PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TENTANG RELIGIUSITAS DAN KAMPUS RELIGIUS TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)
Oleh: MUHAMMAD KHAMIM NASHIRUDIN NIM. 11108129
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2013
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Muhammad Khamim Nashirudin
NIM
: 11108129
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, Yang menyatakan,
M Khamim N NIM 11108129
ii
iii
iv
MOTTO
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu"(QS Al-Baqoroh: 208)
Artinya: “Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (QS Ibrahim: 40-41)
v
PERSEMBAHAN
Pembuatan skripsi ini saya persembahkan untuk: Kedua orang tua
(Abi: Abdullah Zu’ani & Umi: Siti Rohmah), kakak (mbak
Nikmatul Musta’inah, kang Mashudi, mbak Lilik Uswatun Khasanah dan kang Budi), dan adik saya (Kunti Badriyatul Muna). Yang telah memberikan dukungan moril serta materiil. Mbah Siti Zubaidah, Bulek Ning, Pak Gunarto, bulek Alfi, bulek Amanah, Pak Hanif, Nova, Agung. Yang telah memberikan doa restunya. Keluarga baru saya (Bapak Sutarno, Ibu Markamah, Eka Anisawati, dan Ismi) Ibu Muna Erawati, yang telah membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini. Segenap teman-teman Masjid Raya Darul Amal Salatiga (Fayik, Fahmi, Ni’am, As’ad, Toyib) Teman-teman kelas PAI-D Angkatan 2008.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.Adapun judul skripsi ini adalah “PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TENTANG RELIGIUSITAS DAN KAMPUS RELIGIUS TAHUN 2012”.Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku ketua STAIN Salatiga yang telah menyetujui pembahasan skripsi ini.
2.
Ibu Muna Erawati, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh keikhlasan dan sabar mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian penulisan skripsi ini.
3.
Segenap Bapak/Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai.
4.
Kepada mahasiswa jurusan Tarbiyah, program studi Pendidikan Agama Islam yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.
5.
Bapak dan Ibu serta keluarga yang telah mendoakan untuk kelancaran penulisan skripsi ini. vii
6.
Rekan-rekan seangkatan PAI 2008 yang telah saling mendukung dan menyemangati.
7.
Rekan-rekan takmir Masjid Raya Darul Amal kota Salatiga Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
semua itu dukarenakan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis.Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dalam kesempuranaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia pendidikan, bagi agama, nusa, dan bangsa.Amin.
Salatiga, 15 Februari 2013. Penulis
M Khamim N NIM: 11108129
viii
ABSTRAK Nashirudin, Muhammad Khamim, 2012. (11108129) Persepsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tentang Religiusitas Dan Kampus Religius Tahun 2012.Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam.Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muna Erawati M.Si. Kata Kunci: Persepsi, Religiusitas, Kampus religius Religiusitas merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap kehidupan moral di masyarakat.Salah satu faktor yang membentuk religiusitas seseorang adalah faktor sosial yang meliputi semua pengaruh sosial dalam sikap keagamaan seperti pendidikan, tekanan lingkungan, tradisi sosial dan pengajaran dari orangtua.Latar belakang penelitian ini adalah di dalam kehidupan kampus STAIN Salatiga menurut penulis masih banyak kegiatan mahasiswa yang belum mencerminkan kehidupan religius. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui persepsi mahasiswa program studi Penddidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tentang religiusitas, faktor religiusitas, dan persepsi tentang kampus religius. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, pengambilan data menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi data lapangan yaitu dengan cara mendatangi secara langsung lokasi dan mengamati kejadian serta keadaan sebenarnya(field research). Temuan penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa program studi Penddidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga dalam segi cara berpakaian, beretika, dan berperilaku masih belum mencerminkan sikap religius serta komitmen dalam pelaksanaan kewajiban agama. Dari cara berpakaian, banyak mahasiswi yang memakai celana pensil sebagai pakaian sehari-hari dalam beraktivitas di kampus yang dinilai kurang sesuai dengan agama. penelitian ini dilakukan di kampus I Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga dan melibatkan 14 informanprogram studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Hasil penelitian tentang Persepsi religiusitas dapat diartikan suatu pendapat/pandangan yang dihasilkan dari pengalaman baik dari peristiwa atau hubungan sehingga mempengaruhi individu dalam menaati ajaran agama. Kampus religius dapat diartikan sebagai lingkungan perguruan tinggi yang bernuansa agama, dalam kaitan penelitian ini adalah agama Islam. Kampus STAIN Salatiga dalam hal busana, perilaku dan etika belum bisa dikatakan sebagai kampus religius, sedangkan dari segi agama dan ajaran sudah dapat dikatakan sebagai kampus religius.
ix
DAFTAR ISI JUDUL……...………………………………………………………………………………....i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………..……………………………..ii PERSETUJUAN PEMBIMBING…………….……………………………………………..iii PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI…………….………….……………………………...iv MOTTO……………………………………………………………………………………...v PERSEMBAHAN…………………………………………………………………………..vi KATA PENGANTAR…..………………………………………………………………….vii ABSTRAK……….………………………………………………………………………….ix DAFTAR ISI.………………………………………………………………………………...x BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah….……………………………………………...1 B. Pertanyaan Penelitian……….…………………………………………...6 C. Tujuan Penelitian……………….……………………………………….6 D. Manfaat Penelitian……………….……………………………………...7 E. Penegasan Istilah…………………….…………………….…………….7 F. Metode Penulisan…………………….………………….……………....9 G. Sistematika Penulisan………………….…………….………………….15
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi……….………….……………………………………………...17 B. Religiusitas.……………………………………………………………..19 C. Kampus……………………………..…………………………………...34 D. Kampus Religius………………………..……………………………….36
x
BAB III
: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum STAIN Salatiga...…………………………..………..37 B. Temuan Penelitian……………………………………………….……...50
BAB IV
: PEMBAHASAN A. Persepsi Mahasiswa Tentang Religiusitas…………………………..…..59 B. Kampus Religius…………………………………..…………………….60
BAB V
: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………..……………………….66 B. Saran…………………………………………..………………………...67
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalanan kehidupan, manusia mempunyai dua aspek kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi oleh setiap pribadinya, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi pribadi manusia secara fisik, sedangkan kebutuhan rohani diperlukan untuk memenuhi pribadi manusia secara non fisik, yaitu antara lain kebutuhan spiritual, mental dan psikologis. Kebutuhan rohani mempunyai pengaruh terhadap pola pikir dan perilaku seseorang.Selain itu ajaran agama yang dianut oleh pribadi manusia pun memberikan pengaruh yang cukup besar.Hal ini dikarenakan keterlibatan intelektual agama merupakan salah satu dasar kehidupan manusia. Agama dalam hal ini diartikan pula sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh individu, kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi respon terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai kebenaran. Sehingga apa yang diyakini mampu berimplikasi dan merefleksi dalam perilaku kehidupan sehari-hari atau perilaku agama pada diri seseorang. Begitu pula agama sering dikaitkan dengan hal ritualisasi yang dilakukan bagi penganutnya.Agama sering pula dikaitkan tentang hal-hal yang berkenaan dengan religiusitas atau prilaku beragama. Religiusitas merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap kehidupan moral di masyarakat.Sudah menjadi sebuah insting bagi setiap individu, untuk memiliki kecenderungan beragama dan menuhankan sesuatu yang dianggap lebih di luar dirinya. Agama menuntun setiap pemeluknya untuk berbuat dan bertingkah laku sesuai nilai- nilai ajaran yang terkandung dalam agama tersebut, sehingga individu yang taat terhadap
1
agamanya, akan memiliki perilaku yang sesuai dengan nilai- nilai agama. Salah satu faktor yang membentuk religiusitas seseorang adalah faktor sosial yang meliputi semua pengaruh sosial dalam sikap keagamaan seperti pendidikan, tekanan lingkungan, tradisi sosial dan pengajaran dari orangtua. Berbagai perubahan di era global yang sangat cepat khususnya perkembangan teknologi informasi yang sangat mudah diakses telah mengubah sikap moral, sosial dan intelektual seseorang dalam waktu cepat
sehingga membuat kultur masyarakat
keagamaan menjadi bersifat global. Hal inilah yang menjadi tantangan dari setiap perguruan tinggi khususnya perguruan tinggi Islam baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, untuk menjawab berbagai problema yang muncul di masyarakat akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain persaingan global, tantangan relevansi pendidikan tinggi dengan kemajuan zaman, serta penanaman nilai-nilai moral atau akhlak mulia maka dibutuhkanlah Lembaga pendidikan yang menanamkan nilai-nilai religi atau agama. Bertolak dari tantangan-tantangan tersebut Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga hadir sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi berasaskan Islam.Kehadiran lembaga tinggi ini diharapkan dapat menjawab tantangan-tantangan tersebut, maka idealnya yang harus dilakukan oleh STAIN adalah berani untuk menegakkan nilai-nilai Islam di kampus. Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai ciri khas Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) sejak awal kelahirannya telah mengkhususkan diri sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mengembangkan ilmu-ilmu ke-Islaman. Keberadaan lembaga tinggi Islam ini diharapkan menjadi salah satu jawaban terhadap kebutuhan masyarakat Salatiga, Jawa tengah, dan Indonesia pada umumnya untuk mendukung mewujudkan tujuan nasional pendidikan yang tertera di dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 3. Di dalam pasal ini
2
disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kemudian juga didukung oleh sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa sehingga mendudukkan betapa urgennya kedudukan agama, maka Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) sebagai salah satu lembaga tinggi mempunyai peran yang strategis, yaitu tidak hanya mencetak manusia yang unggul dalam pengetahuan dan keterampilan tetapi juga membangun dan mengembangkan karakter pribadi yang baik. Karena kenyataan di lapangan banyak pendidikan tinggi yang hanya mengejar kuantitas mahasiswa tidak melihat kualitasnya. Untuk mewujudkan visi STAIN Salatiga yaitu menjadi perguruan tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual (buku pedoman, 2010: 9). Maka misi yang diemban lembaga adalah: Pertama, mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan aqidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu pengetahuan.Kedua, memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.Ketiga mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat melalui kinerja internal dan eksternal.Keempat Mengembangkan college based management dengan melibatkan stake holder dan masyarakat. Keenam, Mewujudkan tempat rujukan keteladanan nilai-nilai Islam dan budaya bangsa.
3
Kampus merupakan tempat bagi mahasiswa untuk menimba ilmu untuk menjadi pemimpin di masa depan. Menurut Kusumah (2007 :18) mahasiswa memiliki tiga peran. Pertama
sebagai ntelektual
akademisi yaitu mahasiswa merupakan intelektual-
intelektual muda yang merupakan asset bangsa yang paling berharga. Mereka beraktivitas dalam sebuah kampus yang merupakan symbol keilmuan. Kedua sebagi cadangan masa depan (iron stock), yaitumahasiswa merupakan calon-calon pemimpin di masa yang akan datang. Baik buruknya sebuah bangsa tergantung kepada baik buruknya pemuda dan mahasiswa saat ini.Ketiga
adalahagen perubahan (agent of change), mahasiswa
seringkali menjadi pemicu dan pemacu perubahan-perubahan dalam masyarakat. Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh mahasiswa terjadi dalam bentuk teoritis maupun praktis. Kampus bukan merupakanmasyarakat yang sesungguhnya,melainkan merupakan masyarakat semudengan segala kemiripan kompleksitas serta struktur sosial dengan masyarakat sebenarnya. Mahasiswa semestinya bisa menjadikan kampus sebagai tempat simulasi yang akan menjadi bekal sebenarnya ketika mereka betul-betul terlibat dan terjun ke masyarakat yang sesungguhnya. Kemudian kampus juga merupakan tempat berbagai macam karakter mahasiswa yang sama-sama sedang mencari jatidiri mereka. Ada beberapa mahasiswa yang tidak bisa menemukan jawaban apa yang dicari, sehingga mereka terjerumus pada narkoba, kenakalan remaja atau pergaulan bebas. Dari pengamatan penulis, di dalam kehidupan kampus STAIN Salatiga menurut penulis masih banyak kegiatan mahasiswa yang belum mencerminkan kehidupan religius, sebagai contoh: banyak mahasiswa yang masih berada di kampus ketika adzan berkumandang baik adzan dzuhur maupun adzan jum’at, memakai pakaian yang tidak sesuai dengan aturan lembaga dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi hal yang kami
4
anggap perlu untuk diteliti.Guna mengetahui bagaimana persepsi mereka tentang religiusitas (keberagamaan) dan kampus yang religius. Berdasarkan latar belakang itulah, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan
mengangkat
judul
“PERSEPSI
MAHASISWA
PROGRAM
STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TENTANG RELIGIUSITAS DAN KAMPUS RELIGIUS TAHUN 2012” B. Pertanyaan Penelitian Mengacu pada judul dan latar belakang masalah di atas maka fokus penelitian yang diambil penulis adalah: 1. Bagaimana persepsi mahasiswa Program Studi Pendidikan agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tentang religiusitas? 2. Faktor apa yang menyebabkan perbedaan persepsi mahasiswa tentang religiusitas? 3. Bagaimana persepsi mahasiswa Program Studi Pendidikan agama Islam (PAI)Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatigatentang kampus religius? C. Tujuan Penelitian 1.
Untuk menganalisabagaimana persepsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tentang religiusitas?
2.
Untuk menganalisa faktor apa yang menyebabkan perbedaan persepsi mahasiswa tentang religiusitas?
3.
Untuk menganaisa bagaimana persepsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tentang kampus religius?
