NILAI–NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPACARA-UPACARA KELAHIRAN SEJAK MASA PRENATAL SAMPAI BALITA DI DUSUN SOJOMERTO KIDUL DESA SIDOMULYO KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Disusun oleh: Retna Wahyu Kinasih NIM :11109001
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
NILAI–NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPACARA-UPACARA KELAHIRAN SEJAK MASA PRENATAL SAMPAI BALITA DI DUSUN SOJOMERTO KIDUL DESA SIDOMULYO KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Disusun oleh: Retna Wahyu Kinasih NIM :11109001
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail
[email protected]
DEKLARASI ِبِسْــــــــمِ اللَّــــــــهِ الرَّحْمَــــــــنِ الرَّحِيــــــــم Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dimaklumi. Salatiga, 22 Oktober 2013 Penulis
Retna Wahyu Kinasih NIM: 11109001
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail
[email protected] Drs.Juz’an, M.Hum Dosen Stain Salatiga Persetujuan Pembimbing Lamp : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Retna Wahyu Kinasih Kepada Yth.Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamualaikum Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : RetnaWahyuKinasih Nim : 111 09 001 Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Upacara-Upacara Kelahiran Sejak Masa Prenatal Sampai Balita Di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera dimunaqosyakan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamualaikum Wr.Wb Salatiga, 22 Oktober 2013 Pembimbing
Drs. Juz’an, M.Hum NIP.196110241989031002
SKRIPSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPACARA-UPACARA KELAHIRAN SEJAK MASA PRENATAL SAMPAI BALITA DI DUSUN SOJOMERTO KIDUL DESA SIDOMULYO KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 DISUSUN OLEH RETNA WAHYU KINASIH 11109001 Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 2 Desember 2013 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
: Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag
__________________
Sekretaris Penguji
: Drs. Djoko Sutopo
__________________
Penguji I
: Dra. Ulfah Susilowati, M.SI
__________________
Penguji II
: Dra. Hj. Maryatin, M.Pd
__________________
Penguji III
: Drs. Juz’an, M.Hum
__________________
Salatiga, 6 Desember 2013 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
MOTTO َُِّٗٔجِّسَب٠َٚ َُِِٕٗٔصِّشَا٠َٚ ِِِّٗٔدَاَُٛٙ٠ ُٖ َاَٛ اٌْفِطْشَحِ فَأَثٌٍَََٝ ُذ ػُٛ٠ ٍد إٌَِّبٌَُِْٛٛ ِِْٓ َِب )ٜاٖ اٌجخبسٚ(س “'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.”( HR Bukhari)
)ٍٓ ( ا١ِ لَشَاسٍ َِّىُُِٟ جَؼٍََْٕب ُٖ ُٔطْفَخً ف َّ ٍٓ( ا) ث١ِْ ِِٓ سُالٌََ ٍخ ِِّٓ ط َ ٌََمَ ْذ خٍََمَْٕب اْإلِْٔسَبٚ َََْٔب اٌْؼِظَبَٛثَُُّ خٍََمَْٕب إٌُّطْفَ َخ ػٍََمَخً فَخٍََمَْٕب اٌْؼٍََمَ َخ ُِضْغَخً فَخٍََمَْٕب اٌُّْضْغَ َخ ػِظَبًِب فَىَس )ٓ ( ا َ ١ِٓ اٌْخَبٌِم ُ َهلل أَدْس ُ نا َ َُُ أَٔشَأَْٔب ُٖ خٍَْمًب ءَاخَشَ فَتَجَبس َّ ٌَذًّْب ث “ Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dar saripati (berasal) dari tanah, Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim), kemudian air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha suci Allah, Pencipta yang paling baik”. ( Q.S Al Mu’minun 12-14)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk : 1. Ibu dan bapakku yang selama ini telah mencurahkan kasih sayang kepadaku, dan memberikan dukungan, sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Suamiku tercinta, Mas Suyadi yang selalu mendukung aku dan menemani aku dalam suka dan duka. 3. Putraku dan Putriku Qolby
Dzikriyya,
tersayang Muhammad Faiz Assajad dan Azima inspirasi
dan
semangatku,
tawamu
selalu
menghilangkan kelelahanku. 4. Adikku, Alfan Umri Syaiful Haq, semoga kamu meraih cita-cita yang kamu impikan. 5. Kakakku,
mbak
Mifta,
mbak
Afifah,
mbak
Maharlika
yang
mengingatkanku untuk selalu optimis menjalani hidup. 6.
Fata smart 2009, mbak Fir, mbak Nunung, Wahyu, Lia, Nandya, Taf, Isti, dan teman-teman STAIN Salatiga yang tidak bisa aku sebut satu persatu, terima kasih karena kalian telah membuatku mengerti arti persahabatan.
ABSTRAK
Kinasih, Retna Wahyu. 2013. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam upacaraupacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Pembimbing Drs. Juz’an, M.Hum. Penelitian ini membahas Nilai-nilai pendidikan Islam dalam upacaraupacara kelahiran di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Fokus penelitian yang akan dikaji adalah: 1.Bagaimana proses pelaksanaan upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang 2. Adakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk katakata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa upacara-upacara kelahiran di Dusun Sojomerto kidul dilaksanakan sebagai sarana agar bayi dan ibu sehat dan selamat. Nilai pendidikan dalam upacara-upacara kelahiran adalah masyarakat lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta besyukur atas nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada masyarakat. Nilai sosial dalam upacara-upacara kelahiran adalah berbagi kepada warga masyarakat dalam bentuk sedekah dan silaturahmi. Nilai kepribadian dalam upacara-upacara kelahiran yaitu pengenalan kepada generasi penerus untuk berbakti kepada kedua orang tua dan kelak setiap manusia pasti mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga.
KATA PENGANTAR ُٜثسُ اهلل اٌشدّٓ اٌش د Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan seluruh alam yang telah memberi nikmat begitu melimpah dan tanpa batas. Sehingga rasa syukur hanya patut dihaturkan kepadaNya. Sholawat salam atas rasulNya (Nabi Muhammad SAW), yang telah membawa sinar terang kedunia, sehingga semakin jelas yang haq dan yang bathil. Amin. Dengan selesainya skripsi yang berjudul NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPACARA-UPACARA KELAHIRAN SEJAK MASA PRENATAL SAMPAI BALITA DI DUSUN SOJOMERTO KIDUL DESA SIDOMULYO KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG, penulis menyadari peran dari banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dihaturkan rasa terimakasih, terutama kepada : 1. Bapak Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Dr. Imam Sutomo, M.Ag. 2. Bapak Sabil dan Ibu Alfiyah tercinta yang telah mencurahkan pengorbanan dan do’a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis. 3. Drs. Juz’an, M.Hum terima kasih atas bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan. 4. Kepala program studi Pendidikan Agama Islam, Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
5. Suamiku Mas Suyadi dan buah hatiku Muhammad Faiz Assajad. 6. Semua pihak yang ikut serta memberikan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya bisa berdo’a, semoga amal dan kebaikan semua pihak dapat diterima dan dicatat oleh Allah sebagai amal sholeh dan mendapatkan balasan sebaik-baiknya. Tidak ada sesuatu yang sempurna didunia ini melainkan Ia yang Maha Sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini. Dan penulis berharap semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umunya.
Salatiga, 22 oktober 2013 Penulis
RetnaWahyuKinasih 11109001
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………………. i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………………………………………. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………….. iii PENGESAHAN KELULUSAN………………………………………………. iv MOTTO………………………………………………………………………… v PERSEMBAHAN……………………………………………………………… vi ABSTRAK……………………………………………………………………... vii KATA PENGANTAR…………………………………………………………. viii DAFTAR ISI…………………………………………………………………… x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….. 1 B. Fokus Penelitian……………………………………………………… 6 C. Tujuan Penelitian……………………………………………………. 7 D. Manfaat Penelitian………………………………………………....... 7 E. Penegasan Istilah……………………………………………………... 7 F. MetodePenelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.………………………………...
8
2. Kehadiran Peneliti……………………………………………......
9
3. Lokasi Penelitian…………………………………………………
9
4. Sumber Data……………………………………………………… 10 5. Prosedur Pengumpulan Data……………………………………
11
6. Analisis Data…………………………………………………….... 12 7. Pengecekan keabsahan Data……………………………………… 13
8. Tahap-tahap Penelitian…………………………………………… 15 G. Sistematika Penulisan……………………………………………… 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam 1. Pengertian Nilai……………………………………………….... 18 2. Pengertian Pendidikan Islam…………………………………… 19 3. Tujuan Pendidikan Islam………………………………………... 21 4. Landasan Pendidikan Islam…………………………………….. 24 5. Tanggung jawab Pendidikan Islam……………………………... 25 6. Unsur-unsur Pendidikan Islam………………………………….. 28 B. Upacara-upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita 1. Upacara ngapati…………………………………………………. 32 2. Upacara mitoni…………………………………………………. 32 3. Upacara brokohan………………………………………………. 39 4. Upacara puputan………………………………………………... 41 5. Upacara selapanan……………………………………………… 43 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.Gambaran
Umum
Dusun
Sojomerto
Kidul
Desa
Sidomulyo
Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang 1. Letak geografis……………………………………………………47 2. Keadaan penduduk………………………………………………..48 3. Keadaan pendidikan………………………………………………48 4. Keadaan ekonomi…………………………………………........... 49 5. Keadaan sosial dan keagamaan………………………………...... 50 6. Struktur organisasi……………………………………………….. 52
B. Upacara-upacara kelahiran di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang 1. Pemahaman tentang upacara-upacara kelahiran………………... 54 2. Waktu pelaksanaan upacara-upacara kelahiran……………........ 56 3. Perlengkapan upacara-upacara kelahiran……………………....... 57 4. Temuan Penelitian……………………………………………...... 59 BAB IV PEMBAHASAN A. Logika dalam budaya jawa dalam upacara-upacara kelahiran………69 B. Nilai-nilai Pendidikan lslam dalam upacara-upacara kelahiran……..71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………........73 B. Saran-saran………………………………………………………….74 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan. Dalam proses pendidikan, sebelum mengenal masyarakat secara luas dan mendapatkan bimbingan dari sekolah, anak terlebih dahulu memperoleh perawatan dan bimbingan dari orang tua. Dengan demikian pendidikan anak dalam kandungan harus diperhatikan oleh kedua orang tua terutama ibu yang sedang mengandungnya. Sebab pendidikan anak dalam kandungan merupakan awal mula berperannya pendidikan sebagai fondasi terhadap pendidikan selanjutnya. Kebudayaan jawa telah ada sejak zaman prasejarah. Datangnya Hindu dengan kebudayaannya di pulau jawa melahirkan kebudayaan HinduJawa dan dengan masuknya Islam, maka kebudayaan jawa menjadi sifat sinkretis yang memadukan unsur-unsur asli jawa, Hindu-Jawa dan Islam dalam satu kebudayaan jawa (Sarjono, 1999:4). Masyarakat memiliki kepercayaan tentang animisme dan dinamisme. Salah satu ciri masyarakat jawa adalah berketuhanan, yaitu suatu kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuhtumbuhan, hewan dan juga manusia itu sendiri, mereka membuat monument dari batu besar sebagai tempat untuk mengingat roh nenek moyang agar
keluarga mereka terlindung dari roh-roh jahat, mereka menyiapkan sesajen dan membakar kemenyan yang disempurnakan dengan bunyi-bunyian dan tarian. Dinamisme masyarakat jawa beranggapan bahwa semua yang bergerak itu hidup dan mempunyai kekuatan ghaib, memiliki watak baik maupun buruk dan agar terhindar dari itu mereka merekayasa dengan jalan mengadakan upacara disertai sesaji, disamping itu mereka percaya bahwa apa yang telah mereka bangun adalah hasil dari adaptasi pergulatan dengan alam, kekuatan alam disadari merupakan penentuan dari kehidupan seluruhnya. Dalam
menghadapi
kepercayaan
lama,
para
penyiar
Islam
menyeleksi kepercayaan mana yang dapat diakomodasikan, serta mana yang harus ditolak dan dihilangkan. Upacara-upacara dalam agama Hindu tampak memiliki kekuatan magic, yang diwujudkan dalam bentuk sesaji. Sesaji merupakan warisan budaya Hindu sedangkan doa merupakan inti ibadah dalam Islam, keduanya menjadi tradisi di kalangan banyak masyarakat jawa (Simuh, 2003:19). Secara luwes Islam memberikan warna baru pada upacara itu dengan sebutan kenduren atau selametan. Di dalam upacara ini yang pokok adalah pembacaan doa. Upacara selamatan dapat digolongkan ke dalam beberapa macam sesuai dengan peristiwa atau kejadian dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Selamatan
dalam
lingkaran
hidup
seseorang,
seperti
kelahiran,
pernikahan dan kematian. 2. Selamatan yang berkaitan dengan bersih desa, penggarapan tanah pertanian. 3. Selamatan berhubungan dengan hari-hari besar agama Islam. 4. Selamatan pada saat-saat tertentu, misalnya ruwatan, yaitu upacara pembersihan untuk membebaskan seseorang dari suatu kutukan atau nasib malang yang menyertai sejak kelahirannya (Koentjaraningrat, 2004:348). Di Indonesia, melahirkan anak dan upacaranya diungkapkan dengan berbagai bentuk budaya. Di kota-kota modern, banyak orang yang melahirkan di rumah sakit bersalin, namun di desa dan pulau terpencil banyak dipakai cara tradisional dengan memanfaatkan pengetahuan nenek moyang tentang proses menangani kelahiran. Banyak daerah pedalaman di Indonesia masih jarang dokter ahli kebidanan dan kandungan, masih dilakukan berbagai upacara menyangkut kelahiran yang kadang-kadang berlangsung cukup lama. Setiap masyarakat memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman warisan budaya untuk keselamatan dan kesehatan ibu dan anak. Salah satu cara yang paling umum dipakai agar ibu dan anak sehat walafiat adalah penggunaan ramuan jamu, salep, minyak dan makanan yang cocok menurut adat. Kebiasaan ini lazim diselenggarakan di seluruh Indonesia dan
dilakukan oleh dukun bayi, yang memadukan pengetahuannya dengan ketrampilan memijat dan sejumlah pergerakan lain. Ciri penting kedua yang dinyatakan pada upacara kelahiran di Indonesia adalah membuka jalan dan memperkenalkan anak yang baru lahir ke tengah masyarakat. Inti budaya Jawa tentang kelahiran yang pelaksanaanya diatur dengan mengadakan upacara (selamatan), yang ditetapkan pada waktu tertentu sejak proses kelahiran. Upacara kelahiran anak pertama cenderung menjadi acara yang sangat penting yang ditandai dengan adanya serangkaian upacara lengkap. Salah satu mengapa kelahiran anak sulung begitu penting ialah karena dengannya sang ibu mendapat kedudukan baru. Anak pertama juga merupakan bukti nyata hasil perkawinan antar kelompok yang sering dianggap sebagai suatu hadiah kehidupan yang jelas kepada pihak wanita kepada keluarga suaminya. Dalam berbagai bentuknya upacara terkait dengan kelahiran bayi selalu diadakan dalam kehidupan masyarakat. Upacara ini memiliki beberapa tahap mulai dari masa kehamilan, melahirkan dan pasca melahirkan. Dari masing-masing tahap tersebut memiliki keunikan tersendiri. Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang masih mempraktekkan tradisi dan budaya Jawanya, meskipun terkadang tradisi dan budaya itu hanya pengembangan ajaran-ajaran Islam. Memang ada beberapa tradisi dan budaya Jawa yang dapat diadaptasi dan terus dipegangi tanpa harus berlawanan dengan ajaran Islam. Masyarakat Jawa
yang memegang ajaran Islam dengan kuat tentunya dapat memilih dan memilah mana budaya Jawa yang masih dapat dipertahankan tanpa harus dipertentangkan dengan ajaran Islam. Masyarakat Jawa yang tidak memiliki pemahaman agama Islam yang cukup, lebih banyak menjaga warisan leluhur mereka itu dan mempraktekkannya dalam kehidupan mereka seharihari. Di Dusun Sojomerto kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang sampai saat ini masih melakukan budaya jawa terkait upacara–upacara kelahiran. Antara lain upacara pada saat kehamilan, yaitu upacara ngapati dan upacara mitoni, sedangkan upacara setelah melahirkan yaitu, upacara brokohan, upacara puputan dan upacara selapanan. Meskipun mayoritas penduduk di Dusun Sojomerto kidul adalah beragama Islam, tetapi sebagian besar masyarakat masih melakukan upacara-upacara tersebut. Motivasi masyarakat melaksanakan upacara tersebut untuk memperoleh keselamatan dan menghindarkan malapetaka serta bencana terkait kelahiran bayi. Berdasarkan uraian penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPACARAUPACARA KELAHIRAN SEJAK MASA PRENATAL SAMPAI BALITA DI DUSUN SOJOMERTO KIDUL DESA SIDOMULYO KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG.
