Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Di Universitas Yang Berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Dan Bekasi. Trisnawati Wardah1, Helman Arif2 Program Studi Ekstensi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Abstrak Universitas di Indonesia memainkan peran yang signifikan dalam mendidik wirausahawairausahawan dimasa yang akan datang, namun tingkat kreasi usaha baru, dan inovasi usaha baru masih rendah. Skripsi ini menguji apa yang mendorong mahasiswa fakultas ekonomi di Universitas yang berada di daerah Jakarta, Bogor, Depok, tangerang dan Bekasi untuk menjadi seorang wirausaha. Disini di uji empat anteseden yang mendorong minat mahasiswa untuk terlibat dalam tiga jenis minat berwirausaha yaitu: umum, pertumbuhan tinggi, dan gaya hidup. Kami menemukan empat anteseden yaitu : pendidikan kewirausahaan, Pengalaman wirausaha, Kepribadian yang proaktif, dan Kemampuan diri wirausaha. Kata Kunci: Wirausaha; Minat berwirausaha; kewirausahaan
1.
Pendahuluan Salah satu masalah yang harus dihadapi oleh negara Indonesia adalah masalah pengangguran yaitu dimana lapangan kerja tidak mencukupi kebutuhan tenaga kerja. Menurut data BPS, dalam setahun terakhir (februari 2011 – februari 2012) jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia meningkat menjadi 1,5juta orang, sedangkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada februari 2012 sebesar 6,32 persen.
Grafik 1. Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Pengangguran Tahun 2010-2012
1.Penulis utama
1
2.Pembimbing Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
Sumber : Badan Pusat Statistik Mahasiswa yang merupakan generasi penerus akan menyumbangkan angka pengangguran karena mahasiswa adalah calon angkatan kerja yang belum pasti akan mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Berdasarkan data BPS, lulusan universitas yang bekerja hanya sebesar 7,25 juta orang (6,23 persen). Ketidakpastian akan mendapatkan pekerjaan membuat seseorang berfikir untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Wirausaha akan menjadi pilihan karir yang popular (van Gelderen et al., 2008), selain itu wirausaha dipromosikan sebagai pilihan karir yang menarik bagi golongan muda di seluruh dunia (Schwartz et al, 2009) Tabel 1. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2010-2012
Sumber : Badan Pusat Statistik Selain sebagai pilihan karir, wirausaha mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi, karena wirausaha dalam usaha kecil dan menengahnya (UKM)
merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional, “engines of
economic growth” (Baron and Shane, 2008; Ethuagala, 2011). Menurut Joseph C. Schumpeter, pakar ekonomi modern, dalam Development (1934)
bukunya The Theory of Economic
menyatakan bahwa wirausaha adalah
pelaku utama dalam
pembangunan ekonomi dan fungsinya adalah untuk melakukan inovasi, atau menciptakan kombinasi-kombinasi baru. Kontribusi yang diberikan oleh wirausaha yaitu seperti menciptakan lapangan kerja, produk, dan proses yang inovatif. Kontribusi wirausaha (UKM)
terhadap perekonomian
nasional telah memenuhi
separuh dari PDB. Selain itu menurut Supriyanto, Direktur neraca produksi , 2 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
menyatakan bahwa dalam lima tahun terakhir UKM menjadi kekuatan untuk menopang perekonomian social. berkembangnya perekonomian maka semakin meningkat pula jumlah wirausaha yang ada di Indonesia. Menurut Agus Muharram, Deputi bidang pengkajian Kementerian koperasi dan UKM, mengungkapkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia per Januari 2012 kini ada 55, 53 juta UMKM dan 54 juta lebih diantaranya adalah usaha mikro yaitu sebesar 1, 56% dari total penduduk Indonesia. Jumlah tersebut melonjak dari 3 tahun lalu yang hanya 0,24%. Seperti diketahui bahwa Indonesia tertinggal jauh dari negara asia lainnya, seperti China dan Jepang dengan jumlah wirausaha 10% dari total populasi, Malaysia 5%, Singapura 7%, sedangkan Amerika lebih dari 12% penduduknya yang menjadi wirausaha. Padahal menurut Ciputra, pendiri Universitas Ciputra Enterpreneurship Center (UCEC) , mengatakan bahwa untuk membangun ekonomi bangsa dibutuhkan minimal 2% wirausaha dari total populasi. Tabel 2. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2008-2009
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM Wirausaha tidak dilahirkan melainkan terbentuk ( Boulton and urner, 2005 ; Mellor et all, 2009) oleh proses sukses dan gagal yang berulang-ulang, walaupun ada beberapa wirausaha yang memang mempunyai bakat untuk menjadi seorang wirausaha. Seseorang mempunyai alasan untuk menjadi wirausahawan karena adanya faktor-faktor yang menumbuhkan minat pada dirinya. Dalam Planned Behavior Theory, dijelaskan bahwa minat untuk melakukan suatu perilaku adalah indikasi 3 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
kecenderungan individu untuk melakukan suatu perilaku dan merupakan anteseden langsung dari perilaku tersebut. Pembuat kebijakan yakin bahwa kewirausahaan dapat ditingkatkan melalui pendidikan (European Comission 2006) dan khususnya pendidikan kewirausahaan. Pada dasarnya pendidikan kewirausahaan yaitu menciptakan kompetensi wirausaha, termasuk pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan (Markman 2007; Miller et al.2009). Bukti menunjukan adanya hubungan positif yang kuat antara pendidikan dengan kewirausahaan. Seperti yang ditemukan oleh Raposo et al, (2008a, 2008b) yaitu bahwa efek yang paling penting dalam memulai suatu usaha adalah pendidikan. Ada beberapa gagasan yang menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan mempengaruhi sikap mahasiswa, mengarahkan karir mereka dimasa depan, dan mempengaruhi kecenderungan mereka untuk berwirausaha. Pada penelitian sebelumnya ditemukan bahwa pendidikan kewirausahaan dan/atau pendidikan binis dapat meningkatkan minat berwirausaha (e.g., wilson et al., 2007; Cooper and lucas, 2006; Souitaris et al., 2007). Pengalaman pelajar dalam berwirausaha (magang, kompetisi pembuatan bisnis plan, konsultasi untuk memulai bisnis, mempresentasikan konsep bisnis ke potensial investor dan eksekutif bisnis, dan memiliki mentor wirausaha) juga dapat meningkatkan minat berwirausaha (wilson et al., 2007; Zhao et al.,2005). Crant (1996) menemukan bahwa kepribadian yang proaktif diprediksi mempengaruhi minat berwirausaha dikalangan pelajar. 2.