5
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritik maupun praktis. Secara teoritik diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pendidikan tinggi pada umumnya. Secara khusus guna peningkatan pemahaman dalam pendidikan Islam guna mewujudkan kampus religius. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Lembaga Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, agar lebih meningkatkan dalam penciptaan suasana kampus religius. 2. Guna meningkatkan kepribadian yang Islami bagi segenap civitas akademika pada umumnya dan khusunya bagi mahasiswa sehingga dapat tercipta kampus bernuansa religius di STAIN Salatiga. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah fahaman dalam pemahaman arti dalam kata-kata judul skripsi ini, maka diperlukan penegasan istilah sebagai berikut: 1. Persepsi Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu (Suharso, 2005: 376). Sedangkan menurut poerwodarminto (2006: 880), persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau proses seseorang dalam mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi/tanggapan dari mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga tentang religiusitas dan kampus religius. Pembentukan dan perubahan persepsi seseorang dapat dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, dari dalam individu itu sendiri seperti pengalaman-pengalaman karakteristik kepribadian, motivasi, biologis, ganjaran, hukuman, serta perasaan lainnya yang ikut
6
mewarnai persepsi. Kedua, berasal dari luar individu seperti keadaan lingkungan, interaksi individu, interaksi sosial, dsb (Rahmat, 1994: 66). 2. Religiusitas Religiusitas di dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pengabdian terhadap agama (2007: 944). Keberagamaan berarti juga segala sesuatu mengenai agama.Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu.Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya (Jalaludin, 2000: 226). 3. Kampus Religius Di dalam Suharso (2005: 218), Kampus merupakan lingkungan bangunan utama perguruan tinggi tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi berlangsung. Sedangkan religius adalah bersifat religi atau keagamaan (Suharso: 418) Setelah memaparkan tentang pengertian di atas, maka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guna mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa STAIN Salatiga tentang kampus religius. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan atau metode deskriptif. Metode deskriptif adalah sebuah penelitian suatu kelompok manusia ataupun objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu kelas istimewa pada masa sekarang (Nazir, 1985: 27) Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematik, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1985: 27)
7
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.Penelitian ini ingin mengungkapkan gejala secara menyeluruh melalui pengumpulan data. Penelitian
kualitatif
dilakukan
pada
kondisi
alamiah
dan
bersifat
penemuan.Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, penelitian ini di lengkapi dengan teori dan wawasan yang digunakan untuk bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi jelas. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan studi kasus dimana studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi.Jadi, kalau digabungkan dapat di artikan bahwa penelitian studi kasus adalah penelitian yang dilaksanakan untuk merunut suatu kasus atau kejadian yang bersandar pada prinsip logika kausalitas atau hubungan sebab-akibat. 2. Kehadiran Peneliti Dalam panelitian kualitatif penulis terlibat langsung dengan subyek penelitian guna memperoleh data yang akurat dan dapat dibuktikan secara langsung. Subyek dari penelitian ini adalah semua mahasiswa jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga. 3. Lokasi Penelitian Lokasi yang difokuskan penulis adalah kampus 1 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN) Yang berada di jalan tentara pelajar N0.2 Salatiga 50721 Jawa Tengah. 4. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa STAIN Salatiga.Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil-hasil observasi pada tempat penelitian, hasil diskusi dan wawancara terhadap responden.
8
5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh penelitiuntuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan field research atau data lapangan yaitu dengan cara mendatangi secara langsung lokasi dan mengamati kejadian serta keadaan sebenarnya. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini: a. Wawancara Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2006: 135). Sedangkan menurut Arikunto (1998: 132) wawancara adalah dialog yang dilakuan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara dilakukan secara terbuka atau opened dengan cara mengadakan wawancara dengan informasi yang dianggap tepat, guna mendapatkan data yang valid dan dilakukan berkali-kali sesuai dengan keperluan. Dalam wawancara tersebut melibatkan rektor, staf dan juga mahasiswa. b. Observasi Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Observasi Sistematis Yang dilakukan peneliti di dalam observasi ini adalah menggukakan pedoman sebagai instrumen pengamatan dalam penelitian. 2) Observasi non-sistematis Peneliti tidak menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan. (Arikunto, 2002: 132)
9
Observasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah mengamati dan mencatat kegiatan-kegiatan yang dilakukan mahasiswa di lingkungan kampus kemudian diambil kesimpulan. c. Dokumentasi Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal -hal yang variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, not ulen, agenda rapat dan data lain dalam lembaga pendidikan (Arikunto, 1998. Hal:206). d. Analisis Data Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola kategori dari suatu uraian dasar. Dari data -data tersebut yang sudah terkumpul, kemudian penulis berusaha untuk menganalisis supaya bisa ditarik kesimpulan yang tepat. Menurut Miles & Huberman (1992, hal:16 -18) langkah-langkah untuk memproses dan menganalisis data yakni dengan menggambarkan dan mendiskripsikan data yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1) Redukasi
data,
proses
pemilihan,
pemusatan,
perhatian
pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data -data yang muncul dari kata-kata tertulis di lapangan. Kegiatan ini dilakukan sejak awal pengumpulan data sampai pada laporan akhir. Teknik ini juga merupakan bentuk analisis yang menajamkan, mengarahkan dan membuang data yang tidak perlu serta mengorganisasikan data, sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diefisiensikan. 2) Pengujian data, yaitu sekumpulan informasi yang tersusun dan memberikan kemungkinan kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan. Bentuknya dapat diikuti dengan gambar atau skema dan
10
beberapa tabel yang dirancang untuk menyusun kesimpulan agar dapat lebih dimengerti. 3) Penarik kesimpulan atau verifikasi yaitu membuat kesimpulan terhadap data yang diperoleh. Khusus pada verifikasi, lebih menekankan padatinjauan ulang pada catatan yang ada di lapangan. Data yang diperolehsedemikian
rupa
kemudian
dilakukan
analisis
untuk
memperoleh kesimpulan yang sebenarnya.
e. Tahap-tahap Tahap-tahap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan proses penelitian, menurut Moeloeng (2007: 127) tahap penelitian tesebut meliputi antara lain tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. 1) Tahap Pra-lapangan Pra-penelitian adalah tahaap sebelum berada di lapangan, pada tahap ini dilakukan kegiatan-kagiatan antara lain: menyusun rancangan penelitian,mengurus perijinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih
dan
memanfaatkan
informan,
penelitian, dan persoalan etika penelitian. 2) Tahap Pekerjaan Lapangan
11
menyiapkan
peralatan
Tahap pekerjaan lapangan adalah tahap yang sesungguhnya dalam penelitian, pada tahap ini dilakukan kegiatan antara lain menyiapkan bahan-bahan
yang
diperlukan,
seperti
surat
izin
penelitian,
perlengkapan alat tulis,dan alat perekam lainnya, berkonsultasi dengan pihak yang berwenang dan yang berkepentingan dengan latar belakang penelitian untuk mendapat rekomendasi penelitian, mengumpulkan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian, berkonsultasi dengan dosen pembimbing, analisis data. 3) Tahap Analisis Data Tahap analisis data adalah tahap sesudah kembali dari lapanganpada tahap pasca penelitian ini dilkukan antara lain menyusun konsep laporan
penelitian,
perampungan
berkonsultasi
laporan
penelitian,
dengan
dosen
perbaikan
hasil
pembimbing, konsultasi,
pengurusan perlengkapan persyaratan ujian akhir dan melakukan revisi seperlunya. G. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi tentu ada sistematika pembahasannya.Demikian pula dengan skripsi yang berjudul “Persepsi mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tentang religiusitas dan kampus religius tahun 2012”. Penulis susun sistematika pembahasannya sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan Dalam pendahuluan ini penulis menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.
12
BAB II: Kajian Pustaka Merupakan kajian teoritis yang akan membahas tentang berbagai teori yang berkaitan dengan rumusan penelitian diatas yaitu tentang dalam menciptakan suasana religius di Kampus STAIN Salatiga. BAB III: Metode Penelitian Bab ini berisi metode-metode yang sesuai yang digunakan penulis untuk memperoleh data dan informasi yang lebih lengkap dan valid. BAB IV: Hasil Penelitian Dalam bab ini berisi kajian empiris yang menyajikan hasil penelitian lapangan, pada pembahasan ini akan terlibat realita yang sebenarnya nanti akan dipadukan dengan teori yang ada. BAB V: Penutup Pada akhir pembahasan skripsi ini penulis mengemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran yang berkaitan dengan realitas hasil penelitian demi keberhasilan dan pencapaian tujuan.
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi Persepsi secara bahasa adalah proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (Poerwadarminta, 2006 : 880). Kata persepsi disini membahas bagaimana cara pandang atau cara memandang mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga dalam hal religiusitas serta kampus religius. Sedangkan secara istilah persepsi merupakan sebuah tanggapan atau proses seseorang dalam mengetahui beberapa hal dengan panca inderanya. Persepsi adalah sebuah pemahaman yang langsung akan tetapi pemahaman itu hampir tidak dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau dan keadaan yang telah diingat (Amin, 2010: 20). Slameto (1991: 104) mengatakan, persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.Hubungan ini dilakukan melalui panca inderanya yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan penciuman. Sedangkan menurut Affan dan Said (1990: 45) persepsi adalah proses yang membedakan rangsangan yang masuk ke dalam otak manusia dan untuk selanjutnya diberikan maknanya dengan bantuan beberapa faktor. Rahmat (1994: 57) juga berpendapat bahwa, persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan penafsiran. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat penulis disimpulkan bahwa munculnya persepsi disebabkan oleh dua hal.Pertama, persepsi itu muncul dari rangsangan dan faktor-faktor lain yang dapat difahami kemudian diberi makna.Kedua, persepsi itu lahir
14
dari hasil internalisasi dan artikulasi fikiran terhadap obyek, informasi dan pengalaman yang dilalui.Jadi persepsi sesungguhnya hasil serapan dari pengembangan manusia terhadap fenomena alam dan dirinya, kemudian direfleksikan sebagai wujud dari internalisasi dan artikulasi kejiwaan. Pengalaman dan tingkah laku merupakan satu kesatuan, segala yang dilakukan seseorang tidak terlepas dari cara mempersepsikan, mengapresiasikan atau segala yang diingat mengenai hal yang dihadapi. Persepsi seseorang merupakan suatu proses aktif dimana yang memegang peranan bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga sebagai keseluruhan dengan pengalaman-pengalaman, motivasi dan sikap-sikap yang relevan terhadap stimulus. Dalam pergaulan sehari-hari, persepsi merupakan masalah penting, sebab persepsi akan berpengaruh dalam sikap maupun tindakan seseorang. Ada yang bersikap menerima atau menolak dalam menghadapi suatu masalah atau memberikan suatu penilaian baik atau buruk. B. Religiusitas 1. Pengertian Religiusitas Robert H. Thoules mendefinisikan religiusitas lebih terpusat pada seperangkat kepercayaan dan keyakinan terhadap adanya tuhan atau dewa- dewa yang disembah sebagai pembeda dimana ciri-ciri pribadi diingkari
sebagai ciri-ciri ketuhanan
sebagaimana terdapat dalam bentuk advita pada agama Hindu (Thoules, 2000: 20). Sementara itu Ahyadi (2001: 53), mendefinisikan religiusitas sebagai tanggapan, pengamatan, pemikiran, perasaan dan sikap akan ketaatan yang diwarnai oleh rasa keagamaan. Selanjutnya religiusitas juga dapat dikatakan sebagai kesadaran akan hidup yang lebih baik berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung didalam ajaran agamanya. Skinner menjelaskan religiusitas sebagai ungkapan bagaimana
15
manusia dengan pengkondisian peran belajar hidup didunia yang dikuasai oleh hukum, ganjaran dan hukuman (Ancok, 2001: 73). Jalaluddin (2000: 212), mendefinisikan religiusitas sebagai suatu keadaan yang ada dalam diri individu yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai kadar ketaatannya terhadap agama. Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa religiusitas dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku, bersikap, dan bertindak sesuai ajaran agamanya. 2. Aspek-Aspek Religiusitas Jalaluddin
(2000:
212),
menyebutkan
bahwa
religiusitas
merupakan
konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur konatif,
perasaan
terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku agama sebagai unsur kognitif. Jadi aspek keberagamaannya merupakan integrasi pengetahuan, perasaan dan perilaku keagamaan dalam diri manusia. Hal senada juga dikemukakan oleh Ahyadi (1991: 37), menyebutkan bahwa struktur keberagamaan manusia meliputi struktur aktif, konatif, kognitif, dan motorik.Fungsi aktif Dan konatif terlihat dalam pengalaman ketuhanan, rasa keagamaan dan kerinduan terhadap tuhan, aspek motorik tampak dalam perbuatan dan gerak tingkah laku keagamaan, sedangkan aspek kognitifnya tercermin dalam sistem kepercayaan ketuhanannya.Dalam kehidupan sehari-hari aspek-aspek tersebut dapat dipisahkan karena merupakan sistem keberagamaan yang utuh dalam diri seseorang. Jamaluddin (1995: 98), membagi dimensi religiusitas menjadi lima Aspek dengan mengacu kepada rumusan religiusitas. Kelima aspek tersebut adalah; a. Aqidah (ideologi)
16
Dimensi Aqidah yaitu dimensi yang mengungkap sejauh mana hubungan manusia dengan keyakinannya terhadap rukun iman, yang diantaranya yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada Nabi dan rasul, iman kepada kitab suci, iman kepada hari akhir, iman kepada qadha dan qadhar. Jadi inti bahasa Dari dimensi aqidah (keyakinan) dalam ajaran Islam adalah tauhid atau peng-Esaan Tuhan. b. Ibadah (ritual) Ibadah atau ritual merupakan dimensi yang berhubungan sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana ajaran agamanya.Dimensi ini berkaitan dengan tingkat frekuensi intensitas dan pelaksanaan ibadah seseorang. Ibadah mahdlah (ibadah khusus) diapahami sebagai ibadah yang aturan dan tata caranya, syarat, rukunnya telah diatur secara pasti oleh ajaran Islam, yang termasuk dalam dimensi ibadah adalah shalat, puasa, zakat, haji, do'a, dzikir, membaca al-Quar'an dan sebagainya. c. Ihsan (penghayatan) Ihsan atau penghayatan merupakan dimensi yang berhubungan dengan masalah seberapa jauh seseorang merasa dekat dan dilihat oleh Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi ini mencakup pengalaman dan pengalaman perasaan tentang kehadiran Tuhan dalam kehidupan, sehingga dalam hatinya timbul perasaan-perasaan tenang dan tentram dalam hidupnya, pembalasan,
takut
melanggar
perasaan dekat
melaksanakan perintah agama.
