PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID AL‟ALAWIYAH AL AWWALIYAH KORIPAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ROYKHAN „ABID NIM 11109151
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA TAHUN 2016
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama
: ROYKHAN „ABID
NIM
: 11109151
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID AL‟ALAWIYAH AL AWWALIYAH KORIPAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 24 Agusutus 2016 Pembimbing
Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. NIP. 19660407 199403 2 001
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Roykhan „Abid
NIM
: 11109151
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 24 Agustus 2016
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JL. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 kode pos. 50721 Salatiga Website : http//www.iainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
SKRIPSI PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID AL‟ALAWIYAH AL AWWALIYAH TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG DISUSUN OLEH ROYKHAN „ABID NIM: 11109151 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 26 september 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
iv
MOTTO
Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
v
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang telah memberikan kisah kasih tentang makna hidup serta langkah bijak dalam meniti lika-liku kehidupan. Kepada.....
Kedua Orang Tua yang selalu memberikan doa, Bpk Syhuhada‟ Fahrudin dan Ibu Siti Muslikah. Adik-adiku Muhammad Ghufron dan Naf‟an Ahmad Keluarga besarku yang telah memberikan dukungan dan do‟a. Lembaga IAIN SALATIGA Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan pelajaran yang begitu berharga. Zulfa Dewi Kartika yang sanggup menemani, memberikan motivasi dan bantuan-bantuan selama di STAIN sampai menjadi IAIN Salatiga. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009, khususnya PAI E yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Al-Mubajirut Genk; Catur, Roji, Arif, Dul Aziz, Ambon, Roji, Khotim, Wanita terhebat yang kelak akan menjadi pendamping hidup.
vi
ABSTRAK „Abid, Roykhan. 2016. Pembelajran Akhlak dengan Menggunakan Kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah Dawung Koripan Tegalrejo Kabupaten Magelang. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. Kata kunci: Pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin Kitab Akhlak Lil Baniin adalah salah satu kitab akhlak paling dasar untuk pembelajaran akhlak siswa atau santri yang baru belajar di Pondok Pesantren, karena di dalam kitab ini menjelaskan beberapa akhlak yang pantas untuk ditiru dan dihindari oleh santri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah Dawung Koripan Tegalrejo Kabupaten Magelang, dan bagaimana hasil pembelajaran kitab akhlak lil banin dalam perubahan akhlak santri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden, metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Dalam hal ini teknik pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan dari penelitian yang diperoleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah Koripan Tegalrejo berjalan dengan baik dibuktikan dengan adanya pembagian kelas, waktu, serta ustadz yang mengajarkan, selain itu pembelajarannya juga menggunakan beberapa metode, diantaranya bandungan, tanya jawab dan ceramah. Untuk mengetahui hasil pembelajaran, sistem evaluasi juga digunakan yaitu dengan sistem ulangan harian dan pengamatan dalam keseharian. Perubahan yang terjadi setelah murid (santri) mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin ini, sudah bisa menerapkan ke dalam kehidupan seharihari, seperti menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, dalam berbicara juga sangat hati-hati, kitab-kitab yang digunakan juga bersih dari coretan dan bersampul dengan rapi. Demikian pula, masih ada sebagian kecil dari santri yang telah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin, cara bicaranya kurang sopan terlebih terhadap teman-temannya.
vii
KATA PENGANTAR ﺒﺴﻡﷲﺍﻠﺮّﺤﻤﻥﺍﻠﺮّﺤﻴﻡ Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan
skripsi
yang
berjudul
“PEMBELAJARAN
AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID AL ALAWIYAH AL AWWALIYAH KORIPAN TEGALREJO”. Skripsi ini merupakan salah satu sayarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis sadar bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. 3. Bapak Mufiq, M.Phil, yang telah membantu penulis dalam melanjutkan penulisan skripsi. 4. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
viii
5. Bapak Drs. A. Bahrudin, MA,. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi. 6. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI, selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar dan penuh perhatian telah meluangkan waktu, untuk memberikan pengarahan serta bimbingan sejak awal penulisan skripsi ini sampai dapat terselesaikan dengan baik. 7. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada penulis. 8. K.H Ichsanuddin Abdan selaku pengasuh Pondok Pesantren Awwal dan seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Awwal. 9. Pengurus, Ustadz dan seluruh santri Pondok Pesantren Awwal yang banyak membantu dalam penelitian ini. 10. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta do‟a yang tiada henti-hentinya hingga terselesaikannya skripsi ini. 11. Para legenda, Arya Rahmantika, Sukma Narji, Nailu F, dan semuanya. 12. FK_WAMA (Forum Komunikasi Mahasiswa Magelang). 13. Keluarga besar SMPN 2 Mertoyudan, karena mereka skripsi ini terselesaikan. 14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil dalam penulisan skripsi ini. Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
ix
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Salatiga, 24 Agusutus 2016 Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL HALAMAN LOGO HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
ABSTRAK .....................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
viii
DAFTAR ISI .................................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Fokus Penelitian ........................................................................
6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
7
E. Penegasan Istilah .......................................................................
8
F. Metode Penelitian ......................................................................
9
xi
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .........................................
9
2. Kehadiran Peneliti ..............................................................
10
3. Lokasi Penelitian ................................................................
10
4. Sumber Data .......................................................................
11
5. Prosedur Pengumpulan Data ..............................................
12
6. Analisis Data ......................................................................
15
7. Pengecekan Keabsahan Temuan ........................................
17
8. Tahap-tahap Penelitian ......................................................
17
G. Sistematika Penulisan Skripsi ...................................................
18
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajran ...............................................................................
21
1. Pengertian ............................................................................
21
2. Strategi Pembelajaran ..........................................................
23
3. Media Pembelajaran .............................................................
28
4. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran .........................
31
B. Akhlak ........................................................................................
33
1. Pengertian .............................................................................
33
2. Prinsip Dasar Akhlak ............................................................
35
3. Ruang Lingkup Akhlak ........................................................
40
4. Jenis-Jenis Akhlak ................................................................
43
5. Manfaat Keutamaan Akhlak ................................................
44
6. Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Akhlak ........................
46
C. Kitab Akhlak Lil Baniin .............................................................. xii
49
1. Isi Kitab Akhlak Lil Baniin ...................................................
49
2. Metode Pendidikan Akhlak dalam Kitab Akhlak Lil Baniin
69
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren ...........................................
76
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren ....................................
76
2. Visi dan Misi Pondok Pesantrem ..........................................
77
3. Letak Geografis ......................................................................
77
4. Struktur Kepengurusan ...........................................................
78
5. Sarana dan Prasarana ..............................................................
79
B. Biografi Syaikh Umar bin Achmad Baradja ................................
79
1. Riwayat Hidup ........................................................................
78
2. Riwayat Intelektual .................................................................
80
3. Latar Sosial dan Kultural ........................................................
84
BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin ..................
93
1. Tujuan Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin .....................
93
2. Metode Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin ....................
94
3. Evaluasi Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin ..................
101
B. Hasil Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin ..............................
103
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................
xiii
123
B. Saran .............................................................................................
123
C. Penutup .........................................................................................
124
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
125
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah melanda dunia, di mana nilai-nilai yang selama ini mapan mudah berubah akibat tidak ada batas lagi antar ruang dan waktu, sehingga nilai-nilai tersebut berubah menjadi relatif dan subyektif. Semua berkaitan perilaku, budi pekerti, etika dan moral tidak bisa dikatakan obyektif karena nilai yang dianggap sebagai landasan perilaku itu sendiri mudah berubah. Hal-hal yang belakangan ini muncul seperti batasan antara pornografi dan pornoaksi dengan seni sangat tipis, apakah berpakaian ketat dan minim termasuk pornoaksi atau bagian daripada seni. Ini sangat sulit dibedakan. Oleh karena nilai-nilai tersebut mudah luntur maka dibutuhkan penguatan kembali nilai-nilai yang berdasarkan alQur‟an dan al-Hadis yang disebut akhlak. Akhlak ini merupakan cermin setiap pribadi apakah ia punya rasa malu, muru‟ah, amanah, jujur, adil, lemah-lembut, rasa kasih sayang terhadap sesama, dermawan, ikhlas dalam berbuat, suka menolong, dan sebagainya. (Alwan Khiri, dkk, 2005:2). Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
dan
sejahtera-rusaknya
bangsa. suatu
Sebab bangsa
jatuh-bangunnya, dan
jaya-hancurnya,
masyarakat,
tergantung
kepadabagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik (berakhlak), akan
1
sejahtera lahir batin, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak), maka rusaklah lahir dan batinnya.(Rachmat Djatnika, 1996:11). Dari kenyataan tersebut, ditarik sebuah pemahaman bahwa akhlak manusia adalah sesuatu yang harus diusahakan, diikhtiarkan, dibiasakan dan dilatih terus-menerus. Jika hanya mengandalkan potensi alamiah saja, tidak cukup untuk menjadi seorang yang berakhlak. Tetapi perlu latihan, pembelajaran, penggemblengan dan usaha tanpa henti sehingga seorang terbiasa berakhlak yang baik. Jadi, akhlak itu sendiri bukan perbuatan, melainkan gambaran bagi jiwa yang tersembunyi. Akhlak dapat dikatakan sebagai nafsiah (bersifat kejiwaan) atau maknawiyah (sesuatu yang abstrak), dan bentuknya yang kelihatan kita namakan muamalah (tindakan) atau suluk (perilaku), dengan kata lain akhlaksebagai sumbernya dan perilaku adalah bentuknya. Perlu dijelaskan pula bahwa perbuatan itu memang sering dilakukan secara kebetulan tanpa ada kemauan dan tanpa dikehendaki, atau sesuatu perbuatan yang dilakukan sekali atau beberapa kali saja, begitu pula suatu perbuatan yang dilakukan tanpa ada ikhtiar dan kebebasan, dalam arti dilakukannya perbuatan tersebut dengan terpaksa, maka
perbuatan-perbuatan
seperti
tersebut
di
atas
tidak
dapat
dikatagorikan ke dalam akhlak. Dapat dicontohkan, seorang tidak dikatakan berakhlak dermawan, apabila dalam pemberian harta/uangnya (dalam bersedekah) itu dilakukan
2
hanya sekali dua kali saja atau mungkin dalam pemberian itu karena terpaksa (gengsi, dan sebagainya). Jadi pemberian tersebut mesti tidak dikehendaki, atau mungkin dalam pemberian itu masih memerlukan perhitungan dan pemikiran (masih merasa berat). Padahal faktor kehendak atau kemauan ini memegang peran yang penting, karena dengan kehendak tersebut menunjukkan adanya unsur ikhtiar dan kebebasan, yang karenanya dapatlah disebut dengan akhlak.(Mustofa,1997:16). Usaha dan pembelajaran yang dilakukan secara terus-menerus dinamakan
pendidikan.
Pendidikan
inilah
yang
nantinya
akan
menanamkan nilai-nilai akhlak dalam kehidupannya, sehingga akan membentuk sebuah kepribadian dan perilaku yang berakhlak baik dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan akhlak melalui penanaman nilai bagi peserta didik akan lebih efektif jika peserta didik berada dan berintraksi dalam lingkungan
pendidikan
non-formal
yang
terpantau.
Lingkungan
pendidikan non-formal yang terpantau merupakan lingkungan yang lebih dominan yang akan membentuk akhlak secara alami, karena lingkungan tersebut, dapat berinteraksi, bersikap, dan bertindak sesuai dengan nilai yang dipahami dan tertanam dari diri, lingkungan pondok pesantren sebagai penganti lingkungan keluarga sangatlah efektif bagi pembentukan akhlak, mengingat zaman modern ini yang semakin menghawatirkan, banyak keluarga yang tidak memperhatikan anaknya karena alasan pekerjaan.
3
Pondok
Pesantren
Awwaliyahmerupakan
Darut
lembaga
Tauchid pendidikan
Al
„Alawiyah
non-formal
Al yang
menggunakan sistem asrama. Santri yang menuntut ilmu di sana disediakan asrama, walaupun ada sebagian santri yang tinggal di luar asrama dengan alasan dekat dengan tempat tinggal. Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyahsecara teoritis memberikan lingkungan yang efektif bagi para santri, selain masih tetap eksis menggunakan metode khalaf yang mana dengan dibuktikan adanya penggunaan kurikulum madrasah diniyah serta diperbolehkanya santri mengenyam pendidikan formal lain diluar Pesantren akan tetapi tidak meningalkan metode salaf yakni dengan adanya metode pengajian sorogan dan bandongan di dalamnya. Lingkungan Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah merupakan lingkungan yang sangat mendukung untuk pembentukan akhlak para santri sehingga akan menjadi manusia yang berakhlakul karimah bisa sebagai teladan ketika berada di masyarakat. Baik tutur katanya, maupun tingkah lakunya. Salah satu bentuk Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah dalam menggembleng akhlak santrinya yaitu dengan pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin. Dengan adanya pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin ini Pondok Pesantren berharap dan mengupayakan agar semua santri memiliki akhlak mulia, yang mana semua santri ini datang dari latar belakang berbeda-beda antara santri satu dengan yang lain baik dalam hal komunikasi, tingkah
4
laku, serta sikap dalam pergaulan sehari-hari. Juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak santri di antaranya adalah: santri berasal dari keluarga, desa, kota, provinsi, bahkan pulau yang berbeda dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, adat istiadat, dan lingkungan yang berbeda. Ada santri yang sopan santun ketika diajak bicara ada pula santri yang terkesan menghiraukan ketika diajak bicara. Ada santri yang mendengarkan dengan tekun dan penuh sopan ketika pembelajaran sedang berlangsung ada pula yang asyik berbicara dengan teman sebelahnya. Oleh karena itu, bisakah para santri menerapkan akhlak dalam kesehariannya seperti dalampembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin. Dari pernyataan di atas jelas bahwa ada ketidaksamaan antara akhlak santri satu dengan santri yang lainnya, ada santri yang berakhlak dan ada santri yang kurang berakhlak. Dengan adanya pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniinapakah akan merubah perilaku atau akhlak santri dalam bertutur kata dan tingkah laku dalam keseharian. Akhlak dalam kitab Akhlak Lil Baniinakan dijelaskan pada skripsi ini. Pembelajarankitab Akhlak Lil Baniindi Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah diselenggarakan pada malam Kamis dan Sabtu pada pukul 20.00-21.00 WIB. Kitab Akhlak Lil Baniinmerupakan salah satu pelajaran yang ditetapkanoleh Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah. Di samping mata pelajaran lain yang telah ditetepkan dalam pesantren yaitu antra lain: Nahwu,Shorof, Taqrib, Al-Mutammimah, dll.
5
Dari pernyataan di atas, menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian tentang PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI PONDOK PESANTREN
DARUT
TAUCHID
AL
„ALAWIYAH
AL
AWWALIYAH KORIPAN TEGALREJO. Semoga penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan yang menjadi pusat penelitian, agar penelitian ini tidak melebar dan terlalu luas. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah? 2. Bagaimana akhlak peserta didik Pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyahsetelah mengikuti pembelajaran akhlak menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah.
6
2.
Untuk mengetahui akhlak peserta didik Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah setelah mengikuti pembelajaran akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif untuk semua kalangan masyarakat, baik manfaat secara teoritis maupun secara praktis. 1. Secara teoritis Secara teori, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi cabang ilmu pendidikan khususnya mengenai pendidikan keagamaan dan sosial di Panti Asuhan, serta dapat memperkaya kepustakaan. 2. Secara praktis a. Agar dapat memberikan kontribusi positif terhadap lembaga lembaga pendidikan Islam; b. Agar dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam melaksanakan program pendidikan akhlak bagi peserta didik; c. Memperkaya khasanah keilmuan, pengetahuan, dan pemahaman nilai-nilai pendidikan akhlak; d. Menjadi bekal bagi para calon guru agar dapat melaksanakan kegiatan pendidikan dengan akhlak secara baik dan benar; dan e. Menambah kepustakaan dalam dunia pendidikan, khususnya di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Salatiga.
7
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan maksud yang terkandung dalam istilah-istilah pada judul skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah pokok dalam skripsi sebagai berikut: 1. Pembelajaran Pembelajaran adalah sesuatu proses yang kompleks yang didalamnya melibatkan berbagai unsur yang dinamis. (Aunurrahman, 2009:143). Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai interaksi antara ustadz (pengajar) dan santri (pembelajar), yaitu membicarakan suatu materi atau melakukan suatu aktifitas guna mencapai tujuan yang diinginkan. Pembelajaran merupakan suatu proses, cara, dan menjadikan makhluq hidup belajar. Sedangkan belajar adalah usaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkahlaku, atau tanggapan yang disebabkan oleh pengamalan. 2. Akhlak Secara etimologi (lughatan) akhlak (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berarti dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (penciptaan), makhluq (yang diciptakan) dan khalaq (penciptaan).
8
Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (Tuhan) dengan prilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki manakala tindakan atau prilaku tersebut didasarkan kepada kehendak kholiq (Tuhan). (Yunahar Ilyas, 1999:1). 3. Kitab Akhlak Lil Baniin Kitab Akhlak Lil Baniin adalah karya Syaikh Umar bin Achmad Baradja, yang terdiri dari empat juz. Diterbitkan oleh Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan Waauladuha di kota Surabaya Indonesia. Kitab ini ditulis untuk semua peserta didik Islam di Indonesia. Isi kitab ini sangatlah komprehensif dalam konteks keseluruhan kehidupan insan, adanya pelajaran tentang pendidikan akhlak, baik melalui jalur komunikasi vertikal maupun horizontal. F. Metode Penelitian Dalam penulisan metode skripsi ini, penulis mengunakan beberapa metode penelitian, baik untuk memperoleh data maupun untuk menganalisis data-data yang ada, antara lain: 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan Metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada
9
hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial. Menurut Lexy Moleong dalam bukunya Metodologi Kualitatif (2002) pendekatan kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dialami”. 2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperan
serta,
sebab
peranan
penelitilah
yang
menentukan keseluruhan skenarionya. (Lexy Moleong, 2002 : 117). Untuk itu, dalam hal ini peneliti adalah sebagai instrumen kunci, partisipasi penuh sekaligus pengumpul data. Sedangkan instrumen yang lain, seperti catatan dokumen dan foto adalah sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah, karena dilandaskan beberapa pertimbangan, antara lain ; a) Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah yang masih tetap eksis dengan menggunakan metode khalaf ini dibuktikan dengan adanya penggunaan kurikulum madrasah diniyah dengan tidak meninggalkan metode salaf yakni dengan adanya metode pengajian sorogan dan bandongan di dalamnya.
10
b) Adanya pembelajaran akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin karangan ulama asli Indonesia sehingga dapat dikatakan materi yang ada di dalam kitab tersebut merupakan materi akhlak yang bersifat budaya Indonesia. c) Keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya dilihat dari keaktifan peserta didik dalam mengikuti pelajaran di kelas dan keaktifan mengikuti kegiatan lain, tapi harus dilihat juga dari meningkatnya pengendalian diri pada santri dalam kehidupan sehari-hari. 4. Sumber data
Sumber data yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: a. Sumber data primer. Sumber data primer adalah Sumber data yang langsung memberikan informasi kepada pengumpul data (peneliti). Dalam penelitian ini sebagai sumber primernya adalah kata-kata dan tindakan dari sumber informan atau sebjek penelitian di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah dengan segala
fasilitasnya
di
antaranya
Pengasuh
beserta
kepengurusannya, ustadz dan santri (peserta didik) Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah. b. Sumber data sekunder.
11
Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber data primer (peneliti). Adapun sumber data sekunder dalam penyusunan skripsi ini adalah dokumentasi diantaranya: sumber data tertulis, foto, inventaris serta data-data yang lainnya yang diperlukan. 5. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data secara serempak. (Sugiyono, 2006 : 241). Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di mengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan di samping itu untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek). a) Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud
digunakannya
wawancara
antara
lain adalah
(a)
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain, (b)
12
mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian yang dialami masa lalu. Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul secara maksimal. Dan kemudian hasil wawancara di catat dalam bentuk transkrip wawancara. Sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive Sampling
yaitu
pengambilan
sampel
bertujuan,
sehingga
memenuhi kepentingan peneliti. Adapun jumlah informan sebagai subjek peneliti yang diambil terdiri dari: 1). Pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah; 2).Ustadz yang mengajar kitab Akhlak Lil Baniin; 3). Santri/Peserta didik yang mengikuti pengajian kitab Akhlak Lil Baniin. b) Teknik Observasi. Dalam penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan menurut tiga cara. Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian.
13
Dalam penelitian ini digunakan teknik observasi yang pertama di mana pengamat bertindak sebagai partisipan. Kemudian hasil observasi dicatat dalam bentuk transkrip observasi. (Lexy Moloeng, 2002 : 135). Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana letak geografis Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyahdan kegiatan pembelajaran akhlak di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah. c) Teknik Dokumentasi. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Rekaman sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenihi accounting. Sedangkan dokumen digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 1998 : 229-236). Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data mengenai sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah, struktur organisasi Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah, jumlah
14
santri/peserta didik dan ustadz Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyahserta keadaan sarana prasarana. Dalam penelitian ini digunakan dokumen berupa catatan khusus (hasil wawancara), foto-foto dan kemudian hasil dokumen di catat dalam bentuk transkrip dokumentasi. 6. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah pengelolahan dan analisa data. Yang dimaksud dengan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau orang lain. Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam analisis data dilakukan secara terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian yang di lakukan dengan menggunakan salah satu model milik Spradley, yaitu melalui teknik analisa domain.(Jonathan Sarwono, 2006 : 240). Kemudian di proses dengan menggunakan model milik Miles & Huberman, yaitu: reduction, display dan conclusion.(Sugiyono, 2006 : 247). a) Proses reduction
15
Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question, yakni pertama dengan memilih situasi sosial (place, actor, activity). Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seseorang informan “key informant” yaitu Pengasuh, Ustadz akhlak dan beberapa santri/peserta didik Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyahyang merupakan informan dapat dipercaya dan mampu “membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Karena data yang di peroleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan rinci. Seperti di kemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data semakin banyak, komplek dan rumit. Sehingga dilakukan analisis data dengan mereduksi data yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Setelah itu perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara. Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti melakukan analisis domain.
