No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Maret 2016, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,57 atau mengalami penurunan sebesar 1,28 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 103,90. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 98,69, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 99,88, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 120,50, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 97,83, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 104,69. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP pada semua subsektor kecuali subsektor hortikultura. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2016 secara umum mencapai 127,98 atau mengalami inflasi sebesar 1,34 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 126,28. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 2,84 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,69 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,49 persen, kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,38 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,26 persen, kelompok perumahan naik 0,25 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,09 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Maret 2016 terdapat 10 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 23 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Maluku Utara sebesar 0,73 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Banten sebesar 1,72 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
1
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Maret 2016, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 1,28 persen dibanding NTP Februari 2016, yaitu dari 103,90 menjadi 102,57. Penurunan NTP bulan Maret 2016 ini disebabkan oleh turunnya indeks harga produk pertanian yang diterima petani sebaliknya indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami kenaikan. Penurunan indeks NTP yang tercatat pada bulan Maret 2016 terjadi pada semua subsektor kecuali subsektor hortikultura. Subsektor tanaman pangan mengalami penurunan indeks terbesar yaitu 3,32 persen, disusul subsektor peternakan turun sebesar 1,24 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,55 persen dan subsektor perikanan turun sebesar 0,10 persen. Sebaliknya subsektor hortikultura mengalami kenaikan indeks NTP pada bulan ini sebesar 0,40 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Maret 2016, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,29 persen dibandingkan dengan It Februari 2016, yaitu dari 126,58 menjadi 126,21. Subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan It terbesar yaitu mencapai 1,71 persen disusul subsektor peternakan turun 0,69 persen. Sebaliknya subsektor lain mengalami kenaikan It dengan subsektor horti mengalami kenaikan terbesar yaitu naik 1,31 persen, diikuti adalah subsektor perikanan naik 0,43 persen, dan terakhir subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,30 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Maret 2016 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan Ib sebesar 1,00 persen bila dibandingkan Februari 2016, yaitu dari 121,83 menjadi 123,05. Kenaikan Ib terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 1,67 persen, diikuti subsektor hortikultura naik sebesar 0,90 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,85 persen, subsektor peternakan naik sebesar 0,56 persen dan terakhir subsektor perikanan mengalami kenaikan Ib sebesar 0,52 persen dibanding bulan Februari 2016. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti bawang merah, cabai rawit, bawang putih, cabai merah dan cabai hijau pada bulan ini.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Maret 2016 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 3,32 persen. Turunnya NTPP ini disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,71 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 1,67 persen. Penurunan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok padi sebesar 2,55 persen dan subkelompok palawija sebesar 0,80 persen. Komoditas yang menyebabkan penurunan It pada subsektor ini terutama karena turunnya harga beberapa komoditi terutama gabah, jagung dan kacang tanah. Pada Ib naiknyaindeks disebabkan oleh
2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,84 persen, dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,56 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Februari 2016 - Maret 2016 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Februari 2016 (2) 128.09
Maret 2016 (3) 125.90
- Padi
118.54
115.52
-2.55
- Palawija
140.28
139.16
-0.80
125.47
127.57
1.67
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.18
129.52
1.84
- Indeks BPPBM
115.24
115.89
0.56
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
