PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Rezeki Meivawati NIM: 131134211
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini penulis persembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan penyertaannya. 2. Bapak dan Ibu atas supportnya. 3. Kakak yang selalu mendukung. 4. Sahabat yang selalu memberi semangat. 5. Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang kubanggakan.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO “Sekalipun ada emas dan permata banyak, tetapi yang paling berharga ialah bibir yang berpengetahuan” (Amsal 20: 15) “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasimu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu” (1 Timotius 4: 12)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar kutipan dan daftar referensi sebagaiman layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Januari 2017 Penulis,
Rezeki Meivawati
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Rezeki Meivawati
Nomor Mahasiswa : 131134211
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya berikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumka nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 20 Januari 2017 Yang menyatakan,
Rezeki Meivawati
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Rezeki Meivawati Universitas Sanata Dharma 2017 Kata kunci: model problem based learning, kemampuan evaluasi, kemampuan inferensi, mata pelajaran IPA. Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat kemampuan kognitif siswa Indonesia pada mata pelajaran IPA yang dilihat pada penelitian PISA tahun 2012 dan 2015. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta. Jenis penelitian menggunakan quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Kalasan sebanyak 61 siswa. Sampel terdiri dari 31 siswa kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan 30 siswa kelas VB sebagai kelompok kontrol. Langkah-langkah model Problem Based Learning yang diterapkan pada kelompok eksperimen yaitu (1) mengorientasi peserta didik terhadap masalah, (2) mengorientasi peserta didik untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model Problem Based Learning tidak berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi. Rerata skor kelompok eksperimen (M = 0,61, SE = 0,15) lebih tinggi dari kelompok kontrol (M = 0,59, SE = 0,17). Perbedaan tersebut tidak signifikan dengan t(59) = -0,12, p = 0,904 (p > 0,05). Effect size sebesar r = 0,013 (0,02%) yang termasuk kategori efek kecil. (2) model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan inferensi. Rerata skor kelompok eksperimen (M = 0,90, SE = 0,13) lebih tinggi dari kelompok kontrol (M = 0,45, SE = 0,14). Perbedaan tersebut signifikan dengan t(59) = -2,42, p = 0,02 (p < 0,05). Effect size sebesar r = 0,30 (0,9%) yang termasuk kategori efek sedang.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT THE EFFECT OF THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL ON THE ABILITY TO EVALUATE AND INFERENCE SKILLS IN NATURAL SCIENCE SUBJECT FOR THE FIFTH GRADE IN KANISIUS KALASAN ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA Sanata Dharma University Rezeki Meivawati 2017 Keywords: model of problem based learning, the ability to evaluate, ability to inference, natural science subject. The background of this study was directed to the concern about the low level of cognitive ability of Indonesian students in science subject according to PISA study in 2012 and 2015. The aims of the study was to find out the effect of the implementation of problem based learning model on the ability to evaluate and inference in science subject for the fifth grade students in Kanisius Kalasan Elementary School, Yogyakarta in odd semester 2016/2017. This study used quasi experimental research with nonequivalent control group design. The population of this study were 61 of the 5th grade students in Kanisius Kalasan Elementary School. The sample were 31 students of class VA as the experimental group and 30 students of class VB as the control group. The treatment for the experimental group was problem based learning model. There a 5 steps in the Problem Based Learning models applied to the experimental group that (1) orient students to the problem, (2) orient learners to learn, (3) guiding the investigation individually or in groups, (4) develop and present work, (5) analyze and evaluate the problem-solving process. The results of this study showed that (1) problem based learning model does not affect on the ability to evaluate. The mean score of the experimental group (M = 0.61, SE = 0.15) higher than the control group (M = 0.59, SE = 0.17). The difference is not significant with t(59) = -0,12, p = 0,904 (p > 0,05). The effect size of is r = 0,013 (0,02%) included in small effect category. (2) problem based learning model affect on the ability to inference. The mean score for the experimental group (M = 0.90, SE = 0.13) higher than control group (M = 0.45, SE = 0.14). The difference is significant with t (59) = -2.42, p = 0.02 (p <0.05). The effect size of is r = 0,30 (0,9%) included in medium effect category.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING
TERHADAP
KEMAMPUAN
EVALUASI
DAN
INFERENSI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS KALASAN” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mendukung dengan sabar dan bijaksana. 5. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang membimbing kami dengan penuh kesabaran. 6. Wahyu Wido Sari, M.Biotech. selaku Dosen Penguji ke III atas masukan yang diberikan. 7. P. Agustin Ria Dewi, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kalasan yang telah memberikan ijin melakukan penelitian. 8. Martinus Sopyan S., S.Pd. selaku guru mitra yang telah membantu pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar. 9. Siswa kelas VA dan VB SD Kanisius Kalasan semester gasal tahun ajaran 2016/2017 yang telah bersedia terlibat dalam penelitian. 10. Sekretariat PGSD Universitas sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu proses perijinan penelitian skripsi.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Kedua orang tuaku, Jemingan dan Sotinah yang selalu memberikan semangat, doa, nasihat, dan bantuan materi. 12. Kakakku terkasih Ester Hartati, Hartono, dan Sumardi yang selalu menyemangati dan mendukungku dalam doa. 13. Teman-teman persekutuan KOMPA GKJ Pituruh. 14. Sahabatku penelitian kolaboratif payung Widi Astuti, Bernadeta Cahya A.M., L. Desy Nakaryaswari, Nur Mitasari, Tita Andriani, Stefani Laksita Gorajaya, Utami Saraswati, Veronika Endah J., Cicilia Noviani, dan Elisabeth Listi Febriani yang telah memberikan bantuan selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi. 15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan peneliti. Masukan berupa kritik dan saran yang membangun akan peneliti terima dengan senang hati dan semoga dapat dijadikan acuan untuk penyusunan-penyusunan skripsi berikutnya agar lebih baik. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dunia pendidikan.
Penulis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv HALAMAN MOTTO ..............................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. vii ABSTRAK ........................................................................................................... viii ABSTRACT ............................................................................................................. ix KATA PENGANTAR .............................................................................................x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................5 1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................................5 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................6 1.5 Definisi Operasional .........................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................8 2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................................8 2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ..........................................................................8 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ...........................................................................8 2.1.1.2 Model Pembelajaran ..................................................................................11 2.1.1.3 Model Problem Based Learning (PBL) .....................................................12 1. Pengertian Model PBL .......................................................................................12 2. Langkah-langkah Model Problem Based Learning ...........................................13 xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.1.4 Berpikir Kritis ............................................................................................14 1.
Dimensi kognitif .............................................................................................15
2.
Dimensi disposisi afektif.................................................................................16
2.1.1.5 Kemampuan Evaluasi dan Inferensi ..........................................................17 2.1.1.6 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ...............................................................17 2.1.1.7 Materi Pembelajaran IPA Kelas V .............................................................18 1. Unggas ...............................................................................................................18 2. Cecak ..................................................................................................................19 3. Serangga .............................................................................................................20 2.1.2 Penelitian-penelitian yang relevan ................................................................21 2.1.2.1 Penelitian tentang Problem Based Learning ..............................................21 2.1.2.2 Penelitian tentang Berpikir Kritis...............................................................23 2.1.2.3 Literature Map ...........................................................................................25 2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................................26 2.3 Hipotesis Penelitian..........................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................28 3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................28 3.2 Setting Penelitian..............................................................................................30 3.2.1 Lokasi Penelitian ...........................................................................................30 3.2.2 Waktu Penelitian ...........................................................................................31 3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................................31 3.3.1 Populasi .........................................................................................................31 3.3.2 Sampel ...........................................................................................................32 3.4 Variabel Penelitian ...........................................................................................32 3.4.1 Variabel Independen .....................................................................................32 2.4.2 Variabel Dependen ........................................................................................33 3.5 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................33 3.6 Instrumen Penelitian.........................................................................................34 3.7 Teknik Pengujian Instrumen ............................................................................35 3.7.1 Uji Validitas ..................................................................................................35 3.7.1.1 Validitas Isi ................................................................................................36
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.7.1.2 Validitas Muka (face validity) ....................................................................36 3.7.1.3 Validitas Konstruk (construct validity) ......................................................37 3.7.2 Uji Reliabilitas ..............................................................................................38 3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................................39 3.8.1 Analisis Pengaruh Perlakuan ........................................................................40 3.8.1.1 Uji Normalitas Distribusi Data...................................................................40 3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ..............................................................41 3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .........................................................42 3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan (effect size) ................................................43 3.8.2 Analisis Lebih Lanjut ....................................................................................44 3.8.2.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I .............44 3.8.2.2 Uji Besar Efek Peningkatan Skor Rerata Pretest ke Posttest I ..................45 3.8.2.3 Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I .......................................46 3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan.................................................................47 3.8.3 Persepsi terhadap Perlakuan ..........................................................................49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................52 4.1 Hasil Penelitian ................................................................................................52 4.1.1 Implementasi Penelitian ................................................................................52 4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian .................................................52 4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran .......................................................53 1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol................................53 2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen .........................54 4.1.2 Deskripsi Sebaran Data .................................................................................57 4.1.2.1 Sebaran Data Kemampuan Evaluasi ..........................................................57 1. Kelompok Kontrol .............................................................................................57 2. Kelompok Eksperimen .......................................................................................58 4.1.2.2 Sebaran Dataa Kemampuan Inferensi ........................................................60 1. Kelompok Kontrol .............................................................................................60 2. Kelompok Eksperimen .......................................................................................61 4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I .....................................................................63 4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data...................................................................64
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ..............................................................65 4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .........................................................66 4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ...................................................................69 4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut .................................................................................69 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I .............69 2. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I ..........................72 3. Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I ......................................73 4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan.........................................................................74 4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ...................................................................76 4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data...................................................................77 4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ..............................................................78 4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .........................................................79 4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ...................................................................82 4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut .................................................................................82 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I .............82 2. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I ..........................85 3. Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I ......................................86 4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan.........................................................................87 4.2 Pembahasan ......................................................................................................90 4.2.1 Pengaruh Penerapan model PBL terhadap Kemampuan Evaluasi ...............96 4.2.2 Pengaruh Penerapan model PBL terhadap Kemampuan Inferensi ...............99 4.2.3 Persepsi terhadap Perlakuan ........................................................................102 4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut ...........................................................................104
BAB V PENUTUP ...............................................................................................107 5.1 Kesimpulan ....................................................................................................107 5.2 Keterbatasan Penelitian ..................................................................................108 5.3 Saran ...............................................................................................................108 DAFTAR REFERENSI .......................................................................................109 LAMPIRAN .........................................................................................................112 CURRICULUM VITAE ........................................................................................205
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Kemampuan berpikir kritis kategori kognitif ........................................15 Tabel 2.2 Bentuk Paruh Unggas, Ciri-ciri Paruh Unggas, dan Jenis Makanan Unggas ...................................................................................................................18 Tabel 2.3 Tipe Mulut Serangga ..............................................................................20 Tabel 3.1 Jadwal pretest dan posttest.....................................................................31 Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian ..............................................................35 Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen.........................................................35 Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen ................................................................37 Tabel 3.5 Hasil Validasi Instrumen Aspek Evaluasi dan Inferensi .......................38 Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas ..............................................................39 Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................39 Tabel 3.8 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ........................................................44 Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi ..............................................................47 Tabel 3.10 Pedoman Wawancara dengan Guru .....................................................50 Tabel 3.11 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan ................................................................................................................50 Tabel 4.1 Sebaran Data Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol ......................57 Tabel 4.2 Sebaran Data Kemampuan Evaluasi Kelompok Eksperimen ................59 Tabel 4.3 Sebaran Data Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol ......................60 Tabel 4.4 Sebaran Data Kemampuan Inferensi Kelompok Eksperimen ...............62 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Evaluasi.................64 Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ...............................................66 Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemampuan Evaluasi ...........66 Tabel 4.8 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ...............................................67 Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Evaluasi......................... .........................................................................................68 Tabel 4.10 Hasil Uji Besar Pengaruh terhadap Kemampuan Evaluasi ..................69 Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Evaluasi ............................................................................70 Tabel 4.12 Perhitungan Persentase Gain Score pada Kemampuan Evaluasi............................... ...................................................................................71
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.13 Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest Ke Posttest I pada Kemampuan Evaluasi ............................................................................................72 Tabel 4.14 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I...................... ........................................................................................................73 Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I pada Kemampuan Evaluasi ............................................................................................73 Tabel 4.16 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Evaluasi.............74 Tabel 4.17 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Evaluasi.............75 Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Inferensi ..............77 Tabel 4.19 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians .............................................79 Tabel 4.20 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemampuan Inferensi ........79 Tabel 4.21 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians .............................................80 Tabel 4.22 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Inferensi .....81 Tabel 4.23 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Inferensi ..........................82 Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Inferensi ............................................................................83 Tabel 4.25 Perhitungan Persentase Gain Score pada Kemampuan Inferensi ........84 Tabel 4.26 Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest Ke Posttest I pada Kemampuan Inferensi ............................................................................................85 Tabel 4.27 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I........................... ...................................................................................................86 Tabel 4.28 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I pada Kemampuan Inferensi ............................................................................................86 Tabel 4.29 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Inferensi ............88 Tabel 4.30 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Inferensi ............89
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Autotomi pada Cecak .........................................................................19 Gambar 2.2 Literature Map Penelitian yang Relevan ...........................................25 Gambar 3.1 Desain Penelitian ................................................................................29 Gambar 3.2 Variabel Penelitian .............................................................................33 Gambar 3.3 Rumus Besar Pengaruh untuk Data Normal ......................................43 Gambar 3.4 Rumus Besar Pengaruh untuk Data Tidak Normal ............................44 Gambar 3.5 Rumus Persentase Peningkatan Skor Pretest-Posttest I .....................45 Gambar 3.6 Rumus Persentase Gain Score............................................................45 Gambar 3.7 Rumus Persentase Uji Retensi Pengaruh ...........................................49 Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Evaluasi.......................................... ........................................................................68 Gambar 4.2 Grafik Gain Score Kemampuan Evaluasi ..........................................71 Gambar 4.3 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Evaluasi............................... ...................................................................................75 Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Inferensi................................. ................................................................................81 Gambar 4.5 Grafik Gain Score Kemampuan Inferensi ..........................................84 Gambar 4.6 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Inferensi.................................... .............................................................................89
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian .......................................................................113 Lampiran 1.2 Surat Ijin Validasi Soal ..................................................................114 Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol ............................................................115 Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen .....................................................117 Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol...............119 Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen...........................................................................................................128 Lampiran 3.1 Lembar Kerja Siswa ......................................................................138 Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ...............................................................................143 Lampiran 3.4 Kunci Jawaban ...............................................................................152 Lampiran 3.5 Rubrik Penilaian ............................................................................156 Lampiran 3.6 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement.............................................160 Lampiran 3.7 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas .................................................163 Lampiran 4.1 Penskoran Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen...........................................................................................................166 Lampiran 4.2 Penskoran Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen...........................................................................................................170 Lampiran 4.3 Tabulasi Nilai Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen .........................................................................................174 Lampiran 4.4 Tabulasi Nilai Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen .........................................................................................175 Lampiran 4.6 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ..............................178 Lampiran 4.7 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .........................180 Lampiran 4.8 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan ...........................182 Lampiran 4.9 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I............................. ...............................................................................................183 Lampiran 4.10 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I............................... .............................................................................................186 Lampiran 4.11 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Pretest dan Posttest I ................190 Lampiran 4.12 Hasil Uji Retensi Perlakuan .........................................................192 Lampiran 4.13 Transkrip Wawancara Siswa .......................................................196 Lampiran 4.14 Transkrip Wawancara Guru.........................................................202 Lampiran 5.1 Foto Kegiatan Pembelajaran ..........................................................203 Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ..................................204
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran di Sekolah Dasar pada masing-masing mata pelajaran dilaksanakan secara terpisah, salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA erat kaitannya dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan materi ataupun konsepkonsep saja melainkan juga suatu proses penemuan. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung agar dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam (BSNP, 2006: 161). Pembelajaran IPA pada perkembangan dunia modern saat ini tidak hanya terpaku pada kegiatan menulis dan mendengarkan ceramah dari guru saja. Salah satu dasar dari pembelajaran IPA yaitu melakukan percobaan sains. Melalui kegiatan
percobaan
siswa
akan
mengembangkan
keterampilan
dan
pengetahuannya sendiri. Di dalam penerapannya, IPA memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Laksmi (dalam Trianto, 2010: 141-142) memaparkan nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran yaitu (1) kecakapan dalam bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis sesuai dengan langkahlangkah metode ilmiah, (2) keterampilan dan kecakapan dalam melakukan pengamatan dan menggunakan alat percobaan untuk memecahkan masalah, (3) memiliki sikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelajaran IPA maupun dalam kehidupan. Manusia mempunyai kemampuan berpikir dan dorongan ingin tahu, hal tersebut akan membantu dalam mencari solusi dari permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hadirnya permasalahan mendorong manusia berpikir kritis untuk menjawab permasalahan yang ada. Berpikir kritis membantu manusia melihat permasalahan secara mendalam dan memandang dari berbagai sudut pandang sebagai usaha menemukan jawaban dari permasalahan. IPA merupakan mata pelajaran yang memberi kesempatan mengembangkan kemampuan berpikir kritis (Samatowa, 2011: 3). Dalam mengembangkan kemampuan berpikir diperlukan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung. Sebab
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belajar bukan hanya sekedar menghapal sejumlah konsep, prinsip atau fakta yang siap untuk diingat melainkan sebuah proses untuk menemukan konsep, prinsip atau fakta. Berdasarkan pengamatan, kegiatan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dalam praktiknya masih menerapkan pembelajaran yang bertujuan mengejar target kurikulum dengan mengandalkan buku IPA sebagai pegangan utama. Kemampuan yang dikembangkan masih berada tahap kemampuan untuk mengingat. Selain itu, pembelajaran IPA di SD sekarang hanya terbatas pada produk, fakta, konsep, dan teori saja, sehingga siswa menganggap IPA adalah pelajaran yang harus dihafal. Proses pembelajaran yang berlangsung lebih didominasi oleh kegiatan guru. Kegiatan siswa lebih banyak diam menyimak pembelajaran dari guru, mencatat hal-hal penting dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Banyak konsep yang abstrak dalam pembelajaran IPA di SD, padahal IPA sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi belum dioptimalkan. Hal ini dibuktikan dengan data hasil studi oleh Programme for International Student Assessment (PISA) dari sebuah organisasi yang bernama Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Penelitian dilakukan dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi dunia konkret. Fokus utama penelitian ini adalah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan mengolah informasi, kemampuan melihat masalah secara holistik, hingga menarik kesimpulan dari berbagai data. Pada skor rerata PISA tahun 2012 diketahui skor rerata OECD adalah 494, sementara Indonesia memperoleh skor 375. Hasil penelitian PISA pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan ke-64 dari 65 negara yang diteliti (OECD, 2014: 5). Pada penelitian PISA selanjutnya pada tahun 2015 diketahui skor rerata OECD adalah 493, semestara Indonesia masih memperoleh skor jauh dibawahnya yaitu 403 dan Indonesia masih berada diperingkat bawah yaitu urutan 62 dari 70 negara (OECD, 2016: 4). Penurunan peringkat tersebut menunjukkan bahwa siswa di Indonesia kesulitan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan evaluasi dan inferensi
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merupakan dua kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan-tantangan di dunia konkret. Rendahnya kemampuan IPA siswa di Indonesia pada ranah kognitif menjadi keprihatinan peneliti. Karena hal tersebut berhubungan dengan kurang maksimalnya pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat berdampak pada kemampuan siswa untuk menghadapi tantangan-tantangan dunia nyata. Salah satu penyebab kurang optimalnya pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah proses pembelajaran di sekolah-sekolah masih menggunakan
metode
pembelajaran
tradisional
atau
metode
ceramah.
Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah hanya menggunakan interaksi satu arah dari sumber belajar, yaitu guru (Sani, 2013: 159). Penerapan metode ceramah dalam pembelajaran lebih didominasi guru, dalam hal ini gurulah yang lebih aktif pada proses pembelajaran. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi dar sekedar menghafal. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk aktif mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Diperlukan upaya untuk mengatasi masalah pendidikan di Indonesia yaitu penerapan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu model yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa adalah model Problem Based Learning (PBL). Delisle (dalam Abidin, 2014: 159) menjelaskan bahwa PBL adalah model pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah pada siswa selama mereka mempelajari materi pembelajaran. Baron menegaskan bahwa masalah yang dihadirkan adalah yang berorientasi pada masalah kehidupan nyata (Rusmono, 2012: 74). PBL berfokus pada penyajian pada suatu permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu. Nur (dalam Rusmono, 2012: 81) menerangkan 5 langkah model PBL yaitu (1) mengorientasi siswa kepada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, (4) mengembangkan dan
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mempresentasikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Berbagai jurnal dengan menerapkan model pembelajaran inovatif pernah diterbitkan untuk mendukung pengembangan kemampuan tingkat tinggi misalnya penelitian yang dilakukan oleh Downing, Ning, & Shin (2012) menunjukkan bahwa PBL berdampak pada peningkatan pada pengembangan metakognitif mahasiswa. Penelitian kedua oleh Yeo (2007) menunjukkan bahwa PBL berkontribusi dalam pengembangan kepemimpinan. Penelitian ketiga oleh Kapralos, Fisher, Clarkson, & Oostveen (2015) membuktikan bahwa penerapan PBL menjadikan kursus menjadi menyenangkan, menarik, dan siswa dapat menyelesaikan proyek akhir pembelajaran karena PBL memberikan kesempatan siswa untuk mengendalikan pembelajaran mereka sendiri melalui penelitian aktif, eksplorasi, dan pemecahan masalah sendiri melalui diskusi kelas dan kegiatan yang didukung masalah siswa dengan berbasis game. Penelitian mengenai kemampuan
berpikir
kritis
dilakukan
oleh
Joseph,
Stone,
Grantham,
Harmancioglu, & Ibrahim (2007) menunjukkan bahwa layanan belajar proyek meningkatkan pengetahuan seseorang tentang manfaat dari KKN karena begitu banyak penekanan saat ini sedang ditempatkan pada peningkatan berpikir kritis dan pemecahan masalah kemampuan siswa sarjana bisnis. Siswa meyakini bahwa pengalaman kuliah, peningkatan berpikir kritis, dan pengalaman akademis berguna untuk persiapan masuk ke dunia kerja. Penelitian kedua dilakukan oleh Asyari, Muhdhar, Susilo, dan Ibrohim (2016) yang menyatakan bahwa penerapan PBL dan GI mendorong siswa untuk berpikir kritis melalui perencanaan, berdebat, menyatakan pertanyaan dan masalah, dan menganalisis dan memberikan solusi kepada masalah lingkungan. Penelitian ketiga dilakukan oleh Scott (2008) menunjukkan bahwa perdebatan membantu siswa memahami topik yang lebih baik, belajar pengetahuan baru, dan memperoleh pemahaman serta meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Berkaitan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
yang
dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan evaluasi dan inferensi dengan menerapkan model Problem Based Learning.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini berupaya menjawab permasalahan yang telah dijelaskan dengan mengujicobakan model PBL pada pembelajaran IPA untuk melihat pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi. Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan model PBL pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi siswa kelas V SD Kanisius Kalasan semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Peneliti memilih SD Kanisius Kalasan sebagai tempat penelitian karena sekolah ini memiliki kelas paralel sehingga bisa digunakan untuk penelitian eksperimen. Materi pembelajaran IPA dibatasi pada Standar Kompetensi 3. Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan dan Kompetensi Dasar 3.1 Mengidentifikasi penyesuaian diri hewan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup.
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi pada
mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius
Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017? 1.2.2 Apakah penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan inferensi pada
mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius
Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan evaluasi pada
mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius
Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. 1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan inferensi pada
mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius
Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Bagi peneliti Memperoleh pengalaman menerapkan model PBL dalam pembelajaran IPA sehingga dapat digunakan sebagai bekal mengajar di masa mendatang.
1.4.2
Bagi siswa Hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi untuk kemampuan berpikir kritis pada aspek evaluasi dan inferensi dalam pembelajaran IPA.
1.4.3
Bagi guru Menambah pengetahuan tentang penggunaan model PBL yang dapat diterapkan untuk pembelajaran di sekolah.
1.4.4
Bagi sekolah Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran yang dapat mempengaruhi kemampuan evaluasi dan inferensi pada siswa.
1.5 Definisi Operasional 1.5.1 Model PBL adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai sumber belajar dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut 1) mengorientasi peserta didik terhadap masalah, 2) mengorientasi peserta didik untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 1.5.2 Masalah adalah kesenjangan antara kondisi ideal dengan fakta yang ada. 1.5.3 Kemampuan evaluasi adalah kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan yang mencerminkan persepsi, pengalaman, situasi penilaian, kepercayaan, atau opini seseorang untuk menimbang bobot dari suatu penalaran yang berkaitan dengan pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau ungkapan lainnya yaitu dengan memberi penilaian terhadap tipe mulut serangga dengan jenis makanannya, menilai benar tidaknya suatu argumen, dan memberi penilaian terhadap cara adaptasi cecak. 1.5.4 Kemampuan inferensi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memastikan unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan, merumuskan dugaan dan hipotesis yang terdiri dari merumuskan hipotesis
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tentang kasus adaptasi serangga, memberikan alternatif cara memelihara kupu-kupu, dan memperkirakan keuntungan serta kerugian dari adaptasi cecak. 1.5.5 Mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang disusun secara sistematis berdasarkan observasi atau penelitian. 1.5.6 Siswa SD adalah anak usia Sekolah Dasar kelas V SD Kanisius Kalasan semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II merupakan landasan teori yang berisi tinjauan pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis. Tinjauan pustaka menguraikan teori-teori yang mendukung dan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan. Kerangka berpikir memaparkan variabel dan hubungan antara variabel independen dan dependen. Pada sub bab terakhir berisi hipotesis yang merupakan dugaan sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah.
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori-teori yang Mendukung Teori-teori yang mendukung berisi tentang teori perkembangan anak, metode pembelajaran, problem based learning (PBL), kemampuan berpikir kritis, kemampuan evaluasi dan inferensi, hakikat ilmu pengetahuan alam, materi IPA kelas V. Teori-teori tersebut diambil sebagai landasan dalam melakukan penelitian. Berikut adalah penjelasan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian.
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak Perkembangan adalah proses perubahan dalam diri individu, baik secara fisik maupun secara psikis menuju tingkat kedewasaan yang berlangsung secara sistematis,
progresif
dan
berkesinambungan
(Yusuf,
2013:
1).
Teori
perkembangan anak yang digunakan sebagai acuan adalah teori perkembangan Jean Piaget dan Lev Vigotsky. Kedua teori tersebut digunakan karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa kelas V SD yaitu dalam dimensi kognitif. Teori Piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur kognitifnya atau peta mental (skema) untuk memahami dan menanggapi pengalaman fisik pada lingkungan di sekelilingnya. Struktur kognitif anak akan bertambah sesuai dengan perkembangan usianya (Suyono & Hariyanto, 2011:107-108). Ada dua proses terjadi dalam menggunakan dan mengadaptasi skema pada anak yaitu asimilasi dan akomodasi (Mutiah, 2010: 50). Slavin
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(dalam Trianto, 2010: 70) menjelaskan bahwa asimilasi adalah pengintegrasian pengalaman-pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah mengubah struktur pengetahuan untuk disesuaikan dengan meniru yang diamati sesuai dengan kenyataan (Mutiah, 2010: 102). Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari pikiran guru kepada pikiran siswa. Siswa harus membangun struktur pengetahuannya secara aktif sesuai dengan kematangan kognitifnya. Pengalaman nyata dapat membantu anak untuk membangun struktur pengetahuannya. Perkembangan anak menurut Piaget dibagi dalam 4 tahap sebagai berikut (Hergenhahn, 2009: 318): 1. Sensorimotor (lahir sampai 2 tahun) Pada tahap ini dicirikan tidak adanya bahasa. Anak tidak menguasai kata untuk suatu benda, bagi anak jika tidak menghadapi objek secara langsung objek tersebut asing bagi anak. Interaksi sensorimotor adalah cara yang dilakukan untuk berinteraksi dengan lingkungan, dan hanya berkaitan dengan keadaan saat ini. Pada akhir tahap ini, anak mengembangkan konsep kepermanenan objek. Artinya mereka menyadari benda tersebut ada meski sudah tudah melihatnya. 2. Pra-operasional (sekitar 2 sampai 7 tahun) Tahap ini terbagi menjadi dua: a. Pemikiran prakonseptual Pada tahap ini anak mulai membangun konsep sederhana. Mereka mulai mengelompokan benda berdasarkan kemiripannya, akan tetapi masih terdapat kesalahan dalam mengelompokan benda. Contohnya semua lelaki adalah ayah dan semua perempuan adalah ibu. b. Pemikiran intuitif (sekitar 4 sampai 7 tahun) Pada
tahap
ini
ciri
yang
paling
menonjol
adalah
kegagalan
mengembangkan kemampuan konservasi. Konservasi adalah kemampuan untuk menyadari bahwa jumlah, panjang, atau luas akan tetap sama meski benda tersebut direpresentasikan dengan bentuk yang berbeda. Misalnya saja air yang volumenya sama dimasukan dalam dua wadah yang berbeda
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bentuknya. Mereka akan melihat air dalam wadah yang bentuknya lebih tinggi, itulah yang dianggap memiliki volume lebih banyak. 3. Operasional Konkret (sekitar 7 sampai 11 tahun) Anak mengembangkan kemampuannya untuk mempertahankan (konservasi), kemampuan mengelompokan, mengurutkan, dan menangani konsep angka. Berpikir secara operasional konkret dapat dipandang sebagai tipe awal berpikir ilmiah. Namun dalam tahap ini proses pemikiran menggunakan kejadian nyata yang diamati anak. Mereka melakukan pemecahan masalah secara kompleks selama masalah itu tidak abstrak. 4. Operasional Formal (sekitar 11 tahun sampai dewasa) Kini anak bisa menangani situasi hiotesis, selain itu mereka dapat berpikir mengenai hal-hal yang tidak dilihat langsung dan riil. Mereka berpikir lebih logis mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadirkan. Berdasarkan uraian mengenai tahap-tahap perkembangan anak menurut Piaget, siswa kelas V SD berada pada tahap operasional konkret. Mereka mulai dapat berpikir untuk menyelesaikan permasalahan. Akan tetapi, masalah yang dihadirkan berupa kejadian nyata yang diamati. Mereka masih kesulitan untuk menyelesaikan masalah yang abstrak. Selain itu, saat belajar siswa perlu berinteraksi dengan teman sebaya untuk saling bertukar pikiran. Oleh sebab itu, peneliti juga menggunakan teori perkembangan anak menurut Vygotsky. Vygotsky menekankan pemusatan hubungan sosial menjadi hal penting untuk perkembangan kognitif karena anak menemukan pengetahuan dalam dunia sosial (Mutiah, 2010: 103). Perkembangan tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial tempat perkembangan berlangsung (Salkind, 2009: 374). Pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan di mana ia berada. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan dapat dicapai melalui interaksi dengan orang lain melalui kegiatan bersama. Vygotsky
membedakan
dua
tahap
perkembangan,
yaitu
aktual
(independent performance) dan potensial (assisted performance) dengan Zone of Proximal Development/ ZPD (Mutiah, 2010: 104).
ZPD adalah jarak antara
tingkat perkembangan aktual berupa pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial berupa pemecahan masalah dibawah bimbingan
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Di dalam memaksimalkan perkembangan pengetahuannya, anak-anak perlu mengalami dan mengerjakan tugas secara mandiri (Salkind, 2009: 375). Kemudian apabila anak menemukan tugas yang sulit untuk dikuasai secara mendiri, anak dapat mempelajari dengan bantuan orang dewasa atau bekerja sama dengan anak yang lebih mampu sehingga anak akan berhasil memecahkan persoalan (Mutiah, 2010: 77). Berdasarkan tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, anak usia SD kelas V yang berumur 11 tahun, berapa pada tahap operasional konkret yaitu usia 7 sampai 11 tahun. Pada usia ini anak mengalami perbaikan dalam kemampuann untuk berpikir secara logis. Anak sudah dapat memandang dunia secara objektif dan sudah dapat berpikir secara ilmiah. Meskipun demikian, dalam praktiknya mereka masih harus menggunakan objek-objek yang nyata, karena mereka akan mengalami kesulitan apabila menggunakan objek yang abstrak. Anak akan lebih mudah belajar apabila dalam pembelajaran dilakukan menggunakan masalah-masalah konkret dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Selain itu, proses belajar melalui kerja sama juga diperlukan. Anak akan berbagi informasi, bertukar pengetahuan, dan mempelajari hal-hal yang tidak bisa dipelajari sendiri. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk dapat memecahkan masalah konkret. Salah satunya adalah model Problem Based Learning.
2.1.1.2 Model Pembelajaran Model pembelajaran disusun berdasarkan prinsip pembelajaran, teori psikologi, teori pengetahuan dan teori lain yang mendukung (Joyce & Weil dalam Rusman, 2013: 132). Joyce dan Weild menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, rencana bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas. Pengajar dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada penelitian ini menerapkan model Problem Based Learning (PBL) untuk mengembangkan kemampuan evaluasi dan inferensi siswa kelas V SD.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.1.3 Model Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Model PBL Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran berbasis masalah nyata pada kompetensi dasar yang dipelajari peserta didik (Kokasih, 2014: 88). Masalah dalam PBL cenderung bebas, tidak selalu berkenaan dengan kompetensi dasar, untuk mendalami materi pelajaran. Savin, Badin & Moust, Bouhuijs, Schmidt menegaskan bahwa di dalam PBL masalah diberikan sebelum kelas dimulai (Amir, 2009: 23). Arends (dalam Hosnan, 2014: 295) berpendapat bahwa model PBL adalah model pembelajaran yang mengorientasi peserta didik pada masalah nyata sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuan mereka sendiri. Selain itu peserta didik juga akan lebih terampil dan dapat meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Penggunaan masalah dalam kehidupan nyata dimaksudkan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah, selain itu peserta didik juga akan memperoleh dan menyusun pengetahuannya sendiri. Delisle (dalam Abidin 2014: 159) menjelaskan PBL adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berpikir dan memecahkan masalah selama proses pembelajaran. Peserta didik difasilitasi untuk dapat berperan aktif di kelas melalui aktivitas berpikir mengenai masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, menemukan cara memperoleh informasi, memecahkan masalah, dan mengemukakan pemecahan masalah tersebut. Pemecahan masalah tidak harus melalui studi lapangan untuk mendapatkan data. Apabila melalui diskusi dan membaca berbagai referensi masalah sudah bisa terjawab, maka langkah pemecahan tersebut sudah cukup. Namun, akan lebih baik jika diperoleh data yang akurat agar lebih meyakinkan (Kokasih, 2014: 88). Pemecahan masalah yang bermakna relevan dan kontekstual dengan menggunakan model PBL diperlukan penggunaan intelegensi dari individu dalam sebuah kelompok (Rusman, 2013: 230). Model PBL menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar” bekerja secara berkelompok untuk mencari pemecahan masalah dari sebuah permasalahan dunia nyata (Abidin, 2014: 159).