17
larangan Tuhan,
keyakinan
menerima
dengan Tuhan dan dorongan untuk
Dimensi ihsan dalam keagamaan Islam mencakup perasaan-perasaan dekat dengan Allah, merasa nikmat dalam menjalankan ibadah, merasa diselamatkan Allah, merasa bersyukur Atas nikmat Allah dan merasa tenang hatinya saat mendengar asma Allah. d. Ilmu (Pengetahuan) Ilmu atau pengetahuan merupakan dimensi yang berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran agamanya, terutama dalam kitab suci.Seseorang yang beragama harus mengetahui halhal Yang pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus serta kitab lainnya.Dimensi ini dalam Islam menyangkut pengetahuan tentang isi alQur'an, diantaranya Pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan. e. Amal dan Akhlak Amal dan akhlak merupakan dimensi yang berkaitan dengan keharusan seseorang pemeluk agama untuk merealisasikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari dengan bukti dan sikap yang tindakannya berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama.Dimensi ini menyangkut hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Manifestasi ini dalam Islam antara lain meliputi: menghormati dan menghargai orang lain, menjunjung tinggi etika Islam, menolong sesama, berkata jujur, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya serta menjaga dan memelihara lingkungan. Glok Dan Stark dalam Ancok (2005: 77) mengatakan bahwa terdapat 5 aspek dalam religiusitas, yaitu: a.
Religious Beliefe(Ideological Dimension)
18
Religious Belief (Ideological Dimension) atau disebut juga dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka.Meskipun harus diakui terkait masih berlangsung Agama tentu memiliki seperangkat kepercayaan yang doktriner dan berbeda dengan agama lainnya, bahkan untuk agamanya saja terkadang muncul paham yang berbeda dan tidak jarang berlawanan. Pada dasarnya setiap agama juga minginginkan adanya unsur ketaatan bagi setiap pengikutnya.Dengan begitu makna yang terpenting dalam beragama adalah kemauan untuk mematuhi aturan yang berlaku dalam ajaran agama yang dianutnya.Jadi, dimensi keyakinan lebih doktriner yang harus ditaati dibuat penganut agama. Dimensi keyakinan dalam agama Islam diwujudkan dalam pengakuan (Syahadat) yang diwujudkan dengan membaca dua kalimat syahadat yang artinya: bahwa tidak tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad itu utusan Allah. dengan sendirinya dimensi
keyakinan
ini
menuntut
dilakukannya
praktek-praktek
peribadatan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam (Ancok dan Suroso, 1995: 78). b.
Religious Practice (the Ritual Dimension) Agama praktik (dimensi ritual) yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, kultur serta hal- hal yang lebih menunjukkan komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya. Wujud dari dimensi ini adalah prilaku masyarakat beragama tertentu dalam menjalankan ritus-ritus yang berkaitan agama. Dimensi praktek
19
dalam agama Islam dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat, haji ataupun praktek muamalah Lainnya (Ancok Dan Suroso, 1995: 79) c.
Religious Feeling (Dimensi Experiental) Religious Feeling (Dimensi Experiental) atau bisa disebut dimensi pengalaman, adalah perasaan-perasaan atau pengalaman yang pernah dialami dan dirasakan.Misalnya merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa, merasa doanya dikabulkan, diselamatkan oleh Tuhan, dsb. Ancok Dan Suroso (1995: 80), mengatakan kalau dalam Islam dimensi ini dapat terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan bertawakal (pasrah diri dalam hal yang positif) kepada Allah. Perasaan khusyuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al Qur'an, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah.
d.
Religious knowledge (the Intellectual Dimension) Religious knowledge (the Intellectual Dimention)
atau dimensi
pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci maupun yang lainnya. Paling tidak seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi ini dalam Islam menunjuk kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya terutama mengenai ajaran pokok
20
agamanya, sebagaimana yang termuat di dalam kitab sucinya (Ancok Dan Suroso, 1995: 82) e.
Religious effect (the consequential Dimension) Religious effect (the consequential Dimension) yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana prilaku seseorang dapat dimotivasi oleh ajaranajaran agamanya dalam kehidupan sosial masyarakat, misalnya apakah ia mengunjungi tetangganya sakit, menolong orang yang kesulitan, mendermakan hartanya, dan sebagainya.
Berdasarkan konsep religiusitas versi Glock dan Stark di dalam Ancok dan Suroso (1995: 80-82), mengatakan konsep tersebut mencoba melihat keberagamaan seseorang bukan hanya dari satu atau dua dimensi, tapi mencoba memperhatikan dri segala dimensi. Keberagaman dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya.Sebagai suatu sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula.karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan tentang keseluruhan yang mampu memahami keberagaman umat Islam. Untuk memahami Islam dan umat Islam, konsep yang tepat adalah konsep yang mampu memahami adanya beragam dimensi dalam Islam. Menurut Ancok dan Suroso, rumusan Glock dan Stark yang membagi keberagaman menjadi lima dimensi dalam tingkat tertentu mempunyai kesesuaian dalam Islam. Walaupun sepenuhnya tak sama, dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah, dimensi praktik agama disejajarkan dengan syariah, dimensi pengalaman disejajarkan akhlak. Berdasarkan hal ini, Ancok Dan Suroso merumuskan dimensi agama Islam sebagai berikut: 1. Dimensi keyakinan atau akidah Islam (Dimensi Ideologis)
21
Dimensi keyakinan atau akidah Islam menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran Yang sewa yang pajaknya Dan mendasar dogmatik. Di dalam keberislaman, isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para Malaikat, Nabi / Rasul, kitab-kitab Allah, Dan surga neraka, Serta qadha Dan qadar. 2. Dimensi peribadatan atau syariah (Praktek Agama) Dimensi peribadatan atau syariah menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan lingkungan kegiatan-lingkungan kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan dibuat agamanya.Dalam keberislaman, dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur `an, doa, zikir, ibadah kurban, iktikaf di masjid di bulan puasa, dan sebagainya. 3. Dimensi pengalaman atau akhlak (Merasa Agama) Dimensi pengalaman atau akhlak menunjuk pada seberapa tingkatan muslim berperilaku sesuai ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi mencari dunianya, terutama dengan lain manusia. Dalam keberislaman, dimensi yang meliputi terapi
suka
menolong,
bekerjasama,
berderma,
menyejahterakan
dan
menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak meminum minuman yang memabukkan, mematuhi norma-norma Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam, dan sebagainya. 4. Dimensi Pengetahuan atau Ilmu (Pengetahuan Agama) Dimensi pengetahuan atau ilmu menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama mengenai ajaranajaran pokok dari agamanya, sebagaimana termuat dalam kitab sucinya. Dalam
22
keberislaman, dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi Al-Qur `an, pokokpokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun islam dan rukun iman), hukum-hukum Islam, sejarah Islam, dan sebagainya. 3.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Religiusitas Religiusitas timbul bukan karena dorongan alami / asasi, melainkan yang tercipta dorongan karena tuntutan perilaku. Menurut Freud, religiusitas seseorang timbul karena reaksi manusia atas ketakutannya sendiri (Ancok, 2000:71). Sedangkan Rakhmat (2000: 31), berpandangan bahwa religiusitas seseorang terbentuk melalui dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal individu. Faktor internal yang didasarkan Dari dalam diri manusia itu sendiri, yang pada dasarnya dalam diri manusia terdapat Potensi untuk beragama, asumsi ini didasarkan karena manusia merupakan makhluk homo religius.Potensi tersebut termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri, akal, perasaan maupun kehendak dsb.Sedangkan faktor eksternal timbul dari luar diri individu itu sendiri, seperti karena adanya rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah (Jalaluddin, 2000: 222). Thouless (2000: 34) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi perkembangan sikap keagamaan, yaitu: a. Pengaruh Pendidikan atau Pengajaran dan Berbagai Tekanan Sosial Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan keagamaan itu, termasuk pendidikan bahasa dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan bahasa dari lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu. b. Faktor Pengalaman
23
Berkaitan dengan berbagai jenis pengalaman yang membentuk sikap keagamaan. terutama pengalaman mengenai keindahan, konflik moral dan pengalaman emosional keagamaan. c. Faktor Kehidupan Kebutuhan-kebutuhan ini secara garis besar dapat dibagi menjadi empat, yaitu: kebutuhan akan keamanan atau keselamatan, kebutuhan akan cinta kasih, kebutuhan untuk memperoleh harga diri, dan kebutuhan yang timbul karena adanya ancaman kematian. d. Faktor Intelektual Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulan bahwa setiap individu berbeda-beda tingkat religiusitasnya secara garis besarnya dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi religiusitas seperti adanya pengalaman-pengalaman emosional keagamaan, kebutuhan individu yang mendesak untuk dipenuhi seperti kebutuhan rasa aman, harga diri, cinta kasih dsb. Sedangkan pengaruh seperti pendidikan formal, pendidikan agama dalam keluarga, tradisi-tradisi sosial yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, tekanan-tekanan lingkungan sosial dalam kehidupan individu. 4.
Religiusitas dalam Islam Salah satu kenyataan yang terjadi dalam sejarah sepanjang perjalanan umat manusia adalah fenomena keberagamaan (religiusitas).Sepanjang itu pula, bermunculan beberapa konsep religiusitas.Namun demikian, para ahli sepakat bahwa bahwa agama berpengaruh kuat terhadap tabiat personal dan sosial manusia. Menurut Daradjat (1989: 55), ada dua istilah yang dikenal dalam agama yaitu kesadaran beragama ( religious conciousness ) dan pengalaman beragama ( religious experience ). Kesadaran beragama adalah segi agama yang terasa dalam fikiran Dan
24
dapat diuji melalui introspeksi atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama. Sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Untuk mengukur religiusitas tersebut, kita mengenal tiga dimensi dalam Islam yaitu aspek akidah (keyakinan), Syariah (praktik Agama, ritual formal), dan akhlak (pengamalan dari akidah dan syariah).Sebagaimana kita ketahui bahwa keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, harus didasarkan pada prinsip penyerahan diri dan pengabdian secara total kepada Allah, kapan, dan dimana dalam keadaan bagaimanapun. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Bayyinah ayat 5: Artinya: "Tidaklah kalian diperintah melainkan untuk beribadah kepada Allah mencari dengan penuh keikhlasan dan kepasrahan kepada- Nya". (Departemen Agama. 2009: 598)
Serta ditegaskan kembali dalam Surat Al-Baqoroh: 208 sebagai konsep yang memberi Penjelasan dalam memahami Islam secara keseluruhan. Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu" (departemen agama. 2009: 32)
25
Dalam memeluk agama Islam, kita diwajibkan memasukinya secara kaffah (Sempurna), yaitu menaati apa yang telah menjadi kewajiban yang diperintahkan oleh Allah dan Rasulullah, meninggalkan segala sesuatu yang dilarang, dan menjauhi apa saja yang menjadi keinginan setan, yaitu terkait masih berlangsung perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran serta ketaatan dan tiap-tiap pekerjaan yang dilakukan atas dasar hawa nafsu. Sebabnya, hawa nafsu adalah sarana bagi setan untuk membujuk manusia.Sungguh, setan telah ditetapkan sebagai musuh untuk selamanya di dalam kehidupan dunia Bagi orang-orang yang beriman. Islam mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia; bahasa dari pribadi, keluarga, masyarakat, hingga negara. Bahasa dari sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, lingkungan, pendidikan hingga kebudayaan; bahasa dari etnis arab parsi hingga seluruh etnis manusia, dari kepercayaan, sistem, hingga akhlak; dari Adam hingga manusia terakhir; dari sejak kita bangun tidur hingga kita tidur kembali; dari kehidupan dunia hingga kehidupan akhirat. Jadi semua cakupan Islam dapat kita lihat dari beberapa dimensi yaitu dimensi waktu, dimensi demografis, dimensi geografis, dan dimensi kehidupan. Dimensi waktu artinya bahwa Islam telah diturunkan Allah Swt. Sejak Nabi Adam hingga mata rantai kenabian ditutup pada masa Rasulullah Muhammad Saw.Dan Islam bukan agama yang hanya diturunkan untuk masa hidup Rasulullah Saw, melainkan untuk masa hidup untuk seluruh umat manusia dimuka Bumi (QS. Ali Imran, 3: 144). Dimensi demografis adalah bahwa Islam diturunkan untuk seluruh umat manusia dengan seluruh etnisnya, dan bahwa mereka semua sama dimata Allah Swt, sebagai ciptaan-Nya dan dibedakan satu sama lain karena asas ketakwaan. (Departemen Agama. 2009. QS. Al-Hujurat, 49: 13. Hal: 517).
