KEBIASAAN MENDENGARKAN LAGU-LAGU BERTEMA DEWASA DAN MENONTON SINETRON DEWASA PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU ANAK DI MI MA’ARIF GLOBAL BLOTONGAN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh NURUL HIDAYAH NIM. 11508008
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH GITASATOK EEKTSESGSTK ASGT GEGNKT SASOKES 2012
KEBIASAAN MENDENGARKAN LAGU-LAGU BERTEMA DEWASA DAN MENONTON SINETRON DEWASA PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU ANAK DI MI MA’ARIF GLOBAL BLOTONGAN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh NURUL HIDAYAH NIM. 11508008
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH OK EEKTSESGSTK ASGT GEGNKT SASOKEST GITASA 2012
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama
: Nurul Hidayah
NIM
: 11508008
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Judul
: KEBIASAAN
MENDENGARKAN
LAGU-LAGU
BERTEMA DEWASA DAN MENONTON SINETRON DEWASA PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU ANAK DI MI MA‟ARIF GLOBAL BLOTONGAN SALATIGA TAHUN AJARAN 2011/2012 telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 13 Agustus 2012 Pembimbing
Drs. H. Ahmad Sulthoni, M.Pd. NIP. 19681104 1998031 003
SKRIPSI KEBIASAAN MENDENGARKAN LAGU-LAGU BERTEMA DEWASA DAN MENONTON SINETRON DEWASA PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU ANAK DI MI MA’ARIF GLOBAL BLOTONGAN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 DISUSUN OLEH NURUL HIDAYAH 11508008 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Kependidikan Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 31 Agustus 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dra. Siti Zumratun, M.Ag. Sekretaris
: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.
Penguji I
: Jaka Siswanta, M.Pd.
Penguji II
: Miftachurrif‟ah, M.Ag.
Penguji III
: Drs. Ahmad Sulthoni, M.Pd. Salatiga, 31 Agustus 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag NIP. 19580827 198303 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nurul Hidayah
NIM
: 11508008
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 13 Agustus 2012 Yang menyatakan,
Nurul Hidayah
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin!!!!
PERSEMBAHAN Untuk orang tuaku yang selalu mendoakan dan mendukungku setiap waktu, Untuk adikku yang siap menyonsong masa depan yang lebih baik, Untuk teman-teman PGMI 2008 yang selalu semangat, Dan untuk seseorang yang selalu setia menunggu.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Adapun judul skripsi
ini
BERTEMA
adalah
“KEBIASAAN
DEWASA
DAN
MENDENGARKAN
MENONTON
LAGU-LAGU
SINETRON
DEWASA
PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU ANAK DI MI MA’ARIF GLOBAL BLOTONGAN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku ketua Stain yang telah menyetujui pembahasan skripsi ini.
2.
Drs. H. Ahmad Sulthoni, M.Pd., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh keikhlasan dan sabar mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian penulisan skripsi ini.
3.
Segenap Bapak/Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai.
4.
Kepala Madrasah MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian di MI.
5.
Bapak /Ibu guru MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga yang telah membantu dalam pengumpulan data yang penulis butuhkan.
6.
Bapak dan Ibu serta keluarga yang telah mendoakan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
7.
Rekan-rekan seangkatan PGMI 2008 yang telah saling mendukung dan menyemangati. Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini jauh dari
kesempurnaan,
semua
itu
dukarenakan
keterbatasan
kemampuan
serta
pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dalam kesempuranaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia pendidikan, bagi agama, nusa, dan bangsa. Amin. Salatiga, 13 Agustus 2012 Penulis
ABSTRAK
Hidayah, Nurul. 2012. (11508008) Kebiasaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa dan Menonton Sinetron Dewasa Pengaruhnya terhadap Perilaku di MI Ma’arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H.A. Sulthoni, M.Pd. Kata Kunci: Kebiasaan, Mendengarkan Lagu, Menonton Sinetron, Dewasa, dan Perilaku Anak. Zaman sekarang anak-anak lebih sering menikmati lagu-lagu dan sinetronsinetron bertema dewasa dari pada lagu-lagu dan sinetron-sinetron anak. Hal ini perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap anak. Penelitian ini untuk mengetahui: (1) Bagaimanakah kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012? (2) Bagaimanakah kebiasaan menonton sinetron dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012? (3) Bagaimanakah perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012? (4) Adakah pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012? (5) Adakah pengaruh kebiasaan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012? (6) Adakah pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012? Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian korelasi, subjek penelitian sebanyak 40 responden, menggunakan teknik sampel purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan instrument kuesioner untuk menjaring data kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa, kebiasaan menonton sinetron dewasa, dan perilaku anak. Data penelitian yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis statistik asosiatif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan mendengarkan lagulagu bertema dewasa tergolong tinggi, untuk kebiasaan menonton sinetron dewasa juga tergolong tinggi, sedangkan untuk perilaku anak tergolong cukup. Kemudian terdapat pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa terhadap perilaku anak dan juga terdapat pengaruh kebiasaan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak. Uji hipotesis menunjukkan terdapat korelasi antara kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga tahun pelajaran 2011/2012, didukung dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,4976.
DAFTAR ISI
SAMPUL......................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO .................................................................................
ii
JUDUL .........................................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
ABSTRAK ...................................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ B. Rumusan Masalah................................................................... C. Tujuan Penelitian .................................................................... D. Hipotesis ................................................................................ E. Kegunaan Penelitian .............................................................. F. Definisi Operasional ............................................................... G. Metode Penelitian .................................................................. 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ........................... 2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 3. Populasi danSampel ........................................................ 4. Metode Pengumpulan Data ............................................. 5. Instrumen Penelitian ....................................................... 6. Analisis Data ................................................................... H. Sistematika Penulisan .............................................................
1 9 10 11 13 14 17 17 18 18 20 21 22 25
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kebiasaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa ......... B. Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa .................................. C. Perilaku Anak .........................................................................
28 32 38
D. Kebiasaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa dan Menonton Sinetron Dewasa Pemgaruhnya terhadap Perilaku Anak .......................................................................................
50
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ................... 1. Profil Madrasah ................................................................ 2. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah ..................................... 3. Struktur Organisasi Madrasah .......................................... 4. Kegiatan Madrasah ........................................................... 5. Data Responden ............................................................... B. Penyajian Data .......................................................................
62 62 65 67 72 75 76
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis Deskriptif .................................................................. 1. Analisis tentang Kebiasaan Mendengarkan Lagu-Lagu Bertema Dewasa di Mi Ma‟arif Global Blotongan Salatiga ............................................................................. 2. Analisis tentang Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa di Mi Ma‟arif Global Blotongan Salatiga ........................ 3. Analisis tentang Perilaku Anak di Mi Ma‟arif Global Blotongan Salatiga ........................................................... B. Pengujian Hipotesis ................................................................ 1. Korelasi dengan Y ....................................................... 2. Korelasi dan Y ............................................................ 3. Korelasi dan ........................................................... 4. Mencari Nilai Koefisien Korelasi Ganda ......................... C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis ............................................
82
82 89 95 101 103 105 107 109 112
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ B. Saran ....................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
114 116 118
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..........................................................................
120
RIWAYAT HIDUP .....................................................................................
134
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Populasi dan Sampel .........................................................
19
Tabel 3.1 Kondisi Kelas .............................................................................
63
Tabel 3.2 Jumlah Murid ............................................................................
64
Tabel 3.3 Data Guru ..................................................................................
64
Tabel 3.4 Daftar Nama Responden ...........................................................
75
Tabel 3.5 Jawaban Angket tentang Kebiasaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa ........................................................................
77
Tabel 3.6 Jawaban Angket tentang Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa .......................................................................................
78
Tabel 3.7 Jawaban Angket tentang Perilaku Anak ....................................
80
Tabel 4.1 Skor Jawaban Angket tentang Kebiasaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa ......................................................
83
Tabel 4.2 Hasil Skor tentang Kebiasaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa ........................................................................
85
Tabel 4.3 Tabel Kerja Distribusi Frekuensi Kebiasaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga ......................................................................................
86
Tabel 4.4 Nilai Interval Variabel (Kebiasaan Mendengarkan LaguLagu Bertema Dewasa) .............................................................
89
Tabel 4.5 Skor Jawaban Angket tentang Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa ......................................................................................
90
Tabel 4.6 Hasil Skor tentang Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa ......
91
Tabel 4.7 Tabel Kerja Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga .....
93
Tabel 4.8 Nilai Interval Variabel (Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa) .....................................................................................
95
Tabel 4.9 Skor Jawaban Angket tentang Perilaku Anak ...........................
96
Tabel 4.10 Hasil Skor tentang Perilaku Anak .............................................
97
Tabel 4.11 Tabel Kerja Distribusi Frekuensi Perilaku Anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga ........................................................
99
Tabel 4.12 Nilai Interval Variabel
(Perilaku Anak) .................................
101
Tabel 4.13 Tabel Kerja atau Tabel Perhitungan Variabel , Variabel , dan Variabel Y ..........................................................................
102
Tabel 4.14 Ringkasan Statistik
dan Y ....................................................
103
Tabel 4.15 Ringkasan Statistik
dan Y ....................................................
106
Tabel 4.16 Ringkasan Statistik
dan
108
...................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bentuk Paradigma Penelitian ..................................................
23
Gambar 3.1 Struktur Organisasi MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga ...
66
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Nota Pembimbing ........................................................
121
Lampiran 2
Surat Permohonan Izin Penelitian ........................................
122
Lampiran 3
Surat Rekomendasi Penelitian ..............................................
123
Lampiran 4
Surat Keterangan Keaktifan ..................................................
124
Lampiran 5
Lembar Konsultasi Skripsi ...................................................
126
Lampiran 6
Angket ..................................................................................
127
Lampiran 7
Kisi-kisi Instrumen Penelitian ..............................................
130
Lampiran 8
Tabel Nilai Kritis Distribusi F pada Tingkat 5 Persen dengan α = 0,05 dan α = 0,01 ...............................................
131
Tabel Nilai-nilai r Product Moment .....................................
133
Lampiran 10 Riwayat Hidup ......................................................................
134
Lampiran 9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan teori Albert Bandura, masa kanak-kanak adalah masa yang sangat penting untuk pembentukan kepribadian dan karakter. Dengan demikian, masa kanak-kanak adalah suatu tahap di mana manusia itu belajar sebanyak-banyaknya tentang kehidupan sebagai modal hidupnya kelak. Di masa tersebut, manusia bersifat imitatif atau menirukan dari apa saja yang ada dan
terjadi
di
mempengaruhinya.
sekitarnya. Pengaruh
Sehingga lingkungan
peran tersebut
lingkungan yang
sangat
menjadikan
kepribadian dan karakter anak hingga dewasa nantinya. (http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albertbandura/). Seperti di dalam sebuah hadits, bahwa seoarang anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan lingkunganlah (dalam hadits ini adalah orang tua) yang mempengaruhi kepribadian atau kehidupan anak kelak.
ِ ِِ ِّ َما ِمن مولُود إَِّل ي ولَ ُد َعلَى ال ِْفطْرةِ فَأَب واهُ ي َه ِو َدانِِو أَوي ن ُسانِِو َك َما تُ ْنتَ ُج الْبَ ِه ْي َمة ُْ ُْ ْ َْ ْ َ ّ ُ ََ َ َ ص َرانو أ َْوُيَُ ّج ِ ِ ِ اء ُّ اء َى ْل ُُِت َ س ْو َن ف ْي َها م ْن َج ْد َع َ ََب ْي َمة ََجْ َع Artinya: “Tidaklah anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi atau seperti Nasrani atau seperti Majusi, seperti induk hewan melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna (tidak cacat) maka kamu tidak melihat di dalam anak hewan itu suatu kecacatan”(HR. Al-Bukhori)(Mundziri, 2003:1086).
Salah satu faktor perkembangan yang mempengaruhi perilaku anak adalah: berfikir imaginatif. Salah satu ciri masa ini adalah masa yang penuh fantasi. Sulit bagi anak-anak untuk membedakan mana fantasi dan mana yang realita. Persepsinya tentang kartun, atau pun film animasi di televisi dipahami sebagai sesuatu yang nyata, sehingga sering kali proses peniruan cepat terjadi (Izzaty, 2005:75). Selain lingkungan, semua orang tidak terlepas dari meniru sebagai proses belajar. Jadi, pada usia anak-anak, meniru dan menjelajahi lingkungan menjadi cara yang umumnya menarik dalam proses belajarnya. Mereka akan cenderung meniru apa yang dilihat, diraba, atau didengarnya. Dalam buku Quantum Learning, “anak-anak belajar dengan cara atau dengan modalitas belajar: visual; belajar dengan cara melihat, auditorial; belajar dengan cara mendengar, dan kinestetik; belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh” (De Porter dan Mike, 2004:113). Sehingga, menurut penulis lagu dan televisi dianggap sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan pesan yang mudah ditangkap. Melalui nada dan lirik lagu seusianya, imajinasi anak-anak diajak mengeksplorasi lingkungan terdekatnya. Tema-tema seputar peran dan jasa orang tua serta guru, keindahan alam sekitar, dan keagungan Sang Pencipta bisa menjadi inspirasi dalam pembuatan lagu anak-anak juga mengandung nilai-nilai positif bagi pembentukan karakter anak. Menurut penulis, sebagian besar orang menyukai musik, setiap orang bisa bersenandung walaupun hanya di dalam kamar mandi, sebagian orang juga
menidurkan anaknya dengan menyanyikan lagu. Lagu berlaku seperti sebuah doktrin, semakin sering seseorang mengulang syair lagu tersebut, biasanya semakin seseorang meresapkan nilai yang terkandung di dalamnya. Seperti halnya juga dengan menonton acara televisi, contohnya seperti acara sinetron, semakin sering seseorang menonton sinetron, biasanya semakin seseorang meresapkan nilai yang terkandung di dalamnya. “Secara umum, semua pilihan musik adalah instrumental. Hanya musik untuk jeda dan efek khusus akan berisi lirik. Dan jika Anda benar-benar menggunakan musik dengan lirik, ingatlah untuk memilih lirik yang berpesan positif” (Nilandari, 2005:76). Salah satu kriteria lagu-lagu atau nyanyian untuk anak menurut Gilbert (1981) dalam Suyanto (2005:169), “pilihlah lagu dengan kata-kata yang dipahami anak. Kadang perlu bagi guru untuk menerangkan apa makna lagu yang dinyanyikan”. Seorang anak kecil yang menyanyikan lagu anak-anak yang pantas dan sesuai untuk ukuran mereka, sebuah lagu yang sederhana tetapi pas untuk mereka nyanyikan, seperti Burung Kutilang yang diciptakan oleh ibu Sud, dan melihat anak kecil menyanyikan lagu tersebut membuat anak kecil tersebut terlihat menyenangkan dan lucu. Namun anak-anak zaman sekarang, jarang sekali bahkan hampir tidak ada yang berminat menyanyikan lagu-lagu anak seperti Burung Kutilang tersebut, yang lainnya juga yang sejenis seperti Bangun Tidur, Cicak di Dinding, Kring Ada Sepeda, Bintang Kecil, Pelangi, Bintang Kecil dan sebagainya. Mereka
justru bangga hafal lagu Wonder Woman, Mantan Kekasihku, Di antara Kalian, Cinta Monyet, Alamat Palsu, Cinta Satu Malam, dan sejenisnya. Bisa dibayangkan apa yang ada di dalam pikiran anak-anak, bila setiap hari mereka mendengarkan dan melihat lagu-lagu dewasa. Setiap hari pula mereka akan menyanyikan lagu-lagu dewasa dan memutar kaset atau CD lagu-lagu dewasa. Suatu saat di dalam pikiran anak-anak pasti akan muncul pertanyaan, “Apakah itu cinta? Apa itu selingkuh?” Dan bila kurangnya perhatian dari orang tua, maka anak-anak akan lebih mudah mendapatkan informasi tersebut lewat internet, buku, majalah, dan media-media lain yang kurang mendidik. Pilihan anak-anak dalam mendengarkan lagu pun orang tua hendaknya bisa mengontrolnya, seperti yang diungkapkan bahwa, “mempunyai pesawat televisi satu, dua, tiga atau lebih adalah pilihan. Namun, pastikan bahwa pilihan kita bagi putra-putri kita adalah pilihan terbaik” (Jinan, 2008:80). Lagu anak harusnya menjadi sesuatu yang menghibur untuk anak–anak. Tetapi saat ini dengan jarangnya kemunculan lagu anak, banyak dari mereka yang akhirnya mendengarkan lagu orang dewasa yang tidak sesuai dengan perkembangan mereka. Lagu dewasa tersebut memaksa mereka untuk menjadi lebih dewasa di umur yang harusnya mereka bisa menikmati masa bermain mereka. Di dalam kegiatan bermain pun, tanpa disadari anak-anak terkadang mendengarkan lagu-lagu, baik yang mereka lihat melalui televisi ataupun yang mereka dengar melalui radio. Mereka sangat menyukai lagu-lagu tersebut,
sampai-sampai mereka hafal dengan lagu-lagu yang mereka dengarkan tersebut. Orang tua mereka merasa begitu bangga dengan kemampuan anakanaknya, dimana pada usia anaknya yang masih kecil, anak-anak mereka telah mampu menyanyikan lagu-lagu dengan lancar. Hal tersebut membuat sangat khawatir, karena lagu-lagu tersebut tidak pantas untuk mereka dengar. Tetapi sangat disayangkan apabila masih terdapat orang tua yang menganggap kebiasaan anak-anak yang menyanyikan lagu dewasa sebagai hal lelucon atau indikasi tingkat kepintaran anak yang semakin meningkat. Sebab secara tidak langsung, lagu tersebut memberi dampak negatif bagi pola pikir, kepribadian dan perkembangan anak. Ada juga orang tua yang belum memikirkan dan membatasi tentang acara atau film apa yang yang ditonton oleh anaknya. Kebanyakan orang tua membiarkan anak-anaknya menonton televisi selama berjam-jam, dengan asumsi bahwa mereka terhibur dengan acara yang disuguhkan, tanpa memperhatikan manfaat dan pengaruhnya terhadap anak. Hal ini juga memprihatinkan dan disayangkan untuk perkembangan jiwa anak. Sedangkan orang tuanya sendiri, waktunya anak belajar pada malam hari, orang tua malah menonton sinetron. Apabila anak ikut menonton, orang tua seringnya tidak melarang. Dunia televisi memang saling berlomba-lomba menayangkan sinetron untuk menarik perhatian pemirsanya. Demi menarik perhatian pemirsa ini terkadang dari pihak pertelevisian tidak menghiraukan kesiapan masyarakat dalam menerima tayangan tersebut. Selama ini penikmat televisi hanya
disuguhi dengan adegan-adegan yang seronok, vulgar, dan kadang membahayakan bagi remaja dan anak-anak. Akibatnya banyak dijumpai efek negatifnya dari pada efek positifnya. Para pemirsa tanpa disadari mulai terpengaruh budaya yang ada dalam sinetron. Menurut Hana dan Seto Mulyadi (Farindra, 2008) mengungkapkan sinetron-sinetron memberi pengaruh besar terhadap merosotnya moral dan akidah pelajar Indonesia, sedangkan tayangan yang mengandung edukasi hanya 0,07% (http://www.pengaruh-kebiasaan-menonton-sinetron-terhadapkebiasaan-belajar-siswa.html). Didukung oleh Poltak Tampubolon (Pikiran Rakyat, 14 April 2009) mengungkapkan tujuan dari pembuatan sinetron adalah hanya untuk komersial semata sehingga menurunkan kualitas cerita yang akhirnya membuat sinetron menjadi tidak lagi mendidik tetapi hanya menyajikan hal-hal yang sifatnya menghibur. Sebagian besar sinetron pada umumnya bercerita seputar percintaan, kekayaan, dan adanya unsur kekerasan. Namun tidak semua sinetron bermutu rendah, ada sinetron yang mengedepankan unsur budaya dan pendidikan misalnya sinetron yang menceritakan kehidupan keluarga sederhana. (http://www.pengaruh-kebiasaan-menonton-sinetron-terhadap-kebiasaanbelajar-siswa.html). Ada beberapa tindakan pendidikan yang seyogyanya dapat dilakukan untuk anak SD sebagai orang tua, menurut Syafei (2006:45) salah satunya: … Dalam hal memberikan kesempatan anak untuk menonton TV atau mengajak anak untuk menonton film, hendaknya memilih jenis
film yang sesuai dengan keberadaan anak dan yang memiliki nilai pendidikan bagi anak. Hindarkan anak kita menonton film-film dewasa. Apabila hal ini tidak bisa kita kendalikan, amat membahayakan bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak beserta pendidikannya. Perlu kita ingat disini bahwa film amat besar pengaruhnya kepada anak. Sebagai contoh, coba kita perhatikan kelakuan anak kita seusai menonton film silat. Dia melompat ke sana kemari sambil berteriak, “Ciaaat… ciaat… ciaaaaat!!!!!”. Lebih lanjut, kami kemukakan bahwa dari film, anak akan banyak memperoleh sesuatu yang bermanfaat bagi pertumbuhan, perkembangan, dan pendidikannya, namun dari film itu juga anak akan banyak menerima akibat yang sangat negatif. Waspadalah!.... Lagu-lagu cinta dan adegan-adegan sinetron saat ini lebih terdengar dan terlihat sebagai sesuatu yang mengumbar birahi dibandingkan dengan lagu cinta dan sinetron yang menggambarkan keagungan cinta. Lagu-lagu dan sinetron dengan tema cinta sejenis, seks bebas, perselingkuhan dan banyak tema-tema yang tabu untuk anak sangat marak di dunia entertainmen Indonesia. Salah satu contoh
metode praktis dan kepribadian Islam itu adalah:
“melarang mendengarkan musik dan lagu yang mengandung birahi” (Ulwan juz 1, 1996:189). Kemudian diperjelas bahwa, “setiap orang yang berpikir sehat tentu tidak akan meragukan lagi bahwa mendengarkan suara-suara yang diharamkan ini mempunyai pengaruh terhadap akhlak anak, dan dapat mendorongnya berbuat kejahatan dan bersenang-senang dengan hawa nafsu” (Ulwan juz 1, 1996:194).
