Pengaruh Kompetensi Wirausaha dan Lingkungan Bisnis terhadap Kesuksesan Wirausaha pada Usaha Kecil (Studi Kasus pada Bisnis Ritel di wilayah Jakarta Timur) Elysabeth Sihombing Fandis Ekyawan, S.E., M.M Program Studi S1 Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Latar belakang dari penelitian ini adalah wirausaha yang semakin banyak di Jakarta. Tujuan utama skripsi ini adalah mengetahui faktor kompetensi wirausaha yang dapat berpengaruh terhadap kesuksesan wirausaha. Faktor kompetensi wirausaha antara lain adalah kompetensi strategis, kompetensi konseptual, kompetensi peluang, kompetensi hubungan, kompetensi belajar, kompetensi pribadi, kompetensi etis, dan kompetensi familiisme. Semakin banyak kompetensi yang dimiliki wirausaha, semakin besar kesuksesan wirausaha tersebut secara finansial dan non finansial. Penelitian ini juga melihat seberapa besar pengaruh lingkungan bisnis terhadap hubungan tersebut. Dalam pengolahan data menggunakan SEM dengan memakai software LISREL. Hasil yang didapatkan di Jakarta Timur adalah para wirausaha ritel memiliki kompetensi-kompetensi tersebut. Kata kunci : kompetensi wirausaha; lingkungan bisnis; kesuksesan wirausaha The background from this research because entrepreneur at Jakarta. This research aim to determine the entrepreneurial competency factors can be impact for entrepreneurial success. The factor is strategic competency, conceptual competency, opportunity competency, relationship competency, learning competency, personal competency, ethical competency, and familism competency. Competency of entrepreneur can increase the entrepreneurial success (financial and non-financial). This study also observe at how much business environment influence that relationship. This research use SEM to analyze with LISREL as software. The result is entrepreneur at East Jakarta have these competencies. Key word : entrereneurial competency; business environment; entrepreneurial success
1.
Latar belakang Kewirausahaan saat ini memainkan peran strategis untuk menjadi pendorong
meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara. Kewirausahaan sangatlah penting untuk menopang sendi-sendi perekonomian, bagaimana kewirausahaan menjadi pendorong penyebaran keuntungan ekonomi yang lebih baik, seperti peningkatan kesejahteraan, mengurangi tingkat pengangguran, mengurangi tingkat kriminalitas, meningkatkan standar hidup masyarakat dan juga mendistribusikan pendapatan secara lebih merata. Wirausaha sebagai penggerak roda perusahaan memegang peranan penting dalam menunjang tercapainya tujuan usaha. Dari artikel Consumedia Indonesia (2013), ritel tradisional masih
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
menguasai pasar sekitar 70%. Menurut I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian UKMK Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan “pelaku usaha kecil menengah nasional perlu dipersenjatai dengan peningkatan kompetensi dari inkubator bisnis dan teknologi milik perguruan tinggi untuk mengahadapi pasar regional Asia Tenggara yang akan diberlukan pada 2015”. Kompetensi seorang pengusaha atau wirausaha merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan dalam berwirausaha. Kemampuan wirausaha dalam mengelola usaha dengan baik dan harus didorong oleh ilmu pengetahuan yang cukup baik pula akan berperan sebagai sumber tenaga kerja yang menjadi objek vital dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Agar keberhasilan perusahaan atau usaha yang diinginkan maksimal didalam perusahaan harus didukung oleh kompetensi seorang pengusaha atau wirausaha itu sendiri. Kompetensi seorang
wirausaha sangat dibutuhkan oleh
perusahaan/usaha dan
apabila hal tersebut tidak dilaksanakan, dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai masalah bagi perusahaan/usaha yang dampaknya terhadap keberhasilan perusahaan itu sendiri atau usaha yang sedang dijalankan. Untuk mencapai suatu keberhasilan usaha dalam berwirausaha dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan adanya seorang
wirausaha yang kompeten dalam bidangnya, kebutuhan atau tujuan suatu usaha akan dengan mudah tercapai. Wirausaha yang kompeten tentunya mempunyai motivasi yang tinggi untuk mengelola usahanya dengan baik, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang baik
pula, sebab untuk mencapai suatu keberhasilan usaha itu tidaklah mudah untuk
dilakukan apabila tidak diiringi kemauan yang keras dan kemampuan untuk mencapai itu semua. Ahmad et, al. (2010) mengemukakan kompetensi wirausaha dapat meningkatkan kesuksesan wirausaha, dan menambahkan lingkungan usaha sebagai faktor moderasi untuk mendukung kesuksesan wirausaha secara finansial dan non finansial.
Penelitian ini berfokus untuk menguji pengaruh dari kompetensi wirausaha terhadap
kesuksesan wirausaha, dan penelitian ini juga akan menguji pengaruh moderasi lingkungan bisnis terhadap hubungan tersebut. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah pengaruh kompetensi wirausaha pada lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif terhadap kesuksesan finansial wirausaha? 2. Apakah pengaruh kompetensi wirausaha pada lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif terhadap kesuksesan non finansial wirausaha? 3. Apakah pengaruh kompetensi wirausaha pada lingkungan bisnis stabil vs dinamis terhadap kesuksesan finansial wirausaha?
