No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Agustus 2014, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,18 atau mengalami penurunan sebesar 0,35 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 102,54. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 96,35, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 96,72, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 116,49, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 103,91 dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 103,84. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP pada seluruh subsektor kecuali subsektor peternakan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Agustus 2014 secara umum mencapai 114,72 atau mengalami inflasi sebesar 0,54 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 114,11. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumah tangga dengan kelompok bahan makanan mengalami kenaikan terbesar, yaitu sebesar 0,92 persen. Kenaikan indeks terbesar selanjutnya terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,49 persen, diikuti kelompok sandang sebesar 0,41 persen, kelompok perumahan sebesar 0,29 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,24 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,22 dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,19 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Agustus 2014 terdapat 13 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 19 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Lampung sebesar 1,06 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 1,34 persen. Sementara itu, Provinsi Sumatera Utara relatif tidak mengalami perubahan NTP pada bulan ini. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
1
kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Agustus 2014, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,35 persen dibanding NTP Juli 2014, yaitu dari 102,54 menjadi 102,18. Turunnya NTP bulan Agustus 2014 ini disebabkan karena indeks harga produk pertanian yang diterima petani mengalami kenaikan yang lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Turunnya angka NTP yang tercatat pada bulan Agustus 2014 disebabkan oleh turunnya NTP di semua subsektor kecuali subsektor peternakan yang mengalami kenaikan sebesar 0,97 persen. Subsektor tanaman perkebunan rakyat menjadi subsektor yang mengalami penurunan terbesar, yaitu mencapai 2,00 persen, diikuti oleh subsektor perikanan turun sebesar 0,59 persen, subsektor hortikultura turun sebesar 0,55 persen, dan subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,35 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Agustus 2014, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,07 persen dibandingkan dengan It Juli 2014, yaitu dari 114,62 menjadi 114,70. Kenaikan It terjadi pada subsektor peternakan sebesar 1,30 persen dan subsektor tanaman pangan sebesar 0,20 persen. Sebaliknya, subsektor tanaman perkebunan rakyat, subsektor perikanan, dan subsektor hortikultura mengalami penurunan It masingmasing sebesar 1,70 persen, 0,17 persen dan 0,05 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Agustus 2014, Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,43 persen bila dibandingkan Juli 2014, yaitu dari 111,77 menjadi 112,25. Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor di mana kenaikan terbesar dialami oleh subsektor tanaman pangan sebesar 0,55 persen. Selanjutnya diikuti oleh subsektor hortikultura naik sebesar 0,50 persen, subsektor perikanan naik sebesar 0,42 persen, subsektor peternakan naik sebesar 0,32 persen dan terakhir subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,30 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi bahan makanan konsumsi rumah tangga seperti cabai rawit, kacang panjang, dan daging ayam ras.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Agustus 2014 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 0,35 persen. Turunnya NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 0,20 persen lebih kecil dibanding dengan kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,55 persen. Kecilnya kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok palawija sebesar 0,70 persen meskipun subkelompok padi naik 0,98 persen. Komoditas yang menyebabkan relatif kecilnya kenaikan It pada subsektor ini terutama karena
2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
turunnya harga kacang kedelai, jagung, dan kacang tanah, meskipun harga komoditas gabah mengalami kenaikan yang signifikan. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,57 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,42 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Juli-Agustus 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juli 2014 (2)
Agustus 2014 (3)
110,07
110,29
0,20
- Padi
105,04
106,07
0,98
- Palawija
116,48
115,67
-0,70
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4)
113,84
114,46
0,55
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
114,96
115,61
0,57
- Indeks BPPBM
107,13
107,58
0,42
96,69
96,35
-0,35
102,74
102,52
-0,22
