No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Januari 2016, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 103,94 atau mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 103,34.NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 102,27, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 100,08, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 119,28, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 99,55, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 105,44. Naiknya indeksNTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP pada semua subsektor kecuali subsektor perikanan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Januari 2016 secara umum mencapai 126,22 atau mengalami inflasi sebesar 0,52 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 125,57. KenaikanIHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,16 persen, diikuti kelompok bahan makanan naik sebesar 1,09 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,94 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,40 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,29 persen, dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,03 persen. Sebaliknya kelompok transportasi dan komunikasi mengalami penurunan indeks sebesar 1,25 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Januari 2016 terdapat 12 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 21 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Maluku sebesar 0,92 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1,22 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
1
kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Januari 2016, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,58 persen dibanding NTP Desember 2015, yaitu dari 103,34 menjadi 103,94. Kenaikan NTP bulan Januari 2016 ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga produk pertanian yang diterima petani lebih besar dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Kenaikan indeks NTP yang tercatat pada bulan Januari 2016 terjadi pada semua subsektor kecuali subsektor perikanan. Subsektor peternakan mengalami kenaikan indeks terbesar yaitu 0,83 persen, disusul subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,76 persen, subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,53 persen dan subsektor hortikultura naik sebesar 0,27 persen. Sebaliknya subsektor perikanan mengalami penurunan indeks NTP pada bulan ini sebesar 0,19 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Januari 2016, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 1,01 persen dibandingkan dengan It Desember 2015, yaitu dari 125,28 menjadi 126,54. Subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan It terbesar yaitu mencapai 1,34 persen. Kenaikan terbesar selanjutnya adalah subsektor peternakan mencapai 1,15 persen, diikuti subsektor tanaman pangan naik sebesar 1,01 persen, subsektor hortikultura naik 0,67 persen dan terakhir subsektor perikanan naik sebesar 0,15 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Januari 2016 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan Ib sebesar 0,43 persen bila dibandingkan Desember 2015, yaitu dari 121,23 menjadi 121,75. Kenaikan Ib terbesar terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 0,58 persen, diikuti subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,48 persen, subsektor hortikultura naik sebesar 0,40 persen, subsektor perikanan naik sebesar 0,35 persen dan terakhir subsektor peternakan naik sebesar 0,32 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti daging ayam ras, telur ayam ras, bawang putih, kentang dan cabai rawit pada bulan ini.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Januari 2016 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,53 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,01 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,48 persen. Kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok palawija sebesar 3,87 persen meskipun subkelompok padi turun 1,44 persen. Komoditas yang menyebabkan kenaikan It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga beberapa komoditi diantaranya jagung, ketela pohon, dan kacang tanah. Pada Ib naiknyaindeks disebabkan oleh
2
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,50 persen, dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,33 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Desember 2015 - Januari 2016(2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Desember 2015 (2) 126.93
Januari 2016 (3) 128.20
- Padi
122.08
120.32
-1.44
- Palawija
133.13
138.28
3.87
124.77
125.36
0.48
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
126.44
127.07
0.50
- Indeks BPPBM
114.74
115.12
0.33
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
101.73
102.27
0.53
d. Nilai Tukar Usaha Petanian
110.62
111.36
0.67
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) 1.01
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Januari 2016, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan indeks sebesar 0,27 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,67 persen, lebih besar dibanding dengan kenaikan indeks yang dibayar petani yaitu sebesar 0,40 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, bawang merah, pisang, dan cabai rawit. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,46 persen ,dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,15 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Desember 2015 -Januari 2016(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan Desember 2015 (2) 122.57
Januari 2016 (3) 123.40
Persentase Perubahan (4) 0.67
- Sayur-sayuran
120.79
123.50
2.25
- Buah-buahan
125.57
125.47
-0.08
- Tanaman Obat
113.07
111.01
-1.81
122.81
123.31
0.40
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125.61
