PENGARUH PEMAHAMAN FIQH TAHARAH TERHADAP PENERAPAN BERSUCI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI (Studi pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: DIAH ARI ISTANTI 11107020
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
i
ii
PENGARUH PEMAHAMAN FIQH TAHARAH TERHADAP PENERAPAN BERSUCI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI (Studi pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011)
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: DIAH ARI ISTANTI 11107020
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari: Nama
: Diah Ari Istanti
NIM
: 11107020
Jurusan
: Tarbiyah
Program studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: PENGARUH PEMAHAMAN FIQH TAHARAH TERHADAP PENERAPAN BERSUCI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI (Studi Pada Siswa Kelas VII MTs NU Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011)
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 25 Agustus 2011 Pembimbing,
Miftachur Rif’ah, M.Ag. NIP.19720308 199803 2 006
iv
SKRIPSI
PENGARUH PEMAHAMAN FIQH TAHARAH TERHADAP PENERAPAN BERSUCI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI (Studi pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011)
DISUSUN OLEH DIAH ARI ISTANTI NIM: 11107020
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 26 September 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji Sekretaris Penguji Penguji I Penguji II Penguji III
: Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. : Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. : Dra. Maryatin : Miftachur Rif’ah, M.Ag.
________________ ________________ ________________ ________________ ________________
Salatiga, 28 September 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Diah Ari Istanti
NIM
: 11107020
Jurusan
: Tarbiyah
Program studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, Agustus 2011 Yang menyatakan,
Diah Ari Istanti NIM. 11107005
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO (ﻣﻦ ﯾﺮﯾﺪ اﷲ ﺑﮫ ﺧﯿﺮا ﯾﻔﻘﮭﺔ ﻓﻰ اﻟﺪّﯾﻦ )اﻟﺤﺪﯾﺚ Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi baik akan diberi pengertian yang mendalam dalam urusan agama (Al-Hadist).
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: Kedua orang tua saya yang sangat saya cintai dan aku takdhimi (ibu Rusmini dan bapak Mugiyono), karena dengan bimbingan, arahan, dan do’a-do’a beliaulah saya bisa menjadi sepeti sekarang ini . Semua saudara-saudaraku yang telah memberikan do’a dan dukunganya dalam penyelesaian skripsi ini. Ibu Miftachur Rif’ah, M.. Ag., yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan-masukan kepada penyusun dalam rangka penyelesaian skripsi ini. Seluruh dosen dan karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepada saya, memfasilitasi saya, dan telah memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya sehingga saya mendapatkan ilmu serta pengetahuan yang semoga bermanfaat bagi diri saya dan masyarakat pada umumnya, amiiin.... Saya hanya bisa berucap jazakumullahu khairal jaza’ jaza’an katsiron. Tak lupa pula kepada seluruh teman-temanku kelas PAI A angkatan 2007, terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian, wabil khusus teman-teman dekat saya(indra, yu titik, taqiya, dek luluk, fu’ad, teh neni, dll). Juga aku persembahkan kepada pembaca yang budiman.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah menuntun umatnya ke jalan yang diridhai Allah SWT. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah:
“PENGARUH
PEMAHAMAN
FIQH
TAHARAH
TERHADAP
PENERAPAN BERSUCI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI (Studi pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011)”. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan dorongan serta dukungan moral dan materi. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Pd selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. 3. Ibu Miftachur Rif’ah,M.Ag., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga akhir penyusunan skripsi ini. 4. Segenap Bapak/Ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga.
viii
5. Drs. Muh Syamsul, M.Pd.I selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Nahdlotul Ulama Salatiga. 6. Ali Munabah, S.Pd. I selaku guru BK di Madrasah Tsanawiyah Nahdlotul Ulama Salatiga. 7. Kedua orang tuaku Bapak Mugiyono dan Ibu Rusmini yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil. 8. Semua sahabat-sahabatku PAI A angkatan 2007 yang selalu mendukung dan membantuku menyelesaikan skripsi ini. Meskipun kegiatan penelitian ini telah dilaksanakan secara maksimal, namun penulis yakin masih banyak kekurangannya. Untuk itu, saran dan kritik membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penyusun sendiri.
Salatiga, 10 September 2011 Penulis,
ix
ABSTRAK
Istanti, Diah Ari. 2011. Pengaruh Pemahaman Fiqh Taharah Terhadap Penerapan Bersuci dalam Kehidupan Sehari-hari (studi pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Miftachur Rif’ah, M.Ag. Kata kunci: fiqh taharah, penerapan bersuci. Penelitian ini merupakan pembuktian bahwa pemahaman materi fiqh taharah merupakan hal yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari terutama pada siswa kelas VII, yang mana pada usia ini siswa memasuki usia mukallaf. Berangkat dari hal tersebut, maka pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah pemahaman fiqh taharah siswa?, (2) bagaimanakah pemerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa?, (3) adakah pengaruh yang signifikan antara pemahaman fiqh taharah terhadap penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan studi korelasional. Adapun jumlah populasinya adalah 93 dengan sampel sebanyak 72 responden. Pengambilan sampel dengan metode proporsional random sampling. Adapun penelitiannya dilakukan pada tanggal 24 Maret sampai 24 Juni 2011. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara pemahaman fiqh taharah terhadap penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari dibuktikan dengan hasil korelasi product moment yaitu rhitung sebesar 0,675 berada di atas koefisien korelasi (rtabel) pada taraf signifikansi 1% yaitu 0,306. Dari penelitian ini terbukti signifikan antara pengaruh pemahaman fiqh taharah terhadap penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL ..........................................................................................................i LEMBAR BERLOGO .......................................................................................ii JUDUL ..............................................................................................................iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................iv PENGESAHAN KELULUSAN.........................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...........................................................vi MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii ABSTRAK ........................................................................................................x DAFTAR ISI ....................................................................................................xi DAFTAR TABEL ............................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah ................................................................1
B.
Rumusan Masalah .........................................................................4
C.
Tujuan Penelitian ..........................................................................4
D.
Hipotesis Penelitian.......................................................................5
E.
Kegunaan Penelitian......................................................................5
F.
Definisi Operasional......................................................................6
G.
Metode Penelitian..........................................................................9
H.
Sistematika Penulisan....................................................................17
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.
Kajian Tentang Pemahaman Fiqh Taharah 1. Pengertian pemahaman fiqh taharah..........................................19 2. Hukum Taharah .......................................................................23 3. Macam-macam Taharah............................................................24 a. Taharah dari hadas.................................................................24 1) Wudu................................................................................24 2) Mandi...............................................................................44 b. Taharah dari najis...................................................................54 4. Alat Taharah.............................................................................60 5. Hikmah Taharah...........................................................................62
B.
Kajian Tentang Penerapan Bersuci ................................................64 1. Tata cara berwudu ....................................................................64 2. Tata cara mandi ........................................................................66 3. Tata cara istinja............................................................................67 4. Tata cara mensucikan najis..........................................................69 5. Tata cara mensucikan badan dan pakaian...................................70
C.
Kajian Tentang Pengaruh Pemahaman Fiqh Taharah Terhadap Penerapan Bersuci dalam Kehidupan Sehari-hari ..........................70
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Salatiga.......73 1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya..............................................73 2. Letak Geografis ................................................................................74
xii
3. Identitas Madrasah............................................................................75 4. Visi dan Misi ....................................................................................76 5. Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan ................................................78 6. Sarana dan Prasarana .......................................................................79 7. Struktur Organisasi ..........................................................................81 B. Penyajian Data .......................................................................................83 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif .................................................................................90 B. Pengujian Hipotesis..................................................................................103 C. Pembahasan..............................................................................................107 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan..............................................................................................109 B. Saran........................................................................................................110 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar populasi penelitian ...............................................................10 Tabel 1.2 Daftar populasi dan sampel..............................................................11 Tabel 1.3 Daftar kisi-kisi instrumen tes pemahaman fiqh taharah.....................14 Tabel 1.4 Daftar kisi-kisi instrumen angket penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari.......................................................................15 Tabel 3.1 Daftar jumlah siswa MTs NU Salatiga .............................................78 Tabel 3.2 Daftar guru dan tugasnya di MTs NU Salatiga .................................79 Tabel 3.3 Daftar karyawan MTs NU Salatiga ..................................................79 Tabel 3.4 Sarana prasarana MTs NU Salatiga..................................................80 Tabel 3.5 Daftar nama responden.......................................................................82 Tabel 3.6 Jawaban tes pemahaman fiqh taharah................................................83 Tabel 3.7 Jawaban angket penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari.......85 Tabel 3.8 Data hasil angket penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari.....86 Tabel 4.1 Distribusi nilai pemahaman fiqh taharah ..........................................92 Tabel 4.2 Interval dan kategori pemahaman fiqh taharah..................................94 Tabel 4.3 Tabel kategori dan frekuensi pemahaman fiqh taharah.....................95 Tabel 4.4 Kategori skor, frekuensi dan persentase pemahaman fiqh taharah....96 Tabel 4.5 Distribusi skor penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari........99 Tabel 4.6 Interval dan kategori penerapan bersuci dalam kehidupan seharihari ..................................................................................................101
xiv
Tabel 4.7 Tabel kategori dan frekuensi pwenerapan bersucidalam khidupan sehari-hari........................................................................................101 Tabel 4.8 Kategori skor, frekuensi dan persentase penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari.......................................................................103 Tabel 4.9 Koefisiensi pengaruh pemahaman fiqh taharah terhadap penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari ................................................105
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia, dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia karena hanya dengan pendidikan manusia dapat berkembang secara wajar dan dapat melaksanakan tugasnya sebagai manusia. Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak baik menjadi baik dari tidak tahu menjadi tahu disamping itu juga faham dan mengerti. Selain itu pendidikan juga merupakan media pembekalan pengetahuan, ketrampilan dan penguasaan teknologi pada peserta didik yang berorientasi pada pembentukan watak dan karakter moral. Berdasarkan hal tersebut maka sudah saatnya bagi seluruh komponen bangsa untuk
memperhatikan
bagi
penyelenggaraan
pendidikan
khususnya
pendidikan agama. Berdasarkan hal tersebut diatas maka pendidikan agama merupakan faktor yang sangat penting dalam pembentukan watak, karakter dan kepribadian. Pendidikan agama adalah suatu pendidikan yang mengajarkan tentang tata cara kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama Islam berdasarkan pada Al-Qur’an dan al hadits. Dalam pendidikan agama Islam khususnya pada lembaga pendidikan tingkat tsanawiyah ada materi yang khusus mengatur tentang persoalan ibadah dan muamalah yang terangkum dalam pendidikan fikih. Tidak sampai disini pendidikan fikih juga memuat
1
berbagai macam materi yang ada kaitannya dengan ibadah salah satunya adalah bab taharah atau bersuci. Taharah merupakan sarana pensucian diri yang harus dilakukan seorang muslim ketika hendak menjalankan shalat yang fungsinya untuk mensucikan diri dari hadas dan najis dalam mencapai pembersihan jiwa. Islam mengajarkan manusia untuk bersuci dan mensucikan diri. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid, katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran, oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.(Dep. RI, 2005:27) Dalam hadis juga diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.: “Dari Rasulullah SAW. beliau bersabda: Salat salah seorang di antara kalian tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudu”
(Shahih Muslim
No.330). Dari ayat alAl-Qur’an dan hadis diatas maka dapat disimpulkan bahwa taharah merupan suatu hal yang sangat penting kaitannya dengan ibadah seseorang yang berkenaan langsung dengan Allas SWT yaitu ibadah salat.
Kenyataan yang sering kita jumpai saat ini adalah banyak sekali remaja yang belum dapat mempraktikkan penerapan fiqh taharah dalam kehidupan nyata, terutama dalam hal mensucikan diri dari hadas besar seperti mandi dari haid dan mandi jinabat. Begitupun dalam bersuci dari hadas kecil seperti halnya wudu dan pensucian diri, pakaian dan tempat dari najis juga masih ada yang belum melaksanakan tata cara pensucian tersebut secara benar menurut syari’at. Melihat usia anak setingkat tsanawiyah maka mereka telah memasuki tahap remaja awal dan sudah sewajarnya perubahan-perubahan diri mulai terjadi, seperti datangnya masa haid bagi perempuan dan ihtilam (mimpi basah) bagi laki-laki. Dalam Islam, secara umum mereka sudah dianggap baligh sehingga dibebani ketentuan-ketentuan hukum syara’ (mukallaf), karena secara yuridik batas awal usia baligh adalah 12 tahun bagi laki-laki dan 9 tahun bagi perempuan (Zakiah Daradjat, 1995: 3). Oleh karena itu seharusnya mereka memahami dan menerapkan kaidah secara benar dalam bersuci untuk mencapai kesempurnaan dalam beribadah dalam kehidupan ini. Dengan permasalahan-permasalahan tersebut penulis bermaksud untuk mengadakan
penelitian
ilmiah
tentang
taharah
dan
penerapannya,
dikarenakan materi tentang taharah sudah diajarkan di kelas VII, maka dengan ini penulis mengambil judul “PENGARUH PEMAHAMAN FIKIH TAHARAH TERHADAP PENERAPAN BERSUCI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI” (Studi Pada Siswa Kelas VII MTs NU Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan judul dan latar belakang diatas dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tingkat pemahaman siswa kelas VII MTs NU Salatiga terhadap fikih taharah? 2. Bagaimana penerapan bersuci siswa kelas VII MTs NU Salatiga dalam kehidupan sehari-hari? 3. Adakah pengaruh antara pemahaman terhadap materi fikih taharah terhadap penerapan bersuci siswa kelas VII MTs NU Salatiga dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian Agar dapat memberikan gambaran konkrit serta arah yang jelas dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk : 1. Mengetahui tingkat pemahaman fikih taharah pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun 2010/2011 2. Mengetahui penerapan bersuci siswa kelas VII MTs NU Salatiga dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengetahi adanya pengaruh antara pemahaman fikih taharah terhadap cara bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun 2010/2011
D. Hipotesis Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 71) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan
kerangka
berfikir
penulis
yaitu
“semakin
baik
pemahaman fikih taharah siswa maka semakin baik pula penerapan bersuci siswa dalam kehidupan sehari-hari”, oleh karena itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh yang signifikan antara pemahaman fikih taharah dengan penerapan bersuci dalam kehidupan seharihari siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun 2010/2011”.
E. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat secara praktik dan teoritik. 1. Praktik a. Bagi siswa: diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya
pemahaman
fikih
taharah
sehingga
siswa
dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan benar sesuai dengan syari’at b. Bagi Guru: guru dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap fikih taharah sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi feedback terhadap
metode pembelajaran sebelumnya,
mengingat pentingnya pemahaman taharah dalam ibadah
c. Bagi Lembaga: hasil penelitian ini diharapkan memberi gambaran pada lembaga akan pemahaman siswa terhadap fikih taharah, sehingga lembaga dapat memberi dukungan ataupun arahan pada guru mapel agar penekanan fikih taharah menjadi tepat sasaran dan pembelajaran akan menjadi manfaat guna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari d. Bagi Peneliti: sebagai calon pendidik penelitian ini akan menambah wawasan peneliti untuk dapat menerapkan metode yang tepat sehingga pelajaran fikih taharah menjadi pengetahuan yang menjadi dasar siswa dalam beribadah sehari-hari 2. Teoritik Diharapkan dapat memberikan sumbangan khususnya bagi pengembangan pendidikan MTs NU Salatiga, lembaga pendidikan Islam di Indonesia, dan bagi seluruh umat muslim pada umumnya. Dan diharapkan dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian lapangan tentang arti pentingnya pemahaman fikih taharah terhadap penerapan bersuci siswa dalam kehidupan seharihari.
F. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penulisan ini, maka penulis akan memperjelas arti kata-kata yang terangkum dalam judul penelitian sebagai berikut:
1. Pengaruh Pengaruh adalah “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan manusia” (Moelino, 1996: 747). 2. Pemahaman Fikih Taharah a. Pemahaman Pemahaman berasal dari bahasa arab yaitu fahima yang memiliki arti faham, pengertian, tahu” (Yunus, 1998:325). Mennurut AM Sardiman (2009: 42-43), pemahaman adalah “menguasai sesuatu dengan pikiran” karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasiaplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Memahami artinya menangkap maknanya adalah tujuan akhir dari setiap belajar. Jadi dapat disimpulkan pemahaman adalah mengetahui, memahami serta menguasai sesuatu dengan pikiran. b. Fikih Taharah Fikih menurut bahasa berasal dari kata faqiha yang berarti memahami dan mengerti. Sedang menurut istilah yang dikemukakan oleh Sayyid Al Jurjany “ilmu fikih adalah ilmu hukum yang sangat luas pembahasannya meliputi seluruh aspek hidup manusia baik pribadi maupun dirinya dengan manusia dan pengaruh manusia dengan makhluk lainnya (Tim Direktorat Pembinaan Agama Islam, 1981: 10). Sedang arti fikih yang sering dkenal sekarang yaitu “segala peraturan
hidup yang mengatur perbuatan manusia yang mencakup lima hukum yaitu halal, haram, sunnah, makruh, dan mubah (Tim Direktorat Pembinaan Agama Islam, 1981: 12). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Taharah adalah kesucian badan yang diwajibkan bagi orang yang beribadah (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:1120). Secara bahasa taharah berarti bersih atau suci, sedangkan dalam tinjauan agama berarti mengerjakan sesuatu yang menyebabkan seseorang diperbolehkan mengerjakan
shalat
seperti
wudhu,
mandi,
tayamum,
dan
menghilangkan najis (Abdurrahman dan Bakhri, 2006: 4), Syekh Ibrahim Al-Bajuri juga berpendapat taharah adalah melakukan pekerjaan yang memperbolehkan salat seperti mandi, wudhu, dan tayammum (Abdul Djaliel.ed, 1998 : 17). Jadi fikih
taharah
merupakan serangkaian
ilmu
yang
mempelajari tata cara bersuci sebagai syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan ibadah salat. Sedangkan pemahaman fikih taharah yaitu penguasaan diri terhadap ilmu yang mempelajari tata cara bersuci sebagai syarat pelaksanaan shalat. Adapun fikih thaharah dalam penelitian ini adalah peneliti membatasi dalam bab wudu, mandi wajib, dan najis. 3. Penerapan Bersuci a. Penerapan: proses, cara, perbuatan menerapkan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 1180)
b. Bersuci merupakan sarana diterimanya amal ibadah seseorang yang berhubungan langsung dengan Allah SWT, dan bersifat horisontal (Abd Djaliel.ed., 1998: 20). Jadi penerapan bersuci adalah menerapkan perbuatan atau cara bersuci dalam kehidupan sehari-hari. Bersuci yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi dalam hal wudu, mandi, cara mensucikan najis.
