SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN EKSPLANASI DAN REGULASI DIRI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD N PERUMNAS CONDONGCATUR YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Utami Saraswati NIM: 131134020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i


PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN EKSPLANASI DAN REGULASI DIRI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD N PERUMNAS CONDONGCATUR YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Utami Saraswati NIM: 131134020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i


SKRIPSI

ii


SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN EKSPLANASI DAN REGULASI DIRI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD N PERUMNAS CONDONGCATUR YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Utami Saraswati 131134020

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 23 Januari 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap

Tanda Tangan

Ketua

: Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.

.......................

Sekretaris

: Apri Damai Sagita Krissandi, S.Pd., M.Pd.

.......................

Anggota I

: G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A.

.......................

Anggota II

: Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd.

.......................

Anggota III

: Irine Kurniastuti, M.Psi.

.......................

Yogyakarta, 23 Januari 2017 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan

Rohandi, Ph.D.

iii


PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini Penulis persembahkan kepada:

1. Allah SWT, Maha Segala-galanya. 2. Kedua orangtua, Sarjana dan Suhartini yang selalu memberikan semua yang terbaik di kehidupan saya. 3. Kakakku sekeluarga yang selalu memberikan penghiburan dikala lelah. 4. Sahabat-sahabatku yang bersama berjuang, sebagai penghibur, pengingat, dan penyemangat saya. 5. Universitas Sanata Dharma, almamater yang saya banggakan.

iv


MOTTO “Learning by Doing” “Pengalaman adalah Guru Terbaik” “Jika kamu ingin lebih dari orang lain, maka usahamu juga harus lebih dari orang lain” “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.s Asy-Syarh: 5-6)

v


PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Januari 2017 Penulis,

Utami Saraswati

vi


LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama

: Utami Saraswati

Nomor Mahasiswa

: 131134020

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN EKSPLANASI DAN REGULASI DIRI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI PERUMNAS CONDONGCATUR YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya berikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 23 Januari 2017 Yang Menyatakan,

Utami Saraswati

vii


ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN EKSPLANASI DAN REGULASI DIRI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD N PERUMNAS CONDONGCATUR YOGYAKARTA

Utami Saraswati Universitas Sanata Dharma 2017

Kata kunci: Model Problem Based Learning, kemampuan eksplanasi, kemampuan regulasi diri, dan mata pelajaran IPA. Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat literasi IPA siswa Indonesia pada penelitian PISA tahun 2012 dan 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri pada mata pelajaran IPA kelas IV SD N Perumnas Condongcatur pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini menggunakan penelitian quasi experimental tipe nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta sebanyak 82 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari 26 siswa kelas IV B sebagai kelompok eksperimen dan 30 siswa kelas IV C sebagai kelompok kontrol. Treatment yang diterapkan di kelompok eksperimen adalah model Problem Based Learning. Ada 5 langkah dalam model Problem Based Learning yaitu mengorientasi peserta didik terhadap masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi. Rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M = 1,01, SE = 0,11) lebih tinggi daripada rerata selisih skor pada kelompok kontrol (M = 0,69, SE = 0,07). Perbedaan tersebut signifikan dengan t(54) = -2,53 dan p = 0,014 (p < 0,05). Besarnya pengaruh sebesar r = 0,33 atau setara dengan 11%. 2) Model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan regulasi diri. Rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M = 1,09, SE = 0,07) lebih tinggi daripada rerata selisih pada kelompok kontrol (M = 0,72, SE = 0,09) Perbedaan tersebut signifikan dengan t(54) = -3,05 dan p = 0,004 (p < 0,05). Besarnya pengaruh sebesar r = 0,39 atau setara dengan 15%.

viii


ABSTRACT

THE EFFECT OF THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL ON THE ABILITY OF EXPLAIN AND SELF REGULATE IN SCIENCE SUBJECT FOR THE FOURTH GRADE IN PERUMNAS CONDONGCATUR YOGYAKARTA ELEMENTARY SCHOOL

Utami Saraswati Sanata Dharma University 2017 Keywords: Problem Based Learning model, ability to explain, ability to self regulate, and natural science subject. The background of this study was directed to the concern about the low of science literacy level of Indonesian students that according to PISA 2012 and 2015. The aims of the study was to find out the effect of the implementation of Problem Based Learning Model on the ability to explain and self regulate in science subject for the fourth grade in Perumnas Condongcatur Elementary School in odd semester 2016/2017. This study used quasi experimental research with nonequivalent control group design. The population of this study were 82 of the 4th grade students in Perumnas Condongcatur Elementary School. The samples were 26 students of class IV B as the experimental group and 30 students of class IV C as control group. The treatment fot the experimental group was Problem Based Learning model. There are 5 steps in the Problem Based Learning model including orientate students toward the problem, organize students to study, lead the individual or group inquiry, develop and present the result, and analyze and evaluate problem solving process. The result of this study showed that 1) Problem Based Learning model affects on the ability to explain. The average of difference score from experimental group (M= 1,01, SE=0,11) was higher than the the average of difference score from the control group (M= 0,69, SE= 0,07). The difference was significan with t(54) = -2,53 and p = 0,014 (p < 0,05). The effect size was 0,33 as same as 11%. 2) Problem Based Learning model affects on the ability to self regulate. The average of difference score from experimental group (M= 1,09, SE=0,07) was higher than the the average of difference score from the control group (M= 0,72, SE= 0,09). The difference was significan with t(54)= -3,05 and p = 0,004 (p < 0,05). The effect size was 0,39 as same as 15%.

ix


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN EKSPLANASI DAN REGULASI DIRI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD N PERUMNAS CONDONGCATUR YOGYAKARTA” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1.

Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2.

Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3.

Apri Damai Sagita, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4.

Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, mendukung, dan memberi perhatian dengan sabar dan bijaksana.

5.

Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh keceriaan dan kesabaran.

6.

Irine Kurniastuti, M.Psi. selaku Dosen Penguji 3 yang telah memberikan masukan pada penulisan penelitian ini.

7.

Mukija, S.Pd.SD. selaku Kepala Sekolah SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian dengan tangan terbuka.

8.

Cahyo Arif Nugroho, S.Pd. selaku Guru mitra yang telah membantu pelaksanaan penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

x


9.

Erna Sulistyaningsih, S.Pd. selaku Guru kelas IV B yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kelas tersebut.

10. Siswa kelas IV B dan IV C SD N Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2016/2017 yang bersedia terlibat dalam penelitian. 11. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah membantu proses perijinan penelitian skripsi. 12. Kedua orang tua, Sarjana dan Suhartini yang dengan sabar dan penuh semangat mendampingi serta memberikan segala yang dibutuhkan. 13. Kakakku Bagus Panuntun sekeluarga yang telah menjadi penghibur. 14. Bayu Santoso Ali yang selalu memberikan semangat dan pikiran yang selalu positif. 15. Sahabatku Chendy, Desta, Dinia, Tita yang memberikan pandangan berbeda serta kasih sayang. 16. Sahabatku Alfi Rohmatin Chasanah yang setia menemani ketika lelah dalam penelitian. 17. Sahabat penelitian kolaboratif payung Mita, Tita, Desy, Sita, Widi, Cahya, Wati, Cicil, Listi, Vero yang telah memberikan bantuan selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi. 18. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan peneliti. Segala kritik dan saran yang membangun akan peneliti terima dengan senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan para pembaca.

Penulis

xi


DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6 1.5 Definisi Operasional ...................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 8 2.1 Kajian Teori ................................................................................................... 8 2.1.1 Teori-Teori yang Mendukung ................................................................. 8 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................................... 26 2.2.1 Penelitian-penelitian Mengenai Problem Based Learning.................... 26 2.2.2 Penelitian-penelitian Mengenai Berpikir Kritis .................................... 27 2.2.3 Literature Map ...................................................................................... 29 2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 29 xii


2.4 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32 3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 32 3.2 Setting Penelitian ......................................................................................... 34 3.2.1 Lokasi Penelitian................................................................................... 34 3.2.1 Waktu Penelitian ................................................................................... 35 3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 36 3.3.1 Populasi................................................................................................. 36 3.3.2 Sampel .................................................................................................. 36 3.4 Variabel Penelitian ...................................................................................... 37 3.4.1 Variabel Independen ............................................................................. 37 3.4.2 Variabel Dependen ............................................................................... 37 3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 38 3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................... 39 3.7 Teknik Pengujian Instrumen........................................................................ 41 3.7.1 Validitas ................................................................................................ 41 3.7.2 Reliabilitas ............................................................................................ 44 3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................... 45 3.8.1 Analisis Pengaruh Perlakuan ................................................................ 45 3.8.2 Analisis Lebih Lanjut............................................................................ 49 3.8.3 Persepsi terhadap Perlakuan ................................................................. 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 55 4.1 Hasil Penelitian............................................................................................ 55 4.1.1 Implementasi Penelitian........................................................................ 55 4.1.2 Deskripsi Sebaran Data ......................................................................... 62 4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ............................................................ 65 4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ........................................................... 76 4.2 Pembahasan ................................................................................................. 87 4.2.1 Pengaruh Penerapan Model PBL terhadap Kemampuan Eksplanasi ... 91 4.2.2 Pengaruh Penerapan Model PBL terhadap Kemampuan Regulasi Diri 94 4.2.3 Persepsi Terhadap Perlakuan ................................................................ 97

xiii


4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut ................................................................... 101

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 104 5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 104 5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 105 5.3 Saran .......................................................................................................... 105

DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 106 LAMPIRAN ....................................................................................................... 110 CURRICULUM VITAE ..................................................................................... 184

xiv


DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tahapan dalam Model PBL .................................................................. 14 Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ..................................................................... 35 Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian ............................................................. 39 Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen........................................................ 41 Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen ............................................................... 43 Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Aspek Eksplanasi dan Regulasi Diri .... 43 Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................ 44 Tabel 3.7 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ....................................................... 49 Tabel 3.8 Pedoman Wawancara dengan Guru ...................................................... 53 Tabel 3.9 Pedoman Wawancara dengan Siswa ..................................................... 54 Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol .......................................................... 62 Tabel 4.2 Sebaran Data Kelompok Eksperimen ................................................... 63 Tabel 4.3 Sebaran Data Kelompok Kontrol .......................................................... 64 Tabel 4.4 Sebaran Data Kelompok Eksperimen ................................................... 64 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data .................................................... 66 Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ............................................... 67 Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest ....................................................... 68 Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ........................................... 69 Tabel 4.9 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ..................................................... 70 Tabel 4.10 Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ............................................... 71 Tabel 4.11 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ............. 73 Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ...................... 74 Tabel 4.13 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ................................................ 75 Tabel 4.14 Hasil Uji Perbedaan Skor Pretest dan Posttest II ............................... 76 Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan............................. 77 Tabel 4.16 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ............................................. 78 Tabel 4.17 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest ..................................................... 79 Tabel 4.18 Perbandingan Selisih Skor Pretest ke Posttest I ................................. 80 Tabel 4.19 Hasil Uji Besar Efek Perlakuan .......................................................... 81 Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I 82

xv


Tabel 4.21 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ............. 84 Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ...................... 85 Tabel 4.23 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ................................................ 86 Tabel 4.24 Hasil Uji Perbedaan Skor Pretest dan Posttest II ............................... 87

xvi


DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Sel surya mengubah energi matahari menjadi energi listrik ............. 21 Gambar 2.2 Kincir angin digerakkan menggunakan energi angin ........................ 22 Gambar 2.3 Kincir air digerakkan menggunakan energi air ................................. 22 Gambar 2.4 Stasiun pembangkit listrik tenaga uap ............................................... 23 Gambar 2.5 Literature Map ................................................................................... 29 Gambar 3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 33 Gambar 3.2 Variabel Penelitian ............................................................................ 38 Gambar 3.3 Rumus Effect Size untuk Distribusi Data Normal ............................. 48 Gambar 3.4 Rumus Effect Size untuk Distribusi Data Tidak Normal ................... 49 Gambar 3.5 Rumus Perhitungan Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I ... 49 Gambar 3.6 Rumus Gain Score ............................................................................ 50 Gambar 3.7 Rumus Persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posttest II .......... 53 Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I ............. 70 Gambar 4.2 Grafik Gain Score ............................................................................. 72 Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II .......... 75 Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Selisih Skor Pretest-Posttest I ........................ 81 Gambar 4.5 Grafik Gain Score ............................................................................. 83 Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II .......... 86

xvii


DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 111 Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal ................................................................ 112 Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol ........................................................... 113 Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen .................................................... 116 Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol.............. 119 Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ....... 125 Lampiran 3.1 Soal Uraian ................................................................................... 138 Lampiran 3.2 Kunci Jawaban .............................................................................. 143 Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ........................................................................... 146 Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement............................................ 149 Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ................................................ 151 Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ............................................ 153 Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Eksplanasi Kelompok Kontrol dan Eksperimen.......................................................................................................... 154 Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Regulasi Diri Kelompok Kontrol dan Eksperimen.......................................................................................................... 155 Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data .................................................. 156 Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................. 157 Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ........................ 159 Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan .......................... 161 Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I 162 Lampiran 4.8 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kelompok Kontrol dan Eksperimen ................................................................... 166 Lampiran 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest ke Posttest I .................. 167 Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan........................................ 169 Lampiran 4.11 Transkrip Wawancara Siswa ...................................................... 173 Lampiran 4.12 Transkrip Wawancara Guru........................................................ 179 Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ................................................. 181 Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................................. 183

xviii


BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini akan dikemukakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Triwiyanto, 2014: 113). Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya (Al-Tabany, 2014: 1). Triwiyanto (2014: 114) menjelaskan bahwa kualitas pendidikan dipengaruhi oleh mutu proses pembelajaran, sedangkan mutu proses pembelajaran ditentukan oleh berbagai komponen di sekolah yang saling terkait satu sama lain. Jika komponen-komponen tersebut dapat dikelola secara baik, akan berdampak terhadap mutu proses pembelajaran yang selanjutnya akan meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Dengan demikian, pendidikan di sekolah memiliki kontribusi yang besar terhadap pembentukan kemampuan dan pengalaman manusia. Salah satu mata pelajaran di sekolah yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia sehari-hari adalah ilmu pengetahuan alam. Hendro Darmojo (dalam Samatowa, 2011: 2) memaparkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Samatowa (2011: 4) menjelasakan empat alasan perlunya IPA diajarkan di sekolah dasar yaitu, 1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan

1


materiil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA karena IPA merupakan dasar dari teknologi, 2) Jika IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, 3) Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan, 4) Jika IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan untuk berpikir kritis. Berpikir kritis termasuk dalam berpikir tingkat tinggi. Desmita (2009, 153) mendefinisikan berpikir kritis sebagai kemampuan untuk berpikir secara logis, reflektif, dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik. Dengan berpikir kritis, hendaknya peserta didik peka terhadap berbagai hal terjadi pada lingkungan, kemudian menganalisis dan memahami menggunakan tahapan bekerja ilmiah, sehingga berpikir, berperasaan, dan bertindak secara terkendali sesuai dengan kapasitas potensi dan teraktualisasikan dalam perilaku yang sehat, berkualitas, dan terjaga integritasnya (Tawil & Liliasari, 2013: 2). Sebuah organisasi dalam naungan Organization Economic Cooperation and Development (OECD) yang bernama Program for International Student Assessment (PISA) telah mengadakan sebuah survei mengenai sistem pendidikan dan kemampuan dari siswa yang diadakan tiap 3 tahun sekali. Survei dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menghadapi tantangan pada kehidupan nyata. Studi ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan mengolah informasi, kemampuan melihat keseluruhan masalah, dan kemampuan menarik benang merah dari berbagai data yang tersedia. Pada hasil PISA tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara dengan hasil skor literasi IPA sebesar 382

(OECD, 2013: 5). Pada hasil PISA tahun 2015, Indonesia berada pada

peringkat 62 dari 70 negara dengan hasil skor literasi IPA sebesar 403 (OECD, 2016: 5). Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil skor literasi IPA dari 382 menjadi 403, namun peringkat Indonesia masih berada di 10 besar terbawah dari 70 negara peserta PISA tahun 2015. Peringkat tersebut

2


menunjukkan bahwa para siswa di Indonesia mengalami kesulitan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi karena soal-soal yang digunakan pada PISA memerlukan penalaran dan pemecahan masalah. Salah satu bagian dari berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir kritis yang dapat digunakan untuk menghadapi masalah-masalah pada kehidupan nyata. Rendahnya hasil skor literasi IPA para siswa di Indonesia tersebut seharusnya menjadi keprihatinan bersama. Hal tersebut berhubungan dengan kurangnya pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi (kritis) dan rendahnya kemampuan

siswa

dalam

penguasaan

materi

IPA.

Hasil

ini

sangat

memprihatinkan dan patut menjadi bahan koreksi untuk pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan. Meskipun pemerintah sudah menetapkan kurikulum baru sebagai suatu jalan agar pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik namun hasil yang didapat belum memuaskan. Pemerintah bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan rendahnya nilai IPA tersebut. Faktor lain yang diduga menjadi penyebab kurangnya pengembangan kemampuan berpikir kritis pada siswa adalah model pembelajaran di sekolah yang masih banyak menggunakan metode ceramah. Sanjaya (2006: 147) menjelaskan bahwa metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penurutan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa oleh guru. Guru berperan aktif dalam pembelajaran sehingga sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti dengan yang dijelaskan atau belum. Hal ini menyebabkan siswa tidak memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka. Berdasarkan realita yang terjadi pada uraian di atas, perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan model-model pembelajaran inovatif untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Facione (1990: 6) membagi kemampuan berpikir kritis menjadi 6 yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Robert J Stenber (dalam Desmita, 2009) menawarkan beberapa usulan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak salah satunya dengan mengembangkan strategi-strategi pemecahan masalah. Paulo Freire mengatakan bahwa dalam memecahkan masalah seharusnya dilakukan secara bersama-sama dalam suatu dialog antara

3


guru dan murid. Pelaksanaan pendidikan dengan cara dialog inilah yang akan membangkitkan kesadaran kritis peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan salah satu model pembelajaran yang diduga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis yaitu model Problem Based Learning (PBL). Abidin (2014: 160-162) menjelaskan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong siswa untuk belajar aktif, mengonstruksi pengetahuan, dan mengintegrasikan konteks belajar di sekolah dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah. Model ini berhubungan dengan situasi kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi bermakna, mendorong siswa untuk mampu berpikir kritis, dan mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Hosnan (2014: 302) mengemukakan 5 langkah pelaksanaan pembelajaran dengan model PBL yaitu 1) mengorientasikan peserta didik terhadap masalah, 2) mengorganisasi peserta didik untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Berbagai penelitian dan jurnal pernah diterbitkan untuk mendukung pengembangan suatu kemampuan dengan menggunakan model PBL, misalnya Zegnilagic-Hajric, Sabeta, & Nuic, I, A (2015) meneliti tentang penggunaan PBL terhadap prestasi siswa pada mata pelajaran kimia, Sungur dan Tekkaya (2006) meneliti tentang pengaruh PBL terhadap pembelajaran regulasi diri, dan Inel dan Balim (2010) meneliti tentang penggunaan PBL pada sains dan tekhnologi terhadap prestasi siswa. Ketiga penelitian tersebut menunjukkan bahwa PBL berpengaruh terhadap variabel dependen. Selain itu, berbagai penelitian dan jurnal juga pernah diterbitkan untuk mendukung pengembangan kemampuan berpikir tingkat kritis dengan metode tertentu misalnya Othman, M., Sahamid, H., & Harrith Zulkefli, M (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh debat terhadap kemampuan berpikir kritis, Alghafari dan Ismail (2014) meneliti tentang pengaruh mengintegrasikan daya kreasi dan berpikir kritis pada pemikiran siswa, dan Nezami dkk (2013) meneliti tentang pengaruh pembelajaran kooperatif pada kemampuan berpikir kritis siswa.

4


Penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Peneliti memilih SD N Perumnas Condongcatur sebagai tempat penelitian, karena SD N Perumnas Condongcatur memiliki kelas paralel yaitu A, B, dan C dikelas 1-5 serta A dan B di kelas 6 sehingga cocok untuk dilakukan penelitian eksperimen. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas IV B sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 26 anak dan kelas IV C sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 30 anak. Materi pembelajaran IPA dibatasi pada Kompetensi Dasar 3.5 Memahami berbagai sumber energi, perubahan bentuk energi, dan sumber energi alternatif (angin, air, matahari, panas bumi, bahan bakar nuklir) dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1

Apakah penerapan model Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi mata pelajaran IPA materi energi pada siswa kelas IV di SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017?

1.2.2

Apakah penerapan model Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap kemampuan regulasi diri mata pelajaran IPA materi energi pada siswa kelas IV di SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1

Mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan eksplanasi mata pelajaran IPA materi energi pada siswa kelas IV di SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

1.3.2

Mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan regulasi diri mata pelajaran IPA materi energi pada siswa kelas IV di SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

5


1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1

Bagi peneliti Memperoleh pengalaman langsung dalam menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran IPA sehingga dapat berguna sebagai bekal mengajar pada masa mendatang.

1.4.2

Bagi siswa Memperoleh pengalaman baru dalam menggunakan model Problem Based Learning (PBL) sehingga dapat mengembangkan kemampuan eksplanasi dan regulasi diri dalam pembelajaran IPA.

1.4.3

Bagi guru Menambah pengetahuan tentang penggunaan model Problem Based Learning (PBL) yang dapat diterapkan untuk pembelajaran di sekolah.

1.4.4

Bagi sekolah Menambah pengetahuan dan wawasan tentang model pembelajaran yang dapat mempengaruhi kemampuan eksplanasi dan regulasi diri.

1.5 Definisi Operasional 1.5.1

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang terdiri dari interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri.

1.5.2

Kemampuan eksplanasi adalah kemampuan dalam menjelaskan sesuatu dengan mempertimbangkan konsep, metode, dan konteks dengan indikator menjelaskan pernyataan yang tepat dari hasil analisis, menjelaskan alasan mengambil posisi tertentu, dan menjelaskan cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

1.5.3

Kemampuan regulasi diri adalah kemampuan memonitor kemampuan berpikir diri sendiri dengan indikator membuat penilaian diri terhadap gagasan sendiri, menilai kembali data-data yang digunakan, dan menguji pandangan sendiri terhadap suatu permasalahan.

1.5.4

Mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran dengan materi energi yang digunakan dalam penelitian.

1.5.5

Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah dan diselesaikan secara berkelompok yang

6


terdiri dari 5 langkah yaitu mengorientasikan peserta didik terhadap masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan

individual

maupun

kelompok,

mengembangkan

dan

menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 1.5.6

Siswa Sekolah Dasar adalah siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

7


BAB II LANDASAN TEORI

Bab II ini berisi tentang kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesis. Kajian teori berisi teori-teori yang mendukung dan beberapa kajian penelitian yang relevan. Kerangka berpikir berisikan kerangka pemikiran dan hipotesis berisi dugaan sementara tentang jawaban suatu rumusan masalah.

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Teori-Teori yang Mendukung 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak Perkembangan

adalah

pola

perubahan

biologis,

kognitif,

dan

sosioemosional yang dimulai sejak pembuahan dan selama rentang hidup. Pola perkembangan anak merupakan hal yang kompleks karena merupakan produk dari beberapa proses: biologi, kognitif, dan sosioemosional. Proses biologis menghasilkan perubahan pada tubuh anak yang mendasari perkembangan otak, tinggi, berat, keterampilan motorik, dan perubahan hormonal pubertas. Proses sosioemosional melibatkan perubahan dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan emosi, dan perubahan kepribadian. Proses kognitif melibatkan perubahan dalam pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak (Santrock, 2014: 3233). Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 tahap. Setiap tahapan Piaget berhubungan dengan usia dan terdiri atas cara pemikiran yang berbeda. Berikut tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget. 1. Tahap sensorimotor Tahap ini berlangsung dari lahir hingga sekitar 2 tahun. Pada tahap pertama ini bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensorik mereka dengan tindakan motorik mereka. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa disebut tahap sensorimotor. Pada awal tahap, bayi lebih menunjukkan pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia, sementara pada tahap akhir bayi akan menampilkan pola sensorimotor yang lebih kompleks.

8


2. Tahap praoperasional Tahap kedua Piaget ini berlangsung dari usia 2 sampai 7 tahun. Tahap ini dibagi dalam dua sub-tahap yaitu sub-tahap fungsi simbolis dan sub-tahap pemikiran intuitif. Pada sub-tahap fungsi simbolis (2-4 tahun), anak mendapatkan kemampuan untuk merepresentasikan secara mental benda yang tidak ada. Anak-anak mulai menggambar untuk merepresentasikan orang maupun benda-benda di dunia. Hal ini menjadi tanda bahwa dunia mental mereka semakin luas yang kemudian ditandai dengan perluasan penggunaan bahasa dan munculnya permainan berpura-pura. Meskipun demikian, anakanak masih memiliki sifat egosentrime yaitu ketidakmampuan untuk membedakan perspektif diri sendiri dan perspektif orang lain. Pada sub-tahap pemikiran intuitif (4-7 tahun), anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas segala macam pertanyaan. Anak-anak merasa yakin dengan pengetahuan dan pemahaman mereka, namun belum menyadari bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui. 3. Tahap Operasional Konkret Tahap ini berlangsung pada usia sekitar 7 hingga 11 tahun. Pada tahap ini penalaran logis menggantikan penalaran intuitif, namun hanya dalam situasi konkret. Anak-anak mulai memiliki keterampilan untuk mengklasifikasi namun masih kesulitan menghadapi masalah yang abstrak. Operasional konkret adalah tindakan mental yang dapat dibalik yang berkaitan dengan benda nyata. Anak-anak mampu mengkoordinasikan beberapa karakteristik daripada fokus pada satu obyek sehingga mereka mampu melakukan secara mental apa yang dapat mereka lakukan sebelumnya secara fisik. 4. Tahap Operasional Formal Tahap ini berlangsung pada usia 11 tahun hingga dewasa. Pada tahap keempat ini, individu dapat bergerak melampaui penalaran tentang pengalaman konkret dan mulai berpikir dengan cara yang lebih abstrak, idealis, serta logis. Kualitas abstrak dari pemikiran operasional formal nyata dalam mneyelesaikan masalah verbal. Mereka juga memiliki kemampuan untuk mengidealkan dan membayangkan kemungkinan-kemungkinan. Selain itu, mereka juga mampu berpikir lebih logis misalnya mereka dapat bertindak sebagai ilmuan dengan

9


menyusun rencana-rencana untuk menyelesaikan masalah dan solusi pengujian sistematis (Santrock, 2014: 45-50). Pada tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget, anak usia Sekolah Dasar masuk ke dalam tahap operasional konkret, di mana anak-anak telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan konkret yang dihadapi (Suparno, 2000: 70). Tahap ini ditandai dengan adanya intelegensi yang sudah sangat maju namun dengan cara berpikir yang masih terbatas, sehingga diperlukan model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Selain itu, Vygotsky berpendapat bahwa individu memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda yaitu tingkat perkembangan aktual (batas bawah) dan tingkat perkembangan potensial (batas atas). Tingkat perkembangan aktual yaitu tingkat keterampilan yang dicapai oleh anak yang bekerja secara independen. Tingkat perkembangan potensial yaitu tingkat yang dapat dicapai oleh anak dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman sebayanya yang lebih maju. Zona yang terletak di antara kedua tingkat tersebut dinamakan zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development). Dalam zona ini, anak berada dalam proses perkembangan mereka sehingga perlu bantuan yang tepat dari guru dan sebaya yang lebih mampu untuk mencapai zona tersebut (Santrock, 2014: 57). Salkind (2009: 379) berpendapat bahwa pada zona ini, pembelajaran terjadi dengan optimal terlebih jika didukung dengan suatu perancahan (scaffolding). Perancahan (scaffolding) sendiri ialah teknik yang digunakan oleh pendidik untuk membangun sebuah jembatan antara hal yang sudah diketahui anak dengan apa yang seharusnya anak ketahui. Scaffolding dapat dilakukan dengan melibatkan aktivitas sosial atau kelompok sehingga mampu memberikan rangsangan sosial bagi anak yang dapat memungkinkan terjadinya perkembangan (Salkind, 2009: 381).

2.1.1.2 Model Pembelajaran Al-Tabany (2014: 23) menjelaskan bahwa model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Winataputra berpendapat bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual

10


yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto, 2010: 3). Adapun Soekamto dkk (dalam Al-Tabany, 2014: 24) mengemukakan maksud dari model pembelajaran yaitu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yaitu rencana konseptual yang berisi prosedur sistematis untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model pembelajaran memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu 1) berdasarkan teori pendidikan atau teori belajar dari para ahli tertentu; 2) mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu; 3) dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas; 4) memiliki urutan atau langkah-langkah pembelaran; dan 5) memiliki dampak sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran (Rusman, 2012: 136).

2.1.1.3 Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) 1. Hakikat Model Problem Based Learning Salah satu contoh dari model pembelajaran yaitu model Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah). Problem Based Laerning atau PBL didasarkan pada perspektif kognitif konstruktivis milik Piaget dan Vygotsky. Perspektif kognitif Piaget mengatakan bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengkonstruksi pengetahuannya

sendiri.

Sementara

perspektif

konstruktivis

Vygotsky

mengatakan bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual pelajar. Hal ini membuat informasi baru yang didapat dapat dikaitkan dengan struktur kognitif

11


yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain (Sugiyanto, 2010: 153). PBL berkaitan dengan penggunaan intelegensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual (Rusman, 2012: 230). Tan (dalam Rusman, 2012) berpendapat bahwa PBL merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Hosnan (2014: 295) memiliki pendapat bahwa model PBL adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan

keterampilan

yang

lebih

tinggi

dan

inquiry,

memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Jadi, prinsip utama dalam PBL yaitu penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah.

2. Karakteristik Problem Based Learning Rusman (2012) menjelaskan karekteristik dari model PBL adalah sebagai berikut: a. Permasalahan menjadi statrting point dalam belajar b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar e. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL f. Belajar adalah kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif g. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan h. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

12


Menurut Hosnan (2014) terdapat 5 karakteristik model PBL yaitu sebagai berikut: a. Pengajuan Masalah atau Pertanyaan Pengaturan pembelajaran berkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat. Pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat. b. Keterkaitan dengan Berbagai Masalah Disiplin Ilmu Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu. c. Penyelidikan yang Autentik Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi,

melaksanakan

eksperimen,

menarik

kesimpulan,

dan

menggambarkan hasil akhir. d. Menghasilkan dan Memamerkan Hasil/Karya Siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporannya. e. Kolaborasi Pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan bersama-sama antarsiswa dengan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antarsiswa dengan guru.

3. Langkah-langkah Model Problem Based Learning Fogarty (dalam Rusman, 2012) mengemukakan langkah-langkah yang akan dilalui siswa dalam sebuah proses PBL adalah: 1) menemukan masalah; 2) mendefinisikan masalah; 3) mengumpulkan fakta; 4) pembuatan hipotesis; 5) penelitian; 6) reprhasing masalah; 7) menyuguhkan elternatif; dan 8) mengusulkan solusi. Abidin (2014) merumuskan langkah-langkah model PBL

13


menjadi 7 tahapan yaitu prapembelajaran, fase 1 (menemukan masalah), fase 2 (membangun struktur kerja), fase 3 (menetapkan masalah, fase 4 (mengumpulkan dan berbagi informasi), fase 5 (merumuskan solusi), fase 6 (menentukan solusi terbaik), fase 7 (menyajikan solusi), dan pasca-pembelajaran. Pendapat lain menurut Hosnan (2014: 302) penerapan model PBL terdiri atas lima langkah utama yang disajikan pada tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Tahapan dalam Model PBL Tahap Tahap 1 Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah Tahap 2 Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Akivitas Guru dan Peserta Didik Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.

