PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SKI MATERI SEJARAH ALI BIN ABI THALIB DENGAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VI MI REKSOSARI 03 KEC. SURUH KAB. SEMARANG TAHUN 2010
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : NUR INAYATI NIM 114 08 061
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal
PERSEMBAHAN
Untuk suamiku tercinta dan anakku tersayang, orang tuaku, dosen-dosenku, dan teman-teman seperjuangan.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil 'alaamin, kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar tanpa halanagan suatu apapun. Shalawat serta salam semoga selelu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Nur Illahi yang menyinari segenap alam dan yang semoga kita tergolong ummatnya yang akan mendapatkan syafaatnya besuk di hari qiyamah. Amin Allahumma Amin. Dalam penyelesaian skripsi ini
penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan pengerahan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih, dan dengan iringan doa semoga amal baik yang telah diberikan, mendapat pahala disisi Allah SWT. Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Yth: 1. Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Ari Setiawan, S. Pd., M.M.. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya dalam
memberikan
bimbingan,
pengarahan,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini. 3. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang yang memberikan waktu kepada penulis, untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Ibu guru Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang yang telah memberikan semangat dan kerjasamanya. 5. Bapak, Ibu, Suami dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Rekan-rekan yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari karena keterbatasan yang ada, skripsi ini masih jauh dari kekurangan. Untuk itu sumbang saran dan kritik untuk terciptanya tulisan yang lebih sempurna sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya dan menjadi amal jariyah bagi penulis. Amiiin..
Salatiga, Juli 2010
Nur Inayati Penulis
ABSTRAK Inayati, Nur, 2010, Peningkatan Hasil Belajar SKI Materi Sejarah Ali Bin Abi Thalib dengan Metode Role Playing pada Siswa Kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2010. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Ari Setiawan, S. Pd., M.M. Kata kunci: hasil belajar dan metode role playing Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan metode pembelajaran yang relatif baru bagi pengajaran pelajaran SKI di Madrasah Ibtidaiyah. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah dapatkah penerapan metode role playing meningkatkan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010? Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode role playing meningkatkan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan dan sikap terbuka di samping kemampuan dalam situasi belajar mengajar. Salah satu kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar. Belajar sebagai suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Belajar dapat membawa perubahan, dan perubahan itu pada pokoknya adalah diperoleh kecakapan baru melalui suatu usaha. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.
1
2
Untuk
mencapai tujuan tersebut,
banyak
pihak
menggantungkan
keberhasilan pencapaiannya berada di pundak guru sebagai pendidik. Hal ini tentu menuntut pendidik harus mampu melaksanakan tugas mulia tersebut dengan professional, termasuk di dalamnya adalah pendidik atau guru agama. Salah satu pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan agama Islam adalah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang merupakan pelajaran yang diajarkan semenjak kelas IV Madrasah Ibtidaiyah. Pelajaran ini merupakan salah satu pelajaran yang menurut pengalaman penulis mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Sebagai gambaran bahwa pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Suruh Kab. Semarang dimana penulis mengajar pada akhir tahun ajaran 2009/2010 ini para siswa masih mengalami kesulitan untuk mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai 6 pada tiga kali tes formatif terakhir nilai rata-rata kelas bahkan hanya mencapai nilai 5,6 saja. Salah satu usaha guru yaitu dengan melalui pemilihan metode yang baik. Pembelajaran dengan metode yang benar berarti membantu guru agar tercapai peningkatan efektivitas dalam mengelola kelas. Metode yang tepat akan sangat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dengan lebih baik sehingga hasil belajar yang diharapkan juga akan lebih baik pula. Dengan demikian penggunaan metode yang menarik dalam pelajaran SKI diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, sebab ada variasi yang menarik bagi siswa, dan tidak monoton. Disamping itu
dapat untuk
menghilangkan kesan abstrak atau melalui hafalan yang tidak praktis dan ini sesuai dengan kurikulum saat ini, yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
3
Selama ini metode yang banyak dipakai oleh guru SKI adalah metode ceramah, hafalan dan pemberian tugas. Hal ini tentu sangat membosankan dan melelahkan bagi anak didik khususnya siswa MI. Sebenarnya dalam konteks Kurikulum Berbasis Komptensi (KBK), mengajar tidak hanya diartikan sebagai proses penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa, yang menempatkan siswa sebagai objek belajar dan guru sebagai subjek, akan tetapi mengajar harus dipandang sebagai proses pengaturan
lingkungan agar siswa belajar. Yang
dimaksud belajar itu sendiri bukan hanya sekedar menumpuk pengetahuan akan tetapi merupakan proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman belajar sehingga diharapkan terjadi pengembangan berbagai aspek yang terdapat dalam individu, seperti aspek minat, bakat, kemampuan, potensi dan lain sebagainya (Sanjaya , 2005: 29). Faktor kekurangtepatan dalam memilih metode pembelajaran masih sering dijumpai di lapangan yang ditengarai dengan masih adanya guru yang hanya terpaku menggunakan satu atau dua metode mengajar secara terus menerus saja tanpa pernah memodifikasinya atau menggantikannya dengan metode lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai berbeda. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh para siswa tidak optimal. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan mata pelajaran yang materinya berisikan peristiwa sejarah masa lalu, sehingga di sekolah guru sering terjebak menggunakan metode pengajaran yang digunakan lebih mengarah kepada metode ceramah atau bercerita saja. Padahal kedua metode tersebut dapat mendatangkan kebosanan siswa apabila guru yang memberikan materi tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi atau
4
keadaan siswa selain itu metode tersebut membuat siswa kurang kreatif menggunakan semua aspek kecerdasannya. Karena itu jika terjadi kebosanan pada siswa maka akan berpengaruh kepada minat siswa untuk mengikuti proses belajar. Metode yang jarang dicoba dalam menyampaikan materi SKI adalah metode role playing atau bermain peran dimana anak akan mempelajari materi SKI dengan memainkan peran sesuai dengan materi pembelajaran sehingga siswa dapat melihat gambaran dengan lebih jelas terhadap kejadian atau suatu peristiwa dalam sejarah kebudayaan Islam. Untuk
itulah
penulis
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKI MATERI SEJARAH ALI BIN ABI THALIB DENGAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VI MI REKSOSARI 03 KEC. SURUH KAB. SEMARANG TAHUN 2010” B. Rumusan Masalah Dari latar belakan di atas maka penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana nilai pelajaran SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh
Kab. Semarang tahun 2010 sebelum penggunaan metode role
playing ? 2. Bagaimana penerapan metode role playing pada pelajaran SKI materi sejarah Ali bin Abi Thalib? 3. Apakah penerapan metode role playing dapat meningkatkan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010?
5
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui nilai pelajaran SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh
Kab. Semarang tahun 2010 sebelum penggunaan metode role
playing 2. Untuk mengetahui penerapan metode role playing pada pelajaran SKI materi sejarah Ali bin Abi Thalib. 3. Untuk mengetahui penerapan perubahan dan peningkatan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010 setelah penerapan metode role playing. D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan Hipotesis
adalah
“suatu
jawaban
yang
bersifat
sementara
terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”(Arikunto; 1996: 67). Dengan kata lain hipotesis adalah pernyataan sementara (Black, 2001: 109). Pada penelitian ini penulis menyusun hipotesis tindakan yang berbunyi: ”Penerapan metode role playing dapat meningkatkan prestasi belajar SKI pada siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semararang tahun 2010”. Adapun indikator tercapainya keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar SKI siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun 2010 setelah menggunakan metode role playing lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan metode role playing. 2. Hasil belajar SKI siswa kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun 2010 setelah menggunakan metode role playing mencapai Kriteria
6
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60 dan banyaknya siswa yang memperoleh nilai 60 ke atas minimal 75%. E. Kegunaan Penelitian 1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metode pembelajaran role playing 2. Sebagai salah satu strategi atau upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususya pada mata pelajaran SKI. 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. 4. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis. 5. Sumbangan pemikiran mengembangkan sistem kegiatan belajar mengajar di sekolah. F. Definisi Operasional Agar tidak menyimpang dari pokok masalah yang menjadi inti dari judul tersebut peneliti memberi batasan sebagai berikut 1. Peningkatan Prestasi Belajar Adapun yang penulis dengan prestasi belajar di sini tentu sangat erat dengan hasil belajar mata pelajaran SKI. Prestasi belajar adalah suatu rangkaian pegertian yang terdiri dari rangkaian dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi berasal dari kata belanda yaitu prestatie. Kemudian dalan bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti “ hasil usaha”. Kata "peningkatan" berasal dari kata "tingkat" yang berarti keadaan atau kualitas yang lebih tinggi. Sedangkan kata "peningkatan" berarti usaha atau proses meningkatkan. Sedangkan kata "hasil" berarti sesuatu yang
7
diadakan oleh suatu usaha. Sedangkan kata "belajar" berasal dari kata "ajar" yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang untuk diketahui. Sedangkan "belajar" berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan;1994). Sedangkan Menurut Poerwodarminto prestasi adalah hasil yang telah di capai, di lakukan dikerjakan dan sebagainya (Poerwodarminto; 1983: 891). Kata prestasi banyak di gunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya pengajaran. Bahwa yang dimaksud prestasi adalah kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Dengan demikian yang penulis maksud hasil belajar di sini adalah prestasi yang dicapai oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas 2. SKI Kata SKI adalah singkatan dari Sejarah kebudayaan Islam yaitu nama salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah Ibtidaiyah. Apabila kita uraikan kata “sejarah” berarti kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sedangkan kebudayaan berasal dari kata “budaya” yang berarti pemikiran atau akal yang sudah maju. Bisa berarti juga dapat istiadat. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan;1994). Adapun kata Islam adalah agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW berpedoman kepada kitab suci al Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam di
Madrasah Ibtidaiyah
merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang
8
berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,
membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik
(Departemen Agama RI:2008). 3. Metode Role Playing Kata metode berarti cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati (Armai; 2002).