Menurut al-Qur‟an,
ِ ولَ ِواتَبع ا ْْل ُّق أ َْىوآء ُىم لََفس َد ض َوَم ْن فِ ْي ِه َن بِ ِذ ْك ِرِى ْم فَ ُه ْم َع ْن ِذ ْك ِرِى ْم َ ت ال ُ س ٰم ٰو ُ ت َواأل َْر َ ْ َ َ َ ََ َ ﴾۱۷﴿ ض ْو َن ُ ُم ْع ِر
Artinya: “Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya kami Telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu” (QS. Al-Mu’minun: 71). Karena itu, “barang siapa mendengarkan nyanyian dalam rangka membantunya berbuat maksiat kepada Allah, niscaya ia fasik-demikian juga selain nyanyian” (Qardhawi, 2007:421). Hasil survei yang telah peneliti lakukan di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga, peneliti mengamati proses kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung yaitu ketika seorang guru meminta siswa menyanyi di depan kelas, lagu yang mereka pilih bukan lagu anak-anak, melainkan lagu-lagu dewasa atau lagu-lagu pop yang sering diputar atau ditayangkan di TV. Bahkan di depan kelas, mereka menyanyi sambil menirukan gaya penyanyi aslinya ketika menyanyikan lagu. Dari pengakuan siswa sendiri, mereka senang setiap kali sinetron kegemarannya ditayangkan, dan
mereka marah saat pemeran utama dari
sinetron kesayangannya tersakiti. Ketika sedang berbicara dengan temantemannya pun, mereka sering menggunakan ungkapan-ungkapan yang diucapkan oleh tokoh-tokoh yang ada dalam sinetron yang mereka tonton. Mereka juga sering meniru gaya atau apa yang dilakukan sang artis dalam sinetron. Ditemukan juga, mereka mempunyai kelompok-kelompok kecil atau genggeng, dan mereka saling bermusuhan dan bersaing antara satu kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Peneliti juga menemukan di kelas, ketika siswa dipasangkan dengan anak berlainan jenis dalam satu kelompok, mereka
malu-malu dan merasa senang ketika teman kelompoknya itu adalah orang yang mereka sukai. Bahkan ketika seorang siswa ditanya mengenai siapa teman yang paling dekat, siswa ini menjawab bahwa teman yang paling dekat adalah seorang laki-laki dan mengungkapkan kalau mereka sudah berpacaran.
Berdasar paparan masalah tersebut di atas, perlu penyeleseaian melalui kegiatan penelitian yang berjudul “KEBIASAAN MENDENGARKAN LAGU-LAGU BERTEMA DEWASA DAN MENONTON SINETRON DEWASA PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU ANAK DI MI MA’ARIF GLOBAL BLOTONGAN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012? 2. Bagaimanakah kebiasaan menonton sinetron dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012? 3. Bagaimanakah perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012? 4. Adakah pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012?
5. Adakah pengaruh kebiasaan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012? 6. Adakah pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Untuk mengetahui kebiasaan menonton sinetron dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. 3. Untuk mengetahui perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. 4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. 5. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kebiasaan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. 6. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011:64). Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan) dan assosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan assosiatif/hubungan (Sugiyono, 2011:66). Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri (Sugiyono, 2011:67). Dalam penelitian ini, hipotesis deskriptifnya meliputi: kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga sangat tinggi atau tinggi atau sedang atau rendah, kebiasaan menonton sinetron dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga sangat tinggi atau tinggi atau sedang atau rendah, perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga sangat buruk atau buruk atau cukup atau baik. Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2011:68).
Hipotesis assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah assosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2011:69). Berdasarkan hal tersebut, maka bentuk hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis assosiatif/hubungan, dengan rumusan hipotesis altenatifnya (Hα) sebagai berikut: ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012, ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kebiasaan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012, dan ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. Hipotesis nihil atau hipotesis nol (Ho) sebagai berikut: tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012, tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kebiasaan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012, dan tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012.
E. Kegunaan Penalitian 1. Manfaat Teoritis a. Manfaat yang dicapai dari hasil penelitian adalah sebagai bahan pengembangan hasanah keilmuan pendidikan. b. Sebagai masukan dan bahan pengembangan kajian pada mata kuliah psikologi belajar. c. Sebagai bahan pengembangan dan kajian terhadap teori-teori belajar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah 1. Sebagai bahan pengembangan sekolah untuk meningkatkan pengawasan terhadap siswa mengenai hiburan (musik dan sinetron). 2. Sebagai usaha untuk meningkatkan kedisiplinan terhadap peraturan sekolah terutama mengenai keterbatasan siswa dalam mengakses lagu-lagu bertema dewasa dan sinetron-sinetron dewasa. 3. Sebagai cara untuk meningkatkan fasilitas hiburan di sekolah, terutama musik dan tontonan (film/sinetron) yang sesuai usia siswa di sekolah dasar atau pun madrasah ibtidaiyah. b. Bagi Guru 1. Sebagai masukan bagi guru untuk lebih meningkatkan penguasaan terhadap materi pembelajaran mengenai lagu dan drama sehingga siswa lebih berminat terhadap lagu dan drama yang sesuai umur mereka.
2. Sebagai bahan pengembangan materi mengenai lagu dan drama. 3. Sebagai bahan kajian mengenai lagu dan drama. 4. Sebagai
cara
untuk
meningkatkan
kreatifitas
guru
untuk
menciptakan lagu dan drama sesuai usia anak didiknya. 5. Sebagai cara guru untuk meningkatkan kreatifitas guru untuk menciptakan dan mengembangkan metode dan media audio visual yang sesuai dengan usia anak. F. Definisi Operasional 1. Kebiasaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak direncanakan. Kebiasaan mungkin merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali (Rakhmat, 1994:43). Sedangkan mendengar adalah dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga (Poerwadarminta, 2008:251). Lagu adalah berbagai irama yang meliputi suara instrument dan bernyanyi
(Poerwadarminta,
2008:506). Kemudian dewasa adalah tidak kecil lagi, sudah sampai umur, sudah aqil baligh (Poerwadarminta, 2008:251). Menurut pendapat-pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa adalah mendengarkan nyanyian yang diperuntukkan untuk seseorang yang sudah sampai umur atau tidak anak-anak lagi dan biasa dilakukan berulang-ulang atau berkalikali.
Lagu dewasa dalam penelitian ini dibatasi dalam lagu-lagu yang bertemakan masalah orang-orang dewasa. Seperti lagu bertema cinta antara sepasang kekasih, perselingkuhan, pertengkaran sepasang kekasih atau pun suami istri, dan sebagainya. Indikator dari kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa di antaranya: a. Sering mendengarkan lagu-lagu dewasa. b. Setiap waktu santai memutar kaset/CD lagu tema dewasa. c. Suka mendengarkan lagu-lagu dewasa di tempat tertentu. d. Banyak lirik-lirik atau lagu-lagu dewasa yang dihafal. e. Saat mendengarkan lagu, ikut bernyanyi. f. Lama mendengarkan lagu-lagu dewasa. g. Mengetahui jenis atau judul lagu-lagu dewasa. h. Mengenal atau mengetahui nama-nama penyanyi lagu-lagu dewasa. 2. Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa Menurut KBBI, menonton sama dengan melihat (pertunjukan, gambar hidup, dsb.) (Poerwadarminta, 2008:1206). Sedangkan sinetron adalah film, pertunjukan sandiwara (Poerwadarminta, 2008:764). Sinetron-sinema elektronika-sama dengan TV-play, sama dengan teledrama, sama dengan sandiwara televisi, sama dengan film-televisi, sama dengan lakon televisi. Persamaannya: sama-sama ditayangkan medium audio-visual bernama televisi (Wardhana, 1997:268).
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa kebiasaan menonton sinetron dewasa adalah melihat film atau pertunjukan sandiwara yang ditayangkan di televisi. yang diperuntukkan untuk seseorang yang sudah sampai umur atau tidak anak-anak lagi dan biasa dilakukan berulang-ulang atau berkali-kali. Sinetron dewasa dalam penelitian ini dibatasi dalam sinetron yang bertemakan masalah orang-orang dewasa. Seperti sinetron bertema cinta antara sepasang kekasih, perselingkuhan, pertengkaran sepasang kekasih atau pun suami istri, perkelahian atau kekerasan, horror, dan sebagainya. Indikator dari kebiasaan menonton sinetron dewasa di antaranya: a. Sering menonton sinetron dewasa. b. Hafal isi cerita sinetron yang ditonton. c. Mengikuti ekspresi sang artis. d. Lama menonton sinetron dewasa. e. Banyak judul-judul sinetron dewasa yang dihafal. f. Mengetahui tema-tema sinetron dewasa. g. Mengenal atau mengetahui nama-nama pemain-pemain sinetron dewasa. 3. Perilaku Anak Perilaku semata-mata dihubungkan dengan apa yang dilakukan oleh anak-anak; oleh karena itu, perilaku dapat diamati. Perilaku yang umum meliputi menangis, merangkak, berjalan, berbicara, berlari, tertawa, memukul, mengisap, menggigit, menggaruk dan makan. Setiap perilaku
tersebut dapat diukur sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang dapat diamati, dihitung dan diukur waktunya (Twiford, 1988:3-4). Pembahasan dalam perilaku, hanya meliputi perilaku yang dipengaruhi oleh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa. Perilaku disini tidak hanya tanggapan terhadap isi dari lirik lagu dan skenario sinetronnya saja, tetapi juga tanggapan trhadap aksi atau penampilan dari sang penyanyi dan artis. Indikator dari perilaku anak antara lain: a. Perilaku berbicara menirukan sang artis. b. Perilaku senang bergaul dengan teman yang berlawanan jenis. c. Perilaku mengikuti trend atau mode dari sang artis. G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Peneliti kuntitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap objek yang diteliti lebih bersifat sebab-akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2011:11). Dalam
pelaksanaan
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
pendekatan kuantitatif. Sedangkan rancangan penelitian ini adalah penelitian korelasi. Peneliti hanya mencari pengaruh antara variabel
,
yaitu kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan variable
,
yaitu kebiasaan menonton sinetron dewasa dengan variabel Y, yaitu perilaku anak. Dalam penelitian ini peneliti bermaksud meneliti pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak. Dengan kata lain, apakah kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa berpengaruh terhadap perilaku anak. Penelitian ini mengarah pada studi korelasi yang sejajar dengan teknik angket. Penelitian ini meliputi 3 variabel, yaitu kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa (
), kebiasaan menonton sinetron dewasa (
)
dan perilaku anak (Y). Asumsi dasar dari penelitian ini adalah “bahwa adalah variabel
yaitu kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema
dewasa dan variabel
yaitu kebiasaan menonton sinetron dewasa
berpengaruh pada variabel Y yaitu perilaku anak. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Global, Blotongan kota Salatiga pada bulan Juni-Agustus 2012. 3. Populasi dan Sampel Penelitian “Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
kesimpulannya” (Sugiyono, 2011:80).
dan
kemudian
ditarik
Subjek penelitian dalam hal ini adalah siswa MI Ma‟arif Global dengan jumlah total siswa sebanyak 105 orang. Secara terperinci, jumlah total siswa di setiap kelas sebagai berikut: Tabel 1.1 Data Populasi dan Sampel MI Ma’arif Global Blotongan Salatiga
KELAS
POPULASI
SAMPEL
I II III IV V VI Jumlah
30 12 27 10 11 15 105
0 0 22 7 11 0 40
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2011:81). Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Non-probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling (Sugiyono, 2011:82). Oleh karena itu, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menerapkan “purposive sampling”. “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2011:81).
4. Metode Pengumpulan Data a. Metode Angket (Kuesioner) Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan yang dilakukan dengan cara memberi seperangakat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011:142). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data pokok tentang bagaimana kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa, bagaimana kebiasaan menonton sinetron dewasa dan bagaimana perilaku anak di MI Ma‟arif Global. b. Metode Observasi “Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2011:145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”. Metode ini digunakan untuk membantu dalam pengumpulan data kondisi secara umum MI Ma‟arif Global, seperti letak geografis, struktur organisasi, dan sebagainya. c. Metode Wawancara Wawancara, adalah suatu cara atau kepandaian melakukan tanya jawab untuk memperoleh keterangan, informasi dan sejenisnya. Metode ini digunakan untuk mengetahui informasi mengenai profil
MI Ma‟arif Global serta data-data yang mendukung. Latar belakang dari penelitian ini agar tidak terjadi kekeliruan dari dokumendokumen yang telah ada. d. Metode Dokumentasi Dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat dokumentasi, seperti biodata siswa, biodata guru dan karyawan. Setelah data terkumpul, maka perlu dilakukan analisis data melalui metode tertentu. 5. Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2011:102), Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Sedangkan menurut Ghony dan Almanshur (2009:210), Di dalam penelitian survey, historical, evaluation, operasional, dan sebagainya, khususnya survey konsep atau pun konstruk variabelnya haruslah dijabarkan ke dalam pertanyaanpertanyaan dalam bentuk kuesioner (Gay, 1987). Menurut Wilkers, 1987, hal tersebut terjadi memungkinkan berkaitan dengan pengumpulan data empiris yang relevan bagi suatu analisis, konsep maupun konstruk sebagai “symbolic representation of phenomena” atau “codifications of experience and observations” yang harus dioperasionalkan oleh peneliti sebelum dijabarkan ke dalam bentuk instrumen. Kemudian menurut Smith (1987), operasionalisasi merupakan suatu proses
di mana seorang peneliti mengidentikkan (specifies) observasi empiris. Dapat merupakan indikator-indikator suatu atribut yang terdapat dalam suatu konsep. Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk menyusun proposal ini, peneliti membuat suatu instrumen penelitian yang di dalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang variabel-variabel yang ingin diteliti dan diketahui datanya. Instrumen yang akan digunakan adalah angket atau kuesioner. Ada tiga instrumen yang perlu dibuat, yaitu: a. Instrumen untuk mengukur kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa. b. Instrumen untuk mengukur kebiasaan menonton sinetron dewasa. c. Instrumen untuk mengukur perilaku anak. Bentuk angketnya adalah multiple choice (pilihan ganda). Penulis menggunakan skala likert, dengan alternatif jawaban setiap pertanyaan adalah A, B, C dan D. Skor A adalah 4, skor B: 3, skor C: 2, dan skor D: 1. Jumlah pertanyaan atau soal angket sebanyak 30 buah. Sumber datanya adalah siswa MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga. 6. Analisis Data Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Dengan demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah
data tersebut menjadi informasi, sehingga
karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter) berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik) Untuk hipotesis deskriptif, dalam menjawab rumusan masalah 1, 2, dan 3, peneliti menggunakan rumus mean:
̅= ̅
= nilai rata-rata (mean) = jumlah frekuensi dikalikan nilai X
N
= jumlah sampel Berdasarkan hipotesis asosiatif yang telah disebutkan sebelumnya,
dan dengan bentuk paradigmanya sebagai berikut:
Y
Gambar 1.1 Bentuk Paradigma Penelitian
Maka, analisis data yang peneliti lakukan adalah menggunakan rumus korelasi product moment dan rumus korelasi ganda (
.
Rumus product moment digunakan untuk menjawab rumusan masalah 4 dan 5. Sedangkan rumus korelasi ganda digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ke 6. Rumus product moment dalam Sugiyono (2011:183) adalah sebagai berikut:
√{
}
Untuk rumus korelasi ganda adalah sebagai berikut:
√
Keterangan : = korelasi antara variabel
dengan
secara bersama-
sama dengan variabel Y
2011:191).
= korelasi product moment antara
dengan Y
= korelasi product moment antara
dengan Y
= korelasi product moment antara
dengan
(Sugiyono,
Setelah diketahui besarnya korelasi antara variabel
dengan
secara bersama-sama dengan variabel Y, maka apakah koefisien korelasi itu dapat digeneralisasikan atau tidak, diuji signifikasinya dengan rumus sebagai berikut: ⁄ ⁄ Keterangan: R
= Koefisien korelasi ganda
k
= Jumlah variabel independen
n
= Jumlah anggota sampel (Sugiyono, 2011:192).
Setelah diketahui
-nya, kemudian
tersebut dikonsultasikan
dengan F tabel ( ), dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan yang ditetapkan 5%. Bila
lebih besar dari , maka
koefisien korelasi ganda yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi. H. Sistematika Penulisan Isi dan sistematika skripsi penelitian kuantitatif dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. 1. Bagian Awal Cakupan bagian awal meliputi: sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian
tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar , dan daftar lampiran. 2. Bagian Inti Dalam bagian inti penelitian ini, penulis membagi menjadi lima bab yang saling berkaitan dan dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitan, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian (Pendekatan dan Raancangan Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Metode Pengumpulan data, Instrumen Penelitian, dan Analisis Data), dan Sistematika Penulisan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA Kebiasaan
Mendengarkan
Lagu-lagu
Bertema
Dewasa,
Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa, Perilaku Anak dan Kebiasaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa dan Menonton Sinetron Dewasa Pengaruhnya terhadap Perilaku Anak. BAB III HASIL PENELITIAN Pemaparan hasil penelitian berisi tentang Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian (Profil Madrasah, Visi, Misi dan Tujuan Madrasah), Struktur Organisasi, Kegiatan Madrasah, Data Responden dan Penyajian Data.
BAB IV ANALISIS DATA Berisi tentang Analisis Deskriptif, Pengujian Hipotesis dan Pembahasan. BAB V
PENUTUP Berisi Kesimpulan dan Saran.
3. Bagian Akhir Pada bagian akhir berisi: Daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan data riwayat hidup peneliti.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kebiasaaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa 1.
Kebiasaan Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak direncanakan. Kebiasaan mungkin merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali. Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berlainan dalam menanggapi stimulus tertentu. Kebiasaan inilah yang memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan (Rakhmat, 1994:43). Kebiasaan adalah faktor yang kuat di dalam hidup kita. Karena konsisten, dan sering merupakan pola yang tak disadari, maka kebiasaan terus menerus, setiap hari, mengekspresikan karakter kita dan mengahasilkan kefektifan kita … atau ketidakefektifan kita (Covey, 1994:35). Menurut M. Buchari (1982:115-116) dalam Jalaluddin (1998:206), kebiasaan adalah cara bertindak atau berbuat seragam. Dan pembentukan kebiasaan ini menurut Wetherington melalui dua cara. Pertama dengan cara pengulangan, dan kedua dengan disengaja dan direncanakan.
Kemudian menurut Covey (1994:36), faktor yang mempengaruhi kebiasaan adalah pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa yang harus dilakukan dan mengapa. Keterampilan adalah bagaimana melakukannya. Dan keinginan adalah motivasi, keninginan untuk melakukan. Untuk menjadikan sesuatu sebagai kebiasaan di dalam hidup kita, kita harus mempunyai ketiganya. 2.
Pengertian Mendengarkan Mendengar adalah dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga (Poerwadarminta, 2008:251). Menurut
Moeliono
dalam
bukunya
Slamet
(2007:116),
mendengarkan memiliki unsure makna mendengar karena orang mendengarkan menggunakan alat yang sama dengan mendengarkan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Perbedaannya terdapat pada tingkat kessadaran seseorang melakukan kegiatan atau perbuatan itu. Bila kegiatan mendengar dilakukan dengan tidak sengaja, maka kegiatan mendengarkan dilakukan dengan sengaja atau terencana. 3.
Lagu Lagu adalah berbagai irama yang meliputi suara instrument dan bernyanyi (Poerwadarminta, 2008:506). Menurut the Ordinary Trainer, yang selama tiga tahun pernah bekerja di sebuah Yayasan Pendidikan Musik Vokal untuk anak-anak, kriteria lagu ada tiga, dilihat dari lirik, ambitus (jangkauan nada), dan durasi.