Berdasarkan ketiga pendapat di atas, peneliti menggunakan langkah model PBL menurut Hosnan yang terdiri dari lima langkah utama. Langkah-langkah tersebut dipilih oleh peneliti karena merupakan rangkuman dari kedua langkahlangkah lainnya yang dijelaskan di atas. Selain itu, lima langkah utama penerapan model PBL menurut Hosnan dapat diintegrasikan dengan aktivitas-aktivitas pendekatan saintifik sesuai dengan karakteristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yang akan digunakan peneliti.

4. Keunggulan Model Problem Based Learning PBL dipandang sebagai sebuah model pembelajaran yang memiliki banyak keunggulan. Menurut Kemendikbud (dalam Hosnan, 2014) memaparkan keunggulan dari PBL sebagai berikut. a. Terjadinya pembelajaran bermakna

14


b. Siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara stimultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan c. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Beberapa keunggulan PBL juga dikemukakan oleh Delisle (dalam Hosnan, 2014) sebagai berikut. a. PBL berhubungan dengan situasi kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi bermakna b. PBL mendorong siswa untuk belajar secara efektif c. PBL mendorong lahirnya berbagai pendekatan belajar secara interdisipliner d. PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih apa yang akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya e. PBL mendorong terciptanya pembelajaran kolaboratif Selain beberapa keunggulan di atas, keunggulan PBL menurut Hosnan (2014) adalah sebagai berikut. a. PBL mampu mengembangkan motivasi belajar siswa b. PBL mendorong siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi c. PBL mendorong siswa mengoptimalkan kemampuan metakognisinya d. PBL membuat pembelajaran menjadi bermakna sehingga mendorong siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri. Model PBL dipandang sebagai konsep pembelajaran yang sangat sesuai dengan tuntutan belajar abad ke-21 karena dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata secara terstruktur untuk mengkonstruksi pengetahuannya (Abidin, 2014: 159). Pembelajaran ini menuntut siswa untuk terlibat aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan sehingga dapat membentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi dan meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis.

2.1.1.4 Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir merupakan suatu proses kognitif atau suatu aktifitas mental yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan. Berdasarkan prosesnya berpikir dapat

15


dikelompokkan dalam berpikir dasar dan berpikir kompleks. Berpikir dasar merupakan proses berpikir dari sederhana menuju yang kompleks. Berpikir kompleks merupakan proses berpikir tingkat tinggi yang terdiri dari berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan (Tawil & Liliasari, 2013: 4). Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas mengenai berpikir kritis. Berpikir kritis telah didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Silverman dan Smith (dalam Tawil & Liliasari, 2013: 8) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir yang memiliki maksud, masuk akal, dan berorientasi tujuan serta kecakapan untuk menganalisis suatu informasi dan ide secara hati-hati dan logis dari berbagai macam perspektif. Desmita (2009: 153) mendefinisikan berpikir kritis sebagai kemampuan untuk berpikir secara logis, reflektif, dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik. Facione (1990) mengemukakan bahwa kegiatan berpikir kritis berarti kegiatan membuat penilaian yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan atas dasar bukti, konsep, metode, kriteria atau konteks tertentu yang digunakan sebagai penilaian untuk tujuan tertentu. Berdasarkan pada beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis informasi secara logis yang berorientasi pada tujuan untuk menghasilkan kesimpulan atau keputusan atas dasar bukti tertentu sehingga dapat digunakan dalam membuat pertimbangan atau keputusan tertentu. Facione (2007: 5) menjelaskan bahwa kecakapan berpikir kritis mencakup dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan disposisi afektif. Berikut tabel yang berisi dimensi kognitif dari kecakapan berpikir kritis (Facione, 1990: 6). Tabel 2.2 Dimensi kognitif dari kecakapan berpikir kritis No 1

Skills Interpretasi

2

Analisis

3

Evaluasi

4

Inferensi

5

Eksplanasi

Sub-skills Membuat kategori Memahami arti Menjelaskan makna Menguji gagasan-gagasan Mengidentifikasi argumen-argumen Menganalisis argumen-argumen Menilai sah tidaknya klaim-klaim Menilai sah tidaknya argumen-argumen Menguji bukti-bukti Menerka alternatif-alternatif Menarik kesimpulan Menjelaskan hasil penalaran

16


6

Regulasi-diri

Membenarkan prosedur yang digunakan Memaparkan argumen-argumen yang digunakan Refleksi diri Koreksi diri

Dimensi kognitif terdiri dari enam kecakapan yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri (Facione, 2007: 5). Kemampuan interpretasi adalah kemampuan dalam mencoba mengerti dan mengungkapkan arti dari pengalaman, situasi, data kejadian, penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria. Kemampuan analisis adalah kemampuan mengidentifikasi relasi-relasi logis dari berbagai pernyataan, pertanyaan, atau konsep yang mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi, atau opini. Kemampuan evaluasi adalah kemampuan menilai kredibilitas suatu pernyataan atau argumen dan menilai bobot logika suatu kesimpulan. Kemampuan inferensi adalah kemampuan mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal, merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan memperkirakan konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari data, pernyataan, bukti, prinsip, penilaian, kepercayaan, pertanyaan, konsep, dsm. Kemampuan eksplanasi adalah kemampuan menguraikan dasar-dasar suatu penalaran

dengan

pertimbangan-pertimbangan

konseptual,

metodologis,

kontekstual. Terakhir, kemampuan regulasi diri adalah kemampuan yang secara sadar memonitor aktivitas kognitifnya sendiri, unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dan hasil-hasilnya dengan menganalisis dan mengevaluasi proses kognitif yang terjadi sehingga dapat mempertanyakan, menegaskan, atau mengoreksi cara berpikirnya sendiri (Facione, 2007: 5-8). Sementara dimensi disposisi afektifnya yaitu rasa ingin tahu yang tinggi, berusaha mendapatkan informasi yang baik, sadar untuk menggunakan daya pikir kritis, mengedepankan proses penelitian yang masuk akal, percaya akan kemampuan diri sendiri, pikiran terbuka terhadap pandangan yang berbeda, memahami opini orang lain, hati-hati dalam melakukan penilaian, dan bersedia meninjau ulang pandangan sendiri dengan jujur (Facione, 2007: 10). Dalam penelitian ini, variabel penelitian yang digunakan oleh peneliti mencakup dua kemampuan, yaitu eksplanasi dan regulasi diri. Facione membagi

17


kecakapan eksplanasi menjadi 3 sub-kecakapan, yaitu menjelaskan hasil penalaran, membenarkan prosedur yang digunakan, dan memaparkan argumenargumen yang digunakan. Sub-kecakapan yang pertama yaitu menjelaskan hasil penalaran misalnya dilakukan dengan menjelaskan alasan ketika memegang suatu keyakinan, menyampaikan penerapan suatu gagasan, menjelaskan temuan-temuan dari hasil penelitian, menjelaskan analisis dan penilaian terhadap suatu permasalahan, dan merumuskan pernyataan atau deskripsi yang tepat dari hasil analisis, evaluasi, serta kesimpulan. Kedua yaitu membenarkan prosedur yang digunakan misalnya dilakukan dengan menguraikan langkah-langkah yang diteliti dalam menyelesaikan suatu permasalahan, menjelaskan pilihan penggunaan alat ukur tertentu untuk analisis data, menjelaskan standar yang digunakan untuk menilai sumber informasi, menjelaskan konsep kunci yang berguna untuk penelitian lebih lanjut, menunjukkan bahwa syarat-syarat metodologis tertentu sudah terpenuhi, memaparkan strategi yang digunakan untuk mengambil keputusan secara rasional, dan memaparkan grafik yang menunjukkan penggunaan bukti kuantitatif. Ketiga yaitu memaparkan argumen-argumen yang digunakan misalnya dilakukan dengan menuliskan alasan-alasan mengapa mengambil posisi atau kebijakan tertentu, mengantisipasi dan menjawab kemungkinan-kemungkinan kritik yang akan muncul dan akan dilontarkan, memaparkan argumen-argumen yang pro maupun kontra terhadap pemikiran sendiri sebagai cara berpikir dialektis, memberikan alasan-alasan mengapa menerima klaim tertentu, dan menjawab keberatan-keberatan terhadap metode, konsep, kriteria, atau bukti yang digunakan dalam menganalisis, menyimpulkan dan mengevaluasi suatu argumen (Facione, 1990: 10). Facione juga membagi kecakapan regulasi diri menjadi 2 sub-kecakapan yaitu refleksi diri dan koreksi diri. Refleksi diri misalnya dilakukan dengan menguji pandangan sendiri terhadap masalah-masalah yang kontroversial untuk mengetahui apakah posisi yang dipegangnya itu mengandung bias pribadi atau interest pribadi, menilai apakah ada kekeliruan dalam cara berpikir sendiri, menilai kembali data-data yang digunakan apakah ada yang terlalu ditonjolkan sehingga berat sebelah dan tidak imbang, menguji kembali apakah fakta, opini, atau asumsi yang digunakan untuk mendukung sudut pandang tertentu sungguh

18


dapat diterima, menilai kembali proses penalaran yang digunakan untuk mengambil kesimpulan, merefleksikan cara berpikirnya sendiri, memverfikasi hasil, aplikasi, dan pelaksanaan kegiatan berpikir, membuat penilaian diri yang objektif terhadap gagasan sendiri, melihat apakah ada ketimpangan-ketimpangan berpikir yang berasal dari prasangka, stereotip, atau emosi yang tidak rasional, dan menilai motivasi, nilai, sikap, atau minat apakah fair, objektif, hormat pada kebenaran, dan rasional. Kedua yaitu koreksi diri misalnya dilakukan dengan berani mengoreksi kelemahan-kelemahan metodologi atau data-data yang digunakan, merencanakan prosedur yang masuk akal untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan, dan memastikan apakah koreksi-koreksi tersebut dapat mengubah posisi yang dipegang sebelumnya (Facione, 1990: 10-11). Berpikir kritis dapat terbentuk dengan melihat sesuatu dari sudut pandang yang banyak. Apabila anak-anak tidak mampu menginterpretasikan informasi lebih dari satu sudut pandang, mereka mungkin bersandar pada seperangkat informasi yang tidak memadai. Demikian juga, jika anak-anak tidak didorong untuk mencari alternatif penjelasan dan interpretasi tentang masalah-masalah dan isu-isu,

kemungkinan

kesimpulan-kesimpulan

yang mereka

ambil

lebih

didasarkan pada harapan-harapan mereka sendiri, prasangka, stereotip, dan pengalaman-pengalaman pribadi, yang pada gilirannya dapat mengarah pada kesimpulan-kesimpulan yang keliru (Desmita, 2009: 157). Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis seharusnya dilatih pada anak-anak agar mampu memilah informasi yang dibutuhkan dan melihat dari berbagai sudut pandang sehingga mendapatkan kesimpulan yang tepat.

2.1.1.5 Pembelajaran IPA Salah satu mata pelajaran yang memerlukan kemampuan berpikir kritis adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Istilah IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti “saya tahu” dan science dalam bahasa Inggris yang berarti pengetahuan. Hendro Damojo (dalam Samatowa, 2011: 2) mendefinisikan IPA secara singkat sebagai pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan

19


tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah (Mariana, 2009: 13). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pemahaman tentang pentingnya mempelajari alam sehingga akan membawa manusia pada kehidupan yang bermakna dan bermartabat. Topik ini secara filosofis menjelaskan bagaimana pembentukan berpikir manusia dalam kaitannya dengan mempelajari alam sehingga manusia menjadi mengerti, beretika dan lebih dekat dengan Tuhannya. IPA juga merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis, misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan demikian anak dihadapkan pada suatu masalah sehingga anak dapat mencari dan menyelidiki masalah tersebut (Samatowa, 2011: 4). Materi mengenai IPA yang harus diajarkan kepada siswa Sekolah Dasar sangat banyak dengan cakupan yang cukup luas. Hal tersebut terlihat dari banyaknya kompetensi yang harus diajarkan kepada siswa. Ruang lingkup bahan kajian dalam IPA untuk SD/MI meliputi beberapa aspek yaitu makhluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi beserta sifat dan kegunaannya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta (BSNP, 2006: 167-168). Ruang lingkup tersebut masih terbagi dalam beberapa konsep. Setiap konsep memiliki materi-materi yang dapat dikritisi lebih lanjut. Dengan demikian, pembelajaran IPA di sekolah seharusnya melibatkan siwa dalam penyelidikan dengan menjalin interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya. Melalui kegiatan penyelidikan, siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang ditemukannya pada berbagai sumber. Selain itu, siswa mampu menggunakan pengetahuannya dalam pemecahan masalah, perencanaan, dan pembuatan keputusan dengan pendekatan aktif untuk belajar (Mariana, 2009: 29).

2.1.1.6 Materi tentang Energi Energi alternatif adalah energi pengganti yang dapat menggantikan peranan minyak bumi (Susilawati, 2013: 80). Energi alternatif yang sedang dikembangkan

20


adalah energi matahari, energi angin, energi air terjun, dan panas bumi (Rositawaty, 2008: 138-140). 1. Energi Matahari Matahari merupakan sumber energi utama bagi bumi. Jika tidak ada matahari, kehidupan akan musnah. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat manfaat Matahari. Padi yang baru dipanen dikeringkan menggunakan Matahari. Ibu mengeringkan pakaian dengan memanfaatkan matahari. Oleh karena itu, matahari suatu anugerah bagi manusia. Manfaat-manfaat yang telah disebutkan merupakan manfaat langsung dari matahari. Dengan menggunakan peralatan canggih, energi matahari dapat diubah menjadi energi bentuk lain. Misalnya, sel surya yang dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik (Rositawaty, 2008: 139).

(Sumber: Rositawaty, 2008: 139) Gambar 2.1 Sel surya mengubah energi matahari menjadi energi listrik

Dengan menggunakan sel surya kebutuhan listrik di sebuah rumah dapat dicukupi. Penggunaan listrik melalui PLN dapat dikurangi. Teknologi baru tenaga matahari juga sedang dirintis. Energi matahari dapat juga digunakan untuk meng gerakkan kendaraan. Jika teknologi ini berhasil, lingkungan sangat diuntungkan, karena mobil tenaga surya tersebut bebas polusi udara dan polusi suara (Rositawaty, 2008: 139).

2. Energi Angin Angin juga merupakan sumber energi alternatif. Di negara Belanda, kincir sudah menjadi energi utama. Mereka memanfaatkan kincir untuk membangkitkan listrik. Demikian juga di Jepang, mereka memanfaatkan angin untuk berbagai keperluan. Di Belanda, bukan hanya fasilitas umum yang menggunakan energi

21


angin, secara perorangan mereka juga memanfaatkan kincir angin, misalnya untuk mengolah hasil ladang dan memompa air.

(Sumber: Rositawaty, 2008: 139) Gambar 2.2 Kincir angin digerakkan menggunakan energi angin

3. Energi Air Sebagian wilayah Indonesia merupakan daerah pegunungan. Oleh karena itu, di Indonesia air terjun banyak ditemukan. Air terjun merupakan dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit listrik tenaga air disebut PLTA. Jika tenaga air terjun terlalu kecil terlebih dahulu dibuat bendungan. Kemudian, air akan terkumpul di daerah bendungan. Setelah itu, air dari bendungan dialirkan untuk memutar turbin. Putaran turbin tersebut digunakan untuk memutar generator penghasil listrik.

(Sumber: Rositawaty, 2008: 140) Gambar 2.3 Kincir air digerakkan menggunakan energi air

Di daerah yang terpencil, untuk memenuhi energi listrik, dibuat generator listrik kecil. Generator tersebut digerakkan oleh kincir-kincir air kecil. Satu generator listrik biasanya mampu mencukupi kebutuhan listrik satu keluarga.

22


4. Panas Bumi Panas bumi juga merupakan sumber energi. Panas bumi dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. Pembangkit listrik tenaga panas bumi biasa disebut PLTU.

(Sumber: Rositawaty, 2008: 140) Gambar 2.4 Stasiun pembangkit listrik tenaga uap

Proses pengolahan panas bumi menjadi listrik adalah sebagai berikut. Uap panas dari dalam bumi dialirkan ke permukaan melalui pipa. Lalu, uap panas dialirkan ke turbin melalui pipa sehingga turbin berputar. Di Indonesia, pembangkit listrik tenaga uap terdapat di daerah Kamojang, Jawa Barat. Energi alternatif memiliki banyak sekali manfaat dalam kehidupan Devi dan Anggraeni (2008: 142). Keuntungan sumber energi alternatif yaitu antara lain : 1) Tidak akan habis walaupun dipakai terus-menerus. 2) Energi yang dihasilkan sangat besar. 3) Tidak mencemari lingkungan. Kerugian sumber energi alternatif yaitu antara lain : 1) Membutuhkan biaya yang besar untuk memperolehnya. 2) Membutuhkan teknologi yang tinggi untuk mengubah energi alternatif mejadi energi yang dapat digunakan. 3) Ketersediaan energi alternatif dipengaruhi oleh musim. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja (Saptorini dkk, 2013: 31). Makhluk hidup dan benda membutuhkan energi dalam melangsungkan kehidupan dan kerja, sehingga energi dapat dilihat dan dirasakan pengaruhnya. Matahari menjadi sumber dari sebagian besar energi di bumi (Saptorini dkk, 2013: 31). Perubahan energi yang terjadi pada matahari diubah menjadi energi lain oleh makhluk hidup. Misalnya energi panas dan cahaya dari matahari diubah menjadi

23


energi kimia oleh tumbuhan, kemudian tumbuhan dimakan manusia yang akan diubah dari energi kimia menjadi energi kinetik atau gerak. Energi tidak dapat dibentuk dan dihilangkan, melainkan dapat diubah menjadi bentuk energi lain. Sumber energi adalah segala sesuatu yang dapat menghasilkan energi (Saptorini dkk, 2013: 41). Energi yang dihasilkan dari sumber energi dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber energi yaitu matahari, aliran air, aliran angin, listrik, minyak bumi dan gas, panas bumi, baterai, serta makanan. Pada penelitian ini akan membahas sumber energi aliran air, aliran angin, matahari, dan panas bumi sesuai dengan kompetensi dasar kurikulum 2013. Energi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu energi cahaya, energi panas, energi gerak, energi bunyi, energi listrik, dan energi kimia (Saptorini dkk, 2013: 39). Pada penelitian ini membahas energi gerak, energi panas, dan energi listrik. Energi gerak dihasilkan oleh aliran angin dan aliran listrik yang dapat menggerakkan benda-benda. Matahari merupakan sumber energi terbesar yang menghasilkan energi panas dan cahaya. Energi lsitrik merupakan energi yang dapat membuat benda-benda bekerja sehingga membantu manusia dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Energi listrik merupakan salah satu energi yang terpenting dalam kehidupan manusia yang dapat dirasakan dan dilihat pengaruhnya (Saptorini dkk, 2013: 88). Pengaruh energi listrik terlihat dari benda-benda di sekitar yang dapat bekerja seperti lampu, televisi, radio, mesin cuci, komputer, dan kipas angin. Listrik dihasilkan oleh generator di pembangkit listrik. Generator digerakkan dengan membakar bahan bakar untuk melepaskan energi yang dapat menghasilkan air dan uap. Uap-uap yang dihasilkan dapat menjaga turbin pada generator tetap berputar. Energi listrik memberi manfaat yang besar dalam kehidupan manusia (Saptorini dkk, 2013: 88). Hampir setiap orang menggunakan energi listrik untuk membantu pekerjaan sehari-hari. Peralatan disekitar yang menggunakan energi listrik misalnya lampu, lampu dapat menyala karena energi listrik mengalir ke lampu sehingga arus listrik diubah menjadi energi cahaya dan energi panas. Penggunaan energi listrik yang tidak semestinya dapat membahayakan keselamatan

manusia

(Saptorini

dkk,

2013:

89).

Contoh

yang

dapat

24


membahayakan manusia yaitu menggunakan peralatan listrik di sekitar air dan menyentuh sakelar atau stop kontak dengan tangan basah. Tubuh manusia mengandung banyak air sehingga dapat mengalirkan arus listrik (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015: 71). Benda yang basah dan mengandung air dapat mengalirkan arus listrik, sehingga manusia dapat tersetrum arus listrik. Energi sangat penting bagi kehidupan makhluk yang ada di Bumi. Kegiatan sehari-hari banyak menggunakan energi yang tidak dapat diperbarui, seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Sumber energi ini semakin lama semakin berkurang jumlahnya di alam. Oleh karena itu, perlu dilakukan penghematan energi. Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan (Saptorini, 2013: 79). Penghematan energi dapat dilakukan mulai dari diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Penghematan energi tidak hanya dengan menghemat penggunaan listrik saja, tetapi pada semua energi di bumi. Sumber energi yang ada di bumi dapat berupa batu bara, minyak bumi, gas bumi, bahan makanan, dan air. Jumlah sumber energi ini terbatas, ada yang dapat diperbaharui dan ada yang tidak sehingga ketersediaannya tidak sesuai dengan pengguna energi (Oktoviani, 2008: 52). Oleh karena itu, perlu dibiasakan perilaku hemat energi. Berikut beberapa sikap atau perilaku yang termasuk dalam penghematan energi: a. Penghematan listrik: menggunakan lampu tidur pada malam hari atau mematikan lampu ketika tidur, mematikan lampu listrik di siang hari, mematikan TV jika sudah tidak ditonton, mematikan alat listrik lain jika sudah tidak digunakan, menggunakan cahaya matahari sebagai sumber cahaya ketika di pagi hari, dan menggunakan lampu hemat energi, b. Penghematan Air: mematikan keran jika bak mandi sudah penuh, menggunakan air bekas mencuci untuk menyiram halaman, dan menggunakan air seperlunya,

25


c. Pengematan BBM (Bahan Bakar Minyak): menggunakan kompor minyak seperlunya, matikan kompor jika tidak digunakan, menggunakan kompor hemat energi,

mematikan mesin motor atau mobil jika tidak digunakan,

menggunakan sepeda atau berjalan kaki jika bepergian dalam jarak dekat, dan menggunakan kendaraan umum ketika bepergian (Saptorini, 2013: 80).

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan 2.2.1 Penelitian-penelitian Mengenai Problem Based Learning Zegnilagic, Sabeta, & Nuic (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh PBL terhadap prestasi siswa pada mata pelajaran kimia di sekolah dasar. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui efisiensi pengaruh penerapan PBL pada siswa sekolah dasar tingkat kedelapan dengan materi senyawa kimia dibandingkan dengan metode konvensional yang didasarkan pada teaching center. Metode penelitian dalam penelitian ini yaitu menggunakan pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sampel yang digunakan yaitu siswa sekolah dasar di Sarajevo yang berjumlah 51 anak yang kemudian dibagi dalam dua kelompok berdasarkan pengetahuannya mengenai kimia. Hasil dari penelitian ini yaitu kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama meskipun kelompok eksperimen memiliki mean (M = 2,80) lebih besar daripada kelompok kontrol (M = 2,72). Setelah dilakukan treatment lalu posttest, hasil posttest menunjukkan adanya peningkatan skor pada kedua kelompok, namun peningkatan skor kelompok eksperimen dengan mean = 3,84 lebih besar dari kelompok kontrol dengan mean = 2,84. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penggunaan PBL lebih efisien daripada metode konvensional yang didasarkan pada teaching center. Sungur dan Tekkaya (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan PBL dan pengajaran tradisional pada pembelajaran regulasi diri. Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh penggunaan PBL dan pengajaran tradisional pada pembelajaran regulasi diri. Metode penelitian ini yaitu menggunakan desain kuasi eksperimental dengan variabel independen yaitu model PBL dan pengajaran tradisional serta variabel dependen yaitu hasil skor siswa pada MSLQ (Motivated Strategies for Learning Questionnaire). Sampel

26


yang digunakan pada penelitian ini yaitu 61 anak yang terdiri dari 39 laki-laki dan 22 perempuan dari tingkat sepuluh pada dua kelas yang memiliki guru biologi yang sama. Pada kelompok kontrol sebanyak 31 anak dan pada kelompok eksperimen sebanyak 30 anak. Hasil dari penelitian ini yaitu siswa yang diberikan perlakuan dengan model PBL mendapat hasil yang lebih tinggi dari tes yang diberikan (MSLQ) dengan menggunakan kolaborasi antara strategi belajar, berpikir kritis, metakognisi regulasi diri, bekerja dalam kelompok daripada kelompok kontrol. Inel dan Balim (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan PBL pada sains dan teknologi terhadap prestasi siswa dan level dari penataan konsep. Tujuan dari penelitian ini yaitu menyelidiki dampak dari penggunaan PBL pada sains dan teknologi terhadap prestasi siswa sekolah dasar dan level dari penataan konsep siswa pada materi “Sistem pada Tubuh Kita”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuasi eksperimental dengan desain nonequivalent dan tipe pretest-posttest control group design. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 41 siswa sekolah dasar di Turkey pada tingkat tujuh. Hasil dari penelitian ini yaitu adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok eksperimen yang ditandai dengan nilai siswa pada tes prestasi akademik dan pertanyaan terbuka yang mengidentifikasi level penataan konsep mereka.

2.2.2 Penelitian-penelitian Mengenai Berpikir Kritis Othman, Sahamid, dan Zulkefli (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh kompetisi debat terhadap kemampuan berpikir kritis antara pelajar bahasa asing Malaysia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetisi debat terhadap kemampuan berpikir kritis antara pelajar bahasa asing Malaysia. Metode dari penelitan ini yaitu pre-post tentang berpikir kritis. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 40 pelajar bahasa yang berusia 16 tahun. Hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis mereka sebelum dan sesudah kompetisi debat dilakukan. Alghafri dan Ismail (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh mengintegrasikan daya kreasi dan berpikir kritis pada pemikiran siswa di sekolah.

27


Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menyelidiki pengaruh berpikir pada kemampuan berpikir siswa sekolah dasar. Metode penelitian ini yaitu desain kuasi eksperimental dan menggunakan pretest-posttest. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 68 siswa Malaysia pada dua sekolah dasar. Hasil dari penelitian ini yaitu ada perbedaan yang signifikan pada skor pretest dan posttest antara kelompok kontrol dan eksperimen. Nezami (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaran kooperatif pada kemampuan berpikir kritis siswa SMA. Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari pengaruh dari pembelajaran kooperatif pada kemampuan berpikir kritis siswa SMA Malayer. Penelitian ini menggunakan metode semieksperimental. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 116 siswa dengan 64 siswa pada kelompok eksperimen dan 52 siswa pada kelompok kontrol. Hasil dari penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan dari pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMA Malayer (p = 0,01). Penelitian-penelitian yang relevan di tersebut menggunakan populasi siswa SD, SMP, dan SMA dengan PBL sebagai variabel independen penelitian. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model PBL berpengaruh terhadap variabel dependen. Meskipun demikian, belum banyak penelitian yang menggunakan variabel dependen berupa kemampuan eksplanasi dan regulasi diri. Hal ini dibuktikan melalui beberapa hasil penelitian yang relevan tentang kemampuan berpikir kritis yang tidak memilah-milah lebih dalam tentang kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri siswa kelas IV di SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta.

28


2.2.3 Literature Map Berikut ini adalah literature map dari penelitian yang relevan dan sudah dijelaskan sebelumnya. Problem Based Learning

Zegnilagic, Sabeta, & Nuic (2015) Problem Based Learning - Prestasi siswa pada mata pelajaran kimia di sekolah dasar

Kemampuan Eksplanasi dan Regulasi Diri

Othman, Sahamid, & Zulkefli (2015) Kompetisi debat - Kemampuan berpikir kritis.

Sungur & Tekkaya (2006) Problem Based Learning dan pengajaran tradisional - pembelajaran regulasi diri

Alghafri & Ismail (2014) Mengintegrasikan daya kreasi dan berpikir kritis - Pemikiran siswa di sekolah

Inel & Balim (2010) Problem Based Learning - Prestasi siswa dan level dari penataan konsep

Nezami (2013) Pembelajaran kooperatif kemampuan berpikir kritis siswa SMA

Yang akan diteliti: Model Problem Based Learning – Kemampuan Eksplanasi dan Regulasi Diri

Gambar 2.5 Literature Map

2.3 Kerangka Berpikir Teori perkembangan anak menurut Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif anak terbagi dalam 4 tahap yaitu tahap sensorimotor (dari lahir sampai 2 tahun), tahap praoperasional (2 sampai 7 tahun), tahap operasional konkret (7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (11 hingga dewasa). Perkembangan kognitif anak usia SD berada pada tahap operasional konkret. Tahap ini ditandai dengan adanya penalaran yang logis namun hanya dalam situasi yang nyata/konkret. Untuk mendukung perkembangan kognitif ini dibutuhkan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang diduga

29


tepat digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak tersebut yaitu model PBL. Model PBL adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan, memandirikan siswa, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis. Model ini didasarkan pada perspektif kognitif konstruktif yaitu bahwa pelajar terlibat aktif dalam proses mendapatkan informasi dan interaksi sosial dengan orang lain memacu pengkonstruksian ide-ide baru. PBL memiliki banyak keunggulan, salah satunya yaitu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang menyatakan bahwa siswa diharapkan memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi/berpikir kritis. Facione membagi kemampuan berpikir kritis pada dimensi kognitif menjadi 6 kemampuan yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, eksplanasi, dan regulasi diri. Penelitian ini hanya akan fokus pada dua kemampuan yaitu eksplanasi dan regulasi diri. Kemampuan eksplanasi yaitu kemampuan menguraikan dasar-dasar suatu penalaran dengan pertimbanganpertimbangan yang kuat. Indikator-indikator untuk kemampuan eksplanasi yaitu menjelaskan pernyataan yang tepat dari hasil analisis, menjelaskan alasan mengambil posisi tertentu, dan menjelaskan cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Kemampuan regulasi diri yaitu kemampuan yang secara sadar memonitor aktivitas kognitifnya sendiri, unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dan hasil-hasilnya sehingga dapat mempertanyakan, menegaskan, atau mengoreksi cara berpikirnya sendiri. Indikator-indikator untuk kemampuan regulasi diri yaitu membuat penilaian diri terhadap gagasan sendiri, menilai kembali data-data yang digunakan, dan menguji pandangan sendiri terhadap suatu masalah. Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaranpembelajaran di SD. Salah satu mata pelajaran yang perlu dikritisi adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) karena memiliki cakupan materi yang luas. IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan segala isinya. Ruang lingkup dalam IPA untuk SD terbagi dalam beberapa konsep. Salah satu konsep yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari dan dapat dikritisi yaitu konsep mengenai energi. Penelitian ini akan mengimplementasikan model

30


PBL pada mata pelajaran IPA dengan konsep tentang energi. Konsep tersebut memiliki

3

materi

pokok

yaitu

macam-macam

energi

alternatif

dan

pemanfaatannya, perubahan energi dan bahaya penggunaan energi listrik, serta hemat energi. Pembelajaran pada anak usia SD sebaiknya memfasilitasi siswa untuk berperan aktif di dalam kelas melalui aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan sehari-harinya. Model PBL mampu mewujudkan hal tersebut karena model ini menggunakan masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan harus dicari jawabannya oleh siswa secara aktif bersama kelompok. PBL bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis yang berkembang akan membuat anak mampu merefleksikan permasalahan secara lebih mendalam, melihat sesuatu dari berbagai perspektif, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang, dan tidak menerima ide-ide begitu saja. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran IPA di SD karena pembelajaran IPA memiliki cakupan materi yang luas sehingga banyak yang dapat dikritisi. Jika model PBL diterapkan dalam pembelajaran IPA, maka penerapan model ini akan berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri siswa sesuai dengan materi yang dipelajari.

