PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEMAHAMAN GURU FISIKA SMA KABUPATEN MIMIKA TENTANG PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh : Maria Agatha Ayang Puspitaningrum Pramana (121424006) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEMAHAMAN GURU FISIKA SMA KABUPATEN MIMIKA TENTANG PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh : Maria Agatha Ayang Puspitaningrum Pramana (121424006) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“The only thing that is constant is change -” ― Heraclitus
“Our dilemma is that we hate change and love it at the same time; what we really want is for things to remain the same but get better. “ -Sydney J. Harris
Karya tulis yang berpengaruh sangat besar dalam hidup saya ini, saya persembahkan juga buat yang paling berpengaruh dalam hidup saya:
Tuhan Yesus Mama saya, Maria Christina J. Papa saya, Yohanes Indriastata Pramana Adik saya, Arinta Happy Pramana
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 18 Agustus 2016 Penulis,
Maria Agatha Ayang P. Pramana
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Agatha Ayang Puspitaningrum Pramana NIM
: 121424006
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PEMAHAMAN GURU
FISIKA SMA KABUPATEN MIMIKA TENTANG
PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI DALAM KELAS. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengahlikan ke bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: Yang menyatakan,
(Maria Agatha Ayang Puspitaningrum Pramana)
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang kurikulum 2013, kesiapan guru dalam pembelajaran, implementasi di dalam kelas, dan arah pengembangan pembelajaran. Penelitian terhadap pemahaman guru Fisika ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah 4 orang guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika yang menerapkan kurikulum 2013. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Kemudian data yang dikumpulkan tersebut dianalisis dan diklasifikasikan dengan melakukan penyajian data, reduksi data, dan pada akhirnya ditarik kesimpulan dari data tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) guru Fisika SMA Kabupaten Mimika belum sepenuhnya memahami konsep kurikulum 2013, yang dikuasai sebatas materi yang terdapat pada kurikulum 2013. Guru Fisika SMA Kabupaten Mimika mengetahui kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengutamakan kompetensi peserta didik, kurikulum yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri. Namun sebagian guru lebih berfokus pada pendidikan karakter yang terkandung dalam K-13. Pemahaman yang berfokus pada pendidikan karakter ini berdampak pada tujuan belajar yang tidak jelas. (2) Kesiapan yang dipersiapan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika untuk memulai pembelajaran sudah sesuai dengan menggunakan acuan silabus dan RPP walaupun belum maksimal. Seperti menyiapkan materi, metode, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Namun dalam pelaksanaan tidak semua guru sesuai dengan kurikulum 2013 dibuktikan dengan penggunaan media yang minim dan adanya guru yang masih terpaku pada metode ceramah. (3) Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fisika di SMA Kabupaten Mimika sudah dilakukan di kelas X, XI, dan XII. Sistem penilaian sudah bisa dilakukan dengan baik oleh sebagian besar guru. Namun pemahaman guru mengenai penilaian sikap peserta didik belum tepat. Dalam penilaian, kendala yang dihadapi guru adalah menilai keterampilan peserta didik, disebabkan oleh sarana prasarana yang belum memadai. Kesulitan lain yang dihadapi adalah dalam subtitusi nilai moral pada KI I, budaya membaca, dan budaya meneliti. Walau begitu sudah ada guru yang berusaha menjalankan ketiga hal yang menjadi ke-khas-an dari kurikulum 2013 tersebut dengan baik. Kata kunci: pemahaman, kurikulum 2013, implementasi, karakter, RPP,metode, media pembelajaran, evaluasi, moral, budaya membaca, meneliti.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the comprehension of physics teachers of senior high schools in mimika about curriculum 2013, the readiness of the teachers in the learning process, implementation in the classroom, an the target of learning development. This reaearch is done using the qualitative descriptive research method. The subject whom described in the research are 4 physics teachers in mimika who are applying the curriculum 2013. Instrument of this research is the researcher herself. Researcher uses interview method to collect the data. The data then analysed and grouped by doing the data serving, data reduction. After that, the data is finally concluded. Based on the research that has been done, the conclusion is: (1) The subjects (4 physics teachers in mimika) havent fully understood about curr 2013 yet. They only understand the materials in curr 2013.the physics teachers in mimika understand that curr 2013 gives priority to pupils' competences, and demands the pupils to be autonomous. But most of the teachers are focusing on character building in curr 2013. The comprehension that focuses on the character building makes the learning purpose unclear, (2) The readiness of physics teachers in mimika to start the learning process has already appropriate with the syllabus and "RPP"-although it hasnt reached the maximum level yet-, such as preparing the materials, methods, and media used in the learning process. But not every teacher fully applies curr 2013. There are still some teachers use the symposium-like method with minimum usage of media, (3) Curriculum 2013 implementation in learning physics in mimika's senior high schools has been done for 10th, 11th, and 12th grade. Most of the teachers could apply the scoring system well, but the comprehension about pupils' attitude isn't good yet. The way to determine the score of pupils' ability is the problem due to lack of infrastructure. The other problem is moral value substitution in KI I, reading and researching culture. In spite of that, there are some teachers that still trying to apply the 3 points of curr 2013 well. Keywords: comprehension, curriculum 2013, implementation, character, RPP, methods, learning media, evaluation, moral, cultural reading, researching.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya sampaikan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena hanya perkenaan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan sebagian persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Penyusunan tugas dengan judul pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang pengertian dan implementasi Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di dalam kelas ini dapat terselesaikan karena tidak lepas dari dukungan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Romo Paul Suparno selaku pembimbing skripsi atas kerjasama yang baik selama penyusunan skripsi ini. Rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampikan kepada beliau yang penuh kesabaran, kearifan, dan kebijaksanaan memberikan arahan dan dorongan yang tidak henti-hentinya di sela-sela kesibukan. Selanjutnya tidak lupa juga saya mengucapkan terimaksih atas bantuan dalam memperlancar penyusunan skripsi ini, kepada 1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP serta staf dan karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah membantu melengkapi keperluan administrasi skripsi ini. 3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas dukungan dan bantuannya. 4. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika atas bantuan serta dukungan dan motivasinya. 5. Staf dan karyawan administrasi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
yang
meluangkan
waktunya
untuk
administrasi penelitian sampai dengan penyelesaian skripsi ini.
ix
keperluan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Boni Silaban, S.Pd selaku guru Fisika SMAN 1 Mimika sebagai subyek penelitian yang sangat membantu. 7. Indah Setyaningsih, S.Pd selaku guru Fisika SMAN 1 Mimika sebagai subyek yang sangat membantu. 8. Maslan Lumban Gaol, S.Pd selalu guru Fisika SMA Tiga Raja Timika sebagai subyek yang sangat membantu. 9. Ludia Sampe Bawan, A.Md selaku guru Fisika SMA Advent Timika sebagai subyek yang sangat membantu. 10. Para sahabat yang membantu dan memberi masukkan hingga sampai ketitik ini, Bernadetta Savitri Sutasoma, Tri Pasinggi, Ratna Mintarsih, Brigitta Dwi Utami, Elsa Wora, Mega Banik, dan seluruh kawan-kawan Pendidikan Fisika 2012. 11. Partner diskusi segala bidang, Trias Widhiargo yang dengan sabar dan pantang menyerah memberi semangat juga bantuan langsung dalam terwujudnya skripsi ini. 12. Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan sedalamdalamnya saya ucapkan kepada kedua Orang tua saya, Bapak Yohanes I. Pramana dan Ibu Maria Christina yang selalu mendukung dan memberi semangat, doa, dan nasehat yang tak putus-putusnya untuk masa depan saya. Dan adik saya, Agnes Arinta yang mendukung penyusunan skripsi ini.
Yogyakarta, 18 Agustus 2016 Penulis
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………....
ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………….....…………....
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………..……...........…
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ….………………….…..
v
HALAMAN PERNYATAAN PSETUJUAN PUBLIKASI …………………...
vi
ABSTRAK …………………………………………………………………….
vii
ABSTRACT ……………………………………………………………………………..
viii
KATA PENGANTAR .........................................................................................
ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..
xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….…..
xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
5
D. Kegunaan Penelitian .........................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................
6
A. Pemahaman ......................................................................................
6
B. Kurikulum dan Implementasi ...........................................................
7
C. Standart Proses Pembelajaran ..........................................................
10
D. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran .......................
27
E. Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian …………............
29
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................
34
A. Desain Penelitian ..............................................................................
34
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Subjek Penelitian ..............................................................................
34
C. Tempat Penelitian .............................................................................
35
D. Instrumen Penelitian .........................................................................
35
E. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
35
F. Teknik Analisis Data ........................................................................
37
BAB IV DATA DAN ANALISA ……………………………………….…….
38
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian …………………………………
38
B. Pemahaman Guru terhadap Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 ………….………………………………..…..…..
42
C. Kesiapan guru Dalam Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 ……........................................................................
47
D. Implementasi Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 ................................................................................