126.18
0.46
- Indeks BPPBM
111.30
111.48
0.15
99.81
100.08
0.27
110.13
110.70
0.52
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
3
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Januari 2016 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,76 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,34 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,58 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 141,47 menjadi 143,36. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah kelapa, tebu, dan kakao. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,69 persen dan naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,36 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Desember 2015 -Januari 2016(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Desember 2015 (2) 141.47
Januari 2016 (3) 143.36
141.47
143.36
1.34
119.50
120.19
0.58
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125.11
125.97
0.69
- Indeks BPPBM
109.81
110.21
0.36
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
118.38
119.28
0.76
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
128.83
130.09
0.98
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) 1.34
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Desember 2015 -Januari 2016(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
Januari 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
116.49
117.84
1.15
- Ternak Besar
114.87
116.25
1.20
- Ternak Kecil
115.93
117.04
0.96
- Unggas
127.10
128.28
0.93
- Hasil Ternak
116.29
117.79
1.29
117.99
118.36
0.32
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125.00
125.59
0.47
- Indeks BPPBM
111.09
111.25
0.15
98.73
99.55
0.83
104.87
105.92
1.00
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
4
Bulan Desember (2)
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
Pada Januari 2016 terjadi kenaikan pada NTPT sebesar 0,83 persen. Naiknya NTPT terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,15 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,32 persen. Kenaikan harga beberapa komoditas seperti sapi potong, daging ayam ras dan telur ayam ras adalah penyebab naiknya It pada subskctor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya indeks IKRT sebesar 0,47 persen, dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,15 persen. e. Subsektor Perikanan(NTN) Pada Januari 2016, NTN mengalami penurunan sebesar 0,19 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,15 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,35 persen. Kenaikan It di subsektor ini disebabkan oleh naiknya It subkelompok ikan tangkap sebesar 0,75 persen dan subkelompok ikan budidaya sebesar 0,12 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,71 persen meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,14 persen.
Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Desember 2015 -Januari 2016(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Desember 2015 (2)
Januari 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
123.44
123.63
0.15
- Penangkapan
128.26
129.22
0.75
- Budidaya
123.17
123.32
0.12
116.85
117.26
0.35
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125.33
126.21
0.71
- Indeks BPPBM
107.01
106.86
-0.14
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
105.64
105.44
-0.19
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.36
115.70
0.30
b. Indeks Dibayar Petani
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Januari 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,74 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,75 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (nelayan) yang sebesar 0,01 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti tongkol, bawal, tenggiri, dan manyung pada bulan ini. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,70 persen, meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,88 persen.
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Desember-Januari 2016(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan Desember 2015 (2)
a. Indeks Diterima Petani
Januari 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
128.26
129.22
0.75
- Penangkapan Perairan Umum
100.00
100.00
0.00
- Penangkapan Perairan Laut
128.29
129.25
0.75
b. Indeks Dibayar Petani
120.62
120.63
0.01
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125.17
126.05
0.70
- Indeks BPPBM
115.29
114.28
-0.88
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
106.33
107.12
0.74
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
111.25
113.07
1.64
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,25 persen pada Januari 2016. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,12 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,37 persen. Kenaikan It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti lele, udang, dan gurame. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,71 persen meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,10 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Desember 2015 -Januari 2016(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan Desember 2015 (2)
Januari 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
a. Indeks Diterima Petani
123.17
123.32
0.12
- Budidaya Air Tawar
123.17
123.32
0.12
b. Indeks Dibayar Petani
116.64
117.07
0.37
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125.34
126.22
0.71
- Indeks BPPBM
106.55
106.45
-0.10
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
105.60
105.34
-0.25
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.60
115.85
0.22
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Januari 2016 mencapai 103,90 atau naik sebesar 0,60 persen dibanding bulan Desember 2015. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 1,03 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,43 persen.