2.4 Hipotesis Penelitian 2.4.1

Penerapan model Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta tahun pelajaran 2016/2017.

2.4.2

Penerapan model Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap kemampuan regulasi diri pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta tahun pelajaran 2016/2017.

31


BAB III MODEL PENELITIAN

Bab III ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data. Bagian-bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian quasi experimental dengan tipe non-equivalent control group design. Model penelitian eksperimen adalah pendekatan tradisional untuk melaksanakan penelitian kuantitatif. Model ini digunakan untuk menguji suatu ide (praktik atau prosedur) untuk menentukan apakah ide tersebut mempengaruhi hasil atau variabel dependen. Pengaruh ini dinilai dengan cara menerapkan treatment tertentu pada satu kelompok (sering disebut kelompok treatment) dan tidak menerapkannya pada kelompok yang lain (sering disebut kelompok kontrol) lalu menentukan bagaimana dua kelompok tersebut menentukan hasil akhir. Peneliti menggunakan model ini ketika peneliti ingin menetapkan kemungkinan sebab-akibat antara varibel independen dan dependen. Hal tersebut berarti peneliti berusaha mengontrol semua variabel yang mempengaruhi hasil kecuali variabel independen. Ketika variabel independen itu mempengaruhi variabel dependen, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen “menyebabkan” atau “barangkali menyebabkan” variabel dependen. (Creswell, 2015: 576). Penelitian ini menggunakan bentuk desain quasi experimental. Quasi experimental memiliki ciri-ciri yaitu tidak menempatkan sampel secara random, memiliki dua atau lebih kelompok atau individu yang diperbandingkan, memiliki satu intervensi atau lebih, pengukuran variabel dependen hanya dilakukan satu kali, dan menggunakan kontrol pre- dan pasca-tes, pas-cates. Desain ini tidak menempatkan sampel secara random karena peneliti tidak dapat menciptakan kelompok buatan untuk eksperimen. Oleh karena itu, peneliti sering menggunakan kelompok utuh seperti sekolah, perguruan tinggi, atau distrik sekolah dalam

32


penelitiannya. Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi

sepenuhnya

untuk

mengontrol

variabel-variabel

luar

yang

mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Cohen, 2007: 275). Tipe yang digunakan yaitu nonequivalent control group design yang hampir sama dengan pretestpostest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Pada dua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pretest dan posttest. Hanya kelompok eksperimen saja yang diberi perlakuan (Sugiyono, 2015: 116). Dalam quasi experimental, peneliti memberikan perlakuan eksperimen dan kontrol kepada kelompok-kelompok utuh, memberikan pra-tes kepada kedua kelompok, melaksanakan kegiatan perlakuan eksperimental hanya dengan kelompok eksperimen, dan memberikan pasca-tes untuk melihat perbedaan di antara kedua kelompok (Creswell, 2015: 607-608). Champbell dan Stanley menjelasakan pengaruh perlakuan dihitung dengan menggunakan tiga cara, yaitu 1) skor posttest dikurangi skor pretest pada kelompok eksperimen menghasilkan skor 1, 2) skor posttet dikurangi skor pretest pada kelompok kontrol menghasilkan skor 2, dan 3) skor 1 dikurangi skor 2. Menurut terminologi di atas, maka pengaruh perlakuan dari penelitian ini dihitung dengan rumus (O2 – O1) – (O4 – O3). Jika hasil dari perhitungan tersebut negatif maka pengaruh perlakuan juga negatif (Cohen, 2007: 276-277). Gambar desain dari penelitian ini sebagai berikut. O1 X O2 -------------------------O3 O4 Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sumber: Sugiyono, 2015: 116)

Keterangan : X

= Treatment atau perlakuan dengan model PBL

O1

= Rerata skor pretest kelompok eksperimen

O2

= Rerata skor posttest kelompok eksperimen

O3

= Rerata skor pretest kelompok kontrol

O4

= Rerata skor posttest kelompok kontrol

33


Garis putus-putus pada gambar desain penelitian di atas memiliki arti bahwa cara penentuan kelompok tidak menggunakan cara random, namun dengan mengambil kelompok-kelompok utuh yang sudah ada. Selain itu, garis putusputus tersebut juga memiliki fungsi untuk memisahkan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Cohen, 2007: 283). Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang tidak dipilih secara random. Kelompok kontrol pada penelitian ini adalah siswa kelas IV C yang berjumlah 30 siswa dan kelompok eksperimennya yaitu kelas IV B yang berjumlah 26 siswa. Sebelum mendapat perlakuan (treatment), kedua kelompok diberikan pretest yang bertujuan untuk mengetahui keadaan awal kedua kelompok. Setelah dilakukan pretest, kedua kelompok mendapatkan perlakuan yang berbeda, kelompok eksperimen mempelajari materi IPA dengan model Problem Based Learning dan kelompok kontrol mempelajari materi IPA dengan metode tradisional. Setelah itu, kedua kelompok diberikan posttest yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau treatment yang sudah dilakukan kepada kelompok eksperimen.

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta yang beralamat di Jalan Flamboyan No. 11 Perumnas Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55283. SD N Perumnas merupakan SD dengan murid paling banyak di kelurahan Condongcatur. SD N Perumnas Condongcatur berada di pinggiran kota sehingga rerata siswa berasal dari keluarga kalangan menengah ke atas dengan berbagai jenis pekerjaan. Fasilitas yang ada di sekolah ini cukup memadai seperti laboratorium komputer, laboratorium IPA, perpustakaan, UKS, mushola, ruang karawitan, dan Kantin. Untuk mengembangkan bakat siswa SD N Perumnas Condongcatur memiliki beberapa kegiatan ekstrakurikuler, yaitu pramuka, komputer, karawitan, TPA, karate, dan drumband. Peneliti memilih SD N Perumnas Condongcatur sebagai tempat penelitian karena

SD

ini

menggunakan

kurikulum

2013

dan

belum

pernah

mengimplementasikan model pembelajaran Problem Based Learning. Sekolah Dasar ini juga memiliki kelas paralel sehingga tepat jika digunakan untuk

34


penelitian eksperimen. SD N Perumnas Condongcatur merupakan SD yang memiliki kelas paralel A, B, dan C dari kelas 1 hingga 5, sedangkan di kelas 6 hanya ada kelas A dan B sehingga jumlah keseluruhan kelas ada 17 kelas. Tiap kelas di SD ini rerata berjumlah 25-30 siswa. Jumlah seluruh siswa dari kelas 1 hingga 6 sebanyak 460 siswa. Jumlah siswa tersebut dilayani oleh 22 guru kelas dan 11 karyawan. SD N Perumnas Condongcatur memiliki banyak prestasi yang dicapai. Selama tahun 2016, SD N Perumnas Condongcatur mendapat 6 piala untuk kejuaraan yang telah dimenangkan yaitu Juara II Bola Voli Mini SeKabupaten Sleman, Juara II Lomba Keluwesan Putri untuk Memperingati Hari Kartini Tingkat Kelas IV-VI, Juara III Lomba Bernyanyi Solo Putra BKSN 2016, Juara III Karate Putri O2SN IX SD/MI, dan Juara II Voli Putri O2SN IX SD/MI.

3.2.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Waktu pengambilan data disesuaikan dengan jadwal kalender pendidikan SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta yaitu dimulai pada tanggal 19 September 2016 sampai pada tanggal 11 Oktober 2016. Lama waktu pengambilan data pretest dan posttest dalam rentang waktu dua minggu. Berikut ini adalah tabel jadwal pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti di SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta. Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data Kelompok Kontrol

Eksperimen

Alokasi Waktu 2 x 35 menit 3 x 35 menit

Hari, tanggal Senin, 19 September 2016 Jumat, 23 September 2016

3 x 35 menit

Sabtu, 24 September 2016

3 x 35 menit

Senin, 26 September 2016

2 x 35 menit 2 x 35 menit 2 x 35 menit 3 x 35 menit

Selasa, 27 September 2016 Jumat, 7 Oktober 2016 Senin, 19 September 2016 Rabu, 28 September 2016

3 x 35 menit

Kamis, 29 September 2016

Materi Mengerjakan pretest Pertemuan I (Macammacam energi dan pemanfaatannya) Pertemuan II (Perubahan energi dan bahaya penggunaan energi listrik) Pertemuan III (Hemat energi) Mengerjakan posttest I Mengerjakan Posttest II Mengerjakan pretest Pertemuan I (Macammacam energi dan pemanfaatannya) Pertemuan II (Perubahan energi dan

35


3 x 35 menit

Jumat, 30 September 2016

2 x 35 menit 2 x 35 menit

Sabtu, 1 Oktober 2016 Selasa, 11 Oktober 2016

bahaya penggunaan energi listrik) Pertemuan III (Hemat energi) Mengerjakan posttest I Mengerjakan Posttest II

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudain ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2015: 297). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV di SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta yang berjumlah 82 siswa terdiri dari 45 siswa laki-laki dan 37 siswa perempuan.

3.3.2 Sampel Creswell (2015: 288) menjelaskan bahwa sampel adalah subkelompok dari populasi yang direncanakan oleh peneliti untuk menggeneralisasikan tentang populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas IV B sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 26 siswa dan kelas IV C sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 30 siswa. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan desain non probability sampling dengan tipe convenience sampling. Dalam convenience sampling, pengambilan sampel menggunakan kelas yang sudah tersedia karena keterbatasan administrasi untuk memilih secara acak (Best & Kahn, 2006: 18-19). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara melakukan undian. Guru mitra merupakan guru kelas IV C yang mempunyai peran untuk memberikan pelajaran bagi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pembelajaran pada kedua kelompok dilakukan oleh guru yang sama agar tidak terjadi kesenjangan atau perbedaan kemampuan guru dalam mengajar masing-masing kelompok sedangkan peneliti menjalankan tugasnya sebagai pengamat selama pembelajaran 36


berlangsung. Pemilihan guru mitra dilakukan untuk mengurangi faktor bias dalam penelitian ini.

3.4 Variabel Penelitian Variabel adalah ciri khusus atau atribut seseorang atau organisasi yang dapat diukur dan bervariasi. Variabel yang dapat diukur memiliki arti yaitu dapat diakses pada diamati/diobservasi pada suatu instrumen. Variabel yang bervariasi memiliki arti yaitu dapat memiliki nilai atau skor berbeda untuk individu yang berbeda (Creswell, 2015: 234). Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Jenis tersebut digunakan dalam penelitian ini karena sesuai dengan tujuan penelitian eksperimen yaitu melihat suatu pengaruh.

3.4.1 Variabel Independen Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent atau dalam bahasa Indonesia sering disebut variable bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat) (Sugiyono, 2015: 39). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu model Problem Based Learning (PBL). Model Problem Based Learning yang digunakan memiliki lima langkah yaitu mengorientasikan peserta didik terhadap masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan

dan

menyajikan

hasil

karya,

dan

menganalisis

serta

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

3.4.2 Variabel Dependen Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen, atau dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2015: 39). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan eksplanasi dan regulasi diri.

37


Variabel Independen

Variabel Dependen Kemampuan eksplanasi

Model Problem Based Learning (PBL)

Kemampuan regulasi diri Gambar 3.2 Variabel Penelitian

3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes. Indrakusuma (dalam Arikunto, 2005: 32) menjelaskan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara cepat dan tepat. Penjelasan lain dari Arikunto (2005: 33) tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang bersifat resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Berdasarkan dua pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat atau prosedur yang bersifat resmi dan digunakan untuk memperoleh informasi yang diinginkan. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes essai. Nurkancana dan Sumartana (dalam Purwanto, 2008: 70-71) menjelasakan bahwa tes essai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Dibandingkan dengan tes objektif, soal essai memiliki beberapa keunggulan yaitu kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi dan memberi kesempatan pada siswa untuk menyusun jawaban yang sesuai dengan jalan pikirannya

sendiri.

Pengumpulan data dilakukan

dengan

memberikan soal essai yang sama melalui pretest dan posttest terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk mengukur kemampuan eksplanasi dan regulasi diri menggunakan dua soal uraian. Pretest akan dilakukan sebelum pembelajaran diberikan dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan awal setiap kelompok yang akan digunakan untuk penelitian. Setelah dilakukan pembelajaran yang berbeda pada masing-masing kelompok kemudian dilakukan posttest pada masing-masing kelompok untuk mengetahui perbedaan kemampuan sebelum dan sesudah pembelajaran. Semua instrumen penelitian maupun media yang akan digunakan selama proses pembelajaran disiapkan oleh

38


peneliti. Guru kelas akan melaksanakan pembelajaran dan peneliti bertugas sebagai observer selama pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk menjaga obyektifitas penelitian. Untuk mengetahui sensitivitas penelitian, peneliti akan memberikan posttest II yang akan dilaksanakan dengan jarak kurang lebih dua minggu dari posttest I. Berikut ini adalah pemetaan instrumen pengumpulan data yang akan digunakan. Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian No. 1

Kelompok Kontrol

Variabel Eksplanasi

Regulasi Diri

2

Eksperimen

Eksplanasi

Regulasi Diri

Data Skor pretest Skor posttest I Skor posttest II Skor pretest Skor posttest I Skor posttest II Skor pretest Skor posttest I Skor posttest II Skor pretest Skor posttest I Skor posttest II

Instrumen Soal essai nomor 5

Soal essai nomor 6

Soal essai nomor 5

Soal essai nomor 6

Selain menggunakan tes tertulis, peneliti juga menggunakan pengumpulan data dengan teknik nontes. Krathwohl (2004: 546) menjelaskan bahwa setiap penelitian eksperimental sebaiknya dilengkapi dengan elemen kualitatif untuk membantu memahami sudut pandang subjek yang diteliti. Peneliti menggunakan teknik nontes dengan metode triangulasi yaitu melakukan observasi selama pembelajaran di kelas kontrol maupun eksperimen, wawancara dengan guru dan siswa pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan, serta dokumentasi berupa foto-foto selama pembelajaran di kelas kontrol maupun eksperimen.

3.6 Instrumen Penelitian Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen penelitian untuk

mengumpulkan

data.

Instrumen

penelitian

disusun

berdasarkan

operasionalisasi variabel yang telah dibuat dengan disusun berdasarkan skala yang sesuai. Fungsi instrumen adalah untuk mengungkapkan fakta manjadi data. Benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data (Indrawan, 2014: 112-113). Instrumen dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh

39


peneliti. Validitas dan reliabilitasnya juga dihitung sendiri oleh peneliti. Jumlah instrumen tergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti. Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah tes essai. Penelitian ini menggunakan kurikulum 2013 yang menggunakan Kompetensi Inti 1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya; 2. Menerima perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru; 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatanya, dan bendabenda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain; 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, logis, dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Kompetensi dasar khususnya pada mata pelajaran IPA yang digunakan adalah 1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad

raya

terhadap

kebesaran

Tuhan

yang

menciptakannya,

serta

mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya; 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; obyektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi; 3.5 Memahami berbagai bentuk sumber energi dan sumber energi alternatif (angin, air, matahari, panas bumi, bahan bakar organik, dan nuklir) dalam kehidupan sehari-hari; 4.5 Menyajikan laporan hasil pengamatan dan penelusuran informasi tentang berbagai bentuk energi. Instrumen ini memiliki 6 soal essai yang masing-masing nomor mewakili tingkat pemahaman yaitu interpretasi, analisis, eveluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Instrumen ini digunakan oleh tiga peneliti yang masing-masing meneliti dua kemampuan. Tes essai yang digunakan oleh peneliti memuat dua kemampuan yaitu kemampuan eksplanasi dan kemampuan regulasi diri yang terdiri dari 2 soal essai yaitu nomor 5 dan 6. Berikut matriks pengembangan instrumen pada penelitian ini.

40


Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen No

Variabel

Aspek

1

Eksplanasi

2

Regulasi Diri

Menjelaskan hasil penalaran Membenarkan prosedur yang digunakan Memaparkan argumenargumen yang digunakan Refleksi diri

Koreksi diri

Indikator Menjelaskan pernyataan yang tepat dari hasil analisis. Menjelaskan alasan mengapa mengambil posisi tertentu Menjelaskan cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan

No. Soal 5

Membuat penilaian diri terhadap gagasan sendiri Menilai kembali data-data yang digunakan Menguji pandangan sendiri terhadap masalah mengenai penghematan energi

6

3.7 Teknik Pengujian Instrumen Instrumen ini diujicobakan sebelum diberikan kepada responden yang akan digunakan dalam penelitian. Pengujian instrumen ini bertujuan untuk menghindari soal-soal yang kurang dimengerti oleh responden atau bermakna ganda. Teknik pengujian instrumen dalam penelitian ini berupa uji validitas dan reliabilitas agar didapatkan kesimpulan atau hasil yang valid dan reliabel. Berikut ini penjabaran uji validitas dan uji reliabilitas instrumen.

3.7.1 Validitas Anderson (Arikunto: 2005: 65) menyebutkan bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Jika pernyataan tersebut dibalik instrumen evaluasi dituntut untuk valid karena diinginkan dapat diperoleh data yang valid. Dengan kata lain, instrumen evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi valid (Arikunto, 2003: 64). Validitas instrumen yang berupa tes harus memenuhi validitas konstruk (construct validity) dan validitas isi (content validity) (Sugiyono, 2015: 176). Oleh karena itu, dalam penelitian ini validitas yang digunakan yaitu validitas isi (content validity), validitas muka (face validity), dan validitas konstruk (construct validity). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi (content validity) apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran

41


yang diberikan (Arikunto, 2005: 67). Validitas isi dicapai dengan meminta para ahli atau expert judgement untuk melakukan penilaian (Creswell, 2015: 327). Validitas isi dalam penelitian ini diperoleh dari pendapat tiga ahli materi, yaitu dosen mata kuliah IPA, dosen mata kuliah Pendidikan Fisika dan guru kelas IV. Hasil validitas isi yang dilakukan oleh para ahli dapat dilihat pada lampiran 3.4. Pada instrumen nomor 5a mendapat rerata skor sebesar 4 dengan komentar bahwa instrumen nomor 5a sudah baik. Instrumen nomor 5b mendapat skor rerata sebesar 4 dengan komentar bahwa instrumen nomor 5b sudah baik. Instrumen 5c mendapat skor rata-rta 3,67 dengan komentar bahwa rubrik penilaian sebaiknya disesuaikan dengan kunci dan soal. Pada instrumen nomor 6a mendapat skor rerata sebesar 4 dengan komentar bahwa instrumen 6a sudah baik. Instrumen nomor 6b mendapat skor rerata sebesar 3,67 dengan komentar bahwa rubrik penilaian sebaiknya disesuaikan dengan kunci dan soal. Instrumen nomor 6c mendapat skor rerata sebesar 4 dengan komentar bahwa instrumen nomor 6c sudah baik. Rerata skor dari validator 1 untuk semua variabel yaitu 3,94 yang berarti bahwa instrumen penelitian layak diimplementasikan tanpa perbaikan, validator 2 yaitu 3,83 yang berarti bahwa instrumen penelitian layak diimplementasikan dengan perbaikan, dan validator 3 yaitu 3,83 yang berarti bahwa instrumen penelitian layak diimplementasikan dengan perbaikan. Validitas muka (face validity) adalah kejelasan tampilan soal. Validitas muka diperoleh dengan cara mengujikan soal pada 6 siswa kelas IV A di SD N Perumnas Condongcatur. Pemilihan keenam siswa berdasarkan rekomendasi guru dengan kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Pengerjaan soal dilaksanakan pada 25 Agustus 2016 dengan waktu 2 x 35 menit. Selama mengerjakan soal, siswa juga ditanya mengenai kemampuan memahami kalimat soal. Beberapa kata yang belum dipahami siswa yaitu pada soal nomor 2 dengan kata “prinsip” yang diubah oleh peneliti menjadi “cara kerja”. Validitas konstruk dicapai dengan uji empiris untuk memastikan adanya keterkaitan yang jelas dari item tes. Uji empiris dilakukan pada minimal 30 responden agar mendapatkan distribusi data normal (Field, 2009: 42). Peneliti mengujikan instrumen soal di kelas IV SD N Deresan untuk memperoleh validitas konstruk. Sekolah ini beralamat di jalan Cempaka Blok CT10, Kelurahan

42


Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti memilih SD N Deresan berdasarkan beberapa alasan, yaitu 1) Memiliki akreditasi yang sama dengan SD N Perumnas Condongcatur yaitu A, 2) sekolah ini memiliki kelas paralel, dan 3) sekolah ini juga menggunakan kurikulum 2013. Pengerjaan soal dilaksanakan pada 30 Agustus 2016 dengan waktu 2 x 35 menit. Jumlah responden adalah 30 siswa. Setelah diujikan, soal dihitung validitasnya menggunakan rumus korelasi Pearson karena data berupa interval yang diberi skor 1 sampai 4 (Field, 2009: 177). Peneliti menggunakan program komputer IBM SPSS Statistic 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk menguji validitas konstruk. Terdapat 2 cara untuk menentukan validitas instrumen yaitu dengan membandingkan r tabel dengan r hitung dan membandingkan harga Sig. (2-tailed). Kriteria dalam membandingkan r tabel dengan r hitung yaitu jika r hitung > r tabel maka item dikatakan valid (Sugiyono, 2015: 179). Kriteria dalam membandingkan harga Sig. (2-tailed) yaitu jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka item dikatakan valid, sedangkan jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05, maka item dikatakan tidak valid (Field, 2009: 177-178). Berikut ini adalah tabel hasil uji validitas instrumen penilaian. (lihat Lampiran 3.5) Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen No 1 2 3 4 5 6

Variabel Interpretasi Analisis Evaluasi Kesimpulan Eksplanasi Regulasi Diri

r tabel 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

r hitung 0,733 0,568 0,722 0,557 0,829 0,483

Sig. (2-tailed) 0,000 0,001 0,000 0,001 0,000 0,007

Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Aspek Eksplanasi dan Regulasi Diri Variabel

Indikator

Eksplanasi

Menjelaskan pernyataan yang tepat dari hasil analisis. Menjelaskan alasan mengapa mengambil posisi tertentu Menjelaskan cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan Membuat penilaian diri terhadap gagasan sendiri Menilai kembali data-data yang

Regulasi Diri

Pearson Correlation 0,827

Sig. (2tailed) 0,000

0,675

0,000

Valid

0,876

0,000

Valid

0,653

0,000

Valid

0,624

0,000

Valid

Keputusan Valid

43


digunakan Menguji pandangan sendiri terhadap suatu permasalahan

0,803

0,000

Valid

Tabel 3.4 menunjukkan hasil perhitungan Pearson’s correlation pada variabel eksplanasi mendapat r hitung sebesar 0,829 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Pada variabel regulasi diri mendapat r hitung sebesar 0,483 dan sig. (2tailed) sebesar 0,007. Kedua variabel mendapatkan r hitung yang lebih besar dari r tabel, maka kedua variabel dinyatakan valid. Selain itu, kedua variabel juga mendapat harga Sig. (2-tailed) yang lebih kecil dari 0,05, maka kedua variabel dinyatakan valid. Tabel 3.5 menunjukkan bahwa harga sig. (2-tailed) < 0,05 pada semua indikator, maka semua soal yang menggunakan indikator-indikator di atas dinyatakan valid.

3.7.2 Reliabilitas Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Instrumen tes yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan (Arikunto, 2005: 86). Perhitungan uji reliabilitas dilakukan dengan program komputer IBM SPSS Statistic 22 for Windows dengan analisis Alpha Cronbach. Nunnally (dalam Ghozali, 2009: 46) menjelaskan bahwa suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memenuhi nilai Alpha Cronbach > 0,60. Berikut ini adalah hasil dari uji reliabilitas instrumen. (lihat Lampiran 3.6) Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Uji Reliabilitas Instrumen

Cronbach Alpha 0,720

N 6

Keputusan Reliabel

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh reliabilitas dari keenam variabel yang valid memiliki nilai Alpha Cronbach > 0,60 yaitu sebesar 0,720 sehingga semua instrumen dapat dikatakan reliabel.

44


3.8 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan menghitung data agar dapat disajikan secara sistematis dan dapat dilakukan interpretasi. Sebelum dilakukan analisis data maka harus dipersiapkan variabel dan data-data yang akan dihitung. Pada penelitian kuantitatif, analisis data bisa dilakukan secara manual dengan menghitung menggunakan rumus-rumus statistik atau menggunakan program bantu statistik (Priyatno, 2012: 1). Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan program komputer IBM SPSS Statistic 22 for Windows dengan tingkat kepercayaam 95%. Teknik analisis data dilakukan melalui langkahlangkah berikut ini. 3.8.1 Analisis Pengaruh Perlakuan 3.8.1.1 Uji Normalitas Distribusi Data Priyatno (2012: 132) menjelaskan bahwa uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal atau tidak. Selain itu, uji normalitas data digunakan untuk menentukan jenis statistik yang digunakan untuk melakukan analisis data selanjutnya. Uji normalitas dihitung dengan menggunakan IBM SPSS Statistic 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% dan menggunakan One Samples Kolmogorov Smirnov Test. Hipotesis statistik untuk uji normalitas distribusi data adalah sebagai berikut. Hnull

: Tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas data

Hi

: Ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas data

Kriteria yang digunakan untuk menyimpulkan uji normalitas data adalah jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak artinya tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas data. Dengan kata lain, data terdistribusi normal. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima artinya ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas data. Dengan kata lain, data terdistribusi tidak normal (Field, 2009: 144). Jika data terdistribusi normal maka untuk analisis data selanjutnya menggunakan statistik parametrik, namun jika data tidak terdistribusi normal maka analisis data selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik (Priyatno, 2012: 11).

45


3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok yaitu eksperimen dan kontrol memiliki kemampuan yang sama atau berbeda. Selain itu, uji ini juga digunakan untuk mengontrol ancaman validitas internal penelitian yaitu karakteristik subjek (subject characteristic). Kemampuan awal yang berbeda pada kelompok kontrol dan eksperimen menjadi ancaman besar bagi validitas internal penelitian. Oleh karena itu, salah satu solusinya yaitu dengan menguji hasil pretest kedua kelompok. Jika dalam pretest kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang tidak berbeda, maka bias yang mungkin terjadi dianggap tidak ada (Neuman, 2013: 238). Uji ini dilakukan dengan menguji rerata skor pretest kelompok kontrol dan eksperimen. Jika skor pretest diuji dari dua kelompok yang berbeda, maka menggunakan uji statistik berikut. 1) Jika data terdistribusi normal, maka menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test (Field, 2009: 326), 2) Jika data terdistribusi tidak normal, maka menggunakan statistik non parametrik Mann-Whitney U-test (Field, 2009: 345). Sebelum dilakukan analisis uji perbedaan kemampuan awal perlu dilakukan uji asumsi untuk memeriksa homogenitas variansi dengan Levene’s test dengan kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut. 1) Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 ada homogenitas variansi dari kedua data yang dibandingkan, 2) Jika Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05 tidak ada homogenitas variansi dari kedua data yang dibandingkan (Filed, 2009: 150). Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan dengan program komputer IBM SPSS statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis statistik untuk uji perbedaan kemampuan awal adalah sebagai berikut. Hnull

: Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan skor pretest kelompok eksperimen.

Hi

: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan skor pretest kelompok eksperimen. Kriteria untuk pengambilan keputusan uji perbedaan skor pretest

kelompok kontrol dan eksperimen (Priyatno, 2012: 24) adalah sebagai berikut:

46


1. Jika nilai sig.(2-tailed) > 0,05, maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan skor pretest kelompok ekperimen. Dengan kata lain keduanya memiliki kemampuan awal yang sama. 2. Jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan skor pretest kelompok ekperimen. Dengan kata lain keduannya tidak memiliki kemampuan awal yang sama.

3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri, dengan melihat perbedaan selisih skor posttest I dan pretest dari kedua kelompok. Cohen (2007: 276-277) menjelaskan bahwa uji ini diperoleh dengan cara berikut. 1) mengurangkan skor posttest I dengan skor pretest pada kelompok eksperimen (O2 – O1), 2) mengurangkan skor posttest I dengan skor pretest pada kelompok kontrol (O4 – O3), 3) mengurangkan selisih skor posttest I dengan skor pretest pada kelompok eksperimen dengan selisih skor posttest I dengan skor pretest pada kelompok kontrol (O2 – O1) - (O4 – O3). Data yang akan dianalisis menggunakan skor selisih dari dua kelompok yang berbeda maka menggunakan uji statistik berikut. 1) jika data terdistribusi dengan normal digunakan Independent samples t-tes (Field, 2009: 326), 2) jika data terdistribusi tidak normal digunakan Mann-Whitney U test (Field, 2009: 345). Sebelum dilakukan analisis uji perbedaan kemampuan awal perlu dilakukan uji asumsi untuk memeriksa homogenitas variansi dengan Levene’s test dengan kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut. 1) Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 ada homogenitas variansi dari kedua data yang dibandingkan, 2) Jika Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05 tidak ada homogenitas variansi dari kedua data yang dibandingkan (Field, 2009: 150). Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut.

47


Hnull

: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I pretest pada kelompok kontrol dan kelompok ekperimen.

Hi

: Ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I - pretest pada kelompok kontrol dan kelompok ekperimen. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan (Priyatno, 2012: 24)

adalah sebagai berikut. 1. Jika harga sig.(2-tailed) > 0,05. Hnull diterima dan Hi ditolak Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I-pretest pada kelompok kontrol dan kelompok ekperimen. Dengan kata penerapan model Problem Based Learning tidak berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri. 2. Jika harga sig.(2-tailed) < 0,05. Hnull ditolak dan Hi diterima Artinya ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I-pretest pada kelompok kontrol dan kelompok ekperimen. Dengan kata penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri.

3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri. Besar pengaruh perlakuan dapat dilihat dari effect size. Effect size adalah suatu ukuran objektif dan terstandarisasi untuk mengetahui seberapa besar efek yang dihasilkan (Field, 2009: 56-57). Ada dua cara untuk menghitung besar pengaruh perlakuan yaitu sebagai berikut. 1) jika data terdistribusi normal, maka dapat menggunakan rumus (Field, 2009: 332): r= Gambar 3.3 Rumus Effect Size untuk Distribusi Data Normal

Keterangan : r

= Besar pengaruh (effect size) dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson

t

= Harga uji t

df = Derajat kebebasan (degree of freedom) 48


2) jika data terdistribusi tidak normal, maka dapat menggunakan rumus (Field, 2009: 550): r= Gambar 3.4 Rumus Effect Size untuk Distribusi Data Tidak Normal

Keterangan : r

= besar pengaruh (effect size)

Z

= harga koncersi dari standar deviasi (diambil dari perhitungan statistik non parametrik dari program SPSS

N

= jumlah total responden (dalam hal ini 2 x jumlah siswa) Field (2009: 57) menjelaskan tabel kriteria untuk menentukan effect size

dalam tabel berikut ini. Tabel 3.7 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan r (effect size) 0,10 0,30 0,50

Kategori Efek kecil Efek menegah Efek besar

Persentase Setara dengan 1% pengaruh perlakuan Setara dengan 9% pengaruh perlakuan Setara dengan 25% pengaruh perlakuan

Field (2009: 179) menjelaskan bahwa persentase pengaruh perlakuan dapat dihitung dengan mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang didapat) kemudian dikalikan dengan 100%.

