No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juli 2016, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 104,57 atau mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 103,84. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 100,49, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 100,76, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 127,25, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 98,32, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 104,10. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP semua subsektor kecuali subsektor perikanan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Juli 2016 secara umum mencapai 128,61 atau mengalami inflasi sebesar 0,86 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 127,51. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,53 persen, diikuti kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,90 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,88 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,60 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,39 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,10 persen, dan terakhir kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,03 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Juli 2016 terdapat 8 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 25 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 0,71 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 1,67 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
1
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Juli 2016, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,71 persen dibanding NTP Juni 2016, yaitu dari 103,84 menjadi 104,57. Kenaikan NTP bulan Juli 2016 ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga produk pertanian yang diterima petani lebih besar dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Kenaikan indeks NTP yang tercatat pada bulan Juli 2016 terjadi pada semua subsektor kecuali subsektor perikanan. Subsektor peternakan mengalami kenaikan indeks terbesar yaitu 1,32 persen, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,78 persen, subsektor hortikultura naik sebesar 0,77 persen dan subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,16 persen. Sebaliknya subsektor perikanan mengalami penurunan sebesar 0,72 persen dibanding Juni 2016.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Juli 2016, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 1,39 persen dibandingkan dengan It Juni 2016, yaitu dari 127,30 menjadi 129,07. Subsektor peternakan mengalami kenaikan It terbesar yaitu mencapai 1,82 persen diikuti subsektor hortikultura naik 1,51 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 1,50 persen dan subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,98 persen. Sebaliknya It subsektor perikanan turun sebesar 0,24 persen dibanding Juni 2016.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Juli 2016 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan Ib sebesar 0,68 persen bila dibandingkan Juni 2016, yaitu dari 122,59 menjadi 123,43. Kenaikan Ib terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 0,82 persen, diikuti subsektor hortikultura naik sebesar 0,74 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,71 persen, subsektor peternakan naik sebesar 0,49 persen dan terakhir subsektor perikanan mengalami kenaikan Ib sebesar 0,48 persen dibanding bulan Juni 2016. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti gula pasir, gula merah, beras, telur ayam ras, daging ayam ras, kelapa tua dan minyak goreng.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Juli 2016 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,16 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,98 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,82 persen. Kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 0,98 persen dan subkelompok palawija naik sebesar 0,99 persen. Komoditas yang menyebabkan kenaikan It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga beberapa komoditi terutama gabah, jagung, dan kacang tanah. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,93 persen, dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,12 persen.
2
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Juni 2016 - Juli 2016 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Juni 2016 (2) 127.26
Juli 2016 (3) 128.52
- Padi
113.01
114.12
0.98
- Palawija
145.47
146.91
0.99
126.84
127.88
0.82
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128.60
129.79
0.93
- Indeks BPPBM
116.35
116.49
0.12
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
100.33
100.49
0.16
d. Nilai Tukar Usaha Petanian
109.38
110.33
0.87
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) 0.98
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Juli 2016, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan indeks sebesar 0,77 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,51 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,74 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas utamanya bawang merah dan melon. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,87 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,15 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Juni 2016 - Juli 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2016 (2) 124.40
Juli 2016 (3) 126.28
- Sayur-sayuran
117.45
119.54
1.78
- Buah-buahan
132.20
133.76
1.18
- Tanaman Obat
109.60
112.41
2.56
124.41
125.33
0.74
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.43
128.54
0.87
- Indeks BPPBM
111.96
112.13
0.15
99.99
100.76
0.77
111.11
112.62
1.36
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
(4) 1.51
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Juli 2016 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,78 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,50 persen ,lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,71 persen.
