No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 SEBESAR 102,90 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada April 2016, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,90 atau mengalami kenaikan sebesar 0,32 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 102,57. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 98,12, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 100,14, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 122,73, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 98,00, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 104,65. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP pada semua subsektor kecuali subsektor tanaman pangan dan subsektor perikanan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada April 2016 secara umum mencapai 126,52 atau mengalami deflasi sebesar 1,14 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 127,98. Penurunan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh turunnya indeks pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 2,65 persen, diikuti kelompok bahan makanan turun sebesar 2,11 persen, dan kelompok perumahan turun sebesar 0,11 persen. Sebaliknya kelompok sandang mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,40 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik 0,20 persen dan terakhir kelompok kesehatan naik sebesar 0,16 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan April 2016 terdapat 21 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 12 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Riau sebesar 2,10 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1,29 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
1
pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan April 2016, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,32 persen dibanding NTP Maret 2016, yaitu dari 102,57 menjadi 102,90. Kenaikan NTP bulan April 2016 ini disebabkan oleh penurunan indeks harga produk pertanian yang diterima petani yang lebih besar dibanding penurunan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Kenaikan indeks NTP yang tercatat pada bulan April 2016 terjadi pada subsektor hortikultura, subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor petrnakan, sebaliknya subsektor tanaman pangan dan perikanan mengalami penurunan indeks NTP. Subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan indeks terbesar yaitu 1,85 persen, disusul subsektor hortikultura naik sebesar 0,26 persen, dan terakhir subsektor peternakan naik sebesar 0,17 persen. Sebaliknya subsektor tanaman pangan dan subsektor perikanan masing-masing mengalami penurunan sebesar 0,57 persen dan 0,04 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada April 2016, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,58 persen dibandingkan dengan It Maret 2016, yaitu dari 126,21 menjadi 125,48. Subsektor tanaman pangan mengalami penurunan It terbesar yaitu mencapai 1,68 persen disusul subsektor peternakan turun 0,74 persen, subsektor hortikultura turun sebesar 0,58 persen dan terakhir subsektor perikanan turun 0,52 persen. Sebaliknya subsektor tanaman perkebunan rakyat menjadi satu-satunya subsektor yang mengalami kenaikan It yaitu sebesar 1,15 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada April 2016 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan Ib sebesar 0,90 persen bila dibandingkan Maret 2016, yaitu dari 123,05 menjadi 121,94. Penurunan Ib terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 1,11 persen, diikuti subsektor peternakan turun sebesar 0,92 persen, subsektor hortikultura turun sebesar 0,84 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,69 persen dan terakhir subsektor perikanan mengalami penurunan Ib sebesar 0,48 persen dibanding bulan Maret 2016. Penrurunan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti cabai rawit, bensin, kacang panjang, beras, cabai merah dan cabai hijau.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)
2
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
Pada April 2016 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 0,57 persen. Turunnya NTPP ini disebabkan karena penurunan indeks yang diterima petani sebesar 1,68 persen lebih besar dibanding penurunan indeks yang dibayar petani sebesar 1,11 persen. Penurunan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok padi sebesar 4,22 persen, meskipun subkelompok palawija naik sebesar 1,01 persen. Komoditas yang menyebabkan penurunan It pada subsektor ini terutama karena turunnya harga beberapa komoditi terutama gabah, ketela pohon dan kacang kedelai. Pada Ib turunnya indeks disebabkan oleh turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,33 persen, meskipun Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Maret 2016 - April 2016 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Maret 2016 (2) 125.90
April 2016 (3) 123.78
- Padi
115.52
110.64
-4.22
- Palawija
139.16
140.57
1.01
127.57
126.15
-1.11
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
129.52
127.80
-1.33
- Indeks BPPBM
115.89
116.27
0.33
98.69
98.12
-0.57
108.64
106.46
-2.01
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Petanian
(4) -1.68
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada April 2016, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan indeks sebesar 0,26 persen. Hal ini terjadi karena penurunan indeks yang diterima petani sebesar 0,58 persen, lebih kecil dibanding penurunan indeks yang dibayar petani sebesar 0,84 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, bawang merah, durian, kencur dan cabai rawit. Pada Ib penurunan indeks disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,98 persen, dan turunnya Indeks BPPBM sebesar 0,17 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Maret 2016 - April 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan Maret 2016 (2) 124.40
April 2016 (3) 123.68
Persentase Perubahan (4) -0.58
- Sayur-sayuran
123.11
120.47
-2.15
- Buah-buahan
127.68
128.38
0.55
- Tanaman Obat
111.06
110.48
-0.51
124.55
123.50
-0.84
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
