No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Februari 2015, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 100,79 atau mengalami kenaikan sebesar 0,39 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 100,40. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 99,38, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 96,93, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 110,20, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 99,40 dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 104,97. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP pada semua subsektor kecuali Subsektor Peternakan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Februari 2015 secara umum mencapai 118,43 atau mengalami deflasi sebesar 0,98 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 119,61.Penurunan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh penurunan indeks pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 2,87 persen selain kelompok bahan makanan yang juga turun sebesar 1,72 persen. Sebaliknya kelompok sandang mengalami kenaikan indeks sebesar 0,64 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,55 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar naik sebesar 0,27 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,21 persen, dan terakhir kelompok perumahan naik sebesar 0,02 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Februari 2015 terdapat 21 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 11 provinsi mengalami penurunan NTP dan satu provinsi tidak mengalami perubahan indeks. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 1,45 persen, sebaliknya penurunan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Maluku sebesar 0,76 persen. Satu-satunya provinsi yang relatif tidak mengalami perubahan NTP pada bulan ini adalah Provinsi Lampung.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
1
pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Februari 2015, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,39 persen dibanding NTP Januari 2015, yaitu dari 100,40 menjadi 100,79. Naiknya NTP Bulan Februari 2015 ini disebabkan karena indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan indeks harga produk pertanian yang diterima petani. Naiknya angka NTP yang tercatat pada bulan Februari 2015 disebabkan oleh naiknya NTP di subsektor tanaman pangan yang mengalami kenaikan sebesar 1,48 persen, diikuti subsektor perikanan naik sebesar 0,50 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,31 persen dan subsektor hortikultura sebesar 0,12 persen. Namun berbeda dengan subsektor lainnya, NTP subsektor peternakan mengalami penurunan sebesar 0,45 persen pada bulan ini.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Februari 2015, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,40 persen dibandingkan dengan It Januari 2015, yaitu dari 117,03 menjadi 116,57. Penurunan It terbesar terjadi pada subsektor peternakan yaitu sebesar 1,13 persen, diikuti subsektor hortikultura yang turun sebesar 0,54 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,32 persen. Sebaliknya subsektor tanaman pangan pada bulan ini It-nya naik sebesar 0,34 persen dan subsektor perikanan mengalami kenaikan It sebesar 0,18 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Februari 2015 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan sebesar 0,78 persen bila dibandingkan Januari 2015, yaitu dari 116,57 menjadi 115,66. Penurunan Ib terjadi pada semua subsektor dengan penurunan terbesar dialami oleh subsektor tanaman pangan yang penurunannya mencapai 1,12 persen, diikuti oleh subsektor peternakan turun sebesar 0,68 persen, subsektor hortikultura turun sebesar 0,66 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,63 persen, dan terakhir subsektor perikanan turun sebesar 0,32persen. Penurunan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti cabai rawit, bensin, bawang merah, cabai hijau, telur ayam ras, dan cabai merah.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Februari 2015 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 1,48 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,34 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani turun hingga 1,12 persen. Naiknya indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 1,26 persen meskipun subkelompok palawija turun 0,80 persen. Komoditas yang menyebabkan naiknya It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga gabah dan ketela pohon. Pada Ib turunnya indeks disebabkan oleh turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga 2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
(IKRT) sebesar 1,29 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,04 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Januari-Februari 2015(2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Januari 2015 (2) 116.82
Februari 2015 (3) 117.22
Persentase Perubahan (4) 0.34
- Padi
115.46
116.92
1.26
- Palawija
118.56
117.61
-0.80
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
119.30
117.96
-1.12
