No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Desember 2014, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 99,65 atau mengalami penurunan sebesar 2,16 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 101,84. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 97,16, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 95,94, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 109,93, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 98,85 dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 102,60. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP pada semua subsektor kecuali Subsektor Tanaman Pangan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Desember 2014 secara umum mencapai 120,57 atau mengalami inflasi sebesar 2,69 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 117,41. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 6,60 persen, diikuti kelompok bahan makanan naik sebesar 3,13 persen, kelompok perumahan naik sebesar 1,26 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 1,00 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,68 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,43 persen, dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,14 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Desember 2014 terdapat 31 provinsi mengalami penurunan NTP, sebaliknya hanya 2 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 2,45 persen, sebaliknya kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Banten sebesar 0,71 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Desember 2014, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 2,16 persen dibanding NTP November 2014, yaitu dari
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
1
101,84 menjadi 99,65. Turunnya NTP Bulan Desember 2014 ini disebabkan karena indeks harga produk pertanian yang diterima petani mengalami kenaikan yang lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Turunnya angka NTP yang tercatat pada bulan Desember 2014 disebabkan oleh turunnya NTP di subsektor peternakan yang mengalami penurunan sebesar 3,92 persen, diikuti subsektor hortikultura turun sebesar 2,93 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 1,91 persen dan subsektor perikanan turun sebesar 0,70 persen. Namun berbeda dengan subsektor lainnya, NTP subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan sebesar 0,06 persen pada bulan ini.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Desember 2014, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks hanya sebesar 0,31 persen dibandingkan dengan It November 2014, yaitu dari 116,61 menjadi 116,96. Kenaikan It terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 2,80 persen, diikuti subsektor perikanan yang naik sebesar 0,82 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,50 persen. Kenaikan It pada subsektor di atas di bulan ini tidak diikuti oleh subsektor peternakan yang justru turun sebesar 1,62 persen dan subsektor hortikultura yang mengalami penurunan It sebesar 0,46 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Desember 2014 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 2,52 persen bila dibandingkan November 2014, yaitu dari 114,50 menjadi 117,38. Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor dengan kenaikan terbesar dialami oleh subsektor tanaman pangan yang mencapai 2,74 persen, diikuti oleh subsektor hortikultura naik sebesar 2,55 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 2,46 persen, subsektor peternakan naik sebesar 2,40 persen, dan terakhir subsektor perikanan naik sebesar 1,53 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti bensin, cabai rawit, kacang panjang, beras dan ongkos angkutan dalam kota.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Desember 2014 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,06 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 2,80 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang mencapai 2,74 persen. Naiknya indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 3,57 persen dan subkelompok palawija yang naik 1,84 persen. Komoditas yang menyebabkan naiknya It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga gabah, kacang tanah, ketela pohon, jagung dan kacang kedelai. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 2,81 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 2,31 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya November-Desember 2014 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
November 2014 (2) 113.68
Desember 2014 (3) 116.87
- Padi
112.96
116.99
3.57
- Palawija
114.59
116.70
1.84
117.07
120.28
2.74
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
118.48
121.81
2.81
- Indeks BPPBM
108.62
111.14
2.31
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
2
Persentase Perubahan (4) 2.80
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Petanian
97.10
97.16
0.06
104.65
105.15
0.48
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Desember 2014, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan sebesar 2,93 persen. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,46 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 2,55 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas seperti salak, petai, melinjo, pisang dan mangga. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 2,61 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 2,25 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya November-Desember 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
November 2014 (2) 114.14
Desember 2014 (3) 113.62
- Sayur-sayuran
113.38
116.41
2.67
- Buah-buahan
114.11
111.12
-2.63
- Tanaman Obat
117.63
115.95
-1.43
115.48
118.43
2.55
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
117.38
120.45
2.61
- Indeks BPPBM
107.66
110.08
2.25
98.84
95.94
-2.93
106.03
103.21
-2.65
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
(4) -0.46