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan penelitian kuantitatif korelasional artinya uji statistik yang digunakan untuk mengetahui derajat korelasi antara dua variabel atau lebih, ditandai dengan besaran koefisien korelasi (Siswanta, 2009:15). Karena penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban atas suatu pernyataan yang spesifik sejak awal tentang pengaruh dua variabel X dan Y. Variabel X adalah pemahaman fikih taharah sedangkan variabel Y adalah cara bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII MTs NU Salatiga. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi penelitian: MTs NU Salatiga yang letakmya di Jalan Kartini No.2. b.
Waktu pelaksanaanya: Bulan April-Mei 2011.
3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun 2010/2011 kelas VII A 41 Siswa dan kelas VII B 39 siswa, jadi total keseluruhan siswa kelas VII adalah 80 siswa. Tabel 1.1 Daftar Populasi Penelitian NO 1 2 3
Kelas VIIA VIIB VIIC Jumlah
Jumlah Siswa 31 siswa 32 siswa 30 siswa 93 siswa
b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 62) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterstik yang dimiliki oleh populasi”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampling proporsional random sampling, yaitu proses pemilihan sampel dengan cara diacak secara proporsional, jadi tiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Sugiyono, 2005: 64) Maksudnya, porsi sampel tiap kelas sama (proporsional) berdasarkan jumlah populasi masing-masing kelas. Dalam penelitian ini sampel per unit (perkelas) akan dihitung berdasarkan rumus:
sampel per kelas
jumlah populasi tiap kelas xjumlah sampel jumlah populasi total
Berdasarkan Tabel Penentuan Jumlah Sampel dengan taraf kesalahan 5% Sugiyono dengan populasi sebanyak 93 maka sampel yang digunakan adalah 72 siswa (Sugiyono, 2009: 71). Angka 93 lebih mendekati angka 90, maka sampel yang digunakan kurang lebih 72 siswa. Adapun penyebaran sampel-sampel tersebut berdasarkan teknik proporsional random sampling adalah berikut: Kelas VII A
31 x 72 24 93
Kelas VII B
32 x 72 25 93
Kelas VII C
30 x72 23 93
Jadi keseluruhan sampel = 72 siswa Tabel 1.2 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian Pengaruh Pemahaman Materi Fikih Taharah Terhadap Penerapan Bersuci Dalam Kehidupan Sehari-hari Siswa Kelas VII MTs NU Salatiga Tahun 2010/2011 NO 1 2 3
Kelas VIIA VIIB VIIC Jumlah
Populasi 31 siswa 32 siswa 30 siswa 93 siswa
Sampel 24 siswa 25 siswa 23 siswa 72 siswa
4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2005: 100). Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan
untuk
mengukur
ketrampilan,
pengetahuan
intelegenci, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Dalam penelitian ini metode tes yang digunakan adalah tes intelegensi dan tes bersifat tertulis, agar peneliti memperoleh data yang berupa nilai pada variabel (X) yaitu variabel pengaruh “pemahaman fikih taharah”. Adapun indikator pemahaman fikih taharah adalah: 1) Wudu (mengerti akan rukun, sunah, makruh, syarat, yang membatalkan wudu) 2) Mandi besar (mengerti akan faktor penyebab, rukun dan sunah mandi, serta hal yang diharamkan bagi orang yang berhadas besar) 3) Najasah (mengerti akan pembagian najis, cara pensucian, bendabenda najis, serta etika buang hajat) b. Metode Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto,2006: 151). Pengumpulan
angket/kuesioner
merupakan
hal
pokok
untuk
memperoleh data variabel (Y) yaitu penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII MTs NU salatiga tahun 2010/2011. Angket yang diberikan kepada siswa merupakan angket
tertutup dimana penulis telah menyediakan jawabannya dalam tiga item jawaban yaiti a, b, dan c. Dengan demikian, penulis menggunakan skala likert dengan skor masing-masing jawaban tersebut adalah: jawaban a = skor 3 jawaban b = skor 2 jawaban c = skor 1. Adapun penyusunan instrumen (angket) penulis buat mengacu pada variabel (Y) yaitu variabel terpengaruh “penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa MTs NU salatiga tahun 2010/2011”. Adapun indikator penerapan bersuci dalam kehidupan seharihari adalah: 1) Melaksanakan cara wudu dengan benar 2) Melaksanakan cara mandi besar dengan benar 3) Melaksanakan cara mensucikan najis dengan benar 4) Melaksanakan cara istinja dengan benar 5) Mengamalkan sunah c. Metode Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 188) menyatakan bahwa “dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya”. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan sekolah dengan mengambil data dari dokumentasi yang tersedia di sekolah.
5. Instrumen Penelitian Insrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penelti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2005). Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini adalah: a. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan
untuk
mengukur
ketrampilan,
pengetahuan
intelegenci, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,2006: 150) Dalam penelitian ini tes digunakan sebagai alat ukur sekaligus untuk memeproleh data tentang variabel pertama (X) yaitu pemahaman fikih taharah pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun 2010/2011. Berdasarkan indikator variabel X penulis menyediakan soal sebanyak 10 soal yang tersusun dalam kisi-kisi berikut: Tabel 1.3 Kisi-kisi Instrumen Soal Tes Tentang Pemahaman Fikih Taharah pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun 2010/2011 No 1 2 4 5 6 7 8 9 10
Indikator Rukun wudu Sunah wudu Syarat wudu Yang membatalkan wudu Rukun mandi Pembagian najis Cara mensucikan najis Benda-benda najis Istinja
Jumlah soal 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sebaran soal 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 9-10
b. Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal yang ia ketahui (Arikunto,2006: 151). Metode angket disini digunakan sebagai metode pokok dalam memperoleh data tentang penerapa bersuci siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun 2010/2011. Pembagian angket kepada responden setelah mendapat izin dari kepala sekolah. Angket dalam penelitian ini bersifat tertutup, artinya siswa tinggal memilih jawaban yang telah disediakan yang dianggap paling sesuai dengan pribadinya dan tidak diberi kesempatan untuk menyusun kalimat jawaban sendiri. Jika dilihat dari cara memberikan angket tersebut, maka dalam penelitian ini angket diberikan secara langsung kepada sampel dari keseluruhan subyek penelitian yaitu 72 siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun 2010/2011. Berdasarkan indikator variabel Y, maka penulis menyediakan 10 soal yang terangkum dalam kisi-kisi instrumen, sebagai berikut: Tabel 1.4 Kisi-kisi Angket Penerapan Bersuci siswa kelas VII MTs NU Salatiga Tahun 2010/2011 No 1 2 3 4
Indikator Melaksanakan cara mensucikan najis dengan benar Melaksanakan cara wudu dengan benar Melaksanakan cara mandi besar dengan benar Melaksanakan cara beristinja dengan
Jumlah soal
Sebaran soal
3
1-3
2
3-5
2
5-7
1
7-8
benar Melaksanakan hal-hal yang sunah
5
2
8-10
c. Dokumentasi Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian dapat pula diambil dengan dokumentasi, sehubungan dengan itu
Dr.
Suharsimi
Arikunto(2009:188)
menyatakan
bahwa
“dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya”. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan sekolah dengan mengambil data dari dokumentasi yang tersedia di sekolah. 6. Analisis Data Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data statistik. Adapun tahapan analisis, serta rumus yang digunakan adalah sebagai berkut: a. Analisa data yang berfungsi untuk mengetahui prosentase skor pemahaman fikih taharah dan penerapan bersuci dalam kehidupa seharihari siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun 2010/2011. Menurut Sutrisno Hadi (1982:399) adalah dengan menggunakan rumus:
Keterangan : P : Proporsi individu dalam golongan F : Frekuensi N : Jumlah Subyek keseluruhan
b. Analisa data yang berfungsi untuk mengetahui korelasi antara pemahaman fikih taharah dengan penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011. Menurut Suharsimi Arikunto (2005:327) rumus korelasi yang digunakan adalah ( x )( y ) N 2 ( x ) ( y) 2 2 2 x y N N xy
rxy
Keterangan: rxy
= koefisien korelasi antara x dan y
xy
= perkalian atara variable x dan y
x
= variabel pengaruh
y
= variabel terpengaruh
N
= Jumlah sampel
H. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam penelitian ini penulis membagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
: Pendahuluan Berisi tentang: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian (pendekatan dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis data), sistemetika penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka
Bab ini berisi tentang tinjauan fikih taharah (pengertian, macammacam taharah, wudu, mandi, pembagian najis), penerapan bersuci (cara wudu, mandi, mensucikan najis, istinja’, etika buang hajat), dan pengaruh pemahamaan fiqh taharah terhadap penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII MTs NU Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011. BAB III : Laporan Hasil Penelitian Bab ini berisi tentang: A. Gambaran umum lokasi dan subjek penelitian yaitu MTs NU Salatiga Salatiga (letak geografis, sejarah berdirinya, visi misi, susunan organisasi, peraturan-peraturan, keadaan responden dan data sampel) B. Penyajian data tentang pengaruh pemahaman fikih taharah terhadap imlementasi bersuci yang terdiri dari data tentang jawaban angket pemahaman fikih taharah dan data tentang jawaban angket penerapan bersuci siswa. BAB IV : Analisis Data Bab ini meliputi: A. Analisis deskriptif (tiap-tiap variabel) B. Pengujian hipotesis C. Pembahasan BAB V : Penutup Berisi tentang kesimpulan dan saran
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Pemahaman Fiqih Taharah 1. Pengertian Pemahaman Fiqih Taharah Pemahaman (comprehension) adalah “menguasai sesuatu dengan pikiran” (Sardiman, 2009: 42-43). Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta
aplikasi-aplikasinya,
sehingga
menyebabkan
siswa
dapat
memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yng belajar. Memahami maksudnya, menangkap maknanya adalah tujuan akhir dari setiap
belajar.
Pemahaman
(comprehension)
adalah
memahami,
mengerti, secara cerdas atau jeli akan arti dari suatu situasi atau reaksi. Pemahaman berasal dari bahasa arab yaitu
fahima yang memiliki arti
faham, pengertian, tahu (Mahmud Yunus, 325). Jadi dapat disimpulkan pemahaman comprehension adalah suatu proses menguasai sesuatu dengan pikiran dan mengerti secara makna dan filosofinya. fiqih berasal dari kata fuqoha yang berarti memahami dan mengerti. Sedang menurut istilah yang dikemukakan oleh Sayyid Al Jurjany pengertian fiqih yaitu
ilmu tentang hukum-hukum syara’
mengenai perbuatan dari dalil-dalil yang terperinci. Senada dengan
Sayyid Al-Jurjany, Abdul Wahab Khallaf mengemukakan pendapatnya bahwa fiqih adalah kumpulan hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan dari dalil-dalil yang terperinci ( Muhtar, 1995:2). Sedangkan menurut H. Allaidin dalam peristilahan syar’i ilmu fiqih dimaksudkan sebagai ilmu yang berbicara tentang hukum-hukum syar’i amali (praktis) yang penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalil-dalilnya yang terperinci dalam nash alqur’an dan hadits . Hukum syar’i yang dimaksud dalam definisi diatas adalah segala perbuatan yang diberi hukumannya itu sendiri dan diambil dari syari’at yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Adapun kata amali dalam definisi itu dimaksudkan sebagai penjelasan bahwa menjadi lapangan pengkajian ilmu ini hanya yang berkaitan dengan perbuatan (amaliah) mu’amalah dan tidak termasuk keyakinan atau i’tikad (aqidah, dari mukalaf itu). Sedangkan dalil-dalil terperinci (al tafsiri) maksudnya adalah dalil-dalil yang terdapat dan terpapar dalam nash dimana satu persatunya menunjuk pada hukum tertentu. Dalam versi lain pengertian fiqih yang dijelaskan oleh syekh Az Zarmuji adalah Ilmu fiqih dapat memberikan jalan menuju petunjuk dan ilmu fiqih itu dapat menjadi banteng yang dapat menyelamatkan dari berbagai bencana (Syekh Az Zarmuji, 1997: 5). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fiqih adalah ilmu yang membahas masalah-masalah hukum islam dan
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan kehidupan manusia untuk mendapatkan petunjuk dan keselamatan, yang mana dalilnya telah diatur dalam al-Qur’an dan al-Hadis. Menurut bahasa taharah artinya suci, sedangkan menurut syara’ taharah mempunyai arti yang berbeda-beda. Seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli fiqih berikut ini; a. Menurut Qadi Husain “Taharah adalah menghilangkan sesuatu yang dapat mencegah hadas”. Dalam hal ini yang dimaksud adalah bersuci wajib, seperti; mandi junub untuk menghilangkan hadas besar dan wudu untuk menghilangkan hadas kecil. b. Menurut Imam Nawawi “Taharah adalah suatu pekerjaan menghilangkan hadas atau najis”. Taharah dalam arti menghilangkan hadas adalah mandi junub, wudu, dan tayamum. Sedangkan dalam arti menghilangkan najis adalah istija dengan air dan istijmar dengan batu. c. Menurut Ibrahim Al Bajuri “Taharah adalah melakukan pekerjaan yang memperbolehkan salat, seperti mandi, wudu, dan tayamum (Abidin dan Suyono, 1998:17). Dari beberapa definisi di atas menunjukkakn bahwa taharah adalah suatu perbuatan menghilangkan hadas atau najis sebagai syarat untuk melaksanakan salat dan ibadah-ibadah yang lainnya.
Pada dasarnya ajaran Islam mengharuskan kebersihan sebagai realisasi dari pelaksanaan ajaran tentang taharah, karena Islam sendiri merupakan agama yang mementingkan kebersihan. Sebagai buktinya adalah firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 6
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.(Dep. Agama RI, 2005:86)
Dari ayat di atas terlihat jelas bahwasanya kebersihan atau kesucian merupakan hal yang sangat penting dalam Islam sehingga seseorang yang
yang akan beribadah atau menghadap Allah disyaratkan dalam keadaan yang bersih dari hadas maupun najis. Dari ulasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pemahaman fiqih taharah adalah menguasai dan memahami hukum ilmu tentang perbutan manusia yang berhubungan kesucian dari hadas dan najis.
2. Hukum Taharah Taharah itu hukumnya wajib berdasarkan al-Qur’an dan asSunnah, Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 6 sebagai berikut:
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.( Dep. Agama RI, 2006:86)
Dari ayat dapat dipahami dengan jelas akan kewajiban bersuci sebelum melaksanakan ibadah wajib seperti salat, dan juga merupakan pintu keabsahan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, karena Allah SWT adalah Dzat yang maha suci, maka sudah seharusnya manusia beribadah kepadaNya dalam keadaan suci pula. Dalam kaidah fiqih juga disebutkan bahwa “sesuatu yang menyempurnakan perkara wajib,
maka
sesuatu
itu
hukumnya
wajib”(http/madarikyahya.wordprees.com). Kalau hukum salat adalah wajib, maka hukum bersuci juga wajib karena menjadi sesuatu yang menyempunakan pelaksanaan ibadah yang wajib tersebut. 3. Macam-macam Taharah
Dalam fiqih Islam pembahasan mengenai taharah mencakup dua pokok pembahasan yaitu taharah dari hadas dan taharah dari najis. (Nasution, tt.:9) a. Taharah dari hadas Dalam Islam hadas dibedakan mejadi dua yaitu hadas kecil dan hadas besar. Sedangkan orang yang berhadas apabila hendak mengerjakan salat atau amal ibadah yang lain yang berhubungan langsung dengan Allah, harus menyucikan diri dengan cara berwudu atau tayamum apabila berhadas kecil, dan jika berhadas besar dengan cara mandi atau tayamum. Adapun taharah dari hadas dibagi menjadi tiga macam yaitu; 1. Wudu a. Pengertian wudu Wudu menurut lughat adalah perbuatan, menggunakan air pada anggota tubuh tertentu, sedang wadhu’ adalah air yang di gunakan untuk berwudu. Kata ini berasal dari wadha’ah yang berarti baik,dan bersih. Dalam istilah syara’ wudu ialah perbuatan tertentu yang dimulai dengan niat ( Nasution, tt.:10) Dalam Islam wudu mempunyai kedudukan yang tinggi karena merupakan syarat syahnya seseorang melakukan ibadah. Selain itu disyari’atkannya wudu bersamaan diisyaratkannya
salat, yaitu satu tahun setengah sebelum hijriah dan sejak kaum muslimin zaman Rasulullah SAW. Oleh karena itu sampai sekarang tidak ada yang menyangkal bahwa wudu merupakan ketentuan agama. Hal tersebut didasari oleh firman Allah SWT dalam Q.S Al Maidah ayat 6
... Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki...”
b. Syarat dan Rukun Wudu Wudu mempunyai syarat dan rukun, dan hal tersebut dapat menentukan sah atau tidaknya ibadah tersebut Syarat sahnya wudu antara lain ; 1. Islam, artinya orang yang bukan Islam tidak sah melakukan wudu. 2. Tamziz, artinya orang yang melakukan wudu dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk dari segala sesuatu yang dikerjakan.
