UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SKI MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS IV MI REKSOSARI 03 TAHUN AJARAN 2009 / 2010
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : AHMAD SYUKRON NIM : 11408153
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 1 (satu) naskah Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth. Ketua STAIN Di Salatiga Assalamu’alaikum wr wb. Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara : Nama : Ahmad Syukron NIM : 11408153 Jurusan : Tarbiyah Program studi : Pendidikan Agama Islam Judul :UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA SISWA KELAS IV MI REKSOSARI 03 TAHUN AJARAN 2009/2010
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Demikian untuk menjadikan periksa. Wassalamu’alaikum wr wb. Salatiga, 12 Agustus 2010 Pembimbing
M. Hafidz, M. Ag NIP. 19730801 200312 1 002
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http://www.salatiga.ac.id email:
[email protected]
PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi Saudara AHMAD SYUKRON dengan Nomor Induk Mahasiswa 11408153 Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang berjudul UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SKI MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS IV MI REKSOSARI 03 TAHUN AJARAN 2009 / 2010 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada tanggal 28 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Salatiga, ……………………….. Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
(Dr. Imam Sutomo, M. Ag) NIP. 19580827 198303 1 002
(Dr. Rahmad Hariadi, M. Pd) NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
(Drs. H.A. Mahzumi, M. Ag) NIP.19500515 198103 1 005
(Mashlihatul Umami, MA) NIP.190800513 200312 2 003 Pembimbing
(M. Hafidz, M. Ag) NIP. 19730801 200312 1 002
MOTTO
Dengan belajar sejarah orang tahu peradaban Dengan belajar sejarah orang terhindar dari kesalahan Dengan belajar sejarah lahirlah kebudayaan
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada: Ayah dan ibu (almarhumah) yang amat kuhormati dan kukasihi Saudara-saudaraku dan teman-teman ekstensi 2008 Gendhuk Azizah tersayang Terima kasih atas doa dan bantuannya, Terima kasih atas motivasi dan perjuangannya, Kalian semua adalah… Jiwa dan semangatku, Harapan dan citaku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tanpa halangan yang berarti. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta segenap sahabat, keluarga serta penerus-penerusnya. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak M. hafidz, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan dan pengarahannya kepada penulis. 3. Seluruh pengajar STAIN Salatiga yang telah memberikan pengajaran selama penulis menempuh studi. 4. Bapak Saemuri, S. Pdi selaku Kepala Sekolah MI Reksosari 03 yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan observasi di sekolah tersebut. 5. Orang tua yang telah memberikan bantuan dan kasih sayangnya kepada penulis. 6. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan bantuan baik materiil maupun spirituil sehingga tugas penyusunan skripsi dapat diselesaikan dengan baik. Akhir kata, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulisan berikutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya. Salatiga, 13 Agustus 2010 Penulis
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: Ahmad Syukron
NIM
: 11408153
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SKI MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS IV MI REKSOSARI 03 TAHUN AJARAN 2009/2010
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skipsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 13 Agustus 2010 Yang menyatakan
Ahmad Syukron
ABSTRAK
Suatu proses pembelajaran harus didukung dengan adanya suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Suasana yang aktif dan menyenangkan tersebut perlu untuk diselenggarakan oleh guru yang menjadi fasilitator serta pembimbing bagi para siswanya dalam penstransferan ilmu pengetahuan. Diharapkan bukan hanya aspek kognitif saja yang harus diperhatikan, lebih dari itu aspek afektif maupun psikomotor harus dikembangkan sehingga proses pembelajaran akan lebih mendalam dan melekat pada siswa. Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk tampil dengan profesionalismenya mengantarkan para siswa untuk meraih hasil dari pembelajaran yang baik, oleh karena itu pengembangan profesional dan kreatifitas guru selalu dibutuhkan. Bermacam-macam cara dan metode yang tersedia supaya terus dikaji untuk kemudian diterapkan guna mencapai target hasil belajar yang diinginkan. Diantara penerapan metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yaitu metode sosiodrama
yang
menekankan
pada
penguasaan
bahan
pembelajaran
melalui
pengembangan imajinasi, daya ekspresi dan penghayatan siswa. Penerapan metode sosiodrama pada mata pelajaran SKI yang telah dilaksanakan di MI Reksosari 03 menghasilkan penilaian dengan hasil yang memuaskan. Penilaian hasil tersebut dapat diketahui dari perbedaan antara hasil belajar sebelum pelaksanaan penelitian sampai pada hasil belajar setelah dilakukan penelitian terhadap guru dan siswa kelas IV MI Reksosari 03 tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 14 siswa. Pengumpulan data dilakukan deangan observasi, angket, dokumen, dan pemberian evaluasi. Data yang diperoleh dilakukan analisi deskriptif dengan teknik presentase. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1). Metode sosiodrama mampu meningkatkan minat belajar siswa kelas IV MI Reksosari 03 pada mata pelajaran SKI. Skor minat belajar siswa pada kondisi awal adalah 24, yang berarti tingkat minat siswa adalah 60 % dengan kategori cukup (C). Setelah penelitian, skor minat meningkat menjadi 34,14 yang berarti minat siswa adalah 85,35 % kategori minat amat baik (A), meningkat 42,25 % dari kondisi awal. (2). Metode sosiodrama mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI kelas IV MI Reksosari 03. Prestasi rata-rata pada kondisi awal adalah 65,70 dengan jumlah pencapai KKM ada 6 siswa atau 42,85 %. Setelah penelitian prestasi rata-rata mampu diperbaiki menjadi 77,2 dan pencapai KKM ada 14 siswa atau 100 %.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………
ii
PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………………………
iii
MOTTO……………………………………………………………………
iv
PERSEMBAHAN…………………………………………………………
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………
vi
ABSTRAK…………………………………………………………………
vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………….
x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….
xi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………………………
1
B. Rumusan Masalah………………………………………....
3
C. Tujuan penelitian………………………………………….
4
D. Hipotesis Tindakan………………………………………..
4
E. Kegunaan Penelitian………………………………………
5
F. Definisi Operasional………………………………………
5
G. Metode Penelitian………………………………………….
8
H. Sistematika Penulisan……………………………………..
13
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
KAJIAN PUSTAKA A. Belajar…………………………………………………......
16
B. Minat Belajar.......................................................................
27
C. Hasil Belajar………………………………………………
29
D. Metode Sosiodrama………………………………………..
35
E. Bahan Pembelajaran SKI…………………………………..
40
PELAKSANAAN PENELITIAN A. Kondisi Awal Penelitian……………………………………
41
B. Deskripsi Siklus I…………………………………………...
41
C. Deskripsi Siklus II………………………………………….
44
D. Deskripsi Siklus III…………………………………………
46
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……………………………………………..
49
B. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………….
60
PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………
74
B. Saran………………………………………………………..
76
Daftar Pustaka…………………………………………………………………
77
Lampiran-lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6
Tentang Hasil Belajar Siswa Sebelum Penelitian Hasil Belajar Siklus I Hasil Belajar Siklus II Hasil Belajar Siklus III Perbandingan Skor Minat Belajar Siswa Perbandingan Pencapaian Nilai Hasil Tes Akhir Pembelajaran SKI
Halaman 49 52 55 58 60 61
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Angket Minat Belajar Hasil Angket Minat Belajar Lembar Observasi Terhadap Guru Hasil Observasi Terhadap Guru Lembar Observasi Terhadap Siswa Hasil Observasi Terhadap Siswa
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah Pembelajaran sejarah merupakan proses belajar mengajar untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan berpikir melalui kajian masa lampau. Memahami dan mengerti sejarah sangat penting bagi siswa supaya mereka mampu mengambil hikmah atau pelajaran dari masa lampau. Urgensi dari perlunya pembelajaran sejarah bagi siswa karena sebuah peradaban atau kebudayaan tidak lahir dengan sendirinya secara tiba-tiba tetapi untuk membentuk dan melahirkan sebuah peradaban diperlukan waktu dan proses transfer atau pewarisan yang inovatif serta proses pengembangan ke arah yang lebih maju. Proses tersebut didapatkan antara lain dengan pembelajaran sejarah (Udin S, 2007 : 329). Pembelajaran sejarah yang baik adalah pembelajaran yang mampu membuat siswa menjadi kritis terhadap kejadian-kejadian masa lampau yang pantas dipertahankan, diteladani, dan dikembangkan serta mampu pula menyeleksi peristiwa sejarah yang tidak pantas diteladani apalagi dipertahankan agar tidak terulang kesalahan di masa kini. Guru sejarah yang baik akan dapat membantu siswa
dalam
berfikir
dan
mengembangkan
daya
nalar
mereka
dalam
mengklarifikasi kejadian masa lampau yang pantas diteladani, dipertahankan, dan dikembangkan . Guru tidak hanya sekedar menanyakan kepada siswa tentang apa, siapa, dan kapan, akan tetapi harus mempertanyakan sebuah peristiwa sejarah terjadi.
mengapa dan bagaimana
Proses pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Pada umumnya berjalan monoton. Indikator dari pernyataan ini yaitu proses pembelajaran yang dikembangkan guru dari materi ke materi yang tidak pernah dari penggunaan metode ceramah, dilanjutkan tanya jawab, dan diakhiri dengan latihan mengerjakan soal-soal. Faktor kurang tepatnya pemilihan metode pembelajaran masih sering dijumpai di lapangan yang ditengarai dengan masih adanya guru yang hanya terpaku menggunakan satu atau dua metode mengajar secara terus-menerus saja tanpa pernah memodifikasinya atau menggantikannya dengan metode lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai berbeda. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh para siswa tidak maksimal. Indikator keberhasilan proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah : (1). Siswa memiliki pengetahuan tentang kisah-kisah Rasul Allah dan meneladaninya, (2). Siswa memiliki pengetahuan tentang sirah Nabi Muhammad SAW, dan (3). Siswa suka meneladani sifat dan kepribadian Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari sebagai uswatun hasanah (Dirjen Dikdasmen, 1996 : 16). Minat (interest) siswa perlu dikembangkan supaya mereka menjadi tertarik pada proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Minat perlu dibangkitkan karena minat merupakan kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus- menerus yang sangat erat hubungannya dengan perasaan senang. Minat siswa terhadap bidang pelajaran apa pun tidak dapat dipisahkan dari bakat nyata dari bidang tersebut. Kalau pelajaran itu dipelajari dan dikaji secara terus-menerus, niscaya bisa menghasilkan kecakapan yang lebih besar disertai dengan bertambahnya minat, bukan hanya terhadap bidang itu sendiri tetapi juga terhadap bidang-bidang lain yang berhubungan (Abror, 1993 :113).
Prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam bagi siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah (MI) Reksosari 03 Kecamatan Suruh cenderung rendah. Ada beberapa pertanyaan ditujukan kepada guru tentang rendahnya prestasi belajar. Beberapa pertanyaan tersebut dapat terjawab oleh guru sendiri dalam waktu sementara dan memerlukan pembuktian atas jawaban sementara tersebut selama ini guru hanya mengembangkan pembelajaran yang konvensional yaitu pembelajaran yang bersifat pada guru dengan tidak
memberikan kesempatan kepada
mengembangkan daya nalar karena guru sekedar
siswa untuk
menyampaikan bahan
pembelajaran untuk mengejar target kurikulum.Selama ini metode yang dipakai oleh guru SKI adalah metode ceramah, hafalan, dan pemberian tugas.Hal ini sangat membosankan dan melelahkan bagi anak didik sehingga berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam karena rendahnya minat siswa ketika mengikuti proses pembelajaran. Kondisi tersebut menjadi pemicu bagi guru untuk mengatasi masalah dengan mencoba menerapkan metode sosiodrama dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Untuk mencapai maksud tersebut guru yang sekaligus peneliti mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran SKI Melalui Metode Sosiodrama Pada Siswa Kelas IV MI Reksosari 03 Tahun Ajaran 2009 / 2010”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana teori peningkatan minat dan hasil belajar siswa melalui metode sosiodrama ? 2. Bagaimana pelaksanaan metode sosiodrama pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ? 3. Bagaimana hasil dari pelaksanaan metode sosiodrama pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bagi siswa kelas IV MI Reksosari 03 ? C. Tujuan penelitian Dengan berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian disini adalah : 1. Untuk mengetahui teori peningkatan minat dan hasil belajar siswa melalui metode sosiodrama. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan metode sosiodrama pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 3. Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan metode sosiodrama pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bagi siswa kelas IV MI Reksosari 03. D. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah sampai terbukti melalui data yang terkumpul ( Arikunto, 2006 : 71). Berdasarkan pengertian tersebut maka dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran dengan metode sosiodrama mampu meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bagi siswa kelas IV MI Reksosari 03. 2. Proses pembelajaran dengan metode sosiodrama mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bagi siswa kelas IV MI Reksosari 03. E. Kegunaan penelitian 1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metode pembelajaran sosiodrama. 2. Sebagai salah satu strategi atau upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran SKI. 3. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis. 4. Sumbangan pengembangan pendidikan di sekolah yang diperoleh dari penelitian lapangan. F. Definisi Operasional Supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran, berikut ini disampaikan batasan-batasan pengertian atau definisi operasional tentang penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut : 1. Peningkatan minat belajar Minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar. Selanjutnya ia menyatakan bahwa setiap mata pelajaran seharusnya
menarik minat siswa karena minat merupakan kaidah pokok dalam dalam sebuah proses pembelajaran (Kartawidjaya, 2001 : 183). Berdasarkan pengertian di atas maka maksud meningkatkan minat dalam penelitian ini adalah membuat siswa semakin tertarik atau semakin merasa senang dengan proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Berdasarkan pengertian tentang minat dirumuskan indikator meningkatnya minat dalam penelitian ini meliputi : a. Antusias tampak sejak awal pembelajaran b. Merasa kecewa jika kebetulan siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran. c. Merasa senang mengikuti proses pembelajaran.. d. Merasa senang mendapatkan tugas dari guru. e. Merasa mendapatkan sesuatu yang bermanfaat. f. Percaya diri dalam melaksanakan tugas. g. Merasakan bahwa proses pembelajaran berlangsung seperti bermain. 2. Peningkatan hasil belajar Peningkatan hasil belajar dalam penelitian ini mengutip makna belajar oleh Jean Piaget yaitu adaptasi yang holistic dan bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru sehingga mengalami perubahan yang relative permanen. Hasil dari proses belajar adalah prestasi belajar yang menunjukkan kemampuan hasil belajar (Semiawan, 2008 : 11).