Lagu adalah kata-kata atau lirik yang disampaikan lewat harmoni bunyi dan alunan nada yang indah. Sehingga lagu anak-anak adalah lagu yang mempunyai lirik, syair atau kata-kata yang sesuai dengan alam pikiran anak-anak. Menggunakan bahasa sederhana sehingga mudah dimengerti oleh anak-anak. Ketika anak-anak menyanyikan sebuah lagu, dia harus mengerti apa arti kata yang diucapkannya. Lirik lagu untuk anak-anak itu biasanya berkisar pada ayah-bunda, kakak adik, lalu meluas ke anggota keluarga yang lain, kakek-nenek, paman-bibi dan sebagainya. Tentang alam, flora dan fauna pun juga sangat cocok untuk anak-anak. Cinta lingkungan, cinta sesama, dan yang lebih penting lagi adalah cinta Tuhannya. Untuk lagu dewasa berarti sebaliknya dari lagu anak. Lagu dewasa mempunyai lirik, syair atau kata-kata yang menggunakan bahasa yang lebih rumit, kadang menggunakan kata kiasan atau bukan makna kata sebenarnya. Perlu pemahaman yang dalam untuk mengerti isi lagunya. (http://theordinarytrainer.wordpress.com/2011/06/27/lagu-anak-anak/) 4. Dewasa Dewasa adalah tidak kecil lagi, sudah sampai umur, sudah aqil baligh (Poerwadarminta, 2008:251). Tugas perkembangan pada masa dewasa awal yaitu: a. Mulai bekerja b. Memilih pasangan hidup c. Belajar hidup dengan suami/istri d. Mulai membentuk keluarga e. Mengasuh anak f. Mengelola/mengemudikan rumah tangga g. Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara
h. Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan (http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_sekolah/19441205196710 1-koko_darkusno_a/tugas-tugas_perkembangan.pdf) Berdasarkan kriteria lagu anak dan tugas perkembangan anak tersebut, dapat dipahami bahwa lagu-lagu anak bertemakan tentang keluarga, lingkungan (alam, hewan, dan tumbuhan), Tuhan (agama), teman, permainan, belajar, kasih sayang keluarga dan teman, kebersihan, kesehatan. Sedangkan lagu-lagu dewasa bertemakan tentang percintaan, patah hati, pernikahan, pacaran, perceraian atau pertengkaran dalam pacaran, kesetiaan, masalah rumah tangga, mengasuh anak dan pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas, maka kebiasaan mendengarkan lagulagu bertema dewasa adalah mendengarkan lagu-lagu yang bertema percintaan, patah hati, pernikahan, pacaran, perceraian atau pertengkaran dalam pacaran, kesetiaan, masalah rumah tangga, mengasuh anak dan pekerjaan yang dilakukan secara sengaja atau dilakukan secara terus menerus dan berulang kali. Dari realita yang terjadi pada anak-anak Indonesia, berikut faktorfaktor yang menjadi penyebab kebiasaan mereka menyanyikan lagu orang dewasa: a. Tidak tersedianya media penyiaran lagu-lagu anak b. Pencipta lagu lebih mengutamakan sisi komersial c. Ketidakacuhan orang tua terhadap perkembangan lagu-lagu dewasa d. Alunan musik lebih menonjol e. Lingkungan yang kurang mendukung
(http://arkan-indo.blogspot.com/2012/04/mempertajam-realita-musikanak-yang.html) B. Kebiasaaan Menonton Sinetron Dewasa 1. Pengertian Menonton Menonton sama dengan melihat (pertunjukan, gambar hidup, dsb.) (Poerwadarminta, 2008:1206). Menurut buku Quantum Learning, melihat merupakan salah satu cara anak untuk belajar, yaitu melalui media visual. Salah satu media visual adalah televisi. Dalam penelitian ini, baik lagu maupun sinetron, bisa dinikmati melalui media televisi. Seiring perkembangan zaman, sebagian besar keluarga sudah memilki televisi. Menurut Todd Giltin dalam buku Rusbiantoro (2008:37), televisi yaitu penghibur, pembunuh rasa salit, lading tandus yang sangat luas, teman bagi kesepian, white noise, pencuri waktu. Di jam tayang utama (prime time), stasiun televisi menyuguhkan mini seri, sinetron, film, berita, talk show, kuis, siaran olahraga, documenter, iklan, dan konser music secara langsung. 2. Sinetron Sinetron adalah film, pertunjukan sandiwara (Poerwadarminta, 2008:764). Sinetron-sinema elektronika-sama dengan TV-play, sama dengan teledrama, sama dengan sandiwara televisi, sama dengan film-televisi,
sama dengan lakon televisi. Persamaannya: sama-sama ditayangkan medium audio-visual bernama televisi (Wardhana, 1997:268). Menurut Guntarto (2004), (dilihat http://repository.ipb.ac.id/ PendekatanTeoritis_2.pdf), sinetron telah menjadi bagian dari wacana publik dalam ruang sosial masyarakat. Pada bulan Maret 2004, sebanyak 35 persen dari sinetron yang ditayangkan di televisi adalah sinetron bertemakan remaja. Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02 Tahun 2007 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran, pada Bab VIII mengenai Penggolongan Program Siaran Televisi, pasal 11, menjelaskan bahwa: 1. Lembaga
penyiaran
televisi
wajib
mencantumkan
dan/atau
menyebutkan informasi klasifikasi program isi siaran berdasarkan usia khalayak penonton di setiap acara yang disiarkan. 2. Penggolongan isi siaran diklasifikasikan dalam 4 (empat) kelompok usia, yaitu: a. Klasifikasi A: Tayangan untuk Anak, yakni khalayak berusia di bawah 12 tahun. b. Klasifikasi R: Tayangan untuk Remaja, yakni khalayak berusia 12-21 tahun. c. Klasifikasi D: Tayangan untuk Dewasa. d. Klasifikasi SU: Tayangan untuk Semua Usia. 3. Untuk memudahkan khalayak penonton mengidentifikasi, informasi penggolongan program isi siaran ini harus terlihat di layar televisi di sepanjang acara berlangsung.
4. Secara khusus atas program isi siaran yang berklasifikasi Anak dan/atau Remaja, lembaga penyiaran dapat memberi peringatan dan himbauan tambahan bahwa materi program isi siaran klasifikasi Anak dan/atau Remaja perlu mendapatkan arahan dan bimbingan orang tua. Peringatan atau himbauan tambahan tersebut berbentuk kode huruf BO (Bimbingan Orangtua) ditambahkan berdampingan dengan kode huruf A untuk klasifikasi Anak, dan/atau R untuk klasifikasi Remaja. Kode huruf BO tidak berdiri sendiri sebagai sebuah klasifikasi penggolongan program isi siaran, namun harus bersama-sama dengan klasifikasi A dan R (http://repository.ipb.ac.id/PendekatanTeoritis_2.pdf). Hanya lewat medium televisilah muncul berbagai genre sinetron: sinetron seri, sinetron serial, sinetron miniseri, dan opera sabun. Penamaan soap opera atau opera sabun bukan semata ditandai oleh setting kisah tentang orang-orang kaya yang bergebyar-gebyar busana dan kostumnya, tetapi lebih merujuk pada dinamika sinema jenis bersangkutan: ending yang menggantung, kisah yang lantas bisa terpecahpecah, intrik yang malah kian menarik, dan seterusnya (Wardhana, 1997:280). Miniseri bukanlah sinetron panjang yang penyiarannya dipisahpisah dan dipilah-pilah karena slot atau jatah jam tayangnya tak mencukupi. Tayangan miniseri, yang jumlah episodenya biasanya di bawah sepuluh-kalau lebih, berarti maksiseri-tidak akan dilanjutkan lagi jumlah episodenya lantaran sebagai miniseri dia adalah sebuah karya
yang utuh dan “selesai”. Jika misalnya stasiun penyiarnya merasa perlu melanjutkan kisah miniseri itu-dengan alasan banyak peminatnya, yang berarti banyak pula bakal dipasangi iklan-dia tetap tak berubah menjadi maksiseri. Miniseri tetap sebagai miniseri, sementara episode lanjutannya bisa disebut sebagai pseudo-maksiseri atau pseudo-miniseri (Wardhana, 1997:294). Dengan melihat asal-usul genre serial itu, sangat mudah untuk merumuskan jabaran sinetron serial, yakni yang masing-masing episodenya senantiasa bersambungan dan bersebab-akibat. Berbeda dibandingkan dengan genre seri, kendati banyak episodenya, masingmasing episode itu tidak berkaitan satu sama lainnya, kecuali karakter tokoh-tokoh utamanya. Karenanya, untuk menyaksikan sinetron atau film seri, tidak harus berurutan (Wardhana, 1997:295-296). Sinetron termasuk ke dalam program siaran drama yang dapat dibagi dua, yaitu sinetron cerita dan non-cerita. Perbedaannya terletak pada format sinetron. Sinetron cerita terdiri dari beberapa jenis, yaitu sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron drama komedi, sinetron drama saduran, dan sinetron drama yang dikembangkan dari cerita atau buku novel, cerita pendek dan sejarah. Menurut Soenarto dalam Karo (2008) sinetron drama dapat ditempatkan pada pagi hari, sore, atau malam hari, tergantung tema cerita dan siapa sasarannya. Cerita drama bisa didapatkan dari produk dalam negeri atau disewa dari luar
negeri. Durasinya bisa 30 menit, 60 menit, 90 menit, atau bahkan lebih (http://repository.ipb.ac.id/PendekatanTeoritis_2.pdf). Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa kebiasaan menonton sinetron dewasa adalah menonton atau menyaksikan sinetron atau sinema elektronika yang episodenya ada yang kurang dari sepuluh dan ada yang lebih, dengan tema percintaan, patah hati, pernikahan, pacaran, perceraian atau pertengkaran dalam pacaran, kesetiaan, masalah rumah tangga, mengasuh anak dan pekerjaan yang ditayangkan di televisi serta dilakukan secara terus menerus atau disengaja dan dilakukan berulang kali. Aspek-aspek dalam sinetron yang mempunyai potensi mengkikis keislaman:
a.
b.
c.
Aspek moralitas misalnya, yang menyangkut nilai-nilai baik, buruk, benar, salah. Perilaku tertentu yang di masyarakat dianggap salah, di sinetron ditampilkan begitu saja tanpa ada penekanan bahwa perilaku itu salah. Banyak sekali sinetron yang seperti itu (Guntarto, 2012). Salah satu conntohnya adalah menghormati orang tua dan guru. Aspek seksualitas terlihat dari cara berbusana pemain yang menonjolkan daya tarik seksualnya hingga ekspresi cinta di antara mereka yang cenderung vulgar. Dari sekadar bergandengan tangan, berciuman, hingga berpelukan mesra layaknya suami-istri. Aspek kekerasan menjadi bumbu penyedap yang menajamkan konflik. Pemainnya diarahkan untuk menyelesaikan masalah dengan melibatkan jotosan kepalan tangan, urat leher yang menegang, dan jebakan-jebakan yang bisa merenggut nyawa. Pada tahun 1994 (Arif Sadiman, 1994) koran-koran di Singapura menyajikan hasil polling pendapat yang dilakukan pihak kepolisian kepada 50 pemuda yang terlibat tindak kekerasan. Hasil polling tersebut menyimpulkan bahwa kebanyakan dari mereka yang
d.
e.
melakukan tindak kekerasan suka menikmati film-film kekerasan di TV. Aspek perilaku, terlihat dari perilaku siswa yang diperankan juga cenderung permissif dan bebas dari aturan sekolah. Siswanya berani memamerkan tatto, rambutnya dicat dengan warna mencolok seperti traffic light, memakai anting, slayer, topi koboi, gelang, atau berperilaku layaknya preman. Kancing baju bagian atas di buka dan kemeja lengan pendeknya digulung. Pergaulan bebas, merampok, memperkosa, bertengkar, dan lain sebagainya. Aspek bahasa, banyak ragam bahasa yang ada dalam setiap tayangan sinetron Indonesia. Hampir di setiap tayangan sinetron masih saja mendengar kalimat-kalimat kasar dengan nada celaan, cacian, makian mereka lontarkan sebagai bentuk kebencian, iri hati, dan kedengkian kepada lawan mainnya. Misalnya: gue, elo, goblok, sialan, brengsek, dan lain-lain.
http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam-(edisi-234)/ bersekolah di-sinetron-remaja.html) C. Perilaku Anak 1.
Pengertian Perilaku semata-mata dihubungkan dengan apa yang dilakukan oleh anak-anak; oleh karena itu, perilaku dapat diamati. Perilaku yang umum meliputi menangis, merangkak, berjalan, berbicara, berlari, tertawa, memukul, mengisap, menggigit, menggaruk dan makan. Setiap perilaku tersebut dapat diukur sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang dapat diamati, dihitung dan diukur waktunya (Twiford, 1988:3-4). Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga sub-sistem dalam kepribadian manusia Id, Ego, dan Superego (Rakhmat, 1994:19). Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongandoronngan biologis manusia – pusat instink (hawa nafsu – dalam kamus agama) (Rakhmat, 1994:19).
Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik (Rakhmat, 1994:20). Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya (Rakhmat, 1994:20). Secara singkat, dalam Psikoanalisis, perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego); atau unsure animal, rasional, dan moral (hewani, akali, dan nilai) (Rakhmat, 1994:20). Sejak Thorndike dan Watson sampai sekarang, kaum Behavioris berpendirian:
organisme
dilahirkan
tanpa
sifat-sifat
sosial
atau
psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman; dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan (Rakhmat, 1994:21-22). Kaum Behavioris memandang, perilaku sebagai respons terhadap stimulus, akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, dan individu atau organisme seakan-akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya, hubungan stimulus dan respons seakan-akan bersifat mekanistis (Walgito, 1994:15). Sedangkan menurut aliran Kognitif, yaitu yang memandang perilaku individu merupakan respons dari stimulus, namun dalam diri individu itu ada kemampuan untuk menentukan perilaku yang diambilnya (Walgito, 1994:15).
Perkembangan kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada abad ke-14 yaitu Ibnu Khaldun perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang mudah kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan anak-anak hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh difahami melalui pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah diajar atau dibentuk dengan lemah lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh dibebankan dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan menyebabkan anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang disampaikan. (http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosialalbert-bandura/) Menurut Lewin, perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Dari fisika, Lewin meminjam konsep medan (field) unruk menunjukkan totalitas gaya yang mempengaruhi seseorang pada saat tertentu. Perilaku manusia bukan sekedar respons pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang mempengaruhinya secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang mempengaruhi manusia sebagai ruang hayat (life space). Ruang hayat terdiri dari tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri. Dari Lewin terkenal rumus: B = f (P,E), artinya Behavior (perilaku) adalah hasil interaksi antara person (diri orang itu) dengan environment (lingkungan psikologisnya) (Rakhmat, 1994:27). 2.
Jenis Perilaku Skinner (1976) membedakan perilaku menjadi (a) perilaku yang alami (innate behavior), (b) perilaku operan (operant behavior). Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan, yaitu yang berupa refleks-refleks dan insting-insting, sedangkan perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar (Walgito, 1994:17). Kita dapat mengajarkan perilaku baru pada siswa melalui 3 cara: dengan
merangkai
perilaku,
membentuk
perilaku
atau
dengan
memerankan model perilaku yang diterima (M. Collins dan Fontenelle, 1992:62). Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi sebagai reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme yang bersangkutan (Walgito, 1994:17). Dalam perilaku yang refleksif respons langsung timbul begitu menerima stimulus. Dengan kata lain begitu stimulus diterima oleh reseptor, langsung timbul respons melalui afektor tanpa melalui pusat kesadaran atau otak (Walgito, 1994:17). Pada perilaku
yang non-refleksif atau
yang operan lain
keadaannya. Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak (Walgito, 1994:17). 3.
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak a. Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku 1) Faktor Biologis Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturanaturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia, bahwa struktur biologis manusia–genetika, sistem syaraf dan sistem
hormonal–sangat
mempengaruhi
perilaku
manusia
(Rakhmat, 1994:34). Telah diakui secara meluas adanya prilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi.
Dahulu
orang
menyebutnya
“instink”,
bercumbu,
memberi makan, merawat anak, dan perilaku agresif adalah contoh-contohnya (Rakhmat, 1994:35). Diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim disebut sebagai motif biologis, ialah kebutuhan
akan
makanan-minuman
“visceral
motives”),
kebutuahn
dan
istirahat
seksual,
dan
(disebut kebutuhan
memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit dan bahaya (Rakhmat, 1994:35). 2) Faktor Sosiopsikologis Diklasifikasikan menjadi 3 komponen: a) Komponen afektif Terdiri dari motif sosiogenesis, sikap, dan emosi. Pertama, motif sosiogenesis sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif biologis), Klasifikasi motif sosiogenesis sebagai berikut: (1) Motif ingin tahu: mengerti, menata, dan menduga (predictability). (2) Motif kompetensi. Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu mengatasi persoalan kehidupan apa pun. (3) Motif cinta. Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal esensial bagi pertumbuhan kepribadian. (4) Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas.
(5) Kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan. Termasuk ke dalam motif ini adalah motif-motif keagamaan. (6) Kebutuhan akan pemenuhan diri. Ucapan Maslow, “what a man can be, he must be” Kebutuhan akan pemenuhan diri
dilakukan
melalui:
(1)
mengembangkan
dan
menggunakan potensi-potensi kita dengan cara yang kreatif konstruktif, misalnya dengan seni, musik, sains, atau hal-hal yang mendorong ungkapan diri yang kreatif; (2) memperkaya kualitas kehidupan dengan memperluas rentangan dan kualitas pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan jalan darmawisata; (3) membentuk hubungan yang hangat dan berarti dengan orang-orang lain di sekitar kita; (4) berusaha “memanusia”, menjadi persona yang kita dambakan (Coleman, 1976:105). Kedua, yaitu sikap. Berbagai definisi mengenai sikap. (1) Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok. Menjadi, pada kenyataannya tidak ada istilah
sikap yang berdiri sendiri. Sikap haruslah diikuti oleh kata “terhadap”, atau “pada” objek sikap. Bila ada orang berkata, “Sikap saya positif,: kita harus mempertanyakan “Sikap terhadap apa atau siapa?”. (2) Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi (3) Sikap relatif lebih menetap. (4) Sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan, sehingga Bem memberikan definisi sederhana: “Attitudes are likes and dislike.” (1970:14). (5) Sikap timbul dari pengalaman; tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Ketiga, emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis, emosi tidak selalu jelek. Emosi adalah pembangkit energi (energizer). Tanpa emosi kita tidak sadar atau mati. Hidup berarti merasai, mengalami, bereaksi, dan bertindak. Emosi adalah pemabawa informasi (messenger). Bagaimana keadaan diri kita ketahui dari emosi kita. Emosi bukan
saja
pembawa
informasi
dalam
komunikasi
intrapersonal, tetapi juga pembawa pesan dalam komunikasi
interpersonal. Emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita. Emosi
berbeda-beda
dalam hal
intensitas
dan
lamanya. Ada emosi ringan, berat, dan desintegratif. Dari segi lamanya, ada emosi yang berlangsung singkat dan ada yang berlangsung lama. b) Komponen kognitif Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal ghaib, tetapi hanyalah “keyakinan bahwa sesuatu itu „benar‟ atau „salah‟ atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman, atau intuisi” (Hohler, 1978:48). Menjadi, kepercayaan dapat bersifat rasional atau irrasional. Menurut Salomon E. Asch (1959:565-567), kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan. c) Komponen konatif Pertama, kebiasaan; adalah aspek perilaku manusia yang
menetap,
berlangsung
secara
otomatis
tidak
direncanakan. Kebiasaan mungkin merupakan hasil dari pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali. Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berlainan dalam
menanggapi stimulus tertentu. Kebiasaan inilah yang memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan. Robbins (2006:61) dalam buku Teori dan Perilaku Organisasi berpendapat bahwa terdapat empat cara untuk membentuk perilaku, yakni: penguatan positif, penguatan negatif, hukuman dan permusuhan (Siswanto, 2008:172). Beberapa hasil penelitian seperti yang dikemukakan oleh Robbins (2006) menunjukkan bahwa metode penguatan baik positif maupun negatif memiliki pengaruh berarti terhadap pengulangan perilaku. Penguatan, baik positif maupun negatif memiliki kekuatan yang mengesankan sebagai alat pembentuk perilaku (Siswanto, 2008:173). Skinner (1938) melihat tingkah laku sebagai hubungan antara rangsangan dengan respon instrumental dari respon reflektif, sebab respon yang reflektif ini jumlahnya sangat
terbatas
memodifikasikannya
pada
manusia
kecil,
karena
dan
kemungkinan
hubungan
antara
rangsangan dengan respon sudah pasti. Demikian juga sebaliknya. Konsekuensi peningkatan perilaku dan teori operant conditioning adalah dengan penguatan yang berupa pengahargaan dan perangsang (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIF_UPI, 2007:142-143).