102.08
98.69
-3.32
d. Nilai Tukar Usaha Petanian
111.14
108.64
-2.25
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) -1.71
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Maret 2016, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan indeks sebesar 0,40 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,31 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,90 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, bawang merah, salak, petai dan kencur. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,02 persen, dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,37 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Februari 2016 -Maret 2016(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan Februari 2016 (2) 122.79
Maret 2016 (3) 124.40
Persentase Perubahan (4) 1.31
- Sayur-sayuran
119.53
123.11
3.00
- Buah-buahan
127.68
127.68
0.00
- Tanaman Obat
108.74
111.06
2.13
123.44
124.55
0.90
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
126.29
127.57
1.02
- Indeks BPPBM
111.68
112.09
0.37
99.48
99.88
0.40
109.95
110.98
0.94
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
3
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Maret 2016 NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 0,55 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,30 persen ,lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,85 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 145,70 menjadi 146,13. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah kakao dan tembakau. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 1,12 persen dan kemaikan indeks subkelompok indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,30 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Februari 2016 - Maret 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2016 (2) 145.70
Maret 2016 (3) 146.13
145.70
146.13
0.30
120.26
121.27
0.85
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125.92
127.34
1.12
- Indeks BPPBM
110.46
110.79
0.30
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
121.16
120.50
-0.55
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
131.90
131.89
0.00
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) 0.30
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Februari 2016 - Maret 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
Maret 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
117.28
116.46
-0.69
- Ternak Besar
116.29
115.29
-0.86
- Ternak Kecil
115.72
114.62
-0.95
- Unggas
126.26
126.57
0.25
- Hasil Ternak
115.85
115.27
-0.50
118.39
119.05
0.56
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125.62
127.27
1.31
- Indeks BPPBM
111.28
110.96
-0.28
99.06
97.83
-1.24
105.39
104.96
-0.41
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
4
Bulan Februari 2016 (2)
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
Pada Maret 2016 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 1,24 persen. Turunnya NTPT terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,69 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,56 persen. Turunnya harga beberapa komoditas seperti harga sapi potong, kambing, ayam ras dan telur ayam ras adalah penyebab turunnya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 1,31 persen, meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,28 persen. e. Subsektor Perikanan(NTN) Pada Maret 2016, NTN mengalami penurunan sebesar 0,10 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,43 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,52 persen. Kenaikan It di subsektor ini disebabkan oleh naiknya It subkelompok ikan penangkapan sebesar 1,21 persen dan subkelompok ikan budidaya sebesar 0,38 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,89 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,01 persen.
Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Februari 2016 -Maret 2016(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2016 (2)
Maret 2016 (3)
122.87
123.39
0.43
- Penangkapan
131.45
133.04
1.21
- Budidaya
122.39
122.85
0.38
117.25
117.87
0.52
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
126.24
127.37
0.89
- Indeks BPPBM
106.81
106.82
0.01
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
104.79
104.69
-0.10
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.03
115.51
0.41
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Maret 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 1,21 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (nelayan) sebesar 0,60 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti tongkol, bawal, udang, tongkol, layur dan kakap pada bulan ini. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,90 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,23 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Februari - Maret 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2016 (2)