3. Dilakukan dengan menggunakan
air
yang
suci lagi
menyucikan. 4. Tidak ada yang menghalangi sampainya air pada anggota wudu, seperti: cat, getah, dan sebagainya. 5. Tidak dalam keadaan berhadas besar. (Abidin dan Suyono, 1998:36) Sedangkan rukun atau fardunya wudu menurut Lahmuddin nasution adalah 1. Niat, artinya menyengaja (qasd) sesuatu serentak dengan melakukannya. Tempat dan pelaku niat adalah hati, namun sunnah menyertainya dengan ucapan lisan untuk membantu pernyataan sengaja yang di dalam hati itu. Sayyid sabiq menambahkankan bahwa yang dimaksud niat adalah” kemauan yang tertuju kepada perbuatan, demi menuju keridhaan Allah dan mematuhi peraturannya”.(1973:89) Niat berfungsi untuk membedakan antara: a. Perbuatan ibadat dengan yang bukan ibadat b. Tingkatan-tingkatan ibadat, yakni antara yang fardhu dengan yang sunnah (Nasution, tt.:11).
Niat adalah salah satu fardhu atau rukun wudu dan merupakan bagian dari kedua hal tersebut. Tanpa niat, berarti wudu itu tidak lengkap sehingga tidak sah. Kewajiban niat ini didasarkan pada hadis nabi
Artinya; sesungguhnya, tiap-tiap amal hanya(sah) dengan niat... Ayat hadis di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya niat dalam setiap ibadah, sehingga ibadah
hanya sah bila
disertai dengan niat. Oleh karena wudu merupakan ibadah, maka wudu tidak sah tanpa adanya niat. Waktu untuk berniat adalah pada awal membasuh muka. Jika niat tidak tepat dilakukan pada awal basuhan maka bagian muka yang terbasuh sebelum berniat, dipandang sia-sia sehingga wajib diulangi membasuhnya kembali Sebagian ulama memandang bahwa wudhu merupakan sebagai syarat bukan rukun. Bahkan, Imam Abu Hanifah dan Sufyan Sawry berpendapat bahwa niat tidak disyaratkan pada wudu sebab mereka memandang bahwa wudu itu bukan ibadah mahdah (al-Qurtubi, tt.:6).
2. Membasuh muka, dengan batasan memanjang dari tempat tumbuhnya rambut sampai dengan ujung dagu dan melintang dari daun telinga sampai ke daun telinga yang lain. Kewajiban membasuh muka berdasarkan pada firman Allah pada surat al-Ma’idah ayat 6
...
Artinya: “Maka basuhlah mukamu.....” (Dep. Agama RI, 2006:86)
Dalam membasuh muka, air harus mengalir pada bagian luar kulit maupun rambut yang terdapat
pada wajah. Jadi
bagian dalam mulut, hidung dan mata tidak wajib terkena basuhan Bulu-bulu yang terdapat pada wajah terbagi menjadi dua macam yaitu: a. Bulu yang menurut biasanya adalah tipis seperti alis mata, ini
wajib
diluar
dan
didalamnya
walaupun
pada
kenyataanya bulu itu tebal b. Bulu yang biasanya tebal, seperti jenggot. Bila tipis wajib dibasuh luar dalam, akan tetapi bila tebal cukup membasuh bagian luarnya saja (Nasution, tt.:13)
3. Membasuh tangan, batasan membasuh tangan meliputi keseluruhan tangan dari ujung sampai dengan kedua siku. Kedua siku termasuk bagian yang wajib dibasuh. Dalil diwajibkannya membasuh tangan samoai dengan siku adalah surat al-Ma’idah ayat 6:
...
...
Artinya: “.... dan tanganmu sampai dengan siku...” (Dep. Agama RI, 2006:86)
Dalam membasuh tangan ini disyaratkan air harus sampai keoada seluruh kulit dan bulu yang ada di tangan. Jika terdapat kotoran yang menghalangi sampainya air ke kulit atau kuku sekalipun maka wudunya tidak sah. Kotoran itu seperti halnya tinta, cat kuku dan lain sebagainya. Apabila sudah berusaha di hilangkan tetapi tidak bisa maka di ma’fu. Sebagian Ahl al-Zahir, al-Tabari dan sebagian Malikiyah berpendapat bahwa siku tidak termasuk bagian yang wajib dibasuh (Nasution, tt. :14) 4. Menyapu kepala, sekedar menyampaikan air tanpa mengalir, dengan meletakkan tangan yang basah pada kepala. Dalil disyari’atkannya menyapu kepala adalah surat al-Ma’idah ayat 6
...
...
Artinya: “...dan sapulah kepalamu...” (Dep. Agama RI, 2006:86)
Selain dalil al-Qur’an, ada juga hadis yang menguatkan pendapat tersebut yaitu hadis dari Mughirah yang mengatakan bahwa ketika Nabi SAW berwudu, beliau menyapu ubun-ubun dan sorbannya, kemudian menyapu khufnya.(Lahmuddin Nasution, tt. :14) Hadis di atas menunjukkan kewajiban dalam membasuh kepala adalah sebagian saja bukan seluruhnya. Karena Nabi hanya
menyapu
ubun-ubunnya,
sedangkan
ubun-ubun
merupakan bagian dari kepala. Dalam hal ini tidak ada petunjuk yang mengkhususkan ubun-ubun sebagai bagian yang harus disapu, sehingga bagian mana saja dari kepala juga sudah dianggap memadai atau diperbolehkan. Mengenai batasan dalam menyapu kepala para ulama berbeda pendapat; a. Menurut Imam Syafi’i, tidak ada batasan bagian yang wajib disapu, sedikit saja asalkan ada perbuatan menyapu kepala maka sudah dianggap cukup.
b. Menurut Imam Malik, menyapu sebagian kepala tidak cukup, tetapi wajib menyapu seluruhnya. Dalil beliau adalah perintah untuk menyapu
kepala,
dan
yang
dinamakkan kepala itu adalah keseluruhannya. Dengan demikian berarti perintah itu menunjukkan untuk menyapu seluruh kepala. Selain itu ada beberapa hadis yang menerangkan bahwa Nabi SAW selalu menyapu seluruh kepala beliau ketika wudu. c. Menurut Imam Abu Hanifah, batas yang wajib disapu itu ialah seperempat bagian dari kepala. Dalil beliau adalah bahwa pada ayat wudu terdapat perintah menyapu kepala. Alat yang utama untuk menyapu adalah telapak tangan. Dari itu dapat dipahami bahwa yang wajib disapu adalah kira-kira selebar telapak tangan, yakni kira-kira seperempat bagian dari kepala (al-Qurthubi, tt. :6). 5. Membasuh kaki, membasuh kaki adalah wajib. Berdasarkan ayat al-Qur’an Q.S al-Maidah ayat 6
Artinya: “...dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki...” (Dep. Agama RI, 2006:86)
Dalam membasuh kaki, kedua mata kaki harus terbasuh sebab pada ayat di atas disebutkan ‘sampai mata kaki’. Jadi cukup jelas bahwa batasan dalam membasuh kaki yang wajib adalah sampai mata kaki dan apabila di kaki terdapat kotoran atau sesuatu yang menghalangi sampainya air pada kulit atau kuku, maka wajib membuangnya terlebih dahulu agar air sampai ke seluruh kaki. 6. Tertib, yaitu melakukan rukun-rukun wudu itu sesuai dengan urutan yang tersebut pada ayat wudu, dimulai dengan muka, tangan, kepala, kemudian kaki. Tertib itu wajib berdasarkan; a. Urutan pada ayat al-Qur’an yang memerintahkan hal itu. b. Bahwa Nabi SAW tidak pernah berwudu tanpa tertib c. Bahwa Nabi, setelah berwudu dengan tertib, mengatakan bahwa begitulah cara berwudu, dan salat seseorang hanya akan diterima Allah SWT jika disertai wudu yang seperti itu. d. Bahwa wudu itu adalah ibadah, sama dengan salat, jadi wajib tertib seperti halnya salat (Nasution, tt:16) Menurut Abu Hanifah, Sawry, Daud al-Zahiry, dan sebagian ulama Malikikiyah mengatakan bahwa tertib itu
tidak wajib. Dalil yang mereka kemukakan ialah bahwa ayat wudu ayat wudu tidak mengandung ketentuan tertib. Walaupun rukun-rukun wudu itu memang disebutkan berurutan akan tetapi huruf ‘athaf
yang menyambung
antara satu dengan yang lainnya adalah ‘waw’ yang tidak mengandung arti berurutan. Dengan begitu tidak
ada
kewajiban tertib, hanya sunnah sebab Nabi selalu melakukannya demikian (Nasution, tt:17) c. Sunnah Wudu Sunnah wudu yaitu perbuatan yang teru menerus dilakukan oleh Nabi SAW dan juga tidak dilarang untuk ditinggalkan ketika wudu. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi (2006:33) menyebutkan sunnahsunnah tersebut meliputi: 1. Menyebut nama Allah, yakni ketika akan memulai berwudu hendaknya seseorang mengucapkan ‘Bismillah’ (dengan menyebut nama Allah). 2. Membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali. 3. Menggosok gigi dengan kayu siwak. Siwak dapat di artikan kayu yang biasa dipakai untuk menggosok gigi, bisa juga menggunakan gosok gigi
itu sendiri, yakni menyikat gigi dengan kayu tersebut atau dengan setiap benda kesat yang dapat dipakai untuk membersihkan gigi. ( Sabiq, 1973:94) 4. Berkumur, yakni menggerakkan air di mulut dari satu sisi ke sisi yang lain, kemudian mengeluarkannya. 5. Melakukan istinsyaq dan istintsar artinya menghirup air dengan hidung dan mengeluarkan air dari hidung dengan nafas. 6. Menyela-nyelai jenggot dengan air, berdasarkan qaul ‘Ammar bin Yasir “Sungguh telah menjadi asing perbuatan menyela-nyelai jenggot dengan air, tetapi itu
tidak
menghalangiku untuk mengerjakannya karena aku melihat Rasulullah SAW menyela-nyelai jenggot beliau”. 7. Membasuh tiga kali terhadap masing-masing anggota wudu, yang wajib hanyalah sekali, adapun tiga kali itu hukumnya sunnah. 8. Mengusap bagian telinga baik bagian luar maupun bagian dalamnya. Menurut sunnah ialah menyapu bagian dalamnya dengan kedua telunjuk, serta bagian luar dengan kedua ibu
jari, yakni dengan memakai air untuk kepala, karena telinga termasuk bagian dari kepala ( Sabiq, 1973:103). 9. Menyela-nyelai jari jemari tangan dan kaki. 10. Melakukan Tayamun, maksudnya memulai dari anggota tubuh sebelah kanan pada saat membasuh tangan dan kaki, berdasarkan sabda Rasul SAW “Apabila kalian melakukan wudu maka mulailah dari anggota tubuh kalian yang kanan”. 11. Memanjangkan area bersihnya wajah serta putihnya tangan dan kaki (melebarkan basuhan air pada wajah sampai ke sisi tengkuk, pada kedua tangan melebihi sedikit dari kedua lengan atas, sedangkan pada kedua kaki membasuh sedikit kedu betisnya). 12. Hendaknya mengusap kepala dimulai dari bagian depannya. 13. Mengucapkan do’a setelah wudu. Sayyid Sabiq (1973:96-110) menambahkan sunnah wudu yang lain yaitu : 14. Mencuci kedua telapak tangan sewaktu hendak memulai wudu.
15. Muwwalat, artinya berturut-turut membasuh anggota demi anggota, jangan sampai orang yang berwudu itu menyela wudunya dengan pekerjaan lain yang menurut kebiasaan dianggap telah menyimpang. 16. Sederhana, maksudnya tidak boros memakai air walaupun disauk dari air laut sekalipun. 17. Berdo’a sementara berwudu. 18. Salat setelah berwudu. d. Hal- hal yang Makruh di dalam wudu 1. Berwudu di tempat yang najis, karena dikhawatirkan pelakunya akan terkena najis. 2. Lebih dari tiga kali di dalam membasuh atau mengusap anggota wudu. Berdasarkan hadis Nabi yang berwudu dengan membasuh anggota tubuhnya masing-masing tiga kali, lalu beliau bersabda “Barang siapa yang menambah maka sesungguhnya dia telah berbuat buruk dan zalim”. 3. Berlebihan dalam menggunakan air, karena Rasulullah berwudu dengan satu mud air. Berlebihan dalam segala hal dilarang.
4. Meninggalkan salah satu sunnah wudu atau lebih, karena dengan meninggalkannya berarti seseorang akan kehilangan pahala yang seharusnya didapatkan. 5. Berwudu dengan sisa air perempuan, berdasarkan berita dari Nabi SAW “Rasulullah SAW melarang dari sisa air yang digunakan untuk bersuci oleh perempuan” (Al-Jazaiiri, 2006:40).
e. Hal-hal yang membatalkan wudu Orang yang telah berwudu dipandang suci dari hadas. Akan tetapi ada beberapa hal yang dapat menghilangkan kesuciannya atau membatalkan wudu orang tersebut dan menjadikan berhadas kembali. Inilah yang dinamakan nawaqid al-wudu (yang membatalkan wudu) atau asbab al-hadast (sebab-sebab hadas). Apabila seseorang telah mengalami salah satu hari hal tersebut maka ia kembali berhadas dan wajib berwudu lagi jika hendak melakukan salat atau ibadah lainnya yang mensyaratkan berwudu. Lahmuddin Nasution (tt. :24) menyebutkan ada 5 perkara yang dapat membatalkan wudu, yaitu:
1. Keluar sesuatu dari qubul atau dubur, berupa apapun (benda padat, angin, atau cairan kecuali maninya sendiri), baik yang bisa keluar maupun tidak, keluar dengan sendirinya atau dikeluarkan. Ulama berbeda pendapat dalam hal ini, menurut Imam Abu Hanifah, Tsawry, Ahmad dan beberapa ulama lain berpendapat bahwa setiap najis yang keluarnya dari tubuh membatalkan wudu, walaupun keluarnya tidak dari qubul atau dubur. Imam Malik dan sebagian besar sahabatnya berpendapat bahwa benda-benda itu hanya akan wudu bila keluar dari qubul atau dubur dan merupakan benda yang biasa keluar darinya, jadi menurut pendapat ini sesuatu yang tidak biasa walaupun keluarnya dari qubul atau dubur tidak membatalkan, yang keluarnya tidak dari qubul atau dubur juga tidak membatalkan sekalipun najis. (AlQurtubi, tt. :24) 2. Tidur, kecuali dalam keadaan duduk dengan mantap. Ketika seseorang sedang tidur, biasanya akan keluar sesuatu dari duburnya tanpa disadari. Oleh karena itu ditetapkan bahwa tidur itu membatalkan wudu. Akan tetapi jika tidurnya dalam keadaan menempel rapat ke tempat duduknya, maka tidak ada kemungkinan keluarnya sesuatu
dari duburnya, jadi ketentuan itu tidak berlaku baginya dan wudunya tidak batal. Namun Bagi orang yang tidur dengan duduk tetap disunnahkan untuk berwudu untuk menghindari khilaf. 3. Hilang akal, dengan segala sebab (gila, mabuk, pingsan, penyakit atau lainnya. Batalnya wudu dengan hilang akal berdasarkan
qiyas
kepada
tidur,
dengan
kehilangan
kesadaran sebagai persamaannya. 4. Bersentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT surat An-Nisa’ ayat 43
...
