PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN (SATUAN PANJANG) MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV MI KEPUTON KECAMATAN BLADO KABUPATEN BATANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ANNY MAFTUKHAH NIM 11511063
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN (SATUAN PANJANG) MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV MI KEPUTON KECAMATAN BLADO KABUPATEN BATANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ANNY MAFTUKHAH NIM 11511063
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
i
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi Saudari: Nama
: Anny Maftukhah
Nim
:11511063
Fakultas
:Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
:Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul
:PENINGKATAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN (SATUAN PANJANG) MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV MI KEPUTON KECAMATAN BLADO KABUPATEN BATANG TAHUN AJARAN 2015/2016.
Dengan demikian kami mohon agar skripsi tersebut diatas segera di munaqosahkan. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Salatiga, 24 Agustus 2015 Pembimbing
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
:Anny Maftukhah
NIM
:11511063
Jurusan
: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 22 Agustus 2015 Yang menyatakan
iv
MOTTO Carilah ilmu sampai ke negeri Cina, mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap muslim pria dan wanita (H. R Bukhari)
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1.
Kedua orang tuaku Bapak Rusdi, S.Pd. I DAN Ibu Anjariyah, S.Pd. I, yang selalu ku muliakan yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik, serta membimbing dengan kesabaran.
2.
Adik-adik ku tercinta (M. Rifqi Zidan & Aura Shofi Nur Hidayah)
3.
Teman-teman PGMI Angkatan 2011.
4.
Teman-teman kos yang selalu memberi semangat.
5.
Dan segenap Muslim yang senantiasa menuntut ilmu.
v
KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah kepada saya sehingga saya dapat menyelsaikan skripsi ini dengan baik dan skripsi ini merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi guna mendapatkan gelar Sarjana pada progam Studi PGMI IAIN Salatiga. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman kegelapan ke jaman terang benderang, yang penuh dengan kebaikan dan ilmu yang bermanfaat sehingga dapat di jadikan bekal hidup kita baik di dunia maupun akhirat. Atas rahmat Allah SWT dan melalui proses perjuangan yang sangat panjang, maka skripsi ini dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran (Satuan Panjang) Melalui Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas Iv Mi Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016” dapat penulis selesaikan dengan baik, untuk itu penulis mensyukuri nikmat dan rahmat yang di berikannya kepada penulis. Selanjutnya penulis mengakui bahwa dengan adanya semangat dan kemauan serta motivasi di dalam diri penulis semua itu tidak akan terlaksana penulisan dan penyusunan skripsi ini tanpa bantuan, saran dan bimbingan dari berbagai pihak maka penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
vi
kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan dan penyusunan skripsi ini, khususnya kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi M.Pd, Selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku ketua Jurusan
program studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Salatiga. 4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan, dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu tenaga, pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan serta penyusunan skripsi ini 5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 6. Ibu Nur Hasanah, S.Pd.I, selaku kepala MI Keputon
yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah yang dipimpin beliau. 7. Bapak/Ibu guru MI Keputon yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di madrasah tersebut. 8. Murid-murid kelas IV MI Keputon
yang telah mendukung dan
membantu penulis dalam melakukan penelitian.
vii
9. Bapak, Ibu, dan adiku yang telah memberikan semangat dan selalu memerikan kasih sayang, dorongan dan
doa demi keberhasilan
penulis. 10. Teman-teman seperjuangan PGMI 2011 yang selama ini telah berjuang bersama. 11. Semua pihak yang ikut andil dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Atas jasa yang diberikan mereka, penulis hanya bisa memohon doa semoga seluruh amal perbuatan mereka di balas yang lebih baik lagi serta kesehatan dan kesuksesan selalu menyelimuti mereka baik di dunia maupun akhirat. Selanjutnya penulis dalam hal ini juga mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca guna untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan penulis berharap semoga skripsi yang dibuat penulis ini berguna pada diri sendiri maupun orang lain yang membacanya. Salatiga, 22 Agustus 2015
viii
ABSTRAK Maftukhah, Anny. Peningkatan Hasil Belajar matematika Materi Pengukuran (Satuan Panjang) Melalui Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas IV di MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016, Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Winarno, S.Si., M.Pd Kata Kunci: Hasil Belajar dan Metode Problem Based Learning Hasil belajar merupakan hasil usaha peserta didik yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan anak terhadap materi yang diberikan untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang. Hasil belajar yang baik merupakan sesuatu yang sangat diharapkan oleh peserta didik, termasuk juga siswa kelas IV di MI Keputon. Siswa kelas IV di MI Keputon masih banyak yang mendapatkan prestasi yang bisa dibilang jauh dari memuaskan, Mereka tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik karena metode yang digunakan Guru kelas IV adalah metode konvensional saja yaitu dengan metode ceramah dan pemberian tugas saja. Untuk itu guru harus dapat membenahi pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang lain yaitu dengan memilih metode yang tepat dengan materi yang akan di sampaikan yaitu metode Problem Based Learning. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :Apakah metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pengukuran (satuan panjang) pada siswa kelas IV di MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas sebanyak tiga siklus. Setiap siklus dilakukan dengan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 23 terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 13 siswi perempuan. Data yang didapat berupa hasil belajar Matematika materi Pengukuran (satuan panjang) yang didapat dari test dan hasil pengamatan Berdasarkan hasil temuan dan analisis didapatkan kesimpulan bahwa metode problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi Pengukuran (satuan panjang) pada Siswa kelas IV di MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2015/2016. PadaSiklus I persentase siswa yang mencapai KKM adalah sebanyak 16 siswa atau 69% dan yang belum tuntas sebanyak 7 siswa atau 30% dengan rata-rata kelasnya adalah 62,82 dan pada siklus ke II mengalami peningkatan yang sangat signifikan siswa yang mencapai KKM adalah20 siswa atau 86% dan yang belum tuntas sebanyak 3 siswa atau 13% dengan rata-rata kelasya adalah 76,73 dan pada tahap yang terakhir yaitu siklus III mengalami peningkatan lebih baik lagi dari siklus sebelumnya seluruh siswa yang berjumlah 23 siswa atau 100% mampu mencapai nilai KKM yang ditentukan dengan rata-rata kelasnya yaitu 86,93. ix
DAFTAR ISI HALAMANJUDUL.......................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING.............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN
iv
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN...............................................
v
KATA PENGANTAR....................................................................................
vi
ABSTRAK......................................................................................................
ix
DAFTAR ISI...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL..........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah...............................................................................
6
C. Tujuan Penelitian................................................................................
6
D. Hipotesis dan Indikator Pencapaian....................................................
6
E. Kegunaan Penelitian............................................................................
7
F. Definisi Operasional............................................................................
8
G. Metode Penelitian................................................................................
11
H. Sistematika Penulisan..........................................................................
19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar........................................................................................
x
21
1.
Pengertian Hasil Belajar.............................................................
21
2.
Macam-macam Hasil Belajar.....................................................
21
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.........................
24
B. Belajar........................................................................................ ........
27
1.
Pengertian Belajar.......................................................................
27
2.
Prinsip-prinsip Belajar................................................................
29
3.
Tujuan Belajar............................................................................
31
C. Teori Belajar.......................................................................................
32
D. Bidang Studi Matematika...................................................................
34
1.
Pengertian Bidang Studi Matematika.........................................
34
2.
Pembelajaran Matematika..........................................................
36
3.
Tujuan Pembelajaran Matematika di SD....................................
39
E. Pokok Bahasan Pengukuran (Satuan Panjang)......................................
42
F.
1.
Pengertian Pengukuran...............................................................
42
2.
Pengukuran (Satuan Panjang).....................................................
43
Metode Problem Based Learning (PBL)............................................
46
1.
Pengertian Metode Pembelajaran...............................................
46
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran..........
47
3.
Metode Problem Based Learning (PBL)....................................
46
4.
Konsep Dasar dan Karakteristik PBL.........................................
50
5.
Kelebihan dan kelemahan metode PBL......................................
52
6.
Langkah-langkah penggunaan metode PBL...............................
54
xi
BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian................................................................................
56
1.
Lokasi Penelitian........................................................................
56
2.
Tempat dan waktu penelitian......................................................
56
3.
Keadaan siswa............................................................................
57
B. Deskripsi Penelitian............................................................................
59
1.
Deskripsi Pra Siklus....................................................................
59
2.
Deskripsi Siklus I........................................................................
60
3.
Deskripsi Siklus II......................................................................
63
4.
Deskripsi Siklus III.....................................................................
66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...................................................................................
70
1.
Siklus I........................................................................................
74
2.
Siklus II.......................................................................................
82
3.
Siklus III.....................................................................................
88
B. Pembahasan.........................................................................................
94
1.
Hasil Rekapitulasi.......................................................................
94
2.
Kondisi Awal..............................................................................
94
3.
Kondisi Akhir.............................................................................
94
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................ ........
96
B. Saran.......................................................................................... ........
97
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Keadaan Peserta Didik..................................................................67 Tabel 4.1 Hasil Nilai Pra Siklus...........................................................................81 Tabel 4.2 Hasil Test Formatif Siklus I...................................................................84 Tabel 4.3 Lembar Pengamatan Guru Siklus I........................................................87 Tabel 4.4 Hasil Test Formatif Siklus II.................................................................92 Tabel 4.5 Lembar Pengamatan Guru Siklus II......................................................95 Tabel 4.6 Hasil Test Formatif Siklus III............................................................ 99 Tabel 4.7 Lembar Pengamatan Guru Siklus III...................................................102 Tabel 4.8 Rekapitulasi Belajar Siswa..................................................................104
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1Skema Penelitian Tindakan Kelas.......................................................13
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan cabang ilmu yang spesifik, matematika tidak mempelajari objek-objek yang secara langsung dapat ditangkap oleh indra manusia, substansi. Matematika lahir dari hasil pengamatan empiris terhadap benda-benda konkret, namun dalam perkembangannya matematika lebih memasuki dunianya yang abstrak. Obyek matematika adalah fakta, konsep, operasi dan prinsip yang kesemuanya itu berperan dalam membentuk proses berfikir matematis, dengan salah satu cirinya adalah adanya alur penalaran yang logis. Ilmu nyata yang mengembangkan berbagai ilmu murni dan dapat menambah
wawasan
dan
pengetahuan
anak
bagaimana
pentingnya
mempelajari ilmu matematika dan mencari solusinya yang tepat. Sedangkan pembelajaran matematika merupakan pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun
konsep-konsep
dan
prinsip-prinsip
matematika
dengan
kemampuan sendiri melalui proses internalisasi (arahan terbimbing) sehingga konsep atau prinsip tersebut terbangun (Jajang, 2005:5). Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan ditaman kanak-kanak secara informal.
1
Pada usia siswa sekolah dasar (7-8 tahun hingga 12-13 tahun), menurut teori kognitif piaget termasuk pada tahap tahap operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakannya matematika relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasa pada umumnya (Susanto, 2013:183-184). Dalam kurikulum Depdiknas 2004 disebutkan bahwa standart kompetensi matematika di sekolah dasar yang harus dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan pembelajarn bukanlah penguasaan matematika, namun yang perlukan ialah dapat memahami dunia sekitar, mampu bersaing, dan berhasil dalam kehidupan sehari-hari. Standart kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum ini mencakup pemahaman konsep matematika, komunikasi matematis, koneksi matematis, penalaran dan pemecahan masalah, serta sikap dan minat yang positif terhadap matematika. Secara umum tujuan diberikannya matematika di sekolah adalah untuk membantu siswa mempersiapkan diri agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, rasional, dan kritis. Serta mempersiapkan dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Siswa agar dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Pembelajaran Matematika terutama mata pelajaran Pengukuran Satuan Panjang
2
pada kelas IV MI Keputon
Kecamatan Blado Kabupaten Batang berjalan dengan metode ceramah dan latihan (Drill). Dari pengalaman tersebut diatas menumbuhkan pemikiran baru mucul gagasan untuk merubah agar lebih baik. Agar siswa lebih bersemangat untuk belajar melalui metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Diharapkan dengan kegiatan ini akan meningkatkan semangat siswa dan juga meningkatkan hasil belajar siswa. Terkait dengan tugas guru paling utama adalah memimpin anak-anak untuk kearah tujuan yang jelas. Anak mendapatkan rasa aman dengan adanya model dan rela menerima petunjuk maupun teguran bahkan hukuman. Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika ini merupakan model pembelajaran yang harus terus dikembangkan dan ditingkatkan penerapannya di sekolah-sekolah, termasuk di sekolah dasar. Dengan metode pemecahan masalah ini siswa melakukan kegiatan yang dapat mendorong berkembangnya pemahaman penghayatan siswa terhadap prinsip, nilai, dan proses matematika. Hal ini akan membuka jalan bagi tumbuhnya daya nalar, berfikir logis, sistematis, kritis, dan kreatif. Pemecahan masalah matematis dapat membantu memahami informasi secara lebih baik, dengan demikian bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Pembelajaran Matematika materi Pengukuran Satuan Panjang di Madrasah Ibtidaiyah Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang utamanya
3
di kelas IV ternyata tidaklah mudah. Hal ini terbukti dari pengamatan penulis, hasil belajar mata pelajaran Matematika khususnya pada pokok bahasan Pengukuran Satuan Panjang hanya 30, 43 % yang mencapai KKM dan 69, 56% yang belum mencapai KKM, sedangkan KKM mata pelajaran matematika di MI Keputon Kecamatan Blado adalah 60. Pengalaman pembelajaran seperti diatas menumbuhkan pemikiran baru bagaimana metode yang sudah tidak relevan untuk diperbaiki dengan menggunakan metode lain. Sebagai seorang Pendidik penulis merasa tertantang untuk mencari alternatif sebagai bentuk model pembelajaran dengan memberi metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam suatu pembelajaran Matematika materi Pengukuran (Satuan Panjang) yang berjutuan untuk memberi jalan atau cara yang baik bagi pelaksana dan kesuksesan operasional pembelajaran. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah ini adalah suatu jenis pembelajaran yang dilatarbelakangi bahwa manusia sebagai makhluk hidup yang berevolusi selalu mempunyai masalah untuk diselesaikan. Masalah yang harus diselesaikan tersebut tentunya membutuhkan semua pengetahuan sebagai referensi dalam proses penyelesaian. Pemecahan masalah sebagai metode
pembelajaran adalah suatu
teknik dimana masalah digunakan secara langsung sebagai alat untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Dengan metode pemecahan masalah ini siswa dihadapkan pada berbagai
4
masalah yang dijadikan bahan pembelajaran secara langsung agar siswa menjadi peka dan tanggap terhadap semua persoalan yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari ( Susanto,2013:197) Pemecaham masalah dalam pembelajaran matematika adalah suatu metode yang merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam pemecahan masalah dapat digunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan pencarian data sampai kepada penarikan kesimpulan. Menurut
Susanto
(2013:200)
pentingnya
penerapan
strategi
pembelajaran berbasis masalah(problem based learning) dalam pembelajaran matematika ini, sebagai berikut: 1.