Kedua, kemauan; erat kaitannya dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan. Menurut Richard Dewey dan W. J. Humber, kemauan merupakan: (1) hasil keinginan untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai-nilai yang lain, yang tidak sesuai dengan pencapaian tujuan; (2) berdasarkan pengetahuan tentang, cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan; (3) dipengaruhi oleh kecerdasan dan energi yang diperlukan untuk mencapai tujuan; (4) pengeluaran energi yang sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan (Rakhmat, 1994:37-43).
b. Faktor-faktor Situasional yang Mempengaruhi Perilaku Manusia Edward G. Sampson merangkumkan seluruh faktor situasional sebagai berikut: (1) Aspek-aspek objektif dari lingkungan (faktor ekologis, faktor desain dan arsitektural, faktor temporal, analisis suasana perilaku, faktor teknologis, dan faktor sosial); (2) Lingkungan psikososial seperti dipersepsi oleh kita (iklim organisasi dan kelompok, serta ethos dan iklim institusional dan cultural); dan (3)
Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku (orang lain dan situasi pendorong perilaku). 1) Aspek-aspek Objektif dari Lingkungan a) Faktor Ekologis; Kaum determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaan alam mempengaruhi gaya hidup dan perilaku. b) Faktor Rancangan dan Arsitektural; Dewasa ini telah tumbuh perhatian di kalangan arsitek pada pengaruh lingkungan yang dibuat
manusia
terhadap
perilaku
penghuninya.
Satu
rancangan arsitektur dapat mempengaruhi pola komunikasi di antara orang-orang yang hidup dalam naungan arsitektur tertentu. c) Faktor Temporal; Tanpa mengetahui bioritma seklaipun banyak kegiatan kita diatur berdasarkan waktu; makan, pergi ke sekolah, bekerja, beristirahat, berlibur, beribadah dan sebagainya. Satu pesan komunikasi yang disampaikan pada pagi hari akan memberikan makna yang lain bila disampaikan pada tengah malam. Menjadi, yang mempengaruhi manusia bukan saja di mana mereka berada tetapi juga bilamana mereka berada. d) Suasana Perilaku (Behavior Setting); Selama bertahun-tahun, Roger Barker dan rekan-rekannya meneliti efek lingkungan
terhadap individu. Lingkungan dibaginya ke dalam beberapa satuan yang terpisah, yang disebut suasana perilaku. e) Faktor Teknologis; Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam perilaku sosial. Alvin Tofler melukiskan tiga gelombang peradaban manusia yang terjadi sebagai akibat perubahan teknologi. Lingkungan teknologis (technosphere) yang meliputi sistem energy, sistem produksi, dan sistem distribusi, membentuk serangkaian perilaku sosial yang sesuai dengannya (sociosphere). Bersamaan dengan itu tumbuhlah pola-pola
penyebaran
mempengaruhi
suasana
informasi kejiwaan
(infosphere)
yang
(psychosphere)
setiap
anggota masyarakat. f) Faktor Sosial; Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karaktristik populasi, adalah faktor-faktor sosial yang menata perilaku manusia (Rakhmat, 1994:44-46).
2) Lingkungan Psikososial Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan kita, akan mempengaruhi perilaku kita dalam lingkungan itu. Lingkungan dalam persepsi kita lazim disebut sebagai iklim (climate). Para antropolog telah memperluas istilah
iklim ini ke dalam masyarakat secara keseluruhan (Rakhmat, 1994:46). Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan (environment) ialah meliputi semua kondisikondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen yang lain (Purwanto, 1987:31). Menurut Sartain lingkungan itu dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut: 1.
Lingkungan alam/luar (external or physical environment),
2.
Lingkungan dalam (internal environment), dan
3.
Lingkungan
sosial/masyarakat
(sosial
environment)
(Purwanto, 1987:31). Yang dimaksud dengan lingkungan sosial, ialah semua orang/manusia
lain
yang
mempengaruhi
kita.
Pengaruh
lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung (Purwanto, 1987:32). Yang tidak langsung, melalui radio dan televisi, dengan membaca buku-buku, majalah-majalah, surat-surat kabar, dan sebagainya, dan berbagai cara yang lain (Purwanto, 1987:32). Menurut Woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi 4 macam: 1.
Individu bertentangan dengan lingkungannya,
2.
Individu menggunakan lingkungannya,
3.
Individu berpartisipasi dengan lingkungannya, dan
4.
Individu
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya
(Purwanto, 1987:33-34). 3) Stimuli yang Mendorong dan Memperteguh Perilaku Beberapa peneliti psikologi sosial, seperti Fredericsen Price, dan Bouffard (1972), meneliti kendala situasi yang mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku tertentu. Ada situasi
yang
memberikan
rentangan
kelayakan
perilaku
(behavioral appropriateness), seperti situasi di taman, dan situasi yang banyak memberikan kendala pada perilaku, seperti gereja. Situasi yang permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa harus merasa malu.. sebaliknya, situasi restriktif menghambat orang untuk berperilaku sekehendak hatinya (Rakhmat, 1994:47). D. Kebiasaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa dan Menonton Sinetron Dewasa Pengaruhnya terhadap Perilaku Anak Jika kita menggunakan teori H. Bonner tentang psikologi sosial, interaksi antara seorang ikon dan fansnya hampir sama seperti interaksi sosial. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau
sebaliknya. Interaksi sosial ini terdiri dari empat faktor: imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati (Rusbiantoro, 2008:148). Dalam penelitian ini, seorang ikon dimaksudkan untuk menunjukkan seorang penyanyi dan seorang pemain sinetron atau artis. Kemudian seorang fans dimaksudkan sebagai anak yang menyaksikan dan menikmati lagu-lagu dan sinetron-sinetron dewasa. Menurut Gabriel Tarde dalam Rusbiantoro (2008:148), seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan faktor imitasi saja, di dalam perkembangan kepribadian seorang individu, dia akan mengimitasi kepada orang yang diidolakannya untuk memperoleh penghargaan sosial dan kebanggaan di lingkungannya. Begitu juga dengan seorang fans, jika dia sangat hobi mendengarkan musik dan menemukan seorang tokoh yang dikaguminya, maka dia akan cenderung mengimitasi segala tingkah laku, gaya hidup dan pakaiannya. Dia melakukan semua itu untuk memperoleh penghargaan dari teman-teman sebayanya. Hal ini berlaku juga ketika anak mempunyai kebiasaan menonton sinetron dewasa, dan dia menemukan seorang tokoh yang dia sukai, dia cenderung menirukan tingkah laku, gaya hidup dan pakaiannya. Selain itu, mereka juga akan menirukan apa yang dilakukan sang tokoh di dalam cerita sinetron. Mereka mengubah model rambut dan dandanannya seperti pemain sinetron. Mereka berusaha mengubah gaya hidupnya seperti kehidupan yang diceritakan dalam suatu sinetron.
Hal ini bisa
berpengaruh baik apabila yang dilakukan atau adegan di dalam cerita
adalah suatu hal yang baik, begitu juga sebaliknya. Akan berpengaruh buruk apabila yang dilakukan di dalam cerita adalah suatu hal yang buruk atau tidak baik. Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan (imitation) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan social learning atau pembelajaran sosial. Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku (modeling). (http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albertbandura/) Sugesti adalah proses dimana seorang individu menerima suatu cara pandang atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Dia mengadopsi pandangan ini dari orang tua, guru, atau dari ikon-ikon pop (Rusbiantoro, 2008:148). Identifikasi menurut Freud adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri anak untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain (Rusbiantoro, 2008:151). Simpati dapat didefinisikan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap yang lain seakan-akan dengan dirinya sendiri, dan
ketertarikan ini bukan secara terpisah-pisah saja, tetapi dia meniru keseluruhan tingkah lakunya. Simpati seorang fans kepada ikon pop dengan meniru segala tingkah laku, gaya hidup, dan cara berpakaian seorang ikon seolah-olah dia adalah ikon pop itu sendiri (Rusbiantoro, 2008:152). Menurut Rusbiantoro, (2008:56-57), Musik Television (MTV) mencuci otak para remaja dengan segala tayangan, pesan, iklan, musik, dan gaya hidup yang mereka sampaikan kepada pemirsa televisi untuk direproduksi di dalam kehidupannya sehari-hari, tanpa adanya daya kritik untuk menolak atau mengelak. Kemudian Musik Television (MTV) membombardir remaja dengan citra-citra (simulasi) dan tanda (simulakra) dari video klip seorang ikon atau musisi, sehingga membuat mereka mengkultuskan dan membeli cd, pakaian, aksesoris, dan segala memorabilia tentang seorang ikon, serta memunculkan efek negatif bagi remaja. Di dalam kamus Oxford: “ikon adalah lukisan, patung, atau mosaik orang suci dan dipandang sebagai suatu yang sakral.” Disini kita melihat betapa makna ikon saat ini telah bergeser dari istilah yang biasanya digunakan untuk kepentingan religius menjadi sesuatu yang berbau popular. Dari suatu yang sakral menjadi yang profane, tetapi kini istilah ikon dapat digunakan untuk mengacu pada poster, t-shirt, dan segala merchandise dan memorabilia dari ikon-ikon pop yang menjadi idola kaum remaja (Rusbiantoro, 2008:5).
Namun melalui Musik Television (MTV) pun orang bisa mengambil sisi positifnya. Banyak lagu berbahasa asing yang ditayangkan dalam acara musiknya. Terlepas dari penampilan sang penyanyi dalam video klip yang ditayangkan, orang bisa melatih kemampuan bahasa asing (Bahasa Inggris) dengan sering mendengarkan lagu-lagu berbahasa asing tersebut. Semakin sering orang mendengarkan lagu-lagu berbahasa asing, orang akan semakin terbiasa dan mudah mengucapkan bahasa asing tersebut. Bahkan orang bisa lebih mudah memahami setiap ucapan yang berbahasa asing. Hal itu menunjukkan bahwa lagu bisadiambil nilai positif dan nilai pendidikannya, tidak hanya untuk bersenang-senang elampiaskan hawa nafsu. Pasti ada hikmah dan sisi positif yang bisa diambil dari sesuatu asalakan itu sesuai dengan syari‟at islam. Di dalam al-Qur‟an telah disebutkan QS. An-Nazzi‟at ayat 40-41, sebagai berikut:
﴾ فَِإ َن ا ْْلَنَةَ ِى َي٠ٓ﴿س َع ِن ا ْْلََو ٰى َ َونَ َهى النَ ْف
ام َربِِّو َ َوأَ َما َم ْن َخ َ اف َم َق ﴾٠ٔ﴿ال َْمأ َْو ٰى
Artinya: Dan ada pun orang –orang yang takut kepada kebesaran Tuhan-Nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). Lagu memang mempunyai pengaruh positif dan negatif. Lagu tersebut termasuk dalam bagian lingkungan dan lingkungan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi anak. Namun tidak hanya lingkungan, disini peran orang tua sangat berpengaruh. Orang tua berperan sebagai
pengontrol dan penyaring tentang apa pun yang diterima anak. Baik itu berupa barang, informasi maupun pengetahuan. Saat ini kebanyakan orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehari-hari, sehingga jarang sekali berkomunikasi dengan anaknya sendiri, dan pendidikan terhadap anak sering digantikan oleh media televisi. Ketika orang tua sangat jarang berkomunikasi dan tidak pernah mendidik anaknya sendiri, maka anak-anak zaman sekarang cenderung akan mengidolakan ikon-ikon pop yang ditayangkan di televisi sebagai tokoh panutannya. Pada mulanya ketika masih anak-anak, mereka mengidolakan tokoh-tokoh animasi atau superhero di dalam komik atau kartun, lalu setelah beranjak dewasa mereka mulai memuja tokoh-tokoh di bidang olahraga atau hiburan, terutama ikon-ikon pop (Rusbiantoro, 2008:140-141). Yang paling meresahkan dan dikhawatirkan oleh orang tua adalah jika anak mereka meniru gaya hidup para rock star yang terkenal urakan, penuh kekerasan, seks bebas, serta menggunakan drugs (Rusbiantoro, 2008:60). Tidak jauh beda dengan yang sering di tonton anak-anak di TV pada acara sinetron. Kebanyakan sinetron yang ditayangkan di TV, baik yang bertema dewasa maupun bertema anak-anak, sama-sama akan berpengaruh terhadap perilaku anak. Tidak hanya pengaruh yang negatif, tetapi juga ada pengaruh positifnya juga. Sebagian besar sinetron pada
umumnya bercerita seputar percintaan, kekayaan, dan adanya unsur kekerasan. Namun tidak semua sinetron bermutu rendah, ada sinetron yang mengedepankan unsur budaya dan pendidikan misalnya sinetron yang menceritakan kehidupan keluarga sederhana, sinetron yang menceritakan kehidupan pondok pesantren atau keluarga agamis (bertema religi), dan sebagainya. Sinetron dapat berpengaruh positif apabila mengandung ajakan atau pesan berbudi pekerti luhur, bekerja keras, ulet, giat belajar, berdisiplin, dan sebagainya. Sebaliknya, sinetron berisikan adegan percintaan atau pacaran, akan cenderung mengajarkan anak berpacaran, berpenampilan seksi, serta pola hidup serba senang dan mudah. Faiz At-Talawi, Professor Ilmu Sosial di Universitas Nasional anNajah mengatakan bahwa informasi saluran televisi satelit itu sudah paten, terbentuk, dan ditentukan dalam rangkaian acara tertentu, sehingga tidak dapat membantu mengembangkan jiwa imajinasi dan inovasi pada anak-anak. Dia menambahkan bahwa saluan-saluran televisi satelit memiliki kemampuan untuk mengubah pandangan anak terhadap kehidupan dan dunia sekitar mereka dengan terus menerus menonton acara-acara tertentu. Pemahaman itu akan terus tertanam kuat dalam otak mereka dan akhirnya mengubah sikap mereka terhadap orang dan pandangan mereka terhadap permasalahan yang ada, yang kemudian mengubah penilaian dan sikap mereka terhadap saluran televisi tersebut.
Apabila acara sinetron yang sering dan biasa ditonton oleh anak dari saluran satelit adalah sinetron dewasa yang mengandung pesan moral yang baik, maka pemahaman mengenai isi cerita dari sinetron akan tertanam dalam otak mereka dan akan mengubah sikap dan perilaku anak menjadi baik. Demikian juga dengan sebaliknya, apabila anak terbiasa menonton sinetron dengan isi cerita yang minim dengan pesan moral baik, maka juga akan membentuk sikap dan perilaku buruk anak. Albert Bandura dan Richard Walters (1959-1963) telah melakukan eksperimen pada anak-anak yang berkenaan dengan peniruan (modeling). Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut observationallearning atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang. (http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albertbandura/) Dr. At-Talawi menegaskan bahwa perubahan sikap dan orientasi tidak saja terjadi pada sikap terhadap orang lain dan permasalahan yang ada, tetapi mencakup nilai dan perilaku.
Mengenai cara bagaimana saluran bola dapat mempengaruhi perilaku dan nilai-nilai yang dimiliki anak-anak, Dr. At-Talawi mengatakan, “Seorang anak menjustifikasi berbagai hal itu baik atau buruk melalui informasi yang diambil dari lingkungan sekitarnya. Karena anak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan menonton saluran parabola, maka ia dengan tidak sengaja akan mendapatkan justifikasi terhadap berbagai hal sesuai dengan justifikasi dari tayangan yang dinikmatinya. Maka pesan moral dari sinetron yang ditonton anak, pesan moral yang baik maupun yang buruk, akan menjustifikasi sikap dan perilaku anak. Apabila sinetron yang sering dan biasa ditonton anak adalah sinetron yang banyak mengandung pesan moral yang baik, maka justifikasi yang diperoleh anak adalah sikap dan perilaku yang baik. Hal ini berlaku juga sebaliknya. Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, Dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video. (http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosialalbert-bandura/) Menurut Greenfield (1989:3) dalam Darwanto (2007:121), menonton televisi dapat menjadi suatu kegiatan pasif yang mematikan
apabila orang tuanya tidak mengarahkan apa-apa yang boleh dilihat oleh anak-anak mereka dan sekaligus mengajar anak-anak itu untuk menonton secara kritis serta untuk belajar dari apa-apa yang mereka tonton. Berdasarkan apa yang mereka tonton, mereka belajar untuk meniru. Menurut teori belajar sosial, unsur utama peniruan menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian atau atention, mengingat
atau
retention,
reproduksi
gerak,
dan
motivasi
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albertbandura/). Dalam hal ini, peran orang tua selalu dibutuhkan untuk membatasi dan mengontrol tentang sinetron apa yang boleh dan yang tidak boleh ditonton oleh sang anak. Agar anak bisa belajar dan mendapatkan pengetahuan yang positif dan sesuai dengan usia anak. Tidak semua tayangan sinetron bisa dinikmati oleh anak. Padahal tayangan yang diperlihatkan oleh saluran televisi tidak kurang dari musik dan sinetron yang berisi tentang adegan kekerasan, perceraian, pertengkaran dan intrik-intrik untuk menjahati orang lain. Tentu hal ini akan sangat mempengaruhi perilaku anak di masa depan. Hal ini tidak terlepas dari proses peniruan yang dilakukan oleh anak terhadap adegan-adegan dalam sinetron. Jenis-jenis peniruan (modeling): a. Peniruan Langsung Contoh : Meniru gaya artis yang disukai.
b. Peniruan Tak Langsung Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya. c. Peniruan Gabungan Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai dari buku yang dibacanya. d. Peniruan Sesaat / seketika Contoh : Meniru gaya pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah. e. Peniruan Berkelanjutan Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya. (http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajarsosial-albert-bandura/) Oleh karena itu, Dr. Sa‟diyah Bahwar, ahli ilmu anak, menegaskan bahwa orang tua harus membayar mahal jika anaknya telah terkena pengaruh acar-acara di televisi yang tidak baik untuk anak juga orang dewasa. Sebagian program acara televisi mengandung tayangan yang memperindah kebiasaankebiasaan buruk seperti mengucapkan kata-kata kotor, bahasa slang (bahasa gaul), merokok, mengonsumsi minuman keras, narkoba, pacaran, dan hubungan sesama jenis. Masalah yang ada bukan hanya terdapat pada program acara, tetapi juga dalam iklan-iklan yang selalu hadir, yang sebagian besar memanfaatkan tubuh wanita, sugesti seksual, dan promosi barang. Dr. Chasan „Ali, 43 tahun, ayah dari beberapa anak berkata, “Anakku yang paling kecil berusia 7 tahun, meskipun tidak pernah absen satu jam pun dalam menonton televisi, ia tetap berhasil dalam pelajarannya. Kami selalu berusaha mengarahkannya untuk memperhatikan pelajarannya dan mengurangi menonton beberapa tayangan melalui parabola,
khususnya film kartun yang mengendalikan otaknya, tetapi segala bentuk usaha kami selalu gagal.” Seorang ayah mengkritisi program acara yang ditayangkan oleh saluran parabola, karena tidak ada sensor dan sering menayangkan acara yang tidak beradab. Ayah tersebut menjelaskan bahwa ada stasiun-stasiun televisi yang menyiarkan acara-acara khusus anak yang isinya tidak sesuai dengan daya pikir anak, seperti kisah-kisah cinta dan beberapa cuplikan perbuatan tidak senonoh yang dapat menghancurkan perilaku dan akhlak anak (Abul „Id dan Sa‟id Marsa, 2009:55-57). Televisi
juga
memberikan
dampak
buruk
lainnya
yang
menayangkan segala acara yang dikhususkan untuk pemirsa dewasa, tetapi acara itu juga dinikmati oleh anak-anak, sehingga anak-anak saat ini lebih cepat dewasa dari pada generasi sebelumnya, dan mempunyai pengetahuan luas tentang kehidupan orang dewasa, baik sisi terang mau pun gelap (Rusbiantoro, 2008:141). Pengaruh positif maupun pengaruh negatif dari sinetron yang ditonton anak akan selalu bisa terjadi pada anak. Pengaruh positif bisa dimaksimalkan, dan pengaruh negatif bisa diminimalkan. Hal ini bisa terjadi dan dimulai melalui kontrol dan pengawasan dari orang lain (orang tua, saudara, guru, dan sebagainya), bahkan bisa dimulai dari kesadaran anak itu sendiri. Kesadaran untuk menjadi seseorang yang berperilaku baik atau berperilaku buruk.
BAB III HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di Madrasah Ibtidaiyah Global Blotongan Salatiga. Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di madrasah tersebut. Sebelum peneliti memberikan hasil dari penelitiannya, terlebih dahulu peneliti ingin memberikan gambaran umum tentang Madrasah Ibtidaiyah Global Blotongan Salatiga. A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1.