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
120.62
119.06
-1.29
- Indeks BPPBM
111.36
111.32
-0.04
97.93
99.38
1.48
104.90
105.30
0.38
c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Petanian
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Februari 2015, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan sebesar 0,12 persen. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani meskipun mengalami penurunan sebesar 0,54 persen, tetapi penurunannya lebih kecil dibanding penurunan indeks yang dibayar petani yang mencapai 0,66 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, bawang merah, kencur dan cabai rawit. Pada Ib penurunan indeks disebabkan oleh turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,73 persen dan turunnya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,36 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Januari-Februari 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan Januari 2015 (2) 113.84
Februari 2015 (3) 113.23
Persentase Perubahan (4) -0.54
- Sayur-sayuran
113.12
109.88
-2.86
- Buah-buahan
113.79
115.40
1.41
- Tanaman Obat
117.21
115.26
-1.67
117.59
116.81
-0.66
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119.63
118.76
-0.73
- Indeks BPPBM
109.16
108.77
-0.36
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
96.81
96.93
0.12
104.29
104.10
-0.18
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
3
Pada Februari 2015 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,31 persen, hal ini terjadi karena penurunan indeks yang diterima petani yang mencapai 0,32 persen, lebih kecil dibanding dengan penurunan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,63 persen. Penurunan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 126,54 menjadi 126,13. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan harga diantaranya adalah cengkeh, kakao, biji jambu mete, dan tebu. Penurunan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh turunnya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,81 persen, dan turunnya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,29 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Januari-Februari 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat
Bulan Januari 2015 (2) 126.54
Februari 2015 (3) 126.13
Persentase Perubahan (4) -0.32
126.54
126.13
-0.32
115.18
114.46
-0.63
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119.09
118.13
-0.81
- Indeks BPPBM
108.42
108.11
-0.29
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
109.86
110.20
0.31
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
116.71
116.67
-0.03
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Januari-Februari 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
Bulan Januari (2)
Februari 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
114.06
112.78
-1.13
- Ternak Besar
113.22
111.99
-1.09
- Ternak Kecil
112.59
111.36
-1.09
- Unggas
121.77
120.24
-1.26
- Hasil Ternak
112.92
111.52
-1.25
114.24
113.46
-0.68
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
118.90
117.65
-1.05
- Indeks BPPBM
109.66
109.34
-0.29
99.85
99.40
-0.45
104.02
103.14
-0.84
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Pada Februari 2015 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 0,45 persen. Turunnya NTPT terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,13 persen lebih besar dibanding penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,68 persen. Penurunan It ini disebabkan oleh turunnya It pada semua subkelompok, dimana subkelompok unggas mengalami penurunan paling besar, yaitu turun sebesar 1,26 persen, diikuti subkelompok hasil ternak turun sebesar 1,25 persen dan subkelompok ternak besar dan subkelompok ternak 4
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
kecil masing-masing turun sebesar 1,09 persen. Turunnya harga sapi potong, telur ayam ras, ayam ras pedaging, dan kambing menjadi penyebab turunnya It pada subsektor ini. Sementara itu, penurunan yang terjadi pada Ib disebabkan karena turunnya IKRT sebesar 1,05 persen dan turunnya indeks BPPBM sebesar 0,29 persen. e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Februari 2015, NTN mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,18 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani turun sebesar 0,32 persen. Kenaikan It subsektor ini disebabkan oleh naiknya It subkelompok penangkapan dan subkelompok budidaya masing-masing sebesar 1,93 persen dan 0,07 persen. Sementara itu penurunan yang terjadi pada Ib disebabkan karena turunnya IKRT sebesar 0,50 persen dan turunnya indeks BPPBM sebesar 0,10 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Januari-Februari 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Januari 2015 (2)
Februari 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
118.55
118.76
0.18
- Penangkapan
123.62
126.00
1.93
- Budidaya
118.26
118.35
0.07
113.50
113.13
-0.32
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119.73
119.14
-0.50
- Indeks BPPBM
106.26
106.15
-0.10
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
104.45
104.97
0.50