B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana proses pelaksanaan upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang? 2. Adakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan proses upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. 2. Untuk mengungkap nilai-nilai pendidikan Islam dalam upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita di Dusun Sojomerto kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi
STAIN
Salatiga,
untuk
memperkaya
perbendaharaan
perpustakaan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan informasi bagi semua lapisan masyarakat agar tetap menjaga tradisi jawa yang masih ada sampai saat ini.
3. Bagi Peneliti, dapat memberikan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman baru dalam penelitian. E. Penegasan Istilah 1. Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Purwadarminta, 1999:677). 2. Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) (Achmadi, 1992:20). 3. Nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu itu adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik padanya. 4. Upacara-upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita adalah rangkaian upacara yang dilakukan sejak masa kehamilan sampai anak berumur lima tahun. Jadi nilai-nilai pendidikan Islam dalam skripsi ini adalah halhal yang berhubungan dengan usaha mengembangkan fitrah manusia untuk mencapai tujuan hidup yaitu mengabdi kepada Allah SWT yang terdapat dalam upacara-upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menggunakan desain yang secara terusmenerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan. Desain ini tidak tersusun secara ketat dan kaku, sehingga dapat diubah dan disesuaikan dengan pengetahuan baru yang ditemukan. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran tentang suatu hal secara sistematis, factual dan akurat. Data yang telah terkumpul disusun, dianalisis, diinterpretasikan, dan disimpulkan sehingga memberikan suatu gambaran tentang hasil penelitian yang sistematis dan nyata (Moleong, 2001 : 7). 2. Kehadiran Peneliti Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa kata-kata maupun tulisan dari sumber data manusia yang telah diamati dan dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan apa adanya untuk selanjutnya ditelaah guna menemukan makna. Oleh karena itu, kehadiran peneliti sangatlah penting yaitu peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian.
3. Lokasi Penelitian Peneliti memilih lokasi Dusun Sojomerto kidul karena Dusun ini mayoritas penduduknya adalah beragama Islam yang masih melestarikan budaya adat jawa dalam upacara-upacara kelahiran, hal ini juga menjadi alasan penulis melakukan penelitian di Dusun tersebut. 4. Sumber Data Menurut Lofland yang dikutip oleh Moleong (2000:157) Sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data dalam penelitian ini adalah semua data atau informasi yang diperoleh dari informan yang dianggap penting, selain itu data juga dihasilkan dari dokumentasi yang menunjang. Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Kata-kata atau tindakan Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan / responden pada waktu wawancara. Dengan kata lain data-data tersebut berupa keterangan dari para informan dari beberapa pihak diantaranya: Pejabat desa, Tokoh Agama dan masyarakat yang penulis anggap mampu untuk memberikan keterangan yang relevan.
b. Data tertulis (dokumentasi) Data yang berbentuk tulisan diperoleh dari pejabat desa dan dokumen-dokumen lain yang tentunya masih berkaitan dengan subjek penelitian. c. Foto Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh beberapa foto tentang “ Upacara-upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita di masyarakat Dusun Sojomerto kidul, Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang”. 5. Prosedur Pengumpulan data Metode
pengumpulan
data
adalah
suatu
cara
untuk
mengumpulkan keterangan-keterangan dalam sebuah penelitian. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Metode Interview Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan dengan sistematik dan berlandaskan pada tujuan pendidikan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai seputar penelitian yang lengkap dan mendalam. Metode ini akan digunakan untuk mendapatkan data tentang upacara-upacara kelahiran dari hasil wawancara kepada tokoh masyarakat, tokoh agama dan kepala keluarga. (Moleong, 2001:175).
b. Metode observasi Metode observasi adalah metode yang biasa diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomenafenomena yang diselidiki (Moleong, 2001:180). Metode ini digunakan untuk mengetahui prosesi upacara-upacara kelahiran di Dusun Sojomerto Kidul, Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat nonpartisipan. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pokok dalam penelitian yang dilakukan. Metode ini digunakan untuk mencari hal-hal atau variable yang berupa catatan, buku, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 1987: 188) Metode ini digunakan untuk mengetahui keadaan geografis, keadaan keagamaan dan keadaan penduduk di Dusun Sojomerto Kidul, Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. D. Analisis Data Menurut Imam Suprayogo dan Tobroni (2001 : 192 ) “ Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah penelitian memahami
fenomena
sosial
yang
sedang
diteliti
dan
setelah
mengumpulkan data yang dapat di analisis”, kegiatan-kegiatan analisis selama penulis mengumpulkan data meliputi: a. Menetapkan fokus penelitian.
b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul. c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-temuan pengumpulan data sebelumnya. d. Pengembangan
pertanyaan-pertanyaan
analitik
dalam
rangka
pengumpulan data berikutnya; dan e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya. Setelah
data
terkumpul
maka
selanjutnya
adalah
tahap
menganalisis data, sebagai tahap akhir suatu penelitian maka penulis menggunakan metode
deskriptif
yaitu dengan
cara data
yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Jadi, “teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data serta menarik kesimpulan (verifikasi)” (Milles, 1992:16-18). Dengan demikian, penulis akan menunjukkan laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data penulis mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi dan sebagainya.
E. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan
data
dalam
penelitian
ini
ditentukan
dengan
menggunakan kriteria kreadibilitas. Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam latar penelitian. Menurut Moleong (2000:175178) mengatakan, pemeriksaan keabsahan data yaitu: a. Perpanjangan keikutsertaan Perpanjangan keikutsertaan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. b. Ketekunan pengamatan Bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. c. Triangulasi Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. d. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi Yaitu dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekanrekan sejawat.
e. Analisis kasus negative Teknik
analisis
kasus
negative
dilakukan
demgan
jalan
mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. f. Kecukupan refensional Sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. g. Pengecekan anggota Digunakan untuk pemeriksaan derajat kepercayaan. Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan mereka dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti. h. Uraian rinci Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. i. Auditing Digunakan untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun hasil.
F. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: a. Tahap pra lapangan 1. Mengajukan judul penelitian 2. Menyusun proposal penelitian 3. Konsultasi penelitian kepada pembimbing b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: 1. Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian 2. Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian 3. Pencatatan data yang telah dikumpulkan c. Tahap analisis data, meliputi kegiatan: 1. Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian 2. Pengecekan keabsahan data d. Tahap penulisan laporan penelitian 1. Penulisan hasil penelitian 2. Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing 3. Perbaikan hasil konsultasi 4. Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian 5. Ujian munaqosah skripsi
G. Sistematika Pembahasan
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai pembahasan skripsi ini. Maka secara global penulis merinci dalam sistematika pembahasan ini sebagai berikut : Bab I merupakan kerangka dasar yang berisi Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Penegasan istilah, Metode penelitian (Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-tahap Penelitian), dan Sistematika Pembahasan. Bab II berisi tentang kajian pustaka, merupakan bagian yang menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang memuat: pertama yaitu tentang upacara-upacara kelahiran yaitu pengertian dari ngapati, mitoni, brokohan, puputan dan selapanan, yang kedua adalah Nilai-nilai Pendidikan Islam yaitu mencakup: pengertian nilai, pengertian pendidikan Islam, landasan pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, tanggung jawab pendidikan Islam, dan unsur-unsur pendidikan Islam. Bab III berisi paparan data dan temuan peneliti menjelaskan tentang gambaran umum Dusun Sojomerto Kidul, Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang (letak geografis, keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan sosial ekonomi, kegiatan keagamaan, dan struktur organisasi) dan Temuan Penelitian. Bab IV berisi tentang pembahasan yang merupakan bagian yang menjelaskan tentang upacara-upacara kelahiran sejak masa prenatal
sampai balita dan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam upacara-upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Bab V merupakan bagian akhir penulisan yang tercakup di dalamnya kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam 1. Pengertian Nilai Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Purwadarminta, 1999:677). Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Pada hakikatnya nilai akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial manusia sehari-hari. Menurut Muhammad Noor Syam yang dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib (1993:109), Nilai adalah suatu penetapan atau kualitas objek yang menyangkut suatu jenis apresiasi atau minat. Sumber nilai dalam kehidupan manusia yaitu nilai Illahi (nilai religi) dan nilai insani. a. Nilai Illahi (nilai religi) yaitu nilai yang dititahkan Tuhan melalui para rasul-Nya, yang berbentuk takwa, iman, adil yang diabadikan dalam wahyu Illahi. b. Nilai insani yaitu nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup berkembang dari peradaban manusia.
2. Pengertian Pendidikan Islam Pendidikan
Islam
adalah
usaha
memelihara
dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang berada pada subyek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) (Achmadi, 1992:20). Menurut Djumransjah (2007: 19-20), definisi pendidikan Islam adalah: 1. Pendidikan Islam adalah usaha bimbingan ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam. 2. Pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses kependidikan melalui latihan-latihan, akal fikiran (kecerdasan), kejiwaan, keyakinan, kemauan, dan perasaan, serta pancaindera dalam seluruh aspek kehidupan manusia. 3. Pendidikan Islam adalah bimbingan secara sadar dan terus-menerus yang sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar), baik secara individual maupun kelompok sehingga manusia mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan benar. Ajaran utuh meliputi aqidah (keimanan), syari’ah (ibadah, muammalah) dan akhlak (budi pekerti)
Dengan keimanan yang benar memimpin ke arah budi pekerti luhur (akhlak mulia), dan akhlak mulia memimpin manusia kea rah manusia mendalami hakikat, dan menuntut ilmu yang benar, sedangkan ilmu yang benar memimpin manusia ke arah amal shaleh. Di samping itu, untuk memahami pendidikan Islam lebih mendalam maka tentu akan lebih baik apabila memahami makna Islam itu sendiri sebagai sesuatu kekuatan yang member hidup bagi suatu peradaban besar yang mana salah satu buahnya adalah pendidikan. Kata “Islam” yang bersumber dari Al-Qur’an memang memiliki banyak pengertian antara lain:
1. ٍُسberarti damai (perdamaian). 2.
َسالartinya selamat (keselamatan).
3. ٍُتسartinya serah (penyerahan) diri kepada Tuhan. 4.
ٍُسartinya tangga/jenjang, naik untuk mencapai kemuliaan dunia akhirat (Mutholib Muhyidin, 1981: 5). Arti kata Islam juga bisa sebagai berikut:
1. Kata Islam berasal dari kata kerja
ًفؼ, ٍُسٜ ٍُ اس-dengan
pengertian dasar menyerahkan diri, menyelamatkan diri, taat, patuh dan tunduk.
2. Kalau dilihat dari segi kata dasar “ٍُ ”سmengandung pengertian dasar selamat, sejahtera, sentosa, bersih, dan bebas dari cacat dan cela. 3. Kalau dilihat dari kata dasar “َ ”سالmaka berarti damai, aman dan tentram (Anshari, 1989 : 52-53). Pengertian Islam sebagai agama dapat diketahui dengan ungkapan lain yaitu “ Islam adalah undang-undang Tuhan yang menuntun orang-orang yang berakal dengan ikhtiar mereka yang terpuji ke arah perbaikan taraf hidup mereka di dunia dan akhirat”. (Mutholib Muhyidin, 1981: 7) Dengan demikian pengertian pendidikan Islam sebagaimana yang dirumuskan berdasarkan pengertian Islam adalah menyerahkan diri atau tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT dengan jalan ikhtiar untuk mendapatkan keselamatan, kesejahteraan, kesentosaan dan kemuliaan di dunia maupun di akhirat.
3. Tujuan Pendidikan Islam Tujuan pendidikan Islam secara umum telah tergambar dengan jelas, dimana tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya sama dan sesuai dengan tujuan diturunkannya agama Islam, yaitu untuk membimbing manusia dalam usahanya mencapai kesempurnaan diri dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Menurut Al Ghazali dalam Supriyanto menyatakan tujuan pendidikan Islam adalah: a. Kesempurnaan manusia yang berujung taqarrub kepada Allah b. Kesempurnaan yang berujung kebahagiaan dunia dan kesentosaan akhirat (2001:40). Muhammad Omar al-Toumy al-Syaiban yang dikutip oleh Jalaludin menggariskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlakul karimah (2003:92). Tujuan ini sama dengan tujuan yang akan dicapai oleh misi kerasulan, yaitu “membimbing manusia agar berakhlak mulia”. Akhlak mulia tersebut diharapkan tercermin dari sikap dan tingkah laku individu dalam hubungannya dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan sesama makhluk Allah serta lingkungannya. Sedangkan menurut Zakiah Daradjat(1995:35-40) tujuan pendidikan Islam secara garis besarnya adalah untuk membina manusia agar menjadi hamba Allah yang saleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran dan perasaannya. Firman Allah dalam Q.S Adz Dzariyat ayat 56:
َومَاخَلَقْتُ الْجِهَّ وَاْإلِوسَ إِالَّلِ َيعْبُدُون “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.