Maret 2016 (3)
131.45
133.04
1.21
- Penangkapan Perairan Umum
100.00
100.00
0.00
- Penangkapan Perairan Laut
131.48
133.08
1.21
120.62
121.35
0.60
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
126.08
127.21
0.90
- Indeks BPPBM
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
114.22
114.48
0.23
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
108.98
109.64
0.60
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.09
116.22
0.98
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,14 persen pada Maret 2016. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,38 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,52 persen. Kenaikan It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti nila, udang dan lele. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,89 persen sedangkan indeks BPPBM relatif tidak mengalami perubahan. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Februari 2016 - Maret 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2016 (2)
Maret 2016 (3)
a. Indeks Diterima Petani
122.39
122.85
0.38
- Budidaya Air Tawar
122.39
122.85
0.38
b. Indeks Dibayar Petani
117.06
117.67
0.52
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
126.25
127.38
0.89
- Indeks BPPBM
(1)
(4)
106.40
106.39
0.00
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
104.55
104.40
-0.14
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.03
115.47
0.38
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Maret 2016 mencapai 102,51 atau turun sebesar 1,32 persen dibanding bulan Februari 2016. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani yang sebesar 0,31 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 1,02 persen. 6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Februari 2016 - Maret 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2016
Maret 2016
(2)
(3)
(4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
126.70
126.30
-0.31
Indeks Harga yang Dibayar Petani
121.97
123.21
1.02
Konsumsi Rumah Tangga
126.28
128.00
1.36
BPPBM
112.36
112.61
0.22
Nilai Tukar Petani
103.88
102.51
-1.32
Nilai Tukar Usaha Pertanian
112.76
112.16
-0.53
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2016 secara umum mencapai 127,98 atau mengalami inflasi sebesar 1,34 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 126,28. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 2,84 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,69 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,49 persen, kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,38 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,26 persen, kelompok perumahan naik 0,25 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,09 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Februari 2016 - Maret 2016 (2012=100) Kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2016 (2) 126.28
Maret 2016 (3) 127.98
- Bahan Makanan
140.21
144.19
2.84
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
124.47
125.33
0.69
- Perumahan
118.83
119.12
0.25
- Sandang
122.48
122.80
0.26
- Kesehatan
114.42
114.98
0.49
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
110.02
110.13
0.09
- Transportasi dan Komunikasi
118.25
118.70
0.38
(1) Konsumsi Rumah Tangga
(4) 1.34
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Maret 2016 ada sebanyak 10 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Maluku Utara yaitu sebesar 0,73 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,06 persen terjadi di Provinsi Maluku. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Maluku Utara terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
7
subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama komoditi kakao, kelapa dan cengkeh. Sebanyak 23 provinsi pada bulan Maret 2016 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Banten mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,72 persen, sedangkan Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,04 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Banten banyak disebabkan oleh turunnya harga gabah pada subsektor tanaman pangan. Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Februari 2016 - Maret 2016 (2012=100)
Provinsi
Persentase Perubahan
Maret 2016 (3)
NASlONAL
102.23
101.32
-0.89
MALUKU UTARA
104.18
104.94
0.73
BENGKULU
92.03
92.61
0.64
SULTENG
99.08
99.67
0.59
RIAU
96.82
97.36
0.56
101.38
101.85
0.47
PAPUA BARAT
99.29
99.74
0.45
JAMBI
96.58
96.93
0.37
PAPUA
95.98
96.13
0.16
SULBAR
106.04
106.11
0.07
MALUKU
103.83
103.90
0.06
SUMUT
99.21
99.17
-0.04
KALTIM
97.60
97.46
-0.13
SUMBAR
98.57
98.38
-0.19
KEPRI
98.41
98.04
-0.38
GORONTALO
105.30
104.89
-0.39
NTT
101.13
100.73
-0.40
NTB
104.85
104.38
-0.44
95.17
94.73
-0.46
(1)
BABEL
