PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Stefani Laksita Gorajaya NIM: 131134232
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Stefani Laksita Gorajaya NIM: 131134232
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk: 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, sumber pengharapan dan kasih sejati. 2. Kedua orang tuaku terkasih Mateus Harsaya dan Fransisca Maryati yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dengan penuh ketulusan. 3. Kakakku Monica Lana Angela dan adikku Dominicus Pietus Tri Harjaya yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 4. Keponakanku Alexander Cicero Qian Abinaya, sumber kegembiraan, penghiburan, dan penyemangatku. 5. Teman terbaikku Michael Elan Dian Pratama yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan doa. 6. Sahabat-sahabatku Veronica Anindya Ade Kristiani, Tri Kusuma Danayanti, Lilis Sri Rahayu, Yunita Cahyarini, dan Yustina Mira Andika yang senantiasa berjuang bersama, saling menyayangi dan menyemangati. 7. Almamaterku yang selalu kubanggakan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“There is no limit of struggling” “Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab Tuhan Allahmu Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Ulangan 31: 6) “Bebanmu akan berat. Jiwamu harus kuat. Tetapi aku percaya langkahmu akan jaya. Kuatkan pribadimu!” -Hamka-
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Januari 2017 Penulis,
Stefani Laksita Gorajaya
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Stefani Laksita Gorajaya
Nomor Mahasiswa
: 131134232
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan
data,
mendistribusikan
secara
terbatas,
dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 17 Januari 2017 Yang menyatakan,
Stefani Laksita Gorajaya
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA Stefani Laksita Gorajaya Universitas Sanata Dharma 2017 Kata kunci: model Problem Based Learning, kemampuan interpretasi, kemampuan analisis, mata pelajaran IPA. Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat kemampuan IPA siswa Indonesia pada penelitian PISA tahun 2012 dan 2015. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan interpretasi dan analisis pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta sebanyak 93 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari 31 siswa kelas IVC sebagai kelompok eksperimen dan 31 siswa kelas IVA sebagai kelompok kontrol. Treatment yang diterapkan di kelompok eksperimen adalah model Problem Based Learning. Ada 5 langkah dalam model Problem Based Learning, yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi. Rerata kelompok eksperimen (M=1,15; SE=0,11) lebih tinggi daripada kelompok kontrol (M=0,48; SE=0,14). Perbedaan tersebut signifikan dengan harga t(60)=-3,60 dan p=0,001 (p < 0,05). Effect size sebesar r=0,42 setara dengan 17,7% yang temasuk kategori “efek menengah”. 2) Model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan analisis. Rerata kelompok eksperimen (M=0,78; SE=0,12) lebih tinggi daripada kelompok kontrol (M=0,15; SE=0,13). Perbedaan tersebut signifikan dengan harga t(60)=-3,52 dan p=0,001 (p < 0,05). Effect size sebesar r=0,41 setara dengan 17,1% yang temasuk kategori “efek menengah”.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT THE EFFECTS OF THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL ON THE ABILITY TO INTERPRET AND ANALYZE IN SCIENCE SUBJECT FOR THE FOURTH GRADE STUDENTS IN KANISIUS SENGKAN ELEMENTARY SCHOOL, YOGYAKARTA Stefani Laksita Gorajaya Sanata Dharma University 2017 Keywords: Problem Based Learning model, the ability to interpret, ability to analyze, natural in science subject. The background of this study was directed to the concern about the low of students science ability at Indonesian country according to PISA 2012 and 2015 research. The aims of the study was to find out the effect of the implementation of Problem Based Learning model on the ability to interpret and analyze in science subject for the fourth grade students in Kanisius Sengkan Elementary School, Yogyakarta in odd semester 2016/2017. This study used quasi experimental research with nonequivalent control group design. The population of this study were 93 of the 4th grade students in Kanisius Sengkan Elementary School. The samples were 31 students of class IVC as the experimental group and 31 students of class IVA as the control group. The treatment for the experimental group was Problem Based Learning model. There are 5 steps in the Problem Based Learning model including orienting the students to the problem, organizing the students to learn, guiding the students or a group of studentsin the process of solving problem, developing and presenting the work result, and analyzing and evaluating the process of solving problem. The result of this study showed that 1) Problem Based Learning model affects on the ability to interpret. The average score of experimental group (M=1,15; SE=0,11) is higher than the average of control group (M=0,48; SE=0,14). The difference between the average score of experimental group and control group is significant. It is shown by the value of t(60)=-3,60 and p=0,001 (p < 0,05). The effect size was r=0,42 equal with 17,7% categorized into“medium effect”. 2) Problem Based Learning model affects on the ability to analyze. The average score of experimental group (M=0,78; SE=0,12) is higher than the average of control group (M=0,15; SE=0,12). The difference between the average score of experimental group and control group is significant. It is shown by the value of t(60)=-3,52 and p=0,001 (p < 0,05). The effect size was r=0,41 equal with 17,1% categorized into “medium effect”.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mendukung dengan sabar dan bijaksana. 5. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang membimbing dengan penuh kesabaran. 6. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Penguji III yang memberikan saran perbaikan dengan penuh bijaksana. 7. Margareta Sri Wartini, selaku Kepala SD Kanisius Sengkan Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian. 8. Sri Asmi, S.Pd. selaku guru mitra yang telah membantu pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Siswa kelas IVA dan IVC SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 yang telah bersedia terlibat dalam penelitian. 10. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu proses perijinan penelitian skripsi. 11. Kedua orang tuaku, Mateus Harsaya dan Fransisca Maryati yang dengan sabar selalu mendukung dan menyertai perjuanganku melalui doa, kasih sayang, perhatian, dan nasihat. 12. Kakakku Monica Lana Angela dan adikku Dominicus Pietus Tri Harjaya yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat. 13. Keponakanku Alexander Cicero Qian Abinaya, sumber kegembiraan, penghiburan, dan penyemangatku. 14. Sahabat-sahabatku yang tergabung dalam penelitian kolaboratif payung (Desy, Mita, Tami, Tita, Wati, Cahya, Widi, Vero, Cicil, dan Listi) yang senantiasa berjuang bersama, saling mendukung, membantu, dan menyemangati. 15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis. Segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan para pembaca.
Penulis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii PERSEMBAHAN ................................................................................................ iv MOTTO ..................................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................x DAFTAR ISI........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 6 1.5 Definisi Operasional .................................................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................9 2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................................ 9 2.1.1 Teori-teori yang mendukung .......................................................................... 9 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak .......................................................................... 9 2.1.1.2 Model Pembelajaran ................................................................................. 11 2.1.1.3 Model Problem Based Learning ............................................................... 12
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengertian Model Problem Based Learning ..................................................... 12 2. Karakteristik Model Problem Based Learning ................................................. 13 3. Langkah-langkah Model Problem Based Learning .......................................... 14 2.1.1.4 Kemampuan Berpikir Kritis ...................................................................... 16 2.1.1.5 Kemampuan Interpretasi dan Kemampuan Analisis ................................ 17 2.1.1.6 Pembelajaran IPA...................................................................................... 18 2.1.1.7 Materi Bagian Tumbuhan dan Fungsinya ................................................. 20 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................................... 23 2.2.1 Penelitian-penelitian tentang Model PBL .................................................... 23 2.2.2 Penelitian-penelitian tentang Berpiki Kritis ................................................. 25 2.2.3 Literature Map ............................................................................................. 27 2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................................... 27 2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................30 3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................................... 30 3.2 Setting Penelitian ..................................................................................................... 32 3.2.1 Tempat Penelitian......................................................................................... 32 3.2.2 Waktu Penelitian .......................................................................................... 33 3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................................... 34 3.3.1 Populasi ........................................................................................................ 34 3.3.2 Sampel .......................................................................................................... 34 3.4 Variabel Penelitian .................................................................................................. 35 3.4.1 Variabel Independen .................................................................................... 35 3.4.2 Variabel Dependen ....................................................................................... 35 3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 36 3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................................ 38 3.7 Teknik Pengujian Instrumen .................................................................................. 38 3.7.1 Validitas ....................................................................................................... 39 3.7.1.1 Validitas Isi (content validity) ................................................................... 39 3.7.1.2 Validitas Muka (face validity)................................................................... 40 3.7.1.3 Validitas Konstruk (construct validity) ..................................................... 41
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.7.2 Uji Reliabilitas ............................................................................................. 42 3.8 Teknik Analisis Data ............................................................................................... 43 3.8.1 Analisis Pengaruh Perlakuan ....................................................................... 44 3.8.1.1 Uji Normalitas Distribusi Data.................................................................. 44 3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................................. 44 3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ........................................................ 45 3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .................................................................. 47 3.8.2 Analisis Lebih Lanjut ................................................................................... 48 3.8.2.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ............ 48 3.8.2.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ........................ 49 3.8.2.3 Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ...................................... 49 3.8.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ....................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................55 4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................................ 55 4.1.1 Implementasi Penelitian ............................................................................... 55 4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 55 4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ...................................................... 56 1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol............................... 57 2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ........................ 58 4.1.2 Deskripsi Sebaran Data ................................................................................ 63 4.1.2.1 Kemampuan Interpretasi .......................................................................... 63 4.1.2.2 Kemampuan Analisis ................................................................................ 65 4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I .................................................................... 67 4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data.................................................................. 68 4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................................. 69 4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ........................................................ 70 4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .................................................................. 72 4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ................................................................................ 73 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I .................... 73 2. Uji Besar Pengaruh Peningkatan Skor dari Pretest ke Posttest I ...................... 75 3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I .............................................. 76
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan........................................................................ 77 4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II .................................................................. 79 4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data.................................................................. 80 4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................................. 81 4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ........................................................ 82 4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .................................................................. 84 4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut ................................................................................ 85 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I .................... 85 2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ................................ 87 3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I...............................................88 4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ........................................................................89 4.2 Pembahasan .............................................................................................................. 91 4.2.1 Ancaman terhadap Validitas Internal Penelitian .......................................... 91 4.2.2 Pengaruh Penerapan Model PBL terhadap Kemampuan Interpretasi ......... 96 4.2.3 Pengaruh Model PBL terhadap Kemampuan Analisis ................................. 99 4.2.4 Perspektif Pengaruh Perlakuan .................................................................. 102 4.2.5 Pembahasan Lebih Lanjut .......................................................................... 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................110 5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 110 5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 111 5.3 Saran .............................................................................................................. 111
DAFTAR REFERENSI .....................................................................................112 LAMPIRAN........................................................................................................117 CURRICULUM VITAE ......................................................................................203
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Langkah-langkah Problem Based Learning ..........................................15 Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ......................................................................33 Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian ..............................................................37 Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen ........................................................38 Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen ................................................................41 Tabel 3.5 Hasil Validitas Instrumen Item Soal Interpretasi dan Analisis .............42 Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas ...............................................................43 Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................43 Tabel 3.8 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ........................................................47 Tabel 3.9 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi ....................................................50 Tabel 3.10 Pedoman Wawancara dengan Guru .....................................................53 Tabel 3.11 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan ............................................................................................................... 53 Tabel 3.12 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan ............................................................................................................... 53 Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol ...........................................................63 Tabel 4.2 Sebaran Data Kelompok Eksperimen ....................................................64 Tabel 4.3 Sebaran Data Kelompok Kontrol ...........................................................65 Tabel 4.4 Sebaran Data Kelompok Kontrol ...........................................................66 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Interpretasi ...........68 Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ................................................70 Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Interpretasi ..............70 Tabel 4.8 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ................................................71 Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Interpretasi ..72 Tabel 4.10 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Interpretasi .....................73 Tabel 4.11 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I ............................................................................................................................... 73 Tabel 4.12 Hasil Uji Besar Pengaruh Peningkatan Skor dari Pretest ke Posttest I ............................................................................................................................... 75 Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Interpretasi ............................................................................................................ 76 xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.14 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Interpretasi .......78 Tabel 4.15 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II................................79 Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Analisis ...............80 Tabel 4.17 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ..............................................82 Tabel 4.18 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Analisis ..................82 Tabel 4.19 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ..............................................83 Tabel 4.20 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Analisis ......83 Tabel 4.21 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Analisis ...........................85 Tabel 4.22 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I ............................................................................................................................... 85 Tabel 4.23 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Analisis ............................................................................................ 87 Tabel 4.24 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Analisis .................................................................................................................. 88 Tabel 4.25 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Analisis .............89 Tabel 4.26 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II...............................91
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Bagian-bagian akar ............................................................................21 Gambar 2.2 Bagian-bagian Daun ...........................................................................23 Gambar 2.3 Bagan Penelitian Sebelumnya ............................................................27 Gambar 3.1 Desain Penelitian................................................................................31 Gambar 3.2 Variabel Penelitian .............................................................................36 Gambar 3.3 Rumus Besar Efek untuk Data Normal ..............................................47 Gambar 3.4 Rumus Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal .......................47 Gambar 3.5 Rumus Besar Persentase Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I .......48 Gambar 3.6 Rumus Gain Score .............................................................................48 Gambar 3.7 Rumus Persentase Uji Retensi Pengaruh ...........................................51 Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Interpretasi ............................................................................................................ 72 Gambar 4.2 Grafik Gain Score Kemampuan Interpretasi .....................................74 Gambar 4.3 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Interpretasi .78 Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Analisis ............................................................................................................................... 84 Gambar 4.5 Grafik Gain Score Kemampuan Analisis ...........................................86 Gambar 4.6 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Analisis ........90
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian .......................................................................118 Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal ................................................................119 Lampiran 1.3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian .......................................120 Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen .....................................................121 Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol ............................................................126 Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ........130 Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ..............144 Lampiran 2.5 LKS Kelompok Eksperimen .........................................................149 Lampiran 2.6 LKS Kelompok Kontrol ................................................................155 Lampiran 3.1 Soal Uraian ....................................................................................158 Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ..............................................................................162 Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ............................................................................166 Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement ............................................169 Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas .................................................171 Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas .............................................173 Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Interpretasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ........................................................................................ 174 Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Analisis Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ........................................................................................ 175 Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ...................................................176 Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ..............................178 Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .........................179 Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan ...........................180 Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I 181 Lampiran 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ...184 Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I .......188 Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Perlakuan ........................................................189 Lampiran 4.11 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II .......................191 Lampiran 4.12 Transkrip Wawancara Siswa .......................................................193 xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.13 Transkrip Wawancara Guru ........................................................199 Lampiran 5.1 Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran .................................................201
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN Bab I berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi menyebutkan bahwa mendidik peserta didik di dalam pembelajarannya untuk bertindak atas dasar pemikiran kritis, analitis, logis, rasional, cermat dan sistematis, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Hal ini merujuk pada Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan pendidikan nasional ini diwujudkan melalui program pendidikan yang dilaksanakan baik dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pada tingkat Sekolah Dasar (SD), siswa mulai dibekali dengan beragam kegiatan pengembangan kemampuan baca, tulis, hitung, mental, sosial, dan spiritual (Susanto, 2013: 72). Dalam proses pendidikan ini, anak akan belajar banyak hal untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadiannya melalui proses pembelajaran yang dilakukan. Proses pembelajaran membutuhkan kemampuan berpikir yang tinggi dan logis karena menggabungkan beberapa kegiatan belajar secara beriringan. Salah satu mata pelajaran yang menuntut kemampuan berpikir siswa secara logis adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA menjadi salah mata pelajaran yang dimasukkan dalam kurikulum suatu sekolah karena (1) IPA merupakan dasar teknologi yang menjadi tulang punggung pembangunan, (2) IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis, (3) IPA bukanlah mata pelajaran yang bersifat hafalan, (4) IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan (Samatowa, 2011: 3). IPA melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif (Samatowa, 2011: 4). Facione membagi pemikiran kritis menjadi dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif dibagi menjadi 6 (enam) keterampilan berpikir kritis, yakni interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, dan regulasi diri (Tawil & Liliasari, 2013: 9). Setiap keterampilan memiliki
indikator
tersendiri.
Interpretasi
terdiri
dari
memahami,
mengekspresikan, menyampaikan signifikansi, dan mengklasifikasi makna. Analisis terdiri dari mengidentifikasi dan menganalisis. Evaluasi yaitu menaksir pernyataan dan representasi. Inferensi terdiri atas menyimpulkan, merumuskan hipotesis dan mempertimbangkan. Penjelasan memuat cara menjustifikasi penalaran dan mempresentasikan penalaran. Sedangkan regulasi diri terdiri dari menganalisis dan mengevaluasi. Kemampuan interpretasi dan analisis merupakan kemampuan yang pertama dan kedua pada enam kemampuan yang diungkapkan oleh Facione. Facione (1990) menjelaskan bahwa interpretasi merupakan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami dan mengekspresikan makna dari berbagai pengalaman, situasi, data, kejadian, penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria. Kecakapan ini masih dibagi lagi dalam 3 subkecakapan, yaitu (1) kecakapan untuk membuat kategori yaitu anak mampu membuat kategori pada hal-hal tertentu. Misalnya mengkategorikan hewan berkaki empat dengan hewan berkaki dua. (2) Menangkap makna adalah kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang sedang dipelajari. (3) Menjelaskan makna merupakan kemampuan untuk menjelaskan kembali informasi yang sudah diperoleh. Facione (1990) mengungkapkan bahwa analisis merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan logis dari pernyataan, pertanyaan, konsep, uraian, atau bentuk ungkapan yang lain yang dimaksudkan untuk mengemukakan kepercayaan, penilaian, pengalaman, penalaran, informasi, atau opini. Kecakapan analisis masih dibagi lagi dalam 3 sub-kecakapan, yaitu: (1) kecakapan untuk menguji gagasan yaitu kemampuan untuk membuktikan sebuah pendapat atau ide dengan kenyataan. (2)
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mengidentifikasi argumen yaitu menggolongkan argumen ke dalam kategori tertentu. (3) Menganalisis argumen adalah kemampuan untuk memilah-milah argumen dengan melihat argumen dari berbagai segi. Permasalahan yang terjadi di dalam pendidikan di Negara Indonesia saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan yang disebabkan oleh karena berbagai faktor. Faktor tersebut antara lain, kurangnya fasilitas pendukung pendidikan, kurangnya pembelajaran yang berkualitas, rendahnya motivasi siswa dalam belajar, kurangnya inovasi dalam pembelajaran, dan sebagainya. Permasalahan ini dibuktikan dengan data dari survei mengenai sistem pendidikan dan kemampuan dari siswa sekolah. Survei tersebut dilakukan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang bernama Programme for International Student Assessment (PISA). Survei dilakukan dalam bentuk ujian yang dilakukan dalam bidang matematika, membaca, dan ilmu pengetahuan (Sains). Hasil penelitian PISA yang dilakukan pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara di dunia (OECD, 2013: 232). Tiga tahun kemudian, tepatnya tahun 2015 PISA kembali melakukan penelitian. Hasil PISA di tahun 2015 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke 62 dari 70 negara (OECD, 2016: 5). Hasil penelitian PISA tersebut menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia mengalami permasalahan dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Hasil ini sangat memprihatinkan dan dapat menjadi bahan koreksi bagi pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan. Oleh karena itu perlu upaya untuk mengatasi masalah pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran. Model pembelajaran inovatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan siswa untuk dapat memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model Problem Based Learning. Tan (dalam Rusman, 2010: 229) menyatakan bahwa Problem Based Learning merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam Problem Based Learning kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
megasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Bern dan Erickson (dalam Komalasari, 2010: 59) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Model
ini
meliputi
mengumpulkan
dan
menyatukan
informasi,
dan
mempresentasikan penemuan. Sejalan dengan hal tersebut, Ward (dalam Ngalimun, 2012: 89) menyatakan bahwa Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Pembelajaran dengan model PBL selalu diawali dengan menyuguhkan masalah yang sesuai dengan dunia nyata siswa, maka siswa akan secara tidak langsung dituntut untuk menggali dan menyelesaikan maslah tersebut dengan mencari solusi dan gagasan mereka melalui aktivitas mental dan kognitif terhadap masalah yang diberikan secara kritis, logis dan ilmiah sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilatih dan ditingkatkan. Model PBL akan digunakan untuk mengatasi permasalahan di atas guna mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh siswa sendiri. Beberapa penelitian yang relevan sebelumnya menunjukkan bahwa penerapan model PBL cukup efektif diterapkan dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan oleh Martin, West, dan Bill (2008) yang manyatakan bahwa campur tangan PBL berpengaruh terhadap tiga konteks psikologi siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Peganden dan Read (2014) yang memaparkan bahwa PBL efektif diterapkan sebagai metode pengajaran. Selain itu, Destianingsih, Pasaribu, dan Ismet (2015) melakukan penelitian dengan hasil yang menunjukkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran PBL terhadap
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran fisika kelas XI di SMA Negeri 1 Tanjung Lubuk. Berdasarkan realitas yang terjadi, penelitian dengan model pembelajaran inovatif perlu dilakukan untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Berbagai penelitian dan jurnal diterbitkan untuk mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis dengan model pembelajaran tertentu misalnya, Kulekci dan Kumlu (2015) meneliti efisiensi pengembangan ketrampilan berpikir kritis dan pernyataan guru Bahasa Inggris magang dengan menggunakan novel, Ghombavani (2016) meneliti pengaruh pelatihan keterampilan hidup terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa Iran kelas 5 di Sekolah Dasar Perempuan, dan Kalelioğlu dan Gülbahar (2014) meneliti pengaruh teknik instruksional terhadap keterampilan berpikir kritis dan disposisi berpikir kritis dalam diskusi online, berdasarkan desain triangulasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi dan analisis siswa SD. Penelitian ini berusaha menjawab permasalahan yang telah dipaparkan di atas, dengan mengujicobakan model pembelajaran inovatif yaitu model PBL pada pembelajaran IPA untuk melihat pengaruhnya terhadap kemampuan interpretasi dan analisis. Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan model PBL pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan interpretasi dan analisis siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Peneliti memilih SD Kanisius Sengkan sebagai tempat penelitian, karena SD tersebut mempunyai kelas paralel sehingga tepat digunakan untuk penelitian eksperimen. Selain itu, SD Kanisius Sengkan mempunyai prestasi yang baik di bidang akademik maupun non-akademik, sehingga kedua hal tersebut akan memudahkan peneliti untuk melaksanakan penelitian. Materi pembelajaran IPA dibatasi pada Standar Kompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya, Kompetensi Dasar 2.1 Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya, 2.2 Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya, dan 2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1
Apakah penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017?
1.2.2
Apakah penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan analisis pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Mengetahui pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
1.3.2
Mengetahui pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan analisis pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Bagi Sekolah Sekolah dapat mengetahui bahwa penerapan model PBL khususnya pada mata pelajaran IPA dapat berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi dan analisis siswa, sehingga dapat menjadi bahan referensi bagi sekolah dan guru-guru untuk mengembangkan mutu sekolah.
1.4.2
Bagi Guru Guru dapat mengetahui bahwa model PBL berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi dan analisis siswa khususnya pada mata pelajaran IPA, sehingga model tersebut dapat menjadi bahan referensi bagi guru.
1.4.3
Bagi Siswa Siswa
akan
mendapat
pengalaman
baru
dalam
belajar
dengan
menggunakan model PBL pada mata pelajaran IPA dengan materi bagian tumbuhan dan fungsinya serta siswa akan dapat mengembangkan kemampuan interpretasi dan analisis dengan baik.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.4.4
Bagi Peneliti Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian sebagai acuan untuk menerapkan model PBL pada pembelajaran IPA.
1.5 Definisi Operasional 1.5.1
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
1.5.2
Model PBL adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu, yang terdiri dari lima langkah yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,
membimbing
penyelidikan
individu
maupun
kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 1.5.3
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam yang terdapat di lingkungan sekitar.
1.5.4
Kemampuan adalah kesanggupan atau kekuatan seseorang
yang
merupakan hasil dari latihan yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan. 1.5.5
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan membuat penilaian untuk tujuan tertentu yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan atas dasar bukti, konsep, metode, kriteria, atau konteks tertentu yang digunakan untuk menilai, terdiri dari 6 (enam) keterampilan yakni interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri.
1.5.6
Kemampuan interpretasi adalah kemampuan mencoba mengerti dan mengungkapkan arti dari pengalaman, situasi, data kejadian, penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria, yang terdiri dari 3 sub keterampilan yaitu membuat kategori, memahami arti, dan menjelaskan makna.
1.5.7
Kemampuan analisis adalah kemampuan mengidentifikasi relasi-relasi logis dari berbagai pernyataan atau konsep yang mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi, atau opini terdiri dari
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 sub keterampilan, yaitu menguji gagasan-gagasan, mengidentifikasi argumen-argumen, dan menganalisis argumen-argumen.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI Bab II berisi kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian teori membahas teori-teori yang mendukung dan beberapa kajian penelitian yang relevan. Kerangka berpikir berisi pemikiran dan hipotesis yang berisi dugaan sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian.
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori-teori yang mendukung 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak Perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks (Sunarto & Hartono, 2008: 43). Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa (Yusuf & Sugandhi, 2011: 1). Selain itu perkembangan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan (Yusuf & Sugandhi, 2011: 2). Teori perkembangan anak yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget dan teori perkembangan Vygotsky. Peneliti menggunakan kedua teori tersebut karena memiliki kesesuaian dengan variabel penelitian dan tahap mendasar perkembangan anak yaitu tahap perkembangan kognitif. Piaget (dalam Siregar & Nara, 2011) mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Sejalan dengan hal tersebut, Piaget (dalam Komalasari, 2010: 20) mengatakan bahwa proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hierakhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat tahapan.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun), Pada tahap ini pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. 2. Tahap preoperasional (umur 2 – 7 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. 3. Tahap operasional konkret (umur 7– 11 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. 4. Tahap operasional formal (umur 11 tahun– dewasa) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir
abstrak
dan
logis
dengan
menggunakan
pola
berpikir
“kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesis. Kecepatan
perkembangan
individu
melalui
tahap-tahap
tertentu,
kemampuan pada setiap tahap perkembangan juga berbeda. Piaget (dalam Suparno, 2011: 70) mengatakan bahwa siswa usia 7 sampai 11 tahun masuk pada tahap operasional konkret dengan kemampuan utama adanya perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis dan jelas dengan sifat reversibilitas dan kekekalan. Pemikiran siswa dalam banyak hal sudah lebih teratur dan terarah karena sudah dapat berpikir seriasi, klasifikasi dengan lebih baik, bahkan mengambil kesimpulan secara probabilistis. Pemikirannya tidak lagi sentarsi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak dibatasi oleh keegosentrisan. Pada tahap ini siswa mulai memandang “dunia” secara objektif dan berorientasi secara konseptual. Pada tahap operasional konkret siswa dapat mengembangkan pikiran logis. Sedangkan Piaget (dalam Susanto, 2013: 170) menyatakan bahwa siswa usia Sekolah Dasar berkisar antara 7 tahun sampai 11 tahun masuk pada fase operasional konkret. Pada fase ini siswa menunjukkan keingintahuannya yang
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cukup tinggi untuk mengenali lingkungannya, sehingga diperlukan model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Vygotsky mengemukakan bahwa perkembangan tidak bisa dipisahkan dari konteks sosial tempat perkembangan itu berlangsung (Salkind, 2009: 374). Ada empat ide pokok yang menjadi dasar teori Vygotsky. Pertama, anak-anak membangun pengetahuan mereka sendiri. Kedua, perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari konteks sosialnya. Ketiga, pembelajaran bisa mengarahkan perkembangan. Keempat bahasa memainkan peran sentral dalam perkembangan mental. Di dalam memaksimalkan perkembangan dan pembelajarannya, anakanak perlu menggunakan zona perkembangan proximal atau zone of proximal development (ZPD). Zona perkembangan proksimal adalah perbedaan antara kemampuan anak untuk memecahkan masalahnya sendiri dan kemampuan anak untuk memecahkan masalah dengan dibantu orang dewasa atau teman sebaya (Salkind, 2009: 375). 2.1.1.2 Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas untuk menentukan material/perngakat pembelajaran termasuk di dalamnya bukubuku, media (film-film), tipe-tipe, program-program media computer, dan kurikulum (Ngalimun, 2012: 27). Hal ini sejalan dengan pendapat Joyce (dalam Ngalimun, 2012: 27) “Each model guides us as we design instruction to help students achieve various objects”. Artinya, setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Dahlan (dalam Isjoni, 2009: 72) menegaskan bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas. Sedangkan Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2010: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Mills (dalam Suprijono, 2009: 45) berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologis pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Dari uraian beberapa pendapat ahli di atas, maka penulis merumuskan bahwa model pembelajaran adalah bentuk perencanaan sebagai pedoman pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. 2.1.1.3 Model Problem Based Learning 1. Pengertian Model Problem Based Learning Ward (dalam Ngalimun, 2012: 89) menyatakan bahwa Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Lebih lanjut Boud dan Felleti (dalam Ngalimun, 2012: 89) menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pembelajar dengan masalah-maslah praktis, berbentuk illstructured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar PBL. Sejalan dengan hal tersebut, Tan (dalam Rusman, 2010: 229) menyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, megasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bern dan Erickson (dalam Komalasari, 2010: 59) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Model
ini
meliputi
mengumpulkan
dan
menyatukan
informasi,
dan
mempresentasikan penemuan. Dari paparan beberapa pendapat ahli di atas, maka peneliti merumuskan bahwa model Problem Based Learning adalah model pembelajaran inovatif yang melibatkan siswa secara aktif dalam pemecahan masalah
melalui
memberdayakan,
tahap-tahap megasah,
metode
menguji,
ilmiah
dan
sehingga
mengembangkan
siswa
dapat
kemampuan
berpikirnya secara berkesinambungan. 2. Karakteristik Model Problem Based Learning Fogarty (dalam Ngalimun, 2012: 89) menegaskan bahwa PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan suatu masalah, (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa, (3) mengorganisasikan pelajaran di seputar masalah, bukan di sekitar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut pembelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja. Sejalan dengan hal tersebut Tan (dalam Rusman 2011: 232) menyebutkan karakteristik pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: a.
Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;
b.
Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dalam dunia nyata yang tidak terstruktur;
c.
Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective);
d.
Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;
e.
Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f.
Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam Pebelajaran Berbasis Masalah;
g.
Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
h.
Pengembangan
ketrampilan
inquiry dan
pemecahan
masalah
sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; i.
Keterbukaan proses dalam Pebelajaran Berbasis Masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan
j.
Pebelajaran Berbasis Masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan belajar.
Studi kasus Pebelajaran Berbasis Masalah, meliputi: 1) penyajian masalah; 2) menggerakkan inquiry; 3) langkah-langkah Pebelajaran Berbasis Masalah yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar; literasi kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi. Berdasarkan uraian di atas tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai dengan adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah mereka ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar. 3. Langkah-langkah Model Problem Based Learning Arends (dalam Ngalimun, 2012: 96) mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengiplementasikan PBL, yaitu: a. Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah Pada fase ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif apada aktivitas pemecahan masalah. b. Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar Pada fase ini guru membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. c. Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada fase ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. d. Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Pada fase ini guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. e. Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Pada fase ini guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. Sejalan dengan hal tersebut Rusman (2010: 243) mengemukakan bahwa langkah-langkah Problem Based Learning disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut. Fase 1
2
3
4
5
Tabel 2.1 Langkah-langkah Problem Based Learning Indikator Tingkah Laku Guru Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah Mengorganisasi siswa untuk belajar Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Membimbing pengalaman individual/kelompok Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan Membantu siswa untuk masalah melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan
Dari beberapa pendapat ahli di atas, peneliti menggunakan 5 fase (tahap) model Problem Based Learning dari salah satu pendapat ahli yaitu yang
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dikemukakan oleh Arends. Kelima fase tersebut, yaitu: mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Peneliti memilih kelima fase tersebut
berdasarkan penggunaanya dapat
mengembangkan
kemampuan ilmiah anak sesuai dengan usianya dan dapat membantu anak untuk meningkatkan kemampuan interpretasi dan analisis pada pembelajaran IPA, sesuai dengan variabel penelitian. 2.1.1.4 Kemampuan Berpikir Kritis Dharma (dalam Tawil & Liliasari, 2013: 1) menyebutkan bahwa berpikir adalah memanipulasi data, fakta dan informasi untuk membuat keputusan berperilaku. Semiawan (dalam Tawil & Liliasari, 2013: 1) berpendapat bahwa aktivitas mental dalam perasaan dan pemahaman bergantung pada perangsangan dari luar, dalam proses yang disebut sensasi dan atensi. Proses mental yang lebih tinggi yang disebut berpikir terjadi di dalam otak. Kegiatan berpikir tingkat tinggi disebut dengan berpikir kritis. Scriven dan Paul (dalam Tawil & Liliasari, 2013: 7) mengungkapkan bahwa berpikir kritis didefinisikan sebagai “critical thingking is
the
intellectually
disciplined
process
of
affectively
and
skillfully
conceptualizing, applying, analizing, synthesizing, and or evaluating information gathered from, or generated by observation, experiences, reflection, reasoning, or communication, as a guide to belief and action. In this exemplary from, it is based on universal intellectual values that transcend subject matter divisions: clarity, accuracy, precision, consistently, relevance, sound evidence, good reasons, depth, breadth, and fairness”. Berdasarkan dari definisi ini dapat dikatakan bahwa berpikir kritis adalah proses disiplin yang secara intelektual aktif dan terampil mengkonseptualisasi,
menerapkan,
menganalisis
mensintesis,
dan
atau
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari atau dihasilkan oleh pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai paduan untuk kepercayaan dan tindakan dalam bentuk contoh, didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal yang melampaui bagian-bagian materi subjek, seperti: kejelasan, ketepatan, presisi, konsistensi, relevansi, pembuktian, alasan-alasan yang baik, kedalaman, luas, da kewajaran. Begg dan Donald (dalam Tawil &
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Liliasari, 2013: 7), menyatakan bahwa berpikir kritis telah diterima sebagai salah satu pendekatan tertua dan sangat terkenal untuk keterampilan-keterampilan kecerdasan. Rudinow dan Barry (dalam Tawil & Liliasari, 2013: 8), mendefinisikan berpikir kritis sebagai sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaankepercayaan yang logis dan rasional, dan memberikan serangkaian standard an prosedur untuk menganalisis, menguji dan mengevaluasi. Silverman dan Smith (dalam Tawil & Liliasari, 2013: 8), mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir yang memiliki maksud, masuk akal, dan berorientasi tujuan serta kecakapan untuk menganalisis suatu informasi dan ide-ide secara hati-hati dan logis dari berbagai macam perspektif. Liliasari (dalam Tawil & Liliasari, 2013: 8) mengemukakan bahwa berpikir kritis untuk menganalisis argument dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangakan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi-asumsi dan bias yang mendasari tiaptiap posisi yang akhirnya dapat memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan. Facione membagi pemikiran kritis menjadi dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif dibagi menjadi
6 (enam)
keterampilan berpikir kritis, yakni interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, dan regulasi diri (Tawil & Liliasari, 2013: 9). Setiap keterampilan memiliki
indikator
tersendiri.
