalam pengembangan wilayah pedesaan. Dalam pengembangan wilayah pedesaan, APBDesa dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan sumber daya manusia. Kata Kunci : Anggaran, desa, APBDesa, lembaga kemasyarakatan desa, pembangunan dan pengembangan desa
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT PERCEPTION ON THE ROLE OF THE VILLAGE’S BUDGET (APBDESA) IN PLANNING, BASIC NEEDS FULFILLMENT, INSTITUTION REINFORCEMENT, IMPROVEMENT OF VILLAGE INSFRASTRUCTURE AND RURAL DEVELOPMENT Case Study at Gari Village Wonosari Subdistrict Gunungkidul District Margareta Desi Puspitasari Student Number: 122114063 Sanata Dharma University Yogyakarta 2016 This research aims to investigate the role of APBDesa (village budget) in planning the budget at Gari village Wonosari Subdistrict Gunungkidul District. It is categorized as a case study. In analyzing the data, the technique used is descriptive statistics. The data were obtained from questionnaires, observations, interviews, and documentation. The variables used in this study is the planning for APBDesa, the basic needs fulfillment, the institution reinforcement, the improvement of village infrastructure, and rural development. The study surveyed 96 respondents. The sampling method used in this research was geographic cluster judgmental sampling. Based on the analysis, it can be concluded that according to society’s perception, there is a weak role of APBDesa in the planning process of the village budget. However the society believes that APBDesa has an important role in fulfilling the basic needs. The society also feel that the service of the village’s govermant is increasing because of the APBDesa. The role of the units of the village’s government has not met the society’s expectation due to the funds allocation which is not sufficient. On the other hand, there is improvement of rural infrastructure, effected by APBDesa, even though the society still expect to have more. In all, the society agree that APBDesa improve the quality of live and also the human resource in the village. Keyword: Budget, village, village budget, institution reinforcement, rural developmet
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Desa sebagai pemerintahan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat menjadi fokus utama dalam pembangunan pemerintah.Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia ada di pedesaan. Desa didudukkan sebagai organ negara dalam tataran paling bawah. Melalui desa ini masyarakat setempat mengatur dan mengurus dirinya sendiri, termasuk melakukan pengelolaan konflik yang terjadi di dalam masyarakat desa. Dalam
suatu
organisasi,
anggaran
memegang
peran
yang
penting.Anggaran merupakan suatu rencana keuangan yang disusun secara sistematis dalam menunjang terlaksananya program kegiatan suatu organisasi. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) merupakan penjabaran kebutuhan daerah dalam membangun desa sebagaimana diatur dalam PermendagriNomor 113 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD) sebagaimana termuat dalam APBD perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah desa dan dibantu oleh potensi dan swadaya desa setempat. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang cukup signifikan bagi desa untuk menunjang program-program desa. Pelaksanaan APBDesa memiliki peran penting dalam mensukseskan pembangunan daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
dapat menjadi cerminan kinerja dan kemampuan pemerintah desa dalam membiayai
dan
mengelola
penyelenggaraan
pemerintah
dan
pelaksanaanpembangunan di desa. Pada kenyataannya banyak ditemukan keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan skala prioritas, serta kurang mencerminkan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (Mardiasmo: 2009). Desa Gari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Seiring berjalannya waktu Desa Gari mulai sedikit demi sedikit membenahi insfrastruktur yang dibutuhkan oleh desa. Namun yang telihat hanyalah perbaikan jalan saja, itupun tidak menyeluruh ke setiap pelosok desa. Fasilitas dan sarana pra sarana belum lengkap dan belum sesuai dengan harapan masyarakat. Fenomena permasalahan lain yang nampak yaitu kemampuan manejerial aparat desa dalam mengelola keuangan yang masih kurang, transparansi dalam pengelolaan keuangan desa belum sepenuhnya nampak terlihat, masih ada simpang siur dalam penggunaan anggaran, partisispasi atau keterlibatan masyarakat dalam proses mengawasi dan memberikan masukan yang konstruktif terhadap perbaikan pengelolaan keuangan desa belum sepenuhnya maksimal. Menurut Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa bahwa keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah desa dalam rangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
memberikan pelayanan kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan pembangunan desa memerlukan dukungan dana yang memadai, pemerintah desa dapat dilaksanakan secara efektif. Tanpa memiliki dukungan dana yang memadai, pemerintah desa tidak akan mampu membiayai programprogram pembangunan desa tidak hanya mengandalkan partisipasi masyarakat, namun juga membutuhkan sumber daya lainnya yang tidak tersedia di desa yang harus dibiayai dari anggaran pemerintah desa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana
persepsi
masyarakat
terhadap
peranan
APBDesa
dalam
perencanaan APBDesa, penguatan kelembagaan, peningkatan insfrastruktur pedesaan dan pengembangan wilayah pedesaan di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : Mengetahui
persepsi
masyarakat
terhadap
peranan
APBDesa
dalam
perencanaan APBDesa, penguatan kelembagaan, peningkatan insfrastruktur pedesaan dan pengembangan wilayah pedesaan di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Dalam penelitian ini, diharapkan penulis dapat memecahkan masalah yang ada, memperluas wawasan penulis mengenai anggaran desa dan realisasinya serta memiliki pengalaman dalam melakukan survey kepada responden. 2. Bagi Desa Gari Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) untuk masa yang akan datang. 3. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan, wawasan, dan pengetahuan, baik bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma maupun pihak pihak lain yang berkepentingan terkait dengan topik yang diteliti oleh penulis. E. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam melakukan penelitian serta sebagai dasar dalam melakukan penelitian serta sebagai dasar dalam melakukan pengolahan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV Gambaran Umum Bab ini menjelaskan gambaran mengenai Desa Gari yang mencakup situasi dan kondisi yang terjadi. Bab V Analisis Data dan Pembahasan Bab ini berisi hasil penelitian yang kemudian diolah untuk dilakukan analisis data. Bab VI Penutup Bab ini mencakup kesimpulan penelitian, keterbatasan penulis serta saran bagi peneliti selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anggaran 1. Konsep Anggaran Sektor Publik Menurut Mardiasmo (2009), anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penetuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi: a. Aspek perencanaan b. Aspek pengendalian c. Aspek akuntabilitas Anggaran publik adalah rencana kegiatan dalam bentuk perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter (Mardiasmo: 2009). Anggaran merupakan bagian yang sangat penting karena akan memberikan gambaran dalam periode tertentu yang dapat memberikan informasi mengenai jumlah pendapatan yang akan diterima serta jumlah dana yang akan dikeluarakan untuk belanja dan aktivitas yang dilakukan oleh
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
pemerintah. Anggaran memberikan estimasi bagi pengelola daerah dalam melaksanakan kegiatan organisasi pada masa yang akan datang, karena setiap anggaran yang disusun memberikan informasi mengenai apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dalam periode tertentu. Anggaran pemerintah merupakan biaya atas rencana yang dibuat dan berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai rencana. Jadi, anggaran merupakan suatu kerangka konseptual yang disusun dalam satu periode tertentu yang dipersipakan untuk mencapai tujuan dari pemerintah. 2. Penganggaran Sektor Publik Anggaran memiliki peran penting dalam organisasi sektor publik, terutama organisasi pemerintahan. Apa pun jenis organisasinya, swasta maupun
publik,
selalu
terkait
dengan
anggaran.
Proses
untuk
mempersiapkan anggaran disebut penganggaran (Mardiasmo: 2009). Anggaran sering kali berisi rencana penerimaan dan pengeluaran, bahkan Ulum (2008) menambahkann bahwa anggaran publik merupakan dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan organisasi yang meliputi informasi mengenai penerimaan, pengeluaran dan aktivitas. Menurut Mardiasmo (2009), penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program aktivitas dalam satuan moneter. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan suatu rencana finansial yang menyatakan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
a. Berapa biaya atas rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja). b. Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang mendanai rencanatersebut (pendapatan). Tahap penyusunan anggaran sektor publik dimulai setelah rancangan perumusan strategi kebijakan pemerintah telah diselesaikan terlebih dahulu. Ini bertujuan untuk dapat mengetahui perkiraan jumlah dana yang akan dialokasikan pada rancangan strategik yang telah ditetapkan. Penyusunan anggaran sektor publik wajib diawasi mulai dari tahap perencanaan anggaran, pelaksanaannya serta pelaporannya. Dalam organisasi sektor publik, anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik. Menurut Mardiasmo (2009) ada beberapa prinsip yang dilakukan dalam penyusunan anggaran sektor publik adalah sebagai berikut : a. Tahap Persiapan Anggaran (Budget Preparation) Pada tahap persiapan dan penyusunan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan
dengan
pembuatan
keputusan
tentang
anggaran
pengeluaran.Dalam persoalan estimasi, yang perlu mendapat perhatian adalah terdapatnya faktor “uncertainty” (tingkat ketidakpastian) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
cukup tinggi. Oleh sebab itu, manajer keuangan publik harus memahami betul dalam menentukan besarnya suatu mata anggaran. Besarnya suatu mata anggaran sangat tergantung pada teknik dan sistem anggaran yang digunakan. b. Tahap Ratifikasi Anggaran (Budget Ratification) Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif (Kepala desa) dituntut tidak hanya memiliki “managerial skill” namun juga harus mempunyai political skill, salesmanship, dan coalition building yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dan eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif
harus
mempunyai
kemampuan
untuk
menjawab
dan
memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaanpertanyaan dan bantahan-bantahan dari pihak legislatif. c. Tahap Pelaksanaan Anggaran (Budget Implementation) Setelah anggaran disetujui oleh legislatif, tahap berikutnya adalah pelaksanaan anggaran. Dalam tahap ini, hal terpenting yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal ini bertanggungjawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadahi dan handal untuk perencanaan dan pengesahan anggaran yang telah disepakati, dan bahkan dapat diandalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya. Sistem akuntansi yang digunakan hendaknya juga mendukung pengendalian anggaran. d. Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran. Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Apabila pada tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka tahap pelaporan dan evaluasi anggaran biasanya tidak akan menemui banyak masalah. B. Desa Menurut UU No. 32 Tahun 2004, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di kabupaten/kota. C. Lembaga Kemasyarakatan Desa Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan, lembaga kemasyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dan Lurah dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga-lembaga tersebut adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
a. Rukun warga (RW) Bagian dari kerja Lurah dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya ditetapkan oleh pemerintah desa atau Lurah. b. Rukun Tetangga (RT) Dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan
pemerintahan
dan
kemasyarakatan
yang
ditetapkan
olehpemerintah desa atau Lurah. c. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Desa/Kelurahan (TP PKK) Lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah dan organisasi masyarakat lainnya, yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak terlaksana program PKK. d. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (Gerakan PKK) Gerakan Nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengeloalaanya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa, berbudi luhur, sehat, sejahtera, maju dan mandiri. e. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD/LPM) Lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitrapemerintahdesa dan Lurah dalam menampung aspirasi serta kebutuhan masyarakat dibidang pembangunan. f. Karangtaruna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
Lembaga kemasyarakatan yang merupakan wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggungjawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutaman generasi muda di wilayah desa. g. Lembaga Adat Lembaga kemasyarakatan baik yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang di dalam sejarah masyarakat atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan didalam hukum adat tersebut. D. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) 1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Menurut Undang-undang No.32 Tahun 2004, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) adalah peraturandesa yang memuat sumbersumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun. APBDesa terdiri atas bagian pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan. Rancangan
APBDesa
dibahas
dalam
musyawarah
perencanaan pembangunan desa. Kepala desa bersama Badan Pengawas Desa (BPD) menetapkan APBDesa setiap tahun dengan Peraturan Desa.Menurut Undang-undang
32
Tahun
2004 dan Peraturan
Pemerintah72 Tahun 2005 disebutkan sumber-sumber pendapatan desa meliputi: a. Pendapatan aslidesa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
b. Pendapatan
asli
desa
yang
sah, bagi hasil pajak daerah
Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa. c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa. d. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan. e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Sedangkan kekayaan desa meliputi tanah kas desa, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan desa, pelelangan ikan yang dikelola oleh desa serta aktivitas desa yang dapat menimbulkan pendapatan. Sumber pendapatan daerah yang berada di desa baik pajak maupun retribusi yang sudah dipungut oleh Provinsi atau Kabupaten/Kota tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah desa. Pungutanretribusi dan pajak lainnya yang telah dipungut oleh desa tidak dibenarkan dipungut atau diambil alih oleh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemberian hibah dan sumbangan tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang kepada desa. Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik desa sesuai dengan ketentuan peraturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
perundang-undangan. Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APBDesa. 2. Prioritas penggunaan dana desa untuk pembangunan desa Menurut Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pembangunan desa dialokasikan untuk mencapai tujuan pembangunan desa yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan, melalui: a. Pemenuhan kebutuhan dasar b. Pembangunan sarana dan prasarana desa c. Pengembangan potensi ekonomi lokal d. Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan
3. Alokasi Dana Desa Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa,yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota (Undangundang No. 32 Tahun 2004). Dalam Peraturan Menteri Desa (Permendesa) nomor 5 tahun 2015 tentang Prioritas Pengelolaan Dana Desa, telah di jabarkan empat item prioritas penggunaan dana desa untuk pembangunan desa, dan semua tujuannya adalah untuk mencapai pembangunan desa, meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan. Empat hal itu adalah pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
potensi ekonomi lokal, dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. 4. Perencanaan APBDesa Dalam rangka memenuhi prioritas Alokasi Dana Desa dibutuhkan perencanaan yang efektif agar dapat mencapai sasaran yang ditentukan serta peran kelembagaan desa untuk menampung segala bentuk aspirasi masyarakat. Perencanaan APBDesa adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan
untuk
menghasilkan
rencana-rencana
pembangunandesa dalam jangka menengah dan tahunan yang dilaksankan oleh unsur pemerintahan desa dan masyarakat desa yang tertuang dalam Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) untuk lima tahunan dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa) untuk rencana tahunan desa yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala desa. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa bahwa perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten yang disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya dan wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa. E. Pembangunan dan pengembangan desa 1. Pembangunan Menurut Basri & Subri (2006) pembangunan adalah proses perubahan sistem yang di rencanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada modernis
pembangunan
dan
kemajuan
sosial
ekonomis.
Konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
pembangunan itu merupakan kunci pembuka bagi pengertian baru tentang hakekat fungsi administrasi pada setiap negara dan sifat dinamis. Pembangunan akan dapat berjalan lancar, apabila disertai dengan admnistrasi yang baik. Pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang berkelanjutan dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Sedangkan menurut Siagian (2008) pembangunan merupakan suatu rangkaian usaha untuk mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana serta sadar, yang di tempuh oleh suatu negaramenuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Pembangunan terdiri dari pembangunan fisik dan non fisik. Pembangunan fisik adaalah pembanguan yang dapat di rasakan langsung oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh mata (Kuncoro; 2010) pembangunan fisik misalnya berupa infrastruktur, bangunan, fasilitas umum. Sedangkan pembangunan non fisik adalah jenis pembangunan yang tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang lama (Wresniwiro: 2012) contoh dari pembangunan non fisik adalah berupa peningkatan perekonomian rakyat desa, peningkatan kesehatan masyarakat (Wresniwiro: 2012). 2. Pembangunan desa Pembangunan desa adalah proses kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan
masyarakat.
Menurut
peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa sebagaimana dimaksud pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
ayat (2) bahwa perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintahandesa sesuai dengan kewenangannya dan menurut ayat (3) bahwa dalam menyusun perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa. Desa merupakan level pemerintah terendah di Indonesia dan memilikiciri khas yang unik. Ciri khas desa yang unik ini semakin menguatkan asumsi bahwa strategi pembangunan dari desa merupakan strategi pembangunan yang dapat menyelaraskan antara tujuan pemerataan pembangunan pertumbuhan ekonomi dan tercapainya stabilitas pemerintahan. Oleh karena itu, penting adanya penguatan peran lembagalembaga di desa dalam penyelenggaraan pembangunan. Istilah lembaga pemerintahan desa bisa mengacu tidak hanya organisasi atau badan di desa yang melakukan usaha tertentu, tetapi juga mengandung pola perilaku masyarakat desa yang mapan. Oleh sebab itu, penggunaan konsep lembaga pemerintahan desa tidak hanya menunjuk pada pemerintah desa saja, tetapi juga mencakup badan-badan desa yang lain seperti keberadaan badan permusyawaratan desa, badan sosial desa maupun badan ekonomi desa. Lembaga dipahami sebagai aturan main dari suatu masyarakat untuk mengelola interaksi antar individu anggota masyarakat. Lembaga desa merupakan suatu bentuk tatanan masyarakat desa dengan basis nilai tertentu yang merupakan hasil proses sosial historis masyarakat desa bersangkutan. Bentuk kelembagaan dengan sendirinya mencerminkan situasi, kondisi, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat desa bersangkutan. Lembaga dapat pula diartikan sebagai organisasi dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
karakteristik lembaga akan ditentukan oleh proses pembentukan, orientasi, nilai-nilai pengikat, model keanggotaan maupun cara kerja. Menurut definisi ini, maka lembaga desa meliputi lembaga yang bersifat formal (lembaga yang dibentuk oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di desa) dan lembaga non formal (lembaga yang dibuat oleh masyarakat untuk menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi). Lembaga-lembaga desa perlu untuk diperkuat dan dikembangkan sehingga menjadi kekuatan masyarakat desa dalam memberikan respon terhadap perkembangan dan persoalan-persoalan yang hadir di desa yang berarti memperkuat otonomi desa. Peran kelembagaan desa (pemerintah desa, badan permusyawaratan desa, dan lembaga kemasyarakatan desa) dalam rangka penyusunan dan implementasi kebijakan
yang
berkaitan
dengan
pembangunan,
pemerintahan,
pengembangan kemasyarakatan, saat ini semakin menguat dibandingkan era tahun-tahun sebelumnya. Perubahan ini sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan perubahan paradigma pembangunan dan pemerintahan, baik dalam lingkungna intra maupun ekstra sosial. Melihat keterbatasan kewenangan desa, dana, sumber daya, dan kedudukan organisasional yang ambivalen antara organisasi pemerintah (desa) dengan lembaga kemasyarakatan, maka pemerintah desa perlu menerapkan strategi pengembangan peningkatan peran kelembagaan desa yang dilakukan di era otonomi daerah sekarang ini, yakni sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
a. Meningkatkan kapasitas kepemimpinan (tata kepemimpinan) yakni dengan
meningkatkan
kepemimpinan
kepala
desa
atau
badan
permusyawaratan desa, menyiapkan kematangan masyarakat desa, menjaga keharmonisan hubungan pemerintahan desa, dan memahami visi dan misi yang diemban. b. Meningkatkan
kapasitas
kelembagaan
pemerintahan
desa
(tata
pemerintahan) yakni dengan meningkatkan kelembagaan dalam hal kewenangan, organisasi, personil, keuangan, perlengkapan, perencanaan, pengawasan, dokumentasi untuk pemerintah desa. Meningkatkan fungsi agregasi dan artikulasi, budgeting, pengawasan, serta legislasi untuk badan pemerintahan desa. c. Meningkatkan kapasitas sumber daya sosial (tata kemasyarakatan), yakni dengan meningkatkan: 1) Sumber daya manusia: pendidikan dan kesehatan; 2) Sumber daya sosial politik: partisipasi politik masyarakat, stabilitas keamanan dan ketertiban, eksistensi lembaga kemasyarakatan; 3) Sumber daya sosial ekonomi: insfrastruktur ekonomi desa dan aktivitas ekonomi pedesaan; 4) Sumber daya sosial budaya: kesenian dan lembaga kesenian, adat dan lembaga adat; 5) Sumber daya sosial agama: toleransi kehidupan beragama dan sarana ibadah 3. APBDesa dan pembangunan desa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
Perananan pemerintah desa dalam menyusun dan melaksankan APBDesa adalah pelaksanaan dari tugas, fungsi, kewenangan, hak, dan kewajiban yang dimiliki pemerintah desa dalam hal pelaksanaan pembangunan di desa, khususnya yang berkaitan dengan penyusun dan pelaksanaan APBDesa. Kepala desa, selaku unsur pelaksana pemerintah desa memilki peran strategis sebagai berikut: a. Menyusun rancangan peraturan desa mengenai APBDesa. b. Mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APBDesa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD. c. Menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disetujui bersama BPD sebelum ditetapkan oleh Kepala desa paling lama 3 (tiga) hari kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi. d. Melaksanakan APBDesa melalui penetapan keputusan desa atau keputusan kepala desa. e. Mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif. f. Menyelenggarakan
urusan
pemerintahan,
pembangunan,
dan
kemasyarakatan (PP 72/2005). Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Menyusun dan Melaksanakan APBDesa Peran BPD dalam menyusun dan melaksanakan APBDesa, berdasarkan PP 72/2005 adalah sebagai berikut: a. Mengevaluasi hasil pengawasan APBDesa tahun lalu dengan melibatkan kelembagaan desa serta masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
b. Menampung aspirasi, saran, dan masukan masyarakat berkaitan dengan peraturan desa hususnya rancangan APBDesa. c. Membahas rancangan peraturan desa mengenai APB Desa yang disampaikan oleh kepala desa. d. Melaksanakan pengawasan terhadap jalannya APBDesa Peran Lembaga Kemasyarakatan desa dalam Menyusun dan Melaksanakan APBDesa Lembaga kemasyarakatan meliputi Rukun Tetangga, Rukun Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, lembaga pemberdayaan masyarakat atau sebutan lain. Lembaga kemasyarakatan mempunyai tugas membantu Pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. Peran lembaga kemasyarakatan dalam penyusunan dan pelaksanaan APBDesa meliputi menyusun rencana pembangunan secara partisipatif, melaksanakan, mengendalikan,
memanfaatkan,
memelihara
dan
mengembangkan
pembangunan secara partisipatif, menggerakkan dan mengembangkan partisipasi,
gotong
royong
dan
swadaya
masyarakat,
menumbuh
kembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat, menumbuh kembangan dan menggerakan prakarsa, partisipasi, serta
swadaya
gotong
royong
masyarakat,
memberdayakan
dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga, serta memberdayakan hak politik masyarakat. Pengurus lembaga kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dari anggota masyarakat yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan kepedulian dalam pemberdayaan masyarakat. Hubungan kerja antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.Perananggota masyarakat desa dalam menyusun danmelaksanakan APBDesa peran anggota masyarakat desa dalam menyusun dan melaksanakan APBDesa di desa, menurut PP 72/2005, adalah sebagai berikut: a. Mengajukan usul, saran, dan aspirasi kepada kepala desa atau forum BPD. b. Melaksanakan pengawasan personal terhadap pelaksanaan APBDesa. c. Menumbuh kembangkan semangat memanfaatkan, memelihara, dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan di desa. Faktor Internal dan Eksternal penghambat pengembangan peranan kelembagaan desa menyusun dan melaksanakan kebijakandesa menurut Wasistiono (2006), ada beberapa hal yang menjadi faktor penghambat kelembagaan desa dalam menyusun dan mengimplementasikan berbagai program dan kebijakan desa, yaitu hambatan eksternal dan hambatan internal. a. Hambatan Internal, meliputi rendahnya kualitas SDM di pedesaan yang sebagian besar berketerampilan rendah, termasuk yang terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa kelembagaan di tingkat desa belum sepenuhnya tertata dengan baik, pemahaman tugas pokok dan fungsi dari aparatur desa yang masih rendah, lemahnya kemampuan perencanaan di tingkat
desa
dan
masih
bersifat
parsial,
terbatasnya
alokasi
anggaran/dana, yang berkaibat terbatasnya operasional program/kegiatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
sarana dan pra sarana penunjang mobilitas operasional terbatas, pengelolaan administrasi dan pendokumentasian yang masih minim, masih rendahnya pemanfaatan iptek dan tekonologi tepat guna dalam usaha ekonomi pedesaan, rendahnya asset yang dikuasai masyarakat pedesaan, kepemilikan lahan yang makin sempit, serta rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana pedesaan. b. Hambatan Eksternal, meliputi lemahnya koordinasi lintas bidang dalam pengembangan
kawasan
pedesaan,
masih
lemahnya
koordinasi
antarsektor, dinamika masyarakat yang selalu berubah, termasuk tingginya dinamika sektor ekonomi, terbatasnya alternatif lapangan kerja berkualitas, lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi baik secara sektoral maupun spasial, timbulnya hambatan (barrier) distribusi dan perdagangan antardaerah, tingginya resiko kerentanan yang dihadapi petani dan pelaku usaha di pedesaan, meningkatnya konversi lahan pertanian subur dan beririgasi teknis bagi peruntukan lain, meningkatnya degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat. F. Permendagri 37 tahun 2007 dan Permendagri 113 tahun 2014 tentangPengelolaan Keuangan Desa Permendgari 37 tahun 2007 sudah dicabut pada akhir tahun 2014, dan terhitung mulai 1 Januari 2015 pemerintah telah memperbaharui Permendagri mulai Nomor 111, 112, 113 dan 114 tahun 2014. Ada perbedaan mencolok serta mendasar dalam penyusunan rancangan APBDesa pada dua Permendagri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
tersebut. Perbedaan tersebut antara lain format pembagian, pengelompokan dan pos pembelanjaan. Dalam Permendagri 37/2007 format pembagian debedakan menjadi dua. Yakni, belanja pegawai dan pembangunan. Sedangkan pada regulasi yang baru dibedakan menjadi empat posyakni, pos pembelanjaan pembangunan, belanja pemberdayaan masyarakat, pembinaan masyarakat dan penyelenggaraan pemerintah. G. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Siburian, Erlina dan Rujiman (2014) dari Universitas Sumatera Utara dengan judul Peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Dalam Pengembangan Wilayah Pedesaan di Kabupaten Serdang Bedagai, yang menyimpulkan
bahwa
APBDesa
mempunyai
peranan
terhadap
pengembangan wilayahpedesaan di desa Firdaus Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. Peranan tersebut berupa peningkatan pelayanan lembaga pemerintahdesa, peningkatan kesejahteraan/kualitas hidup masyarakat, peningkatan sumber daya masyarakat desa, peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatan insfrastrukturpedesaan dan peningkatan peran lembaga kemasyarakatandesa dapat dicapai dengan adanya APBDesa, namun peranan lembaga kemasyarakatan yang belum optimal karena pengalokasian dana yang kurang terhadap lembaga kemasyarakatan desa. Berdasarkan
penelitian
perencanaan
APBDesa,
tersebut
variabel
pemenuhan
yang
kebutuhan
digunakan dasar,
adalah
penguatan
kelembagaan, peningkatan insfrastuktur, dan pengembangan wilayah pedesaan. Dalam penelitian ini, penulis menambahkan prosedur penyusunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
APBDesa, karena desa yang berkembang dinilai mulai dari bagaimana pemerintah desa menyusun anggarannya. 2. Yuni, Arie dan Very (2011) melakukan penelitian dengan judul Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
(APBDesa)
dalam
menunjang
pembangunan desa di desa Betelen Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa
Tenggara.
