No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 102,54 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juli 2014, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,54 atau mengalami kenaikan sebesar 0,43 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 102,10. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 96,69, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 97,25, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 118,86, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 102,91 dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 104,45. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP pada seluruh subsektor kecuali subsektor peternakan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Juli 2014 secara umum mencapai 114,11 atau mengalami inflasi sebesar 0,68 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 113,34. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumah tangga dengan kelompok sandang mengalami kenaikan terbesar, yaitu sebesar 2,23 persen. Kenaikan indeks terbesar selanjutnya terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,01 persen, kelompok bahan makanan sebesar 0,84 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,60 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,27 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,22 persen, dan terakhir kelompok perumahan sebesar 0,21 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Juli 2014 terdapat 19 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 14 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 1,16 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1,26 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
1
kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Juli 2014, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,43 persen dibanding NTP Juni 2014, yaitu dari 102,10 menjadi 102,54. Naiknya NTP Bulan Juli 2014 ini disebabkan karena indeks harga produk pertanian yang diterima petani mengalami kenaikan yang lebih besar dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Naiknya angka NTP yang tercatat pada bulan Juli 2014 disebabkan oleh naiknya NTP di semua subsektor kecuali subsektor peternakan yang mengalami penurunan sebesar 0,39 persen. Subsektor tanaman pangan menjadi subsektor yang mengalami kenaikan terbesar, yaitu mencapai 1,11 persen, diikuti oleh subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,98 persen, subsektor perikanan 0,84 persen, dan subsektor hortikultura sebesar 0,15 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Juli 2014, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,96 persen dibandingkan dengan It Juni 2014, yaitu dari 113,53 menjadi 114,62. Kenaikan It terjadi pada semua subsektor dengan rincian subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan terbesar, yaitu sebesar 1,65 persen, disusul subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,58 persen, subsektor perikanan sebesar 1,25 persen, subsektor hortikultura sebesar 0,78 persen dan terakhir subsektor peternakan mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Juli 2014 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,52 persen bila dibandingkan Juni 2014, yaitu dari 111,19 menjadi 111,77. Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor di mana kenaikan terbesar dialami oleh subsektor tanaman hortikultura sebesar 0,62 persen. Selanjutnya diikuti oleh subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,59 persen, subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,53 persen, dan terakhir subsektor tanaman peternakan dan subsektor perikanan masing-masing naik sebesar 0,41 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi bahan makanan konsumsi rumah tangga seperti beras, rokok, makanan ringan, dan mangga.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Juli 2014 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 1,11 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 1,65 persen lebih besar dibanding dengan kenaikan indeks yang dibayar petani yang sebesar 0,53 persen. Kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok palawija sebesar 2,68 persen dan subkelompok padi 0,77 persen. Komoditas yang menyebabkan naiknya It tersebut terutama karena naiknya harga ketela pohon, gabah, dan kacang tanah. 2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,58 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,19 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Juni-Juli 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan Juni 2014 (2)
Juli 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
108,28
110,07
1,65
- Padi
104,24
105,04
0,77
- Palawija
113,45
116,48
2,68
113,24
113,84
0,53
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
114,29
114,96
0,58
- Indeks BPPBM
106,93
107,13
0,19
95,63
96,69
1,11
101,27
102,74
1,46
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Petanian
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Juli 2014, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,78 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,62 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas seperti melon, pisang mangga, sawo, petai, salak, dan sawi. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,74 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,12 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Juni-Juli 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2014 (2)
Juli 2014 (3)
108,73
109,58
0,78
- Sayur-sayuran
108,03
106,67
-1,27
- Buah-buahan
108,48
110,91
2,24
- Tanaman Obat
113,19
114,53
1,18
111,98
112,68
0,62
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
113,46
114,29
0,74
- Indeks BPPBM
105,89
106,01
0,12
97,10
97,25
0,15
102,69
103,36
0,66
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
(4)
3
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Juli 2014 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,98 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,58 persen lebih besar dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar sebesar 0,59 persen. Naiknya It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 129,36 menjadi 131,40. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga di antaranya adalah biji jambu mete, kakao, kelapa, dan tebu. Sedangkan kenaikan pada Ib terjadi karena naiknya indeks subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,76 persen, dan naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,27 persen.
Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Juni-Juli 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2014 (2)
Juli 2014 (3)
129,36
131,40
1,58
129,36
131,40
1,58
109,90
110,55
0,59
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
112,69
113,55
0,76
- Indeks BPPBM
105,08
105,37
0,27
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
117,70
118,86
0,98
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
123,10
124,71
1,30
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4)
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Juni-Juli 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
Bulan
Juli 2014 (3)
Persentase Perubahan (4)
113,13
113,16
0,02
- Ternak Besar
114,27
113,43
-0,73
- Ternak Kecil
109,41
111,53
1,94
- Unggas
117,51
118,99
1,25
- Hasil Ternak
105,90
107,68
1,68
109,51
109,95
0,41
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
112,63
113,40
0,69
- Indeks BPPBM
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
4
Juni 2014 (2)
106,43
106,56
0,12
c. Nilai Tukar Petani (NTPT)
103,31
102,91
-0,39
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
106,29
106,19
-0,10
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
Pada Juli 2014 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 0,39 persen. Turunnya NTPT terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,02 persen lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang mencapai 0,41 persen. Kenaikan It yang relatif kecil ini disebabkan oleh turunnya It pada subkelompok ternak besar yang mencapai 0,73 persen, meskipun It pada subkelompok ternak kecil, subkelompok unggas dan subkelompok hasil ternak mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,94 persen, 1,25 persen dan 1,68 persen. Turunnya harga beberapa komoditas seperti sapi potong, telur ayam ras, dan daging ayam ras menjadi penyebab utama turunnya NTP pada subsektor ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,69 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,12 persen. e. Subsektor Perikanan(NTN) Pada Juli 2014, NTN mengalami kenaikan sebesar 0,84 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,25 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,41 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya indeks subkelompok penangkapan sebesar 2,07 persen dan naiknya subkelompok budidaya sebesar 1,20 persen. Sedangkan, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,60 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,18 persen.
Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Juni-Juli 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2014 (2)
Juli 2014 (3)
113,41
114,83
1,25
- Penangkapan
118,18
120,63
2,07
- Budidaya
113,15
114,51
1,20
109,49
109,95
0,41
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
114,10
114,78
0,60
- Indeks BPPBM
104,14
104,32
0,18
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
103,58
104,45
0,84
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
108,90
110,07
1,08
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Juli 2014 mengalami kenaikan indeks sebesar 1,58 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 2,07 persen lebih tinggi dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (nelayan) yang hanya sebesar 0,48 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti tongkol, kuwe, layur, dan bawal pada bulan ini. Sedangkan kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,60 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,33 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Juni-Juli 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2014 (2)
Juli 2014 (3)
118,18
120,63
2,07
- Penangkapan Perairan Umum
100,00
100,00
0,00
- Penangkapan Perairan Laut
118,20
120,65
2,07
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
112,49
113,02
0,48
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
113,95
114,64
0,60
- Indeks BPPBM
110,77
111,14
0,33
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
105,06
106,73
1,58
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
106,69
108,54
1,73
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami kenaikan indeks sebesar 0,79 persen pada Juli 2014. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,20 persen lebih tinggi dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,41 persen. Naiknya It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti lele, udang, gurame, dan nila. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,60 persen, dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,17 persen dibanding bulan sebelumnya. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Juni-Juli 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2014 (2)