Interpretasi
terdiri
dari
memahami,
mengekspresikan, menyampaikan signifikansi, dan mengklasifikasi makna. Analisis terdiri dari mengidentifikasi dan menganalisis. Evaluasi yaitu menaksir pernyataan dan representasi. Inferensi terdiri atas menyimpulkan, merumuskan hipotesis dan mempertimbangkan. Penjelasan memuat cara menjustifikasi penalaran dan mempresentasikan penalaran. Sedangkan regulasi diri terdiri dari menganalisis dan mengevaluasi. Dalam penelitian ini, variabel penelitian yang digunakan oleh peneliti mencakup dua kemampuan yaitu kemampuan interpretasi dan kemampuan analisis. 2.1.1.5 Kemampuan Interpretasi dan Kemampuan Analisis Kemampuan interpretasi dan analisis merupakan kemampuan yang pertama dan kedua pada enam kemampuan yang diungkapkan oleh Facione.
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Facione (1990) menjelaskan bahwa interpretasi merupakan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami dan mengekspresikan makna dari berbagai pengalaman, situasi, data, kejadian, penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria. Kecakapan ini masih dibagi lagi dalam 3 subkecakapan, yaitu (1) kecakapan untuk membuat kategori yaitu anak mampu membuat kategori pada hal-hal tertentu. Misalnya mengkategorikan hewan berkaki empat dengan hewan berkaki dua. (2) Menangkap makna adalah kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang sedang dipelajari. (3) Menjelaskan makna merupakan kemampuan untuk menjelaskan kembali informasi yang sudah diperoleh. Facione (1990) mengungkapkan bahwa analisis merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan logis dari pernyataan, pertanyaan, konsep, uraian, atau bentuk ungkapan yang lain yang dimaksudkan untuk mengemukakan kepercayaan, penilaian, pengalaman, penalaran, informasi, atau opini. Kecakapan analisis masih dibagi lagi dalam 3 sub-kecakapan, yaitu: (1) kecakapan untuk menguji gagasan yaitu kemampuan untuk membuktikan sebuah pendapat atau ide dengan kenyataan. (2) Mengidentifikasi argumen yaitu menggolongkan argumen ke dalam kategori tertentu. (3) Menganalisis argumen adalah kemampuan untuk memilah-milah argumen dengan melihat argumen dari berbagai segi. Penjelasan kedua kemampuan di atas merupakan landasan peneliti untuk mencari beberapa penelitian yang relevan tentang berpikir kritis. Penelitian tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian yang relevan tersebut mengacu pada dua penelitian penting yaitu model PBL dan berpikir kritis yang di dalam berpikir kritis akan membahas kemampuan interpretasi dan analisis. Penelitian yang relevan tersebut akan dipaparkan pada pembahasan selanjutnya. 2.1.1.6 Pembelajaran IPA 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Carin (dalam Amien, 1978: 4) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berasal dari Bahasa Inggris “Science”. Kata Science sendiri berasal dari kata dalam Bahasa latin yaitu “scientia” yang berarti saya tahu (Trianto, 2011: 136). Banyak definisi tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) akan tetapi dalam mendefinisikan IPA tidaklah mudah, karena sering kurang dapat digambarkan secara lengkap tentang pengertian sains sendiri. Fowler (dalam Trianto, 2011: 136) menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2011: 136) menegaskan IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Adapun Wahyana (dalam Trianto, 2011: 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan
pengetahuan
tersusun
secara
sistematik,
dan
dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta dan segala isinya. Conant (dalam Samatowa, 2011: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains adalah ilmu yang berdasarkan dari eksperimen atau penemuan. Sedangkan Whitehead (dalam Samatowa, 2011: 1) menyatakan bahwa sains dibentuk dari pertemuan dua orde pengalaman. Orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala/fakta (orde observasi), dan kedua didasarkan pada konsep-konsep manusia mengenai alam (orde konsepsional). Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Selain itu dapat dikatakan bahwa hakikat IPA adalah Ilmu Pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam perlu diajarkan di Sekolah Dasar karena dapat melatih siswa untuk berpikir secara kritis serta mampu memecahkan masalah. Samatowa (2011: 4) ada empat alasan Ilmu Pengetahuan Alam perlu diajarkan di Sekolah Dasar yaitu : (a) Ilmu Pengetahuan Alam sangat bermanfaat bagi suatu bangsa. Seorang dokter atau insinyur tidak mungkin menjadi dokter atau insinyur yang baik tanpa dasar yang cukup luas tentang gejala alam, (b) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melatih siswa untuk berpikir kritis, apabila Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan dengan metode yang tepat misalnya “menemukan sendiri” saat siswa dihadapkan pada suatu masalah maka siswa akan berusaha menyelidiki untuk memecahkan masalah tersebut, (c) apabila Ilmu Pengetahuan Alam diajarkan dengan percobaan maka siswa tidak sekedar menghafal akan tetapi memahami, dan (d) mata pelajaran ini berpotensi membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Berdasarkan teori-teori tersebut, peneliti merumuskan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematik untuk mempelajari suatu gejala alam berupa benda atau makhluk hidup berdasarkan hasil observasi.
2.1.1.7 Materi Bagian Tumbuhan dan Fungsinya Tumbuhan hijau dan berbunga itu beraneka ragam, tetapi sebenarnya memiliki bagian-bagian yang sama yaitu terdiri dari akar, batang dan daun. (Sulistyanto & Wiyono, 2008). Berikut merupakan susunan dan fungsi dari bagian tumbuhan. 1. Akar Akar sebagai salah satu bagian tumbuhan tidak tampak karena berada di dalam tempat tumbuhnya. Akar merupakan bagian tumbuhan yang sangat penting bagi tumbuhan. Pada waktu kita menanam tanaman, jika akarnya mulai tumbuh berarti tanaman tersebut hidup dan kita bisa melihat suatu saat tanaman itu bertambah besar.
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Bagian-bagian Akar Akar pada tumbuhan baik yang tertanam di dalam tanah maupun di dalam air terdiri dari akar utama, kemudian dari samping akar utama ini muncul cabang akar dan di permukaan akar tersebut terdapat semacam serabut akar yang disebut rambut akar. Pada umumnya akar pada tumbuhan terdiri atas lima bagian utama, yaitu pangkal akar, batang akar, cabang akar, rambut akar, dan ujung akar. Berikut merupakan gambar bagian-bagian dari akar sebuah tumbuhan.
(Sumber: Sulistyanto & Wiyono, 2008) Gambar 2.1 Bagian-bagian akar
b. Fungsi Akar Kegunaan akar bagi tumbuhan di antaranya: (1) Menguatkan berdirinya tumbuhan pada tempat tumbuhnya; (2) Menyerap air dan garam-garam mineral dari dalam tanah; dan (3) Menyimpan cadangan makanan. Tumbuhan kacangkacangan mempunyai bintik-bintik pada akarnya. Bintik-bintik ini dinamakan bintil akar. Di dalam bintil akar hidup bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen mengambil nitrogen dari udara dan mengubahnya menjadi nitrogen terlarut. Semakin banyak nitrogen yang terlarut di dalam tanah, maka semakin subur tanah itu. Sehingga, bakteri nitrogen juga berfungsi sebagai pupuk alam.
2. Batang Batang merupakan bagian tumbuhan yang ada di atas tanah. Batang merupakan tempat keluarnya daun, bunga dan buah. Batang juga berperan dalam pengangkutan air dan zat makanan dari akar ke daun.
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Bagian-bagian Batang Batang memiliki buku dan ruas, pada setiap buku melekat sehelai daun atau lebih. Adapun batang tumbuhan berkayu tersusun dari jaringan primer yaitu: (1) Kulit luar, memiliki dinding luar sel-sel yang menebal dan bermodifikasi menjadi rambut-rambut halus, duri, dan lentisel; (2) Kulit pertama, terletak di sebelah dalam epidermis tersusun dari jaringan parenkim dan jaringan penunjang. Jaringan penunjang terdiri dari jaringan kolenkim yang mempunyai penebalan dinding sel di sudut-sudutnya atau mengandung kloroplas; (3) Kulit dalam, merupakan batas antara korteks dan stele, biasanya disebut florterma, mengandung amilum sehingga disebut juga sarung tepung; dan (4) Silinder pusat, yang tersusun dari jaringan parenkim yang membentuk empulur batang. Terdapat lingkaran kambium dalam berkas pembuluh. Di antara berkas pembuluh terdapat kelanjutan parenkim empulur yang tampak sebagai roda berjari-jari dan disebut jari-jari empulur. Pada tumbuhan dikotil batang dapat mengalami perubahan menjadi jaringan primer antara lain bakal daun, tunas ketiak, epidermis korteks, ikatan pembuluh dan empulur. Pertumbuhan xilem terus menerus tetapi karena adanya perubahan musim, maka terjadi pertumbuhan yang kecepatan dan ukuran selselnya berbeda sehingga terbentuk lingkaran tahun. Batang monokotil berkembang menjadi bakal daun, bakal tunas ketiak, epidermis, ikatan pembuluh tersebar, di tengah lingkaran terdapat empulur yang mungkin hilang, kecuali pada buku-buku. b. Fungsi Batang Penyokong tubuh tumbuhan. Mengangkut makanan ke seluruh tubuh tumbuhan. Mengangkut air dan mineral dari akar ke daun. 3. Daun Daun tumbuh di batang dan tidak terdapat pada akar. Daun amat erat hubungannya dengan batang dan dianggap sambungan dari batang. a. Bagian-bagian Daun Daun dibedakan menjadi dua macam, yaitu daun lengkap dan daun tidak lengkap. Daun dikatakan lengkap jika terdiri atas tiga bagian, yaitu pelepah,
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tangkai, dan helaian daun. Contoh tumbuhan yang memiliki daun lengkap adalah pisang. Daun tanaman pisang terdiri atas bagian pelepah, tangkai, dan helaian daun. Daun tidak lengkap adalah daun yang hanya tersusun atas 1-2 bagian saja. Contoh tumbuhan yang memiliki daun tidak lengkap adalah mangga. Daun pohon mangga hanya terdiri atas bagian tangkai dan helaian daun saja.
(Sumber: Sulistyanto & Wiyono, 2008) Gambar 2.2 Bagian-bagian Daun
b. Fungsi Daun Daun berfungsi: (1) untuk fotosintesis; (2) penguapan air; (3) pengeluaran air berupa tetesan air; dan (4) pertukaran oksigen dan karbon dioksida (alat pernapasan pada tumbuhan) 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan 2.2.1 Penelitian-penelitian tentang Model PBL Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian tentang model PBL dari penelitian-penelitian sebelumnya. Martin, West, dan Bill (2008) meneliti pengaruh dari campur tangan pembelajaran Problem-based Learning (PBL) selama 12 minggu pada tiga konteks psikologis (motivasi, locus of control dan self-esteem) pada pelajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan pada motivasi siswa dan perubahan yang tidak signifikan terhadap locus of control setelah periode intervensi. Sebuah kursus singkat PBL berhasil mengembangkan kemandirian pelajar dan keterampilan kerja lainnya serta penerapan pengetahuan umum. Penelitian ini menggunakan 'within group design', dalam menguji asumsi 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan persepsi sebelum dan setelah proses intervensi PBL. Kedua langkah kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan persepsi PBL dan kemandirian pelajar. Peserta pada penelitian ini adalah 25 siswa tahun terakhir dari bidang studi olahraga dan ilmu kebugaran. Pagander dan Read (2014) menguji penelitian empiris yang mendukung efektivitas, atau ketidakefektifan PBL sebagai metode pengajaran. Kedua, jika PBL merupakan metode yang efektif, bagaimana penelitian ini menunjukkan keterlibatan PBL dalam kurikulum sekolah menengah di Swedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada bukti yang bertentangan mengenai efektivitas PBL sebagai metode pengajaran dengan mayoritas dukungan untuk PBL berasal dari bidang pendidikan kedokteran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hanya terdapat sedikit penelitian yang fokus terhadap bagaimana PBL berkaitan dengan pedoman yang dianut dalam kurikulum Sekolah di Swedia (GY11). Destianingsih, Pasaribu, dan Ismet (2015) meneliti pengaruh model Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran fisika kelas XI di SMA Negeri 1 Tanjung Lubuk. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Tanjung Lubuk dan sampel penelitian ini adalah kelas XI IPA2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA3 sebagai kelas kontrol. Sampel penelitian ini dipilih dengan teknik purposive sampling. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan rancangan non-equivalent control group design. Proses pembelajaran di kelas eksperimen mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran problem based learning dan di
kelas
kontrol
diajarkan
dengan
model
pembelajaran
konvensional.
Pengumpulan data menggunakan teknik tes berbentuk soal essai berjumlah sembilan soal untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa dan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan keterlaksanaan pembelajarannya. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikan (α) = 0,05, didapat harga thitung = 3,52 dan ttabel=2,00 terlihat bahwa thitung> ttabel. Sehingga, h0 ditolak dan ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan pemecahan
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masalah siswa pada pembelajaran fisika kelas XI di SMA Negeri 1 Tanjung Lubuk. 2.2.2 Penelitian-penelitian tentang Berpiki Kritis Kulekci dan Kumlu (2015) meneliti efisiensi pengembangan ketrampilan berpikir kritis dan pernyataan guru Bahasa Inggris magang dengan menggunakan novel. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian campuran. Pertama, tes berpikir kritis diberikan pada guru Bahasa Inggris magang sebelum dan sesudah penelitian. Pada tahap kedua, diadakan sebuah wawancara kualitatif hanya untuk sukarelawan. Sebagai tambahan, sebuah kelas khusus diadakan untuk presentasi dalam kurun waktu 14 minggu. Peserta dalam penelitian ini adalah 40 guru Bahasa Inggris magang (24 perempuan dan 16 laki-laki) yang terdaftar dalam kelas “Literature and Language Teaching” di departemen ELT di sebuah universitas negri di bagian barat Turki pada tahun akademik 2013-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel efisien dalam membantu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pernyataan guru Bahasa Inggris magang. Ghombavani (2016) meneliti pengaruh pelatihan keterampilan hidup terhadap pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa Iran kelas 5 di Sekolah Dasar Perempuan. Metode penelitian menggunakan empat kelompok kuasieksperimental milik Salomo. Penelitian ini melibatkan 65 siswi sekolah dasar negri (kelas lima) pada tahun akademik 2013-1014. Dua kelompok menerima pretest; kelompok yang menjadi subyek penelitian diberikan dua belas sesi pengajaran ketrampilan hidup. Di akhir penelitian, semua kelompok diuji kembali dan hasilnya dibandingkan. Para siswa dinilai dengan uji tindak lanjut untuk mengeksplorasi efek jangka panjang dari pelatihan. Hasil dari California Critical Thinking Skills Test (CCTST) menunjukkan bahwa secara keseluruhan dan subskala, keterampilan berpikir kritis meningkat di kelompok yang di teliti, mereka mengungguli kelompok konvensional. Hasil tambahan menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan hidup mengakibatkan perubahan pemikiran kritis dalam kelompok eksperimen, dan temuan ini menguntungkan terhadap peningkatan keterampilan.
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kalelioğlu dan Gülbahar (2014) meneliti pengaruh teknik instruksional terhadap keterampilan berpikir kritis dan disposisi berpikir kritis dalam diskusi online, berdasarkan desain triangulasi. Pada bagian kuantitatif, menurut hasil ANOVA, diluar Seminar Sokrates, tidak ada perbedaan antara setiap kelompok dalam hal nilai pra-tes dan pasca-tes dalam kecenderungan berpikir kritis. Di bagian kualitatif, menurut hasil analisis berpikir kritis dalam diskusi, kelompok Teknik Campuran menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan terbaik untuk berpikir kritis, kelompok para ahli menjadi yang kedua dan kelompok pemikir ketiga dalam hal kemampuan berpikir kritis dalam diskusi. Peserta dalam penelitian ini adalah 24 guru magang (5 perempuan dan 19 laki-laki) yang sedang menghadiri kursus wajib sarjana, "distance education" di sebuah universitas swasta di Turki. Peserta ditugaskan secara acak dalam satu dari enam kelompok dengan mencoba untuk menyamakan tingkat prestasi akademik anggota kelompok (yaitu dengan membentuk kelompok homogen). Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dan total ada enam kelompok yang dibentuk untuk penelitian ini. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa teknik instruksional berpengaruh terhadap keterampialn berpikir kritis dan disposisi berpikir kritis dalam diskusi online. Penelitian-penelitian relevan tersebut menggunakan populasi siswa SD hingga orang dewasa yang sudah bekerja. Berdasarkan beberapa penelitian yang menggunakan model Problem Based Learning sebagai variabel independen penelitian, dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa model PBL berpengaruh terhadap variabel dependen. Kemudian kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan oleh siswa bila siswa sejak awal didorong melalui kegiatan pembelajaran inovatif yang menyenangkan. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh pada setiap variabel yang diteliti setelah menggunakan model PBL. Selanjutnya peneliti akan melakukan penelitian yang berbeda dari penelitian terdahulu yang relevan yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model PBL terhadap kemampuan interpretasi dan analisis dengan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahan Alam (IPA) di SD Kanisius Sengkan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Populasi penelitian adalah siswa Sekolah Dasar (SD). Berikut ini
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah literature map dari penelitian yang relevan dan sudah dijelaskan sebelumnya. 2.2.3 Literature Map Model PBL
Kemampuan Berpikir Kritis
Martin, West, dan Bill (2008)
Kulekci dan Kulmu (2015)
Intervensi Pembelajaran PBL – Tiga Konteks Psikologis
Keterampilan Berpikir Kritis Novel.
Membaca
Peganden dan Read (2014)
Ghombavani (2016)
Pembelajaran Problem Based Learning Efektifitas Metode Pengajaran
Pelatihan Keterampilan Hidup Keterampilan Berpikir Kritis
Destianingsih, Pasaribu, dan Ismet (2015) Model Problem Based Learning Kemampuan Pemecahan Masalah
Kalelioglu dan Gulbahar (2014) Teknik Instruksional Kemampuan Berpikir Kritis
Yang akan diteliti: Model Problem Based Learning Kemampuan Interpretasi dan Analisis Gambar 2.3 Bagan Penelitian Sebelumnya
2.3 Kerangka Berpikir Teori kognitif Piaget menyebutkan bahwa siswa SD, usia 7 sampai 11 tahun masuk pada tahap operasional konkret dengan kemampuan utama adanya perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis dan jelas dengan sifat reversibilitas dan kekekalan. Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Sebagai penunjang perkembangan kognitif anak, diperlukan suatu model pembelajaran yang relevan dengan tahap perkembangannya. Model Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang diduga 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
relevan
dengan
tahap
perkembangan
anak.
Model
pembelajaran
ini
memungkinkan anak untuk menemukan sendiri semua hal yang ingin diketahui dan dipelajari anak. PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir anak betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga anak dapat memberdayakan, megasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan, melalui fase-fase alamiah, yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Langkah-langkah tersebut tepat diterapkan untuk pembelajaran di SD karena siswa SD masih memerlukan bantuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, misalnya untuk menemukan sendiri pemecahan masalah dengan memperhatikan pedoman atau arahan dari guru berupa instruksi-instruksi yang membimbing. Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta dan segala isinya. Selain itu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan dengan observasi, eksperimen atau penemuan-penemuan. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa dilatih untuk berpikir kritis dan mampu memecahkan suatu masalah. Selain itu keingintahuan siswa tentang alam semesta dan segala isinya akan dirangsang sehingga siswa mampu berpikir kritis tentang alam. Berpikir kritis terbagi atas dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif dibagi menjadi 6 (enam) keterampilan berpikir kritis, yakni interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang mengarahkan siswa sampai pada keterampilan berpikir tingkat tinggi, siswa tentunya harus dapat menguasai kemampuan berpikir kritis pada aspek interpretasi dan analisis terlebih dahulu. Kemampuan interpretasi merupakan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami dan mengekspresikan makna dari berbagai pengalaman, situasi, data, kejadian, penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria. Kemampuan analisis merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan logis dari pernyataan, pertanyaan, konsep, uraian, atau bentuk ungkapan yang lain yang dimaksudkan untuk
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengemukakan kepercayaan, penilaian, pengalaman, penalaran, informasi, atau opini. Setiap keterampilan memiliki indikator tersendiri. Interpretasi terdiri dari memahami, mengekspresikan, menyampaikan signifikansi, dan mengklasifikasi makna. Analisis terdiri dari mengidentifikasi dan menganalisis. Beberapa sekolah di Yogyakarta khususnya sekolah Kanisius masih menerapkan KTSP. Penerapan KTSP perlu didukung dengan suatu model pembelajaran agar kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa berkembang secara maksimal. Selain itu, model pembelajaran yang diterapkan setidaknya dapat memfasilitasi siswa untuk belajar pada tahap interpretasi dan analisis. Penerapan model PBL menjadi solusi yang tepat untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Model ini juga tepat diterapkan melalui pembelajaran IPA. Salah satu materi yang akan dipelajari dengan menggunakan model PBL yaitu “Bagian tumbuhan dan fungsinya”. Jika model PBL diterapkan dalam pembelajaran IPA, maka penerapan model pembelajaran ini akan berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi dan analisis siswa sesuai dengan materi yang dipelajari.
2.4 Hipotesis Penelitian 2.4.1
Penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
2.4.2
Penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan analisis pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN Bab III berisi delapan komponen yang digunakan dalam penelitian. Komponen tersebut meliputi jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data. Komponenkomponen tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian Quasi-Experimental tipe nonequivalent control group design. Metode eksperimen termasuk ke dalam metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment) tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2015: 107). Keepel (dalam Creswell, 2009: 19) menyatakan bahwa penelitian eksperimen ini berusaha menentukan suatu treatment memengaruhi hasil sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilai dengan memberikan treatment tertentu disalah satu kelompok, dan tidak menerapkannya di kelompok lain. Kelompok yang diberikan treatment sering disebut dengan kelompok treatment atau kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang tidak diterapkan treatment sering disebut dengan kelompok kontrol. Sugiyono (2015: 114) menegaskan bahwa bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain penelitian ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Rancangan penelitian ini menggunakan
Quasi-Experimental
yaitu
pengembangan dari True Experimental Design, desain ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain ini digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang sama persis yang akan digunakan dalam penelitian. Rancangan ini kelompok eksperimen (A) dan kelompok kontrol (B) diseleksi tanpa prosedur penempatan acak (Without random
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
assignment). Pada dua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pretest dan posttest. Kelompok eksperimen (A) saja yang di treatment (Creswell, 2009: 242). Dalam desain penelitian ini terdapat dua kelompok yang tidak dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal atau untuk mengetahui perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan (Sugiyono, 2015: 113). Selanjutnya kelompok pertama yaitu kelompok kontrol kelas IVA tidak diberikan perlakuan (treatment) dengan model PBL. Sedangkan kelompok kedua yaitu kelompok eksperimen yaitu kelas IVC diberi perlakuan (treatment) dengan menerapkan pembelajaran menggunakan model PBL. Setelah kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan model PBL kemudian dilakukan posttest pada masing-masing kelompok yaitu pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Posttest ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau treatment yang sudah dilakukan kepada kelompok eksperimen. Campbell dan Stanley (dalam Cohen, 2007: 276) menegaskan bahwa hasil penelitian menggunakan pretest dan posttest atau pengaruh kausal dari intervensi dapat dihitung dalam tiga langkah yaitu sebagai berikut: (1) kurangi skor pretest dari nilai posttest untuk kelompok eksperimen untuk menghasilkan skor 1; (2) kurangi skor pretest dari nilai posttest untuk kelompok kontrol untuk menghasilkan skor 2; dan (3) kurangi skor 2 dari skor 1. Berdasarkan Campbell dan Stanley terminologi, efek dari intervensi eksperimental dapat dihitung dengan rumus: (O2 – O1) – (O4 – O3). Jika hasilnya negatif maka efek kausalnya juga negatif atau tidak ada pengaruh, begitu pula sebaliknya apabila hasilnya positif maka efek kausalnya juga positif dan itu artinya ada pengaruh. Salah satu desain quasi experimental paling umum digunakan dalam penelitian pendidikan adalah nonequivalent control group design dapat digambarkan sebagai berikut: Experimental Control
O1 X O2 --------------O3 O4
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sumber: Cohen, 2007: 283)
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keterangan : O1
= Rerata skor pretest kelompok eksperimen
O2
= Rerata skor posttest kelompok eksperimen
O3
= Rerata skor pretest kelompok kontrol
O4
= Rerata skor posttest kelompok kontrol
X
= Perlakuan (treatment) dengan model PBL Garis putus-putus pada gambar desain penelitian menunjukkan bahwa cara
penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak secara random, tetapi dengan mengambil kelas klasikal yang sudah ada (Cohen, 2007: 283). Selain itu garis putus-putus juga berfungsi sebagai pemisah antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang disebut dengan non-equivalent control group design (Cohen, 2007: 283).
3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta yang beralamat di Jalan Kaliurang Km.7, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta. SD Kanisius Sengkan merupakan salah satu SD Kanisius terbaik di Yogyakarta di bawah Yayasan Kanisius. SD ini juga merupakan salah satu SD swasta terbaik di lingkup Depok, dengan akreditasi A. Lokasi SD ini sangat strategis, yaitu berada di perkotaan dan pinggir jalan raya sehingga untuk menemukan SD ini sangat mudah. Fasilitas yang terdapat di SD ini sangat memadai dan mendukung pembelajaran diantaranya adalah bangunan sekolah terdiri dari dua bangunan besar yang memiliki 16 ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, laboratorium komputer, laboratorium IPA, perpustakaan, ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS), ruang Tata Usaha (TU), kamar mandi guru, kamar mandi siswa, ruang tamu, kantin, tempat parkir sepeda siswa, tempat parkir sepeda motor guru, gudang, dan halaman sekolah yang luas. SD Kanisius Sengkan Yogyakarta merupakan SD yang mempunyai kelas paralel, dalam satu angkatan terdapat dua sampai tiga kelas. Pada tahun ajaran 2016/2017 SD Kanisius Sengkan memiliki 16 kelas yaitu kelas IA, IB, IC, IIA, IIB, IIC, IIIA, IIIB, IVA, IVB, IVC, VA, VB, VIA, VIB, dan VIC. Jumlah siswa
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di SD Kanisius Sengkan pada tahun ajaran 2016/2017 adalah 500 siswa dengan siswa laki-laki berjumlah 247 anak dan siswa perempuan berjumlah 253 anak. Pada setiap kelas rata-rata terdapat 27–32 siswa. SD Kanisius Sengkan menggunakan kurikulum 2006 (KTSP). Peneliti memilih SD Kanisius Sengkan sebagai tempat penelitian karena sekolah ini memiliki prestasi yang baik dari segi bidang akademik maupun non akademik. SD Kanisius Sengkan mempunyai kelas pararel sehingga tepat digunakan untuk penelitian eksperimen. Sekolah ini mempunyai 2 – 3 kelas pararel yaitu A, B, C. SD Kanisius Sengkan mempunyai banyak prestasi baik dibidang akademik maupun non akademik. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Pengambilan data penelitian disesuaikan dengan jadwal kalender pendidikan SD Kanisius Sengkan, dimulai pada tanggal 08 Oktober 2016 sampai dengan 27 Oktober 2016. Krathwolh (2004: 547) mengungkapkan bahwa pengambilan data eksperimental dianjurkan dalam waktu sesingkat mungkin untuk mengurangi bias. Jadwal pengambilan data yang dilakukan peneliti di SD Kanisius Sengkan ditunjukkan tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data Kelompok Kontrol IVA Kelompok Eksperimen IVC Hari/Tanggal Pert Materi Hari/Tanggal Pert Materi Sabtu/08 Oktober 2016 Selasa/11 Oktober 2016
1 2
Kamis/13 Oktober 2016
3
Jumat/14 Oktober 2016
4
Sabtu/15 Oktober 2016 Sabtu/22 Oktober 2016
Pretest Bagian-bagian akar dan fungsi akar bagi tumbuhan. Bagian batang dan fungsi batang bagi tumbuhan Bagian daun dan fungsi daun bagi tumbuhan
5
Posttest I
6
Posttest II
Sabtu/08 Oktober 2016 Kamis/13 Oktober 2016
1 2
Jumat/14 Oktober 2016
3
Senin/17 Oktober 2016
4
Kamis/20 Oktober 2016 Kamis/27 Oktober 2016
Pretest Bagian-bagian akar dan fungsi akar bagi tumbuhan. Bagian batang dan fungsi batang bagi tumbuhan Bagian daun dan fungsi daun bagi tumbuhan
5
Posttest I
6
Posttest II
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Sugiyono (2015: 117) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV (IVA, IVB, dan IVC) SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang seluruhnya berjumlah 93 siswa. 3.3.2 Sampel Sugiyono (2015: 118) menegaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas IVA sebagai kelompok kontrol sebanyak 31 siswa dan kelas IVC sebagai kelompok eksperimen sebanyak 31 siswa. Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak mendapatkan treatment atau perlakuan, sedangkan kelompok eksperimen merupakan kelompok yang mendapatkan treatment atau perlakuan berupa model PBL. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan desain non probability sampling dengan tipe convenience sampling. Best dan Kahn (2006: 18 – 19) mengungkapkan bahwa teknik convenience sampling merupakan pemilihan sampel yang digunakan untuk penelitian pendidikan dengan menggunakan kelas yang tersedia karena keterbatasan administrasi untuk memilih secara acak. Sampel penelitian diperoleh dengan cara pengundian yang disaksikan oleh guru mata pelajaran IPA kelas IV yang menjadi guru mitra pada penelitian ini. Guru mitra inilah yang memberikan pembelajaran bagi kelompok kontrol dan eksperimen. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi faktor bias dalam penelitian ini. Hasil
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengundian menunjukkan bahwa kelas IVC sebagai kelompok eksperimen dan kelas IVA sebagai kelompok kontrol. 3.4 Variabel Penelitian Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2015: 60) menyatakan bahwa variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Sedangkan Kerlinger (dalam Sugiyono, 2015: 61) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Dari pengertian di atas dirumuskan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari seseorang, objek atau kegiatan tertentu yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel dibagi menjadi dua yaitu variabel independen dan variabel dependen. 3.4.1 Variabel Independen Sugiyono (2015: 61) mengemukakan bahwa variabel independen sering disebut sebagai variable stimulus, predictor, antecedent atau dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas yang mempunyai pengertian variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sanjaya (2013: 95) mengemukakan bahwa variabel
bebas
adalah
kondisi
atau
karakteristik
yang
oleh
peneliti
dimanipulasikan dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah model PBL. Model PBL yang digunakan terdiri dari lima langkah yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 3.4.2 Variabel Dependen Variabel dependen sering disebut sebagai variabel terikat yang mempunyai pengertian variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
variabel bebas (Sugiyono, 2015: 61). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kemampuan
interpretasi
dan
kemampuan
analisis.