6
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Desember 2015 -Januari 2016(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan
Persentase Perubahan
Desember 2015
Januari 2016
(2)
(3)
(4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
125.34
126.63
1.03
Indeks Harga yang Dibayar Petani
121.36
121.88
0.43
Konsumsi Rumah Tangga
125.58
126.22
0.51
BPPBM
111.96
112.23
0.24
Nilai Tukar Petani
103.28
103.90
0.60
Nilai Tukar Usaha Pertanian
111.95
112.84
0.79
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Januari 2016 secara umum mencapai 126,22 atau mengalami inflasi sebesar 0,52 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 125,57. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,16 persen, diikuti kelompok bahan makanan naik sebesar 1,09 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,94 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,40 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,29 persen, dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,03 persen. Sebaliknya kelompok transportasi dan komunikasi mengalami penurunan indeks sebesar 1,25 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Desember 2015 - Januari 2016(2012=100) Kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Desember 2015 (2) 125.57
Januari 2016 (3) 126.22
- Bahan Makanan
139.03
140.54
1.09
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
122.18
123.59
1.16
- Perumahan
118.34
118.68
0.29
- Sandang
121.64
122.13
0.40
- Kesehatan
113.14
114.20
0.94
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
109.99
110.02
0.03
- Transportasi dan Komunikasi
119.98
118.48
-1.25
(1) Konsumsi Rumah Tangga
(4) 0.52
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Januari 2016 ada sebanyak 12 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Maluku yaitu sebesar 0,92 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,01 persen terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan.
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
7
Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Maluku terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama cengkeh dan pala biji. Sebanyak 21 provinsi pada bulan Januari 2016 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,22 persen, sedangkan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,08 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara banyak disebabkan oleh turunnya cabai merah, cabai rawit, jeruk dan karet petsai/sawi pada subsektor hortikultura. Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Desember 2015 - Januari 2016(2012=100) Provinsi (1)
Nasional NAD
Desember 2015 (2)
Januari 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
102.83
102.55
-0.27
98.13
98.06
-0.08
Sumatera Utara
100.62
99.39
-1.22
Sumatera Barat
97.75
97.50
-0.26
Riau
95.03
95.65
0.66
Jambi
95.72
96.21
0.50
Sumatera Selatan
96.03
95.37
-0.69
Bengkulu
92.96
92.09
-0.94
Lampung
103.84
103.68
-0.15
Bangka Belitung
102.92
102.01
-0.88
Kepulauan Riau
98.78
98.68
-0.11
DKI Jakarta
98.77
99.30
0.54
Jawa Barat
107.24
107.54
0.27
Jawa Tengah
102.03
101.52
-0.50
D.I. Yogyakarta
103.34
103.94
0.58
Jawa Timur
106.13
105.90
-0.22
Banten
107.45
106.61
-0.78
Bali
105.13
104.96
-0.16
Nusa Tenggara Barat
106.22
105.53
-0.65
Nusa Tenggara Timur
102.69
101.69
-0.97
Kalimantan Barat
96.03
95.43
-0.63
Kalimantan Tengah
97.74
96.94
-0.82
Kalimantan Selatan
99.03
99.04
0.01
Kalimantan Timur
97.31
97.46
0.16
Sulawesi Utara
96.85
97.69
0.86
Selawesi Tengah
99.82
99.09
-0.73
Sulawesi Selatan
106.39
106.24
-0.15
Sulawesi Tenggara
101.01
100.08
-0.92
Gorontalo
104.41
104.65
0.23
Sulawesi Barat
105.71
106.05
0.32
Maluku
102.61
103.55
0.92
Maluku Utara
103.46
104.14
0.65
Papua Barat
100.35
99.14
-1.20
96.08
95.89
-0.20
Papua
8
Bulan
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Desember 2015 - Januari 2016(2012=100) Provinsi (1)
Nasional NAD
Bulan Desember 2015 (2)
Januari 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
102.82
102.53
-0.29
98.16
98.09
-0.06