KALBAR BALI
8
Bulan Februari 2016 (2)
(4)
105.42
104.86
-0.54
SUMSEL
94.99
94.48
-0.54
SULTRA
99.87
99.31
-0.56
SULUT
97.47
96.83
-0.65
NAD
97.89
97.25
-0.66
KALTENG
97.06
96.42
-0.66
DKI
99.57
98.88
-0.70
LAMPUNG
103.60
102.73
-0.84
SULSEL
106.27
105.37
-0.85
JATENG
100.53
99.40
-1.12
KALSEL
98.82
97.67
-1.16
D.I.YOGYAKARTA
103.90
102.57
-1.28
JABAR
107.42
105.84
-1.47
JATIM
105.32
103.77
-1.48
BANTEN
106.57
104.74
-1.72
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Februari 2016 - Maret 2016 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2016 (2)
Maret 2016 (3)
NASIONAL
102,19
101,28
-0,89
MALUKU UTARA
104.28
105.19
0.87
BENGKULU
91.89
92.53
0.70
SULTENG
98.61
99.24
0.64
RIAU
96.23
96.77
0.56
101.01
101.51
0.50
PAPUA BARAT
98.70
99.17
0.48
JAMBI
96.45
96.83
0.39
PAPUA
95.33
95.48
0.16
MALUKU
103.43
103.58
0.15
SULBAR
106.28
106.40
0.12
SUMUT
99.23
99.18
-0.05
KALTIM
97.41
97.29
-0.12
SUMBAR
98.18
98.01
-0.17
NTT
101.12
100.72
-0.39
GORONTALO
105.61
105.18
-0.41
NTB
105.01
104.55
-0.44
94.89
94.45
-0.46
(1)
BABEL
KALBAR SUMSEL
(4)
94.81
94.33
-0.50
105.47
104.92
-0.52
SULTRA
99.23
98.64
-0.59
SULUT
97.30
96.69
-0.62
NAD
97.89
97.25
-0.65
KALTENG
96.34
95.70
-0.66
KEPRI
94.60
93.86
-0.78
LAMPUNG
103.74
102.87
-0.84
SULSEL
106.56
105.64
-0.87
JATENG
100.44
99.32
-1.12
KALSEL
97.84
96.70
-1.16
D.I.YOGYAKARTA
103.88
102.51
-1.32
JATIM
105.32
103.76
-1.48
JABAR BANTEN
107.89
106.27
-1.51
106.56
104.68
-1.76
BALI
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
9
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Februari 2016 - Maret 2016 (2012=100) Provinsi
Persentase Perubahan
Februari 2016 (2)
Maret 2016 (3)
NASIONAL
107,37
106,67
-0,65
MALUKU
106.87
107.22
0.33
SULSEL
98.91
99.23
0.32
JAMBI
94.82
95.05
0.24
RIAU
100.98
101.21
0.23
92.06
92.04
-0.02
(1)
SULUT KALBAR
(4)
99.14
99.02
-0.12
104.55
104.40
-0.14
NAD
94.79
94.64
-0.16
KALTENG
97.78
97.58
-0.21
SULBAR
96.92
96.72
-0.21
SUMUT
95.57
95.32
-0.26
PAPUA BARAT
89.76
89.47
-0.32
BANTEN
96.61
96.29
-0.33
109.30
108.90
-0.36
89.59
89.27
-0.37
SUMBAR
108.24
107.83
-0.38
KALSEL
101.72
101.29
-0.42
KALTIM
89.28
88.91
-0.42
SULTENG
89.74
89.33
-0.46
LAMPUNG
95.97
95.48
-0.51
107.79
107.10
-0.65
DKI JAKARTA
94.07
93.39
-0.72
JABAR
98.07
97.34
-0.74
SULTRA
96.80
96.07
-0.76
NTT
99.58
98.72
-0.87
D.I.YOGYAKARTA
MALUKU UTARA PAPUA
KEPRI
SUMSEL
100.99
99.89
-1.09
BABEL
95.04
93.95
-1.14
GORONTALO
90.77
89.70
-1.18
BALI
90.74
89.66
-1.19
NTB JATENG BENGKULU JATIM
10
Bulan
90.68
89.57
-1.23
102.63
101.34
-1.25
95.61
94.24
-1.42
104.15
102.50
-1.59
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Februari 2016 - Maret 2016 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2016 (2)
Maret 2016 (3)
Nasional
99,58
98,85
-0,74
MALUKU
106.87
107.22
0.33
SULSEL
98.91
99.23
0.32
JAMBI
94.82
95.05
0.24
RIAU
100.98
101.21
0.23
92.06
92.04
-0.02
(1)
SULUT KALBAR
(4)
99.14
99.02
-0.12
104.55
104.40
-0.14
NAD
94.79
94.64
-0.16
KALTENG
97.78
97.58
-0.21
SULBAR
96.92
96.72
-0.21
SUMUT
95.57
95.32
-0.26
PAPUA BARAT
89.76
89.47
-0.32
BANTEN
96.61
96.29
-0.33
109.30
108.90
-0.36
89.59
89.27
-0.37
SUMBAR
108.24
107.83
-0.38
KALSEL
101.72
101.29
-0.42
KALTIM
89.28
88.91
-0.42
SULTENG
89.74
89.33
-0.46
LAMPUNG
95.97
95.48
-0.51
107.79
107.10
-0.65
DKI JAKARTA
94.07
93.39
-0.72
JABAR
98.07
97.34
-0.74
SULTRA
96.80
96.07
-0.76
NTT
99.58
98.72
-0.87
D.I.YOGYAKARTA
MALUKU UTARA PAPUA
KEPRI
SUMSEL
100.99
99.89
-1.09
BABEL
95.04
93.95
-1.14
GORONTALO
90.77
89.70
-1.18
BALI
90.74
89.66
-1.19
NTB JATENG BENGKULU JATIM
90.68
89.57
-1.23
102.63
101.34
-1.25
95.61
94.24
-1.42
104.15
102.50
-1.59
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
11
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH MARET 2016 Berdasarkan hasil observasi terhadap 61 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Maret 2016, sebanyak 59,02 persen berkualitas rendah dan sisanya 40,98 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP). Dibandingkan Februari 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKP turun 9,00 persen menjadi Rp. 4.488,00 per kg di tingkat petani dan turun 8,91 persen menjadi Rp. 4.538,00 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 7,51 persen menjadi Rp. 3,819,44 per kg di tingkat petani dan turun 7,42 persen menjadi Rp. 3.869,44 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.700,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sentolo (Kulonprogo). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.300,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Selama Maret 2016, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada Maret 2016, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 61 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas rendah sebanyak 36 observasi dan kualitas GKP sebanyak 25 observasi.
Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Maret 2016 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 (0,00%) (penggilingan)
Kelompok Kualitas (1) GKG
25 (40,98%)
GKP
5.700,00
4.488,00
4.538,00
3.700,00 (petani)
788,00
21,30
3.750,00 (penggilingan)
788,00
21,01
-
-
Gabah Kualitas Rendah
36 (59,02%)
3.600,00
5.200,00
3.819,44
3.869,44
-
Total
61 (100,00%)
-
-
-
-
-
12
3.700,00
-
-
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 25 observasi atau 40,98 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Maret 2016. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 36 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 59,02 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Maret 2016, yang berpotensi mengalami kasus harga 40,98 persen berasal dari Kabupaten Bantul, 13,12 persen berasal dari Kabupaten Sleman, dan 4,92 persen berasal dari Kabupaten Kulonprogo.
Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Maret 2016 Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
GKP
25
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
1 (4,00 %)
1 (4,00 %)
24(96,00 %)
24 (96,00 %)
GKG dan GKP
25
-
0 (0,00 %)
-
1 (4,00 %)
-
24 (96,00 %)
Kualitas Rendah
36
2.Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.700,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sentolo (Kulonprogo). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.300,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Januari - Maret 2016
Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA) Jan’2016 (2)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Feb’2016 Mar’2016 (3)
(4)
Jan’2016 Feb’2016 Mar’2016 (5)
(6)
(7)
GKG
-
13,55
-
-
1,72
-
GKP
13,33
13,84
14,86
6,32
6,44
8,10
KualitasRendah
25,15
24,26
22,26
9,46
13,21
11,64
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016
13
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 14,86 persen dan 8,10 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Maret 2016 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 22,26 persen dan 11,64 persen.
Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Januari - Maret 2016 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas (1)
Jan’2016
Perub (4) thd (3) (%) (5)
Feb’2016 Mar’2016
(2)
(3)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
(4)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
Jan’2016 Feb’2016 Mar’2016 (6)
(7)
(8)
GKG
-
5.050,00
-
-
-
5.100,00
-
-
GKP
5.023,81
4.932,00
4.488,00
-9,00
5.073,81
4.982,00
4.538,00
-8,91
Kualitas Rendah
4.609,09
4.129,41
3.819,44
-7,51
4.659,09
4.179,41
3.869,44
-7,42
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani turun Rp. 444,00 per kg (9,00 persen) menjadi Rp 4.488,00 per kg, demikian pula di tingkat penggilingan turun Rp. 444,00 per kg (8,91 persen) menjadi Rp. 4.538,00 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 309,97 per kg (7,51 persen) menjadi Rp. 3.819,44 per kg dan turun Rp. 309,97 per kg(7,42 persen) menjadi Rp. 3.869,44 per kg di tingkat penggilingan.
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Maret 2015 -Maret 2016 5600 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Mar-15
Apr-15
May-15
Jun-15
Jul-15
Aug-15
Sep-15
Oct-15
Nov-15
Dec-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Bulan GKG
14
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016