c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Petanian
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Agustus 2014, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan sebesar 0,55 persen. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,05 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas seperti bawang merah dan jahe. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,59 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,12 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Juli-Agustus 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan Juli 2014 (2)
Agustus 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
109,58
109,52
-0,05
- Sayur-sayuran
106,67
105,46
-1,13
- Buah-buahan
110,91
112,07
1,05
- Tanaman Obat
114,53
112,47
-1,80
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
112,68
113,24
0,50
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
114,29
114,96
0,59
- Indeks BPPBM
106,01
106,14
0,12
97,25
96,72
-0,55
103,36
103,19
-0,16
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
3
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Agustus 2014 NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 2,00 persen, hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,70 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,30 persen. Turunnya It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 131,40 menjadi 129,17. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan harga di antaranya adalah kelapa, cengkeh, tebu, dan kopi. Sedangkan kenaikan pada Ib terjadi karena naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,48 persen, meskipun indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) turun sebesar 0,02 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Juli-Agustus 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juli 2014 (2)
Agustus 2014 (3)
131,40
129,17
-1,70
131,40
129,17
-1,70
110,55
110,89
0,30
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
113,55
114,09
0,48
- Indeks BPPBM
105,37
105,35
-0,02
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
118,86
116,49
-2,00
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
124,71
122,62
-1,68
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4)
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Juli-Agustus 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
Agustus 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
113,16
114,62
1,30
- Ternak Besar
113,43
115,13
1,50
- Ternak Kecil
111,53
113,55
1,81
- Unggas
118,99
120,95
1,65
- Hasil Ternak
107,68
106,99
-0,64
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
4
Juli 2014 (2)
Bulan
109,95
110,31
0,32
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
113,40
113,96
0,49
- Indeks BPPBM
106,56
106,71
0,15
c. Nilai Tukar Petani (NTPT)
102,91
103,91
0,97
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
106,19
107,41
1,15
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
Pada Agustus 2014 terjadi kenaikan pada NTPT sebesar 0,97 persen. Naiknya NTPT terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,30 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,32 persen. Kenaikan It ini disebabkan oleh naiknya It pada subkelompok ternak besar yang mencapai 1,50 persen, subkelompok ternak kecil naik sebesar 1,81 persen, dan subkelompok ungggas yang naik sebesar 1,65 persen. Penurunan It pada subkelompok hasil ternak sebesar 0,64 persen tidak berpengaruh besar pada kenaikan It pada subsektor peternakan pada bulan Agustus 2014 ini. Naiknya harga beberapa komoditas seperti sapi potong, kambing, dan daging ayam ras menjadi penyebab utama kenaikan It pada subsektor ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,49 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,15 persen. e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Agustus 2014, NTN mengalami penurunan sebesar 0,59 persen, hal ini dikarenakan indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,17 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,42 persen. Turunnya It subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok budidaya sebesar 0,29 persen meskipun It subkelompok penangkapan mengalami kenaikan sebesar 1,86 persen. Sedangkan, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,71 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,06 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Juli-Agustus 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juli 2014 (2)
Agustus 2014 (3)
114,83
114,64
-0,17
- Penangkapan
120,63
122,87
1,86
- Budidaya
114,51
114,19
-0,29
109,95
110,41
0,42
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
114,78
115,60
0,71
- Indeks BPPBM
104,32
104,38
0,06
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
104,45
103,84
-0,59
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
110,07
109,83
-0,22
