No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Mei 2015, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 99,24 atau mengalami kenaikan sebesar 0,54 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 98,71. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 94,10, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 98,22, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 110,89, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 97,70 , dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 105,16. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP pada subsektor hortikultura dan subsektor tanaman perkebunan rakyat. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Mei 2015 secara umum mencapai 120,39 atau mengalami inflasi sebesar 0,70 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 119,56. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makananan sebesar 1,62 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,32 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,26 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,25 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,17 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,10 persen. Sebaliknya kelompok transportasi dan komunikasi mengalami penurunan indeks sebesar 0,02 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Mei 2015 terdapat 15 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 17 provinsi mengalami penurunan, sedangkan 1 provinsi relatif tidak mengalami perubahan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 1,22 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Riau sebesar 1,24 persen. Sedangkan Provinsi Bali relatif tidak mengalami perubahan NTP dibanding bulan sebelumnya.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
1
kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei 2015, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,54 persen dibanding NTP April 2015, yaitu dari 98,71 menjadi 99,24. Naiknya NTP bulan Mei 2015 ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga produk pertanian yang diterima petani yang lebih besar dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Kenaikan angka NTP yang tercatat pada bulan Mei 2015 terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor hortikultura dengan masing-masing naik sebesar 1,92 persen dan 1,74 persen. Sebaliknya tiga subsektor lainnya mengalami penurunan indeks, dimana subsektor peternakan mengalami penurunan sebesar 0,50 persen, diikuti subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,29 persen dan subsektor perikanan turun sebesar 0,09 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Mei 2015, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaiakn indeks sebesar 1,05 persen dibandingkan dengan It April 2015, yaitu dari 115,10 menjadi 116,30. Subsektor peternakan menjadi satu-satunya subsektor yang mengalami penurunan It pada bulan ini, yaitu sebesar 0,25 persen. Sebaliknya subsektor lainnya mengalami kenaikan indeks dengan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan terbesar yaitu mencapai 2,34 persen, diikuti oleh subsektor hortikultura naik sebesar 2,33 persen, kemudian subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,48 persen, dan terakhir subsektor perikanan naik sebesar 0,25 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Mei 2015 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,51 persen bila dibandingkan April 2015, yaitu dari 116,61 menjadi 117,20. Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor dengan kenaikan terbesar dialami oleh subsektor tanaman pangan yang mencapai 0,77 persen, diikuti oleh subsektor hortikultura naik sebesar 0,58 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,41 persen, subsektor perikanan naik sebesar 0,34 persen, dan subsektor peternakan naik sebesar 0,25 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti kacang panjang, bawang putih, terung, dan cabai hijau.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Mei 2015 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 0,29 persen. Turunnya NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,48 persen lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang mencapai 0,77 persen. Kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 0,29 persen dan subkelompok palawija naik sebesar 0,71 persen. Komoditas yang menyebabkan kenaikan It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga kacang tanah, 2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
gabah, jagung dan kacang kedelai. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,87 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,15 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya April-Mei 2015(2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
April 2015 (2) 112,45
Mei 2015 (3) 113,00
- Padi
107,05
107,36
0,29
- Palawija
119,35
120,20
0,71
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) 0,48
119,15
120,08
0,77
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
120,25
121,30
0,87
- Indeks BPPBM
112,57
112,74
0,15
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
94,38
94,10
-0,29
d. Nilai Tukar Usaha Petanian
99,90
100,22
0,33
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Mei 2015, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan sebesar 1,74 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 2,33 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,58 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas seperti salak, cabai merah, pisang dan bawang merah. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,67 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,20 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya April-Mei 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
April 2015 (2) 113,79
Mei 2015 (3) 116,45
- Sayur-sayuran
110,75
113,38
2,37
- Buah-buahan
115,91
119,26
2,89
- Tanaman Obat
114,76
113,53
-1,07
117,87
118,55
0,58
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,82
120,62
0,67
- Indeks BPPBM
109,82
110,04
0,20
96,54
98,22
1,74
103,62
105,82
2,13
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
(4) 2,33
3
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Mei 2015 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 1,92 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 2,34 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,41 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 125,28 menjadi 128,20. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah kelapa, biji jambu mete, tebu dan cengkeh. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,58 persen, dan naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,09 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya April-Mei 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
April 2015 (2) 125,28
Mei 2015 (3) 128,20
125,28
128,20
2,34
115,15
115,62
0,41
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
118,92
119,61
0,58
- Indeks BPPBM
108,62
108,72
0,09
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
108,80
110,89
1,92
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115,33
117,92
2,24
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) 2,34
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya April-Mei 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
April (2)
Mei 2015 (3)
112,21
111,93
-0,25
- Ternak Besar
111,13
110,34
-0,71
- Ternak Kecil
111,42
110,65
-0,69
- Unggas
120,33
121,73
1,16
- Hasil Ternak
111,47
112,82
1,21
114,29
114,57
0,25
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,02
119,78
0,63
- Indeks BPPBM
109,63
109,44
-0,17
98,18
97,70
-0,50
102,35
102,27
-0,08
(1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
(4)
Pada Mei 2015 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 0,50 persen. Turunnya NTPT terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,25 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,25 persen.