Selanjutnya tujuan pendidikan dalam Islam perlu diperjelas dalam bagian-bagian sebagai berikut: a. Mengetahui
dan
melaksanakan
dengan
baik
ibadah
yang
disebutkan dalam hadits nabi, yang antara lain menyebutkan bahwa Islam itu dibangun atas dasar lima pilar: 1) Pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu Rasul-Nya. 2) Mendirikan shalat 3) Menunaikan zakat 4) Puasa dalam bulan Ramadhan 5) Melaksanakan ibadah haji b. Memperoleh bekal pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perbuatan yang diperlukan untuk mendapatkan rezeki bagi diri dan keluarganya. c. Mengetahui dan mempunyai ketrampilan untuk melaksanakan peranan kemasyarakatannya dengan baik (akhlak terpuji) Tujuan pendidikan Islam dalam hal ini adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah, berakhlak terpuji. Bahkan keseluruhan gerak dalam hidup setiap muslim, mulai dari perbuatan, perkataan dan tindakan apapun yang dilakukannya dengan niat mencari ridha Allah, memenuhi segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya adalah ibadah. Oleh karena itu, untuk melaksanakan
semua tugas kehidupan itu, baik bersifat pribadi maupun sosial, perlu dipelajari dan dituntun dengan iman dan akhlak terpuji. Dengan demikian identitas muslim akan tampak dalam semua aspek kehidupannya. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu membina manusia menjadi hamba yang saleh dan berakhlak mulia, yaitu dengan mendekatkan diri kepada Allah untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 4. Landasan Pendidikan Islam Landasan atau fondasi dalam pendidikan Islam adalah Al-Qur’an, Sunnah dan ijtihad. Didalam Islam, Al-Qur’an dipandang sebagai undang-undang hujjah dan petunjuk karena di dalamnya mengandung banyak hal yang menyangkut segenap kehidupan manusia, sebagaimana firman Allah:
ًح َمة ْ َشًْءٍ وَهُدًي َور َ ِّوَوَزَّلْىَا عَلَ ْيكَ ا ْلكِتَابَ تِبْيَاوًا ِّلكُل َشزَي لِ ْلمُسْلِمِيه ْ ُوَب “Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Al-kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira dagi orang-rang yang berserah diri”. ( Q.S An-Nahl:89) Landasan kedua adalah As-sunnah, As-sunnah secara harfiah berarti jalan, tabiat, perikehidupan. Abdul Wahab Khalaf memberikan definisi bahwa As-sunnah secara istilah adalah apa saja yang datang dari
Rasulullah Saw, baik perkataan, perbuatan atau persetujuannya. (Supriyanto, 2001:34) As-sunnah dijadikan landasan kedua dalam pendidikan Islam karena Rasulullah telah meletakkan dasar-dasar kependidikan Islam semenjak beliau diangkat menjadi utusan Allah. Misalnya: beliau telah mengajarkan cara membaca Al-Qur’an dan menghafalkan kitab suci AlQur’an beserta pengalamannya, mendidik cara berwudlu, shalat, dzikir dan berdoa. Landasan ketiga dalam pendidikan Islam adalah ijtihad. Yang dimaksud ijtihad sebagai landasan pendidikan Islam adalah usaha-usaha pemahaman yang sangat serius dari kaum muslimin terhadap Al-Qur’an dan As-sunnah sehingga memunculkan kreativitas yang cemerlang di bidang kependidikan Islamatau karena adanya tantangan zaman dan desakan kebutuhan sehingga melahirkan ide-ide yang lebih fungsional (Supriyanto, 2001:34). Misalnya dari level pengajaran kitab suci AlQur’an, telah memunculkan beberapa metode yang lebih baik sehingga peserta didik dapat belajar lebih cepat.
5. Tanggung Jawab Pendidikan Islam Tanggung jawab pendidikan dalam Islam adalah dengan dilaksanakannya
kewajiban
mendidik.
Yaitu
menumbuhkan
dan
mengembangkan potensi jasmaniah dan rohaniah anak didik atau seseorang untuk mendapatkan nilai-nilai atau norma-norma tertentu.
a. Tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan Orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anak, karena memang merekalah yang dikenal oleh anak-anak sejak lahir. 1) Peranan Ibu terhadap pendidikan anak dalam keluarga Perkembangan watak anak tergantung pada besar kecil dan baik buruknya pengaruh yang ditanamkan oleh ibunya. Adapun gambaran peranan seorang ibu dan tanggung jawab dalam pendidikan anak-anaknya yaitu: a) Sumber dan pemberi rasa kasih sayang b) Pengasuh dan pemelihara c) Tempat mencurahkan isi hati d) Pengatur kehidupan dalam rumah tangga e) Pembimbing hubungan pribadi f) Pendidik dalam segi-segi emosional (Purwanto, 1988:77) 2) Peranan Ayah terhadap pendidikan anak dalam keluarga Peranan Ayah terhadap pendidikan anak-anaknya sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap dan tingkah laku mereka. Adapun peranan seorang ayah dan tanggung jawab dalam pendidikan anak-anaknya yaitu: a) Sumber kekuasaan dalam keluarga b) Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar c) Pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga d) Pelindung terhadap ancaman dari luar
e) Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan f) Pendidik dalam segi-segi rasional (Purwanto, 1988:78) b. Sekolah dan tanggung jawabnya Sekolah atau madrasah adalah lembaga pendidikan yang penting setelah keluarga. Sekolah berfungsi untuk membantu keluarga menanamkan
nilai-nilai
pendidikan
kepada
anak-anak
yang
berhubungan dengan sikap dan kepribadian yang mulia serta pikiran yang cerdas, sehingga nantinya akan menjadi anggota masyarakatyang bermanfaat sesuai dengan tuntunan dan tata laku masyarakat yang berlaku seiring dengan tujuan pendidikan seumur hidup. c. Tanggung jawab masyarakat terhadap Pendidikan Masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan budaya, agama dan pengalaman-pengalaman yang sama serta memiliki sejumlah penyesuaian dalam ikut memikul tanggung jawab pendidikan secara bersama-sama. Jadi, tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan adalah bagaimana masingmasing anggota masyarakat ikut menciptakan suatu sistem pendidikan dalam masyarakat sehingga mendorong masing-masing anggota masyarakat untuk mendidik dirinya sendiri agar bersedia mendidik anggota masyarakat lainnya (Zaini, 1986: 139). d. Pendidikan menjadi tanggung jawab Pemerintah Tanggung jawab pemerintah dalam pendidikan secara garis besar menurut Achmadi (1992:99) mencakup dua tugas pokok yaitu:
1). Mengusahakan pemerataan kesempatan rakyat untuk memperoleh pendidikan 2). Mengusahakan peningkatan kualitas pendidikan e. Unsur-unsur Pendidikan Islam Dalam proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu: 1. Subjek yang dibimbing (peserta didik) Menurut pengertian secara khusus, peserta didik dapat diartikan, orang yang belum dewasa atau orang yang masih menjadi tanggung jawab pendidik (Imam Barnadib, 1982:39). Dalam hal ini peserta didik berstatus sebagai subyek didik. Ciri khas peserta didik yang perlu difahami oleh pendidik ialah : a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga merupakan insan yang unik b. Individu yang sedang berkembang c. Individu
yang
membutuhkan
bimbingan
individual
dan
perlakuan manusiawi d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri 2. Orang yang membimbing (pendidik) Pendidik
adalah
tiap
orang
yang
dengan
sengaja
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Imam Barnadib, 1982:38). Disisi lain yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik
mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. 3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif) Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan Islam. 4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan Islam). 5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan Islam). 6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode). 7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan Islam). B. Upacara-Upacara Kelahiran Sejak Masa Prenatal Sampai Balita 1. Upacara Ngapati Upacara Ngapati atau disebut juga Ngupati.Ritual 4 bulan masa kehamilan oleh masyarakat Jawa ini, ditandai dengan upacara pemberian makan yang salah satu menunya adalah ketupat. Saat janin (embrio) berusia 120 hari (atau 4 bulan) dimulailah kehidupan dengan ruh, dan saat itulah ditentukan bagaimana ia berkehidupan selanjutnya, di dunia sampai di akhirat.
Hadist tentang penciptaan manusia:
دَذَّثََٕب:َ اهللُ ػَُْٕٗ لَبيٟ َض ِ َْدْ سُْٛ ػَجْذِ اٌشَّدَِّْٓ ػَجْذِ اهللِ ثِٓ َِسْؼِٟػَْٓ أَث ُُْ «إَِّْ أَدَذَو:ُْقَُٚ اٌصَّبدِقُ اٌ َّصْذَُٛ٘ٚ ٍََََُّسٚ ِْٗ١ٍََ اٌٍَُّٗ ػٍََّٝيُ اهللِ صْٛ ُسَس ،َُْْ ػٍََمَخً ِِ ْثًَ رٌَِهَُٛى٠ َُُّ ث،ًَِْبً ُٔطْفَخَٛ٠ َْٓ١ِْ ثَطِْٓ أُِِِّٗ أَسْثَؼُٟجَّْغُ خٍَْمُُٗ ِف٠ َْحُِّْٚٗ اٌش١َِٕفُخُ ف١َِْٗ اٌٍََّهُ ف١ٌَِسًُ إ َ ُْش٠ َُُّ ث،َُْْ ُِضْغَخً ِِ ْثًَ رٌَِهَُٛى٠ َُُّث َاهللَٛ ف.ٌْذ١ِْ سَؼٌَٚ أٟ ّ َشَ ِمٚ ٍَََِِّٗػٚ ِٗ ٍََِأَجٚ ِِٗت سِصْل ِ ْ ثِىَت:ٍَؤَِْشُ ثِأَسْثَ ِغ وٍََِّبد٠َٚ َُُْْٛى٠ َِبََّٝؼْ ًَُّ ثِؼَ ًَِّ أَ ًِْ٘ اٌجََّٕخِ دَت١ٌَ ُُْ إَِّْ أَدَذَو،ُُْٖش١َ الَ إٌََِٗ غِٞاٌَّز َِؼْ ًَُّ ثِؼًََِّ أًَِْ٘ إٌَّبس١َِْٗ اٌىِتَبةُ ف١ٍَََسْجِكُ ػ١ََب إالرِسَاعٌ فَْٕٙ١ََثٚ َُْٕٗ١َث َبَْٕٙ١ََثٚ َُْٕٗ١َُْ ثَُٛى٠ َِبََّٝؼْ ًَُّ ثِؼَ ًَِّ أَ ًِْ٘ إٌَّبسِ دَت١ٌَ َُُْإَِّْ أَدَذَوٚ ،َبٍَُُٙذْخ١َف ٖاَٚب» سٍَُُٙذْخ١ََؼْ ًَُّ ثِؼَ ًَِّ أَ ًِْ٘ اٌجََّٕخِ ف١َِْٗ اٌىِتَبةُ ف١ٍَََسْجِكُ ػ١َإال رِسَاعٌ ف .ٍُِسٚ ٞاٌجخبس Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu „anhu, berkata: Rasulullah SAW telah menceritakan kepada kami dan beliau seorang yang jujur lagi diakui kejujurannya,“Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama empat puluh hari berupa sperma, kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian diutus seorang malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan empat kalimat: menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang
berhak disembah selain Dia, sesungguhnya seorang dari kalian benarbenar beramal dengan amal penghuni surga hingga jarak antaranya dan surga hanya sejengkal, lalu takdir mendahuluinya, lalu dia beramal dengan amal penduduk neraka lalu ia pun memasukinya. Dan seseungguhnya seorang dari kalian benar-benar beramal dengan amal penduduk neraka hingga jarak antaranya dengan neraka hanya sejengkal, lalu takdir mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amal penduduk surga, maka ia pun memasukinya.” Diriwayatkan oleh alBukhari dan Muslim. (Nawawi, 2005:26) Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa manusia diciptakan dari nutfah (air percampuran manusia) yang berada dalam rahim ibu selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi segumpal darah dalam waktu empat puluh hari, setelah itu berubah menjadi segumpal daging juga dalam waktu empat puluh hari. Jadi dalam usia empat bulan (120 hari), telah dihembuskan ruh kedalamnya, seterusnya berkembang terus menuju kesempurnaan, sehingga terciptalah wujud manusia yang sebenarnya. Maka menyongsong penentuan ini, hendaklah diadakan upacara ngapati (ngupati) yaitu berdoa (sebagai sikap bersyukur, ketundukan dan kepasrahan) mengajukan permohonan kepada Allah agar nanti anak lahir sebagai manusia yang utuh sempurna, yang sehat, yang dianugerahi rezeki yang baik dan lapang, berumur panjang yang penuh dengan nilainilai ibadah, beruntung di dunia dan di akhirat. Begitu pula hendaklah
bersedekah. Kita ketahui bahwa doa dan sedekah adalah dua kekuatan yang
bisa
menembus
takdir.