Penjelasan di atas dengan tegas menyebut bahwa kemampuan hasil belajar ditunjukkan oleh prestasi hasil belajar. Indikator peningkatan kemampuan hasil belajar dalam mata pelajaran SKI ditandai oleh meningkatnya nilai raport karena nilai hasil belajar merupakan representasi dari kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. 3.
Sejarah Kebudayaan Islam Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam yang terdapat di dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of live) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, penggunaan pengalaman, dan pembiasaan (Depag RI, 2004 : 2).
4. Metode sosiodrama Metode sosiodrama adalah suatu metode mengajar yang dilakukan dengan cara mendramatisasikan suatu tindakan atau tingkah laku dalam hubungan sosial (Sriyono, 1992 : 117). . Metode sosiodrama dalam proses pembelajaran SKI bagi siswa kelas IV MI Reksosari 03 Kecamatan Suruh dilaksanakan dengan hierarki sebagai berikut : a. Guru membagikan bahan pembelajaran. b. Guru memandu pelaksanaan diskusi isi bahan pembelajaran. c. Siswa diberi tugas kelompok menyusun skenario drama dan melakukan latihan pementasan. d. Siswa melakukan pementasan di depan kelas secara kelompok.
e. Kelompok pengamat menyusun ikhtisar pementasan dan menyusun kritik pementasan. f. Dilaksanakan diskusi kelas untuk menyampaikan ikhtisar, penyampaian kritik dan menyusun kesimpulan. g. Pelaksanaan tes akhir pembelajaran.
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Dilihat dari teknik samplingnya penelitian ini adalah penelitian populasi karena semua keseluruhan obyek menjadi sampel penelitian. b. Dilihat dari timbulnya variabel penelitian ini adalah penelitian eksperimental karena penelitian ini mencoba menerapkan metode sosiodrama untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI. c. Dilihat dari pola-pola atau sifat penelitian, penelitian ini memilih pendekatan penelitian deskriptif. 2. Setting Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto, (2007 : 39) setting penelitian menjelaskan tentang lokasi dan gambaran tentang kelompok siswa atau subyek yang dikenai tindakan. Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa setting dalam penelitian ini dilaksanakan di MI Reksosari 03 Kecamatan Suruh.
3. Sasaran Penelitian Sasaran penelitian adalah perubahan apa yang diinginkan dari subyek yang dikenai tindakan yaitu target yang diharapkan. Dengan pengertian ini maka sasaran penelitian dalam penelitian ini adalah : a. Faktor siswa Perubahan yang diharapkan adalah meningkatnya minat belajar siswa pada mata pelajaran SKI. Fokus pengamatan adalah rasa simpati dan senang serta tanggapan positif siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran yang tercermin dari peran aktif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran SKI. Indikator dari prestasi keberhasilan siswa adalah meningkatnya hasil belajar SKI setelah siswa mengalami serangkaian proses pembelajaran melalui penerapan metode sosiodrama. b. Faktor guru Perubahan yang diinginkan adalah meningkatnya ketrampilan guru dalam mengelola kelas, membelajarkan siswa dengan menggunakan metode sosiodrama dan kemampuan guru dalam memberikan bimbingan dan mempersiapkan naskah drama serta kemampuan guru memberikan dan membangkitkan motivasi kepada siswa. Fokus pengamatannya adalah proses pembelajaran yang dikembangkan guru, interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Indikator keberhasilannya adalah respon positif siswa yang ditandai dengan antusiasme siswa menyusun naskah drama, dilanjutkan dengan latihan dan mempersiapkan properti pementasan.
4. Langkah-langkah / Rencana Tindakan Rencana tindakan adalah gambaran tentang langkah-langkah riil yang akan dilakukan dalam tindakan (Arikunto, 2007 : 39). Dari pengertian ini dijelaskan rencana tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan berdasarkan perkembangan yang dicapai seperti desain faktor-faktor penelitian yang diselidiki. Awal kegiatan peneliti melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang terjadi sebelumnya. Hasil refleksi menyimpulkan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa kelas IV MI Reksosari 03 Kecamatan Suruh dalam mata pelajaran SKI akibat dari rendahnya minat siswa pada proses pembelajaran SKI. Langkah selanjutnya adalah mendiskusikan permasalahan dengan teman sejawat, melakukan kajian teori, dan mengkaji strategi pembelajaran yang relevan. Keputusan yang diambil oleh peneliti setelah dilakukan refleksi, diskusi dan kajian teori adalah memperbaiki strategi pembelajaran pada mata pelajaran SKI dengan menerapkan metode sosiodrama. Prosedur yang ditempuh adalah : a. Menyusun rencana kegiatan, meliputi : Membuat rencana pembelajaran, menyiapkan alat evaluasi, menyiapkan sumber, menyusun lembar obserasi, dan menyusun angket. b. Pelaksanaan tindakan yaitu melaksanakan proses pembelajaran sesuai rencana pembelajaran. c. Observasi yaitu melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Observasi ini dilakukan guru sendiri sebagai peneliti dan meminta guru lain ikut serta menjadi observer untuk meminimalkan subyektivitas.
d. Angket minat yaitu membagi kuisioner berisi pertanyaan dan atau pernyataan tentang minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran SKI dengan metode sosiodrama. e. Melakukan wawancara kepada siswa untuk mengetahui kesan dan tanggapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran SKI dengan metode sosiodrama. f. Melakukan refleksi dengan cara menganalisis hasil observasi yaitu berdasarkan hasil observasi guru melakukan refleksi tentang proses pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran. Dengan refleksi diharapkan akan diketahui kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. Rencana tindakan dapat digambarkan dalam skema berikut :
SIKLUS I
Rencana Awal Rancangan
Tindakan/ Observasi
Refleksi
SIKLUS III
Rencana yang direvisi
Tindakan/ Observasi
Rencana yang direvisi
Tindakan/ Observasi
Refleksi
SIKLUS II
Refleksi
5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2007 : 130). Berdasarkan pengertian tersebut ditentukan instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah lembar observasi, dokumentasi, angket, dan evaluasi belajar.
a. Lembar observasi Lembar observasi yaitu lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati guru dan siswa selama proses pembelajaran. Jadi lembar observasi terdiri dari lembar observasi untuk guru dan untuk siswa. b. Dokumentasi Dokumentasi yang diperlukan berupa : rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku absen, daftar nilai siswa, daftar analisis hasil evaluasi, dan resume pelaksanaan proses pembelajaran. c. Angket minat belajar Angket dirancang dalam 10 pertanyaan atau pernyataan yang mencerminkan minat siswa. Setiap item ditentukan skor 1-4 dengan pengkategorian : Skor 4 artinya amat baik, skor 3 berarti baik, skor 2 artinya kurang baik, skor 1 artinya tidak baik. Angket yang telah dijawab dilakukan pengkategorian minat siswa setelah terlebih dahulu ditentukan skor rata-rata minat siswa dengan rumus : ∑ Skor seluruh item. 10 d. Evaluasi belajar siswa Evaluasi belajar siswa yaitu instrumen untuk mendapatkan data dari hasil belajar siswa setelah mengalami proses pembelajaran SKI melalui metode sosiodrama. 6. Data dan Cara Pengambilan data a. Sumber data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dokumen pembelajaran, dan proses pembelajaran siklus I, II, dan III.
b. Jenis data Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif berupa rencana pembelajaran termasuk di dalamnya adalah alat evaluasi, dokumen siswa, hasil observasi, dan jawaban angket. c.
Cara pengambilan data Data diambil melalui observasi proses pembelajaran, studi dokumenter, angket minat, dan evaluasi.
7. Analisis Data Setelah semua data terkumpul dilakukan analisis data dengan teknik analisis deskriptif kualitatif sebagai berikut : a. Hasil observasi untuk menganalisis tentang tingkat keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran SKI dengan metode sosiodrama. b. Hasil angket untuk menganalisis tingkat minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran SKI dengan metode sosiodrama. c. Hasil wawancara untuk menganalisis tingkat minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran SKI dengan metode sosiodrama. d. Hasil evaluasi untuk menganalisis tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran SKI dengan metode sosiodrama.
H. Sistematika Penulisan Penulisan laporan hasil penelitian disusun dengan sistematika sebagai berikut : 1. Bagian Awal, meliputi : (a). Halaman sampul, (b). Lembar logo, (c). Halaman Motto Dan Persembahan, (d). Halaman judul, (e). Lembar persetujuan (terdiri dari : Lembar persetujuan
pembimbing dan pengesahan). (f). Pernyataan keaslian tulisan, (g). Abstrak, (h). Kata pengantar, (i). Daftar isi, (j). Daftar tabel, (k). Daftar lampiran. 2. Bagian Inti yang meliputi : BAB I PENDAHULUAN : Pendahuluan memuat : (a). Latar Belakang Masalah, (b). Rumusan Masalah, (c). Tujuan Penelitian, (d). Hipotesis Penelitian, (e). Kegunaan Penelitian, (f). Definisi Oeprasional, (g). Metode Penelitian : (1). Pendekatan Penelitian, (2). Setting Penelitian, (3). Sasaran Penelitian, (4). Rencana Tindakan/Langkah-langkah, (5). Instrumen Penelitian, (6). Data dan Cara pengambilannya, (7). Analisis Data, dan (h). Sistematika Penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA : Kajian pustaka akan membahas : (a). Belajar, (b). Minat Belajar, (c). Hasil Belajar, (d). Metode Sosiodrama, (e). Bahan Pembelajaran SKI bagi Siswa Kelas IV. BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN : Pelaksanaan penelitian memuat : (a). Diskripsi Pelaksanaan Siklus I (meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, pengumpulan data dan refleksi siklus I), (b). Diskripsi Pelaksanaan Siklus II (meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, pengumpulan data dan refleksi siklus II), (c). Diskripsi Pelaksanaan Siklus III (meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, pengumpulan data dan refleksi siklus III). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN : Bab ini akan dipisah menjadi : (a). Hasil Penelitian (memuat diskripsi hasil pelaksanaan siklus I, II, dan III), (b). Pembahasan Hasil Penelitian (meliputi minat dan hasil belajar).
BAB V PENUTUP Penutup memuat (a). Kesimpulan, dan (b). Saran. 2. Bagian akhir, terdiri dari : Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Belajar 1. Pengertian Belajar Dalam kamus besar bahasa Indonesia, belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, dan suatu pengertian. Perubahan tersebut merupakan hasil dari suatu proses yang dapat menimbulkan pembaharuan dalam pribadi seseorang, yang pada awalnya belum ada menjadi ada sehingga menjadi konsep yang dapat menimbulkan kebiasaan dan melekat pada kecakapan sikap. Dari pengertian tersebut terdapat kesesuaian pula bahwa belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dan merupakan suatu perubahan kemampuan bereaksi yang bersifat langgeng, sebagai hasil latihan yang diperkuat. Reber menguraikan pendapatnya tersebut kedalam empat macam istilah yakni : a. Relatively permanent, ialah bahwa perubahan harus bersifat langgeng, akan tetapi perubahan akan kematangan fisik tidak termasuk belajar. b. Response potentiality yang berarti menunjukkan pengakuan terhadap adanya perubahan antara belajar dan penampilan atau kinerja hasil-hasil belajar. c. Reinforcel yaitu bahwa kemajuan yang didapat dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah bila tidak diberi penguatan. d. Practice, menunjukkan bahwa proses belajar itu membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang telah dicapai siswa (Syah, 2001 : 91).
Dari pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa belajar terkandung maksud untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dapat menetap dan melekat pada kepribadian, kecakapan, dan kebiasaan, atau pengertian yang mampu mereaksi dari stimulus yang datang . Potensi yang sudah terdapat pada pembawaan seseorang tidak akan bermanfaat secara maksimal tanpa adanya bimbingan dari pembelajaran. Teori pendidikan behaviorisme dan konstruktivisme memberi pengertian yang berbeda menurut visi mereka masing-masing (Semiawan, 2008 : 3). Teori behaviorisme menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanisme. Oleh karena itu lingkungan yang sistematis, teratur, dan terencana dapat memberikan pengaruh (stimulus) yang baik sehingga manusia bereaksi terhadap stimulus tersebut dan memberikan respon yang sesuai. Selanjutnya Pavlov (tokoh behaviorisme) memberi penjelasan tentang stimulus bahwa stimulus yang dipersyaratkan untuk memberikan respon yang diharapkan oleh lingkungan harus sesuai dengan tuntutan lingkungan. Sedangkan tokoh lain dalam teori ini yaitu Skinner menjelaskan bahwa perilaku manusia yang dapat diamati secara langsung adalah akibat konsekuensi dari perbuatan sebelumnya. Bila konsekuensinya menyenangkan, maka hal tersebut tentu akan diulanginya lagi. Konsekuensikonsekuensi tersebut adalah kekuatan pengulang untuk berbuat sekali lagi. Menurut Skinner belajar adalah akibat sebuah konsekuensi dari suatu perbuatan yang
menghadirkan perbuatan tersebut
kembali.
