KOMPARASI PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DENGAN REFINED ECONOMIC VALUE ADDED (REVA) TERHADAP HARGA SAHAM DAN RETURN SAHAM PERUSAHAAN TERDAFTAR PADA SEKTOR MANUFAKTUR Dony Febriyanto Eko Rizkianto Program Studi Ekstensi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
[email protected] [email protected]
Abstrak Penelitian ini meneliti komparasi pengaruh Economic Value Added dengan Refined Economic Value Addedterhadap harga saham dan return saham, khususnya Perusahaan Terdaftar Pada Sektor Manufaktur. Data panel disusun dari data laporan keuangan 36 perusahaan selama tahun 2005 s.d 2013 dan dianalisis menggunakan uji regresi Ordinary Least SquaresAnalysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Economic Value Added berpengaruh positif terhadap harga saham dan return saham. Sedangkan Refined Economic Value Added hanya berpangaruh positif terhadap return saham. Namun dalam segi efisiensi diketahui bahwa model Refined Economic Value Added dianggap lebih mampu menjelaskan pengaruh terhadap return saham dari pada model Economic Value Added. COMPARISON OF EFFECT OF ECONOMIC VALUE ADDED ( EVA ) WITH REFINED ECONOMIC VALUE ADDED ( REVA ) STOCK PRICE AND STOCK RETURN IN LISTED MANUFATURING SECTOR COMPANY Abstract This study examines comparative ofeffects of Economic Value Added with Refined Economic Value Added on stock prices and stock returns, particularly in listed manufaturing sector company. Data panel composed financial statement data of 36 company for the year 2005 to 2013 and analyzed using Ordinary Least Squares regression analysis.The results showed that the Economic Value Added has positive effect on stock prices and stock returns. While Refined Economic Value Added only has positive effect on Stock Return. But the model Refined Economic Value Added is considered better than Economic Value Added for ability to explain the effect on stock returns. Key words:Economic Value Added, Refined Economic Value Added, Stock Price, Stock Return
1
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
Pendahuluan Tujuan utama yang akan dicapai perusahaan adalah meningkatkan nilai (value) dari perusahaan atau dengan kata lain memaksimalkan kesejahteraan dari pemegang saham (wealth of stockholders). Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus dapat menunjukkan kinerja yang baik sesuai dengan harapan dari pemegang saham. Acuan yang digunakan untuk mengukur wealth of stockholders diantaranya adalah kinerja perusahan yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan sepcrti pendapatan, laba, dan arus kas dari operasi. Selain itu juga dapat menggunakan rasio keuangan seperti laba per saham, return on assets, return on investment, dan return on equity (Worthington anda West, 2004). Rasio keuangan memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dikembangkan suatu pendekatan baru dalam menilai kinerja suatu perusahan, yaitu Economic Value Added (EVA). Metode ini diperkenalkan tahun 1991 oleh Stern Stewart and Co’s sebuah perusahaan konsultan dari New York. EVA merupakan indikator tentang adanya perubahan nilai dari suatu investasi. EVA mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. EVA yang positif menunjukkan perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modalnya.Hal ini sejalan dengan tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya, EVA yang negatif menunjukkan nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal Penggunaan EVA mendorong manajer berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memiliki investasi yang memaksimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan struktur modal. EVA secara eksplisit memperhitungkan besarnya tingkat biaya modal atas ekuitas dan biaya utang. Sejak diperkenalkan pada tahun 1991, EVA diklaim sebagai metode yang lebih tepat dan akurat untuk pengukuran wealth of stockholders dibandingkan metode yang lain (Stewart 1991). Stewart juga menyatakan bahwa EVA-lah (konsep dasar EVA juga berawal dari laba, arus kas operasi, dan residual income) yang menggerakkan harga saham, bukan EPS, ROE, dan ROI (Harvard Business Review, Nov-Des 1995) Akibat klaim dari Stem Stewart & Co 2
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
tersebut,
metode
EVA
sering
dilakukan
pengujian
dan
diperdebatkan
mengenai
kehandalannya untuk mengukur penciptaan value pada suatu perusahaaan. Hingga pada tahun 1997 kemudian muncul sebuah metode yang dianggap menyempurnakan metode Economic Value Added yaitu Refined Economic Value Added (REVA). REVA adalah sebuah model alat ukur yang sampaikan oleh Bacidore, Boiquist, Milbourn, and Thakor (1997). Bacidore et al menilai bahwa capital charge dalam perhitungan EVA apabila menggunakan pendekatan market value (dalam EVA menggunakan pendekatan book value) maka alat ukur REVA ini mampu memprediksi return saham lebih baik daripada EVA. Gambar 1 Indeks Saham Manufaktir Tahun 2003 - 2013
Sumber : diolah oleh penulis Gambar 1 menunjukkan bahwa peramalan harga saham dengan salah satu metode teknikal yaitu moving average (diwakili garis warna merah) memiliki gap cukup besar dengan kondisi nyata di pasar modal. Untuk itu penelitian ini mencoba menguji dua model fundamental berbasis nilai (value based) sebagai alternatif peramalan harga saham. mempertimbangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Bacidore et al dan klaim dari Steward, maka penelitian ini akan menguji kembali apakah metode EVA atau REVA mampu digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan dilihat dari harga saham dan return saham dan mana yang lebih baik. Sebagai obyek penelitian akan digunakan data laporan keuangan 36 perusahaan terdaftar di sektor manufaktur sejak tahun 2005 s.d 2013. Sektor manufaktur dipilih dalam penelitian 3
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
ini mengingat bahwa sektor manufaktur memiliki jumlah perusahaan terbanyak di Bursa Efek Indonesia. Selain itu sektor manufaktur memiliki tingkat pertumbuhan relatif stabil dan relatif lebih mudah dalam menentukan cost of capital. Untuk jangka waktu penelitian penulis menggunakan data dari tahun 2005 s.d 2013 agar dapat menangkap juga kondisi krisis yang sedikit banyak berpengaruh pada perusahaan sektor manufaktur sepanjang tahun 2007 s.d.2009, sehingga hasil penelitian ini dapat menjelaskan kemampuan EVA dan REVA masing-masing dalam kondisi ekonomi tumbuh stabil maupun dalam kondisi ekonomi krisis. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing masing EVA dan REVA terhadap harga saham dan return saham perusahaan terdaftar pada sektor manufaktur sejak tahun 2005 s.d 2013 serta metode mana yang lebih mampu menjelaskan pengaruh terhadap harga saham dan return sahamperusahaan terdaftar pada sektor manufaktur sejak tahun 2005 s.d 2013.