53
E. Keterbatasan Penelitian ………………………………………........
63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
64
A. Kesimpulan .......................................................................................
64
A. Saran.................................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
68
LAMPIRAN
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 3.1. Pedoman wawancara ……………………………….…….......... 36 Tabel 4.1. Jadwal pelaksanaan dan durasi wawancara …………………… 38
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Hal LAMPIRAN I : Surat Permohonan Ijin Melakukan Penelitian dari Universitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 69 LAMPIRAN II : Surat Pernyataan Melakukan Penelitian dari Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73 LAMPIRAN III : Transkrip Wawancara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77 LAMPIRAN IV : Contoh Coding dan Pengkategorian Hasil Wawancara . . . . . . 121 LAMPIRAN V : Foto Keadaan Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 128
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang terhitung baru saja diterapkan di Indonesia. Kurikulum ini diharapkan mampu membawa kebaruan pada wajah Pendidikan Indonesia. Sejak tahun 2013 lalu Kementrian Pendidikan Nasional menurunkan mandat kepada beberapa sekolah yang dirasa telah siap untuk beralih dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke Kurikulum 2013 (Dokumen Kurikulum 2013, 2013) . Oleh sebab itu, kurikulum ini masuk dalam masa percobaan dengan menjadikan sekolah-sekolah yang menerapkannya sebagai sekolah Percobaan. Keputusan ini diambil karena Kurikulum 2013 dinilai mampu membangun peserta didik menjadi pribadi yang lebih mandiri. Dalam perjalanannya pada tahun 2015, Kementrian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan membebaskan sekolah-sekolah seluruh Indonesia untuk memilih tetap menggunakan Kurikulum 2013 atau kembali pada kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Keputusan tersebut dirasa meringankan sekolah-sekolah yang belum siap melaksanakan Kurikulum 2013. Walau begitu, pada kenyataannya tidak sedikit sekolah baik Swasta maupun Negeri –diluar sekolah Percontohan- yang tetap memilih berpegang pada Kurikulum 2013.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Kurikulum 2013 – yang selanjutnya disebut K-13 - sendiri merupakan kurikulum yang pada tahun 2014 sudah diterapkan pada beberapa kelas di tingkat pendidikan Sekolah Dasar, Menengah Pertama, dan Menengah Atas. K-13 menitik beratkan penilaiannya pada tiga aspek yaitu: (a) aspek pengetahuan, (b) aspek keterampilan, serta (c) aspek sikap dan perilaku. Karena itu dalam penerapan K-13, banyak materi pada pembelajaran yang dirampingkan maupun ditambahkan. Pun dalam penerapannya, banyak materi pada satu mata pelajaran yang disisipkan dalam materi mata pelajaran lain. Hal ini dimaksudkan agar pengetahuan peserta didik di Indonesia dalam mempelajari suatu materi dapat tersusun secara utuh dari berbagai sisi disiplin ilmu. Selain itu dengan K-13, diharapkan pengetahuan peserta didik di Indonesia setara dengan pengetahuan peserta didik tingkat Internasional. Dalam Kurikulum 2013 terdapat sistem pengajaran baru di mana peserta didik jurusan tertentu diperbolehkan mengikuti pembelajaran di kelas jurusan yang berbeda dengan syarat tertentu. Dengan ini peserta didik dapat lebih aktif dalam membangun pengetahuannya dalam proses pembelajaran serta membuka kesempatan bagi peserta didik tingkat Menengah Atas - yang telah penjurusan agar dapat memperdalam ilmu yang digemari atau bahkan ikut dalam pembelajaran ilmu yang dipelajari jurusan lain. Diterapkannya K-13 tentu membawa banyak sekali perubahan dalam persiapan hingga teknik pengajaran, mulai dari pembuatan instrumen kegiatan belajar-mengajar hingga proses pembelajaran di kelas itu sendiri. Pembelajaran harus memiliki standar di mana ke-tiga aspek yang ingin ditekankan dapat diamati secara jelas sehingga dapat dinilai ketercapaiannya. Hal ini membawa banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
sekali pendapat tentang penerapan K-13 pada proses pembelajaran di kelas khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas. Beberapa tenaga pengajar memilih untuk “Pro” namun yang lain memilih “Kontra” terhadap kurikulum ini. Pada pelaksanaan Kurikulum 2013 di daerah, masih menyisakan berbagai persoalan. Meski tujuan kurikulum itu baik, namun pelaksanaan di lapangan harus mendapat banyak perbaikan. Persoalan-persoalan yang muncul dalam penerapan Kurikulum 2013 antara lain keterbatasan pengetahuan yang diperoleh oleh guru, sekolah, dan lembaga yang bertanggungjawab, penerapan yang dinilai terlalu mendadak dan kesiapan semua perangkat pendukung yang belum matang. Kurikulum 2013 berdampak kepada tuntutan kompetensi guru, dimana guru dituntut memiliki kemampuan yang relevan dengan karakteristik kurikulum. Diharapkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh para guru dapat memperlancar dalam implementasi kurikulum 2013. Kabupaten Mimika merupakan salah satu kabupaten di tanah Papua dengan tingkat kelulusan tertinggi pada ujian nasional tingkat sekolah Menengah yang dilangsungkan setiap tahun. Mimika juga dikenal dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Hal ini dapat menjadi indikator bagaimana kualitas sumber daya manusia di kabupaten Mimika. Walau begitu kabupaten Mimika masih sangat kental dengan budaya dan adat istiadatnya. Kuatnya adat budaya sedikit banyak menjadi kebiasaan hidup yang membentuk karakter masyarakat – khususnya pelajar -. Karakter masyarakat Indonesia Timur yang di dalamnya termasuk Papua – lebih spesifik lagi, Mimika - cenderung lebih keras dan kukuh. Karakter ini dibawa sejak masih menyandang status pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Melihat karakter dari pelajar Mimika, kurikulum 2013 sesuai dengan kebiasaan belajar para pelajar. Karakter para pelajar yang keras membuat pelajar lebih senang mengeksplor pengetahuannya sendiri dibanding “disetir” oleh guru. Selain itu penilaian pada 3 hal utama yang ditekankan oleh Kurikulum 2013 mau tidak mau akan menekan kebiasaan buruk yang disebabkan oleh karakter peserta didik yang keras. Namun sebelum dapat berjalan dengan baik, guru dituntut memiliki pemahaman yang benar tentang kurikulum 2013 dan bagaimana implementasinya dalam proses belajar-mengajar. Adapun 3 SMA di kabupaten Mimika yang memilih tetap menggunakan kurikulum 2013 sebagai pegangan; SMA Negeri 1 Mimika, SMA Advent Timika, dan SMA YPPK Tiga Raja. Setiap sekolah memiliki 1 sampai 2 guru Fisika yang berstatus sebagai guru tetap. Guru sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kurikulum 2013. Sehingga sangatlah perlu untuk mengetahui bagaimana pemahaman para guru tentang kurikulum 2013 dan arah pengembangan pembelajaran khususnya di SMA kabupaten Mimika. Untuk mengetahui hal tersebut maka peneliti melakukan penelitian di Kabupaten Mimika, Papua. Dalam penelitian ini subyek yang diteliti adalah 4 orang guru Fisika SMA kabupaten Mimika yang melaksanakan kurikulum 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
B. Rumusan Masalah Bagaimana pemahamanan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang: 1. Pemahaman guru terhadap pembelajaran dalam kurikulum 2013. 2. Kesiapan guru dalam pembelajaran Fisika di kelas dalam kurikulum 2013. 3. Implementasi pembelajaran Fisika di kelas dalam kurikulum 2013.
C. Tujuan Mengetahui pemahamanan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang: 1. Pemahaman guru terhadap pembelajaran dalam kurikulum 2013. 2. Kesiapan guru dalam pembelajaran Fisika di kelas dalam kurikulum 2013. 3. Implementasi pembelajaran Fisika di kelas dalam kurikulum 2013.
D. Kegunaan 1. Bagi Pemerintah Kementrian Pendidikan dan Budaya a. Mengetahui dan membantu sekolah terlebih para tenaga pengajar yang pemahaman tentang penerapan K-13 belum sesuai. b. Mengkaji kembali seberapa siap sekolah-sekolah di kabupaten Mimika dalam menerapkan K-13. 2. Bagi Tenaga Pengajar a. Membangun kembali pemahaman tentang penerapan K-13 dalam proses pembelajaran di dalam kelas. b. Membantu ketercapaian tujuan diterapkannya K-13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pemahaman Pemahaman dapat diartikan sebagai suatu proses perbuatan memahami atau memahamkan dari apa yang diterima (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2011:998). Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dengan berbagai hal yang ada di lingkungannya. Beberapa ahli berpendapat, pemahaman (comphrehension) yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu itu diketahui atau diingat, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti bahan yang dipelajari, dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain (Sudaryono, 2012:43). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang diterima. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Dalam studi ini pemahaman dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman guru terhadap pembelajaran Fisika kurikulum 2013 di SMA Kabupaten Mimika.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
B. Kurikulum dan Implementasi 1.
Konsep Dasar Kurikulum Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan
praktik pendidikan serta bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Menurut pandangan lama, sejak zaman Yunani Kuno, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari Siswa. Lebih khusus kurikulum sering diartikan sebagai isi pelajaran. Pendapat-pendapat yang muncul setelahnya telah beralih dari penekanan terhadap isi menjadi penekanan terhadap pengalaman belajar. 2.
Teori Implementasi Kurikulum a. Pengertian Implementasi Kurikulum Pelaksanaan atau implementasu dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Fullan (Miller dan Seller, 1985: 246) mengemukakan bahwa implementasi adalah suatu proses peletakan dalam praktik suatu ide, program atau seperangkat aktivitas baru bagi orang lain dalam mencapai atau mengharapkan suatu perubahan. Sedangkan Hasan (dalam Majid 2014: 14) menyatakan implementasi kurikulum adalah usaha merealisasikan ide, konsep, dan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum tertulis menjadi kenyataan. Dari pelbagai definisi tentang definisi implementasi kurikulum, maka implementasi juga dapat dikatakan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (writen curriculum) dalam bentuk pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kurikulum Kurikulum sebagai suatu proses sebenarnya adalah penerapan atau tindak lanjut dari kurikulum sebagai rencana. Maka kegiatan ini sebenarnya merupakan suatu tindakan yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Oleh karena itu dalam penerapan kurikulum hal-hal yang mempengaruhinya adalah: (1) kesiapan guru, (2) kondisi sekolah atau kesediaan sarana prasarana, (3) manajemen Kepala sekolah, (4) lingkungan sekolah, (5) komite sekolah, dan (6) pembiayaan pendidikan. c. Strategi Implementasi Kurikulum terdiri atas; Pelaksanaan kurikulum di sekolah dan jenjang pendidikan (Dokumen Kurikulum 2013, 2013 : 18). a)
Juli 2013: kelas I, IV terbatas pada sejumlah SD/MI (30%), dan seluruh VII (SMP/MTs), dan X (SMA/MA, SMK/MAK).
b)
Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, X, dan XI.
c)
Juli 2015: Seluruh kelas dan seluruh sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK telah melaksanakan sepenuhnya kurikulum 2013.
d. Peran Guru dalam Implementasi Kurikulum Kurikulum mempunyai dua sisi yang sama pentingnya, yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasi. Sebagai dokumen, kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari dari pedoman tersebut dalam bentuk kegiatan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
e. Perencanaan Pengajaran Sebelum guru memulai pengajaran, guru harus membuat keputusankeputusan tertentu. Keputusan yang dibuat contohnya seperti materi yang diajarkan, alokasi waktu, sejauh mana pemahaman siswa, dan metode yang diberikan. Saran-saran untuk membuat keputusan perencanaan pengajaran harus dipikirkan secara hati-hati sebab inilah sebenarnya yang akan lebih mengarahkan kepada apa yang harus dikerjakan oleh guru. f. Pelaksanaan Pengajaran Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada strategi pembelajaran berkaitan dengan masalah cara atau sistem penyampaian materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan pengajaran, kegiatan yang perlu dilakukan guru menurut Sudjana dalam Majid (2013: 138) adalah: 1)
Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai;
2)
Membahas pokok materi pelajaran;
3)
Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh konkrit;
4)
Menggunakan alat bantu pengajaran;
5)
Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok meteri pelajaran.
g. Penilaian Pengajaran Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran, perlu dilaksanakan penilaian sebagai feedback. Menurut Trowbridge & Bybee (1990, 28-29) keputusan-keputusan yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
1)
Apakah perlu menggunakan tes standar?
2)
Bagaimana membuat tes yang akurat? Yakni dapat mewakili isi dan keterampilan yang sempat dipelajari Siswa.
3)
Tingkat kognitif apa yang akan diukur?