3
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.57
126.32
-0.98
- Indeks BPPBM
112.09
111.90
-0.17
99.88
100.14
0.26
110.98
110.53
-0.41
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada April 2016 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 1,85 persen, hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani naik sebesar 1,15 persen ,sebaliknya indeks yang dibayar petani turun sebesar 0,69 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 146,13 menjadi 147,81. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah kelapa dan tebu. Penurunan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh turunnya IKRT sebesar 1,13 persen meskipun indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,18 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Maret 2016 - April 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Maret 2016 (2) 146.13
April 2016 (3) 147.81
146.13
147.81
1.15
121.27
120.43
-0.69
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.34
125.90
-1.13
- Indeks BPPBM
110.79
110.99
0.18
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
120.50
122.73
1.85
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
131.89
133.17
0.97
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) 1.15
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Maret 2016 - April 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
April 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
116.46
115.60
-0.74
- Ternak Besar
115.29
114.13
-1.00
- Ternak Kecil
114.62
114.40
-0.20
- Unggas
126.57
125.50
-0.84
- Hasil Ternak
115.27
115.67
0.35
119.05
117.96
-0.92
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
4
Bulan Maret 2016 (2)
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.27
125.83
-1.13
- Indeks BPPBM
110.96
110.21
-0.67
97.83
98.00
0.17
104.96
104.88
-0.07
c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Pada April 2016 terjadi kenaikan pada NTPT sebesar 0,17 persen. Naiknya NTPT terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani 0,74 persen, lebih kecil dibanding penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,92 persen. Turunnya harga beberapa komoditas seperti harga sapi potong dan ayam buras adalah penyebab turunnya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, penurunan yang terjadi pada Ib disebabkan karena turunnya IKRT sebesar 1,13 persen dan turunnya indeks BPPBM sebesar 0,67 persen.
e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada April 2016, NTN mengalami penurunan sebesar 0,04 persen, hal ini dikarenakan penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,52 persen, lebih besar dibanding penurunan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,48 persen. penurunan It di subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok ikan budidaya sebesar 0,57 persen meskipun subkelompok ikan penangkapan naik sebesar 0,41 persen. Sementara itu penurunan yang terjadi pada Ib disebabkan karena turunnya IKRT sebesar 0,75 persen dan turunnya indeks BPPBM sebesar 0,10 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Maret 2016 - April 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Maret 2016 (2)
Persentase Perubahan
April 2016 (3)
(4)
123.39
122.75
-0.52
- Penangkapan
133.04
133.59
0.41
- Budidaya
122.85
122.15
-0.57
b. Indeks Dibayar Petani
117.87
117.30
-0.48
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.37
126.42
-0.75
- Indeks BPPBM
106.82
106.71
-0.10
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
104.69
104.65
-0.04
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.51
115.03
-0.41
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada April 2016 mengalami kenaikan sebesar 1,23 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh indeks yang diterima petani (nelayan) naik sebesar 0,41 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani (nelayan) turun sebesar 0,81 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti cakalang,
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
5
manyung, kuwe, dan kakap pada bulan ini. Turunnya Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,75 persen dan turunnya indeks BPPBM sebesar 0,89 persen.
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Maret - April 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Maret 2016 (2)
April 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
133.04
133.59
0.41
- Penangkapan Perairan Umum
100.00
100.00
0.00
- Penangkapan Perairan Laut
133.08
133.62
0.41
121.35
120.37
-0.81
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.21
126.26
-0.75
- Indeks BPPBM
b. Indeks Dibayar Petani
114.48
113.46
-0.89
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
109.64
110.98
1.23
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
116.22
117.74
1.31
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,11 persen pada April 2016. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani sebesar 0,57 persen, lebih besar dibanding penurunan indeks yang dibayar petani sebesar 0,46 persen. Penurunan It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti lele dan udang. Turunnya Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,75 persen dan turunnya indeks BPPBM sebesar 0,06 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Maret 2016 - April 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Maret 2016 (2)
April 2016 (3)
a. Indeks Diterima Petani
122.85
122.15
-0.57
- Budidaya Air Tawar
122.85
122.15
-0.57
b. Indeks Dibayar Petani
117.67
117.13
-0.46
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.38
126.43
-0.75
- Indeks BPPBM
(1)
6
Bulan
(4)
106.39
106.33
-0.06
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
104.40
104.28
-0.11
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.47
114.87
-0.51
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada April 2016 mencapai 102,85 atau naik sebesar 0,33 persen dibanding bulan Maret 2016. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani yang sebesar 0,59persen, lebih kecil dibanding penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,92 persen.