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
3
Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 153,01 menjadi 155,30. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah kakao, kelapa dan tebu. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya IKRT sebesar 0,83 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,47. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Juni 2016 - Juli 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2016 (2) 153.01
Juli 2016 (3) 155.30
153.01
155.30
1.50
(4) 1.50
121.18
122.04
0.71
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.08
128.13
0.83
- Indeks BPPBM
111.00
111.52
0.47
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
126.26
127.25
0.78
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
137.85
139.25
1.02
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Juni 2016 - Juli 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
Bulan Juni 2016 (2)
Juli 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
114.81
116.89
1.82
- Ternak Besar
112.48
114.51
1.80
- Ternak Kecil
111.70
113.81
1.89
- Unggas
128.59
130.80
1.72
- Hasil Ternak
117.60
119.87
1.94
118.31
118.89
0.49
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
126.77
127.81
0.82
- Indeks BPPBM
110.00
110.13
0.12
97.03
98.32
1.32
104.37
106.14
1.70
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Pada Juli 2016 terjadi kenaikan pada NTPT sebesar 1,32 persen. Naiknya NTPT terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,82 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,49 persen. Naiknya harga beberapa komoditas seperti harga sapi potong, telur ayam ras, kambing, ayam ras pedaging dan ayam buras adalah penyebab naiknya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,82 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,12 persen.
4
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Juli 2016, NTN mengalami penurunan sebesar 0,72 persen, hal ini dikarenakan turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,24 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen. Penurunan It di subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok ikan budidaya sebesar 0,37 persen meskipun subkelompok ikan penangkapan naik sebesar 1,77 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,81 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,01 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Juni 2016 - Juli 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2016 (2)
Juli 2016 (3)
123.63
123.33
-0.24
- Penangkapan
134.84
137.23
1.77
- Budidaya
123.01
122.56
-0.37
117.90
118.47
0.48
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.75
128.79
0.81
- Indeks BPPBM
106.47
106.48
0.01
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
104.86
104.10
-0.72
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
116.12
115.82
-0.26
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Juli 2016 mengalami kenaikan sebesar 1,20 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 1,77 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (nelayan) sebesar 0,56 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti udang, tongkol, layur, kakap, kuwe dan manyung pada bulan ini. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,81 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,22 persen.
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Juni - Juli 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2016 (2)
Juli 2016 (3)
134.84
137.23
1.77
- Penangkapan Perairan Umum
100.00
100.00
0.00
- Penangkapan Perairan Laut
134.88
137.27
1.77
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
121.03
121.70
0.56
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.59
128.63
0.81
- Indeks BPPBM
113.33
113.58
0.22
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
111.41
112.76
1.20
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
118.98
120.82
1.54
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
5
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,84 persen pada Juli 2016. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,37 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,47 persen. Penurunan It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti lele, tawes dan udang. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,81 persen, sedangkan indeks BPPBM relatif tidak mengalami perubahan indeks. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Juni 2016 - Juli 2016 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Juni 2016 (2)
Juli 2016 (3)
a. Indeks Diterima Petani
123.01
122.56
-0.37
- Budidaya Air Tawar
123.01
122.56
-0.37
b. Indeks Dibayar Petani
117.73
118.29
0.47
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.76
128.79
0.81
- Indeks BPPBM
(1)
(4)
106.08
106.08
0.00
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
104.48
103.61
-0.84
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.95
115.53
-0.37
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Juli 2016 mencapai 104,58 atau naik sebesar 0,75 persen dibanding bulan Juni 2016. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 1,44 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,69 persen.
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Juni 2016 - Juli 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
6
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2016
Juli 2016
(2)
(3)
(4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
127.41
129.24
1.44
Indeks Harga yang Dibayar Petani
122.74
123.58
0.69
Konsumsi Rumah Tangga
127.51
128.61
0.86
BPPBM
112.46
112.67
0.19
Nilai Tukar Petani
103.81
104.58
0.75
Nilai Tukar Usaha Pertanian
113.29
114.71
1.25
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Juli 2016 secara umum mencapai 128,61 atau mengalami inflasi sebesar 0,86 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 127,51. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanansebesar 1,53 persen, diikuti kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,90 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,88 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,60 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,39 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,10 persen, dan terakhir kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,03 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Juni 2016 - Juli 2016 (2012=100) Kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2016 (2) 127.51
Juli 2016 (3) 128.61
- Bahan Makanan
141.80
143.98
1.53
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
128.49
129.62
0.88
- Perumahan
120.60
120.72
0.10
- Sandang
124.79
125.55
0.60
- Kesehatan
115.73
116.18
0.39
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
110.39
111.38
0.90
- Transportasi dan Komunikasi
115.51
115.55
0.03
(1) Konsumsi Rumah Tangga
(4) 0.86
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Juli 2016 ada sebanyak 8 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 0,71 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,09 persen terjadi di Provinsi Bali. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor peternakan dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama sapi potong, telur ayam ras, kambing, ayam ras pedaging dan ayam buras Sebanyak 25 provinsi pada bulan Juli 2016 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Bangka Belitung mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,67 persen, sedangkan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan NTP terkecil yaitu masing-masing 0,01 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Bangka Belitung banyak disebabkan oleh turunnya harga merica dan kelapa sawit pada subsektor tanaman perkebunan rakyat.