4
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
Penurunan harga beberapa komoditas seperti sapi potong, domba dan kambing menjadi penyebab turunnya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,63 persen meskipun indeks BPPBM turun sebesar 0,17 persen.
e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Mei 2015, NTN mengalami penurunan sebesar 0,09 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,25 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang mencapai 0,34 persen. Kenaikan It subsektor ini disebabkan oleh kenaikan It subkelompok penangkapan sebesar 0,30 persen dan subkelompok budidaya sebesar 0,25 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,61 persen, meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya April-Mei 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan April 2015 (2)
Mei 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
119,58
119,88
0,25
- Penangkapan
125,16
125,54
0,30
- Budidaya
119,27
119,57
0,25
113,61
114,00
0,34
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,84
120,57
0,61
- Indeks BPPBM
106,37
106,37
-0,01
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
105,26
105,16
-0,09
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
112,42
112,71
0,26
b. Indeks Dibayar Petani
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Mei 2015 mengalami penurunan sebesar 0,06 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,30 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (nelayan) yang naik sebesar 0,36 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti cakalang dan kuwe/bebara pada bulan ini. Sedangkan kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,61 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,04 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya April-Mei 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
April 2015 (2)
Mei 2015 (3)
125,16
125,54
0,30
- Penangkapan Perairan Umum
100,00
100,00
0,00
- Penangkapan Perairan Laut
125,19
125,56
0,30
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
117,66
118,07
0,36
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,67
120,41
0,61
- Indeks BPPBM
115,29
115,34
0,04
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
106,38
106,32
-0,06
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
108,57
108,84
0,25
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,09 persen pada Mei 2015. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,25 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,34 persen. Kenaikan It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti nila, udang dan lele. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,61 persen meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,01 persen dibanding bulan sebelumnya. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya April-Mei 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
April 2015 (2)
Mei 2015 (3)
a. Indeks Diterima Petani
119,27
119,57
0,25
- Budidaya Air Tawar
119,27
119,57
0,25
b. Indeks Dibayar Petani
113,38
113,77
0,34
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,84
120,58
0,61
- Indeks BPPBM
105,88
105,87
-0,01
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
105,20
105,10
-0,09
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
112,65
112,94
0,26
(1)
(4)
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Mei 2015 mencapai 99,06 atau naik sebesar 0,56 persen dibanding bulan April 2015. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 1,07 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,51 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya April-Mei 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
April 2015
Mei 2015
(2)
(3)
(4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
114,96
116,19
1,07
Indeks Harga yang Dibayar Petani
116,70
117,29
0,51
Konsumsi Rumah Tangga
119,55