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
4. Apakah pengaruh kompetensi wirausaha pada lingkungan bisnis stabil vs dinamis terhadap kesuksesan non finansial wirausaha? 2. 2.1
Tinjauan Pustaka Kewirausahaan dan Wirausaha
Menurut Suryana (2003), kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. Wirausaha menurut Tunggal (2009) adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk mengorganisasi, mengelola, dan menanggung risiko usaha. 2.2
Bisnis Ritel Pedagang eceran memegang peranan yang sangat penting, baik ditinjau dari sudut
konsumen maupun dari sudut produsen. Menurut Sopiah dan Syihabudhin (2008), retailing merupakan semua kegiatan penjualan barang secara langsung kepada konsumen akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga, bukan untuk keperluan bisnis. Bisnis ritel atau disebut juga perdagangan eceran secara umum bisa diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu perdagangan eceran besar dan perdagangan eceran kecil. Perdagangan eceran kecil terdiri atas eceran kecil berpangkalan dan eceran kecil tidak berpangkalan. 2.3
Usaha Kecil Menurut UU No. 9/1995, Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala
kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: 1.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
3.
Milik Warga Negara Indonesia
4.
Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; atau
5.
Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
2.4
Kompetensi Kewirausahaan Menurut Suryana (2003), kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan individu yang langsung berpengaruh pada kinerja. Menurut Man (2001) mengartikan kompetensi sebagai karakteristik mendasar seorang individu yang terkait dengan kinerja yang efektif dan unggul dalam pekerjaan. Menurut Bird (1995), kompetensi kewirausahaan didefinisikan sebagai karakteristik yang mendasar seperti pengetahuan yang umum dan spesifik, motivasi, sifat, citra diri, peran sosial dan keterampilan yang menyebabkan kelahiran usaha, kelangsungan hidup usaha dan pertumbuhan usaha. Menurut Ahmad & Wilson (2006), kompetensi kewirausahaan adalah karakteristik individu yang termasuk sikap dan kebiasaan, dimana wirausaha dapat mencapai dan mempertahankan kesuksesan bisnisnya. Kompetensi Strategis Menjadi pemilik / manajer perusahaan, seorang wirausaha harus mengatur arah untuk seluruh bisnisnya. Kategori kompetensi ini mengharuskan wirausaha untuk memiliki visi atau gambaran besar dalam pikiran mereka untuk kelangsungan bisnisnya memiliki tujuan yang jelas dalam pencapaian atau untuk merumuskan dan melaksanakan strategi untuk mencapai visi dan tujuannya. Pada intinya, kompetensi strategi ini digunakanuntuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan pada perspektif yang lebih luas dan dalam jangka panjang (Man, 2001). Kompetensi Konseptual Kompetensi konseptual merupakan kategori kompetensi yang tidak mudah diidentifikasi perilakunya namun sering dianggap penting bagi keberhasilan kewirausahaan. Yang masuk dalam kategori ini adalah kemampuan dalam membuat pemikiran kognitif dan analitis, pembelajaran, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, berinovasi, dan sikap dalam menghadapi ketidakpastian dan risiko masalah. Hal-hal tersebut memiliki hubungan kuat dengan sifat kewirausahaan, melibatkan kegiatan konseptual tingkat tinggi, meningkatkan efektivitas wirausaha dan tercermin dalam perilaku wirausaha ketika mereka melakukan analisis, belajar, membuat keputusan dan memecahkan masalah. Hampir sama dengan kompetensi strategis, kompetensi konseptual memerlukan tingkat kemampuan yang lebih kompleks. Namun, tidak seperti kompetensi strategis, kompetensi konseptual lebih focus terhadap perspektif jangka pendek, menyelesaikan masalah secara cepat, atau membutuhkan respon intuitif (Man, 2001).