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Maret 2016 - April 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Maret 2016
April 2016
(2)
(3)
(4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
126.30
125.56
-0.59
Indeks Harga yang Dibayar Petani
123.21
122.08
-0.92
Konsumsi Rumah Tangga
128.00
126.52
-1.15
BPPBM
112.61
112.49
-0.11
Nilai Tukar Petani
102.51
102.85
0.33
Nilai Tukar Usaha Pertanian
112.16
111.62
-0.48
(1)
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada April 2016 secara umum mencapai 126,52 atau mengalami deflasi sebesar 1,14 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 127,98. Penurunan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh turunnya indeks pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 2,65 persen, diikuti kelompok bahan makanan turun sebesar 2,11 persen, dan kelompok perumahan turun sebesar 0,11 persen. Sebaliknya kelompok sandang mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,40 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik 0,20 persen dan terakhir kelompok kesehatan naik sebesar 0,16 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Maret 2016 - April 2016 (2012=100) Kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Maret 2016 (2) 127.98
April 2016 (3) 126.52
- Bahan Makanan
144.19
141.15
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
125.33
125.83
0.40
- Perumahan
119.12
118.99
-0.11
- Sandang
122.80
123.51
0.58
(1) Konsumsi Rumah Tangga
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
(4) -1.14 -2.11
7
- Kesehatan
114.98
115.17
0.16
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
110.13
110.34
0.20
- Transportasi dan Komunikasi
118.70
115.56
-2.65
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan April 2016 ada sebanyak 21 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Riau yaitu sebesar 2,10 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,01 persen terjadi di Provinsi Papua. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Riau terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama komoditi kelapa sawit dan karet. Sebanyak 12 provinsi pada bulan April 2016 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Sulawesi Selatan mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,29 persen, sedangkan Provinsi Bali mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,04 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan banyak disebabkan oleh turunnya harga gabah da jagung pada subsektor tanaman pangan. Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Maret 2016 - April 2016 (2012=100)
Provinsi
Persentase Perubahan
April 2016 (3)
101.32
101.22
-0.10
97.36
99.41
2.10
101.85
103.65
1.76
DKI
98.88
100.61
1.75
JAMBI
96.93
98.62
1.74
SUMUT
99.17
100.80
1.64
BENGKULU
92.61
94.05
1.55
KALBAR
94.73
95.64
0.96
(1)
NASlONAL RIAU BABEL
LAMPUNG
(4)
102.73
103.54
0.79
PAPUA BARAT
99.74
100.45
0.71
KEPRI
98.04
98.66
0.63
KALTIM
97.46
98.02
0.57
KALTENG
8
Bulan Maret 2016 (2)
96.42
96.92
0.52
SULBAR
106.11
106.65
0.51
SUMBAR
98.38
98.76
0.39
MALUKU UTARA
104.94
105.34
0.39
YOGYAKARTA
102.57
102.90
0.32
SULUT
96.83
97.14
0.31
SUMSEL
94.48
94.55
0.07
MALUKU
103.90
103.96
0.06
JATIM
103.77
103.83
0.06
PAPUA
96.13
96.14
0.01
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
BALI
104.86
104.81
-0.04
GORONTALO
104.89
104.82
-0.06
KALSEL
97.67
97.54
-0.14
SULTENG
99.67
99.48
-0.18
JATENG
99.40
98.99
-0.42
SULTRA
99.31
98.62
-0.69
NTT
100.73
100.02
-0.71
NTB
104.38
103.58
-0.77
JABAR
105.84
104.67
-1.10
NAD
97.25
96.15
-1.13
BANTEN
104.74
103.42
-1.25
SULSEL
105.37
104.01
-1.29
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
9
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Maret 2016 - April 2016 (2012=100) Provinsi (1) NASIONAL
Maret 2016 (2)
April 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
101.28
101.16
-0.12
96.77
98.85
2.15
BABEL
101.51
103.51
1.96
JAMBI
96.83
98.53
1.76
SUMUT
99.18
100.86
1.70
BENGKULU
92.53
93.95
1.53
KALBAR
94.45
