IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TEMATIK DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SD NEGERI BANJARSARI KECAMATAN WINDUSARI KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Mempe roleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh Nama
: Rozinah
NIM
: 11409118
JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA( STAIN ) 2011
i
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) S A LA T I GA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.323706 Kode Pos. 50721 Salatiga PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara Nama
: Rozinah
NIM
: 11409118
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Tematik dengan Pendekatan Kontektual di Kelas 5 SD Negeri Banjarsari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011.
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Pembimbing
Jaka Siswanta,M.Pd. NIP.19710219200031002
ii
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) S A LA T I GA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.323706 Kode Pos. 50721 Salatiga
PENGESAHAN SKRIPSI Judul
: Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Tematik dengan Pendekatan Kontektual di Kelas 5 SD Negeri Banjarsari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011.
Nama
: Rozinah
NIM
: : 11409118
Program Studi : Pendidikan Agama Islam ( PAI )
Salatiga,
Agustus 2011
Dewan Penguji, Ketua,
Sekretaris,
(...........................................) NIP.
(............................................) NIP.
Penguji I,
Penguji II,
(...........................................) NIP.
(.........................................) NIP. Pembimbing
Jaka Siswanta,M.Pd. NIP.19710219200031002
iii
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) S A LA T I GA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.323706 Kode Pos. 50721 Salatiga
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Rozinah
NIM
: 11409118
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, Penulis
Rozinah
iv
Agustus 2011
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto=
(Q.S Al Mujadalah 11) 2. Tiada kesungguhan yang akan sia-sia.
Persembahan untuk : 1. Suami tercinta dan anak-anakku tersayang 2. Kepala Sekolah dan teman-teman guru yang selalu memberi dorongan dan kesempatan untuk selalu belajar 3. Almamaterku STAIN Salatiga
v
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim, Puji syukur penukis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, inayah serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas di dalam penulisan skripsi ini, kemudian sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabat-sahabatnya. Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah memberi kesempatan untuk menyelasaikan skripsi ini. 2. Bapak Drs. Joko Sutopo selaku Ketua Program Studi PAI Ekstensi yang berkenan menyetujui dan merestui skripsi ini. 3. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. sebagai pembimbing risalah ini yang telah banyak membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. 4. Bapak-bapak/Ibu Dosen, yang telah memberikan pandangan dan dorongan sehingga terwujudnya skripsi ini. 5. Kepala Sekolah dan teman-teman guru SDN Banjarsari yang telah banyak membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi kemajuan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan sumbangan bagi dunia pendidikan pada umumnya.
Salatiga,
Agustus 2011 Penulis
Rozinah
vi
ABSTRAK
Rozinah. 2011. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Tematik dengan Pendekatan Kontekstual di SD Negeri Banjarsari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
Seberapa besar implementasi
Pembelajaran Pendidkan Agama Islam Tematik dengan pendekatan Kontekstual SD Negeri Banjarsari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang Tahun 2011
Metode penelitian ini menggunakan observasi dan angket. Populasi yang digunakan adalah Siswa Putra Kelas 3 SDN Banjarsari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011. Sampel yang digunakan sebanyak 34 siswa dengan teknik random. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian adalah 1) Pembelajaran PAI Tematik, 2) Pendekatan Kontekstual.
Dari analisis data diperoleh hasil, Penerapan Pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual di SDN Banjarsari diselenggarakan meliputi tiga aspek keterpaduan yaitu: Keterpaduan penyelenggaraan, Keterpaduan proses pembelajaran dan keterpaduan materi pembelajaran.
Melihat kenyataan tersebut diatas dapat disampaikan kepada guru Pendidikan Agama Islam dan peneliti selanjutnya yang meneliti tentang Pembelajaran Pendidkan Agama Islam Tematik dengan pendekatan Kontekstual. Penelitian ini dapat di ulang dengan sampel yang lebih baik dalam hasil dari penelitian.
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………..
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………………….
ii
PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………………………………….
iii
DEKLARASI ……………………………………………………………………..
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………………….
v
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………
vi
ABSTRAK ………………………………………………………………………..
vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... viii DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….
x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….
Xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3 C. Penjelasan Istilah ................................................................................................. 5 D. Metode Penelitian................................................................................................ 7 E. Sistematika Pembahasan ..................................................................................... 18 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran Terpadu…………………………………………….. 20 B. Model Pembelajaran Tematik ………………………………………………… 27 C. Model Pembelajaran Kontekstual ……………………………………………. 27 BAB III PAPARAN DATA A. Sejarah singkat Sekolah Dasar ........................................................................... 38 B. Letak Geografis Sekolah Dasar .......................................................................... 38 C. Visi dan Misi Sekolah Dasar .............................................................................. 38 D. Kurikulum dan Pembelajaran Sekolah Dasar..................................................... 39 E. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri Banjarsari ..................... 40
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terpadu dengan Pendekatan Kontekstual di Sekolah Dasar ........................................................... 42 1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terpadu............................................. 42 2. Pengelolaan Kelas dan Guru ............................................................................ 66 3. Metode Pembelajaran PAI Terpadu dengan Pendekatan Kontekstual di SD ... 67 4. Sumber Belajar dan Media Pembelajaran ........................................................ 71 5. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terpadu ............................................................................................................. 76 B. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran PAI Terpadu dengan Pendekatan Kontekstual di SD Banjarsari dan Upaya Penyelesaian .................... 80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................................ 85 B. Saran ...................................................................................................................... 86
Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran Riwayat Hidup Penulis
ix
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Keadaan siswa…… ……………………………………
32
2. Tabel 2. Keadaan guru…………………………………………..
33
3. Tabel 3 Nama Responden....................…………………………
35
4. Tabel 4. Jawaban responden…………………………………….
37
5. Tabel 5. Hasil prestasi …………….……………………………
38
6. Tabel 6. Hasil angket sikap hormat..……………………………
40
7. Tabel 7. Hasil prestasi siswa……………………………………
44
8. Tabel 8. Pemahaman sikap hormat................................…………
51
9. Tabel 9. Analis kedua................................................ ……………
53
10. Tabel 10. Hubungan sikap hormat dan prstasi...................................
54
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin penelitian dari sekolah 2. Surat izin penelitian dari STAIN 3. Daftar riwayat hidup
xi
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang harus dilalui oleh siapapun yang hidup diabad XXI ini. Dala m era ini segala aspek kehid upan mengala mi ke majuan. Kehidupan global dalam era ini terbuka dengan perdagangan bebas serta kerja sama regional yang me merlukan sumber daya manus ia yang unggul dan berkualitas. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang ma mpu bersaing dengan baik. Kemampuan berkompetisi dapat terwujud jika manusia mengenyam pendidikan yang berkua litas. Pend id ika n ya ng berkua litas adala h pend id ika n ya ng ma mp u mengembangkan sikap inovatif dan kreatif pada peserta didik. Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab II tentang dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional pasal 3 disebutkan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan me mbentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab(UU RI, 2006:10). Menurut Dr. Zakiah Darajat dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pendidikan Islam”, bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri dari beberapa tujuan
2
yang meliputi: tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara dan tujuan operasional. Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Apabila penyelenggaran pendidikan Islam mampu mencapai tujuan umum ini, maka terwujudlah bentuk insan kamil dengan pola takwa (Zakiah Darojat, 1996:10-13). Tujuan akhir dari pendidikan Islam dapat dipahami dalam firman Allah Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar- benarnya takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)” (Q.S. Ali Imran 102) (Depag, 1997:5). Peserta didik pada kelas rendah terutama kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga pembelajarannya masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialaminya Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I sampai III yang terpisah untuk setiap mata pelajaran, akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik, sehingga terdapat permasalahan pada kelas awal (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang dan nilai yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran bermakna bagi siswa. pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru harus merancang
3
pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar menunjukkan kaitan unsur- unsur konseptual yang menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan, selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik disekolah dasar akan sangat membantu siswa, hal ini dilihat dari tahap perkembangan siswa yang,
masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa, Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang emnjadi pembicaraan, Berangkat dari permasalahan tersebut di atas,
maka penulis
berkeinginan untuk menga mati lebih dekat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Aga ma Islam tematik dengan pendekatan kontekstual di SD Banjarsari Kec Windusari Kab Magelang, ma k a penulis mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam tematik dengan pendekatan kontektual di SD Banjarsari kecamatan Windusari kabupaten Magelang tahun 2010/2011”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan studi pendahuluan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
4
1.
Baga imana penerapan pe mbe lajaran pendid ikan aga ma Isla m tematik dengan pendekatan kontekstual di SD Banjarsari Kec Windusari,Kab Magelang?.
2.
Apa saja faktor hambatan dan bagaimana upaya penyelesaiannya dalam penerapan pembelajaran pendidikan agama Islam tematik dengan pendekatan kontekstual di SD
Banjarsari Kec
Windusari,Kab
Magelang?. C. Tujuan Pe nelitian Searah dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1.
Mendeskripsikan penerapan pe mbelajaran pendidikan aga ma Isla m tematik
dengan pendekatan kontekstual di SD Banjarsari Kec
Windusari,Kab Magelang. 2.
Mendeskripsikan faktor- faktor hambatan dan upaya penyelesaiannya dala m penerapan pembelajaran pendidikan aga ma Islam tematik dengan pendekatan kontekstual di SD Banjarsari Kec Windusari,Kab Magelang.
D. Manfaat Penelitian Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat diambil manfaatnya antara lain sebagai berikut. 1.
Kegunaan pene litian secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
2.
Kegunaan pene litian secara praktis
5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman atau acuan dalam penyelenggaraan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya di SD dan di sekolah-sekolah lain pada umumnya.
E. Pe njelasan Istilah Untuk menghindari perbedaan pengertian makna dari masalah penelitian ini, maka perlu adanya penjalasan dan penegasan pokok istilah yang ada dalam judul penelitian ini. Adapun definisi istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini sebagai berikut. 1.
Pe mbe lajaran Pe ndidikan Agama Islam Te rpadu. Pembelajaran adalah segala upaya atau kegiatan
yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Tujuan dari pembelajaran adalah membelajarkan siswa. Dengan demikian yang dimaksud pembelajaran dalam penelitian ini adalah kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan tidak hanya sekedar proses
penya mpa ian
mater i,
akan
tetapi
pe mbe lajaran
diselenggarakan untuk me mbentuk watak, peradaban, dan peningkatan mutu kehidupan peserta didik. Pendidikan Agama Isla m adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dala m
menga ma lka n
me nyak ini, Aga ma
Isla m
ma ma ha mi, me la lui
me nghayati, kegiata n
dan
bimb ingan,
pengajaran, dan latiha n denga n me mperhatikan tuntuta n untuk
6
menghor mati orang lain dala m hubungan kerukuna n antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 17 Dala m penelitian ini Pendidikan Agama Isla m sebagai mata pelajaran yang meliputi aspek Al Quran, Aqidah, Akhlak, Fiqih dan Tarikh. Terpadu dari kata dasar “padu” mendapat awalan “ter” menjadi terpadu yang artinya sudah disatukan atau digabungkan.(Emzul Fajri,2006:607). Terpadu dalam penelitian ini maksudnya adalah keterpaduan pe mbelajaran pendidikan agama Islam yang meliputi; keterpaduan penyelenggaran, keterpaduan materi dan keterpaduan proses pembelajaran. aspek Alqur’an, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh. Kegiatan belajar mengajar tersebut direnca nakan melip uti tiga aspek keterpaduan, yaitu keterpaduan penyelenggaraan, keterpaduan materi dan
keterpaduan
proses pembelajaran,
serta
pelaksanaan
pembelajaran dilakukan sesuai dengan konteksnya dan mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata peserta didik 2.
Pe nde katan Konte kstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan meraka sehari- hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketera mpilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proes mengkontruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
7
bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi dan Senduk 2003:13).
F. Metode Penelitian a. Je nis dan Pe ndekatan Pe nelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Kualitatif yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah .
proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati.(Sutan Surya,2006:65) Dari pengertian penelitian kualitatif di atas bukan berarti dalam dala m penelitian kualitatif tidak boleh menggunakan data yang berupa angka. Dala m hal- hal tertentu data yang berupa angka dapat digunakan dala m pengumpulan data.(Arikunto Suharsimi,2002:10) Dala m penelitian ini data yang berupa angka seperti halnya data yang digunakan untuk menyatakan jumlah guru dan siswa. Adapun jenis pendekatan yang digunakan dala m penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif adalah pendekatan penelitian yang berusaha mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fonomena yang diselidiki.
8
b. Subjek Pe ne litian. Yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah sumber tempat peneliti memperoleh keterangan tentang permasalahan yang diteliti,. Dala m hal ini penulis me milih subjek penelitian siswa kelas III di SD Banjarsari kecamatan Windusari kabupaten Magelang, ini dikarenakan sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual. c. Je nis Data. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1). Data Prime r Yaitu data yang diperoleh peneliti secara mentah dari sumber data dan masih memerlukan analisis lebih lanjut. 28 Jenis data primer dala m penelitia n ini diperole h secara langs ung dari sumber data mela lui wawancara, observasi, atau dengan cara yang lainnya. Adapun jenis data primer dalam penelitian ini meliputi: a).Sejarah dan profil SD Banjarsari b).Visi dan mis i sekolah. c). Sarana dan prasarana. d). Keadaan guru dan siswa. e).Proses kegiatan pembelajaran pendidikan aga ma Islam te matik dengan pendekatan kontekstual di SD 2). Data Sekunde r
9
Jenis data ya ng diperole h atau berasal dari bahan- bahan kepustakaan. Data ini berupa dukumen, buku, majalah, jurnal dan yang lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. d. Sumbe r Data. Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun dalam menentukan sumber data dalam penelitian ini penulis berpijak pada pendapat Suharsimi Arikunto dala m bukunya “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Suharsimi Arikunto,2002:107) yang antara lain meliputi sebagai berikut.
a.. Person , yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan me lalui wawancara atau jawaban tertulis mela lui angket. Adapun dala m penelitian ini yang termasuk sumber data ini adalah; kepala sekolah
b. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak, misalnya dalam penelitian ini berupa ruangan atau tempat kegiatan pembelajaran berlangsung, media pembelajaran, dan adapun yang bergerak berupa; segala aktifitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
c. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Dalam penelitian ini dapat berupa literaturliteratur dan berbagai dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian. e. Prosedur Pe ngumpulan Data
10
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1). Obse rvas i. Metode observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan
dan
pencatatan
fono me na- fono me na
yang
dengan
siste matik
tentang
diselidiki, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara garis besar metode observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan partisipan dan non partisipan. Maksud dari observasi dengan partisipan yaitu peneliti mer upakan bagia n dari kelo mpok yang diteliti, sedangkan observasi non partisipan adalah peneliti bukan merupakan bagian dari kelompok yang diteliti, kehadiran peneliti hanya sebagai penga mat kegiatan. Metode observasi ini digunakan peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang keadaan SD yang meliputi sebagai berikut. a).Kegiatan
pembelajaran
PAI
te matik
dengan
pendekatan
kontekstual b)..Interaksi guru dengan guru, interaksi guru dengan murid dan interaksi masyarakat dengan pihak sekolah. c). Keadan guru, siswa dan karyawan. d). Sarana dan prasarana.
