NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI PUNGGAHAN DAN KUPATAN PADA MASYARAKAT DUKUH KRANGKENG SARI DESA GROGOLAN KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh: YUSUF FAIZAL NIM: 11110120 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Fax. 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected] Drs.Juz’an, M.Hum. DOSEN STAIN SALATIGA PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 5 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara Kepada Yth.Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikumWr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Yusuf Faizal NIM : 111 10 120 Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Punggahan dan Kupatan Pada masyarakat Dukuh Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikumWr. Wb. Salatiga, 26 Desember 2014 Pembimbing
Drs.Juz’an, M.Hum. NIP. 19611024 198903 1 002
SKRIPSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI PUNGGAHAN DAN KUPATAN PADA MASYARAKAT DUKUH KRANGKENG SARI DESA GROGOLAN KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014
DISUSUN OLEH Yusuf Faizal 111 10 120 Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24 Februari 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Ilyya Muhsin, S. Hl., M.Si
..............................
Sekretaris Penguji
: Drs. Juz’an, M.Hum
..............................
Penguji I
: Dr. Muh. Saerozi, M.Ag
..............................
Penguji II
: Mufiq, M. Phil
..............................
Salatiga, 24 Februari 2015 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd NIP. 19670112 199203 1 005
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Fax. 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected] DEKLARASI ﻴﻢ ْ ِﺑ ِ ﺴ ِﻢ ﱠ ِ ﷲ ﺍﻟ ﱠﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ﺍﻟ ﱠﺮ ِﺣ Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dimaklumi.
Salatiga, 26 Desember 2014 Penulis
Yusuf faizal
111 10 120
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan
amal
yang
saleh,
semoga
dia
termasuk orang-orang yang beruntung (al-Qashash: 67).
PERSEMBAHAN Skripsi ini aku persembahkan untuk : 1. Ibu dan bapakku yang selama ini telah mencurahkan kasih sayang kepadaku, dan memberikan dukungan, sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Kakakku , mbak arifah umma dan mas mujib yang selalu memberi motifasi untuk selalu optimis dalam menjalani hidup 3. Adikku iin rahmawati hasyim, fajar hidayat dan korib afnan abdillah, semoga kalian menjadi anak yang sholeh dan sholehah, selalu berbakti kepada kedua orang tua dan meraih cita-cita yang kalian impikan 4. Keponakanku fitri kusuma dewi, smoga kamu kelak menjadi anak yang sholehah dan menjadi kebanggaan bagi kedua orang tuamu 5. Kakekku tercinta eyang ngadini, semoga sehat selalu dan panjang umur 6. Bapak joko sutopo selaku orang tua saya di stain salatiga yang selalu memberi motivasi agar selalu bersungguh-sungguh dalam menimba ilmu 7. Bapak jus’an yang selalu sabar dalam membimbing dan menasehati saya dalam membuat skripsi ini.
8. Tri wahyuni wulan ndari yang pernah singgah dalam hati, semoga dirimu slalu bahagia dan dapat membahagiakan ibundamu 9. Bang toro, mas heri, bang lilik, bang nugh, ihsan, samsul, ndaru, serta semua teman-temanku semua di dusun jampiroso yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas apa yang telah kalian berikan kepada saya sewaktu KKN . 10. Anisa alfi nurjannah, muhammad agus wachid, adam bahrudin syah, daryanto, alfin darodjat, wildan, serta semua kawan-kawanku semua mahasiswa-mahasiswi stain salatiga, yang tak dapat kusebutkan satu persatu, terima kasih karna kalian telah membuatku mengerti arti persahabatan .
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮ ﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮ ﺣﻴﻢ Alhamdulillahirobbil’alamin, syukur kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
nikmatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Punggahan dan Kupatan Pada Masyarakat Dukuh Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2014” Sholawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Rosulullah SAW. yang telah kita tunggu-tunggu syafaatnya pada hari kiamat nanti. Penyusunan skripsi ini dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Agama Islam pada program studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan pihakpihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi M. Pd. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
2. Bapak Ketua Jurusan Tarbiyah yang telah memberi fasilitas dan kemudahan dalam tahap-tahap pengajuan permohonan penelitian, sehingga penelitian dapat penulis lakukan. 3. Bapak Rasimin selaku Kepala Program Study PAI yang telah membantu memudahkan dalam semua pengurusan yang bersifak akademik maupun non akademik, sehingga penelitian ini dapat selesai. 4. Ibu Asdiqoh selaku mantan Kepala Program Study PAI yang telah membimbing dan memberi persetujuan penulis untuk melakukan penelitian ini. 5. Bapak Drs Juz’an M.Hum selaku pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan karya tulis ini dengan penuh ketelitian, kesababaran dan kesungguhan. 6. Segenap pengajar dan staf karyawan Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga yang memberi ilmu dan membantu melancarkan dalam penyelesaian karya tulis ini. 7. Bapak Sunarto selaku kepala Desa Grogolan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Dukuh Krangkeng Sari yang beliau pimpin dan telah menyediakan segala sesuatu yang penulis butuhkan guna menyelesaikan karya tulis ini. 8. Ibu, Bapak, kakak-kakak tersayang yang telah memberikan semangat dan menyadiakan sarana dan prasarana dalam proses penulisan karya tulis ini, membimbing dan mendorong serta tak henti-hentinya berharap yang terbaik untuk saya dalam menuntut ilmu dalam setiap do’anya. 9. Teman-teman yang telah memberikan semangat dan bantuannya dalam menyusun skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Demikian ucapan terma kasih penulis untuk semuan pihak-pihak tersebut di atas yang telah ikut berperan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini dan semoga selesainya penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas kebaikan semua pihak-pihak yang telah memberi bantuannya dan memberikan pahala untuk mereka. Amin. Salatiga, 26 Desember 2014
Penulis
Yusuf faizal
ABSTRAK Yusuf Faizal (NIM : 11110120). Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Punggahan dan Kupatan pada Masyarakat Dukuh Krangkeng Sari Desa Grorolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2014 Penelitian ini membahas nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi punggahan dan kupatan pada masyarakat Dusun Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali. Fokus penelitian yang dikaji adalah: 1. Bagaimana konsep punggahan di Dusun Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali 2. Bagaimana konsep kupatan di Dusun Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali 3. Adakah nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi punggahan di Dusun Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali 4. Adakah nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi kupatan di Dusun Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali. Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyusunan satuan, kategorisasi, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa tradisi punggahan dan kupatan di Dusun Krangkeng Sari merupakan salah satu bentuk budaya leluhur yang sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Krangkeng Sari, pada hakikatnya pelaksanaan tradisi ini adalah semata-mata melestarikan budaya leluhur karena dalam pelaksanaan tradisi punggahan dan kupatan berdampak positif bagi kehidupan masyarakat. Nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi punggahan dan kupatan adalah keyakinan bahwa Allah SWT adalah tempat satu-satunya meminta pertolongan, Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun, menambah amal kebaikan melalui shadaqah, dan terciptanya ukuwah islamiyah dalam masyarakat
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN NOTA PEMBIMBING........................................................ ii PENGESAHAN KELULUSAN................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................. iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................... v KATA PENGANTAR................................................................................ vii ABSTRAK .................................................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................... xi DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ......................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ...................................................... 7 E. Definisi Operasional ..................................................... 8 F. Metode Penelitian... ...................................................... 9 1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian.......................... 9
2.
Kehadiran Peneliti................................................. 10
3.
Lokasi Penelitian.................................................... 10
4.
Sumber Data........................................................... 11
5.
Prosedur Pengumpulan Data................................ 11
6.
Analisis Data........................................................... 13
7.
Pengecekan Keabsahan Data................................ 14
8.
Tahap-tahap Penelitian......................................... 16
G. Sistematika Penulisan Skripsi...................................... 17 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Nilai-nilai Pendidikan Islam 1.
Pengertian Nilai ..................................................... 19
2.
Ciri-ciri Nilai ......................................................... 19
3.
Macam-macam Nilai............................................. 20
4.
Pengertian Pendidikan Islam................................ 23
5.
Landasan Pendidikan Islam.................................. 25
6.
Tujuan Pendidikan Islam...................................... 30
7.
Prinsip-prinsip Pendidikan Islam.........................32
8.
Tanggung Jawab Pendidikan Islam..................... 33
B. Tradisi Punggahan dan Kupatan 1.
Agama di Jawa....................................................... 43
2.
Proses Islamisasi di Jawa...................................... 45
3.
Tradisi Punggahan................................................ 49
4.
Tradisi Kupatan..................................................... 52
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data ................................................................ 57 1.
Letak Geografis ..................................................... 57
2.
Keadaan Penduduk................................................ 58
3.
Keadaan Pendidikan.............................................. 58
4.
Keadaan Sosial Ekonomi....................................... 59
5.
Keadaan Sosial dan Agama................................... 60
B. Temuan Penelitian........................................................ 61 1.
Pemahaman Tradisi Punggahan di Dukuh Krangkeng Sari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali...............................................62
2.
Pemahaman Tradisi Kupatan di Dukuh Krangkeng Sari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali................................................72
BAB IV
PEMBAHASAN A. Tradisi Punggahan di Dukuh Krangkeng Sari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali........................................................................... 75 B. Tradisi Kupatan di Dukuh Krangkeng Sari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali........................................................................... 76
C. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Punggahan di Dukuh Krangkeng Sari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali........................................................................... 78 1.
Nilai Aqidah............................................................ 78
2.
Nilai Amaliah.......................................................... 78
3.
Nilai Ibadah............................................................ 78
4.
Nilai Kearifan lokal................................................ 79
5.
Nilai Ukuwah Islamiyah........................................ 80
D. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Kupatan di Dukuh Krangkeng Sari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali........................................................................... 80
BAB V
1.
Nilai Akidah............................................................ 80
2.
Nilai Ibadah............................................................ 81
3.
Nilai Amaliah.......................................................... 81
4.
Nilai Kearifan lokal................................................ 82
5.
Nilai Ukuwah Islamiyah........................................ 82
PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................... 83 B. Saran ..............................................................................86
DAFTAR TABEL 3.1 Data penduduk Desa Grogolan berdasarkan jenis kelamin
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN 1.
Daftar Pertanyaan
2.
Hasil Wawancara
3.
Dokumentasi
4.
Surat Keterangan Penelitian
5.
Daftar Riwayat Hidup
6.
Lembar Konsultasi
7.
Daftar Nilai SKK
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam agama Islam kata pendidikan mempunyai banyak makna. Kata “pendidikan” yang umum di gunakan sekarang ini dalam bahasa Arabnya adalah al-tarbiyah, dengan kata kerja rabba. Kata “pengajaran” dalam bahasa Araabnya adalah al-ta’lim dengan kata kerjanya ‘allama. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya adalah tarbiyah wa ta’lim dan pendidikan Islam dalam bahasa arabnya adalah Tarbiyah islamiyah (Daradjat, 2011: 25). Pengertian pendidikan Islam sendiri adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam (Achmadi, 2005:28). Pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan aman maupun perang dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatanya, manis dan pahitnya (Saebani, 2009:14). Pendidikan itu tidak hanya tanggung jawab seorang guru, namun juga tanggung jawab semua lapisan masyarakat. Tanggung jawab pendidikan dalam agama Islam dilakukan oleh orang tua di dalam keluarga, para guru dalam lingkungan sekolah dan masyarakat (Daradjat, 2011: 35). Tanggung jawab orang tua sendiri dalam mendidik putra-putrinya adalah sangat besar dibandingkan lapisan masyarakat yang lainnya. Orang tua dituntut untuk semaksimal mungkin dalam mendidik, mengarahkan, serta memberi contoh
yang baik bagi putra putrinya terutama dalam hal menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam. Nilai-nilai pendidikan Islam yang ditanamkan orang tua tidak hanya mengarahkan putra-putriya untuk melaksanakan semua syariat Islam, contonya, menyuruh anak untuk mengerjakan shalat ketika telah masuk waktu shalat, mengajak anak untuk puasa di Bulan Ramadhan dll, namun juga bisa melalui tradisi-tradisi yang telah di tinggalkan para pendahulu. Suatu pewarisan serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai yang diwariskan dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. Begitu pula dengan masyarakat Jawa, masyarakat Jawa adalah masyarakat yang terkenal dengan prinsip hidup mereka yang kuat, diantara prinsip hidup masyakarakat Jawa yang kuat yakni dalam melestarikan tradisitradisi yang ditinggalkan para leluhur pendahulu mereka. Sebagian masyarakat Jawa dalam kehidupanya tidak bisa terlepas dari ritual selamatan. Kebanyakan Antropolog yang mempelajari masyarakat Jawa sependapat bahwa selamatan adalah jantungnya agama Jawa (Beatty, 2001:39). Selamatan adalah suatu upacara makan bersama makanan yang telah diberi doa sebelum di bagikan (Koentjaraningrat, 2004:347). Secara umum tujuan selamatan adalah untuk menciptakan keadaan sejahtera, aman dan terbebas dari gangguan makhluk yang nyata maupun halus suatu keadaan yang disebut slamet, kata slamet juga digunakan untuk orang yang meninggal ( dalam pengertian “diselamatkan” ), (Beatty, 2001:43). Upacar selamatan
dapat digolongkan kedalam empat macam sesuai dengan peristiwa atau kejadian dalam kehidupan sehari-hari yaitu : 1. Selamatan dalam lingkaran hidup seseorang, seperti hamil tujuh bulan, kelahiran, upacara potong rambut pertama, upacara untuk menyentuh tanah pertama kali, upacara menusuk telinga, sunat, kematian, serta saatsaat setelah kematian. 2. Selamatan yang bertalian dengan bersih desa, penggarapan tanah pertanian, dan setelah panen padi. 3. Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari serta bulan-bulan besar Islam. 4. Selamatan pada saat tidak tertentu, berkenaan dengan kejadian-kejadian. Seperti membuat perjalanan jauh, menempati rumah kediaman baru, menolak bahaya (ngruwat), janji kalau sembuh dari sakit (kaul), dan lainlain (Koentjaraningrat, 2004: 347). Dalam pelaksanaannya ritual selamatan biasanya dipimpin oleh seorang modin, yakni seseorang yang diberi amanat untuk menjadi pejabat Islam di Desa, atau orang tertentu yang dianggap mampu untuk memimpin acara selamatan yang ditunjuk oleh pihak yang membuat acara selamatan tersebut. Penyebaran agama Islam di Indonesia khususnya di pulau Jawa tidak bisa terlepas dari peran sembilan wali, masyarakat Jawa menyebut kesembilan wali ini dengan sebutan walisongo. Walisongo dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 17, mereka tinggal di
wilayah penting pantai utara pulau Jawa yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat (Wasino, 2007:16). Sebelum Islam, religi Animisme-Dinamisme merupakan akar budaya asli Indonesia terutama di Jawa, dikarenakan pengaruh budaya Hindu-Budha dalam kurun waktu yang lama sehingga di Jawa mengalami proses jawanisasi. Ketika Islam datang, proses masuknya Islam sendiri berlangsung secara damai tanpa adanya kekerasan, sehingga agama Islam dapat diterima oleh masyarakat Jawa yang sebelumnya menganut agama Hindu dan Budha. Hal ini dikarenakan metode yang dipakai oleh para wali dalam berdakwah menggunakan metode yang sangat lentur, yakni dalam menggunakan unsur-unsur budaya lama (Hinduisme dan Budhisme), kemudian secara berangsur-ansur kedua budaya tersebut telah mengalami islamisasi (Wasino, 2007:40). Tradisi punggahan dan kupatan merupakan salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang sampai sekarang masih tetap dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat, termasuk masyarakat di Dukuh krangkeng sari, Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali. Pada hakekatnya kedua tradisi tersebut merupakan kegiatan soial yang melibatkan seluruh masyarakat dalam usaha bersama untuk mendapatkan keselamatan, ketentraman bersama yang biasa dilakukan sebelum dan sesudah Bulan Ramadhan, yakni pada Bulan Ruwah dan Bulan Sawal. Namun demikian, perkembangan peradaban, pengetahuan serta perekonomian yang terjadi saat ini telah banyak mengikis sedikit demi sedikit
tradisi bahkan kebudayaan yang dahulu berkembang dalam masyarakat. Bahkan karena ketidaktahuan tentang budayanya menganggap bahwa tradisi atau budaya tersebut sebagai bagian yang tidak perlu dilestarikan dengan berbagai macam alasan. Demikian halnya dengan pelaksanaan tradisi punggahan dan kupatan di Dukuh Krangkeng sari, Desa Grogolan, kecamatan
karanggede,
Kabupaten
Boyolali
yang
akhir-akhir
ini
pelaksanaannya tidaklah mendapat banyak menyita perhatian warga, sehingga dalam melaksanakanya terkesan biasa-biasa saja. Bahkan para pemuda sendiri banyak yang tidak mengetahui makna peringatan tradisi punggahan dan kupatan tersebut Berkaitan dengan uraian tersebut diatas maka timbul suatu keinginan dari peneliti untuk mengadakan penelitian guna mengetahui maksud, tujuan dan nilai-nilai keislaman dari tradisi punggahan dan kupatan yang telah mentradisi di kalangan masyarakat di Dukuh Krangkeng Sari yang beragama Islam, oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul skripsi tentang“NILAI-NILAI
PENDIDIKAN
ISLAM
DALAM
TRADISI
PUNGGAHAN DAN KUPATAN (Studi kasus Masyarakatdi Dukuh krangkeng sari, Desa.Grogolan, Kec. Karanggede, Kab. Boyolali.) B. Rumusan Masalah Penelitian dilakukan karena adanya suatu masalah yang membutuhkan pembahasan atau penyelesaian masalah dalam sebuah penelitian pembahasan atau penyelesaian masalah ini berarti fokus yang menjadi pusat pembahasan.
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti kemukakan maka dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana konsep punggahan di Dusun Krangkeng Sari, Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali ? 2. Bagaimana konsep Kupatan di Dusun Krangkeng Sari, Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali ? 3. Adakah Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam tradisi Punggahan di Dusun Krangkeng Sari, Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali ? 4. Adakah Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam tradisi Kupatan di Dusun Krangkeng Sari, Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali ? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ilmiah yang dilaksanakan dalam rangka penulisan skripsi ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui konsep punggahan di Dukuh Krangkeng Sari, Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali. 2. Untuk mengetahui konsep kupatan di Dukuh Krangkeng Sari, Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali. 3. Untuk mengetahui adakah Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam tradisi Punggahan di Dukuh Krangkeng Sari, Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali
4. Untuk mengetahui adakah Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam tradisi Kupatan di Dukuh Krangkeng Sari, Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali. D. Manfaat Hasil Penelitian Dari Penelitian ini diharapkan sebagai penjelas dan memberikan manfaat yang baik, bagi siapa saja yang memahami kegiatan punggahan dan kupatan ini dan tentunya bagi peneliti sendiri dan masyarakat. Dari penjelasan tersebut diharapkan bisa menjadi pengetahuan tentang kegiatan punggahan dan kupatan untuk siapa saja yang mau melaksanakan serta dapat memberi manfaat secara teoritis maupun secara praktisnya. 1. Manfaat Teoritis Lembaga dalam hal ini STAIN Salatiga, apabila hasil penelitian ini sesuai dengan manfaatnya dan merupakan sebagai salah satu sumbangan terhadap perkembangan pengetahuan khususnya di bidang sosial keagamaan. 2. Manfaat Praktis Penelitian dapat mengetahui manfaat yang terkandung dalam kegiatan punggahan dan kupatan secara sosial kemasyarakatan ataupun secara spiritual bagi warga masyarakat Dukuh krangkeng sari, Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.
E. Definisi Operasional Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam menafsirkan katakata istilah yang digunakan penulis, maka penulis mendifinisikan istilahistilah sebagai berikut : 1. Nilai Pendidikan Islam Menurut Milton Rokeach James Bank yang dikutip oleh Thoha (1996: 60) Nilai adalah suatu sistem kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sisitem dalam seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan. Sedangkan Pepper mendifinisikan nilai sebagai segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk (Sulaiman, 1995:19) Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada pandangan menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai norma Islam (Achmadi, 2005:28). 2. Tradisi Punggahan Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia “Tradisi” berarti segala sesuatu seperti adat, kebiasaan, ajaran dan sebagainya yang turun temurun dari nenek moyang. Kata punggahan dalam bahasa Jawa berasal dari kata munggah, yang
berarti
munggah
ketempat
yang
tinggi.
