No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada November 2016, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 104,23 atau mengalami penurunan sebesar 0,97 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 105,26. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 98,09, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 104,27, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 126,54, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 97,06, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 103,34. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP semua subsektor kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada November 2016 secara umum mencapai 129,66 atau mengalami inflasi sebesar 0,85 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 128,57. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,82 persen, diikuti kelompok transportasi dan komunikasi naik 0,64 persen, kelompok kesehatan naik 0,25 persen, kelompok perumahan naik 0,22 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,11 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,02 persen dan terakhir kelompok sandang naik sebesar 0,01 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan November 2016 terdapat 14 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 18 provinsi mengalami penurunan NTP dan 1 provinsi tidak mengalami perubahan NTP yaitu Provinsi Sumatera Barat. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 1,77 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jawa Timur sebesar 1,14 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Daerah Istimewa Yogyakarta November 2016 sebesar 114,44 atau turun 0,49 persen dibanding bulan Oktober 2016.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
1
produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan November 2016, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,97 persen dibanding NTP Oktober 2016, yaitu dari 105,26 menjadi 104,23. Penurunan NTP bulan November 2016 ini disebabkan oleh turunnya indeks harga produk pertanian yang diterima petani, sebaliknya indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami kenaikan. Penurunan indeks NTP yang tercatat pada bulan November 2016 terjadi pada semua subsektor kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat. Subsektor tanaman pangan mengalami penurunan indeks terbesar yaitu 2,68 persen, diikuti subsektor peternakan turun sebesar 1,81 persen, subsektor hortikultura turun sebesar 0,50 persen dan dan subsektor perikanan turun sebesar 0,33 persen. Sebaliknya subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan sebesar 1,86 persen dibanding Oktober 2016.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada November 2016, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,29 persen dibandingkan dengan It Oktober 2016, yaitu dari 130,11 menjadi 129,74 Subsektor tanaman pangan mengalami penurunan It terbesar yaitu mencapai 1,66 persen diikuti subsektor peternakan turun 1,26 persen, dan subsektor perikanan turun sebesar 0,09 persen. Sebaliknya It subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan sebesar 2,37 persen dan subsektor hortikultura naik sebesar 0,10 persen dibanding Oktober 2016.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada November 2016 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan Ib sebesar 0,69 persen bila dibandingkan Oktober 2016, yaitu dari 123,62 menjadi 124,47. Kenaikan Ib terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 1,05 persen, diikuti subsektor hortikultura naik sebesar 0,60 persen, subsektor peternakan naik sebesar 0,56 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,50 persen dan subsektor perikanan naik sebesar 0,24 persen dibanding bulan Oktober 2016. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti bawang putih, bawang merah, cabai rawit dan kacang panjang.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada November 2016 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 2,68 persen. Turunnya NTPP ini disebabkan karena turunnya indeks yang diterima petani sebesar 1,66 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 1,05 persen. Penurunan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok palawija sebesar 2,39 persen dan turunnya subkelompok palawija sebesar 0,97 persen. 2
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
Komoditas yang menyebabkan turunnya It pada subsektor ini terutama karena turunnya harga komoditi ketela pohon, gabah, kacang tanah dan kacang kedelai. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,21 persen. Sedangkan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) relatif tidak mengalami perubahan dibanding Oktober 2016. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Oktober 2016 - November 2016 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Oktober 2016 (2) 129.12
November 2016 (3) 126.97
- Padi
117.43
116.30
-0.97
- Palawija
144.05
140.61
-2.39
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) -1.66
128.09
129.44
1.05
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
129.94
131.52
1.21
- Indeks BPPBM
117.02
117.01
0.00
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
100.80
98.09
-2.68
d. Nilai Tukar Usaha Petanian
110.34
108.51
-1.66