Tinjauan Pustaka Konsep EVA dipopulerkan oleh Stewart(1991). Stewart mendefinisikan EVA sebagai imbal residual, dimana laba operasional perusahaan dikurangi dengan biaya investasi. Oleh karena itu EVA manjadi alat ukur kinerja keuangan suatu perusahaan yang paling mendekati (dibandingkan alat ukur lainya) dalam mengukur keuntungan ekonomi sebenarnya suatu perusahaan. EVA merupakan cerminan dari nilai dari economic profit, yang mana EVA dihitung dengan mengurangkan laba operasi setelah pajak dengan biaya tahunan dari semua modal yang digunakan perusahaan. Jadi, EVA adalah suatu estimasi laba ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan, dan hal ini sangat berbeda dengan laba akuntansi. EVA menunjukkan sisa laba setelah dikurangkan dengan semua biaya modal termasuk modal ekuitas. Diperhitungkannya biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA dibandingkan pendekatan akutansi tradisional di dalam mengukur kinerja perusahaan. EVA yang positif menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi tingkat biaya modal atau tingkat pengembalian yang diminta investor atas investasi yang dilakukannya. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal, konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat tingkat
4
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang dituntut investor. EVA memberikan tolak ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika perusahaan memfokuskan kepada EVA, maka hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai saham. Keunggulan EVA antara lain : 1. Penggunaan EVA sebagai alat ukur kinerja perusahaan dapat membuat kinerja perusahaannya meningkat (Ferguson, Rentzler, and Yu, 2005). Dalam penelitian tersebut didapatkan fakta bahwa perusahaan yang diuji cenderung memiliki nilai ROA yang positif baik sebelum maupun sesudah menggunakan EVA dan ROE perusahaan yang diuji cenderung menjadi positif setelah menggunakan EVA. 2. Machuga, Pfeiffer & Verma (2002) membuktikan bahwa EVA memiliki hubungan dengan EPS tahun berikutnya sehingga metode EVA dapat digunakan untuk meningkatkan prediksi pendapatan di masa mendatang. 3. EVA dapat digunakan sebagai alat bantu investasi dikarenakan dalam penelitian Abate, Grant, and Stewart (2004) menemukan fakta bahwa perusahaan dalam kondisi sedang meningkat pertumbuhan market value-nya cenderung memiliki EVA yang positif sedangkan perusahaan yang sedang menurun pertumbuhan market value-nya cenderung memiliki EVA yang negatif. 4. EVA memberikan wawasan tentang peran penting dari risk adjustment dalam pemilihan saham dan pengendalian risiko portofolio. Hal ini membantu investor dalam membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya pada dana yang dikelola secara aktif. (Abate, Grant, and Stewart, 2004) Kelemahan EVA antara lain : 1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada satu tahun tertentu. Nilai suatu perusahaan pada dasarnya adalah akumulasi EVA selama umur perusahaan. Dengan demikian untuk perusahaan dengan masa pengembalian yang cukup lama, EVA pada awal tahun beroperasi adalah negative dan baru mencapai positif setelah masa pengembalian yang diperlukan terlewati 2. Tidak mempertimbangkan market value dalam perhitungannya dan EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa para investor menggunakan pendekatan fundamental dalam
5
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
mengambil keputusan investasi pada saham. (Bacidore, Boiquist, Milbourn, and Thakor, 1997), 3. Secara konsep EVA memang lebih realistis dibanding pengukur kinerja tradisional, namun secara praktis belum tentu mudah diterapkan. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi biaya modal, untuk estimasi ini terutama untuk perusahaan yang belum go public sulit untuk dilakukan dengan tepat. Biaya modal atas utang umumnya lebih mudah diperkirakan karena besarnya bisa diperoleh dari tingkat bunga setelah pajak yang harus dibayar perusahaan pada saat perusahaan melakukan pinjaman. Sebaliknya karena keterbatasan data, tidak mudah memperkirakan biaya modal atas ekuitas. 