No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada April 2015, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 98,71 atau mengalami penurunan sebesar 0,78 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 99,48. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 94,38, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 96,54, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 108,80, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 98,18 dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 105,26. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP pada subsektor tanaman pangan dan subsektor peternakan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada April 2015 secara umum mencapai 119,56 atau mengalami inflasi sebesar 0,36 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 119,13. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 2,46 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,71 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,50 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,34 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,11 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,08 persen. Sebaliknya kelompok bahan makanan mengalami penurunan indeks sebesar 0,76 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan April 2015 terdapat 2 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 31 provinsi mengalami penurunan. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Papua Barat sebesar 0,90 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jawa Barat sebesar 2,54 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
1
kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan April 2015, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,78 persen dibanding NTP Maret 2015, yaitu dari 99,48 menjadi 98,71. Turunnya NTP Bulan April 2015 ini disebabkan oleh turunnya indeks harga produk pertanian yang diterima petani, sebaliknya indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami kenaikan. Penurunan angka NTP yang tercatat pada bulan April 2015 terjadi pada subsektor tanaman pangan dan subsektor peternakan dengan masing-masing turun sebesar 2,94 persen dan 0,25 persen. Sebaliknya tiga subsektor lainnya mengalami kenaikan indeks, dimana subsektor perikanan mengalami kenaikan sebesar 0,94 persen, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,31 persen dan subsektor hortikultura naik sebesar 0,09 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada April 2015, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,45 persen dibandingkan dengan It Maret 2015, yaitu dari 115,62 menjadi 115,10. Subsektor tanaman pangan menjadi satu-satunya subsektor yang mengalami penurunan It pada bulan ini, yaitu sebesar 2,52 persen. Sebaliknya subsektor perikanan, subsektor hortikultura dan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan It pada bulan ini dengan kenaikan masing-masing sebesar 1,19 persen, 0,56 persen dan 0,42 persen. Sementara itu subsektor peternakan relatif tidak mengalami perubahan It dibanding bulan sebelumnya.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada April 2015 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen bila dibandingkan Maret 2015, yaitu dari 116,22 menjadi 116,61. Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor dengan kenaikan terbesar dialami oleh subsektor hortikultura yang mencapai 0,46 persen, diikuti oleh subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,43 persen, subsektor peternakan naik sebesar 0,26 persen, subsektor perikanan naik sebesar 0,25 persen, dan subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,11 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti bawang bensin, bawang merah, bawang putih, dan gula pasir.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada April 2015 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 2,94 persen. Turunnya NTPP ini disebabkan karena turunnya indeks yang diterima petani sebesar 2,52 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik hingga 0,43 persen. Turunnya indeks yang terjadi pada It disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok padi sebesar 6,33 persen meskipun subkelompok palawija mengalami kenaikan sebesar 2,25 persen. Komoditas yang menyebabkan turunnya It pada subsektor ini terutama 2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
karena turunnya harga gabah. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,41 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,57 persen.
Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Maret-April 2015(2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Maret 2015 (2) 115,36
April 2015 (3) 112,45
Persentase Perubahan (4) -2,52
- Padi
114,28
107,05
-6,33
- Palawija
116,73
119,35
2,25
118,64
119,15
0,43
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,76
120,25
0,41
- Indeks BPPBM
111,93
112,57
0,57
97,23
94,38
-2,94
103,06
99,90
-3,07
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Petanian
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada April 2015, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan sebesar 0,09 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,56 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,46 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas seperti pisang, salak dan petai. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,45 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,52 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Maret-April 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan Maret 2015 (2) 113,16
April 2015 (3) 113,79
Persentase Perubahan (4) 0,56
- Sayur-sayuran
112,59
110,75
-1,63
- Buah-buahan
113,59
115,91
2,05
- Tanaman Obat
113,19
114,76
1,39
117,32
117,87
0,46
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,28
119,82
0,45
- Indeks BPPBM
109,25
109,82
0,52
96,45
96,54
0,09
103,58
103,62
0,04
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
3
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada April 2015 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,31 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,42 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,11 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 124,75 menjadi 125,28. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah kelapa, tebu dan cengkeh. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,05 persen, dan naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,24 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Maret-April 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Maret 2015 (2) 124,75
April 2015 (3) 125,28
124,75
125,28
0,42
115,01
115,15
0,11
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
118,86
118,92
0,05
- Indeks BPPBM
108,36
108,62
0,24
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
108,47
108,80
0,31
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115,12
115,33
0,18
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) 0,42
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Maret-April 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
April 2015 (3)
112,21
112,21
0,00
- Ternak Besar
111,63
111,13
-0,45
- Ternak Kecil
111,08
111,42
0,31
- Unggas
118,97
120,33
1,15
- Hasil Ternak
110,22
111,47
1,14
114,00
114,29
0,26
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
118,52
119,02
0,42
- Indeks BPPBM
109,55
109,63
0,08
98,43
98,18
-0,25
102,43
102,35
-0,08
(1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
4
Bulan Maret (2)
(4)
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
Pada April 2015 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 0,25 persen. Turunnya NTPT terjadi karena indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,26 persen, sedangkan indeks harga yang diterima petani relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan. It subkelompok ternak besar mengalami penurunan pada bulan ini, yaitu turun sebesar 0,45 persen, dimana turunnya harga komoditas sapi potong menjadi penyebabnya. Sebaliknya It subkelompok unggas, subkelompok hasil ternak dan subkelompok ternak kecil masing-masing naik sebesar 1,15 persen, 1,14 persen dan 0,31 persen. Kenaikan harga telur ayam ras, ayam ras pedaging dan domba menjadi penyebab kenaikan It di ketiga subkelompok di atas. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,42 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,08 persen.
e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada April 2015, NTN mengalami kenaikan sebesar 0,94 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,19 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,25 persen. Kenaikan It subsektor ini disebabkan oleh kenaikan It subkelompok budidaya sebesar 1,28 persen, meskipun subkelompok penangkapan mengalami penurunan It sebesar 0,38 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,36 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,10 persen.
Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Maret-April 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Maret 2015 (2)
April 2015 (3)
118,18
119,58
1,19
- Penangkapan
125,64
125,16
-0,38
- Budidaya
117,76
119,27
1,28
113,33
113,61
0,25
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,41
119,84
0,36
- Indeks BPPBM
106,26
106,37
0,10
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
104,28
105,26
0,94