16
b) Proses display Proses display adalah proses penyajian data. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan teks yang bersifat naratif yang merupakan hasil dari pencarian domaian pada proses awal yang datanya akan selalu dan terus menerus di uji melalui wawancara, observasi dan dokumentasi terfokus sehingga akan menjadi teori yang grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terusmenerus. c) Proses conclusion Proses conclusion adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Setelah data yang terkumpul sudah dapat di display dan telah di dukung oleh data-data yang mantap, melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang terseleksi maka dapat di sajikan kesimpulan yang kredibel. 7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaruhi dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Derajat kepercayaan
keabsahan
data
(kredebilitas)
dapat
diadakan
pengecekkan dengan teknik pengamatan yang tekun, dan tringulasi.
17
Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. 8. Tahapan-tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah (1) tahap pra lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menyangkut persoalan etika penelitian; (2) tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data, (3) tahap analisis data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4) tahap penulisan hasil laporan penelitian. G. Sistematika Penulisan Skripsi Agar terdapat kejelasan secara garis besar dan mudah dimengerti, maka dalam pembahasannya secara berurutan penulis membagi dalam lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian pustaka, Bab III Paparan data dan hasil temuan penelitian, Bab IV Pembahasan, Bab V Penutup. BAB I
: Pendahuluan
18
Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. BAB II
: Landasan Teori Dalam bab ini dijelaskan mengenai telaah pustaka dan kerangka teoritik yang membahas tentang pembelajaran, meliputi:
pembelajaran
akhlak,
strategi
dalam
pembelajaran akhlak dan media yang digunakan dalam pembelajaran akhlak; Tinjauan tentang akhlak meliputi definisi, prinsip dasar akhlak, jenis dan dasar akhlak, manfaat
akhlak
serta
pentingnya
akhlak
dalam
perkembangan muslim; Kitab Akhlak Lil Baniin. BAB III
: Gambaran umum Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyahdan Biografi Syaikh Umar Bin Achmad Baradja. Gambaran umum berisi tentang sejarah singkat, letak geografis, visi-misi, sarana dan prasarana, serta biografi Syaikh Umar bin Achmad Baradja, yang meliputi karangan beliau, guru-guru beliau, dan pemikiran beliau dalam kitab Akhlak Lil Baniin.
BAB IV
: Analisi Data 19
Dalam bab ini tujuan diberlakukannya pembelajaran akhlak dengan kitab Akhlak Lil Baniin, strategi yang digunakan
serta
perubahan
yang
terjadi
pada
santri/peserta didik setelah mengikuti pembelajaran akhlak tersebut, definisi akhlak hubungan dengan metode pendidkan jiwa. BAB V
: Penutup Dalam
bab
ini
dijelaskan
mengenai
penelitian dan saran dalam penulisan skripsi. Bagian akhir dari skripsi ini berisi lampiran-lampiran.
20
kesimpulan
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran 1. Pengertian pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. ( UndangUndang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang pendidikan, 2006 : 7 ). Pembelajaran diartikan sebagai acara dari peristiwa eksternal yang dirancang oleh pendidik guna mendukung terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik. ( Abdurrahman Saleh, 2006 : 217 ). Sedang menurut Djasuri, “pembelajaran adalah metode atau cara yang digunakan untuk mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran. Dalam interaksi ini pendidik berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan peserta didik berperan berperan sebagai penerima atau yang dibimbing.” (Djasuri, 1999 : 122) Pembelajaran adalah cara-cara pendekatan yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran di sebuah lembaga pendidikan agar tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal. Kegiatan pembelajaran lebih menekankan kepada semua peristiwa yang dapat berpengaruh secara langsung kepada efektivitas belajar peserta didik, dengan kata lain pembelajaran adalah upaya pendidik agar terjadi
21
peristiwa belajar yang dilakukan oleh peserta didik. ( Mahmud, MM, 2006 : 31 ) Pembelajaran
ialah
suatu
kegiatan
yang
menyangkut
pembinaan anak didik mengenai segi kognitif dan psikomotor sematamata, yaitu supaya anak didik lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berfikir kritis, sistematis dan objektif serta terampil dalam mengerjakan sesuatu, misalnya terampil menulis, membaca, lari cepat, loncat tinggi, berenang, membuat pesawat radio dan sebagainya. ( Ahmad Tafsir, 1996 : 7 ) Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: Pembelajaran adalah proses yang berfungsi membimbing peserta
didik
di
dalam
kehidupan,
yakni
membimbing
mengembangkan diri sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang mencakup kebutuhan hidup baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan metode pembelajaran akhlak ialah: suatu cara untuk menyampaikan materi pendidikan akhlak dari seorang pendidik kepada peserta didik dengan memilih satu atau beberapa metode mengajar sesuai dengan topik pokok bahasan. Dalam interaksi ini pendidik berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan peserta didik berperan sebagai penerima atau yang
22
dibimbing. Oleh Karena itu metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar. 2. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan pendidikpeserta didik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran. Pengertian strategi dalam hal ini menunjukkan pada karakteristik abstrak perbuatan pendidik peserta didik dala peristiwa belajar aktual tertentu. (Basyirudin Usman, 2002 : 22 ). Strategi
pembelajaran
adalah
rencana
dan
cara-cara
membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Strategi pembelajaran tidak sama dengan metode pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan rencana kegiatan untuk mencapai tujuan, sedangkan metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Dilihat dari kegiatan pengolahan pesan atau materi, maka strategi pembelajaran dapat dibedakan dalam dua jenis: 1. Strategi pembelajaran ekspositori di mana pendidik mengolah secara tuntas pesan/materi sebelum disampaiakan di kelas sehingga peserta didik tinggal menerima saja. 2. Strategi pembelajaran kuriorstik, dimana peserta didik mengolah sendiri pesan/materi dengan pengarahan dari pendidik.( W.Gulo, 2002 : 11 ).
23
Untuk
melaksanakan
stategi
tertentu
diperlukan
seperangkat metode pembelajaran. Suatu program pembelajaran yang diselenggarakan oleh pendidik dalam setiap kali tatap muka, bisa dilaksanakandengan berbagai metode. Metode pembelajaran ialah alat yang merupakan perangkat atau bagian dari strategi suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran juga merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan. Adapun pengertian metode pembelajaran disini adalah caracara
yang
ditempuh
atau
dipergunakan
dalam
upaya
menyampaikan materi kepada objeknya yaitu anak didik didik berdasarkan ketentuan dan petunjuk yang berlaku.( Abdul Majid, 2007 : 36 ). Dengan pembelajaran
pengertian menjadi
yang
salah
demikian,
satu
unsur
maka
metode
dalam
strategi
pembelajaran. Unsur lain seperti sumber belajar, kemampuan yang dimiliki oleh pendidik dan peserta didik, media pendidikan, materi pembelajaran, organisasi kelas, waktu yang tersedia dan kondisi kelas dan lingkungannya merupakan unsur-unsur yang mendukung strategi pembelajaran. Sebelum menjelaskan macam-macam metode pembelajaran akhlak, terlebih dahulu dijelaskan tentang pendekatan dalam
24
pembelajaran akhlak, karena metode lahir untuk merealisasikan pendekatan. Macam pendekatan ada empat, yaitu: a. Pendekatan Religius, bahwa manusia diciptakan memiliki potensi dasar (fithrah) atau bakat agama. b. Pendekatan Filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional atau
berakal
fikiran
untuk
mengembangkan
diri
dan
kehidupannya. c. Pendekatan Rasio-Kultural, bahwa manusia adalah makhluk bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga latar belakangnya mempengaruhi proses pendidikan. d. Pendekatan scientific, bahwa manusia memiliki kemampuan kognitif, dan afektif harus di tumbuh kembangkan.( Armai Arief, 2002 : 41 ). Dibawah ini akan dijelaskan beberapa metode pembelajaran yang dikenal secara umum antara lain adalah: 1) Metode Ceramah Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran secara lisan. 2) Metode Diskusi Ialah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan obyektif.
25
3) Metode Tanya Jawab Ialah
penyampaian
pesan
pengajaran
dengan
cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan peserta didik memberikan jawaban, atau sebaliknya peserta didik diberi kesempatan bertanya dan pendidik menjawab pertanyaan. 4) Metode Demonstrasi dan Eksperimen Metode demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan seorang pendidik atau orang lain dengan sengaja diminta atau peserta didik sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Metode eksperimen adalah cara pengajaran dimana pendidik dan peserta didik bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui atau akibat dari suatu aksi. 5) Metode Resitasi Metode resitasi biasa disebut metode pekerjaan rumah, karena peserta didik diberikan tugas-tugas khusus di luar jam pelajaran. 6) Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok adalah suatu kesatuan yang dapat dikelompokkan sesuai dengan kemampuan dan minatnya untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan sistem gotong royong. 7) Metode Drill
26
Metode drill atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang telah dipelajari. ( Basyirudin Usman, 2002 : 49-50 ). Selain itu ada beberapa metode pembelajaran pesantren yang menjadi ciri khas pesantren, yaitu: Pertama, Sorogan; adalah sistem pengajaran dengan pola sorogan dilaksanak didikan dengan jalan santri yang biasa pandai menyorog-kan sebuah kitab kepada kiai atau ustadz. Dalam sistem ini, seorang santri/peserta didik harus betul-betul menguasai ilmu yang dipelajarinya sebelum mereka dinyatakan lulus, karena sistem ini dipantau langsung oleh kyai/ustadz. Dalam perkembangan selanjutnya sistem ini jarang dipraktekkan dan ditemui karena memakan waktu yang lama. Kedua, Wetonan; sistem pengajaran dengan jalan wetonan ini dilaksanakan dengan jalan kyai/ustadz membaca suatu kitab dalam waktu tertentu dan santri dengan membaca kitab yang sama mendengarkan dan menyimak bacaan kyai/ustadz. ( Binti Maunah, 2009 : 29 – 30 ). Ketiga, musyawarah; metode ini merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh kyai atau ustadz untuk 27
membahas atau mengkaji materi atau persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, santri bebas untuk mengajukan pertanyaan ataupun pendapat. Keempat, hafalan; metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan seorang kyai atau ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian dilafalkan di hadapan ustad secara periode atau tergantung kepada petunjuk pendidiknya tersebut. Kelima,
demonstrasi/praktek
ibadah;
ialah
cara
pembelajaran yang dilakukan dengan cara memperagakan suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok di bawah petunjuk atau bimbingan ustadz. Keenam,
rihlah
ilmiah/study
tour;
ialah
kegiatan
pembelajaran yang diselenggarakan melalui kegiatan kunjungan (perjalanan) menuju ke suatu tempat tertentu sengan tujuan untuk mencari ilmu. Ketujuh, muzakarah ialah metode yang sama dengan metode musyawarah. ( Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007 : 455 – 466).
28
3. Media Pembelajaran. Yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah alat perlengkapan mengajar untuk melengkapi pengalaman belajar bagi pendidik. ( Djasuri,1999 : 130 ). Adapun tujuan dan fungsi media pembelajaran adalah: a. Pengajaran akan lebih menarik peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, dapat lebih dipahami oleh peserta didik, dan memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pelajaran dengan lebih baik. c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata berbentuk komunikasi verbal melalui lisan pendidik. d.
Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan
belajar karena peserta didik tidak sekedar mendengarkan uraian pendidik,
tetapi
juga
mengamati,
melakukan
dan
mendemonstrasikan bahan-bahan pelajaran yang sedang dihadapi. Ada beberapa media pembelajaran yang dapat membantu pencapaian pengajaran akhlak, antara lain: a. Melalui bahan bacaan atau bahan cetak Melalui bahan ini peserta didik akan memperoleh pengalaman dengan membaca, belajar melalui simbol-simbol
29
dan
pengertian-pengertian
dengan
menggunakan
indra
penglihatan. Yang termasuk media ini buku teks akhlak, buku teks agama pelengkap, bahan bacaan umum seperti, majalah, koran dan sebagainya. b. Melalui alat-alat audio visual (AVA) Melalui media ini peserta didik akan memperoleh pengalaman secara langsung dan mendekati kenyataan, misalnya dengan alat-alat dua dan tiga dimensi, maupun dengan alat-alat teknologi modern seperti televisi, radio, internet dan sebagainya. Ini semua untuk mempercepat sasaran yang ingin dicapai. c. Melalui contoh-contoh kelakuan Melalui
profil
pendidik
yang
baik,
dalam
menyampaikan bahan pengajaran diharapkan peserta didik bisa meniru tingkah laku pendidik, misalnya mimik, berbagai gerakan badan dan anggota badan, dramatisasi, suara dan prilaku sehari-hari. Melalui contoh-contoh ini pendidik dapat mengajarkan bagaiman sifat-sifat terpuji yang diperankan tokoh-tokoh, yang menjadi panutan. Misalnya bagaimana bicara yang baik, bergaul dengan teman, dan sifat-sifat terpuji lainnya.
30
d. Melalui media masyarakat dan alam sekitar Untuk memperoleh suatu pemahaman dan pengalaman yang komprehensif, pendidik dapat membawa anak didik ke luar kelas untuk memperoleh pengalaman langsung dan masyarakat maupun alam sekitar. Bentuk-bentuk media yang dimaksudkan, di antaranya: 1) Peninggalan dan pengalaman kegiatan masyarakat 2) Berbagai objek/tempat peninggalan sejarah, sepertinya para wali, bekas-bekas kerajaan Islam dan museum. 3) Berbagai dokumentasi sejarah keagamaan. 4) Kegiatan keagamaan, perayaan hari-hari besar keagamaan dan sebagainya. e. Dari kenyataan alam Yaitu melibatkan peserta didik pada kegiatan darma wisata, berkemah, menikmati keindahan alam dan membawa peserta didik ke planetarium untuk melihat gambaran penataan alam semesta. f. Dari contoh kelakuan masyarakat Peserta didik dapat diajak berkunjung ke tokoh-tokoh ulama masyarakat agama yang homogen dan lembaga-lembaga pendidikan Islam.
31
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pembelajaran Dalam
pembelajaran
banyak
sekali
faktor
yang
mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi pembelajaran, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu 1. Faktor-faktor Stimuli Yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. meliputi: panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, beratringannya tugas, suasana lingkungan eksternal. 2. Faktor-Faktor Metode Belajar Metode
mengajar
yang dipakai
oleh
pendidik
sangat
mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh peserta didik. Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh pendidik menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses pembelajaran. Meliputi: kegiatan praktek, drill, resitasi selama pembelajaran, pengenalan tentang hasil belajar, bimbingan,dan kondisi. 3. Faktor-Faktor Individual Meliputi: kematangan, faktor usia, perbedaan jenis kelamin, pengalaman, kapasitas mental, kesehatan jasmani, rohani serta motivasi. (Wasty Soemanto, 1990 : 107 – 115 ).
32
B. Akhlak 1. Pengertian Akhlak Dalam bahasa Indonesia, أخالقdapat diartikan dengan akhlak, moral, etika, watak, budi pekerti, tingkah laku, perangai, kesusilaan. (R. Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap, 1982 ; 12 ). Pengertian akhlak secara etimologi bisa digunakan untuk mengartikan akhlak secara umum, namun akan menimbulkan anggapan bahwa segala sesuatu perbuatan yang sudah dibiasakan dalam masyarakat, baik itu berupa nilai-nilai budaya, adat kebiasaan dan hasil pemikiran manusia akan disebut juga sebagai akhlak. Anggapan ini tidak sepenuhnya tepat, sebab akhlak bersumber pada agama, sedangkan moral, etika (watak, kesusilaan) dan adat kebiasaan berasal dari pemikiran manusia yang tidak terlepas dari pengaruh hawa nafsu. ( Hamzah Ya‟cub, 1988 ; 11). Secara terminologi kata akhlak memiliki banyak definisi. Para tokoh pendidikan dan ulama pun tidak ketinggalan memberikan pemaparannya, di antaranya Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. ( Mansur, 2005 : 226 ) Ali Abdul Halim Mahmud mengatakan bahwa definisi akhlak adalah :“sebuah sistem yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal
33
atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membuat kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berprilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.” ( Ali Abdul Halim Mahmud, 2004 : 26 – 27 ) Menurut Ibn Miskawaih akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.” ( Abudin Nata, 1996 : 1 ) Menurut Ahmad Amin akhlak adalah “kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurut beliau lagi kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempuyai
kekuatan,
dan
gabungan
dari
dua
kekuatan
ini
menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama akhlak.” ( Zahruddin, AR, 2004 : 4-5 ) Ada orang yang berpendapat bahwa etika sama dengan akhlak. Persamaan itu memang ada, karena keduanya membahas masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam falsafah manusia adalah mendapatkan sesuatu yang ideal bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah yang baik dan buruk
34
sejauh yang dapat diketahui oleh akal fikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan di dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran yang berlainan dan sifatnya relatif. Setiap golongan mempunyai konsepsi sendiri-sendiri. ( Mustofa, 1995 : 15 ) Dengan demikian akhlak adalah tingkah laku yang muncul dari dorongan dalam jiwa. Jika tingkah laku itu baik dan sudah menjadi kebiasaannya disebut akhlaknya baik. Begitu pula sebaliknya perbuatan seseorang adalah cerminan dari akhlaknya bukan dari akhlaknya sendiri. Dari beberapa pengertian akhlak di atas, dapatlah dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa difikirkan dan diangan-angan lagi. 2. Prinsip Dasar Akhlak a. Prinsip Dasar Akhlak dalam Islam Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu bisa berbeda-
35
beda.(DR. Marjuki, 2009; 34). Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik. Semua umat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (alQur‟an dan Sunnah) sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari Allah SWT, dan Rasulullah SAW. Keduanya hingga sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi yang memang dalam perkembangannya banyak ditemukan hadis-hadis yang tidak benar (dha‟if/palsu). Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia. Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifatsifat syirik, kufur, nifaq, ujub, takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan memberikan nilai yang berbeda-beda. Namun demikian, Islam tidak menafikan adanya standar lain selain al-Qur‟an dan Sunnah untuk menentukan baik dan buruknya akhlak manusia. Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan buruk adalah akal dan nurani manusia serta pandangan umum masyarakat.Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah lain. Karena misi Nabi Muhammad
36
diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Manusia dengan hati nuraninya dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.” (QS. al-A‟raf: 72). Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada Moral Force. Moral Force Akhlak Islam adalah terletak pada iman sebagai Internal Power yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret. Dalam hubungan ini Rosulullah Saw, bersabda:
َّ وَإِن،ِسهِ الخُلُك ْ ُيءٍ يُوضَعُ فِي المِيزَانِ أَ ْثمَلُ ِمهْ ح ْ ش َ ْمَا ِمه ِحبِ الصَّ ْومِ وَالصَّلَاة ِ سهِ الخُلُكِ لَيَبْلُغُ بِهِ َدرَجَتَ صَا ْ ُحبَ ح ِ صَا “Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada akhlak yang mulia, dan 37
sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat.”(Sunan Tirmidzi: Sahih) Selain itu yang menjadi dasar pijakan Akhlak adalah Iman, Islam, dan Islam. Al-Qur‟an menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki akhlak yang mulia yang diandaikan seperti pohon iman yang indah hal ini dapat dilihat pada surat Ibrahim ayat 24, yang berbunyi:
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki”. (www.quran_word.com) Dari ayat diatas dapat kita ambil contoh bahwa ciri khas orang yang beriman adalah indah perangainya dan santun tutur katanya, tegar dan teguh pendirian (tidak terombang ambing), mengayomi atau melindungi sesama, mengerjakan buah amal yang dapat dinikmati oleh lingkungan. Namun disisi lain, sebenarnya masih banyak teori-teori
38
yang berbicara mengenai dasar-dasar akhlak dengan menafikan pemikiran Islam, seperti relativisme akhlak. Yang mana berkat pembuktian realisme, maka kemutlakan akhlak adalah pendapat yang sahih dan relativisme akhlak tidak dapat diterima.(Mujtaba Misbah, 2008; 102) Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa, kita akan memanen apa yang kita tanam. Dari ungkapan tersebut dapat kita tarik benang merah, bahwasannya apa yang kita lakukan tidak ada hubungannya dengan sesuatu diluar diri kta, karena hubungan perbuatan kita berhubungan langsung dengan Tuhan. Tanpa ada pihak ke-3. Oleh karena itulah dasar ahklak memerlukan disipln moral. Kant, filosof Jerman berpendapat bahwa rasio spekulatif, yaitu agen didalam mekanisme tidak bernilai tinggi; namun rasio praktis, yaitu agen dari pelaksanaan hal-hal praktis, yang juga dimaknai sebagai “kesadaran akhlak” memiliki kegunaan yang pasti dan printahprintahnya bersifat mengikat.(Syekh Z A Qurbani Lahiji, 2001; 38) Dan hal ini sering di maknai sebagai kesadaran akhlak. b. Landasaan Dasar Yuridis Dalam pendidikan di Indonesia, akhlak juga merupakan suatu tujuan yang harus diwujudkan, hal ini berdasarkan dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang negara, diantaranya; 1) Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen)
39
a) Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” b) Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilainilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.” 2) Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003. a) Pasal
3
menyebutkan,
“Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa
mencerdaskan
yang
kehidupan
bermartabat bangsa,
dalam
rangka
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” 3. Ruang Lingkup Akhlak Pada dasarnya ruang lingkup akhlak dalam Islam meliputi tiga aspek, yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama, dan
40
akhlak terhadap lingkungan. ( Uus Ruswandi, 2004 : 309 ). Untuk lebih jelasnya Qurais Shihab memberikan penjelasan ketiga aspek tersebut. ( Qurais Shihab : 1996 : 261 ). a. Akhlak Terhadap Allah Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai Khaliknya. Dalam hal ini, banyak cara yang dapat dilakukan manusia dalam berprilaku kepada Allah sebagai Rabbnya. Akhlak tersebut, di antaranya tidak menyekutukan-Nya (Q.S. 4:116), mensyukuri nikmat-Nya (Q.S. 2:152), selalu berdo‟a kepada-Nya (Q.S. 40:60), beribadah (Q.S. 51:56), meniru sifatsifat nabi dan selalu berusaha mencari keridlaan-Nya (Q.S. 48:29), selalu memuji-Nya (Q.S. 27:93), bertawakkal kepada-Nya (Q.S. 3:159). b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia Akhlak
terhadap
sesama
manusia
pada
prinsipnya
merupakan implikasi dari tumbuh dan berkembangnya iman seseorang. Salah satu indikator kuatnya iman seseorang nampak dalam prilakunya terhadap orang lain. Dengan kata lain mereka senantiasa memperlakukan sesama manusia sama. Ada beberap cara yang dapat dilakukan manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain dalam bentuk prilaku yang baik. 41
Ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur‟an dan al-Sunnah banyak mengungkap tentang hubungan manusia dengan manusia, misalnya: mengucapkan sesuatu yang baik (Q.S. 24:58), senantiasa mengucapkan yang benar (Q.S. 33:70), jangan mengucikan seseorang, berprasangka buruk, menceritakan keburukan orang dan memanggil seseorang dengan panggilan yang buruk (Q.S. 49:1112). Di samping itu, masih banyak ayat-ayat al-Qur‟an yang mengungkap prilaku manusia, baik terhadap orang tua ataupun lainnya. c. Akhlak Terhadap Lingkungan Manusia diberi wewenang dan tanggung jawab untuk mengelola isi dunia demi kemakmuran dirinya, sebagai anugrah dari Allah SWT yang harus dijaga dan dipelihara kelestariannya. Demi terciptanya keserasian yang harmonis dan keseimbangan yang ekolog. Akhlak manusia seperti yang telah dikemukakan di atas, mecerminkan bahwa mereka tidak mau merusak lingkungan yang telah dianugrahkan oleh Allah kepadanya. oleh sebab itu, pantas Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang suka berbuta kerusakan di muka bumi ini (Q.S. 28:77). 4. Jenis-Jenis akhlak
42
Sesuai dengan ajaran agama tentang adanya perbedaan manusia dalam segala seginya, ada dua jenis akhlak, yaitu: a. Akhlak Dhalury Yaitu akhlak yang asli, otomatis yang merupakan pemberian Allah SWT secara langsung, tanpa memerlukan latihan, kebiasaan dan pendidikan. Akhlak ini hanya dimiliki oleh manusiamanusia pilihan Allah, keadaannya terpelihara dari perbuatanperbuatan maksiat dan selalu terjaga dari larangan Allah, yaitu para Nabi dan Rasul-Nya. Dan tidak tertutup kemungkinan bagi orang mukmin yang shaleh mereka sejak lahir sudah berakhlak mulia dan berbudi luhur. b. Akhlak Muktasabah Yaitu akhlak atau budi pekerti yang harus dicari dengan cara melatih dan membiasakan kebiasaan yang baik serta cara berfikir yang tepat. Tanpa dilatih, dididik dan dibiasakan akhlak ini tidak akan terwujud. Akhlak ini yang dimiliki oleh sebagian besar manusia.usaha mendidik dan membiasakan kebajikan sangat dianjurkan, bahkan diperintahkan dalam agama, walaupun mungkin tadinya kurang rasa tertarik, tetapi apabila terus menerus dibiasakan, maka kebiasaan ini akan mempengaruhi sikap batinnya juga.( Djasuri, 1999 : 112-113 ) 5. Manfaat Keutamaan Akhlak 43
Orang yang berakhlak karena ketaqwaan kepada Tuhan sematamata, maka dapat menghasilkan kebahagiaan, antara lain: a. Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat. b. Akan disenangi dalam pergaulan. c. Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan sebagian makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. d. Orang yang bertaqwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan yang baik. e. Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan kesukaran. ( Mustofa, 1995 : 26 ) Dalam Islam akhlak sangat penting bagi manusia, bahkan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kepentingan akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia itu sendiri dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat bahkan dalam kehidupan bernegara. Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk yang lain, sebab seandainya manusia tanpa akhlak, maka hilang derajat kemanusiaannya. Hamzah Ya‟qub mengatakan bahwa manfaat keutamaan akhlak adalah sebagai berikut: a. Memperoleh kemajuan rohani 44
Tujuan ilmu pengetahuan ialah meningkatkan kemajuan manusia di bidang rohani atau bidang mental spiritual. Antara orang yang berilmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya dengan orang yang tidak berilmu pengetahuan. Orang yang berilmu, praktis memiliki keutamaan dengan derajat yang tinggi. b. Sebagai penuntun kebaikan Rasulullah sebagai teladan yang utama, karena beliau mengetahui akhlak mulia yang menjdai penuntun kebaikan manusia. Sekaligus beliau menjadi panutan bagi umat manusia semuanya. c. Memperoleh kesempurnaan iman Iman yang sempurna akan melahirkan kesempurnaan akhlak. Untuk menyempurnakan iman, haruslah menyempurnakan akhlak dengan mempelajari ilmunya. d. Memperoleh kesempurnaan di hari akhir. Orang-orang yang berakhlak luhur, akan menempuh kedudukan yang terhormat di hari akhir. sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang artinya: “Tiada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari kiamat dari akhlak mulia. Dan sesungguhnya dengan akhlak mulia derajat seseorang menyamai orang-orang yang melaksanak didikan ibadah puasa dan shalat”. (H.R. Turmudzi) e. Memperoleh keharmonisan rumah tangga (keluarga)
45
Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan keluarga sejahtera. Keluarga yang tidak dibina dengan akhlak yang baik, tidak akan bahagia, sekalipun kekayaan materinya yang berlimpah ruah. Akhlak yang luhur akan mengharmoniskan rumah tangga, menjalin cinta dan kasih sayang semua pihak. Segala tantangan dan badai rumah tangga yang sewaktu-waktu datang melanda, dapat dihadapi dengan rumus-rumus akhlak. Tegasnya bahagialah rumah tangga yang dirangkai dengan keindahan akhlak. ( Djasuri, 1999 : 114-116 ). 6. Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Akhlak Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, pada dasarnya merupakan akibat adanyas pengaruh dari dalam diri manusia (insting) dan motivasi yang disuplai dari luar dirinya seperti milieu, pendidikan dan aspek Wiratsah. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak dan memotivasinya adalah: a) Insting Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para psikolog menjelaskan bahwa insting (naluri) berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku, antara lain seperti: naluri makan, naluri berjodoh, naluri keibubapakan, naluri berjuangan, naluri bertuhanan dan lainlain. 46
Segenap naluri insting manusia itu merupakan paket yang inheren dengan kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajari terlebih dahulu. Dengan potensi naluri itulah manusia dapat memproduk aneka corak prilaku sesuai dengan corak instingnya. b) Adat/Kebiasaan Adat/kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, olahraga dan sebagainya. Perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan, tidak cukup hanya diulang-ulang saja, tetapi harus disertai kesukaan dan kecenderungan hati terhadapnya. Orang yang sedang sakit, rajin berobat, mematuhi nasihat dokter, rajin berobat, minum obat, mematuhi nasihat-nasihat dokter, tidak bisa dikatakan adat kebiasaan, sebab dengan begitu dia mengharap sakitnya cepat sembuh. Apabila dia telah sembuh, dia tidak berobat lagi kepada dokter.
Jadi
terbentuknya
kebiasaan
itu,
adalah
karena
kecenderungan hati yang diiringi perbuatan. Adapun sifat-sifat adat kebiasaan, ialah: 1) Mudah diperbuat. 2) Menghemat waktu dan perhatian c) Wiratsah
47
Perbincangan
Wiratsah
berhubungan
dengan
faktor
keturunan. Dalam hal ini secara langsung atau tidak langsung, sangat mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang. Sifat-sifat asasi anak didik merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak didik itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya. Ilmu pengetahuan belum menemukan secara pasti, tentang ukuran warisan dari campuran atau prosentase warisan orang tua terhadap anak didiknya. Peranan keturunan, sekalipun tidak mutlak, dikenal setiap suku, bangsa dan daerah. Adapun sifat yang diturunkan orang tua kepada anak didiknya itu bukanlah sifat yang dimiliki yang tumbuh dengan matang karena pengaruh lngkungan, adat, dan pendidikan, melainkan sifat-sifat bawaan (persediaan) sejak lahir. Sifat-sifat yang biasa diturunkan itu pada garis besarnya ada dua macam: 1) Sifat-sifat jasmaniah. Yakni sifat kekuatan dan kelemahan otot dan urat syaraf orang tua dapat diwariskan kepada anak didikanak didiknya. Orang tua yang kekar ototnya kemungkinan mewariskan kekekaran itu kepada anak didik cucunya. 2) Sifat-sifat rohaniah. Yakni lemah atau kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula oleh kedua orang tua yang kelak mempengaruhi tingkah laku anak didik cucunya. Sebagaimana dimaksudkan bahwa setiap manusia mempunyai naluri
48
(insting), tetapi kekuatan naluri itu berbeda-beda. Ada orang yang instingnya begitu kuat, sehingga ia menjadi pemberani dan pahlawan yang gagah perkasa. Kelebihan dalam naluri ini dapat diwariskan kepada keturunannya. Demikian juga dalam kecerdasan, kesabaran (ketahanan mental), keuletan dan sifatsifat mental lainnya dapat diturunkan dari ayah kepada anak didiknya atau dari nenek kepada cucunya. d) Milieu Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak sikap tingkah laku seseorang adalah faktor milieu (lingkungan dimana seseorang berada). Milieu artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup, melingkupi tanah dan udara, sedangkan lingkungan manusia , ialah apa yang mengelilinginya, seperti lautan, udara dan masyarakat. Dengan perkataan lain, milieu adalah segala apa yang melingkupi manusia dalam arti yang seluas-luasnya.( Zahruddin, AR, 2004 : 99 ). C. Kitab Akhlak Lil Baniin 1. Isi Kitab Akhlak Lil Baniin Salah satu diantara sekian banyak kitab agama Islam yang berbahasa Arab yang telah dijadikan sebagai kitab standart, terutama untuk pelajaran akhlak dalam proses belajar mengajar di pesantren adalahkitab Akhlak Lil Baniin yang dikarang oleh seorang ulama salaf
49
(ulamaterdahulu) yang bernama Syaikh Umar bin Achmad Bardja. Beliau hidup pada akhir abad keenam hijriyah, zaman kemunduran dan kemerosotan Daulah Abbasiyah.( Drs. H. Busyiri madjidi, 1997 : 101). Kitab Akhlak Lil Baniin, telah disyarahi oleh Syeikh Djamilah Bachmid. Menurut pensyarah ini, kitab tersebut banyak disukai dan mendapat tempat secukupnya dikalangan para pelajar dan para guru.Terutama di masa pemerintahan Murad Khan bin Salim, pada abad XIV Masehi. Kitab ini adalah kitab Akhlak, bukan kitab hukum, ialah Akhlak dalam menuntut ilmu. Yaitu Akhlak yang membawa kesuksesan anak dalam menuntut ilmu, kepentingannya adalah untuk menjabarkan tata cara bagaimana agar sukses dalam menutut ilmu. Dengan demikian sangatlah penting bagi seorang anak pada khususnya dan para pelajar pada umumnya untuk mempelajari tentang banyak keilmuan yang berhubungan dengan akhlak, budi pekerti, moral dan sikap mental kemasyarakatan yang bertanggung jawab. Kitab Akhlak Lil Baniin itu sendiri merupakan salah satu dari bermacam-macam kitab kuning yang ada di pesantren-pesantren pada umumnya. Adapun tujuan mempelajari kitab kuning menurut Zamakhsari Dhofir adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendidik calon-calon Ulama‟.
50
2. Untuk mencari pengalaman dalam hal pendalaman perasaan keagamaan.( Zamakhsari Dhofir, 1984 : 50). Kemudian secara umum tujuan pengajaran kitab Akhlak Lil Baniin adalah untuk membantu anak dalam memahami dirinya dan lingkungannya dalam menuntut ilmu, memilih guru, ilmu, teman dan sebagainnya, baik di lingkungan pesantren, sekolah
maupun di
tempat-tempat lain dalam menuntut ilmu yang akan membentuk akhlak yang sesuai, serasi dan seimbang dengan diri dan lingkungannnya. Anak pada saat ini sangat membutuhkan akan bimbingan akhlak dalam menuntut ilmu, sehingga akhirnya mereka dapat memahami dan menela‟ah akhlak yang sesuai dengan eksistensinya sebagai seorang anak. Pengalaman
tentang
akhlak
anak
terutama
yang
ada
hubungannya dengan pengajaran kitab Akhlak Lil Baniin adalah melalui akhlak atau sikap guru, kyai, ataupun orang tua. Pelaksanaan tersebut terutama yang ada hubungannya dengan Akhlak dalam menuntut ilmu. Lebih lanjut dikatakan oleh Al- Ghazali bahwa metode mendidik anak dengan memberikan contoh, pelatihan dan pembiasaan kemudian nasehat dan anjuran sebagai alat pendidikan dalam rangka membina akhlak anak sesuai dengan ajaran agama Islam.( Zainuddin, dkk, 1996 : 106 ).
51
Dalam Kitab Akhlak Lil Baniin terdapat banyak pasal yang mencakup tentang akhlakul karimah. Disini penulis menjabarkan beberapa materi pendidikan akhlak anak yang diantarnya : 1. Dengan apa seorang anak beradab? 1) Wajib atas seorang anak berakhlak dengan akhlak yang baik dari kecilnya, agar kehidupannya dicintai ketika dewasa. Tuhannya akan ridho padanya, dan keluarganya akan senantiasa mencintainya, dan seluruh manusia. Ia harus pula menjauhi akhlak yang buruk, agar tidak menjadi orang yang dibenci, tidak dimurkai Tuhannya, tidak dibenci keluarganya, dan tidak dibenci siapapun. 2) Wajib juga atas seorang anak yang beradab, menjauhi dari akhlak yang tercela, agar tidak menjadi orang yang dibenci. Tuhannya
tidak
ridho
padanya,dan
keluarganya
tidak
mencintainya dan juga seluruh manusia. 2. Seorang anak yang beradab. 1) Seorang anak yang beradab ia memuliakan kedua orang tuanya, para pengajarnya, para saudaranya yang lebih besar, dan semua orang yang lebih besar darinya, serta menyayangi saudaranya yang lebih kecil, dan semua orang yang lebih kecil darinya. 2) Seorang anak yang beradab selalu jujur dalam setiap perkataannya, bertawadhu' (rendah hati) sesama manusia, bersabar atas gangguan, tidak memutuskan hubungan dengan
52
anak-anak lain (tetangga), tidak pula berkelahi bersama mereka, dan tidak meninggikan suara apabila sedang berbicara atau tertawa. 3. Seorang anak yang jelek. 1) Ia tidak beradab kepada kedua orang tuanya , kepada para gurunya, tidak menghormati orang yang lebih tua darinya, tidak menyayangi orang yang lebih muda darinya, selalu berbohong apabila berkata-kata, mengangkat suaranya apabila tertawa, suka
memaki,
berkata
yang
tercela,
bertengkar
serta
memperolok-olok orang lain, menyombongkan diri, tidak malu kalau berbuat yang tercela, dan ia tidak suka mendengar nasihat. 4. Adab terhadap Allah SWT. Telah kita ketahui bahwa Allah telah memberikan kepada kita berbagai nikmat dan anugrah yang sangat besar, maka kita wajib bersyukur atas nikmat tersebut yaitu dengan berakhlak terhadap Allah SWT dengan cara: 1) Mengabdi atau beribadah hanya kepada Allah SWT. 2) Menyayangkan atau mamuliakan Allah SWT. 3) Melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi laranganNya. 4) Mencintai Allah SWT melebihi kecintaanya kepada bapak, ibu dan diri kita sendiri.
53
5) Berusaha dan berdoa memohon kepada Allah SWT agar selamanya diberi petunjuk jalan yang benar dan memohon keselamatan juga memohon agar Allah SWT menjadikan anakanak yang baik dan beruntung dunia dan akhirat. 6) Bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah SWT Apabila kita bersyukur atas nikmat-Nya dengan melakukan perintah-Nya, maka Allah akan mencintai kita dengan menjadikan manusia lain juga mencintai kita, menjaga dari bahaya dan penyakit, dan juga akan memberikan segala sesuatu yang kita inginkan. Allah juga akan menambahi nikmat-Nya kepada kita, seperti firman Allah SWT:
Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S. Ibrahim :7). (www.al qur‟an_word.com). Dengan semua itu maka hidup kita akan beruntung dan bahagia dunia dan akhirat. Mencintai Malaikat-Malaikat Allah, para Rasul dan Nabi Allah, dan orang-orang shalih dari hambahamba Allah, karena sesungguhnya Allah SWT juga mencintai mereka.
54
5. Adab terhadap Rasulullah SAW. Jika kita mencintai Allah SWT maka kitapun harus mencintai Rasul Allah yaitu dengan taat kepada Rasulullah SAW juga merupakan bagian ketaatan kepada Allah SWT, seperti firman Allah :
Artinya: “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Ali Imran: 31). (www.al qur‟an_word.com) Maka lakukanlah nasihat-nasihat Nabi yang manunjukan kepada kebaikan dan menjauhkan kejelekan. Karena nasihat tersebut akan mendatangkan kebahagiaan. Cinta kepada Nabi Muhammad SAW. tidak cukup sekedar dilahirkan dalam bentuk pengakuan kata-kata, melainkan harus dibuktikan dalam bentuk yang nyata antara lain dengan : 1) Mengamalkan dan mematuhi agama Islam yang diajarkannya, baik yang terdapat dalam al-Qur‟an maupun Hadis. 2) Berjuang menegakkan, mengembangkan dan membela ajaranajarannya, termasuk pula menjaga kemurniannya dari bid‟ah dan kufarat.
55
3) Memuliakan Nabi Muhammad SAW. dan memperbanyak shalawat kepadanya. 4) Memuliakan keluarga dan sahabat-sahabatnya. 5) Mengikuti nasehat-nasehatnya dan mengamalkannya dalam kehidupan. Selain kita diwajibkan untuk memuliakan Allah SWT kita juga diwajibkan untuk memuliakan Rasulullah SAW melebihi cinta kita kepada dua orang tua dan dirinya sendiri. Karena sesungguhnya Rasulullah SAW yang mengajarkan agama Islam dan karena Rasulullah kita mengetahui Tuhan kita, juga bisa membedakan antara halal dan haram. 6. Adab di rumah. 1) Wajib atas seorang anak untuk memperhatikan adab di dalam rumahnya, dengan menghormati kedua orang tuanya, saudarasaudara laki-lakinya ataupun kepada saudari perempuannya, semua orang di dalam rumahnya, tidak melakukan sesuatu yang membuat salah satu dari mereka menjadi marah, tidak membantah saudaranya yang lebih besar serta memusuhi saudaranya yang lebih kecil darinya, tidak menyakiti para pembantu, dan apabila bermain maka bermainlah dengan disiplin, dengan tanpa berteriak-teriak, tidak bergerak (berlaga) yang tidak sesuai, terutama apabila ada seseorang dirumah yang sedang tidur atau sedang sakit.
