No. 19/04/34/TH.XVI, 1 April 2014
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP)
Pada Maret 2014, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,05 atau mengalami penurunan sebesar 0,56 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 102,63. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 96,99, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 97,57, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 113,37, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 103,91, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 103,83. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP pada subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura dan subsektor peternakan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2014 secara umum mencapai 112,48 atau mengalami inflasi sebesar 0,29 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 112,16. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumahtangga dengan kenaikan terbesar terjadi pada kelompok perumahan sebesar 0,62 persen, diikuti kelompok kesehatan sebesar 0,55 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,42 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,38 persen, kelompok sandang sebesar 0,36 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,28 persen, dan terakhir kelompok bahan makanan sebesar 0,01 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Maret 2014 terdapat 25 provinsi mengalami kenaikan NTP, sedangkan 7 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Riau sebesar 1,52 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi DKI Jakarta sebesar 1,19 persen. Sementara itu Provinsi Kalimantan Tengah relatif tidak mengalami perubahan NTP pada Maret 2014.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
1
Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Maret 2014, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,56 persen dibanding NTP Februari 2014, yaitu dari 102,63 menjadi 102,05. Turunnya NTP Bulan Maret 2014 ini disebabkan karena indeks harga produk pertanian yang diterima petani mengalami penurunan, sebaliknya indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami kenaikan dibanding bulan Februari 2014. Turunnya angka NTP yang tercatat pada bulan Maret 2014 disebabkan oleh turunnya NTP di subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura dan subsektor peternakan. Subsektor hortikultura menjadi subsektor yang mengalami penurunan terbesar, yaitu mencapai 1,16 persen, diikuti oleh subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,90 persen, dan subsektor peternakan turun sebesar 0,65 persen. Sebaliknya dua subsektor lainnya yaitu subsektor perikanan dan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,73 persen dan 0,63 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Maret 2014, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,33 persen dibandingkan dengan It Februari 2014, yaitu dari 113,06 menjadi 112,69. Penurunan It terjadi pada tiga subsektor dengan rincian subsektor hortikultura mengalami penurunan terbesar, yaitu sebesar 0,96 persen, disusul subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,53 persen, dan subsektor peternakan turun sebesar 0,49 persen. Sebaliknya It subsektor perikanan dan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,93 persen dan 0,80 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Maret 2014 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen bila dibandingkan Februari 2014, yaitu dari 110,17 menjadi 110,43. Kenaikan Ib terjadi pada seluruh subsektor. Kenaikan terbesar dialami oleh subsektor tanaman pangan yang mengalami kenaikan sebesar 0,37 persen, diikuti oleh subsektor hortikultura dan subsektor perikanan masing-masing sebesar 0,20 persen, subsektor tanamam perkebunan rakyat sebesar 0,17 persen, dan terakhir subsektor peternakan sebesar 0,16 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa barang konsumsi rumah tangga seperti cabe rawit, bawang putih,bawang merah, minyak goreng dan rokok kretek.