3.8.2 Analisis Lebih Lanjut 3.8.2.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Perhitungan persentase peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase peningkatan kemampuan eksplanasi dan regulasi diri pada kelompok kontrol dan eksperimen. Cara menghitung persentase ini dengan mengurangkan skor posttest I dengan skor pretest, kemudian hasilnya dibagi dengan skor pretest dan dikalikan dengan 100%. Berikut rumus perhitungan persentase peningkatan pretest ke posttest I. Peningkatan

=

X 100%

Gambar 3.5 Rumus Perhitungan Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I

Selanjutnya dilakukan uji signifikansi peningkaran skor pretest ke posttest I untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest

49


ke posttest I baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Data yang akan dianalisis menggunakan skor pretest dan posttest I dari kelompok yang sama, maka menggunakan uji statistik berikut. 1) jika data terdistribusi dengan normal digunakan Paired samples t-tes (Field, 2009: 326), 2) jika data terdistribusi tidak normal digunakan Wilcoxon (Field, 2009: 345). Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan hipotesis statistik sebagai berikut. Hnull

: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Hi

: Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Priyatno (2012: 31) menjelaskan kriteria yang digunakan untuk menarik

kesimpulan adalah sebagai berikut: 1. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kelompok kontrol dan eksperimen. Dengan kata lain tidak ada peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I. 2. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kelompok kontrol dan eksperimen. Dengan kata lain ada peningkatan yang signifikan dari skor pretest ke posttest I. Untuk mengetahui besar persentase dari selisih skor pretest-posttest I (gain score) dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut: Gain Score

=

X 100%

Gambar 3.6 Rumus Gain Score

Fraenkel (2012: 250-251) menjelaskan bahwa frekuensi gain score yang diambil kurang lebih 50% dari skor tertinggi dari selisih pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Grafik poligon pada gain score menunjukkan perbandingan pada rerata antara kedua kelompok.

50


3.8.2.2 Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Uji ini dilakukan untuk mengetahui besar peningkatan efek skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji besar efek peningkatan skor ini menggunakan data hasil analisis paired samples t-test yang dilakukan pada uji signifikansi. Cara menghitung besar efek dan kriteria yang digunakan sama dengan cara menghitung besar efek pada uji besar pengaruh perlakuan (lihat 3.8.1.4).

3.8.2.3 Uji Korelasi Antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara skor pretest dan posttest I positif dan signifikan. Positif memiliki arti bahwa semakin tinggi skor pretest maka semakin tinggi pula skor posttest I. Signifikan memiliki arti bahwa hasil temuan dapat digeneralisasikan untuk populasi. Data yang akan dianalisis menggunakan skor pretest dan posttest I dari kelompok yang sama, maka menggunakan uji statistik berikut. 1) jika data terdistribusi dengan normal digunakan rumus bivariate correlation coefficients yaitu Pearson’s correlation coefficient (Field, 2009: 177), 2) jika data terdistribusi tidak normal digunakan rumus bivariate correlation coefficients yaitu Spearman’s correlation coefficient (Field, 2009: 179). Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan hipotesis statistik sebagai berikut. Hnull

: Tidak ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Hi

: Ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari Priyatno (2012:

45) adalah sebagai berikut: 1. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

51


2. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Analisis dilakukan dengan membandingkan data skor posttest I dan posttest II. Uji retensi pengaruh dianjurkan dilakukan setelah sekian waktu dari posttest I untuk lebih mengetahui sensitivitas perbedaan perlakuan (Krathwohl, 2004: 546). Posttest II dapat dilakukan 2 minggu setelah posttest I. Sebelum dilakukan analisis data, skor posttest II harus dihitung normalitasnya menggunakan Kolmogorov-smirnov. Data yang akan dianalisis menggunakan skor pretest dan posttest I dari kelompok yang sama, maka menggunakan uji statistik berikut. 1) jika data terdistribusi dengan normal digunakan Paired samples t-tes (Field, 2009: 326), 2) jika data terdistribusi tidak normal digunakan Wilcoxon (Field, 2009: 345). Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan hipotesis statistik sebagai berikut. Hnull

: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Hi

: Ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari Priyatno (2009:

31) adalah sebagai berikut: 1. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kelompok kontrol dan eksperimen. 2. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kelompok kontrol dan eksperimen.

52


Untuk mengetahui persentase peningkatan skor posttest I ke posttest II digunakan rumus sebagai berikut. Peningkatan =

x 100%

Gambar 3.7 Rumus Persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posttest II

3.8.3 Persepsi terhadap Perlakuan Krathwohl (2004: 546) menjelaskan bahwa setiap penelitian eksperimental harus memasukkan elemen dari penelitian kualitatif untuk membantu memahami sudut pandang subjek, pelaku treatment, dan observer. Oleh karena itu, pada bagian ini akan disingkap persepsi terhadap perlakuan dengan melakukan teknik triangulasi yang terdiri dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi adalah proses pengumpulan informasi open-ended (terbuka) dengan mengamati orang dan tempat di suatu lokasi penelitian (Creswell, 2015: 422). Observasi mempunyai ciri khusus yaitu tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono, 2015: 203). Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran di kelas kontrol maupun eksperimen. Hasil dari observasi yang telah dilakukan berupa catatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Sugiyono (2015: 194) menjelaskan bahwa wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dengan jumlah responden yang sedikit/kecil. Wawancara terjadi ketika peneliti menanyakan beberapa pertanyaan kepada seorang partisipan atau lebih dan memcatat jawaban mereka (Creswell, 2015: 429). Pada penelitian ini, wawancara dilakukan kepada guru mitra dan 3 siswa dari kelompok eksperimen. Ketiga siswa tersebut terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Pedoman wawancara guru mitra dan siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.8 Pedoman Wawancara dengan Guru No 1 2 3 4 5

Pertanyaan Apakah model pembelajaran yang biasa digunakan untuk mengajar mata pelajaran IPA? Mengapa memilih model pembelajaran tersebut? Apakah sebelumnya Bapak pernah menggunakan model PBL dalam mengajar mata pelajaran IPA? Apakah terdapat kesulitan yang Bapak temui ketika menggunakan model PBL? Bagaimana pendapat Bapak mengenai proses pembelajaran menggunakan model PBL? Apakah model PBL efektif jika diterapkan dalam pembelajaran IPA?

53


6 7

Apakah ada perbedaan dalam hal keaktifan, minat, ataupun konsentrasi antara kelompok kontrol dan eksperimen saat pembelajaran berlangsung. Apa saran Bapak untuk pembelajaran menggunakan model PBL?

Tabel 3.9 Pedoman Wawancara dengan Siswa No Pertanyaan Sebelum Perlakuan 1 Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa? 2 Bagaimana biasanya cara gurumu mengajar IPA? 3 Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? 4 Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan model/metode lain (selain ceramah)? 5 Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 5a, 5b, dan 5c? 6 Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 6a, 6b, dan 6c? 7 Dari soal 5 dan 6, manakah yang kamu anggap paling sulit? Mengapa? Sesudah Perlakuan 1 Bagaimana perasaanmu setelah belajar IPA menggunakan model PBL? 2 Apakah kamu lebih memahami materi IPA dibandingkan sebelumnya? 3 Apakah belajar IPA dengan model PBL lebih menarik daripada metode ceramah? 4 Apakah kamu merasa kesulitan ketika belajar IPA dengan model PBL? Mengapa? 5 Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 5a, 5b, dan 5c? 6 Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 6a, 6b, dan 6c? 7 Apakah belajar IPA dengan model PBL mempermudah kamu untuk mengerjakan soal yang sulit?

Dokumen adalah catatan suatu peristiwa yang sudah berlalu dan dapat berupa tulisan, gambar, atau karya (Sugiyono, 2012: 240). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen nilai siswa dan foto-foto aktivitas siswa saat pembelajaran sedang berlangsung. Nilai siswa diperoleh dari hasil pretest, posttest I, dan posttest II.

54


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan hasil penelitian yang berisi implementasi penelitian, dan pembahasan mengenai pengaruh penerapan model Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri pada mata pelajaran IPA materi energi.

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Implementasi Penelitian Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Penentuan kedua kelompok tersebut dilakukan dengan cara undian yang disaksikan oleh guru mitra serta kepala sekolah. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan desain non probability sampling dengan tipe convenience sampling. Tipe ini merupakan tipe pemilihan sampel yang biasa digunakan untuk penelitian pendidikan dengan menggunakan kelas yang sudah tersedia karena keterbatasan administrasi untuk memilih sampel secara acak (Best & Kahn, 2006: 18-19). Pengundian yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa kelas IV B sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV C sebagai kelompok kontrol. Berikut ini akan dideskripsikan populasi penelitian dan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari tiga kelas yaitu kelas IV A, IV B, dan IV C. Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah kelas IV B dan kelas IV C. Hasil tersebut didapat dari undian yang disaksikan oleh guru dan kepala sekolah. Sampel penelitian yang pertama yaitu kelas IV B sebagai kelompok eksperimen. Jumlah siswa di kelas IV B yaitu 26 anak yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Siswa pada kelompok eksperimen ini rerata berasal dari latar belakang ekonomi menengah. Data siswa menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain wiraswasta, PNS, karyawan swasta,

55


dan buruh. Latar belakang pendidikan orang tua antara lain SD, SMP, SMA, D3, dan D4/S1. Ketika dilakukan treatment, semua siswa hadir di kelas, namun ada beberapa siswa yang tidak hadir ketika pretest sebanyak dua anak dan ketika posttest II sebanyak 1 anak. Peristiwa tersebut dapat menjadi ancaman terhadap validitas internal jenis mortalitas. Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 282) menjelaskan bahwa mortalitas yaitu adanya perbedaan jumlah partisipan pada waktu pretest dan posttest akibat partisipan mengundurkan diri dalam penelitian. Untuk mengatasi hal tersebut solusi yang digunakan adalah data siswa yang tidak hadir tersebut tetap dimasukkan dengan menggunakan rerata skor sebagai data karena siswa-siswa tersebut sudah mendapat treatment. Sampel penelitian yang kedua yaitu kelas IV C sebagai kelompok kontrol. Jumlah siswa kelas IV C yaitu 30 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Data siswa menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain wiraswasta, PNS, karyawan swasta, pedagang kecil, dan pensiunan. Latar belakang pendidikan orang tua antara lain SMP, SMA, D3, D4/S1, dan S2. Ketika dilakukan treatment, semua siswa hadir di kelas, namun ada beberapa siswa yang tidak hadir ketika posttest I sebanyak lima anak dan ketika posttest II sebanyak dua anak. Peristiwa tersebut dapat menjadi ancaman terhadap validitas internal jenis mortalitas. Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 282) menjelaskan bahwa mortalitas yaitu adanya perbedaan jumlah partisipan pada waktu pretest dan posttest akibat partisipan mengundurkan diri dalam penelitian. Untuk mengatasi hal tersebut solusi yang digunakan adalah data siswa yang tidak hadir tersebut tetap dimasukkan dengan menggunakan rerata skor sebagai data karena siswa-siswa tersebut sudah mendapat treatment.

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran Penelitian

dimulai

dengan

pretest

pada

kedua

kelompok

yang

dilaksanakan pada hari Senin, 19 September 2016. Siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mengerjakan soal pretest yang berjumlah 6 butir soal uraian dalam waktu 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Guru memberikan pengarahan kepada siswa tentang langkah-langkah pengerjaan soal sebelum siswa menjawab soal. Siswa juga diperbolehkan untuk bertanya kepada Guru jika ada

56


soal yang kurang dipahami. Guru yang mendampingi siswa selama mengerjakan soal pretest, treatment, mengerjakan soal posttest 1 dan posttest II adalah guru yang sama. Dalam hal ini, peneliti berperan sebagai observer atau pengamat, sehingga peneliti tidak mengambil peran dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti bertugas dalam menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum pelaksanaan treatment dan mendokumentasikan kegiatan treatment. Berikut deskripsi dari implementasi kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode tradisional yaitu metode ceramah. Pembelajaran ini membutuhkan waktu tiga jam pelajaran (3 x 35 menit) untuk setiap pertemuan. Pembelajaran dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan materi pokok tentang energi namun dengan sub materi yang berbeda-beda. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 23 September 2016 pada pukul 07.35-08.45 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu macam-macam sumber energi alternatif. Kegiatan awal yaitu apersepsi oleh guru. Guru melakukan tanya jawab mengenai kelangkaan listrik. Kegiatan inti dilaksanakan dengan memberikan penjelasan kepada siswa tentang macam-macam sumber energi alternatif, pemnafaatan setiap sumber energi serta keuntungan dan kerugian sumber energi alternatif. Siswa menerima materi yang dijelaskan oleh guru mitra dan mencatat hal-hal penting di buku masing-masing. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan guru menyimpulkan dan memberikan umpan balik kepada siswa mengenai sumber-sumber energi alternatif. Pertemuan kedua dilaksanakan hari Sabtu, 24 September 2016 pada pukul 07.00-08.45 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu penggunaan dan bahaya penggunaan energi listrik. Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan apersepsi melalui tanya jawab macam-macam benda di lingkungan sekolah yang menggunakan energi listrik. Kemudian guru menjelaskan tentang penggunaan listrik dalam kehidupan sehari-hari. Setelah memberi penjelasan, siswa menulis penjelasan guru di buku catatan. Kemudian guru menjelaskan penggunaan energi

57


listrik yang tidak tepat dan bahaya yang ditimbulkan. Siswa kembali mencatat penjelasan guru di buku catatan. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari secara bersama-sama. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 26 September 2016 pada pukul 09.05 WIB-10.40 WIB. Materi utama yaitu tentang energi dengan sub materi tentang hemat energi. Kegiatan pembelajaran dibuka dengan doa dan absensi. Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan kegiatan tanya jawab kepada siswa mengenai energi yang digunakan di rumah dan penggunaan energi tersebut. Pada kegiatan inti, siswa mendengarkan ceramah dari guru mengenai alasan manusia harus berhemat energi dan kegiatan sehari-hari yang dapat dilakukan untuk menghemat energi. Guru menuliskan materi yang disampaikan di depan kelas kemudian siswa mencatat pada buku masing-masing. Kegiatan pembelajaran pertemuan ketiga diakhiri dengan menyimpulkan materi tentang hemat energi. Pada hari Selasa, 27 September 2016 siswa pada kelompok kontrol mengerjakan soal posttest I untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima pembelajaran dengan metode ceramah. Pada tanggal 7 Oktober 2016, siswa pada kelompok kontrol mengerjakan soal posttest II untuk mengetahui kembali pemahaman siswa dalam beberapa waktu setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode ceramah. Soal yang dikerjakan siswa pada pretest, posttest I dan posttest II merupakan soal yang sama berjumlah 6 butir soal uraian. Soal nomor 5 digunakan untuk meneliti variabel eksplanasi yang terdiri dari tiga sub soal yaitu 5a, 5b, dan 5c. Soal nomor 6 digunakan untuk meneliti variabel regulasi diri yang terdiri dari tiga sub soal yaitu 6a, 6b, dan 6c.

2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Waktu pelaksanaan pembelajaran pada setiap pertemuan adalah tiga jam pelajaran (3 x 35 menit). Pembelajaran dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dengan materi pokok tentang energi dan sub materi yang berbeda-beda setiap pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan oleh guru mitra di dalam kelas. Pembelajaran di kelas menggunakan model PBL dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pendahuluan berisi salam, apersepsi,

58


motivasi, dan penyampaian tujuan pembelajaran. Kegiatan inti berisi lima langkah yaitu mengorientasi siswa pada masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individual atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kegiatan penutup berisi penegasan, refleksi, dan tindak lanjut terhadap siswa. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 28 September 2016 dari pukul 07.00-08.45 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah sumber energi alternatif. Di kegiatan awal guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kegiatan-kegiatan yang menggunakan energi listrik (apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran (orientasi) dan memotivasi siswa untuk semangat mengikuti kegiatan pembelajaran (motivasi). Selanjutnya, kegiatan inti pertama adalah mengorientasikan siswa pada masalah. Guru memperlihatkan sebuah video berita tentang kelangkaan listrik. Siswa mengamati video berita tersebut. Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai peristiwa kelangkaan listrik yang pernah terjadi di sekitar siswa. Kegiatan inti kedua adalah mengorganisasi siswa untuk belajar. Pada kegiatan ini, siswa dibagi dalam lima kelompok dan mendapat LKS dari guru. Siswa menuliskan data-data yang digunakan untuk menyelesaikan soal. Dengan bimbingan guru siswa menyususun rencana strategi untuk menyelesaikan soal. Kegiatan inti ketiga adalah membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Dalam kegiatan ini, guru menuntun siswa bersama dengan kelompoknya menyelesaikan soal. Siswa dapat mencari tahu dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber seperti buku. Kegiatan inti keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Dalam kegiatan ini, siswa menuliskan hasil diskusi, membuat laporan hasil diskusi. Selanjutnya, secara bergantian setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi di depan kelas dengan bimbingan guru. Kegiatan yang terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dalam kegiatan ini, siswa yang tidak presentasi memberikan tanggapan atas hasil presentasi dari kelompok lain. Kegiatan inti diakhiri dengan siswa dan guru menganalisis dan mengevaluasi hasil diskusi yang telah dipresentasikan. Pada kegiatan penutup, siswa bersama guru merangkum

59


materi yang telah dipelajari, memberikan penguatan, dan melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Pertemuan kedua dilaksanakan hari Kamis, 29 September 2016 dimulai pukul 07.00-08.45 WIB. Sub meteri yang dipelajari yaitu penggunaan dan bahaya penggunaan energi listrik. Pada kegiatan awal, guru tanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan yang menggunakan energi listrik (apersepsi), menyanyikan lagu untuk menambah semangat belajar (motivasi), dan guru menyampaikan tujuan serta kegiatan yang akan dilakukan. Pada kegiatan inti, yang pertama guru mengorientasi siswa pada masalah dengan menayangkan sebuah gambar dan cerita yang berkaitan dengan kegiatan dalam menggunakan energi listrik. Kegiatan inti yang kedua yaitu mengorganisasi peserta didik untuk belajar, siswa dibagi menjadi enam kelompok yang sebelumnya telah dipilih berdasarkan tempat duduk. Setiap kelompok terdiri dari empat dan lima orang siswa. Kemudian setiap kelompok mendapat lembar kerja siswa yang berisikan langkah-langkah dan pertanyaan berkaitan dengan permasalahan. Guru menuntun siswa dengan memberi penjelasan dalam menyelesaikan lembar kerja siswa. Kegiatan inti yang ketiga yaitu guru membimbing penyelidikan kelompok. Pada tahap ini siswa mulai mencari informasi dari bacaan, buku, dan alat-alat yang telah disediakan. Kelompok secara bergantian mencoba menggunakan alat listrik dengan pengawasan guru. Temuan dari buku dan mencoba melalui alat tersebut didiskusikan siswa dalam kelompok dan ditulis dalam lembar kerja siswa. Kegiatan inti yang keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya, pada tahap ini kelompok mendapat lembar untuk menuliskan laporan hasil temuannya. Kelompok mendapat bimbingan guru dalam menuliskan laporan tentang penggunaan dan bahaya penggunaan energi listrik. Setelah selesai menulis laporan, kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil temuannya. Kegiatan inti yang kelima yaitu menganalisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap terakhir ini siswa dan guru menganalisis dan evaluasi presentasi hasil temuan siswa. Selain itu, guru memberi masukan atas presentasi siswa. Setelah seluruh kelompok mempresentasikan hasil temuannya, guru memberi penguatan tentang penggunaan energi listrik dan bahaya penggunaan energi listrik yang tidak tepat. Pembelajaran diakhiri dengan kegiatan penutup,

60


siswa bersama guru merangkum pembelajaran penggunaan dan bahaya penggunaan energi listrik, dan melakukan refleksi dengan tanya jawab antara guru dan siswa. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 30 September 2016 pukul 09.05 WIB-10.40 WIB dengan sub materi mengenai hemat energi. Guru membuka pembelajaran dengan doa dan absensi. Apersepsi dilakukan guru dengan menayangkan sebuah berita yang berisi tentang kelangkaan listrik dan air di Indonesia serta melakukan tanya jawab untuk menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya, kegiatan inti yang pertama yaitu orientasi siswa pada masalah. Guru memperlihatkan beberapa gambar pada siswa mengenai pemborosan listrik atau air yang terjadi di sekitar siswa. Guru menuntun siswa untuk berpikir mengenai masalah yang terjadi pada gambar tersebut. Kegiatan inti yang kedua yaitu mengorganisasi peserta didik untuk belajar. Dalam kegiatan ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang berisikan 5-6 anak di dalamnya. Setiap kelompok mendapatkan satu gambar mengenai pemborosan listrik atau air dan lembar kerja. Kegiatan inti yang ketiga yaitu membimbing penyelidikan individual atau kelompok. Dalam kegiatan ini, siswa secara berkelompok mengerjakan soal di lembar kerja yang membimbing siswa untuk menjawab masalah yang ada pada masing-masing gambar. Setiap kelompok mencari berbagai informasi dari buku paket, artikel, alat-alat yang disediakan oleh guru, dan dengan berdiskusi dalam kelompok. Kegiatan inti yang keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Dalam kegiatan ini, setiap kelompok menyusun berbagai informasi yang didapatkan dan hasil diskusi yang telah dilakukan untuk menjawab masalah yang ada pada gambar. Selanjutnya, setiap kelompok menyampaikan hasil pekerjaan di depan kelas secara bergantian. Kegiatan yang terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dalam kegiatan ini, guru bersama siswa mendengarkan dengan seksama hasil pekerjaan yang disampaikan di depan kelas. Siswa bersama guru menganalisis dan mengevaluasi hasil pekerjaan yang disampaikan masing-masing kelompok. Pada kegiatan penutup, guru menegaskan kesimpulan dari materi dan membimbing siswa untuk merefleksikannya pada kehidupan sehari-hari. Kegiatan refleksi kemudian dituangkan dalam kertas „AKSIKU‟ yang diisi oleh siswa.

61


Kertas ini berisi 1 hal yang akan dilakukan siswa sebagai aksi untuk melakukan kegiatan hemat energi di rumah ataupun di sekolah. Pada hari Sabtu, 1 Oktober 2016 kelompok eksperimen mengerjakan soal posttest I dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi setelah mendapatkan pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Pada hari Selasa, 11 Oktober 2016 kelompok kontrol mengerjakan posttest II dengan tujuan untuk mengetahui kembali pemahaman siswa terhadap materi dalam selang waktu beberapa hari setelah mendapat pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Soal yang dikerjakan siswa pada pretest, posttest I dan posttest II merupakan soal yang sama berjumlah 6 butir soal uraian. Soal nomor 5 digunakan untuk meneliti variabel eksplanasi yang terdiri dari 3 sub soal yaitu 5a, 5b, dan 5c. Soal nomor 6 digunakan untuk meneliti variabel regulasi diri yang terdiri dari 3 sub soal yaitu 6a, 6b, dan 6c.

4.1.2 Deskripsi Sebaran Data Pada deskripsi sebaran data, peneliti ingin memperlihatkan perbedaan data yang diperolah pada kelompok kontrol dan eksperimen untuk setiap indikator. Hasil dari sebaran data dapat dilihat pada tabel berikut. 4.1.2.1 Kemampuan Eksplanasi 1. Kelompok Kontrol Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol No 1

2

3

Indikator Menjelaskan pernyataan yang tepat dari hasil analisis Menjelaskan alasan mengapa mengambil posisi tertentu Menjelaskan cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan Jumlah

Pretest

Posttest I

1

2

3

4

Total

1

2

3

4

Total

5

16

8

1

30

2

10

12

6

30

4

14

11

1

30

0

8

16

6

30

8

12

9

1

30

2

3

18

7

30

17

42

28

3

90

4

21

46

19

90

Pada tabel di atas terlihat bahwa hasil pengerjaan pretest kelompok kontrol pada ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 17 anak, yang

62


mendapat nilai 2 sebanyak 42 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 28 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 3 anak. Hasil pengerjaan posttest I kelompok kontrol pada ketiga indikator siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 4 anak, yang mendapat nilai 2 sebanyak 21 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 46 anak, dan yang mendapat nilai 4 sebanyak 19 anak. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest. Hal tersebut terlihat dari perbedaan modus yang terjadi, yaitu pada pretest modusnya pada anak yang mendapat nilai 2 sedangkan pada posttest I modusnya pada anak yang mendapat nilai 3. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang, serta siswa yang mendapat skor 3 dan 4 bertambah pada posttest I.

2. Kelompok Eksperimen Tabel 4.2 Sebaran Data Kelompok Eksperimen No 1

2

3

Indikator Soal Menjelaskan pernyataan yang tepat dari hasil analisis Menjelaskan alasan mengapa mengambil posisi tertentu Menjelaskan cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan Jumlah

Pretest

Posttest I

1

2

3

4

Total

1

2

3

4

Total

6

14

5

1

26

0

6

11

9

26

3

12

10

1

26

0

2

15

9

26

5

12

9

0

26

0

2

16

8

26

14

38

24

2

78

0

10

42

26

78

Pada tabel di atas terlihat hasil pengerjaan pretest kelompok eksperimen pada ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 14 anak, yang mendapat nilai 2 sebanyak 38 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 24 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 2 anak.. Hasil pengerjaan posttest I kelompok kontrol pada ketiga indikator tidak ada siswa yang mendapat nilai 1, yang mendapat nilai 2 sebanyak 10 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 42 anak, dan yang mendapat nilai 4 sebanyak 26 anak. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest. Hal tersebut terlihat dari perbedaan modus yang terjadi, yaitu pada pretest modusnya pada anak yang mendapat nilai 2 sedangkan pada posttest I modusnya pada anak yang mendapat nilai 3. Selain itu, siswa yang mendapat nilai

63


1 dan 2 berkurang, serta siswa yang mendapat skor 3 dan 4 bertambah pada posttest I.

4.1.2.2 Kemampuan Regulasi Diri 1. Kelompok Kontrol Tabel 4.3 Sebaran Data Kelompok Kontrol No 1 2 3

Indikator Soal Membuat penilaian diri terhadap gagasan sendiri Menilai kembali data-data yang digunakan Menguji pandangan sendiri terhadap suatu permasalahan Jumlah

Pretest

Posttest I

1

2

3

4

Total

1

2

3

4

Total

4

13

10

3

30

0

7

17

6

30

7

10

12

1

30

0

6

20

4

30

5

17

7

1

30

0

8

15

7

30

16

40

29

5

90

0

21

52

17

90

Pada tabel di atas terlihat hasil pengerjaan pretest kelompok eksperimen pada ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 16 anak, yang mendapat nilai 2 sebanyak 40 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 29 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 5 anak.. Hasil pengerjaan posttest I kelompok kontrol pada ketiga indikator tidak ada siswa yang mendapat nilai 1, yang mendapat nilai 2 sebanyak 21 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 52 anak, dan yang mendapat nilai 4 sebanyak 17 anak. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest. Hal tersebut terlihat dari perbedaan modus yang terjadi, yaitu pada pretest modusnya pada anak yang mendapat nilai 2 sedangkan pada posttest I modusnya pada anak yang mendapat nilai 3. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang, serta siswa yang mendapat skor 3 dan 4 bertambah pada posttest I. 2. Kelompok Eksperimen Tabel 4.4 Sebaran Data Kelompok Eksperimen No 1 2 3

Indikator Soal Membuat penilaian diri terhadap gagasan sendiri Menilai kembali data-data yang digunakan Menguji pandangan sendiri terhadap suatu permasalahan Jumlah

Pretest

Posttes I

1

2

3

4

Total

1

2

3

4

Total

6

13

5

2

26

0

7

8

11

26

4

13

8

1

26

0

3

11

12

26

5

13

8

0

26

0

5

9

12

26

15

39

21

3

78

0

15

28

35

78

64


Pada tabel di atas terlihat hasil pengerjaan pretest kelompok eksperimen pada ketiga indikator, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 15 anak, yang mendapat nilai 2 sebanyak 39 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 21 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 3 anak.. Hasil pengerjaan posttest I kelompok kontrol pada ketiga indikator tidak ada siswa yang mendapat nilai 1, yang mendapat nilai 2 sebanyak 15 anak, yang mendapat nilai 3 sebanyak 28 anak, dan yang mendapat nilai 4 sebanyak 35 anak. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest. Hal tersebut terlihat dari perbedaan modus yang terjadi, yaitu pada pretest modusnya pada anak yang mendapat nilai 2 sedangkan pada posttest I modusnya pada anak yang mendapat nilai 4. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang, serta siswa yang mendapat skor 3 dan 4 bertambah pada posttest I.

4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I Hipotesis penelitian I adalah penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi pada mata pelajaran IPA materi energi kelas IV SD N Perumnas Condongcatur semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Variabel dependen pada hipotesis di atas yaitu kemampuan eksplanasi, sedangkan variabel independen yaitu penerapan model Problem Based Learning. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dari 1 soal uraian yaitu item 5 yang mengandung indikator menjelaskan pernyataan yang tepat dari hasil analisis, menjelaskan alasan mengambil posisi tertentu, dan menjelaskan cara yang digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan program statistik yaitu IBM SPSS Statictic 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik, 2) Uji perbedaan kemampuan awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal pada kelompok kontrol dan eksperimen, 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan,

65


dan 4) Uji besar pengaruh perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut yang terdiri dari 1) Perhitungan persentasi peningkatan skor pretest ke posttest I, 2) Uji besar efek peningkatkan skor pretest ke posttest I, 3) Uji korelasi antara skor pretest ke posttest I, dan 4) Uji retensi pengaruh perlakuan.

4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal atau tidak, hal ini sebagai prasyarat digunakannya analisis parametrik (Priyatno, 2012: 132). Data skor pretest, posttest 1, posttest II, dan selisih pretest ke posstest I dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diuji normalitasnya menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test. Kriteria untuk menerima Hnull jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas distribusi data, artinya data terdistribusi normal. Jika data terdistribusi normal maka untuk analisis data selanjutnya menggunakan statistik parametrik, namun jika data tidak terdistribusi normal maka analisis data selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik (Priyatno, 2012: 11). Hasil uji normalitas kemampuan eksplanasi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.3.1) Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kelompok

Aspek

Sig. (2-tailed)

Keputusan

Kontrol

Pretest

0,58

Normal

Posttest 1

0,10

Normal

Posttest 2

0,07

Normal

Selisih Pretest-Posttest1

0,06

Normal

Pretest

0,16

Normal

Posttest 1

0,94

Normal

Posttest 2

0,13

Normal


0,22

Normal

Eksperimen

Tabel 4.5 menunjukkan harga Sig. (2-tailed) > 0,05 untuk semua aspek yaitu pretest, posttest I, posttest II, dan selisih rerata skor pretest-posttest I untuk kelompok kontrol dan eksperimen. Hal tersebut berarti Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas data atau data terdistribusi normal. Analisis statistik yang digunakan selanjutnya yaitu statistik

66


parametrik. Statistik parametrik dengan Independent samples t-test digunakan untuk menganalisis data dari dua kelompok sampel yang independen, misalnya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Priyatno, 2012: 17). Sedangkan Paired samples t-test digunakan untuk menganilis data dari dua kelompok sampel yang berpasangan atau berhubungan. Sampel yang berpasangan merupakan sampel yang sama namun mendapat perlakuan yang berbeda seperti perlakuan sebelum dan sesudah (Priyatno, 2012: 25).