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli yang telah dijabarkan, peneliti menyimpulkan bahwa PBL adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, di mana secara berkelompok peserta didik mencari solusi daripermasalahan dunia nyata yang digunakan sebagai bahasan untuk peserta didik belajar cara berpikir kritis dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh konsep dan pengetahuan.
2. Langkah-langkah Model Problem Based Learning Nur (dalam Hosnan, 2014: 302) menjelaskan bahwa proses untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah dilakukan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1. Mengorientasi peserta didik terhadap masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana yang dibutuhkan. peserta didik diberikan motivasi untuk terlibat dalam aktivitas aktivitas pemecahn masalah. 2. Mengorientasi peserta didik untuk belajar Peserta didik dibantu untuk mendefinisikan dan mengorientasi tugas belajar yang berhubungna dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya. 3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Peserta didik mencari informasi yang sesuai dan melakukan eksperimen dalam rangka mencari yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Peserta didik menyiapkan karya sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan atau video. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang sudah dilakukan. Kegiatan
pembelajaran
dengan
menerapkan
model
PBL
dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa karena sumber belajar yang digunakan merupakan masalah dunia nyata. Proses pembelajaran yang
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berlangsung menuntut siswa untuk aktif melalui kegiatan berpikir untuk menemukan solusi dari suatu masalah.
2.1.1.4 Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah proses yang terarah dan jelas dalam kegiatan pemecahan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi, membujuk, dan melakukan penelitian ilmiah (Johnson, 2007: 183). Peserta didik dimungkinkan dapat mempelajari masalah secara sistematis, merumuskan pertanyaan sistematis, dan merancang solusi. Scriven dan Paul (dalam Tawil & Liliasari, 2013: 7) menjelaskan bahwa berpikir kritis merupakan proses disiplin intelektual secara aktif dan terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang diperoleh melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau diskusi. Proses berpikir kritis mengharuskan keterbukaan pikiran, kerendah hatian, dan kesabaran. Karena hal tersebut dapat membantu seseorang mendapatkan pemahaman yang mendalam dari informasi dan kejadian. Pemikir kritis selalu berpikiran terbuka saat mencari informasi yang baik berdasarkan bukti logis dan logika yang benar (Johnson, 2007: 186). Glaser (dalam Fisher, 2008: 20) menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah suatu sikap berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah ataupun hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang. Selain itu dikatakan juga bahwa berpikir kritis merupakan keterampilan untuk menerapkan metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis. D’Arcangelo (dalam Johnson 2007: 184) menjelaskan apabila anak-anak diberi kesempatan untuk berpikir pada taraf yang lebih tinggi, mereka akan terbiasa dalam membedakan kebenaran dan kebohongan, fakta dan opini, pengetahuan dan keyakinan. Berdasarkan pendapat dari beberapa dari beberapa ahli yang sudah dijabarkan, peneliti menyimpulkan bahwa berpikir merupakan proses berpikir secara terarah dan mendalam untuk pemecahan masalah melalui pengamatan maupun diskusi. Terdapat 6 indikator keterampilan berpikir kritis yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri (Facione,
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1990). Selanjutnya Facione menyebutkan kecakapan dalam kamampuan berpikir kritis mencakup dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan disposisi afektif. 1.
Dimensi kognitif Dimensi kognitif dianggap sebagai pusat kecakapan mental paling penting.
Terdapat 6 kemampuan dalam dimensi kognitif yang dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Kemampuan berpikir kritis kategori kognitif No 1
Skills Interpretasi
2
Analisis
3
Evaluasi
4
Inferensi
5
Eksplanasi
6
Regulasi-diri
Sub-skills Membuat kategori Memahami arti Menjelaskan makna Menguji gagasan-gagasan Mengidentifikasi argumen-argumen Menganalisis argumen-argumen Menilai sah tidaknya klaim-klaim Menilai sah tidaknya argumen-argumen Menguji bukti-bukti Menerka alternatif Menarik kesimpulan Menjelaskan hasil penalaran Membenarkan prosedur yang digunakan Memaparkan argumen-argumen yang digunakan Refleksi diri Koreksi diri
Pengertian 6 dimensi kognitif menurut Facione (2015: 9-10) adalah sebagai berikut: 1. Interpretasi adalah kemampuan untuk memahami dan mengungkapkan makna atau arti dari berbagai pengalaman, situasi, data, penilaian, konvensi, keyakinan, aturan, prosedures, atau kriteria. 2. Analisis adalah kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan inferensial dimaksudkan dan aktual di antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk lain dari representasi dimaksudkan untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi, atau opini. 3. Evaluasi adalah kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan, persepsi, pengalaman, situasi, penghakiman, keyakinan, atau pendapat seseorang; dan untuk menilai kekuatan logis dari hubungan inferensial yang sebenarnya atau dimaksudkan antara pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk lain dari representasi.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Inferensi adalah kemampuan untuk menarik kesimpulan, membentuk dugaan dan hipotesis, untuk mempertimbangkan informasi yang relevan dan untuk mengurangi konsekuensi yang mengalir dari data, laporan, prinsip, bukti, penilaian, keyakinan, opini, konsep, deskripsi, atau pertanyaan. 5. Eksplanasi adalah kemampuan untuk menyatakan dan membenarkan bahwa penalaran
dalam
hal
bukti,
konseptual,
metodologis,
kriteria,
dan
pertimbangan kontekstual di mana hasil seseorang didasarkan; dan untuk menyajikan penalaran seseorang dalam bentuk argumen yang meyakinkan. 6. Regulasi diri adalah kemampuan untuk memantau kegiatan kognitif seseorang, dengan menerapkan keterampilan dalam analisis, dan evaluasi untuk penilaian disimpulkan sendiri dengan pandangan menuju pertanyaan, mengkonfirmasikan, memvalidasi, atau mengoreksi cara berpikirnya sendiri. 2.
Dimensi disposisi afektif Facione menjelaskan bahwa dimensi disposisi afektif merupakan sikap
yang menjadai dasar dalam mendekati masalah. Berikut adalah dua bagian dari disposisi afektif: pertama adalah sikap secara umum, dalam kategori ini terdapat 12 sikap yaitu: (1) rasa ingin tahu yang tinggi terhadap berbagai permasalahan, (2) berusaha untuk selalu mendapatkan informasi yang baik, (3) sadar untuk menggunakan daya pikir kritis, (4) mengedepankan proses penelitian yang masuk akal, (5) percaya a kemampuan diri sendiri untuk bernalar, (6) pikiran terbuka terhadap kenyataan pandangan yang berbeda-beda, (7) fleksibilitas untuk mempertimbangkan alternatif, (8) memahami opini orang lain, (9) menghargai penalaran, (10) jujur dalam menghadapi prasangka, bias, stereotip, dan kecenderungan egosentris atau sosiosentris, (11) hati-hati dalam menangguhkan, membuat, atau mengubah penilaian, dan (12) kesediaan untuk meninjau ulang pandangan sendiri jika refleksi yang jujur menyarankan demikian. Kedua adalah sikap khusus, terdapat 7 sikap dalam kategori sikap khusus yaitu: (1) kejelasan dalam merumuskan permasalahan, (2) kerapian dalam mengerjakan permasalahan yang kompleks, (3) tekun mencari informasi yang relevan, (4) rasional dalam menyeleksi dan menggunakan suatu kriteria, (5) memfokuskan perhatian dalam menghadapi suatu permasalahan, (6) daya tahan terhadap kesulitan-kesulitan yang dijumpai, dan (7) ketajaman analisis. 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian ini, membahas dimensi kognitif yang difokuskan pada kemampuan evaluasi dan inferensi. Pada pembahasan selanjutnya hanya pembahasan mengenai dua kemampuan tersebut dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan model PBL.
2.1.1.5 Kemampuan Evaluasi dan Inferensi 1.
Evaluasi Evaluasi merupakan kemampuan untuk menilai kredibilitas suatu
pernyataan atau argumen dan menilai bobot logika suatu kesimpulan. Sub kemampuan dalam evaluasi adalah menilai sah tidaknya klaim-klaim dan menilai sah tidaknya argumen-argumen dengan indikator memberi penilaian terhadap tipe mulut serangga dengan jenis makanannya, menilai benar tidaknya suatu argumen, dan memberi penilaian terhadap cara adaptasi cecak. 2.
Inferensi Inferensi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memastikan
elemen-elemen yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal, merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan memperkirakan konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari data, pernyataan, bukti, prinsip, penilaian, kepercayaan, pertanyaan, dan konsep. Sub kemampuan dalam inferensi adalah menguji bukti-bukti, menerka alternatif, dan menarik kesimpulan. Indikator yang digunakan adalah merumusksan hipotesis tentang kasus adaptasi serangga, memberikan alternatif cara memelihara kupu-kupu, dan memperkirakan keuntungan serta kerugian adaptasi cecak.
2.1.1.6 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan yang didasarkan pada pengamatan (Fowler dalam Trianto, 2010: 136). Laksmi menjelaskan bahwa IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi (Trianto, 2010: 137). Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep-konsep. Sebagai proses, IPA digunakan untuk mempelajari objek, menemukan, dan mengembangkan produk sains, dan
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebagai suatu aplikasi, teori-teori IPA akan diaplikasikan untuk membuat karya teknologi yang mempermudah kehidupan. IPA secara umum lahir dan berkembang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui percobaan, penarikan kesimpulan, serta penemuan konsep. Laksmi memaparkan nilai-nilai yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA yaitu 1) kecakapan bekerja dan berpikir secara sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah, 2) keterampilan melakukan penelitian dan menggunakan alat percobaan untuk memecahkan masalah, 3) memiliki sikap ilmiah untuk memecahkan masalah baik yang berkaitan dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan (Trianto, 2010: 142). 2.1.1.7 Materi Pembelajaran IPA Kelas V Salah satu ciri makhluk hidup adalah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya disebut adaptasi. Tujuannya adalah untuk mempertahankan hidupnya. Setiap makhluk hidup memiliki cara adaptasi yang berbeda terhadap lingkungannya. Berikut adalah cara penyesuaian diri hewan dengan lingkungannya. 1. Unggas Semua makhluk hidup membutuhkan makanan agar tetap hidup. Begitu juga dengan unggas mereka juga membutuhkan makanan agar tetap hidup. Setiap hewan dalam hal ini unggas memiliki cara tersendiri untuk memperoleh makanan. Setiap unggas memiliki jenis makanan yang berbeda-beda ada yang cair, daging dan biji-bijian. Oleh karena itu, bentuk paruh setiap unggas juga berbeda-beda. Keanekaragaman bentuk paruh unggas disesuaikan dengan jenis makanannya. Perhatikan keanekaragaman bentuk paruh unggas pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Bentuk Paruh Unggas, Ciri-ciri Paruh Unggas, dan Jenis Makanan Unggas No 1
Bentuk Paruh Burung
Ciri-ciri Paruh seperti sudu dan pangkal bergerigi berguna untuk menyaring makanan dari air dan lumpur.
Jenis Makanan Ikan, cacing
Itik
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Paruh tajam, kuat, runcing, dan agak membengkok untuk mengoyak makanan yang berupa daging.
Ular, ayam, kelinci
Paruh pendek, tebal, dan runcing untuk memecah biji-bijian, seperti padi.
Biji-bijian
Paruh runcing agak panjang untuk memahat kayu pohon dan menangkap serangga di dalamnya.
Serangga
Elang 3
Pipit 4
Pelatuk 5
Paruh panjang dan berkantong besar pada bagian bawah untuk menyimpan ikan.
Ikan
Pelikan 6
Paruh pendek, tebal, dan runcing. Berguna untuk mencari makan di tanah.
Biji-bijian dan cacing.
Ayam
(Sulistyanto & Wiyono, 2008: 47) Dari tabel diatas terlihat bahwa jenis paruh unggas sudah sesuai dengan jenis makanannya. Apabila jenis makanan tidak sesuai dengan jenis paruh unggas, maka unggas tersebut akan kesulitan dalam proses memakan. 2. Cecak Setiap jenis hewan selalu berusaha melindungi diri dari serangan musuhnya. Hampir semua jenis hewan memiliki bagian tubuh untuk melindungi diri. Selain itu, ada sebagian hewan melindungi diri dengan tingkah laku. Sekarang, simak cara hewan melindungi diri dari serangan musuhnya, khususnya cecak.
Gambar 2.1 Autotomi pada Cecak (Sumber:http://3.bp.blogspot.com/)
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernahkah kamu melihat cecak yang memutuskan sebagian ujung ekornya? Hal itu dilakukan untuk mengelabui pemangsanya. Jika ada pemangsa yang menyerang dan menangkap ekor cecak, maka cecak akan segera memutuskan ekornya. Bagian ekor yang putus akan bergerak-gerak untuk beberapa menit. Hal ini akan mengalihkan perhatian pemangsanya. Pada saat itu, cecak akan segera menjauhi pemangsanya. Ekor cecak akan tumbuh seperti semula dalam beberapa bulan. Meskipun ekor cecak yang baru akan lebih pendek dari ekor lamanya. 3. Serangga Serangga memiliki cara khusus untuk memperoleh makanan. Mereka mempunyai cara penyesuaian diri dalam memperoleh makanan. Berikut tipe mulut serangga beserta cara menyesuaikan diri dalam memperoleh makanan: Tabel 2.3 Tipe Mulut Serangga Mempunyai rahang atas dan rahang bawah yang kuat untuk menggigit dan menghancurkan. Makanan kemudian dikunyah lalu ditelan. Contohnya mulut belalang dan jangkrik
Tipe mulut penggigit
Mulut pada jangkrik mempunyai bentuk mulut penggigit dan pengunyah. Di dalam mulutnya terdapat gigi-gigi kecil yang dimanfaatkan untuk mengunyah makanan yang berupa daun. Mempunyai rahang yang runcing dan panjang Contohnya mulut nyamuk dan kutu
Tipe mulut penusukpenghisap
Serangga yang terkenal pengisap darah ini mempunyai bentuk mulut penusuk dan pengisap. Nyamuk memakai mulutnya untuk mengisap makanan berupa darah manusia dan hewan. Mulutnya yang berbentuk tabung panjang dan tajam (runcing) digunakan untuk menusuk kulit manusia dan hewan yang menjadi sasarannya, dimana makanan tersebut adalah makanan utama dari nyamuk. Darah akan mudah dihisapnya karena terdapat sedikit lobang akibat gigitannya
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mempunyai alat penghisap seperti belalai yang panjang dan dapat digulung Contohnya mulut kupu-kupu Kupu-kupu mempunyai mulut dengan alat penghisap di dalamnya. Oleh karena itu, mulutnya dinamakan mulut penghisap. Mulut ini digunakan untuk menghisap nektar yang berada di dalam bunga. Tipe mulut penghisap Mulut tipe penusuk dan penjilat dilengkapi dengan alat untuk menusuk dan menjilat. Contohnya mulut lebah madu dan lalat Lalat mendapatkan makanan dengan menyerap sarisari makanan terutama yang berbentuk cairan. Alat penyerap ini mirip spons (gabus)
Tipe mulut penusuk dan pinjilat
2.1.2 Penelitian-penelitian yang relevan 2.1.2.1 Penelitian tentang Problem Based Learning Downing, Ning, dan Shin (2012) melakukan penelitian tentang dampak PBL pada pengalaman dan pengembangan metakognitif mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas PBL. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama dari dua program di Universitas Hong Kong (n = 132). Metode yang digunakan pada salah satu program menggunakan model PBL, sementara program yang lain menggunakan metode tradisional. Study strategies inventory (Lassi) digunakan sebagai ukuran metakognisi pra dan pasca-ukuran pembangunan metakognitif mahasiswa. Perbedaan dalam pengembangan metakognitif dieksplorasi pada awal dan akhir 15 bulan pertama di masing-masing program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun nilai masuk secara signifikan lebih lemah dari Lassi, skor akhir rata-rata, diambil setelah 15 bulan dan tiga semester studi di lingkungan kurikulum yang berbeda menunjukkan peningkatan dalam metakognisi untuk
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompok PBL. Selain itu, analisis belajar mahasiswa pada akhir program menunjukkan bahwa kelompok PBL dilaporkan secara signifikan memiliki skor yang lebih tinggi. Implikasi dari lingkungan PBL pada pengembangan pembelajaran konstruktivis dan meningkatkan pengalaman mahasiswa. Yeo (2007) melakukan penelitian tentang penerapan PBL pada pengembangan kepemimpinan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki PBL sebagai pendekatan yang layak dalam pengembangan kepemimpinan. Data diperoleh dari dua pelatih PBL dan 18 manajemen senior dengan menggunkan metode kualitatif. Wawancara dilakukan empat bulan setelah pelatihan kepemimpinan selama tiga hari terstruktur menggunakan PBL. Hasil analisis isi, tiga faktor penting telah diidentifikasi sebagai kontribusi terhadap kebermaknaan proses pembelajaran pemimpin: definisi masalah; komunikasi terbuka; dan pemanfaatan sumber daya. PBL secara tradisional merupakan alat pendidikan, tapi penerapannya lebih luas diwujudkan dalam pelatihan kepemimpinan menawarkan perspektif asli dalam pengembangan sumber daya manusia. Kapralos, Fisher, Clarkson, dan Oostveen (2015) melakukan penelitian tentang penerapan PBL pada kursus desain permainan dan pengembangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan program sarjana baru pada permainan serius desain dan pengembangan yang terintegrasi baik permainan dan desain instruksional, sehingga memberikan pendekatan yang efektif untuk mengajar desain game serius dan pengembangan. Penerapan PBL dalam penelitian ini memberikan siswa kesempatan untuk mengendalikan pembelajaran mereka sendiri melalui penelitian aktif, eksplorasi dan pemecahan masalah sendiri, di kelompok dan melalui diskusi kelas difasilitasi. Diskusi dan kegiatan yang didukung masalah siswa di seluruh kursus untuk mengembangkan sikap kritis dan mendekati ke arah pelaksanaan pembelajaran berbasis game. Siswa dirancang permainan serius dan masalah potensial diperiksa dan kompleksitas yang terlibat dalam pengembangan game serius dan menggabungkan mereka dalam kurikulum pengajaran. Hasil evaluasi siswa mengungkapkan bahwa kursus menyenangkan, menarik, dan berhasil menyelesaikan proyek akhir pelajaran. Kelemahan penelitian ini adalah analisis untuk menunjukkan efektivitas
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran belum disajikan secara rinci. Analisis yang lebih rinci dengan membandingkan versi terakhir dari pembelajaran yang tidak didasarkan pada secara online. Perbandingan seperti itu tidak bisa dilakukan di sini, mengingat tidak ada ukuran pengetahuan sebelumnya (tidak ada "Data pre-test"). 2.1.2.2 Penelitian tentang Berpikir Kritis Joseph, Stone, Grantham, Harmancioglu, dan Ibrahim (2007) meneliti tentang dampak layanan belajar proyek pada keterlibatan pelayanan masyarakat dan berpikir kritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menangkap beberapa pokok manfaat/ faktor disebabkan layanan proyek pembelajaran/ pelayanan masyarakat, dari perspektif siswa. sampel dari penelitian ini adalah 67 laki-laki dan 83 perempuan (16 lulusan, 71 senior, dan 63 junior) berpartisipasi dalam studi. Hasil dari penelitian ini adalah meningkatkan pengetahuan seseorang tentang manfaat dari KKN karena begitu banyak penekanan saat ini sedang ditempatkan pada peningkatan berpikir kritis dan pemecahan masalah kemampuan siswa sarjana bisnis. Siswa meyakini bahwa pengalaman kuliah, peningkatan berpikir kritis, dan pengalaman akademis berguna untuk persiapan masuk ke dunia kerja. Melalui layanan pembelajaran mereka dapat memiliki kemampuan pemecahan masalah. Asyari, Muhdhar, Susilo, dan
Ibrohim
(2016) meneliti
tentang
meningkatkan keterampilan berpikir kritis melalui Problem Based Learning (PBL) dan Group Investigation (GI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan berpikir kritis mahasiswa biologi STKIP Hamzanwadi Selong pada kursus lingkungan melalui penerapan PBL dan GI melalui Lesson Study. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data diambil dari 73 mahasiswa biologi tahun akademik 2013/2014 yang dibagi menjadi dua kelas. Lesson Study dilakukan di 16 siklus, yang terdiri tahap Plan, Do, dan See. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur berpikir kritis siswa adalah tes esai. Hasil dari penelitian ini adalah penerapan PBL dan GI mendorong siswa untuk berpikir kritis melalui perencanaan, berdebat, menyatakan pertanyaan dan masalah, dan menganalisis dan memberikan solusi kepada masalah lingkungan. Pembelajaran difokuskan pada aktivitas berpikir kritis siswa melalui integrasi PBL dan GI. Pembelajaran dilakukan melalui Lesson Study dan didasarkan pada lingkungan. 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scott (2008) meneliti tentang persepsi belajar berpikir kritis melalui debat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui kuesioner dan debat. Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan bahwa perdebatan membantu siswa memahami topik yang lebih baik, belajar pengetahuan baru, dan memperoleh pemahaman serta meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Penelitian-penelitian relevan yang telah dipaparkan menggunakan populasi mahasiswa. Beberapa penelitian menggunakan model PBL sebagai variabel independen penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model PBL berpengaruh terhadap variabel dependen. Akan tetapi, dari penelitian-penelitian yang relevan seperti yang telah dipaparkan, belum ada yang meneliti di SD terutama yang menggunakan variabel dependen kemampuan evaluasi dan inferensi. Selanjutnya, peneliti akan melakukan penelitian yang berbeda dari penelitian yang sudah dilakukan yaitu suatu penelitian eksperimental untuk melihat pengaruh penerapan model Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan populasi penelitian siswa Sekolah Dasar (SD). Hal ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru dalam bidang pendidikan. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experimental. Berikut adalah literature map dari penelitian relevan yang sudah dijelaskan sebelumnya.
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.2.3 Literature Map Model Problem Based Learning
Kemampuan berpikir kritis
Kapralos, Fisher, Clarkson, dan Oostveen (2015)
Asyari, Muhdhar, Susilo, dan Ibrohim (2016)
Pendekatan PBL – Kursus desain dan pengembangan game
Peningkatan kemampuan berpikir kritis – PBL
Downing, Ning, dan Shin (2012)
Joseph, Stone, Grantham, Harmancioglu, dan Ibrahim (2007)
PBL – Pengalaman dan pengembangan metakognitif
Layanan proyek – Berpikir kritis
Yeo (2007) PBL – Pengembangan Kepemimpinan
Scott. (2008) Debat – Peningkatan Berpikir kritis
Yang perlu diteliti: Model PBL – Kemampuan Evaluasi dan Inferensi pada Mata Pelajaran IPA SD
Gambar 2.2 Literature Map Penelitian yang Relevan
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2 Kerangka Berpikir Teori kognitif Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkret. Hal tersebut ditandai dengan kemampuan untuk berpikir secara logis. Pemikiran sudah tidak lagi sentarsi tetapi desentrasi, artinya guru dapat memberikan tugas untuk dikerjakan anak secara mandiri. Akan tetapi untuk anak usia SD masih diperlukan bantuan apabila anak tidak bisa menyelesaikan tugas secara mandiri. Oleh karena itu,teori Vygotsky juga perlu diterapkan dalam proses pembelajaran. Teori Vygotsky lebih menekankan dimensi sosial anak. Anak akan belajar menangani tugas-tugasnya dan akan mendapat bantuan (scaffolding) dari guru atau teman yang mampu apabila tidak bisa menyelesaikan tugasnya. Diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk mendukung teori perkembangan kognitif anak tersebut. Model pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan anak usia SD adalah model PBL. Model PBL adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, di mana secara berkelompok peserta didik mencari solusi dari permasalahan dunia nyata yang digunakan sebagai bahasan untuk peserta didik belajar cara berpikir kritis dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh konsep dan pengetahuan. Model ini menjembatani siswa untuk memperoleh pengalaman belajar dalam mengorganisasikan, meneliti, dan memecahkan masalah. Dalam penerapannya, siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran karena dalam model PBL hal yang paling penting adalah dari segi prosesnya, bukan hanya sekedar hasil belajar, sehingga proses berpikir kritis siswa pada kemampuan evaluasi dan inferensi pada pembelajaran dapat tercapai. Berpikir kritis adalah penilaian yang terarah dan terukur yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, dan juga penjelasan terhadap
pertimbangan-pertimbangan
faktual,
konseptual,
metodologis,
kriterilogis, atau kontekstual yang menjadi dasar penilaian tersebut. Kemampuan evaluasi adalah kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau ungkapan lain yang mencerminkan persepsi, pengalaman, situasi penilaian, kepercayaan, atau opini seseorang untuk menimbang bobot dari suatu penalaran yang berkaitan dengan pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau ungkapan lainnya. Kemampuan
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
inferensi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memastikan elemenelemen yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal, merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan memperkirakan konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari data, pernyataan, bukti, prinsip, penilaian, kepercayaan, pertanyaan, dan konsep. Beberapa sekolah di Yogyakarta menerapkan KTSP. Penerapan KTSP perlu dilengkapi dengan model pembelajaran agar kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa dapat berkembang secara maksimal. Selain itu, penerapan model PBL dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan evaluasi dan inferensi. Penerapan model PBL menjadi solusi yang tepat untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan tingkat tinggi. Model ini tepat diterapkan pada mata pelajaran IPA yang menekankan proses dalam belajar. Materi yang akan dipelajari menggunakan penerapan model PBL adalah adaptasi hewan. Jika model PBL diterapkan pada pelajaran IPA, maka akan berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi.
2.3 Hipotesis Penelitian 2.3.1 Penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi siswa kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. 2.3.2 Penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan inferensi siswa kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III merupakan metode penelitian yang menguraikan mengenai jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
teknik pengujian data, dan teknik
analisis data.
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental tipe Nonequivalent Control Group Design. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk melihat pengaruh dari suatu perlakuan (treatment) dalam kondisi terkendali (Sugiyono 2013 : 109). Sehingga dalam penelitian ini terdapat dua kolompok yaitu kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan dan kelompok eksperimen yang diberi perlakuan. Dalam penelitian ini penentuan kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan tanpa melalui prosedur penempatan acak (Creswell, 2015: 242). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada pembelajaran IPA kelas V. Oleh karena itu kelompok eksperimen diberikan treatment berupa penerapan model PBL, sementara kelompok kontrol tidak diberikan treatment. Namun, kedua kelompok tersebut sama-sama dilakukan pretest dan posttest (Creswell, 2014 : 242). Pretest dilakukan untuk melihat kemampuan awal kedua kelompok dan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara kelompok kontrol dan eksperimen. Hasil pretest dikatakan baik apabila diantara nilai kelompok kontrol dan eksperimen tidak terdapat perbedaan yang signifikan (Sugiyono, 2013: 114). Campbell dan Stanley (dalam Cohen, 2007: 276) menjelaskan bahwa hasil penelitian dapat diketahui dari pretest dan posttest yang sudah dilakukan pada kelompok
kontrol
dan
eksperimen.
Pengaruh
tersebut
dapat
dihitung
menggunakan tiga langkah yaitu (1) kurangi skor rerata posttest dengan skor rerata pretest pada kelompok eksperimen untuk menghasilkan selisih skor posttest-pretest kelompok eksperimen, (2) kurangi skor rerata posttest dengan
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
skor rerata pretest pada kelompok kontrol untuk menghasilkan selisih skor posttest-pretest kelompok kontrol, dan (3) kurangi hasil selisih skor posttestpretest pada kelompok eksperimen dengan hasil selisih skor posttest-pretest kelompok kontrol. Pengaruh kausal dari intervensi tersebut dapat dihitung dengan rumus (O2 - O1) – (O4 - O3). Jika hasilnya negatif maka efek kausal adalah negatif atau tidak ada pengaruh dan sebaliknya jika hasilnya positif maka efek kausal positif atau ada pengaruh. Desain penelitian quasi experimental tipe nonequivalent control group design padat dilihat pada gambar berikut: Eksperimen
O1
Kontrol
O3
X
O2 O4
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Cohen, 2007: 283)
Keterangan : X = treatment/ perlakuan dengan metode PBL O1 = rerata skor pretest kelompok eksperimen O2 = rerata skor posttest kelompok eksperimen O3 = rerata skor pretest kelompok kontrol O4 = rerata skor posttest kelompok kontrol Garis putus-putus dalam desain penelitian tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompk kontrol tidak dipilih secara acak (nonrandomly assigned groups) (Setyosari, 2010: 158). Tidak dilakukan pengacakan untuk menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen karena kedua kelas sudah terbentuk terlebih dahulu, sehingga untuk menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan melalui proses pengundian. Selain itu, pemilihan kelompok tidak melalui proses pengacakan karena peneliti tidak memiliki wewenang untuk merubah kelas. Sebelum diberikan perlakuan, setiap kelompok sama-sama diberikan soal pretest untuk mengetahui kemampuan awal. Selanjutnya kelompok eksperimen yaitu kelas VA diberikan perlakuan dengan model PBL. Sedangkan kelompok
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kontrol yaitu kelas VB tidak diberi perlakuan atau hanya melakukan pembelajaran seperti biasa yaitu menggunakan metode ceramah. Setelah kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan metode PBL kemudian dilakukan posttest pada masing-masing kelompok yaitu pada kelompok eksperimen dan kontrol. Posttest ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang sudah dilakukan kepada kelompok eksperimen. Apabila hasil posttest lebih tinggi dari hasil pretest maka dapat dikatakan bahwa penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA kelas V materi adaptasi.
3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Kalasan terletak di Jalan Jogja Solo KM 13 Kringinan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. SD Kanisius Kalasan merupakan sekolah Katolik dibawah naungan Yayasan Kanisius dengan akreditasi A. Peneliti memilih SD Kanisius Kalasan sebagai tempat pelaksanaan penelitian karena di SD ini terdapat 2 kelas paralel. Peneliti ingin melihat pengaruh penggunaan model Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis pada kecakapan evaluasi dan inferensi. Penelitian ini dilaksanakan pada saat pelaksanaan PPL di SD Kanisius Kalasan Yogyakarta. Letak sekolah ini terbilang strategis karena berada di pinggir jalan raya Jogja – Solo. Fasilitas pendukung yang ada di SD Kanisius Kalasan antara lain 12 ruang kelas yang terdiri dari kelas A dan B, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang komputer, 1 ruang perpustakaan yang bersebelahan dengan ruang UKS, 1 ruang koperasi, 1 kantin, 1 kamar kecil guru, 8 kamar kecil siswa, 1 tempat parkir guru, 1 pos satpam, dan ruang penjaga sekolah. Jumlah seluruh guru dan karyawan di sekolah ini adalah 22 orang. Jumlah siswa secara keseluruhan dari kelas I sampai dengan kelas VI adalah 345 siswa. Halaman sekolah cukup luas dan cukup untuk digunakan sebagai tempat upacara bagi peserta didik, namun untuk berolah raga biasanya dilakukan di lapangan TK Kanisius Kalasan.
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Waktu pengambilan data dimulai pada tanggal 24 Oktober 2016. Pengambilan data eksperimen dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Tujuannya adalah untuk menghindari bias dalam penelitin. Jadwal pengambilan data penelitian pada kelompok kontrol dan eksperimental dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Jadwal pretest dan posttest Kelompok
Hari, tanggal Senin, 24 Oktober 2016 Kamis, 27 Oktober 2016
Alokasi Waktu 2 x 40 menit 2 x 40 menit
Senin, 31 Oktober 2016
2 x 40 menit
Kamis, 03 November 2016
2 x 40 menit
Senin, 07 November 2016 Kamis, 10 November 2016 Senin, 24 Oktober 2016 Kamis, 27 Oktober 2016 Senin, 31 Oktober 2016 Kamis, 03 November 2016 Senin, 07 November 2016 Jumat, 11 November 2016
2 x 40 menit 2 x 40 menit 2 x 40 menit 2 x 40 menit 2 x 40 menit 2 x 40 menit 2 x 40 menit 2 x 40 menit
Eksperimen
Kontrol
Kegiatan Pretest Pembelajaran tentang unggas dengan menggunakan video Pembelajaran tentang serangga dengan melakukan pengamatan terhadap serangga Pembelajaran tentang cecak dengan percobaan menggunakan cecak Posttest I Posttest II Pretest Pembelajaran tentang unggas Pembelajaran tentang serangga Pembelajaran tentang cecak Posttest I Posttest II
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan data yang terdiri atas objek/ subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari selanjutnya ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117). Populasi merupakan sumber data dalam penelitian yang mempunyai jumlah banyak dan luas (Darmawan, 2013: 137). Populasi merupakan sekelompok individu yang memiliki ciri khusus yang sama (Creswell, 2015: 287). Jadi, dari beberapa pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa populasi adalah sekelompok individu dengan ciri khusus sama yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Kalasan semester gasal tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 61 siswa.
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.3.2 Sampel Sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi yang dimiliki (Arikunto, 2012: 174). Sampel harus merupakan bagian yang representatif dari populasi yang diteliti agar dapat menghasilkan kesimpulan general (Widi, 2010: 198). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas VA sebagai kelompok eksperimen berjumlah 31 siswa dan kelas VB sebagai kelompok kontrol berjumlah 30 siswa. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberikan perlakuan berupa penerapan model PBL, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan perlakuan. Pengambilan
sampel
dalam
penelitian
ini
menggunakan
teknik
convenience sampling yaitu menggunakan kelas yang sudah tersedia karena keterbatasan administasi untuk memilih secara acak (Best & Kahn, 2006: 18-19. Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ditentukan melalui proses pengundian yang dilakukan bersama dengan guru mitra. Guru mitra adalah guru yang mengampu mata pelajaran IPA kelas VA dan VB. Guru yang memberikan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah guru yang sama. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi faktor bias dalam penelitian. Sampel penelitian untuk kelompok kontrol adalah seluruh siswa kelas VB yang berjumlah 30 siswa. Sampel untuk kelompok eksperimen adalah seluruh siswa kelas VA yang berjumlah 31 siswa.
3.4 Variabel Penelitian Variabel merupakan atribut dari seseorang atau objek yang memiliki variasi antara satu orang dengan yang lain atau objek satu dengan objek yang lain, objek yang memiliki variasi ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 60). Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
3.4.1 Variabel Independen Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi pada variabel dependen (terikat) (Creswell, 2014: 77). Variabel independen dalam
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penelitian ini adalah model PBL. Terdapat lima langkah dalam model PBL yaitu mengorientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar,
membimbing
penyelidikan
individual
maupun
kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2.4.2 Variabel Dependen Variabel dependen (terikat) adalah hasil dari pengaruh variabel bebas (Creswell, 2014: 77). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan berkipikir kritis yang meliputi kecakapan evaluasi dan inferensi. Berikut ini merupakan bagan yang menunjukkan variabel independen dan variabel dependen pada penelitian ini. Variable Independen
Variabel Dependen Kemampuan Evaluasi
Model Problem Based Learning (PBL)
Kemampuan Inferensi
Gambar 3.2 Variabel Penelitian
Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah model PBL. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis pada kategori evaluasi dan inferensi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan test berupa essay untuk mengukur kemampuan berpikir kritis kategori kognitif. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2012: 67). Essay adalah bentuk tes yang menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan kata-kata sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan yang lainnya (Arifin, 2009: 125).