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
111.57
111.87
0.28
b. Indeks Dibayar Petani
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Februari 2015 mengalami kenaikan sebesar 2,71 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 1,93 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani (nelayan) mengalami penurunan sebesar 0,76 persen. Kenaikan It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti tongkol, cakalang, dan tenggiri pada bulan ini. Sedangkan penurunan Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,49 persen dan indeks BPPBM sebesar 1,09 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Januari-Februari 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Januari 2015 (2)
Februari 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
123.62
126.00
1.93
- Penangkapan Perairan Umum
100.00
100.00
0.00
- Penangkapan Perairan Laut
123.64
126.03
1.93
117.18
116.29
-0.76
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119.58
118.98
-0.49
- Indeks BPPBM
b. Indeks Dibayar Petani
114.37
113.12
-1.09
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
105.49
108.36
2.71
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
108.08
111.39
3.06
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya juga mengalami kenaikan indeks sebesar 0,37 persen pada Februari 2015. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,07 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,30 persen. Kenaikan It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti tawes dan gurame. Sedangkan turunnya Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,49 persen dan turunnya indeks BPPBM sebesar 0,04 persen dibanding bulan sebelumnya. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Januari-Februari 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan Januari 2015 (2)
Februari 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
a. Indeks Diterima Petani
118.26
118.35
0.07
- Budidaya Air Tawar
118.26
118.35
0.07
b. Indeks Dibayar Petani
113.29
112.96
-0.30
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119.74
119.15
-0.49
- Indeks BPPBM
105.80
105.76
-0.04
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
104.39
104.78
0.37
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
111.78
111.90
0.11
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Februari 2015 mencapai 100,66 atau naik sebesar 0,38 persen dibanding bulan Januari 2015. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,42 persen tidak sebesar penurunan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,79 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Januari-Februari 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Januari 2015
Februari 2015
(1)
(2)
(3)
Indeks Harga yang Diterima Petani
116.99
116.50
-0.42
Indeks Harga yang Dibayar Petani
116.66
115.73
-0.79
Konsumsi Rumah Tangga
119.60
118.41
-1.00
BPPBM
109.81
109.55
-0.23
Nilai Tukar Petani
100.28
100.66
0.38
Nilai Tukar Usaha Pertanian
106.54
106.34
-0.18
(4)
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Februari 2015 secara umum mencapai 118,43 atau mengalami deflasi sebesar 0,98 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 119,61. Penurunan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh penurunan indeks pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 2,87 persen selain kelompok bahan makanan yang juga turun sebesar 1,72 persen. Sebaliknya kelompok sandang mengalami kenaikan indeks sebesar 0,64 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,55 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,27 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,21 persen, dan terakhir kelompok perumahan naik sebesar 0,02 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Januari - Februari 2015(2012=100) Kelompok (1) Konsumsi Rumah Tangga
Bulan Januari 2015 (2) 119.61
Februari 2015 (3) 118.43
Persentase Perubahan (4) -0.98
- Bahan Makanan
129.14
126.91
-1.72
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
115.61
116.25
0.55
- Perumahan
115.37
115.39
0.02
- Sandang
114.78
115.52
0.64
- Kesehatan
109.03
109.26
0.21
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
106.21
106.49
0.27
- Transportasi dan Komunikasi
118.70
115.29
-2.87
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Februari 2015 ada sebanyak 21 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Kalimantan Timur yaitu sebesar 1,45 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,06 persen terjadi di Provinsi Sumatera Selatan. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Kalimantan Timur terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga lada/merica dan kelapa sawit. Sebanyak 11 provinsi pada bulan Februari 2015 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Maluku mengalami penurunan tertinggi yaitu sebesar 0,76 persen, sedangkan Provinsi Banten Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
7
mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,22 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Maluku banyak disebabkan oleh turunnya harga pisang, cabai rawit, jeruk dan cabai merah pada subsektor hortikultura. Sementara itu Provinsi Lampung relatif tidak mengalami perubahan NTP pada bulan ini. Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Januari - Februari 2015(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Februari 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
101.86
102.19
0.33
NAD
95.96
97.12
1.20
Sumatera Utara
98.20
98.28
0.08
Sumatera Barat
98.54
98.66
0.12
Riau
96.34
96.63
0.30
Jambi
95.65
96.38
0.76
Sumatera Selatan
97.58
97.64
0.06
Bengkulu
94.51
95.67
1.23
Lampung
103.20
103.20
0.00
Bangka Belitung
103.19
102.96
-0.23
Kepulauan Riau
99.37
100.54
1.17
DKI Jakarta
97.99
99.12
1.16
Jawa Barat
105.95
105.69
-0.25
Jawa Tengah
101.18
101.48
0.30
Yogyakarta
100.40
100.79
0.39
Jawa Timur
105.23
106.18
0.91
Banten
105.42
105.19
-0.22
Bali
104.18
103.90
-0.27
Nusa Tenggara Barat
101.38
101.97
0.59
Nusa Tenggara Timur
100.89
101.57
0.68
Kalimantan Barat
96.79
97.48
0.71
Kalimantan Tengah
99.30
98.93
-0.38
Kalimantan Selatan
99.77
100.80
1.03
Kalimantan Timur
99.33
100.78
1.45
Sulawesi Utara
98.04
98.51
0.48
Selawesi Tengah
98.37
97.75
-0.64
Sulawesi Selatan
104.31
103.84
-0.45
99.34
99.00
-0.34
Gorontalo
101.23
101.57
0.33
Sulawesi Barat
102.04
101.70
-0.33
Maluku
101.19
100.42
-0.76
Maluku Utara
102.83
102.45
-0.37
Papua Barat
99.12
99.26
0.14
Papua
96.81
97.12
0.32
Sulawesi Tenggara
8
Bulan Januari 2015 (2)
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Januari - Februari 2015(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Bulan Januari 2015 (2)
Februari 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
101.83
102.15
0.31
NAD
95.91
97.02
1.17
Sumatera Utara
98.21
98.26
0.06
Sumatera Barat
98.23
98.27
0.04
Riau
95.94
96.10
0.17
Jambi
95.52
96.25
0.76
Sumatera Selatan
97.54
97.60
0.06
Bengkulu
94.38
95.55
1.24
Lampung
103.30
103.29
-0.01
Bangka Belitung
103.44
102.97
-0.46
Kepulauan Riau
95.64
96.38
0.77
Jawa Barat
106.34
106.05
-0.27
Jawa Tengah
101.24
101.54
0.29
Yogyakarta
100.28
100.66
0.38
Jawa Timur
105.23
106.19
0.91
Banten
105.48
105.21
-0.26
Bali
104.18
103.88
-0.29
Nusa Tenggara Barat
101.43
102.03
0.59
Nusa Tenggara Timur
100.83
101.52
0.68
Kalimantan Barat
96.73
97.42
0.71
Kalimantan Tengah
98.96
98.44
-0.53
Kalimantan Selatan
99.02
99.98
0.97
Kalimantan Timur
99.33
100.89
1.57
Sulawesi Utara
97.50
97.90
0.41
Selawesi Tengah
98.04
97.35
-0.70
Sulawesi Selatan
104.26
103.76
-0.48
98.91
98.48
-0.43
Gorontalo
101.40
101.73
0.33
Sulawesi Barat
102.22
101.81
-0.40
Maluku
100.36
99.53
-0.83
Maluku Utara
102.85
102.46
-0.39
Papua Barat
98.30
98.44
0.14
Papua
96.19
96.53
0.36
Sulawesi Tenggara
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
9
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Januari - Februari 2015(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Januari 2015 (2)
Februari 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
NAD
105.48 99.45
106.72 103.20
1.18 3.77
Sumatera Utara
102.81
104.21
1.36
Sumatera Barat
99.68
102.13
2.46
Riau
104.88
109.07
3.99
Jambi
102.51
103.01
0.49
Sumatera Selatan
95.10
95.67
0.61
Bengkulu
96.06
98.17
2.19
Lampung
105.07
107.57
2.38
Bangka Belitung
101.55
103.96
2.37
Kepulauan Riau
108.90
111.67
2.54
DKI Jakarta
101.09
103.80
2.69
Jawa Barat
105.26
107.74
2.36
Jawa Tengah
104.62
105.64
0.98
Yogyakarta
105.49
108.36
2.71
Jawa Timur
105.97
107.18
1.14
Banten
113.00
115.52
2.23
Bali
112.00
113.94
1.73
Nusa Tenggara Barat
103.78
104.10
0.31
Nusa Tenggara Timur
105.74
105.94
0.19
98.32
99.63
1.34
Kalimantan Tengah
107.50
109.42
1.79
Kalimantan Selatan
110.29
112.57
2.06
Kalimantan Timur
106.00
106.95
0.90
Sulawesi Utara
110.15
111.88
1.57
Selawesi Tengah
106.41
106.96
0.52
Sulawesi Selatan
109.24
109.36
0.11
Sulawesi Tenggara
106.34
107.30
0.90
Gorontalo
100.41
100.86
0.45
Kalimantan Barat
Sulawesi Barat
10
Bulan
98.60
99.52
0.94
Maluku
107.57
107.45
-0.11
Maluku Utara
101.98
101.81
-0.17
Papua Barat
107.50
107.66
0.15
Papua
110.53
110.08
-0.40
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Januari - Februari 2015(2012=100) Provinsi (1)
Bulan Januari 2015 (2)
Februari 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
Nasional
99.28
99.62
0.35
NAD
95.49
95.80
0.33
Sumatera Utara
92.91
93.38
0.51
Sumatera Barat
107.16
108.72
1.45
Riau
102.52
103.26
0.72
Jambi
97.23
97.83
0.62
Sumatera Selatan
101.93
101.53
-0.39
Bengkulu
100.29
100.73
0.44
Lampung
97.63
97.37
-0.26
Bangka Belitung
93.89
95.05
1.24
Kepulauan Riau
109.71
109.87
0.14
DKI Jakarta
94.56
94.07
-0.53
Jawa Barat
98.46
98.46
0.00
Jawa Tengah
97.39
97.87
0.49
Yogyakarta
104.39
104.78
0.37
Jawa Timur
104.88
105.46
0.55
Banten
95.07
95.84
0.80
Bali
91.69
92.20
0.56
Nusa Tenggara Barat
93.49
94.04
0.59
Nusa Tenggara Timur
99.72
100.91
1.19
Kalimantan Barat
98.16
98.32
0.17
Kalimantan Tengah
96.24
97.38
1.19
Kalimantan Selatan
103.13
104.23
1.07
Kalimantan Timur
91.41
91.70
0.32
Sulawesi Utara
96.79
97.43
0.66
Selawesi Tengah
95.09
94.68
-0.43
Sulawesi Selatan
102.06
102.21
0.14
Sulawesi Tenggara
99.08
99.33
0.25
Gorontalo
91.77
92.11
0.38
Sulawesi Barat
97.89
99.37