56
2) Memelihara alat-alat rumah, tidaklah memainkan alat-alat dapur, tidak mendobrak pintu, merusak pepohonan, apabila ada kucing atau ayam, maka hendaknya ia memberi makanmakanan serta minum-minuman dan jangan menyakitinya. 7. Adab seorang anak terhadap ibunya. 1) Hendaknya seorang anak melakukan dan melaksanakan segala perintah-perintahnya dengan rasa suka dan rasa hormat, melakukan setiap sesuatu yang akan membuat hati ibu senang, selalu tersenyum di hadapan ibu, selalu mencium tangannya setiap hari, serta mendoakannya panjang umur, diberikan kesehatan lahir dan batin. 2) Berhati-hati dari sesuatu yang menyakiti hatinya, jangan bermuka masam apabila ia menyuruhmu, atau ketika ia marah kepadamu, jangan kamu berbohong kepadanya, mencacinya, bertutur kata di hadapannya dengan kata-kata yang buruk, melihat kepadanya dengan melotot, jangan mengangkat suara di atas suaranya, apabila meminta sesuatu kepada ibu, maka jangan meminta kepadanya dihadapan tamu, dan apabila ia mencegahmu maka diamlah, dan jangan marah, menangis atau merengek-rengek kepadanya. 8. Sopan santun anak terhadap ayahnya. 1) Seorang anak harus bersikap sopan santun terhadap ayahnya sebagaimana bersikap sopan santun terhadap ibu, mematuhi
57
perintah-perintahnya dan mendengarkan nasehat-nasehatnya, karena ia tidak menyuruh kecuali dengan sesuatu yang berguna, dan ia tidak melarang, kecuali dari sesuatu yang merugikan. 2) Senantiasa meminta keridhaannya dengan menjaga kitab-kitab dan
pakaian-pakaian
mengaturnya
serta
ditempatnya
semua dan
peralatan
tidak
belajar,
menghilangkan
sesuatupun, bersungguh-sungguh dalam membaca pelajaranpelajaran, melakukan segala sesuatu di dalam dan di luar rumah yang menyenangkan hatinya, janganlah memaksa ayah membelikan sesuatu dan janganlah mengganggu seorang dari saudaramu, laki-laki maupun perempuan. 3) Apabila engkau menyenangkan kedua orang tuamu, maka Tuhanmu akan meridhaimu dan engkaupun akan hidup di dunia dan akhirat. 9. Sopan santun anak terhadap saudara-saudaranya. Saudara laki-laki dan saudara perempuan adalah orangorang yang paling dekat setelah kedua orang tua. Apabila menginginkan ayah dan ibu gembira, maka bersikaplah sopan terhadap mereka dengan menghormati saudara laki-laki yang lebih tua dan saudara pertempuan yang lebih tua, mencintai mereka dengan cinta yang tulus ikhlas, mengikuti nasehat mereka, menyanyangi saudara laki-laki yang kecil, saudara perempuanmu
58
yang kecil serta mencintai mereka dengan cinta yang benar, tidak mengganggu mereka dengan memukul atau memaki, tidak memutuskan hubungan dengan mereka atau merusak mainannya, karena hal itu akan membuat marah kedua orang tua. Seharusnya sikap anak terhadap saudaranya yaitu sebagai berikut : 1) Tidak bertengkar atau berebut dengan saudara laki-laki ataupun perempuan, bila masuk ke kamar mandi, menggunakan mainan ataupun duduk di atas kursi dan suatu hal yang lainnya. Hendaklah bersabar dan selalu mengalah. Hal ini akan menyenangkan kedua orang tua dan mendapatkan keridhaan mereka. 2) Memaafkan saudara jika ia bersalah dan menunjukkan kesalahan dengan lemah lembut agar ia tidak berbuat kesalahan sekali lagi, tidak banyak bergurau, karena hal itu menyebabkan dendam dan permusuhan. 10. Sopan santun anak terhadap para kerabatnya. 1) Selalu menyenangkan para kerabatnya dengan mematuhi perintah-perintah mereka serta menjenguk dari waktu ke waktu, terutama pada hari raya. Atau bila salah seorang dari mereka menderita sakit, melahirkan bayi, atau datang dari suatu bepergian. Gembira bila mereka gembira, bersedih bila mereka bersedih dan tidak bersikap kurang sopan kepada salah seorang
59
dari mereka, karena hal itu akan membuat Allah marah, membuat marah kedua orang tua dan para kerabat. 2) Anak yang berakal, mencintai pula anak-anak para kerabatnya, bermain bersama mereka dan menanyakan keadaan mereka bilamana tidak melihat mereka, tidak senang bertamasya kecuali bersama mereka, suka membantu mereka apabila mereka membutuhkan sesuatu dan tidak bertengkar atau memutuskan hubungan dengan mereka, tidak bersikap muram atau cemberut terhadap mereka, tersenyum dan gembira bila berjumpa dengan mereka serta berbicara bersama mereka dengan pembicaraan yang baik. Sesungguhnya anak yang berbuat baik kepada para kerabatnya akan hidup tenang dan diberi Allah rezeki yang banyak serta dipanjangkan umurnya. 11. Sopan santun anak terhadap pelayannya 1) Wajib seorang anak menggunakan akhlak yang baik terhadap pelayan laki-laki dan pelayan perempuan. Apabila menyuruh sesuatu pada salah seorang dari mereka, maka berbicaralah padanya dengan lemah lembut dan janganlah mengganggunya atau bersikap sombong terhadapnya. Apabila ia bersalah, jangan membentaknya, tetapi ingatkan dia atas kesalahnnya dengan lemah lembut, dan maafkan dia. Apabila seorang anak
60
bersalah, maka katakanlah yang sebenarnya dan jangan menghubungkan kesalahan –kesalahan itu kepada pelayan. 2) Apabila memanggilnya dan ia tidak menjawab dengan segera, maka janganlah marah kepadanya, karena mungkin saja ia tidak mendengar suara pamggilan tersebut. Begitu pula jika menyuruhnya melakukan sesuatu lalu ia berlambat-lambat, maka jangan terburu-buru menegurnya, mungkin saja ia berhalangan, jangan memukulnya atau memakinya atau meludahi wajahnya. Tidaklah seseorang melakukan hal itu, kecuali anak yang buruk akhlaknya dan akan dibenci semua orang. 3) Janganlah duduk bersama pelayan dan jangan pula berbicara kepadanya kecuali seperlunya. Jangan bergurau bersamanya agar ia tidak berani kepadamu atau engkau mendengar perkataan yang tidak pantas darinya. 12. Sopan santun anak terhadap para tetangganya. Ayah dan ibu menyukai tetangga-tetangga mereka, keduanya suka agar anak menyukai mereka pula, karena mereka membantu orang tua pada waktu ada keperluan. Ibu kadangkadang meminjam sebaian alat-alat dan barang pecah belah dari mereka, mereka pun meminjamkan barang-barang itu dengan senang hati. Apabila seseorang di rumah sakit, maka tetanggatetangga datang untuk menjenguk dan mendo‟akan kesehatannya.
61
Jadi seorang anak harus bersikap kepada para tetangga dengan cara: 1) Bersikap
sopan
santun
terhadap
tetangga-tetangga
dan
membuat gembira hati mereka dengan menyukai anakanak mereka, tersenyum di hadapan mereka, bermain dengan sopan bersama dengan mereka, tidak bertengkar dengan mereka, mengambil
mainan
mereka
tanpa
seizin
mereka,
membanggakan pakaian dan uang kepada mereka. Apabila ibu memberi
makanan
atau
buah-buahan,
maka
jangan
memakannya sendiri sedangkan anak tetangga melihat hal tersebut. Jangan mengejek tetangga-tetangga dan mengeraskan suara pada waktu mereka tidur, melempar rumah-rumah mereka, mengotori dinding-dinding dan halaman-halaman mereka, atau melihat kepada mereka dari lubang-lubang dinding dan pintu. 13. Adab sebelum pergi ke sekolah. 1) Setiap murid haruslah selalu menyukai ketertiban dan kebersihan. Ia harus bangun dari tidurnya setiap pagi pada awal waktunya, lalu mandi dengan sabun, kemudian berwudhu dan shalat subuh berjama‟ah. Selesai shalat ia harus menjabat tangan kedua orang tuanya. Kemudian memakai pakaian sekolah yang bersih dan rapi, dilanjutkan dengan melihat pelajaran-pelajaran yang telah dibacanya sebelum tidur.
62
2) Sesudah makan pagi, ia harus mengatur alat-alatnya di dalam tas. Kemudian meminta izin kedua orang tua untuk pergi ke sekolah. 14. Sopan santun dalam berjalan. 1) Berjalan dengan lurus, tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa keperluan, tidak boleh bertingkah dengan gerakan yang tidak pantas, tidak patut berjalan dengan terlampau cepat dan tidak boleh berjalan lambat. 2) Tidak makan atau bernyanyi ataupun membaca kitabnya sambil berjalan, harus menghindari lumpur dan kotoran agar tidak jatuh atau kotor bajunya, harus menghindari jalanan yang sempit penuh sesak agar tidak bertabrakan dengan seseorang atau kehilangan sesuatu alatnya, tidak boleh berhenti di jalan untuk mencampuri urusan orang lain atau menghentikan salah seorang teman, supaya tidak terlambat dari waktu sekolah yang telah di tentukan. 3) Tidak bergurau apabila berjalan bersama teman-teman, tidak mengeraskan suar ketika berbicara atau tertawa, dan tidak boleh mengejek seseorang. 4) Tidak lupa mengucapkan salam kepada siapapun yang ia jumpai di jalan, khususnya bila orang itu adalah ayah atau guru. 15. Sopan santun murid. Apabila murid sampai ke sekolahnya, ia harus:
63
1) Menyeka sepatunya dengan kain penyeka, kemudian harus pergi ke kelasnya, membuka pintu dengan perlahan-lahan. Wajib masuk dengan sopan dan memberi salam kepada temanteman serta menjabat tangan mereka. Tersenyum sambil berkata, “Selamat pagi dan bahagia”. Kemudian harus meletakkan tasnya di laci bangkunya. Jika datang gurunya, harus berdiri dan dari tempatnya, dan menyambutnya dengan penuh kesopanan dan penghormatan, serta menjabat tangannya. 2) Ketika bel berbunyi berdiri bersama teman-teman di dalam barisan dengan tegap, tidak boleh berbicara atau bermain bersama mereka. Kemudian ia langsung memasuki kelas dengan tenang setelah mendapat isyarat dari guru. Setelah masuk kelas harus menuju ke tempat duduk dan duduk dengan baik, yaitu duduk tegak dan tidak membengkokkan punggung, tidak menggerakkan kedua kaki, tidak mendesak lainnya, tidak meletakkan kaki yang satu di atas kaki yang lainnya, tidak mempermainkan tangan dan tidak meletakkan tangan di bawah pipi. 3) Diam mendengarkan pelajaran, tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi menghadap guru, tidak berbicara dengan seseorang atau membuatnya tertawa, karena hal itu mencegah orang lain memahaminya sehingga guru akan marah kepadanya. Apabila
64
tidak memahami pelajaran-pelajarannya, maka pastilah akan gagal dalam ujian. 16. Bagaimana murid memelihara alat-alatnya. 1) Setiap murid harus memelihara alat-alatnya dengan mengatur semua di tempatnya agar tidak rusak, hilang ataupun kotor. Jika tidak mengaturnya, akan susah kalau menghendaki sesuatu daripadanya dan aktunya akan habis untuk mencari. Memberi sampul kitab-kitabnya dan buku-buku tulisnya agar tidak robek atau kotor. Tidak menjilat jari-jarinya, jika ia ingin membolakbalik kertas-kertas kitab dan buku tulisnya, karena hal itu adalah kebiasaan yang buruk, bertentangan dengan sopan santun dan membahayakan kesehatan. 2) Seorang murid harus memelihara pensilnya agar tidak jatuh dan patah. Jika ingin meruncingkannya, jangan meruncingkannya di bangku, lantai ataupun dengan sampul buku tulisnya dan kitabnya. Akan tetapi harus memakai alat peruncing/peraut. Tidak mengisap pena dengan kedua bibir atau menghapus tulisan dengan air ludah, tetapi dengan alat hapus (setip). Tidak mengeringkan tinta dengan baju, tetapi dengan menggunakan kain pengering. 17. Sopan santun murid terhadap gurunya. Wahai murid yang sopan! Sesungguhnya gurumu banyak merasakan payah dalam mendidikmu. Ia mendidik akhlakmu dan
65
mengajari ilmu yang berguna bagimu dan menasehatimu dengan nasehat-nasehat yang berguna. Semua itu dilakukan karena ia sangat mencintaimu sebagaimana ayah dan ibumu mencintaimu. Gurumu berharap agar di masa depan engkau menjadi seorang yang pandai dan berpendidikan. Hal yang harus diperhatikan murid terhadap gurunya adalah sebagai berikut : 1) Menghormati guru sebagaimana menghormati kedua orang tua, dengan duduk sopan di depannya dan berbicara kepadanya dengan penuh hormat. Apabila ia berbicara, maka janganlah memutuskan pembicaraannya, tetapi tunggulah hingga ia selesai. Mendengarkan pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh guru. Jika tidak memahami sesuatu dari pelajaran-pelajaran, maka bertanyalah kepadanya dengan lemah lembut dan hormat, dengan mengangkat jari lebih dahulu sehingga ia mengizinkan untuk bertanya. Apabila ia bertanya tentang sesuatu, maka berdirilah dan jawablah pertanyaannya dengan jawaban yang baik. Tidak boleh menjawab jika ia bertanya kepada murid lain. 2) Apabila ingin dicintai guru, maka laksanakanlah kewajibankewajiban, yaitu tetap hadir setiap hari dalam waktu yang ditentukan, jangan absen atau datang terlambat, kecuali bila ada halangan yang benar. Segera masuk ke dalam kelas sesudah istirahat. Jangan suka terlambat, jika guru menegur jangan beralasan dihadapannya dengan alasan-alasan yang tidak benar.
66
Memahami seluruh pelajaran dan selalu menghafal serta mempelajarinya. Memperhatikan kebersihan kitab-kitab dan alat-alat serta ketertibannya. Patuh kepada perintah-perintah guru dari hati, bukan karena takut hukuman, dan jika sudah besar, berterima kasih kepadanya akan hal itu. 3) Walaupun ia menghukum, guru tetap mencintai dan berharap agar hukuman ini berguna. Oleh karena itu, berterima kasihlah kepada guru atas keikhlasannya dalam mendidik dan janganlah melupakan kebaikannya selamalamanya. Adapun murid yang rusak
akhlaknya,
maka
ia
pun
marah
jika
gurunya
menghukumnya, kadang-kadang ia mengadukan hal itu kepada ayahnya. 18. Sopan santun murid terhadap teman-temannya. Wahai murid yang cerdas! engkau belajar bersama temantemanmu di satu sekolah dan engkau pun hidup bersama saudara-saudaramu dalam satu rumah. Oleh karena itu, cintailah mereka
sebagaimana
engkau
mencintai
saudara-saudaramu.
Hormatilah orang yang lebih tua darimu dan sanyangilah anak yang
lebih
muda
darimu,
hendaklah
engkau
membantu
temantemanmu untuk mendengar keterangan guru pada waktu pelajaran dan memelihara tata tertib. Pada waktu istirahat bermainlah bersama mereka di halaman, bukan di dalam kelas. Jauhilah pemutusan hubungan dan pertengkaran, dan teriakan serta
67
permainan yang tidak pantas bagimu. Berikut hal yang harus dilakukan murid terhadap teman-temanya : 1) Tidak kikir terhadap mereka jika mereka meminjam sesuatu, karena sifat kikir itu buruk sekali. Tidak sombong terhadap mereka jika merupakan seorang anak yang pandai, rajin ataupun kaya, karena kesombongan bukanlah dari akhlak anakanak yang baik. Akan tetapi jika melihat seorang murid yang malas, maka nasehatilah dia supaya ia bersungguh-sungguh dan meninggalkan kemalasannya. Atau melihat anak yang bodoh, maka bantulah dia untuk memahami pelajaran-pelajarannya. Atau anak yang miskin, sayangilah dan bantulah dia dengan apa yang dapat membantunya. 2) Tidak mengganggu teman dengan menyempitkan tempat duduknya
atau
menyembunyikan
sebagian
peralatannya
ataupun memalingkan pipi kepadanya atau memandang kepadanya dengan pandangan tajam atau berburuk sangka kepadanya. Jangan mengganggunya dengan meneriakinya dari belakang agar ia tidak terkejut, atau meniup di telinganya atau berteriak di telinganya. Apabila meminjam sesuatu darinya, maka
janganlah
merusakkan
atau
menghilangkan
atau
mengotorkannya. Kembalikanlah barang itu segera kepadanya dan berterima kasihlah atas kebaikannya.
68
3) Jika berbicara dengan teman, berbicaralah dengan lemah lembut dan tersenyum. Jangan mengeraskan suara atau bermuka cemberut. Jangan marah, dengki dan berkata buruk. Janganlah berdusta, mencaci dan mengadu domba. Janganlah bersumpah pada waktu berbicara, walaupun benar. ( Syaikh Umar Bin Achmad Baradja : 1992 ) 2. Metode Pendidikan Akhlak dalam Kitab Akhlak Lil Baniin Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dengan demikian metode dapat diartikan jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan (Nur Uhbiyati, 1989: 123). Metode yang dipakai oleh Umar bin Achmad Baradja dalam kitab Akhlak Lil Baniin antara lain: 1) Pendidikan Melalui Teladan. Interaksi manusia merupakan bentuk komunikasi manusia secara langsung, yang menyebabkan terjadinya saling mengambil contoh, meniru, dan mempengaruhi antar satu dengan yang lain. Pendidikan melalui
teladan merupakan
salah satu
teknik
pendidikan yang efektif dan sukses. Kerena itulah maka Allah mengutus Muhamad SAW. menjadi suri tauladan bagi manusia. Di dalam diri beliau Allah menyusun suatu bentuk sempurna
69
metodologi Islam, suatu hidup yang abadi selama sejarah masih berlangsung. Firman Allah SWT:
Artinya : “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S Al-Ahzab: 21). (www.al qur‟an_word.com). Begitu pula Umar bin Achmad Baradja menerapkan metode ini dalam pendidikan akhlak anak. Dalam kitabnya dipaparkan tentang sosok Nabi Muhammad untuk dijadikan teladan bagi anak didik. Dengan memaparkan semua budi pekerti Nabi yang luhur, antara lain: Nabi selalu bersikap ramah kepada para sahabat, beliau selalu tersenyum dan memulai salam dan berjabat tangan ketika bertemu dengan mereka. 2) Pendidikan Melalui Nasehat. Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata kata yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata harus diulang-ulang. Nasehat yang berpengaruh membuka jalannya ke dalam jiwa secara langsung melalui perasaan. Ia menggerakannya dan mengguncang isinya selama waktu tertentu. Nasehat yang jelas dan dapat dipegangi
70
adalah nasehat yang dapat menggantungkan hatinya (perasaan) dan tidak membiarkan perasaan itu jatuh ke dasar bawah dan mati tak bergerak. Umar bin Achmad Baradja pun lebih banyak menerapkan metode nasehat di dalam mendidik Akhlak anak. Sebagai contoh adab pada waktu hendak tidur. “Segeralah tidur, sehingga
bisa
bangun,
jangan
terlalu
lama
karena
bisa
mengakibatkan malas untuk bekerja, cukup 8 jam sehari”. Di samping itu, nasehat tidak akan berbekas manakala perbuatan pemberi nasehat tidak sesuai dengan apa yang telah dinasehatkan. Oleh karena itu, dalam penggunaan metode nasehat pada pendidikan akhlak anak tidaklah cukup jika tidak disertai dengan keteladanan dan perantara yang memungkinkan teladan itu diikuti dan diteladani. 3) Pendidikan Melalui Cerita atau Kisah. Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan sehingga dengan mengisahkan cerita pada pendengar akan mempengaruhi kehidupan mereka. Oleh kerena itu Islam menjadikan cerita untuk dijadikan sebagai alat pendidikan seperti cerita Nabi atau Rasul terdahulu, cerita tentang kaum yang hidup terdahulu baik yang ingkar atau yang beriman kepada Allah. Firman Allah SWT :
71
Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal…” (Q.S. Yusuf: 111) (www.al qur‟an_word.com). Dalam kitab Akhlak Lil Baniin juga terdapat metode pendidikan akhlak anak melalui kisah. Sebagaimana contoh, Ali dan Ahmad adalah dua orang bersaudara yang saling mencintai. Keduanya pergi kesekolah bersama-sama. Keduanya saling membantu untuk menunaikan kewajiban mereka. Keduanya membaca pelajaran mereka di rumah dan di sekolah, dan bermain bersama-sama pada waktu bermain. Pada suatu hari Ali membeli dua buah kitab, “BIMBINGAN AKHLAK” maka ia bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayahku, tolong beri tahukan aku dimana saudaraku Ahmad ? aku ingin menghadiahkan kepadanya sebuah dari buku ini”. Ayahnya sangat bergembira dan memberitahukan bahwa saudaranya berada di ruang belajar. Maka pergilah Ali dengan segera menuju ke ruang belajar, saat itu saudaranya sedang mengulangi pelajaran-pelajarannya. Ali memberi salam kepadanya dan
memberinya
menerimanya
buku.
dengan
Ia
tersenyum
mengucapkan
72
gembira,
terima
kasih
Ahmad kepada
saudaranya atas hadiahnya yang berharga. Kemudian Ahmad memberikan kepada Ali sebuah kotak mungil tempat menyimpan pensil. Ia berkata, “Ini hadiah untukmu wahai saudaraku yang mulia”. Ali senang terhadap saudaranya dan gembira menerima kotak itu serta berterima kasih kepadanya. Ketika guru mereka mendengar cerita itu, ia sangat gembira terhadap kedua anak itu dan memuji mereka dihadapan murid-murid. Beliau berkata, “Wahai anak-anak, lihatlah kepada Ali dan Ahmad, alangkah berbahagianya mereka. Jadilah kalian semua seperti kedua saudara ini agar kalian hidup bahagia dan senang”. 4) Pendidikan Melalui Kebiasaan. Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia karena sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat dan spontan agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di lapangan. Islam mempergunakan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik pendidikan lalu mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan, tanpa terlalu payah tanpa kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan kesulitan. Syaikh Umar Achmad Baradja dalam kitabnya Akhlak Lil Baniin juga menggunakan metode melalui kebiasaan, misalnya kewajiban terhadap teman-teman, hendaknya senantiasa berlapang dada dengan mereka dalam segala urusan, 73
memperlakukan mereka dengan lemah lembut dan menghadapi mereka dengan wajah cerah dan murah senyum. 5) Pendidikan Menggunakan Syair. Rasulullah
SAW
senang
mendengarkan
syair
dan
menikmatinya. Beliau juga menjadikan Hasan bin Tsabit menjadi penyairnya. Tentang lagu dan nyanyian ini, Imam Nawawi berkata: Sebagian ulama memperbolehkan nyanyian untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan keinginan yang kuat ketika akan mengerjakan pekerjaan yang berat. Atau untuk mengistirahatkan jiwa di tengahtengah pekerjaaan yang melelahkan. Rasulullah SAW melanjutkan syair dan prosa bersama sahabatnya ketika membangun masjid dan menggali parit. Namun kita harus mencegah diri untuk mendengarkan
lagu-lagu
yang membuat
kita
terlena
dan
mencerminkan ketidakbermoralan. (Era intermedia, 2005: 154). Dalam menyampaikan materi pendidikan akhlak anak, Syaikh Umar Achmad bin Baradja juga menggunakan syair. Contohnya mengenai tentang Akhlak: “Apabila suatu kaum tidak berakhlak lapang, maka sempitlah bagi mereka negeri yang luas.” 6) Pendidikan Menggunakan Dalil Naqli. al-Qur‟an merupakan firman Allah atau kalam Allah yang tiada tandingnya (mu‟jizat), yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penutup para Nabi dan Rasul, melalui perantara
74
Malaikat Jibril dan ditulis dalam mushaf-mushaf dengan bahasa arab, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimulai dari surat Al fatihah dan ditutup dengan surat An Naas. (Muhammad Aly AshShabuny, 1984: 18). Oleh karena itu, al-Qur‟an harus dijadikan sebagai pegangan hidup, sebagai sumber utama merumuskan berbagai teori pendidikan Islam. Dengan kata lain pendidikan Islam harus berlandaskan pada ayatayat al-Qur‟an yang penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan ijtihad yang sesuai dengan perubahan dan pembaharuan. Dalam kitab Akhlak Lil Baniin juga menggunakan dalil naqli sebagai metode, contohnya Akhlak terhadap kerabat.
Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anakanak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An-Nisa : 36). (www.al qur‟an_word.com). 75
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID AL „ALAWIYAH AL AWWALIYAH DAN BIOGRAFI SYAIKH UMAR BIN ACHMAD BARADJA
A. Gambaran Umum 1. Sejarah singkat berdirinya Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah. Dulunya Pondok Pesantren ini bernama Pesantren Koripan yang diasuh oleh seorang Kiayi bernama Kiyai Abdan, bangunan pondok pun tidak seperti sekarang yang dulunya hanya rumah kiyai dan digunakan untuk mengajarkan keagamaan, akan tetapi hasil dari keuletan dan keikhlasan Kiyai Abdan banyak bermunculan KiyaiKiyai besar di Magelang, sebagai contoh salah satu Kiyai besar hasil didikan Kiyai Abdan adalah pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo yaitu Kiyai Abdurrohman Chudlori yang pada tahun 1923an beliau menimba ilmu di pesantren Koripan ini. Sekarang pondok pesantren ini dikenal dengan nama Pondok Pesantren Daruttauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah yang diasuh oleh putra dari Kiyai Abdan yaitu K.H Ichsanuddin Abdan, beliau selain menimba ilmu dari sang ayah juga sebagai alumni Abuya Sayyid Muhammad Alawi Makkah Almukarromah. Sesuai perkembangan
76
zaman, pondok pesantren ini mulai dibangun asrama-asrama untuk santri, pembelajaran juga mulai dengan sistem kurikulum Madrasah Diniyah yang mana santri-santri yang menimba ilmu dibagi menjadi kedalam kelas-kelas. Selain itu, K.H Ichsanuddin Abdan juga membolehkan santrinya untuk menimba ilmu diluar pondok pesantren. 2. Visi dan Misi Pondok Pesantren a) Visi 1) Terwujudnya lembaga Islam yang mengacu pada penanaman iman dan taqwa (IMTAQ) kepad Allah SWT. 2) Membantu masyarakat dalam hal peningkatan agama. b) Misi 1) Membantu program pemerintah yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaiman tertera dalam UUD 1945 dan diatur dalam garis-garis besar hukum negara (GBHN). 2) Sebagai upaya menampung mereka-mereka yang tidak mampu menempuh pendidikan formal, baik karena kendala tempat maupun biaya. 3. Letak Geografis Pesantren ini terletak di Dusun Dawung Koripan Tegalrejo Magelang, tepatnya di Jl. Raya Klopo – Sindas Km. 0,5 Koripan Desa Dawung, Kec. Tegalrejo, yang berda di pusat Desa Dawung. Pesantren
ini juga bersebelahan dengan salah satu pondok pesantren besar yaitu Pondok Pesantren An Najach dengan pengasuh K.H Mu‟thi. 77
4. Struktur kepengurusan Pondok Pesantren Ketua
: Budi Santoso
Wakil Ketua
: 1. Eko Bagus Prasetyo 2. Abdul Hadi
Sekretaris
: Muhammad Najib
Bendahara
: Muhsinin
Seksi-seksi; Sie Pendidikan
: 1. Eko Bagus Prasetyo 2. Abdul Hadi
Sie Kegiatan
: 1. Burhanuddin 2. Muhammad Ta‟yin
Sie Keamanan
: 1. Eko Bagus Prasetyo 2. M. Lazim Habibi 3. Muhsinin
Sie Kebersihan
: 1. Burhanuddin 2. M. Ibnu Fajar
Tata Usaha
: 1. Nurul Najib 2. Nur Fu‟ad 3. Eva Mundakir
Sie Kesehatan
: Sulistiyo
Sie Pengairan
: 1. Thoifatul Hidayah 2. M Abdul Rozak
Sie Kelistrikan
: 1. Amar Ma‟ruf
78
2. Suseno Aji Margo 5. Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah termasuk pesantren yang tidak dapat dikatakan baru,. tetapi dari segi sarana dan prasarana dapat dikatakan terbatas, hal tersebut tidak membuat para santri dan Ustad atau Kyai yang mengasuh pesantren merasa kecil hati. Dengan sarana dan prasarana yang seadanya mereka tetap melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran sebagai suatu keharusan dan misi utama pesantren. Adapun sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah antara lain: a) Sembilan kamar untuk para santri b) Mushola c) Kantor pusat d) Aula sebagai pusat kegiatan para santri e) Ruang kelas sebagai tempat mengaji f) Ruang tamu g) Mading (Majalah Dinding) B. Biografi Syaikh Umar Bin Achmad Baradja 1. Riwayat Hidup Syaikh Umar bin Achmad Baradja merupakan seorang ulama besar. Beliau lahir di kampung Ampel Magfur kota Surabaya pada tanggal 10 Jumadil Akhir 1331 H, yang bertepatan dengan 17 Mei 79
1913 M. Sejak dari waktu kecil beliau diasuh dan dididik oleh kakeknya dari pihak ibu, kakek beliau bernama Syaikh Hasan bin Muhammad Baradja, yang merupakan seorang ulama ahli ilmu dan fiqih. Silsilah nasab beliau yang berasal dan berpusat di kota Saiwoon Hadromaut di Negeri Yaman, nama nenek moyang beliau yang ke-18 yang bernama Syaikh Sa‟ad, yang dijuluki (laqob)Abi Roja’ (yang selalu berharap), maka silsilah keturunan tersebut bertemu kepada Nabi Muhammad SAW yang ke-5 yang bernama Kilab bin Murroh. Syaikh Umar bin Achmad Baradja wafat dalam usia 77 tahun, pada hari Sabtu malam Ahad tepatnya pada tanggal 16 Robiul Tsani 1414 H atau 3 November 1990 M pada pukul 23.10 WIB di Rumah Sakit Islam Surabaya. Jenazah beliau dimakamkan keesokan harinya, yaitu pada hari Ahad sekitar jam setengah 4 ba‟da Ashar. Jenazah beliau disholatkan di Masjid Agung Sunan Ampel dan diimami oleh putranya sendiri yang menjadi khalifah (penggantinya) yaitu Al Ustadz Ahmad bin Umar Baradja. Jenazah beliau dimakamkan di Pemakaman Islam Pegirian Surabaya. Prosesi pemakaman dihadiri oleh ribuan orang . (http://ppalghozaliyah.blogspot.com/2014/06/biografi-syaikhumar-baraja-pengarang.html) 2. Riwayat Intelektual Syaikh Syaikh Umar bin Ahmad Baradja Syaikh Umar bin Ahmad Baradja muda menuntut ilmu agama dan bahasa arab dengan
80
tekun, sehingga menguasai dan memahaminya. Pelbagai ilmu agama dan bahasa Arab yang beliau dapatkan dari para ulama, asatidz ataupun masyayikh baik melalui pertemuan langsung atau tidak langsung (melalui surat), pada masa itu tradisi belajar melalui surat masih banyak yang menggunakannya. Realitas di masyarakat, para alim ulama dan orang-orang saleh telah menyaksikan ketakwaan dan kedudukan beliau sebagai ulama yang „amil (ulama yang mengamalkan ilmunya). Dalam lingkungan pedagogis beliau adalah salah satu alumni yang berhasil sukses. Beliau juga mengenyam pendidikan di Madrasah Al Khairiyah di kampung Ampel, Surabaya. Yang didirikan dan dibina oleh Al Habib Al Imam Muhamad bin Ahmadi Al Mahdlar pada tahun 1895, sebuah sekolah yang berdasarkan Islam Ahlu Sunnah wal Jamaah dan bermazdhabkan Syafi‟i. Guru-guru beliau yang berada di Indonesia diantaranya: a. Al Ustadz Abd Kadir bin Ahmad Bilfagih (Malang). b. Al Ustadz Muhammad bin Husein Ba‟abud (Lawang) c. Al Habib Abd Kadir bin Hadi Assegaf (Surabaya). d. Al Habib Muhammad bin Achmad Assegaf (Surabaya). e. Al Habib Alwi bin Abdullah Assegaf (Solo). f. Al Habib Achmad bin Alwi Aldjufri (Pekalongan). g. Al Habib Ali bin Husein bin Syahab (Gresik).
81
h. Al Habib Zein bin Abdullah Alkaff (Gresik). i. Al Habib Achmad bin Ghalib Alhamid (Surabaya). j. Al Habib Alwi bin Muhammad Al Muhdhar (Bondowoso). k. Al Habib Abdullah bin Hasan Maulahela (Malang). l. Al Habib Hamid bin Muhammad As Sery (Malang). m. Syaikh Robaah Hussanah Al Kholili - Palestina, yang bertugas mengajar di Indonesia n. Syaikh Muhammad Mursidi - Mesir, yang bertugas mengajar di Indonesia. Guru-guru beliau yang berada di luar Negeri, diantaranya: a. Al Habib Alwi bin Abbas Al Maliki (Mekah). b. As Sayyid Muhammad Amin Al Quthbi (Mekah). c. Asy Syaikh Muhammad Seif Nur (Mekah). d. As Syeikh Hasan Muhammad Al Masyssyaath (Mekah). e. Al Habib Alwi bin Salim Alkaff (Mekah). f. Asy Syeikh Muhammad Said Al Hadrawi Al Makky (Mekah). g. Al
Habib
Muhammad
bin
Hadi
Assegaf
(Seiwoon-
HadramautYaman). h. Al Habib Abdullah bin Ahmad Al hadlar („Innat-HadramauYaman). i. Al Habib Hadi bin Ahmad Alhadlar („Innat-Hadramaut-Yaman). j. Al Habib Abdullah bin Thahir Alhaddad (Geidon-HadramautYaman). 82
k. Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri (Tarim-HadramautYaman) l. Al
Habib
Hasan bin
Ismail
bin Syeikhbubakar („Innat-
HadramautYaman). m. Al Habib Ali bin Zein Al Hadi (Tarim-Hadramaut-Yaman). n. Al Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab (Tarim-HadramautYaman). o. AlHabib Abdullah binHamid Assegaf (Seiwoon-HadramautYaman). p. Al Habib Muhammad bin Abdullah AlHaddar (Al BaidhaaYaman). q. Al Habib Ali bin Zain Bilfagih (Abu Dhabi-Emirat Arab). r. As syaikh Muhammad Bakhith Al Muthi‟i (Mesir). s. Sayyidi Muhammad Al Fatih Al Kattani (Fass-Maroko). t. Sayyidi Muhammad Al Muntashir Al Kattani (Marakisy-Maroko). u. Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad (Johor-Malasia). v. Syeikh Abdul „Alim Ash-shidiqi (India). w. Syeih Hasannain Muhammad Makhluf (Mesir). x. Al Habib Abdul Kadir Bin Ahmad Assegaf (Jeddah-Saudi Arabia). Ilmu-ilmu yang beliau kuasai diantaranya adalah bahasa Arab dan sastra, ilmu tafsir dan hadis, ilmu fiqih dan tasawuf, ilmu sirrah dan tarikh dan beliau juga sedikit menguasai bahasa Belanda dan
83
Inggris. Berangkat dari berbagai ilmu yang dikuasai, beliau juga pandai dalam menulis karya tulis. 3. Latar Sosial Kultural dan Kiprah Dakwah a) Kultur Sosial Syaikh Umar bin Achmad Baradja. Dalam lingkungan masyarakat Syaikh Umar bin Achmad Baradja merupakan sosok pribadi yang sosialis. Salah satu gerakan sosial yang dilakukan oleh beliau adalah mencarikan dana untuk kebutuhan para janda, fakir miskin dan yatim piatu, khususnya para santri beliau agar mereka lebih konsentrasi dalam menimba ilmu. Dalam membentuk keturunan yang baik dan shalih, beliau bekerjasama dengan Al Habib Idrus bin Umar Alaydrus, menjodohkan wanita-wanita muslimah dengan pemuda muslim yang baik menurut pandangan beliau, sekaligus mengusahakan biaya perkawinannya. Salah satu karya monumentalnya adalah membangun masjid Al Khoir Danakarya I Surabaya pada tahun 1971 bersama K.H. Adnan Chamim, setelah mendapat petunjuk dari Al Habib Sholih bin Muhsin Alhamid (Tanggul) dan Al Habib Zain bin Abdullah Alkaf (Gresik). Masjid ini sekarang digunakan untuk berbagai aktivitas yang berkaitan dengan dakwah masyarakat Surabaya.
84
b) Kiprah Dakwah. Sebagai awal karirnya beliau mengamalkan ilmunya dengan mengabdi di Madrasah Al Khairiyah Surabaya pada tahun 1935
sampai
1945,
beliau
berhasil
mencetak
beberapa
ulama/asatidz yang telah menyebar ke berbagai pelosok tanah air. Santri beliau yang mengabdi dan mengamalkan ilmu yang diperoleh dari Syaikh Umar bin Achmad Baradja di antaranya; Almarhum Al Ustadz Ahmad bin Hasan Assegaf, Almarhum Al Habib Umar bin Idrus Al masyhur, Almarhum Al Ustadz Ahmad bin Ali Bebgei, Al Habib Idrus bin Hud Assegaf, Al Habib Hasan bin Hasim Al Habsyi, Al Habib Hasan bin abdul Kadir Assegaf, Al Ustadz Ahmad Dzaki Ghufron dan Al Ustadz Ja‟far bin Agil Assegaf. Setelah beliau mengabdi di Madrasah Al Khairiyah, beliau lalu pindah mengajar di madrasah Al Arabiyyah Al Islamiyyah Gresik setelah itu pada tahun 1951–1957 beliau memperluas serta membangun lahan baru bersama dengan Al Habib Zein bin Abdullah Alkaff, sehingga terwujudlah Gedung Yayasan Badan Wakaf yang diberi nama Yayasan Perguruan Islam Malik Ibrahim. Selain mengajar di lembaga pondok beliau juga mengajar di rumah pribadinya, di waktu pagi hari dan sore hari, juga majlis taklim/pengajian rutin malam hari. Karena sempitnya tempat dan
85
banyaknya
santri,
maka
beliau
berusaha
mengembangkan
pendidikan itu dengan mendirikan Yayasan Perguruan Islam atas nama beliau Umar bin Achmad Baradja, Hal ini sebagai wujud nyata dari hasil pendidikan dan pengalaman yang telah beliau dapat selama 50 tahun, dan berjalan sampai sekarang ini di bawah asuhan putranya yaitu Al Ustadz Ahmad bin Umar Baradja. c) Kepribadian Syaikh Umar bin Achmad Baradja. Penampilan Syaikh Syaikh Umar bin Ahmad Baradja sangat bersahaja, juga dihiasi sifat -sifat ketulusan niat yang disertai keikhlasan dalam segala amal perbuatan duniawi dan ukhrawi. Beliau juga menjabarkan akhlak ahlul bait, keluarga Nabi dan para sahabat, yang mencontoh baginda Nabi Muhammad SAW. Beliau tidak suka membangga-banggakan diri, baik tentang ilmu, amal, maupun ibadah. Ini karena sifat tawadhu‟ dan rendah hatinya sangat tinggi. Dalam beribadah, beliau selalu istiqamah baik sholat fardhu maupun sholat sunnah qabliyah dan ba’diyah. Sholat dhuha dan tahajud hampir tidak pernah dia tinggalkan walaupan dalam bepergian. Kehidupannya beliau usahakan untuk benar-benar sesuai dengan yang digariskan agama. Cintanya kepada keluarga Nabi Muhammad SAW dan dzuriyah atau keturunannya sangat kental tak tergoyahkan. Juga
86
kepada para sahabat anak didik Rasulullah SAW. Itulah pertanda keimanan yang teguh dan sempurna. Dalam buku Kunjungan Habib Alwi Solo kepada Habib Abu Bakar Gresik, catatan Habib Abdul Kadir bin Hussein Assegaf, penerbit Putra Riyadi tahun 2003 halaman 93, disebutkan, “… kami (rombongan Habib Alwi Al-Habsyi) berkunjung ke rumah Syaikh Umar bin Ahmad Baradja (di Surabaya). Kami dengar saking senangnya, ia sujud syukur di kamar khususnya. Ia meminta Sayyidi Alwi untuk membacakan doa dan fatihah” (Al Kisah, 2007: 85-89). Sifat wara’nya sangat tinggi. Perkara yang meragukan dan subhat beliau tinggalkan, sebagaimana meninggalkan perkaraperkara yang haram. Beliau juga selalu berusaha berpenampilan sederhana. Sifat Ghirah Islamiyah (semangat membela Islam) dan iri dalam beragama sangat kuat dalam jiwanya. Konsistensinya dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, misalnya dalam menutup aurat, khususnya aurat wanita, dia sangat keras dan tak kenal kompromi. Dalam membina anak didiknya, pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan beliau tolak keras. Juga bercampurnya santri laki-laki dan perempuan dalam satu kelas. d) Karya-karya Syaikh Umar bin Achmad Baradja.
87
Karya-karya Syaikh Umar bin Ahmad Baradja sekitar 11 judul buku yang telah diterbitkan seperti: a) Al Akhlak lil Banin (4 jilid). b) Al Akhlak lil Banat (3 jilid). c) Sullam Fiqih (2 jilid). d) Jauharah (17 mutiara doa) dan; e) Ad‟iyah Ramadhan (doa bulan Ramadhan). Yang semuanya dalam Bahasa Arab, di mana sejak tahun 1950 telah dipakai sebagai buku kurikulum di seluruh pondok pesantren di Indonesia. Buku-buku tersebut pernah dicetak di Kairo Mesir pada tahun 1969 yang dibiayai oleh Syeikh Siraj Ka‟ki dermawan Mekkah, dan dibagikan secara cuma-cuma ke seluruh Negara Islam. Syukur Alhamdulillah, atas ridha Allah dan niat beliau agar buku-buku itu menjadi jariyah dan bermanfaat luas, maka pada tahun 1992 telah diterbitkan buku-buku tersebut ke dalam bahasa Indonesia, Jawa, Madura dan Sunda. Syair-syair beliau dalam Bahasa Arab dengan sastra yang tinggi cukup banyak dan belum sempat dibukukan, juga karyakarya yang masih bertuliskan tangan.
88
e) Sejarah Penulisan Kitab Syaikh Umar bin Achmad Baradja lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang agamis. Beliau sangat tekun beribadah dan mengamalkan ilmunya dengan niat tulus ikhlas, serta selalu menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia. Ustadz Umar juga tekun dalam menuntut ilmu agama dan Bahasa Arab, sehingga ia menguasai dan memahaminya. Sebagai seorang pendidik di beberapa madrasah beliau sangat memperhatikan masa depan anak didiknya dan masa depan bangsanya. Sebab, masa depan bangsa terletak pada generasi muda. Akhlak yang baik adalah tujuan setiap agama dan setiap aliran filsafat. Karena dengan akhlak yang baik, akan tercipta kebaikan dan perdamaian dalam masyarakat maupun dalam diri individunya. Dalam hal ini seorang penyair berkata: Apabila suatu kaum tidak berakhlak lapang, maka sempitlah bagi mereka Negeri yang luas (Umar Al Baradja, 1993:12 ). Untuk menciptakan suatu Negara yang aman dan makmur, maka warga Negaranya harus berakhlak mulia. Sebab jika warga Negaranya berakhlak buruk, maka negara itu akan hancur. Perspektif atau cara memandang keberadaan suatu bangsa bagi setiap bangsa pastilah memiliki standar dan tolak ukur yang berbeda. Salah satunya dengan urgennya penanaman akhlak pada
89
anak. Sebagaimana syair yang dikutip oleh Syaikh Umar bin Ahmad Baradja di dalam kitabnya
ْلِيَتْمَاالْاَخْلَالُالْاُمَمُاِوَّمَا * ذَھَبُوْااَخْلَالُھُمھُمُوْاذَھَبَ ْتفَِان Artinya : “Kekalnya suatu bangsa adalah selama akhlaknya kekal, akhlaknya sudah lenyap, musnah pula bangsa itu.” Melalui pentingnya akhlak dalam kehidupan manusia baik kehidupan individu maupun kehidupan masyarakat, Syaikh Umar bin Achmad Baradja berharap kepada orang tua atau wali santri dan pengajar atau guru-guru, untuk memperhatikan pendidikan anak
dengan
sebaik-baiknya,
dengan
mengawasi
dan
memperhatikan tingkah laku putra-putri dan anak didik yang menjadi tanggungjawab kita semua, menanamkan tingkah laku yang lahir di lubuk hati mereka dari tingkah laku yang tercela agar mereka menjadi orang-orang yang terdidik dan beradab, yang berguna bagi diri dan bangsa mereka. Memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktivitas keIslaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah menanamkan akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik,
yakni
perbuatan
itu
selalu
diulang–ulang
kecenderungan hati (sadar) (Akhlak Mulia, 1996: 27).