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Ada beberapa jenis penelitian pendidikan yang berbeda. Perbedaan tersebut terkait dengan jenis tindakan, setting, intrumen dan metode penelitian (Mishra; 2005: 43). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif,
sebab
menggambarkan
bagaimana
suatu
bentuk
teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat tercapai.
9
Selain itu penelitian ini juga bersifat eksperimental, karena bertujuan mendeskripsikan apa yang akan terjadi bila variabel- variabel tertentu dikontrol secara tertentu (Faisal; 1982, 42). PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai: a. Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas. b. Alat pelatihan dalam jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran diri, khususnya melalui pengajaran sejawat. c. Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif. d. Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti. e. Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas. Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti tindakan
melakukan
sendiri
pengembangan (Suwarsih; 2009).
pengelolaan,
penelitian,
dan
sekaligus
10
Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut ’penelitian tindakan kelas’ atau PTK. Menurut Suharsimi Arikunto berdasarkan tujuannya, penelitian tindakan dibagi menjadi 4 yaitu: a. Penelitian tindakan partisapatisi (participatory action research) yang menekankan keterlibatan masyarakat agar merasa memiliki program tersebut. b. Penelitian tindakan kritis (critical action research) yang menekankan adanya niat yang tinggi untuk memecahkan bertindak memecahkan masalah kritis. c. Penelitian tindakan institusi (institutional action research) yaitu yang dilakukan pihak pengelola sekolah. d. Penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru baik sendiri maupun bekerjasama dengan peneliti lain (Arikunto; 2008, ) . Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, di mana guru sangat berpengaruh sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini tujuan utama penelitian kelas ini ialah untuk meningkatkan praktikpraktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan tindakan, observasi dan refleksi. Kehadiran
11
pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan. Hal ini bertujuan agar guru dapat: a. Mengkaji/ meneliti sendiri praktek mengajarnya b. Melakukan PTK tanpa mengganggu tugasnya c. Mengkaji pemasalahan yang dialami d. Mengembangkan profesionalismenya. Penelitian
ini
mengacu
pada
perbaikan
pembelajaran
yang
berkesinambungan. Kemmis dan Taggart menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto; 2008: 57). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian tindakan kelas harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
12
a. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benarbenar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan peneliti untuk melakukan perubahan. b. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. c. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga. d. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dan tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. e. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dan siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada sikius I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dan tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut
13
Gambar 1.2 Skema Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Penjelalasan alur di atas adalah: 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan meliputi timdakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsepsi siswa serta mengamati hasil atau dampak dan diterapkannya metode role playing. 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dan tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi berdasarkan hasil refleksi dari pangamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya (Suharsimi; 2008). Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3 dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama)
14
dan membahas satu bab pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing-masing putaran. Sikius ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. 2. Subyek Penelitian a. Tempat penelitian Sebagai suatu penelitian tindakan kelas maka tpenelitian ini penulis lakukan di lembaga pendidikan tempat penulis selama ini mengajar. Penelitian ini bertempat di ruang kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang. b. Waktu penelitian Penelitiatian ini penulis lakukan selama tiga minggu sejak akhir April sampai awal pertengahan mei. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester genap tahun pelajaran 2009/2010. Untuk pelaksanaan penelitian perhatikan tabel 1.1 Tabel 1.1 Pelaksanaan Penelitian No
Siklus
Pertemuan I
Pertemuan II
1
Siklus I
Sabtu, 24 April 2010
Sabtu, 1 Mei 2010
2
Siklus II
Sabtu, 8 Mei 2010
Sabtu, 15 Mei 2010
3
Siklus III
Sabtu, 22 Mei 2010
Sabtu, 29 Mei 2010
Ket
c. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah siswa siswi kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 02 Kec. Suruh Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010
15
sebanyak 15 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 7 orang dan siswa perempuan sebanyak 8 orang. 3. Langkah- Langkah Dalam penelitian ini penulis mengikuti prosedur penilitian tindakan kelas yang sudah baku. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri 3 siklus . Tiap siklus dilaksanakan mulai perencanaan, persiapan tindakan , pelaksanaan tindakan, pemantauan, evaluasi individu dan kelompok serta refleksi tindakan, analisis dan dilakukan penyimpulan-penyimpulan (Suharsimi; 2008).. a. Perencanaan 1) Menyusun tujuan instruksional 2) Membuat skenario pembelajaran 3) Menyusun scenario drama. 4) Menyusun pre-tes dan post-tes 5) Mendesain pedoman pemantauan pembelajaran untuk individu maupun kelompok 6) Mendesain pedoman observasi sistematis bagi kerja guru selama pelaksanaan tindakan b. Tindakan 1) Melaksanakan pre-tes 2) Melaksanakan wawancara pada siswa 3) Analisis pre-tes dan wawancara untuk menempatkan siswa dalam kelompok bermain peran. 4) Penyusunan lembaran kerja/ tugas bagi siswa 5) Mempersiapkan media dan alat bantu yang diperlukan.
16
6) Memberikan
pengarahan
kepada
siswa
tentang
operasional
pembelajaran dan tentang tugas yang akan diberikan 7) Melaksanakan skenario yang direncanakan 8) Presentasi dan diskusi kelompok ahli untuk mematangkan penguasaan materi 9) Observasi. Pada tahap ini, siswa melakukan tindakan dan guru melakukan pemantauan (dengan pedoman pemantauan) terhadap kerja siswa, Selanjutnya menganalisis nilai pre-tes dan post-tes serta memberikan penilaian kelompok c. Refleksi Hasil yang diperoleh pada tahap tindakan dan observasi dikumpulkan, didiskusikan, dianalisis, dan dievaluasi oleh peneliti dan mitra, kemudian guru dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya tindakan yang telah dilakukan, faktor-faktor pendukung, penghambat, dari aspek internal dan eksternal guru dan siswa. Kemudian untuk siklus berikutnya diadakan perbaikan-perbaikan bilaman perlu secara kualitas dan kuantitas berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi (Suharsimi; 2008). d. Penilaian Adapun penilaian dari kegiatan ini akan dilakukan dengan dua alat ukur yaitu:
17
1) Lembar Observasi Lembar ini disiapkan oleh penulis dan dipakai oleh mitra penelitian. Kegunaannya untuk menilai jalannya penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Hasil penilaian mitra akan dijadikan bahan evaluasi bagi penulis pada siklus berikutnya 2) Tes Tertulis Tes ini diberikan setiap akhir siklus. Kegunaannya untuk mengatahu daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang ada dalam skenario. Hasil dari 3 siklus akan dibandingkan dengan 3 kali nilai harian sebelum menggunakan metode role playing. 4. Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pembelajaran ini merupakan suatu rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan guru dalam proses belajar mengajar. b. Soal tes untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa, juga dilengkapi dengan alat-alat pengajaran yang mendukung. c. Lembar observasi pengamatan pengelolaan metode role playing struktural dan lembar pengamatan perhatian siswa. Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran role playing dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan untuk mengukur perhatian siswa dalam penggunaan metode ini. d. Buku materi pelajaran.
18
e. Skenario drama per siklus f. Intrumen Manusia 1) Peneliti Dalam penelitian tidakan kelas sebenarnya peneliti juga masuk sebagai intrumen penelitian. Sebagai intrumen penelitian seorang peneliti haruslah memiliki karakter sebagai berikut: a) Responsif b) Adaptif c) Menekankan aspek holistic d) Pengembangan berbasis pengetahuan e) Memproses dengan segera f) Mampu memberikan klarifikasi dan kesimpulan g) Kesempatan eksplorasi (Rachiati, 2004: 96). 2. Mitra Dalam penelitian tindakan kelas diperlukan peran mitra sejawat untuk melakukan observasi terhadap guru sebagai peneliti. Hal ini diperlukan untuk menilai efektifitas jalannya kegiatan belajar- mengajar. 5. Pengumpulan Data a. Sumber Data 1) Dokumentasi. 2) Hasil tes tertulis kelas VI MI Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang. 3) Hasil pengamatan teman sejawat yang membantu sebagai mitra. b. Cara Pengambilan Data 1) Metode dokumentasi
19
2) Lembar kerja siswa pada siklus I, II dan III. 3) Tes formatif I. 4) Lembar pengamatan dari teman sejawat sebagai kolaborasai dalam penelitian 6. Analisis data Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kualitatif cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut : a. Merekapitulasi hasil tes .Dalam penelitian tindakan kelas, peningkatan prestasi belajar siswa
sebagai hasil tindakan merupakan aspek paling
diharapkan berkaitan erat dengan analisis tentang prestasi belajar siswa seperti analisis daya serap, ketuntasan belajar, dan nilai rata-rata. b. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masingmasing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 60, sedangkan secara klasikal mencapai 85 % yang telah mencapai daya serap lebih dan sama dengan 60 %. c. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada kegiatan pengelolaan pembelajaran dan lembar pengamatan perhatian siswa, penggunaan metode role playing
20
H. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab yang tersusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II: Merupakan kajian pustaka yang meliputi prestasi belajar, pelajaran SKI, metode role playing, dan Kerangka Berfikir Bab III: Merupakan laporan penelitian yang meliputi waktu pelaksanaan, tempat penelitian, subyek penelitian, intrumen penelitian, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II dan deskripsi pelaksanaan siklus III Bab IV: Merupakan hasil penelitian meliputi gambaran setting penelitian, penjelasan per siklus, proses analisis data, deskripsi per siklus, pembahasan dan pengambilan kesimpulan. Bab V : Merupakan bagian penutup yang meliputi kesimpulan, saran- saran dan penutup.