Tinjauan Teoritis
2.1 Definisi Kewirausahaan dan Wirausaha Istilah kewirausahaan merupakan padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa inggris. Kata entrepreneurship sendiri sebenarnya berawal dari bahasa Perancis, yaitu „entreprende’ yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha (Rambat Lupiyoadi, 2007, p.2) Menurut Joseph C. Schumpeter dalam Theory of Economic Development (1934) mengatakan bahwa wirausaha adalah pelaku utama pembangunan ekonomi dan fungsinya adalah untuk melakukan inovasi, atau menciptakan kombinasi-kombinasi baru. Definisi kewirausahaan menurut Raymond W.Y KAO (1995:84) adalah “The processof doing something new (creative) and something different (Innovative)for purpose of creating wealth for the individual and adding value to society”. Kewirausahaan adalah suatu proses, yakni proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi 4 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi) dengan tujuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi individu dan menambah nilai bagi masyarakat. Pengertian kewirausahaan menurut Siagian (1995:228): Kewirausahaan adalah kesatuan terpadu dari semangat nilai-nilai dan prinsip sikap, kiat, seni, dan tindakan yang sangat perlu, tetap dan unggul dalam mengarah pelayanan terbaik kepada pelanggan dan pihak lain, kepentingan termasuk masyarakat, bangsa, dan Negara dalam kesinambungan dan upaya peningkatan yang terus menerus.
Menurut Zimmerer dan Scarborouh (2004, p.3), wirausaha adalah orang yang mencipatakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.
2.2 Minat Berwirausaha Minat berwirausaha adalah minat seseorang untuk memulai bisnis atau kerja sendiri. Minat itu mungkin dipicu oleh sejumlah harapan, termasuk keuntungan ekonomi potensial, kebebasan melakukan usaha yang disukai, otonomi, dan ambisi. Sejumlah peneliti, termasuk Bird (1988), Kolvereid (1996), Krueger (1993), Krueger dan Brazeal (1994), Krueger et al. (2000), Shapero (1982), serta Tkachev dan Kolvereid (1996), telah menekankan peran penting yang dimainkan oleh niat kognitif suatu individu
untuk memulai sebuah bisnis
mengidentifikasikan
serangkaian
baru. Studi-studi awal
anteseden-anteseden
potensial
untuk
telah minat
berwirausaha, termasuk kemampuan, karakteristik, dan pengalaman personal (Bird 1988), kelayakan personal dan kesukaan social (social desirability) (Shapero 1982) dan faktor-faktor eksogen, seperti akses ke modal, kemutakhiran pasar modal, dan sebuah lingkungan peraturan untuk melindungi property privat (Shane, 1992). Baru-baru ini disarankan bahwa improvisasi ( Hmieleski dan Corbett, 2006 ) atau model-model peran ( Van Auken et al. 2006). Shane ( 2003 ) mengusulkan bahwa keberadaaan sebuah peluang, identifikasinya dan eksploitasi sadarnya oleh wirausaha ( Engle, 2008 ). Akan tetapi Krueger et al. (2000:411) berpendapat bahwa di level individual proses wirausaha mungkin menjadi yang penuh pertimbangan, dan identifikasi peluang didasarkan pada niat individual. Akibatnya, di level individual, predictor tunggal terbaik bahwa seseorang memang meluncurkan sebuah usaha baru adalah minat berwirausaha sebelumnya, yaitu minat kognitif untuk melakukannya.
5 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
Penelitian sebelumnya menyarankan bahwa minat berwirausaha mungkin bukan sebuah gagasan tunggal, walau pasti layak untuk memasuki apa yang mungkin disebut minat berwirausaha umum. Ada tiga manifestasi dalam minat berwirausaha, yaitu: a. Umum b.Pertumbuhan tinggi c. Gaya hidup Minat berwirausaha umum didefinisikan sebagai minat seseorang untuk memulai bisnis miliknya sendiri atau menjadi berusaha sendiri, didorong oleh sebuah keinginan untuk otonomi sekaligus sebuah harapan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Jenis minat wirausaha yang kedua yaitu pertumbuhan tinggi, berkaitan dengan minat seseorang untuk memulai atau mendapatkan sebuah bisnis dan secara cepat membesarkannya, mungkin menjadi sebuah pemimpin industry, bisnis internasional, atau perusahaan public melalui penawaran umum perdana (initial public offering) (hmieleski dan Corbett, 2006). Minat berwirausaha yang ketiga yaitu minat berwirausaha-gaya hidup,atau minat untuk memulai sebuah bisnis demi mendapatkan otonomi dan sebuah kualitas gaya hidup tertentu. Terminology dari John Isaacson (komunikasi personal pada 2007), presiden sebuah kelompok investor penyandang dana, yang menunjukan bahwa investor- investor cenderung menghindari wirausahawirausaha yang mencari otonom dan gaya hidup tertentu – melakukan apa yang mereka sukai – tanpa keinginan untuk investasi cepat kembali dan tanpa sebuah rencana untuk pertumbuhan tinggi. Konsep minat wirausaha gaya hidup mungkin mirip seperti yang disebutkan oleh Bird (1988) sebagai “wirausaha pengrajin” (craftman Entrepreneur) yaitu orang-orang yang memulai usaha-usaha baru demi menggunakan keahliankeahlian mereka secara otonomi.