Kemampuan
interpretasi terdiri dari tiga aspek yaitu membuat kategori, memahami arti, dan menjelaskan makna. Kemampuan analisis terdiri dari tiga aspek yaitu menguji gagasan-gagasan, mengidentifikasi argumen-argumen, dan menganalisis argumenargumen. Keduanya mempunyai kedudukan yang sama dalam penelitian ini karena yang akan diteliti adalah pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi dan analisis.
Variable Independen
Variabel Dependen Interpretasi
Model PBL
Analisis
Gambar 3.2 Variabel Penelitian
3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes. Arikunto (2010: 67) menyatakan bahwa tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Sedangkan Sudijono (2011: 67) mengungkapkan bahwa tes adalah cara mengukur tingkat pencapaian siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu yang berbentuk pertanyaanpertanyaan atau perintah, sehingga dapat dihasilkan harga yang melambangkan tingkah laku atau prestasi siswa. Berdasarkan dua pendapat ahli di atas, peneliti merumuskan bahwa teknik tes adalah cara mengukur pencapaian siswa dengan pertanyaan atau perintah setelah menempuh proses belajar mengajar sehingga diperoleh harga yang melambangkan prestasi siswa. Peneliti menggunakan tes berbentuk essai untuk mengumpulkan data. Arifin (2009: 125) menegaskan bahwa essai adalah bentuk tes yang menuntut
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan kata-kata sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan yang lainnya. menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban menggunakan kata-kata sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan soal essai yang sama melalui pretest dan posttest terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pretest dilakukan untuk mengukur kemampuan awal siswa pada kedua kelompok. Setelah diperoleh data pretest, kelompok eksperimen diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan model PBL, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan khusus. Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen selanjutnya diberikan posttest I. Posttest I diberikan untuk mengukur ada tidaknya pengaruh dari pemberian perlakuan (treatment) pada kelompok eksperimen dengan yang tidak diberikan perlakuan (treatment) pada kelompok kontrol. Proses pengumpulan data penelitian dilakukan dalam waktu dua minggu untuk menghindari bias (Krathwohl, 2004: 547). Dalam penelitian kuantitatif, selain menggunakan tes tertulis peneliti juga perlu menggunakan pengumpulan data dengan teknis nontes menggunakan elemen penelitian kualitatif sederhana untuk melengkapi hasil penelitiannya. Penggunaan elemen kualitatif sederhana juga bertujuan untuk lebih memahami sudut pandang atau dampak yang timbul terhadap subjek yang diteliti terkait perlakuan dan variabel-variabel yang diteliti (Krathwohl, 2004: 546). Peneliti menggunakan teknik nontes dengan metode triangulasi yakni dengan melakukan observasi selama pembelajaran di kelas eksperimen, wawancara kepada guru dan siswa pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah dilaksanakan perlakuan, serta dokumentasi berupa foto-foto selama pembelajaran di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Berikut adalah pemetaan instrumen pengumpulan data yang akan digunakan. No. 1
2
Kelompok Kontrol (IVA) Eksperimen (IVC) Kontrol (IVA) Eksperimen (IVC)
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian Variabel Data Interpretasi Skor pretest Skor posttest I Skor posttest II Analisis Skor pretest Skor posttest I Skor posttest II
Instrumen Soal uraian nomor 1a, 1c, dan 2b Soal uraian nomor 1b, 2a, dan 2c
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.6 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam mauapun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2015: 148). Penelitian ini menggunakan jenis instrumen penelitian berbentuk tes. Peneliti membuat instrumen penelitian dengan menggunakan 4 soal essai untuk mengukur 4 kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan interpretasi, analisis, evaluasi, dan analisis. Soal essai diambil dari materi IPA kelas IV yaitu bagian tumbuhan beserta fungsinya. Dari keempat soal essai tersebut, peneliti hanya menggunakan 2 soal yang digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kemampuan interpretasi dan analisis yaitu soal nomor 1 dan 2. Matriks pengembangan instrumen ditunjukkan oleh tabel 3.3 berikut. No. 1.
2.
Variabel Interpretasi
Analisis
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen Aspek Indikator Mengelompokkan pohon yang Membuat kategori memiliki daun lengkap dan daun tidak lengkap Menjelaskan makna dari daun lengkap dan daun tidak lengkap dengan bahasa sendiri tanpa menghilangkan arti semula Menjelaskan makna Menjelaskan bagian-bagian akar dengan gambar untuk memperjelas masalah Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan daun yang merupakan daun lengkap dan daun tidak lengkap Menguji Gagasan Mengidentifikasi suatu permasalahan yang berkaitan dengan fungsi batang pada tumbuhan Menganalisis rangkaian argumen yang dikembangkan dan yang Menganalisis digunakan sebagai dasar untuk argumen menarik kesimpulan mengenai fungsi akar
No Soal 1a
1c
2b
1b
2c
2a
3.7 Teknik Pengujian Instrumen Peneliti melakukan pengujian instrumen sebelum instrumen tersebut digunakan dalam penelitian. Hal tersebut
bertujuan untuk menghindari
pertanyaan, kata maupun kalimat yang kurang dimengerti oleh responden, kurang jelas maupun pertanyaan-pertanyaan yang ambigu atau mengandung dua makna. Pengujian instrumen akan dilakukan sekali, yaitu di kelas IV SD Kanisius Kalasan. Peneliti memilih SD tersebut karena sama-sama mempunyai kelas 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
paralel serta kedua sekolah tersebut terakreditasi A. Teknik pengujian instrumen berupa uji validitas dan uji reliabilitas. Berikut penjabaran uji validitas dan uji reliabilitas tersebut. 3.7.1 Validitas Sugiyono (2015: 172) berpendapat bahwa hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Dengan kata lain, instrumen yang valid mampu mengukur apa yang hendak diukur (Cohen, 2007: 135). Sugiyono (2015: 127) mengemukakan bahwa validitas instrumen yang berupa tes harus memenuhi construct validity (validitas konstruk) dan content validity (validitas isi). Penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity), validitas muka (face validity), dan validitas konstruk (construct validity). 3.7.1.1 Validitas Isi (content validity) Cohen (2007: 162) menyebutkan bahwa sebuah tes memiliki validitas isi apabila mampu merepresentasikan cakupan dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan materi sesuai dengan bidang yang bersangkutan. Validitas isi dicapai dengan penilaian profesional dari para ahli atau expert judgement. Validitas isi tes dalam penelitian ini diperoleh dari tiga pendapat ahli materi yaitu dua dosen mata kuliah IPA dan satu guru kelas IV yang memiliki latar belakang pendidikan IPA. Validator 1 berpendapat bahwa soal nomor 1a, 1c, dan 2b yang merupakan soal kemampuan interpretasi sudah sesuai (lihat Lampiran 3.4). Validator 2 menilai bahwa soal untuk kemampuan interpretasi sudah sesuai dengan memberikan saran pada kasus soal nomor 1a yang berbunyi pohon jagung dapat diganti dengan pohon kelapa, karena di halaman rumah hampir tidak ada/jarang ditemukan tanaman jagung, untuk soal nomor 1c kata “konsep” dapat diganti dengan “istilah” dan dapat dibantu dengan kata “adalah”. Validator 3 memberikan penilaian kurang sesuai pada soal kemampuan interpretasi dengan memberikan saran perbaikan untuk soal nomor 1a kasus perlu diperjelas, dan sebaiknya memilih tanaman/pohon yang sering dijumpai oleh siswa, dan untuk soal nomor 1c validator memberi saran perbaikan, yaitu soal dapat diganti seperti
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ini “Jelaskan pengertian daun lengkap dan daun tidak lengkap dengan bahasamu sendiri!” agar mudah dipahami oleh siswa. Pada soal nomor 1b, 2a, dan 2c mengenai kemampuan analisis, validator 1 memberikan penilaian sudah sesuai, sehingga tidak terdapat saran perbaikan. Validator 2 menilai soal untuk kemampuan analisis sudah sesuai dengan memberikan saran perbaikan untuk soal nomor 2a yang berbunyi kalimat dapat disederhanakan menjadi “Dari pernyataan di atas, tulislah 3 yang termasuk kegunaan akar!” dan untuk soal nomor 2c, kalimat “bagian tanaman cabai apa” dapat diganti dengan “apa nama bagian tanaman”. Validator 3 menilai soal untuk kemampuan analisis sudah sesuai. Total skor instrumen penilaian dari ketiga validator masing-masing menunjukkan skor 30, 29, dan 24. Berdasarkan ketika skor tersebut diperoleh rerata skor 27,67 yang menunjukkan bahwa instrumen penelitian layak diimplementasikan dengan sedikit perbaikan. 3.7.1.2 Validitas Muka (face validity) Cohen (2007: 163) mengungkapkan bahwa validitas muka adalah kejelasan tampilan soal. Validitas muka merupakan validitas yang menunjukkan apakah alat pengukuran atau instrumen penelitian dari segi rupanya tampak mengukur yang ingin diukur atau tidak. Validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan
penampilan
instrumen.
Validitas
muka
diperoleh
dengan
cara
mengujicobakan soal pada 5 orang siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan tahun ajaran 2016/2017. Pengerjaan soal dilaksanakan pada Senin, 15 Agustus 2016 dengan waktu 2 x 40 menit. Kelima siswa dipilih berdasarkan rekomendasi guru dan sesuai dari kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Siswa ditanya tentang kemampuannya dalam memahami kalimat soal. Siswa sudah memahami kata-kata pada kalimat soal karena tidak ada istilah khusus yang terdapat di dalamnya. Siswa mengeluh karena kalimat soal terlalu panjang sehingga siswa merasa bosan untuk mengerjakan. Peneliti memperbaiki instrumen dengan membuat kasus maupun kalimat soal menjadi lebih ringkas. Meskipun demikian, setiap pertanyaan atau kalimat perintah yang diberikan sudah mampu dipahami dengan baik oleh siswa.
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.7.1.3 Validitas Konstruk (construct validity) Validitas konstruk dicapai dengan uji empiris untuk memastikan adanya keterkaitan yang jelas dari item tes (Cohen, 2007: 163). Arikunto (2010: 83) menegaskan bahwa validitas konstruk digunakan untuk mengukur kesesuaian setiap butir soal dengan indikator. Validitas konstruk dilakukan melalui uji empiris atau pengalaman. Peneliti mengujikan soal tes kepada siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan untuk memperoleh validitas konstruk. Sekolah ini beralamat di Kringinan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Peneliti memilih SD Kanisius Kalasan berdasarkan beberapa alasan yaitu (1) sekolah ini memiliki akreditasi sekolah A, sama seperti SD Kanisius Sengkan, (2) sekolah ini memiliki kelas pararel, dan (3) sekolah ini memiliki siswa yang prestasinya kurang lebih sama dengan SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Pengerjaan soal dilaksanakan pada Senin, 22 Agustus 2016 dengan waktu 2 x 40 menit. Jumlah responden adalah 34 siswa. Uji empiris dilakukan pada minimal 30 responden agar mendapatkan distribusi data normal (Field, 2009: 42). Setelah diujikan, soal dihitung validitasnya menggunakan rumus korelasi Pearson. Rumus tersebut digunakan karena data berupa interval yang diberi skor 1 sampai 4 (Field, 2009: 177). Uji validitas konstruk dilakukan menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows untuk mempermudah perhitungan. Tingkat signfikansi yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan adalah jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05, maka suatu item dikatakan valid, sedangkan jika harga Sig.(2-tailed) > 0,05 maka item tersebut dikatakan tidak valid (Field, 2009: 177-178). Hasil uji validitas instrumen dan hasil uji validitas dari variabel interpretasi dan analisis dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 3.5). No. 1. 2. 3. 4.
Variabel Interpretasi Analisis Inferensi Evaluasi
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen rtabel rhitung Sig. (2-tailed) (Pearson Correlation) 0,339 0,916** 0,000 0,339 0,833** 0,000 0,339 0,961** 0,000 0,339 0,872** 0,000
Keterangan Valid Valid Valid Valid
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.5 Hasil Validitas Instrumen Item Soal Interpretasi dan Analisis No . 1.
2.
Variabel Interpretasi
Analisis
Item soal 1a 1c 2b 1b 2a 2c
rtabel
Sig. (2-tailed)
Keterangan
0,339
rhitung (Pearson Correlation) 0,827**
0,000
Valid
0,339 0,339 0,339 0,339 0,339
0,874** 0,823** 0,951** 0,779** 0,921**
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa harga Sig.(2-tailed) < 0,05 pada semua variabel, maka semua soal ditinjau dari variabel dan item soal dinyatakan valid. Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif dengan empat dari enam kemampuan berpikir kritis Facione yang diujikan secara bersama. Enam kemampuan berpikir kritis tersebut adalah interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri. Meskipun demikian, peneliti hanya fokus pada dua variabel yaitu interpretasi dan analisis dengan harga Sig.(2-tailed) < 0,05, maka semua soal dari variabel interpretasi dan analisis dinyatakan valid dengan taraf signifikansi 95% (Field, 2009: 177-178). Hasil uji validitas tersebut menunjukkan bahwa semua item soal dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis. 3.7.2 Uji Reliabilitas Cohen (2007: 146) menjelaskan bahwa suatu instrumen dikatakan memiliki reliabilitas jika memberikan ketetapan hasil atau konsistensi dari waktu ke waktu dan dari responden yang sama. Sugiyono (2015:172) menegaskan bahwa hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu, walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan (Sugiyono, 2015: 174). Penelitian ini menggunakan soal berbentuk essai sebagai instrumen pengumpulan data. Pemberian skor pada jawaban soal essai dengan menggunakan rentang skor 1 sampai dengan 4, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Uji
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik pengujian untuk memeriksa internal consistency yaitu dengan Alpha Cronbach. Nunnally (dalam Ghozali, 2009: 46) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika harga Alpha Cronbach
0,60. Berikut adalah tabel kriteria koefisien reliabilitas untuk
memberi arti terhadap koefisien reliabilitas yang diperoleh (Masidjo, 2010: 209). Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah negatif – 0,20 Sangat Rendah
Perhitungan uji reliabilitas dilakukan dengan program komputer IBM SPSS statistics 22 dengan rumus Alpha Cronbach, hasilnya sebagai berikut.
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Cronbach's Alpha Kualifikasi Uji reliabilitas instrumen 0,915 Sangat Tinggi
Tabel 3.7 menunjukkan hasil uji reliabilitas instrumen penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh reliabilitas dari keempat variabel yang valid memiliki nilai Alpha Cronbach > 0,60 yaitu sebesar 0,915. Nilai Alpha Cronbach menunjukkan kualifikasi sangat tinggi, sehingga instrumen soal tersebut dapat dikatakan reliabel atau konsisten dan layak diterapkan dalam penelitian ini. 3.8 Teknik Analisis Data Sugiyono (2015: 207) menyatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variable yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Analisis data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tingkat kepercayaan 95%. Dalam teknik analisis data ini ada beberapa langkah pengujian data yang dilakukan sebagai berikut. 3.8.1 Analisis Pengaruh Perlakuan 3.8.1.1 Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak dan untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam menganalisis data selanjutnya (Field, 2009: 144). Uji normalitas dihitung dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji ini dilakukan menggunakan One Samples Kolmogorov Smirnov Test. Kriteria yang digunakan untuk kesimpulan uji normalitas data adalah sebagai berikut. Field menyatakan bahwa distribusi data normal jika hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkann harga Sig.(2-tailed) > 0,05. Dengan kata lain, terdapat deviasi dari normalitas. Sebaliknya distribusi data tidak normal jika hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan harga Sig.(2-tailed) < 0,05. Dengan kata lain, tidak terdapat deviasi dari normalitas. Jika distribusi data normal, maka teknik uji statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik misalnya dengan Independent samples t-test atau Paired samples t-test (Field, 2009: 326). Jika distribusi data tidak normal, maka teknik uji statistik selanjutnya menggunakan statistik non parametrik misalnya dengan Mann-Whitney U-test atau Wilcoxon (Field, 2009: 345). 3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama atau berbeda terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini dilakukan dengan menguji rerata skor pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Field (2009: 326) menjelaskan bahwa jika data pretest yang diuji berasal dari dua kelompok yang berbeda, maka menggunakan uji statistik berikut. 1) Uji kemampuan awal menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test, jika distribusi data normal. 2) Uji kemampuan awal menggunakan statistik non parametrik Mann-
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Whitney U-test, jika distribusi data tidak normal (Field, 2007: 345). Sebelum melakukan analisis, dilakukan uji asumsi untuk memeriksa homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’s test. Jika harga Sig. Levene’s test < 0,05 maka tidak terdapat homogenitas varians dari kedua data yang dibandingkan. Jika harga Sig. Levene’s test > 0,05 maka terdapat homogenitas varians dari kedua data yang dibandingkan (Field, 2009: 150). Analisis statistik dilakukan dengan program komputer IBM SPSS statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis data uji perbedaan kemampuan awal (pretest) menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut. Hi
:
Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan skor pretest kelompok eksperimen.
Hnull :
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan skor pretest kelompok eksperimen.
Pengambilan keputusan untuk menyimpulkan uji perbandingan (Santoso, 2012: 100) adalah: 1. Jika Sig.(2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara pretest kelompok kontrol dan pretest kelompok eksperimen. Dengan kata lain kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama. 2. Jika Sig.(2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara pretest kelompok kontrol dan pretest kelompok eksperimen. Dengan kata lain kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang tidak sama. Kondisi yang ideal bagi kedua kelompok adalah kedua kelompok tidak memiliki perbedaan yang signifikan atau memiliki kemampuan awal yang sama. Artinya kedua kelompok memiliki titik pijak yang sama untuk dilakukan perbandingan. 3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi dan analisis, dengan melihat perbedaan rerata selisih skor posttest I dan pretest kedua
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompok. Uji ini diperoleh dengan cara mengurangkan rerata selisih skor posttest I ke pretest pada kelompok kontrol dengan rerata selisih skor posttest I ke pretest pada kelompok eksperimen (Cohen, 2007: 276-277). Uji ini menggunakan rumus (O2 - O1) – (O4 - O3). Data rerata selisih skor yang diuji berasal dari dua kelompok yang berbeda. Field (2009: 326) mengungkapkan jika data berasal dari dua kelompok yang berbeda, maka digunakan uji statistik berikut. 1) Uji kemampuan awal menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test, jika distribusi data normal. 2) Uji kemampuan awal menggunakan statistik non parametrik MannWhitney U-test, jika distribusi data tidak normal (Field, 2007: 345). Sebelum melakukan analisis, dilakukan uji asumsi untuk memeriksa homogenitas varians dengan melihat harga Sig.Levene’s test. Jika harga Sig.Levene’s test < 0,05 maka tidak terdapat homogenitas varians dari kedua data yang dibandingkan. Jika harga Sig.Levene’s test > 0,05 maka terdapat homogenitas varians dari kedua data yang dibandingkan (Field, 2009: 150). Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam teknik analisis data adalah 95%. Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut. Hi
: Ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I-pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I-pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan (Santoso, 2012: 100) adalah sebagai berikut: 1. Jika sig.(2-tailed) > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I-pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka penerapan model PBL tidak berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi dan analisis. 2. Jika sig.(2-tailed) < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I-pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka penerapan penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi dan analisis.
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan Uji besar pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi dan analisis. Uji besar pengaruh model PBL dapat dilihat dengan mencari effect size. Field (2009: 56-57) menjelaskan bahwa effect size adalah suatu ukuran objektif dan terstandarisasi untuk mengetahui besarnya efek yang dihasilkan. Kriteria untuk menentukan besarnya efek adalah sebagai berikut (Field, 2009: 179). Tabel 3.8 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan r (effect size) Kategori Persentase 0,10 Kecil Setara dengan 1% pengaruh perlakuan 0,30 Menengah Setara dengan 9% pengaruh perlakuan 0,50 Besar Setara dengan 25% pengaruh perlakuan
Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan menghitung koefisien determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang didapat) kemudian dikalikan 100%. Jika distribusi data normal, uji besar pengaruh dihitung dengan menggunakan rumus:
Gambar 3.3 Rumus Besar Efek untuk Data Normal (Sumber: Field, 2009: 57)
Keterangan: r
= besar pengaruh (effect size) perlakuan dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson
t
= harga uji t
df = harga derajat kebebasan (degree of freedom) Jika distribusi data tidak normal, uji besar pengaruh dihitung dengan menggunakan rumus effect size sebagai berikut:
Gambar 3.4 Rumus Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal (Sumber: Field, 2009: 332)
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keterangan: r
= besar pengaruh (effect size)
Z
= harga konversi dari standar deviasi (diperoleh dari perhitungan non parametrik program SPSS)
N = jumlah total responden (dalam hal ini 2 x jumlah siswa)
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut 3.8.2.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui persentase besar pengaruh model PBL yang dilihat dari peningkatan rerata dari pretest ke posttest I. Analisis perhitungan dilakukan dengan mengambil data rerata skor pretest dan posttest I pada uji normalitas distribusi data menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Besar persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Gambar 3.5 Rumus Besar Persentase Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I (Sumber: Gunawan, 2006: 575)
Untuk mengetahui persentase selisih skor pretest-posttest I (gain score) dapat dilakukan penghitungan manual sebagai berikut:
Gambar 3.6 Rumus Gain Score (Sumber: Gunawan, 2006: 575)
Frekuensi gain score yang diambil kurang lebih 50% dari skor tertinggi selisih pretest-posttest I kedua kelompok yaitu dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Grafik poligon pada gain score menunjukkan perbandingan yang tepat pada rerata antara kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol (Fraenkel, 2012: 250-251).
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.8.2.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Field (2009: 325) menjelaskan bahwa jika data yang diuji berasal dari dua kelompok yang sama, maka digunakan uji statistik berikut. Uji statistik yang digunakan adalah Paired samples t-test jika data terdistribusi dengan normal. Uji statistik menggunakan Wilcoxon jika data terdistribusi dengan tidak normal (Field, 2009: 345). Analisis statistik dengan menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05 (Filed, 2009: 53). Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut. Hi
:
Ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hnull :
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulannya adalah sebagai berikut: 1. Jika harga sig.(2-tailed) < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain, terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I. 2. Jika harga sig.(2-tailed) > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain, tidak terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I. 3.8.2.3 Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata pretest dan posttest I positif dan signifikan. Positif berarti semakin tinggi pretest semakin tinggi pula posttest I, signifikan berarti hasil skor korelasi tersebut dapat digeneralisasi pada populasi. Uji korelasi antara skor pretest dan posttest I
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan rumus bivariate correlations yaitu untuk mengetahui korelasi antara dua variabel. Apabila data terdistribusi normal maka uji korelasi ini menggunakan
rumus
bivariate
correlation
coefficients
yaitu
Pearson’s
correlation coefficient (Field, 2009: 177). Apabila data tidak terdistribusi normal maka menggunakan analisis statistik non-parametrik yaitu rumus Spearman’s correlation coefficient (Field, 2009: 179). Tabel berikut merupakan interpretasi koefisien korelasi untuk menguji hipotesis (Fraenkel, 2012: 253).
Correlation Coefficient 0,00 – 0,40 0,41 – 0,60 0,61 – 0,80 0,81 atau lebih
Tabel 3.9 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Interpretasi Rendah Cukup besar Sangat besar, akan tetapi jarang di penelitian pendidikan Kemungkinan kesalahan penghitungan atau sangat hubungannya
besar
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut (Field, 2009: 181). Hi
:
Ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hnull :
Tidak ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut: 1. Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 2. Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05, maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Pada uji retensi pengaruh perlakuan diperlukan pelaksanaan
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
posttest II untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang lebih sensitif daripada posttest I (Krathwohl, 2004: 546). Posttest II dapat dilakukan 2 minggu setelah posttest I. Pada hasil skor posttest II dilakukan uji normalitas dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov. Field (2009: 325) menjelaskan bahwa jika data yang diuji berasal dari dua kelompok yang sama, maka menggunakan uji statistik berikut. Uji statistik yang digunakan adalah Paired samples t-test jika data terdistribusi dengan normal. Uji statistik menggunakan Wilcoxon jika data terdistribusi dengan tidak normal (Field, 2009: 345). Data hasil posttest II dibandingkan dengan data posttest I menggunakan program IBM SPSS statistics versi 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut. Hi
:
Ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hnull :
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan (Priyatno, 2010: 102) adalah sebagai berikut: 1. Jika harga sig.(2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain tidak ada penurunan/peningkatan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II. 2. Jika harga sig.(2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol
dan
kelompok
eksperimen.
Dengan
kata
lain
ada
penurunan/peningkatan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II. Persentase kenaikan rerata posttest I ke posttest II dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Gambar 3.7 Rumus Persentase Uji Retensi Pengaruh (Sumber: Gunawan, 2006: 575)
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.8.3 Dampak Pengaruh Perlakuan Analisis dampak pengaruh perlakuan bertujuan untuk menyingkapkan persepsi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dari subjek-subjek yang terlibat dalam penelitian. Peneliti melakukan analisis dampak pengaruh perlakuan dengan dua teknik pengumpulan data yakni teknik tes dan nontes. Teknik tes menjadi teknik utama dalam penelitian ini, sedangkan teknik nontes menggunakan elemen penelitian kualitatif sederhana untuk melengkapi hasil penelitian kuantitatif (Krathwohl, 2004: 546). Peneliti menggunakan teknik nontes dengan metode triangulasi yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sanjaya (2013: 270) menjelaskan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung maupun tidak tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada alat observasi. Melengkapi pendapat Sanjaya, Sugiyono (2015: 203) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Pada penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran di kelas eksperimen. Hasil observasi diperoleh dengan membuat catatan aktivitas siswa selama melaksanakan pembelajaran. Sanjaya (2013: 263) menjelaskan bahwa wawancara (interview) adalah teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data. Melengkapi penjelasan tersebut, Sugiyono (2015: 194) mengungkapkan bahwa wawancara digunakan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan kepada guru mitra dan 3 siswa dari kelompok eksperimen. Ketiga siswa yang akan diwawancarai merupakan siswa yang memiliki kemampuan kognitif paling tinggi, sedang (menengah), dan rendah. Dokumen adalah catatan suatu peristiwa yang sudah berlalu dan dapat berupa tulisan, gambar, atau karya. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen nilai siswa dan foto-foto siswa saat pembelajaran. Nilai siswa diperoleh dari hasil pretest, posttest I, dan posttest II. Pedoman wawancara guru
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan siswa kelompok eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.10 dan Tabel 3.11 serta Tabel 3.12 berikut.
No. 1 2 3 4 5 6 7
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No. 1 2 3 4 5 6
Tabel 3.10 Pedoman Wawancara dengan Guru Pertanyaan Apakah sebelumnya Ibu sudah pernah menerapkan model PBL dalam pembelajaran IPA? Apakah terdapat kesulitan saat Ibu menerapkan model PBL? Bagaimanakah pendapat Ibu mengenai proses pembelajaran yang menggunakan model PBL? Apakah model PBL efektif jika diterapkan dalam pembelajaran IPA? Apakah sebelumnya Ibu pernah menerapkan model pembelajaran selain PBL pada pembelajaran IPA? Bagaimana pembelajaran di kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah? Apa saran Ibu untuk pembelajaran yang menerapkan model PBL?
Tabel 3.11 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan Pertanyaan Apakah kamu senang belajar IPA? Biasanya bagaimana cara gurumu mengajar IPA? Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan metode lain selain ceramah? Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 1a tentang mengelompokkan pohon yang memiliki daun lengkap dan tidak lengkap? Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 1b tentang perbedaan dan persamaan daun pisang dan daun rambutan menurut kelengkapan daunnya? Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 1c mengenai menjelaskan pengertian dari daun lengkap dan tidak lengkap? Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 2a dan 2c tentang mengidentifikasi fungsi akar? Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 2b tentang menggambar akar pohong lengkap dengan bagian-bagiannya? Dari soal nomor 1 dan 2 manakah yang paling kamu anggap sulit? Mengapa?
Tabel 3.12 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan Pertanyaan Apakah model PBL membantumu dalam memahami materi mengenai bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya? Apakah kamu mengalami kesulitan saat belajar IPA dengan model PBL? Mengapa? Jelaskan! Apakah belajar IPA dengan model PBL lebih menarik daripada belajar dengan metode ceramah? Mengapa? Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 1a tentang mengelompokkan pohon yang memiliki daun lengkap dan tidak lengkap? Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 1b tentang perbedaan dan persamaan daun pisang dan daun rambutan menurut kelengkapan daunnya? Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 1c mengenai menjelaskan pengertian dari
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7 8 9 10
daun lengkap dan tidak lengkap? Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 2a dan 2c tentang mengidentifikasi fungsi akar? Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 2b tentang menggambar akar pohong lengkap dengan bagian-bagiannya? Apakah belajar IPA dengan model PBL mempermudah kamu untuk mengerjakan soal-soal yang sulit? Apakah kamu merasa senang belajar IPA dengan model PBL? Mengapa?