4. Terbatas pada satu periode tertentu, atau merupakan alat pengukuran historis yang tidak memberikan gambaran atas penciptaan value perusahaan di masa mendatang. REVA adalah sebuah model alat ukur yang sampaikan oleh Bacidore, Boiquist, Milbourn, and Thakor (1997) yang menilai bahwa capital charge dalam perhitungan EVA apabila menggunakan pendekatan market value (dalam EVA menggunakan pendekatan book value) maka alat ukur EVA yang sudah disempurnakan ini mampu memprediksi return saham lebih baik daripada EVA. Dalam hasil penelitiannya yang menggunakan data 600 perusahaan selama tahun 1982 s.d 1992, baik EVA maupun REVA mempengaruhi return saham (signifikan pada level 1%) dengan nilai R2 masing-masing adalah 1,14% dan 3,93%. Untuk menguji apakah REVA atau EVA yang berpengaruh lebih kuat, dalam penelitian ini juga dilakukan regresi secara bersama-sama dan didapatkan hasil keduanya signifikan dengan R2 sebesar 4,24%. Namun nilai koefisien untuk EVA bernilai negatif yang mengindikasikan bahwa REVA menangkap variabel-variabel yang tidak ditangkap oleh EVA. Keunggulan REVA menurut Bacidore, Boiquist, Milbourn, and Thakor(1997) adalah : 1. Setiap nilai REVA yang positif berarti ada prestasi peningkatan penciptaan shareholder value 2. REVA telah mempertimbangkan market value dalam perhitungannya Kelemahan REVA menurut Ferguson and Leistikow (1998) adalah : 1. Present value dari REVA tidak ada hubungannya dengan management’s value added 2. Keputusan manajerial yang meningkatkan kekayaan shareholder menghasilkan abnormal return. Namun menggunakan abnormal return sebagai dasar pemberian reward akan menyulitkan para manager mendapat reward yang layak. REVA tidak konsisten dengan teori keuangan tentang maksimalisasi kekayaan shareholder. 6
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
Komponen – komponen dalam perhitungan meliputi hal – hal berikut: 1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT) NOPAT merupakan laba operasi perusahaan yang telah dikurangi pajak dan merupakan pengukuran laba yang dihasilkan perusahaan dari operasi yang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Menurut Stewart (1991), NOPAT didefinisikan sebagai berikut: “NOPAT is the profits derived from company’s operations after taxes but before financing costs and non-cash bookkeeping entries. As such, NOPAT also is the total pool of profits available to provide cash return to all financial providers of capital the firm.” NOPAT dihitung dengan cara sebagai berikut: NOPAT = Operating profit + interest income + equity income (or equity loss) + other investment income – income taxes – tax shield on interest expense Sumber: Young and Bryne (2001) 2. Invested capital Invested capital dalam EVA merupakan penjumlahan keseluruhan pembiayaan perusahaan, invested capital sama dengan penjumlahan ekuitas pemegang saham, utang jangka panjang dan utang jangka pendek, dan utang jangka panjang lainnya. Dalam rumus adalah sebagai berikut: Invested capital = all interest bearing debt + other long term liability + shareholder’s equity Sumber: Young and Bryne (2001) Dalam REVA invested capital dihitung dengan menggunakan market value. Sehingga Bacidore, Boiquist, Milbourn, and Thakor(1997) memformulasikannya sebagai Total market value of the firm’s asset at the end of periode t-1, yang mana didapat dari market value of the firm equity + book value of the firm’s total debt – non interest bearing current liability, all at the end of period t-1 3. WACC WACC perusahaan sebagai berikut: WACC
= Wd. Kd (1-T) + We.Ke
Sumber: Young and Bryne (2001) Dimana: Kd
= biaya modal utang
Ke
= biaya modal ekuitas 7
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
Wd
= proporsi utang atau d / (d + e)
We
= proporsi ekuitas e / (d + e)
WACC yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data Bloomberg online yang mana memperhitungkan proporsi dan biaya dari common equity, preferred equity, long term debt dan short term debt. biaya modal ekuitas pada perhitungan Bloomberg mempertimbangkan risk free rate, equity risk premium (beta x country premium) dan expected market return 4. Harga saham EVA dan REVA mampu mempengaruhi harga saham dalam hal harga saham dipengaruhi oleh keputusan internal yaitu terkait kebijakan dividen saham. Secara teori harga saham dibentuk dengan formula: P = D1/(r-g) D1 = Dividen r
= suku bunga pasar
g
= expected growth
Mengingat konsep dasar EVA dan REVA juga berawal dari laba, arus kas operasi, dan residual income, maka EVA dan REVA yang bernilai positif mengindikasikan bahwa laba, arus kas operasi, dan residual income dalam keadaan baik (NOPAT > cost of capital). Laba, arus kas operasi, dan residual income dalam kondisi baik mampu memberikan persepsi akan adanya keputusan internal terkait kebijakan dividen dalam perusahaan. Persepsi ini kemudian mampu mempengaruhi harga saham di pasar. 5. Return saham Saat ini para investor selalu melihat return sebagai output akhir dari shareholder value (McKensey & Company 2010). Penciptaan shareholder value pada bursa saham juga tidak terlepas dari pengukuran nilai intrinsik suatu saham. Nilai intrinsik juga dipicu oleh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dalam jangka panjang. Kemampuan tersebut dapat diukur dengan berbagai metode menggunakan discounted cash flow (DCF) dan pengukuran lainnya. Untuk melakukan pengukuran nilai intrinsik tersebut, dibutuhkan informasi yang ada di perusahaan.