2.3
Pendidikan Kewirausahaan Dahulu ada yang berpendapat bahwa kewirausahaan merupakan bakat sejak lahir, sehingga kewirausahaan dipandang bukan hal penting untuk dipelajari dan diajarkan. Namun dalam perkembangannya, nyata bahwa kewirausahaan ternyata bukan hanya bakat bawaan sejak lahir, atau bersifat praktek lapangan saja. Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang perlu dipelajari kemampuan seseorang dalam berwirausaha, dapat dimatangkan melalui proses pendidikan. Seseorang yang menjadi wirausahawan
adalah
mereka
yang
mengenal
potensi
dirinya
dan
belajar 6
Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
mengembangkan potensinya untuk menangkap peluang serta mengorganisir usahanya dalam mewujudkan cita-citanya. Kemudian sejak awal abad 20, kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa negara, seperti Belanda dengan istilah “ondemer”, dan jerman dengan istilah ”unternehmer”. Di negara-negara tersebut kewirausahaan memiliki tugas yang sangat banyak, antara lain adalah tugas dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisatoris dan komersial, penyediaan modal, penerimaan dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan, pemasangan iklan, dan sebagainya. Pada tahun 1950-an, pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di beberapa negara seperti di Eropa, Amerika, dan Kanada. Sejak tahun 1970-an banyak universitas atau perguruan tinggi yang mengajarkan “entrepreneurship”
atau “new venture
management”. Tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika serikat memberikan pendidikan kewirausahaan yang saat itu di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru sebatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Menurut Suyana, sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigm pertumbuhan yang wajar dan pertumbuhan ke arah globalisasi yang menuntut adanya keunggulan, pemerataan, dan persaingan, maka dewasa ini terjadi perubahan paradigma pendidikan. Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen yang menurut Soeharto Praworokusumo adalah dikarenakan oleh: kewirausahaan berisi “body of knowledge” yang utuh dan nyata yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap. Wirausaha membutuhkan kepribadian yang kuat untuk memajukan hidupnya, kebutuhan itu diusahakan dipenuhi oleh adanya pendidikan. Bertolak dari pembatasan arti tentang pendidikan, maka peran pendidikan adalah mempersiapkan individuindividu untuk secara bertanggung jawab dapat memperoleh kesejahteraan hidup, dengan memperlengkapi kepribadian individu-individu tersebut dengan pembinaan segenap aspek kehidupan. Dr. Suparman (Drs. Wasty Soemanto, M.Pd, 1999 : 87) mengemukakan bahwa pendidikan kewirausahaan adalah pendidikan yang bertujuan untuk menempa bangsa Indonesia sesuai dengan kepribadian Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Pendidikan kewirausahaan dapat berasal dari berbagai disiplin ilmu, kursus, dan pengalaman akademik. Menurut Zhao et al. (2005), pendidikan semacam itu
7 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
sebagai tingkat mahasiswa yang dipersepsikan telah dipelajari mengenai empat keahlian penting yang dibutuhkan oleh para wirausahawan, yaitu: 1. Mengenali peluang-peluang bisnis baru 2. Mengevaluasi peluang-peluang 3. Memulai sebuah bisnis 4. Kewirausahaan Organisasional
sehingga Ellen A.drost et al. (2011:88) menghipotesiskan bahwa semakin tinggi persepsi bahwa keahlian-keahlian tersebut sebenarnya telah dipelajari, maka semakin besar minat untuk berwirusaha.
2.4
Pengalaman Berwirausaha Minniti
dan
bygrave
(2001)
mengatakan
bahwa
pengalaman
berwirausaha,berhasil maupun tidak, menyediakan peluang untuk menguasai keahliankeahlian dan untuk berhubungan dengan role model yang positif dari wirausahawan lain dan pemilik-pemilik bisnis lainnya (scherer et al.2005). keahlian dan paparan terhadap role models kemungkinan memiliki efek-efek positif terhadap rencanarencana dan minat individu terkait dengan usaha-usaha baru. Pengalaman kerja dan pengalaman akademik (magang, konsultasi proyek-proyek usaha baru dan sejenisnya) secara langsung dapat meningkatkan pengalaman mahasiswa seperti pengembangan produk baru, penetrasi pasar baru, serta kreasi manajemen dan usaha baru. Beberapa studi (Scott and Twomey, 1988; Zhao et al., 2005) telah menemukan bahwa pengalaman sebelumnya dengan wirausaha memprediksi minat berwirausaha dimasa mendatang.