Hasil
dari
penelitian
ini
adalah
horizontal
accountability antara pemerintah desa dan masyarakat di desa Betelen belum terjalin dengan baik. Transparansi dalam pelaksanaan APBDesa belum sesuai dengan yang diharapkan. Partisipasi masyarakat masih dianggap kurang. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan anggaran antara lain, kurang mampunya pengetahuan manajerial aparatdesa selaku pengelola anggaran, jumlah anggaran yang tidak sesuai dengan rencana pembangunan, kurangnya koordinasi antara kepala desa dengan kepala jaga terkait penarikan pajak yang lambat. 3. Rosalinda (2014) melalukan penelitian tentangpengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam menunjang pembangunan pedesaan di Desa Segodorejo dan Desa Ploso Kerep, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Penelitian ini menggambarkan bagaimana pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang dilaksanakan di desa Segodorejo dan desa Plosos Kerep, yaitu dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawabannya apakah sudah didasarkan pada prosedur dan aturan yang berlaku, apakah prinsipprinsip
pengelolaannya
sudah
mampu
diwujudkan.
Secara
umum
pengelolaan ADD di desa Segodorejo dan Ploso Kerep masih kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
efektif, hal ini dibuktikan dengan masih adanya kegiatan proses pengeloaan yang masih kurang peran masyarakat dalam berpartisipasi. Adanya keputusan Bupati dalam keseragaman perolehan besaran ADD yang setiap tahun sama besarnya. Dalam pemanfaatan dana ADD juga diatur Peraturan Bupati Kabupaten Jombang dimana ada pos-pos anggaran dalam pengalokasiaanya. Sehingga pemanfaatan dana ADD menimbulkan kepatenan penerapan besaran nominal pengaggaran di setiap pos-pos anggaran. Padahal pelaksanaan ADD sesungguhnya merupakan proses yang didasarkan atas keadaan masyarakat dan Desa. 4. Abdusakur (2012) melakukan penelitian tentang implementasi kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) di wilayah Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan
APBDesa di wilayah Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan sudah sesuai dengan Peraturan Bupati Hulu Sungai Tengah Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Akan tetapi dari analisis yang dilakukan penulis, sangat jelas bahwa prakteknya tidaklah memadukan antara top-down dan bottomup, kaena adanya ketimpangan dan lebih dominan top-down. Dilihat dari dokumen perubahan APBDesa dari Desa Baru, Desa Pagat, dan Desa Layuh, tampak sekali bahwa Perdes tersebut seperti formalitas yang dimintakan oleh Pemerintah Daerah untuk melengkapi berkas saja. Faktor-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
faktor yang menentukan implementasi kebijakan APBDesa di Kecamatan Batu Benawa adalah perencanaan dan pelaksanaan kebijakan APBDesa, keberadaan aspek pemasukan desa dan tingkat urgensi program.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan penelitian pada sesuatu atau obyek yang diteliti sebagai kasus di suatu tempat. Data dan informasi yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis. Hasil penelitian ini hanya berlaku untuk Desa Gari periode 20102014. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2015 – Maret 2016. C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah pihak-pihak yang telibat dalam penelitian dan berperan sebagai sumber informasi. Subyek penelitian pada penulisan ini adalah : a. Pemerintah Desa Gari, KecamatanWonosari, Kabupaten Gunungkidul yang terdiri dari Kepala desa dan Kepala Urusan Umum. b. Masyarakat Desa Gari, KecamatanWonosari, Kabupaten Gunungkidul.
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
2. Obyek penelitian Obyek penelitian adalah segala sesuatu yang akan diteliti dengan mendapatkan data untuk tujuan tertentu. Obyek penelitian yang digunakan adalah perencanaan APBDesa, pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan, peningkataninfrastruktur pedesaan, pengembangan wilayah pedesaan, serta laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Gari. D. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1. Wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan narasumber. Data yang diperoleh dalam wawancara berupa data mengenai
keadaan desa
dengan adanya peranan APBDesa dalam kehidupan masyarakat desa yang diperoleh dari hasil tanya jawab kepada masyarakat Desa Gari . 2. Kuesioner. Data yang diperoleh dalam kuesioner berupa hasil data persepsi masyarakat terhadap peranan APBDesa dalam perencanaan APBDesa, penguatan kelembagaan, peningkatan insfrastruktur pedesaan dan pengembangan wilayah pedesaan di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. 3. Observasi atau mengadakan pengamatan secara langsung yang ada hubungannya dengan masalah pokok atau obyek yang diteliti. Hasil data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
yang didapatkan melalui observasi adalah keadaan yang dialami Desa Gari hingga tahun 2015 berupa keadaan insfrastrukturnya. 4. Dokumentasi Data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi adalah : a. Gambaran umum Desa Gari b. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi APBDesa 2010-2014 c. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) 2010-2014 d. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 E. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan krakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/ subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subjek/ objek (Sugiyono: 2012). 1. Populasi Populasi
dalam
penelitian
ini
adalah
masyarakat
Desa
Gari,
KecamatanWonosari, Kabupaten Gunungkidul. 2. Sampel Pengambilan sampel (Sugiarto:2001):
dengan mengguanakan
Rumus
Frank
Lynch
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Keterangan: N=Jumlah Populasi Z= Nilai standar sesuai dengan tingkat kepercayaan (dalam hal ini bernilai 1,96 pada tingkat kepercayaan 95%) E=Tingkat kesalahan yang ditentukan (dalam hal ini penulis menetapkan 10% atau 0,10) P= Proporsi atau presentasi yang yang mempunyai karakteristik tertentu (dalam hal ini penulis menetapkan 50% atau 0,50) Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah geografic
cluster
judgmental
sampling.
Cluster
sampling
adalah
pengambilan data dari kluster-kluster yang dilakukan secara random. Cluster sampling sering juga disebut area sampling karena berkaitan dengan lokasi tertentu. Dalam penelitian ini lokasi penelitian adalah sebuah Desa, yang terdiri dari beberapa Dusun. Judgmental sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan “penilaian” (judgment) peneliti mengenai siapa-siapa saja yang pantas (memenuhipersyaratan) untuk dijadikan sampel. Oleh karenanya agar tidak sangat subjektif, peneliti harus punya latar belakang pengetahuan tertentu mengenai sampel dimaksud (tentu juga populasinya) agar benar-benar bisa mendapatkan sampel yang sesuai dengan persyaratan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
atau tujuan penelitian (memperoleh data yang akurat).Dalam penelitian ini sampel yang diteliti adalah beberapa orang dewasa yang dipilih dari berbagai dusun yang ada di Desa Gari yang mengetahui tentang APBDesa. Langkah awal dalam penentuan sampel, terlebih dahulu peneliti menentukan jumlah sampel yang akan dipilih menjadi responden dengan menggunakan Rumus Frank Lynch. Dari hasil perhitungan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 96 orang. Langkah selanjutnya memilih sampel yang tepat sesuai dengan penelitian dengan menggunakan teknik sampling geografik cluster judgmental sampling. Cara menggunakan teknik ini adalah dengan membagi sampel kedalam beberapa lokasi. Sampel diambil dari ke-sembilan dusun yang ada di Desa Gari yaitu, padukuhan Ngijorejo, Kalidadap, Jatirejo, Gatak, Gari, Gelung, Tegalrejo, Ngelorejo, dan Gondangrejo. Peneliti hanya memilih warga yang tahu tentang APBDesa, dengan cara meminta rekomendasi dari kepala dusun dan melihat daftar warga yang terlibat dalam kelembagaan di Desa Gari yang ada di kelurahan. F. Variabel dan Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2012) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan. Peneliti mengembangkan kuesioner dari penelitian yang dilakukan oleh Siburian, Erlina dan Rujiman (2014). Penelitian tersebut meneliti tentang “Peranan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dalam Pengembangan Wilayah Pedesaan di Kabupaten Serdang Bedagai”. Setiap kuesioner terdiri dari dua bagian yang harus dijawab oleh responden. Bagian pertama berisi pertanyaan yang berhubungan dengan data demografi responden yang meliputi nama, usia, jenis pekerjaan, pengetahuan tentang APBDesa dan keterlibatan organisasi. Bagian kedua adalah pertanyaan yang berhubungan dengan perencanaan APBDesa, pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan, peningkatan insfrastruktur pedesaan, dan pengembangan wilayah pedesaan
(kuesioner terlampir).Operasionalisasi
variabel-variabel yang telah ditentukan, yaitu : 1. Perencanaan APBDesa Perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten yang harus disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya dan wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa. Dalam hal ini, peneliti ingin meneliti keterlibatan dan pengetahuan masyarakat dalam perencanaan APBDesa.Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur perencanaan desa : a. Pengetahuan
masyarakat
tentang
APBDesa
setiap
tahun
dianggarkan oleh pemerintah desa. b. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan penyusunan APBDesa. c. Kesesuaian penyusunan APBDesa dengan yang direncanakan.
yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
d. Pengetahuan masyarakat tentang pembahasan APBDesaoleh kepala desa bersama BPD. 2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Desa memiliki penyelanggara pemerintah desa yakni pemerintah desa (kepala desa dan perangkatnya) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan LPMD. Masing-masing memiliki kedudukan, tugas dan fungsinya dalam konstruksi penyelenggaraan pemerintah desa yaitu kedudukan lembaga desa mencerminkan peran yang akan diembannya dan tugas serta fungsinya yang merupakan derivasi atau uraian lebih lanjut dari kewenangan desa sehingga semua kewenangan desa dapat diselenggarakan secara efektif oleh lembaga tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pendapat masyarakat apakah APBDesa berperan dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan peningkatan mutu pelayanan desa. Indikator-indikator untuk mengukur pemenuhan kebutuhan dasar adalah sebagai berikut : a. Efektifitas pelaksanaan APBDesa dengan pelayanan yang diberikan pemerintah desa. b. Efisiensi pelaksanaan kegiatan. c. Peningkatan mutu pelayanan dengan adanya peningkatan sumber pendapatan desa. d. Alokasi belanja untuk operasional BPD telah memadahi 3. Penguatan Kelembagaan Secara
umum,
dasarnya berkedudukan
lembaga di
desa
kemasyarakatan sebagai
wadah
desa partisipasi
pada warga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
masyarakat
dalam
pengembangan
ide
dan
kemampuanan
untuk
pendayagunaan segenap potensi dan swadaya gotong-royong. Lembaga kemasyarakatan
merupakan
mitra
bagi
pemerintah
desa
dalam
pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan pembangunan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menelitipendapat masyarakat apakah APBDesa bereperan dalam mencukupi segala kebutuhan lembaga desa yaitu, LPMD, PKK, Karangtaruna, Posyandu, Paud, RT dan RW. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur penguatan kelembagaan adalah : a. Alokasi belanja untuk lembaga kemasyarakatan. b. Alokasi belanja untuk lembaga pemberdayaan masyarakat. c. Alokasi untuk biaya PKK. d. Alokasi belanja untuk biaya Posyandu. e. Alokasi belanja untuk biaya PAUD. f. Alokasi belanja untuk biaya Karangtaruna. 4. Peningkatan Infrastuktur Pedesaan Penyediaan sarana/prasarana merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Peningkatan insfrastruktur pedesaan merupakan sarana yang paling dibutuhkan masyarakat dalam rangka mempermudah akses, peningkatan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.Peneliti akan meneliti pendapat masyarakat apakah APBDesa bereperan dalam peningkatan insfrastruktur
pedesaan.
