No. 07/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Januari 2017, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,22 atau mengalami penurunan sebesar 1,14 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 103,40. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 97,95, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 100,84, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 123,43, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 94,94, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 101,91. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP semua subsektor. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Januari 2017 secara umum mencapai 131,76 atau mengalami inflasi sebesar 1,04 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 130,40. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok perumahan sebesar 1,51 persen, diikuti kelompok transportasi dan komunikasi naik 1,33 persen, kelompok kesehatan naik 1,26 persen, kelompok bahan makanan naik 1,21 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,66 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,51 persen dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,01 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Januari 2017 terdapat 10 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 23 provinsi mengalami penurunan NTP Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Riau sebesar 0,69 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1,70 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Daerah Istimewa Yogyakarta Januari 2017 sebesar 113,13 atau turun 0,70 persen dibanding bulan Desember 2016.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 07/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017
1
produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Tabel 1 Nilai Tukar Petani dan Perubahannya Desember 2016 - Januari 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub Kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It)
Bulan
Persentase
Desember 2016
Januari 2017
Perubahan
(2)
(3)
(4)
129,27
128,89
1. Tanaman Pangan
127,76
129,10
1,05
2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
129,17 155,34
128,50 153,80
-0,52 -0,99
4. Peternakan 5. Perikanan
115,96 122,85
114,90 122,00
-0,91 -0,70
139,18 121,94
139,79 121,00
0,44 -0,77
125,02
126,09
0,86
1. Tanaman Pangan 2. Hortikultura
130,19 126,55
131,80 127,43
1,23 0,70
3. Tanaman Perkebunan Rakyat 4. Peternakan
123,52 120,28
124,61 121,03
0,89 0,62
5. Perikanan - Perikanan Tangkap
119,06 122,15
119,71 122,81
0,55 0,54
- Perikanan Budidaya
118,88
119,54
0,55
c. Nilai Tukar Petani (NTP)
103,40
102,22
-1,14
1. Tanaman Pangan
98,13
97,95
-0,18
2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
102,07 125,77
100,84 123,43
-1,21 -1,86
4. Peternakan 5. Perikanan
96,41 103,19
94,94 101,91
-1,52 -1,24
113,94 102,57
113,83 101,23
-0,10 -1,31
- Perikanan Tangkap - Perikanan Budidaya b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
- Perikanan Tangkap - Perikanan Budidaya d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
-0,29
113,92
113,13
-0,70
1. Tanaman Pangan
109,10
109,51
0,38
2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
113,99 137,80
113,16 135,46
-0,73 -1,70
4. Peternakan 5. Perikanan
104,26 115,02
103,16 114,09
-1,05 -0,81
122,52 114,58
122,91 113,57
0,32 -0,88
- Perikanan Tangkap - Perikanan Budidaya
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan Januari 2017, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 1,14 persen dibanding NTP Desember 2016, yaitu dari 103,40 menjadi 102,22. Penurunan NTP bulan Januari 2017 ini disebabkan oleh turunnya indeks harga produk pertanian yang diterima petani, sebaliknya indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami kenaikan. Penurunan indeks NTP yang tercatat pada bulan Januari 2017 terjadi pada semua subsektor. Subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan indeks terbesar yaitu 1,86 persen, diikuti subsektor peternakan turun sebesar 1,52 persen, subsektor perikanan turun sebesar 1,24 2
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 07/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017
persen, subsektor hortikultura turun sebesar 1,21 persen dan subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,18 persen.