11
e). Letak geografis SD Banjarsari 2). Inte rvie w Adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada para responden (S.Nasution,1996:107). Ditinjau dari pelaksanaannya interview dibedakan atas tiga maca m yakni sebagai berik ut.
a). Interview bebas , yaitu dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat data apa yang akan dikumpulkan. Interview bebas ini dilakukan dengan tidak membawa pedoman wawancara tentang apa yang ditanyakan. Kelebihan metode ini adalah bahwa responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancarai, sedangkan kelemahan dari metode ini adalah arah pertanyaan kurang terkendali.
b). Interview terpimpin , yaitu interview yang dilakukan oleh pewancara dengan membawa sederatan pertanyaan lengkap dan terperinci.
c). Interview bebas terpimpin , yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin (Suharsimi Arikunto,2002:132). Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
jenis
interview bebas terpimpin, dan instrumen yang digunakan dalam interview adalah pedoman wawancara. Interview dalam penelitian ini peneliti lakukan baik secara formal maupun nonformal. Interview
12
secara formal peneliti lakukan ketika peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada kepala sekolah, guru dan bagian tata usaha. Adapun interview yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tentang: a). Wawancara kepala sekolah tentang sejarah, profil dan visi misi SD Banjarsari keadaan guru, karyawan, siswa, sarana dan prasarana. b). Wawancara dengan dan guru PAI tentang proses pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual. 3). Dokume ntasi. Metode dokume ntasi adalah metode pengumpula n data dengan mencari data mengenai hal- hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Metode dokumentasi digunakan dalam memperoleh data penelitian tentang gambaran umum objek penelitian yang meliputi sejarah berdirinya SD Banjarsari jumla h gur u da n s is wa, str uktur kur ik ulum S D Ba njarsa r i struktur organisasi SD dan segala sesuatu dokumen yang mendukung masalah penelitian ini. f. Teknik Analisa Data Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dala m pola atau kategori dan uraian satuan dasar sehingga lebih
13
mudah untuk dibaca dan diinterprestasikan. Analis is data bertujuan untuk menelaah data secara sistematika yang diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data yang antara lain; wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah data terkumpulkan tahap selanjutnya adalah data diklasifikasikan sesuai dengan kerangka penelitian kualitatif diskriptif yang berupaya menggambarkan kondisi, latar belakang penelitian secara menyeluruh dan data tersebut ditarik suatu te muan penelitian. Dalam penelitian kualitatif dikenal dua strategi analisis data yang sering digunakan bersama- sama atau secara terpisah. Strategi tersebut yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis verifikatif kualitatif. Adapun dala m penelitian ini teknik analis data yang digunakan adalah analisis diskriptif kualitatif, karena pada hakekatnya data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa kata-kata atau paragraf yang dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskripif mengenai peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi dalam lokasi penelitian. Dalam analisis data penelitian ini penulis memberikan ga mbaran secara
menyeluruh
tentang
pembelajaran
PAI
terpadu
dengan
pendekatan kontekstual di S D kemudian gambaran hasil penelitian tersebut ditelaah, dikaji dan disimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam mengkaji data-data tersebut peneliti menggunakan pendekatan berfik ir induktif, yaitu peneliti berangkat dari kasus-kasus yang bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata (ucapan atau
14
perilaku subjek penelitian atau situasi lapanga n pene litia n), kemudian kita rumuskan menjadi model, konsep, teori atau definisi yang bersifat umum. Induksi adalah proses dimana peneliti mengkumpulkan data dan kemudian menge mbangkannya suatu teori dari data tersebut, yang sering disebut juga grounded theory . Adapun langkah- langkah teknik analisis deskripif kualitatif dalam penelitian ini, peneliti berpijak kepada pendapat Miles, Hubermen dan Yin yang ditulis oleh Imam Suprayogo dalam bukunya yang berjudul “Metodologi penelitian Sosial- Agama, yang antara lain sebagai berikut. a.
Pengumpulan data. Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dimulai setelah peneliti memaha mi fonomena- fono mena yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis.
b.
Reduks i data, yaitu proses pe miliha n, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan terinci. Data dalam bentuk laporan tersebut peru direduksi, dirangkum, dipilih hal- hal yang pokok, difokuskan pada hal- hal yang penting dan dicari tema atau polanya. Data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil penga matan juga me mpermuda peneliti mencari kembali data yang diperoleh jika diperlukan.
c.
Penarikan kesimpula n dan verifikasi, yaitu suatu upaya untuk
15
berusaha mencari kesimpulan dari permasalahan yang diteliti. Dari data penelitian yang sudah dianalisis dapat diambil kesimpulan serta menverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali data yang telah diperoleh. g. Teknik Keabsahan Data Agar data dapat dipertanggungjawabkan, maka dalam penelitian kualitatif me merlukan metode pengecekan keabsahan data. Dala m hal ini peneliti merasa perlu mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Adapun cara-cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh keabsahan data tersebut antara lain 1). Ke tekunan atau keaje kan pe ngamatan. Ketekunan atau keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha me mbatasi berbagai pengaruh.
Mencar i apa
yang
dapat
diperhitungka n dan apa yang tidak dapat diperhitungkan. Ketekunan pengamatan ini bertujuan untuk menemukan ciriciri dan unsur- unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan penelitian dengan kata lain peneliti menelaah ke mbali data-data yang terkait dengan fokus peneliti, sehingga data tersebut dapat dipahami dan tidak diragukan. 2).Triang ulas i. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
16
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pe mband ing terhadap data itu. Tek nik tria ngulas i ya ng paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain. Dalam hal ini peneliti memeriksa data-data yang diperoleh dari subyek penelitian, kemudian data tersebut peneliti bandingkan dengan data dari luar yaitu dari sumber lain. Sehingga keabsahan data tersebut dapat dipertanggung jawabkan. Dalam pendekatan penelitian ini ada beberapa tahapan penelitian. Tahapan tahapa n ini mer upaka n ga mbara n me nge na i keselur uha n pere nca naa n, pelaksanaan, pengump ulan data, analis is dan penafsiran data, dan terakhir penulisan laporan penelitian. Adapun dalam menentukan tahapan-tahapan dalam penelitian ini penulis menga mbil pendapat Bagdan yang tertuang bala m buku yang berjudul “Metodologi Penelitian Kualitatif ” Yang ditulis oleh Lexy J. Moleong . Tahapan-tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut. a). Tahap Pra lapangan Dalam tahap pra lapangan ini terbagi menjadi beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti. Kegiatan tersebut antara lain yaitu: Menyusun rancangan. Isi rancangan penelitian ini meliputi: latar belakang
masalah dan alasan pelaksanaan
penelitian, kajian kepustakaan yang menghasilkan pokok- pokok
17
kesesua ia n
parad igma
denga n
teor i
subta ntif
ya ng
mengarahkan inkuiri, pemilihan lapangan penelitian, penentuan judual penelitian, pengump ulan
menyiapkan
data,
rancangan
alat penelitian, analis is
data,
rancangan rancangan
perelngkapan dan yang terakhir rancangan pengecekan data. Isi rancangan penelitian ini meliputi: latar belakang masalah dan alasan
pelaksanaan
penelitian,
kajian
kepustakaan
yang
menghasilkan pokok- pokok kesesua ia n parad igma denga n teori subta ntif ya ng mengarahkan inkuiri, pemilihan lapangan penelitian,
penentuan
jadual penelitian,
menyiapkan
alat
penelitian, rancangan pengumpulan data, rancanga n analisis data, rancanga n perlengkapan dan yang terakhir rancangan pengecekan data. b). Me milih lapanga n Penentua n lapangan penelitian dapat dilakukan dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif, kemudian menjajaki lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan. c). Me njajaki dan me nilai keadaan lapangan Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu mengetahui melalui orang tentang situasi dan kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.
18
d). Me milih dan me manfaatkan informan Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk me mberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. h. Tahap Analisis Data. Setelah
data-data
yang
diperlukan
dalam
penelitian
terkumpulkan, maka tahap selanjutnya adalah tahap analisi data. Dalam tahap ini peneliti menganalisis data yang telah diperoses secara apa adanya, sehingga dapat diperoleh kesimpulan dan analisis penelitian
F. Sistematika Pembahasan Dalam sitematika pembahasan ini penulis mengungkapkan isi pembahasan skripsi secara naratif, sistematis dan logis mulai dari bab pertama sampai dengan bab terakhir, denga n tujua n agar pene litia n ini dapat dipa ha mi secara utuh dan berkesina mbungan. Adapun sistematika pembahasan penelitian ini sebagai berikut. Bab I merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II mer upaka n bab ya ng me mba has tenta ng kajia n teor itis ya ng me maparkan tenta ng konsep pe mbelajara n terpadu, tinjaua n umum
te nta ng
pendekatan
kontekstual,
dan
tentang
pembalajaran
Pendidikan Agama Islam terpadu dengan pendekatan kontekstual. Bab III merupakan bab yang me maparkan hasil penelitian lapangan yang me lip uti ga mbaran umum te nta ng objek pene litia n.
19
Bab
IV
Pemba hasa n
tenta ng
pelaksanaan
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam terpadu dengan pendekatan kontekstual, serta analisis data. Bab V Merupakan bab penutup yang berisi simpulan dan saran
20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pembelajaran Terpadu 1.
Pe nge rtian Pe mbelajaran Terpadu. Pembelajaran terpadu merupakan aplikasi salah satu strategi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu. Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang meniadakan batas-batas mata pelajaran yang
terpisah-pisah (Nasution,1995:196).
Adapun
pembelajaran
terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran. Pe mbelajaran terpadu telah dikenal sekitar empat puluh tahun yang lalu. Pertama kali pembelajaran terpadu mulai diterapkan pada pe mbelajaran IPA. a.
Landasan Pe mbelajaran Te rpadu. Beberapa landasan yang mendasari dike mbangkannya pembelajaran terpadu antara lain yaitu; aliran Progresvisisme, Kontruktivisme, Developmentally Approptiate Practice (DAP), landasan normatif dan landasan praktis. Aliran Progresivisme berkembang pada permulaan adad ke-20 teruta ma di Amerika Serikat. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dala m dunia pendidikan, yang pada saat itu progresivisme
menentang
kebijakan-kebijakan
dalam
dunia
pendidikan yang bersifat konvesional yang merupakan warisan dari tradisi abad ke-19. Me nur ut progresivisme tugas pendidikan adalah meneliti sejelas-jelasnya kesanggupan-kesanggupan manusia yang
21
meliputi kesanggupan mengendalikan hubungan dengan ala m, kesanggupan
meresapi
kesanggupanmenguasai
rahasia- rahasia
alam
dan
ala m,
dan
menguji
kesanggupan-
aliran
progresivisme
kesanggupan itu dala m pekerjaan praktis. Proses
pembelajaran
menurut
seharusnya dilakukan secara alami, dengan mengaitkan dunia nyata peserta didik yang bertujuan me njad ika n pe mbe lajara n leb ih ber mak na. Alira n progres ivis me tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan secara terpisah, melainkan mata pelajaran harus diberikan secara terintegrasi dalam unit. Fleksibilitas dalam pelaksanaan pembelajaran sangat diperlukan demi terwujudnya pembelajaran yang bermakna. Kedua, kontruktivisme yang merupakan landasan kedua dikembangkannya pembelajaran terpadu. Pelopor aliran ini diawali oleh seorang epistimologi Italia yaitu Giambatista Vico. Ia berpendapat bahwa alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan, dan manusia adalah tuan dari ciptaan-Nya. Aliran ini kemudian dikembangkan oleh Jean Piaget dengan teorinya perkembangan kognitif. Menurut Piaget, pengetahuan merupakan hasil dari interaksi yang secara kontinyu antara satu individu dengan lingkungan
yang
ada.
Perkembangan
kognitif
menurutnya
dipengaruhi oleh tiga proses dasar, yaitu asimilasi, ako modasi dan
22
ekuilibrasi. Asimilasi adalah perpaduan antara pengala man baru dengan pengala man yang telah dimilik i sebelumnya. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru, dan ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali secara kontinyu antara asimolasi dan akomodasi (Wiji Suwarno, 2006: 57). Peran guru dalam proses pembelajaran menurut aliran kontruktivisme sebagai mediator dan fasilitator yang me mbantu agar proses belajar murid berlangsung sesuai dengan tujuan. Adapun fungsi mediator dan fasilitator seorang guru adalah menyediakan pengala man belajar yang me mungk inkan murid bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian, sehingga metode cerama bukanlah salah satu metode yang harus selalu diterapkan dalam proses pembelajaran. Selain itu fungsi mediator dan fasilitator dari seorang guru dalam proses pembelajaran yaitu menyediakan atau me mberikan kegiatan kegiatan yang merangsang peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran. Developmentally Appropriate Practice, berpendapat bahwa pe mbelajaran harus disesuaikan denga n perkembangan usia individu yang meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat, dan bakat peserta didik. Jadi pada dasarnya pembelajaran dilaksanakan berdasarkan perkembangan kognitif peserta didik. Tokoh dari teori perke mbangan kognitif ini adalah
Jean Piaget. Sedangkan landasan praktis mengharapkan pe mbelajaran
23
dilaksanakan dengan me mperhatikan situasi dan kondisi prakis yang berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaanya mencapai hasil yang optimal (Dimyati, 2006: 263). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang berorientasi kapada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. b.