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Agustus 2014 mengalami kenaikan indeks sebesar 1,36 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 1,86 persen lebih tinggi dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (nelayan) yang hanya sebesar 0,49 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti tongkol, manyung, dan kuwe pada bulan ini. Sedangkan kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,71 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,23 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Juli-Agustus 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juli 2014 (2)
Agustus 2014 (3)
120,63
122,87
1,86
- Penangkapan Perairan Umum
100,00
100,00
0,00
- Penangkapan Perairan Laut
120,65
122,89
1,86
113,02
113,58
0,49
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
114,64
115,45
0,71
- Indeks BPPBM
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
111,14
111,39
0,23
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
106,73
108,17
1,36
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
108,54
110,30
1,62
Sementara itu, NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,70 persen pada Agustus 2014. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,29 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,42 persen. Turunnya It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti lele dan udang. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,71 persen, dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,04 persen dibanding bulan sebelumnya. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Juli-Agustus 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juli 2014 (2)
Agustus 2014 (3)
a. Indeks Diterima Petani
114,51
114,19
-0,29
- Budidaya Air Tawar
114,51
114,19
-0,29
b. Indeks Dibayar Petani
109,77
110,23
0,42
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
114,79
115,61
0,71
- Indeks BPPBM
103,95
103,99
0,04
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
104,32
103,59
-0,70
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
110,17
109,80
-0,33
(1)
(4)
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Agustus 2014 mencapai 102,13 atau turun sebesar 0,35 persen dibanding bulan Juli 2014. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,08 persen lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang mencapai 0,43 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Juli-Agustus 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juli 2014
Agustus 2014
(1)
(2)
(3)
Indeks Harga yang Diterima Petani
114,61
114,70
0,08
Indeks Harga yang Dibayar Petani
111,83
112,31
0,43
Konsumsi Rumah Tangga
114,09
114,70
0,53
BPPBM
106,38
106,58
0,19
Nilai Tukar Petani
102,49
102,13
-0,35
Nilai Tukar Usaha Pertanian
107,74
107,62
-0,11
(4)
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada Agustus 2014, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) atau IHK di daerah perdesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan atau inflasi 0,54 persen. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumah tangga dengan kelompok bahan makanan mengalami kenaikan terbesar, yaitu sebesar 0,92 persen. Kenaikan indeks terbesar selanjutnya terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,49 persen, diikuti kelompok sandang sebesar 0,41 persen, kelompok perumahan sebesar 0,29 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,24 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,22 dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,19 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Juli-Agustus 2014 (2012=100) Kelompok (1) Konsumsi Rumah Tangga
Bulan Juli 2014
Agustus 2014
(2)
(3)
Persentase Perubahan (4)
114,11
114,72
0,54
- Bahan Makanan
121,09
122,20
0,92
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
111,57
112,12
0,49
- Perumahan
110,40
110,72
0,29
- Sandang
111,77
112,23
0,41
- Kesehatan
106,54
106,80
0,24
- Pendidikan,Rekreasi, dan Olahraga
104,79
104,99
0,19
- Transportasi dan Komunikasi
112,91
113,16
0,22
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada bulan Agustus 2014 ada sebanyak 13 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Lampung yaitu sebesar 1,06 persen, sedangkan kenaikan NTP terendah sebesar 0,02 persen terjadi di Provinsi Sulawesi Utara. Kenaikan NTP tertinggi di Provinsi Lampung terutama disebabkan oleh kenaikan NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga lada/merica, kopi, dan kakao. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
7
Sebanyak 19 provinsi pada bulan Agustus 2014 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,34 persen. Sebaliknya provinsi yang mengalami penurunan terkecil adalah Sumatera Barat dengan penurunan sebesar 0,03 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan banyak disebabkan oleh penurunan harga karet dan kopi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat. Sementara itu, provinsi yang tidak mengalami perubahan NTP yang signifikan pada bulan ini adalah Provinsi Sumatera Utara. Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Juli-Agustus 2014 (2012=100) Provinsi (1)
Nasional NAD
Juli 2014 (2)
Agustus 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
102,12
102,06
-0,06
99,58
98,65
-0,93
Sumatera Utara
99,82
99,81
0,00
Sumatera Barat
100,53
100,50
-0,03
Riau
97,55
96,41
-1,17
Jambi
98,24
97,12
-1,14
Sumatera Selatan
102,77
101,40
-1,34