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Kompetensi Peluang Menurut Man (2001), salah satu kompetensi yang paling membedakan bagi wirausaha adalah kompetensi yang terkait dengan peluang. Melihat dan bertindak atas peluang sebagai salah satu kompetensi bagi wirausaha sukses, dan juga diakui wirausaha bahwa pikiran tentang peluang merupakan salah satu karakteristik pentingnya. Salah satu peran kewirausahaan yang paling penting adalah kemampuan untuk mengenali dan membayangkan keuntungan dari peluang tersebut. Kompetensi Hubungan Seorang wirausaha tidak bekerja sendirian, juga tidak hanya untuk menghadapi karyawannya saja. Sebuah tugas penting untuk dilakukan seorang wirausaha adalah dengan menggunakan kontak dan koneksinya dan membuka jalan agar wirausaha mendapatkan keuntungan. Untuk berhasil melakukannya, wirausaha perlu memiliki kompetensi dalam membangun hubungan, komunikasi, persuasif, dan kemampuan interpersonal (Man, 2001). Bird (1995) menggambarkan kegiatan pembangunan hubungan ini sebagai ikatan kewirausahaan yang tidak hanya penciptaan hubungan, tetapi juga restrukturisasi hubungan untuk tumbuhnya perusahaan atau kemitraan akan berakhir. Penelitian terbaru oleh Lau (1999) yang dikutip oleh Man (2001), melaporkan kompetensi hubungan sebagai salah satu kompetensi yang paling sering terjadi di antara Wiraswasta UKM di Hongkong. Kompetensi Belajar Dalam era dimana pengetahuan baru dengan cepat dibuat dan disebarluaskan, wirausaha memerlukan kompetensi belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan. Belajar dikatakan menjadi pusat proses kewirausahaan karena memungkinkan wirausaha untuk menghasilkan pengetahuan yang membantu mereka mengurangi kemungkinan risiko dan ketidakpastian (Ahmad & Wilson, 2006). Sebuah studi penelitian yang dilakukan oleh Stokes dan Blackburn (2002) dikutipoleh Ahmad& Wilson (2006),berusaha untuk memahami pemilik usaha yang mengalami kegagalan bisnis telah meningkatkan kemampuan mereka dalam bidang manajemen pribadi yaitu mengatasi kemunduran, manajemen diri, dan beradaptasi dengan perubahan setelah mengalami penutupan usaha. Penulis menyimpulkan bahwa pemilik bisnis belajar cara yang sulit melalui penutupan usaha dan kegagalan (Ahmad & Wilson, 2006). Kompetensi Pribadi Kompetensi pribadi dapat dikaitkan hubungannya dengan kesuksesan wirausaha. Kompetensi pribadi dapat mencakup penetapan dan kepercayaan diri, kesadaran diri, pengendalian diri dan toleransi tingkat stres, dan manajemen diri. Kekuatan pribadi yang
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
dimiliki wirausaha dipandang sebagai salah satu sumber daya yang penting dalam bisnis dan hanya mereka yang memanfaatkan kompetensi ini secara efisien yang akan berhasil (Ahmad& Wilson, 2006). Kompetensi Etis Area kompetensi baru yaitu kompetensi etis dibentuk untuk mewakili perilaku baru, dimana perilaku ini dapat juga mempengaruhi kesepakatan bisnis. Literatur manajemen umumnya semakin menyoroti pentingnya perilaku etis. Secara khusus, definisi dari perilaku bisnis yang etis diusulkan oleh Lewis (1985) yang dikutip oleh Ahmad& Wilson (2006) untuk mendefinisikan Kompetensi Etika adalah sebagai perilaku yang menunjukkan penggunaan "aturan, standar, kode, atau prinsip-prinsip yang memberikan pedoman perilaku sesuai dengan moral yang baik”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ahmad& Wilson (2006), bahwa peserta menunjukkan penerapan aturan etika dan prinsip-prinsip dalam konteks yang komersial dan menganggap hal-hal tersebut penting dalam menjalankan bisnis. Kompetensi Familiisme Menurut Ahmad& Wilson (2006), Familiisme didefinisikan sebagai "kasih sayang dan kepedulian bagi keluarga yang dominan dan mendorong tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari". Hal ini diwujudkan dalam perilaku di mana sebuah keluarga mendukung anggotanya dengan berbagi sumber dayadan bekerja sama dengan satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama mereka. Harrel (1985) yang dikutip oleh Ahmad& Wilson (2006) menunjukkan bahwa ada nilai kewirausahaan yang mendorong orang untuk bekerja keras dan menjadi sukses dalam bisnis merekayang sangat terkait dengan "keamanan keluarga" dan untuk menunjukkan kepedulian bagi mereka yang menjadi milik "dalam satu kelompok". Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ahmad& Wilson (2006), demonstrasi perilaku yang mencerminkan kekeluargaan dalam mengatur bisnis mereka dikategorikan sebagai Kompetensi Familiisme. 2.5
Lingkungan Bisnis Kesuksesan bisnis (termasuk dalam usaha kecil dan menengah) dibatasi oleh peluang
dan ancaman dimana tempat usaha/bisnis itu dikelola. Menurut Bloodgood, Sapienza, dan Carsrud (1995) yang dikutip oleh Ahmad & Wilson (2006), “kegagalan seorang wirausaha di dalam faktor lingkungan dimana wirausaha membatasi dalam bertindak dikarenakan tindakan tersebut dapat mereka pahami”. Ini menyoroti fakta bahwa setiap diskusi tentang pengaruh dari kompetensi wirausaha atau perilaku dan keadaan lingkungan terhadap kesuksesan bisnis tidak dapat dipisahkan dari pertimbangan lingkungan dimana kompetensi ditampilkan.