(aktomisriadi.blogspot.com/2012/01/sosiologi islam.html, diakses pada tanggal
6
september
2014
pukul
10:25
WIB).
Punggahan
diselenggarakan pada akhir bulan Ruwah, yang berfungsi untuk mengantarkan arwah munggah (naik kembali ke asalnya) pada esok hari (Moertjipto, 1995: 23) 3. Tradisi Kupatan. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia “Tradisi” berarti segala sesuatu seperti adat, kebiasaan, ajaran dan sebagainya yang turun temurun dari nenek moyang. Dalam bahasa Jawa ketupat memiliki arti telu ( tiga ) dan empat. Hal ini mengarah pada aturan agama / rukun Islam ketiga dan keempat, yaitu puasa dan zakat yang dilakukan umat Islam dibulan ramadhan (Boyolali.com/lebaran ketupat). Upacara selamatan kupat (kupat luwar) yang diselenggarakan pada tanggal 1 Syawal yang berfungsi untuk ngluwari dosa atau kesalahan (Moerjipto, 1995: 24). F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena menggunakan prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif yang berupa ucapan/tulisan dari orang- orang dan prilaku yang dapat diamati. Menurut Moleong (2009: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, motifasi, tindakan, dll.., secara holistik, dan dengan cara deskriptif dengan bentuk kata- kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan, sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu berupa dokumendokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya disini mutlak dilakukan. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Krangkeng Sari, Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali pada Bulan Mei –Nopember Tahun 2014. 4. Sumber Data. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk bilangan, seperti jenis kelamin, agama atau warna (hasan, 2006:20). Data kualitatif yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah dokumen yang berisi nilai-nilai pendidikan islam, tradisi punggahan dan tradisi kupatan. Oleh karena itu, data yang diperlukan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari pihak kedua, baik berupa catatan, laporan, atau lainnya. Dalam penelitian ini, data sekunder yang dimaksud adalah dokumen dan observasi. Data primer yaitu data yang bersumber dari pihak pertama, yakni hasil wawancara. 5. Prosedur Pengumpulan Data Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif, tergantung beberapa faktor. Paling tidak ditentukan oleh kejelasan tujuan dan
permasalahan
penelitian,
ketepatan
pemilihan
pendekatan/
metodologi, ketelitian dan kelengkapan data/ informasi itu sendiri. Dalam penelitian ini dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data yakni metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. a. Metode Observasi Menurut Emzir (2011 :37), Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian yang terfokus pada kejadian, gejala atau sesuatu. Dengan melakukan pengamatan terhadap gejala yang akan diteliti kemudian dijadikan bahan untuk mengumpulkan data awal, serta mengumpulkan data yang lebih mendalam. Metode observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung terhadap proses/ atau tahapan dalam pelaksanaan tradisi punggahan dan kupatan di Dusun krangkeng sari, Kelurahan Grogolan, Kecamatan
Karanggede, Kabupaten Boyolali pada Bulan Mei dan Juli Tahun 2014. b. Metode Wawancara Wawancara identik dengan pengumpulan data dengan bertanya langsung, lisan maupun tertulis kepada narasumber. Menurut Hasan (Emzir, 2011:50)
wawancara adalah interaksi bahasa yang
berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar disekitar pendapat dan keyakinannya. Ciri utamanya adalah kontak langsung dengan tatap muka antara penulis dengan sumber informasi. Metode wawancara digunakan untuk menggali informasi tentang bentuk tradisi punggahan dan kupatan di Dusun Krangkeng Sari, Kelurahan Grogolan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan data berdasarkan catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan buku-buku. (Arikunto, 1993: 236). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh penulis dalam hal ini adalah berupa dokumen dan buku-buku serta kumpulan dari beberapa pengamatan langsung di lokasi penelitian yakni berupa foto- foto pelaksanan tradisi punggahan dan kupatan.
6. Analisis Data Menurut Bogdan dan biklen Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data , mengorganisasikan data,
memilah-milahnya
menjadi
satuan
yang
dapat
dikelola,
mensistensiskanya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang pentingyang dapat dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain ( Moleong, 2009:248). Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil wawancara, observasi, dokumen pribadi maupun resmi, gambar, foto dll. Tentu tidak semua data dapat dipindah dalam laporan penelitian, melainkan dianalisis dengan menggunakan analisis tertentu. Menurut Moleong (2009, 247-257) menjelaskan langkah-langkah analisis data kualitatif sebagai berikut: a. Reduksi data Pada tahap ini, peneliti melakukan abstraksi yakni usaha membuat rangkuman data dari data penelitian yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan dokumen sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok penting dari fokus penelitian.
b. Penyusunan satuan Pada tahap ini dilakukan penyusunan hal-hal pokok yang ditemukan kemudian menggolongkanya kedalam pola, unit, tema atau kategori, sehingga tema utama dapat diketahui dengan mudah kemudian diberi makna sesuai materi penelitian. c. Kategorisasi Pada tahap ini dilakukan pengkategorian dari tema utama yang telah
ditemukan
termasuk
melakukan
koding,
dengan
cara
mengelompokkan tema- tema utama berdasarkan keterkaitan antara satu tema dengan tema yang lain. 7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan
data
dalam
penelitian
ini
ditentukan
dalam
menggunakan Kriteria kreadibilitas. Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpilkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam latar belakang penelitian. Menurut Moleong (2009 :327) mengatakan, pemeriksaan keabsahan data yaitu: a. Perpanjangan keikutsertaan Sebagaimana di jelaskan sebelumnya, peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri, keikutsertaan peneliti sangat menentuan dalam pengumpulan data. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.
b. Ketekunan pengamatan Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada isu yang di cari tersebut. c. Triangulasi Tringulasi adalah teknik pemeriksan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatun yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai data pembanding. Dengan kata lain, bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuanya dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode atau teori. Untuk itu peneliti dapat melakukannya dengan cara: 1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan 2) Mengeceknya dengan berbagai sumber data 3) Memanfatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan dapat dilakukan. d. Pengecekan sejawat Teknik ini dilakukan dengan cara menyampaikan hasil sementara atau hasil akhir penelitian kepada rekan-rekan sejawat. e. Kecukupan referensial f. Kajian kasus negatif Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh kasus yang tidak sesuai dengan pola dan
informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. g. Pengecekan anggota Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Dalam hal ini pengecekan yang dilakukan
dengan
anggota yang terlibat dalam pengumpulan data meliputi data, Kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan. 8. Tahap-tahap penelitian Tahap- tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: a. Tahap pra lapangan 1) Mengajukan judul penelitian 2) Menyusun proposal penelitian b. Konsultasi penelitian kepada pembimbing c. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: 1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian 2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian 3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan d. Tahap analisis data , meliputi kegiatan: 1) Penemuan hal- hal yang penting dari data penelitian 2) Pengecekan keabsahan data
e. Tahap penulisan laporan penelitian 1) Penulisan hasil penelitian 2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing 3) Perbaikan hasil konsultasi 4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian 5) Ujian munaqosah skripsi G. Sitematika Penulisan Skripsi Sistematika dalam penulisan dpakai sebagai aturan yang saling terkai dan saling melengkapi, adapun sitematika penulisan sebagai berikut: BAB I :
Pendahuluan, Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi oprasional, Metode Penelitian meliputi Metode Pemilihan Subyek, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisa Data serta Sistematika Penulisan
BAB II :
Kajian Pustaka A. Tinjauan tentang Nilai Pendidikan Islam meliputi Definisi Nilai dan Pendidikan Islam B. Tinjauan tentang Tadisi Punggahan dan Kupatan
BAB III
Hasil Penelitian, berisi ganbaran umum Desa Krangkeng Sari, Keadaan Sosial Masyarakat, serta Tradisi Kupatan dan Punggahan di Desa Krangkeng Sari
BAB IV
Analisis Data. meliputi analisis tentang Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Punggahan dan Kupatan serta Pembahasan
BAB V
Penutup Dalam hal ini akan disampaikan tentang kesimpulan dan saran
Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran- lampiran yang dapat mendukung penelitian ini.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai-nilai Pendidikan Islam 1. Pengertian Nilai Menurut Milton Rokeach James Bank Nilai adalah suatu sistem kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sisitem dalam seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.(Thoha, 1996: 60) Sedangkan Pepper mendifinisikan nilai sebagai segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk (Sulaiman, 1995:19). Jadi pengertian nilai adalah suatu keyakinan yang menjadikan seseorang melakukan atau menghindari sesuatu yang baik dan yang buruk. 2. Ciri-Ciri Nilai Ciri-ciri nilai menurut Bambang Daroeso (1986:20) adalah sebagai berikut: 1) Nilai itu suatu realitas abstrak dan dalam kehidpan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat di indra, yang bisa diamati hanyalah objeknya. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapimkita tidak bisa mengindra kejujuran itu.
2) Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal ( das sollen). 3) Nilai berfungsi sebagai daya dorong / motivator dan manusia adakah pendudukung nilai. Manusia dalam tindakan dan tingkah laku peruatanya digerakkan oleh nilai yang diyakininya. Misalnya, nilai ketaqwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketaqwaan. 3. Macam-Macam Nilai Nilai dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya: 1) Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Abraham Maslaw dapat dikelompokkan menjadi: a. Nilai biologis b. Nilai keamanan c. Nilai cinta kasih d. Nilai harga diri e. Nilai jati diri Kelima nilai tersebut berkembang sesuai kebutuhan yakni akan tuntutan fisik biologis, keamanan, cinta kasih, harga diri dan yang terahkir kebutuhan jati diri (Thoha, 1996: 63) 2) Dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan mengembangkan
nilai
menurut
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
Noeng
Muhadjir
dapat
a. Nilai yang statik, misalnya kognisi, emosi, psikomotor. b. Nilai yang bersifat dinamis, seperti motifasi berprestasi, motivasi berafiliasi, motifasi berkuasa.Thoha (1996 :63) 3) Dilihat dari sumbernya Menurut Muhaimin (1993: 111), sumber nilai yang berlaku dalam kehidupan manusia di golongkan menjadi dua macam yaitu: a.
Nilai ilahi Nilai yang dititahkan tuhan melalui para rasul-Nya, yang berbentuk taqwa, iman, adil yang diabadikan dalam wahyu ilahi. Religi ( agama ) merupakan sumber yang pertama dan utama bagi para penganutnya, dari agama inilah manusia menyebarkan nilai-nilai untuk diaktualisasikan
dalam
kehidupan sehari-hari. b.
Nilai insani Nilai insani yaitu nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia, serta hidup dan berkembang dalam kehidupan manusia. Nilai insani ini bersifat dinamis, sedangkan keberlakuan dan kebenaranya bersifat relatif (nisbi) yang dibatasi oleh ruang dan waktu .
4) Dilihat dari sifatnya Menurut Thoha (1996: 64), dilihat dari sifatnya nilai dapat di golongkan menjadi tiga, yaitu:
a.
Nilai-nilai subjektif Nilai yang merupakan reaksi subjek terhadap objek, sehingga nilai ini sangat tergantung kepada pengalaman subjek tersebut.
b.
Nilai-nilai objektif rasional (logis) Nilai-nilai yang merupakan esensi dari objek secara logis yang dapat diketahui oleh akal sehat. Seperti nilai kemerdekaan, setiap orang memiliki hak untuk merdeka, kemudian nilai kesehatan, nilai keselamatan badan dan jiwa, nilai perdamaian dan sebagainya.
c.
Nilai-nilai objektif metafisik Nilai-nilai yang mampu menyusun kenyataan objektif, misalnya nilai-nilai agama.
5) Dilihat dari wujudnya Menurut Muhaimin (1993: 116), nilai yang dilihat berdasarkan wujudnya dibagi menjadi dua yaitu: a.
Nilai formal Nilai formal yaitu nilai yang tidak ada wujudnya, tetapi memiliki bentuk, lambang, serta simbol-simbol. Nilai ini dibagi menjadi dua macam yaitu : 1. Nilai sendiri, seperti sebutan “bapak lurah” untuk seseorang yang memangku jabatan lurah. 2 .Nilai turunan, seprti sebutan “ibu lurah” bagi seseorang yang menjadi istri pemangku jabatan lurah.
b.
Nilai material Nilai material yaitu nilai yang berwujud dalam kenyataan pengalaman, rohani dan jasmani. Nilai ini dibagi menjadi dua macam yaitu : 1. Nilai rohani, nilai rohani ini terdiri atas nilai logika, nilai estetika, nilai etika,
dan nilai religi. 2. Nilai
jasmani atau panca indra, nilai ini terdiri atas nilai hidup, nilai nikmat dan nilai agama. (Muhaimin, 1993: 116) 4. Pengertian Pendidikam Islam Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada pandangan menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai norma Islam (Achmadi, 2005:28). Manusia telah menjadi manusia seutuhnya ( insan kamil) apabila dalam pribadinya telah menyakini dengan sepenuh hati tentang keesaan Allah, menjalankan segala perintahnya, menjauhi segala larangannya serta mampu berbuat baik terhadap sesama manusia serta alam sekitar. Menurut Djumransah(2007: 19-20) pengertian pendidikan Islam adalah: a.
Pendidikan Islam adalah usaha bimbingan ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam.
b.
Pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan
kepribadian yang sesuai dengan
ajaran Islam dalam proses
pendidika dalam proses latihan-latihan, akal pikiran (kecerdasan), kejiwaan, keyakinan, kemauan, dan perasaan serta pancaindera dalam seluruh aspek kehidupan manusia c.
Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar), bak secara individual maupun kelompok sehingga manusia mampu memahami, dan mengamalkan ajaran islam secara utuh dan benar. Ajaran Islam secara utuh meliputi: aqidah (keimanan), syariah (ibadah, muamalah), dan akhlak (budi pekerti). Disamping
itu
untuk
mempermudah
dalam
memahami
pendidikan Islam, maka akan lebih baik kita memahami makna Islam itu sendiri, sebagai agama yang memberi warna pada sebuah peradaban manusia, yang mana salah satu buah dari peradabannya adalah pendidikan. Kata ‘Islam’ yang bersumber dari Al-Qur’an memiliki banyak pengertian, di antaranya: 1) “Silmi” artinya damai (perdamaian) 2) “Salaamun” artinya selamat (keselamatan) 3) “Taslim” artinya serah (penyerahan) diri kepada Allah 4) “Sullam” artinya tanggan/jenjang, yakni naik untuk mencapai kemuliaan dunia akhirat (Muhyidin, 1981: 5)
Islam juga dapat diartikan sebagai undang-undang tuhan yang menuntun orang-orang yang berakal dengan ikhtiar mereka yang terpuji kearah perbaikan taraf hidup mereka di dunia dan di akhirat (Muhyidin, 1981: 7) Dengan demikian, pengertian pendidikan Islam seagaimana dirumuskan berdasarkan pengertian Islam di atas adalah suatu usaha untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga akan bahagia baik di dunia dan juga di akhirat kelak. 5. Landasan Pendidikan Islam Setiap usaha, kegiatan dan tindakan untuk mencapai suatu tujuan tentunya harus mempuyai landasan atau tempat berpijak yang baik dan kuat. Demikian pula pendidikan Islam sebagai usaha untuk membentuk manusia menjadi manusia seutuhnya (insan kamil), haruslah mempunyai sebuah landasan yang digunakan
dalam
melaksanakan setiap kegiatan. Menurut Daradjat (2011: 19-24), landasan pendidikan Islam adalah bersumber pada Al-Qur’an, As –sunnah dan Ijtihad. a.
Al-Qur’an Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu
yang
disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk seluruh aspek kehidupan melalui sebuah Ijtihad. Ajaran yang
terkandung dalam Al-Qur’an dibagi menjadi dua, yakni sesuatu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut Syariah.Ajaranajaran yang berhubungan dengan iman tidak tidak banyak dibicarakan dalam Al-Qur’an, yang banyak dibicarakan dalam ALQur’an adalah yang berkaitan dengan amal perbuatan. Hal ini menunjukkan bahwa amal itulah yang banyak dilaksanakan, sebab semua amal perbuatan manusia dalam hubunganya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, sesama manusia (masyarakat), dengan alam dan lingkungannya, kesemuanya itu adalah termasuk dalam ruang lingkup amal shaleh (syari’ah). Istilah-istilah yang biasa digunakan dalam membicarakan ilmu syari’ah ini ialahsebagai berikut: 1) Ibadah Yaitu
istilah
yang
digunakan
untuk
perbuatan
yang
untuk
perbuatan
yang
untuk
perbuatan
yang
berhubungan dengan Allah. 2) Mu’amalah Yaitu
istilah
yang
digunakan
berhubungan selain dengan Allah. 3) Akhlak Yaitu
istilah
yang
digunakan
menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan.
Pendidikan Islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan sebuah teori tentang pendidikan islam, artinya pendidikan islam harus berlandaskan ayat-ayat AlQur’an yang penafsiranya dapat dilakukan berdasarkan Ijtihad yang disesuaikan dengan kondisi yang ada b.
As-Sunah As-Sunah adalah segala perkataan, perbuatan ataupun pengakuan dari Rasulullah SAW. adalah
Yang dimaksud pengakuan
perbuatan atau kejadian aorang lain yang diketahui
Rasulullah dan beliau membiarkan perbuatan atau kejadian tersebut berlangsung. Sunah merupakan sumber hukum kedua sesudah AlQur’an. Seperti Al-Qur’an, sunah juga berisi akidah dan syari’ah. Sunah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspek, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. (Daradjat, 2011: 20). Beberapa usaha yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam pendidikan islam dapat diketahui melalui beberapa hal, diantaranya: 1) Nabi Muhammad menggunakan rumah Arkam bin Abi Arqam sebagai pusat kegiatan pendidikan dimana Nabi mengajarkan kaidah-kaidah Islam dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an.
2) Nabi telah menugaskan orang –orang tawanan dari kaum Quraish Makkah dalam peperangan badar yang tahu tentang baca tulis agar mengajarkan anak-anak muslim membaca dan menulis sebagai tebusan dari kebebesan mereka dari tawanan. 3) Nabi mengutus para sahabat untuk pergi ke daerah-daerah yang baru masuk Islam, dalam rangka menyampaikan dakwah Islamiyah (Djumransjah, 2007:55) Oleh karena itu Sunah merupakan landasan kedua untuk melakukan pembinaan pribadi seorang muslim, Sunah tidak menutup kemungkinan penafsirannya selalu berkembang, untuk itu mengapa Ijtihad sangatlah perlu dilakukan untuk memahami Sunah termasuk diantaranya Sunah yang berkaitan dengan pendidikan. c.
Ijtihad Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari’at Islam, untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya dalam Al-Qur’an dan Sunah. Ijtihad ini dapat meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk diantaranya aspek pendidikan, namun tentunya Ijtihad ini tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunah. Ijtihad haruslah mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid, serta tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur’an dan Sunah tersebut. Karena itu Ijtihad dipandang sebagai salah satu
sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah wafat. Sasaran Ijtihad adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan. Ijtihad dalam pendidikan dalam pendidikan sejalan dengan perkembangan zaman, yakni mencakup pada bidang materi atau isi dan sistemnya (Daradjat, 2011: 21) . Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari AlQur’an dan Sunah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup pada suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu. Teori- teori pendidikan baru hasil Ijtihad, harus dikaitkan dengan ajaran islam dan kebutuhan hidup. 6. Ciri-ciri Substansi Pendidikan Islam a.
Pendidikan keimanan Sesungguhnya esensi pendidikan Islam adalah pendidikan ketuhanan, yakni terbentuknya ikatan yang kuat antara seorang hamba dengan Allah SWT penguasa yang kekal. Di dalam al-Qur’an, kita dapat menemukan banyak ayat AlQur’an yang mengajak kepada keimanan, sebagaimana firman Allah SWT dalam suratAl-Baqarah ayat 1-5 :
Artinya : Alif laam miin. 2. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. 4. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. 5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. b.
Pendidikan amaliyah Sesungguhnya pendidikan islam telah menegaskan tentang aspek amaliyah, karena pengaruhnya yang sangat penting dalam kehidupan di dunia , serta membawa manfaat, kebaikan dan kebahagiaan
bagi
individu
dan
masyarakat.