4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama, meskipun pengambilan sampel penelitian tidak dilakukan secara random, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini juga dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal yaitu karakteristik subjek. Neuman (2013: 238) menjelaskan bahwa kemampuan awal yang berbeda pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat mempengaruhi hasil posttest. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengecekan kemampuan awal kedua kelompok dengan pretest. Uji ini menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test karena data terdistribusi normal dan diambil dari kelompok yang berbeda yaitu rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum melakukan uji perbedaan kemampuan awal dengan Independent samples t-test, dilakukan uji asumsi untuk memeriksan homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’s test. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka varian kedua data yang dibandingkan sama atau homogen. Jika harga Sig. (2tailed) < 0,05 maka varian kedua data tidak homogen (Field, 2009: 150). Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.4.1) Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik Levene's Test for Equality of Variances

F 0,276

Sig. (2-tailed) 0,602

Keputusan Homogen

67


Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F = 0,276 dan harga Sig. (2-tailed) = 0,602, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians data karena harga sig. (2-tailed) > 0,05. Apabila variansnya homogen, maka data uji statistik Independent sample t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340). Uji perbedaan kemampuan awal menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan kriteria untuk menolak Hnull adalah jika Sig. (2-tailed) < 0,05 (Priyatno, 2012: 24). Berikut hasil uji perbedaan kemampuan awal dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. (lihat Lampiran 4.4.1) Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Uji Statistik Independent samples t-test


Keputusan Tidak Ada Perbedaan

Rerata skor yang dicapai oleh kelompok eksperimen (M = 2,20, SE = 0,10) lebih tinggi daripada rerata skor yang dicapai oleh kelompok kontrol (M = 2,18, SE = 0,11). Perbedaan skor tersebut tidak signifikan dengan t(54) = -0,11 dan p = 0,91. Harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest kemampuan eksplanasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sehingga kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama.

4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan eksplanasi. Cohen (2007: 276-277) menjelaskan bahwa uji ini dapat dilakukan dengan rumus yang sesuai dengan desain penelitian awal yaitu (O2 – O1) – (O4 – O3). Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut didapatkan hasil yaitu 0,21. Jika hasil tersebut lebih dari 0 (nol) maka penerapan model Problem Based Learning berpengaruh pada kemampuan eksplanasi. Untuk mengetahui apakah pengaruhnya signifikan atau tidak maka dilakukan uji statistik yaitu dengan cara menghitung selisih antara skor posttest I dan pretest dalam kemampuan eksplanasi pada kedua kelompok. Selisih tersebut kemudian diuji normalitasnya menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Hasil Sig.(2-tailed) selisih skor pretest dan

68


posttest I pada kelompok kontrol yaitu 0,06 dan pada kelompok eksperimen yaitu 0,22. Kedua hasil Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 sehingga kedua data terdistribusi normal. Setelah diketahui bahwa data terdistribusi normal, maka perlu dilakukan uji asumsi dengan Levene’s test untuk mengetahui homogenitas varian. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka varian kedua data yang dibandingkan sama atau homogen. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka varian kedua data tidak sama atau tidak homogen (Field, 2009: 150). Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F = 2,587 dan harga Sig. (2-tailed) = 0,11, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varian data dari kedua data yang dibandingkan karena harga sig. (2-tailed) > 0,05. Analisis selanjutnya menggunakan analisis parametrik yaitu Independent samples t-test karena data berdistribusi normal dan homogen. Kriteria untuk menolak Hnull jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 (Priyatno, 2012: 24). Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.8. (lihat Lampiran 4.5.1) Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Selisih Skor Pretest ke Posttest I

Sig. (2-tailed)

Keputusan

Kelompok kontrol dan eksperimen

0,014

Ada Perbedaan

Rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M = 1,01, SE = 0,11) lebih tinggi daripada rerata selisih skor pada kelompok kontrol (M = 0,69, SE = 0,07). Perbedaan tersebut signifikan dengan t(54) = -2,53 dan p = 0,014. Harga Sig. (2tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi. Untuk lebih memperjelas perbedaan selisih antara kedua kelompok dapat dilihat gambar 4.1 sebagai berikut.

69


Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I

Grafik di atas menunjukkan perbedaan selisih antara kelompok kontrol dengan mean= 0,69 dengan kelompok eksperimen dengan mean= 1,01. Kelompok kontrol memiliki selisih skor pretest dan posttest I yang lebih rendah daripada kelompok eksperimen.

4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan Uji besar pengaruh perlakuan atau effect size dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan eksplanasi. Rumus yang digunakan yaitu rumus untuk data normal seperti pada bab III halaman 40 karena data yang akan diguna kan terdistribusi normal. Berikut ini hasil perhitungan besar pengaruh perlakuan pada kemampuan eksplanasi. (lihat Lampiran 4.6) Tabel 4.9 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan Variabel Eksplanasi

t -2,530

t2 6,4009

df 54

r (effect size) 0,33

R2 0,11

% 11%

Kategori Efek Menengah

Berdasarkan tabel di atas, harga r (effect size) pada kemampuan eksplanasi sebesar 0,33 yang setara dengan efek menengah. Harga R2 yaitu 0,11 sehingga jika dikalikan 100% maka persentase besar pengaruh perlakuan pada kemampuan eksplanasi yaitu 11%. Model PBL memberikan pengaruh sebesar 11% terhadap kemampuan eksplanasi, sedangkan 89% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti. Variabel lain tersebut misalnya

70


intelegensi, motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan kelas, atau latar belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).

4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Perhitungan persentase ini dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase peningkatan kemampuan eksplanasi yang dilihat dari skor pretest ke posttest I pada kedua kelompok. Selanjutnya, dilakukan uji signifikansi peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun eksperimen. Uji ini dilakukan dengan menggunakan paired samples t-test karena data diambil dari kelompok yang sama namun perlakuan yang berbeda dengan tingkat kepercayaan 95%. Priyanto (2012: 31) menjelaskan bahwa kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05. Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan persentase peningkatan kemampuan eksplanasi yang dilihat dari skor pretest ke posttest I menggunakan rumus yang dijelaskan pada bab III halaman 41 dan hasil uji signifikansi peningkatan skor pretest ke posttest. (lihat Lampiran 4.7.1) Tabel 4.10 Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I No

Kelompok

1 2

Kontrol Eksperimen

Mean Pretest Posttest I 2,18 2,87 2,19 3,09

Persentase (%)

Sig. (2-tailed)

Keputusan

31,65 41,10

0,000 0,000

Signifikan Signifikan

Berdasarkan tabel 4.10 terlihat ada peningkatan skor antara pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Nilai mean pretest pada kelompok kontrol sebesar 2,18 dan nilai mean posttest I sebesar 2,87. Persentase peningkatan pretest ke posttest I kelompok kontrol yaitu 31,65%. Nilai mean pretest pada kelompok eksperimen sebesar 2,19 dan nilai mean posttest I sebesar 3,09. Persentase peningkatan pretest ke posttest I kelompok eksperimen yaitu 41,10%. Persentase peningkatan pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada pada kelompok kontrol. Uji signifikansi menunjukkan bahwa rerata skor yang dicapai oleh kelompok eksperimen (M = 0,90, SE = 0,10) lebih tinggi daripada rerata skor yg dicapai oleh 71


kelompok kontrol (M = 0,69, SE = 0,07). Hasil uji signifikansi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol menunjukkan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 dan pada kelompok eksperimen menunjukkan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Kedua kelompok sama-sama memiliki Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Dengan kata lain, kedua kelompok mengalami peningkatan skor yang signifikan pada kemampuan eksplanasi. Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I dapat dilihat lebih jelas melalui gambar 4.2 menggunakan grafik poligon untuk melihat perbedaan selisih skor pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Berikut grafik yang menunjukkan frekuensi selisih skor pretest-posttest I (gain score) pada kedua kelompok. 8 7

Frekuensi

6 5 4

Kontrol

3 2 1 0 0

0.5

1

1.5

2

2.5

Gain Score Gambar 4.2 Grafik Gain Score

Grafik di atas menunjukkan bahwa gain terendah pada kelompok kontrol dan eksperimen adalah 0. Kedua kelompok memiliki frekuensi paling tinggi pada gain score 1. Gain tertinggi pada kelompok kontrol adalah 1,33, sedangkan gain tertinggi pada kelompok eksperimen adalah 2. Hal ini menunjukkan bahwa selisih pretest-posttest I pada kelompok eksperimen lebih besar daripada selisih pretestposttest I pada kelompok kontrol. Frekuensi siswa yang mendapat nilai ≥ 0,67 pada kelompok kontrol ada 17 anak, sedangkan pada kelompok eksperimen ada 20 anak. Nilai 0,67 merupakan nilai tengah dari gain score yang didapat dari 50% dari nilai tertinggi. Besar persentase gain score ≥ 0,67 pada kelompok kontrol sebesar 56,67%, sedangkan

72


persentase gain score ≥ 0,67 pada kelompok eksperimen sebesar 76,92%. Hal tersebut menunjukkan bahwa 56,67% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan penerapan metode ceramah, sedangkan 76,92% siswa pada kelompok eksperimen diuntungkan dengan penerapan model Problem Based Learning. Dengan demikian, penerapam model Problem Based Learning memiliki persentase peningkatan lebih besar dibanding dengan penerapan metode ceramah.

2. Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I. Uji ini dilakukan dengan menggunakan paired samples t-test karena data yang diuji terdistribusi normal. Berikut hasil uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I. (Lihat Lampiran 4.8.1) Tabel 4.11 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I No 1 2

Kelompok Kontrol Eksperimen

t 9,532 8,563

t2 90,86 73,32

df 29 25

r 0,87 0,87

R2 0,76 0,76

% 76 76

Efek Besar Besar

Rerata skor yang dicapai oleh kelompok eksperimen (M = 0,90, SE = 0,10) lebih tinggi daripada rerata skor yg dicapai oleh kelompok kontrol (M = 0,69, SE = 0,07). Perbedaan skor tersebut memiliki besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I yang sama besar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I tersebut terhadap kemampuan eksplanasi adalah 0,87 atau 76% yang setara dengan efek besar.

3. Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest ke Posttest I Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara skor pretest dan posttest I. Uji ini juga dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Regresi statistik yaitu kecenderungan umum bahwa siswa yang mendapat skor pretest tinggi biasanya memperoleh skor posttest yang lebih rendah dan sebaliknya siswa yang mendapat skor pretest rendah biasanya memperoleh skor posttest lebih tinggi. Data yang akan dianalisis menggunakan skor pretest dan posttest I dari kelompok yang sama

73


yang sudah diuji normalitasnya. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data skor pretest dan posttest I pada kedua kelompok terdistribusi normal sehingga analisis selanjutnya menggunakan rumus bivariate correlation coefficients yaitu Pearson’s correlation coefficient (Field, 2009: 177). Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 (Priyatno, 2012: 45). Berikut merupakan tabel hasil uji korelasi antara rerata skor pretest ke posttest I kemampuan eksplanasi. (lihat Lampiran 4.9.1) Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kelompok Kontrol Eksperimen

r 0,74 0,44

Sig. (2-tailed) 0,000 0,023

Keputusan Korelasi positif dan signifikan Korelasi positif dan signifikan

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa harga Sig. (2-tailed) pada kedua kelompok kurang dari 0,05 yang berarti bahwa Hnull ditolak dan Hi diterima. Oleh karena itu ada korelasi yang signifikan antara rerata skor pretest ke posttest I pada kedua kelompok terhadap kemampuan eksplanasi. Hasil correlation coefficient pada kedua kelompok menunjukkan nilai positif, maka siswa yang mendapat skor tinggi pada pretest akan mendapat skor tinggi pula pada posttest I terhadap kemampuan eksplanasi. Sebaliknya para siswa yang mendapat skor rendah pada pretest akan mendapat skor rendah pula pada posttest I terhadap kemampuan eksplanasi. Skor korelasi yang diperoleh pada kedua kelompok dapat digeneralisasikan ke populasi karena data tersebut signifikan. Kondisi ini ideal sehingga ancaman validitas internal terhadap regresi statistik tidak terjadi.

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Uji ini dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik yaitu paired samples t-test karena data berdistribusi normal dan data berasal dari kelompok yang sama. Data yang digunakan yaitu skor posttest II yang dilakukan kurang lebih 2 minggu setelah dilakukan posttest I. Hasil posttest II dibandingkan dengan posttest I untuk melihat apakah ada peningkatan skor. Priyatno (2012: 31) menjelaskan bahwa kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka ada

74


perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II. Berikut hasil uji paired samples t-test pada tabel 4.13. (lihat Lampiran 4.10.1) Tabel 4.13 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan No

Kelompok

1 2

Kontrol Eksperimen

Rerata Posttest I Posttest II 2,87 2,31 3,09 3,01

Peningkatan (%) -19,43 -2,78

Sig. (2-tailed) 0,000 0,608

Keputusan Ada perbedaan Tidak ada perbedaan

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa harga Sig. (2-tailed) pada kelompok kontrol kurang dari 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II. Dengan kata lain, pada kelompok kontrol ada peningkatan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II terhadap kemampuan eksplanasi. Persentase peningkatan rerata skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol sebesar -19,43%. Pada kelompok eksperimen harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II. Dengan kata lain, pada kelompok eksperimen tidak ada peningkatan yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II terhadap kemampuan eksplanasi. Persentase peningkatan rerata skor posttest I ke posttest II pada kelompok eksperimen sebesar -2,78%. Untuk memperjelas besar peningkatan dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut. 3.5

3.21

3

Mean

2.5 2

3.01 2.19

2.87 2.31

2.18

Kontrol

1.5

Eksperimen

1 0.5 0 Pretest

Posttest I

Posttest II

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II

Selanjutnya, untuk mengetahui apakah capaian skor pada posttest II berbeda atau tidak berbeda dengan kondisi awal pada pretest maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor pretest dengan posttest II menggunakan Paired Samples

75


t-test. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. Berikut hasil uji paired samples t-test pada tabel 4.14. (lihat Lampiran 4.10.1.3) Tabel 4.14 Hasil Uji Perbedaan Skor Pretest dan Posttest II No

Kelompok

Sig. (2-tailed)

Keputusan

1 2

Kontrol Eksperimen

0,341 0,000

Tidak ada perbedaan Ada perbedaan

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa harga Sig. (2-tailed) pada kelompok kontrol lebih dari 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. Pada kelompok eksperimen harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. Dengan kata lain, dengan menggunakan metode ceramah pada kelompok kontrol, materi yang diberikan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa, sedangkan penggunaan model PBL pada kelompok eksperimen dapat membuat materi bertahan lebih lama dalam ingatan siswa.

4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II Hipotesis penelitian II adalah penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan regulasi diri pada mata pelajaran IPA materi energi kelas IV SD N Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2016/2017. Variabel dependen pada hipotesis di atas yaitu kemampuan regulasi diri, sedangkan variabel independen yaitu penerapan model Problem Based Learning. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dari 1 soal uraian yaitu item 6 yang mengandung indikator membuat penilaian diri terhadap gagasan sendiri, menilai kembali data-data yang digunakan, dan menguji pandangan sendiri terhadap suatu masalah. Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan program statistik yaitu IBM SPSS Statictic 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan

76


analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik, 2) Uji perbedaan kemampuan awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal pada kelompok kontrol dan eksperimen, 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan, dan 4) Uji besar pengaruh perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut yang terdiri dari 1) Perhitungan persentasi peningkatan skor pretest ke posttest I, 2) Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I, 3) Uji korelasi antara skor pretest ke posttest I, dan 4) Uji retensi pengaruh perlakuan.

4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal atau tidak, hal ini sebagai prasyarat digunakannya analisis parametrik (Priyatno, 2012: 132. Data dari kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen

diuji

normalitasnya

menggunakan

One-Sample

Kolmogorov-Smirnov test. Data yang diuji normalitasnya yaitu data skor pretest, posttest 1, posttest II, dan selisih pretest ke posstest I. Kriteria untuk menerima Hnull jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas distribusi data, artinya data terdistribusi normal. Priyatno (2012: 11) menjelasakan bahwa jika data berdistribusi normal maka analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik, namun jika data berdistribusi tidak normal maka analisis selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik. Hasil uji normalitas kemampuan regulasi diri kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.3.2) Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Kelompok

Aspek

Sig. (2-tailed)

Keputusan

Kontrol

Pretest

0,17

Normal

Posttest 1

0,08

Normal

Posttest 2

0,61

Normal


0,09

Normal

Pretest

0,12

Normal

Posttest 1

0,06

Normal

Posttest 2

0,12

Normal


0,17

Normal

Eksperimen

77


Tabel 4.15 menunjukkan harga Sig. (2-tailed) > 0,05 untuk semua aspek yaitu pretest, posttest I, posttest II, dan selisih rerata skor pretest-posttest I untuk kelompok kontrol dan eksperimen. Hal tersebut berarti Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas data atau data terdistribusi normal. Analisis statistik yang digunakan selanjutnya yaitu statistik parametrik. Statistik parametrik dengan Independent sample t-test digunakan untuk menganalisis data dari dua kelompok sampel yang independen, misalnya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Priyatno, 2012: 17). Sedangkan Paired sample t-test digunakan untuk menganalisis data dari dua kelompok sampel yang berpasangan atau berhubungan. Sampel yang berpasangan merupakan sampel yang sama namun mendapat perlakuan yang berbeda seperti perlakuan sebelum dan sesudah (Priyatno, 2012: 25).

4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama, meskipun pengambilan sampel penelitian tidak dilakukan secara random, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test karena data terdistribusi normal dan diambil dari kelompok yang berbeda yaitu rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum melakukan uji perbedaan kemampuan awal dengan Independent samples t-test, dilakukan uji asumsi untuk memeriksan homogenitas varians dengan melihat harga Sig.Levene’s test. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka varian kedua data yang dibandingkan sama atau homogen. Jika harga Sig. (2tailed) < 0,05 maka varian kedua data tidak sama atau tidak homogen (Field, 2009: 150). Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.4.2) Tabel 4.16 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik Levene's Test for Equality of Variances

F 0,08


Keputusan Homogen

78


Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F = 0,08 dan harga Sig. (2-tailed) = 0,78, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians data karena harga sig. (2-tailed) > 0,05. Apabila variansnya homogen, maka data uji statistik Independent sample t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340). Uji perbedaan kemampuan awal menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 (Priyatno, 2012: 24). Berikut hasil uji perbedaan kemampuan awal dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. (lihat Lampiran 4.4.2) Tabel 4.17 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Uji Statistik Independent samples t-test


Keputusan Tidak Ada Perbedaan

Rerata skor yang dicapai oleh kelompok eksperimen (M = 2,17, SE = 0,12) lebih rendah daripada rerata skor yang dicapai oleh kelompok kontrol (M = 2,23, SE = 0,11). Perbedaan skor tersebut tidak signifikan dengan t(54) = 0,42 dan p = 0,68. Harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest kemampuan regulasi diri pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sehingga kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama.

4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan regulasi diri. Cohen (2007: 276-277) menjelaskan bahwa uji ini dapat dilakukan dengan rumus yang sesuai dengan desain penelitian awal yaitu (O2 – O1) – (O4 – O3). Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut didapatkan hasil yaitu 0,37. Jika hasil tersebut lebih dari 0 (nol) maka penerapan model Problem Based Learning berpengaruh pada kemampuan regulasi diri. Untuk mengetahui apakah pengaruhnya signifikan atau tidak maka dapat dilakukan uji statistik yaitu dengan cara menghitung selisih antara skor posttest I dan pretest dalam kemampuan regulasi diri pada kedua kelompok.

Selisih tersebut kemudian diuji

normalitasnya menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Hasil Sig.(2-tailed) selisih

79


skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol yaitu 0,09 dan pada kelompok eksperimen yaitu 0,17. Kedua hasil Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 sehingga kedua data terdistribusi normal. Setelah diketahui bahwa data terdistribusi normal, maka perlu dilakukan uji asumsi dengan Levene’s test untuk mengetahui homogenitas varian. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka varian kedua data yang dibandingkan sama atau homogen. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka varian kedua data tidak sama atau tidak homogen (Field, 2009: 150). Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F = 2,23 dan harga Sig. (2-tailed) = 0,14, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians dari kedua data yang dibandingkan karena harga sig. (2-tailed) > 0,05. Analisis selanjutnya menggunakan analisis parametrik yaitu Independent samples t-test karena data berdistribusi normal dan homogen. Kriteria untuk menolak Hnull jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 (Priyatno, 2012: 24). Hasil perhitungan selisih skor pretest dan posttest I dapat dilihat pada tabel 4.17. (lihat Lampiran 4.5.2) Tabel 4.18 Perbandingan Selisih Skor Pretest ke Posttest I Selisih Skor Pretest ke Posttest I

Sig. (2-tailed)

Keputusan

Kelompok kontrol dan eksperimen

0,004

Ada Perbedaan

Rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M = 1,09, SE = 0,07) lebih tinggi daripada rerata selisih skor pada kelompok kontrol (M = 0,72, SE = 0,09). Perbedaan tersebut signifikan dengan t(54) = -3,05 dan p = 0,004. Harga Sig. (2tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan regulasi diri. Untuk lebih memperjelas perbedaan selisih antara kedua kelompok dapat dilihat gambar 4.4 sebagai berikut.

80


Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Selisih Skor Pretest-Posttest I

Grafik di atas menunjukkan perbedaan selisih antara kelompok kontrol dengan mean = 0,72 dengan kelompok eksperimen dengan mean = 1,09. Kelompok kontrol memiliki selisih skor pretest dan posttest I yang lebih rendah daripada kelompok eksperimen.

4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan Uji besar pengaruh perlakuan atau effect size dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan regulasi diri. Rumus yang digunakan yaitu rumus untuk data normal seperti pada bab III halaman 40 karena data yang akan diguna kan terdistribusi normal. Berikut ini hasil perhitungan besar pengaruh perlakuan pada kemampuan regulasi diri. (lihat Lampiran 4.6) Tabel 4.19 Hasil Uji Besar Efek Perlakuan Variabel

t

t2

df

r (effect size)

R2

%

Eksplanasi

-3,05

9,29

54

0,39

0,15

15%

Kategori Efek Menengah

Berdasarkan tabel di atas, harga r (effect size) pada kemampuan regulasi diri sebesar 0,39 yang setara dengan efek menengah. Harga R2 yaitu 0,15 sehingga jika dikalikan 100% maka persentase besar pengaruh perlakuan pada kemampuan regulasi diri yaitu 15%. Model PBL memberikan pengaruh sebesar 15% terhadap kemampuan regulasi diri, sedangkan 85% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti. Variabel lain tersebut 81


misalnya intelegensi, motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan kelas, atau latar belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).

4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Perhitungan persentase ini dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase peningkatan kemampuan eksplanasi yang dilihat dari skor pretest ke posttest I pada kedua kelompok. Selanjutnya, dilakukan uji signifikansi peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun eksperimen. Uji ini dilakukan dengan menggunakan paired samples t-test karena data diambil dari kelompok yang sama namun perlakuan yang berbeda dengan tingkat kepercayaan 95%. Priyanto (2012: 31) menjelaskan bahwa kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05. Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan persentase peningkatan kemampuan eksplanasi yang dilihat dari skor pretest ke posttest I menggunakan rumus yang dijelaskan pada bab III halaman 41 dan hasil uji signifikansi peningkatan skor pretest ke posttest. (lihat Lampiran 4.7.1 dan 4.7.2.2) Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I No

Kelompok

1 2

Kontrol Eksperimen

Pretest 2,23 2,17

Mean Posttest I 2,95 3,26

Persentase (%) 32,29% 50,23%

Sig. (2tailed) 0,000 0,000

Keputusan Signifikan Signifikan

Berdasarkan tabel 4.20 terlihat ada peningkatan skor antara pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Nilai mean pretest pada kelompok kontrol sebesar 2,23 dan nilai mean posttest I sebesar 2,95. Persentase peningkatan pretest ke posttest I kelompok kontrol yaitu 32,29%. Nilai mean pretest pada kelompok eksperimen sebesar 2,17 dan nilai mean posttest I sebesar 3,26. Persentase peningkatan pretest ke posttest I kelompok eksperimen yaitu 50,23%. Persentase peningkatan pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada pada kelompok kontrol. Uji signifikansi menunjukkan bahwa rerata skor yang dicapai oleh kelompok eksperimen (M = 1,09, SE = 0,11) lebih tinggi daripada rerata skor yg dicapai oleh

82


kelompok kontrol (M = 0,72, SE = 0,09). Hasil uji signifikansi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol menunjukkan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 dan pada kelompok eksperimen menunjukkan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Kedua kelompok sama-sama memiliki Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Dengan kata lain, kedua kelompok mengalami peningkatan skor yang signifikan pada kemampuan regulasi diri. Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I dapat dilihat lebih jelas melalui gambar 4.5 menggunakan grafik poligon untuk melihat perbedaan selisih skor pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Berikut grafik yang menunjukkan frekuensi selisih skor pretest-posttest I (gain score) pada kedua kelompok. 8 7

Frekuensi

6 5 4

Kontrol

3

Eksperimen

2 1 0 0

0.5

1

1.5

2

2.5

Gain Score Gambar 4.5 Grafik Gain Score

Grafik di atas menunjukkan bahwa gain terendah pada kelompok kontrol dan eksperimen adalah 0. Gain tertinggi pada kelompok kontrol dan eksperimen adalah 2 dengan frekuensi yang sama. Gain terendah pada kelompok kontrol adalah 0, sedangkan pada kelompok eksperimen adalah 0,33. Frekuensi tertinggi pada kelompok kontrol adalah pada gain 0,33, sedangkan frekuensi tertinggi pada kelompok eksperimen adalah pada gain 1 dan 1,33. Hal ini menunjukkan bahwa

83


selisih pretest-posttest I pada kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Frekuensi siswa yang mendapat nilai ≥ 1 pada kelompok kontrol ada 9 anak, sedangkan pada kelompok eksperimen ada 19 anak. Nilai 1 merupakan nilai tengah dari gain score yang didapat dari 50% dari nilai tertinggi. Besar persentase gain score ≥ 1 pada kelompok kontrol sebesar 3%, sedangkan persentase gain score ≥ 0,67 pada kelompok eksperimen sebesar 73,08%. Hal tersebut menunjukkan bahwa 3% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan penerapan metode ceramah, sedangkan 73,08% siswa pada kelompok eksperimen diuntungkan dengan penerapan model Problem Based Learning. Dengan demikian, penerapam model Problem Based Learning memiliki persentase peningkatan lebih besar dibanding dengan penerapan metode ceramah.

2. Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I. Uji ini dilakukan dengan menggunakan paired samples t-test karena data yang diuji terdistribusi normal. Berikut hasil uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I. (lihat Lampiran 4.8.1) Tabel 4.21 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I No 1 2

Kelompok Kontrol Eksperimen

t 7,647 14,595

t2 58,48 213,01

df 29 25

r 0,82 0,94

R2 0,67 0,88

% 67 88

Efek Besar Besar

Rerata skor yang dicapai oleh kelompok eksperimen (M = 1,09, SE = 0,07) lebih tinggi daripada rerata skor yg dicapai oleh kelompok kontrol (M = 0,72, SE = 0,09). Besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen yang menerapkan model Problem Based Learning lebih besar daripada kelompok kontrol yang menerapkan metode ceramah. Besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen adalah 0,94 atau setara dengan 88%, sedangkan besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol adalah 0,82 atau setara dengan 67%.

84


3. Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest ke Posttest I Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara skor pretest dan posttest I. Uji ini juga dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Regresi statistik yaitu kecenderungan umum bahwa siswa yang mendapat skor pretest tinggi biasanya memperoleh skor posttest yang lebih rendah dan sebaliknya siswa yang mendapat skor pretest rendah biasanya memperoleh skor posttest lebih tinggi. Data yang akan dianalisis menggunakan skor pretest dan posttest I dari kelompok yang sama yang sudah diuji normalitasnya. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data skor pretest dan posttest I pada kedua kelompok terdistribusi normal sehingga analisis selanjutnya menggunakan rumus bivariate correlation coefficients yaitu Pearson’s correlation coefficient (Field, 2009: 177). Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 (Priyatno, 2012: 45). Berikut merupakan tabel hasil uji korelasi antara rerata skor pretest ke posttest I kemampuan regulasi diri. (lihat Lampiran 4.9.2) Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kelompok Kontrol Eksperimen

r 0,58 0,78

Sig. (2-tailed) 0,001 0,023

Keputusan Korelasi positif dan signifikan Korelasi positif dan signifikan

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa harga Sig. (2-tailed) pada kedua kelompok kurang dari 0,05 yang berarti bahwa Hnull ditolak dan Hi diterima. Oleh karena itu ada korelasi yang signifikan antara rerata skor pretest ke posttest I pada kedua kelompok terhadap kemampuan regulasi diri. Hasil correlation coefficient pada kedua kelompok menunjukkan nilai positif, maka para siswa yang mendapat skor tinggi pada pretest akan mendapat skor tinggi pula pada posttest I terhadap kemampuan regulasi diri. Sebaliknya para siswa yang mendapat skor rendah pada pretest akan mendapat skor rendah pula pada posttest I terhadap kemampuan regulasi diri. Kondisi ini ideal sehingga ancaman validitas internal terhadap regresi statistik tidak terjadi.

85


4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Uji ini dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik yaitu paired samples t-test karena data berdistribusi normal dan data berasal dari kelompok yang sama. Data yang digunakan yaitu skor posttest II yang dilakukan kurang lebih 2 minggu setelah dilakukan posttest I. Hasil posttest II dibandingkan dengan posttest I untuk melihat apakah ada peningkatan atau penurunan skor. Priyatno (2012: 31) menjelaskan bahwa kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II. Berikut hasil uji paired samples t-test pada tabel 4.24. (lihat Lampiran 4.10.2) Tabel 4.23 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan No

Kelompok

1 2

Kontrol Eksperimen

Rerata Posttest I Posttest II 2,95 2,42 3,26 3,01

Peningkatan (%) -17,97% -8,31%

Sig. (2-tailed) 0,002 0,04

Keputusan Ada perbedaan Ada perbedaan

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa harga Sig. (2-tailed) pada kedua kelompok kurang dari 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II. Dengan kata lain, ada penurunan yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk memperjelas besar penurunan dapat dilihat pada grafik 4.6 berikut. 3.5

3.26 2.95

3

Mean

2.5 2

2.23

3.01 2.42

2.17

Kontrol

1.5

Eksperimen

1 0.5 0 Pretest

Posttest I

Posttest II

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II

Selanjutnya, untuk mengetahui apakah capaian skor pada posttest II berbeda atau tidak berbeda dengan kondisi awal pada pretest maka dilakukan analisis

86


terhadap perbedaan skor pretest dengan posttest II menggunakan Paired Samples t-test. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. Berikut hasil uji paired samples t-test pada tabel 4.14. (lihat Lampiran 4.10.2.3) Tabel 4.24 Hasil Uji Perbedaan Skor Pretest dan Posttest II No

Kelompok

Sig. (2-tailed)

Keputusan

1 2

Kontrol Eksperimen

0,231 0,000

Tidak ada perbedaan Ada perbedaan

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa harga Sig. (2-tailed) pada kelompok kontrol lebih dari 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. Pada kelompok eksperimen harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. Dengan kata lain, dengan menggunakan metode ceramah pada kelompok kontrol, materi yang diberikan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa, sedangkan penggunaan model PBL pada kelompok eksperimen dapat membuat materi bertahan lebih lama dalam ingatan siswa.