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Dalam studi kasus ini, terdapat dua dimensi dari lingkungan bisnis. Lingkungan bisnis tersebut dapat dijelaskan dalam lingkungan bisnis yang stabil versus dinamis dan lingkungan bisnis kondusif versus kompetitif. Lingkungan Stabil versus Dinamis Dinamisme lingkungan mengacu pada tingkat perubahan tak terduga dalam lingkungan organisasi. Menurut Sohi (1996) yang dikutip oleh Ahmad & Wilson (2006), perubahan teknologi, preferensi pelanggan, dan tindakan pesaing adalah beberapa contoh dinamika lingkungan. Peran dinamika lingkungan dapat memoderasi hubungan antara variabel organisasi dan kinerja perusahaan. Ketidakpastian lingkungan adalah bagian dari perusahaan kecil dalam lingkungan bisnis, sehingga penting bagi wirausaha untuk memiliki kompetensi tertentu. Kebutuhan penting untuk menjalankan bisnis dalam lingkungan yang sangat dinamis adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang merupakan fleksibilitas dalam memastikan keberhasilan dan kelangsungan hidup bisnis (Ahmad & Wilson, 2006). Sebaliknya, menurut Lozada dan Calantone (1996) yang dikutip oleh Ahmad & Wilson (2006), wirausaha yang beroperasi di lingkungan yang kurang dinamisatau stabil memiliki kemewahan menambahkan stabilitas dan prediktabilitas perubahan lingkungan, serta kemampuan yang lebih besar untuk bereaksi terhadapperubahanlingkungan. Ahmad & Wilson (2006) menyimpulkan bahwa bagi suatu organisasi yang inginbertahan hidup terutama di lingkungan yang penuh gejolak harus beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang berubah. Lingkungan Kondusif versus Kompetitif Sebuah lingkungan yang kompetitif adalah sebuah lingkungan yang hadir dengan ancaman untuk menjalankan perusahaan dan kegiatan strategis. Para kehadiran kompetitor kuat dalam jenis lingkungan iniberkontribusi terhadap keganasan persaingan. Menurut Covin & Slevin (1999), loyalitas pelanggan telah terbukti menjadi rendah dan ada perang harga. Tekanan pada perusahaan begitu kuat bahwa salah satu keputusan yang buruk bisa dengan mudah mengancam kelangsungan hidup bisnis dan tingkat kegagalan dari perusahaan di lingkungan yang kompetitif ini cenderung tinggi. Dalam lingkungan bisnis ini, wirausaha perlu membangun hubungan tertutup dengan pemasok, dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan pembelian dengan harga yang rendah. Menurut Covin & Slevin (1999), menjelaskan lingkungan kondusif ditandai dengan margin keuntungan yang relatif tinggi, loyalitas pelanggan, intensitas persaingan yang
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
rendah, dan adanya toleransi terhadap keputusan manajerial yang buruk. Umumnya, tingkat kegagalan dalam lingkungan kondusif relatif rendah dan keberhasilan lebih mudah dicapai. 2.6
Kesuksesan Wirausaha Saat ini tujuan dari sebuah bisnis adalah kesuksesannya, tidak masalah bagaimana
konsep kesuksesan bisnis tersebut. Menurut Watson, Newby, & Woodliff (2000) yang dikutip oleh Ahmad & Wilson (2006), menunjukkan bahwa penting untuk memiliki ukuran kesuksesan UKM yang valid dan reliabel dalam rangka untuk mengeksplorasi hubungan antara variabel independen dan kesuksesan bisnis dan untuk mengembangkan model yang masuk akal dari kesuksesan bisnis di perusahaan yang lebih kecil. Menurut Ahmad et, al. (2010), kesuksesan wirausaha terdapat dua kesuksesan yaitu kesuksesan secara finansial dan non-finansial. Kepuasan dengan Kesuksesan Finansial Menurut Chandler & Hanks (1993), kepuasan dengan kesuksesan finansial mempunyai fungsi sebagai kinerja yang objektif untuk para pemilik bisnis. Oleh karena itu, ada alasan untuk percaya bahwa orang yang berbeda mungkin tidak sama-sama puas dengan tingkat kinerja yang sama, tetapi dengan kepuasan finansialnya. Kepuasan dengan Kesuksesan non-Finansial Hoque (2004) menyarankan ketika lingkungan yang sangat tidak pasti, manajemen harus memikirkan bagaimana mengatasi ketidakpastian. Oleh karena itu, dalam situasi yang sangat tidak pasti, mengukur efektivitas perusahaan membutuhkan lebih banyak mengandalkan manajemen pada langkah-langkah non-finansial. Manajer mengendalikan tindakan mereka sendiri, tetapi mereka tidak dapat mengontrol keadaan alamiah yang menggabungkan dengan tindakan mereka untuk menghasilkan hasil. 3. Metode Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian sebab akibat. Menurut Cooper (2006), analisis sebab akibat adalah bagaimana satu variabel mempengaruhi atau bertanggung jawab atas perubahan yang terjadi pada variabel lain. Penelitian sebab akibat adalah beberapa faktor eksternal mengakibatkan perubahan pada variabel terikat. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu penelitian lapangan (field research) dan studi pustaka (literature research). Metode pengolahan data yang digunakan adalah dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions) dan LISREL.