Dapat mengembangkan jawaban siswa yang bermakna menuju pemahaman yang lebih baik mengenahi suatu materi.
2.
Memberikan tantangan untuk siswa, dan mereka dapat memperoleh kepuasan besar ketika menemukan pengetahuan baru untuk diri mereka sendiri.
3.
Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
4.
Membantu siswa mentransfer pengetahuan mereka kepada masalahmasalah dunia nyata.
5.
Membantu siswa bertanggung jawab untuk membentuk dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri.
6.
Mengembangkan skill-skill berpikir kritis siswa dan kemampuan beradaptasi dengan situasi-situasi pembelajaran baru.
5
7.
Meningkatkan interaksi siswa dan kerja tim, oleh karena itu meningkatkan skill-skill interpersonal siswa. Maka melalui metode Pembelajaran Berbasis Masalah ini memberi
peluang sebagai strategi pengembangan kinerja maupun kerjasama antar siswa dalam meningkatkan hasil belajar matematika. Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika materi Pengukuran (Satuan Panjang) melalui Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016.”
B. Rumusan Masalah. Dari uraian diatas maka rumusan permasalahan yang perlu peneliti kemukakan adalah: “apakah penggunaan metode problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi pengukuran (satuan
panjang) siswa kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016?”
C. Tujuan Penelitian. Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : “ Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Materi Pengukuran (Satuan Panjang) melalui Metode problem based learning Pada
6
Siswa Kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016?”
D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan. Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dapat Meningkatkan Hasil Belajar mata pelajaran Matematika materi Pengkuran (Satuan Panjang) Siswa Kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016. Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) ini dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis adalah sebagai berikut: a.
Ada perubahan hasil belajar secara berkelanjutan (continue) dari siklus I ke siklus II dan siklus III.
b.
Tingkat pemahaman siswa terhadap materi pengukuran (satuan panjang) yang disampaikan lebih 85%.
E. Kegunaan Penelitian. Manfaat yang dapat di ambil dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis. Dengan adanya penelitian ini, maka penulis dapat mengetahui konsep metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) khususnya
7
dalam pembelajaran Matematika di sekolah yang penulis teliti yaitu MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang. 2. Secara praktis. a. Bagi siswa : Hasil belajar siswa kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupa Batang pada mata pelajaran Matematika dapat meningkat. b. Bagi guru : 1) Merupakan upaya dari guru untuk meningkatkan kemampuan belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. 2) Merupakan
inovasi
model
pembelajaran
mata
pelajaran
Matematika oleh dan untuk guru khususnya pada penerapan model Pembelajran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). c. Bagi sekolah : 1) Diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa khususnya pada mata pelajaran Matematika. 2) Diperoleh panduan yang inovatif metode pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dan diharapkan dapat dipakai untuk kelas-kelas yang lain.
F. Definisi Operasional. Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan dan memahami pokok pikiran kajian penelitian ini, maka penulis memandang perlu
8
memperjelas pengertian dan pemahaman pada istilah-istilah yang terdapat dalam judul diatas. Istilah-istilah yang digunakan pada skripsi ini terdiri dari: 1.
Belajar : Adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “ Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya (Ahmad Susanto, 2013:2). 2.
Hasil belajar Adalah suatu perubahan atau kemampuan baru yang di peroleh siswa setelah melalukan pembelajaran (Snelbeker, 1974:12). Menurut Bloom hasil belajar, merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif,dan psikomotorik Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan belajar dan rumusan tujuan
9
intruksional yang direncakan guru sebelumnya (Popi Sopiatin & Sohari Sahroni, 2011: 63-64). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan atau kemampuan baru yang dimiliki setiap individu setelah melakukan pembelajaran, dan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 3.
Matematika. Merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Ahmad Susanto, 2013:185)
4.
Pengukuran (Satuan Panjang) a. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi atau kapasitas biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran (measurement) merupakan cabang ilmu statiska terapan yang berjutuan untuk membangun dasar-dasar pengembangan tes yang berfungsi optimal, valid, dan reliabel (Kusaeri Suprananto, 2012:4) b. Satuan panjang adalah suatu ukuran panjang yang terdiri dari satuan panjang baku dan satuan panjang tidak baku.
10
5.
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta
didik
memerlukan
pengetahuan
baru
untuk
dapat
menyelesaikannya (Hamruni, 2009:129). Pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi dalam pembelajaran karena
dalam
PBL
kemampuan
berfikir
siswa
betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan
mengembangkan
kemampuann
berpikirnya
secara
berkesinambungan. 6.
Madrasah Ibtidaiyah Keputon adalah lembaga pendidikan tingkat dasar yang berasaskan islam berada di Desa Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang. Intinya adalah bagaimana agar pembelajaran Matematika di Kelas IV
MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang tepat dengan memperhatikan karakteristik siswa, materi yang akan di ajarkan dan tujuan pembelajaran. Metode yang penulis maksudkan adalah metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Di kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang upaya meningkatkan pembelajaran Matematika yaitu melalui metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
11
G. Metode Penelitian. Metodologi penelitian berturut-turut akan menjelaskan: rancangan penelitian, subyek penelitian, langkah-langkah penelitian, pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data. Penjelasan masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut: 1. Rancangan Penelitian. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur dan langkah-langkah penelitian mengikuti prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama ( Suharsini Arikunto, 2007:3). Penelitian terdiri dari tiga siklus yaitu I, II dan III. Setiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang dicapai seperti desain faktor-faktor penelitian yang diselidiki. Tapi jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus sebelumnya. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus (Suharsimi Arikunto, 2007:75). Dalam penelitian ini menggunakan PTK partisipasi yaitu jenis penelitian yang dirancang dengan menuntut peneliti terlibat langsung didalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang
12
berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaaan penelitian, peneliti senantiasa terlibat langsung, selanjutnya peneliti memantau, mencatat dan mengumpulkan data, lalu menganalisis serta berakhir dengan melapor hasil penelitiannya (Samsu Sumadoyo, 2013: 26). Adapun skema penelitian yang akan digunakan sebagai berikut: Perencanaan
SIKLUS I
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 1.1( Suyadi ) 2. Subjek penelitian. a.
Lokasi penelitian. 1)
Tempat Penelitian
: MI Keputon Kecamatan Blado
Kabupaten Batang. 2)
Mata pelajaran
: Matematika
3)
Materi
: Pengukuran (Satuan Panjang)
13
4) b.
Kelas/semester
: IV/ I
Waktu Penelitian. Penelitian ini di lakukan pada awal semester I Tahun Ajaran 2015/2016. 1) Siklus I dilaksanakan pada tanggal 05 Agustus 2015 2) Siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2015 3) Siklus III dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2015
c.
Subjek Penelitian. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang
tahun ajaran
2015/2016, dengan jumlah 23 siswa yang terdiri dari 10 siswa lakilaki dan 13 siswa perempuan. Sedangkan perubahan yang diharapkan adalah: 1) Fokus siswa adalah meningkatnya hasil dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika. Meningkatnya hasil belajar matematika siswa ditandai dengan partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar, dan ditandai dengan meningkatnya nilai akhir proses pembelajaran dan pencapaian nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Fokus pengamatannya adalah tingkat hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran. 2) Faktor guru perubahan yang diinginkan adalah meningkatnya keterampilan guru dalam mengelola kelas, terutama mampu meningkatkan minat belajar matematika kepada siswa dengan
14
metode Pembelajaran problem based learning dan hasil belajar akan lebih optimal. Fokus pengamatannya adalah proses pembelajaran yang dikembangkan guru, interaksi yang terjadi antara guru dan siswa, sehingga dapat mengembangkan prestasi belajar siswa. Indikator keberhasilannya adalah respon positif ketika
berlangsungnya
proses
pembelajaran
metematika
Pengukuran (Satuan Panjang). 3. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian. Perencanaan ini akan dilaksanakan dalam tiga siklus dengan langkahlangkah berikut: a.
Pra- Siklus Awal kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang terjadi sebelumnya. Berdasarkan refleksi
tersebut
kemudian
dilakukan
identifikasi
masalah,
mendiskusikan permasalahan, melakukan kajian teori, dan mengkaji pendekatan pembelajaran yang relevan. Pada tahap ini peneliti juga menyajikan pertanyaan tentang mata pelajaran matematika materi pengukuran (satuan panjang) kepada siswa, sebelum siswa menerima perilaku/pemberian pembelajaran matematika dengan startegi pembelajaran berbasis masalah diberikan. b.
Perencanaan Tindakan. Dalam perencanaan terdiri dari tiga kegiatan yaitu: menentukan target kompetensi, mendesaian pembelajaran pada siklus I, siklus
15
II,dan siklus III mendesaian alat tes. (Rosma Hartiny Sam’s, 2010:7476). c.
Pelaksanaan Tindakan. Pelaksanaan tindakan yaitu melaksanakan proses pembelajaran siklus I, siklus II, dan siklus III yang terlampir dalam RPP.
d.
Observasi. Observasi merupakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Instrumen observasi menggunakan pedoman observasi yang berisikan indikator yang didesain berdasarkan fokus penelitian. Dalam hal ini berisi indikator yang mewakili data. Tujuan pedoman tersebut untuk mendeskripsikan hal-hal yang terjadi dalam proses penelitian (Rosma Hartiny Sam’s, 2010:77). Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa. 1) Observasi terhadap guru Observasi ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai pendekatan dari guru mata pelajaran matematika di MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang. Informasi tersebut digunakan oleh peneliti untuk mempersiapkan RPP pada siklus I. 2) Pedoman observasi terhadap subjek Observasi terhadap siswa dilakukan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran sebelum dan sesudah diberi pendekatan Pembelajaran berbasis
16
masalah (PBL) dengan memberikan latihan soal matematika materi pengukuran satuan panjang. Untuk soal terlampir. e.
Refleksi Data hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil observasi
tersebut
guru
melakukan
refleksi
tentang
proses
pembelajaran yang baru saja dilakukan untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran matematika untuk peningkatan hasil belajar siswa. Melalui kegiatan refleksi akan diketahui kelemahan dan kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran untuk diperbaiki pada siklus selanjutnya. Dengan demikian pelaksanaan tindakan siklus II merupakan perbaikan dan peningkatan siklus I. 4. Instrumen penelitian Instrumen penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: a.
Dokumentasi berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku absensi, buku daftar nilai siswa, dokumentasi yaitu catatan pelaksanaan proses pembelajaran.
b.
Pedoman lembar observasi yaitu lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati guru selama proses pembelajaran. Jadi lembar observasi ini ada satu macam yaitu lembar observasi untuk guru (terlampir) yang dilakukan diobservasi sebelum penelitian.
c.
Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.
17
5. Pengumpulan Data a. Test Test di berikan kepada siswa pada setiap siklus, untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam setiap tahapan yang dilakukan. b. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada saat tahap pelaksanaan, pada tahap ini semua hal yang terjadi meliputi aktifitas pembelajaran di catat pada lembar pengamatan, hal ini berfungsi untuk mengatahui seberapa jauh peningkatan-peningkatan pada hal yang diteliti. c. Dokumentasi Untuk memperoleh data tentang kondisi sekolah, nilai siswa, data guru dan lain-lain. 6. Analisis data Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil observasi yang terekam dalam catatan lapangan dan format pengamatan lainnya. Analisis reflektif dilakukan penelitian bersama dengan para kolabolator sebagai pijakan untuk menentukan program aksi pada siklus selanjutnya atau untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas ini sudah mencapai tujuannya. Penelitian ini juga menggunakan penelitian deskriptif. Untuk mencari rata-rata dan presentase keberhasilan belajar.
18
a. Mencari nilai rata-rata untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa menggunakan rumus sebagai berikut: M=
∑
Keterangan : M = rata-rata nilai kelas ∑ = jumlah seluruh nilai siswa jumlah siswa (Aqib, 2010:204) b. Mencari persentase ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut : P=
∑ ∑
x 100%
(Aqib, 2010:41) H. Sistematika Penulisan. Sistematika laporan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini di susun dalam format skripsi sebagai berikut : BAB I
: Pendahuluan Bagian pendahuluan ini berisi beberapa bagian, yaitu latar belakang masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat hasil penelitian, definisi operasional , metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan.
19
BAB II
: Landasan Teori Pada bab ini dibahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan upaya meningkatkan hasil belajar matematika materi pengukuran satuan panjang menggunakan metode problem based learning pada siswa kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang
BAB III : Pelaksanaan Penelitian Pada bab ini berisi tentang pelaksanaan proses pembelajaran siklus I, II, dan III.
Masing-masing siklus akan menjelaskan
perencanaan, pelaksanan, pengamatan, pengumpulan data, dan refleksi. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian sesuai dengan urutan tujuan penelitian. BAB V
: Penutup Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
20
BAB II LANDASAN TEORI A. HASIL BELAJAR. 1. Pengertian Hasil Belajar. Hasil Belajar dalam penelitian ini sama halnya dengan prestasi belajar yakni merupakan hal yang ingin dicapai oleh guru selaku pendidik, orang tua sebagai wali murid dan siswa sendiri yang sedang dalam transformasi pendidikan. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan belajar dan rumusan tujuan intruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalamannya yang diperoleh (Rosma Hartiny Sam’s, 2010:33) Proses pembelajaran melibatkan dua subjek, yaitu guru dengan siswa akan mengahsilkan suatu perubahan pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. 2. Macam-macam Hasil Belajar. Horward Kingsley yang dikutip oleh Nana Sudjana (2009:145) membagi tiga macam hasil belajar, yakni : keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. 21
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar yakni: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan ketrampilan kognitif. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bunyamin Bloom, yang secara garis besar dibagi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. a. Ranah Kognitif. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni: 1) Pengetahuan : kemampuan mengingat apa yan sudah dipelajari. 2) Pemahaman : kemampuan mengangkat makna dari yang dipelajari. 3) Aplikasi : kemampuan untuk menggunakan
hal yang sudah
dipelajari kedalam situasi baru yang konkret. 4) Analisis : kemampuan untuk memerinci hal yang dipelajari kedalam
unsur-unsurnya,
supaya
struktur
organisasinya
dimengerti. 5) Sintesis : kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan yang baru. 6) Evaluasi : kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu yang dipelajari untuk sesuatu tujuan tertentu.