Profil Madrasah Secara lengkap, profil Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Global Salatiga dapat dilihat sebagai berikut: a. Nama Madrasah
: Madrasah Ibtidaiyah Ma'arif Global
b. Alamat
: Jl. Raya Fatmawati Km. 02 Salatiga
c. Nomor Identitas Madrasah
: 110010
d. Nomor Induk
: 083
e. Nomor Statistik Madrasah
: 15.2.03.62.01.001
f. Tahun Berdiri
: 1 Agustus 1966
g. Tahun Beroperasi
: 1 Januari 1966
i. Lembaga Pendiri
: Lembaga Pendidikan Ma'arif NU
Kota Salatiga h. Akte Notaris Yayasan
: Joenues E. Maogimons,S.H. No. 103
i. Kepala Sekolah
: Khaeroni, S.Pd.I.
j. Akreditasi
:B
k. Status Tanah
: Hak Guna Tanah
l. Keadaan ruang kelas: Tabel 3.1 Kondisi Kelas
KONDISI KELAS KELAS
BAIK
I
V
II III
V V
RUSAK RINGAN
IV V VI
RUSAK SEDANG
V V V
m. Jumlah Bangunan: Jumlah ruang kelas
: 6
Jumlah ruang guru
: 1
Jumlah ruang perpustakaan
: 1
Jumlah ruang UKS
: 1
Jumlah ruang kepala
: 1
RUSAK BERAT
n. Data siswa dalam tiga tahun terakhir: Tabel 3.2 Jumlah Murid
Kelas I II III IV V VI
2009-2010 26 11 11 16 16 21
Jumlah Murid 2010-2011 15 24 13 11 15 16
Jumlah Rombel 1 1 1 1 1 1
2011-2012 30 12 27 10 11 15
o. Data Guru: Tabel 3.3 Data Guru
NO NAMA
TEMPAT TANGGAL LAHIR
PEN D
MULAI TUGAS
1
Drs. Ibrahim Alfian
Kab. Magelang. 08 April 1966
S.I
1 April 2000
2
Zahro Abida S.Ag
Kab. Semarang, 22 Mei 1975
S.I
1 Mei 1999
3
Ratim, S.Ag
Kab. Kebumen, 04 Oktober 1968
S.I
1 Juli 2009
4
Khaeroni, S.Pd.I
Kab Semarang 28 ktober 1964
S.I
17 Juli 2006
5
Muhammad Maksum, S.Pd.
Kab. Semarang, 29 April 1986
S.1
1 Juli 2011
6
Tatik Pradesa S.Pd.
Kab. Semarang, 06 Juli 1978
S.I
1 Feb. 2007
7
Mega N. Dewi,S.Pd.I.
Kab. Semarang, 18 Juli 1982
S.I
1 Feb. 2007
8
Afandi Sholihan
Kab.Semarang, 06 April 1987
1 Maret 2009
9
Fuad Hasan
Kab.Semarang,14 Agustus 1987
1 Maret 2009
10
Nurhuda Sandi U., S.Pd.I.
Jakarta, 27 November 1987
S.I
1 Maret 2009
11
Rumadi, S.Pd.I.
Kab. Semarang, 06 Juni 1983
S.I
1 Juli 2007
2.
p. Kurikulum
: kurikulum 2006 (KTSP)
q. Sistim pembelajaran
: berbasis kompetensi
r. Tempat pembelajaran
: indoor dan outdoor
Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah a.
Visi Madrasah Terwujudnya pribadi taat beribadah, berakhlaqul karimah dan berprestasi. Indikator Visi: a.
Terwujudnya
pribadi
yang
mampu
membaca
dan
memahami Alqur‟an dengan baik dan benar. b.
Terwujudnya pribadi yang tekun melaksanakan ibadah wajib maupun sunnah.
c.
Terwujudnya pribadi yang santun dalam bertutur dan berperilaku.
d.
Terwujudnya
pribadi
yang
unggul
dalam
prestasi
akademik dan non akademik sebagai bekal melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan atau hidup mandiri. e.
Terwujudnya pribadi yang memiliki ketrampilan sosial dan keagamaan.
f.
Terwujudnya umat yang memiliki jiwa kepemimpinan.
b. Misi Madrasah a.
Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik.
b.
Mewujudkan
pembelajaran
dan
pembiasaan
dalam
mempelajari Alqur‟an dan menjalankan ajaran agama Islam Ala Ahlussunnah Wal jama‟ah. c.
Mewujudkan pembentukan karakter Islami yang mampu mengaktualisasikan diri dalam masyarakat.
d.
Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga kependidikan
sesuai
dengan
perkembangan
dunia
pendidikan. e.
Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
c.
Tujuan Madrasah a.
Mengoptimalkan
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan pendekatan Pembelajaran Aktif , Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. b.
Mengembangkan potensi akademik, minat dan bakat siswa melalui layanan bimbingan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler.
c.
Membiasakan perilaku Islami terhadap lingkungan.
d.
Meningkatkan prestasi akademik siswa dengan nilai ratarata 7,5.
e.
Meningkatkan prestasi non akademik siswa di bidang seni dan olehraga melalui kejuaraan dan kompetisi.
f.
Menanamkan jiwa kepemimpinan melalui penerapan kedisiplinan sehari-hari.
3.
Struktur Organisasi Madrasah Struktur organisasi Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Global Blotongan Salatiga dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
LP.MA’ARIF NU
MAJLIS MADRASAH
Kurikulum Pengajaran
Administrasi Keuangan
Penjaga Sekolah
WALI KELAS 1
KEPALA
Kesiswaan
Kepegawaian dan Ketenagaan
WALI KELAS 3
Hubungan Masyarakat
Sarana Prasarana
TATA USAHA
Pengemudi
WALI KELAS 2
KEMENAG/DINAS.PEND
GURU
WALI KELAS 4
WALI KELAS 5
SISWA
Gambar 3.1 Struktur Organisasi MI Ma’arif Global Blotongan Salatiga
WALI KELAS 6
Setiap bidang memiliki tugas masing-masing, secara rinci dapat dilihat dalam rumusan berikut: TATA USAHA Berkewajiban : 1. Melayani dan menyeleksi Setiap tamu yang hadir di Madrasah 2. Menyodorkan buku tamu untuk diisi sesuai maksud dan tujuanya 3. Mencatat, medisposisi serta mengelola setiap surat keluar dan masuk 4. Mengatur dan menyiapkan rapat-rapat Madrasah 5. Mengelola dan mendokumentasikan arsip ijazah siswa 6. Mengelola dan mendokumentasikan stiap hasil keputusan Kepala Madrasah 7. Mengelola rencana kegiatan kepala Madrasah 8. Mengelola dan mendokumentasikan arsip pendirian Madrasah 9. Mengelola dan mendokumentasikan arsip AKREDITASI, EMIS dan laporan bulanan dari dan kepada instansi Pemerintah maupun Yayasan. 10. Menginfentarisir Pegawai, guru dan karyawan, pengurus Yayasan dan Majlis Madrasah secara lengkap 11. Mengatur kegiatan Guru, Staf dan Karyawan Madrasah berdasarkan tata tertib yang telah diberlakukan 12. Mengelola daftar hadir Guru ,Staf dan Karyawan 13. Mengelola Daftar piket guru, Staf dan Karyawan 14. Melaporkan rangkuman kondisi dan perkembangan tugas tersebut kepada Kepala Madrasah dalam bentuk Laporan Bulanan dan Tahunan ADMINISTRASI KEUANGAN Berkewajiban : 1. Mengatur penerimaan dan pengeluaran keuangan yang bersumber dari manapun yang ditujukan kepada Madrasah , Guru, karyawan atau Siswa Secara Kelembagaan meliputi : 1. Sumbangan orang tua siswa 2. Subsidi Yayasan / NU / Muslimat / Masyarakat 3. Sumbangan Pemerintah 4. Laba Penjualan Buku 5. Tabungan siswa 6. Laba penjualan seragam, atribut . 7. Sisa anggaran kegiatan 8. Laba Badan Usaha Madrasah dll. 9. Membagikan honorarium keada Guru atau karyawan
10. Mempersiapkan pembiayaan untuk semua kegiatan Madrasah 11. Menarik dan mengelola dana Pensiun Guru dan Karyawan 12. Menarik dan mengelola dana sosial guru dan karyawan 13. Mengelola dan melaporkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 14. Mengelola dan mendistribusikan serta melaporkan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) 15. Mengelola dan mendistribusikan dana Bantuan Untuk Guru dan Karyawan 16. Menerima dan mengoreksi setiap pengajuan anggaran kegiatan 17. Menerima dan mengoreksi keuangan dari tiap-tiap laporan pertanggung jawaban kegiatan 18. Melaporkan rangkuman kondisi dan perkembangan tugas tersebut kepada Kepala Madrasah dalam bentuk Laporan Bulanan dan Tahunan KURIKULUM DAN PENGAJARAN Berkewajiban : 1. Menyusun Program Kerja Pengajaran. dan, Jadwal kegiatan Pengajaran setiap tahun. 2. Merancang pembagian tugas mengajar dan mengusulkan kepada Kepala Madrasah untuk diterbitkan Surat Keputusan 3. Menyusun jadwal pelajaran 4. Mengatur, mengontrol penyusunan silabus, KKM ,Pogram semester, RPP dan Program Tahunan para Guru 5. Mengatur semua pelaksanaan evaluasi belajar dalam bentuk ulangan formatif, UTS, UAS , UKK dan norma penilaianya 6. Mengatur Standar Kemampuan Minimal yang harus dikuasai oleh siswa permata pelajaran. 7. Mengatur norma kenaikan kelas 8. Mengatur pencatatan kemajuan akademis siswa. 9. Mengatur usaha perbaikan serta peningkatan pengajaran. 10. Mengatur program penggunaan waktu jam kosong. 11. Mengatur Program Kegiatan Belajar Mengajar. 12. Mengatur pembagian tugas saat ada guru yang berhalangan hadir dengan atau tanpa keterangan dengan berkoordinasi dengan Bidang Pengajaran 13. Melaporkan rangkuman kondisi dan perkembangan tugas tersebut kepada Kepala Madrasah setiap bulan dalam bentuk Laporan Bulanan dan Tahunan secara tertulis
KESISWAAN Berkewajiban : 1. Mengatur penerimaan murid baru berdasarkan pedoman penerimaan murid baru yang ditetapkan oleh Kepala Madrasah 2. Mendokumentasikan catatan kehadiran dan ketidak hadiran siswa 3. Mengatur dan mengelola Program semua kegiatan kesiswaan Kurikuler dan Ekstra Kurikuler siswa ( tadarus, Ikrar, Shalat Jamaah, Komputer, Karate dll) 4. Mengatur perpindahan siswa baik keluar / masuk Madrasah (MUTASI) 5. Memasukkan catatan kondisi siswa baru ke dalam Buku Induk 6. Memasukkan data nilai hasil ulangan sumatif siswa ke dalam buku Induk 7. Mengkordinir Wali Kelas dalam pengisisan Bank Data Kelas 8. Melakukan pendataan siswa berikut kelengkapanya dari setiap kelas / rombongan belajar. 9. Mengelola / merumuskan tata tertib dan peraturan siswa baik di dalam maupun diluar kelas 10. Memberi bimbingan dan penyuluhan kepada setiap siswa yang berkaitan dengan setiap pelanggaran 11. Mengelola dan Mendorong siswa untuk meningkatkan prestasi dalam berbagai perlombaan baik yang diadakan oleh Madrasah sendiri maupun kegiatan partisipasi 12. Mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang pengetahuan, ketrampilan dan seni. 13. Mengelola program baca tulis Alquran bagi siswa yang belum mampu membaca dan menulis Al-quran 14. Melaporkan rangkuman kondisi dan perkembangan tugas tersebut kepada Kepala Madrasah dalam bentuk Laporan Bulanan dan Tahunan KEPEGAWAIAN DAN KETENAGAAN Berkewajiban : 1. Mengatur penerimaan murid baru berdasarkan pedoman penerimaan murid baru yang ditetapkan oleh Kepala Madrasah 2. Mendokumentasikan catatan kehadiran dan ketidak hadiran siswa 3. Mengatur dan mengelola Program semua kegiatan kesiswaan Kurikuler dan Ekstra Kurikuler siswa ( tadarus, Ikrar, Shalat Jamaah, Komputer, Karate dll) 4. Mengatur perpindahan siswa baik keluar / masuk Madrasah (MUTASI)
5. Memasukkan catatan kondisi siswa baru ke dalam Buku Induk 6. Memasukkan data nilai hasil ulangan sumatif siswa ke dalam buku Induk 7. Mengkordinir Wali Kelas dalam pengisisan Bank Data Kelas 8. Melakukan pendataan siswa berikut kelengkapanya dari setiap kelas / rombongan belajar. 9. Mengelola / merumuskan tata tertib dan peraturan siswa baik di dalam maupun diluar kelas 10. Memberi bimbingan dan penyuluhan kepada setiap siswa yang berkaitan dengan setiap pelanggaran 11. Mengelola dan Mendorong siswa untuk meningkatkan prestasi dalam berbagai perlombaan baik yang diadakan oleh Madrasah sendiri maupun kegiatan partisipasi 12. Mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang pengetahuan, ketrampilan dan seni. 13. Mengelola program baca tulis Alquran bagi siswa yang belum mampu membaca dan menulis Al-quran 14. Melaporkan rangkuman kondisi dan perkembangan tugas tersebut kepada Kepala Madrasah dalam bentuk Laporan Bulanan dan Tahunan HUBUNGAN MASYARAKAT Berkewajiban : 1. Mengatur hubungan dengan masyarakat dan orang tua siswa 2. Mengatur hubungan baik dengan Yayasan dan Majlis Madrasah 3. Memelihara dan mengembangkan hubungan dengan lembaga pemerintah / swasta dan organisasi sosial lainya. 4. Mengontrol informasi yang keluar atau masuk dari dan ke Madrasah 5. Mengembangkan informasi kemasyarakatan / publikasi melalui optimalisasi peran majalah dinding (MADING) 6. Melaporkan rangkuman kondisi dan perkembangan tugas tersebut kepada Kepala Madrasah dalam bentuk Laporan Bulanan dan Tahunan SARANA PRASARANA Berkewajiban 1. Mendata dan mengatur jumlah bangunan, jumlah ruang dan denah lokasi Madrasah. 2. Mendata dan mengatur penggunaan ruang dan lokasi madrasah 3. Mendata dan mengatur penggunaan semua perlengkapan Madrasah
4. Mengatur Pemeliharaan Kebersihan, Keindahan, Kesehatan, Kerapian dan Ketertiban lingkungan Madrasah ( Lima K ) 5. Mengatur Pengadaan perlengkapan Madrasah 6. Mengatur penggunaan dan pendistribusian buku Perpustakaan Madrasah melalui Petugas Perpustakaan. 7. Melaporkan rangkuman kondisi dan perkembangan tugas tersebut kepada Kepala Madrasah dalam bentuk Laporan Bulanan dan Tahunan Adanya pembagian tugas yang jelas memungkinkan setiap bidang menjalankan
kewajibannya
masing-masing.
Dengan
begitu,
pengorganisasian madrasah dapat berlangsung dengan tertib. Peran pemimpin dalam tahap ini adalah dengan mengorganisir pelaksanaan kegiatan dan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan kewajiban masing-masing bidang. Apabila setiap kewajiban dikerjakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, terciptalah madrasah yang tertib administrasi. 4.
Kegiatan Madrasah Kegiatan madrasah meliputi kegiatan pembiasaan dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pembiasaan yang dilakukan adalah: Pagi
:
Ikrar pagi Pidato Hafalan do'a-do'a harian Hafalan surat-surat pendek Tadarus al-quran
Siang :
Salat jama'ah dhuhur Hafalan surat-surat pendek Ikrar siang
Dalam ikrar pagi dan ikrar siang, petugas dipilih secara bergiliran mulai dari kelas tiga hingga kelas enam. Petugas ikrar terdiri dari tiga siswa,
yaitu
komandan/pemimpin,
pembaca
ikrar,
dan
pengisi
kultum/pidato. Tema pidato sudah ditentukan oleh guru, selanjutnya siswa membuat materinya dengan bantuan guru. Kegiatan ini memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan mental dan keberanian menjadi pemimpin dan berbicara di muka umum. Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Global Salatiga juga mempunyai beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut meliputi: 1. Pramuka
3. Bela Diri
5.
Seni Tari
2. Komputer
4. Seni Rupa
6.
Dokter Kecil
Masing-masing kegiatan ekstrakurikuler memiliki tujuan tersendiri. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut: 1.
2.
Kegiatan Pramuka a.
Untuk menanamkan kesadaran berbangsa dan bernegara
b.
Untuk melatih kemandirian
c.
Untuk melatih hidup bersahaja
d.
Untuk melatih keterampilan
Kegiatan komputer a.
Untuk memperkenalkan tehnologi dan informasi
b.
Untuk melatih ketrampilan dibidang tehnologi informatika dan komputer
3.
4.
5.
6.
Kegiatan Beladiri a.
Untuk mendidik murid memiliki akhlakul karimah
b.
Untuk melatih murid memiliki kepercayaan pada diri sendiri
c.
Untuk melatih murid memiliki keterampilan beladiri
d.
Untuk menjaga agar kesehatan murid tetap terjaga
e.
Untuk melatih murid agar bersikap disiplinan
Kegiatan Seni Rupa a.
Untuk menyalurkan minat dan bakat serta ketrampilan murid
b.
Untuk mendidik murid agar menghargai seni dan budaya
c.
Membudayakan seni islami
Kegiatan Seni Tari a.
Untuk menyalurkan minat dan bakat serta ketrampilan
b.
Untuk mendidik menghargai seni dan budaya
c.
Membudayakan seni islami
Kegiatan Dokter Kecil a.
Untuk menanamkan agar siswa memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap kesehatan pribadi dan lingkungan
b.
Untuk melatih siswa agar mampu memberikan pertolongan pertama pada sesama
5.
Data Respoden Tabel 3.4 Daftar Nama Responden
No.
Nama Responden
Kelas
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan √
1
Aqilla Fadia Rahmah
III
2
Bana
III
3
Fadila Anggraini
III
4
Fajar Galuh A.
III
5
Fitria Salsa Ar Zakky
III
√
6
Hanah Badriyah
III
√
7
Ivan Pradana
III
8
Kanif Ali Alfianto
III
√
9
Laila Ariyanti
III
√
10
Luluk Muawanah
III
√
11
Nadya Azzahra
III
√
12
Nasyith Aisya Nabila
III
√
13
Muhamad Akil Murtadho
III
√
14
M. Nur Aziz
III
√
15
Prasasti Syafa Dewi K.
III
16
Rofiul Umam
III
17
Salsa Ivah Maulani
III
√
18
Sheila Ayu Fatikha
III
√
19
Silvani Yunita Zhahrani
III
√
20
Uky Asian Farih
III
21
Wahyu Karimatun Nisak
III
22
Zacky Zainul Mufit
III
23
Indi Zahria
IV
24
Irfan Akmal Rosyadi
IV
25
Naila Syifa‟
IV
√
26
Shofiana Ulima Zahwa
IV
√
27
Ulfi Olivia
IV
√
28
Wilda A. Nisa
IV
√
29
Zidni Mubarok Taftazani
IV
√
30
Anggestio
V
√
31
Alania Mei
V
√
32
Arum Widyastuti
V
√
33
Atsna Yusari F.
V
√
√ √ √
√
√ √
√ √ √ √ √
Lanjutan tabel 3.4…
No.
Nama Responden
Kelas
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
34
F. Fani S.
V
√
35
Iffatun Nisa‟
V
√
36
Muh. Naufal Farras
V
37
Prihantika. A.
38 39
Rizal
V V
Riyan A.
V
40
Zulia Ningrum
V
√ √ √ √ √
B. Penyajian Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga. Untuk itu penelitian ini mendistribusikan angket yang berisi 30 item soal tentang ketiga variabel tersebut kepada responden. 10 item soal berisi pertanyaan tentang kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa, 10 item berisi pertanyaan tentang kebiasaan menonton sinetron dewasa, dan sisanya adalah pertanyaan tentang perilaku anak. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak, maka penulis sajikan data berdasarkan hasil angket yaitu angket tentang kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa, kebiasaan menonton sinetron dewasa, dan perilaku anak.