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
7
Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Juni 2016 - Juli 2016 (2012=100)
Provinsi
Persentase Perubahan
Juli 2016 (3)
NASlONAL
101.47
101.39
-0.08
YOGYAKARTA
103.84
104.57
0.71
NTB
104.14
104.71
0.55
SULSEL
104.19
104.60
0.40
JATENG
99.64
99.93
0.29
JABAR
104.08
104.32
0.24
PAPUA BARAT
100.44
100.59
0.15
MALUKU
103.01
103.14
0.13
BALI
106.58
106.67
0.09
SULTRA
100.65
100.64
-0.01
DKI
101.25
101.24
-0.01
SULTENG
100.62
100.59
-0.02
JATIM
104.59
104.56
-0.03
SULUT
97.00
96.93
-0.08
KALTENG
98.12
97.92
-0.20
NTT
100.67
100.46
-0.21
BANTEN
101.54
101.32
-0.21
GORONTALO
105.57
105.32
-0.24
LAMPUNG
104.59
104.25
-0.33
(1)
(4)
KALTIM
98.50
98.16
-0.35
SULBAR
107.51
107.14
-0.35
KALSEL
97.04
96.69
-0.36
PAPUA
97.13
96.77
-0.37
KEPRI
98.60
98.19
-0.42
SUMBAR
97.37
96.91
-0.47
NAD
95.83
95.20
-0.66
RIAU
98.11
97.41
-0.71
SUMUT
99.84
99.08
-0.76
104.15
103.34
-0.78
SUMSEL
93.84
93.06
-0.83
KALBAR
96.02
95.21
-0.84
JAMBI
99.18
98.15
-1.04
92.86
91.64
-1.31
103.74
102.01
-1.67
MALUKU UTARA
BENGKULU BABEL
8
Bulan Juni 2016 (2)
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Juni 2016 - Juli 2016 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2016 (2)
Juli 2016 (3)
NASIONAL
101.39
101.31
-0.09
YOGYAKARTA
103.81
104.58
0.75
NTB
104.25
104.81
0.53
SULSEL
104.38
104.79
0.39
JATENG
99.55
99.85
0.30
PAPUA BARAT
100.08
100.34
0.27
JABAR
104.35
104.61
0.25
BALI
106.62
106.73
0.10
JATIM
104.55
104.52
-0.03
SULTRA
99.81
99.77
-0.03
MALUKU
102.93
102.89
-0.04
SULTENG
100.11
100.03
-0.08
SULUT
96.91
96.75
-0.16
KALTENG
97.48
97.29
-0.19
BANTEN
101.42
101.20
-0.21
NTT
100.62
100.39
-0.23
GORONTALO
105.74
105.49
-0.23
LAMPUNG
104.74
104.39
-0.34
PAPUA
96.66
96.28
-0.39
KALSEL
95.96
95.57
-0.41
KALTIM
98.33
97.92
-0.41
SULBAR
107.76
107.32
-0.41
SUMBAR
96.95
96.48
-0.48
KEPRI
94.83
94.31
-0.55
NAD
95.73
95.09
-0.67
RIAU
97.40
96.71
-0.71
SUMUT
99.85
99.08
-0.77
SUMSEL
93.67
92.90
-0.82
KALBAR
95.73
94.90
-0.86
104.37
103.40
-0.93
JAMBI
99.07
98.00
-1.09
BENGKULU BABEL
92.73
91.50
-1.33
103.54
101.55
-1.92
(1)
MALUKU UTARA
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
(4)
9
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Juni 2016 - Juli 2016 (2012=100) Provinsi (1)
NASIONAL
Juni 2016 (2)
Juli 2016 (3)
108.42
108.89
Persentase Perubahan (4) 0.42
MALUKU
103.00
104.99
1.94
SULUT
101.12
102.94
1.80
NTB
107.85
109.78
1.79
SULBAR
106.12
107.69
1.48
MALUKU UTARA
100.66
102.13
1.46
SULSEL
102.78
104.21
1.39
SUMBAR
105.07
106.43
1.30
SULTENG
115.36
116.78
1.23
YOGYAKARTA
111.41
112.76
1.20
NTT
104.50
105.74
1.19
JABAR
110.68
111.98
1.17
JATIM
112.68
113.93
1.11
BABEL
107.49
108.58
1.02
SULTRA
116.41
117.16
0.64
JAMBI
109.13
109.50
0.34
KALTIM
108.53
108.82
0.27
KALSEL
112.70
112.74
0.04