Artinya: “ ...atau kamu perempuan...”(Dep.RI, 2005:67)
telah
menyentuh
Sentuhan itu membatalkan wudu karena dipandang sebagai mazinah yang membangkitkan syahwat. Oleh karena itu, dibatasi pada sentuhan: a. Antara kulit dengan kulit b. Laki-laki dengan perempuan yang telah mencapai usia syahwat c. Di antara mereka yang tidak ada hubungan mahram
d. Sentuhan
langsung
tanpa
adanya
penghalang
(Nasution,tt.:27) Tanpa membedakan apakah hal itu terjadi secara sengaja atau tidak, atas kemauan sendiri atau terpaksa, benar-benar menimbulkan syahwat atau sentuhan
yang
memenuhi
ketentuan
tidak, maka tersebut
tetap
membatalkan wudu. Mengenai menyentuh perempuan ada beberapa pendapat ulama sebagai berikut; a. Menurut Imam Malik, beliau membedakan sentuhan dengan ciuman atau bukan. Sentuhan yang bukan ciuman membatalkan wudu dengan syarat diertai syahwat atau disengaja untuk syahwat. Akan tetapi, sentuhan
dengan
ciuman
(qublah)
selamanya
meebatalkan wudu tanpa syarat. b. Menurut Abu Hanifah, bahwa menyentuh perempuan tidak membatalkan wudu sebab menurut beliau yang dimaksud dengan lamastum pada ayat di atas adalah bersetubuh.(Nasution,tt:27) 5. Menyentuh kemaluan manusia dengan perut telapak tangan tanpa alas, berdasarkan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh
Tirmidzi yang artinya “Barang siapa yang menyentuh kemaluannyahendaklah ia berwudu”. Dari hadis di atas, kemaluan disebut secara mutlak, jadi meliputi kemaluan sendiri dan kemaluan orang lain. Batalnya wudu disini terkait dengan; a. Sentuhan itu terjadi dengan perut telapak tangan termasuk perut jari-jari tangan. Oleh karena itu sentuhan dengan punggung telapak tangan atau bagian tubuh lainnya tidak membatalkan wudu. b. Yang disentuh itu adalah kemaluan, yakni zakar pada laki-laki dan pertemuan bibir vagina pada perempuan. Jadi menyentuh pelir, ari-ari, atau bagian yang terletak di antara qubul dan dubur tidak membatalkan wudu. Menyentuh lingkaran dubur juga membatalkan wudu sebab itu termasuk kemaluan (farj) atau diqiyaskan kepada qubul (Nasution,tt.:28) Lahmuddin Nasution mengutip pendapat Abu Hanifah yang mengatakan “menyentuh kemaluan sama sekali tidak membatalkan wudu, Beliau mengemukakan dalil bahwa ketika ditanya tentang hal menyentuh kemaluan, Nabi menjelaskan bahwa kemaluan itu
hanyalah
anggota
tubuh
biasa
seperti
yang
lainnya”(tt.:28) Selain itu ada juga pendapat yang membedakan antara sentuhan bersyahwat dan tanpa syahwat, antara sengaja dan tidak sengaja. Dan ada pula yang mengatakan
bahwa
menyentuh
kemaluan
tidak
membatalkan wudu, akan tetapi disunnahkan wudu sesudahnya (Al-Qurtubi, tt. :28). Berkaitan dengan hal keyakinan seseorang dalam sudah berwudu atau belum, ada beberapa kaedah fiqh yang terkait yaitu;...... dan..... (Abdul Mujib, 2008:21) Apabila seseorang sudah merasa bahwa dirinya suci (telah berwudu) kemudian ragu-ragu apakah wudunya sudah batal atau belum, maka orang tersebut dapat berpegang pada keyakinan bahwa ia masih suci, akan tetapi apabila ia yakin telah berhadas kemudian raguragu apakah ia telah berwudu, maka ia dipandang berhadas. f. Hal-hal yang diwajibkan berwudu
Ada beberapa hal yang mewajibkan untuk berwudu sebelum mengerjakannya, yaitu; 1. Salat, baik itu salat fardu, sunnah, termasuk salat jenazah. Berdasarkan firman Allah Ta’ala Q.S al-Ma’idah ayat 6
Artinya; “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”.(Dep. Agama RI, 2006:86)
2. Thawaf di Baitullah, berdasarkan apa yang diriwayatka Ibnu Abbas r.a yang artinya; Bahwa Nabi telah bersabda: “Thawaf itu merupakan salat, kecali bahwa di dalamnya di halalkan oleh Allahberbicara. Maka siapa yang berbicara hendaklah yang dibicarakannya itu yang baik-baik” (Sabiq, 1973:124). 3. Menyentuh mushaf atau Al-Qur’an, berdasarkan firman Allah Q.S al-Waqi’ah ayat 79
Artinya:“ Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan”. (Dep.RI, 2005:429)
Menurut Ibnu Abbas, Sya’bi, Zaid bin Ali, Mu’ayyid Bilah, Daud, Ibnu Hazmin, dan Hammad bin Abi Sulaiman berpendapat bahwa orang yang berhadas kecil boleh menyentuh Mushaf. Adapun membaca Al-Qur’an tanpa menyentuhnya, maka semua sepakat membolehkannya bagi yang berhadas kecil (Sabiq, 1973:126). g. Hal-hal yang disunahkan berwudu Ada beberapa hal yang disunnahkan untuk berwudu sebelum
mengerjakannya.
Sayyid
Sabiq
(1973:126-133)
menyebut hal-hal tersebut adalah: 1. Ketika dzikir atau menyebut nama Allah ‘Azza wa Jalla. Ini adalah mencari sunnah dan afdhalnya saja, karena menyebut Allah ‘Azza wa Jalla boleh bagi siapapun, apakah dia suci atau berhadas bahkan dalam keadaan junub, walaupun berdiri ataupun duduk, berjalan maupun berbaring tanpa di makruhkan, berdasarkan hadis dari Aisyah yang artinya; “Rasulullah saw selalu berdzikir kepada Allah pada setiap saat”.
2. Ketika hendak tidur, bahkan orang yang dalam keadan junub juga disunnahkan berwudu sebelu tidur. 3. Disunnahkan bagi orang yang junub untuk berwudu apabila hendak makan, minum, atau hendak mengulangi senggama. 4. Sebelum mandi, baik itu mandi wajib atau mandi sunnah. 5. Setelah memakan apa yang telah disentuh oleh api. 6. Memperbaharui wudu untuk setiap kali salat. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi (2006:44) menambahkan ada beberapa orang yang disunahkan untuk berwudu, orang tersebut adalah; 1. Orang yang tidak bisa menahan kencing, yakni orang yang aliran kencing dan kentutnya tidak terputus dalam sebagian besar waktunya. Dia disunnahkan untuk berwudu setiap akan mengerjakan salat, diqiyaskan dengan perempuan yang mengalami istihadhah. 2. Perempuan yang mengalami istihadhah, yakni perempuan yang mengalirkan darah terus menerus padahal tidak di harihari menstruasi atau nifasnya. Dia disunnahkan untuk berwudu setiap kali hendak mengerjakan salat sebagaimana orang yang tidak bisa menahan kencing.
3. Orang yang memandikan jenazah atau orang
yang
memikulnya secara langsung. 2. Mandi a. Pengertian Menurut bahasa mandi disebut al-ghasl atau al-ghusl berarti mengalirnya air pada sesuatu. Sedangkan menurut syara’ ialah mengalirnya air ke seluruh tubuh disertai dengan niat (Nasution, tt. :29). Dalam syri’at islam dianjurkan mandi setelah melakukan sesuatu hal tertentu sebagaimana halnya apabila badan kita terkena najis. Namun, mandi dalam hubungannya dengan menghilangkan hadas tidak mesti dilakukan setiap hari. Islam mewajibkan mandi dalam keadaan tertentu, selain untuk membuang kotoran juga dapat menyucikan diri terutama bila akan melaksakanakan ibadah kepada Allah SWT . Di samping mewajibkan mandi sebagai kebersihan sempurna, Islam juga mensyari’atkan mandi sunah untuk salat jum’at.
b. Rukun Mandi dan Syarat Mandi Lahmuddin Nasution (tt. :29) menyebutnya ada dua rukun mandi tersebut, yaitu:
1. Niat, seperti halnya wudu mandi juga termasuk ibadah maka diwajibkan melakukannya dengan niat, berdasarkan pada dalil yang telah disebutkan sebelumnya. Niat tersebut harus dilakukan serentak dengan basuhan yang pertama. Niat itu dianggap sah dengan syarat: a. Berniat untuk mengangkat hadas besar, hadas janabah, haid, atau hadas lainnya dari seluruh tubuh. b. Berniat untuk membolehkan salat, tawaf, atau pekerjaan lain yang hanya boleh dilakukan dengan taharah, atau c. Berniat mandi wajib, berniat menunaikan mandi, berniat taharah untuk salat (Nasution, tt.:29) 2. Menyampaikan air ke seluruh tubuh, meliputi rambut dan permukaan kulit. Lahmuddin Nasution mengatakan (tt.:30), dalam hal membasuh rambut, air harus sampai ke bagian dalam rambut yang tebal. Sanggul atau gulumgan rambut wajib dibuka, sehingga air dapat masuk ke bagian dalamnya. Berdasarkan hadis riwayat Bukhari “Sesungguhnya di bawah tiap-tiap rambut itu ada janabah, maka basahilah rambut dan bersihkanlah kulit”. Kulit meliputi kuku-kuku, bagian luar lubang telinga, bagian kemaluan wanita yang tampak ketika
jongkok, dan ujung dzakar yang tertutup kulup(bagi orang yang tidak berkhitan). Maman Abdul Djaliel.ed (1998:430) Menambahkan satu rukun lagi yaitu; 3. Menghilangkan najis yang ada pada badan, dalam hal ini menurut Imam Nawawi baik najis hukmiyah maupun najis ainiyah.
c. Sunnah Mandi Untuk kesempurnaan pelaksanaan mandi, maka selain melaksanakan yang fadhu juga disunnahkan melakukan hal-hal di bawah ini; 1. Menyebut nama Allah (membaca basmallah), karena itu disyari’atkan untuk semua hal yang baik. 2. Membasuh atau mencuci tangan. 3. Berwudu dengan sempurna sebelun mandi. 4. Menggosok bagian tubuh yang terjangkau atau bagian tubuh yang tersembunyi seperti ketiak, daun telinga, lipatan-lipatan pada perut, pusar, dan sebagainya.
5. Muwalah, yakni membasuh suatu anggota sebelum kering anggota yang dibasuh sebelumnya. 6. Mendahulukan menyiram bagian kanan dari tubuh. 7. Menyiram dan menggosok badan sebanyak tiga kali. 8. Khusus bagi perempuan, setelah mandi haid atau nifas disunahkan memakai wangi-wangian kecuali orang yang sedang berduka atau ihram. Sayyid Sabiq(tt. :164) menambahkan disunnahkan untuk membasuh kemaluan sebelum mandi. d. Sebab-sebab yang mewajibkan mandi Ada enam sebab yang menurut Lahmuddin Nasution (tt. :31-33) mewajibkan untuk mandi yaitu: 1. Bersetubuh, yakni masuknya zakar sebatas hasyafah ke dalam faraj(alat kelamin wanita) walaupun tidak keluar mani atau dengan kondom. Selain mewajibkan mandi, juga berlaku pada batalnya puasa, haji dan sebagainya. Sayyid Sabiq mengemukakan pendapat Imam Syafi’i bahwa arti umum janabat adalah bersetubuh sekalipun tidak mengeluarkan mani.(1973:148)
2. Mengeluarkan mani, keluar disertai syahwat, baik di waktu tidur maupun bangun, dari laki-laki atau wanita. Ada beberapa persoalan yang dikemukakan Sayyid Sabiq mengenai hal ini a. Bila mani itu keluar tanpa syahwat, tetapi karena sakit atau dingin, maka tidak wajib mandi. b. Bila seseorang bermimpi tapi tidak menemukan mani, maka tidak wajib mandi. c. Bila seseorang bangun tidur lalu menemukan basahtetapi tidak ingat bahwa ia bermimpi, maka ia wajib mandi. Karena pada lahirnya keluarnya itu adalah disebabkan mimpi yang tidak teringat olehnya. Dan jika ia bimbang apakah itu mani atu bukan, ia wajib mandi demi untuk ihtiyath atau menjaga diri. d. Bila seseorang merasakan hendak keluar manidi waktu syahwat, lalu ia menahan kemaluannya hingga tidak jadi keluar, maka tidak wajib mandi, karena hadis hadis Nabi yang lalu dimana kewajiban mandi itu disangkutkan dengan melihat air. Maka tanpa itu, hukum juga tidak berlaku. Tetapi seandainya ia berjalan lalu mani keluar, maka wajiblah ia mandi.
e. Bila ia melihat mani pada kainnya, tetapi tidak mengetahui saat keluarnya dan kebetulan sudah salat, maka ia wajib mengulangi salatnya dari waktu tidurnya yang terakhir, kecuali bila ada petunjuk bahwa keluarnya itu sebelumnya, maka ia harus mengulangi dari tidur terdekat dimana mani itu mungkin keluar (1973:145148). Lahmuddin(tt. :32) berpendat bahwa air mani itu dapat dikenali dengan: a. Keluarnya memancar beberapa kali. b. Rasa lezat ketika keluar dan hilang syahwat setelahnya. c. Berbau adonan gandum, ketika masih basah. d. Berbau putih telur setelah mani itu kering. 3. Mati, kecuali mati syahid, sesuai dengan hadis mengenai orang yang dijatuhkan untanya sehingga ia meninggal dunia dan patahnya lehernya ketika ia ihram. 4. Berhentinya haid. 5. Nifas, yaitu darah yang keluar dari kemaluan perempuan setelah ia melahirkan, karena darah nifas itu merupakan
darah haid yang terkumpul dan tertahan di rahim selama kehamilan. 6. Waladah (melahirkan). Perempuan wajib mandi setelah melahirkan,
walaupun
‘anak’
yang dilahirkan belum
sempurna, misalnya masih merupakan darah beku(‘alaqah) atau segumpal daging(mudghah). Dalam hal ini di wajibkan mandi karena yang lahi itu adalah air mani yang telah membeku. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi(2006:48) menambahkan bahwa orang yang masuk agama Islam juga diwajibkan mandi. Berdasarkan perintah Nabi kepada Tsumamah AlHanafi untuk mandi pada saat masuk Islam “Barang siapa yang masuk Islam dari kalangan orang kafir maka dia wajib mandi”. e. Hal-hal yang dilarang bagi orang yang junub Diharamkan bagi orang yang junub hal-hal berikut ini; 1. Salat. 2. Tawaf. 3. Menyentuh mushaf atau Al-Qur’an dan membawanya.
4. Membaca Al-Qur’an, menurut jumhur diharamkan bagi orang yang junub membaca sesuatu dari ayat Al-Qur’an. 5. Menetap di masjid, diperbolehkan hanya sekedar lewat atau melaluinya saja. Berdasarkan fiman Allah Ta’ala Q.S AnNisa’ ayat 43 yang berbunyi
Artinya :” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi”.
f. Mandi yang disunnahkan Yakni mandi yang bila dikerjakan oleh mukallaf maka ia terpuji dan berpahala, dan bila ditinggalkan tidak berdosa( Sabiq, 1973:157). Sayyid Sabiq(157-163) menerangkan mengenai beberapa mandi sunnah, diantaranya: 1. Mandi Jum’at, karena hari jum’at merupakan pertemuan untuk beribadah dan melakukan salat,
maka
syara’
memerintahkan mandi dan menuntutnya dengan keras, agar dalam pertemuan tersebut kaum muslimin berada dalam keadaan bersihdan suci yang sebaik-baiknya. Zakiah Darajat.dkk(1995:57) memaparkan pendapat para ulama mengenai hukum mandi jum’at a. Menurut Jumhur Ulama, diantaranya Abu Hanifah, Asy Syafi’i, dan Ahmad menetapkan hukum mandi bagi seorang muslim yang akan menjalankan salat jum’at adalah sunnah bukan wajib. b. Menurut riwayat Ibnu Hazm, Khalifah Umar dan segolongan sahabat mewajibkan mandi padasaat hari jum’at. Demikian juga Daud Zahiri. 2. Mandi pada dua hari raya, para ulama sepakat akan kesunahan mandi bagi orang yang akan melaksanakan salat du hari raya(‘idul fitri dan ‘idul adha). 3. Mandi bagi yang memandikan mayat, menurut sebagian ahli hukumnya sunnah. 4. Mandi Ihram, menurut jumhur mandi bagi orang yang mengerjakan haji atau umrah hukumnya sunnah. 5. Mandi ketika hendak memasuki kota mekah.
6. Mandi ketika hendak wukuf di Arafah. Masykuri
Abdurrahman
dan
Mokh.Syaiful
Bakhri(2006:30-31) menambahkan: 7. Setelah mencukur bulu di bawah perut. 8. Setelah siuman dari pingsan dan gila. 9. Setelah anak kecil sampai umur baligh. 10. Pada waktu bermalam di muzdalifah, apabila pada waktu wukuf di arafah tidak mandi. 11. Pada waktu melempar jamrah selama tiga hari di Mina. 12. Dikala badan berbau tidak enak. 13. Setiap menghadiri perkumpulan manusia. 14. Pada waktu hendak i’tikaf. 15. Sebelum masuk kota Madinah. g. Beberapa masalah tentang mandi Sayyid Sabiq(1973:170-172) mejelaskan beberapa masalah yang penting mengenai mandi, yaitu: 1. Cukup hanya satu kali mandi bagi haid dan janabat untuk mandi jum’at dan hari raya, atau mandi janabat dan jum’at, asal diniatkan bagi semua.