21
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar SKI 1. Makna Belajar Belajar oleh para ahli didefinisikan secara berbeda-beda. Namun sebelumnya mungkin kita akan membicarakan arti penting belajar. Mengapa manusia harus belajar? Perlu kita sadari bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang istimewa. Hal ini secara jelas tersurat dalam Q. S at Tiin: 5
Sesungguhnya kami jadikan manusia sebaik- baik kejadian. Lalu dimanakah letak keistimewaan manuisa? Salah satunya adalah terletak pada kemampuan menggunakan akalnya. Kemampuan mengolah informasi pada manusia merupakan ciri penting yang membedakan manusia dengan makhluk lain (Martinis; 2005: 104). Di sinalah arti penting belajar. Belajar merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk mengembangkan potensi diri seseorang. Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan seseorang secara optimal. Belajar adalah perubahan, namun bagaimana proses perubahan tersebut terjadi? Berbeda aliran psikologis yang dipakai sebagai landasan untuk menjelaskan perilaku manusia, termasuk perubahannya, tidak sama. Ahli-ahli yang menganut aliran Kognitif berpendapat bahwa belajar adalah
22
peristiwa internal, artinya belajar baru dapat terjadi bila ada kemampuan dalam diri orang yang belajar. Kemampuan tersebut ialah kemampuan mengenal yang disebut dengan istilah kognitif. Berbeda dengan kosep belajar behavioristik, yang sangat mengandalkan pada
lingkungan
(stimulus),
penganut
aliran
Kognitif
memandang orang yang belajar sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk memahami obyek-obyek yang berada di luar dirinya (stimulus) dan mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu tindakan (respons) sebagai akibat pemahamannya itu. Perubahan dapat terjadi bila ada proses berfikir lebih dahulu dalam diri seseorang, yang kemudian menimbulkan respon berupa tindakan (Mertinis; 2005: 118). Dari pendapat di atas dapat diambil pemahaman bahwa proses belajar pada diri seseorang mengandung tiga proses simultan. Pertama, proses untuk mendapatkan perolehan sesuatu dari informasi baru. Hal yang diperoleh dari informasi baru sering merupakan pengganti atau perbaikan atas pengetahuan sebelumnya.
Kedua,
proses
tranformasi pengetahuan yang
diperoleh
disesuaikan dengan kebutuhan atau tugas. Dalam proses ini terjadi analisis atas informasi lalu diubah dalam bentuk lain seperti simbol-simbol. Ketiga, proses evaluasi. Dalam proses ini terjadi penilaian apakah transformasi yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan atau tugas yang akan dihadapi. Proses belajar pada dasarnya adalah proses simultan dari ketiga hal tersebut Adapun memenurut Uzer Usman (2002:5) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi
antara individu dan individu serta individu dan lingkunganya. Pada umumnya
23
belajar belajar dapat diartikan kegiatan-kegiatan fisik dan psikis, kedua aspek itu saling melengkapi dan bertalian satu sama lain. Sedangkan menurut Hilgard sebagaimana dikutip Wina Sanjaya (2002) belajar bukan hanya hasil, namun juga proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik dilakukan di laboratorium maupun lingkungan alamiah. Sehingga dapat dirangkum bahwa belajar adalah: a. Aktivitas yang dirancang dan bertujuan. b. Perubahan perilaku secara utuh. c. Bukan hanya hasil namun proses. d. Proses memecahkan masalah. 2. Belajar dan Prestasi Belajar Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan (domain) kognitif, afektif maupun psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut hasil belajar atau prestasi belajar. Hasil belajar tidak hanya satu macam saja, melainkan ada bermacam- macam. Menurut Gegne sebagaimana dikutip Nasution, dengan tujuan yang bermacam-macam dan mempelajari macam-macam hal itu diperlukan kondisi belajar tertentu yang khusus untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan (Nasution; 2008: 63). Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang karena adanya interaksi (Usman, 1993: 4). Belajar akan membawa perubahan bila orang yang belajar bebas menentukan bahan pelajaran dan cara yang dipakai untuk mempelajarinya.
Dengan
kebebasan kepada
demikian
siswa untuk
pembelajaran
adalah
memberikan
memilih bahan pelajaran dan cara
24
mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Tentu saja kebebasan yang dimaksud tidak keluar dari kerangka belajar. Prestasi belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik (Arifin, 1990: 3). Secara sederhana prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan, keterampilan, atau capaian yang diperoleh peserta didik untuk bidang studi tertentu. Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes. Tes semacam itu bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan juga untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran. Oleh karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat dilakukannya proses pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi. Dari skor tersebut dapat diperoleh informasi tentang pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh siswa. Dengan
demikian,
prestasi
belajar
memiliki
fungsi
untuk
memperlihatkan sejauhmana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu. Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di samping fungsi yang lain yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya.
Perbedaan prestasi belajar dikalangan peserta didik disebabkan
oleh berbagai faktor seperti kematangan, bidang studi dan sebagainya (Rusya, 1989:
60).
Namun
secara
(Sukamdinata, 1998, 162).
adalah
faktor
individu
dan
lingkungan
25
Terdapat hubungan yang erat antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan, sedangkan evaluasi harus mengacu pada tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan namun sebaliknya dengan ada tujuan pembelajaran yang telah terumuskan akan memberikan arah dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai. Dilihat dari segi proses langkah penyusunan alat evaluasi sudah barang tentu harus mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sebaliknya,
kegiatan
pembelajaran juga harus mempunyai arah untuk keberhasilan evaluasi yang nantinya akan dilakukan. Hasil belajar siswa harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional. Penilaian pencapaian kompetensi siswa harus dilakukan secara komprehensif selama proses pembelajaran berlangsung antara lain melalui ujian atau ulangan harian, mingguan, bulanan atau akhir semester. Hasil pencapaian kompetensi siswa perlu dianalisis secara berkesinambungan, yang hasilnya digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program tindak lanjut berupa program pembelajaran remidial atau program pengayaan. Penggunaan sistem penilaian berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang pada
26
akhirnya
diharapkan
dapat
meningkatkan
mutu
pendidikan
secara
menyeluruh. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap peserta didik harus belajar tuntas untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. B.S. Bloom (1980) mengatakan: (1) Jika peserta didik dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya untuk beberapa mata pelajaran dan diajar sesuai dengan karakteristik mereka maka sebagian besar dari mereka akan mencapai ketuntasan. (2) Apabila proses pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur maka semua peserta didik akan mampu menguasai semua
bahan
membutuhkan
yang proses
disajikan
kepadanya.
pembelajaran
yang
Sehingga
belajar
sistematis,
tuntas
terstruktur
berkesinambungan untuk mencapai kompetensi yang disyaratkan (Martinis; 2005: 127-133). Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang, meliputi: a. Faktor internal siswa, antara lain: 1) Bakat Dasar kepandaiaan dan sifat pembawaan dari lahir yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa terhadap suatu bidang tertentu. 2) Minat Minat dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, kalau seseorang menyenangi dan berminat terhadap matematika maka ia akan berusaha untuk berhasil dalam mengikuti seluruh proses pembelajaran sebaliknya apabila tidak menyenanginya maka ia akan
27
belajar dengan perasaan terpaksa, mengikuti proses pembelajaran hanya sekedar formalitas dan pembelajaran menjadi tidak bermakna. 3) Kemauan Belajar. Salah satu tugas guru mengubah yang tidak mau belajar menjadi antusias belajar dan menyenangi pelajaran tersebut. 4) Sikap Mental Siswa Sikap mental siswa sangat mempengaruhi dalan proses pembelajaran, sikap mental ini meliputi kematangan sosial emosional siswa dan pengetahuan prasarat yang dimilikinya untuk meningkatkan prestasi belajarnya. b. Faktor eksternal, antara lain: 1) Metode Pembelajaran Terdapat kaitan yang erat antara belajar dan pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran adalah mendorong peserta didik belajar. Pembelajaran adalah upaya pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan pembelajaran meliputi metode, media, dan peralatan yang diperlukan dalam penyampaian informasi dalam proses pembelajaran. Pengaturan atau pemilihan metode, media, dan peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau mendesainnya. Dengan demikian,
metode
pembelajaran
adalah
bagian
dari
proses
pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan.