Amal
shaleh
merupakan pintu masuk kedalam substansi pendidikan Islam, di samping merupakan buah utama dari ilmu yang benar, akhlak yang benar
dan
pendidikan
sosial
kemasyarakatan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan c.
Pendidikan ilmiah Sesungguhnya diantara substansi paling penting dalam pendidikan Islam adalah berbagai macam ilmu pengetahuan, dimulai dari membaca dan menulis, sebagaimana firman Allah SWT : al- alaq 1-5 :
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. d.
Pendidikan akhlaq Akhlaq adalah buahnya Islam yang diperuntuhkan bagi seorang individu dan umat manusia, akhlaq menjadikan kehidupan ini menjadi manis dan elok. Tanpa akhlaq, yang merupakan kaidahkaidah kejiwaan dan sosial bagi individu dan masyarakat, maka kehidupan manusia tidak berbeda dengan kehidupan hewan.
e.
Pendidikan sosial kemasyarakatan Allah SWT sebagai Dzat pencipta dan sembahan manusia, dan Islam sebagai rahmat lil ‘alamin tidak datang hanya utuk satu individu atau masyarakat tertentu, tetapai untuk seluruh umat manusia di setiap masa dan tempat. Islam senantiasa memusatkan perhatiannya pada pengembangan tradisi sosial yang benar bagi individu, menanamkannya perasaan dan kesadaran sebagai keluarga dan anggota masyarakat , individu dari masyarakat dunia yang luas . (Hafidz, 2009: 68-124)
7. Tujuan Pendidikan Islam Pendidikan islam diharapkan mampu menghasilkan manusia yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat, senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan sesama manusia, serta dapat mengambil manfaat dari apa yang Allah sediakan di alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan di akhirat nanti (Daradjat, 2011: 29). Menurut
Al
Ghazali
tujuan
pendidikan
Islam
adalah
kesempurnaan manusia yang berujung taqarrub kepada allah dan kesempurnaan yang berujung kebahagiaan dunia dan kesentosaan akhirat (Supriyanto, 2001: 40). Menurut Thoha (1996: 100), Pendidikan Islam juga bertujuan untuk mengembangkan potensi-potensi, baik jasmani maupun rahani, emosional maupun intelektual serta keterampilan agar manusia mampu mengatasi problema hidup secara mandiri serta sadar bahwa manusia dapat hidup secara bebas. Sehingga nantinya dapat bertanggung jawab terhadap
dirisendiri
dan
masyarakat
serta
dapat
mempertanggungjawabkan amal perbuatanya di hadapan Allah SWT. Begitu halnya menurur Al-Syaibani, yakni salah satu tokoh pendidikan Islam, bahwa tujuan pendidikan Islam berkaitan dengan beberapa hal, yaitu: a.
Tujuan yang berkaitan dengan individu,
yakni mencakup
perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan
rohani, dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dandi akhirat. b.
Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, yakni mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan dalam masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
c.
Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat (Tafsir, 1994:49). Jadi, pendidikan Islam bertujuan untuk mencetak insan yang
berakhlah mulia dan berguna bagi sesama dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki yang telah di karuniakan Allah kepadanya, agar ia selalu bahagia baik didunia maupun di akhirat kelak 8. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam Menurut Roqib (2009 : 32), bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan Islam tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip pendidikan yang bersumber dari nilai-ailai Al-Qur’an dan As-Sunah. Dalam hal ini ada lima prinsip pendidikan dalam Al-Qur’an, yaitu : a.
Prinsip integrasi (tauhid) Prinsip ini memandang adanya wujud kesatuan dunia dan akhirat oleh karena itu, pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk mencapai kebahagiaan di dunia sekaligus di akhirat.
b.
Prinsip keseimbangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip integrasi. Keseimbangan yang proposional antara muatan rohaniah dan jasmaniah, antara ilmu murni dan ilmu terapan, antara teoritik dan praktik dan antara nilai yang menyangkut aqidah, syari`at dan akhlak.
c.
Prinsip persamaan dan pembebasan Prinsip ini dikembangkan dari nilai tauhid bahwa tuhan adalah Esa. Oleh karena itu setiap individu dan bahkan semua mahluk hidup diciptakan oleh pencipta yang sama (Allah SWT). Pendidikan Islam adalah satu upaya ntuk membebaskan manusia dari belenggu nafsu dunia menuju pada nilai tauhid yang bersih dan mulia.
d.
Prinsip kontinuitas dan berkelanjutan (istiqamah) Prinsip ini dikenal konsep pendidikan seumur hidup (life long education) sebab di dalam Islam, belajar adalah satu kewajiban yang tidak pernah dan tidak boleh berakhir. Seruan membaca yang ada dalam Al-Qur’an merupakan perintah yang tidak mengenal batas waktu. Dengan menuntut ilmu secara kontinu dan terus menerus, diharapkan akan muncul kesadaran pada diri manusia akan diri dan lingkungannya serta yang paling penting adalah kesadaran akan tuhannya yakni Allah SWT.
e.
Prinsip kemaslahatan dan keutamaan Jika ruh tauhid telah berkembang dalam sistem moral dan akhlak seseorang dengan kebersihan hati dan kepercayaan yang jauh dari kotoran maka ia akan memiliki daya juang untuk membela hal-hal yang maslahat atau berguna bagi kehidupan. Dengan demikian, berkaitan dengan prinsip pendidikan Islam
yang telah dijabarkan diatas, haruslah diaplikasikan dalam kehidupan orang-orang muslim, terutama dalam dunia pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat .
B. Tradisi Punggahan dan Kupatan 1.
Agama di Jawa Para pengamat dan peneliti telah membuktikan bahwa orang jawa memiliki kepercayaan yang beragam. Menurut catatan Van Hien ketika Islam masuk di pulau jawa, kepercayaan yang dianut masyarakat Jawa terbagi dalam beberapa sekte, seperti sekte Hindu, Brahmana dan Budha. Perbedaan sekte tersebut memang berasal dari perbedaan yang ada di negeri asal mereka yaitu India, dan kedatangan Islam tidak merubah keseluruhan keyakinan mereka walaupu secara formal mereka telah berpindah ke agama Islam ( Khalil, 2008: 47). Secara sosial-ekonomi masyarakat Jawa dibedakan dalam dua golongan: 1) wong cilik (orang kecil) yaitu sebagian besar petani dan mereka yang berpendapatan rendah dan, 2) kaum priyayi
yaitu
golongan pegawai dan orang orang yang dianggap berpendidikan (kaum intelektual). Sementara itu atas dasar sosial-keagamaan masyarakat Jawa dikelompokkan ke dalam dua kelompok yang keduanya secara formal Islam, yaitu golongan santri dan abangan. Santri adalah orang yang memahami dirinya sebagai orang Islam yang berusaha memenuhi kualitas hidupnya sesuai ajaran Islam, sedangkan
abangan
(kejawen)
adalah
orang
yang
dalam
kehidupannya lebih diwarnai oleh keyakinan dan tradisi pra-Islam. Oleh karena itu,
Menurut Profesor Veth, penganut Islam yang
merupakan golongan terbesar di pulau Jawa tidak seluruhnya memeluk agama Islam secara murni. Veth mengklasifikasikan penganut Islam dalam empat kelompok: 1) penganut Islam yang masih memegang kepercayaan Brahmana dan Budha, 2) penganut Islam yang memiliki kepercayaan magik dan dualisme, 3) penganut Islam yang memiliki kepercayaan Animisme, dan 4) penganut Islam yang memegang ajaran Islam secara murni. Menurut Veth ketiga kelompok yang pertama diklasifikasikan kedalam penganut kejawen. ( Khalil, 2008: 48- 49). 2.
Proses Islamisasi di Jawa Pola Islamisasi di Jawa mempunyai karakteristik tersendiri, Islam dihadapkan dengan kekuatan budaya yang berkembang sangat kompleks, halus dan rumit yang merupakan penyerapan unsur-unsur
budaya
Hinduisme-Budhisme
yang masih
dipertahankan oleh
masyarakat (khalil, 2008: 78). Proses Islamisasi di pulau Jawa tidak bisa terlepas dari peran sembilan wali, masyarakat Jawa menyebut kesembilan wali ini dengan sebutan walisongo. Walisongo dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah jawa pada abad ke 17, mereka tinggal diwilayah penting pantai utara pulau Jawa yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Para walisongo Pengaruhnya amat besar dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga kepemerintahan. Meskipun perbedaan pendapat mengenai siapa saja yang termasuk sebagai walisongo, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai walisongo, yaitu: a.
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
b.
Sunan Ampel atau Raden Rahmat
c.
Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
d.
Sunan Drajat atau Raden Qasim
e.
Sunan Kudus atau Jafar Shadik
f.
Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
g.
Sunan Kali Jaga atau Raden Said
h.
Sunan Muria atau Raden Umar Said
i.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah (wasino, 2007: 1618). Sebelum Islam datang, Animisme-Dinamisme merupakan akar
budaya asli Indonesia terutama di Jawa, dikarenakan pengaruh budaya Hindu-Budha dalam kurun waktu yang lama sehingga di Jawa mengalami proses Hindunisasi. Ketika Islam datang, proses masuknya Islam sendiri berlangsung secara damai tanpa adanya kekerasan, sehingga agama Islam dapat diterima oleh masyarakat Jawa yang sebelumnya menganut agama Hindu dan Budha. Hal ini dikarenakan metode yang dipakai oleh para walisongo dalam berdakwah menggunakan metode yang sangat lentur, yakni dalam menggunakan unsur-unsur budaya lama (Hinduisme dan Budhisme), kemudian secara berangsur-ansur kedua budaya tersebut telah mengalami Islamisasi. Diantara cara-cara yang digunakan para walisongo untuk proses Islamisasi tradisi lama (Hindu-Budha), antara lain sebagai berikut: a.
Menjaga, memelihara (keping) upacara-upacara, tradisi-tradisi lama. Contoh: menerima upacara tingkeban, mitoni, mitung dino, dan sebagainya
b.
Menambah
(addition)
upacara-upacara,
tradisi-tradisi
lama
dengan tradisi baru. Misalnya, menambah perkawinan Jawa dengan akad ningkah secara Islam.
c.
Menginterpretasikan tradisi lama ke arah pengertian yang baru (modification)
terhadap
budaya
lama.
Misalnya,
wayang
disamping sebagai sarana hiburan namun juga sebagai sarana pendidikan. d.
Menurunkan tingkatan status atau kondisi sesuatu (devaluation) dari budaya lama. Misalnya,
satus dewa dalam wayang
diturunkan derajatnya dan diganti dengan Allah. e.
Mengganti (exchange) sebagian unsur lama dalam suatu tradisi dengan unsur baru. Misalnya, selamatan kenduren motivasinya diganti
f.
Mengganti secara keseluruhan (subtitution) tradisi lama dengan tradisi baru. Misalnya, sembahyang di kuil di ganti dengan sembahyang di masjid/ mushola.
g.
Menciptakan tradisi, upacara baru (creation of new ritual) dengan menggunakan unsur lama. Contohnya: penciptaan gamelan dan upacara sekaten. (Wasino, 2007: 39-41). Proses tranmisi Islam pada masyarakat Jawa, corak keislaman
yang berbeda yakni Islam Jawa. Islam Jawa merupakan hasil persentuhan antara Islam dengan budaya lokal (jawa). Puncak dari kejayaan Islam Jawa, ketika pada masa Sultan Agung (1613-1645) berhasil merubah perhitungan tahun Saka yang berdasarkan pada perjalanan matahari, menjadi tahun Jawa yang disesuaikan dengan Tahun Hijriyah yang berdasarkan perjalanan Bulan. Nama-nama
Bulan dan Hari juga disesuaikan dengan perhitingan Bulan dan Hari Hijriyah, sehingga menhhasilkan bulan suro, sapar, mulud, dan seterusnya, serta menghasilkan hari senin wage, selasa kliwon, rabu legi dan sebagainya (Wasino, 2007: 41-42). Usaha lain terkait dengan Islamisasi agama dan budaya di Jawa yang dilakukan oleh kalangan elit muslim Jawa adalah gerakan pembaharuan dan pemurnian . gerakan yang berusaha mewarnai budaya dan ajaran masyarakat Jawa dengan mengubah tradisi Jawa menjadi tradisi Islam, misalnya tradisi semedi berubah menjadi shalat wajib, tradisi sesaji berubah menjadi sedekah, dan tradisi ritual seputara cara perkawinan berubah dengan cara mengadakan tradisi walimatu al-‘urs. Selain pendekatan diatas, pendekatan lain yang tidak kalah menariknya adalah pendekatan seni, baik seni wayang dengan ragam jenisnya, seni kentrung, rebana, sinteren, dan jaranan yang belum pernah ditemikan pada era-era sebelumnya. Melalui pendekatan ini, para walipun berusaha membahasakan ritme seni itu senantiasa memiliki relevansi bagi upaya menciptakan pola komunikasi dengan tuhan dan sesama. Dengan demikian media seni merupakan media untuk
memahamkan
dan
menyadarkan
masyarakat
akan
ketergantungan kepada Allah SWT, dan ketergantungan yang saling membutuhkan antar sesama. Pendekatan total ini yang dilakukan oleh pelopor keagamaan, ketika emosi dan nalar keagamaan masyarakat jawa telah larut jauh terhadap emosi dan nalar keagamaan para elit
muslim tersebut. Suatu perubahan yang sarat dengan pembacaan dan perhitungan konteks serta situasi dan kondisi kulturalnya (Roibin, 2009:154). 3.
Tradisi Punggahan a.
Pengertian Punggahan Punggahan yaitu suatu tradisi yang diselenggarakan pada akhir bulan ruwah, yang berfungsi untuk mengantarkan arwah munggah (naik kembali ke asalnya) pada esok hari (Moertjipto, 1995: 23) Punggahan secara etimologi berasal dari kata unggah (bahasa Sunda), yang berarti “naik ke tempat yang tinggi atau pindah dari satu tempat ke tempat yang lain”. Jadi, punggahan dimaknai sebagai penyambutan bulan yang dihormati, yang mana bulan tersebut merupakan wadah untuk meningkatkan kerohanian dan berpindah dari sebelas bulan yang telah dijalani kepada bulan Ramadhan sebagai ungkapan kegembiraan karena dapat kembali bergabung dengan bulan yang amat dinantikan oleh umat Islam. Kegiatan punggahan yang telah menjadi tradisi umat Islam di negeri ini, adalah ungkapan kegembiraan dan kesyukuran atas datangnya bulan yang penuh rahmat dan berkah, yang sama sekali tidak pernah dilarang untuk bergembira menyambutnya selama kegembiraan tersebut tidak bercampur aduk dengan kemaksiatan, khurafat, dan berlebihan dalam memaknai kegembiraan dan
kesyukuran tersebut. Kegembiraan atas datangnya rahmat Allah SWT, karunia-Nya, dianjurkan oleh Allah SWT, sebagaimana firman-NYA (QS. Yunus : 58)
Artinya: Katakanlah, "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view =article&id=13224:tradisi-punggahan-menurutislam&catid=61:mimbar-jumat&Itemid=230,
diakses
pada
tanggal 1 oktober 2014 pukul 12:35 WIB) b.
Simbol atau Makna yang Terkandung dalam Tradisi Punggahan Tradisi punggahan yang dilaksanakan pada Bulan Ruwah yaitu kebiasaan masyarakat Jawa sebagai wujud rasa suka cita dalam menyambut Bulan Ramadhan, memiliki simbol-simbol atau makna yang dapat ditafsirkan sebagai berikut : 1) Kolak berasal dari kata Kholako, yang artinya menciptakan menjadi Kholiq atau sang Maha pencipta. Tafsirnya adalah pada bulan Syaban atau Ruwah, Umat Islam harus banyak mengingat kepada Allah SWT. Karna pada bulan ruwah Allah SWT Tuhan menurunkan Kodrat Irodat tentang takdir setahun mendatang. Termasuk menentukan nama manusia
yang akan meninggal antara tanggal 15 Syaban tahun itu sampai tanggal 14 Syaban tahun berikutnya. 2) Apem berasal dari kata afuan, yang artinya ampunan, maaf. Tafsirnya adalah umat Islam harus banyak memohon ampunan kepada Allah SWT antara lain dengan banyak membaca
istighfar
sehingga
ketika
memasuki
Bulan
Ramadhan sudah dalam keadan suci. 3) Ketan berasal dari kata Khoto’an. Yang artinya suci, putih, bersih, jadi setelah ingat sang Kholik kemudian memohon ampunan
maka
kita
akan
kembali
menjadi
bersih
mengingatkan menyambut Ramadhan. 4) Gedang berasal dari kata ghodan. Yang artinya esok hari atau waktu mendatang, jadi setelah bertaubat dan memohon maaf, maka telah tiba waktu ''esok hari'' nya untuk kita memulai 'ibadah di bulan yang penuh berkah yakni Bulan Ramadhan. (http://gadingpermai.org/berita-253-penghayatan-arti-ruwahan-punggahan.html, diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul 12:50 WIB) 4.
Tradisi Kupatan a.
Pengertian Kupatan Menurut Moerjipto (1995: 24), pada tanggal 30 bulan puasa, yakni 1 malam menjelang Bulan Sawal, sebagian
masyarakat Jawa menyelenggarakan selamatan kupat (kupat luwar) yang bertujuan untuk ngluwari dosa atau kesalahan. Menurut Clifford Geertz, dalam bukunya yang berjudul “Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa” , kupatan yaitu tradisi yang dilaksanakan pada Bulan Sawal, yang dilakukan oleh masyarakat yang memiliki anak kecil yang telah meninggal. Dalam bahasa Jawa ketupat memiliki arti telu ( tiga ) dan empat. Hal ini mengarah pada aturan agama / rukun Islam ketiga dan keempat, yaitu puasa dan zakat yang dilakukan umat Islam dibulan Ramadhan (Boyolali.com/lebaran ketupat, diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul 12:20 WIB). Tradisi Bodho kupat/Bodho Syawal/kupatan/ merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa pada hari ke 8 setelah hari raya Idul Fitri, yakni tradisi membuat ketupat kemudian masyarakat ramai-ramai membawa ketupat masingmasing dan berdoa bersama di Musholla atau Masjid. (http://karysmafm.com/web/wisata-dan-kuliner/masyarakatkedesen-masih-nguri-uri-tradisi-kupatan.html,
diakses
pada
tanggal 1 oktober 2014 pukul 13:00 WIB) Dalam tradisi Jawa, hari raya setelah Bulan Ramadhan atau biasa disebut dengan sebutan Bhada atau Riyaya itu ada dua macam, yaitu: Bhada lebaran dan bhada kupat. Kata Bhada di ambil dari bahasa Arab “ba’da” yang artinya : sudah. Sedangkan
riyoyo berasal dari bahasa Indonesia “ria” yang artinya riang gembira atau suka cita. Selanjtnya kata “lebaran” berasal dari akar kata lebar yang berarti selesai. Maksud kata lebar di sini adalah sudah selesainya pelaksanaan Ibadah puasa dan memasuki Bulan Sawal atau Idul Fitri. Relevansinya, hari ini di sebut “riyaya” karena umat Islam merasa bersuka cita sebagai ekspresi kegembiraan mereka lantaran menyandang predikat kembali kefitrah
atau
asal
kesucian.
http://ahlussunah-wal-
jamaah.blogspot.com/2011/08/tradisi-kupatan.html, diakses pada tanggal 1 oktober 2414 pukul 13:10 WIB) b.