http://www.sarkub.com/2012/tradisi-
ngapati-4-bulan-kehamilan.Diakses tanggal 11 September 2013. 2. Upacara Mitoni a. Pengertian Mitoni Menurut Purwadi (2005:130) mengatakan bahwa: Sapta Kawasa jati adalah citra kehamilan pada bulan ketujuh dalam pandangan dunia jawa, ketika bayi berada dalam kandungan ibu.Sapta berarti tujuh, Kawasa berarti kekuasaan, jati berarti nyata.Pengertian secara bebas adalah jika kodrat yang maha kuasa menghendaki, dapat saja pada bulan ini lahir bayi dengan sehat dan sempurna. Dalam bahasa Jawa, Mitoni berasal dari kata pitu artinya tujuh.Ritual Mitoni ini dilaksanakan pada bulan ke-7 pada kehamilan pertama. Kata pitu juga bisa berarti pitulungan untuk memohon berkah Gusti Allah (Tuhan) untuk keselamatan calon orang tua dan anaknya. Doa dipanjatkan agar sang bayi lahir pada masanya dengan sehat, selamat dan sang ibu juga diharapkan agar melahirkan dengan lancar, sehat dan selamat. Selanjutnya diharapkan seluruh keluarga hidup bahagia. b. Rangkaian Upacara Mitoni Upacara-upacara yang dilakukan dalam masa kehamilan, yaitu siraman, memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain calon ibu oleh sang suami, ganti busana, memasukkan kelapa gading muda, memutus lawe/lilitan benang/janur, memecahkan periuk dan gayung, minum jamu sorongan. Pada hakekatnya ialah
upacara
peralihan
yang
dipercaya
sebagai
sarana
untuk
menghilangkan petaka, yaitu semacam inisiasi yang menunjukkan bahwa upacara-upacara itu merupakan penghayatan unsur-unsur kepercayaan lama. Selain itu, terdapat suatu aspek solidaritas primordial terutama adalah adat istiadat yang secara turun temurun dilestarikan oleh kelompok sosialnya. Mengabaikan adat istiadat akan mengakibatkan celaan dan nama buruk bagi keluarga yang bersangkutan di mata kelompok sosial masyarakatnya. Mitoni biasanya
tidak
memilih
dapat
diselenggarakan
hari
yang
dianggap
sewaktu-waktu, baik
untuk
menyelenggarakan upacara mitoni. Hari baik untuk upacara mitoni adalah hari Selasa (Senin siang sampai malam) atau Sabtu (Jumat siang sampai malam) dan diselenggarakan pada waktu siang atau sore hari. Sedangkan tempat untuk menyelenggarakan upacara biasanya dipilih di depan suatu tempat yang biasa disebut dengan pasren, yaitu senthong tengah. Pasren erat sekali dengan kaum petani sebagai tempat untuk memuja Dewi Sri, dewi padi. Karena kebanyakan masyarakat sekarang tidak mempunyai senthong, maka upacara mitoni biasanya diselenggarakan di ruang keluarga atau ruang yang mempunyai luas yang cukup untuk menyelenggarakan upacara. Secara teknis, penyelenggaraan upacara ini dilaksanakan oleh dukun atau anggota keluarga yang dianggap sebagai yang
tertua. Kehadiran dukun ini lebih bersifat seremonial, dalam arti mempersiapkan dan melaksanakan upacara-upacara kehamilan. Serangkaian upacara yang diselenggarakan pada upacara mitoni adalah: 1. Siraman atau mandi merupakan simbol upacara sebagai pernyataan tanda pembersihan diri, baik fisik maupun jiwa. Pembersihan secara simbolis ini bertujuan membebaskan calon ibu dari dosa-dosa sehingga kalau kelak si calon ibu melahirkan anak
tidak
mempunyai
beban
moral
sehingga
proses
kelahirannya menjadi lancar. Upacara siraman dilakukan di kamar mandi dan dipimpin oleh dukun atau anggota keluarga yang dianggap sebagai yang tertua. 2. Upacara memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain (sarung) si calon ibu oleh sang suami melalui perut dari atas perut lalu telur dilepas sehingga pecah. Upacara ini dilaksanakan di tempat siraman (kamar mandi) sebagai simbol harapan agar bayi lahir dengan mudah tanpa aral melintang. 3. Upacara brojolan atau memasukkan sepasang kelapa gading muda yang telah digambari Kamajaya dan Dewi Ratih atau Arjuna dan Sembadra ke dalam sarung dari atas perut calon ibu ke bawah. Makna simbolis dari upacara ini adalah agar kelak bayi akan
lahir dengan mudah tanpa mengalami kesulitan.
Upacara brojolan dilakukan di depan senthong tengah atau
pasren oleh nenek calon bayi (ibu dari ibu si bayi) dan diterima oleh nenek besan. Kedua kelapa itu lalu ditidurkan diatas tempat tidur layaknya menidurkan bayi. Secara simbolis gambar Kamajaya dan Dewi Ratih atau Arjuna dan Sembadra melambangkan kalau si bayi lahir akan elok rupawan dan memiliki sifat-sifat luhur seperti tokoh yang digambarkan tersebut. Kamajaya dan Dewi Ratih atau Arjuna dan Sembadra merupakan tokoh ideal orang Jawa. 4. Upacara ganti busana dilakukan dengan jenis kain sebanyak 7 (tujuh) buah dengan motif kain yang berbeda. Motif kain dan kemben yang akan dipakai dipilih yang terbaik dengan harapan agar kelak si bayi juga memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam lambang kain. Motif kain tersebut adalah: a). sidomukti (melambangkan kebahagiaan), b).sidoluhur (melambangkan kemuliaan), c).truntum(melambangkan agar nilai-nilai kebaikan selalu dipegang teguh) d).parangrusak (melambangkan perjuangan untuk tetap hidup), e).semen rama (melambangkan agar cinta kedua orangtua yang sebentar lagi menjadi bapak-ibu tetap bertahan selamalamanya atau tidak terceraikan)
f).udan riris (melambangkan harapan agar kehadiran dalam masyarakat anak yang akan lahir selalu menyenangkan) g).cakar ayam (melambangkan agar anak yang akan lahir kelak dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya).Kain terakhir yang tercocok adalah kain dari bahan lurik bermotif lasem dengan kemben motif dringin.Upacara ini dilakukan di senthong tengah. 5. Upacara memutus lilitan janur/lawe yang dilingkarkan di perut calon ibu.Lilitan ini harus diputus oleh calon ayah dengan maksud agar kelahiran bayi lancar. 6. Upacara memecahkan periuk dan gayung yang terbuat dari tempurung kelapa (siwur). Maksudnya adalah memberi sawab (doa dan puji keselamatan) agar nanti kalau si ibu masih mengandung lagi, kelahirannya juga tetap mudah. 7. Upacara minum jamu sorongan, melambangkan agar anak yang dikandung itu akan mudah dilahirkan seperti didorong (disurung). Dengan dilaksanakannya seluruh upacara tersebut di atas, upacara mitoni dianggap selesai ditandai dengan doa yang dipimpin oleh dukun dengan mengelilingi selamatan. Selamatan atau sajian sebagian dibawa pulang oleh yang menghadiri atau meramaikan upacara tersebut.
c. Simbol atau makna yang terkandung dalam unsur upacara mitoni Upacara mitoni yaitu upacara yang diselenggarakan ketika kandungan dalam usia tujuh bulan, memiliki simbol-simbol atau makna yang dapat ditafsirkan sebagai berikut: 1.
Sajian tumpeng, maknanya adalah pemujaan pada arwah leluhur yang sudah tiada. Para leluhur setelah tiada bertempat tinggal di tempat yang tinggi, di gunung-gunung.
2.
Sajian jenang abang, jenang putih, melambangkan benih pria dan wanita yang bersatu dalam wujud bayi yang akan lahir.
3.
Sajian berupa nasi gudangan, mengandung makna agar calon bayi selalu dalam keadaan segar.
4.
Cengkir gading (kelapa muda yang berwarna kuning), yang diberi gambar Kamajaya dan Dewi Ratih, mempunyai makna agar kelak kalau bayi lahir lelaki akan tampan dan mempunyai sifat luhur Kamajaya. Kalau bayi lahir perempuan akan secantik dan mempunyai sifat-sifat seluhur Dewi Ratih.
5.
Benang lawe atau daun kelapa muda yang disebut janur yang dipotong, maknanya adalah mematahkan segala bencana yang menghadang kelahiran bayi.
6.
Kain dalam tujuh motif melambangkan kebaikan yang diharapkan bagi ibu yang mengandung tujuh bulan dan bagi si anak kelak kalau sudah lahir.
7.
Dhawet mempunyai makna agar kelak bayi yang sedang dikandung mudah kelahirannya.
8.
Telur yang nantinya dipecah mengandung makna berupa ramalan, bahwa kalau telur pecah maka bayi yang lahir perempuan, bila telur tidak pecah maka bayi yang lahir nantinya laki-laki. Sumber:http://lanangingjagad/blogspot.com/2010/04/blog.html /tradisimitoni.diakses pada tanggal 12 september 2013.
3. Upacara Brokohan Bagi masyarakat di Jawa, brokohan merupakan salah satu ritual tradisional yang dilakukan saat bayi baru lahir. Brokohan itu sendiri termasuk dalam rangkaian upacara kehamilan. Tujuan dari ritual adat ini adalah untuk mensyukuri rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa karena bayi sudah lahir dengan sehat dan selamat. Selain itu upacara ini juga merupakan upacara selamatan atau memohon agar bayi diberi keselamatan dan kelak dapat menjadi anak yang baik. Firman Allah SWT dalam Q.S. An Nahl: 78:
ًََجَؼٚ ْئًب١ََْ شٍََُّْٛبتِىُُْ الَتَؼَُِّْٙ أ ِ ُٛهلل أَخْشَجَىُُ ِِّٓ ثُط ُ َاٚ ََُْٚاْألَفْئِذَ َح ٌَؼٍََّىُ ُْ تَشْىُشٚ َاْألَثْصَب َسٚ ٌَىُُ اٌسَّّْ َغ “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Dalam ritual ini, ada beberapa perlengkapan sajian yang harus disediakan. Sajian untuk bayi laki – laki dan bayi perempuan tidak sama. Untuk bayi laki – laki sajian yang digunakan adalah ayam betina yang belum pernah kawin sedangkan untuk bayi perempuan sajiannya adalah ayam jantan yang belum pernah kawin. Prosesi ritual selamatan ini dilakukan saat bayi berusia satu hari. Kemudian selamatan ini juga dilanjutkan dengan kenduri yang mengundang para tetangga sekitar. Untuk selamatan ini yang datang hanya kaum wanita saja. Dalam upacara selamatan, dilakukan prosesi pemotongan ayam. Prosesi ritual diatas adalah prosesi brokohan secara umum. Namun sebenarnya perlengkapan upacara brokohan untuk bangsawan dan golongan rakyat biasa berbeda. Untuk golongan bangsawan, perlengkapan yang diperlukan untuk brokohan adalah telur mentah, dawet, sayur menir, sekul ambeng, pecel dengan lauk ayam, jeroan kerbau, kembang setaman, beras dan kelapa, sementara itu untuk golongan rakyat biasa, perlengkapan yang dibutuhkan adalah nasi ambengan yang berisi nasi dan sayur berserta lauk pauknya yaitu peyek, tempe, bihun, sambel goreng, pecel ayam, dan sayur menir. Upacara permohonan agar bayi kelak menjadi anak yang baik dimulai dengan mengubur air – ari. Menurut Purwadi, setelah bayi lahir ari-ari atau placentanya dibersihkan dan diberi bunga-bungaan dan syarat-syarat tertentu, kemudian ditanam dengan upacara tertentu. Ditempat penanaman
placenta diberi lampu siang malam sampai beberapa hari.Malam harinya diadakan upacara melekan (agar tidak tidur sore hari) dan yang diundang ialah para bapak. Mereka diminta bantuannya untuk menemani orang yang mempunyai anak bayi supaya tidak tidur pada sore hari. Untuk menjaga jangan sampai orang tertidur lalu ada orang yang membacakan nyanyian yang berisi puji-pujian kepada Tuhan. Untuk kegiatan yang mempunyai rumah mempunyai kewajiban moril menyediakan makanan dan minuman. (2007:51) Kemudian pemilik rumah juga menyediakan sajianbrokohan yang kemudian dibagikan pada para tetangga sekitar. Brokohan yang diberikan pada tetangga biasanya telur ayam mentah, kelapa setengah buah, gula jawa setengah tangkep, dawet, bunga mawar, bunga melati, dan bunga kantil. Ibu yang baru saja melahirkan juga harus menghindari makanan pantangan yaitu sayur bersantan, telur asin, telur ikan tawar, dan sambal.