Sumatera Utara
100.71
99.43
-1.26
Sumatera Barat
97.40
97.10
-0.31
Riau
94.43
95.05
0.66
Jambi
95.60
96.07
0.49
Sumatera Selatan
95.91
95.21
-0.73
Bengkulu
92.86
91.97
-0.97
Lampung
103.98
103.82
-0.15
Bangka Belitung
103.04
101.87
-1.13
Kepulauan Riau
95.84
94.89
-0.99
Jawa Barat
107.71
108.02
0.29
Jawa Tengah
102.02
101.48
-0.53
D.I. Yogyakarta
103.28
103.90
0.60
Jawa Timur
106.14
105.91
-0.22
Banten
107.46
106.61
-0.80
Bali
105.17
105.01
-0.16
Nusa Tenggara Barat
106.40
105.70
-0.65
Nusa Tenggara Timur
102.69
101.67
-0.99
Kalimantan Barat
95.81
95.15
-0.69
Kalimantan Tengah
97.26
96.27
-1.02
Kalimantan Selatan
98.08
98.06
-0.01
Kalimantan Timur
97.30
97.25
-0.05
Sulawesi Utara
96.37
97.38
1.05
Selawesi Tengah
99.44
98.57
-0.88
Sulawesi Selatan
106.67
106.52
-0.14
Sulawesi Tenggara
100.58
99.48
-1.09
Gorontalo
104.77
105.02
0.24
Sulawesi Barat
105.97
106.33
0.35
Maluku
102.12
103.26
1.11
Maluku Utara
103.55
104.23
0.66
Papua Barat
99.90
98.66
-1.25
Papua
95.49
95.25
-0.26
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
9
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Desember 2015 - Januari 2016(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Desember 2015 (2) 105.80
Januari 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
106.69
0.84
NAD
99.86
99.50
-0.35
Sumatera Utara
99.84
100.30
0.45
Sumatera Barat
99.55
101.61
2.08
Riau
109.80
112.06
2.05
Jambi
103.03
105.71
2.60
96.82
97.59
0.79
Bengkulu
100.36
101.24
0.87
Lampung
104.01
104.89
0.85
Bangka Belitung
102.68
104.81
2.07
Kepulauan Riau
105.87
108.52
2.50
DKI Jakarta
102.99
104.26
1.23
Jawa Barat
108.94
109.25
0.29
Jawa Tengah
105.02
107.47
2.34
D.I. Yogyakarta
106.33
107.12
0.74
Jawa Timur
104.91
106.33
1.35
Banten
119.23
120.12
0.75
Bali
109.21
109.14
-0.07
Nusa Tenggara Barat
106.79
106.05
-0.69
Nusa Tenggara Timur
103.91
103.73
-0.17
Kalimantan Barat
102.57
103.79
1.19
Kalimantan Tengah
107.76
110.35
2.41
Kalimantan Selatan
113.05
113.78
0.65
Kalimantan Timur
104.61
107.16
2.44
Sulawesi Utara
108.86
107.05
-1.66
Selawesi Tengah
111.00
113.00
1.81
Sulawesi Selatan
103.61
103.36
-0.23
Sulawesi Tenggara
109.45
111.12
1.52
Gorontalo
100.69
100.41
-0.28
Sulawesi Barat
102.50
102.12
-0.37
Maluku
106.37
105.71
-0.62
Maluku Utara
101.65
102.24
0.58
Papua Barat
105.77
104.79
-0.92
Papua
109.68
110.08
0.37
Sumatera Selatan
10
Bulan
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Desember 2015 - Januari 2016(2012=100) Provinsi (1)
Bulan Desember 2015 (2)
Januari 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
Nasional
99.72
99.47
-0.25
NAD
95.19
94.73
-0.48
Sumatera Utara
95.36
95.72
0.37
Sumatera Barat
107.29
107.71
0.39
Riau
101.48
100.69
-0.78
Jambi
96.08
95.30
-0.81
101.36
100.80
-0.55
Bengkulu
94.98
94.79
-0.20
Lampung
96.41
96.12
-0.29
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
94.59
94.76
0.18
Kepulauan Riau
108.92
108.94
0.02
DKI Jakarta
94.13
94.00
-0.14
Jawa Barat
98.14
97.93
-0.21
Jawa Tengah
102.00
101.96
-0.04
D.I.Yogyakarta
105.60
105.34
-0.25
Jawa Timur
105.28
103.99
-1.23
Banten
97.41
96.44
-1.00
Bali
91.34
90.84
-0.54
Nusa Tenggara Barat
91.45
91.07
-0.41
Nusa Tenggara Timur
99.86
100.14
0.28
Kalimantan Barat
99.98
100.05
0.07
Kalimantan Tengah
96.64
97.15
0.53
Kalimantan Selatan
102.18
101.67
-0.50
Kalimantan Timur
88.78
89.32
0.61
Sulawesi Utara
93.06
92.31
-0.81
Selawesi Tengah
90.31
90.34
0.04
Sulawesi Selatan
99.74
99.39
-0.36
Sulawesi Tenggara
97.07
96.71
-0.37
Gorontalo
90.12
90.75
0.69
Sulawesi Barat
97.06
96.95
-0.10
Maluku
108.05
107.22
-0.77
Maluku Utara
108.48
108.77
0.27
Papua Barat
90.43
90.14
-0.32
Papua
88.83
89.77
1.07
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
11
