No. 22/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 101,64 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada April 2017, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 101,64 atau mengalami kenaikan sebesar 0,32 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 101,32. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 98,34; NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 102,07; NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 121,52; NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 92,54; dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 101,49. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Tanaman Perkebunan Rakyat. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada April 2017 secara umum mencapai 131,22 atau mengalami deflasi sebesar 0,42 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 131,77. Penurunan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,39 persen, kelompok perumahan turun sebesar 1,01 persen, dan pendidikan, rekreasi dan olahraga turun sebesar 0,03 persen sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,72 persen, kelompok sandang naik 0,62 persen, kelompok kesehatan naik 0,29 persen dan kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,31 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan April 2017 terdapat 15 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 18 provinsi mengalami penurunan NTP. Penurunan NTP terbesar terjadi di Kalimantan Barat sebesar 1,40 persen, sebaliknya kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 0,64 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Daerah Istimewa Yogyakarta April 2017 sebesar 111,29 atau turun 0,15 persen dibanding bulan Maret 2017.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.22/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017
1
produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Tabel 1 Nilai Tukar Petani dan Perubahannya Maret 2017 - April 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan
Persentase
Maret 2017
April 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
127,93
128,04
0,08
1. Tanaman Pangan
127,94
128,93
0,78
2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
130,22 151,68
130,42 151,62
0,15 -0,04
4. Peternakan 5. Perikanan
112,44 122,91
111,83 121,75
-0,55 -0,94
143,64 121,75
143,43 120,54
-0,15 -0,99
126,26
125,97
-0,24
1. Tanaman Pangan 2. Hortikultura
131,98 127,76
131,12 127,78
-0,65 0,01
3. Tanaman Perkebunan Rakyat 4. Peternakan
125,19 120,80
124,77 120,84
-0,33 0,03
5. Perikanan - Perikanan Tangkap
120,01 122,91
119,97 122,70
-0,03 -0,17
- Perikanan Budidaya
119,85
119,82
-0,03
c. Nilai Tukar Petani (NTP)
101,32
101,64
0,32
1. Tanaman Pangan
96,94
98,34
1,44
2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
101,92 121,16
102,07 121,52
0,14 0,30
4. Peternakan 5. Perikanan
93,08 102,41
92,54 101,49
-0,58 -0,91
116,87 101,59
116,90 100,61
0,02 -0,96
111,46
111,29
-0,15
1. Tanaman Pangan
106,91
107,43
0,49
2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
114,00 131,52
114,10 131,67
0,09 0,11
4. Peternakan 5. Perikanan
101,31 114,64
100,20 113,34
-1,09 -1,14
126,47 113,94
126,44 112,56
-0,02 -1,21
- Perikanan Tangkap - Perikanan Budidaya b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
- Perikanan Tangkap - Perikanan Budidaya d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
- Perikanan Tangkap - Perikanan Budidaya
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan April 2017, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,32 persen dibanding NTP Maret 2017, yaitu dari 101,32 menjadi 101,64. Kenaikan NTP bulan April 2017 ini disebabkan oleh naiknya indeks harga produk pertanian yang diterima petani lebih besar dibanding indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. 2
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.22/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017
Kenaikan indeks NTP yang tercatat pada bulan April 2017 terjadi di tiga subsektor. Subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan indeks terbesar yaitu 1,44 persen, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,30 persen dan subsektor hortikultura naik sebesar 0,14 persen, sedangkan subsektor perikanan turun sebesar 0,91 persen dan subsektor peternakan turun sebesar 0,58 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada April 2017, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,08 persen dibandingkan dengan It Maret 2017, yaitu dari 127,93 menjadi 128,04. Subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan It terbesar yaitu mencapai 0,78 persen diikuti subsektor hortikultura naik 0,15 persen.Sebaliknya subsektor perikanan turun sebesar 0,94 persen, subsektor peternakan turun sebesar 0,55 dan subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,04 persen dibanding Maret 2017.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada April 2017 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan Ib sebesar 0,24 persen bila dibandingkan Maret 2017, yaitu dari 126,26 menjadi 125,97. Penurunan Ib terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,65 persen, diikuti subsektor perkebunan rakyat turun sebesar 0,33 persen, dan subsektor perikanan turun sebesar 0,03 persen dibanding bulan Maret 2017. Penurunan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti cabai rawit, bawang merah, kayu bakar, cabai hijau, dan cabai merah.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Maret 2017 - April 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok
Bulan
Persentase
Maret 2017 (2)
April 2017 (3)
Perubahan (4)
127,94
128,93
0,78
111,71 148,67
111,71 150,94
0,00 1,53
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
131,98 134,04
131,12 132,97
-0,65 -0,79
- Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP)
119,67 96,94
120,01 98,34
0,29 1,44
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
106,91
107,43
0,49
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Padi - Palawija
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.22/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017
3
Pada April 2017 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 1,44 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,78 persen, lebih besar dibanding turunnya indeks yang dibayar petani sebesar 0,65 persen. Naiknya indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok palawija sebesar 1,53 persen dan subkelompok padi tidak mengalami perubahan. Komoditas yang menyebabkan naiknya It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga komoditi jagung kacang tanah, ketela pohon/ubi kayu dan ubi jalar. Pada Ib turunnya indeks disebabkan oleh turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,79 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,29 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada April 2017, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan indeks sebesar 0,14 persen. Hal ini terjadi karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,15 persen, lebih tinggi dibanding naiknya indeks yang dibayar petani yang naik sebesar 0,01 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas utamanya salak, petai dan alpukat. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya indeks BPPBM sebesar 0,06 persen dan IKRT tidak mengalami perubahan Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Maret 2017 - April 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok
Bulan
Persentase
Maret 2017
April 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
130,22 121,78
130,42 119,96
0,15 -1,49
139,57 112,94
141,39 112,55
1,30 -0,35
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127,76 131,05
127,78 131,05
0,01 0,00
- Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH)
114,23 101,92
114,30 102,07
0,06 0,14
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
114,00
114,10
0,09
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Sayur-sayuran - Buah-buahan - Tanaman Obat
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada April 2017 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,30 persen, hal ini terjadi karena turunnya indeks yang diterima petani turun sebesar 0,04 persen, lebih kecil dibanding indeks yang dibayar petani turun sebesar 0,33 persen di bulan April 2017. Penurunan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu turun dari 151,68 menjadi 151,62. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan harga utamanya adalah kopi, kelapa, tebu, dan kapuk. Penurunan Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,43 persen dan turunnya indeks BPPBM sebesar 0,15 persen.
4
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.22/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017
Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Maret 2017 - April 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok
Bulan
Persentase
Maret 2017
April 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat
151,68 151,68
151,62 151,62
-0,04 -0,04
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125,19 130,90
124,77 130,34
-0,33 -0,43
- Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR)
115,32 121,16
115,15 121,52
-0,15 0,30
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
131,52
131,67
0,11
(1)
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada April 2017 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 0,58 persen. Turunnya NTPT terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,55 persen lebih rendah dibanding indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,03 persen. Turunnya harga beberapa komoditas seperti sapi potong, kambing, ayam ras pedaging, telur ayam ras dan domba adalah penyebab turunnya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena turunnya IKRT sebesar 0,42 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,55 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Maret 2017 - April 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan
Persentase
Maret 2017
April 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
112,44
111,83
-0,55
- Ternak Besar - Ternak Kecil
110,11 109,42
109,12 108,42
-0,90 -0,91
- Unggas - Hasil Ternak
126,88 114,61
128,15 114,68
1,01 0,06
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
120,80 130,78
120,84 130,24
0,03 -0,42
- Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani Peternak (NTPT)
110,99 93,08
111,60 92,54
0,55 -0,58
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
101,31
100,20
-1,09
e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada April 2017, NTN mengalami penurunan sebesar 0,91 persen, hal ini dikarenakan terjadi penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,94 persen, lebih tinggi dari indeks yang dibayar petani turun sebesar 0,03 persen. Penurunan It di subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok ikan tangkap sebesar 0,15 persen dan subkelompok ikan budidaya turun sebesar 0,99 persen. Sementara itu penurunan yang terjadi pada Ib disebabkan karena turunnya IKRT sebesar 0,20 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,20 persen.