22
b. Ranah Afektif. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa jenis kategori dalam ranah afektif sebagai hasil belajar yaitu : 1) Receiving/ attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam konteks situasi dan gejala. 2) Responding atau tanggung jawab, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datangnya dari luar. 3) Valuing
(penilaian),
yakni
berkenaan
dengan
nilai
dan
kepercayaan terhadap stimulus tadi. 4) Organisasi, yakni pengembangan atas nilai keadaan satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. 5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki dan mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku seseorang. c. Ranah Psikomotorik. Hasil belajar psikomotorik tampak dalam ketrampilan (Skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada lima tingkat ketrampilan yaitu : 1) Gerakan refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan sadar.
23
Keterampilan
perseptual,
termasuk
di
dalamnya
membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain. 3) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan. 4) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks. Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Belajar tidak hanya ditentukan oleh potensi yang ada dalam individu tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain berasal dari luar diri yang belajar (Lilik Sriyanti, 2011:23) Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu. Dalam proses belajar di sekolah, faktor eksternal berarti faktor-faktor yang berada diluar diri siswa. Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan faktor sosial.
24
a. Faktor nonsosial. Faktor nonsosial adalah faktor-faktor diluar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Faktorr nonsosial merupakan kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat, aspek fisik tersebut bisa berupa peralatan sekolah, sarana belajar, gedung dan ruang belajar, kondisi geografis dan rumah dan sejenisnya. b. Faktor sosial. Faktor sosial adalah faktor-faktor diluar individu yang berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilih menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 2. Faktor internal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. a. Faktor fisiologis. Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari : 1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya. Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada dalam diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Misalnya tingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu sehat maka
25
akan mendukung hasil belajar. Sebaliknya, jika kesehatan dan kebugaran individu kurang sehat akan menghambat hasil belajar. 2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu. Yang terkait dalam fungsi jasmani yaitu fungsi panca indra yang ada dalam diri individu. Panca indra merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalam diri individu. b. Faktor psikologis. Adalah faktor faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya. Dari keberhasilan
beberapa
faktor-faktor
belajar,
pengaruhnya
tersebut bisa
mempengaruhi
bersifat
positif-
mendukung, namun bisa juga negatif- menghambat. B. Belajar. 1.
Pengertian Belajar. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganny (Slameto, 2003:2). Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya. Oleh karena itu, tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam 26
arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak
mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke
dalam perubahan arti belajar. Bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap, sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar bukan hanya berupa mempelajari suatu mata pelajaran dirumah atau di sekolah secara formal, tetapi belajar juga merupakan masalah setiap orang. Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusi di modifikasi dan berkembang karena belajar.(Popi Sopiatin & Sohari Sahrani, 2011: 64). Belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh perhubungan berkondisi antara stimulus dan respons bagi seorang behavioris belajar pada dasarnya adalah menghubungkan sebuah respon tertentu pada sebuah stimulus yang tadinya tidak berhubungan, dan menurut teori Gesalt belajar adalah penemuan unsur-unsur didalam ikatan keseluruhan (Surakhmad, 1994:65). Belajar adalah tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar (Mudjiono dkk, 2002:7).
27
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian ilmu. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991:2). Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang yaitu pada perubahan tingkah lakunya sebagai hasil dari interaksi (hubungan) dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan. 2. Prinsip-prinsip belajar. Menurut Slameto (1991:29) mengatakan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah dengan mempelajari uraian-uraian yang terdahulu, maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Namun demikian marilah kita susun prinsip-prinsip belajar itu, sebagai berikut: a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. b. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki sruktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
28
c. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. d. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. e. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. f. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainnya. g. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang. h. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. i. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. j. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) ehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. k. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ ketrampilan/ sikapitu mendalam pada siswa. Prinsip belajar pada tingkatan yang sangat umum, siswa belajar dengan memperoleh dan mengelola pengetahuan. Proses seperti itu kemungkinan tidak dapat menghasilkan perubahan secara cepat dan nyata. Proses-proses tersebut seringkali menjadi fondasi yang kuat bagi
29
tingkatan-tingkatan perubahan tertentu. Dengan mengansumsi bahwa manusia memiliki hal-hal yang tidak hanya apa yang terlihat dari mereka, manusia mempunyai motivasi dan persepsi berfikir dan mengingat (Sopiatin, 2010:26). Prinsip-prinsip belajar menurut Mudjiono dan Dimyati (2002: 42) mengatakan bahwa prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan, dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat bebrapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan mengajarnya, prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi,
keaktifan,
keterlibatan
langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. 3. Tujuan belajar Menurut Sardiman (1994 : 27-29) mengatakan bahwa tujuan belajar harus diciptakan sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif, tujuan belajar untuk pengembangan nilai afeksi memerlukan penciptaan sistem lingkungan yang berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk tujuan belajar, mengenai tujuan belajar itu sebenarnya sangat banyak dan bervarias. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan dengan instructional effects, yang biasa berbentuk
30
pengetahuan dan keterampilan. Dari uraian diatas dan ditinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis: a. Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. b. Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan jasmaniah maupun rohaniah, keterampilan jasmaniah adalah keterampilanketerampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak/ penampilan dari anggota tubuh, sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat
bagaimana
ujung
pangkalnya,
tapi
lebih
abstrak,
menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. c. Pembentukan sikap Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.
31
C. Teori belajar Pada mulanya teori-teori belajar itu dikembangkan oleh para ahli psikologi. Adapun beberapa teori menurut Sardiman (1994:31-37), yaitu: a. Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya Menurut teori ini, jiwa manusia itu terdiri dari bermacammacam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. b. Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Gesalt Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian / unsur. Sebab keberadaannya keseluruhan itu juga lebih dulu sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan. Menurut aliran teori belajar ini, seseorang belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu. c. Teori belajar menurut Ilmu jiwa Asosiasi Ilmu
jiwa
Asosiasi
berprinsip
bahwa
keseluruhan
itu
sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsurunsurnya. Dari aliran ini ada dua teori yang sangat terkenal yakni: 1) Teori konektionisme Menurut Thorndike, dasar dari belajar itu adalah asosiasi antara kesan panca indera ( sense impresion) dengan impuls untuk bertindak (impuls to action).
32
2) Teori conditioning Dalam praktek kehidupan sehari-hari pola seperti itu banyak terjadi. Seseorang itu akan melakukan sesuatu kebiasaan karena adanya ssuatu tanda. Menurut purwanto (1987:106) mengemukakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua golongan yaitu: a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual. b. Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Lebih lanjut untuk teori belajar menurut Ahmadi (1978:21) bahwa menurut Ilmu Iiwa Gesalt mengemukakan: a.
Keseluruhan memiliki arti lebih luas dari pad jumlah bagianbagiannya. Manusia dipandang sebagai organisme yang berfikir dan bertindak sebagai suatu keseluruhan.
b.
Teori ini tidak mengakui adanya bagian-bagian otak yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu seperti pendapat teori daya.
c.
Manusia sebagai makhluk yang aktif, yang selalu berada dalam keadaan interaction dengan lingkungannya.
33
D. Bidang Studi Matematika 1. Pengertian bidang studi matematika Kata Matematika berasal dari bahasa Latin, mathanein atau mathema yang berarti “ belajar atau hal yang di pelajari”, sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang
kesemuanya
berkaitan
dengan
penalaran
menurut
Depdiknas(2001:7) dalam susanto (2013:184). Matematika memiliki bahasa atau aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antar konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi (kebenaran konsistensi). Selain itu, matematika juga bekerja melalui penalaran induktif didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif, dengan argumen yang konsisten. Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu ssebelum memanipulasi simbol-simbol itu (Ahmad Susanto, 2013 : 183)
34
Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berfikir yang sangat dibutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai masalah. Bidang studi matematika merupakan bidang studi yang berguna dan
membantudalam
menyelesaikan
berbagai
masalah
dalam
kehidupan sehari- hari yang berhubungan dengan hitung menghitung atau yang berkaitan dengan urusan angka- angka berbagai macam masalah, yang memerlukan suatu ketrampilan dan kemampuan untuk memecahkannya. Oleh sebab itu, siswa sebagai salah satu komponen dalam pendidikan harus selalu di latih dan di biasakan berfikir mandiri untuk memecahkan masalah. Karena pemecahan masalah, selain menuntut siswa untuk berfikir juga merupakan alat utama untuk melakukan atau bekerja dalam matematika. matematika
juga
diharapkan
dapat
Melalui pelajaran
ditumbuhkan
kemampuan-
kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi masalah- masalah yang diperkirakan akan dihadapi peserta didik di masa depan. 2. Pembelajaran Matematika. a. Pengertian pembelajaran. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran di dalamnya mengandung makna belajar dan mengajar. Belajar tertuju kepada
35
apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dalam pembelajaran, faktor- faktor eksternal seperti lembar kerja siswa, media dan sumber-sumber belajar yang lain direncanakan sesuai dengan kondisi internal siswa. Perancang kegiatan pembelajaran berusaha agar proses belajar itu terjadi pada siswa yang belajar dalam mencapai pembelajaran tertentu. Pembelajaran tidak harus diberikan oleh guru, karena kegiatan itu dapat dilakukan oleh perancang dan pengembang sumber belajar, seperti dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika di jenjang pendidikan sekolah dasar yaitu di MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajarn merupakan suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi
36
terciptanya suatu kegiatan belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang memadai. b. Pembelajaran matematika Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kretifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
siswa,
serta
dapat
meningkatkan
kemampuan
mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, antar siswa dengan siswa, dan antar siswa dengan lingkungan di saat pembelajaran matematika sedang berlangsung (Ahmad Susanto, 2013:187) Guru menempati posisi kunci dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa mencapai tujuan secara optimal, serta guru harus mampu menempatkan dirinya secara dinamis dan fleksibel sebagai informan, terwujudnya
transformator, kegiatan
organizer,
belajar
37
siswa
serat yang
evaluator
bagi
dinamis
dan
inovatif.sementara siswa dalam memperoleh pengetahuannya tidak menerima secara pasif, pengetahuan dibangun oleh siswa itu sendiri secara aktif. Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama
menjadi
pelaku terlaksananya tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal
apabila
pembelajaran
berjalan
secara
efektif.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Pertama dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran , di samping menunjukan semangat belajar yang tinggi, dan percaya pada diri sendiri. Kedua, dari segi hasil, pembelajaran dikatan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku ke arah positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau suatu hasil belajar yang diinginkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang dikatakan belajar matematika apabila diri seseorang tersebut terjadi suatu kegiatan
38
yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika. Perubahan tersebut terjadi dari tidak tahuy sesuatu
menjadi
tahu
konsep
matematika,
dan
mampu
menggunakannya dalam materi lanjut atau dalam kehidupan sehari- hari (Ahmad Susanto, 2013:188) 3. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika. Menurut Depdiknas (2001:9) dalam susanto (2013:189), kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar sebagai berikut : a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan. b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume. c. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat. d. Menggunakan pengukuran : satuan, kesetaraan antar satuan, dan penaksiran pengukuran.
39
e. Menetukan dan menafsirkan data sederhana, seperti : ukuran tertinggi,
terrendah,
rata-rata,
modus,
mengumpulkan
dan
penalaran,
dan
menyajikan. f. Memecahkan
masalah,
melakukan
mengkomunikasikan gagasan secara matematika. Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika disekolah dasar, sebagaimana yang di sajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut : a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam
generelasisasi,
menyusun
bukti,
atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan untuk menjelaskan keadaan atau masalah. e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran
mata
pelajaran
matematika tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif
40
membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuaanya. Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan- bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkontruksikannya dalam ingatan yang sewaktu- waktu dapat diproses dan di kembangkan lebih lanjut (Ahmad Susanto, 2013:190-191) Khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran matematika, proses pembelajaran matematika perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius. Hal ini penting, sebab hasil- hasilpenelitian masih menunjukan bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah dasar masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa tersebut, tentu banyak faktor yang menyebabkannya, misalnya masalah klasik tentang penerapan metode pembelajaran matematika yang masih terpusat pada guru (teacher oriented), sementara siswa cenderung pasif. Faktor klasik lainnya, ialah penerapan model pembelajaran konvensional, yakni ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah (PR). Jadi dalam meningkatkan hasil belajar matematika khususnya pada kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang harus mempertimbangkan metode pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran, misalnya dengan mengimplementasikan metode pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika. Sehingga terdapat suatu inovasi pembelajaran yang baru dan siswa akan semangat dalam mengikuti pembelajaran.