Prinsip dan Karakte ristik Pe mbe lajaran Te rpadu Sebagaimana menurut Ujang Sukandi dalam bukunya yang berjudul “Belajar Aktif dan Terpadu”, prinsip pembelajaran terpadu adalah memiliki tema yang aktual, berkaitan dengan dunia nyata siswa dan diala mi dalam kehidupan sehari- hari(Ujang Sukandi, 2003:109). Prinsip-prinsip pembelajaran terpadu secara umum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa prinsip yang antara lain yaitu: Prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi dan prinsip reaksi (E.Mulyasa,2007:67). Prinsip penggalian tema artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Sedangkan prinsip pengelolaan pembelajaran artinya guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran.
c.
Model- model Pe mbe lajaran Te rpadu Model
pembelajaran
terpadu
merupakan
model
24
pembelajaran dengan pendekatan yang menekankan pada aspekaspek yang bersifat thingking skills, social skill, values dan attitudes (Balitbang Diknas,2008:50) Sebagaimana menurut pendapat Fogarty yang dikutip oleh Triyanto dala m bukunya yang berjudul “Model Pe mbelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek ”, model- model pembelajaran terpadu antara lain yaitu: model connected, webbed,
integrated dan nested. 1) Mode l Connected. Pembelajaran terpadu
model connected (terhubung)
merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan, ide dan topik dengan suatu konsep, keterampilan, ide dan topik lainnya dalam satu bidang studi atau inter bidang studi. Adanya integrasi aspek-aspek tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu oleh guru, maupun dapat terwujud secara spontan terjalin hubungan dengan sendirinya.
2) Mode l Webbed Model webbed adalah salah satu model pembelajaran terpadu
yang
Penge mba nga n
me nggunakan
pendekatan
te matik.
model webbed ini dilakukan dengan
me nentukan tema yang sama atau ha mpir sa ma dari beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran. Dalam penentuan tema pembelajaran guru dapat menentukan bersamasama dengan guru lainnya atau dengan siswa. Tema-tema yang
25
telah ditentukan dikembangkan menjadi sub- sub tema yang kemudian dikembangkan lagi menjadi kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh siswa. Langkah- langkah pembelajaran terpadu model webbed antara lain: Guru menyiapkan tema utama dan menentukan tema-tema lain yang sesuai dengan tema utama, tema- tema tersebut saling dihubungkan antara tema satu dengan yang lainnya, guru menjelaskan tema-tema yang telah dihubungkan kepada peserta didik, sehingga pengalaman peserta didik menjadi lebih luas dan leb ih me nda la m, gur u me milih konsep atau infor mas i ya ng bisa mendorong belajar siswa dengan pertimbangan lain yang me mang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu. (Udin Saefudin,2002:41). 3) Model Integrate d Model Integrated merupakan model pe mbelajara m terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan bidang studi dengan menetapkan perioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam bidang studi. Tema-tema yang dipadukan dari berbagai mata pelajaran pada dasarnya memiliki esensi yang sama dalam sebuah topik tertentu. Dalam model ini perlu adanya satu te ma sentral yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu dalam
26
memecahkan masalah. Langkah- langkah dalam perencanaan model integrated ini yaitu: Guru hendaknya membentuk tim antar bidang untuk menyeleksi konsep-konsep, keterampilan-keterampilan, dan sikap-sikap
yang
akan
diajarkan
dalam satu
semester,
selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang me mpunyai keterhubungan dan tumpang tindih diantara beberapa bidang studi.
4) Mode l Nested Model nested merupakan perpaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan satu disiplin ilmu melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Pengintegrasian keterampilan tersebut dilatihkan guru kepada peserta didik dalam suatu unit pembelajaran
untuk
ketercapaian
Keteramp ilan- ketera mp ila n
materi pembelajaran.
belajar
antara
lain,
keteramp ilan berpik ir, keterampilan sosial, dan keterampilan mengorganisir. Langkah-langkah pembelajaran terpadu model nested mengikuti tahaptahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Pada tahap awal perencanaan yang menjadi perhatian khusus yaitu karakteristi mata pelajaran. Seperti contoh, pada mata pelajaran sosial
27
dan bahasa dapat dipadukan antara keterampilan berpikir dengan keterampilan sosial. 2. Model Pe mbelajaran Te matik Pembelajaran
tematik
adalah
pembelajaran terpadu
yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat me mberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik, atau pembelajaran terpadu dengan model webbed adalah yaitu salah satu model pembelajaran terpadu yang me nggunakan pendekatan tematik. Penge mba nga n model webbed ini dilakukan dengan mene ntukan te ma yang sama atau hamp ir sa ma dari beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran Sedangkan karakteristik pembelajaran tematik adalah sebagai berikut. a.
Berpusat pada siswa
b.
Memberikan pengalaman langsung
c.
Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
d.
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
e.
Bersifat fleksibel
f.
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
g.
Menggunakan
prinsip
belajar
sambil
menyenangkan.(Udin Saefudin, 2002: 48) 2.
Model Pe mbelajaran Kontekstual a. Pengertian model Pembelajaran Kontekstual
bermain
dan
28
Pembelajaran
kontekstual
(Contextual
Teaching
and
Learning) disingkat menjadi CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa memb uat hubungan antara pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
penerapannya
dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (C. Asri Budiningsih, 2005: 69) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
penerapannya
dalam
kehidupan mereka sehari-hari. (Syaiful, 2010:87) Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2006: 255) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat
menemukan
materi
yang
dipelajari
dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep tersebut, ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan
29
tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi uang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharpakan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari- hari. Dalam model pembelajaran kontekstual, siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan
30
CTL. (dalam Wina Sanjaya, 2006: 256). 1) Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. 2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. 3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini,
misalnya dengan cara meminta
tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan. 4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),
artinya
pengetahuan dan pengalaman
yang
diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. 5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
31
b. Komponen Pe mbelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual mempunyai tujuh komponen utama pembelajaran, diantaranya yakni sebagai berikut. 1) Kontruktivisme (Contructivism) Konstruksivisme adalah proses
membangun atau
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman.
Menurut
konstruksivisme,
pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk mengintrepetasi objek
tersebut.
Kedua
faktor
itu sama
pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya. Ada lima elemen belajar yang konstruktivistik yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual menurut Zahorik (dalam Syaiful 2010:93) yakni sebagai berikut. a) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge); b) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya; c) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain agar dapat tanggapan (validasi) dan atas
32
dasar tanggapan itu, dan konsep direvisi dan dikembangkan; d) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge); dan e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. 2) Bertanya (Questioning) Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan, bertanya dapat dipandang sebagi refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran dengan model pembalajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaanpertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Bertanya (questioning) adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oeh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontektual. Bertanya dalam pembelajaran
dipandang
sebagai
kegiatan
guru
untuk
mendorong, membimbing dan menilai keterampilan berpikir siswa. Hal ini merupakan bagian penting dalam melaksanakaan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi,
33
menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: a)
Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.
b) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. c)
Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
d) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan. e)
membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
3) Menemukan (Inquiry) Menemukan atau inkuiri artinya proses pembalajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta- fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Pengetahuan
bukanlah
sejumlah
fakta
hasil
dari
mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi
34
merancang pembelajaran pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya. Kata kunci dan strategi inkuiri adalah siswa menemukan sendiri, adapun langkah- langkah kegiatan menemukan sendiri adalah: (1) merusmuskan masalah dalam mata pelajaran apapun, (2) mengamati atau melakukan observasi, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya; dan (4)
mengkomunikasikan atau
menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audience lainnya. 4) Masyarakat Belajar ( Learning Community) Vygotsky (dalam Wina Sanjaya, 2006: 267), seorang psikolog
Rusia
menyatakan
bahwa
pengetahuan
dan
pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Kerja sama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam model pembelajarn kontekstual
35
menyarankan agar hasil pembelajaran juga diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, teman, antar kelompok; yang sudah tahu member tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengetahuan membagi pengalamannya pada orang lain. Inilah hakikat dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi. 5) Pemodelan (Modeling) Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana
cara
melafalkan
sebuah
kalimat
asing
dan
sebagainya. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang
dipikirkan,
mendemonstrasikan
bagaimana
guru
menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru ingikan agar siswa-siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. 6) Refleksi (Reflection) Refleksi
(reflection)
adalah
proses
pengedepanan
36
pengalaman yang telah dipelajarinya yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Refleksi dapat juga diartikan cara berpikir tentang apa yang baru atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi
merupakan
gambaran
terhadap
kegiatan
atau
pengetahuan yang baru saja diterima. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya. Kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan mengendap dibenak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide- ide baru. 7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) Proses pemelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat ini, biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam model pembelajaran kontekstual, keberhasilan pembelajaran tidak
hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan
intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh
37
sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata atau penilaian sebenarnya.
38
BAB III PAPARAN DATA
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1.
Sejarah Singkat Sekolah Dasar SD Negeri Banjarsari adalah sekolah negeri yeng terletak di desa Banjarsari kecamatan Windusari kabupaten Magelang, yang berdiri pada tanggal 1 Januari tahun 1975. Dan sekolah ini berstatus sebagai sekola h SD Inti yang te lah terakreditas i dengan nilai B.
2.
Letak Geografis Sekolah Dasar Secara geografis SDN Banjarsari terletak 3 km dari pusat kecamatan dan 25 km dari pusat kota terletak di Jln. Lettu Subandi No.21 Gandon di Desa Banjarsari kecamatan Windusari kabupaten Magelang.
3. Visi, dan Misi Sekolah Dasar SD mempunyai visi dan misi sebagai berikut: VISI : Unggul dalam Prestasi, Taqwa, dan Be rbudaya. MISI : a.
Mengoptimalkan terciptanya kegiatan belajar mengajar.
b.
Meningkatkan managemen sekolah yang aspiratif transparan.
c.
Efisien dan Efektif
d.
Meningkatkan budaya gemar membaca bagi warga sekolah agar berwawasan global yang dilandasi nilai- nilai budaya luhur sesuai agama.
39
e.
Meningkatkan
kualitas
layanan
pendidikan
terciptanya
kedisiplinan. f.
Mengembangkan pengetahuan dibidang IPTEK, Bahasa, Olahraga, dan Seni Budaya sesuai dengan bakat minat dan potensi siswa.
4. Kurikulum dan Pembelajaran Sekolah Dasar Kurikulum yang diterapkan di SD adalah kurikulum yang berdasarkan kurikulum Diknas dan selain itu juga dita mbah denga n muata n lokal SD serta kegiata n penge mbanga n diri, bakat dan minat. Kur ikulum tersebut dimodifikasi dari berbagai sumber dan disusun bersa ma oleh guru melalui rapat kerja tahunan sekolah, yang kemudian tersusunlah Kurikulum Tingkat Satuan Pendid ikan SD
Tabel I Struktur Kurikulum SD Mata Pelajaran Alokasi Waktu/Minggu Kelas I - III Kelas IV -VI Mata Pelajaran VVVVVI Pendidikan Agama Islam Bahasa Indonesia Mate matika Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Jasmani Kerajinan Tangan Seni Budaya
TEMATIK
3 6 6 4 3 2 4 2 2
Muatan Lokal Bahasa Inggris** SSD TIK
Jumlah Sumber : SD Banjarsari
38
4 4 2 2
44
40
a.
Ke adaan Guru Tabe l II
Daftar Kondisi Guru dan Karyawan SD No Nama . 1. Supatmi,S.Pd 2. Endang S 3. Rozinah 4. Puryanti, S.Pd, S.D 5. Budi Sutrisno 6. RZ. Arwiyati 7. Rumiyati, S.Pd, S.D 8. Nur Chajati 9. Septian Puput H, S.Pd 10. Fafi Nikmah Sumber dokumen SD
NIP Gol/Pa ngkat Jabatan 196103161982012013 IV/a KS 196101301982012004 IV/a GK 195707211984052001 I V/a GPAI 196603111988062004 III/d GK 196312131988061001 .III /c GK 196312181989032002 III /d GK 196512131989032007 III /d GK 197206291998032004 III/a GK GTT GTT
Berdasarkan salah satu dokumen yang ada di SD saat ini, tahun 2010/2011 SD Banjarsari memiliki guru sebanyak 8 orang dan 2 orang masih berstatus GTT. b. Keadaan Sis wa Berdasarkan data dokumentasi sekola h, jumla h siswasiswi SD Banjarsari sebanyak 171 siswa. Untuk memperjelas paparan diatas, maka dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel III No Kelas 1. I 2. II 3. III 4. IV 5. V 6. VI JML 6 Sumber Dokumen SD
5.