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Teknik pengumpulan data menggunakan pretest dan posttest pada setiap kelompok. Kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal pretest, posttest I, dan posttest II yang sama. Pretest dilakukan sebelum pembelajaran tentang adaptasi hewan diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal setiap kelompok yang digunakan untuk penelitian. Setelah dilakukan pembelajaran yang berbeda pada masing-masing kelompok kemudian dilakukan posttest I untuk mengetahui perbedaan kemampuan sebelum dan sesudah pembelajaran. Pelaksanaan posttest dilakukan sebanyak dua kali, posttest I diberikan setelah diberikan treatment pada kelompok eksperimen dan pembelajaran biasa pada kelompok kontrol. Posttest II diberikan 3 hari setelah posttest I. Proses pembelajaran kedua kelompok dilaksanakan oleh satu guru mitra. Selama pembelajara berlangsung, peneliti bertugas sebagai observer. Namun, semua instrumen penelitian dan alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran dirancang dan disiapkan oleh peneliti. Pengumpulan data penelitian dilakukan selama tiga minggu untuk menghindari bias (Krathwohl, 2004: 547).
3.6 Instrumen Penelitian Margono (2007: 155) berpendapat bahwa instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Data yang diperoleh digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis. Oleh sebab itu, instrumen harus dirancang dan dibuat sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Sejalan dengan Margono, Sugiyono (2010: 148) juga berpendapat bahwa instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik fenomena tersebut disebut variabel penelitian. Peneliti membuat instrumen penelitian berupa soal essay sebanyak 13 soal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis kategori kognitif yaitu pada indikator interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Soal essay dibuat dari materi IPA kelas V yaitu adaptasi hewan. Dari ketigabelas soal essay tersebut, peneliti menggunakan 5 soal yang digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kemampuan evaluasi dan inferensi yaitu soal nomor 9, 10, 11, 12, dan 13. Pengebangan instrumen penelitian dan matriks pengembangan instrumen dapat dilihat pada tabel berikut.
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian No. 1
Kelompok Kontrol (VB)
Variabel Evaluasi
Pengukuran data Pretest
Eksperimen (VA) 2
Kontrol (VB)
Posttest Inferensi
Eksperimen (VA)
Pretest Posttest
Instrumen Soal essay (nomor 10,11, dan 12) Soal essay (nomor 10,11, dan 12) Soal essay (nomor 9a, 9b, dan 13) Soal essay (nomor 9a, 9b, dan 13)
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen No. 1
2
Variabel Evaluasi
Inferensi
Aspek Menilai sah tidaknya argumen-argumen Menilai sah tidaknya argumen-argumen Menilai sah tidaknya klaimklaim Menarik kesimpulan Menerka alternatif-alternatif Menerka alternatif-alternatif
Indikator Memberi penilaian terhadap tipe mulut serangga dengan jenis makanannya Menilai benar tidaknya suatu argumen Memberi penilaian terhadap cara adaptasi cecak Merumuskan hipotesis tentang kasus adaptasi serangga Memberikan alternatif cara memelihara kupu-kupu Memperkirakan keuntungan sekaligus kerugian dari adaptasi cecak
No. Soal 10 11 12 9a 9b 13
Peneliti menggunakan rubrik penilaian sebagai acuan untuk setiap indikator instrumen penelitian. Rubrik penilaian yang digunakan dalam penelitin ini dapat dilihat pada lampiran 3.3.
3.7 Teknik Pengujian Instrumen Peneliti melakukan pengujian sebelum instrumen diterapkan dalam penelitian. Pengujian instrumen dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas. Teknik pengujian instrumen berupa uji validitas dan reliabilitas.
3.7.1 Uji Validitas Instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen penelitian tersebut dapat digunakan untuk mengukur objek yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010: 173). Validitas instrumen tes harus memenuhi validitas isi dan validitas konstruk (Widoyoko, 2014: 173). Oleh sebab itu, penelitan ini menggunakan validitas isi (content validity), permukaan, dan validitas konstruk (construct validity).
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.7.1.1 Validitas Isi Sebuah instrumen yang berbentuk tes harus memiliki validitas isi agar dapat mengukur kompetensi yang dikembangkan beserta indikator dan pembelajarannya. Validitas isi menunjukkan seberapa jauh instrumen yang digunakan mencerminkan isi yang dikehendaki (Widoyoko, 2014: 173). Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi instrumen dengan materi pembelajaran. Butir-butir dalam tes penelitian harus menggambarkan pelajaran dan tujuan-tujuan pembelajaran. Validitas isi dapat dilakukan dengan meminta sejumlah ahli (expert judgement) atau guru-guru untuk memeriksa isi instrumen secara sistematis serta mengevaluasinya (Furchan, 2007: 296). Validitas isi tes dalam penelitian ini diperoleh dari tiga ahli yaitu dua dosen mata kuliah IPA dan satu guru kelas V yang mengajar IPA di SD tempat pelaksanaan penelitian. Validator 1 berpendapat bahwa soal 9 mengenai kamampuan inferensi dinilai kurang tepat karena pada fase metamorfosis umur kupu-kupu ketika fase dewasa singkat. Beliau menyarankan untuk mencari tahu umur kupu-kupu dan berapa lama tahan hidup tanpa makan. Validator 2 memberikan penilaian yang baik, beliau hanya memberikan komentar mengenai penulisan yang baku yaitu kata “cecak” agar diganti menjadi “cicak”. Sedangakan validator 3 memberikan penilaian sangat baik, sehingga tidak terdapat saran perbaikan. Total skor instrumen penilaian dari ketiga validator adalah 65, 67, dan 63. Berdasarkan skor tersebut diperoleh rerata skor 65 yang menunjukkan bahwa instrumen layak diimplementasikan.
3.7.1.2 Validitas Muka (face validity) Validitas tampang (face validity) merupakan cara yang dilakukan untuk memperlihatkan soal kepada siswa untuk melihat kejelasan soal (Cohen, 2007: 163). Uji validitas muka diperoleh melalui pemeriksaan pada butir-butir tes untuk membuat kesimpulan bahwa tes dapat mengukur yang ingin diukur (Widoyoko, 2014: 175). Validitas tampang diperoleh dengan cara mengujicobakan soal pada 5 siswa kelas V di luar SD yang digunakan untuk penelitian yaitu pada siswa kelas V di SD Kanisius Sengkan tahun ajaran 2016/2017. Pengerjaan soal dilaksanakan pada Selasa, 06 September 2016 dengan waktu 2 x 30 menit. Ada beberapa kata
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang belum dipahami siswa seperti kata “identifikasi” pada soal nomor 4a dan 4b, kata “alternatif” pada soal nomor 9b. Peneliti selanjutnya ketika pelaksanaan memberikan penjelasan mengenai kata-kata yang sulit.
3.7.1.3 Validitas Konstruk (construct validity) Pengujian validasi konstruk dilakukan melalui uji empiris. Peneliti mengujikan soal tes kepada siswa kelas V SD Kanisius Sengkan untuk memperoleh validasi konstruk. SD Kanisius Sengkan beralamat di Jalan Kaliurang Km 7 Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta. Peneliti memilih sekolah ini karena beberapa alasan yaitu (1) sekolah ini memiliki siswa prestasi yang kurang lebih sama dengan SD Kanisius Kalasan, (2) sekolah ini memiliki kelas paralel, dan (3) sekolah ini terakreditasi A. Pengerjaan soal dilaksanakan pada Kamis 15 September dengan waktu 2 x 30 menit. Jumlah responden adalah 33 siswa. Responden yang digunakan dalam uji empiris dilakukan pada 30 responden (Sugiyono, 2010: 177). Setelah dilakukan pengujian, soal terhitung validitasnya menggunakan rumus korelasi Karl Pearson. Uji validitas konstruk dilakukan menggunakan komputer program IBM SPSS Statistics 22 for windows. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan adalah jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05, maka korelasi bersifat signifikan, itu berarti item tersebut dapat dikatakan valid, sedangkan jika harga Sig.(2-tailed) > 0,05 maka korelasi bersifat tidak signifikan atau dapat dikatakan bahwa item tersebut tidak valid (Field, 2009: 177178). Hasil uji validitas instrumen dan hasil uji validitas dari variabel evaluasi dan inferensi dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 3.7.1). Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen No 1 2 3 4 5 6
Variabel Interpretasi Analisis Evaluasi Inferensi Eksplanasi Regulasi diri
r tabel 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344
r hitung ,401* ,535** ,601** ,730** ,788** ,592**
Sig (2-tailed) ,021 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji validitas instrumen di atas dilakuan dengan mengorelasikan total skor rerata dengan rerata dari masing-masing variabel. Tabel 3.4 menunjukkan bahwa harga Sig. (2-tailed) < 0,05 pada semua variabel. Oleh karena itu semua variabel dinyatakan valid. Peneliti juga melakukan uji validitas pada masing-masing aspek dari variabel evaluasi dan inferensi. Berikut ini adalah hasil uji validitas masingmasing aspek dari variabel evaluasi dan inferensi (lihat Lampiran 3.7.2). Tabel 3.5 Hasil Validasi Instrumen Aspek Evaluasi dan Inferensi Variabel
Aspek
r tabel
r hitung
Evaluasi
Menilai sah tidaknya argumen-argumen Menilai sah tidaknya argumen-argumen Menilai sah tidaknya klaimklaim Menarik kesimpulan Menerka alternatif-alternatif Menerka alternatif-alternatif
0,344
Inferensi
Keterangan
,691**
Sig (2tailed) ,000
0,344
,536**
,001
Valid
0,344
,418*
,016
Valid
0,344 0,344 0,344
,614** ,785** ,663**
,000 ,000 ,000
Valid Valid Valid
Valid
Tabel 3.5 menunjukkan bahwa harga Sig. (2-tailed) < 0,05 pada semua aspek, maka semua aspek pada variabel evaluasi dan inferensi dinyatakan valid. Semua soal ditinjau dari hasil uji validitas semua variabel dan semua aspek dinyatakan valid. Oleh karena itu, semua soal dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini adalah penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh 3 orang peneliti dengan enam kemampuan berpikir kritis. Enam kemampuan tersebut adalah analisisi, interpretasi, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Penelitian ini fokus pada variabel evaluasi dan inferensi, sedangkan variabel yanglain diteliti oleh 2 peneliti yang lain.
3.7.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan derajat keajegan alat ukur dalam mengukur apa saja yang diukur (Furchan, 2007: 310). Instrumen tes dikatakan reliabel jika memberikan ketetapan hasil atau konsisten apabila diteskan berkali-kali pada responden yang sama (Widoyoko 2014: 188). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah keajegan hasil yang apabila dilakukan tes berkali-kali. Uji reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha Cronbach dengan
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows pada tingkat kepercayaan 95% dan signifikansi sebesar 0,05. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan instrumen reliabel adalah jika harga Alpha Cronbach > 0,60 (Nunnally dalam Ghozali, 2006: 46). Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan soal berbentuk essay. Pemberian skor pada jawaban soal essay dengan menggunakan rentang skor 1 sampai dengan 4, berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Berikut adalah tabel kriteria koefisien reliabilitas untuk memberikan arti terhadap koefisien reliabilitas yang diperoleh (Masidjo, 1995: 209): Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas Koefisien Korelasi 0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 negatif – 0,20
Kualifikasi Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Perhitungan uji reliabilitas dilakukan dengan program komputer IBM SPSS statistics 22 dengan Alpha Cronbach, hasilnya sebagai berikut: Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Uji reliabilitas instrumen
Alpha Cronbach
Kualifikasi
0,675
Cukup
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3.7 diperoleh nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0,675 atau (p > 0,60). Nilai Alpha Cronbach menunjukkan kualifikasi cukup, sehingga instrumen keenam soal dapat dikatakan realiabel dan layak untuk diterapkan dalam penelitian ini (lihat Lampiran 3.8).
3.8 Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan untuk menghitung data agar dapat disajikan secara sistematis dan dapat ditafsirkan (Priyanto, 2012: 1). Analisis data dilakukan sesudah data penelitian terkumpul dari seluruh responden. Analisis data disajikan dalam bentuk statistik dengan menggunakan program komputer IBM SPSS statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% (Ghozali, 2006: 46). Selanjutnya teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.8.1 Analisis Pengaruh Perlakuan 3.8.1.1 Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak, hal tersebut sebagai syarat untuk menggunakan analisis parametrik (Priyatno, 2012: 132). Berdasarkan pendapat tersebut berarti uji normalitas distribusi data juga digunakan untuk menentukan jenis statistik yang harus digunakan dalam analisis data selanjutnya. Uji normalitas distribusi data dilakukan dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk. Kedua statistik tersebut memiliki kelebihan masing-masing yaitu bahwa uji Kolmogorov-Smirnov lebih tepat untuk sampel yang lebih dari 50 (Dahlan dalam Oktaviani, 2014: 128), sedangkan uji statistik menggunakan Shapiro Wilk agar menghasilkan pengukuran yang akurat data yang diuji terbatas untuk sampel yang kurang dari 50 (Razali & Wah dalam Oktaviani, 2014: 128). Data yang diuji adalah data pretest, posttest I, posttest II, dan selisih dari posttest I-pretest. Jika distribusi data normal, analisis dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik. Analisis parametrik untuk data dari kelompok yang berbeda digunakan Independent samles t-test, sedangkan untuk data dari kelompok yang sama digunakan Paired samples t-test (Field, 2009: 325). Jika distribusi data tidak normal, analisis dilakukan dengan menggunakan statistik non-parametrik yaitu Mann-Whitney U test untuk data dari kelompok yang berbeda atau menggunakan Wilcoxon signed ranks test untuk data dari kelompok yang sama (Field, 2009: 345). Analisis dilakukan dengan menggunakan program komputer IBM SPSS statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis data uji normalitas distribusi data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut. Hnull
: Tidak ada deviasi dari normalitas.
Hi
: Ada deviasi dari normalitas.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan (Field, 2009: 147) yaitu: 1) Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima, ada deviasi dari normalitas, artinya data tidak normal (Field, 2009: 326). 2) Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak, tidak ada deviasi dari normalitas, artinya data normal (Field, 2009: 345).
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan awal terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan. Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan dengan menguji rerata skor pretest kelompok kontrol dan eksperimen. Field (2009: 325) menjelaskan bahwa apabila data pretest diperoleh dari dua kelompok yang berbeda maka uji statistik dilakukan dengan cara berikut (1) jika data berdistribusi normal, uji perbedaan kemampuan awal dihitung menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test (Field, 2009: 325), (2) Jika data berdistribusi tidak normal, uji perbedaan kemampuan awal dihitung menggunakan statistik non parametrik Mann-Whitney U test (Field, 2007: 345). Sebelum melakukan analisis Independent samples t-test, dilakukan uji asumsi varians untuk mengetahui apakah data sama atau berbeda. Uji asumsi homogenitas varians dilakukan dengan cara melihat harga Sig. Levene’s test. Jika Sig. Levene’s test > 0,05 maka varians homogen, artinya uji t menggunakan Equal Variansce Assumed. Jika harga Sig. Levene’s test < 0,05 maka varians tidak ada homogenitas varians, artinya uji t menggunakan Equal Variances Not Assumed (Priyatno, 2012: 22-23). Analisis dilakukan dengan menggunakan program komputer IBM SPSS statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis data uji perbedaan kemampuan awal (pretest) menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut: Hnull
: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan eksperimen.
Hi
: Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan (Ghozali, 2006: 58) yaitu: 1) Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen atau kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang sama.
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2) Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Berarti ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen atau kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang berbeda. Kondisi ideal kondisi kemampuan awal adalah tidak terdapat perbedaan kemampuan awal pada kedua kelompok. Artinya kedua kelompok dapat dibandingkan.
3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi. Uji ini menggunakan rumus (O2 - O1) – (O4 - O3). Uji ini dilakukan dengan cara mengurangkan rerata selisih skor posttest I ke pretest pada kelompok eksperimen dengan rerata selisih skor posttest I ke pretest pada kelompok kontrol (Cohen, 2007: 276-277). Data rerata selisih skor yang diuji berasal dari kelompok kontrol dan eksperimen. Jika distribusi data normal, maka uji signifikansi pengaruh perlakuan dihitung menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test (Field, 2009: 325). Sedangkan apabila distribusi data tidak normal, maka uji signifikansi pengaruh perlakuan dihitung menggunakan statistik non-parametrik MannWhitney U test (Field, 2007: 345). Sebelum melakukan analisis independent samples t-test, dilakukan uji asumsi varians untuk mengetahui homogenitas varians. Uji asumsi homogenitas varians dilakukan dengan cara melihat harga Sig. Levene’s test. Jika Sig. Levene’s test > 0,05 maka terdapat homogenitas varians berarti uji t menggunakan Equal Variansce Assumed. Jika harga Sig. Levene’s test < 0,05 maka tidak terdapat homogenitas varians berarti uji t menggunakan Equal Variances Not Assumed (Priyatno, 2012: 22-23). Analisis dilakukan dengan menggunakan program komputer IBM SPSS statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut.
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hnull
: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen.
Hi
: Ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I - pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan (Ghozali, 2006: 58) yaitu: 1) Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I-pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen. Kesimpulannya adalah penggunaan model Problem Based Learning tidak berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi. 2) Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Berarti ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I-pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen. Kesimpulannya adalah penggunaan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi.
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan (effect size) Uji besar pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi. Uji besar pengaruh model Problem Based Learning dapat dilihat dengan mencari effect size. Effect size merupakan suatu ukuran objektif dan terstandarisasi untuk mengetahui besarnya efek yang dihasilkan (Field, 2009: 5657). Cara untuk mengetahui koefisien korelasi adalah dengan cara sebagai berikut: 1) Jika distribusi data normal, harga t diubah menjadi harga r dengan rumus berikut (Field, 2009: 332): √ Gambar 3.3 Rumus Besar Pengaruh untuk Data Normal
Keterangan: r = besarnya efek (effect size) yang menggunakan koefisien korelasi Pearson
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
t = harga uji t df = derajat kebebasan/ degree of freedom 2) Jika distribusi data tidak normal, maka menggunakan rumus sebagai berikut (Field, 2009: 550): √ Gambar 3.4 Rumus Besar Pengaruh untuk Data Tidak Normal
Keterangan: r = besar pengaruh (effect size) Z = harga konversi dari standar deviasi (diperoleh dari perhitungan nonparametrik program SPSS) N = jumlah total responden (dalam hal ini 2 x jumlah siswa)
Kriteria untuk menetukan besarnya pengaruh adalah sebagai berikut (Field, 2009: 57): Tabel 3.8 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan r (effect size) 0,10 0,30 0,50
Kategori Kecil Sedang Besar
Persentase Setara dengan 1% pengaruh perlakuan. Setara dengan 9% pengaruh perlakuan Setara dengan 25% pengaruh perlakuan.
Persentase pengaruh perlakuan diperoleh dari koefisien determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga koefisien korelasi Pearson yang di dapat (r) kemudian dikalikan 100% (Field, 2009: 179). 3.8.2 Analisis Lebih Lanjut 3.8.2.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I setelah dilakukan penerapan model problem based learning pada kemampuan evaluasi dan inferensi. Perhitungan peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dihitung menggunakan data rerata skor pretest dan posttest I pada uji normalitas distribusi data menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov test. Data yang digunakan adalah mean pretest dan mean posttest I. Untuk mengetahui persentase peningkatan skor pretest ke posttest I dapat dihitung menggunakan rumus: 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peningkatan =
𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼−𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
x 100%
Gambar 3.5 Rumus Persentase Peningkatan Skor Pretest-Posttest I (Gunawan, 2006: 575)
Persentase selisih skor pretest-posttest I (gain score) dapat dihitung secara manual menggunakan rumus sebagai berikut:
Persentase Gain score =
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐺𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
x 100%
Gambar 3.6 Rumus Persentase Gain Score
Berdasarkan hasil perhitungan persentase tersebut, dapat diketahui besar peningkatan skor pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Selanjutnya untuk melihat perbedaan selisih pretest–posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen juga dapat menggunakan grafik frekuensi selisih pretestpostest I (gain score). Frekuensi gain score yang diambil adalah 50% dari skor tertinggi selisih pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Tujuan menggunakan Gain score adalah untuk mengetahui skor pretest ke posttest I posttest I yang lebih dominan dan mengatahui penggunaan metode yang lebih menguntungkan dalam pembelajaran (Fraenkel, 2012: 250).
3.8.2.2 Uji Besar Efek Peningkatan Skor Rerata Pretest ke Posttest I Uji besar efek peningkatan dari rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui terdapat peningkatan skor yang signifikan atau tidak pada kelompok kontrol dan eksperimen. Uji signifikasi dilakukan dengan menghitung rerata hasil pretest dan posttest I kedua kelompok. Analisis dilakukan dengan menggunakan program komputer IBM SPSS statistics 22 for windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Data pretest dan posttest I yang diuji dari kelompok yang sama, sehingga uji statistik menggunakan cara 1) data terdistribusi normal, uji signifikansi peningkatan rerata skor pretest dan posttest I menggunakan statistik
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
parametrik Paired samples t-test (Field, 2009: 325). 2) data terdistribusi tidak normal, uji signifikansi peningkatan rerata skor pretest dan posttest I menggunakan statistik non parametrik Wilcoxon signed ranks test (Field, 2009: 345).
Hipotesis statistik yang digunakan sebagai berikut. Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Hi
: Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan (Field, 2009: 53) yaitu: 1) Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I. Kesimpulannya adalah tidak terdapat peningkatan atau penurunan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I . 2) Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Berarti ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I. Kesimpulannya adalah terdapat peningkatan atau penurunan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I .
3.8.2.3 Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui apakah siswa yang memperoleh skor tinggi pada pretest memperoleh skor tinggi pada posttest. Koefisien korelasi adalah statistik yang digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel tersebut (Arikunto, 2012: 313). Analisis korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan secara linear antara dua variabel (Priyatno, 2012: 39). Analisis korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui korelasi pretest dan posttest I positif atau negatif dan signifikan atau tidak signifikan. Positif berarti semakin tinggi skor pretest semakin tinggi pula skor postest I. Signifikan berarti hasil korelasi dapat digeneralisasikan ke populasi.
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji korelasi antara skor pretest dan posttest I dilakukan dengan menggunakan bivariate correlations. Data yang digunakan adalah skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Jika distribusi data normal, maka uji korelasi menggunakan Pearson’s correlation coefficient (Field, 2009: 177). Apabila data distribusi tidak normal, maka uji korelasi menggunakan analisis statistik non-parametrik yaitu rumus Spearman’s correlation (Field, 2009: 179). Interpretasi koefisien korelasi untuk menguji hipotesis dapat dilihat pada rabel berikut (Fraenkel, 2012: 253).
Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi Correlation Coefficient 0,00 – 0,40 0,41 – 0,60 0,61 – 0,80 0,81 atau lebih
Interpretasi Rendah Cukup besar Sangat besar, akan tetapi jarang di penelitian pendidikan. Kemungkinan kesalahan penghitungan atau sangat hubungannya.
besar
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut (Field, 2009: 181). Hnull
: Tidak ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen.
Hi
: Ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut
(Field, 2009: 53): 1.
Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen.
2.
Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05, maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen.
3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
beberapa waktu. Pada uji retensi pengaruh perlakuan diperlukan pelaksanaan posttest II untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang lebih sensitif daripada posttest I (Krathwohl, 2004: 546). Posttest II dapat dilakukan minimal 3 hari setelah posttest I. Uji retensi pengaruh perlakuan menggunakan data rerata posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan eksperimen. Karena data yang diuji dari kelompok yang sama maka analisis dilakukan dengan menggunakan 1) statistik parametrik Paired samples t-test, jika data terdistribusi dengan normal (Field, 2009: 325), 2) statistik non-parametrik Wilcoxon signed ranks test, apabila data terdistribusi dengan tidak normal (Field, 2009: 345). Data hasil posttest II dibandingkan dengan data posttest I menggunakan program IBM SPSS statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut. Hnull
: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan eksperimen.
Hi
: Ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan eksperimen. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan (Priyatno, 2010: 102)
adalah sebagai berikut: 1.
Jika harga sig.(2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain tidak ada penurunan/ peningkatan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II.
2.
Jika harga sig.(2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain ada penurunan/ peningkatan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II. Persentase kenaikan rerata posttest I ke posttest II dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut (Gunawan, 2006: 575). 𝑃𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛
(𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼𝐼 − 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼) × 100% 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 3.7 Rumus Persentase Uji Retensi Pengaruh
3.8.3 Persepsi terhadap Perlakuan Pada bagian ini akan disingkap persepsi perlakuan dengan melakukan wawancara dan observasi. Persepsi terhadap perlakuan dilakukan untuk mengetahui persepsi subjek yang terlibat dalam penelitian terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Peneliti melakukan analisis dampak pengaruh perlakuan dengan dua teknik pengumpulan data yakni teknik tes dan nontes. Teknik tes menjadi teknik utama dalam penelitian ini, sedangkan teknik nontes menggunakan elemen penelitian kualitatif sederhana untuk melengkapi hasil penelitian kuantitatif (Krathwohl, 2004: 546-547). Peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk mendapatkan data, teknik tersebut yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati langsung maupun tidak tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada lembar observasi (Sanjaya, 2013: 270). Ketika melakukan pengamatan, peneliti juga ikut mempersiapkan bahan ajar dan media pembelajaran. Pada penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran di kelas kontrol dan eksperimen. Hasil observasi diperoleh dengan membuat catatan aktivitas siswa selama melaksanakan pembelajaran. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi, tatap muka yang disengaja, terencana dan sistematis antara pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data (Komalasari, Wahyuni, & Karsih, 2011: 39). Wawancara dapat dilakukan baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui media tertentu (Sanjaya, 2013: 263). Pada penelitian ini, wawancara dilakukan kepada guru mitra dan 3 siswa dari kelompok eksperimen yang memiliki kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Dokumen adalah catatan suatu peristiwa yang sudah berlalu dan dapat berupa tulisan, gambar, atau karya (Sugiyono, 2014: 240). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen nilai siswa dan foto-foto siswa saat pembelajaran. Nilai siswa diperoleh dari hasil pretest, posttest I, dan posttest
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
II. Pedoman wawancara guru dan siswa kelompok eksperimen sesudah perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.10 dan tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.10 Pedoman Wawancara dengan Guru No 1 2 3 4 5 6
Pertanyaan Metode apa yang selama ini bapak gunakan ketika mengajar mata pelajaran IPA di kelas V SD Kanisius Kalasan? Mengapa bapak memilih menggunakan metode tersebut? Bagaimana tanggapan bapak mengenai penerapan model Problem Based Learning dalam penelitian kami? Apakah sebelumnya bapak sudah menggunakan model Problem Based Learning dalam mengajar mata pelajaran IPA? Menurut bapak jika menggunakan model Problem Based Learning dalam mengajar mata pelajaran IPA, apakah pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif atau malah sebaliknya? Bagaimana perbedaan antara kelas eksperimen (VA) yang menggunakan model Problem Based Learning dengan kelas kontrol (VB) yang tidak menggunakan model Problem Based Learning?
Tabel 3.11 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanyaan Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa? Biasanya bagaimana cara gurumu mengajar IPA? Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar dengan metode ceramah? Mengapa? Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajar materi IPA dengan metode lain? Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 9a dan 9b tentang adaptasi kupu-kupu? Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 10 tentang ciri-ciri bentuk mulut pemakan darah? Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 11a, 11b, dan 11c tentang kasus adaptasi pada cecak? Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 12 tentang cara efektif cecak menghindar dari musuh ketika terancam? Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 13 tentang keuntungan dan kerugian autotomi pada cecak?
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.12 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sesudah Perlakuan No 1 2 3 4
5 6 7 8 9
Pertanyaan Bagaimana perasaanmu saat beljar IPA menggunakan model Problem Based Learning? Apakah sebelumnya sudah pernah belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning? Apakah model Problem Based Learning membantumu dalam memahami materi? Mengapa? Kamu lebih mudah memahami materi pelajaran ketika pak Martinus menggunakan model Problem Based Learning atau ketika tidak menggunakan model Problem Based Learning? Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 9a dan 9b tentang adaptasi kupu-kupu? Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 10 tentang ciri-ciri bentuk mulut pemakan darah? Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 11a, 11b, dan 11c tentang kasus adaptasi pada cecak? Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 12 tentang cara efektif cecak menghindar dari musuh ketika terancam? Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 13 tentang keuntungan dan kerugian autotomi pada cecak?
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV memaparkan hasil penelitian dan hasil analisis data. Hasil penelitian berisi implementasi penelitian yang meliputi deskripsi populasi dan deskripsi implementasi pembelajaran. Hasil analisis data berisi uji hipotesis penelitian I dan II yang meliputi analisis pengaruh perlakuan dan analisis lebih lanjut. Pada pembahasan diuraikan menganai pengaruh perlakuan berserta dampak perlakuan.
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Implementasi Penelitian Penelitian ini menggunakan kelas kontrol dan kelompok eksperimen. Penentuan kelompok dilakukan melalui pengundian bersama dengan guru mitra. Hasil pengundian menunjukkan kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB sebagai keals kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan desain non probability sampling tipe convenience sampling. Teknik convenience sampling merupakan pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian pendidikan dengan menggunakan kelas yang sudah tersedia (Best & Kahn, 2006: 18-19). Berikut adalah deskripsi populasi penelitian dan implementasi pembelajaran kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA dan VB SD Kanisius Kalasan Sleman. Berdasarkan wawancara dengan guru mitra, peneliti mengetahui bahwa prestasi akademik kedua kelas sejajar. Hal tersebut karena pembagian kelas dilakukan secara acak. Sampel pertama penelitian adalah kelas VA sebagai kelompok eksperimen. Jumlah siswa kelas VA adalah 31 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Siswa pada kelompok eksperimen rata-rata berasal dari latar belakang keluarga ekonomi menengah dan berpendidikan. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain sebagai guru, karyawan swasta, wiraswasta, dan PNS.
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latar belakang pendidikan orang tua antara lain SMA, SMK, D3, D3, dan S1. Berdasarkan daftar kehadiran, terdapat satu siswa kelas ekpserimen yang tidak mengikuti posttest II. Sehingga kolom nilai posttest II pada siswa tersebut diisi dengan menggunakan rerata kelas. Sampel kedua penelitian adalah kelas VB sebagai kelompok kontrol. Jumlah siswa kelas VA adalah 30 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Siswa pada kelompok kontrol rata-rata berasal dari latar belakang keluarga ekonomi menengah dan berpendidikan. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain sebagai guru, karyawan swasta, wiraswasta, dan PNS. Latar belakang pendidikan orang tua antara lain SMP, SMA, D3, dan S1. Berdasarkan daftar kehadiran, terdapat tiga siswa kelas kontrol yang tidak mengikuti pretest. Sehingga kolom nilai pretest pada siswa tersebut diisi dengan menggunakan rerata kelas.
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran Penelitian diawali dengan melakukan pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen. Pretest dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kedua kelas. Pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen dilaksanakan pada Senin, 24 Oktober 2014. Soal pretest berjumlah 13 soal uraian dengan waktu pengerjaan 2 x 40 menit. Sebelum mengerjakan soal, siswa diberi pengarahan tentang langkah-langkah pengerjaan soal dan maksud dari butir soal. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai soal yang kurang dipahami. Pelaksanaan pembelajaran pada kedua kelompok dilakukan oleh satu guru yang sama. Peneliti berperan sebagai pengamat, sehingga tidak mengambil peran dalam kegiatan pembelajaran. Peran peneliti adalah membantu menyiapkan alat dan bahan sebelum
pelaksanaan
pembelajaran
dan
mendokumentasikan
kegiatan
pembelajaran. Berikut deskripsi implementasi kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol dan eksperimen.
1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode ceramah. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada kurikulum 2006 (KTSP). Waktu
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembelajaran untuk setiap pertemuan adalah dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Pembelajaran dilaksanakan oleh guru mitra selama tiga kali pertemuan dengan sub materi yang berbeda. Materi pokok yang dipelajari adalah adaptasi hewan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Oktober 2016 dengan sub materi adaptasi unggas. Pertemuan pertama dilaksanakan pada pukul 09.20-10.40 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi melalui tanya jawab mengenai adaptasi pada unggas. Selama pembelajaran berlangsung guru hanya menggunakan metode ceramah dan mencatat materi yang penting dipapan tulis. Siswa membaca dan mencatat materi yang dijelaskan pada buku tulis. Pada akhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi tentang adaptasi bentuk tubuh unggas terhadap lingkungan. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 31 Oktober 2016 dengan sub materi adaptasi serangga. Pertemuan kedua dilaksanakan pada pukul 11.4013.00 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi melalui tanya jawab mengenai adaptasi pada serangga. Selama pembelajaran berlangsung guru hanya menggunakan metode ceramah dan mencatat materi yang penting dipapan tulis. Siswa membaca dan mencatat materi yang dijelaskan pada buku tulis. Pada akhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi tentang adaptasi serangga. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 03 November 2016 dengan sub materi adaptasi cecak. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada pukul 09.20-10.40 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi melalui tanya jawab mengenai adaptasi pada cecak. Selama pembelajaran berlangsung guru hanya menggunakan metode ceramah dan mencatat materi yang penting dipapan tulis. Siswa membaca dan mencatat materi yang dijelaskan pada buku tulis. Pada akhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi tentang adaptasi cecak.
2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model PBL. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada kurikulum 2006 (KTSP). Waktu
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembelajaran untuk setiap pertemuan adalah dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Pembelajaran dilaksanakan oleh guru mitra selama tiga kali pertemuan dengan sub materi yang berbeda. Materi pokok yang dipelajari adalah adaptasi hewan. Pelaksanaan pembelajaran dengan model PBL pada kelas eksperimen meliputi 1) mengorientasi peserta didik pada masalah, 2) mengorganisasi peserta didik untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Oktober 2016 dengan sub materi adaptasi unggas. Pertemuan pertama dilaksanakan pada pukul 07.00-08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi melalui tanya jawab mengenai adaptasi pada unggas, penyampaian tujuan pembelajaran, dan motivasi. Selanjutnya kegiatan inti yang pertama adalah mengorientasi siswa pada masalah. Masalah yang diberikan adalah mengenai bentuk kaki dan bentuk paruh pada unggas terkait dengan tempat hidup dan jenis makanannya. Selanjutnya kegiatan inti yang kedua adalah mengorganisasi siswa untuk belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 5 siswa. Setiap kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS). Selanjutnya kegiatan inti yang ketiga adalah guru membimbing siswa untuk mencari sumber informasi. Siswa difasilitasi video, artikel, dan buku bacaan untuk menjawab permasalahan yang ada. Siswa melakukan diskusi untuk menyelesaikan masalah. Selain itu, mereka juga saling bertukar pengetahuan yang dimiliki, sehingga semua anggota kelompok memperoleh pengetahuan yang kurang
lebih
sama.
