No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Oktober 2014, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 103,40 atau mengalami kenaikan sebesar 0,47 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 102,92. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 97,37, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 100,45, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 115,21, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 104,77 dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 104,36. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP pada semua subsektor kecuali subsektor peternakan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Oktober 2014 secara umum mencapai 115,25 atau mengalami inflasi sebesar 0,47 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 114,71. Kenaikan IHK lebih banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan yang mencapai 0,94 persen. Selanjutnya kelompok kesehatan mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen, diikuti kelompok perumahan dan kelompok sandang masing-masing mengalami kenaikan 0,29 persen. Kemudian disusul kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang naik sebesar 0,25 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,09 persen dan terakhir kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,05 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Oktober 2014 terdapat 21 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 12 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1,30 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 0,91 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
1
kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Oktober 2014, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,47 persen dibanding NTP September 2014, yaitu dari 102,92 menjadi 103,40. Naiknya NTP Bulan Oktober 2014 ini disebabkan karena indeks harga produk pertanian yang diterima petani mengalami kenaikan yang lebih besar dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Naiknya angka NTP yang tercatat pada bulan Oktober 2014 disebabkan oleh naiknya NTP di subsektor hortikultura yang mengalami kenaikan sebesar 1,75 persen, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,88 persen, subsektor perikanan sebesar 0,86 persen dan subsektor tanaman pangan yang naik sebesar 0,47 persen. Sebaliknya subsektor peternakan mengalami penurunan 0,83 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Oktober 2014, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,88 persen dibandingkan dengan It September 2014, yaitu dari 115,56 menjadi 116,57. Kenaikan It terbesar terjadi pada subsektor hortikultura yaitu sebesar 2,08 persen, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,34 persen, subsektor perikanan sebesar 1,02 persen dan subsektor tanaman pangan sebesar 0,94 persen. Sebaliknya subsektor peternakan mengalami penurunan It sebesar 0,45 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Oktober 2014 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,40 persen bila dibandingkan September 2014, yaitu dari 112,28 menjadi 112,73. Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor dengan kenaikan terbesar dialami oleh subsektor tanaman pangan yang mencapai 0,48 persen, diikuti oleh subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,46 persen, subsektor peternakan naik sebesar 0,38 persen, subsektor hortikutura naik sebesar 0,33 persen dan terakhir subsektor perikanan naik sebesar 0,17 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti beras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit dan jeruk.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Oktober 2014 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,47 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,94 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar sebesar 0,48 persen. Naiknya indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 2,21 persen meskipun subkelompok palawija turun 0,58 persen. Komoditas yang menyebabkan naiknya It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga gabah.
2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,54 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,08 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya September-Oktober 2014 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
September 2014 (2) 110.87
Oktober 2014 (3) 111.91
Persentase Perubahan (4) 0.94
- Padi
107.94
110.33
2.21
- Palawija
114.60
113.93
-0.58
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
114.39
114.93
0.48
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
115.51
116.14
0.54
- Indeks BPPBM
107.66
107.75
0.08
96.92
97.37
0.47
102.98
103.86
0.86
c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Petanian