28
2) Kepribadian Guru. Kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran siswa. Guru menurut tokoh pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro, dihadapan mata anak harus dapat menjadi suri tauladan yang baik, di tengah aktivitas dengan siswa dapat membangun keinginan dan minat siswa untuk belajar dan dibelakang layar mampu memberdayakan siswanya untuk belajar lebih baik. 3) Lingkungan Belajar. Lingkungan belajar siswa sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, jika lingkungan belajar siswa tertata dengan baik maka proses pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, agar lingkungan pembelajaran dapat mendukung usahakan: a) Suasana pembelajaran memberi kesempatan siswa untuk melakukan penelitian b) Bersikap yang tidak berlebihan (wajar) jika mendapatkan jawaban yang tidak benar dari siswa c) Meningkatkan kompetensi keguruan dari guru agar keberhasilan siswa dalam belajar meningkat 3. SKI Sejarah merupakan bagian penting dalam perjalanan hidup manusia. Dalam sejarah tersebut Allah SWT memberikan pelajaran bagi manusia untuk
29
mengambil hikmah yang tersimpan di baliknya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Yusuf ayat 111:
ۗ
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman Sejarah kebudayaan Islam yang terdapat di dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat
30
digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik (Departemen Agama RI:2008). Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai fungsi yang dapat menjelaskan ketercapaian yang tercantum dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diterapkan di madrasah. Fungsi dasar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meliputi: a. Fungsi edukatif Sejarah
menegaskan
kepada
peserta
didik
tentang
keharusanmenegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari b. Fungsi keilmuan Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya. c. Fungsi transformasi Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam merancang transformasi masyarakat. Mata pelajaran Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut: a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
31
b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau. e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa
bersejarah
(Islam),
meneladani
tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ipteks dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. Acuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran dan memantau perkembangan mutu pendidikan adalah standar kompetensi. Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Standar Kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MI berisi mata pelajaran yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh Sejarah Kebudayaan Islam di MI. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku aspek afektif , peserta didik memiliki: keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sesuai ajaran Agama Islam yang tercermin dalam perilaku sehari-hari memiliki
nilai-nilai
demokrasi,
toleransi,
dan
humaniora,
serta
32
menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik lingkup nasional maupun global. Berkenaan dengan aspek kognitif, menguasai ilmu, teknologi, dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berkenaan dengan aspek psikomotorik, memiliki keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup, mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global, memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kegiatan sehari-hari. Standar kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam juga mengacu pada struktur keilmuan mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam. Adapun Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: a. Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad Saw. b. Dakwah Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya, yang meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad Saw, hijrah Nabi Muhammad Saw ke Thoif, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw. c. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad Saw, peristiwa Fathul Mekah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah Saw . d. Peristiwa-peristiwa pada masa Khulafaurrasyidin
33
e. Sejarah perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing (Departemen Agama RI; 2008). Sejarah Kebudayaan Islam secara substansial memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperaktekan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam menghadapi beberapa kendala, antara lain: waktu yang disediakan terbatas sedangkan materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntunan terhadap mata pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi Sejarah Kebudayaan Islam, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif)
dan
minim
dalam
pembentukan
sikap
(afektif).
Dalam
implementasinya juga lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif, kurang mengakomodasikan kebutuhan afektif. Kendala lain adalah lemahnya sumber daya guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam pengembangan pendekatan, metode yang lebih variatif serta dalam mengusahakan media yang digunakan untuk mengefektifkan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan bagi guru Sejarah Kebudayaan Islam. Padahal guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan tenaga kependidikan dan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang mempunyai kedudukan strategis dan menentukan keberhasilan pembelajaran di sekolah. Untuk itu, guru Sejarah Kebudayaan Islam harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien. Strategi
34
pembelajaran baru dapat berlangsung secara efektif dan efisien, jika Guru harus dapat mengetahui keadaan yang tepat untuk memulai proses belajar mengajar. Keadaan siswa yang memiliki konsentrasi atau perhatian yang penuh tentu akan dapat dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan kepadanya. Siswa yang memiliki konsentrasi penuh akan belajar lebih cepat dan lebih mudah. Selain itu, mereka mengingat informasi lebih lama. Sedangkan standar kompetensi kelulusan mata pembelajaran SKI pada Madrasah Ibtidaiyah sesuai dengan Peraturan
Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar kompetensi lulusan dan standarisasi pendidikan agama Islam dan bahasa arab di madrasah
adalah
mengenal, mengidentifikasi, meneladani, dan mengambil ibrah dari sejarah Arab pra-Islam, sejarah Rasulullah SAW, Khulafaurrasyidin, serta perjuangan tokoh-tokoh agama Islam di daerah masing-masing B. Metode Role Playing 1. Metode Pembelajaran Di masa lalu pengajaran dipandang sebagai proses mengisi otak dengan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, metode yang digunakan guru hanya berpusat pada metode ceramah. Lahirnya teori-teori baru yang menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai metode mangajar (Suparta, 1998: 159). Metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kata metode di sini diartikan secara luas. Karena mengajar adalah salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud di sini mencakup juga metode mengajar. Ada banyak metode mengajar dalam
35
literatur pendidikan baik secara umum maupun khusus pendidikan Islam. Disebut metode umum karena metode tersebut digunakan untuk mengajar pada umumnya. Metode-metode pangajaran umum tersebut bisa saja digunakan untuk mengajarkan ilmu pendidikan Islam untuk memperkaya metode pendidikan Islam (Tafsir; 1998: 131). Seorang guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi, maka diperlukan adanya variasi metode yang dipakai. Ketrampilan mengadakan variasi ini bertujuan untuk (Usman; 2003: 84): a. Menimbulkan dan membangkitkan perhatian siswa kepada aspek belajar mengajar yang relevan. b. Membarikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa. c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik. d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya. Ada berbagai macam metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru. Dan salah satu metode tersebut dikenal dengan nama role playing. 2. Role Playing Pembelajaran dengan role playing adalah suatu cara penguasaan bahan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
36
siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa dan membuat siswa senang belajar serta metode ini mempunyai nilai tambah yaitu: (a) dapat menjamin partisipasi seluruh siwa dan memberi kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerjasama hingga berhasil; dan (b) permainan merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa . Pada dasarnya role playing adalah mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungan masalah sosial. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam al Qur’an yang menceritakan drama mengesankan antara Qobil dan Habil yang tersurat dalam Q.S Al Ma’idah ayat 5:
ۖ Artinya: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil)
menurut
yang
sebenarnya,
ketika
keduanya
mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa Metode ini biasanya digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
sebagai berikut (Suparta, 1998: 181): a. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain
37
b. Agar siswa dapat relajar bagaimana membagi tanggung jawab. c. Agar siswa dapat relajar bagaimana mengambil keputusan secara spontan dalam situasi kelompok. d. Untuk merangsang siswa agar berfikir dan memecahkan masalah. Pembelajaran dengan role playing merupakan suatu aktivitas yang dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan mengeksploitasi beberapa mesalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran dengan role playing ada tujuh tahap yaitu pemilihan masalah, pemilihan peran, menyusun tahap-tahap bermain peran, menyiapkan pengamat, tahap pemeranan, diskusi dan evaluasi serta pengambilan keputusan. Pada tahap pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya. Tahap pemilihan peran memilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain. Selanjutnya menyusun tahap-tahap bermain peran. Dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa bisa menambah dialog sendiri. Tahap berikutnya adalah menyiapkan pengamat. Pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran. Setelah semuanya siap maka dilakukan kegiatan pemeranan. Pada tahap ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing sesuai yang terdapat pada skenario bermain peran. Dalam hal ini guru menghentikan permainan pada saat terjadi pertentangan agar memancing permasalahan agar didiskusikan. Masalah yang muncul dari bermain peran, dibahas pada tahap diskusi dan evaluasi. role playing disebut juga metode sosiodrama. Sosiodrama
38
pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial . Role playing menurut Armai (2002) mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut: 1). Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama. 2). Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia. 3). Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. 4). Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaikbaiknya. 5). Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya. 6). Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain. Namun demikian metode ini juga tidak luput dari berbagai kekurangan.
Adapun kelemahan metode Role Playing adalah: 1). Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif. 2). Banyak memakan waktu. 3). Memerlukan tempat yang cukup luas. 4). Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan penonton/pengamat.
39
Adapun proses pelaksanaan metode Role Playing sebagai berikut: 1) Pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupanpeserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya. 2) Pemilihan peran, memilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain. 3) Menyusun tahap-tahap bermain peran, dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa dapat juga menambahkan dialog sendiri. 4) Menyiapkan pengamat, pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran. 5) Pemeranan, dalam tahap ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing yang terdapat pada skenario bermain peran. 6) Diskusi dan evaluasi, mendiskusikan masalah-masalah serta pertanyaan yang muncul dari siswa. 7) Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah dilakukan. Jadi pembelajaran dengan role playing merupakan cara belajar yang dilakukan dengan cara membagi siswa mwnjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok memerankan karakter sesuai dengan naskah yang telah dibuat dan materi yang telah ditentukan oleh guru, sehingga siswa lebih mudah memahami dan mengingat materi yang telah diperankan tersebut.