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.22/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Maret 2017 - April 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok (1)
Bulan Maret 2017
Persentase April 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
122,91
121,75
-0,94
143,64 121,75
143,43 120,54
-0,15 -0,99
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
120,01 131,02
119,97 130,76
-0,03 -0,20
- Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTPI)
107,21 102,41
107,43 101,49
0,20 -0,91
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
114,64
113,34
-1,14
a. Indeks Diterima Petani (It) - Ikan Tangkap - Ikan Budidaya
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada April 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,15 persen, lebih rendah dari indeks yang dibayar petani (nelayan) yang turun sebesar 0,17 persen. Penurunan It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa komoditas terutama layur, tongkol, cakalang, cucut dan teri pada bulan ini. Penurunan Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,20 persen, dan indeks BPPBM turun sebesar 0,13 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Maret 2017 - April 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok
Bulan
Persentase
Maret 2017
April 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
143,64
143,43
-0,15
100,00 143,69
100,00 143,48
0,00 -0,15
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
122,91 130,87
122,70 130,61
-0,17 -0,20
- Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
113,58 116,87
113,44 116,90
-0,13 0,02
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
126,47
126,44
-0,02
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Perairan Umum - Perairan Laut
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,96 persen pada April 2017. Penurunan ini disebabkan terjadinya penurunan indeks yang diterima petani sebesar 0,99 persen, lebih tinggi dari ndeks yang dibayar petani turun sebesar 0,03 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti gurame, udang, nila dan tawes. Turunnya Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,20 persen, dan indeks BPPBM naik sebesar 0,22 persen.
6
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.22/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017
Tabel 8 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Maret 2017 - April 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok (1)
Bulan Maret 2017
Persentase April 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
a. Indeks Diterima Petani (It) - Budidaya Air Tawar
121,75 121,75
120,54 120,54
-0,99 -0,99
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,85 131,03
119,82 130,77
-0,03 -0,20
- Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani Ikan Budidaya (NTPB)
106,86 101,59
107,09 100,61
0,22 -0,96
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
113,94
112,56
-1,21
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada April 2017 mencapai 101,65 atau naik sebesar 0,35 persen dibanding bulan Maret 2017. Hal ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani yang sebesar 0,11 persen lebih tinggi daripada indeks harga yang dibayar petani yang turun sebesar 0,24 persen. Tabel 9 Nilai Tukar Petani Tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Maret 2017 - April 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok (1)
Bulan Maret 2017
Persentase April 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
128,09 126,45
128,23 126,15
0,11 -0,24
131,79 115,01
131,23 115,28
-0,43 0,23
c. Nilai Tukar Petani (NTP)
101,29
101,65
0,35
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
111,37
111,23
-0,12
a. Indeks Diterima Petani (It) b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada April 2017 secara umum mencapai 131,22 atau mengalami deflasi sebesar 0,42 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 131,77. Penurunan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,39 persen diikuti kelompok perumahan yang turun sebesar 1,01 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga turun sebesar 0,03 persen. Sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,72 persen, kelompok sandang naik 0,62 persen, kelompok tranportasi dan komunikasi naik 0,31 persen, dan terakhir kelompok kesehatan naik 0,29 persen dibanding bulan Maret 2017.
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.22/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017
7
Tabel 10 Indeks Harga Konsumen Pedesaan dan Perubahannya Maret 2017 - April 2017 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub Kelompok
Persentase
Maret 2017
April 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
131,77 145,56
131,22 143,54
-0,42 -1,39
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau - Perumahan
133,47 126,34
134,43 125,07
0,72 -1,01
- Sandang - Kesehatan
128,74 119,64
129,54 119,98
0,62 0,29
- Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
112,88
112,84
-0,03
- Transportasi dan Komunikasi
119,71
120,08
0,31
(1) Konsumsi Rumah Tangga - Bahan Makanan
7. NTUP Subsektor Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 11 Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) dan Perubahannya Maret 2017 - April 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok (1)
Bulan Maret 2017
Persentase April 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan
106,91
107,43
0,49
2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
114,00 131,52
114,10 131,67
0,09 0,11
4. Peternakan 5. Perikanan
101,31 114,64
100,20 113,34
-1,09 -1,14
126,47 113,94
126,44 112,56
-0,02 -1,21
111,46
111,29
-0,15
a. Perikanan Tangkap b. Perikanan Budidaya NTUP Gabungan
Pada April 2017 NTUP secara umum turun sebesar 0,15 persen dibandingkan Maret 2017. Penurunan NTUP terbesar terjadi di subsektor perikanan yaitu sebesar 1,14 persen, diikuti subsektor peternakan turun sebesar 1,09 persen, sebaliknya subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,49 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,11 persen dan subsektor hortikultura naik sebesar 0,09 persen.