41
E. Pokok Bahasan Pengukuran (Satuan Panjang) 1. Pengertian pengukuran. Menurut Reynolds, etal (2003:3) dalam Suprananto (2012:4) mendefinisikan pengukuran sebagai sekumpulan aturan untuk menetapkan suatu bilangan yang mewakili objek, sifat atau karakteristik, atribut dan tingkah laku. Sedangkan Azwar (2010:3) dalam Suprananto (2012:5) mendefinisikan pengukuran sebagai suatu prosedur pemberian angka (kuantifikasi) terhadap atribut atau variabel sepanjang garis kontinum. Dengan demikian, secara sederhana pengukuran dapat di katakan sebagai suatu prosedur membandingkan antara atribut yang hendak di ukur dengan alat ukurnya Pengukuran dalam pelajaran matematika di Sekolah Dasar terdapat beberapa pengukuran diantaranya: pengukuran sudut, pengukuran satuan waktu, pengukuran satuan panjang, pengukuran satuan berat, dan pengukuran satuan kuantitas. Di dalam bab pembahasan
pengukuran
membandingkan menyelesaiakan
suatu
tersebut besar
membahas
pengukuran,
bagaimana
cara
bagaimana
cara
yang berkaitan dengan satuan tersebut,
dan
menentukan hubungan antar satuan pengukuran. Akan tetapi dalam hal penelitian ini, peneliti hanya membahas hal menyangkut pengukuran satuan panjang dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
42
2. Pengukuran (satuan panjang) Dalam kehidupan sehari- hari kita sering menggunakan satuan panjang misalnya mengukur panjang meja, mengukur panjang buku dan lain sebagainya. a. Mengenal alat ukur satuan panjang. Untuk mengukur panjang suatu benda di butuhkan alat ukur. Misalnya mengukur panjang buku, mengukur panjang meja, bahkan mengukur panjang jalan membutuhkan alat ukur yaitu misalnya mistar, meteran. b. Hubungan antar satuan panjang. Dalam mengukur panjang suatu benda, dapat menggunakan dua macam satuan yaitu menggunakan satuan panjang tidak baku dan satuan panjang baku. 1) Satuan panjang tidak baku. Misalnya : jengkal, hasta, depa, langkah, telapak kaki, lengan, pensil, pena, sedotan, potongan ranting, lidi, maupun pita. Ukuran tersebut dinyatakan tidak baku karena panjangnya tidak selalu sama. Contohnya :
Adi mengukur panjang meja dengan menggunakan mistar. Panjang meja adi adalah 1 meter 25 sentimeter.
43
Meter di singkat m dan sentimeter di singkat cm. Jika di ukur dengan mistar yang bersatuan sentimeter, maka di peroleh hasil 125 cm, yaitu 100 cm + 25 cm. Jadi
1 m = 100 cm
Sebuah bus panjangnya 10 meter, maka untuk 100 bus panjang totalnya adalah 1000 meter. Jadi
1 km = 1.000 m
2) Satuan panjang baku Satuan ukuran panjang baku di tetapkan melalui perjanjian internasional dan sifatnya tetap. Satuan ukuran panjang baku standart internasional adalah kilometer (km), hektometer (hm), dekameter (dam), meter (m), desimeter (dm), sentimeter (cm), milimeter (mm). Contohnya :
Ibu membeli kain 40 meter. Bibi membeli kain 5 meter.berapa cm panjang semua kain yang di beli Ibu dan Bibi? Jawab :
44
Semua satuan diubah dahulu ke dalam satuan cm, sehingga menjadi : 40 m + 5 m = 4.000 cm + 500 cm = 4.500 cm.
Marbun dan Ayahnya setiap hari minggu bersepeda santai menempuh jarak 12 km. Berapa jarak yang di tempuh Marbun dan Ayahnya dalam setahun ? Penyelesaian : Setiap minggu Marbun dan Ayahnya menempuh jarak 12 km. Setahun ada 52 minggu. Jarak yang ditempuh dalam setahun = 52 x 12 km = 624 km. Jadi, total jarak yang di tempuh Marbun dan Ayahnya dalam setahun adalah 624 km.
3) Menentukan hubungan antara satuan panjang Hubungan satuan panjang sebagai berikut : 1 km = 10 hm = 100 dam = 1.000 m = 10.000 dm = 100.000 cm = 1.000.000 mm
1 mm =
cm =
hm =
km
Contohnya : 45
dm =
m=
dam =
6.000 cm = . . . m
Jawab : 100 cm
=1m
6000 cm
= 60 x 100 cm = 60 x 1 m = 60 m
8 hm = . . . dam Jawab : 1 hm
= 1.000 dam
8 hm
= (8 x 1 hm) = 8 x 1.000 dam = 8.000 dam
(Mustaqim, 2008:85-88) F. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 1. Pengertian Metode Pembelajaran. Ditinjau dari segi etismologi (bahasa) metode berasal dari bahasa
Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh.
Sehubungan
dengan
upaya
ilmiah,
maka
metode
menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 2001:45) Menurut Tim Dirjen Kelembagaan Agama Islam (2002:88), metode dalam istilah pembelajaran sebagaimana dalam buku
46
Metodologi Pendidikan Agama Islam yakni cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Nana sudjana (2009:76) menyimpulkan metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran. Metode
pembelajaran
merupakan
salah
satu
strategi
pembelajaran yang dapat di lakukan oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga pencapaian tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efesien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
metode
pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2.
Faktor-faktor yang mempengarui metode pembelajaran. Sebagai suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut. Menurut Winarno Surakhmad dalam Djamarah (2006:78-81) pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut :
47
a. Anak didik Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah, gurulah yang berkewajiban mendidiknya. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran mana yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan
belajar
yang
kreatif
demi
tercapainya
tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. b. Tujuan. Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar, tujuan dalam pendidikan dan pengajaran ada berbagai jenis, ada tujuan intruksional, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan taraf kemampuan anak didik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. c. Situasi Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari kehari. Guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengansituasi yang diciptakan itu. d. Fasilitas. Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Misalnya ketiadaan
48
laboratorium untuk praktek IPA kurang mendukung penggunaan metode eksperimen. e.
Guru Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.
3. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pembelajaran
berbasis
masalah
merupakan
penggunaan
berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk mengahadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Rusman, 2011:232). Sedangkan menurut Barrow dalam Miftahul Huda (2014:271) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai “pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahan akan resolusi suatu masalah. Strategi pembelajaran dengan PBL (Problem Based Learning), siswa di harapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya
untuk
mengidentifikasi
permasalahan,
mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Sedangkan menurut Nasution dalam Sobry sutikno (2014:101) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah model
49
pembelajaran yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan jawabannya tanpa bantuan khusus. Model pemecahan masalah dirancang untuk meningkatkan aktifitas belajar peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kelompok. Aktifitas peserta didik dimulai dengan mengidentifikasikan masalah, kemudian mencari alternatif yang paling tepat sebagai jawaban terhadap masalah tersebut. Pengidentifikasian masalah adalah menemukan persoalan dari konsep- konsep bahan pembelajaran yang di sampaikan oleh guru, kemudian merumuskannya dalam bentuk pertanyaan (Sobry Sutikno, 2014:101-102) Adapun ciri-ciri strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), menurut Baron (2003:1) dalam Rusmono (2012:74), adalah: (1) menggunakan permasalahan dalam dunia nyata, (2) pembelajaran di pusatkan pada penyelesaian masalah, (3) tujuan pembelajaran di tentukan oleh siswa, dan (4) guru berperan sebagai fasilitator. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
metode
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
50
4. Konsep dasar dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Asumsi teoritis mendasar dibangunnya strategi pembelajaran problem based learning adalah untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan memecahkan masalah harus ditunjang oleh kemampuan penalaran, yakni melihat hubungan sebab akibat. Sedangkan orang mempunyai komitmen tinggi untuk menyelesaikan masalah adalah orang-orang yang berjiwa tanggung jawab. Adapun tanggung jawab itu adalah salah satu nilai karakter. Menurut
Rusman
(2011:232)
karakteristik
pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut : a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar. b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak tersetruktur. c. Permasalahan
membutuhkan
perspektif
ganda
(multiple
perspective) d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang di miliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar. e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama. f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL).
51
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif. h. Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan. i. Keterbukaan proses dam pembelajaran berbasis masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, dan j. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar. Dalam setiap perubahan bukan saja diperlukan adanya kemauan untuk berubah, akan tetapi kesiapan menyongsong perubahan yang membawa implikasi terhadap sisi lain dari pendidikan itu sendiri. 5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Menurut Suyadi (2013:142-143) ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari metode pembelajaran berbasis masalah. Adapun kelebihan metode problem based learning antara lain : a.
Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b.
Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik, sehingga memberikan keleluasaan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran peserta didik.
52
d.
Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e.
Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya, dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan.
f.
Peserta didik mampu memecahkan masalah dengan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
g.
Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka guna beradaptasi dengan pengetahuan baru.
h.
Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
i.
Pembelajaran berbasis masalah dapat mengembangkan peserta didik untuk mengembangkan konsep belajar secara terus menerus, karena dalam praktisnya masalah tidak akan pernah selesai. Artinya, ketika suatu masalah selesai di atasi, masalah lain muncul dan membutuhkan penyelesaian secepatnya. Selain memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya adalah sebagai berikut :
53
a.
Ketika peserta didik tidak memiliki minat tinggi, atau tidak mempunyai kepercayaan diri bahwa dirinya mampu menyelesaikan masalah yang dipelajari, maka mereka cenderung enggan untuk mencoba karena takut salah.
b.
Tanpa
pemahaman
“mengapa
mereka
berusaha”
untuk
memecahkan masalah yang sedang di pelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Artinya, perlu dijelaskan manfaat menyelesaikan masalah yang dibahas pada peserta didik. c.
Proses pelaksanaan PBL membutuhkan waktu yang lebih lama atau panjang. Itu pun belum cukup, karena sering kali peserta didik masih
memerlukan
waktu
tambahan
untuk
menyelesaikan
persoalan yang di berikan. Padahal, waktu pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum yang ada. 6. Langkah-langkah
penggunaan
metode
pemecahan
masalah
(problem based learning). Langkah-langkah dalam melaksanakan problem based learning menurut Wales dan Nardi (1982) dalam Abdul Majid (2014:101) adalah sebagai berikut : a.
Tentukan masalah dan tujuan
yang akan
dituju dalam
menyelesaikan masalah. b.
Kumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan masalah, dan pahami hal-hal yang berkaitan dengan informasi tersebut.
54
c.
Buat solusi atau penyelesaian masalah yang memungkinkan.
d.
Pilihlah batasan-batasan yang dapat diselesaiakan yang mungkin saja dapat memfasilitasi penyelesaian masalah.
e.
Pilihlah solusi yang memungkinkan dengan menggunakan kriteria yang cocok bagi solusi tersebut.
f.
Analisalah faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan detail yang ada pada solusi.
g.
Buatlah solusi atau penyelesaian masalah secara mendetail.
h.
Evaluasilah solusi atau penyelesaian masalah akhir terhadap kriteria yang relevan yang digunakan sebelumnya, untuk meyakinkan bahwa penyelesaian masalah tersebut memenuhi semua persyaratan yang ada dan hal-hal lain yang nantinya dianggap perlu.
i.
Rekomendasikan suatu cara solusi atau penyelesaian masalah apabila solusi yang direkomendasikan dianggap cocok, sarankan cara-cara untuk mengawasi dan mengevaluasi cara penyelesaian masalah tersebut ketika dijalankan.
55
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian. 1. Lokasi Penelitian. Dalam bab III peneliti ingin menyampaikan keadaan lokasi dilaksanakannya penelitian skripsi ini. Menyampaikan kondisi yang real lokasi penelitian menjadi sangat penting ketika hasil dari penelitian ini akan dijadikan referensi. Secara garis besar lokasi penelitian dapat peneliti sampaikan seperti berikut: Tempat Penelitian : MI Keputon, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Alamat Penelitian : Desa Keputon, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang . 2. Tempat dan Waktu Penelitian. Tempat yang peneliti gunakan dalam penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran (Satuan Panjang) Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Siswa Kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016. Adapun waktu yang peneliti gunakan untuk mengadakan penelitian ialah pada tanggal 01 Agustus 2015. Dengan masingmasing siklus satu kali pertemuan, siklus I akan dilaksanakan pada
56
tanggal 05 Agustus 2015, siklus II akan dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2015, dan siklus III akan dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2015. 3. Keadaan siswa Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah semua siswa kelas IV MI Keputon, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang yang keseluruhannya berjumlah 14 siswa, 7 siswa laki-laki dan 7 siswi perempuan. Adapun nama-nama siswa kelas IV sebagai berikut : Tabel 3.1 Daftar nama siswa kelas IV MI Keputon, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/ 2016. NO.
NAMA SISWA
JENIS KELAMIN
Khamita Yuliana
Perempuan
Riki Widodo
Laki-Laki
Agus Aristianto
Laki-Laki
Ahmad Fabri Setiawan
Laki-laki
A.Ulinnuha Habibie
Laki-laki
Alya Alfi Syarani
Perempuan
1.
2. 3.
4.
5 6.
57
Chasbiyatus Shohihah
Perempuan
Eka Yulianti
Perempuan
Fiftiyatus Sofa
Perempuan
Hana Milatunnajikha
Perempuan
Iis Fitriani
Perempuan
Mohammad Rifan Salim
Laki-laki
M.Atqiyaul Basyar
Laki-laki
M.Fahmi Riza S
Laki-laki
Muhammad Faris
Laki-laki
M.Riyan Nur Afifi
Laki-laki
M.Wildan Arrayan
Laki-laki
Novi Matkhurotul F
Perempuan
Ririn Indah Sari
Perempuan
Riris Aprilia
Perempuan
Riqiana
Perempuan
7.
8.
9.
10.
11. 12.
13.
14.
15.
16. 17.
18.
19.
20.
21.
58
Trisna Reva Sevilia
Perempuan
Zakiyatul Fakhiroh
Perempuan
22.
23. B. Deskripsi Penelitian. 1.
Deskripsi Pra Siklus Tahap Pra Siklus merupakan tahap pengumpulan data pada saat sebelum dilakukan penelitian. Peneliti mengumpulkan data dan informasi dengan cara melakukan dialog dengan guru kelas IV serta melakukan observasi awal. Dalam tahap ini, peneliti memberikan tes untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa pada materi yang sama sebelum penggunaan metode pembelajaran berbasis masalah (PBL). Selain itu peneliti dengan dibantu kolaborasi, peneliti juga mengumpulkan data mengenahi kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Semua data mengenahi keaktifan siswa tersebut dikumpulkan dalam lembar pengamatan. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa: (1) siswa ramai sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan guru; (2) siswa pasif dalam pembelajaran, takut bertanya dan menjawab pertanyaan; (3) siswa belum memiliki kemandirian dalam belajar. Berdasarkan hasil
observasi
tersebut,
maka
peneliti
menyusun
rencana
pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran berbasis masalah (PBL) sebagai langkah awal dalam penelitian tindakan kelas.
59
2.
