No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juni 2014, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,10 atau mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 101,63. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 95,63, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 97,10, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 117,70, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 103,31 dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 103,58. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP pada seluruh subsektor. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Juni 2014 secara umum mencapai 113,34 atau mengalami inflasi sebesar 0,63 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 112,63. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumah tangga dengan kelompok bahan makanan mengalami kenaikan terbesar, yaitu sebesar 1,58 persen. Kenaikan indeks terbesar selanjutnya terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 0,32 persen, kelompok sandang sebesar 0,25 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau dan kelompok transportasi dan komunikasi masing-masing sebesar 0,10 persen, diikuti kelompok perumahan sebesar 0,04 persen, dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,01 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Juni 2014 terdapat 20 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 12 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,89 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,05 persen. Sementara itu Provinsi Bengkulu relatif tidak mengalami perubahan NTP dibanding bulan Mei 2014.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
1
produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Juni 2014, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,46 persen dibanding NTP Mei 2014, yaitu dari 101,63 menjadi 102,10. Naiknya NTP Bulan Juni 2014 ini disebabkan karena indeks harga produk pertanian yang diterima petani mengalami kenaikan yang lebih besar dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Naiknya angka NTP yang tercatat pada bulan Juni 2014 disebabkan oleh Naiknya NTP di semua subsektor. Subsektor tanaman perkebunan rakyat menjadi subsektor yang mengalami kenaikan terbesar, yaitu mencapai 1,18 persen, diikuti oleh subsektor hortikultura sebesar 0,66 persen, subsektor perikanan 0,41 persen, subsektor peternakan 0,21 persen dan subsektor tanaman pangan sebesar 0,07 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Juni 2014, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,96 persen dibandingkan dengan It Mei 2014, yaitu dari 112,44 menjadi 113,53. Kenaikan It terjadi pada semua subsektor dengan rincian subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan terbesar, yaitu sebesar 1,60 persen, disusul subsektor hortikultura sebesar 1,23 persen, subsektor perikanan sebesar 0,80 persen, subsektor peternakan sebesar 0,66 persen dan subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Juni 2014 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen bila dibandingkan Mei 2014, yaitu dari 110,64 menjadi 111,19. Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor dimana kenaikan terbesar dialami oleh subsektor tanaman hortikultura sebesar 0,57 persen. Selanjutnya diikuti oleh subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,54 persen, subsektor peternakan naik sebesar 0,46 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,42 persen dan terakhir subsektor perikanan naik sebesar 0,39 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi bahan makanan konsumsi rumah tangga seperti bawang merah, bawang putih, daging ayam ras dan telur ayam ras.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Juni 2014 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,07 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 0,61 persen lebih besar dibanding dengan kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,54 persen. Kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok palawija sebesar 1,49 persen meskipun subkelompok padi mengalami penurunan indeks sebesar 2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
0,12 persen. Komoditas yang menyebabkan naiknya It tersebut terutama karena naiknya harga jagung dan kacang tanah. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,62 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,02 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Mei-Juni 2014 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Mei 2014 (2)
Juni 2014 (3)
107,62
108,28
0,61
- Padi
104,36
104,24
-0,12
- Palawija
111,79
113,45
1,49
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4)
112,63
113,24
0,54
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
113,58
114,29
0,62
- Indeks BPPBM
106,91
106,93
0,02
95,56
95,63
0,07
100,67
101,27
0,60
c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Petanian
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Juni 2014, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan sebesar 0,66 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,23 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,57 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas seperti petai, bawang merah, pisang, salak dan alpukat. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,67 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,13 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Mei-Juni 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Mei 2014 (2)
Juni 2014 (3)
107,41
108,73
1,23
- Sayur-sayuran
105,05
108,03
2,84
- Buah-buahan
107,96
108,48
0,48
- Tanaman Obat
114,44
113,19
-1,09
111,34
111,98
0,57
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
112,70
113,46
0,67
- Indeks BPPBM
105,74
105,89
0,13
96,47
97,10
0,66
101,58
102,69
1,09
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
(4)
3
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Juni 2014 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 1,18 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,60 persen lebih besar dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar sebesar 0,42 persen. Naiknya It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 127,33 menjadi 129,36. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah tembakau, kakao, tebu dan biji jambu mete. Sedangkan kenaikan pada Ib terjadi karena naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,65 persen, sedangkan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) relatif tidak mengalami perubahan.
Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Mei-Juni 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Mei 2014 (2)
Juni 2014 (3)
127,33
129,36
1,60
127,33
129,36
1,60
109,45
109,90
0,42
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
111,97
112,69
0,65
- Indeks BPPBM
105,08
105,08
0,00
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
116,34
117,70
1,18
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
121,17
123,10
1,60
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4)
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Mei-Juni 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Juni 2014 (3)
112,39
113,13
0,66
- Ternak Besar
113,72
114,27
0,48
- Ternak Kecil
110,40
109,41
-0,90
- Unggas
115,46
117,51
1,77
- Hasil Ternak
103,86
105,90
1,96
109,01
109,51
0,46
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
111,95
112,63
0,61
- Indeks BPPBM
(1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
4
Bulan Mei 2014 (2)
(4)
106,11
106,43
0,30
c. Nilai Tukar Petani (NTPT)
103,10
103,31
0,21
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
105,91
106,29
0,36
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
Pada Juni 2014 terjadi kenaikan pada NTPT sebesar 0,21 persen. Naiknya NTPT terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,66 persen lebih besar dibanding dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,46 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya indeks pada subkelompok hasil ternak, subkelompok unggas dan subkelompok ternak besar masing-masing sebesar 1,96 persen, 1,77 persen dan 0,48 persen. Sebaliknya subkelompok ternak kecil turun sebesar 0,90 persen. Naiknya harga beberapa komoditas seperti sapi potong, telur ayam ras, dan daging ayam ras menjadi penyebab utama naiknya It pada subsektor ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,61 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,30 persen. e. Subsektor Perikanan(NTN) Pada Juni 2014, NTN mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,80 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,39 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya indeks subkelompok penangkapan sebesar 1,62 persen dan naiknya subkelompok budidaya sebesar 0,75 persen. Sedangkan, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,58 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,14 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Mei-Juni 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Mei 2014 (2)
Juni 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
112,52
113,41
0,80
- Penangkapan
116,29
118,18
1,62
- Budidaya
112,31
113,15
0,75
109,07
109,49
0,39
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
113,44
114,10
0,58
- Indeks BPPBM
103,99
104,14
0,14
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
103,16
103,58
0,41
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
108,19
108,90
0,65
b. Indeks Dibayar Petani
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Juni 2014 mengalami kenaikan indeks sebesar 1,15 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,62 persen lebih tinggi dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,47 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti tongkol, udang dan cakalang pada bulan ini. Sedangkan kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,58 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,34 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Mei-Juni 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Mei 2014 (2)
Juni 2014 (3)
116,29
118,18
1,62
- Penangkapan Perairan Umum
100,00
100,00
0,00
- Penangkapan Perairan Laut
116,31
118,20
1,62
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
111,96
112,49
0,47
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
113,29
113,95
0,58
- Indeks BPPBM
110,39
110,77
0,34
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
103,87
105,06
1,15
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
105,34
106,69
1,28
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami kenaikan indeks sebesar 0,37 persen pada Juni 2014. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,75 persen lebih tinggi dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,38 persen. Naiknya It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti lele dan udang. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,58 persen, dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,13 persen dibanding bulan sebelumnya. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Mei-Juni 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Mei 2014 (2)