26
Dimensi geografis adalah bahwa ajaran Islam diturunkan untuk diterapkan di seluruh penjuru bumi.Maka Islam tidak dapat diidentikkan dengan Kawasan Arab (Arabisme), karena itu hanya tempat lahirnya. Islam tidak mengenal sekat-sekat tanah air, sama seperti ia tidak mengenal batasan-batasan etnis. (QS. Al-Baqarah, 2:. 30, QS Al-Anbiya `, 21: 107, Dan QS At-Takwir, 81:. 27-28) Dimensi kehidupan adalah bahwa Islam membawa ajaran-ajaran yang terkait dengan seluruh kehidupan manusia.Itulah sebabnya Allah Swt menyuruh berislam secara kaffah, atau berislam dalam semua dimensi kehidupan kita. (QS. Al-Baqarah, 2: 208). Ini pula Yang dimaksud Allah Swt., bahwa Ia telah menyempurnakan agama ini dan karena itu meridhainya sebagai agama terbaik bagi umat manusia (QS. Al-Ma `Idah, 5: 3). C. Kampus 1. Pengertian Kampus Kampus adalah lingkungan perguruan tinggi (universitas, akademika) tempat kegiatan belajar mengajar dan administrasi berlangsung (Suharso, 2005: 218). Kampus merupakan tempat mahasiswa menuntut ilmu, kaitannya dengan STAIN Salatiga yaitu belajar tentang aqidah, ketaatan beribadah, dan memperdalam wawasan keislaman serta menjunjung tinggi akhlaqul karimah( Buku Pedoman, 2011: 95). Dalam pendapat
lain dikemukakan bahwa kampus adalah tempat
berkumpulnya para pemuda untuk waktu yang cukup lama baik di dalam maupun di luar ruang kuliah dimana mereka saling berdiskusi/berdialog, berinteraksi, dan tukar pengalaman. Kampus adalah lingkungan terbuka tempat mahasiswa mempelajari nilai-nilai dan melatih diri seperti menghargai pendapat orang lain. Dalam beraktivitas di dalam kampus, mahasiswa memiliki kecenderungan orientasi yang beragam yaitu mahasiswa aktivis, mahasiswa jenis study oriented, dan
27
mahasiswa jenis pragmatis.Mahasiswa kategori aktivis berpandangan bahwa kuliah hanyalah
salah
satu
pengembangan
pendidikan,
sedangkan
pengetahuan-
pengetahuan non akademik merupakan bentuk pengembangan interaksi dan kepedulian terhadap lingkungan yang sesungguhnya tidak diperoleh dibangku kuliah. Sedangkan tipe study oriented menjadikan pandangannya bahwa studilah yang akan menjamin kehidupan masa depannya, sesuai dengan bidang atau jurusannya. Sehingga menuntut mereka bahwa studi mutlak sebagai bekal hidup.Sedangkan mahasiswa pragmatis adalah mahasiswa yang berpandangan bahwa masa muda adalah masa yang harus dimanfaatkan untuk mencari kesenangan. 2. Sistem Pendidikan Dan Pengajaran di Kampus Sistem adalah suatu sarana untuk mencapai tujuan (Arifin, 1991: 157). Dijelaskan lagi oleh Harun dalam Sutriyana (2009: 17) bahwa sistem adalah suatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian dimana satu sama lain saling berhubungan dan saling memperkuat. Dalam kaitan dengan sistem perguruan tinggi STAIN Salatiga mempunyai sistem tersendiri guna menyampaikan ilmu kepada para mahasiswanya yang nantinya dapat menjadi bekal dalam kehidupan bermasyarakat.Dalam sistem pengajaran di STAIN Salatiga menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS).SKS adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan dimana beban studi mahasiswa, beban mahasiswa, beban kerja dosen, dan beban penyelenggara lembaga pendidikan dinyatakan dalam satuan kredit semester (Buku pedoman, 2011: 590). Metodemetode yang digunakan dalam pengajaran adalah metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan resitasi. D. Kampus Religius
28
Menurut Glock dan Strak dalam Muhaimin (2001: 293) menjelaskan bahwa agama adalah sistem simbol, keyakinan, nilai, dan perilaku yang terpusat pada persoalanpersoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.Sedangkan menurut Suharso (2005:
419)
religius
adalah
bersifat
religi
yang
bersangkut
paut
dengan
keagamaan.Religius dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beagama tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ibadah, tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain. Kampus religius adalah sebuah lingkungan dimana keadaan atau kondisi disana bernuansa religi (Islam) dan mahasiswa maupun civitas akademiknya memiliki budi pekerti yang baik, sopan, santun, dan berakhlak mulia dalam bertingkah laku. Dalam lingkungan kampus yang Islami adalah adanya masyarakat muslim. Masyarakat muslim yang kita kehendaki adalah masyarakat yang menyambut seruan-seruan kebaikan, berserah diri kepada Allah, memerangi kemunkaran, berkarakter Islam, dan berakhlak Rabbani.
Manusia
muslim
yang
shalih
diharapkan
keshalihannya kepada yang lain (Abdillah, 2009: 45).
BAB III
29
mampu
mendistribusikan
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (Stain) Salatiga 1. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga a. Sejarah Pendirian Sejak berdirinya sampai saat ini, STAIN Salatiga telah melewati sejarah yang cukup panjang dan mengalami berbagai perubahan kelembagaan.Pendirian lembaga ini bermula dari cita-cita dari masyarakat Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam.Oleh karena itu didirikan Fakultas Pendidikan Islam (FPI) Salatiga.Lembaga ini menempati gedung milik Yayasan “Pesantren Luhur” yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga, lembaga ini berdiri berkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan perguruan Nahdatul Ulama’ Jawa Tengah. Dalam rentang waktu kurang dari satu tahun, lembaga ini diubah menjadi Fakultas Tarbiyah.Maksud perubahan tersebut adalah agar lembaga ini dapat digenerasikan bersama dengan persiapan berdirinya IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang.Untuk memenuhi persyaratan formal, maka dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H Zubair yang sekaligus diangkat sebagai Dekan pada waktu itu. Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan untuk dinegerikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah dilakukan peninjauan oleh tim peninjau yang dibentuk oleh IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan padanya, keputusan didasarkan
30
pada surat Menteri Agama c.q Direktorat Pembinaan Pengurusan Tinggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 31 November 1969. Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri, Fakultas Tarbiyah Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo.Pengalihan status negeri Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut berdasarkan Surat Keputusan Mentri Agama Nomor 30 Tahun 1970 tanggal 16 April 1970.Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi cabang IAIN Walisongo sebagai Fakultas Tarbiyah, Namun kondisinya tidak berubah dalam waktu singkat sehingga sejajar dengan perguruan tinggi negeri lainya. Hal ini di sebabkan karena beberapa faktor, antara lain : 1)
Sarana dan prasarana yang belum memadai, utamanya tersedianya gedung sendiri.
2)
Tenaga profesional edukatif maupun adminidtrasif yang masih kurang
3)
Animo mahasiswa yang masih sedikit Keadaan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga dapat dikatakan kurang layak untuk dikatakan Perguruan Tinggi, terutama dilihat dari sarana dan prasarana yang dimilikinya sehingga berkembang isu untuk menutup lembaga ini. Mengingat kendala utama bagi pengembangan lembaga tersebut, maka para pengelola Fakultas mencurahkan perhatian dan usahanya untuk menjawab tantangan tersebut.Jalan satu-satunya yang harus ditempuh adalah membeli area tanah kampus sebab mengharapkan wakaf dari masyarakat dan meminta pada pemerintah daerah tidak memungkinkan. Suatu kebetulan ada seorang warga Muhammadiyah Salatiga (H Asrofi Arif)
yang menaruh perhatian terhadap keberadaan Fakultas Tarbiyah IAIN
31
Walisongo Salatiga. Beliau menawarkan tanah-tanah pekarangannya seluas 0,75 ha,
lenkap
dengan
bangunan
yang
letaknya
sangat
strategis
untuk
menyelenggarakan pendidikan. Berkat perhatian mentri agama (H Alamsyah Ratu Prawira
Negara)
terhadap perkembangan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, maka beliau berkenan mengabulkan usulan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga Nomor 031/A-a/FT-WS/I/1979, tanggal 24 Januari 1979 tentang maksud pembelian tanah tersebut (pada waktu itu Dekan dijabat oleh Drs. Achmadi). Berdasarkan Surat Dirjen Lembaga Islam Nomor E/Dag/BI/2828, tanggal 10 Agustus 1982 maka dibelilah tanah sebagaimana ditawarkan di atas dengan menggunakan DIP pusat (tahun anggaran 1980/1982). Hal penting yang harus di catat adalah bahwa pembelian tanah tersebut tidak lepas berkat bantuan dari berbagai pihak terutama bapak Muhamad Nasir (Selaku Dewan Islamiyah Indonesia) yang juga telah lama menaruh perhatian terhadap umat Islam di Salatiga. Tercatat mulai tahun 1982 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga hijrah dari kampus lama menuju kampus baru milik sendiri, letaknya di jalan Caranggito 2 (sekarang diubah menjadi Tentara Pelajar 2).Kampus baru dinilai sebagai jawaban yang bersifat fisik atas tantangan rencana nasional.Bahkan kampus baru tersebut dirasakan mampu membangkitkan kembali optimal dan antusiasme seluruh aktivitas akademiknya. Sedikit demi sedikit sarana dan prasarana pendidikan bertambah. Antara lain gedung kuliah, perpustakaan dan kantor. Pemerintah daerah pun juga tidak mau ketinggalan untuk memberikan bantuan tambahan tanaga untuk memperluas kampus yang luasnya 300 m dengan cara tukar guling yang waktunya bersamaan
32
dengan pembangunan Masjid kampus bantuan Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila. Secara administratif masjid menjadi tanggung jawab Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga. Seiring dengan bertambahnya fasilitas akademik, bertambah pula tenaga edukatif dan mahasiswanya. Jika pada masa dekade pertama Fakultas Tarbiyah Salatiga mempunyai 7 (tujuh) dosen tetap, pada dekade kedua memiliki 30 (tiga puluh) orang. Fenomena yang hampir sama terjadi pula pada perkembangan jumlah mahasiswa. Pada tahun 1987 tercatat 940 orang.Jika dibanding jumlah mahasiswa tahun 1983, maka peningkatan mencapai 30%. Disimak dari sisi akademik, ekstensi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga pun semakin mantap, sebab mulai tahun akademik 1983/1984 sudah diberi kewenangan menyelenggarakan Program Pendidikan Strata Satu (S1) dengan sistem SKS. Sebelumnya Perguruan tinggi ini hanya berhak menyelenggarakan Program Sarjana Muda. Disamping itu secara Yuridis juga semakin kokoh dengan diberlakukanya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1985 tentang Struktur Organisasi IAIN dimana Fakultas IAIN Walisongo Salatiga termasuk didalamnya. Tahun perkembangan
1987
tampaknya
kinerja
bagi
relevan Fakultas
untuk
dipahami
Tarbiyah
sebagai
IAIN
awal
Walisongo
Salatiga.Serangkaian peristiwa bersejarah terjadi mengiringi perjalanan waktu itu.Keputusan Presiden Nomor 9 tahun 1987 tentang status IAIN atau Fakultas merupakan justifikasi yuridis yang mengokohkan Lembaga Pendidikan Tinggi Islam ini. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga sendiri sebenarnya telah terjadi pula proses pengguatan institusional, baik berupa sarana fisik maupun sumber daya tenaga kependidikanya.
33
Diatas tanah tukar guling denga PEMDA, didirikan gedung kuliah, laboratorium bahasa, ruang micro teaching dan sarana komputer. Pada tahun 1991 dibangun pula sebuah gedung auditorium yang amat bermakna bagi proses pendidikan. Perkembangan selanjutnya dibangun sarana kegiatan mahasiswa, seperti posko Menwa, Sekertariat RACANA, Sekertariat TEATER dan Kantor Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang menyatu dengan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) yang diresmikan pada tahun 1995. Dicelah perkembangan sarana fisik tersebut ada kenyataan historis yang perlu diberi catatan khusus, yaitu Peraturan Badan koordinasi Orang Tua dan Alumni (BAKOMI) yang dibentuk pada tahun 1992 diaknotariskan dengan nama Yayasan Kerjasama Orang Tua dan Mahasiswa (YAKAOMI) dipimpin oleh bapak Syarif, BA. Adapun peningkatan sumber daya insani tampak pada upaya serius lembaga ini dalam mendorong tenaga edukatif dan administratif untuk meningkatkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi.Pada awal 1997 Fakultas Tarbiyah telah mamiliki 44 orang dosen tetap. Dari jumlah tersebut, 1 (satu) orang telah bergelar Doktor, 22 (dua puluh dua) orang bergelar Magister dan 10 (sepuluh) orang sedang menyelesaikan program S2 dalam berbagai bidang keilmuan baik dalam maupun di luar negeri. Dengan menyimak pada proses perkembangan tersebut, maka Fakutas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga sebenarnya tampak semakin mapan secara akademik untuk memberdayakan mahasiswa yang berjumlah 1.337 orang saat itu. Sedangkan pada tahun akademik 2011/2012 mahasiswa STAIN sudah mencapai 2.513 orang. b. Alih Status Menjadi STAIN
34
Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor II Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan keputusan itu, STAIN tetap didudukan sebagai Perguruan Tinggi dibawah naungan departemen Agama Republik Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional dalam disiplin ilmu Pengetahuan Agama Islam. Sebagai salah satu bentuk dan fungsi yang sama dengan institut maupun universitas negeri lainya. Beralihnya status Fakultas Tarbiyah menjadi STAIN Salatiga telah membawa berbagai peningkatan baik yang bersifat fisik maupun non
fisik.