C. Standar Proses Pembelajaran Dalam proses pembelajaran yang harus diperhatikan guru sebagai pengajar adalah belajar sebagai proses. Artinya, pada dasarnya belajar adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Oleh karena itu belajar merupakan proses dari perubahan itu sendiri. Untuk sampai pada perubahan yang lebih ke arah positif tadi, peserta didik memerlukan motivasi dari lingkungan sekitarnya, mulai dari kondisi kelas dan dorongan dari guru. Menurut Majid (2013: 56) dorongan yang perlu dilakukan oleh guru adalah: 1. Kondisi/ Peristiwa Belajar Agar dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif, maka mengajar harus ditujukan untuk mempengaruhi proses pembelajaran internal. Mengajar adalah serangkaian peristiwa eksternal yang secara sadar/sengaja dirancang untuk mendukung proses pembelajaran internal. Pembelajaran internal ini dapat diransang dengan pembelajaran eksternal yang dilakukan oleh guru. Maka untuk memacu pembelajaran internal, yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Mendapatkan Perhatian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Ada berbagai macam teknik yang dapat menarik perhatian peserta didik, antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis perangkat untuk mendapatkan perhatian, seperti penggunaan media pembelajaran berupa video. Namun cara terbaik adalah dengan menarik minat peserta didik. Guru mengetahui dengan baik semua kesulitan untuk dapat memotivasi siswa agar memiliki minat terhadap pengajaran yang mereka berikan. John Keller (dalam Majid, 2013) telah mencoba menjelaskan hal ini dengan mengembangkan Model Motivasi ARSC (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction). Model ARCS ini meningkatkan daya tarik motivational dari bahan ajar. Model ini didasarkan pada penelitian yang berkaitan dengan motivasi yang menunjukkan bahwa seseorang termotivasi untuk terlibat dalam suatu kegiatan jika dianggap berhubungan dengan pemuasan kebutuhan pribadinya, dan jika ada harapan positif untuk sukses. Menurut Keller (dalam Majid, 2013), keempat kondisi tersebut harus dipenuhi agar orang menjadi dan tetap termotivasi: 1) Perhatian Mendapatkan perhatian Siswa merupakan prasyarat untuk belajar. guru harus memperhatikan bagaimana cara untuk mendapatkan dan mempertahankan perhatian Siswa. 2) Relevansi Hal ini terkait dengan bagaimana membuat pengajaran menjadi relevan dengan kebutuhan peserta didik di masa kini dan masa depan. 3) Keyakinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
Keyakinan dapat mempengaruhi ketekunan dan prestasi peserta didik. 4) Kepuasan Ini meliputi membuat peserta didik merasa senang dengan prestasi mereka. Ini juga penting untuk membuat siswa sadar bahwa mereka memiliki kontrol atas perilaku yang mengarah pada reward. b. Memberitahukan Tujuan Pembelajaran Kepada peserta Didik Siswa harus diberitahu jenis kinerja apa yang akan digunakan untuk menentukan apakah mereka telah belajar dan apa yang harusnya mereka pelajari. Namun pada umumnya peserta didik harus diberitahu upaya apa yang harus mereka upayakan untuk dipelajari. c. Merangsang Pengulangan Kembali Prasyarat Belajar Menurut teori pemrosesan informasi kognitif, pembelajaran yang paling baru tergantung pada hubungan yang dibuat dengan pelajaran sebelumnya. Ketika pembelajaran baru akan segera dilakukan, informasi sebelumnya harus dapat diakses secara internal sehingga dapat dijadikan bagian dari peristiwa belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang apa yang telah diketahui atau mengulang kembali. d. Menyajikan Material Ajar Peristiwa ini terjadi ketika informasi baru disajikan kepada peserta didik. Misalnya, ketika peserta didik harus belajar serangkaian fakta baru maka faktafakta tersebut harus dikomunikasikan kepada mereka dalam berbagai bentuk. Elemen penting lainnya adalah guru sebaiknya memberikan berbagai contoh dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
non contoh. Hal ini akan membantu dalam proses pembedaan yag selanjutnya mendukung perolehan konsep. e. Menyediakan Bimbingan Belajar Bimbingan belajar biasanya berupa komunikasi antara guru dan peserta didik yang dapat membantu peserta didik untuk pencapaian tujuan. Komunikasi ini merangsang arah pemikiran dan membantu menjaga peserta didik berada pada proses pembelajaran, yang mengarah pada situasi belajar yang lebih efisien. Beberapa siswa mungkin membutuhkan bimbingan intensif dalam belajar, tetapi beberapa lainnya mungkin lebih menyukai metode belajar mandiri dengan bimbingan yang sangat sedikit. f. Membangun Kinerja (Praktik) Peristiwa selanjutnya memungkinkan peserta didik berkomunikasi dengan guru tentang apakah mereka bisa atau tidak melakukan keterampilan yang tengah mereka pelajari. Maka semua item praktik harus sesuai dengan kinerja dan kondisi yang ditunjukkan dalam tujuan pembelajaran. Menurut Majid (2014 : 147) item praktik yang baik harus memenuhi unsur-unsur berikut: 1) Harus secara jelas menentukan format praktik dan sifat respon Siswa; 2) Harus relevan dengan tujuan; 3) Harus mendapat kinerja yang tepat sesuai dinyatakan dalam tujuan; 4) Harus menghadirkan ketentuan yang tepat sebagaimana dinyatakan dalam tujuan; 5) Praktik secara individual maupun kelompok perlu dilakukan; 6) Praktik harus dilakukan sesering dan segera setelah instruksi diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
g. Memberikan Umpan Balik Peserta didik tidak cukup hanya dibekali dengan latihan praktik, mereka harus diberi umpan balik mengenai kinerja mereka. Umpan balik dapat diberikan dalam bentuk lisan, tulisan, komperisasi, atau dalam bentuk yang lain. Hal ini juga harus diberikan sesegera mungkin setelah praktik dilakukan. Umpan balik juga dapat digunakan sebagai penguat positif ketika peserta didik melakukan kinerja dengan benar. Menurut Majid (2014: 149) umpan balik yang baik harus mencakup hal-hal berikut: 1)
Harus memberikan komentar tentang kinerja peserta didik;
2)
Harus diberi segera dan sesering mungkin;
3)
Jika sempat beri kesempatan pada Siswa untuk mengoreksi kesalahan mereka sendiri;
4)
Harus mempetimbangkan penggunaan berbagai jenis umpan balik: pengetahuan tentang hasil yang benar, analisis, pemberian motivasi.
h. Menilai Kinerja Dalam peistiwa ini, guru menunjukkan kinerja dari peserta didik untuk menentukan apakah pembelajaran yang diinginkan telah terjadi. Siswa dinilai apakah instruksi tersebut telah memenuhi rencana yang diinginkan. i. Meningkatkan Retensi dan Transfer Banyak orang merasa ketika tes selesai begitu juga pembelajaran, namun sebagai langkah terakhir adalah penting untuk mengetahui cara-cara untuk meningkatkan peluang bahwa keterampilan yang telah diajarkan akan digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
dengan baik oleh peserta didik ketika mereka menggunakannya di luar konteks pembelajaran. Karena belajar pada umumnya merupakan situasi khusus, cara terbaik untuk membantu dalam retensi dan transfer adalah menyediakan konteks yang berarti untuk menyajikan pengajaran guru. Jika keterampilan yang harus dipelajarai merupakan keterampilan yang digunakan dalam dunia nyata, guru harus menciptakan sebuah “ruang kelas” lingkungan belajar yang mendekati konteks dunia nyata sedekat mungkin, sehingga ketika peserta didik masuk ke dunia nyata, perubahan tidak akan terlalu besar.
2. Pembelajaran yang Berorientasi pada Standar Proses Salah satu prinsip pendidikan adalah diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan guru serta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan awasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Standar proses sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007,
meliputi
perencanaan
proses
pembelajaran,
pelaksanaan
proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM pada Bab IV memuat tentang konsep dan strategi pembelajaran sebagai berikut: a. Konsep dan Strategi Pembelajaran Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik unuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, dan berkontribusi untuk kesejahteraan hidup umat manusia.
Oleh
karena
itu
kegiatan
pembelajaran
diarahkan
untuk
memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi potensi yang diharapkan. b. Strategi Pembelajaran Langsung dan Tidak Langsung Kurikulum 2013 secara garis besar mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsug. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi,
mengasosiasi,
atau
menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengembangan nilai dan sikap dalam proses pembelajaran langsung oleh matapelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu dalam kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di dalam dan di luar sekolah dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap. Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: 1)
Mengamati;
2)
Bertanya;
3)
Mengumpulkan informasi;
4)
Mengasosiasi;
5)
Mengkomunikasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
c. Perencanaan Pembelajaran 1) Hakikat RPP Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) Data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD, dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran dan metode pembelajaran; (6) media, alat, dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar. RPP menjadi persiapan untuk guru sebelum memasuki kelas. RPP bersifat sebagai pegangan apa yang akan dilakukan guru di dalam kelas. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau berkelompok.
Namun
pengembangan
RPP
secara
berkelompok
harus
dikoordinasikan dan disupervisi terlebih dahulu oleh pengawas atau Dinas Pendidikan. 2) Prinsip-prinsip Pengembangan RPP Berbagai prinsip dalam mengembangkan RPP adalah sebagai berikut (Majid, 2014 : 154): a)
RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
b)
RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan, baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, dan gaya belajar.
c)
Kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan lingkungan peserta didik;
d)
Mendorong partisipasi aktif peserta didik;
e)
Menghasilkan peserta didik manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran yang dirancang dalam RPP berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreatifitas,
inisiatif,
inspirasi,
kemandirian,
semangat
belajar,
keterampilan belajar, dan kebiasaan belajar. f)
Mengembangkan budaya membaca dan menulis;
g)
Proses
pengembangan
RPP
dirancang
untuk
mengembangkan
kegemaran membaca pemahaman beragam bacaan, dan bereksplorasi dalam berbagai bentuk tulisan. h)
Memberikan umpan balik dan tidak lanju;.
i)
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi. Pemberian remidi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan. Hasilnya dianalisis dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik.
j)
Keterkaitan dan keterpaduan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
k)
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodari pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk sikap dan eterampilan, dan keragaman budaya.