Indikator-indikator
yang
mengukur peningkatan insfrastruktur pedesaan adalah :
digunakan
untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
a. Belanja untuk peningkatan sarana/prasarana kantor desa. b. Belanja untuk peningkatan sarana/prasaraba pertemuan/ balai desa. c. Belanja untuk peningkatan prasaran jalan. d. Belanja untuk peningkatan prasarana pemukiman. 5. Pengembangan Wilayah Pedesaan Pengembangan wilayah adalah membangun masyarakat sesuai potensi dan prioritas yang terdapat di daerah tersebut. Pengembangan wilayah pedesaandapat digambarkan dari kualitas hidup, masyarakat, kesejahteraan masyarakat, peningkatan sosial ekonomi masyarakat, perbaikan lingkungan pemukiman, pemanfaatan wilayah pedesaan dan peningkatan sumber daya masyarakat desa. Peneliti akan meneliti pendapat masyarakat apakah APBDesa bereperan pengembangan wilayah pedesaan. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur pengembangan wilayah pedesaan adalah: a. Pengembangan kualitas hidup masyarakat. b. Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. c. Peningkatan ekonomi masyarakat desa. d. Perbaikan terhadap lingkungan pemukiman penduduk. e. Pengembangan wilayah pedesaan. G. Skala Pengukuran Data Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur, karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka-angka. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert. Skala Likert yaitu skala yang dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala. Dalam Skala Likert terdapat 5 kategori jawaban dengan skor sebagai berikut :
Sangat Setuju (SS)
:5
Setuju (S)
:4
Cukup Setuju (CS)
:3
Tidak Setuju (TS)
:2
Sangat Tidak Setuju (STS)
:1
Kriteria interprestasi skor yang digunakan dalam mengolah hasil kuesioner menurut Ridwan dan Sunarto (2009) adalah sebagai berikut: 0
20%
40%
60%
80%
100%
Sangat
Tidak
Cukup
Setuju
Sangat
tidak setuju setuju
setuju
0% - 20%
Sangat Tidak Setuju (sangat tidak berperan)
21% - 40%
Tidak Setuju (kurang berperan)
41% - 60%
Cukup Setuju (cukup berperan)
setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
61% - 80%
Setuju (berperan)
81% - 100%
Sangat Setuju (sangat berperan)
H. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas Uji validitas adalah suatu alat pengukur untuk mengukur sejauh mana alat ukur memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsinya. Artinya membandingkan beberapa hasil pengukuran dari populasi yang sama pada waktu berbeda atau oleh peneliti yang lain (Sugiyono: 2012).Rumus Korelasi Product Moment (Wijaya: 2009):
√{
}{
}
Keterangan : rxy
: Koefisien korelasi antara X dan Y (product moment)
X
: Nilai total jawaban dari masing-masing nomor dari responden
Y
: Total butir dari jawaban responden
∑X
: Jumlah skor butir
∑ XY
: Jumlah hasil kali antara X dan Y
N
: Banyaknya partisipan uji coba
Data dikatakan valid, jika koefisien korelasi (r) < 0,50 atau jika r hitung ≥ r tabel dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen tersebut dikatakan valid, jika r hitung < r tabel dengan taraf keyakinan 95 %, maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
Uji Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran (Husein: 2005). Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel konstruk. Suatu kuesioner dinyatakan reliable atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali: 2011). Dalam menghitung reliabilitas, peneliti menggunakan rumus Cronbach’s Alpha yang mana rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya kuesioner atau soal bentuk uraian. Rumus Cronbach’s Alpha
: ⌊
⌋[
]
Keterangan : r
:Koefisien reliabilitas instrumen (cronbach alpha)
k
:Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal : Total varian butir : Total varian Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna, jika alpha antara 0,70-
0,90 maka reliabilitas tinggi, jika alpha antara 0,50-0,70 maka reliabilitas moderat, jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliable. Data dianggap reliable jika nilai alpha berada di atas 0,6 atau 60%. Semakin tinggi nilai koefisien alpha, semakin konsisten hasil yang diperoleh, sehingga data dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
I. Teknik Analisis Data Teknik analisis data mendiskripsikan teknik analisis apa yang akan digunakan oleh peneliti, untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan,termasuk pengujiannya (Sanusi: 2011).Penelitian ini merupakan jenis penelitian statistika deskriptif. Teknik analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Data yang diperoleh dari kuesioner tertutup diklasifikasikan dan dihitung persentasehasil jawaban dariresponden. 2. Hasil
persentase
tersebut
dideskripsikan.Sebelumhasil
persentase
dideskripsikan langkah yang terlebih dahulu dilakukan adalahsebagai berikut : a. Jawaban responden yang menjawab setuju dan sangat setuju dalam setiap indikator dihitung agar lebih mudah dalam membuat deskripsi dan dalam menarik kesimpulan. b. Rata-rata jawaban dalam setiap variabel dihitung. 3. Apabila langkah diatas telah dilakukan,langkah selanjutnya setiap indikator dan rata-rata jawaban dalam setiap variabel dari hasilperhitungan yang dilakukan, didiskripsikan dan dianalisis. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Apabila jawaban responden yang menjawab setuju dan sangat setuju berjumlah 0% - 20%, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat sangat tidak setuju bahwa mereka dapat merasakan adanya peran APBDesa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
b. Apabila jawaban responden yang menjawab setuju dan sangat setuju berjumlah 21% - 40%, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat tidak setuju bahwa mereka dapat merasakan adanya peran APBDesa. c. Apabila jawaban responden yang menjawab setuju dan sangat setuju berjumlah
41% - 60%, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat
cukup setuju bahwa mereka dapat merasakan adanya peran APBDesa. d. Apabila jawaban responden yang menjawab setuju dan sangat setuju berjumlah
61% - 80%, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat
setuju bahwa mereka dapat merasakan adanya peran APBDesa. e. Apabila jawaban responden yang menjawab setuju dan sangat setuju berjumlah 81% - 100%, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat sangat setuju bahwa mereka dapat merasakan adanya peran APBDesa. 4. Selanjutnya untuk mendukung analisis kuesioner, realita yang terjadi di Desa Gari yang terkait denganperan APBDesa di Desa Gari dideskripsikan. Dalam mendeskripsikan realita yang terjadi di Desa Gari ini penulis mengumpulkan data dari wawancara, dokumetasi serta observasi secara langsung. Hal ini dimaksudkan agar peneliti tidak hanya dapat mengetahui persepsi masyarakat, namun juga melihat bukti dan alasan masyarakat dibalik persepsi yang diungkapkan oleh masyarakat. 5. Kesimpulan ditarik dari hasil analisis kuesioner dan realita yang terjadi terkait dengan peran APBDesa di Desa Gari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Visi dan misi Desa Gari 1. Visi Visi Desa Gari adalah menjadi penyelenggara pemerintahan yang baik untuk menuju terwujudnya Desa Gari yang mandiri dan sejahtera. 2. Misi
Guna mewujudkan visi tersebut di atas ditetapkan misi Desa Gari sebagai berikut: a. Meningkatkan koordinasi perangkat desa dan lembaga desa dalam pelayanan kepada masyarakat b. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat di berbagai bidang c. Memperkuat nilai-nilai luhur budaya masyarakat sebagai unsur pemberdayaan masyarakat untuk menuju masyarakat yang mandiri dan sejahtera d. Meningkatkan dan memperkuat fungsi dan peran lembaga desa dan lembaga kemasyarakatan lain yang ada e. Mewujudkan suasana aman dan kondusif menuju masyarakat mandiri dan sejahtera
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
3. Struktur Organisasi
BPD
Kepala desa
Sekretaris desa
Kepala Urusan Umum
Kepala Urusan Perencanaan
Kepala Urusan Keuangan
Bagian Pemerintahan
Dukuh
Bagian Pembangunan
Gambar 4.1 Strukur Organisasi Desa Gari Sumber: Arsip pemerintah desa 4. Kelembagaan desa
a. PKK b. Posyandu c. Karangtaruna d. Rukun Tetangga e. Rukun Warga f. PAUD g. LPMD h. BPD B. Keadaan Umum Wilayah Desa Gari 1. Letak Wilayah Desa Gari
Bagian Kesejahteraan Masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Desa Gari merupakan salah satu desa di wilayah Kabupaten Gunungkidul dengan batas-batas sebagai berikut : a. Sebelah utara Desa Kedung Keris Kecamatan Nglipar b. Sebelah timur Desa Karang Tengah Kecamatan Wonosari c. Sebelah selatan Desa Piyaman Kecamatan Wonosari d. Sebelah barat Desa Gading Kecamatan Playen 2. Luas wilayah Desa Gari adalah 600.25 Ha. 3. Tata guna tanah Desa Gari adalah : a. Sawah dan ladang
:
233.000
Ha
b. Perkantoran
:
2.000
Ha
c. Empang
:
-
Ha
d. Permukiman
:
113.00
Ha
e. Pekuburan
:
16.000
Ha
f. Prasarana umum
:
236.25
Ha
4. Sumber Daya Alam : a. Adanya lahan yang luas dimana dapat dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan, hutan, lahan peternakan. b. Adanya air yang lumayan mudah yang sangat bermanfaat untuk perairan dan perikanan. 5. Orbitasi : a. Jarak ke Ibukota Kecamatan terdekat
:
6
Km
b. Lama tempuh ke Ibukota Kecamatan
:
20
Menit
c. Angkutan Pedesaan ke Kota
ada
:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
d. Jarak ke Ibukota Kabupaten Terdekat
:
6
Km
e. Lama tempuh ke Ibukota Kabupaten
:
20
Menit
6. Iklim : a. Curah Hujan
:
200-500 mm/tahun
b. Jumlah Bulan Hujan
:
6
c. Suhu Rata-Rata
:
28-33 C
d. Ketinggian dari permukaan laut
:
145
bulan
meter
7. Karakteristik desa a. Kultur tradisional b. Perdagangan dan jasa C. Bidang Ekonomi 1. Penduduk desa sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan penambang batu putih. Sedangkan potensi sumber ekonomi Desa Gari sangat beragam, mulai dari lahan pertanian, batu putih, batu gamping dan penghasil kayu jati. Adapun potensi sumber alam tersebut adalah : a. Lahan pertanian Lahan pertanian yang dimiliki masyarakat Desa Gari adalah sebagian besar adalah lahan kering atau tadah hujan yang sangat tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan. b. Pertambangan Jumlah pertambangan di Desa Gari tersebar di 9 Padukuhan yang sangat produktif utamanya sebagai bahan baku pembuatan patung. Batu putih ini biasa oleh warga masyarakat Desa Gari di kirim ke pulau Bali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Pertambangan gamping juga potensi ketiga bagi penduduk Desa Gari, yang digunakan sebagai bahan baku gamping diwilayah Desa Gari juga. c. Industri Sebagian besar industri adalah industri bebasis rumah tangga dan gamping dari pertambangan batu putih dari masyarakat. 2. Struktur perekonomian desa a. Perdagangan dan Jasa Perdagangan 1) Pasar lingkungan
:1
buah
5
kios
2) Pasar kota
:-
buah
-
kios
3) Pasar regional
:-
buah
-
kios
4) Pasar induk
:-
buah
-
kios
5) Toko
: 10 buah
6) Warung
: 90 buah
7) Kaki lima
:6
buah
8) Supermarket/pasar swalayan
:-
buah
1) Bank
:-
buah
2) Travel biro (biro perjalanan)
:-
orang
3) Notaris
:-
orang
4) Pengacara
:-
orang
5) Psikolog
:-
orang
Jasa
b. Pertanian dan Peternakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
Pertanian Luas tanam menurut komoditas pada tahun ini 1) Padi
: 104
Ha 4,5
Ton
2) Jagung
: 80
Ha 1,5
Ton
3) Ubi kayu
: 205
Ha 7
Ton
4) Ubi jalar
:
Ha 5
Ton
5) Kacang panjang
:-
Ha -
Ton
6) Kedelai dan kedelai
: 94
Ha 2,5
Ton
7) Kubis (kol)
:-
Ha -
Ton
8) Kentang
:-
Ha -
Ton
9) Sawi
:-
Ha -
Ton
10) Tomat
:-
Ha -
Ton
11) Wortel
:-
Ha -
Ton
12) Terong
:-
Ha -
Ton
13) Buncis
:-
Ha -
Ton
14) Lombok
:-
Ha -
Ton
15) Bawang putih
:-
Ha -
Ton
16) Bawang merah
:-
Ha -
Ton
17) Ketimun
:-
Ha -
Ton
1
Jenis komoditas buah-buahan yang dibudidayakan 1) Pisang
:5
Ha 25
Ton
2) Pepaya
: 42
Ha 5,5
Ton
3) Jeruk
:-
Ha -
Ton
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
4) Semangka
:-
Ha -
5) Mangga
: 10.5
Ha 10.5 Ton
6) Durian
:-
Ha -
Ton
7) Duku
:-
Ha -
Ton
8) Jambu
:-
Ha -
Ton
9) Rambutan
:-
Ha -
Ton
10) Sirsak
:-
Ha -
Ton
11) Apel
:-
Ha -
Ton
12) Anggur
:-
Ha -
Ton
13) Salak
:-
Ha -
Ton
14) Belimbing
:-
Ha -
Ton
15) Lengkeng
:-
Ha -
Ton
16) Melon
:-
Ha -
Ton
17) Kedondong
:-
Ha -
Ton
18) Alpukat
:-
Ha -
Ton
1) Ayam kampung
: 2310
Ekor
2) Ayam ras
: 6000 Ekor
3) Itik
:-
Ekor
4) Kambing
: 84
Ekor
5) Domba
: 30
Ekor
6) Sapi
: 800
Ekor
Peternakan Jenis populasi ternak
Ton
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
7) Kerbau
:-
Ekor
8) Kuda
:-
Ekor
1) Besar
:
Buah
2) Sedang
: 6
Buah
3) Kecil
: 15
Buah
4) Rumah tangga
:
Buah
c. Home Industri/Kerajinan
d. Lembaga-lembaga perekonomian desa 1) Kelompok Tani 2) Kelompok Ternak 3) Kelompok SPP 4) Kelompok UPK BKM 5) Kelompok Perikanan e. Kemampuan keuangan desa Untuk keuangan desa berasal dari : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2) Bantuan dari pihak ketiga yang tidak mengikat 3) Bantuan pemerintah propinsi dan kabupaten f. Prasarana dan Sarana Ekonomi 1) Belum adanya pasar tradisional yang layak di daerah kelurahan Gari 2) Masih seringnya jalan yang menjadi rusak pada saat musim penghujan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
D. Kondisi Sosial Budaya 1. Kependudukan a. Jumlah Penduduk
: 6216
Jiwa
Laki-laki
: 3048
Jiwa
Perempuan
: 3168
Jiwa
b. Jumlah Kepala Keluarga
: 1967 KK
Laki-laki
: 1737 KK
Perempuan
:
230 KK
2. Pembagian Wilayah Administrasi Desa Gari terbagi menjadi 9 Pedukuhan 20 RW dan 48 RTterinci sebagai berikut : a. Padukuhan Ngijorejo 2 RW 5 RT b. Padukuhan Kalidadap 2 RW 6 RT c. Padukuhan Jatirejo 2 RW 4 RT d. Padukuhan Gatak 4 RW 9 RT e. Padukuhan Gari 2 RW 6 RT f. Padukuhan Gelung 2 RW 4 RT g. Padukuhan Tegal Rejo 2 RW 4 RT h. Padukuhan Ngelorejo 2 RW 6 RT i. Padukuhan Gondangrejo 2 RW 4 RT 3. Kesehatan a. Derajat kesehatan untuk angka kematian bayi dan ibu relatif kecil, dikarenakan kader Posyandu dan dokter serta tenaga kesehatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
berada di Desa Gari selalu pro aktif dan peduli terhadap masalah kesehatan warga. b. Puskesmas yang berada di wilayah Gari, sangat membantu warga karena letaknya sangat strategis dan dapat dijangkau dengan mudah oleh seluruh warga Gari. 4. Kesejahteraan Sosial a. Pemberdayaan kelembagaan yang ada di Desa Gari. b. Pemanfaatan lahan kosong. c. Crash program. d. Menetapkan sapta usaha tani. e. Pelatihan/kursus-kursus pertanian. 5. Ketenagakerjaan Matapencaharian masyarakta Desa Gari adalah sebagai berikut: Karyawan
: 70
Orang
Pegawai Negeri Sipil
: 46
Orang
TNI/POLRI
: 12
Orang
Swasta
: 56
Orang
Wiraswasta/Pedagang
: 64
Orang
Tani
: 1474
Orang
Pertukangan
: 75
Orang
Buruh Tani
: 50
Orang
Pensiunan
: 53
Orang
Nelayan
:
Orang
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
Pemulung
:
-
Orang
Jasa
:
-
Orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap masyarakat Desa Gari, maka dapat diketahui karakteristik responden dalam penelitian ini, yaitu : 1. Jumlah Responden Masyarakat Desa Gari sebanyak 6.216 jiwa. Pengambilan sampel dengan menggunakan Rumus Frank Lynk sehingga jumlah sampel didapatkan sebanyak 96 orang. 2. Usia Responden Berdasarkan usia, maka responden dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut : Tabel 5.1 Klasifikasi Responden Menurut Usia No. Usia Jumlah S 1 21 - 30 tahun 10 u 2 31 - 40 tahun 14 3 41 - 50 tahun 19 m 4 51 – 60 tahun 39 5b >60 tahun 14 e
Total
96
Sumber : data primer yang diolah
52
Persentase 10,4% 14,6% 19,8% 40,6% 14,6% 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Tabel di atas menunjukkan bahwa masyarakat yang terlibat dan berpartisipasi dalam organisasiDesa Gari didominasi berusia sekitar 51 – 60 tahun sebanyak 40,6%. 3. Jenis Pekerjaan Berdasarkan jenis pekerjaan, maka responden dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut : Tabel 5.2 Klasifikasi Responden Menurut Jenis Pekerjaan No.