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Sampling Frame 1. Kondisi Responden Responden merupakan wirausaha bisnis ritel yang sudah membuka usahanya minimal 1 tahun. 2. Jenis usaha Jenis usahanya adalah usaha kecil. Diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil Pasal 1bahwa Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan, dengan kriteria pada pasal 5a, 5b, 5c adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak dua ratus juta rupiah, memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu milyar rupiah, milik Warga Negara Indonesia. 3. Domisili atau wilayah operasi Bisnis ritel yang tergolong usaha kecil di wilayah Jakarta Timur. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling, yaitu Convenience Sampling untuk memperoleh responden yang paling tepat sesuai sampling frame di area yang mudah dijangkau atau yang paling mudah dikumpulkan datanya. Model Penelitian Model penelitian ini mengambil referensi dari riset yang telah dilakukan oleh Noor Hazlina Ahmad, T. Ramayah, Carlene Wilson, dan Liz Kummerow (2010). ENTREPRENEURIAL COMPETENCIES • Strategic • Conceptual • Opportunity • Relationship • Learning • Personal • Ethical • Familism
H1
ENTREPRENEURIAL SUCCESS • Satisfaction with financial performance • Satisfaction with nonfinancial performance
H2
Perceived Business Environment • Benign vs Hostile • Stable vs Dynamic
Model Penelitian Ahmad et, al. (2010)
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Model ini menggambarkan ketika seorang wirausaha memiliki kompetensi wirausaha maka akan terjadi hubungan langsung terhadap kesuksesan wirausaha, dimana lingkungan bisnis atau keadaan sekitar dapat memoderasi hubungan tersebut. Operasionalisasi Variabel Variabel Independen (Kompetensi Wirausaha) Indikator
No 1 2 3
Strategis
4 5 6
7 1 2 3 Konseptual 4
5
Peluang
1 2
Pernyataan Saya memantau kemajuan usaha ritel saya menuju hasil yang saya inginkan. Saya memprioritaskan pekerjaan yang sejalan dengan tujuan usaha ritel saya. Saya mengidentifikasi isu-isu jangka panjang, masalah, dan peluang dalam usaha ritel saya. Saya menyelaraskan tindakan saya saat ini dengan tujuan usaha ritel saya. Saya mengevaluasi hasil usaha ritel saya terhadap tujuannya. Saya mendesain ulang usaha ritel saya untuk menuju tujuan jangka panjang yang lebih baik. Saya menentukan tindakan yang tepat untuk usaha ritel saya dengan menimbang biaya dan manfaat. Saya mengeksplorasi ide-ide baru Saya mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan risiko pekerjaan tersebut. Saya menganggap masalah baru sebagai peluang usaha. Saya memantau kemajuan usaha ritel saya dalam memenuhi tujuannya dengan segala risiko yang ada. Saya memahami gagasan,masalah dan pengamatan yang berhubungan dengan implikasi bisnis yang lebih luas Saya memahami kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi. Saya menangkap peluang usaha yang berkualitas tinggi.
Ukuran
Sumber
Likert Likert Likert Likert
Ahmad et, al. (2010)
Likert Likert
Likert Likert Likert Likert Ahmad et, Likert
al. (2010)
Likert Likert
Ahmad et,
Likert
al. (2010)
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Indikator
No 3 4 1 2
Hubungan
3 4 5 1 2
Belajar
3 4 5 1 2 3 4
Pribadi 5 6 7
Etis
1
Pernyataan Saya aktif mencari produk yang memberikan manfaat nyata bagi pelanggan. Saya mengidentifikasi produk yang diinginkan oleh pelanggan. Saya dapat bernegosiasi dengan orang lain. Saya memelihara hubungan kerja dengan baik. Saya berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Saya membangun relasi dengan orang lain dalam jangka waktu yang lama. Saya mempromosikan kerja sama tim Saya mempelajari sebanyak yang saya bisa yang berhubungandengan bidang saya. Saya belajar melihat dari berbagai sudut pandang. Saya belajar proaktif. Saya tetap up to date dalam bidang usaha saya. Saya menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang saya miliki untuk praktek yang sebenarnya. Saya mengenali dan dapat bekerja pada kelemahan diri sendiri. Saya mempertahankan kinerja saya pada kondisi yang prima. Saya menanggapi kritik yang membangun. Saya memprioritaskan tugas dengan menggunakan manajemen waktu. Saya mengatur pengembangan karir diri sendiri. Saya memotivasi diri sendiri agar memiliki tingkat kinerja yang optimal. Saya mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan lalu mencocokkannya dengan peluang dan ancaman. Saya mengakui kesalahan dan
Ukuran
Sumber
Likert Likert Likert Likert Likert
Ahmad et, al. (2010)
Likert Likert Likert Likert Likert
Ahmad et, al. (2010)
Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert
Ahmad et, al. (2010)
Likert
Likert Likert
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Ahmad et,
Indikator
No 2 3 4 1 2
Familiisme 3 4
Pernyataan mengatakan yang sebenarnya. Saya jujur dan transparan dalam urusan usaha/bisnis. Saya berkomitmen untuk menawarkan produk pada harga yang wajar. Saya bertanggung jawab atas tindakan saya sendiri. Saya bekerja sama dan membantu rekan kerja dalam bisnis (terutama rekan dekat). Saya mengidentifikasi dan mencari bantuan dari karyawan yang dapat dipercaya. Saya mendapatkan dukungan dan saran dari keluarga dan rekan dekat. Saya berbagi pengetahuan dan sumber daya dengan orang lain (terutama rekan dekat).
Ukuran
Sumber al. (2010)
Likert Likert Likert Likert Likert Likert
Ahmad et, al. (2010)
Likert
Tabel Indikator Kompetensi Wirausaha
Variabel Dependen (Kesuksesan Wirausaha) Indikator
No
Pernyataan
Ukuran
Kepuasan
1
Likert
2
Profitabilitas (kemampuan saya untuk memperoleh laba). Omset penjualan.
Likert
Ahmad et,
3
Pertumbuhan penjualan.
Likert
al. (2010)
4
Likert
1
Laba atas investasi Kepuasan pemilik bisnis (owner)
2
Kepuasan pelanggan.