Selanjutnya
kegiatan
inti
yang
keempat
adalah
mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Siswa menyampaikan hasil diskusi dengan melakukan tanya jawab. Pada RPP dijelaskan bahwa siswa juga ditugaskan untuk membuat tabel. Namun dalam pelaksanaannya tidak dilakukan. Selanjutnya adalah kegiatan inti yang kelima yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini siswa bersama guru mengkonfirmasi dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang sudah dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 31 Oktober 2016 dengan sub materi adaptasi serangga. Pertemuan kedua dilaksanakan pada pukul 10.00-
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11.20 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi melalui tanya jawab mengenai adaptasi pada serangga, penyampaian tujuan pembelajaran, dan motivasi. Selanjutnya kegiatan inti yang pertama adalah mengorientasi siswa pada masalah. Masalah yang diberikan adalah keterkaitan bentuk mulut serangga dengan jenis makanannya. Selanjutnya kegiatan inti yang kedua adalah mengorganisasi siswa untuk belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 5 siswa. Setiap kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS). Selanjutnya kegiatan inti yang ketiga adalah guru membimbing siswa untuk mencari sumber informasi. Siswa melakukan pengamatan pada belalang dan mencari informasi dari artikel, dan buku bacaan. Selanjutnya kegiatan inti yang keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Siswa menyampaikan hasil diskusi dengan melakukan tanya jawab, selain itu mereka juga menggambar bentuk mulut serangga secara detail. Selanjutnya adalah kegiatan inti yang kelima yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini siswa bersama guru mengkonfirmasi dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang sudah dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 03 November 2016 dengan sub materi adaptasi cecak. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada pukul 07.00-08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi melalui tanya jawab mengenai adaptasi pada cecak, penyampaian tujuan pembelajaran, dan motivasi. Selanjutnya kegiatan inti yang pertama adalah mengorientasi siswa pada masalah. Masalah yang diberikan adalah autotomi pada cecak. Selanjutnya kegiatan inti yang kedua adalah mengorganisasi siswa untuk belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 5 siswa. Setiap kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) dan satu cecak. Selanjutnya kegiatan inti yang ketiga adalah guru membimbing siswa untuk mencari sumber informasi. Siswa melakukan pengamatan pada cecak dan melakukan percobaan dengan mengganggu cecak sampai cecak memutuskan ekornya. Siswa mendiskusikan hasil temuannya bersama kelompok. Artikel dan buku bacaan juga digunakan sebagai sumber belajar lain. Selanjutnya kegiatan inti yang keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Siswa menyampaikan hasil diskusi dengan melakukan tanya jawab mengenai temuannya. Selanjutnya adalah kegiatan inti yang kelima
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini siswa bersama guru mengkonfirmasi dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang sudah dilakukan selama pembelajaran berlangsung.
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data Deskripsi sebaran data digunakan untuk melihat perbedaan jumlah siswa yang menjawab soal yang sama pada pretest dan posttest I. Pengaruh penerapan model PBL dapat terlihat dengan membandingkan jumlah skor yang sama pada pretest dan posttest I. Berikut adalah uraian sebaran data pada kelompok kontrol dan eksperimen.
4.1.2.1 Sebaran Data Kemampuan Evaluasi Sebaran data digunakan untuk melihat perbedaan jumlah siswa yang memperoleh skor pada pretest dan posttest I. Berikut adalah sebaran data pretest dan posttest I kelompok kontrol dan eksperimen pada kemampuan evaluasi. 1. Kelompok Kontrol Sebaran data kemampuan evaluasi pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.1.1) Tabel 4.1 Sebaran Data Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol No
Indikator Soal
1
Memberi penilaian terhadap tipe mulut serangga dengan jenis makanannya Menilai benar tidaknya suatu argumen Memberi penilaian terhadap cara adaptasi cecak Jumlah
2
3
1
Pretest 2 3
4
Jumlah
7
15
2
6
30
5
7
4
14
30
11
10
6
3
30
5
11
9
5
30
3
15
8
4
30
3
11
6
10
30
21
40
16
13
90
13
29
19
29
90
1
Posttest I 2 3
Jumlah 4
Tabel 4.1 menunjukkan distribusi sebaran data hasil pengerjaan pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dari ketiga indikator soal. Hasil Pretest pada indikator pertama menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 7, skor 2 sebanyak 15, skor 3 sebanyak 2, dan skor 4 sebanyak 6. Hasil posttest I
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada indikator pertama menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 5, skor 2 sebanyak 7, skor 3 sebanyak 4, dan skor 4 sebanyak 14. Pada indikator pertama kelompok kontrol mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus pada pretest adalah pada skor 2 sebanyak 15, sedangkan posttest adalah pada skor 4 sebanyak 14. Hasil Pretest pada indikator kedua menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 11, skor 2 sebanyak 10, skor 3 sebanyak 6, dan skor 4 sebanyak 3. Hasil posttest I pada indikator kedua menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 5, skor 2 sebanyak 11, skor 3 sebanyak 9, dan skor 4 sebanyak 5. Pada indikator kedua kelompok kontrol hanya mengalami sedikit peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus pada pretest adalah pada skor 1 sebanyak 11, sedangkan posttest adalah pada skor 2 sebanyak 11. Hasil Pretest pada indikator ketiga menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 3, skor 2 sebanyak 15, skor 3 sebanyak 8, dan skor 4 sebanyak 4. Hasil posttest I pada indikator ketiga menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 3, skor 2 sebanyak 11, skor 3 sebanyak 6, dan skor 4 sebanyak 10. Pada indikator kedua kelompok kontrol mengalami sedikit peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus pada pretest adalah pada skor 2 sebanyak 15, modus pada posttest juga berada pada skor 2 sebanyak 11. Secara keseluruhan sebaran data pada pretest jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 21, skor 2 sebanyak 40, skor 3 sebanyak 16, dan skor 4 sebanyak 13 siswa. Pada posttest I jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 13, skor 2 sebanyak 29, skor 3 sebanyak 19, dan skor 4 sebanyak 29 siswa. Kelompok kontrol pada kemampuan evaluasi mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus pada pretest adalah 2, sedangkan posttest adalah 2 dan 4. Jumlah siswa yang memperoleh skor 1 dan 2 menurun dari pretest ke posttest I dan jumlah siswa yang memperoleh skor 3 dan 4 mengalami peningkatan.
2. Kelompok Eksperimen Sebaran data kemampuan evaluasi pada kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.1.2)
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.2 Sebaran Data Kemampuan Evaluasi Kelompok Eksperimen No
Indikator Soal
1
Memberi penilaian terhadap tipe mulut serangga dengan jenis makanannya Menilai benar tidaknya suatu argumen Memberi penilaian terhadap cara adaptasi cecak
2
3
1
Pretest 2 3
4
Jumlah 1
Posttest I 2 3
4
11
12
6
2
6
10
13
4
15
21
37
Jumlah
31
5
10
8
8
31
2
31
4
3
17
7
31
1
11
31
1
8
3
19
31
20
15
93
10
21
28
34
93
Tabel 4.2 menunjukkan distribusi sebaran data hasil pengerjaan pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen dari ketiga indikator soal. Hasil Pretest pada indikator pertama menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 11, skor 2 sebanyak 12, skor 3 sebanyak 6, dan skor 4 sebanyak 2. Hasil posttest I pada indikator pertama menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 5, skor 2 sebanyak 10, skor 3 sebanyak 8, dan skor 4 sebanyak 8. Pada indikator pertama kelompok eksperimen mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus pada pretest adalah pada skor 2 sebanyak 12, pada posttest I adalah pada skor 2 sebanyak 10, selain itu yang memperoleh skor 1 dan 2 pada posttest I lebih sedikit dibandingkan dengan hasil pretest. Hasil Pretest pada indikator kedua menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 6, skor 2 sebanyak 10, skor 3 sebanyak 13, dan skor 4 sebanyak 2. Hasil posttest I pada indikator kedua menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 4, skor 2 sebanyak 3, skor 3 sebanyak 17, dan skor 4 sebanyak 8. Pada indikator kedua kelompok eksperimen mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus pada pretest adalah pada skor 2 sebanyak 13, pada posttest I skor 2 meningkat menjadi 17, selain itu yang memperoleh skor 1 dan 2 pada pretest mengalami penurunan pada posttest I. Hasil Pretest pada indikator ketiga menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 4, skor 2 sebanyak 15, skor 3 sebanyak 1, dan skor 4 sebanyak 11. Hasil posttest I pada indikator ketiga menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 1, skor 2 sebanyak 8, skor 3 sebanyak 3, dan skor 4 sebanyak 19. Pada indikator ketiga kelompok eksperimen mengalami
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus pada pretest adalah pada skor 2 sebanyak 15, modus pada posttest I adalah skor 4 sebanyak 19. Secara keseluruhan sebaran data pada pretest jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 21, skor 2 sebanyak 37, skor 3 sebanyak 20, dan skor 4 sebanyak 15 siswa. Pada posttest I jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 10, skor 2 sebanyak 21, skor 3 sebanyak 28, dan skor 4 sebanyak 34 siswa. Kelompok eksperiman pada kemampuan evaluasi mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus pada pretest adalah 2, sedangkan posttest I adalah 4. Selain itu, jumlah siswa yang memperoleh skor 1 dan 2 menurun dari pretest ke posttest I dan jumlah siswa yang memperoleh skor 3 dan 4 mengalami peningkatan.
4.1.2.2 Sebaran Dataa Kemampuan Inferensi 1. Kelompok Kontrol Sebaran data kemampuan inferensi pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.2.1) Tabel 4.3 Sebaran Data Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol No
Indikator Soal
1
Merumuskan hipotesis tentang kasus adaptasi serangga Memberikan alternatif cara memelihara kupukupu Memperkirakan keuntungan sekaligus kerugian dari adaptasi cecak
2
3
Jumlah
1
Pretest 2 3
4
Jumlah 1
Posttest I 2 3
4
6
22
2
-
8
18
2
4
6
18
46
Jumlah
30
4
14
11
1
30
2
30
1
11
11
7
30
6
14
30
4
5
4
17
30
10
16
90
9
30
26
25
90
Tabel 4.3 menunjukkan distribusi sebaran data hasil pengerjaan pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dari ketiga indikator soal. Hasil Pretest pada indikator pertama menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 6, skor 2 sebanyak 22, skor 3 sebanyak 2, dan skor 4 sebanyak 0. Hasil posttest I pada indikator pertama menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebanyak 4, skor 2 sebanyak 14, skor 3 sebanyak 11, dan skor 4 sebanyak 1. Pada indikator pertama kelompok kontrol mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus pretest maupun posttest I yang berada pada skor 2, sebanyak 22 pada pretest mengalami penurunan pada posttest I menjadi 14. Hasil Pretest pada indikator kedua menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 8, skor 2 sebanyak 18, skor 3 sebanyak 2, dan skor 4 sebanyak 2. Hasil posttest I pada indikator kedua menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 1, skor 2 sebanyak 11, skor 3 sebanyak 11, dan skor 4 sebanyak 7. Pada indikator kedua kelompok kontrol mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus pada pretest adalah pada skor 2 sebanyak 18, modus pada posttest I adalah skor 2 dan 3 sebanyak 11. Hasil Pretest pada indikator ketiga menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 4, skor 2 sebanyak 6, skor 3 sebanyak 6, dan skor 4 sebanyak 14. Hasil posttest I pada indikator ketiga menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 4, skor 2 sebanyak 5, skor 3 sebanyak 4, dan skor 4 sebanyak 17. Pada indikator ketiga kelompok kontrol mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus pada pretest adalah pada skor 4 sebanyak 14, modus pada posttest I adalah skor 4 sebanyak 17. Secara keseluruhan sebaran data pada pretest jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 18, skor 2 sebanyak 46, skor 3 sebanyak 10, dan skor 4 sebanyak 16 siswa. Pada posttest I jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 9, skor 2 sebanyak 30, skor 3 sebanyak 25, dan skor 4 sebanyak 25 siswa. Kelompok kontrol pada kemampuan inferensi mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus, meski modus berapa pada skor yang sama yaitu skor 2, namun modus pada pretest lebih besar dibandingkan dengan modus posttest I. Selain itu, jumlah siswa yang memperoleh skor 1 dan 2 menurun dari pretest ke posttest I dan jumlah siswa yang memperoleh skor 3 dan 4 mengalami peningkatan.
2. Kelompok Eksperimen Sebaran data kemampuan inferensi pada kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.2.2)
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.4 Sebaran Data Kemampuan Inferensi Kelompok Eksperimen No
Indikator Soal
1
Merumuskan hipotesis tentang kasus adaptasi serangga Memberikan alternatif cara memelihara kupu-kupu Memperkirakan keuntungan sekaligus kerugian dari adaptasi cecak Jumlah
2
3
1
Pretest 2 3
4
Jumlah 1
Posttest 2 3
4
12
14
2
3
11
12
5
4
9
27
35
Jumlah
31
7
5
13
6
31
3
31
3
3
12
13
31
4
14
31
-
6
4
21
31
11
20
93
10
14
29
40
93
Tabel 4.4 menunjukkan distribusi sebaran data pada hasil pengerjaan pretest dan posttest I kelompok eksperimen pada ketiga indikator soal. Hasil Pretest pada indikator pertama menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 12, skor 2 sebanyak 14, skor 3 sebanyak 2, dan skor 4 sebanyak 3. Hasil posttest I pada indikator pertama menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 7, skor 2 sebanyak 5, skor 3 sebanyak 13, dan skor 4 sebanyak 6. Pada indikator pertama kelompok eksperimen mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus pretest berada pada skor 1 sebanyak 12 dan skor 2 sebanyak 14. Pada posttest I modus berada pada skor 3, sebanyak 13, sementara jumlah perolehan skor 1 dan 2 pada saat posttest I mengalami penurunan. Hasil Pretest pada indikator kedua menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 11, skor 2 sebanyak 12, skor 3 sebanyak 5, dan skor 4 sebanyak 3. Hasil posttest I pada indikator kedua menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 3, skor 2 sebanyak 3, skor 3 sebanyak 12, dan skor 4 sebanyak 13. Pada indikator kedua kelompok eksperimen mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan perolehan skor pada pretest ke posttest I. Jumlah siswa yang memperoleh skor rendah pada pretest lebih banyak dibandingkan pada hasil posttest I. Pada pretest yang memperoleh skor 1 sebanyak 11 dan skor 2 sebanyak 12, sementara pada posttest I skor 1 dan 2 hanya diperoleh 6 siswa. Pada posttest I skor 3 sebanyak 12 dan skor 4 sebanyak 13, sementara sebelumnya pada saat pretest yang memperoleh skor 3 sebanyak 5 dan skor 4 sebanyak 3.
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil Pretest pada indikator ketiga menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 4, skor 2 sebanyak 9, skor 3 sebanyak 4, dan skor 4 sebanyak 14. Hasil posttest I pada indikator ketiga menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 0, skor 2 sebanyak 6, skor 3 sebanyak 4, dan skor 4 sebanyak 21. Pada indikator ketiga kelompok eksperimen mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari penurunan perolehan skor rendah yaitu yang memperoleh skor 1 pada pretest sebanyak 4 menjadi 0 pada saat posttest I, skor 2 pada pretest sebanyak 9 menjadi 6 pada posttest I, dan modus pretest berada pada skor 4 sebanyak 14 sementara pada posttest I modus berada pada skor 4 sebanyak 21. Secara keseluruhan sebaran data pada pretest jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 27, skor 2 sebanyak 35, skor 3 sebanyak 11, dan skor 4 sebanyak 20 siswa. Pada posttest I jumlah siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 10, skor 2 sebanyak 14, skor 3 sebanyak 29, dan skor 4 sebanyak 40 siswa. Kelompok eksperiman pada kemampuan inferensi mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari modus pada pretest adalah 2, sedangkan posttest adalah 4. Selain itu, jumlah siswa yang memperoleh skor 1 dan 2 menurun dari pretest ke posttest I dan jumlah siswa yang memperoleh skor 3 dan 4 mengalami peningkatan.
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I Hipotesis penelitian I adalah penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi pada mata pelajaran IPA dengan materi adaptasi hewan kelas V SD Kanisius Kalasan semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Variabel dependen pada hipotesis penelitian I adalah kemampuan evaluasi, sedangkan variabel independen adalah penerapan model PBL. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dari 3 soal essay yang mengandung indikator menilai sah tidaknya argumen- argumen, menilai benar tidaknya suatu argumen, dan menilai sah tidaknya klaim-klaim. Hasil analisis statistik dihitung menggunakan program statistik IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Berikut adalah tahaptahap analisis data yang dilakukan: 1) Uji normalitas distribusi data untuk
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, tujuannya untuk mengetahui teknik analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau non-parametrik. 2) Uji perbedaan kemampuan awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kelompok kontrol dan eksperimen. 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan untuk mengetahui perbedaan selisih rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen, 4) Uji besar pengaruh perlakuan untuk mengetahui besar pengaruh penerapan model PBL. Analisis lebih lanjut menggunakan analisis statistik 1) Uji persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen, untuk mengetahui peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kedua kelompok. 2) Uji besar efek peningkatan rerata skor pretest ke posttest I, 3) Uji korelasi rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen, 4) Uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data penelitian normal atau tidak dan untuk mengetahui jenis uji statistik analisis selanjutnya (Field, 2009: 144). Uji normalitas dilakukan pada data skor pretest, posttest I, posttest II, dan selisih skor pretest ke posttest pada kelompok kotrol dan eksperimen diuji dengan menggunakan One Samples Kolmogorov-Smirnov test. Hasil uji normalitas kemampuan evaluasi pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.5.1). Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Evaluasi Kolmogorov-Smirnov No 1 2 3 4 5
Aspek Pretest evaluasi kelompok kontrol Posttest I evaluasi kelompok kontrol Posttest II evaluasi kelompok kontrol Selisih rerata skor pretest-posttest I evaluasi kelompok kontrol Pretest evaluasi
Shapiro-Wilk Sig. (2Keterangan tailed)
Sig. (2-tailed)
Keterangan
0,019
Tidak Normal
0,264
Normal
0,162
Normal
0,242
Normal
0,073
Normal
0,079
Normal
0,200
Normal
0,305
Normal
0,050
Normal
0,103
Normal
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 7 8
kelompok eksperimen Posttest I evaluasi kelompok eksperimen Posttest II evaluasi kelompok eksperimen Selisih rerata skor pretest-posttest I evaluasi kelompok eksperimen
0,042
Tidak Normal
0,064
Normal
0,200
Normal
0,228
Normal
0,027
Tidak Normal
0,232
Normal
Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji normalitas distribusi data pretest, posttest I, posttest II, dan selisih rerata skor pretest ke posttest I dari kelompok kontrol dan eksperimen pada kemampuan evaluasi. Data berdistribusi normal apabila harga p > 0,05 (Field, 2009: 345). Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dari 8 aspek terdapat 5 aspek yang berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk semua aspek berdistribusi normal. Uji statistik menggunakan Shapiro Wilk menghasilkan keputusan yang lebih akurat untuk sampel yang kurang dari 50, sementara uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov lebih tepat untuk sampel yang lebih dari 50. Oleh karena itu, hasil uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk. Hasil uji normalitas menunjukkan data berdistribusi normal, maka selanjutnya analisis dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik. Statistik parametrik Independent sample t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang berbeda. Sedangkan statistik parametrik Paired samples t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325).
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan evaluasi, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Data yang digunakan pada uji perbedaan kemampuan awal adalah rerata skor pretest dari kelompok kontrol dan eksperimen. Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan dengan menggunakan Independent samples t-test karena data berdistribusi normal dan data berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 325)
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sebelum uji perbedaan kemampuan awal dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk mengetahui homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’s test. Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.6.1) Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik Levene’s Test for Equality of Variances
F 0,463
Sig. Levene’s 0,499
Keputusan Homogen
Hasil analisis Levene’s test dengan tingkat keparcayaan 95% menunjukkan harga F = 0,463 dan harga Sig. = 0,499 (Sig. > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians pada kedua data tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, data yang diambil pada uji statistik Independent samples t-test adalah data baris pertama pada output yaitu equal variances assumed (Priyatno, 2012: 22-23). Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah p < 0,05 (Ghozali, 2006: 58). Hasil uji perbedaan kemampuan awal dari kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.6.1) Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemampuan Evaluasi Uji Statistik Independent samples t-test
Sig. (2-tailed) 0,466
Keterangan Tidak ada perbedaan
Rerata skor kelompok kontrol (M = 2,20, SE = 0,10) lebih tinggi dari kelompok eksperimen (M = 2,31, SE = 0,11). Perbedaan skor tersebut tidak signifikan t (59) = -0,73, p = 0,466 (p > 0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji perbedaan pada skor pretest adalah kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama pada kemampuan evaluasi.
4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi. Pada uji normalitas data
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menunjukkan bahwa rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen berdistribusi normal. Analisis statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test karena data berdistribusi normal dan data berasal dari dua kelompok yang berbeda (Field, 2009: 325). Hasil pengaruh perlakuan dapat diketahui dengan menggunakan rumus: (O2 - O1) – (O4 - O3) yaitu mengurangkan selisih skor posttest I-pretest pada kelompok eksperimen dengan selisih skor posttest I-pretest pada kelompok kontrol (Cohen, 2007: 277). Hasil perhitungan yang diperoleh yang didapat dari 0,61 – 0,59 menunjukkan hasil 0,02 (0,02 > 0) maka ada pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi pada kelompok eksperimen. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan signifikan atau tidak, perlu dilakukan analisis dengan statistik selanjutnya. Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa rerata selisih skor posttest I - pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Analisis
statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik
Independent samples t-test karena data berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 325). Sebelum melakukan uji statistik selajutnya untuk mengetahui signifikansi pengaruh perlakuan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’s test. Hasil uji asumsi homogensitas varians dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.7.1 ) Tabel 4.8 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik Levene’s Test for Equality of Variances
F 0,280
Sig. 0,598
Keputusan Homogen
Analisis dilakukan dengan menggunakan program komputer IBM SPSS statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji statistik menunjukkan harga F = 0,280 dan harga Sig. Levene’s = 0,598 (Sig. > 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat homogenitas varians pada kedua data. Analisis selanjutnya data diuji menggunakan statistik Independent samples t-test dengan mengambil data pada baris pertama pada output yaitu equal variances assumed (Priyatno, 2012: 22-23).
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah apabila harga p < 0,05 (Ghozali, 2006: 58). Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan eksperimen terhadap kemampuan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.7.1) Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Evaluasi Uji Statistik Independent samples t-test
Sig. (2-tailed) 0,904
Keterangan Tidak ada perbedaan
Rerata skor kelompok eksperimen (M = 0,61, SE = 0,15) lebih tinggi dari kelompok kontrol (M = 0,59, SE = 0,17). Uji statistik menunjukkan t(59) = - 0,12, p = 0,90 (p > 0,05). Karena harga p > 0,05, maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen terhadap kemampuan evaluasi. Kesimpulan dari hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan adalah penerapan model PBL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan evaluasi. Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan Evaluasi pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada diagram berikut.
Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Evaluasi
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui besar pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi. Kriteria untuk menentukan besarnya efek dapat dilihat pada bab III, halaman 45. Sebelum menghitung persentase pengaruh perlakuan terlebih dahulu dihitung koefisien determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan hasil r kemudian dikali 100% (Field, 2009: 179). Berdasarkan hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan kemampuan evaluasi yang telah dilakukan, diperoleh hasil t(59) = -0,12, p = 0,90 (p > 0,05). Selanjutnya dilakukan perhitungan secara manual untuk mengetahui effect size penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi. Perhitungan dilakukan menggunakan rumus yang sudah dijelaskan pada bab III, halaman 44. Hasil uji besar pengaruh perlakuan pada kemampuan evaluasi dapat dilihat dalam tabel berikut. (lihat Lampiran 4.8) Tabel 4.10 Hasil Uji Besar Pengaruh terhadap Kemampuan Evaluasi Variabel Evaluasi
t -0,12
Kelompok Kontrol dan Eksperimen t2 df r (effect size) R2 0,01 59 0,013 0,00017
% 0,02
Efek kecil
Besar pengaruh perlakuan terhadap kemampuan evaluasi memiliki harga r = 0,013 atau 1,3%. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh, maka hasil perhitungan r setara dengan efek kecil.
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Tujuan dilakukannya perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I adalah untuk mengetahui persentase peningkatan kemampuan evaluasi pada kelompok kontrol dan eksperimen. Analisis perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I diperoleh dari uji normalitas distribusi data
menggunakan
One
Samples
Kolmogorov-Smirnov
test.
Persentase
peningkatan rerata skor pretest ke posttest I diperoleh dari menghitung selisih rerata skor pretest-posttest I dibagi dengan rerata skor pretest, kemudian dikali
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100%. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.9.1 ) Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Evaluasi No
Kelompok
1 2
Kontrol Eksperimen
Rerata Pretest Posttest I 2,20 2,80 2,31 2,92
Peningkatan (%) 26,82 26,40
Data pada tabel 4.11 menunjukkan rerata skor pretest kelompok kontrol sebesar 2,20 dan rerata skor pretest kelompok eksperimen sebesar 2,31. Sedangkan rerata skor posttest I kelompok kontrol sebesar 2,80 dan rerata skor posttest I kelompok eksperimen sebesar 2,92. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol sebesar 26,82%, sedangkan hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen sebesar 26,40%. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen terhadap kemampuan evaluasi. Jumlah siswa yang mengalami peningkatan rerata skor dapat dilihat dengan menggunakan Gain score. Uji Gain score dilakukan dengan menggunakan selisih skor pretest dan posttest I. Selanjutnya mencari menghitung frekuensi siswa yang memperoleh skor diatas Gain score. Gain score diambil dari 50% skor tertinggi pada selisih posttest I – pretest. Peneliti menggunakan Gain score ≥ 1,83 untuk menentukan persentase siswa yang mengalami kenaikan skor secara signifikan. Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan rumus seperti pada bab III, halaman 46. Berikut adalah grafik frekuensi selisih pretest-postest I (gain score) untuk melihat perbedaan selisih pretest–posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7 6 Kontrol
Frekuensi
5
Eksperimen
4 3 2 1 0
-3,00
-2,00
-1,00
0,00
1,00
2,00
3,00
Gambar 4.2 Grafik Gain Score Kemampuan Evaluasi
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa Gain score kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol. Gain score tertinggi pada kelompok eksperimen adalah 2,33 dengan frekuensi 1 siswa, sedangkan gain score tertinggi pada kelompok kontrol adalah 2,00 dengan frekuensi 2 siswa. Gain score terendah pada kelompok eksperimen adalah -1,33, sedangkan Gain score terendah pada kelompok kontrol adalah -2,00. Hal ini menunjukkan bahwa selisih posttest I - pretest yang dominan pada kelompok eksperimen nilainya lebih rendah daripada selisih posttest I - pretest pada kelompok kontrol. (lihat Lampiran 4.9.2.2). Berikut adalah tabel persentase Gain score pada kemampuan evaluasi. Tabel 4.12 Perhitungan Persentase Gain Score pada Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol Eksperimen
f ≥ 1,83 2 2
Persentase (%) 6,67 6,45
Tabel 4.12 menunjukkan siswa dengan Gain score ≥ 1,83 pada kelompok kontrol dan eksperimen sama banyak. Berdasarkan perhitungan manual diperoleh persentase Gain score ≥ 1,83 pada kelompok kontrol sebesar 6,67%, sedangkan persentase Gain score ≥ 1,83 pada kelompok eksperimen sebesar 6,45%. Berdasarkan perhitungan 50% Gain score tersebut, model PBL memberikan
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
manfaat untuk 6,45% siswa, sedangkan metode ceramah memberikan manfaat untuk 6,67% siswa. (lihat Lampiran 4.9.2.2).
2. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Uji besar efek peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui peningkatan skor dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Apabila data yang diuji adalah data normal dan berasal dari kelompok yang sama, uji statistik menggunakan parametrik Pired samples t-test (Field, 2009: 325). Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kemampuan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.10.1.1). Tabel 4.13 Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest Ke Posttest I pada Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol Eksperimen
Sig. (2-tailed) 0,002 0,000
Keterangan Ada perbedaan Ada perbedaan
Rerata dari kelompok eksperimen (M = 0,61, SE = 0,15) t(30) = 4,11 lebih tinggi dari pada kelompok kontrol (M = 0,58, SE = 0,17) t(29) = 3,44. Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol untuk kemampuan evaluasi adalah harga p = 0,002 (p ˂ 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi. Sedangkan hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen untuk kemampuan evaluasi adalah harga p = 0,000 (p ˂ 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan evaluasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen terhadap kemampuan evaluasi. Hasil uji peningkatan rerata skor skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.10.1.2).
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.14 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I No. 1 2
Kelompok Kontrol Eksperimen
t 3,44 4,11
t2 11,83 16,90
df 29 30
r 0,54 0,60
R2 0,29 0,36
% 29 36
Efek Besar Besar
Persentase besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen lebih besar daripada persentase besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol. Besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan evaluasi sebesar r
=
0,60 atau 36%
yang setara dengan efek besar. Besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi sebesar r = 0,54 atau 29% yang setara dengan efek besar.
3. Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I positif dan signifikan atau tidak. Positif berarti semakin tinggi skor pretest semakin tinggi pula skor posttest I, signifikan berarti hasil skor korelasi dapat digeneralisasikan pada populasi. Data dari rerata skor pretest dan rerata posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen berdistribusi normal (lihat Lampiran 4.5), sehingga digunakan Pearson’s correlation coefficient dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% (Field, 2009: 177). Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-talied) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.11.1). Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I pada Kemampuan Evaluasi No 1 2
Kelompok Kontrol Eksperimen
Correlation coefficient -0,035 0,273
Sig. (2-tailed) 0,856 0,138
Keterangan Negatif dan tidak signifikan Positif dan tidak signifikan
Berdasarkan hasil uji korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol harga p = 0,856 (p > 0,05), artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Maka tidak ada korelasi yang signifikan antara hasil rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi. Skor korelasi pada kelompok kontrol tidak dapat digeneralisasikan ke populasi. Hasil Pearson’s 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
correlation kelompok kontrol menunjukkan -0,035, maka korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I termasuk dalam kategori rendah. Harga Pearson’s correlation menunjukkan nilai negatif artinya apabila rerata skor siswa pada saat pretest rendah maka hasil rerata skor siswa pada posttest I tinggi, et vice versa. Hasil uji korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen menunjukkan harga p = 0,138 (p > 0,05), artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Maka, tidak ada korelasi yang signifikan antara hasil rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan evaluasi. Hasil Pearson correlation kelompok eksperimen menunjukkan hasil 0,273, maka korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I termasuk dalam kategori rendah. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa pada saat pretest rendah maka hasil rerata skor siswa pada posttest I rendah, et vice versa.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui ada peningkatan atau penurunan skor dari posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan eksperimen. Selain itu untuk mengetahui perlakuan masih memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Uji retensi dilakukan dengan memberikan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan menggunakan Paired samples t-test, karena data pada kedua kelompok berdistribusi normal (lihat Lampiran 4.5) dan data yang diuji berasal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan pada uji retensi pengaruh perlakuan adalah 95%. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika Sig. (2tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji retensi pengaruh perlakuan terhadap kemampuan evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.12.1)
Tabel 4.16 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol
Posttest I 2,79
Posttest II 2,56
Peningkatan % -8,24
Sig. (2-tailed) 0,106
Eksperimen
Posttest I 2,92
Posttest II 2,60
Peningkatan % -10,96
Sig. (2-tailed) 0.013
Keterangan Tidak ada perbedaan Keterangan Ada perbedaan
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rerata pada kelompok kontrol (M = -0,23, SE = 0,14); t(29) = -1,67 lebih tinggi dari pada kelompok eksperimen (M = -0,32, SE = 0,12); t(30) = -2,64. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II kemampuan evaluasi pada kelompok kontrol menunjukkan harga p = 0,106 (p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II. Pada kelompok eksperimen harga p = 0,013 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II. Kelompok kontrol mengalami penurunan lebih kecil dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Penurunan dilihat pada persentase peningkatan kelompok kontrol yaitu sebesar -8,24%, sedangkan persentase peningkatan pada kelompok eksperimen sebesar -10,95%. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Perbandingan rerata pretest, posttest I, dan posttest II pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut.
3,50 2,92 3,00
Rerata
2,50 2,00
2,60
2,31 2,79
2,56
2,20
1,50 Kontrol 1,00
Eksperimen
0,50 0,00 Pretest
Posttest 1
Posttest 2
Gambar 4.3 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Evaluasi Tabel 4.17 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol Eksperimen
Pretest 2,20 Posttest I 2,31
Posttest II 2,56 Posttest II 2,60
Peningkatan % 16 Peningkatan % 12,55
Sig. (2-tailed) 0,004 Sig. (2-tailed) 0.045
Keterangan Ada perbedaan Keterangan Ada perbedaan
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rerata pada kelompok kontrol (M = 0,35, SE = 0,11); t(29) = 3,12 lebih tinggi dari pada kelompok eksperimen (M = 0,29, SE = 0,14); t(30) = 2,09. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan skor pretest ke posttest II kemampuan evaluasi pada kelompok kontrol menunjukkan harga p = 0,004 (p < 0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan dari skor pretest ke posttest II. Pada kelompok eksperimen harga p = 0,045 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan dari skor pretest ke posttest II. Kelompok kontrol mengalami peningkatan lebih besar dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Peningkatan dilihat pada persentase peningkatan kelompok kontrol yaitu sebesar 16%, sedangkan persentase peningkatan pada kelompok eksperimen sebesar 12,55%. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulan bahwa penerapan metode ceramah dan model PBL sama-sama efektif untuk pembelajaran IPA SD materi adaptasi pada kemampuan evaluasi.
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II Hipotesis penelitian II adalah penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan inferensi pada mata pelajaran IPA dengan materi adaptasi hewan kelas V SD Kanisius Kalasan semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Variabel dependen pada hipotesis penelitian II adalah kemampuan inferensi, sedangkan variabel independen adalah penerapan model PBL. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dari 3 soal essay yang mengandung indikator menarik kesimpulan dan menerka alternatif-alternatif. Hasil analisis statistik dihitung menggunakan program statistik IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Berikut adalah tahaptahap analisis data yang dilakukan: 1) Uji normalitas distribusi data untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, tujuannya untuk mengetahui teknik analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau non-parametrik. 2) Uji perbedaan rerata skor pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kelompok kontrol dan eksperimen. 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan untuk mengetahui perbedaan selisih rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen, 4) Uji besar pengaruh perlakuan untuk mengetahui besar pengaruh penerapan model PBL.
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis lebih lanjut menggunakan analisis statistik 1) Uji persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen, untuk mengetahui peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kedua kelompok. 2) Uji signifikansi peningkatan rerata skor pretest ke posttest I, 3) Uji korelasi rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen, 4) Uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data penelitian normal atau tidak dan untuk mengetahui jenis uji statistik analisis selanjutnya (Field, 2009: 144). Uji normalitas dilakukan pada data skor pretest, posttest I, posttest II, dan selisih skor pretest ke posttest pada kelompok kotrol dan eksperimen diuji dengan menggunakan One Samples Kolmogorov-Smirnov test. Hasil uji normalitas kemampuan inferensi pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.5.2).
Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Inferensi No
Aspek
1
Pretest inferensi kelompok kontrol Posttest I inferensi kelompok kontrol Posttest II inferensi kelompok kontrol Selisih rerata skor pretestposttest I inferensi kelompok kontrol Pretest inferensi kelompok eksperimen Posttest I inferensi kelompok eksperimen Posttest II inferensi kelompok eksperimen Selisih rerata skor pretestposttest I inferensi kelompok eksperimen
2 3 4
5 6 7 8
Kolmogorov-Smirnov Sig. (2-tailed) Keputusan 0,003 Tidak Normal 0,165 Normal 0,030 0,025
0,032 0,034 0,015 0,200
Shapiro-Wilk Sig. (2-tailed) Keputusan 0,081 Normal 0,061
Normal
Tidak Normal Tidak Normal
0,231
Normal
0,202
Normal
Tidak Normal Tidak Normal Tidak Normal Normal
0,258
Normal
0,075
Normal
0,099
Normal
0,201
Normal
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.18 menunjukkan hasil uji normalitas distribusi data pretest, posttest I, posttest II, dan selisih rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen pada kemampuan inferensi. Data berdistribusi normal apabila harga harga p > 0,05 (Field, 2009: 345). Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dari 8 aspek terdapat 2 aspek yang berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk semua aspek berdistribusi normal. Uji statistik menggunakan Shapiro Wilk menghasilkan keputusan yang lebih akurat untuk sampel yang kurang dari 50, sementara uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov lebih tepat untuk sampel yang lebih dari 50. Oleh karena itu, hasil uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk. Hasil uji normalitas menunjukkan data berdistribusi normal, maka selanjutnya analisis dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik. Statistik parametrik Independent sample t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang berbeda. Sedangkan statistik parametrik Paired samples t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325).
4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Data yang digunakan pada uji perbedaan kemampuan awal adalah rerata skor pretest dari kelompok kontrol dan eksperimen. Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan dengan menggunakan Independent samples t-test karena data berdistribusi normal dan data berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 325) Sebelum uji perbedaan kemampuan awal dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk mengetahui homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’s test. Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.6.2)
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.19 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik Levene’s Test for Equality of Variances
F 1,175
Sig. Levene’s 0,283
Keputusan Homogen
Hasil analisis Levene’s test dengan tingkat keparcayaan 95% menunjukkan harga F = 1,175dan harga Sig. = 0,283 (Sig. > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians pada kedua data tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, data yang diambil pada uji statistik Independent samples t-test adalah data baris pertama pada output yaitu equal variances assumed (Priyatno, 2012: 22-23). Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah p < 0,05 (Ghozali, 2006: 58). Hasil uji perbedaan kemampuan awal dari kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.6.2)
Tabel 4.20 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemampuan Inferensi Uji Statistik Independent samples t-test
Sig. (2-tailed) 0,378
Keterangan Tidak ada perbedaan
Rerata skor kelompok kontrol (M = 2,30, SE = 0,10) lebih tinggi dari kelompok eksperimen (M = 2,16, SE = 0,12). Perbedaan skor tersebut tidak signifikan t(59) = 0,25, p = 0,807 (p > 0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji perbedaan pada skor pretest adalah kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama pada kemampuan inferensi.
4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan inferensi. Pada uji normalitas data menunjukkan bahwa rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen berdistribusi normal. Analisis statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test karena data berdistribusi normal dan data berasal dari dua kelompok yang berbeda (Field, 2009: 326).
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil pengaruh perlakuan dapat diketahui dengan menggunakan rumus: (O2 - O1) – (O4 - O3) yaitu mengurangkan selisih skor posttest I-pretest pada kelompok eksperimen dengan selisih skor posttest I-pretest pada kelompok kontrol (Cohen, 2007: 277). Hasil perhitungan yang diperoleh yang didapat dari 0,90 – 0,45 menunjukkan hasil 0,45 (0,45 > 0) maka ada pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan inferensi pada kelompok eksperimen. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan signifikan atau tidak, perlu dilakukan analisis dengan statistik selanjutnya. Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa rerata selisih skor posttest I - pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Analisis
statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik
Independent samples t-test karena data berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 325). Sebelum melakukan uji statistik selajutnya untuk mengetahui signifikansi pengaruh perlakuan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’s test. Hasil uji asumsi homogensitas varians dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.7.2 )
Tabel 4.21 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik Levene’s Test for Equality of Variances
F 0,054
Sig. 0,817
Keterangan Homogen
Analisis dilakukan dengan menggunakan program komputer IBM SPSS statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji statistik menunjukkan harga F = 0,054 dan harga Sig. Levene’s = 0,817 (Sig. > 0,05) sehingga dapat dikatakan terdapat homogenitas varians pada data kedua data. Analisis selanjutnya data diuji menggunakan statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama pada output yaitu equal variances assumed (Priyatno, 2012: 22-23). Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah apabila harga p < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan eksperimen terhadap kemampuan inferensi dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.7.2)
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.22 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Inferensi Uji Statistik Independent samples t-test
Sig. (2-tailed) 0,019
Keterangan Ada perbedaan
Rerata skor kelompok eksperimen (M = 0,90, SE = 0,13) lebih tinggi dari kelompok kotrol (M = 0,45, SE = 0,14). Uji statistik menunjukkan t(59) = -2,42, p = 0,019 (p < 0,05). Karena harga p < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara selisih rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi. Kesimpulan dari hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan adalah penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan inferensi. Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan Inferensi pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada diagram berikut.
Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Inferensi
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui besar pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan inferensi. Kriteria untuk menentukan besarnya efek dapat dilihat pada bab III, halaman 44. Sebelum menghitung persentase pengaruh perlakuan terlebih dahulu dihitung koefisien determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan hasil r kemudian dikali 100% (Field, 2009: 179). Berdasarkan hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan kemampuan inferensi yang telah dilakukan, diperoleh hasil t(59) = -2,42, p = 0,019 (p < 0,05). Selanjutnya dilakukan perhitungan secara manual untuk mengetahui effect size penerapan model PBL terhadap kemampuan inferensi. Perhitungan dilakukan menggunakan rumus yang sudah dijelaskan pada bab III, halaman 43. Hasil uji besar pengaruh perlakuan pada kemampuan inferensi dapat dilihat dalam tabel berikut. (lihat Lampiran 4.8)
Tabel 4.23 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Inferensi Variabel Inferensi
Kelompok Kontrol dan Eksperimen t t2 df r (effect size) R2 -2,42 5,86 59 0,30 0,09
% 9
Efek Sedang
Besar pengaruh perlakuan terhadap kemampuan inferensi memiliki harga r = 0,30 atau 9%. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh, maka hasil perhitungan r setara dengan efek sedang.
4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Tujuan dilakukannya perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I adalah untuk mengetahui persentase peningkatan kemampuan inferensi pada kelompok kontrol dan eksperimen. Analisis perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I diperoleh dari uji normalitas distribusi data
menggunakan
One
Samples
Kolmogorov-Smirnov
test.
Persentase
peningkatan rerata skor pretest ke posttest I diperoleh dari menghitung selisih rerata skor pretest-posttest I dibagi dengan rerata skor pretest, kemudian dikali
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100%. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.9.1)
Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Inferensi No
Kelompok
1 2
Kontrol Eksperimen
Rerata Pretest Posttest I 2,30 2,75 2,16 3,06
Peningkatan (%) 20 42
Data pada tabel 4.24 menunjukkan rerata skor pretest kelompok kontrol sebesar 2,30 dan rerata skor pretest kelompok eksperimen sebesar 2,16. Sedangkan rerata skor posttest I kelompok kontrol sebesar 2,75 dan rerata skor posttest I kelompok eksperimen sebesar 3,06. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol sebesar 20%, sedangkan hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen sebesar 42%. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi. Jumlah siswa yang mengalami peningkatan rerata skor dapat dilihat dengan menggunakan Gain score. Uji Gain score dilakukan dengan menggunakan selisih skor pretest dan posttest I. Selanjutnya mencari menghitung frekuensi siswa yang memperoleh skor diatas Gain score. Gain score diambil dari 50% skor tertinggi pada selisih posttest I – pretest. Peneliti menggunakan Gain score ≥ 1,17 untuk menentukan persentase siswa yang mengalami kenaikan skor secara signifikan. Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan rumus seperti pada bab III, halaman 45. Berikut adalah grafik frekuensi selisih pretest-postest I (Gain score) untuk melihat perbedaan selisih pretest–posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen.
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 Kontrol
5
Eksperimen
Frekuensi
4 3 2 1 0 -2,00
-1,50
-1,00
-0,50
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
Gambar 4.5 Grafik Gain Score Kemampuan Inferensi
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa Gain score kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Gain score tertinggi pada kelompok eksperimen adalah 2,00 dengan frekuensi 4 siswa, sedangkan gain score tertinggi pada kelompok kontrol adalah 2,00 dengan frekuensi 1 siswa. Gain score terendah pada kelompok eksperimen adalah -0,33 dengan frekuensi 3 siswa, sedangkan Gain score terendah pada kelompok kontrol adalah -1,67 dengan frekuensi 1 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa selisih posttest I - pretest yang dominan pada kelompok eksperimen nilainya lebih tinggi daripada selisih posttest I - pretest pada kelompok kontrol. (lihat Lampiran 4.9.2.4). Berikut adalah tabel persentase Gain score pada kemampuan inferensi. Tabel 4.25 Perhitungan Persentase Gain Score pada Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol Eksperimen
f ≥ 1,17 5 12
Persentase (%) 16,67 38,71
Tabel 4.25 menunjukkan siswa dengan Gain score ≥ 1,17 pada kelompok eksperimen lebih banyak daripada kelompok kontrol. Berdasarkan perhitungan manual diperoleh persentase Gain score ≥ 1,17 pada kelompok kontrol sebesar 16,67%, sedangkan persentase Gain score ≥ 1,17 pada kelompok eksperimen sebesar 38,71%. Selisih persentase kelompok kontrol dengan eksperimen sebesar 22, 04%. Artinya, kelompok eksperimen yang menerapkan model PBL lebih
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diuntungkan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menerapkan metode ceramah. Berdasarkan perhitungan 50% Gain score tersebut, model PBL memberikan manfaat untuk 38,71% siswa, sedangkan metode ceramah memberikan manfaat untuk 16,67% siswa. (lihat Lampiran 4.9.2.4).
2. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Uji besar efek peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui peningkatan skor dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Apabila data yang diuji adalah data normal dan berasal dari kelompok yang sama, uji statistik menggunakan parametrik Pired samples t-test (Field, 2009: 325). Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kemampuan inferensi dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.10.2.1)
Tabel 4.26 Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest Ke Posttest I pada Kemampuan Inferensi Kelompok
Sig. (2-tailed)
Keterangan
Kontrol
0,003
Ada perbedaan
Eksperimen
0,000
Ada perbedaan
Rerata dari kelompok eksperimen (M = 0,90, SE = 0,13) t(30) = 7,04 lebih tinggi dari kelompok kontrol (M = 0,45, SE = 0,14) t(29) = 3,26. Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol untuk kemampuan inferensi adalah harga p = 0,003 (p ˂ 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan inferensi. Sedangkan hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen untuk kemampuan inferensi adalah harga p = 0,000 (p ˂ 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen terhadap kemampuan inferensi.
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil uji peningkatan rerata skor skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.10.2.2).
Tabel 4.27 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I No. 1 2
Kelompok Kontrol Eksperimen
t 3,26 7,04
t2 10,63 49,56
df 29 30
r 0,52 0,79
R2 0,27 0,62
% 27 62
Efek Kecil Besar
Persentase besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen lebih besar daripada persentase besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol. Besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi sebesar r = 0,79 atau 62% yang setara dengan efek besar. Besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol terhadap kemampuan inferensi sebesar r = 0,52 atau 51,79% yang setara dengan efek besar.
3. Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I positif dan signifikan atau tidak. Positif berarti semakin tinggi skor pretest semakin tinggi pula skor posttest I, signifikan berarti hasil skor korelasi dapat digeneralisasikan pada populasi. Data dari rerata skor pretest dan rerata posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen berdistribusi normal (lihat Lampiran 4.5), sehingga digunakan Pearson’s correlation coefficient dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% (Field, 2009: 177). Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig. (2-talied) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.11.2).
Tabel 4.28 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest dan Posttest I pada Kemampuan Inferensi No 1 2
Kelompok Kontrol Eksperimen
Correlation coefficient 0,27 0,44
Sig. (2-tailed) 0,154 0,014
Keterangan Positif dan tidak signifikan Positif dan signifikan
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil uji korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol harga p = 0,154 (p > 0,05), artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Maka tidak ada korelasi yang signifikan antara hasil rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan inferensi. Skor korelasi pada kelompok kontrol tidak dapat digeneralisasi ke populasi. Hasil Pearson’s correlation kelompok kontrol menunjukkan 0,267, maka korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I termasuk dalam kategori rendah. Harga Pearson’s correlation coefficient menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa pada saat pretest rendah maka hasil rerata skor siswa pada posttest I rendah, et vice versa. Hasil uji korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen p = 0,02 (p < 0,05), artinya Hnull ditolak dan Hi diterima. Maka, ada korelasi yang signifikan antara hasil rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi. Artinya, skor korelasi yang diperoleh kelompok eksperimen dapat digeneralisasi ke populasi. Hasil Pearson correlation kelompok eksperimen menunjukkan hasil 0,44, maka korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I termasuk dalam kategori cukup besar. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa pada saat pretest rendah maka hasil rerata skor siswa pada posttest I rendah, et vice versa.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui ada peningkatan atau penurunan skor dari posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan eksperimen. Selain itu untuk mengetahui perlakuan masih memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Uji retensi dilakukan dengan memberikan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan menggunakan Paired samples t-test, karena data hasil posttest I dan posttest II pada kedua kelompok berdistribusi normal (lihat Lampiran 4.5) dan data yang diuji berasal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan pada uji retensi pengaruh perlakuan adalah 95%. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika Sig. (2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53).
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil uji retensi pengaruh perlakuan terhadap kemampuan inferensi dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.12.2)
Tabel 4.29 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol
Posttest I 2,75
Posttest II 2,53
Peningkatan % -8,00
Sig. (2-tailed) 0,137
Eksperimen
Posttest I 3,06
Posttest II 2,70
Peningkatan % -12,00
Sig. (2-tailed) 0.001
Keterangan Tidak ada perbedaan Keterangan Ada perbedaan
Rerata pada kelompok kontrol (M = -0,21, SE = 0,14; t(29) = -1,53 lebih tinggi dari kelompok eksperimen (M = -0,36, SE = 0,09) t(30) = -3,886. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II kemampuan inferensi pada kelompok kontrol menunjukkan harga p = 0,137 (p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II. Pada kelompok eksperimen harga p = 0,001 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terjadi penurunan yang signifikan pada kelompok dan terjadi penurunan yang signifikan pada kelompok eksperimen. Kelompok kontrol mengalami penurunan lebih kecil dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Penurunan dilihat pada persentase peningkatan kelompok kontrol yaitu sebesar –8,00%, sedangkan persentase peningkatan pada kelompok eksperimen sebesar -12,00%. Perbandingan rerata pretest, posttest I, dan posttest II pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut.
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3,50 3,06 3,00 2,70 2,75
2,50
2,53
Rerata
2,30 2,00
2,16
Kontrol
1,50
Eksperimen
1,00 0,50 0,00 Pretest
Posttest 1
Posttest 2
Gambar 4.6 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Inferensi Tabel 4.30 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol
Pretest 2,30
Posttest II 2,53
Peningkatan % 10
Sig. (2-tailed) 0,067
Eksperimen
Pretest 3,16
Posttest II 2,70
Peningkatan % 25
Sig. (2-tailed) 0.000
Keterangan Tidak ada perbedaan Keterangan Ada perbedaan
Rerata pada kelompok eksperimen (M = 0,54, SE = 0,11; t(30) = 5,00 lebih besar dari kelompok kontrol (M = 0,24, SE = 0,13) t(29) = 1,91. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan skor pretest ke posttest II kemampuan inferensi pada kelompok kontrol menunjukkan harga p = 0,067 (p > 0,05), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dari skor pretest ke posttest II. Pada kelompok eksperimen harga p = 0,000 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan dari skor pretest ke posttest II. Kelompok kontrol menunjukkan persentase peningkatan sebesar 10%, sedangkan persentase peningkatan pada kelompok eksperimen sebesar 25%. Kesimpulan yang dapat diambil adalah penerapan model PBL lebih efektif dibandingkan dengan penerapan metode ceramah pada kemampuan inferensi dalam materi adaptasi.
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2 Pembahasan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Kalasan semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini menerapkan model PBL pada kelompok eksperimen dan metode ceramah pada kelompok kontrol. Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol berbeda dengan kegiatan pembelajaran kelompok eksperimen. Siswa pada kelompok kontrol mengikuti pembelajaran dengan mendengarkan dan mencatat materi dari guru. Siswa kelas eksperimen mengikuti pembelajaran melalui diskusi kelompok, pengamatan, dan percobaan. Kegiatan pembelajaran memberi kesempatan siswa kelompok eksperimen untuk mengembangakan kemampuan evaluasi dan inferensi lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen siswa diarahkan untuk memahami masalah. Melalui diskusi kelompok, siswa saling bertukar pendapat untuk mencari pemecahan masalah dari sumber bacaan, media berupa binatang. Siswa berinteraksi dengan siswa lain, guru, dan masalah yang dihadirkan. Siswa membuat pertanyaan mengenai hal-hal yang ingin mereka ketahui. Guru membimbing siswa untuk membuat jawaban sementara dari pertanyaan dalam diskusi kelompok. Setelah diskusi dilakukan dan sudah mendapat jawaban atas masalah yang ada, selanjutnya siswa menyajikan hasil pengamatan. Kemudian siswa melakukan refleksi mengenai proses pembelajaran dan jawaban yang diperoleh. Penerapan model PBL diharapkan dapat memberi pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada aspek evaluasi dan infernsi. Akan tetapi pengaruh atau perubahan yang terjadi pada variabel dependen tidak hanya disebabkan oleh variabel independen yang digunakan sebagai treatment penelitan. Ada kemungkinan variabel-variabel lain di luar treatment yang juga memberi pengaruh terhadap hasil penelitian, sehingga memunculkan keraguan terhadap hubungan kausal dalam penelitian. Faktor yang berasal dari luar bisa menjadi ancaman terhadap validitas penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 258).
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada penelitian ini terdapat variabel di luar treatment yang mempengaruhi hasil penelitian. Variabel di luar penelitian yang tidak dapat dikontrol antara lain: 1. Sejarah Pengaruh sejarah bisa terjadi pada salah satu kelompok yang diteliti terutama jika penelitia dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Setiap perlakuan di luar treatment penelitian yang terjadi di antara pretest dan posttest terhadap kelompok yang sedang diteliti bisa mempengaruhi hasil posttest pada variabel dependen (Johnson & Christensen, 2008: 260, Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 155). Perubahan yang terjadi pada salah satu kelompok belum tentu disebabkan karena treatment penelitian, melainkan oleh faktor lain di luar treatment sehingga perubahan tersebut tidak bisa diklaim secara murni sebagai pengaruh treatment penelitian. Faktor di luar tersebut misalnya ekstrakurikuler, kursus, dan acara TV dengan materi sama seperti yang digunakan dalam treatment penelitian. Jika kelompok kontrol dan eksperimen sama-sama mengikuti acara tersebut, pengaruh terhadap hasil posttest akan seimbang (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dalam selama 3 minggu untuk menghindari pengaruh-pengaruh dari faktor di luar treatment penelitian. 2. Difusi treatment atau kontaminasi Ancaman ini terjadi ketika kelompok kontrol dan eksperimen diam-diam saling berkomunikasi dan mempelajari treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen. Cara mengatasi ancaman ini adalah dengan memisahkan kedua kelompok dan berjanji untuk tidak mempelajari treatmment yang diberikan pada kelompok eksperimen (Neuman, 2013: 130). 3. Perilaku kompensatoris Ancaman ini terjadi jika treatment yang diberikan di kelompok eksperimen dirasa sangat berharga dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatment mengetahui keuntungan yang diperoleh kelompok eksperimen dirasa jauh lebih banyak dibanding kelompok kontrol. Karena merasa didevaluasi, kelompok kontrol bisa jadi 1) berusaha menandingi kelompok eksperimen dengan belajar lebih giat atau 2) marah dan menjadi tidak kooperatif (Neuman, 2013: 330). Solusinya adalah dengan memberi
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengertian kepada kelompok kontrol bahwa sesudah penelitian mereka juga akan mendapatkan treatment yang sama. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: rendah sampai menengah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). 4. Maturasi Perubahan biologis maupun psikologis yang terjadi selama waktu penelitian dapat mempengaruhi posttest pada variabel dependen (Johnson & Christensen, 2008: 261). Perubahan yang terjadi pada subjek adalah munculnya kebosanan mengerjakan instrumen penelitian. Pemberian pretest dilakukan selama dua kali, karena setelah pretest dilakukan treatment belum bisa langsung dilakukan. Sekolah yang digunakan untuk penelitian sedang melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS). Pelaksanaan UTS berlangsung selama 2 kali, yaitu UTS pertama dari yayasan dan UTS kedua dari dinas. Sehingga mengharuskan pelaksanaan penelitian diundur. Selain itu, ada peneliti lain yang menggunakan kelas eksperimen untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan materi yang sama yaitu adaptasi hewan. Peneliti PBL baru mengetahui ada peneliti lain setelah mendekati hari pelaksanaan treatment. Antara peneliti PBL dengan peneliti PTK tidak dapat membatalkan pelaksanaan penelitian karena sama-sama sudah merancang penelitian lengkap dengan instrumen yang dibutuhkan. Hal tersebut yang menyebabkan siswa menjadi kurang kooperatif, mereka mulai bosan dengan materi adaptasi. Siswa mengeluh mengerjakan soal yang sama berulang-ulang. Pengerjaan soal dilakukan selama 4 kali, yaitu pretest sebanyak 2 kali, prettest I dan prettest II. 5. Regresi statistik Dalam penelitian ini dilakukan uji Retensi perlakuan, tujuannya adalah untuk memastikan kontrol terhadap ancaman validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Regresi statistik adalah siswa yang mendapatkan skor ekstrim rendah pada waktu pretest memiliki kecenderungan mendapat skor posttest mendekati mean. Sementara siswa yang mendapat skor maksimal pada saat pretest memiliki kecanderungan mendapat skor posttest mendekati mean. Untuk memastikan apakah capaian skor posttest II berbeda atau tidak
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan kondisi awal, maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor pretest dan posttest II dengan menggunakan Paired samles t-test. Ancaman regresi statistik adalah kecenderungan partisipan dengan hasil skor pretest yang sangat tinggi (mencapai skor tertinggi dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang lebih rendah dan sebaliknya hasil pretest yang sangat rendah (mencapai skor terendah dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor yang lebih tinggi. Skor yang rendah pada pretest akan cenderung naik mendekati mean pada posttest dan skor yang tinggi pada pretest akan cenderung turun mendekati mean pada posttest. Hasil pretest atau posttest belum tentu 100% mencerminkan kemampuan partisipan. Faktor-faktor lain bisa ikut memberi pengaruh saat menjalani pretest atau posttest, misalnya stress saat mengerjakan tes, kurang konsentrasi, kurang istirahat, salah menginterpretasikan pertanyaan, dan sebagainya. Solusi mengatasi ancaman regresi statistik adalah dengan mencermati partisipan dengan skor pretest yang sangat tinggi atau sangat rendah dan membandingkan dengan hasil posttest mereka. Penggunaan kelompok kontrol dapat mengurangi ancaman ini karena keduanya kurang lebih memiliki partisipan khusus yang kurang lebih sama (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). 6. Mortalitas Perbedaan jumlah partisipan pada waktu pretest dan posttest akibat mengundurkan diri dapat berpengaruh terhadap validitas penelitian. Hasil posttest yang dikerjakan dari partisipan yang tersisa bisa jadi berbeda dengan jika dikerjakan oleh seluruh partisipan yang sama pada saat pretest. Solusi untuk mengatasi ancaman ini adalah dengan menggunakan kelompok kontrol sehingga kurang lebih partisipan yang mengundurkan diri sama (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282). 7. Pengujian Pretest pada awal penelitian bisa mempengaruhi hasil posttest sehinga posttest menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa ada pretest (Cohen, Manion, & Marrison, 2007: 156). Melalui pretest kelompok yang diteliti sudah tahu tantang apa yang ditargetkan, sudah memiliki pengalaman awal,
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan menjadi familiar dengan materi tes sehingga lebih terfokus terhadap yang nantinya dikerjakan pada saat posttest. Selain itu, mereka bisa saja menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dikerjakan dan mengantisipasi untuk mengerjakan posttest lebih baik. Jika hal itu terjadi, skor posttest yang lebih tinggi belum tentu sepenuhnya disebabkan oleh treatment penelitian. Jika penelitian hanya dilakukan hanya pada satu kelompok eksperimen saja, maka ancaman terhadap validitas internal akan lebih tinggi (Johnson & Christensen, 2008: 262). Oleh karena itu penggunaan kelompok kontrol yang sama-sama mengerjakan pretest akan mengurangi ancaman terhadap validitas internal. 8. Instrumentasi Setiap perubahan atau perbedaan instrumen pretest dan posttest yang digunakan untuk mengukur variabel dependen akan meningkatkan ancaman terhadap validitas internal penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 262). Instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel menjadi ancaman serius terhadap hasil penelitian. Ancaman instrumentasi ini bisa terjadi dalam 3 kategori (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). a. Instrumen yang digunakan untuk mengukur mengalami kerusakan. Kondisi instrumen pada saat pretest ternyata sudah berbeda dari kondisi pada saat posttest. Solusi: instrumen diperiksa dengan seksama dan setiap perubahan diperbaiki sehingga kondisi instrumen pada saat posttest sama dengan saat pretest. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: rendah. b. Karakteristik alat pengumpul data yang digunakan berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen atau untuk pretest dan posttest. Solusi: karakteristik alat pengumpul data yang digunakan harus sama untuk kedua kelompok dan sama untuk pretest dan posttest. Jika diabaikan, ancaman terhadap validitas internal penelitian: menengah. c. Bias alat pengumpul data bisa terjadi terutama jika digunakan teknik observasi. Observer bisa saja memiliki perspektif yang berbeda (bias) ketika mengamati kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tingkat kelelahan dalam menjalani observasi juga bisa berpengaruh. Solusi: sungguh-sungguh melakukan training terhadap observer atau observer
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
samasekali tidak diberi tahu mana kelompok kontrol dan mana kelompok eksperimen sehingga observer lebih objektif. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: tinggi. 9. Lokasi/ kondisi kelas Ruang yang digunakan untuk implementasi treatment pada kelompok kontrol dan eksperimen memiliki tingkat kenyamanan yang berbeda. Pada kelompok eksperimen lebih gelap dan panas, karena letak kelas persis disebelah tangga ke kelas VI, sehingga fentilasi udara kurang. Tidak jarang ada siswa yang menggunakan buku sebagai kipas. 10. Karakteristik subjek (subject characteristics) Karakteristik subjek yang berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menjadi ancaman besar bagi validitas internal penelitian. Ancaman ini bisa dikelompokkan dalam dua bagian (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282). a. Kemampuan awal yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen akan mempengaruhi hasil posttest. Solusi: pemilihan sampel kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan secara random. Perlu dicek dengan pretest apakah kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang setara. Jika dalam pretest kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang tidak berbeda, bias yang mungkin terjadi dianggap tidak ada (Neuman, 2013: 238). Jika diabaikan, ancaman terhadap validitas internal penelitian: tinggi. b. Jumlah kelompok gender yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen bisa berpengaruh terhadap posttest. Solusi: pemilihan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan penyetaraan jumlah laki-laki dan perempuan pada kedua kelompok tersebut (matching). Perlu pretest untuk memastikan kemampuan awal yang setara. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: menengah. 11. Implementasi (implementation) Perbedaan guru yang mengajar pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen bisa berpengaruh pada skor posttest. Guru yang berbeda juga
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan
memiliki
style
mengajar
yang
berbeda.
Solusi:
guru
yang
mengimplementasikan pembelajaran di kedua kelompok tersebut sama atau sama-sama dilaksanakan oleh guru yang berbeda-beda (banyak guru). Perlu kontrol implementasi pembelajaran yang lebih cermat. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: tinggi (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 284). Berikut merupakan hasil implementasi penerapan model PBL dalam penelitian ini.
4.2.1 Pengaruh Penerapan model PBL terhadap Kemampuan Evaluasi Penerapan model PBL tidak berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi pada mata pelajaran IPA materi adaptasi kelas V SD Kanisius Kalasan semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan, kelompok kontrol dan eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama. Rerata skor kelompok eksperimen (M = 2,31, SE = 0,11) lebih tinggi dari kelompok kontrol (M = 2,20, SE = 0,10). Perbedaan tersebut tidak signifikan dengan t (59) = -0,73, p = 0,466 (p > 0,05), yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest kelompok kontrol dan eksperimen. Kedua kelompok tersebut dapat dibandingkan karena memiliki kemampuan awal yang sama. Sehingga dapat diketahui pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi. Hasil analisis terhadap data penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji statistik yang menunjukkan rerata skor kelompok eksperimen (M = 0,61, SE = 0,15) lebih tinggi dari kelompok kotrol (M = 0,59, SE = 0,17). Perbedaan tersebut tidak signifikan dengan t(59) = - 0,12, p = 0,90 (p > 0,05), artinya penerapan model PBL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan evaluasi. Perbandingan rerata selisih skor pretest dan posttest I terhadap kemampuan evaluasi pada kelompok kontrol dan eksperiman dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar tersebut menunjukkan bahwa perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen tidak ada perbedaan yang signifikan.
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perhitungan peningkatan persentase rerata skor pretest ke posttest I yang menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan eksperimen mengalami peningkatan. Akan tetapi peningkatan kelompok kontrol lebih tinggi yaitu 26,82%, semestara kelompok eksperimen sebesar 26,40%. Model PBL memberikan pengaruh kecil terhadap kemampuan evaluasi, yaitu dengan harga r = 0,013 atau setara dengan 0,02%. Model PBL memberikan pengaruh sebesar 0,02% terhadap kemampuan evaluasi, sementara 99,8% merupakan pengaruh dari variabel lain diluar variabel yang diteliti (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151). Jumlah siswa yang mengalami peningkatan rerata dapat dilihat pada grafik frekuensi selisih Gain score. Pada grafik terlihat bahwa skor dominan kelompok eksperimen berada pada garis 0,00. Artinya pada kelompok eksperimen siswa yang tidak mengalami peningkatan lebih dominan dibandingkan dengan kemolmpok kontrol. Berdasarkan perhitungan manual diperoleh persentase Gain score ≥ 1,83 pada kelompok kontrol sebesar 6,67%, sedangkan persentase Gain score ≥ 1,83 pada kelompok eksperimen sebesar 6,45%. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa model PBL memberikan manfaat untuk 6,45% siswa, sedangkan metode ceramah memberikan manfaat untuk 6,67% siswa. Penerapan model PBL dan metode ceramah sama-sama memberikan pengaruh pada kelompok kontrol dan eksperimen terhadap kemampuan evaluasi. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil analisis besar efek peningkatan pada masingmasing kelompok yaitu pada kelompok eksperimen adalah (M = 0,61, SE = 0,15) t(30) = 4,11 dengan harga p = 0,000 (p ˂ 0,05). Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan evaluasi. Hasil skor kelompok kontrol adalah (M = 0,58, SE = 0,17) t(29) = 3,44 dengan harga p = 0,002 (p ˂ 0,05). Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi. Berdasarkan perhitungan manual, penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi pada kelompok eksperimen memberikan pengaruh sebesar r = 0,60 atau sama dengan 36% yang setara dengan efek besar. Penerapan metode ceramah terhadap kemampuan evaluasi pada kelompok kontrol memberikan pengaruh sebesar r = 0,54 atau sama dengan 29% yang setara dengan efek besar.
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol menunjukkan hasil yang negatif dan tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji korelasi rerata pretest dan posttest I dengan harga p sebesar 0,856 (p > 0,05), artinya tidak ada korelasi yang signifikan antara hasil rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan evaluasi. Hasil Pearson correlation kelompok kontrol menunjukkan -0,035, maka korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I termasuk dalam kategori rendah. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai negatif artinya apabila rerata skor siswa pada saat pretest rendah maka hasil rerata skor siswa pada posttest I tinggi. Sebaliknya, apabila rerata skor siswa pada saat pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa pada posttest I rendah. Meski demikian, skor korelasi pada kelompok kontrol tidak dapat digeneralisasikan ke populasi, karena data tersebut tidak signifikan. Korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen menunjukkan hasil yang positif dan tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji korelasi rerata pretest dan posttest I dengan harga p = 0,138 (p > 0,05), artinya tidak ada korelasi yang signifikan antara hasil rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan evaluasi. Hasil Pearson correlation kelompok eksperimen menunjukkan hasil 0,273, maka korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I termasuk dalam kategori rendah. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa pada saat pretest rendah maka hasil rerata skor siswa pada posttest I rendah. Sebaliknya, apabila rerata skor siswa pada saat pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa pada posttest I tinggi. Meski demikian, skor korelasi pada kelompok kontrol tidak dapat digeneralisasikan ke populasi, karena data tersebut tidak signifikan. Setelah posttest I selanjutnya diberi jeda beberapa hari, kemudian siswa kembali mengerjakan soal yang sama yaitu posttest II. Tujuannya adalah untuk melihat apakah perlakuan masih memberikan efek yang sama setelah beberapa waktu. Berdasarkan analisis uji retensi perlakuan pada kelompok kontrol diperoleh harga p = 0,106 (p > 0,05), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II. Pada kelompok eksperimen menunjukkan harga p = 0,013 (p < 0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan dari skor posttest I ke
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
posttest II. Rerata skor kelompok kontrol lebih besar (M = -0,23, SE = 0,14); t(29) = -1,67) dari kelompok eksperimen (M = -0,32, SE = 0,12); t(30) = -2,64. Hasil perhitungan manual menunjukkan persentase peningkatan kelompok kontrol yaitu sebesar -8,24%, sedangkan persentase peningkatan pada kelompok eksperimen sebesar -10,95%. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terjadi penurunan yang signifikan pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan yang signifikan pada kelompok eksperimen.
4.2.2 Pengaruh Penerapan model PBL terhadap Kemampuan Inferensi Penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan inferensi pada mata pelajaran IPA materi adaptasi kelas V SD Kanisius Kalasan semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan, kelompok kontrol dan eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil analisis uji kemampuan awal yang menunjukkan rerata skor kelompok kontrol (M = 2,30, SE = 0,10) lebih tinggi dari kelompok eksperimen (M = 2,16, SE = 0,12). Perbedaan tersebut tidak signifikan dengan t (59) = 0,25, p = 0,807 (p > 0,05), artinya kedua kelompok tersebut dapat dibandingkan karena memiliki kemampuan awal yang sama. Sehingga dapat diketahui pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan inferensi. Hasil analisis terhadap data penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model PBL terhadap kemampuan inferensi. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis statistik parametrik Independent samples t-test yang menunjukkan rerata skor kelompok eksperimen lebih tinggi (M = 0,90, SE = 0,13) dari kelompok kotrol (M = 0,45, SE = 0,14). Perbedaan tersebut signifikan dengan t(59) = -2,42, p = 0,02 (p < 0,05). Kesimpulannya adalah penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan inferensi. Perbandingan rerata selisih skor pretest dan posttest I terhadap kemampuan inferensi pada kelompok kontrol dan eksperiman dapat dilihat pada gambar 4.4. Gambar tersebut menunjukkan bahwa perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan.
