No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Maret 2015, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 99,48 atau mengalami penurunan sebesar 1,29 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 100,79. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 97,23, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 96,45, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 108,47, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 98,43 dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 104,28. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP pada semua subsektor. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2015 secara umum mencapai 119,13 atau mengalami inflasi sebesar 0,59 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 118,43. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok kesehatan sebesar 1,44 persen, diikuti kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 1,26 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,53 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,51 persen, kelompok bahan makanan naik sebesar 0,40 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,28 persen, dan terakhir kelompok perumahan naik sebesar 0,23 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Maret 2015 terdapat 19 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 14 provinsi mengalami penurunan. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 1,28 persen, sebaliknya penurunan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Timur sebesar 1,75 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
1
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Maret 2015, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 1,29 persen dibanding NTP Februari 2015, yaitu dari 100,79 menjadi 99,48. Turunnya NTP Bulan Maret 2015 ini disebabkan oleh turunnya indeks harga produk pertanian yang diterima petani, sebaliknya indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami kenaikan. Penurunan angka NTP yang tercatat pada bulan Maret 2015 terjadi pada semua subsektor. Subsektor tanaman pangan yang mengalami penurunan terbesar yaitu mencapai 2,16 persen, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 1,57 persen, subsektor peternakan turun sebesar 0,97 persen, subsektor perikanan turun sebesar 0,66 persen dan terakhir subsektor hortikultura yang mengalami penurunan sebesar 0,50 persen pada bulan ini.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Maret 2015, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,81 persen dibandingkan dengan It Februari 2015, yaitu dari 116,57 menjadi 115,62. Penurunan It terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 1,59 persen, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 1,09 persen, subsektor peternakan sebesar 0,50 persen, subsektor perikanan turun sebesar 0,49 persen dan terakhir subsektor hortikultura mengalami penurunan It sebesar 0,06 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Maret 2015 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen bila dibandingkan Februari 2015, yaitu dari 115,66 menjadi 116,22. Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor dengan kenaikan terbesar dialami oleh subsektor tanaman pangan yang mencapai 0,58 persen, diikuti oleh subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,49 persen subsektor peternakan naik sebesar 0,47 persen, subsektor hortikultura naik sebesar 0,44 persen, dan subsektor perikanan naik sebesar 0,17 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti bawang merah, bensin, cabai rawit, dan beras.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Maret 2015 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 2,16 persen. Turunnya NTPP ini disebabkan karena turunnya indeks yang diterima petani sebesar 1,59 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik hingga 0,58 persen. Turunnya indeks yang terjadi pada It disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok padi sebesar 2,25 persen dan turunnya subkelompok palawija sebesar 0,74 persen. Komoditas yang menyebabkan turunnya It pada subsektor ini terutama karena turunnya harga gabah, jagung dan kacang kedelai. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,58 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,55 persen. Tabel 1 2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Februari-Maret 2015(2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Februari 2015 (2) 117,22
Maret 2015 (3) 115,36
- Padi
116,92
114,28
-2,25
- Palawija
117,61
116,73
-0,74
117,96
118,64
0,58
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,06
119,76
0,58
- Indeks BPPBM
111,32
111,93
0,55
99,38
97,23
-2,16
105,30
103,06
-2,13
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Petanian
(4) -1,59