2.5
Kepribadian yang Proaktif Kepribadian yang proaktif merupakan sebuah watak stabil untuk mengambil inisiatif personal dalam sebuah lingkup akivitas dan situasi yang luas, yang ditampilkan oleh seseorang yang secara relatif tidak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan situasional dan yang mempengaruhi perubahan lingkungan sekitar (Bateman dan Crant, 1993;105). Menurut Crant (1995) penelitian telah menemukan kalau kepribadian proaktif berpengaruh dengan performa kerja; toleransi terhadap stress dipekerjaan-pekerjaan yang menuntut banyak (Parker dan Sprigg, 1999); keefektifan kepemimpinan (Crant 8 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
dan Bateman, 2000) performa kerja tim (Kirkman dan Rosen, 1999); kesuksesan karir, dan mengambil inisiatif-inisiatif karir (Seibert et al., 1999). Mitchell et al. (2007) secara jelas membedakan pendekatan kognitifyang timbul untuk menjelaskan alasan-alasan di balik kewirausahaan dan pembawaan yang lebih tradisional atau pendekatan demografis yang menonjol pada tahun 1980an dan 1990an, yang seperti ditunjukkan telah memproduksi hasil-hasil yang samar-samar. Gartner et al. (1988) mempertanyakan apakah kita dapat menemukan prediktor level individual pada kewirausahaan, meyakini bahwa para peneliti yang berusaha menemukannya sedang menanyakan pertanyaan yang salah dan berkomentar bahwa pembawaan “tidak cukup untuk menjelaskan fenomena kewirausahaan”. Krueger (1993) mendesak para peneliti untuk mempertimbangkan “kecondongan untuk bertindak” dalam eksplorasi mereka mencari mengapa dan bagaimana orang orang memilih menjadi wirausaha, “kecondongan untuk bertindak” memiliki kesamaan konseptual dengan kepribadian proaktif. David McCleland mengindikasikan adanya korelasi positif antara tingkah laku orang yang memiliki motif prestasi tinggi dengan tingkah laku wirausaha. Karakteristik orang-orang yang mempunyai motif prestasi tinggi adalah: 1. Memilih resiko moderate dalam tindakannya dia memilih melakukan sesuatu yang ada tantangannya, namun dengan cukup kemungkinan untuk berhasil. 2. Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatan. Artinya kecil sekali kecenderunan untuk mencari “kambing hitam” atas kegagalan atau kesalahan yang dilakukannya. 3. Mencari umpan balik (feed back) tentang perbuatan-perbuatannya. 4. Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru
2.6
Kemampuan Diri Wirausaha Bandura (1992, 1997) mengatakan bahwa kemampuan diri wirausaha telah secara konsisten ditunjukkan sebagai sebuah variabel penjelas untuk mengapa orangorang yang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan bertahan dalam usaha-usaha mereka untuk menyukseskannya. Boyd dan Vozikis (1994) kemampuan wirausaha dapat didefinisikan sebagai kekuatan keyakinan suatu individu bahwa dia mampu secara sukses melakukan peran-peran dan tugas-tugas seorang wirausaha.
9 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
Seperti teori Bandura (1997) kemampuan diri dikembangkan melalui penguasaan mahasiswa akan keahlian-keahlian, identifikasi mahasiswa dengan modelmodel peran dan persuasi sosial oleh orang-orang lain yang penting (misalnya remaja, orangtua, dosen, dan model-model peran), dan penilaian mahasiswa mengenai keadaan fisiologis
mereka
sendiri
(contohnya:
berwirausaha
membuat
saya
merasa
gembira,bukan takut). Teori kognitif sosial (Bandura, 1997) secara jelas mengusulkan bahwa perkembangan kemampuan diri wirausaha haruslah suatu tenaga yang sangat kuat dalam pengembangan satu atau lebih jenis minat wirausaha. Ada bukti empiris bahwa kemampuan diri wirausaha membedakan wirausahawan dengan non wirausahawan, dan semua kemampuan diri wirausaha memprediksi minat berwirausaha (De Noble et al., 1999; Krueger et al., 2002; Kickul dan D‟Intino, 2005). Chen et al. (1998) menemukan bahwa kemampuan diri wirausaha membedakan mahasiswa-mahasiswa kewirausahaan dengan mahasiswa mahasiswa manajemen dan psikologi, dan juga membedakan pendiri bisnis dengan non bisnis. Zhao et al.(2005) menemukan bahwa kemampuan diri wirausaha memprediksi minat berwirausaha diantara 265 mahasiswa MBA. Bandura (1992) menyarankan bahwa kepercayaan diri akan kemampuan kita di domain manapun berasal dari empat sumber yaitu: pengalaman-pengalaman menguasai suatu tugas, pemodelan, perkusi sosial, dan penilaian mengenai keadaan-keadaan psikologis seseorang. Pengalaman-pengalaman menguasai tugas secara langsung terkait dengan program pendidikan yang efektif, pengalaman mungkin didapatkan di tempat kerja sebagai seorang wirausaha, magang, dan pelatihan (wilson et al. 2007). Pendidikan kewirausahaan telah diketahui meningkatkan kemampuan diri wirausaha (wilson et al., 2007; Cooper dan Lucas, 2006; Zhao et al., 2005).
3.
Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian analisa kausalitas (Causal Research) yaitu untuk menguji hipotesis pengaruh sebab akibat diantara pendidikan kewirausahaan, pengalaman kewirausahaan, kepribadian yang proaktif, dan kemampuan diri wirausaha. Pengumpulan informasi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cross-sectional design yaitu satu kali dalam satu periode dengan melakukan penyebaran 10 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
kuesioner pada responden yang selanjutnya akan diolah dengan software statistic SPSS 13. Pada pengambilan data melalui kuesioner, peneliti menggunakan salah satu bentuk dasar dalam mendesain kuesioner (malhotra 2007), yaitu scaled response question, yaitu pertanyaan yang menggunakan skala dalam mengukur dan mengetahui sikap responden terhadap pertanyaan-pertanyaan di kuesioner, dari sudut pandang responden. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan 5 skala pengukuran. Kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan penyebaran angket tertulis.