4.2 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur semester gasal tahun ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPA materi energi. Penelitian kuantitatif dengan model quasi eksperimental tipe nonequvalent control group design ini dilakukan dengan menerapkan metode tradisional (ceramah) pada kelompok kontrol dan model PBL pada kelompok eksperimen. Kegiatan yang dilakukan pada kelompok kontrol berbeda dengan kelompok eksperimen. Siswa pada kelompok kontrol mengikuti pembelajaran dengan mendengarkan penjelasan materi dari guru dan mencatat apa yang guru tulis di papan tulis. Siswa pada kelompok eksperimen mengikuti pembelajaran dengan aktif dan bersemangat melalui kegiatan memecahkan masalah dalam kelompok dengan didampingi guru. Siswa pada kelompok eksperimen memiliki

87


kesempatan yang lebih banyak untuk mengembangkan kemampuan eksplanasi dan regulasi diri daripada siswa pada kelompok kontrol. Siswa pada kelompok eksperimen lebih aktif bertanya mengenai apa yang tidak mereka ketahui. Suasana kelas menjadi sedikit ramai karena diskusi dalam kelompok yang terjadi. Siswa pada kelompok eksperimen mengidentifikasi masalah dari media yang diberikan guru secara berkelompok. Kemudian mereka mulai berdiskusi untuk memecahkan masalah yang telah ditemukan dengan mencari informasi dari sumber-sumber dan media yang telah tersedia. Siswa dalam kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok dalam bentuk laporan yang kemudian dipresentasikan di depan kelas. Kelompok yang lain bersama guru mengamati jalannya presentasi dan memberikan masukan kepada kelompok yang telah melakukan presentasi. Pada penelitian eksperimen diperlukan kehati-hatian dalam menarik kesimpulan pada sebuah penelitian eksperimen bahwa perubahan yang terjadi pada variabel depeden disebabkan karena variabel independen yang digunakan sebagai treatment penelitian. Bisa jadi terdapat variabel lain di luar perlakuan yang turut mempengaruhi hasil penelitian sehingga memunculkan keraguan terhadap hubungan sebab-akibat yang ditarik dalam kesimpulan penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 258). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dipaparkan cara untuk mengontrol ancaman validitas internal penelitian. Ancaman-ancaman terhadap validitas penelitian sudah diidentifikasi oleh Campbell dan Stanley (1963), Bracht dan Glass (1968), dan Lewis-Beck (1993). Berikut ini jenis-jenis ancaman terhadap validitas internal penelitian dan cara pengendaliannya. 1.

Sejarah (history) Setiap kejadian atau perlakuan yang terjadi di antara pretest dan posttest pada kelompok yang diteliti dapat mempengaruhi hasil posttest pada variabel dependen (Johnson & Christensen, 2008: 260, Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 155). Kejadian tersebut misalnya workshop, ekstrakurikuler, kursus, acara TV, dsb dengan materi yang sama dengan yang digunakan selama treatment. Pengendalian terhadap ancaman validitas internal berupa sejarah ini dengan cara melakukan penelitian dari pretest ke posttest dalam jangka waktu yang singkat yaitu kurang lebih 2 minggu.

88


2. Difusi treatment atau kontaminasi (diffusion of treatment or contamination) Ancaman ini terjadi jika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat berkomunikasi satu sama lain sehingga kelompok kontrol bisa mendapatkan informasi tentang perlakuan dari kelompok eksperimen (Creswell, 2015: 597). Pengendalian terhadap ancaman validitas internal berupa difusi treatment atau kontaminasi ini dengan cara memberikan pengertian kepada kedua kelompok untuk tidak saling mempelajari treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen. 3.

Maturasi (maturation) Setiap perubahan biologis atau psikologis yang terjadi sepanjang waktu penelitian bisa berpengaruh terhadap posttest pada variabel dependen (Johnson & Christensen, 2008: 261). Pengendalian terhadap validitas internal berupa maturasi ini dengan cara penelitian dilakukan dalam waktu yang singkat. Penelitian eksperimental yang dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat dapat menghindari ancaman terhadap validitas internal akibat sejarah, mortalitas, seleksi, dan maturasi (Krathwohl, 2004: 547).

4.

Regresi statistik (statistical regression) Regresi statistik merupakan kecenderungan umum bahwa partisipan dengan hasil skor pretest yang sangat tinggi biasanya memperoleh skor posttest yang lebih rendah dan sebaliknya partisipan dengan hasil skor pretest yang rendah biasanya memperoleh skor posttest yang lebih tinggi (Johnson & Christensen, 2008: 263). Pengendalian terhadap ancaman validitas internal berupa regresi statistik dengan cara melakukan uji korelasi skor pretest dan posttest pada kedua kelompok. Hasil uji korelasi yang telah dilakukan pada kedua kemampuan memiliki hasil yang sama yaitu positif di kelompok kontrol dan eksperimen. Positif memiliki arti bahwa siswa yang mendapat skor tinggi pada pretest akan mendapat skor tinggi pula pada posttest I dan sebaliknya.

5.

Mortalitas (mortality) Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 282) menjelaskan bahwa mortalitas terjadi karena adanya perbedaan jumlah partisipan pada waktu pretest dan posttest akibat mengundurkan diri dalam penelitian sehingga tidak mengikuti posttest.

89


Pengendalian terhadap validitas internal berupa mortalitas ini dengan cara memasukkan mean (rerata) dari skor ke dalam nilai siswa yang tidak masuk karena siswa tersebut tetap dianggap kehadirannya. 6.

Pengujian (testing) Pretest pada awal penelitian bisa mempengaruhi hasil posttest sehingga hasil posttest menjadi lebih tinggi dari jika tanpa ada pretest (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 156). Dengan mengerjakan pretest kelompok yang diteliti sudah memiliki pengetahuan awal tentang materi dan menjadi familiar sehingga lebih fokus dalam mengerjakan posttest (Johnson & Christensen, 2008: 262). Pengendalian terhadap validitas internal berupa pengujian ini dengan cara pengerjaan pretest yang juga dilakukan pada kelompok kontrol.

7.

Instrumentasi (instrumentation) Setiap perubahan atau perbedaan instrumen pretest dan posttest yang digunakan untuk mengukur variabel dependen akan meningkatkan ancaman terhadap validitas internal penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 262). Pengendalian terhadap validitas internal berupa instrumentasi ini dengan cara menggunakan instrumen yang sama ketika pretest dan posttest.

8.

Lokasi (location) Ancaman ini terjadi jika lokasi yang digunakan untuk pretest, posttest, atau implementasi pada kelompok kontrol dan eksperimen berbeda (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282). Pengendalian terhadap validitas internal berupa lokasi ini dengan cara menggunakan ruangan yang kurang lebih sama pada kelompok kontrol dan eksperimen.

9.

Karakteristik subjek (Subject characteristic) Ancaman ini terjadi jika menggunakan subjek yang berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282). Pengendalian terhadap ancaman validitas internal penelitian berupa karakteristik subjek ini dengan cara melakukan uji perbedaan kemampuan awal pada kedua kelompok. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama.

10. Implementasi (implementation)

90


Perbedaan guru yang mengajar pada kelompok kontrol dan eksperimen bisa berpengaruh pada skor posttest karena gaya mengajar setiap guru berbedabeda (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 284). Pengendalian terhadap ancaman validitas internal berupa implementasi ini dengan cara guru yang mengajar kelompok kontrol dan kelompok eksperimen merupakan guru yang sama. Setelah ancaman terhadap validitas internal dapat dikontrol, berikut hasil dari penelitian ini. 4.2.1 Pengaruh Penerapan Model PBL terhadap Kemampuan Eksplanasi Penerapan model PBL terhadap kemampuan eksplanasi siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur semester gasal tahun ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPA materi energi. Analisis terhadap data penelitian bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian I. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan eksplanasi. Hal tersebut dibuktikan dengan harga Sig. (2tailed) sebesar 0,014 (p < 0,05) artinya Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan kata lain, ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Kesimpulannya adalah penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan eksplanasi. Pada uji perbedaan kemampuan awal, siswa pada kelompok kontrol memiliki kemampuan awal yang sama dengan siswa pada kelompok eksperimen. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig.(2-tailed) yang diperoleh sebesar 0,91 (p > 0,05) yang artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sehingga kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama. Setelah dilakukan treatment, model PBL memberikan pengaruh menengah terhadap kemampuan eksplanasi, yaitu dengan harga r = 0,33 atau sama dengan 11%. Model PBL memberikan pengaruh sebesar 11% terhadap kemampuan eksplanasi, sedangkan 89% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti. Variabel lain tersebut misalnya intelegensi, motivasi,

91


kesehatan tubuh, lingkungan kelas, atau latar belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151). Kedua kelompok mengalami peningkatan skor yang signifikan pada kemampuan eksplanasi, namun persentase peningkatan skor pada kelompok eksperimen yang menerapkan model PBL lebih besar yaitu 41,10% dibandingkan dengan persentase peningkatan skor pada kelompok kontrol yang menerapankan metode ceramah yaitu 31,65%. Untuk mengukur kemampuan eksplanasi digunakan instrumen yang sama pada pretest dan posttest I yaitu nomor 5a, 5b, dan 5c. Soal nomor 5a membahas tentang penjelasan suatu gambar dari hasil analisis. Hasil pretest kelompok kontrol pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 16 siswa. Pada posttest I kelompok kontrol modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 12 anak. Hasil pretest kelompok eksperimen pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 14 anak. Pada posttest I kelompok eksperimen modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 11 anak. Soal nomor 5b membahas mengenai tentang penjelasan dari pengambilan suatu keputusan. Hasil pretest kelompok kontrol pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 14 anak. Pada posttest I, modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 16 anak. Selain itu, pada soal ini siswa yang mendapat nilai 1 berkurang dari 4 anak pada pretest menjadi tidak ada yang mendapat nilai 1 pada posttest I. Hasil pretest kelompok eskperimen pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 12 anak. Pada posttest I kelompok eksperimen, modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 15 anak. Soal nomor 5c membahas tentang penjelasan cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Hasil pretest kelompok kontrol pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 12 anak. Pada posttest I, modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 18 anak. Hasil pretest kelompok eksperimen pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 12 anak. Pada posttest I kelompok eksperimen, modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai

92


3 sebanyak 16 anak. Selain itu, hasil posttest I kelompok eksperimen pada ketiga soal tidak ada yang mendapat nilai 1. Perbandingan rerata selisih skor pretest-posttest I terhadap kemampuan eksplanasi pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.2. Pada gambar tersebut terlihat bahwa selisih skor pretest-posttest I pada kelompok eksperimen lebih besar daripada selisih skor pretest-posttest I pada kelompok kontrol. Pada uji besar efek peningkatan skor pretest-posttest I menunjukkan bahwa kedua kelompok sama-sama memiliki efek besar yaitu 76%. Pada uji korelasi skor, kedua kelompok memiliki korelasi yang positif dan signifikan terhadap kemampuan eksplanasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig.(2-tailed) yang diperoleh sebesar 0,000 pada kelompok kontrol dan 0,023 pada kelompok eksperimen (p < 0,05) yang artinya Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan kata lain, ada korelasi yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kedua kelompok. Positif memiliki arti bahwa siswa yang mendapat skor tinggi pada pretest akan mendapat skor tinggi pula pada posttest I terhadap kemampuan eksplanasi dan sebaliknya. Signifikan memiliki arti bahwa hasil temuan dapat digeneralisasikan untuk populasi. Setelah kurang lebih 2 minggu dari posttest I, kedua kelompok mengerjakan posttest II dengan tujuan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II. Hal tersebut terlihat dari harga Sig. (2-tailed) yang diperoleh sebesar 0,000 (p < 0,05) yang artinya Hnull ditolak dan Hi diterima. Pada kelompok eksperimen tidak terdapat penurunan yang signifikan dari dari posttest I ke posttest II. Hal tersebut terlihat dari harga Sig. (2-tailed) yang diperoleh sebesar 0,608 (p > 0,05) yang artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Selanjutnya, dilakukan analisis skor pretest dan posttet II untuk mengetahui apakah capaian skor pada posttest II berbeda atau tidak berbeda dengan kondisi awal pada pretest. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol besar Sig. (2-tailed) yang diperoleh sebesar 0,341 (p > 0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan antara skor pretest dengan skor posttest II. Pada kelompok eksperimen besar Sig. (2-tailed) yang diperoleh sebesar 0,000 (p <

93


0,05) yang berarti terdapat perbedaan antara skor pretest dengan skor posttest II. Dengan kata lain, dengan menggunakan metode ceramah pada kelompok kontrol, materi yang diberikan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa, sedangkan penggunaan model PBL pada kelompok eksperimen dapat membuat materi bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Hasil di atas dikonfirmasi juga oleh temuan Inel & Balim yang pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dengan rerata skor 21,45 dan kelompok eksperimen dengan rerata skor 20,53 memiliki kemampuan awal yang sama dengan nilai p = 0,801 ( p > 0,05). Uji kemampuan awal tersebut dihitung dengan menggunakan skor pretest yang dilakukan pada kedua kelompok. Setelah treatment dilakukan, Inel & Balim melakukan posttest pada kedua kelompok. Hasil dari posttest yang dianalisis menggunakan Mann Whitney U Test menunjukkan bahwa rerata skor pada kelompok eksperimen yaitu 25,55 lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu 16,67. Selain itu, terdapat perbedaan skor yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen dengan nilai p = 0,017 ( p < 0,05).

4.2.2 Pengaruh Penerapan Model PBL terhadap Kemampuan Regulasi Diri Penerapan model PBL terhadap kemampuan regulasi diri siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur semester gasal tahun ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPA materi energi. Analisis terhadap data penelitian bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian II. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan regulasi diri. Hal tersebut dibuktikan dengan harga Sig. (2tailed) sebesar 0,004 (p < 0,05) artinya Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan kata lain, ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Kesimpulannya adalah penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan regulasi diri.. Pada uji perbedaan kemampuan awal, siswa pada kelompok kontrol memiliki kemampuan awal yang sama dengan siswa pada kelompok eksperimen. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig.(2-tailed) yang diperoleh sebesar 0,68

94


(p > 0,05) yang artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sehingga kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama. Setelah dilakukan treatment, model PBL memberikan pengaruh menengah terhadap kemampuan regulasi diri, yaitu dengan harga r = 0,39 atau sama dengan 15%. Model PBL memberikan pengaruh sebesar 15% terhadap kemampuan regulasi diri, sedangkan 85% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti. Variabel lain tersebut misalnya intelegensi, motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan kelas, atau latar belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151). Kedua kelompok mengalami peningkatan skor yang signifikan pada kemampuan regulasi diri, namun persentase peningkatan skor pada kelompok eksperimen yang menerapkan model PBL lebih besar yaitu 50,23% dibandingkan dengan persentase peningkatan skor pada kelompok kontrol yang menerapankan metode ceramah yaitu 32,29%. Untuk mengukur kemampuan regulasi diri digunakan instrumen yang sama pada pretest dan posttest I yaitu nomor 6a, 6b, dan 6c. Soal nomor 6a membahas tentang menilai diri dari gagasan sendiri. Hasil pretest kelompok kontrol pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 13 siswa. Pada posttest I kelompok kontrol modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 17 anak. Hasil pretest kelompok eksperimen pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 13 anak. Pada posttest I kelompok eksperimen modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 11 anak. Soal nomor 6b membahas mengenai tentang penilaian terhadap data yang digunakan. Hasil pretest kelompok kontrol pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 12 anak. Pada posttest I, modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 20 anak. Hasil pretest kelompok eskperimen pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 13 anak. Pada posttest I kelompok eksperimen, modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 12 anak.

95


Soal nomor 6c membahas tentang menguji pandangan diri terhadap suatu permasalahan. Hasil pretest kelompok kontrol pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 17 anak. Pada posttest I, modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 15 anak. Hasil pretest kelompok eksperimen pada soal ini modus nilai berada pada siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 13 anak. Pada posttest I kelompok eksperimen, modus nilai meningkat menjadi siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 12 anak. Selain itu, hasil posttest I kelompok eksperimen pada ketiga soal tidak ada yang mendapat nilai 1. Perbandingan rerata selisih skor pretest-posttest I terhadap kemampuan regulasi diri pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.5. Pada gambar tersebut terlihat bahwa selisih skor pretest-posttest I pada kelompok eksperimen yaitu 73,08% lebih besar daripada selisih skor pretestposttest I pada kelompok kontrol yaitu 3%. Pada uji besar efek peningkatan skor pretest-posttest I menunjukkan bahwa besar efek peningkatan pada kelompok eksperimen yaitu 88% lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu 67%. Kedua kelompok sama-sama memiliki efek besar. Pada uji korelasi skor, kedua kelompok memiliki korelasi yang positif dan signifikan terhadap kemampuan regulasi diri. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig.(2-tailed) yang diperoleh sebesar 0,001 pada kelompok kontrol dan 0,023 pada kelompok eksperimen (p < 0,05) yang artinya Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan kata lain, ada korelasi yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kedua kelompok. Positif memiliki arti bahwa siswa yang mendapat skor tinggi pada pretest akan mendapat skor tinggi pula pada posttest I terhadap kemampuan regulasi diri dan sebaliknya. Signifikan memiliki arti bahwa hasil temuan dapat digeneralisasikan untuk populasi. Setelah kurang lebih 2 minggu dari posttest I, kedua kelompok mengerjakan posttest II dengan tujuan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan menunjukkan bahwa pada kedua kelompok terjadi penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II. Hal tersebut terlihat dari harga Sig. (2tailed) yang diperoleh pada kelompok kontrol sebesar 0,002 (p < 0,05) dan pada

96


kelompok eksperimen sebesar 0,04 (p < 0,05) yang artinya Hnull ditolak dan Hi diterima. Selanjutnya, dilakukan analisis skor pretest dan posttet II untuk mengetahui apakah capaian skor pada posttest II berbeda atau tidak berbeda dengan kondisi awal pada pretest. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol besar Sig. (2-tailed) yang diperoleh sebesar 0,231 (p > 0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan antara skor pretest dengan skor posttest II. Pada kelompok eksperimen besar Sig. (2-tailed) yang diperoleh sebesar 0,000 (p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan antara skor pretest dengan skor posttest II. Dengan kata lain, dengan menggunakan metode ceramah pada kelompok kontrol, materi yang diberikan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa, sedangkan penggunaan model PBL pada kelompok eksperimen dapat membuat materi bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Hasil di atas dikonfirmasi juga oleh temuan Sungur & Tekkaya yang pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama dengan nilai p = 0,32 (p > 0,05). Uji kemampuan awal tersebut dihitung dengan menggunakan skor pretest yang dilakukan pada kedua kelompok. Setelah treatment, Sungur & Tekkaya melakukan posttest pada kedua kelompok. Hasil dari posttest yang dianalisis menggunakan MANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05).

4.2.3 Persepsi Terhadap Perlakuan Krathwohl (2004: 546) menjelaskan bahwa setiap penelitian eksperimental harus memasukkan elemen dari penelitian kualitatif untuk membantu memahami sudut pandang subjek, pelaku treatment, dan observer. Oleh karena itu, pada bagian ini akan disingkap persepsi terhadap perlakuan dengan melakukan teknik triangulasi yang terdiri dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dilakukan selama pembelajaran di kelas eksperimen. Wawancara dilakukan kepada guru mitra dan tiga siswa pada kelompok eksperimen. Dokumentasi berupa foto-foto selama pembelajaran pada kelompok kontrol dan eksperimen. Peneliti melakukan observasi saat pembelajaran berlangsung pada kelas eksperimen selama tiga kali pertemuan. Observasi pertama dilaksanakan pada hari

97


Rabu, 28 September 2016 pukul 07.00-08.45 WIB. Semua siswa terlihat senang dan antusias ketika guru mitra masuk ke dalam kelas karena guru tersebut bukan guru kelas mereka. Rasa antusias mereka semakin besar ketika guru memperlihatkan video mengenai kelangkaan listrik yang pernah terjadi di sekitar siswa. Suasana kelas menjadi tenang dan semua siswa memperhatikan dengan seksama. Setelah menonton video, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok mencari permasalahan yang ada pada video yang ditayangkan dan menuliskannya pada lembar LKS. Permasalahan tersebut kemudian dipecahkan secara berkelompok dengan cara berdiskusi dan mencari informasi dari media serta sumber materi yang sudah disediakan. Setiap kelompok terlihat sibuk dengan diskusi sehingga kelas menjadi sedikit riuh. Setelah selesai, setiap kelompok diminta maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah mereka tulis. Pada kegiatan ini, terlihat beberapa siswa dengan antusias menceritakan solusi atas permasalahan yang mereka temukan. Siswa yang biasanya pendiam, terlihat tidak malu-malu ketika harus mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Observasi kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 29 September 2016 pukul 07.00 – 08.45 WIB. Pada hari kedua ini, para siswa terlihat tidak sabar ingin segera memulai pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari banyak dari mereka yang tetap tinggal di kelas meskipun bel belum berbunyi. Pada kegiatan inti, siswa memperhatikan gambar yang ditayangkan oleh guru dan mendengarkan cerita dari guru dengan seksama. Selanjutnya, siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan diminta untuk mencari permasalahan yang ada dari gambar dan cerita sebelumnya. Siswa dituntun untuk menyelesaikan permasalahan yang telah ditemukan dengan bantuan guru, diskusi dalam kelompok, sumber materi yang tersedia, dan media yang telah disediakan oleh peneliti yaitu beberapa alat listrik. Siswa terlihat antusias ketika mencoba beberapa alat listrik secara bergantian. Solusi dari permasalahan kemudian ditulis secara berkelompok pada LKS. Setelah selesai, setiap kelompok diminta maju ke depan kelas untuk mempresenatsikan hasil yang telah didapatkan. Pada hari kedua ini, para siswa mulai terbiasa dengan berdiskusi dalam kelompok dan mempresentasikan hasil diskusi. Mereka terlihat lebih percaya diri daripada hari sebelumnya.

98


Observasi ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 30 September 2016 pukul 09.05 – 10.40 WIB. Pada apersepsi, guru menayangkan berita mengenai kelangkaan listrik dan air yang terjadi di Indonesia. Para siswa memperhatikan dengan seksama dan beberapa dari mereka bertanya “Kok bisa ya Pak?”, “Kenapa bisa begitu ya Pak?”(Komunikasi pribadi, 30 September 2016). Setelah memperharhatikan berita, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Mereka terlihat senang ketika bergabung dalam kelompok. Setiap kelompok diberikan gambar dan LKS. Siswa diminta untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada pada gambar.

Dalam

kelompok,

para

siswa

berdiskusi

untuk

memecahkan

permasalahan yang telah mereka temukan dan menuliskan hasilnya pada LKS. Kelas menjadi sedikit riuh karena diskusi yang dilakukan. Selain berdiskusi, siswa mencari solusi dari sumber materi dan media yang telah disediakan guru. Kelompok yang sudah selesai berdiskusi dan menuliskannya pada LKS melapor kepada guru dengan bersemangat. Setelah semua kelompok selesai, kelompok yang selesai pertama maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Rasa malu-malu hampir tidak terlihat pada pertemuan ketiga ini. Mereka dengan lantang dan percaya diri memaparkan hasil diskusi di depan guru dan kelompok lainnya. Pada kegiatan penutup, setiap siswa diminta menuliskan kegiatan aksi yang akan mereka lakukan di rumah sebagai cara mereka untuk menghemat energi (sesuai materi). Mereka terlihat antusias menuliskan beberapa sikap menghemat energi pada lembar aksi. Peneliti melakukan wawancara terhadap guru mitra setelah dilakukannya perlakuan pada hari Senin, 3 Oktober 2016. Guru mitra belum pernah menggunakan model PBL sebelumnya, berikut jawaban Beliau, “Belum pernah kalau PBL, kalau eksperimen sudah.” (W G B9). Guru mitra berpendapat bahwa model PBL dapat mendorong anak berpikir kreatif. Hal tersebut ditunjukkan dari jawaban Beliau, “menggunakan model PBL baik, menarik, model PBL memicu anak untuk berpikir lebih mendalam, berpikir kreatif, ada kerjasama yang baik dengan teman-temannya.” (W G B18). Guru mitra juga menganggap bahwa model PBL efektif digunakan dalam pembelajaran IPA. Hal tersebut ditunjukkan dari jawaban Beliau, “Iya, efektif untuk pembelajaran apalagi IPA. Anak-anak masih ingat pelajaran yang diberikan ketika memakai model PBL.” (W G B23).

99


Guru mengalami kesulitan ketika mengimplementasikan model PBL. Hal tersebut ditunjukkan dari jawaban Beliau, “Kalau kemarin kesulitannya itu anak masih susah menemukan masalah dari kasus, inti dari masalah masih bingung. Karena mungkin abru pertama ini menggunakan model PBL di kelas.” (W G B12). Terkait hal tersebut, Guru mitra memberikan saran untuk pembelajaran PBL yaitu “Perlunya mengkondisikan siswa dan disosialisasikan dengan jelas langkah PBL karena langkah PBL banyak sehingga siswa mungkin ada yang bingung.” (W G B33) Peneliti juga melakukan wawancara terhadap tiga siswa dari kelompok eksperimen. Ketiga siswa tersebut merupakan siswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan hasil pretest dan posttest yang telah dilakukan. Wawancara dengan ketiga siswa tersebut dilakukan secara terpisah. Hasil dari wawancara ketiga siswa menunjukkan bahwa ketiga siswa merasa senang belajar IPA. Hal tersebut ditunjukkan dengan jawaban siswa berikut ini,”Suka, bisa tahu tentang alam.” (W1 SA B2). Siswa lain juga menjawab, “Ya senang, karena IPA tidak susah seperti Matematika tidak hitunghitungan. IPA belajar tumbuhan.” (W1 SB B3) dan “Senang.” (W1 SC B2). Ketiga siswa tersebut mempelajari IPA dengan metode ceramah dan pernah menggunakan metode lain yaitu percobaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan jawaban siswa berikut, “Dijelaskan di depan kelas dan pakai buku. (W1 SA B4), “Biasanya dijelasin dulu, terus ditanya yang belum bisa, terus disuruh mengerjakan soal di buku.” (W1 SB B6), dan “Pernah waktu pelajaran IPA percobaan” (W1 SA B11). Setelah dilakukan pretest, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal yang ditunjukkan pada dengan jawaban siswa sebagai berikut, “Ada yang sulit ada yang gampang.” (W1 SA B16) dan “Agak, tapi sulit. Ada soal yang tidak saya isi.” (W1 SC B16). Soal yang dirasa paling sulit adalah soal nomor 6 yang ditunjukkan dengan jawaban siswa sebagai berikut, “Emm nomor 6. Saya bingung.” (W1 SB B21) dan “Nomor 6 karena sulit.” (W1 SC B24). Setelah mendapatkan treatment, ketiga siswa merasa senang belajar dengan model PBL. Hal tersebut ditunjukkan dengan jawaban siswa berikut ini, “Senang, karena bisa belajar sama kelompok.” (W2 SA B3). Siswa lain menjawab,

100


“Senang, kemarin juga ada percobaan, ada lampu-lampu juga, menarik dan saya lebih mudeng.”(W2 SB B3) dan “Senang soalnya praktik.” (W2 SC B3). Model PBL membantu siswa memahami materi mengenai energi. Hal tersebut ditunjukkan dengan jawaban siswa berikut ini, “Iya, jadi lebih ngerti materi jadi bisa ngerjakan soal.” (W2 SA B19). Siswa lain menjawab seperti berikut, “Iya, soalnya jadi tahu beneran jadi bisa mengisi.” (W2 SB B33). Ketiga siswa yang diwawancarai tidak merasa kesulitan ketika belajar IPA dengan model PBL berikut ketiga jawaban dari siswa, “Tidak mengalami kesulitan karena belajarnya bareng sama temen-temen,” (W2 SA B16), “Tidak merasa kesulitan karena menggunakan alat-alat sederhana, bekerja kelompok bareng, terus maju juga.” (W2 SB B16), “Tidak, soalnya belajarnya bareng sama teman.” (W2 SC 12). Setelah mendapatkan treatment, siswa lebih bisa mengerjakan soal yang mengukur kemampuan eksplanasi yang ditunjukkan dengan jawaban siswa sebagai berikut, “Bisa, semuanya saya kerjakan.” (W2 SC B15) dan “Iya bisa, saya kemarin bisa mengisi semua yang nomor 5. Soalnya kan sudah dipelajari, saya juga masih ingat.” (W2 SB B21). Siswa juga lebih bisa mengerjakan soal yang mengukur kemampuan regulasi diri yang ditunjukkan dengan jawaban siswa sebagai berikut, “Iya, jadi lebih bisa gerjakan.” (W2 SA B20) dan“Yang kemarin nomor 6 saya juga bisa mengerjakan.” (W2 SB B23).

4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut Penelitian ini menunjukkan dua hasil, yaitu penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan eksplanasi dan penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan regulasi diri. Pada penelitian lain juga mendapatkan hasil yaitu pengaruh PBL berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi siswa dan ketertarikan siswa akan kimia (Zegnilagic-Hajric, Sabeta, & Nuic, I, A., 2015), penggunaan PBL dan pengajaran internasional berpengaruh pada pembelajaran regulasi diri (Sungur & Tekkaya, 2006), dan PBL berpengaruh terhadap prestasi siswa dan level penataan konsep pada sains dan teknologi (Inel & Balim, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh PISA dalam bidang sains, membaca, dan matematika menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke 64 dari

101


65 negara (OECD, 2013: 5). Untuk capaian pada bidang sains, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara dengan hasil rerata skor 382. Pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat ke 62 dari 70 negara (OECD, 2016: 5). Untuk capaian pada bidang sains, Indonesia berada pada peringkat ke 62 dari 70 negara dengan hasil rerata skor 403 (OECD, 2016: 5). Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil rerata skor untuk bidang sains, namun peringkat Indonesia tetap berada pada 10 besar terbawah dari 70 negara. Peringkat tersebut menunjukkan bahwa para siswa di Indonesia mengalami kesulitan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu penyebabnya yaitu karena masih banyak sekolah yang menggunakan metode ceramah. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk belajar secara aktif dan

dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu model PBL. Abidin (2014: 160-162) menjelaskan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong siswa untuk belajar aktif, mengonstruksi pengetahuan, dan mengintegrasikan konteks belajar di sekolah dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah. Model ini berhubungan dengan situasi kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi bermakna, mendorong siswa untuk mampu berpikir kritis, dan mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Facione menjelaskan bahwa terdapat enam sub-skills pada berpikir kritis yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Penelitian ini dikhususkan untuk meneliti pengaruh penerapan model Probem Based Learning terhadap kemampuan eksplanasi dan regulasi diri pada mata pelajaran IPA materi energi siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PBL memberikan efek menengah terhadap kemampuan eksplanasi dengan nilai r = 0,33 atau sebesar 11%. Penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan regulasi diri dan memberikan efek menengah dengan nilai r = 0,39 atau sebesar 15%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, model PBL dapat diujicobakan ke sekolah-sekolah yang lain sebagai model pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan eksplanasi dan regulasi diri siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA. Model PBL

102


dapat diujicobakan juga pada mata pelajaran lain, kemampuan atau aspek lain, dan tingkat kelas yang berbeda.