95.36
0.97
PAPUA BARAT
99.17
100.03
0.86
102.87
103.70
0.80
97.29
97.83
0.56
RIAU
LAMPUNG KALTIM KEPRI
93.86
94.33
0.50
106.40
106.92
0.49
KALTENG
95.70
96.13
0.45
SUMBAR
98.01
98.42
0.41
MALUKU UTARA
105.19
105.59
0.38
YOGYAKARTA
102.51
102.85
0.33
96.69
97.00
0.32
103.58
103.65
0.07
SULBAR
SULUT MALUKU PAPUA
95.48
95.54
0.06
JATIM
103.76
103.81
0.05
94.33
94.37
0.04
BALI
104.92
104.87
-0.04
GORONTALO
SUMSEL
10
Bulan
105.18
105.03
-0.14
KALSEL
96.70
96.51
-0.19
SULTENG
99.24
99.04
-0.20
JATENG
99.32
98.90
-0.43
NTT
100.72
99.97
-0.75
NTB
104.55
103.71
-0.80
SULTRA
98.64
97.83
-0.83
NAD
97.25
96.11
-1.17
JABAR
106.27
105.02
-1.17
BANTEN SULSEL
104.68
103.34
-1.29
105.64
104.19
-1.37
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Maret 2016 - April 2016 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Maret 2016 (2)
April 2016 (3)
NASIONAL
106.67
107.37
0.66
DKI
104.03
107.15
3.00
(1)
BENGKULU
(4)
99.17
101.68
2.53
RIAU
114.15
116.94
2.44
NTT
102.08
104.27
2.15
KALTENG
110.35
112.67
2.10
SUMBAR
102.05
104.16
2.07
JAMBI
105.62
107.62
1.89
SULBAR
102.24
104.08
1.80
GORONTALO
103.06
104.87
1.75
JATIM
107.61
109.19
1.48
SUMSEL
96.72
97.95
1.27
SULTRA
111.50
112.87
1.23
YOGYAKARTA
109.64
110.98
1.23
KEPRI
109.47
110.65
1.07
KALTIM
107.10
108.18
1.02
JATENG
107.59
108.68
1.01
LAMPUNG
103.91
104.95
1.00
KALBAR
103.52
104.39
0.84
JABAR
107.77
108.39
0.57
MALUKU UTARA
100.84
101.27
0.42
KALSEL
112.13
112.54
0.37
NAD
99.57
99.80
0.24
NTB
105.53
105.73
0.18
SULTENG
112.30
112.34
0.04
BALI
108.64
108.66
0.02
MALUKU
106.37
106.23
-0.13
SULUT
102.43
102.29
-0.13
BANTEN
120.35
120.17
-0.15
BABEL
107.15
106.72
-0.40
SULSEL
102.26
101.79
-0.46
PAPUA BARAT
106.26
105.70
-0.53
PAPUA
110.65
109.85
-0.72
SUMUT
102.17
101.32
-0.83
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
11
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Maret 2016 - April 2016 (2012=100) Provinsi
Persentase Perubahan
Maret 2016 (2)
April 2016 (3)
Nasional
98.85
98.92
0.07
BENGKULU
94.24
95.88
1.74
SULUT
92.04
92.96
0.99
BABEL
93.95
94.81
0.92
NTT
98.72
99.62
0.92
KALSEL
101.29
102.18
0.88
KALBAR
99.02
99.83
0.82
(1)
(4)
SULSEL
99.23
99.87
0.65
MALUKU
107.22
107.84
0.58
KEPRI
107.10
107.72
0.58
SUMUT
95.32
95.78
0.48
PAPUA BARAT
89.47
89.88
0.46
DKI
93.39
93.76
0.40
KALTENG
97.58
97.95
0.38
SUMSEL
99.89
100.15
0.27
KALTIM
88.91
89.14
0.27
JABAR
97.34
97.56
0.22
GORONTALO
89.70
89.89
0.21
BANTEN
96.29
96.46
0.17
SULTENG
89.33
89.47
0.16
108.90
108.98
0.07
LAMPUNG
95.48
95.53
0.05
NAD
94.64
94.59
-0.04
MALUKU UTARA
NTB
12
Bulan
89.57
89.52
-0.05
JATIM
102.50
102.38
-0.11
YOGYAKARTA
104.40
104.28
-0.11
PAPUA
89.27
89.07
-0.22
JAMBI
95.05
94.81
-0.25
SULBAR
96.72
96.41
-0.32
JATENG
101.34
101.02
-0.32
SULTRA
96.07
95.75
-0.33
BALI
89.66
89.28
-0.42
RIAU
101.21
100.70
-0.51
SUMBAR
107.83
107.23
-0.55
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
13
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH APRIL 2016 Berdasarkan hasil observasi terhadap 85 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama April 2016, sebanyak 60,00 persen berkualitas rendah dan sisanya 40,00 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP). Dibandingkan Maret 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKP naik 0,96 persen menjadi Rp. 4.530,88 per kg di tingkat petani dan naik 0,94 persen menjadi Rp. 4.580,88 per kg di tingkat penggilingan. Sebaliknya ratarata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 6,70 persen menjadi Rp. 3,563,73 per kg di tingkat petani dan turun 6,61 persen menjadi Rp. 3.613,73 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.450,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Kalasan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.200,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Pandak (Bantul) dan Kecamatan Sleman (Sleman). Selama April 2016, dijumpai 4 observasi (11,76 persen) harga gabah di bawah HPP baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan.