Informasi
tersebut
berupa
indikator
keuangan
perusahaan
seperti
pertumbuhan, return on invested capital (ROIC), economic profit (EVA), EBIT, dan lainlain. Sedangkan indikator keuangan sangat dipengaruhi oleh proses penciptaan nilai dalam 8
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
perusahaan yang dapat diidentifikasi melalui value drivers, misalnya market share, cost per unit, dan lain-lain. Untuk melihat rangkaian proses tersebut dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2 Value Metric
Sumber :McKinsey & Company Inc Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa indikator keuangan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja saham (stock return), tetapi kinerja saham dipengaruhi secara langsung oleti nilai intrinsik. EVAsebagai salah satu indikator keuangan juga memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja saham (stock return). EVA juga dapat dianggap sebagai sebagai intrinsic value dengan penjelasan berikut: Value of Firm
= Value of Assets in Place + Value of Future Growth = ( Investment in Existing Assets + NPVAssets in Place) + NPV of all future projects = ( I + NPVAssets in Place) +
atau dengan kata lain, Value of Firm
= Capital Invested in Assets in Place + PV of EVA from Assets in Place
+ Sum of PV of EVA from new projects Sumber : http://people.stern.nyu.edu/adamodar/New_Home_Page/lectures/eva.html Jika diasumsikan bahwa nilai EVA saat ini (current EVA) juga merefleksikan nilai EVA di masa datang, kita dapat beranggapan bahwa EVA saat ini (current EVA) bisa dijadikan dasar dalam menentukan nilai perusahaan.
9
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
Penelitian sebelumnya yang menghubungkan EVA dengan harga saham dilakukan oleh Freedman (1998) yang meneliti fenomena adanya kecenderungan pergerakan yang sama untuk naik turunnya harga saham dengan nilai EVA. Dalam penelitiannya dia mengambil kesimpulan bahwa ada korelasi antara EVA dengan harga saham. Selain Freedman, ada pula Athanassakos (2007) yang menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa perusahaan di Kanada yang menggunakan EVA memiliki harga saham yang lebih baik dibandingkan perusahaan yang tidak menggunakan EVA. Penelitian lain oleh Hasani and Fathi (2012), menemukan bahwa EVA memiliki korelasi dengan tingkat profitabilitas dan harga saham di pasar. Penelitian mengenai EVA dengan return saham antara lain Stewart(1994), Lefkowitz (1999), Medeiros(2005) yang menyimpulkan bahwa EVA berkorelasi dengan return saham. Machuga, Pfeiffer & Verma ( 2002) dalam penelitian mereka juga menekankan bahwa EVA dapat digunakan untuk meningkatkan prediksi laba masa depan. Lehn & Makhija ( 1997) meneliti tingkat korelasi antara ukuran kinerja yang berbeda dan return pasar saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EVA adalah ukuran yang paling berkorelasi dengan return saham. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Bao and Bao ( 1998 ), Chen and Dodd ( 1997)Worthington and West (2004) Chen and Dodd (1997) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa korelasi antara EVA dengan imbal hasil saham tidak lebih dari 20 persen. Sedangkan korelasi ROA dengan imbal hasil saham sebesar 25%. Pengukuran EVA memberikan informasi yang lebih namun tidak bisa menggantikan pengukuran tradisional lain seperti EPS, ROI, dan ROA. Selain itu juga disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara EVA dan RI dalam asosiasinya. terhadap imbal hasil saham. Lehii and Makhija (1997), melakukan penelitian terhadap 241 perusahaan besar di Amenka Serikat yang menyimpulkan bahwa dari 6 pengukuran kineija (ROA, ROE, ROS, share return, EVA, dan MVA), EVA memiliki korelasi yang lebih baik terhadap imbal hasil saham. Hal ini juga berdampak kepada CEO perusahaan yang memiliki EVA yang tinggi memiliki risiko dipecat lebih kecil dibandingkan CEO dengan EVA yang lebih rendah. Bao dan Bao (1998) dalam analisanya terhadap harga saham dan nilai perusahaan menyimpulkan bahwa laba (earnings) dan abnormal earnings tidak konsisten terhadap perubahan harga saham, sedangkan value added signifikan terhadap perubahan harga saham. Worthington and West (2004) melakukan penelitian terhadap 110 perusahaan di Australia selama kurun waktu 1992 hingga 1998. Penelitian yang dilakukan mengadopsi Biddle (1997) 10
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
tersebut menyimpulkan bahwa EVA lebih menjelaskan variasi atas imbal hasil saham dibandingkan pengukuran tradisional yang lain. Di Indonesia penelitian juga dilakukan oleh Iqbal (2004) yang melakukan pengujian atas pengaruh EVA, ROA, ROE, dan EPS terhadap harga saham untuk 20 emiten di Indonesia pada periode 2000 hingga 2002 menyimpulkan bahwa EVA tidak lebih menjelaskan harga saham dibandingkan EPS, ROA, dan ROE. Wardhani (2004) juga melakukan pengujian atas pengaruh EVA, CFROI, dan laba bersih terhadap imbal hasil saham terhadap 27 emiten pada kurun waktu 1999 hingga 2002. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa EVA lebih dapat menjelaskan variasi imbal saham jangka panjang daripada CFROI dan laba bersih. Setiawan (2005) juga melakukan pengujian pada sektor manufaktur dan menyimpulkan bahwa EPS memiliki pengaruh yang lebih besar daripada EVA, sedangkan ROA tidak memilikipengaruh terhadap return saham. Dalam hal ini EPS merupakan metode pengukuran yang paling relevan dengan shareholder valuecreation dibandingkan EVA dan ROA. Penelitian Triatmojo (2012) menyimpulkan bahwa secara parsial, ROE lebih baik sebagai pemrediksi return saham dibandingkan dengan EVA, kecuali untuk tahun 2006. Selanjutnya dengan mengontrol nilai ROE dan EVA ﴾ negatif dan positif﴿, ROE secara parsial dapat memprediksi return saham, untuk ROE dan EVA bernilai negatif ditunjukkan pada tahun 2008. Sedangkan pada kondisi ROE dan EVA positif ditunjukkan pada setiap tahun, kecuali tahun 2008. Artinya ROE lebih baik berperan sebagai pemrediksi return dibandingkan EVA pada kondisi ROE dan EVA positif. Anomali terjadi untuk data tahun 2008, dimana ROE lebih baik sebagai pemrediksi return pada kondisi ROE dan EVA negatif. Sedangkan pada kondisi ROE dan EVA positif justru tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan Sedangkan penelitian yang membandingkan EVA dengan REVA pernah dilakukan oleh Bacidore, Boiquist, Milbourn, and Thakor(1997) yang menyatakan bahwa REVA lebih baik dari EVA serta Ferguson and Leistikow (1998) yang menyanggah hasil penelitian Bacidore et al. EVA dan REVA pernah dibandingkan dengan metode pengukuran kinerja lainnya dalam penelitian Arabsalehi (2012) yang menyimpulkan bahwa ROA dan ROE lebih berpengaruh terhadap return saham dibandingkan metode lain seperti EVA, REVA, MVA, SVA, EPS, CFO dan ROS. Nilai R2 EVA hanya 1,35% dan REVA hanya 3,70%, sangat kecil dibandingkan R2 ROA yang mencapai 24,89% dan ROE sebesar 14,15%.
11
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
Metode Penelitian Penelitian ini mendapat objek penelitian sebanyak 36 perusahaan dengan menggunakan teknik purposive sampling yang termasuk dalam nonprobability sampling dengan populasi dari
penelitian ini yaitu seluruh perusahaan sektor manufaktur terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Laporan keuangan tahunan perusahaan sektor manufaktur periode 2004 s.d 2013 yang digunakan diperoleh dari Bloomberg, data harga saham perusahaan pada penutupan tahun 2004 s.d 2013 yang diperoleh dari Bloomberg, dan weighted average cost of capital (WACC) masing-masing perusahaan di tahun 2004 s.d 2013 diperoleh dari Bloomberg. Untuk perhitungan nilai EVA dan REVA, adjusment NOPAT dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis dan keterbatasan data pada laporan keuangan, yang dapat dilakukan dalam penelitian ini hanya meliputi deffered tax dan goodwill amortization. Hal ini menjadi kelemahan dalam penelitian ini dikarenakan menurut Stewart, untuk menghitung EVA, jumlah seluruh penyesuaian bisa mencapai 164 jenis, namun setiap perusahaan memiliki penyesuaian yang berbeda-beda, tergantung dari informasi laporan keuangannya. Hal ini menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Invested capital pada EVA didapatkan dengan melakukan penjumlahan nilai buku dari total ekuitas, utang jangka panjang, utang jangka pendek, dan utang jangka panjang lainnya sedangkan pada REVA, invested capitaldidapatkan dari perhitungan market value of the firm equity + utang jangka panjang +utang jangka pendek +utang jangka panjang lainnya, semuanya pada akhir periode t-1. Untuk harga saham digunakan harga saham akhir periode sedangkan menghitung return saham atau perubahan harga saham dalam persentase ((harga saham akhir periode – harga saham awal periode) / harga saham awal periode) Gambar 1 Model Penelitian
EVA
Harga Saham
Return Saham
REVA
Sumber : diolah oleh penulis Data yang disusun adalah data panel dan analisis data menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS)dengan sebelumnya melalui pengujian Chow test dan Hausmann 12
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
test.Model dalam penelitian ini didasarkan pada model penelitian Arabsalehi (2012), Farslo, Degel and Degner (2000) dan Bacidore, Boiquist, Milbourn, and Thakor (1997) yang memperbandingkan pengaruh REVA dan EVA terhadap return saham, dan ditambahkan satu dependent variable yaitu harga saham untuk menguji pengaruh REVA dan EVA langsung terhadap harga saham sebagaimana penelitian Freedman (1998). Hasil Penelitian Tabel 2 Descriptive Statistic–Data Panel Harga Saham Return Saham pada akhir Tahunan periode Mean 10291.28 0.242681 Maximum 369317 2.389831 Minimum 36 -0.78459 Std. Dev. 39059.45 0.58712 Observations 324 324 Sumber : diolah oleh penulis
REVA (dalam Rp)
EVA (dalam Rp)
(4,771,371) 209,000,000 (202,000,000) 57,623,740 324
(14,963,713) 230,000,000 (292,000,000) 59,266,553 324
Tabel 3 Perbandingan Hasil Regresi REVA dan EVA terhadap Harga Saham No Kriteria EVA 1 Coefficient 0.000186 2 t-Statistic 5.535909 3 Prob (t-stat) 0.0000 4 Prob (F-stat) 0.000000 5 R Square 0.604299 6 AIC 23.28176 7 SIC 23.71352 8 HQC 23.45410 9 S.E. of regression 26065.73 10 Durbin-Watson 0.487258 Sumber : diolah oleh penulis
REVA -9.05E-05 -2.827547 0.0050 0.004993 0.024218 27007.22 0.372662
Keterangan REVA berpengaruh negatif Keduanya signifikan Keduanya signifikan EVA lebih besar REVA tidak ada nilai REVA tidak ada nilai REVA tidak ada nilai EVA lebih kecil nilainya Keduanya autokorelasi
Penulis membandingkan hasil uji pengaruh masing-masing REVA dan EVA terhadap harga saham sebagaimana Tabel 3. Hasil perbandingan uji t dan uji F menyatakan bahwa hanya EVA yang memiliki pengaruh pada harga saham. Meskipun dari uji ini sudah dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian, model EVA lebih efisien dalam hal memberi pengaruh positif terhadap harga saham Perusahaan terdaftar pada sektor Manufaktur tahun 2005 s.d. 2013, namun kondisi dimana kedua model tidak termasuk kategori hasil penelitian yang best linear unbiased estimation, membuat tidak dapat mengambil kesimpulan apapun disini.