2. Bagi seseorang mandi janabat dan belum berwudu, maka dengan mandi itu berarti ia telah berwudu. 3. Orang junub dan perempuan haid boleh menghilangkan rambut, memotong kuku, dan pergi ke pasar dan lail-lain tanpa dimakruhkan. 4. Tidak ada halangannya masuk kamar mandi, bila yang masuk itu terpelihara dari melihat aurat orang lain, begitupun orang lain dari melihat auratnya. 5. Tak ada salahnya pula mengeringkan anggota tubuh dengan handuk dan sebagainya baik setelah mandi maupun setelah berwudu,biar di musim panas atau dingin. 6. Dibolehkan bagi laki-laki mandi dengan sisa air yang dipakai wanita untuk mandi, begitupun sebaliknya, sebagaimana keduanya boleh pula mandi bersama-sama dari sebuah bejana(bagi suami istri). 7. Tidak boleh mandi dalam keadaan telanjang di depan umum karena membukakan aurat itu hukumnya haram. Tetapi jika memakai tutup dengan kain dan sebagainya, maka tidak apaapa. b. Taharah dari Najis
Selain
bersuci
dari
hadas,
dalam
beribadah
Islam
juga
mensyaratkan bersuci dari najis, karena najis dipandang sebagai sesuatu yang kotor dan menjijikkan sehingga harus dihilangkan ketika hendak beribadah kepada Allah SWT, beberapa hal mengenai najis; 1. Pengertian Najis Menurut bahasa, najis berarti semua yang dipandang kotor, sedangkan dalam istilah syara’ ialah setiap kotoran yang mencegah sahnya salat, dalam keadaan tidak ada rukhsah.(Lahmuddin, tt. :44) 2. Pembagian Najis Berdasarkan tingkatannya najis dibedakan menjadi beberapa macam(Abd Djaliel.ed,1998:29) a. Najis Mukhaffah, yaitu najis ringan yang berupa air kencing anak laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan selain air susu ibu(ASI) Cara mensucikannya cukup dengan memercikkan pada benda atau apa saja yang terkena najis walaupun tidak mengalir. Sedangkan air kencing bayi perempuan walaupun belum berumur dua tahun dan belum makan apa-apa selain air susu ibu, maka hendaklah dicuci sampai hilang sifatnya sebagaimana kencing orang dewasa.
b. Najis Mutawassitah, yaitu najis pertengahan yang tidak ringan tidak juga berat. Termasuk dalam najiis ini adalah segala sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur apapun bentuknya, kecuali mani, juga kotoran binatang dan bangkai selain manusia, belalang, dan ikan. Adapun cara mensucikannya adalah dibasuh dengan air sampai hilang sifatnya. Apabila sudah berulang kali di cuci, tetapi bekasnya masih ada juga, maka hukumnya dianggap suci, dan dima’afkan. Najis jenis ini ada dua macam, yaitu; 1. Najis ainiyah, yaitu najis yang tampak zatnya secara lahir dan jelas warna, bau serta rasanya. Cara mensucikannya membasuhnya dengan air sampai hilang ketiga sifat tersebut. Kalau sukar menghilangkannya, sekalipun sudah dilakukan berulang kali, maka najis tersebut dianggap suci dan dimaafkan 2. Najis
hukmiyah,
yaitu
najis
yang
kita
yakini
adanya(menurut hukum), tetapi tidak tampak ketiga sifatnya, seperti kencing yang sudah lama kering sehingga sifatnya hilang. Cara mensucikannya adalah cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis.
c. Najis mughaladzah, yaitu najis berat. Termasuk di dalamnya adalah anjing dan babi termasuk babi hutan serta keturunannya atau keturunan salah satu dari keduanya. Adapun cara mensucikannya adalah dengan mencuci najis atau benda yang terkena najis sebanyak tujuh kali yang salah satunya dicampur dengan dabu atau tanah yang suci. 3. Benda-benda Najis Yang termasuk benda-benda najis menurut Sayyid Sabiq adalah: a. Bangkai, ialah yang mati secara begitu saja artinya tanpa disembelih menurut ketentuan agama. Termasuk juga dalam ini apa yang dipotong dari binatang hidup, dikecualikan dari itu adalah; 1. Bangkai ikan dan belalang. 2. Bangkai binatang yang tidak mempunyai darah mengalir seperti semut, lebah dan lain-lain, maka hukumnya suci. Jika ia jatuh ke dalam sesuatu dan mati di sana, maka tidaklah menyebabkannya bernajis. 3. Tulang dari bangkai, tanduk, bulu, rambut, kuku, dan kulit serta apa yang sejenis dengan itu hukumnya suci, karena asalnya semua ini adalah suci dan tidak ada dalil yang mengatakannya najis (Sabiq, 1973:42-43).
b. Darah, baik itu darah yang mengalir atau tertumpah, misalnya yang mengalir dari hewan yang disembelih ataupun darah haid. Adapun darah yang menetes dari bisul maka dimaafkan. c. Daging babi, berdasarkan firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 145 yang berbunyi:
Artinya; Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor”(Dep.RI, 2005:116)
d. Muntah-muntahan. e. Kencing. f. Kotoran manusia. g. Wadi, yaitu air putih kental yang keluar mengiringi kencing. h. Madzi, yaitu air putih bergetah yang keluar sewaktu mengingat senggama atau ketika sedang bercanda. Kadang-kadang keluarnya itu tidak terasa. Terdapat pada laki-laki dan perempuan hanya lebih banyak dari golongan perempuan.
Hukumnya najis menurut kesepakatan ulama, hanya bila terkena badan wajib dicuci, dan jika terkena kain, cukup dengan memerciki air karena ini merupakan najis yang sukar menjaganya sebab sering menimpa pakaian pemuda-pemuda sehat, hingga lebih layak mendapat keringanan dari kencing bayi. i.
Mani, sebagian para ulama berpendapat najis, tetapi pedapat yang kuat adalah suci, tetapi disunnahkan mencucinya bila basah, dan mengoreknya bila kering
j.
Kencing dan kotoran binatang
k. Binatang jallalah, yaitu binatang-binatang yang memakan kotoran, baik berupa unta, sapi, kambing, itik dan lain-lain sampai baunya berubah. l.
Khamar yakni arak, bagi jumhur hukumnya najis. Seperti yang diterangkan dalam Q.S al-Maidah ayat 90 yang bunyinya:
Artinya; Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Dep.RI, 2005:97)
m. Anjing, semua yang terdapat pada anjing adalah najis, kecuali bulunya karena pendapat yang kuat mengatakan kalau bulu anjing adalah suci dan tidak ada alasan mengatakannya najis (1973:42-54). 4. Beberapa masalah yang penting tentang najis. a. Tali cucian yang telah dipakai untuk menjemur pakaian-pakaian bernajis kemudian telah menjadi kering disebabkan sinar matahari atau angin boleh digunakan lagi untuk menjemur pakaian yang bersih b. Jika seseorang ditimpa sesuatu yang jatuh, dan ia tidak tahu apakah itu air ataukah kencing, maka wajib mencuci. Tetapi kalau tahu maka tidak perlu ditanyakan lagi. c. Bila kaki atau pinggir kain bagian bawah kena sesuatu yang basah yang tidak dikenal apa wujudnya maka tidak wajib untuk membaui atau mengenalnya. d. Tidak wajib mencuci apa yang kena tanah jalanan. e. Bila seseorang berpaling setelah salat, lalu terlihat olehnya di kain atau di badannya najis yang tidak di ketahui, atau diketahui
tapi lupa, atau tidak lupa tetapi tidak bisa dihilangkan, maka salatnya sah dan tidak perlu diulangi lagi. f. Orang yang tidak mengetahui tempat najis sebenarnya pada kain, wajib mencuci keseluruhannya, karena tidak ada jalan untuk mengetahui hilangnya najis secara meyakinkan kecuali dengan keseluruhannya itu. Hal ini termasuk dalm masalah “ sesuatu yang mutlak diperlukan untuk menyempurnakan yang wajib, maka hukumnya menjadi wajib pula”. g. Bila seseorang menaruh keraguan terhadap pakaiannya, mana yang bersih dan mana yang kotor, hendaklah diambil salah satunya utuk sekali salat, walaupun jumlah pakaiannya itu banyak atau sedikit (Sabiq, 1973:60-61). 4. Alat Taharah Bersuci bisa dilakukan dengan beberapa benda, yaitu: a. Air mutlak, yaitu air yang masih suci dan murni, tidak tercampur dengan sesuatu yang biasanya dapat merusak kemurniannya, baik berupa benda najis maupun benda yang suci, contoh air mutlak adalah yang ada di sumur, mata air, bukit, sumgai, salju, air laut, dan lain sebagainya. Seperti firman Allah SWT dalam surat al-Furqan ayat 48
Artinya:”Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih”. (Dep.RI, 2005:290) b.
Debu yang suci, yakni tanah permukaan bumi yang suci. Seperti firman Allah SWT surat an-Nisa’ ayat 43
...
Artinya: “Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci)”. (Dep.RI, 2005:67) c. Batu dan benda lain yang sejenisnya. Adapun syarat batu yang diperbolehkan untuk beristinja adalah 1. Terdiri dari tiga batu atau satu batu dengan tiga sudut 2. Harus bisa membersihkan najis dari tempat keluarnya kotoran 3. Najis yang akan disucikan tidak boleh sampai kering 4. Najis tidak boleh terpisah dari tempat asalnya (tempat keluarnya kotoran) 5. Tidak sesuatu yang lain, seperti najis lain atau sesuatu yang suci (misalnya air) selain keringat 6. Sesuatu yang keluar tidak mengenai atau melampaui tempat sekitar keluarnya kotoran(dubur/qubul)
7. Batu yang digunakan tidak basah, karena batu tersebut akan menjadi najis 8. Batu tersebut harus suci (http/madarikyahya.wordprees.com). Sedangkan syarat benda lain yang diperbolehkan untuk istinja adalah sebagai berikut: 1. Benda itu bisa membersihkan najis. 2. Benda itu tidak kasar seperti batu bata dan tidak licin seperti batu akik, karena tujuannya adalah menghilangkan najis. 3. Benda itu bukan sesuatu yang bernilai atau terhormat, seperti emas, perak, permata, kain sutra dan lain sebagainya. 4. Benda itu bukan sesuatu yang mengotori, seperti arang, debu, atau pasir. 5. Benda itu tidak melukai manusia, seperti kaca, kawat, paku, dan lain-lain. 6. Jumhur ulama mensyaratkan harus benda yang padat, bukan benda cair. Adapun mazhab Hanafi memperbolehkan dengan benda cair lain selain air, semisal air mawar atau cuka. 7. Benda itu harus suci. 8. Tidak boleh menggunakan tulang, makanan, atau roti karena termasuk penghinaan (Asror dan Farida, 2010:43).
5.
Hikmah Taharah Dalam syari’at Islam, bersuci mempunyai beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut: a. Telah diketahui bahwa benda-benda najis baik dari dalam atau luar tubuh manusia adalah benda-benda kotor yang banyak mengandung bibit penyakitdan dapat membawa madharat bagi kesehatan tubuh manusia. Karena itu, dengan bersuci berarti telah melakukan usaha untuk menjaga kesehatan. b. Kebersihan dan kesehatan jasmani yang dicapai melalui bersuci akan menambah kepercayaan diri sendiri. Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu mengutamakan kebersihan dan kesucian. c. Syari’at
bersuci
berisi
ketentuan-ketentuan
dan
adab,
jika
dilaksanakan ddengan penuh kesadaran dan kedisiplinan akan menumbuhkan kebiasaan yang baik. Ketentuan dan adab bersuci dalam Islam berbentuk ajaran yang mempertinggi harkat dan martabat manusia. d. Sebagai hamba Allah SWT yang harus mengabdi kepada-Nya dalam bentuk ibadah, maka bersuci merupakan salah satu syarat sahnya sehingga menunjukkan pembuktian awal ketumdukannya kapada Allah SWT (Abd Djaliel.ed, 1998:34) B. Kajian Tentang Penerapan Bersuci
Perlu di ingat bahwa penerapan bersuci yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan tata cara yang dilaksakan dalam bersuci pada kehidupan. Seorang pemeluk agama dalam beribadah kepada Tuhannya mempunyai aturan dan cara yang berbeda. Seperti halnya orang jahiliyah yang selalu menghadap sesuatu yang dipertuhankan dalam keadaan telanjang bulat, sebab mereka berkeyakinan bahwa pakaian itu mempunyai kesan tidak baik, lantaran pakaian sudah dipergunakan untuk berbuat dosasehingga tidak layak dipakai untuk beribadah kepada Tuhan (http/madarikyahya.wordprees.com). Lain halnya dengan agama Islam, yang justru mensyari’atkan kesucian luar-dalam (dzahiran wa batinan) untuk melaksanakan ibadah. Aspek luar (dzahir) meliputi badan, pakaian dan tempat yang harus suci dari najis. Sedangkan sisi dalam (batin) harus juga suci dari hadas besar atau kecil. Nabi Muhammad SAW telah memberikan pengajaran mengenai tata cara dalam bersuci dari hadas ataupun najis(wudu, mandi, mensucikan najis, dan lain sebagainya) yang akan penulis uraikan sebagai berikut: 1. Tata cara wudu a. Menggosok dan membersihkan najis atau kotoran yang ada pada badan atau anggota wudu. b. Membaca basmalah ketika ketika membasuh dua telapak tangan. c. Berkumur-kumur tiga kali d. Mengisap air ke hidung tiga kali
e. Membasuh muka tiga kali, yaitu mulai tempat tumbuhnya rambut kepala sebelah atas sampai kedua tulang dagu sebelah bawah dan antara telinga kanan hingga telinga kiri sambil membaca niat wudu sebagai berikut;
Artinya; “Saya niat wudu untuk menghilangkan hadas kecil fardu karena Allah SWT”. f. Membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali, mulai dari telapak tangan dan lengan sampai dengan dua siku. g. Mengusap sebagian kepala tiga kali, baik itu kulit atau rambut yang ada dalam batas kepala. h. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam, dengan memakai air yang baru sebanyak tiga kali. i. Membasuh kedua kaki sebanyak tiga kali serta mata kaki, yaitu mulai dari ujung jari-jari kaki hingga dengan mata kai atau lebih. j. Tertib, artinya mendalukan yang seharusnya didahulukan dan mengakhirkan yang seharusnya diakhirkan, sebagaimana urutan di atas. k. Setelah selesai wudu, disunnahkan berdo’a dengan mengkiblat sambil mengangkat tangan, dengan do’a sebagai berikut:
Mengenai kesempurnaan berwudu, Rasulullah SAW,”Siapa saja yang berwudu dan menyempurnakannya kemudian berdo’a(dengan mengucap) ashadu an la ilaha illa Allah sampai akhir, maka pintu surga yang delapan dibuka baginya. Ia boleh lewat pintu mana saja yang ia kehendaki” (Abdurrahman dan Bakhri, 2006:20-23). Untuk orang yang memiliki jabiroh (pembalut luka), maka cara berwudunya adalah: a. Jabiroh terletak di luar anggota wudu Pada kondisi ini, jabiroh tidak berpengaruh apa-apa, dan cara bersucinya dengan berwudu seperti biasa. b. Jabiroh terletak pada anggota wudu, caranya adalah: 1. Membasuh seluruh anggota wudu yang sehat 2. Mengusap jabiroh 3. Tayamum (http/diaryjogja.blogspot.com).
2. Tata cara mandi Hendaknya bagi orang yang mandi melakukan hal-hal sebagai berikut: Mengucapkan basmallah a.
Berniat untuk menghilangkan hadas besar ,
... b.
Membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali
c.
Melakukan istinja atau membasuh kemaluan dari kotoran dan najis
d.
Berwudu untuk menghilangkan hadas kecil
e.
Membasahi kedua telapak tangan kemudian menyela-nyelai akar rambut kepala dengan kedua telapak tangan itu
f.
Mengguyur kepala dan seluruh badan dengan air sebanyak tiga kali
g.
Membasuh dengan sabun
h.
Menggosok badan termasuk anggota tubuh yang tersembunyi, seperti pusar, bawah ketiak, lekukan lutut dan sejenisnya(Abu bakar Jabir Al-Jazairi, 2006:52). Cara mandi setelah berhenti dari haid hampir sama seperti mandi besar, hanya saja sebelum melaksanakan hal-hal di atas di sunnahkan untuk mebersihkan kemaluan dengan kapas yang dilumuri dengan parfum atau sejenisnya yang tidak mengandung alkohol, agar bau darah hilang(http/diaryjogja.blogspot.com) Untuk orang yang memiliki jabiroh dan berhadas besar, maka cara bersucinya adalah:
a. Alternatif pertama 1. Bertayamum seperti biasa, dan sunah mengusap jabiroh dengan debu. 2. Membasuh seluruh anggota yang sehat dan bagian sekitar jabiroh sebisa mungkin; seperti dengan menggunakan lap dengan sedikit di tekan dan ditahan sesaat, agar air dapat benar-benar sampai pada anggota yang sehat tanpa mengenai luka. 3. Mengusap seluruh jabiroh dengan air Cara demikian ini adalah yang lebih utama, sebab dengan mengakhirkan basuhan, dapat membersihkan bekas tayamum. b. Alternatif kedua 1. Membasuh seluruh anggota tubuh yang sehatdan anggota di sekitar jabiroh sebagaimana di atas. 2. Mengusap seluruh jabiroh. 3. Tayamum
sebagaimana
di
atas
(http/diryjogja.blogspot.com). 3. Tata cara istinja Buang hajat merupakan kebutuhan sehari-hari manusia, baik buang air besar maupun kecil, apabila selesai buang hajat maka diwajibkan untuk
beristinja untuk menghilangkan bekas kotoran yang keluar dari dubur atau qubul. Untuk menghilangkan kotoran atau najis tersebut diutamakan menggunakan
air,
apabila
tidak
ada
air,
maka
diperbolehkan
menggunakan batu atau sejenisnya. Beristinja dapat dilakukan dengan salah satu cara di bawah ini: a. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran dengan air sampai bersih. Ukuran bersih ditentukan oleh keyakinan masingmasing. b. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran dengan batu, kemudian membasuh dan membersihkannya dengan air. c. Membersihkan tempat keluarnya kotoran dengan batu atau bendabenda lainnya(yang memenuhi syarat) sampai bersih (Asror dan Farida, 2010:43). Kemudian penulis akan menambahkan mengenai adab ketika buang air besar atau kecil yaitu: a. Berdo’a dengan do’a yang khusus sebelum masuk wc atau kamar kecildan berdo’a pula setelah keluar darinya. b. Mendahulukan kaki kiri dulu ketika masuk masuk ke kamar kecil dan kaki kanan ketika keluar. c. Melakukan istija dengan tangan kiri.
d. Dianjurkan memilih tempat yang jauh dari jangkauan manusia. e. Tidak membawa barang yang berguna ketika membuang hajat. f. Tidak berbicara dengan orang lain dan tidak pula menjawab salam dari orang dari orang lain. g. Tidak menghadap kiblat atau membelakanginya. h. Memperhatikan tempat-tempat yang dilarang untuk buang air (tempat berteduh dan sarana umum, di bawah pohon yang berbuah atau dimanfaatkan manusia, sumber air yang tenang,lubang atau sarang binatang) (Asror dan farida, 2010:46-50).