l)
Menerapkan teknik informasi dan komunikasi;
m)
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informai dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
d. Proses Pembelajaran Tahap kedua dalam standar proses yaitu pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 1) Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari. c) Mengantarkan peserta didik pada suatu permasalahn atau suatu tugas untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
d) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan pserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru memberikan umpan balik, dan latihan lanjutan pada pserta didik. Dalam setiap kegiatan guru harus memperlihatkan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain, yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakannya peserta didik harus tahun dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning event): a) Mengamati Dalam kegiatan mengamati, guru memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. guru memfasilitasi peserta didi untuk melakukan pengamatan elatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda (objek) atau kejadian. b) Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca, atau dilihat. guru perlu membimbang peserta didik agar dapat mengajukan pertanyaa. Pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya, rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi awal untuk mencari informasi lebih lajut dan beragam dari sumber yang ditentuka guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
c) Mengumpulkan dan mengasosiasikan Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi. Dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena dengan lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar dari proses selanutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan bahkan mengambil kesimpulan dari berbagai pola yang ditemukan. d) Mengkomunikasikan Hasil Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. 3) Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama peserta didik dan/ atau sendiri membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/ atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap hasil dan proses pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaan pada pertemuan berikutnya. a. Evaluasi dan Pelaksanaan Program Remedial, Pengayaan, Percepatan 1) Pelaksanaan Evalusi Penting untuk diingat bahwa ketuntasan belajaran ditetapkan dengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan harus ditetapkan oleh guru. Standar ini harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi tersebut adalah lulus dan tidak lulus (Gentie & Lalley : 2003). Sedangkan sistem evaluasinya menggunaka ujian berkelanjutan, yang ciricirinya adalah: a) Ujian dengan sistem blok (KD). b) Tiap blok terdiri dari satu atau lebih kompetendi dasar (KD). c) Hasil ujian dianalisis dan ditindak-lanjuti melalui program remedial, program pengayaan, dan program percepatan. d) Ujian mencakup aspek kognitif dan psikomotorik. e) Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti: pengamatan, kuesioner, dan sebagainya. Sistem penilaian mencakup: jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal. Dalam pembelajaran tuntas tes-tes diusahakan disusun dalam sub-sub KD sebagai alat diagnostik yang dirancang secara baik, peserta didik dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali di mana ia mengalami kesulitan dengan segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasan belajar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
meskipun umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batas ketuntasan yang paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan oleh sekolah atau daerah, sehingga memungkinkan adanya perbedaan dalam penentuan batas ketuntasan untuk setiap KD maupun pada setiap sekolah dan daerah. 2) Pelaksanaan Program Remedial a) Cara yang dapat ditempuh Dalam pelaksanaan program remedial dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: (1) Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu. Cara ini merupakan cara yang mudah dan sederhana karena merupakan implikasi dari peran guru sebagai “tutor”. (2) Pemberian tugas-tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran reguler. Adapun penyederhanaan itu dilakukan oleh guru melalui: Penyederhanaan isi/materi untuk KD tertentu. Penyederhanaan cara penyajian. Penyederhanaan soal/pertanyaan yang diberikan. b) Materi dan Waktu Pelaksanaan Program Remedial (1) Program remedial diberikan hanya pada KD-KD yang belum dikuasai. (2) Setelah mengikuti tes/ujian blok atau sejumlah KD dalam satu kesatuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
(3) Setelah mengikuti tes/ujian KD atau blok terakhir. Khusus untuk remedi terakhir ini hanya diberlakukan untuk KD atau blok terakhir dari KD atau blok-blok yang ada pada semester tertentu. 3) Pelaksanaan Program Pengayaan a) Cara yang ditempuh Kondisi yang sebaliknya dari program remedial, di dalam kelas akan ada peserta didik yang lebih cepat menguasai kompetensi yang ditetapkan. peserta didik seperti ini perlu mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kapasitasnya, melalui program pengayaan. Adapun cara yang dapat ditempuh untuk program pengayaan (Direktorat Pembinaan SMA, 2010) adalah: (1) Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi
yang tujuannya
memperluas wawasan bagi KD tertentu; (2) Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik, bacaan/paragraf, dll; (3) Memberikan soal-soal tambahan yang bersifat pengayaan; (4) Membantu guru membimbing peserta didik lain yang belum mencapai ketuntasan. b) Materi dan Waktu Pelaksanaan Program Pengayaan (1) Program pengayaan diberikan sesuai dengan KD yang telah dipelajari. (2) Waktu pelaksaan program pengayaan adalah (Direktorat Pembinaan SMA, 2010): Setalah mengikuti tes/ujian KD tertentu; Setelah mengikuti tes/ujian blok atau kesatuan KD tertentu;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
Setelah mengikuti tes/ujian KD atau blok terakhir pada semester tertentu. Khusus untuk program pengayaan yang dilaksanakan pada akhir semester ini materinya juga yang berkaitan dengan KD-KD yang terkait dengan blok terakhir dari blok-blok yang ada pada semester tertentu. 4) Pelaksanaan Program Percepatan Dalam kelas selalu memungkinkan terdapat peserta didik yang luar biasa cerdas dan mampu menyelesaikan KD-KD lebih cepat dengan nilai yang baik pula. peserta didik seperti ini memiliki karakteristik khusus yaitu tidak banyak memerlukan bantuan seperti program remedial dan pengayaan, sebab mungkin akan justru mengganggu optimalisasi belajarnya. Bentuk layanan terbaik yang harusnya diberikan adalah program percepatan (akselerasi) secara alami dan bukan dalam bentuk kelas akselerasi.
D. Pendekatan Saintifik (Ilmiah) dalam Pembelajaran Sejalan diawalinya penerapan kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah, atau pendekatan saintifik, atau scientific approach menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para pendidik. Penerapan pendekatan ini menjadi tantangan guru melalui pengembangan aktifitas peserta didik yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Upaya penerapan Pendekatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013. Pendekatan ilmiah diyakini merupakan jembatan perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Beberapa metode pembelajaran yang dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik/ilmiah, antara lain metode: (1) Problem Based Learning; (2) Project Based Learning; (3) Inkuiri/Inkuiri Sosial; dan (4) Group Investigation (Ditjen Dikmen, 2013). Model-model ini menuntun siswa untuk mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji jawaban sementara atas suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan (menemukan fakta-fakta melalui penginderaan), pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menyajikannya secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan teori konstruktivisme hasil belajar merupakan skor yang diperoleh siswa setelah melalui proses pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme yaitu siswa sendiri yang bertanggung jawab untuk membangun pengetahuan dalam pikirannya melalui kegiatan ilmiah, guru hanya sebagai fasilitator. Peran guru sebagai fasilitator pada model Problem Based Learning tercermin dari penyampaian masalah-masalah yang terkait materi pelajaran di awal pembelajaran dan siswa harus mencari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
jawabannnya secara individu atau berkelompok. Guru hanya memberi bimbingan seperlunya jika siswa mengalami kesulitan. Pendekatan scientific dimaksud untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu (modul Diklat Kurikulum 2013, 2013).
E. Ruang Lingkup , Teknik, dan Instrumen Penilaian Dalam penilaian dan pengajaran di dalam kelas, pembelajaran yang diterapkan oleh guru harus memenuhi poin yang terkandung dalam Kompetensi Inti (KI), seperti yang dikutip dari dokumen Kompetensi Dasar SMA/MA yang diterbitkan oleh Kemendikbud pada tahun 2013. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah antara konten Kompetensi Dasar
keterkaitan
satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).
1.
Ruang lingkup penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbag sehingga dapat digunakan untuk menentuka posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses. 2.
Teknik dan instrumen penilaian Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut: a. Penilaian Kompetensi Sikap Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. 1) Observasi
merupakan
teknik
penilaian
yang
dilakukan
secara
berkesimbungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. 2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunaka berupa lembar penilaian diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
3) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik. 4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. 1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. 2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. 3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. c. Penilaian Kompetensi Keterampilan Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi rubrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
(1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktifitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. (2) Projek adalah tugas-tugas belajar yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. (3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreatifitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini memaparkan pemahaman guru Fisika terhadap pengertian dan implementasi pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 di SMA Kabupaten Mimika. Penelitian kualitatif ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini menggunakan penelitian terapan (applied research), penelitian yang dilakukan dengan
tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi
kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.
B. Subyek Penelitian Subyek pada penelitian ini adalah 4 orang guru Fisika SMA Kabupaten Mimika yang menerapkan kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya. Subjek yang diambil terdiri dari guru Fisika SMA Negeri 1 Mimika, SMA YPPK Tiga Raja Timika, dan SMA Advent yang dapat mewakili untuk mendapatkan informasi penelitian mengenai pemahamanan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang pengertian dan implementasi kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
C. Tempat Penelitian Penelitian pemahaman guru implementasi
Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang
Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran
di dalam kelas
dilaksankan di daerah Kabupaten Mimika khususnya pada 4 orang guru Fisika dari SMA Negeri 1 Mimika, SMA YPPK Tiga Raja Timika, dan SMA Advent. D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Instrumen berisikan pertanyaan-pertanyaan untuk menjaring data tentang pemahaman guru terhadap mata pelajaran Fisika kurikulum 2013 dan implementasi kurikulum 2013 khususnya pada pembelajaran Fisika. Untuk mengingat hasil wawancara peneliti menggunakan rekaman.
E. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara (interview) yang dilakukan dengan mewawancari guru Fisika SMA Kabupaten Mimika. Jenis wawancara pada penelitian ini adalah Wawancara Bebas Terpimpin. Jenis wawancara bebas terpimpin adalah wawancara di mana pewawancara melakukan interview dengan menggunakan pedoman berupa garis besar pertanyaan. Pada tabel 3.1 berikut dituliskan pedoman pertanyaan yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Tabel 3.1. Pedoman wawancara No
Butir-butir
Pertanyaan
1
Pengertian K.13
Apa konsep dasar K.13?
(Student Centered) 2
Moral spiritual
Bagaimana moral spiritual ditanamkan?
3
Budaya membaca
Bagaimana guru mengembangkan budaya membaca buku teks dan meneliti pada peserta didik dan guru sendiri?
4
Meneliti
Bagaimana cara guru menyesuaikan kurikulum dengan keadaan siswa?
5
6
Metode dalam pembelajaran
Metode apa yang digunakan oleh
(Pendekatan Saintifik)
guru?
Teknologi informasi
Apakah dalam proses KBM memakai media pembelajaran elektronik?
7
8
9
Penguasaan bidang
Bagaimana merancang RPP dan
adminstrasi
penerapannya?
Penilaian aspek (kognitif,
Bagaimana proses penilaian
afektif dan psikomotor)
dilakukan?
Evaluasi
Bagaimana evaluasi dilakukan? (remedial dan pengayaan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
Yang diperhatikan selama proses wawancara ini adalah tempat, waktu, situasi, dan data wawancara itu sendiri. Data wawancara berupa rekaman suara yang kemudian akan ditranskripsi menjadi kalimat. E. Teknik Analisis Data Dalam 3 tahap dalam menganalisis data: 1. Coding Proses pertama dalam analisis data wawancara dalam penelitian kualitatif adalah peng-coding-an. 2. Kategori Proses kedua dalam analisis yaitu peng-kategori-an. Dalam tahap ini, basis data bukan lagi per subyek tetapi per poin pertanyaan. 3. Membuat Kesimpulan Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan. Dalam bagian ini, ditilik terlebih dahulu bagaimana perdapat yang paling banyak muncul dari para subyek, dalam poin yang ditanyakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV DATA DAN ANALISA
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Dalam penelitian terdapat 4 orang guru yang menjadi subyek penelitian. Pengambilan data atau wawancara dilakukan selama 2 hari berturut-turut yaitu pada 17 – 18 Februari 2016. Sekolah yang diteliti merupakan sekolah-sekolah yang masih menjalankan kurikulum 2013 dalam pembelajaran. Berikut jadwal pelaksanaan penelitian dan durasi wawancara: Tabel 4.1. Jadwal pelaksanaan dan durasi wawancara Sekolah
Tanggal
Guru
Waktu
Durasi
X
17 Februari 2016
ke-1
11:23 WIT – 11:48 WIT
33’
ke-210:03 WIT - 10:33 WIT Y
18 Februari 2016
30’ 4” 20’ 14”
ke-310:35 WIT – 10:56 WIT
Z
1.
18 Februari 2016
ke-411:41 WIT – 12:36 WIT
55’ 20”
Pelaksanaan Penelitian kepada Guru ke-1 Subyek penelitian pertama yang diwawancarai adalah seorang Guru dari
SMA Swasta Katolik dan telah mengajar di sekolah tersebut sejak tahun 2010. Selain mengampu matapelajaran Fisika, Guru ke-1 juga merangkap sebagai Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
Wawancara dilakukan di laboratorium komputer sekolah dan dilakukan secara 4 mata. Kondisi Sekolah – khususnya laboratorium komputer - tergolong hening, dikarenakan wawancara bertepatan dengan persiapan ujian try out sekolah yang akan dilakukan esok hari, di mana try out dilakukan di laboratorium komputer. Pemakaian laboratorium bersangkutan dengan disesuaikan kondisi ujian try out dengan kondisi Ujian Nasional di mana ujian yang dilaksanakan berbasis komputer. Sekolah X menjadi satu-satunya SMA di Kabupaten Mimika yang melaksanakan ujian berbasis komputer tersebut. Durasi wawancara terbilang singkat. Hal ini disebabkan Guru ke-1 harus menyiapkan ruang ujian untuk esok hari. Di tengah-tengah wawancara pun terdapat gangguan berupa panggilan telepon dan seorang guru yang memiliki keperluan dengan Guru ke-1 sehingga wawancara harus berhenti sejenak. Di luar gangguan telepon dan panggilan guru lain, wawancara terbilang lancar. Guru ke-1 menjawab dengan santai walaupun sebelum wawancara dimulai Guru terlihat gugup. Hal tersebut dapat diketahui dari Guru ke-1 yang terus bertanya kepada pewawancara mengenai pertanyaan yang akan diberikan. Hal ini dapat disebabkan oleh jarangnya penelitian serupa yang dilakukan di sekolahsekolah Kabupaten Mimika. 2.
