No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 105,47 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Agustus 2016, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 105,47 atau mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 104,57. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 101,08, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 102,50, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 126,81, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 99,71, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 104,08. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP semua subsektor kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan.
Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Agustus 2016 secara umum mencapai 128,28 atau mengalami deflasi sebesar 0,26 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 128,61. Penurunan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,05 persen, meskipun kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen, diikuti kelompok kesehatan naik sebesar 0,46 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,29 persen, kelompok makanan jadi, rokok, dan tembakau naik sebesar 0,25 persen, dan terakhir kelompok perumahan dan kelompok transportasi dan komunikasi masing-masing naik sebesar 0,07 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Agustus 2016 terdapat 16 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 17 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 1,61 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 1,30 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Daerah Istimewa Yogyakarta Agustus 2016 sebesar 115,30 atau naik 0,49 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya yang sebesar 114,74.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
1
diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Agustus 2016, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,86 persen dibanding NTP Juli 2016, yaitu dari 104,57 menjadi 105,47. Kenaikan NTP bulan Agustus 2016 ini disebabkan oleh naiknya indeks harga produk pertanian yang diterima petani sebaliknya indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami penurunan. Kenaikan indeks NTP yang tercatat pada bulan Agustus 2016 terjadi pada semua subsektor kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan. Subsektor hortikultura mengalami kenaikan indeks terbesar yaitu 1,73 persen, diikuti subsektor peternakan naik sebesar 1,42 persen dan subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,58 persen. Sebaliknya subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar 0,34 persen dan subsektor perikanan turun sebesar 0,03 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Agustus 2016, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,75 persen dibandingkan dengan It Juli 2016, yaitu dari 129,07 menjadi 130,04. Subsektor peternakan mengalami kenaikan It terbesar yaitu mencapai 1,48 persen diikuti subsektor hortikultura naik 1,46 persen, dan subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,42 persen. Sebaliknya It subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar 0,39 persen dan subsektor perikanan turun sebesar 0,21 persen dibanding Juli 2016.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Agustus 2016 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan Ib sebesar 0,10 persen bila dibandingkan Juli 2016, yaitu dari 123,43 menjadi 123,30. Penurunan Ib terbesar terjadi pada subsektor hortikultura yaitu sebesar 0,27 persen, diikuti subsektor perikanan turun sebesar 0,18 persen, subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,16 persen, dan terakhir subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,04 persen. Sebaliknya subsektor peternakan mengalami kenaikan Ib sebesar 0,06 persen dibanding bulan Juli 2016. Penurunan Ib tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti gula pasir, bawang putih, beras, gula merah, apel, wortel, jeruk dan kacang panjang.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Agustus 2016 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,58 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,42 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,16 persen. Kenaikan indeks yang 2
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 1,60 persen meskipun subkelompok palawija turun sebesar 0,74 persen. Komoditas yang menyebabkan kenaikan It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga beberapa komoditi terutama gabah, kacang tanah dan ketela pohon. Pada Ib turunnya indeks disebabkan oleh turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,21 persen, meskipun Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Juli 2016 - Agustus 2016 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Juli 2016 (2) 128.52
Agustus 2016 (3) 129.06
- Padi
114.12
115.94
1.60
- Palawija
146.91
145.82
-0.74
127.88
127.69
-0.16
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
129.79
129.52
-0.21
