No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 103,90 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Februari 2016, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 103,90 atau mengalami penurunan sebesar 0,04 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 103,94. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 102,08, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 99,48, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 121,16, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 99,06, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 104,79. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP pada semua subsektor kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Februari 2016 secara umum mencapai 126,28 atau mengalami inflasi sebesar 0,05 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 126,22. KenaikanIHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,71 persen, diikuti kelompok sandang naik sebesar 0,29 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,20 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,12 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,01 persen. Sebaliknya kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi dan komunikasi masing-masing turun sebesar 0,23 persen dan 0,20 persen pada bulan ini. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Februari 2016 terdapat 13 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 20 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Riau sebesar 1,21 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,97 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
1
kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Februari 2016, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,04 persen dibanding NTP Januari 2016, yaitu dari 103,94 menjadi 103,90. Penurunan NTP bulan Februari 2016 ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga produk pertanian yang diterima petani lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Penurunan indeks NTP yang tercatat pada bulan Februari 2016 terjadi pada semua subsektor kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat. Subsektor perikanan mengalami penurunan indeks terbesar yaitu 0,61 persen, disusul subsektor hortikultura turun sebesar 0,60 persen, subsektor peternakan turun sebesar 0,50 persen dan subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,18 persen. Sebaliknya subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan indeks NTP pada bulan ini sebesar 1,58 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Februari 2016, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,03 persen dibandingkan dengan It Januari 2016, yaitu dari 126,54 menjadi 126,58. Subsektor tanaman perkebunan rakyat menjadi satu-satunya subsektor yang mengalami kenaikan It yaitu mencapai 1,63 persen. Sebaliknya subsektor lain mengalami penurunan It dengan subsektor perikanan mengalami penurunan terbesar yaitu turun 0,62 persen, selanjutnya adalah subsektor hortikultura turun 0,49 persen, subsektor peternakan turun sebesar 0,48 persen, dan terakhir subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,09 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Februari 2016 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan Ib sebesar 0,07 persen bila dibandingkan Januari 2016, yaitu dari 121,75 menjadi 121,83. Kenaikan Ib terbesar terjadi pada subsektor hortikultura yaitu sebesar 0,11 persen, diikuti subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,09 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,05 persen, dan terakhir subsektor peternakan naik sebesar 0,02 persen. Sebaliknya subsektor perikanan mengalami penurunan Ib sebesar 0,01 persen dibanding bulan Januari 2016. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti kacang panjang, bawang putih, salak, sawi hijau dan buncis pada bulan ini.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Februari 2016 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 0,18 persen. Turunnya NTPP ini disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,09 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,09 persen. Penurunan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok padi sebesar 1,48 persen meskipun subkelompok palawija naik 1,45 persen. Komoditas yang menyebabkan penurunan It pada subsektor ini terutama karena turunnya harga beberapa 2
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
komoditi terutama gabah, dan kacang tanah. Pada Ib naiknyaindeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,09 persen, dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,11 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Januari 2016 - Februari 2016 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Januari 2016 (2) 128.20
Februari 2016 (3) 128.09
- Padi
120.32
118.54
-1.48
- Palawija
138.28
140.28
1.45
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) -0.09
125.36
125.47
0.09
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.07
127.18
0.09
- Indeks BPPBM
115.12
115.24
0.11
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
102.27
102.08
-0.18
d. Nilai Tukar Usaha Petanian
111.36
111.14
-0.20
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Februari 2016, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan indeks sebesar 0,60 persen. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,49 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, bawang merah, temulawak, alpukat, cabai rawit dan sirsak. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,09 persen, dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,18 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Januari 2016 -Februari 2016(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan Januari 2016 (2) 123.40
Februari 2016 (3) 122.79
Persentase Perubahan (4) -0.49
- Sayur-sayuran
123.50
119.53
-3.21
- Buah-buahan
125.47
127.68
1.76
- Tanaman Obat
111.01
108.74
-2.05
123.31
123.44
0.11
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
126.18
126.29
0.09
- Indeks BPPBM
111.48
111.68