Juli 2014 (3)
a. Indeks Diterima Petani
113,15
114,51
1,20
- Budidaya Air Tawar
113,15
114,51
1,20
b. Indeks Dibayar Petani
109,33
109,77
0,41
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
114,11
114,79
0,60
- Indeks BPPBM
103,77
103,95
0,17
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
103,50
104,32
0,79
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
109,03
110,17
1,04
(1)
(4)
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Juli 2014 mencapai 102,49 atau naik sebesar 0,42 persen dibanding bulan Juni 2014. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,95 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya mencapai 0,53 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Juni-Juli 2014 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2014
Juli 2014
(1)
(2)
(3)
(4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
113,53
114,61
0,95
Indeks Harga yang Dibayar Petani
111,24
111,83
0,53
Konsumsi Rumah Tangga
113,32
114,09
0,68
BPPBM
106,20
106,38
0,16
Nilai Tukar Petani
102,06
102,49
0,42
Nilai Tukar Usaha Pertanian
106,90
107,74
0,79
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada Juli 2014, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) atau IHK di daerah perdesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan atau inflasi 0,68 persen. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumah tangga dengan kelompok sandang mengalami kenaikan terbesar, yaitu sebesar 2,23 persen. Kenaikan indeks terbesar selanjutnya terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,01 persen, kelompok bahan makanan sebesar 0,84 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,60 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,27 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,22 persen, dan terakhir kelompok perumahan sebesar 0,21 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Juni-Juli 2014 (2012=100) Kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2014
Juli 2014
(2)
(3)
(4)
113,34
114,11
0,68
- Bahan Makanan
120,07
121,09
0,84
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
110,45
111,57
1,01
- Perumahan
110,17
110,40
0,21
- Sandang
109,33
111,77
2,23
- Kesehatan
106,26
106,54
0,27
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
104,17
104,79
0,60
- Transportasi dan Komunikasi
112,66
112,91
0,22
(1) Konsumsi Rumah Tangga
7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Juli 2014 ada sebanyak 19 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Bangka Belitung yaitu sebesar 1,16 persen, sedangkan kenaikan NTP terendah sebesar 0,02 persen terjadi di Provinsi Jawa Timur. Kenaikan NTP tertinggi di Provinsi Bangka Belitung terutama disebabkan oleh kenaikan NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga lada/merica, kelapa sawit, dan karet. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
7
Sebanyak 14 provinsi pada bulan Juli 2014 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,26 persen. Sebaliknya provinsi yang mengalami penurunan terkecil adalah Kalimantan Timur dengan penurunan sebesar 0,06 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara banyak disebabkan oleh penurunan harga kopi, kelapa sawit, dan kemiri pada subsektor tanaman perkebunan rakyat. Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Juni 2014 - Juli 2014 (2012=100) Provinsi
Persentase Perubahan
Juni 2014 (2)
Juli 2014 (3)
Nasional
101,98
102,12
0,14
NAD
98.48
99.58
1.12
Sumatera Utara
101.09
99.82
-1.26
Sumatera Barat
100.85
100.53
-0.32
Riau
96.70
97.55
0.89
Jambi
97.29
98.24
0.97
Sumatera Selatan
101.91
102.77
0.85
(1)
8
Bulan
(4)
Bengkulu
96.78
96.81
0.04
Lampung
103.99
104.84
0.81
Bangka Belitung
100.58
101.75
1.16
Kepulauan Riau
101.30
101.77
0.46
DKI Jakarta
102.04
101.27
-0.75
Jawa Barat
104.23
104.79
0.54
Jawa Tengah
100.34
100.22
-0.13
Yogyakarta
102.10
102.54
0.43
Jawa Timur
104.29
104.32
0.02
Banten
104.35
104.54
0.18
Bali
104.58
105.14
0.53
Nusa Tenggara Barat
99.59
100.13
0.54
Nusa Tenggara Timur
99.65
100.78
1.13
Kalimantan Barat
97.05
96.61
-0.45
Kalimantan Tengah
101.23
101.11
-0.12
Kalimantan Selatan
99.89
99.40
-0.49
Kalimantan Timur
99.77
99.71
-0.06
Sulawesi Utara
99.99