Simbol atau Makna yang Terkandung dalam Tradisi Kupatan Tradisi kupatan yang dilaksanakan pada Bulan Sawal (hari ke 8 setelah idul fitri) yaitu untuk ngluwari dosa atau kesalahan. Tradisi yang masih dilakukan masyarakat jawa ini, di dalamnya memiliki simbol-simbol atau makna yang dapat ditafsirkan sebagai berikut : 1) Kata kupat berasal dari bahasa Jawa ngaku lepat (mengakui kesalahan). Ini suatu isyarat bahwa kita sebagai manusia biasa pasti pernah melakukan kesalahan kepada sesama. Maka dengan budaya kupatan setahun sekali ini kita diingatkan agar sama-sama mengakui kesalahan kita masingmasing, kemudian rela untuk saling memaafkan. Nah, dengan
sikap saling memaafkan, dijamin dalam hidup ini kita akan merasakan kedamaian, ketenangan dan ketentraman. 2) Bungkus kupat yang terbuat dari janur (sejatine nur), ini melambangkan kondisi umat muslim setelah mendapatkan pencerahan cahaya selama bulan suci Ramadlan secara pribadi-pribadi mereka kembali kepada kesucian/jati diri manusia (fitrah insaniyah) yang bersih dari noda serta bebas dari dosa. 3) Isi kupat yang bahannya hanya berupa segenggam beras, namun karena butir-butir beras tadi sama menyatu dalam seluruh slongsong janur dan rela direbus sampai masak, maka jadilah sebuah menu makanan yang mengenyangkan dan enak dimakan. Ini satu simbol persamaan dan kebersamaan persatuan dan kesatuan. Dan yang demikian itu merupakan sebuah pesan moral agar kita sama-sama rela saling menjalin persatuan
dan
kesatuan
dengan
sesama
muslim.
(http://ahlussunah-wal-jamaah.blogspot.com/2011/08/tradisikupatan.html, diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul 13:20 WIB) Kupat merupakan bentuk jamak dari kafi, yaitu kuffat yang berarti cukup, jelasnya, cukup akan pengharapan hidup ini setelah berpuasa satu bulan di bulan Ramadhan. Kemudian setelah lebaran pada tanggal satu Syawal dilanjutkan puasa sunah enam
hari Syawal. Karena itu kupatan juga dinamakan ‘bodo kupat’ yaitu lebaran kupat bagi orang yang puasa sunah enam hari dari tanggal 2-7 syawal. Dengan demikian kupatan juga mempunyai momentumnya tersendiri dalam Islam. Kupat mempunyai makna filosofis yang mendalam. Kupat merupakan singkatan dari ‘ngaku-lepat’, artinya mengaku salah, mengakui pernah berbuat salah. Karena saling mengaku salah maka haruslah saling memaafkan antara satu dan lainnya. Sehingga hati menjadi putih bersih
seputih
nasi
ketupat.
(http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,39477lang,id-c,nasional-t,Kupatan-.phpx, diakses pada tanggal1 oktober pukul 13:30 WIB)
BAB III Paparan Data dan Temuan Penelitian A. Paparan Data 1.
Letak Geografis Dukuh Krangkeng Sari Desa Grogolan termasuk dalam wilayah Kecamatan Karanggede, jarak tempuh dari kecamatan karanggede menuju desa krangkeng sari kurang lebih 1,5 km . apabila ditempuh
menggunakan sepeda montor maka waktu tempuhnya
kurang lebih 10 menit saja. Desa grogolan memiliki luas wilayah desa 206.4040 Ha, kemudian batas wilayah Desa Grogolan yakni : a.
Sebelah utara
: Desa sendang
b.
Sebelah timur
: Desa mojosari
c.
Sebelah selatan : Desa klumpit
d.
Sebelah barat
: Desa sranten
Sedangkan untuk batas wilayah Dukuh Krangkeng Sari yaitu : a.
Sebelah utara
: dukuh grogolan
b.
Sebelah timur
: dukuh tawang sari
c.
Sebelah selatan : dukuh tempel
d.
Sebelah barat
: dukuh winong
2.
Keadaan Penduduk Jumlah penduduk 2480 jiwa dan terdiri dari penduduk yang sudah meningkah sebanyak 1427 jiwa dan penduduk yang belum meningkah sebanyak 1053 jiwa. Tabel 3.1 data penduduk desa grogolan berdasarkan jenis kelamin No
1
Nama kadus
Kadus
I
(
Penduduk
Penduduk
Jumlah
laki-laki
perempuan
Dukuh
251 jiwa
265 jiwa
516 jiwa
(Dukuh
410 jiwa
408 jiwa
818 jiwa
340 jiwa
314 jiwa
654 jiwa
276 jiwa
216 jiwa
492 jiwa
1277 jiwa
1203 jiwa
2480 jiwa
Tawang sari) 2
Kadus
II
Krangkeng
sari
dan
grogol wetan) 3
Kadus Lemah
III
(Dukuh
Bang
dan
Grogol kulon) 4
Kadus
IV
(Dukuh
Kalisat) Jumlah Sumber : Profil Desa Grogolan
3.
Keadaan Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat Dukuh Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali, tergolong menengah keatas. Karena, hampir semua masyarakat telah tamat
menempuh pendidikan sampai ke jenjang SLTA. Bahkan ada yang sampai keperguruan tinggi walaupun hanya beberapa orang saja Di Dukuh Krangkeng Sari tidak ada pendidikan formal maupun swasta, karena dalam satu kelurahan pendidikan formal dan swasta hanya terdapat di Desa Grogolan saja, yakni SDN Grogolan dan MI Ma’arif 4.
Keadaan Sosial Ekonomi Sebagian besar masyarakat Dukuh Krangkeng Sari mata pencahariannya adalah petani. Karena, wilayah Dukuh Krangkeng Sari termasuk pedesaan yang memiliki tanah yang termasuk subur sehingga sangat cocok untuk pertanian. Warga yang tidak memiliki lahan garapan (sawah) biasanya menyewa lahan milik orang lain untuk di jadikan lahan garapan. Dalam satu tahun masyarakat Dukuh Krangkeng Sari, melakukan cocok tanam sebanyak dua kali yakni pada bulan oktober– januari dan pada bulan januari-april, setelah bulan april ladang milik masyarakat biasanya ditanami tanaman palawija, seperti jagung, ketela rambat, kacang panjang, kacang tanah dll. Di Dukuh Krangkeng Sari, warga yang menjadi Pegawai Negeri hanya ada satu orang, Sedangkan yang lainnya mata pencahariannya adalah, pedagang, swasta, buruh dan wiraswasta.
5.
Keadaan Sosial dan Keagamaan Seluruh masyarakat Dukuh Krangkeng Sari adalah muslim. Terdapat kegiatan keagamaan yang senantiasa dilakukan oleh masyarakat setempat, diantaranya: a.
Yasinan Pengajian yasin dzikir tahlil setiap malam Kamis yang dilakukan bergilir setiap rumah .
b.
Pengajian Muslimatan Kegiatan ini dilaksanakan pada hari minggu legi dan jum’at pahing di Masjid, yakni masjid di Dukuh yang telah ditunjuk sebagai pelaksana kegiatan tersebut . Adapun jamaahnya adalah ibu-ibu muslimat satu Kecamatan. Pada hari Minggu giliran tiap Dusun satu Desa, sedangkan jum’at pahing giliran tiap Desa satu Kecamatan
c.
Tahlilan Setiap Malam Jum’at Dzikir tahlil setiap malam Jum’at ditambah shalat rahmat yang dilakukan di Masjid. Adapun jamaahnya adalah warga Dusun Krangkeng Sari
d.
Pengajian Rabu Pon pengajian yang dilaksanakan pada hari Rabu pon bergiliran setiap Dukuh di satu Kelurahan Grogolan. Adapun jamaahnya adalah seluruh warga Desa Grogolan
e.
Pengajian Setiap Hari Senin pengajian yang dilakukan setiap hari Senin di Mushola Desa Grogolan. Adapun jamaahnya adalah seluruh ibu-ibu Desa Grogolan
f.
Pengajian Qomit Qur’an Al-Mizan pengajian menghatamkan Al-Qur’an dan dzikir tahlil di Bank BMT Dukuh Tretes. Adapun jamaahnya adalah ibu-ibu satu Kecamatan
g.
Pengajian Kamis Wage di Masjid al-marhum Bapak KH. Royani Jamas Pengajian dzikir tahlil dan belajar membaca Al-Qur’an yang di lakukan di Masjid al-marhum bapak KH. Royani Jamas. Adapun jamaahnya adalah ibu-ibu satu Kecamatan
h.
Tafsir Al-Qur’an Pada Hari Minggu di Masjid al-marhum Bapak KH. Royani Jamas Tafsir alquran setiap minggu di masjid al-marhum bapak Royani KH. Jamas. Adapun jamaahnya adalah bapak-bapak satu Kecamatan
B. Temuan Penelitian Ditengah perkembangan zaman yang modern ini, adat istiadat ataupun tradisi yang berada di masyarakat yang berada di Pedesaan, masih tetap dilaksanakan dan dijaga keberadaanya. Adat istiadat atau tradisi tersebut adalah sebuah bentuk dari keyakinan masyarakat tentang
pengaruh dari tradisi tersebut dalam kehidupanya, karena diyakini apabila terus melestarikan dan menjaga tradisi yang ada maka akan berdampak positif bagi kehidupannya serta sebagai simbol keberadaan suatu masyarakat yang senantiasa menjaga warisan leluhur. Penyelenggaraan dalam sebuah tradisi pada umunya mempunyai tujuan tertentu, diantaranya mohon keselamatan akan arwah leluhur kepada Tuhan, wujud rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan dan lain-lain. Untuk itu tradisi atau budaya yang ada harus senantiasa dijaga dan dilestarikan agar tidak punah. Begitu juga dengan tradisi punggahan dan kupatan yang menjadi tradisi kebudayaan orang Jawa, yang harus selalu dijaga dan dilestarikan agar tidak punah. 1.
Pemahaman Tradisi Punggahan di Dukuh Krangkeng Sari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Ibu Parsinah salah seorang warga yang ditemui pada hari selasa tanggal 18 Nopember 2014 pada pukul 14:15 WIB, menjelaskan bahwa tradisi punggahan itu adalah sebuah ritual yang dilakukan pada tanggal 25 bulan ruwah untuk memperingati orangorang dekat yang sudah meninggal, yang betujuan untuk menigringi arwah naik keatas, yakni naik kehadapan Allah SWT. Menurut bapak Tohir, sebagai sekertaris desa yang ditemui pada hari rabu, tanggal 19 Nopember tahun 2014 pada pukul 11:15 WIB menjelaskan bahwa punggahan adalah suatu ritual yang terkait dengan Bulan Ramadhan. Bahwa pada Bulan Ramadhan itu orang Jawa mengatakan punggahan,
karena memang yang tadinya kemungkinan disiksa oleh Allah dialam kuburnya pada hari ramadhan terlepas dari seluruh siksaan maka dinamakan punggahan. Menurut Moertjipto (1995: 23) bahwa Punggahan itu adalah suatu tradisi yang diselenggarakan pada akhir bulan ruwah, yang berfungsi untuk mengantarkan arwah munggah (naik kembali ke asalnya) pada esok hari. Pelaksanaan acara punggahan menurut bapak Tohir, sebagai Sekertaris Desa yang ditemui pada hari rabu, tanggal 19 Nopember tahun 2014 pada pukul 11:15 WIB menjelaskan bahwa, pelaksanaan tradisi punggahan tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk
memohonkan ampunan Allah kepada orang yang telah meninggal dunia. Sebagaimana
menurut bapak Rahmat, sebagai tokoh
masyarakat yang di temui pada hari rabu tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10 WIB, menjelaskan bahwa pelaksanaan tradisi punggahan untuk memohonkan ampunan Allah kepada orang yang telah meninggal dunia, dengan membuat piranti atau sedekah, menyangkut sedekah atau piranti yang di buat untuk pelaksanaan tradisi punggahan diantaranya dengan mengeluarkan sedekah berupa tumpeng, apem, ketan, pisang dan lain-lain. Dalam pelaksanaan tradisi Punggahan, Piranti atau sarana yang berupa sedekah yang digunakan diantaranya, tumpeng, apem, ketan, pisang tersebut mempunyai makna tersendiri, menurut KH Fahrudin yang ditemui pada hari Selasa tanggal 18 Nopember 2014
pada pukul 16:10 WIB, makna yang terkandung dari piranti yang berupa sedekah tersebet diantaranya, yamg pertama apem, maknanya mohon ampunan kepada Allah SWT yakni berasal dari bahasa arab yaitu affun kalo sekarang ya afuwun yakni memohon ampun kepada Allah SWT, agar arwah para leluhur khususnya mbah-mbah, eyangeyang, ibu, bapak dan semua keluarga yang telah meninggal mendapatkan ampunan dari Allah SWT atas kesalahan yang dilakukan sewaktu masih hidup. Ada lagi pisang kalo ada pisang rojo, makna dari pisang rojo tersebut adalah semoga para arwah leluhur bahagia di alam akhirat, karena rojo itu adalah orang yang mendapat kemuliaan atau kebahagiaan jadi semoga arwah leluhur kelak juga bahagia, kemudian ketan yang mempunyai makna supaya orang-orang yang hidup tidal lupa kepada keluarga atau leluhur yang telah meninggal, ketan itu-kan kraket jadi maknanya kurang lebih seperti itu. Menurut bapak Rahmat, sebagai tokoh masyarakat yang di temui pada hari Rabu tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10 WIB,
Piranti
atau sarana yang telah dibuat tersebut kemudian
dibawa kemasjid, Yakni pada malam tanggal 25 ruwah. Setelah selesai menjalankan ibadah shalat isya’ para warga berkumpul di serambi masjid, selanjutnya salah seorang warga memimpin ritual punggahan, pertama-tama di awali dengan salam, kemudian memberikan tausiyah yang berkaitan dengan tujuan dilaksanakanya
ritual punggahan, kemudian dilanjutkan dengan tahlilan. Bacaan tahlilannya adalah sebagai berikut:
ﷲ ﺍﻟﺮﱠﺣْ َﻤ ِﻦ ﺍﻟﺮ ِﱠﺣ ْﻴ ِﻢ ِﺑﺴ ِْﻢ ﱠ ِ ﺻﻠﱠﻰ ﷲ ُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱢ ْﻢ َﻭﺍَ ِﻟ ِﻪ ﻭﺍَﺻْ َﺤ ِﺎﺑ ِﻪ ﻲ ْﺍﻟ ُﻤﺼْ ﻄُﻔُﻰ َ ِﺍﻟَﻰ َﺣﻀْ َﺮ ِﺓ ﺍﻟﻨﱠ ِﺒ ﱢ ﺍﺟ ِﻪ َﻭﺍَ ْﻭ َﻻ ِﺩ ِﻩ َﻭﺫ ﱢﺭﻳﱠﺎﺗِ ِﻪ ْﺍﻟﻔَﺎﺗِ َﺤﺔ....ﺛ ﱠﻢ ﺍِﻟَﻰ َﺣﻀْ َﺮ ِﺓ ﺍِ ْﺧ َﻮﺍﻧِ ِﻪ ِﻣ َﻦ ْﺍﻻَﻧْﺒِﻴَﺎ ِء َﻭﺍَ ْﺯ َﻭ ِ ﺼ َﺤﺎﺑَ ِﺔ َﻭﺍﻟﺘﱠﺎﺑِ ِﻌﻴ َْﻦ ﺍء َﻭﺍﻟﺼﱠﺎﻟِ ِﺤﻴ َْﻦ َﻭﺍﻟ ﱠ ﺎء َﻭﺍﻟ ﱡﺸﻬَ َﺪ ِ َﻭﺍﻟْ ُﻤﺮْ َﺳﻠِﻴ َْﻦ َﻭ ْﺍﻻَ ْﻭﻟِﻴَ ِ ﺼﻴ َْﻦ َﻭ َﺟ ِﻤﻴ ِْﻊ ﺍﻟْ َﻤ َﻼﺋِ َﻜ ِﺔ ﺍﻟْ ُﻤﻘَﺮ ِﱠﺑﻴ َْﻦ ﺎء ْﺍﻟ َﻌﺎ ِﻣﻠِ ْﻴ َﻦ َﻭﺍﻟْ ُﻤ َ ﺼﻨﱢﻔِﻴ َْﻦ ْﺍﻟ ُﻤ ْﺨﻠَ ِ َﻭﺍﻟْ ُﻌﻠَ َﻤ ِ ﺍﻟﺠﻴ َْﻼ ِﻧﻰ ﺍَﻟْﻔَﺎ ِﺗ َﺤﺔ.....ﺛ ﱠﻢ ِﺇﻟَﻰ َﺟ ِﻤﻴ ِْﻊ ﺃَﻫْ ِﻞ ُﺧﺼ ُْﻮﺻًﺎ ﺍﻟ ﱠﺸﻴْﺦَ َﻋ ْﺒ ُﺪ ﺍﻟﻘَﺎ ِﺩ ِﺭ َ ﻕ ﺕ َﻭﺍﻟْ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ِﻨﻴ َْﻦ َﻭ ْﺍﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨَﺎ ِ ْﺍﻟﻘﺒ ُ ْﻮ ِﺭ ِﻣ َﻦ ﺍﻟْ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤﻴ َْﻦ َﻭ ْﺍﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ َﻤﺎ ِ ﺎﺭ ِ ﺕ ِﻣ ْﻦ ﱠﻣ َﺸ ِ ﺻﺎ ﺁﺑَﺎ َءﻧَﺎ َﻭﺃُ ﱠﻣﻬَﺎﺗِﻨَﺎ ﻭﺍَﺟْ َﺪﺍ َﺩﻧَﺎ َﺎﺭﺑِﻬَﺎ ﺑَﺮﱢ ﻫَﺎ َﻭﺑَﺤْ ِﺮﻫَﺎُ ,ﺧﺼ ُْﻮ ً ﺽ ﺍِﻟَﻰ َﻣﻐ ِ ﺍﻷَﺭْ ِ َﻭﺟ ﱠﺪﺍﺗِﻨَﺎ َﻭ َﻣ َﺸﺎ ِﻳﺨَ ﻨَﺎ َﻭ َﻣ َﺸﺎ ِﻳ َﺦ َﻣ َﺸﺎ ِﻳ ِﺨﻨَﺎ َﻭﺍَ َﺳﺎﺗِ َﺬ ﺗَﻨَﺎ َﻭﺍَ َﺳﺎﺗِ َﺬ ﺍَ َﺳﺎﺗِ َﺬﺗِﻨَﺎ َﻭﻟِ َﻤ ْﻦ ﺍﺟْ ﺘَ َﻤ ْﻌﻨَﺎ ﻫَﻬُﻨَﺎ ِﺑ َﺴﺒَ ِﺒ ِﻪ ْﺍﻟﻔَﺎﺗِ َﺤﺔ ... ﷲ ﺍﻟﺮﱠﺣْ َﻤ ِﻦ ﺍﻟﺮ ِﱠﺣﻴ ِْﻢ ِﺑﺴ ِْﻢ ِ ﺼ َﻤ ُﺪ .ﻟَ ْﻢ ﻳَ ِﻠ ْﺪ َﻭﻟَ ْﻢ ﻳ ُْﻮﻟَ ْﺪ َ .ﻭﻟَ ْﻢ ﻳَ ُﻜ ْﻦ ﻟَﻪ ُ ُﻛﻔ ُ ًﻮﺍ ﺍَ َﺣ ٌﺪ . ﻗُﻞْ ﻫُ َﻮ ﷲُ ﺃَ َﺣ ٌﺪ .ﷲُ ﺍﻟ ﱠ )(۳x ِﺑﺴ ِْﻢ ﷲِ ﺍﻟﺮﱠﺣْ َﻤ ِﻦ ﺍﻟﺮ ِﱠﺣﻴ ِْﻢ ﺐ. ﻖ ِ .ﻣ ْﻦ َﺷ ﱢﺮ َﻣﺎ ﺧَ ﻠَ َ ﻖ ﺍِ َﺫﺍ َﻭﻗَ َ ﻖ َ .ﻭ ِﻣ ْﻦ َﺷﺮﱢ ﻏ ِ َﺎﺳ ٍ ﻗُﻞْ ﺃَ ُﻋ ْﻮ ُﺫ ِﺑ َﺮﺏﱢ ْﺍﻟﻔَﻠَ ِ ﺕ ِﻓ ْ ﺎﺳ ٍﺪ ِﺍ َﺫﺍ َﺣ َﺴ َﺪ(۳x) . ٮﺎﻟ ُﻌﻘَ ِﺪ َ .ﻭ ِﻣ ْﻦ َﺷﺮﱢ َﺣ ِ َﻭ ِﻣ ْﻦ َﺷ ﱢﺮ ﺍﻟﻨﱠﻔﱠﺎﺛَﺎ ِ
ﻻَ ِﺍﻟَﻪَ ِﺍﻻﱠ ﷲ َﻭﷲ ﺃَ ْﻛﺒَ ُﺮ ﻤﻦ ﺍﻟﺮ ِﱠﺣﻴ ِْﻢ ﺑِﺴ ِْﻢ ﷲِ ﺍﻟﺮﱠﺣْ ِ ﺍﺱ ﺎﺱ ِ .ﻣ ْﻦ َﺷ ﱢﺮ ﺍﻟْ َﻮ ْﺳ َﻮ ِ ﺎﺱ .ﺍِﻟَ ِﻪ ﺍﻟﻨﱠ ِ ﺎﺱ َ .ﻣﻠِ ِﻚ ﺍﻟﻨﱠ ِ ﻗُﻞْ ﺃَ ُﻋ ْﻮ ُﺫ ِﺑ َﺮﺏﱢ ﺍﻟﻨﱠ ِ ﺎﺱ(۳x) . ﺎﺱ .ﺍﻟﱠ ِﺬﻱ ﻳ َُﻮﺳ ِْﻮﺱُ ﻓِٮ ُ ﺎﺱ ِ .ﻣ َﻦ ْﺍﻟ ِﺠﻨﱠ ِﺔ َﻭﺍﻟﻨﱠ ِ ﺼ ُﺪ ْﻭ ِﺭ ﺍﻟﻨﱠ ِ ْﺍﻟﺨَ ﻨﱠ ِ ﻻَ ِﺍﻟَﻪَ ِﺍﻻﱠ ﷲ َﻭﷲ ﺃَ ْﻛﺒَ ُﺮ ﻤﻦ ﺍﻟﺮ ِﱠﺣﻴ ِْﻢ . ﺴْﻢِ ﷲِ ﺍﻟﺮﱠﺣْﻤﻦِ ﺍﻟﺮﱠﺣِﻴْﻢ .ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ہﻠ ِ ﻟ َﺭﺏﱢ ْﺍﻟﻌﺎَﻟَ ِﻤﻴ َْﻦ .ﺍﻟﺮﱠﺣْ ِ ﻙ ﻧَﺴْـﺘَ ِﻌﻴ ُْﻦ .ﺍِ ْﻫ ِﺪﻧَﺎ ﺍﻟﺼ َﱢﺮﺍﻁَ ْﺍﻟ ُﻤ ْﺴﺘَﻘِ ْﻴ َﻢ . ﻙ ﻧَ ْﻌﺒُ ُﺪ َﻭﺍِﻳﱠﺎ َ َﻣﺎﻟِ ِﻚ ﻳَ ْﻮ ِﻡ ﺍﻟ ﱢﺪﻳ ِْﻦ .ﺍِﻳﱠﺎ َ ﺏ َﻋﻠَﻴْ ِﻬ ْﻢ َﻭﻻَ ﺍﻟﻀﱠﺂﻟﱢﻴ َْﻦ . ﺻ َﺮﺍﻁَ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳ َْﻦ ﺍَ ْﻧ َﻌ ْﻤﺖَ َﻋﻠَﻴْ ِﻬ ْﻢَ ,ﻏ ْﻴ ِﺮ ْﺍﻟ َﻤ ْﻐﻀ ُْﻮ ِ ِ ﺁ ِﻣﻴﻦ ْﺐ ِﻓ ْﻴ ِﻪ ﻫُﺪًﻯ ﻟﱢ ْﻠ ُﻤﺘﱠ ِﻘﻴ َْﻦ . ﷲ ﺍﻟﺮﱠﺣْ ﻤ ِﻦ ﺍﻟﺮ ِﱠﺣﻴ ِْﻢ .ﺁﻟـ ّﻢ َ .ﺫ ِﻟـ َ ﻚ ﺍﻟْ ِﻜﺘَـﺎﺏُ ﻻَ َﺭﻳ َ ِﺑﺴ ِْﻢ ِ ﺼﻠَﺔَ َﻭ ِﻣ ﱠﻤﺎ َﺭﺯَ ْﻗﻨَﺎﻫُ ْﻢ ﻳُ ْﻨ ِﻔﻘُ ْﻮ َﻥ َ .ﻭﺍﻟﱠ ِﺬﻳ َْﻦ ﺐ َﻭﻳُ ِﻘﻴْ ُﻤ ْﻮ َﻥ ﺍﻟ ﱠ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳ َْﻦ ﻳ ُْﺆ ِﻣﻨُ ْﻮ َﻥ ِﺑﺎﻟْ َﻐ ْﻴ ِ ﻚ ﻵﺧ َﺮ ِﺓ ﻫُ ْﻢ ﻳ ُْﻮﻗِﻨ ُ ْﻮ َﻥ .ﺍُﻭﻟﺌِ َ ﻚ َﻭ َﻣﺎ ﺍُ ْﻧ ِﺰ َﻝ ِﻣ ْﻦ ﻗَ ْﺒﻠِ َ ﻳ ُْﺆ ِﻣﻨُ ْﻮ َﻥ ﺑِ َﻤﺎ ﺍُ ْﻧ ِﺰ َﻝ ﺍِﻟَ ْﻴ َ ﻚ َﻭﺑِﺎْ ِ ﻚ ﻫُ ُﻢ ﺍﻟْ ُﻤ ْﻔﻠِﺤ ُْﻮ َﻥ ).ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ (۱-٥ : َﻋﻠَﻰ ﻫُﺪًﻯ ﱢﻣ ْﻦ ﱠﺭﺑﱢ ِﻬ ْﻢ َﻭﺍُﻭﻟﺌِ َ ﻤﻦ ﺍﻟﺮ ِﱠﺣ ْﻴ ُﻢ ّ . ﺍﺣ ٌﺪ ﻻَ ﺍِﻟﻪَ ﺍِﻻﱠ ﻫُ َﻮ ﺍﻟﺮﱠﺣْ ُ ﷲُ ﻻَ ِﺇﻟَـﻪَ ِﺇﻻﱠ ﻫ ُ َﻮ َﻭﺍِﻟَﻬُ ُﻜ ْﻢ ﺍِﻟﻪ ٌ ﱠﻭ ِ ﺽ ْﺍﻟ َﺤ ﱡﻲ ْﺍﻟﻘَﻴﱡﻮ ُﻡ ﻻَ ﺗَﺄْ ُﺧ ُﺬﻩُ ِﺳﻨَﺔٌ َﻭﻻَ ﻧ َْﻮ ٌﻡ ﻟﱠﻪ ُ َﻣﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟ ﱠﺴ َﻤﺎ َﻭﺍ ِ ﺕ َﻭ َﻣﺎ ِﻓﻲ ﺍﻷَﺭْ ِ َﻣﻦ َﺫﺍ ﺍﻟﱠ ِﺬﻱ ﻳَ ْﺸﻔَ ُﻊ ِﻋ ْﻨ َﺪﻩ ُ ﺇِﻻﱠ ِﺑﺈِ ْﺫ ِﻧ ِﻪ ﻳَ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ﺑَﻴ َْﻦ ﺃَ ْﻳ ِﺪﻳ ِﻬ ْﻢ َﻭ َﻣﺎ ﺧَ ْﻠﻔَﻬُ ْﻢ َﻭﻻَ
ﺽ ﻳ ُِﺤﻴﻄُ َ ﺕ َﻭﺍﻷَﺭْ َ ﻮﻥ ِﺑ َﺸ ْﻲ ٍء ﱢﻣ ْﻦ ِﻋﻠْ ِﻤ ِﻪ ِﺇﻻﱠ ِﺑ َﻤﺎ َﺷﺎء َﻭ ِﺳ َﻊ ُﻛﺮْ ِﺳﻴﱡﻪُ ﺍﻟ ﱠﺴ َﻤﺎ َﻭﺍ ِ َﻭﻻَ ﻳَ ُﺆﻭ ُﺩﻩُ ِﺣ ْﻔﻈُﻬ ُ َﻤﺎ َﻭﻫُ َﻮ ﺍﻟْ َﻌﻠِ ﱡﻲ ْﺍﻟ َﻌ ِﻈﻴ ُﻢ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ (۲٥٥: ﺕ َﻭﻳ ُْﺆ ِﻣ ْﻦ ﱢﻳﻦ ﻗَ ْﺪ ﺗَﺒَﻴ َﱠﻦ ﺍﻟﺮﱡ ْﺷ ُﺪ ِﻣ َﻦ ﺍﻟْ َﻐ ﱢﻲ ﻓَ َﻤ ْﻦ ﻳَ ْﻜﻔُﺮْ ِﺑﺎﻟﻄﱠﺎ ُﻏﻮ ِ َﻻ ِﺇ ْﻛ َﺮﺍﻩَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪ ِ ﺼﺎ َﻡ ﻟَﻬَﺎ َﻭ ﱠ ﷲُ َﺳ ِﻤ ْﻴ ٌﻊ َﻋﻠِﻴ ٌﻢ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﺎہﻠﻟ ﻓَﻘَ ِﺪ ﺍ ْﺳﺘَ ْﻤ َﺴ َ ﻚ ِﺑ ْﺎﻟﻌُﺮْ َﻭ ِﺓ ﺍﻟْ ُﻮ ْﺛﻘَﻰ َﻻ ﺍ ْﻧﻔِ َ ﱠِ (۲٥٦: ﱠ ﺕ ِﺇﻟَﻰ ﺍﻟﻨﱡ ْﻮ ِﺭ َﻭﺍﻟﱠ ِﺬ ْﻳ َﻦ َﻛﻔَﺮ ُْﻭﺍ ﷲُ َﻭ ِﻟ ّﻲ ﺍﻟﱠ ِﺬ ْﻳ َﻦ ﺁ َﻣﻨُ ْﻮﺍ ﻳ ُْﺨ ِﺮ ُﺟﻬُ ْﻢ ﱢﻣ َﻦ ﺍﻟﻈﱡﻠ َﻤﺎ ِ ﺕ ﻳ ُْﺨ ِﺮﺟ ُْﻮﻧَﻬُ ْﻢ ِﻣ َﻦ ﺍﻟﻨﱡ ْﻮ ِﺭ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟ ﱡ ﺃَ ْﻭﻟِﻴَﺎ ُﺅﻫُ ُﻢ ﺍﻟﻄﱠﺎ ُﻏ ْﻮ ُ ﻚ ﺍَﺻْ َﺤﺎﺏُ ﺕ ﺍ ْﻭﻟَﺌِ َ ﻈﻠ َﻤﺎ ِ ﺎﺭ ﻫُ ْﻢ ﻓِ ْﻴﻬَﺎ ﺧَﺎﻟِ ُﺪ ْﻭ َﻥ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ(۲٥۷: ﺍﻟﻨﱠ ِ ﺽ ِﻭﺍِ ْﻥ ﺗ ُ ْﺒ ُﺪ ْﻭﺍ َﻣﺎ ﻓِﻲ ﺍَ ْﻧ ِ ﻟ َﻣﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟ ﱠﺴ َﻤ َﻮﺍ ِ ِ ِ ﻔﺴ ُﻜ ْﻢ ﺃَ ْﻭ ﺗُ ْﺨﻔ ْﻮﻩ ُ ﺕ َﻭ َﻣﺎ ﻓِﻰ ﺍ ْﻻَﺭْ ِ ﺎﺳ ْﺒ ُﻜ ْﻢ ِﺑ ِﻪ ﷲُ ﻓَﻴَ ْﻐ ِﻔ ُﺮﻟِ َﻤ ْﻦ ﻳَ َﺸﺎ ُء َﻭﻳ ُ َﻌ ﱢﺬﺏُ َﻣ ْﻦ ﻳَ َﺸﺎ ُء َﻭﷲ َﻋﻠَﻰ ُﻛﻞﱢ َﺷ ْﻲ ٍء ﻳُ َﺤ ِ ﻟ ﻣَﻦ ﺑِﺎہﻠ ِ ﻗَ ِﺪ ْﻳ ٌﺮ .ﺁ َﻣ َﻦ ﺍﻟ ﱠﺮﺳ ُْﻮ ُﻝ ِﺑ َﻤﺎ ﺍ ْﻧ ِﺰ َﻝ ِﺍﻟَ ْﻴ ِﻪ ِﻣ ْﻦ َﺭﺑﱢ ِﻪ َﻭﺍﻟْ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨ ُ ْﻮ َﻥ ﻞﱞ ﺁ َ َﻭ َﻣﻠَﺌِ َﻜﺘِ ِﻪ َﻭ ُﻛﺘُﺒِ ِﻪ َﻭ ُﺭ ُﺳﻠِ ِﻪ ﻻَ ﻧُﻔَ ﱢﺮ ُ ﺎﻟﻮﺍ َﺳ ِﻤ ْﻌﻨَﺎ َﻭﺍَﻁَ ْﻌﻨَﺎ ﻕ ﺑَ ْﻴ َﻦ ﺃَ َﺣ ٍﺪ ِﻣ ْﻦ ُﺭ ُﺳﻠِ ِﻪ َﻭﻗَ ْ ﺼ ْﻴﺮُ .ﻻَ ﻳُ َﻜﻠﱢ ُ ﻒ ﷲ ﻧَ ْﻔﺴًﺎ ﺍِﻻﱠ ُﻭ ْﺳ َﻌﻬَﺎ ﻟَﻬَﺎ َﻣﺎ ُﻏ ْﻔ َﺮﺍ ﻧ ََﻚ َﺭﺑﱠﻨَﺎ َﻭﺍِﻟَ ْﻴ َ ﻚ ﺍﻟْ َﻤ ِ ﺖ َﻭ َﻋﻠَﻴْﻬَﺎ َﻣﺎ ﺍ ْﻛﺘَ َﺴﺒَ ْ َﻛ َﺴﺒَ ْ ﺆﺍﺧ ْﺬﻧَﺎ ِﺇ ْﻥ ﻧﱠ ِﺴ ْﻴﻨَﺎ ﺍَ ْﻭ ﺃَ ْﺧﻄَﺄْﻧَﺎ َﺭﺑﱠﻨَﺎ َﻭﻻَ ﺖ َﺭﺑﱠﻨَﺎ ﻻَ ﺗُ ِ ﺗَﺤْ ِﻤﻞْ َﻋﻠَ ْﻴﻨَﺎ ِﺍﺻْ ﺮً ﺍ َﻛ َﻤﺎ َﺣ َﻤ ْﻠﺘَﻪُ َﻋﻠَﻰ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳ َْﻦ ِﻣ ْﻦ ﻗَ ْﺒ ِﻠﻨَﺎ َﺭﺑﱠﻨَﺎ َﻭﻻَ ﺗُ َﺤ ﱢﻤ ْﻠﻨَﺎ َﻣﺎ ﻻَ ﻁَﺎﻗَﺔَ ﻟَﻨَﺎ ِﺑ ِﻪَ .ﻭﺍ ْﻋ ُ ﻒ َﻋﻨﱠﺎ َﻭﺍ ْﻏ ِﻔﺮْ ﻟَﻨَﺎ َﻭﺍﺭْ َﺣ ْﻤﻨَﺎ ),(۷xﺍَ ْﻧﺖَ َﻣ ْﻮﻟَﻨﺎ َ ﻓَﺎ ْﻧﺼُﺮْ ﻧَﺎ َﻋﻠَﻰ ْﺍﻟﻘَ ْﻮ ِﻡ ﺍﻟْ َﻜﺎﻓِ ِﺮﻳ َْﻦ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ(۲۸٦:
ﺖ ﷲ َﻭﺑَ َﺮ َﻛﺎﺗُﻪُ َﻋﻠَﻴْ ُﻜ ْﻢ ﺃَ ْﻫ َﻞ ْﺍﻟﺒَ ْﻴ ِ ﱠﺍﺣ ِﻤﻴ َْﻦ )َ .(۳xﺭﺣْ َﻤﺔُ ِ ِﺍﺭْ َﺣ ْﻤﻨَﺎ ﻳَﺎ ﺃَﺭْ َﺣ َﻢ ﺍﻟﺮ ِ ﺇِﻧﱠﻪُ َﺣ ِﻤ ْﻴ ٌﺪ َﻣ ِﺠ ْﻴ ٌﺪ) .ﻫﻮﺩ (۷۳ : ﺖ َﻭﻳُﻄَﻬ َﱢﺮ ُﻛ ْﻢ ﺗ ْ َﻄ ِﻬ ْﻴﺮًﺍِ .ﺇ ﱠﻥ ﺐ َﻋﻨْ ُﻜ ْﻢ ﺍﻟ ﱢﺮﺟْ َ ﺍِﻧﱠ َﻤﺎ ﻳ ُِﺮ ْﻳ ُﺪ ﷲُ ﻟِﻴُ ْﺬ ِﻫ َ ﺲ ﺃَ ْﻫ َﻞ ْﺍﻟﺒَ ْﻴ ِ ﺻﻠﱡ ْﻮﺍ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱢ ُﻤ ْﻮﺍ ُﺼﻠﱡ ْﻮ َﻥ َﻋﻠَﻰ ﺍﻟﻨ ﱠ ِﺒﻲ ﻳَﺎ ﺍَﻳﱡﻬَﺎ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳ َْﻦ ﺍَ َﻣﻨُ ْﻮﺍ َ ﷲَ َﻭ َﻣﻠَﺌِ َﻜﺘَﻪُ ﻳ َ ﺗَ ْﺴ ِﻠ ْﻴ ًﻤﺎ).ﺍﻻﺣﺰﺍﺏ (۲۲ : ﻚ ﻧُ ْﻮ ِﺭ ﺍﻟْﻬُ َﺪﻯ َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ﻀ َﻞ ﺍﻟ ﱠ ﺼﻼَ ِﺓ َﻋﻠَﻰ ﺍَ ْﺳ َﻌ ِﺪ َﻣ ْﺨﻠ ْﻮﻗَﺎ ِﺗ َ ﺻ ﱢﻞ ﺍَ ْﻓ َ ﺍﻟﻠّﻬُ ﱠﻢ َ ﻙ ﻚ ُﻛﻠ ﱠ َﻤﺎ َﺫ َﻛ َﺮ َ ﻚ َﻭ ِﻣ َﺪﺍ َﺩ َﻛﻠِ َﻤﺎﺗِ َ ﺻﺤْ ﺒِ ِﻪ َﻭ َﺳﻠّ ْﻢَ ,ﻋ َﺪ َﺩ َﻣﻌْﻠ ْﻮ َﻣﺎﺗِ َ َﻭ َﻋﻠَﻰ ﺍَﻟِ ِﻪ َﻭ َ ﱠ ﺼﻼَ ِﺓ َﻋﻠَﻰ ﻀ َﻞ ﺍﻟ ﱠ ﺍﻟﺬﺍ ِﻛﺮ ُْﻭ َﻥ َﻭ َﻏﻔَ َﻞ َﻋ ْﻦ ِﺫ ْﻛ ِﺮ َ ﺻ ﱢﻞ ﺍ ْﻓ َ ﻙ ﺍﻟْﻐَﺎﻓِﻠ ْﻮ َﻥ .ﺍﻟﻠّﻬُ ﱠﻢ َ ﺲ ﺍﻟ ّ ﺻﺤْ ِﺒ ِﻪ َﻭ َﺳﻠّ ْﻢ, ﻠﻮﻗَﺎﺗِ َ ﺍَ ْﺳ َﻌ ِﺪ َﻣ ْﺨ ْ ﻀ َﺤﻰ َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﻭ َﻋﻠَﻰ ﺍَﻟِ ِﻪ َﻭ َ ﻚ َﺷ ْﻤ ِ ﻙ ﻙ ﺍﻟ ﱠﺬﺍ ِﻛﺮ ُْﻭ َﻥ َﻭ َﻏﻔَ َﻞ َﻋ ْﻦ ِﺫ ْﻛ ِﺮ َ ﻚ ُﻛﻠ ﱠ َﻤﺎ َﺫ َﻛ َﺮ َ ﻚ َﻭ ِﻣ َﺪﺍ َﺩ َﻛﻠِ َﻤﺎ ِﺗ َ َﻋ َﺪ َﺩ َﻣ ْﻌﻠ ْﻮ َﻣﺎ ِﺗ َ ﻀ َﻞ ﺍﻟ ﱠ ﻚ ﺑَ ْﺪ ِﺭﺍﻟ ّﺪ َﺟﻰ ﻠﻮﻗَﺎ ِﺗ َ ﺼﻼَ ِﺓ َﻋﻠَﻰ ﺍَ ْﺳ َﻌ ِﺪ َﻣ ْﺨ ْ ْﺍﻟﻐَﺎ ِﻓﻠ ْﻮ َﻥ .ﺍﻟﻠّﻬُ ﱠﻢ َ ﺻﻞﱢ ﺍَ ْﻓ َ ﻚ ﻚ َﻭ ِﻣ َﺪﺍ َﺩ َﻛﻠِ َﻤﺎﺗِ َ ﺻﺤْ ﺒِ ِﻪ َ َﻭ َﺳﻠّ ْﻢَ ,ﻋ َﺪ َﺩ َﻣﻌْﻠ ْﻮ َﻣﺎﺗِ َ َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﻭ َﻋﻠَﻰ ﺍَﻟِ ِﻪ َﻭ َ ﻙ ﱠ ﺍﻟﺬﺍ ِﻛﺮ ُْﻭ َﻥ َﻭ َﻏﻔَ َﻞ َﻋ ْﻦ ِﺫ ْﻛ ِﺮ َ ُﻛﻠﱠ َﻤﺎ َﺫ َﻛ َﺮ َ ﻰ ﷲُ ﻙ ْﺍﻟﻐَﺎﻓِﻠ ْﻮ َﻥ َ .ﻭ َﺳﻠَ ْﻢ َﻭ َﺭ ِ ﺿ َ َﺎﺭﺳ ُْﻮ ِﻝ ﷲِ ﺍَﺟْ َﻤ ِﻌﻴ َْﻦ. ﺏ َﺳﻴﱢ ِﺪ ﻧ َ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َﻋ ْﻦ ﺍَﺻْ َﺤﺎ ِ ﺼ ْﻴ ُﺮ َﻭ َﺣ ْﺴﺒُﻨَﺎ ﷲُ َﻭ ِﻧ ْﻌ َﻢ ﺍﻟْ َﻮ ِﻛ ْﻴ ُﻞ )ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ (۱۷۳ :ﻧِ ْﻌ َﻢ ْﺍﻟ َﻤ ْﻮﻟَﻰ َﻭ ِﻧ ْﻌ َﻢ ﺍﻟﻨﱠ ِ )ﺍﻻﻧﻔﺎﻝ (٤۰: َﻭﻻَ َﺣ ْﻮ َﻝ َﻭﻻَ ﻗُ ﱠﻮﺓَ ﺍِ ﺑﺎِہﻠﻟِ ﺍﻟْ َﻌﻠﱢ ِﻲ ﺍﻟْ َﻌ ِﻈﻴ ِْﻢ,
