No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Mulai Desember 2013, penghitungan Nilai Tukar Petani (NTP) yang dikeluarkan BPS menggunakan tahun dasar tahun 2012 (2012=100), menggantikan bulan-bulan sebelumnya yang masih menggunakan tahun dasar penghitungan tahun 2007 (2007=100). Pada Februari 2014, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,63 atau mengalami penurunan sebesar 0,79 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 103,44. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 97,88, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 98,72, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 112,66, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 104,59, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 103,07. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP pada semua subsektor. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Februari 2014 secara umum mencapai 112,16 atau mengalami inflasi sebesar 0,58 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 111,51. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumahtangga. Kenaikan indeks terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,01 persen, diikuti kelompok sandang sebesar 0,55 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,47 persen, kelompok perumahan sebesar 0,43 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,28 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,23 persen, dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,08 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Februari 2014 terdapat 16 provinsi mengalami kenaikan NTP, sedangkan 17 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Maluku Utara sebesar 0,89 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 1,97 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
1
Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Februari 2014, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,79 persen dibanding NTP Januari 2014, yaitu dari 103,44 menjadi 102,63. Turunnya NTP Bulan Februari 2014 ini disebabkan karena indeks harga produk pertanian yang diterima petani mengalami penurunan, sebaliknya indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami kenaikan dibanding bulan Januari 2014. Turunnya angka NTP yang tercatat pada bulan Februari 2014 disebabkan oleh turunnya NTP di semua subsektor. Subsektor tanaman perkebunan rakyat menjadi subsektor yang mengalami penurunan terbesar, yaitu mencapai 1,36 persen. Diikuti kemudian oleh subsektor peternakan turun sebesar 1,16 persen, selanjutnya subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,61 persen, subsektor perikanan turun sebesar 0,55 persen, dan terakhir subsektor hortikultura mengalami penurunan terkecil pada bulan ini sebesar 0,07 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Februari 2014, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,31 persen dibandingkan dengan It Januari 2014, yaitu dari 113,42 menjadi 113,06. Penurunan It terjadi pada empat subsektor dengan rincian subsektor subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan terbesar, yaitu sebesar 0,92 persen, disusul subsektor peternakan turun sebesar 0,71 persen, subsektor perikanan turun sebesar 0,11 persen dan subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,10 persen. Sebaliknya It subsektor hortikultura mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Februari 2014 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen bila dibandingkan Januari 2014, yaitu dari 109,65 menjadi 110,17. Kenaikan Ib terjadi pada seluruh subsektor. Kenaikan terbesar dialami oleh subsektor tanaman pangan yang mengalami kenaikan sebesar 0,51 persen, diikuti oleh subsektor hortikultura sebesar 0,49 persen, subsektor peternakan sebesar 0,46 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,45 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,44 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa barang konsumsi rumah tangga seperti cabe rawit, beras, tahu mentah, tempe kedelai dan minyak goreng.
2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Februari 2014 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 0,61 persen. Penurunan NTP ini disebabkan karena indeks yang diterima petani turun sebesar 0,10 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,51 persen. Penurunan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok padi sebesar 0,99 persen meskipun indeks subkelompok palawija mengalami kenaikan sebesar 1,01 persen. Komoditas yang menyebabkan turunnya It tersebut terutama karena turunnya harga gabah, jagung dan kacang tanah. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,58 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,07 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Januari 2014 - Februari 2014 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Januari 2014 (2)
Februari 2014 (3)
109,76
109,65
-0,10
- Padi
109,55
108,47
-0,99
- Palawija
110,03
111,16
1,01
111,46
112,03
0,51
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
112,36
113,01
0,58
- Indeks BPPBM
106,09
106,16
0,07
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4)
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
98,48
97,88
-0,61
d. Nilai Tukar Usaha Petanian
103,46
103,29
-0,17
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Februari 2014, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan sebesar 0,07 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 0,42 persen lebih kecil dari pada kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,49 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas seperti bawang merah, rambutan, durian dan salak. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,58 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,08 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
3
Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Januari 2014 - Februari 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan Januari 2014 (2)
Februari 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
109,03
109,50
0,42
- Sayur-sayuran
104,27
106,48
2,12
- Buah-buahan
112,45
111,68
-0,69
- Tanaman Obat
109,97
109,99
0,02
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
110,38
110,92
0,49
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
111,61
112,26
0,58
- Indeks BPPBM
105,31
105,40
0,08
c. Nilai Tukar Petani (NTPH)
98,78
98,72
-0,07
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
103,54
103,89
0,34
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Februari 2014 NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 1,36 persen, hal ini terjadi karena turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,92 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen. Turunnya It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 124,30 menjadi 123,16. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan harga diantaranya adalah kelapa, kopi dan tebu. Sedangkan kenaikan pada Ib terjadi karena naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,61 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,15 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Januari 2014 - Februari 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Januari 2014 (2)