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV memaparkan hasil penelitian dan hasil analisis data. Hasil penelitian berisikan implementasi penelitan yang meliputi deskripsi populasi dan deskripsi implementasi pembelajaran. Hasil analisis data berisikan uji hipotesis penelitian I dan II yang meliputi analisis pengaruh perlakuan dan analisis lebih lanjut. Pada pembahasan diuraikan mengenai pengaruh perlakuan beserta dampaknya. 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Implementasi Penelitian Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Penentuan kedua kelompok dilakukan dengan cara undian oleh guru mitra. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan desain non probability sampling dengan tipe convenience sampling. Best dan Kahn (2006: 18-19) mengungkapkan bahwa teknik convenience sampling merupakan pemilihan sampel yang digunakan untuk penelitian pendidikan dengan menggunakan kelas yang tersedia karena keterbatasan administrasi untuk memilih secara acak. Sampel penelitian diperoleh dengan cara pengundian yang disaksikan oleh guru mata pelajaran IPA kelas IV yang menjadi guru mitra pada penelitian ini. Hasil pengundian menunjukkan bahwa kelas IV C sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV A sebagai kelompok kontrol. Berikut ini akan dideskripsikan populasi penelitian dan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Populasi terdiri dari tiga kelas yaitu kelas IVA, IVB, dan IVC. Hasil wawancara dengan guru mitra pada hari Senin, 08 Agustus 2016 menunjukkan bahwa ketiga kelas memiliki prestasi akademik yang sama, karena pembagian kelas sejak awal diacak baik dari segi prestasi maupun latar belakang keluarga. Sampel pertama penelitan adalah kelas IVC sebagai kelompok eksperimen.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jumlah siswa di kelas ini adalah 31 anak yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Siswa pada kelompok eksperimen rata-rata berasal dari latar belakang keluarga ekonomi menengah dan berpendidikan. Data siswa menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain karyawan swasta, guru, wiraswasta, PNS, dosen, dan perawat. Latar belakang pendidikan orang tua antara lain SMA, SMK, D3, S1, S2, dan S3. Berdasarkan daftar kehadiran, tidak terdapat satu pun siswa kelas eksperimen yang tidak mengikuti proses implementasi pembelajaran menggunakan model PBL. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sampel di kelas eksperimen berjumlah 31 anak. Sampel kedua penelitian adalah kelas IVA sebagai kelompok kontrol. Jumlah siswa di kelas ini sama dengan kelompok eksperimen yaitu 31 anak, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Siswa kelas IVA rata-rata juga berasal dari latar belakang keluarga ekonomi menengah dan berpendidikan. Data siswa menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain karyawan swasta, wiraswasta, PNS, dan dosen. Latar belakang pendidikan orang tua antara lain SMA, SMK, D3, S1, S2, dan S3. 4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pretest dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilaksanakan pada Sabtu, 08 Oktober 2016. Siswa mengerjakan soal pretest berjumlah 4 butir soal uraian dengan waktu 2 x 40 menit. Sebelum mengerjakan soal, siswa mendapat pengarahan dari guru tentang langkah-langkah pengerjaan soal maupun maksud dari butir soal. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru mengenai soal yang kurang dipahami. Guru yang mendampingi siswa selama pretest maupun selama pelaksanaan pembelajaran pada kedua kelompok adalah guru yang sama. Peneliti dalam hal ini berperan sebagai pengamat, sehingga tidak sedikitpun mengambil peran dalam kegiatan pembelajaran. Peran peneliti adalah membantu menyiapkan alat dan bahan sebelum pelaksanaan pembelajaran dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. Berikut merupakan deskripsi implementasi kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol Pembelajaran kelompok kontrol menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada kurikulum 2006 (KTSP). Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembelajaran pada setiap pertemuan adalah dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Pembelajaran dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dengan sub materi yang berbeda di dalam kelas oleh guru mitra. Materi pokok yang dipelajari adalah bagian tumbuhan dan fungsinya. Pertemuan pertama dilaksanakan hari Selasa, 11 Oktober 2016 pada pukul 07.00-08.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah bagian akar dan fungsinya. Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi oleh guru. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang bagian akar tumbuhan dan fungsinya. Kegiatan inti dilaksanakan dengan memberikan penjelasan kepada siswa tentang bagian-bagian akar tumbuhan dan fungsi akar bagi tumbuhan. Siswa menerima materi yang dijelaskan oleh guru dan mencatat hal-hal penting di buku masing-masing. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana siswa paham akan materi yang disampaikan, guru memberikan tes tertulis berupa soal uraian. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan pemberian umpan balik terhadap siswa. Pertemuan kedua dilaksanakan hari Kamis, 13 Oktober 2016 pada pukul 07.00-08.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah bagian batang tumbuhan dan fungsinya. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam, doa, dan apersepsi, guru bertanya jawab dengan siswa tentang bagian batang tumbuhan dan fungsinya. Guru menjelaskan fungsi batang dan bagian-bagiannya. Siswa menyimak penjelasan dari guru dan mencatat hal-hal penting yang diungkapankan oleh guru. Selanjutnya guru memberikan soal urian kepada siswa sebagai bentuk evaluasi pembelajaran pada pertemuan ini. Pembelajaran diakhiri dengan kegiatan menyimpulkan dan pemberian umpan balik kepada siswa. Pertemuan ketiga dilaksanakan hari Jumat, 14 Oktober 2016 pada pukul 09.20-10.40 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah bagian daun beserta fungsi daun bagi tumbuhan. Kegiatan pembelajaran diawali dengan tanya jawab guru dan siswa mengenai fungsi daun pada tumbuhan. Kemudian guru menjelaskan kepada siswa mengenai pembagian macam daun berdasarkan kelengkapan bagiannya.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Siswa mendengarkan penjelasan guru. Siswa mencatat hal-hal pentingyang telah disampaikan oleh guru. Selanjutnya guru memberikan beberapa soal uraian kepada siswa sebagai bentuk evaluasi pembelajaran pertemuan ini. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan pemberian umpan balik kepada siswa. Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2016 siswa kelompok kontrol mengerjakan soal posttest I. Tujuan posttest I adalah untuk mengetahui pemahaman siswa setelah menerima pembelajaran dengan metode ceramah. Satu minggu setelah posttest I tepatnya pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016 siswa diminta untuk mengerjakan posttest II yang bertujuan untuk mengetahui kembali pemahaman siswa dalam selang waktu beberapa minggu setelah menerima pembelajaran dengan metode ceramah. Soal yang dikerjakan oleh siswa pada posttest I dan II sama seperti soal pretest, yakni 4 butir soal uraian. 2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen Implementasi pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model PBL. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada kurikulum 2006 (KTSP). Waktu pelaksanakan pembelajaran pada setiap pertemuan adalah dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Pembelajaran dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dengan sub materi yang berbeda. Materi pokok yang dipelajari adalah bagian tumbuhan dan fungsinya. Pembelajaran dilaksanakan oleh guru mitra melalui beberapa percobaan di dalam kelas. Pelaksanaan pembelajaran dengan model PBL pada kelompok eksperimen meliputi tiga kegiatan yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pendahuluan berisi kegiatan salam, doa, apersepsi, motivasi, dan orientasi berupa penyampaian tujuan pembelajaran. Kegiatan inti berisi lima tahap model PBL yaitu mengorientasi siswa terhadap masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kegiatan penutup berisikan penyimpulan hasil diskusi pembelajaran, evaluasi, refleksi, dan tindak lanjut terhadap siswa. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 13 Oktober 2016 pukul 09.20-10.40 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah bagian-bagian akar
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tumbuhan dan fungsi akar bagi tumbuhan. Kegiatan diawali dengan tanya jawab antara guru dan siswa tentang bagian-bagian akar tumbuhan (apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran, dan pemberian semangat belajar pada siswa (motivasi). Kegiatan inti yang pertama adalah tahap mengorientasi siswa pada masalah. Guru mengorientasi siswa terhadap masalah dengan bercerita kepada siswa bahwa ada seorang temannya yang tidak tahu apa saja bagian-bagian akar dan fungsi akar bagi tumbuhan, guru bertanya apakah para siswa mau membantu teman guru tersebut mencari tahu apa saja bagian akar. Kemudian guru menjelaskan kegiatan selanjutnya yaitu untuk mengidentifikasi bagian-bagian akar. Kegiatan inti yang kedua adalah mengorganisasi siswa untuk belajar yang dilakukan dengan membuat siswa belajar bersama ke dalam kelompok. Siswa dibagi menjadi enam kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Di dalam kelompok, guru membagikan tumbuhan bayam lengkap dengan akarnya. Kegiatan inti yang ketiga adalah membimbing penyelidikan individual atau kelompok. Siswa dibimbing untuk mendiskusikan permasalahan yaitu untuk mencari tahu apa saja bagian-bagian akar, kemudian menggambar bagian-bagian akar pada kertas yang telah disediakan. Kegiatan inti yang keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Hasil dari diskusi yang telah dilakukan kemudian disajikan dan disampaikan secara lisan di depan kelas. Kegiatan inti yang terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah. Pada tahap ini, guru memberikan sebuah artikel tentang bagian-bagian akar. Tugas siswa adalah mengevaluasi, apakah hasil dari diskusi di setiap kelompok sesuai dengan artikel yang telah diberikan. Guru memberikan penguatan ketika terjadi miskonsepsi. Pertemuan pertama ini terdiri dari dua paket langkah PBL. Paket yang kedua dari PBL membahas tentang fungsi akar bagi tumbuhan. Pada tahap pertama guru mengorientasi siswa pada masalah dengan membagikan kertas yang berisi kasus pada setiap kelompok. Siswa bersama kelompoknya menemukan masalah. Kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa. Selanjtnya pada tahap kedua guru mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok. Guru membimbing siswa untuk tetap berada dalam kelompok dan mendiskusikan
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
beberapa permasalahan. Pada tahap ketiga guru membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok. Siswa bersama kelompok melakukan diskusi untuk memecahkan permasalahan dengan menggunakan berbagai sumber baik buku dan majalah yang tersedia di dalam kelas. Setiap anggota kelompok memberikan opininya di setiap kegiatan kelompok. Siswa dalam kelompok saling bertukar pikiran, berdiskusi, mempersatukan ide dan pendapat untuk menyelesaikan masalah mengenai fungsi akar. Siswa berpendapat untuk menilai kebenaran tentang fungsi akar bagi tumbuhan. Masuk pada tahap keempat, siswa mengembangkan dan menyajikan hasil karya dengan menulis hasil diskusi bersama dengan kelompoknya. Tahap terakhir guru bersama siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi mereka secara bergantian. Guru menampung pendapat setiap kelompok yang selanjutnya diberikan penguatan lebih lanjut. Setiap kelompok mengevaluasi dan menganalisis hasil pemecahan masalah yang telah didapat mengenai fungsi akar bagi tumbuhan. Kegiatan penutup berisi rangkuman, evaluasi refleksi, dan tindak lanjut. Pada kegiatan merangkum, siswa bersama guru merangkum materi bagian tubuh tumbuhan beserta fungsinya. Kemudian guru dan siswa mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanankan. Guru memberikan lembar evaluasi kepada setiap siswa untuk menguji pemahaman mereka terhadap materi bagian akar tumbuhan beserta fungsinya. Pada kegiatan refleksi, siswa mengemukakan perasaan dan nilai-nilai yang didapat selama kegiatan pembelajaran. Selanjutnya pada kegiatan tindak lanjut guru memberikan PR sebagai tolok ukur pemahaman siswa. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam. Pertemuan kedua dilaksanakan hari Jumat, 14 Oktober 2016 pada pukul 07.00-08.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah bagian batang tumbuhan beserta fungsinya. Kegiatan diawali dengan tanya jawab antara guru dan siswa tentang bagian batang tumbuhan (apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran, dan pemberian semangat belajar pada siswa (motivasi). Selanjutnya, kegiatan inti yang pertama mengorientasi siswa terhadap masalah. Guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dengan memberikan beberapa pertanyaan. Kegiatan inti yang kedua adalah mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru mengorganisasi
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa untuk belajar dalam bentuk kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 6 siswa. Guru menjelaskan lebih rinci mengenai alternatif strategi untuk menyelesaikan masalah yang ada, yaitu terkait dengan kasus. Siswa berpendapat untuk menilai kebenaran tentang bagian tubuh batang, jenis beserta fungsinya melalui kegiatan diskusi. Siswa secara berkelompok melakukan kegiatan pengamatan mengenai fungsi batang dengan melakukan percobaan dengan alat dan bahan yang sudah disediakan oleh guru untuk menguji dugaan (hipotesis) yang diajukan. Sembari menunggu hasil percobaan, siswa secara berkelompok melakukan kegiatan pengamatan mengenai struktur batang yang sudah disediakan oleh guru untuk menguji dugaan (hipotesis) yang diajukan. Kegiatan inti yang ketiga adalah membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Siswa melakukan kegiatan pengamatan dengan bimbingan guru. Kemudian siswa mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan materi yang diangkat dalam permasalahan, yaitu mengenai struktur batang, jenis dan fungsinya. Di dalam kelompok, siswa secara individu menggambar kembali dan menamai bagian-bagian batang berdasar hasil pengamatannya. Siswa dalam kelompok mengerjakan LKS terkait dengan hasil kegiatan penelitian. Guru membagikan artikel terkait dengan bagian-bagian batang, jenis batang, dan fungsi batang. Kegiatan inti yang keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatan pengamatan yang telah dilakukan. Kelompok lain menanggapi hasil presentasi dan guru memberikan umpan balik. Selanjutnya kegiatan inti yang terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru bersama siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang dipresentasikan oleh setiap kelompok maupun seluruh aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Guru memberikan penguatan terkait penguasaan pengetahuan mengenai struktur batang, jenis dan fungsinya. Kegiatan penutup berisi rangkuman, evaluasi refleksi, dan tindak lanjut. Pada kegiatan rangkuman, siswa bersama guru merangkum materi bagian batang tumbuhan beserta fungsinya. Kemudian guru dan siswa mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanankan. Guru memberikan lembar evaluasi kepada setiap siswa untuk menguji pemahaman mereka terhadap materi
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bagian batang tumbuhan beserta fungsinya. Pada kegiatan refleksi, siswa mengemukakan perasaan dan nilai-nilai
yang didapat selama kegiatan
pembelajaran. Selanjutnya pada kegiatan tindak lanjut guru memberikan PR sebagai tolok ukur pemahaman siswa. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam. Pertemuan ketiga dilaksanakan hari Senin, 17 Oktober 2016 pada pukul 09.20-10.40 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah bagian daun tumbuhan dan fungsi daun bagi tumbuhan. Kegiatan diawali dengan tanya jawab antara guru dan siswa tentang zat sisa pernapasan (apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran, dan pemberian semangat belajar pada siswa (motivasi). Selanjutnya, kegiatan inti yang pertama adalah mengorientasi peserta didik pada masalah. Guru bertanyakepada siswa mengenai bagian-bagian daun dan fungsi daun. Guru memberikan berbagai macam daun dan LKS yang di dalamnya terdapat kasus tentang daun. Kegiatan inti yang kedua adalah mengorganisasi siswa untuk belajar. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5-6 anak. Kegiatan inti yang ketiga membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok. Siswa di dalam kelompok mendiskusikan permasalahan terkait dengan kasus, kemudian mengidentifikasi persamaan perbedaan antara daun lengkap dan daun tidak lengkap. Selanjutnya siswa mulai mengelompokkan tumbuhan yang memiliki daun lengkap dan tidak lengkap. Siswa berpendapat untuk menilai kebenaran tentang tumbuhan yang memiliki daun lengkap dan tidak lengkap melalui kegiatan diskusi. Siswa mencari tahu dan mengumpulkan informasi untuk menjawab LKS melalui buku dan sumber informasi lainnya. Selanjutnya siswa bersama kelompok membuat alternatif pemecahan masalah dari bagian tubuh tumbuhan dan fungsinya melalui sumber informasi selain dari buku bacaan. Setiap anggota kelompok memberikan opininya di setiap kegiatan kelompok. Siswa dalam kelompok saling bertukar pikiran, berdiskusi, mempersatukan ide dan pendapat untuk menyelesaikan masalah. Setiap kelompok mengevaluasi dan menganalisis informasi yang telah diperoleh. Kegiatan inti yang keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Setiap kelompok bersiap untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Kelompok yang tidak terlibat dalam presentasi dapat terlibat sebagai
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendengar untuk mengevaluasi dan mengajukan pertanyaan. Guru menampung pendapat setiap kelompok. Kegiatan inti yang terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru memberikan penguatan dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Siswa merumuskan kesimpulan yang diperoleh dalam memecahkan masalah. Kegiatan penutup berisi rangkuman, evaluasi refleksi, dan tindak lanjut. Pada Kamis, 20 Oktober 2016 siswa kelompok eksperimen mengerjakan soal posttest I. Tujuan diberikan posttest I adalah untuk mengetahui pemahaman siswa setelah menerima pembelajaran dengan model PBL. Satu minggu setelah posttest I tepatnya pada Kamis, 27 Oktober 2016 siswa diberikan posttest II yang bertujuan untuk mengetahui kembali pemahaman siswa dalam selang waktu beberapa minggu setelah menerima pembelajaran dengan model PBL. Soal yang dikerjakan oleh siswa pada posttest I dan II sama seperti soal pretest, yakni 4 butir soal uraian. 4.1.2 Deskripsi Sebaran Data Pada deskripsi sebaran data, peneliti memperlihatkan perbedaan data yang diperoleh pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk setiap indikator. Hasil dari sebaran data dapat dilihat pada tabel berikut. 4.1.2.1 Kemampuan Interpretasi 1. Kelompok Kontrol Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol No.
1
2
3
Indikator
Mengelompokkan pohon yang memiliki daun lengkap dan daun tidak lengkap Menjelaskan bagian-bagian akar dengan gambar untuk memperjelas masalah Menjelaskan makna dari daun lengkap dan daun tidak lengkap dengan bahasa sendiri tanpa menghilangkan arti semula Jumlah
Pretest 3 4
1
2
9
14
7
6
17
7
22
Posttest I 3 4
Tota l
1
2
Total
1
31
2
13
6
10
31
8
0
31
5
14
8
4
31
16
6
2
31
4
13
11
3
31
57
21
3
11
40
25
17
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel di atas menunjukkan hasil sebaran data pretest pada kelompok kontrol untuk ketiga indikator dari kemampuan interpretasi, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 22 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 57 anak, siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 21 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 3 anak. Nilai yang sering muncul dari 31 siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu nilai 2 sebanyak 57 anak. Siswa yang mendapat nilai 1 paling banyak terdapat pada indikator pertama yaitu sebanyak 9 anak, yang mendapat nilai 2 paling banyak terdapat pada indikator kedua yaitu sebanyak 17 anak, yang mendapat nilai 3 paling banyak terdapat pada indikator kedua yaitu sebanyak 8 anak dan yang mendapat nilai 4 hanya terdapat pada indikator pertama dan ketiga masing-masing sebanyak 1 anak dan 2 anak. Dari hasil sebaran data posttest I pada kelompok kontrol untuk ketiga indikator dari kemampuan interpretasi siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 11 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 40 anak, siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 25 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 17 anak. Hasil dari sebaran data posttest I menunjukkan bahwa siswa paling banyak mendapat nilai 2 yaitu 40 anak. Hal ini berarti bahwa terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 berkurang, sedangkan siswa yang mendapat nilai 3 dan 4 bertambah pada posttest I. 2. Kelompok Eksperimen
No. 1
2
3
Tabel 4.2 Sebaran Data Kelompok Eksperimen Indikator Pretest 1 2 3 4 Total 1 2 Mengelompokkan pohon yang memiliki daun lengkap dan 2 18 9 2 31 0 3 daun tidak lengkap Menjelaskan bagian-bagian akar dengan gambar untuk 11 15 5 0 31 0 6 memperjelas masalah Menjelaskan makna dari daun lengkap dan daun tidak lengkap 10 14 6 1 31 0 7 dengan bahasa sendiri tanpa menghilangkan arti semula 23 47 20 3 0 16 Jumlah
Posttest I 3 4
Total
14
14
31
15
10
31
15
9
31
44
33
Tabel di atas menunjukkan hasil sebaran data pretest pada kelompok eksperimen untuk ketiga indikator dari kemampuan interpretasi, siswa yang
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapat nilai 1 sebanyak 23 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 47 anak, siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 20 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 3 anak. Nilai yang sering muncul dari 31 siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu nilai 2 sebanyak 47 anak. Siswa yang mendapat nilai 1 paling banyak terdapat pada indikator kedua yaitu sebanyak 11 anak, yang mendapat nilai 2 paling banyak terdapat pada indikator pertama yaitu sebanyak 18 anak, yang mendapat nilai 3 paling banyak terdapat pada indikator pertama yaitu sebanyak 9 anak dan yang mendapat nilai 4 hanya terdapat pada indikator pertama dan ketiga masing-masing sebanyak 1 anak dan 2 anak. Dari hasil sebaran data posttest I pada kelompok eksperimen untuk ketiga indikator dari kemampuan interpretasi, tidak ada siswa yang mendapat nilai 1, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 16 anak, siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 44 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 33 anak. Hasil dari sebaran data posttest I menunjukkan bahwa siswa paling banyak mendapat nilai 3 yaitu 44 anak. Hal ini berarti bahwa terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 berkurang bahkan tidak ada, sedangkan siswa yang mendapat nilai 3 dan 4 bertambah pada posttest I. 4.1.2.2 Kemampuan Analisis 1. Kelompok Kontrol No. 1
2
3
Tabel 4.3 Sebaran Data Kelompok Kontrol Indikator Pretest 1 2 3 4 Total Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan daun yang 7 18 6 0 31 merupakan daun lengkap dan daun tidak lengkap Menganalisis rangkaian argumen yang dikembangkan dan yang digunakan sebagai 5 18 8 0 31 dasar untuk menarik kesimpulan mengenai fungsi akar Mengidentifikasi suatu permasalahan yang berkaitan 4 20 6 1 31 dengan fungsi batang pada tumbuhan Jumlah
16
56
20
1
Posttest I 3 4 Total
1
2
7
15
7
2
31
1
23
5
2
31
3
18
9
1
31
11
56
21
5
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel di atas menunjukkan hasil sebaran data pretest pada kelompok kontrol untuk ketiga indikator dari kemampuan analisis, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 16 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 56 anak, siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 20 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 1 anak. Nilai yang sering muncul dari 31 siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu nilai 2 sebanyak 56 anak. Siswa yang mendapat nilai 1 paling banyak terdapat pada indikator pertama yaitu sebanyak 7 anak, yang mendapat nilai 2 paling banyak terdapat pada indikator ketiga yaitu sebanyak 20 anak, yang mendapat nilai 3 paling banyak terdapat pada indikator kedua yaitu sebanyak 8 anak dan yang mendapat nilai 4 hanya terdapat pada indikator ketiga sebanyak 1 anak. Dari hasil sebaran data posttest I pada kelompok kontrol untuk ketiga indikator dari kemampuan analisis siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 11 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 56 anak, siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 21 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 5 anak. Hasil dari sebaran data posttest I menunjukkan bahwa siswa paling banyak mendapat nilai 2 yaitu 56 anak. Hal ini berarti bahwa terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 berkurang, sedangkan siswa yang mendapat nilai 3 dan 4 bertambah pada posttest I. 2. Kelompok Eksperimen No. 1
2
3
Tabel 4.4 Sebaran Data Kelompok Kontrol Pretest 1 2 3 4 Total Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan daun yang 8 18 5 0 31 merupakan daun lengkap dan daun tidak lengkap Menganalisis rangkaian argumen yang dikembangkan dan yang digunakan sebagai 7 17 7 0 31 dasar untuk menarik kesimpulan mengenai fungsi akar Mengidentifikasi suatu permasalahan yang berkaitan 3 22 5 1 31 dengan fungsi batang pada tumbuhan Indikator
Jumlah
18
57
17
1
Posttest I 3 4
1
2
Total
0
11
14
6
31
0
7
19
5
31
1
11
15
4
31
1
29
48
15
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel di atas menunjukkan hasil sebaran data pretest pada kelompok eksperimen untuk ketiga indikator dari kemampuan analisis, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 18 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 57 anak, siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 17 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 1 anak. Nilai yang sering muncul dari 31 siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu nilai 2 sebanyak 57 anak. Siswa yang mendapat nilai 1 paling banyak terdapat pada indikator pertama yaitu sebanyak 8 anak, yang mendapat nilai 2 paling banyak terdapat pada indikator ketiga yaitu sebanyak 22 anak, yang mendapat nilai 3 paling banyak terdapat pada indikator kedua yaitu sebanyak 7 anak dan yang mendapat nilai 4 hanya terdapat pada indikator ketiga sebanyak 1 anak. Dari hasil sebaran data posttest I pada kelompok eksperimen untuk ketiga indikator dari kemampuan analisis siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 1 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 29 anak, siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 48 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 15 anak. Hasil dari sebaran data posttest I menunjukkan bahwa siswa paling banyak mendapat nilai 3 yaitu 48 anak. Hal ini berarti bahwa terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 berkurang, sedangkan siswa yang mendapat nilai 3 dan 4 bertambah pada posttest I. 4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I Hipotesis penelitian I adalah penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Kanisius Sengkan tahun ajaran 2016/2017. Variabel dependen pada hipotesis ini adalah kemampuan interpretasi, sedangkan untuk variabel independen adalah penerapan model Problem Based Learning. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dari 3 soal uraian yaitu item soal nomor 1a yang mengandung indikator membuat kategori, item soal nomor 1c dan 2b mengandung indikator menjelaskan makna. Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan program statistik yakni IBM SPSS Statistics 22 for Windows. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam hipotesis tersebut adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan yaitu 1) uji normalitas distribusi data untuk mengetahui data
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terdistribusi normal atau tidak, sehingga hasil uji tersebut dapat digunakan untuk melakukan
analisis
selanjutnya
menggunakan
statistik
parametrik
atau
nonparametrik, 2) uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, 3) uji signifikansi pengaruh perlakuan, 4) uji besar pengaruh perlakuan, 5) perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest, 6) uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest, 7) uji korelasi rerata pretest ke posttest, dan 8) uji retensi pengaruh perlakuan. 4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak dan untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam menganalisis data selanjutnya (Field, 2009: 144). Data dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diuji normalitasnya menggunakan One-Samples Kolmogorov-Smirnov Test. Data yang diuji normalitasnya adalah data skor pretest, posttest I, posttest II, dan selisih pretest ke posttest I. Kriteria yang digunakan untuk kesimpulan uji normalitas data adalah sebagai berikut. 1) Jika harga Sig.(2-tailed) > 0,05 maka data terdistribusi normal dan uji statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik misalnya dengan Independent samples t-test atau Paired samples t-test (Field, 2009: 326). 2) Jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05 maka data terdistribusi tidak normal dan uji statistik selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik misalnya dengan Mann-Whitney U-test atau Wilcoxon (Field, 2009: 345). Hasil uji normalitas kemampuan interpretasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.3.1). Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Interpretasi Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Kelompok Aspek Sig. Keterangan Sig. Keterangan Kontrol Pretest 0,104 Normal 0,230 Normal Posttest I 0,113 Normal 0,417 Normal Posttest II 0,137 Normal 0,057 Normal Selisih rerata skor pretest- 0,159 Normal 0,655 Normal posttest I Eksperimen Pretest 0,149 Normal 0,206 Normal Posttest I 0,074 Normal 0,121 Normal Posttest II 0,144 Normal 0,088 Normal Selisih rerata skor pretest- 0,057 Normal 0,062 Normal posttest I
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada uji normalitas distribusi data dilengkapi dengan uji normalitas Shapiro-Wilk yang bertujuan untuk memastikan keputusan sebuah data terdistribusi normal aau tidak karena perhitungannya lebih ketat. Namun, pada uji ini memiliki kelemahan yaitu hanya menggunakan n dari kelompok kecil. Tabel 4.5 menunjukkan harga Sig.(2-tailed) > 0,05 untuk semua aspek. Aspek yang dimaksud adalah pretest, posttest I, posttest II, dan selisih rerata skor pretest posttest I untuk kemampuan interpretasi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Semua aspek memiliki distribusi data normal, sehingga analisis statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Statistik parametrik dengan Independent sample t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang berbeda, misalnya kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen (Field, 2009: 326). Sedangkan statistik parametrik dengan Paired samples t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang sama, misalnya kelompok kontrol dengan kelompok kontrol atau kelompok eksperimen dengan kelompok eksperimen. 4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama atau berbeda terhadap kemampuan interpretasi, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mempunyai kemampuan awal yang sama, meskipun pengambilan sampel penelitian tidak dilakukan dengan cara random. Uji ini menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test karena data terdistribusi normal dan diambil dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 326). Data diambil dari rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum melakukan uji perbedaan rerata skor pretest menggunakan Independent samples t-test, dilakukan uji asumsi untuk memeriksa homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’s test. Jika harga Sig. < 0,05 maka tidak terdapat homogenitas varians dari kedua data yang dibandingkan. Jika harga Sig. > 0,05 maka terdapat homogenitas varians dari kedua data yang dibandingkan
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Field, 2009: 150). Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut (lihat Lampiran 4.4.1). Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik F Sig. Levene’s Test for Equality of Variances 0,164 0,687
Keputusan Homogen
Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F = 0,164 dan harga Sig. = 0,687, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians data. Apabila variansnya homogen, maka data uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340). Tingkat kepercayaan untuk melakukan uji perbedaan kemampuan awal adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika Sig.(2tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji perbedaan kemampuan awal dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (lihat Lampiran 4.4.1). Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Interpretasi Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keputusan Independent Samples t-test 0,938 Tidak ada perbedaan
Rerata kelompok kontrol (M = 2,04; SE = 0,89), lebih tinggi dibandingkan kelompok eksperimen (M = 2,03; SE = 0,98). Perbedaan skor tersebut tidak signifikan t(60) = 0,078, p = 0,938 (p
0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak,
artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji perbedaan rerata pretest yaitu kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama untuk kemampuan interpretasi. 4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan interpretasi, dengan melihat perbedaan rerata selisih skor pretest dan posttest I kedua kelompok. Secara prinsip, untuk mengetahui pengaruh perlakuan digunakan rumus: (O2 - O1) – (O4 - O3) yaitu dengan mengurangkan selisih skor posttest I –
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pretest pada kelompok kontrol dengan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok eksperimen (Cohen, 2007: 277). Jika hasil perhitungan lebih besar dari 0, maka ada pengaruh. Hasil perhitungan menunjukkan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok eksperimen sebesar 1,15 dan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok kontrol sebesar 0,48. Besar pengaruh perlakuan yang diperoleh adalah 0,67 (didapat dari selisih 1,15 dan 0,48), maka ada pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi. Untuk mengetahui apakah pengaruhnya signifikan atau tidak, akan dianalisis dengan statistik selanjutnya. Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi normal. Analisis statistik selanjutnya adalah statistik parametrik dengan Independent samples t-test karena data berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 326). Sebelum dilakukan uji statistik untuk mengetahui signifikansi pengaruh perlakuan, perlu dilakukan uji asumsi terhadap homogenitas varians dengan melihat harga Sig.Levene’s test. Jika harga Sig. < 0,05 maka tidak terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan (Field, 2009: 340). Jika harga Sig. > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan. Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut (lihat Lampiran 4.5.1). Tabel 4.8 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik F Sig. Levene’s Test for Equality of Variances 2,56 0,114
Keputusan Homogen
Hasil Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa harga F = 2,56 dan harga Sig. = 0,114 (Sig. > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians data. Jika terdapat homogenitas varians, data uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340). Tingkat kepercayaan yang digunakan untuk uji signifikansi pengaruh perlakuan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi (lihat Lampiran 4.5.1). 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Interpretasi Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keputusan Independent samples t-test 0,001 Ada perbedaan
Skor rerata kelompok eksperimen (M = 1,15; SE = 0,14) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (M = 0,48; SE = 0,11). Berdasarkan analisis yang menggunakan Independent samples t-test dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh keputusan bahwa perbedaan skor tersebut signifikan dengan harga t(60) = 3,60 dan p=0,001 (p< 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima, dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan interpretasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan adalah penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan interpretasi. Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan interpretasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat dalam diagram berikut.
Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Interpretasi
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi. Data yang diperoleh terdistribusi dengan normal, sehingga digunakan rumus koefisien korelasi Pearson untuk data normal (Field, 2009: 57). Independent samples t-test digunakan untuk mengambil t dalam melakukan uji besar pengaruh
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perlakuan. Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan menghitung koefisien determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang didapat) kemudian dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi adalah r = 0,421 atau 17,7%. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan besarnya efek, maka hasil perhitungan r setara dengan efek menengah. Berikut ini hasil perhitungan effect size terhadap kemampuan interpretasi (lihat Lampiran 4.6).
Variabel Interpretasi
Tabel 4.10 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Interpretasi Kelompok Kontrol dan Eksperimen t t2 df r (effect size) R2 % 12,96 60 0,421 0,177 17,7% 3,60
Efek Menengah
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui persentase peningkatan skor rerata dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan dengan mengambil data rerata skor pretest dan posttest I pada uji normalitas distribusi data menggunakan One Samples Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dihitung dengan cara membagi selisih rerata pretestposttest I dengan rerata pretest, kemudian dikali 100%. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini (lengkapnya lihat Lampiran 4.7.1) Tabel 4.11 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Interpretasi Rerata Sig. Keputusan Peningkatan No Kelompok Pretest Posttest (2-tailed) (%) I Kontrol 2,04 2,53 24% 0,003 Signifikan 1 Eksperimen 2,03 3,18 57% 0,000 Signifikan 2
Data pada tabel 4.11 menunjukkan rerata pretest kelompok kontrol sebesar 2,04 dan rerata pretest kelompok eksperimen sebesar 2,03. Sedangkan rerata posttest I kelompok kontrol sebesar 2,53 dan rerata posttest I kelompok 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
eksperimen sebesar 3,18. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol sebesar 24%, sedangkan hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen sebesar 57%. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi. Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 57%, sedangkan kelompok kontrol sebesar 24%. Hal ini diperjelas melalui gambar 4.2 menggunakan grafik poligon untuk melihat perbedaan selisih pretest–posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berikut grafik yang menunjukkan frekuensi selisih pretest-postest I (gain score) pada kedua kelompok. 8 7
Frekuensi
6 5 4
Kel. Kontrol
3
Kel. Eksperimen
2 1 0 -2.00
0.00
2.00
4.00
Gain Score
Gambar 4.2 Grafik Gain Score Kemampuan Interpretasi
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa gain score terendah pada kelompok kontrol adalah –1,33, sedangkan gain score terendah pada kelompok eksperimen adalah 0,00. Gain score tertinggi kelompok kontrol sebesar 2,00, sedangkan gain score tertinggi kelompok eksperimen adalah 3,00. Hal ini menunjukkan bahwa selisih pretest–posttest I pada kelompok eksperimen lebih besar daripada selisih pretest–posttest I pada kelompok kontrol.
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Frekuensi siswa yang mendapat nilai ≥ 0,34 pada kelompok kontrol ada 18 anak, sedangkan pada kelompok eksperimen ada 26 anak. Nilai 0,34 merupakan nilai tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50% dari nilai tertinggi. Persentase gain score ≥ 0,34 pada kelompok kontrol sebesar 58%, sedangkan persentase gain score ≥ 0,34 pada kelompok eksperimen sebesar 84%. Dengan kata lain 58% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan penerapan metode ceramah, sedangkan 84% siswa pada kelompok eksperimen diuntungkan dengan penerapan model PBL. Dengan demikian, penerapan model PBL memiliki persentase peningkatan yang lebih tinggi daripada penerapan metode ceramah. 2. Uji Besar Pengaruh Peningkatan Skor dari Pretest ke Posttest I Uji besar pengaruh peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Uji ini menggunakan statistik parametrik Pired samples t-test karena data yang diuji adalah data normal dan berasal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut (lengkapnya lihat Lampiran 4.8.1).