Likert
Kepuasan
3
Kepuasan karyawan.
Likert
dengan
4
Hubungan dengan pemasok.
Likert
Ahmad et,
Kesuksesan
5
Kemajuan karir.
Likert
al. (2010)
Loyalitas pelanggan.
Likert
7
Citra usaha ritel saya.
Likert
8
Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga.
Likert
dengan Kesuksesan Finansial
Non-Finansial 6
Sumber
Likert
Tabel Indikator Kesuksesan Wirausaha
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Variabel Moderasi (Lingkungan Bisnis) Indikator
No 1
Lingkungan Stabil vs Dinamis
2 3 4 1
Lingkungan
2
Kondusif vs Kompetitif
3 4
Pernyataan Pemasaran dalam usaha ritel ini sering mengalami perubahan. Tingkat produk yang tidak terjual sangat tinggi. Permintaan dan selera konsumen cukup mudah untuk diramalkan. Teknologi dalam produksi barang tidak banyak mengalami perubahan. Tingkat kegagalan dalam usaha ritel ini cukup tinggi. Satu keputusan yang buruk dapat berisiko mengancam kelangsungan hidup usaha. Intensitas persaingan sangat tinggi, loyalitas pelanggan rendah. Persaingan harga adalah karakteristik industri
Ukuran Likert Likert Likert
Ahmad et, al. (2010)
Likert Likert Likert
Ahmad et, al. (2010)
Likert Likert
Tabel Indikator Lingkungan Bisnis
4.
Sumber
Analisis dan Pembahasan Peneltian
Gambar 1 T-Value Model Akhir
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Model yang dihubungkan oleh moderasi memiliki effect yang tidak langsung. Secara umum, pengaruh dinamakan sebagai “effect”, pengaruh langsung disebut “direct effect”, tidak langsung disebut “indirect effect” dan keseluruhan disebut “total effect”. Model di atas dianalisis dengan menggunakan moderasi, sehingga mengalami pengaruh tidak langsung terhadap kesuksesan finansial dan non finansial. Artinya, pengaruh dari kemampuan wirausaha ritel terhadap kesuksesan finansial dan non finansial dipengaruhi oleh variabel moderasinya, yaitu lingkungan kondusif vs kompetitif serta lingkungan stabil vs dinamis. Hasil dari indirect effect dieroleh output sebagai berikut: Indirect Effects of KSI on ETA STRAT -------- - 0.73 (0.09) 8.30 0.57 (0.10) 5.93
CONCOM STADIN FIN NONFIN
CONC -------- - 0.06 (0.05) 1.21 0.08 (0.05) 1.86
OPPOR -------- - 0.16 (0.07) 2.44 0.14 (0.06) 2.36
RELAT -------- - 0.21 (0.09) 2.47 0.19 (0.08) 2.48
LEARN -------- - 0.02 (0.05) 0.46 0.03 (0.04) 0.67
PERS -------- - 0.13 (0.05) 2.48 0.13 (0.05) 2.67
Indirect Effects of KSI on ETA
CONCOM STADIN FIN NONFIN
ETHIC -------- - -0.87 (0.24) -3.58 -0.98 (0.21) -4.66
FAM -------- - 0.65 (0.17) 3.89 0.93 (0.16) 5.94
Hasil output di atas memperlihatkan pengaruh secara tidak langsung dari masingmasing variabel independen terhadap kesuksesan berwirausaha. Pengaruh tertinggi kesuksesan finansial dipengaruhi oleh Strategi dan yang kedua adalah Familiisme. Strategi memberikan pengaruh sebesar 0,73 terhadap kesuksesan finansial, sedangkan Familiisme mempengaruhi kesuksesan finansial sebesar 0,65. Kesuksesan Non Finansial dipengaruhi oleh Strategi dan Familiisme. Sama seperti kesuksesan finansial, kedua variabel ini juga mempengaruhi kesuksesan non finansial. Strategi memberi pengaruh sebesar 0,57 dan Familiisme memberi pengaruh sebesar 0,93. Jika melihat pengaruh yang diberikan oleh variabel moderasi diperoleh output berikut. Total Effects of ETA on ETA
CONCOM STADIN FIN
CONCOM -------- - 1.15
STADIN -------- - -0.24
FIN -------- - - -
NONFIN -------- - - -
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
(0.16) 7.13 0.47 (0.12) 3.79
NONFIN
(0.14) -1.65 0.41 (0.12) 3.52
- -
- -
Hasil output di atas diperoleh dampak (effect) yang diberikan oleh variabel moderasi lingkungan. Ternyata effect terbesar disumbangkan oleh variabel moderasi lingkungan kondusif vs kompetitif terhadap kesuksesan finansial. Sedangkan untuk kedua variabel moderasi terhadap kesuksesan nonfinansial, hampir memberikan kontribusi yang sama yaitu sebesar 0,47 dan 0,41. Pembahasan 1. Pengaruh kompetensi strategis yang dimiliki wirausaha berpengaruh signifikan dan positif terhadap lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif dengan nilai T-value sebesar 7.80. 2. Pengaruh kompetensi konseptual yang dimiliki wirausaha tidak berpengaruh signifikan terhadap lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif dikarenakan nilai Tvalue yang dihasilkan adalah 1.50. 3. Pengaruh kompetensi peluang berpengaruh signifikan dan positif terhadap lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif dengan nilai T-value sebesar 2.48. 4. Pengaruh kompetensi hubungan berpengaruh signifikan dan positif terhadap lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif dengan nilai T-value sebesar 2.57. 5. Pengaruh kompetensi belajar yang dimiliki wirausaha tidak berpengaruh signifikan terhadap lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif dengan nilai T-value sebesar 0.55. 6. Pengaruh kompetensi pribadi berpengaruh signifikan dan positif terhadap lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif dengan nilai T-value sebesar 2.64. 7. Pengaruh kompetensi etika berpengaruh signifikan terhadap lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif dengan nilai T-value sebesar 4.22, tetapi mempunyai arah yang negatif. 8. Pengaruh kompetensi familiisme berpengaruh signifikan dan positif terhadap lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif dengan nilai T-value sebesar 4.87. 9. Pengaruh kompetensi strategis yang dimiliki wirausaha berpengaruh signifikan dan positif terhadap lingkungan bisnis stabil vs dinamis dengan nilai T-value sebesar 3.56.