Peningkatan fisik meliputi penambahan tanah dan gedung sekertariat. Pada tahun 1997 STAIN Salatiga telah menambah tanah seluas 15.500 meter persegi yang terletak tidak jauh dari kampus sekarang. Kemudian pada tahun 2001, STAIN Salatiga telah membangun gedung sekertariat berlantai tiga dengan luas bangunan seluruhnya 900 meter persegi yang dibangun diatas tanah bekas KUA seluas 871 meter persegi. Sedangkan penigkatan non fisik meliputi peningkatan jumlah pendidikan bagi dosen dan pegawai tetap STAIN Salatiga. Hingga tahun 2011/2012, jumlah dosen tetap STAIN Salatiga sebanyak 114 orang. Dari jumlah tersebut 4 orang bergelar Profesor, 7 orang bergelar Doktor, 52 bergelar Magister, 30 orang bergelar Sarjana yang sedang menempuh dan diupayakan studi lanjut, 47 Magister sedang menyelesaikan S3, diantara tenaga administrasi 6 orang bergelar Magister, 34 bergelar Sarjana, 4 orang Ahli Madya, 5 orang Ahli Muda sebagian kecil lagi berpendidikan SMA. c. Letak Geografis
35
Secara geografis STAIN Salatiga menempati letak yang strategis untuk pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yaitu terletak di Jalan Tentara Pelajar No. 1 Kota Salatiga, batas geografis sebagai berikut : 1) Sebelah Utara dibatasi oleh Jalan Raya (Jalan Stadion). 2) Sebelah Selatan dibatasi oleh Jalan Raya (Jalan Tentara Pelajar). 3) Sebelah Timur dibatasi oleh Kantor Polisi (Polres Salatiga). 4) Sebelah Barat dibatasi oleh Lembaga Pendidikan (SMK Kristen Salatiga). Sedangkan kampus 2 STAIN Salatiga terletak di Jalan Nakula Sadewa No. 9 dan terletak geografisnya sebagai berikut : 1) Sebelah Utara dibatasi oleh Ma’had STAIN (asrama STAIN). 2) Sebelah Selatan dibatasi oleh perkebunan atau ladang. 3) Sebelah Timur dibatasi oleh Jalan Nakula Sadewa. 4) Sebelah Barat dibatasi oleh rumah warga. d. Visi dan Misi STAIN Salatiga Visi STAIN Salatiga adalah “Menjadi Perguruan Tinggi yang berkualitas dalam
mewujudkan
kecerdasan
intelektual,
kecerdasan
emosional,
dan
kecerdasan spiritual. Dengan Visi tersebut maka misi yang diemban lembaga ini sebagai berikut : 1) Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak dan keluasan ilmu pengetahuan. 2) Memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni. 3) Mengembangkan
pendidikan,
penelitian,
dan
masyarakat melalui kinerja internal dan eksternal.
36
pengabdian
kepada
4) Mengembangkan college based management dengan melibatkan stake holder dan masyarakat. 5) Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai- nilai Islam dan budaya bangsa. e. Organisasi STAIN Upaya penyampaian tujuan yang optimal dalam pelaksanaan pendidikan diperlukan organisasi yang baik. Dalam pengertian luas, organisasi merupakan suatu badan yang mengatur segala urutan untuk mencapai tujuan. Adapun struktur organisasi STAIN Salatiga adalah sebagai berikut : 1) Unsur Pimpinan terdiri dari ketua. Sesuai dengan data observasi yang juga diperkuat oleh data organisasi. 2) Unsur Senat Sekolah Tinggi Dalam unsur ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu terdiri dari beberapa pimpinan STAIN, unsure jurusan, unsur guru besar dan dosen, sebagai mana termuat dalam simfoni (sosialisasi dan informasi manajemen STAIN SalatigaI Volume 1, 1 juli 2006. 3) Unsur pelaksanaan akademik, jurusan dan progdi, pusat penelitian dan pengabdian
pada
masyarakat,
unit
pengembangan
bahasa,
unit
pengembangan sumber belajar, unit penjamin mutu akademik, pusat ilmiah dan penerbitan, Pusat System Informasi Management (PSIM), Pusat Pengembangan Praktikum (PPP) dan kelompok dosen. Keseluruhan unit-unit yang terdapat pada unsur tersebut memiliki tujuan untuk melancarkan segala kepentingam terkait dengan peran aktivitas akademik lembaga, juga sebagai peran lembaga dalam unit pelayanan mahasiswa serta wahana pengabdian masyarakat.
37
4) Unsur Pelaksanaan Administratif Unsur dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan bidang pelaksanaan dan spesifikasi pekerjaan, antara lain bagian administrasi, sub bagian akademik dan kemahasiswaan, sub kepegawaian dan keuangan, sub umum. a) Unsur
Penunjang
Unit
Pelaksanaan
Teknis
Perpustakaan,
Komputer dan Laboratorium. b) Unsur Badan Non- Struktural : Pusat Studi, Yayasan Kerjasama Alumni, Orang Tua dan Mahasiswa (YAKAOMI), Senat mahasiswa (SEMA), Dewan Mahasiswa (DEMA), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). f. Jumlah Mahasiswa STAIN Salatiga merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri di Salatiga. Lembaga ini memberikan jaminan mutu proses maupun out- input pendidikanya, agar memiliki integritas spiritual, intelektual dan profesional. Pada tahun akademik 2011/2012 jumlah mahasiswa STAIN mencapai 595 orang. Dari 348 mahasiswa terdiri dari mahasiswa jurusan Tarbiyah dan Syari’ah. g. Jurusan dan Program Studi Jurusan dan program studi yang dikembangkan oleh STAIN Salatiga pada tahun akademik 2011/2012 meliputi : 1) Jurusan Tarbiyah Jurusan Tarbiyah berfungsi untuk menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional. Tujuanya adalah untuk membentuk Sarjana Pendidikan Islam, yang memiliki keahlian dalam pendidikan dalam pengajaran Islam dengan keahlian khusus dalam studi Pendidikan Agama
38
Islam, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Guru Madrasah Ibtidaiyah, serta berkewenangan menjadi guruatau mengajar dalam bidang studinya. Adapun gelar sarjana yang diterimanya untuk alumni Strata satu adalah “S.Pd.I. Jurusan Tarbiyah mempunyai empat program studi, yaitu : a) Program Studi Pendidikan Islam (PAI) b) Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) c) Program Studi Tadris Bahasa Inggris (TBI) d) Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 2) Jurusan Syari’ah Jurusan syari’ah berfungis untuk menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional yang bertujuan untuk membentuk Sarjana Hukum Islam yang memiliki keahlian di bidang hukum Islam maupun hukum positif dengan keahlian khusus dalam bidang Ahwal alsyakhsiyyah peradilan agama, gelar kesarjanaan yang diperoleh adalah S.HI. Program DIII dengan konsentrasi keuangan dan perbankan Islam menyelenggarakan pendidikan profesional bertujuan membentuk ahli madya yang memiliki keahlian dalam bidang management dan akuntansi keuangan baik di lembaga baik di lembaga keuangan maupun perbankan. Gelar yang diperoleh adalah A.Md. Jurusan Syari’ah memiliki dua program studi, yaitu : a) Program S1, Program Studi Ahwal Al Syahsiyyah (Peradilan Agama). b) Program DIII, Program Studi Perbankan Syari’ah (PS). c) Manajemen Keuangan Syari’ah (MKS)
39
h. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah sarana dan fasilitias yang dimiliki dan dipergunakan dalam rangka pelaksanaan belajar mengajar. Dalam proses belajar-mengajar. Dalam proses belajar di kampus, sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat menunjang dan merupakan syarat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Tanpa sarana yang memadai, proses belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik apabila dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang tidak baik pula. Semakin lengkap dan bermutunya sarana serta prasarana suatu lembaga pendidikan akan semakin lancar pula proses belajar-mengajarnya di lembaga pendidikan. Sarana dan prasarana yang dimiliki STAIN Salatiga antara lain : 1)
Gedung perkuliahan
2)
Gedung perpustakaan
3)
Gedung serba guna (Audiotorium)
4)
Gedung laboratorium
5)
Tempat ibadah
6)
Gedung perkantoran
7)
Ruang gudang
8)
Dapur
9)
Klinik konsultasi
10)
Mobil dinas
11)
Mebelair
12)
Warnet
13)
lain- lain.
B. Temuan Penelitian
40
Hasil dari observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1.
Hasil Observasi Berdasarkan hasil dari pengamatan peneliti, maka peneliti menyimpulkan dua hasil dari pengamatan, yaitu sebagai berikut: a. Pengamatan Mengenai Sikap Keagamaan Mahasiswa Dari pengamatan yang peneliti lakukan di kampus tepatnya di depan gedung aula di sekitar pohon beringin serta di depan kantin “Sabar”, di tempat tersebut peneliti temukan banyak mahasiswa dan mahasiswi yang masih dudukduduk ketika adzan dzuhur dikumandangkan dan pada waktu memasuki sholat jum’at,
ada yang berbincang-bicang, meminum secangkir kopi, berdiskusi,
bercanda dsb. Sementara di tempat lain juga terjadi hal demikian yaitu di depan perpustakaan dan di depan ruang kuliah. Dari pengamatan tersebut peneliti melihat bahwa masih banyak mahasiswa yang belum mencerminkan sikap keagamaan (religiusitas) yang seharusnya tercermin dari sekolah tinggi yang bernafaskan Islam seperti STAIN Salatiga. b. Pengamatan dalam hal berpakaian mahasiswa Pengamatan ini peneliti lakukan pada waktu pembayaran SPP tepatnya pukul 09.00-10.00. Dalam proses pembayaran SPP peneliti melihat banyak mahasiswa-mahasiswi yang berpakaian ketat, celana pensil, kaos oblong dsb. 2.
Hasil Wawancara a. Profil Informan
41
Dalam penelitian ini, penulis melibatkan 14 mahasiswa program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga.Profil dari ke 14 mahasiswa tersebut penulis sajikan dalam tabel 1 tentang latar belakang informan. Tabel 1. Latar belakang Informan No
Nama
Jenis kelamin
Semester/usia ORGANISASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
SM Laki-laki 8/22 RACANA DS Laki-laki 8/23 SEMA DM Laki-laki 8/23 KA Laki-laki 6/21 LDK AS Laki-laki 6/22 MR Laki-laki 4/24 JQH FS Laki-laki 4/20 LDK LA Perempuan 8/22 MH Perempuan 8/28 JQH DM Perempuan 8/22 MH Perempuan 6/21 JQH HN Perempuan 6/22 RACANA UM Perempuan 4/20 KOPMA HD Perempuan 4/21 SSC Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar informan berada di semester
akhir.Ke 14 informan tersebut, 10 diantaranya aktif di dalam organisasi kampus, sedangkan selebihya tidak mengikuti organisasi. b. Hasil wawancara Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada mahasiswa STAIN Salatiga, jurusan Pendidikan Agama Islam, dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Persepsi Tentang Religiusitas Dari hasil wawancara yang dilakukan tentang persepsi mahawiswa dalam hal religiusitas, terdapat berbagai persepsi yang didapatkan dari informan, diantaranya SM (Waw-1.B.SM), AS (waw-5.B.As), FS (waw7.B.FS), dan LA (waw-8.B.LA), mengatakan bahwa religiusitas adalah kemampuan
seseorang
dalam 42
beragama.
Kemudian
pendapat
lain
mengatakan bahwa, “Religiusitas itu adalah suatu lingkungan yang agamis, mulai dari sikap, perilaku dan kehidupan sehari-hari” (Waw-2B.DS). DR (waw-10.B.DR) dan MN (waw-11.B.MN) mengatakan bahwa religiusitas adalah tingkat keagamaan seseorang.Kemudian KA (waw4.B.KA) memberikan persepsi bahwa religiusitas adalah sikap dan konsisten terhadap agama.Pendapat berbeda di kemukakan oleh MR (waw-6.B.MR), DM (waw-10.B.DM), dan HN (waw-12.B.HN) yang mengatakan bahwa religiusitas adalalah melaksanakan kewajiban agama dengan kesadaran. Dari keterangan UM di dapatkan bahwa religiusitas merupakan kemampuan seseorang melaksanakan dan mengajarkan ajaran agama (waw13.B.UM).Berbeda dengan HD yang mengatakan bahwa religiusitas adalah kefahaman seseorang dalam agama dan kemampuan menaatinya. Data tentang persepsi religiusitas dilihat di dalam tabel berikut: Tabel 2. Perbedaan Persepsi Religiusitas No
Persepsi Religiusitas
1.
Kemampuan dalam keagamaan
2.
Melaksanakan kewajiban agama
3.
Tingkat keagamaan
4. 5. 6.
Konsisten dalam beragama. Lingkungan agamis Melaksanakan dan mengajarkan dalam beragama Faham dan taat dalam beragama
7.
43
Informan
Keterangan
SM AS FS LA MR MH DM HN DR MN KA DS UM
Waw-1.B. SM waw-5.B. As waw-7.B.FS waw-8.B.LA waw-6.B.MR waw-9.B.MH waw-10.B.DM waw-12.B.HN waw-2.B.DR waw-11.B.MN waw-4.B.KA waw-2.B.DS waw-13.B.UM
HD
waw-14.B.HD
Dari berbagai persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas menurut mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga adalah kemampuan seseorang dalam memahami, bersikap dan konsisten dalam melaksanakan kewajiban agama. 2) Faktor yang mempengaruhi persepsi religiusitas Faktor yang menyebabkan perbedaan persepsi mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga tentang religiusitas dilatarbelakangi
oleh
keluarga,
lingkungan
pergaulan,
dan
pengetahuan.Faktor terbanyak berasal dari lingkungan, yaitu sebanyak 9 informan.Faktor keluarga sebanyak 4 orang dan hanya satu yang berasal dari pengetahuan. Data tentang faktor persepsi mahasiswa dapat dilihat di tabel berikut: Tabel 3 Faktor Pengaruh Persepsi Religiusitas No 1.
Persepsi Religiusitas Kemampuan dalam keagamaan
2.
Melaksanakan kewajiban agama
3.
Tingkat keagamaan
4. 5. 6.
Konsisten dalam beragama. Lingkungan agamis Melaksanakan dan mengajarkan dalam beragama Faham dan taat dalam beragama
7.
Informan Faktor SM Lingkungan pergaulan AS Keluarga FS Lingkungan pergaulan LA Lingkungan pergaulan MR Lingkungan pergaulan MH Keluarga DM Lingkungan pergaulan HN Keluarga DR Lingkungan pergaulan MN Pengetahuan KA Keluarga DS Lingkungan pergaulan UM Lingkungan pergaulan HD Lingkungan pergaulan
3) Persepsi tentang Kampus Religius
44
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan kepada 14 informan, didapatkan berbagai Persepsi/pendapat mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Skolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tentang kampus religius, data tersebut dapat dilihat di dalam tabel berikut: Tabel 4 Persepsi Kampus Religius No. 1.
Informan SM
2. 3.
DS DR
4.
KA
5.
AS
6.
MR
7.