2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Maret 2014 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 0,91 persen. Penurunan NTP ini disebabkan karena indeks yang diterima petani turun sebesar 0,54 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,37 persen. Penurunan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok padi sebesar 1,30 persen meskipun indeks subkelompok palawija mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen. Komoditas yang menyebabkan turunnya It tersebut terutama karena turunnya harga gabah, jagung dan ketela pohon. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,40 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,21 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Februari 2014 - Maret 2014 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Februari 2014 (2)
Maret 2014 (3)
109,65
109,07
-0,53
- Padi
108,47
107,06
-1,30
- Palawija
111,16
111,62
0,42
112,03
112,45
0,37
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
113,01
113,46
0,40
- Indeks BPPBM
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4)
106,16
106,38
0,21
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
97,88
96,99
-0,90
d. Nilai Tukar Usaha Petanian
103,29
102,53
-0,74
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Maret 2014, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan sebesar 1,16 persen, hal ini terjadi karena turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,96 persen sebaliknya indeks yang dibayar petani naik 0,20 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, salak, petai dan rambutan. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,20 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,21 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
3
Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Februari 2014 - Maret 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2014 (2)
Maret 2014 (3)
109,50
108,44
-0,96
- Sayur-sayuran
106,48
106,10
-0,35
- Buah-buahan
111,68
109,50
-1,95
- Tanaman Obat
109,99
112,47
2,25
110,92
111,14
0,20
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
112,26
112,49
0,20
- Indeks BPPBM
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4)
105,40
105,62
0,21
c. Nilai Tukar Petani (NTPH)
98,72
97,57
-1,16
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
103,89
102,67
-1,17
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Maret 2014 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,63 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,80 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,17 persen. Naiknya It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 123,16 menjadi 124,14. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah biji jambu mete, cengkeh dan kopi. Sedangkan kenaikan pada Ib terjadi karena naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,25 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,03 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Februari 2014 - Maret 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Februari 2014 (2)
Maret 2014 (3)
123,16
124,14
0,80
123,16
124,14
0,80
109,32
109,50
0,17
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
111,62
111,90
0,25
- Indeks BPPBM
105,33
105,36
0,03
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
112,66
113,37
0,63
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
116,92
117,82
0,77
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
4
Bulan
(4)
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada Maret 2014 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 0,65 persen. Penurunan NTPT terjadi karena turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,49 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya indeks pada subkelompok ternak besar sebesar 0,55 persen, subkelompok ternak kecil turun sebesar 0,52 persen, dan subkelompok hasil ternak turun sebesar 0,67 persen. Sebaliknya subkelompok unggas mengalami kenaikan indeks sebesar 0,07 persen. Turunnya harga komoditas sapi potong, ayam ras petelur, dan telur ayam ras menjadi penyebab turunnya It pada subsektor ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya indeks IKRT sebesar 0,28 persen dan BPPBM sebesar 0,03 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Februari 2014 - Maret 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2014 (2)
Maret 2014 (3)
113,42
112,87
-0,49
- Ternak Besar
115,69
115,06
-0,55
- Ternak Kecil
110,30
109,73
-0,52
- Unggas
114,56
114,64
0,07
- Hasil Ternak
102,46
101,77
-0,67
108,45
108,62
0,16
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
111,54
111,85
0,28
- Indeks BPPBM
105,41
105,45
0,03
c. Nilai Tukar Petani (NTPT)
104,59
103,91
-0,65
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
107,60
107,04
-0,52
(1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
(4)
e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Maret 2014, NTN mengalami kenaikan sebesar 0,73 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,93 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang kenaikannya hanya sebesar 0,20 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya indeks subkelompok budidaya ikan sebesar 0,99 persen, meskipun indeks subkelompok penangkapan ikan mengalami penurunan sebesar 0,16 persen. Sedangkan, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,26 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,11 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
5
Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Februari 2014 - Maret 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2014 (2)
Maret 2014 (3)
111,81
112,85
0,93
- Penangkapan
117,75
117,56
-0,16
- Budidaya
111,48
112,59
0,99
108,48
108,69
0,20
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
112,53
112,83
0,26
- Indeks BPPBM
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
103,77
103,88
0,11
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
103,07
103,83
0,73
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
107,75
108,63
0,82
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Maret 2014 mengalami penurunan indeks sebesar 0,57 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,16 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen. Turunnya It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas ikan tongkol, kembung, bawal dan cakalang pada bulan Maret ini. Sebaliknya kenaikan Ib disebabkan oleh IKRT sebesar 0,26 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,61 persen. Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Februari 2014 - Maret 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Februari 2014 (2)
Maret 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
117,75
117,56
-0,16
- Penangkapan Perairan Umum
100,00
100,00
0,00
- Penangkapan Perairan Laut
117,77
117,58
-0,16
111,08
111,54
0,42
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
112,39
112,68
0,26
- Indeks BPPBM
109,54
110,21
0,61
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
106,01
105,40
-0,57
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
107,49
106,67
-0,76
b. Indeks Dibayar Petani
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami kenaikan indeks sebesar 0,81 persen pada Maret 2014. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,99 persen, dimana kenaikan tersebut lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,18 persen. Naiknya It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti lele, nila, dan udang. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,26 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,08 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Februari 2014 - Maret 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2014 (2)
Maret 2014 (3)
111,48
112,59
0,99
- Budidaya Air Tawar
111,48
112,59
0,99
b. Indeks Dibayar Petani
108,33
108,53
0,18
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
112,54
112,84
0,26
- Indeks BPPBM
103,45
103,53
0,08
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
102,90
103,74
0,81
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
107,77
108,75
0,91
(1) a. Indeks Diterima Petani
(4)
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Maret 2014 mencapai 102,00 atau turun sebesar 0,60 persen dibanding bulan Februari 2014. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,37 persen dan sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,23 persen. Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Februari 2014 - Maret 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan Februari 2014 (2)
Maret 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
113,10
112,69
-0,37
Indeks Harga yang Dibayar Petani
110,22
110,48
0,23
Konsumsi Rumah Tangga
112,15
112,47
0,29
BPPBM
105,61
105,74
0,13
Nilai Tukar Petani
102,61
102,00
-0,60
Nilai Tukar Usaha Pertanian
107,10
106,57
-0,49
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada Maret 2014, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) atau IHK di daerah perdesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan atau inflasi 0,29 persen. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumahtangga dengan kenaikan terbesar terjadi pada kelompok perumahan sebesar 0,62 persen, diikuti kelompok kesehatan sebesar 0,55 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,42, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,38 persen, kelompok sandang sebesar 0,36 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,28 persen, dan terakhir kelompok bahan makanan sebesar 0,01 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
7
Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Februari 2014 - Maret 2014 (2012=100) Kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2014
Maret 2014
(2)
(3)
(4)
112,16
112,48
0,29
- Bahan Makanan
118,78
118,80
0,01
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
109,15
109,61
0,42
- Perumahan
108,70
109,38
0,62
- Sandang
108,43
108,82
0,36
- Kesehatan
104,67
105,25
0,55
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
103,56
103,85
0,28
- Transportasi dan Komunikasi
111,90
112,33
0,38
(1) Konsumsi Rumah Tangga
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Maret 2014 ada sebanyak 25 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Riau yaitu sebesar 1,52 persen, sedangkan kenaikan NTP terendah sebesar 0,02 persen terjadi di Provinsi Lampung. Kenaikan NTP tertinggi di Provinsi Riau terutama disebabkan oleh kenaikan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga kelapa sawit dan kelapa. Sebanyak 7 provinsi pada bulan Maret 2014 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,19 persen. Sebaliknya provinsi yang mengalami penurunan terkecil adalah Provinsi Jambi dengan penurunan sebesar 0,12 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi DKI Jakarta disebabkan oleh penurunan harga komoditas cumi-cumi dan kembung pada subsektor perikanan khususnya subkelompok perikanan tangkap.