0.18
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPH)
100.08
99.48
-0.60
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
110.70
109.95
-0.68
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
3
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Februari 2016 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 1,58 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,63 persen ,lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,05 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 143,36 menjadi 145,70. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah kelapa, cengkeh, tebu dan kopi. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,23 persen, meskipun indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) mengalami penurunan sebesar 0,04 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Januari 2016 - Februari 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Januari 2016 (2) 143.36
Februari 2016 (3) 145.70
143.36
145.70
1.63
120.19
120.26
0.05
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125.97
125.92
-0.04
- Indeks BPPBM
110.21
110.46
0.23
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
119.28
121.16
1.58
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
130.09
131.90
1.39
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) 1.63
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Januari 2016 - Februari 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
Februari 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
117.84
117.28
-0.48
- Ternak Besar
116.25
116.29
0.03
- Ternak Kecil
117.04
115.72
-1.13
- Unggas
128.28
126.26
-1.58
- Hasil Ternak
117.79
115.85
-1.64
118.36
118.39
0.02
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125.59
125.62
0.02
- Indeks BPPBM
111.25
111.28
0.02
99.55
99.06
-0.50
105.92
105.39
-0.49
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
4
Bulan Januari 2016 (2)
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
Pada Februari 2016 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 0,50 persen. Turunnya NTPT terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,48 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen. Turunnya harga beberapa komoditas seperti ayam ras pedaging dan telur ayam ras adalah penyebab turunnya It pada subskctor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya indeks IKRT dan naiknya indeks BPPBM masingmasing sebesar 0,02 persen. e. Subsektor Perikanan(NTN) Pada Februari 2016, NTN mengalami penurunan sebesar 0,61 persen, hal ini dikarenakan penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,62 persen, lebih besar dibanding penurunan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,01 persen. Penurunan It di subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok ikan budidaya sebesar 0,76 persen, meskipun subkelompok ikan tangkap naik sebesar 1,73 persen. Sementara itu penurunan yang terjadi pada Ib disebabkan karena turunnya indeks BPPBM sebesar 0,05 persen meskipun IKRT mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen.
Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Januari 2016 -Februari 2016(2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Januari 2016 (2)
Februari 2016 (3)
123.63
122.87
-0.62
- Penangkapan
129.22
131.45
1.73
- Budidaya
123.32
122.39
-0.76
117.26
117.25
-0.01
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
126.21
126.24
0.02
- Indeks BPPBM
106.86
106.81
-0.05
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
105.44
104.79
-0.61
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.70
115.03
-0.57
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Februari 2016 mengalami kenaikan sebesar 1,74 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh indeks yang diterima petani (nelayan) mengalami kenaikan sebesar 1,73 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani (nelayan) mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti cakalang, layur, udang, tongkol, kakap, pari dan manyung pada bulan ini. Turunnya Ib disebabkan oleh turunnya indeks BPPBM sebesar 0,05 persen, meskipun IKRT mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen.
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Januari - Februari 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan Januari 2016 (2)
a. Indeks Diterima Petani
Februari 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
129.22
131.45
1.73
- Penangkapan Perairan Umum
100.00
100.00
0.00
- Penangkapan Perairan Laut
129.25
131.48
1.73
b. Indeks Dibayar Petani
120.63
120.62
-0.01
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
126.05
126.08
0.02
- Indeks BPPBM
114.28
114.22
-0.05
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
107.12
108.98
1.74
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
113.07
115.09
1.78
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,75 persen pada Februari 2016. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani sebesar 0,76 persen, lebih besar dibanding penurunan indeks yang dibayar petani sebesar 0,01 persen. Penurunan It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti lele dan udang. Turunnya Ib disebabkan oleh turunnya indeks BPPBM sebesar 0,05 persen meskipun IKRT mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Januari 2016 - Februari 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan Januari 2016 (2)
Februari 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
a. Indeks Diterima Petani
123.32
122.39
-0.76
- Budidaya Air Tawar
123.32
122.39
-0.76
b. Indeks Dibayar Petani
117.07
117.06
-0.01
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
126.22
126.25
0.02
- Indeks BPPBM
106.45
106.40
-0.05
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
105.34
104.55
-0.75
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.85
115.03
-0.71
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Februari 2016 mencapai 103,88 atau turun sebesar 0,02 persen dibanding bulan Januari 2016. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 0,05 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,07 persen.