ﺎﻥ َﻏﻔﱠﺎ ًﺭﺍ) .ﻧﻮﺡ ( ۷۱ : ِﺍ ْﺳﺘَ ْﻐ ِﻔﺮ ُْﻭﺍ َﺭﺑ ﱠ ُﻜ ْﻢ ِﺇﻧﱠﻪُ َﻛ َ ﺃَ ْﺳﺘَ ْﻐﻔِ ُﺮ ﷲَ ﺍﻟْ َﻌ ِﻈ ْﻴ َﻢ )(۱۱ x ﺃَ ْﺳﺘَ ْﻐﻔِ ُﺮ ﷲَ ﺍﻟْ َﻌ ِﻈ ْﻴ َﻢ ,ﺍﻟ ِﺬﻱْ َﻻ ﺍِﻟَﻪَ ﺍِﻻﱠ ﻫُ َﻮ ْﺍﻟ َﺤ ﱡﻲ ْﺍﻟﻘَﻴ ْﱡﻮ ُﻡ َﻭﺍَﺗُ ْﻮﺏُ ﺍِﻟَ ْﻴ ِﻪ. ﻀ ُﻞ ﺍﻟ ﱢﺬ ْﻛ ِﺮ ﻓَﺎ ْﻋﻠَ ْﻢ ﺍَﻧﱠﻪُ ﺃَ ْﻓ َ ﻵ ِﺇﻟَﻪَ ﺇﻻﱠ ﷲ ) َﺣ ﱡﻲ ُﻭ ُﺟ ٌﺪ( ﻵ ِﺇﻟَﻪَ ﺇﻻﱠ ﷲ ) َﺣ ﱡﻲ َﻣ ْﻌﺒ ُ ْﻮ ٌﺩ( ﻕ( ﻵ ﺇِﻟَﻪَ ﺇﻻﱠ ﷲ ) َﺣ ﱡﻲ ﺑَﺎ ٍ ﻵ ِﺇﻟَﻪَ ﺇﻻﱠ ﷲ )(۳۳ X ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱢ ْﻢ ﻵ ِﺇﻟَﻪَ ﺇﻻﱠ ﷲ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٌﺪ َﺭﺳ ُْﻮ ُﻝ ﷲَ . ﻵ ِﺇﻟَﻪَ ﺇﻻﱠ ﷲ ﻵ ِﺇﻟﻪَ ﺇﻻﱠ ﷲ )(۲ X ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱢ ْﻢ ﻵ ِﺇﻟَﻪَ ﺇﻻﱠ ﷲ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٌﺪ َﺭﺳ ُْﻮ ُﻝ ﷲَ . ﺻ ﱢﻞ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱢ ْﻢ )(۳ X ﺻﻞﱢ َﻋﻠَﻰ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ,ﺍﻟﻠّﻬُ ﱠﻢ َ ﺍﻟﻠّﻬُ ﱠﻢ َ ﺎﻥ ﷲِ ْﺍﻟ َﻌ ِﻈﻴ ِْﻢ )(۱۱ X ﺎﻥ ﷲِ َﻭ ِﺑ َﺤ ْﻤ ِﺪ ِﻩ َﺳ ْﺒ َﺤ َ ُﺳﺒ َْﺤ َ ﺻﺤْ ِﺒ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱢ ْﻢ ﺃَﺟْ َﻤ ِﻌﻴ َْﻦ )(۳ X ﺻﻞﱢ َﻋﻠَﻰ َﺣ ِﺒﻴْ ِﺒ َ ﻚ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﻭ َﻋﻠَﻰ ﺁﻟِ ِﻪ َﻭ َ ﺍﻟﻠّﻬُ ﱠﻢ َ ﺍَ ْﻟﻔَﺎ ِﺗ َﺤﺔ ﺍﻟ ّﺪﻋﺎء ﺍﻟﺘّﻬﻠﻴﻞ ﺃَ ُﻋ ْﻮ ُﺫ ﻠﻟِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸﱠﻴْﻄَﺎﻥِ ﺍﻟﺮﱠﺟِﻴْﻢِ .ﺑِﺴْﻢِ ﷲِ ﺍﻟﺮﱠﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮﱠﺣِﻴْﻢِ .ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ہﻠﻟ َﺭﺏﱢ ِﱠِ ﺊ ْﺍﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤﻴ َْﻦَ .ﺣ ْﻤ َﺪ ﺍﻟ ﱠﺸﺎ ِﻛ ِﺮﻳ َْﻦ َﺣ ْﻤ َﺪ ﺍﻟﻨﱠﺎ ِﻋ ِﻤﻴ َْﻦَ ،ﺣ ْﻤﺪًﺍ ﻳ َُﻮﺍ ِﻓ ْﻲ ﻧِ َﻌ َﻤﻪُ َﻭﻳ ُ َﻜﺎ ِﻓ ُ
ﻚ. ﻚ َﻭ َﻋ ِﻈﻴ ِْﻢ ﺳ ُْﻠﻄَﺎ ِﻧ َ ﻚ ْﺍﻟ َﺤ ْﻤ ُﺪ َﻛ َﻤﺎ ﻳَ ْﻨﺒَ ِﻐ ْﻲ ِﻟ َﺠ َﻼ ِﻝ َﻭﺟْ ِﻬ َ َﻣ ِﺰ ْﻳ َﺪﻩُ .ﻳَﺎ َﺭﺑﱠﻨَﺎ ﻟَ َ ﺻﻞﱢ َﻭ َﺳﻠﱢ ْﻢ َﻋﻠَﻰ َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﻭ َﻋﻠَﻰ ﺍَﻟِﻰ َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ. ﺍﻟﻠﻬُ ﱠﻢ َ ﺁﻥ ﺍﻟْ َﻌ ِﻈﻴ ِْﻢَ ,ﻭ َﻣﺎﻫَﻠَ ْﻠﻨَﺎ َﻭ َﻣﺎ ﺻﻞْ ﺛَ َﻮ َ ﺍَﻟﻠﻬُ ﱠﻢ ﺗَﻘَﺒﱠﻞْ َﻭﺍَ ْﻭ ِ ﺍﺏ َﻣﺎ ﻗَ َﺮ ْﺃﻧَﺎﻩُ ِﻣ َﻦ ْﺍﻟﻘُﺮْ ِ ﺻﻠَﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱠ َﻢ ﺻﻠَ ْﻴﻨَﺎ َﻋﻠَﻰ َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َ َﺳﺒﱠﺤْ ﻨَﺎ َﻭ َﻣﺎ ﺍ ْﺳﺘَ ْﻐﻔَﺮْ ﻧَﺎ َﻭ َﻣﺎ َ ﺎﺯﻟَﺔً ﱠﻭﺑَ َﺮ َﻛﺔً َﺷﺎ ِﻣﻠَﺔً ﺍِﻟَﻰ َﺣﻀْ َﺮ ِﺓ َﺣ ِﺒﻴْ ِﺒﻨَﺎ َﻭ َﺷ ِﻔﻴْ ِﻌﻨَﺎ ﻫَ ِﺪﻳﱠﺔً ﱠﻭ ِ ﺍﺻﻠَﺔً ﱠﻭ َﺭﺣْ َﻤﺔً ﻧﱠ ِ ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱠ َﻢَ .ﻭﺍِﻟَﻰ َﺟ ِﻤﻴ ِْﻊ َﻭﻗُ َﺮﺓَ َﻋ ْﻴﻨِﻨَﺎ َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ َﻭ َﻣ ْﻮﻻَﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َ ﺎء َﻭﺍﻟْ ُﻤﺮ َﺷﻠِﻴ َْﻦَ ،ﻭﺍْﻻَ ْﻭﻟِﻴَﺎ ِء َﻭﺍﻟ ﱡﺸﻬَ َﺪﺍ ِء َﻭﺍﻟﺼﱠﺎﻟِ ِﺤﻴ َْﻦ ﺍِ ْﺧ َﻮﺍﻧِ ِﻪ ِﻣ َﻦ ﺍْﻻَﻧْﺒِﻴَ ِ ﺼﻴ َْﻦ َﻭ َﺟ ِﻤﻴ ِْﻊ ﱠﺤﺎﺑَ ِﺔ َﻭﺍﻟﺘﱠﺎﺑِ ِﻌﻴ َْﻦ َﻭﺍﻟْ ُﻌﻠَ َﻤﺎِ ِء ﺍﻟْ َﻌﺎ ِﻣﻠِﻴ َْﻦ َﻭﺍﻟْ ُﻤ َ َﻭﺍﻟﺼ َ ﺼﻨﱢﻔِﻴ َْﻦ ْﺍﻟ ُﻤ ْﺨﻠَ ِ ْﺍﻟ ُﻤ َﺠﺎ ِﻫ ِﺪﻳ َْﻦ ﻓِ ْﻲ َﺳ ِﺒﻴ ِْﻞ ﷲِ َﺭﺏﱢ ْﺍﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤﻴ َْﻦ َﻭﺍﻟْ َﻤﻼَﺋِ َﻜ ِﺔ ْﺍﻟ ُﻤﻘَ ﱠﺮ ِﺑﻴ َْﻦ ُﺧﺼ ُْﻮﺻًﺎ ْﺦ َﻋ ْﺒ ِﺪ ْﺍﻟﻘَﺎ ِﺩ ِﺭ ْﺍﻟ َﺠ ْﻴﻼَ ِﻧﻰ. ِﺍﻟَﻰ َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ ﺍﻟ ﱠﺸﻴ ِ ﺡ .......... َﻭ ُﺧﺼ ُْﻮﺻًﺎ ِﺍﻟَﻰ ﺭ ُْﻭ ِ ﺕ َﻭ ْﺍﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨِﻴ َْﻦ ﺛُ ﱠﻢ ﺍِﻟَﻰ َﺟ ِﻤﻴ ِْﻊ ﺍَﻫْ ِﻞ ْﺍﻟﻘُﺒ ُْﻮ ِﺭ ِﻣ َﻦ ْﺍﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻤﻴ َْﻦ َﻭﺍﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِ َﻤﺎ ِ َﺎﺭ ِﺑﻬَﺎ ﺑَﺮﱢ ﻫَﺎ َﻭﺑَﺤْ ِﺮﻫَﺎ ُﺧﺼ ُْﻮﺻًﺎ ﺍِﻟَﻰ َﻭﺍﻟْ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨَﺎ ِ ﺎﺭ ِ ﺽ َﻭ َﻣﻐ ِ ﺕ ِﻣ ْﻦ َﻣ َﺸ ِ ﻕ ْﺍﻻَﺭْ ِ ﺁﺑَﺎﺋِﻨَﺎ َﻭﺍُ ﱠﻣﻬَﺎﺗِﻨَﺎ َﻭﺍَﺟْ َﺪﺍﺗِﻨَﺎ َﻭ َﺟ ﱠﺪﺍﺗِﻨَﺎ َﻭﻧَ ُﺨﺺﱡ ُﺧﺼ ُْﻮﺻًﺎ ﺍِﻟَﻰ َﻣ ِﻦ ﺍﺟْ ﺘَ َﻤ ْﻌﻨَﺎ ﻫَﺎﻫُﻨَﺎ ِﺑ َﺴﺒَ ِﺒ ِﻪ َﻭ ِﻻَﺟْ ِﻠ ِﻪ .ﺍَﻟﻠﻬُ ﱠﻢ ﺍ ْﻏ ِﻔﺮْ ﻟَﻬُ ْﻢ َﻭﺍﺭْ َﺣ ْﻤﻬُ ْﻢ َﻭ َﻋﺎ ِﻓ ِﻬ ْﻢ َﻭﺍ ْﻋ ُ ﻒ َﻋ ْﻨﻬُ ْﻢ. ﺍَﻟﻠﻬُ ﱠﻢ ﺍَ ْﻧ ِﺰ ِﻝ ﺍﻟﺮﱠﺣْ َﻤﺔَ َﻭﺍﻟْ َﻤ ْﻐ ِﻔ َﺮﺓَ َﻋﻠَﻰ ﺍَﻫْ ِﻞ ْﺍﻟﻘُﺒ ُْﻮ ِﺭ ِﻣ ْﻦ ﺍَﻫْ ِﻞ ﻻَ ِﺍﻟَﻪَ ﺍِﻻﱠ ﷲُ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٌﺪ ﱠﺭﺳ ُْﻮ ُﻝ ﷲَِ .ﺭﺑﱠﻨَﺎ ﺁﺗِﻨَﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟ ﱡﺪ ْﻧﻴَﺎ َﺣ َﺴﻨَﺔً َﻭﻓِﻰ ْﺍﻻَ ِﺧ َﺮ ِﺓ َﺣ َﺴﻨَﺔً َﻭﻗِﻨَﺎ
َﺼﻔ ﻭَﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ہﻠﻟ َﺭﺏﱢ.َﻥ َ ﺎﻥ َﺭﺑﱢ َ ُﺳ ْﺒ َﺤ.ﺎﺭ َ َﻋ َﺬ ِِﱠ ِ َﻚ َﺭﺏﱢ ْﺍﻟ ِﻌ ﱠﺰ ِﺓ َﻋ ﱠﻤﺎ ﻳ ِ ﺍﺏ ﺍﻟﻨﱠ ..ُ ﺍَ ْﻟﻔَﺎﺗِ َﺤﺔ.ْﺍﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤﻴ َْﻦ Setelah pembacaan tahlil selesai, maka makanan yang ada dibagikan kepada seluruh jamaah yang hadir. Makanan yang berupa apem dan pisang dibagikan secara merata kepada seluruh jamaah, untuk ketannya cukup disajikan pertumpeng saja. Pelaksanaan tradisi punggahan tersebut didasarkan pada sebuah keyakinan, yakni keyakinan akan mengikuti leluhurnya dahulu. Sebagaimana menurut bapak Parlan salah seorang warga yang di temui pada hari Selasa tanggal 18 Nopember 2014 pada pukul 13:45 WIB, bahwa dasar pelaksanaan tradisi punggahan adalah meneruskan tradisi orang orang terdahulu. Begitu pula Menurut bapak Rahmat sebagai tokoh masyarakat yang di temui pada hari Rabu tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10 WIB, menjelaskan bahwa dasar pelaksanaan tradisi punggahan itu adalah semata-mata mengikuti ulama terdahulu, walaupun di dalam al-Qur,an tidak ada, namun tetap melaksanakan tradisi tersebut karena tradisi tersebut bagus Menurut bapak Rahmat sebagai tokoh masyarakat yang di temui pada hari Rabu tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10 WIB, mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi punggahan yakni meningkatkan amal baik melalui shadaqah kemudian ingat kepada orang-orang terdekat yang sudah meninggal selanjutnya di
doakan supaya amalnya diterima dan kesalahannya diberi maghfirah atau ampunan oleh Allah SWT. 2.
Pemahaman Tradisi
Kupatan di
Dukuh Krangkeng
Sari
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Menurut KH Fahrudin seorang ulama yang ditemui pada hari Selasa tanggal 18 Nopember 2014 pada pukul 16:10 WIB, menjelaskan bahwa tradisi kupatan itu adalah mengeluarkan shadaqah menggunakan sarana ketupat, yang menandakan bahwa hamba-hamba Allah mengakui kalau mempunyai kesalahan, kupat itu berasal dari kata bahasa jawa yaitu ngaku lepat mengakui seluruh kesalahan semoga Allah memberikan ampunan pada hari raya tujuh hari atau bodo kecil . Begitu juga yang di sampaikan oleh bapak Rahmat sebagai tokoh masyarakat yang di temui pada hari Rabu tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10 WIB, bahwa kupatan itu adalah mengakui kalau semua manusia mempunyai kesalahan dalam bahasa jawanya ngaku
salah atau ngaku lepat. sebagaimana
yang
diungkapkan oleh moerjipto (1995: 24), bahwa pada tanggal 30 bulan Puasa, yakni 1 malam menjelang bulan Sawal, masyarakat Jawa menyelenggarakan selamatan kupat (kupat luwar) yang bertujuan untuk ngluwari dosa atau kesalahan. Pelaksanaan tradisi kupatan menurut bapak Tohir, sebagai Sekertaris Desa yang ditemui pada hari Rabu, tanggal 19 Nopember tahun 2014 pada pukul 11:15 WIB menjelaskan bahwa, pelaksanaan
tradisi melakukan sebuah permohonan selamat kepada Allah SWT dengan sarana yang dipakai dengan antara lain kupat, oleh istilah orang jawa kupat adalah ngaku lepat, kemidian rangkaian sarana yang digunakan adalah pisang raja, kacang itu untuk memberikan kesenangan kepada anak kecil. Sebagaimana menurut bapak Rahmat sebagai tokoh masyarakat yang di temui pada hari Rabu tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10 WIB, setiap rumah membuat kupat dan pirantinya, kemudian dibawa kemasjid didoakan mudah-mudahan dalam kupatan sawalan bisa meningkatkan amal yang baik Menurut bapak Rahmat, sebagai tokoh masyarakat yang di temui pada hari Rabu tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10 WIB,
Piranti
atau sarana yang telah dibuat tersebut kemudian
dibawa kemasjid, Yakni pada malam tanggal 8 sawal sehabis shalat Isya’. Setelah selesai menjalankan ibadah shalat isya’, para warga berkumpul di serambi masjid, selanjutnya salah seorang warga memimpin ritual kupatan, pertama-tama di awali dengan salam, kemudian memberikan tausiyah yang berkaitan dengan tujuan dilaksanakanya ritual kupatan, kemudian dilanjutkan dengan tahlilan. Setelah pembacaan tahlil selesai, maka makanan yang ada di bagikan kepada seluruh jamaah yang hadir. Makanan yang berupa ketupat, pisang, dan berbagai cemilan perayaan lebaran Idul Fitri yang telah dibawa warga, di bagikan secara merata kepada seluruh jamaah.