90
dengan
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk. Apalagi hidup di tengah-tengah zaman yang mengalami kemerosotan moral atau akhlak, dimana juga pendidikan akhlak telah tersisihkan, memperhatikan tingkah laku dan putra-putri anak didik dari awal perkembanganya adalah merupakan suatu hal yang sangat penting sekali dan tidak boleh diremehkan. Karena hal itu merupakan kunci kebahagiaan bagi anak didik di masa depan. Sebaliknya jika membiarkan anak didik hingga terbiasa dengan tingkah laku yang buruk, maka masa depan anak didik akan menjadi buruk, sulit untuk di didik kembali, atau tidak mungkin dididik kembali selama-lamanya. Melihat pentingnya pendidikan akhlak atau moral, maka Syaikh Syaikh Umar bin Ahmad Baradja terdorong hatinya untuk menulis kitab yang berisikan tentang bimbingan akhlak bagi anak, yang ditujukan kepada orang tua atau wali santri di rumah serta guru-guru atau pengajar sebagai pedoman untuk membimbing
91
akhlak anak didiknya. Kitab akhlak tersebut ada dua versi, yang pertama kitab Akhlak Lil Baniin adalah khusus untuk anak lakilaki. Yang ke dua kitab Akhlak Lil Banat adalah khusus untuk anak perempuan. Peranan Syaikh Umar bin Achmad Baradja yang sangat memperhatikan dan merasa bertanggungjawab pada kepribadian anak laki-laki yang akan menjadi para pemimpin penerus generasi bangsa dan agama yang berakhlakul karimahyaitu diungkapkan pada karyanya Akhlak Lil Baniin. Sebagai warisan pada generasi masa itu, generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
92
BAB IV ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin. 1. Tujuan Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin. Pembelajaran akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin di pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah merupakan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas I dan II. Tujuan
diterapkannya
pembelajaran
akhlak
dengan
menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin di pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah menurut KH. Ichsanuddin „Abdan (hasil wanwancara, jumat 5 februari 2016) adalah: Pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin untuk memberikan pengetahuan kepada santri khususnya tentang pengetahuan akhlak, supaya santri bisa bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan pembelajaran yang terdapat dalam kitab tersebut. Agar santri menjadi manusia yang berakhlak dan bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari penuturan di atas jelas tujuan dari adanya pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin adalah untuk mendasari jiwa santri dalam rangka menuntut ilmu, khususnya adalah ilmu akhlak, agar mereka mendapatkan kesuksesan dalam menuntut ilmu, dapat mengamlkan dan mengerjakannya. Adapun para santri benar-benar melaksankan bimbingan dan petunjuk serta metode atau pendekatan proses belajar yang terkandung dalam pembelajaran ini niscaya akan berhasil dan
93
memiliki ilmu pengetahuan yang luas serta mendalam dan bermanfaat, sehinga menjadi pribadi berakhlak yang dapat mengamalkan ilmu dan mengajarkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Metode Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah. Metode pembelajaran merupakan metode yang digunakan oleh ustadz dalam menyampaikan materi kepada santri untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Maka metode pembelajaran mutlak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, seorang ustadz tidak hanya terpaku pada satu metode saja, tetapi sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar kegiatan belajar mengajar tidak membosankan, tetapi akan menyenangkan bagi para santri/peserta didik. Santri akan lebih nyaman dan cepat memahami dengan pelajarn ketika tercipta interaksi antara ustadz dengan santri. Sesuai dengan yang dipaparkan Ustadz Abdul Hadi (hasil wawancara, senin 8 Februari 2016) yaitu sebagai berikut : “Kalau dalam pembelajaran penerapan metode itu ya beda-beda antara ustadz satu dengan ustad yang lainnya. Yang penting jangan mengunakan satu metode saja pasti akan membosankan. Ya kita harus pandai-pandai mengabungkan metode-metode agar yang di ajar itu tidak bosan, atau bisa melihat suasana, suasana seperti ini mengunakan metode ini, kalau suasana seperti itu mengunakan metode seperti itu”.
Sedangkan
menurut
Ustadz
wawancara, sabtu 6 februari 2016) ;
94
Budi
Santoso
(hasil
“Proses pembelajaran kitab tersebut seperti biasanya, mengunakan metode ceramah, tanya jawab dan bandongan”. Oleh karena itu, tidak hanya menggunaka satu metode saja dalam pembelajaran tetapi menggunakan beberapa metode dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, ada beberapa macam metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin. Pembelajaran dalam kitab Akhlak Lil Baniin ini menggunakan metode, bandungan, ceramah dan tanya jawab. a. Metode Bandungan Bandungan berasal dari kata ngabandungan yang berarti "memperhatikan"
secara
seksama
atau
"menyimak".
Bandungan (bandongan atau wetonan merupakan metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren. Kebanyakan pesantren, terutama pesantren-pesantren besar menyelenggarakan bermacammacam kelas bandungan untuk mengajarkan mulai kitab-kitab elementer sampai tingkat tinggi, yang diselenggarakan setiap hari (kecuali hari Jumat), dari pagi buta setelah shalat shubuh sampai larut malam. Sedangkan menurut penuturan dari Ustadz Abdul Hadi ( wawancara, senin 8 Februari 2016 ) yaitu; “Metode bandongan adalah metode dengan cara santri mendengarkan dan menulis makna dari seorang guru atas kitab yang diajarkannya. Para santri mendengarkan dengan cermat dan menulis dengan hurup pegon yang mengantung di bawah tulisan kitab yang sedang dipelajarinya tersebut”.
95
Sistem bandungan (bandongan atau wetonan) dibangun di atas filosofis, bahwa 1) pendidikan yang dilakukan secara berjamaah akan mendapatkan pahala dan berkah lebih banyak dibandingkan secara individual, 2) pendidikan pesantren merupakan
upaya
menyerap
ilmu
dan barokah sebanyak-
banyaknya, sedangkan budaya "pasif" (diam dan mendengar) adalah sistem yang efektif dan kondusif untuk memperolah pengetahuan tersebut. 3) pertanyaan, penambahan, dan kritik dari sang murid pada kyai merupakan hal yang tidak biasa atau tabu,
agar
tidak
dianggap
sebagai
tindakan su'
al-
adab (berakhlak yang tidak baik). Dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai 500) mendengarkan seorang Guru/ Kiai yang membaca, menerjemahkan,menerangkan dan seringkali mengulas bukubuku Islam dalam bahasaArab. Setiap murid memperhatikan buku/ kitabnya sendiri dan membuatcatatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebuthalaqah yang artinya lingkaran murid, atau sekelompok santri yang belajar
di
bawah
bimbingan
seorang
guru.
Metode
pengajaran bandungan ini adalah metode bebas, sebab tidak ada absensi santri, dan tidak ada pula sistem kenaikan kelas. Santri
96
yang sudah
menamatkan
sebuah
kitab
boleh
langsung
menyambung ke kitab lain yang lebih tinggi dan lebih besar. Ada dua macam bentuk materi kitab kuning, yaitu (1) Bentuk, nadzm yang ditulis dalam ritme syair (2) Bentuk essai (natsr) uraian-uraian masalah. Bentuk yang kedua sering merupakan komentar terhadap matan (original text), baik yang berupa essai (natsr) maupun nadzm. (http://www.alkhoirot.net/) b. Metode Ceramah Cara mengajar yang sering dijumpai dan banyak dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non formal adalah dengan cara cermah. Pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin ini juga menggunakan metode ceramah, yaitu dengan cara ustadz menyampaikan materi dan pengetahuan tentang pembelajaran, kemudian memberikan penjelasan atau uraian tentang materi pembelajaran tersebut. Terakhir ustadz menyimpulkan pokokpokok materi dari ceramah yang telah diberikan. Hal ini dimaksudkan agar santri dapat melihat hubungan antar materi tersebut. Terkadang metode ini membosankan, karena hanya seorang ustadz saja yang aktif dan santri hanya mendengarkan serta menulis dengan huruf pegon, banyak para santri yang tertidur disaat
pembelajaran
berlangsung.
Oleh
karena
itu,
jika
mengunakan metode ini harus disertai dengan keterampilan
97
tertentu agar gaya penyajiannya tidak membosankan dan dapat menarik perhatian para santri. Sesuai dengan yang disampaikan Ustadz Eko Bagus Prasetyo ( wawancara, ahad 7 Februari 2016 ) yaitu; “Kalau pembelajaran meggunakan metode ceramah terus yang aktif hanya ustadnya, hal ini membuat santri mengantuk dan terkadang ada yang tertidur, tetapi bagi pengajar metode ini sangat bagus. Dengan metode ini pengajar bisa mengawasi santri secara langsung, mana santri yang memperhatikan dan mana santri yang yang tidak memperhatiakan.” Adapun
kelebihan
dari
metode
ini,
ustadz
dapat
menyampaikan informasi pada jumlah santri yang banyak dalam waktu yang singkat dan ustadz akan lebih mudah mengawasi ketertiban para santri dalam mendengarkan pelajaran yang sedang berlangsung. Jadi apabila ada santri yang tidak memperhatikan akan segera diketahui kemudian diberi teguran sehingga merekan kembali fokus dalam pembelajaran. Bagi ustadz, metode ini sangat ringan karena perhatianya tidak terbagi-bagi atau terpecah-pecah, ustadz tidak perlu membagi-bagi perhatiannya kepada santri dan santri serempak mendrngarkan ustadz sehingga ustadz dengan sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya pada kelas yang sedang bersama-sama mendegarkan pelajaran. c. Metode Tanya Jawab
98
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetpi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Metode
ini
dapat
diklasifikasikan
sebagai
metode
tradisional atau konvensional. Dalam metode tanya jawab, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawabnya, atau sebaliknya siswa bertanya guru menjelaskan. Dalam proses tanya jawab, terjadilah interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak akan menjawabnya sendiri, tetapi akan melemparkan pertanyaan dari siswa kepada siswa atau kelompok lainnya tanpa merasa khawatir dinilai tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Dengan metode tanya jawab tidak hanya terjadi interaksi dua arah tetapi juga banyak arah. Ketika anak menanyakan tentang bilangan prima,
sebagai
misal,
guru
yang
demokratis
tidak
akan
menjelaskan sampai tuntas tentang apa itu definisi bilangan prima, dan kemudian memberikan contoh bilangan prima. Dari pertanyaan ini akan muncul beberap orang ayang akan berinteraksi di dalam pertanyaan tersebut. Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa.
99
Ustadz Budi Santoso, dalam wawancara yang dilakukan peneliti pada tangal 6 Februari 2016 menerangkan sebagai berikut; “Melalui metode ini bisa mencairkan suasana, dalam pembelajaran yang sedang berlangsung pasti ada kebosanan pada diri santri, nah dengan metode ini santri akan bangkit lagi semangatnya.Ya dengan metode ini bisa tau mana santri yang benar-benar memperhatikan dan santri yang pura-pura memperhatikan, bisa dipastikan kalau santri yang pura-pura memperhatikan pasti akan mencari perhatian dari teman sebelahnya”. Dalam tanya jawab ini ustadz bermaksud menilai kemampuan daya tangkap santri dalam memahami pelajaran, apakah para santri paham atau tidak dengan apa yang sedang diajarkan. Jika santri memperhatikan dengan serius pasti akan mengetahui jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan oleh ustadznya dan jika santri tidak begitu memperhatikan pasti akan kebingungan terhadap pertanyaan tersebut. Apakah santri dapat mengambil makna dan tujuan dari pembelajaran tersebut, atau mungkin santri dilatih untuk menyampaikan ide gagasan yang ada dalam pikirannya, dan diminta menerangkan kembali apa yang diajarkan dengan gaya bahasanya sendiri. Memang dalam teknik banyak keunggulannya dan kelas akan lebih hidup, karena sambutan kelas akan lebih baik. Melalui tanya jawab, partisipasi santri lebih besar dan berusaha mendengarkan pertanyaan dari ustadz dengan baik dan mencoba untuk memberi jawaban yang tepat, sehingga santri menerima pelajaran dengan aktif berfikir, tidak pasif mendengarkan saja.
100
Metode tanya jawab digunakan ketika pelajaran akan berakhir, ustadz biasanya menggunakan tanya jawab kepada santri untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan oleh 3. Evaluasi Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin. Dalam pengertian terbatas, evaluasi dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui tujuan dan latar belakang pembelajaran yang bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi
dimaksudkan
untuk
memeriksa
kinerja
strategi
pembelajaran secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Evaluasi yang digunakan oleh ustadz di pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah yaitu, sebagaimana keterangan dari Ustadz Budi Santoso: Sistem evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin di pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah: 1. Ulangan 2. Santri disuruh membaca satu persatu 3. Santri disuruh menjelaskan secara garis besar materi pelajaran yang telah dipelajari. 4. Evaluasi tingkah laku keseharian.
Sedangkan sitem evaluasi menurut keterangan Ustadz Eko Bagus Prasetyo yaitu; 1. Ulangan. 2. Setiap kali pertemuan, 1 – 3 orang santri diperintahkan untuk membaca dan mengartikan sekaligus menjelaskan maksudnya.
101
a. Ulangan Harian. Ulangan harian dilakukan sesuai keinginan ustadz, kadang dilakukan setelah menerangkan satu/dua bab sampai selesai ataupun setiap dua/tiga pertemuan setelah memberikan penjelasan. Evaluasi seperti ini mampu
membuat
para
santri
untuk
selalu
memperhatikan pelajaran ketika pembelajaran sedang berlangsung. b. Evaluasi Tingkah laku Keseharian Santri Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang mengarah
pada
pendidikan
akhlak
yang
diimplementasikan terhadap suatu perbuatan, maka ustadz mengevaluasi pra santri dengan cara pengematan secara obyektif terhadap siswa. Baik dalam hal perilaku, tutur kata, maupun tingkat pengendalian emosional santri. Teknik seperti ini akan lebih mudah dan berhasil ketika ustadz mempunyai hubungan yang dekat dengan para santri. Hubungan yang dekat ini dapat diwujudkan dalam bentuk rutinitas komunikasi, perhatian terhadap santri.
102
B. Hasil Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin. Akhlak santri pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah beranekaragam, ada yang akhlaknya bagus dan ada yang akhlaknya buruk. Lingkungan pondok pesantren memang mempunyai peran yang penting terhadap perubahan akhlak dan perilaku santri. Adapun perubahan ahlak santri setelah mempelajari kitab Akhlak Lil Baniin sebagai berikut; Wawancara dengan Ustadz Budi Santoso, “Apa yang dibahas dalam kitab Akhlak Lil Baniin, apakah anda sudah menerapkan pembelajaran tersebut? Jawab: yang dibahas dalam kitab tersebut menyangkut tentang akhlak kitab tersebut menuntut para santri dalam bersikap kepada Allah SWT, Nabi, orang tua (bapak dan ibu), Guru, teman, saudara-saudara (kandung dan sepupu baik yang lebih muda ataupun yang lebih tua) serta kepada dirinya sendiri. Kalau saya sendiri sudah menerapkan apa yang telah diajarkan dalam kitab tersebut, karena saya disini sebagai panutan (ketua) kalau saya gak bersikap baik dan sopan, ya bisa rusak anak buah saya.” “Bagaimana pengetahuan santri tentang akhlak setelah mengikuti pengajian akhlak lil baniin? Jawab: Bisa diperhatikan setiap harinya, anak-anak yang mengikuti pembelajaran itu akan berubah perilakunya tapi secara perlahanlahan tidak sekaligus. Biasanya akan berubah dari pakeannya dahulu baru perkataannya, dan penghormatan terhadap guru, teman dan masyarakat sekitar ya semua itukan perlu proses”. Wawancara dengan Ustadz Eko Budi Prasetyo, “Apakah pembelajaran kitab ini bisa membentuk akhlak para santri, seperti apa? Jawab: Bisa, untuk menjadi manusia yang berakhlak itu kan harus tahu dulu apa itu akhlak, seperti apa penerapan dan apa manfaatnya, jawabannya ada dalam kitab ini, kitab ini menagajarkan kepada semua santri agar bersikap sopan dan baik terutama pada guru supaya ilmu yang didapat nanti bermanfaat, selain itu kitab ini juga mengajarkan bagaimana seorang anak
103
harus bersikap kepada semua orang. Dengan begitu seorang anak nantinya akan mempunya akhlak yang baik dan ilmu bermanfaat”. “Bagaimana tingkat pengetahuan santri tentang akhlak stelah mengikuti pembelajaran Akhlak Lil Baniin?” Jawab: Kita bisa lihat dari tingkah polah keseharian akan ada perbedaan bagi santri yang telah mengikuti pembelajaran”. Wawancara dengan Ustadz Abdul Hadi, “Apakah pembelajaran kitab ini bisa membentuk akhlak para santri, seperti apa? Jawab: Bisa! Dengan pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin pengetahuan akhlak yang dimiliki oleh santri itu semakin tinggi, dengan begitu secara perlahan-lahan tertanam dalam kehidupan sehari-hari, yang dulu hanya berbicara asal-asalan sekarang sedikitsedikit berbicara sopan dan sudah tau caranya menghormati guru, teman dan yang paling penting bisa mensyukuri nikmat yang didapat”. Adapun keterangan santri tentang apa yang mereka dapat setelah mempelajari mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin adalah: Menurut Naf‟an Ahmad; “Pembelajarannya menyenangkan karena kitab ini sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. pembahasan dalam kitab tersebut juga mengajarkan kepada santri agar menjadi manusia yang berakhlak, dan mudah dipahami serta dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam penerapannya tidak sekejap saya terapkan, tapi secara berangsur-angsur, jika sekaligus ya berat”. Menurut Abdul Rozaq; “Kitab ini mengajarkan bagaimana kita bersikap, yang terpenting Sangat bermanfaat bagi kami, karena setelah mempelajari kitab tersebut kami mejadi tahu bagaimana seharusnya sikap kita dalam hubungan kita sesama manusia dan hubungan kita dengan Allah. Kalau penerapannya, saya belum menerapkan semuanya dalam kehidupan, tapi perlahan-lahan saya terapkan juga karena itu semua sangat penting untuk sebuah panutan”.
104
Menurut Ibnu Fajar; “Materi dalam kitab tersebut sangat bagus, karena kitab tersebut mengajarkan kepada santri bagaimana bersikap yang baik, penghormatan kepada semua orang di sekeliling kita baik lebih muda maupun yang lebih tua. Ya saya sudah menerapkan, awalnya berat dalam penerapannya, yang awalnya asal bicara sekarang harus berhati-hati dalam dalam bicara, akhirnya ya bisa juga”.
Dari
keterangan
di
atas,
dapat
diketahui
bahwa
proses
pembelajaran akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin di pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah sangat bermanfaat besar bagi santri pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah. Perubahan yang terjadi pada santri setelah mengikuti pembelajaran akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin yaitu terdapat perubahan yang signifikan. Hal itu ditandai dengan penerapanya yang dilakukan sesuai dengan materi yang ada dalam kitab Akhlak Lil Baniin dalam kehidupan di pondok pesantren,(hasil observasi peneliti) yaitu sebagai berikut: 1. Dengan apa seorang anak beradab? Dalam bab ini seorang anak diwajibkan mempunyai akhlak yang baik dari kecil, dan menjahui akhlak tercela. Santri pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah ini dalam kesehariannya sudah memilah mana akhlak yang baik dan mana yang buruk. 2. Seorang anak yang beradab.
105
Dalam bab ini dijelaskan seorang anak yang beradab ia memuliakan kedua orang tuanya, para
pengajarnya, para
saudaranya yang lebih besar, dan semua orang yang lebih besar darinya, serta menyayangi saudaranya yang lebih kecil, dan semua orang yang lebih kecil darinya. Seorang anak yang beradab juga selalu jujur dalam setiap perkataannya, bertawadhu' (rendah hati) sesama manusia, bersabar atas gangguan, tidak memutuskan hubungan dengan anak-anak lain (Tetangga), tidak pula berkelahi bersama mereka, dan tidak meninggikan suara apabila sedang berbicara atau tertawa. Dalam prakteknya, santri telah mengamalkan sikap-sikap tersebut, yaitu ketika santri mengikuti diskusi fiqih yang sedang berlangsung setiap santri berhak mengungkapkan gagasan atau pendapat, dan disetiap gagasan yang diutarakan baik dari santri yang masih usia muda ataupun tua, semua audien dalam diskusi tersebut menyimak dengan baik. Ketika ada santri yang kurang sependapat dengan gagasan santri lain, tidak ada kata yang terlontar dengan ucapan bernada keras. 3. Adab terhadap Allah SWT dan Nabi SAW. Dalam bab ini menjelaskan kewajiban bersyukur atas nikmat Allah SWT yaitu dengan berakhlak terhadap Allah SWT dengan cara: 1) Mengabdi atau beribadah hanya kepada Allah SWT. 2) Menyayangkan atau memuliakan Allah SWT.
106
3) Melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 4) Mencintai Allah SWT melebihi kecintaanya kepada bapak, ibu dan diri kita sendiri. 5) Berusaha dan berdoa memohon kepada Allah SWT agar selamanya diberi petunjuk jalan yang benar. 6) Bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah SWT Apabila kita bersyukur atas nikmat-Nya dengan melakukan perintah-Nya, maka Allah akan mencintai kita dengan menjadikan manusia lain juga mencintai kita, menjaga dari bahaya dan penyakit, dan juga akan memberikan segala sesuatu yang kita inginkan. Allah juga akan menambahi nikmat-Nya kepada kita. Dalam hal adab kepada Nabi SAW juga dijelaskan beberapa hal sebagai berikut; 1) Mengamalkan dan mematuhi agama Islam yang diajarkannya, baik yang terdapat dalam al-Qur‟an maupun Hadis. 2) Berjuang menegakkan, mengembangkan dan membela ajaranajarannya, termasuk pula menjaga kemurniannya dari bid‟ah dan kufarat. 3) Memuliakan Nabi Muhammad SAW. dan memperbanyak shalawat kepadanya. 4) Memuliakan keluarga dan sahabat-sahabatnya. 5) Mengikuti
nasehat-nasehatnya
dan
mengamalkannya
dalam
kehidupan. Selain kita diwajibkan untuk memuliakan Allah SWT
107
kita juga diwajibkan untuk memuliakan Rasulullah SAW melebihi cinta kita kepada dua orang tua dan dirinya sendiri. Karena sesungguhnya Rasulullah SAW yang mengajarkan agama Islam dan karena Rasulullah kita mengetahui Tuhan kita, juga bisa membedakan antara halal dan haram. Dalam kesehariannya, santri melaksankan ibadah sholat dengan rajin dan berpakaian dengan rapi juga selalu berjamaah di masjid, selain itu santri juga mengikuti mujahadah untuk berdoa dan memohon ridho Allah agar diberi petunjuk dan jalan yang benar. Selain itu, santri juga melakukan kegiatan rutin untuk mengagungkan Nabi SAW yaitu setiap malam jumat dengan cara membaca maulid al barjanji. Ada juga kajian tentang sejarah Nabi SAW. 4. Adab sebelum pergi ke sekolah. Bab ini menjelaskan setiap murid haruslah selalu menyukai ketertiban dan kebersihan. Ia harus bangun dari tidurnya setiap pagi pada awal waktunya, lalu mandi dengan sabun, kemudian berwudhu dan shalat subuh berjama‟ah. Selesai shalat ia harus menjabat tangan kedua orang tuanya. Kemudian memakai pakaian sekolah yang bersih dan rapi, dilanjutkan dengan melihat pelajaran-pelajaran yang telah dibacanya sebelum tidur. Sesudah makan pagi, ia harus mengatur alat-
108
alatnya di dalam tas. Kemudian meminta izin kedua orang tua untuk pergi ke sekolah. Santri dalam hal ini yaitu santri yang mengikuti sekolah di luar pondok pesantren telah terbiasa dengan bangun pagi dan langsung menuju kamar mandi untuk antri, kemudaian menuju masjid menunaikan sholat jamaah shubuh diikuti dengan pengajian, setelah selesai santri diwajibkan antri untuk mengambil makan (bagi yang dimasakkan) kemudian pergi masing-masing kekamar mengambil alat sekolah dan ijin kepada pembina kamar. 5. Sopan santun dalam berjalan. Bab ini menjelaskan kepada anak untuk berjalan dengan lurus, tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa keperluan, tidak boleh bertingkah dengan gerakan yang tidak pantas, tidak patut berjalan dengan terlampau cepat dan tidak boleh berjalan lambat. Tidak makan atau bernyanyi ataupun membaca kitabnya sambil berjalan, harus menghindari lumpur dan kotoran agar tidak jatuh atau kotor bajunya, harus menghindari jalanan yang sempit penuh sesak agar tidak bertabrakan dengan seseorang atau kehilangan sesuatu alatnya, tidak boleh berhenti di jalan untuk mencampuri urusan orang lain atau menghentikan salah seorang teman, supaya tidak terlambat dari waktu sekolah yang telah di tentukan.