6
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Januari 2016 - Februari 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan
Persentase Perubahan
Januari 2016
Februari 2016
(2)
(3)
(4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
126.63
126.70
0.05
Indeks Harga yang Dibayar Petani
121.88
121.97
0.07
Konsumsi Rumah Tangga
126.22
126.28
0.05
BPPBM
112.23
112.36
0.12
Nilai Tukar Petani
103.90
103.88
-0.02
Nilai Tukar Usaha Pertanian
112.84
112.76
-0.07
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Februari 2016 secara umum mencapai 126,28 atau mengalami inflasi sebesar 0,05 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 126,22. KenaikanIHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,71 persen, diikuti kelompok sandang naik sebesar 0,29 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,20 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,12 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,01 persen. Sebalikmya kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi dan komunikasi masing-masing turun sebesar 0,23 persen dan 0,20 persen pada bulan ini. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Januari 2016 - Februari 2016 (2012=100) Kelompok (1) Konsumsi Rumah Tangga
Bulan Januari 2016 (2) 126.22
Februari 2016 (3) 126.28
Persentase Perubahan (4) 0.05
- Bahan Makanan
140.54
140.21
-0.23
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
123.59
124.47
0.71
- Perumahan
118.68
118.83
0.12
- Sandang
122.13
122.48
0.29
- Kesehatan
114.20
114.42
0.20
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
110.02
110.02
0.01
- Transportasi dan Komunikasi
118.48
118.25
-0.20
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Februari 2016 ada sebanyak 13 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Riau yaitu sebesar 1,21 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,03 persen terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan. Kenaikan
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
7
NTP terbesar di Provinsi Riau terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama komoditi kelapa sawit. Sebanyak 20 provinsi pada bulan Februari 2016 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 0,97 persen, sedangkan Provinsi Sulawesi Barat mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,01 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah banyak disebabkan oleh turunnya harga gabah pada subsektor tanaman pangan. Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Januari 2016 - Februari 2016 (2012=100) Bulan
Provinsi
Februari 2016 (3)
Nasional
102,55
102,23
-0,31
NAD
98,06
97,89
-0,17
Sumatera Utara
99,39
99,21
-0,18
Sumatera Barat
97,50
98,57
1,09
Riau
95,65
96,82
1,21
Jambi
96,21
96,58
0,38
Sumatera Selatan
95,37
94,99
-0,39
(1)
8
Persentase Perubahan
Januari 2016 (2)
(4)
Bengkulu
92,09
92,03
-0,07
Lampung
103,68
103,60
-0,08
Bangka Belitung
102,01
101,38
-0,62
Kepulauan Riau
98,68
98,41
-0,27
DKI Jakarta
99,30
99,57
0,27
Jawa Barat
107,54
107,42
-0,10
Jawa Tengah
101,52
100,53
-0,97
D.I. Yogyakarta
103,94
103,90
-0,04
Jawa Timur
105,90
105,32
-0,54
Banten
106,61
106,57
-0,04
Bali
104,96
105,42
0,44
Nusa Tenggara Barat
105,53
104,85
-0,64
Nusa Tenggara Timur
101,69
101,13
-0,55
Kalimantan Barat
95,43
95,17
-0,27
Kalimantan Tengah
96,94
97,06
0,13
Kalimantan Selatan
99,04
98,82
-0,22
Kalimantan Timur
97,46
97,60
0,14
Sulawesi Utara
97,69
97,47
-0,22
Selawesi Tengah
99,09
99,08
-0,01
Sulawesi Selatan
106,24
106,27
0,03
Sulawesi Tenggara
100,08
99,87
-0,21
Gorontalo
104,65
105,30
0,62
Sulawesi Barat
106,05
106,04
-0,01
Maluku
103,55
103,83
0,27
Maluku Utara
104,14
104,18
0,04
Papua Barat
99,14
99,29
0,15
Papua
95,89
95,98
0,09
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Januari 2016 - Februari 2016 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Januari 2016 (2)
Februari 2016 (3)
Nasional
102,53
102,19
-0,33
NAD
98,09
97,89
-0,21
Sumatera Utara
99,43
99,23
-0,21
Sumatera Barat
97,10
98,18
1,11
Riau
95,05
96,23
1,24
Jambi
96,07
96,45
0,39
Sumatera Selatan
95,21
94,81
-0,43
Bengkulu
91,97
91,89
-0,09
Lampung
103,82
103,74
-0,08
Bangka Belitung
101,87
101,01
-0,84
(1)
(4)
Kepulauan Riau
94,89
94,60
-0,31
Jawa Barat
108,02
107,89
-0,12
Jawa Tengah
101,48
100,44
-1,02
D.I. Yogyakarta
103,90
103,88
-0,02
Jawa Timur
105,91
105,32
-0,56
Banten
106,61
106,56
-0,04
Bali
105,01
105,47
0,44
Nusa Tenggara Barat
105,70
105,01
-0,65
Nusa Tenggara Timur
101,67
101,12
-0,55
Kalimantan Barat