No. 1 2
Tabel 4.12 Hasil Uji Besar Pengaruh Peningkatan Skor dari Pretest ke Posttest I Kelompok t t2 df r R2 % Efek Kontrol 3,29 10,82 30 0,51 0,26 26% Besar Eksperimen 10,32 106,50 30 0,88 0,78 78% Besar
Rerata kelompok eksperimen (M = 1,15; SE = 0,11) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (M = 0,48; SE = 0,14). Peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol untuk kemampuan interpretasi adalah signifikan dengan t(30)=3,29 dan p=0,003 (p˂ 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi. Sedangkan peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen untuk
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemampuan interpretasi adalah signifikan dengan t(30)=10,32 dan p=0,000 (p˂ 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi. Persentase besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen lebih besar daripada persentase besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol. Besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi adalah 0,88 atau 78% yang setara dengan efek besar, sedangkan besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi adalah 0,51 atau 26% yang setara dengan efek besar. 3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata pretest dan posttest I positif dan signifikan serta bertujuan untuk memastikan kontrol terhadap ancaman validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Positif berarti semakin tinggi pretest semakin tinggi pula posttest I, signifikan berarti hasil skor korelasi tersebut dapat digeneralisasi pada populasi. Data yang diambil dari rerata skor pretest dan rerata skor posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdistribusi normal, sehingga digunakan rumus Pearson Cerrelation untuk data normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut (lihat Lampiran 4.9.1). Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Interpretasi No. Kelompok Pearson Correlation Sig.(2-tailed) Kesimpulan Kontrol 0,211 0,255 Positif dan tidak signifikan 1 Eksperimen 0,377 0,037 Positif dan signifikan 2
Berdasarkan hasil uji korelasi antara rerata pretest dan postest I, harga Sig.(2-tailed) pada kelompok kontrol adalah 0,255 atau p
0,05, berarti Hnull
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diterima dan Hi ditolak. Maka, ada korelasi/hubungan yang tidak signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I pada kemampuan interpretasi kelompok kontrol. Hasil Pearson correlation kelompok kontrol menunjukkan 0,211, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk pada kategori menengah. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I akan tinggi pada kelompok kontrol. Data kelompok eksperimen menunjukkan Pearson correlation 0,377 dan harga Sig.(2-tailed) adalah 0,037. Hal tersebut menunjukkan bahwa Sig.(2-tailed) < 0,05 yang berarti bahwa Hnull ditolak dan Hi diterima. Maka, ada korelasi/ hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I kemampuan interpretasi kelompok eksperimen. Hasil Pearson correlation menunjukkan 0,377, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk pada kategori cukup besar. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi pada kelompok eksperimen. 4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan dengan memberikan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, minimal dua minggu setelah pelaksanaan posttest I. Statistik parametrik Paired samples t-test digunakan dalam uji retensi pengaruh perlakuan karena data yang diuji adalah data normal dan dalam kelompok yang sama (Field: 2009, 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field: 2009, 53). Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dapat dilihat dalam tabel 4.14 (lihat Lampiran 4.10.1.2).
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. 1 2
Tabel 4.14 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Interpretasi Rerata Peningkatan Sig. Kelompok Keputusan (%) (2-tailed) Posttest I Posttest II Kontrol 2,53 2,17 0,056 Tidak ada perbedaan 14,2% Eksperimen 3,18 3,03 0,237 Tidak ada perbedaan 4,7%
Rerata kelompok eksperimen (M =
0,15; SE = 0,12) lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol (M = 0,35; SE = 0,18). Tidak ada perbedaan yang signifikan t(30)=-1,98 dan p=0,056 (p> 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari skor pretest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I ke skor posttest II kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi. Pada kelompok eksperimen juga tidak ada perbedaan yang signifikan t(30)=-1,21 dan p=0,237 (p>0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari skor pretest I ke posttest II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I ke skor posttest II kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi. Persentase kenaikan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan persentase peningkatan kelompok eksperimen sebesar
4,7%, sedangkan
kelompok kontrol sebesar 14,2%. Peningkatan skor dari pretest, posttest I, dan posttest II terhadap kemampuan interpretasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut ini. 3.50
3.18 3.05
3.00 2.50 2.00
2.06 2.04
2.53
2.17 Kel. Kontrol
1.50
Kel. Eksperimen
1.00 0.50 0.00 Pretest
Posttest I Posttest II
Gambar 4.3 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Interpretasi
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Untuk memastikan apakah capaian skor rerata posttest II berbeda atau tidak dengan kondisi awal atau pretest, maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor pretest dan posttest II dengan menggunakan Paired Samples t-test karena data yang diuji adalah data yang terdistribusi normal dan dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah Sig. (2-tailed) ˂ 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut adalah hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II yang dapat dilihat pada tabel 4.15 (lihat lampiran 4.11.1). No 1 2
Tabel 4.15 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II Rerata Kelompok Sig. (2-tailed) Keputusan Pretest Posttest II Kontrol 2,04 2,17 0,267 Tidak ada perbedaan Eksperimen 2,06 3,05 0,000 Ada perbedaan
Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa rerata kelompok eksperimen (M=0,99; SE=0,14) lebih tinggi dibandingkan klompok kontrol (M=0,13; SE=0,11). Tidak ada perbedaan yang signifikan skor pada kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi t(30)=1,13 dan p=0,267 (p
0,05), maka Hnull
diterima dan Hi ditolak sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. Sedangkan pada kelompok eksperimen t(30)=6,89 dan p=0,000 (p
0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan
yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. 4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II Hipotesis penelitian II adalah penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan analisis pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Kanisius Sengkan tahun ajaran 2016/2017. Variabel dependen pada hipotesis ini adalah kemampuan analisis, sedangkan variabel independen adalah penerapan model PBL. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dari 3 soal uraian yaitu item soal nomor 1b, 2a, dan 2c yang mengandung indikator menguji gagasan. Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan program statistik yakni IBM SPSS Statistics 22 for Windows. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam hipotesis tersebut adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas distribusi data untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melakukan
analisis
selanjutnya
menggunakan
statistik
parametrik
atau
nonparametrik. 2) Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan. 4) Uji besar pengaruh perlakuan. 5) Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest. 6) Uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest. 7) Uji korelasi rerata pretest ke posttest. 8) Uji retensi pengaruh perlakuan. 4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak dan untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam menganalisis data selanjutnya (Field, 2009: 144). Data dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diuji normalitasnya menggunakan One Samples Kolmogorov-Smirnov Test. Data yang diuji normalitasnya adalah data skor pretest, posttest I, posttest II, dan selisih pretest ke posttest I. Kriteria yang digunakan untuk kesimpulan uji normalitas data adalah sebagai berikut. 1) Jika harga Sig.(2-tailed) > 0,05 maka data terdistribusi normal dan uji statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik misalnya dengan Independent samples t-test atau Paired samples t-test (Field, 2009: 326). 2) Jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05 maka data terdistribusi tidak normal dan uji statistik selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik misalnya dengan Mann-Whitney U-test atau Wilcoxon (Field, 2009: 345). Hasil uji normalitas kemampuan analisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.3.2). Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Analisis Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Kelompok Aspek Sig. Keterangan Sig. Keterangan Kontrol Pretest 0,116 Normal 0,069 Normal Posttest I 0,146 Normal 0,055 Normal Posttest II 0,200* Normal 0,273 Normal Selisih rerata skor pretest0,098 Normal 0,240 Normal posttest I Eksperimen Pretest 0,071 Normal 0,061 Normal Posttest I 0,133 Normal 0,148 Normal Posttest II 0,200* Normal 0,136 Normal Selisih rerata skor pretest0,181 Normal 0,171 Normal posttest I
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada uji normalitas distribusi data dilengkapi dengan uji normalitas Shapiro-Wilk yang bertujuan untuk memastikan keputusan sebuah data dapat dikatakan terdistribusi normal atau tidak, karena perhitungannya yang lebih ketat. Namun, pada uji ini memiliki kelemahan yaitu hanya menggunakan n dari kelompok kecil. Data tabel 4.16 menunjukkan harga Sig.(2-tailed) > 0,05 untuk semua aspek. Aspek yang dimaksud adalah pretest, posttest I, posttest II, dan selisih rerata skor pretest - posttest I untuk kemampuan analisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Semua aspek memiliki distribusi data normal, sehingga analisis statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Statistik parametrik dengan Independent samples t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang berbeda, misalnya kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen (Field, 2009: 326). Sedangkan statistik parametrik dengan Paired samples t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang sama, misalnya kelompok kontrol dengan kelompok kontrol atau kelompok eksperimen dengan kelompok eksperimen.
4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama atau berbeda terhadap kemampuan analisis, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mempunyai kemampuan awal yang sama, meskipun pengambilan sampel penelitian tidak dilakukan dengan cara random. Uji ini menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test karena data terdistribusi normal dan diambil dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 326). Data diambil dari rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum melakukan uji perbedaan rerata skor pretest menggunakan Independent samples t-test, dilakukan uji asumsi untuk memeriksa homogenitas varians dengan melihat harga Sig.Levene’s test. Jika harga Sig. Levene’s test < 0,05 maka tidak terdapat homogenitas varians dari kedua data yang dibandingkan. Jika harga Sig. Levene’s test > 0,05 maka terdapat homogenitas varians dari kedua
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
data yang dibandingkan (Field, 2009: 150). Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut (lihat Lampiran 4.4.2). Tabel 4.17 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik F Sig. Levene’s Test for Equality of Variances 0,087 0,769
Keputusan Homogen
Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F = 0,087 dan harga Sig.= 0,769. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians data. Apabila variansnya homogen, maka data uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340). Tingkat kepercayaan untuk melakukan uji perbedaan rerata pretest dari dua kelompok yang berbeda adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji perbedaan rerata skor pretest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (lihat Lampiran 4.4.2). Tabel 4.18 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Analisis Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keputusan Independent Samples t-test 0,859 Tidak ada perbedaan
Rerata kelompok kontrol (M = 2,06; SE = 0,08), lebih tinggi dibandingkan kelompok eksperimen (M = 2,04; SE = 0,08). Perbedaan skor tersebut tidak signifikan t(60) = 0,178, p = 0,859 (p
0,05), maka `Hnull diterima dan Hi ditolak,
artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji perbedaan rerata pretest yaitu kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama untuk kemampuan analisis. 4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan analisis, dengan melihat perbedaan rerata selisih skor pretest dan posttest I kedua kelompok. Secara prinsip, untuk mengetahui pengaruh perlakuan menggunakan digunakan rumus: (O2 - O1) – (O4 O3) yaitu dengan mengurangkan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok kontrol dengan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok eksperimen (Cohen, 2007: 277). Jika hasil perhitungan lebih besar dari 0, maka ada pengaruh. Hasil perhitungan menunjukkan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
eksperimen sebesar 0,78 dan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok kontrol sebesar 0,15. Besar pengaruh perlakuan yang diperoleh adalah 0,63 (didapat dari selisih 0,78 dan 0,15), maka ada pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan analisis. Untuk mengetahui apakah pengaruhnya signifikan atau tidak, akan dianalisis dengan statistik selanjutnya. Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi normal. Analisis statistik selanjutnya adalah statistik parametrik dengan Independent samples t-test karena data berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 326). Sebelum dilakukan uji statistik untuk mengetahui signifikansi pengaruh perlakuan, perlu dilakukan uji asumsi terhadap homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’s test. Jika harga Sig.< 0,05 maka tidak terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan (Field, 2009: 340). Jika harga Sig.> 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan. Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut (lihat Lampiran 4.5.2). Tabel 4.19 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik F Sig. Levene’s Test for Equality of Variances 0,020 0,888
Keputusan Homogen
Hasil Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa harga F = 0,020 dan harga Sig. = 0,888 (Sig. > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians data. Jika terdapat homogenitas varians, data uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340). Tingkat kepercayaan yang digunakan untuk uji signifikansi pengaruh perlakuan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Tabel 4.20 menunjukkan hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan analisis (lihat lampiran 4.5.2). Tabel 4.20 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Analisis Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keputusan Independent samples t-test 0,001 Ada perbedaan
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rerata kelompok eksperimen (M = 0,78; SE = 0,12) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (M = 0,15; SE = 0,13). Analisis menggunakan Independent samples t-test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan t(60)=3,52 dan p=0,001 (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima, dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan analisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan adalah penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan analisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat dalam diagram berikut.
Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Analisis
4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan analisis. Data yang diperoleh terdistribusi dengan normal, sehingga digunakan rumus koefisien korelasi Pearson untuk data normal (Field, 2009: 57). Independent samples t-test digunakan untuk mengambil t dalam melakukan uji besar pengaruh perlakuan. Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan menghitung koefisien
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang didapat) kemudian dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan analisis adalah r = 0,41 atau 17,1%. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan besarnya efek, maka hasil perhitungan r setara dengan efek menengah. Berikut ini hasil perhitungan effect size terhadap kemampuan analisis (lihat Lampiran 4.6).
Variabel Interpretasi
Tabel 4.21 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Analisis Kelompok Kontrol dan Eksperimen t t2 df r (effect size) R2 % -3,52 12,39 60 0,41 0,171 17,1%
Efek Menengah
4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui persentase peningkatan skor rerata dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan dengan mengambil data rerata skor pretest dan posttest I pada uji normalitas distribusi data menggunakan One Samples Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dihitung dengan cara membagi selisih rerata pretestposttest I dengan rerata pretest, kemudian dikali 100%. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.22 berikut ini (lengkapnya lihat Lampiran 4.7.1).
No 1 2
Tabel 4.22 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Analisis Rerata Peningkatan Sig. Keputusan Kelompok Pretest Posttest I (%) (2-tailed) Kontrol Eksperimen
2,06 2,04
2,21 2,82
7% 38%
0,266 0,000
Tidak signifikan Signifikan
Data pada tabel 4.22 menunjukkan rerata pretest kelompok kontrol sebesar 2,06 dan rerata pretest kelompok eksperimen sebesar 2,04. Sedangkan rerata
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
posttest I kelompok kontrol sebesar 2,21 dan rerata posttest I kelompok eksperimen sebesar 2,82. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol sebesar 7%, sedangkan hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen sebesar 38%. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok ekserimen terhadap kemampuan analisis. Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 38%, sedangkan kelompok kontrol sebesar 7%. Hal ini diperjelas melalui gambar 4.5 menggunakan grafik poligon untuk melihat perbedaan selisih pretest – posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berikut grafik yang menunjukkan frekuensi selisih pretest-postest I (gain score) pada kedua kelompok. 6 5 Frekuensi
4 3
Kel. Kontrol
2
Kel. Eksperimen
1 0 -2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
Gain Score Gambar 4.5 Grafik Gain Score Kemampuan Analisis
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa gain score terendah pada kelompok kontrol adalah –1,67, sedangkan gain score terendah pada kelompok eksperimen adalah 0,33. Gain score tertinggi kelompok kontrol sebesar 1,33, sedangkan gain score tertinggi kelompok eksperimen adalah 2,00. Hal ini menunjukkan bahwa selisih pretest–posttest I pada kelompok eksperimen lebih dominan daripada selisih pretest–posttest I pada kelompok kontrol. Frekuensi siswa yang mendapat nilai ≥
0,17 pada kelompok kontrol ada 22 anak, sedangkan pada kelompok
eksperimen ada 29 anak. Nilai 0,17 merupakan nilai tengah gain score yang
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
didapat dengan menghitung 50% dari nilai tertinggi. Persentase gain score ≥ 0,17 pada kelompok kontrol sebesar 71%, sedangkan persentase gain score ≥ 0,17 pada kelompok eksperimen sebesar 94%. Dengan kata lain 71% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan penerapan metode ceramah, sedangkan 94% siswa pada kelompok eksperimen diuntungkan dengan penerapan model PBL. Dengan demikian, penerapan model PBL memiliki persentase peningkatan yang lebih dominan daripada penerapan metode ceramah. 2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Uji ini menggunakan statistik parametrik Paired samples t-test karena data yang diuji adalah data normal dan berasal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut (lengkapnya lihat Lampiran 4.8.2). Tabel 4.23 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Analisis No. Kelompok t t2 df r R2 % Efek 1 Kontrol 1,13 1,27 30 0,20 0,04 4% Kecil 2 Eksperimen 6,47 41,86 30 0,76 0,58 58% Besar
Rerata kelompok eksperimen (M = 0,78; SE= 0,12) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (M = 0,15; SE = 0,13). Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol untuk kemampuan analisis menunjukkan t(30)=1,13 dan p=0,266 (p˂ 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan analisis. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah tidak terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan analisis. Sedangkan hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen untuk kemampuan analisis menunjukkan t(30)=6,47 dan p=0,00 (p˂ 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
antara skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan analisis. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan analisis. Persentase besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen lebih besar daripada persentase besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol. Besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan analisis adalah 0,76 atau 58% yang setara dengan efek besar, sedangkan besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol terhadap kemampuan analisis adalah 0,20 atau 4% yang setara dengan efek kecil. 3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata pretest dan posttest I positif dan signifikan. Positif berarti semakin tinggi pretest semakin tinggi pula posttest I, signifikan berarti hasil skor korelasi tersebut dapat digeneralisasi pada populasi. Data yang diambil dari rerata skor pretest dan rerata skor posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdistribusi normal, sehingga digunakan rumus Pearson Cerrelation untuk data normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji korelasi antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.24 berikut (lihat Lampiran 4.9.2) No. 1 2
Tabel 4.24 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Analisis Kelompok Pearson Correlation Sig.(2-tailed) Kesimpulan Kontrol -0,102 0,584 Negatif dan tidak signifikan Eksperimen 0,119 0,522 Positif dan tidak signifikan
Berdasarkan hasil uji korelasi antara rerata pretest dan postest I, harga Sig.(2-tailed) pada kelompok kontrol adalah 0,584 atau p
0,05, berarti Hnull
diterima dan Hi ditolak. Maka, ada korelasi/ hubungan yang tidak signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I pada kemampuan analisis kelompok kontrol. Hasil Pearson correlation kelompok kontrol menunjukkan 0,102, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk pada kategori cukup besar. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai negatif artinya apabila
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I akan rendah pada kelompok kontrol. Data kelompok eksperimen menunjukkan Pearson correlation 0,119 dan harga Sig.(2-tailed) adalah 0,522. Hal tersebut menunjukkan bahwa Sig.(2-tailed) 0,05 yang berarti bahwa Hnull diterima dan Hi ditolak. Maka, ada korelasi/ hubungan yang tidak signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I kemampuan analisis kelompok eksperimen. Hasil Pearson correlation menunjukkan 0,119, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk pada kategori cukup besar. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi pada kelompok eksperimen. 4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan dengan memberikan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, minimal dua minggu setelah pelaksanaan posttest I. Statistik parametrik Paired samples t-test digunakan dalam uji retensi pengaruh perlakuan karena data yang diuji adalah data normal dan dalam kelompok yang sama (Field: 2009, 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalahh 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field: 2009, 53). Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dapat dilihat dalam tabel 4.25 (lihat Lampiran 4.10.2.2). No. 1 2
Tabel 4.25 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Analisis Rerata Peningkatan Sig. Kelompok Keterangan (%) (2-tailed) Posttest I Posttest II Kontrol 2,21 2,04 -7,7% 0,224 Tidak ada perbedaan Eksperimen 2,82 2,80 -0,7% 0,812 Tidak ada perbedaan
Rerata kelompok eksperimen (M = -0,02; SE = 0,48) lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol (M = -0,17; SE = 0,14). Hasil uji retensi pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II kelompok kontrol terhadap kemampuan analisis menunjukkan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,224 (Sig.(2-tailed)
0,05), 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I ke posttest II kemampuan analisis pada kelompok kontrol. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang tidak signifikan dari skor posttest I ke skor posttest II kelompok kontrol terhadap kemampuan analisis. Sedangkan harga Sig.(2-tailed) pada kelompok eksperimen sebesar 0,812 (Sig.(2-tailed) > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I ke posttest II kemampuan analisis pada kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I ke skor posttest II kelompok eksperimen terhadap kemampuan analisis. Persentase kenaikan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan persentase peningkatan kelompok eksperimen sebesar sebesar -0,7%, sedangkan kelompok kontrol sebesar -7,7%. Peningkatan skor dari pretest, posttest I, dan posttest II terhadap kemampuan analisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut ini. 2.8277
3 2.5 2 1.5
2.8068
2.0435 2.0648
2.2152
2.0423 Kel. Kontrol
1
Kel. Eksperimen
0.5 0 Pretest Posttest Posttest I II Gambar 4.6 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Analisis
Untuk memastikan apakah capaian skor rerata posttest II berbeda atau tidak dengan kondisi awal atau pretest, maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor pretest dan posttest II dengan menggunakan Paired Samples t-test karena data yang diuji adalah data yang terdistribusi normal dan dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah Sig. (2-tailed) ˂ 0,05 (Field,
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2009: 53). Berikut adalah hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II yang dapat dilihat pada tabel 4.26 (lihat Lampiran 4.11.2).
No 1 2
Tabel 4.26 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II Rerata Kelompok Sig. (2-tailed) Keputusan Pretest Posttest II Kontrol 2,06 2,04 0,859 Tidak ada perbedaan Eksperimen 2,04 2,80 0,000 Ada perbedaan
Berdasarkan tabel 4.26 diketahui bahwa hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan analisis menunjukkan harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,859 (p
0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak
sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. Sedangkan pada kelompok eksperimen menunjukkan harga (2-tailed) sebesar 0,000 (p
0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang
signifikan antara skor pretest dan posttest II. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Ancaman terhadap Validitas Internal Penelitian Ancaman-ancaman
terhadap
validitas
internal
penelitian
sudah
diidentifikasi oleh Campbell dan Stanley (1963), Bracht dan Glass (1968), dan Lewis-Beck (1993). Ancaman terjadi lebih besar pada penelitian kuasieksperimental dibandingkan eksperimental murni karena dalam eksperimental murni seleksi sampel dilakukan secara random dan lebih terkontrol. Berikut ini jenis-jenis ancaman terhadap validitas internal penelitian. 1. Sejarah (history) Setiap kejadian/perlakuan terhadap kelompok yang sedang diteliti yang terjadi di antara pretest dan posttest di luar treatment penelitian yang bisa mempengaruhi hasil posttest pada variabel dependen (Johnson & Christensen, 2008: 260, Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 155). Pengaruh sejarah (history) bisa terjadi terhadap salah satu kelompok yang diteliti terutama jika penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang lama (beberapa bulan/tahun). Perubahan atau peningkatan hasil yang terjadi pada salah satu kelompok tersebut disebabkan bukan melulu karena treatment penelitian, tetapi oleh faktor lain di luar treatment sehingga tidak bisa diklaim murni sebagai pengaruh treatment penelitian. Kejadian tersebut misalnya workshop, ekstrakurikuler, kursus, acara TV, dsb 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan perlakuan atau materi yang sama dengan yang digunakan sebagai treatment penelitian. Jika kelompok kontrol dan kelompok eksperimen juga samasama mengikuti acara tersebut, pengaruhnya terhadap hasil posttest akan seimbang sehingga tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitiannya: rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). 2. Difusi treatment atau kontaminasi (diffusion of treatment or contamination) Ancaman ini terjadi ketika kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diam-diam saling berkomunikasi dan sama-sama mempelajari treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen. Solusi: kedua kelompok betul-betul dipisahkan dan berjanji untuk tidak saling mempelajari treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen (Neuman, 2013: 130). Jika diabaikan, ancaman terhadap validitas internal penelitian: rendah sampai menengah. 3. Perilaku kompensatoris Ancaman ini terjadi jika treatment yang diberikan di kelompok eksperimen dirasa sangat berharga dan diketahui juga oleh kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatment tersebut. Keuntungan yang diperoleh oleh kelompok eksperimen dirasa jauh lebih banyak dibanding kelompok kontrol. Karena merasa didevaluasi, kelompok kontrol bisa jadi 1) berusaha menandingi kelompok eksperimen dengan belajar ekstra keras atau 2) mengalami demoralisasi sehingga marah dan tidak kooperatif (Neuman, 2013: 330). Solusi: kelompok kontrol diberi pengertian bahwa sesudah penelitian mereka juga akan mendapatkan treatment yang sama. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: rendah sampai menengah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). 4. Maturasi (maturation) Setiap perubahan biologis atau psikologis yang terjadi sepanjang waktu penelitian bisa berpengaruh terhadap posttest pada variabel dependen (Johnson & Christensen, 2008: 261). Misalnya perubahan yang terjadi karena penuaan, kebosanan, rasa lapar, rasa haus, kelelahan, atau tambahan pengalaman belajar di luar penelitian. Ancaman terhadap validitas internal penelitian ini menjadi semakin serius jika penelitian dilakukan dalam jangka waktu lama atau dalam waktu beberapa tahun. Solusi: menggunakan kelompok kontrol dengan waktu pretest
dan
posttest
yang
sama
dengan
kelompok
eksperimen.
Jika
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memungkinkan, rentang waktu penelitian dirancang lebih pendek. Krathwohl (2004: 547) menganjurkan untuk melakukan penelitian eksperimental dalam waktu yang relatif singkat untuk menghindari ancaman terhadap validitas internal penelitian akibat history, mortality, selection, and maturation). Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). 5. Regresi statistik (statistical regression) Kecenderungan umum bahwa partisipan dengan hasil skor pretest yang sangat tinggi (mencapai skor tertinggi dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang lebih rendah dan sebaliknya hasil pretest yang sangat rendah (mencapai skor terendah dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang lebih tinggi merupakan ancaman regresi statistik. Skor yang rendah pada pretest akan cenderung naik mendekati mean pada posttest dan skor yang tinggi pada pretest akan cenderung turun mendekati mean. Ancaman ini akan lebih besar terjadi pada penelitian terhadap kelompok yang di dalamnya ada yang berkebutuhan khusus slow learner dan talented. Pada pretest, kelompok slow learner akan mendapat skor yang sangat rendah. Sesudah treatment, mereka akan mendapatkan skor yang lebih tinggi. Sementara yang talented biasanya akan langsung mendapatkan skor yang sangat tinggi pada waktu pretest, tetapi akan mengalami penurunan pada posttest. Jika perubahan yang terjadi pada posttest diklaim melulu sebagai hasil treatment penelitian, kesimpulan tersebut bisa diragukan persis karena efek regresi statistik ini. Hasilnya bisa diragukan karena hasil pretest dan posttest belum tentu memiliki korelasi yang sempurna (Johnson & Christensen, 2008: 263). Hasil pretest atau posttest belum tentu 100% mencerminkan kemampuan objektif. Bisa jadi faktor-faktor lain ikut berpengaruh saat menjalani pretest atau posttest, misalnya stress saat mengerjakan test, kurang konsentrasi, kurang istirahat, salah menginterpretasikan pertanyaan, dsb. Solusi: kecermatan dalam melihat partisipan dengan skor pretest yang sangat tinggi atau sangat rendah dan membandingkannya dengan hasil posttest mereka. Penggunaan kelompok kontrol akan mengurangi ancaman ini karena keduanya kurang lebih memiliki partisipan khusus yang kurang lebih sama. Jika diabaikan,
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ancaman terhadap validitas internal penelitian: rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). 6. Mortalitas (mortality) Perbedaan jumlah partisipan pada waktu pretest dan posttest akibat mengundurkan diri dalam penelitian sehingga tidak ikut posttest dapat berpengaruh terhadap validitas penelitian. Ancaman ini akan lebih besar untuk penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Hasil posttest dari partisipan yang tersisa bisa jadi berbeda dengan jika dikerjakan oleh seluruh partisipan yang sama pada saat pretest. Solusi: digunakan kelompok kontrol sehingga kurang lebih jumlah partisipan yang mengundurkan diri sama. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: menengah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282). 7. Pengujian (testing) Pretest pada awal penelitian bisa mempengaruhi hasil posttest sehingga hasil posttest menjadi lebih tinggi dari jika tanpa ada pretest (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 156). Dengan mengerjakan pretest kelompok yang diteliti sudah tahu tentang apa yang ditargetkan, sudah memiliki pengalaman awal, dan menjadi familiar dengan materi test sehingga lebih terfokus terhadap apa yang nantinya dikerjakan pada saat posttest. Sesudah mengerjakan pretest, orang bisa saja menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dikerjakan dan mengantisipasi untuk mengerjakan posttest lebih baik lagi. Jika demikian, skor posttest yang lebih tinggi belum tentu sepenuhnya disebabkan oleh treatment penelitian. Jika penelitian hanya dilakukan terhadap satu kelompok eksperimen saja, ancaman terhadap validitas internal akan lebih tinggi (Johnson & Christensen, 2008: 262). Solusi: penggunaan kelompok kontrol yang sama-sama mengerjakan pretest akan mengurangi ancaman terhadap validitas internal ini karena kedua kelompok samasama mendapatkan pretest. Rancangan penelitian eksperimental 4 kelompok tipe Solomon sangat membantu meminimalisir ancaman ini (Neuman, 2013: 328). Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). 8. Instrumentasi (instrumentation)
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setiap perubahan atau perbedaan instrumen pretest dan posttest yang digunakan untuk mengukur variabel dependen akan meningkatkan ancaman terhadap validitas internal penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 262). Instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel menjadi ancaman serius terhadap hasil penelitian. Ancaman instrumentasi ini bisa terjadi dalam 3 kategori (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). a. Instrumen yang digunakan untuk mengukur mengalami kerusakan. Kondisi instrumen pada saat pretest ternyata sudah berbeda dari kondisi pada saat posttest. Solusi: instrumen diperiksa dengan seksama dan setiap perubahan diperbaiki sehingga kondisi instrumen pada saat posttest sama dengan saat pretest. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: rendah. b. Karakteristik alat pengumpul data yang digunakan berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen atau untuk pretest dan posttest. Solusi: karakteristik alat pengumpul data yang digunakan harus sama untuk kedua kelompok dan sama untuk pretest dan posttest. Jika diabaikan, ancaman terhadap validitas internal penelitian: menengah. c. Bias alat pengumpul data bisa terjadi terutama jika digunakan teknik observasi. Observer bisa saja memiliki perspektif yang berbeda (bias) ketika mengamati kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tingkat kelelahan dalam menjalani observasi juga bisa berpengaruh. Solusi: sungguh-sungguh melakukan training terhadap observer atau observer samasekali tidak diberi tahu mana kelompok kontrol dan mana kelompok eksperimen sehingga observer lebih objektif. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: tinggi. 9. Lokasi (location) Jika lokasi yang digunakan baik untuk pretest maupun posttest maupun untuk implementasi treatment pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terlalu berbeda (misalnya ukuran ruang, kenyamanan ruang, kebisingan ruang, dsb), lokasi yang berbeda bisa menghasilkan skor posttest yang berbeda. Solusi: ruang yang digunakan harus kurang lebih sama. Jika diabaikan, tingkat ancaman
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadap validitas internal penelitian: menengah sampai tinggi (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282). 10. Karakteristik subjek (subject characteristics) Karakteristik subjek yang berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menjadi ancaman besar bagi validitas internal penelitian. Ancaman ini bisa dikelompokkan dalam dua bagian (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282). a. Kemampuan awal yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen akan mempengaruhi hasil posttest. Solusi: pemilihan sampel kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan secara random. Perlu dicek dengan pretest apakah kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang setara. Jika dalam pretest kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang tidak berbeda, bias yang mungkin terjadi dianggap tidak ada (Neuman, 2013: 238). Jika diabaikan, ancaman terhadap validitas internal penelitian: tinggi. b. Jumlah kelompok gender yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen bisa berpengaruh terhadap posttest. Solusi: pemilihan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan penyetaraan jumlah laki-laki dan perempuan pada kedua kelompok tersebut (matching). Perlu pretest untuk memastikan kemampuan awal yang setara. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: menengah. 11. Implementasi (implementation) Perbedaan guru yang mengajar pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen bisa berpengaruh pada skor posttest. Guru yang berbeda juga akan memiliki style mengajar yang berbeda. Solusi: guru yang mengimplementasikan pembelajaran di kedua kelompok tersebut sama atau sama-sama dilaksanakan oleh guru yang berbeda-beda (banyak guru). Perlu kontrol implementasi pembelajaran yang lebih cermat. Jika diabaikan, tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian: tinggi (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 284). 4.2.2 Pengaruh Penerapan Model PBL terhadap Kemampuan Interpretasi Hipotesis I penelitian ini adalah penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan model PBL pada pembelajaran IPA berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan interpretasi. Hal ini dibuktikan melalui uji signifikansi pengaruh perlakuan yang menunjukkan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,001 (sig.(2-tailed) < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan interpretasi. Model
PBL
memberikan
besar
pengaruh
“menengah”
terhadap
kemampuan interpretasi yang ditunjukkan dengan harga r = 0,42 atau 17,7% pada uji besar pengaruh perlakuan. Model PBL memberikan pengaruh 17,7% terhadap kemampuan interpretasi, sedangkan 82,3% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151). Variabel lain tersebut dapat berasal dari diri siswa misalnya motivasi, konsentrasi, inteligensi, minat, dan kesehatan tubuh. Sedangkan variabel yang berasal dari lingkungan misalnya lingkungan sekitar kelas yang ramai dan kondisi latar belakang keluarga siswa. Perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan interpretasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar tersebut menunjukkan diagram perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Peningkatan rerata skor pada kelompok kontrol sebesar 0,48 atau 24%, sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar 1,15 atau 57%. Uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest I menunjukkan bahwa persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen (penerapan model PBL) lebih besar daripada kelompok kontrol (penerapan metode ceramah). Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I dengan penerapan model PBL memiliki r (besar pengaruh) 0,88 atau 78% yang setara dengan efek besar, sedangkan penerapan metode ceramah memiliki r (besar pengaruh) 0,51 atau 26% yang setara dengan efek besar.
