ANALISIS PENGARUH BAURAN UTANG-EKUITAS TERHADAP PROFITABILITAS PEMEGANG SAHAM PADA PERUSAHAAN NONKEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2013 Restuti Dewi Wulandari, Hendro Prabowo Program Studi Ekstensi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia E-mail :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh bauran utang-ekuitas terhadap profitabilitas pemegang saham pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2013. Penelitian ini menggunakan dua model regresi linier berganda, dengan variabel dependen sebagai ukuran profitabilitas pemegang saham adalah : return on equity (ROE) dan earning per share (EPS). Variabel independen untuk masing-masing model sebagai ukuran bauran utang-ekuitas adalah debt ratio (DR). Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan dengan sampel 85 perusahaan non-keuangan. Hasil regresi menunjukkan bahwa debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE dan EPS. Kata kunci
: Earning Per Share; Profitabilitas Pemegang Saham; Return On Equity; Struktur Modal
The Effect of Debt-Equity Mix on Shareholders’ Profitability of Non-Financial Companies Listed in Indonesian Stock Exchange During 2004-2013 Abstract This study aims to examine the effect of debt-equity mix on shareholders’ profitability of non-financial companies listed in Indonesian Stock Exchange during 2004-2013. This study specified two multiple linear regression models, with two dependent variables as measurements of shareholders’ wealth : return on equity (ROE) and earning per share (EPS). The independent variable as measurement of debt-equity mix is debt ratio (DR). The data used is financial report with sample of 85 non-financial companies. Regression result shows that debt ratio has negative and significant effect on ROE and EPS. Keyword
: Capital Structure; Earning Per Share; Return On Equity; Shareholders’ Profitability
Pendahuluan Pendanaan merupakan hal yang penting bagi kelangsungan aktivitas bisnis suatu perusahaan. Chechet dan Olayiwola (2014) menyebutkan bahwa dana yang dimaksud adalah modal, sehingga modal merupakan sarana pendanaan aktivitas bisnis perusahaan. Terdapat dua sumber utama yang tersedia bagi perusahaan untuk mendapatkan dana, yaitu sumber internal dan eksternal.Pemilihan kedua alternatif sumber pendanaan tersebut merupakan keputusan manajemen perusahaan dalam menentukan bauran utang dan ekuitas. Dalam penelitian ini, bauran utang dan ekuitas merupakan apa yang dimaksud dengan struktur modal. Hal ini sejalan dengan apa yang didefinisikan Chou (2007) sebagai bauran
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
pendanaan utang dan ekuitas suatu perusahaan (Chechet dan Olayiwola, 2014). Bauran utang dan ekuitas dapat berupa komposisi sebagai berikut : 0% utang dan 100% ekuitas, 100% utang dan 0% ekuitas, maupun X% utang dan Y% ekuitas. Dengan tersedianya tiga pilihan bentuk komposisi utang dan ekuitas tersebut, maka penting bagi manajer keuangan perusahaan untuk menentukan proporsi utang dan ekuitas (struktur modal) untuk mencapai struktur modal yang optimal (David dan Olorunfemi, 2010). Uwalomwa dan Uadiale (2012) menyatakan bahwa struktur modal yang optimal adalah yang dapat meminimalkan biaya modal perusahaan dan memaksimalkan profitabilitas pemegang saham. Penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan akan menurut Grossman dan Hart (1982) akan menjadi perangkat disiplin untuk mengurangi pemborosan arus kas melalui ancaman likuidasi atau menurut Jensen (1986) melalui tekanan untuk menghasilkan arus kas dalam rangka membiayai utang (Chechet dan Olayiwola, 2014). Dalam keadaan seperti itu, maka utang akan berdampak positif pada nilai perusahaan. Karena memaksimalkan nilai pemegang saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan (Chechet dan Olayiwola, 2014), maka penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan akan memiliki pengaruh terhadap profitabilitas pemegang saham. Dengan melihat uraian teoritis dan fenomena yang telah disebutkan sebelumnya, serta dengan melihat penelitian-penelitian terdahulu, maka topik yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengaruh bauran utang-ekuitas terhadap profitabilitas pemegang saham. Penelitian ini menganalisis apakah terdapat hubungan antara profitabilitas pemegang saham dan bauran utang-ekuitas sesuai dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya oleh para ahli, serta menganalisis pengaruh yang terjadi di antaranya apakah positif atau negatif. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat pengaruh antara bauran utang-ekuitas yaitu debt ratio terhadap return on equity (ROE) pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004–2013? 2. Apakah terdapat pengaruh antara bauran utang-ekuitas yaitu debt ratio terhadap earning per share (EPS) pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004–2013? Sementara tujuan penelitian adalah :
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
1. Mengetahui apakah terdapat pengaruh antara bauran utang-ekuitas yaitu debt ratio terhadap return on equity (ROE) pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004–2013. 2. Mengetahui apakah terdapat pengaruh antara bauran utang-ekuitas yaitu debt ratio terhadap earning per share (EPS) pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004–2013.