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada November 2016, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan indeks sebesar 0,50 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,10 persen, lebih rendah dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang naik sebesar 0,60 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas utamanya cabai merah, bawang merah, cabai rawit dan jahe. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,63 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,44 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Oktober 2016 - November 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan Oktober 2016 (2) 131.20
November 2016 (3) 131.33
Persentase Perubahan (4) 0.10
- Sayur-sayuran
125.35
127.34
1.59
- Buah-buahan
138.65
137.66
-0.71
- Tanaman Obat
113.63
112.13
-1.31
125.20
125.95
0.60
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128.26
129.07
0.63
- Indeks BPPBM
112.63
113.12
0.44
c. Nilai Tukar Petani (NTPH)
104.79
104.27
-0.50
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
116.48
116.09
-0.34
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
3
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada November 2016 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 1,86 persen, hal ini terjadi karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 2,37 persen ,lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,50 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 152,11 menjadi 155,71. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga utamanya adalah kelapa, cengkeh, tebu dan kopi. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya IKRT sebesar 0,72 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,08 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Oktober 2016 - November 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Oktober 2016 (2) 152.11
November 2016 (3) 155.71
152.11
155.71
2.37
122.44
123.05
0.50
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128.13
129.04
0.72
- Indeks BPPBM
112.60
112.70
0.08
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
124.23
126.54
1.86
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
135.08
138.17
2.29
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) 2.37
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Oktober 2016 - November 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Oktober 2016 (2)
November 2016 (3)
117.85
116.37
-1.26
- Ternak Besar
117.10
115.36
-1.49
- Ternak Kecil
116.20
114.69
-1.31
- Unggas
125.47
125.17
-0.24
- Hasil Ternak
116.47
115.34
-0.97
119.23
119.90
0.56
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.79
128.80
0.79
- Indeks BPPBM
110.81
111.14
0.30
98.85
97.06
-1.81
106.36
104.70
-1.56
(1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
(4)
Pada November 2016 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 1,81 persen. Turunnya NTPT terjadi karena terjadi penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,26 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,56 persen. Turunnya harga beberapa komoditas seperti sapi potong, telur ayam ras, kambing, ayam ras petelur dan domba adalah penyebab turunnya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang
4
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,79 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,30 persen. e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada November 2016, NTN mengalami penurunan sebesar 0,33 persen, hal ini dikarenakan terjadi penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,09 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,24 persen. Penurunan It di subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok ikan budidaya sebesar 0,09 persen dan subkelompok ikan tangkap turun sebesar 0,08 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,43 persen meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,02 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Oktober 2016 - November 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Oktober 2016 (2)
November 2016 (3)
122.77
122.65
-0.09
- Penangkapan
137.02
136.91
-0.08
- Budidaya
121.97
121.86
-0.09
118.41
118.69
0.24
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128.47
129.02
0.43
- Indeks BPPBM
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
106.72
106.70
-0.02
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
103.68
103.34
-0.33
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.03
114.95
-0.07
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada November 2016 mengalami penurunan sebesar 0,30 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,08 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani (nelayan) naik sebesar 0,22 persen. Turunnya It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa komoditas terutama tenggiri dan tongkol pada bulan ini. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,43 persen, meskipin indeks BPPBM turun sebesar 0,05 persen. Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Oktober - November 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Oktober 2016 (2)
November 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
137.02
136.91
-0.08
- Penangkapan Perairan Umum
100.00
100.00
0.00
- Penangkapan Perairan Laut
137.06
136.95