FS
8.
LA
9.
MH
10.
DM
11.
MN
12.
HN
13.
UM
14.
HD
Persepsi Kampus Yang Menegakkan Ajaran, Tingkah Laku, Pakaian Yang Islami. Kampus Yang Berasaskan Islam Kampus Yang Menanamkan Kehidupan Islami. Kampus Yang Menanamkan NilaiNilai Islam, Mulai Dari Aturan Dan Kurikulum. Kampus Yang Agamis, Mencerminkan Islam Dalam Tata Krama, Busana Dan Sikap. Kampus Yang Memberikan Dukungan Dan Dorongan Dalam Melaksanakan Ajaran Agama. Kampus Yang Civitas Akademika Melaksanakan Ajaran Agama. Kampus Yang Mempunyai Suasana Religius. Kampus Yang Mampu Menciptakan Individu Islami. Kampus Yang Mampu Menhidupkan Dan Menciptakan Suasana Relgius. Kampus Yang Mengedepankan Keislaman. Kampus Yang Menegakkan Aturan Agama. Kampus Yang Mengajarkan Agama Islam. Kampus Yang Berasaskan Islam
45
Keterangan Waw-1.F.SM Waw-2.E.DS Waw-3.F.DR Waw-4.E.KA
Waw-5.F.AS
Waw-6.G.MR
Waw-7.G.FS Waw-8.D.LA Waw-9.F.MH Waw-10.E.DM Waw-11.E.MN Waw-12.E.HN Waw-13.C.UM Waw-14.D.HD
BAB IV PEMBAHASAN
A. Persepsi Mahasiswa Tentang Religiusitas Rahmat (1994: 57) berpendapat bahwa, persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan penafsiran. Sedangkan religiusitas menurut Jalaludin adalah suatu keadaan yang ada dalam diri individu yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai kadar ketaatannya terhadap agama (Jalaluddin (2000: 212). Persepsi religiusitas dapat diartikan suatu pendapat/pandangan yang dihasilkan dari pengalaman baik dari peristiwa atau hubungan sehingga mempengaruhi individu dalam menaati ajaran agama. Persepsi mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga dalam hal religiusitas didominasi oleh pengaruh lingkungan pergaulan dan keluarga (tabel 3, hal 55). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rakhmat (2000: 31), bahwa religiusitas seseorang terbentuk melalui dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal individu.Faktor internal yang didasarkan Dari dalam diri manusia itu sendiri, yang pada dasarnya dalam diri manusia terdapat Potensi untuk beragama, asumsi ini didasarkan karena manusia merupakan makhluk homo religius.Potensi tersebut termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri, akal, perasaan maupun kehendak dsb.Sedangkan faktor eksternal timbul dari luar diri individu itu sendiri.
46
B. Kampus Religius Kampus adalah lingkungan perguruan tinggi (universitas, akademika) tempat kegiatan belajar mengajar dan administrasi berlangsung (Suharso, 2005: 218).Kampus merupakan tempat mahasiswa menuntut ilmu, kaitannya dengan STAIN Salatiga yaitu belajar tentang aqidah, ketaatan beribadah, dan memperdalam wawasan keislaman serta menjunjung tinggi akhlaqul karimah.( Buku Pedoman, 2011: 95). Religius adalah bersifat religi yang bersangkut paut dengan keagamaan.Religius dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia (Suharso, 2005: 419). Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ibadah, tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain. Kampus religius dapat diartikan sebagai lingkungan perguruan tinggi yang bernuansa agama, dalam kaitan penelitian ini adalah agama Islam. Dari data yang diperoleh tentang persepsi mahasiswa mengenai kampus religius (tabel 4, hal 56), dapat diartikan bahwa kampus religius adalah kampus
yang
lingkungannya sudah tersebar nilai-nilai agama Islam pada diri mahasiswa pada khususnya dan civitas akademika pada umumnya serta tertanam nilai-nilai kebaikan yang merupakan cerminan akhlak yang mulia. Sehingga tercipta individu yang muslim dan dapat mewujudkan kampus yang Islami. Individu yang Islami menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar di dalam kehidupannya dan mempunyai rasa untuk menyebarkan nilai-nilai Islami yang terkandung di dalam AlQur’an dimanapun ia berada. Dalam menyebarkan nilai-nilai Al-Qur’an harus tertanam individu seorang muslim. Menurut Abdillah (2008: 43-44) individu seorang muslim yang diharapkan adalah individu yang memiliki karakter sebagai berikut: 1. Selamat akidahnya 2. Benar ibadahnya
47
3. Mulia akhlaknya 4. Kuat fisiknya 5. Luas pemikirannya 6. Giat berusaha 7. Pejuang sejati disiplin membagi waktu 8. Teratur dalam berusaha 9. Senantiasa bermanfaaat untuk orang lain, menjaga tata krama, mampu membimbing anggota keluarga dan masyarakat disekitarnya kepada Islam. Selain itu juga individu yang mau menyebarkan dan membimbing masyarakat kepada jalan kebenaran, yang siap memerangi salah satu bentuk kemungkaran, mendukung segala kebaikan (amar ma’ruf nahi mungkar), bersegera melakukan amal kebaikan, berusaha membangun dan mewujudkan kampus religius (Islami). Di dalam kampus yang religius terdapat kewajiban untuk mahasiswi memakai jilbab, sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab 59: Artinya: Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteriisteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Departemen Agama, 2009: 426) [1232] Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada. Agama Islam melarang kaum wanita mengenakan pakaian tipis yang tembus pandang maupun yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.Untuk itu hendaknya setiap
48
muslimah hendaklah mengenakan busana muslimah yang longgar dan tidak terlihat lekuk tubuhnya. Krisis moral yang terjadi saat ini adalah salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh STAIN Salatiga. Karena dengan terjadinya krisis moral akan mempengaruhi akhlak. Dengan
trerjadinya
krisis
moral,
pembinaan
akhlak
mulia
mutlak
dilaksanakan.Keharusan mutlak ini harus menjadi kepedulian individu serta semua pihak, sebab akhlak mulia menjadi pilar tumbuh dan berkembangnya peradaban suatu bangsa.Kemampuan suatu bangsa untuk terus hidup dan berkembang ditentukan oleh akhlaknya (Al Munawar, 2005: 35-37). Pada era globalisasi dibidang pendidikan Islam dibutuhkan sebuah pendidikan unggulan dalam menyikapi arus perkembangan zaman. STAIN Salatiga sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam merupakan salah satu institusi pendidikan nasional yang memiliki ciri khas keIslaman, yang membedakannya dari perguruan tinggi umum. Ciri khas keIslamannya tidak hanya menjadikan Islam sebagai obyek kajian ilmiah, melainkan lebih dari itu diharapkan lembaga STAIN Salatiga juga dapat mencerminkan kualitas akhlak dan perilaku Islami baik di dalam maupun di luar kampus. Sebagai institusi pendidikan tinggi agama, keberadaan STAIN Salatiga mempunyai peran yang sangat strategis dalam pengembangan kajian keIslaman khususnya bagi masyarakat Salatiga dan masyarakat luas pada umumnya.Karena itu STAIN Salatiga harus berbenah diri untuk mengikuti perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, serta teknologi yang semakin cepat berkembang.Keberadaan STAIN Salatiga dijadikan tempat untuk memperoleh kajian ilmu agama dan sekaligus dimaknai sebagai lembaga dakwah Islam yang bertanggung jawab terhadap syiar agama di masyarakat (Al Munawar, 2005: 231).
49
Mahasiswa sebagai calon pendidik harus bisa dijadikan contoh dalam kata dan perilaku.Menyadari bahwa sosok pribadinya tidak hanya menjadi pusat pandang bagi anak, peserta didik serta masyarakat, tetapi juga bisa melaksanakan nilai-nilai Islami. Sikap seperti itu telah ditegaskan di dalam Al-Qur’an As-Saf ayat 2-3: Artinya: 2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? 3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (Departemen agama RI, 2009: 551)
Ayat di atas mengingatkan kepada seorang pendidik agar senantiasa mampu memberikan keteladanan kepada lingkungan dimana ia berada. Seorang guru juga memiliki kualitas pribadi yang mencakup tanggungjawab, wibawa, religius dan disiplin. Sebuah harapan besar dalam upaya perwujudan kampus religius adalah adanya masjid yang berada satu kompleks dengan STAIN Salatiga sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada allah. Sehingga di masjid tersebut bisa dijadikan selain tempat beribadah tetapi juga dijadikan sebagai tempat penyebaran Islami. Melalui lembaga STAIN Salatiga mahasiswa diharapkan tidak hanya cerdas intelektualnya saja tetapi juga cerdas spiritualnya. Salah satu cara agar tetap dalam nuansa spiritual adalah dengan memperhatikan ibadah-ibadah harian yaitu, sholat lima waktu, membaca Al-Qur’an, zikir, dsb. Untuk mewujudkan harapan menjadi kampus religius adalah dengan peraturan yang tegas.Salah satunya adalah peraturan dalam berbusana di dalam kampus serta perilaku di lingkungan kampus. Upaya yang dilakukan STAIN Salatiga dalam mewujudkan kampus religius adalah mengadakan kajian-kajian Islami seperti, kajian hadis setiap hari selasa, kajian ba’da dzuhur selama bulan Ramadhan, program sholat berjamaa’ah bagi dosen dan 50
karyawan, melaksanakan kegiatan bulanan berupa Jam’iyah Tahtimul Qur’an (JTQ) yang diadakan setiap selasa pahing, dimana kegiatannya adalah membaca Al-Qur’an 30 juz secara besama-sama kemudian dilanjutkan dengan ceramah agama oleh salah satu dosen.
51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pertama, berdasarkan penelitian yang telah dilasanakan di dapatkan perseps Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tentang religiusitas: 1. Kemampuan dalam keagamaan 2. Melaksanakan kewajiban agama 3. Tingkat keagamaan 4. Konsisten dalam beragama. 5. Lingkungan agamis 6. Melaksanakan dan mengajarkan dalam beragama 7. Faham dan taat dalam beragama Dari berbagai persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas menurut mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga adalah kemampuan seseorang dalam memahami, bersikap dan konsisten dalam melaksanakan kewajiban agama. Kedua, faktor pengaruh religiusitas mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga didominasi oleh faktor lingkungan, yaitu lingkungan keluarga dan pergaulan sehari-hari. Ketiga, persepsi Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tentang kampus religius.bahwa kampus religius merupakan kampus yang menanamkan nilai-nilai keislaman, mendukung serta mendorong mahasiswa pada khususnya dan civitas akademika pada umumnya.
52
B. Saran Setelah melakukan penelitian mengenai persepsi mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tentang religiusitas dan kampus religius, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaiakan: 1. Untuk Lembaga a. Menambah kegiatan keIslaman dalam rangka meningkatkan religiusitas mahasiswa khususnya dan civitas akademika pada umumnya. b. Menanamkan nilai-nilai keislaman dalam kegiatan belajar mangajar c. Menciptakan budaya religius. d. Membuat peraturan yang dapat mendorong terciptanya religiusitas dalam diri mahasiswa. Misalnya dalam berpakaian, berperilaku dan etika. 2. Untuk mahasiswa a. Menumbuhkan kesadaran diri dalam beragama b. Menaati peraturan c. Mendalami ajaran-ajaran agama 3. Untuk peneliti selanjutnya Dalam penelitian ini, penulis menyadari banyak kekurangan yang perlu untuk dikaji oleh peneliti selanjutnya, diantaranya: a. Pengaruh pengalaman religius terhadap religiusitas mahasiswa b. Upaya lembaga dalam meningkatkan religiusitas mahasiswa c. Pengaruh
kegiatan
religius
53
terhadap
religiusitas
mahasiswa
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Muhammad Khamim Nashirudin
Tempat/Tanggal Lahir
: Grobogan, 04 Desember 1986
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: Dusun Karangsari, RT 03, RW 04, Desa Sugihmanik Kec. Tanggungharjo Kab.Grobogan
Jenjang Pendidikan
:
1.
TK
2.
SDN Sugihmanik 02
lulus tahun 1998
3.
MTs Miftahul Ulum Sugihmanik 02
lulus tahun 2001
4.