Tinjauan Teoritis Profitabilitas pemegang saham erat kaitannya dengan tujuan manajemen keuangan perusahaan. Di sisi lain, kinerja perusahaan akan berdampak pada profitabilitas perusahaan, dan dengan begitu akan berdampak pada profitabilitas pemegang saham. Dalam beberapa penelitian terdahulu, dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara kinerja perusahaan dan pemilihan bauran utang-ekuitas atau disebut juga struktur modal. Karena profitabilitas pemegang saham erat kaitannya dengan kinerja perusahaan, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pula hubungan antara profitabilitas pemegang saham dan bauran utang-ekuitas atau struktur modal. Definisi Profitabilitas Pemegang Saham Arowoshegbe dan Emeni (2014) menyebutkan bahwa memaksimalkan profitabilitas pemegang saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan. Sehingga apabila nilai suatu perusahaan baik, maka profitabilitas pemegang sahamnya akan meningkat. Menurut Brigham dan Ehrhardt (2005), memaksimalkan kekayaan pemegang saham merupakan memaksimalkan nilai fundamental harga saham perusahaan dan tidak hanya harga pasar saat ini. Definisi Profitabilitas Pemegang Saham Pengertian bauran utang-ekuitas dalam penelitian sama dengan pengertian struktur modal suatu perusahaan yang menggambarkan pilihan pendanaan perusahaan dari utang dan ekuitas. Damodaran (2011) menyebutkan bahwa keputusan struktur modal merupakan bauran dari utang dan ekuitas yang digunakan perusahaan untuk mendanai usahanya. Struktur modal merujuk pada istilah kerangka keuangan perusahaan yang terdiri dari utang dan ekuitas yang digunakan untuk mendanai perusahaan (Ong dan Teh, 2011).
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
Teori Modigliani dan Miller (M&M) Propositions Kedua proposisi ini tidak relevan karena tidak memerhatikan adanya biaya kebangkrutan yang disebabkan oleh adanya penambahan utang. Selain itu, teori ini tidak mempertimbangkan adanya pajak. Teori Trade-Off Myers (2001) menyebutkan bahwa menurut teori trade-off, perusahaan akan berutang sampai tingkat tertentu di mana penghematan pajak dari tambahan utang sama dengan biaya financial distress. Teori ini mengisyaratkan perusahaan untuk menggunakan utang namun tidak untuk menggunakan utang secara keseluruhan dalam struktur modal, melainkan merencanakan komposisi yang tepat antara utang dan ekuitas agar struktur modal yang optimal dapat tercapai. Teori Pecking Order Teori ini mengenal adanya hirarki pendanaan berdasarkan tingkat risiko. Artinya, perusahaan menggunakan pendanaan yang tidak berisiko terlebih dahulu dibanding pendanaan yang berisiko. Dalam rangka meningkatkan jumlah modalnya, perusahaan memilih sumber internal terlebih dahulu yaitu dengan cara menginvestasikan kembali laba bersihnya dan dengan cara menjual surat berharga jangka pendek. Apabila masih diperlukan tambahan modal, maka perusahaan akan menerbitkan utang, lalu pilihan berikutnya adalah saham preferen, barulah pilihan terakhir adalah saham biasa (Brigham dan Ehrhardt, 2011). Teori Signaling Teori ini menunjukkan bahwa pengungkapan informasi dari perusahaan akan mempengaruhi persepsi investor. Apabila perusahaan menggunakan sumber pendanaan dari utang, maka investor akan menganggap hal tersebut sebagai sinyal positif sebab artinya perusahaan berada dalam prospek yang bagus sehingga berani mengambil pendanaan dari segi eksternal yaitu utang. Metode Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini memiliki populasi yang terdiri dari seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 – 2013. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah 85 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 – 2013.