Pelaksanaan
tradisi
kupatan
didasarkan
pada
sebuah
keyakinan, yakni keyakinan akan mengikuti leluhurnya dahulu. Sebagaimana menurut bapak Parlan salah seorang warga yang di temui pada hari Selasa tanggal 18 Nopember 2014 pada pukul 13:45 WIB, bahwa dasar pelaksanaan tradisi kupatan adalah meneruskan tradisi orang orang terdahulu. Begitu pula Menurut bapak Rahmat sebagai tokoh masyarakat yang di temui pada hari Rabu tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10 WIB, menjelaskan bahwa dasar pelaksanaan tradisi kupatan itu adalah semata-mata mengikuti ulama terdahulu, walaupun di dalam al-Qur,an tidak ada, namun tetap melaksanakan tradisi tersebut karena tradisi tersebut bagus Menurut bapak Rahmat sebagai tokoh masyarakat yang di temui pada hari Rabu tanggal 19 Nopember 2014 pada pukul 06:10 WIB, mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi kupatan yakni menjaga ukuwah islamiyah setelah puasa pada Bulan Ramadhan, selalu ingat bahwa manusia mempunyai kesalahan kemudian ngaku lepat mengakui kesalahan tersebut, Sawalan itu artinya meningkatkan, jadi sebagai sarana pengingat agar nilai-nilai pada Bulan Ramadhan tetap dipertahankan.
BAB IV PEMBAHASAN A. Tradisi Punggahan di Dukuh Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali punggahan merupakan salah satu bentuk budaya leluhur yang sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Dusun krangkeng sari, pada hakikatnya pelaksanaan tradisi ini adalah sematamata melestarikan budaya leluhur karna dalam pelaksanaan tradisi punggahan berdampak positif bagi kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat dari generasi kegenerasi masih melaksanakan, menjaga serta melestarikan tradisi punggahan ini. Punggahan adalah sebuah ritual yang dilakukan oleh masyatakat Dukuh Krangkeng Sari pada tanggal 25 bulan ruwah (sya’ban) untuk memperingati orang-orang dekat yang sudah meninggal, yang betujuan untuk mengiringi arwah naik keatas, yakni naik kehadapan Allah SWT. Dalam tradisi punggahan ini terdapat piranti atau sarana berupa makanan yang selalu dibuat oleh masyarakat dusun krangkeng sari yakni. Apem, pisang (pisang raja), dan ketan. makna yang terkandung dari piranti yang berupa sedekah tersebet diantaranya, yamg pertama apem, maknanya mohon ampunan kepada Allah SWT yakni berasal dari bahasa arab yaitu affun kalo sekarang ya afuwun yakni memohon ampun kepada Allah SWT, agar arwah para leluhur khususnya mbah-mbah, eyang-eyang, ibu, bapak dan semua keluarga yang telah meninggal mendapatkan ampunan dari
Allah SWT atas kesalahan yang dilakukan sewaktu masih hidup. Ada lagi pisang kalo ada pisang rojo, makna dari pisang rojo tersebut adalah semoga para arwah leluhur bahagia di alam akhirat, karena rojo itu adalah orang yang mendapat kemuliaan atau kebahagiaan jadi semoga arwah leluhur kelak juga bahagia, kemudian ketan yang mempunyai makna supaya orang-orang yang hidup tidal lupa kepada keluarga atau leluhur yang telah meninggal. Piranti atau sarana yang telah dibuat kemudian dibawa kemasjid. Setelah selesai menjalankan ibadah shalat isya’ para warga berkumpul di serambi masjid, selanjutnya salah seorang warga memimpin ritual punggahan, pertama-tama di awali dengan salam, kemudian memberikan tausiyah yang berkaitan dengan tujuan dilaksanakanya ritual punggahan, kemudian dilanjutkan dengan tahlilan. Setelah pembacaan tahlil selesai, maka makanan yang ada di bagikan kepada seluruh jamaah yang hadir. Makanan yang berupa apem dan pisang di bagikan secara merata kepada seluruh jamaah, untuk ketannya cukup di sajikan pertumpeng saja. B. Tradisi Kupatan di Dukuh Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali kupatan merupakan salah satu bentuk budaya leluhur yang sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Krangkeng Sari, pada hakikatnya pelaksanaan tradisi ini adalah semata-mata melestarikan budaya leluhur karna dalam pelaksanaan tradisi kupatan
berdampak positif bagi kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat dari generasi kegenerasi masih melaksanakan, menjaga serta melestarikan tradisi punggahan ini. Kupatan adalah sebuah ritual yang dilakukan masyarakat pada tanggal 7 sawal,
yang bertujuan untuk ngluwari dosa atau kesalahan.
Dalam ritual kupatan ini masyarakat dukuh krangkeng sari menggunakan piranti atau sarana yang berupa ketupat, yang menandakan bahwa hambahamba Allah mengakui kalau mempunyai kesalahan. Kupat itu berasal dari kata bahasa jawa yaitu ngaku lepat mengakui seluruh kesalahan semoga Allah memberikan ampunan pada hari raya tujuh hari atau bodo kecil . Piranti atau sarana yang telah dibuat oleh masyarakat kemudian dibawa kemasjid. Setelah selesai menjalankan ibadah shalat isya’ para warga berkumpul di serambi masjid, selanjutnya salah seorang warga memimpin ritual punggahan, pertama-tama di awali dengan salam, kemudian
memberikan
tausiyah
yang
berkaitan
dengan
tujuan
dilaksanakanya ritual kupatan, kemudian dilanjutkan dengan tahlilan. Setelah pembacaan tahli selesai, maka makanan yang ada di bagikan kepada seluruh jamaah yang hadir. Makanan yang berupa ketupat, pisang, dan berbagai cemilan perayaan lebaran idul fitri yang telah dibawa warga, di bagikan secara merata kepada seluruh jamaah.
C. Nilai-nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Tradisi Punggahan di Dukuh Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali meliputi : 1.
Nilai akidah Dalam pelaksanaan tradisi
punggahan, masyarakat Dukuh
Krangkeng Sari menyakini dengan sepenuh hati, bahwa Allah SWT adalah tempat satu-satunya untuk meminta pertolongan. Memohonkan ampunan para arwah leluhur, agar Allah SWT mengampuni segala dosa dan kesalahan para arwah leluhur sewaktu masih hidup di dunia. Karena Allah SWT adalah satu-satunya tempat untuk memohon pertolongan, sebagai mana firman Allah SWT dalam QS. Al-fatihah ayat 5 :
Artinya: Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. 2.
Nilai amaliah Dalam pelaksanaan tradisi punggahan, masyarakat senantiasa meningkatkan amal baik melalui shadaqah, yakni menyediakan makanan berupa apem, ketan, pisang secara ikhlas. Apabila seseorang mengeluarkan shadaqah yang dilandasi dengan keiklasan maka Allah AWT akan melipat gandakan rezekinya, sebagaimana firman Allah AWT dalam QS. Al-baqarah ayat 261:
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orangorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Amal seseorang belum dapat dikatan sempurna apabila belum menafkahkan sebagian harta yang dimiliki, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali imron ayat 92:
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. 3.
Nilai ibadah Dalam pelaksanaan ritual punggahan, masyarakat melantunkan rangkaian ayat-ayat suci al-qur’an yakni tahlilan. Lantunan ayat-ayat tersebut
sebagai
sarana
ibadah
kepada
Allah
SWT,
untuk
mendapatkan ketenangan jiwa, serta mendoakan para arwah leluhur yakni para kelurga yang telah meninggal dunia, agar Allah SWT menempatkan arwahnya di tempat yang mulia, yakni di surganya Allah SWT.
4.
Nilai kearifan lokal Masyarakat Dukuh Krangkeng Sari senantiasa menjaga setiap tradisi yang ada yang di tinggalkan oleh para leluhur, karena didalam tradisi tersebut terdapat nilai-nilai yang berdampak positif bagi kehidupan masyarakat, termasuk diantaranya
melestarikan tradisi
punggahan 5.
Nilai ukuwah islamiyah Dalam setiap tradisi, termasuk tradisi punggahan tentunya melibatkan banyak orang, banyak interaksi yang terjadi antara individi satu dengan individu lain, sehingga terwujudlah rasa kebersamaan, rasa persatuan, rasa saling memiliki, sehingga kehidupan masyarakat Dukuh Krangkeng Sari senantiasa rukun, aman, dan bahagia.
D. Nilai-nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Tradisi Kupatan di Dusun Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali meliputi : 1.
Nilai akidah Dalam pelaksanaan tradisi kupatan, masyarakat Dukuh Krangkeng Sari menyakini dengan sepenuh hati, bahwa Allah SWT adalah dzat yang maha pengampun, manusia tidak terlepas dari dosa dan salah, oleh karena itu sudah sepatutnya manusia memohon ampun kepada Allah SWT atas dosa dan kesalahan yang telah dilakukan. Allah SWT adalah dzat yang maha pengampun- lagi maha
pennyayang, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-maidah ayat 74:
Artinya: Maka Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya ?. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 2.
Nilai ibadah Dalam pelaksanaan ritual kupatan, masyarakat melantunkan rangkaian ayat-ayat suci al-qur’an yakni tahlilan. Lantunan ayat-ayat tersebut
sebagai
sarana
ibadah
kepada
Allah
SWT,
untuk
mendapatkan ketenangan jiwa, serta mendoakan para arwah leluhur yakni para kelurga yang telah meninggal dunia, agar Allah SWT menempatkan arwahnya di tempat yang mulia, yakni di surganya 3.
Nilai amaliah Dalam pelaksanaan tradisi kupatan, masyarakat senantiasa meningkatkan amal baik melalui shadaqah, yakni menyediakan makanan berupa ketupat, pisang, dll secara ikhlas. Apabila seseorang mengeluarkan shadaqah yang dilandasi dengan keiklasan maka Allah AWT akan melipat gandakan rezeki, sebagaimana firman Allah AWT dalam QS. Al-baqarah ayat 261:
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orangorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Amal seseorang belum dapat dikatan senpurna apabila belum menafkahkan sebagian harta yang dimiliki, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali imron ayat 92:
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. 4.
Nilai kearifan lokal Masyarakat Dukuh Krangkeng Sari senantiasa menjaga setiap tradisi yang ada, yang di tinggalkan oleh para leluhur, karena didalam tradisi tersebut terdapat nilai-nilai yang berdampak positif bagi kehidupannya.
5.
Nilai ukuwah islamiyah Dalam setiap tradisi, termasuk tradisi kupatan tentunya melibatkan banyak orang, banyak interaksi yang terjadi antara individi satu dengan individu lain, sehingga terwujudlah rasa kebersamaan, rasa persatuan, rasa saling memiliki, sehingga kehidupan masyarakat senantiasa rukun, aman, dan bahagia. Dalam tradisi puggahan dan kupatan ini, terdapat potensi
terjadinya prilaku syirik kepada Allah SWT bila masyarakat tidak
memahami betul tentang tujuan
ritual tradisi tradisi punggahan dan
kupatan, serta makna dari piranti atau sarana yang di gunakan dalam pelaksanaan tradisi tersebut. Oleh karena itu dalam pelaksanaan tradisi ini, pemimpin atau sesepuh desa harus menjelaskan secara rinci kepada masyarakat tentang tujuan diadakannya tradisi punggahan dan kupatan serta makna yang terkandung dari masing-masing piranti atau sarana yang digunakan, sehingga masyarakat mendapatkan pemahaman secara utuh tentang tradisi punggahan dan kupatan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di Dusun Krangkeng Sari Desa Grogolan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali tentang “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI PUNGGAHAN DAN KUPATAN “ dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Tradisi punggahan punggahan itu adalah sebuah ritual yang dilakukan oleh masyatakat Dukuh Krangkeng Sari pada tanggal 25 bulan ruwah (sya’ban) untuk memperingati orang-orang dekat yang sudah meninggal, yang betujuan untuk mengiringi arwah naik keatas, yakni naik kehadapan Allah SWT. Dalam tradisi punggahan ini terdapat piranti atau sarana berupa makanan yang selalu dibuat oleh masyarakat dusun krangkeng sari yakni. Apem, pisang (pisang raja), dan ketan. makna yang terkandung dari piranti yang berupa sedekah tersebet diantaranya, yamg pertama apem, maknanya mohon ampunan kepada Allah SWT yakni berasal dari bahasa arab yaitu affun kalo sekarang ya afuwun yakni memohon ampun kepada Allah SWT, agar arwah para leluhur
khususnya mbah-mbah, eyang-eyang, ibu, bapak dan semua keluarga yang telah meninggal mendapatkan ampunan dari Allah SWT atas kesalahan yang dilakukan sewaktu masih hidup. Ada lagi pisang kalo ada pisang rojo, makna dari pisang rojo tersebut adalah semoga para arwah leluhur bahagia di alam akhirat, karena rojo itu adalah orang yang mendapat kemuliaan atau kebahagiaan jadi semoga arwah leluhur kelak juga bahagia, kemudian ketan yang mempunyai makna supaya orang-orang yang hidup tidal lupa kepada keluarga atau leluhur yang telah meninggal. 2.
Tradisi kupatan Kupatan adalah sebuah ritual yang dilakukan masyarakat pada tanggal 7 sawal, yang bertujuan untuk ngluwari dosa atau kesalahan. Dalam ritual kupatan ini masyarakat dukuh krangkeng sari menggunakan piranti atau sarana yang berupa ketupat, kupat ini menjadi simbol yang menandakan bahwa hamba-hamba Allah mengakui kalau mempunyai kesalahan. Kupat itu berasal dari kata bahasa jawa yaitu ngaku lepat mengakui seluruh kesalahan supaya Allah SWT memberikan ampunannya.
3.
Nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi punggahan a.
Nilai akidah yaitu menyakini sepenuh hati bahwa, Allah SWT adalah tempat satu-satunya untuk meminta pertolongan.
b.
Nilai amaliah yaitu meningkatkan amal baik melalui shadaqah, yakni mengeluarkan shadaqah yang dilandasi dengan keiklasan
c.
Nilai ibadah yaitu melantunkan rangkaian ayat-ayat suci al-qur’an yakni tahlilan, lantunan ayat-ayat tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT.
d.
Nilai kearifan lokal yaitu masyarakat senantiasa menjaga setiap tradisi yang ada, yang di tinggalkan oleh para leluhur, karena didalam tradisi tersebut terdapat nilai-nilai yang berdampak positif bagi kehidupannya.
e.
Nilai ukuwah islamiyah yaitu terwujudlah rasa kebersamaan, rasa persatuan, rasa saling memiliki, sehingga kehidupan masyarakat senantiasa rukun, aman, dan bahagia.
4.
Nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi kupatan a.
Nilai akidah yaitu menyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT adalah dzat yang maha pengampun
b.
Nilai ibadah yaitu meningkatkan amal baik melalui shadaqah, yakni mengeluarkan shadaqah yang dilandasi dengan keiklasan
c.
Nilai amaliah yaitu meningkatkan amal baik melalui shadaqah, yakni mengeluarkan shadaqah yang dilandasi dengan keiklasan
d.
Nilai kearifan lokal yaitu Masyarakat senantiasa menjaga setiap tradisi yang ada, yang di tinggalkan oleh para leluhur, karena didalam tradisi tersebut terdapat nilai-nilai yang berdampak positif bagi kehidupannya
e.
Nilai ukuwah islamiyah yaitu terwujudnya rasa kebersamaan, rasa persatuan, rasa saling memiliki, sehingga kehidupan masyarakat senantiasa rukun, aman, dan bahagia.
B. Saran- saran Diharapkan studi tentang nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi punggahan dan kupatan ini, dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari pembahasan topik masalah. Sehingga dapat gambaran yang lengkap pada tradisi punggahan dan kupatan yang berupa upacara adat turun temurun dari nenek moyang tersebut, dalam skala yang lebih luas. Pada akhir penulisan ini, penulis memberikan saran yang mungkin dapat membantu dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan orang lain: 1. Masyarakat Dusun Krangkeng Sari agar tetap menjaga, melestarikan mempertahankan tradisi yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga nilai-nilai pendidikan Islam dapat terus dilestarikan dari generasi ke generasi. 2. Perlunya masyarakat memupuk kesadaran untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, mendoakan arwah para keluarga yang telah meninggal dan memohon ampun kepada Allah ketika berbuat kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA Achmadi.2005. Idiologi Pendidikan Islam.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta Al-Abrasy, M. Athiyah. 1993. Dasar-dasar pokok pendidikan islam. Jakarta: PT Bulan Bintang Beatty, Andrew. 2001. Variasi Agama di Jawa. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Daradjat, zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : PT Bumi Aksara Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan konsep pendidikan moral
pancasila.
Semarang: Aneka Ilmu Emzir.2011. Metodologo Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Hasan, Iqbal. 2006.Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta : PT Bumi Aksara Khalil, Ahmad. 2008. Islam jawa, sufisme dalam etika dan tradisi jawa. Malang: UIN- Malang Press Koentjaraningrat. 2004.Manusia dan Kebudayaan di Indonsia. Jakarta : Djambatan
Moertjipto, (Eds.). 1995. Jumenengan Sri Sultan Hamengku Buwono x. Yogyakarta: PT Media Widya Mandala Moleong. 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Muhaimin dan Abdul Majid. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda karya Roibin. 2009. Relasi agama dan budaya masyarakat kontemporer. Malang: UINMalang Press Roqib, moh. 2009. Ilmu pendidikam islam: pengembangan pendidikan integrasi di sekolah , keluarga dam masyarakat. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta Sulaiman Ms, M. Munandar. 1995.Ilmu Budaya Dasar. Bandung : PT Eresco Supriyanto, Widodo. 2001. Pendidikan Islam: Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Thoha, Cabib. 1996. HM. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Wasino, (Ed.). 2007.Peninggalan Masa Islam di Jawa Tengah. Semarang : Museum Jawa Tengah Ronggowarsito
(aktomisriadi.blogspot.com/2012/01/sosiologi islam.html, diakses pada tanggal 6 september 2014 pukul 10:25 WIB). (http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=13 224:tradisi-punggahan-menurut-islam&catid=61:mimbarjumat&Itemid=230, diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul 12:35 WIB) (http://gadingpermai.org/berita-253-penghayatan-arti-ruwahan--punggahan.html, diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul 12:50 WIB) (Boyolali.com/lebaran ketupat, diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul 12:20 WIB). (http://karysmafm.com/web/wisata-dan-kuliner/masyarakat-kedesen-masih-nguriuri-tradisi-kupatan.html, diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul 13:00 WIB) http://ahlussunah-wal-jamaah.blogspot.com/2011/08/tradisi-kupatan.html, diakses pada tanggal 1 oktober 2414 pukul 13:10 WIB) (http://ahlussunah-wal-jamaah.blogspot.com/2011/08/tradisi-kupatan.html, diakses pada tanggal 1 oktober 2014 pukul 13:20 WIB) (http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,39477-lang,idc,nasional-t,Kupatan-.phpx, diakses pada tanggal1 oktober pukul 13:30 WIB)
PEDOMAN WAWANCARA A. Identitas Responden Nama
:....................
Jenis kelamin
:....................
Waktu pelaksanaan :.................... B. Panduan Wawancara 1.
Apa yang disebut tradisi punggahan dan kupatan di dukuh krangkeng sari ?
2.
Apa tujuan mengadakan ritual tradisi punggahan dan kupatan yang ada di desa krangkeng sari?
3.
Apa saja kegiatan yang ada dalam tradisi punggahan dan kupatan itu?
4.
Makanan apa saja yang ada dalam tradisi punggahan dan kupatan ?
5.
Siapa saja yang terlibat dalam tradisi punggahan dan kupatan di desa krangkeng sari ?
6.
Hal apa yang mendasari warga desa krangkeng sari melakukan ritual tradisi punggahan dan kupatan ?
7.
Apa saja yang di baca saat tradisi punggahan dan kupatan itu ?
8.
Adakah nilai-nilai yang terkandung dalam ritual tradisi punggahan dan kupatan yang ada di desa krangkeng sari tersebut? Apa saja?
9.
Bagaimana pengaruh masyarakat tentang nilai yang terkandung dalam tradisi punggahan dan kupatan?
HASIL WAWANCARA 1. Nama
: Amanah
Jenis kelamin
: perempuan
Waktu pelaksanaan : selasa 18-11-2014 (12:54 WIB) X
: punggahan niku nopo mbah ?