3.2 Sampel Penelitian Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 170 orang mahasiswa fakultas ekonomi di universitas yang berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Jumlah sampel ini berdasarkan teori ML. Bentler dan Chou (1987) menyarankan bahwa paling rendah rasio 5 responden per variabel teramati akan mencukupi untuk distribusi normal ketika sebuah variabel laten mempunyai beberapa indikator (variabel teramati). Jadi berdasarkan hal tersebut jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 170 orang yang didapat dari 34 pertanyaan utama dikali lima. Pemilihan mahasiswa fakultas ekonomi sebagai sampel penelitian ini adalah adanya asumsi bahwa mahasiswa ekonomi mendapatkan mata kuliah kewirausahaan. Hal ini terkait dengan salah satu variabel dalam penelitian ini yaitu pendidikan kewirausahaan. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling, dimana pengambilan sampel tidak menggunakan prosedur kesempatan yang sama (Malhotra, 2010). Teknik yang digunakan adalah teknik convenience sampling, yaitu responden yang dipilih oleh peneliti disebabkan karena mereka yang memenuhi persyaratan sesuai dengan objek penelitian.
3.3 Hipotesis dan Model Penelitian Hipotesis digunakan untuk menguji hubungan antar variabel, berdasarkan latar belakang penelitian, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: H1
: Pendidikan Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap Minat Berwirausaha
H1a
: Pendidikan Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap Minat Berwirausaha umum 11 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
H1b
: Pendidikan Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap Minat Berwirausaha pertumbuhan tinggi
H1c
: Pendidikan Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap Minat Berwirausaha gaya hidup
H2
: Pengalaman Berwirausaha berpengaruh positif terhadap Minat Berwirausaha
H2a
: Pengalaman Berwirausaha berpengaruh positif terhadap Minat Berwirausaha umum
H2b
: Pengalaman Berwirausaha berpengaruh positif terhadap Minat Berwirausaha Pertumbuhan Tinggi
H2c
: Pengalaman Berwirausaha berpengaruh positif terhadap Minat Berwirausaha Gaya Hidup
H3
: Kepribadian Proaktif
berpengaruh positif
terhadap Minat
berpengaruh positif
terhadap Minat
Berwirausaha H3a
: Kepribadian Proaktif Berwirausaha Umum
H3b
: Kepribadian Proaktif
berpengaruh positif terhadap Minat
Berwirausaha pertumbuhan tinggi H3c
:
Kepribadian Proaktif berpengaruh positif terhadap Gaya Hidup
H4
: Kemampuan Diri Wirausaha berpengaruh positif terhadap Minat Berwirausaha
H4a
: Kemampuan Diri Wirausaha berpengaruh positif terhadap Minat Berwirausaha Umum
H4b
: Kemampuan Diri Wirausaha berpengaruh positif terhadap Minat Berwirausaha Pertumbuhan Tinggi
H4c
: Kemampuan Diri Wirausaha berpengaruh positif terhadap Minat Berwirausaha gaya hidup
12 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
H5
: Kemampuan Diri Wirausaha menghubungkan hubungan antara Minat Berwirausaha, Pengalaman berwirausaha, Pendidikan Kewirausahaan, dan Kepribadian Proaktif
H5a
: Kemampuan Diri Wirausaha menghubungkan hubungan antara Minat
Berwirausaha
Umum,
Pendidikan
Kewirausahaan,
Pengalaman Berwirausaha, dan Kepribadian Proaktif H5b
: Kemampuan Diri Wirausaha menghubungkan hubungan antara Minat
Berwirausaha
pertumbuhan
tinggi,
Pendidikan
Kewirausahaan, Pengalaman Berwirausaha, dan Kepribadian Proaktif H5c
: Kemampuan Diri Wirausaha menghubungkan hubungan antara Minat Berwirausaha gaya hidup, pendidikan kewirausahaan, Pengalaman Berwirausaha, dan Kepribadian Proaktif
Model penelitian ini direplikasi dari penelitian sebelumnya yaitu oleh Ellen A. Drost and Stephen J.J McGuire, berjudul Fostering Entrepreneurship Among Finnish Business Students: Antecedents of Entrepreneurial Intent and Implications for Entrepreneurship Education.
Pendidikan Kewirausahaan
Pengalaman
Kemampuan Diri
Berwirausaha
Wirausaha
-
Minat Berwirausaha: MB Umum MB Pertumbuhan Tinggi MB Gaya Hidup
Kepribadian Proaktif
Gambar 1. Model Konseptual 3.4 Variabel Operasional Penyusunan operasionalisasi variabel-variabel penelitian dalam kuisioner ini ditujukan agar kuisioner yang disusun dapat mencerminkan masalah dari model penelitian yang digunakan. Tabel 3.1
adalah operasionalisasi variabel penelitian yang disertai
13 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
dengan pertanyaan yang akan ditanyakan dalam kuisioner serta skala pengukuran yang akan digunakan.
Tabel 3. Variabel Operasional Variabel Minat Berwirausaha
Dimensi Umum
Indikator
Sumber
Skala Pengukuran
Seberapa tertarikkah dengan kegiatankegiatan dibawah ini dalam waktu 5 tahun kedepan: Memulai Bisnis
Ellen A Drost et al.