MA Tajul Ulum Brabo
lulus tahun 2004
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, …..2013 Penulis,
M Khamim N NIM 11108129
1
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721 Website :www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
DAFTAR NILAI SKK Nama : M Khamim Nashirudin Wali Studi : Taufiqul Muin S.Ag., M.Ag. Nim : 111 08 129 Jur/Progdi : Tarbiyah/PAI No JENIS KEGIATAN PELAKSANAAN KETERANGAN NILAI Orientasi Pengenalan 1. Akademik dan 18-20 Agustus 2009 Peserta 3 Kemahasiswaan (OPAK)
14 Maret 2009
Peserta
3
3
Islamic Public Speaking oleh LDK Darul Amal STAIN Salatiga Asramanisasi Ramadhan 1430 H
21 Agustus-13 September 2009
Peserta
2
4
MAPABA di desa Giri Rejo Ngablak
09-10 November 2009
Panitia
3
Workshop ESIQ
16-18 November 2009
Peserta
3
22 November 2009
Peserta
3
19-21 Oktober 2009
Peserta
3
13 Desember 2009
Peserta
3
15-27 Februari 2010
Peserta
3
20 Maret 2010
Peserta
2
24 April 2010
Peserta
2
16 Mei 2010
Peserta
3
2 Juni 2010
Peserta
6
2
5 6 7 8 9 10 11 12
13
MAPABA di Dusun Tarukan Desa Candi Kec Bandungan Kab Semarang Workshop Kepemimpinan REAX SHOW di TVRI Jawa Tengah Praktikum Kepramukaan Lulus Bimbingan BTA Bedah buku “Jalan Cinta Para Pejuang” Training Ustadz-Ustadzah Seminar Nasional Pendidikan “Aktualisasi Nilai-nilai Pendidikan Dalam Upaya Membentuk Karakter Dan
2
Budaya Bangsa”
17-18 2010
Peserta
3
15
“English Friendship Camp” CEC STAIN Salatiga di ketep Praktikum Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam
25 November 2010
Peserta
3
16
Basic Co-Op training Kopma UNNES
27-28 November 2010
Peserta
3
17
Praktikum Metodologi Pendidikan Agama Islam
1 Desember 2010
Peserta
3
30 Januari 2011
Peserta
2
6-7 Mei 2011
Panitia
3
1 Juni 2011
Peserta
3
22 Juni 2011
Peserta
6
29 Januari 2012
Panitia
3
12 Juli 2012
Peserta
4
14
18 19
20 21 22
23
Bedah Buku “Bumi Cinta” Pendidikan Dasar Perkoperasian (PDP) Kopma STAIN Salatiga Seminar Nasional “Radikalisme Keagamaan Indonesia” Seminar Nasional oleh HMJ Syariah STAIN Salatiga Pelatihan Sholat Khusyu’ Majlis do’a “Mawar Allah” STAIN Salatiga Sosialisasi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara, Bersama ketua MPR RI
Jumlah Nilai
72 Salatiga, 14 Februari 2013 Mengetahui, Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan
Drs.H. Agus Waluyo, M.Ag NIP. 19750211 200003 1 001
3
1. LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Selasa, 7 Agustus 2012 Tempat : Kampus STAIN Salatiga Informan : SM Jurusan : PAI Semester :8 Kode : Waw-1. SM. Refleksi Dialog
Analisis
A. P: sudah berapa lama anda berada di STAIN Salatiga? I: saya sudah semester 8, kira-kira 4 tahunan. B. P: selama ini, apa yang anda fahami tentang religiusitas? I: menurut saya, religiusitas itu adalah kemampuan seseorang dalam hal keagaamaan. C. P: contoh dari kemampuan keagamaan seperti apa? I: ya...pada dasarnya melaksanakan rukun Islam, sholat, puasa, zakat, haji, melaksanakan ibadah-ibadah sunah dsb. D. P: selama ini, apakah lingkungan anda berpengaruh terhadap religiusitas anda? I: ya…saya sejak kecil tinggal di kampung yang penduduknya sangat mementingkan religiusitas, seperti sholat berjama’ah, mengaji, berpuasa dsb. Jadi dengan sendirinya tertanamlah di dalam diri saya untuk senantiasa melaksanakan kewajiban dalam beragama. E. P: berarti religiusitas anda muncul karena lingkungan, kalau dorongan dalam diri anda
sendiri,
kenapa
melaksanakan
kewajiban-kewajiban di dalam agama? I: dulunya memang karena lingkungan, tetapi seiring bertambahnya waktu dan
4
belajar tentang agama, saya mengerti dan terdorong untuk senantiasa melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut. F. P: kemudian,
menurut
anda kampus
religius itu seperti apa? I:
menurut
saya,
kampus
yang
menegakkan ajaran baik tingkah laku, berpakaian, dan sikap Islami, G. P: menurut penilaian anda, apakah kampus STAIN Salatiga sudah dapat dikatakan sebagai kampus religius? I: cukup religius, karena ada mahasiswa yang sudah mencerminkan sikap religius, itu dapat dilihat dari segi berbusana. Tetapi juga masih banyak mahasiswa yang belum mencerminkan sikap religius. H. P: jadi yang anda jadikan
tolok ukur
dalam hal berbusana mahasiswa? I: iya….karena manurut saya busana itu dapat
mencerminkan
kepribadian
pemakainya. I. P: apa harapan anda kepada lembaga STAIN Salatiga agar menjadi kampus yang religius? I: harapannya lembaga STAIN Salatiga mampu menghidupkan ajaranIslam secara jelas dan tegas.
5
2. LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Senin , 13 Agustus 2012 Tempat
: Kampus STAIN Salatiga
Informan
: DS
Jurusan
: PAI
Semester
:8
Kode `
: Waw-2.DS Refleksi
Dialog A. P: sudah berapa lama anda kuliah di STAIN Salatiga? I: sekitar 4 tahun B. P: selama dalam kuliah, apa yang anda ketahui tentang religiusitas? I: religiusitas menurut saya yaitu, keadaan lingkungan yang agamis, mulai dari sikap, perilaku, sampai kehidupan sehari-hari. C. P: maksudnya agamis bagaimana? I: ya….lingkungan yang dapat mendorong seseorang/masyarakat untuk melaksanakan kegiatan keagamaan. D. P: kalau lingkungan anda selama ini apakah sudah agamis? I: belum, saya dan teman-teman saya dalam hal religiusitas masih belum begitu memperhatikan masih mementingkan kesenangan daripada keagamaan. Jadi belum bisa konsisten dalam melaksanakanya. E. P: kalau tadi tentang religiusitas, sekarang menurut anda, kampus religius itu seperti apa? I: kampus religius menurut saya kampus beasaskan agama Islam. F. P: menurut anda, apakah kampus STAIN Salatiga ini sudah dapat dikatakan sebagai kampus religius?
6
Analisis
I: sudah religius karena semua beragama Islam, tetapi kurang Islami dalam perilaku karena masih banyak yang belum menerapkan sikap-sikap keIslamannya. Contoh: mahasiswi berpakaian ketat, mahasiswa yang berbusana seperti anak punk. G. P: menurut anda, upaya apa yang harus dilakukan kampus STAIN Salatiga agar menjadi kampus religius? I: lebih meningkatkan tata aturan dalam beragama, baik pakaian, perilaku, sopan santun, dsb H. P: untuk kedepannya, apa harapan anda terhadap kampus STAIN Salatiga agar menjadi kampus yang religius? I: banyak dilaksanakan kegiatan-kegiatan religi, seperti pengajian, diskusi, praktekpraktek keagamaan, dsb.mahasiswa lebih mendalami ajaran-ajaran agama Islam serta lembaga harus mempunyai peraturan yang tegas.
7
LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Selasa, 14 Agustus 2012 Tempat
: Kampus STAIN Salatiga
Informan
: DR
Jurusan
: PAI
Semester
:8
Kode `
: Waw-3. DR.
Refleksi
Dialog A. P: sudah berapa lama anda berada di STAIN Salatiga? I: kira-kira sudah 4 tahun B. P: selama ini, apa yang anda fahami tentang religiusitas? I: sejauh yang saya fahami, religiusitas adalah tingkat keagamaan seseorang C. P: keagamaan seperti apa? I: baik dalam hal sholat , mengikuti kajiankajian, mampu memberi nasehat keagamaan, berperilaku dsb. D. P: apakah anda sendiri sudah melaksanakan keagamaan yang anda sebutkan? I: belum semuanya, E. P: di lingkungan anda sekarang apakah mempengaruhi religiusitas anda? I: iya…di lingkungan tempat tinggal saya ikut kegiatan mengajar TPA, di kampus teman-teman saya juga sangat berpengaruh terhadap religiusitas saya, misalnya sering diajak sholat jama’ah, mengikuti kajian-kajian kIslaman di kampus. F. P: menurut anda, kampus religius itu seperti apa? I: kampus yang Islami
8
Analisis
G. P: maksud Islami yang bagaimana? I: Islami dalam semua aspek kehidupan kampus, contohnya pada waktu sholat bisa berjamaah semua, perilaku juga dapat mencermikan keIslaman, pakaian dsb. H. P: menurut anda, apakah kampus STAIN Salatiga ini sudah dapat dikatakan sebagai kampus religius? I:
belum
bisa,
karena
melihat
mahasiswanya yang menurut saya belum mempunyai kesadaran dalam beragama, masih banyak yang pakaiannya kurang sopan, tingkah laku yang kurang sesuai dengan ajaran Islam dsb. I. P: menurut anda, upaya apa yang harus dilakukan kampus STAIN Salatiga agar menjadi kampus religius? I: membuat program yang mendorong peningkatan dalam berperilaku, dengan memberi sangsi apabila tidak ssesuai dengan aturan. J. P: untuk kedepannya, apa harapan anda terhadap kampus STAIN Salatiga agar menjadi kampus yang religius? I: memperbaiki penampilan, jangan terlalu berlebihan
karena
mahasiswa
STAIN
adalah calon Guru jadi harus bisa memberi contoh.
9
LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Rabu, 8 Agustus 2012 Tempat
: Kampus STAIN Salatiga
Informan
: KA
Jurusan
: PAI
Semester
: 6
Kode
: Waw-4. KA. Refleksi
Dialog A. P: sebelumnya, sudah berapa lama anda berada di STAIN Salatiga? I: saya sudah 3 tahun kuliah di STAIN Salatiga. B. P: selama ini, Apa yang anda fahami tentang religiusitas? I: suatu pandangan dan sikap yang menunjukkan konsisten terhadap agama C. P: apakah selama ini lingkungan anda sekarang mempengaruhi religiusitas anda? I: ya….keluarga saya Alhamdulillah tingkat religiusitasnya tinggi, oleh ayah sejak kecil saya disuruh sholat, puasa, mengaji, dsb. D. P: berarti sejak kecil sudah melaksanakan sholat I: iya..Alhamdulillah. E. P: kalau dalam pandangan anda, kampus religius itu seperti apa? I: kampus religius menurut saya, kampus yang menanamkan nilai-nilai Islam, baik dari segi peraturan dan kurikulum disesuaikan jam sholat. F. P: nah..kalau kampus STAIN Salatiga sudah dapat dikatakan kampus religius apa belum?
10
Analisis
I: belum, karena dilihat dari kurikulum dan peraturannya kurang memperhatikan tentang agama dan waktu sholat. G. P: untuk kedepan, apa harapan anda kepada lembaga STAIN Salatiga agar menjadi kampus yang religius? I: seperti yang saya utarakan di atas, membuat peraturan yang tegas dan kurikulum pengajaran yang memperhatikan waktu sholat.
11
LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Selasa , 14 Agustus 2012 Tempat
: Kampus STAIN Salatiga
Informan
: AS
Jurusan
: PAI
Semester
:4
Kode `
: Waw -5. AS. Refleksi
Dialog A. P: sudah berapa lama anda berada di STAIN Salatiga? I: saya sudah semester 6, kira-kira 3 tahun. B. P: langsung saja, menurut yang anda fahami, apa religiusitas itu? I: religiusitas menurut yang saya fahami adalah kesadaran di dalam melaksanakan dan mengamalkan perintah agama di dalam kehidupan. C. P; apakah selama ini anda sudah melaksanakan dan mengamalkan perintah agama? I: sudah, tapi belum sepenuhnya, kalau dalam segi pelaksanaan insya Allah sudah rutin. Kalau dalam pengamalan masih belum. D. P: contohnya..? I: contoh dalam melaksanakan perintah agama seperti, sholat, puasa, zakat, dsb. Contoh dalam pengamalan agama, bersikap baik, menjaga hubungan antar manusia baik yg seiman maupun yang tidak. E. P: selama ini, apa yang mempengaruhi religiusitas anda? I: dari keluarga. Keluarga saya sangat memperhatikan dalam pelaksanaan 12
Analisis
F.
G.
H.
I.
J.
perintah agama, seperti, sholat tepat waktu, beerpuasa, bersikap santun, dsb. P: pertanyaaan kedua, menurut anda, kampus religius itu seperti apa? I: kampus yang mampu menciptakan civiyatas akademika yang agamis. P: agamis yang bagaimana menurut anda? I: agamis yang dimana suasana kampus yang mencerminkan Islam. Mulai dari tata krama, busana, sikap, dsb. P: menurut anda, apakah kampus STAIN Salatiga ini sudah dapat dikatakan sebagai kampus religius? I: belum, karena masih banyak mahasiswa-mahasiswi yang akhlaknya belum Islami, busana yang belum sesuai dengan syarat Islam. P: menurut anda, upaya apa yang harus dilakukan kampus STAIN Salatiga agar menjadi kampus religius? I: mengadakan kajian-kajian Islam, musyawarah, forum diskusi Islam. P: untuk kedepannya, apa harapan anda terhadap kampus STAIN Salatiga agar menjadi kampus yang religius? I: lebih menekankan ajaran tentang keIslaman serta penerapannya di dalam kampus.
13
LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Kamis, 9 Agustus 2012 Tempat
: Kampus STAIN Salatiga
Informan
: MR
Jurusan
: PAI
Semester
:4
Kode
: Waw-6.MR. Refleksi
Dialog A. P: sudah berapa lama anda kuliah di STAIN Salatiga? I:saya baru 2 tahun kuliah di sini. B. P: langsung saja, apa yang anda fahami tentang religiusitas? C. I: apa ya…religiusitas itu dimana kondisi seseorang telah mampu menjalankan kewajiban dengan kesadaran. D. P: kewajiban apa maksudnya? I: kewajiban kita sebagai orang Islam, sholat, zakat puasa, haji bagi yang mampu dsb. E. P: dalam religiusitas anda, selama ini apakah lingkungan anda mempengaruhi religiusitas anda? I: alhamdulillah saya tinggal di masjid, istilahnya menjadi takmir jadi secara otomatis sangat mempengaruhi tingkat religiusitas saya. F. P: kalau keluarga anda bagaimana? I: keluarga saya juga termasuk tingkat
14
Analisis
religiusitasnya lumayan, kami sekeluarga melaksanakan sholat, zakat puasa dsb. G. P: kampus yang religius menurut anda seperti apa? I: kampus religius adalah kampus yang memberi dukungan, dorongan bahkan penekanan dengan bentuk peraturan bagi segenap
civitas
akademika
dalam
melaksanakan perintah agama. H. P: mengenai kampus STAIN, menurut anda
apakah
sudah
bisa
dikatakan
sebagai kampus yang religius? I: belum sepenuhnya, karena lingkungan yang berada di STAIN bermacammacam, ada yang suka menyanyi sesuka hatinya, berbusana tidak sesuai dengan aturan agama , peraturan yang kurang tegas, dan masyarakat kampus yang heterogen. I. P: kalau harapan anda untuk STAIN kedepannya harus bagaimana? I: membuat peraturan yang tegas dalam berpakaian mahasiswa, membuat nilai etika.