- Indeks BPPBM
116.49
116.71
0.19
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
100.49
101.08
0.58
d. Nilai Tukar Usaha Petanian
110.33
110.58
0.23
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) 0.42
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Agustus 2016, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan indeks sebesar 1,73 persen. Hal ini terjadi karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 1,46 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani turun sebesar 0,27 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas utamanya cabai merah, melon, temulawak, salak, melinjo dan cabai rawit. Pada Ib penurunan indeks disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,37 persen meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0,24 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Juli 2016 - Agustus 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan Juli 2016 (2) 126.28
Agustus 2016 (3) 128.12
Persentase Perubahan (4) 1.46
- Sayur-sayuran
119.54
121.46
1.60
- Buah-buahan
133.76
135.57
1.35
- Tanaman Obat
112.41
114.08
1.49
125.33
125.00
-0.27
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128.54
128.05
-0.37
- Indeks BPPBM
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
112.13
112.40
0.24
c. Nilai Tukar Petani (NTPH)
100.76
102.50
1.73
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
112.62
113.99
1.21
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
3
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Agustus 2016 NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 0,34 persen, hal ini terjadi karena penurunan indeks yang diterima petani sebesar 0,39 persen ,lebih besar dibanding penurunan indeks yang dibayar petani sebesar 0,04 persen. Penurunan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 155,30 menjadi 154,70. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan harga utamanya adalah kakao dan kelapa. Penurunan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh turunnya IKRT sebesar 0,18 persen meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0,24. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Juli 2016 - Agustus 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juli 2016 (2) 155.30
Agustus 2016 (3) 154.70
155.30
154.70
-0.39
122.04
121.99
-0.04
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128.13
127.90
-0.18
- Indeks BPPBM
111.52
111.79
0.24
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
127.25
126.81
-0.34
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
139.25
138.38
-0.62
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4) -0.39
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Juli 2016 - Agustus 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juli 2016 (2)
Agustus 2016 (3)
116.89
118.62
1.48
- Ternak Besar
114.51
116.97
2.14
- Ternak Kecil
113.81
115.96
1.89
- Unggas
130.80
129.54
-0.97
- Hasil Ternak
119.87
119.97
0.08
118.89
118.97
0.06
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127.81
127.51
-0.24
- Indeks BPPBM
110.13
110.57
0.40
98.32
99.71
1.42
106.14
107.28
1.07
(1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
(4)
Pada Agustus 2016 terjadi kenaikan pada NTPT sebesar 1,42 persen. Naiknya NTPT terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,48 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,06 persen. Naiknya harga beberapa komoditas seperti harga sapi potong, kambing, dan domba adalah penyebab naiknya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya BPPBM sebesar 0,40 persen meskipun IKRT turun sebesar 0,24 persen. 4
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Agustus 2016, NTN mengalami penurunan sebesar 0,03 persen, hal ini dikarenakan penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,21 persen, lebih besar dibanding penurunan indeks yang dibayar petani sebesar 0,18 persen. Penurunan It di subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok ikan tangkap sebesar 0,75 persen dan subkelompok ikan budidaya turun sebesar 0,18 persen. Sementara itu penurunan yang terjadi pada Ib disebabkan karena turunnya IKRT sebesar 0,35 persen meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0,04 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Juli 2016 - Agustus 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Juli 2016 (2)
Agustus 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
123.33
123.07
-0.21
- Penangkapan
137.23
136.20
-0.75
- Budidaya
122.56
122.34
-0.18
118.47
118.25
-0.18
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128.79
128.34
-0.35
- Indeks BPPBM
106.48
106.53
0.04
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
104.10
104.08
-0.03
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.82
115.53
-0.25
b. Indeks Dibayar Petani