13
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
Kemudian perbandingan hasil uji pengaruh masing-masing REVA dan EVA terhadap return saham dapat dilihat sebagaimana Tabel 2, diketahui bahwa keduanya sama-sama berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan terdaftar pada sektor manufaktur tahun 2005 s.d. 2013. Namun dalam hal besarnya R2, kecilnya nilai AIC, SIC, HQC dan S.E of regression, model REVA dianggap lebih efisien atau lebih baik dibandingkan model EVA. Hasil penelitian ini sejalan dengan klaim Bacidore et al bahwa REVA dianggap lebih baik dari EVA dalam penilaian kinerja perusahaan model value based yang diukur dengan return saham. Tabel 4 Perbandingan Hasil Regresi REVA dan EVA terhadap Return Saham No Kriteria EVA 1 Coefficient 2.60E-09 2 t-Statistic 4.603404 3 Prob (t-stat) 0.0000 4 Prob (F-stat) 0.000003 5 R2 0.064905 6 AIC 1.714974 7 SIC 1.738312 8 HQC 1.724289 9 S.E. of regression 0.568628 10 Durbin-Watson 2.414667 Sumber : diolah oleh penulis
REVA 3.41E-09 6.574993 0.0000 0.000000 0.118365 1.656103 1.679441 1.665418 0.552134 2.250130
Keterangan Keduanya berpengaruh positif Keduanya signifikan Keduanya signifikan REVA lebih besar REVA lebih kecil REVA lebih kecil REVA lebih kecil REVA lebih kecil Keduanya tidak ada autokorelasi
Pembahasan Berdasarkan penelitian ini, konsep penilaian berbasis value yang dikembangkan oleh Stewart dan Stern pada 1980-an telah membantu para manager di semua level untuk mengukur sejauh mana pekerjaan dan keputusan mereka dapat menambah atau menurunkan kekayaan pemegang saham. Perusahaam yang sengaja ingin menciptakan value yang bagus harus mengintegrasikan tiga hal penting yakni perencanaan strategis, pengukuran kinerja dan kompensasi. Konsep penilaian berbasis value seperti EVA dan REVA berdasarkan penelitian ini terbukti berpengaruh positif terhadap return saham, dan hasil ini sejalan degan penelitian yang dilakukan oleh Lehn & Makhija (1996), Stewart (1995),Medeiros (2005), Machuga et al. (2002) dan bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Biddle et al., (1997 dan 1999) dan Ismail (2006).
