No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada November 2015, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 103,01 atau mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 102,82. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 100,70, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 99,81, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 118,11, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 98,75, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 105,72. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, subsektor hortikultura, dan subsektor tanaman pangan, meskipun subsektor peternakan dan subsektor perikanan mengalami penurunan indeks.
Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada November 2015 secara umum mencapai 123,97 atau mengalami inflasi sebesar 0,65 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 123,17. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,15 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,81 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,40 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,28 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,20 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,06 persen dan terakhir kelompok transportasi dan komunikasi mengalami kenaikan indeks sebesar 0,05 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan November 2015 terdapat 22 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 11 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 1,75 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 0,75 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
1
produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan November 2015, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,19 persen dibanding NTP Oktober 2015, yaitu dari 102,82 menjadi 103,01. Kenaikan NTP bulan November 2015 ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga produk pertanian yang diterima petani lebih besar dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Kenaikan indeks NTP yang tercatat pada bulan November 2015 terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,69 persen, subsektor hortikultura naik sebesar 0,62 persen, dan subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,24 persen. Sebaliknya subsektor peternakan mengalami penurunan indeks NTP sebesar 0,53 persen dan subsektor perikanan turun sebesar 0,26 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada November 2015, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,76 persen dibandingkan dengan It Oktober 2015, yaitu dari 122,71 menjadi 123,64. Subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan It terbesar yaitu mencapai 1,19 persen. Kenaikan terbesar selanjutnya adalah subsektor hortikultura mencapai 1,18 persen, subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,93 persen dan subsektor perikanan naik 0,08 persen. Sebaliknya subsektor peternakan mengalami penurunan It sebesar 0,02 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada November 2015 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,57 persen bila dibandingkan Oktober 2015, yaitu dari 119,35 menjadi 120,02. Kenaikan Ib terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 0,69 persen, diikuti subsektor hortikultura naik sebesar 0,55 persen, subsektor peternakan naik sebesar 0,51 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,50 persen dan terakhir subsektor perikanan naik sebesar 0,34 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti kacang panjang, cabai rawit, buncis, beras, terung, mie bakso, telur ayam ras, sawi hijau dan kayu bakar.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada November 2015 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,24 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,93 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,69 persen. Kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 1,84 persen, meskipun indeks harga subkelompok palawija mengalami penurunan 0,13 persen. Komoditas yang menyebabkan kenaikan It pada subsektor ini terutama karena 2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
naiknya harga beberapa komoditi diantaranya gabah dan jagung. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,73 persen, dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,44 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Oktober-November 2015(2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Oktober 2015 (2) 122.87
November 2015 (3) 124.01
- Padi
118.09
120.26
1.84
- Palawija
128.97
128.80
-0.13
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) 0.93
122.31
123.15
0.69
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
123.71
124.61
0.73
- Indeks BPPBM
113.93
114.43
0.44
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
100.46
100.70
0.24
d. Nilai Tukar Usaha Petanian
107.85
108.38
0.49
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada November 2015, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan sebesar 0,62 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,18 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,55 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, bawang merah, melinjo, melon, kunyit dan salak. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,59 persen, dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,36 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Oktober-November 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan Oktober 2015 (2) 120.03
November 2015 (3) 121.44
Persentase Perubahan (4) 1.18
- Sayur-sayuran
114.57
117.31
2.39
- Buah-buahan
124.66
125.65
0.79
- Tanaman Obat
117.01
115.12
-1.61
121.01
121.68
0.55
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
123.51
124.24
0.59
- Indeks BPPBM
110.70
111.10
0.36
99.19
99.81
0.62
108.43
109.31
0.81
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
3
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada November 2015 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,69 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,19 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,50 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 138,20 menjadi 139,85. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah cengkeh, kelapa dan tebu. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,62 persen dan naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,27 persen.
Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Oktober-November 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Oktober 2015 (2) 138.20
November 2015 (3) 139.85
138.20
139.85
1.19
117.82
118.41
0.50
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
122.69
123.46
0.62
- Indeks BPPBM
109.40
109.70
0.27
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
117.30
118.11
0.69
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
126.33
127.49
0.92
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) 1.19
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Oktober-November 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
November 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
115.55
115.53
-0.02
- Ternak Besar
114.14
113.58
-0.49
- Ternak Kecil
115.17
116.32
1.00
- Unggas
127.50
128.64
0.89
- Hasil Ternak
112.87
113.83
0.85
116.40
116.99
0.51
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
122.61
123.42
0.66
- Indeks BPPBM
110.28
110.67
0.35
99.28
98.75
-0.53
104.78
104.39
-0.37
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
4
Bulan Oktober (2)
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
Pada November 2015 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 0,53 persen. Turunnya NTPT terjadi karena turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,02 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,51 persen. Penurunan harga beberapa komoditas seperti sapi potong, ayam buras, dan domba adalah penyebab turunnya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya indeks IKRT sebesar 0,66 persen, dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,35 persen. e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada November 2015, NTN mengalami penurunan sebesar 0,26 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,08 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,34 persen. Kenaikan It di subsektor ini disebabkan oleh naiknya It subkelompok budidaya sebesar 0,12 persen meskipun subkelompok penangkapan mengalami penurunan sebesar 0,50 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,48 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,16 persen.
Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Oktober-November 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Oktober 2015 (2)
November 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
122.81
122.91
0.08
- Penangkapan
129.99
129.35
-0.50
- Budidaya
122.41
122.55
0.12
115.86
116.25
0.34
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
123.64
124.24
0.48
- Indeks BPPBM
106.81
106.98
0.16
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
106.00
105.72
-0.26
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
114.98
114.89
-0.07
b. Indeks Dibayar Petani
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada November 2015 mengalami penurunan sebesar 0,61 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,50 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani (nelayan) mengalami kenaikan sebesar 0,12 persen. Turunnya It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti manyung, layur, kembung, tenggiri dan udang pada bulan ini. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,48 persen, meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,34 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Oktober-November 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Oktober 2015 (2)
November 2015 (3)
129.99
129.35
-0.50
- Penangkapan Perairan Umum
100.00
100.00
0.00
- Penangkapan Perairan Laut
130.03
129.38
-0.50
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
119.87
120.01
0.12
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
123.48
124.08
0.48
- Indeks BPPBM
115.64
115.25
-0.34
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
108.45
107.78
-0.61
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
112.41
112.24
-0.16
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,24 persen pada November 2015. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,12 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,36 persen. Kenaikan It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti nila dan udang. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,48 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,19 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Oktober - November 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan Oktober 2015 (2)
November 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
a. Indeks Diterima Petani
122.41
122.55
0.12
- Budidaya Air Tawar
122.41
122.55