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Persentase
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tani PNS Pensiunan Wiraswasta Buruh Ibu Rumah Tangga Swasta Karyawan Polisi Dukuh
30 14 10 18 8 1 2 9 1 3
31,3% 14,6% 10,4% 18,8% 8,3% 1,0% 2,1% 9,4% 1,0% 3,1%
Total
96
100%
Sumber : data primer yang diolah Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis pekerjaan masyarakat yang terlibat dan berpartisipasi dalam organisasi Desa Gari didominasi oleh pekerjaan Tani sebanyak 31,3%. 4. Pengetahuan tentang APBDesa Berdasarkan pengetahuan tentang APBDesa, maka responden dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Tabel 5.3 Klasifikasi Responden Menurut Pengetahuan APBDesa No. 1 2u 3 m s
S
Pengetahuan
Jumlah
Persentase
Tidak Tahu Agak Tahu Tahu
60 36
62,5% 37,5%
Total
96
100%
Sumber : data primer yang diolah Tabel di atas menunjukkan bahwa masyarakat Desa Gari sebanyak 62,5% tidak begitu tahu dan paham tentang APBDesa. 5. Keterlibatan dalam organisasi Berdasarkan keterlibatan dalam organisasi, maka responden dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut : Tabel 5.4 Klasifikasi Responden Menurut Keterlibatan dalam Organisasi No.
Organisasi
Jumlah
Persentase
1 2 3 4 5 6 7 8
Posyandu PKK PAUD RT RW Karang Taruna LPMD Lain-lain (BPD, LPMP, Kelompok Usaha) Total
14 20 12 18 10 16 10 17
12% 17% 10% 15% 9% 14% 9% 15% 100%
Sumber: data primer yang diolah Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang paling banyak terlibat dalam penelitian ini 17% terlibat dalam organisasi PKK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
6. Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, maka responden dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut : Tabel 5.5 Klasifikasi Responden Menurut Jenis Kelamin No.
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1 2
Laki-laki Perempuan
50 46
52.08% 47.92%
Total
96
100%
Sumber: data primer yang diolah B. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Validitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap kuesioner yang digunakan dalam penelitian. Karena untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan memiliki validitas dan reliabilitas pengukuran yang baik, sehingga layak digunakan sebagai alat pengambilan data. Uji validitas digunakan untuk mengukur seberapa jauh suatu alat ukur memiliki tingkat keakuratan dan konsistensi dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas dari masing-masing butir pernyataan diketahui dengan mengkorelasikan skorskor yang ada pada masing-masing pernyataan dengan skor total. Uji validitas akan dilakukan menggunakan teknik korelasi product moment. Kriteria pengambilan keputusan untuk menentukan valid jika r-hitung ≥ rtabel (n = 96, df = n-2, r-tabel = 0,201). Jika nilai r-hitung < r-tabel maka butir instrumen yang dimaksud tidak valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Tabel 5.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel
r-hitung
r-tabel
Status
Perencanaan APBDesa A1 A2 A3 A4
0,724 0,746 0,738 0,752
0,201 0,201 0,201 0,201
Valid Valid Valid Valid
Pemenuhan Kebutuhan Dasar B1 B2 B3 B4
0,746 0,737 0,707 0,736
0,201 0,201 0,201 0,201
Valid Valid Valid Valid
Penguatan Kelembagaan C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8
0,811 0,795 0,782 0,761 0,798 0,756 0,920 0,890
0,201 0,201 0,201 0,201 0,201 0,201 0,201 0,201
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Peningkatan Infrastruktur D1 D2 D3 D4
0,763 0,797 0,785 0,814
0,201 0,201 0,201 0,201
Valid Valid Valid Valid
Pengembangan Wilayah Pedesaan E1 E2 E3 E4 E5 E6
0,769 0,797 0,833 0,786 0,821 0,768
0,201 0,201 0,201 0,201 0,201 0,201
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : data primer yang diolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Berdasarkan hasil uji yang disajikan dalam tabel, tampak bahwa seluruh item pernyataan memiliki koefisien validitas ≥ 0,201. Dengan demikian ditinjau dari validitas item pernyataan maka seluruh pernyataan yang terdapat dalam kuesioner layak digunakan sebagai alat pengumpul data. 2. Reliabilitas Pengujian reliabilitasinstrumen menggunakan teknik Cronbach”s alpha. Uji signifikan dilakukan pada taraf signifikan 0,05, artinya instrumen dapat dikatakan reliable bila nilai alpha lebih besar dari r table product moment (0,201). Berikut ini hasil analisis data menggunakan teknik Cronbach”s alpha: Tabel 5.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Cronbach’s Alpha 0,788
N of Items
Status
5
Reliabel
0,790
5
Reliabel
0,792
9
Reliabel
Peningkatan Infrastruktur 0,812 Pedesaan Pengembangan Wilayah 0,798 Pedesaan Sumber : Data primer yang diolah
5
Reliabel
7
Reliabel
Variabel Perencanaan APBDesa Pemenuhan Kebutuhan Dasar Penguatan Kelembagaan
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa setiap instrumenmemiliki reliabilitas yang memenuhi syarat dan dinyatakan reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha berada di atas 0,201.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
C. Analisis Data 1. Analisis Peranan APBDesa a. Hasil Tanggapan Responden Setelah mengadakan penelitian dengan kuesioner tertutup, penulis memaparkan data hasil penelitian yang diperoleh dari pengumpulan kuesioneryang disebar pada masyarakatDesa Gari. Berikut hasil data dari kuesioner yang dikumpulkan : Tabel 5.8 Hasil Tanggapan Responden ST TS No. Uraian S % %
CS
S
SS
%
%
%
Kesim pulan (s+ss) %
Perencanaan APBDesa 1.
Masyarakat mengetahui APBDesa setiap tahun yang dianggarkan oleh Pemerintah Desa.
2.
Masyarakat berpartisipasi dalam musyawarah desa untuk perencanaan penyusunan APBDesa.
3.
4.
89.6
10.4
100.0
28.1
62.5
7.3
69.8
Penyusunan APBDesa telah sesuaidengan yang direncanakan.
22.9
69.8
7.3
77.1
Masyarakat mengetahui APBDesa telah dibahas Kepala desa bersama BPD.
17.7
72.9
9.4
82.3
2.1
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
1.
Pelaksanaan APBDesa telah efektif dengan pelayanan yang diberikan pemerintah desa.
2.
Pelaksanaan kegiatan telah dilaksanakan dengan efisien dimana biaya operasional pemerintah desa telah memadahi.
3.
4.
16.7
72.9
10.4
83.3
35.4
54.2
9.4
63.6
Mutu pelayanan semakin meningkat dengan adanya peningkatan sumber pendapatan desa.
28.1
65.6
6.3
71.9
Alokasi belanja yang digunakan untuk operasional BPD telah memadahi
31.3
55.2
13.5
58.7
1.0
Penguatan Kelembagaan 1.
Alokasi belanja untuk lembaga kemasyarakatan memadai.
11.5
37.5
51.0
51.0
2.
Alokasi belanja untuk lembaga pemberdayaan masyarakat telah memadahi.
12.6
43.8
43.8
43.8
3.
Alokasi untuk biaya PKK telah memadahi.
10.4
42.7
47.9
47.9
4.
Alokasi untuk Posyandu memadahi.
8.3
36.5
56.3
56.3
belanja biaya telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Tabel 5.8Hasil Tanggapan Responden (Lanjutan) No.
Uraian
ST S
TS
CS
S
SS
%
%
%
%
Kesim pulan (s+ss) %
% 5.
Alokasi belanja untuk biaya PAUD telah memadahi.
13.5
45.8
41.7
41.7
6.
Alokasi belanja untuk Karangtaruna telah memadahi.
7.3
55.2
38.5
38.5
7.
Alokasi belanja untuk RT telah memadahi.
18.8
57.3
25.0
25.0
8.
Alokasi belanja untuk RW telah memadahi.
18.8
57.3
25.0
25.0
Peningkatan Insfrastruktur Pedesaan 1.
Belanja untuk peningkatan sarana/prasarana kantor desa telah memadahi.
4.2
33.3
52.1
10.4
62.5
2.
Belanja untuk peningkatan sarana/prasaraba pertemuan/ Balai desa telah memadahi.
5.2
44.8
40.6
9.4
50.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Tabel 5.8 Hasil Tanggapan Responden (Lanjutan) No.
ST S
Uraian
TS
CS
S
SS
%
%
%
%
Kesim pulan (s+ss) %
% 3.
Belanja untuk peningkatan prasaran jalan telah memadahi.
2.1
19.8
49.0
5.1
54.1
4.
Belanja untuk peningkatan prasarana pemukiman telah memadahi.
11.5
37.5
45.8
5.2
50.0
Pengembangan Wilayah Pedesaan 1.
APBDesa memberikan pengembangan kualitas hidup masyarakat.
2.1
21.8
68.8
7.3
76.1
2.
APBDesa telah memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.
1.0
37.5
53.2
8.3
61.5
3.
APBDesa telah memberikan peningkatan ekonomi masyarakat desa.
1.1
40.6
47.9
10.4
58.3
4.
APBDesa telah memberikan perbaikan terhadap lingkungan pemukiman penduduk.
2.1
35.4
51.0
11.5
62.5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Tabel 5.8 Hasil Tanggapan Responden (Lanjutan) No.
ST S
Uraian
TS
CS
S
SS
%
%
%
%
Kesim pulan (s+ss) %
% 5.
APBDesa telah dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah pedesaan.
37.5
47.9
14.6
62.5
6.
APBDesa telah memberikan peningkatan Sumber Daya Manusia di desa.