Apabila
perbuatan dirasa
menyenangkan lain kali tentu akan dilakukannya kembali. Teori konstruktivisme mengartikan bahwa belajar adalah membangun (to construct) pengetahuan itu sendiri, setelah dipahami, dicernakan dan merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang (from within). Dalam perbuatan belajar seperti itu
bukan “apa” isi pembelajarannya, tetapi yang penting adalah “bagaimana” mempergunakan peralatan mental kita untuk menguasai hal-hal yang kita pelajari. Pengetahuan itu diciptakan kembali dan dibangun dari pencernaan (digest) dan pemahamannya. Berdasarkan dua teori yang menjelaskan pengertian belajar di atas jika digunakan untuk melihat proses belajar siswa pada mata pelajaran SKI kelas IV MI Reksosari 03 Kecamatan Suruh masih belum memenuhi syarat karena : a. Proses pembelajaran belum sesuai dengan tuntutan lingkungan karena siswa hanya hafal, apa, siapa, dan kapan, tanpa mengetahui mengapa dan bagaimana sehingga belum mampu menerapkan hasil belajarnya jika diperlukan oleh lingkungan sekitarnya. b. Konsekuensi yang didapatkan siswa atau perbuatan belajar yang didapatkan siswa tidak menyentuh perasaan atau yang mereka harapkan sehingga untuk mengulang proses belajar menjadi tidak ada. c. Proses pembelajaran yang hanya menghafal “apa”, “kapan”, dan “di mana” belum mampu membentuk pengetahuan pada diri siswa. 2. Aktualisasi Belajar Secara mikro (kecil/lingkup kelas) belajar dan proses belajar mengajar ada dua macam, yaitu : a. Belajar searah. Belajar searah ini terjadi dalam proses pembelajaran di mana siswa secara dominan bersifat pasif karena guru “mengalirkan” sejumlah ilmu kepadanya, ibarat sebuah bejana yang airnya dituangkan dari luar ke dalam dirinya. b. Belajar dua arah. Belajar dua arah ini terjadi dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya jalinan komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Dominasi kelas tidak hanya milik guru, bahkan guru dalam proses belajar dua
arah ini lebih bersifat sebagai fasilitator yang fungsinya membantu kebutuhan dan kesulitan siswa. Menurut psikologi kontemporer tentang belajar yang dipelopori oleh aliran konstruktivisme mengisyaratkan bahwa belajar adalah proses mengonstruksikan pengetahuan yang terjadi dari dalam dirinya. Jadi dalam proses pembelajaran, guru tidak “memompakan” pengetahuan kepada siswa melainkan pengetahuan diperoleh secara dialog yang ditandai oleh suasana belajar yang bercirikan dua sisi yaitu sisi siswa dan guru (Semiawan, 2008 : 5). Secara esensial prinsip yang melandasi pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a.
Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses belajar menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah dan lebih yakin dengan dirinya.
b. Perubahan yang bersifat positif, artinya terdapat tahapan dan proses sehingga akan memberikan hasil yang semakin bertambah dan semakin sempurna. c. Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang diperoleh dari hasil belajar memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan. d. Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan), artinya sesuatu perubahan yang terjadi menyebabkan perubahan tingkah laku yang lain. e. Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi melalui proses individu. f. Perubahan yang bersifat permanen, artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar akan berada kekal dalam diri individu. g. Perubahan yang terarah dan bertujuan, artinya perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai (Surya, dkk, 2007 :84).
Perubahan yang disebut di atas adalah mencakup seluruh aspek. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi aspek-aspek tingkah laku kognitif, afektif, dan motorik. 3. Proses dan fase belajar a.
Proses belajar Proses belajar adalah sustu proses individu mengubah tingkah lakunya dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Hal ini mengandung arti bahwa individu akan melakukan kegiatan belajar apabila ia menghadapi situasi kebutuhan. Dalam keadaan individu menghadapi situasi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan insting atau kebiasaan maka individu harus mengubah tingkah lakunya. Dalam keadaan ini individu harus melakukan proses belajar untuk memperoleh tingkah lakunya yang baru agar dapat memenuhi kebutuhannya. Secara keseluruhan proses pembelajaran akan merupakan suatu rangkaian aktifitas sebagai berikut: 1). Individu merasakan adanya kebutuhn dan melihat tujuan yang ingin dicapai. Dalam situasi ini individu merasakan bahwa ada kekurangan dalam dirinya sebagai suatu kebutuhan. 2). Kesiapan individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Untuk suatu tindakan yang efektif diperlukan adanya kesiapan baik fisik, mental, dan sosial. Kesiapan merupakan pola-pola respon yang diperlukan untuk memulai sesuatu aktifitas dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Dalam proses belajar, hal ini sangat diperlukan
untuk menunjang agar aktivitas belajar dapat berlangsung secara efektif. Kesiapan ini akan berupa kematangan fisik, sosial, atau mental, kecakapan dasar, pengetahuan dasar, dan pengalaman tertentu. 3). Pemahaman situasi Situasi yaitu segala sesuatu yang ada disekitar atau lingkungan individu dan mempunyai keterkaitan dengan aktivitas individu dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya. Untuk proses belajar yang efektif, individu harus mengenal berbagai faktor dan kondisi lingkungan yang berkaitan dengan aktivitasnya. 4). Menafsirkan situasi Menafsirkan situasi yaitu bagaimana individu melihat kaitan berbagai aspek yang terdapat dalam situasi. Kemampuan menafsirkan ini sangat diperlukan untuk merancang berbagai alternatif yang akan dilakukan dalam proses belajar, yaitu tindak balas. 5). Tindak balas (respons) Dalam fase ini individu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan sesuai dengan yang telah dirancang dalam fase ketiga dan keempat. Fase ini merupakan aktivitas belajar yang sebenarnya, yaitu proses bagaimana individu mengubah tingkah lakunya. 6). Akibat (hasil belajar) Dalam fase ini individu akan memperoleh umpan balik dari apa yang telah dilakukannya. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi, yaitu berhasil atau gagal. Berhasil artinya ia dapat memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuannya, sedangkan gagal artinya ia
tidak memenuhi kebutuhannya dan tidak mencapai tujuannya (Surya, dkk, 2007 : 86). Proses belajar merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang pada saat belajar. Selama belajar tidak hanya pada aspek kognitif saja, namun juga meliputi
aspek afektif,
maupun psikomotoranya. Pengembangan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor dalam proses belajar di sekolah memerlukan dua strategi. Strategi pertama, guru perlu mengupayakn agar siswa dapat memahami isi materi pelajaran. Strategi kedua, guru harus mengupayakan supaya siswa dapat
meyakini
arti
pentingnya
isi
materi
pelajaran
dan
mengaplikasikannya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalm materi pelajaran tersebut. b. Fase belajar Menurut gagne, yang dikutip oleh R. W. Dahar (1989: 141), siswa mengalami delapan fase dinamika psikologis ketika belajar di sekolah yang meliputi: 1). Fase motivasi Motif merupakan daya dorong, daya gerak, atau penyebab seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dan dengan tujuan tertentu. Dalam kegiatan belajar, berlangsung dan keberhasilannya bukan hanya ditentukan oleh faktor intelektual, tetapi juga faktor-faktor non-intelektual, termasuk salah satunya motivasi (Abror, 1993 :114). Menurut Tadjab (1994 : 103), motivasi belajar di sekolah dapat di bedakan menjadi dua bentuk, yaitu:
a) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik yaitu bahwa suatu aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. b) Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik yaitu bahwa suatu aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaiatan dengan aktivitas belajar itu. Dalam hal ini semua kebutuhan itu dipenuhi dengan belajar giat dan tidak ada cara atau sarana lain untuk mengetahui suatu masalah selain dengan belajar. Dari kedua bentuk motivasi tersebut pada siswa SD, motivasi ekstrinsik masih dominan. Sebaliknya siswa yang sudah dibangku SMA, bentuk motivasi intrinsik menjadi lebih dominan karena pada tahap perkembangan itu siswa sudah mampu menyadari pentingnya belajar bagi perkembangan dirinya. 2). Fase pengenalan Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional jika belajar akan terjadi, misalnya siswa memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan guru, atau tentang gagasan-gagasan utama dalam buku teks. Guru dapat memfokuskan perhatian terhadap informasi yang penting.
3). Fase perolehan Bila siswa telah memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima materi pelajaran. Informasi tidak langsung disimpan dalam memori, tetapi informasi tersebut diubah menjadi bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa. Guru dapat memperlancar proses ini dengan menunjukkan
hubungan-hubungan
antara
informasi
baru
dengan
pengetahuan sebelumnya. 4). Fase retensi Informasi yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Hal ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali, praktek, dan lain-lainnya. 5). Fase pemanggilan Bagian penting dalam belajar ialah belajar memperoleh hubunganhubungan dengan apa yang telah dipelajari untuk memanggil informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Hubungan dengan informasi didukung oleh program materi yang diatur dengan baik dengan pengelompokan menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep, khususnya antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya. 6). Fase generalisasi Generalisasi antara transfer informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat dilakukan dengan cara meminta siswa untuk menggunakan informasi baru, misalnya siswa menggunakan keterampilan berhitung baru untuk memecahkan masalahmasalah yang nyata.
7). Fase penampilan Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak, misalnya setelah mempelajari bagaimana menggunakan mikroskop dalam mengamati bentuk sel, kemudian mempelajari struktur kalimat dalam bahasa, mereka dapat menyusun kalimat yang benar. 8). Fase umpan balik Para siswa harus menerima umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang telah diajarkan. Umpan balik ini dapat memberikan penguatan kepada mereka untuk pembelajaran yang berhasil. Belajar merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan yang lainnya berhubungan secara berurutan. Menurut Jerome S. Bruner, proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase (Syah, 2001 :94), yaitu: 1. Fase informasi (tahap penerima materi) Dalam fase ini seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru, ada pula yang berisi menambah dan memperoleh pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. 2. Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak supaya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Mengenai tahap informasi ini, menurut Bruner berlangsung dalam tiga bentuk, yakni: a. Bentuk anactive, merupakan proses yang sangat operasional yang tidak menggunakan citra bayangan maupun kata-kata, tetapi berlangsung dalam bentuk tindakan dan dapat diamati, misalnya keterampilan motorik / bersifat gerak fisik. b. Bentuk iconic, merupakan proses yang menggunakan bayangan atau imajinasi, meskipun belum menggunakan bahasa, proses tersebut banyak tergantung pengamatan visual atau alat indera yang lain dan melukiskan konsep tanpa mendefinisikannya. c. Bentuk symbolic, merupakn proses yang lebih dari tindakan dan imajinasi yakni dengan menggunakan bahasa. Perwujudan ini mengarah pada proses berfikir dan proses belajar yang lebih abstrak. Proses seperti ini memungkinkan seseorang untuk terlibat dalam proses berfikir mendalam dengan cara menyusun pernyataan, mencari contoh, dan menyusun konsep-konsep dalam suatu susunan hierarkis. 3. Fase evaluasi (tahap penilaian materi) Dalam fase evaluasi, siswa akan menilai sendiri sejauh manakah pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
B. Minat Belajar 1. Pengertian Minat Jersild dan Tasch dalam Wayan Nur Kancana (2000 : 29) memberikan batasan tentang minat. Menurutnya minat atau interest adalah hal-hal yang menyangkut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Sedangkan menurut Slameto (200 : 182) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Kartawidjaja (2001 : 183) mendefinisikan bahwa minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar. Selanjutnya ia menyatakan bahwa setiap mata pelajaran seharusnya menarik minat siswa karena minat merupakan kaidah pokok dalam sebuah proses pembelajaran. Sardiman A.M (1997 : 76) mengartikan minat sebagai sebuah kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang akan mengakibatkan minatnya sejauh apa yang dilihatnya tersebut memiliki hubungan dengan kepentingannya. Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli di atas dapat dijelaskan bahwa minat adalah perasaan tertarik pada diri seseorang pada sesuatu hal tertentu karena berhubungan dengan kepentingan atau kebutuhannya. 2. Pendorong Timbulnya Minat Minat dapat menunjukan kemampuan untuk memberi stimuli yang mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan; atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah di stimuli oleh kegiatan itu sendiri (D.Crow, 351 : 1984).
Timbulnya minat pada diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong antara lain : a. Dorongan untuk mempertahankan hidup. b. Dorongan keadaan yaitu keadaan yang ditimbulkan akibat oleh keadaan mempertahankan hidup. c. Dorongan untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini timbul jika dorongan ke satu dan ke dua di atas telah terpenuhi artinya jika individu merasa aman dan merasa mendapat perhatian. Jika individu telah merasakan keamanan dan merasa mendapatkan perhatian maka timbul minat mencapai tujuan tertentu. d. Mengendurnya minat jika tujuan telah tercapai. e. Efek mengendurnya minat semula karena munculnya minat baru yang menghendaki pemenuhannya (Eddy Soewardi K, 2001 : 184). Faktor pendorong timbulnya minat pada diri seseorang tersebut di atas dapat disederhanakan bahwa minat timbul pada diri individu karena punya tujuan. Minat akan turun jika tujuan telah tercapai. Minat timbul lagi jika ada tujuan tertentu lagi, dan tujuan baru tersebut harus dicapai. Pengertian di atas jika dianalogikan kepada minat siswa dalam belajar adalah apabila minat belajar timbul pada diri siswa hal ini akan merupakan pendorong dalam upaya mencapai kompetensi dasar dari sebuah proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Wringstone sebagaimana dikutip oleh Wayan Nur Kancana (2000 : 230) bahwa minat sangat penting dalam pendidikan sebab minat merupakan sumber dari usaha. Siswa tidak memerlukan lagi dorongan dari luar (dari guru misalnya) setiap mendapatkan bahan pembelajaran yang menarik minatnya.