Juni 2014 (3)
a. Indeks Diterima Petani
112,31
113,15
0,75
- Budidaya Air Tawar
112,31
113,15
0,75
b. Indeks Dibayar Petani
108,91
109,33
0,38
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
113,45
114,11
0,58
- Indeks BPPBM
103,64
103,77
0,13
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
103,12
103,50
0,37
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
108,36
109,03
0,62
(1)
(4)
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Juni 2014 mencapai 102,06 atau naik sebesar 0,46 persen dibanding bulan Mei 2014. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,97 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya mencapai 0,50 persen. Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Mei-Juni 2014 (2012=100) 6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Mei 2014
Juni 2014
(1)
(2)
(3)
(4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
112,44
113,53
0,97
Indeks Harga yang Dibayar Petani
110,69
111,24
0,50
Konsumsi Rumah Tangga
112,60
113,32
0,63
BPPBM
106,07
106,20
0,13
Nilai Tukar Petani
101,59
102,06
0,46
Nilai Tukar Usaha Pertanian
106,01
106,90
0,84
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada Juni 2014, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) atau IHK di daerah perdesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan atau inflasi 0,63 persen. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumah tangga dengan kelompok bahan makanan mengalami kenaikan terbesar, yaitu sebesar 1,58 persen. Kenaikan indeks terbesar selanjutnya terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 0,32 persen, kelompok sandang sebesar 0,25 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau dan kelompok transportasi dan komunikasi masingmasing sebesar 0,10 persen, diikuti kelompok perumahan sebesar 0,04 persen, dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,01 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
7
Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Mei 2014 - Juni 2014 (2012=100) Kelompok (1) Konsumsi Rumah Tangga
Bulan Mei 2014
Juni 2014
(2)
(3)
Persentase Perubahan (4)
112,63
113,34
0,63
- Bahan Makanan
118,21
120,07
1,58
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
110,34
110,45
0,10
- Perumahan
110,12
110,17
0,04
- Sandang
109,06
109,33
0,25
- Kesehatan
105,91
106,26
0,32
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
104,16
104,17
0,01
- Transportasi dan Komunikasi
112,55
112,66
0,10
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Juni 2014 ada sebanyak 20 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar 0,89 persen, sedangkan kenaikan NTP terendah sebesar 0,04 persen terjadi di Provinsi Sulawesi Utara. Kenaikan NTP tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau terutama disebabkan oleh kenaikan NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga cengkeh dan karet. Sebanyak 12 provinsi pada bulan Juni 2014 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Kalimantan Tengah mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,05 persen. Sebaliknya provinsi yang mengalami penurunan terkecil adalah Jawa Timur dengan penurunan sebesar 0,03 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah banyak disebabkan oleh penurunan harga karet dan kelapa sawit pada subsektor tanaman perkebunan rakyat. Sementara itu NTP Provinsi Bengkulu relatif tidak mengalami perubahan indeks dibanding indeks bulan Mei 2014.
8
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Mei 2014 - Juni 2014 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Mei 2014 (2)
Juni 2014 (3)
101,88
101,98
0,10
98,37
98,48
0,11
Sumatera Utara
100,94
101,09
0,15
Sumatera Barat
101,37
100,85
-0,51
Riau
97,00
96,70
-0,31
Jambi
97,07
97,29
0,23
102,25
101,91
-0,34
Bengkulu
96,78
96,78
0,00
Lampung
103,47
103,99
0,50
Bangka Belitung
100,11
100,58
0,47
Kepulauan Riau
100,40
101,30
0,89
DKI Jakarta
101,30
102,04
0,73
Jawa Barat
104,00
104,23
0,22
Jawa Tengah
100,00
100,34
0,34
Yogyakarta
101,63
102,10
0,46
Jawa Timur
104,32
104,29
-0,03
Banten
104,23
104,35
0,11
Bali
104,44
104,58
0,14
Nusa Tenggara Barat
98,96
99,59
0,64
Nusa Tenggara Timur
99,90
99,65
-0,25
(1)
Nasional NAD
Sumatera Selatan
Kalimantan Barat
(4)
97,46
97,05
-0,42
Kalimantan Tengah
102,31
101,23
-1,05
Kalimantan Selatan
100,12
99,89
-0,23
99,70
99,77
0,07