0.12
b. Indeks Dibayar Petani
115.63
116.05
0.36
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
123.65
124.25
0.48
- Indeks BPPBM
106.32
106.52
0.19
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
105.86
105.61
-0.24
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.13
115.05
-0.07
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada November 2015 mencapai 102,93 atau naik sebesar 0,20 persen dibanding bulan Oktober 2015. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 0,78 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,57 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Oktober-November 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Oktober 2015
November 2015
(2)
(3)
(4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
122.71
123.66
0.78
Indeks Harga yang Dibayar Petani
119.45
120.14
0.57
Konsumsi Rumah Tangga
123.16
123.97
0.66
BPPBM
111.27
111.67
0.37
Nilai Tukar Petani
102.73
102.93
0.20
Nilai Tukar Usaha Pertanian
110.29
110.74
0.41
(1)
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada November 2015 secara umum mencapai 123,97 atau mengalami inflasi sebesar 0,65 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 123,17. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,15 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,81 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,40 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,28 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,20 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,06 persen dan terakhir kelompok transportasi dan komunikasi mengalami kenaikan indeks sebesar 0,05 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Oktober - November 2015(2012=100) Kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Oktober 2015 (2) 123.17
November 2015 (3) 123.97
- Bahan Makanan
133.41
134.94
1.15
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
120.83
121.82
0.81
- Perumahan
117.13
117.46
0.28
- Sandang
121.20
121.44
0.20
- Kesehatan
112.51
112.97
0.40
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
109.88
109.94
0.06
- Transportasi dan Komunikasi
119.88
119.94
0.05
(1) Konsumsi Rumah Tangga
(4) 0.65
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan November 2015 ada sebanyak 22 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yaitu sebesar 1,75 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,02 persen terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terutama
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
7
disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman pangan dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama gabah. Sebanyak 11 provinsi pada bulan November 2015 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Bangka Belitung mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 0,75 persen, sedangkan Provinsi Gorontalo mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,01 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Bangka Belitung banyak disebabkan oleh turunnya lada, kelapa sawit dan karet pada subsektor tanaman perkebunan rakyat. Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Oktober - November 2015(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Oktober 2015 (2)
November 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
102.46
102.95
0.48
NAD
96.72
98.41
1.75
Sumatera Utara
98.76
99.54
0.78
Sumatera Barat
97.39
98.06
0.69
Riau
94.11
94.70
0.62
Jambi
95.48
95.15
-0.35
Sumatera Selatan
96.24
96.30
0.06
Bengkulu
93.69
93.44
-0.27
Lampung
104.09
104.04
-0.05
Bangka Belitung
104.73
103.94
-0.75
Kepulauan Riau
98.57
98.99
0.43
DKI Jakarta
97.84
97.97
0.13
Jawa Barat
106.80
107.20
0.38
Jawa Tengah
101.50
102.07
0.56
D.I. Yogyakarta
102.82
103.01
0.19
Jawa Timur
105.76
106.56
0.76
Banten
106.07
107.53
1.37
Bali
104.91
105.41
0.48
Nusa Tenggara Barat
105.97
106.43
0.44
Nusa Tenggara Timur
103.39
103.49
0.10
Kalimantan Barat
96.75
96.12
-0.66
Kalimantan Tengah
98.55
98.13
-0.43
Kalimantan Selatan
99.49
99.44
-0.04
Kalimantan Timur
98.24
98.02
-0.22
Sulawesi Utara
96.43
96.93
0.52
Selawesi Tengah
98.66
99.62
0.97
Sulawesi Selatan
105.83
106.42
0.56
Sulawesi Tenggara
100.63
100.64
0.02
Gorontalo
104.11
104.10
-0.01
Sulawesi Barat
106.31
106.47
0.15
Maluku
101.10
102.34
1.22
Maluku Utara
102.07
102.89
0.80
Papua Barat
100.02
99.93
-0.10
96.87
96.80
-0.08
Papua
8
Bulan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Oktober - November 2015(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Bulan Oktober 2015 (2)
November 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