4. Upacara Puputan Kalangan masyarakat Jawa masih melakukan tradisi yang berkenaan dengan pemberian nama. Tradisi inilah yang pada gilirannya membuat nama tidak hanya sekedar sebagai tanda pengenal saja, tetapi juga mengandung arti tertentu agar si pemilik nama selamat-sentosa dalam menjalani kehidupannya. Menurut kepercayaan sebagian masyarakat Jawa, pemberian nama yang tidak tepat kepada seorang anak akan mengakibatkan anak
yang bersangkutan selalu sakit atau bernasib sial. Pemberian nama pada masyarakat Jawa umumnya bertepatan dengan upacara selamatan sepasaran si anak yang baru dilahirkan. Pemberian tersebut dapat dilakukan oleh ayah, ibu, nenek, atau boleh juga orang lain (misalnya kyai, dukun bayi atau lurah) dengan persetujuan orang tua bayi. Menurut Purwadi (2007:108), Cuplaknya (lepasnya) tali pusat (puser) bayi karena mengering ditandai dengan satu upacara tersendiri. Biasanya terjadi pada hari kelima dari hari kelahiran. Istilah cuplakan disebut juga dengan istilah sepasaran, sepasar artinya 5 hari. Upacara untuk menandai cuplaknya tali pusat si bayi ini disebut cuplakan. Sepasar adalah perhitungan waktu Jawa yang lamanya 5 hari. Selamatan sepasaran adalah selamatan yang diadakan pada waktu bayi berumur 5 hari. Namun demikian ada kalanya sementara orang yang mengadakan selamatan sepasaran menunggu apabila tali pusat putus (puput puser), yang biasanya terjadi pada waktu si bayi berumur 5 hari. Oleh karena itu sementara orang menyebut selamatan sepasaran itu dengan istilah puputan atau cuplak puser. Bagi orang yang mengadakan jagong bayen, pada malam sepasaran ini tamu yang datang biasanya lebih banyak daripada malam-malam sebelumnya. Karena malam itu merupakan terakhir daripada serangkaian selamatan jagong bayen. Pada malam itu, bayi yang diselamati tidak ditidurkan hingga pagi hari melainkan dipangku. Sebab menurut kepercayaan sementara orang, bayi yang baru saja
puput, menjadi incaran roh jahat yang biasanya disebut sarap-sawan, oleh karena itu bayi dijaga dengan cara dipangku. Adapun makanan (sajian) untuk keperluan selamatan sepasaran atau puputan ini adalah sebagai berikut: 1. Nasi tumpeng dan nasi golong dengan lauk-pauk yang terdiri dari gudhangan, panggang ayam, telur rebus, lodheh kluwih. 2. Pisang raja dua sisir (Jawa: setangkep). 3. Jajan pasar yang berupa beberapa macam makanan kecil (kue-kue) dan buah-buahan. 4. Bubur merah, bubur putih, jenang sengkolo yaitu bubur merah yang diatasnya diberi bubur putih. 5. Nasi brok yaitu nasi yang ditaruh di dalam satu piring dengan laukpauknya. Sajian tersebut di atas dikendurikan dengan mengundang para tetangga seperti pada waktu selamatan brokohan. Di samping sajian untuk kenduri pada selamatan sepasaran ada sementara orang yang membuat sajian tulakan yaitu alat untuk menolak bala. Tulakan ini terdiri dari sebungkus kecil nasi dan lauk-pauk serta kue-kue sama seperti untuk kenduri. Kecuali sajian untuk kenduri dan tulakan ada suatu bingkisan yang diberikan kepada dhukun bayi. Bingkisan itu berupa: nasi tumpeng dengan lauk-pauk, pisang dua sisir, kelapa satu biji, gula merah, beras 1 kg, ayam hidup 1 ekor, kembang telon (kembang
boreh). Bersamaan dengan selamatan sepasaran, si bayi diberi nama. Secara resmi nama diikrarkan (diumumkan) pada waktu berlangsungnya kenduri sepasaran itu. Pemberian nama ini ada beberapa dasar (pathokannya). Di samping pemberian nama bersamaan dengan upacara sepasaran ini ada sementara orang yang mengadakan upacara tindhik. Tindhik adalah carayang dilakukan untuk memberi lubang pada telinga sebagai tempat meletakkansubang bagi kaum wanita. Sumber:http//jawatimuran.wordpress.com/2011/10/23/sepasaran puputan.tradisi.budaya.jawa timuran.Diakses tanggal 12september 2013 5. Upacara Selapanan Selapanan adalah sebuah tradisi suku jawa.Selapanan berasal dari kata selapan yang berarti 35 hari, maka dari itulah upacara ini dilakukan saat bayi berusia selapan (35) hari. Misalnya bayi yang lahir pada Rebo Pahing (hari kelahiran menurut hitungan jawa), pada usia ke selapan hari bayi tersebut akan mengulang hari kelahirannya, yaitu Rebo Pahing. Perhitungan ini didasarkan pada kelipatan perhitungan hari lahir bayi menurut hitungan jawa (Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Legi), hari penanggalan masehi (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu).karenaitu setiap 35 hari manusia mengulang hari kelahirannya. Dalam praktiknya tidak jarang acara selapanan dilaksanakan bersamaan dengan upacara aqiqah (bagi umat muslim). Meskipun
sebagian keyakinan beranggapan bahwa aqiqah hanya dilaksanakan sebelum bayi berusia lebih dari 3 hari, tapi pada sebagian masyarakat jawa lainnya, aqiqah dilaksanakan pada saat bayi berusia 35 hari, sehingga pelaksanaan aqiqah dan selapanan dilaksanakan bersamasama. Hadist tentang aqiqah:
ًُُّ و:َسٍُ لَبيٚ ٗ١ٍ اهلل ػٍٝي اٌٍََّ ِٗ ص َ َُْٛ سَس َّ اهلل ػٕٗ أٟػَْٓ سَُّشَ َح سض ,ِِٗمَت١ٌَِٓ ثِؼَمَٙغٍَُب ٍَ ُِشْت ,َُا ُٖ اٌَْخَّْسَخَٚ سََُّّٝس٠َٚ ,ُُذٍَْك٠َٚ ,ِِْٗ ََ سَبثِؼَٛ٠ ُٗ َْٕخ ػ ُ َتُزْث
Dari Samurah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, (hewan aqiqah) itu disembelih hari ketujuh (dari kelahirannya), dicukur, dan diberi nama." Riwayat Ahmad dan Imam empat. (Chafidh, 2006: 45). Selapanan tak lebihnya acara syukuran atas kelahiran bayi. Acara ini meliputi pencukuran rambut bayi, pemotongan kuku bayi disertai bacaan doa dan sholawat, lalu pembagian bancaan.Acara yang pertama kali dilakukan adalah pemotongan rambut, yang memotong rambut bayi pertama kali adalah orangtua bayi (ayah dan ibunya), lalu diikuti kerabat dan sesepuhnya. Dalam acara selapanan adalah rambut bayi dicukur habis, karena rambut bayi yang belum dicukur dianggap
masih bercampur dengan air ketuban. Selain itu alasan lain adalah supaya rambut bayi tumbuh bagus. Namun demikian tidak semua orang tua berani untuk mencukur habis rambut bayinya, karena ubun-ubun bayi di usia ke selapan tersebut masih berdenyut, dan kerangka kepala belum terbentuk secara maksimal. Karena itulah tidak semua masyarakat mencukur habis rambut bayi pada acara selapanan ini. Sebagian masyarakat hanya mencukur beberapa helai rambut secara simbolis saja. Setelah pencukuran rambut, acara dilanjutkan ke pemotongan kuku bayi. Pada saat upacara ini diikuti dengan serangkaian doa dan shalawat nabi, memohon perlindungan kepada Yang Maha Esa. Acara selanjutnya adalah pembagian bancaan (tumpeng dan gudangan). Menurut sebagian masyarakat ritual yang disertai dengan penyajian tumpeng dan gudangan ini tersebut dinamakan bancaan. Bancaan adalah sebuah upacara sederhana tradisi adat masyarakat Jawa yang menyertai sebuah tahapan perkembangan seorang anak. Bancaan biasa dilakukan untuk memperingati hari lahir berdasarkan pada hari pasaran penanggalan Jawa atau wetonan, kemudian ketika anak baru mulai berhenti menyusu pada ibunya atau masa disapih, dan saat-saat khusus seperti ketika seorang anak sering jatuh sakit serta bila seorang anak harus berganti nama. pihak keluarga membagikan bancaan kepada masyarakat sekitarnya, terutama anak-anak. Hal ini karena bancaan dibuat dalam ukuran kecil, dan dibungkus daun pisang,
sehingga sangat cocok untuk diberikan kepada anak-anak kecil. Perasaan gembira seorang anak yang menerima bancaan ini diharapkan memberikan doa pada si bayi agar nantinya kehadirannya membawa kegembiraan pada semua orang. Selain diberikan pada anak kecil, bancaan harus diberikan dalam jumlah yang ganjil, karena angka ganjil dianggap sebagai angka yang membawa keberuntungan. Jadi tradisi bancaan adalah merupakan bentuk simbolisasi rasa syukur dan doa kepada Tuhan yang biasa dilakukan oleh masyarakat tradisional Jawa. Dan sayangnya tradisi bancaan ini sudah mulai kurang di kenal atau dilakukan oleh kalangan masyarakat Jawa sekarang ini, khususnya di kalangan keluarga muda. Bancaan
merupakan
tatanan
serta
tuntunan
tentang
kebersamaan, kerukunan dan kesederhanaan melalui sebuah simbol nasi tumpeng yang dinikmati bersama dan ada doa
yang
menyertainya. Tradisi adat Jawa bancaan ini dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat Jawa dimaksudkan sebagai bentuk pelestarian budaya, yang mereka harapkan dari bancaan ini lebih kepada pengenalan untuk anak-anak supaya tidak lupa asal usul dan akar budayamereka. Sumber:http:/sabdalangit.wordpress.com/2009/11/21/selamatanusiakehamilan/. Diakses tanggal 13 September 2013.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran umum Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang 1. Letak geografis Dusun Sojomerto kidul Desa Sidomulyo termasuk dalam wilayah Kecamatan Salaman yang tidak jauh dari Kota Magelang, apabila ditempuh dengan kendaraan hanya berkisar 20 menit. Desa Sidomulyo memiliki luas wilayah Desa 214,560 Ha terdiri dari: a. Pemukiman
: 72,60 Ha
b. Sawah, ladang dan lainnya : 141,96 Ha Batas wilayah Desa Sidomulyo a. Sebelah utara
: Desa Tanggulrejo Kecamatan Tempuran
b. Sebelah timur
: Desa Ringinanom Kecamatan Tempuran
c. Sebelah selatan
: Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman
d. Sebelah Barat
: Desa Kebonrejo Kecamatan Salaman
Sedangkan untuk batas wilayah Dusun Sojomerto Kidul yaitu a. Sebelah utara
: Dusun Kembaran Desa Sidomulyo
b. Sebelah timur
: Dusun Carikan Desa Ringinanom
c. Sebelah selatan
: Dusun Kedungkepis Desa Sidomulyo
d. Sebelah barat
: Dusun Drojogan desa Sidomulyo
2. Keadaan penduduk
Jumlah penduduk 4066 jiwa dan terdiri dari dari 1163 KK (Kepala Keluarga) a. Laki-laki
: 2069 jiwa
b. Perempuan : 1997 jiwa Tabel 3.1Data penduduk Desa Sidomulyo berdasarkan Jenis Kelamin No
Nama Dusun
Penduduk Perempuan 270
Jumlah
Sojomerto Kidul
Penduduk Laki-laki 332
1. 2.
Sojomerto Lor
227
227
454
3.
Kembaran
327
326
653
4.
Sumberan
277
279
556
5.
Kalangan
251
214
484
6.
Ngadikromo
304
313
598
7.
Drojogan
260
277
537
8.
Kedung kepis
91
91
182
Jumlah
2069
1997
4066
602
3. Keadaan pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat Dusun Sojomerto kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang tergolong menengah kebawah, karena sebagian besar masyarakat hanya tamat SLTP.Meskipun ada juga yang sampai tamat SLTA bahkan sampai perguruan tinggi itu hanya beberapa orang saja.
Dusun Sojomerto kidul sendiri sampai saat ini belum terdapat lembaga pendidikan formal, tetapi di Desa Sidomulyo sudah terdapat 3 Taman kanak-kanak, 2 SD (SD Sidomulyo 1 dan II), 1 MI yaitu MI Maarif Sidomulyo, 1 SLTP yaitu SLTP AL ITTIHAD Sidomulyo, terdapat juga pondok pesantren, antara lain pondok pesantren Azzarqoni dan Pondok Pesantren Darun Najah Sojomerto lor, pondok pesantren At thoyyib di Dusun kembaran, dan Panti Sosial Antasena di dusun Ngadikromo. 4. Keadaan ekonomi Sebagian besar masyarakat Dusun Sojomerto Kidul adalah bemata pencaharian sebagai petani dan buruh.Sedangkan untuk pegawai negeri hanya beberapa orang saja. Penduduk yang lain ada yang berprofesi sebagai pedagang, swasta dan wiraswasta. Tabel 3.2 Data Penduduk Dusun Sojomerto Kidul berdasarkan mata pencaharian No
Mata Pencaharian
Jumlah
1.
Petani
65 orang
2.
Buruh Tani
120 orang
3.
PNS/TNI
21 orang
4.
Buruh Bangunan
15 orang
5.
Pedagang
22 orang
6.
Wiraswasta
20 orang
7.
Swasta
40 orang
8.
Lain-lain
50 orang
5. Keadaan sosial dan keagamaan Masyarakat Dusun Sojomerto kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang mayoritas beragama Islam. Sebagian warga masih kental dengan kegiatan keagamaan antara lain: a. Mujahadah bapak-bapak tiap malam jum’at Kegiatan ini dilakukan tiap malam jum’at, adapun untuk jamaahnya adalah bapak-bapak. Biasanya dilaksanakan secara bergiliran di rumah warga, kecuali tiap malam jum’at kliwon mujahadah dilaksanakan di masjid. Sohibul bait biasanya memberikan makanan berupa kue, tetapi pada waktu-waktu tertentu tuan rumah memberikan kue dan nasi untuk keperluan khaul (mengirim doa) kepada leluhur mereka. b. Mujahadah ibu-ibu tiap malam selasa. Kegiatan keagamaan ini hampir sama dengan kegiatan bapakbapak tiap malam jum’at, tapi jama’ahnya para ibu. Diawali dengan bacaan Al-fatihah, kemudian dilanjutkan dengan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dilanjutkan dengan sambutan tuan rumah. Bacaan tahlil menjadi rangkaian acara yang keempat, sedangkan bacaaan sholawat nabi menjadi acara yang terakhir.Setelah itu baru pemilik rumah memberikan kue kepada jama’ah. c. Mujahadah pemuda tiap malam senin
Para pemuda di Dusun Sojomerto kidul sebagian besar masih aktif dalam kegiatan keagamaan. Dibuktikan dengan kegiatan mujahadah tiap malam senin yang jamaahnya adalah para pemuda. Pelaksanaannya sama dengan mujahadah bapak-dan ibu-ibu. Tiap malam senin kliwon mujahadah juga dilaksanakan di masjid. d. Selapanan bapak-bapak dan ibu-ibu tiap minggu pon Selapanan
minggu
pon
yaitu
kegiatan
pengajian
yang
dilaksanakan tingkat Desa Sidomulyo. Pelaksanaannya dilakukan di masjid-masjid se Desa Sidomulyo, petugasnya juga dibagi tiap Dusun. Jamaahnya tidak hanya bapak-bapak dan ibu-ibu, tapi juga para pemuda juga banyak yang ikut. Acara ini dilakukan tiap ba’da duhur, dengan rangkaian acara yaitu: pembukaan (bacaan Alfatihah), bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, sambutan-sambutan, tahlil dan bacaan kitab (hidayatul bidayah), dan penutup. e. Selapanan ibu-ibu tiap rabu legi (muslimat) Kegiatan ini dilakukan tiap rabu legi, jamaahnya para ibu. Mauidhoh khasanah dalam pengajian ini adalah ibu Hj. Sintok Nabilah ketua muslimat se Kecamatan Salaman.