8
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.22/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017
8. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi pada Bulan April 2017 sebanyak 15 provinsi mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Gorontalo sebesar 0,64 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,03 persen terjadi di Jambi. Sebaliknya 18 provinsi pada bulan April 2017 mengalami penurunan NTP. Provinsi Kalimantan Barat mengalami penurunan NTP terbesar sebesar 1,40 persen, sedangkan Provinsi Kepulauan Riau mengalami penurunan NTP terkecil yaitu sebesar 0,03 persen. Tabel 12 Provinsi dan Persentase Perubahannya Maret 2017 - April 2017 (2012=100) Bulan
Provinsi (1)
Persentase
Maret 2017
April 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
NASlONAL GORONTALO
99,95 104,43
100,01 105,09
0,06 0,64
SULUT SUMBAR
91,65 98,19
92,15 98,71
0,55 0,53
SULBAR BANTEN
105,44 98,19
106,00 98,69
0,53 0,51
JABAR NTT
102,37 100,84
102,87 101,18
0,49 0,34
JATENG YOGYAKARTA
97,50 101,32
97,81 101,64
0,33 0,32
DKI LAMPUNG
98,95 103,82
99,22 104,09
0,27 0,26
BALI JATIM
104,72 101,66
104,98 101,84
0,25 0,18
MALUKU JAMBI
100,39 100,99
100,43 101,02
0,04 0,03
KEPRI NAD
98,16 95,11
98,12 95,05
-0,03 -0,07
MALUKU UTARA SUMUT
101,01 99,77
100,87 99,56
-0,13 -0,21
PAPUA BENGKULU
96,07 95,37
95,76 95,02
-0,32 -0,37
RIAU SUMSEL
103,50 94,94
103,10 94,57
-0,38 -0,39
BABEL SULTENG
98,14 95,36
97,67 94,79
-0,48 -0,60
SULSEL NTB
100,74 104,71
100,11 104,02
-0,62 -0,66
KALSEL PAPUA BARAT
97,38 101,33
96,73 100,57
-0,67 -0,75
KALTIM KALTENG
98,25 100,14
97,21 98,98
-1,06 -1,16
SULTRA KALBAR
96,16 97,42
94,91 96,06
-1,30 -1,40
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.22/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017
9
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH APRIL 2017 Berdasarkan hasil observasi terhadap 102 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama April 2017, sebanyak 41,18 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) dan sisanya 58,82 persen berkualitas rendah. Rata-rata harga gabah pada bulan April 2017 kualitas GKP di tingkat petani naik 4,26 persen dari harga Rp.4.423,33 di bulan Maret 2017 menjadi Rp. 4.611,90 per kg dan di tingkat penggilingan naik 4,22 persen dari Rp. 4.473,33 di bulan Maret 2017 menjadi Rp. 4.661,90 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik sebesar 1,45 persen dari Rp. 3.620,77 menjadi Rp. 3.673,33 per kg dan di tingkat penggilingan naik 1,43 persen dari Rp. 3.670,77 menjadi Rp. 3.723,33 per kg. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp.4.800,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas IR 64, Cintanur, Inpari 30, Ciherang, dan Mentik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan dan Prambanan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.500,00 per kg dengan gabah kualitas rendah dengan varitas IR 64, dan Situbagendit, terjadi di wilayah Kecamatan Girimulyo (Kulonprogo) dan Kecamatan Bambanglipuro, Pandak, Sewon (Bantul). Selama Maret 2017, tidak dijumpai observasi harga gabah di bawah HPP baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan. Pada April 2017, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 102 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 42 observasi dan gabah kualitas rendah sebanyak 60 observasi. Tabel 15 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, April 2017
(%)
Terendah
Tertinggi
Rata-rata
(2)
(3)
(4)
(5)
Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) (6)
-
-
-
-
Jumlah Observasi
Kelompok Kualitas (1)
Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg)
0 GKG
Selisih Harga (Rp/Kg)
(%)
(8)
(9)
4.600,00
0,00% 42
GKP
Harga* Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) (7)
41,18%
4.050,00
4.800,00
4.611,90
4.661,90
(penggilingan) 3.700,00 (petani) 3.750,00
-
-