Skala Likert 1-5
Memperoleh bisnis kecil
(2011)
1= sangat tidak setuju 5= sangat setuju
Pertum buhan Tinggi
Memulai dan mendirikan usaha yang pertumbuhannya tinggi
zhao et al (2005)
Memperoleh dan mendirikan perusahaan menjadi bisnis yang pertumbuhannya tinggi Memulai bisnis yang pertumbuhannya cepat
Hmieleski and Corbet
Skala Likert 1-5
Membuka usaha yang akan terkenal secara internasional
(2006)
1= sangat tidak tertarik
Membuka usaha yang nanti akan terdaftar di bursa efek
5= sangat tertarik
Membuka usaha yang akan menjadi industry leader Membuka usaha yang mempunyai lokasi dimana-mana Gaya Hidup
Membuka usaha yang resiko usahanya rendah atau moderat
Skala Likert 1-5
Dengan bekerja sendiri, saya bisa mengerjakan apa yang saya suka
1= sangat tidak tertarik
Membuka usaha yang dapat memberikan gaya hidup yang baik
5= sangat tertarik
Memulai dua atau lebih bisnis yang baru Pendidikan kewirausahaan
Selama ini seberapa banyak saya mempelajari tentang kewirausahaan:
zhao et al (2005)
Skala Likert 1-5
14 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
a. Mengenali peluang
1= sangat sedikit
b. Mengevaluasi Peluang
5= sangat banyak
c. Cara Memulai usaha d. Korporat/Organisasi Kewirausahaan
Tabel 3. Variabel Operasional (Lanjutan) Variabel
Dimensi
Indikator
Sumber
Skala Pengukuran
Pengalaman Berwirausaha
banyak/tidaknya pengalaman saya yangberkaitan dengan wirausaha:
zhao et al (2005)
Skala Likert 1-5
Keperibadian Proaktif
a. Memulai usaha baru b. Mengembangkan pasar baru c. Pengembangan produk baru Tidak ada yang lebih menarik dibandingkan membuat ide menjadi kenyataan Jika ada sesuatu yang tidak saya suka, maka saya akan memperbaiki
1= sangat sedikit 5= sangat banyak seibert et al (1999)
Skala Likert 1-5
1= sangat tidak setuju
walaupun banyak rintangan, jika saya yakin maka itu akan terjadi
5= sangat setuju
Saya suka menjadi juara untuk ide-ide saya, walaupun harus melawan yang lain saya unggul dalam mengidentifikasi peluang saya selalu mencari cara yang lebih baik dalam mengerjakan sesuatu Jika saya percaya pada suatu ide, tidak ada hambatan yang mencegah saya untuk merealisasikan ide itu saya dapat melihat peluang baru sebelum orang lain melihatnya
Kemampuan diri wirausaha
saya terus mencari cara untuk memperbaiki hidup saya dimanapun saya berada, saya mempunyai kekuatan untuk perubahan konstruktif seberapa besar kepercayaan diri saya untuk:
zhao et al (2005)
a. Mengidentifikasi peluang baru b. Menciptakan produk baru c. Berfikir kreatif d. Mengkomersilkan ide atau membuat ide baru
Skala Likert 1-5 1= sangat tidak percaya Diri 5= sangat percaya diri
15 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
4. Analisis dan Pembahasan 4.1 Reliabilitas dan Validitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi dan reliabilitas pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner penulisan dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha. Jika nilai Cronbach’s Alpha melebihi atau sama dengan 0,6, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut konsisten, relevan serta reliable atau dapat diandalkan jika diterapkan pada sampel, tempat, dan waktu pengambilan data yang berbeda (Malhotra, 2010). Nilai Cronbach’s Alpha yang berada di bawah 0,6 mengindikasikan internal consistency reliability yang tidak memuaskan. Cofirmatory Factor Anaysis (CFA) digunakan untuk menguji dimensionalitas suatu konstruk, yaitu melakukan pegukuran model (measurement model) untuk menguji validitas dari indicator-indikator pembentuk konstruk laten tersebut.