f. Selapanan fatayat tiap minggu pahing Selapanan ini adalah kegiatan untuk fatayat Desa Sidomulyo, kegiatan ini juga memberikan ketrampilan kepada fatayat untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki, yaitu berani untuk tampil di masyarakat. Ketua fatayat se Desa Sidomulyo yaitu ibu Alfiyah. g. Qur’anan tiap jum’at pahing Kegiatan ini yaitu membaca Al-Qur’an 30 juz secara bersamasama. 6. Stuktur organisasi a. Dusun Sojomerto kidul 1) Kepala Dusun
: M. Nurkholis
2) Ketua RW
: Sabil
3) Ketua RT 01
: Muryadi
4) Ketua RT 02
: Sabar
5) Ketua RT 03
: Makpul
6) Ketua RT 04
: Mukholis
b. Desa Sidomulyo Kepala Desa H. Mahfudh Sekretaris Desa Suharto
B. Upacara-Upacara kelahiran Di Dusun Sojomerto kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang 1. Pemahaman tentang Upacara-upacara kelahiran di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang a. Upacara Ngapati Menurut G.R yaitu warga Dusun Sojomerto Kidul, yang ditemui pada tanggal
18 september 2013 jam 11.00 WIB, yang sedang
mengandung 4 bulan. “ Ngapati itu pada saat hamil empat bulan ruh ditiupkan ke dalam rahim ibu, jadi untuk mensyukuri nikmat itu ngapati dilakukan” Ditambahkan oleh M.K sebagai tokoh masyarakat yang ditemui pada tanggal 18 September 2013 pada jam 14.00 WIB, “Ngapati yaitu
selamatan kalau umur kandungan sudah 4 bulan, biasanya dalam acara ini ada menu ketupat dan jenang abang putih, tetapi apabila tidak memiliki dana pemilik rumah hanya membuat jenang abang yang diberikan kepada tetangga”. Jadi upacara ngapati adalah selamatan yang dilakukan pada saat usia kandungan memasuki 4 bulan, dengan memberikan makanan kepada tetangga berupa ketupat dan jenang abang putih, tetapi apabila tidak memiliki dana lebih pemilik rumah pemilik rumah hanya membuat jenang abang. b. Upacara Mitoni Berdasarkan hasil wawancara kepada F.M tanggal 19 September 2013 jam 10.00 WIB sebagai calon ibu yang telah melaksanakan tradisi mitoni. “Mitoni itu berasal dari pitu yang artinya kehamilan usia ketujuh. Pelaksanaannya kalau usia kandungan tujuh bulan atau lebih. Setiap orang itu memiliki kemantapan tersendiri untuk melaksanakannya, kalau pas tidak ada uang biasanya hanya membuat jenang abang dan nasi gudangan, itupun biasanya hanya dilakukan pada kehamilan anak pertama”. Mitoni dilaksanakan pada kehamilan usia ketujuh atau masuk usia ke delapan kehamilan. Bagi sebagian orang masih ada yang melakukan upacara ini secara komplit, akan tetapi kebanyakan orang hanya melakukan ritual secara sederhana. c. Upacara Brokohan Sebagai tokoh masyarakat S.B yang ditemui pada tanggal 19 September 2013 jam 16.00 mengenai brokohan.“Brokohan berasal
dari kata barokahan, maksudnya berkah karena bayi lahir selamat dan ibu yang melahirkan sehat. Kalau bayi sudah dibawa pulang, ari-ari di kubur, lalu membuat nasi gudangan, kalau ada dengan menyembelih ayam kampung”. Upacara brokohan yaitu berkah karena bayi telah lahir dengan selamat, ibu yang melahirkan juga sehat. Setelah bayi lahir, yang dimulai dengan mengubur ari-ari, kemudian membagikan makanan kepada tetangga. d. Upacara Puputan/kekerik Menurut M.P adalah tokoh masyarakat yang ditemui tanggal 20 September jam 19.00 WIB tentang puputan yaitu,“Puputan itukalau di Dusun Sojomerto Kidul biasa disebut kekerik yang maksudnya kerikan (ngerik rambut bayi) sekaligus memberi nama bayi”. Jadi upacara puputan adalah pemberian nama bayi dengan mencukur beberapa helai rambut saja. e. Upacara Selapanan I.S yang ditemui pada tanggal 20 September 2013 jam 20.00 WIB menyatakan “Upacara selapanan adalah upacara pada saat bayi berumur 35 hari, bayi dicukur (digundul) oleh dukun bayi. Asung bekti kepada dukun bayi yang telah membantu persalinan dan merawat bayi dan ibu selama selapan (35 hari), dukun bayi diberi beras, uang, dan ayam hidup, tetapi kembali kepada kemampuan sang pemilik rumah, apabila hanya mampu memberi uang saja, itupun tidak masalah. Belum banyak warga yang melakukan aqiqah pada saat upacara selapanan, karena
belum punya uang.Untuk seterusnya anak di bawah 5 tahun juga masih dibuatkan bancaan, setiap weton(perhitungan jawa)”. Jadi upacara selapanan dilaksanakan pada saat bayi berumur 35 hari, dengan mencukur seluh rambut bayi, serta memberikan tanda terima kasih kepada dukun bayi. Setiap peringatan hari kelahiran menurut perhitungan jawa, masyarakat Dusun Sojomerto Kidul memberikan bancaan kepada tetangga.
2. Waktu pelaksanaan Upacara-upacara kelahiran di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang a. Upacara Ngapati Pelaksanaan ngapati yaitu pada usia kandungan 4 bulan. Untuk harinya boleh kapan saja asalkan tidak hari jum’at. b. Upacara Mitoni Penyelenggaraan upacara mitoni yaitu pada usia tujuh bulan atau lebih, menurut R.K yang ditemui pada tanggal 21 september 2013 jam 10.00 WIB. “Upacara mitoni dilakukan harus sesuai dengan peraturan adat jawa, yaitu malam sabtu wage. Apabila dengan melakukan siraman, upacara ini dilakukan sejak hari jum’at siang”. c. Upacara Brokohan Upacara ini dilaksanakan setelah bayi lahir, begitu bayi sudah di bawa pulang dari bidan/rumah sakit. d. Upacara Puputan
Puputan puser/cuplak
biasanya
dilakukan
puser.Waktunya
apabila
biasanya
bayi
malam
sudah
puput
hari
(ba’da
maghrib/ba’da isya) e. Upacara Selapanan Upacara selapanan dilaksanakan pada bayi usia selapan (35 hari) atau pada saat memperingati hari lahir anak di bawah lima tahun. 3. Perlengkapan Upacara-upacara kelahiran di Dusun Sojomerto Kidul Sidomulyo kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Perlengkapan yang digunakan pada upacara-upacara kelahiran di tiap daerah berbeda-beda. Namun, sebetulnya intinya adalah sama yaitu doa, untuk mohon perlindungan kepada Allah agar semua selamat dan sehat. Perlengkapan yang digunakan di Dusun Sojomerto Kidul adalah sebagai berikut: a. Upacara Ngapati 1) Ketupat 2) Jenang abang dan jenang putih 3) Nasi gudangan b. Upacara Mitoni 1) Perlengakapan ditempat mandi atau siraman yaitu kembang boreh, kain jarid yang dipakai calon ibu 2) Perlengkapan pada saat selamatan/kendurenan a) Pasung procot b) Jenang klekar
c) Pindang brol d) Jajan pasar e) Dawet f) Kolak waluh g) Kwali (tempat dari tanah liat) c. Upacara Brokohan Perlengkapan untuk mengubur ari-ari: 1) Daun dadap srep 2) Kain mori 3) Beras 4) Uang 5) Lampu Untuk selamatan, pemilik rumah menyembelih ayam kampung, dan nasi beserta lauk pauk yang dibagikan kepada kerabat dan tetangga. d. Upacara Puputan Perlengkapan yang digunakan untuk acara puputan yaitu 1) Gunting untuk mencukur rambut bayi 2) Bunga, minyak wangi, air yang ditaruh di mangakok untuk meletakkan rambut bayi yang baru saja dicukur. 3) Untuk selamatan: Nasi golong ,jenang abang, nasi dengan lauk pauk dan jajan pasar. e. Upacara Selapanan
Pada waktu selapanan umumnya hanya mengadakan selamatan saja, Jadi perlengkapan yang digunakan yaitu pemilik rumah hanya menyediakan nasi gudangan dan lauk pauk, kadang-kadang ada juga yang membuat jenang abang. 4. TEMUAN PENELITIAN Pelaksanaan upacara-upacara kelahiran di Dusun Sojomerto Kidul sama halnya dengan Dusun-dusun sekitar Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman, hanya sedikit perbedaan dari sajian atau perlengkapan saja dalam pelaksanaannya. Bagi orang yang memiliki dana lebih biasanya pelaksanaan upacara-upacara kelahiran itu selalu dilaksanakan secara komplit, tapi kebanyakan dari masyarakat Dusun Sojomerto Kidul lebih memilih untuk melakukan selamatan secara sederhana. Khususnya untuk pasangan suami istri yang masih muda. 1. Upacara Ngapati Setelah peneliti melakukan wawancara langsung kepada calon ibu yang sudah melaksanakan tradisi ngapati pada tanggal 26 Agustus 2013,rangkaian acara pada tradisi ini yaitu hanya diadakan selamatan atau kendurenan yang didatangi oleh bapak-bapak. Upacara ini dimulai dengan pembukaan (bacaan Al Fatihah) dan bacaan Al-Qur’an yaitu surat Maryam dan surat Yusuf. Dipimpin oleh Bapak Kyai Rifai. Selain ketupat, pemilik rumah membuat jenang abang dan jenang putih untuk disajikan kepada warga yang datang. 2. Upacara mitoni
Dijelaskan oleh M.R wawancara tanggal 21 September 2013 jam 16.00 WIB. Rangkaian upacara mitoni yang masih dilaksanakan di Dusun Sojomerto Kidul. “Upacara yang pertama kali adalah siraman calon ibu. Siraman ini dilakukan oleh suami, orang tua selanjutnya para sesepuh dusun.Calon ibu memakai kain (jarid) yang dililitkan (kemben) pada tubuhnya.Air untuk siraman ini adalah air yang sudah diisi dengan kembang boreh. Maksud upacara ini adalah meminta doa restu agar suci lahir batin. Setelah siraman selesai, calon ibu digendong oleh suami ke ruang tengah/ruang keluarga untuk ganti pakaian, yang terakhir dilakukan setelah siraman yaitu calon ibu didandani”. Masyarakat Dusun Sojomerto Kidul masih menggunakan sajian atau makanan-makanan yang mempunyai maksud tertentu. a. Pasung procot, makanan yang terbuat dari tebung beras dan gula jawa yang dibungkus dengan daun kelapa muda (janur), maksud dari makanan ini adalah agar pada waktu melahirkan langsung procot, yaitu bayi lahir dengan lancar dan selamat. b. Jenang klekar adalah makanan yang terbuat dari tepung beras dan pisang yang masih utuh. Pisang itu sengaja tidak dipotong dengan maksud agar bayi dilahirkan utuh tanpa kurang suatu apapun (fisiknya), dan bayi yang dilahirkan bisa klekaran, tidak telungkup/ miring. c. Pindang brol yaitu makanan dari pohon talas yang diambil dari akar sampai daun, tidak ada yang dibuang, setelah itu direbus dan langsung disajikan. Maksudnya adalah agar pada waktu melahirkan bisa keluar semua , termasuk ari-ari.
d. Jajan pasar (biasanya tiwul, srinthil) dan dawet: dalam makanan itu ada santan dari kelapa, tak lain kelapa dari akar sampai daun dapat diambil manfaatnya, begitu juga bayi yang akan lahir semoga dapat bermanfaat bagi agama dan negara. e. Kolak waluh: waluh adalah buah yang pohonnya kecil tapi buahnya besar, Diharapkan kelahiran bayi mendapat berkah yang banyak dari Allah SWT. f. Kwali (tempat dari tanah liat), tempat ini diisi dengan semua makanan yang telah dibuat, termasuk nasi dan lauk pauk. Acara selanjutnya yaitu selamatan pada malam hari, pemilik rumah mengundang para warga khususnya bapak-bapak. Bapak kyai memimpin tahlil dan doa memohon keselamatan untuk bayi dan calon bayi. Kwali yang sudah diisi dengan aneka makanan yang sudah dibuat. Setelah pembacaan doa selesai biasanya kwali di pecah di halaman rumah, tetapi sekarang sudah tidak lagi, karena menurut sejumlah warga hal itu tidak bermanfaat apa-apa, justru mubadzir karena membuang makanan. Setelah acara selesai para warga diberikan berkat (nasi dan lauk pauk serta semua makanan yang telah disiapkan, yang ditaruh dalam cething) oleh tuan rumah dengan tujuan meminta restu dari para warga agar calon ibu bisa mudah melahirkan dan calon bayi lahir dengan selamat serta kelak menjadi anak yang sholeh/sholehah.
3. Upacara Brokohan Upacara ini dilaksanakan setelah bayi lahir, Bapak M.K.H yang ditemui pada tanggal 20 September 2013 jam 10.00 WIB, istrinya baru saja melahirkan pada tanggal 16 September 2013. Brokohan maksudnya mendapat barokah/berkah dari Gusti Allah karena bayi lahir dengan selamat, ibunya juga sehat.Setelah bayi dibawa pulang dari bidan, nenek bayi membuatkan nasi kluban (gudangan) yang diberikan kepada warga. “Saya mempersiapkan lubangan untuk mengubur ari-ari, tempat untuk ari-ari kalau dahulu yang dipakai adalah buah kelapa muda yang dipotong atasnya, tetapi sekarang umumnya menggunakan kendil (tempat dari tanah liat) yang didalamnya diletakkan beras, uang, jarum, daun dadap srep yang dibungkus dengan kain putih (kain mori)”. Untuk beberapa hari tempat itu diberi lampu siang malam, maksudnya dari barang-barang dan yang dimasukkan ke dalam kendil itu adalah untuk pelindung dari binatang. Bagi bayi laki-laki ari-ari dikubur disebelah kanan rumah, karena sebagai laki-laki kelak akan menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap keluarganya, dilambangkan dengan tangan kanan. Sedangkan untuk bayi perempuan ari-ari dikubur di sebelah kiri rumah, yaitu sebagai perempuan kelak bertugas untuk menjaga harta dan kehormatan dalam keluarga. 4. Upacara Puputan Berdasarkan hasil wawancara tanggal 22 september 2013 jam 10.00 WIB dengan H.P yang baru saja memiliki bayi, yang lahir pada tanggal 16 September 2013, upacara puputan telah dilaksanakan pada hari minggu pukul 19.00 WIB dirumahnya.
“Rangkaian acaranya adalah saya mengundang warga untuk datang, bacaan untuk upacara ini adalah serokalan yaitu bacaan sholawat nabi. Bayi saya gendong kemudian dibawa keluar untuk dicukur (dikerik) rambutnya, tapi tidak semua dicukur, hanya beberapa helai saja.Untuk meletakkan rambut yang sudah dicukur adalah mangkok kecil yang diisi dengan air, bunga dan minyak wangi. Pada saat itu bayi resmi dikasih nama, nama putri saya Tsaniatuz Zahra”. Kekerik di Dusun Sojomerto Kidul yaitu bermaksud memberi tahu para tetangga dan kerabat kalau bayi yang baru lahir sudah dikerik, artinya sudah diberi nama. 5. Upacara Selapanan Pada upacara ini warga Sojomerto Kidul melakukan asung bekti kepada dukun bayi yang telah merawat bayi dan ibu selama 35 hari. Wawancara kepada S.M pada tanggal 22 September 2013 jam 19.00 WIB. “Wujud rasa terima kasih itu, saya dukun bayi diberi satu ekor ayam kampung hidup, 5kg beras, dan memberi sejumlah uang”. Bayi yang sudah berumur 35 hari itu dicukur habis oleh dukun bayi yang merawatnya.