109
Tidak bergurau apabila berjalan bersama teman-teman, tidak mengeraskan suar ketika berbicara atau tertawa, dan tidak boleh mengejek seseorang. Tidak lupa mengucapkan salam kepada siapapun yang ia jumpai di jalan, khususnya bila orang itu adalah ayah atau guru. Dalam prakteknya, ketika santri berjalan keluar pondok pesantren mereka selalu bersikap sopan tanpa ada bercandaan dan suara-suara yang keras, santri juga berjalan hanya satu sisi dan berjalan sesuai jalan yang dilewati tanpa velok-belok mengganggu pejalan yang lain, selain itu setiap santri berpapasan dengan temanya selalu betegur sapa, apalagi ketika bertemu dengan ustadnya, santri menghampri dan cium tangan. 6. Sopan santun murid. Setelah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin, santri sudah menerapkan hal-hal dalam bab ini yaitu diantaranya, santri diam mendengarkan pelajaran, tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi menghadap guru, tidak berbicara dengan seseorang atau membuatnya tertawa. 7. Bagaimana murid memelihara alat-alatnya. Dalam bab ini dijelaskan; 1) Setiap murid harus memelihara alat-alatnya dengan mengatur semua di tempatnya agar tidak rusak, hilang ataupun kotor. Jika tidak mengaturnya, akan susah kalau menghendaki sesuatu
110
daripadanya dan aktunya akan habis untuk mencari. Memberi sampul kitab-kitabnya dan buku-buku tulisnya agar tidak robek atau kotor. Tidak menjilat jari-jarinya, jika ia ingin membolakbalik kertas-kertas kitab dan buku tulisnya, karena hal itu adalah kebiasaan yang buruk, bertentangan dengan sopan santun dan membahayakan kesehatan. 2) Seorang murid harus memelihara pensilnya agar tidak jatuh dan patah. Jika ingin meruncingkannya, jangan meruncingkannya di bangku, lantai ataupun dengan sampul buku tulisnya dan kitabnya. Akan tetapi harus memakai alat peruncing/peraut. Tidak mengisap pena dengan kedua bibir atau menghapus tulisan dengan air ludah, tetapi dengan alat hapus (setip). Tidak mengeringkan tinta dengan baju, tetapi dengan menggunakan kain pengering. Dalam kesehariannya, santri menyimpan semua kitabkitabnya dan alat tulis dengan rapi di rak masing-masing, selain itu santri juga membrikan sampul kitab-kitab mereka. 8. Sopan santun murid terhadap gurunya. Dalam bab ini santri juga telah banyak menerpakannya dalam kehidupan di pondok pesantren, yaitu ketika dalam pelajaran santri fokus memperhatikan ustadz, dan juga setiap ada penjelasan yang kurang paham, santri hanya kan bertanya kepada ustadz jika sudah diberikan waktu untuk bertanya, itupun santri yang akan bertanya
111
mengacungkan jari terlebih dahulu, dan tidak akan bicara sebelum dipersilahkan ustadz. 9. Sopan santun murid terhadap teman-temannya. Dalam bab ini santri terkadang masih suka nyeletuk untuk mengejek temannya, walaupun itu hanya sebagian, akan tetapi dalam hal lain ketika ada seorang santri yang sedang membutuhkan bantuan, santri lain tidak segan untuk langsung membantunya. Dari uraian di atas pembelajaran akhlak yang harus diterapkan dalam jiwa santri yang terdapat dalam kitab Akhlak Lil Baniin telah diketahui sejauh mana hasil pembelajaran yang ada di pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah tersebut. Untuk mengetahui hasiilnya, peneliti melakukan pengamatan di lapangan secara langsung sekaligus menilai sikap dan perilaku santri melalui wawancara yang berisikan pertanyaan-pertanyaan tentang akhlak yang disampaikan melalui pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin tersebut, dimana peneliti akan menilai apakah pembelajaran akhlak yang terdapat dalam kitab Akhlak Lil Baniin sudah atau belum diterapkan dalam kehidupan sehari-hari walaupun hanya sebatas lingkungan pesantren, belum masuk keranah lingkungan di rumah masing-masing santri. Hasil di sini merupakan aplikasi dari pembentukan akhlak secara umum, yaitu mengarahkan manusia kepada tiga dimensi pokok
112
ajaran Islam, yaitu hubungan manusia kepada Allah SWT, hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan lingkungan. Dalam usaha mengetahui hasil pembentukan akhlak tersebut, secara spesifik peniliti menyesuaikan dengan santri yang sudah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin dalam penerapan keseharian santri. Dalam pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin yang dijadikan ukuran keberhasilan pembentukan akhlak adalah hal-hal yang berhubungan dengan ibadah kepad Allah SWT, sikap baik di lingkungan pondok pesantren maupun diluar pondok pesantren yang berhubungan dengan tingkah laku dan kesopanan dalam berbicara yang sesuai dengan ajaran-ajaran syariat Islam dan suri tauladan Rosulullah SAW. Semua materi akhlak tersebut adalah perilaku Islam yang bersumber dari al-Qur‟an dan Hadits Rosulullah SAW yang menjadi ukuran akhak bagi seseorang. Secara khusus Rosulullah memiliki akhlak yang mulia, sehingga pembentukan akhlak yang dilakukan seharusnya mengarah dan bertujuan menumbuhkan akhlak mulia atau perilaku-parilaku Islam tersebut. Manusia adalah makhluk sosial yang hidup pada satu masyarakat tertentu, dalam berinteraksi dengan sesama manusia memiliki aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam al-Qur‟an sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rosulullah SAW dan para
113
sahabat dalam berinteraksi. Untuk mengetahui seseorang yang berakhlak mulia atau belum, dapat dilihat dari bagaimana santri dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepadanya sewaktu melakukan wawancara. Sikap dan pandangan hidup dapat berpusat pada kesadaran diri, bukan faktor bawaan melainkan faktor belajar atau diperoleh karena upaya atau dibentuk melalui pengalaman dan pembinaan. Akhlak yang dimiliki oleh santri di pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah antar santri dengan santri yang lain berbeda-beda. Dalam kegiatan pembelajaran atau keseharian yang dilakukan santri di pondok, yang tidak terlepas dari kegiatan komunkasi dan juga tingkah laku, ada yang sudah baik dan kurang baik, terlebih apalagi dikaitkan dengan pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin yang mengajarkan sikap yang baik dalam interaksi dan komunikasi sesama. Beberapa tingkah laku yang belum sesuai dengan pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin antara lain: ada yang kurang sopan terhadap ustadz ketika ustadz memberikan penjelasan dan ada yang berbicara kurang sopan terhadap teman-temanya. Dari beberapa contoh tingkah laku dan hasil wawancara terhadap santri pondok pesantren Darut Tauhid Al „Alawiyah Al Awwaliyah, maka kegiatan pembelajaran kitab Akhlak Lil Banin sangat penting dan cocok dengan kebutuhan yang ada. Kebutuhan akan
114
tatanan perilaku dan komunikasi yang baik dan berakhlak yang selama ini diidam-idamkan oleh ustadz dan orang tua. Hasil dari pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin terlihat sangat baik, terlihat jelas dari isi pembelajaran akhlak yang terdapat dalam kitab Akhlak Lil Baniin tersebut. Tingkat pengetahuan akhlak dan penerpannya di kehidupan sehari-hari setelah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin meningkat yaitu sesuai dengan pembelajaran kitab tersebut. Dalam hal kesopanan santri berbicara dengan sangat hati-hati dengan penuh kesopanan dan berusaha tidak menyinggung terhadap orang yang mengajaknya berbicara, terlebih lagi apabila ustadz atau orang yang lebih tua darinya yang mengajak berbicara, hanya sebagian kecil dari santri apabila berbicara terhadap temannya kurang sopan(hasil wawancara dengan sie pendidikan) dalam hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: a. Faktor bawaan Perubahan akhlak yang dimiliki oleh santri tersebut membutuhkan waktu yang lama, karena merubah watak seseorang itu tidaklah mudah. “Untuk merubah seseorang yang mempunyai watak keras, ngeyel dan lain sebagainya itu sangat susah sekali, walau orang-orang seperti ini sudah mendapat pelajaran tentang akhlak tapi tetap saja tidak merubah sikapnya. Tapi sikap kerasnya dan wataknya hanya kepada teman-temanya saja tidak kepada ustadznya, jika kepada ustadnya, santri yang mempunyai watak tersebut tetap tunduk dan penuh hormat, karena santri-santri yang yang sudah belajar kitab Akhlak Lil Baniin mengetahui tata cara sopan
115
santun terhadap ustadz dan berkahnya ustadz, kalau dia tidak mendapat berkah ustadz, maka dia tidak mendapat ilmu manfaat.(hasil diskusi dengan santri ponpes Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah) Pembelajaran akhlak dalam kitab Akhlak Lil Baniin tersebut sudah tertanam dalam jiwa santri sekalipun santri yang mempunya watak keras, dan sudah dapat merubah perilaku
serat
sikapnya,
tetapi
belum
sepenuhnya
perubahan perilaku tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada sebagian santri yang menjaga tingkah laku dan perkataanya hanya kepada ustadz atau kepada orang yang lebih tua darinya, tetapi jika terhadap teman sebayanya santri tersebut berbicara tidak sopan bahkan terkesan kasar. b. Faktor Pergaulan Pergaulan sangat mempengaruhi tentang perubahan akhlak satri, santri di pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah ada sebagian yang melakukan aktifitas di luar pondok pesantren pada siang hari yaitu untuk belajar di pendidikan formal (sekolah). Tidak bisa dipungkiri selama santri melakukan aktivitas di luar pondok akan erkumpul dengan beranekaragam orang dengan akhlak yang
berbeda-beda.
Lingkungan
seperti
itu
sangat
berpengaruh dengan perubahan-perubahan akhlak santri.
116
C. Hubungan Definisi Akhlak dengan Pendidikan Jiwa Para ulama ilmu akhlak merumuskan definisinya dengan berbedabeda tinjauan yang dikemukakannya, antara lain: 1.
Al-Qurthuby mengatakan bahwa akhlak adalah suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanan disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya.
2.
Muhammad bin 'Ilan Ash-Shadieqy mengatakan akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain)
3.
Ibnu Maskawih mengatakan akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat tanpa memikirkannya lebih lama
4.
Abu Bakar Jabir Al-Jazairy mengatakan akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara disengaja.
5.
Imam Al-Ghazaly mengatakan akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama dinamakan akhlak yang baik, tetapi manakala ia melahirkan tindakan jahat maka akhlak yang buruk namanya.
117
Dari pengertian tersebut, Al-Qurthuby menekankan bahwa akhlak itu merupakan bagian dari kejadian manusia. oleh karena itu kata AlKhuluq tidak dapat dipisahkan pengertiannya dengan kata Al-Khilqah, yaitu fitrah yang dapat mempengaruhi perbuatan setiap manusia, kemudian Muhammad bin 'Ilan Ash-Shadieqy, ibnu Maskawih dan Abu Bakar Jabir Al-Jazairy menekankan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu menimbulkan perbuatan yang gampang dilakukan. meskipun ketiganya menekankan keadaan jiwa sebagai sumber timbulnya akhlak, namun dari sisi lain mereka berbeda pendapat, yaitu : 1. Muhammad bin 'Ilan Ash-Shadieqy menekankan hanya perbuatan baik saja yang disebut akhlak. 2. Ibnu Maskawih menekankan seluruh perbuatan manusia yang disebut akhlak. 3. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy menjelaskan perbauatan baik dan buruk yang disebut akhlak Imam Al-Ghazaly menekankan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat dinilai baik dan buruk, dengan menggunakan
ukuran
ilmu
pengetahuan
dan
norma
agama.
(http://asnwimulyadi.blogspot.co.id/2013/08/pengertian-dan-definisiakhlak.html) Dari beberapa definisi diatas, penulis menarik definisi lain bahwa akhlak adalah perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwa manusia. maka gerak refleks, denyut jantung dan kedipan mata tidak dapat
118
disebut akhlak, karena gerakan tersebut tidak diperintah oleh unsur kejiwaan. Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia, pada dasarnya bersumber dari kekuatan bathin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu : 1. Tabi'at (pembawaan), yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan manusia, tetapi disebabkan oleh naluri (gharizah) dan faktor warisan sifat-sifat dari orang tuanya atau nenek moyangnya. dorongan ini oleh Manshur Ali Rajab disebut dengan istilah Al-Khalqul Fithriyah. 2. Akal fikiran yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat sesuatu, mendengarnya,merasakannya serta merabanya. alat kejiwaan ini, hanya dapat menilai sesuatu yang lahir (yang nyata). dorongan ini disebut sebagai istilah Al-Aqlu. 3. Hati nurani, yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh faktor intuitif (wijdaan). alat kejiwaan ini dapat menilai hal-hal yang bersifat abstrak (yang bathin). dorongan ini disebut Al-Bashierah). karena dorongan ini mendapat keterangan (ilham) dari Allah SWT. Ketiga
kekuatan
jiwa
dalam
diri
manusia
inilah
yang
menggambarkan hakikat manusia itu sendiri. maka konsepsi pendidikan dalam islam, selalu memperhatikan ketiga kekuatan tersebut, agar berkembang dengan baik dan seimbang, sehingga terwujud manusia ideal (insan kamiel) menurut konsepsi manusia.
119
Sedengankan dalam pendidikan jiwa, ada beberapa cara atau metode yang dapat dilakukan untuk membersihkan jiwa, yaitu; Tauhid, ini dapat membersihkan jiwa dari berbagai kotoran dan kemusyrikan serta segala akibatnya. Tauhid memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang, karena ia dapat menentukan corak dari perilaku seseorang, baik perilaku yang nampak maupun yang tidak nampak. Tauhid kalau di ibaratkan dalam dunia konstruksi, ia bagaikan pondasi bagi suatu bangunan, baik tidaknya bangunan tersebut sangat ditentukan oleh pondasi yang ada. Ini artinya sejauh-mana tauhid itu tertanam dengan baik dan benar, sejauh itu pula jiwa tersucikan, yang akan berbuah dengan sifat-sifat terpuji dan mulia. Sehingga tauhid merupakan sarana pertama dan utama bagi pembersihan jiwa. Shalat, dengan cara ruku‟, sujud, dan berdzikir merupakan sarana membersihkan jiwa seseorang. Karena itu dengan ruku‟, sujud dan dzikir lainnya dapat menghilangkan sifat sombong dan mengingatkan jiwa kita agar istiqamah di atas perintah Allah swt. Dalam al-Qur‟an Allah swt. telah berfirman yang berbunyi “ Dan berkata Ibrahim:“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagaian (yang lain) dan sebahagian kamu melaknati sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka
dan sekali-kali
penolongpun”.
120
tak ada
bagimu para
Zakat dan Infak, ini juga merupakan jalan untuk membersihkan jiwa umat manusia, terutama yang berkaitan dengn sifat bakhil dan kikir terhadap harta yang dimiliki yang merupakan anugerahkan Allah swt. Lihat firman Allah swt yang berbunyi “ yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya. Puasa, juga merupakan alat membersihkan jiwa, terutama berkenaan dengan nafs sahwat perut dan juga kemaluan. Allah swt telah berfirman dalam al-Qur‟an yang berbunyi “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambah lah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. Dzikir dan Fikir, dapat dilakukan membersihkan jiwa, terutama untuk membuka hati agar menerima ayat-ayat Allah, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Ini dapat dilihat dalam firman Allah swt yang berbunyi “ Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan- kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti”. Mengingat kematian. Muhasabah, muraqabah, mujahadah dan termasuk amar ma‟ruf dan nahi mungkar merupa kan sarana yang dapat digunakan untuk pembersihan jiwa. Sehingga jiwa yang bersih akan
121
melahirkan sifat-sifat terpuji yang sangat disenangi oleh umat manusia. Sehingga akan mendapatkan kemuliaan, baik dimata manusia maupun di mata Allah swt. Yang dengan sifat-sifat itu ia akan mencapai kesempurnaan hidup, dan dapat meraih kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan ini dapat dicapai lantaran ia (manusia) itu mampu menserasikan kedua hubungan yang di perintahkan Allah swt. yaitu hubungan dengan Allah swt dan juga hubungan dengan sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Hal inilah yang di tegaskan Allah swt dengan firman-Nya “ Di kenakan atas mereka itu kehinaan, dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia,. Dalam ayat yang lain, Allah swt. menjanjikan balasan bagi mereka yang memiliki jiwa suci (beriman), sebagaimana firman-Nya yang berbunyi “ Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi. (Yaitu) syurga „Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan
kemaksiatan).
(http://nusalima.blogspot.co.id/2014/05/tazkiyatun-
nafs-mensucikan-dalam-islam.html)
122
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Proses pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah adalah dengan menggunakan metodi pembelajaran yang bervariasi,yakni dengan menggunakan metode klasik bandungan, tanya jawab, serta ceramah. Adapun untuk evaluasi yang berguna sebagai alat ukur dalam menentukan hasil pembelajaran serta untuk menetapakan naik tingkatan kitab atau tidak, menggunkan sistem ulangan harian dan pengamatan harian. 2. Setelah murid (santri) mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin ini, mayoritas dari mereka sudah dapat menerapkan materi-materi yang ada dalam kitab Akhlak Lil Baniin tersebut ke dalam kehidupan seharihari, seperti menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, dalam berbicara sangat hati-hati, kitab-kitab yang digunakan bersih dari coretan dan bersampul dengan rapi. Meskipun demikian, ada sebagian kecil dari santri yang telah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin, cara bicaranya kurang sopan terlebih terhadap teman-temannya.
123
B. Saran-saran 1. Diharapkan kepada para guru, terutama guru mata pelajaran PAI, untuk berupaya terus mempelajari akhlak dan mampu menerapkannya dalam lingkungan pendidikan. 2. Diharapkan pihak pondok pesantren untuk mengembangkan metodemetode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran serta melengkapi referensi-referensi lain yang dapat mendukung dalam proses pembelajaran. 3. Kepada lembaga IAIN Salatiga hendaknya menambah mata kuliah tentang akhlak di seluruh jurusan. 4. Kepada para peneliti diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. 5. Hendaknya setiap pondok pesantren dan lembaga pendidikan formal benar-benar memperhatikan tentang pendidikan akhlak, sebagi bekal bagi santri dan murid dalam kehidupan bermasyarakat. C. Penutup Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada engkau dari kesulitan dan kesedihan. Aku berlindung kepada engkau dari kelemahan dan dari kemalasan. Aku berlindung kepada engkau dari kebakhilan dan
124
dari berhati pengecut. Aku berlindung kepada engkau dari terjerat hutang dan tertindas orang lain.
125
DAFTAR PUSTAKA _____________. 2006. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang pendidikan. Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI. Abdul Halim Mahmud, Ali. 2004. Akhlak Mulia Terj.Abdul Hayyie al-kattani, dkk. Jakarta: Gema Insani Press.
Abdullah, Amin. 1995. Falsafah Kalam Di Era Post Modernisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers.
Mukti. 1982. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, Jakarta: Depag RI. AR, Zahruddin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. Arifin, Imron. 1993. Kepemimpinan Kyai: Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng. Malang: Kalima Sahada Press. Arifin, Muzayyin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. As‟ad, Ali, tt. Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuanterj. Ta’lim Muta’allim, Kudus: Menara Kudus. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran: Bandung, Alfabeta. Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Islam – Tradisi dan ModernisasiMenuju Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Baradja, Umar. 1992. Akhlak Lil Baniin, Terjemah Bahasa Jawa, Surabaya: CV. Ahmad Nabhan, Jilid I, II, III dan IV. Bawani, Imam. 1993. Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, Surabaya: AlIkhlas. Departemen Agama RI. 2003. Pola Pembelajaran di Pesantren. Jakarta: Ditpekapontren.
