F
No. 49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR 102.87 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) NTP Daerah Istimewa Yogyakarta pada Agustus 2017, mencapai angka 102,87 atau mengalami penurunan sebesar 0,05 persen dibanding indeks bulan sebelumnya yang tercatat 102,92. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 101,44; NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 101,17; NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 123,48; NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 93,35; dan NTP Subsektor Perikanan (NTNP) 101,56. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 2,28 persen, meskipun subsektor yang lain mengalami kenaikan. Indeks Harga Konsumen (IHK) pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Agustus 2017 secara umum mencapai 133,44 atau mengalami inflasi sebesar 0,51 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 132,76. Kenaikan IHK bulan ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,21 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,24 persen, kelompok sandang sebesar 0,03 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,11 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,12 persen, dan kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,18 persen, sedangkan kelompok perumahan mengalami penurunan sebesar 0,28 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Agustus 2017 terdapat 28 provinsi mengalami kenaikan, sebaliknya 5 provinsi mengalami penurunan. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Lampung sebesar 1,82 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Papua Barat sebesar 0,44 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Daerah Istimewa Yogyakarta bulan Agustus 2017 sebesar 112,96 atau naik sebesar 0,04 persen dibanding bulan Juli 2017 sebesar 112,92.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua angka tersebut akan menunjukkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Pada sisi lain, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017
1
pendapatan petani sehingga akan meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri. Semakin tinggi nilai NTP, maka akan relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Tabel 1 Nilai Tukar Petani dan Perubahannya Juli 2017 - Agustus 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan
Persentase
Juli 2017
Agustus 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
131.09
131.67
0.44
1. Tanaman Pangan
133.83
134.76
0.70
2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
130.24 159.33
131.62 156.41
1.06 -1.83
4. Peternakan 5. Perikanan
113.23 122.68
114.87 123.28
1.45 0.49
144.41 121.47
144.69 122.09
0.19 0.51
127.38
128.00
0.48
1. Tanaman Pangan 2. Hortikultura
132.19 129.45
132.86 130.09
0.50 0.50
3. Tanaman Perkebunan Rakyat 4. Peternakan
126.09 122.43
126.67 123.05
0.46 0.50
5. Perikanan - Perikanan Tangkap
121.19 123.71
121.38 123.88
0.16 0.14
- Perikanan Budidaya
121.05
121.25
0.16
c. Nilai Tukar Petani (NTP)
102.92
102.87
-0.05
1. Tanaman Pangan
101.24
101.44
0.20
2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
100.61 126.37
101.17 123.48
0.56 -2.28
4. Peternakan 5. Perikanan
92.48 101.23
93.35 101.56
0.94 0.33
116.74 100.35
116.80 100.70
0.05 0.35
112.92
112.96
0.04
1. Tanaman Pangan
110.95
111.08
0.11
2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
112.71 137.53
113.81 134.46
0.98 -2.23
4. Peternakan 5. Perikanan
100.08 113.38
101.03 113.81
0.94 0.38
126.97 112.59
127.15 113.03
0.14 0.40
- Perikanan Tangkap - Perikanan Budidaya b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
- Perikanan Tangkap - Perikanan Budidaya d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
- Perikanan Tangkap - Perikanan Budidaya
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Bulan Agustus 2017, NTP di DIY mengalami penurunan indeks sebesar 0,05 persen dibanding NTP Juli 2017, yaitu dari 102,92 menjadi 102,87. Penurunan NTP bulan Agustus 2017 ini disebabkan oleh indeks harga produk pertanian yang diterima petani lebih rendah dibanding indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. 2
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017
Penurunan indeks NTP yang tercatat pada bulan Agustus 2017 terjadi di satu subsektor, yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat turun cukup signifikan sebesar 2,28 persen. Sedangkan lainnya mengalami kenaikan, yaitu subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,20 persen, subsektor hortikultura naik sebesar 0,56 persen, subsektor peternakan mengalami kenaikan sebesar 0,94 persen, dan subsektor perikanan naik sebesar 0,33 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Agustus 2017, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,44 persen dibandingkan It Juli 2017, yaitu dari 131,09 menjadi 131,67. Subsektor tanaman peternakan mengalami kenaikan It terbesar yaitu mencapai 1,45 persen diikuti subsektor hortikultura naik sebesar 1,06 persen, subsektor tanaman pangan naik 0,70 persen, dan subsektor perikanan juga naik sebesar 0,49 persen. Sementara itu subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar 1,83 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) akan memperlihatkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh petani dan fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Petani sendiri banyak yang berdomisili di pedesaan, sehingga tidak berlebihan masyarakat pedesaan itu identik dengan petani. Pada Agustus 2017 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen dari 127,38 menjadi 128,00. Subsektor tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan mengalami kenaikan sama sebesar 0,50 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat juga mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen, demikian juga subsektor perikanan naik sebesar 0,16 persen.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Juli 2017 - Agustus 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok
Bulan
Persentase
Juli 2017 (2)
Agustus 2017 (3)
Perubahan (4)
133.83
134.76
0.70
117.12 155.17
117.14 157.28
0.02 1.36
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
132.19 134.12
132.86 134.78
0.50 0.49
- Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP)
120.62 101.24
121.32 101.44
0.59 0.20
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
110.95
111.08
0.11
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Padi - Palawija
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017
3
Pada Agustus 2017 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,20 persen. Kenaikan NTPP ini disebabkan karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,70 persen, lebih besar dibanding indeks yang dibayar petani yang juga mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen. Naiknya indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok palawija sebesar 1,36 persen dan subkelompok padi sebesar 0,02 persen. Komoditas yang menyebabkan naiknya It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga komoditi jagung, ketela pohon, kacang tanah, dan ubi jalar. Pada Ib indeks mengalami kenaikan, disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,49 persen, dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) juga naik sebesar 0,59 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada Agustus 2017, mengalami kenaikan indeks sebesar 0,56 persen. Hal ini terjadi karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 1,06 persen lebih tinggi dibanding indeks yang dibayar petani yang juga naik sebesar 0,50 persen. Naiknya It disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa komoditas utamanya petai, cabe merah, melinjo, nangka, dan salak. Pada Ib kenaikan terjadi karena indeks IKRT naik sebesar 0,59 persen dan indeks BPPBM juga naik sebesar 0,07 persen.
Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Juli 2017 - Agustus 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok (1)
Bulan Juli 2017
Persentase
Agustus 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
130.24
131.62
1.06
118.36 141.49
117.52 144.95
-0.70 2.45
116.94 129.45
115.89 130.09
-0.90 0.50
132.82 115.56
133.60 115.64
0.59 0.07
c. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH)
100.61
101.17
0.56
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
112.71
113.81
0.98
a. Indeks Diterima Petani (It) - Sayur-sayuran - Buah-buahan - Tanaman Obat b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 2,28 persen pada Agustus 2017. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,83 persen, lebih rendah dibanding indeks yang dibayar petani yang mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen. Penurunan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan dari 159,33 menjadi 156,41. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan harga utamanya adalah kelapa, cengkeh, tebu, kapuk, dan kakao. Kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,49 persen dan indeks BPPBM juga naik sebesar 0,41 persen.
4
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017
Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Juli 2017 - Agustus 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok
Bulan
Persentase
Juli 2017
Agustus 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat
159.33 159.33
156.41 156.41
-1.83 -1.83
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
126.09 132.01
126.67 132.65
0.46 0.49
- Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR)
115.85 126.37
116.33 123.48
0.41 -2.28
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
137.53
134.46
-2.23
(1)
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Terjadi kenaikan sebesar 0,94 persen NTPT pada Agustus 2017, yaitu dari 92,48 pada bulan Juli menjadi 93,35. Kenaikan NTPT terjadi karena naiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,45 persen lebih tinggi dibanding indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,50 persen. Kenaikan harga beberapa komoditas seperti sapi potong, kambing, ayam ras pedaging, domba, dan ayam ras petelur adalah penyebab naiknya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT dan indeks BPPBM dengan nilai sama sebesar 0,50 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Juli 2017 - Agustus 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok (1)
Bulan Juli 2017
Persentase
Agustus 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
113.23
114.87
1.45
- Ternak Besar - Ternak Kecil
110.39 109.16
112.69 111.14
2.08 1.81
- Unggas - Hasil Ternak
130.14 116.79
130.97 115.35
0.64 -1.24
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
122.43 131.89
123.05 132.55
0.50 0.50
- Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani Peternak (NTPT)
113.14 92.48
113.71 93.35
0.50 0.94
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
100.08
101.03
0.94
a. Indeks Diterima Petani (It)
e. Subsektor Perikanan (NTNP) NTNP mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen pada Agustus 2017, hal ini terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,49 persen, lebih tinggi dibanding indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,16 persen. Kenaikan It subsektor ini disebabkan oleh naiknya It subkelompok ikan tangkap sebesar 0,19 persen dan subkelompok ikan budidaya sebesar 0,51 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,20 persen dan indeks BPPBM juga mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen. Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Juli 2017 - Agustus 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok (1)
Bulan Juli 2017
Persentase
Agustus 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
122.68
123.28