L 5 15 25 18 17 16 96
P 2 19 11 16 15 12 75
Jumlah 7 34 36 34 32 28 171
Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri Banjarsari Keadaan sarana dan prasarana SD dapat diperhatikan dalam tabel
41
berikut. Tabel IV Kadaan Sarana dan Prasarana SD No. Jenis Barang. Jumla h 1. Ruang kepala sekolah 1 2. Ruang gur u 1 3. Ruang perpustakaan. 1 4. Ruang UKS 1 5. Ruang kelas 6 6. Meja guru 17 7. Kursi guru 18 8. Almari 14 9. Papan Tulis 8 10. Rak buku 4 11. Meja mur id 108 12. Kamar kecil/ WC 4 13. Kursi siswa 123 14. Bangk u siswa 53 15. Komputer/Laptop 1 16. Meja tamu 2 17. Kursi tamu 8 Sumber SD Banjarsari
Ke adaan. Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Imple me ntas i Pe mbe lajaran Pe ndidikan Agama Islam Te rpadu de ngan Pendekatan Kontekstual di Sekolah Dasar 1. Pe mbe lajaran Pe ndidikan Agama Islam Te rpadu Pener apa n
mo de l
pe mbe lajara n
PAI
terpad u
denga n
pendek ata n kontekstual berawal sejak SD Banjarsari. Berkaitan dengan program sekolah dan untuk menindak lanjuti dari anjuran Departemen pendidikan agar melaksanakan pembelajaran tematik khususnya pada kelas rendah yaitu kelas I, II dan III. Pada tahap awal perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam terpadu belum dapat berjalan dengan baik, namun dari tahun ketahun akhirnya perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Isla m terpadu dengan pendekatan kontekstual di SD dapat berjalan dengan baik, dan pihak guru SD mulai me mahami dan mulai terlatih dala m merencanakan dan melaksanakan pembelajaran terpadu dengan pendekatan kontekstual tersebut. Sehingga pada tahun pelajaran saat ini, proses pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual pada pendidikan agama Islam di SD dapat terlaksana dengan efektif dan dapat menjadikan pembelajaran yang lebih ber makna bagi peserta didik meskipun masih mengalami beberapa ha mbatan dalam pelaksanaannya. Pembelajaran terpadu dengan pendekatan kontekstual merupakan salah satu model pembelajaran yang didesain berbeda dengan model
43
pembelajaran yang lainnya. Pengertian pe mbelajaran PAI terpadu adalah mode l pembelajaran pendidikan agama Islam yang dikemas meliputi tiga keterpaduan yaitu, keterpaduan penyelenggaraan, keterpaduan materi pe mbelajaran dan keterpaduan proses pembelajaran. Agama Islam Terpadu
”,
bahwa pola pembinaan pendidikan agama Islam terpadu meliputi tiga komponen yaitu, keterpaduan proses pembelajaran, keterpaduan materi pembelajaran dan keterpaduan penyelenggaraan. Apabila me ma ha mi pengertia n dari pe mbe lajaran terpadu denga n pendekatan kontekstual yang telah dike mukakan di atas, maka perencanaan pe mbelajaran meliputi tiga keterpaduan yaitu sebagai berikut. a.
Kete rpaduan Pe nyele nggaraan. Ya n g d i maksud dari keterpaduan penyelenggarakan pendidikan agama Islam di SD Banjarsari a da la h pe mb e la jar a n pe nd id ik a n a ga ma I s la m ya ng direncanakan berdasarkan keterpaduan antara standar isi yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional yang tertera dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 dengan standar isi yang dikeluarkan oleh Departemen Agama yang tertera dalam Permenag No. 2 tahun 2008, disamping itu juga dipadukan d e nga n mua ta n lo ka l S D Ba nja rs ar i d a n d ita mb a h
d e nga n
ke gia ta n
penge mbangan
diri
ya ng
me ngakomodasi bakat, minat siswa sehingga me n g h a s i lk a n k u r ik u l u m K T S P S D K u r ik u l u m t e r s e b u t dis us un ole h pihak sekola h send ir i, yang ma na dala m pe nyus una nan
44
kurik ulum tersebut me mper hatika n karakteristik sis wa dan kebutuhan siswa. bahwa keterpaduan penyelenggaraan pendidikan agama Islam salah satunya yaitu meliputi keterpaduan antara Departemen
Agama,
Departemen Pendidikan Nasional dan
Departemen Dalam Negeri. b.
Kete rpaduan Mate ri Pe mbelajaran Perencanaan pembelajaran PAI terpadu pada aspek keterpaduan yang kedua yaitu keterpaduan materi pelajaran. Keterpaduan materi PAI di SD Banjaesari direncanakan dengan me madukan meteri PAI pada tiap-tiap aspek PAI, seperti me madukan aspek Al- Qur’an, Fiqih, Aqidah, Akhlak, Tarikh, serta memadukan materi tiap aspek PAI dengan materi umum lainnya seperti, materi Bahasa Indonesia, materi PKN, dan materi umum lainya dan keterpa d ua n mate r i- mater i PAI denga n aspek pe nge mba nga n d ir i Keterpad ua n mater i- ma ter i terseb ut disatuka n da la m se b ua h te ma pemersatu. Pernyataan kedua informan tersebut sesuai dengan pernyataan yang tertuang dalam buku panduan tentang ”Keterpaduan Materi Pendidikan Aga ma Isla m” yang diterbitkan oleh Departe men Aga ma RI Direktorat Jenderal Kelembagaan
Agama
Keterpaduan
materi ya ng
pend id ika n
aga ma
Islam
Tahun
2004
dimaks ud
dala m
pe mbe lajaran
Isla m
ada la h
keterpaduan
bahwa:
materi
Pendid ikan Aga ma Isla m denga n sebagaian materi pelajaran lainnya, seperti Fisika, Biologi dan materi pelajaran lainnya. Keterpaduan materi dala m pe mbelajaran PAI di SD
45
Banjarsari dapat lihat dala m materi pembelajaran kelas 1 sa mpai dengan kelas 6. Pada kelas 1, 2 dan 3, materi pe mbelajaran disusun berdasarkan pendekatan te matik. Te ma-tema tersebut merupakan perpaduan dari beberapa mata pelajaran. Seperti halnya
dala m
materi
pembelajaran
yang
berte makan
”Kebersihan, Kesehatan, Keindahan, pada tema tersebut terdiri dari beberapa mata pelajaran yang antara lain: Bahasa Indonesia, Mate matika, PKN, IPA, IPS, Agama. Bukti kongkrit keterpaduan materi tersebut dapat dilihat pada silabus dan rencana persiapan pembelajaran. Keterpaduan mata pelajaran tersebut terlihat dengan jelas pada ko mpetensi yang akan dicapai dalam pe mbelajaran. Da la m perenca naa n keterpadua n mater i pembe lajara n PAI di S D Banjarsari dilakukan dengan beberapa langkah yaitu: 1) Menetapkan bidang studi yang akan dipadukan dengan pendidikan agama
Islam,
atau
menetapkan
aspek-aspek
pendidikan agama Islam yang akan dipadukan. 2) Me mepelajari standar ko mpetensi dan kompetensi dasar yang akan dipadukan. 3) Merumuskan indikator hasil belajar. 4) Menetapkan tema pe mbelajaran. 5) Menyusun skenario pembelajaran terpadu. Menur ut
Udin
Sya ifudd in
dala m
b ukunya
yang
46
berjud ul ”Pembelajaran Terpadu”, bahwa langkah- langkah pembelajaran terpadu meliputi beberapa langkah yaitu: 1) Menentukan mata pelajaran yang akan dipadukan. 2) Menentukan kompetensi dasar yang akan dipadukan. 3) Menentukan hasil belajar yang akan dipadukan. 4) Menentukan tema pemersatu. 5) Menentukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar dengan tema pemersatu. 6) Menyusun silabus pembelajaran terpadu. 7) Menyusun satuan pembelajaran terpadu. Apabila memperhatikan langkah- langkah pe mbelajaran terpadu yang diungkapkan oleh sekolah, maka langkah- langkah yang dite mpuh oleh guru- guru di SD dalam pengembangan pelaksanaan pe mbe lajara n terpadu pada aspek keterpadua n mater i pe mbe laja ra n pendidikan agama Islam belum dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan konsep teori langkahlangkah pelaksanaan pembelajaran terpadu yang diungkapkan oleh Udin Syaifuddin. Dari ketujuh langkah pembelajaran terpadu yang telah diuraikan oleh Udin Syaifuddin di atas, ada dua langkah yang belum dilaksanakan oleh guru-guru SD Banjarsari dalam merumuskan keterpaduan materi pe mbelajaran PAI. Berdasarkan daftar tabel kema mpua n
guru
dala m
merencanakan
pembe lajaran
47
pend idika n
aga ma
Isla m
terpadu
denga n
pendekatan
kontekstual dua langkah yang belum dapat terlaksana dalam proses pelaksanaan pe mbelajaran pendidikan aga ma Islam terpadu di SD Banjarsari ya itu, pa d a ta hap pe ny us una n s ila b us pe mb e laja ra n
pendidikan
aga ma
Islam
terpadu
dan
penyusunan satuan pembelajaran Pendidikan agama Islam terpadu pada kelas 1 sampai kelas 3. Dalam mengorganisasikan materi pembelajaran, guru PAI di SD Banjarsari melakukannya dengan cara me lihat doma in kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan do maian tujuan yang akan dicapai tersebut, maka dipilih materi dan tema pembelajaran yang relevan. Dalam menjalin keterhub ungan materi
har us
me mper hatika n
apakah
materi
tersebut
me mp unyai keterhubungan apa tidak, karena tidak se mua materi dapat dihubungkan dalam satu tema pembelajaran. Meskipun secara tertulis pengorganisasian keterpaduan materi tersebut belum dapat dibuktikan, akan tetapi secara pelaksanaan, keterpaduan materi tersebut dapat diamati dan dianalisis sehingga dapat membuktikan adanya k e te r p a d ua n ma t e r i d a la m p e mb e la ja r a n P AI d i S D Ha l in i dapat dibuktikan dengan adanya pembelajaran PAI yang diajarkan dengan mempelajari materi berdasarkan tema-tema tertentu yang merupakan hasil dari keterhubungan beberapa kompetensi dasar atau
48
indikator dari beberapa mata pelajaran atau dari beberapa aspek mater i PAI. Seperti halnya, dala m pembelajaran PAI yang bertemakan ”Mengenal Ciptaan Tuhan”. Dalam pe mbe lajara n te ma
terseb ut,
gur u
me nginginka n
aga r peserta
did ik
me mpunyai kompetensi yang tidak hanya mengetahui tentang makhluk- mak hluk
ciptaa n
Alla h,
akan
tetapi
selain
kompete ns i tersebut, gur u menginginkan peserta didik mampu mengetahui bagaimana bersikap kepada makhluk ciptaan Allah, mampu
mengetahui dan
Pencipta,
ma mpu
memahami akan keberadaan Sang
mengenal
rukun
iman,
ma mpu
me ngungkapkan perasaan atau ma mpu bercerita tentang makhluk ciptaan tuhan dan mampu menyebutkan proses kehidupan makhluk ciptaan tuhan. Selain tema tersebut, dalam pe mbelajaran PAI yang bertemakan ”Mari Salat” Dalam pembelajaran tersebut, guru menginginkan peserta didik tidak hanya mampu mengetahui tentang rukun, syarat sholat, akan tetapi guru menginginkan peserta didik dapat melaksanakan sholat dengan baik dan menginginkan peserta didik dapat membaca bacaan-bacaan sholat dengan baik serta dapat menghafal surat-surat pendek.. Berikut ini bagan analilsis keterpaduan materi pendidikan agama Islam di SD Banjarsari.
49
Tabel VI Bagan Analisis Keterpaduan Materi Pe mbelajaran PAI Materi Pe mbelajaran PAI Terpadu dengan Pendekatan Kontekstual Kelas III TEMA : PEDULI
AG AMA Membiasakan perilaku terpuji ketentuan zakat
BAHASA INDONESIA Membiasakan perilaku terpuji
MATEMATIKA Menggunakan pengukuran berat dalam memecahkan masalah
Keterpaduan materi pembelajaran PAI Terpadu dengan Pendekatan Kontekstual di atas tersusun dari beberapa standar kompetensi tiap-tiap mata pelajaran yaitu; Matematika, Bahasa Indonesia, Akhlak, dan Fiqih. Untuk standar kompetensi pada mata pelajaran Fiqih dan Akhlak berdasarkan standar isi yang dikeluarkan Depag, dan untuk kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika berdasarkan standar isi yang dikeluarkan Diknas.
Materi Pembelajaran PAI Terpadu dengan Pendekatan Kontekstual kelas III TEM A: MENGENAL CIPTAAN ALLAH
IPA Makhluk Hidup dan Bagan Proses Kehidupan
AQIDAH Mengenal Rukun Iman
BAHASA INDONESIA Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan
50
keterpaduan materi pembelajaran diatas tersusun berdasarka n keterpaduan standar kompetensi dari mata pelajaran Sain, Akhlak, Seni Rupa, Aq ida h, dan Ba hasa Indo nes ia. Adap un sta ndar ko mpete ns i tersebut berdasarkan standar isi yang dikeluarkan Diknas. Keterpaduan
materi pemnbelajaran di atas tersusun atas
keterpaduan beberapa standar kompetensi mata pelajaran yaitu; Fiqih, Sains, Akhlak, dan PKN. Standar ko mpetens i mata pelajaran Fiqih, Sains, PKN tersebut berdasarkan standar isi yang dikeluarkan Diknas, sedangkan untuk standar kompetensi mata pelajaran Akhlak berdasarka n standar isi yang dikeluarkan Depag. Keterpaduan
materi pembelajaran tersebut tersusun atas
beberapa standar kompetensi dari mata pelajaran Akhlak, Bahasa Indonesia, dan IPS. Standar ko mpetensi tersebut berdasarkan standar isi yang dikeluarkan Diknas. Keterhubungan materi pembelajaran yang bertema ”Mari Salat” tersusun atas keterpaduan beberapa standar kompetensi dari beberapa mata pelajaran di atas. Beberapa standar ko mpetensi diatas merupakan penjabaran dari standar kompetensi yang berdasarkan standar isi yang dikeluarkan Diknas dan standar isi yang dikeluarkan Depag dan dipadukan dengan aspek pengembangan diri. Da r i b e n t uk mo d e l p e mb e la j a r a n te r p a d u d i S D ya it u menggunakan model
connected. Selain model connected, pembelajaran PAI terpadu di SD
51
Banjarsari juga menggunakan model webbed. Model webbed adala h salah satu
model pembe lajaran
terpadu
ya ng
me nggunakan
pendekatan te matik. Pengembangan model webbed ini dilakuka n dengan menentukan tema yang sa ma atau ha mpir sa ma dari beberapa standar ko mpetensi lintas mata pelajaran. Dalam penentuan tema pembelajaran, guru dapat menentukan bersama-sama dengan gur u lainnya atau dengan siswa. Model pembelajaran terpadu ini terdapat dala m pe mbelajaran PAI di SD Banjarsari yang bertemakan ”Mengenal Ciptaan Allah”. Dalam tema pembelajaran ini tersusun beberapa ko mpetensi dasar dari beberapa mata pelajaran, yaitu PAI, Sain, Seni Rupa, dan Bahasa Indonesia, dan keterpaduan mata tersebut terjalin dalam satu tema. Sela in kedua model tersebut, pe mbe lajaran PAI terpadu di SD Banjarsari juga menggunakan model nested. Keterampilan-keterampilan belajar antara lain, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan mengorganisir. Contoh dar i model pembelajaran nested tersebut yang diterapkan dalam pembelajaran PAI terpadu di SD Banjarsari yaitu dalam pe mbelajaran yang bertemakan
“Ramadhan
Ceria
dan
Mari
Salat”,
dala m
tema
pembelajaran tersebut, guru memadukan antara ketermpilan berpikir dengan keterampilan sosial. Penggalian
te ma
dala m
pembelajaran
PAI
terpadu
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa serta tidak keluar dari standar isi yang telah ditentukan oleh Diknas dan standar isi yang
52
ditentukan oleh Depag yang digunakan sebagai acuan dala m penyelenggaraan pendidikan di SD Banjarsari Te ma dikembangka n sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang tentik, yaitu berkaitan dengan per masalahan yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan mereka. Dalam
perencanaan
keterpaduan
materi
pembelajaran
pendidikan aga ma Isla m d i SD Banjarsari me nggunaka n pola keterpaduan mater i berdasarkan pengembangan integrated curriculum
dan correleted curriculum. Ha l ini terbuk ti denga n adanya penge mba nga n keterpad ua n ma ter i pembelajaran yang berpusat pada tema-tema tertentu. Dalam pengembangan tema tersebut tersusun dari keterpaduan berbagai aspek mata pelajaran maupun tersusun atas berbagai aspek materi pendidikan agama Islam. Pelaksanaan pengorganisasian materi pembelajaran pendidika n agama Isla m di SD Banjarsari tersebut berdasarkan pendekatan integrated dan correlated curric ulum, karena dala m me nentuka n tema pembe lajaran menunjukkan adanya keterhubungan beberapa mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan pengertian integreted dan correlated curriculum yang dipaparkan beberapa ahli penge mba ngan kurikulu m yaitu: Integrated curriculum merupakan suatu produk dari usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai maca m pelajaran. Imple mentasi integrated curriculum dengan meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran unit atau
keseluruhan.