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Desember 2014 NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 1,91 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 0,50 persen, lebih kecil dibanding dengan kenaikan indeks yang dibayar petani yang mencapai 2,46 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 126,55 menjadi 127,18. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah biji jambu mete, cengkeh dan kelapa. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 2,58 persen, dan naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 2,22 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya November-Desember 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
Bulan November 2014 (2) 126.55
Desember 2014 (3) 127.18
Persentase Perubahan (4) 0.50
126.55
127.18
0.50
112.92
115.69
2.46
116.73
119.74
2.58
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
3
- Indeks BPPBM
106.33
108.69
2.22
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
112.08
109.93
-1.91
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
119.02
117.02
-1.69
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya November-Desember 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
Bulan November 2014 Desember 2014 (2) (3)
Persentase Perubahan (4)
115.66
113.79
-1.62
- Ternak Besar
116.18
113.36
-2.43
- Ternak Kecil
114.91
112.69
-1.92
- Unggas
122.82
120.68
-1.75
- Hasil Ternak
106.95
110.82
3.62
112.42
115.11
2.40
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
116.78
120.01
2.77
- Indeks BPPBM
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
108.14
110.30
2.01
c. Nilai Tukar Petani (NTPT)
102.88
98.85
-3.92
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
106.96
103.16
-3.55
Pada Desember 2014 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 3,92 persen. Turunnya NTPT terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,62 persen, sebaliknya terjadi kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 2,40 persen. Penurunan It ini lebih banyak disebabkan oleh turunnya indeks pada subkelompok ternak besar yang mencapai 2,43 persen, subkelompok ternak kecil turun sebesar 1,92 persen, dan subkelompok unggas turun sebesar 1,75 persen, meskipun subkelompok hasil ternak mengalami kenaikan sebesar 3,62 persen. Turunnya harga sapi potong menjadi penyebab utama penurunan It pada subsektor ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 2,77 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 2,01 persen. e. Subsektor Perikanan(NTN) Pada Desember 2014, NTN mengalami penurunan sebesar 0,70 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,82 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang mencapai 1,53 persen. kenaikan It subsektor ini disebabkan oleh naiknya It subkelompok penangkapan dan subkelompok budidaya masing-masing sebesar 0,82 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 2,08 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,82 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya November-Desember 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
4
Bulan November 2014 (2)
Desember 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
115.58
116.53
0.82
- Penangkapan
121.20
122.20
0.82
- Budidaya
115.27
116.21
0.82
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
b. Indeks Dibayar Petani
111.86
113.57
1.53
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
117.65
120.10
2.08
- Indeks BPPBM
105.13
105.99
0.82
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
103.33
102.60
-0.70
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
109.94
109.94
0.00
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Desember 2014 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,82 persen, lebih kecil dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani (nelayan) yang mencapai 2,45 persen. Kenaikan It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti tongkol, pari, gulamah dan manyung bulan ini. Sedangkan kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 2,07 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 2,90 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya November-Desember 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan November 2014 (2)
Desember 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
121.20
122.20
0.82
- Penangkapan Perairan Umum
100.00
100.00
0.00
- Penangkapan Perairan Laut
121.23
122.22
0.82
b. Indeks Dibayar Petani
115.73
118.56
2.45
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
117.50
119.93
2.07
- Indeks BPPBM
113.66
116.96
2.90
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
104.73
103.06
-1.59
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
106.64
104.48
-2.02
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya juga mengalami penurunan indeks sebesar 0,65 persen pada Desember 2014. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang hanya sebesar 0,82 persen, lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan indeks yang dibayar petani yang mencapai 1,48 persen. Kenaikan It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti nila, udang dan gurame. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 2,08 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,70 persen, dibanding bulan sebelumnya. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya November-Desember 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan November 2014 (2)
Desember 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
a. Indeks Diterima Petani
115.27
116.21
0.82
- Budidaya Air Tawar
115.27
116.21
0.82
b. Indeks Dibayar Petani
111.64
113.29
1.48
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
117.66
120.10
2.08
- Indeks BPPBM
104.65
105.38
0.70
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
103.25
102.58
-0.65
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
110.14
110.28
0.12
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Desember 2014 hanya mencapai 99,56 atau turun sebesar 2,20 persen dibanding bulan November 2014. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang hanya sebesar 0,29 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang mencapai 2,54 persen.