0.49
144.41 121.47
144.69 122.09
0.19 0.51
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
121.19 132.37
121.38 132.63
0.16 0.20
- Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP)
108.20 101.23
108.32 101.56
0.11 0.33
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
113.38
113.81
0.38
a. Indeks Diterima Petani (It) - Ikan Tangkap - Ikan Budidaya
Indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Agustus 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan naiknya indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,19 persen, lebih tinggi dari indeks yang dibayar petani (nelayan) yang juga naik sebesar 0,14 persen. Kenaikan It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas terutama cakalang, tenggiri, bawal, tongkol, dan kakap. Kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,20 persen, dan indeks BPPBM juga naik sebesar 0,05 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Juli 2017 - Agustus 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok (1)
Bulan Juli 2017
Persentase
Agustus 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
144.41
144.69
0.19
100.00 144.46
100.00 144.74
0.00 0.19
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
123.71 132.22
123.88 132.47
0.14 0.20
- Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
113.74 116.74
113.80 116.80
0.05 0.05
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
126.97
127.15
0.14
a. Indeks Diterima Petani (It) - Perairan Umum - Perairan Laut
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya (NTPI) juga mengalami kenaikan indeks sebesar 0,35 persen pada Agustus 2017. Kenaikan ini disebabkan terjadinya naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,51 persen, lebih tinggi dari indeks yang dibayar petani yang naik sebesar 0,16 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas utamanya udang, nila, gurameh, tawes, dan lele. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,20 persen, dan indeks BPPBM juga naik sebesar 0,12 persen.
6
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017
Tabel 8 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Juli 2017 - Agustus 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok (1)
Bulan Juli 2017
Persentase
Agustus 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
a. Indeks Diterima Petani (It) - Budidaya Air Tawar
121.47 121.47
122.09 122.09
0.51 0.51
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
121.05 132.38
121.25 132.64
0.16 0.20
- Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani Ikan Budidaya (NTPI)
107.89 100.35
108.01 100.70
0.12 0.35
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
112.59
113.03
0.40
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Agustus 2017 mencapai 102,91 atau turun sebesar 0,06 persen dibanding bulan Juli sebesar 102,97. Hal ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,44 persen lebih rendah daripada indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,49 persen. Tabel 9 Nilai Tukar Petani Tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Juli 2017 - Agustus 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok
Bulan
Persentase
Juli 2017
Agustus 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
131.35 127.57
131.92 128.20
0.44 0.49
132.77 116.34
133.46 116.81
0.52 0.41
c. Nilai Tukar Petani (NTP)
102.97
102.91
-0.06
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
112.91
112.94
0.03
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Agustus 2017 secara umum mencapai 133,44 atau mengalami inflasi sebesar 0,51 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 132,76. Kenaikan IHK bulan ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,21 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,24 persen, kelompok sandang sebesar 0,03 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,11 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,12 persen, dan kelompok transportasi dan komunikasi juga naik sebesar 0,18 persen. Sedangkan kelompok perumahan mengalami penurunan sebesar 0,28 persen.
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017
7
Tabel 10 Indeks Harga Konsumen Pedesaan dan Perubahannya Juli 2017 - Agustus 2017 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub Kelompok
Juli 2017
Agustus 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
(1) Konsumsi Rumah Tangga
Persentase
132.76
133.44
0.51
- Bahan Makanan - Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
145.56 135.56
147.32 135.88
1.21 0.24
- Perumahan - Sandang
126.30 131.77
125.95 131.82
-0.28 0.03
- Kesehatan - Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
120.69 117.22
120.82 117.37
0.11 0.12
- Transportasi dan Komunikasi
120.53
120.75
0.18
7. NTUP Subsektor Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). De ngan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 11 Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) dan Perubahannya Juli 2017 - Agustus 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok
Bulan
Persentase
Juli 2017
Agustus 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan
110.95
111.08
0.11
2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
112.71 137.53
113.81 134.46
0.98 -2.23
4. Peternakan 5. Perikanan
100.08 113.38
101.03 113.81
0.94 0.38
126.97 112.59
127.15 113.03
0.14 0.40
112.92
112.96
0.04
(1)
a. Perikanan Tangkap b. Perikanan Budidaya NTUP Gabungan
Pada Agustus 2017 NTUP secara umum naik sebesar 0,04 persen dibandingkan Juli 2017. Kenaikan NTUP terbesar terjadi di subsektor hortikultura sebesar 0,98 persen, subsektor peternakan juga naik sebesar 0,94 persen, subsektor perikanan naik sebesar 0,38 persen, dan suksektor tanaman pangan sebesar 0,11 persen. Sedangkan subsektor tanaman perkebunana rakyat mengalami penurunan sebesar 2,23 persen dibanding bulan sebelumnya.