8
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Februari 2014 - Maret 2014 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2014 (2)
Maret 2014 (3)
101,79
101,86
0,07
98,51
98,92
0,41
Sumatera Utara
100,04
101,31
1,27
Sumatera Barat
(1)
Nasional NAD
(4)
100,68
100,99
0,31
Riau
97,14
98,61
1,52
Jambi
98,29
98,17
-0,12
100,81
100,99
0,18
Sumatera Selatan Bengkulu
97,32
97,86
0,56
Lampung
102,29
102,31
0,02
Bangka Belitung
99,40
100,13
0,73
Kepulauan Riau
100,87
100,68
-0,18
DKI Jakarta
100,80
99,61
-1,19
Jawa Barat
104,15
104,64
0,47
Jawa Tengah
100,63
100,28
-0,35
Yogyakarta
102,63
102,05
-0,56
Jawa Timur
104,67
104,07
-0,58
Banten
105,27
105,59
0,30
Bali
103,55
104,33
0,76
Nusa Tenggara Barat
99,67
100,03
0,37
Nusa Tenggara Timur
97,78
98,03
0,26
Kalimantan Barat
96,21
96,40
0,20
Kalimantan Tengah
102,49
102,49
0,00
Kalimantan Selatan
100,89
101,21
0,32
Kalimantan Timur
99,55
99,71
0,16
Sulawesi Utara
99,20
99,48
0,28
Selawesi Tengah
102,15
103,30
1,12
Sulawesi Selatan
105,02
105,56
0,51
Sulawesi Tenggara
100,73
101,24
0,50
Gorontalo
100,52
101,10
0,58
Sulawesi Barat
102,14
102,80
0,65
Maluku
100,19
100,29
0,10
Maluku Utara
101,82
102,11
0,28
Papua Barat
99,45
99,69
0,24
Papua
97,73
97,43
-0,31
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
9
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Februari 2014 - Maret 2014 (2012=100) Provinsi
Persentase Perubahan
Maret 2014 (3)
101,74
101,83
0,09
98,39
98,82
0,43
Sumatera Utara
100,14
101,44
1,30
Sumatera Barat
(1)
Nasional NAD
(4)
100,58
100,89
0,31
Riau
96,79
98,30
1,56
Jambi
98,26
98,12
-0,14
100,81
101,01
0,20
Sumatera Selatan Bengkulu
97,20
97,76
0,57
Lampung
102,31
102,33
0,03
Bangka Belitung
99,18
100,03
0,85
Kepulauan Riau
98,84
98,75
-0,09
Jawa Barat
104,27
104,81
0,51
Jawa Tengah
100,63
100,28
-0,35
Yogyakarta
102,61
102,00
-0,60
Jawa Timur
104,64
104,03
-0,58
Banten
105,32
105,64
0,31
Bali
103,50
104,30
0,78
Nusa Tenggara Barat
99,76
100,12
0,36
Nusa Tenggara Timur
97,69
97,97
0,28
Kalimantan Barat
96,12
96,33
0,22
Kalimantan Tengah
102,48
102,44
-0,03
Kalimantan Selatan
100,17
100,58
0,41
99,32
99,50
0,19
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
98,76
99,06
0,30
Selawesi Tengah
102,23
103,58
1,32
Sulawesi Selatan
104,93
105,54
0,58
Sulawesi Tenggara
100,18
100,83
0,65
Gorontalo
100,52
101,22
0,69
Sulawesi Barat
102,45
103,13
0,66
99,34
99,64
0,30
Maluku Utara
101,85
102,27
0,41
Papua Barat
99,28
99,57
0,29
Papua
97,49
97,27
-0,22
Maluku
10
Bulan Februari 2014 (2)
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Februari 2014 - Maret 2014 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2014 (2)
Maret 2014 (3)
Nasional
103,98
103,38
-0,58
NAD
102,14
101,85
-0,28
Sumatera Utara
98,56
98,62
0,06
Sumatera Barat
101,10
102,28
1,17
Riau
105,59
106,80
1,15
Jambi
100,10
101,38
1,28
97,78
97,97
0,19
(1)
Sumatera Selatan
(4)
Bengkulu
99,10
99,86
0,76
Lampung
103,66
103,56
-0,10
Bangka Belitung
102,52
102,00
-0,51
Kepulauan Riau
105,03
104,62
-0,39
DKI Jakarta
105,55
103,41
-2,02
Jawa Barat
102,95
104,09
1,10
Jawa Tengah
107,73
106,43
-1,21
Yogyakarta
106,01
105,40
-0,57
Jawa Timur
105,31
104,99
-0,31
Banten
111,34
111,60
0,24
Bali
113,88
113,81
-0,06
Nusa Tenggara Barat
97,28