Bengkulu
96,81
96,00
-0,84
Lampung
104,84
105,94
1,06
Bangka Belitung
101,75
102,47
0,71
Kepulauan Riau
101,77
101,95
0,18
DKI Jakarta
101,27
100,87
-0,40
Jawa Barat
104,79
104,20
-0,56
Jawa Tengah
100,22
100,41
0,19
Yogyakarta
102,54
102,18
-0,35
Jawa Timur
104,32
104,58
0,25
Banten
104,54
103,68
-0,82
Bali
105,14
105,21
0,07
Nusa Tenggara Barat
100,13
99,72
-0,42
Nusa Tenggara Timur
100,78
101,32
0,54
96,61
96,77
0,16
Kalimantan Tengah
101,11
101,62
0,50
Kalimantan Selatan
99,40
99,11
-0,29
Kalimantan Timur
99,71
100,11
0,40
Sulawesi Utara
99,73
99,75
0,02
Selawesi Tengah
102,87
102,71
-0,16
Sulawesi Selatan
105,72
105,28
-0,42
Sulawesi Tenggara
102,27
101,57
-0,68
Gorontalo
101,75
101,66
-0,09
Sulawesi Barat
102,85
102,74
-0,11
Maluku
100,90
101,08
0,18
Maluku Utara
104,61
104,15
-0,44
Papua Barat
100,13
100,29
0,16
97,77
97,26
-0,53
Kalimantan Barat
Papua
8
Bulan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Juli-Agustus 2014 (2012=100) Provinsi (1)
Nasional
Bulan Juli 2014 (2)
Agustus 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
102,06
101,98
-0,08
NAD
99,46
98,54
-0,93
Sumatera Utara
99,83
99,82
-0,01
Sumatera Barat
100,31
100,26
-0,05
Riau
97,07
95,81
-1,29
Jambi
98,08
96,93
-1,17
102,78
101,36
-1,39
Sumatera Selatan Bengkulu
96,64
95,80
-0,87
Lampung
104,90
106,04
1,08
Bangka Belitung
101,56
102,25
0,68
Kepulauan Riau
99,23
99,01
-0,22
Jawa Barat
104,97
104,37
-0,57
Jawa Tengah
100,17
100,36
0,19
Yogyakarta
102,49
102,13
-0,35
Jawa Timur
104,26
104,51
0,24
Banten
104,51
103,62
-0,85
Bali
105,10
105,19
0,08
Nusa Tenggara Barat
100,13
99,68
-0,45
Nusa Tenggara Timur
100,72
101,26
0,54
96,49
96,64
0,16
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
100,81
101,32
0,51
Kalimantan Selatan
98,53
98,30
-0,23
Kalimantan Timur
99,43
99,79
0,36
99,24
99,20
-0,04
Selawesi Tengah
Sulawesi Utara
102,92
102,72
-0,19
Sulawesi Selatan
105,66
105,16
-0,47
Sulawesi Tenggara
101,89
101,17
-0,71
Gorontalo
101,78
101,68
-0,09
Sulawesi Barat
103,10
102,98
-0,11
99,95
100,20
0,25
Maluku Utara
104,89
104,44
-0,43
Papua Barat
99,64
99,70
0,06
Papua
97,58
97,04
-0,55
Maluku
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
9
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Juli-Agustus 2014 (2012=100) Provinsi (1)
Juli 2014 (2)
Agustus 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
Nasional
106,02
106,44
0,39
NAD
104,29
102,64
-1,58
Sumatera Utara
102,47
102,94
0,46
Sumatera Barat
102,71
102,56
-0,15
Riau
107,93
109,15
1,14
Jambi
105,33
104,93
-0,38
98,20
98,69
0,51
Bengkulu
101,21
102,22
1,01
Lampung
106,73
108,02
1,21
Bangka Belitung
104,74
105,89
1,10
Kepulauan Riau
107,25
108,48
1,15
DKI Jakarta
106,16
105,13
-0,96
Jawa Barat
107,66
106,64
-0,95
Jawa Tengah
106,88
107,88
0,94
Yogyakarta
106,73
108,17
1,36
Jawa Timur
108,72
110,36
1,51
Banten
115,78
117,01
1,06
Bali
115,71
115,48
-0,20
Nusa Tenggara Barat
102,68
103,60
0,90
Nusa Tenggara Timur
104,73
105,30
0,54
Kalimantan Barat
102,65
102,53
-0,12
Kalimantan Tengah
109,10
109,73
0,57
Kalimantan Selatan
110,91
109,71
-1,07
Kalimantan Timur
108,51
109,50
0,92
Sulawesi Utara
110,46
110,81
0,31
Sumatera Selatan
Selawesi Tengah
103,24
103,76
0,50
Sulawesi Selatan
107,81
109,09
1,19
Sulawesi Tenggara
108,12
108,03
-0,08
Gorontalo
103,62
103,83
0,21
Sulawesi Barat
10
Bulan
97,05
96,95
-0,11
Maluku
107,62
107,39
-0,21
Maluku Utara
100,07
99,37
-0,70
Papua Barat
105,52
106,69
1,10
Papua
102,32
102,30
-0,01
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Juli-Agustus 2014 (2012=100) Provinsi (1)
Bulan Juli 2014 (2)
Agustus 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
Nasional
101,89
101,79
-0,10
NAD
100,89
100,50
-0,38
Sumatera Utara
96,14
96,36
0,23
Sumatera Barat
106,07
106,60
0,50
Riau
105,36
106,19
0,78
Jambi
100,97
101,24
0,27
Sumatera Selatan
106,87
106,02
-0,79
Bengkulu
103,53
103,43
-0,09
Lampung
101,05
100,60
-0,45
Bangka Belitung
97,26
97,44
0,18
Kepulauan Riau
113,69
115,07
1,22
DKI Jakarta
96,14
96,38
0,25
Jawa Barat
101,08
100,69
-0,38
Jawa Tengah
100,79
100,80
0,01
Yogyakarta
104,32
103,59
-0,70
Jawa Timur
106,28
106,47
0,18
Banten
97,51
97,45
-0,06
Bali
94,58
94,12
-0,49
Nusa Tenggara Barat
96,06
96,03
-0,03
Nusa Tenggara Timur
101,85
102,16
0,30
Kalimantan Barat
95,11
96,01
0,95
Kalimantan Tengah
97,72
98,02
0,30
Kalimantan Selatan
105,81
105,05
-0,72
Kalimantan Timur
93,80
94,18
0,40
Sulawesi Utara
99,14
100,80
1,68
Selawesi Tengah
99,52
99,34
-0,18
Sulawesi Selatan
106,07
106,14
0,06
Sulawesi Tenggara
103,16
101,99
-1,14
Gorontalo
94,19
93,80
-0,42
Sulawesi Barat
99,47
99,39
-0,08
Maluku
114,56
113,36
-1,05
Maluku Utara
109,20
109,15
-0,05
Papua Barat
93,68
93,74
0,07
Papua
95,23
94,55
-0,72
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
11
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH AGUSTUS 2014 Berdasarkan hasil observasi terhadap 82 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Agustus 2014, sebagian besar atau 74,39 persen berkualitas rendah dan sisanya 25,61 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP). Dibandingkan Rp. 4.309,52 penggilingan. Rp. 3.493,44 penggilingan.