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
10. Pengaruh kompetensi konseptual berpengaruh signifikan dan positif terhadap lingkungan bisnis stabil vs dinamis dengan nilai T-value sebesar 1.99. 11. Pengaruh kompetensi peluang tidak berpengaruh signifikan terhadap lingkungan bisnis stabil vs dinamis dengan nilai T-value sebesar 1.94. 12. Pengaruh kompetensi hubungan berpengaruh signifikan dan positif terhadap lingkungan bisnis stabil vs dinamis dengan nilai T-value sebesar 2.01. 13. Pengaruh kompetensi belajar yang dimiliki wirausaha tidak berpengaruh signifikan terhadap lingkungan bisnis stabil vs dinamis dengan nilai T-value sebesar 0.70. 14. Pengaruh kompetensi pribadi berpengaruh signifikan dan positif terhadap lingkungan bisnis stabil vs dinamis dengan nilai T-value sebesar 2.29. 15. Pengaruh kompetensi etika berpengaruh signifikan terhadap lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif dengan nilai T-value sebesar 4.02, tetapi mempunyai arah yang negatif. 16. Pengaruh kompetensi familiisme berpengaruh signifikan dan positif terhadap lingkungan bisnis stabil vs dinamis dengan nilai T-value sebesar 6.75. 17. Pengaruh lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif berpengaruh signifikan dan positif terhadap kesuksesan finansial wirausaha dengan nilai T-value sebesar 7.13. 18. Pengaruh lingkungan bisnis stabil vs dinamis tidak berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan finansial wirausaha dengan nilai T-value sebesar 1.65. 19. Pengaruh lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif berpengaruh signifikan dan positif terhadap kesuksesan non finansial wirausaha dengan nilai T-value sebesar 3.79. 20. Pengaruh lingkungan bisnis stabil vs dinamis berpengaruh signifikan dan positif terhadap kesuksesan non finansial wirausaha dengan nilai T-value sebesar 3.52. 5.
Kesimpulan dan Penutup
Penelitian dilakukan dengan melibatkan usaha kecil dengan jenis usaha ritel di wilayah Jakarta Timur. 1. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa 8 kompetensi wirausaha yaitu kompetensi strategis, kompetensi konseptual, kompetensi peluang, kompetensi hubungan, kompetensi belajar, kompetensi pribadi, kompetensi etis, dan kompetensi familiisme pada lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan wirausaha secara finansial. . Hal ini menunjukkan hasil yang konsisten dengan penelitian sebelumnya (Noor Hazlina
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Ahmad, T. Ramayah, Carlene Wilson, dan Liz Kummerow, 2010). Dimana, semakin kuat kompetensi seorang wirausaha dlingkungan kondusif vs kompetitif, maka semakin tinggi kesuksesan finansial wirausaha. 2. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa 8 kompetensi wirausaha yaitu kompetensi strategis, kompetensi konseptual, kompetensi peluang, kompetensi hubungan, kompetensi belajar, kompetensi pribadi, kompetensi etis, dan kompetensi familiisme pada lingkungan bisnis kondusif vs kompetitif berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan wirausaha secara non finansial. Hal ini menunjukkan hasil yang konsisten dengan penelitian sebelumnya (Noor Hazlina Ahmad, T. Ramayah, Carlene Wilson, dan Liz Kummerow, 2010). Dimana, semakin kuat kompetensi seorang wirausaha dlingkungan kondusif vs kompetitif, maka semakin tinggi kesuksesan non finansial wirausaha. 3. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa 6 kompetensi wirausaha yaitu kompetensi strategis, kompetensi konseptual, kompetensi hubungan, kompetensi pribadi, kompetensi etis, dan kompetensi familiisme pada lingkungan bisnis stabil vs dinamis berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan wirausaha secara finansial. Sedangkan kompetensi belajar dan kompetensi peluang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan wirausaha secara finansial di lingkungan stabil vs dinamis. Dimana hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya (Noor Hazlina Ahmad, T. Ramayah, Carlene Wilson, dan Liz Kummerow, 2010). Dimana semua variabel kompetensi wirausaha pada lingkungan stabil vs dinamis berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan wirausaha secara finansial. 4. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa 8 kompetensi wirausaha yaitu kompetensi strategis, kompetensi konseptual, kompetensi peluang, kompetensi hubungan, kompetensi belajar, kompetensi pribadi, kompetensi etis, dan kompetensi familiisme pada lingkungan bisnis stabil vs dinamis berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan wirausaha secara non finansial. . Hal ini menunjukkan hasil yang konsisten dengan penelitian sebelumnya (Noor Hazlina Ahmad, T. Ramayah, Carlene Wilson, dan Liz Kummerow, 2010). Dimana, semakin kuat kompetensi seorang wirausaha dlingkungan stabil vs dinamis, maka semakin tinggi kesuksesan non finansial wirausaha.