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Maret 2015, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan sebesar 0,50 persen. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,06 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas seperti salak, durian dan kencur. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,44 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,44 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Februari-Maret 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan Februari 2015 (2) 113,23
Maret 2015 (3) 113,16
Persentase Perubahan (4) -0,06
- Sayur-sayuran
109,88
112,59
2,47
- Buah-buahan
115,40
113,59
-1,57
- Tanaman Obat
115,26
113,19
-1,80
116,81
117,32
0,44
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
118,76
119,28
0,44
- Indeks BPPBM
108,77
109,25
0,44
96,93
96,45
-0,50
104,10
103,58
-0,50
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Maret 2015 NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 1,57 persen, hal ini terjadi karena penurunan indeks yang diterima petani sebesar 1,09 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
3
Penurunan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 126,13 menjadi 124,75. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan harga diantaranya adalah kelapa, cengkeh dan tebu. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,62 persen, dan naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,23 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Februari-Maret 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2015 (2) 126,13
Maret 2015 (3) 124,75
126,13
124,75
-1,09
114,46
115,01
0,49
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
118,13
118,86
0,62
- Indeks BPPBM
108,11
108,36
0,23
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
110,20
108,47
-1,57
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
116,67
115,12
-1,32
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) -1,09
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Februari-Maret 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
Bulan Februari (2)
Maret 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
112,78
112,21
-0,50
- Ternak Besar
111,99
111,63
-0,32
- Ternak Kecil
111,36
111,08
-0,25
- Unggas
120,24
118,97
-1,06
- Hasil Ternak
111,52
110,22
-1,16
113,46
114,00
0,47
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
117,65
118,52
0,74
- Indeks BPPBM
109,34
109,55
0,18
99,40
98,43
-0,97
103,14
102,43
-0,69
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Pada Maret 2015 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 0,97 persen. Turunnya NTPT terjadi karena turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,50 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,47 persen. Penurunan It ini disebabkan oleh turunnya It pada semua subkelompok, dimana subkelompok hasil ternak mengalami penurunan paling besar, yaitu turun sebesar 1,16 persen, diikuti subkelompok unggas turun sebesar 1,06 persen, subkelompok ternak besar turun sebesar 0,32 persen dan subkelompok ternak kecil turun sebesar 0,25 persen. Turunnya harga beberapa komoditi seperti sapi potong, telur ayam ras dan ayam ras pedaging menjadi penyebab turunnya 4
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
It pada subsektor ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,74 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,18 persen.
e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Maret 2015, NTN mengalami penurunan sebesar 0,66 persen, hal ini dikarenakan turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,49 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,17 persen. Penurunan It subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok penangkapan dan subkelompok budidaya masing-masing sebesar 0,29 persen dan 0,50 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,22 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,11 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Februari-Maret 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Februari 2015 (2)
Maret 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
118,76
118,18
-0,49
- Penangkapan
126,00
125,64
-0,29
- Budidaya
118,35
117,76
-0,50
113,13
113,33
0,17
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,14
119,41
0,22
- Indeks BPPBM
b. Indeks Dibayar Petani
106,15
106,26
0,11
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
104,97
104,28
-0,66
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
111,87
111,21
-0,59
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Maret 2015 mengalami penurunan sebesar 0,86 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,29 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani (nelayan) mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen. Turunnya It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti manyung, bawal laut, gulamah dan tenggiri pada bulan ini. Sedangkan kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,22 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 1,02 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Februari-Maret 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan Februari 2015 (2)