120,39
0,70
BPPBM
110,34
110,40
0,06
98,51
99,06
0,56
104,19
105,25
1,01
(1)
Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Usaha Pertanian
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Mei 2015 secara umum mencapai 120,39 atau mengalami inflasi sebesar 0,70 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 119,56. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makananan sebesar 1,62 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,32 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,26 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,25 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,17 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,10 persen. Sebaliknya kelompok transportasi dan komunikasi mengalami penurunan indeks sebesar 0,02 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya April-Mei 2015(2012=100) Kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
April 2015 (2) 119,56
Mei 2015 (3) 120,39
- Bahan Makanan
126,44
128,49
1,62
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
117,41
117,79
0,32
- Perumahan
116,23
116,52
0,25
- Sandang
116,25
116,45
0,17
- Kesehatan
111,20
111,49
0,26
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
107,12
107,23
0,10
- Transportasi dan Komunikasi
119,61
119,59
-0,02
(1) Konsumsi Rumah Tangga
(4) 0,70
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada bulan Mei 2015 ada sebanyak 15 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 1,22 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,10 persen terjadi di Provinsi Jawa Tengah. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Barat terutama disebabkan oleh naiknya
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
7
NTP pada subsektor hortikultura dengan naiknya harga beberapa komoditi seperti bawang merah dan tomat. Sebanyak 17 provinsi pada bulan Mei 2015 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Riau mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,24 persen, sedangkan Provinsi Kalimantan Timur mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,02 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Riau banyak disebabkan oleh turunnya harga kelapa sawit, karet dan kakao pada subsektor tanaman perkebunan rakyat. Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya April-Mei 2015(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
April 2015 (2)
Mei 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
100,14
100,02
-0,12
NAD
96,48
95,60
-0,91
Sumatera Utara
98,57
98,75
0,19
Sumatera Barat
97,71
96,83
-0,91
Riau
96,44
95,24
-1,24
Jambi
94,72
94,83
0,12
Sumatera Selatan
97,84
97,42
-0,43
Bengkulu
94,32
93,62
-0,74
Lampung
101,43
102,16
0,72
Bangka Belitung
104,70
104,82
0,11
Kepulauan Riau
98,69
99,15
0,47
DKI Jakarta
98,89
98,76
-0,13
Jawa Barat
102,78
102,48
-0,28
Jawa Tengah
97,84
97,93
0,10
D.I. Yogyakarta
98,71
99,24
0,54
Jawa Timur
102,82
102,50
-0,31
Banten
102,79
102,30
-0,48
Bali
103,05
103,05
0,00
Nusa Tenggara Barat
101,15
102,39
1,22
Nusa Tenggara Timur
100,54
100,89
0,35
97,14
96,18
-0,99
Kalimantan Tengah
98,69
98,11
-0,58
Kalimantan Selatan
100,04
99,68
-0,36
Kalimantan Timur
98,68
98,66
-0,02
Sulawesi Utara
96,55
95,79
-0,79
Kalimantan Barat
Selawesi Tengah
96,52
96,70
0,18
Sulawesi Selatan
103,58
102,91
-0,65
97,80
98,46
0,68
Gorontalo
100,26
101,09
0,83
Sulawesi Barat
102,87
103,79
0,90
Maluku
100,54
99,60
-0,94
Maluku Utara
102,13
101,98
-0,15
Papua Barat
100,59
101,19
0,60
96,81
97,07
0,26
Sulawesi Tenggara
Papua
8
Bulan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya April-Mei 2015(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Bulan April 2015 (2)
Mei 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
100,06
99,94
-0,12
NAD
96,45
95,56
-0,92
Sumatera Utara
98,61
98,81
0,20
Sumatera Barat
97,28
96,38
-0,92
Riau
95,98
94,71
-1,32
Jambi
94,53
94,65
0,13