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik non-probability sampling dengan menentukan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah : 1. Perusahaan non-keuangan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2004 – 2013 2. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan lengkap dan terdapat variabel penelitian yang diperlukan selama periode penelitian berlangsung. 3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersifat kuantitatif. Di antara data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan yang didapatkan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Pusat Data Ekonomi dan Bisnis FEUI. Variabel-variabel penelitian didapatkan dari Neraca dan Laporan Laba Rugi. Pengolahan data pada penelitian dilakukan dengan beberapa software berikut ini : 1. Microsoft Excel 2007 yang digunakan untuk perhitungan dasar variabel-variabel penelitian 2. Eviews 6 yang digunakan untuk menghasilkan output deskriptif hingga analisis kuantitatif (regresi). Model Penelitian dan Hipotesis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian Arowoshegbe dan Emeni (2014) sebagai acuan model penelitian. Berikut adalah model dalam penelitian ini : ROEit
= α + β1DRit + β2TATit + β3CRit + β4Ait + β5Sit + β6CIit + εit
EPSit
= α + β1DRit + β2TATit + β3CRit + β4Ait + β5Sit + β6CIit + εit
dimana, i
= cross sectional unit yaitu 85 perusahaan non-keuangan
t
= time period yaitu tahun 2004-2013 dengan data tahunan
ROEit = return on equity pada waktu t dan unit i EPSit = earning per share pada waktu t dan unit i DRit
= debt ratio pada waktu t dan unit i
TATit = total asset turnover pada waktu t dan unit i CRit
= current ratio pada waktu t dan unit i
Ait
= umur perusahaan
Sit
= ukuran perusahaan
CIit
= capital intensity ratio pada waktu t dan unit i
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
β1
= intercept term (konstanta), menunjukkan besarnya pengaruh dari variabel dependen
terhadap variabel independen pada persamaan regresi dengan mengasumsikan variabel lain bernilai nol. β2 – β6 = partial regression coefficient (koefisien regresi) dari masing-masing variabel independen pada waktu t dan unit i, merupakan besarnya perubahan variabel dependen akibat perubahan tiap unit variabel independen. Hipotesis yang diuji dengan ROE sebagai indikator adalah sebagai berikut : Mengetahui hubungan DR terhadap profitabilitas pemegang saham dengan ROE sebagai indikator. H0 : β1 = 0, DR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE H1 : β1 ≠ 0, DR berpengaruh signifikan terhadap ROE Hipotesis yang diuji dengan EPS sebagai indikator adalah sebagai berikut : Mengetahui hubungan DR terhadap profitabilitas pemegang saham dengan EPS sebagai indikator. H0 : β1 = 0, DR tidak berpengaruh signifikan terhadap EPS H1 : β1 ≠ 0, DR berpengaruh signifikan terhadap EPS Variabel dependen ROE =
Net income (after tax) Total equity
EPS
=
Net income (after tax) Number of common shares outstanding
Variabel independen Debt Ratio=
Total Debt Total Assets
Total Asset Turnover =
Net Sales Average Assets
Size = Ln (TA) Current Ratio =
Total Current Assets Total Current Liabilities
Age : dihitung sejak awal terdaftar di BEI hingga akhir waktu kejuaraan.