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
99,95
99,99
0,04
Selawesi Tengah
103,54
103,77
0,23
Sulawesi Selatan
105,89
105,81
-0,07
Sulawesi Tenggara
101,97
101,77
-0,20
Gorontalo
101,67
101,98
0,30
Sulawesi Barat
103,32
103,27
-0,04
99,94
100,39
0,44
Maluku Utara
103,88
104,29
0,39
Papua Barat
100,46
100,66
0,20
97,83
97,54
-0,30
Maluku
Papua
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
9
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Mei 2014 - Juni 2014 (2012=100) Provinsi
Persentase Perubahan
Juni 2014 (3)
101,84
101,94
0,11
98,26
98,36
0,09
Sumatera Utara
101,05
101,18
0,13
Sumatera Barat
101,26
100,67
-0,59
Riau
96,59
96,27
-0,34
Jambi
96,94
97,15
0,22
102,25
101,91
-0,33
Bengkulu
96,61
96,59
-0,03
Lampung
103,49
104,04
0,53
Bangka Belitung
100,02
100,43
0,40
Kepulauan Riau
98,20
98,87
0,68
104,12
104,40
0,27
Jawa Tengah
99,97
100,34
0,37
Yogyakarta
101,59
102,06
0,46
Jawa Timur
104,28
104,27
-0,02
Banten
104,24
104,35
0,10
Bali
(1)
Nasional NAD
Sumatera Selatan
Jawa Barat
(4)
104,38
104,54
0,15
Nusa Tenggara Barat
99,00
99,63
0,64
Nusa Tenggara Timur
99,86
99,60
-0,26
Kalimantan Barat
97,41
96,99
-0,43
Kalimantan Tengah
102,15
101,06
-1,07
Kalimantan Selatan
99,40
99,19
-0,21
Kalimantan Timur
99,47
99,45
-0,02
Sulawesi Utara
99,60
99,64
0,04
Selawesi Tengah
103,79
103,97
0,17
Sulawesi Selatan
105,86
105,80
-0,05
Sulawesi Tenggara
101,62
101,45
-0,17
Gorontalo
101,76
102,12
0,35
Sulawesi Barat
103,66
103,58
-0,08
99,20
99,60
0,40
Maluku Utara
104,25
104,70
0,43
Papua Barat
100,25
100,43
0,18
97,66
97,34
-0,32
Maluku
Papua
10
Bulan Mei 2014 (2)
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Mei 2014 - Juni 2014 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Mei 2014 (2)
Juni 2014 (3)
Nasional
103,89
104,34
0,43
NAD
100,43
101,68
1,25
Sumatera Utara
98,67
100,05
1,41
Sumatera Barat
101,04
102,66
1,60
Riau
106,15
105,71
-0,42
Jambi
101,65
102,88
1,21
98,46
97,84
-0,63
Bengkulu
99,86
100,91
1,05
Lampung
105,53
105,34
-0,18
Bangka Belitung
101,67
103,08
1,38
Kepulauan Riau
104,98
106,80
1,73
DKI Jakarta
105,95
106,80
0,80
Jawa Barat
103,59
105,36
1,71
Jawa Tengah
105,81
106,07
0,24
Yogyakarta
103,87
105,06
1,15
Jawa Timur
106,56
106,81
0,23
Banten
112,04
113,01
0,86
Bali
115,85
115,91
0,05
Nusa Tenggara Barat
98,57
99,89
1,34
Nusa Tenggara Timur
102,11
102,27
0,16
Kalimantan Barat
100,78
100,45
-0,33
Kalimantan Tengah
108,29
107,48
-0,75
Kalimantan Selatan
109,82
108,95
-0,79
Kalimantan Timur
107,29
108,40
1,03
Sulawesi Utara
108,03
108,36
0,30
Selawesi Tengah
99,87
101,62
1,75
Sulawesi Selatan
105,10
105,46
0,34
Sulawesi Tenggara
106,17
105,90
-0,25
Gorontalo
103,06
102,27
-0,77
94,68
95,39
0,75
104,37
105,58
1,16
Maluku Utara
97,79
97,75
-0,04
Papua Barat
103,34
103,91
0,55
Papua
101,95
102,00
0,05
(1)
Sumatera Selatan
Sulawesi Barat Maluku
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
(4)
11
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Mei 2014 - Juni 2014 (2012=100) Provinsi
Persentase Perubahan
Mei 2014 (2)
Juni 2014 (3)
Nasional
101,92
101,38
-0,53
NAD
101,54
101,56
0,02
Sumatera Utara
95,63
95,92
0,29
Sumatera Barat
104,41
105,62
1,16
Riau
102,83
103,73
0,87
Jambi
100,73
100,70
-0,03
Sumatera Selatan
106,02
105,51
-0,49
Bengkulu
103,65
104,52
0,84
Lampung
101,92
101,43
-0,47
Bangka Belitung
96,48
95,98
-0,52
Kepulauan Riau
111,54
111,45
-0,08
(1)
12
Bulan
(4)
DKI Jakarta
96,40
97,02
0,65
Jawa Barat
101,57
100,82
-0,73
Jawa Tengah
100,38
99,37
-1,00
Yogyakarta
103,12
103,50
0,37
Jawa Timur
106,37
105,21
-1,09
Banten
97,57
97,72
0,15
Bali
95,59
94,76
-0,87
Nusa Tenggara Barat
96,86
96,30
-0,57
Nusa Tenggara Timur
102,45
101,93
-0,51
Kalimantan Barat
95,53
95,36
-0,18
Kalimantan Tengah
96,88
96,12
-0,78
Kalimantan Selatan
105,04
105,82
0,74
Kalimantan Timur
94,46
94,71
0,26
Sulawesi Utara
98,74
98,15
-0,60
Selawesi Tengah
99,43
98,96
-0,47
Sulawesi Selatan
107,59
106,44
-1,07
Sulawesi Tenggara
105,60
104,35
-1,18
Gorontalo
91,41
91,39
-0,01
Sulawesi Barat
99,17
99,81
0,65
Maluku
114,91
113,62
-1,12
Maluku Utara
110,15
108,66
-1,36
Papua Barat
92,90
92,17
-0,78
Papua
95,62
95,53
-0,10
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH JUNI 2014 Berdasarkan hasil observasi terhadap 48 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Juni 2014, tepat 50 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) dan 50 persen sisanya berkualitas rendah. Dibandingkan Rp. 4.058,33 penggilingan. Rp. 3.758,33 penggilingan.