15
LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Selasa, 14 Agustus 2012 Tempat
: Kampus STAIN Salatiga
Informan
: FS
Jurusan
: PAI
Semester
:2
Kode `
: Waw-7. FS. Refleksi
Dialog A. P: sudah berapa lama anda berada di STAIN Salatiga? I: saya sudah kira-kira 2 tahun. B. P: apa yang anda fahami tentang religiusitas? I: religiusitas menurut saya adalah tingkat kemampuan seseorang dalam mengaplikasikan nilai-nilai agama di dalam kehidupan. C. P: apakah anda sudah mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan anda? I: belum sepenuhnya, D. P: maksudnya? I: ya….saya masih belum bisa sholat tepat waktu, kadang juga sampai kelupaan. E. P: apakah lingkungan anda tidak mempengaruhi religiusitas anda? I: sebagian teman, keluarga juga tidak begitu
memperhatikan
keagamaan,
jadinya kadang saya terbawa suasana teman-teman. F. P: owh….begitu, tapi apakah anda tidak berusaha
untuk
16
melaksanakan
Analisis
kewajiban anda sebagai orang Islam atau mengajak teman anda? I: iya sudah, tapi kadang juga terasa malas. G. P: untuk selanjutnya, menurut anda, kampus religius itu seperti apa? I: menurut saya kampus yang baik mahasiswa
atau
dosen
mampu
melaksanakan ajaran Islam dimanapun tempatnya. H. P: menurut anda, apakah kampus STAIN
Salatiga
ini
sudah
dapat
dikatakan sebagai kampus religius? I:
belum,
karena
masih
banyak
mahasiswa yang dari cara berperilaku, pakaian, dan etika belum sepenuhnya mencerminkan keagamaan. I. P: menurut anda, upaya apa yang harus dilakukan kampus STAIN Salatiga agar menjadi kampus religius? I: memberikan wawasan dan himbauan untuk
mengikuti
kegiatan
Islami,
mengadakan pengajian periodik untuk mahasiswa
maupun
karyawan,
membiasakan berkomunikasi Islami J. P: untuk kedepannya, apa harapan anda terhadap kampus STAIN Salatiga agar menjadi kampus yang religius? I: meningkatkan komitmen religius dengan menerapkan program-program keIslaman.
17
LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : kamis, 9 Agustus 2012 Tempat
: Kampus STAIN Salatiga
Informan
: LA
Jurusan
: PAI
Semester
:8
Kode
: Waw -8. LA. Refleksi
Dialog A. P: apa yang anda fahami tentang religiusitas I: kemampuan dalam hal agama, misalnya sholat. B. P: selama ini apa yang mempengaruhi religiusitas anda? I:
dari
diri
sendiri,
dan
juga
lingkungan pergaulan C. P: motivasi dari dalam diri sendiri apa contohnya? I:
menjaga
diri
dari
dosa
dan
kesadaran bahwa saya adalah calon pendidik
(guru)
jadi
harus
bisa
menjadi contoh. D. P: kalau dalam pandangan anda, kampus religius itu bagaimana? I: kampus yang mampu menciptakan suasana religius, seperti pesantren. E. P: menurut anda, STAIN Salatiga apakah sudah dapat dikatakan sebagai
18
Analisis
kampus religius? I: belum religius. Karena banyak mahasiswa yang di dalam maupun di luar
kampus
yang
belum
melaksanakan ajaran agama Islam. F. P: menurut anda, upaya apa yang harus
dilakukan
Salatiga
agar
kampus menjadi
STAIN kampus
religius? I:
menekankan
peraturan
dalam
berperilaku, G. P: apa harapan anda kepada lembaga STAIN Salatiga agar menjadi kampus yang religius? I:
mempertegas peraturan.
kampus
harus
aturan
dilaksanakan
sebagaimana mestinya, jangan hanya membuat aturaan saja.
19
LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Kamis, 9 Agustus 2012 Tempat
: Kampus STAIN Salatiga
Informan
: MH
Jurusan
: PAI
Semester
:8
Kode `
: Waw-9. MH. Refleksi
Dialog A. P: sebelumnya, kalau boleh tahu sudah berapa lama anda kuliah di STAIN Salatiga? I: saya sudah semester 8, sudah 4 tahunan kuliah dis ini. B. P: dalam benak anda, apa yang anda fahami tentang religiusitas? I: religiusitas itu…kemampuan seseorang untuk melaksanakan kewajiban agama. C. P: selama ini, apakah anda selalu melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan agama, sholat misalnya? I: iya…Alhamdulillah saya senantiasa melaksanakannya D. P: dorongan apa yang menyebabkan anda selama ini melaksanakan kewajiban sholat atau kewajiban yang lain? Keluarga, masyarakat sekitar atau dalam diri anda sendiri? I: yang pertama, mungkin keluarga karena keluarga saya selalu menekankan untuk melaksanakan sholat dan kewajiban yang lain. Yang kedua mungkin dari teman-teman. E. P: kalau dorongan dalam diri anda? I: dorongan dari dalam diri sendiri, mungkin karena sudah terbiasa
20
Analisis
melaksanakan jadi merasa tidak nyaman ketika saya tidak melaksanakannya. F. P: kita beralih ke kampus, menurut anda, kampus religius itu seperti apa? I: kampus yang mampu menciptakan individu yang islami G. apakah kampus STAIN Salatiga ini sudah bisa dikatakan sebagai kampus religius? I: belum sepenuhnya, karena melihat dari cara berbusana mahasiswa, perilaku mahasiswa di kampus maupun di luar kampus yang masih amburadul. H. P: untuk menciptakan kampus yang religius, menurut anda apa yang harus dilakukan oleh lembaga STAIN Salatiga? I: memberi peraturan yang tegas dan sanksi dalam pelanggaran peraturan.
21
LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Jum’at, 10 Agustus 2012 Tempat
: Kampus STAIN Salatiga
Informan
: DM
Jurusan
: PAI
Semester
:8
Kode `
: Waw-10. DM. Refleksi
Dialog A. P: sebelumnya, kalau boleh tahu sudah berapa lama anda kuliah di STAIN Salatiga? I: saya sudah semester 8, sudah 4 tahunan kuliah dis ini. B. P: apa yang anda fahami tentang religiusitas I: kalau menurut saya, religiusitas itu…kesadaran
seseorang
untuk
melaksanakan
kewajiban
dalam
agama. C. P: dorongan apa yang menyebabkan anda
selama
ini
melaksanakan
kewajiban agama? I:
awalnya
karena
keluarga,
sekarang muncul dari diri saya. D. P: kalau dorongan dalam diri anda? I: dari pengetahuan dalam proses belajar, bahwa tugas manusia adalah beribadah kepada Allah. E. P: menurut anda, kampus religius itu
22
Analisis
seperti apa? I:
kampus
yang
mampu
meghidupkan ajaran agama serta mampu
menciptakan
lingkungan
yang agamis. F. P: STAIN Salatiga sendiri, menurut anda apakah sudah bisa dikatkan sebagai kampus religius? I: belum, karena etika mahasiswa yang masih banyak yang belum mencerminkan
religius,
seperti
masih
urakan,
kurang
suka
memperhatikan waktu shalat, cara berbusana
yang
kurang
mencerminkan religius, dsb. G. P: untuk menciptakan kampus yang religius, menurut anda apa yang harus
dilakukan
oleh
lembaga
STAIN Salatiga? I: mengadakan kajian atau trainingtraining
keIslaman, dalam proses
belajar mengajar selalu ditekankan dalam hal perilaku.
23
LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Jum’at, 10 Agustus 2012 Tempat
: Kampus STAIN Salatiga
Informan
: MN
Jurusan
: PAI
Semester
:8
Kode `
: Waw-11. MN. Refleksi
Dialog
Analisis
A. P: sudah berapa lama anda kuliah di STAIN Salatiga? I: saya sudah semester 8 B. P: dalam benak anda, apa yang anda fahami tentang religiusitas? I: religiusitas dalam pandangan saya adalah tingkat keagamaan. C. P: keagamaan apa maksudnya? I:
keagamaan
seseorang
dalam
beribadah, ketaatan, keyakinan, dsb. D. P: apakah dorongan dari dalam diri anda untuk melaksanakan kewajiban dalam agama? I: kesadaran dalam diri, dari pengetahuan yang saya dapat selama ini serta dari teman-teman. E. P: menurut anda, kampus religius itu bagaimana? I:
kampus
keIslaman.
24
yang
mengedepankan
F. P: kalau menurut anda, apakah STAIN Salatiga sudah dapat dikatakan kampus religius? I: sudah, karena melihat dari mata kuliah yang banyak mengandung keIslaman, seperi hadis, hafalan Al-Qur’an, ulumul Qur’an dsb. G. P: untuk lebih religius, gambaran anda apa yang harus dilakukan oleh lembaga STAIN Salatiga? I: membuat forum kajian, membuat program Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) khusus untuk mahasiswa yang belum bisa menulis dan membaca Al-Qur’an. Jujur saja saya ini belum begitu bagus dalam menulis arab.
25
LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Sabtu , 11 Agustus 2012 Tempat
: Kampus STAIN Salatiga
Informan
: HN
Jurusan
: PAI
Semester
:6
Kode `
: Waw-12.HN. Dialog
Refleksi
Analisis
A. P: sudah berapa lama anda kuliah di STAIN Salatiga? I: saya sudah semester 6 B. P:
apa
yang
anda
fahami
tentang
saya
adalah
religiusitas? I:
religiusitas
kesadaran
menurut
dalam
melaksanakan
ajaran
agama. C. P: ajaran agama yang bagaimana? I:
ajaran
agama
untuk
melaksanakan
kewajiban, seperti sholat, berpuasa, zakat, beriman, bertakwa, dsb. D. P: selama ini, apa yang mempengaruhi religiusitas anda? I: yang berpengaruh dalam religiusitas saya selama ini dari lingkungan tempat tinggal saya. E. P: kalau bicara tentang kampus, menurut anda, kampus religius itu seperti apa? I: kampus yang menegakkan aturan-aturan
26
agama Islam di dalamnya. F. P: menurut anda, apakah kampus STAIN Salatiga ini sudah dapat dikatakan sebagai kampus religius? I: belum, karena melihat keaadaan kampus yang tidak teratur. Misalnya, masih banyak anak perempuan yang melepas jilbab ketika di luar kampus, pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bebas. G. P: menurut anda, upaya apa yang harus dilakukan kampus STAIN Salatiga agar menjadi kampus religius? I: mengadakan training-training kapada mahasiswa dalam hal berperilaku dan belajar sungguh-sungguh. H. P: untuk kedepannya, apa harapan anda terhadap kampus STAIN Salatiga agar menjadi kampus yang religius? I: memperluas wawasan dan memajukan mutu pendidikan khususnya pendidikan agama Islam.
27
LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Sabtu , 11 Agustus 2012 Tempat
: Masjid Darul Amal Salatiga
Informan
: UM
Jurusan
: PAI
Semester
:4
Kode `
: Waw-13.UM. Refleksi
Dialog
Analisis
A. P: sudah berapa lama anda berada di STAIN Salatiga? I: saya sudah semester 4, jadi kira-kira sudah 2 tahun di STAIN B. P:
kalau
pernah
mendengar
atau
membaca istilah religiusitas, apa yang anda fahami? I: yang saya fahami tentang religiusitas adalah
seseorang
yang
rutin
melaksanakan dan mampu mengajarkan ajaran agama. C. P: kalau menurut anda, kampus religius itu seperti apa? I: menurut saya, kampus religius itu adalah kampus yang di dalamnya mengajarkan ajaran agama. D. P: menurut anda, apakah kampus STAIN
Salatiga
dikatakan
sebagai
religius?
28
ini
sudah
dapat
kampus
yang
I: menurut saya sudah, karena semua yang berada di sini beragama Islam dan mengajarkan ajaran agama. E. P: untuk ke depannya, apa harapan anda terhadap Kampus STAIN Salatiga agar menjadi kampus yang religius? I:
lebih
ditingkatkan
suasana
religiusnya, contohnya dengan cara mengadakan kegiatan mingguan atau bulanan untuk mahasiswa.
29
LAPORAN HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Senin , 13 Agustus 2012 Tempat
: Perpustakaan STAIN Salatiga
Informan
: HD
Jurusan
: PAI
Semester
:4
Kode `
: Waw-14.HD. Dialog
Refleksi
Analisis
A. P: sudah berapa lama anda kuliah di STAIN Salatiga? I: saya semester 4 B. P: apa yang anda fahami tentang religiusitas? I: religiusitas menurut saya, kefahaman seseorang
tentang
agama
dan
kemampuan dalam menaatinya C. P: selama ini, apakah lingkungan tempat tinggal anda mempengaruhi religiusitas anda? I: iya…soalnya saya banyak tinggal di pondok
pesantren,
saya
sekarang
tinggal di pondok An-nida. D. P: berarti sudah banyak ilmu agamanya, kalau menurut anda, kampus religius itu seperti apa? I:
kampus
religius
menurut
saya
kampus beasaskan agama Islam E. P: menurut anda, apakah kampus
30
STAIN
Salatiga
ini
sudah
dapat
dikatakan sebagai kampus religius? I:
sudah
religius
karena
semua
beragama Islam, tetapi kurang Islami dalam perilaku karena masih banyak yang belum menerapkan sikap-sikap keIslamannya. F. P: menurut anda, upaya apa yang harus dilakukan kampus STAIN Salatiga agar menjadi kampus religius? I:
memperketat
dalam
aturan
berpakaian, berperilaku, dan etika. G. P: untuk kedepannya, apa harapan anda terhadap kampus STAIN Salatiga agar menjadi kampus yang religius? I:
banyak
kegiatan
dilaksanakan
religi,
seperti
kegiatanpengajian,
diskusi, praktek-praktek keagamaan, dsb.
31