1.51
Maluku
110.62
109.84
-0.70
Maluku Utara
107.91
107.08
-0.77
Papua Barat
93.34
93.43
0.10
Papua
90.83
91.81
1.07
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
11
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH FEBRUARI 2015 Berdasarkan hasil observasi terhadap 46 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Februari 2015, sebagian besar atau 65,22 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) sementara itu sisanya 34,78 persen berkualitas rendah. Dibandingkan Januari 2015, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami kenaikan 10,12 persen menjadi Rp. 5.253,33 per kg di tingkat petani dan naik 10,02 persen menjadi Rp. 5.303,33 per kg di tingkat penggilingan. Sebaliknya, rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 0,36 persen menjadi Rp. 3.934,38 per kg di tingkat petani dan turun 0,35 persen menjadi Rp. 3.984,38 per kgdi tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.650,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Sleman (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Sewon dan Kecamatan Sanden (Bantul). Selama Februari 2015, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada Februari 2015, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 46 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 30 observasi dan kualitas rendah sebanyak 16 observasi. Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Februari 2015
Kelompok Kualitas (1) GKG GKP
Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.150,00 (0,00%) (penggilingan) 30 (65,22%)
4.500,00
5.650,00
5.253,33
5.303,33
3.300,00 (petani)
1.953,33
59,19
3.350,00 1.953,33 (penggilingan)
58,31
Gabah Kualitas Rendah
16 (34,78%)
3.700,00
4.000,00
3.934,38
3.984,38
-
Total
46 (100,00%)
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : GKG : kadar air 14% dan kadar hampa/kotoran 3% GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air14% an kadar hampa3% Diluar kualitas : kadar air 25% atau kadar hampa/kotoran 10% * HPP berdasarkan INPRES nomor 3 Tahun 2012 tgl.27 Februari 2012 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.
12
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 30 observasi atau 65,22 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Februari 2015. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 16 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 34,78 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Februari 2015, yang berpotensi mengalami kasus harga semuanya berasal dari Kabupaten Bantul. Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Februari 2015
Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
GKP
30
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
GKG dan GKP
30
-
0 (0,00 %)
Kualitas Rendah
16
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
30 (100,00 %)
30 (100,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
30 (100,00 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.650,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Sleman (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Sewon dan Kecamatan Sanden (Bantul). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Januari-Februari 2015
Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA) Des’2014 Jan’2015 (2)
(3)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Feb’2015 (4)
Des’2014 Jan’2015 Feb’2015 (5)
(6)
(7)
GKG
12,45
-
-
2,45
-
-
GKP
13,79
13,21
12,82
6,05
7,40
7,57
KualitasRendah
24,22
24,16
30,41
10,55
16,76
10,37
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Ratarata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 12,82 persen dan 7,57 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Februari 2015 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 30,41 persen dan 10,37 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015
13
Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Desember 2014-Februari 2015 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Des’2014
Perub (4) thd (3) (%) (5)
Jan’2015 Feb’2015 (3)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
(4)
Des’2014 Jan’2015 (6)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
Feb’2015
(1)
(2)
(7)
(8)
GKG
5.000,00
-
-
-
5.050,00
-
-
-
GKP
4.954.85
4.770,51
5.253,33
10,12
5.004,85
4.820,51
5.303,33
10,02
Kualitas Rendah
4.436,29
3.948,44
3.934,38
-0,36
4.486,29
3.998,44
3.984,38
-0,35
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 482,82 per kg (10,12 persen) menjadi Rp 5.253,33 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp.482,82 per kg (10,02 persen) menjadi Rp. 5.303,33 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 14,06per kg (0,36 persen) menjadi Rp. 3.934,38 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan turun Rp. 14,06 kg (0,35 persen) menjadi Rp. 3.984,38 per kg.
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Februari 2014 -Februari 2015 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Feb-14
Mar-14
Apr-14
May-14
Jun-14
Jul-14
Aug-14
Sep-14
Oct-14
Nov-14
Dec-14
Jan-15
Feb-15
Bulan GKG
14
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015