PAPUA
109.07
109.08
0.01
KEPRI
108.88
108.89
0.01
KALTENG
111.58
111.55
-0.03
NAD
101.66
101.57
-0.09
GORONTALO
106.78
106.69
-0.09
BANTEN
119.27
119.16
-0.09
BALI
112.12
111.88
-0.22
DKI
108.36
108.11
-0.23
KALBAR
106.35
106.07
-0.26
BENGKULU
102.54
102.11
-0.41
SUMUT
103.76
103.30
-0.44
JATENG
110.60
109.80
-0.72
PAPUA BARAT
105.09
104.30
-0.75
96.66
95.77
-0.93
LAMPUNG
108.48
107.25
-1.13
RIAU
119.60
117.67
-1.61
SUMSEL
10
Bulan
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Juni 2016 - Juli 2016 (2012=100) Provinsi (1)
Nasional RIAU JAMBI
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2016 (2)
Juli 2016 (3)
99.24
99.05
-0.19
101.02
101.85
0.82
(4)
95.69
96.28
0.62
102.00
102.58
0.58
LAMPUNG
96.05
96.48
0.46
SULBAR
95.95
96.22
0.28
DKI
93.79
94.04
0.26
BABEL
95.35
95.41
0.06
JATENG
101.63
101.63
0.00
SULSEL
99.22
99.18
-0.04
JABAR
98.30
98.23
-0.07
KALTIM
89.64
89.56
-0.10
SUMUT
95.15
94.90
-0.26
BANTEN
96.84
96.54
-0.30
MALUKU
106.90
106.57
-0.31
93.26
92.95
-0.34
106.86
106.47
-0.36
PAPUA
88.52
88.15
-0.41
JATIM
KALSEL
SULUT MALUKU UTARA
102.86
102.40
-0.45
SULTENG
89.10
88.69
-0.46
PAPUA BARAT
90.31
89.89
-0.47
107.26
106.74
-0.48
NTB
89.39
88.95
-0.49
BENGKULU
95.16
94.61
-0.58
KEPRI
107.28
106.64
-0.60
NTT
100.31
99.70
-0.62
KALBAR
99.50
98.87
-0.63
KALTENG
97.68
96.97
-0.72
SULTRA
96.11
95.42
-0.72
BALI
90.65
89.95
-0.77
SUMBAR
YOGYAKARTA
104.48
103.61
-0.84
NAD
95.35
94.54
-0.85
SUMSEL
99.42
98.50
-0.93
GORONTALO
90.22
89.35
-0.96
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
11
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH JULI 2016 Berdasarkan hasil observasi terhadap 54 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Juli 2016, sebanyak 50,00 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP), 48,15 persen berkualitas rendah dan sisanya 1,85 persen berkualitas Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan Juni 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKP turun 0,64 persen menjadi Rp. 4.648,15 per kg di tingkat petani dan turun 0,63 persen menjadi Rp. 4.698,15 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 4,69 persen menjadi Rp. 4.011,54 per kg di tingkat petani dan turun 4,63 persen menjadi Rp. 4.061,54 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas GKG pada bulan Juli 2016 adalah Rp. 4.750,00 di tingkat petani dan Rp. 4.800,00 di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.350,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Cianjur terjadi di Kecamatan Sleman (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.750,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di wilayah Kecamatan Bambang Lipuro (Bantul). Selama Juli 2016, tidak dijumpai observasi harga gabah di bawah HPP baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan.