Pelaksanaan Penelitian kepada Guru ke-2 Subyek penelitian kedua yang diwawancarai adalah seorang Guru dari SMA
Negeri favorit di Kabupaten Mimika. Guru ke-2 juga menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum. Jabatan tersebut membuat Guru ke-2 terlihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
sangat bersemangat menceritakan bagaimana kurikulum 2013 dijalankan di Sekolahnya. Wawancara dilakukan di ruang guru saat jam istirahat. Kondisi Sekolah – khususnya ruang guru – tergolong sangat ramai. Ruang guru penuh dengan senda gurau para guru, suara tv yang menyala, dan canda peserta didik di luar ruangan. Hal ini mengakibatkan pewawancara kesulitan mendengarkan jawaban Guru ke-2 atas pertanyaan yang diberikan. Keriuhan selama wawancara berlangsung juga menyebabkan konsentrasi Guru-2 terganggu. Di tengah wawancara, Guru ke-2 melakukan tindakan seperti mendekatkan kursi Guru dengan pewawancara, mengecilkan volume tv, dan meminta para guru di ruang tersebut (jumlah guru di ruangan sekitar 20 orang guru) untuk tenang. Selain terganggunya komunikasi selama wawancara, tindakan Guru ke-2 membuat pewawancara menjadi sungkan sehingga tidak leluasa bertanya. Durasi wawancara terbilang singkat. Hal ini disebabkan Guru ke-2 harus mengisi kelas pada jam berikutnya. Di luar gangguan ruang yang bising, Guru ke1 terlihat menjawab dengan gugup, tergesa-gesa, dan kurang jelas. Terlihat dari jawaban Guru ke-2 yang kurang menjawab pertanyaan, terdapat banyak topik yang bergeser dan sungkan dijawab, dan di akhir-akhir wawancara jawaban Guru semakin singkat. 3.
Pelaksanaan Penelitian kepada Guru ke-3 Guru ketiga yang diwawancarai masih dari Sekolah yang sama dengan
Guru-2 yaitu SMA Negeri Kabupaten Mimika. Guru ke-3 baru mengajar di Sekolah tersebut selama 1 tahun. Sebelumnya Guru ke-3 pernah bertugas di salah satu SMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
di pulau Jawa da kemudian pindah ke SMA Swasta Islam di Timika. Sistem kurikulum yang digunakan di sekolah sebelumnya yaitu KTSP membuat Guru ke3 kesulitan beradaptasi dengan kurikulum 2013 yang dijalankan Sekolahnya saat ini. Berbeda dengan wawancara kepada Guru ke-2, walau masih tergolong ramai, wawancara dengan Guru ke-3 sedikit lebih tenang. Hal ini dikarenakan wawancara dilakukan setelah jam istirahat selesai dan Guru ke-3 tidak memiliki jam mengisi kelas. Namun begitu, durasi wawancara terbilang sangat singkat. Hal ini disebabkan jawaban Guru ke-3 yang sulit untuk diberikan pertanyaan lanjutan. Guru ke-3 cenderung menyerahkan pertanyaan untuk ditanyakan kepada Guru ke2 karena tidak paham tentang kurikulum 2013 dan mengaku belum pernah mengikuti pelatihan guru. Situasi selama wawancara berlangsung terbilang lancar. Guru ke-3 menjawab dengan santai walaupun sebelum wawancara dimulai, Guru terlihat gugup. Hal ini terlihat dari Guru ke-3 yang sebelumnya menunda-nunda wawancara dengan mempersilakan Guru ke-2 diwawancarai terlebih dahulu. 4.
Pelaksanaan Penelitian kepada Guru ke-4 Subyek penelitian terakhir yang diwawancarai adalah seorang Guru dari
SMA Swasta Kristen dan mulai mengajar di sekolah tersebut pada tahun 2012. Namun sebelumnya Guru ke-4 telah mengajar sejak tahun 2008. Wawancara dilakukan di ruang kelas khusus untuk peserta didik dengan daya saing belajar di atas rata-rata Sekolah. Kondisi Sekolah – khususnya ruang dilakukan wawancara - tergolong hening, dikarenakan wawancara dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
setelah jam sekolah selesai. Hal ini menyebabkan durasi wawancara menjadi panjang karena tidak ada agenda selanjutnya yang harus dihadiri Guru ke-4. Wawancara terbilang kondusif dengan jumlah orang di dalam ruangan sebanyak 4 orang; pewawancara, Guru ke-4, dan 2 orang peserta didik yang sedang mengerjakan tugas. Adanya peserta didik di dalam ruangan yang sama tidak mengganggu berjalannya wawancara. Dengan antusias Guru ke-4 bercerita secara “lepas” dan leluasa.
B. Pemahaman Guru Terhadap Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 1. Pemahaman Mengenai Sifat Dasar Kurikulum 2013 Dari hasil wawancara dengan Guru ke-1, Guru ke-2, dan Guru ke-3 (lihat Lampiran 3) didapatkan hasil bahwa pemahaman guru SMA di Kabupaten Mimika hanya sebatas mengetahui bahwa kurikulum 2013 adalah kurikulum yang bertitik berat pada pendidikan karakter. Guru berpendapat bahwa kurikulum 2013 memberatkan guru pada penanaman nilai sikap semata sehingga tidak begitu fokus pada faktor kognitif. Hal ini dianggap kurang relevan dan kurang cocok dengan kondisi dan lingkungan di Papua, khususnya Timika. Berbeda dengan yang dipahami guru, kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri, kurikulum 2013 juga merupakan kurikulum yang mengeksplor kamampuan yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan minat mereka. Sedang yang dimaksud dengan penekanan karakter dalam kurikulum, mengacu pada kompetensi inti yang terkandung dalam kurikulum. Karakter ini dimaksud untuk membangun kemauan, mengembangkan potensi dan kreativitas, serta meningkatkan daya saing peserta didik di era global.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai kurikulum 2013 yaitu kurikulum yang berbasis kompetensi, kurikulum yang dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampaunnya sesuai dengan minat dan kemampuan yang mereka miliki. Pembelajaran kurikulum 2013 adalah model pembelajaran yang dimana perencanaan, pelaksanaan dan penilaian mengarah pada kompetensi tertentu. Dari hasil wawancara terlihat juga bahwa sebagian besar guru tidak mengaitkan kurikulum dengan bidang studi yang diampu. Guru memahami kurikulum 2013 hanya sebagai “pembungkus” kurikulum sekolah, namun tidak masuk ke dalam pengajaran bidang studi itu sendiri. Padahal melalui kurikulum 2013, pelaksanaan pembelajaran Fisika secara umum dapat membekali peserta didik dengan sangat baik, di samping dalam kegiatan akademik peserta didik juga dibekali dengan keterampilan lainnya. Dalam pembelajaran Fisika, peserta didik memiliki kompetensi karena Fisika tidak hanya diajarkan melalui pembelajaran teori tetapi juga pembelajaran praktek. Dalam segi materi pun kurikulum 2013 lebih sedikit dan benar-benar memperhatikan kompetensi yang ingin dicapai dari pembelajaran Fisika. Sayang sebagian besar guru Fisika belum benar-benar dapat membedakan kurikulum 2013 dengan kurikulum KTSP, dengan menganggap perbedaan kedua kurikulum tersebut sebatas penekanan pada nilai karakter dan instrument penilaian. Alokasi waktu yang ditambah menjadikan pembelajaran Fisika dapat berjalan dengan optimal. Sebaliknya yang diungkapkan Guru ke-2, alokasi waktu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
pelajaran Fisika justru kurang. Guru ke-2 berpendapat bahwa pembagian waktu dibandingkan dengan pelajaran yang lain tidak seimbang. “Bayangkan, agama itu 3 jam, PKn itu 2 jam, fisika hanya 4 jam. Padahal dia jurusan IPA. .. Sangat sangat kurang. Apalagi dihubungkan dengan kemampuan anak. Jadi kalau di sini karena saya ini kurikum, kelas X itu kan hanya 3 jam fisikanya. Ada celah untuk menambah jam, saya tambahkanlah fisikanya 1 jam” (Wawancara tanggal 18 Februari 2016). Dari hasil pemaparan di atas diketahui bahwa belum seluruh guru Fisika memiliki pemahaman yang seragam dan benar-benar memahami tentang kurikulum 2013. Sebagian kecil mengerti dengan baik, namun sebagian besar lainnya tidak. Seperti
yang
terlihat
dari
kutipan
hasil
wawancara
kepada
guru Z: “hm. Ya saya kurang paham sih K13 itu seperti apa. Tapi dengar-dengar, yang saya tau ya, K13 itu mengacu pada pendidikan karakter siswa. Jadi makanya bisa berdampak juga pada perubahan penilaian. Hal-hal yang kita nilai jadi banyak. Ada menilai sikap moral anak juga. Jadi K13 ada penekanan tambahan ke pendidikan karakter anak. Tapi kalau yang lain sih saya rasa penerapannya dalam pembelajaran sih sama saja. Saya tetap mengajar seperti cara saya. Menurut saya lho ini ya mbak, pendidikan karakter. Kalau yang lebih jelas mungkin pak Bo*i yang tau. Kalau saya ya itu tadi. Tidak tau benar tidak tau salah”. (wawancara tanggal 18 Februari 2016) Faktor yang mempengaruhi tidak seragamnya pemahaman guru terhadap K13 yaitu informasi yang diberikan kurang merata sehingga ada sebagian guru yang sudah mendapatkan informasi yang cukup, tetapi ada juga yang belum mendapatkan informasi dengan baik. Sosialisasi yang diberikan juga kurang maksimal dan waktu yang tersedia hanya sedikit, sehingga guru belum dapat memahami sepenuhnya tentang kurikulum 2013. Para guru hanya mendapat informasi secara garis besar saja dan tidak mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Dalam “mengakrabkan” guru dan kurikulum 2013, banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah. Salah satu upaya adalah melakukan sosialisasi kurikulum 2013 ke daerah-daerah, tetapi yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan yang diharapkan, masih banyak langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan informasi yang relevan bagi para guru khususnya untuk guru Fisika SMA Kabupaten Mimika. Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan tentang pemahaman guru Fisika terhadap kurikulum 2013 khususnya pada pembelajaran Fisika masih kurang baik karena belum dapat benar-benar membedakan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan serta masih belum benar-benar mengerti hal-hal utama dalam kurikulum 2013 2.