Tabel 3.5 Jawaban Angket tentang Kebiasaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa
Pilihan Jawaban
No
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
01
A
C
A
A
A
A
A
B
A
A
2
02
A
B
A
C
A
B
B
B
A
A
3
03
B
B
B
B
B
A
C
C
C
B
4
04
B
C
B
B
B
B
B
B
B
B
5
05
A
B
B
B
A
B
B
B
B
B
6
06
A
C
D
D
A
A
C
C
B
C
7
07
B
C
A
C
B
C
B
C
B
D
8
08
B
C
C
C
A
B
C
A
C
C
9
09
B
D
D
C
C
C
D
B
C
D
10
10
B
C
D
C
B
C
B
A
C
C
11
11
B
C
A
A
A
B
A
B
B
A
12
12
C
B
D
A
B
B
B
B
B
C
13
13
B
B
D
B
B
C
C
A
B
D
14
14
A
D
B
C
A
D
B
A
B
C
15
15
C
C
D
B
B
A
A
A
A
D
16
16
D
B
D
D
D
C
D
D
C
D
17
17
C
C
D
A
B
D
A
A
B
D
18
18
C
C
D
B
B
A
A
A
A
D
19
19
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
20
20
B
B
B
C
A
B
B
A
B
B
21
21
A
B
D
B
C
B
C
A
C
D
22
22
A
B
B
A
A
C
B
B
B
B
23
23
C
C
C
B
B
A
A
A
A
C
24
24
A
A
C
A
A
B
B
B
B
B
25
25
A
C
B
A
B
B
A
A
A
A
26
26
B
B
D
C
C
A
C
A
A
A
27
27
C
B
B
C
B
D
B
B
C
C
28
28
C
B
D
B
B
B
B
B
A
B
29
29
A
D
A
A
A
A
A
A
A
A
30
30
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
Lanjutan tabel 3.5…
Pilihan Jawaban
No
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
31
31
B
B
D
C
B
A
C
B
B
D
32
32
C
C
B
C
B
A
C
B
C
A
33
33
B
D
D
D
D
C
C
C
C
D
34
34
B
B
C
B
B
D
C
C
C
C
35
35
D
B
D
C
B
B
C
B
B
B
36
36
A
C
C
C
B
C
D
C
B
C
37
37
C
C
D
C
B
B
B
C
B
D
38
38
A
B
C
C
B
A
C
C
A
C
39
39
A
C
D
C
B
B
C
B
A
B
40
40
C
D
D
D
C
D
D
C
C
D
Tabel 3.6 Jawaban Angket tentang Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa
Pilihan Jawaban
No
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
01
B
B
A
C
C
C
A
B
C
B
2
02
A
A
B
A
A
B
B
B
B
C
3
03
B
A
B
C
A
C
B
B
B
C
4
04
A
A
A
B
A
B
A
A
B
B
5
05
A
A
A
C
A
B
B
A
A
A
6
06
A
B
A
C
A
A
B
B
B
A
7
07
B
B
A
A
B
C
D
D
B
B
8
08
A
A
A
C
C
A
A
A
C
C
9
09
B
C
B
D
C
C
D
C
C
C
10
10
B
B
B
D
D
C
C
D
C
C
11
11
A
A
A
A
A
B
A
B
B
B
12
12
B
B
C
B
C
A
D
A
C
C
13
13
B
D
B
D
C
B
B
D
C
C
14
14
C
B
B
D
C
B
D
B
C
C
Lanjutan tabel 3.6…
Pilihan Jawaban
No
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
15
15
D
C
D
C
D
A
D
B
D
A
16
16
B
B
B
C
C
C
D
B
B
C
17
17
C
A
B
D
C
A
D
D
C
A
18
18
C
D
D
C
D
A
D
B
C
A
19
19
A
D
A
B
A
A
A
A
A
B
20
20
A
A
B
D
A
B
B
B
B
B
21
21
B
A
D
D
B
C
C
C
C
C
22
22
C
A
D
D
D
C
D
B
C
C
23
23
B
A
C
B
D
A
C
B
A
A
24
24
A
A
A
B
A
A
A
A
C
A
25
25
A
A
A
B
A
A
A
A
C
A
26
26
B
B
B
D
B
B
A
D
B
C
27
27
D
A
B
C
B
A
B
B
D
B
28
28
B
A
B
C
B
B
B
B
B
A
29
29
B
A
B
C
D
A
B
B
B
A
30
30
B
A
B
C
D
A
B
B
B
A
31
31
A
D
A
D
A
D
C
D
C
C
32
32
B
A
B
C
B
A
A
B
B
C
33
33
B
B
C
D
C
C
D
C
D
C
34
34
C
A
B
C
C
B
A
C
C
B
35
35
B
A
B
C
B
B
B
B
C
B
36
36
B
A
B
C
B
C
C
B
C
C
37
37
C
A
B
C
B
B
C
B
C
B
38
38
B
A
B
C
C
C
C
B
C
C
39
39
C
D
C
D
C
C
C
D
C
C
40
40
B
D
B
D
C
C
D
C
C
D
Tabel 3.7 Jawaban Angket tentang Perilaku Anak
Pilihan Jawaban
No
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
01
A
C
C
B
A
D
C
D
B
C
2
02
B
D
B
B
B
C
B
B
B
C
3
03
B
B
B
B
B
D
D
D
B
D
4
04
B
C
B
B
C
D
B
D
C
C
5
05
B
B
B
B
B
D
D
D
C
C
6
06
D
B
B
D
A
B
B
C
C
C
7
07
D
C
B
D
A
D
D
C
B
D
8
08
C
D
B
B
A
D
C
C
B
C
9
09
D
C
B
D
A
C
D
C
D
C
10
10
C
C
B
D
A
C
C
D
D
C
11
11
C
C
B
B
B
C
C
C
A
C
12
12
A
B
B
C
A
C
C
C
B
A
13
13
C
B
B
D
A
D
D
D
D
C
14
14
D
D
C
D
D
C
D
D
B
B
15
15
D
C
C
D
D
D
C
D
C
C
16
16
B
B
B
D
D
C
B
D
B
C
17
17
D
B
B
B
B
D
D
D
B
A
18
18
D
C
C
D
D
D
C
D
C
C
19
19
A
D
A
A
A
D
A
A
A
A
20
20
C
D
C
B
A
D
B
D
D
D
21
21
C
D
D
D
A
D
B
D
D
C
22
22
B
D
C
B
B
D
A
D
B
C
23
23
C
D
B
A
A
D
C
C
B
A
24
24
B
D
D
B
A
D
C
D
D
C
25
25
B
D
D
B
A
D
C
D
D
C
26
26
A
B
B
D
B
C
B
B
B
B
27
27
D
A
B
B
A
D
B
B
B
C
28
28
A
B
B
A
B
D
B
D
B
C
29
29
B
D
B
B
B
D
B
D
D
B
30
30
B
D
D
A
D
D
B
D
D
B
31
31
C
B
B
D
A
D
B
C
B
C
Lanjutan tabel 3.7…
Pilihan Jawaban
No
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
32
32
A
D
D
C
A
D
D
B
B
A
33
33
C
C
C
D
C
D
D
D
C
C
34
34
C
C
A
C
A
D
D
D
C
D
35
35
D
D
B
C
D
D
C
D
D
C
36
36
D
C
C
D
C
D
D
D
D
C
37
37
C
D
C
C
B
D
C
D
D
C
38
38
C
B
B
C
C
C
C
C
D
C
39
39
D
D
C
D
A
D
C
D
D
D
40
40
D
D
C
D
A
D
C
D
C
C
BAB IV ANALISIS DATA
Untuk mengetahui ada tidaknya atau seberapa besar hubungan antara pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga, maka peneliti mengadakan analisa dari data-data yang diperoleh dan langkah selanjutnya adalah menganalisa dengan statistik dan analisa kuantitatif. Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga, A. Analisis Deskriptif Dalam analisis ini dideskripsikan tentang pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga, melalui data yang diperoleh dari responden. Setelah diketahui data-data tersebut kemudian dihitung untuk mengetahui tingkat hubungan masing-masing variabel dalam penelitian ini. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1.
Analisis tentang Kebiasaan Mendengarkan Lagu-Lagu Bertema Dewasa di Mi Ma’arif Global Blotongan Salatiga Untuk mengetahui tentang kebiasaan mendengarkan lau-lagu bertema dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga, maka peneliti
mengadakan penskoran data yang diperoleh untuk kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk dihitung rata-rata kelas (mean) dari data yang terkumpul melalui angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan dengan kriteria jawaban dimana setiap soal terdapat 4 item jawaban, yaitu: a.
Jika jawaban A, nilai yang diberikan 4
b.
Jika jawaban B, nilai yang diberikan 3
c.
Jika jawaban C, nilai yang diberikan 2
d.
Jika jawaban D, nilai yang diberikan 1
Tabel 4.1 Skor Jawaban Angket tentang Kebiasaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa
No
No. Resp
1
Pilihan Jawaban 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
01
4
2
4
4
4
4
4
3
4
4
37
2
02
4
3
4
2
4
3
3
3
4
4
34
3
03
3
3
3
3
3
4
2
2
2
3
28
4
04
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
29
5
05
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
32
6
06
4
2
1
1
4
4
2
2
3
2
25
7
07
3
2
4
2
3
2
3
2
3
1
25
8
08
3
2
2
2
4
3
2
4
2
2
26
9
09
3
1
1
2
2
2
1
3
2
1
18
10
10
3
2
1
2
3
2
3
4
2
2
24
11
11
3
2
4
4
4
3
4
3
3
4
34
12
12
2
3
1
4
3
3
3
3
3
2
27
13
13
3
3
1
3
3
2
2
4
3
1
25
14
14
4
1
3
2
4
1
3
4
3
2
27
15
15
2
2
1
3
3
4
4
4
4
1
28
16
16
1
3
1
1
1
2
1
1
2
1
14
Lanjutan tabel 4.1…
No
No. Resp
17
Pilihan Jawaban 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
17
2
2
1
4
3
1
4
4
3
1
25
18
18
2
2
1
3
3
4
4
4
4
1
28
19
19
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
40
20
20
3
3
3
2
4
3
3
4
3
3
31
21
21
4
3
1
3
2
3
2
4
2
1
25
22
22
4
3
3
4
4
2
3
3
3
3
32
23
23
2
2
2
3
3
4
4
4
4
2
30
24
24
4
4
2
4
4
3
3
3
3
3
33
25
25
4
2
3
4
3
3
4
4
4
4
35
26
26
3
3
1
2
2
4
2
4
4
4
29
27
27
2
3
3
2
3
1
3
3
2
2
24
28
28
2
3
1
3
3
3
3
3
4
3
28
29
29
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
37
30
30
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
40
31
31
3
3
1
2
3
4
2
3
3
1
25
32
32
2
2
3
2
3
4
2
3
2
4
27
33
33
3
1
1
1
1
2
2
2
2
1
16
34
34
3
3
2
3
3
1
2
2
2
2
23
35
35
1
3
1
2
3
3
2
3
3
3
24
36
36
4
2
2
2
3
2
1
2
3
2
23
37
37
2
2
1
2
3
3
3
2
3
1
22
38
38
4
3
2
2
3
4
2
2
4
2
28
39
39
4
2
1
2
3
3
2
3
4
3
27
40
40
2
1
1
1
2
1
1
2
2
1
14
Tabel 4.2 Hasil Skor tentang Kebiasaan Mendengarkan Lagu-lagu Bertema Dewasa
Pilihan Jawaban
Skor Jawaban
No.
No. Resp
A
B
C
D
4
3
2
1
Skor Total
1
01
8
1
1
0
32
3
2
0
37
2
02
5
4
1
0
20
12
2
0
34
3
03
1
6
3
0
4
18
6
0
28
4
04
0
9
1
0
0
27
2
0
29
5
05
2
8
0
0
8
24
0
0
32
6
06
3
1
4
2
12
3
8
2
25
7
07
1
4
4
1
4
12
8
1
25
8
08
2
2
6
0
8
6
12
0
26
9
09
0
2
4
4
0
6
8
4
18
10
10
1
3
5
1
4
9
10
1
24
11
11
5
4
1
0
20
12
2
0
34
12
12
1
6
2
1
4
18
4
1
27
13
13
1
5
2
2
4
15
4
2
25
14
14
3
3
2
2
12
9
4
2
27
15
15
4
2
2
2
16
6
4
2
28
16
16
0
1
2
7
0
3
4
7
14
17
17
3
2
2
3
12
6
4
3
25
18
18
4
2
2
2
16
6
4
2
28
19
19
10
0
0
0
40
0
0
0
40
20
20
2
7
1
0
8
21
2
0
31
21
21
2
3
3
2
8
9
6
2
25
22
22
3
6
1
0
12
18
2
0
32
23
23
4
2
4
0
16
6
8
0
30
24
24
4
5
1
0
16
15
2
0
33
25
25
6
3
1
0
24
9
2
0
35
26
26
4
2
3
1
16
6
6
1
29
27
27
0
5
4
1
0
15
8
1
24
28
28
1
7
1
1
4
21
2
1
28
29
29
9
0
0
1
36
0
0
1
37
30
30
10
0
0
0
40
0
0
0
40
31
31
1
5
2
2
4
15
4
2
25
Lanjutan tabel 4.2…
Pilihan Jawaban
Skor Jawaban
No.
No. Resp
A
B
C
D
4
3
2
1
Skor Total
32
32
2
3
5
0
8
9
10
0
27
33
33
0
1
4
5
0
3
8
5
16
34
34
0
4
5
1
0
12
10
1
23
35
35
0
6
2
2
0
18
4
2
24
36
36
1
2
6
1
4
6
12
1
23
37
37
0
4
4
2
0
12
8
2
22
38
38
3
2
5
0
12
6
10
0
28
39
39
2
4
3
1
8
12
6
1
27
40
40
0
0
4
6
0
0
8
6
14
Kemudian untuk menganalisis data tersebut, maka dilakukan statistik deskriptif dari tabel di atas yang dilakukan dengan proses pembuatan tabel kerja ke dalam distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.3 Tabel Kerja Distribusi Frekuensi Kebiasaan Mendengarkan Lagulagu Bertema Dewasa di MI Ma’arif Global Blotongan Salatiga
No.
Skor (
)
Frekuensi (f)
f.
Percent (%)
1
14
2
28
3
2
16
1
16
1
3
18
1
18
1
4
22
1
22
2
5
24
3
72
7
6
23
2
46
4
7
25
6
150
14
8
26
1
26
2
9
27
4
108
10
10
28
5
140
13
11
29
2
58
5
12
30
1
30
3
Lanjutan tabel 4.3…
No.
Skor (
)
Frekuensi (f)
f.
Percent (%)
13
31
1
31
3
14
32
2
64
6
15
33
1
33
3
16
34
2
68
6
17
35
1
35
3
18
37
2
74
7
19
40
2
80
7
∑
40
1099
100%
Berdasarkan tabel di atas maka untuk proses selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai berikut: a.
Mencari nilai rata-rata dari variabel
yaitu tentang kebiasaan
mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dengan menjumlahkan keseluruhan nilai angket dibagi responden. Berdasarkan hal tersebut maka nilai rata-rata untuk variabel =
= 27,475
Jadi, nilai rata-rata untuk variabel b.
adalah: (dibulatkan 28) adalah sebesar 28
Menafsirkan nilai mean yang telah didapatkan interval kategori dengan cara sebagai berikut:
Keterangan: I
: Interval kelas
R
: Range Inilai maksimum dikurangi nilai minimum)
K
: Jumlah kelas (berdasarkan jumlah multiple choice)
Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus: R
=H–L+1
H
= skor jawaban tertinggi x jumlah item, dimana A = 4 = 4 x 10 = 40
L
= skor jawaban terendah x jumlah item, dimana D = 1 = 1 x 10 = 10 =H–L+1
R
= 40-10+1 = 31 Maka diperoleh nilai interval sebagai berikut:
= 7,75 Berdasarkan hasil di atas dapat diperoleh nilai interval 7,75 dibulatkan menjadi 8, sehingga untuk mengategorikan pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dapat diperoleh interval sebagai berikut:
Tabel 4.4 Nilai Interval Variabel Bertema Dewasa)
(Kebiasaan Mendengarkan Lagu-Lagu
No.
Interval
Kualifikasi
f
Percent
1
34-41
Sangat Tinggi
7
17,5 %
2
26-33
Tinggi
17
42,5 %
3
18-25
Sedang
13
32,5 %
4
10-17
Kurang
3
7,5 %
Hasil di atas menunjukkan mean dengan nilai 28 dari variabel tentang kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa tergolong tinggi karena termasuk dalam interval (26-33). 2.
Analisis tentang Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa di Mi Ma’arif Global Blotongan Salatiga Untuk mengetahui tentang kebiasaan menonton sinetron dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga, maka peneliti mengadakan penskoran data yang diperoleh untuk kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk dihitung rata-rata kelas (mean) dari data yang terkumpul melalui angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan dengan kriteria jawaban dimana setiap soal terdapat 4 item jawaban, yaitu: a.
Jika jawaban A, nilai yang diberikan 4
b.
Jika jawaban B, nilai yang diberikan 3
c.
Jika jawaban C, nilai yang diberikan 2
d.
Jika jawaban D, nilai yang diberikan 1
Tabel 4.5 Skor Jawaban Angket tentang Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa
Pilihan Jawaban
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
3
3
4
2
2
2
4
3
2
3
28
2
2
4
4
3
4
4
3
3
3
3
2
33
3
3
3
4
3
2
4
2
3
3
3
2
29
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
3
3
36
5
5
4
4
4
2
4
3
3
4
4
4
36
6
6
4
3
4
2
4
4
3
3
3
4
34
7
7
3
3
4
4
3
2
1
1
3
3
27
8
8
4
4
4
2
2
4
4
4
2
2
32
9
9
3
2
3
1
2
2
1
2
2
2
20
10
10
3
3
3
1
1
2
2
1
2
2
20
11
11
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
36
12
12
3
3
2
3
2
4
1
4
2
2
26
13
13
3
1
3
1
2
3
3
1
2
2
21
14
14
2
3
3
1
2
3
1
3
2
2
22
15
15
1
2
1
2
1
4
1
3
1
4
20
16
16
3
3
3
2
2
2
1
3
3
2
24
17
17
2
4
3
1
2
4
1
1
2
4
24
18
18
2
1
1
2
1
4
1
3
2
4
21
19
19
4
1
4
3
4
4
4
4
4
3
35
20
20
4
4
3
1
4
3
3
3
3
3
31
21
21
3
4
1
1
3
2
2
2
2
2
22
22
22
2
4
1
1
1
2
1
3
2
2
19
23
23
3
4
2
3
1
4
2
3
4
4
30
24
24
4
4
4
3
4
4
4
4
2
4
37
25
25
4
4
4
3
4
4
4
4
2
4
37
26
26
3
3
3
1
3
3
4
1
3
2
26
27
27
1
4
3
2
3
4
3
3
1
3
27
28
28
3
4
3
2
3
3
3
3
3
4
31
29
29
3
4
3
2
1
4
3
3
3
4
30
30
30
3
4
3
2
1
4
3
3
3
4
30
No
Lanjutan tabel 4.5…
Pilihan Jawaban
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
31
31
4
1
4
1
4
1
2
1
2
2
22
32
32
3
4
3
2
3
4
4
3
3
2
31
33
33
3
3
2
1
2
2
1
2
1
2
19
34
34
2
4
3
2
2
3
4
2
2
3
27
35
35
3
4
3
2
3
3
3
3
2
3
29
36
36
3
4
3
2
3
2
2
3
2
2
26
37
37
2
4
3
2
3
3
2
3
2
3
27
38
38
3
4
3
2
2
2
2
3
2
2
25
39
39
2
1
2
1
2
2
2
1
2
2
17
40
40
3
1
3
1
2
2
1
2
2
1
18
No
Tabel 4.6 Hasil Skor tentang Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa
Pilihan Jawaban
Skor Jawaban
No.
No. Resp
A
B
C
D
4
3
2
1
Skor Total
1
1
2
4
4
0
8
12
8
0
28
2
2
4
5
1
0
16
15
2
0
33
3
3
2
5
3
0
8
15
6
0
29
4
4
6
4
0
0
24
12
0
0
36
5
5
7
2
1
0
28
6
2
0
36
6
6
5
4
1
0
20
12
2
0
34
7
7
2
5
1
2
8
15
2
2
27
8
8
6
4
0
0
24
12
0
0
36
9
9
0
2
6
2
0
6
12
2
20
10
10
0
3
4
3
0
9
8
3
20
11
11
6
4
0
0
24
12
0
0
36
12
12
2
3
4
1
8
9
8
1
26
13
13
0
4
3
3
0
12
6
3
21
14
14
0
4
4
2
0
12
8
2
22
15
15
2
1
2
5
8
3
4
5
20
16
16
0
5
4
1
0
15
8
1
24
Lanjutan tabel 4.6…
Pilihan Jawaban
Skor Jawaban
No.