99.73
-0.26
Selawesi Tengah
103.77
102.87
-0.86
Sulawesi Selatan
105.81
105.72
-0.09
Sulawesi Tenggara
101.77
102.27
0.49
Gorontalo
101.98
101.75
-0.22
Sulawesi Barat
103.27
102.85
-0.41
Maluku
100.39
100.90
0.51
Maluku Utara
104.29
104.61
0.31
Papua Barat
100.66
100.13
-0.53
Papua
97.54
97.77
0.24
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya Juni 2014 - Juli 2014 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2014 (2)
Juli 2014 (3)
101,94
102,06
0,11
98,36
99,46
1,12
Sumatera Utara
101,18
99,83
-1,34
Sumatera Barat
100,67
100,31
-0,35
Riau
96,27
97,07
0,83
Jambi
97,15
98,08
0,96
101,91
102,78
0,85
Bengkulu
96,59
96,64
0,06
Lampung
104,04
104,90
0,83
Bangka Belitung
100,43
101,56
1,12
Kepulauan Riau
98,87
99,23
0,36
Jawa Barat
104,40
104,97
0,54
Jawa Tengah
100,34
100,17
-0,16
Yogyakarta
102,06
102,49
0,42
Jawa Timur
104,27
104,26
0,00
Banten
104,35
104,51
0,16
Bali
(1)
Nasional NAD
Sumatera Selatan
(4)
104,54
105,10
0,54
Nusa Tenggara Barat
99,63
100,13
0,50
Nusa Tenggara Timur
99,60
100,72
1,12
Kalimantan Barat
96,99
96,49
-0,52
Kalimantan Tengah
101,06
100,81
-0,25
Kalimantan Selatan
99,19
98,53
-0,66
Kalimantan Timur
99,45
99,43
-0,02
Sulawesi Utara
99,64
99,24
-0,40
Selawesi Tengah
103,97
102,92
-1,01
Sulawesi Selatan
105,80
105,66
-0,13
Sulawesi Tenggara
101,45
101,89
0,43
Gorontalo
102,12
101,78
-0,33
Sulawesi Barat
103,58
103,10
-0,47
99,60
99,95
0,35
Maluku Utara
104,70
104,89
0,18
Papua Barat
100,43
99,64
-0,79
97,34
97,58
0,25
Maluku
Papua
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
9
Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya Juni 2014 - Juli 2014 (2012=100) Provinsi
Persentase Perubahan
Juni 2014 (2)
Juli 2014 (3)
Nasional
104,34
106,02
1,61
NAD
101,68
104,29
2,56
Sumatera Utara
100,05
102,47
2,41
Sumatera Barat
102,66
102,71
0,05
Riau
105,71
107,93
2,10
Jambi
102,88
105,33
2,38
97,84
98,20
0,37
Bengkulu
100,91
101,21
0,30
Lampung
105,34
106,73
1,32
Bangka Belitung
103,08
104,74
1,61
Kepulauan Riau
106,80
107,25
0,43
DKI Jakarta
106,80
106,16
-0,60
Jawa Barat
105,36
107,66
2,19
Jawa Tengah
106,07
106,88
0,76
Yogyakarta
105,06
106,73
1,58
Jawa Timur
106,81
108,72
1,79
Banten
113,01
115,78
2,45
Bali
115,91
115,71
-0,18
Nusa Tenggara Barat
99,89
102,68
2,79
Nusa Tenggara Timur
102,27
104,73
2,40
Kalimantan Barat
100,45
102,65
2,19
Kalimantan Tengah
107,48
109,10
1,51
Kalimantan Selatan
108,95
110,91
1,80
Kalimantan Timur
108,40
108,51
0,10
Sulawesi Utara
108,36
110,46
1,94
Selawesi Tengah
101,62
103,24
1,60
Sulawesi Selatan
105,46
107,81
2,23
Sulawesi Tenggara
105,90
108,12
2,10
Gorontalo
102,27
103,62
1,32
95,39
97,05
1,74
105,58
107,62
1,93
Maluku Utara
97,75
100,07
2,37
Papua Barat
103,91
105,52
1,55
Papua
102,00
102,32
0,31
(1)
Sumatera Selatan
Sulawesi Barat Maluku
10
Bulan
(4)
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya Juni 2014 - Juli 2014 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Juni 2014 (2)
Juli 2014 (3)
Nasional
101,38
101,89
0,50
NAD
101,56
100,89
-0,66
Sumatera Utara
95,92
96,14
0,23
Sumatera Barat
105,62
106,07
0,43
Riau
103,73
105,36
1,58
Jambi
100,70
100,97
0,27
Sumatera Selatan
105,51
106,87
1,29
Bengkulu
104,52
103,53
-0,95
Lampung
101,43
101,05
-0,38
Bangka Belitung
95,98
97,26
1,33
Kepulauan Riau
111,45
113,69
2,01
(1)
(4)
DKI Jakarta
97,02
96,14
-0,91
Jawa Barat
100,82
101,08
0,25
Jawa Tengah
99,37
100,79
1,43
Yogyakarta
103,50
104,32
0,79
Jawa Timur
105,21
106,28
1,01
Banten
97,72
97,51
-0,21
Bali
94,76
94,58
-0,18
Nusa Tenggara Barat
96,30
96,06
-0,25
Nusa Tenggara Timur
101,93
101,85
-0,08
Kalimantan Barat
95,36
95,11
-0,26
Kalimantan Tengah
96,12
97,72
1,66
Kalimantan Selatan
105,82
105,81
-0,01
Kalimantan Timur
94,71
93,80
-0,95
Sulawesi Utara
98,15
99,14
1,01
Selawesi Tengah
98,96
99,52
0,57
Sulawesi Selatan
106,44
106,07
-0,35
Sulawesi Tenggara
104,35
103,16
-1,14
Gorontalo
91,39
94,19
3,06
Sulawesi Barat
99,81
99,47
-0,34
Maluku
113,62
114,56
0,83
Maluku Utara
108,66
109,20
0,50
Papua Barat
92,17
93,68
1,64
Papua
95,53
95,23
-0,31
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
11
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH JULI 2014 Berdasarkan hasil observasi terhadap 36 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Juli 2014, sebagian besar atau 63,89 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) dan sisanya 36,11 persen berkualitas rendah. Dibandingkan Rp. 4.295,65 penggilingan. Rp. 3.569,23 penggilingan.