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perhitungan peningkatan persentase rerata skor pretest ke posttest I yang menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan eksperimen mengalami peningkatan. Akan tetapi peningkatan kelompok eksperimen lebih tinggi yaitu 42%, semestara kelompok kontrol sebesar 20%. Model PBL memberikan pengaruh sedang terhadap kemampuan inferensi, yaitu dengan harga r = 0,30 atau setara dengan 9,00%. Model PBL memberikan pengaruh sebesar 9,00% terhadap kemampuan inferensi, sementara 90,10% merupakan pengaruh dari variabel lain diluar variabel yang diteliti (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151). Jumlah siswa yang mengalami peningkatan rerata dapat dilihat pada grafik frekuensi selisih Gain score. Pada grafik terlihat bahwa skor dominan kelompok eksperimen mendekati skor 1,00 dan 2,00. Sementara pada kelompok kontrol skor dominan mendekati skor 0,33 dan 1,00. Artinya pada kelompok eksperimen siswa yang mengalami peningkatan lebih dominan dibandingkan dengan kemolmpok kontrol. Berdasarkan perhitungan manual diperoleh persentase Gain score ≥ 1,17 pada kelompok kontrol sebesar 16,67%, sedangkan persentase Gain score ≥ 1,17 pada kelompok eksperimen sebesar 38,71%. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa model PBL memberikan manfaat untuk 38,71% siswa, sedangkan metode ceramah memberikan manfaat untuk 16,67% siswa. Penerapan model PBL dan metode ceramah sama-sama memberikan pengaruh pada kelompok kontrol dan eksperimen terhadap kemampuan inferensi. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil analisis besar efek peningkatan pada masingmasing kelompok yaitu pada kelompok eksperimen adalah (M = 0,90, SE = 0,13) t(30) = 7,04 dengan harga p = 0,000 (p ˂ 0,05). Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi. Hasil skor kelompok kontrol adalah (M = 0,45, SE = 0,14) t(29) = 3,26 dengan harga p = 0,003 (p ˂ 0,05). Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan inferensi. Berdasarkan perhitungan manual, penerapan model PBL terhadap kemampuan inferensi pada kelompok eksperimen memberikan pengaruh sebesar r = 0,79 atau sama dengan 62% yang setara dengan efek besar. Penerapan metode ceramah
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadap kemampuan inferensi pada kelompok kontrol memberikan pengaruh sebesar r = 0,52 atau sama dengan 27% yang setara dengan efek besar. Korelasi antara antara pretest dan posttest I adalah positif dan tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji korelasi rerata pretest dan posttest I dengan harga p sebesar 0,15 (p > 0,05), artinya tidak ada korelasi yang signifikan antara hasil rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan inferensi. Hasil Pearson correlation kelompok kontrol menunjukkan 0,267, maka korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I termasuk dalam kategori rendah. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa pada saat pretest rendah maka hasil rerata skor siswa pada posttest I rendah. Begitu juga sebaliknya, apabila rerata skor siswa pada saat pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa pada posttest I tinggi. Meski demikian, skor korelasi pada kelompok kontrol tidak dapat digeneralisasikan ke populasi, karena data tersebut tidak signifikan. Korelasi antara antara pretest dan posttest I adalah positif dan signifikan. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji korelasi rerata pretest dan posttest I dengan harga p = 0,02 (p > 0,05), artinya ada korelasi yang signifikan antara hasil rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi. Hasil Pearson correlation kelompok eksperimen menunjukkan hasil 0,44, maka korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I termasuk dalam kategori cukup besar. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa pada saat pretest rendah maka hasil rerata skor siswa pada posttest I rendah. Sebaliknya, apabila rerata skor siswa pada saat pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa pada posttest I tinggi. Hasil skor korelasi pada kelompok eksperimen dapat digeneralisasikan ke populasi, karena data tersebut signifikan. Setelah posttest I selanjutnya diberi jeda beberapa hari, kemudian siswa kembali mengerjakan soal yang sama yaitu posttest II. Tujuannya adalah untuk melihat apakah perlakuan masih memberikan efek yang sama setelah beberapa waktu. Berdasarkan analisis uji retensi perlakuan pada kelompok kontrol diperoleh harga p = 0,137 (p > 0,05), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II. Pada kelompok eksperimen harga p = 0,001 (p <
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II. Rerata kelompok kontrol (M = -0,21, SE = 0,14); t(29) = -1,53 lebih tinggi dari kelompok eksperimen (M = -0,36, SE = 0,09) t(30) = -3,886. Hasil perhitungan manual menunjukkan persentase peningkatan kelompok kontrol yaitu sebesar8,00%, sedangkan persentase peningkatan pada kelompok eksperimen sebesar 12,00%. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terjadi penurunan yang signifikan pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan yang signifikan pada kelompok eksperimen.
4.2.3 Persepsi terhadap Perlakuan Persepsi terhadap perlakuan dilakukan untuk menyingkap persepsi subjek yang terlibat dalam penelitian terhadap proses pembelajaran yang berlangsung menggunakan model PBL. Dalam analisis persepsi terhadap perlakuan peneliti menggunakan teknik non-tes sebagai metode kualitatif sederhana untuk melengkapi hasil analisis kuantitatif (Krathwohl, 2004: 546-547). Peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu observasi pada kelas eksperimen, wawancara kepada guru mitra dan tiga siswa kelas eksperimen, dan dokumentasi. Berikut adalah paparan hasil analisis persepsi terhadap perlakuan berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru dan siswa kelompok eksperimen. Obervasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada kelompok eksperimen. Observasi pembelajaran pada pertemuan pertama di kelompok eksperimen dilaksanakan pada Kamis, 27 Oktober 2016 dengan materi adaptasi unggas. Pembelajaran di kelas eksperimen membuat siswa aktif bertanya dan semangat dalam belajar. Siswa terlihat senang ketika mengetahui salah satu media belajarnya adalah video. Siswa di dalam kelompok melakukan pengamatan melalui video bentuk kaki unggas dan bentuk paruh unggas. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk mengetahui ciri-ciri bentuk kaki dan bentuk paruh pada masing-masing unggas. Kemudian, siswa mencocokan setiap ciri-ciri dengan jenis makanan dan habitatnya. Setelah menemukan jawaban atas masalah yang diberikan, siswa membuat kesimpulan dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang sudah dilakukan.
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Observasi pembelajaran pada pertemuan kedua di kelompok eksperimen dilaksanakan pada Senin, 31 Oktober 2016. Materi pertemuan kedua adalah mengenai adaptasi serangga. Sebelum menyampaikan materi pembelajaran guru menunjukkan contoh serangga. Beberapa siswa yang duduk di bangku paling depan berteriak karena takut. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Siswa dalam kelompok diberi satu ekor belalang untuk diamati untuk diamati, serangga yang tidak bisa dihadirkan diamati melalui gambar. Siswa aktif berdiskusikan bentuk tubuh serangga khususnya bentuk mulut serangga dengan jenis makanannya. Siswa dan guru melakukan tanya jawab terkait materi. Kemudian siswa dibimbing untuk menyimpulkan hasil pengamatan dan melakukan evaluasi. Observasi pembelajaran pada pertemuan ketiga di kelompok eksperimen dilaksanakan pada Kamis, 03 November 2016. Materi pertemuan ketiga adalah mengenai adaptasi cecak. Pada awal pembelajaran guru menjelaskan tujuan pembalajaran hari ini dan memberikan pertanyaan mengenai adaptasi cecak. Ada siswa bertanya “Untuk apa membawa botol dan tongkat dari bambu? Mereka juga penasaran dengan benda yang terungkus plastik (yang berisi cecak). Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kepada siswa. Kemudian dalam kelompok siswa melakukan percobaan dengan mengganggu cecak yang dimasukan ke dalam botol menggunakan tongkat bambu. Beberapa siswa terlihat takut, bahkan ada siswa yang naik ke kursi saat ada cecak yang lepas. Ada satu kelompok yang berhasil mengganggu cecak hingga memutuskan ekor. Siswa juga mengamati cecak yang mulai tumbuh ekornya. Setelah itu, siswa dan guru membahas hasil percobaan yang telah dilakukan. Peneliti melakukan wawancara dengan guru mitra pada
Kamis, 03
November 2016. Guru mengungkapkan bahwa sudah pernah menggunakan model PBL dalam pembelajaran IPA. Akan tetapi beliau jarang menerapkan pada setiap pembelajaran, yang sering digunakan adalah metode ceramah (W G B3-5) “kebanyakan kalau aku ceramah, diskusi itu cuma untuk akhir pas terakhir saya menerangkan. Contohnya satu bab, saya ceramah dulu bla bla bla berapa pertemuan tiga kali, terakhir saya diskusi”. Penerapan berbagai model pembelajaran dirasa tidak efektif jika terus digunakan (W G B7-8) “karena yang
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pertama, anaknya banyak. Kalau menggunakan strategi-strategi seperti itu waktunya tidak cukup”. Beliau mengatakan bahwa model PBL sangat bagus dan efektif diterapkan (W G B21-22) “lebih efektif, terutama untuk pembelajaran IPA. Tapi ya itu tadi,hanya masalah waktu saja. Penerapan model PBL membuat siswa enjoy ketika mengikuti pembelajaran, aktif bertanya, dan lebih memperhatikan dibandingkan menggunakan metode ceramah. Akan tetapi, apabila setiap hari menggunakan berbagai model pembelajaran dengan siswa dan tuntutan capaian yang banyak akan tidak cukup waktunya. Wawancara juga dilakukan pada kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan model PBL pada Senin 24 Oktober 2016 dan setelah diberi perlakuan pada Kamis, 01 Desember 2016. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa lebih dapat memahami materi adaptasi hewan menggunakan model PBL. Berikut ungkapan ketiga siswa yang membuktikan hal tersebut, “lebih mudah memahami materi karena melihat hewan secara langsung” (W2 SA B28). Hal tersebut sesuai dengan teori Piaget yaitu siswa SD kelas V berada pada tahap operasional konkret. Proses berpikir mereka menggunakan kejadian nyata yang diamati secara langsung. Mereka juga lebih mudah memahami materi ketika menggunakan model PBL (W2 SA B12) “lebih mudah pelajaran seperti kemaren” Selain itu penerapan model PBL juga menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan (W2 SB B3 – 4) “Senang, karena bisa berdiskusi dengan teman”, (W2 SC B3) “senang bisa praktik”, (W2 SB B23) “lebih bisa”. Sebelum mengikuti pembelajaran siswa merasa kesulitan (W1 SA B21) “em, tadi masih bingung”, ada juga yang ragu dengan jawabannya (W1 SB B19 “bisa, tapi tidak tahu benar atau salah”. Siswa merasa lebih senang menggunakan model PBL dibandingkan dengan metode ceramah, hal tersebut dijelaskan oleh guru (W G B26-28) “anaknya lebih enjoy dengan menggunakan media. Kalau metode ceramah itu biasanya hanya beberapa yang fokus, tetapi bagian belakang itu jarang mendengarkan”.
4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut Penelitian ini menunjukkan dua hasil, yaitu penerapan model PBL tidak berpengaruh terhadap kemampuan evaluasi dan penerapan model PBL
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berpengaruh terhadap kemampuan inferensi. Penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan inferensi dikonfirmasi juga oleh temuan dari Asyari, Muhdhar, Susilo, & Ibrohim, 2016 bahwa model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis. Model PBL dapat meningkatkan keaktifan siswa, menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, menarik, dan siswa berhasil menyelesaikan proyek akhir pelajaran (Kapralos, Fisher, Clarkson, & Oostveen, 2015), dan model PBL juga memberi kontribusi terhadap kebermaknaan proses pembelajaran pemimpin: definisi masalah; komunikasi terbuka; dan pemanfaatan sumber daya (Yeo, 2007). Hasil penelitian oleh PISA dalam bidang matematika, membaca, dan sains menunjukkan bahwa Indonesia mengalami penurunan peringkat. Dari 65 negara yang diteliti, capaian tingkat literasi siswa siswi Indonesia berada dalam urutan 64 (OECD, 2014: 5). Pada skor rerata PISA tahun 2012 diketahui skor rerata OECD adalah 494, sementara Indonesia memperoleh skor 375. Sementara itu, pada tahun 2015 Indonesia masih berada diperingkat bawah yaitu urutan 62 dari 70 negara (OECD, 2016: 4). Penurunan peringkat tersebut menunjukkan bahwa siswa di Indonesia kesulitan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi yang sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup didunia nyata. Salah satu penyebab kurangnya pengembangan berpikir tingkat tinggi pada siswa adalah model pembelajaran di sekolah-sekolah yang masih banyak menggunakan metode pembelajaran tradisional dengan ceramah. Diperlukan upaya untuk mengatasi masalah pendidikan di Indonesia yaitu penggunaan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu model yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa adalah model Problem Based Learning. Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi siswa terkait KD yang sedang dipelajari. Dalam hal ini guru berperan untuk mendorong siswa untuk berpikir kritis (Kokasih, 2014: 88). Siswa difasilitasi untuk belajar langsung dan diberikan kebebasan untuk berpendapat, berinisiatif, dan bertindak dalam mencari solusi dari permasalahan. Facione menjelaskan bahwa terdapat enam aspek dalam
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berpikir kritis yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplenasi, dan regulasi diri (Facione, 2015: 5). Penelitian ini dikhususkan untuk meneliti pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA materi adaptasi hewan siswa kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model PBL memberikan efek kecil terhadap kemampuan evaluasi dengan nilai r = 0,013 atau sebesar 0,02%. Penerapan model PBL memberikan efek sedang terhadap kemampuan inferensi dengan nilai r = 0,30 atau sebesar 9%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, model PBL dapat diujicobakan ke sekolah-sekolah yang lain sebagai metode pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan evaluasi dan inferensi siswa kelas V pada mata pelajaran IPA. Model PBL dapat diuji cobakan pada mata pelajaran lain, kemampuan atau aspek lain, dan tingkat kelas yang berbeda.
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
Bab V membahas mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran. Kesimpulan
berisi
hasil
penelitian
yaitu
jawaban
hipotesis
penelitian.
Keterbatasan penelitian berisi kekurangan yang menjadi kelemahan penelitian. Sara berisi masukan dari peneliti untuk penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan 5.1.1 Penerapan model Problem Based Learning tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan evaluasi siswa kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPA materi adaptasi hewan. Analisis terhadap data penelitian, mengafirmasi hipotesis I. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis statistik parametrik Independent samples t-test menunjukkan rerata skor kelompok eksperimen (M = 0,61, SE = 0,15) lebih tinggi dari kelompok kotrol (M = 0,59, SE = 0,17). Perbedaan tersebut tidak signifikan dengan t(59) = 0,12, p = 0,90 (p > 0,05). Effect size sebesar r = 0,013 setara dengan 0,02% yang termasuk kategori efek kecil. 5.1.2 Penerapan model Problem Based Learning berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan inferensi siswa kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPA
materi
adaptasi
hewan.
Analisis
terhadap
data
penelitian,
mengafirmasi hipotesis II. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis statistik parametrik Independent samples t-test menunjukkan rerata skor kelompok eksperimen (M = 0,90, SE = 0,13) lebih tinggi dari kelompok kotrol (M = 0,45, SE = 0,14). Perbedaan tersebut signifikan dengan t(59) = -2,42, p = 0,02 (p < 0,05). Effect size sebesar r = 0,30 setara dengan 0,9% yang termasuk kategori efek sedang.
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.2 Keterbatasan Penelitian 5.2.1 Hasil penelitian ini terbatas pada SD Kanisius Kalasan, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan di SD lain. 5.2.2 Langkah-langkah model Problem Based Learning tidak disosialisasikan kepada siswa, sehingga siswa terlihat bingung pada saat melakukan kegiatan pembelajaran. 5.2.3 Siswa merasa bosan dengan soal yang sama dari pretest, posttest I dan Posttest II. hal tersebut membuat siswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal.
5.3 Saran 5.3.1 Penelitian selanjutnya sebaiknya juga melakukan penelitian yang sama pada SD lain. 5.3.2 Peneliti sebaiknya selalu berkoordinasi dengan guru mitra, sehingga guru mitra mensosialisasikan langkah-langkah pembelajaran dan melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. 5.3.3 Peneliti sebaiknya memberikan motivasi kepada siswa agar mereka lebih bersungguh-sungguh mengerjakan soal demi hasil yang lebih baik.
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR REFERENSI
Abidin, Y. (2014). Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 3012. Bandung: PT Refika Aditama. Amir, T. (2009). Inovasi pendidikan melalui problem based learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran, dan asesmen: revisi taksonomi pendidikan Bloom. Diterjemahkan oleh Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2012). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Asyari, M., Muhdhar, M.H.I.A., Susilo, H., & Ibrohim (2016). Improving critical thinking skills through the integration of problme based learning and group investigation. International journal for lesson and learning studies, 5 (1), 36-44. doi: 10.1108/IJLLS-10-2014-0042. Best, J. W., & Kahn, J. V. (2006). Research in education (tenth edition). Boston: Pearson Education Inc. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah: standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jakarta: BSNP. Cohen, L., Manion L., & Morrison K. (2007). Research methods in education. New York: Routledge. Creswell, John. W. (2014). Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Creswell, John W. (2015). Riset pendidikan: Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi riset kualitatif & kuantitatif . Yogyakarta: Pustaka Belajar. Darmawan, D. (2013). Metode penelitian kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Downing, K., Ning, F., & Shin, K. (2011). Impact of problem-based learning on student experience and metacognitive development. Multicultural Education & Technology Journal, 5 (1), 55-69. doi: 10.1108/175049711 11121928. Facione, P.A. (2015). Critical thinking: What it is and why it counts. Diunduh di www.insightassessment.com. Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS, third edition. London: Sage. Fisher, A. (2008). Berpikir kritis sebuah pengantar. Jakarta: Erlangga. Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How to design and evaluate research in education (8th ed.). New York: McGraw Hill. Furchan, H., Arief. (2007). Pengantar penelitian dalam pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi analisis multivarite dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Unversitas Diponegoro. Gunawan, A. (2009). Buku pintar Sekolah Dasar. Jakarta: Lima Bintang Hergenhahn, B. R & Olson, M. H. (2009). Theories of learning (teori belajar). Jakarta: Kencana.
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Johnson, E. B.. (2007). Contextual teaching and learning: Menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung: Penerbit MLC. Johnson, B. & Christensen, L. (2008). Educational research: Quantitative, qualitative, and mixed approaches (3rd. Ed.). California: Sage Publications. Joseph, M., Stone, G.W., Grantham, K., Harmancioglu, N., & Ibrahim, E. (2007). An ecploratory study on the value of service learning project and their impact on community service involvement and critical thinking. Quality assurance in education, 15 (3), 318-333. doi: 10.1108/0968488071077319 2. Kapralos, B., Fisher, S., Clarkson, J., & Oostveen, R. V. (2015). A course on serious game design and development using an online problem-based learning approach. Interactive technology and smart education, 12 (2), 116-136. doi: 10.1108/ITSE-10-2014-0033. Kasmadi, & Sunariah, N. S. (2013). Panduan modern penelitian kuantitatif. Bandung: Alfabeta. Kokasih, E. (2014). Strategi belajar dan pembelajaran. Bandung: Penerbit Yrama Widya. Komalasari, G., Wahyuni, E., & Karsih. (2011). Asesmen teknik nontes. Jakarta: Permata Puri Media. Krathwohl, D.R. (2004). Methods of educational and social science research, an integrated approach, second edition. Illinois: Waveland Press. Masidjo. (1995). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Margono, S. (2007). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Putra. Mutiah, D. (2010). Psikologi bermain anak usia dini. Jakarta: Kencana. Neuman, W. L. (2013). Metodologi penelitian sosial: Pendekatan kualitatif dan kuantitatif (Ed. 7). Jakarta: PT Indeks. OECD (2014). PISA 2012 results in fokus: what 15 year olds know and what they can do with what they know. Diunduh dari https://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf OECD (2016). Programme for Infernational Student Assessment (PISA): results from PISA 2015. Diunduh dari http://www.oecd.org/pisa/pisa-2015Indonesia.pdf Oktaviani, M. A., & Notobroto, H. B. (2014). Perbandingan tingkat konsistensi normalitas distribusi metode Kolmogorov-Smirnov, Lilliefors, ShapiroWilk, dan Skewness-Kurtosis. Jurnal biometrika dan kependudukan, 3 (2), 127-135. Diunduh dari http://journal.unair.ac.id/download-fullpapersbiometrikd8bc041810full.pdf. Priyatno, D. (2012). Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik dengan spss. Yogyakarta: Penerbit Gava Media. Rusman. (2013). Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali Pers. Rusmono. (2012). Strategi pembelajaran dengan problem based learning itu perlu: untuk meningkatkan profesionalisme guru. Bogor: Ghalia Indonesia.
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Permata Puri Media. Sani, R. A. (2013). Inovasi pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya, W. (2013). Penelitian pendidikan jenis, metode, dan prosedur. Jakarta: Kencana Predana Media Group. Salkind, N.J. (2009). Teori-teori perkembangan manusia. Bandung: Nusa Media. Scott, S. (2008). Perceptions of students’ learning critical thinking through debate in a technology classroom: A case study. The journal of technology. Setyosari, P. (2010). Metode penelitian penelitian dan pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sulistyanto, H., & Wiyono, E. (2008). Ilmu pengetahuan alam: untuk SD dan MI kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Tawil, M & Liliasari. (2013). Berpikir kompleks dan implementasinya dalam pembelajaran IPA. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. Trianto. (2010). Model pembelajaran terpadu: konsep, strategi, dan implementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Widoyoko, E. P. (2014). Penilaian hasil pembelajaran di sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widi, R. K. (2010). Asas metodologi penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yeo, R. K. (2007). Problem-based learning: A viable approach in leadership development?. Journal of Management Development, 26 (9), 874-894. doi: 10.1108/02621710710819357. Yusuf S. (2013). Perkembangan peserta didik: Mata kuliah dasar profesi (MKDP) bagi para mahasiswa dan calon guru di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Jakarta: Rajawali Press.
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validasi Soal
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.1 Lembar Kerja Siswa 3.1.1 Lembar Kerja Siswa Pertemuan Pertama 1. Lengkapilah tabel berikut! No. 1.
Bentuk Paruh
Jenis Burung
Jenis Makanan
Fungsi paruh
............................
............................
............................
............................
............................
............................
............................
............................
............................
............................
............................
............................
............................
............................
............................
2.
3.
4.
5.
2. Apakah semua unggas memiliki jenis paruh yang sama? Jelaskan! Jawab
3. Apa yang terjadi apabila semua unggas memiliki bentuk paruh yang sama? Misalnya paruh burung pemakan biji digunakan untuk memakan daging. Jawab
4. Jelaskan manfaat adaptasi unggas terhadap kelangsungan hidup berdasarkan bentuk tubuhnya! Jawab
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.1.2 Lembar Kerja Siswa Pertemuan Kedua A. Isilah tabel di bawah ini! Nama Serangga
Jenis Mulut
Ciri-ciri Mulut
Manfaat
B. Isilah titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat! 1. Berdasarkan bentuk mulutnya, lebah termasuk serangga yang memiliki jenis mulut .... 2. Bagaimana ciri-ciri serangga yang memiliki jenis mulut penusuk dan penghisap .... 3. Tipe mulut yang digunakan untuk menggigit dan mengunyah .... 4. Tipe mulut yang digunakan untuk menusuk dan mengisap .... 5. Tipe mulut yang digunakan untuk menghisap ....
C. Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Setiap serangga memilki tipe mulut serangga berbeda-beda. Mengapa demikian? Jawab:
2. Apakah bisa jenis mulut seperti belalang digunakan untuk menghisap nektar? Jawab:
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Perhatikan gambar di bawah ini
Tuliskan tipe mulut yang dimiliki serangga pada gambar di atas! Jawab:
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.1.3 Lembar Kerja Siswa Pertemuan Ketiga 1. Pernahkah kamu melihat cecak yang tidak memiliki ekor? Perhatikan gambar dibawah ini, menurutmu mengapa ekor cecak tersebut putus?
Jawab:
2. Lakukan percobaan berikut! a. Perhatikan cecak yang terdapat dalam toples. b. Ambil cecak, dan pegang pada bagian ekornya. c. Perlakukan cecak sedemikian rupa, namun dengan catatan jangan memutuskan ekornya dengan menggunakan benda tajam. d. Kalian boleh menggunakan penggaris, dengan cara menekan ekor cecak dengan penggaris. Dari percobaan tersebut, apa yang terjadi pada cecak? apakah cecak memutuskan ekornya? Jawab:
3. Dari percobaan di nomor dua, menurutmu apa alasan cecak memutuskan ekornya?
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jawab:
4. Apa tujuan cecak memutuskan ekornya? Jawab:
5. Menurutmu apakah ekor cicak dapat kembali tumbuh? Jelaskan! Jawab:
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban 3.2.1 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Pertemuan Pertama 1. Lengkapilah tabel berikut! No.
Bentuk Paruh
Jenis Burung
Jenis Makanan
Fungsi paruh
Pipit
Biji-bijian
Memecah biji-bijian
Elang
Ular, ayam, kelinci
Mengoyak makanan berupa daging
Ayam
Biji-bijian dan cacing
Mencari makan di tanah
Pelatuk
Serangga
Memahat kayu pohon dan menangkap serangga di dalamnya.
Itik
Ikan dan cacing
Menyaring makanan dari air dan lumpur
1.
2.
3.
4.
5.
2. Tidak. Unggas memiliki jenis makanan yang berbeda-beda, sehingga bentuk paruhnya pun berbeda menyesuaikan dengan jenis makanannya agar paruh tersebut dapat berfungsi dengan baik. 3. Apabila semua unggas memiliki bentuk paruh yang sama, maka beberapa hewan akan kesulitan bahkan tidak bisa makan. Bentuk paruh unggas telah disesuaikan dengan jenis makanannya, jenis makanan unggas yang berbeda mengakibatkan paruh unggas berbeda-beda pula. Misalnya paruh burung pemakan biji digunakan untuk memakan daging, paruh tersebut tidak akan bisa digunakan dengan baik. Paruh burung pemakan biji berguna untuk memecahkan biji-bijian bukan untuk mencabik daging. 4. Bentuk tubuh unggas membantu unggas dalam mencari makan sesuai dengan jenis makanannya dan tempat hidupnya. Sehingga unggas dapat bertahan hidup dihabitatnya.
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.2.2 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Pertemuan Kedua A. Isilah tabel di bawah ini! Nama Serangga Belalang, Jangkrik, Kecoa
Jenis Mulut
Ciri-ciri Mulut
Manfaat
Mulut penggigit
Menggigit mangsa
Kupu-kupu
Mulut penghisap
Nyamuk, Kutu
Mulut penusuk dan penghisap Mulut penusuk dan penjilat
Mempunyai rahang atas dan rahang bawah yang kuat untuk menggigit dan menghancurkan. Makanan kemudian dikunyah lalu ditelan. Mempunyai alat penghisap seperti belalai yang panjang dan dapat digulung Mempunyai rahang yang runcing dan panjang Memiliki bibir untuk menjilat
Lebah lalat
madu,
Menghisap pada bunga
madu
Menusuk dan menghisap makanan menusuk dan menghisap makanan
B. Isilah titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat! 1. Penusuk dan penjilat 2. Mempunyai rahang yang runcing dan panjang 3. Balalang 4. Nyamuk 5. Kupu-kupu
C. Jawablah pertanyyan di bawah ini! Setiap serangga memiliki tipe mulut yang berbeda karena itu merupakan cara adaptasi serangga
yang menyesuaikan diri dengan makanan demi
kelangsungan hidupnya. Tidak bisa, karena belalang memiliki tipe mulut dengan rahang atas dan rahang bawah yang kuat untuk menggigit. Sedangkan untuk menghisap nektar diperlukan alat penghisap yang panjang seperti belalai yang panjang dan dapat digulung. Tipe mulut serangga a) Tipe serangga pengunyah b) Tipe serangga penghisap dan penjilat c) Tipe serangga pengisap d) Tipe serangga pengisap-penusuk e) Tipe serangga pengisap-penusuk
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.2.3 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Pertemuan Ketiga 1. Ya, saya pernah melihat cecak yang tidak memiliki ekor. Dari gambar tersebut menurut saya cecak memutuskan ekornya dengan sengaja untuk menghindari ancaman musuh. 2. Dari percobaan tersebut cecak yang saya pegang berusaha melepaskan diri. Cecak sepertinya merasa terancam karena saya memegang ekornya. Saat saya memegang ekor cecak tersebut tiba-tiba ekor cecak tersebut putus dengan sendirinya. 3. Menurut saya cecak memutuskan ekornya karena merasa terancam saat saya memegang ekornya sehingga cecak ingin melepaskan diri dengan memutuskan ekornya agar cecak dapat lari dari tangkapan saya. 4. Cecak memutuskan ekornya supaya cecak bisa melepaskan diri dari ancaman musuh. 5. Ya, ekor cicak dapat tumbuh kembali. Akan tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk tumbuh kembali.cicak memiliki kemampuan untuk meregenerasi bagian tubuh yang terputus terutama pada ekor. Apabila luka pada ekor yang terputus sudah mulai membaik, maka proses regenerasi akan segera dimulai sehingga ekor cicak dapat kembali tumbuh meskipun ekornya tidak sama seperti semula.
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.3 Soal Uraian Nama : Nomor : Kelas :
Berikut adalah kasus yang akan digunakan untuk panduan soal! Bu Mita memiliki 20 ekor ayam dan 20 ekor itik. Setiap harinya Bu Mita memberi makan untuk ternaknya. Setelah diberi makan ayam dan itik dilepas. Semua itik Bu Mita pergi ke sawah yang becek dan berlumpur, sedangkan ayam ke halaman sambil mengais-ngais tanah. Ayam tidak pergi ke tempat yang becek dan berlumpur karena bentuk kaki ayam tidak mendukung untuk dapat berjalan dan mencari makan di tempat yang becek dan berlumpur.
1. Sebut dan jelaskan cara adaptasi yang dilakukan ayam dan itik berdasarkan bacaan di atas! Jawab:
2. Sebutkan minimal 5 contoh hewan lain yang memiliki ciri-ciri anggota tubuh yang sama dengan contoh di bawah ini! Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai! a. Bentuk paruh unggas No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Hewan Ayam Itik
Paruh pemakan biji
Paruh pencari makan ditempat becek
√ √
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Bentuk kaki unggas No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Hewan Ayam Itik
Kaki Pejalan √
Kaki Perenang √
3. a. Apa perbedaan paruh ayam dan itik? Jelaskan! Jawab:
b.Apa perbedaan kaki ayam dan itik? Jelaskan! Jawab:
4. Ayam dan itik memiliki cara adaptasi yang berbeda. a. Identifikasikanlah cara adaptasi yang dilakukan oleh ayam! Jawab:
b. Identifikasikanlah cara adaptasi yang dilakukan oleh itik! Jawab:
5. Mengapa kaki dan paruh ayam tidak cocok apabila digunakan untuk mencari makan di tempat yang berair atau berlumpur? Berikan 2 alasannya! Jawab:
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Jelaskan 2 alasan mengapa makhluk hidup harus beradaptasi dengan lingkungan! Jawab:
7. Apakah kamu setuju apabila ayam mencari makanan di tempat berair seperti itik? Jelaskan minimal 2 alasan! Jawab:
8. Ketika kamu dan temanmu melihat anak ayam yang tercebur ke dalam bekas kolam yang berisi air sedalam setengah meter. a. Apa yang akan kamu lakukan untuk menyelamatkan anak ayam? Sebutkan minimal 2 cara! Jawab:
b. Apabila temanmu mengajakmu pergi meninggalkan ayam yang sedang tercebur dikolam, apa yang akan kamu lakukan? Diandaikan kamu masih punya banyak waktu. Apakah: 1) Tetap menyelamatkan anak ayam yang tercebur di kolam. 2) Mengikuti temanmu pergi. Alasan :
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Apakah tindakan yang kamu lakukan sudah tepat? Berikan minimal 2 alasannya! Jawab:
9. Sabtu pagi Nina jalan-jalan ke taman bunga bersama ayahnya. Disana banyak sekali bunga yang sedang mekar. Nina melihat ada kupu-kupu cantik hinggap di salah satu bunga. Nina meminta ayahnya menangkap kupu-kupu itu untuk dibawa pulang. Setiba di rumah, Nina meletakan kupu-kupu itu di dalam wadah besar (seperti sangkar burung yang berisi satu tumbuhan yang tidak berbunga). Lima hari kemudian Nina mendapati kupu-kupu sudah mati. Berdasarkan kasus di atas jawablah pertanyaan di bawah! a. Jelaskan 2 penyebab kupu-kupu tersebut mati terkait makanannya! Jawab:
b. Berdasarkan pengalaman Nina, sebut dan jelaskan 2 alternatif yang bisa dilakukan agar bisa memelihara kupu-kupu? Jawab:
10. Berikut adalah tipe mulut-mulut serangga 1) tipe mulut penghisap 2) tipe mulut penggigit 3) tipe mulut penusuk-penghisap Dari tipe mulut di atas: Manakah tipe mulut yang cocok untuk memakan darah? Alasan:
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Suatu hari ketika hendak makan siang, Andre melihat cecak yang sedang memakan nasi di meja makan. Andre mencoba untuk menangkap cecak menggunakan tangannya. Cecak itu tidak berhasil tertangkap, namun Andre mendapat ekor cecak yang bergerak-gerak terlepas dari tubuh cecak. Cecak itu lolos dan pergi merayap ke tembok rumah. Lingkari jawaban yang tepat! Manakah kalimat-kalimat berikut ini yang benar/salah? Berikan alasan untuk setiap jawaban yang kamu pilih! a. Cicak memutuskan ekor untuk mengelabuhi musuhnya ketika terancam. (Benar/ Salah) Alasan:
b. Cicak selalu memutuskan ekornya ketika dalam keadaan terancam. (Benar/ Salah) Alasan:
c. Dalam keadaan yang tidak terlalu terancam, cicak akan menghindar tanpa harus memutuskan ekornya. (Benar/ Salah) Alasan:
12. Di bawah ini manakah cara cicak menyelamatkan diri ketika sangat terancam musuh? a. Melarikan diri b. Memutuskan ekor c. Melawan musuh
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Manakah
cara
yang
paling
efektif
yang
dilakukan
cicak
untuk
menyelamatkan diri? Alasan:
13. Apa keuntungan dan kerugian cecak memutuskan ekornya? Jelaskan! Jawab:
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.4 Kunci Jawaban 1. Dari bacaan tersebut, cara adaptasi yang dilakukan ayam adalah ayam pergi mencari makanan ke tempat yang kering yaitu halaman rumah dengan mengais-ngais tanah. Sedangkan itik mencari makanan ke tempat yang becek dan berlumpur. Kaki ayam dan itik berbeda, kaki ayam tidak memiliki selaput berbeda dengan kaki itik yang memiliki selaput sehingga itik dapat berenang di air.