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelompok kontrol mengalami peningkatan yang positif dan tidak signifikan sedangkan kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor yang positif dan signifikan. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji korelasi rerata pretest ke posttest I dengan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,255 atau (Sig.(2-tailed)
0,05)
pada kelompok kontrol dan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,037 atau (Sig.(2-tailed) ˂ 0,05) pada kelompok eksperimen. Pengaruh model PBL tidak sekuat pada posttest I setelah dua minggu dilakukannya perlakuan, karena terjadi penurunan skor rerata pretest II terhadap kemampuan interpretasi. Meskipun demikian, penurunan tersebut tidak terjadi secara signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,056 atau (sig.(2-tailed) > 0,05) pada kelompok kontrol dan Sig.(2-tailed) sebesar 0,237 atau (sig.(2-tailed) > 0,05) pada kelompok eksperimen. Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol berbeda dengan kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen. Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, sedangkan kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model PBL. Siswa pada kelompok kontrol mengikuti pembelajaran dengan mendengarkan penjelasan materi dari guru. Sani (2013: 159) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan metode ceramah hanya menggunakan interaksi satu arah dari sumber belajar, yaitu guru. Dengan kata lain, pembelajaran dengan metode ini didominasi komunikasi lisan dari guru ke siswa. Siswa pada kelompok eksperimen mengikuti pembelajaran dengan aktif dan melakukan proses berpikir melalui kegiatan percobaan, interaksi dengan guru, teman, serta lingkungan (Sanjaya, 2006: 197199). Siswa kelompok eksperimen lebih aktif dalam pembelajaran dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan interpretasi lebih banyak dari pada siswa di kelas kontrol selama pembelajaran. Siswa kelompok eksperimen aktif mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui. Siswa berdiskusi dan membuat jawaban sementara (hipotesis) terhadap pertanyaanpertanyaan tersebut. Kemudian siswa melakukan interaksi dengan guru, teman, dan lingkungan ketika melakukan percobaan dan menggunakan alat dan bahan yang telah dipersiapkan. Siswa dapat mengelompokkan pohon yang memiliki 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
daun lengkap dan daun tidak lengkap, menjelaskan bagian-bagian akar dengan gambar untuk memperjelas masalah, dan menjelaskan makna dari daun lengkap dan daun tidak lengkap dengan bahasa sendiri tanpa menghilangkan arti semula. Siswa juga mengamati hasil percobaan dan membandingkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Selanjutnya siswa menjelaskan pada guru dan temanteman tentang hipotesis yang tepat dan yang tidak tepat berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama percobaan dan proses pembelajaran. Sedangkan siswa kelompok kontrol tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan interpretasi dalam pembelajaran di kelas. Pada pembelajaran di kelompok kontrol, siswa duduk mendengarkan penjelasan dari guru dan mendapat kesempatan untuk menjawab hanya ketika mendapat pertanyaan dari guru. Siswa menjawab bukan berdasarkan pengalaman belajar tetapi dari teori yang mereka ketahui sebelumnya. 4.2.3 Pengaruh Model PBL terhadap Kemampuan Analisis Hipotesis II penelitian ini adalah penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan analisis mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan model PBL pada pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Hal ini dibuktikan melalui uji signifikansi pengaruh perlakuan yang menunjukkan harga Sig.(2tailed) sebesar 0,001 (sig.(2-tailed) < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Model
PBL
memberikan
besar
pengaruh
“menengah”
terhadap
kemampuan analisis yang ditunjukkan dengan harga r = 0,41 atau 17,1% pada uji besar pengaruh perlakuan. Model PBL memberikan pengaruh 17,1% terhadap kemampuan analisis, sedangkan 82,9% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151). Variabel lain tersebut dapat berasal dari diri siswa misalnya motivasi, konsentrasi, intelegensi, minat, dan kesehatan tubuh. Sedangkan variabel yang berasal dari lingkungan
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
misalnya lingkungan sekitar kelas yang ramai dan kondisi latar belakang keluarga siswa. Perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan analisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.4. Gambar tersebut menunjukkan diagram perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Peningkatan rerata skor pada kelompok kontrol sebesar 0,49 atau 7%, sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar 1,15 atau 38%. Uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest I menunjukkan bahwa persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen (penerapan model PBL) lebih besar daripada kelompok kontrol (penerapan metode ceramah). Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I dengan penerapan model PBL memiliki r (besar pengaruh) 0,76 atau 58% yang setara dengan efek besar, sedangkan penerapan metode ceramah memiliki r (besar pengaruh) 0,20 atau 4% yang setara dengan efek kecil. Kelompok kontrol mengalami peningkatan skor yang negatif dan tidak signifikan sedangkan kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor yang positif dan tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji korelasi rerata pretest ke posttest I dengan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,584 atau (sig.(2-tailed)
0,05) pada
kelompok kontrol dan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,522 atau (sig.(2-tailed) 0,05) pada kelompok eksperimen. Pengaruh model PBL maupun metode ceramah terhadap kemampuan analisis masih sekuat pada posttest I setelah dua minggu diberi perlakuan, namun dalam hali ini model PBL lebih kuat daripada metode ceramah. Hal ini dibuktikan dengan harga Sig.(2-tailed) pada uji retensi pengaruh perlakuan untuk kelompok eksperimen sebesar 0,237 atau (sig.(2-tailed) > 0,05). Sedangkan harga Sig.(2-tailed) pada kelompok kontrol sebesar 0,056 atau (sig.(2tailed)
0,05). Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol berbeda dengan kegiatan
pembelajaran pada kelompok eksperimen. Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, sedangkan kegiatan
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model PBL. Siswa pada kelompok kontrol mengikuti pembelajaran dengan mendengarkan penjelasan materi dari guru. Sani (2013: 159) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan metode ceramah hanya menggunakan interaksi satu arah dari sumber belajar, yaitu guru. Dengan kata lain, pembelajaran dengan metode ini didominasi komunikasi lisan dari guru ke siswa. Siswa pada kelompok eksperimen mengikuti pembelajaran dengan aktif dan melakukan proses berpikir melalui kegiatan percobaan, interaksi dengan guru, teman, serta lingkungan (Sanjaya, 2006: 197199). Siswa kelompok eksperimen lebih aktif dalam pembelajaran dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan analisis lebih banyak dari pada kelas kontrol selama pembelajaran. Siswa kelompok eksperimen aktif mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui. Siswa berdiskusi dan membuat jawaban sementara (hipotesis) terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kemudian siswa melakukan interaksi dengan guru, teman, dan lingkungan ketika melaksanakan percobaan. Siswa dapat mengidentifikasi persamaan dan perbedaan daun yang merupakan daun lengkap dan daun tidak lengkap, menganalisis rangkaian argumen yang dikembangkan dan yang digunakan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan mengenai fungsi akar, dan mengidentifikasi suatu permasalahan yang berkaitan dengan fungsi batang pada tumbuhan. Siswa juga mengamati hasil percobaan dan membandingkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Selanjutnya siswa menjelaskan pada guru dan teman-teman tentang hipotesis yang tepat dan yang tidak tepat berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama percobaan dan proses pembelajaran. Sedangkan siswa kelompok kontrol
tidak memiliki kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan analisis. Pembelajaran di kelompok kontrol menunjukkan bahwa siswa mendengarkan penjelasan dari guru dan mendapat kesempatan untuk menjawab hanya ketika mendapat pertanyaan dari guru. Siswa menjawab bukan berdasarkan pengalaman belajar tetapi dari teori yang mereka ketahui sebelumnya.
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2.4 Perspektif Pengaruh Perlakuan Krathwohl (2004: 546) mengungkapkan bahwa setiap penelitian eksperimental harus memasukkan elemen dari penelitian kualitatif untuk membantu memahami sudut pandang dari siswa, guru mitra, dan pengamat atau peneliti. Wawancara dengan siswa setelah perlakuan kerapkali mengungkap apakah perlakuan yang diberikan dirasa sungguh berbeda dari apa yang diharapkan (karakteristik yang dituntut dalam penelitian) dan menuntun kepada penjelasan yang baru dan penting. Hal ini juga menghasilkan anekdot yang membantu memverifikasi fenomena yang terjadi selama penelitian dan membuat statistik lebih bermakna. Analisis persepsi pengaruh perlakuan bertujuan untuk menyingkapkan persepsi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dari subjek-subjek yang terlibat dalam penelitian. Peneliti melakukan analisis dampak pengaruh perlakuan dengan dua teknik pengumpulan data yakni teknik tes dan nontes. Teknik tes menjadi teknik utama dalam penelitian ini, sedangkan teknik nontes menggunakan elemen penelitian kualitatif sederhana untuk melengkapi hasil penelitian kuantitatif (Krathwohl, 2004: 546). Peneliti menggunakan teknik nontes dengan metode triangulasi yakni dengan melakukan observasi selama pembelajaran di kelas eksperimen, wawancara kepada guru dan siswa pada kelas eksperimen setelah dilakukannya perlakuan, dan dokumentasi berupa foto-foto selama pembelajaran di kelas eksperimen. Pada bagian ini dipaparkan hasil analisis dampak pengaruh perlakuan berdasarkan hasil observasi dan wawancara. Peneliti melakukan observasi saat pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen selama tiga kali pertemuan. Observasi pertama dilaksanakan hari Kamis, 13 Oktober 2016 pada pukul 09.20 – 10.40 WIB. Pada saat pembelajaran siswa terlihat sangat antusias ketika guru menyampaikan bahwa mereka akan melakukan pengamatan. Siswa mendapatkan penjelasan mengenai langkahlangkah pengamatan, kemudian mereka dibimbing untuk membuat menemukan jawaban dari masalah-masalah berupa kasus yang disampaikan oleh guru. Siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara mereka terhadap kasus yang ada dan berdasarkan pengamatan yang akan dilakukan dan membuat hipotesis dengan menjawab pertanyaan. Ada seorang siswa yang bertanya “Bu, hipotesis itu apa?” (Komunikasi pribadi, 13 Oktober 2016). Guru menjelaskan pengertian hipotesis
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepada siswa. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa sangat bersemangat dan aktif berdiskusi dalam melakukan pengamatan terhadap akar tumbuhan bayam. Siswa bekerjasama dalam menemukan jawaban atas kasus yang ada, merumuskan hipotesis, menggunakan alat dan bahan, menuliskan hasil pengamatan, membuat kesimpulan, hingga mempresentasikan hasil pengamatan di depan kelas. Observasi kedua dilaksanakan hari Jumat, 14 Oktober 2014 pada pukul 07.00–08.20 WIB. Siswa kembali mendapatkan pengarahan tentang langkahlangkah percobaan yang akan dilakukan, kemudian guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis dengan memberikan kasus terlebih dahulu. Ketika tanya jawab berlangsung, ada seorang siswa yang menjawab“Melakukan percobaan di dalam kelompok lagi, Bu?” (Komunikasi pribadi, 14 Oktober 2016). Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa sangat bersemangat dan aktif berdiskusi dalam melakukan percobaan yang dimulai dengan merumuskan jawaban sementara atas kasus yang disampaikan oleh guru, menggunakan alat dan bahan,
menuliskan
hasil
percobaan,
menentukan
kesimpulan,
hingga
mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas. Observasi ketiga dilaksanakan hari Senin, 17 Oktober 2016 pada pukul 09.20–10.40 WIB. Siswa bertanya jawab dengan guru menganai cara menentukan penggolongan daun menurut kelengkapan bagiannya. Ada seorang siswa yang memberikan penegasan demikian “Menemukan jawaban dari kasus lagi, Bu?” (Komunikasi pribadi, 17 Oktober 2016). Ada siswa lain yang mengatakan “Oh, ya Bu. Tahu tahu, seperti percobaan yang sebelumnya” (Komunikasi pribadi, 17 Oktober 2016). Siswa dibimbing untuk mengajukan hipotesis dengan menjawab pertanyaan guru. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa sangat bersemangat dan aktif berdiskusi dalam melakukan percobaan. Siswa juga bekerjasama dalam mmerumuskan hipotesis, menggunakan alat dan bahan, menuliskan hasil percobaan, menentukan kesimpulan, hingga mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas. Peneliti melakukan wawancara terhadap guru mitra setelah dilakukannya perlakuan pada Senin, 17 Oktober 2016. Guru mengungkapkan bahwa model PBL belum pernah diterapkan sebelumnya dalam pembelajaran IPA. Berikut
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pernyataan guru, “Oh ya kalau menerapkan pembelajaran dengan model PBL sih belum. Sejauh ini belum pernah.” (WG B3 – 4). Model PBL dirasa dapat memberikan pengalaman yang berbeda sehingga menjadi pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran dengan model PBL memberikan pengaruh terhadap daya ingat siswa sehingga siswa tidak mudah lupa dengan materi yang dipelajari karena mereka menemukan pengetahuan mereka lewat pengalaman langsung. Berikut ini pemaparan guru mitra mengenai proses pembelajaran menggunakan model PBL, “Ya pembelajaran dengan model PBL membuat pelajaran jadi lebih bermakna untuk siswa, jadi siswa tidak gampang lupa karena mereka punya pengalaman langsung dan yang pasti ilmu yang didapat akan lama tersimpan di memori mereka” (WG B16–20). Guru mitra mengungkapkan bahwa sebelumnya beliau pernah menggunakan metode eksperimen, pengamatan dan demonstrasi namun belum mengarah pada model pembelajaran inovatif seperti model PBL. Berikut pemaparan guru mitra,“Em, kalau sejauh ini sih lebih ke metode. Metodenya kemarin pernah metode demonstrasi terus ya eksperimen pernah di percobaan kemarin tentang pencemaran lingkungan. Terus ya lebih ke pengamatan jadi seperti itu, untuk model pembelajaran secara khusus memang belum tetapi memang ada juga pernah diarahkan kesitu jadi menemukan.” (WG B33 – 39). Guru mitra mengalami sedikit kesulitan mengenai waktu dalam menerapkan model PBL juga karena beliau belum terbiasa menggunakan model tersebut. Berikut penjelasan Beliau, “Kesulitannya kalau yang kemarin waktu mencoba itu yaitu membutuhkan waktu, karena kita kan materinya juga banyak terus untuk mengkondisikan siswa menerapkan model PBL itu membutuhkan waktu yang lebih, jadi memang harus disusun alokasi waktunya biar nanti untuk setiap tahapannya cukup waktunya sesuai dengan alokasi waktu dua jam pelajaran.” (WG B7 – 13 ). Terkait dengan hal tersebut, guru mitra memberikan saran untuk pembelajaran menggunakan model PBL. Saran yang diberikan adalah sebagai berikut, “Saran saya mungkin untuk percobaan-percobaan, sebaiknya dicoba dulu untuk mengetahui tingkat keberhasilannya, jadi biar kita menyempaikan ke siswa juga yakin. Semuanya harus dipersiapkan dan dicoba dulu dan untuk contoh-contohnya mungkin bisa lebih variatif dan lebih banyak.” (WG B50 – 55).
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara juga dilakukan terhadap tiga siswa pada kelompok eksperimen. Ketiga siswa tersebut merupakan siswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan hasil pretest dan posttest yang telah dilakukan. Wawancara dengan ketiga siswa dilakukan secara terpisah. Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa merasa senang belajar menggunakan model PBL. Hal ini diungkapkan salah satu siswa dengan jawaban berikut ini,“ Senang, karena dapat menemukan jawaban sendiri sehingga dapat menjawab soal-soal dengan mudah.” (W2 SA B36 – 37). Siswa lain menjawab, “Iya senang, karena belajar IPA dengan model PBL aku bisa melakukan percobaan dan setelah itu bisa pandai.” (W2 SC B37 – 38). Model PBL sangat membantu siswa memahami materi bagian tumbuhan dan fungsinya. Berikut ungkapan salah satu siswa, “Iya, sangat membantu menjawab soal-soal kemarin.” (W2 SB B4). Siswa tidak mengalami kesulitan dalam belajar dengan menggunakan model PBL dan dapat mengikuti langkah-langkah pembelajarannya dengan baik. Hal ini dikarenakan model PBL membantu siswa dalam memahami yang ada. Berikut ungkapan siswa mengenai hal tersebut, “Nggak begitu sulit karena melakukan percobaannya secara berkelompok.” (W2 SB B7–8). Siswa juga dapat bekerjasama dan melatih sikap sosial mereka melalui model PBL. Berikut ungkapan siswa yang membuktikan hal tersebut, “Nggak, karena belajarnya kelompok jadi mengerjakan bersama-sama.” (W2 SC B 7 – 8). Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui kemampuan interpretasi siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan model PBL. Hasil wawancara sebelum perlakuan menunjukkan bahwa ada siswa yang bisa dan ada yang merasa lumayan bisa untuk mengerjakan soal nomor 1a tentang mengelompokkan pohon yang memiliki daun lengkap dan tidak lengkap. Berikut ungkapan ketiga siswa, “Bisa” (W1 SA B16), “Lumayan bisa.” (W1 SB B19), “Bisa” (W1 SC B14). Sedangkan hasil
wawancara setelah pembelajaran dengan model
PBL
menunjukkan bahwa siswa lebih bisa mengerjakan soal nomor 1a tentang mengelompokkan pohon yang memiliki daun lengkap dan tidak lengkap. Berikut ungkapan ketiga siswa, “Ya, lebih bisa.“ (W2 SA B15), “Iya betul, jadi lebih bisa.” (W2 SB B16), “Ya betul aku jadi lebih bisa” (W2 SC B16). Hasil wawancara selanjutnya menunjukkan bahwa ada siswa yang bisa dan ada yang
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merasa tidak bisa untuk mengerjakan soal nomor 1c mengenai menjelaskan pengertian dari daun lengkap dan tidak lengkap. Berikut ungkapan kegita siswa, “Em, bisa” (W1 SA B24), “Em, kurang bisa juga.” (W1 SB B27), “Enggak juga” (W1 SC B22). Sedangkan hasil wawancara setelah pembelajaran dengan model PBL menunjukkan bahwa semua siswa lebih bisa mengerjakan soal nomor 1c mengenai menjelaskan pengertian dari daun lengkap dan tidak lengkap. Berikut ungkapan ketiga siswa, “Ya.“ (W2 SA B23), “Ya.” (W2 SB B24), “Iya.” (W2 SC B24). Demikian halnya ketika diberikan pertanyaan untuk nomor 2b, siswa ada yang merasa bisa dan tidak bisa dalam mengerjakan soal tersebut. Sedangkan hasil wawancara setelah pembelajaran dengan model PBL menunjukkan bahwa siswa merasa bisa dan lebih bisa mengerjakan soal nomor 2b. Berikut ungkapan ketiga siswa, “Em, ya.” (W2 SA B30), “Em, ya bisa” (W2 SB B31), “Em, ya bisa” (W2 SC B27). Wawancara berikutnya dilakukan untuk mengetahui kemampuan analisis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model PBL. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa ada siswa yang bisa dan ada yang merasa tidak bisa untuk mengerjakan soal nomor 1b tentang perbedaan dan persamaan daun pisang dan daun rambutan menurut kelengkapan daunnya. Berikut ungkapan kegita siswa, “Em, iya bisa” (W1 SA B18), “Kurang bisa karena belum belajar.” (W1 SB B23), “Em,enggak” (W1 SC B18). Sedangkan hasil wawancara setelah pembelajaran dengan model PBL menunjukkan bahwa siswa lebih bisa mengerjakan soal nomor 1b tentang perbedaan dan persamaan daun pisang dan daun rambutan menurut kelengkapan daunnya. Berikut ungkapan ketiga siswa, “Iya, lebih bisa.“ (W2 SA B19), “Iya.” (W2 SB B20), “Iya.” (W2 SC B20). Hasil wawancara sebelum perlakuan menunjukkan bahwa siswa ada yang bisa dan ada yang kurang bisa mengerjakan soal nomor 2a dan 2c tentang mengidentifikasi fungsi akar bagi tumbuhan. Berikut ungkapan ketiga siswa, “Bisa” (W1 SA B27), “Bisa” (W1 SB B30), “Lumayan bisa” (W1 SC B25). Wawancara selanjutnya adalah mengenai soal yang dirasa lebih sulit oleh siswa. Ketiga siswa mengungkapkan bahwa soal nomor 2 lebih sulit daripada soal nomor 3 karena soal lebih panjang sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahaminya. Berikut ungkapan ketiga siswa tersebut, “Em, lebih sulit
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang nomor 2 karena soalnya lebih panjang bacanya juga lama.” (W1 SA B34 – 35), “Yang lebih sulit soal nomor 2, karena masih kebingungan.” (W1 SB B37 – 38), “Lebih sulit soal nomor 2, karena lebih banyak bacaannya.” (W1 SC B32 – 33). Meskipun masing-masing siswa mengalami kesulitan, namun mereka mengungkapkan bahwa model PBL mempermudah untuk mengerjakan soal yang sulit. Siswa juga mengungkapkan bahwa belajar dengan model PBL lebih menarik daripada menggunakan metode ceramah. Mereka memiliki alasan bahwa model PBL sangat membantu untuk lebih mengerti dan memahami. Berikut ungkapan siswa, “Iya, sangat membantu menjawab soal-soal kemarin.” (W2 SC B10 - 11). Siswa lain mengungkapkan, “Ya, lebih menarik karena bisa melakukan percobaan-percobaan.” (W2 SA B10). 4.2.5 Pembahasan Lebih Lanjut Penelitian ini menunjukkan dua hasil, yaitu penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan interpretasi dan penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Pada penelitian juga terdapat hasil penelitian yang melaporkan bahwa campur tangan PBL berpengaruh terhadap tiga konteks psikologi siswa (Martin, West, & Bill, 2008), PBL efektif diterapkan sebagai metode pengajaran (Peganden dan Read, 2014), dan model pembelajaran Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran fisika kelas XI di SMA Negeri 1 Tanjung Lubuk (Destianingsih, Pasaribu, & Ismet, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Martin, West, dan Bill (2008) menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan pada motivasi siswa dan perubahan yang tidak signifikan terhadap locus of control setelah periode intervensi dari bidang studi olahraga dan ilmu kebugaran. Penelitian yang dilakukan oleh Pagander dan Read (2014) menunjukkan bahwa ada bukti yang kuat mengenai efektivitas PBL sebagai metode pengajaran dengan mayoritas dukungan untuk PBL berasal dari bidang pendidikan kedokteran. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hanya terdapat sedikit penelitian yang fokus terhadap bagaimana PBL berkaitan dengan pedoman yang dianut dalam kurikulum Sekolah di Swedia (GY11). Penelitian yang dilakukan oleh Destianingsih, Pasaribu, dan Ismet (2015) menunjukkan berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikan (α) =
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,05, didapat harga thitung = 3,52 dan ttabel=2,00 terlihat bahwa thitung> ttabel. Sehingga, h0 ditolak dan ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran fisika kelas XI di SMA Negeri 1 Tanjung Lubuk. Hasil penelitian oleh PISA dalam bidang matematika, membaca, dan sains menunjukkan bahwa Indonesia masih berada di peringkat bawah. Pada tahun 2012 Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara untuk literasi sains (OECD, 2012: 232) dan hasil PISA di tahun 2015 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke 62 dari 70 negara (OECD, 2016: 5). Peringkat tersebut menunjukkan bahwa siswa Indonesia mengalami kesulitan yang serius dalam berbagai kategori kemampuan berpikir kritis yang sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup yang konkret. Salah satu penyebab kurangnya pengembangan berpikir kritis pada siswa adalah sekolah-sekolah yang masih banyak menggunakan metode ceramah. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang lebih mampu memfasilitasi siswa untuk aktif mengembangkan kemampuan
berpikir
kritis.
Salah
satu
model
yang
diduga
mampu
mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah model PBL. Ward (dalam Ngalimun, 2014: 89) menyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Facione membagi pemikiran kritis menjadi dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif dibagi menjadi
6 (enam)
keterampilan berpikir kritis, yakni interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, dan regulasi diri (Tawil & Liliasari, 2013: 9). Penelitian ini dikhususkan untuk meneliti pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi dan analisis pada mata pelajaran IPA materi bagian tumbuhan dan fungsinya siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Hasil penelitian ini
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menunjukkan bahwa penerapan model PBL memberikan efek menengah terhadap kemampuan interpretasi dengan nilai r = 0,42 atau sebesar 17,7%. Penerapan model PBL memberikan efek menengah terhadap kemampuan analisis dengan nilai r = 0,41 atau sebesar 17,1%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, model PBL dapat diujicobakan ke sekolah-sekolah yang lain sebagai model pembelajaran inovatif untuk mengembangkan kemampuan interpretasi dan analisis siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA. Model PBL dapat diuji cobakan pada mata pelajaran lain, kemampuan atau aspek lain, dan tingkat kelas yang berbeda.
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V membahas kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan berisi hasil penelitian dan menjawab hipotesis penelitian. Keterbatasan penelitian
berisi
kekurangan
yang ada selama penelitian
dilaksanakan. Saran berisi masukkan dari peneliti untuk penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan 5.1.1
Penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistik parametrik dengan Independent samples t-test menunjukkan bahwa rerata kelompok eksperimen (M=1,15; SE=0,11) lebih tinggi daripada kelompok kontrol (M=0,48; SE=0,14). Perbedaan tersebut signifikan dengan harga t(60)=-3,60 dan p=0,001 (p < 0,05). Effect size model Problem Based Learning terhadap kemampuan interpretasi adalah r=0,42 setara dengan 17,7% yang temasuk kategori “efek menengah”.
5.1.2
Penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan analisis pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistik parametrik dengan Independent samples t-test menunjukkan bahwa Rerata kelompok eksperimen (M=0,78; SE=0,12) lebih tinggi daripada kelompok kontrol (M=0,15; SE=0,13). Perbedaan tersebut signifikan dengan harga t(60)=-3,52 dan p=0,001 (p < 0,05). Effect size model Problem Based Learning terhadap kemampuan analisis adalah r=0,41 setara dengan 17,1% yang temasuk kategori “efek menengah”.
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.2 Keterbatasan Penelitian 5.2.1
Kurangnya koordinasi dengan guru mitra mengenai materi bagian tumbuhan dan fungsinya serta langkah-langkah pembelajaran secara detail sesuai dengan model PBL.
5.2.2
Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan ke semua sekolah, karena penelitian hanya terbatas pada siswa kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.
5.2.3
Hasil dari penelitian ini hanya terbatas pada penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi dan analisis.
5.3 Saran 5.3.1 Perlu dilakukan koordinasi rutin dengan guru mitra untuk pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran model PBL dan pemberian materi mengenai bagian tumbuhan dan fungsinya. 5.3.2
Hasil penelitian ini perlu diujicobakan ke SD lain dengan penelitian yang serupa.
5.3.3
Penelitian selanjutnya dapat dilaksanakan penelitian serupa, juga difokuskan untuk meneliti kemampuan interpretasi dan analisis dengan menambah atau menggunakan model pembelajaran selain Problem Based Learning sebagai treatment pada SD lain.
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR REFERENSI
Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan metode “Discovery” dan ”Inquiry”Bagian I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Amir, T. (2009). Inovasi pendidikan melalui Problem Based Learning: Bagaimana pendidik memberdayakan pemelajar di era pengetahuan. Jakarta: Kencana. Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran, dan asesmen: revisi taksonomi pendidikan Bloom. Diterjemahkan oleh Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik (edisi revisi 2010). Jakarta: Rineka Cipta. Best, J. W., & Kahn, J. V. (2006). Research in education (tenth edition). Boston: Pearson Education Inc. Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research methods in education. New York: Routledge. Creswell, J. (2009). Riset pendidikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi riset kualitatif & kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Destianingsih, Pasaribu, & Ismet (2015). Pengaruh Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran fisika kelas IX di SMA Negeri 1 Tanjung. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika. ISSN: 2355 – 7109. Diakses pada 8 Agustus 2016 dari http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jipf/article/download/3423/1810 Facione, P.A. (1990). Critical thinking: A statement of expert consensus for purpose of educational assessment and instruction. The complete Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS, third edition. London: Sage.
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fraenkel, J., R., Wallen, N., E., & Hyun H., H. (2012). How to design and evaluate research in Education. New York: Mc Graw-Hill. Ghombavani, F., P. (2016). Effect of life skills training on improving critical thinking among Iranian fifth grades primary school girls. Journal of Current Research in Science. ISSN 2322-5009. CODEN (USA): JCRSDJ p.521-530. Diakses pada 7 Agustus 2016 dari http://www.jcrs010.com/Data/Default/2016/Special%20Issue%202/64.pdf. Ghozali, I. (2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Gunawan, A. (2009). Buku pintar Sekolah Dasar. Jakarta: Lima Bintang Isjoni,
H.
(2009). Pembelajaran kooperatif: Meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Johnson, B. & Christensen, L. (2008). Educational research, quantitative, qualitative, and mixed approaches, third edition. California: Sage Publications. Kalelioglu, F., & Gulbahar, Y. (2014). The effect of instructional techniques on critical thinking and critical thinking dispositions in online discussion. Educational Technology & Society, 17 (1), 248–258. Diakses pada 7 Agustus 2016 dari http://www.ifets.info/journals/17_1/21.pdf Kasmadi, & Sunariah, N. S. (2013). Panduan modern penelitian kuantitatif. Bandung: Alfabeta. Komalasari, K. (2010). Pembelajaran kontekstual: Konsep dan aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama. Krathwohl, D.R. (2004). Methods of educational and social science research, an integrated approach, second edition. Illinois: Waveland Press. Kulekci, G. & Kumlu, E. (2015). Developing critical thinking skills in English language teaching classes through novels. International Journal Of Language Academy. Volume3/2 Summer p. 76/90. Diakses tanggal 7 Agustus 2016 dari http://www.ijla.net/Makaleler/1169772073_7.pdf. Martin, L., West, J., & Bill, K. (2008). Incorporating Problem-Based Learning Strategies to develop learner autonomy and employability skills in Sports
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Science Undergraduates. Journal of Hospitality, Leisure, Sport and Tourism Education 7(1), 18 – 30. ISSN: 1473-8376. Diakses pada tanggal 7 Agustus 2016 dari http://www.heacademy.ac.uk/jolste. Masidjo, I. (2010). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Neuman, W.L. (2013). Metodologi penelitian social: Pendekatan kualitatif dan kuantitatif (Ed. 7) Jakarta: PT Indeks. Ngalimun. (2012). Strategi dan Model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. OECD. (2013). PISA 2012 result: Whats students know and can do: Students performance in reading, mathematics, and science. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2016, dari www.oecd.org/pisa/keyfindings/PISA-2012-resultsUS.pdf OECD. (2016). PISA 2015 result in focus. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2016, dari www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf Pagader, L., & Read, J. (2014). Is Problem-Based Learning (PBL) An effective teaching method? A study based on existing research. Institution for Kultur och Kommunikation. Diakses pada 8 Agustus 2016 dari http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:726932/FULLTEXT01.pdf. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Priyatno, D. (2012). Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik dengan SPSS dan prediksi pertanyaan pendadaran skripsi dan tesis: Simple, prektis, dan mudah dipahami untuk tingkat pemula dan menengah. Yogyakarta: Gava Media. Rusman. (2010). Model-model pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Rusman. (2011). Model-model pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Salkind, N. J. (2009). Teori-teori perkembangan manusia. Bandung: Nusa Media. Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sani, R. A. (2013). Inovasi pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Sanjaya, W. (2013). Penelitian pendidikan jenis, metode, dan prosedur. Jakarta: Kencana Predana Media Group. Santoso, S. (2012). Aplikasi SPSS pada statistik non parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Siregar, E., & Nara, H. (2011). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia Sudijono, A. (2011). Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2015). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sulistyanto, H & Wiyono, E. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 4 untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Sunarto & Hartono, A. (2008). Perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suparno, P. (2011). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius. Suprijono, A. (2009). Cooperative learning: Teori dan aplikasi PAIKEM Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susanto, A. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Tawil, M. & Liliasari. (2013). Berpikir kompleks dan implementasinya dalam pembelajaran. Makasar: Universitas Negeri Makasar. Trianto. (2011). Mendesain model pembelajaran inovatif- progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wasis. (2002). Beberapa model pembelajaran dan strategi belajar dalam pembelajaran IPA. Jakarta: Depdiknas. Yusuf, S & Sugandhi, N.M. (2011). Perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.5 LKS Kelompok Eksperimen 2.5.1 LKS Pertemuan Pertama
Nama : ……………………… Kelas : ……………………… Tintin Hari ini bu guru membawa seorang teman untuk belajar bersama, namanya Tintin. Ternyata tintin tidak tahu apa saja bagian-bagian akar. Maukah kamu membantunya untuk mencari tahu bagian-bagian akar? Dengan peralatan yang dibagikan, coba identifikasi bagian-bagian akar! (Guru membagikan tanaman bayam) Pertanyaan: 1. Apa saja bagian-bagian akar? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ Cerita Menanam Mangga Dela dan Keluarganya sangat menyukai tanaman. Terdapat banyak tanaman di halaman rumah dela diantaranya tanaman mawar, kamboja, bogenfil, dan ada juga tanaman yang tidak memiliki bunga seperti gelombang cinta dan lidah mertua. Setiap sore, Dela dan Ibunya selalu menyiram tanaman tersebut. Suatu hari sepulang sekolah Dela membawa tanaman mangga yang masih kecil. Ternyata Dela mendapatkan tanaman tersebut dari temannya. Namun saat sampai di rumah, ibu dela mengatakan bahwa tanaman tersebut tidak akan tumbuh karena akarnya patah. Dela tidak percaya, dia menjawab “Tak apa-apa bu, nanti akarnya akan tumbuh, yang penting ada batang dan daunnya”. Lalu dela menanam pohon itu. Dela menyirami pohon tersebut setiap hari. Tapi setelah 4 hari ternyata pohon tersebut layu dan hampir mati. Dela bingung kenapa hal itu bisa terjadi, padahal dia menyiraminya setiap hari.