Deskripsi pelaksanaan siksul I a.
Perencanaan. Kegiatan
yang
dilaksanakan
dalam
perencanaan
pelaksanaan siklus adalah:
b.
1)
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2)
Menyiapkan bahan, media, dan sumber pembelajaran.
3)
Menyiapkan alat evaluasi.
Pelaksanaan Proses
pembelajaran
peningkatan
prestasi
belajar
matematika siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 05 Agustus 2015 selama 70 menit. Bahan pembelajaran siklus I ini adalah materi
pengukuran
(satuan
panjang).
Jalannya
proses
pembelajaran adalah sebagian berikut: 1) Kegiatan Awal. a)
Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa.
b)
Guru bertanya “apa kabar anak-anak?”
c)
Guru meminta siswa untuk memeriksa kerapian dari pakaian dan posisi duduk.
d)
Guru meminta siswa untuk mengeluarkan buku pelajaran dan alat tulis.
e)
Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat.
f)
Guru mengulang materi yang lalu.
60
g)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Kegiatan Inti a)
Guru
menjelaskan
mengenahi
pengertian
pengukuran satuan panjang b)
Guru memberikan contoh mengenahi alat-alat ukur panjang baku dan tidak baku.
c)
Guru memberikan contoh penggunaan alat ukur satuan panjang dalam kehidupan sehari-hari.
d)
Guru membagi kelompok yang terdiri dari 4 siswa.
e)
Guru memberikan sebuah konsep pemasalahan mengenahi cara menghitung sebuah permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan tangga satuan panjang.
f)
Semua anggota kelompok mengungkapkan ide, gagasan, atau tanggapan mengenahi permasalahan yang diberikan oleh guru.
g)
anggota kelompok bertukar pengalaman dengan apa yang mereka dapat.
3) Kegiatan Akhir. a) Masing-masing kelompok maju ke depan untuk menyampaikan hasil kerja yang telah diselesaikan dengan kelompoknya
61
b) Guru bersama siswa menyimpulkan bersama-sama mengenahi apa yang sudah dipelajari c) Menutup pelajaran dengan berdoa bersama siswa dan mengucapkan salam. c.
Pengamatan Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang hasil
belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
melalui metode pembelajaran berbasis masalah (PBL), dengan cara memberikan evaluasi berupa soal dan penilaianya ketika setiap kelompok maju ke depan kelas. d.
Pengumpulan data Data yang dapat dikumpulkan dari pelaksanaan siklus 1 yaitu nilai hasil belajar siklus 1.
e.
Refleksi pelaksanaan siklus I Setelah melakukan pembelajaran pada siklus I dan menganalisis hasil belajar, peneliti mengadakan refleksi. Yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode PBL
tersebut
apakah dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil belajar seberapa jauh tingkat perubahan kemampuan siswa sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Juga mengkaji keberhasilan belajar siswa sebagai persiapan tindakan selanjutnya.
62
Adapun refleksi yang didapatkan dalam siklus I ini adalah penggunaan metode PBL pada siklus I ini kurang begitu maksimal, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1)
Ketika siswa bertukar pengalaman, masih banyak anggota kelompok yang tidak memperhatikan.
2)
Masih ada beberapa yang kurang memperhatikan materi, kondisi kelas jadi kurang kondusif. Adapun tindakan perbaikan untuk siklus I ini adalah:
1)
Untuk selanjutnya sebaiknya peserta didik dilibatkan secara individu dalam melakukan kegiatan meskipun ada kelompok.
2)
Sebaiknya
yang
dilakukan
guru
adalah
membuat
pembelajaran semenarik mungkin dan menyenangkan sehingga
siswa
akan
memperhatikan
materi
yang
disampaikan. 3.
Deskripsi Pelaksanaan siklus II a. Perencanaan Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan pelaksanaan siklus II adalah: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2) Menyiapkan bahan, media, dan sumber pembelajaran. 3) Menyiapkan alat evaluasi.
63
b. Pelaksanaan Proses pembelajaran peningkatan hasil belajar matematika siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Agustus 2015 selama 70 menit. Bahan pembelajaran siklus I1 ini adalah materi pengukuran (satuan panjang). Jalannya proses pembelajaran adalah sebagian berikut: 1) Kegiatan awal a) Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa. b) Guru bertanya “apa kabar anak-anak?” c) Guru meminta siswa untuk memeriksa kerapian dari pakaian dan posisi duduk. d) Guru meminta siswa untuk mengeluarkan buku pelajaran dan alat tulis. e) Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat. f)
Guru mengulang materi yang lalu.
g) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Kegiatan inti a) Siswa diminta untuk menyebutkan macam-macam satuan panjang b) Guru bertanya kepada siswa mengenahi bagaimana cara menghitung satuan panjang dengan menggunakan tangga satuan panjang
64
c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan kelompok yang berbeda dari pertemuan pertama d) Setiap kelompok diberi tugas untuk menyelesaikan soal mengenahi satuan panjang, untuk soal terlampir 3) Kegiatan penutup a) Setiap masing- masing kelompok diminta untuk maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. b) Guru bertanya apa saja yang hari ini di pelajari c) Guru dan siswa menyimpulkan bersama-sama mengenahi pelajaran hari ini. d) Guru menutup pelajaran dengan salam penutup dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa. c. Pengamatan Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran melalui metode pembelajaran berbasis masalah (PBL),
dengan cara memberikan
evaluasi berupa soal, penilainya ketika setiap kelompok maju ke depan kelas dan hasil karya dari siswa. d. Pengumpulan data Data yang dapat dikumpulkan dari pelaksanaan siklus II yaitu nilai hasil belajar siklus II.
65
e. Refleksi pelaksanaan siklus II Setelah
melakukan
pembelajaran
pada
siklus
II
dan
menganalisis hasil belajar, peneliti mengadakan refleksi. Adapun refleksi Pada siklus II ini adalah: 1) Masih ada siswa yang belum paham mengenahi cara menghitung satuan panjang dengan menggunakan tangga satuan. 2) Ada beberapa siswa yang belum mengerti dengan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (PBL). Adapun tindakan perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut: Guru seharusnya menjelaskan materi tentang menghitung satuan panjang dengan sedetail mungkin, agar siswa mampu memahami semuanya. Dan dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik sehingga siswa tertarik dan minat untuk belajar. 4.
Deskripsi Pelaksanaan siklus III a. Perencanaan Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan pelaksanaan siklus III adalah: 1)
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2)
Menyiapkan bahan, media, dan sumber pembelajaran.
3)
Menyiapkan alat evaluasi.
66
b. Pelaksanaan Proses pembelajaran peningkatan prestasi belajar matematika siklus III dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Agustus 2015 selama 70 menit. Bahan pembelajaran siklus III ini adalah pengukuran (satuan panjang). Jalannya proses pembelajaran adalah sebagian berikut: 1)
Kegiatan awal a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu peserta didik. b) Guru
mengkondisikan
siswa
sebelum
memulai
pembelajaran. c) Guru mengabsen dan menanyakan kabar siswa. d) Memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa. e) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa setelah pembelajaran selesai. 2)
Kegiatan inti a) Guru menyebutkan hubungan anatara satuan panjang. b) Siswa menyebutkan macam-macam satuan panjang. c) Guru
memberikan
contoh
dalam
menghitung
menggunakan tangga satuan panjang. d) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok e) Masing-masing kelompok diberikan tugas mengenahi pengukuran satuan panjang
67
f)
Siswa diperbolehkan mengerjakan tugas kelompok diluar kelas baik diperpustakaan atau halaman sekolah.
3)
Kegiatan Akhir. a) Setiap
masing-masing
kelompok
menukarkan
hasil
diskusinya dengan kelompok lain b) Dan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi yang sudah di tukar dengan kelompok lain. c) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. d) Guru menutup pelajaran dengan salam penutup dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa. c. Pengamatan Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran melalui metode pembelajaran berbasis masalah (PBL), dengan cara memberikan evaluasi berupa soal dan penilainya ketika setiap kelompok maju ke depan kelas. d. Pengumpulan data Data yang dapat dikumpulkan dari pelaksanaan siklus III yaitu nilai hasil belajar siklus III. e. Refleksi pelaksanaan siklus II Setelah melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus III ini jumlah siswa yang memperhatikan semakin banyak dibanding siklus-
68
siklus sebelumnya yaitu siklus I dan II, siswa dapat memperhatikan materi dan mengikuti pembelajaran dengan kondusif serta hasil belajar yang diraih pun semakin baik dari siklus-siklus sebelumnya
69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan pra siklus, dan pra siklus ini dilaksanakan pada tanggal 03 Agustus 2015 selama 2 jam pelajaran. Dalam pra siklus ini peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu mengamati kondisi atau keadaan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan selanjutnya peneliti juga mengamati guru kelas IV dalam menyampaikan pembelajaran apa saja metode yang digunakan selama pra siklus ini, hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi atau keadaan siswa saat mengikuti pembelajaran dan selanjutnya bertujuan untuk mengetahui bagaimana seorang guru kelas IV dalam mengelola pembelajaran serta cara dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Dalam pra siklus ini yang didapatkan bahwa siswa pada saat mengikuti pembelajaran kurang memperhatikan guru dalam menyampaikan pembelajaran, masih banyak yang bercerita sendiri dll, dan selanjutnya bahwa saat pra siklus ini guru yang mengajar kelas IV tidak pernah menggunakan metode Problem Based Learning dalam menyampaikan pembelajaran. Pada saat pra siklus ini guru pengampu kelas IV lebih banyak menggunakan pembelajaran secara konvesional saja yaitu dengan metode ceramah dan pemberian tugas.
70
a. Data hasil pengamatan Adapun hasil berupa nilai yang didapatkan dari pra siklus yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 hasil nilai siswa pra siklus
No. Absen
Nilai
Keterangan (KKM= 60)
45
Belum tuntas
70
Tuntas
30
Belum tuntas
50
Belum tuntas
40
Belum tuntas
60
Tuntas
65
Tuntas
80
Tuntas
50
Belum tuntas
30
Belum tuntas
75
Tuntas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
71
25
Belum tuntas
40
Belum tuntas
40
Belum tuntas
35
Belum tuntas
40
Belum tuntas
50
Belum tuntas
60
Tuntas
50
Belum tuntas
50
Belum tuntas
45
Belum tuntas
30
Belum tuntas
60
Tuntas
Jumlah
1120
Rata-rata
48,69
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang tuntas mencapai nilai KKM 60 adalah sebanyak 7 Siswa atau 30% dan yang belum tuntas
72
sebanyak 16 Siswa atau 69% dari jumlah siswa yang ada di kelas IV MI Keputon dengan rata-rata kelasnya adalah 48,69. Dalam menentukan besarnya persentase, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut : P=
∑ ∑
x 100%. Sedangkan untuk menentukan nilai rata-
rata kelas menggunakan rumus berikut ini : M =
∑
.
b. Refleksi Refleksi dalam pra siklus ini peneliti menggunakan dua hasil penelitian yaitu pengamatan situasi kelas dan hasil test formatif. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran didapatkan data sebagai berikut: 1) Siswa merasa bosan dan kurang antusias atau kurang tertarik dengan pembelajaran karena guru menyampaikan pelajarannya hanya menggunakan metode konvesional saja yaitu dengan metode ceramah dan penugasan saja 2) Siswa masih cenderung pasif dalam pembelajaran dan kurang memperhatikan penjelasan dari guru 3) Siswa masih kelihatan kebingungan saat mengerjakan soal dan kurang percaya diri
73
1. Siklus I a. Hasil penelitian Pada siklus I ini pencarian data dengan cara menggunakan test formatif sebagai instrumen pengumpulan data. Adapun data yang didapatkan dari test formatif yang dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil test formatif siklus I No. Absen
Nilai
Keterangan (KKM= 60)
60
Tuntas
85
Tuntas
50
Belum tuntas
65
Tuntas
50
Belum tuntas
70
Tuntas
65
Tuntas
85
Tuntas
75
Tuntas
50
Belum tuntas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
74
80
Tuntas
45
Belum tuntas
60
Tuntas
60
Tuntas
50
Belum tuntas
60
Tuntas
70
Tuntas
65
Tuntas
70
Tuntas
65
Tuntas
55
Belum tuntas
50
Belum tuntas
60
Tuntas
Jumlah
1445
Rata-rata
62,82
11 12 13 14 15 16 17 18 19. 20. 21. 22. 23.
75
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang mendapat nilai tuntas dengan KKM 60 sebanyak 16 Siswa atau 69% dan yang belum tuntas sebanyak 7 Siswa atau 30%. Dari jumlah Siswa yang ada dikelas IV MI Keputon dengan nilai rata-rata kelasnya adalah 62,82. b. Refleksi Dalam melakukan refleksi peneliti menggunakan hasil data yang diperoleh dari kejadian-kejadian yang menghambat siswa pada saat pembelajaran berlangsung, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap situasi pembelajaran maka hal yang harus diperhatikan dan menjadi perbaikan pada siklus berikutnya adalah sebagai berikut: 1) Metode pembelajaran dengan metode problem based learning masih terlalu baru untuk siswa karena biasanya hanyalah metode ceramah 2) Masih banyak yang kurang memperhatikan materi yang diajarkan. Adapun tindakan perbaikan untuk siklus I ini adalah: 1) Untuk selanjutnya sebaiknya peserta didik di kenalkan lebih dalam dengan metode problem based learning, agar nantinya terbiasa menerima pelajaran dengan menggunakan metode tersebut. 2) Sebaiknya yang dilakukan guru adalah membuat pembelajaran semenarik mungkin dan menyenangkan sehingga siswa akan memperhatikan materi yang disampaikan.