Integrasai
mata
pelajaran
dilakukan
denga n
53
memusatkan pelajaran pada masalah atau tema tertentu. Sedangkan correlated curriculum ada la h pengor ga nisas ia n k ur ik ulum
ya ng
s uatu
be ntuk
menunjukkan adanya suatu
hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, akan tetapi tetap me mperhatikan ciri/karakteristik tiap bidang studi tersebut. Adanya hubungan antara mata pelajaran yang satu denga n yang lainnya mengakibatkan ruang lingkup mata pelajaran menjad i lebih luas. Sebagai contoh pada mata pelajaran Fiqih dapat dihubungkan dengan mata pelajaran Al qur’an dan Hadist. c.
Kete rpaduan Proses Pe mbelajaran Maksud dari keterpaduan proses pembelajaran adalah pembelajaran PAI terpadu yang diselenggarakan dengan cara menjalin keterpaduan antara proses pembelajaran PAI di lingkungan keluarga, di lingkungan masyarakat dan di lingkungan satuan pendidikan, serta menjalin hubungan yang harmonis antara pihak lingkungan keluarga, pihak masyarakat dan pihak satuan pendidikan dalam proses pembelajaran PAI terpadu. Dengan adanya keterpaduan proses tersebut maka dala m pelaksa naa n proses pe mbe lajara n tidak ha nya diselenggarakan di dalam kelas, akan tetapi proses pembelajaran dilaksanakan di luar kelas, seperti out bond, bergabung dengan kegiatan masyarakat, dan di tempat-tempat lainnya. Dalam menerapkan model pembelajaran terpadu pada aspek keterpaduan proses pembelajaran dalam lingkungan keluarga yaitu dilakukan dengan bekerja sama guru dengan wali murid. Seperti halnya
54
guru memberikan tugas kepada wali murid untuk memantau peserta didik dalam menjalankan sholat lima waktu, sholat berja ma’ah, baca Alqur’an dan kegiatan yang lainnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Wali murid tidak hanya sekedar memantau dengan hanya melihat saja, akan tetapi wali murid harus menunjukkan bukti aktivitas peserta didik dengan cara mengisi berkas-berkas yang telah disiapkan oleh guru. Kemudian guru akan mengoreksi berkas berkas tersebut pada tiap akhir pekan. Dalam pelaksanaan tanggung jawab tersebut dilakukan guru agama bekerja sama dengan wali kelas. Keterpaduan proses pe mbelajaran dala m lingkungan masyarakat yaitu dilakuka n dengan me njalin hub unga n yang har mo nis dengan anggota masyarakat dan ikut serta dalam kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan
masyarakat.
Hal tersebut dilakukan di dalam proses
pembelajaran PAI di SD Banjarsari seperti halnya, guru mendatangkan tokoh masyarakat untuk dijadikan model dala m proses pe mbelajaran, mas yarakat sebagai sumber belajar dan masyarakat ikut berperan serta dalam proses pembelajaran. Seperti halnya, proses pe mbelajaran ya ng dengan te ma ”Peduli Zakat”. Proses pembelajaran tersebut dilaksanakan dengan bekerja sama dengan pihak masyarakat setempat, masyarakat dilibatkan dalam proses pembe lajara n tersebut perperan sebaga i penerima zakat. Pada proses pembe lajara n PAI den gan tema ”Sadar Shadaqah”,
mas yarakat
pada
pe mbelajaran
tersebut
ikut
berpartisipasi sebagai penerima sadaqah. Dan masih banyak lagi proses pembelajaran yang diselenggarakan dengan bekerja sama dengan pihak
55
masyarakat setempat. Dalam tahapan pelaksanaan pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstua l di SD Banjarsari terdir i dari tiga tahapa n kegiata n pembelajaran yaitu, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. 1.
Kegiatan awal Kegiatan awal dalam pe mbelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual di SD dilakukan dengan memberikan apersepsi atau dengan
me ngadakan
pre tes. Pelaksanaan
apersepsi dilakukan dengan cara mengaitkan materi pelajaran yang sudah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari atau mengajukan pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari. Pre tes dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan tetang materi yang akan dipelajari. Apersepsi dan pre tes bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan peserta didik terhadap materi yang akan dipelajari. Selain kegiatan pre tes dan apersepsi pada kegiatan awa l tersebut
juga
dilak ukan
proses
pengk larifikasian
rencana
pembe lajaran kepada peserta didik, wali murid dan warga mas yarakat. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajara peserta didik. Kegiatan inti pembelajaran terpadu di SDU Yapita disusun dengan menyesuaikan situasi dan kondisi setempat.
56
Salah satu contoh ga mbaran kegiatan inti dala m pe mbe lajaran PAI terpadu dengan pendekatan k o n t e k s t u a l d i S D y a i t u ; d a la m p e m b e l a j a r a n P A I terpadu denga n te ma ”Peduli Zakat”, kegiatan inti pe mbelajaran ini disusun dengan cara menyelenggarakan panitia kecil pe mbagian zakat fitrah. Kegiatan tersebut
dilakukan
oleh
peserta didik
dalam
rangka
proses
pembelajaran. Peserta didik pada proses pembelajaran tersebut bertindak sebagai a mil zakat, dan para guru hanya bertugas mengawasi jalannya proses pembelajaran. Jadi guru hanya berfungsi sebagai
fasilitator
dalam
pembelajaran.
Pada
kegiatan
inti
pembelajaran seringkali diselenggarakan di luar kelas. 3) Kegiatan akhir Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian belajar peserta didik dan kegiatan lanjutan.
Adapun kegiatan akhir
dapat
d ilak uk a n
da la m
pe mb e laja ra n PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual di SD yaitu dilakukan dengan mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari, melaksanakan tindaka lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan ke mbali materimateri pelajaran yang belum dimengerti peserta didik, dan mengemukakan tema yang akan dipelajari pada
pertemuan
selanjutnya.
Kegiatan
akhir
ini
seringkali
57
diselenggarakan di dala m kelas. Pada kegiatan ini, tiap-tiap guru dari beberapa bidang studi atau guru- guru tiap aspek materi PAI me mberikan penguatan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapa inya pada tiap-tiap bida ng studi tersebut. M isa lnya, dala m pembelajaran PAI terpadu dengan tema ”Peduli Zakat”, kegiatan akhir pembelajaran tersebut yaitu; guru mata pelajaran Fiqih menyuruh peserta didik untuk mengidentifikasi kegiatan apa saja yang telah mereka lakukan dalam kegiatan inti. Guru mata pelajaran Akhlak menyuruh peserta didik menyebutkan perilaku terpuji apa saja yang telah mereka lakukan dalam kegiatan praktek sebagai panitia zakat tersebut. Guru mata pelajaran Matematika menyuruh menyebutkan ukuran berat apa saja yang telah mereka butuhkan dala m kegiatan peduli zakat. Menurut Trianto dalam bukunya yang berjudul Model '
Pe mbelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek”, kegiatan awal merupakan kegiatan yang har us dite mp uh gur u dan peserta did ik pada setiap kali pelaksa naa n pembelajaran terpadu. Fungsi utama dari kegiatan awal ini adalah untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efesiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan dalam pe mbelajaran terpadu ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia untuk kegiatan terse but relatif s ingkat. Kegia ta n uta ma ya ng d ilaksa naka n da la m
58
penda hulua n ini diantaranya adalah menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi atau pre tes. Penciptaan kondisi awal pembe lajaran dilakuka n denga n cara me ngecek atau me mer iksa kehadiran peserta didik, menumbuhkan kesiapan belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan apersepsi dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan mengulas materi pembelajaran yang akan dibahas. Selain itu dalam kegiatan awal ini guru menya mpaikan kepada peserta didik tentang kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam kegiatan inti. Kegiata n
inti
mer upaka n
kegiata n
dala m
ra ngka
pelaksa naa n pe mbe lajara n terpad u ya ng me neka nka n pada proses pe mbe ntuka n pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar tersebut bisa dilakukan dalam bentuk kegiatan tatap muka dan non tatap muka. Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan peserta didik, sedangkan pengalaman belajar non tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan yang dilakukan peserta didik dala m berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru-peserta didik. Kegiata n
inti dala m pe mbelajara n terpadu bersifat
situasio na l, maksudnya proses kegiatan disesuaikan dengan situasi
59
dan kondisi te mpat proses pembelajaran itu berlangsung dan sesuai dengan tema pembelajaran. Dalam kegiatan ini berorientasi pada aktivitas peserta didik, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai
fasilitator
yang
me mberikan
kemudahanke mudahan
kepada peserta didik untuk belajar. Dalam kegiatan inti ini, peserta didik diarahkan untuk mencari dan mene mukan sendiri apa yang dipelajarinya,
sehingga prinsip-prinsip
belajar dalam
landasan
pembelajaran terpadu terwujud dalam proses pembelajaran. Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tindak lanjut dari kegiatan inti. Dala m kegiata n akhir ini gur u mengulas ke mba li apa ya ng tela h dilakukan peserta didik dalam kegiatan inti, kemudian menyimpulkan materi. Pada ketiga tahapan kegiatan tersebut dikembangkan sesuai dengan landasan dan prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu. Adapun
landasan
terseb ut
ya itu
berdasarka n
alira n
Progresv isisme, Kontruktiv ism e, Developmentally Approptiate Practice (DAP), landasan normatif dan landasan prak tis. Da la m pe mb e lajar a n P AI d i S D Ba njarsari dilaksa nakan secara ala mi, maksud nya pe mbelajaran dilakuka n denga n me mberikan pengala man- pengala man
yang
kongkrit pada peserta didik
mengenai materi yang diajarkan dan mengaitkan materi dengan
60
kehidupan nyata peserta didik, selain itu materi pelajaran disajikan secara terpadu dalam satu tema dan guru bebas untuk berkreasi dalam melaksanakan pembelajaran. Sala h satunya ya itu kebebasa n g ur u dala m me milih seb ua h metode pembelajaran, media, dan sumber belajar. Hai ini terbukti adanya berbagai metode yang digunakan guru dalam pembelajaran PAI terpadu, yang meliputi; metode karya wisata, metode diskusi, metode gambar, metode drill, metode cera mah, metode resitasi, metode tanya jawab dan metode yang lainnya, selain itu juga me nggunakan berbagai pendekatan pe mbelajaran yaitu pendekatan kontekstual dan active learning. Dari sini maka terlihat adanya perubahan pola pembelajaran konvesional menjadi pola pembelajaran modern, maka proses pelaksanaan pembelajaran tersebut berdasarkan pada aliran progresivisme. Proses
pe mbe lajaran
me nurut
alira n
progresivis me
seharus nya dilakukan secara alami, dengan mengaitkan dunia nyata peserta didik yang bertujuan menjadikan pe mbelajaran lebih ber makna. Aliran progresivis me tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan secara terpisah, melainkan mata pelajaran harus diberikan secara terintegrasi dalam unit. (M Noor Syam: 1986). Landasan kedua pelaksanaa n pe mbelajaran PAI terpadu di SD Banjarsari yaitu aliran kontruktivis me. Gur u SD Banjarsari dalam pelaksanaan pembelajaran PAI selalu mengarahkan peserta didik untuk me ngkonstruk pengala mannya sendiri, dibandingkan dengan
61
cera mah di kelas. Seperti contohnya, dalam pembelajaran PAI yang bertemakan ”Sadar Sodaqoh”, dalam pembelajaran tersebut peserta didik tidak diberi ceramah tentang materi sodaqoh, akan tetapi peserta didik secara langsung diajak untuk bersodaqoh, dan sesudah kegiatan tersebut peserta didik diajak untuk mengidentifikasi apa saja yang dilakukan dalam kegiatan bersodaqoh tersebut, dari kegiatan tersebut peserta didik mampu menemukan sendiri materi- materi yang berkaitan dengan sodaqoh. Selain materi tersebut juga terjadi dalam materi yang bertema ”Mari Bersuci”. Dala m pe mbelajaran materi tersebut peserta didik diajak secara langsung mempraktekkan salah satu cara bersuci yaitu berwudhu. Peserta didik setiap hari diajak untuk berwudhu bersama sebelum melaksanakan sholat berjama’ah di sekolah, pe mbe lajara n
kemudian
pada akhir
menjelang
se mester
akhir
proses
peserta d id ik
diajak
mengidentifikasi apa saja yang dilakukan mereka sewaktu berwudhu, maka mereka dapat menemukan sendiri materi yang berhubungan dengan materi wudhu,
ya ng
me liputi ruk un,
syarat, dan
ketentua n- ketentua n dala m berwudhu. Developmentally Appropriate Practices merupakan landasan ketiga d a r i p e la k s a n a a n p e mb e la ja r a n P A I te r p a d u d i S D Ad a p u n kegiatan pe mbelajaran yang berdasarkan landasan tersebut yaitu dala m pembelajaran yang bertema “Peduli Zakat” peserta didik diajak secara langsung atau mengadakan eksperimen
62
dengan me mbentuk panitia zakat. Peserta didik tidak diberi teori tentang zakat, akan tetapi diajak langsung untuk mengelolah pengeluaran zakat. Peserta didik belajar dengan aktif, dan posisi guru sebagai fasilitator. Kegiatan tersebut berdasarkan dengan konsep landasan Developmentally Appropriate Practices. Menurutnya, kebutuhan pokok pendidikan adalah memperkenalkan peserta didik kepada kegiatan yang bersifat eksperimen. Peserta didik tidak hanya butuh sebuah teori, na mun aplikasi dan eksperime n merupakan hal yang terpenting dala m proses pembelajaran. (Margaret E. Bell Gredler: 1991). Sesuai dengan landasan keempat dan kelima, pembelajaran PAI di SD yaitu
pe mbe lajara n dilaksa na ka n
bertujua n untuk me ncapa i tujua n idea l pembe lajara n ya itu agar peserta did ik tidak ha nya unggul dala m aspek kognitif, akan tetapi unggul dalam aspek afektif dan psiko motorik, peserta didik ma mpu menerapkan pengalaman belajarnya dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel VII Daftar Kemampuan Guru dalam Merencanakan Pembelajaran PAI Terpadu dengan Pendekatan Kontekstual No. 1. 2.