Februari 2014 (3)
124,30
123,16
-0,92
124,30
123,16
-0,92
108,83
109,32
0,45
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
110,94
111,62
0,61
- Indeks BPPBM
105,17
105,33
0,15
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
114,22
112,66
-1,36
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
118,19
116,92
-1,07
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
4
Bulan
(4)
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada Februari 2014 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 1,16 persen. Penurunan NTPT terjadi karena turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,71 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya indeks pada subkelompok ternak besar sebesar 0,76 persen, subkelompok ternak kecil sebesar 0,28 persen, subkelompok unggas sebesar 0,57 persen, dan subkelompok hasil ternak sebesar 0,92 persen. Turunnya harga komoditas sapi potong menjadi penyebab turunnya It pada subsektor ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya indeks IKRT sebesar 0,57 persen dan BPPBM sebesar 0,34 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Januari 2014 - Februari 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
Bulan Januari 2014 (2)
Februari 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
114,24
113,42
-0,71
- Ternak Besar
116,58
115,69
-0,76
- Ternak Kecil
110,61
110,30
-0,28
- Unggas
115,22
114,56
-0,57
- Hasil Ternak
103,40
102,46
-0,92
107,96
108,45
0,46
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
110,91
111,54
0,57
- Indeks BPPBM
105,05
105,41
0,34
c. Nilai Tukar Petani (NTPT)
105,82
104,59
-1,16
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
108,74
107,60
-1,05
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Februari 2014, NTN mengalami penurunan sebesar 0,55 persen, hal ini dikarenakan turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,11 persen, sebaliknya indeks harga dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen. turunnya It disebabkan oleh turunnya indeks subkelompok budidaya ikan sebesar 0,21 persen, meskipun indeks subkelompok penangkapan ikan mengalami kenaikan sebesar 1,56 persen. Sedangkan, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,53 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,32 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
5
Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Januari 2014 - Februari 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Januari 2014 (2)
Februari 2014 (3)
111,93
111,81
- Penangkapan
115,94
117,75
1,56
- Budidaya
111,71
111,48
-0,21
108,00
108,48
0,44
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
111,94
112,53
0,53
- Indeks BPPBM
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4) -0,11
103,43
103,77
0,32
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
103,64
103,07
-0,55
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
108,22
107,75
-0,43
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Februari 2014 mengalami kenaikan indeks sebesar 1,00 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan kenaikan indeks yang diterima petani lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani. Besarnya It ini sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas ikan tongkol, dan tigawaja pada bulan Februari ini. Sedang kenaikan Ib disebabkan oleh IKRT sebesar 0,53 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,60 persen. Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Januari 2014 - Februari 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Januari 2014 (2)
Februari 2014 (3)
115,94
117,75
1,56
- Penangkapan Perairan Umum
100,00
100,00
0,00
- Penangkapan Perairan Laut
115,95
117,77
1,56
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
110,46
111,08
0,56
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
111,79
112,39
0,53
- Indeks BPPBM
108,89
109,54
0,60
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
104,96
106,01
1,00
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
106,47
107,49
0,96
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,63 persen pada Februari 2014. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,21 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,43 persen dibanding bulan sebelumnya. Turunnya It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti nila, dan udang. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,53 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,31 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Januari 2014 - Februari 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Januari 2014 (2)
Februari 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
111,71
111,48
-0,21
- Budidaya Air Tawar
111,71
111,48
-0,21
b. Indeks Dibayar Petani
107,87
108,33
0,43
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
111,95
112,54
0,53
- Indeks BPPBM
103,13
103,45
0,31
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
103,56
102,90
-0,63
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
108,32
107,77
-0,51
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Februari 2014 mencapai 102,61 atau turun sebesar 0,79 persen dibanding bulan Januari 2014. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,32 sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,48 persen. Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Januari 2014 - Februari 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan Januari 2014 (2)
Februari 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
113,46
113,10
-0,32
Indeks Harga yang Dibayar Petani
109,70
110,22
0,48
Konsumsi Rumah Tangga
111,50
112,15
0,58
BPPBM
105,43
105,61
0,17
Nilai Tukar Petani
103,43
102,61
-0,79
Nilai Tukar Usaha Pertanian
107,62
107,10
-0,48
Indeks Harga yang Diterima Petani
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada Februari 2014, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) atau IHK di daerah perdesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan atau inflasi 0,58 persen. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumahtangga dimana kenaikan terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,01 persen, diikuti kelompok sandang sebesar 0,55 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
7
persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,47 persen, dan kelompok perumahan sebesar 0,43 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,28 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,23 persen, dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,08 persen.
Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Januari 2014 - Februari 2014 (2012=100) Kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Januari 2014
Februari 2014
(2)
(3)
(4)
111,51
112,16
0,58
- Bahan Makanan
117,60
118,78
1,01
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
108,65
109,15
0,47
- Perumahan
108,24
108,70
0,43
- Sandang
107,83
108,43
0,55
- Kesehatan
104,38
104,67
0,28
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
103,48
103,56
0,08
- Transportasi dan Komunikasi
111,64
111,90
0,23
(1) Konsumsi Rumah Tangga
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Februari 2014 ada sebanyak 16 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Maluku Utara yaitu sebesar 0,89 persen, sedangkan kenaikan NTP terendah sebesar 0,02 persen terjadi di Provinsi Bengkulu dan Sulawesi Barat. Kenaikan NTP tertinggi di Provinsi Maluku Utara terutama disebabkan oleh kenaikan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga pala biji, kakao dan kelapa. Sebanyak 17 provinsi pada bulan Februari 2014 ini mengalami penurunan NTP dimana Provinsi Bangka Belitung mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,97 persen. Sedangkan provinsi yang mengalami penurunan terkecil adalah Provinsi Lampung dengan penurunan sebesar 0,01 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Bangka Belitung disebabkan oleh penurunan harga komoditas karet dan lada/merica pada subsektor tanaman perkebunan rakyat.
8
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Januari 2014 - Februari 2014 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Januari 2014 (2)
Februari 2014 (3)
101,95
101,79
-0,16
NAD
98,15
98,51
0,37
Sumatera Utara
99,83
100,04
0,21
Sumatera Barat
(1)
Nasional
(4)
101,15
100,68
-0,47
Riau
97,65
97,14
-0,53
Jambi
97,96
98,29
0,34
101,29
100,81
-0,47
Sumatera Selatan Bengkulu
97,30
97,32
0,02
Lampung
102,30
102,29
-0,01
Bangka Belitung
101,40
99,40
-1,97
Kepulauan Riau
101,90
100,87
-1,01
DKI Jakarta
100,64
100,80
0,16
Jawa Barat
103,84
104,15
0,30
Jawa Tengah
101,42
100,63
-0,78
Yogyakarta
103,44
102,63
-0,79
Jawa Timur
104,84
104,67
-0,17
Banten
105,00
105,27
0,25
Bali
103,61
103,55
-0,06
Nusa Tenggara Barat
99,75
99,67
-0,08
Nusa Tenggara Timur
97,92
97,78
-0,15
Kalimantan Barat
96,62
96,21
-0,43
Kalimantan Tengah
102,98
102,49
-0,48
Kalimantan Selatan
101,00
100,89
-0,11
Kalimantan Timur
98,73
99,55
0,82
Sulawesi Utara
98,39
99,20
0,82
Selawesi Tengah
101,36
102,15
0,78
Sulawesi Selatan
104,98
105,02
0,04
Sulawesi Tenggara
100,39
100,73
0,34
Gorontalo
100,06
100,52
0,45
Sulawesi Barat
102,12
102,14
0,02
99,92
100,19
0,26
Maluku Utara
100,93
101,82
0,89
Papua Barat
99,48
99,45
-0,04
Papua
97,82
97,73
-0,09
Maluku
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
9
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Januari 2014 - Februari 2014 (2012=100) Provinsi
Persentase Perubahan
Januari 2014 (2)
Februari 2014 (3)
101,91
101,74
-0,17
NAD
98,03
98,39
0,36
Sumatera Utara
99,90
100,14
0,24
Sumatera Barat
(1)
Nasional
(4)
101,08
100,58
-0,50
Riau
97,35
96,79
-0,58
Jambi
97,93
98,26
0,34
101,32
100,81
-0,50
Sumatera Selatan Bengkulu
97,21
97,20
-0,01
Lampung
102,34
102,31
-0,04
Bangka Belitung
101,35
99,18
-2,14
Kepulauan Riau
100,04
98,84
-1,20
Jawa Barat
103,95
104,27
0,31
Jawa Tengah
101,43
100,63
-0,79
Yogyakarta
103,43
102,61
-0,79
Jawa Timur
104,83
104,64
-0,19
Banten
105,05
105,32
0,25
Bali
103,58
103,50
-0,08
Nusa Tenggara Barat
99,83
99,76
-0,06
Nusa Tenggara Timur
97,84
97,69
-0,15
Kalimantan Barat
96,57
96,12
-0,47
Kalimantan Tengah
103,05
102,48
-0,55
Kalimantan Selatan
100,31
100,17
-0,15
98,30
99,32
1,03
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
97,90
98,76
0,87
Selawesi Tengah
101,41
102,23
0,81
Sulawesi Selatan
104,91
104,93
0,02
99,76
100,18
0,42
Gorontalo
100,00
100,52
0,52
Sulawesi Barat
102,40
102,45
0,05
99,04
99,34
0,30
Maluku Utara
100,93
101,85
0,92
Papua Barat
99,30
99,28
-0,01
Papua
97,57
97,49
-0,08