3. Indikator Meningkatnya Minat Belajar Berdasarkan penjelasan tentang minat di atas maka dirumuskan indikator meningkatnya minat belajar pada siswa yaitu : a. Antusias tampak sejak awal pembelajaran. b. Merasa kecewa jika pembelajaran urung dilaksanakan karena sesuatu alasan. c. Merasa kecewa jika kebetulan siswa tidak dapat
mengikuti proses
pembelajaran. d. Merasa senang mengikuti proses pembelajaran. e. Merasa senang menggunakan media pembelajaran. f. Merasa senang mendapatkan tugas dari guru. g. Merasa mendapatkan sesuatu yang bermanfaat. h. Percaya diri dalam melaksanakan tugas. i.
Merasakan bahwa proses pembelajaran berlangsung seperti bermain.
C. Hasil Belajar 1. Pengertian hasil belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hasil adalah segala bentuk yang diperoleh dari akibat adanya aksi yang telah dilakukan. Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono (2002 : 18), mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Prestasi dalam bahasa Inggris adalah performance. Sedangkan kata performance mempunyai arti kemampuan, kekuatan. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dicapai siswa sebagai tanda keberhasilan dari usaha belajar yang menghasilkan perubahan, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran tertentu.
2. Faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar Siswa yang memiliki prestasi baik tidak hanya ditentukan oleh faktor kognisi atau kecerdasan semata. Kecuali faktor kecerdasan ada faktor lain yang turut mempengaruhinya, yaitu : keyakinan kemampuan diri, pengasuhan oleh orang tua, status sosial ekonomi, sistem pendidikan dan faktor budaya. (Nuryanti, 2008 : 40). a. Keyakinan kemampuan diri Keyakinan kemampuan diri pada siswa adalah keyakinan bahwa dirinya memiliki kemampuan menguasai tugas sekolah dan mengatur sendiri belajarnya. Siswa yang memiliki keyakinan tinggi bahwa dirinya mampu cenderung berusaha mencapai prestasi yang lebih tinggi daripada siswa yang tidak mempunyai keyakinan atas kemampuannya. b. Pengasuhan orang tua Biasanya siswa yang dapat mencapai prestasi tinggi oleh orang tuanya diciptakan lingkungan belajar. Meraka menyediakan tempat khusus untuk belajar dan untuk menyimpan buku-buku dan alat sekolah. Di rumah diatur waktu makan, tidur, belajar, dan mengerjakan PR. Orang tua juga memantau anak dalam menyaksikan televisi dari segi waktu dan tayangan. Orang tua juga mengawasi anaknya dalam bermain sepulang sekolah. Mereka memperlihatkan minat terhadap kehidupan anak dengan berbincang mengenai sekolah. c. Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi orang tua dapat pula menjadi faktor pencapaian prestasi siswa. Meskipun status sosial ekonomi tidak berpengaruh langsung pada pencapaian prestasi anak yang tinggi akan tetapi karena orang tua mampu membelikan peralatan sekolah dengan lengkap, lingkungan belajar yang mendukung dan praktek pengasuhan seperti nomor dua di atas. Sedangkan bagi
siswa yang status sosial ekonomi orang tuanya rendah atau miskin lebih cenderung mengalami atmosfer rumah dan sekolah yang buruk, sering mengalami kondisi keluarga yang tidak stabil, rentan terhadap kekerasan. Namun jika siswa semacam ini ada subsidi pendidikan tentu saja akan mampu menaikkan prestasi. d. Sistem pendidikan Sistem pendidikan yang baik dapat meningkatkan perkembangan siswa yang tentu saja dengan peningkatan perkembangan akan diikuti oleh meningkatnya prestasi. e. Budaya Perbedaan budaya akan mempengaruhi pencapaian prestasi siswa. Misalnya keluarga ataupun masyarakat yang menjunjung tinggi pentingnya ilmu pengetahuan akan cenderung membuat siswa lebih berprestasi di sekolah. Hal ini dapat terjadi karena faktor pergaulan keseharian siswa. 3. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi siswa Kecuali faktor yang mempengaruhi prestasi siswa yang telah disebutkan di atas terdapat pula faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Ada tiga faktor lain yang ikut mempengaruhi prestasi siswa, yakni : Pemenuhan kebutuhan psikologis, intelegensi, emosi dan motivasi serta pengembangan kreatifitas (Semiawan, 2008 : 11-14). a. Pemenuhan kebutuhan psikologis Para orang tua sudah tahu meskipun tingkat pengetahuan anak tidak sama dalam perkembangannya perlu dipenuhi berbagai macam kebutuhannya, meliputi kebutuhan primer (pangan, pakaian, dan perumahan) serta kasih
sayang,
perhatian,
penghargaan
terhadap
dirinya
dan
peluang
mengaktualisasikan dirinya. Pemenuhan kebutuhan psikologis ini banyak tergantung dari cara lingkungannya berinteraksi dengan dirinya. Makin tercukupi kebutuhan psikologis siswa, semakin baik pengaruh yang diberikan terhadap pencapaian prestasi belajarnya. b. Intelegensi, emosi dan motivasi Intelegensi seorang anak akan sangat berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar siswa. Hal ini sudah menjadi pengetahuan umum masyarakat. Sebenarnya intelegensi bukan satu-satunya modal yang menentukan pencapaian prestasi siswa dalam belajar. Intelegensi atau biasa disebut IQ (Intelligence Quotient)
hanya
merupakan
faktor.
Ada
faktor
lain
yang
turut
mempengaruhinya yaitu EQ (Emotional Quotient). EQ adalah suatu ukuran yang menunjuk pada kualitas memahami perasaannya sendiri dan kemampuan ikut mengalami penghayatan perasaan orang lain atau empati. Kemampuan membaca situasi sekitar melalui kesadaran diri sehingga mampu mengendalikan diri disertai kematangan menentukan pilihan adalah gambaran beberapa ketrampilan emosional yang dikandung oleh pengertian intelligensi emosional tersebut. Keseimbangan antara intelegensi intelektual dengan intelligensi emosional diperlukan antara lain untuk berkonsentrasi terhadap materi pelajaran yang dihadapi, mengatasi stres atau kecemasan dalam persoalan tertentu. Hal ini berkenaan dengan bijaknya seseorang terhadap perasaannya sendiri. Semua ini terkait dengan motivasi internal yaitu kecenderungan seseorang untuk berprakarsa secara terarah memiliki dorongan untuk maju. Motivasi tersebut
bersumber dari keyakinan kemampuannya untuk memperoleh sukses dalam upaya mewujudkan prestasi belajar mengaktualisasikan potensi seoptimal mungkin. c. Pengembangan kreatifitas Anak yang baru lahir telah membawa bakat yang merupakan potensi kemampuan yang berbeda-beda dan terwujud karena interaksi yang dinamis antara keunikan individu dan pengaruh lingkungan. Berbagai kemampuan yang teraktualisasikan beranjak dari berfungsinya otak. Berfungsinya otak adalah hasil interaksi dari bawaan genetic dan pengaruh lingkungan. Kecerdasan manusia juga ditentukan oleh struktur otak, yaitu otak kanan dan kiri. Otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreatifitas, sedangkan otak kiri berfungsi untuk merespon terhadap hal-hal yang sifatnya linier, logis, teratur. Pembelajaran yang berupaya memfungsikan belahan otak kanan dan kiri akan banyak membantu siswa dapat memiliki prakarsa untuk mengatasi
dirinya,
meningkatkan
prestasi
belajar
sehingga
mencapai
kemandirian dan mampu menghadapi berbagai kesulitan. 4. Prestasi dan proses pembelajaran Sebuah prestasi pasti diawali dengan proses pembelajaran. Demikian pula dengan prestasi belajar siswa tentu tak terlepas dari proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dua unsur pokok yang amat menentukan prestasi siswa adalah siswa itu sendiri dalam peran masing-masing. Supaya siswa mampu meraih prestasi belajar yang tinggi maka ia harus dapat memanfaatkan kegiatan belajar dengan memfungsikan segenap panca inderanya, serta minat dan perhatiannya. Sedangkan guru dalam proses pembelajaran mengantarkan siswa dengan “mengajar” sekaligus “mendidik”. A.M Sardiman menjelaskan peran siswa dan guru dalam proses
pembelajaran. Harapannya bila siswa mampu memaknai “belajar” ia dapat memaksimalkan perannya sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal, demikian juga guru yang mampu menerapkan pengertian “mengajar” dan “mendidik” dapat membelajarkan siswa pada proses pembelajaran yang bermakna. (Sardiman A.M, 1997 : 27-54). 5. Upaya meningkatkan prestasi belajar Belajar menurut Jean Piaget adalah adaptasi yang holistic dan bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru sehingga mengalami perubahan yang relatif permanen. Hasil dari proses belajar disebut dengan prestasi belajar (Semiawan, 2008 : 11). Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecerdasan (Purwanto, 1997 : 102). Dua pengertian belajar di atas saling melengkapi tentang hasil dari proses belajar. Pengertian pertama menyebut bahwa hasil dari belajar disebut prestasi belajar sedangkan pengertian ke dua menyebut hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan atau kecerdasan. Dua pengertian dapat dianggap identik karena perubahan tingkah laku dan kecerdasan hasil belajar akhirnya akan dicerminkan dalam nilai, sedangkan nilai merupakan cermin prestasi belajar. Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : a. Kematangan/pertumbuhan. Pembelajaran akan berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi siswa dan potensi jasmani dan rohaninya telah matang. b. Kecerdasan/inteligensi. Taraf kecerdasan siswa amat mempengaruhi prestasi belajar. c. Latihan dan ulangan. Karena terlatih, sering diulang maka kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki dapat menjadi semakin dikuasai.
d. Motivasi. Motivasi merupakan pendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. e. Sifat-sifat pribadi siswa. Sifat pribadi siswa bermacam-macam. Ada yang keras kemauan, ada yang harus menang, harus dilayani, pemalas dsb. Kesemuanya mempengaruhi prestasi belajar. f. Keadaan keluarga. Keluarga yang berantakan merupakan penghambat prestasi sebaliknya keluarga tenang dan damai menjadi pendorong pencapaian prestasi. g. Alat-alat pelajaran. Guru dengan cara mengajar yang baik, dengan strategi pembelajaran yang tepat ditambah penggunaan alat pembelajaran yang mendukung merupakan faktor pendukung prestasi belajar. h. Motivasi sosial. Maksudnya motivasi yang datang dari luar siswa, misalnya dari guru, orang tua, dan lingkungan. i.
Lingkungan dan kesempatan. Lingkungan yang kondusif dan kesempatan berkembang yang memadai merupakan faktor pendorong pencapaian prestasi siswa (Purwanto, 1997 : 102-105). Demi pencapaian prestasi yang menggembirakan hendaknya guru, orang tua,
dan masyarakat berupaya mewujudkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut tugas dan fungsinya masing-masing. D. Metode Sosiodrama 1. Pengertian Metode Sosiodrama Metode sosiodrama adalah cara penyajian bahan pembelajaran dengan cara mempertontonkan, atau mempertunjukkan atau dengan mendramatisirkan cara tingkah laku dalam hubungan sosial (Armai, 2002 : 179).
Pengertian di atas amat sejalan dengan tinjauan etimologis yaitu kata sosio berarti sosial atau masyarakat dan drama berarti mempertujukkan atau mempertontonkan. Sebagai metode pembelajaran, sosiodrama sering juga disebut bermain peran karena memang pementasan drama merupakan pementasan seni peran. Dja’far (1992: 33) memberikan pengertian bahwa metode sosiodrama ialah suatu bentuk metode mengajar dengan cara memerankan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dalam sosiodrama dilakukan dengan memerankan seseorang dari sejarah, dunia pengetahuan, gambaran kehidupan masyarakat lingkungan sekitar siswa dan lain sebagainya. Kegiatan memerankan seseorang atau sesuatu akan membuat siswa mudah memahami dan sering menghayati hal-hal yang dipelajarinya. Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa metode sosiodrama identik dengan metode bermain peran. 2. Kelebihan Metode Sosiodrama Menurut Sriyono (1992 : 118), sebagai metode pembelajaran metode sosiodrama memiliki beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut : a. Siswa giat berlatih sehingga makin memahami dan mengingat isi bahan yang didramakan. Sebagai pemain siswa harus benar-benar menghayati isi drama yang akan ditampilkan secara keseluruhan. Dengan demikian daya ingat siswa akan makin tajam dan tahan lama. b. Siswa berlatih untuk berkreasi dan berinisiatif karena saat bermain peran ia berlatih mengemukakan pendapat. c. Memupuk bakat siswa dalam bidang seni peran.
d. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkembangkan. e. Siswa menjadi terbiasa membagi tanggung jawab. f. Bahasa lisan siswa dapat langsung dibina sehingga ia mampu berkomunikasi yang mudah dimengerti. 3. Kelemahan Metode Sosiodrama Setiap ada kelebihan pasti ada kekurangan atau kelemahan. Adapun kelemahan metode sosiodrama adalah : a. Siswa yang tidak ikut bermain peran sering tidak aktif, bahkan cenderung mengganggu/menggoda. b. Waktu yang diperlukan cukup lama. c. Memerlukan tempat yang relatif luas. d. Sering mengganggu kelas lain. 4. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Sosiodrama Supaya penerapan metode sosiodrama benar-benar efektif perlu dilakukan langkah-langkah antisipatif untuk mengatasi kelemahan-kelemahan. Cara-cara tersebut antara lain : a. Penonton tidak hanya berperan sebagai pengamat atau penikmat pementasan saja, akan tetapi diberi tugas menyusun ikhtisar dan memberikan tanggapan kesan ataupun kritik dari pementasan. b. Mengusahakan agar dalam satu waktu pementasan tidak hanya satu kelompok yang bermain, akan tetapi sedapat mungkin semua siswa ikut berperan dengan cerita yang berbeda namun dalam konteks materi pembelajaran yang sama. Dengan demikian satu kali acara pementasan akan saling melengkapi. c. Materi bermain peran dipilih materi yang benar-benar urgen atau menyentuh sehingga minat siswa terhadap proses pembelajaran akan tetap tinggi.