8
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017
8. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi pada Bulan Agustus 2017 sebanyak 28 provinsi mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Lampung sebesar 1,82 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,03 persen terjadi di NAD. Sebaliknya 5 provinsi pada bulan Agustus 2017 mengalami penurunan NTP. Provinsi Papua Barat mengalami penurunan NTP terbesar sebesar 0,44 persen, sedangkan D.I.Yogyakarta mengalami penurunan NTP terkecil yaitu sebesar 0,05 persen. Tabel 12 Provinsi dan Persentase Perubahannya Juli 2017 - Agustus 2017 (2012=100) Bulan
Provinsi Juli 2017 (1)
Persentase Agustus 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
LAMPUNG BABEL
100.65 103.57 95.03
101.60 105.45 96.61
0.94 1.82 1.66
SULBAR GORONTALO
104.42 103.79
106.07 105.37
1.58 1.52
SUMSEL JATIM
93.01 103.91
94.38 105.40
1.47 1.43
JATENG BENGKULU
100.22 92.39
101.53 93.60
1.31 1.30
JAMBI SULTENG
99.00 93.02
100.28 94.22
1.29 1.29
SULTRA JABAR
93.06 104.48
93.98 105.37
0.99 0.86
KALTENG RIAU
96.48 101.25
97.25 101.90
0.81 0.64
SUMUT KALBAR
98.47 95.26
99.04 95.79
0.57 0.56
NTB SULSEL
104.44 100.18
105.01 100.72
0.54 0.54
KALSEL SUMBAR
95.47 95.82
95.89 96.24
0.44 0.44
KALTIM NTT
96.20 101.96
96.61 102.33
0.43 0.36
MALUKU BANTEN
100.85 99.60
101.16 99.83
0.31 0.24
DKI KEPRI
97.32 96.73
97.54 96.91
0.23 0.18
MALUKU UTARA NAD
100.57 94.45
100.73 94.47
0.16 0.03
YOGYAKARTA SULUT
102.92 92.32
102.87 92.26
-0.05 -0.07
BALI PAPUA
104.14 94.43
103.94 94.17
-0.19 -0.28
PAPUA BARAT
100.20
99.76
-0.44
NASlONAL
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017
9
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH AGUSTUS 2017 Berdasarkan hasil observasi terhadap 54 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Agustus 2017 sebanyak 51,85 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) dan sisanya 48,15 persen berkualitas rendah. Rata-rata harga gabah pada bulan Agustus 2017 kualitas GKP di tingkat petani turun 1,79 persen dari harga Rp. 4.742,11 di bulan Juli 2017 menjadi Rp. 4.657,14 per kg dan di tingkat penggilingan turun 1,77 persen dari Rp. 4.792,11 di bulan Juli 2017 menjadi Rp. 4.704,14 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik sebesar 0,20 persen dari Rp. 3.995,71 menjadi Rp. 4.003,85 per kg dan di tingkat penggilingan naik 0,20 persen dari Rp. 4045,71 menjadi Rp. 4.053,85 per kg. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.800,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas IR 64 dan Ciherang terjadi di Kecamatan Nanggulan (Kulonprogo). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah dengan varietas Ir 64 terjadi di wilayah Kecamatan Bantul (Bantul). Selama Agustus 2017, tidak dijumpai observasi harga gabah di bawah HPP baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan.