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Oktober 2014, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan sebesar 1,75 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 2,08 persen lebih besar daripada kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,33 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas seperti, cabai merah, salak, bawang merah, melinjo dan pisang. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,36 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,18 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya September-Oktober 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan September 2014 (2) 111.85
Oktober 2014 (3) 114.18
Persentase Perubahan (4) 2.08
- Sayur-sayuran
107.44
110.25
2.62
- Buah-buahan
114.75
116.77
1.76
- Tanaman Obat
114.21
116.23
1.77
113.29
113.67
0.33
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
115.01
115.43
0.36
- Indeks BPPBM
106.23
106.42
0.18
98.72
100.45
1.75
105.29
107.29
1.90
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
3
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Oktober 2014 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,88 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 1,34 persen lebih besar daripada kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,46 persen. Naiknya It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 126,64 menjadi 128,33. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah kakao, kelapa, cengkeh, kopi dan tebu. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,55 persen, dan naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,28 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya September-Oktober 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
Bulan September 2014 (2) 126.64
Oktober 2014 (3) 128.33
Persentase Perubahan (4) 1.34
126.64
128.33
1.34
110.89
111.39
0.46
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
114.05
114.67
0.55
- Indeks BPPBM
105.43
105.72
0.28
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
114.20
115.21
0.88
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
120.12
121.39
1.06
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya September-Oktober 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
Bulan September 2014 Oktober 2014 (2) (3)
Persentase Perubahan (4)
116.67
116.14
-0.45
- Ternak Besar
117.46
117.00
-0.40
- Ternak Kecil
115.78
115.52
-0.22
- Unggas
123.10
122.16
-0.77
- Hasil Ternak
107.27
106.56
-0.66
110.43
110.85
0.38
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
113.97
114.52
0.48
- Indeks BPPBM
106.94
107.24
0.28
c. Nilai Tukar Petani (NTPT)
105.66
104.77
-0.83
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
109.10
108.30
-0.74
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
Pada Oktober 2014 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 0,83 persen. Turunnya NTPT terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,45 persen sebaliknya terjadi kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,38 persen. 4
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
Penurunan It ini disebabkan oleh turunnya indeks pada subkelompok ternak besar yang mencapai 0,40 persen, subkelompok ternak kecil turun sebesar 0,22 persen, subkelompok unggas turun sebesar 0,77 persen, dan hasil ternak turun sebesar 0,66 persen. Turunnya harga sapi potong menjadi penyebab utama penurunan It pada subsektor ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,48 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,28 persen. e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Oktober 2014, NTN mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 1,02 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,17 persen. Naiknya It subsektor ini disebabkan oleh naiknya It subkelompok penangkapan sebesar 0,15 persen dan naiknya It subkelompok budidaya sebesar 1,08 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,16 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,17 persen.
Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya September-Oktober 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan September 2014 (2)
Oktober 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
114.38
115.56
1.02
- Penangkapan
121.73
121.91
0.15
- Budidaya
113.98
115.20
1.08
b. Indeks Dibayar Petani
110.55
110.73
0.17
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
115.70
115.88
0.16
- Indeks BPPBM
104.57
104.75
0.17
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
103.47
104.36
0.86
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
109.39
110.32
0.85
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Oktober 2014 relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan indeks yang diterima petani (nelayan) relatif sama dengan perubahan indeks yang dibayar petani (nelayan) yaitu masingmasing naik sebesar 0,15 persen. Kenaikan It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti pari, cucut, dan, cakalang pada bulan ini. Sedangkan kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,16 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,14 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya September-Oktober 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan September 2014 (2)