5. Cara Mempraktekkan Metode Sosiodrama Sosiodrama dapat dipilih oleh guru sebagai metode pembelajaran ketika guru ingin menggambarkan hubungan sosial yang berupa sejarah atau kejadian masa lampau, masa kini, atau bahkan masa yang akan datang, cara mengambil keputusan, peranan orang-orang tertentu dan sebagainya. Hubungan sosial tersebut didramakan oleh siswa dalam bimbingan guru. Jalannya pembelajaran dengan metode ini antara lain adalah : a. Guru menyiapkan situasi sosial yang akan didramakan. Bersama siswa membagi tugas dan menjelaskan masing-masing pemeran, menjelaskan tugas penonton. b. Guru memberi pengarahan tentang situasi yang diharapkan. Siswa membuat skenario secara kelompok. c. Sebelum pementasan siswa melakukan latihan. d. Dengan bergantian siswa bersama kelompoknya membawakan drama yang berbeda namun merupakan kelanjutan dari drama sebelumnya. e. Akhir cerita secara keseluruhan siswa dan guru melakukan diskusi tentang halhal yang perlu diketahui oleh siswa. Dijelaskan oleh Suprayekti (2003 : 37), bahwa bermain peran yang berguna dalam belajar pengalaman dapat digunakan untuk membangkitkan diskusi, menghidupkan kembali peristiwa-peristiwa, mempraktekkan ketrampilan atau untuk mengalami bagaimana fenomena rasa tertentu. Agar pelaksanaannya berhasil ada cara-cara tertentu dalam menyusun dan memformat : a. Penaskahan : 1) Bentuk bebas dengan cara : Siswa dapat diberi skenario umum dan diminta mengisi secara detail mereka sendiri.
2) Ditentukan dengan cara siswa diberi instruksi yang telah disiapkan dengan baik yang mengungkapkan fakta mengenai peran-peran yang mereka perankan dan bagaimana mereka harus bertindak. 3) Tema ditentukan dengan cara siswa diberi informasi latar belakang secara luas mengenai situasi dan ciri utama digambarkan namun tidak dikatakan bagaimana cara mengatasi situasi. 4) Memainkan ulang kehidupan dengan cara siswa menggambarkan diri mereka sendiri dalam situasi aktual yang mereka hadapi. 5) Bacaan dramatis dengan cara siswa diberikan tulisan yang telah disiapkan sebelumnya untuk dilakukan. b. Pemformatan : 1) Simultan siswa dibentuk kelompok berpasangan untuk sebuah drama dua orang, bertiga untuk drama tiga orang, dan seterusnya. 2) Panggung di depan satu siswa atau lebih memainkan peran di depan kelompok dan peserta lain dari kelompok itu berperan sebagai pengamat yang memberi feedback. 3) Bergiliran, aktor di depan kelompok dapat digilirkan biasanya dengan interupsi permainan peran selanjutnya dan menggantikan satu aktor atau lebih. 4) Aktor-aktor yang berbeda, lebih dari satu aktor dapat direkrut untuk memerankan situasi yang sama ini memungkinkan kelompok untuk mengamati lebih dari satu gaya. 5) Diulangi, permainan peran dapat dipraktekkan untuk kedua kalinya.
E. Bahan Pembelajaran SKI bagi Siswa Kelas IV Bahan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah adalah : Ketabahan para sahabat nabi dalam menegakkan aqidah islam meliputi ketabahan Abu Bakar Assidiq, Keluarga Ammar bin Yasir, dan Bilal bin Rabbah.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Kondisi Awal Penelitian Salah satu alasan yang melatarbelakangi pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya minat belajar siswa. Minat siswa yang rendah tersebut berdampak pada rendahnya keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa pada mata pelajaran SKI pun juga rendah. Berdasarkan kondisi tersebut, guru membuat angket minat belajar siswa sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan cara meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran SKI. Hal ini agar dapat meningkatkan minat belajar sehingga mampu meningkatkan keaktifan belajar yang pada akhirnya akan meningkat pula hasil belajar. Angket minat belajar siswa menghasilkan skor rata-rata minat sebesar 24 sedangkan skor maksimal adalah 40. Jadi minat siswa dalam proses pembelajaran SKI hanya 60 %. Hasil pre tes mendapatkan nilai rata-rata 65,7. Siswa yang mencapai KKM (65,0) ada 6 siswa, sedangkan 8 siswa lainnya belum mampu mencapai KKM. B. Deskripsi Siklus I 1. Perencanaan Siklus I Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan siklus I adalah : a. Menyusun rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b. Menyusun alat evaluasi.
c. Menyiapkan bahan pembelajaran, menyusun skenario sosiodrama yang akan dipentaskan. d. Menyiapkan alat observasi. 2. Pelaksanaan Siklus I Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Agustus 2009 jam pelajaran ke 12 dimulai pukul 07.00 s.d pukul 08.10 selama 70 menit. Sosiodrama diperankan oleh Kelompok I dengan jumlah pemain sebanyak 5 siswa. Peristiwa yang didramakan adalah peristiwa penyelamatan Abu Bakar Assidiq oleh kaum tamimy ketika Abu Bakar Assidiq sedang melakukan dakwah. Jalannya proses pembelajaran sebagai berikut : a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit) 1) Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmalah dan membaca do’a 2) Menjelaskan materi pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dan pemberian motivasi akan manfaat mempelajari bahan pembelajaran, serta memberikan tugas kepada dua kelompok lain untuk menyusun ikhtisar drama dan menyusun kesan atau tanggapan yang harus disampaikan dalam diskusi kelas. b.
Kegiatan Inti (30 menit) 1) Kelompok I bermain drama. Materi sosiodrama adalah memerankan ketabahan sahabat nabi (Abu Bakar Assidiq) dalam menjalani siksaan kaum kafir quraisy. Dua kelompok lain menyaksikan dengan seksama supaya dapat menyusun ikhtisar dan memberikan kesan atau tanggapan. Durasi bermain drama selama 20 menit.
2) Dilaksanakan diskusi kelas dengan kegiatan penyampaian ikhtisar oleh dua kelompok penonton dan penyampaian tanggapan, kritik dan saran. Kegiatan diskusi dilaksanakan selama 10 menit. c.
Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup dilaksanakan evaluasi I selama 20 menit.
3. Pengamatan Siklus I Kegiatan pengamatan dalam siklus I adalah observasi pelaksanaan proses pembelajaran. Observasi dilakukan terhadap siswa, dan guru. Observasi terhadap siswa dilakukan oleh guru, sedangkan observasi terhadap guru dilakukan oleh guru lain. Pelaksanaan observasi berdasarkan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi adalah : a. Sosiodrama mampu meningkatkan keaktifan dan minat siswa. b. Proses pembelajaran menjadi lebih hidup. c. Diskusi belum berjalan sebagaimana diharapkan, guru masih harus banyak membimbing. 4. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada pelaksanaan siklus I adalah : a. Hasil observasi proses pembelajaran. b. Hasil evaluasi. c. Hasil penilaian bermain peran kelompok I. 5. Refleksi Pelaksanaan proses pembelajaran siklus I telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal-hal yang perlu ditingkatkan yaitu : a. Properti perlu dilengkapi. b. Pemain belum cukup menghayati peran.
c. Hasil pengamatan terhadap siswa yang telah menjadi pemain drama menyampaikan
kesan
senang
terhadap
pembelajaran
dengan
metode
sosiodrama ini karena mereka merasakan seolah-olah mereka adalah pelaku aslinya. C. Deskripsi Siklus II 1. Perencanaan Siklus II Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan siklus II adalah : a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b. Menyusun alat evaluasi c. Menyiapkan bahan pembelajaran, yaitu guru bersama siswa menyusun skenario sosiodrama yang akan dipentaskan. d. Menyiapkan alat observasi. 2. Pelaksanaan Siklus II Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 27 Agustus 2009 jam pelajaran ke 1-2 dimulai pukul 07.00 s.d pukul 08.10 selama 70 menit. Sosiodrama diperankan oleh Kelompok II dengan jumlah pemain sebanyak 5 siswa. Peristiwa yang didramakan adalah ketika keluarga Ammar bin Yasir masuk islam secara diamdiam yang pada akhirnya diketahui oleh kaum kafir quraisy. Jalannya siklus II sebagai berikut : a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit) 1) Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmalah dan membaca doa. 2) Menjelaskan materi pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dan pemberian motivasi akan manfaat mempelajari bahan pembelajaran, serta memberikan tugas kepada dua kelompok lain untuk menyusun ikhtisar
drama dan menyusun kesan atau tanggapan yang harus disampaikan dalam diskusi kelas. b. Kegiatan Inti (30 menit) 1) Kelompok II bermain drama. Materi yang didramakan adalah ketabahan keluarga Ammar bin Yasir dalam menghadapi kekejaman kaum kafir quraisy. Kelompok I dan III menyaksikan dengan seksama supaya dapat menyusun ikhtisar dan memberikan kesan atau tanggapan. Durasi bermain drama selama 20 menit. 2) Dilaksanakan diskusi kelas dengan kegiatan penyampaian ikhtisar oleh dua kelompok penonton dan penyampaian tanggapan, kritik dan saran. Kegiatan diskusi dilaksanakan selama 10 menit. c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup dilaksanakan evaluasi II selama 20 menit 3. Pengamatan Siklus II Kegiatan pengamatan dalam siklus II adalah observasi pelaksanaan proses pembelajaran. Observasi dilakukan terhadap siswa, dan guru. Observasi terhadap siswa dilakukan oleh guru, sedangkan observasi terhadap guru dilakukan oleh guru lain. Pelaksanaan observasi berdasarkan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi : a. Proses pembelajaran lebih hidup daripada pertemuan I. b. Siswa sudah aktif menyusun kritik dan saran meskipun sederhana. 4. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada pelaksanaan siklus II adalah : a. Hasil observasi proses pembelajaran. b. Hasil evaluasi.
c. Hasil penilaian bermain peran kelompok II. 5. Refleksi Pelaksanaan proses pembelajaran siklus II telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal-hal yang perlu dicatat adalah : a. Pemain cukup menghayati peran. b. Karena ada tugas membuat ikhtisar dan menyampaikan kesan dan tanggapan maka penonton menjadi pengamat yang baik. c. Pembelajaran dengan sosiodrama membawa dampak positif bagi siswa dalam proses pembentukan pribadi pemain. d. Hasil wawancara terhadap siswa yang telah menjadi pemain drama menyampaikan
kesan
senang
terhadap
pembelajaran
dengan
metode
sosiodrama ini karena mereka merasakan seolah-olah mereka adalah pelaku aslinya. D. Deskripsi Siklus III 1. Perencanaan Siklus III Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan siklus III adalah : a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b. Menyusun alat evaluasi c. Menyiapkan bahan pembelajaran, yaitu guru bersama siswa menyusun skenario sosiodrama yang akan dipentaskan. d. Menyiapkan alat observasi. e. Menyiapkan angket kesan dan tanggapan siswa. 2. Pelaksanaan Siklus III Siklus III dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3 September 2009 jam pelajaran ke 1-2 dimulai pukul 07.00 s.d pukul 08.10 selama 70 menit. Sosiodrama diperankan
oleh kelompok III dengan jumlah pemain sebanyak 4 siswa. Materi yang didramakan adalah meneladani ketabahan sahabat nabi (Bilal bin Rabbah) dalam mepertahankan aqidah islam. a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit) 1) Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmalah dan membaca doa. 2) Menjelaskan materi pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dan pemberian motivasi akan manfaat mempelajari bahan pembelajaran. b. Kegiatan Inti (30 menit) 1) Kelompok III bermain drama. Materinya adalah ketabahan bilal bin Rabbbah ketika menerima siksaan dari Umayyah bin Khalaf demi mempertahankan keimanannya. Kelompok I dan II menyaksikan dengan seksama supaya dapat menyusun ikhtisar dan memberikan kesan atau tanggapan. Durasi bermain drama selama 20 menit. 2) Dilaksanakan diskusi kelas dengan kegiatan penyampaian ikhtisar oleh dua kelompok penonton dan penyampaian tanggapan, kritik dan saran. Kegiatan diskusi dilaksanakan selama 10 menit. c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup dilaksanakan evaluasi II selama 20 menit. 3. Pengamatan Siklus III Kegiatan pengamatan dalam siklus III sama seperti pengamatan siklus I dan II yaitu observasi pelaksanaan proses pembelajaran. Observasi dilakukan terhadap siswa, dan guru. Observasi terhadap siswa dilakukan oleh guru, sedangkan observasi terhadap guru dilakukan oleh guru lain. Pelaksanaan observasi berdasarkan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi :
a. Proses pembelajaran berjalan baik. b. Nilai ulangan siswa meningkat. c. Minat dan keaktifan siswa tetap baik. 4. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada pelaksanaan siklus III adalah : a. Hasil observasi proses pembelajaran. b. Hasil evaluasi. c. Hasil angket minat belajar. 5. Refleksi Pelaksanaan penelitian siklus III sesuai dengan rencana. Hasil proses pembelajaran makin baik dari siklus I dan II. Strategi siklus II berhasil skenario sosiodrama maupun ketika siswa menyusun ikhtisar.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Hasil penelitian mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bagi siswa kelas IV MI reksosari 03 sebelum pelaksanaan proses pembelajaran siklus I, II, III Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran siklus I, II, III telah dilaksanakan penilaian dalam dua kali proses pembelajaran. Hasil tes disampaikan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kemampuan awal siswa agar dapat memberikan gambaran ada dan
tidaknya kemajuan yang dicapai dalam proses
pembelajaran siklus I, II, III. Adapun hasil tes sebelum proses pembelajaran siklus I, II, dan III adalah sebagai berikut: Tabel I Hasil Belajar Sebelum Siklus Tuntas/ belum NO
Nama
Minat
Nilai
tuntas (KKM 65,0)
1
Afifi Miftah
23
64
BT
2
Cahya Wahyuning Tyas
23
61
BT
3
Fitriatun Nafiah
25
70
T
4
Gunawan Ramdlani
25
75
T
5
Iwan Kanafi
25
66
T
6
Khansa Najwa Nukma
22
60
BT
7
Laras Septiana
26
72
T
8
Mirza Adhanu Ahmad
22
60
BT
9
Nura Ayu Wendari
24
70
T
10
Putri Novianti
23
60
BT
11
Rofiah Lailatul Husna
28
78
T
12
Wawan Hariyanto
24
61
BT
13
Zesika Amanda F
24
63
BT
14
Zulfa Luthfi Nugroho
22
60
BT
Jumlah
336
920 (65,7)
T = 6/ BT=8
Tabel 1 : hasil belajar siswa sebelum penelitian Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel I tentang hasil belajar siswa sebelum penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan MI Reksosari 03 pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tahun pelajaran 2009/2010 adalah 65,0.
b.