a. Indeks Diterima Petani
Maret 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
126,00
125,64
-0,29
- Penangkapan Perairan Umum
100,00
100,00
0,00
- Penangkapan Perairan Laut
126,03
125,67
-0,29
b. Indeks Dibayar Petani
116,29
116,96
0,58
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
118,98
119,25
0,22
- Indeks BPPBM
113,12
114,27
1,02
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
108,36
107,43
-0,86
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
111,39
109,95
-1,29
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya juga mengalami penurunan indeks sebesar 0,65 persen pada Maret 2015. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,50 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen. Penurunan It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti lele, tawes dan udang. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,22 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,05 persen dibanding bulan sebelumnya. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Februari - Maret 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan Februari 2015 (2)
Maret 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
a. Indeks Diterima Petani
118,35
117,76
-0,50
- Budidaya Air Tawar
118,35
117,76
-0,50
b. Indeks Dibayar Petani
112,96
113,12
0,15
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,15
119,41
0,22
- Indeks BPPBM
105,76
105,82
0,05
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
104,78
104,10
-0,65
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
111,90
111,29
-0,55
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Maret 2015 mencapai 99,34 atau turun sebesar 1,31 persen dibanding bulan Februari 2015. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,82 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,50 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Februari-Maret 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2015
Maret 2015
(2)
(3)
(4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
116,50
115,54
-0,82
Indeks Harga yang Dibayar Petani
115,73
116,31
0,50
Konsumsi Rumah Tangga
118,41
119,12
0,60
BPPBM
109,55
109,95
0,36
Nilai Tukar Petani
100,66
99,34
-1,31
Nilai Tukar Usaha Pertanian
106,34
105,09
-1,18
(1)
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2015 secara umum mencapai 119,13 atau mengalami inflasi sebesar 0,59 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 118,43. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok kesehatan sebesar 1,44 persen, diikuti kelompok transportasi dan komunikasi yang naik sebesar 1,26 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,53 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,51 persen, kelompok bahan makanan naik sebesar 0,40 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,28 persen, dan terakhir kelompok perumahan naik sebesar 0,23 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Februari - Maret 2015(2012=100) Kelompok (1) Konsumsi Rumah Tangga
Bulan Februari 2015 (2) 118,43
Maret 2015 (3) 119,13
Persentase Perubahan (4) 0,59
- Bahan Makanan
126,91
127,42
0,40
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
116,25
116,58
0,28
- Perumahan
115,39
115,65
0,23
- Sandang
115,52
116,13
0,53
- Kesehatan
109,26
110,83
1,44
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
106,49
107,03
0,51
- Transportasi dan Komunikasi
115,29
116,75
1,26
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Maret 2015 ada sebanyak 19 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Bangka Belitung yaitu sebesar 1,28 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,01 persen terjadi di Provinsi Kalimantan Barat. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Bangka Belitung terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga lada/merica dan karet. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
7
Sebanyak 14 provinsi pada bulan Maret 2015 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,75 persen, sedangkan Provinsi Kepulauan Riau mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,03 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Jawa Timur banyak disebabkan oleh turunnya harga gabah dan jagung pada subsektor tanaman pangan. Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Februari - Maret 2015(2012=100) Provinsi
Persentase Perubahan
Maret 2015 (3)
102,19
101,53
-0,64
NAD
97,12
97,39
0,28
Sumatera Utara
98,28
99,09
0,82
Sumatera Barat
98,66
98,97
0,32
Riau
96,63
97,55
0,95
Jambi
96,38
95,81
-0,59