4. Tata cara mensucikan najis Menurut Maman Abd Djaliel.ed(1998:29-32) adalah: a. Najis Mukhafafah (najis ringan) Caranya: cukup dengan memercikkan air pada benda atau apa saja yang terkena najis walaupun tidak mengalir. b. Najis Mutawassitah (najis sedang) Caranya: dibasuh dengan air sampai hilang sifatnya, apabila sudah berulang kali dicuci tetapi bekasnya masih ada, maka hukumnya dima’fu atau dima’afkan. Jenis najis ini ada dua macam yaitu:
1. Najis ainiyah (najis yang tampak mata) Caranya: membasuh najis dengan air sampai hilang tiga sifatnya (rasa, bau, warna), apabila sukar dihilangkan maka dima’afkan. 2. Najis hukmiyah (ada menurut hukum tapi tidak nampak sifatnya) Caranya: cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis. c. Najis mughaladzah (najis berat) Caranya: dicuci dengan air sebanyak tujuh kali yang salah satunya dicampur dengan debu atau tanah yang suci. 5. Tata cara mensucikan badan dan pakaian Apabila badan atau pakaian terkena najis, hendaklah dicuci (dialiri) dengan air hingga hilang sifat najis tersebut, bila setelah dicuci masih ada bekas yang sukar hilang, maka di maafkan. Jika najis itu tidak kelihatan, maka cukup mencuci atau mengalirkan air walaupun hanya satu kali (Sabiq, 1973:55). C. Kajian tentang hubungan pemahaman fiqih taharah dengan penerapan bersuci
Manusia diciptakan ke bumi tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, hal itu dikarenakan ibadah merupakan suatu bentuk pengabdian hamba kepada Tuhannya. Tiap-tiap agama mempunyai aturan atau ketentuan untuk menjalankan ibadahnya masing-masing. Begitu pun Islam, yang telah mengatur ilmu tentang tata cara beribadah dalam Al Qur’an dan As Sunah. Ali al-Jumbulati dan Adul Futuh At-Tuwasini juga mengemukakan bahwa “salah satu keistimewaan pendidikan Islam adalah mengaitkan ajaran agama dengan kehidupan nyata”. Salat merupakan salah bentuk ibadah yang hubungannya langsung dengan Allah SWT, maka dari itu apabila seseorang hendak salat ataupun melaksanakan ibadah lain yang kaitannya langsung dengan Allah disyaratkan orang tersebut dalam suci baik dari hadas(besar atau kecil) maupun najis. Seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat al-Maidah ayat 6 berikut:
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur” (Dep.RI, 2005:86).
Dari ayat di atas dapat dimengerti bahwa kesucian merupakan kunci di terimanya ibadah. Sedangkan ilmu yang khusus membahas panjang lebar mengenai kesucian dinamakan ilmu fiqih taharah. Dan untuk memahaminya seseorang dituntut untuk mempelajarinya, agar ibadah yang dilakukan sesui dengan tuntunan syara’. Karena pada dasarnya kehidupan yang benar itu berdasarkan pada ilmu, baik kehidupan dunia maupun akhirat. Tanpa ilmu manusia akan tersesat, seperti syair
yang
mengatakan”Barang siapa yang menginginkan dunia maka dengan ilmu dan barang siapa yang menginginkan akhirat maka dengan ilmu juga dan barang siapa yang menginginkan keduanya(dunia-akhirat) maka juga harus dengan ilmu”. Dari paparan di atas maka jelaslah bahwa ilmu fiqih taharah merupakan ilmu yang wajib dipahami dan di laksanakan oleh umat
muslim, sebagai syarat pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT. Hal itu sesuai
dengan
fungsi
dan
tujuan
pendidikan
nasional
yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan memjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU. Sisdiknas,2003:20). Senada dengan yang dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom (1956) yaitu pada ranah kognitif (kemampuan intelektual), afektif (sikap atau perilaku keseharian), dan psikomotorik (terampil). Jadi selain berpengetahuan juga harus memiliki sikap atau perilaku yang sesuai, agar kebiasaan baik tersebut terampil di aplikasikan dalam kehidupan nyata.
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Salatiga 1. Sejarah Singkat Berdirinya dan Pekembangannya MTs NU Salatiga merupakan sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Imroatul Wal Madaris (YAIMAM). MTs NU Salatiga berdiri pada tahun 1959 dengan NSS 212337301001 dan berdiri pada tanah hak milik seluas 4697 m2. MTs NU Salatiga didirikan oleh tokoh agama yaitu K.H. Khumaidi yang dibantu oleh tokoh-tokoh Islam pada waktu itu antara lain : a. K.H. Zubair b. K.H. Badrudin Honggowongso c. K.H. Ghufron d. K.H. Kasmuni e. K.H. Zainudin Hingga tahun 1964 MTs NU Salatiga belum memiliki gedung sendiri, sehingga pelaksanaan belajar mengajar dilaksanakan di rumah bapak K.H. Badruddin Honggowongso yaitu di jalan Taman Makam Pahlawan No.02 Salatiga. Melalui usaha beberapa tokoh dan pengurus YAIMAM selama 8 tahun, MTs NU Salatiga berhasil membangun gedung dan dari Kanwil Departemen Agama Jawa Tengah memberikan ijin pendirian sekolah
73
dengan S.K.No.K/2035/111/75, tanggal 01 Januari 1975 di Jalan Kartini No.02 Salatiga. Mula-mula MTs NU Salatiga kurang bisa berjalan dengan baik disebabkan oleh kurangnya tenaga pengajar, sarana dan prasarana. Namun perlahan-lahan kebutuhan kebutuhan MTs NU Salatiga mulai terpenuhi berkat bantuan dari para tokoh agama dan masyarakat. Selain itu MTs NU Salatiga juga mendapatkan bantuan dari Departemen Agama Kota Madya Salatiga sehingga perkembangan lembaga pendidikan ini mulai membaik dari segi kualitas tenaga pengajar dan jumlah input siswanya. Pada tanggal 30 Juni 1993 Kanwil Depag Propinsi Jawa Tengah memberikan pengakuan akreditasi dari sekedar terdaftar menjadi diakui dengan
S.K.No.WK/5C/PP.CO.5/1390/1993.
Sejak
itulah
lembaga
pendidikan ini mengalami kemajuan pesat. Sesuai penerapan kurikulum baru tingkat satuan pendidikan, MTs NU
Salatiga
sebagai
lembaga
pendidikan
formal
berkomitmen
menyelenggarakan pendidikan serta latihan sebagai pemenuhan kebutuhan pasar kerja dengan membentuk sumber manusia yang unggul, berdaya sekaligus mandiri dan berwawasan ke depan. 2. Letak Gografis MTs NU Salatiga MTs NU Salatiga berada di bawah naungan departemen Agama yang berada di tengah-tengah Kota Salatiga, tepatnya di jalan Kartini No.02 Salatiga, Kelurahan Sidorejo Lor, Kec. Sidorejo. Madrasah ini berdiri di atas tanah seluas 4697 m2, dengan luas gedung sebesar 1214 m2,
halaman/taman 186 m2, lapangan olah raga 400 m2, kebun 600 m2 dan untuk lain-lain 2297 m2. Sedangkan batas wilayahnya sebagai berikut : a. Sebelah utara berbatasan dengan jalan Kartini. b. Sebelah timur berbatasan dengan toko besi maju jaya. c. Sebelah selatan berbatasan dengan hotel palapa. d. Sebelah barat berbatasan dengan jalan Osamaliki. Jika dilihat dari letaknya yang srategis, MTs NU Salatiga memiliki banyak kelebihan. Keuntungan tersebut yaitu dapat dijangkau dari arah mana saja. Di samping kelebihan, tentunya juga memiliki kekurangan yaitu proses belajar mengajar kurang kondusif
karena dekat dengan
keramaian dan suara bising jalan raya. 3. Identitas Madrasah 1. Nama Madrasah
: Madrasah Tsanawiyah Nahdlotul Ulama (MTs NU) Salatiga
2. Nama Yayasan
: Yayasan Imaratul Madaris (YAIMAM)
3. Alamat
: Jln. Kartini No.02 Salatiga
4. Kode pos
: 50714
5. No Telepon
: (0298)324255
6. Status Madrasah
: Swasta (diakui)
7. Tahun Didirikan
: 1956
8. Kepala Madrasah
: Drs. Muh Syamsul, M.Pd.I.
9. Kepala urusan tata usaha : Iin Indah Kurniawati, Amd
4. Visi dan Misi MTs NU Salatiga a.
Visi Raih prestasi melalui pembelajaran yang Edukatif, Kreatif, Selektif, Inovatif, dan Santun (EKSIS).
b.
Misi 1) Melaksanakan pendidikan yang berpegang pada tuntunan agama. 2) Membentuk pribadi yang berpendidikan. 3) Menyiapkan siswa ke jenjang yang lebih tinggi. 4) Membina dan megembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang olah raga, keterampilan, seni dan teknologi.
c. Dasar pengembangan 1) Meningkatkan mutu hasil pembelajaran minimal belajar dengan SMP di Salatiga. 2) Penataan bangunan yang kurang teratur. 3) Salatiga sebagai pusat pengembangan agama Kristen di Asia Tenggara dengan lembaga-lembaga pendidikannya yang sudah sangat maju apabila dibandingkan dengan lembaga pendidikan Islam termasuk madrasah. d. Arah pengembangan 1) Mempersiapkan anak didik untuk mampu bersaing masuk ke sekolah-sekolah favorit. Hal ini secara umum masih dipandang sebagai ukuran bermutu atau tidaknya madrasah atau sekolah. 2) Mempersiapkan siswa:
a)
Melanjutkan ke SMU atau MAN favorit .
b) Mengantarkan siswa bisa hidup mandiri. c)
Membekali anak didik dengan peenguasaan IPTEK yang hasilnya sejajar dengan SMP serta penguasaannya ilmu-ilmu keagamaan, terampil dan praktek pengalaman ibadahnya sebagai ciri khusus madrasahnya.
d) Memberdayakan serta meningkatkan kemampuan guru dalam terampil melaksanakan kegiatan belajar mengajar serta penguasaan materi pelajaran dengan wawasan yang luas. e)
Melengkapi sarana prasarana pendidikan secara optimal mungkin (buku-buku/perpustakaan, laborat torium/praktek sarana ibadah, seni budaya, komputer, sarana olah raga, pramuka, dan sebagainya).
f)
Menanamkan minat baca pada siswa sejak dini untuk menambah wawasan siswa.
e. Tujuan penyelenggaraan pendidikan MTs NU Salatiga 1. Menghimpun peserta didik yang memiliki bakat khusus dan kemampuan luar biasa untuk dapat dikembangkan secara optimal. 2. Menempatkan MTs NU Salatiga untuk dijadikan pusat keunggulan sehingga tercapai persaingan yang sehat dan mandiri. 3. Mengupayakan peserta didik yang mempunyai tingkat keberhasilan ilmiah yang tinggi baik di tingkat nasional maupun internasional.
4. Mengupayakan peserta didik yang memiliki kemampuan dan keterampilan berbahasa arab yang memadai. 5. Hasil yang diharapkan dari kegiatan KBM : a) Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara mantab. b) Nasionalisme dan patriotisme dan berkepribadian pancasila. c) Motivasi adan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi dan keunggulan. d) Wawasan IPTEK yang mendalam. e) Kepekaan sosial sifat kepemimpinan yang baik. f) Disiplin yang tinggi. g) Kondisi fisik yang prima. h) Gemar membaca dan menulis. i) Mampu berbahasa Indonesian yang baik dan benar. 5. Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan a. Keadaan Siswa MTs NU Salatiga
Tabel 3.1 Daftar Jumlah Siswa MTs NU Salatiga Tahun Pelajaran 2010/2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kelas VII-A VII-B VII-C VIII-A VIII-B IX-A IX-B JUMLAH
LK 15 18 14 27 24 13 12 123
Jumlah Siswa PR 17 14 15 14 15 11 13 99
Jumlah 32 32 29 41 39 24 25 223
b. Keadaan Guru MTs NU Salatiga
Tabel 3.2 Daftar Guru dan Tugasnya Di MTs NU Salatiga Tahun 2010/2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Drs. Muh Syamsul, M.Pdi K.H. Nur Abdul Majid, Lc Zahrah Lukluah, S.Pd Siti Fatimah, S.Pd Khurotul Aini, S.Pd. Buesery Kartini, SS
Pendidikan S2 S1 S1 S1 S1 SMA S1
8.
Iin Indah Kurniawati, Amd
D3
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Uswatun Hasanah, S.PdI Arzuqoh, S.Ag. Sri Supadmi Kadarwati, S.Pd. Drs. Tulusmono, S.Pd, M.SI. Su’udi Mutahdi, S.Pd. Ali Munabah, S.Pd. I Tasdiqul Choiri, S.Pd. I
S1 S1 SMA S1 S2 SMA S1 S1 S1
Jabatan Kepala sekolah Guru ke NU-an Guru Matematika Guru Fisika Guru TIK Guru SKI Guru Bahasa Indonesia Guru TIK dan Ketua TU Guru Bahasa Inggris Guru Aqidah Akhlak Guru SBK Guru Biologi Guru Matematika Guru Bahasa Indonesia Guru IPS Guru PJOK, Bhs. Arab Guru SKI
c. Keadaan Karyawan MTs NU Salatiga Tabel 3.3 Daftar Karyawan MTs NU Salatiga Tahun Pelajaran 2010/2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Iin Indah Kurniawati, Amd Rio Abinowo Hj. Luluk Mudiarti Paini Lamidi Ngatman Mugiono
Pendidikan D3 SMA SMA SMA SMA SMP SD
Jabatan Ketua TU Staf TU Penjaga perpustakaan Penjaga perpustakaan Satpam Penjaga Tukang kebun
6. Sarana Prasarana MTs NU Salatiga Sarana prasarana adalah segala apa saja yang ada di sekolah tersebut serta berupa fisik, baik berupa benda bergerak maupun tidak
bergerak dan berfungsi membantu semua aktivitas kegiatan belajar mengajar. Berikut ini adalah data sarana prasarana MTs NU Salatiga. Tabel 3.4 Data Sarana Prasarana MTs NU Salatiga Tahun 2010/2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Ruang/Sarana Ruang kelas belajar Ruang TU Ruang kepala Ruang guru Perpustakaan Ruang BK Lab. Komputer Lab. Bahasa Lab. IPA Aula Koperasi sekolah Mushola Ruang UKS Ruang keterampilan Kamar mandi Gudang Lapangan upacara
Jumlah
Kondisi
7 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
7. Struktur Organisasi MTs NU Salatiga DEPAG
YAYASAN
DIKNAS
KEPALA SEKOLAH
KOMITE
STAF TU
STAF TU
WAKA KESISWAAN GURU/WALI KELAS
DATA & ADM KBM
PEMBINA OSIS
BP/BK PENGAWAS KBM SUPERVISI PMR PERPUSTAKAAN
SISWA
PRAMUKA
B. Penyajian Data 1. Daftar Nama Responden Dalam penelitian ini sampel yang peneliti gunakan bukan keseluruhan dari siswa kelas VII Mts NU Salatiga, akan tetapi siswasiswi kelas VII yang terpilih melalui metode proporsional random sampling. Berikut nama-nama responden tersebut:
TABEL 3.5 DAFTAR NAMA RESPONDEN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
NAMA RESPONDEN Ahmad Sonic Ma’arif Cholil Rahman Dwi Yulianingsih Eka Yoga Ambary Eka Nurjanah Eka Rahmadhani Fajar Khanani Ihsan Nur .H. Irfan Maulana Mahrus safa’ Melly Twika Sari Miftahul falach M. Arwani Nanda Nova Putri Kharisma Riski Eka .A. Siti Maryanah Sendra Ilma.Q. Thediana Rahmawati Vivi sismiyati Wiwin P.N Wahyu Permana Wahyu Prehati Yuliana Astuti Afif Ifan Maulana Annisa Iraika Ardyansyah Dandi Andiyanto Dimas bayu .S. Dina Wahyu Diky Ardiyanto Fitri Adelia Indah Setyowati Irawan Bagus .S. Isnandi santoso Izza Arfani May Utari Mazida Wardati Mahdivikia .A, M. Irfan Akmal Norma Solihatun Nur Hasanudin Nur Hasanah Prisma Putri Sapna Sari Riska Setyawati Risma Windi Rzky Kurniawan
KELAS VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII A VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B VII B
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
Siti Rahma .W. Anita Wahyu .N. Anton .S. Bagas Dita Arum Sari Danu .W. Dwi Yulianto Eri Kusmanto Faisal Feni Retno K.N Hermanto Hanggelis Palenta Imam Prayogo M. Dicky alfian M. Rasyid Ridlo M. Akhiar Nonik Mei .A. Nila Afifah Nurul Hidayati Nur Choliq Robieth Maulana .M. Rahayu Rafikah Imelda Agustina T.K Tasyia
VII B VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C VII C
2. Hasil Data Penelitian a. Data hasil tes pemahaan fiqih taharah Tabel 3.6 Jawaban Tes Pemahaman Fiqih Taharah No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 C C C C C C B C A B C B C C C C
2 A A A A A A A A A B A A A B A A
3 A A A A A A A A A A A A A A A A
4 B B B B B B B B B B B B B B B B
No Item 5 6 B A B A B A B A B A B A B A B A B A A A B A B A B A B A B A A A
B 7 B B B B B B B B C B B B B B B B
8 B B B D B B B B B B B B B D B D
9 B B B B B B B B B B B B B B B B
10 A A A A A A A A A A A A A A A A
9 9 9 8 9 9 8 9 7 7 9 8 9 7 9 8
S 1 1 1 2 1 1 2 1 3 3 1 2 1 3 1 2
Nilai 90 90 90 80 90 90 80 90 70 70 90 80 90 70 90 80
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
D C C A C A A C C C C B B C B B B B C C C C B B C C C B C C C C C C B C C B C B C C C C C B C C C C C C B
A A A A A A A A A A B A A A A A A A A A A B A A A A A A A A A B A A A A B A A A A A A B A A A A A A A A A
A A A A A A A A B A A A A A A A A A A A A A A A A C A C A A A A A A A B A A A A A A A A A A A A A A A B A
B B B B B B B B B B B B C B B B B C B B B B B B B B B B B B B D B B B B B B B B B B B B A B B B B B B B B
B B B B B B B B C C D C C C C C C C C C C C B B C B B B C C B C C C C C D C C C B C C B C C C C C C C C C
A A A A A A A A B A A A A A A A A A B A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B A B A A A A A A A A A A
B B B B B A B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B C B B D B B B B B B B B B A B B B D B
B B B B B C C B B B B B D B B B B B D B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B C B B B B B B B
B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B C B C B D B B B C B B B C C B B B D B B B B B B B B B B C B
A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
7 9 9 8 9 6 7 9 8 10 8 9 7 10 9 9 9 9 7 10 10 9 8 7 10 7 9 6 10 10 9 7 10 10 8 8 7 8 10 9 7 10 9 8 9 8 10 9 10 10 10 7 9