Pemahaman Mengenai Kompetensi Inti Dari hasil wawancara kepada salah seorang guru, terlihat bahwa
pemahaman Guru tersebut mengenai ke-4 KI yang ada di dalam K13 tidak begitu jelas. Namun guru tersebut mengetahui bahwa terdapat poin mengenai sikap, kognitif, dan keterampilan, walau hanya saja garis besar. Berbeda dengan Guru ke1 dan guru ke-4 yang terlihat mengetahui secara jelas isi dari setiap KI. Kedua guru tersebut menyebutkan bahwa KI I berkaitan dengan nilai moral, di mana tidak hanya mengenai keimanan tetapi juga berkaitan dengan bagaimana sikap peserta didik dalam lingkungan belajarnya bersama teman dan kepada guru. Kedua guru juga menggambarkan bahwa KI II dapat terlihat sebagaimana peserta didik bekerja sama dengan teman sebaya baik dalam belajar individual maupun dalam diskusi kelompok. Sementara KI III tentang bagaimana kemampuan kognitif peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
mengolah pengetahuannya dan KI IV mengenai keterampilan kerja peserta didik. KI IV bagi Guru ke-1 dan Guru ke-4 merupakan KI yang paling sulit dinilai karena berkaitan dengan kemampuan psikomotorik peserta didik seperti dalam mengerjakan proyek dan praktikum. Kesulitan tersebut dikarenakan sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai. Pemahaman guru akan kesulitan menilai KI IV telah menunjukan pemahaman guru tentang KI tersebut. Tetapi dari hasil wawancara kepada Guru ke-3, dipaparkan bahwa Guru tidak memahami KI-KI yang ada dalam K13. “.. Yang jelas mendidik biar dia menjadi manusia yang baik itu sudah pasti. Saya sih pikirnya gini ya mbak. Saya sudah digaji dari uang orang tua murid yang menitipkan anaknya. Jadi saya tidak mau sibuk dengan memikirkan administrasi, arti kurikulum, dll yang paling penting buat saya adalah mendidik dan mengajar. Kita tidak tau besok anak yang kita didik mau jadi apa, akan jadi apa. Tapi kita ebrusaha apapun jadinya dia, itu yang terbaik buat dia. Jadi berusaha kebutuhannya terpenuhi” (wawancara tanggal 18 Februari 2016). Hal yang menyebabkan guru tidak memahami dengan baik 4 KI adalah fokus guru berpusat pada pengajaran kepada peserta didik di kelas. Kompetensi inti dianggap semata-mata sebagai bagian dari tata kurikulum. Secara keseluruhan, belum seluruh guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika memahami 4 KI yang terkandung di dalam K-13 dengan baik. Walaupun terdapat guru yang pemahamannya baik mengenai KI, namun terdapat guru lain yang secara jelas belum memahami 4 KI yang ada. Hal ini dipengaruhi pelatihan kepada guru tidak menyeluruh. Tidak semua guru menerima pelatihan, sehingga informasi hanya melalui mulut ke mulut. Penyampaian seperti ini mengakibatkan informasi tidak sampai ke seluruh guru secara penuh dan jelas. Melihat hal tersebut, baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
adanya dilakukan pelatihan kepada guru di daerah dan kesediaan guru untuk siap belajar kembali.
C. Kesiapan Guru Dalam Pembelajaran Fisika 2013 Persiapan guru dalam pembelajaran Fisika SMA Kabupaten Mimika terdiri dari beberapa aspek, antara lain sebagai berikut. 1. Silabus dan RPP Menurut para guru Fisika SMA Kabupaten Mimika dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menjadi lebih sulit. Seorang Guru X menyatakan: “Saya rasa lebih berat ya. Di situ yang berat. Soalnya kan harus ada mencari, harus mengumpulkan, habis itu mengkomunikasikan. Mencari saja sudah susah kan. Disuruh anak-anaknya, meskipun kita sudah bikin RPP, mencari ini ini ini ini, tapi dia tidak” (wawancara tanggal 18 Februari 2016). Kesulitan seperti yang diungkapkan ini dapat mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran yang tidak sesuai dengan RPP yang telah disusun oleh guru. Dari hasil wawancara, terlihat bahwa tidak semua guru Fisika SMA Kabupaten Mimika membuat RPP yang akan dipakai sebagai acuan dalam proses pembelajaran. Namun sebagian guru Fisika lain mengungkapkan secara jelas bahwa dalam pembelajaran di kelas RPP digunakan sebagai acuan, walau tidak sebagai patokan namun tetap diusahakan. Ketidaksesuaian pembelajaran dengan RPP yang telah disusun oleh guru Fisika disebabkan oleh kemampuan peserta didik yang tidak merata sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung lama. Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan pembelajaran sesuai dengan RPP dianggap kurang. Di sisi lain guru harus mengejar agar peserta didik dapat mempelajari seluruh materi yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
ditargetkan dalam waktu tertentu. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang diberlakukan di seluruh Indonesia. Nilai dari UN tidak menjadi syarat kelulusan peserta didik dalam studi, namun beberapa institusi Negara seperti TNI dan POLRI menjadikan nilai UN sebagai syarat untuk mengikuti pendidikan lanjutan di dalamnya. Kebijakan institusi-institusi yang seperti demikian menambah beban moral guru sehingga mereka tidak lagi mengejar pembelajaran yang ideal (efektif dan efisien) dan hanya terpaku pada ketercapaian target materi yang diajarkan. 2. Metode Pembelajaran Saintifik Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada guru Fisika SMA Kabupaten Mimika, pada umumnya guru Fisika sudah menerapkan metode scientific dalam pembelajaran dengan baik walaupun terdapat kendala dalam penerapannya. Metode scientific atau pendekatan ilmiah di mana metode dalam pengajarannya yang terdiri dari mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan seperti yang dipaparkan beberapa guru sudah diterapkan. Hal ini yang membedakan pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan kurikulum KTSP di mana pada KTSP pembelajarannya berfokus pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Namun salah satu guru memaparkan masih memilih metode ceramah dan mencatat secara monoton. Metode ceramah dianggap sebagai metode yang paling efektif dengan situasi dan kondisi pendidikan di Kabupaten Mimika. “ya lumayan sering pakainya itu sama saya jelaskan saja di depan. Kembali ke yang klasik saja mbak. Soalnya ya bagaimana ya sudah rahasia umum kalau di sini sumber daya nya agak kurang dari yang di pulau lain jadi butuh sekali dibimbing.” (wawancara kepada guru Z, tanggal 18 Februari 2016)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
Hal-hal yang mempengaruhi guru untuk tetap memakai guru metode ceramah adalah kemampuan kognitif peserta didik yang tidak dapat membentuk pengetahuannya sendiri. Kesulitan untuk membangun konsep dalam kognitif peserta didik, menjadi hambatan besar dalam penerapan model belajar discovery learning, di mana model belajar tersebut menuntut anak untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Dari kendala pada kemampuan kognitif perserta didik tersebut, guru beranggapan bahwa peserta didik sebaiknya dituntun secara intens melalui komunikasi verbal. Namun di sisi lain, komunikasi 1 arah yang diterapkan oleh guru justru akan menghambat peserta didik untuk menyampaikan gagasan yang ada dalam pikirannya. Ditambah lagi jika suasana belajar tidak menyenangkan (monoton) bagi guru dan peserta didik, akan sangat sulit bagi guru untuk mengetahui sejauh mana perubahan/perkembangan pengetahuan peserta didik. Di lain pihak, peserta didik akan sungkan untuk mengajukan hal-hal yang kurang dipahami dan mengemukakan pendapat. Kesulitan dalam eksplorasi berbagai metode pembelajaran oleh guru tidak hanya seputar kondisi peserta didik, namun juga keterbatasan sarana-prasarana pendukung di sekolah. Kurangnya kelas dengan jumah peserta didik yang membludak menyulitkan guru dalam mengatur kelas agar pembelajaran menjadi efektif. Keterbatasan alat peraga yang disediakan juga menjadi faktor yang membatasi eksplorasi metode oleh guru. Praktikum tetap bisa dilakukan untuk pemenuhan penilaian, namun tidak maksimal dan terkesan seadanya. 3. Media Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang media pembelajaran, secara umum guru memaparkan bahwa dalam pembelajaran yang diterapkan lebih sering menggunakan media pembelajaran berupa perangkat elektronik seperti infokus, laptop, dan jaringan internet. Pemakaian media pembelajaran yang berupa alat elektronik tersebut dapat membantu/digunakan dalam berbagai metode pembelajaran, seperti demonstrasi dan diskusi kelompok. Pemakaian alat elektronik juga dapat membantu menyegarkan suasana pembelajaran dengan pemutaran video dan aplikasi pembelajaran. Bahkan pemakaian alat elektronik dapat diselipkan di tengah metode ceramah. Namun dari paparan salah satu guru, terlihat adanya kekhawatiran tertentu yang dimiliki oleh guru yang turut mempengaruhi pilihan guru untuk mengajar di kelas dengan cara klasik. Kekhawatiran yang dirasakan adalah seputar rentannya penyalahgunaan teknologi informasi dan kesulitan dalam manajemen waktu –yang berkaitan dengan karakter peserta didik-. “Tapi ya kita tidak memungkiri kalau anak-anak seperti ini. Kalau ngerjain tugas malah ga ngerjain tugas. Malah online to. Jadi harus dikontrol. Kalau di SCI ini sih sebenarnya masih bisa karena sedikit siswa. Tapi kalau seandaiannya ada free wifi khusus untuk (nama sekolah) ya mudahmudahan tepat sasaran. Kembali ke individunya kembali. Takut sama Tuhannya ada nggak. Takut sama guru nya ada nggak” (wawancara tanggal 18 Februari 2016). Dapat disimpulkan dari uraian di atas bahwa guru Fisika SMA Kabupaten Mimika belum seluruhnya menggunakan media pembelajaran yang ada sesuai dengan kurikulum 2013, ada yang memakai LCD hanya sesuai dengan keperluan guru tersebut. Selain sarana-prasarana yang belum memadai, hal ini dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
keterbatasan pengetahuan tentang teknologi, sehingga penggunaan LCD belum dapat digunakan dengan baik. Padahal dalam proses pembelajaran, seharusnya dengan menggunakan media LCD dapat menumbuhkan rasa keingin-tahuan peserta didik dan menambah minat mereka untuk mengikuti Fisika. Melihat hal tersebut sebaiknya kelengkapan sarana prasarana sekolah lebih diperhatikan dan kemampuan guru dalam bidang teknologi lebih ditempa. 4. Sistem Penilaian Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 Dari hasil wawancara dengan guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika, diketahui bahwa sebagian guru telah melakukan penilaian berkaitan dengan 4 KI yang ada dalam kurikulum 2013. Penilaian berkaitan dengan nilai sikap, keterampilan, dan pengetahuan. a. Penilaian Sikap Kriteria sikap yang dinilai adalah sikap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, sikap peserta didik terhadap guru dan teman sekelas. Menerima, menanggapi, menghargai keragaman & keunikan alam sebagai anugerah Tuhan juga termasuk dalam kriteria penilaian dari segi sikap peserta didik. Untuk penilaian Kompetensi I dan II dilakukan observasi peserta didik dengan tindakan ekstrem. Penilaian tindakan ekstrem yang dimaksud adalah penilaian kepada peserta didik yang diberikan oleh guru adalah peserta didik dengan tindakan yang paling baik dan peserta didik dengan tindakan yang paling jauh dari harapan selama proses belajar-mengajar, dengan kata lain kepada peserta didik yang tindakannya paling berbeda dengan tindakan pada umumnya peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
didik lain di dalam kelas. Penilaian tindakan ekstrem memiliki dampak tertentu yaitu tidak semua peserta didik dapat dinilai secara khusus oleh guru. Peserta didik dengan tindakan normal akan disama-ratakan. Penilaian sikap dengan fokus per individu sulit dilakukan oleh guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika karena jumlah peserta didik yang terlalu banyak dalam satu kelas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan penilaian peer (Penilaian oleh teman). b. Penilaian Kognitif Kriteria pengetahuan yang dinilai adalah pengetahuan peserta didik tentang materi yang telah diajarkan. Penilaian kognitif dalam pembelajaran Fisika di SMA Kabupaten Mimika dilakukan dengan pengambilan nilai ulangan harian, tugas, dan ujian oleh guru. c. Penilaian Keterampilan Kriteria keterampilan yang dinilai adalah keterampilan tugas-tugas proyek atau praktikum. Guru menilai setiap kemampuan dan keterampilan dari masingmasing peserta didik dalam proses pembelajaran di setiap pertemuan. Menurut para guru, penilaian keterampilan hanya dilakukan jika materi yang sedang dipelajari relevan dengan ketersediaan alat di sekolah. Dalam penilaian keterampilan, guru menggunakan penilaian dari praktikum sederhana mengikuti ketersediaan alat praktikum di sekolah. Cara lain yang dilakukan guru dalam menilai keterampilan peserta didik adalah
meggunakan
penilaian
makalah
dan
kemampuan
peserta
didik
menyelesaikan soal yang diberikan guru secara spontan di depan kelas. Guru beranggapan bahwa keterampilan yang dimaksud dalam penilaian kurikulum 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
dapat diartikan seperti kemampuan menyelesaikan masalah/soal. Cara tersebut bisa jadi dikarenakan guru berpikir peserta didik akan kesulitan dalam pengerjaan tugas proyek dan praktikum. Kesulitan pengerjaan tersebut berkaitan dengan keterbatasan sarana-prasarana di sekolah, sehingga guru mencari alternatif lain dengan penilaian seperti yang dijelaskan di atas. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika telah memahami bagaimana pelaksanaan penilaian pada kurikulum 2013. Namun dalam pelaksanaan, guru mengalami kesulitan menilai keterampilan peserta didik sehingga guru mencari alternatif lain dalam menilai keterampilan peserta didik. Hal ini dapat menyebabkan pergeseran pemahaman jika dilaksanakan secara terus menerus dan kendala yang dialami tidak segera di atasi.