Berdasarkan nilai KKM tersebut dapat dilakukan pengkategorian siswa yang telah tuntas maupun siswa yang belum tuntas.
c.
Seorang siswa yang belum mencapai nilai KKM maka harus mengikuti perbaikan.
d.
Jika jumlah siswa yang belum mencapai KKM ada 20 % atau lebih, maka guru harus melaksanakan pembelajaran ulang.
e.
Prestasi siswa sebelum penelitian ada 6 siswa (42,86 %) dikategorikan tuntas karena nilai yang dicapai lebih tinggi dari 65,0 dan 8 siswa (57,14 %) belum tuntas karena mereka masih dibawah KKM.
2. Deskripsi siklus I a.
Perencanaan siklus I Kegiatan perencanaan yang dilaksanakan oleh guru untuk pelaksanaan siklus I adalah: 1)
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2)
Menyusun alat evaluasi
3)
Menyiapkan bahan pembelajaran
4)
Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi
5)
Menyiapkan buku daftar nilai, buku absen, buku analisis hasil evaluasi, dan buku daftar kelas. Semua komponen tersebut di atas telah dilaksanakan dan disahkan oleh kepala MI Reksosari 03.
b.
Proses pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran siklus I telah dilaksanakan sesuai perencanaan, yaitu: 1). Kegiatan pendahuluan Guru melakukan apersepsi dengan cara menginformasikan proses pembelajaran yang akan berlangsung serta memberikan motivasi. 2). Kegiatan inti Guru berusaha menciptakan suasana interaktif dalam
proses
pembelajaran. 3). Metode yang digunakan adalah metode sosiodrama, ceramah, tanyajawab, dan diskusi.
4). Guru berusaha mengelola kelas dengan pembelajaran aktif dengan cara memberikan bimbingan pada setiap kelompok dalam menyusun ikhtisar dan menyusun laporan. 5). Evaluasi proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. c. Hasil belajar siklus I Data yang diperoleh setelah melalui proses pembelajaran siklus I sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Belajar Siklus I Tuntas/ Belum No
Nama Siswa
Minat
Nilai Tuntas (KKM 65,00)
1
Afifi Miftah
35
75
T
2
Cahya Wahyuning Tyas
30
65
T
3
Fitriatun Nafiah
32
73
T
4
Gunawan Ramdlani
32
75
T
5
Iwan Kanafi
34
73
T
6
Khansa Najwa Nukma
30
65
T
7
Laras Septiana
36
85
T
8
Mirza Adhanu Ahmad
28
60
BT
9
Nura Ayu Wendari
34
75
T
10
Putri Novianti
30
63
BT
11
Rofiah Lailatul Husna
34
80
T
12
Wawan Hariyanto
29
63
BT
13
Zesika Amanda F
29
67
T
14
Zulfa Luthfi Nugroho
30
65
T
Jumlah
443
984
31,64
70,3
Rata-rata
T = 11 / BT = 3
Tabel 2 : hasil belajar siswa sebelum penelitian Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 2 tentang hasil belajar siklus I dapat diketahui bahwa : 1.
Skor belajar siswa adalah 31,64.
2.
Berdasarkan perolehan skor tersebut maka tingkat minat siswa adalah 31,64/40 x 100 % = 79,1 %.
3.
Berdasarkan presentasenya maka minat belajar siswa pada pembelajaran siklus I dikategorikan baik (B).
4.
Rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,3 yang artinya daya serap siswa terhadap bahan pembelajaran adalah 70,3 %.
5.
Jumlah nilai KKM (65,0) ada 11 siswa
6.
3 siswa yang belum mampu mencapai nilai KKM ternyata minatnya lebih rendah dari siswa yang lain.
7.
Terdapat peningkatan pencapaian KKM dari 6 siswa pada ulangan sebelum siklus menjadi 11 siswa setelah mengikuti proses pembelajaran siklus I. Dengan demikian terdapat peningkatan dari 42,86 % untuk ulangan sebelum siklus menjadi 78,57 % sesudah siklus I.
8.
Terdapat peningkatan pencapaian rata-rata dari 65,7 menjadi 70,3 (peningkatan sebesar 4,6 poin atau
7,00 %).
d.
Hal-hal yang menghambat dan yang mendukung proses pembelajaran siklus I
1). Hal-hal yang menghambat a). Siswa belum terbiasa melakukan drama di depan teman-temannya sehingga meskipun sudah melakukan latihan rasa canggung masih tampak pada diri masing-masing pemain. b). Penyusunan ikhtisar masih belum mampu mengetengahkan hal-hal yang penting dan formatnya masih perlu mendapat bimbingan dari guru. 2). Hal-hal yang mendukung a). Minat siswa cukup tinggi untuk diajak memperbaiki hasil tes sebelum siklus. b). Telah ada usaha siswa meskipun kerja sama belum maksimal. 3. Deskripsi siklus II a.
Perencanaan siklus II Kegiatan perencanaan yang dilaksanakan oleh guru untuk pelaksanaan siklus II adalah: 1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2). Menyusun alat evaluasi 3). Menyiapkan bahan pembelajaran 4). Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi 5). Menunggui siswa latihan sosiodrama di luar jam efektif 6). Menyiapkan buku daftar nilai, buku absen, buku analisis hasil evaluasi, dan buku daftar kelas. Semua komponen tersebut di atas telah dilaksanakan dan disahkan oleh kepala MI Reksosari 03.
b.
Proses pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran siklus II telah dilaksanakan sesuai perencanaan, yaitu: 1) Kegiatan pendahuluan Guru telah melakukan apersepsi dengan cara menginformasikan proses pembelajaran yang akan berlangsung serta pemberian motivasi. 2) Kegiatan inti Guru berusaha menciptakan suasana interaktif dalam proses pembelajaran. 3) Metode yang digunakan adalah metode sosiodrama, ceramah, tanyajawab, dan diskusi. 4) Evaluasi proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
c.
Hasil Belajar Siklus II Data yang diperoleh setelah proses pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Belajar Siklus II Tuntas/ Belum No
Nama Siswa
Minat
Nilai Tuntas (KKM 65,00)
1
Afifi Miftah
36
75
T
2
Cahya Wahyuning Tyas
33
67
T
3
Fitriatun Nafiah
32
75
T
4
Gunawan Ramdlani
35
85
T
5
Iwan Kanafi
35
78
T
6
Khansa Najwa Nukma
30
67
T
7
Laras Septiana
36
85
T
8
Mirza Adhanu Ahmad
29
63
BT
9
Nura Ayu Wendari
34
80
T
10
Putri Novianti
32
67
T
11
Rofiah Lailatul Husna
35
85
T
12
Wawan Hariyanto
30
65
T
13
Zesika Amanda F
31
73
T
14
Zulfa Luthfi Nugroho
33
67
T
Jumlah
461
1032
32,92
73,7
Rata-rata
T= 13 / BT= 1
Tabel 3 : hasil belajar siswa sebelum penelitian Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 3 tentang hasil belajar siklus II dapat diketahui bahwa: 1). Minat belajar siswa dalam pembelajaran siklus II mendapat skor 32,92. 2). Skor tersebut menunjukkan tingkat minat siswa sebesar 82,3% (32,92/40 X 100%) 3). Tingkat minat 82,3 % menunjukkan minat belajar siswa dalam kategori amat baik (A) 4). Prestasi belajar siswa menghasilkan nilai rata – rata 73,7 yang berarti daya serap siswa terhadap bahan pembelajaran 73,7 % 5). 13 dari 14 siswa mampu mencapai nilai KKM sedangkan 1 siswa masih belum mencapai KKM 6). Terdapat kenaikan rata-rata sebesar 8 poin dari rata-rata kondisi awal (65,7 atau 12,2%) 7). Terdapat kenaikan rata-rata sebesar 3,4 poin (4,8 %) dari rata-rata siklus I.
d. Hal – hal yang menghambat dan mendukung proses pembelajaran siklus II 1). Hal yang menghambat yaitu: a. Properti belum maksimal b. Dialog pemain masih sering terputus 2). Hal yang mendukung Hal – hal yang mendukung pelaksanaan proses pembelajaran siklus II adalah : Keberhasilan siklus I dalam memperbaiki hasil belajar membuat minat siswa makin baik dan lebih bersemangat dalam melakukan latihan drama. 4. Deskripsi Siklus III a. Perencanaan siklus III Kegiatan perencanaan yang dilaksanakan oleh guru untuk pelaksanaan siklus III adalah: 1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2). Menyusun alat evaluasi 3). Menyiapkan bahan pembelajaran 4). Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi 5). Menunggui siswa latihan sosiodrama di luar jam efektif 6). Menyiapkan buku daftar nilai, buku absen, buku analisis hasil evaluasi, dan buku daftar kelas. Semua komponen tersebut di atas telah dilaksanakan dan disahkan oleh kepala MI Reksosari 03. b. Proses pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran siklus III telah dilaksanakan sesuai perencanaan, yaitu:
1). Kegiatan pendahuluan Guru telah melakukan apersepsi dengan cara menginformasikan proses pembelajaran yang akan berlangsung serta pemberian motivasi. 2). Kegiatan inti Guru berusaha menciptakan susasan interaktif dalam proses pembelajaran. 3). Metode yang digunakan adalah metode sosiodrama, ceramah, tanyajawab, dan diskusi. 4). Evaluasi proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. c. Hasil Belajar Siklus III Data yang diperoleh setelah proses pembelajaran siklus III adalah sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Belajar Siklus III Tuntas/ Belum No
Nama Siswa
Minat
Nilai Tuntas (KKM 65,00)
1
Afifi Miftah
37
80
T
2
Cahya Wahyuning Tyas
34
75
T
3
Fitriatun Nafiah
35
80
T
4
Gunawan Ramdlani
36
85
T
5
Iwan Kanafi
35
83
T
6
Khansa Najwa Nukma
32
73
T
7
Laras Septiana
37
90
T
8
Mirza Adhanu Ahmad
31
65
T
9
Nura Ayu Wendari
36
85
T
10
Putri Novianti
32
70
T
11
Rofiah Lailatul Husna
36
85
T
12
Wawan Hariyanto
32
65
T
13
Zesika Amanda F
32
78
T
14
Zulfa Luthfi Nugroho
33
67
T
Jumlah
478
1081
34,14
77,2
Rata-rata
T = 14 / BT = 0
Tabel 4 : hasil belajar siswa sebelum penelitian Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4 tentang hasil belajar siklus III dapat diketahui bahwa: 1). Minat belajar siswa dalam pembelajaran siklus III mendapat skor 34,14 2). Skor tersebut menunjukkan tingkat minat siswa sebesar 85,35% (34,14/40 X 100%) 3). Tingkat minat 85,35 % menunjukkan minat belajar siswa dalam kategori amat baik(A) 4). Siswa yang mencapai KKM pada siklus III ada 14 siswa (100 %) 5). Rata-rata kelas yang dicapai 77,2 6). Terdapat peningkatan sebesar 11,5 poin (17,5 %) dari kondisi awal 7). Terdapat peningkatan sebesar 3,5 poin (4,7 %) dari siklus II. Hal – hal yang menghambat dan mendukung proses pembelajaran siklus III 1). Hal yang menghambat Pelaksanaan proses pembelajaran siklus III tidak menemukan kendala yang berarti. 2). Hal yang mendukung
Hal – hal yang mendukung pelaksanaan proses pembelajaran siklus III adalah : a). Sosiodrama membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam b). Dengan Sosiodarama minat belajar siswa menjadi meningkat, karena siswa sibuk dengan latihan drama yang membuat siswa merasa belajar sambil bermain c). Kemampuan siswa yang biasanya rendah menjadi meningkat sehingga memberikan motivasi dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam. B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Peningkatan minat belajar siswa kelas IV MI Reksosari 03 Kecamatan Suruh pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menggunakan metode sosiodrama. Tabel 5 Perbandingan Skor Minat Belajar Siswa Naik dari
No
PBM
Skor
Prosentase
Kategori Kondisi Awal
1.