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya November-Desember 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
6
Bulan
Persentase Perubahan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
November 2014
Desember 2014
(1)
(2)
(3)
Indeks Harga yang Diterima Petani
116.64
116.98
0.29
Indeks Harga yang Dibayar Petani
114.58
117.50
2.54
Konsumsi Rumah Tangga
117.40
120.58
2.71
BPPBM
107.84
110.20
2.19
Nilai Tukar Petani
101.80
99.56
-2.20
Nilai Tukar Usaha Pertanian
108.16
106.15
-1.86
(4)
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Desember 2014 secara umum mencapai 120,57 atau mengalami inflasi sebesar 2,69 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 117,41. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 6,60 persen, diikuti kelompok bahan makanan naik sebesar 3,13 persen, kelompok perumahan naik sebesar 1,26 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 1,00 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,68 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,43 persen, dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,14 persen Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya November 2014 - Desember 2014 (2012=100) Bulan
Kelompok
November 2014
(1)
Desember 2014
Persentase Perubahan
(2)
(3)
117.41
120.57
2.69
- Bahan Makanan
125.23
129.15
3.13
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
113.63
114.77
1.00
- Perumahan
112.40
113.81
1.26
- Sandang
113.54
114.31
0.68
- Kesehatan
107.96
108.43
0.43
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
105.38
105.53
0.14
- Transportasi dan Komunikasi
118.92
126.77
6.60
Konsumsi Rumah Tangga
(4)
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Desember 2014 ada sebanyak 31 provinsi yang mengalami penurunan NTP. Penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar 2,45 persen, sedangkan penurunan NTP terkecil sebesar 0,02 persen terjadi di Provinsi Jawa Barat. Penurunan NTP terbesar di Provinsi Sulawesi Barat terutama disebabkan oleh turunnya NTP pada subsektor hortikultura dengan turunnya harga jeruk dan duku/langsat. Hanya 2 provinsi pada bulan Desember 2014 ini mengalami kenaikan NTP dengan Provinsi Banten mengalami kenaikan tertinggi yaitu sebesar 0,71 persen, selain Provinsi Kalimantan Barat yang juga mengalami kenaikan NTP sebesar 0,10 persen. Kenaikan NTP yang terjadi di Provinsi Banten banyak disebabkan oleh naiknya harga gabah pada subsektor tanaman pangan. Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya November 2014 - Desember 2014 (2012=100) Provinsi
Bulan November 2014
Desember 2014
Persentase Perubahan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
7
(1)
Nasional
(3)
(4)
102.37
101.32
-1.03
NAD
96.89
95.64
-1.30
Sumatera Utara
98.84
97.82
-1.03
Sumatera Barat
99.93
99.15
-0.78
Riau
96.59
95.02
-1.63
Jambi
95.68
95.06
-0.65
Sumatera Selatan
99.49
97.50
-2.00
Bengkulu
94.94
94.47
-0.50
Lampung
105.13
103.16
-1.87
Bangka Belitung
103.07
102.26
-0.78
Kepulauan Riau
99.58
98.36
-1.23
DKI Jakarta
99.35
97.22
-2.15
Jawa Barat
105.19
105.16
-0.02
Jawa Tengah
101.32
100.55
-0.76
Yogyakarta
101.84
99.65
-2.16
Jawa Timur
105.88
104.41
-1.39
Banten
104.71
105.46
0.71
Bali
106.36
104.19
-2.04
Nusa Tenggara Barat
100.40
99.92
-0.48
Nusa Tenggara Timur
102.43
101.03
-1.37
Kalimantan Barat
95.91
96.01
0.10
Kalimantan Tengah
99.88
98.69
-1.19
Kalimantan Selatan
98.80
98.47
-0.33
100.25
99.33
-0.92
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
99.62
97.35
-2.27
Selawesi Tengah
100.66
98.49
-2.15
Sulawesi Selatan
105.31
104.17
-1.07
Sulawesi Tenggara
101.23
99.63
-1.58
Gorontalo
101.74
100.62
-1.10
Sulawesi Barat
103.95
101.40
-2.45
Maluku
100.92
100.88
-0.04
Maluku Utara
103.89
102.41
-1.42
Papua Barat
100.84
99.09
-1.73
96.80
95.80
-1.03
Papua
8
(2)
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya November 2014 - Desember 2014 (2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Bulan November 2014 (2)
Desember 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
102.36
101.32
-1.02
NAD
96.85
95.60
-1.29
Sumatera Utara
98.89
97.85
-1.05
Sumatera Barat
99.71
98.91
-0.80
Riau
96.19
94.60
-1.65
Jambi
95.50
94.92
-0.60
Sumatera Selatan
99.44
97.44
-2.01
Bengkulu
94.79
94.33
-0.48
Lampung
105.24
103.26
-1.88
Bangka Belitung
103.29
102.73
-0.53
Kepulauan Riau
96.47
94.91
-1.61
Jawa Barat
105.51
105.53
0.02