Y
: punggahan, munggahke leluhur seng neng kubur kwi, ben nyang suargo.ngowo ketan gwo apem
X
: lha nak kupatan nopo mbah ?
Y
: nak jaman mbiyen jarene bodone cah cilik- cilik seng wes mati kwi, gowo kupat karo gedang. Iku jarene sgngomong wong mbiyen kog.
X
: lha kegiatane pas punggahan niku nopo mbah ?
Y
: zow kondangan koyo nek mejed kae
X
: lha kegiatane pas kupatan nopo mbah ?
Y
: podo nek mesjid gae kondanga wong rame okeh kae to
X
: lha maem ane pas wonten punggahan niku nopo mawon mbah ?
Y
: maem ane yo kumu, ketan karo gedang, nak gedang yo gedang rojo, nak ra enek gedang sak-sak e, karo apem. Mko pangannan kwi mau, dipangan bareng-bareng nek mejid
X
: atri e nopo mbah maeman niku wau ?
Y
: nak apem e jare ben tenanan, nak gedang raja temen ben tememen, nak ketan jarene ben ora di ganggu setan,
X
: nak kupatan maeman e nopo mawon mbah ?
Y
: nak kupatan zow kupat tok karo gedang
X
: lha arti e nopo mbah kupat kaleh gedang niku wau ?
Y
: nak kupat jalok ngapuro.... mboh rareti kok
X
: lha dasar e nopo mbah kok wargo priki taseh klasanakaken tradisi punggahan kaleh kupatan niku wau ?
Y
: zow manut mbah-mbah biyen wae
X
: seng di waos pas punggahan kaleh kupatan niku nopo mawon mbah ?
Y
: seng diwoco yo koyo pas tahlilan kae, al ikhlas sak piturut e, punggahan karo kupatan podo wae.
X
:lha wonten mboten mbah nilai-nilai seng terkandung wonten gen tradisi punggahan kaleh kupatan ?
Y
: zow mben podo bagas waras, seng wes mati amal e mben diterimo karo seng kuwoso
X
: lha pripun mbah pengaruhipun masyarakat tumprap nilai-nilai niku wau ?
Y
: zow masyarakat iseh nindake tradisi pungghan karo kupatan
2. Nama
: sutinah
Jenis kelamin
: perempuan
Waktu pelaksanaan : selasa 18-11-2014 (12:37 WIB) X
: punggahan niku nopo mbokde ?
Y
: punggahan iku kanggo ku , ngunggahke leluhur, pas bulan ruwah tanggal selawe. ketan e kanggo debal, apem e kanggo gow payungan, gedang e gow tekenan
X
: lha nak kupatan niku nopo mbokde ?
Y
: bar ba’do wes sangang dino tho, sangang dino bar bodo kae terus kupatan, kupatan ki bodo kecil anak kecil seng wes mati, jarene wong biyen kok, yow gae kupat, gae kupat lepet, gedang
X
: lha nak tujuan e kupatan kaleh punggahan nopo mbokde ?
Y
: zow koyo seng tak omonge kwi mau
X
: lha kegiatannipun masyarakat wonten gen tradisi punggahan kalian kupatan niku wau nopo mbokde ?
Y
: zow kondanga kwi to, kondangan bareng-bareng gede cilik punggahan karo kupatan podo wae gae kondangan bareng-bareng nek mejid
X
: lha seng terlibat gen tradisi punggahan kaleh kupatan sinten mawon mbokde ?
Y
: zow kabeh nom tuo, nak wong biyen pas kupatan iku seng radue anak cilik mati ra podo melu kupatan, nak punggahan podo melu kabeh.
X
: lha dasaripun masyarakat tasih klasanakaken tradisi kupatan kaleh punggahan niku nopo mbokde ?
Y
: manut mbah-mbah biyen, tur jare wong islam ki ra ninggalke sedekah, wong NU, jenenge wong NU zow ra ninggalke kabeh mau, jenenge leluhur wes mati zow kudu di bancaki
X
: lha seng diwaos pas tradisi punggahan kaleh kupatan niku nopo mawon mbokde ?
Y
: tahlilan sak rampunge, kupatan karo punggahan podo ae
X
: lha wonten mboten mbokde nilai-nilai seng terkandung wonten gen tradisi punggahan kaleh kupatan ?
Y
: mbuh, aku rareti... butoh manut wong tuo, mbokku karo pakku
3. Nama
: parlan
Jenis kelamin
: laki-laki
Waktu pelaksanaan : selasa 18-11-2014 (13:45 WIB) X
: punggahan niku nopo pakde ?
Y
: punggahan kwi sak ngertiku, munggahke leluhur, pas bulan ruwah tanggal selawe.
X
: lha kupatan nopo pakde ?
Y
: nak kupatan kwi sak ngertiku,riyaya kecil kanggo wong poso sawalan, utowo bodho kecil
X
: tujuanipun punggahan niku nopo pakde ?
Y
: ngunggahke leluhur, jalokke ngapuro leluhur, wulan ruwah iku ibarate merdeka, ora disikso, kringannake ahli kubur
X
: tujuanipun kupatan nopo pakde ?
Y
: bodo kecil, bodone wong poso riyaya kecil, kan bare bodo let sidino disunahake poso pitung dino, kwi riyoyone wong poso cilik mau,ganjarane gede nak gelem klakoni poso mau nak ra ngelakoni zow ra popo wong sunnah
X
: lha maemanipun pas tradisi punggahan niku nopo mawon pakde ?
Y
: salong zow sego, salong yow apem, gedang .nak gedang kwi nak ono gedang rojo nak ra ono sak-sake, pakanan kwi mau kanggo shadaqoh nak menurut wong biyen gedang kwi mau kanggo tekenan, nak apem bungkus ki kanggo caping, neng nak apem e di buntel jare kanggo sepatu,
X
: menawi kupatan , maemanipun nopo mawon pakde ?
Y
: zow kupat kwi to, jare wong biyen kupat kwi, kanggo lepat lepate jalok ngapuro. Kwi menurut mbah disik, nak kanggo aku zow idep-idep kanggo shadaqah
X
: lha dasaripun warga priki taseh klasanakaken tradisi punggahan kaleh kupan wau nopo pakde ?
Y
: nak minurute aku, zow podo nerus ake tradisi leluhure mbiyen, punggahan karo kupatan zow podo wae ngono kwi
X
: lha seng d waos menawi klasanakaken tradisi punggahan kaleh kupatan nopo mawon pakde ?
Y
: zow suratikhlas sak piturut e, punggahan karo kupatan seng diwoco zow podo, surat ikhlas sak piturut e
X
: kegiatanipun masyarakat wonten tradisi punggahan kalihan kupatan nopo mawon pakde ?
Y
: zow kondangan nek mejid kwi to
X
: wonten nilai-nilainipon mboten pakde, gen tradisi punggahan kalihan kupatan niku wau ?
Y
: mboh rareti q, pokoke zow tradisi e wong disik kwi mau, retiku zow shadaqah ngono mau
4. Nama
: parsinah
Jenis kelamin
: perempuan
Waktu pelaksanaan : selasa 18-11-2014 (14:15 WIB) X
: punggahan niku nopo mbah ?
Y
: merti leluhur e seng wes sedho wektu e pas bulan ruwah, tanggal selawe jowo,... ngono, perlu di unggahake nyang duwur, mbuh gone ngendi,
X
: kupatan nopo mbah ?
Y
: kupatan kwi tradisi seng ditindakake pas bulan sawal tanggal wolu, bodho cilik bodhone cah cilik-cilik seng wes mati, utowo bodho gecil (gecilan), lha seng wong tuo-tuo lak wes bodho pas tanggal siji sawal, nak seng cilik-cilik bodhone tanggal wolo,... ngono.
X
: tujuanipun punggahan niku wau nopo mbah ?
Y
: gae merti leluhur e seng wes sedho (bapak mbok seng wes sedho)
X
: lha tujuanipun kupatan nopo mbah ?
Y
: zow podo seng tak omongke mau, kriyayani cah cilik-cilik seng wes ninggal
X
: lha kegiatanipun masyarakat wonten ing tradisi punggahan kaleh kupatan nopo?
Y
: zow bancakan neng mejid kwi to
X
: lha pas kegiatan punggahan kaleh kupatan niku seng dipun waos nopo mbah ?
Y
: zow moco surat ikhlas kwi to, tahlilan. Dadi ikhlas seng shadaqah dadi di tompo karo gusti Allah terus di paringke karo seng di shadaqahi mau,... iku jarene seng wong ngomong biyen
X
:maemanipun punggahan nopo mawon mbah ?
Y
: shadaqoh e iku ketan, gedang, apem. jarene wong biyen munggah nyang duwur iku rekoso, apem seng di bungkus gae sandal, gedang kanggo teken, ketan kanggo payong, mulane ketan kwi ombo gae payung,.. iku mau critane wong biyen
X
: lha maemanipun pas tradisi kupatan nopo mbah ?
Y
: zow gae kupat kwi, gae bancakan kanggo bodho, ketan iku artine slametan. Mko terus dipangan bareng-bareng
5. Nama
: KH. Fahrudin (tokoh masyarakat)
Jenis kelamin
: laki-laki
Waktu pelaksanaan : selasa 18-11-2014 (16:10 WIB) X
: punggahan niku nopo pakde ?
Y
: punggahan iku zow nalurine wong biyen kanggo memperingati poro arwah seng wes sumare,... ngunggahake leluhur istilah e, kanthi lantaran gae shadaqohan sego utowo ketan, ketan ben kraket karo leluhur e ben ojo ngantik lali, di kirimi pandongo lantaran tahlil, terus ono apem seng artine jalok pangapuro nang gusti Allah (affun) nak coro sak iki zow ngafuwun jalok ngaporo nek gusti allah, mogo-mugo para arwah leluhure kwi khusus e mbah-mbah eyang mu kwi diparingi ngapuro. Ono memeh gedang, nak ono gedang raja lha kwi ngalamate mugo-mugo dadi wong sing mulyo,.. rojo artine lak mulyo to, dadi mugo-mugo arwahipun mbesok mulyo,.
X
: kupatan nopo pakde ?
Y
: ngetok ake shadaqoh nganggo kupat, kwi ngaku nak kawulokawulane kowe kabeh kwi duweni lupu,.. kupat songko tembung ngaku lepat, sak katah e kalepatan mugo-mugo di paringi pangapuro sak jerone bodho pitung dino utowo bodho gechil, bodho gechil iku bodhone wong seng gelem nindakake poso pitung dino berturut-turut ono ing bulan sawal, mulane do gau kupat kwi ngaku yen kawulane podo dwe kalepatan
X
: ingkang terlibat wonten tradisi punggahan kaleh kupatan niku sinten mawon pakde?
Y
: zow kabeh, sanak kadang
X
: lha menawi kegiatan punggahan kaleh kupatan niku ingkang dipun waos nopo mawon pakde ?
Y
: zow di lantari tahlilan kwi, podo kumpul bareng nek masjid
X
: lha nilai-nilai nipun punggahan nopo pakde ?
Y
: zow ben podo kelingan karo leluhur e njalukke ngapuro, kerono ngetokke shadaqoh, sak perlu nggunggahke leluhur e
X
: lha pengaruhipun masyarakat kalian nilai-nilai niku wau nopo pakde ?
Y
: zow masyarakat iseh nindakake tradisi kwi mau
X
: lha nilai-nilainipun kupatan nopo pakde ?
Y
: zow ben podo kelingan sukur-sukur gelem nindakake poso pitung dino
X
: lha pengaruhipun masyarakat kalian nilai-nilai niku wau nopo pakde ?
Y
: zow nalurine masyarakat, tetep iseh nindakake tradisine kwi mau, soal e tradisi kwi mau apik
X
: dasaripun masyarakat tasih klasanakaken tradisi punggahan kaleh kupatan nopo pakde ?
Y
: zow melu-melu keyakinane wong biyen kwi to, melu-melu wong seng disik
6. Nama
: rohmat (tokoh masyarakat)
Jenis kelamin
: laki-laki
Waktu pelaksanaan : rabu 19-11-2014 (06:10 WIB) X
: punggahan niku nopo pak ?
Y
: ngunggahke leluhur. Nggunggahke amalan seng baik
X
: kupatan ?
Y
: mengakui kalo semua manusia itu mempunyai kesalahan, bahasa jawane ngaku salah utowo ngaku lepat
X
: tujuanipun punngahan nopo pak?
Y
:tujuannya zow melestarikan tradisi ulama dulu
X
: tujuanipun kupatan ?
Y
: tujuane zow, memperingati orang-orang yang berpuasa pada hari ke dua bulan sawal sampai hari ke enam
X
: kegiatanipun masarakat ketika pelaksanaan punggahan apa pak ?
Y
: mengeluarkan shadaqah, berupa tumpeng, kupat, apem, ketan, pisang dan lain-lainnya Piranti atau sarana yang telah dibuat tersebut kemudian dibawa kemasjid untuk di makan bersamasama, Yakni pada malam tanggal 25 ruwah sehabis shalat isya’. Setelah shalat isya’ para warga berkumpul di serambi masjid, selanjutnya salah seorang warga memimpin ritual punggahan, pertama-tama di awali dengan salam, kemudian memberikan
tausiyah yang berkaitan dengan tujuan dilaksanakanya ritual punggahan, kemudian dilanjutkan dengan tahlilan. X
: kegiatanipun masarakat ketika pelaksanaan kupatan apa pak ?
Y
: setiap rumah membuat kupat dan pirantinya, terus dibawa kemasjid didoakan mudah-mudahan dalam kupatan sawalan bisa meningkatkan amal yang baik
X
: siapa saja yang terlibat dalam tradisi punggahan dan kupatan ?
Y
: yang terlibat zow seluruh masyarakat yang ada
X
: dasarnya apa pak kok masyarakat masih melaksanakan tradisi punggahan dan kupatan ?
Y
: mengikuti ulama terdahulu, walaupun di dalam al-Qur,an tidak ada, namun tetap melaksanakan tradisi tersebut karena tradisi tersebut bagus
X
: apa saja yang di baca ketika pelaksanaan tradisi punggahan dan kupatan ?
Y
: zow tahlilan karo moco doa selamet
X
: adakah nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi punggahan dan kupatan.
Y
: nak kupatan, satu menjaga ukuwah islamiyah setelah puasa pada bulan ramadhan, ingat nak manusia mempunyai kesalahan, ngaku lepat mengakui kesalahan, setelah kita melaksanakan ibadah puasa, kita memohon ampunan. Sawalan iku artinya meningkatkan, jadi nilai-nilai pada bulan ramadhan
dipertahankan. Terus nak punggahan, nilai-nilai seng terkandung zow,.. meningkatkan amal kita melalui shadaqah, ingat orang yang sudah meninggal di doakan supaya amalnya diterima dan kesalahannya diberi maghfirah atau ampunan oleh Allah SWT, X
: bagaimana pengaruh masyarakat tentang nilai itu tadi pak?
Y
: tradisi tersebut masih berjalan, masyarakat sangat antusias, jadi tidak usah ada pengumuman nak pas tanggal selawe bulan ruwah dan hari ke delapan bulan sawal masyarakat sudah menyiapkan makanan-makanan untuk di bawa kemasjid
7. Nama
: KH. tohir ( sekertaris desa)
Jenis kelamin
: laki-laki
Waktu pelaksanaan : rabu 19-11-2014 (11:00 WIB) X
: tradisi punggahan niku nopo pak ?
Y
: tradisi yang dilakukan dan ada kaitannya dengan keagamaan seng isine punggahan itu, sebuah tradisi yang dilakukan oleh umat islam ketika bulan sya’ban memasuki bulan ramadhan pertanggal satu itulah yang dinamakan punggahan
X
:kemudian apa yang dimaksud dengan tradisi kupatan pak ?
Y
: kupatan itu peringatan atau ritual yang dilakukan oleh umat islam ketika hari ketujuh sehabis lebaran idul fitri
X
: tujuan mengadakan tradisi punggahan itu apa pak ?
Y
:sesuai dengan hadis nabi bahwa ketika bulan ramadhan itu datang pintu surga di buka, pintu neraka ditutup, dan seluruh
setan dibelenggu dan seluruh setan dikutuk oleh Allah SWT, kemudian dengan hal tersebut yang dimaksud dengan punggahan, oleh karena hadits tersebut bahwa mulai tanggal satu ramadhan ketika ramadhan datang kemudian pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup itu maksudnya, Allah SWT membebaskan keringanan kepada seluruh orang yang telah dimakamkan dikubur atau mati itu dibebaskan dari seluruh siksaan dari Allah SWT X
: kemidian apa yang dimaksud kupatan pak ?
Y
: kupatan itu adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh umat islam dalam rangka untuk mungadakan sebuah ritual selamatan itu kaitannya dengan bodo kecil menurut orang jawa adalah untuk memberikan kesempatan kepada anak kecil ketika sudah selesai puasa pada tanggal dua sampai tujuh
X
: kegiatan apa saja dalam tradisi punggahan apa pak ?
Y
: tidak lain dan tidak bukan kegiatan punggahan dan kupatan adalah untuk memohonkan ampun kepada orang yang telah meninggal dunia, sebagai hari awal orang islam yang masih hidup untuk menjalankan ibadah puasa
X
:kegiatan apa saja yang ada dalam tradisi kupatan pak ?
Y
: melakukan sebuah permohonan selamat kepada Allah SWT dengan sarana yang dipakai dengan antara lain kupat, oleh istilah orang jawa kupat adalah ngaku lepat, kemidian rangkaian sarana
yang digunakan adalah pisang raja, kacang itu untuk memberikan kesenangan kepada anak kecil X
: makanan apa saja tang terdapat dalam tradisi punggahan dan kupatan pak?
Y
: seperti yang saya bilang tadi kalo punggahan biasanya hanya ada sebuah ritual atau sebuah permohonan kepada Allah SWT karena punggahan itu dilakukan untuk orang-orang yang akan menjalankan ibadah puasa pada khususnya itu biasanya ada sebuah perlakuan khusus di banding dengan perlakuan-perlakuan lain utamanya kaitanya dengan masalah persiapan untuk sahur dimalam hari pertama, itu hubunganya dengan orang yang akan menjalankan ibadah puasa
X
: siapa saja yang terlibat dalam tradisi punggahan dan kupatan pak ?
Y
: orang-orang islam yang senang akan datangnya hari puasa kemudian kalo hubungannya dengan kupatan itu ada kaitannya dengan permohonan kepada Allah SWT yang jiga untuk memberikan kesempatanan kepada anak-anak kecil tadi, sehingga disebut bodo kecil
X
: apa saja yang dibaca pada saat tradisi punggahan dan kupatan pak ?
Y
: yaitu sebuah permohonan kepada Allah SWT kalo untuk punggahan otomatis menggunakan dzikir tahlil begitu juga untuk kupatan oleh orang-orang islam juga membaca dzikir dan tahlil
X
: nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi kupatan dan punggahan apa saja pak ?
Y
: punggahan maupun kupatan itu tadi, berkaitan dengan punggahan berarti sebuah situasi yang terkait dengan ramadhan.bahwa ramadhan itu orang jawa mengatakan punggahan karena memang yang tadinya kemungkinan disiksa oleh Allah dialam kuburnya pada hari ramadhan terlepas dari seluruh siksaan maka dinamakan punggahan
X
: bagaimana pengaruh masyarakat tentang nilai yang terkandung dalam tradisi punggahan dan kupatan pak ?
Y
: karena itu sebuah tradisi yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita maka itu tidak dianggap melanggar dan bertentangan dengan nilai-nilai syariat maka tetap dilakukan sampai sekarang, itu kaitannya dengan tradisi yang ada hubungannya dengan punggahan dan kupatan
Keteraangan : X
: Peneliti
Y
: Responden
DOKUMENTASI A. Dokumentasi tradisi punggahan
B. Dokumentasi tradisi kupatan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama
: Yusuf Faizal
Tempat tanggal Lahir
: Boyolali, 28 Mei 1992
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Jenjang Pendidikan
: 1. SDN Grogolan, lulus tahun 2004 2. MTsN klumpit, lulus tahun 2007 3. MAN Suruh, lulus tahun 2010
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 26 Desember 2014 Penulis
Yusuf Faizal