Tabel 4. Uji Reliabilitas dan Validitas Reliabilitas
Variabel
Validitas
Cronbach Alpha
Nilai KMO
Keterangan
Minat Berwirausaha Umum
0.841
0,5
Valid
Minat Berwirausaha Pertumbuhan Tinggi
0.855
0,772
Valid
Minat Berwirausaha Gaya Hidup
0.755
0,701
Valid
Pendidikan Kewirausahaan
0.867
0,645
Valid
Pengalaman Berwirausaha
0.890
0,681
Valid
Kepribadian Proaktif
0.775
0,527
Valid
Kemampuan Diri Wirausaha
0.776
0,601
Valid
4.2 Uji Asumsi Klasik Asumsi Klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model regressi yang dibuat dapat digunakan sebagai alat prediksi yang baik. Uji asumsi klasik yang akan dilakukan adalah uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas. Tabel 5. Hasil Uji Multikolinearitas NO Variabel 1 Pendidikan Kewirausahaan 2 Pengalaman Kewirausahaan 3 Kepribadian Proaktif 4 Kemampuan Diri Wirausaha
Tolerance 0,705 0,180 0,199 0,550
VIF 1,419 1,152 1,010 1,818
Keterangan Tidak ada Multikolinearitas Tidak ada Multikolinearitas Tidak ada Multikolinearitas Tidak ada Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi yang signifikan yang mendekati sempurna antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai 16 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
tolerance menunjukkan tidak adanya variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. hasil perhitungan nilai variance inflation factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. Grafik 2. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel terikat dan variabel bebas dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Berdasarkan tampilan grafik histogram dan grafik normal plot yang tersaji pengujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal. Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya. histogram diatas menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas. Grafik 2. Hasil Uji Heterokedasitas
17 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
Salah satu asumsi penting dari model regresi linear klasik adalah bahwa variance dari residual yang muncul dalam fungsi regresi adalah homokedastisotas, yaitu terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain (Gujarati, 1995). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan uji Gletser dengan melihat tingkat signifikansi dari hasil regresi nilai absolute residual sebagai variabel terikat dengan variabel karakteristiknya. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat juga dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada grafik plot (scatterplot) antara nilai prediksi variabel terkait (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
4.3 Uji Regresi Uji regresi linear digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang akan diuji Tabel 6. Hasil Uji Regresi Hubungan Antar Variabel Pendidikan ke MB Umum Pendidikan ke MB Pertumbuhan Tinggi Pendidikan ke MB Gaya Hidup Pengalamaan ke MB Umum Pengalamaan ke MB Pertumbuhan Tinggi Pengalamaan ke MB Gaya Hidup Kepribadian ke MB Umum Kepribadian ke MB Pertumbuhan Tinggi Kepribadian ke MB Gaya Hidup Kemampuan ke MB Umum Kemampuan ke MB Pertumbuhan Tinggi Kemampuan ke MB Gaya Hidup
Beta 0.317 0.060 0.145 0.220 0.303 0.441 0.147 0.282 0.387 0.300 0.249 0.339
t-value 4.336 7.850 1.898 2.921 4.120 6.369 1.925 3.803 5.439 4.074 3.328 4.665
Sig 0.000 0.433 0.059 0.004 0.000 0.000 0.056 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000
Keterangan Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif
4.4 Uji Path Path analysis atau analisa jalur adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung (Robert D. Retherford, 1993). Tabel 7. Hasil Uji Path Hubungan Kausal
Pengaruh Langsung
Pengaruh Tidak Langsung Melalui
Nilai
Pengaruh Total
18 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
Pendidikan ke MB Umum Pengalaman ke MB Umum Kepribadian ke MB Umum Pendidikan ke MB Pertumbuhan Tinggi Pengalaman ke MB Pertumbuhan Tinggi Kepribadian ke MB Pertumbuhan Tinggi Pendidikan ke MB Gaya Hidup Kepribadian ke MB Gaya Hidup Pengalaman ke MB Gaya Hidup
0.226 0.066 0.010 0.074 0.24 0.212 0.02 0.203 0.370
Kemampuan Wirausaha Kemampuan Wirausaha Kemampuan Wirausaha Kemampuan Wirausaha Kemampuan Wirausaha Kemampuan Wirausaha Kemampuan Wirausaha Kemampuan Wirausaha Kemampuan Wirausaha
0.091 0.154 0.136 0.134 0.063 0.069 0.164 0.136 0.070
0.317 0.220 0.146 0.208 0.303 0.281 0.184 0.339 0.440
4.5 Pembahasan Berdasarkan tabel 6 diperoleh nilai beta yang positif. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan, pengalaman kewirausahaan, kepribadian yang proaktif, dan kemampuan berwirausaha berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha umum, minat berwirausaha pertumbuhan tinggi, dan minat berwirausaha gaya hidup. Dengan nilai beta masing-masing sebesar 0.317 , 0.060 , 0.145 dapat disimpulkan hipotesis 1 (a, b, c) diterima, yaitu pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha umum, minat berwirausaha pertumbuhan tinggi, dan minat berwirausaha gaya hidup. Hipotesis 2 (a, b, c) diterima dengan nilai beta masingmasing sebesar 0.020 , 0.303 , 0.441 yaitu pengalaman berwirausaha berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha umum, minat berwirausaha pertumbuhan tinggi, minat berwirausaha gaya hidup. Hipotesis 3 (a, b, c) kepribadian proaktif berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha umum, minat berwirausaha pertumbuhan tinggi, minat berwirausaha gaya hidup dapat diterima dengan beta menunjukkan nilai yang positif yaitu 0.147, 0.282, 0.387.
Hipotesis 4 (a, b, c) kemampuan berwirausaha berpengaruh positif terhadap
minat berwirausaha umum, minat berwirausaha pertumbuhan tinggi, minat berwirausaha gaya hidup dapat diterima dengan beta menunjukkan nilai yang positif yaitu 0.300, 0.249, 0.339. Berdasarkan analisa jalur (path analysis) untuk menguji hipotesis 5 (tabel 7) menunjukkan pengaruh langsung pendidikan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha umum sebesar 0.226 dan pengaruh tidak langsung melalui kemampuan berwirausaha sebesar
0.091.
Pengaruh
langsung
pengalaman
berwirausaha
terhadap
minat
berwirausaha umum sebesar 0.066 dan pengaruh tidak langsung melalui kemampuan berwirausaha sebesar 0.154. Pengaruh langsung kepribadian proaktif terhadap minat berwirausaha umum sebesar 0.010 dan pengaruh tidak langsung melalui kemampuan berwirausaha sebesar 0.136. 19 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
Pengaruh langsung pendidikan kewirausahaan, pengalaman berwirausaha, kepribadian proaktif, dan kemampuan berwirausaha terhadap minat berwirausaha pertumbuhan tinggi masing-masing sebesar 0.074, 0.240, 0.212 sedangkan pengaruh tidak langsung melalui kemampuan berwirausaha masing-masing sebesar 0.134, 0.063, 0.069. Pada minat gaya hidup, pengaruh langsung pendidikan kewirausahaan, kepribadian yang proaktif, dan pengalaman berwirausaha masing-masing sebesar 0.02, 0.203, 0.370 sedangkan pengaruh tidak langsung melalui kemampuan wirausaha terhadap minat berwirausaha gaya hidup masing-masing sebesar 0.164, 0.136, 0.070.