2. Bentuk tubuh unggas a. Bentuk paruh unggas No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Hewan
Paruh pemakan biji
Ayam Itik Angsa Merpati Entok Burung pipit Burung gereja
Paruh pencari makan ditempat becek
√ √ √ √ √ √ √
b. Bentuk kaki unggas No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
3.
Nama Hewan Ayam Itik Entok Burung unta Burung Pelikan Burung Kasuari Angsa
Kaki Pejalan √
Kaki Perenang √ √
√ √ √ √
a. Bentuk paruh ayam pendek, tebal, runcing dan kuat. Bentuk paruh ini sesuai untuk memakan jenis biji-bijian. Sedangkan paruh bebek berbentuk seperti sudu dan pangkal bergerigi. Bentuk paruh seperti ini sesuai untuk mencari makanan di tempat becek, berlumpur, atau di air.
b. Ayam memiliki kaki yang tersusun dari tiga jari menghadap ke depan dan satu jari bagian belakang yang berukuran lebih pendek. Sedangkan itik memiliki kaki yang tersusun dari tiga jari menghadap ke depan dan memiliki selaput disela-sela jarinya.
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. a. Cara adaptasi yang dilakukan oleh ayam; - Adaptasi morfologi Adaptasi morfologi pada ayam berupa bentuk paruh dan kaki. Paruh ayam berbentuk runcing, pendek dan tebal yang cocok untuk memakan biji-bijian. Kaki ayam cocok untuk berjalan. - Adaptasi perilaku Ayam mencari makan di tempat yang kering dengan mengais-ngais tanah. b. Cara adaptasi yang dilakukan oleh itik; - Adaptasi morfologi Adaptasi morfologi pada itik berupa bentuk paruh dan kaki. Paruh itik berbentuk sudu dan bergerigi, sedangkan kakinya berselaput sehingga membantunya untuk berenang. - Adaptasi perilaku Itik mencari makan dengan berenang dan menyaring makanan dari air dengan paruhnya.
5. Kaki dan paruh ayam tidak cocok apabila digunakan untuk mencari makan ditempat berair atau berlumpur karena kaki ayam tidak memiliki selaput seperti itik yang dapat membantu berenang sehingga ayam dapat tenggelam apabila berada di air dan terperosok di dalam lumpur. Sedangkan paruh ayam juga tidak cocok untuk mencari makan di tempat yang berair atau berlumpur, bentuk paruh ayam tidak seperti bentuk paruh itik yang lebar dan bergerigi serta dapat menyaring makanan di dalam air. Bentuk paruh ayam lebih cocok digunakan untuk mencari makan di tanah.
6. Makhluk hidup harus beradaptasi dengan lingkungan karena makhluk hidup harus bertahan pada habitat yang ditempati karena makhluk hidup tidak dapat mengubah keadaan lingkungan seperti layaknya manusia, misalnya pada tempat yang dingin manusia dapat membuat penghangat ruangan. Selain itu makhluk hidup perlu mempertahankan diri dari serangan musuh.
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Tidak setuju, karena ayam dan itik memiliki paruh yang berbeda, selain itu ayam dan itik juga memiliki bentuk kaki yang berbeda. Maka dari itu, ayam tidak dapat mencari makan ditempat berair seperti itik.
8. Ketika kamu dan temanmu melihat anak ayam yang tercebur ke dalam kolam. Kemudian temanmu meminta kamu untuk menolong anak ayam keluar dari kolam tersebut. a. Menolong anak ayam keluar dari kolam dengan cara: - Menggunakan galah untuk menggiring anak ayam keluar dari kolam. - Turun ke kolam untuk mengambil anak ayam keluar dari kolam. b. Apabila teman saya menyuruh saya meninggalkan anak ayam yang tercebur di kolam sedangkan saya masih mempunyai banyak waktu, maka saya akan: 1) Tetap menyelamatkan anak ayam yang tercebur di kolam. Karena apa bila tidak diselamatkan anak ayam tersebut akan mati tenggelam. c. Ya, tindakan yang saya lakukan sudah tepat karena anak ayam tidak bisa berenang maka anak ayam tersebut harus diselamatkan. Selain itu apabila anak ayam dibiarkan anak ayam tersebut dapat mati tenggelam.
9. Berdasarkan bacaan tersebut maka: a. Penyebab kupu-kupu tersebut mati terkait makanannya adalah: Kupu-kupu tersebut mati karena di dalam wadah tidak terdapat bunga untuk dihisap madunya. Kupu-kupu tersebut tidak bisa makan daun karena memiliki tipe mulut penghisap. Tipe mulut yang bisa digunakan untuk memakan daun adalah tipe mulut penggigit. b. Alternatif yang bisa dilakukan agar bisa memelihara kupu-kupu adalah Mengingat tipe mulut yang dimiliki kupu-kupu adalah tipe mulut penghisap maka kita dapat memelihara kupu-kupu dengan memberi makan berupa larutan gula dengan menggunakan spons yang sudah direndam dalam larutan gula.
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Memelihara kupu di taman bunga dalam ruangan sehingga kupu-kupu bisa makan madu dari bunga tanpa harus membiarkan kupu-kupu tersebut lepas. 10. Tipe mulut yang cocok untuk memakan darah adalah 3) tipe mulut penusukpenghisap. Alasan: Karena nyamuk mempunyai rahang yang runcing dan panjang. Nyamuk memakai mulutnya untuk mengisap makanan berupa darah manusia dan hewan. Mulutnya yang berbentuk tabung panjang dan tajam (runcing) digunakan untuk menusuk kulit manusia dan hewan yang menjadi sasarannya, dimana makanan tersebut adalah makanan utama dari nyamuk. Darah akan mudah dihisapnya karena terdapat sedikit lobang akibat gigitannya 11. a. Benar. Alasan: karena cicak memutuskan ekor untuk mengelabuhi musuhnya ketika dalam keadaan terdesak. b. Salah Alasan: karena cicak hanya akan memutuskan ekornya ketika dalam keadaan terdesak. c. Benar. Alasan: karena cicak masih bisa melarikan diri tanpa harus memutuskan ekornya 12. Cara yang paling efektif yang dilakukan cicak untuk menyelamatkan diri adalah B. Memutuskan ekor. Alasan: Karena dengan memutuskan ekor musuh akan terkelabuhi melihat ekor cicak yang bergerak-gerak dan cicak akan mudah terbebas dari musuh 13. Keuntungan dan kerugian cecak memutuskan ekornya: -
Keuntungan memutuskan ekor adalah cecak akan lebih mudah lepas dari kejaran musuh karena ekor yang putus mengelabuhi musuh.
-
Kerugian memutuskan ekor adalah cecak akan menunggu ekor tumbuh waktu yang lama. Apabila ketika cecak masih dalam keadaan buntung bertemu dengan musuh cecak tidak bisa lagi mengelabuhi musuh dengan memutuskan ekornya, yang bisa dilakukan hanya berlari menghindari musuh.
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.5 Rubrik Penilaian No 1
Kemampuan Interpretasi
Unsur yang Terkandung Menjelaskan makna
Membuat kategori
Membuat kategori
2
Analisis
Menguji gagasan-gagasan
Menguji gagasan-gagasan
Kriteria Penilaian
Skor
Jika menyebutkan 2 jawaban dengan benar dengan penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 2 jawaban dengan benar dengan penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 1 jawaban yang benar dengan penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 1 jawaban yang benar dengan penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan minimal 4 nama hewan dengan tepat dan 4 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 3 nama hewan dengan tepat dan 3 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 2 nama hewan dengan tepat dan 2 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 1 nama hewan dengan tepat dan 1 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 4 nama hewan dengan tepat dan 4 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 3 nama hewan dengan tepat dan 3 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 2 nama hewan dengan tepat dan 2 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 1 nama hewan dengan tepat dan 1 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan 2 perbedaan dengan 2 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 2 perbedaan dengan 2 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 1 perbedaan dengan 1 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 1 perbedaan dengan 1 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 2 perbedaan dengan 2 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 2 perbedaan dengan 2 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 1 perbedaan dengan 1 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 1 perbedaan
4
No. Soal 1
3
2 1
4
2a
3
2
1
4
2b
3
2
1
4
3a
3
2 1
4
3b
3
2 1
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menguji gagasan-gagasan
Menguji gagasan-gagasan
3
Evaluasi
Menilai sah tidaknya argumenargumen
Menilai benar tidaknya suatu argumen
Menilai sah tidaknya klaimklaim
4
Inferensi
Menarik kesimpulan
dengan 1 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 2 istilah dengan tepat dengan 2 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 2 istilah dengan tepat dengan 2 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 1 istilah dengan tepat dengan 1 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 1 istilah dengan tepat dengan 1 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 2 istilah dengan tepat dengan 2 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 2 istilah dengan tepat dengan 2 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 1 istilah dengan tepat dengan 1 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 1 istilah dengan tepat dengan 1 penjelasan yang kurang tepat. Jika memilih jawaban benar dengan alasan yang tepat
4
4a
3
2
1
4
4b
3
2
1
4
Jika memilih jawaban benar dengan alasan yang kurang tepat Jika memilih jawaban benar dengan alasan yang tidak tepat Jika memilih jawaban salah dengan alasan yang tidak tepat Jika memilih 3 pernyataan benar dan 2 alasan yang tepat Jika memilih 2 pernyataan benar dan 1 alasan yang tepat Jika memilih 3 pernyataan benar dengan alasan yang salah atau memilih 1 pernyataan benar dan 1 alasan yang tepat Jika memilih 2 pernyataan benar dengan alasan yang salah Jika memilih jawaban benar dengan alasan yang tepat
3
Jika memilih jawaban benar dengan alasan yang kurang tepat Jika memilih jawaban benar dengan alasan yang tidak tepat Jika memilih jawaban salah dengan alasan yang tidak tepat Jika memberikan 2 penjelasan dengan benar Jika memberikan 1 penjelasan dan
3
10
2 1 4
11
3 2
1 4
12
2 1 4
9a
3
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menerka alternatifalternatif
Menerka alternatifalternatif
5
Eksplanasi
Menjelaskan hasil penalaran.
Memaparkan argumenargumen yang digunakan
Memaparkan argumenargumen yang digunakan
6
Regulasi diri
Refleksi diri
1 penjelasan yang kurang tepat Jika memberikan 1 penjelasan dengan benar Jika memberikan penjelasan yang salah Jika memberikan 2 penjelasan dengan benar Jika memberikan 1 penjelasan dan 1 penjelasan yang kurang Jika memberikan 1 penjelasan dengan benar Jika memberikan penjelasan yang salah Jika menuliskan keuntungan dan kerugian dengan benar
2 1 4
9b
3 2 1 4
Jika menuliskan keuntungan dan kerugian dengan salah satu jawaban benar Jika menuliskan keuntungan atau kerugian dengan benar Jika tidak menuliskan keuntungan dan kerugian dengan benar Jika menyebutkan 2 pokok dengan tepat dengan 2 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 2 pokok dengan tepat dengan 2 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 1 pokok dengan tepat dengan 1 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 1 pokok dengan tepat dengan 1 penjelasan yang kurang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 2 penjelasan yang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 1 penjelasan yang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 2 penjelasan yang kurang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 1 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 2 pokok dengan tepat dengan 2 alasan yang tepat. Jika menyebutkan 2 pokok dengan tepat dengan 2 alasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 1 pokok dengan tepat dengan 1 alasan yang tepat. Jika menyebutkan 1 pokok dengan tepat dengan 1 alasan yang kurang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 2 alasan yang tepat.
3
Jika menjawab dengan tepat dengan
3
13
2 1 6 4
3
2
1 4
7
3 2 1 4
5
3 2 1 8a 4
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Refleksi diri
Koreksi Diri
2 alasan yang kurang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 1 alasan yang tepat.
2
Jika menjawab dengan tepat dengan 1 alasan yang kurang tepat.
1
Jika memilih jawaban yang lebih diharapkan dengan alasan yang tepat. Jika memilih jawaban yang lebih diharapkan dengan alasan yang kurang tepat. Jika memilih jawaban yang kurang diharapkan dengan alasan yang tepat. Jika memilih jawaban yang kurang diharapkan dengan alasan yang kurang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 2 alasan yang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 2 alasan yang kurang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 1 alasan yang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 1 alasan yang kurang tepat.
8b 4
3
2
1 4
8c
3 2 1
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.6 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement No. Soal 1
1 4
2 4
Validator 3 Rerata 3 3,67
2a
4
3
3
3,33
2b
4
3
3
3,33
3a
3
4
3
3,33
3b
3
4
3
3,33
4a
3
3
3
3
4b
3
3
3
3
5
4
3
3
4,33
6
4
4
3
3,67
Komentar (Saran Perbaikan) Validator 1 Soal pada variabel interpretasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel interpretasi sudah sangat baik. Validator 3 Soal pada variabel interpretasi baik. Validator 1 Soal pada variabel interpretasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel interpretasi baik. Validator 3 Soal pada variabel interpretasi baik. Validator 1 Soal pada variabel interpretasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel interpretasi baik. Validator 3 Soal pada variabel interpretasi baik. Validator 1 Ditambah pertanyaan awal “bagaimana” Validator 2 : Soal pada variable analisis sudah sangat baik. Validator 3 : Soal pada variable analisis sudah baik. Validator 1 Ditambah pertanyaan awal “bagaimana” Validator 2 : Soal pada variable analisis sudah sangat baik. Validator 3 : Soal pada variable analisis sudah baik. Validator 1 : Soal pada variabel analisis sudah baik. Validator 2 : Soal pada variabel analisis sudah baik. Validator 3 : Soal pada variabel analisis sudah baik. Validator 1 : Soal pada variabel analisis sudah baik. Validator 2 : Soal pada variabel analisis sudah baik. Validator 3 : Soal pada variabel analisis sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel eksplanasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel eksplanasi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel eksplanasi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel eksplanasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel eksplanasi sudah sangat baik. Validator 3 Soal pada variabel eksplanasi sudah sangat baik.
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
4
3
3
3,33
8a
1
3
3
2,33
8b
2
3
3
2,67
8c
1
3
3
2,33
9a
2
3
3
2,67
9b
3
3
3
3
10
3
3
3
3
11a
4
3
3
3,33
11b
2
3
3
2,67
Validator 1 Soal pada variabel eksplanasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel eksplanasi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel eksplanasi sudah sangat baik. Validator 1 Saya tidak setuju dengan kunci jawaban dari problem ini. Alangkah lebih baik kalau mengukur lebih dahulu dalamnya kolam atau ditambah keterangan pada soal ceritanya. Validator 2 Soal pada variabel regulasi diri sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel regulasi diri sudah baik. Validator 1 Tergantung terceburnya dimana, kalau di sumur atau sungai yang deras, atau kolam yang dalam. Kok tiba-tiba muncul kata kolam. Validator 2 Soal pada variabel regulasi diri sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel regulasi diri sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel regulasi diri sangat tidak baik. Validator 2 Soal pada variabel regulasi diri sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel regulasi diri sudah baik. Validator 1 Perlu mengecek umur kupu-kupu berapa lama kupu-kupu bertahan tanpa makanan. Validator 2 Soal pada variabel inferensi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel inferensi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel inferensi sudah baik. Validator 2 Soal pada variabel inferensi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel inferensi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 2 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel evaluasi sudah sangat baik. Validator 2 Cicak Perhatikan penulisan: harus menggunakan istilah (nama) yang baku! Validator 3 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 1
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11c
3
3
3
3
12
4
3
3
3,33
13
4
3
3
3,33
65
67
63
Total skor Rerata
3,10
3,19
3
Soal harusnya dalam bentuk pernyataan. Validator 2 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 2 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel evaluasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel inferensi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel inferensi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel inferensi sudah baik.
Validator 1 Instrumen penelitian layak diimplementasikan akan tetapi perlu perbaikan Validator 2 Instrumen penelitian layak diimplementasikan akan tetapi perlu perbaikan Validator 3 Instrumen penelitian layak diimplementasikan akan tetapi perlu perbaikan
Keterangan : 4 : Sangat baik 3 : Baik 2 : Tidak baik 1 : Sangat tidak baik
Kategori Kelayakan Sangat layak Layak perlu perbaikan Tidak layak
Rerata 4 2,1 – 3,9 1-2
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.7 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas 3.7.1 Hasil Uji Validitas Semua Variabel Total Total
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
33 ,401* Sig. (2-tailed) ,021 N 33 Analisis Pearson Correlation ,535** Sig. (2-tailed) ,001 N 33 Evaluasi Pearson Correlation ,601** Sig. (2-tailed) ,000 N 33 Inferensi Pearson Correlation ,730** Sig. (2-tailed) ,000 N 33 Eksplanasi Pearson Correlation ,788** Sig. (2-tailed) ,000 N 33 Regulasi Pearson Correlation ,592** Sig. (2-tailed) ,000 N 33 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Inter
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.7.2 Hasil Uji Validitas Setiap Aspek 3.7.2.1 Validitas Aspek Evaluasi Correlations Total Total
Pearson Correlation
1
Eva1
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
,691**
Eva2
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Eva3
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
33 ,000 33 ,536** ,001 33 ,418*
Sig. (2-tailed) ,016 N 33 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
3.7.2.2 Validitas Aspek Inferensi Correlations Total Total
Pearson Correlation
Infer1
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Infer2
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Infer3
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
1 33 ,614** ,000 33 ,785** ,000 33 ,663**
Sig. (2-tailed) ,000 N 33 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.8 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas Case Processing Summary N % Cases Valid 33 100,0 Excludeda 0 ,0 Total 33 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items ,675
6
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.1 Penskoran Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen 4.1.1 Kelompok Kontrol Pretest Kontrol No Resp
Posttest I Kontrol
Aspek
1 2
Menilai 2 2
Menilai 4 3
Menilai 1 3
3
2
1
2
4
4
2
5
2,26
6
Rerata
No Resp
2,33 2,67
Aspek
Rerata
1 2
Menilai 4 4
Menilai 3 2
Menilai 1 4
1,67
3
1
2
2
1,67
3
3,00
4
4
2
2
2,00
2,26
2,26
2,26
5
4
2
3
3,00
4
3
4
3,67
6
4
4
4
4,00
7
4
3
3
3,33
7
4
4
2
3,33
8
2
3
3
2,67
8
4
3
4
3,33
9
4
2
4
3,33
9
3
2
3
3,00
10
2
2
2
2,00
10
1
1
2
2,33
11
1
2
3
2,00
11
4
3
3
3,33
12
2
4
2
2,67
12
3
4
4
4,00
13
1
1
2
1,33
13
2
2
2
2,67
14
4
2
3
3,00
14
2
1
2
1,67
15
2
2
2
2,00
15
2
2
3
3,00
16
1
1
2
1,33
16
2
3
3
2,33
17
2
3
1
2,00
17
3
2
1
1,33
18
4
1
3
2,67
18
4
3
4
3,67
19
1
4
1
2,00
19
2
4
1
2,33
20
2
1
4
2,33
20
4
1
2
2,33
21
1
1
2
1,33
21
1
3
4
3,33
22
2
1
2
1,67
22
2
1
2
1,67
23
3
1
4
2,67
23
4
1
4
3,00
24
2
2
3
2,33
24
4
2
2
2,00
25
1
3
2
2,00
25
4
2
4
3,33
26
3
1
2
2,00
26
2
3
2
2,67
27
1
1
2
1,33
27
1
3
2
2,67
28
2,26
2,26
2,26
2,26
28
3
2
4
2,33
29
2
1
2
1,67
29
1
3
3
3,33
30
2,26
2,26
2,26
2,26
30
4
4
4
4,00
2,67 3,33
166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Posttest II Kontrol No Resp
Aspek
Rerata
1 2
Menilai 4 3
Menilai 2 1
Menilai 1 4
3
2
3
4
3,00
4
3
2
2
2,33
5
2
3
2
2,33
6
4
3
4
3,67
7
4
2
2
2,67
8
4
3
4
3,67
9
2
3
4
3,00
10
1
2
3
2,00
11
1
4
3
2,67
12
2
2
4
2,67
13
2
2
2
2,00
14
3
3
3
3,00
15
2
2
2
2,00
16
2
1
2
1,67
17
2
2
1
1,67
18
4
3
4
3,67
19
2
4
1
2,33
20
4
1
2
2,33
21
1
2
2
1,67
22
2
2
2
2,00
23
3
3
4
3,33
24
3
2
4
3,00
25
3
2
4
3,00
26
3
3
2
2,67
27
1
2
4
2,33
28
4
2
2
2,67
29
2
2
2
2,00
30
2
3
2
2,33
2,33 2,67
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.2 Kelompok Eksperimen Pretest Eksperimen No Resp
Aspek
1 2
Menilai 3 2
Menilai 3 3
Menilai 2 2
3
2
2
4
4
2
2
5
1
6
Posttest I Eksperimen Rerata
No Resp
2,67 2,33
Aspek
Rerata
1 2
Menilai 2 4
Menilai 3 3
Menilai 4 4
2,67
3
3
3
4
3,33
2
2,00
4
2
1
2
1,67
3
4
2,67
5
3
2
4
3,00
3
3
2
2,67
6
3
4
4
3,67
7
2
1
2
1,67
7
3
3
4
3,33
8
3
2
4
3,00
8
4
2
3
3,00
9
4
2
1
2,33
9
3
3
4
3,33
10
1
3
1
1,67
10
3
3
4
3,33
11
1
4
4
3,00
11
2
1
2
1,67
12
3
4
4
3,67
12
4
3
4
3,67
13
1
1
2
1,33
13
2
2
2
2,00
14
2
1
4
2,33
14
4
4
4
4,00
15
1
2
1
1,33
15
1
3
3
2,33
16
2
2
4
2,67
16
2
3
4
3,00
17
2
1
2
1,67
17
1
1
2
1,33
18
1
3
2
2,00
18
2
4
2
2,67
19
1
3
3
2,33
19
3
1
4
2,67
20
2
2
2
2,00
20
1
3
3
2,33
21
1
3
2
2,00
21
4
3
4
3,67
22
2
1
2
1,67
22
2
4
4
3,33
23
1
3
4
2,67
23
2
3
4
3,00
24
3
1
2
2,00
24
4
4
4
4,00
25
2
2
2
2,00
25
1
3
2
2,00
26
2
3
1
2,00
26
1
4
1
2,00
27
1
2
2
1,67
27
4
4
4
4,00
28
4
3
4
3,67
28
3
3
4
3,33
29
1
2
4
2,33
29
2
3
2
2,33
30
3
3
4
3,33
30
4
3
4
3,67
31
2
3
2
2,33
31
2
3
2
2,33
3,00 3,67
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Posttest II Eksperimen No Resp
Aspek
Rerata
1 2
Menilai 3 3
Menilai 2 2
Menilai 2 4
3
1
2
4
2,33
4
2
2
2
2,00
5
3
3
4
3,33
6
3
3
3
3,00
7
2
3
4
3,00
8
4
3
2
3,00
9
3
3
4
3,33
10
3
3
4
3,33
11
2
1
2
1,67
12
4
3
4
3,67
13
1
1
2
1,33
14
4
3
4
3,67
15
2
3
2
2,33
16
2
3
4
3,00
17
3
1
4
2,67
18
2
3
3
2,67
19
1
1
3
1,67
20
1
1
2
1,33
21
4
3
4
3,67
22
2
3
3
2,67
23
2,61
2,61
2,61
2,61
24
2
2
2
2,00
25
3
2
2
2,33
26
3
3
1
2,33
27
2
1
4
2,33
28
3
3
4
3,33
29
2
3
2
2,33
30
2
2
2
2,00
31
2
3
2
2,33
2,33 3,00
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.2 Penskoran Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen 4.2.1 Kelompok Kontrol Pretest Kontrol
1 2
Menarik Kesimpulan 2 3
Aspek Menerka Alternatif 2 2
3
1
4
Posttest I Kontrol Menerka Alternatif 4 4
Rerata
1 2
Menarik Kesimpulan 3 3
Aspek Menerka Alternatif 4 4
2,00
3
1
3
1
1,67
4
3,00
4
1
1
2
1,33
2,30
2,30
2,30
5
2
3
4
3,00
2
2
4
2,67
6
3
3
4
3,33
7
2
2
4
2,67
7
3
3
4
3,33
8
2
2
3
2,33
8
2
4
3
3,00
9
2
1
4
2,33
9
2
2
4
2,67
10
2
1
4
2,33
10
2
2
4
2,67
11
2
2
4
2,67
11
3
4
4
3,67
12
2
2
4
2,67
12
4
3
4
3,67
13
1
1
1
1,00
13
2
3
4
3,00
14
2
2
3
2,33
14
2
2
2
2,00
15
1
2
4
2,33
15
2
2
4
2,67
16
2
1
4
2,33
16
2
2
1
1,67
17
1
2
1
1,33
17
2
3
1
2,00
18
2
4
3
3,00
18
3
4
4
3,67
19
2
1
4
2,33
19
3
3
2
2,67
20
2
1
3
2,00
20
3
3
4
3,33
21
1
2
1
1,33
21
1
4
3
2,67
22
2
2
4
2,67
22
2
2
2
2,00
23
3
4
4
3,67
23
2
4
4
3,33
24
2
2
1
1,67
24
2
3
2
2,33
25
2
3
3
2,67
25
3
3
4
3,33
26
1
2
3
2,00
26
1
2
3
2,00
27
2
2
2
2,00
27
2
2
3
2,33
28
2,30
2,30
2,30
2,30
28
3
2
1
2,00
29
2
1
2
1,67
29
3
2
4
3,00
30
2,30
2,30
2,30
2,30
30
2
2
4
2,67
No Resp
Menerka Alternatif 4 2
Rerata
No Resp
2,67 2,33
1
4
2
3
5
2,30
6
170
3,67 3,67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Posttest II Kontrol Aspek Menerka Alternatif 3 3
Menerka Alternatif 4 4
Rerata
1 2
Menarik Kesimpulan 3 2
3
2
2
3
2,33
4
2
2
3
2,33
5
2
3
4
3,00
6
1
3
4
2,67
7
2
2
3
2,33
8
2
2
4
2,67
9
2
2
4
2,67
10
1
1
3
1,67
11
1
1
4
2,00
12
2
3
4
3,00
13
2
2
4
2,67
14
2
1
2
1,67
15
2
2
4
2,67
16
2
2
3
2,33
17
2
3
3
2,67
18
2
2
4
2,67
19
2
2
4
2,67
20
2
2
3
2,33
21
2
2
2
2,00
22
2
1
1
1,33
23
3
4
4
3,67
24
2
2
2
2,00
25
2
2
3
2,33
26
4
4
3
3,67
27
2
2
4
2,67
28
4
2
3
3,00
29
2
2
2
2,00
30
2
2
4
2,67
No Resp
3,33 3,00
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2.2 Kelompok Eksperimen Pretest Eksperimen
Posttest I Eksperimen
Menarik Kesimpulan 2
Aspek Menerka Alternatif 2
Menerka Alternatif 2
Rerata
2,67
Aspek Menerka Alternatif 4 4
Menerka Alternatif 4 4
Rerata
1 2
Menarik Kesimpulan 4 3
3
3
2
3
2
3
4
3,00
3
3
2
4
3,00
4
2
2
3
2,33
4
3
1
2
2,00
5
2
2
4
2,67
5
4
3
2
3,00
6
2
1
3
2,00
6
3
3
4
3,33
7
1
1
2
1,33
7
3
3
4
3,33
8
1
1
4
2,00
8
2
4
4
3,33
9
4
3
3
3,33
9
4
4
4
4,00
10
2
4
2
2,67
10
3
4
3
3,33
11
2
2
4
2,67
11
3
4
4
3,67
12
4
4
4
4,00
12
3
4
4
3,67
13
1
1
2
1,33
13
1
2
2
1,67
14
1
1
4
2,00
14
1
3
3
2,33
3
4
4
3,67
No Resp 1 2
2,00
No Resp
4,00 3,67
15
2
2
3
2,33
15
16
1
1
4
2,00
16
4
4
4
4,00
17
1
2
1
1,33
17
2
3
2
2,33
18
3
2
4
3,00
18
3
3
3
3,00
19
1
2
3
2,00
19
1
4
3
2,67
20
1
1
1
1,00
20
1
1
2
1,33
21
1
4
2
2,33
21
1
1
4
2,00
22
2
2
2
2,00
22
3
3
2
2,67
23
2
2
3
2,33
23
2
3
4
3,00
24
1
1
4
2,00
24
2
2
4
2,67
25
2
1
2
1,67
25
3
3
4
3,33
26
1
1
2
1,33
26
1
4
4
3,00
27
1
1
3
1,67
27
1
3
4
2,67
28
2
3
1
2,00
28
2
4
4
3,33
29
2
2
1
1,67
29
3
3
4
3,33
30
2
2
3
2,33
30
4
3
4
3,67
31
2
1
3
2,00
31
4
4
4
4,00
172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Posttest II Eksperimen Aspek Menerka Alternatif 3 4
Menerka Alternatif 3 4
Rerata
1 2
Menarik Kesimpulan 4 2
3
2
4
4
3,33
4
2
2
3
2,33
5
2
2
4
2,67
6
2
2
4
2,67
7
2
3
4
3,00
8
2
3
3
2,67
9
4
4
4
4,00
10
3
2
4
3,00
11
2
4
4
3,33
12
2
2
4
2,67
13
1
1
2
1,33
14
3
3
4
3,33
15
3
4
2
3,00
16
3
2
4
3,00
17
2
3
2
2,33
18
3
2
2
2,33
19
2
2
2
2,00
20
1
1
2
1,33
21
2
3
4
3,00
22
2
2
4
2,67
23
2,70
2,70
2,70
2,70
24
1
1
4
2,00
25
2
2
3
2,33
26
2
2
4
2,67
27
1
1
4
2,00
28
2
3
4
3,00
29
2
2
4
2,67
30
3
2
4
3,00
31
3
1
4
2,67
No Resp
3,33 3,33
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.3 Tabulasi Nilai Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen No Resp
PreEva Kon
PreEva Eks
Post1Eva Kon
Post1Eva Eks
Post2Eva Kon
Post2Eva Eks
SelEva Kon
SelEva Eks
1
2,33
2,67
2,67
3,00
2,33
2,33
0,34
0,33
2
2,33
2,33
3,33
3,67
2,67
3,00
1,00
1,34
3
2,00
2,67
1,67
3,33
3,00
2,33
-0,33
0,66
4
3,00
2,00
2,00
1,67
2,33
2,00
-1,00
-0,33
5
2,26
2,67
3,00
3,00
2,33
3,33
0,74
0,33
6
3,33
2,67
4,00
3,67
3,67
3,00
0,67
1,00
7
2,33
1,67
3,33
3,33
2,67
3,00
1,00
1,66
8
3,00
3,00
3,33
3,00
3,67
3,00
0,33
0,00
9
2,00
2,33
3,00
3,33
3,00
3,33
1,00
1,00
10
2,00
1,67
2,33
3,33
2,00
3,33
0,33
1,66
11
2,33
3,00
3,33
1,67
2,67
1,67
1,00
-1,33
12
2,00
3,67
4,00
3,67
2,67
3,67
2,00
0,00
13
2,67
1,33
2,67
2,00
2,00
1,33
0,00
0,67
14
2,33
2,33
1,67
4,00
3,00
3,67
-0,66
1,67
15
1,67
1,33
3,00
2,33
2,00
2,33
1,33
1,00
16
1,00
2,67
2,33
3,00
1,67
3,00
1,33
0,33
17
3,33
1,67
1,33
1,33
1,67
2,67
-2,00
-0,34
18
2,00
2,00
3,67
2,67
3,67
2,67
1,67
0,67
19
2,00
2,33
2,33
2,67
2,33
1,67
0,33
0,34
20
2,67
2,00
2,33
2,33
2,33
1,33
-0,34
0,33
21
1,33
2,00
3,33
3,67
1,67
3,67
2,00
1,67
22
1,67
1,67
1,67
3,33
2,00
2,67
0,00
1,66
23
2,67
2,67
3,00
3,00
3,33
2,61
0,33
0,33
24
2,33
2,00
2,00
4,00
3,00
2,00
-0,33
2,00
25
2,00
2,00
3,33
2,00
3,00
2,33
1,33
0,00
26
2,00
2,00
2,67
2,00
2,67
2,33
0,67
0,00
27
1,33
1,67
2,67
4,00
2,33
2,33
1,34
2,33
28
2,26
3,67
2,33
3,33
2,67
3,33
0,07
-0,34
29
1,67
2,33
3,33
2,33
2,00
2,33
1,66
0,00
30
2,26
3,33
4,00
3,67
2,33
2,00
1,74
0,34
31
2,33
2,33
2,33
0,00
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.4 Tabulasi Nilai Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
1
Pre Infer Kon 2,67
Pre Infer Eks 2,00
Post1 Infer Kon 3,67
Post1 Infer Eks 4,00
Post2 Infer Kon 3,33
Post2 Infer Eks 3,33
Sel Infer Kon 1,00
Sel Infer Eks 2,00
2
2,33
2,67
3,67
3,67
3,00
3,33
1,34
1,00
3
2,00
3,00
1,67
3,00
2,33
3,33
-0,33
0,00
4
3,00
2,33
1,33
2,00
2,33
2,33
-1,67
-0,33
5
2,30
2,67
3,00
3,00
3,00
2,67
0,70
0,33
6
2,67
2,00
3,33
3,33
2,67
2,67
0,66
1,33
7
2,67
1,33
3,33
3,33
2,33
3,00
0,66
2,00
8
2,33
2,00
3,00
3,33
2,67
2,67
0,67
1,33
9
2,33
3,33
2,67
4,00
2,67
4,00
0,34
0,67
10
2,33
2,67
2,67
3,33
1,67
3,00
0,34
0,66
11
2,67
2,67
3,67
3,67
2,00
3,33
1,00
1,00
12
2,67
4,00
3,67
3,67
3,00
2,67
1,00
-0,33
13
1,00
1,33
3,00
1,67
2,67
1,33
2,00
0,34
14
2,33
2,00
2,00
2,33
1,67
3,33
-0,33
0,33
15
2,33
2,33
2,67
3,67
2,67
3,00
0,34
1,34
16
2,33
2,00
1,67
4,00
2,33
3,00
-0,66
2,00
17
1,33
1,33
2,00
2,33
2,67
2,33
0,67
1,00
18
3,00
3,00
3,67
3,00
2,67
2,33
0,67
0,00
19
2,33
2,00
2,67
2,67
2,67
2,00
0,34
0,67
20
2,00
1,00
3,33
1,33
2,33
1,33
1,33
0,33
21
1,33
2,33
2,67
2,00
2,00
3,00
1,34
-0,33
22
2,67
2,00
2,00
2,67
1,33
2,67
-0,67
0,67
23
3,67
2,33
3,33
3,00
3,67
2,70
-0,34
0,67
24
1,67
2,00
2,33
2,67
2,00
2,00
0,66
0,67
25
2,67
1,67
3,33
3,33
2,33
2,33
0,66
1,66
26
2,00
1,33
2,00
3,00
3,67
2,67
0,00
1,67
27
2,00
1,67
2,33
2,67
2,67
2,00
0,33
1,00
28
2,30
2,00
2,00
3,33
3,00
3,00
-0,30
1,33
29
1,67
1,67
3,00
3,33
2,00
2,67
1,33
1,66
30
2,30
2,33
2,67
3,67
2,67
3,00
0,37
1,34
No Resp
31
2,00
4,00
2,67
2,00
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Normalitas Data 4.5.1 Kemampuan Evaluasi 4.5.1.1 Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
N Normal Parametersa,b
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pre Pre Post1 Post1 Post2 Post2 Eva Eva Eva Eva Eva Eva Kon Eks Kon Eks Kon Eks 30 31 30 31 30 31 2,2033 2,3123 2,7883 2,9245 2,5560 2,5997
Sel Eva Kon 30 ,5850
Sel Eva Eks 31 ,6123
Mean Std. ,54850 ,60864 ,73444 ,75413 ,57667 ,65828 ,93178 ,82999 Deviation Most Extreme Absolute ,175 ,148 ,136 ,156 ,152 ,143 ,105 ,177 Differences Positive ,175 ,148 ,100 ,107 ,152 ,143 ,070 ,177 Negative -,155 -,081 -,136 -,156 -,081 -,116 -,105 -,122 Test Statistic ,175 ,148 ,136 ,156 ,152 ,143 ,105 ,177 Asymp. Sig. (2-tailed) ,019c ,083c ,162c ,052c ,073c ,108c ,200c,d ,015c a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
4.5.1.2 Uji Normalitas dengan Shapiro-Wilk Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df PreEvaKon ,175 30 ,019 ,957 30 PreEvaEks ,159 30 ,050 ,942 30 Post1EvaKon ,136 30 ,162 ,956 30 Post1EvaEks ,163 30 ,042 ,934 30 Post2EvaKon ,152 30 ,073 ,938 30 Post2EvaEks ,128 30 ,200* ,955 30 SelEvaKon ,105 30 ,200* ,960 30 SelEvaEks ,170 30 ,027 ,955 30 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Sig. ,264 ,103 ,242 ,064 ,079 ,228 ,305 ,232
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.5.2 Kemampuan Inferensi 4.5.2.1 Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
N Normal Mean Parametersa, Std. b Deviation Most Absolute Extreme Positive Differences Negative
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pre Pre Post1 Post1 Post2 Post2 Infer Infer Infer Infer Infer Infer Kon Eks Kon Eks Kon Eks 30 31 30 31 30 31
Sel Infer Kon 30
Sel Infer Eks 31
2,2967 2,1610 2,7450 3,0645 2,5340 2,6997
,4483
,9035
,54291 ,64364 ,68773 ,70164 ,54460 ,57974 ,75391 ,71505 ,202 ,146 -,202 ,202
,179 ,179 -,143 ,179
,136 ,127 -,136 ,136
,164 ,091 -,164 ,164
,168 ,168 -,165 ,168
,189 ,109 -,189 ,189
,171 ,103 -,171 ,171
,112 ,112 -,112 ,112
,003c a. Test distribution is Normal.