C. Kerangka Berfikir Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan menarik minat anak untuk belajar. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
40
terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Metode pembelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan hasilnya maka minat dapat mempengaruhi kwalitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Maka apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap suatu bidang studi ia akan memusatkan perhatian lebih banyak dari temannya, kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang studi tersebut. Demikian pula halnya dengan menggunakan metode yang menarik akan meningkatkan minat siswa terhadap bidang studi SKI. Metode role playing adalah metode yang sangat menarik bagi anak karena membuat anak mampu mengambangkan imajinasinya dengan maksimal. Tentu saja ini akan menggugah minat anak terhadap mata pelajaran SKI. Apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap bidang studi SKI maka siswa tersebut akan memusatkan perhatiannya terhadap bidang studi SKI dan lebih giat dalam mempelajari bidang studi ini dan prestasinya pun akan memuaskan. Tujuan mempelajari sejarah Kebudayaan Islam adalah agar siswa mengetahui sejarah
41
Islam lalu mencontoh keteladanan sifat-sifat dari tokoh Islam masa lalu itu dengan mengambil hikmah dari nilai dan makna sejarah, menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk berdasarkan pengetahuannya atas fakta sejarah yang ada, dan juga untuk menggugah semangat untuk mendalami Islam yang lebih baik
42
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Waktu Penelitian Penelitiatian ini penulis lakukan selama tiga minggu sejak akhir April sampai awal pertengahan Mei. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester genap tahun pelajaran 2009/2010. secara rinci dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian
No
Siklus
Pertemuan I
Pertemuan II
Waktu
1
Siklus I
Sabtu, 24 April 2010
Sabtu, 1 Mei 2010
4 X 35 menit
2
Siklus II
Sabtu, 8 Mei 2010
Sabtu, 15 Mei 2010
4 X 35 menit
3
Siklus III
Sabtu, 22 Mei 2010
Sabtu, 29 Mei 2010
4 X 35 menit
B. Tempat Penelitian Penilitian yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKI MATERI SEJARAH ALI BIN ABI THALIB DENGAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VI MI REKSOSARI 03 KEC. SURUH KAB. SEMARANG TAHUN 2010” ini sebagai suatu penelitian tindakan kelas maka penelitian ini penulis lakukan di lembaga pendidikan tempat penulis selama ini mengajar. Penelitian ini bertempat di ruang kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang. . C. Subjek Penelitian Subyek penelitian ini adalah anak kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang sebanyak 15 siswa yang terdiri dari 7 siswa lakilaki dan 8 siswa perempuan. Secara rinci dapat di lihat dalam tabel 3.2:
43
Tabel 3.2 Daftar nama siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun ajaran 2009/2010 No Nama
Jenis Kelamin
Usia
1
Adina Rosa Sabila
P
8
2
Ahmad Hidayat
L
7
3
Atini Suci Mustafida
P
7
4
Chamid Maulana
L
7
5
Deni Setyawan
L
7
6
Dwi Setya Rini
L
8
7
Fatma Az Zafra
P
7
8
Fitri Cahyaningsih
P
8
9
Lailatul Fajriyah
P
7
10
Lintang Prasetya
L
8
11
Lilis Pratwi
P
7
12
M Ahsin
L
8
13
M Chairul Amam
L
7
14
Nisfa Kamalia
P
8
15
Sinta Dewi Amira
P
7
Sumber: MI Reksosari 03: 2010
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Mata Pelajaran
: SKI
Kelas/ Semester
: VI/2
Standar Kompetensi
: Menceritakan silsilah, kepribadian, dan perjuangan kholifah Ali bin Abi Tholib
Kompetensi Dasar
:1.2.Menggali informasi tentang perjuangan Ali bin Abi Tholib dalam dakwah Islam
44
Indikator
:
Siswa menceritakan kisah Ali bin Abu Tholib menerima Islam Siswa mempu menceritakan kegigihan Ali bin Abu Tholib dalam berdakwah sejak kecil Siswa mampu menceriterakan keikutsertaan Ali bin Abu Tholib dalam menghadapai kaum kafir Tujuan Pembelajaran 1. Menceritakan kisah Ali bin Abu Tholib menerima Islam 2. menceritakan kegigihan Ali bin Abu Tholib dalam berdakwah sejak kecil 3. Siswa mampu menceriterakan keikutsertaan Ali bin Abu Tholib dalam menghadapai kaum kafir Materi Pembelajaran Kisah kholifah Ali bin Ani Thalib Metode Pembelajaran Role Playing Bahan Ajar 1. Buku Paket SKI Kelas VI 2. LKS 3. Skenario Drama Penilaian Peragaan Tes Tertulis
45
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan a. Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu Sejarah Kholifah Ali Bin Abi Thalib b. Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. c. Merancang pembelajaran dengan membentuk 3 kelompok kecil yang terdiri dari 5 anggota sesuai nomor urut absen. d. Merancang soal-soal latihan untuk dikerjakan secara kelompok, soal tes formatif sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan siswa. e. Merancang scenario drama tentang sejarah kholifah Ali Bin Abi Thalib. f. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk siswa guna mengetahui perubahan dan perkembangan. 2. Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus pertama, dalam 2 pertemuan yaitu sebagai berikut. a. Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa. b. Guru membuka dan menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan materi pelajaran sesaui dengan materi. c. Guru membagi kelompok. d. Guru membagi peran pemain masing-masing kelompok. e. Siswa mempelajari dialog dalam skenaio. f. Siswa berlatih per kelompok. g. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan.
46
h. Guru mengadakan pemeriksaan/bimbingan terhadap latihan siswa masingmasing kelompok. i.
Siswa mempraktekkan drama masing-masing kelompok
j.
Mitra melaksanakan pengamatan Kegiatan pengamatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data aktifitas pembelajaran, baik data pembelajaran guru maupun data pembelajar siswa. Adapun aspek yang diamati: 1) Kehadiran siswa 2) Perhatian siswa terhadap guru 3) Keaktifan siswa latihan 4) Penampilan siswa dalam pelaksanaan drama 5) Kehadiran Guru. 6) Pengaturan latar. 7) Penampilan guru di depan kelas. 8) Pembagian kelompok. 9) Pengelolaan kelas. 10) Bimbingan guru pada masing-masing kelompoknya. 11) Ketepatan waktu.
3. Refleksi Dari 15 siswa ternyata banyak siswa yang kurang memperhatikan atau tidak memperhatikan sosio drama yang dilakukan. Hal ini disebabkan selain model pembelajaran yang baru dikenal, juga karena persiapan yang kurang matang
dari
guru
khususnya
dalam
menyiapkan
kelompok
dan
mempersiapkan setting panggung. Hal yang menonjol adalah kebingungan
47
siswa terhadap metode role playing ini. Pada Siklus I siswa masih menganggap soiso drama itu merupkan mainan saja yang tidak mengandung unsur pendidikannya, maka bimbingan guru dan motivasi sangat diperlukan agar siswa mengerti betul maksud dan tujuan kegiatan pembelajaran ini. Dalam mengikuti proses belajar mengajar pada siswa harus diberi motivasi agar semangat dalam proses belajar mengajar dapat tumbuh dengan baik, disamping itu juga diberi latihan-latihan soal yang berhubungan dengan materi yang disampaikan. Apabila siswa dapat menyelesaikan dengan benar guru memberi penguatan atau penghargaan agar siswa merasa senang. Untuk mempermudah gambaran jalannya siklus II perhatikan gambar 3.1 Gambar 4.1 Denah Siklus I Perencanaan - Mempersiapkan materi - Menyusun RPP - Mempersiapkan Skenario drama - Mempersiapkan lembar observasi
Tindakan - Pree Test - Pembagian kelompok - Penjelasan Guru - Latihan kelompok - Pelaksanaan drama - Pengamatan Mitra - Mengerjakan tugas formatif
Refleksi - Perhatian anak masih kurang - Nilai ketuntasan juga masih kurang - Terjadi peningkatan dari tes formatif sebelumnya - Masih terkendala pembagian kelompok - Siswa masih kebingunagan
E. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Mata Pelajaran
: SKI
Kelas/ Semester
: VI/2
Standar Kompetensi: Menunjukkan contoh-contoh nilai-nilai positif dari kekholifah-an Ali bin Abi Tholib
48
Kompetensi Dasar:1.2.Menggali informasi tentang Kebijakan khalifah Ali bin Abu Tholib untuk menyatukan kembali kesatuan umat Islam Indikator: Siswa mampu Menunjukkan contoh-contoh langkah kebijakan khalifah Ali bin Abu Tholib untuk menyatukan kembali kesatuan umat Islam Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menceritakan kisah Ali bin Abu Tholib menerima Islam 2. Siswa mampu menceritakan kegigihan Ali bin Abu Tholib dalam berdakwah sejak kecil 3. Siswa mampu menceriterakan keikutsertaan Ali bin Abu Tholib dalam menghadapai kaum kafir Materi Pembelajaran Kisah kholifah Ali bin Ani Thalib Metode Pembelajaran Role Playing Bahan Ajar 1. Buku Paket SKI Kelas VI 2. LKS 3. Skenario Drama Penilaian Peragaan Tes Tertulis
49
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan a. Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi pada siklus I. b. Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu Sejarah Kholifah Ali Bin Abi Thalib c. Merancang rencana pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. d. Merancang pembelajaran dengan membentuk 3 kelompok kecil yang terdiri dari 5 anggota sesuai keseimbangan ketrampilan berdasarkan refleksi siklus I. e. Merancang soal-soal latihan untuk dikerjakan secara kelompok, soal tes formatif sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan siswa. f. Merancang skenario drama tentang sejarah kholifah Ali Bin Abi Thalib. g. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk siswa guna mengetahui perubahan dan perkembangan. 2. Tindakan a. Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa. b. Guru membuka dan menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan materi pelajaran sesaui dengan materi. c. Guru membagi kelompok. d. Guru membagi peran pemain masing-masing kelompok. e. Siswa mempelajari dialog dalam skenaio.
50
f. Siswa berlatih per kelompok. g. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan. h. Guru mengadakan pemeriksaan/bimbingan terhadap latihan siswa masingmasing kelompok. i.
Siswa mempraktekkan drama masing-masing kelompok
j.
Mitra melaksanakan pengamatan Kegiatan pengamatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data aktifitas pembelajaran, baik data pembelajaran guru maupun data pembelajar siswa. Adapun aspek yang diamati: 1) Kehadiran siswa 2) Perhatian siswa terhadap guru 3) Keaktifan siswa latihan 4) Penampilan siswa dalam pelaksanaan drama 5) Kehadiran Guru. 6) Pengaturan latar. 7) Penampilan guru di depan kelas. 8) Pembagian kelompok. 9) Pengelolaan kelas. 10) Bimbingan guru pada masing-masing kelompoknya. 11) Ketepatan waktu.