Sumatera Selatan
97,64
98,31
0,69
(1)
Nasional
(4)
Bengkulu
95,67
96,24
0,59
Lampung
103,20
102,30
-0,87
Bangka Belitung
102,96
104,28
1,28
Kepulauan Riau
100,54
100,51
-0,03
DKI Jakarta
99,12
99,42
0,29
Jawa Barat
105,69
105,45
-0,23
Jawa Tengah
101,48
99,92
-1,54
Yogyakarta
100,79
99,48
-1,29
Jawa Timur
106,18
104,32
-1,75
Banten
105,19
105,09
-0,09
Bali
103,90
103,41
-0,47
Nusa Tenggara Barat
101,97
102,23
0,25
Nusa Tenggara Timur
101,57
101,16
-0,41
Kalimantan Barat
97,48
97,50
0,01
Kalimantan Tengah
98,93
98,75
-0,18
Kalimantan Selatan
100,80
101,06
0,25
Kalimantan Timur
100,78
99,73
-1,03
Sulawesi Utara
98,51
97,49
-1,04
Selawesi Tengah
97,75
97,85
0,11
Sulawesi Selatan
103,84
104,53
0,67
Sulawesi Tenggara
8
Bulan Februari 2015 (2)
99,00
98,15
-0,86
Gorontalo
101,57
101,71
0,14
Sulawesi Barat
101,70
102,94
1,21
Maluku
100,42
100,65
0,23
Maluku Utara
102,45
102,59
0,14
Papua Barat
99,26
99,69
0,43
Papua
97,12
97,42
0,31
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Februari - Maret 2015(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Bulan Februari 2015 (2)
Maret 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
102,15
101,48
-0,65
NAD
97,02
97,33
0,31
Sumatera Utara
98,26
99,12
0,87
Sumatera Barat
98,27
98,59
0,33
Riau
96,10
97,12
1,06
Jambi
96,25
95,66
-0,61
Sumatera Selatan
97,60
98,28
0,70
Bengkulu
95,55
96,12
0,61
Lampung
103,29
102,37
-0,89
Bangka Belitung
102,97
104,57
1,55
Kepulauan Riau
96,38
96,93
0,58
Jawa Barat
106,05
105,79
-0,25
Jawa Tengah
101,54
99,93
-1,58
Yogyakarta
100,66
99,34
-1,31
Jawa Timur
106,19
104,30
-1,77
Banten
105,21
105,12
-0,08
Bali
103,88
103,38
-0,48
Nusa Tenggara Barat
102,03
102,31
0,28
Nusa Tenggara Timur
101,52
101,09
-0,42
Kalimantan Barat
97,42
97,41
0,00
Kalimantan Tengah
98,44
98,25
-0,19
Kalimantan Selatan
99,98
100,26
0,28
100,89
99,78
-1,10
Sulawesi Utara
97,90
96,77
-1,16
Selawesi Tengah
97,35
97,46
0,11
Sulawesi Selatan
103,76
104,53
0,75
98,48
97,67
-0,82
Gorontalo
101,73
101,83
0,09
Sulawesi Barat
101,81
103,07
1,24
99,53
99,84
0,32
Maluku Utara
102,46
102,61
0,15
Papua Barat
98,44
98,99
0,56
Papua
96,53
96,92
0,41
Kalimantan Timur
Sulawesi Tenggara
Maluku
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
9
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Februari - Maret 2015(2012=100) Provinsi (1)
Februari 2015 (2)
Maret 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
Nasional
106,72
106,20
-0,49
NAD
103,20
101,52
-1,63
Sumatera Utara
104,21
103,03
-1,13
Sumatera Barat
102,13
102,76
0,61
Riau
109,07
107,87
-1,10
Jambi
103,01
102,86
-0,15
Sumatera Selatan
95,67
96,43
0,79
Bengkulu
98,17
99,28
1,13
Lampung
107,57
107,78
0,20
Bangka Belitung
103,96
102,26
-1,64
Kepulauan Riau
111,67
109,93
-1,57
DKI Jakarta
103,80
104,11
0,30
Jawa Barat
107,74
107,85
0,10
Jawa Tengah
105,64
105,10
-0,52
Yogyakarta
108,36
107,43
-0,86
Jawa Timur
107,18
105,33
-1,72
Banten
115,52
114,06
-1,26
Bali
113,94
114,47
0,47
Nusa Tenggara Barat
104,10
104,06
-0,04
Nusa Tenggara Timur
105,94
105,94
0,01
99,63
100,11
0,47
Kalimantan Tengah
109,42
109,43
0,01
Kalimantan Selatan
112,57
112,93
0,32
Kalimantan Timur
106,95
106,71
-0,23
Sulawesi Utara
111,88
113,12
1,11
Selawesi Tengah
106,96
107,23
0,25
Sulawesi Selatan
109,36
108,39
-0,89
Sulawesi Tenggara
107,30
105,65
-1,54
Gorontalo
100,86
102,02
1,15
Kalimantan Barat
Sulawesi Barat
10
Bulan
99,52
100,04
0,52
Maluku
107,45
106,98
-0,44
Maluku Utara
101,81
101,83
0,03
Papua Barat
107,66
107,04
-0,57
Papua
110,08
108,87
-1,10
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Februari - Maret 2015(2012=100) Provinsi (1)
Bulan Februari 2015 (2)
Maret 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
Nasional
99,62
99,56
NAD
95,80
96,14
0,36
Sumatera Utara
93,38
92,82
-0,60
Sumatera Barat
108,72
108,79
0,07
Riau
103,26
102,89
-0,36
Jambi
-0,06
97,83
98,04
0,21
Sumatera Selatan
101,53
101,77
0,23
Bengkulu
100,73
100,51
-0,22
Lampung
97,37
97,18
-0,20
Bangka Belitung
95,05
94,50
-0,58
Kepulauan Riau
109,87
109,31
-0,51
DKI Jakarta
94,07
94,35
0,30
Jawa Barat
98,46
98,72
0,26
Jawa Tengah
97,87
97,95
0,08
Yogyakarta
104,78
104,10
-0,65
Jawa Timur
105,46
105,44
-0,02
Banten
95,84
96,14
0,32
Bali
92,20
91,64
-0,60
Nusa Tenggara Barat
94,04
92,98
-1,13
Nusa Tenggara Timur
100,91
100,88
-0,03
98,32
98,64
0,32
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
97,38
97,21
-0,18
Kalimantan Selatan
104,23
103,13
-1,06
Kalimantan Timur
91,70
90,76
-1,02
Sulawesi Utara
97,43
96,68
-0,77
Selawesi Tengah
94,68
94,23
-0,47
Sulawesi Selatan
102,21
101,68
-0,52
Sulawesi Tenggara
99,33
98,55
-0,78
Gorontalo
92,11
92,69
0,63
Sulawesi Barat
99,37
100,41
1,05
Maluku
109,84
109,29
-0,50
Maluku Utara
107,08
107,88
0,74
Papua Barat
93,43
92,94
-0,53
Papua
91,81
91,25
-0,61
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
11