Jawa Tengah
101.34
100.61
-0.72
Yogyakarta
101.80
99.56
-2.20
Jawa Timur
105.89
104.42
-1.39
Banten
104.74
105.51
0.74
Bali
106.39
104.22
-2.04
Nusa Tenggara Barat
100.45
99.97
-0.48
Nusa Tenggara Timur
102.43
101.01
-1.39
Kalimantan Barat
95.82
95.94
0.13
Kalimantan Tengah
99.56
98.42
-1.15
Kalimantan Selatan
97.92
97.63
-0.30
100.19
99.47
-0.72
99.19
96.92
-2.28
Kalimantan Timur Sulawesi Utara Selawesi Tengah
100.58
98.29
-2.28
Sulawesi Selatan
105.28
104.14
-1.08
Sulawesi Tenggara
100.91
99.31
-1.58
Gorontalo
101.89
100.80
-1.06
Sulawesi Barat
104.28
101.66
-2.51
Maluku
100.32
100.26
-0.06
Maluku Utara
104.13
102.52
-1.55
Papua Barat
100.13
98.46
-1.66
96.59
95.51
-1.12
Papua
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
9
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya November 2014 - Desember 2014 (2012=100) Provinsi (1)
Nasional
November 2014 (2)
Desember 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
104.26
102.97
-1.24
NAD
98.20
96.46
-1.77
Sumatera Utara
99.59
100.45
0.87
Sumatera Barat
99.63
96.04
-3.60
Riau
104.69
103.11
-1.51
Jambi
102.25
101.09
-1.13
97.26
94.17
-3.18
Sumatera Selatan Bengkulu
98.84
96.47
-2.39
Lampung
105.90
104.12
-1.68
Bangka Belitung
101.50
97.91
-3.53
Kepulauan Riau
106.80
106.73
-0.06
DKI Jakarta
102.19
99.12
-3.00
Jawa Barat
106.01
103.33
-2.52
Jawa Tengah
105.23
101.46
-3.59
Yogyakarta
104.73
103.06
-1.59
Jawa Timur
104.90
102.58
-2.21
Banten
113.03
114.35
1.17
Bali
111.78
109.01
-2.47
Nusa Tenggara Barat
101.23
101.09
-0.14
Nusa Tenggara Timur
103.60
103.64
0.04
99.20
97.62
-1.59
Kalimantan Tengah
107.48
105.54
-1.81
Kalimantan Selatan
110.75
109.95
-0.72
Kalimantan Timur
107.32
103.95
-3.14
Sulawesi Utara
109.07
106.66
-2.21
Selawesi Tengah
103.32
103.54
0.21
Sulawesi Selatan
107.57
106.88
-0.65
Sulawesi Tenggara
106.15
104.88
-1.19
Gorontalo
101.52
99.39
-2.10
96.45
95.22
-1.28
104.80
104.88
0.08
Maluku Utara
99.68
100.34
0.66
Papua Barat
108.39
105.79
-2.39
Papua
101.92
102.86
0.92
Kalimantan Barat
Sulawesi Barat Maluku
10
Bulan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya November 2014 - Desember 2014 (2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Bulan November 2014 (2)
Desember 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
100.46
99.25
-1.20
NAD
97.94
96.73
-1.24
Sumatera Utara
94.63
92.94
-1.79
Sumatera Barat
106.51
106.89
0.36
Riau
103.69
102.36
-1.28
Jambi
101.09
97.72
-3.33
Sumatera Selatan
103.77
103.66
-0.10
Bengkulu
101.04
100.51
-0.53
Lampung
99.16
97.56
-1.61
Bangka Belitung
96.15
93.86
-2.38
Kepulauan Riau
111.80
109.68
-1.90
DKI Jakarta
96.29
95.09
-1.25
Jawa Barat
98.86
98.15
-0.72
Jawa Tengah
99.69
97.67
-2.03
Yogyakarta
103.25
102.58
-0.65
Jawa Timur
105.71
104.40
-1.24
Banten
96.12
94.36
-1.83
Bali
92.67
91.36
-1.41
Nusa Tenggara Barat
95.13
93.90
-1.29
Nusa Tenggara Timur
100.01
98.06
-1.95
Kalimantan Barat
96.94
97.31
0.39
Kalimantan Tengah
97.26
95.53
-1.78
Kalimantan Selatan
104.41
103.30
-1.06
Kalimantan Timur
92.88
91.61
-1.36
Sulawesi Utara
98.97
96.98
-2.01
Selawesi Tengah
97.68
95.74
-1.99
Sulawesi Selatan
104.33
103.16
-1.12
Sulawesi Tenggara
101.68
99.13
-2.51
Gorontalo
92.03
91.82
-0.23
Sulawesi Barat
98.98
98.15
-0.84
Maluku
111.65
111.69
0.04
Maluku Utara
109.88
107.61
-2.06
Papua Barat
93.19
92.12
-1.15
Papua
93.22
91.35
-2.01
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
11
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DESEMBER 2014 Berdasarkan hasil observasi terhadap 104 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Desember 2014, sebagian besar atau 64,42 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) sementara itu sisanya 33,66 persen berkualitas rendah dan 1,92 persen berkualitas Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan November 2014, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami kenaikan 9,67 persen baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan, yaitu menjadi Rp. 4.954,85 per kg di tingkat petani dan menjadi Rp. 5.004,85 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 9,08 persen menjadi Rp. 4.436,29 per kg di tingkat petani dan naik 8,96 persen menjadi Rp. 4.486,29 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.550,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Sleman (Sleman). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Bantul (Bantul). Selama Desember 2014, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada Desember 2014, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 104 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 67 observasi, kualitas rendah sebanyak 35 observasi dan kualitas GKG sebanyak 2 observasi. Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Desember 2014 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 2 4.150,00 5.000,00 5.000,00 5.000,00 5.050,00 900,00 21,69 (1,92%) (penggilingan)