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari cerita di atas jawablah pertanyaan di bawah ini! 2. Mengapa pohon mangga yang ditanam Dela tidak tumbuh, padahal Dela telah menyiramnya setiap hari? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 3. Bagian tubuh tumbuhan mana yang tidak berfungsi dengan baik? Apa fungsi bagian tumbuhan tersebut? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................
4. Apa yang seharusnya dilakukan Dela perhatikan sebelum menanam mangga tersebut? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 5. Berikan kesimpulanmu dari masalah tersebut! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.5.2 LKS Pertemuan Kedua Nama : ……………………… Kelas : ………………………
LKS PERTEMUAN II
1. Cobalah lakukan percobaan untuk mengetahui fungsi dari batang tumbuhan! a. Lakukanlah sebuah percobaan untuk mengetahui fungsi dari batang pada sebuah tumbuhan dengan alat dan bahan yang sudah disediakan oleh gurumu secara berkelompok! b. Susunlah langkah-langkah percobaan yang mungkin bisa kalian lakukan untuk mengetahui/menguji fungsi dari batang tumbuhan! c. Kemudian lakukan langkah-langkah yang sudah kamu susun bersama kelompok! d. Tulis hasil percobaan kelompokmu! Alat dan Bahan: 1. 2. 3. 4.
Tanaman pacar air Air Pewarna makanan Gelas kaca
Langkah-langkah: 1. …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 2. …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 3. …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 4. …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 5. …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil percobaan: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………
2. Sebutkan bagian-bagian batang dan fungsi batang bagi tumbuhan!
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.5.3 LKS Pertemuan Ketiga Nama : ……………………… Kelas : ………………………
Petunjuk: -
Amatilah daun-daun yang telah diberikan oleh guru.
-
Jawablah pertanyaan pada LKS bersama dengan kelompok. 1. Apakah daun-daun tersebut sama atau berbeda? Apa perbedaan dan persamaannya? .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. 2. Mana yang termasuk daun lengkap dan mana daun yang tidak lengkap? .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. 3. Dari berbagai daun yang ada, kelompokkanlah mana yang termasuk daun lengkap dan mana daun yang tidak lengkap dengan memberikan tanda (V) No
Nama Daun
Lengkap
Tidak Lengkap
Suatu hari, Bima diminta ibunya untuk menanam cabai dan meletakkannya di halaman rumah. Bima pun segera mengambil pot dan menanami masing-masing pot itu dengan bibit cabai. Ketika sudah selesai, Bima bingung dimana dia harus meletakkan pot-pot itu karena ternyata
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
halaman rumah sudah penuh dengan tanaman dan hanya muat untuk meletakkan 1 pot. Setelah berpikir lama, Bima memutuskan untuk meletakkan 1 pot cabai dan sisanya ia taruh di bawah kolong tempat tidurnya. Keadaan di bawah kolong tempat tidur Bima sangatlah gelap dan tidak terkena cahaya matahari sama sekali, berbeda dengan halaman rumah yang sangat cerah dan terkena sinar. Setelah 3 hari, bibit cabai yang ada di bawah kolong tempat tidur berwarna kuning sedangkan yang di luar berwarna hijau. 4. Mengapa daun cabai tersebut berwarna kuning? .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. 5. Apa fungsi daun pada tumbuhan? .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. 6. Berikan kesimpulanmu dari masalah tersebut ! .................................................................................................................. .................................................................................................................. ..................................................................................................................
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.6 LKS Kelompok Kontrol 2.6.1 Pertemuan Pertama Nama : ……………………… Kelas : ……………………… 1. Sebutkan fungsi utama akar bagi tumbuhan? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 2. Sebutkan bagian-bagian akar pada tumbuhan! .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ................................................................................................................................... 3. Apa yang akan terjadi apabila akar pada tumbuhan mengalami kerusakan? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
…………………….selamat mengerjakan…………………….
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.6.2 Pertemuan Kedua Nama : ……………………… Kelas : ………………………
1. Sebutkan fungsi batang bagi tumbuhan! .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 2. Sebutkan bagian-bagian batang pada tumbuhan! .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ................................................................................................................................... 3. Apa yang akan terjadi apabila batang pada tumbuhan mengalami kerusakan? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
…………………….selamat mengerjakan……………………. 156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.6.3 Pertemuan Ketiga Nama : ……………………… Kelas : ………………………
1. Sebutkan fungsi daun bagi tumbuhan! .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 2. Sebutkan bagian-bagian daun pada tumbuhan! .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 3. Apa yang dimaksud dengan daun lengkap dan daun tidak lengkap? Berikan contoh pohon yang memiliki daun lengkap da daun tidak lengkap masing-masing 2! .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
…………………….selamat mengerjakan…………………….
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.1 Soal Uraian 1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! Kasus Setiap libur kenaikan kelas, Mila mengunjungi neneknya yang berada di desa. Di halaman rumah tersebut terdapat berbagai pohon, seperti pohon mangga, pisang, rambutan, kelapa, kelengkeng dan jambu air. Mila ingin mengetahui pohon apa saja yang memiliki daun lengkap dan daun tidak lengkap. Berdasarkan cerita di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! a. Dapatkah kamu membantu Mila untuk mengelompokkan pohon-pohon tersebut dengan menuliskan 2 pohon yang memiliki daun lengkap dan 2 pohon yang memiliki daun tidak lengkap pada kolom yang tersedia di bawah ini Pohon yang memiliki daun lengkap
Pohon yang memiliki daun tidak lengkap
b. Sebutkan 1 persamaan dan 2 perbedaan dari daun pisang dan daun rambutan menurut kelengkapan bagian daunnya! Daun Pisang
Daun Rambutan
Perbedaan Persamaan
c.
Jelaskan pengertian dari istilah-istilah berikut dengan bahasamu sendiri: 1) Daun lengkap adalah .………………………………………………... ………………………………………………………………………... ………………………………………………………………………... 2) Daun tidak lengkap adalah …………………………………………... ............................................................................................................... ...............................................................................................................
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! a.
Tumbuhan dapat berdiri karena ada akar yang menunjangnya. Akar tumbuhan juga dapat menyerap air dan mineral dari dalam tanah. Beberapa jenis tumbuhan tertentu memiliki akar yang dapat menjadi tempat cadangan makanan. Dari pernyataan di atas, tulislah 3 yang termasuk kegunaan akar! ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... .
b.
Gambarlah akar pohon lengkap dengan 5 bagiannya, kemudian namailah setiap bagiannya!
c.
Pada suatu sore Doni melihat tanaman cabai di tepi jalan dekat rumahnya. Ia mengamati tanaman cabai tersebut dan ternyata batangnya berwarna kuning kecoklatan serta tidak terdapat daun, bunga maupun buah pada tanaman tersebut. Berdasarkan cerita di atas, apa nama bagian tanaman yang tidak berfungsi dengan baik? Tuliskan alasanmu! ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... .
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Tentukan pernyataan berikut benar atau salah dengan melingkari jawaban yang tepat! Tuliskan alasannya! a. Daun mangga merupakan daun lengkap (Benar/ Salah) Alasan: ........................................................................................................................ ......………………………………………………………………………..… ……………...……………………………………………………………..... b. Akar pada tumbuhan pada umumnya memiliki 3 bagian. (Benar/ Salah) Alasan: ........................................................................................................................ ........………………………………………………………………………… ………………...……………………………………………………………. c. Batang adalah bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan proses fotosintesis. (Benar/ Salah) Alasan: ........................................................................................................................ ........………………………………………………………………………… ………………...…………………………………………………………….
4. Jawablah pertanyaan di bawah ini! a. Okta membawa pot berisi tanaman mawar. Di rumah, ia mencoba memindahkan tanaman mawar tersebut ke dalam pot yang lebih besar. Cara manakah yang paling tepat untuk memindahkan tanaman mawar ke dalam pot lain supaya tanamannya cepat tumbuh? Tuliskan alasanamu! 1) Memindahkan tanaman mawar beserta akar dan tanahnya kemudian menanamnya 2) Memindahkan tanaman mawar dengan mengambil batangnya saja lalu menanamnya 3) Memindahkan tanaman mawar dengan mencabut dan menanamnya Jawab:....................................................................................................... ..............................……………………………………………………… ……………………………….…………………………………………
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus Toni belajar mengenai bagian-bagian batang dan fungsi batang. Toni berpendapat bahwa batang berfungsi untuk menyalurkan air dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan. Toni diberi peralatan praktikum antara lain gelas yang berisi air berwarna merah dan tanaman pacar air untuk membuktikan jawabannya. b. Berdasarkan cerita di atas jawablah pertanyaan di bawah ini! Sebutkan 3 cara yang bisa dilakukan Toni untuk membuktikan bahwa batang berfungsi untuk menyalurkan air dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan! Jelaskan masing-masing alasanmu! Jawab: ........................................................................................................................ ..........................…………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… c. Dari ketiga cara yang sudah kamu tuliskan, cara manakah yang paling tepat
yang untuk
membuktikan
bahwa
batang berfungsi
untuk
menyalurkan air dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan? Jelaskan alasanmu memilih cara itu! Jawab: ........................................................................................................................ .........……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………..
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban 1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! Kasus Setiap libur kenaikan kelas, Mila mengunjungi neneknya yang berada di desa. Di halaman rumah tersebut terdapat berbagai pohon, seperti pohon mangga, pisang, rambutan, kelapa, kelengkeng dan jambu air. Mila ingin mengetahui pohon apa saja yang memiliki daun lengkap dan daun tidak lengkap. Berdasarkan cerita di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! a. Dapatkah kamu membantu Mila untuk mengelompokkan pohon-pohon tersebut dengan menuliskan 2 pohon yang memiliki daun lengkap dan 2 pohon yang memiliki daun tidak lengkap pada kolom yang tersedia di bawah ini Pohon yang memiliki daun tidak lengkap
Pohon yang memiliki daun lengkap Pohon pisang
Menyebutkan 2 dari 4 pohon (pohon mangga, rambutan, kelengkeng, dan jambu air)
Pohon kelapa
b. Sebutkan 1 persamaan dan 2 perbedaan dari daun pisang dan daun rambutan menurut kelengkapan bagian daunnya! Daun Pisang
c.
Daun Rambutan
Perbedaan
Memiliki pelepah daun
Tidak memiliki pelepah daun
Persamaan
Memiliki tangkai daun
Memiliki tangkai daun
Memiliki helai daun
Memiliki helai daun
Jelaskan pengertian dari istilah-istilah berikut dengan bahasamu sendiri: 1) Daun lengkap adalah daun yang terdiri atas tiga bagian, yaitu pelepah, tangkai dan helaian daun 2) Daun tidak lengkap adalah daun yang hanya tersusun 1 – 2 bagian saja.
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! a.
Tumbuhan dapat berdiri karena ada akar yang menunjangnya. Akar tumbuhan juga dapat menyerap air dan mineral dari dalam tanah. Beberapa jenis tumbuhan tertentu memiliki akar yang dapat menjadi tempat cadangan makanan. Dari pernyataan di atas, tulislah 3 yang termasuk kegunaan akar! Menunjang tumbuhan agar dapat berdiri Menyerap air dan mineral dari dalam tanah Menjadi tempat cadangan makanan
b.
Gambarlah akar pohon lengkap dengan 5 bagiannya, kemudian namailah setiap bagiannya!
c.
Pada suatu sore Doni melihat tanaman cabai di tepi jalan dekat rumahnya. Ia mengamati tanaman cabai tersebut dan ternyata batangnya berwarna kuning kecoklatan serta tidak terdapat daun, bunga maupun buah pada tanaman tersebut. Nama bagian tanaman yang tidak berfungsi dengan baik adalah batang. Alasannya adalah jika batang pada tanaman cabai berfungsi dengan baik untuk mengedarkan mineral dan air yang diserap oleh akar, serta zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh, maka batang tanaman tersebut tidak akan menjadi berwarna kuning kecoklatan serta pada batang tanaman tersebut akan tumbuh daun, bunga serta bunga.
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Tentukan pernyataan berikut benar atau salah dengan melingkari jawaban yang tepat! Tuliskan alasannya! a. Daun mangga merupakan daun lengkap (Benar/ Salah) Alasan : Pernyataan ini salah karena daun mangga hanya memiliki tangkai daun dan helai daun sedangkan daun lengkap memiliki tangkai daun, helai daun dan pelepah daun. b. Akar pada tumbuhan pada umumnya memiliki 3 bagian. (Benar/ Salah) Alasan: Pernyataan ini salah karena akar pada tumbuhan terdiri dari 5 bagian, yaitu Cabang akar, Rambut akar, Batang akar, Ujung akar, dan Pangkal Akar. c. Batang adalah bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan proses fotosintesis. (Benar/ Salah) Alasan: Pernyataan ini salah karena bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan proses fotosintesis adalah daun, sedangkan batang berfungsi untuk menyalurkan air dari akar menuju ke seluruh bagian tumbuhan. 4. Jawablah pertanyaan di bawah ini! a. Okta membawa pot berisi tanaman mawar. Di rumah, ia mencoba memindahkan tanaman mawar tersebut ke dalam pot yang lebih besar. Cara manakah yang paling benar untuk memindahkan tanaman mawar ke dalam pot lain? Tuliskan alasanamu! 1)
Memindahkan tanaman mawar beserta akar dan tanahnya kemudian menanamnya
2)
Memindahkan tanaman mawar dengan mengambil batangnya saja lalu menanamnya
3)
Memindahkan tanaman mawar dengan mencabut dan menanamnya Jawab: Cara yang paling benar adalah memindahkan tanaman mawar beserta akar dan tanahnya kemudian menanamnya karena melalui akar unsur yang ada di dalam tanah seperti air dapat terserap dan diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan sehingga tumbuhan dapat tumbuh dengan baik.
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Toni belajar mengenai bagian-bagian batang dan fungsi batang. Toni berpendapat bahwa batang berfungsi untuk menyalurkan air dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan. Toni diberi peralatan praktikum antara lain gelas yang berisi air berwarna merah dan tanaman pacar air untuk membuktikan jawabannya. Berdasarkan cerita di atas jawablah pertanyaan di bawah ini! Sebutkan 3 cara yang bisa dilakukan Toni untuk membuktikan bahwa batang berfungsi untuk menyalurkan air dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan! Jelaskan masing-masing alasanmu! Jawab: Cara yang dapat dilakukan oleh Toni: Memasukkan pohon pacar ke dalam gelas yang berisi air berwarna merah karena dengan memasukkan pohon pacar tersebut maka akar, batang, maupun daun dari pohon pacar tersebut akan berwarna merah. Hal tersebut menunjukkan bahwa batang pada tumbuhan berfungsi untuk menyalurkan air yang diserap oleh akar tumbuhan menuju ke seluruh bagian tumbuhan. -
(jawaban berupa pendapat siswa)
-
(jawaban berupa pendapat siswa)
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian No
Variabel
Aspek
Membuat kategori
Indikator Mengelompokkan pohon yang memiliki daun lengkap dan daun tidak lengkap
Menjelaskan bagian-bagian akar dengan gambar untuk memperjelas masalah
1
Interpretasi
Menjelaskan makna Menjelaskan makna dari daun lengkap dan daun tidak lengkap dengan bahasa sendiri tanpa menghilangkan arti semula
Menguji Gagasan
2
Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan daun yang merupakan daun lengkap dan daun tidak lengkap
Analisis
Menganalisis rangkaian
Kriteria Jika mengelompokkan 4 pohon dengan tepat Jika mengelompokkan 3 pohon dengan tepat Jika mengelompokkan 2 pohon dengan tepat Jika mengelompokkan 1 pohon dengan tepat, atau tidak menjawab sama sekali Jika menggambar minimal 4 bagian akar serta menamai bagiannya dengan tepat Jika menggambar 3 bagian akar serta menamai bagiannya dengan tepat Jika menggambar 2 bagian akar serta menamai bagiannya dengan tepat Jika menggambar 1 bagian akar serta menamai bagiannya dengan tepat atau tidak menjawab sama sekali Jika menjelaskan pengertian dari 2 konsep dengan sangat tepat Jika menjelaskan pengertian dari 2 konsep dengan tepat Jika menjelaskan pengertian dari salah satu konsep dengan tepat Jika tidak menjawab dengan tepat atau tidak menjawab sama sekali Jika menyebutkan 2 persamaan dan 1 perbedaan dengan tepat Jika menyebutkan 1 persamaan dan 1 perbedaan dengan tepat Jika menyebutkan 2 persamaan dengan tepat Jika menyebutkan 1 perbedaan atau 1 persamaan dengan tepat atau tidak menjawab sama sekali Jika membuat kesimpulan dengan menyebut 3 fungsi
Skor 4 3 2 1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2 1
4
166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Variabel
Aspek
Indikator argumen yang dikembangkan dan yang digunakan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan mengenai fungsi akar Mengidentifikasi suatu permasalahan yang berkaitan dengan fungsi batang pada tumbuhan
Menilai benar tidaknya suatu argumen Menilai sah tidaknya argumenargumen
3
Menilai apakah argumen didasarkan pada asumsi yang benar
Evaluasi
Menilai sah tidaknya klaim-klaim
Menilai apakah suatu prinsip dapat diterapkan untuk situasi tertentu
Kriteria akar dengan tepat Jika membuat kesimpulan dengan menyebut 2 fungsi akar dengan tepat Jika membuat kesimpulan dengan menyebut 1 fungsi akar dengan tepat Jika menjawab salah atau tidak menjawab sama sekali Jika dapat mengidentifikasi permasalahan dengan tepat dan dengan alasan yang tepat. Jika dapat mengidentifikasi permasalahan dengan tepat dan alasan kurang tepat. Jika dapat mengidentifikasi permasalahan dengan kurang tepat dan alasan kurang tepat. Jika tidak menjawab sama sekali
Skor
Jika dapat menyebutkan 3 argumen dengan benar Jika dapat menyebutkan 2 argumen dengan benar Jika dapat menyebutkan 1 argumen dengan benar Jika tidak dapat menyebutkan argumen dengan benar Jika dapat menyebutkan 3 asumsi dengan benar Jika dapat menyebutkan 2 asumsi dengan benar Jika dapat menyebutkan 1 asumsi dengan benar Jika tidak dapat menyebutkan asumsi dengan benar Jika dapat menyebutkan cara yang paling efektif dengan tepat dan menjelaskan suatu prinsip dapat diterapkan untuk situasi tertentu dengan benar Jika dapat menyebutkan cara yang paling efektif dengan tepat tetapi
4
3
2
1
4
3
2
1
3 2 1
4 3 2 1
4
3
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mengemukakan alternatifalternatif untuk memecahkan masalah
4
Inferensi
Menerka alternativealternatif
Tepat menentukan pemecahan masalah
menjelaskan suatu prinsip dapat diterapkan untuk situasi tertentu dengan kurang benar Jika dapat menyebutkan cara yang paling efektif dengan tepat atau hanya menjelaskan suatu prinsip dapat diterapkan untuk situasi tertentu dengan benar Jika tidak dapat menyebutkan cara yang paling efektif dengan tepat dan tidak menjelaskan suatu prinsip dapat diterapkan untuk situasi tertentu dengan benar Jika dapat mengemukakan 3 alternatif pemecahan masalah dengan benar Jika dapat mengemukakan 2 alternatif pemecahan masalah dengan benar Jika dapat mengemukakan 1 alternatif pemecahan masalah dengan benar Jika tidak dapat mengemukakan alternatif pemecahan masalah dengan benar Jika dapat menetukan solusi yang paling kuat dengan alasan yang tepat dan solusi yang paling lemah beserta alasannya yang tepat Jika dapat menetukan solusi yang paling kuat dengan alasan yang tepat atau hanya menentukan solusi yang paling lemah beserta alasan yang tepat Jika hanya dapat menentukan solusi yang paling kuat dan solusi yang paling lemah saja tanpa diberi alasan Jika hanya dapat menentukan solusi yang paling kuat atau solusi yang paling lemah dengan benar atau tidak ada jawaban benar
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement No. Soal
1
Validator 2 3 Rerata
1a
3
4
1
2,67
1b
3
3
3
3,00
1c
4
2
2
2,67
2a
3
3
3
3,00
2b
3
4
3
3,33
2c
3
3
3
3,00
3
3
3
3
3,00
Komentar (Saran Perbaikan) Validator 1 Soal no. 1a sudah sesuai Validator 2 Soal no. 1a sudah sangat sesuai. Pada kasus, pohon jagung dapat diganti dengan pohon kelapa, karena di halaman rumah hampir tidak ada/jarang ditemukan tanaman jagung. Validator 3 Soal no. 1a sangat tidak sesuai. Kasus perlu diperjelas, dan sebaiknya memilih tanaman/pohon yang sering dijumpai oleh siswa. Validator 1 Soal no. 1b sudah sesuai Validator 2 Soal no. 1b sudah sesuai Validator 3 Soal no. 1b sudah sesuai Validator 1 Soal no. 1c sudah sangat sesuai Validator 2 Soal no. 1c kurang sesuai. Kata “konsep” dapat diganti dengan “istilah” dan dapat dibantu dengan kata “adalah”. Misalnya: 1) Daun lengkap adalah …. Validator 3 Soal no. 1c kurang sesuai. Soal dapat diganti seperti ini “Jelaskan pengertian daun lengkap dan daun tidak lengkap dengan bahasamu sendiri!” agar mudah dipahami oleh siswa. Validator 1 Soal no. 2a sudah sesuai Validator 2 Soal no. 2a sudah sesuai. Kalimat dapat disederhanakan menjadi: Dari pernyataan di atas, tulislah 3 yang termasuk kegunaan akar! Validator 3 Soal no. 2a sudah sesuai. Validator 1 Soal no. 2b sudah sesuai Validator 2 Soal no. 2b sudah sangat sesuai Validator 3 Soal no. 2b sudah sesuai Validator 1 Soal no. 2c sudah sesuai Validator 2 Soal no. 2c sudah sesuai. Kalimat “bagian tanaman cabai apa” dapat diganti dengan “apa nama bagian tanaman” Validator 3 Soal no. 2c sudah sesuai. Baik sudah terdapat problem. Validator 1 Soal no. 3 sudah sesuai Validator 2 Soal no. 3 kurang sesuai. Perintah soal perlu penyederhanaan s.d.a Validator 3
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4a
2
3
1
2,00
4b
3
2
3
2,67
4c
3
3
2
2,67
Total skor
30
29
24
Skor maks
40
40
40
Keterangan : 4 Sangat sesuai Sesuai 3 2 1
Kurang sesuai Sangat tidak sesuai
Soal no. 3 sudah sesuai. Jika sudah jelas bahwa siswa diminta untuk menyatakan mana pernyataan yang benar dan salah, maka tidak perlu ada pilihan (Benar/Salah) lagi di setiap akhir soal. Validator 1 Soal no. 4a kurang sesuai. Jawaban 1, 2, dan 3 bisa dipilih sebagai jawaban benar. Validator 2 Soal no. 4a sudah sesuai. Pertanyaan dapat diganti dengan “cara manakah yang paling tepat untuk memindahkan tanaman mawar ke dalam pot lain?” Validator 3 Soal no. 4a sangat tidak sesuai. Pilihan nomor 1 dan 3 perlu dispesifikasi secara lebih detail. Terjadi miskonsepsi antara pohon dan tanaman. Kata pohon dalam kasus perlu diubah menjadi kata tanaman, karena dapat disebut sebagai pohon jika tingginya lebih dari 3 meter. Validator 1 Soal no. 4b sudah sesuai Validator 2 Soal no. 4b kurang sesuai. Indikator kurang teruji dengan instrument soal. Dapat diuji melalui praktikum (seperti soal no. 4c) Validator 3 Soal no. 4b sudah sesuai Validator 1 Soal no. 4c sudah sesuai Validator 2 Soal no. 4c sudah sesuai. Kalimat soal dapat diganti dengan 1) Bagaimana cara Toni membuktikan bahwa batang tumbuhan dapat menyalurkan air dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan? Jelaskan 3 caranya! 2) dari ketiga cara yang sudah kamu tuliskan, cara manakah yang paling tepat untuk membuktikan bahwa batang berfungsi untuk menyalurkan air dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan? Jelaskan alasanmu memilih cara itu! Validator 3 Soal no. 4c kurang sesuai. Validator 1 Instrumen penelitian layak diimplementasikan tanpa perbaikan Validator 2 Instrumen penelitian layak diimplementasikan dengan sedikit perbaikan Validator 3 Instrumen penelitian layak diimplementasikan dengan sedikit perbaikan
Rekomendasi: 31 – 40 Layak diimplementasikan tanpa perbaikan Layak diimplementasikan dengan sedikit perbaikan (revisi 21 – 30 kecil) 11 – 20 Layak diimplementasikan dengan perbaikan (revisi besar) 1 – 10 Tidak layak diimplementasikan (perlu diubah)
170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas 3.5.1 Hasil Uji Validitas Setiap Variabel Correlations Total Interpretasi Total Pearson Correlation 1 .916** Sig. (2-tailed) .000 N 34 34 Interpretasi Pearson Correlation .916** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 34 34 Analisis Pearson Correlation .833** .608** Sig. (2-tailed) .000 .000 N 34 34 Evaluasi Pearson Correlation .961** .880** Sig. (2-tailed) .000 .000 N 34 34 Inferensi Pearson Correlation .872** .786** Sig. (2-tailed) .000 .000 N 34 34 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Analisis .833** .000 34 .608** .000 34 1 34 .765** .000 34 .590** .000 34
Evaluasi .961** .000 34 .880** .000 34 .765** .000 34 1 34 .792** .000 34
Inferensi .872** .000 34 .786** .000 34 .590** .000 34 .792** .000 34 1 34
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.5.2 Hasil Uji Validitas Setiap Item Soal 3.5.2.1 Validitas Item Soal Interpretasi Correlations Total Item1a Total Pearson Correlation 1 .827** Sig. (2-tailed) .000 N 34 34 Item1a Pearson Correlation .827** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 34 34 Item1c Pearson Correlation .874** .573** Sig. (2-tailed) .000 .000 N 34 34 ** Item2b Pearson Correlation .823 .477** Sig. (2-tailed) .000 .004 N 34 34 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Item1c .874** .000 34 .573** .000 34 1 34 .639** .000 34
Item2b .823** .000 34 .477** .004 34 .639** .000 34 1 34
3.5.2.2 Validitas Item Soal Analisis Correlations Total Item1b Total Pearson Correlation 1 .951** Sig. (2-tailed) .000 N 34 34 Item1b Pearson Correlation .951** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 34 34 Item2a Pearson Correlation .779** .568** Sig. (2-tailed) .000 .000 N 34 34 Item2c Pearson Correlation .921** .957** Sig. (2-tailed) .000 .000 N 34 34 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Item2a .779** .000 34 .568** .000 34 1 34 .490** .003 34
Item2c .921** .000 34 .957** .000 34 .490** .003 34 1 34
172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas
Case Processing Summary N % Cases Valid 34 100.0 Excludeda 0 .0 Total 34 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .915 4
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Interpretasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
1
Pre Inter Kon 2.33
Post1 Inter Kon 2.67
0.34
Post2 Inter Kon 2.00
Pre Inter Eks 3.00
Post1 Inter Eks 3.33
0.33
Post2 Inter Eks 3.67
2
2.33
3
1.67
2.00
-0.33
2.33
2.67
2.33
0.66
1.67
3.00
4.00
1.33
4.00
3.00
0.00
3.00
4
2.33
3.00
0.67
2.00
2.67
3.33
0.66
2.67
5
1.33
1.67
0.34
2.00
2.00
3.67
1.67
3.00
6
2.67
1.67
-1.00
2.33
2.33
3.33
1.00
2.67
7
1.67
2.00
0.33
1.67
2.33
3.67
1.34
3.33
8
2.00
3.00
1.00
2.00
2.00
4.00
2.00
2.00
9
2.67
3.00
0.33
2.00
2.33
3.67
1.34
3.00
10
2.00
1.33
-0.67
2.67
3.00
4.00
1.00
2.00
11
2.00
4.00
2.00
1.33
2.33
2.67
0.34
3.00
12
1.33
2.33
1.00
2.67
2.33
3.67
1.34
4.00
13
1.33
2.00
0.67
2.33
1.67
3.67
2.00
3.33
14
2.67
2.33
-0.34
2.33
1.67
3.00
1.33
2.00
15
1.67
2.67
1.00
3.00
2.00
3.00
1.00
2.67
16
2.33
1.00
-1.33
2.33
2.33
3.67
1.34
3.33
17
2.00
2.33
0.33
1.67
1.33
3.00
1.67
3.00
18
2.33
4.00
1.67
2.00
2.00
2.33
0.33
2.33
19
2.33
1.67
-0.66
3.00
1.00
4.00
3.00
4.00
20
3.00
3.33
0.33
1.67
1.33
3.00
1.67
2.33
21
2.00
2.00
0.00
2.33
1.33
2.33
1.00
2.67
22
1.00
2.00
1.00
1.33
1.67
3.00
1.33
4.00
23
2.00
3.67
1.67
1.67
1.67
2.67
1.00
3.67
24
1.67
3.00
1.33
1.67
2.00
3.00
1.00
3.33
25
2.00
3.67
1.67
2.33
1.67
2.67
1.00
2.33
26
3.00
3.00
0.00
2.67
1.00
2.67
1.67
3.33
27
2.33
2.67
0.34
2.67
2.67
3.00
0.33
3.67
28
2.00
3.33
1.33
3.00
2.00
3.33
1.33
3.33
29
1.67
2.67
1.00
3.00
2.00
2.67
0.67
2.67
30
1.33
2.00
0.67
1.33
1.67
2.00
0.33
2.33
31
2.33
2.00
-0.33
2.33
2.00
3.33
1.33
3.33
No. Resp
Sel Inter Kon
Sel Inter Eks
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Analisis Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen No. Resp
Pre Ana Kon
1
3.00
Post1 Ana Kon 1.33
-1.67
Post2 Ana Kon 3.00
2.00
Post1 Ana Eks 3.00
1.00
Post2 Ana Eks 3.67
2
2.00
3
2.67
1.33
-0.67
2.00
-0.67
1.67
3.00
1.66
2.33
3.00
0.00
4.00
2.33
0.00
2.33
4
2.33
1.67
-0.66
1.33
2.67
3.67
1.00
3.00
5
1.67
2.33
0.66
1.67
2.00
3.33
1.33
3.67
6
2.00
2.00
0.00
2.33
1.67
1.67
0.00
1.67
7
1.67
2.67
1.00
1.66
1.67
3.67
2.00
3.33
8
2.00
2.33
0.33
3.00
2.00
2.66
0.66
3.00
9
2.33
2.67
0.34
2.33
1.67
3.00
1.33
2.67
10
2.67
1.67
-1.00
2.67
2.33
3.00
0.67
3.00
11
2.00
2.67
0.67
3.00
2.67
2.67
0.00
2.67
12
2.67
3.00
0.33
1.00
2.00
3.67
1.67
1.67
13
3.00
1.67
-1.33
2.00
2.67
3.33
0.66
3.33
14
2.00
2.00
0.00
2.33
2.00
2.33
0.33
2.33
15
2.33
2.00
-0.33
2.00
2.00
3.00
1.00
2.67
16
1.67
1.33
-0.34
1.33
1.67
3.67
2.00
4.00
17
2.33
3.00
0.67
2.00
2.33
2.00
-0.33
2.33
18
1.00
2.00
1.00
1.33
2.00
2.33
0.33
2.33
19
2.00
2.67
0.67
1.33
1.00
2.33
1.33
2.33
20
1.67
2.33
0.66
1.00
2.33
3.33
1.00
3.33
21
1.67
3.00
1.33
2.00
2.00
2.00
0.00
1.67
22
2.33
2.67
0.34
2.67
1.67
3.33
1.66
3.33
23
1.67
1.67
0.00
1.00
1.67
2.33
0.66
2.67
24
2.33
2.00
-0.33
2.67
2.33
2.00
-0.33
1.67
25
1.00
2.33
1.33
2.00
2.33
2.67
0.34
2.67
26
2.33
2.67
0.34
2.33
1.00
2.67
1.67
2.67
27
1.67
1.67
0.00
2.33
2.67
3.00
0.33
3.00
28
2.00
3.00
1.00
3.33
1.67
3.00
1.33
3.00
29
1.67
2.33
0.66
2.67
2.00
3.33
1.33
3.33
30
2.33
2.33
0.00
2.00
1.67
2.67
1.00
2.67
31
2.00
2.33
0.33
1.67
2.33
2.67
0.34
3.00
Sel Ana Kon
Pre Ana Eks
Sel Ana Eks
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data 4.3.1 Kemampuan Interpretasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PreInter Post1 SelInter Post2 PreInter Post1 SelInter Post2 Kon InterKon Kon InterKon Eks InterEks Eks InterEks 31 31 31 31 31 31 31 31 2.0426 2.5271 .4845 2.1719 2.0323 3.1832 1.1510 3.0319
N Normal Mean Parametersa,b Std. .50006 Deviation Most Absolute .143 Extreme Positive .121 Differences Negative -.143 Test Statistic .143 Asymp. Sig. (2-tailed) .104c a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
.76397
.82013
.50828
.54675
.53664
.62053
.61691
.142 .142 -.087 .142 .113c
.135 .086 -.135 .135 .159c
.138 .129 -.138 .138 .137c
.136 .136 -.122 .136 .149c
.150 .150 -.140 .150 .074c
.155 .155 -.146 .155 .057c
.137 .108 -.137 .137 .144c
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df PreInterKon .143 31 .104 .956 31 Post1InterKon .142 31 .113 .966 31 SelInterKon .135 31 .159 .975 31 Post2InterKon .138 31 .137 .934 31 PreInterEks .136 31 .149 .954 31 Post1InterEks .150 31 .074 .946 31 SelInterEks .155 31 .057 .936 31 Post2InterEks .137 31 .144 .941 31 a. Lilliefors Significance Correction
Sig. .230 .417 .655 .057 .206 .121 .062 .088
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.3.2 Kemampuan Analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PreAna Post1 SelAna Post2 PreAna Post1 Kon AnaKon Kon AnaKon Eks AnaEks 31 31 31 31 31 31 2.0648 2.2152 .1503 2.0423 2.0435 2.8277
N Normal Mean Parametersa,b Std. .48162 .51354 .73912 Deviation Most Absolute .142 .137 .144 Extreme Positive .134 .114 .080 Differences Negative -.142 -.137 -.144 Test Statistic .142 .137 .144 Asymp. Sig. (2-tailed) .116c .146c .098c a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
SelAna Post2An Eks aEks 31 31 .7842 2.8068
.64310
.46081
.55057
.67443
.64206
.107 .107 -.094 .107 .200c,d
.151 .151 -.144 .151 .071c
.139 .107 -.139 .139 .133c
.132 .132 -.113 .132 .181c
.125 .100 -.125 .125 .200c,d
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df PreAnaKon .142 31 .116 .937 31 Post1AnaKon .137 31 .146 .934 31 SelAnaKon .144 31 .098 .957 31 Post2AnaKon .107 31 .200* .959 31 PreAnaEks .151 31 .071 .935 31 Post1AnaEks .139 31 .133 .949 31 SelAnaEks .132 31 .181 .951 31 Post2AnaEks .125 31 .200* .948 31 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Sig. .069 .055 .240 .273 .061 .148 .171 .136
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal 4.4.1 Kemampuan Interpretasi
PreInter KonEks
Group Statistics Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Pretest Interpretasi Kontrol 31 2.0426 .50006 .08981 Pretest Interpretasi Eksperimen 31 2.0323 .54675 .09820 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F PreInter Equal KonEks variances assumed Equal variances not assumed
.164
Sig. .687
t-test for Equality of Means
T .078
Sig. Mean Std. Error (2-tailed) Difference Difference
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
60
.938
.01032
.13308 -.25587
.27652
.078 59.528
.938
.01032
.13308 -.25591
.27656
4.4.2 Kemampuan Analisis
PreAna KonEks
Kelompok Pretest Analisis Kontrol Pretest Analisis Eksperimen
Group Statistics N Mean Std. Deviation Std. Error Mean 31 2.0648 .48162 .08650 31 2.0435 .46081 .08276 Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
F PreAna Equal KonEks variances assumed Equal variances not assumed
.087
Sig. .769
t-test for Equality of Means
T .178
Sig. Mean Std. Error (2-tailed) Difference Difference
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
60
.859
.02129
.11972 -.21818
.26076
.178 59.883
.859
.02129
.11972 -.21819
.26077
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan 4.5.1 Kemampuan Interpretasi
SelInter KonEks
Group Statistics Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Selisih Interpretasi Kontrol 31 .4845 .82013 .14730 Selisih Interpretasi Eksperimen 31 1.1510 .62053 .11145 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F SelInter Equal KonEks variances assumed Equal variances not assumed
Sig.