Oktober 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
121.73
121.91
0.15
- Penangkapan Perairan Umum
100.00
100.00
0.00
- Penangkapan Perairan Laut
121.75
121.93
0.15
b. Indeks Dibayar Petani
113.55
113.72
0.15
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
115.55
115.73
0.16
- Indeks BPPBM
111.20
111.36
0.14
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
107.21
107.20
0.00
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
109.47
109.48
0.01
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami kenaikan indeks sebesar 0,91 persen pada Oktober 2014. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 1,08 persen lebih besar dibandingkan dengan kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,17 persen. Kenaikan It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti nila, lele, dan udang. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,16 persen, dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,18 persen dibanding bulan sebelumnya. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya September-Oktober 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan September 2014 (2)
Oktober 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
a. Indeks Diterima Petani
113.98
115.20
1.08
- Budidaya Air Tawar
113.98
115.20
1.08
b. Indeks Dibayar Petani
110.38
110.56
0.17
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
115.70
115.89
0.16
- Indeks BPPBM
104.20
104.38
0.18
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
103.26
104.19
0.91
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
109.38
110.37
0.90
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Oktober 2014 mencapai 103,37 atau naik sebesar 0,46 persen dibanding bulan September 2014. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,87 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya mencapai 0,41 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya September-Oktober 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
September 2014
Oktober 2014
(1)
(2)
(3)
Indeks Harga yang Diterima Petani
115.59
116.60
0.87
Indeks Harga yang Dibayar Petani
112.34
112.80
0.41
Konsumsi Rumah Tangga
114.68
115.23
0.48
BPPBM
106.71
106.92
0.20
Nilai Tukar Petani
102.90
103.37
0.46
Nilai Tukar Usaha Pertanian
108.33
109.05
0.67
(4)
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada Oktober 2014, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) atau IHK di daerah perdesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan atau inflasi 0,47 persen. Kenaikan IHK lebih banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan yang mencapai 0,94 persen. Selanjutnya kelompok kesehatan mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen, diikuti kelompok perumahan dan kelompok sandang masing-masing mengalami kenaikan 0,29 persen. Kemudian disusul kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang naik sebesar 0,25 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,09 persen dan terakhir kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,05 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya September 2014 - Oktober 2014 (2012=100) Kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
September 2014
Oktober 2014
(2)
(3)
(4)
114.71
115.25
0.47
- Bahan Makanan
121.35
122.49
0.94
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
112.59
112.86
0.25
- Perumahan
111.51
111.84
0.29
- Sandang
112.54
112.86
0.29
- Kesehatan
107.13
107.54
0.38
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
104.98
105.07
0.09
- Transportasi dan Komunikasi
113.49
113.54
0.05
(1) Konsumsi Rumah Tangga
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Oktober 2014 ada sebanyak 21 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebesar 1,30 persen, sedangkan kenaikan NTP terendah sebesar 0,12 persen terjadi di Provinsi DKI Jakarta. Kenaikan NTP tertinggi di Sulawesi Selatan terutama disebabkan oleh kenaikan NTP pada subsektor tanaman pangan dengan naiknya harga gabah, jagung, dan ketela pohon. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
7
Sebanyak 12 provinsi pada bulan Oktober 2014 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 0,91 persen. Sebaliknya provinsi yang mengalami penurunan terkecil adalah Nanggroe Aceh Darussalam dan Kalimantan Selatan dengan penurunan masing-masing sebesar 0,02 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan banyak disebabkan oleh penurunan harga kelapa sawit, kopi, dan karet pada subsektor tanaman perkebunan rakyat. Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya September 2014 - Oktober 2014 (2012=100) Provinsi (1)