Untuk
upacara
selamatan,
ibu
sang
bayi
hanya
menyediakan gudangan dan jenang abang yang dibagikan kepada tetangga dan kerabat. Menurut P.S yang ditemui pada tanggal 22 September 2013 jam 16.00 WIB.“Pamongan berasal dari kata pamomong, yang artinya sing momong (yang merawat), maksudnya agar bayi selalu ingat dengan yang merawat, dan yang merawat ingat dengan hari kelahiran anak”. Pamongan sama halnya dengan bancaan, yaitu nasi tumpeng dan gudangan. Nasi ini diletakkan dalam eblek yang dialasi daun pisang,
pemilik rumah biasanya meletakkan telur ayam jawa yang dipotong kecil-kecil, kemudian mengundang anak-anak kecil untuk mengepung nasi itu.Sebelum memulai makan, pemilik rumah meminta agar anakanak kecil itu mendoakan anaknya, setelah selesai pemilik rumah memberikan
uang
kepada
anak-anak
itu
dan
pulang
dengan
menangis.Maksud anak-anak itu menangis agar anak yang baru saja di buatkan pamongan tidak gampang menangis karena tangisan sudah dibawa oleh anak-anak kecil itu.Kenyataan yang terjadi bahwa setiap balita yang sudah dibuatkan pamongan maka anak tidak rewel lagi.Kondisi ekonomi yang tidak mendukung membuat warga Dusun Sojomerto Kidul tidak bisa melaksanakan aqiqah pada saat upacara selapanan, sampai saat ini hanya beberapa orang saja yang melaksanakan aqiqah pada saat selapanan.
BAB IV PEMBAHASAN
Kebudayaan jawa telah ada sejak zaman prasejarah. Datangnya Hindu dengan kebudayaannya di pulau jawa melahirkan kebudayaan HinduJawa dan dengan masuknya Islam, maka kebudayaan jawa menjadi sifat sinkretis yang memadukan unsur-unsur asli jawa, Hindu-Jawa dan Islam dalam satu kebudayaan jawa (Sarjono, 1999:4). Upacara-upacara dalam Hindu tampak memilki kekuatan magic, yang diwujudkan dalam bentuk sesaji, sedangkan doa merupakan inti ibadah dalam Islam, keduanya menjadi tradisi di kalangan Islam jawa.
Hubungan antara budaya jawa dan Islam dalam aspek kepercayaan ritual menunjukkan secara jelas baik langsung maupun tidak langsung bahkan memang telah terjadi dalam kehidupan keberagaman orang jawa sebagai suatu upaya untuk mengakomodasikan antara nilai-nilai Islam dengan budaya pra-Islam.
Kebudayaan jawa merupakan media pendidikan untuk mewariskan, meneruskan dan mengajarkan nilai-nilai kepada generasi penerus. Kebudayaan dapat diturunkan kepada generasi penerus lewat proses belajar yaitu melalui proses melihat dan meniru tingkah laku orang lain. Cara ini digunakan secara turun temurun dari waktu kewaktu sampai saat ini.
Kemudian tanpa disadari metode tersebut ternyata merupakan suatu warisan budaya yang dapat dibanggakan.
Kebudayaan Jawa sarat dengan simbol agar mudah diingat, simbol adalah segala sesuatu (benda, peristiwa, kelakuan atau tindakan manusia, ucapan) yang telah ditempeli sesuatu arti tertentu menurut kebudayaan yang bersangkutan. Simbol adalah komponen utama perwujudan kebudayaan karena setiap hal yang dilihat dan dialami oleh manusia itu sebenarnya diolah menjadi serangkaian simbol-simbol yang dimengerti oleh manusia. Masyarakat Dusun Sojomerto kidul masih kental dengan ritual budaya jawa, terkait upacara-upacara kelahiran dan dalam pelaksanaannya menggunakan simbol-simbol dengan maksud agar dimengerti oleh para generasi muda. Akan tetapi karena perubahan pola pikir, mereka cenderung tidak mengerti akan makna dari simbol-simbol tersebut, bahkan mereka tidak lagi melaksanakan tradisi yang masih berlaku dan ingin membersihkan praktik Islam dari budaya-budaya jawa karena budaya itu dianggap sebagai bid’ah. A. Logika dalam budaya jawa yang terdapat dalam upacara-upacara kelahiran di Dusun Sojomerto Kidul antara lain: 1. Kesamaan bunyi pada kata pitu yaitu pitulungan, pada kata ketupat yaitu papat, dan brokohan yaitu barokahan.
2. Kesamaan gambaran
a. Upacara ngapati 1) Jenang abang dan jenang putih yang melambangkan sel darah merah yaitu ibu dan sel darah putih yaitu ayah 2) Nasi gudangan melambangkan agar bayi selalu dalam keadaan segar d. Upacara mitoni 1) Pasung procot, agar pada waktu melahirkan langsung procot, yaitu bayi lahir dengan lancar dan selamat. 2) Jenang klekar, dengan maksud agar bayi dilahirkan utuh tanpa kurang suatu apapun (fisiknya), dan bayi yang dilahirkan bias klekaran tidak telungkup/miring. 3) Pindang brol, maksudnya adalah agar pada waktu melahirkan bias keluar semua, termasuk ari-ari. 4) Jajan pasar, begitu juga bayi yang akan lahir semoga dapat bermanfaat bagi agama dan Negara. 5) Kolak waluh, diharapkan kelahiran bayi mendapat berkah yang banyak dari Allah SWT. e. Upacara brokohan 1) Beras dan uang melambangkan agar anak yang baru lahir kelak mendapat rezeki yang banyak. 2) Daun dadap srep melambangkan, agar anak tidak mudah kena penyakit.
3) Jarum dan lampu melambangkan tajamnya fikiran anak, agar menjadi anak yang cerdas. 4) Kain mori melambangkan hati yang bersih dan suci, agar anak tidak memiliki sifat yang buruk. f. Upacara puputan 1) Bunga dan minyak wangi melambangkan bahwa nama anak akan harum seperti bunga dan minyak wangi. 2) Nasi golong melambangkan bulatan tekad untuk anak menghadapi hidup. g. Upacara selapanan, nasi gudangan melambangkan agar anak selalu dalam keadaan segar. B. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam upacara-upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Nilai Illahiyah adalah nilai yang dititahkan Tuhan melalui para rasul-Nya, yang berbentuk takwa, iman, adil yang diabadikan dalam wahyu Illahi. Nilai Illahiyah yaitu mengandung nilai kemutlakan bagi kehidupan manusia selaku pribadi dan selaku anggota masyarakat. Pada nilai ini, tugas manusia adalah menginterpretasikan nilai-nilai yang terdapat dalam Al Qur’an. Nilai insani adalah nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup berkembang dari peradaban manusia. Nilai-nilai insani yang
kemudian melembaga menjadi tradisi-tradisi yang diwariskan turuntemurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya. Firman Allah dalam Q.S Lukman ayat 13-14,
ٌُ ٍُْن ٌَظ َ ِْْ اٌشِّش َّ هلل إ ِ َّ الَتُشْشِنْ ثِبََُٟٕبث٠ َُُٗؼِظ٠ ََُٛ٘ٚ ِٗ ِْْٕ الث ُ ي ٌُمَّْب َ َإِرْلَبٚ ُٗ ٌَُفِصَبٚ ٍَْٓ٘ٚ ًٍَََْٕٝ٘ب ػٚ ُُُِّْٗ ِٗ دٍَََّتْ ُٗ أ٠ََاٌِذَِْٕٛب ْاإلِٔسَبَْ ث١ََّصَٚٚ ٌُ ١ِػَظ ُش١ِ اٌَّْصَٝ َّ ٌِه إ َ ْ٠ََاٌِذٌَِٛٚ ٌِٟ ْ اشْىُ ْش ِ َٓ أ ِ ْ١َِ ػَبِٟف “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah kedzaliman yang besar”. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu”. (Q.S Lukman ayat 13-14) Berdasarkan nilai Illahi dan nilai insani di atas, nilai-nilai pendidikan Islam dalam upacara-upacara kelahiran adalah meningkatkan keimanan serta lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta lebih bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada masyarakat. Dalam pelaksanaan upacara-upacara kelahiran, masyarakat Dusun Sojomerto Kidul melakukannya sebagai tradisi yang telah turun-temurun tetapi tetap berpegang teguh pada Al Qur’an dan Sunnah. Pendidikan untuk anak
yaitu agar berbuat baik kepada orang tua, terutama ibu yang telah mengandungnya selama sembilan bulan. Secara lebih rinci penulis memaparkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam upacara-upacara kelahiran di Dusun Sojomerto Kidul. 1. Upacara ngapati Upacara ini dilaksanakan dengan maksud mensyukuri nikmat Allah, karena usia kehamilan sudah memasuki usia keempat, dimana telah ditiupkan ruh kedalam rahim ibu, sehingga sebagai calon ibu harus lebih berhati-hati dalam merawat kandungannya. Dalam upacara ini juga diajarkan untuk bersedekah, dimana dengan bersedekah, Allah akan melipatgandakan rezeki.
ٍمَّثَلُ الَّذِيهَ يُىفِقُىنَ َأمْىَاَلهُمْ فِي سَبِيلِ اهللِ َكمَثَلِ ح ََّبة ُعف ِ ت سَبْعَ سَىَابِلَ فِي كُلِّ سُىبَُلةٍ ِّماْ َئةُ ح ََّبةٍ وَاهللُ يُضَا ْ َأَوبَت ٌِلمَه يَشَآءُ وَاهللُ وَاسِعٌ عَلِيم “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, MahaMengetahui”. (Q.S Al Baqarah: 261) Nilai-nilai pendidikan Islam
juga terkandung dalam symbol
jenang abang dan jenang putih yang memiliki makna bahwa manusia terdiri dari sel darah merah yaitu ibu dan sel darah putih yaitu ayah.
2. Upacara mitoni a. Dalam upacara siraman, sebagai calon ibu adalah pembersihan diri secara lahir batin, agar terhindar dari hal-hal buruk yang tidak diinginkan, serta merupakan media permohonan doa restudari orang tua dan para sesepuh. b. Dalam selamatan, makna secara simbolis makanan-makanan dalam upacara mitoni yaitu mengandung harapan untuk keselamatan ibu dan anak. 3. Upacara brokohan Dalam penguburan ari-ari ada tata cara, apabila bayi laki-laki dikubur di sebelah kanan rumah, yang melambangkan tangan kanan, yaitu sebagai seorang laki-laki kelak akan bertanggung jawab terhadap keluarga. Sedangkan penguburan ari-ari untuk bayi perempuan di sebelah kiri yang melambangkan tangan kiri, yaitu sebagai seorang perempuan memiliki tanggung jawab untuk menjaga harta dan kehormatan keluarga. 4. Upacara puputan Terdapat nilai pendidikan kepada anak untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi hidup. 5. Upacara selapanan 1) Asung bekti kepada dukun bayi merupakan tanda terima kasih agar kita ikhlas memberi.
2) Acara pamongan memiliki nilai agar anak selalu ingat dengan yang merawat, begitu juga sing momong agar selalu ingat dengan hari kelahiran anak.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian dan berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, maka penulis dapat memberikan kesimpulan tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam upacara-upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita yaitu antara lain: 1. Proses pelaksanaan upacara-upacara kelahiran di Dusun Sojomerto Kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Masyarakat Dusun Sojomerto Kidul melaksanakan upacara-upacara kelahiran sejak masa kehamilan yaitu ngapati dan mitoni, sedangkan setelah melahirkan adalah brokohan, puputan dan selapanan. Masing-masing upacara kelahiran memiliki tujuan agar bayi dan ibu sehat dan selamat dan dilaksanakan dengan nuansa ibadah dan Islami tanpa mengarah pada perbuatan syirik, karena tetap berpegang pada Al Qur’an dan Hadist. 2. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam upacara-upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita di Dusun Sojomerto kidul Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang antara lain adalah iman, takwa, ikhlas, syukur, tanggung jawab, silaturahmi dan sedekah.
B. Saran-saran Diharapkan studi tentang upacara-upacara kelahiran sejak masa prenatal sampai balita dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut
dari segi lain, sehingga dapat memberikan gambaran lengkap pada makna upacara-upacara kelahiran yang berupa nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam upacara tersebut. Untuk itu pengharapan penulis adalah sebagai berikut: 1. Upacara-upacara kelahiran dapat terus dilaksanakan untuk melestarikan budaya jawa karena di dalamnya terdapat nilai-nilai positif yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Dalam pelaksanaan upacara-upacara kelahiran yang dilakukan di Dusun Sojomerto kidul diharapkan masyarakat mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 1992. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Al Qur‟an Terjemah. 2007. Departemen Agama RI Amin, Darori, 2000. Islam & Kebudayaan Jawa, Jakarta: Gama Media
Amir Faisal, Yusuf, 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press Anshori, Endang Saifuddin, 1989.Kuliah al-Islam, Bandung: Perpustakaan Salman ITB Barnadib, Sutari Imam. 1986. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Chafidh, Muhammad Afnan & A. Ma’ruf Asrori. 2006. Tradisi Islami Panduan Prosesi Kelahiran, Perkawinan & Kematian. Surabaya: Khalista Daradjat, Zakiah. 1995. Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah. Jakarta: PT.Remaja Rosdakarya Djumransjah & Abdul Malik Karim Amrullah. 2007. PENDIDIKAN ISLAM Menggali “Tradisi”, Meneguhkan Eksistensi. Malang: UIN Malang Press. Jalaludin, 2001. Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Koentjaraningrat, 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan Milles, Mattew B dkk.1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: PT UI press
Moleong, L.J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosda Karya Muhyiddin, Abdul Mutholib. 1981. Sendi Islam. Medan. Fajar Islamiyah
Muhaimindan Abdul Mujib, 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya Nawawi, Imam. 2005. Terjemahan Hadits Arba‟in dan Maknanya. Solo: Smart Media. Purwadarminta. WJ.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke-3. Jakarta. Balai Pustaka Purwadi, 2005.Upacara Tradisional Jawa.Yogyakarta: Pustaka pelajar Purwadi, 2007. Ensiklopedi Adat-istiadat Budaya Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka Purwanto, Ngalim. 1988. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Karya Sarjono, Agus R. 1999. Pembebasan Budaya-Budaya Kita, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Simuh, 2003. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, Jakarta: Teraju.
Suharsimi Arikunto. 1987. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara Suprayoga, Imam dan Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. PT Remaja Rosdakarya. Bandung Supriyanto, Widodo. 2001 Pendidikan Islam: Teoritis Dan Praktis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Zaini, Sjahminan. 1986. Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia Zainuddin.1991. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. Jakarta: Bina Aksara http://www.sarkub.com/2012/tradisi-ngapati-4-bulan-kehamilan
http://lanangingjagad/blogspot.com/2010/04/blog.html/tradisimitoni
http//jawatimuran.wordpress.com/2011/10/23/sepasaran/puputan.tradisi. budaya.jawatimuran http://sabdalangit.wordpress.com/2009/11/21/selamatan-usiakehamilan
Pedoman Wawancara
A. Identitas Responden Nama
: .......................