D. Implementasi Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 Implementasi kurikulum adalah bagaimana menjelaskan pesan-pesan kurikulum kepada peserta didik untuk menghasilkan lulusan yang memiliki seperangkat kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing. Tugas guru dalam implementasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai yang diinginkan. 1. Penanaman Nilai Moral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Menurut sebagian besar guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika, fisika menjadi penguat yang baik dalam meningkatkan nilai moral peserta didik. Nilai moral yang dimaksud oleh adalah kesadaran peserta didik akan nilai ketuhanan dan rasa syukur. Guru mengungkapkan dalam pembelajaran Fisika yang dilaksanakan di kelas terdapat hal-hal yang baik untuk memperkuat keimanan peserta didik, seperti mengaitkan materi dan media yang digunakan dengan campur tangan Tuhan. “E menurutnya mam sih tidak ya, kalau KI itu kan bagaimana kita bersyukur kepada Tuhan begitu, jadi didukung sama pelajaran Fisika juga. Nah, kita belajar Fisika itu juga kan tentang alam. Nah untuk sains. Jadi bagaimana kita menghubungkan semua alam ini, jadi kita bersyukur” (wawancara kepada guru Y, tanggal 17 Februari 2016). Selain itu dari hasil wawancara yang lain terlihat bahwa guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika memahami bahwa nilai moral bukan hanya sebatas kepercayaan akan Tuhan, namun juga bagaimana penerapan keimanan kepada Tuhan dalam sikap peserta didik di sekolah, baik bersikap kepada guru dan teman sebayanya. Namun ada guru yang menilai bahwa keterkaitan fisika dengan nilai moral kurang jelas. Penanaman nilai moral yang dipahami oleh guru tersebut adalah dengan menekankan kedisiplinan saat peserta didik berada di sekolah secara umum, tidak spesifik terkandung dalam pembelajaran fisika di kelas. “Kalau yang kita lakukan, senin kan sudah pasti. Setiap senin kan upacara. Pembinaan karakter juga. Kemudian kalau di sini kan sebelum pembelajaran itu harus diarahkan dulu anak-anak. Ya diperingatkan kalau misalnya ada yang bolos. Harus briefing ulang... Fisika mendukung nilai moral. Nilai kan memang agak rumit. Saya juga bingung dengan pemerintah tentang ini. Tapi mungkin mereka mungkin sudah mengkaji ya” (wawancara kepada guru W tanggal 18 Februari 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Pemahaman oleh guru mengenai keterkaitan nilai moral dan Fisika yang kurang jelas dapat disebabkan oleh pemahaman guru bahwa nilai moral hanya berkaitan erat dengan mata pelajaran Agama. Guru tersebut belum memahami bagaimana Fisika yang sangat eksak dapat mendukung nilai moral. Hal ini menunjukkan bahwa guru hanya berpusat pada pengajaran materi, bukan pada pendidikan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implemetasi kurikulum 2013 khususnya untuk Kompetensi Inti I (KI I) pada SMA di Kabupaten Mimika sudah dilaksanakan, walaupun tidak semua guru mampu untuk mensubtitusi nilai-nilai moralitas yang terkandung dalam KI I ke dalam pembelajaran. Kendala yang dialami dalam implementasi KI I dalam kurikulum 2013 adalah dalam pemahaman guru tentang bagaimana KI I dapat ditanamkan dalam pembelajaran Fisika, sementara Fisika adalah ilmu pasti yang penekanannya adalah logika. 2.
Pengembangan Budaya Membaca Dari hasil penelitian yang dilakukan terlihat bahwa penekanan guru terhadap
budaya membaca kepada peserta didik di SMA Kabupaten Mimika sudah dilaksanakan, walaupun tidak semua guru mampu untuk menerapkan atau menekankan budaya membaca kepada peserta didiknya. Kendala yang dialami dalam budaya membaca ini adalah karakter peserta didik di lapangan kurang pas dengan budaya membaca. Di sini yang dipahami adalah muatan dalam pembelajaran Fisika lebih condong ke arah teori menghitung semata sehingga hanya memerlukan latihan untuk berkembang, bukan dengan memahami konsep melalui membaca teori-teori dari buku atau bahan bacaan lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika telah memahami bahwa untuk meningkatkan budaya membaca pada peserta didik, buku yang digunakan sebaiknya merupakan buku bacaan bebas, bukan buku matapelajaran. Guru juga menumbuhkan budaya membaca pada peserta didik dengan penugasan menyusun makalah. Cara ini dinilai memaksa peserta didik agar banyak membaca, sehingga budaya membaca akan tumbuh secara alami. Selain itu, berselancar di dunia maya pun dinilai oleh guru akan merangsang peserta didik untuk membaca sebanyakbanyaknya. Beribu sumber dan berita yang dimuat di dunia maya membebaskan peserta didik untuk mencari apa yang menjadi kebutuhan belajarnya, sehingga peserta didik dapat diminta untuk membaca secara maksimal. Dari hasil analisis, terlihat masih ada guru Fisika yang belum menanamkan budaya membaca dalam pengajarannya. Hal ini disebabkan oleh karakter peserta didik yang dirasa belum siap untuk menerima budaya membaca. Guru tersebut memahami bahwa jika budaya membaca dimasukkan ke dalam pembelajaran fisika yang memiliki materi cukup banyak, pembelajaran akan berjalan pelan, sehingga prosesnya semakin panjang dan terlambat. “Tapi kalau di kelas reguler itu 1 atau 2 orang yang mau, yang lainnya malas tau. Kalau sudah malas, kalau sudah sampai disuruh-suruh ga mau ya kembali kita lagi yang ngomong to. Tapi memang ada kelas tertentu, mayoritas mau seperti itu mau seperti itu harus sesuai prosedur. Tapi kelas yang malas tau, ya ndak selesai-selesai itu materinya to. Ndak kelar-kelar materinya” (wawancara pada guru X, tanggal 18 Februari 2016). Dari berbagai paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika telah menanamkan budaya membaca dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika. Penanaman budaya membaca dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan penugasan membuat makalah hingga penugasan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
membuat peserta didik berselancar di dunia maya. Namun ada guru yang belum menanamkan budaya membaca dalam pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh karakter peserta didik yang dirasa belum cocok dengan budaya membaca, sehingga guru beranggapan jika dipaksakan akan menghambat proses belajar-mengajar. Terlihat bahwa dalam hal ini guru masih terfokus pada pengajaran materi, bukan pada mendidik, membentuk karakter peserta didik. Perlu diperhatikan bahwa membaca penting untuk dibudayakan dalam proses pendidikan. Peserta didik perlu dilatih serta dibiasakan agar akrab dengan budaya membaca. Membaca akan merangsang kemampuan berpikir peserta didik dan membuka wawasan mereka secara luas. 3. Pengembangan Budaya Meneliti Dari wawancara yang dilakukan oleh guru SMA di Kabupaten Mimika, diketahui bahwa budaya meniliti sudah dapat dilakukan walaupun tidak di semua sekolah. Guru beranggapan bahwa meneliti merupakan kegiatan menemukan hal baru. Sementara dalam Fisika sendiri sudah ditemukan berbagai rumus atau fakta yang dapat langsung dipelajari oleh peserta didik. Beranjak dari pemahaman tersebut, menurut guru kurang tepat diterapkan kepada peserta didik di sekolah. Hal ini dikarenakan peserta didik masih sangat membutuhkan bimbingan dari guru sehingga sulit diajak mencari tahu sendiri. Selain itu karakter peserta didik yang ingin instan membuat peserta didik menjadi lebih malas. Hal yang menghambat budaya meneliti dapat berkembang pada diri peserta didik adalah karakter instan dan sikap belajar mandiri yang belum kuat. Karakter instan adalah karakter di mana peserta didik lebih suka segala sesuatu yang bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
“pintas” tanpa melalui proses yang seharusnya. Selain kendala pada peserta didik, pemahaman guru yang kurang tepat akan kurikulum 2013 juga menghambat guru dalam membantu peserta didik menumbuhkan jiwa meneliti. Beberapa guru justru mengaitkan budaya meneliti dengan pendidikan karakter kurikulum 2013. Pendidikan karakter dirasa tidak begitu cocok untuk menumbuhkan budaya meneliti peserta didik. Akhirnya, yang dilakukan untuk dapat menumbuhkan budaya meneliti peserta didik adalah memberi pengarahan secara verbal, namun tetap dirasa sulit untuk dilakukan. Pemahaman yang tercampur aduk antara pendidikan karakter dan budaya meneliti dapat disebabkan oleh kurangnya penguasaan guru terhadap esensi, muatan, dan tujuan kurikulum 2013. Yang menarik adalah budaya meneliti dalam kurikulum 2013 ini tidak hanya berorientasi pada peserta didik, namun juga pada Pendidik. “Kalau saya terus terang, modul saya belum ada. Belum bikin untuk anakanak. Jadi saya pake KTSP. Kalau pendidik nya juga kan belajar juga. Tahun ini oh saya seperti ini, tahun kedua saya tau saya musti seperti ini” (wawancara pada guru X, tanggal 18 Februari 2016). Dari uraian di atas terlihat bahwa guru ikut belajar dalam pembelajarannya. Pembelajaran yang dimaksud adalah meneliti kondisi peserta didik setiap angkatan dan terus memperbaikinya. Selain itu guru melakukan penyesuaian kekurangan media pembelajaran di lapangan dengan apa yang sudah ada sebelumnya. Namun untuk penelitian seperti penyusunan karya ilmiah belum dilakukan oleh Gur. Karya ilmiah seperti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dirasa sebagai kepentingan administrasi kenaikan pangkat. 4. Proses Evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Pada umumnya guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika memakai sistem klasikal. Cara klasikal digunakan ketika ujian remedial diikuti beberapa peserta didik. Berkaitan dengan soal yang diujikan dalam remedial, terdapat guru yang memilih soal yang diujikan sama persis dengan soal pada ujian sebelumnya (hanya angka-angka yang diganti). Terdapat juga guru yang memberikan soal dengan KD yang belum dituntaskan peserta didik pada ujian sebelumnya dalam remedial, sehingga tidak semua soal dengan KD yang harus dimiliki peserta didik diuji kembali. Hal ini mempengaruhi soal ujian remedial untuk setiap peserta didik. Soal yang diberikan kepada setiap peserta didik menjadi berbeda. Pendapat lain mengungkapkan bahwa pelaksaan remedial dapat terjadi setelah peserta didik diberi arahan oleh guru. Pelaksanaan remedial pun dapat dilaksanakan bersamaan dengan peserta didik yang mengikuti pengayaan. Pelaksanaan pengayaan bagi peserta didik yang memiliki nilai KKM di atas standar, kurang digambarkan dengan baik. Diungkapkan bahwa terjadi proses tutor sebaya oleh peserta didik dengan nilai ujian di atas standar KKM kepada peserta didik yang nilai ujiannya di bawah nilai KKM. Namun sebagian besar guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tidak menjalankan pengayaan secara jelas. Peserta didik yang memperoleh nilai ujian di atas KKM pada umumnya diminta belajar sendiri dengan membaca buku secara mandiri. Pelaksanaan pengayaan juga menjadi tidak jelas karena remedial dan pengayaan dilaksanakan dalam 1 ruang. Guru berpikir bahwa pengayaan hanya merupakan tindakan sampingan bagi peserta didik, bukan sebagai treatment untuk memperkuat pemahaman peserta didik. Selain itu, pengayaan juga dipandang dapat menghambat proses pembelajaran, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