Pada Juli 2016, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 54 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 27 observasi, kualitas rendah sebanyak 26 observasi dan kualitas GKG sebanyak 1 observasi.
Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Juli 2016 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 4.600,00 4.750,00 4.750,00 4.750,00 4.800,00 200,00 4,35 (1,85%) (penggilingan)
Kelompok Kualitas (1) GKG
27 (50,00%)
GKP
5.350,00
4.648,15
4.698,15
3.700,00 (petani)
948,15
25,63
3.750,00 (penggilingan)
948,15
25,28
-
-
Gabah Kualitas Rendah
26 (48,15%)
3.750,00
4.850,00
4.011,54
4.061,54
-
Total
54 (100,00%)
-
-
-
-
-
12
4.400,00
-
-
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 28 observasi atau 51,85 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Juli 2016. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 26 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 48,15 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Juli 2016, yang berpotensi mengalami kasus harga 37,04 persen berasal dari Kabupaten Bantul dan 11,11 persen berasal dari Kabupaten Sleman.
Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Juli 2016
Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
1
-
0 (0,00 %)
-
GKP
27
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
GKG dan GKP
28
-
0 (0,00 %)
Kualitas Rendah
26
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
0 (0,00 %)
-
1 (3,57 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
27 (100,00 %)
27 (96,43 %)
-
0 (0,00 %)
-
28 (100,00 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.350,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Cianjur terjadi di Kecamatan Sleman (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.750,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di wilayah Kecamatan Bambang Lipuro (Bantul). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Mei - Juli 2016
Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Mei 2016 Juni 2016 Juli 2016
Mei 2016 Juni 2016 Juli 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
GKG
-
-
9,00
-
-
2,70
GKP
11,95
12,91
12,32
8,11
7,63
7,15
KualitasRendah
20,21
21,69
24,00
11,55
11,28
10,03
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016
13
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 12,32 persen dan 7,15 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Juli 2016 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 24,00 persen dan 10,03 persen. Sementara itu rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKG masing-masing sebesar 9,00 persen dan 2,70 persen
Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Mei - Juli 2016 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Mei 2016
Juni 2016
Juli 2016
(2)
(3)
(4)
(1)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Perub (4) thd (3) (%) (5)
Mei 2016 Juni 2016 (6)
(7)
Juli 2016 (8)
Perub (8) thd (7) (%) (9)
GKG
-
-
4.750,00
-
-
-
4.800,00
-
GKP
4.439,71
4.678,00
4.648,15
-0,64
4.489,71
4.728,00
4.698,15
-0,63
Kualitas Rendah
3.956,52
4.208,89
4.011,54
-4,69
4.006,52
4.258,89
4.061,54
-4,63
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani turun Rp. 29,85 per kg (0,64 persen) menjadi Rp 4.648,15 per kg, demikian pula di tingkat penggilingan turun Rp. 29,85 per kg (0,63 persen) menjadi Rp. 4.698,15 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 197,35 per kg (4,69 persen) menjadi Rp. 4.011,54 per kg dan turun Rp. 197,35 per kg(4,63 persen) menjadi Rp. 4.061,54 per kg di tingkat penggilingan.
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Juli 2015 -Juli 2016 5600 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Jul-15
Aug-15
Sep-15
Oct-15
Nov-15
Dec-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
May-16
Jun-16
Jul-16
Bulan GKG
14
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016