98,14
0,88
Nusa Tenggara Timur
102,48
101,58
-0,88
Kalimantan Barat
100,45
100,12
-0,33
Kalimantan Tengah
106,08
106,85
0,73
Kalimantan Selatan
110,82
110,06
-0,69
Kalimantan Timur
107,18
106,70
-0,45
Sulawesi Utara
109,52
109,42
-0,09
Selawesi Tengah
100,89
98,64
-2,23
Sulawesi Selatan
104,43
102,91
-1,46
Sulawesi Tenggara
107,44
105,62
-1,69
Gorontalo
103,71
101,98
-1,67
94,07
94,38
0,33
Maluku
105,59
103,51
-1,97
Maluku Utara
100,57
98,97
-1,59
Papua Barat
101,69
101,68
-0,01
Papua
102,75
100,95
-1,76
Sulawesi Barat
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
11
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Februari 2014 - Maret 2014 (2012=100) Provinsi
Persentase Perubahan
Maret 2014 (3)
Nasional
101,69
101,52
-0,17
NAD
101,33
101,09
-0,23
Sumatera Utara
94,57
94,61
0,04
Sumatera Barat
103,33
103,39
0,05
Riau
101,31
101,33
0,02
Jambi
98,76
98,74
-0,02
Sumatera Selatan
103,99
103,30
-0,67
Bengkulu
102,53
102,22
-0,30
Lampung
100,87
100,72
-0,15
Bangka Belitung
96,38
95,92
-0,49
Kepulauan Riau
111,36
110,87
-0,44
(1)
12
Bulan Februari 2014 (2)
(4)
DKI Jakarta
95,82
95,61
-0,22
Jawa Barat
101,93
101,48
-0,44
Jawa Tengah
99,14
99,24
0,10
Yogyakarta
102,90
103,74
0,81
Jawa Timur
107,25
106,84
-0,39
Banten
97,41
97,17
-0,25
Bali
96,23
95,20
-1,07
Nusa Tenggara Barat
96,33
96,70
0,39
Nusa Tenggara Timur
102,35
102,08
-0,26
Kalimantan Barat
95,42
95,43
0,01
Kalimantan Tengah
95,91
95,78
-0,14
Kalimantan Selatan
105,20
104,66
-0,51
Kalimantan Timur
94,26
94,77
0,54
Sulawesi Utara
97,55
97,66
0,12
Selawesi Tengah
101,15
100,43
-0,71
Sulawesi Selatan
108,20
108,05
-0,13
Sulawesi Tenggara
106,62
106,75
0,12
Gorontalo
91,29
90,72
-0,62
Sulawesi Barat
99,21
99,40
0,19
Maluku
115,37
116,47
0,95
Maluku Utara
110,37
109,70
-0,60
Papua Barat
93,76
92,90
-0,91
Papua
96,57
96,14
-0,44
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH MARET 2014 Berdasarkan hasil observasi terhadap 50 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Maret 2014, sebagian besar berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) yaitu sebanyak 70,00 persen. Sisanya sebanyak 24,00 persen berkualitas rendah dan sebanyak 6,00 persen berkualitas Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan Februari 2014, rata-rata harga gabah kualitas GKP pada Maret 2014 mengalami penurunan 4,03 persen menjadi Rp. 4.500,00 per kg di tingkat petani dan turun 3,88 persen menjadi Rp. 4.543,57 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 4,04 persen menjadi Rp. 3.900,00 per kg di tingkat petani dan turun 3,85 persen menjadi Rp. 3.950,00 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.850,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang dan gabah kualitas rendah dengan varitas yang sama, semuanya terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.500,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Selama Maret 2014, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada Maret 2014, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 50 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 35 observasi (70,00 persen), gabah kualitas rendah sebanyak 12 observasi (24,00 persen) dan sisanya sebanyak 3 observasi (6,00 persen) adalah gabah kualitas GKG.
Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Maret 2014
Kelompok Kualitas (1) GKG GKP
Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 3 4.150,00 4.650,00 4.700,00 4.683,33 4.733,33 (6,00%) (penggilingan) 583,33 14,06 35 (70,00%)
3.750,00
4.850,00
4.500,00
4.543,57
3.300,00 (petani)
1.243,57
37,68
3.350,00 (penggilingan) 1.193,57
35,63
Gabah Kualitas Rendah
12 (24,00%)
3.500,00
4.850,00
3.900,00
3.950,00
-
-
-
Total
50 (100,00%)
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : GKG : kadar air 14% dan kadar hampa/kotoran 3% GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air14% an kadar hampa3% Diluar kualitas : kadar air 25% atau kadar hampa/kotoran 10%
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
13
* HPP berdasarkan INPRES nomor 3 Tahun 2012 tgl.27 Maret 2012 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 38 observasi atau 76,00 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Maret 2014. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 12 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 24,00 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Maret 2014, yang berpotensi mengalami kasus harga berasal dari Kabupaten Bantul (18,00 persen) dan Kabupaten Sleman (6,00 persen). Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Maret 2014
Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
3
-
0 (0,00 %)
-
GKP
35
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
GKG dan GKP
38
-
0 (0,00 %)
Kualitas Rendah
12
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
0 (0,00 %)
-
3 (100,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
35 (100,00 %)
35 (100,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
38 (100,00 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.850,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang dan gabah kualitas rendah dengan varitas yang sama, semuanya terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.500,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Februari - Maret 2014 Kelompok Kualitas
14
Kadar Air (KA) Jan’2014
(1)
(2)
GKG
12,85
GKP Kualitas Rendah
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Feb’2014 Mar’2014 (3)
Jan’2014 Feb’2014 Mar’2014
(4)
(5)
(6)
(7)
-
13,97
2,85
-
2,69
13,96
12,78
16,26
7,72
5,87
7,20
22,70
22,98
27,19
15,76
12,33
10,40
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Ratarata KA gabah kualitas GKP pada bulan Maret sebesar 16,26 persen dan KH 7,20 persen, sedangkan KA dan KH gabah kualitas GKG masing-masing sebesar 13,97 persen dan 2,69 persen. Gabah kualitas rendah pada bulan Maret 2014 memiliki rata-rata KA dan KH masing-masing sebesar 27,19 persen dan 10,40 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Februari 2013-Maret 2014 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Jan’2014
(1)
(2)
GKG
4.700,00
GKP
4.542,31
Kualitas Rendah
4.200,00
Feb’2014 Mar’2014 (3) -
(4)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Perub (4) thd (3) (%) (5)
Jan’2014 Feb’2014 Mar’2014 (6)
(7)
(8)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
4.683,33
-
4.725,00
-
4.733,33
-
4.689,13
4.500,00
-4,03
4.586,45
4.727,17
4.543,57
-3,88
4.064,00
3.900,00
-4,04
4.245,83
4.108,00
3.950,00
-3,85
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani turun Rp. 189,13 per kg (4,03 persen) menjadi Rp 4.500,00 per kg dan di tingkat penggilingan turun Rp. 164,00 per kg (3,88 persen) menjadi Rp. 4.543,57 per kg. Sementara itu, rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 183,60 per kg (4,04 persen) menjadi Rp. 3.900,00 per kg, dan ratarata harga di tingkat penggilingan turun Rp. 158,00 per kg (3,85 persen) menjadi Rp. 3.950,00 per kg.
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Maret 2013 – Maret 2014
5000 4800 4600
Rp/Kg
4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Mar-13
Apr-13
May-13
Jun-13
Jul-13
Aug-13
Sep-13
Oct-13
Nov-13
Des-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Bulan GKG
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.19/04/34/Th.XVI, 1 April 2014
HPP GKP
15