76
Adapun data pengamatan yang dilakukan guru kolaborator terhadap peneliti sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil pengamatan guru kolaborator terhadap peneliti No
Aspek
yang Pendukung
Penghambat
diamati 1
perbaikan
Ketepatan pengelolaan
Ide
Pengelolaan -
Sebaiknya
waktu kurang Guru
waktu
optimal
mengalokasi kan lebih lagi
waktu baik sesuai
RPP 2
Menyajikan
Sesuai dengan
materi belajar
apa yang ada -
-
dalam rencana pembelajaran yang
telah
dibuat 3
Melaksanakan
Test
formatif Sebaiknya
evaluasi
yang
untuk
pembelajaran
dilaksanakan
perbaikan
kurang begitu test formatif
77
baik
masih di persiapkan
banyak
siswa sebaik
yang kesulitan mungkin dan mengerjakan
untuk selanjutnya siswa
yang
kesulitan harus didampingi
4
Menguasai
Guru
dalam
materi
menyampaika
pelajaran
n
dengan
baik,
terarah -
-
sesuai tujuan pembelajaran dan langkahlangkah pembelajaran 5
Pengelolaan
Beberapa
kelas
siswa -
ada berbicara
78
Sebaiknya masih guru pandai yang mengelola kelas
yaitu
sendiri
dan dengan
tidak
menyiapkan
memperhatika
metode
n
penjelasan sebaik
guru
mungkin dan membuat pembelajaran semenarik mungkin
6
Penerapan
Penerapan Untuk
metode
metode kurang selanjutnya begitu sebaiknya maksimal peserta didik karena
siswa di
kenalkan
belum lebih dalam mengetahui dengan metode
yang metode
digunakan problem based learnig, agar nantinya terbiasa
79
menerima pelajaran dengan menggunaka n
metode
tersebut 7
8
Penampilan
Cukup
rapi -
guru
dan sopan
-
Ketepatan
Guru
penggunaan
menggunakan
EYD
-
EYD
belum Guru dalam menyampaik
dengan an
baik dan benar
pembelajaran harus menggunaka n EYD yang baik
dan
benar 9
Perhatian
Sebagian siswa Guru
siswa
tidak
menegur
memperhatika
siswa
-
n guru
penjelasan masih dan berbicara
bicara sendiri
80
yang
sendiri
dan
pandai mengondisik an kelas agar tetap kondusif 10
Keaktifan
Beberapa
siswa
siswa
-
Sebaiknya tidak guru
menjawab
memancing
pertanyaan
terlebih
dari guru
dahulu tentang pemahaman terhadap materi yang di
ajarkan
dengan mengasih pertanyaan yang ringan terlebih dahulu
81
2. Siklus II a. Hasil penelitian Pada siklus II ini pencarian data dengan berdasarkan hasil test formatif yang dilakukan, hasil yang diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil test formatif siklus II No. Absen
Nilai
Keterangan (KKM= 60)
80
Tuntas
100
Tuntas
70
Tuntas
85
Tuntas
65
Tuntas
75
Tuntas
80
Tuntas
100
Tuntas
90
Tuntas
70
Tuntas
90
Tuntas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
82
50
Belum tuntas
65
Tuntas
70
Tuntas
55
Belum tuntas
75
Tuntas
95
Tuntas
80
Tuntas
90
Tuntas
85
Tuntas
60
Tuntas
55
Belum tuntas
80
Tuntas
Jumlah
1765
Rata-rata
76,73
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Dari data di atas menunjukkan bahwa siswa yang tuntas dengan KKM 60 sebanyak 20 Siswa atau 86% dan yang belum tuntas sebanyak 3
83
Siswa atau 13%. Dari jumlah siswa yang ada di kelas IV MI Keputon ini nilai rata-rata kelasnya adalah 76,73. b. Refleksi Pada pelaksanaan siklus yang ke II ini hampir seluruh siswa berhasil mendapatkan nilai tuntas dari ketentuan KKM hanya ada tiga siswa yang belum mencapai ketuntasan. Adapun dari pengamatan selama dilaksanakannya pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan materi 2) Masih ada satu siswa yang belum mencapai nilai KKM Adapun tindakan perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Sebaiknya guru membuat pembelajaran dengan semenarik mungkin dengan mempersiapkan metode problem based learning semaksimal mungkin sehingga siswa akan lebih aktif dan suasana pembelajaran akan menjadi kondusif 2) Untuk tindakan perbaikan sebaiknya siswa yang belum tuntas dilakukan dampingan, dimotivasi dan dicari penyebab kesulitan belajar sehingga pada pembelajaran selanjutnya akan lebih baik Secara garis besar pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini bisa dikatakan sudah berjalan dengan sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang dicapai siswa yaitu dilihat dari hasil test formatif yang didapat dari siklus-siklus sebelumnya mengalami peningkatan yang sangat
84
signifikan yaitu hampir seluruh siswa mencapai nilai KKM yang ditentukan. Adapun data pengamatan yang dilakukan guru kolaborator terhadap peneliti sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil pengamatan guru kolaborator terhadap peneliti No Aspek
yang Pendukung
Penghambat
Ide perbaikan
-
-
-
-
diamati 1
Ketepatan
Pengelolaan
pengelolaan
waktu
sudah
waktu
cukup
baik
sesuai rencana pembelajaran 2
Menyajikan
Sesuai dengan
materi belajar
skenario pembelajaran yang
telah
dibuat 3
Melaksanakan
Pada
evaluasi
formatif
pembelajaran
masih ada 3 disiapkan siswa
85
test Sebaiknya test ini formatif lebih
yang lebih matang
masih
merasa lagi dan bagi
kesulitan
siswa
yang
mengalami kesulitan dilakukan dampingan dan
dicari
kesulitannya 4
Menguasai
Guru
dapat
materi
menyampaikan
pelajaran
dengan
baik,
terarah sesuai -
-
tujuan pembelajaran dan
langkah-
langkah pembelajaran 5
Pengelolaan
Masih
kelas
beberapa siswa guru membuat yang
ada Sebaiknya
tidak pembelajaran
memperhatikan semenarik materi
86
mungkin dan
menyiapkan metode dengan sebaik mungkin agar membuat siswa
kebih
aktif
dan
suasana menjadi kondusif 6
Penerapan
Dapat
metode
diterapkan
-
-
rapi -
-
dalam pelajaran dengan baik 7
8
Penampilan
Cukup
guru
dan sopan
Ketepatan
Guru
penggunaan
mengunakan
EYD
EYD
sudah
-
-
dengan
baik dan benar 9
Perhatian
Ada beberapa Guru menegur
siswa
siswa
87
yang siswa
yang
-
kurang
kurang
memperhatikan memperhtikan materi
materi
dan
membuat kelas
lebih
kondusif lagi 10
Keaktifan
Siswa mampu
siswa
menjawab
-
-
pertanyaan yang diberikan oleh guru
3. Siklus III a. Hasil penelitian Berdasarkan hasil test formatif yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil test formatif siklus III No.Absen
Nilai
Keterangan (KKM= 60)
100
Tuntas
100
Tuntas
1 2
88
90
Tuntas
90
Tuntas
70
Tuntas
95
Tuntas
100
Tuntas
100
Tuntas
100
Tuntas
75
Tuntas
95
Tuntas
65
Tuntas
70
Tuntas
90
Tuntas
75
Tuntas
80
Tuntas
95
Tuntas
95
Tuntas
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
89
100
Tuntas
85
Tuntas
70
Tuntas
65
Tuntas
95
Tuntas
Jumlah
2000
Rata-rata
86,95
19 20 21 22 23
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang tuntas dengan KKM 60 pada siklus I sebanyak 16 Siswa atau 69%. Selanjutnya pada siklus II meningkat jumlah Siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa atau 86% dan pada siklus III meningkat bahwa seluruh siswa kelas IV yang mencapai KKM adalah 100%. Dengan nilai rata-rata kelas pada siklus III ini 86,95%. b. Refleksi Pada siklus ke III ini pembelajaran berlangsung dengan baik dan selain itu hasil belajar siswa juga meningkat.Hal ini di buktikan dari keseluruhan siswa yang mendapat nilai tuntas dari KKM yang ditentukan sebesar 60. Tidak hanya hasil belajar siswa saja yang meningkat tapi juga
90
pada saat pembelajaran sedang berlangsung siswa dapat mengikuti dengan baik dan suasana kelas menjadi kondusif serta aktif Setelah adanya pengamatan dalam pembelajaran pada siklus III didapatkan hasil sebagai berikut: 1) Guru tidak mengalami kesulitan dalam menyampaikan pembelajaran karena siswa sangat antusias dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran 2) Siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik dan tetap kondusif. Adapun data pengamatan yang dilakukan guru kolaborator terhadap peneliti sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil pengamatan guru kolaborator terhadap peneliti No
Aspek
yang Pendukung
Penghambat
diamati 1
2
Ide perbaikan
Ketepatan
Sesuai dengan -
pengelolaan
rencana
waktu
pembelajaran
Menyajikan
Sesuai dengan
materi belajar
skenario
-
pembelajaran yang
telah
91
-
-
dibuat 3
4
Melaksanakan Test
formatif -
evaluasi
berjalan
pembelajaran
dengan lancar
Menguasai
Guru
materi
menyampaikan
pelajaran
dengan
-
dapat -
-
terarah sesuai -
-
baik,
tujuan pembelajaran dan
langkah-
langkah pembelajaran 5
Pengelolaan
Seluruh siswa -
kelas
antusias
-
menjadikan kelas kondusif serta aktif
6
Penerapan
Penerapan
metode
metode dalam pelajaran
92
-
sudah baik 7
Penampilan
Rapi dan sopan -
-
Ketepatan
Menggunakan
-
-
penggunaan
EYD
EYD
baik dan benar
Perhatian
Seluruh siswa -
-
siswa
memperhatikan
guru 8
9
dengan
pembelajaraan
10
Keaktifan
Siswa terlibat -
siswa
aktif
dalam
pembelajaran dan
mampu
menjawab semua pertanyaan yang diberikan guru
93
-
B.
Pembahasan 1. Hasil rekapitulasi Dari hasil penelitian yang didapatkan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil rekapitulasi tentang hasil belajar siswa Pelaksanaan/ketentuan Siklus I
Siklus II
Siklus III
7
16
23
16
7
-
Tuntas Tidak tuntas 2. Kondisi awal. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, pembelajaran yang dilakukan di MI Keputon ini masih menggunakan cara konvensional yaitu dengan metode ceramah dan penugasan saja. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika di Sekolah tersebut kurang berhasil. 3. Kondisi akhir Setelah
diadakannya
pembelajaran
menggunakan metode problem based learning
matematika
dengan
pada materi satuan
(pengukuran panjang) di MI Keputon ini sangat berpengaruh sekali terhadap prestasi siswa, menjadikan pemahaman siswa menjadi lebih baik dan yang paling penting adalah membuat siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Dan bisa dilihat dari ketiga siklus yaitu: pada
94
siklus I masih sedikit yang tuntas, selanjutnya pada siklus II meningkat secara signifikan bahwa yang tuntas adalah 78%
dan pada tahap
terakhir yaitu siklus III dari keseluruhan siswa mencapai ketuntasan KKM yang telah di tetapkan yaitu 60
95
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode problem based learning ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan Pengukuran (satuan panjang) pada siswa kelas IV MI Keputon. Hal ini bisa dilihat dari hasil yang diperoleh siswa pada hasil test formatif yang dilakukan oleh siswa mulai dari pra siklus selanjutnya siklus I presentasenya yang tuntas KKM adalah sebanyak 16 siswa atau 69% dan yang belum tuntas sebanyak 7 siswa atau 30%,siklus II presentasenya adalah yang tuntas KKM sebanyak 20 siswa atau 86% dan yang belum tuntas sebanyak 3 siswa atau 13%dan siklus III dimana pada siklus ketiga ini seluruh siswa mampu menunjukkan bahwa hasil belajar mereka dapat meningkat yaitu hasil test seluruh siswa yang berjumlah 23 siswa atau 100% mampu mencapai nilai KKM yang ditentukan.
96
B. Saran Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya serta data yang diperoleh dan bukti-bukti yang real yang terjadi dilapangan bahwa setelah menggunakan metode problem based learning pada mata pelajaran matematika materi Pengukuran (Satuan Panjang) ternyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa untuk itu saran dari peneliti sebagai berikut: 1) Mengingat bahwa waktu terbatas, maka sebaiknya guru melakukan penelitian terhadap kelas-kelas yang lain agar dapat merubah pembelajaran menjadi lebih bervariatif dan menyenangkan lebih memberikan perubahan yang lebih signifikan terutama dalam hasil belajar siswa. 2) Mengingat bahwa metode problem based learning terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV, maka diharapkan guru mau mencoba menerapkan metode problem based learning ini terhadap pembelajaran yang lain maupun kelaskelas yang lain.
97
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Abu. 1978. Didaktik-Metodik, Semarang: CV. Toha Putra Arikunto Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Bahri Djamarah, Syaeful. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta. Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT.Asdi Mahasatya. Hamalik,Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. .2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Hartini sam’s,Rosma. 2010. Model Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Sukses Offest. Heruman. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Gramedia. Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Jajang, 2005. Pebelajaran Matematika. Jakarta: Rineka Cipta. Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offest. Mustaqim, Burhan. 2008. Ayo Belajar Matematika.Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional. Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.
Rusman.2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu. Bogor: Ghalia Indonesia. Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Grafindo Persada. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sopiatin Popi, Sahrani Sohari. 2011. Psikologi Belajar dalam Perspektif Islam.Bogor: Ghalia Indonesia. Sudjana, Nana. 2009. dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sumadoyo Samsu. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suprananto, Kusaeri .2013. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Surakhmad,Winarno. 1994. Pengantar Interaksi Belajar-Mengajar. Bandung: Tarsito. Susanto, ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sutikno, Sobry. 2014. metode dan model-model pembelajaran. Lombok: Holistica. Suyadi. 2010.Panduan Penelitian Tindakan Kelas, Jogjakarta, Diva Pres.
. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sriyanti Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Tim Dirjen Kelembagaan Agama Islam. 2002. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam. Zaenal,Aqib. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, SD,ALB,TK. Bandung: CV. Yrama Widya
SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah
: MI KEPUTON
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Program
: IV
Semester Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
3.2 Menentukan hubungan antarsatuan waktu, antarsatuan panjang, dan antarsatuan
: 1 (satu) : 3. Memahami Dan Menggunakan Faktor Dan Kelipatan Dalam Pemecahan Masalah
Materi Pokok dan Uraian
Pengalaman Belajar
Materi
Kesetaraan hubungan anatar satuan :
Waktu Panjang Berat
Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
Mempelajari satuan panjang tidak baku dan baku Mempelajari contoh Hlm.124 Mempelajari contoh perhitungan pada
Mengidentifikas in satuan panjang Menyebutkan hubungan antarsatuan panjang.