Pada Agustus 2017, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat sebanyak 54 observasi transaksi di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya jumlah kualitas GKP sebanyak 28 observasi dan gabah kualitas rendah sebanyak 26 observasi. Tabel 15 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Agustus 2017 Jumlah Observasi
Kelompok Kualitas (1)
Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg)
(%)
Terendah
Tertinggi
Rata-rata
(2)
(3)
(4)
(5)
Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) (6)
0 GKG
Selisih Harga (Rp/Kg)
(%)
(8)
(9)
4.600,00
0,00% 28
GKP
Harga* Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) (7)
51,85%
4.400,00
-
-
4.800,00
4.657,14
4.707,14
(penggilingan) 3.700,00 (petani) 3.750,00
-
-
957,14
25,87
957,14
25,52
-
-
(penggilingan) 26
Gabah Kualitas Rendah
48,15% 54
Total
100,00%
4.650,00
4.003,85
4.053,85
-
-
-
-
10
3.700,00
-
-
-
-
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017
1. Harga Gabah Terendah dan Tertinggi Berdasarkan hasil observasi, harga gabah tertinggi pada bulan Agustus 2017 di tingkat petani senilai per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas IR 64 dan Ciherang terjadi di Kecamatan Nanggulan (Kulonprogo). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai per kg dengan gabah kualitas rendah dengan varitas Ir 64 terjadi di wilayah Kecamatan Bantul (Bantul). 2. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 28 observasi atau 51,85 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Agustus 2017. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 26 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 48,15 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Agustus 2017, yang berpotensi mengalami kasus harga 37,04 persen berasal dari Kabupaten Bantul dan 11,11 persen berasal dari Kabupaten Sleman, sedangkan Kabupaten Kulonprogo tidak mengalami transaksi penjualan gabah kualitas rendah. Tabel 16 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Agustus 2017
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP Tk. Tk. Petani Penggilingan (5) (6)
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Tk. Penggilingan (4)
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
GKG
0
0
0
0
0
0
0
GKP
28
0
0
0
0
28
28
100,00%
100,00%
GKG dan GKP
28
0
0
0
0
100,00%
100,00%
Kualitas Rendah
26
-
-
-
-
-
-
3. Rata-rata Komponen Mutu Gabah Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP pada bulan Agustus 2017 masing-masing sebesar 12,39 persen dan 7,39 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Agustus 2017 memiliki ratarata KA dan KH masing-masing sebesar 27,13 persen dan 7,44 persen. Tabel 17 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Juni 2017 – Agustus 2017 Kadar Air (KA) Kelompok Kualitas (1)
Juni 2017
Juli 2017
(2)
(3)
Kadar Hampa/Kotoran (KH) Agustus 2017 (4)
Juni 2017
Juli 2017
(5)
(6)
Agustus 2017 (7)
GKG
-
-
-
-
-
-
GKP
13,09
12,71
12,39
8,43
7,24
7,39
30,15
24,89
27,13
13,39
9,35
7,44
Kualitas Rendah
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017
11
Dibandingkan Juli 2017, rata-rata harga gabah kualitas GKP turun 1,79 persen menjadi Rp.4.657,14 per kg di tingkat petani dan turun 1,77 persen menjadi Rp. 4.707,14 per kg di tingkat penggilingan. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 0,20 persen menjadi Rp. 4.003,85 per kg di tingkat petani dan naik 0,20 persen menjadi Rp. 4.053,85 per kg di tingkat penggilingan. Tabel 18 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Juni 2017 – Agustus 2017 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Juni 2017
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
Agustus 2017
Juli 2017
Perub (4) thd (3)
Juni 2017
Agustus 2017
Juli 2017
Perub (8) thd (7)
(%) (1)
(2)
GKG GKP Kualitas Rendah
(3)
(4)
(%)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
-
-
-
-
-
-
-
-
4.726,79
4.742,11
4.657,14
-1,79
4.776,79
4.792,11
4.707,14
-1,77
3.836,36
3.995,71
4.003,85
0,20
3.886,36
4.045,71
4.053,85
0,20
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Agustus 2016 – Agustus 2017 5600 5400 5200 5000 4737 4740 4800 4600 4400 4217 4200 3943 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Aug-16 Sep-16
4923
4863 4661 4236
4110 3917
4694
4084
4543
4473
4662
4670 4777
3980
3886
4792
4707
4046
4054
Jul-17
Aug-17
3720
Oct-16
Nov-16
Dec-16
Jan-17
Feb-17
3671
3723
Mar-17
Apr-17
May-17
Jun-17
Bulan GKG
12
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.49/09/34/Th.XIX, 4 September 2017