30.2
54.2
15.6
70.0
Sumber : data primer yang diolah. b. Analisis Hasil Pelaksanaan Kegiatan Berdasarkan hasil tanggapan 96 responden terhadap pelaksanaan APBDesa Desa Gari dapat dideskripsikan dari tabel hasil tanggapan responden diatas. 1. Perencanaan APBDesa Dengan berlakunya beberapa Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
yang
terkait
dengan
keuangan
desa,
seperti
Permendagri No. 35 dan 37 Tahun 2007 mengisyaratkan bahwa aparat pemerintah desa memiliki wewenang dalam merencanakan, mengelola dan memepertanggungjawabkan keuangannya. Mardiasmo (2009), mengemukakan elemen manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah tersebut meliputi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
akuntabilitas,
value
for
money,
kejujuran,
transparansi,
dan
pengendalian. Salah satu hal yang penting adalah transparansi. Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan, sehingga segala kebijakan dapat diketahui dan diawasi oleh masyarakat dan pihak yang berwenang. Dalam menciptakan horizontal accountability antara pemerintah desa dan masyarakatnya diperlukan transparansi pengelolaan keuangan guna menciptakan pemerintah desa yang bersih, efektif, efisien, akuntabel dan responsive terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa bahwa perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten yang disusun secara
partisipatif
oleh
pemerintah
desa
sesuai
dengan
kewenangannya dan wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa. Dokumen
perencanaan
desa
yang
merupakan
rencana
program/kegiatan merupakan dasar dari penyusunan APBDesa yang dilaksanakan secara partisipatif dimana masyarakat mengetahui dan terlibat dalam penyusunannya. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden terkait proses perencanaan APBDesa, responden berpendapat bahwa 100% masyarakat mengetahui APBDesa yang dianggarkan oleh pemerintah desa. Namun, dalam hal ini masyarakat kebanyakan hanya sebatas tahu tentang program kerja pemerintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
saja. Dalam hal rincian anggarannya masyarakat kurang begitu paham. Beberapa tahun belakangan ini pemerintah Desa Gari menggiatkan adanya sosialisasi tentangAPBDesa kepada masyarakat baik melalui Dukuh masing-masing Dusun, maupun kunjungan dari pemerintah desa secara langsung. Sosialisasi yang dilakukan berupa penjelasan akan programkerja yang akan dilakukan oleh pemerintah Desa Gari. Namun terkadang sosialisasi ini tidak menyentuh seluruh lapisan masyarakat, selain itu sosialisasi merupakan proses transparansi yang lemah karena proses komunikasinya berlangsung satu arah dari pemerintah desa untuk memberi tahu informasi dan bahkan hanya meminta persetujuan dan justifikasi dari warga. Warga masyarakat tidak memperoleh informasi secara transparan bagaimana keuangan dikelola, seberapa keuangan desa yang diperoleh dan dibelanjakan. Hal tersebut menyebabkan kurangnya pengetahuan akan APBDesa. Kurangnya pengetahuan masyarakat inilahyangmembuat masyarakat tidak tahu dan tidak paham dengan berapa jumlah Dana Desa dan dianggarkan untuk apa saja dana desa tersebut.Akibatnya, masyarakat hanya akan mengeluh apabila kerja pemerintah desa tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Selain itu 82,3% masyarakat mengetahui APBDesa telah dibahas Kepala desa bersama BPD. Masyarakat setuju dengan pendapat tersebut, karena masyarakat sudah mengerti bahwa dalam penyusunan anggaran akan melibatkan Kepala desa dan BPD, sehingga sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
semestinya APBDesa dibahas oleh Kepala desa dan BPD. Hanya sajadalam proses perencanaan APBDesa, partisipasi masyarakat belum dikatakan maksimal. Hal ini tampak dari hasil persentase responden yang hanya berjumlah 69,8%. Partisipasi masyarakat ini berupa pengajuan usul yang dapat digunakan untuk acuan dalam penyusunan rencana anggaran. Di salah satu dusun di Desa Gari, tepatnya di dusun Ngijorejo setaun sekali biasanya akan mengadakan musyawarah dusun yang melibatkan seluruh warga masyarakat untuk memusyawarahkan usul-usul dan kebutuhan
yang diharapkan
masyarakat. Kenyataanya dusun-dusun di Desa Gari, belum seluruhnya menerapkan kegiatan seperti ini. Padahal kegiatan semacam ini dapat membantu pemerintah desa dalam menyusun APBDesa. Usul-usul dari seluruh masyarakat dapat ditampung kepala dukuh, dan nantinya akan disampaikan ke pemerintah desa sebagai acuan penyusunan. Hal ini diharapkan agar musyawarah yang dilaksanakan dapat menampung seluruh aspirasi masyarakat. Dalam perencanaan
penyusunan
APBDesa,
tidak
semua
masyarakat
dilibatkan, namun hanya diwakili oleh tokoh-tokoh masyarakat maupun pengurus desa, baik ditigkat desa maupun Dusun. Terkadang orang-orang yang mewakili ini tidak dapat mewakili usulan masyarakat luas. Padahal usul masyarakat inilah yang akan menjadi acuan untuk menyusun program kerja pemerintah desa danketerlibatan masyarakat serta pengetahuan masyarakat sangat penting terutama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
sebagai penerima dan pengawas hasil kerja pemerintah desa. Masyarakat memang tidak dapat dilibatkan seluruhnya dalam proses penyusunan APBDesa di Desa Gari, namun setidaknya mereka dapat dilibatkan dengan adanya musyawarah di setiap dusun, seperti yang dilakukan di dusun Ngijorejo dan mendapatkan sosialisai mengenai APBDesa yang telah disusun. Masyarakat berpendapat bahwa 77,1 % penyusunan APBDesa telah sesuai dengan apa yang direncanakan. Dapat disimpulkan bahwa apa yang direncanakan dan apa yang diusulkan oleh masyarakat dapat dianggarkan dalam APBDesa, hanya saja memang belum maksimal. Ada prioritas-prioritas yang lebih penting yang harus dianggarkan dalam APBDesa, sehingga tidak semua yang direncanakan dapat dianggarkan dalam APBDesa. Ratarata jawaban untuk variabel perencanaan APBDesa adalah 82,3 %, artinya masyarakat memiliki pendapat bahwa ada peran APBDesa dalam perencanaan APBDesa. 2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Terdapat 3 (tiga) lembaga desa yakni Pemerintah Desa (Kepala desa dan Perangkatnya), Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan lembaga kemasyarakatan. Setiap lembaga-lembaga tersebut memiliki kedudukan, tugas dan fungsi yang berbeda. Pemenuhan kebutuhan dasar
atau operasional
lembaga pemerintahan
desa
meliputi
operasional pemerintah desa dan operasional BPD dalam rangka mendukung penyelenggaraan pemerintah desa dalam meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat desa dan dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Hasil dari tanggapan respondenuntuk pemenuhan dasar ini masih bervariasi. Dari hasil responden, 83,3% responden setuju bahwa pelaksanaan APBDesa telah efektif dengan pelayanan yang diberikan pemerintah desa.Dengan adanya anggaran yang dialokasikan untuk kebutuhan operasional kantor, membuat mutu yang diberikan pemerintah desa semakin hari semakin efektif dan hasilnya banyak dirasakan oleh masyarakat. Walaupun masih banyak hal yang dibutuhkan dalam peningkatan operasional pemerintah seperti yang tampak dari hasil kuesioner bahwa 63,6 % biaya operasional pemerintah desa belum memadahi, namun setidaknya fasilitas pokok yang diperlukan sudah terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan kantor serta fasilitas pegawai dalam menujang
kerja pegawai meningkatkan
kualitas dan semangat kerja pegawai dalam melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat, hal ini tampak dari jumlah persentase 71,9% masyarakat setuju bahwa ada peningkatan mutu pelayanan walaupun memang belum maksimal. Hal ini dikarenakan fasilitas yang dibutuhkan belum semuanya ada. Saat ini pemerintah desa sedang berencana untuk membuat websitedesa untuk semakin meningkatkan mutu pelayanan yang digunakan sebagai sarana bagi masyarakat agar lebih tahu tentang program kerja dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Desa Gari sendiri. Alokasi belanja untuk operasional BPD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
belum dapat dikatakan memadahi. Nampak dari hasil kuesiner yang persentasenya hanya 58,7%. BPD memiliki peran sebagai pengawas, perencana dan penjembatan antara masyarakat dan pemerintah desa,dapat dikatakan BPD memiliki peran yang sangat penting. Segala bentuk operasional BPD baik dalam kegiatan dan insentifnya harus memadahi sehingga tugas BPD dapat dilaksanakan dengan optimal. Rata-rata jawaban responden untuk variabel pemenuhan kebutuhan dasar adalah 69,37%, artinya masyarakat berpendapat peran APBDesa belum banyak dirasakan dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Anggaran yang dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan dasar masih kurang. 3. Penguatan Kelembagaan Di Desa Gari terdapat kelembagaan masyarakat yang dibentuk desa yang terdiri dari LPMD, PKK, Posyandu, Karang taruna, PAUD, RT dan RW.Berdasarkan tanggapan masyarakat terhadap penguatan kelembagaan desa, alokasi belanja yang digunakan masing-masing lembaga kemasyarakatan di desa didominasi dengan jawaban cukup dan tidak setuju terlebih terkait alokasi dana untuk RT dan RW hasil responden hanya sebesar 25%. Dana yang dianggarkan untuk lembaga kemasyarakatan masih kurang memadahi belum merata ke semua lembaga masyarakat sehingga peran, tugas dan fungsinya belum dapat dilaksanakan dengan optimal. Hal ini didukung oleh hasil kuesioner yang memiliki rata-rata jawaban sebesar 41,15%. Pemerintah desa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
sudah berusaha memberikan dana kepada setiap lembaga, namun karena terbatasnya dana dan masih banyak prioritas lain yang harus dicukupi terlebih dahulu, maka dana untuk lembaga kemasyarakatan belum dapat dipenuhi. Hampir setiap tahun alokasi dana untuk lembaga kemasyarakatan ini stabil bahkan memiliki jumlah yang sama. Bahkan hanya mencontoh anggaran tahun sebelumnya. Padahal lembaga
kemasyarakat
memiliki
banyak
kegiatan
untuk
mengembangkan potensi masyarakat yang membutuhkan dana yang lebih besar. Saat ini kegiatan yang dilaksanakan oleh beberapa lembaga
kemasyarakatan
banyak
didanai
oleh
swadaya
masyarakat.Sementara alokasi untuk RT dan RW tampak begitu kurang. Kurang disini dikarenakan alokasi dana untuk RW dan RT seharusnya digunakan untuk biaya administrasi RT dan RW malah digunakan sebagai gaji, karena lembaga ini tidak mendapatkan alokasi gaji dari pemerintah desa. 4. Peningkatan Insfrastruktur Pedesaan Insfrastruktur pedesaan adalah salah satu bagian terpenting dalam kegiatan pemerintah dan pembangunan. Insfrastruktur adalah hal nyata yang dapat dirasakan dan dilihat oleh masyarakat awam. Terlebih insfrastruktur merupakan sarana yang dekat dan paling dibutuhkan oleh masyarakat. Insfrastruktur yang didanai dari APBDesa ini terdiri dari sarana/prasarana kantor desa, balai desa, jalan, pemukiman dan lembaga ekonomi. Rata-rata jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
masyarakatmasih berimbang antara jawaban setuju dan tidak setuju.Rata-rata jawaban responden adalah 54,15%. Dari hasil ratarata tersebut dapat terlihat bahwa masyarakat belum banyak merasakan adanya peran APBDesa dalam peningkatan insfrastrusktur pedesaan. Peningkatan infrastruktur pedesaan saat ini sedikit berkembang daripada 5 (lima tahun) yang lalu. Setidaknya kantor desa dan balai desa telah memiliki fasilitas pokok yang penting dalam pelaksanaan kegiatan dan dirasa sudah cukup. Hal ini tampak dari hasil persentase 62,5%. Saat ini, pemerintah Desa Gari sedang dalam proses memperbaiki insfrastruktur pedesaan, tampak jelas dari pembangunan balai desa yang saat ini berjalan. Walaupun belum sempurna, tetapi saat ini pemerintah desa sudah mulai menggiatkan pembangunan, terlebih kantor desa.Dalam hal peningkatan sarana balai pertemuan/ balai desa persentasenya 50,0%, artinya memang untuk peningkatan balai desa masih kurang. Masih banyak balai pertemuan yang ada di dusun-dusun yang masih belum diperbaiki, dan fasilitas yang ada belum dapat dikatakan cukup memadahi. Jalan desa sudah banyak diperbaiki, meskipun ada dibeberapa titik yang masih membutuhkan perbaikan jalan dan beberapa jalan sudah mengalami kerusakan. Dari hasil kuesioner persentase yang didapatkan sebanyak 54,1 %. Perbaikan jalan masih dikatakan kurang, banyak jalan yang rusak akibat banyaknya kendaraan besar pengangkut batu kapur. Selain itu akses jalan ke ladang yang masih mengalami kerusakan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