3 1 1 2 1 4 3 1 2 2 2 1 3 0 1 1 1 1 3 0 0 1 2 3 0 3 1 4 0 0 1 3 0 0 2 2 3 2 0 1 3 0 1 2 1 2 0 1 0 0 0 3 1
70 90 90 80 90 60 70 90 80 100 80 90 70 100 90 90 90 90 70 100 100 90 80 70 100 70 90 60 100 100 90 70 100 100 80 80 70 80 100 90 70 100 90 80 90 80 100 90 100 100 100 70 90
70 71 72
C C C
A A A
A A A
B B B
C C C
A A A
B B B
B B B
B C C
A A A
10 9 9
0 1 1
100 90 90
b. Data hasil angket penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari Tabel 3.7 Jawaban tes penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII Mts NU Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
1 A A A A A A A A A A A A A B A A A B A B A B A A A A A A B A A A A A B A A
2 A A A A A A B B A B A B A B A A A A A A A B A A B A A B A A A A B A C A A
3 A A A A A A A A B B A A A B A A A A A A A B B A A A A A A A B A A B B A A
4 A A A A A A B A A A A A A B A A A A A A A C A A A A A C B A A A A A B A A
No Item 5 6 A A A A A A A B A A A A A B A A B A B C A A A A A A B B A A B A A A A A A C A B A A B A A A A A A B A A A A A A A B A A B B A A A A B B C B A A A A
7 A A A B B A A A B B A B A B A A A A A B A B A A B A A A A A B A A B B A A
8 A A A A A A A A B B A B A A A A A A B B A B A A A A A B B A B A A B C A A
9 A A A A B A A B A A A A A A A A A B B B A B B A A A A A A A A A 2 B C A A
10 A A A B A A A A B B A B A A A A A A A B A B A A A A A A B A B A A B B A A
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
A A A A A A B A A A A A A A A B B A A B A A A A B A A A A A A A A B A
A A B A A A B A A A A A A B B A A A A A A A B A A A B A A A A B A A B
A A A A A A B A A A A A A A A B B A A B A A A A A A A A A A B A A B B
A B C A A B B A A A B A A C A A A A B A A A A A A A C A A A A A A A A
A A A A A A C A A A A A A A A B B A A B A A A A A A A A A A A A A B A
A A A A A B B A A B B A A A B A A A A B A A A A B A A A A A B A A A C
A B A A A A C A A B B A A A B B B A B B A A A A A A A A A A A A A B B
A A B A A A C A A A A A A A A B B A B B A B A A A A B A A A B A A B B
A A A A A A C A A A A A A A A A A A B A A A B A A A A A A A A B A A B
A B A A A B B A A B A A A A A B B A A A A A A A B A A A A A B A A B B
Tabel 3.8 Nilai Jawaban Angket Penerapan Bersuci Dalam Kehidupan Sehari-hari NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 3 3 3 3 3 3 2 2 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
4 3 3 3 3 3 3 2 3 3
No Item 5 6 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3
Nilai 7 3 3 3 2 2 3 3 3 2
8 3 3 3 3 3 3 3 3 2
9 3 3 3 3 2 3 3 2 3
10 3 3 3 2 3 3 3 3 2
30 30 30 27 28 30 27 28 25
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2
2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3
3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3
1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 1 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2
2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3
2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 1 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3
2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2
22 30 26 30 23 30 29 30 28 26 24 30 18 28 30 27 30 30 26 25 30 24 30 28 23 16 30 30 29 27 26 30 30 27 17 30 30 27 27 30 30 26 27 24 24 30 28 24 30 29 28 28 27
63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
3 3 3 3 3 2 3 3 2 3
3 2 3 3 3 3 2 3 3 2
3 3 3 3 3 2 3 3 2 2
3 1 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 1 3 3 2 3
3 3 3 3 3 2 3 3 3 1
3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
3 2 3 3 3 2 3 3 2 2
3 3 3 3 3 3 2 3 3 2
3 3 3 3 3 2 3 3 2 2
30 26 30 30 30 23 28 30 24 22
BAB IV ANALISIS DATA
Dalam bab ini akan diuraikan analisis data tentang variabel pemahaman fiqh taharah dan penerapan bersuci pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011. Analisis data ini bertujuan untuk mendapatkan jawabanjawaban atas permasalahan-permasalahan yang telah diajukan pada bab sebelumnya, yaitu: 1. Bagaimana pemahaman fiqh taharah siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011? 2. Bagaimana penerapan bersuci siswa kelas VII MTs NU Salatiga dalam kehidupan sehari-hari? 3. Adakah pengaruh yang signifikan antara pemahaman fiqh taharah terhadap penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII MTs NU Salatiga? Bab analisis data terdiri dari tiga bagian yaitu analisis pada masing-masing variabel, pengujian hepotesis dan pembahasan. Analisis tiap variabel dalam hal ini adalah pemahaman fiqh taharah dan penerapan bersuci dalam kehidupan seharihari. Analisis ini dilakukan dengan teknik statistik deskriptif, yaitu tiap variabel akan dilaporkan dalam sub bab tersendiri dengan merujuk pada permasalahan dan tujuan penelitian. Sedangkan uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment, kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan pembahasan terhadap hasil uji hipotesis tersebut.
89
A. Analisis Deskriptif Analisis
deskriptif
ini bertujuan untuk
mengetahui
bagaimana
pemahaman fiqh taharah pada siswa kelas VII MTs. NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011 dan untuk mengetahui bagaimana penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka data yang sudah terkumpul dan tersaji pada bab sebelumnya penulis berikan penilaian dengan pedoman variabel x (pemahaman fiqh taharah) adalah sebagai berikut: 1. Untuk alternatif jawaban yang benar dengan nilai 10 2. Untuk alternatif jawaban yang salah dengan nilai 0 Dari pedoman penelian tersebut, maka diperoleh nilai tentang pemahaman fiqh taharah dari 72 responden yaitu nilai tertinggi dan terendah berturut-turut adalah 100 dan 60. Langkah pertama adalah mencari rata-rata nilai hasil tes pemahaman fiqh taharah. Untuk mencari rata-rata data kelompok digunakan rumus:
fi xi fi
Keterangan:
: Mean (rata-rata)
fi
: Jumlah responden
fi xi
: Jumlah frekuesi x titik tengah interval (Sugiono, 2009:54)
Sebelum menghitung rata-rata maka data tersebut dikelompokkan berdasarkan distribusi kelompok, dengan langkah sebagai sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah kelas Rumus yang digunakan adalah: K= 1 + 3.3 log n Keterangan: K : jumlah kelas n : jumlah responden dengan rumus di atas maka diperoleh jumlah kelas sebagi berikut: K = 1 + 3.3 log n K = 1 + 3.3 log 72 = 1 + 3.3 x 1.85 = 1 + 6.1 = 7.1 dibulatkan menjadi 7 2. Menentukan panjang kelas/ interval Panjang kelas/interval (c) dapat diperoleh dengan rumus:
c
R K
Keterangan: c: Panjang kelas/interval R: Range K: Jumlah kelas (Sugiyono, 2010:36) Adapun rumus R (range) sendiri adalah sebagai berikut: R = Xt – Xr +1
Keterangan: R : Range Xt : Skor tertinggi Xr : Skor terendah Dari rumus tersebut range dan panjang kelas sebagai berikut: R = Xt – Xr +1 = 100– 60+1 = 41 c
R K
c
41 7
= 5,857 di bulatkan menjadi 6 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka interval yang diperoleh adalah 5, sehingga tabel penolong perhitungan rata-ratanya tersaji sebagai berikut: Tabel 4.1 Tabel Distribusi nilai Pemahaman Fiqh Taharah Pada Siswa Kelas VII MTs NU Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011 Titik Frekuensi No Interval tengah Fi kelas C Fi x Xi Xi 1. 59-64 61,5 2 123 2. 65-70 67,5 12 810 3. 71-76 73,5 0 0 4. 77-82 79,5 13 1033,5 5. 83-88 85,5 0 0 6. 89-96 92,5 29 2682,5 7. 95-100 97,5 16 1560 Jumlah 557,5 72 6209
Berdasarkan tabel penolong itu, maka rata-rata (mean) dari nilai pemahaman fiqh taharah pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga dihitung dengan rumus berikut:
fi xi fi
6209 72
86,23 Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh rata-rata nilai pemahaman fiqh taharah pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga sebesar 86,23. Langkah selanjutnya adalah menetapkan kategori-kategori nilai tes pemahaman fiqh taharah pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga. Dalam skripsi ini penulis menetapkan tiga kategori yang terdiri dari baik, sedang, kurang. Adapun rumus yang digunakan untuk menetapkan kategorokategori di atas adalah: Panjang interval
=
xti x ri n kategori
Keterangan: Panjang interval
X ti X ri n kategori
: Panjang interval kategori yang digunakan
: Nilai tertinggi ideal : Nilai terendah ideal : Jumlah kategori yang diinginkan
Sebelum menggunakan rumus tersebut, dalam penulisan ini penulis menetapkan nilai tertinngi dan terendah ideal adalah 100 dan 10. Hal
tersebut berdasarkan jumlah soal pada tes pemahaman fiqh taharah adalah sebanyak 10 item, jadi masing-masing jawaban yang benar mensapat nilai 10. Setelah diketahui nilai tertinggi dan terendah ideal, kemudian menetapkan kategori yang dimaksud dengan rumus yang telah ditetapkan di atas: Panjang interval
=
xti x ri n kategori
= 100 10 3
=
90 3
= 30 Dari perhitungan tersebut, kemudian ditentukanlah interval dan kategorinya sebagaimana tabel berikut:
No 1. 2. 3.
Tabel 4.2 Tabel Inteval dan Kategori Nilai Variabel x Interval Kategori 70-100 Baik 40-69 Sedang 10-39 Kurang
Tabel di atas merupakan acuan dalam menetapkan nilai tes pemahaman fiqh taharah pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011. Nilai tes yang telah di paparkan dalam tabel 3. tersebut kemudian di konsultasikan dengan tabel 4.2 dan menghasilkan kategori
nilai pemahaman fiqh taharah pada siswa MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011 beserta respondennya. Tabel 4.3 Tabel Kategori skor Variabel x beserta Frekuensi Respondennya Jumlah No Interval Kategori Responden 1. 70-100 Baik 70 2. 40-69 Sedang 2 3. 10-39 Kurang 0
Dari penyebaran frekuensi tersebut, dapat dihitung prosentase frekuensi dengan rumus sebagai berikut: P
F x 100 % N
Keterangan: F : Frekuensi N : Jumlah responden P : Jumlah responden P : Persentase(Hadi, 1982:399) 1. Baik P
F x 100 % N
70 x100 % 72
97,23%
2. Sedang P
F x 100 % N
2 x 100 % 72
2,77%
3.
Kurang P
F x 100 % N
0 x 100 % 72
0%
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, kemudian akan disajikan tabel yang memuat kategori nilai, frekuensi dan prosentase hasil tes pemahaman fiqh taharah pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga taun ajaran 2010/2011. Tabel 4.4 Tabel Kategori Skor Variabel X Beserta Frekuensi Responden dan Persentasenya No Kategori Interval Frekuensi Prosentase 1. Baik 70-100 70 97,23% 2. Sedang 40-69 2 2,77% 3. Kurang 10-39 0 0% 72 100% Jumlah
Dari tabel di atas terlihat bahwa pemahaman fiqh taharah siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011 berada dalam kategori baik sebanyak 70 orang responden dari 72 orang atau sekitar(97,23%) berada dalam rentang 70-100 Adapun dengan kategori sedang sebanyak 2 orang (2,77%), kategori kurang sebanyak 0 orang (0%). Dengan demikian pernyataan tersebut menjawab permasalahan pertama yaitu “bagaimana
pemahaman fiqh taharah pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011”. Untuk menjawab permasalahan kedua tentang penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011, telah penulis sajikan tabel hasil penyekoran angket penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari yang telah penulis sebarkan pada 72 orang responden. Adapun skor tiap butirnya, penulis menggunakan pedoman sebagai berikut: 1. Alternatif jawaban A dengan nilai 3 2. Alternatif jawaban B dengan nilai 2 3. Alternatif jawaban C dengan nilai 1 Dari pedoman penyekoran tesebut diperoleh skor tertinggi dan terendah variabel penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII MTs NU Salatiga berturut-turut 30 dan 16. Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata skor hasil angket penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencari rata-rata kelompok digunakan rumus:
fi xi fi
Keterangan:
: Mean (rata-rata)
fi
: Jumlah responden
fi xi
: Jumlah frekuesi x titik tengah interval (Sugiono, 2009:54)
Adapun langkah-langkah dalam menghitung rata-rata dan distribusi kelompok, adalah sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah kelas Rumus yang digunakan adalah: K= 1 + 3.3 log n Keterangan: K : jumlah kelas n : jumlah responden dengan rumus di atas maka diperoleh jumlah kelas sebagi berikut: K = 1 + 3.3 log n K = 1 + 3.3 log 72 = 1 + 3.3 x 1.85 = 1 + 6.1 = 7.1 dibulatkan menjadi 7 2. Menentukan panjang kelas/ interval Panjang kelas interval (c) dapat diperoleh dengan rumus: c
R K
keterangan: c : panjang kelas interval R : range K : jumlah kelas (Sugiyono, 2009: 36). Adapun rumus R (range) sendiri adalah
R = yt – yr +1 = 30– 16+1 = 15 c
R K
15 7
= 2,5 Dari hasil perhitungan tersebut maka interval yang diperoleh 2, sehingga tabel penolong perhitungan rata-ratanya tersaji seperti di bawah ini: Tabel 4.5 Tabel Distribusi Skor Angket Kesadaran Beragama Siswa Kelas VII MTs NU Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011 Titik No Interval Frekuensi tengah Kelas C fi fi x yi yi 1. 16-17 16,5 2 33 2. 18-19 18,5 1 18,5 3. 20-21 20,5 0 0 4. 22-23 22,5 5 112,5 5. 24-25 24,5 8 196 6. 26-27 26,5 15 397,5 7. 28-30 28,5 41 1168,5 Jumlah ∑fi =72 ∑fi x yi =1926
Berdasarkan tabel penolong tersebut, maka rata-rata (mean dari skor penerapan bersuci adalah:
y
fi yi fi
1926 72
26,75 Dari perhitungan tersebut, maka diketahui rata-rata skor penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII MTs NU Salatiga yaitu: 26,75. Langkah selanjutnya menentukan kategori-kategori skor angket yang diperoleh, yaitu berdasarkan rumus dibawah ini: Panjang interval
= y ti y ri n kategori
Keterangan: Panjang interval
y ti y ri n kategori
: Panjang interval kategori yang digunakan
: Nilai tertinggi ideal : Nilai terendah ideal : Jumlah kategori yang diinginkan
Skor ideal untuk angket penerepan bersuci dalam kehidupan seharihari berkisar antara 10-30. Dimana 10 adalah skor terendah ideal dan 30 adalah skor ideal tertinggi. Setelah diketahui skor ideal tertinggi maupun terendah, langkah selanjutnya menetapkan kategori skor yang dimaksud dengan rumus:
Panjang interval
=
y ti y ri n kategori
30 10 3 = 20 3 = 6,6 dibulatkan 7
=
Dari perhitungan tersebut, kemudian ditentukan interval dan kategorinya sebagaimana tabel berikut: Tabel 4.6 Tabel Interval dan Kategori Skor Penerapan Bersuci Dalam Kehidupan Sehari-hari Siswa Kelas VII MTs NU Salatiga tanun ajaran 2010/2011 No Interval Kategori 1. 24-30 Baik 2. 17-23 Sedang 3. 10-16 Kurang
Tabel tersebut merupakan acuan dalam menetapkan kategori skor angket penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011. Skor-skor angket yang telah dipaparkan pada tabel 3.8 kemudian dikonsultasikan dengan tabel 4.6 dan menghasilkan tabel skor penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011 beserta respondennya.
No 1. 2. 3.
Tabel 4.7 Tabel Kategori Skor Angket variabel y beserta Frekuensi Respondennya Interval Kategori Jumlah Responden 24-30 Baik 64 17-23 Sedang 7 10-16 Kurang 1 Jumlah Responden
72
Dari penyebaran frekuensi tersebut, dapat dihitung persentase frekuensi dengan rumus sebagai berikut: P
F x 100 % N
Keterangan: F
: Frekuensi
N
: Jumlah responden
P
: Jumlah responden
P
: Persentase(Hadi, 1982:399)
1. Baik F x 100 % N 64 x100 % 72 88,9% 2. Sedang P
P
F x 100 % N
7 x100 % 72 9,72% 3. Kurang
P
F x 100 % N
1 x100 % 72
1,38%
Berdasarkan perhitungan tersebut, selanjutnya penulis sajikan tabel yang memuat kategori skor, Frekuensi, dan hasil angket penerapan bersuci
dalam kehidupan sehari-hari siswa MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011. Tabel 4.8 Tabel Kategori Skor, Frekuensi, Persentase Hasil Angket Penerapan Bersuci Dalam Kehidupan Sehari-hari Siswa MTs NU Salatiga tahun Ajaran 2010/2011. No Kategori Interval Frekuensi Persentase 1. Baik 24-30 64 88,9% 2. Sedang 17-23 7 9,72% 3. Kurang 10-16 1 1,38% 100% Jumlah
Dari tabel tersebut terlihat bahwa penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011 berada dalam kategori baik sebanyak 69 orang responden dari 64 orang atu sekitar (88,9%) berda dalam rentang 21-30. Adapun kategori sedang ada 7 orang (9,72%) Sedangkan kategori kurang sebanyak 1 orang (1,38%). Dengan demikian, pernyataan tersebut menjawab permasalahan kedua yaitu “bagaimana penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011”.