Juli 2014, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami kenaikan 0,32 persen menjadi per kg di tingkat petani dan naik 0,26 persen menjadi Rp. 4.352,38 per kg di tingkat Sebaliknya, rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 2,12 persen menjadi per kg di tingkat petani dan turun 2,04 persen menjadi Rp. 3.543,44 per kg di tingkat
Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.800,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.350,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Bantul (Bantul). Selama Agustus 2014, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada Agustus 2014, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 82 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas rendah sebanyak 61 observasi dan kualitas GKP sebanyak 21 observasi. Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Agustus 2014
Kelompok Kualitas (1) GKG
Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 4.150,00 0 (penggilingan) (0,00%) 21 (25,61%)
GKP
4.000,00
4.800,00
4.309,52
4.352,38
3.300,00 (petani)
1.002,38
29,92
3.350,00 1.009,52 (penggilingan)
30,59
Gabah Kualitas Rendah
61 (74,39%)
3.350,00
4.000,00
3.493,44
3.543,44
-
Total
82 (100,00%)
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : GKG : kadar air ≤ 14% dan kadar hampa/kotoran ≤ 3% GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air≤14% an kadar hampa>3% Diluar kualitas : kadar air >25% atau kadar hampa/kotoran >10% * HPP berdasarkan INPRES nomor 3 Tahun 2012 tgl.27 Agustus 2012 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.
12
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 21 observasi atau 25,61 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Agustus 2014. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Berdasarkan 61 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 74,39 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Agustus 2014, yang berpotensi mengalami kasus harga berasal dari Kabupaten Bantul (73,17 persen) dan Kabupaten Sleman (1,22 persen). Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Agustus 2014 Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
GKP
21
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
GKG dan GKP
21
-
0 (0,00 %)
Kualitas Rendah
61
Jumlah Observasi Harga Gabah di Atas HPP
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
21 (100,00 %)
21 (100,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
21 (100,00 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi, dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.800,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.350,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Bantul. Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Juni-Agustus 2014 Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Jun’2014
Jul’2014
Ags’2014
(2)
(3)
(4)
Jun’2014 Jul’2014 Ags’2014 (5)
(6)
(7)
GKG
-
-
-
-
-
-
GKP
13,57
15,21
13,21
6,44
7,03
6,15
KualitasRendah
24,76
30,45
26,59
12,34
10,01
9,71
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014
13
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 13,21 persen dan 6,15 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Agustus 2014 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 26,59 persen dan 9,71 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Juni-Agustus 2014 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Jun’2014
(1)
Jul’2014 Ags’2014
(2)
(3)
(4)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Perub (4) thd (3) (%) (5)
Jun’2014
Jul’2014
Ags’2014
(6)
(7)
(8)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
GKG
-
-
-
-
-
-
-
-
GKP
4.058,33
4.295,65
4.309,52
0,32
4.103,13
4.341,30
4.352,38
0,26
Kualitas Rendah
3.758,33
3.569,23
3.493,44
-2,12
3.797,92
3.617,31
3.543,44
-2,04
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 13,87 per kg (0,32 persen) menjadi Rp 4.309,52 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp. 11,08 per kg (0,26 persen) menjadi Rp. 4.352,38 per kg. Sebaliknya, rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 75,79 per kg (2,12 persen) menjadi Rp. 3.493,44 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan turun Rp. 73,87 per kg (2,04 persen) menjadi Rp. 3.543,44 per kg. Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Agustus 2013 - Agustus 2014 5000 4800 4600 4400
Rp/Kg
4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000
Agst-2013 Sept-2013 Okt-2013 Nov-2013 Des-2013 Jan-2014 Feb-2014 Mar-2014 Apr-2014 Mei-2014 Jun-2014 Jul-2014 Agst-2014
Bulan GKG
14
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 51/09/34/Th.XVI, 1 September 2014