5.
Kesimpulan Penelitian ini menguji mahasiswa fakultas ekonomi yang berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (JABODETABEK), hasil dari penelitian ini menunjukkan: a. Pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha umum, minat berwirausaha pertumbuhan tinggi, dan minat berwirausaha gaya hidup b. Pengalaman kewirausahaan berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha umum, minat berwirausaha pertumbuhan tinggi, dan minat berwirausaha gaya hidup c. Kepribadian proaktif berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha umum, minat berwirausaha pertumbuhan tinggi, dan minat berwirausaha gaya hidup d. Kemampuan diri wirausaha berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha umum, minat berwirausaha pertumbuhan tinggi, dan minat berwirausaha gaya hidup e. Efek mediasi kemampuan diri wirausaha terhadap minat berwirausaha umum berpengaruh
kuat pada variabel pengalaman berwirausaha dan kepribadian
proaktif tetapi tidak berpengaruh kuat terhadap pendidikan kewirausahaan. Pada minat berwirausaha pertumbuhan tinggi efek mediasi kemampuan diri wirausaha berpengaruh kuat terhadap pendidikan kewirausahaan , sedangkan pada variabel pengalaman berwirausaha dan kepribadian proaktif lebih kuat hubungan langsung yaitu tanpa mediasi dari variabel kemampuan diri wirausaha. Pada minat berwirausaha gaya hidup efek mediasi kemampuan diri wirausaha berpengaruh kuat terhadap pendidikan kewirausahaan , tetapi tidak pada variabel pengalaman berwirausaha dan kepribadian yang proaktif. 20 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
6. Saran dan rekomendasi 6.1 Saran Saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini yaitu: a.
Pada
Pendidikan
kewirausahaan
di
fokuskan
pendidikan
mengenai
perusahaan/organisasi kewirausahaan yaitu dengan memprogramkan beberapa kegiatan ke kurikulum pendidikan seperti studi langsung ke wirausaha sukses (perusahaan/organisasi sukses), simulasi mendirikan perusahaan kecil. b.
Menjadikan mata kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah praktek. Praktek memulai usaha baru/kecil atau magang dapat dijadikan pengalaman awal berwirausaha sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri (kepribadian proaktif) untuk menjadi seorang wirausaha.
c.
Mengaktifkan inkubator bisnis sebagai sarana pelatihan, pembinaan, dan pemberian modal sehingga selain mempunyai pengalaman berwirausaha mahasiswa juga mempunyai mindset untuk menjadikan wirausaha sebagai pilihan karir.
6.2 Rekomendasi untuk Penelitian Selanjutnya Meskipun penelitian ini difokuskan ke minat berwirausaha di kalangan mahasiswa ekonomi di JABODETABEK, ada baiknya penelitian mendatang sebaiknya ke lingkup yang lebih luas lagi seperti mahasiswa secara umum atau mahasiswa di seluruh indonesia dan lebih diidentifikasikan jenis-jenis wirausaha yang berada disetiap fakultas/daerah, memvalidasi perbedaan-perbedaannya, mengidentifikasi prediktor-prediktor unik, dan mengasah pengalaman dan pendidikan yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan diri dan meningkatkan minat berwirausaha
21 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
DAFTAR REFERENSI
Alma, Buchari. 2009. Kewirausahaan. Alfabeta. Bandung Adi Tama, Angki. 2010. “Analisis Faktor-faktor yang memotivasi mahasiswa berkeinginan menjadi entrepreneur”. Semarang : Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Drucker. Peter. F. 1998. Inovasi dan Kewiraswastaan. Jakarta : Erlangga.
Do Paço, A.M.F., Ferreira, J.M., Raposo, M., Rodrigues, R.G. and Dinis, A. (2011), Behaviors and Entrepreneurial Intention: Empirical Findings about Secondary Students, Journal of International Entrepreneurship, 9:20-38. Friska. 2011. “Analisa Pengaruh Kewirausahawan dan Keberuntungan terhadap Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil dan Menengah”. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ghozali, Imam. 2009. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hair, Joseph, dkk. 1995. Multivariate Data Analysis, New Jersey : Pearson Education , Inc.
Helmi, 2004. Strategi dan Berwirausaha. Yogyakarta : Graha Sabha Pramana. Hendro, 2011. “Dasar-dasar Kewirausahaan”. Jakarta : Erlangga
Indarti, Nurul., Rostiani, Rokhima. 2008. Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang, dan Norwegia. Jurnal Ekonomika dan Bisnis Indonesia, Vol.23, No.4, Oktober 2008.
Kasmir. 2007. Kewirausahaan. PT. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta 22 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012
Longenecker, Justin G., Moore, Carlos W., Petty, J.William, 2001. Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta : Salemba Empat. Lupiyadi, Rambat. 2007. “Entrepreneurship From Mindset Strategy”. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Mboko, S. (2011). Towards an explanation of the growth in young entrepreneur activities: A cross country survey of work values of college students. Journal of Marketing Development and Competitiveness, 5(4), 108-118.
Suryana, 2003. Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat
Winardi,2003. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta: Kencana
23 Analisis faktor..., Trisnawatu Wardah, FE, 2012