Nasional
September 2014 (2)
Oktober 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
102.36
102.87
0.50
NAD
98.08
98.06
-0.02
Sumatera Utara
99.76
100.58
0.82
Sumatera Barat
100.17
100.70
0.52
Riau
95.63
96.76
1.18
Jambi
96.21
95.53
-0.71
100.78
99.87
-0.91
Sumatera Selatan Bengkulu
95.49
95.23
-0.27
Lampung
106.53
106.95
0.40
Bangka Belitung
103.54
103.42
-0.12
Kepulauan Riau
102.00
101.63
-0.36
DKI Jakarta
100.91
101.03
0.12
Jawa Barat
104.16
105.04
0.84
Jawa Tengah
101.15
101.48
0.33
Yogyakarta
102.92
103.40
0.47
Jawa Timur
105.30
106.08
0.73
Banten
103.74
104.80
1.02
Bali
106.02
107.06
0.99
Nusa Tenggara Barat
99.56
100.80
1.24
Nusa Tenggara Timur
102.71
103.12
0.39
96.67
96.81
0.15
Kalimantan Tengah
100.56
99.79
-0.77
Kalimantan Selatan
99.17
99.15
-0.02
101.12
100.80
-0.32
99.87
99.51
-0.35
Selawesi Tengah
102.26
101.81
-0.44
Sulawesi Selatan
105.16
106.52
1.30
Sulawesi Tenggara
101.64
102.07
0.43
Gorontalo
101.79
102.18
0.39
Sulawesi Barat
103.37
104.56
1.15
Maluku
100.43
101.26
0.82
Maluku Utara
104.09
103.64
-0.43
Papua Barat
100.72
101.55
0.83
97.08
97.46
0.40
Kalimantan Barat
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
Papua
8
Bulan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya September 2014 - Oktober 2014 (2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Bulan September 2014 (2)
Oktober 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
102.29
102.82
0.52
NAD
97.96
97.97
0.01
Sumatera Utara
99.79
100.64
0.85
Sumatera Barat
99.94
100.46
0.52
Riau
95.04
96.28
1.31
Jambi
96.01
95.29
-0.75
100.72
99.80
-0.92
Bengkulu
95.29
95.04
-0.26
Lampung
106.64
107.08
0.41
Bangka Belitung
103.31
103.29
-0.02
Kepulauan Riau
98.99
98.36
-0.63
Jawa Barat
104.33
105.28
0.91
Jawa Tengah
101.12
101.48
0.35
Yogyakarta
102.90
103.37
0.46
Jawa Timur
105.26
106.04
0.74
Banten
103.71
104.80
1.05
Bali
Sumatera Selatan
106.01
107.08
1.01
Nusa Tenggara Barat
99.54
100.81
1.28
Nusa Tenggara Timur
102.69
103.09
0.39
96.51
96.66
0.15
Kalimantan Tengah
100.16
99.31
-0.85
Kalimantan Selatan
98.30
98.19
-0.11
100.86
100.58
-0.28
99.32
98.92
-0.40
Selawesi Tengah
102.22
101.67
-0.53
Sulawesi Selatan
105.04
106.46
1.35
Sulawesi Tenggara
101.26
101.71
0.44
Gorontalo
101.82
102.23
0.40
Sulawesi Barat
103.68
104.89
1.17
99.61
100.52
0.91
Maluku Utara
104.31
103.84
-0.46
Papua Barat
100.10
100.94
0.83
96.84
97.18
0.35
Kalimantan Barat
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
Maluku
Papua
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
9
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya September 2014 - Oktober 2014 (2012=100) Provinsi (1)
September 2014 (2)
Oktober 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
Nasional
106.38
106.66
0.26
NAD
102.49
101.68
-0.79
Sumatera Utara
101.13
101.57
0.43
Sumatera Barat
100.87
101.63
0.76
Riau
108.55
107.32
-1.13
Jambi
104.10
104.86
0.73
98.79
98.39
-0.40
Bengkulu
102.93
101.61
-1.28
Lampung
109.11
109.82
0.65
Bangka Belitung
107.34
105.87
-1.37
Kepulauan Riau
108.83
109.34
0.47
DKI Jakarta
105.37
105.03
-0.32
Jawa Barat
107.26
107.84
0.54
Jawa Tengah
108.78
107.71
-0.99
Yogyakarta
107.21
107.20
0.00
Jawa Timur
109.29
109.44
0.13
Banten
115.77
114.57
-1.03
Bali
114.82
114.31
-0.44
Nusa Tenggara Barat
102.61
103.01
0.39
Nusa Tenggara Timur
104.45
105.42
0.93
Kalimantan Barat
103.55
102.94
-0.59
Kalimantan Tengah
110.13
110.29
0.15
Kalimantan Selatan
111.03
112.05
0.92
Kalimantan Timur
110.80
109.87
-0.84
Sulawesi Utara
111.00
111.91
0.82
Selawesi Tengah
104.23
105.76
1.47
Sulawesi Selatan
109.37
110.16
0.72
Sulawesi Tenggara
107.53
108.01
0.45
Gorontalo
103.97
104.49
0.50
96.03
97.30
1.32
Maluku
105.96
106.31
0.33
Maluku Utara
100.25
100.17
-0.08
Papua Barat
107.36
108.32
0.89
Papua
102.47
103.89
1.38
Sumatera Selatan
Sulawesi Barat
10
Bulan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya September 2014 - Oktober 2014 (2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Bulan September 2014 (2)
Oktober 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
101.61
101.41
-0.20
NAD
99.85
99.13
-0.72
Sumatera Utara
95.94
95.31
-0.66
Sumatera Barat
106.53
107.15
0.58
Riau
104.91
103.83
-1.03
Jambi
101.02
101.60
0.57
Sumatera Selatan
105.56
104.65
-0.86
Bengkulu
102.53
102.06
-0.45
Lampung
100.11
99.99
-0.11
Bangka Belitung
97.36
98.06
0.72
Kepulauan Riau
114.79
114.18
-0.53
DKI Jakarta
96.21
96.82
0.63
Jawa Barat
100.53
100.14
-0.39
Jawa Tengah
100.60
100.08
-0.51
Yogyakarta
103.26
104.19
0.91
Jawa Timur
106.93
107.11
0.17
Banten
96.77
97.17
0.40
Bali
93.66
93.63
-0.03
Nusa Tenggara Barat
95.79
95.93
0.15
Nusa Tenggara Timur
102.54
102.12
-0.41
Kalimantan Barat
96.18
97.20
1.05
Kalimantan Tengah
97.82
98.02
0.20
Kalimantan Selatan
104.72
105.52
0.77
Kalimantan Timur
93.93
93.64
-0.30
101.00
99.95
-1.04
Selawesi Tengah
99.25
98.49
-0.76