3. 4.
Aspek Yang Diamati Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan Mengembangkan pembelajaran terpadu dengan me mpe lajari standar kompetensi dan ko mpetensi dasar dari bidang kajian yang akan dipadukan. Menentukan tema pembelajaran. Membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan topik.
Keterangan Ya Tidak V
63
5.
Menjabarkan ko mpetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk menyusun silabus. Menyusun silabus pembelajaran pendidikan agama Islam terpadu dengan pendekatan kontekstual. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam terpadu dengan pendekatan kontekstual. Mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks kehidupan peserta didik. Menyusun penilaian pembelajaran pendidikan agama Islam terpadu dengan pendekatan kontekstual.
6. 7.
8. 9.
Tabel VIII Data Kemampuan Guru dalam MengelolahPembelajaran No. 1.
Aspek Yang Diamati Kegiatan Pendahuluan. Menciptakan kondis i pembelajaran yang kondusif. Menya mpaikan tujuan pe mbelajaran.
Mengadakan pre tes atau apersepsi tentang materi yang diajarkan Kegiatan Inti. Pengajua n konsep (masala h) bagi siswa
dan membimbing siswa mengemukakan konsep ide dan teori mereka. Me mba gi siswa dalam beberapa kelo mpok dan mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah.
2.
Pertimbanga n Ya Tidak
Menfas ilitas i sis wa dala m me meca hkan masalah. Me mb imb ing siswa dan mengamati siswa dalam menyelesaikan masalah.
64
Ket. Dalam kegiatan inti ini direncanakan sesuai dengan tema pembelajaran. Pada intinya, dalam kegiatan inti ini dilakukan proses belajar me n ga ja r d a la m r a n gk a p e mb e nt uk a n penga la man belajar. Dala m kegiatan ini guru menggunakan berbagai metode pembelajaran, kegiata n ini seringka li dilaksa nakan d i luar kelas, karena peserta didik dihadapkan langsung dengan realita yang ada. 3.
Kegiatan Akhir. Menge mbangkan dan mengkaji ke mbali hasil pembelajaran pada kegiatan inti. Menga nalis is dan menge va luas i proses pembe lajaran Me mb imb ing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran.
Tabel IX. Analisis Data Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran No. 1. 2. 3.
Aspek Yang Diamati Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan akhir.
Pe rtimbangan Ya Ya Ya
Dari daftar datel observasi di atas maka dapat disimp ulkan bahwa guru PAI SD Banjarsari telah mengelolah pembelajaran dengan baik.
65
Tabel X Analisis Data Kemampuan Guru dalam Merencanakan Pembelajaran Terpadu dengan Pendekatan Kontekstual No.
Aspek Yang Diamati
1.
Menetapkan bidang kajia n yang akan dipadukan
2.
Menge mba ngkan pembelajaran terpadu denga n me mpe lajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang akan dipadukan. Menentukan tema pe mbelajara n.
3.
4.
Membuat matriks keterhubun gan kompetensi dasar dan topik.
Keterangan Dalam menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan, para gur u me mbentuk team teaching. Adapun anggota dari team teching tersebut terdiri dari gur u ya ng mengaj ar materi yang me mpunya i keterhubungan. Seperti pada tema ”Peduli Zakat” team teaching terdiri dari guru PAI, guru matematika, dan guru Bahasa Indonesia. Kerja sama team teaching ini sudah terlaksana dengan baik, hal ini dapat dia mati ketik proses pembelajaran PAI terpadu dilaksanakan, yang mana dapat diamati dalam kegiatan perencanaan pe mbelajaran, dan kegiatan inti pembelajaran terpadu. Penentuan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dapat dihubungkan dilakukan dengan melakukan pemetaan pada standar kompetensi dan ko mpetensi dasar. Pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar ini dapat dia mati dalam bagan keterhubungan materi pembelajaran pendidikan agama Islam terpadu dengan pendekatan kontekstual. Tema dalam pembelajaran ditentukan dengan me mper hatikan mater i yang dipe lajara i. Adapun penentuan materi ini lebih condong dala m mater i p e nd id ik a n a ga ma I s la m. Ke gia ta n ini s ud a h terlaksana dengan baik. Pembuatan matrik keterhubungan kompetensi dasar dan topik sudah ditetapkan, akan tetapi dalam pembukuan matrik tersebut belum terencana secara tertulis. Hal ini disebabkan pemahaman guru tentang perencanaan pembelajaran PAI terpadu masih kurang. Keterhubungan kompetensi dasar tersebut telah direncanakan oleh pro motor pembelajaran terpadu yaitu waka kurikulum. Jadi pada tahapan ini masih dalam tahap penyempurnaan.
66
5.
6.
Menjabarkan kompetensi dasar ke dala m indikator pencapaian has il belajar yang nantinya digunakan untuk menyusun silabus. un silab us Menyus pembelajaran pendidikan aga ma Isla m terpadu denga n pendekatan kontekstual.
7.
Menyus un renca na pelaksanaan pembe lajaran pendid ikan aga ma Isla m terpadu denga n pendekatan kontekstual.
Penyusunan perencanaan pelaksanaan pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual juga belum terlaksana dengan baik, terkecuali kelas 1. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran masih tersusun secara terpisah-pisah, seperti halnya dengan penyusunan silabus.
8.
Menga itkan materi pembe lajaran denga n konteks kehid upan peserta didik.
Berkaitan dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks kehidupan nyata peserta didik telah terlaksanaan dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan bagaimana proses pembelajaran PAI di SD Banjarsari diselenggarakan.
Menyus un penila ian pembe lajaran pendid ikan aga ma Isla m terpadu denga n pendekatan kontekstual.
Penyusunan penilain dalam pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual telah terlaksana dengan baik, hal ini dapat diperhatikan dalam sistem penilaian yang berbasis penilaian otentik. Bentuk penilaian dapat dilihat dalam format penilaian peserta didik yang tertuang dalam laporan hasil belajar siswa (raport).
9.
2.
Penjabara n ko mpete ns i dasar ke dala m ind ikator pencapaian hasil belajar sudah terlaksana dengan baik, akan tetapi penjabaran tersebut belum direncanakan dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu. Penjabaran tersebut masih tertuang dalam silabus secara terpisah pisah berdasarkan bidang studi tertentu. Penyusunan silabus pe mbelajaran terpadu belum terwujud dala m proses pe mbe lajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual di SD Banjarsari adapun bentuk silabus dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut masih tersusun terpisahpisah sesuai dengan bidang studi tertentu. Pembuatan silabus pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual tersebut masih dalam tahapan perencanaan. Namun, untuk kelas 1 sudah tersusun.
Pe ngelolaan Kelas dan Guru. Penge lo laa n ke las proses pe mbe lajara n terpad u de nga n pendek ata n k o n te k s t ua l d i S D d ia t ur s e c a r a me n ye na n gk a n s e h in g ga d a p a t menimbulkan minat peserta didik untuk mengikuti
67
proses pembelajaran. Hal ini tampak pada desain ruang kelas yang penuh dengan tempelan hasil karya peserta didik. Selain itu sebagai kelas didesain seperti halnya ruang kelas di pendidikan taman kanak- kanak, yaitu penuh denga n warna- warni. Adapun jika proses pembelajaran tidak diselenggarakan di dala m kelas, desain tempat pembelajaran akan leb ih me nar ik, karena desain te mpat pe mbe lajara n didesa in denga n
pendekatan
pembelajaran
dengan
kontekstual. tema
Seperti
”Peduli
halnya
Zakat”,
dalam desain
proses ruangan
pembelajaran didesain seperti desain kegiatan yang sesungguhnya. Pengelolaan kelas diatur dengan desain yang beraneka ragam warna dan gambar bertujuan untuk meningkatkan minat peserta didik agar lebih termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Bobbi De Porter ba hwa desain lingk unga n bela jar me mp e ngar uhi kosentras i dan kenya manan seseorang dalam belajar. Berbagai warna dan gambar di dala m kelas akan merangsang peserta didik
untuk
lebih termotivasi untuk
mengikuti proses
pembelajaran, serta akan mengoptimalkan fungsi otak kanan dan otak kiri secara seimbang. 3.
Metode pe mbelajara PAI te rpadu dengan pe ndekatan kontekstual di SD Dalam penerapan model pembelajaran terpadu dengan pendekatan kontekstual memberikan kebebasan berkreasi kepada guru untuk memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang dianggap sesuai dengan
68
materi, perkembangan peserta didik, tujuan dan pertimbangan yang laiannya. Adapun metode yang digunakan dala m proses pe mbelajaran terpadu dengan pendekatan kontekstual di SD Banjarsari yaitu: a.
Metode karya wisata. Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan kunjungan keberbagai tempat tertentu. Metode ini hanya berlaku pada materimateri tertentu yang membutuhkan penagalaman yang konkrit yang harus didapatkan peserta didik setelah poses pembelajaran. Jadi metode dipilih dengan menyesuaikan tujuan yang harus dicapai, dan juga me mpertimbangkan hal- hal yang lainnya. Metode karya wisata dalam pembelajaran PAI terpadu diterapkan pada materi pembelajaran yang bertemakan ”Mengenal Ciptaan Allah.”
b.
Metode de mons tras i. Metode demonstrasi merupakan metode interkasi edukatif yang sangat efektif dalam membantu peserta didik
untuk
mengetahui proses pelaksanaan sesuatu, apa unsur yang terkandung di dalamnya, dan cara mana yang paling tepat dan sesuai, atau suatu metode menagajar dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan tentang proses melakukan sesuatu. Misalnya materi tentang wud hu, sholat dan sebagainya. c.
Metode diskus i. Metode diskusi digunakan untuk merangsang peserta didik agar terlatih berpikir dan terlatih untuk mengungkapkan pendapatnya
69
secara lisan.
Dengan
berdiskusi,
peserta didik
akan dapat
mengkonstruk pengalamannya sendiri dan akan terlatih untuk menerima
perbedaan
pendapat
di
dalam
menyelesaikan
per masalahan. Dengan menggunakan metode diskusi, peserta didik akan memahami bahwa mereka hidup pasti akan membutuhkan orang lain dan akan me mbutuhkan kerja sa ma. Sela in itu dengan berdiskus i, me mperkaya informasi tentang materi yang dipelajari. Dalam pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual, metode ini biasa diterapkan pada kegiatan akhir pada proses refleksi. d.
Metode resitasi. Metode resitasi dilakukan dengan me mberi tugas pada siswa untuk diselesaikan pada batas waktu yang telah ditentukan oleh guru. Dengan metode ini siswa dapat menambah refrensi dan dapat mengembangkan materi yang dipelajari. Adapun tugas dapat berupa merensum atau menyimpulkan proses pembelajaran, membuat suatu karya yang berkaitan dengan materi, dan sebagainya. Metode ini dalam proses pembelajaran PAI terpadu diterapkan dala m bidang studi umum, seperti pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu peserta didik disuruh untuk menceritakan proses pembelajaran yang bertemakan ”Pergi Haji”.
e.
Metode tanya ja wab Metode tanya jawab ialah cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid memberikan
70
jawaban. Atau sebaliknya murid bertanya dan guru memberikan jawaban. Dengan demikian dengan metode ini diharuskan terjadi dialog antara guru dan murid. Metode ini digunakan bertujuan untuk melatih mental siswa, dengan metode ini siswa dilatih untuk berani mengespresikan dan mengemukakan ide atau pendapat mereka. Selain itu, metode tanya jawab digunakan juga untuk merangsang anak agar perhatiannya terarah kepada masalah atau materi pelajaran yang sedang dipelajari. Merangsang proses berpikir dan pengamatan siswa, dan metode tanya jawab ini digunaka n untuk me laksanaka n eva luas i dan diterapkan pada kegiatan
awal proses pebelajaran
PAI
terpadu
dengan
pendekatan kontekstual, yaitu ketika guru me mberikan apersepsi atau pre tes. f.
Metode ce ra ma h Metode
cera ma h
ia la h
seb ua h
bentuk
inter aks i
edukatif me la lui peneranga n dan peraturan secara lisan oleh gur u terhadap sekelo mpok pendengar (murid). Penggunaan metode ceramah ini dalam pembelajaran PAI biasanya digunakan untuk menjelaskan materi yang sedang dipelajari dan untuk mengklasifikasikan hasil pembelajaran yang telah dipelajari siswa di kelas, sehingga siswa dapat me maha mi materi yang dipelajari. Dala m penggunaan metode ini, seorang guru harus berkreasi dan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
71
menyenangkan. Hal ini dikarenakan seringkali peserta didik merasakan kejenuhan ketika guru berceramah atau menjelaskan. Oleh karenanya, dalam penggunaan metode cera mah ini biasa digunakan media penbelajaran yang menarik, seperti media visual, audio visual dan alat peraga lainnya. g.