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Januari 2017, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,29 persen dibandingkan dengan It Desember 2016, yaitu dari 129,27 menjadi 128,89. Subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan It terbesar yaitu mencapai 0,99 persen diikuti subsektor peternakan turun 0,91 persen, subsektor perikanan turun sebesar 0,70 persen, dan subsektor hortikultura turun sebesar 0,52 persen. Sebaliknya It subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan sebesar 1,05 persen dibanding Desember 2016.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Januari 2017 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan Ib sebesar 0,86 persen bila dibandingkan Desember 2016, yaitu dari 125,02 menjadi 126,09. Kenaikan Ib terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 1,23 persen, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,89 persen, subsektor hortikultura naik sebesar 0,70 persen, subsektor peternakan naik sebesar 0,62 persen dan subsektor perikanan naik sebesar 0,55 persen dibanding bulan Desember 2016. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti cabai rawit, bensin, cabai hijau dan biaya listrik PLN gol 1.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya Desember 2016 - Januari 2017 (2012=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
Desember 2016 (2)
Januari 2017 (3)
127,76
129,10
1,05
- Padi
115,15
116,38
1,07
- Palawija
143,88
145,34
1,02
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4)
130,19
131,80
1,23
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
132,38
134,12
1,31
- Indeks BPPBM
117,11
117,89
0,67
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
98,13
97,95
-0,18
d. Nilai Tukar Usaha Petanian
109,10
109,51
0,38
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 07/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017
3
Pada Januari 2017 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 0,18 persen. Turunnya NTPP ini disebabkan karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 1,05 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 1,23 persen. Kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 1,07 persen dan naiknya subkelompok palawija sebesar 1,02 persen. Komoditas yang menyebabkan naiknya It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga komoditi gabah, ketela pohon, kacang kedelai, dan kacang tanah. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,31 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,67 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Januari 2017, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan indeks sebesar 1,21 persen. Hal ini terjadi karena turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,52 persen, lebih rendah dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang naik sebesar 0,70 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas utamanya salak, cabai merah, pisang, petai, dan bawang merah. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,80 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,22 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya Desember 2016 - Januari 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Desember 2016 (2)
Januari 2017 (3)
129,17
128,50
-0,52
- Sayur-sayuran
126,82
121,22
-4,42
- Buah-buahan
133,64
137,09
2,58
- Tanaman Obat
113,59
110,59
-2,64
126,55
127,43
0,70
129,76
130,80
0,80
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM
(4)
113,31
113,56
0,22
c. Nilai Tukar Petani (NTPH)
102,07
100,84
-1,21
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
113,99
113,16
-0,73
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Januari 2017 NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 1,86 persen, hal ini terjadi karena turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,99 persen ,lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,89 persen. Penurunan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu turun dari 155,34 menjadi 153,80. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan harga utamanya adalah kelapa, kakao, tebu, tembakau dan cengkeh. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya IKRT sebesar 0,97 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,72 persen.
4
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 07/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017
Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya Desember 2016 - Januari 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
Bulan
Persentase Perubahan
Desember 2016 (2)
Januari 2017 (3)
155,34
153,80
-0,99
155,34
153,80
-0,99
(4)
123,52
124,61
0,89
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
129,76
131,01
0,97
- Indeks BPPBM
112,73
113,54
0,72
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
125,77
123,43
-1,86
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
137,80
135,46
-1,70
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada Januari 2017 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 1,52 persen. Turunnya NTPT terjadi karena terjadi penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,91 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,62 persen. Turunnya harga beberapa komoditas seperti sapi potong, telur ayam ras, kambing dan ayam buras adalah penyebab turunnya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 1,04 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,14 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya Desember 2016 - Januari 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Desember 2016 (2)
Januari 2017 (3)
115,96
114,90
-0,91
- Ternak Besar
114,18
112,93
-1,10
- Ternak Kecil
113,37
111,81
-1,37
- Unggas
127,51
128,45
0,74
- Hasil Ternak
117,37
116,00
-1,17
(1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
(4)
120,28
121,03
0,62
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
129,48
130,83
1,04
- Indeks BPPBM
111,23
111,39
0,14
c. Nilai Tukar Petani (NTPT)
96,41
94,94
-1,52
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
104,26
103,16
-1,05
e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Januari 2017, NTN mengalami penurunan sebesar 1,24 persen, hal ini dikarenakan terjadi penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,70 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,55 persen. Penurunan It di subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok ikan budidaya sebesar 0,44 persen dan subkelompok ikan tangkap turun sebesar 0,77 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,86 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,11 persen. Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 07/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017
5
Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya Desember 2016 - Januari 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani
Bulan Desember 2016 (2)
Januari 2017 (3)
Persentase Perubahan (4)
122,85
122,00
- Penangkapan
139,18
139,79
0,44
- Budidaya
121,94
121,00
-0,77
b. Indeks Dibayar Petani
-0,70
119,06
119,71
0,55
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
129,60
130,71
0,86
- Indeks BPPBM
106,81
106,93
0,11
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
103,19
101,91
-1,24
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
115,02
114,09
-0,81
Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Januari 2017 mengalami penurunan sebesar 0,10 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,44 persen, dan indeks yang dibayar petani (nelayan) naik sebesar 0,54 persen. Kenaikan It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas terutama tongkol dan cakalang pada bulan ini. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,86 persen, dan indeks BPPBM naik sebesar 0,11 persen.
Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya Oktober - Januari 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Desember 2016 (2)
Januari 2017 (3)
139,18
139,79
0,44
- Penangkapan Perairan Umum
100,00
100,00
0,00
- Penangkapan Perairan Laut
139,22
139,83
0,44
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
(4)
122,15
122,81
0,54
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
129,44
130,55
0,86
- Indeks BPPBM
113,60
113,73
0,11
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
113,94
113,83
-0,10
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
122,52
122,91
0,32
Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 1,31 persen pada Januari 2017. Penurunan ini disebabkan terjadinya penurunan indeks yang diterima petani sebesar 0,77 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,55 persen. Penurunan It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti lele, udang dan gurame. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,86 persen, dan indeks BPPBM naik sebesar 0,11 persen.
6
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 07/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017
Tabel 8 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya Desember 2016 - Januari 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Desember 2016 (2)
Januari 2017 (3)
a. Indeks Diterima Petani
121,94
121,00
-0,77
- Budidaya Air Tawar
121,94
121,00
-0,77
b. Indeks Dibayar Petani
118,88
119,54
0,55
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
129,61
130,72
0,86
- Indeks BPPBM
(1)
(4)
106,43
106,55
0,11
c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
102,57
101,23
-1,31
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
114,58
113,57
-0,88
5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Januari 2017 mencapai 102,23 atau turun sebesar 1,14 persen dibanding bulan Desember 2016. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani yang sebesar 0,28 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,87 persen. Tabel 9 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya Desember 2016 - Januari 2017 (2012=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
Desember 2016
Januari 2017
(2)
(3)
(4)
Indeks Harga yang Diterima Petani
129,47
129,10
-0,28
Indeks Harga yang Dibayar Petani
125,20
126,29
0,87
Konsumsi Rumah Tangga
130,42
131,79
1,05
BPPBM
113,67
114,15
0,42
Nilai Tukar Petani
103,41
102,23
-1,14
Nilai Tukar Usaha Pertanian
113,89
113,10
-0,69
(1)
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Januari 2017 secara umum mencapai 131,76 atau mengalami inflasi sebesar 1,04 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 130,40. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok perumahan sebesar 1,51 persen, diikuti kelompok transportasi dan komunikasi naik 1,33 persen, kelompok kesehatan naik 1,26 persen, kelompok bahan makanan naik 1,21 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,66 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,51 persen, dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,01 persen, Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 07/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017
7
Tabel 10 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Desember 2016 - Januari 2017 (2012=100) Kelompok (1)
Bulan Desember 2016 (2)
Januari 2017 (3)
Konsumsi Rumah Tangga
Persentase Perubahan (4)
130,40
131,76
1,04
- Bahan Makanan
145,79
147,55
1,21
- Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
131,76
132,43
0,51
- Perumahan
121,94
123,78
1,51
- Sandang
127,21
128,04
0,66
- Kesehatan
117,61
119,08
1,26
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
112,58
112,59
0,01
- Transportasi dan Komunikasi
117,60
119,16
1,33
7. NTUP Subsektor Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 11 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) dan Perubahannya Desember 2016 - Januari 2017 (2012=100) Bulan Desember 2016 (2)
Januari 2017 (3)
Persentase Perubahan (4)
1. Tanaman Pangan
109,10
109,51
0,38
2. Hortikultura
113,99
113,16
-0,73
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
137,80
135,46
-1,70
4. Peternakan
104,26
103,16
-1,05
5. Perikanan
115,02
114,09
-0,81
a. Perikanan Tangkap
122,52
122,91
0,32
b. Perikanan Budidaya
114,58 113,92
113,57 113,13
-0,88 -0,70
Subsektor (1)
NTUP Gabungan
Pada Januari 2017 NTUP secara umum turun sebesar 0,70 persen dibandingkan Desember 2016. Penurunan NTUP terbesar terjadi di subsektor tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 1,70 persen, diikuti subsektor peternakan turun sebesar 1,05 persen, subsektor perikanan turun sebesar 0,81 persen dan subsektor hortikultura turun sebesar 0,73 persen. Sebaliknya subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,38 persen.
8. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Bulan Januari 2017 ada sebanyak 10 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Riau yaitu sebesar 0,69 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,05 persen terjadi di Provinsi Sumatera Barat. 8
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 07/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017
Sebanyak 23 provinsi pada bulan Januari 2017 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Sulawesi Selatan mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,70 persen, sedangkan Provinsi NTT mengalami penurunan NTP terkecil yaitu sebesar 0,12 persen.
Tabel 12 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Desember 2016 - Januari 2017 (2012=100)
Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
Desember 2016 (2)
Januari 2017 (3)
101,49
100,91
-0,56
RIAU
102,23
102,94
0,69
PAPUA
94,95
95,53
0,61
KALTENG
98,81
99,35
0,55
KALBAR
97,15
97,68
0,54
KALSEL
97,84
98,24
0,40
(1)
NASlONAL
(4)
BENGKULU
94,62
94,99
0,39
JAMBI
101,09
101,45
0,35
NAD
95,90
96,09
0,20
DKI
99,10
99,17
0,07
SUMBAR
97,87
97,92
0,05
NTT
101,31
101,19
-0,12
LAMPUNG
105,12
104,96
-0,16
PAPUA BARAT
100,17
100,01
-0,16
SUMSEL
95,45
95,29
-0,16
KALTIM
98,56
98,40
-0,17
GORONTALO
105,95
105,59
-0,34
JATENG
99,35
98,98
-0,37
MALUKU UTARA
102,04
101,59
-0,44
BALI
106,74
106,25
-0,46
KEPRI
98,63
98,16
-0,48
SULTRA
98,37
97,72
-0,65
JATIM
103,95
103,12
-0,80
NTB
106,56
105,70
-0,81
SULTENG
97,87
97,03
-0,86
JABAR
104,31
103,25
-1,01
SULBAR
107,70
106,58
-1,03
MALUKU
100,67
99,57
-1,09
BABEL
99,84
98,75
-1,09
YOGYAKARTA
103,40
102,22
-1,14
SULUT
93,94
92,86
-1,15
SUMUT
101,56
100,33
-1,21
BANTEN
100,49
98,97
-1,51
SULSEL
103,93
102,16
-1,70
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 07/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017
9
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH JANUARI 2017 Berdasarkan hasil observasi terhadap 56 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Januari 2017, sebanyak 71,43 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) dan sisanya 28,57 persen berkualitas rendah. Dibandingkan Desember 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKP naik 0,70 persen menjadi Rp. 4.643.75 per kg di tingkat petani dan turun 3,63 persen menjadi Rp. 4.034,38 per kg di tingkat penggilingan. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 0,69 persen menjadi Rp. 4.693,75 per kg di tingkat petani dan turun 3,59 persen menjadi Rp. 4.084,38 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.400,00 per kg pada gabah kualitas rendah dengan varitas Mentik Wangi terjadi di Kecamatan Sleman (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah dengan varitas IR64 terjadi di wilayah Kecamatan Pandak (Bantul). Selama Januari 2017, tidak dijumpai observasi harga gabah di bawah HPP baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan.