103


BAB V PENUTUP

Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan berisi hasil penelitian dan menjawab hipotesis penelitian. Keterbatasan penelitian

berisi

kekurangan yang ada selama penelitian

dilaksanakan. Saran berisi masukkan dari peneliti untuk penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan 5.1.1

Penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan eksplanasi mata pelajaran IPA materi energi pada siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Hasil analisis terhadap data penelitian menjawab hipotesis penelitian. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistrik parameterik dengan Independent samples t-test menunjukkan bahwa rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M = 1,01, SE = 0,11) lebih tinggi daripada rerata selisih skor pada kelompok kontrol (M = 0,69, SE = 0,07). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t(54) = -2,53 dan p= 0,014 (p < 0,05). Besarnya pengaruh sebesar r = 0,33 atau setara dengan 11% yang termasuk dalam kategori efek menengah.

5.1.2

Penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan regulasi diri mata pelajaran IPA materi energi pada siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Hasil analisis terhadap data penelitian menjawab hipotesis

penelitian.

Hasil

uji

signifikansi

pengaruh

perlakuan

menggunakan statistrik parameterik dengan Independent samples t-test menunjukkan bahwa rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M = 1,09, SE = 0,07) lebih tinggi daripada rerata selisih skor pada kelompok kontrol (M = 0,72, SE = 0,09). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t(54) = -3,05 dan p= 0,004 (p < 0,05). Besarnya pengaruh sebesar r = 0,39 atau setara dengan 15% yang termasuk dalam kategori efek menengah.

104


5.2 Keterbatasan Penelitian 5.2.1

Hasil pada penelitian ini terbatas pada SD N Perumnas Condongcatur Yogyakarta, sehingga hasil penelitian belum dapat digeneralisasikan pada SD lainnya.

5.2.2

Siswa merasa bosan dengan soal yang sama dari pretest, posttest I, hingga posttest II, sehingga membuat siswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal.

5.3 Saran 5.3.1

Peneliti selanjutnya, sebaiknya melaksanakan penelitian serupa di SD yang lain.

5.3.2

Peneliti sebaiknya berdiskusi dengan guru mitra untuk membuat tampilan soal yang lebih menarik dengan tujuan untuk mengurangi kebosanan siswa terhadap soal.

105


DAFTAR REFERENSI

Abidin, Y. (2014). Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama. Alghafri, A.S.R., & Ismail, H.N.B. (2014). The effect of integrating creative and critical thinking on schools students‟ thinking. International Journal of Social Science and Humanity, 4 (6), 518-525. Diakses pada tanggal 10 Desember 2016 dari http://ijssh.org/papers/410-CH351.pdf Al-Tabani, T.I.B. (2014). Mendesain model pembelajaran inovatif, progresif, dan kontekstual: Konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum 2013 (Kurikulum tematik integratif/TKI). Jakarta: Prenadamedia Group. Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Best, J.W., & Kahn, J.V. (2006). Research in education (tenth edition). Boston: Pearson Education Inc. BSNP. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: BSNP Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research methods in education. New York: Routledge. Creswell, J. (2015). Riset pendidikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi riset kualitatif & kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Desmita. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Devi, P., & Anggraeni, S. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Facione. (1990). Critical thinking: a statement of expert consensus for purposes of educational assessment and instruction, the delphi report, diakses tanggal 7 Maret 2009, dari www.insightassessment.com/pdf_files/DEXadobe.PDF Facione. (2007). Critical thinking: What it is and why it counts. San Francisco: Insight Assessment. Diakses tanggal 7 Maret 2009, dari www.insightassessment.com/pdf_files/what&why2006.pdf Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How to design and evaluate research in education (8th ed.). New York: McGraw Hill. Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS, third edition. London: Sage.

106


Ghozali, I. (2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia. Indrawan, R., & Yaniawati, P. (2014). Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif, dan campuran untuk manajemen pembangunan dan pendidikan. Bandung: Refika Aditama. Inel & Balim. (2010). The effects of using problem-based learning in science and technology teaching upon students‟ academic achievment and levels of structuring concepts. Article from Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 11, 3-24. Diakses pada tanggal 10 Desember 2016 dari https://www.ied.edu.hk/apfslt/download/v11_issue2_files/inel.pdf Johnson, B. & Christensen, L. (2008). Educational research: quantitative, qualitative, and mixed approaches (3rd. Ed.). California: Sage Publications. Kasmadi & Sunariah, N. S. (2013). Panduan modern penelitian kuantitatif. Bandung: Alfabeta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Selalu berhemat energi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Krathwohl, D. R. (2004). Methods of educational and social science research, an integrated approach, second edition. Illinois: Waveland Press. Mariana, M. (2009). Hakikat IPA dan pendidikan IPA. Bandung: PPPPTK IPA. Nezami, N.R. (2013). The effect of cooperative learning on the critical thinking of high school students. Technical Journal of Engineering and Applied Science, 3 (19), 2508-2514). Diakses pada tanggal 10 Desember 2016 dari www.tjeas.com/uploads/2013/10/2508-2514.pdf Neuman, W. L. (2013). Metodologi penelitian sosial: Pendekatan kualitatif dan kuantitatif (Ed. 7). Jakarta: PT Indeks. OECD. (2013). PISA 2012 result: What students know and can do: Students performance in reading, mathematics, and science. Diakses dari www.oecd.ord/pisa/keyfindings/PISA-2012-results-overview.pdf OECD. (2016). PISA 2015 Result in focus. Diakses dari www.oecd.ord/pisa/pisa2015-results-in-focus.pdf Oktoviani, M. (2008). Cakrawala sains serba serbi energi. Jakarta: Nobel Edumedia.

107


Othman, M., Sahamid, H., & Harrith Zulkefli, M. (2015). The effect of debate competition on critical thinking among Malaysian second language learners. Middle-East Journal of Scientific Research, 23 (4), 656-664. Diakses pada tanggal 10 Desember 2016 dari www.idosi.org/mejsr/mejsr23(4)15/15.pdf Priyatno, D. (2012). Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media. Purwanto. (2008). Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Rositawaty. (2008). Senang belajar Ilmu Pengetahuan Alam 4 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Rusman. (2012). Model-model pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Salkind, N. J. (2009). Teori-teori perkembangan manusia: Sejarah kemunculan, konsepsi datar, analisis komparatif, dan aplikasi. Yogyakarta: Nusa Media. Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Santrock, J. W. (2014). Psikologi pendidikan. Jakarta Selatan: Salemba. Saptorini, D. (2013). Seri tematik selalu berhemat energi. Jakarta: Yudhistira. Sugiyanto. (2010). Model-model pembelajaran inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka. Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sungur, S., & Tekkaya, C. (2006). Effect of problem-based learning and traditional instruction on self-regulated learning. The Journal of Educational Research, 99 (5), 307-317. Diakses pada tanggal 10 Desember 2016 dari http://hrmars.com/hrmarspapers/TheEffectofProblem-BasedLearningonSelfdirectedLearningSkillsamongPhysicsUndergraduates.pdf Suparno. (2001). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius. Susilawati, dkk. (2013). Tematik terpadu tema: Selalu berhemat energi. Jakarta: Erlangga. Tawil & Liliasari. (2013). Berpikir kompleks dan implementasinya dalam mata pelajaran IPA. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

108


Triwiyanto, T. (2014). Pengantar pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Zegnilagic-Hajric, Sabeta, & Nuic, I, A. (2015). The effect of problem-based learning on students‟ achievements in primary school chemistry. Bulletin of the Chemsists and Technologists of Bosnia and Hersegovina, 44, 17-22. Diakses pada 10 Desember 2016 dari http://www.pmf.unsa.ba/hemija/glasnik/files/Issue%2044/5-17-22Zejnilagi.pdf

109


LAMPIRAN

110


Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian

111


Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal

112


Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol

113


114


115


Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen

116


117


118


Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol

119


120


121


122


123


124


Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen

125


126


127


128


129


130


131


132


PERTEMUAN 1

Lembar Kerja Siswa (LKS)

Nama Kelompok

:

Kelas

:

Petunjuk: 1. Amati video dengan seksama! 2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang tersedia, boleh mencari informasi darimana saja seperti wawancara, buku, perpustakaan, dan lain-lain! 3. Tuliskan temuanmu pada kotak yang tersedia! Pertanyaan: Berdasarkan video tersebut, a. Apa yang menjadi penyebab masalah dari berita tersebut? b. Bagaimana cara alternatif yang bisa kalian lakukan untuk mengatasi masalah tentang kelangkaan listrik? (Jawaban memuat: macam-macam sumber energi alternatif, pemanfaatan dalam mengatasi kelangkaan listrik, kesimpulan) c. Buatlah sebuah percobaan dari pemanfaatan sumber energi alternatif air yaitu kincir air sederhana! Pembuatan Kincir Air Sederhana A. Alat dan bahan 1. Botol plastik 1,5 liter 2. Aqua gelas 3. Gabus 4. Lidi/sumpit 5. Gunting 6. Kertas origami B. Langkah Kerja 1. Gunting botol plastik menjadi 4 bentuk persegi untuk baling-baling 2. Buatlah 4 sayatan sepanjang baling-baling plastik, atur agar jaraknya sama 3. Masukkan baling-baling menggunakan kertas origami dan pasang di ujung lidi atau sumpit 4. Kincir air siap digunakan

133


Laporkan hasil jawabanmu pada kotak di bawah ini!

134


LKS PERTEMUAN 2 Nama Kelompok: _______________________________ _______________________________ _______________________________ _______________________________ 1.

Alat listrik apa saja yang digunakan pada gambar tersebut? Perubahan energi apa yang terjadi pada alat tersebut? _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________

2.

a. Jika Rino ingin mendengarkan musik sambil berenang, tuliskan minimal 3 cara yang dapat dilakukan supaya tetap aman! _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________

b. Dari cara yang telah disebutkan, manakah cara yang paling tepat? Tuliskan alasanmu! _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________

135


c. Berdasarkan gambar dan cerita, buatlah sebuah kesimpulan mengenai energi listrik! _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________ _______________________________________________________________________

_______________________________________________________________________

136


LKS PERTEMUAN 3 Lembar Kerja Kelompok

Silahkan cari informasi sebanyak-banyaknya untuk menjawab soal di bawah ini : 1. Ceritakan isi dari gambar yang kelompokmu dapat ! 2. Masalah apa yang terjadi pada gambar yang kelompokmu dapat ? 3. Apakah kamu setuju dengan masalah tersebut? jelaskan alasanmu! ? (paling sedikit 3 cara) 4. Sikap apa yang seharusnya kamu perlihatkan terkait dengan permasalahan tersebut ? (paling sedikit 3 sikap) Tuliskan hasil diskusi kelompok pada kolom di bawah ini !

137


Lampiran 3.1 Soal Uraian Kasus Saat siang hari sepulang sekolah Riko melihat ayahnya sedang menonton berita tentang kelangkaan listrik di televisi. Isi berita di TV yaitu bahwa pemerintah menganjurkan masyarakat untuk melakukan penghematan dengan memanfatatkan berbagai sumber energi alternatif yang ada. 1. Berdasarkan kasus di atas, a. Sebutkan 4 macam sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kelangkaan listrik! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ b. Jelaskan 4 pemanfaatan sumber energi alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber energi listrik! (Masing-masing 1 pemanfaatan untuk setiap sumber energi alternatif) ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ c. Jelaskan 2 keuntungan dan 2 kerugian dari sumber energi alternatif! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! a. - Baling-baling kertas diletakkan di stang sepeda sambil sepedanya dijalankan. - Baling-baling kertas diletakkan di ruang tertutup. Apa yang membedakan dari 2 pernyataan di atas? Sebutkan minimal 2! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................

138


........................................................................................................................ ........................................................................................................................ b. Apakah kamu setuju jika parasut menggunakan cara kerja udara yang mengalir? Berikan 3 alasanmu! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ c. Pada sore hari angin bertiup ke arah utara. Denis menerbangkan layanglayangnya ke arah selatan. Apakah yang dilakukan Denis sudah memanfaatkan energi angin? (Sudah atau belum). Berikan 3 alasanmu! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 3. Pilihlah jawaban yang tepat dari pernyataan di bawah ini dengan melingkari pilihan jawaban (Benar / Salah) kemudian tuliskan 2 alasannya! a. Lampu pijar menghasilkan cahaya dan panas

( Benar / Salah )

........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ b. Ayah meminta Rino untuk tidak menggunakan alat listrik di dekat air (Benar / Salah) Alasan: ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ c.

Pada sore hari Rino dan ayah sedang menonton berita di televisi. Diberitakan bahwa seorang anak meninggal saat benang layang-layang yang dimainkannya tersangkut di kabel listrik di sore yang gerimis. 139


Ayah menasihati Roni untuk tidak bermain layang-layang di tempat yang terdapat kabel terutama saat gerimis. Benarkah nasihat ayah tersebut? ........................................................................................................................ Tuliskan 2 alasanmu: ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 4.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat! a. Rino akan mengganti bola lampu belajar yang mati. Tuliskan 3 cara mengganti bola lampu dengan aman! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ b.

Dari ketiga cara yang telah kamu tuliskan, manakah cara yang paling tepat? ........................................................................................................................ Tuliskan 2 alasanmu: ........................................................................................................................ ........................................................................................................................

c.

Setiap hari keluarga Pak Rafi memanfaatkan energi listrik. Di rumahnya terdapat banyak alat yang menggunakan listrik seperti televisi, lampu, komputer, mesin cuci, kipas angin, kulkas, dan rice cooker. Keluarga Pak Rafi selalu hemat dan hati-hati dalam menggunakan alat listrik karena penggunaan yang salah dapat membahayakan. Dari cerita di atas, buatlah 3 kesimpulan mengenai energi listrik! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................

140


5.

Coba perhatikan gambar di bawah ini!

a. Ceritakan isi gambar di atas dengan minimal 3 kalimat! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ b. Setujukah kamu dengan yang dilakukan Pak Budi seperti pada gambar? Jelaskan alasanmu!

........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ c. Sebutkan minimal 3 cara yang dapat kamu lakukan untuk menghemat energi di rumah! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 6.

Kamu dan adikmu sedang menonton TV di siang hari sambil menghidupkan kipas angin. Menonton TV terlalu lama membuatmu bosan, kemudian kamu masuk ke kamar untuk mendengarkan radio sambil menghidupkan AC dan lampu kamar tanpa mematikan TV.

141


a. Apakah yang kamu lakukan sudah mencerminkan perilaku hemat energi? Jelaskan alasanmu! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ b. Sebutkan 3 hal yang tidak menunjukkan perilaku hemat energi pada cerita di atas! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ c. Sebutkan minimal 3 cara yang seharusnya kamu lakukan untuk menghemat energi sesuai dengan cerita di atas! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................

142


Lampiran 3.2 Kunci Jawaban 1. A. Macam-macam sumber energi alternatif 1) Energi matahari 2) Energi angin 3) Energi air 4) Panas bumi B. Pemanfaatan sumber energi alternatif 1) Energi matahari : melalui sel surya, energi matahari dapat diubah menjadi energi listrik. 2) Energi angin

: pemanfaatan kincir angin (PLTAngin) untuk

membangkitkan energi listrik. 3) Energi air

: melalui air terjun yang dapat digunakan untuk

menghasilkan energi listrik (PLTA) 4) Panas bumi

: melalui PLTU (Pembangkit Listrik tenaga Uap).

Uap panas dari dalam bumi dialirkan ke permukaan melalui pipa, lalu uap panas dialirkan ke turbin melalui pipa yang menyebabkan turbin berputar. C. Keuntungan dan kerugian sumber energi alternatif Keuntungan : 1) Tidak akan habis walaupun dipakai terus-menerus. 2) Energi yang dihasilkan sangat besar. 3) Tidak mencemari lingkungan. Kerugian : 1) Membutuhkan biaya yang besar untuk memperolehnya. 2) Membutuhkan teknologi yang tinggi untuk mengubah energi alternatif mejadi energi yang dapat digunakan. 3) Ketersediaan energi alternatif dipengaruhi oleh musim. 2. A. Perbedaan : 1) Baling-baling (1) diletakkan di stang sepeda sambil sepedanya dijalankan sedangkan Baling-baling (2) diletakkan di ruang tertutup.

143


2) Baling-baling (1) akan berputar karena ada tertiup angin sedangkan baling-baling (2) tidak akan berputar karena tidak ada angin di ruang tertutup. B. Setuju, Alasan : 1) Prinsip parasut memanfaatkan udara yang mengalir. 2) Udara yang terkumpul di bawah parasut yang mengembang yang akan memberikan tekanan ke atas. 3) Dengan tekanan ke atas akan memperkecil kecepatan parasut untuk mendarat. C. Belum. Alasan : 1) Denis dalam menerbangkan layang-layang berlawanan dengan arah angin. 2) Layang-layang tidak akan bisa terbang lepas karena beralawanan arah. 3) Denis tidak memanfaatkan energi angin dengan baik seharusnya menerbangkan layang-layang searah dengan arah angin yang bertiup. 3. a. Benar Alasan: 1) Lampu pijar menggunakan energi listrik 2) Energi listrik diubah menjadi energi panas dan energi cahaya b. Benar Alasan: 1) Menggunakan energi listrik didekat air berbahaya 2) Air dapat menghantarkan energi listrik c. Benar Alasan: 1) Bermain layang-layang saat hujan di dekat kabel listrik berbahaya. 2) Benang dapat menghantarkan energi listrik karena mengandung air. 4. a. Tiga cara mengganti lampu dengan aman: 1) Pastikan tangan dan kaki kering atau menggunakan alas kaki 2) Pastikan lingkungan sekitar kering 3) Mencabut kabel atau mematikan aliran listrik b. Matikan atau putuskan arus listrik

144


Alasan: Mencabut kabel telah memutuskan aliran listrik, sehingga tubuh tidak dapat menghantarkan arus listrik 5. a. Pak Budi sedang menggosol gigi di kamar mandi. Pak Budi lupa mematikan keran di wastafel. Air dari keran yang lupa dimatikan membanjiri kamar mandi Pak Budi. b. Tidak setuju dengan yang pak Budi lakukan karena Pak Budi tidak menggunakan air dengan hemat, Pak Budi tidak memiliki sikap hemat energi, Pak Budi boros air. c. Mematikan keran jika tidak digunakan, mematikan peralatan yang bersumber energi listrik jka tidak digunakan, menggunakan sepeda atau berjalan kaki jika bepergian jarak dekat 6. a. Hal-hal yang saya lakukan belum mencerminkan perilaku hemat energi, saya melakukan pemborosan energi dengan tidak mematikan alat elektronik ketika sudah tidak digunakan. b. Saya tidak mematikan TV ketika tidak ditonton, tidak mematikan kipas angin ketika tidak digunakan, dan menghidupkan lampu kamar di siang hari. c. Seharusnya saya mematikan TV jika sudah tidak ditonton, mematikan kipas angin ketika sudah tidak digunakan, dan tidak menghidupkan lampu kamar pada siang hari.

145


Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian No Soal

Variabel

Indikator Menyebutkan macam-macam sumber energi alternatif

Menjelaskan pemanfaatan pada setiap sumber energi alternatif

1

Interpretasi

Menjelaskan keuntungan sumber energi alterntaif

Membandingkan pernyataan yang berbeda-beda

2.

Analisis

Melontarkan pernyataan prinsip kerja parasut kepada publik untuk melihat reaksi dengan maksud menyetujui gagasan Mengidentifikasi suatu permasalahan pada permainan yang membutuhkan energi angin

Kriteria Jika menyebutkan 4 macam sumber energi alternatif dengan benar Jika menyebutkan 3 macam sumber energi alternatif dengan benar Jika menyebutkan 2 macam sumber energi alternatif dengan benar Jika menyebutkan 1, menjawab salah dan tidak menjawab Jika menjelaskan 4 pemanfaatan pada macam-macam sumber energi alternatif dengan benar Jika menjelaskan 3 pemanfaatan pada macam-macam sumber energi alternatif dengan benar Jika menjelaskan 2 pemanfaatan pada macam-macam sumber energi alternatif dengan benar Jika menjelaskan 1 pemanfaatan dengan benar atau tidak menjawab sama sekali Jika menyebutkan minimal 4 keuntungan dan/atau kerugian sumber energi alternatif dengan benar Jika menyebutkan 3 keuntungan dan/atau kerugian sumber energi alternatif dengan benar Jika menyebutkan 2 keuntungan dan/atau kerugian sumber energi alternatif dengan benar Jika menyebutkan 1 keuntungan dan/atau kerugian sumber energi alternatif atau tidak menjawab dengan benar Jika menyebutkan 2 perbedaan dari pernyataan dengan benar Jika menyebutkan 1 perbedaan dari pernyataan dengan benar Jika menjawab salah Jika tidak menjawab sama sekali Jika menuliskan 3 alasan dengan benar Jika menuliskan 2 alasan dengan benar Jika menuliskan 1 alasan dengan benar Jika menjawab salah atau tidak menjawab sama sekali Jika menjawab dengan benar dan memberikan alasan yang tepat Jika menjawab dengan benar dan memberikan alasan yang kurang tepat Jika menjawab dengan benar tetapi memberikan alasan yang tidak tepat

Skor 4 3 2 1 4

3

2

1

4

3

2

1

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2

146


Menilai kebenaran pernyataan perubahan energi listrik

Menilai kebenaran pendapat penggunaan energi listrik 3.

Evaluasi

Menilai kebenaran pernyataan mengenai bahaya energi listrik

Membuat alternatif pemecahan masalah tentang penggunaan energi listrik

4

Inferensi

Memperkirakan konsekuensi dari pemilihan alternatif penggunaan energi listrik

Membuat kesimpulan tentang energi listrik

5.

Eksplanasi

Menjelaskan pernyataan yang tepat dari hasil regulasi diri.

Jika menjawab salah dan memberikan alasan yang tidak tepat Jika memilih jawaban dengan benar dan memberikan 2 alasan tepat Jika memilih jawaban dengan benar dan memberikan 1 alasan tepat Jika memilih jawaban dengan benar namun alasan tidak tepat Jika memilih jawaban salah dan memberikan alasan yang tidak tepat Jika memilih jawaban dengan benar dan memberikan 2 alasan tepat Jika memilih jawaban dengan benar dan memberikan 1 alasan tepat Jika memilih jawaban dengan benar namun alasan tidak tepat Jika memilih jawaban salah dan memberikan alasan yang tidak tepat Jika menjawab benar dengan 2 alasan tepat Jika menjawab benar dengan 1 alasan tepat Jika menjawab namun alasan tidak tepat Jika menjawab salah dengan alasan yang tidak tepat Jika menuliskan 3 jawaban dengan benar Jika menuliskan 2 jawaban dengan benar Jika menuliskan 1 jawaban benar Tidak menuliskan jawaban dengan benar Jika memilih cara benar dengan 2 alasan tepat Jika memilih cara benar dengan 1 alasan tepat Jika memilih cara benar dengan alasan tepat Jika memilih cara yang salah dengan alasan tepat Jika menuliskan 3 kesimpulan dengan benar Jika menuliskan 2 kesimpulan dengan benar Jika menuliskan 1 kesimpulan dengan benar Jika menuliskan kesimpulan dengan salah Jika mampu menuliskan 3 kalimat dengan tepat Jika mampu menuliskan 2 kalimat dengan tepat Jika mampu menuliskan 1 kalimat dengan tepat Jika tidak menjawab sama sekali atau tidak menjawab dengan benar

1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

147


Menjelaskan alasan mengapa mengambil posisi tertentu

Menjelaskan cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan

Membuat penilaian diri terhadap gagasan sendiri

6.

Regulasi Diri

Menilai kembali data-data yang digunakan

Menguji pandangan sendiri terhadap masalah mengenai penghematan energi

Jika menjawab dengan benar dan memberikan alasan yang tepat Jika menjawab dengan benar dan memberikan alasan yang kurang tepat Jika menjawab dengan benar tanpa memberikan alasan atau tidak menjawab benar tapi memberikan alasan yang tepat Jika menjawab salah atau tidak menjawab pertanyaan Jika mampu menyebutkan 3 cara dengan benar Jika mampu menyebutkan 2 cara dengan benar Jika mampu menyebutkan 1 cara dengan benar Jika menjawab dengan salah atau tidak menjawab pertanyaan Jika menjawab benar dan memberikan alasan berupa bukti dengan tepat Jika menjawab benar dan memberikan alasan berupa bukti namun belum tepat Jika menjawab benar tanpa memberikan alasan atau tidak menjawab benar namun memberikan alasan dengan tepat Jika menjawab salah atau tidak menjawab pertanyaan Menyebutkan 3 jawaban dengan benar Menyebutkan 2 jawaban dengan benar Menyebutkan 1 jawaban dengan benar Menjawab dengan salah atau tidak mengerjakan sama sekali Jika menuliskan 3 cara dengan benar Jika menuliskan 2 cara dengan benar Jika menuliskan 1 cara dengan benar Jika menjawab dengan salah atau tidak menjawab pertanyaan

4 3

2

1 4 3 2 1 4

3

2

1 4 3 2 1 4 3 2 1

148


Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement Validator Variabel

Interpreta si

Analisis

Evaluasi

Inferensi

Indikator Menyebutkan macam-macam sumber energi alternatif Menjelaskan pemanfaatan pada setiap sumber energi alternatif Menjelaskan keuntungan sumber energi alterntaif Membandingkan pernyataan yang berbeda-beda Melontarkan pernyataan prinsip kerja parasut kepada publik untuk melihat reaksi dengan maksud menyetujui gagasan Mengidentifikasi suatu permasalahan pada permainan yang membutuhkan energi angin Menilai kebenaran pernyataan perubahan energi listrik Menilai kebenaran pendapat penggunaan energi listrik Menilai kebenaran pernyataan mengenai bahaya energi listrik Membuat alternatif pemecahan masalah tentang penggunaan energi listrik Memperkirakan konsekuensi dari pemilihan alternatif penggunaan energi listrik Membuat

1

4

2

4

3

4

Rerat a 4

4

4

3

3,67

3

4

4

3,67

4

4

4

4

Komentar (Saran Perbaikan) Soal 1a variabel interpretasi sudah baik

Soal diperjelas lagi “masing-masing 1 pemanfaatan tiap sumber energi” Rubrik penilaian sebaiknya disesuaikan dengan kunci dan soal. Variabel analisis soal 2a sudah baik Soal sudah baik

4

4

4

3

4

4

4

3,67

Rubrik penilaian sebaiknya disesuaikan dengan kunci dan soal.

Instrumen soal sudah baik 4

4

4

4 Instrumen soal sudah baik

4

4

4

4

4

4

4

4

Instrumen soal sudah baik

4

4

3

3,67

4

3

4

3,67

4

4

4

4

Rubrik penilaian dilengkapi lagi sehingga dapat dibedakan antara skor 3 dan skor 4 Rubrik penilaian dilengkapi lagi sehingga dapat dibedakan antara skor 3 dan skor 4 Instrumen soal sudah baik

149


Ekspalans i

Regulasi Diri

kesimpulan tentang energi listrik Menjelaskan pernyataan yang tepat dari hasil analisis Menjelaskan alasan mengapa mengambil posisi tertentu Menjelaskan cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan Membuat penilaian diri terhadap gagasan sendiri Menilai kembali data-data yang digunakan Menguji pandangan sendiri terhadap masalah mengenai penghematan energi Total Skor Rata-rata

4

4

4

4

4

4

4

4

4

3

4

3,67

4

4

4

4

4

4

3

3,67

4

4

4

4

71

69

69

3,9 4

3,8 3

3,8 3

Instrumen nomor 5a sudah baik

Instrumen sudah baik

nomor

5b

Rubrik penilaian sebaiknya disesuaikan dengan kunci dan soal.