Mei 2014, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami penurunan 3,70 persen menjadi per kg di tingkat petani dan turun 3,50 persen menjadi Rp. 4.103,13 per kg di tingkat Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 3,54 persen menjadi per kg di tingkat petani dan naik 3,20 persen menjadi Rp. 3.797,92 per kg di tingkat
Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.400,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Kalasan (Sleman) dan varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Nanggulan (Kulonprogo). Harga gabah tertinggi senilai tersebut di atas juga terjadi pada gabah kualitas rendah dengan varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Nanggulan (Kulonprogo). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.450,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Kretek (Bantul). Selama Juni 2014, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada Juni 2014, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 48 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP dan kualitas rendah masing-masing sebanyak 24 observasi. Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Juni 2014 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.150,00 (0,00%) (penggilingan)
Kelompok Kualitas (1) GKG
24 (50,00%)
GKP
3.500,00
4.400,00
4.058,33
4.103,13
3.300,00 (petani)
758,33
22,98
3.350,00 (penggilingan)
753,13
22,48
-
-
Gabah Kualitas Rendah
24 (50,00%)
3.450,00
4.400,00
3.758,33
3.797,92
-
Total
48 (100,00%)
-
-
-
-
-
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
-
-
13
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 24 observasi atau 50,00 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Juni 2014. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 24 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 50,00 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Juni 2014, yang berpotensi mengalami kasus harga berasal dari Kabupaten Bantul (25,00 persen), Kabupaten Kulonprogo (22,92 persen) dan Kabupaten Sleman (2,08 persen). Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Juni 2014 Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
GKP
24
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
GKG dan GKP
24
-
0 (0,00 %)
Kualitas Rendah
24
Tk. Penggilingan (6)
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
24(100,00 %)
24(100,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
24 (100,00 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.400,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Kalasan (Sleman) dan varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Nanggulan (Kulonprogo). Harga gabah tertinggi senilai tersebut di atas juga terjadi pada gabah kualitas rendah dengan varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Nanggulan (Kulonprogo). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.450,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Kretek (Bantul).
14
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, April - Juni 2014 Kelompok Kualitas
Kadar Air (KA)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Apr’2014
Mei’2014
Jun’2014
(2)
(3)
(4)
GKG
11,25
12,14
-
2,50
1,59
-
GKP
13,18
13,36
13,57
7,17
7,30
6,44
KualitasRendah
25,55
25,80
24,76
12,33
13,57
12,34
(1)
Apr’2014 Mei’2014 Jun’2014 (5)
(6)
(7)
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 13,57 persen dan 6,44 persen, sedangkan Gabah kualitas rendah pada bulan Juni 2014 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 24,76 persen dan 12,34 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas April - Juni 2014 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas (1)
Apr’2014 (2)
Mei’2014 Jun’2014 (3)
(4)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Perub (4) thd (3) (%) (5)
Apr’2014
Mei’2014
Jun’2014
(6)
(7)
(8)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
GKG
4.675,00
4.116,67
-
-
4.725,00
4.162,50
-
-
GKP
4.300,00
4.214,29
4.058,33
-3,70
4.347,55
4.251,79
4.103,13
-3,50
Kualitas Rendah
3.617,86
3.630,00
3.758,33
3,54
3.666,07
3.621,43
3.797,92
3,20
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani turun Rp. 155,95 per kg (3,70 persen) menjadi Rp 4.058,33 per kg dan di tingkat penggilingan turun Rp.148,66 per kg (3,50 persen) menjadi Rp. 4.103,13 per kg. Sementara itu, rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik sebesar Rp. 128,33 per kg (3,54 persen) menjadi Rp. 3.758,33 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan naik Rp. 117,92 per kg (3,20 persen) menjadi Rp. 3.797,92 per kg.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014
15
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Juni 2013 -Juni 2014 5000 4800 4600 4400
Rp/Kg
4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Jun-13
Jul-13
Aug-13
Sep-13
Oct-13
Nov-13
Des-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
May-14
Jun-14
Bulan GKG
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi :
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, 55183 Telp. 0274-4342234 (Hunting) Fax. 0274-4342230 Email :
[email protected] Website : yogyakarta.bps.go.id
16
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014