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Saran dan Implikasi Managerial Bagi wirausaha yang kurang memiliki kompetensi-kompetensi wirausaha tersebut: •
Diberikan pelatihan tambahan berupa materi tentang manajemen retil modern yang dapat diterapkan di warung eceran tradisional termasuk cara mendisplay barang yang baik dan menarik.
•
Tata cara melayani konsumen dengan ramah.
•
Materi pencatatan keuangan secara sederhana.
•
Pelatihan logistik barang, agar stok barang tidak menumpuk, dan dapat digunakan untuk diisi dengan stok barang lain.
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, ada beberapa keterbatasan penelitian yang diharapkan dapat dilakukan untuk penelitian berikutnya, diantaranya adalah: 1. Dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan penelitian pada wilayah Jakarta Timur saja. Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk memperluas wilayah penelitian seperti menambahkan Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat atau wilayah lainnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. 2. Dalam penelitian ini, penulis hanya melakukan penelitian terhadap usaha kecil dan berjenis ritel. Peneliti meyarankan penelitian berikutnya untuk melibatkan usaha mikro, menengah, dan usaha besar dan jenis usaha lain misalnya seperti manufaktur dan jasa. 6.
Referensi
Ahmad, N., Kummerow, L. and Wilson, C. (2006). A cross-cultural study of entrepreneurial competencies among business owners in SMEs: evidence from Australia and Malaysia. Paper presented at the 51st ICSB World Conference, Melbourne. Ahmad, Noor Hazlina, et, al. (2010). Is entrepreneurial competency and business success relationship contingent upon business environment?. International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research. Vol. 16 No. 3, 2010, pp. 182-203. Bird, B. (1995). Toward a theory of entrepreneurial competency. in Katz, J.A. and Brockhaus, R.H. (Eds), Advances in Entrepreneurship, Firm emergence, and Growth, Vol. 2, JAI Press, Greenwich, CT, pp. 51-72. Chandler, G.N. and Hanks, S.H. (1993). Measuring the performance of emerging businesses: a validation study. Journal of Business Venturing, Vol. 8, pp. 391-408. Chandler, G.N. and Jansen, E. (1992). The founder’s self-assessed competence and performance. Journal of Business Venturing, Vol. 7 No. 3, pp. 223-36. Cooper, Donald R. And Pamela S. Schindler. (2006). Metode Riset Bisnis, Volume 1. Jakarta: PT Media Global Edukasi.
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Covin, J., Slevin, D. and Heeley, M. (1999). Pioneers and followers: competitive tactics, environment, and firm growth. Journal of Business Venturing, Vol. 15 No. 2, pp. 175210. Cronbach, L.J. (1951). Coefficient Alpha and The Internal Structure of Tests. University of Illinois. George dan Mallery. SPSS for Windows Step by Step, A Simple Guide and Reference Fourth Edition. http://wps.ablongman.com Gliem, Joseph A. dan Gliem, Rosemary R. (2003). Calculating, Interpreting, and Reporting Cronbach’s Alpha Reliability Coefficient for Likert-Type Scales. Midwest Research to Practice Conference in Adult, Continuing, and Community Education Hair, J.F., et al., (2000), Multivariate data analysis, New Jersey Hoque, Z. (2004). A contingency model of the association between strategy, environmental uncertainty and performance measurement: impact on organizational performance. International Business Review, Vol. 13 No. 4, pp. 485-502 J. Reynaldo A. Santos (1999). Cronbach's Alpha: A Tool for Assessing the Reliability of Scales. www.joe.org Malhotra, N. K. (2007), Marketing Research An Applied Orientation (5th ed.). New Jersey: Pearson Education. Man, T.W.Y. (2001). Entrepreneurial competencies and the performance of small and Medium enterprises in the Hong Kong services sector. unpublished doctoral thesis, Hong Kong Polytechnic University, Hong Kong. Naman, J.L. and Slevin, D.P. (1993). Entrepreneurship and the concept of fit: a model and empirical tests. Strategic Management Journal, Vol. 14 No. 2, pp. 137-53. Sopiah, Syihabudhin. (2008). Manajemen Bisnis Ritel. Yogyakarta: ANDI. Suryana. (2003). Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat. Tunggal, Amin Widjaja. (2009). Pokok-Pokok Manajemen Kewirausahaan (Entrepreneurial Management). Jakarta: Harvarindo. Wijanto, S.H. ( 2008). Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8 Konsep dan Tutorial. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013