-0.08
121.61
121.88
0.22
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128.31
128.86
0.43
- Indeks BPPBM
113.75
113.69
-0.05
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
112.68
112.33
-0.30
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
120.46
120.42
-0.03
b. Indeks Dibayar Petani
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
5
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,33 persen pada November 2016. Penurunan ini disebabkan oleh terjadinya penurunan indeks yang diterima petani sebesar 0,09 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,24 persen. Penurunan It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti gurame, udang dan patin. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,43 persen, meskipun indeks BPPBM turun sebesar 0,02 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Oktober 2016 - November 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Oktober 2016 (2)
November 2016 (3)
a. Indeks Diterima Petani
121.97
121.86
-0.09
- Budidaya Air Tawar
121.97
121.86
-0.09
b. Indeks Dibayar Petani
118.23
118.52
0.24
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128.48
129.02
0.43
- Indeks BPPBM
106.33
106.31
-0.02
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
103.16
102.82
-0.33
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
114.71
114.62
-0.07
(1)
(4)
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada November 2016 mencapai 104,26 atau turun sebesar 0,99 persen dibanding bulan Oktober 2016. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani yang sebesar 0,29 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,71 persen. Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Oktober 2016 - November 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Oktober 2016
November 2016
(2)
(3)
(4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
130.34
129.95
-0.29
Indeks Harga yang Dibayar Petani
123.77
124.65
0.71
Konsumsi Rumah Tangga
128.58
129.68
0.86
BPPBM
113.34
113.57
0.21
Nilai Tukar Petani
105.30
104.26
-0.99
Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.00
114.42
-0.50
(1)
6
Bulan
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada November 2016 secara umum mencapai 129,66 atau mengalami inflasi sebesar 0,85 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 128,57. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,82 persen, diikuti kelompok transportasi dan komunikasi naik 0,64 persen, kelompok kesehatan naik 0,25 persen, kelompok perumahan naik 0,22 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,11 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,02 persen dan terakhir kelompok sandang naik sebesar 0,01 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Oktober 2016 - November 2016 (2012=100) Kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Oktober 2016 (2) 128.57
November 2016 (3) 129.66
- Bahan Makanan
141.87
144.45
1.82
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
131.03
131.06
0.02
- Perumahan
121.36
121.63
0.22
- Sandang
126.89
126.90
0.01
- Kesehatan
116.86
117.15
0.25
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
112.42
112.54
0.11
- Transportasi dan Komunikasi
116.49
117.23
0.64
(1) Konsumsi Rumah Tangga
(4) 0.85
7. NTUP Subsektor Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 10 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) dan Perubahannya Oktober 2016 - November 2016 (2012=100) Subsektor (1) 1. Tanaman Pangan
Bulan Oktober 2016 (2) 110.34
November 2016 (3) 108.51
Persentase Perubahan (4) -1.66
2. Hortikultura
116.48
116.09
-0.34
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
135.08
138.17
2.29
4. Peternakan
106.36
104.70
-1.56
5. Perikanan
115.03
114.95
-0.07
a. Perikanan Tangkap
120.46
120.42
-0.03
b. Perikanan Budidaya
114.71
114.62
-0.07
115.00
114.44
-0.49
NTUP Gabungan
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
7
Pada November 2016 NTUP secara umum turun sebesar 0,49 persen dibandingkan Oktober 2016. Penurunan NTUP terbesar terjadi di subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 1,66 persen, diikuti subsektor peternakan turun sebesar 1,56 persen, subsektor hortikultura turun sebesar 0,34 persen dan subsektor perikanan turun sebesar 0,07 persen. Sebaliknya subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 2,29.
8. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan November 2016 ada sebanyak 14 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebesar 1,77 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,02 persen terjadi di Provinsi DKI Jakarta. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Kalimantan Barat terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama karet. Sebanyak 18 provinsi pada bulan November 2016 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,14 persen, sedangkan Provinsi Bali mengalami penurunan NTP terkecil yaitu sebesar 0,06 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Jawa Timur utamanya disebabkan oleh turunnya harga tembakau pada subsektor tanaman perkebunan rakyat. Sedangkan Provinsi Sumatera Barat relatif tidak mengalami perubahan NTP dibanding Oktober 2016.
8
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
Tabel 11 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Oktober 2016 - November 2016 (2012=100) Bulan Oktober 2016