No. Resp
A
B
C
D
4
3
2
1
Skor Total
17
17
3
1
3
3
12
3
6
3
24
18
18
2
1
3
4
8
3
6
4
21
19
19
7
2
0
1
28
6
0
1
35
20
20
3
6
0
1
12
18
0
1
31
21
21
1
2
5
2
4
6
10
2
22
22
22
1
1
4
4
4
3
8
4
19
23
23
4
3
2
1
16
9
4
1
30
24
24
8
1
1
0
32
3
2
0
37
25
25
8
1
1
0
32
3
2
0
37
26
26
1
6
1
2
4
18
2
2
26
27
27
2
5
1
2
8
15
2
2
27
28
28
2
7
1
0
8
21
2
0
31
29
29
3
5
1
1
12
15
2
1
30
30
30
3
5
1
1
12
15
2
1
30
31
31
3
0
3
4
12
0
6
4
22
32
32
3
5
2
0
12
15
4
0
31
33
33
0
2
5
3
0
6
10
3
19
34
34
2
3
5
0
8
9
10
0
27
35
35
1
7
2
0
4
21
4
0
29
36
36
1
4
5
0
4
12
10
0
26
37
37
1
5
4
0
4
15
8
0
27
38
38
1
3
6
0
4
9
12
0
25
39
39
0
0
7
3
0
0
14
3
17
40
40
0
2
4
4
0
6
8
4
18
Kemudian untuk menganalisis data tersebut, maka dilakukan statistik deskriptif dari tabel di atas yang dilakukan dengan proses pembuatan tabel kerja ke dalam distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.7 Tabel Kerja Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa di MI Ma’arif Global Blotongan Salatiga
No.
Skor
Frekuensi (f)
f.
Percent (%)
1
17
1
17
2
18
1
18
3
19
2
38
4
20
3
60
5
21
2
42
6
22
3
66
7
24
2
48
8
25
1
25
9
26
3
78
10
27
4
108
11
28
1
28
12
29
2
58
13
30
3
90
14
31
3
93
15
33
1
33
16
34
1
34
17
35
1
35
18
36
4
144
19
37
2
74
2 2 3 6 4 6 4 2 7 10 3 5 8 9 3 3 3 13 7
∑
40
1089
100
Berdasarkan tabel di atas maka untuk proses selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai berikut: a.
Mencari nilai rata-rata dari variabel
yaitu tentang kebiasaan
menonton sinetron dewasa dengan menjumlahkan keseluruhan nilai angket dibagi responden. Berdasarkan hal tersebut maka nilai ratarata untuk variabel
adalah:
=
= 27,225
Jadi, nilai rata-rata untuk variabel b.
(dibulatkan 27) adalah sebesar 27
Menafsirkan nilai mean yang telah didapatkan interval kategori dengan cara sebagai berikut:
Keterangan: I
: Interval kelas
R
: Range Inilai maksimum dikurangi nilai minimum)
K
: Jumlah kelas (berdasarkan jumlah multiple choice)
Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus: R
=H–L+1
H
= skor jawaban tertinggi x jumlah item, dimana A = 4 = 4 x 10 = 40
L
= skor jawaban terendah x jumlah item, dimana D = 1 = 1 x 10 = 10 =H–L
R
= 40-10+1 = 31 Maka diperoleh nilai interval sebagai berikut:
= 7,75
Berdasarkan hasil di atas dapat diperoleh nilai interval 7,75 dibulatkan menjadi 8, sehingga untuk mengategorikan pengaruh kebiasaan menonton sinetron dewasa dapat diperoleh interval sebagai berikut: Tabel 4.8 Nilai Interval Variabel
(Kebiasaan Menonton Sinetron Dewasa)
No.
Interval
Kualifikasi
f
Percent
1
33-40
Sangat Tinggi
8
20 %
2
25-32
Tinggi
17
42,5 %
3
17-24 9-16
Sedang
14
35 %
Kurang
1
2,5 %
4
Hasil di atas menunjukkan mean dengan nilai 27 dari variabel tentang kebiasaan menonton sinetron dewasa tergolong tinggi karena termasuk dalam interval (25-32). 3.
Analisis tentang Perilaku Anak di Mi Ma’arif Global Blotongan Salatiga Untuk mengetahui tentang perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga, maka peneliti mengadakan penskoran data yang diperoleh untuk kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk dihitung rata-rata kelas (mean) dari data yang terkumpul melalui angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan dengan kriteria jawaban dimana setiap soal terdapat 4 item jawaban, yaitu: a.
Jika jawaban A, nilai yang diberikan 4
b.
Jika jawaban B, nilai yang diberikan 3
c.
Jika jawaban C, nilai yang diberikan 2
d.
Jika jawaban D, nilai yang diberikan 1
Tabel 4.9 Skor Jawaban Angket tentang Perilaku Anak
Pilihan Jawaban
No
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
01
4
2
2
3
4
1
2
1
3
2
24
2
02
3
1
3
3
3
2
3
3
3
2
26
3
03
3
3
3
3
3
1
1
1
3
1
22
4
04
3
2
3
3
2
1
3
1
2
2
22
5
05
3
3
3
3
3
1
1
1
2
2
22
6
06
1
3
3
1
4
3
3
2
2
2
24
7
07
1
2
3
1
4
1
1
2
3
1
19
8
08
2
1
3
3
4
1
2
2
3
2
23
9
09
1
2
3
1
4
2
1
2
1
2
19
10
10
2
2
3
1
4
2
2
1
1
2
20
11
11
2
2
3
3
3
2
2
2
4
2
25
12
12
4
3
3
2
4
2
2
2
3
4
29
13
13
2
3
3
1
4
1
1
1
1
2
19
14
14
1
1
2
1
1
2
1
1
3
3
16
15
15
1
2
2
1
1
1
2
1
2
2
15
16
16
3
3
3
1
1
2
3
1
3
2
22
17
17
1
3
3
3
3
1
1
1
3
4
23
18
18
1
2
2
1
1
1
2
1
2
2
15
19
19
4
1
4
4
4
1
4
4
4
4
34
20
20
2
1
2
3
4
1
3
1
1
1
19
21
21
2
1
1
1
4
1
3
1
1
2
17
22
22
3
1
2
3
3
1
4
1
3
2
23
23
23
2
1
3
4
4
1
2
2
3
4
26
24
24
3
1
1
3
4
1
2
1
1
2
19
25
25
3
1
1
3
4
1
2
1
1
2
19
26
26
4
3
3
1
3
2
3
3
3
3
28
Y
Lanjutan tabel 4.9…
Pilihan Jawaban
No
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
27
27
1
4
3
3
4
1
3
3
3
2
27
28
28
4
3
3
4
3
1
3
1
3
2
27
29
29
3
1
3
3
3
1
3
1
1
3
22
30
30
3
1
1
4
1
1
3
1
1
3
19
31
31
2
3
3
1
4
1
3
2
3
2
24
32
32
4
1
1
2
4
1
1
3
3
4
24
33
33
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
16
34
34
2
2
4
2
4
1
1
1
2
1
20
35
35
1
1
3
2
1
1
2
1
1
2
15
36
36
1
2
2
1
2
1
1
1
1
2
14
37
37
2
1
2
2
3
1
2
1
1
2
17
38
38
2
3
3
2
2
2
2
2
1
2
21
39
39
1
1
2
1
4
1
2
1
1
1
15
40
40
1
1
2
1
4
1
2
1
2
2
17
Y
Tabel 4.10 Hasil Skor tentang Perilaku Anak
No.
No. Responden
Pilihan Jawaban A B C D
4
3
2
1
Skor Jawaban
Skor Total
1
01
2
2
4
2
8
6
8
2
24
2
02
0
7
2
1
0
21
4
1
26
3
03
0
6
0
4
0
18
0
4
22
4
04
0
4
4
2
0
12
8
2
22
5
05
0
5
2
3
0
15
4
3
22
6
06
1
4
3
2
4
12
6
2
24
7
07
1
2
2
5
4
6
4
5
19
8
08
1
3
4
2
4
9
8
2
23
9
09
1
1
4
4
4
3
8
4
19
10
10
1
1
5
3
4
3
10
3
20
Lanjutan 4.10…
No.
No. Responden
Pilihan Jawaban A B C D
4
3
2
1
Skor Jawaban
Skor Total
11
11
1
3
6
0
4
9
12
0
25
12
12
3
3
4
0
12
9
8
0
29
13
13
1
2
2
5
4
6
4
5
19
14
14
0
2
2
6
0
6
4
6
16
15
15
0
0
5
5
0
0
10
5
15
16
16
0
5
2
3
0
15
4
3
22
17
17
1
5
0
4
4
15
0
4
23
18
18
0
0
5
5
0
0
10
5
15
19
19
8
0
0
2
32
0
0
2
34
20
20
1
2
2
5
4
6
4
5
19
21
21
1
1
2
6
4
3
4
6
17
22
22
1
4
2
3
4
12
4
3
23
23
23
3
2
3
2
12
6
6
2
26
24
24
1
2
2
5
4
6
4
5
19
25
25
1
2
2
5
4
6
4
5
19
26
26
1
7
1
1
4
21
2
1
28
27
27
2
5
1
2
8
15
2
2
27
28
28
2
5
1
2
8
15
2
2
27
29
29
0
6
0
4
0
18
0
4
22
30
30
1
3
0
6
4
9
0
6
19
31
31
1
4
3
2
4
12
6
2
24
32
32
3
2
1
4
12
6
2
4
24
33
33
0
0
6
4
0
0
12
4
16
34
34
2
0
4
4
8
0
8
4
20
35
35
0
1
3
6
0
3
6
6
15
36
36
0
0
4
6
0
0
8
6
14
37
37
0
1
5
4
0
3
10
4
17
38
38
0
2
7
1
0
6
14
1
21
39
39
1
0
2
7
4
0
4
7
15
40
40
1
0
4
5
4
0
8
5
17
Kemudian untuk menganalisis data tersebut, maka dilakukan statistik deskriptif dari tabel di atas yang dilakukan dengan proses pembuatan tabel kerja ke dalam distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.11 Tabel Kerja Distribusi Frekuensi Perilaku Anak di MI Ma’arif Global Blotongan Salatiga
No.
Skor (Y)
Frekuensi (f)
f.Y
Percent (%)
1
14
1
14
2
2
15
4
60
7
3
16
2
32
4
4
17
3
51
6
5
19
7
133
16
6
20
2
40
5
7
21
1
21
3
8
22
5
110
13
9
23
3
69
8
10
24
4
96
11
11
25
1
25
3
12
26
2
52
6
13
27
2
54
6
14
28
1
28
3
15
29
1
29
3
16
34
1
34
4
∑
40
848
100
Berdasarkan tabel di atas maka untuk proses selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai berikut:
a.
Mencari nilai rata-rata dari variabel Y yaitu tentang perilaku anak dengan menjumlahkan keseluruhan nilai angket dibagi responden. Berdasarkan hal tersebut maka nilai rata-rata untuk variabel Y adalah: =
= 21,2
Jadi, nilai rata-rata untuk variabel b.
(dibulatkan 21) adalah sebesar 21
Menafsirkan nilai mean yang telah didapatkan interval kategori dengan cara sebagai berikut:
Keterangan: I
: Interval kelas
R
: Range Inilai maksimum dikurangi nilai minimum)
K
: Jumlah kelas (berdasarkan jumlah multiple choice)
Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus: R
=H–L+1
H
= skor jawaban tertinggi x jumlah item, dimana A = 4 = 4 x 10 = 40
L
= skor jawaban terendah x jumlah item, dimana D = 1 = 1 x 10 = 10
R
=H–L+1 = 40-10+1 = 31
Maka diperoleh nilai interval sebagai berikut:
= 7,75 Berdasarkan hasil di atas dapat diperoleh nilai interval 7,75 dibulatkan menjadi 8, sehingga untuk mengategorikan perilaku anak dapat diperoleh interval sebagai berikut: Tabel 4.12 Nilai Interval Variabel
(Perilaku Anak)
No.
Interval
Kualifikasi
f
Percent
1
33-40
Sangat Buruk
1
2,5 %
2
25-32
Buruk
6
15 %
3
17-24 9-16
Cukup
23
57,5 %
Baik
10
10 %
4
Hasil di atas menunjukkan mean dengan nilai 21 dari variabel
tentang
perilaku anak tergolong cukup karena termasuk dalam interval (17-24). B. Pengujian Hipotesis Uji korelasi ganda adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih secara bersama-sama dengan variabel lain. Nilai uji korelasi ganda tersebut dengan rumus sebagai berikut:
√
Selanjutnya untuk mengetahui signifikasi korelasi ganda
dan
terhadap Y ditentukan dengan rumus F hitung kemudian dibandingkan dengan F tabel. Adapun untuk mencari nilai koefisien korelasi ganda tersebut, maka penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membuat tabel kerja atau tabel perhitungan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga, sebagaimana tabel berikut: Tabel 4.13 Tabel Kerja atau Tabel Perhitungan Variabel Variabel Y
No.
Y
, Variabel
.Y
.Y
, dan
.
1
37
28
24
1369
784
576
888
672
1036
2
34
33
26
1156
1089
676
884
858
1122
3
28
29
22
784
841
484
616
638
812
4
29
36
22
841
1296
484
638
792
1044
5
32
36
22
1024
1296
484
704
792
1152
6
25
34
24
625
1156
576
600
816
850
7
25
27
19
625
729
361
475
513
675
8
26
36
23
676
1296
529
598
828
936
9
18
20
19
324
400
361
342
380
360
10
24
20
20
576
400
400
480
400
480
11
34
36
25
1156
1296
625
850
900
1224
12
27
26
29
729
676
841
783
754
702
13
25
21
19
625
441
361
475
399
525
14
27
22
16
729
484
256
432
352
594
15
28
20
15
784
400
225
420
300
560
16
14
24
22
196
576
484
308
528
336
17
25
24
23
625
576
529
575
552
600
Lanjutan tabel 4.13…
No.
Y
.Y
.Y
.
18
28
21
15
784
441
225
420
315
588
19
40
35
34
1600
1225
1156
1360
1190
1400
20
31
31
19
961
961
361
589
589
961
21
25
22
17
625
484
289
425
374
550
22
32
19
23
1024
361
529
736
437
608
23
30
30
26
900
900
676
780
780
900
24
33
37
19
1089
1369
361
627
703
1221
25
35
37
19
1225
1369
361
665
703
1295
26
29
26
28
841
676
784
812
728
754
27
24
27
27
576
729
729
648
729
648
28
28
31
27
784
961
729
756
837
868
29
37
30
22
1369
900
484
814
660
1110
30
40
30
19
1600
900
361
760
570
1200
31
25
22
24
625
484
576
600
528
550
32
27
31
24
729
961
576
648
744
837
33
16
19
16
256
361
256
256
304
304
34
23
27
20
529
729
400
460
540
621
35
24
29
15
576
841
225
360
435
696
36
23
26
14
529
676
196
322
364
598
37
22
27
17
484
729
289
374
459
594
38
28
25
21
784
625
441
588
525
700
39
27
17
15
729
289
225
405
255
459
40
14
18
17
196
324
289
238
306
252
∑
1099
1089
848
31659
31031
18770
23711
23549
30722
Untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi ganda, sebelumnya penulis menghitung nilai korelasi antara antara korelasi
.
1.
dengan Y
Korelasi
(
.Y (
),
.Y (
), dan
) sebagai berikut:
Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa terhadap perilaku anak menggunakan rumus:
√{
}
Keterangan: = Angka indek Korelasi “r” Product Moment
` N
= Number of Cases = Jumlah hasil Perkalian antara skor
dan skor Y
= Jumlah seluruh skor = Jumlah seluruh skor Tabel 4.14 Ringkasan Statistik
dan Y
Simbol Statistik N
Nilai Statistik 40 1099 848 31659 18770 23771
Y
√{
√
√
√
}
√
Jadi r = 0,4384, selanjutnya dibandingkan dengan harga r tabel. Untuk df = N-nr = 40, dengan N = 40 dan variabel yang penulis cari korelasinya adalah variabel
dan Y, maka nr = 2. Dengan mudah
dapat diperoleh df-nya yaitu df = 40-2= 38, pada kesalahan 5% maka r tabel = 0,320, sedangkan r hitung adalah 0,4384. Ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan Hα ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (
>
)
maka Hα diterima. Dari hasil tampak bawa r hitung lebih besar dari r tabel maka Ha dietrima, dengan demikian korelasi 0,4384, itu signifikan. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dengan perilaku anak. 2.
Korelasi
dan Y
Untuk mengetahui pengaruh menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak menggunakan rumus:
√{
}
Keterangan: = Angka indek Korelasi “r” Product Moment
N
= Number of Cases = Jumlah hasil Perkalian antara skor
dan skor Y
= Jumlah seluruh skor = Jumlah seluruh skor Tabel 4.15 Ringkasan Statistik
dan Y
Simbol Statistik N
Nilai Statistik 40 1089 848 31031 18770 23549
Y
√{
√
√
√
√
}
Jadi r = 0,4415 , selanjutnya dibandingkan dengan harga r tabel. Untuk df = N-nr = 40, dengan N = 40 dan variabel yang penulis cari korelasinya adalah variabel
dan Y, maka nr = 2. Dengan mudah
dapat diperoleh df-nya yaitu df = 40-2= 38, pada kesalahan 5% maka r tabel = 0,320, sedangkan r hitung adalah 0,4415. Ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan Hα ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (
>
)
maka Hα diterima. Dari hasil tampak bawa r hitung lebih besar dari r tabel maka Ha diterima, dengan demikian korelasi 0,320. Itu signifikan. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kebiasaan menonton sinetron dewasa dengan perilaku anak. 3.
Korelasi
dan
Untuk mengetahui pengaruh mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa terhadap kebiasaan menonton sinetron dewasa menggunakan rumus:
√{
}
Keterangan: = Angka indek Korelasi “r” Product Moment N
= Number of Cases = Jumlah hasil Perkalian antara skor = Jumlah seluruh skor = Jumlah seluruh skor
dan skor
Tabel 4.16 Ringkasan Statistik
dan
Simbol Statistik N
√{
Nilai Statistik 40 1099 1089 31659 31031 30722
}
√
√
√
√
Jadi r = 0,5635 , selanjutnya dibandingkan dengan harga r tabel. Untuk df = N-nr = 40, dengan N = 40 dan variabel yang penulis cari korelasinya adalah variabel
dan
, maka nr = 2. Dengan mudah
dapat diperoleh df-nya yaitu df = 40-2= 38, pada kesalahan 5% maka r tabel = 0,320, sedangkan r hitung adalah 0,5635. Ketentuan bila r
hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan Hα ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (
>
)
maka Hα diterima. Dari hasil tampak bawa r hitung lebih besar dari r tabel maka Ha dietrima, dengan demikian korelasi 0,5635. Itu signifikan. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dengan kebiasaan menonton sinetron dewasa. 4.