,012c
,165c
,034c
,030c
,006c
,025c
,200c,d
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
4.5.2.2 Uji Normalitas dengan Shapiro-Wilk Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df PreInferKon ,202 30 ,003 ,938 30 PreInferEks ,167 30 ,032 ,949 30 Post1InferKon ,136 30 ,165 ,933 30 Post1InferEks ,166 30 ,034 ,937 30 Post2InferKon ,168 30 ,030 ,955 30 Post2InferEks ,179 30 ,015 ,941 30 SelInferKon ,171 30 ,025 ,953 30 SelInferEks ,113 30 ,200* ,953 30 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Sig. ,081 ,158 ,061 ,075 ,231 ,099 ,202 ,201
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.6 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal 4.6.1 Kemampuan Evaluasi Group Statistics
PreEva KonEks
Kelompok Pretest Evaluasi Kelompok Kontrol Pretest Evaluasi Kelompok Eksperimen
N
Std. Deviation
Mean
Std. Error Mean
30
2,2033
,54850
,10014
31
2,3123
,60864
,10931
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig.
F PreEva
Sig.
t
df
Mean
(2-tailed)
Std. Error
Difference Difference
Difference Lower
Upper
Equal
KonEks variances
,463
,499 -,733
59
,466
-,10892
,14851
-,40609 ,18824
-,735 58,708
,465
-,10892
,14825
-,40560 ,18775
assumed Equal variances not assumed
4.6.2 Kemampuan Inferensi Group Statistics Kelompok PreInfer Pretest KonEks Inferensi Kelompok Kontrol Pretest Inferensi Kelompok Eksperimen
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
30
2,2967
,54291
,09912
31
2,1610
,64364
,11560
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F
Sig.
t-test for Equality of Means
t
PreInfer Equal KonEks variances 1,175 ,283 ,889 assumed Equal variances ,891 not assumed
Sig. (2-tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
59
,378
,13570
,15271
-,16987 ,44126
57,934
,377
,13570
,15228
-,16912 ,44052
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.7 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan 4.7.1 Kemampuan Evaluasi Group Statistics
SelEva KonEks
Kelompok Selisih Evaluasi Kontrol Selisih Evaluasi Eksperimen
N
Std. Deviation
Mean
Std. Error Mean
30
,5850
,93178
,17012
31
,6123
,82999
,14907
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Sel Eva Kon Eks
Equal variances assumed Equal variances not assumed
,280
Sig.
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2-tailed)
df
,598 -,121
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
59
,904
-,02726
,22576
-,47900 ,42448
-,121 57,731
,904
-,02726
,22619
-,48007 ,42556
4.7.2 Kemampuan Inferensi Group Statistics
SelInfer KonEks
Kelompok Selisih Inferensi Kelompok Kontrol Selisih Inferensi Kelompok Eksperimen
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
30
,4483
,75391
,13764
31
,9035
,71505
,12843
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Independent Samples Test t-test for Equality of Means
Levene's Test for Equality of Variances
F SelInfer Equal KonEks variances assumed Equal variances not assumed
,054
Sig.
t
,817 -2,420
Sig. (2-tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
59
,019
-,45522
,18809
-,83158
-,07885
-2,418 58,565
,019
-,45522
,18825
-,83197
-,07846
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.8 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan 1 Kemampuan Evaluasi
1 Kemampuan Inferensi
Effect size kemampuan evaluasi
Effect size kemampuan inferensi
adalah sebagai berikut:
adalah sebagai berikut:
r=√
r=√ (−
= √(−
) )
(−
= √(−
) )
=√
=√
=√
=√
= √0 00017
= √0 09
= 0,013
= 0,30
Persentase pengaruh penerapan model
Persentase pengaruh penerapan model
Problem Based Learning terhadap
Problem Based Learning terhadap
kemampuan evaluasi pada kelompok
kemampuan evaluasi pada kelompok
eksperimen
eksperimen
R 2 = r2
R 2 = r2
R2 = (0,013)2
R2 = (0,3)2
R2 = 0,0017
R2 = 0,09
Persentase = R2 x 100%
Persentase = R2 x 100%
= 0,00017 x 100%
= 0,09 x 100%
= 0,02%
= 9,00%
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.9 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I 4.9.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen −
Persentase = =
−
100%
100%
=
100%
=
−
Persentase = −
100%
100% 100%
=
= 0 2682 100%
= 0 2640 100%
= 26 82%
= 26 40%
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol Persentase = =
−
=
Kelompok Eksperimen −
100%
−
Persentase =
100%
=
100%
−
=
100%
100% 100%
= 0 20 100%
= 0 42 100%
= 20%
= 42%
4.9.2 Perhitungan Persentase Gain Score 4.9.2.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol Gain score Frekuensi 2,00 2 1,74 1 1,67 1 1,66 1 1,34 1 1,33 3 1,00 4 0,74 1 0,67 2 0,34 1 0,33 4 0,07 1 0,00 2 -0,33 2 -0,34 1 -0,66 1 -1,00 1 -2,00 1
Kelompok Eksperimen Gain score Frekuensi 2,33 1 2,00 1 1,67 2 1,66 3 1,34 1 1,00 3 0,67 2 0,66 1 0,34 2 0,33 5 0,00 6 -0,33 1 -0,34 2 -1,33 1
183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.9.2.2 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 1,83 Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Frekuensi Gain score ≥ 1,83 adalah 2 Frekuensi Gain score ≥ 1,83 adalah 2 siswa.
siswa.
Persentase
Persentase
= =
ℎ
100%
= 0 0667
100%
= 6 67%
100%
= =
ℎ
100%
100%
= 0 0645
100%
= 6 45%
4.9.2.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol Gain score Frekuensi 2,00 1 1,34 2 1,33 2 1,00 3 0,70 1 0,67 3 0,66 4 0,37 1 0,34 4 0,33 1 0,00 1 -0,30 1 -0,33 2 -0,34 1 -0,66 1 -0,67 1 -1,67 1
Kelompok Eksperimen Gain score Frekuensi 2,00 4 1,67 1 1,66 2 1,34 2 1,33 3 1,00 4 0,67 5 0,66 1 0,34 1 0,33 3 0,00 2 -0,33 3
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.9.2.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 1,17 Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Frekuensi Gain score ≥ 1,17 adalah 5 Frekuensi Gain score ≥ 1,17 adalah 9 siswa.
siswa.
Persentase
Persentase
= =
ℎ
100%
= 0 1667 = 16 67%
100%
100%
= =
ℎ
100%
100%
= 0 3871
100%
= 38,71%
185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.10 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I 4.10.1 Kemampuan Evaluasi 4.10.1.1 Hasil SPSS Uji Besar Efek Rerata Pretest ke Posttest I Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2
30
Std. Deviation ,73444
Std. Error Mean ,13409
2,2033
30
,54850
,10014
Post1EvaEks
2,9245
31
,75413
,13545
PreEvaEks
2,3123
31
,60864
,10931
Mean
N
Post1EvaKon
2,7883
PreEvaKon
Paired Samples Correlations Pair 1 Pair 2
Post1EvaKon & PreEvaKon Post1EvaEks & PreEvaEks
N
Correlation
Sig.
30
-,035
,856
31
,273
,138
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2
Post1EvaKon - PreEvaKon Post1EvaEks PreEvaEks
95% Confidence Interval of the Difference
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Lower
Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
,58500
,93178
,17012
,23707
,93293
3,439
29
,002
,61226
,82999
,14907
,30781
,91670
4,107
30
,000
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.10.1.2 Perhitungan Manual Uji Besar Efek Rerata Pretest ke Posttest I Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
r=√
r=√
= √(
(
)
=√
)
(
)
=√
=√
=√
=√
= √0 29
= √0 36
= 0,54
= 0,6
R 2 = r2
R 2 = r2
R2 = (0,54)2
R2 = (0,6)2
R2 = 0,29
R2 = 0,36
Persentase = R2 x 100%
Persentase = R2 x 100%
= 0,29 x 100%
= 0,36 x 100%
= 29%
= 36%
4.10.2 Kemampuan Inferensi 4.10.2.1 Hasil SPSS Uji Besar Efek Rerata Pretest ke Posttest I Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Post1InferKon PreInferKon Post1InferEks PreInferEks
Mean 2,7450 2,2967 3,0645 2,1610
N 30 30 31 31
Std. Deviation ,68773 ,54291 ,70164 ,64364
Std. Error Mean ,12556 ,09912 ,12602 ,11560
Paired Samples Correlations N Correlation Post1InferKon & 30 ,267 PreInferKon Post1InferEks & 31 ,438 PreInferEks
Sig. ,154 ,014
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence
Mean Pair 1
Post1InferKon - PreInferKon
Pair 2
Post1InferEks PreInferEks
Std.
Interval of the
Std.
Error
Difference
Deviation
Mean
Lower
Upper
Sig. t
df
(2-tailed)
,44833
,75391 ,13764 ,16682
,72985 3,257
29
,003
,90355
,71505 ,12843 ,64127
1,16583 7,036
30
,000
188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.10.2.2 Perhitungan Manual Uji Besar Efek Rerata Pretest ke Posttest I Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
r=√
r=√
= √(
(
) )
= √(
(
) )
=√
=√
=√
=√
= √0 27
= √0 62
= 0,52
= 0,79
R 2 = r2
R 2 = r2
R2 = (0,52)2
R2 = (0,79)2
R2 = 0,27
R2 = 0,62
Persentase = R2 x 100%
Persentase = R2 x 100%
= 0,27 x 100%
= 0,62 x 100%
= 27%
= 62%
189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.11 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Pretest dan Posttest I 4.11.1 Kemampuan Evaluasi 4.11.1.1 Kelompok Kontrol Descriptive Statistics Std. Mean Deviation PreEvaKon 2,2033 ,54850 Post1EvaKon 2,7883 ,73444
PreEvaKon
Post1EvaKon
N 30 30
Correlations PreEvaKon Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 30 Pearson Correlation -,035 Sig. (2-tailed) ,856 N 30
Post1EvaKon -,035 ,856 30 1 30
4.11.1.2 Kelompok Eksperimen Descriptive Statistics Std. Mean Deviation PreEvaEks 2,3123 ,60864 Post1EvaEks 2,9245 ,75413
N 31 31
Correlations PreEvaEks PreEvaEks
Post1EvaEks
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Post1EvaEks
1
,273
31
,138 31
,273
1
,138 31
31
190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.11.2 Kemampuan Inferensi 4.11.2.1 Kelompok Kontrol Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
PreInferKon
2,2967
,54291
30
Post1InferKon
2,7450
,68773
30
Correlations PreInferKon
Post1InferKon Pearson 1 ,267 Correlation Sig. (2-tailed) ,154 N 30 30 Post1InferKon Pearson ,267 1 Correlation Sig. (2-tailed) ,154 N 30 30 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). PreInferKon
4.11.2.2 Kelompok Eksperimen Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
PreInferEks
2,1610
,64364
31
Post1InferEks
3,0645
,70164
31
Correlations PreInferEks PreInferEks Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 31 Post1InferEks Pearson Correlation ,438* Sig. (2-tailed) ,014 N 31 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Post1InferEks ,438* ,014 31 1 31
191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.12 Hasil Uji Retensi Perlakuan 4.12.1 Kemampuan Evaluasi 4.12.1.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan pada Posttest I dan Posttest II Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1
Post2EvaKon
2,5560
30
,57667
,10529
Pair 2
Post1EvaKon Post2EvaEks Post1EvaEks
2,7883 2,5997 2,9245
30 31 31
,73444 ,65828 ,75413
,13409 ,11823 ,13545
Pair 1 Pair 2
Paired Samples Correlations N Correlation Post2EvaKon & Post1EvaKon 30 ,343 Post2EvaEks & Post1EvaEks 31 ,535
Mean Pair 1 Pair 2
Post2EvaKon Post1EvaKon Post2EvaEks Post1EvaEks
Sig. ,064 ,002
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Difference Std. Error Deviation Mean Lower Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
-,23233
,76276
,13926
-,51715
,05249
-1,668
29
,106
-,32484
,68651
,12330
-,57665
-,07302
-2,635
30
,013
4.12.1.2 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan pada Pretest dan Posttest II
Pair 1 Pair 2
Post2EvaKon PreEvaKon Post2EvaEks PreEvaEks
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2,5560 30 ,57667 ,10529 2,2033 30 ,54850 ,10014 2,5997 31 ,65828 ,11823 2,3123 31 ,60864 ,10931 Paired Samples Correlations N
Pair 1 Pair 2
Post2EvaKon & PreEvaKon Post2EvaEks & PreEvaEks
Mean Pair 1 Pair 2
Post2EvaKon – ,35267 PreEvaKon Post2EvaEks – ,28742 PreEvaEks
30 31
Correlation ,394 ,274
Sig. ,031 ,136
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Std. Error Deviation Mean Lower Upper
t
Sig. (2-tailed)
df
,61999
,11319 ,12116
,58417
3,116
29
,004
,76432
,13728 ,00707
,56777
2,094
30
,045
192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.12.1.3 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Posttest I ke Posttest II Persentase Peningkatan Rerata Posttest I ke Posttest II Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol Persentase =
( (
=
−
=
)
− )
−
Kelompok Eksperimen 100%
Persentase =
100%
=
100%
= −0 0824
=
100%
( (
)
−
−
100%
100%
100%
= −0 1095
= −8 24%
)
−
100%
= −10 95%
Perhitungan persentase peningkatan rerata
Perhitungan persentase peningkatan rerata
posttest I ke posttest II kelompok kontrol
posttest I ke posttest II kelompok kontrol
menunjukkan −8 00%, angka tersebut
menunjukkan −10 95%, angka tersebut
menunjukkan hasil yang negatif berarti
menunjukkan hasil yang negatif berarti
terjadi penurunan skor rerata sebesar
terjadi penurunan skor rerata sebesar
8 24%
10 95%
4.12.1.4 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest II Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest II Kemampuan Evaluasi Kelompok Kontrol Persentase = =
( (
)
− −
= = 0 16
)
Kelompok Eksperimen 100%
Persentase =
100%
=
100%
=
100%
( (
)
−
100%
100%
100%
= 0 1255
= 16%
)
−
100%
= 12 55%
Perhitungan persentase peningkatan rerata
Perhitungan persentase peningkatan rerata
pretest ke posttest II kelompok kontrol
pretest ke posttest II kelompok kontrol
menunjukkan 16%, angka tersebut
menunjukkan 12 55%, angka tersebut
menunjukkan hasil yang positif berarti
menunjukkan hasil yang positif berarti
terjadi peningkatan skor rerata sebesar
terjadi peningkatan skor rerata sebesar
16%
12 55%
193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.12.2 Kemampuan Inferensi 4.12.2.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan pada Posttest I dan Posttest II
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Post2InferKon Post1InferKon Post2InferEks Post1InferEks
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2,5340 30 ,54460 ,09943 2,7450 30 ,68773 ,12556 2,6997 31 ,57974 ,10413 3,0645 31 ,70164 ,12602
Paired Samples Correlations N Post2InferKon & Post1InferKon 30 Post2InferEks & Post1InferEks 31
Mean
Pair 1 Pair 2
Post2InferKon Post1InferKon Post2InferEks Post1InferEks
Correlation ,264 ,679
Sig. ,158 ,000
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Std. Interval of the Std. Error Difference Deviation Mean Lower Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
-,21100
,75603
,13803
-,49331
,07131
-1,529
29
,137
-,36484
,52570
,09442
-,55767
-,17201
-3,864
30
,001
4.12.2.2 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan pada Pretest dan Posttest II
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Post2InferKon PreInferKon Post2InferEks PreInferEks
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2,5340 30 ,54460 ,09943 2,2967 30 ,54291 ,09912 2,6997 31 ,57974 ,10413 2,1610 31 ,64364 ,11560
Paired Samples Correlations N Correlation Post2InferKon & PreInferKon 30 ,213 Post2InferEks & PreInferEks 31 ,522
Mean Pair 1 Pair 2
Post2InferKon – PreInferKon Post2InferEks – PreInferEks
Sig. ,258 ,003
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Difference Std. Error Deviation Mean Lower Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
,23733
,68215
,12454 -,01738
,49205
1,906
29
,067
,53871
,60039
,10783
,75894
4,996
30
,000
,31848
194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.12.2.3 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Posttest I ke Posttest II Persentase Peningkatan Rerata Posttest I ke Posttest II Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol Persentase = = =
(
(
)
− )
−
−
Kelompok Eksperimen 100%
Persentase =
100%
=
100%
= −0 08
=
100%
(
(
)
−
−
100%
100%
100%
= −0 12
= −8 00%
)
−
100%
= −12 00%
Perhitungan persentase peningkatan rerata
Perhitungan persentase peningkatan rerata
posttest I ke posttest II kelompok kontrol
posttest I ke posttest II kelompok kontrol
menunjukkan −8 00%, angka tersebut
menunjukkan −12 00%, angka tersebut
menunjukkan hasil yang negatif berarti
menunjukkan hasil yang negatif berarti
terjadi penurunan skor rerata sebesar
terjadi penurunan skor rerata sebesar
8 00%
12 00%
4.12.2.4 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest II Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest II Kemampuan Inferensi Kelompok Kontrol Persentase = =
(
(
− −
=
)
)
Kelompok Eksperimen 100%
Persentase =
100%
=
100%
(
(
− −
=
= 0 1 100%
= 0,25
= 10%
= 25%
)
)
100%
100%
100% 100%
Perhitungan persentase peningkatan rerata
Perhitungan persentase peningkatan rerata
pretest ke posttest II kelompok kontrol
pretest ke posttest II kelompok kontrol
menunjukkan 10%, angka tersebut
menunjukkan 25%, angka tersebut
menunjukkan hasil yang positif berarti
menunjukkan hasil yang positif berarti
terjadi peningkatan skor rerata sebesar
terjadi peningkatan skor rerata sebesar
10%
25%
195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.13 Transkrip Wawancara Siswa 4.13.1 Wawancara I Siswa A Sebelum Perlakuan Hari/Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016 Baris 1 2
P SA
: :
Wawancara I Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa? Ya, karena mempelajari lingkungan
4 5
P SA
: :
Biasanya, bagaimana cara gurumu mengajar IPA? Mencatat di papan tulis terus dijelaskan
6
P
:
8
SA
:
Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? Ya, senang.
9
P
:
11
SA
:
12
P
:
14
SA
:
15
P
:
18
SA
:
19
P
:
21
SA
:
22
P
:
24 25
SA P
: :
26
SA
:
Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan metode lain (selain ceramah)? Kadang-kandang iya
Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 9a dan 9b tentang adaptasi kupu-kupu? Bisa Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 10 tentang ciri-ciri bentuk mulut pemakan darah? Em, bisa. Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 11a, 11b, dan 11c tentang kasus adaptasi pada cecak? Em, tadi masih bingung Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 12 tentang cara efektif cecak menghindar dari musuh ketika terancam? Em, bisa. Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 13 tentang keuntungan dan kerugian autotomi pada cecak? Bisa
Keterangan Senang belajar IPA Metode ceramah sering digunakan
Senang metode ceramah
Jarang menggunakan selain ceramah
Bisa mengerjakan (W1 SA B14)
Bisa mengerjakan (W1 SA B18)
Kesulitan (W1 SA B21)
Bisa mengerjakan
Bisa mengerjakan
196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.13.2 Wawancara II Siswa A Sesudah Perlakuan Hari/Tanggal : Kamis, 01 Desember 2016 Baris 1
P
:
3
SA
:
4
P
:
6 7
SA P
: :
9
SA
:
10
P
:
12
SA
:
13
P
:
16
SA
:
17
P
:
19 20
SA P
:
22
SA
:
23
P
:
25
SA
:
26
P
:
28
SA
:
Wawancara II Bagaimana perasaanmu saat beljar IPA menggunakan model Problem Based Learning? Senang. Apakah sebelumnya sudah pernah belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning? Belum Apakah model Problem Based Learning membantumu dalam memahami materi? Mengapa? Iya, sangat membantu.
Kamu lebih mudah memahami materi pelajaran ketika gurumu menggunakan model Problem Based Learning atau ketika tidak menggunakan model Problem Based Learning? Lebih mudah pelajaran seperti kemaren
Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 9a dan 9b tentang adaptasi kupu-kupu? Lebih bisa.
Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 10 tentang ciri-ciri bentuk mulut pemakan darah? Bisa Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 11a, 11b, dan 11c tentang kasus adaptasi pada cecak? Em, masih sedikit bingung
Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 12 tentang cara efektif cecak menghindar dari musuh ketika terancam? Lebih bisa. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 13 tentang keuntungan dan kerugian autotomi pada cecak? Lebih bisa karena sudah melihat cecak yang baru tumbuh ekor
Keterangan
PBL menyenangkan
PBL sangat membantu (W2 SA B9)
Lebih bisa mengerjakan (W2 SA B12)
Lebih bisa mengerjakan (W2 SA B16)
Bisa mengerjakan
Sedikit mengalami kesulitan
PBL mempermudah
PBL mempermudah (W1 SA B28)
197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.13.3 Wawancara I Siswa B Sebelum Perlakuan Hari/Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016 Baris 1 2
P SB
: :
Wawancara I Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa? Ya, senang. Karena ada hubungannya dengan alam.
5 6
P SB
: :
Biasanya, bagaimana cara gurumu mengajar IPA? Mengajarnya IPA, biasanya dijelaskan terus nanti merangkum
8
P
:
10 14
SB P
: :
16 17
SB P
: :
19
SB
:
Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? Ceramah, oh senang. Karena saya gampang mengingatnya. Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan metode lain (selain ceramah)? Cara lain, pernah membuat pantulan dari kaca. Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 9a dan 9b tentang adaptasi kupu-kupu? Bisa, tapi tidak tahu benar atau salah
20
P
:
23 24
SB P
: :
26 27
SB P
: :
29 30
SB P
: :
31
SB
:
Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 10 tentang ciri-ciri bentuk mulut pemakan darah? Em, bisa. Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 11a, 11b, dan 11c tentang kasus adaptasi pada cecak? Tadi masih bingung Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 12 tentang cara efektif cecak menghindar dari musuh ketika terancam? Bisa. Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 13 tentang keuntungan dan kerugian autotomi pada cecak? Bisa
Keterangan Senang belajar IPA (W1 SB B2) Ceramah sering digunakan dalam pembelajaran
Suka ceramah
Masih ragu-ragu (W1 SB B19)
Bisa mengerjakan
Bisa mengerjakan
Bisa mengerjakan (W1 SB B31)
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.13.4 Wawancara II Siswa B Sesudah Perlakuan Hari/Tanggal : Kamis, 01 Desember 2016 Baris 1
P
:
3
SB
:
5
P
:
7
SB
:
10
P
:
12
SB
:
17
P
:
19
SB
:
20
P
:
23
SB
:
24
P
:
26
SB
:
27
P
29 30
SB P
: :
32 33
SB P
: :
35
SB
:
Wawancara II Bagaimana perasaanmu saat beljar IPA menggunakan model Problem Based Learning? Senang, karena bisa berdiskusi dengan teman Apakah sebelumnya sudah pernah belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning? Belum pernah
Apakah model Problem Based Learning membantumu dalam memahami materi? Mengapa? Iya, membantu karena belajar berkelompok Kamu lebih mudah memahami materi pelajaran ketika gurumu menggunakan model Problem Based Learning atau ketika tidak menggunakan model Problem Based Learning? Lebih mudah pelajaran seperti kemaren, karena rame
Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 9a dan 9b tentang adaptasi kupu-kupu? Lebih bisa.
Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 10 tentang ciri-ciri bentuk mulut pemakan darah? Bisa Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 11a, 11b, dan 11c tentang kasus adaptasi pada cecak? Em, masih sedikit bingung Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 12 tentang cara efektif cecak menghindar dari musuh ketika terancam? Iya Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 13 tentang keuntungan dan kerugian autotomi pada cecak? Lebih bisa karena sudah belajar percobaan
Keterangan
PBL menyenagkan (W2 SB B 3 – 4)
Belum pernah belajar menggunakan PBL
PBL membantu siswa dalam belajar
PBL menyenangkan (W2 SB B19)
Lebih bisa mengerjakan (W2 SB B23)
Lebih bisa mengerjakan
Bisa mengerjakan
Bisa mengerjakan
PBL mempermudah
199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.13.5 Wawancara I Siswa C Sebelum Perlakuan Hari/Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016 Baris 1 2
P SC
: :
3 4
P SC
: :
5
P
:
7
SC
:
8
P
:
10 11
SC P
: :
13
SC
:
14
P
:
17
SC
:
18
P
:
20
SC
:
21
P
:
23 24
SC P
: :
25
SC
:
Wawancara I Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa? Senang! Karena IPA adalah materi kesukaanku, karena gampang. Biasanya, bagaimana cara gurumu mengajar IPA? Menjelaskan dan kadang menggunakan alat. Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? Senang. Karena guru menjelaskan jadi saya paham. Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan metode lain (selain ceramah)? Alat. Kardus dan kaca untuk membuat pantulan benda. Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 9a dan 9b tentang adaptasi kupu-kupu? Bisa Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 10 tentang ciri-ciri bentuk mulut pemakan darah? Em, tidak terlalu bisa.
Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 11a, 11b, dan 11c tentang kasus adaptasi pada cecak? Em, ada yang bisa ada yang tidak Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 12 tentang cara efektif cecak menghindar dari musuh ketika terancam? Bisa Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 13 tentang keuntungan dan kerugian autotomi pada cecak? Bisa
Keterangan Senang IPA
Ceramah sering digunakan
Senang dengan ceramah
Bisa mengerjakan (W1 SC B13)
Tidak bisa mengerjakan (W1 SC B17)
Tidak bisa mengerjakan
Bisa mengerjakan
Bisa mengerjakan (W1 SC B25)
200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.13.6 Wawancara II Siswa C Sesudah Perlakuan Hari/Tanggal : Kamis, 01 Desember 2016 Baris 1
P
:
Wawancara II Bagaimana perasaanmu saat beljar IPA menggunakan model Problem Based Learning? Senang bisa praktik
3
SC
:
4
P
:
6
SC
:
8
P
:
10 12
SC P
: :
14
SC
:
15
P
:
18
SC
:
19
P
:
21
SC
:
Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 10 tentang ciri-ciri bentuk mulut pemakan darah? Bisa
22
P
24
SC
:
Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 11a, 11b, dan 11c tentang kasus adaptasi pada cecak? Lebih bisa mengerjakan, tapi ada yang bingung
25
P
:
27
SC
:
28
P
:
30
SC
:
Apakah sebelumnya sudah pernah belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning? Sepertinya dulu pernah
Apakah model Problem Based Learning membantumu dalam memahami materi? Mengapa? Iya, sangat membantu. Kamu lebih mudah memahami materi pelajaran ketika gurumu menggunakan model Problem Based Learning atau ketika tidak menggunakan model Problem Based Learning? Lebih mudah pelajaran seperti kemaren
Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 9a dan 9b tentang adaptasi kupu-kupu? Lebih bisa.
Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 12 tentang cara efektif cecak menghindar dari musuh ketika terancam? Lebih bisa. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 13 tentang keuntungan dan kerugian autotomi pada cecak? Lebih bisa karena kemaren belajar pake cecak langsung
Keterangan
PBL menyenagkan (W2 SC B 3)
Jarang menggunakan PBL
PBL membantu
PBL lebih membantu (W2 SC B14)
Lebih bisa mengerjakan (W2 SC B18)
Lebih bisa mengerjakan
Lebih bisa mengerjakan
PBL mempermudah
PBL membantu (W2 SC B30)
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.14 Transkrip Wawancara Guru Hari/Tanggal : Kamis, 01 Desember 2016 Baris 1
P
:
3
G
:
6 7
P G
: :
9
P
:
11
G
:
15
P
:
17
G
:
18
P
:
21
G
:
23
P
:
26
G
:
Wawancara Metode apa yang selama ini bapak gunakan ketika mengajar mata pelajaran IPA di kelas V? Kebanyakan kalau aku ceramah, diskusi itu cuma untuk akhir pas terakhir saya menerangkan. Contohnya satu bab, saya ceramah dulu bla bla bla berapa pertemuan tiga kali, terakhir saya diskusi. Mengapa bapak memilih menggunakan metode tersebut? Karena yang pertama, anaknya banyak. Kalau menggunakan strategi-strategi seperti itu waktunya tidak cukup. Bagaimana tanggapan bapak mengenai penerapan model Problem Based Learning dalam penelitian kami? Kalau saya bagus dan efektif, tapi untuk diterapkan di kelas V yang materinya banyak ga jadi, kalau per sub satu. Kalau mengajar per sub bab menggunakan strategi-strategi seperti kemaren waktunya tidak cukup. Apakah sebelumnya bapak sudah menggunakan model Problem Based Learning dalam mengajar mata pelajaran IPA? Sudah, awal-awal sudah.
Menurut bapak jika menggunakan model Problem Based Learning dalam mengajar mata pelajaran IPA, apakah pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif atau malah sebaliknya? Lebih efektif, terutama untuk pembelajaran IPA. Tapi ya itu tadi,hanya masalah waktu saja Bagaimana perbedaan antara kelas eksperimen (VA) yang menggunakan model Problem Based Learning dengan kelas kontrol (VB) yang tidak menggunakan model Problem Based Learning? Anaknya lebih enjoy dengan menggunakan media. Kalau metode ceramah itu biasanya hanya beberapa yang fokus, tetapi bagian belakang itu jarang mendengarkan.
Keterangan
Sering menggunakan metode ceramah (W G B3-5) Banyak siswa dan waktu kurang (W G B7-8)
PBL bagus (W G B11-14)
Sudah pernah menggunakan PBL (W G B17)
PBL lebih efektif (W G B21-22)
Siswa lebih bisa mengikuti pembelajaran menggunakan PBL (W G B26-28)
202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5.1 Foto Kegiatan Pembelajaran Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
CURRICULUM VITAE Rezeki Meivawati adalah anak ke-4 dari pasangan Jemingan dan Sotinah. Lahir di Purworejo pada tanggal 30 Mei 1994. Pendidikan dimulai dari TK Dharma Siwi Ngampel, pada tahun 2000-2001, kemudian pendidikan selanjutnya dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri Ngampel oada tahun 2001-2007. Peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Purworejo pada tahun 2007-2010. Selanjutnya pendidikan selanjutkan di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Purworejo pada tahun 2010-2013. Selanjutnya penelit menempuh pendidikan di Program Studi Pendidkan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2013. Selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma banyak kegiatan kemahasiswaan yang telah diikuti. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Kegiatan Inisiasi Fakultas (Infisa) Inisiasi Mahasiswa Baru PGSD (Insipro PGSD) Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II Inisiasi Universitas Sanata Dharma (Insadha) English Club Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) Week-end Moral Festival Seni Karawitan Gending Gerejani “Tembang Puji dan Harapan dalam Nada dan Irama Gamelan” Management Festival “An Inovative Step In Culture and Entrepreneurship” Kolaborasi Wayang Kulit Tiga Bahasa dan Tari “The Story of Abimanyu Knight” Peksimida “Krontjongan”
Tahun 2013 2013 2014 2014 2013-2015 2014 2014
Peran Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Sie. Medis
2014
Penampil
2014
Sie. Perlengkapan Sie. Perlengkapan Co. Medis Co. Usaha Dana
Dekan Cup Kolaborasi Wayang Kulit Duo Dalang dan Tari “Pandawa Membangun Pura Kencana” Pergelaran Sendratari “Ketangguhan di Balik Sanggul Kecantikan Roro Mendut” Management Festival “Interaksi untuk Berinovasi dalam Budaya dan Berwirausaha” Festival Seni Karawitas Gending Gerejani “Hidup Bakti dalam Senandung Kasih dan Irama Gamelan” Kuliah Umum PGSD acara “Indonesia Mengajar” Latihan Dasar Kepemimpinan “Aku Seorang Pemimpin, Bukan Bos!” Seminar Reinventing Childhood Education Pelatihan Metode Montessori Seminar Love, Datting, and Sex “pacaran dengan akal sehat”
2014 2015
2014
2015 2015
Sie. Perlengkapan Penampil
2015
LO
2014 2013
Peserta Peserta
2015 2015 2014
Peserta Peserta Peserta
205