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Agustus 2016 mengalami penurunan sebesar 0,58 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,75 persen, lebih besar dibanding penurunan indeks yang dibayar petani (nelayan) sebesar 0,35 persen. Turunnya It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti udang, cakalang dan layur pada bulan ini. Turunnya Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,35 persen meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0,06 persen. Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Juli - Agustus 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juli 2016 (2)
Agustus 2016 (3)
137.23
136.20
- Penangkapan Perairan Umum
100.00
100.00
0.00
- Penangkapan Perairan Laut
137.27
136.24
-0.75
121.70
121.49
-0.17
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128.63
128.18
-0.35
- Indeks BPPBM
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4) -0.75
113.58
113.65
0.06
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
112.76
112.10
-0.58
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
120.82
119.84
-0.81
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
5
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami kenaikan indeks sebesar 0,01 persen pada Agustus 2016. Kenaikan ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,18 persen, lebih kecil dibanding penurunan indeks yang dibayar petani sebesar 0,19 persen. Penurunan It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti gurame, tawes dan udang. Turunnya Ib disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,35 persen, meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0,04 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Juli 2016 - Agustus 2016 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Juli 2016 (2)
(1)
Persentase Perubahan
Agustus 2016 (3)
(4)
a. Indeks Diterima Petani
122.56
122.34
-0.18
- Budidaya Air Tawar
122.56
122.34
-0.18
b. Indeks Dibayar Petani
118.29
118.07
-0.19
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128.79
128.35
-0.35
- Indeks BPPBM
106.08
106.13
0.04
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
103.61
103.62
0.01
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115.53
115.28
-0.22
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Agustus 2016 mencapai 105,51 atau naik sebesar 0,88 persen dibanding bulan Juli 2016. Hal ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani yang sebesar 0,78 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani turun sebesar 0,10 persen. Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Juli 2016 - Agustus 2016 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Juli 2016
Agustus 2016
(2)
(3)
Indeks Harga yang Diterima Petani
129.24
130.25
0.78
Indeks Harga yang Dibayar Petani
123.58
123.45
-0.10
Konsumsi Rumah Tangga
128.61
128.28
-0.25
BPPBM
112.67
112.98
0.27
Nilai Tukar Petani
104.58
105.51
0.88
Nilai Tukar Usaha Pertanian
114.71
115.29
0.51
(1)
6
Bulan
(4)
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Agustus 2016 secara umum mencapai 128,28 atau mengalami deflasi sebesar 0,26 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 128,61. Penurunan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,05 persen, meskipun kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen, diikuti kelompok kesehatan naik sebesar 0,46 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,29 persen, kelompok makanan jadi, rokok, dan tembakau naik sebesar 0,25 persen, dan terakhir kelompok perumahan dan kelompok transportasi dan komunikasi masing-masing naik sebesar 0,07 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Juli 2016 - Agustus 2016 (2012=100) Kelompok (1) Konsumsi Rumah Tangga
Bulan Juli 2016 (2) 128.61
Agustus 2016 (3) 128.28
Persentase Perubahan (4) -0.26
- Bahan Makanan
143.98
142.46
-1.05
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
129.62
129.95
0.25
- Perumahan
120.72
120.81
0.07
- Sandang
125.55
125.91
0.29
- Kesehatan
116.18
116.71
0.46
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
111.38
112.06
0.61
- Transportasi dan Komunikasi
115.55
115.63
0.07
7. NTUP Subsektor Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 10 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) dan Perubahannya Juli 2016 - Agustus 2016 (2012=100) Subsektor
Bulan
Persentase Perubahan (4) 0.23
Juli 2016 (2) 110.33
Agustus 2016 (3) 110.58
2. Hortikultura
112.62
113.99
1.21
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
139.25
138.38
-0.62
4. Peternakan
106.14
107.28
1.07
5. Perikanan
(1) 1. Tanaman Pangan
115.82
115.53
-0.25
a. Perikanan Tangkap
120.82
119.84
-0.81
b. Perikanan Budidaya
115.53
115.28
-0.22
114.74
115.30
0.49
NTUP Gabungan
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
7
Pada Agustus 2016 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,49 persen. Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP di tiga subsektor, yaitu subsektor hortikultura sebesar 1,21 persen, subsektor peternakan sebesar 1,07 persen dan subsektor tanaman pangan sebesar 0,23 persen. Sebaliknya subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan mengalami penurunan masingmasing 0,62 persen dan 0,25 persen.
8. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Agustus 2016 ada sebanyak 16 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sebesar 1,61 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,18 persen terjadi di Provinsi Jawa Timur. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Sumatera Selatan terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama karet dan kelapa sawit. Sebanyak 17 provinsi pada bulan Agustus 2016 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Bangka Belitung mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,30 persen, sedangkan Provinsi Papua Barat dan Provinsi Bali mengalami penurunan NTP terkecil yaitu masing-masing 0,01 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Bangka Belitung utamanya disebabkan oleh turunnya harga lada/merica pada subsektor tanaman perkebunan rakyat.
8
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
Tabel 11 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Juli 2016 - Agustus 2016 (2012=100)
Provinsi (1) NASlONAL SUMSEL NTB BENGKULU
Bulan
Persentase Perubahan
Juli 2016 (2)
Agustus 2016 (3)
101.39
101.56
0.17
93.06
94.56
1.61
104.71
106.26
1.48
(4)
91.64
92.56
1.00
YOGYAKARTA
104.57
105.47
0.86
SULBAR
107.14
107.93
0.74
NTT
100.46
101.11
0.65
SULSEL
104.60
105.23
0.60
RIAU
97.41
97.98
0.58
JATENG
99.93
100.43
0.50
NAD
95.20
95.56
0.38
LAMPUNG
104.25
104.54
0.28
GORONTALO
105.32
105.57
0.24
SUMBAR
96.91
97.13
0.23
SUMUT
99.08
99.29
0.22
MALUKU UTARA
103.34
103.54
0.20
JATIM
104.56
104.74
0.18
PAPUA BARAT
100.59
100.58
-0.01
BALI
106.67
106.66
-0.01
KALTIM
98.16
98.14
-0.03
JAMBI
98.15
97.90
-0.26
SULTRA
100.64
100.33
-0.31
JABAR
104.32
103.94
-0.37
KALSEL
96.69
96.22
-0.49
101.24
100.51
-0.71
KALTENG
97.92
97.20
-0.74
SULUT
96.93
96.17
-0.78
DKI
KEPRI
98.19
97.42
-0.79
SULTENG
100.59
99.77
-0.82
MALUKU
103.14
102.28
-0.84
PAPUA
96.77
95.94
-0.87
KALBAR
95.21
94.25
-1.01
BANTEN
101.32
100.25
-1.06
BABEL
102.01
100.69
-1.30
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
9
Tabel 12 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Juli 2016 - Agustus 2016 (2012=100) Provinsi (1) NASIONAL
Juli 2016 (2)
Agustus 2016 (3)
Persentase Perubahan (4)
101.31
101.48
0.17
92.90
94.44
1.66
104.81
106.36
1.48
91.50
92.45
1.04
YOGYAKARTA
104.58
105.51
0.88
SULBAR
107.32
108.17
0.80
NTT
100.39
101.06
0.66
SULSEL
104.79
105.46
0.64
RIAU
96.71
97.32
0.63
JATENG
99.85
100.37
0.53
SUMSEL NTB BENGKULU
NAD
95.09
95.47
0.40
LAMPUNG
104.39
104.69
0.29
SUMBAR
96.48
96.72
0.25
105.49
105.74
0.24
GORONTALO SUMUT
99.08
99.27
0.19
JATIM
104.52
104.70
0.18
MALUKU UTARA
103.40
103.56
0.16
BALI
106.73
106.73
0.00
KALTIM
97.92
97.80
-0.12
100.34
100.21
-0.14
JAMBI
98.00
97.78
-0.22
JABAR
104.61
104.20
-0.39
SULTRA
99.77
99.34
-0.43
KALSEL
95.57
95.07
-0.52
KALTENG
97.29
96.51
-0.80
SULTENG
100.03
99.22
-0.81
PAPUA BARAT
SULUT
96.75
95.90
-0.87
102.89
101.94
-0.92
PAPUA
96.28
95.35
-0.98
KALBAR
94.90
93.92
-1.03
BANTEN
MALUKU
10
Bulan
101.20
100.10
-1.09
KEPRI
94.31
92.99
-1.40
BABEL
101.55
100.09
-1.44
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