Mencari Nilai Koefisien Korelasi Ganda Untuk mencari nilai koefisien korelasi ganda kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak maka menggunakan rumus:
√
Keterangan : = korelasi antara variabel
dengan
secara bersama-
sama dengan variabel Y = korelasi product moment antara
dengan Y
= korelasi product moment antara
dengan Y
= korelasi product moment antara
dengan
√
√
√
√
√
Setelah dilakukan perhitungan secara keseluruhan, maka didapat hasil bahwasanya terdapat korelasi antara kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa secara bersama-sama dengan perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga sebesar 0,4976. Hubungan ini secara kualitatif dapat dinyatakan sedang, dan besarnya lebih dari korelasi individual antara dengan Y, maupun
dengan Y. Korelasi sebesar 0,4976 itu baru
berlaku untuk sampel yang diteliti. Apakah koefisien korelasi itu dapat digeneralisasikan atau tidak, maka harus diuji signifikasinya dengan rumus sebagai berikut: ⁄ ⁄ ⁄ ⁄
⁄ ⁄
⁄
Setelah diuji nilai korelasi ganda (R) yang dihitung melalui uji F di atas adalah 6,1667 maka selanjutnya penulis melakukan uji signifikan yaitu dengan cara membandingkan antara F hitung dengan F tabel dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rumus F tabel
: F (1-a) (db=k), (db=n-k-1) : F (1-a) (db=2), (db=40-2-1) : F (1-0,05) (db=2), (db=37) : F (0,95) (2,37)
Cara mencari F tabel : 2 sebagai angka pembilang : 27 sebagai angka penyebut F tabel = 3,2519. dalam hal ini berlaku ketentuan bila besar dari
lebih
, maka koefisien korelasi ganda yang diuji adalah
signifikan. Jadi F hitung > F tabel atau 6,1667 > 3,2519 hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara kebiasaan mendengarkan lagu-
lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga. C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Langkah pertama yang harus ditempuh adalah terlebih dahulu mencari df (degree of freedom) atau derajat kebebasan, dengan rumus df= N-nr. Responden yang diteliti yakni sebanyak 40 orang, dengan N=40. Variabel yang penulis cari korelasinya adalah variabel X dan Y, jadi nr=2. Dengan mudah dapat diperoleh df-nya yaitu df= 40-2= 38. Setelah diketahui df=38 kemudian berkonsultasi pada tabel “r” product moment, maka dapat diketahui df sebesar 38, diperoleh “r” product moment pada taraf signifikasi 5% = 0,320. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara
(0,4384) merupakan
korelasi yang positif dan signifikan pada taraf 5% (0,4384 > 0,320), maka dapat disimpulkan bahwasanya kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dapat meningkatkan perilaku buruk anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga. Selanjutnya korelasi antara
(0,4415) merupakan korelasi yang
signifikan pada taraf 5% (0,4415 > 0,320), maka dapat disimpulkan bahwasanya kebiasaan menonton sinetron dewasa dapat meningkatkan perilaku buruk anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga. Demikian halnya korelasi antara
(0,5635) merupakan korelasi yang
signifikan pada taraf 5% (0,5635 > 0,320), maka dapat disimpulkan bahwasanya kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan
menonton sinetron dewasa dapat meningkatkan perilaku buruk anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga. Demikian halnya dengan korelasi
diperoleh hasil 0,4976
merupakan korelasi yang signifikan pada taraf 5% (0,4976 > 0,320). Hal ini berarti hipotesa alternatif (Ha) diterima dan terbukti kebenarannya karena “ ” lebih besar dari “ ” tabel dan hipotesa nihil atau hipotesa nol (Ho) ditolak kebenarannya. Maka dapat disimpulkan bahwasanya kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa dapat meningkatkan perilaku buruk anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga. Selanjutnya hasil F hitung sebesar 6,1667 sedangkan untuk F tabel yang diperoleh 3,2519. Hal demikian menunjukkan bahwasanya korelasi ganda tersebut, atau korelasi antara kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa (
) dan menonton sinetron dewasa (
), dengan perilaku anak (Y),
terdapat korelasi yang signifikan. Hal ini berarti hipotesa alternatif (Ha) diterima atau terbukti karena F hitung lebih besar dari F tabel (6,1667 > 3,2519). Sedangkan hipotesa nihil atau hipotesa nol (Ho) ditolak karena tidak terbukti kebenarannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya tinggi rendahnya perilaku buruk anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari penelitian yang penulis lakukan, baik dari penelitian lapangan maupun dari pembahasan teori, yang ada kaitannya dengan judul yaitu kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa pengaruhnya terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Untuk rumusan masalah yang pertama yaitu mengenai tingkat variabel pertama, berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dengan mean sebesar 28, berada pada interval 25-32. Tingkat kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga tahun ajaran 2011/2012 tersebut terletak pada kualifikasi tinggi.
2.
Untuk rumusan masalah yang kedua yaitu mengenai tingkat variabel kedua, berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dengan mean sebesar 27, berada pada interval 25-32. Tingkat kebiasaan menonton sinetron dewasa di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga tahun ajaran 2011/2012 tersebut terletak pada kualifikasi tinggi.
3.
Untuk rumusan masalah yang ketiga yaitu mengenai tingkat variabel ketiga, berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dengan mean
sebesar 21, berada pada interval 17-24. Tingkat perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga tahun ajaran 2011/2012 tersebut terletak pada kualifikasi cukup. 4.
Untuk rumusan masalah yang keempat, dari hasil uji hipotesis tampak bahwa r hitung (0,4384) lebih besar dari r tabel (0,320), 0,4384 > 0,320, maka hipotesis awal diterima, dengan demikian korelasi 0,4384 itu signifikan. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dengan perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga tahun ajaran 2011/2012.
5.
Untuk rumusan masalah yang kelima, dari hasil uji hipotesis tampak bahwa r hitung (0,4415) lebih besar dari r tabel (0,320), 0,4415 > 0,320, maka hipotesis awal diterima, dengan demikian korelasi 0,4415 itu signifikan. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara menonton sinetron dewasa dengan perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga tahun ajaran 2011/2012.
6.
Untuk rumusan masalah yang terakhir, setelah dicari nilai koefisien korelasi ganda kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak, maka didapat hasil bahwasanya terdapat korelasi antara kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa secara bersama-sama dengan perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga sebesar 0,4976. Kemudian apakah koefisien korelasi itu dapat digeneralisasikan atau tidak, diuji signifikasinya, yaitu dengan cara membandingkan antara
F hitung dengan F tabel (3,23). Setelah dihitung, besar F hitung adalah 6,1667. Jadi F hitung > F tabel (6,1667 > 3,23).membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kebiasaan mendengarkan lagulagu bertema dewasa dan menonton sinetron dewasa terhadap perilaku anak di MI Ma‟arif Global Blotongan Salatiga tahun ajaran 2011/2012. B. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis peroleh, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Kepada orang tua/wali Hendaknya orang tua/wali lebih memperhatikan dan membatasi lagu/musik dan sinetron yang dikonsumsi oleh anak, dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa/umur anak dengan cara selalu memberikan dan mengarahkan tontonan yang baik dan sesuai untuk anak.
2.
Kepada Guru dan Madrasah a.
Hendaknya guru bisa memberikan dan menyediakan media visual maupun audio visual yang sesuai dengan umur siswa agar siswa lebih tertarik.
b.
Hendaknya guru bisa memberikan informasi yang lengkap kepada siswa mengenai lagu dan sinetron serta pengaruhnya terhadap anak agar siswa tidak mendapatkan informasi yang salah dari luar maupun media masa.
c.
Hendaknya pihak madrasah mengadakan pertemuan berkala dengan orang tua/wali murid untuk membahas peningkatan mutu madrasah, termasuk mutu warga madrasah khususnya murid.
3.
Kepada Siswa Hendaknya siswa lebih mengontrol diri untuk bisa memilih lagu dan sinetron yang sesuai dengan umur mereka dan lebih bisa membatasi seberapa lama mereka mendengar lagu dan menonton sinetron agar tidak berpengaruh terhadap diri mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Abul‟id, „Athif dan Syeikh Muhammad Sa‟id Marsa. 2009. Bermain Lebih Baik daripada Nonton TV terj. Lukman Arifin dan Syaiful Mujahidin. Surakarta: Ziyad Visi Media. Covey, Stephen R. 1994. 7 Kebiasaan Manusia yang sangat Efektif terj. Budijanto. Jakarta: Binarupa Aksara. Darwanto. 2007. Televisi sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2004. Quantum Learning terj. Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa. Ghany, Djunaidi dan Fauzan Almanshur. 2009. Metodologi Penelitian Pendekatan Kuatitatif. Malang: UIN-Malang Press. Izzaty, Rita Eka. 2005. Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta: Depdiknas. Jalaluddin. 1998. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Jinan, Miftanul. 2008. Smart Parent for Smart Student. Bandung: Examedia. Mundziri, Al Imam. 2003. Ringkasan Hadits Shahih Muslim. Jakarta: Amani. Nilandari, Ary. 2005. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa. Purwanto, Ngalim. 1987. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya CV. Qardhawi, Yusuf. 2007. Halal Haram dalam Islam. Solo: Era Intermedia. Rakhmat, Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rusbiantoro, Dadang. 2008. Generasi MTV. Yogyakarta: Jalasutra. Siswanto dan Agus Sucipto. 2008. Teori & Perilaku Organisasi. Malang: Malang Press.
St. Y. Slamet. 2007. DASAR-DASAR PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR. Surakarta: UNS Press. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Syafei, M. Sahlan. 2006. Bagaimana Anda Mendidik Anak edisi kedua. Bogor: Ghalia Indonesia. Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama. Twiford, J. Rainer. 1988. Mengendalikan Perilaku Anak terj. Sugeng Panut. Jakarta PT BPK Gunung Mulya. Ulwah, Abdullah Nashih. 1981. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam Juz 1. Semarang: CV Asy-Syifa. Walgito, Bimo. 1994. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset. Wardhana, Veven SP. 1997. Kapitalisme Televisi dan Strategi Budaya Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. http://arkan-indo.blogspot.com/2012/04/mempertajam-realita-musik-anakyang.html: Mempertajam Realita Musik Anak yang Terkikis. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194412051967 101-KOKO_DARKUSNO_A/TUGAS-TUGAS_PERKEMBANGAN.pdf: Tugas-tugas Perkembangan. http://repository.ipb.ac.id/PendekatanTeoritis_2.pdf: Pendekatan Teoritis. http://theordinarytrainer.wordpress.com/2011/06/27/lagu-anak-anak/: Lagu Anakanak. http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam-(edisi-234)/bersekolah-di-sinetronremaja.html: Bersekolah di Sinetron Remaja. http://www.pengaruh-kebiasaan-menonton-sinetron-terhadap-kebiasaan-belajarsiswa.html: Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
REKOMENDASI RESEARCH No. : MI.01/151/VIII/2012
Yang bertanda tangan di bawah ini kami sebagai Kepala Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Global Blotongan Salatiga, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama
: NURUL HIDAYAH
NIM
: 11508008
Tempat, tgl lahir
: Kab. Semarang, 28 November 1990
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Dsn. Gombang RT 12 RW 03, Ds. Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang
Nama tersebut di atas benar-benar telah melaksanakan research untuk menyusun skripsi di Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Global Blotongan Salatiga. Dengan demikian kepada yang bersangkutan mohon untuk bisa mempergunakan surat rekomendasi ini sebagaimana mestinya.
Salatiga, 11 Agustus 2012 Kepala MI Ma‟arif Global
Khaeroni, S.PdI.
SURAT KETERANGAN KEAKTIFAN Nama NIM
No. 1. 2.
3. 4. 5. 7. 8.
9.
10. 11.
12.
13.
14.
15.
16. 17.
18. 19.
: Nurul Hidayah : 11508008
Progdi : PGMI Dosen PA : Drs. Abdul Syukur, M.Si.
Kegiatan Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus (OPSPEK) Buka Bersama “Pra-DM Sehari bersama KAMMI” dengan tema: “Indahnya Kebersamaan di Bulan Ramadhan”. Sarasehan Keagamaan dengan tema “Aktualisasi Nilai-nilai Spiritual Puasa di Bulan Ramadhan”. Buka bersama dan bedah film “ Perjumpaan Indah dengan Ramadhan Penuh Berkah”. Pelatihan Komputer Jurusan Microsoft Office LPK Swastistu Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandega ke-18 Masa Penerimaan Anggota Baru Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Joko Tingkir Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) Kwartir Cabang Kota Salatiga Tahun 2009 Bedah Film “Laskar Pelangi” dan Penggalangan Dana untuk Korban Situ Gintung Training Manejemen Masjid oleh Ikatan Da‟i Indonesia (IKADI) Pengurus Daerah Kota Salatiga Seminar IT Nasional Dari Whitecyber Crew Indonesia: Syiar Islam “Islam itu Asyik, Islam itu Menarik, Islam itu Mendidik, Islam itu Gue banget!” Seminar Nasional “Strategi Pembelajaran Kreatif, Menarik dan Menyenangkan menuju Siswa Cerdas” SEMILOKA Nasional Penulisan Ilmiah “Peningkatan Mutu Guru Melalui Pengembangan Karya Ilmiah Berkualitas dan Bermartabat” Seminar Nasional Pendidikan “Aktualisasi Nilainilai Pendidikan dalam Upaya Membentuk Karakter dan Budaya Bangsa” Seminar Super Parenting: Keajaiban Doa dan Sedekah Praktikum Pelatihan Ikhtibar al-Lughah alArabiyah kaq Lughah Ajanabiyah (ILAiK) Mahasiswa Jurusan Tarbiyah dan Syariah 2008 Praktikum Pelatihan TOEFL Mahasiswa Jurusan Tarbiyah dan Syariah 2008 Javanese Public Speaking Training (JPST): Nguri-uri Boso Jawi
Tanggal 25-27 Agustus 2008 04 September 2012
Status Peserta
Poin 3
Peserta
2
9 September 2012 15 September 2008 November 2008 6-9 November 2008 14-16 November 2008 25-31 Januari 2009
Peserta
3
Peserta
2
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
5
04 April 2009
Peserta
2
26 Juli 2009
Peserta
3
27 Desember 2009
Peserta
6
23 Januari 2009
Peserta
6
14 Maret 2009
Peserta
6
2 Juni 2009
Peserta
6
11 Juli 2009
Peserta
3
31 Juli-22 Agustus 2010
Peserta
3
31 Juli-22 Agustus 2010 7 Januari 2010
Peserta
3
Peserta
3
28.
Dialog Interaktif: “RUU pengendalian Dampak Produk Tembakau terhadap Kesehatan Berpihak pada Siapa? ESQ Leadership Training: ESQ Training Basic Peduli Anak Bangsa Salatiga Angkatan 001 Seminar Ekonomi Islam: Peran Ekonomi Islam dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Pengabdian dan Bimbingan di SD Internasional KURMA (SDIKSa) Pelatihan Ustadz/Ustadzah se-Kecamatan Tingkir di TPQ Roudlotul Muttaqin Klumpit, Sidorejo Kidul, Tingkir, Salatiga Workshop Parenting Rumah Keluarga Indonesia bersama lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga dengan tema: “Merajut Cinta Mengokohkan Dakwah”. DMS (Dauroh Mar‟atus Sholehah) 1, LDK Darul Amal Stain Salatiga dengan tema “Unbreakable Muslimah”. Seminar Nasional: Mewaspadai Gerakan Islam Garis Keras di Perguruan Tinggi Lomba TPQ dan Lomba Umum Dusun Padaan
29.
Lomba TPQ dan Lomba Umum Dusun Padaan
20.
21. 22. 23. 24.
25.
26.
27.
26 Juli 2010
Peserta
3
5-6 Juni 2011
Peserta
3
14 Januari 2012 10 Februari-24 Maret 2012 11 Maret 2012
Peserta
3
Guru
3
Panitia
3
06 Mei 2012
Peserta
2
26 Mei 2012
Peserta
3
23 Juni 2012
Peserta
6
30 Juni-1 Juli 2012 30 Juni-1 Juli 2012
Panitia
2
Juri
2
Jumlah
95
Salatiga, Agustus 2012 Mengetahui, Pembantu ketua III Bidang Kemahasiswaan
H. Agus Waluyo, M.Ag. NIP. 197502112000031001
ANGKET
I.
II.
III.
IDENTITAS Nama
:
No.
:
Kelas
:
PETUNJUK 1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih salah satu jawaban yang Anda anggap paling benar dengan memberi tanda silang (X). 2. Jawablah dengan jujur karena ini tidak berpengaruh terhadap nilai Anda. PERTANYAAN-PERTANYAAN
A. Kebiasaan mendengarkan lagu-lagu bertema dewasa 1. Apakah Anda pernah mendengarkan lagu-lagu dewasa (Dilema, Cinta Monyet, Mantan Kekasihku, Alamat Palsu, Cinta Satu Malam, dll)? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
2. Apakah setiap waktu santai, Anda memutar kaset/CD atau mendengarkan lagu tema dewasa? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
3. Apakah Anda mendengarkan atau menyanyikan lagu-lagu dewasa di tempat tertentu (di kamar, di kamar mandi,dll)? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
4. Apakah Anda hafal lirik lagu dari kaset/CD atau lagu-lagu dewasa yang diputar atau didengarkan? a. Hafal semua
c. Hafal separuh
b. Hafal sebagian besar
d. Hafal sedikit
5. Apakah saat mendengarkan lagu, Anda ikut bernyanyi? a. Selalu
b. Sering
c. Jarang sekali
d. Tidak pernah
6. Berapa lama Anda dalam mendengarkan lagu-lagu dewasa setiap harinya? a. Lama sekali (1 jam lebih)
c. Lumayan lama (30-45 menit)
b. Lama (45-60 menit)
d. Sebentar (15-30 menit)
7. Berapa lagu-lagu dewasa yang Anda hafal? a. Banyak sekali (10 lebih)
c. Lumayan banyak (5-7)
b. Banyak (7-10)
d. Sedikit (2-5)
8. Apakah Anda mengetahui jenis atau judul lagu-lagu dewasa? a. Banyak sekali (10 lebih)
c. Lumayan banyak (5-7)
b. Banyak (7-10)
d. Sedikit (2-5)
9. Apakah Anda mengenal atau mengetahui nama-nama penyanyi lagulagu dewasa? a. Banyak sekali (10 lebih)
c. Lumayan banyak (5-7)
b. Banyak (7-10)
d. Sedikit (2-5)
10. Berapa banyak tema lagu dewasa yang Anda sukai? a. Banyak sekali (10 lebih)
c. Lumayan banyak (5-7)
b. Banyak (7-10)
d. Sedikit (2-5)
B. Kebiasaan menonton sinetron dewasa 1. Apakah setiap waktu santai Anda menonton sinetron dewasa (setiap malam)? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
2. Apakah Anda hafal isi cerita sinetron yang ditonton? a. Hafal semua
c. Hafal separuh
b. Hafal sebagian besar
d. Hafal sedikit
3. Apakah Anda menceritakan isi sinetron kepada teman-teman esok harinya? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
4. Berapa lama Anda menonton sinetron dewasa setiap harinya?
a. Lama sekali (1 jam lebih)
c. Lumayan lama (30-45 menit)
b. Lama (45-60 menit)
d. Sebentar (15-30 menit)
5. Berapa judul-judul sinetron dewasa yang Anda hafal? a. Banyak sekali (10 lebih)
c. Lumayan banyak (5-7)
b. Banyak (7-10)
d. Sedikit (2-5)
6. Berapa banyak tema-tema sinetron dewasa yang Anda ketahui? a. Banyak sekali (10 lebih)
c. Lumayan banyak (5-7)
b. Banyak (7-10)
d. Sedikit (2-5)
7. Apakah Anda ikut menangis saat sang artis menangis? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
8. Apakah Anda ikut tertawa saat sang artis tertawa? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
9. Apakah Anda selalu mengikuti setiap episode sinetron? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
10. Berapa pemain-pemain atau artis dalam sinetron yang Anda ketahui? a. Banyak sekali (10 lebih)
c. Lumayan banyak (5-7)
b. Banyak (7-10)
d. Sedikit (2-5)
C. Perilaku anak 1. Apakah Anda menggunakan kata-kata berlebihan (“sesuatu”, love, sayang, baby,dll)? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
2. Apakah Anda pernah meniru artis berkata kasar kepada orang tua? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
3. Apakah Anda pernah meniru artis berkata kasar kepada teman Anda? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
4. Apakah Anda pernah meniru hidup artis untuk berhura-hura? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
5. Apakah Anda memilih kaos yang ada gambar artis atau penyanyi kesukaan Anda? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
6. Apakah Anda memilih atau membeli aksesoris seperti yang dipakai artis atau penyanyi? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
7. Apakah Anda meniru gaya potongan rambut artis atau penyanyi? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
8. Apakah Anda berdandan atau bergaya seperti artis atau penyanyi yang Anda sukai? a. Sering
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
9. Apakah Anda meniru artis atau penyanyi untuk berpacaran? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
10. Apakah Anda memilih baju atau pakaian seperti pakaian artis yang Anda sukai? a. Selalu
c. Jarang sekali
b. Sering
d. Tidak pernah
150
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Variabel Kebiasaan mendenga rkan lagulagu bertema dewasa
Indikator Item Soal i. Sering mendengarkan lagu-lagu dewasa. 1 j. Setiap waktu santai memutar kaset/CD lagu 2 tema dewasa. k. Suka mendengarkan lagu-lagu dewasa di 3 tempat tertentu. l. Banyak lirik-lirik atau lagu-lagu dewasa 4, 7 yang dihafal. m. Saat mendengarkan lagu, ikut bernyanyi. 5 n. Lama mendengarkan lagu-lagu dewasa. 6 o. Mengetahui jenis atau judul lagu-lagu 8, 10 dewasa. p. Mengenal atau mengetahui nama-nama 9 penyanyi lagu-lagu dewasa. Kebiasaan h. Sering menonton sinetron dewasa. 1, 9 menonton i. Hafal isi cerita sinetron yang ditonton. 2, 3 sinetron j. Mengikuti ekspresi sang artis. 7, 8 dewasa k. Lama menonton sinetron dewasa. 4 l. Banyak judul-judul sinetron dewasa yang 5 dihafal. m. Mengetahui tema-tema sinetron dewasa. 6 n. Mengenal atau mengetahui nama-nama 10 pemain-pemain sinetron dewasa. Perilaku d. Perilaku berbicara menirukan sang artis. 1, 2, 3 anak e. Perilaku senang bergaul dengan teman yang 9 berlawanan jenis. f. Perilaku mengikuti trend atau mode dari 4, 5, 6, 7, 8, 10 sang artis.
151
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nurul Hidayah
Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 28 November 1990 Jenis Kelamin
: Perempuan
Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: Dusun Gombang RT 12 RW 03, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang
Riwayat Pendidikan
:
1.
TK Siap Bhakti Segiri lulus tahun 1996
2.
SDN Segiri 02 lulus tahun 2002
3.
SMPN 02 Pabelan lulus tahun 2005
4.
MAN Salatiga lulus tahun 2008
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 13 Agustus 2012 Penulis
Nurul Hidayah 11508008