14
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
Dalam penelitian ini REVA mempengaruhi return saham sebesar 11, 83% dan EVA berpengaruh terhadap return saham sebesar 6,06%. Nilai R2 ini lebih besar dari hasil penelitian Bacidore et al yang hanya 1,14% untuk EVA dan 3,93% untuk REVA. Meski begitu, R2 REVA dalam penelitian ini masih lebih rendah dari R2 metode accounting based seperti ROA atau ROE pada penelitian Arabsalehi (2012). Dapat diartikan bahwa apabila perusahaan mampu mengimplementasikan konsep EVA atau REVA dengan baik akan menciptakan peningkatan return saham dan return to shareholder. Investor masih harus melengkapi dengan informasi dan variabel lainnya sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki EVA ataupun REVA yang positif dikarenakan nilai R2 yang kecil. Dalam penelitian ini juga didapatkan fakta bahwa pada perusahaan di sektor manufaktur Bursa Efek Indonesia tahun 2005 s.d 2013, di lingkungan pengukuran kinerja model value based, REVA mampu menjelaskan pengaruhnya ke return saham lebih baik dari EVA. Fakta ini sejalan dengan Bacidore et al dan menjadi temuan lain yang mendukung pernyataan bahwa metode REVA merupakan penyempurnaan dari EVA sehingga alat ukur REVA mampu mengukur lebih baik dari EVA. Kesimpulan Sebagaimana tujuan penelitian ini maka dapat diambil baik EVAmaupaun REVA mempunyai pengaruh positif terhadap Return Saham Perusahaan terdaftar pada sektor Manufaktur tahun 2005 s.d. 2013 pada tingkat 6% s.d 11%.Hal ini menunjukkan bahwa penilaian berdasarkan value telah menjadi salah satu pertimbangan bagi investor dalam melakukan investasi atau membentuk portfolio saham terutama pada saham-saham sektor manufaktur di Bursa Efek Jakarta periode 2005-2013. Dalam penelitian ini juga didapatkan fakta bahwa pada perusahaan di sektor manufaktur Bursa Efek Indonesia tahun 2005 s.d 2013, REVA mampu menjelaskan pengaruhnya ke return saham lebih baik dari EVA. Fakta ini sejalan dengan Bacidore et al dan menjadi temuan lain yang mendukung pernyataan bahwa metode REVA merupakan penyempurnaan dari EVA sehingga alat ukur REVA mampu mengukur lebih baik dari EVA Penelitian ini juga menjadi tambahan literatur yang mendukung pernyataan bahwa dalam pengukuran kinerja model value based, REVA lebih baik dari EVA karena dalam penelitian
15
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
ini, REVA mampu menjelaskan lebih baik dari EVA mengenai pengaruhnya terhadap return saham di perusahaan-perusahaan terdaftar sektor manufaktur untuk tahun 2005 s.d 2013. Saran
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi manajemen dan shareholder untuk melakukan evaluasi pengukuran kinerja perusahaan dengan metode EVA atau REVA sehingga dari hasil evaluasi tersebut perusahaan dapat melakukan kebijakankebijakan yang lebih memacu untuk meningkatkan valueadded. Untuk perbaikan kedapan mengingat karakteristik sektor industri yang berbeda-beda, maka perlu dilakukan analisa pada industri lain untuk melihat konsistensi hasil di masingmasing industri. Adjustment NOPAT yang dilakukan dalam penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk menyempurnakan penelitian di masa mendatang, adjustment pada NOPAT sebaiknya dilakukan persis sama dengan yang dilakukan oleh Stewart and Co. Selain itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat mencari tahu kemungkinan adanya pengaruh dengan lag waktu. DaftarReferensi Abate, James A, James L. Grant, and G. Bennet Stewart III.2004. The EVA Style of Investing. The Journal of Portfolio Management, Jan/Feb 1998. Arabsalehi, Mehdi and Mahmoodi, Iman. 2012. The Quest for the Superior Financial Performance Measures. International Journal of Economics and Finance,Vol. 4, No. 2; February 2012. Arisna, Aditya. Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Metode ROE. EVA REVA serta Hubungannya dengan Return dan Abnormal Return. Laporan Penelitian Magister Manajemen Universitas Indonesia. Magister Manajemen Universitas Indonesia, Jakarta, 2000. Athanassakos, George. Value-based management, EVA and stock price performance in Canada. Management Decision. Vo 45 No.9, 2007. Bacidore, Jeffrey M, John A Boiquist, Todd T. Milbourn, and Anjan V. Thakor.1997. The Search for The Best Financial Performance Measure. Financial Analyst Journal, May/Jun 1997. Bao, B. H. and Bao, D. H. (1998). Usefulness of value Added and Abnormal Economic Earnings: An Empiricalexamination. Journal of Business Finance and Accounting. 16
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
Biddle, G.C., Bowen, M. R. & Wallace, J.S. (1997). Does EVA beat Earnings? - Evidence on Associations withStock Returns and Firm Values. Journal of Accounting and Economics . Biddle, G. C., Bowen, M. R. & Wallace, J.S. (1999).Evidence on EVA.Journal of Applied Corporate Finance. Brigham, Eugene F, Louis C Gapenski and Philip R. Daves. Intermediate Financial Management, 8lh Ed, Cengage Learning, Inc, 2003. Chandra Shil, Nikhil. 2009. Performance Measures: An Application of Economic Value Added. Internasional Journal and Business Management-CCSE. Chen, S. & Dodd, J. L. (1997).Economic Value Added (EVA): An Empirical Examination of a New CorporatePerformance Measure. Journal of Managerial Issues. Cooper, Donald R and Pamela S. Schindler, 2011, Business Research Methods. 