terlebih saat musim penghujan yang sangat menyulitkan petani dalam melaksanakan aktivitasnya. Dalam halprasarana pemukiman, masih banyak warga
yang membutuhkan bantuan jambanisasi
dan
lantainisasi. Masih banyak rumah kumuh yang ada di Desa Gari. Bantuan berupa jambanisasi dan lantanisasi belum merata keseluruh masyarakat. Persentase yang dihasilkan dari kuesioner sejumlah 50,0%, yang berarti belanja untuk prasarana pemukimam memang belum memadahi karena belum tercukupi dana untuk merealisasikan bantuan tersebut. Pemerintah desa sebaiknya memperhatikan hal tersebut untuk masa mendatang tidak hanya memprioritaskan kantor desa, balai pertemuan dan jalan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Kepala Dukuh Gatak, “…….saat ini masih banyak masyarakat yang mebutuhkan adanya lantainisasi dan jambanisasi. Sementara pemerintah desa hanya menganggarkan jambanisasi untuk 5 (lima) rumah untuk setiap 5 (lima) tahun. Apabila dilihat masih puluhan rumah yang belum memiliki pemukiman yang layak. Dengan anggaran demikian, bantuan berupa jambanisasi dan lantainisasi akan membutuhkan waktu lama untuk merealisasikan ke seluruh warga …”. 5. Pengembangan Wilayah Pedesaan Pengembangan wilayah pedesaan tidak hanya terlihat dari pembangunan fisik yang terlihat dan dapat dirasakan, namun bagian penting lainnya adalah pembangunan non fisik. Pembangunan yang tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang lama berupa peningkatan perekonomian, kesejahteraan, kualitas hidup, perbaikan lingkungan pemukiman dan peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
sumber daya masyarakat desa. Tanggapan responden cenderung setuju terhadap pendapat bahwa APBDesa telah memberikan peningkatan kualitas
hidup
masyarakat
danpengembangan
desa.Hanya
saja
wilayah
untuk
dan sumber
peningkatan
daya
ekonomi,
kesejahteraan, dan pemukiman belum dapat dirasakan masyarakat. Hasil dari tanggapan responden 76,1 % APBDesa memberikan pengembangan kualitas hidup masyarakat, serta 70,0% masyarakat berpendapat bahwa APBDesa memberikan peningkatan sumber daya manusia di desa. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa masyarakat dapat merasakan peran APBDesa dalam kehidupan mereka terlebih dalam pengembangan kualitas hidup dan sumber daya masyarakat. Kualitas hidup masyarakat meningkat dengan adanya peningkatan sarana kesehatan dan pendidikan, serta adanya alokasi untuk sarana tersebut. Adanya alokasi dana untuk Posyandu sangat dibutuhkan untuk membantu memperbaiki kesehatan dan gizi bayi serta kesehatan manula. Walaupun dana yang dialokasikan belum sepenuhnya mencukupi, namun setidaknya sudah cukup mampu membantu kualitas hidup masyarakat yang jauh lebih baik. Pemerintah desa telah sering membantu masyarakat dengan mengadakan pelatihan UKM, penyuluhan untuk petani dan peternak, sehingga dapat meningkatkan hasil dari usaha masyarakat. Sumber daya masyarakat akan jauh lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
meningkat menjadi lebih baik. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Lurah Desa Gari, “Dengan sarana prasarana meningkat terlebih jalan desa yang diperbaiki mempermudah petani, pedagang, peternak dan pelaku kegiatan lain dalam melaksanakan aktivitas. Akses mudah, petani dapat mudah membawa hasil panen, pedagang dapat buka kios dipinggir jalan, yang otomatis akan meningkatkan ekonomi, kesejahteraanpun bertambah.”. Masyarakat belum merasakan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dengan adanya APBDesa. Hal ini terlihat dari hasil persentase kuesioner yaitu 61,5%. Di Desa Gari ini memang masih banyak sekali warga yang dikatakan miskin yang masih membutuhkan bantuan. Warga masyarakat masih memiliki pikiran yang kolot, sehingga sulit untuk mengembangkan potensi yang ada yang masih dapat ditingkatkan. Seperti hasil tambang batu putih yang melimpah tidak diolah secara maksimal hanya dijual sebagai bahan mentah. Apabila masyarakat dapat mengolah dengan membuat patung atau hasil karya yang lebih kreatif, harga jualnya pun pasti akan jauh lebih tinggi. Sama halnya dengan peningkatan ekonomi yang belum dirasakan oleh masyarakat, terlihat dari hasil kuesioner yang hanya berjumlah 58,3%. Masih banyak akses jalan yang rusak, terlebih akses jalan ke ladang, hal ini mengakibatkan para petani susah untuk membawa hasil pertaniannya dan menghambat para petani untuk menjual hasil panennya karena membutuhkan waktu yang lama dalam proses pengangkutan hasil panen. Sarana angkutan yang belum memadahi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
tidak dapat masuk ke desa yang jauh dari akses jalan besar menyulitkan para petani dalam menjual hasil panenya ke pasar. Akhirnya, para petani lebih memilih menjualnya ke tetangga disekitar rumah yang memiliki harga jual rendah. Terkait dengan perbaikan lingkungan pemukiman penduduk, masyarakat juga belum merasakan adanya peranan APBDesa, hasil persentase hanya berjumlah 62,5%. Hal ini diakibatkan karena masih banyak saran pemukiman berupa lantainisasi dan jambanisasi
yang masih
banyak dibutuhkan
masyarakat, serta masih banyak rumah kumuh yang tersebar di Desa Gari. Dari alasan-alasan diatas masyarakat merasa bahwa APBDesa belum dimanfaatkan secara maksimal untuk pengembangan wilayah pedesaan, tampak dari hasil kuesioner memiliki persentase 62,5%. Rata-rata jawaban masyarakat yaitu 65,15%, yang berarti bahwa masyarakat memang belum merasakan adanya peran APBDesa dalam pengembangan wilayah pedesaan. D. Pembahasan 1. Peranan APBDesa terhadap Pengembangan Wilayah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan APBDesa memliki peran yang penting dalam Perencanaan APBDesa, Pemenuhan Kebutuhan Dasar, Penguatan Kelembagaan, Peningkatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Pedesaan sudah dilaksanakan secara efektif di Desa Gari. Namun, ada beberapa hal yang masih belum tampak atas peningkatan APBDesa. Partispasi masyarakat, pengetahuan tentang APBDesa, dan peran lembaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
kemasyarakatan masih belum optimal. Kerja Pemerintah yang baik diantaranya diukur dari proses penyusunan dan pertanggungjawaban APBDesa.
Proses pengelolaan APBDesa yang didasarkan pada prinsip
partisipasi, transparansi dan akuntabilitas akan memberikan arti dan nilai bahwa pemerintahan desa dijalankan dengan baik. APBDesa yang memadai juga dapat mendorong partisipasi warga lebih luas pada proses-proses perencanaan dan penganggaran pembangunan. Selama periode 2010-2014 dana yang masuk ke kas Desa Gari sangatlah kecil sehingga dalam pelaksanaanya anggaran pun sangat terbatas. Untuk sarana prasarana kantor dan balai desa hanya diberikan 15% dari APBDesa, untuk lembaga pemberdayaan desa hanya diberikan dana yang sangat terbatas untuk setiap tahunnya, dana ini sangat terbatas tidak mencukupi kebutuhan dan membuat peran dari lembaga pemberdayaan tidak optimal. Dana desa baru meningkat drastis pada tahun 2015 dimana dibentuk Undang-undang baru tahun 2014, yang diharapkan dapat mencukupi segala kebutuhan masyarakat desa. ADD yang meningkat membantu pemerintah desa dalam menanggulangi kemiskinan, meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan ditingkat desa dan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan, serta meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa sehingga alokasi APBDesa dapat lebih maksimal. ADD yang masuk di Desa Gari berkisar kurang lebih Rp 60.000.000,- , sementara tahun 2015 ADD mulai meningkat hingga kurang lebih Rp 600.000.00,- yang diterima oleh desa. Diharapkan dana tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
dapat dimanfaatkan dan tidak hanya mencukupi kebutuhan masyarakat desa namun juga meningkatkan kesejahteraan aparatur desa sehingga pelayanan yang diberikan pun semakin meningkat. APBDesa bersumber dari APBD Kabupaten yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan kebutuhan desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan masyarakat. Secara ringkas APBDesa Desa Gari yang telah direalisasikan sebagai berikut: Tabel 5.9 Alokasi APBDesa Gari Tahun 2010-2014 Tahun
Jumlah (Rp)
Peningkatan
2010 391.933.125
-
2011 309.276.460
-21%
2013 366.821.859
-
2014 420.669.300
15%
Sumber : Pertanggungjawaban APBDesa Gari 2010-2014 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan APBDesa tahun 2011 disebabkan karena adanya penurunan Alokasi Dana Desa dari APBD Kabupaten Gunungkidul. Sementara ditahun 2011, 2013 dan 2014 terus mengalami peningkatan APBDesa. Di tahun 2010 jumlah APBDesa begitu besar diakibatkan karena pendapatan asli desa begitu besar. Apabila ditinjau dari perkembangan APBDesa dan realisasinya dibandingkan dengan aspek pengembangan desa yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa dan peningkatan infrastruktur dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.10 Realisasi Pelaksanaan APBDesa Gari berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Dasar, Penguatan Kelembagaan dan Peningkatan Infrastruktur Tahun 2010-2014 Tahun
APBDesa
Pening
Pemenuhan
Pening
katan
Keb. Dasar
Katan
Penguatan Kelmbagaan
Pening
Peningkatan
Pening
katan
infrastruktur
katan
Desa 2010
391.933.125
-
-
36.133.425
-
71.965.000
-
285.214.700 2011
309.276.460
-21%
-25%
25.771.000
-29%
74.400.000
3%
213.870.502 2013
366.821.859
-
253.931.000
-
36.874.000
-
79.995.000
2014
420.669.300
15%
318.807.000
26%
39.874.000
8%
-5% 75.888.000
Sumber : Data Primer yang diolah. Dari tabel tersebut terdapat pengaruh perkembangan APBDesa terhadap pemenuhan kebutuhan dasar, sementara untuk penguatan kelembagaan desa dan peningkatan infrastruktur tidak begitu mengikuti perkembangan APBDesa. Tahun 2011, adanya penurunan APBDesa karena adanya penurunan dana desa dari Kabupaten Gunungkidul, sehingga mengakibatkan pemenuhan kebutuhan dasar dan penguatan kelembagaan bernilai negative, namun peningkatan infrastruktur bernilai positif. Tahun 2014, pemenuhan kebutuhan dasar dan penguatan kelembagaan Desa bernilai positif. Hal ini dikarenakan jumlah Alokasi Dana Desa dari Kabupaten Gunungkidul yang sedikit meningkat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
terdapat bantuan keuangan dari pemerintah, sehingga mengakibatkan APBDesa bertambah. Sementara peningkatan infrastruktur bernilai negatif, karena alokasi dibebankan untuk kebutuhan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan APBDesa terhadap Pengembangan Wilayah di Desa Gari berupa adanya pembangunan lokasi wilayah tertentu dari sifatnya tidak ada menjadi ada. Adapun pengembangan Desa Gari meliputi: Tabel 5.11 Pengembangan Desa Gari No
Peruntukan
1.
Kios Desa
2.
Cor Rabat
3.
Pembangunan pagar bumi kantor Desa
4.
Pembangunan Jalan
5.
Pembangunan gedung PAUD
6.
Pembangunan saluran air
7.
Pembangunan jembatan
Sumber : data primer yang diolah Pengembangan wilayah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Desa Gari. Desa Gari merupakan desa yang memiliki banyak penduduk berpencaharian sebagai petani maka dibutuhkan pembangunan disektor pertanian, serta sarana akses jalan yang mudah untuk memudahkan para petani berladang dan menjual hasil dari pertaniannya.Sarana pra sarana serta fasilitas pelayanan, dapat mencerminkan efisiensi dan efektifitas APBDesa. Tampak dari hasil anggaran tahun 2010-2014 tersebut berupa pembangunan fisik, seperti rehab kantor, kios desa, pembangunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
jembatan dan pembangunan perbaikan sarana jalan desa. Selain pembangunan fisik, pembangunan non fisik yang sangat positif dirasakan oleh masyarakat adalah berupa pelayanan pemerintah desa yang semakin baik, peningkatan peran lembaga pemberdayaan (PKK,LPMD,RT/RW, Karangtaruna), peningkatan kesehatan melalui Posyandu, serta saat ini pemerintah desa sedang gencar meningkatkan aparatur desa dalam mengelola keuangan desa.