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH MARET 2015 Berdasarkan hasil observasi terhadap 63 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Maret 2015, sebagian besar atau 57,14 persen berkualitas rendah sementara itu sisanya 42,86 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP). Dibandingkan Februari 2015, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami penurunan 16,56 persen menjadi Rp. 4.383,33 per kg di tingkat petani dan turun 16,40 persen menjadi Rp. 4.433,33 per kg di tingkat penggilingan. Sebaliknya, rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 9,58 persen menjadi Rp. 4.311,11 per kg di tingkat petani dan naik 9,46 persen menjadi Rp. 4.361,11 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 6.000,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Panjatan (Kulonprogo). Selama Maret 2015, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada Maret 2015, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 63 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas rendah sebanyak 36 observasi dan kualitas GKP sebanyak 27 observasi. Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Maret 2015
Kelompok Kualitas (1) GKG GKP
Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 (0,00%) (penggilingan) 27 (42,86%)
3.850,00
6.000,00
4.383,33
4.433,33
3.700,00 (petani)
683.33
18,47
3.750,00 (penggilingan)
683,33
18,22
-
-
Gabah Kualitas Rendah
36 (57,14%)
3.700,00
5.200,00
4.311,11
4.361,11
-
Total
63 (100,00%)
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : GKG : kadar air 14% dan kadar hampa/kotoran 3% GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air14% an kadar hampa3% Diluar kualitas : kadar air 25% atau kadar hampa/kotoran 10% * HPP berdasarkan INPRES nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah tgl.17 Maret 2015 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.
12
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 27 observasi atau 42,86 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Maret 2015. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 36 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 57,14 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Maret 2015, yang berpotensi mengalami kasus harga sebanyak 33,33 persen berasal dari Kabupaten Bantul, 14,29 persen berasal dari Kabupaten Kulonprogo dan 9,52 persen berasal dari Kabupaten Sleman . Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Maret 2015
Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
GKP
27
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
GKG dan GKP
27
-
0 (0,00 %)
Kualitas Rendah
36
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
27 (100,00 %)
27(100,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
27 (100,00 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 6.000,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Panjatan (Kulonprogo). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Januari - Maret 2015
Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA) Jan’2015 (2)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Feb’2015 Mar’2015 (3)
(4)
Jan’2015 Feb’2015 Mar’2015 (5)
(6)
(7)
GKG
-
-
-
-
-
-
GKP
13,21
12,82
16,02
7,40
7,57
6,91
KualitasRendah
24,16
30,41
22,59
16,76
10,37
12,85
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Ratarata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 16,02 persen dan 6,91 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Maret 2015 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 22,59 persen dan 12,85 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015
13
Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Januari - Maret 2015 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Jan’2015
(1)
Perub (4) thd (3) (%) (5)
Feb’2015 Mar’2015
(2)
(3)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
(4) -
Perub (4) thd (3) (%) (9)
Jan’2015 Feb’2015 Mar’2015 (6)
(7)
(8)
GKG
-
-
-
-
-
-
-
GKP
4.770,51
5.253,33
4.383,33 -16,56
4.820,51
5.303,33
4.433,33
-16,40
Kualitas Rendah
3.948,44
3.934,38
4.311,11
3.998,44
3.984,38
4.361,11
9,46
9,58
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani turun Rp. 870,00 per kg (16,56 persen) menjadi Rp 4.383,33 per kg dan di tingkat penggilingan turun Rp. 870,00 per kg (16,40 persen) menjadi Rp. 4.433,33 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik sebesar Rp. 376,74 per kg (9,58 persen) menjadi Rp. 4.311,11 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan naik Rp. 376,74 per kg (9,46 persen) menjadi Rp. 4.361,11 per kg.
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Maret 2014 -Maret 2015 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Mar-14
Apr-14
May-14
Jun-14
Jul-14
Aug-14
Sep-14
Oct-14
Nov-14
Dec-14
Jan-15
Feb-15
Mar-15
Bulan GKG
14
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015