3. Refleksi Pelaksanaan siklus II ini cukup baik dibandingkan siklus sebelumnya. Siswa mulai memahami jalannya pembelajaran. Siswa tidak cunggung lagi dalam melaksanakan sosio drama. Pada Siklus II ini siswa yang kurang perhatian
51
sudah berkurang, jika dibandingkan dengan Siklus I,. Sehingga anak sudah mulai memperhatikan jalannya sosio drama dengan baik. Selain itu bimbingan guru terhadap siswa serta motivasi yang diberikan cukup membuat anak mengerti pentingnya drama
yang dimainkan tersebut dengan materi
pendidikan. Dari hasil belajar siswa juga terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari siswa yang tidak tuntas belajar klasikal dari 15 siswa menjadi 15%. Sedangkan siswa yang tuntas belajar klasikal ada 85% dengan nilai rata-rata pada Siklus II 6,5. berarti ada peningkatan kemapuan siswa dalam hasil belajar siswa. Untuk mempermudah gambaran jalannya siklus II perhatikan gambar 3.2 Gambar 3.2 Denah Siklus II Perencanaan - Memperbaiki susunan kelompok - Menyusun RPP - Mempersiapkan tes formatif - Mempersiapkan lembar observasi
Tindakan - Pree Test - Pelaksanaan sosio drama - Penjelasan Guru - Pengamatan Mitra - Mengerjakan tugas formatif
F. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III Mata Pelajaran
: SKI
Kelas/ Semester
: VI/2
Refleksi - Perhatian anak baik. - Nilai ketuntasan juga baik - Terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya - Masih terkendala setting panggung
52
Standar Kompetensi: Menunjukkan contoh-contoh nilai-nilai positif dari kekholifah-an Ali bin Abi Tholib
Kompetensi Dasar:1.2.Menggali informasi tentang Kebijakan khalifah Ali bin Abu Tholib untuk menyatukan kembali kesatuan umat Islam Indikator
:
Menjelaskan latar belakang khalifah Ali bin Abu Tholib untuk menyatukan kembali kesatuan umat Islam Siswa mampu Menyebutkan para sahabat yang menekuni di bidang ilmu bahasa Arab Tujuan Pembelajaran 1. menceritakan kisah Ali bin Abu Tholib menerima Islam 2. menceritakan kegigihan Ali bin Abu Tholib dalam berdakwah sejak kecil 3. Siswa mampu menceriterakan keikutsertaan Ali bin Abu Tholib dalam menghadapai kaum kafir Materi Pembelajaran Kisah kholifah Ali bin Ani Thalib Metode Pembelajaran Role Playing
Bahan Ajar 1. Buku Paket SKI Kelas VI 2. LKS
53
3. Skenario Drama Penilaian Peragaan Tes Tertulis
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan a. Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi pada siklus II. b. Menentukan pokok bahasan sejaran kholifah Ali Bin Abi Thalaib. c. Merancang rencana pembelajaran (RPP) d. Merancang skenario drama sesuai dengan materi pembelajaran. e. Merancang soal-soal cerita untuk dikerjakan secara kelompok dan soal tes formatif sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan berfikir siswa. f. Merancang lembar observasi untuk observer guna mengetahui atau mendapatkan, perubahan dan perkembangan tiap siklus 2. Tindakan a. Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa. b. Guru membuka dan menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan materi pelajaran sesaui dengan materi. c. Guru membagi kelompok. d. Guru membagi peran pemain masing-masing kelompok. e. Siswa mempelajari dialog dalam skenaio.
54
f. Siswa berlatih per kelompok. g. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan. h. Guru mengadakan pemeriksaan/bimbingan terhadap latihan siswa masingmasing kelompok. i.
Siswa mempraktekkan drama masing-masing kelompok
j.
Mitra melaksanakan pengamatan
Kegiatan pengamatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data aktifitas pembelajaran, baik data pembelajaran guru maupun data pembelajar siswa. Adapun aspek yang diamati: 1) Kehadiran siswa 2) Perhatian siswa terhadap guru 3) Keaktifan siswa latihan 4) Penampilan siswa dalam pelaksanaan drama 5) Kehadiran Guru. 6) Pengaturan latar. 7) Penampilan guru di depan kelas. 8) Pembagian kelompok. 9) Pengelolaan kelas. 10) Bimbingan guru pada masing-masing kelompoknya. 11) Ketepatan waktu. c. Refleksi Pelaksanaan siklus III ini sudah berjalan dengan baik. Siswa sudah dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Pelaksanaan sosio drama juga sudah lancar. Anak sudak terbiasa memainkan peran yang ditugaskan. Dibandingkan
55
siklus sebelumnya terjadi peningkatan. Siswa yang memperhatikan 15 anak (100%), siswa kurang memperhatikan dan tidak memperhatikan tidak ada. Adapun hasil ketuntasan belajar siswa yang tuntas belajar ada 15 Siswa (100%) . dari hasil tersebut penulis merasa siklus sudah cukup. Untuk mempermudah gambaran jalannya siklus III perhatikan gambar 3.3 Gambar 3.3 Denah Siklus III Perencanaan - Memperbaiki setting panggung - Menyusun RPP - Mempersiapka n tes formatif - Mempersiapka n lembar observasi
Tindakan - Pree Test - Pelaksanaan sosio drama - Penjelasan Guru - Pengamatan Mitra - Mengerjakan tugas formatif
Refleksi - Pelaksanaan sudah baik. - Nilai ketuntasan juga sudah baik - Terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya - Siklus penulis rasa cukup
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus 1. Siklus I Dari pengamatan yang dilakukan terhadap perhatian siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I, maka diperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Terhadap perhatian Siswa pada Siklus I
No Nama siswa
Baik
Cukup
1
Adina Rosa Sabila
1
2
Ahmad Hidayat
1
3
Atini Suci Mustafida
1
4
Chamid Maulana
1
5
Deni Setyawan
6
Dwi Setya Rini
7
Fatma Az Zafra
8
Fitri Cahyaningsih
9
Lailatul Fajriyah
10
Lintang Prasetya
11
Lilis Pratwi
12
M Ahsin
13
M Chairul Amam
1
14
Nisfa Kamalia
1
15
Sinta Dewi Amira
1 1 1 1 1 1 1 1
1
Sumber: Data penelitian (2010) Keterangan Siswa yang memperhatikan
Kurang
: 5 anak (33,3%)
57
Siswa yang kuranga memperhatikan : 5 anak (33,3%) Siswa yang tidak memperhatikan
: 5 anak (33,3%)
Adapun dari hasil test formatif pada siklus I ini
didapatkan hasil
sebagaimana tersaji pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil Ulangan Formatif Siklus I
No
Nama siswa
Nilai
Ketuntasan
1
Adina Rosa Sabila
7
T
2
Ahmad Hidayat
6
T
3
Atini Suci Mustafida
6
T
4
Chamid Maulana
5
TT
5
Deni Setyawan
6
T
6
Dwi Setya Rini
5
TT
7
Fatma Az Zafra
8
T
8
Fitri Cahyaningsih
6
T
9
Lailatul Fajriyah
8
T
10
Lintang Prasetya
6
T
11
Lilis Pratwi
8
T
12
M Ahsin
5
TT
13
M Chairul Amam
5
TT
14
Nisfa Kamalia
6
T
15
Sinta Dewi Amira
5
TT
Rata- Rata
6,4
Sumber: Data penelitian (2010)
58
Keterangan Tuntas (T)
: 10 siswa ( 66,6 %)
Tidak Tuntas (TT)
: 5 siswa (33,3%)
Adapun hasil pengamatan mitra terhadap guru selama siklus I diperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus I
Item yang diamati
Siklus I
Pendahuluan a. ketepatan kehadiran
4,0
b. penampilan
4,0
c. apersepsi
2,5
Peralatan a. Skenario
3,1
b. Setting Panggung
3,2
c. Properti
3,0
Penerapan a. Pembagian kelompok
3,5
b. Penguasaan skenario
3,0
c. Kesesuaian materi
3,0
Penutup a. ketepatan waktu
3,4
b. pembagian tugas
3,3
c. menutup kelas
3,2
Rata- rata Sumber: Data penelitian (2010) Keterangan: A nilai
:3,1 - 4,0
B nilai
:2,1 - 3,0
3,3
59
C nilai
:1,1 - 2,0
D nilai
:0,1 - 1,0 Didasarkan atas hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I ini dari 15
siswa ternyata banyak siswa yang kurang memperhatikan atau tidak memperhatikan pelaksanaan sosio drama. Hal ini disebabkan selain model pembelajaran yang baru dikenal, juga karena persiapan yang kurang matang dari guru khususnya dalam mempersiapkan setting panggung dan properti. Hal yang menonjol adalah kebingunan siswa terhadap metode baru ini. Pada Siklus I siswa masih menganggap sosio drama itu merupakan mainan saja yang tidak mengandung unsur pendidikannya, maka bimbingan guru dan motivasi sangat diperlukan agar siswa mengerti betul maksud dan tujuan kegiatan pembelajaran ini. Dalam mengikuti proses belajar mengajar pada siswa harus diberi motivasi agar semangat dalam proses belajar mengajar dapat tumbuh dengan baik, disamping itu juga diberi latihan-latihan soal yang berhubungan dengan materi yang disampaikan. Apabila siswa dapat menyelesaikan dengan benar guru memberi penguatan atau penghargaan agar siswa merasa senang. Dengan melihat hasil belajar dari 15 siswa terdapat 33,3% yang dapat dikategorikan tidak tuntas belajar klasikal yaitu mendapat nilai kurang dari 60, sedang siswa yang tuntas belajar ada 66,6% yang dapat dikategorikan tuntas belajar klasikal dengan rata- rata nilai kelas 6,4. Dari data dan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siklus I ini diperoleh hasil sebagai berikut:
60
a. Adanya beberapa siswa yang masih bingung terhadap model pembelajaran dengan menggunakan metode role playing ini, karena kurang sosialisasi dari guru, oleh karena itu agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif guru selain menjelaskan materi pelajaran guru juga harus menjelaskan bahwa drama yang dimainkan mempunyai keterkaitan yang kuat dengan materi. b. Adanya beberapa siswa yang kurang dapat mengikuti jalannya cerita dalam drama dengan baik karena kurangnya suara pemain kurang menjangkau seluruh kelas. c. Setelah kegiatan sosio drama selanjutnya siswa diberikan latihan soal. Namun demikian masih ada beberapa siswa yang belum benar dalam menjawab beberapa soal meskipun sudah lengkap namun terdapat kesalahan. Hal ini dikarenakan jika siswa menjumpai soal-soal sulit biasanya dikerjakan secara ngawur yang penting ada jawabannya. Oleh karena itu guru dalam menjelaskan materi pelajaran jangan hanya memperhatikan yang pandai saja sehingga siswa yang kurang pandai tertinggal, di samping itu juga dalam menerangkan jangan terlalu cepat agar bisa diterima oleh siswa yang kurang pandai. d. Secara garis besar siklus I berlangsung cukup baik dan kondusif, walaupun hasil belajar siswa baru mencapai rata-rata 6,4 namun masih lebih baik dibandingkan 3 kali tes formatif yang dilaksanakan sebelum penggunaan metode role playing.