Kondisi awal
24,00
60,00%
C
-
2.
Siklus I
31,64
79,10%
B
+ 31,83%
3.
Siklus II
32,92
82,30%
A
+ 37,17%
4.
Siklus III
34,14
85,35%
A
+ 42,25
Tabel 5 : Perbandingan Skor Minat Belajar Siswa Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5 tentang perbandingan skor minat belajar siswa diketahui bahwa: a. Skor minat belajar siswa pada kondisi awal adalah 24 yang berarti tingkat minat siswa adalah 60 % dengan kategori cukup (C).
b. Skor minat meningkat menjadi 31,64 pada siklus I, yang berarti tingkat minat siswa adalah 79,1 % kategori baik (B), meningkat 31,83 % dari kondisi awal. c. Skor minat meningkat menjadi 3,2 pada siklus II, yang berarti tingkat minat siswa adalah 82,3 % kategori minat amat baik (A), meningkat 37,17% dari kondisi awal. d. Skor minat meningkat menjadi 34,14 pada siklus III, yang berarti tingkat minat siswa adalah 85,35 % kategori minat amat baik (A), meningkat 42,25% dari kondisi awal. Data-data di atas merupakan bukti bahwa metode sosiodrama mampu meningkatkan minat belajar siswa kelas IV MI Reksosari 03 Kecamatan Suruh pada proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga hipotesis dapat diterima keberadaannya. 2. Peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV MI Reksosari 03 Kecamatan Suruh pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menggunakan metode sosiodrama. Tabel 6 Perbandingan Pencapaian Nilai Hasil Tes Akhir Pembelajaran No
Tes Pada
Rata - rata
Naik dari kondisi awal -
Pencapai KKM 6 siswa
% KKM
65,70
2.
Kondisi Awal Siklus I
70,30
7,00 %
11 siswa
78,57 %
3.
Siklus II
73,70
12,18 %
13 siswa
92,85 %
4.
Siklus III
77,20
17,96 %
14 siswa
100 %
1.
42,85 %
Tabel 6 : Perbandingan Pencapaian Nilai Hasil Tes Akhir Pembelajaran Sumber : Data primer
Berdasarkan
tabel 6 tentang perbandingan pencapaian nilai hasil tes akhir
pembelajaran diketahui bahwa :
a.
Prestasi awal pada kondisi awal adalah 65,7 dengan jumlah pencapaian KKM ada 6 siswa atau 42,85 %.
b.
Kenaikan dicapai pada tes siklus I sebesar 12,43 % sehingga prestasi rata-rata mencapai 70,3. Pencapai KKM ada 11 siswa (78,57 %).
c.
Kenaikan dicapai pada tes siklus II sebesar 20,53 % sehingga prestasi rata-rata mencapai 73,7. Pencapai KKM ada 13 siswa (92,85 %).
d.
Kenaikan dicapai pada tes siklus III sebesar 27 % sehingga prestasi rata-rata mencapai 77,2. Pencapai KKM ada 14 siswa (100 %).
1. Data nilai siklus I Nilai No
Nama
Pra siklus(X1) 64
1
Afifi Miftah
2
Cahya Wahyuning Tyas
61
3
Fitriatun Nafiah
70
4
Gunawan Ramdlani
75
5
Iwan Kanafi
66
6
Khansa Najwa Nukma
60
7
Laras Septiana
72
8
Mirza Adhanu Ahmad
60
9
Nura Ayu Wendari
70
10
Putri Novianti
60
11
Rofiah Lailatul Husna
78
12
Wawan Hariyanto
61
13
Zesika Amanda F
63
(X1)² 4096 3721 4900 5625 4356 3600 5184 3600 4900 3600 6084 3721 3969
Siklus I (X2) 75 65 73 75 73 65 85 60 75 63 80 63 67
(X2)² 5625 4225 5329 5625 5329 4225 7225 3600 5625 3969 6400 3969 4489
14
Zulfa Luthfi Nugroho
60
3600
65 ∑ X2=
Jumlah ∑ X1 = 920
(∑ X1) ² = 60956
984
4225 (∑ X2) ² = 69860
1. Pembahasan siklus I a.
Banyaknya siswa yang telah memenuhi nilai KKM pada siklus I adalah 11 dari 14 siswa (sebesar 78,57%). Itu berarti dengan dilaksanakannya siklus I telah terjadi peningkatan prosentase siswa yang memenuhi nilai KKM sebesar 7%.
b.
- Besarnya mean siklus I dan pra siklus adalah
x n
1
x=
1
=
984 14
= 70,3 - Besarnya mean pada pra siklus adalah
x n
1
x=
1
920 14
=
= 65,7 c.
Pengujian perbedaan mean antara nilai pra siklus dan nilai siklus I Varian nilai pra siklus dan siklus I adalah
x
1
= 920
x
2 1
= 60956
n
= 14
x x
2
2 2
= 984 = 69860
SD =
X
x1 - n
2 1
n
2
x1 SD = - n n 60956 920 2 = - 14 14
X
2 1
2 1
2
= 4354 – (65,71) 2 = 4354 – 4317,80 = 36,2 2 2
SD =
=
X n
2 2
x2 - n
69860 984 - 14 14
2
2
= 4990 – (85, 46) 2 = 4990 – 4940,08 =49,92 Nilai t antara nilai semester I dan siklus I adalah x 1 = 920: 14 = 65,70 x 2 = 984 : 14 = 70,30 n 1 = 14 n 2 = 14
t
x1 x2 SD12 SD22 n1 n2
t
t
65,70 70,30 36,2 49,92 14 14 4,6 2,59 3,57
t
4,6 6,16
t
4,6 2,48
t = 1,85 t hitung = 1,85 t tabel taraf signifikansi 1% = 2,44
Penafsiran : t hitung (1,85) lebih besar dari pada t tabel taraf signifikan 1% (2,44) maka ada perubahan yang signifikan terhadap pelaksanaan siklus I dengan menggunakan penugasan.
2. Data nilai Siklus II
Nilai No 1
Nama Afifi Miftah
Pra siklus(X1) 64
(X1)²
Siklus II (X2) 75
4096 2
Cahya Wahyuning Tyas
61
5625 67
3721 3
Fitriatun Nafiah
70
4489 75
4900 4
Gunawan Ramdlani
75
5625 85
5625 5
Iwan Kanafi
(X2)²
66
7225 78
4356
6084
6
Khansa Najwa Nukma
60
67 3600
7
Laras Septiana
72
4489 85
5184 8
Mirza Adhanu Ahmad
60
7225 63
3600 9
Nura Ayu Wendari
70
3969 80
4900 10
Putri Novianti
60
6400 67
3600 11
Rofiah Lailatul Husna
78
4489 85
6084 12
Wawan Hariyanto
61
7225 65
3721 13
Zesika Amanda F
63
4225 73
3969 14
Zulfa Luthfi Nugroho Jumlah
60 ∑ X1 = 920
5329 67
3600 (∑ X1) ² = 60956
4489 ∑X2=1032 (∑ X2) ² = 76888
1. Pembahasan siklus II
a. Banyaknya siswa yang telah memenuhi nilai KKM pada siklus II adalah 13 dari 14 siswa (sebesar 92,85%). Itu berarti dengan dilaksanakannya siklus I telah terjadi peningkatan prosentase siswa yang memenuhi nilai KKM sebesar 12,18 %. b. Besarnya mean siklus II dan pra siklus adalah
x=
x n
1 1
1032 = 14
= 73,71
- Besarnya mean pada pra siklus adalah
x=
x n
1 1
=
920 14
= 65,7 c. Pengujian perbedaan mean antara nilai pra siklus dan nilai siklus II. Varian nilai pra siklus dan siklus II adalah
x
1
x
2 1
n
= 920 = 60956 = 14
x = 1032 x = 76888 2
2 2
SD =
X
x1 - n
2 1
n
2
x1 SD = - n n 60956 920 2 = - 14 14
X
2 1
2 1
= 4354 – (65,71) 2 = 4354 – 4317,80 = 36,2 2 2
SD =
=
X n
2 2
x2 - n
76888 1032 - 14 14
2
2
2
= 5492 – (73,71) 2 = 5492 – 5433,16 = 58,84
Nilai t antara nilai semester I dan siklus II adalah
x 1 = 920: 14 = 65,70 x 2 = 1032 : 14 = 73,71 n 1 = 14 n 2 = 14
t
t
t
t
x1 x2 SD12 SD22 n1 n2
65,70 73,71 36,2 58,84 14 14 8,01 2,59 4,20
8,01 6,79
8,01 2,6 t = 3,08 t
t hitung = 3,08 t tabel taraf signifikansi 1% = 2,44
Penafsiran : t hitung (3,08) lebih besar dari pada t tabel taraf signifikan 1% (2,44) maka ada perubahan yang signifikan terhadap pelaksanaan siklus II dengan menyuruh siswa untuk lebih giat lagi dalam berlatih drama.
3. Data nilai siklus III Nilai No 1
Nama Afifi Miftah
Pra siklus(X1) 64
(X1)²
Siklus III (X2) 80
4096 2
Cahya Wahyuning Tyas
61
6400 75
3721 3
Fitriatun Nafiah
70
5625 80
4900 4
Gunawan Ramdlani
75
6400 85
5625 5
Iwan Kanafi
66
7225 83
4356 6
Khansa Najwa Nukma
60
6889 73
3600 7
Laras Septiana
72
5329 90
5184 8
Mirza Adhanu Ahmad
60
8100 65
3600 9
Nura Ayu Wendari
70
4225 85
4900 10
Putri Novianti
60
7225 70
3600 11
Rofiah Lailatul Husna
78
4900 85
6084 12
Wawan Hariyanto
61
7225 65
3721 13
Zesika Amanda F
63
4225 78
3969 14
Zulfa Luthfi Nugroho Jumlah
60 ∑ X1 = 920
(X2)²
6084 67
3600 (∑ X1) ² = 60956
4489 ∑X2= 1081
(∑ X2)= 84341
1. Pembahasan siklus III
a. Banyaknya siswa yang telah memenuhi nilai KKM pada siklus III adalah 14 dari 14 siswa (sebesar 100%). Itu berarti dengan dilaksanakannya siklus III telah terjadi peningkatan prosentase siswa yang memenuhi nilai KKM sebesar 17,96 %. b. Besarnya mean siklus III dan pra siklus adalah
x=
x n
1 1
1081 = 14
= 77,21 - Besarnya mean pada pra siklus adalah
x=
x n
1 1
=
920 14
= 65,7 c. Pengujian perbedaan mean antara nilai pra siklus dan nilai siklus III. Varian nilai pra siklus dan siklus III adalah
x
1
x
2 1
n
= 920 = 60956 = 14
x = 1081 x = 84341 2
2 2
SD =
X
x1 - n
2 1
n
2
x1 SD = - n n 60956 920 2 = - 14 14
X
2 1
2 1
2
= 4354 – (65,71) 2 = 4354 – 4317,80 = 36,2 2 2
SD =
=
X
2 2
n
x2 - n
84341 1081 - 14 14
2
2
=6024,36 – (77,21) 2 = 6024,36 – 5961,38 = 62,98
Nilai t antara nilai semester I dan siklus III adalah
x 1 = 920: 14 = 65,70 x 2 = 1081 : 14 = 77,21 n 1 = 14 n 2 = 14
t
t
t
x1 x2 SD12 SD22 n1 n2
65,70 77,21 36,2 62,98 14 14 11,51 2,59 4,50
11,51 7,09
t
11,51 2,68 t = 3,08 t
t hitung = 4,29 t tabel taraf signifikansi 1% = 2,44
Penafsiran : t hitung (4,29) lebih besar dari pada t tabel taraf signifikan 1% (2,44) maka ada perubahan yang signifikan terhadap pelaksanaan siklus III dengan menyuruh siswa untuk lebih giat lagi dalam berlatih drama.
C. Analisis Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Suatu minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru.
Pemilihan metode sosiodrama dalam proses pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bertujuan agar siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran SKI, maka siswa akan mempunyai minat dan motivasi yang tinggi untuk mempelajarinya. Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran dengan metode sosiodrama,
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
metode
sosiodrama
mampu
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas IV MI Reksosari 03 Kecamatan Suruh pada proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, sehingga hipotesis dapat diterima kebenarannya.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian berjudul “Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Pada Siswa Kelas IV MI Reksosari 03 Tahun Ajaran 2009/2010”, adalah: 1.
Metode sosiodrama salah satu metode yang merupakan suatu cara penyampaian materi pelajaran dengan kegiatan memerankan seseorang dari sejarah, dunia pengetahuan, maupun gambaran masyarakat. Dari memerankan seseorang atau sesuatu tersebut akan membuat siswa mudah memahami dan menghayati hal-hal yang dipelajarinya dengan memfungsikan segenap panca inderanya, minat, dan perhatiannya untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Minat adalah perasaan tertarik pada diri seseorang pada sesuatu hal tertentu karena berhubungan dengan kepentingan atau kebutuhannya. Dari pengertian tersebut, minat siswa dalam belajar merupakan pendorong dalam upaya mencapai kompetensi dasar dalam sebuah proses pembelajaran.
2.