95,15
94,89
-0,28
Kalimantan Tengah
96,27
96,34
0,08
Kalimantan Selatan
98,06
97,84
-0,23
Kalimantan Timur
97,25
97,41
0,16
Sulawesi Utara
97,38
97,30
-0,08
Selawesi Tengah
98,57
98,61
0,04
Sulawesi Selatan
106,52
106,56
0,04
Sulawesi Tenggara
99,48
99,23
-0,25
Gorontalo
105,02
105,61
0,56
Sulawesi Barat
106,33
106,28
-0,05
Maluku
103,26
103,43
0,16
Maluku Utara
104,23
104,28
0,05
Papua Barat
98,66
98,70
0,04
Papua
95,25
95,33
0,08
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
9
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Januari 2016 - Februari 2016 (2012=100) Bulan
Provinsi
Januari 2016 (2)
Februari 2016 (3)
Nasional
106,69
107,37
0,64
NAD
99,50
101,19
1,70
Sumatera Utara
100,30
101,77
1,47
Sumatera Barat
101,61
103,70
2,05
Riau
112,06
113,24
1,06
Jambi
105,71
106,45
0,70
(1)
10
Persentase Perubahan (4)
Sumatera Selatan
97,59
98,15
0,57
Bengkulu
101,24
100,80
-0,43
Lampung
104,89
105,40
0,48
Bangka Belitung
104,81
106,76
1,86
Kepulauan Riau
108,52
108,56
0,04
DKI Jakarta
104,26
104,74
0,46
Jawa Barat
109,25
110,22
0,89
Jawa Tengah
107,47
109,49
1,88
D.I. Yogyakarta
107,12
108,98
1,74
Jawa Timur
106,33
108,30
1,85
Banten
120,12
120,06
-0,05
Bali
109,14
110,46
1,22
Nusa Tenggara Barat
106,05
105,61
-0,42
Nusa Tenggara Timur
103,73
103,16
-0,55
Kalimantan Barat
103,79
104,37
0,56
Kalimantan Tengah
110,35
111,27
0,83
Kalimantan Selatan
113,78
113,67
-0,10
Kalimantan Timur
107,16
107,15
-0,01
Sulawesi Utara
107,05
104,03
-2,82
Selawesi Tengah
113,00
112,15
-0,75
Sulawesi Selatan
103,36
103,63
0,26
Sulawesi Tenggara
111,12
111,57
0,41
Gorontalo
100,41
102,66
2,25
Sulawesi Barat
102,12
103,68
1,53
Maluku
105,71
107,27
1,47
Maluku Utara
102,24
102,12
-0,11
Papua Barat
104,79
106,00
1,15
Papua
110,08
110,44
0,33
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Januari 2016 - Februari 2016 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Januari 2016 (2)
Februari 2016 (3)
Nasional
99,47
99,58
0,11
NAD
94,73
94,79
0,07
(1)
(4)
Sumatera Utara
95,72
95,57
-0,15
Sumatera Barat
107,71
108,24
0,49
Riau
100,69
100,98
0,29
Jambi
95,30
94,82
-0,51
Sumatera Selatan
100,80
100,99
0,19
Bengkulu
94,79
95,61
0,87
Lampung
96,12
95,97
-0,16
Bangka Belitung
94,76
95,04
0,29
Kepulauan Riau
108,94
107,79
-1,05
DKI Jakarta
94,00
94,07
0,07
Jawa Barat
97,93
98,07
0,14
Jawa Tengah
101,96
102,63
0,66
D.I.Yogyakarta
105,34
104,55
-0,75
Jawa Timur
103,99
104,15
0,16
Banten
96,44
96,61
0,18
Bali
90,84
90,74
-0,11
Nusa Tenggara Barat
91,07
90,68
-0,43
Nusa Tenggara Timur
100,14
99,58
-0,55
Kalimantan Barat
100,05
99,14
-0,92
Kalimantan Tengah
97,15
97,78
0,65
Kalimantan Selatan
101,67
101,72
0,04
Kalimantan Timur
89,32
89,28
-0,04
Sulawesi Utara
92,31
92,06
-0,27
Selawesi Tengah
90,34
89,74
-0,67
Sulawesi Selatan
99,39
98,91
-0,48
Sulawesi Tenggara
96,71
96,80
0,09
Gorontalo
90,75
90,77
0,02
Sulawesi Barat
96,95
96,92
-0,03
Maluku
107,22
106,87
-0,33
Maluku Utara
108,77
109,30
0,48
Papua Barat
90,14
89,76
-0,42
Papua
89,77
89,59
-0,20
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
11
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH FEBRUARI 2016 Berdasarkan hasil observasi terhadap 46 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Februari 2016, sebanyak 54,35 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP), 36,95 persen berkualitas rendah dan sisanya 8,70 persen berkualitas Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan Januari 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKP turun 1,83 persen menjadi Rp. 4.932,00 per kg di tingkat petani dan turun 1,81 persen menjadi Rp. 4.982,00 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 10,41 persen menjadi Rp. 4.129,41 per kg di tingkat petani dan turun 10,30 persen menjadi Rp. 4.179,41 per kg di tingkat penggilingan. Rata-rata harga gabah kualitas GKG pada bulan ini adalah Rp 5.050,00 di tingkat petani dan Rp 5.100,00 di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.250,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang dan Cigeulis terjadi di Kecamatan Kalasan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.600,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Jetis (Bantul). Selama Februari 2016, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada Februari 2016, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 46 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 25 observasi, kualitas rendah sebanyak 17 observasi dan kualitas GKG sebanyak 4 observasi.
Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Februari 2016 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 4 4.600,00 5.000,00 5.200,00 5.050,00 5.100,00 500,00 10,87 (8,70%) (penggilingan)
Kelompok Kualitas (1) GKG
25 (54,35%)
GKP
5.250,00
4.932,00
4.982,00
3.700,00 (petani)
1.232,00
33,30
3.750,00 1.232,00 (penggilingan)
32,85
Gabah Kualitas Rendah
17 (36,95%)
3.600,00
5.200,00
4.129,41
4.179,41
-
Total
46 (100,00%)
-
-
-
-
-
12
4.000,00
-
-
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 29 observasi atau 63,05 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Februari 2016. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 17 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 36,95 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Februari 2016, yang berpotensi mengalami kasus harga 26,08 persen berasal dari Kabupaten Bantul, 6,52 persen berasal dari Kabupaten Sleman, dan 4,35 persen berasal dari Kabupaten Kulonprogo.
Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Februari 2016 Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
GKG
4
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
4 (100,00 %)
GKP
25
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
25(100,00 %)
25 (100,00 %)
GKG dan GKP
29
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
29 (100,00 %)
Kualitas Rendah
17
2.Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.250,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang dan Cigeulis terjadi di Kecamatan Kalasan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.600,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Jetis (Bantul). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Desember 2015 - Februari 2016
Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA) Des’2015 Jan’2016 (2)
(3)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Feb’2016 (4)
Des’2015 Jan’2016 Feb’2016 (5)
(6)
(7)
GKG
-
-
13,55
-
-
1,72
GKP
12,31
13,33
13,84
5,49
6,32
6,44
KualitasRendah
29,66
25,15
24,26
5,79
9,46
13,21
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016
13
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 13,84 persen dan 6,44 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Februari 2016 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 24,26 persen dan 13,21 persen. Sementara itu rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKG pada Februari 2016 masing-masing sebesar 13,55 persen dan 1,72 persen.
Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Desember 2015 - Februari 2016 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Des’2015
(1)
Jan’2016 Feb’2016
(2)
(3)
(4)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Perub (4) thd (3) (%) (5)
Des’2015 Jan’2016 (6)
Feb’2016
(7)
(8)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
GKG
-
-
5.050,00
-
-
-
5.100,00
-
GKP
5.329,17
5.023,81
4.932,00
-1,83
5.379,17
5.073,81
4.982,00
-1,81
Kualitas Rendah
4.611,43
4.609,09
4.129,41 -10,41
4.678,57
4.659,09
4.179,41
-10,30
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani turun Rp. 91,81 per kg (1,83 persen) menjadi Rp 4.932,00 per kg, demikian pula di tingkat penggilingan turun Rp. 91,81 per kg (1,81 persen) menjadi Rp. 4.982,00 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 479,68 per kg (10,41 persen) menjadi Rp. 4.129,41 per kg dan turun Rp. 479,68 per kg(10,30 persen) menjadi Rp. 4.179,41 per kg di tingkat penggilingan. Rata-rata harga gabah kualitas GKG bulan Februari 2016 adalah Rp. 5.050,00 di tingkat petani dan Rp 5.100,00 di tingkat penggilingan.
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Februari 2015 -Februari 2016 5600 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Feb-15
Mar-15
Apr-15
May-15
Jun-15
Jul-15
Aug-15
Sep-15
Oct-15
Nov-15
Dec-15
Jan-16
Feb-16
Bulan GKG
14
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 15/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016