Tabel 13 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Juli 2016 - Agustus 2016 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Juli 2016 (2)
Agustus 2016 (3)
NASIONAL
108.89
109.07
0.17
NTB
109.78
111.88
1.92
SUMBAR
106.43
108.10
1.56
SULTRA
117.16
118.72
1.34
PAPUA BARAT
104.30
105.54
1.18
SUMUT
103.30
104.37
1.03
BENGKULU
102.11
103.09
0.95
MALUKU UTARA
102.13
103.02
0.88
PAPUA
109.08
110.02
0.86
KEPRI
108.89
109.74
0.78
(1)
SUMSEL
(4)
95.77
96.46
0.73
SULUT
102.94
103.66
0.70
GORONTALO
106.69
107.35
0.62
KALTIM
108.82
109.49
0.61
BABEL
108.58
108.84
0.24
JATENG
109.80
110.04
0.21
NAD
101.57
101.74
0.17
NTT
105.74
105.86
0.11
LAMPUNG
107.25
107.29
0.04
MALUKU
104.99
105.01
0.02
JATIM
113.93
113.92
-0.01
KALTENG
111.55
111.50
-0.04
KALSEL
112.74
112.58
-0.15
RIAU
117.67
117.21
-0.39
SULSEL
104.21
103.65
-0.53
BANTEN
119.16
118.47
-0.58
YOGYAKARTA
112.76
112.10
-0.58
KALBAR
106.07
105.43
-0.61
JABAR
111.98
111.15
-0.74
SULBAR
107.69
106.82
-0.81
BALI
111.88
110.77
-0.99
DKI
108.11
107.02
-1.00
JAMBI
109.50
108.14
-1.25
SULTENG
116.78
115.15
-1.40
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
11
Tabel 14 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Juli 2016 - Agustus 2016 (2012=100) Provinsi
Persentase Perubahan
Juli 2016 (2)
Agustus 2016 (3)
Nasional
99.05
98.93
-0.11
SUMUT
94.90
95.90
1.05
KALTIM
89.56
90.15
0.66
SULBAR
96.22
96.69
0.49
SULTENG
88.69
89.08
0.44
BANTEN
96.54
96.90
0.37
(1)
RIAU
(4)
101.85
102.12
0.26
JABAR
98.23
98.46
0.24
SULSEL
99.18
99.25
0.07
KALTENG
96.97
97.04
0.07
KEPRI
106.64
106.67
0.03
YOGYAKARTA
103.61
103.62
0.01
NTB
88.95
88.96
0.00
SULTRA
95.42
95.39
-0.02
KALBAR
98.87
98.82
-0.05
KALSEL
102.58
102.51
-0.07
SUMSEL
98.50
98.33
-0.17
102.40
102.21
-0.18
JATIM SULUT
92.95
92.76
-0.20
106.47
106.12
-0.33
NTT
99.70
99.36
-0.34
LAMPUNG
96.48
96.15
-0.34
DKI
94.04
93.68
-0.38
PAPUA
88.15
87.75
-0.45
BENGKULU
94.61
94.12
-0.52
PAPUA BARAT
89.89
89.39
-0.55
MALUKU UTARA
NAD
94.54
94.02
-0.56
SUMBAR
106.74
106.11
-0.59
JATENG
101.63
101.01
-0.61
BABEL
95.41
94.80
-0.64
BALI
89.95
89.21
-0.83
GORONTALO
89.35
88.34
-1.13
106.57
105.35
-1.14
96.28
95.15
-1.18
MALUKU JAMBI
12
Bulan
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH AGUSTUS 2016 Berdasarkan hasil observasi terhadap 126 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Agustus 2016, sebanyak 69,05 persen berkualitas rendah dan sisanya 30,95 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP). Dibandingkan Juli 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKP naik 0,84 persen menjadi Rp. 4.687,18 per kg di tingkat petani dan naik 0,83 persen menjadi Rp. 4.737,18 per kg di tingkat penggilingan. Sebaliknya rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 2,97 persen menjadi Rp. 3.892,53 per kg di tingkat petani dan turun 2,93 persen menjadi Rp. 3.942,53 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.200,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.650,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas Ciherang dan Sidenuk terjadi di wilayah Kecamatan Sleman (Sleman). Selama Agustus 2016, tidak dijumpai observasi harga gabah di bawah HPP baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan.