November 2016
Persentase Perubahan
(2)
(3)
(4)
101.71
101.31
-0.40
KALBAR
95.07
96.76
1.77
RIAU
99.65
100.62
0.97
KEPRI
97.16
97.90
0.76
NAD
95.33
96.04
0.74
BENGKULU
92.85
93.34
0.54
Provinsi (1) NASlONAL
KALTENG
97.96
98.38
0.42
LAMPUNG
103.46
103.86
0.38
97.52
97.76
0.25
100.68
100.81
0.13
JAMBI
99.70
99.84
0.13
KALTIM
98.37
98.49
0.13
107.25
107.32
0.06
SUMSEL
94.82
94.85
0.03
DKI
99.29
99.32
0.02
SUMBAR
96.60
96.60
0.00
BALI
107.13
107.06
-0.06
MALUKU
100.93
100.83
-0.10
KALSEL PAPUA BARAT
NTB
SULUT
94.54
94.44
-0.11
JABAR
104.01
103.78
-0.22
BANTEN
100.55
100.30
-0.25
SULSEL
104.23
103.91
-0.30
SUMUT
101.28
100.83
-0.45
SULTRA
99.39
98.95
-0.45
SULTENG
98.68
98.20
-0.49
NTT
102.41
101.83
-0.57
JATENG
100.15
99.55
-0.60
GORONTALO
106.46
105.77
-0.65
95.91
95.05
-0.90
105.26
104.23
-0.97
PAPUA YOGYAKARTA BABEL
99.56
98.58
-0.98
MALUKU UTARA
104.20
103.15
-1.01
SULBAR
109.79
108.61
-1.08
JATIM
104.98
103.79
-1.14
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
9
Tabel 12 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Oktober 2016 - November 2016 (2012=100) Provinsi (1) NASIONAL
Oktober 2016
November 2016
Persentase Perubahan
(2)
(3)
(4)
101.64
101.23
-0.41
KALBAR
94.78
96.54
1.85
RIAU
99.07
100.10
1.04
NAD
95.22
95.95
0.77
KEPRI
92.91
93.51
0.65
BENGKULU
92.75
93.28
0.57
KALTENG
97.32
97.74
0.43
LAMPUNG
103.60
104.02
0.40
KALSEL
96.47
96.72
0.26
JAMBI
99.65
99.80
0.15
100.52
100.66
0.14
98.07
98.19
0.13
PAPUA BARAT KALTIM NTB
107.44
107.51
0.07
SUMSEL
94.74
94.77
0.03
SUMBAR
96.19
96.19
-0.01
107.18
107.11
-0.07
BALI SULUT
94.09
93.94
-0.16
MALUKU
100.53
100.31
-0.22
BANTEN
100.42
100.17
-0.25
JABAR
104.29
104.01
-0.26
SULSEL
104.39
104.05
-0.32
SUMUT
101.26
100.80
-0.45
NTT
102.39
101.81
-0.56
98.24
97.69
-0.57
SULTRA SULTENG
98.13
97.57
-0.57
JATENG
100.11
99.50
-0.60
GORONTALO
106.69
106.02
-0.63
95.44
94.58
-0.90
YOGYAKARTA
105.30
104.26
-0.99
MALUKU UTARA
104.40
103.28
-1.08
SULBAR
110.15
108.96
-1.08
BABEL
98.87
97.78
-1.10
JATIM
104.95
103.74
-1.16
PAPUA
10
Bulan
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
Tabel 13 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Oktober 2016 - November 2016 (2012=100) Bulan Oktober 2016
November 2016
Persentase Perubahan
(2)
(3)
(4)
NASIONAL
108.88
109.07
0.18
MALUKU
104.31
105.58
1.22
SULTENG
113.99
115.27
1.12
KEPRI
108.95
110.07
1.03
SULUT
104.71
105.56
0.81
SULTRA
119.79
120.66
0.73
KALTENG
111.37
112.09
0.65
KALSEL
112.58
113.24
0.58
KALTIM
109.27
109.88
0.56
JATIM
113.90
114.49
0.51
BALI
112.87
113.44
0.50
NAD
102.17
102.54
0.36
SULSEL
104.67
105.04
0.35
JABAR
110.97
111.27
0.27
DKI
105.62
105.90
0.27
BABEL
108.77
109.06
0.27
PAPUA BARAT
103.52
103.70
0.17
BANTEN
118.14
118.23
0.08
MALUKU UTARA
100.82
100.89
0.06
NTB
109.00
109.03
0.03
Provinsi (1)
SUMSEL
96.78
96.81
0.03
RIAU
117.09
117.12
0.02
KALBAR
104.82
104.81
0.00
BENGKULU
103.86
103.64
-0.22
JAMBI
108.28
107.96
-0.29
YOGYAKARTA
112.68
112.33
-0.30
JATENG
109.42
109.05
-0.34
SUMUT
107.01
106.48
-0.49
LAMPUNG
108.24
107.51
-0.67
PAPUA
107.91
107.16
-0.70
GORONTALO
107.16
106.32
-0.78
SULBAR
105.75
104.80
-0.89
NTT
105.35
104.19
-1.10
SUMBAR
108.46
106.24
-2.05
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
11
Tabel 14 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Oktober 2016 - November 2016 (2012=100) Provinsi (1) NASIONAL
Oktober 2016
November 2016
Persentase Perubahan
(2)
(3)
(4)
98.60
98.41
-0.20
KEPRI
106.15
107.17
0.96
SUMBAR
105.40
106.20
0.76
SULTRA
96.27
96.99
0.75
JABAR
98.09
98.72
0.64
BALI
89.54
89.66
0.13
SUMSEL
96.94
96.98
0.04
KALBAR
99.08
99.05
-0.04
SUMUT
96.86
96.73
-0.14
SULSEL
98.71
98.56
-0.15
KALTENG
97.46
97.30
-0.16
SULUT
93.54
93.36
-0.19
DKI
92.66
92.41
-0.27
PAPUA BARAT
89.58
89.30
-0.32
NAD
94.33
94.02
-0.33
103.16
102.82
-0.33
LAMPUNG
95.24
94.82
-0.44
KALTIM
90.46
89.97
-0.55
NTT
99.52
98.98
-0.55
BANTEN
96.51
95.96
-0.56
NTB
89.99
89.47
-0.57
BABEL
94.45
93.89
-0.59
RIAU
102.31
101.61
-0.69
JATENG
100.25
99.51
-0.73
MALUKU UTARA
107.22
106.39
-0.77
94.61
93.85
-0.80
103.93
103.06
-0.83
93.40
92.57
-0.89
JATIM
102.24
101.20
-1.02
PAPUA
87.12
86.12
-1.15
KALSEL
102.84
101.63
-1.18
SULBAR
96.39
95.26
-1.18
SULTENG
88.58
87.52
-1.20
GORONTALO
88.82
87.40
-1.60
YOGYAKARTA
JAMBI MALUKU BENGKULU
12
Bulan
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH NOVEMBER 2016 Berdasarkan hasil observasi terhadap 51 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama November 2016, sebanyak 54,90 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) dan sisanya 45,10 persen berkualitas rendah. Dibandingkan Oktober 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKP turun 1,24 persen menjadi Rp. 4.812,50 per kg di tingkat petani dan turun 1,23 persen menjadi Rp. 4.862,50 per kg di tingkat penggilingan. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 4,74 persen menjadi Rp. 3.867,39 per kg di tingkat petani dan turun 4,69 persen menjadi Rp. 3.917,39 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.400,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah dengan varitas IR64 dan Membramo terjadi di wilayah Kecamatan Sewon (Bantul). Selama November 2016, tidak dijumpai observasi harga gabah di bawah HPP baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan.