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
111,21
112,42
1,09
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada April 2015 mengalami penurunan sebesar 0,97 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,38 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani (nelayan) mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen. Turunnya It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti cakalang dan bawal laut pada bulan ini. Sedangkan kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,36 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,89 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Maret-April 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Maret 2015 (2)
April 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
125,64
125,16
-0,38
- Penangkapan Perairan Umum
100,00
100,00
0,00
- Penangkapan Perairan Laut
125,67
125,19
-0,38
b. Indeks Dibayar Petani
116,96
117,66
0,60
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,25
119,67
0,36
- Indeks BPPBM
114,27
115,29
0,89
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
107,43
106,38
-0,97
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
109,95
108,57
-1,26
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami kenaikan indeks sebesar 1,05 persen pada April 2015. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,28 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,23 persen. Kenaikan It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti gurame, udang, lele dan nila. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,36 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,06 persen dibanding bulan sebelumnya. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Maret - April 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Maret 2015 (2)
April 2015 (3)
a. Indeks Diterima Petani
117,76
119,27
1,28
- Budidaya Air Tawar
117,76
119,27
1,28
b. Indeks Dibayar Petani
113,12
113,38
0,23
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
119,41
119,84
0,36
- Indeks BPPBM
105,82
105,88
0,06
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
104,10
105,20
1,05
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
111,29
112,65
1,23
(1)
(4)
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada April 2015 mencapai 98,51 atau turun sebesar 0,83 persen dibanding bulan Maret 2015. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,50 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,33 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Maret-April 2015(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan
Persentase Perubahan
Maret 2015
April 2015
(2)
(3)
(4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
115,54
114,96
-0,50
Indeks Harga yang Dibayar Petani
116,31
116,70
0,33
Konsumsi Rumah Tangga
119,12
119,55
0,36
BPPBM
109,95
110,34
0,35
99,34
98,51
-0,83
105,09
104,19
-0,85
Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Usaha Pertanian
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada April 2015 secara umum mencapai 119,56 atau mengalami inflasi sebesar 0,36 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 119,13. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 2,46 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,71 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,50 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,34 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,11 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,08 persen. Sebaliknya kelompok bahan makanan mengalami penurunan indeks sebesar 0,76 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Maret - April 2015(2012=100) Kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Maret 2015 (2) 119,13
April 2015 (3) 119,56
- Bahan Makanan
127,42
126,44
-0,76
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
116,58
117,41
0,71
- Perumahan
115,65
116,23
0,50
- Sandang
116,13
116,25
0,11
- Kesehatan
110,83
111,20
0,34
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
107,03
107,12
0,08
- Transportasi dan Komunikasi
116,75
119,61
2,46
(1) Konsumsi Rumah Tangga
(4) 0,36
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan April 2015 ada sebanyak 2 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Papua Barat yaitu sebesar 0,90 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,41 persen terjadi di Provinsi Bangka Belitung. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Papua Barat terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
7
subsektor hortikultura dengan naiknya harga beberapa komoditi seperti cabai rawit, durian dan pepaya. Sebanyak 31 provinsi pada bulan April 2015 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 2,54 persen, sedangkan Provinsi Kalimantan Tengah mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,06 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Jawa Barat banyak disebabkan oleh turunnya harga gabah, jagung dan ubi jalar pada subsektor tanaman pangan. Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Maret - April 2015(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Maret 2015 (2)