Sulawesi Tenggara
Maluku
10
Bulan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Januari 2014 - Februari 2014 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Januari 2014 (2)
Februari 2014 (3)
Nasional
103,69
103,98
0,29
NAD
102,47
102,14
-0,32
Sumatera Utara
99,72
98,56
-1,16
Sumatera Barat
101,53
101,10
-0,42
Riau
105,10
105,59
0,46
Jambi
99,10
100,10
1,01
Sumatera Selatan
97,55
97,78
0,24
(1)
(4)
Bengkulu
98,01
99,10
1,12
Lampung
102,01
103,66
1,62
Bangka Belitung
102,58
102,52
-0,06
Kepulauan Riau
105,46
105,03
-0,41
DKI Jakarta
105,41
105,55
0,13
Jawa Barat
102,48
102,95
0,46
Jawa Tengah
106,32
107,73
1,33
Yogyakarta
104,96
106,01
1,00
Jawa Timur
103,80
105,31
1,46
Banten
110,16
111,34
1,07
Bali
112,51
113,88
1,22
Nusa Tenggara Barat
97,80
97,28
-0,53
Nusa Tenggara Timur
102,03
102,48
0,44
99,77
100,45
0,68
Kalimantan Tengah
105,16
106,08
0,88
Kalimantan Selatan
110,22
110,82
0,55
Kalimantan Timur
107,77
107,18
-0,55
Sulawesi Utara
109,15
109,52
0,34
Selawesi Tengah
100,80
100,89
0,08
Sulawesi Selatan
103,76
104,43
0,65
Sulawesi Tenggara
108,67
107,44
-1,13
Gorontalo
104,66
103,71
-0,91
95,20
94,07
-1,19
Maluku
105,41
105,59
0,17
Maluku Utara
100,11
100,57
0,46
Papua Barat
101,93
101,69
-0,24
Papua
102,94
102,75
-0,18
Kalimantan Barat
Sulawesi Barat
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
11
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Januari 2014 - Februari 2014 (2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Februari 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
101,64
101,69
0,05
NAD
99,99
101,33
1,34
Sumatera Utara
95,29
94,57
-0,75
Sumatera Barat
102,96
103,33
0,36
Riau
100,94
101,31
0,37
Jambi
99,01
98,76
-0,25
Sumatera Selatan
103,50
103,99
0,48
Bengkulu
101,19
102,53
1,32
Lampung
100,36
100,87
0,51
Bangka Belitung
97,38
96,38
-1,03
Kepulauan Riau
112,56
111,36
-1,07
DKI Jakarta
95,64
95,82
0,19
Jawa Barat
101,84
101,93
0,09
Jawa Tengah
99,67
99,14
-0,53
Yogyakarta
103,56
102,90
-0,63
Jawa Timur
106,56
107,25
0,65
Banten
97,44
97,41
-0,03
Bali
95,80
96,23
0,45
Nusa Tenggara Barat
96,92
96,33
-0,61
Nusa Tenggara Timur
102,50
102,35
-0,14
Kalimantan Barat
95,33
95,42
0,10
Kalimantan Tengah
96,40
95,91
-0,51
Kalimantan Selatan
105,76
105,20
-0,54
94,83
94,26
-0,59
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
12
Bulan Januari 2014 (2)
97,98
97,55
-0,44
Selawesi Tengah
100,13
101,15
1,02
Sulawesi Selatan
107,89
108,20
0,29
Sulawesi Tenggara
105,44
106,62
1,12
Gorontalo
91,26
91,29
0,04
Sulawesi Barat
98,58
99,21
0,64
Maluku
116,64
115,37
-1,09
Maluku Utara
109,85
110,37
0,48
Papua Barat
93,90
93,76
-0,15
Papua
96,58
96,57
-0,01
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH FEBRUARI 2014 Berdasarkan hasil observasi terhadap 48 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Februari 2014, lebih dari setengahnya berkualitas rendah yaitu sebanyak 52,08 persen dan sisanya sebanyak 47,92 persen adalah Gabah Kering Panen (GKP). Dibandingkan Januari 2014, rata-rata harga gabah kualitas GKP pada Februari 2014 mengalami kenaikan 3,23 persen menjadi Rp. 4.689,13 per kg di tingkat petani dan 3,07 persen menjadi Rp. 4.727,17 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 3,24 persen menjadi Rp. 4.064,00 per kg di tingkat petani dan 3,25 persen menjadi Rp. 4.108,00 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.000,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Mentik Wangi terjadi di Kecamatan Berbah (Sleman). Sedangkan harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.600,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Bambanglipuro (Bantul). Selama Februari 2014, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada Februari 2014, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 48 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas rendah sebanyak 25 observasi (52,08) dan gabah kualitas GKP sebanyak 23 observasi (47,92 persen). Sedangkan observasi GKG tidak dijumpai.
Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Februari 2014
Kelompok Kualitas (1) GKG
Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.150,00 (0,00%) (penggilingan)
GKP
23 (47,92%)
Gabah Kualitas Rendah
25 (52,08%)
3.600,00
4.850,00
4.064,00
4.108,00
-
-
-
Total
48 (100,00%)
-
-
-
-
-
-
-
4.600,00
5.000,00
4.689,13
4.727,17
3.300,00 (petani)
1.427,17 3.350,00 (penggilingan) 1.377,17
43,25 41,11
Keterangan : GKG : kadar air 14% dan kadar hampa/kotoran 3% GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air14% an kadar hampa3% Diluar kualitas : kadar air 25% atau kadar hampa/kotoran 10% * HPP berdasarkan INPRES nomor 3 Tahun 2012 tgl.27 Februari 2012 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
13
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKP mencapai 23 observasi atau 47,92 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Februari 2014. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 25 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 52,08 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Februari 2014, yang berpotensi mengalami kasus harga berasal dari Kabupaten Bantul (31,25 persen), Kabupaten Kulonprogo (12,50 persen) dan Kabupaten Sleman (8,33 persen). Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Februari 2014
Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
GKP
23
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
GKG dan GKP
23
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
Kualitas Rendah
25
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
-
0 (0,00 %)
23 (100,00 %) -
23 (100,00 %) 23 (100,00 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Di tingkat petani, harga gabah tertinggi senilai Rp. 5.000,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Mentik Wangi terjadi di Kecamatan Berbah (Sleman). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.600,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Bambanglipuro (Bantul). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Desember 2013-Februari 2014 Kelompok Kualitas (1)
14
Kadar Air (KA) Des’2013 Jan’2014 (2)
(3)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Feb’2014 (4)
Des’2013 Jan’2014 Feb’2014 (5)
(6)
(7)
GKG
-
12,85
-
-
2,85
-
GKP
13,19
13,96
12,78
6,73
7,72
5,87
Kualitas Rendah
20,60
22,70
22,98
10,79
15,76
12,33
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Ratarata KA gabah kualitas GKP pada bulan Februari sebesar 12,78 persen dan KH 5,87 persen, sedangkan KA dan KH gabah kualitas rendah masing-masing sebesar 22,98 persen dan 12,33 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Desember 2013-Februari 2014 Tingkat Petani (Rp / Kg)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
(1)
(2)
Perub (4) Jan’2014 Feb’2014 thd (3) (%) (3) (4) (5)
GKG
-
4.700,00
GKP
4.556,82
4.542,31
Kualitas Rendah
4.211,11
4.200,00
Kelompok Kualitas
Des’2013
-
Des’2013 Jan’2014 (6)
Feb’2014
(7)
(8)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
-
-
4.725,00
-
-
4.689,13
3,23
4.595,45
4.586,45
4.727,17
3,07
4.064,00
-3,24
4.261,11
4.245,83
4.108,00
-3,25
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 146,82 per kg (3,23 persen) menjadi Rp 4.689,13 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp. 140,72 per kg (3,07 persen) menjadi Rp. 4.727,17 per kg. Sementara itu, rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 136,00 per kg (3,24 persen) menjadi Rp. 4.064,00 per kg, dan ratarata harga di tingkat penggilingan turun Rp. 137,83 per kg (3,25 persen) menjadi Rp. 4.108,00 per kg.
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Februari 2013 – Februari 2014
5000 4800 4600
Rp/Kg
4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Feb-13
Mar-13
Apr-13
Mei-13
Jun-13
Jul-13
Agust-13
Sep-13
Okt-13
Nop-13
Des-13
Jan-14
Feb-14
Bulan GKG
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 14/03/34/TH.XVI, 3 Maret 2014
HPP GKP
15