Juni 2014, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami kenaikan 5,85 persen menjadi per kg di tingkat petani dan naik 5,80 persen menjadi Rp. 4.341,30 per kg di tingkat Sebaliknya rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 5,03 persen menjadi per kg di tingkat petani dan turun 4,76 persen menjadi Rp. 3.617,31 per kg di tingkat
Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.500,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Ngemplak (Sleman) dan varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Sleman dan Kalasan (Sleman). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.500,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Kretek, Bambanglipuro, Jetis, dan Sewon (Bantul). Sedangkan harga gabah terendah dengan kualitas rendah varitas Situbagendit terjadi di Kecamatan Jetis (Bantul). Selama Juli 2014, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.
Pada Juli 2014, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 36 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 23 observasi dan kualitas rendah sebanyak 13 observasi. Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Juli 2014 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 4.150,00 0 (penggilingan) (0,00%)
Kelompok Kualitas (1) GKG
23 (63,89%)
GKP
3.800,00
4.500,00
4.295,65
4.341,30
3.300,00 (petani)
991,30
29,59
3.350,00 (penggilingan)
995,65
30,17
-
-
Gabah Kualitas Rendah
13 (36,11%)
3.500,00
4.400,00
3.569,23
3.617,31
-
Total
36 (100,00%)
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : GKG : kadar air ≤ 14% dan kadar hampa/kotoran ≤ 3% GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air≤14% an kadar hampa>3% Diluar kualitas : kadar air >25% atau kadar hampa/kotoran >10% * HPP berdasarkan INPRES nomor 3 Tahun 2012 tgl.27 Juli 2012 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.
12
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 23 observasi atau 63,89 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Juli 2014. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Berdasarkan 13 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 36,11 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Juli 2014, yang berpotensi mengalami kasus harga berasal dari Kabupaten Bantul (33,33 persen) dan Kabupaten Kulonprogo (2,78 persen). Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Juli 2014 Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
GKP
23
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
GKG dan GKP
23
-
0 (0,00 %)
Kualitas Rendah
13
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
23(100,00 %)
23(100,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
23 (100,00 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.500,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Ngemplak (Sleman) dan varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Sleman dan Kalasan (Sleman). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.500,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Kretek, Bambanglipuro, Jetis, dan Sewon (Bantul). Sedangkan harga gabah terendah dengan kualitas rendah varitas Situbagendit terjadi di Kecamatan Jetis (Bantul).
Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Mei - Juli 2014 Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Mei’2014
Jun’2014
Jul’2014
(2)
(3)
(4)
Mei’2014 Jun’2014 Jul’2014 (5)
(6)
(7)
GKG
12,14
-
-
1,59
-
-
GKP
13,36
13,57
15,21
7,30
6,44
7,03
KualitasRendah
25,80
24,76
30,45
13,57
12,34
10,01
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
13
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 15,21 persen dan 7,03 persen, sedangkan Gabah Kualitas Rendah pada bulan Juli 2014 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 30,45 persen dan 10,01 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Mei - Juli 2014 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Mei’2014
(1)
Jun’2014 Jul’2014
(2)
(3)
(4)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Perub (4) thd (3) (%) (5)
Mei’2014
Jun’2014
Jul’2014
(6)
(7)
(8)
Perub (4) thd (3) (%) (9)
GKG
4.116,67
-
-
-
4.162,50
-
-
-
GKP
4.214,29
4.058,33
4.295,65
5,85
4.251,79
4.103,13
4.341,30
5,80
Kualitas Rendah
3.630,00
3.758,33
3.569,23
-5,03
3.621,43
3.797,92
3.617,31
-4,76
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 237,32 per kg (5,85 persen) menjadi Rp 4.295,65 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp. 238,18 per kg (5,80 persen) menjadi Rp. 4.341,30 per kg. Sebaliknya rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 189,10 per kg (5,03 persen) menjadi Rp. 3.569,23 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan turun Rp. 180,61 per kg (4,76 persen) menjadi Rp. 3.617,31 per kg. Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Juli 2013 -Juli 2014 5000 4800 4600 4400
Rp/Kg
4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000
Jul-13
Aug-13
Sep-13
Oct-13
Nov-13
Des-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
May-14
Jun-14
Jul-14
Bulan GKG
14
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi :
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, 55183 Telp. 0274-4342234 (Hunting) Fax. 0274-4342230 Email :
[email protected] Website : yogyakarta.bps.go.id
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014
15