Sulawesi Selatan
105.70
105.78
0.08
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
102.14
101.88
-0.25
Gorontalo
93.50
92.31
-1.27
Sulawesi Barat
99.52
99.33
-0.20
Maluku
114.02
112.77
-1.09
Maluku Utara
109.36
109.71
0.32
Papua Barat
93.50
93.34
-0.18
Papua
94.03
94.09
0.07
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
11
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH OKTOBER 2014 Berdasarkan hasil observasi terhadap 44 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Oktober 2014, sebagian besar atau 52,27 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) dan sisanya 47,73 persen berkualitas rendah. Dibandingkan September 2014, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami kenaikan 6,19 persen menjadi Rp. 4.739.13 per kg di tingkat petani dan naik 6,12 persen menjadi Rp. 4.784,78 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 7,38 persen menjadi Rp. 3.850,00 per kg di tingkat petani dan naik 7,28 persen menjadi Rp. 3.900,00 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.150,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Rojolele terjadi di Kecamatan Kalasan (Sleman). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Bambanglipuro (Bantul). Selama Oktober 2014, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada Oktober 2014, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 44 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 23 observasi dan kualitas rendah sebanyak 21 observasi. Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Oktober 2014 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.150,00 (0,00%) (penggilingan)
Kelompok Kualitas (1) GKG
23 (52,27%)
GKP
5.150,00
4.739,13
4.784,78
3.300,00 (petani)
1.439,13
43,61
3.350,00 1.434,78 (penggilingan)
42,83
Gabah Kualitas Rendah
21 (47,73%)
3.700,00
4.000,00
3.850,00
3.900,00
-
Total
44 (100,00%)
-
-
-
-
-
12
3.900,00
-
-
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 23 observasi atau 52,27 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Oktober 2014. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 21 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 47,73 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Oktober 2014, yang berpotensi mengalami kasus harga berasal dari Kabupaten Bantul sebanyak 43,18 persen dan Kabupaten Sleman 4,55 persen. Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Oktober 2014 Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
GKP
23
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
23(100,00 %)
23 (100,00 %)
GKG dan GKP
23
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
23 (100,00 %)
Kualitas Rendah
21
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.150,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Rojolele terjadi di Kecamatan Kalasan (Sleman). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Bambanglipuro (Bantul). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Agustus - Oktober 2014 Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA) Ags’2014 Sep’2014 (2)
(3)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Okt’2014 (4)
Ags’2014 Sep’2014 Okt’2014 (5)
(6)
(7)
GKG
-
-
-
-
-
-
GKP
13,21
13,55
12,04
6,15
7,35
6,39
KualitasRendah
26,59
28,82
28,92
9,71
12,98
8,44
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 12,04 persen dan 6,39 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Oktober 2014 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 28,92 persen dan 8,44 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014
13
Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Agustus - Oktober 2014 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Ags’2014
(1)
(2)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
Perub (4) Sep’2014 Okt’2014 thd (3) (%) (3) (4) (5)
Ags’2014 Sep’2014 (6)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
Okt’2014
(7)
(8)
GKG
-
-
-
-
-
-
-
-
GKP
4.309,52
4.463,04
4.739,13
6,19
4.352,38
4.508,70
4.784,78
6,12
Kualitas Rendah
3.493,44
3.585,29
3.850,00
7,38
3.543,44
3.635,29
3.900,00
7,28
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 276,09 per kg (6,19 persen) menjadi Rp 4.739,13 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp. 276,09 per kg (6,12 persen) menjadi Rp. 4.784,78 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik sebesar Rp. 264,71 per kg (7,38 persen) menjadi Rp. 3.850,00 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan naik Rp. 264,71 per kg (7,28 persen) menjadi Rp. 3.900,00 per kg. Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Oktober 2013 -Oktober 2014 5000 4800 4600 4400
Rp/Kg
4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Oct-13
Nov-13
Des-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
May-14
Jun-14
Jul-14
Aug-14
Sep-14
Sep-14
Bulan GKG
14
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 59/11/34/Th.XVI, 3 November 2014