Pada Agustus 2016, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 126 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas rendah sebanyak 87 observasi dan kualitas GKP sebanyak 39 observasi.
Tabel 15 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Agustus 2016 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 (0,00%) (penggilingan)
Kelompok Kualitas (1) GKG
39 (30,95%)
GKP
3.800,00
5.200,00
4.687,18
4.737,18
3.700,00 (petani)
987,18
26,68
3.750,00 (penggilingan)
987,18
26,32
-
-
Gabah Kualitas Rendah
87 (69,05%)
3.650,00
4.950,00
3.892,53
3.942,53
-
Total
126 (100,00%)
-
-
-
-
-
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
-
-
13
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 39 observasi atau 30,95 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Agustus 2016. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 87 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 69,05 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Agustus 2016, yang berpotensi mengalami kasus harga 62,70 persen berasal dari Kabupaten Bantul dan 6,35 persen berasal dari Kabupaten Sleman.
Tabel 16 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Agustus 2016
Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
GKP
39
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
39 (100,00 %)
39 (100,00 %)
GKG dan GKP
39
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
39 (100,00 %)
Kualitas Rendah
87
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.200,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.650,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas Ciherang dan Sidenuk terjadi di wilayah Kecamatan Sleman (Sleman). Tabel 17 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Juni - Agustus 2016
Kelompok Kualitas (1)
14
Kadar Air (KA)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Jun 2016
Jul 2016
Ags 2016
(2)
(3)
(4)
Jun 2016 Jul 2016 Ags 2016 (5)
(6)
(7)
GKG
-
9,00
-
-
2,70
-
GKP
12,91
12,32
13,98
7,63
7,15
6,89
KualitasRendah
21,69
24,00
29,92
11,28
10,03
8,40
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 13,98 persen dan 6,89 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Agustus 2016 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 29,92 persen dan 8,40 persen.
Tabel 18 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Juni - Agustus 2016 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas (1)
Jun 2016
Perub (4) thd (3) (%) (5)
Jul 2016 Ags 2016
(2)
(3)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
(4)
Jun 2016
Jul 2016
Ags 2016
(6)
(7)
(8)
Perub (8) thd (7) (%) (9)
GKG
-
4.750,00
-
-
-
4.800,00
-
-
GKP
4.678,00
4.648,15
4.687,18
0,84
4.728,00
4.698,15
4.737,18
0,83
Kualitas Rendah
4.208,89
4.011,54
3.892,53
-2,97
4.258,89
4.061,54
3.942,53
-2,93
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 39,03 per kg (0,84 persen) menjadi Rp 4.687,18 per kg, demikian pula di tingkat penggilingan naik Rp. 39,03 per kg (0,83 persen) menjadi Rp. 4.737,18 per kg. Sebaliknya rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 119,01 per kg (2,97 persen) menjadi Rp. 3.892,53 kg dan turun Rp. 119,01 per kg(2,93 persen) menjadi Rp. 3.942,53 per kg di tingkat penggilingan.
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Agustus 2015 -Agustus 2016 5600 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Aug-15
Sep-15
Oct-15
Nov-15
Dec-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
May-16
Jun-16
Jul-16
Aug-16
Bulan GKG
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 50/09/34/Th.XVIII, 1 September 2016
HPP GKP
15