102.42
102.94
0.51
NAD
96.68
98.45
1.83
Sumatera Utara
98.80
99.61
0.82
Sumatera Barat
97.00
97.72
0.75
Riau
93.44
94.06
0.66
Jambi
95.32
95.00
-0.34
Sumatera Selatan
96.13
96.20
0.07
Bengkulu
93.54
93.30
-0.26
Lampung
104.25
104.21
-0.04
Bangka Belitung
105.21
104.24
-0.92
Kepulauan Riau
95.63
96.22
0.61
Jawa Barat
107.25
107.70
0.42
Jawa Tengah
101.44
102.05
0.60
D.I. Yogyakarta
102.73
102.93
0.20
Jawa Timur
105.75
106.57
0.78
Banten
106.06
107.55
1.40
Bali
104.92
105.43
0.49
Nusa Tenggara Barat
106.10
106.60
0.47
Nusa Tenggara Timur
103.37
103.49
0.12
Kalimantan Barat
96.59
95.92
-0.70
Kalimantan Tengah
98.12
97.69
-0.43
Kalimantan Selatan
98.47
98.46
-0.01
Kalimantan Timur
98.25
98.00
-0.25
Sulawesi Utara
95.78
96.33
0.58
Selawesi Tengah
98.20
99.29
1.12
Sulawesi Selatan
105.95
106.61
0.62
Sulawesi Tenggara
100.30
100.27
-0.03
Gorontalo
104.36
104.44
0.07
Sulawesi Barat
106.64
106.79
0.15
Maluku
100.55
101.90
1.35
Maluku Utara
101.99
102.95
0.94
Papua Barat
99.38
99.44
0.06
Papua
96.26
96.21
-0.05
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
9
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Oktober - November 2015(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Oktober 2015 (2)
November 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
106.56
106.12
-0.41
NAD
98.95
98.90
-0.06
Sumatera Utara
99.64
98.58
-1.06
Sumatera Barat
99.97
100.83
0.86
Riau
110.04
109.98
-0.05
Jambi
104.63
103.39
-1.18
97.18
96.74
-0.45
Bengkulu
102.40
102.71
0.30
Lampung
104.90
103.71
-1.13
Bangka Belitung
100.46
101.76
1.30
Kepulauan Riau
105.52
105.63
0.11
DKI Jakarta
100.91
101.29
0.38
Jawa Barat
108.47
109.52
0.97
Jawa Tengah
108.37
106.40
-1.82
D.I. Yogyakarta
108.45
107.78
-0.61
Jawa Timur
107.82
107.01
-0.74
Banten
118.18
118.92
0.62
Bali
112.82
111.88
-0.84
Nusa Tenggara Barat
107.59
106.70
-0.83
Nusa Tenggara Timur
106.20
104.89
-1.24
Kalimantan Barat
101.72
102.23
0.50
Kalimantan Tengah
107.66
107.20
-0.43
Kalimantan Selatan
114.48
114.33
-0.13
Kalimantan Timur
105.57
105.54
-0.03
Sulawesi Utara
111.92
111.56
-0.32
Selawesi Tengah
110.98
109.39
-1.43
Sulawesi Selatan
105.21
104.69
-0.49
Sulawesi Tenggara
107.59
108.37
0.72
Gorontalo
102.22
100.53
-1.65
Sulawesi Barat
100.83
101.38
0.54
Maluku
105.29
105.75
0.43
Maluku Utara
102.37
101.24
-1.11
Papua Barat
107.09
105.56
-1.42
Papua
110.63
110.32
-0.28
Sumatera Selatan
10
Bulan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Oktober - November 2015(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Bulan Oktober 2015 (2)
November 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
100.09
99.71
-0.38
NAD
96.53
96.09
-0.45
Sumatera Utara
94.90
95.36
0.49
Sumatera Barat
107.80
107.09
-0.67
Riau
102.16
102.12
-0.03
Jambi
96.17
96.20
0.03
100.75
100.78
0.03
Bengkulu
97.74
96.76
-1.00
Lampung
95.88
95.69
-0.20
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
94.37
94.14
-0.25
Kepulauan Riau
109.30
108.75
-0.50
DKI Jakarta
94.47
94.31
-0.16
Jawa Barat
97.87
97.33
-0.55
Jawa Tengah
102.71
102.05
-0.64
D.I.Yogyakarta
105.86
105.61
-0.24
Jawa Timur
105.91
105.96
0.05
Banten
97.28
97.13
-0.16
Bali
92.00
92.38
0.41
Nusa Tenggara Barat
93.40
92.95
-0.48
Nusa Tenggara Timur
100.38
100.21
-0.17
99.14
99.13
-0.01
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
97.28
97.18
-0.10
Kalimantan Selatan
102.50
101.37
-1.10
Kalimantan Timur
89.24
89.39
0.17
Sulawesi Utara
92.94
93.18
0.26
Selawesi Tengah
90.91
91.21
0.33
Sulawesi Selatan
102.45
101.71
-0.72
Sulawesi Tenggara
96.07
96.29
0.22
Gorontalo
91.97
91.09
-0.96
Sulawesi Barat
98.10
97.82
-0.28
Maluku
107.89
106.85
-0.96
Maluku Utara
110.51
109.50
-0.92
Papua Barat
91.18
90.98
-0.22
Papua
89.91
89.36
-0.62
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
11
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH NOVEMBER 2015 Berdasarkan hasil observasi terhadap 41 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama November 2015, sebanyak 75,61 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP), 19,51 persen berkualitas rendah dan sisanya 4,88 persen berkualitas Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan Oktober 2015, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani dan di tingkat penggilingan masing-masing mengalami kenaikan 0,37 persen menjadi Rp. 5.183,87 per kg di tingkat petani dan menjadi Rp. 5.233,87 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 1,18 persen menjadi Rp. 4.468,75 per kg di tingkat petani dan naik 1,17 persen menjadi Rp. 4.518,75 per kg di tingkat penggilingan. Sebaliknya rata-rata harga gabah kualitas GKG pada November 2015 turun 7,41 persen menjadi Rp. 5.000,00 di tingkat petani dan turun 7,34 persen menjadi Rp 5.050,00 di tingkat penggilingan Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.600,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 4.400,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Bantul. Selama November 2015, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Pada November 2015, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 41 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 31 observasi, kualitas rendah sebanyak 8 observasi dan gabah kualitas GKG sebanyak 2 observasi. Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, November 2015 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 2 4.600,00 5.000,00 5.000,00 5.000,00 5.050,00 450,00 9,78 (4,88%) (penggilingan)
Kelompok Kualitas (1) GKG
31 (75,61%)
GKP
5.600,00
5.183,87
5.233.87
3.700,00 (petani)
1.483,87
40,10
3.750,00 1.483,87 (penggilingan)
39,57
Gabah Kualitas Rendah
8 (19,51%)
4.400,00
4.550,00
4.468,75
4.518,75
-
Total
41 (100,00%)
-
-
-
-
-
12
4.425,00
-
-
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 33 observasi atau 80,49 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama November 2015. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 8 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 19,51 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama November 2015, yang berpotensi mengalami kasus harga semuanya berasal dari Kabupaten Bantul. Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, November 2015 Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
2
-
0 (0,00 %)
-
GKP
31
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
GKG dan GKP
33
-
0 (0,00 %)
Kualitas Rendah
8
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
0 (0,00 %)
-
2 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
31 (100,00 %)
31 (100,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
33 (100,00 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.600,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 4.400,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Bantul. Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, September - November 2015
Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Sep’2015
Okt’2015
Nov’2015
(2)
(3)
(4)
Sep’2015 Okt’2015 Nov’2015 (5)
(6)
(7)
GKG
-
10,67
12,33
-
2,55
3,00
GKP
13,06
12,90
11,93
6,54
5,40
6,14
KualitasRendah
23,14
27,10
13,86
9,16
4,46
10,46
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
13
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKG masing-masing sebesar 12,33 persen dan 3,00 persen, Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 11,93 persen dan 6,14 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan November 2015 memiliki rata-rata KA dan KH masing-masing sebesar 13,86 persen dan 10,46 persen.
Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas September - November 2015 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas (1)
Sep’2015
Okt’2015 Nov’2015
(2)
(3)
(4)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Perub (4) thd (3) (%) (5)
Sep’2015 Okt’2015 Nov’2015 (6)
(7)
(8)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
GKG
-
5.400,00
5.000,00
-7,41
-
5.450,00
5.050,00
-7,34
GKP
4.992,11
5.164,77
5.183,87
0,37
5.042,11
5.214,77
5.233,87
0,37
Kualitas Rendah
4.052,50
4.416,67
4.468,75
1,18
4.102,50
4.466,67
4.518,75
1,17
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 19,10 per kg (0,37 persen) menjadi Rp 5.183,87 per kg, demikian pula di tingkat penggilingan naik Rp. 19,10 per kg (0,37 persen) menjadi Rp. 5.233,87 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik sebesar Rp. 52,08 per kg (1,18 persen) menjadi Rp. 4.468,75 per kg dan naik Rp. 52,08 per kg (1,17 persen) menjadi Rp. 4.518,75 per kg. Sebaliknya rata-rata harga gabah kualitas GKG pada November 2015 ini turun Rp 400,00 (7,41 persen) menjadi Rp 5.000,00 di tingkat petani dan turun Rp 400,00 (7,34 persen) menjadi Rp 5.050,00 di tingkat penggilingan.
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, November 2014 -November 2015 5600 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Nov-14
Dec-14
Jan-15
Feb-15
Mar-15
Apr-15
May-15
Jun-15
Jul-15
Aug-15
Sep-15
Oct-15
Nov-15
Bulan GKG
14
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi :
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, 55183 Telp.0274-4342234 (Hunting) Fax. 0274-4342230 Email :
[email protected] Website : yogyakarta.bps.go.id
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015
15