Alokasi Jenis
Bentuk
Contoh
Waktu
Tagihan Instrumen Instrumen
Tugas Individu dan Kelomp ok
Laporan buku pekerjaa n rumah
Latihan8
2 x 35
menit Hlm. 122
Sumber/ Bahan/ Alat
Sumber: Buku matem
Latihan 3 Hlm. 119
atika kelas 4
Kompetensi Dasar
berat.
Materi Pokok dan Uraian
Pengalaman Belajar
Pencapaian
Materi
Satuan kuantita s
Penilaian
Indikator
Kompetensi
satuan ukuran panajang Hlm. 126 Latihan Pengayaan
Alokasi Jenis
Bentuk
Contoh
Tagihan Instrumen Instrumen
Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat Buku cerdas
Menghitung satuan ukuran panjang.
Latihan 9 , 10 Hlm. 125
matem atika kelas 4 (BSE)
Latihan11
Alat :
Hlm. 126
metera n
Latihan13 Hlm. 128 Latihan14, 15 Hlm. 129
SOAL EVALUASI PRA SIKLUS I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang kamu anggap paling benar ! 1. 3 km = . . . . m a. 30 m
c. 3000 m
b. 300 m
d. 30.000 m
2. 40 km = . . . . dm a. 400 dm
c. 40.000 dm
b. 4.000 dm
d. 400.000 dm
3. 30 cm = . . . . mm a. 3 mm
c. 3.000 mm
b. 300 mm
d. 30.000 mm
4. 250 dm = . . . . mm a. 250.000 mm
c. 2500 mm
b. 25 mm
d. 25.000 mm
5. 2.500 cm = . . . . dam a. 25 dam
c. 2,5 dam
b. 0, 025 dam
d. 0, 0025 dam
6. 16 hm + 25 dam = . . . . m a. 1.850 m
c. 185 m
b. 16. 250 m
d. 1.625 m
7. 2 km + 4 hm = . . . . dam a. 24 dam
c. 240 dam
b. 2.400 dam
d. 24.000 dam
8. 4 hm + 5 dam = . . . . m a. 450 m
c. 45 m
b. 4.500 m
d. 45.000 m
9. 20 m + 400 dm + 3 dam = . . . dam a. 9 dam
c. 90 dam
b. 6 dam
d. 0,9 dam
10. 6 m + 10 dm + 200 cm = . . . . m
II.
a. 9.000 m
c. 90 m
b. 900 m
d. 9 m
Selesaikanlah soal cerita di bawah ini dengan benar ! 1. Tinggi tanggta itu 4 m. Berapa cm tinggi tangga? 2. Ema mempunyai pita merah sepanjang 50 cm. Berapa meter pajang pita Ema? 3. Jarak rumah Abid ke sekolah adalah 5 hm. Berapa dm jarak rumah Abid ke sekolah? 4. Ayah Marbun punya tali yang direntangkan sepanjang 20 dam. Berapa dm panjang tali ayah Marbun? 5. Marbun dan Abid akan bermain layang-layang. Marbun mempunyai tali yang panjangnya 12 m dan Abid mempunyai tali
yang panjangnya 1.000 cm. Berapa meter selisih panjang tali Marbun dan Abid?
KUNCI JAWABAN I. 1. C
6. A
2. D
7. C
3. B
8. A
4. C
9. A
5. B
10. B
II. 1. Diketahui : -
Tinggi tangga = 4 m Ditanya :
-
Berapa cm tinggi tangga tersebut?
Penyelesaian : -
4 m = 400 cm Jadi, tinggi tangga tersebut adalah 400 cm.
2. Diketahui : -
Panjang pita merah Ema = 50 cm
Ditanya : -
Berapa m panjang pita Ema?
Penyelesaian : -
50 cm = 0,5 m Jadi, panjang pita merah Ema adalah 0,5 meter.
3. Diketahui : -
Jarak rumah Abid ke sekolah adalah 5 hm
Ditanya : -
Berapa dm jarak rumah Abid ke sekolah?
Penyelesaian : -
5 hm = 5.000 dm Jadi, jarak rumah Abid ke sekolah adalah 5.000 dm.
4. Diketahui : -
Panjang tali ayah Marbun adalah 20 dam
Ditanya : -
Berapa dm panjang tali ayah Marbun?
Penyelesaian : -
20 dam = 2.000 dm
5. Diketahui : -
Panjang tali Marbun = 12 m
-
Panjang tali Abid = 1.000 cm
Ditanya : -
Berapa meter selisih panjang tali Marbun dan Abid?
Penyelesaian : -
12 m
= 12 m
-
1.000 cm
= 10 m
-
12 m – 10 m = 2 m Jadi, selisih panjang tali Marbun dn Abid adalah 2 meter.
Siklus
:I
Pertemuan
:I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: MI Keputon
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/ Semester
: IV/ I
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standart Kompetensi 3. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar. 3.2 Menentukan hubungan antarsatuan waktu, antarsatuan panjang, dan antarsatuan berat C. Indikator Kompetensi Mengindentifikasika satuan panjang. Menyebutkan hubungan antara satuan panjang. D. Tujuan Pembelajaran Dengan ceramah siswa dapat mengidentifikasikan satuan panjang dengan benar. Dengan tanya jawab siswa dapat menyebutkan hubungan antara satuan panjang dengan benar.
E. Materi Pembelajaran Satuan Panjang
F. Model/ Metode Pembelajaran. Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
Problem Based Learning (PBL)
Penugasan
G. Media, Alat, dan Sumber Belajar Media dan alat belajar - Pita - Lidi - Penggaris - Sedotan - Dan tangga satuan menggunakan bungkus rokok. Buku Matematika Kelas 4 karangan Burhan Mustaqim dan Ary Astuty, 2008, Ayo Belajar Matematika, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. H. Langkah- langkah Pembelajaran No Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan awal Apersepsi Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa. Guru bertanya “apa kabar anakanak?” Guru meminta siswa untuk memeriksa kerapian dari pakaian dan posisi duduk. Guru meminta siswa untuk mengeluarkan buku pelajaran dan alat tulis. Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat. Guru mengulang materi yang lalu. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Alokasi Waktu 10 menit
2.
Kegiatan inti Eksplorasi Siswa diminta untuk mendengarkan penjelasan guru mengenahi pengertian satuan panjang Peserta didik dapat memahami pengertian satuan panjang. Guru menceritakan penggunaan pengukuran satuan panjang dalam kehidupan sehari-hari. Guru memberikan contoh-contoh alat ukur satuan panjang. Guru meminta siswa untuk melihat suatu permasalahan yang terjadi di daerah masing- masing siswa mengenahi penggunaan alat ukur satuan panjang Siswa diminta untuk memberikan asumsi mengenahi apa yang mereka temukan dalam pengalamannya mengenahi penggunaan alat ukur satuan panjang. Dengan tanya jawab guru menyebutkan hubungan antar satuan panjang dan siswa memahaminya Guru memberikan contoh cara menghitung satuan panjang. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi gur dan siswa : Guru membagi beberapa kelompok di setiap kelompok terdapat 4 orang. Guru memberikan sebuah konsep permasalahan terhadap siswa mengenahi cara menghitung sebuah permasalahan dalam kehidupan sehar- hari dengan menggunakan tangga satuan panjang. Semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide,
45 menit
atau tanggapan mengenahi sebuah permasalahan yang diberikan oleh guru mengenahi penghitungan menggunakan tangga satua panjang Siswa diberi kebebasan untuk mencari sumber belajar dari mana saja misalnya mencari refrensi di perpustakaan. Setelah itu setiap anggota kelompok bertukar pengalaman apa yang mereka dapatkan. Dan setiap kelompok memecahkan masalah tersebut. Konfirmasi Masing-masing kelompok maju ke depan untuk menyampaikan hasil kerja yang telah diselesaikan dengan kelompoknya 3.
Kegiatan Akhir Guru menanyakan apa yang telah dilakukan hari ini. Guru
bersama
menyimpulkan
bersama-
siswa sama
mengenahi pelajaran hari ini Guru menutup pelajaran dengan salam penutup dan di akhiri dengan doa yang dipimpin oleh salah satu siswa
15 menit
I. Penilaian Jenis penilaian Chek list Tes tertulis (pilihan ganda dan isai) Instrument penilaian Chek list presentasi mengenahi pengalaman penggunaan alat ukur dalam kehidupan sehari-hari No Nama
Keterangan
Siswa
Bagus
Cukup
Ket Berlatih lagi
Skor penilaian : Skor perolehan Nilai =
x 100 Skor Maksimal
Kriteria Nilai A
=
5
:
Bagus
B
=
3
:
Cukup
C
=
2
:
Berlatih Lagi
Keterangan : Kriteria
Bagus
Cukup
Berlatih lagi
Bahasa yang
Kalimat
Kalimat cukup
Kalimat
digunakan
jelas dan
jelas, tetapi ada
sulit
mudah
beberapa kata
dimengerti
yang sulit
dimengerti
dimengerti
Suara saat
Jelas
Kurang jelas
Tidak
presentasi
terdengar
Sikap saat
Berani dan
Cukup berani,
Tidak
presentasi
penuh
tetapi tampak
percaya
percaya
masih ragu
diri (malu,
terdengar
diri
tidak mau bicara)
Tes tertulis (terlampir)
Skor penilaian : Nilai =
x 100
Kriteria nilai = A=4
: sudah terlihat
B=3
: mulai berkembang
C=2
: mulai terlihat
D=1
: belum terlihat
Blado, 05 Agustus 2015 Mengetahui, Kepala MI Keputon
NUR HASANAH, S.Pd.I NIP. 197608222000032001
peneliti
ANNY MAFTUKHAH Nim. 115-11-063
SOAL EVALUASI SIKLUS I I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang kamu anggap paling benar ! 1. 6 km = . . . . dam a. 60 dam
c. 6.000 dam
b. 600 dam
d. 60.000 dam
2. 90 hm = . . . . m a. 9 m
c. 0,9 m
b. 90.000 m
d. 0,09 m
3. 19 km = . . . . m a. 190 m
c. 19.000 m
b. 1.900 m
d. 190.000 m
4. 16 m = . . . . cm a. 1.600.000 cm
c. 16.000 cm
b. 160.000 cm
d. 160 cm
5. 6 dm = . . . . mm a. 600 mm
c. 6.000 mm
b. 60 mm
d. 600.000 mm
6. 9.000 dm + 8 hm = . . . . dam a. 890 dam
c. 9.800 dam
b. 170 dam
d. 19.800 dam
7. 6 hm + 70 dm = . . . . m a. 670 m
c. 650 m
b. 6.700 m
d. 6.007 m
8. 15 hm – 8 dam = . . . . m a. 15.000 m
c. 14.920 m
b. 15.800 m
d. 16.200 m
9. 8 km = . . . . m = . . . . cm a. 80 cm
c. 80.000 cm
b. 8.000 cm
d. 800.000 cm
10. 12 hm = . . . . m = . . . . mm
II.
a. 120.000 mm
c. 12.000 mm
b. 1.200.000 mm
d. 1.200 mm
Selesaikanlah soal cerita di bawah ini dengan benar ! 1. Dini berangkat ke sekolah menempuh jarak 2 km. Berapa jam perjalanan dini berangkat ke sekolah? 2. Panjang jalan jenderal sudirman adalah 40 km. Berapa meterkah panjang jaln itu? 3. Spedometer (pengukurn jarak) pda motor pak sutaman menunjukkan angka 50.000 km. Berapa meterkah itu? 4. Jark Jakarta – Bandung 130 km. Bus “ sejahtera” telah menempuh jarak sejauh 50.000 m dari Jakarta- Bandung. Berapakan sisa jarak yang harus ditempuh bus tersebut?
5. Panjang gerbang kereta api 8 meter, kereta tersebut membawa 8 gerbong. Berapa dam panjang gerbong kereta api seluruhnya?
KUNCI JAWABAN I. 1. B
6. B
2. B
7. D
3. C
8. C
4. C
9. D
5. A
10. B
II. 1. Diketahui : -
Jarak rumah Dini ke sekolah = 2 km
Ditanya : -
Berapa dam perjalanan Dini berangkat sekolah?
Penyelesaian : -
2 km = 200 dam Jadi, perjalanan Dini berangkat sekolah adalah 200 dam.
2. Diketahui : -
Panjang jalan Jenderal Sudirman = 40 km
Ditanya :
-
Berapa meterkah panjang jaln itu?
Penyelesaian : -
40 km = 40.000 m Jadi, panjang jalan Jenderal Sudirman adalah 40.000 m.
3. Diketahui : -
Spedometer motor pak sutaman adalah 50.000 km
Ditanya : -
Berapa meterkah itu ?
Penyelesaian : -
50.000 km = 5.000.000 m Jadi, spedomotor pak sutaman menunjukkan angka 5.000.000 m.
4. Jarak Jakarta- Bandung Jarak yang telah ditempuh
= 130 km = 130 x 1.000 = 130.000 m = 50.000 m
Maka sisa jarak yang harus ditempuh bus adalah = 130.000 m – 50.000 m = 80.000 m = 80.000 m : 1.000 km = 80 km 5. Panjang gerbong kereta api = 8 meter, Jumlah gerbong kereta api = 8 Maka 8 m x 8 = 64 m = 6,4 dam
Siklus
: II
Pertemuan
: II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah
: MI Keputon
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/ Semester
: IV/ I
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standart Kompetensi 3. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar. 3.2 Menentukan hubungan antarsatuan waktu, antarsatuan panjang, dan antarsatuan berat C.Indikator Pembelajaran Menyebutkan hubungan antarsatuan panjang. Menghitung satuan ukuran panjang. D. Tujuan Pembelajaran Dengan tanya jawab siswa mampu menyebutkan macam-macam satuan jawab dengan benar. Dengan pembelajaran berbasis masalah siswa mampu menghitung satuan ukuran panjang dengan benar.