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
Capital Intensity
= Total Fixed Asset Total Asset
Pemilihan Estimasi Model Penelitian Pemilihan model estimasi dilakukan melalui uji Chow dan uji Hausman. Uji Chow digunakan untuk menentukan apakah model penelitian yang digunakan adalah pooled least square atau fixed effect model. Sementara uji Hausman digunakan untuk menentukan apakah model penelitian yang digunaakan adalah fixed effect model atau random effect model. Probabilitas Variabel Dependen : ROE Variabel Dependen : EPS 0.1256 0.3016 0.05 0.05
Chi-square α
Dari hasil uji Chow diketahui bahwa model penelitian yang digunakan untuk kedua model penelitian adalah pooled least square. Hasil Regresi Tabel 2.1 Hasil Analisis Regresi Dengan Variabel Dependen ROE Variabel
Koefisien
t-statistik
Probabilitas
Signifikansi
Intercept
-0.418997
-13.13232
0.0000*
Signifikan
DR
-0.026395
-3.559844
0.0004*
Signifikan
TAT
0.042177
11.99061
0.0000*
Signifikan
CR
-0.001732
-2.293317
0.0221*
Signifikan
A
-0.001219
-2.223080
0.0265*
Signifikan
S
0.024999
16.73346
0.0000*
Signifikan
CI
-0.064357
-4.973834
0.0000*
Signifikan
Variabel independen debt ratio memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0004. Dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari α sebesar 0,05, maka keputusan adalah menolak hipotesis nol. Artinya, dengan tingkat keyakinan sebesar 95%, secara parsial variabel independen debt ratio berpengaruh signifikan terhadap return on equity. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arowoshegbe dan Emeni (2014) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara debt ratio dengan return on equity. Artinya bauran utang dan ekuitas perusahaan memiliki hubungan yang signifikan dengan profitabilitas pemegang
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
saham. Hal ini juga bisa dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Al Taani (2013) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara struktur modal dengan kinerja perusahaan. Selain itu Zeitun dan Tian (2007) juga menemukan adanya hubungan yang signifikan antara struktur modal dengan variabel return on equity. Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara debt ratio dan return on equity merupakan hubungan yang positif atau negatif. Output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,026395 yang berarti terjadi hubungan yang tidak searah/negatif di antara kedua variabel tersebut. Semakin tinggi debt ratio suatu perusahaan, maka return on equity akan semakin rendah. Debt ratio merupakan rasio yang mampu memrediksi profitabilitas perusahaan, sehingga perusahaan dengan debt ratio yang rendah profitabilitasnya akan semakin tinggi, dan hal ini akan semakin meningkatkan profitabilitas pemegang saham yang ditunjukkan pada rasio return on equity. Selain itu, semakin tinggi rasio utang suatu perusahaan, maka biaya utang akan bertambah. Apabila biaya utang bertambah, maka biaya ekuitas akan meningkat karena pemegang saham menganggap kenaikan utang sebagai risiko. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka kewajiban perusahaan adalah terhadap kreditor terlebih dahulu dibanding kepada pemegang saham. Dari hasil regresi model dapat disimpulkan bahwa, jika debt ratio meningkat sebesar satu persen, maka return on equity akan menurun sebesar 0,026395 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dalam kondisi konstan. Variabel independen total asset turnover memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0000. Dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari α sebesar 0,05, maka keputusan adalah menolak hipotesis nol. Artinya, dengan tingkat keyakinan sebesar 95%, secara parsial variabel independen total asset turnover berpengaruh signifikan terhadap return on equity. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Arowoshegbe dan Emeni (2014). Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara total asset turnover dan return on equity merupakan hubungan yang positif atau negatif. Output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,042177 yang berarti terjadi hubungan yang searah/positif di antara kedua variabel tersebut. Semakin tinggi rasio total asset turnover, maka return on equity akan semakin meningkat. Hal ini menandakan bahwa perusahaan akan semakin efisien dalam menggunakan asetnya, sehingga akan mengurangi kegiatan pembelian aset baru yang akan mengurangi modal. Dampaknya, return on equity pun akan meningkat. Efisiensi penggunaan aset juga menandakan bahwa perusahaan semakin baik dalam menghasilkan laba. Menurut Subramanyam (2009), total asset turnover menggambarkan utilisasi aset yang menunjukkan profitabilitas. Semakin cepat perputaran aset suatu