911,90
24,65
911,90
24,32
-
-
(penggilingan) 60
Gabah Kualitas Rendah
58,82% 102
Total
100,00%
4.600,00
3.673,33
3.723,33
-
-
-
-
10
3.500,00
-
-
-
-
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.22/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017
1. Harga Gabah Terendah dan Tertinggi Harga gabah tertinggi di bulan April 2017 pada tingkat petani senilai per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas IR 64, Cintanur, Inpari 30, Ciherang, dan Mentik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan dan Prambanan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.500,00 per kg dengan gabah kualitas rendah dengan varitas IR 64, dan Situbagendit, terjadi di wilayah Kecamatan Girimulyo (Kulonprogo) dan Kecamatan Bambanglipuro, Pandak, Sewon (Bantul). 2. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 42 observasi atau 41,18 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama April 2017. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 60 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 58,82 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama April 2017, yang berpotensi mengalami kasus harga 0,98 persen berasal dari Kabupaten Kulonprogo, 50,98 persen berasal dari Kabupaten Bantul dan , 6,86 persen berasal dari Kabupaten Sleman. Tabel 16 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, April 2017
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP Tk. Tk. Petani Penggilingan (5) (6)
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
GKG
0
0
0
GKP
42
0
0
0
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
0
0
0
0
0
42
42
0,00%
0,00%
100,00%
100,00%
GKG dan GKP
42
0
0
0,00%
0,00%
100,00%
100,00%
Kualitas Rendah
60
-
-
-
-
-
-
3. Rata-rata Komponen Mutu Gabah Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP pada bulan April 2017 masing-masing sebesar 13,29 persen dan 7,80 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan April 2017 memiliki rata-rata KA dan KH masing-masing sebesar 26,84 persen dan 10,47 persen. Tabel 17 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Februari 2017 – April 2017 Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA) Maret Feb 2017 2017 (3) (4)
Kadar Hampa/Kotoran (KH) April 2017
Feb 2017
Maret 2017
April 2017
(4)
(6)
(7)
(7)
GKG
-
-
-
GKP
12,67
13,38
13,29
6,74
6,81
7,80
21,84
26,36
26,84
10,99
11,73
10,47
Kualitas Rendah
-
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.22/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017
-
-
11
Dibandingkan Maret 2017, rata-rata harga gabah kualitas GKP naik 4,26 persen menjadi Rp.4.611,90 per kg di tingkat petani dan naik 4,22 persen menjadi Rp. 4.661,90 per kg di tingkat penggilingan. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 1,45 persen menjadi Rp. 3.673,33 per kg di tingkat petani dan naik 1,43 persen menjadi Rp. 3.723,33 per kg di tingkat penggilingan. Tabel 18 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Februari 2017 – April 2017 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Feb 2017
Maret 2017
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Perub (4) thd (3)
April 2017
Feb 2017
Maret 2017
April 2017
(%) (1) GKG GKP Kualitas Rendah
(3)
(4)
(4)
(5)
-
-
-
4.493,18
4.423,33
4.611,90
3.929,69
3.620,77
3.673,33
-
Perub (8) thd (7) (%)
(7)
(8)
(8)
(9)
-
-
-
-
4,26
4.543,18
4.473,33
4.661,90
4,22
1,45
3.979,69
3.670,77
3.723,33
1,43
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Maret 2017 – April 2017 5600 5400 5200 4923 4863 4737 5000 4728 4740 4698 4661 4694 4800 4581 4490 4543 4473 4600 4259 4236 4400 4217 4110 4084 4007 4200 3980 3917 3943 4000 3671 4062 3800 3600 3614 3400 3200 3000 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17
4661
3723
Apr-17
Bulan GKG
12
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.22/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017