Instrumen nomor 6a sudah baik Rubrik penilaian sebaiknya disesuaikan dengan kunci dan soal. Instrumen nomor 6c sudah baik

Validator 1 Instrumen penelitian layak diimplementasikan tanpa perbaikan Validator 2 Instrumen penelitian layak diimplementasikan dengan perbaikan Validator 3 Instrumen penelitian layak diimplementasikan dengan perbaikan

150


Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas 3.5.1 Hasil Uji Validitas Setiap Variabel Total Pearson 1 Correlation Sig. (2-tailed) N 30 Pearson ,733** Interpretasi Correlation Sig. (2-tailed) ,000 N 30 Pearson ,568** Analisis Correlation Sig. (2-tailed) ,001 N 30 Pearson ,722** Evaluasi Correlation Sig. (2-tailed) ,000 N 30 Pearson ,557** Inferensi Correlation Sig. (2-tailed) ,001 N 30 Pearson ,829** Eksplanasi Correlation Sig. (2-tailed) ,000 N 30 ,483** Regulasi Diri Pearson Correlation Sig. (2-tailed) ,007 N 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed). Total

151


3.5.2 Hasil Uji Validitas Setiap Aspek 3.5.2.1 Validitas Kemampuan Eksplanasi Total Pearson 1 Correlation Sig. (2-tailed) N 30 Pearson ,827** Item5A Correlation Sig. (2-tailed) ,000 N 30 Pearson ,675** Item5B Correlation Sig. (2-tailed) ,000 N 30 Pearson ,876** Item5C Correlation Sig. (2-tailed) ,000 N 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Total

3.5.2 Validitas Kemampuan Regulasi Diri Total Pearson Total 1 Correlation Sig. (2-tailed) N 30 Pearson Item6A ,653** Correlation Sig. (2-tailed) ,000 N 30 Pearson Item6B ,624** Correlation Sig. (2-tailed) ,000 N 30 Pearson Item6C ,803** Correlation Sig. (2-tailed) ,000 N 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 152


Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas Case Processing Summary N % Cases Valid 30 100,0 Excludeda 0 ,0 Total 30 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,720 6

153


Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Eksplanasi Kelompok Kontrol dan Eksperimen No. Res p 1

PreKon Reg

Pos1Kon Reg

SelKon Reg

Pos2Kon Reg

PreEksR eg

Pos1Eks Reg

SelEksR eg

Pos2Eks Reg

1

2

1

3

2

3,67

1,67

3,33

2

2,33

3,33

1

2

1,67

2,33

2

2

3

2,33

3,33

1

2

2,33

3

0,67

2,33

4

2

2,67

0,67

2,67

1,67

2,33

0,67

2

5

2,33

2,33

0

2

3

3,33

0,33

3,33

6

1,67

3

1,33

2,33

2,33

3,33

1

2,33

7

1

2

1

1

2

3

1

3,67

8

2,33

3,67

1,33

3

2

3,33

1,33

3,67

9

3

3,33

0,33

3

2,67

3,67

1

2,67

10

2

3

1

2

2,67

4

1,33

4

11

1,67

3

1,33

2,33

2,33

3,67

1,33

2

12

3

3,67

0,67

2,3

3

4

1

3

13

2

2,33

0,33

2

2

2,33

1

3,67

14

1,67

2

0,33

2,67

2,33

2,67

0,33

2,67

15

2,33

2,86

0,53

2,67

1,33

2,67

1,33

2,67

16

2,33

2,86

0,53

2,33

2,33

3

1

3

17

2,67

3,33

0,67

3

3

3,33

0,33

2,67

18

2,33

3,33

1

2

2,67

2,67

0

4

19

2,33

3

0,67

3

2,67

3

0,33

4

20

1,33

2,33

1

1,67

2

2,67

0,67

3

21

2,67

3

0,33

3

1,33

3,33

2

3

22

2,33

2,86

0,53

1

2,33

3

1,33

2,33

23

2

2,33

0,33

2,3

1,67

2,33

0,67

3,33

24

2

2,67

0,67

2,33

1,33

3,33

2

3,67

25

1,67

3

1,33

2,67

2,19

2,67

0,47

3

26

2,33

2,86

0,53

1

2,19

3,67

1,47

3

27

1,67

2,33

0,67

2,33

28

3

3

0

3,67

29

3,67

3,67

0

2,33

30

2,33

2,86

0,53

1,67

154


Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Regulasi Diri Kelompok Kontrol dan Eksperimen No. Res p 1

PreKonR eg

Pos1Kon Reg

SelKonR eg

Pos2Kon Reg

PreEksR eg

Pos1EksR eg

SelEksR eg

Pos2EksR eg

1

2,33

1,33

1

2,33

3

0,67

3,67

2

2

2

0

2,67

2

3

1

2,33

3

1,67

3,33

1,67

2,67

1,33

2,33

1

1,67

4

3

3,33

0,33

3,33

1,67

2,67

1

2,67

5

1,67

2,33

0,67

3

3

4

1

3,33

6

1,67

3

1,33

2

2

2,33

0,33

2,33

7

1,67

2,67

1

1

2,67

3,33

0,67

4

8

2,67

3

0,33

2

2,67

4

1,33

4

9

3

3

0

3,67

3,33

4

0,67

3,67

10

1,67

3,67

2

3,33

1,33

3,33

2

4

11

2,67

3,33

0,67

2,33

1,33

2,67

1,33

2,33

12

2,67

3,33

0,67

2,4

2,33

3

0,67

2,67

13

3

3

0

2,33

2

3,67

1,67

3

14

2,33

3,33

1

2

2,33

3,67

1,33

4

15

2

2,9

0,9

3

3

4

1

3

16

2

2,9

0,9

2,67

3

4

1

3

17

1,33

2,33

1

2

1,67

2,33

0,67

2,33

18

2,33

2,67

0,33

2,33

2

3,33

1,33

2,67

19

2,33

3

0,67

1,67

1,67

3

1,33

2,67

20

2,33

3,33

1

1,67

3

3,67

0,67

3,67

21

1,67

2

0,33

4

2,33

3,67

1,33

2,67

22

2

2,9

0,9

1,67

1,67

3,33

1,67

3

23

1,67

2

0,33

2,4

1,33

2,67

1,33

3,33

24

2,67

3,33

0,67

3

2

3

1

2,67

25

2,33

3,67

1,33

3

2,17

3,33

1,17

2

26

2

2,9

0,9

1

2,17

3,33

1,17

3,67

27

3

3

0

2

28

3

3

0

2,33

29

3,67

4

0,33

3,67

30

2

2,9

0,9

2,33

155


Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data 4.3.1 Kemampuan Eksplanasi

N Normal Paramete rsa,b

Mean

PreE Pos1 SelEk Pos2 kpKo EkpK pKon EkpK n on on 30 30 30 30 2,177 2,865 ,6878 2,308 8 6 9 ,5854 ,4874 ,3951 ,6368 8 0 9 6

Std. Deviatio n Most Absolute ,195 ,162 Extreme Positive ,195 ,129 Differenc Negative -,171 -,162 es Test Statistic ,195 ,162 Asymp. Sig. (2,058 ,100 tailed) a. Test distribution is Normal b. Calculated from data

PreE kpEk s 26 2,194 4 ,4981 4

Pos1 SelEk EkpE pEks ks 26 26 3,089 1,010 7 7 ,5125 ,5557 8 3

Pos2 EkpE ks 26 3,012 8 ,6288 0

,155 ,155 -,152

,147 ,118 -,147

,121 ,121 -,117

,144 ,142 -,144

,123 ,123 -,108

,124 ,124 -,120

,155 ,063

,147 ,076

,121 ,160

,144 ,094

,123 ,222

,124 ,136

PreE Pos1 SelEk Pos2 kpKo EkpK pKon EkpK n on on 30 30 30 30 2,233 2,950 2,415 ,7167 3 0 6

PreE kpEk s 26 2,166 7

Pos1 SelEk EkpE pEks ks 26 26 3,256 1,089 4 7

Pos2 EkpE ks 26 3,012 8

4.3.2 Kemampuan Regulasi Diri

N Normal Paramete rsa,b

Mean

Std. ,6074 ,4981 Deviatio 3 8 n Most Absolute ,150 ,193 Extreme Positive ,150 ,127 Differenc Negative -,109 -,193 es Test Statistic ,150 ,193 Asymp. Sig. (2,165 ,077 tailed) a. Test distribution is Normal b. Calculated from data

,5133 3

,7762 1

,5887 8

,5441 2

,3807 3

,6698 6

,139 ,139

,108 ,108

,119 ,119

,133 ,104

,146 ,146

,159 ,159

-,106

-,096

-,114

-,133

-,138

-,143

,139

,108

,119

,133

,146

,159

,093

,612

,120

,061

,170

,117

156


Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal 4.4.1 Kemampuan Eksplanasi Group Statistics Kelompok PreEkpKonEks Kelompok Kontrol Eksplanasi Kelompok Eksperimen Eksplanasi

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

30

2,1778

,58548

,10689

26

2,1944

,49814

,09769

N

Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances

PreEkp KonEk s

Equal varianc es assume d Equal varianc es not assume d

t-test for Equality of Means

F

Sig.

t

df

,27 6

,602

,114

54

,115

53,98 7

Sig. (2tailed )

,910

,909

95% Confidence Std. Erro Interval of the Difference Mean r Differen Diffe Lowe Uppe ce rence r r

-,01667

,1465 1

,3104 0

,2770 6

-,01667

,1448 1

,3070 0

,2736 6

157


4.4.2 Kemampuan Regulasi Diri Group Statistics Std. Deviation

Kelompok N Mean PreRegKonEks Kelompok Kontrol 30 2,2333 Eksplanasi Kelompok Eksperimen 26 2,1667 Eksplanasi

Std. Error Mean

,60743 ,11090

,58878 ,11547

Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Varianc es t-test for Equality of Means

PreRegKo nEks

Equal varianc es assume d Equal varianc es not assume d

F

Sig .

t

,08 2

,77 5

,41 5

54

,41 6

53,29 8

df

Sig. (2tailed )

95% Confidence Std. Interval of the Difference Mean Error Differ Differ Lowe Uppe ence ence r r

,679

,0666 7

,1604 6

,2550 4

,3883 8

,679

,0666 7

,1601 0

,2544 1

,3877 5

158


Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan 4.5.1 Kemampuan Eksplanasi Group Statistics

Kelompok SelEkpKonEks Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

N 30

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

,6878

,39519 ,07215

26 1,0107

,55573 ,10899


F SelEkp KonEk s

Equ al varia nces assu med Equ al varia nces not assu med

2,58 7

Sig .


t

df

,11 -2,530 4

54

-2,470

44,36 9

Sig. (2tailed )

Std. Mean Error Differ Differ ence ence

95% Confidence Interval of the Difference Lowe r Upper

,014

,3229 1

,1276 2

,5787 7

,06705

,017

,3229 1

,1307 1

,5862 6

,05955

159


4.5.2 Kemampuan Regulasi Diri Group Statistics

Kelompok SelRegKonEks Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

N 30

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

,7167

,51333 ,09372

26 1,0897

,38073 ,07467


F SelR egK onE ks

Equ al varia nces assu med Equ al varia nces not assu med

2,22 3

Sig.


t

df

Sig. (2tailed )

95% Confidence Std. Interval of the Difference Mean Error Differ Differ Lowe Uppe ence ence r r

,142 -3,048

54

,004

,3730 8

,1223 8

,6184 4

,1277 1

-3,113

52,81 5

,003

,3730 8

,1198 3

,6134 4

,1327 1

160


Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan Effect size kemampuan eksplanasi adalah sebagai berikut:

Effect size kemampuan regulasi diri adalah sebagai berikut:

r=

r=

r=

r=

r=

r=

r=

r=

r=

r=

r = 0,33

r = 0,39

Persentase pengaruh penggunaan

Persentase pengaruh penggunaan

model Problem Based Learning untuk

model Problem Based Learning untuk

kemampuan eksplanasi:

kemampuan eksplanasi:

2

2

R2 = r2

R =r

= (0,33)2

= (0,39)2

= 0,11

= 0,15

Persentase = R2 x 100%

Persentase = R2 x 100%

= 0,11 x 100%

= 0,15 x 100%

= 11%

= 15%

161


Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I 4.7.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Eksplanasi Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Persentase Persentase X 100% X 100% = =

X 100%

=

X 100

=

X 100% X 100

= 0,3165 X 100% = 0,4110 X 100% = 41,10 % = 31,65 % Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Regulasi Diri Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Persentase Persentase X 100% = =

X 100%

X 100% =

X 100

=

= 0,3229 X 100% = 32,29 %

X 100% X 100

= 0,5023 X 100% = 50,23 %

4.7.2 Hasil SPSS Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I 4.7.2.1 Kemampuan Eksplanasi Paired Samples Statistics Std. Mean N Deviation Pair 1 Post1EkpKo n PreEkpKon Pair 2 Post1EkpEks PreEkpEks

Std. Error Mean

2,8656

30

,48740

,08899

2,1778 3,0897 2,1944

30 26 26

,58548 ,51258 ,49814

,10689 ,10052 ,09769

Paired Samples Correlations N Correlation Pair 1 Post1EkpKon & 30 ,743 PreEkpKon Pair 2 Post1EkpEks & 26 ,444 PreEkpEks

Sig. ,000 ,023

162


Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Std. Std. Interval of the Mean Deviatio Error Difference n Mean Lower Upper Post1E kpKon Pair ,68778 1 PreEkp Kon Post1E kpEks Pair ,89530 2 PreEkp Eks

t

df

Sig. (2tailed)

,39519

,07215

,54021

,83534 9,532 29

,000

,53312

,10455

,67997 1,11063 8,563 25

,000

4.7.2.2 Kemampuan Regulasi Diri Hasil SPSS Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Paired Samples Statistics Std. Mean N Deviation Pair 1 Post1RegKon 2,9500 30 ,49818 PreRegKon 2,2333 30 ,60743 Pair 2 Post1RegEks 3,2564 26 ,54412 PreRegEks 2,1667 26 ,58878 Paired Samples Correlations N Correlation Pair 1 Post1RegKon & 30 ,584 PreRegKon Pair 2 Post1RegEks & 26 ,777 PreRegEks

Std. Error Mean ,09095 ,11090 ,10671 ,11547

Sig.

Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Std. Std. Interval of the Mean Deviatio Error Difference n Mean Lower Upper Post1R egKon Pair ,71667 1 PreReg Kon

,51333

,09372

,52499

,90835

,001 ,000

t

df

Sig. (2tailed)

7,647

29

,000

163


Post1R egEks Pair 1,0897 2 4 PreReg Eks

,38073

,07467

,93596

1,24352 14,595

25

,000

4.7.3 Perhitungan Persentase Gain Score 4.7.3.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Eksplanasi Kelompok Kontrol Gain f Score 1,33 4 1 7 0,67 6 0,53 5 0,33 5 0 3

Kelompok Eksperimen Gain f Score 2 3 1,67 1 1,47 1 1,33 5 1 6 0,67 4 0,47 1 0,33 4 0 1

4.7.3.2 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 1,83 Kemampuan Eksplanasi Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Frekuensi gain score ≥ 0,67 adalah 17 Frekuensi gain score ≥ 0,67 adalah 20 siswa. siswa. Persentase: Persentase: = =

X 100% X 100%

= 56,67%

= =

X 100% X 100%

= 76,92%

164


4.7.3.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Regulasi Diri Kelompok Kontrol Gain Score f 2 1 1,67 1 1,33 3 1 4 0,9 5 0,67 5 0,33 6 0 5

Kelompok Eksperimen Gain Score F 2 1 1,67 2 1,33 7 1,17 2 1 7 0,67 6 0,33 1

4.7.3.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 1,17 Kemampuan Regulasi Diri Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Frekuensi gain score ≥ 1 adalah 9 Frekuensi gain score ≥ 1 adalah 19 siswa. siswa. Persentase: Persentase: = =

X 100% X 100%

= 3%

= =

X 100% X 100%

= 73,08%

165


Lampiran 4.8 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kelompok Kontrol dan Eksperimen 4.8.1 Kemampuan Eksplanasi Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen

r=

r=

r=

r=

r=

r=

r=

r=

r=

r=

r = 0,87

r = 0,87

4.8.1 Kemampuan Regulasi Diri Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen

r=

r=

r=

r=

r=

r=

r=

r=

r = 0,82

r = 0,94

166


Lampiran 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest ke Posttest I 4.9.1 Kemampuan Ekspanasi 4.9.1.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol Correlations PreEkpKo Post1EkpKo n n Pearson 1 ,743** Correlation PreEkpKon Sig. (2-tailed) ,000 N 30 30 Pearson ,743** 1 Post1EkpKo Correlation n Sig. (2-tailed) ,000 N 30 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 4.9.1.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen Correlations PreEkpEks

Post1EkpEk s

Pearson 1 ,444* Correlation PreEkpEks Sig. (2-tailed) ,023 N 26 26 Pearson ,444* 1 Correlation Post1EkpEks Sig. (2-tailed) ,023 N 26 26 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

167


4.9.2 Kemampuan Regulasi Diri 4.9.2.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol Correlations PreRegKo Post1RegKo n n Pearson 1 ,584** Correlation PreRegKon Sig. (2-tailed) ,001 N 30 30 Pearson ,584** 1 Post1RegKo Correlation n Sig. (2-tailed) ,001 N 30 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 4.9.2.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen Correlations PreRegEks

Post1RegEk s

Pearson 1 ,777** Correlation PreRegEks Sig. (2-tailed) ,000 N 26 26 Pearson ,777** 1 Correlation Post1RegEks Sig. (2-tailed) ,000 N 26 26 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

168


Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan 4.10.1 Kemampuan Eksplanasi 4.10.1.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Paired Samples Statistics Std. Mean N Deviation Pair 1 Post2EkpKo n Post1EkpKo n Pair 2 Post2EkpEks Post1EkpEks

2,3089

30

,63686

,11627

2,8656

30

,48740

,08899

3,0128 3,0897

26 26

,62880 ,51258

,12332 ,10052

Paired Samples Correlations N Correlation Pair 1 Post2EkpKon & 30 ,221 Post1EkpKon Pair 2 Post2EkpEks & 26 ,134 Post1EkpEks

Sig. ,241

,513

Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Std. Std. Mean Deviatio Error Interval of the Difference n Mean Lower Upper Post2Ek Pair pKon 1 Post1Ek pKon Post2Ek Pair pEks 2 Post1Ek pEks

Std. Error Mean

t

df

Sig. (2tailed)

,55667

,71136

,1298 8 ,82229 ,29104 4,286

29

,000

,07692

,75606

,1482 ,22846 -,519 8 ,38230

25

,608

169


4.10.1.2 Perhitungan Persentase Penurunan Skor Posttest I ke Posttest II Persentase Penurunan Rerata Posttest I ke Posttest II Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Persentase Persentase =

x 100%

= =

= =

x 100%

=

x 100%

x 100% x 100% x 100%

= -0,1943 x 100%

= -0,0249 x 100%

= -19,43%

= -2,49%

4.10.1.3 Perbedaan Skor Pretest dan Posttest II Paired Samples Statistics Std. Mean N Deviation Pair 1 Post2EkpKo n PreEkpKon Pair 2 Post2EkpEks PreEkpEks

Std. Error Mean

2,3089

30

,63686

,11627

2,1778 3,0128 2,1944

30 26 26

,58548 ,62880 ,49814

,10689 ,12332 ,09769

Paired Samples Correlations N Correlation Pair 1 Post2EkpKon & 30 ,266 PreEkpKon Pair 2 Post2EkpEks & 26 ,119 PreEkpEks

Sig.

Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Std. Std. Interval of the Difference Deviatio Error Mean n Mean Lower Upper Pair Post2EkpK ,1311 1 on 1 PreEkpKon Pair Post2EkpE ,8183 2 ks 8 PreEkpEks

,156 ,561

t

df

Sig. (2tailed)

,74169

,1354 ,40806 1 ,14584

,968

29

,341

,75413

,1479 1,1229 ,51378 5,533 0 8

25

,000

170


4.10.2 Kemampuan Regulasi Diri 4.10.2.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan

Pair 1 Post2RegKon Post1RegKon Pair 2 Post2RegEks Post1RegEks

Paired Samples Statistics Std. Mean N Deviation 2,4156 30 ,77621 2,9500 30 ,49818 3,0128 26 ,66986 3,2564 26 ,54412

Paired Samples Correlations N Correlation Pair 1 Post2RegKon & 30 ,184 Post1RegKon Pair 2 Post2RegEks & 26 ,576 Post1RegEks

Std. Error Mean ,14172 ,09095 ,13137 ,10671

Sig. ,329

,002

Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Std. Difference Deviatio Error Mean n Mean Lower Upper Pair Post2Reg 1 Kon Post1Reg Kon Pair Post2Reg 2 Eks Post1Reg Eks

t

Sig. (2tailed)

df

,53444

,84148 ,15363

,84866

-,22023 -3,479

29

,002

,24359

,57005 ,11180

,47384

-,01334 -2,179

25

,039

4.10.2.2 Perhitungan Persentase Penurunan Skor Posttest I ke Posttest II Persentase Penurunan Rerata Posttest I ke Posttest II Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Persentase Persentase = =

x 100% x 100%

= =

x 100% x 100%

171


=

x 100%

=

x 100%

= -0,1797 x 100%

= -0,831 x 100%

= -17,97%

= -8,31%

4.10.2.3 Perbedaan Skor Pretest dan Posttest II Paired Samples Statistics Std. Mean N Deviation Pair 1 Post2RegKon 2,4156 30 ,77621 PreRegKon 2,2333 30 ,60743 Pair 2 Post2RegEks 3,0128 26 ,66986 PreRegEks 2,1667 26 ,58878 Paired Samples Correlations N Correlation Pair 1 Post2RegKon & 30 ,325 PreRegKon Pair 2 Post2RegEks & 26 ,439 PreRegEks Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Std. Std. Interval of the Difference Deviatio Error Mean n Mean Lower Upper Pair Post2RegK ,1822 1 on 2 PreRegKon Pair Post2RegE ,8461 2 ks 5 PreRegEks

Std. Error Mean ,14172 ,11090 ,13137 ,11547

Sig. ,080 ,025

t

df

Sig. (2tailed)

,81536

,1488 ,48668 1,224 6 ,12224

29

,231

,66986

,1313 1,1167 ,57559 6,441 7 2

25

,000

172


Lampiran 4.11 Transkrip Wawancara Siswa 4.11.1 Wawancara I Siswa A Sebelum Perlakuan Hari/Tanggal : Rabu, 21 September 2016 Baris Wawancara I Keterangan 1 P : Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa? 2 SA : Suka, bisa tahu tentang alam 3 P : Bagaimana biasanya cara gurumu mengajar IPA? 4 SA : Dijelaskan di depan kelas dan pakai buku Metode ceramah W1 SA B4 6 P : Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? 8 SA : Senang tapi kadang-kadang bosan 9 P : Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan model/metode lain (selain ceramah)? 11 SA : Pernah, waktu pelajaran IPA percobaan Metode Percobaan W1 SA B11 13 P : Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 5a, 5b, dan 5c? 14 SA : Ada yang sulit ada yang gampang 15 P : Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 6a, 6b, dan 6c? 16 SA : Nomor 6 juga da yang sulit ada yang gampang Mengalami sedikit kesulitan W1 SA B16 19 P : Dari soal 5 dan 6, manakah yang kamu anggap paling sulit? Mengapa? 21 SA : Soal nomor 6 karena sulit waktu mencari sikap Sulit nomor 6 yang tidak hemat energi. W1 SA B2122 4.11.2 Wawancara II Siswa A Sesudah Perlakuan Hari/ Tanggal : Senin, 3 Oktober 2016 Baris 1 P 3 4

Wawancara II : Bagaimana perasaanmu setelah belajar IPA menggunakan model PBL? SA : Senang karena bisa belajar sama kelompok P : Apakah kamu lebih memahami materi IPA dibandingkan sebelumnya?

Keterangan

173


6

SA : Iya, lebih ngerti belajarnya bareng

9

P

11

SA :

14

P

16

SA :

17

P

18 19

SA : P :

20

SA :

17

P

19

SA :

:

:

:

:

tentang

materi

karena Model PBL membantu memahami materi (W2 SA B6-8) Apakah belajar IPA dengan model PBL lebih menarik daripada metode ceramah? Iya, jadi tidak bosan Model PBL lebih menarik (W2 SA B1113) Apakah kamu merasa kesulitan ketika belajar IPA dengan model PBL? Mengapa? Tidak mengalami kesulitan karena belajarnya sama bareng bareng sama teman-teman. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 5a, 5b, dan 5c? Iya, lebih bisa ngerjakan. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 6a, 6b, dan 6c? Iya, jadi lebih bisa ngerjakan. Lebih bisa mengerjakan (W2 SA B20) Apakah belajar IPA dengan model PBL mempermudah kamu untuk mengerjakan soal yang sulit? Iya jadi lebih ngerti materi jadi bisa ngerjakan PBL soal mempermudah mengerjakan soal (W2 SA B19)

4.11.3 Wawancara I Siswa B Sebelum Perlakuan Hari/Tanggal : Rabu, 21 September 2016 Baris Wawancara I 1 P : Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa? 2 SB : Ya senang, karena IPA tidak susah seperti Matematika, tidak hitung-hitungan. IPA belajar tumbuhan. 4 P : Biasanya bagaimana cara gurumu mengajar IPA? 5 SB : Biasanya itu dijelasin dulu, terus ditanya yang belum bisa, terus disuruh mengerjakan soal di buku. 7 P : Apakah kamu merasa senang dengan gurumu mengajar IPA menggunakan metode ceramah?

Keterangan Senang belajar IPA (W1 SB B3)

174


9

12 13 15 16 17 18 19 21

Mengapa? SB : Ceramah itu menjelaskan di depan ya. Kalau Bu guru menjelaskan di depan ya senang, karena kan dijelaskan jadi saya tambah tau jadi bisa buat belajar di rumah. P : Apakah gurumu pernah mengajar IPA dengan metode lain? SB : Metode lain dibuat kelompok-kelompok gitu, belajar bareng mengerjakan soal. P : Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 5a, 5b, dan 5c? SB : Itu bingung, belum pernah dijelaskan Bu guru soalnya P : Apakah kamu bisa mengerjakan soal 6a, 6b, 6c? SB : Bisa. Tapi tidak tahu benar apa tidak, tapi saya isi kemarin. P : Dari soal nomor 5 dan nomor 6, manakah yang kamu anggap paling sulit? Mengapa? SB : Emm nomor 6. Saya bingung

Senang ceramah (W1 SB B11)

Bingung (W1 SB B16) Ragu-ragu (W1 SB B18)

Bingung (W1 SB B21)

4.11.4 Wawancara II Siswa B Sesudah Perlakuan Hari/ Tanggal : Senin, 3 Oktober 2016 Baris 1 P 3

5 7

9 11

14 16

Wawancara II : Bagaimana perasaanmu setelah belajar IPA menggunakan model PBL? SB : Senang, kemarin juga ada percobaan, ada lampulampu juga, menarik dan saya lebih bisa mudeng. : Apakah kamu lebih memahami materi IPA dibandingkan sebelumnya? SB : Iya, karena kemarin belajarnya bareng-bareng, terus buka-buka buku, jelas.

Keterangan

Model PBL membantu siswa (W2 SB B3)

P

: Apakah belajar IPA dengan model PBL lebih menarik daripada metode ceramah? SB : Menarik, karena menggunakan alat-alat sederhana, bekerja kelompok bareng-bareng. Terus maju juga dan dijelasin lagi sama Pak guru. P : Apakah kamu merasa kesulitan ketika belajar IPA dengan model PBL? Mengapa? SB : Senang, karena ada alat-alat sederhana, kegiatannya dijelasin jelas, tidak bingung.

Tidak mengalami kesulitan (W2 SB B7)

P

Menarik (W2 SB B11)

Tidak bingung (W2 SB B16)

175


18 20

22 23

26

28

P

: Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 5a, 5b, dan 5c? SB : Iya bisa, saya kemarin bisa mengisi semua yang nomor 5. Soalnya kan sudah dipelajari, saya juga masih ingat. P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 6a, 6b, 6c? SB : Yang kemarin nomor 6 saya juga bisa Bisa mengerjakan mengerjakan (W2 SB B23) P : Apakah belajar IPA dengan model PBL mempermudah kamu untuk mengerjakan soal yang sulit? SB : Iya, soalnya jadi tahu beneran jadi bisa mengisi. Model PBL memudahkan siswa (W2 SB B28)

4.11.5 Wawancara I Siswa C Sebelum Perlakuan Hari/Tanggal : Rabu, 21 September 2016 Baris Wawancara I 1 P : Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa? 2 SC Senang

4 5

8

11

12

14 15 16

Keterangan Senang Belajar IPA (W1 SC B3)

P

: Bagaimana biasanya cara gurumu mengajar IPA? SC Menjelaskan materi, pernah membawa alat dari Menjelaskan rumah materi (W1 SC B5) P : Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? SC Agak senang Senang metode ceramah (W1 SC B8) P : Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan model/metode lain (selain ceramah)? SC Pernah praktik P : Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 5a, 5b, dan 5c? SC Agak, tapi sulit. Ada soal yang tidak saya isi. Tidak bisa mengerjakan (W1 SC B16)

176


19 20

23 24

P

: Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 6a, 6b, dan 6c? SC Em agak, soalnya sulit Tidak bisa mengerjakan (W1 SC B19) P : Dari soal 5 dan 6, manakah yang kamu anggap paling sulit? Mengapa? SC : Nomor 6. Karena sulit. Soal nomor 4 sulit (W1 SC B24)

4.11.6 Wawancara II Siswa C Sesudah Perlakuan Hari/ Tanggal : Senin, 3 Oktober 2016 Baris 1 P 3

4 6

7 9 10 12

13 15

16 18

19

Wawancara II Keterangan : Bagaimana perasaanmu setelah belajar IPA menggunakan model PBL? SC Senang, soalnya praktik Perasaan senang (W2 SC B3) P : Apakah kamu lebih memahami materi IPA dibandingkan sebelumnya? SC Iya, lebih paham Memahami materi (W2 SC B6) P : Apakah belajar IPA dengan model PBL lebih menarik daripada metode ceramah? SC Iya soalnya kemarin praktik PBL menarik (W2 SC B9) P : Apakah kamu merasa kesulitan ketika belajar IPA dengan model PBL? Mengapa? SC Tidak, soalnya belajarnya praktik bareng sama Tidak teman kesulitan (W2 SC B12) P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 5a, 5b, dan 5c? SC Bisa, semuanya saya kerjakan. Bisa mengerjakan (W2 SC B15) P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 6a, 6b, dan 6c? SC Bisa sedikit. Bisa mengerjakan (W2 SC B18) P : Apakah belajar IPA dengan model PBL mempermudah kamu untuk mengerjakan soal yang sulit?

177


22

SC : Iya, soalnya sebelumnya sudah dipelajari

Lebih bisa mengerjakan (W2 SC B22)

178


Lampiran 4.12 Transkrip Wawancara Guru Hari/Tanggal : Senin, 3 Oktober 2016 Baris 1 P

:

Wawancara I Apakah model pembelajaran yang biasa Bapak gunakan untuk mengajar mata pelajaran IPA? Mengapa memilih model pembelajaran tersebut? IPA itu akan mudah dipahami kalau menggunakan praktik. Biasanya saya kalau mengajar juga melakukan percobaan tetapi tergantung sama materinya juga. Apakah sebelumnya Bapak pernah menggunakan model PBL dalam mengajar mata pelajaran IPA? Belum pernah kalau PBL, kalau eksperimen sudah.

4

G

:

7

P

:

9

G

:

10

P

12

G

: Apakah terdapat kesulitan yang Bapak temui ketika menggunakan model PBL? : Kalau kemarin kesulitannya itu anak masih susah menemukan masalah dari kasus, inti dari masalah masih bingung. Karena mungkin ini baru pertama kali menggunakan model PBL di kelas.

16

P

18

G

21

P

23

G

24

P

27

G

: Bagaimana pendapat Bapak mengenai proses pembelajaran menggunakan model PBL? : Menggunakan model PBL baik, menarik, model PBL dapat memicu anak untuk berpikir lebih mendalam, berpikir kreatif, ada kerjasama yang baik dengan teman-temannya.

Keterangan

Menggunakan eksperimen (W G B4)

PBL belum pernah diterapkan (W G B9)

Mengalami kesulitan karena model PBL baru pertama digunakan (W G B12)

Model PBL mendorong anak berpikir kreatif (W G B18)

: Apakah model PBL efektif jika diterapkan dalam pembelajaran IPA? : Iya, efektif untuk kegiatan pembelajaran apalagi Efektif IPA. Anak-anak masih ingat pelajaran yang menggunakan diberikan ketika memakai model PBL. model PBL (W G B23) : Apakah ada perbedaan dalam hal keaktifan, minat, ataupun konsentrasi antara kelompok kontrol dan eksperimen saat pembelajaran berlangsung. : Kalau kelompok kontrol dan kelompok Tidak ada eksperimen tidak ada perbedaannya, mungkin perbedaan cara penyampaiannya yang berbeda. Kelas kelompok kontrol pakai penjelasan saja atau ceramah, kontrol dan 179


sedangkan kelas eksperimen banyak kegiatan.

31

P

33

G

: Apa saran Bapak untuk pembelajaran menggunakan model PBL? : Sarannya untuk pembelajaran PBL itu mungkin perlunya mengkondisikan siswa dan disosialisasikan dengan jelas langkah-langkah PBL karena langkah-langkah PBL banyak sehingga banyak siswa yang mungkin ada yang bingung.

kelompok eksperimen (W G B27)

Perlunya koordinasi dengan guru mitra (W G B33)

180


Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran Kelompok Kontrol

181


Pembelajaran Kelompok Eksperimen

182


Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian

183


CURRICULUM VITAE

Utami Saraswati merupakan anak kedua dari pasangan Sarjana dan Suhartini. Lahir di Sleman pada tanggal 31 Desember 1993. Pendidikan dimulai dari TK Citra Sakti pada tahun 1998-1999 kemudian pendidikan dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri Pusmalang pada tahun 1999-2005. Peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Pakem pada tahun 2005-2008. Peneliti kemudian menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Depok pada tahun 2008-2012. Peneliti melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada tahun 2013. Selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma banyak kegiatan kemahasiswaan yang telah diikuti. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya sebagai berikut. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

13 14 15

Nama Kegiatan Tahun Inisiasi Universitas Sanata Dharma 2013 Inisiasi Fakultas 2013 Inisiasi Prodi (Insipro PGSD) 2013 English Club Program for 4 Semester 2013-2015 Weekend Moral 2014 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa 2014 I dan II Kursus Pembina Pramuka Mahir Dasar (KMD) 2014 Seminar “Reinventing Childhood Education” 2014 Seminar “Love Dating and Sex (Pacaran dengan 2014 Akal Sehat)” Inisiasi Prodi (Insipro PGSD) 2015 2015 Story Telling and Writing Contest 2015 HMPS PGSD 2015-2016

Pameran Budaya Multikultural Penguasaan Bahasa Inggris Aktif Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II

2016 2016 2016

Peran Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Sekertaris Peserta Ketua Bid. Akademik Ketua II Peserta Bendahara

184

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Recommend Documents