Kelompok Kualitas (1) GKG
67 (64,42%)
GKP
4.100,00
5.550,00
4.954.85
5.004.85
3.300,00 (petani)
1.654,85
50,15
3.350,00 1.654,85 (penggilingan)
49,40
Gabah Kualitas Rendah
35 (33,66%)
3.700,00
5.485,00
4.436.29
4.486.29
-
Total
104 (100,00%)
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : GKG : kadar air 14% dan kadar hampa/kotoran 3% GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air14% an kadar hampa3% Diluar kualitas : kadar air 25% atau kadar hampa/kotoran 10% * HPP berdasarkan INPRES nomor 3 Tahun 2012 tgl.27 Desember 2012 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.
12
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 69 observasi atau 66,34 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Desember 2014. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 35 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 33,66 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Desember 2014, yang berpotensi mengalami kasus harga berasal dari Kabupaten Bantul sebanyak 17,31 persen dan Kabupaten Sleman 16,35 persen. Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Desember 2014 Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
2
-
0 (0,00 %)
-
GKP
67
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
GKG dan GKP
69
-
0 (0,00 %)
Kualitas Rendah
35
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
0 (0,00 %)
-
2 (100,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
67(100,00 %)
67 (100,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
69 (100,00 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.550,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Sleman (Sleman). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Bantul (Bantul).
Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Oktober - Desember 2014 Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA) Okt’2014 (2)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Nov’2014 Des’2014 (3)
(4)
Okt’2014 Nov’2014 Des’2014 (5)
(6)
(7)
GKG
-
-
12,45
-
-
2,45
GKP
12,04
16,42
13,79
6,39
7,23
6,05
KualitasRendah
28,92
30,06
24,22
8,44
7,81
10,55
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKG masing-masing sebesar 12,45 persen dan 2,45 persen. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 13,79 persen dan 6,05 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Desember 2014 memiliki rata-rata KA dan KH masing-masing sebesar 24,22 persen dan 10,55 persen. Tabel 17 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015
13
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Oktober - Desember 2014 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Okt’2014
(1)
(2)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
Perub (4) Nov’2014 Des’2014 thd (3) (%) (3) (4) (5)
Okt’2014 Nov’2014 Des’2014 (6)
(7)
(8)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
GKG
-
-
5.000,00
-
-
-
5.050,00
-
GKP
4.739,13
4.517,95
4.954.85
9,67
4.784,78
4.563,59
5.004,85
9,67
Kualitas Rendah
3.850,00
4.067,19
4.436,29
9,08
3.900,00
4.117,19
4.486,29
8,96
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 436,90 per kg (9,67 persen) menjadi Rp 4.954,85 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp. 441,26 per kg (9,67 persen) menjadi Rp. 5.004,85 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik sebesar Rp. 369,10 per kg (9,08 persen) menjadi Rp. 4.436,29 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan naik Rp. 369,10 per kg (8,96 persen) menjadi Rp. 4.486,29 per kg. Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Desember 2013 -Desember 2014 5200 5000 4800 4600
Rp/Kg
4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Des-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
May-14
Jun-14
Jul-14
Aug-14
Sep-14
Oct-14
Nov-14
Dec-14
Bulan GKG
14
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 04/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015