Penerapan metode sosiodrama pada mata pelajaran SKI dimulai dari perencanaan dan persiapan yang baik agar dalam proses pembelajarannya dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Dengan kedisiplinan siswa dalam berlatih seni peran akan menciptakan suasana yang menyenangkan karena siswa merasakan bahwa proses pembelajaran berlangsung seperti bermain. Dalam latihan drama tidak tertutup kemungkinan adanya kejenuhan dari siswa. Untuk
menghindarinya
sangat
diharapkan
peran
aktif
guru
dalam
menyelenggarakan pembelajaran yang dapat menarik minat, perhatian, dan
menimbulkan motivasi belajar siswa. Tentu saja keberhasilan tersebut harus berdasarkan penilaian serta pengamatan-pengamatan yang dilakukan oleh guru sehingga akan terjadi umpan balik yang dapat menjadi koreksi agar pembelajaran selanjutnya akan lebih optimal. 3.
Metode sosiodrama mampu meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran SKI bagi siswa kelas IV MI Reksosari 03 Kecamatan Suruh. Analisis data menunjukkan bukti bahwa : (a). Skor minat belajar siswa pada kondisi awal adalah 24, yang berarti tingkat minat siswa adalah 60 % dengan kategori cukup (C). (b). Skor minat meningkat menjadi 31,64 pada siklus I, yang berarti tingkat minat siswa adalah 79,1 % kategori baik (B), meningkat 31,83 % dari kondisi awal. (c). Skor minat meningkat menjadi 32,92 pada siklus II, yang berarti tingkat minat siswa adalah 82,3 % kategori minat amat baik (A), meningkat 37,17 % dari kondisi awal. (d). Skor minat meningkat menjadi 34,14 pada siklus III, yang berarti tingkat minat siswa adalah 85,35 % kategori minat amat baik (A), meningkat 42,25 % dari kondisi awal. Metode sosiodrama mampu meningkatkan prestasi siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bagi siswa kelas IV MI Reksosari 03 Kecamatan Suruh. Hasil analisa data menunjukkan bukti bahwa : (a). Prestasi rata-rata pada kondisi awal adalah 65,70 ,denagan jumlah pencapai KKM ada 6 siswa atau 42,85 %. (b) Kenaikan dicapai pada tes siklus I sebesar 7,00 % sehingga prestasi ratarata mencapai 70,3 , pencapai KKM ada 11 siswa (78,94 %).
(c) Kenaikan dicapai pada tes siklus II sebesar 12,18% sehingga prestasi ratarata mencapai 73,7 , pencapai KKM ada 13 siswa (92,85 %) (d).Kenaikan dicapai pada tes siklus III sebesar 17,96 % sehingga prestasi ratarata mencapai 77,2 , pencapai KKM ada 14 siswa (100%).
B.
Saran Sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian disampaikan saran sebagai berikut : 1.
Kepada para siswa diharapkan berlatih sosiodrama untuk memperlancar kegiatan belajar SKI dan meningkatkan minat dalam proses pembelajaran supaya prestasi dapat meningkat lagi.
2.
Kepada guru diharapkan menggunakan metode sosiodrama karena terbukti dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
3.
Kepada Kepala Sekolah diharapkan memberi fasilitas ruangan khusus untuk pementasan drama agar tidak mengganggu kelas yang lain.
4.
Kepada wali siswa diharapkan kerja sama menyediakan waktu untuk memonitor dan menjadi motivator kepada putra putrinya ketika belajar di rumah.
DAFTAR PUSTAKA Abror, Rachman, Abd. 1993, Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana Arikunto, Suharsimi, 2007, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara A.M, Sardiman, 1997, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press Kancana, Wayan, Noor, 2001, Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Mulia Kartawidjaja, Eddy, S, Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung: Sinar Baru Dahar, Wilis, Ratna. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: Index Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya Semiawan, Cony, R. 2008. Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah Dasar: Jakarta Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta Surya, H. M. 2008. Kapita Selekta Kependidikan SD. Jakarta: Universitas Terbuka Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Tadjab. 1994. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya: Karya Abditama Dja’far, Zaenuddin. 1995. Didaktik Metodik. Pasuruan: Garoeda Buana Indah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SD/ MI MATAPELAJARAN KELAS/ SEMESTER ALOKASI WAKTU HARI/ TANGGAL
: MI REKSOSARI 03 : SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM : IV/ I : 2 X 35 MENIT :
I. STANDAR KOMPETENSI Mampu mengenal dan meneladani dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya II. KOMPETENSI DASAR Menunjukkan contoh ketabahan Nabi Muhammad SAW beserta sahabatnya dalam berdakwah III. INDIKATOR - Menjelaskan ketabahan Nabi Muhammad SAW beserta sahabatnya terhadap siksaan kaum qurays IV. TUJUAN PEMBELAJARAN - Siswa dapat menyebutkan para sahabat yang mendapat siksaan kaum kafir qurasy - Siswa dapat memberi contoh ketabahan sahabat Nabi terhadap siksaan kum qurasy - Siswa dapat meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dalam kehidupan sehari-hari V. MATERI PEMBELAJARAN Ketabahan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya VI. METODE PEMBELAJARAN - Ceramah - Sosiodrama - Penugasan VII.
LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN A. Kegiatan Awal - Berdoa bersama dilanjutkan dengan presensi siswa - Apersepsi B. Kegiatan Inti - Guru membentuk kelompok dan mengarahkan siswa untuk bermain peran - Sebelum pementasan siswa melakukan latihan - Dengan bergantian siswa bersama kelompoknya membawakan drama - Guru dan siswa melakukan diskusi tentang materi - Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
- Mencatat hal – hal yang penting C. Kegiatan Akhir - Memberikan kesimpulan - Memberikan penguatan pada siswa mengenai materi yang diajarkan - Penugasan - PR VIII.
SUMBER, ALAT DAN BAHAN MEDIA - Sumber : KTSP MI Kelas IV, LKS SKI Kelas IV, Silabus MI Kelas IV - Alat : Buku SKI Kelas 4 Penerbit Erlangga hal : 13 – 19 - Media : CD Jazirah Nabi
IX. PENILAIAN - Prosedur Penilaian - Jenis Penilaian - Bentuk penilaian
: Penilaian Akhir :Tertulis : Uraian
Mengetahui Kepala Sekolah
Suruh, Agustus 2009 Guru kelas IV
Saemuri, S.Pdi NIP. -
Ahmad Syukron
ANGKET MINAT BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DENGAN METODE SOSIODRAMA BAGI SISWA KELAS IV MI REKSOSARI 03 KECAMATAN SURUH 2009/2010 Nama Responden:……………………………………… Petunjuk: Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d, yang paling sesuai dengan isi hatimu dari pertanyaan atau pernyataan berikut : 1.
2.
Bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti pelajaran SKI? a.
sangat senang dan bersemangat
b.
senang tapi tidak bersemangat
c.
biasa saja
d.
bosan
Malam hari menjelang belajar kamu melihat jadwal bahwa kamu melihat ada pelajaran SKI. Apa yang kamu lakukan?
3.
a.
mempelajari bahan belajar agar besok pagi menjadi lebih paham
b.
cukup mempersiapkan buku yang diperlukan
c.
yang penting beok pagi mendengarkan, buku tidak penting
d.
tidak melakukan apa-apa
Pernahkah kamu merasa bosan ketika pelajaran SKI berlangsung? a. tidak pernah b. belum pernah c. pernah d. sering
4.
Apakah kamu kecewa jika pelajaran SKI kosong karena pak guru tidak dapat mengajar? a.
amat kecewa
b.
kecewa
c.
biasa saja
d.
senang
5.
6.
7.
8.
9.
Bagaimana sikap kamu jika Pak Guru memberikan PR dalam mata pelajaran SKI? a.
saya kerjakan dengan sungguh-sungguh
b.
saya kerjakan, benar atau salah urusan besok
c.
dikerjakan besok saja nyontoh teman
d.
tidak mengerjakan sama sekali
Apakah kamu senang dengan cara Pak Guru mengajar SKI? a.
senang sekali
b.
senang
c.
biasa saja
d.
tidak senang
Apakah kamu bersedia membeli buku pelajaran SKI? a.
dengan senang hati
b.
bersedia
c.
ya, kalau ada uang
d.
tidak perlu
Pernahkah kamu merasa mengantuk ketika pelajaran SKI berlangsung? a.
tidak pernah
b.
belum pernah
c.
pernah
d.
sering
Apakah kamu bersedia berlatih drama sebelum dipentaskan di depan kelas? a.
dengan senang hati
b.
bersedia
c.
kalau ada temannya mau
d.
tidak penting
10. Bagaimana perasaan kamu ketika mendapat tugas untuk bermain drama di depan kelas? a.
amat senang
b.
senang
c.
biasa saja
d.
tidak senang
DAFTAR HASIL ANGKET MINAT BELAJAR SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DENGAN METODE SOSIODRAMA BAGI SISWA KELAS IV MI REKSOSARI 03 TAHUN AJARAN 2009/2010 Skor Setiap Item
No
Jumlah
Rt2
Subyek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skor
Skor
1
4
4
3
4
4
4
3
4
3
4
37
3,6
2
4
4
3
4
3
3
3
4
3
3
34
3,4
3
4
4
4
3
3
3
3
4
4
3
35
3,5
4
4
4
4
3
4
3
4
4
3
3
36
3,6
5
4
3
4
4
3
4
3
3
4
3
35
3,5
6
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
32
3,2
7
4
4
4
4
3
4
3
4
3
4
37
3,7
8
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
31
3,1
9
4
4
3
4
4
3
4
3
3
4
36
3,6
10
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
32
3,2
11
4
4
3
4
3
4
3
4
3
4
36
3,6
12
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
32
3,2
13
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
32
3,2
14
3
4
3
3
3
4
3
3
4
3
33
3,3
∑
52
52
46
48
46
48
44
50
46
46
478
47,8
rata²
3,71
3,71
3,28
3,42
3,28
3,42
3,14
3,57
3,3
3,28
34,14
3,41
LEMBAR PENGAMATAN PBM UNTUK GURU Petuntuk : Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkar angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik NO I 1 2 II A 3 4 5 6 B 7 8 9 10 11 12 C 13 14 15 D 16 17 18 E
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI PRA PEMBELAJARAN Memeriksa kesiapan siswa Melakukan kegiatan apersepsi KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN Menunjukkan penguasaan materi pelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan jelas sesuai dengan hierarki belajar Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan PENDEKATAN / STRATEGI PEMBELAJARAN Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran secara runtut Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR / MEDIA PEMBELAJARAN Menggunakan media secara efektif dan efesien Menghasilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media PEMBELAJARAN YANG MEMICU DAN MEMELAHARA KETERLIBATAN SISWA Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
SKOR 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
4 4 4 4
5 5 5 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
19 20 F 21 22 III 23 24
Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) PENGGUNAAN BAHASA Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai remidi atu pengayaan TOTAL SKOR
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Suruh,.………2010 Guru yang diamati
pengamat
Ahmad syukron
Saemuri, S. Pdi
HASIL OBSERVASI TERHADAP GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DENGAN METODE SOSIODRAMA BAGI SISWA KELAS IV MI REKSOSARI 03 TAHUN AJARAN 2009 / 2010
No aspek
Skor Pada Siklus
Jumlah
Skor rata-
pengamatan
I
II
III
rata
1
4
5
5
14
4,66
2
5
5
5
15
5,00
3
4
5
4
13
4,33
4
4
4
4
12
4,00
5
5
5
5
15
5,00
6
5
5
5
15
5,00
7
4
5
4
13
4,33
8
5
5
5
15
5,00
9
5
4
4
13
4,33
10
4
5
5
14
4,66
11
4
4
5
13
4,33
12
5
5
5
15
5,00
13
4
4
5
13
4,33
14
4
5
5
14
4,66
15
3
4
4
11
3,66
16
4
4
5
13
4,33
17
4
4
4
12
4,00
18
4
5
5
14
4,66
19
5
5
5
15
5,00
20
4
4
5
13
4,33
21
5
4
4
13
4,33
22
4
5
5
14
4,66
23
4
4
4
12
4,00
24
4
5
5
14
4,66
Jmlh skor
103
110
112
325
108,26
Skor rata²
4,29
4,58
4,66
13,54
4,51
LEMBAR PENGAMATAN UNTUK SISWA DALAM PBM Nama siswa :……………………………………….
Petunjuk : Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut : 1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik
NO
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI
SKOR
1
Sikap ketika proses pembelajaran
1 2 3 4 5
2
Aktif dalam latihan
1 2 3 4 5
3
Aktif dalam menyimak cerita drama
1 2 3 4 5
4
Aktif dalam diskusi
1 2 3 4 5
5
Aktif dalam menyusun ihtisar
1 2 3 4 5
6
Usaha dalm mengatasi kesulitan
1 2 3 4 5
7
Mampu bekerja sama dengan teman
1 2 3 4 5
Jumlah
Suruh,………………….2010 Pengamat
HASIL OBSERVASI TERHADAP SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DENGAN METODE SOSIODRAMA BAGI SISWA KELAS IV MI REKSOSARI 03 TAHUN AJARAN 2009 / 2010
Skor Pada Siklus
No Aspek Pengamatan
I
II
III
1
25
24
30
2
25
29
31
3
26
26
29
4
29
29
32
5
31
31
32
6
27
30
32
7
32
32
32
8
30
31
32
9
29
32
34
10
31
31
34
11
32
32
33
12
29
31
32
13
31
33
34
14
26
28
31
Jumlah
403
419
448
Skor rata²
28,78
29,92
32
Analisis Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Suatu minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Menurut Slameto (1995 : 182) minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Pemilihan metode sosiodrama dalam proses pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bertujuan agar siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai suatu tujuan, seperti peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran SKI, maka ia akan mempunyai minat dan motivasi yang tinggi untuk mempelajarinya. Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran dengan metode sosiodrama,
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
metode
sosiodrama
mampu
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas IV MI Reksosari 03 Kecamatan Suruh pada proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga hipotesis dapat diterima kebenarannya.