2.565
.114
t-test for Equality of Means
t
Sig. Mean Std. Error (2-tailed) Difference Difference
df
-3.608
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
60
.001
-.66645
.18471 -1.03593 -.29697
-3.608 55.870
.001
-.66645
.18471 -1.03649 -.29641
4.5.2 Kemampuan Analisis
SelAna KonEks
Kelompok Selisih Analisis Kontrol Selisih Analisis Eksperimen
Group Statistics N Mean Std. Deviation Std. Error Mean 31 .1503 .73912 .13275 31 .7842 .67443 .12113 Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
F SelAna Equal KonEks variances assumed Equal variances not assumed
.020
Sig. .888
t-test for Equality of Means
t -3.527
Sig. (2tailed)
df
Mean Std. Error Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
60
.001
-.63387
.17971
-.99334 -.27440
-3.527 59.504
.001
-.63387
.17971
-.99340 -.27434
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan Effect size kemampuan interpretasi adalah sebagai berikut:
0,421 Persentase pengaruh penerapan model PBL untuk kemampuan interpretasi: R2 = r2 = (0,421) 2 = 0,177 Persentase = R2 x 100% = 0,177 x 100% = 17,7%
Effect size kemampuan analisis adalah sebagai berikut:
0,413 Persentase pengaruh penerapan model PBL untuk kemampuan analisis: R2 = r2 = (0,413) 2 = 0,171 Persentase = R2 x 100% = 0,171 x 100% = 17,1%
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I 4.7.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Interpretasi Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Persentase Persentase = = =
=
=
=
= 0,24
= 0,57
= 24 %
= 57 %
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Analisis Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Persentase Persentase = = =
=
=
=
= 0,07
= 0,38
=7%
= 38 %
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.7.2 Perhitungan Persentase Gain Score 4.7.2.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Interpretasi Kelompok Kontrol
Kelompok Kontrol
Gain Score
f
Gain Score
F
-1.33
1
0
1
-1
1
0.33
4
-0.67
1
0.34
1
-0.66
1
0.66
1
-0.34
1
0.67
1
-0.33
2
1
7
0
2
1.33
5
0.33
4
1.34
4
0.34
3
1.67
4
0.66
1
2
2
0.67
3
3
1
1
5
1.33
2
1.67
3
2
1
4.7.2.2 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 1,5 Kemampuan Interpretasi Kelompok Kontrol Frekuensi gain score ≥ 0,34 adalah 18 siswa. Persentase
Kelompok Eksperimen Frekuensi gain score ≥ 0,34 adalah 26 siswa. Persentase
=
=
=
=
= 0,58
= 0,84
= 58%
= 84%
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.7.2.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Analisis Kelompok Kontrol Gain Score f -1,67 1 -1,33 1 -1,00 1 -0,67 2 -0,66 1 -0,34 1 -0,33 2 0 5 0,33 3 0,34 3 0,66 3 0,67 3 1,00 3 1,33 2
Kelompok Eksperimen Gain Score F -0,33 2 0 5 0,33 3 0,34 2 0,66 3 0,67 1 1,00 5 1,33 5 1,66 1 1,67 2 2,00 2
4.7.2.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 1,00 Kemampuan Analisis Kelompok Kontrol Frekuensi gain score ≥ 0,17 adalah 22 siswa. Persentase
Kelompok Eksperimen Frekuensi gain score ≥ 0,17 adalah 29 siswa. Persentase
=
=
=
=
= 0,71
= 0,94
= 71%
= 94%
183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I 4.8.1 Kemampuan Interpretasi 4.8.1.1 Hasil SPSS Uji Signfikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Post1InterKon PreInterKon Post1InterEks PreInterEks
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2.5271 31 .76397 .13721 2.0426 31 .50006 .08981 3.1832 31 .53664 .09638 2.0323 31 .54675 .09820
Paired Samples Correlations N Correlation Post1InterKon & 31 .211 PreInterKon Post1InterEks & 31 .344 PreInterEks
Mean Pair 1 Post1InterKon PreInterKon Pair 2 Post1InterEks PreInterEks
Sig. .255 .058
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Std. Error Deviation Mean Lower Upper .78534
t
df
Sig. (2-tailed)
.48452
.82013
.14730
.18369
3.289
30
.003
1.15097
.62053
.11145
.92336 1.37858 10.327
30
.000
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.8.1.2 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Interpretasi Kelompok Kontrol dan Eksperimen Kelompok Kontrol
0,51 Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I untuk kemampuan interpretasi: R2 = r2 = (0,51) 2 = 0,26 Persentase = R2 x 100% = 0,26 x 100% = 26%
Kelompok Eksperimen
0,88 Persentase pengaruh penerapan model PBL untuk kemampuan interpretasi: R2 = r2 = (0,88) 2 = 0,78 Persentase = R2 x 100% = 0,78 x 100% = 78%
185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.8.2 Kemampuan Analisis 4.8.2.1 Hasil SPSS Uji Signfikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Post1AnaKon PreAnaKon Post1AnaEks PreAnaEks
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2.2152 31 .51354 .09223 2.0648 31 .48162 .08650 2.8277 31 .55057 .09888 2.0435 31 .46081 .08276
Paired Samples Correlations N Correlation Post1AnaKon & PreAnaKon 31 -.102 Post1AnaEks & PreAnaEks 31 .119
Mean Pair 1 Pair 2
Post1AnaKon PreAnaKon Post1AnaEks PreAnaEks
Sig. .584 .522
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Difference Std. Error Deviation Mean Lower Upper
.15032
.73912
.13275 -.12079
.78419
.67443
.12113
.53681
t
df
Sig. (2tailed)
.42143
1.132
30
.266
1.03158
6.474
30
.000
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.8.2.2 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Analisis Kelompok Kontrol dan Eksperimen Kelompok Kontrol
0,20 Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I untuk kemampuan analisis: R2 = r2 = (0,20) 2 = 0,04 Persentase = R2 x 100% = 0,04 x 100% = 4%
Kelompok Eksperimen
0,76 Persentase pengaruh penerapan model PBL untuk kemampuan analisis: R2 = r2 = (0,76) 2 = 0,58 Persentase = R2 x 100% = 0,58 x 100% = 58%
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I 4.9.1 Kemampuan Interpretasi 4.9.1.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol
PreInterKon
Post1InterKon
Correlations PreInterKon Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 31 Pearson Correlation .211 Sig. (2-tailed) .255 N 31
Post1InterKon .211 .255 31 1 31
4.9.1.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen Correlations PreInterEks PreInterEks Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 31 Post1InterEks Pearson Correlation .377* Sig. (2-tailed) .037 N 31 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Post1InterEks .377* .037 31 1 31
4.9.2 Kemampuan Analisis 4.9.2.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol
PreAnaKon
Post1AnaKon
Correlations PreAnaKon Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 31 Pearson Correlation -.102 Sig. (2-tailed) .584 N 31
Post1AnaKon -.102 .584 31 1 31
4.9.2.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen Correlations PreAnaEks
Post1AnaEks
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PreAnaEks 1 31 .119 .522 31
Post1AnaEks .119 .522 31 1 31
188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Perlakuan 4.10.1 Kemampuan Interpretasi 4.10.1.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Post2InterKon Post1InterKon Post2InterEks Post1InterEks
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2.1719 31 .50828 .09129 2.5271 31 .76397 .13721 3.0319 31 .61691 .11080 3.1832 31 .53664 .09638
Paired Samples Correlations N Correlation Post2InterKon & 31 -.192 Post1InterKon Post2InterEks & 31 .273 Post1InterEks
Mean Pair 1 Post2InterKon Post1InterKon Pair 2 Post2InterEks Post1InterEks
Sig. .301 .137
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Difference Std. Error Deviation Mean Lower Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
-.35516
.99549
.17880
-.72031 .00999
-1.986
30
.056
-.15129
.69835
.12543
-.40745 .10487
-1.206
30
.237
4.10.1.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest I ke Posttest II Persentase Peningkatan Rerata Posttest I ke Posttest II Kemampuan Interpretasi Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Persentase Persentase = = =
=
=
=
= 0,142
= 0,047
= 14,2 %
= 4,7 %
189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.10.2 Kemampuan Analisis 4.10.2.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Post2AnaKon Post1AnaKon Post2AnaEks Post1AnaEks
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2.0423 31 .64310 .11550 2.2152 31 .51354 .09223 2.8068 31 .64206 .11532 2.8277 31 .55057 .09888
Paired Samples Correlations N Correlation Post2AnaKon & Post1AnaKon 31 .117 Post2AnaEks & Post1AnaEks 31 .677
Mean Pair 1 Post2AnaKon Post1AnaKon Pair 2 Post2AnaEks Post1AnaEks
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Difference Std. Error Deviation Mean Lower Upper
Sig. .532 .000
t
df
Sig. (2tailed)
-.17290
.77471 .13914 -.45707 .11126
-1.243
30
.224
-.02097
.48679 .08743 -.19952 .15759
-.240
30
.812
4.10.2.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest I ke Posttest II Persentase Peningkatan Rerata Posttest II ke Posttest I Kemampuan Analisis Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Persentase Persentase = = =
=
=
=
= 0,077
= 0,007
= 7,7 %
= 0,7 %
190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.11 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II 4.11.1 Kemampuan Interpretasi
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Post2InterKon PreInterKon Post2InterEks PreInterEks
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2.1719 31 .50828 .09129 2.0426 31 .50006 .08981 3.0319 31 .61691 .11080 2.0323 31 .54675 .09820
Paired Samples Correlations N Correlation Post2InterKon & 31 .203 PreInterKon Post2InterEks & 31 .042 PreInterEks
Mean Pair 1 Post2InterKon .12935 PreInterKon Pair 2 Post2InterEks .99968 PreInterEks
Sig. .273 .822
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Difference Std. Error Deviation Mean Lower Upper .63653 .11432 -.10413 .80688 .14492
t
Df
Sig. (2-tailed)
.36283 1.131
30
.267
.70371 1.29564 6.898
30
.000
191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.11.2 Kemampuan Analisis
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Post2AnaKon PreAnaKon Post2AnaEks PreAnaEks
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2.0423 31 .64310 .11550 2.0648 31 .48162 .08650 2.8068 31 .64206 .11532 2.0435 31 .46081 .08276
Paired Samples Correlations N Correlation Post2AnaKon & 31 .253 PreAnaKon Post2AnaEks & PreAnaEks 31 .180
Mean Pair 1 Post2AnaKon PreAnaKon Pair 2 Post2AnaEks PreAnaEks
Sig. .170 .333
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Difference Std. Error Deviation Mean Lower Upper
-.02258
.69932
.12560 -.27909
.76323
.71978
.12928
.23393
t
df
Sig. (2-tailed)
-.180
30
.859
.49921 1.02724 5.904
30
.000
192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.12 Transkrip Wawancara Siswa 4.12.1 Wawancara I Siswa A Sebelum Perlakuan Hari/Tanggal: Sabtu/08 Oktober 2016 Baris 1 2
P SA
: :
Wawancara I Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa? Ya, karena dapat belajar tentang makhluk hidup di bumi. Biasanya, bagaimana cara gurumu mengajar IPA? Dengan ceramah.
4 5
P SA
: :
6
P
:
8
SA
:
9
P
:
11
SA
:
13
P
:
16
SA
:
17
P
:
20
SA
:
21
P
:
24
SA
:
25
P
:
27
SA
:
28
P
:
31
SA
:
32
P
:
Dari soal nomor 1 dan 2 manakah yang paling kamu anggap sulit? Mengapa?
34
SA
:
Em, lebih sulit yang nomor 2 karena soalnya lebih panjang bacanya juga lama.
Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? Ya, senang. Karena sudah terbiasa. Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan metode lain selain ceramah? Iya, pernah dengan demonstrasi kadang-kadang pengamatan. Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 1a tentang mengelompokkan pohon yang memiliki daun lengkap dan tidak lengkap? Bisa.
Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 1b tentang perbedaan dan persamaan daun pisang dan daun rambutan menurut kelengkapan daunnya? Em, iya bisa.
Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 1c mengenai menjelaskan pengertian dari daun lengkap dan tidak lengkap? Em, bisa.
Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 2a dan 2c tentang mengidentifikasi fungsi akar? Bisa.
Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 2b tentang menggambar akar pohong lengkap dengan bagianbagiannya? Em, kurang bisa.
Keterangan Senang belajar IPA Metode ceramah sering digunakan
Senang metode ceramah
Bisa mengerjakan (W1 SA B16)
Bisa mengerjakan (W1 SA B18)
Bisa mengerjakan (W1 SA B24)
Bisa mengerjakan (W1 SA B27)
Kurang bisa mengerjakan
Kesulitan (W1 SA B34)
193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.12.2 Wawancara II Siswa A Sesudah Perlakuan Hari/Tanggal: Sabtu, 22 Oktober 2016 Baris 1
P
:
Wawancara II Apakah model PBL membantumu dalam memahami materi mengenai bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya? Iya, membantu.
4
SA
:
5
P
:
7
SA
:
8
P
:
10
SA
:
12
P
:
15
SA
:
16
P
:
19
SA
:
20
P
:
23
SA
:
24
P
:
26
SA
:
27
P
:
30
SA
:
31
P
:
Apakah belajar IPA dengan model PBL mempermudah kamu untuk mengerjakan soal-soal yang sulit?
33
SA
:
Ya, sangat mempermudah.
34
P
:
36
SA
:
Apakah kamu merasa senang belajar IPA dengan model PBL? Mengapa? Senang, karena dapat menemukan jawaban sendiri sehingga dapat menjawab soal-soal dengan mudah.
Apakah kamu mengalami kesulitan saat belajar IPA dengan model PBL? Mengapa? Jelaskan! Sedikit, karena baru pertama kali.
Apakah belajar IPA dengan model PBL lebih menarik daripada belajar dengan metode ceramah? Mengapa? Ya, lebih menarik karena bisa melakukan percobaanpercobaan. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 1a tentang mengelompokkan pohon yang memiliki daun lengkap dan tidak lengkap? Ya, lebih bisa.
Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 1b tentang perbedaan dan persamaan daun pisang dan daun rambutan menurut kelengkapan daunnya? Iya, lebih bisa.
Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 1c mengenai menjelaskan pengertian dari daun lengkap dan tidak lengkap? Ya. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 2a dan 2c tentang mengidentifikasi fungsi akar? Em, iya bisa. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 2b tentang menggambar akar pohong lengkap dengan bagian-bagiannya? Em, ya.
Keterangan
Model PBL membantu
Sedikit mengalami kesulitan
Model PBL lebih menarik (W2 SA B10)
Lebih bisa mengerjakan (W2 SA B15)
Lebih bisa mengerjakan (W2 SA B19)
Lebih bisa mengerjakan
Lebih bisa mengerjakan
Lebih bisa mengerjakan
Model PBL mempermudah
Model PBL menyenangkan (W2 SA B36 – 37)
194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.12.3 Wawancara I Siswa B Sebelum Perlakuan Hari/Tanggal: Sabtu/08 Oktober 2016 Baris 1 2
P SB
: :
4 5
P SB
: :
7
P
:
9
SB
:
12
P
:
14
SB
:
16
P
:
19
SB
:
20
P
:
23
SB
:
24
P
:
27
SB
:
28
P
:
30
SB
:
31
P
:
34 35
SB P
: :
37
SB
:
Wawancara I Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa? Senang, karena belajar IPA dapat menambah pengetahuan tentang makhluk hidup dan alam sekitar. Biasanya, bagaimana cara gurumu mengajar IPA? Biasanya dengan menjelaskan di depan kelas atau mendektekan lalu dilanjutkan tanya jawab. Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? Senang. Karena guru memberi tahu bagian-bagian yang penting dengan ceramah. Jadi aku bisa tahu bagian mana yang harus diingat-ingat. Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan metode lain selain ceramah? Em, biasanya dijelaskan lalu tanya jawab atau dikasih soal-soal. Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 1a tentang mengelompokkan pohon yang memiliki daun lengkap dan tidak lengkap? Lumayan bisa.
Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 1b tentang perbedaan dan persamaan daun pisang dan daun rambutan menurut kelengkapan daunnya? Kurang bisa karena belum belajar.
Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 1c mengenai menjelaskan pengertian dari daun lengkap dan tidak lengkap? Em, kurang bisa juga.
Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 2a dan 2c tentang mengidentifikasi fungsi akar? Bisa. Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 2b tentang menggambar akar pohong lengkap dengan bagianbagiannya? Kurang bisa juga karena belum belajar. Dari soal nomor 1 dan 2 manakah yang paling kamu anggap sulit? Mengapa? Yang lebih sulit soal nomor 2, karena masih kebingungan.
Keterangan Senang belajar IPA Ceramah sering digunakan dalam pembelajaran
Senang metode ceramah
Lumayan bisa mengerjakan (W1 SB B19)
Kurang bisa mengerjakan (W1 SB B23)
Kurang bisa mengerjakan (W1 SB B27)
Bisa mengerjakan
(W1 SB B37)
195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.12.4 Wawancara II Siswa B Sesudah Perlakuan Hari/Tanggal: Sabtu, 22 Oktober 2016 Baris 1
P
:
Wawancara II Apakah model PBL membantumu dalam memahami materi mengenai bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya? Iya, sangat membantu menjawab soal-soal kemarin.
4
SB
:
5
P
:
7
SB
:
9
P
:
11
SB
:
13
P
:
16
SB
:
17
P
:
20
SB
:
21
P
:
24
SB
:
25
P
:
27
SB
:
28
P
:
31
SB
:
32
P
:
Apakah belajar IPA dengan model PBL mempermudah kamu untuk mengerjakan soal-soal yang sulit?
34
SB
:
Iya .
35
P
:
37
SB
:
Apakah kamu merasa senang belajar IPA dengan model PBL? Mengapa? Iya senang, karena setelah belajar IPA dengan model PBL aku dapat menjawab soal-soal dengan mudah.
Apakah kamu mengalami kesulitan saat belajar IPA dengan model PBL? Mengapa? Jelaskan! Nggak begitu sulit karena melakukan percobaannya secara berkelompok.
Apakah belajar IPA dengan model PBL lebih menarik daripada belajar dengan metode ceramah? Mengapa? Ya, lebih menarik karena bisa melakukan percobaanpercobaan. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 1a tentang mengelompokkan pohon yang memiliki daun lengkap dan tidak lengkap? Iya betul, jadi lebih bisa.
Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 1b tentang perbedaan dan persamaan daun pisang dan daun rambutan menurut kelengkapan daunnya? Iya. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 1c mengenai menjelaskan pengertian dari daun lengkap dan tidak lengkap? Ya. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 2a dan 2c tentang mengidentifikasi fungsi akar? Em, ya bisa. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 2b tentang menggambar akar pohong lengkap dengan bagian-bagiannya? Em, ya bisa.
Keterangan
Model PBL sangat membantu (W2 SB B4)
Tidak mengalami kesulitan (W2 SB B7)
Model PBL lebih menarik (W2 SB B11)
Lebih bisa mengerjakan (W2 SB B16)
Lebih bisa mengerjakan
Lebih bisa mengerjakan
Lebih bisa mengerjakan
Lebih bisa mengerjakan
Model PBL mempermudah
Model PBL menyenangkan
196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.12.5 Wawancara I Siswa C Sebelum Perlakuan Hari/Tanggal: Sabtu/08 Oktober 2016 Baris 1
P
:
Wawancara I Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa?
2 3
SC P
: :
Senang, karena IPA adalah pelajaran kesukaanku. Biasanya, bagaimana cara gurumu mengajar IPA?
4 5
SC P
: :
7
SC
:
Ceramah dan demonstrasi. Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? Ya, senang. Karena guru menerangkan dengan jelas.
P
:
10
SC P
: :
14
SC
:
15
P
:
18
SC
:
19
P
:
22
SC
:
23
P
:
25
SC
:
26
P
:
29
SC
:
30
P
:
32
SC
:
Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan metode lain selain ceramah? Iya, pernah dengan demonstrasi Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 1a tentang mengelompokkan pohon yang memiliki daun lengkap dan tidak lengkap? Bisa
Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 1b tentang perbedaan dan persamaan daun pisang dan daun rambutan menurut kelengkapan daunnya? Em, enggak.
Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 1c mengenai menjelaskan pengertian dari daun lengkap dan tidak lengkap? Enggak juga. Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 2a dan 2c tentang mengidentifikasi fungsi akar? Lumayan bisa. Apakah kamu bisa mengerjakan soal nomor 2b tentang menggambar akar pohong lengkap dengan bagianbagiannya? Enggak bisa karena belum belajar. Dari soal nomor 1 dan 2 manakah yang paling kamu anggap sulit? Mengapa? Lebih sulit soal nomor 2, karena lebih banyak bacaannya.
Keterangan Senang belajar IPA Ceramah sering digunakan
Senang dengan ceramah
Bisa mengerjakan (W1 SC B14)
Tidak bisa mengerjakan (W1 SC B18)
Tidak bisa mengerjakan
Lumayan bisa mengerjakan
Tidak bisa mengerjakan
Soal nomor 2 lebih sulit (W1 SC B32)
197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.12.6 Wawancara II Siswa C Sesudah Perlakuan Hari/Tanggal: Sabtu, 22 Oktober 2016 Baris 1
P
:
Wawancara II Apakah model PBL membantumu dalam memahami materi mengenai bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya? Ya, sangat membantu.
4
SC
:
5
P
:
7
SC
:
9
P
:
11
SC
:
13
P
:
16
SC
:
17
P
:
20
SC
:
21
P
:
24
SC
:
25
P
:
27
SC
:
28
P
:
31
SC
:
32
P
:
Apakah belajar IPA dengan model PBL mempermudah kamu untuk mengerjakan soal-soal yang sulit?
34
SC
:
Iya .
35
P
:
37
SC
:
Apakah kamu merasa senang belajar IPA dengan model PBL? Mengapa? Iya senang, karena belajar IPA dengan model PBL aku bisa melakukan percobaan dan setelah itu bisa pandai.
Apakah kamu mengalami kesulitan saat belajar IPA dengan model PBL? Mengapa? Jelaskan! Nggak, karena belajarnya kelompok jadi mengerjakan bersama-sama.
Apakah belajar IPA dengan model PBL lebih menarik daripada belajar dengan metode ceramah? Mengapa? Ya, lebih menarik karena belajar dengan melakukan percobaan yang menyenangkan. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 1a tentang mengelompokkan pohon yang memiliki daun lengkap dan tidak lengkap? Ya betul aku jadi lebih bisa.
Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 1b tentang perbedaan dan persamaan daun pisang dan daun rambutan menurut kelengkapan daunnya? Iya. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 1c mengenai menjelaskan pengertian dari daun lengkap dan tidak lengkap? Iya. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 2a dan 2c tentang mengidentifikasi fungsi akar? Ya, bisa. Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 2b tentang menggambar akar pohong lengkap dengan bagian-bagiannya? Em, ya bisa.
Keterangan
Model PBL sangat membantu (W2 SC B4)
Tidak mengalami kesulitan (W2 SC B7 – 8)
Model PBL lebih menarik (W2 SC B11–12)
Lebih bisa mengerjakan (W2 SC B16)
Lebih bisa mengerjakan
Lebih bisa mengerjakan
Lebih bisa mengerjakan
Lebih bisa mengerjakan
Model PBL mempermudah
Model PBL menyenangkan
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.13 Transkrip Wawancara Guru Hari/Tanggal: Senin/17 Oktober 2016 Baris 1
P
:
3
G
:
5
P
:
7
G
:
14
P
:
16
G
:
21
P
:
24
G
:
31
P
:
33
G
:
40
P
:
42
G
:
Wawancara I Apakah sebelumnya Ibu sudah pernah menerapkan model PBL dalam pembelajaran IPA? Oh ya kalau menerapkan pembelajaran dengan model PBL sih belum. Sejauh ini belum pernah.
Apakah terdapat kesulitan saat Ibu menerapkan model PBL? Kesulitannya kalau yang kemarin waktu mencoba itu yaitu membutuhkan waktu, karena kita kan materinya juga banyak terus untuk mengkondisikan siswa menerapkan model PBL itu membutuhkan waktu yang lebih, jadi memang harus disusun alokasi waktunya biar nanti untuk setiap tahapannya cukup waktunya sesuai dengan alokasi waktu dua jam pelajaran. Bagaimanakah pendapat Ibu mengenai proses pembelajaran yang menggunakan model PBL? Ya pembelajaran dengan model PBL membuat pelajaran jadi lebih bermakna untuk siswa, jadi siswa tidak gampang lupa karena mereka punya pengalaman langsung dan yang pasti ilmu yang didapat akan lama tersimpan di memori mereka. Apakah model PBL efektif jika diterapkan dalam pembelajaran IPA untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis? Oh ya pastinya sangat efektif, karena model PBL itu sangat bagus terutama di pembelajaran IPA jadi siswa itu dapat menemukan langsung, walaupun membutuhkan waktu agak lama tapi untuk informasi yang mereka peroleh karena mereka menemukan sendiri terus mencari. Nah, informasi yang mereka tangkap akan lebih mengena terus lebih lama pastinya. Apakah sebelumnya Ibu pernah menerapkan model pembelajaran selain PBL pada pembelajaran IPA? Em, kalau sejauh ini sih lebih ke metode. Metodenya kemarin pernah metode demonstrasi terus ya eksperimen pernah di percobaan kemarin tentang pencemaran lingkungan. Terus ya lebih ke pengamatan jadi seperti itu, untuk model pembelajaran secara khusus memang belum tetapi memang ada juga pernah diarahkan kesitu jadi menemukan
Keterangan
Model PBL belum pernah diterapkan (WG B3 – 4)
Kesulitan mengenai waktu (WG B7 – 13)
Model PBL membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna (WG B16 – 20)
Model PBL sangat efektif diterapkan (WG B24 – 30)
Lebih menerapkan metode seperti demonstrasi, eksperimen dan pengamatan, tetapi bukan seperti model PBL. (WG B33 – 39)
Bagaimana pembelajaran di kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah? Menurut saya tidak ada masalah. Jadi tergantung penyampaian juga. Jadi kalau kita bisa menyampaikan dengan manarik, mereka pasti akan lebih bisa memahami. Hanya jika dengan menggunakan ceramah siswa lebih gampang lupa, karena tidak mengalami pengalaman langsung dalam pembelajaran.
199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
P
:
50
G
:
Apa saran Ibu untuk pembelajaran yang menerapkan model PBL? Saran saya mungkin untuk percobaan-percobaan, sebaiknya dicoba dulu untuk mengetahui tingkat keberhasilannya, jadi biar kita menyampaikan ke siswa juga yakin. Semuanya harus dipersiapkan dan dicoba dulu dan untuk contoh-contohnya mungkin bisa lebih variatif dan lebih banyak.
Percobaanpercobaan perlu dicoba terlebih dahulu sebelumnya. (WG B50 – 55)
200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5.1 Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran Kelompok Eksperimen
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pembelajaran Kelompok Kontrol
202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
CURRICULUM VITAE Stefani Laksita Gorajaya merupakan anak kedua dari pasangan Mateus Harsaya dan Fransisca Maryati. Lahir di Sleman pada tanggal 5 Desember 1995. Pendidikan awal dimulai dari TK Indriyasana Gancahan, Sidomulyo, Godean, Sleman pada tahun 1999-2001. Dilanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah dasar di SD BOPKRI Sidomulyo II Godean, Sleman pada tahun 20012007. Pendidikan dilanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Pangudi Luhur Moyudan, Sleman dan lulus pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Pangudi Luhur Saint Louis IX Sedayu, Bantul dan lulus pada tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. Ketika menjadi mahasiswa peneliti mengikuti beberapa kegiatan di kampus Universitas Sanata Dharma. Berikut merupakan beberapa kegiatan yang diikuti oleh peneliti, yaitu diantaranya: No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Kegiatan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) Seminar “Reinventing Childhood Education” Week-End Moral PPKM I INFISA PPKM II English Club for 4 semester Penguasaan Bahasa Inggris Aktif Story Telling ang Writing Contest PGSD 2015
Tahun 2014 2015 2014 2014 2013 2014 2013-2015 2016 2015
Peran Peserta Anggota seksi bidang Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta
203