Sumatera Selatan
97,81
97,36
-0,46
Bengkulu
94,17
93,46
-0,76
Lampung
101,46
102,24
0,77
Bangka Belitung
105,21
105,30
0,08
Kepulauan Riau
95,25
96,25
1,05
Jawa Barat
103,00
102,71
-0,28
Jawa Tengah
97,78
97,87
0,10
D.I. Yogyakarta
98,51
99,06
0,56
Jawa Timur
102,79
102,46
-0,32
Banten
102,74
102,24
-0,49
Bali
103,03
103,03
0,00
Nusa Tenggara Barat
101,18
102,45
1,26
Nusa Tenggara Timur
100,50
100,84
0,34
Kalimantan Barat
97,09
96,06
-1,07
Kalimantan Tengah
98,25
97,68
-0,58
Kalimantan Selatan
99,23
98,88
-0,34
Kalimantan Timur
98,77
98,77
0,00
Sulawesi Utara
95,86
95,08
-0,81
Selawesi Tengah
95,98
96,14
0,17
Sulawesi Selatan
103,57
102,86
-0,69
97,39
98,08
0,71
Gorontalo
100,28
101,11
0,83
Sulawesi Barat
103,02
103,99
0,95
99,96
98,82
-1,14
Maluku Utara
102,12
101,95
-0,16
Papua Barat
100,02
100,75
0,72
96,23
96,55
0,32
Sulawesi Tenggara
Maluku
Papua
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
9
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya April-Mei 2015(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
April 2015 (2) 105,18
NAD
Mei 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
105,28
0,10
98,79
98,22
-0,58
Sumatera Utara
101,15
101,21
0,05
Sumatera Barat
102,94
101,88
-1,03
Riau
106,79
107,12
0,30
Jambi
102,65
102,09
-0,54
Sumatera Selatan
95,52
95,83
0,33
Bengkulu
99,77
99,37
-0,40
Lampung
107,51
106,60
-0,84
Bangka Belitung
100,23
100,74
0,52
Kepulauan Riau
107,50
106,46
-0,97
DKI Jakarta
102,84
102,29
-0,53
Jawa Barat
106,21
106,53
0,30
Jawa Tengah
104,74
105,40
0,63
D.I. Yogyakarta
106,38
106,32
-0,06
Jawa Timur
104,41
105,47
1,01
Banten
115,27
115,74
0,41
Bali
113,22
112,52
-0,62
Nusa Tenggara Barat
104,83
105,47
0,62
Nusa Tenggara Timur
103,72
104,95
1,19
97,91
98,72
0,82
Kalimantan Tengah
108,18
107,50
-0,63
Kalimantan Selatan
111,93
111,11
-0,73
Kalimantan Timur
104,76
104,54
-0,20
Sulawesi Utara
111,14
110,61
-0,48
Selawesi Tengah
108,76
109,08
0,29
Sulawesi Selatan
107,10
106,66
-0,41
Sulawesi Tenggara
103,62
104,34
0,69
Gorontalo
101,94
102,97
1,01
Kalimantan Barat
Sulawesi Barat
10
Bulan
99,54
99,57
0,03
Maluku
104,53
105,48
0,92
Maluku Utara
101,70
101,70
0,00
Papua Barat
106,92
106,49
-0,41
Papua
109,38
108,58
-0,73
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya April-Mei 2015(2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
April 2015 (2)
Mei 2015 (3)
Nasional
99,55
99,27
-0,28
NAD
95,88
95,17
-0,74
Sumatera Utara
92,61
92,07
-0,58
Sumatera Barat
108,69
108,25
-0,41
Riau
103,02
102,69
-0,33
(1)
Jambi
(4)
99,08
98,79
-0,29
101,74
101,94
0,19
Bengkulu
99,57
99,37
-0,20
Lampung
97,90
97,02
-0,90
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
94,25
94,26
0,01
Kepulauan Riau
108,09
107,55
-0,50
DKI Jakarta
94,56
94,88
0,34
Jawa Barat
98,10
97,69
-0,42
Jawa Tengah
99,01
98,82
-0,19
D.I.Yogyakarta
105,20
105,10
-0,09
Jawa Timur
104,77
104,20
-0,55
Banten
96,60
95,98
-0,64
Bali
91,79
91,92
0,14
Nusa Tenggara Barat
93,29
92,96
-0,35
Nusa Tenggara Timur
99,55
99,21
-0,34
Kalimantan Barat
99,23
100,12
0,91
Kalimantan Tengah
96,82
96,45
-0,37
Kalimantan Selatan
102,69
102,72
0,02
Kalimantan Timur
90,13
89,99
-0,16
Sulawesi Utara
96,59
96,06
-0,55
Selawesi Tengah
93,51
93,93
0,45
Sulawesi Selatan
101,25
101,71
0,45
Sulawesi Tenggara
99,30
98,92
-0,38
Gorontalo
94,04
94,06
0,02
Sulawesi Barat
100,21
100,13
-0,08
Maluku
109,42
109,12
-0,27
Maluku Utara
108,69
108,09
-0,56
Papua Barat
92,14
92,26
0,13
Papua
91,77
91,83
0,06
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
11
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH MEI 2015 Berdasarkan hasil observasi terhadap 57 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Mei 2015, sebanyak 57,89 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) sementara itu sisanya 42,11 persen Gabah Kualitas Rendah. Dibandingkan Rp. 4.437,88 penggilingan. Rp. 3.737,50 penggilingan.