Pada April 2016, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 85 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas rendah sebanyak 51 observasi dan kualitas GKP sebanyak 34 observasi.
Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, April 2016 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 (0,00%) (penggilingan)
Kelompok Kualitas (1) GKG
34 (40,00%)
GKP
5.450,00
4.530,88
4.580,88
3.700,00 (petani)
830.88
22,46
3.750,00 (penggilingan)
830,88
22,16
-
-
Gabah Kualitas Rendah
51 (60,00%)
3.200,00
5.050,00
3.563,73
3.613,73
-
Total
85 (100,00%)
-
-
-
-
-
14
3.500,00
-
-
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 34 observasi atau 40,00 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama April 2016. Dari sejumlah observasi tersebut terdapat 11,76 persen (4 observasi) kasus harga gabah kualitas di tingkat petani dan di tingkat penggilingan berada dibawah HPP. Kasus harga pada kelompok kualitas ini berasal dari wilayah sampel Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman. Berdasarkan 51 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 60,00 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama April 2016, yang berpotensi mengalami kasus harga 45,88 persen berasal dari Kabupaten Bantul, dan 14,12 persen berasal dari Kabupaten Sleman.
Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, April 2016
Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
GKP
34
4 (11,76 %)
4 (11,76 %)
GKG dan GKP
34
-
4 (11,76 %)
Kualitas Rendah
51
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
30 (88,24 %)
30 (88,24 %)
-
0 (0,00 %)
-
30 (88,24 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.450,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Kalasan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.200,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Pandak (Bantul) dan Kecamatan Sleman (Sleman).
Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Februari - April 2016
Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA) Feb’2016 Mar’2016 (2)
(3)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Apr’2016 (4)
Feb’2016 Mar’2016 Apr’2016 (5)
(6)
(7)
GKG
13,55
-
-
1,72
-
-
GKP
13,84
14,86
14,93
6,44
8,10
6,54
KualitasRendah Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.24,26 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016 22,26 24,04 13,21
11,64
11,51
15
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 14,93 persen dan 6,54 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan April 2016 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 24,04 persen dan 11,51 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Januari - April 2016 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Feb’2016
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
Perub (4) Mar’2016 Apr’2016 thd (3) (%) (3) (4) (5)
Feb’2016 Mar’2016 (6)
(7)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
Apr’2016
(1)
(2)
(8)
GKG
5.050,00
-
-
-
5.100,00
-
-
-
GKP
4.932,00
4.488,00
4.530,88
0,96
4.982,00
4.538,00
4.580,88
0,94
Kualitas Rendah
4.129,41
3.819,44
3.563,73
-6,70
4.179,41
3.869,44
3.613,73
-6,61
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 42,88 per kg (0,96 persen) menjadi Rp 4.530,88 per kg, demikian pula di tingkat penggilingan naik Rp. 42,88 per kg (0,94 persen) menjadi Rp. 4.580,88 per kg. Sebaliknya rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 255,72 per kg (6,70 persen) menjadi Rp. 3.563,73 per kg dan turun Rp. 255,72 per kg(6,61 persen) menjadi Rp. 3.613,73 per kg di tingkat penggilingan.
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, April 2015 -April 2016 5600 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Apr-15
May-15
Jun-15
Jul-15
Aug-15
Sep-15
Oct-15
Nov-15
Dec-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Bulan
16
Apr-16
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016 GKG
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 24/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016
17