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
perusahaan, maka kemampuan untuk menghasilkan laba akan semakin baik. Sehingga hal tersebut akan menambah nilai ROE. Dari hasil regresi model dapat disimpulkan bahwa, jika total asset turnover meningkat sebesar satu persen, maka return on equity akan meningkat sebesar 0,042177 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dalam kondisi konstan. Variabel independen current ratio memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0221. Dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari α sebesar 0,05, maka keputusan adalah menolak hipotesis nol. Artinya, dengan tingkat keyakinan sebesar 95%, secara parsial variabel independen current ratio berpengaruh signifikan terhadap return on equity. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Arowoshegbe dan Emeni (2014). Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara current ratio dan return on equity merupakan hubungan yang positif atau negatif. Output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,001732 yang berarti terjadi hubungan yang tidak searah/negatif di antara kedua variabel tersebut. Semakin tinggi current ratio, maka return on equity akan semakin menurun. Current ratio yang tinggi menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan yang semakin tinggi. Hal tersebut dapat menunjukkan penurunan laba yang disebabkan oleh penggunaan laba operasi untuk menutupi pembayaran utang jangka pendek. Hal tersebut akan menurunkan profitabilitas perusahaan sehingga return on equity pun akan menurun. Dari hasil regresi model dapat disimpulkan bahwa, jika current ratio meningkat sebesar satu persen, maka return on equity akan menurun sebesar 0,001732 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dalam kondisi konstan. Variabel independen age memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0265. Dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari α sebesar 0,05, maka keputusan adalah menolak hipotesis nol. Artinya, dengan tingkat keyakinan sebesar 95%, secara parsial variabel independen age berpengaruh signifikan terhadap return on equity. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Arowoshegbe dan Emeni (2014). Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara age dan return on equity merupakan hubungan yang positif atau negatif. Output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,001219 yang berarti terjadi hubungan yang tidak searah/negatif di antara kedua variabel tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang banyak menyebutkan bahwa umur berpengaruh positif terhadap profitabilitas pemegang saham. Artinya, semakin lama umur perusahaan, kesempatan untuk memperoleh
tujuan jangka
panjang akan tercapai. Di antaranya untuk meningkatkan kinerja, profitabilitas, dan juga profitabilitas pemegang saham. Hubungan negatif antara variabel independen age dengan
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
return on equity juga bisa terjadi karena semakin lama, perusahaan justru mengalami kerugian. Dari hasil regresi model dapat disimpulkan bahwa, jika age meningkat sebesar satu tahun, maka return on equity akan menurun sebesar -0,001219 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dalam kondisi konstan. Variabel independen size memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0000. Dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari α sebesar 0,05, maka keputusan adalah menolak hipotesis nol. Artinya, dengan tingkat keyakinan sebesar 95%, secara parsial variabel independen size berpengaruh signifikan terhadap return on equity. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Arowoshegbe dan Emeni (2014). Namun penelitian yang dilakukan oleh Abor (2007) menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara ukuran perusahaan dengan kinerja. Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara size dan return on equity merupakan hubungan yang positif atau negatif. Output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,024999 yang berarti terjadi hubungan yang searah/positif di antara kedua variabel tersebut. Size perusahaan menunjukkan ukuran perusahaan yang besarnya dapat dinilai dari nilai aset yang dimiliki perusahaan. Namun tidak sekadar menunjukkan bahwa perusahaan tertentu lebih besar dari perusahaan lain karena nilai asetnya lebih besar. Namun lebih menekankan pada kapasitas produksi yang mampu diciptakan oleh perusahaan. Dengan memiliki aset yang lebih besar, maka kapasitas produksi perusahaan akan meningkat sehingga mampu meningkatkan laba. Sehingga ukuran perusahaan yang lebih besar cenderung lebih mampu untuk meningkatkan profitabilitas pemegang saham. Dari hasil regresi model dapat disimpulkan bahwa, jika size meningkat sebesar satu persen, maka return on equity akan meningkat sebesar -0,024999 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dalam kondisi konstan. Variabel independen capital intensity memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0000. Dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari α sebesar 0,05, maka keputusan adalah menolak hipotesis nol. Artinya, dengan tingkat keyakinan sebesar 95%, secara parsial variabel independen capital intensity berpengaruh signifikan terhadap return on equity. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arowoshegbe dan Emeni (2014). Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara capital intensity dan return on equity merupakan hubungan yang positif atau negatif. Output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,064357 yang berarti terjadi hubungan yang tidak searah/negatif di antara kedua variabel tersebut. Semakin kecil rasio capital intensity, maka return on equity akan semakin meningkat karena hal tersebut menunjukkan bahwa
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
perusahaan lebih efisien dalam menggunakan aset untuk menciptakan laba dan mengurangi pembelian aset. Dari hasil regresi model dapat disimpulkan bahwa, jika capital intensity meningkat sebesar satu persen, maka return on equity akan menurun sebesar 0,064357 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dalam kondisi konstan. Tabel : 2.2 Hasil Analisis Regresi Dengan Variabel Dependen EPS Variabel
Koefisien
t-statistik
Probabilitas
Signifikansi
Intercept
-619.0103
-16.46936
0.0000*
Signifikan
DR
-120.6359
-8.846239
0.0000*
Signifikan
TAT
25.54616
6.404563
0.0000*
Signifikan
-0.444222
-0.450886
0.6522
A
1.849477
3.956887
0.0001*
Signifikan
S
33.17050
17.95957
0.0000*
Signifikan
CI
-86.28818
-6.522945
0.0000*
Signifikan
CR
Tidak Signifikan
Variabel independen debt ratio memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0000. Dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari α sebesar 0,05, maka keputusan adalah menolak hipotesis nol. Artinya, dengan tingkat keyakinan sebesar 95%, secara parsial variabel independen debt ratio berpengaruh signifikan terhadap earning per share. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arowoshegbe dan Emeni (2014). Hasil terhadap model dengan variabel dependen EPS sama dengan model dengan variabel dependen ROE. Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara debt ratio dan earning per share merupakan hubungan yang positif atau negatif. Output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -120,6359 yang berarti terjadi hubungan yang tidak searah/negatif di antara kedua variabel tersebut. Semakin tinggi debt ratio suatu perusahaan, maka earning per share akan semakin rendah. Dari hasil regresi model dapat disimpulkan bahwa, jika debt ratio meningkat sebesar satu persen, maka earning per share akan menurun sebesar 120,6359 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dalam kondisi konstan. Variabel independen total asset turnover memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0000. Dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari α sebesar 0,05, maka keputusan adalah menolak hipotesis nol. Artinya, dengan tingkat keyakinan sebesar 95%, secara parsial variabel independen total asset turnover berpengaruh signifikan terhadap earning per share. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Arowoshegbe dan Emeni (2014).