April 2015, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami kenaikan 5,02 persen menjadi per kg di tingkat petani dan naik 4,91 persen menjadi Rp. 4.487,88 per kg di tingkat Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 2,27 persen menjadi per kg di tingkat petani dan naik 2,24 persen menjadi Rp. 3.787,50 per kg di tingkat
Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.700 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas IR64 terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas GKP varitas IR64 dan Ciherang terjadi di Kecamatan Lendah (Kulonprogo). Harga gabah terendah senilai tersebut di atas juga terjadi di Kecamatan Nanggulan (Kulonprogo) dengan gabah kualitas rendah varitas Ciherang dan di Kecamatan Jetis (Bantul) dengan varitas IR64 Selama Mei 2015, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada Mei 2015, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 57 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 33 observasi dan kualitas rendah sebanyak 24 observasi. Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Mei 2015 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 (0,00%) (penggilingan)
Kelompok Kualitas (1) GKG
33 (57,89%)
GKP
4.700,00
4.437,88
4.487,88
3.700,00 (petani)
737,88
19,94
3.750,00 (penggilingan)
737,88
19,68
-
-
Gabah Kualitas Rendah
24 (42,11%)
3.700,00
3.800,00
3.737,50
3.787,50
-
Total
57 (100,00%)
-
-
-
-
-
12
3.700,00
-
-
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 33 observasi atau 57,89 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Mei 2015. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 24 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 42,11 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Mei 2015, yang berpotensi mengalami kasus harga sebanyak 29,83 persen berasal dari Kabupaten Bantul dan 12,28 persen berasal dari Kabupaten Kulonprogo. Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Mei 2015
Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
GKP
33
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
GKG dan GKP
33
-
0 (0,00 %)
Kualitas Rendah
24
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
33 (100,00 %)
33 (100,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
33 (100,00 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.700 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas IR64 terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas GKP varitas IR64 dan Ciherang terjadi di Kecamatan Lendah (Kulonprogo). Harga gabah terendah senilai tersebut di atas juga terjadi di Kecamatan Nanggulan (Kulonprogo) dengan gabah kualitas rendah varitas Ciherang dan di Kecamatan Jetis (Bantul) dengan varitas IR64. Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Maret-Mei 2015
Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Mar’2015
Apr’2015
Mei’2015
(2)
(3)
(4)
Mar’2015 Apr’2015 Mei’2015 (5)
(6)
(7)
GKG
-
-
-
-
-
-
GKP
16,02
15,06
13,47
6,91
6,45
7,34
KualitasRendah
22,59
25,46
23,80
12,85
11,71
14,14
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
13
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 13,47 persen dan 7,34 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Mei 2015 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 23,80 persen dan 14,14 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Maret - Mei 2015 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Mar’2015
(1)
Perub (4) thd (3) (%) (5)
Apr’2015 Mei’2015
(2)
(3)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
(4)
Mar’2015 Apr’2015 (6)
(7)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
Mei’2015 (8)
GKG
-
-
-
-
-
-
-
-
GKP
4.383,33
4.225,76
4.437,88
5,02
4.433,33
4.278,03
4.487,88
4,91
Kualitas Rendah
4.311,11
3.654,48
3.737,50
2,27
4.361,11
3.704,48
3.787,50
2,24
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 212,12 per kg (5,02 persen) menjadi Rp 4.437,88 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp. 209,85 per kg (4,91 persen) menjadi Rp. 4.487,88 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik sebesar Rp. 83,02 per kg (2,27 persen) menjadi Rp. 3.737,50 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan naik Rp. 83,02 per kg (2,24 persen) menjadi Rp. 3.787,50 per kg.
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Mei 2014 - Mei 2015 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 May-14
Jun-14
Jul-14
Aug-14
Sep-14
Oct-14
Nov-14
Dec-14
Jan-15
Feb-15
Mar-15
Apr-15
May-15
Bulan GKG
14
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi :
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, 55183 Telp.0274-4342234 (Hunting) Fax. 0274-4342230 Email :
[email protected] Website : yogyakarta.bps.go.id
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/06/34/Th.XVII, 1 Juni 2015
15