April 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
101,53
100,14
-1,37
NAD
97,39
96,48
-0,93
Sumatera Utara
99,09
98,57
-0,53
Sumatera Barat
98,97
97,71
-1,27
Riau
97,55
96,44
-1,14
Jambi
95,81
94,72
-1,13
Sumatera Selatan
98,31
97,84
-0,48
Bengkulu
96,24
94,32
-1,99
Lampung
102,30
101,43
-0,85
Bangka Belitung
104,28
104,70
0,41
Kepulauan Riau
100,51
98,69
-1,81
DKI Jakarta
99,42
98,89
-0,53
Jawa Barat
105,45
102,78
-2,54
Jawa Tengah
99,92
97,84
-2,08
D.I. Yogyakarta
99,48
98,71
-0,78
Jawa Timur
104,32
102,82
-1,44
Banten
105,09
102,79
-2,19
Bali
103,41
103,05
-0,35
Nusa Tenggara Barat
102,23
101,15
-1,06
Nusa Tenggara Timur
101,16
100,54
-0,61
97,50
97,14
-0,36
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
98,75
98,69
-0,06
Kalimantan Selatan
101,06
100,04
-1,01
Kalimantan Timur
99,73
98,68
-1,06
Sulawesi Utara
97,49
96,55
-0,96
Selawesi Tengah
97,85
96,52
-1,36
Sulawesi Selatan
104,53
103,58
-0,91
98,15
97,80
-0,36
Gorontalo
101,71
100,26
-1,43
Sulawesi Barat
102,94
102,87
-0,07
Maluku
100,65
100,54
-0,11
Maluku Utara
102,59
102,13
-0,45
Papua Barat
99,69
100,59
0,90
Papua
97,42
96,81
-0,62
Sulawesi Tenggara
8
Bulan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Maret - April 2015(2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Bulan Maret 2015 (2)
April 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
101,48
100,06
-1,40
NAD
97,33
96,45
-0,91
Sumatera Utara
99,12
98,61
-0,51
Sumatera Barat
98,59
97,28
-1,33
Riau
97,12
95,98
-1,17
Jambi
95,66
94,53
-1,18
Sumatera Selatan
98,28
97,81
-0,48
Bengkulu
96,12
94,17
-2,03
Lampung
102,37
101,46
-0,89
Bangka Belitung
104,57
105,21
0,61
Kepulauan Riau
96,93
95,25
-1,74
Jawa Barat
105,79
103,00
-2,63
Jawa Tengah
99,93
97,78
-2,16
D.I. Yogyakarta
99,34
98,51
-0,83
Jawa Timur
104,30
102,79
-1,46
Banten
105,12
102,74
-2,26
Bali
103,38
103,03
-0,34
Nusa Tenggara Barat
102,31
101,18
-1,11
Nusa Tenggara Timur
101,09
100,50
-0,59
Kalimantan Barat
97,41
97,09
-0,33
Kalimantan Tengah
98,25
98,25
0,00
Kalimantan Selatan
100,26
99,23
-1,03
Kalimantan Timur
99,78
98,77
-1,02
Sulawesi Utara
96,77
95,86
-0,94
Selawesi Tengah
97,46
95,98
-1,52
Sulawesi Selatan
104,53
103,57
-0,92
97,67
97,39
-0,28
Gorontalo
101,83
100,28
-1,52
Sulawesi Barat
103,07
103,02
-0,05
99,84
99,96
0,12
Maluku Utara
102,61
102,12
-0,48
Papua Barat
98,99
100,02
1,04
Papua
96,92
96,23
-0,71
Sulawesi Tenggara
Maluku
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
9
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Maret - April 2015(2012=100) Provinsi (1)
10
Bulan Maret 2015 (2)
Nasional
106,20
NAD Sumatera Utara
April 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
105,18
-0,96
101,52
98,79
-2,69
103,03
101,15
-1,82
Sumatera Barat
102,76
102,94
0,18
Riau
107,87
106,79
-1,00
Jambi
102,86
102,65
-0,21
Sumatera Selatan
96,43
95,52
-0,94
Bengkulu
99,28
99,77
0,50
Lampung
107,78
107,51
-0,26
Bangka Belitung
102,26
100,23
-1,99
Kepulauan Riau
109,93
107,50
-2,21
DKI Jakarta
104,11
102,84
-1,23
Jawa Barat
107,85
106,21
-1,52
Jawa Tengah
105,10
104,74
-0,34
D.I. Yogyakarta
107,43
106,38
-0,97
Jawa Timur
105,33
104,41
-0,87
Banten
114,06
115,27
1,06
Bali
114,47
113,22
-1,09
Nusa Tenggara Barat
104,06
104,83
0,74
Nusa Tenggara Timur
105,94
103,72
-2,10
Kalimantan Barat
100,11
97,91
-2,19
Kalimantan Tengah
109,43
108,18
-1,15
Kalimantan Selatan
112,93
111,93
-0,89
Kalimantan Timur
106,71
104,76
-1,83
Sulawesi Utara
113,12
111,14
-1,75
Selawesi Tengah
107,23
108,76
1,43
Sulawesi Selatan
108,39
107,10
-1,19
Sulawesi Tenggara
105,65
103,62
-1,91
Gorontalo
102,02
101,94
-0,07
Sulawesi Barat
100,04
99,54
-0,50
Maluku
106,98
104,53
-2,29
Maluku Utara
101,83
101,70
-0,13
Papua Barat
107,04
106,92
-0,11
Papua
108,87
109,38
0,47
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Maret - April 2015(2012=100) Provinsi (1)
Bulan Maret 2015 (2)
April 2015 (3)
Persentase Perubahan (4)
Nasional
99,56
99,55
-0,01
NAD
96,14
95,88
-0,27
Sumatera Utara
92,82
92,61
-0,22
Sumatera Barat
108,79
108,69
-0,09
Riau
102,89
103,02
0,13
Jambi
98,04
99,08
1,07
Sumatera Selatan
101,77
101,74
-0,03
Bengkulu
100,51
99,57
-0,94
Lampung
97,18
97,90
0,74
Bangka Belitung
94,50
94,25
-0,26
Kepulauan Riau
109,31
108,09
-1,11
DKI Jakarta
94,35
94,56
0,22
Jawa Barat
98,72
98,10
-0,63
Jawa Tengah
97,95
99,01
1,08
D.I.Yogyakarta
104,10
105,20
1,05
Jawa Timur
105,44
104,77
-0,63
Banten
96,14
96,60
0,48
Bali
91,64
91,79
0,16
Nusa Tenggara Barat
92,98
93,29
0,34
Nusa Tenggara Timur
100,88
99,55
-1,32
98,64
99,23
0,59
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
97,21
96,82
-0,40
Kalimantan Selatan
103,13
102,69
-0,42
Kalimantan Timur
90,76
90,13