Pada November 2016, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 51 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 28 observasi dan gabah kualitas rendah sebanyak 23 observasi. Tabel 15 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, November 2016
Jumlah Observasi (%)
Kelompok Kualitas
Harga* Rata-rata Pembelian Harga Tingkat Pemerintah Penggilingan (HPP) (Rp/Kg) Rata-rata (Rp/Kg)
Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Terendah
Tertinggi
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
GKG
0 (0,00%)
-
-
-
-
4.600,00 (penggilingan)
GKP
28 (54,90%)
3.900,00
5.400,00
4.812,50
4.862,50
3.700,00 (petani)
(1)
(9)
30,07
3.750,00 1.112,50 (penggilingan)
29,67
4.350,00
3.867.39
3.917,39
-
Total
51 (100,00%)
-
-
-
-
-
(8)
1.112,50
3,700,00
(%)
-
23 (45,10%)
(Rp/Kg)
-
Gabah Kualitas Rendah
Selisih Harga
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
-
-
13
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 28 observasi atau 54,90 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama November 2016. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 23 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 45,10 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama November 2016, yang berpotensi mengalami kasus harga 35,30 persen berasal dari Kabupaten Bantul dan 9,80 persen berasal dari Kabupaten Sleman. Tabel 16 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, November 2016 Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
Jumlah Observasi Harga Gabah di Atas HPP
Tk. Petani
Tk. Penggilingan
Tk. Petani
Tk. Penggilingan
Tk. Petani
Tk. Penggilingan
(6)
(7)
(8)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
GKP
28
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
28 (100,00 %)
28 (100,00 %)
GKG dan GKP
28
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
28 (100,00 %)
Kualitas Rendah
23
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.400,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah dengan varitas IR64 dan Membramo terjadi di wilayah Kecamatan Sewon (Bantul). Tabel 17 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, September - November 2016 Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Sep 2016
Okt 2016
Nov 2016
(2)
(3)
(4)
Sep 2016 Okt 2016 Nov 2016 (5)
(6)
(7)
GKG
-
-
-
-
-
-
GKP
14,52
12,57
13,48
7,62
7,43
5,51
Kualitas Rendah
22,08
28,34
28,58
10,09
13,89
9,54
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 13,48 persen dan 5,51 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan November 2016 memiliki rata-rata KA dan KH masing-masing sebesar 28,58 persen dan 9,54 persen.
14
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
Tabel 18 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas September - November 2016 Tingkat Petani (Rp / Kg)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
Kelompok Kualitas
Sep 2016
Okt 2016
Nov 2016
Perub (4) thd (3) (%)
Sep 2016
Okt 2016
Nov 2016
Perub (8) thd (7) (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
GKG
-
-
-
-
-
-
-
-
GKP
4.689,71
4.873,08
4.812,50
-1,24
4.739,71
4.923,08
4.862,50
-1,23
Kualitas Rendah
4.166,67
4.060,00
3.867,39
-4,74
4.216,67
4.110,00
3.917,39
-4,69
Dibandingkan Oktober 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKP turun 1,24 persen menjadi Rp. 4.812,50 per kg di tingkat petani dan turun 1,23 persen menjadi Rp. 4.862,50 per kg di tingkat penggilingan. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 4,74 persen menjadi Rp. 3.867,39 per kg di tingkat petani dan turun 4,69 persen menjadi Rp. 3.917,39 per kg di tingkat penggilingan.
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, November 2015 -November 2016 5600 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Nov-15
Dec-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
May-16
Jun-16
Jul-16
Aug-16
Sep-16
Oct-16
Nov-16
Bulan GKG
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016
HPP GKP
15