B. Pengujian Hipotesis Pada bagian ini, penulis melakukan analisis data untuk membuktikan diterima atau tidaknya hipotesis yang penulis ajukan sebelumnya yaiu: “ada pengaruh yang signifikan antara pemahaman fiqh taharah dengan penerapan bersuci dalam kehiduoan sehari pada siswa kelas VII MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011”.
Terlebih dahulu penulis mencari ada dan tidaknya hubungan antara variabel x dan y dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment. Hasil perhitungan akan menghasilkan nilai koefisien korelasi (r) yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan antar variabel. Nilai koefisien korelasi (r) hasil perhitungan kemudian dikorelasikan dengan rtabel. Nilai rtabel untuk sampel 72 dan taraf signifikansi 1% adalah 0,306. Jika rhitung > rtabel, berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel x dan y. Jika rhitug < rtabel maka pengaruh bersifat negatif. Di bawah ini merupakan rumus korelasi product moment:
( X )( Y ) n 2 2 X Y 2 2 X Y n n XY
rxy
Keterangan : rxy
: Koefisisenkorelasi
Y2
: Kuadrat Y
X2
: Kuadrat X
∑xX
: Jumlahskor total variabel X
∑Y
: Jumlahskor total variabel Y
N
: Jumlah sampel yang diteliti (Sugiono, 2099:228).
Untuk menganalisis data dengan rumus tersebut, maka digunakanlah tabel penolong koefisien korelasi sebagai mana tabel 4.9 di bawah ini:
Tabel 4.9 Tabel Koefisien Korelasi Pengaruh Antara Pemahaman Fiqh Taharah dengan Penerapan Bersuci dalam Kehidupan Seharihari pada Siswa Kelas VII MTs NU Salatiga tahun Ajaran 2010/2011 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
X
Y
X2
Y2
XY
90 90 90 80 90 90 80 90 70 70 90 80 90 70 90 80 70 90 90 80 90 60 70 90 80 100 80 90 70 100 90 90 90 90 70 100 100 90
30 30 30 27 28 30 27 28 25 22 30 26 30 23 30 29 30 28 26 24 30 18 28 30 27 30 30 26 25 30 24 30 28 23 16 30 30 29
8100 8100 8100 6400 8100 8100 6400 8100 4900 4900 8100 6400 8100 4900 8100 6400 4900 8100 8100 6400 8100 3600 4900 8100 6400 10000 6400 8100 4900 10000 8100 8100 8100 8100 4900 10000 10000 8100
900 900 900 729 784 900 729 784 625 484 900 676 900 529 900 841 900 784 676 576 900 324 784 900 729 900 900 676 625 900 576 900 784 529 256 900 900 841
2700 2700 2700 2160 2520 2700 2160 2520 1750 1540 2700 2080 2700 1610 2700 2320 2100 2520 2340 1920 2700 1080 1960 2700 2160 3000 2400 2340 1750 3000 2160 2700 2520 2070 1120 3000 3000 2610
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 Jumlah
80 70 100 70 90 60 100 100 90 70 100 100 80 80 70 80 100 90 70 100 90 80 90 80 100 90 100 100 100 70 90 100 90 90 6190
27 26 30 30 27 17 30 30 27 27 30 30 26 27 24 24 30 28 24 30 29 28 28 27 30 26 30 30 30 23 28 30 24 22 1966
6400 4900 10000 4900 8100 3600 10000 10000 8100 4900 10000 10000 6400 6400 4900 6400 10000 8100 4900 10000 8100 6400 8100 6400 10000 8100 10000 10000 10000 4900 8100 10000 8100 8100 540900
729 676 900 900 729 289 900 900 729 729 900 900 676 729 576 576 900 784 576 900 841 784 784 729 900 676 900 900 900 529 784 900 576 484 54426
2160 1820 3000 2100 2430 1020 3000 3000 2430 1890 3000 3000 2080 2160 1680 1920 3000 2520 1680 3000 2610 2240 2520 2160 3000 2340 3000 3000 3000 1610 2520 3000 2160 1980 170740
Langkah selanjutnya menghitung korelasi antara variabel x dan y dengan rumus berikut: (6190 )(1966 ) 72 2 6190 54426 1966 2 540900 72 72 170740
rxy
rxy
rxy
rxy
rxy
170740 169021,31
540900 532168,0654426 53682,722 1718,69
8731,94743,278 1718,69 6490258,9
1718,69 2547,5987
rxy 0,6746314 rxy 0,675
C. Pembahasan Dari hasil perhitungan korelasi product moment tersebut menghasilkan rhitung sebesar 0,675. Langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan rhitung dengan rtabel. Harga rtabel untuk jumlah responden 72 dengan taraf signifikansi 1% adalah 0,306. Dari uraian di atas terlihat bahwa harga rxy hitung lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi 1%. Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemahaman fiqh
taharah dengan penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari pada siswa MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011. Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh yang signifikan antara pemahaman fiqh taharah terhadap penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari di MTs NU Salatiga tahun pelajaran 2010/2011” dapat diterima.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian panjang di atas, maka penyusun dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemahaman fiqh taharah siswa kelas VII di Mts NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011 bervariasi, yaitu kategori baik dengan interval 70-100 sebanyak 70 responden dari 72 responden atau 97,23%, dan untuk kategori cukup dengan interval 40-69 sebanyak 2 responden dari 72 responden atau 2,77%, sedangkan untuk kategori kurang dengan interval 10-39 sebanyak 0 responden atau 0%. 2. Penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari pada siswa kelas VII di Mts NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011 adalah bervariasi, yaitu kategori baik dengan interval 21-30 sebanyak 69 responden atau 95,83%, dan untuk kategori cukup dengan interval 11-20 sebanyak 3 responden atau 4,17%, sedangkan untuk kategori kurang dengan interval 1-10 sebanyak 0 responden atau 0%. 3. Pengaruh pemahaman fiqh taharah terhadap penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII di MTs NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011 terbukti signifikan. Hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh antara pemahaman fiqh taharah dengan penerapan bersuci dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VII di MTs NU Salatiga tahun ajaran
2010/2011 diterima”. Kesimpulan ini diambil dari perolehan konsultasi antara rhitung dengan rtabel pada taraf signifikansi 1% untuk 72 responden yang memperlihatkan bahwa rhitung 0,675 dan rtabel adalah 0,306. Dengan demikian rhitung > rtabel dan hipotesis di atas diterima.
B. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian di atas, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Untuk guru a. Guru merupakan salah satu unsur penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran, oleh karena itu guru diharapkan selalu bisa memahami kebutuhan peserta didiknya, baik dari segi kemampuan daya tangkap maupun dalam hubungan sosial antara guru dan murid. Karena pada umumnya peserta didik akan lebih menyukai dan mudah menerima pelajaran dari sosok guru yang mereka idolakan atau mereka sukai. b. Guru harus dapat memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara tuntas. 2. Untuk siswa a. Pemahaman terhadap materi fiqh taharah sangatlah penting karena taharah merupakan syarat dalam pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT, oleh karena itu pemahaman yang sudah baik ini perlu di pertahankan dan terus di perdalam pada jenjang pendidikan
selanjutnya agar pemahaman yang sudah diperoleh dapat bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat. b. Agar seluruh siswa mengamalkan atau menerapkan apa yang sudah dipahami dari fiqh taharah dalam kehidupan sehari-hari agar ibadah yang dikerjakan tidak sia-sia dan dapat sesuai dengan aturan syari’at yang ada.
C. Penutup Alhamdulillahirabbil’alamin, rasa syukur yang tak terkira karena berkat kemurahan Allah SWT maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar sarjana. Dengan segala keterbatasan bekal yang dimiliki, tentunya penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi tata tulis, penguraian masing-masing variabel dan pemilihan referensi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak terutama para pembaca yang budiman demi kemajuan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Basjid, Sulaeman. 1986. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru. Moelino, Anton M. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sardiman, AM. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Abdurrahman, M Masykuri dan Mokh Syaiful Bakhri. 2006. Kupas Tuntas Shalat. Jakarta: Erlangga. Tim Direktorat Pembinaan Perguruan Agama Islam. 1981. Pengantar Ilmu Fiqih. Jakarta: Depag RI. Siswanta, Jaka. 2009. Metodologi Penelitian. Pada Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah. Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Thoha, Chabib. 1998. PBM-PAI di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hasbi, Teuku Muhammad. 1997. Pengantar Ilmu Fiqih. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra. Abidin, Drs. Slamet, ed. Maman Abd Djaliel. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka Setia.
Tes Pemahaman Fikih Taharah dan Angket Penerapan Bersuci dalam Kehidupan Sehari-hari Siswa Kelas VII MTs NU Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011
A. Data Responden Nama
: ..............................
Kelas
: ..............................
No. Absen : .............................. B. Petunjuk Pengisian Tes dan Angket 1. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan seksama! 2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan jawaban anda! 3. Isilah angket ini dengan jujur, jangan terpengaruh oleh teman Anda! 4. Setelah diisi secara lengkap, mohon diserahkan kepada petugas! C. Tes Pemahaman fikih taharah 1. Menurut kadar tingkatannya najis dibagi menjadi... a. Satu b. Dua c. Tiga d. Empat 2. Cara mensucikan najis mukhaffafah, yaitu... a. Memercikkan dengan air b. Membasuhnya denga air dan sabun c. Membasuhnya dengan air, sabun, dan tanah d. mengelap dengan kain basah 3. Yang merupakan benda najis adalah...
a. Darah ayam b. Bangkai ikan c. Daging sapi d. Belalang 4. Yang termasuk rukun wudu, kecuali... a. Niat b. Berkumur-kumur c. Membasuh muka d. Membasuh kedua tangan 5. Yang termasuk sunah wudu, kecuali... a. Membaca basmalah b. Mendahulukan anggota wudu yang kanan c. Niat d. Membasuh anggota wudu sebanyak tiga kali 6. Yang termasuk syarat sahnya wudu adalah... a. Islam b. Sehat c. Merdeka d. Membaca basmalah 7. Hal yang membatalkan wudu, kecuali... a. Kentut b. Makan sate c. Kencing
d. Buang air besar 8. Berikut ini yang merupakan rukun mandi adalah... a. Membaca basmalah b. Berniat c. Mendahulukan anggota yang kanan d. Menggosok-gosok badan 9. Yang termasuk perbuatan yang di sunahkan dalam mandi wajib adalah... a. Niat b. Berwudu sebelum mandi c. Meratakan air ke seluruh tubuh d. Tertib 10. Hal yang disunahkan ketika masuk WC adalah... a. Mendahulukan kaki kiri b. Membaca sholawat c. Berdzikir d. Mendahulukan kaki kanan
D. Angket Penerapan bersuci Dalam Kehidupan Sehari-hari 1. Apabila pakaian Anda terkena najis, sedangkan Anda hendak melaksanakan salat, apakah Anda mengganti dengan pakaian yang suci? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
2. Apabila Anda ingin membeli makanan, kemudian Anda mengetahui bahwa Si penjual memelihara banyak anjing, apakah Anda akan mengurungkan niat niat Anda untuk membeli? a. Ya, karena khawatir najis b. Ya, karena takut anjing c. Tidak, karena lapar 3. Apabila ada kotoran ayam di lantai, apakah Anda akan menghilangkan wujudnya kemudian membasuhnya dengan air sampai hilang warna, rasa, dan baunya? a. Ya, karena itu termasuk najis mutawassithah b. Ya, karena jijik c. Saya biarkan saja, nanti juga hilang sendiri 4. Apakah Anda berniat ketika hendak berwudu? a. Ya, karena termasuk rukun wudu b. Kadang-kadang saja kalau ingat c. Tidak, yang penting wudu 5. Ketika wudu, apakah Anda membasuh tangan sampai siku-siku? a. Ya, karena merupakan rukun wudu b. Kadang-kadang kalau ingat c. Tidak, asal basah saja 6. Apakah Anda selalu membasuh anggota wudu sebanyak tiga kali ketika wudu? a. Ya, karena termasuk sunah wudu b. Kadang-kadang c. Tidak, karena akan telalu lama
7. Setelah wudu, Anda tertidur nyenyak kemudian apakah Anda berwudu lagi ketika hendak melaksanakan salat? a. Ya, karena wudu Saya sudah batal b. Kadang-kadang c. Tidak, karena malas 8. Apakah Anda bercakap-cakap ketika Anda sedang wudu bersama dengan orang lain? a. Tidak, karena itu hal yang dimakruhkan ketika wudu b. Kadang-kadang, karena diajak ngobrol c. Ya, supaya seru 9. Apakah Anda selalu mendahulukan kaki kiri ketika masuk WC? a. Ya, karena itu sunah b. Ya, kalau ingat c. Tidak Saya perhatikan 10. Apakah Anda sering buang air kecil di sembarang tempat? a. Tidak, karena selain tidak sopan juga khawatir akan najisnya b. Tidak, karena takut ada orang yang melihat c. Ya, karena terpaksa
Kunci Jawaban Tes Pemahaman Fikih Taharah
1. C. Tiga. 2. A. Memercikkan dengan air. 3. A. Darah ayam. 4. B. Berkumur-kumur. 6. A. Islam. 7. B. Makan sate. 8. B. Berniat. 9. B. Berwudu sebelum mandi. 10. A. Mendahulukan kaki kiri.
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Diah Ari Istanti
Jurusan
: Tarbiyah
NIM
Progdi
: PAI
: 11107020
Dosen Pembimbing
Akademik
: Winarno,
S.Si, M.Pd
N0
Jenis Kegiatan
1.
Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus (OPSPEK) “Dialektika peradaban mahasiswa ikhtiar membangun konsistensi menuju maturitas peran mahasiswa” Breaking The Fast And Bioskop Ramadahn Seminar Nasional “Kepemimpinan Demokrasi & Politik Pendidikan untuk Kesejahteraan Rakyat” Training Keprotokoleran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga dan Korp HMI Wati (KOHATI) “Buka Bersama” Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Salatiga Periode 2008-2009 Buka Bersama “Perjumpaan Indah dengan Ramadhan Penuh Berkah” Seminar Nasional dan Sarasehan Gubernur: “Memberdayakan Ekonomi Syari’ah Di Jawa Tengah SK Lulus Dalam Mengikuti Bimbingan Baca Tulis Al Qur’an Bedah Buku “Menyitas Dan Menyebrang : Perpindahan Massal Keagamaan Pasca 1965 Di Pedesaan Jawa” Penulis: Singgih Nugroho
2. 3.
4.
5.
6. 7.
8. 9.
Waktu Pelaksanaan
Keterangan
Nilai
28-31 Agustus 2007
Peserta
3
25 Septenber 2007
Peserta
2
23 April 2008
Peserta
6
20 Mei 2008
Peserta
3
11 September 2008
Peserta
2
15 September 2008
Peserta
2
17 Oktober 2008
Peserta
6
18 November 2008
Peserta
3
17 Desember 2008
Peserta
2
10.
11.
12.
13. 14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Kuliah Umum Dan Dialog “Perkembangan Kerjasama ASEAN Bersama Dikretorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia” Di STAIN Salatiga Kursus Pembinaan Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) kwartir Cabang Kota Salatiga Tahun 2009 Bedah Film “Laskar Pelangi” Dan Penggalangan Dana Untuk Korban Situ Gintung Bedah Buku “Deadline Your Life” Bedah Buku “Metode Studi Islam: Aplikasi Sosiologi Pengetahuan Sebagai Cara Pandang” Karya: Dr. Muhyar Fanani Sarasehan Keagamaan “Optimalisasi Peran Badan Amil Zakat (BAZ) Dalam Pengelolaan Zakat Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan” SK Lulus Mengikuti Praktikum Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Seminar Politik “Pilwalkot Yang Ideal Untuk Masa Depan Salatiga Yang Lebih Baik” SK Lulus Dalam Praktikum Pelatihan Ikhtibar al-Lughah alArabiyah Ka Lughah Ajnabiyah (ILAiK) Lomba TPQ Se Kecamatan Tegalrejo KKN STAIN Salatiga “Meningkatkan Intelektualitas Agama Melalui TPQ Guna Membentuk Generasi Islam”
10 Pebruari 2009
Peserta
2
9-14 Pebruari 2009
Peserta
3
4 April 2009
Peserta
2
14 April 2009
Peserta
2
26 Mei 2009
Peserta
2
14 September 2009
Peserta
2
20 Agustus 2010
Peserta
3
26 Januari 2011
Peserta
2
11-12 Pebruari 2011
Peserta
3
1 Mei 2011
Panitia
3
22 juni 2011
Peserta
3 56
SK Lulus Ujian Komprehensif Jumlah
Salatiga, 20 Agustus 2011 a.n Ketua, Pembantu Bidang Kemahasiswaan H. Agus Waluyo, M.Ag NIP. 19750211200003 1 001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: DIAH ARI ISTANTI
Tempat/tanggal lahir
: Kab. Semarang, 18 Desember 1986
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Gentan, Kebumen, Banyubiru, Semarang, Jawa Tengah 50664
Riwayat Pendidikan
: a. SD Kebumen 02 lulus tahun 1998. b. SLTP Islam Sudirman Ambarawa lulus tahun 2001. c. MA Pondok Tremas lulus tahun 2006. d. STAIN Salatiga Jurusan Tarbiyah Program PAI lulus teori 2011.
Demikian daftar riwayat hidup ini kami buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 25 Agustus 2011