-0,69
Sulawesi Utara
96,68
96,59
-0,09
Selawesi Tengah
94,23
93,51
-0,77
Sulawesi Selatan
101,68
101,25
-0,43
Sulawesi Tenggara
98,55
99,30
0,76
Gorontalo
92,69
94,04
1,46
Sulawesi Barat
100,41
100,21
-0,20
Maluku
109,29
109,42
0,11
Maluku Utara
107,88
108,69
0,75
Papua Barat
92,94
92,14
-0,86
Papua
91,25
91,77
0,58
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
11
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH APRIL 2015 Berdasarkan hasil observasi terhadap 133 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama April 2015, sebanyak 50,38 persen berkualitas rendah sementara itu sisanya 49,62 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP). Dibandingkan Maret 2015, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami penurunan 3,59 persen menjadi Rp. 4.225,76 per kg di tingkat petani dan turun 3,50 persen menjadi Rp. 4.278,03 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 15,23 persen menjadi Rp. 3.654,48 per kg di tingkat petani dan turun 15,06 persen menjadi Rp. 3.704,48 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.500 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.300,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Temon (Kulonprogo). Selama April 2015, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada April 2015, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 133 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas rendah sebanyak 67 observasi dan kualitas GKP sebanyak 66 observasi. Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, April 2015 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 (0,00%) (penggilingan)
Kelompok Kualitas (1) GKG
66 (49,62%)
GKP
5.500,00
4.225,76
4.278,03
3.700,00 (petani)
525,76
14,21
3.750,00 (penggilingan)
528,03
14,08
-
-
Gabah Kualitas Rendah
67 (50,38%)
3.300,00
4.500,00
3.654,48
3.704,48
-
Total
133 (100,00%)
-
-
-
-
-
12
3.700,00
-
-
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 66 observasi atau 49,62 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama April 2015. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 67 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 50,38 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama April 2015, yang berpotensi mengalami kasus harga sebanyak 34,59 persen berasal dari Kabupaten Bantul, 10,53 persen berasal dari Kabupaten Kulonprogo dan 5,26 persen berasal dari Kabupaten Sleman . Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, April 2015
Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
GKP
66
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
GKG dan GKP
66
-
0 (0,00 %)
Kualitas Rendah
67
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
66 (100,00 %)
66(100,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
66 (100,00 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.500,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.300,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Temon (Kulonprogo). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Februari - April 2015
Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA) Feb’2015 Mar’2015 (2)
(3)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Apr’2015 (4)
Feb’2015 Mar’2015 Apr’2015 (5)
(6)
(7)
GKG
-
-
-
-
-
-
GKP
12,82
16,02
15,06
7,57
6,91
6,45
KualitasRendah
30,41
22,59
25,46
10,37
12,85
11,71
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 15,06 persen dan 6,45 persen,
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015
13
sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan April 2015 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 25,46 persen dan 11,71 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Februari - April 2015 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Feb’2015
(1)
Perub (4) thd (3) (%) (5)
Mar’2015 Apr’2015
(2)
(3)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
(4)
Feb’2015 Mar’2015 (6)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
Apr’2015
(7)
(8)
GKG
-
-
-
-
-
-
-
-
GKP
5.253,33
4.383,33
4.225,76
-3,59
5.303,33
4.433,33
4.278,03
-3,50
Kualitas Rendah
3.934,38
4.311,11
3.654,48 -15,23
3.984,38
4.361,11
3.704,48
-15,06
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani turun Rp. 157,58 per kg (3,59 persen) menjadi Rp 4.225,76 per kg dan di tingkat penggilingan turun Rp. 155,30 per kg (3,50 persen) menjadi Rp. 4.278,03 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 656,63 per kg (15,23 persen) menjadi Rp. 3.654,48 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan turun Rp. 656,63 per kg (15,06 persen) menjadi Rp. 3.704,48 per kg.
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, April 2014 -April 2015 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Apr-14
May-14
Jun-14
Jul-14
Aug-14
Sep-14
Oct-14
Nov-14
Dec-14
Jan-15
Feb-15
Mar-15
Apr-15
Bulan GKG
14
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015