Jenis kelamin
: .......................
Waktu pelaksanaan : ........................ B. Panduan Wawancara 1. Apakah yang disebut upacara ngapati di Dusun Sojomerto Kidul? 2. Apakah yang disebut upacara mitoni di Dusun Sojomerto Kidul? 3. Apakah yang disebut upacara brokohan di Dusun Sojomerto Kidul? 4. Apakah yang disebut upacara puputan di Dusun Sojomerto Kidul? 5. Apakah yang disebut upacara selapanan di Dusun Sojomerto Kidul? 6. Apa saja yang dilakukan masyarakat Dusun Sojomerto Kidul pada saat upacara mitoni? 7. Apakah upacara mitoni di Dusun Sojomerto Kidul bisa dilaksanakan sewaktu-waktu? 8. Apa saja yang dilakukan masyarakat Dusun Sojomerto Kidul pada saat upacara brokohan? 9. Apa saja yang dilakukan masyarakat Dusun Sojomerto Kidul pada saat upacara puputan? 10. Apa saja yang dilakukan masyarakat Dusun Sojomerto Kidul pada saat upacara selapanan?
Hasilwawancara
Nama
: Gesang Rahayu
Jenis kelamin
: Perempuan
Waktu wawancara
: 18 September 2013 jam 11.00 WIB
1. Pertanyaan : Apakah yang disebut upacara ngapati di Dusun Sojomerto Kidul? 2. Jawaban
:Yang saya tahu, pada saat hamil empat bulan ruh ditiupkan ke dalam rahim ibu mbak, jadi untuk mensyukuri nikmat itu ngapati dilakukan.
Nama
: Mukholis
Jenis kelamin
: Laki-laki
Waktu wawancara
: 18 September 2013 jam 14.00 WIB
1. Pertanyaan : Apakah yang disebut upacara ngapati di Dusun Sojomerto Kidul? 2. Jawaban
: Ngapati ki intine yo slametan mb, nek umur kandungan wis patang sasi. Biasane pas slametan kui do gawe kupat karo gawe jenang abang putih. Tapi nek pas ora duwe duit yo teko sakmampune, paling mung ngekei jenang abang ning tanggane.
Nama
: Fifing Meistiana
Jenis kelamin
: Perempuan
Waktu wawancara
: 19 September 2013 jam 10.00 WIB
1.
Pertanyaan : Apakah yang disebut upacara mitoni di Dusun Sojomerto Kidul?
2.
Jawaban: Mitoni itu berasal dari kata pitu yang artinya kehamilan usia ketujuh, selamatan yang dilakukan kalau usia kandungan sudah masuk tujuh bulan atau lebih masing- masing orang kan kudu mantep mbak kalau mau melakukan sebuah tradisi, kadang kalau ga ada biaya juga ga pakai mitoni. Biasanya cuma pas hamil anak pertama aja mbak, kalau udah kedua ketiga paling Cuma buat jenang abang sama buat nasi gudangan.
Nama
: Sabar
Jenis kelamin
: Laki-laki
Waktu wawancara
: 19 September 2013 jam 16.00 WIB
1. Pertanyaan: Apakah yang disebut upacara brokohan di Dusun Sojomerto Kidul? 2. Jawaban: Brokohan kui asline barokahan, maksude ben bayi karo ibune sehat lan slamet. Coro kene brokohan kui nek bayi wis lahir, njuk wis digowo mulih ari-ari njuk dipendhem, karo gawe sego kluban, nek duwe nyembelih pitik jowo njuk didumke tonggone.
Nama
: Makpul
Jenis kelamin
: Laki-laki
Waktu wawancara
: 20 September 2013 jam 19.00 WIB
1.
Pertanyaan: Apakah yang disebut upacara puputan di Dusun Sojomerto Kidul?
2.
Jawaban: Nek ting mriki puputan niku kekerik mbak, maksude kerikan/ngerik rambut bayi pas ajeng jenengi.
Nama
: Iswanto
Jenis kelamin
: Laki-laki
Waktu wawancara
: 20 September 2013 jam 20.00 WIB
1.
Pertanyaan : Apakah yang disebut upacara selapanan di Dusun Sojomerto Kidul?
2.
Jawaban: Upacara selapanan ki nek bayi wis umur selapan dino, njuk bayi di gundul, sing gundul dukune bayi. Biasane pas selapan dino wong sing bar babaran ngekei asung bekti karo dukune bayi, nek duwe, dukun bayi dikei beras, duit, karo pitik urip siji, tapi nek raduwe yo mung duit wae rapopo. Ning Sojomerto kene during akeh sing nglakoni aqiqah pas selapanan, soale mergo hurung duwe duit, paling mung gawe bancaan, yo sego kluban kui njuk di bagekke tonggone karo sedulure. Nek pas wetone bocah nganti bocah umur 5 tahun yo isih digawekke bancaan.
Nama
: Rikanah
Jenis kelamin
: Perempuan
Waktu wawancara
: 21 September 2013 jam 10.00 WIB
1.
Pertanyaan: Apakah upacara mitoni di Dusun Sojomerto Kidul bisa dilaksanakan sewaktu-waktu?
2. Jawaban: Wong sing arep mitoni kudu golek dino sing apik ,umume ning kene dino malam sabtu wage, tapi nek arep karo siraman awit jum‟at awan.
Nama
:Marsono
Jenis kelamin
: Laki-laki
Waktu wawancara
: 21 September 2013 jam 16.00 WIB
1. Pertanyaan: Apa saja yang dilakukan masyarakat Dusun Sojomerto Kidul pada saat upacara mitoni? 2. Jawaban: Nek mitoni anak pertama biasane yo gowo siraman, sing pertama gebyur yo bojone, wong tuone, njuk wong sing dianggep tuo ning dusune, le gebyur go banyu kembang boreh. Wong sing gek meteng kembenan gowo jarid, nek wis rampung njuk digendong mlebu karo bojone nang senthong tengah nek biyen, nek saiki yo ruang tengah, njuk ganti klambi. Terakhir calon ibu kui didandani, yo ming wedhaan. Intine njaluk restu karo wong tuo ben adoh seko gangguangangguan lan resik lahir batin. Pas slametan, biasane isih nganggo panganan-panganan sing ono maksude, 1. Pasung procot: ben lahire mak procot 2. Jenang klekar : Seko glepung beras dikei gedang utuh, maksude ben bayine utuh ora kurang opo-opo, lan iso mak klekar, ora miring/mengkurep. 3. Pindang brol : Kimpul sakwite sing digodok, ben kabeh iso metu, ari-arine barang.
4. Jajan pasar
: Thiwul, srinthil, dawet maksude
kabeh panganan kui gowo santen, seko kambil. Kambil kui raono sing di guwang, kabeh ono manfaate, sing dikarepke bayi sing arep lahir mugomugo dadi bocah sing bekti karo wong tuo, manfaat kanggo agomo lan negoro. 5. Kolak waluh
: waluh kui wite cilik, ning buahe
gede, dadi maksude lahire bayi kui mugo-mugo entuk berkah sing akeh seko Gusti Allah SWT. 6. Kwali : diisi panganan sing digawe mau, biasane gowo kwali sing anyar. Bengine pas slametan, tuan rumah ngundang tonggone kon moco tahlil. Pak kyai yo disuwuni kon doakke mugo-mugo calon bayi karo ibune slamet. Nek biyen kwali mau dipecah ning ngarep omah, tapi saiki wis ora, mergo akeh sing ora setuju, wong panganan kok diguwangguwang. Sakwise rampung tonggo mau dikei berkat, sego saklawuhe karo panganan sing digawe mau dielehke nang cething.
Nama
: Hani Prasetyo
Jenis kelamin
: Laki-laki
Waktu wawancara
: 22 September 2013 jam 10.00 WIB
1.
Pertanyaan: Apa saja yang dilakukan masyarakat Dusun Sojomerto Kidul pada saat upacara puputan?
2. Jawaban
: Kemarin pas puputan anak saya, saya mengundang warga untuk datang, bacaan untuk acara ini serokalan mbak, yaitu sholawat nabi. Saya yang gendong bayi saya keluar, dan yang memegang mangkok untuk meletakkan rambut yang akan dicukur mbah kakunge. Dalam mangkok itu isinya air, bunga dan minyak wangi. Malam itu anak saya dicukur oleh imam mesjid, tapi tidak dicukur semua hanya beberapa helai saja, dan waktu itu juga anak saya resmi punya nama, namanya Tsaniatuz Zahra.
Nama
:Parsin
Jenis kelamin
: Laki-laki
Waktu wawancara
: 22 September 2013 jam 16.00 WIB
1. Pertanyaan: Apa saja yang dilakukan masyarakat Dusun Sojomerto Kidul pada saat upacara selapanan? 2. Jawaban: Kejobo mung nyukur rambut bayi, pas selapanan ki ulang tahun pendak weton, jenenge pamongan mbak. Paling ming tekan anak umur limang tahun bar kui yo wis ora dipamongi. Pamongan kui asli seko pamomong, maksude sing momong, ben do eling wetone anake, anake yo eling karo sing momong. Pas pamongan kui biasane gawe bancaan, sego kluban dielehke eblek, njuk delehi ndog jowo di iris cilik-cilik. Bar kui ngundang cah cilik-cilik kon do ngepung, sak durunge mangan yo do kon dongo disik, dongakke anake sing dipamongi mau. Nek wis rampung njuk dikei duit karo do kon nangis le bali, ben tangise bocah sing tes dipamongi kui digowo lungo karo cah cilik-cilik mau.
Nama
: Mat khusni
Jenis kelamin
: Laki-laki
Waktu wawancara
: 20 September 2013 jam 10.00 WIB
1.
Pertanyaan: Apa saja yang dilakukan masyarakat Dusun Sojomerto Kidul pada saat upacara brokohan?
2. Jawaban: Brokohan ki roso syukur ing gusti Allah, wis dikei berkah yoiku bayi lahir kanti slamet, ibune yo sehat.Nek wis digowo mulih seko bidan, mbah putrine sih ono nek raono yo wong sing ning omah gawekke sego kluban dikeke tonggone. Aku nyiapke luangan cilik kanggo ngubur ari-ari. Nek biyen sing kanggo wadah ari-ari kui gowo degan dipapras duwure, ning nek saiki wis oleh kendil seko gone bidane. Jerone dikei beras, duit, dom, karo godong dadap srep, kabeh dibungkus gowo mori. Pendeman ari-ari mau dipadangi gowo lampu awan bengi, ben ora dirusak karo kewan. Anakku lanang, dadine ari-arine tak pendem nang sebelah tengen omah, mergone wong lanang suk-suk‟e duwe tanggung jawab golekke pangan keluargane. Nek anake wedok le mendhem nang sisih kiwo omah, mergone wong wedok duwe tanggung jawab jogo bondo lan kehormatan keluargo.
Nama
: Siti Muntofiah
Jenis kelamin
: Perempuan
Waktu wawancara
: 22 September 2013 jam 19.00 WIB
1. Pertanyaan: Apa saja yang dilakukan masyarakat Dusun Sojomerto Kidul pada saat upacara selapanan? 2. Jawaban
: Waktu itu asung bekti saya kepada dukun bayi yang merawat saya dan anak saya, saya ngasih beras 5 kg, uang Rp. 500.000 dan 1 ekor ayam kampung hidup. Anak saya dicukur habis oleh dukun bayi. Buat slametan, saya Cuma ngasih nasi gudangan dan jenang abang untuk tetangga dan kerabat.
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Retna Wahyu Kinasih
Jurusan
NIM : 11109001 M., M.Ag.
Dosen PA : Dr. M. Zulfa
NO 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
8.
9. 10. 11. 12. 13. 14.
15.
16.
Jenis Kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) 2009 Pelatihan Emotional Spiritual Intelligent Quotient (ESIQ) User Education UPT (Perpustakaan) Masa Taaruf dan buka bersama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sarasehan Keagamaan “Optimalisasi Peran Badan Amil Zakat (BAZ) Dalam Pengelolaan Zakat Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan” Pra DM KAMMI Komisariat Salatiga Seminar Kebangsaan “ Memperkokoh Kepeloporan Mahasiswa dalam Pembangunan Menuju Kejayaan Indonesia di Pentas Global” Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Mahasiswa II Jamiyyatul Qurro’ Walhuffadz (JQH) Praktikum Baca Tulis Al Qur’an (BTA) Praktikum Kepramukaan Praktikum Etika Profesi Keguruan Praktikum Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam Praktikum Metodologi Pendidikan Agama Islam Seminar Kesehatan Wanita bersama AVAIL (Always Very Active In Life) Salatiga Seminar DEMA “ Pilwakot yang Ideal untuk Masa Depan Salatiga yang lebih baik” Grand Launching Dan Diskusi Publik “ Peran Generasi Muda Terhadap
: Tarbiyah/PAI
Waktu Kegiatan 18 – 20 Agustus 2009
Jabatan Peserta
Nilai 3
21 Agustus 2009
Peserta
3
25 – 29 Agustus 2009 11 September 2009
Peserta Peserta
3 2
14 September 2009
Peserta
3
7 September 2009 2 Desember 2009
Peserta Peserta
2 3
24 Mei 2010
Peserta
3
2 November 2010
Peserta
2
22-27 Juli 2011 25 November 2010 13 Maret 2012
Peserta Peserta Peserta
3 3 3
23 September 2011
Peserta
3
14 November 2012
Peserta
3
27 Januari 2011
Peserta
3
12 Juli 2012
Peserta
3
17.
18.
Fenomena HIV/AIDS di kota Salatiga” Seminar Nasional Pelantikan 23 Februari 2013 Pengurus HMI “Kepemimpinan dan Masa Depan Bangsa” Sosialisasi dan Silaturahim Nasional “ 30 September 2013 Sosialisasi UU N0.1 Th 2013 Peran Serta OJK” “ Peran Pemerintah Dalam Pengawasan LKM (Lembaga Keuangan Mikro)” HMJ Tarbiyah dan Syari’ah Jumlah
Peserta
6
Peserta
6
57
Salatiga, 22 Oktober 2013 Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan
H. Agus Waluyo M.Ag NIP. 19750211 200003 1 001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama
: Retna Wahyu Kinasih
Tempat Tanggal Lahir
: Magelang, 15 Juni 1988
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
:Sojomerto Kidul, RT 03 RW 01, Sidomulyo, Salaman, Magelang
Jenjang pendidikan
: 1. SD Negeri Sidomulyo I, lulus tahun 2000 2. SLTP Negeri I Tempuran, lulus tahun 2003 3. MAN I Kota Magelang, lulus tahun 2006
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, 22 Oktober 2013 Penulis
Retna Wahyu Kinasih Nim : 11109001