11th Edition, McGraw Hill, Singapore. Damodaran, Aswath. Corporate Finance : Theory and Practice. Singapore : John Wiley & Sons, Inc, 2002. De Medeiros, R. O. (2005). Empirical evidence on the relationship between EVA and stock Returns in Brazilianfirms. Dewanto, Harto . Analisis Pengaruh Economic Value Added fEVA). Market value Added (MVA) , Residual Income dan Cash Flow Operation Terhadap Imbal Hasil Saham Perusahaan Sektor Pertambangan di Bursa Efek Jakarta Periode 1995 - 2004. Tesis Tidak Dipublikasikan , Universitas Indonesia , 2006. Dodd, Gapenski, Louis C. and Shimin Chen . EVA : A New Panacea ?. Business and Economic Review, July - September 1996. Farslo, Farrzad, Degel, Joe and Degner, Julia. Economic Value Added and Stock Returns. Financier. Vol 7, No 1-4,2000. Ferguson, Robert and Dean Leistikow.1998. Search for The Best Financial Performance Measure : Basics Are Better. Financial Analyst Journal, Jan/Feb 1998. Ferguson, Robert, Joel Rentzler, and Susan Yu. 2005. Does Economic Value Added (EVA) Improve Stock Performance Profitability?.Journal of Applied Finance. Fall 2005;. Ferguson, Robert, Joel Rentzler, and Susan Yu. (2006). Trading Strategy on EVA and MVA: are they reliable indicators of future stock performance?.The Journal of Investing. Freedman, Julian. New research red flags EVA for stock picks. Management Accounting; Jan 1998; 79, 7; ProQuest. Griffith, John M, EVA and Stock Performance , Journal of Investing: p.75, 2006. 17
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
Hartono, Jogiyanto dan Chendrawati. ROA and EVA : A Comparative Empirical Study, Gajah Mada International Journal of Business, Vol 1, No 1, May 1997, Yogyakarta. Hasani, Sayed Mojtaba and Fathi, Zadollah. Relationship The Economic Value Added (EVA) With Stock Market Value (MV) And Profitability Ratios, INTERDISCIPLINARY JOURNAL OF CONTEMPORARY RESEARCH IN BUSINESS, Vol 4, No.3, July 2012. Husnan, Suad, 2005. Dasar-dasar teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Keempat, AMP YKPN. Iqbal, Mohammad. 2004. Analisa Pengaruh EVA, ROA, ROE dan EPS terhadap Harga Saham dan MVA. Tesis. Universitas Indonesia. Depok. Ismail, A. (2006). Is EVA associated with stock Return than accounting earnings? The UK evidence. InternationalJournal of Managerial Finance. Lehn, Kenneth and Anil K. Makhija. EVA & MVA as Performance Measures and Signals for Strategic Change, Strategic & Leadership, Mei_Juni 1996. Lehn, K. & Makhija, A. K. (1997). EVA, accounting profits, and CEO turnover: an empirical examination1985-1994. Journal of Applied Corporate Finance. Lefkowitz, S.D. (1999). The Correlation between EVA and MVA of companies. MBA Dissertation, CaliforniaState University. Machuga, S., Pfeiffer, J. & Verma, K. (2002). Economic Value Added, Future Accounting Earnings, andFinancial Analysts' Earnings Per Share Forecasts. Review of Quantitative Finance and Accounting. McKensey & Company, Inc .2000. Valuation : Measuring and Managing The Value of Companies. 3rd ed. John Wiley & Sons. O'Byme, Stephen F. EVA and Market value. Journal of Applied Corporate Finance, Vol 9, Spring, 1996. Young,S. David dan O'Bryne, Stephen F.. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai Panduan Praktis untuk Implementasi. Jakarta : Salemba Empat, 2001 Setiawan, Antonius Didiet. 2005. Pengaruh Economic Value Added (EVA), Earning Per Share (EPS), dan Return on Aset (ROA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Universitas Gadjah Mada. Stewart, G. Bennett (1991). The Quest for Value : A Guide for Senior Managers. HarperCollins Publishers, Inc. Stewart, G.B. (1994). EVA: Fact and Fantasy. Journal of Applied Corporate Finance.
18
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015
Stewart, GBennett. 1995. Forget EPS, ROE and ROI. EVA is what drives stock prices. Harvard Business Review 20. Sharma, Anil K. (2010). Economic Value Added (EVA) - Literature Review and Relevant Issues. International Journal of Economics and Finance. May 2010. Stephens, Kenneth R., Ronald R. Bartunek. What is Economic Value Added? Apractioner's View (Corporate Performance Measure), Business Credit Vol. 99Nomor 4 tahun 1997. Triatmojo, Judo. 2012. Model Return: ROE atau EVA yang berperan sebagai pemrediksi yang terbaik. Universitas Gadjah Mada. Tunggal, Amin Widjaya. Memahami Konsep Economic Value Added (EVA) danValue Assets Management ( VAM). Jakarta : Harvarindo, 2001. Wardhani, Metty. F. 2004. Analisa Kandungan Informasi pada CFROI, EVA dan Beberapa Pengukuran Kinerja Lain terhadap Imbal Hasil Saham. Tesis. Universitas Indonesia. Depok. Wijayanti, Murti. Analisa Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market value Added (MVA) Pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Laporan Penelitian Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada. Magister Manajemen Universitas Gajah Mada . Yogyakarta, 2000. Worthington, A. & West, T. (2004).Australian Evidence Concerning the Information Content of EconomicValue-Added. Australian Journal of Management. Young, S David and O’Byrne, Stephen E (2001). EVA and Value Based Management : A Practical Guide to Implementation. McGraw-Hill. Zikmund, William G, Barry J. Babin, Jon C. Carr, Mitch Griffin. 2012. Business Research Methods (with Qualtrics Printed Access Card). South Western Cengage Learning. Ohio. http://www.eva.com http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx http://www.damodaran.com http://www.idx.co.id/idid/beranda/anggotabursaamppartisipan/laporankeuangananggotabursa.aspx http://www.bloomberg.com http://people.stern.nyu.edu/adamodar/New_Home_Page/lectures/eva.html
19
Komparasi pengaruh Economic ..., Dony Febriyanto, FE UI, 2015