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara total asset turnover dan earning per share merupakan hubungan yang positif atau negatif. Output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 25,54616 yang berarti terjadi hubungan yang searah/positif di antara kedua variabel tersebut. Semakin tinggi rasio total asset turnover, maka earning per share akan semakin meningkat. Hasil penelitian model dengan variabel dependen EPS menunjukkan hal yang sama dengan model dengan variabel dependen ROE. Total asset turnover yang semakin tinggi menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan total asetnya untuk memperoleh laba. Sehingga hal tsersebut akan berdampak pada peningkatan EPS. Dari hasil regresi model dapat disimpulkan bahwa, jika total asset turnover meningkat sebesar satu persen, maka earning per share akan meningkat sebesar 25,54616 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dalam kondisi konstan. Variabel independen current ratio memiliki nilai probabilitas sebesar 0,6522. Dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari α sebesar 0,05, maka keputusan adalah menerima hipotesis nol. Artinya, dengan tingkat keyakinan sebesar 95%, secara parsial variabel independen current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap earning per share. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arowoshegbe dan Emeni (2014). Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara current ratio dan earning per share merupakan hubungan yang positif atau negatif. Output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,444222 yang berarti terjadi hubungan yang tidak searah/negatif di antara kedua variabel tersebut. Semakin tinggi current ratio, maka earning per share akan semakin menurun. Dari hasil regresi model dapat disimpulkan bahwa, jika current ratio meningkat sebesar satu persen, maka earning per share akan menurun sebesar 0,444222 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dalam kondisi konstan. Variabel independen age memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0001. Dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari α sebesar 0,05, maka keputusan adalah menolak hipotesis nol. Artinya, dengan tingkat keyakinan 95%, secara parsial variabel independen age signifikan berpengaruh terhadap EPS. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arowoshegbe dan Emeni (2014). Hubungan yang signifikan antara age dan EPS menunjukkan adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan profitabilitas pemegang saham. Hal ini didukung oleh adanya pernyataan dari Kaplan dan Norton (1996) bahwa tujuan jangka panjang perusahaan adalah investor dan meningkatkan kinerja perusahaan (Bestivano, 2013). Artinya, semakin lama umur perusahaan maka kemampuan untuk memenuhi tujuan jangka panjang cenderung akan tercapai, salah satunya untuk
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
memaksimalkan profitabilitas pemegang saham melalui peningkatan kinerja perusahaan. Umur perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk tetap bertahan dan mampu mengambil kesempatan bisnis. Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara age dan EPS merupakan hubungan yang positif atau negatif. Output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 1,849477 yang berarti terjadi hubungan yang searah/positif di antara kedua variabel tersebut. Dari hasil regresi model dapat disimpulkan bahwa, jika umur perusahaan meningkat sebesar satu tahun, maka EPS akan meningkat sebesar 1,849477 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dalam kondisi konstan. Variabel independen size memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0000. Dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari α sebesar 0,05, maka keputusan adalah menolak hipotesis nol. Artinya, dengan tingkat keyakinan sebesar 95%, secara parsial variabel independen size berpengaruh signifikan terhadap earning per share. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arowoshegbe dan Emeni (2014). Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara size dan earning per share merupakan hubungan yang positif atau negatif. Output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 33,17050 yang berarti terjadi hubungan yang searah/positif di antara kedua variabel tersebut. Penelitian Zeitun dan Tian (2007) membuktikan bahwa ukuran perusahaan memiliki dampak positif terhadap kinerja perusahaan, karena perusahaan yang semakin besar memiliki biaya kebangkrutan yang lebih sedikit (Ong dan Teh, 2011). Dari hasil regresi model dapat disimpulkan bahwa, jika size meningkat sebesar satu persen, maka earning per share akan meningkat sebesar 33,17050 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dalam kondisi konstan. Variabel independen capital intensity memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0000. Dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari α sebesar 0,05, maka keputusan adalah menolak hipotesis nol. Artinya, dengan tingkat keyakinan sebesar 95%, secara parsial variabel independen capital intensity berpengaruh signifikan terhadap earning per share. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arowoshegbe dan Emeni (2014). Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara capital intensity dan earning per share merupakan hubungan yang positif atau negatif. Output regresi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -86,28818 yang berarti terjadi hubungan yang tidak searah/negatif di antara kedua variabel tersebut. Semakin kecil rasio capital intensity, maka earning per share akan semakin meningkat. Penjelasan atas model dengan variabel EPS sama dengan model dengan variabel dependen ROE. Di mana rasio capital intensity
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
menunjukkan Dari hasil regresi model dapat disimpulkan bahwa, jika capital intensity meningkat sebesar satu persen, maka earning per share akan menurun sebesar 86,28818 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya dalam kondisi konstan. Dari kedua tabel di atas, maka model penelitian setelah regresi adalah sebagai berikut : 1)
ROE = -0.418997C - 0.026395DR + 0.042177TAT - 0.001732CR 0.001219A + 0.024999S - 0.064357CI
2)
EPS = -619.0103C - 120.6359DR + 25.54616TAT - 0.444222CR 1.849477A + 33.17050S - 86.28818CI
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bauran utang-ekuitas yang diukur dengan debt ratio terhadap profitabilitas pemegang saham yang diukur dengan return on equity dan earning per share dan. Penelitian menggunakan data tahunan dari 85 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2013. Hasil pengujian atas dua model menunjukkan kesimpulan sebagai berikut : 1.