126
Dewantara, Ki Hajar. 1962. Dasar-dasar Pendidikan dalam Karya Ki Hajar Dewantara, Taman Siswa, Yogyakarta. Dhofier, Zamakhsyari. 1990. Tradisi Pesantren – Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai, Jakarta: LP3ES. Djatmika, Rachmad. 1996. Sistem Ethika Islami (Akhlaq Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas. DR. Marjuki, 2009, Akhlak Mulia (Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika Dalam Islam), Debut Wahana Press: Yogyakarta. Fahmi, Sadad. 1991. Kamus Lengkap 7.500.000, Surabaya: Karya Ilmu. Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2002. Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah, Umar Yusuf. 1996. Mu’allim at-Tarbiyah fi al-Qur’an wa al- Sunnah, Yordania, Dar Usamah. Hasyim, H.M. Yusuf. 1998. Peranan dan Potensi Pesantren dalam Pembangunan,dalam Wolfgrang Karcher dkk. (peny.), Dinamika Pesantren, Jakarta: P3M. http://asnwimulyadi.blogspot.co.id/2013/08/pengertian-dan-definisi-akhlak.html http://nusalima.blogspot.co.id/2014/05/tazkiyatun-nafs-mensucikan-dalamislam.html http://ppalghozaliyah.blogspot.com/2014/06/biografi-syaikh-umar-barajapengarang.html Ismail SM, Nurul Huda, Abd. Khalik (Ed.), 2002, Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang kerjasama PustakaYogya. Ilyas, Yunahar. 1999. Kuliah Akhlaq.Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam. Djasuri. 1999. Metode Pengajaran Agama. Semarang; IAIN Wali Songo. Khoiri, Alwan, dkk. 2005. Akhlaq/Tasawuf. Yogyakarta: Pojok Akademi UIN Sunan Kalijaga.
127
Lahiji, Syehk ZA Qurbani, 2011, Risalah Sang Imam (Ajaran Etika Ali Bin Abi Thalib), Al-Huda: Jakarta Madjidi, Busyiri. 1997. Konsep Kependidikan para Filosofis Muslim, Yogyakarta: Al Amin Press. Mahmud, Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia, Terj.Abdul Hayyie al-kattani, dkk. Jakarta: Gema Insani Press. Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. MM, Mahmud. 2006. Model-Model Pembelajaran di Pesantren. Tangerang: Media Nusantara. Maunah, Binti. 2009. Tradisi Intelektual Santri. Jogjakarta: Teras. Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. RemajaRosda Karya. Mustofa. 1995. Akhlak Tasawwuf. Bandung: Pustaka Setia. Mustofa. 1997. Akhlaq Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia. Misbah, Mujtaba, 2008, Daur Ulang Jiwa, Al-Huda: Jakarta. Nata, Abudin. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers. Poerbakawatja, R. Soeganda dan Harahap H.AH. 1992. Ensiklopedia Pendidikan,Jakarta : Gunung Agung. Prasojo, Sudjoko. 1982. Profil Pesantren, Jakarta: LP3ES, Cet. III. Prawiranegara, Alamsyah R. 1982. Pembinaan Pendidikan Agama, Jakarta: Depag RI. Rahardjo, M. Dawan (Peny.). 1985. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES, cet. III. Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. Ridha, Abu. 1994. Urgensi Tarbiyah Dalam Islam. Jakarta: Inqilab Press.
128
Ruswandi, Uus. 2004. Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Mimbar Pustaka. Sarwono,Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Steenbrink, A. Karel. 1994. Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES. Shaleh, Abdul Rachman. 2006. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D.Bandung : Alfabeta. Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suwito. 2004. Filsafat Pendidikan Akhlak; Kajian Atas Dasar, Paradigma danKerangka teori Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Belukar. Wasty, Soemanto. 1990. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Tafsir, Ahmad. 1996. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi pendidikan. Jakarta:Imtima. Tim Penyusun Departemen Agama RI. 1993. Ensiklopidi Islam jilid 4, Jakarta:Ikhtiar Baru Van Hoeve. Uhbiyati, Nur. 1998. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Usman, Basyirudin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press. Wahid, Abd. Rahman.1998. “Principles Of Pesantren Education” Dalam ManfredOepen And Wolfgang Karcher (Ed.) The Infact Of Pesantren, Jakarta: P3M. Ya‟cub, Hamzah. 1998. Etika Islam: Pembinaan Akhlakul Karimah suatu pengantar,Bandung : Diponegoro. Yunus, Muhammad dan Bakri, Qasim. 1992. Kitab al-Tarbiyah wa al-Ta’lim, Pondok Modern Darussalam Gontor. Zainuddin, dkk. 1996. Pemikiran Pendidikan Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara.
129
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA A. Pedoman Observasi 1.
Keadaan dan letak geografis Pondok Pesantren Daruttauhid AlAlawiyah Al-Awwaliyah
2. Kondisi Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah dan lingkungan Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah AlAwwaliyah 3. Kondisi fasilitas, sarana dan prasarana secara umum 4. Keadaan Ustazd, Pengurus dan Santri Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah 5. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin B. Pedoman Dokumentasi 1. Sejarah berdirinya dan perkembangan Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah Pondok Pesantren Al- Munawwir 2. Dasar dan tujuan Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah AlAwwaliyah 3. Data administrasi tentang Ustazd, Pengurus dan Santri Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah 4. Data administrasi tentang fasilitas, sarana dan prasarana Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah secara umum. 5. Tujuan Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah. 6. Struktur organisasi di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al Awwaliyah .
1
PEDOMAN WAWANCARA A. Pengasuh Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah 1. Identitas Personal 2. Bagaimana
sejarah
dan
berkembanganya
Pondok
Pesantren
Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah pondok? 3. Bagaimana pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah? 4. Bagaimana tanggapan bapak sebagai pengasuk Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah tentang adanya pembelajatan kitab Akhlak Lil Baniin ? 5. Bagaimana materi yang diajarkan dalam kitab Akhlak Lil Baniin? 6. Apakah pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin dapat memberikan efek positif pada santri di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah AlAwwaliyah? 7. Bagaimana akhlaq yang dijelaskan dalam pembelajaran kitam Akhlak Lil Baniin? 8. Apa tujuannya pembelajaran akhlaq dalam kitab Akhlak Lil Baniin? 9. Apakah pembelajaran akhlaq dalam kitab Akhlak Lil Baniin masih sesuai dengan pendidikan dijaman moderen ini? 10. Bagaimana pengetahuan akhlaq yang dimiliki oleh santri-santri di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah?
2
11. Bagaimana pengaruhnya pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin pada akhlaq santri? 12. Apakah santri menerapkan pendidikan yang ada pada kitab Akhlak Lil Baniin? 13. Bagaimana perubahan santri setelah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin? 14. Bagaimana hasil dari pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin? 15. Apakah dengan pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin dapat membantu siswa menjadi insan yang berakhalaq? 16. Hasil apakah yang yang bisa dicapai oleh santri setelah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin? B. Ustadz Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah 1. Identitas personal. 2. Jenis pelajaran apa yang ustadz ampu? 3. Apakah ustadz pernah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin? 4. Bagaimana materi pembelajaran akhlaq dalam kitab Akhlak Lil Baniin tersebut? 5. Bagaimana proses pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin? 6. Apakah parasantri mengikuti pembelajaran dengan baik? 7. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah AlAwwaliyah?
3
8. Bagaimana para ustadz dalam memantau perkembangan/kemanjuan santri dalam pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin? 9. Bagaimana metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin? 10. Bagaimana pengetahuan para santri tentang akhlaq? 11. Menurut ustadz apakah pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin ini bisa membantu santri menjadi manusia yang berakhlaq? Berakhlaq sepertia apa? 12. Dari semua santri yang mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin ini berapa persen yang bisa dikatakan berakhlaq? 13. Setelah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin apakah santri menerapkannya dalam kesehariannya? 14. Bagaimana ustadz mengukur santri tersebut berakhlaq atau tidak ketika sudah selesai mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin? 15. Bagaimana usaha ustadz dalam menerapkan pembentukan akhlaq para santri di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah ini? C. Pengurus Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah 1. Identitas personal 2. Apa jabatan saudara di pengurus? 3. Berapa lama saudara menjabat sebagai pengurus? 4. Apakah saudara sudah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin?
4
5. Bagaimana proses pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin tesebut? 6. Bisa dijelaskan isi pembahasan kitab Akhlak Lil Baniin? 7. Bagaimana pembelajaran akhlaq dalam kitab Akhlak Lil Baniin? 8. Apakah dengan mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin tersebut bisa merubah kelakuan para santri? 9. Bagaimana akhlaq santri di Pondok Pesantren Daruttauhid AlAlawiyah Al-Awwaliyah ini? 10. Adakah perbedaan antara santri yang telah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin dan yang belum mengikuti pembelajaran tersebut? 11. Bagaimana hasil pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin tersebut? 12. Apakah santri menerapkan akhlaq yang ada pada kitab Akhlak Lil Baniin? D. Santri Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah 1. Identitas personal 2. Sudah berapa lama anda tinggal di Pondok Pesantren Daruttauhid AlAlawiyah Al-Awwaliyah ? 3. Selain belajar di Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah AlAwwaliyah saudara belajar dimana? 4. Apakah saudara pernah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin? 5. Apa yang dibahas dalam kitab Akhlak Lil Baniin? 6. Bagaimana menurut anda pembahasan dalam kitab Akhlak Lil Baniin?
5
7. Bagaimana pembelajaran akhlaq dalam kitab Akhlak Lil Baniin? 8. Apakah pembelajaran yang ada pada kitab Akhlak Lil Baniin masih sesuai dengan kehidupan sekarang? 9. Menurut anda apa manfaat yang bisa di ambil setelah mengikuti pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin? 10. Apakah anda sudah menerapkan akhlaq yang terdapat dalam kitab Akhlak Lil Baniin? Bekal yang diberikan guru dalam pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin apa bisa diterapkan ketika diluar Pondok Pesantren Daruttauhid Al-Alawiyah Al-Awwaliyah?
6
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Identitas Informan Nama Jabatan Waktu Wawancara B. Hasil Wawancara Pertanyaan
: K.H Ichsanuddin „Abdan : Pengasuh Pondok Pesantren : Jumat, 5 februari 2016, Pukul 19.00 WIB Jawaban
Bagaimana sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah?
Dulu yang mengasuh pondok ini almarhum ayah saya dan setelah ayah saya meninggal lalu ibu dan sayalah yang meneruskan perjuangannya. Ya santri-santri saya didik dengan kitab kuning dan saya ajak mereka dengan pemikiran dan wawasan yang lebih luas ya sesuai dengan jaman sekarang, kalau tidak seperti itu nanti akan tertinggal tentang pemikirannya.
Bagaimana pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah?
Tentang pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin untuk memberikan pengetahuan santri dalam akhlaq, supaya santri itu bisa bertatat krama dengan baik ya minimal bisa sesuai dengan kitab tersebut. Sukur-sukur bisa menerapkan kedalam kehidupannya seharihari, yang di inginkan guru, orang tua dan masyarakatkan seperti itu jika akhlaqnya baik pasti akan dihormati orang. Dalam pembelajarannya sendiri masih mengunakan metode bandongan, tanya jawab dan ceramah.
7
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Identitas Informan Nama Jabatan Waktu Wawancara
: Ustadz Budi Santoso : Pengurus Pengurus (Ustadz Akhlak Lil Baniin) : Sabtu, 6 Februari 2016, Pukul 15.00 WIB
B. Hasil Wawancara Pertanyaan Bagaimana proses pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah? Metode apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah? Apa yang dibahas dalam kitab Akhlak Lil Baniin, apakah anda sudah menerapkan pembelajaran tersebut?
Bagaimana pengetahuan santri tentang akhlak setelah mengikuti pengajian akhlak lil baniin?
Bagaimana cara
Jawaban Ya proses pembelajaran kitab tersebut seperti biasanya, mengunakan metode ceramah, tanya jawab dan bandongan.
Kalau menurut saya metode tanya jawab ini sangat bagus, bisa mebuat suasana hidup kembali, ya ma‟lum lah kalau mengunakan metode ceramah santri itu akan tertidur apalagi yang bertempat di pojok atau di belakang temannya. Kalau mengunakan tanya jawab semuanya akan memperhatikan. yang dibahas dalam kitab tersebut menyangkut tentang akhlak kitab tersebut menuntut para santri dalam bersikap kepada Allah SWT, Nabi, orang tua (bapak dan ibu), Guru, teman, saudara-saudara (kandung dan sepupu baik yang lebih muda ataupun yang lebih tua) serta kepada dirinya sendiri. Kalau saya sendiri sudah menerapkan apa yang telah diajarkan dalam kitab tersebut, karena saya disini sebagai panutan (ketua) kalau saya gak bersikap baik dan sopan, ya bisa rusak anak buah saya. Bisa diperhatikan setiap harinya, anak-anak yang mengikuti pembelajaran itu akan berubah perilakunya tapi secara perlahan-lahan tidak sekaligus. Biasanya akan berubah dari pakeannya dahulu baru perkataannya, dan penghormatan terhadap guru, teman dan masyarakat sekitar ya semua itukan perlu proses. Sistem 8
evaluasi
yang
digunakan
dalam
mengukur hasil dari pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin? Adakah evaluasi yang dilaksanakan?
Bagaimana cara untuk mengevaluasi santri ketika berada di luar Pondok Pesantren?
pembelajaran akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin di pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah: 1. Ulangan 2. Santri disuruh membaca satu persatu 3. Santri disuruh menjelaskan secara garis besar materi pelajaran yang telah dipelajari. 4. Evaluasi tingkah laku keseharian. Untuk mengawasi keseharian anak-anak di luar pondok, biasanya saya menghubungi orangorang yang bersangkutan dengan kegiatan mereka di luar pondok, seperti gurunya disekolahan, masyarakat di lingkungan pondoki dan kadang saya juga mencari informasi dari teman-temannya
9
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Identitas Informan Nama Jabatan Waktu Wawancara
: Ustadz Eko Bagus Prasetyo : Pengurus (Ustadz Akhlak Lil Baniin) : Ahad, 7 Februari 2016, Pukul 10.00 WIB
B. Hasil Wawancara Pertanyaan
Jawaban
Bagaimana pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah? Bagaimana metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang anda lakukan?
Pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah seperti di Pondok Pesantren pada umumnya, kalau kegiatannya sendiri dimulai dari pukul 18.30- 22.00 itu kalau malam hari Tentang metode yang diterapkan dalam pembelajaran metode bandongan, metode tanya jawab, sorogan dan ceramah. Kalau saya sendiri biasanya menggunkan metode ceramah. Karena metode ini sangat efektif bagi ustadustad dengan metode tersebut bisa sekaligus mengawasi santri-santri, memperhatikan atau tidak dalam pembelajarannya tersebut. Apakah pembelajaran Bisa, untuk menjadi manusia yang berakhlak kitab ini bisa membentuk itu kan harus tahu dulu apa itu akhlak, seperti akhlak para santri, apa penerapan dan apa manfaatnya, seperti apa? jawabannya ada dalam kitab ini, kitab ini menagajarkan kepada semua santri agar bersikap sopan dan baik terutama pada guru supaya ilmu yang didapat nanti bermanfaat, selain itu kitab ini juga mengajarkan bagaimana seorang anak harus bersikap kepada semua orang. Dengan begitu seorang anak nantinya akan mempunya akhlak yang baik dan ilmu bermanfaat. Bagaimana tingkat pengetahuan santri tentang akhlak stelah mengikuti pembelajaran Akhlak Lil Baniin?
Kita bisa lihat dari tingkah polah keseharian akan ada perbedaan bagi santri yang telah mengikuti pembelajaran. Evaluasi juga kita adakan yaitu dengan cara Ulangan dan Setiap kali pertemuan, 1 – 3 orang santri diperintahkan untuk membaca dan mengartikan sekaligus menjelaskan maksudnya. 10
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Identitas Informan Nama Jabatan Waktu Wawancara
: Ustadz Abdul Hadi : Pengurus (Ustadz Akhlak Lil Baniin) : Senin, 8 Februari 2016, Pukul 14.00 WIB
B. Hasil Wawancara Pertanyaan Bagaimanana proses pembelajaran, dan metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran?
Metode apa yang anda gunakan dalam pembelajaran?
Bagaimana pengetahuan akhlak yang dimiliki santri di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah? Apakah pembelajaran kitab ini bisa membentuk akhlak para santri, seperti apa?
Jawaban Kalau dalam pembelajaran penerapan metode itu ya beda-beda antara ustadz satu dengan ustad yang lainnya. Yang penting jangan mengunakan satu metode saja pasti akan membosankan. Ya kita harus pandai-pandai mengabungkan metode-metode agar yang di ajar itu tidak bosan, atau bisa melihat suasana, suasana seperti ini mengunakan metode ini, kalau suasana seperti itu mengunakan metode seperti itu. Kalau saya sendiri lebih sering menggunakan bandungan, yaitu metode dengan cara santri mendengarkan dan menulis makna dari seorang guru atas kitab yang diajarkannya. Para santri mendengarkan dengan cermat dan menulis dengan hurup pegon yang mengantung di bawah tulisan kitab yang sedang dipelajarinya tersebut. Kalau pengetahuan akhlaq yang dimiliki bermacam-macam ada yang bagus dan ada yang kurang bagus.
Bisa! Dengan pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin pengetahuan akhlak yang dimiliki oleh santri itu semakin tinggi, dengan begitu secara perlahan-lahan tertanam dalam kehidupan sehari-hari, yang dulu hanya berbicara asalasalan sekarang sedikit-sedikit berbicara sopan dan sudah tau caranya menghormati guru, teman dan yang paling penting bisa mensyukuri nikmat yang didapat.
11
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Identitas Informan Nama Jabatan Waktu Wawancara
: Naf‟an Ahmad : Santri : Kamis, 11 Februari 2016, Pukul 19.45 WIB
B. Hasil Wawancara Pertanyaan Bagaimana pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin? Apa yang dibahas dalam kitab Akhlak Lil Baniin, apakah anda sudah menerapkan pembelajaran tersebut? Bagaimana dengan peraturan yang ada di pondok ini?
Bagaimana interaksi yang terjalin antar sesama?
Jawaban Pembelajarannya menyenangkan karena kitab ini sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. pembahasan dalam kitab tersebut mengajarkan kepada santri agar menjadi manusia yang berakhlak, dalam penerapannya tidak sekejap saya terapkan, tapi secara berangsur-angsur, jika sekaligus ya berat. Di sini juga aturannya ketat, kalau misalnya melakukan kesalahan ya ada hukumannya. Kadang hafalan juz „ama, ada yang disuruh nulis kitab, ada yang disuruh kultum setelah shalat isya‟, ya tergantung dari kesalahannya. Interaksi antar anak di sini alhamdulillah baik, tapi namanya juga orang itu kan karakternya berbeda-beda, bagi saya itu hal yang wajar. Saya sendiri juga kadang ada masalah sama teman, tapi ya langsung diselesaikan secara baik-baik, karena kan juga sesuai dengan pembelajaran kitab Akhlak Liil Baniin.
12
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Identitas Informan Nama Jabatan Waktu Wawancara
: Abdul Razaq : Santri : Jum‟at, 12 Februari 2016, Pukul 14.00 WIB
B. Hasil Wawancara Pertanyaan
Jawaban
Apa pembahasan yang ada dalam kitab Akhlak Lil Banin, sudah bisa menerpakan pembelajaran tersebut?
pembelajaran tersebut sangat baik cocok untuk santri dan seluruh penuntut ilmu, kitab tersebut membahas tentang akhlak anak dan siapa-siapa yang harus dihormati. Kalau penerapannya, saya belum menerapkan semuanya dalam kehidupan, tapi perlahan-lahan saya terapkan juga karena itu semua sangat penting untuk sebuah panutan. Apa yang didapat setelah Sangat banyak, karena kitab ini mengajarkan mengikuti pembelajaran bagaimana kita bersikap, yang terpenting kitab Akhlak Lil Baniin? Sangat bermanfaat bagi kami, karena setelah mempelajari kitab tersebut kami mejadi tahu bagaimana seharusnya sikap kita dalam hubungan kita sesama manusia dan hubungan kita dengan Allah. Berhubungan dengan Kalau disini kan wajib berjamaah, jadi semua sikap kepada Allah, santri selalu jamaah shubuh, ustadz selain setiap hari apakah rajin mengajarkan di kelas juga langsung jamaah shubuh? mengajarkan dalam kehidupan sehari-hari.
13
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Identitas Informan Nama Jabatan Waktu Wawancara
: Ibnu Fajar : Santri : Sabtu, 13 februari 2016, Pukul 14.30 WIB
B. Hasil Wawancara Pertanyaan
Jawaban
Apa saja materi-materi yang diajarkan dalam kitab Akhlak Lil Baniin?
Materi dalam kitab tersebut sangat bagus, karena kitab tersebut mengajarkan kepada santri bagaimana bersikap yang baik, penghormatan kepada semua orang di sekeliling kita baik lebih muda maupun yang lebih tua. Ya saya sudah menerapkan, awalnya berat dalam penerapannya, yang awalnya asal bicara sekarang harus berhati-hati dalam dalam bicara, akhirnya ya bisa juga. Apa yang didapat setelah Ya kami jadi tahu bagaimana seharusnya mempelajari kitab bersikap kepada Allah dan sesama manusia. Akhlak Lil Baniin? Shalat lima waktunya Shalat wajibnya tidak pernah bolong, tapi sudah dilaksanakan? kadang telat. Kalau telat biasanya dapat hukuman. Apa hukumannya? Saya pernah telat shalat berjama‟ah, terus saya dihukum disuruh nulis.
14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap
: Roykhan „Abid
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir
: Kab. Magelang, 25 Nopember 1989
Agama
: Islam
Alamat
: Japunan 03/03, Danurejo, Mertoyudan, Magelang.
Riwayat Pendidikan
: RA Japunan
(1994-1995)
MI Muhammadiyah Japunan
(1995-2001)
MTs Ma‟arif RM Mungkid
(2001-2004)
M.A Sunan Pandan Aran
(2004-2007)
15
LOKASI PONDOK PESANTREN AL „ALAWIYAH AL AWWALIYAH
NDALEM K.H ICHSANUDDIN ABDAN
16
GEDUNG PONDOK PESANTREN
17
SUASANA SAAT PENGAJIAN DI DALAM KELAS
18
19
KEGIATAN-KEGIATAN SANTRI
20
21
TATA TERTIB SANTRI
22
23