61
2. Siklus II Dibandingkan siklus I maka siklus II ini terjadi kemajuan. Apabila pada siklus I siswa masih mengalami kebingungan dengan metode pembelajaran yang baru mereka kenal, maka pada siklus II ini siswa mulai mengerti. Siswa mulai dapat dengan metode role playing. Beberapa kekurangan yang ada pada siklus I seperti setting latar, persiapan skenario sudah diperbaiki oleh guru. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap perhatian siswa pada siklus II, maka diperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Perhatian Siswa pada Siklus II
No
Nama siswa
Baik
1
Adina Rosa Sabila
1
2
Ahmad Hidayat
1
3
Atini Suci Mustafida
1
4
Chamid Maulana
1
5
Deni Setyawan
1
6
Dwi Setya Rini
1
7
Fatma Az Zafra
1
8
Fitri Cahyaningsih
1
9
Lailatul Fajriyah
1
10
Lintang Prasetya
1
11
Lilis Pratwi
1
12
M Ahsin
1
13
M Chairul Amam
1
14
Nisfa Kamalia
1
15
Sinta Dewi Amira
1
Sumber: Data penelitian (2010)
Cukup
Kurang
62
Keterangan Siswa yang memperhatikan
: 13 anak (85%)
Siswa Kurang memperhatikan
: 2 anak (15%)
Siswa Tidak memperhatikan
: 0 anak (0%)
Adapun hasil test formatif pada siklus II ini, didapatkan hasil seperti tersaji pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil ulangan formatif Siklus I
No
Nama siswa
Nilai
Ketuntasan
1
Adina Rosa Sabila
7
T
2
Ahmad Hidayat
7
T
3
Atini Suci Mustafida
6
T
4
Chamid Maulana
5
TT
5
Deni Setyawan
8
T
6
Dwi Setya Rini
7
T
7
Fatma Az Zafra
5
TT
8
Fitri Cahyaningsih
9
T
9
Lailatul Fajriyah
6
T
10
Lintang Prasetya
8
T
11
Lilis Pratwi
6
T
12
M Ahsin
6
T
13
M Chairul Amam
6
T
14
Nisfa Kamalia
6
T
15
Sinta Dewi Amira
6
T
Rata- Rata
6,5
Sumber: Data penelitian (2010) Keterangan Tuntas (T)
: 13 Siswa ( 85%)
Tidak Tuntas (TT)
: 2 siswa (15%)
63
Adapun hasil pengamatan mitra terhadap guru selama siklus II diperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus II
Item yang diamati
Siklus II
Pendahuluan a. ketepatan kehadiran
4,0
b. penampilan
4,0
c. apersepsi
3,0
Peralatan d. Skenario
3,6
e. Setting Panggung
3,4
a. Properti
3,2
Penerapan a. Pembagian kelompok
3,8
b. Penguasaan scenario
3,7
c. Kesesuaian materi
3,6
Penutup a. ketepatan waktu
3,8
b. pembagian tugas
3,6
c. menutup kelas
3,4
Rata- rata Sumber: Data penelitian (2010) Keterangan: A nilai :3,1 - 4,0 B nilai :2,1 - 3,0 C nilai :1,1 - 2,0 D nilai :0,1 - 1,0
3,6
64
Dari hasil belajar siswa juga terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari siswa yang tidak tuntas belajar klasikal dari 24 siswa menjadi 15%. Sedangkan siswa yang tuntas belajar klasikal ada 85% dengan nilai rata-rata pada Siklus II 6,5. Berarti ada peningkatan kemapuan siswa dalam belajar. Setelah melaksanakan tindakan pengamatan dalam pembelajaran di dalam kelas selanjutnya diadakan refleksi dari tindakan yang dilakukan. Dalam kegiatan pada Siklus II didapatkan : 1) Siswa tidak lagi siswa merasa bingung dalam pembelajaran dengan menggunakan metode role playing ini. 2) Suasana kelas dalam pembelajaran sudah mulai efektif, sebagian besar siswa sudah memperhatikan dengan baik karena mereka sudah dapat mengikuti jalannya drama dengan baik. 3) Setelah kegiatan sosio drama selanjutnya siswa diberikan latihan soal. Sebagian besar siswa sudah benar dalam menjawab soal formatif, walaupun sebagian kecil masih salah dikarenakan keterlambatan berfikir sehingga keterangan guru kurang dipahami. Oleh karena itu guru lebih memperhatikan siswa yang lambat sehingga hasil belajaar meningkat secara merata 4) Secara garis besar, pelaksanaan Siklus II berlangsung dengan baik dan kondusif serta meningkat walaupun hasil belajar siswa baru mencapai ratarata 6,5 Ini berati ada peningkatan dibandingkan siklus 1 yang hanya mencapai 6,4. tingkat ketuntasan juga meningkat menjadi 85% meningkat dari siklus I yang hanya mencapai 66,6%.
65
3. Siklus III Dari pengamatan yang dilakukan terhadap perhatian siswa siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus III, maka deperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Terhadap perhatian Siswa pada Siklus II
No
Nama siswa
Baik
1
Adina Rosa Sabila
1
2
Ahmad Hidayat
1
3
Atini Suci Mustafida
1
4
Chamid Maulana
1
5
Deni Setyawan
1
6
Dwi Setya Rini
1
8
Fatma Az Zafra
1
9
Fitri Cahyaningsih
1
10
Lailatul Fajriyah
1
11
Lintang Prasetya
1
12
Lilis Pratwi
1
12
M Ahsin
1
13
M Chairul Amam
1
14
Nisfa Kamalia
1
15
Sinta Dewi Amira
1
Sumber: Data penelitian (2010) Keterangan: Siswa yang memperhatikan
: 15 anak (100%)
Siswa Kuranga memperhatikan
: 0 anak (0%)
Siswa Tidak memperhatikan
: 0 anak (0%)
Cukup
Kurang
66
Adapun hasil test formatif pada siklus III ini, didapatkan hasil sebagaimana tersaji pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Hasil Ulangan Formatif Siklus III
No
Nama siswa
Nilai
Ketuntasan
1
Adina Rosa Sabila
8
T
2
Ahmad Hidayat
7
T
3
Atini Suci Mustafida
8
T
4
Chamid Maulana
6
T
5
Deni Setyawan
7
T
6
Dwi Setya Rini
6
T
7
Fatma Az Zafra
7
T
8
Fitri Cahyaningsih
8
T
9
Lailatul Fajriyah
8
T
10
Lintang Prasetya
9
T
11
Lilis Pratwi
7
T
12
M Ahsin
7
T
13
M Chairul Amam
7
T
14
Nisfa Kamalia
9
T
15
Sinta Dewi Amira
7
T
Rata- Rata
6,9
Sumber: Data penelitian (2010) Keterangan: Tuntas (T)
: 15 Siswa ( 100%)
Tidak Tuntas (TT)
: 0 siswa (0 %)
Adapun hasil pengamatan mitra terhadap guru selama siklus II diperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.9 berikut:
67
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan terhadap guru pada Siklus II
Item yang diamati
Siklus III
Pendahuluan a. ketepatan kehadiran
4,0
b. penampilan
4,0
c. apersepsi
3,7
Peralatan a. Skenario
3,8
b. Setting Panggung
3,6
c. Properti
3,4
Penerapan d. Pembagian kelompok
4,0
e. Penguasaan scenario
4,0
f. Kesesuaian materi
4,0
Penutup a. ketepatan waktu
3,8
b. pembagian tugas
3,7
c. menutup kelas
3,9
Rata- rata
3,8
Sumber: Data penelitian (2010) Keterangan: A nilai
:3,1 - 4,0
B nilai
:2,1 - 3,0
C nilai
:1,1 - 2,0
D nilai
:0,1 - 1,0
Setelah melaksanakan tindakan pengamatan dalam pembelajaran di dalam kelas selanjutnya diadakan refleksi dari tindakan yang dilakukan. Dalam kegiatan pada Siklus III didapatkan:
68
a. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode role playing ini berjalan lancar semua siswa telah memahami dan berjalan sendiri tanpa harus diperintah, kondisi kelas sudah dipersiapkan sebelumnya, tidak lagi siswa
memindahkan
meja
kursi,
namun demikian untuk
model
pembelajaran ini sebaiknya dibuat kelas khusus, sehingga lebih efektif lagi b. Suasana kelas dalam pembelajaran sudah aktif, sebagian besar siswa kelihatan memperhatikan, suasana kelas sudah nampak menjadi tenang sebagaimana proses belajar mengajar pada umumnya. c. Sebagian besar siswa dalam kelas sudah menyadari betul pentingnya memperhatikan jalannya drama yang dimainkan dan keterkaitannya dengan materi pelajaran. Hal ini tentu sangat membantu bagi peningkatan hasil belajar nantinya. d. Pelaksanaan Siklus III berlangsung dengan baik dan kondusif serta aktifitas belajar siswa meningkat. Hasil belajar siswa telah mencapai rata-rata 6,9, sehingga jauh lebih baik dari siklus-siklus sebelumnya. Tingkat ketuntasanpun juga meningkat menjadi 100% dari 15 siswa. Siklus III ini berhasil, karena ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal harian maupun soal tes formatif. Hal ini terbukti dari daya serap yang dicapai berturut-turut sehingga peneliti dapat mengatakan Siklus III telah berhasil dengan baik B. Analisa Antar Siklus Untuk membahas hasil penelitian di atas, maka untuk perlu disajikan terlebih dahulu hasil nilai ulangan 3 kali formatif terakhir pelajaran SKI siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang sebelum
69
penggunaan metode role playing adalah sebagaimana tersaji dalam tabel 4.10 berikut. Tabel 4.10 Rekap Daftar Nilai 3 Kali Ulangan Terakhir Formatif SKI Siswa kelas I kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang Sebelum Penggunaan metode role playing No
Nama siswa
Formatif 1
Formatif 2
Formatif 3
1
Adina Rosa Sabila
8
8
7
2
Ahmad Hidayat
8
8
6
3
Atini Suci Mustafida
7
6
6
4
Chamid Maulana
7
7
6
5
Deni Setyawan
7
6
7
6
Dwi Setya Rini
5
6
6
7
Fatma Az Zafra
5
5
5
8
Fitri Cahyaningsih
5
5
6
9
Lailatul Fajriyah
6
6
6
10
Lintang Prasetya
6
6
6
11
Lilis Pratwi
7
7
8
12
M Ahsin
5
6
6
13
M Chairul Amam
5
6
6
14
Nisfa Kamalia
5
5
6
15
Sinta Dewi Amira
5
5
6
Rata- Rata
5,9
5,8
5,9