Metode teks dril atau latihan Metode ini digunakan untuk materi yang me mbutuhkan praktek yang berbentuk hafalan. Misalnya, digunakan guru PAI untuk menilai hafalan peserta didik tentang bacaan tahlil, suratsurat pendek bagi kelas 1 sampai kelas 5, dan Surat Yasin bagi kelas 6.
h.
Metode ke rja ke lompok. Metode kerja kelompok dalam proses belajar mengajar adalah kelompok kerja dari kump ulan beberapa ind ivid u yang bersifat edukatif yang di dalamnya terdapat adanya timbal balik (kerja sa ma) antara individu serta saling mempercayai. Dalam pembelajaran PAI terpadu di SD Banjarsari, peserta didik biasa dikelompokkan secara hiterogen.
4.
Sumbe r be lajar dan me dia pe mbe lajaran. Sumber belajar merupakan suatu hal yang dapat me mberikan informasi, pengetahuan tentang materi yang sedang dipelajari peserta didik,
memberikan pengalaman dan keterampilan dalam proses
pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat yang dapat digunakan oleh guru untuk
membantu
memudahkan peserta didik
dalam
72
me maha mi materi pelajaran. Adapun sumber belajar yang sering kali digunakan dala m pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual di SD Banjarsari adalah lingkungan masyarakat atau fonomena-fonomena yang terjadi dalam kehidupan peserta didik, selain itu juga sumber belajar yang berupa buku, majalah, dan lain sebagainya. Dalam penggunaan sumber belajar dan media pembelajaran, para guru tidak membatasi peserta didik dalam memilihnya, bagaimanapun bentuk
sumber
belajar
dan
media
tersebut
asalkan
dala m
penggunaannya sesuai dengan materi, tujuan dan kema mpuan dala m menggunakannya. Pada intinya, penggunaan sumber belajar dan media pembelajaran dalam pembelajaran PAI terpadu disesuaikan dengan tema
pembelajaran.
Sumber
belajar
yang
digunakan
dalam
pembelajaran Keanekaragaman penggunaan media pembelajaran dan sumber belajar dalam p e mb e la ja r a n
P AI
b e r t uj ua n
dapat
a ga r
p e s e r ta
d id ik
te r p a d u memahami
di
SD materi
pembelajaran dengan lebih mudah dan peserta didik agar mendapatkan pengalaman belajar yang lebih banyak dan lebih bermakna. Adapun dala m penggunaan media pembelajaran tidak dipilih sesuai dengan hati guru, akan tetapi penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan beberapa prinsip pemilihan media pembelajaran, yang antara lain adalah; harus sesuai dengan tujuan pengajaran, sesuai dengan materi, dan yang lainnya. Evaluasi pe mbelajaran PAI terpadu dengan pendekatan
73
kontekstual di SD Banjarsari me nggunaka n s iste m pe nila ia n berbasis
otentik.
Penila ia n
dilakukan
secara
ko mprehensif,
integral, berkesina mbunga n, dan objektif. Penilaian tidak hanya berdasarkan hasil akhir pembelajaran, akan tetapi penilaian dilakukan selama proses pembelajaran. Adapun sisi yang dievaluasi meliputi aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psiko motorik peserta didik. Peserta didik tidak akan mendapatkan nilai 10 jika hanya betul menjawab soal-soal ujian secara tertulis. Peserta didik akan mendapat nilai 10 jika mereka ma mpu mengikuti proses pembelajaran dengan baik, peserta didik tidak hanya memiliki kompetensi akademik yang lebih, akan tetapi peserta didik juga memiliki kompetensi motorik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi ledership yang baik. Penilaian tersebut tertulis secara terperinci dala m laporan hasil belajar (raport). Alat penilaian dala m penilaian otentik pada pembelajaran PAI terpadu d e n ga n p e n d e k a ta n k o nte k s t ua l d i S D a d a b e b e r a p a je n is ya it u : a.
Paper and pencil test Paper and pencil test merupakan jenis alat penilaia n dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan atau soalsoal yang harus dijawab oleh peserta did ik secara tertulis. Penilaian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
sejauhmana
pe maha man peserta didik terhadap konsep teori yang telah dipelajari, atau untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Bentuk
74
penilaian peper and pencil tes ini seringkali digunakan dalam ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir. Selain digunakan dalam
ulangan- ulangan
tersebut,
juga
digunakan
untuk
melaporkan proses pembelajaran yang telah berlangsung secara tertulis. b. Pe rforma nce test Performance test dipakai untuk menilai kinerja atau skill peserta didik, yang merupakan manisfestasi dari pengetahuan, ide, konsep dan keterampilan yang bisa dia mati. Seperti halnya dalam pembelajaran PAI terpadu, penilaian ini digunakan untuk menilai ke mamp uan peserta didik dala m berpidato, mendemonstrasikan ibadah haji, membaca surat-surat pendek. c. Portofolio Portofolio merupakan kumpulan dari hasil kerja siswa selama beberapa waktu, atau selama suatu program pembelajaran. Portofolio biasanya berupa tugas-tugas harian, tugas kelas, tugas rumah, rangkuman materi pembelajaran, dan ya ng la innya. Da la m pe mbe lajara n terpad u denga n pendekata n kontekstual ini, biasanya kumpulan portofolio peserta didik yang bagus akan ditempelkan pada dinding kelas. d. Product test. Dengan menggunakan penilaian product test dalam pembelajaran, guru dapat me ngetahui sejauhma na tingkat kreativitas peserta did ik dala m mengikuti proses belajar. Selain
75
itu, dengan jenis penilaian ini, guru dapat mengetahui keseriusan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran e. Self assessment. Be ntuk penila ia n ini adala h dilak uka n denga n cara peserta did ik me lakukan penilaia n dengan me nila i diri send iri. Adapun conto h bentuk penilaian ini dalam pe mbelajaran PAI terpadu di SD Banjarsari yaitu penilaian yang dilakukan dalam pe mbelajaran terpadu dengan tema ”Mari sholat”. Penilaian ini dilakukan dengan cara guru me mberikan le mbar observasi kegiatan sholat peserta didik, dan lembar tersebut diisi dan dinilai oleh peserta didik dengan cara mencocokan lembaran tersebut dengan lembaran teman sebayanya.
Tabel XI Daftar cek Keterampilan Intelektual dan Sosial dalam Pembelajaran PAI Terpadu dengan Pendekatan Kontekstual Jenis Kemampuan Siswa Intelektual: Keterbukaan. Kre ativ ita s. Rasa ingin ta hu. Sosial: Kema mpua n kerja sama. Kema nd iria n. Kepedulia n terhadap orang la in. Kepedulia n terhadap lingkungan.
Baik V
Cukup Kurang V V
V V V V
Berkaitan dengan penyelenggaran evaluasi pe mbelajaran PAI terpadu di SD Banjarsari yang diselenggarakan denga n penilaia n otentik, hal ini bertujuan agar peserta didik tidak hanya dinilai dari
76
hasil akhir pembelajaran, akan tetapi peserta didik dinilai secara holistik. Yaitu penilaian yang dilakukan dengan memperhatikan aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran dan penilaian
yang
dikembangkan dengan me mperhatikan aspek kognitif, aspek afektif, dan psikomotorik peserta didik. Adanya berbagai jenis alat penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran PAI terpadu di SD Banjarsari maka dapat disimpulkan bahwa jenis instrumen penilaian yang digunakan yaitu tes dan non tes. Proses penilaian dala m pembelajaran PAI terpadu di SD Banjarsari telah terlaksana sesuai dengan konsep penilaian pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Trianto, bahwa penilaian dalam pembelajaran terpadu meliputi dua jenis penilaian yaitu, penilaian terhadap hasil belajara siswa dan penilaia n terhadap proses belajar siswa. (Trianto: 2007). 5.
Pe ndekatan Kontekstual Dalam Pe mbelajaran Pendidikan Agama Islam Terpadu. Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran PAI terpadu yang diterapkan
di
SD
y a it u
d ir e nc a n a k a n
de nga n
me n y e le n g g a r a k a n p r o s e s pembelajaran PAI sesuai dengan konteksnya dan proses pembelajaran yang diselenggarakan dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata peserta didik. Guru senantiasa mengaitkan berbagai permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan peserta didik, kemudian peserta didik diajak untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu pembelajaran tidak
77
dilakukan dengan tujua n mentransfer pengetahuan tentang aga ma Isla m, akan tetapi pembelajaran diselenggarakan dengan tujuan untuk me mbentuk
kompetensi
peserta
didik
agar
mereka
mampu
menerapkan pengalaman belajarnya dalam kehidupan sehari- hari. Beberapa contoh pendekatan kontekstual pada pembelajaran PAI yaitu pada mater i pe mbe lajara n terpadu denga n te ma ”P ed uli zakat”. Proses pembelajaran dengan tema tersebut dilaksanakan pada akhir Bulan Ro madhon, dan pembelajaran disusun seperti halnya panitia zakat fitri yang sebenarnya. Peserta didik dalam proses pembelajaran dihadapkan secara langsung bagaimana mereka dapat mengetahui tata cara dan ketentuan mendistribusukan zakat fitri. Pada pembelajaran dengan tema ”Mengenal Ciptaan Allah”, peserta didik diajak secara langsung mengenal ciptaan Allah dengan pergi ke kebun binantang. Pembelajaran tentang mengenal rukun wudhu dan rukun sholat, peserta didik tidak diminta untuk menghafal materi tentang rukun wudhu dan rukun sholat, akan tetapi peserta did ik setiap har i diajak berwudhu dan sho lat dhuhur berjama’ah dengan bimb ingan guru
dan
wali
kelasnya.
Pe mbelajaran
yang
bertemakan
”Silaturrahmi”, dalam pembelajaran tersebut dilaksanakan dengan cara peserta didik diajak berkunjung secara langsung atau bertamu kebeberapa
rumah- rumah
guru
dan
kebeberapa rumah
tokoh
masyarakat. Dala m proses pe mbelajaran bertemakan ”Pergi Haji”, peserta didik diajak langsung untuk mempraktekkan ibadah haji, dan
78
kegiatan tersebut diselenggarakan di asrama haji, yang mana di tempat tersebut disetting seperti halnya di tempat ibadah haji yang sesungguhnya. Pembelajaran yang bertemakan ”Romadhon Berprestasi”, proses pembelajaran tersebut diselanggarakan pada Bulan Ro madhon dan peserta didik diajak untuk bermalam di sekolah untuk melaksanakan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam Bulan Romadhon. Masih banyak lagi proses pembelajaran PAI di SD Banjarsari yang dike mas dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Da la m kegiatan pe mbe lajaran tersebut peserta did ik diajak untuk
mengkonstruk pengetahua nnya, dan mene mukan materi
pe mbelajarannya. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran terjadi tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan lingkungan. Dari situ maka peserta didik menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai komponen dan peserta didik akan menirukan apa yang mereka lihat ketika proses pe mbelajaran berlangsung. Dari proses tersebut akhirnya peserta didik merenungkan pengalaman belajarnya sehingga mereka dapat menyimpulkan tentang apa yang mereka pelajari. Jika me mperhatikan penerapan pendekatan kontekstual dala m pembelajaran PAI, maka penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran P A I t e r p a d u
di SD
d ik e mb a n g k a n
s e s u a i d e n g a n la n d a s a n aliran kontruktivisme dan psikologi kognitif.
Kedua
landasan
ini
sama
dengan
la ndas a n
79
dik e mba ngk a nnya pe mb e lajar a n terpad u. Berba ga i ke giata n pe mbelajaran PAI terpadu tersebut dikembangkan sesuai dengan asas-asas pendekatan kontekstual yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya dalam bukunya Pe mbelajaran dalam Imple mentasi Kurikulum Berbasais Kompetensi, bahwa asas-asas pendekatan kontekstual meliputi;
kontruktivis me,
inkuiri,
bertanya,
masyarakat
belajar,
pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik. (Wina Sanjaya: 2006). Penerapa n pendekata n kontekstua l dala m pe mbe lajara n PAI di S D Banjarsari pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari- hari (konteks pribadi,
sosial,
dan
pengetahuan/keterampilan
kultural) yang
secara
sehingga
siswa
memiliki
fleksibel dapat
diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya. Sedangkan prinsip p e ne r a p a n p e n d e k a ta n k o nte k s t ua l d i S D ya it u ; p e mb e la ja r a n disele nggarakan dengan cara me nja lin hubunga n denga n berbaga i aspek kehidupan, dalam proses pembelajaran peserta didik terdiri dari berbagai macam perbedaan yang meliputi; perbedaan minat bakat, intelektual dan lain sebagainya. Serta prinsip yang terakhir yaitu pengaturan diri, sesuai dengan prinsip tersebut, mewujudkan keunggulan akademik peserta didik, keterampilan karier peserta didik, dan pengembangan karakter peserta didik serta mewujudkan tuntutan masyarakat sete mpat. Prinsip-prinsip sesuai dengan pendapat yang dike mukan oleh Elaine B. Johnson dalam bukunya yang berjudul
80
Contextual Teaching and Learning,
bahwa prins ip
pendekatan
kontekstual antara lain yaitu, prins ip kesaling- bergantungan, prinsip deferensiasi, dan prinsip pengaturan diri. (Elaine. B. Johnson: 2006). Dengan adanya pembelajaran pendidikan aga ma Isla m terpadu dengan p e nd e k a ta n k o nt e k s t u a l d i S D ma k a d a r i p ih a k g ur u ma u p u n
peserta didik lebih berkreatif dalam penyelenggaraan
pembelajaran.
Guru dan peserta didik diberi kebebasan dalam
mengembangkan proses pembelajaran. Dari situ maka guru me miliki kema mpuan yang lebih dalam mendesain rencana pembelajaran dan peserta didik juga memiliki kemampuan yang lebih dalam ikut serta merencanakan proses pembelajaran.
B. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Ter padu de ng an Pe nde kat an Ko nte kst ual di SD Banjars ari dan Upaya Penyelesaiannya. Berbicara tentang ha mbatan dala m pelaksanaan pe mbelajaran PAI t e r p ad u b e b er a p a
d e n ga n
p e nd e k a ta n
k o nte k s tua l
di
SD
ada
ha mbatan ya ng dijumpa i dala m kegiatan pe mbelajaran
tersebut yaitu: Perta ma k u a l it a s g u r u S D t e r g o lo n g
ma s i h
k u r a n g a t a u d a la m r a n g k a p e r b a ik a n k ua lita s . P a r a g ur u SD
k h us us n ya
g ur u- g ur u
P e nd id ik a n
Agama
Islam belum
seluruhnya menempuh jenjang pendidik S1. Akibat dari kualitas gur u ya ng renda h terseb ut,
beberapa gur u
mas ih
me nerapka n parad igma
pembelajaran konvesional. Sebagian guru belum menerapkan pembelajaran
81
yang sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah ditulisnya dan guru belum dapat merencanakan perangkat pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual dalam rencana tertulis. Hal ini merupakan sebuah hambatan yang paling mendapatkan prioritas pertama dalam menanganinya. Adanya permasalah seperti itu, maka pihak sekolah khususnya kepala sekolah berusaha keras untuk mengatasi permasalahan tersebut. Adapun upaya yang dilakukan untuk memenuhi tuntutan peningkatan kualitas sumber daya manusia di SD yaitu, guru SD dianjurkan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi., sedangkan bagi guru yang masih berijazah PGA melanjutkan ke jenjang pendidikan S1. Selain upaya tersebut, dala m rangka peningkatan kualitas sumber daya manus ia, guru- gur u dianjurkan untuk mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, yaitu guru- guru SD Banjarsari dituntut untuk dapat mengoperasikan komp uter. Para guru harus mengikuti berbagai pelatihan dan workshop, baik yang diadakan sekolah maupun instansi lainnya. Adapun peningkatan kualitas yang dilakukan secara intensiv oleh sekolah adala h pemb inaan terhadap peningkatan kualitas gur u dala m bentuk pembinaan guru dalam perencanaan pembelajaran, pengelolaan kelas dan pembinaanpe mb inaa n ya ng la innya. Pe mb ina a n ya ng berka ita n de nga n perenca naa n pembelajaran seperti halnya, pembinaan tentang penyusunan perangkat pembelajaran, pembinaan tentang penguasaan berbagai strategi pembelajaran, pembinaaan tentang penyus una n eva luas i pe mbelajara n, dan pemb inaa n te nta ng penge mba ngan kurikulum. Berbagai pe mbinaan tersebut dilakukan dalam
82
pengawasan kepala sekolah SD Banjarsari Jika menilik kondisi kualitas guru SD tersebut,
maka layak
jika
mendapatkan prioritas utama dala m
pemecahannya, karena menurut Abuddinata dalam bukunya yang berjudul ”Prespektif Islam tentang Pola Hubungan Guru- Murid”, bahwa guru adalah salah satu penyebab utama keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran, dan proses pembelajaran akan berhasil mencapai tujua n pembe lajaran jika seorang gur u me ma ha mi tentang berbaga i metode pembelajaran dengan baik. Penge lo laan pembe lajaran dapat optima l apabila guru ma mp u memposisikan dirinya tidak hanya berfungsi sebagai pentransfer ilmu, namun guru
hendaknya
pembimbing,
menempatkan
pengatur
dirinya
lingkungan,
sebagai
motifator,
pengajar,
pemimpin,
fasilitator,
evaluator,
supervisor, konselor dan pendidik. Hambatan kedua dalam penerapan pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan Kontekstual di SD yaitu, pada awal penerapan pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual berbagai hambatan yang berasal dari luar pihak sekolah juga dihadapi dala m pelaksanaan pembelajaran tersebut adalah adanya respon yang kurang baik dari pihak masyarakat. Pada saat itu, mereka tidak menyetujui adanya penyelenggaraan proses pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual yang bertemakan ”Peduli Zakat”. Mereka merasakan bahwa dengan adanya model pembelajaran seperti itu akan
me mberikan
kerugian
pada pihak
amil zakat yang
mereka
selenggarakan. Selain tema tersebut, juga terjadi pada pembelajaran PAI
83
terpadu dengan tema ”Mari Sholat dan Mari Bersuci”. Upaya yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, yaitu diselesaikan dengan cara pihak sekolah mensosialisasikan kurikulum SD Banjarsari kepada masyarakat sekitar, serta menjalin hubungan yang har monis antara pihak sekolah dengan pihak masyarakat, khususnya dengan pihak pengurus
masjid
dan
anggota
mas yarakat,
yaitu
dengan
me ngadaka n dia lo g terbuka tentang permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual. Menurut pihak sekolah, hambatan tersebut sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual, hal ini d ik ar e nak a n pe nd id ik a n
d a la m
ma s yar ak a t
me r upa k a n
me nge mbangkan
p atne r
pelaksanaan
le mb a ga pendidikan,
khususnya dala m menye lenggarakan proses pembelajaran. Apabila masyarakat tidak mendukung pelaksanaan proses pembelajaran, maka tujuan
pembelajaran
tidak
dapat
tercapai
dengan
baik.
Dalam
penyelenggaraan pembelajaran PAI, guru dapat bekerja sama dengan masyarakat sete mpat untuk me mper mudah proses penya mpa ian materi pe mbelajaran dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Dari aspek siswa, pembelajaran terpadu menuntut adanya peserta didik ya ng me mpunya i se ma ngat dan minat ya ng tinggi da la m me ngik uti proses pembelajaran, dan apabila hal tersebut tidak tersedia, maka pelaksanaan pembelajaran PAI tepadu dengan pendekatan kontekstual mengalami hambatan. Berkaitan dengan s e ma n ga t b e la ja r , s is wa d i S D
84
tid a k s e lur u hn ya me milik i mina t d a n se ma ngat belajar ya ng tinggi, sehingga hal tersebut mengak ibatkan timb ulnya ha mbata n da la m pelaksa naa n pe mbe lajara n PAI terpadu denga n pendekata n kontekstual di SD Semangat belajar yang rendah sebagian peserta d id ik d i S D d a p a t d ib u k t ik a n
d e n ga n
a d a n ya
le mb a r
p e r fo r ma n c e
yang
menunjukkan hasil yang kurang seperti, adanya kolom- kolom penilaian yang tidak terisi pada lembar penilaian tentang pembelajaran PAI terpadu yang bertemakan ”Mari Sholat” dan ”Romadhon Ceria” Upaya untuk mengatasi peningkatan minat dan semangat belajar peserta didik yaitu dilakukan dengan cara menyelenggarakan pembelajaran dengan menarik, seperti halnya dengan menciptakan suasana yang aman, menggunakan musik untuk me mbuat keadaan menjadi santai, mengunakan pengingat-pengingat visual untuk me mpertahankan ingatan peserta didik, mendesain ruang kelas dengan beragam warna, memajang hasil karya peserta didik pada dinding kelas, serta pembelajaran diselenggarakan dengan cara berinteraksi dengan lingkungan atau dengan cara pembelajaran diselenggarakan di luar kelas. Dari
berbagai
hambatan
yang
dihadapi
dalam
pelaksanaan
pembelajaran pendidikan aga ma Isla m terpadu denga n pendekatan kontekstual di SD Banjarsari yang merupakan penyebab utama timbulnya hambatan yang paling besar adalah dari pihak guru. Oleh sebab itu, salah satu tindakan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memberbaiki kualitas sumber daya manusia yang ada di SD Banjarsari khususnya
85
perbaikan kualitas kinerja guru SD
86
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dala m penelitian ini, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1.
Penerapan pe mbelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual di SD Banjarsar i dise lenggaraka n me liputi tiga aspek keterpadua n ya itu: keterpaduan penyelenggaraan, keterpaduan materi pembelajaran, dan keterpaduan proses pe mbelajaran dan pelaksanaan pembelajaran diselenggarakan dengan mengaitkan materi pembelajaran PAI terpadu dengan kehidupan nyata peserta didik dan pembelajaran dilaksanakan sesuai konteksnya.
2.
Faktor- faktor penghambat dan upaya penyelesaiannya penerapan pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual di SD yaitu di yaitu: a.
Kualitas sumber daya tenaga pendidik di SD Banjarsari yang masih kurang, pe mecahannya dengan cara menganjurkan guru untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan dengan sering mengadakan pe mbinaan maupun mengikuti seminar ataupun workshop.
b.
Prtisipasi masarakat yang masih kurang, solusinya yaitu dengan me ngadakan dialog terbuka antara sekolah dengan masarakat.
c.
Minat belajar peserta didik yang rendah. solusinya adalah dengan diselenggarakan pembelajaran yang menaraik, dengan variasi
87
menggunakan berbagai macam metode.
B. Saran 1.
Kepada kepala sekolah SD Banjarsari
terus
me ngadakan
pe mbaharuan dalam penyelenggaraan pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan dalam p e nge mb a nga n mode l pe mbe laja ra n kreatif da n ino vatif ya ng ma mp u menghasilkan out put yang berkualitas dan mampu bersaing di era globalisasi saat ini. 2.
Kepada guru SD
diharapkan lebih meningkatkan kualitas diri dalam
rangka meningkatkan profesionalitas seorang guru serta berupaya untuk menyempurnakan perencanaan pembelajaran PAI terpadu dengan pendekatan kontekstual. 3.
Kepada siswa agar selalu meningkatkan semangat belajar, serta mengeluarkan daya kreatifitas yang dimiliki, serta berusaha dan jangan berhenti untuk menuntut ilmu guna me mbangun ke ma mpuan berfikir yang kreatif dan inovatif guna menyongsong perubahan zaman.
4.
Kepada stekholder SD diharapkan untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan yang ada dan senantiasa menjalin hubungan kerja sama yang har monis dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, Tatang M. 1995. Menyusun Perencanaan Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada). Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup (Bandung: Alfabeta). Arifin. 1991. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara). Arifin. 1993. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) (Jakarta: Bumi Aksara). Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka). Ba mba ng. Mengapa CTL Menjadi Pilihan, (20 September 1997). http:// id.wordpress.co m/tag/pendidikan/>. Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada). Burhan dkk. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum ( Yogyakarta BPFE). Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta). Darajat. Zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Bumi Aksara). De Porter, Bobbi. 1999. Quantum Learning (Bandung: Kaifa). Departemen Agama RI. 2004. Keterpaduan Materi PAI Dengan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kele mbagaan Aga ma Isla m) Depdiknas. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI dan SDLB, (23 Februari 2008). http://203.130.201.221/mater i—re mb uk nas 2007/ komisi%201/Subko m- 3- KTSP/SD/Naskah Word/Permen% 20 22 TH 2006- % 20 Standar% 20 Kompetensi/SD-MI doc. Faisal, Sanapiah. 1995. Format- format Penelitian (Jakarta: Rajawali Press). Gredler, Margaret E. Bell. 1991. Belajar dan Membelajarkan (Jakarta: Rajawali Press) Terjemahan, Munandir Ha mdani, Saepul. 2003. Contextual Teaching And Learning Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Surabaya: Nizamia Vol.6, No.2).
Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta). Idris, Zahara. 1981. Dasar-dasar Kependidikan, (Padang: Aksara Raya, Cet. V). J Mo leo ng, Le xy. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif (Ba nd ung: Re maja Rosdakarya). Kurdi, Syuaeb, Aziz, Abdul. 2006. Model Pembelajaran Efektif Pendidikan Agama Islam di SD dan MI (Bandung: Pustaka Bani Quraisy). Majid, Abdul, Andayani, Dian. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya). Mega wangi, Ratna, Dona, Rahma, dkk. 2007. Pendidikan Yang Patut dan Menyenangkan, Penerapan Teori developmentally Approprite Practices (Jakarta: Indonesia Heritage Foundation). Muchith, M. Saekhan. 2005. Kunci Sukses KBK, Suara Merdeka (Surabaya) 11 April Muhaimin, 2004. Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya). M ulya na, Ded y. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif (Ba nd ung: Re ma ja Rosdakarya). Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosdakarya). Nasution. 1995. Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara). . 1996. Metode Research ( Jakarta: Bumi Aksara). Nurboko, Cholid dan Ahmadi, Abu. 1997. Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara). Nurdin , Syafruddin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Quantum Teaching). Ra hma n An Nahla wi, Abdul. 1983. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Terjemahan Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press). Sanjaya, W ina. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Kencana). Subagyo, Joko. 2004. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta).
Sugeng, Belajar Tematik Bermakna, Jawa Pos (Surabaya), 21 Februari 2008. Sujana Ibrahim, Nana. 1989. Penelitian dan Penelitian Pendidikan (Bandung: Sinar). Sukandi, Ujang dkk. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu (Surabaya: Duta Graha Pustaka). Sulhan, Najib. 2006. Pembangunan Karakter Pada Anak Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif (Surabaya: Intelektual Club). Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Yogyakarta: Andi Offset). Suparno, Paoul. 2001. Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan (Yogyakarta: Kanikus). Suprayogo, Ima m. 2001. Metodologi Penelitian Sosial -Agama (Bandung: re maja Rosdakarya) Sutikno, Sobry. 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna (Mataram: NTP Press). Sutrino. 2005. Revolusi Pendidikan di Indonesia: Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi (Yogyakarta: Ar- Ruzz). Sutrisno, Hadi. 1996. Metodologi Research II (Yogyakarta: Andi Offset). Syaefuddin Sa’ud, Udin, dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu (Bandung: Universitas Sya m, M. Noor. 1986. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila (Surabaya: Usaha Nasional). Syarif, Hamid. 1996. Pengembangan Kurikulum (Surabaya: Bina Ilmu). Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya). Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Prestasi). Undang- Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Fermana,2006). Usman, Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press). Usman, Uzer. 1998. Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remajarosdakarya). Wardaya, Cep Unang, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui
Pendekatan Kontekstual http: // www. Dunia guru . com/ Pengembangan % 20 profesi / PAI- melalui CTL- html, 28 September 2007 Yunus, Mahmud. 1997. Tarjamah Al Quran Al Karim (Bandung: Al Ma’arif). Zuhairini, ddk. 1993. Metodologi Pendidikan Agama Islam (Solo: Ramadhani). Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara). Zul Fajri, Em, Ratu Aprilia Senja. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Jakarta: Difa Publisher)