Pada Januari 2017, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 56 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 40 observasi dan gabah kualitas rendah sebanyak 16 observasi. Tabel 15 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Januari 2017 Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 (0,00%) (penggilingan)
Kelompok Kualitas (1) GKG
40 (71,43%)
GKP
5.050,00
4.643,75
4.693,75
3.700,00 (petani)
943.75
25,51
3.750,00 (penggilingan)
943.75
25,17
-
-
Gabah Kualitas Rendah
16 (28,57%)
3,700,00
5.400
4.034.38
4.084,38
-
Total
56 (100,00%)
-
-
-
-
-
10
3.800,00
-
-
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 07/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 40 observasi atau 71,43 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Januari 2017. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 16 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 28,57 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Januari 2017, yang berpotensi mengalami kasus harga 21,43 persen berasal dari Kabupaten Bantul, 3,57 persen berasal dari Kabupaten Sleman dan 3,57 persen berasal dari Kabupaten Kulonprogo.
Tabel 16 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Januari 2017
Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
Tk. Penggilingan (6)
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
GKG
0
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
GKP
40
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
40 (100,00 %)
40 (100,00 %)
GKG dan GKP
40
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
-
40 (100,00 %)
Kualitas Rendah
16
-
-
-
-
-
-
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.400,00 per kg pada gabah kualitas rendah dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Sleman (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah dengan varitas IR64 terjadi di wilayah Kecamatan Pandak (Bantul). Tabel 17 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, November - Januari 2017 Kelompok Kualitas (1)
Kadar Air (KA) Nov 2016 Des 2016 Jan 2017 (2) (3) (4)
Kadar Hampa/Kotoran (KH) Nov 2016 Des 2016 Jan 2017 (5) (6) (7)
GKG
-
-
-
-
-
-
GKP
13,48
13,89
15,07
5,51
6,66
6,77
Kualitas Rendah
28,58
19,61
24,51
9,54
9,33
8,74
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 15,07 persen dan 6,77 persen,
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 07/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017
11
sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Januari 2017 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 24,51 persen dan 8,74 persen.
Tabel 18 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas September - Januari 2017 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas (1)
Nov 2016
Perub (4) thd (3) (%) (5)
Des 2016 Jan 2017
(2)
(3)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)
(4)
Perub (8) thd (7) (%) (9)
Nov 2016 Des 2016 Jan 2017 (6)
(7)
(8)
GKG
-
-
-
-
-
-
-
-
GKP
4.812,50
4.611,36
4.643,75
0,70
4.862,50
4.661,36
4.693,75
0,69
Kualitas Rendah
3.867,39
4.186,36
4.034,38
-3,63
3.917,39
4.236,36
4.084,38
-3,59
Dibandingkan Desember 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKP naik 0,70 persen menjadi Rp. 4.643,75 per kg di tingkat petani dan naik 0,69 persen menjadi Rp. 4.693,75 per kg di tingkat penggilingan. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 3,63 persen menjadi Rp. 4.034,38 per kg di tingkat petani dan turun 3,59 persen menjadi Rp. 4.084,38 per kg di tingkat penggilingan.
Rp/Kg
Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Januari 2016 -Januari 2017 5600 5400 5074 4982 5200 5000 4581 4490 4800 4538 4659 4600 4400 4179 4200 4007 3869 4000 3800 3600 3400 3614 3200 3000 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16
4728
4737
4698
4259 4062
Jun-16
4740
4217 3943
Jul-16
Aug-16
4923
4863
4661 4236
4110
4084
3917
Sep-16
Oct-16
4694
Nov-16
Dec-16
Jan-17
Bulan GKG
12
GKP
Kualitas Rendah
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 07/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017