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH JANUARI 2016 Berdasarkan hasil observasi terhadap 43 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Januari 2016, sebanyak 51,16 persen berkualitas rendah dan 48,84 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP). Dibandingkan Desember 2015, rata-rata harga gabah kualitas GKP turun 5,73 persen menjadi Rp. 5.023,81 per kg di tingkat petani dan turun 5,68 persen menjadi Rp. 5.073,81 per kg di tingkat penggilingan. Sementara iturata-rata harga gabah kualitas rendah turunsebesar 0,05persen menjadiRp. 4.609,09 per kgdi tingkat petani dan turun0,42 persen menjadi Rp. 4.659,09 per kgdi tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.500,00per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.850,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Selama Januari 2016, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada Januari 2016, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 43observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKPsebanyak 21 observasi dan kualitas rendah sebanyak 22 observasi.
Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Januari 2016 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 (0,00%) (penggilingan)
Kelompok Kualitas (1) GKG
21 (48,84%)
GKP
5.500,00
5.023,81
5.073,81
3.700,00 (petani)
1.323,81
35,78
3.750,00 1.323,81 (penggilingan)
35,30
Gabah Kualitas Rendah
22 (51,16%)
3.850,00
5.450,00
4.609,09
4.659,09
-
Total
43 (100,00%)
-
-
-
-
-
12
4.050,00
-
-
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 21 observasi atau 48,84 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Januari 2016. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 22 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 51,16 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Januari 2016, yang berpotensi mengalami kasus harga 37,21 persenberasal dari Kabupaten Bantul dan 6,98 persen masing-masing berasal dari Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Sleman.
Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Januari 2016 Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
GKP
21
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
21(100,00 %)
21 (100,00 %)
GKG dan GKP
21
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
21(100,00 %)
Kualitas Rendah
22
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.500,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.850,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, November 2015-Januari 2016
Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Nov’2015 Des’2015 Jan’2016
Nov’2015 Des’2015 Jan’2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
GKG
12,33
-
-
3,00
-
-
GKP
11,93
12,31
13,33
6,14
5,49
6,32
KualitasRendah
13,86
29,66
25,15
10,46
5,79
9,46
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016
13
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 13,33 persen dan 6,32persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Januari 2016 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 25,15 persen dan 9,46 persen.
Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas November 2015-Januari 2016 Tingkat Petani (Rp / Kg)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
Kelompok Kualitas
Nov’2015
Des’2015
Jan’2016
(1)
(2)
(3)
(4)
GKG
5.000,00
-
-
-
5.050,00
-
-
-
GKP Kualitas Rendah
5.183,87
5.329,17
5.023,81
-5,73
5.233,87
5.379,17
5.073,81
-5,68
4.468,75
4.611,43
4.609,09
-0,05
4.518,75
4.678,57
4.659,09
-0,42
Perub (4) thd (3) (%) (5)
Nov’2015
Des’2015
Jan’2016
(6)
(7)
(8)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani turunRp. 305,36per kg (5,73persen) menjadi Rp 5.023,81per kg, demikian pula di tingkat penggilingan turunRp.305,36 per kg (5,68 persen) menjadi Rp. 5.073,81 per kg.Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 2,34per kg (0,05persen) menjadi Rp. 4.609,09 per kg dan turun Rp. 19,48 per kg(0,42 persen) menjadi Rp. 4.659,09 per kg di tingkat penggilingan.
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Januari2015 -Januari 2016 5600 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Jan-15
Feb-15
Mar-15
Apr-15
May-15
Jun-15
Jul-15
Aug-15
Sep-15
Oct-15
Nov-15
Dec-15
Jan-16
Bulan GKG
14
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 08/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016