kemampuan kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB VI PENUTUP BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa APBDesa adalah instrumen yang penting yang sangat menentukan dalam rangka perwujudan tata pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang lebih baik. Perwujudan tata pemerintahan yang baik nampak terlihat dari proses perencanaan APBDesa dan peningkatan pelayanan pemerintah desa. Pelaksanaan
pembangunan
yang
baik
dilihat
dari
peningkatan
kesejateraansosial dan ekonomi sertapeningkatan insfrastruktur. Secara rinci dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Masyarakat berpendapat peran APBDesa dalam
proses perencanaan
APBDesa masih kurang dan masih belum dirasakan oleh masyarakat luas.Dalam proses perencanaannya, masyarakat mengetahui APBDesa hanya saja tidak detail. Pengetahuan mereka hanya sebatas program kerja pemerintah desa. Masyarakat juga masih belum banyak terlibat dalam proses perencanaan APBDesa. Kurangnya pengetahuan akan anggaran menimbulkan banyaknya keluhan dari masyarakat luas yang tidak tahu prioritas anggarannya untuk apa saja. Sementara keluhan dan usul tidak dapat tersampaikan karena partisipasi masyarakat kurang dilibatkan dalam proses perencanaan penyusunananggaran, akibatnya realisasi anggaran tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
2. Masyarakat berpendapat bahwa APBDesa berperan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Dengan adanya anggaran untuk kebutuhan dasar dapat membuat pelayanan yang diberikan pemerintah desa lebih efektif. Fasilitas pokok pelayanan serta adanya insentif untuk aparatur desa yang dialokasikan dalam APBDesa membuat aparatur desa lebih bersemangat melakukan pelayanan kepada masyarakat. Hanya saja biaya operasional BPD belum dikatakan cukup memadahi, sehingga kerja BPD belum maksimal. 3. Masyarakat berpendapat bahwa peran lembaga kemasyarakatan belum sesuai dengan yang diharapkan.Peran APBDesa masih dirasa kurang untuk mencukupi segala bentuk kegiatan lembaga kemasyarakatan.Pengalokasian dana masih belum mencukupi kebutuhanlembaga kemasyarakatan desa. Kegiatan lembaga desa masih banyak didanai oleh swadaya masyarakat. 4. Masyarakat berpendapat bahwa mereka merasakan ada peranan APBDesa dalam peningkatan insfrastruktur pedesaan, hanya saja belum berperan secara maksimal karena masih banyak fasilitas yang jauh dari harapan masyarakat.Dalam hal peningkatan insfrasruktur pedesaanmasih banyak fasilitas jalan, balai desa, dan pemukiman yang belum sesuai dengan harapan masyarakat. Peningkatan insfrastruktur masih dirasa kurang terlebih untuk fasilitas jalan yang dibeberapa titik mengalami kerusakan serta insfrastruktur pemukiman yang belum merata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
5. Masyarakat berpendapat bahwa APBDesa memiliki peranan dalam pengembangan wilayah pedesaan.Dalam pengembangan wilayah pedesaan, APBDesa dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan sumber daya manusia. Adanya alokasi untuk posyandu dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta perbaikan kesehatan bayi dan manula. Adanya penyuluhan dan pelatihan bagi ukm dan para petani dapat meningkatkan sumber daya manusia. Masyarakat dapat mengembangkan potensi lokal di Desa Gari dengan meningkatakan kualitas dan meningkatkan harga jual produk yang dihasilkan. B. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Persepsi responden dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan akan APBDesa. Dari 96 responden, responden yang tahu tentang APBDesa terdiri dari 36 orang, sementara yang agak tahu terdiri dari 60 orang. 2. Persepsi responden dapat dipengaruhi oleh jenis kelaminnya. Dalam penelitian ini jumlah laki-laki lebih dominan daripada jumlah wanita. C. Saran 1. Saran untuk Desa Gari a. Saat ini pemerintah Desa Gari sedang dalam transisi penerapan Undangundang baru yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 yang disertai dengan kebijakan peningkatan ADD. Dalam rangka menjalankan kebijakan baru tersebut, sebaiknyapemerintahdesa menyiapkan aparatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
desa agar lebih siap dalam pengelolaan keuangan. Untuk mempersiapkan hal tersebut, akan lebih baik apabila didukung dengan melakukan pelatian manajemen pengelolaan keuangan. b. Dari hasil analisis, belum seluruh masyarakat berpartisipasi dalam proses perencanaan penyusunan APBDesa. Sebaiknyapemerintah desa lebih melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi menyapaikan usulan rencana penyusunan APBDesa agar sesuai dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat. c. Melihat peran penting lembaga kemasyarakat untuk menampung aspirasi masyarakat, hendaknya pemerintah desa mengalokasikan dana yang cukup dan merata, agar kerja dari setiap lembaga lebih optimal. Saat ini lembaga desa yang ada di Desa Gari masih kekurangan dana, dan kegiatannya masih membutuhkan dana swadaya dari masyarakat. d. Sejauh ini masyarakat tidak begitu paham dengan pos-pos anggaran dan realisasi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah desa. Masyarakat hanya sekedar tahu program kerja yang akan dilakukan oleh pemerintah desa. Sebaiknyapemerintah desa lebih transparan terhadap masyarakat, bagaimana anggaran tersebut digunakan, berapa jumlah anggaran, dan pertanggungjawaban atas anggaran tersebut, sehingga masyarakat dapat mengawasi kerja pemerintah desa. 2. Saran untuk penelitian selanjutnya a. Peneliti selanjutnya diharapkan memilih responden yang memiliki pemahaman tentang APBDesa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
b. Peneliti selanjutnya diharapkan memperoleh jawaban dari responden dengan jumlah jenis kelamin pria dan jumlah jenis kelamin wanita yang seimbang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Abdussakur. 2012. ”Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) di Wilayah Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan”.Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal. Universitas Lambung Mangkurat. Basri, Yuswar Zainul, Subri, Mulyadi. 2006. “Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri”. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Husein, Umar. 2005. “Metode Penelitian”. Jakarta : Salemba empat. Kuncoro, Mudrajad. 2010. “Masalah, Kebijakan, dan Politik, Ekonomika Pembangunan”. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mahsum, Mohamad, Firma Sulistyowati dan Albertus Andre Purwanugraha. 2010. “Akuntansi Sektor Publik Edisi 3”. Yogyakarta: BPFE. Mardiasmo. 2009. “Akuntansi Sektor Publik”. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Ulum, Ihyaul. 2008. “Akuntansi Sektor Publik”. Malang: Penerbit UMM Press. Republik Indonesia. 2004. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Desa. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 4437. Jakarta. Sekretariat Negara. Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang Desa. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587. Jakarta. Sekretariat Negara. Republik Indonesia. 2014. Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Berita Negara Republik Indonesia Nomor 2093. Jakarta. Sekretariat Negara. Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 tentang Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pembangunan Desa. Berita NegaraRepublik IndonesiaTahun 2015, Nomor 297. Jakarta. Sekretariat Negara. Ridwan dan Sunarto. 2009. “Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis”. Bandung : Alfabeta.
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Rosalinda LPD, Okta. 2014. “Pengeloalaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Menunjang Pembangunan Pedesaan”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. Universitas Brawijaya Malang. Sanusi, Anwar. 2011. “Metode Penelitian Bisnis”. Jakarta: Salemba Empat. Siburian, Edita D.B. Erlina dan Rujiman.2014. “Peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dalam Pengembangan Wilayah Pedesaan di Kabupaten Serdang Bedagai”. Jurnal Ekonom. Universitas Sumatera Utara. Sugiarto. 2001. “Teknik Sampling”. Jakarta: PT. Gramedia. Sugiyono. 2012. ”Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D”. Bandung: Alfabeta. Wresniwiro. 2014. “Membangun Republik Desa”. Jakarta: Visimedia. Wasistiono, Sadu. 2006. ”Memahami Asas Tugas Pembantuan”. Indonesia: Fokusmedia. Yuni, Arie dan Very. 2011. “Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBDesa) dalam menunjang pembangunan Desa di Desa Betelen Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Tenggara”. Jurnal Administrasi Publik. Universitas Sam Ratulangi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
LAMPIRAN 1. KUESIONER
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
LAMPIRAN 1. KUESIONER (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
LAMPIRAN 1. KUESIONER (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
LAMPIRAN 2 . UJI VALIDITAS 1. Variabel A ( Perencanaan APBDesa)
2. Variabel B (Pemenuhan Kebutuhan Dasar)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
LAMPIRAN 2 . UJI VALIDITAS (Lanjutan) 3. Variabel C (Penguatan Kelembagaan)
4. Variabel D (Peningkatan Insfrastruktur Pedesaan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
LAMPIRAN 2 . UJI VALIDITAS (Lanjutan) 5. Variabel E (Pengembangan Wilayah Pedesaan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
LAMPIRAN 3. UJI REALIBILITAS 1. Variabel A ( Perencanaan APBDesa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
LAMPIRAN 3. UJI REALIBILITAS (LANJUTAN) 2. Variabel B (Pemenuhan Kebutuhan Dasar)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
LAMPIRAN 3. UJI REALIBILITAS (LANJUTAN) 3. Variabel C (Penguatan Kelembagaan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
LAMPIRAN 3. UJI REALIBILITAS (LANJUTAN) 4. Variabel D (Peningkatan Insfrastruktur Pedesaan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
LAMPIRAN 3. UJI REALIBILITAS (LANJUTAN) 5. Variabel E (Pengembangan Wilayah Pedesaan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
LAMPIRAN 4. Perdes Gari Nomor 05 Tahun 2011 Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes TA 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
LAMPIRAN 4. Perdes Gari Nomor 05 Tahun 2011 Tentang PertanggungjawabanPelaksanaan APBDes TA 2010 (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
LAMPIRAN 5. Perdes Gari Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes TA 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 5. Perdes Gari Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes TA 2011(LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
LAMPIRAN 5. Perdes Gari Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes TA 2011(LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
LAMPIRAN 6. Perdes Gari Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes TA 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 6. Perdes Gari Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes TA 2013 (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
LAMPIRAN 6. Perdes Gari Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes TA 2013 (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
LAMPIRAN 6. Perdes Gari Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes TA 2013 (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
LAMPIRAN 6. Perdes Gari Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes TA 2013 (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
LAMPIRAN 7. Perdes Gari Nomor 04 Tahun 2015 Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes TA 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
LAMPIRAN 7. Perdes Gari Nomor 04 Tahun 2015 Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes TA 2014 (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
LAMPIRAN 8. `Review RPJMDes Desa Gari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
LAMPIRAN 8. Review RPJMDesa GARI (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
LAMPIRAN 8. Review RPJMDesa GARI (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
LAMPIRAN 8. Review RPJMDesa GARI (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
LAMPIRAN 8. Review RPJMDesa GARI (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
LAMPIRAN 9. Peraturan Kepala desa Gari Nomor 05 Tahun 2013 Tentang RKPDes Tahun 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
LAMPIRAN 9. Peraturan Kepala desa Gari Nomor 05 Tahun 2013 Tentang RKPDes Tahun 2014 (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
LAMPIRAN 9. Peraturan Kepala Desa Gari Nomor 05 Tahun 2013 Tentang RKPDes Tahun 2014 (LANJUTAN)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
LAMPIRAN 10. Rancangan Peraturan Desa Gari RANCANGAN PERATURAN DESAGARI NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang :
Mengingat :
a.
bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Gari Tahun Anggaran 2012 perlu telah ditetapkan dengan Peraturan Desa Nomor 02 Tahun 2012;
b.
Bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 2012 telah disetujui bersama antara Pemerintah Desa dan BPD ;
c.
bahwa atas dasar pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2012.
1.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 No. 44) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai berlakunya Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 dari hal Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);
2.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 4844);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 4.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
5.
Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2006 Nomor 4 Seri E); Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 18 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2006 Nomor 5 Seri E); Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 22 Tahun 2006 tentang Keuangan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2006 Nomor 9 Seri E); Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 18 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul tahun anggaran 2012; Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 03 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Bagi Hasil Pajak Bumi Dan Bangunan, Pajak Daerah, dan Retribusi Daerah; Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa; Keputusan Bupati Gunungkidul Nomor 75/KPTS/2011 tentang Penetapan Besarnya ADD Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011 Keputusan Bupati Gunungkidul Nomor 152 /KPTS/2011 tentang Penetapan Besarnya Bagi Hasil Pajak Bumi Dan Bangunan, Pajak Daerah, dan Retribusi Daerah bagi desa-desa Kabupaten Gunungkidul; Peraturan Desa Nomor 04 tentang Pengelolaan Kekayaan Desa Tahun Anggaran 2011; Peraturan Desa Nomor 03 Tahun 2011 tentang Pungutan Desa Tahun Anggaran 2011;
6.
7.
8.
9.
10. 11. 12.
13. 14.
16. Keputusan Kepala desa Nomor 01/KPTS/2011 tentang Rencana Kerja Pembangunan Desa Tahun Anggaran 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
KEPALA DESAGARI
Dengan Persetujuan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA GARI dan KEPALA DESA GARI MEMUTUSKAN :
Menetapkan
: RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN ANGGARAN 2012 Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggran 2012 sebagai berikut : 1. Pendapatan : 323.093.300,00
Rp .
2. Belanja : a. Langsung b. Tidak Langsung Jumlah
: Rp. 114.388.500,00 : Rp. 208.704.800,00+ Rp. 323.093.300,00-
(Defisit/Surplus
3. Pembiayaan : a. Penerimaan : 1) Semula 2) Pengeluaran Pembiayaan Netto
Rp
: Rp. : Rp.
0,00
10.440.000,00 10.440.000,00 : Rp. 0,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
Pasal 2 Penjabaran Perubahan APBDesa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Desa ini. Pasal 3 Kepala desa dapat menetapkan Peraturan Kepala desa dan atau Keputusan Kepala desa guna pelaksanaan Peraturan Desa ini. Pasal 4 Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dalam Lembaran Desa dengan diumumkan/disosialisasikan kepada masyarakat. Ditetapkan di Gari pada tanggal ,31 Januari 2012 KEPALA DESA,
KADARISMAN, S.Sos Diundangkan di Gari pada tanggal ................................... SEKRETARIS DESA,
WASGIYO