E. Materi Pembelajaran Satuan Panjang
F. Model/ Metode Pembelajaran.
Ceramah Tanya jawab Pembelajaran berbasis masalah (PBL) Penugasan
G. Media, Alat, dan Sumber Belajar.
Media dan Alat Belajar - Penggaris - Tangga satuan panjang dengan menggunakan bungkus rokok
Sumber Belajar - Buku Metametika kelas 4, karangan Yoni Yudiarto dan Hidayati, 2009, Matematika untuk sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah kelas IV, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. (BSE)
H. Langkah- langkah pembelajaran. NO. 1.
Kegiatan pembelajaran Kegiatan awal Apersepsi Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa. Guru bertanya “apa kabar anakanak?” Guru meminta siswa untuk memeriksa kerapian dari pakaian dan posisi duduk. Guru meminta siswa untuk mengeluarkan buku pelajaran dan alat tulis. Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat. Guru mengulang materi yang lalu. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Alokasi waktu 10 menit
2.
3.
Kegiatan inti Eksplorasi Siswa diminta untuk menyebutkan macam-macam satuan panjang Guru bertanya kepada siswa mengenahi bagaimana cara menghitung satuan panjang dengan menggunakan tangga satuan panjang Guru meminta siswa untuk menghafalkan macam-macam satuan panjang Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi guru : Membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan kelompok yang berbeda dari pertemuan pertama Setiap kelompok diberi tugas untuk menyelesaikan soal mengenahi satuan panjang, untuk soal terlampir Konfirmasi Setiap masing- masing kelompok diminta untuk maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kegiatan akhir Dalam kediatan akhir : Guru bertanya apa saja yang hari ini ipelajari Guru dan siswa menyimpulkan bersama-sama mengenahi pelajaran hari ini. Guru menutup pelajaran dengan salam penutup dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa
45 menit
15 menit
I.Penilaian Bentuk penilaian Tugas kelompok Tes tertulis (pilihan ganda dan isai)
Instrumen penilaian Soal tugas kelompok 1. Apa saja yang termasuk alat ukur satuan tidak baku? 2. Ukurlah panjang dan lebar meja belajarmu dengan menggunakan mistar? 3. Berapa meterkah panjang dan lebarnya? 4. Berapa jumlah panjang dan lebar meja belajar yang di ukur? 5. Sebutkan macam-macam satuan panjang?
Pedoman penilaian
Skor penilaian : Skor perolehan Nilai =
x 100 Skor Maksimal
Kriteria Nilai
A
=
5
:
Bagus
B
=
3
:
Cukup
C
=
2
:
Berlatih Lagi
Tes tertulis (pilihan ganda dan isai) (terlampir)
Pedoman penilaian Skor penilaian : Nilai =
x 100
Kriteria nilai = A=4 B=3 C=2 D=1
: istimewa : baik : cukup : kurang
Blado, 12 Agustus 2015 Mengetahui, Kepala MI Keputon
NUR HASANAH, S.Pd.I NIP. 197608222000032001
peneliti
ANNY MAFTUKHAH Nim. 115-11-063
SOAL EVALUASI SIKLUS II
I.
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang kamu anggap paling benar ! 1. 18 dm = . . . . mm a. 180 mm
c. 180.000 mm
b. 1.800 mm
d. 1.800.000 mm
2. 5 hm = . . . . dm a. 500.000 dm
c. 50.000 dm
b. 5.000.000 dm
d. 5.000 dm
3. 7 km = . . . . cm a. 7.000 cm
c. 700.000 cm
b. 70 cm
d. 700 cm
4. 1.500 mm = . . . . m a. 1,5 m
c. 1,50 m
b. 150 m
d. 0,15 m
5. 2.600 cm = . . . . dam a. 260 dam
c. 2,6 dam
b. 2,60 dam
d. 0,26 dam
6. 20 m + 4.500 cm = . . . . m a. 240 m
c. 0,024 m
b. 24, 5 m
d. 2,45 m
7. 418 dam – 300 dam = . . . . m
a. 1.180 m
c. 11.800 m
b. 180 m
d. 118.000 m
8. 715 km – 40 hm = . . . . m a. 71.000 m
c. 7.100 m
b. 711.000 m
d. 710 m
9. 20 dam = . . . . dm= . . . . cm a. 2.000 cm
c. 200.000 cm
b. 20.000 cm
d. 2.000.000 cm
10. 50 m = . . . . cm= . . . . mm
II.
a. 500 mm
c. 500.000 mm
b. 5.000 mm
d. 50.000 mm
Kerjakanlah soal-soal dibawah ini dengan benar dan tepat ! 1. 3 km + 8 dam – 20 hm = . . . . m 2. 3.000 mm + 5.000 cm – 40 mm = . . . . dm 3. Panjang ruangan kelas IV adalah 15 meter. Berapa mm panjangnya ? 4. Diki membeli dua ruas bambu yang panjangnya masing- masing 7 meter. Berapa cm panjang total keduanya ? 5. Sebuah papan dengan panjang 2 meter di potong- potong menjadi 8 bagian yang sama. Berapa cm panjang setiap potongannya?
KUNCI JAWABAN I. 1.
B
6. B
2. D
7. A
3. C
8. B
4. A
9. C
5. C
10. D
II. 1. 3 km + 8 dam – 20 hm = . . . . m 3 km
= 3.000 m
8 dam
= 80 m
20 hm
= 2.000
Jadi, 3.000 m + 80 m – 2.000 m = 1. 080 m 2. 3.000 mm + 5.000 cm – 40mm = . . . . dm 3.000 mm
= 30 dm
5.000 cm
= 500 dm
40 mm
= 0,4 dm
Jadi, 30 dm + 500 dm – 0,4 dm = 529, 6 dm 3. Diketahui : -
Panjang ruang kelas IV = 15 meter.
Ditanya ? -
Berapa mm panjang ruang kelas.
Penyelesaian : -
15 m = 15.000 mm
4. Diketahui : -
Panjang kedua ruas bambu Diki = 7 meter
Ditanya ? -
Berapa cm panjang keduanya?
Penyelesaian : -
7 m = 700 cm
-
700 x 2 = 1.400 cm
5. Diketahui : -
Panjang papan = 2 meter
-
Di potong- potong menjadi 8 bagian
Ditanya ? -
Berapa cm setiap potongannya ?
Penyelesaian : -
2 m = 200 cm
-
= 25
-
Jadi, setiap potongan papan tersebut adalah 25 cm.
Siklus
: III
Pertemuan
: III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: MI Keputon
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/ Semester
: IV/ I
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standart Kompetensi 3. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar. 3.2 Menentukan hubungan antarsatuan waktu, antarsatuan panjang, dan antarsatuan berat C.Indikator Pembelajaran Mengidentifikasikan satuan panjang Menyebutkan hubungan antarsatuan panjang. Menghitung satuan ukuran panjang. D. Tujuan Pembelajaran Dengan ceramah siswa dapat mengidentifikasikan satuan panjang dengan benar. Dengan tanya jawab siswa dapat menyebutkan hubungan antar satuan panjang dengan benar. Dengan pembelajaran berbasis masalah dapat menghitung satuan ukuran panjang dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
Satuan panjang
F. Model/ Metode Pembelajaran
Ceramah Tanya jawab Diskusi Pembelajaran berbasis masalah (PBL) Penugasan
G.Media/ Alat, dan Sumber Belajar.
Media dan Alat Belajar - Penggaris - Tangga satuan panjang menggunakan bungkus rokok
H. Langkah-langkah pembelajaran NO. 1.
Kegiatan Pembelajaran Kegiatan awal Apersepsi Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa. Guru bertanya “apa kabar anak-anak?” Guru meminta siswa untuk memeriksa kerapian dari pakaian dan posisi duduk. Guru meminta siswa untuk mengeluarkan buku pelajaran dan alat tulis. Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat. Guru mengulang materi yang lalu. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Alokasi Waktu 10 menit
2.
Kegiatan inti Eksplorasi Guru menjelaskan apa itu pengukuran satuan panjang Siswa diminta untuk menjelaskan kembali pengertian pengukuran satuan panjang Guru menyebutkan hubungan anatara satuan panjang Siswa menyebutkan macammacam satuan panjang Guru memberikan contoh dalam menghitung menggunakan tangga satuan panjang. Elaborasi Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok Masing-masing kelompok diberikan tugas mengenahi pengukuran satuan panjang Siswa diperbolehkan mengerjakan tugas kelompok diluar kelas baik diperpustakaan atau halaman sekolah Konfirmasi Setiap masing-masing kelompok menukarkan hasil diskusinya dengan kelompok lain Dan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi yang sudah di tukar dengan kelompok lain.
3.
Kegiatan akhir Dalam kegiatan akhir : Guru menyakan apa saja hari ini yang sudah dipelajari Guru bersama siswa menyimpulkan Guru memberikan motivasi kepada siswa Guru menutup pelajaran
45 menit
15 enit
dengan salam penutup dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa. I.Penilaian
Bentuk penilaian - Tes tertulis (pilihan ganda dan isai)
Instrumen penilaian - Terlampir
Pedoman penilaian Skor penilaian : Nilai =
Kriteria nilai = A=4 B=3 C=2 D=1
: istimewa : baik : cukup : kurang
x 100
Blado, 20 Agustus 2015 Mengetahui, Kepala MI Keputon
NUR HASANAH, S.Pd.I NIP. 197608222000032001
peneliti
ANNY MAFTUKHAH Nim. 115-11-063
SOAL EVALUASI SIKLUS III I.
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang kamu anggap paling benar ! 1. 5 km = . . . . dam a. 5.000 dam
c. 50 dam
b. 500 dam
d. 5 dam
2. 4,25 hm = . . . . m a. 4. 250 m
c. 425 m
b. 42. 500 m
d. 0,425 m
3. 300 cm = . . . . dm a. 3 dm
c. 3.000 dm
b. 30 dm
d. 30. 000 dm
4. 640 m = . . . . dam a. 64 dam
c. 64.000 dam
b. 6.400 dam
d. 640.000 dam
5. 45.000 mm = . . . . m a. 0,45 m
c.450 m
b. 45 m
d. 4.500 m
6. 53 km + 10 dam = . . . . m a. 53.100 m
c. 531. 000 m
b. 5. 310 m
d. 5.310. 000 m
7. 8 km + 5 hm – 21 dam = . . . . m a. 7. 920 m
c. 8.780 m
b. 8.920 m
d. 8. 290 m
8. 21 hm – 15 dam + 10 dm = . . . . m a. 196 m
c. 19. 600 m
b. 1960 m
d. 196. 000 m
9. 50 dam + 70 m – 45 dm = . . . . dm a. 565 dm
c. 5655 dm
b. 5780 dm
d. 5960 dm
10. 64 dam = . . . . dm = . . . . dm.
II.
a. 640.000 dm
c. 64. 000 dm
b. 6.400 dm
d. 6. 400. 000 dm
Selesaikanlah soal cerita di bawah ini dengan benar ! 1. Setiap hari Irma berangkat sekolah naik sepeda. Jarak rumah Irma ke sekolah 4 km. Berapa m jarak rumah Irma ke sekolah ? 2. Irwan mempunyai tali pramuka yang panjangnya 80 cm. Berapa mm panjang tali pramuka Irwan ? 3. Ardian mempunyai tongkat yang panjangnya 875 dm. Berapa dam panjang tongkat Ardian ? 4. Ibu membeli 200 meter kain, karena ibu membeli lagi 5 meter. Berapa cm seluruh kain yang dibeli oelh ibu ? 5. Benang layang-layang Bobi panjangnya 7.500 cm, diberikan kepada adiknya sepanjang 15 m. Masih berapa meter benang layang-layang Bobi ?
KUNCI JAWABAN I. 1. B
6. A
2. C
7. D
3. B
8. B
4. A
9. C
5. B
10. B
II. 1. Diketahui : -
Jarak rumah Irma ke sekolah adalah 4 km
Ditanya : -
Berapa m jarak rumah Irma ke sekolah ?
Penyelesaian : -
4 km = 4. 000 m Jadi, jarak rumah Irma ke sekolah adalah 4. 000 meter.
2. Diketahui : -
Panjang tali pramuka Irwan adalah 80 cm.
Ditanya :
-
Berapa mm panjang tali pramuka Irwan ?
Penyelesaian : -
80 cm = 800 mm Jadi, panjang tali pramuka Irwan adalah 800 mm.
3. Diketahui : -
Panjang tongkat Ardian adalah 875 dm
Ditanya : -
Berapa dam panjang tongkat Ardian ?
Penyelesaian : -
875 dm = 8, 75 dam Jadi, panjang tongkat Ardian adalah 8, 75 dam.
4. Diketahui : -
Ibu membeli kain = 200 meter
-
Ibu membeli lagi = 5 meter
Ditanya : -
Berapa cm seluruh kain yang dibeli oleh ibu ?
Penyelesaian : -
200 m
= 20. 000 cm
-
5m
= 500 cm
-
20. 000 cm + 500 m = 20. 500 cm
Jadi, kain ibu seluruhnya adalah 20. 500 cm 5. Diketahui : -
Panjang benang layang- layang Bobi adalah 7. 500 cm
-
Diberikah kepada adiknya sepanjang 15 m
Ditanya : -
Berapa meter benang layang- layang Bobi ?
Penyelesaian : -
7. 500 cm = 75 m
-
75 m – 15 m = 60 m. Jadi, benang layang- layang Bobi adalah 60 meter.
DOKUMENTASI 1. Siswa menulis materi yang disampaikan oleh guru
1. Siswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru
2. Guru memberikan bimbingan dan mengarahkan siswa
3. Siswa berdiskusi
4. Siswa bertukar pendapat mengenahi suatu permasalahan.
5. Siswa mengerjakan soal evaluasi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap
: Anny Maftukhah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, TanggalLahir
: Batang, 16 Januari 1994
Agama
:Islam
Nama Ayah
: Rusdi
Nama Ibu
: Anjariyah
NamaAdik
: M.Rifqi Zidan dan Aura Shofi Nurhidayah
Alamat
: Dsn. Sangiran Rt 01, Rw 04 Ds. Keputon, Kec. Blado, Kab. Batang.
Jenjang Pendidikan
:
1. RA Masyitoh, lulus tahun 1999. 2. SDN 01 Keputon, lulus tahun 2005 3. MTS Assaid Cokro Blado , lulus tahun 2008 4. MA Darul Amanah , lulus tahun 2011 5. Masih menyelesaikan pendidikan S1 Tarbiyah dan Ilmu Keguruan PGMI IAIN Salatiga. Demikian riwayat hidup penulis, penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 22 Agustus 2015