Sumber: Data MI Reksosari 03 (2010) Apabila dibandingkan dengan dengan hasil belajar SKI siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang antara sebelum dengan setelah penggunaan metode role playing maka hasil belajar SKI siswa
70
kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang setelah penggunaan metode role playing adalah sebagaimana tersaji dalam tabel 4.11 Tabel 4.11 Rekap Hasil Belajar SKI Siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang Setelah Penggunaan metode role playing No
Nama siswa
Formatif 1
Formatif 2
Formatif 3
1
Adina Rosa Sabila
7
7
8
2
Ahmad Hidayat
6
7
7
3
Atini Suci Mustafida
6
6
8
4
Chamid Maulana
5
5
6
5
Deni Setyawan
6
8
7
6
Dwi Setya Rini
5
7
6
7
Fatma Az Zafra
8
5
7
8
Fitri Cahyaningsih
6
9
8
9
Lailatul Fajriyah
8
6
8
10
Lintang Prasetya
6
8
9
11
Lilis Pratwi
8
6
7
12
M Ahsin
5
6
7
13
M Chairul Amam
5
6
7
14
Nisfa Kamalia
6
6
9
15
Sinta Dewi Amira
5
6
7
Rata- Rata
6,4
6,5
6,9
Data: Hasil penelitian (2010) Sehingga jelas sekali terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Sedangkan dari data yang tersaji dalam penjalasan tiap siklus di atas maka data tersebut dapat penulis rangkum dalam tabel berikut ini. Data tentang perhatian siswa sebagaimana tersaji dalam tabel 4.12
71
Tabel 4.12 Rekap Hasil Pengamatan terhadap Perhatian Siswa
Perhatian Siswa
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Tidak memperhatikan
5 anak (33,3%)
0 anak (0%)
0 anak (0%)
Kurang memperhatikan
5 anak (33,3%)
2 anak (15%)
0 anak (0%)
Memperhatikan
5 anak (33,3%)
13 anak (85%)
15 anak (100%)
Adapun data tentang ketuntasan belajar yaitu siswa yang mendapat nilai di atas KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal) yaitu nilai
6,0 atau lebih adalah
sebagaimana tersaji dalam tabel 4.13 berikut: Tabel 4.13 Rekap Data Ketuntasan Belajar Siswa
Hasil Belajar
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Kurang dari 60
5 siswa (33,3%)
2 siswa (15%)
0 siswa (0%)
10 siswa (66,6%)
15 Siswa ( 85 %)
15 Siswa ( 100
( Tidak Tuntas) Lebih dari 60 (Tuntas)
%)
Hasil pengamatan terhadap guru juga terjadi peningkatan dari siklus ke siklus berikutnya. Pada siklus I rata-rata nilai pengamatan terhadap guru mencapai 3,3 (82,5%), siklus II 3,6 (90%) dan siklus III 3,8 (95%). Sedangkan data tentang hasil pengamatan mitra terhadap guru secara rinci adalah sebagaimana tersaji dalam tabel 4.14 berikut:
72
Tabel 4.14 Rekap Hasil Pengamatan Mitra terhadap Guru
Item yang diamati
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Pendahuluan
3,5
3,6
3,9
Peralatan
3,1
3,4
3,6
Penerapan
3,2
3,7
4,0
Penutup
3,3
3,6
3,8
Rata- rata
3,3
3,6
3,8
Hasil penelitian tersebut maka diperoleh suatu hasil sebagai berikut: a. Nilai SKI siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang sangat rendah bahkan tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai 6 karena rata- rata nilai dari 3 tes formatif terakhir hanya diperoleh nilai 5,9. b. Penggunaan metode role playing di kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang selama ini kurang banyak digunakan. c. Penggunaan metode role playing dalam pelajaran SKI dapat meningkatkan penerapan materi SKI siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang. d. Penggunaan metode role playing dalam pelajaran SKI dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang
73
Dari analisa data yang dilakukan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan metode role playing mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran SKI siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang tahun 2010.
74
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat kita ambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Nilai SKI siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang sangat rendah bahkan tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai 6 karena rata- rata nilai dari 3 tes formatif terakhir hanya diperoleh nilai 5,9. 2. Penggunaan metode role playing terbukti mampu meningkatkan keaktifan belajar SKI siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang pada mata pelajaran SKI dengan tingkat keaktifan siswa mencapai 100%. 3. Penggunaan metode role playing terbukti mampu meningkatkan hasil pembelajaran SKI kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Reksosari 03 Kec. Suruh Kab. Semarang pada mata pelajaran SKI dengan rata-rata kelas 6,9 dan tingkat ketuntasan belajar 100%. B. Saran-Saran 1. Kepada para guru sebaiknya lebih variatif dalam menggunakan metode pembelajaran termasuk dengan mencoba teknik baru seperti metode role playing 2. Para guru sebaiknya tidak takut-takut dalam mencoba metode baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar anak serta meningkatkan hasil pembelajaran.
75
3. Sebelum melaksanakan metode pembalajaran jenis ini sebaiknya melakukan persiapan sebaik- baiknya dengan mempertimbangkan materi yang sesuai. 4. Kepada pihak sekolah diharapkan memberikan dorongan serta himbauan kepada para guru untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas C. Penutup Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas petunjuk dan bimbinganNya, penelitan dan skripsi ini akhirnya dapat penulis selesaikan. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian serta penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas budi baik yang telah diberikan dengan yang lebih baik. Meskipun demikian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini masih sangat penulis harapkan. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis juga ucapkan banyak terima kasih. Tidak lupa penulis mohon maaf yang sebasar-besarnya apabila selama penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi ini mengganggu pihak- pihak lain. Penulis berharap penelitian dan skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun seluruh pembaca guna meningkatkan kemampuan dalam menerapkan metode pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Arief, Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Wacana Prima. Arifin, Zaenal, Evaluasi Intruksional Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung, Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi, 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek, Jakarta, Reinika Cipta. _______________, 2008.,Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara Bell, Judith, tt, Doing Your Project, Jakarta, Indeks. Black, James A, 2001, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, Jakarta, Refika. Departemen Agama RI, 2008, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Sandar Kompetensi (SK) & Kompetensi Dasar (KD) Mataa Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta. Departemen Agama RI. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994,
Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Faisal, Sanipah, 1982, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional. Madya,
Suwarsih,
2008,
Penelitian
Tindakan
Kelas,
http:
www.hirteen.org/edonline/consept2class/coopcolab/index.html
Mishra, R.C., 2005, Management of Educational Rerearch, New Delhi, Publishing Coorporation. Nasution, 2008, Teknologi Pendidikan, Jakarta, Bumi, Aksara. Poerwodarminto W.J.S., 1983, Kamus Besar Bahasa. Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Rusyan, Tabrani A, Atang Kusdinar, Zaenal Arifin, 1989, Pendekatan dalam Proses Relajar Mengajar, Bandung, Remaja Karya. Sanjaya, Wina, 2008, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta, Kencana. Shihab, Quraisy, 1996, Membumikan al Qur'an, Bandung, Mizan. Sukamdinata, Nana S, 1998, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya. Sukardi, 2008, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara. Surakhmad, Winarno, 1980, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Bandung, Tarsito. Suparta, Aly, Harry Noer, 1998, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta, Amissco. Tafsir, Ahmad, 1998, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung, Remaja Rosdakarya. Usman, Uzer, 1993, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosdakarya. _____________, 2002, Menjadi guru professional, Bandung, Rosdakarya
Wiraatmaja, Rachiyati, 2004, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Remaja Rosdakarya. Yamin, Martinis, 2005, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta, GP Press. Zaeni, Hasyim, 2004, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta, CTDS.