Bauran utang-ekuitas yang diukur dengan debt ratio berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pemegang saham (ROE) pada perusahaan non-keuangan tahun 20042013. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa debt ratio berpengaruh tidak searah/ negatif terhadap ROE. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan debt ratio akan menurunkan ROE. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arowoshegbe dan Emeni (2014).
2.
Bahwa bauran utang-ekuitas yang diukur dengan debt ratio berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pemegang saham (EPS) pada perusahaan non-keuangan tahun 2004-2013. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa debt ratio berpengaruh tidak searah/ negatif terhadap EPS. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan debt ratio akan menurunkan EPS. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arowoshegbe dan Emeni (2014).
Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Penulisan skripsi ini tidak lepas dari keterbatasan. Di antaranya dilihat dari sampel penelitian, agar untuk penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel dan periode penelitian. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi variabel
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
independen lain yang berpengaruh signifikan dengan variabel dependen yaitu profitabilitas pemegang saham, sehingga model regresi yang dihasilkan menjadi lebih baik. 2. Bagi manajemen perusahaan, penggunaan utang akan memengaruhi profitabilitas pemegang saham. Peningkatan debt ratio akan memengaruhi penurunan terhadap ROE dan EPS. Sehingga menurut hirarki pendanaan, perusahaan akan mendahulukan penggunaan laba ditahan dibanding utang. Apabila penggunaan sumber pendanaan internal sudah tidak dapat dijangkau, maka perusahaan beralih menggunakan utang selagi belum melewati titik optimal, yaitu ketika manfaat dari tax shield tidak dapat lagi menutupi adanya bankruptcy cost. 3. Bagi investor, peningkatan biaya utang perusahaan mengindikasikan ancaman gagal bayar. Sehingga apabila cost of debt naik maka cost of equity akan meningkat karena investor mengalami kenaikan risiko atas ekuitasnya. Apabila terjadi kebangkrutan, maka pembayaran yang diutamakan adalah kepada kreditor baru kemudian investor. Namun ada pandangan bahwa kenaikan utang perusahaan menandakan bahwa nilai intrinsik perusahaan meningkat sehingga perusahaan berani mengambil uatng lebih banyak dibanding perusahaan lain. Daftar Pustaka Olayiwola, A.B. (2014). Capital Structure and Profitability of Nigerian Quoted Firms : the Agency Cost Theory Perspective. American International Journal of Social Science 3 (1) : 139-158. David, Dare Funso dan Sola Olorunfemi. (2010). Capital Structure and Corporate Performance in Nigeria Petroleum Industry : Panel Data Analysis. Journal of Mathematics and Statistics 6 (2) : 168-173. Marina, R.S. 2004. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok. Myers, Stewart C. (2001). Capital Structure. The Journal of Economic Perspectives 15 (2) : 81-102. Nachrowi D. dan Hardius Usman. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Ross, Stephen A., Westerfield, RandolphW., dan Jordan Bradford D. (2010). Fundamentals of Corporate Finance. 9nd ed. McGraw-Hill. New York.
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014
Uwalomwa, Uwuigbe dan Uadile, M.O. (2012). An Empirical Examination of the Relationship between Capital Structure and the Financial Performance of Firms in Nigeria. Euro Economica 1 (31) : 57-65. Winarno, Wing Wahyu. (2007). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Analisis pengaruh bauran utang..., Restuti Dewi Wulandari, FE UI, 2014