peserta didik dengan nilai di atas KKM diminta untuk meneruskan belajar untuk materi yang akan dipelajari selanjutnya. Sebagian guru juga memaparkan bahwa evaluasi pembelajaran bukan hanya terjadi saat ujian remedial. Dalam pembelajaran keseharian guru juga mengambil nilai dari keaktifan peserta didik yang kemudian dapat digunakan untuk menambah nilai peserta didik. Guru memahami bahwa evaluasi adalah tindakan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kognitif peserta didik. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa pelaksanaan ujian remedial di SMA Kabupaten Mimika dilaksanakan dengan baik. Guru memahami bahwa sebaiknya ujian remedial diberikan secara klasikal jika jumlah peserta yang belum lulus lebih dari separuh jumlah keseluruhan peserta didik di kelas. Guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika juga memahami bahwa sebaiknya sebelum dilakukan ujian klasikal, peserta didik diberikan review materi, atau paling tidak dapat dilakukan ujian remedial tanpa review jika kertas jawaban sebelumnya belum dibagikan. Namun untuk pelaksanaan pengayaan sebagian besar guru belum dapat melaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan analisis yang dibahas, pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang pengertian implementasi
kurikulum 2013 dalam proses
pembelajaran di dalam kelas, dapat terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: 1. Pengertian dasar kurikulum 2013 Guru Fisika SMA Kabupaten Mimika belum sepenuhnya memahami konsep kurikulum 2013. Yang dikuasai sebatas materi yang terdapat pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
kurikulum 2013. Guru Fisika SMA Kabupaten Mimika mengetahui kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang mengutamakan kompetensi peserta didik, kurikulum yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri. Namun sebagian guru lebih berfokus pada pendidikan karakter yang terkandung dalam K-13. Pemahaman yag berfokus pada pendidikan karakter ini berdampak pada tujuan belajar yang tidak jelas. 2. Kesiapan guru dalam pembelajaran Fisika kurikulum 2013 Kesiapan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika untuk memulai pembelajaran sudah sesuai dengan acuan silabus dan RPP walaupun belum maksimal, seperti menyiapkan materi, metode, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Namun dalam pelaksanaan tidak semua guru melakukan sesuai dengan kurikulum 2013. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan media yang minim dan terdapat guru yang masih terpaku pada metode ceramah. 3. Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fisika Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fisika di SMA Kabupaten Mimika sudah dilakukan di kelas X, XI, dan XII. Sistem penilaian sudah bisa dilakukan dengan baik oleh sebagian besar guru. Namun pemahaman guru mengenai penilaian sikap peserta didik belum tepat. Dalam penilaian, kendala yang dihadapi guru adalah menilai keterampilan peserta didik, disebabkan oleh sarana prasarana yang belum memadai. Kesulitan lain yang dihadapi adalah dalam subtitusi nilai moral pada KI I, budaya membaca, dan budaya meneliti. Walau begitu sudah ada guru yang berusaha menjalankan ketiga hal yang menjadi ke-khasan dari kurikulum 2013 tersebut dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Implementasi kurikulum 2013 pada SMA di Kabupaten Mimika masih banyak kekurangan. Dapat dilihat bahwa belum semua guru paham dengan kurikulum 2013 khususnya guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika. Kurangnya informasi yang diperoleh oleh setiap guru, faktor tersebut yang juga dapat menghambat keberhasilan suatu kurikulum. Ini merupakan gambaran untuk lebih memperhatikan kejadian di lapangan dan meningkatkan sosialisasi di sekolahsekolah agar kurikulum 2013 dapat berjalan dengan pengetahuan yang relevan dan berjalan dengan baik. Walaupun demikian terdapat guru Fisika SMA Kabupaten Mimika mendukung dengan baik impelementasi kurikulum 2013 di sekolahnya. Tentunya dengan perbaikan-perbaikan yang diharapkan para guru. “Tujuannya bagus, saya rasa kalau saya biasa bilang begini. Kalau memang anaknya beriman, pasti mau dibimbing. Kalau mau dibimbing pasti akan pintar. Ya daripada, kalau saya pribadi mending lanjut. Kita mau tunggu SDMnya siap kapan? Jadi lebih baik dari sekarang. Mungkin sekarang belum terlalu paham, belum sesuai dengan yang diinginkan. Yang kedua kan mungkin sedikit-sedikit nanti lama-lama kan bisa. Daripada dibekukan, kita ga tau kapan SDMnya siap. Kalau 5 tahun lagi kan paling sudah siap. Semua kan dari bawah. Dari bawah nanti siap ke atas juga siap. Kalau pendidik nya juga kan belajar juga. Tahun ini oh saya seperti ini, tahun kedua saya tau saya musti seperti ini. Daripada dibekukan ya nanti kaget lagi. Yang sebelumnya mungkin kan sudah belajar selanjutnya bisa dicoba kan.“ (wawancara tanggal 18 Februari 2016)
E. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini pun tidak lepas dari berbagai kekurangan mulai dari persiapam hingga pelaksanaan penelitian. Beberapa keterbatasan dapat disebabkan: 1) Teknik pengambilan data hanya berupa wawancara sehingga data yang diperoleh terbatas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
2) Pedoman wawancara tidak begitu jelas menampakkan aspek penting dalam kurikulum 2013 yaitu 4 Kompetensi Inti dan metode Saintifik. 3) Beberapa wawancara dilakukan dalam kondisi ruang yang ramai riuh, sehingga mempengaruhi keleluasaan interaksi dalam wawancara. 4) Kekurang-mampuan peneliti menggali informasi lebih dalam pada wawancara dengan subyek (dalam hal ini guru Fisika SMA Kabupaten Mimika). 5) Analisis dan data wawancara kurang konsisten dan terstruktur dikarenakan topik yang terlalu luas. 6) Durasi waktu dalam proses wawancara terbilang singkat sehingga hasil wawancara terbatas. 7) Penelitan dilakukan kepada subyek yang lebih berpengalaman sehingga interaksi untuk pengambilan data kurang leluasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 4 orang guru Fisika SMA Kabupaten Mimika yang tengah menjalankan kurikulum 2013, pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang implementasi kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di dalam kelas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Guru Fisika SMA Kabupaten Mimika belum sepenuhnya memahami konsep kurikulum 2013. Yang dikuasai sebatas materi yang terdapat pada kurikulum 2013. Guru Fisika SMA Kabupaten Mimika mengetahui kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang mengutamakan kompetensi peserta didik, kurikulum yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri. Namun sebagian guru lebih berfokus pada pendidikan karakter yang terkandung dalam K-13. Pemahaman yang berfokus pada pendidikan karakter ini berdampak pada tujuan belajar yang tidak jelas. 2. Kesiapan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika untuk memulai pembelajaran sudah sesuai dengan acuan silabus dan RPP walaupun belum maksimal, seperti menyiapkan materi, metode, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Namun dalam pelaksanaan tidak semua guru melakukan sesuai dengan kurikulum 2013. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan media yang minim dan terdapat guru yang masih terpaku pada metode ceramah.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
3.
Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fisika di SMA Kabupaten Mimika sudah dilakukan di kelas X, XI, dan XII. Dalam pelaksanaan di dalam kelas pembelajaran dengan kurikulum 2013 tidak begitu menampakkan perbedaan dengan pembelajaran dengan KTSP. Sistem penilaian sudah bisa dilakukan dengan baik oleh sebagian besar guru. Namun pemahaman guru mengenai penilaian sikap peserta didik belum tepat. Dalam penilaian, kendala yang dihadapi guru adalah menilai keterampilan peserta didik, disebabkan oleh sarana prasarana yang belum memadai. Kesulitan lain yang dihadapi adalah dalam subtitusi nilai moral pada KI I, budaya membaca, dan budaya meneliti. Walau begitu sudah ada guru yang berusaha menjalankan ketiga hal yang menjadi ke-khas-an dari kurikulum 2013 tersebut dengan baik.
B. Saran Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan konsep kurikulum 2013, khususnya pada mata pelajaran Fisika, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah a. Lebih meningkatkan sosialisasi tentang kurikulum 2013 kepada seluruh sekolah ataupun guru di Indonesia, jika memang kurikulum 2013 ini akan dijadikan kurikulum yang berlaku di tahun-tahun kedepan. b. Pemerintah diharapkan dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan sesuai dengan kurikulum 2013, khususnya lulusan guru Fisika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
c. Diharapkan pemerintah dapat menyediakan fasilitas pembelajaran seperti kebutuhan yang mendukung berupa buku pelajaran dan perangkat percobaan yang dirasa masih kurang.
2. Bagi SMA di Kabupaten Mimika yang melaksanakan Kurikulum 2013. a. Pihak sekolah secara berkala dan kontinu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh masing-masing guru pada tiap matapelajaran. b. Sekolah perlu menambah sarana dan prasarana pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan media pembelajaran dan buku reverensi penunjang pembelajaran. 3. Bagi Guru a. Guru hendaknya lebih inovatif dalam mencari sumber belajar, guru dan peserta didik dapat memanfaatkan sumber pembelajaran dari perkembangan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. b. Guru hendaknya tidak hanya bergantung pada media pembelajaran yang tersedia, guru dapat membuat media sederhana untuk membantu pembelajaran misalnya bagan atau peta konsep. c. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi hendaknya dilakukan dengan bergantian disesuaikan dengan konsep/pokok bahasan yang dipelajarai, hal ini untuk menghindari kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
d. Pentingnya kesediaan guru untuk siap belajar lebih dalam mengenai pembelajaran Fisika dan kemajuan teknologi yang menjadi unsur penting dalam kurikulum 2013. e. Guru hendaknya lebih inovatif dalam kiat menumbuhkan budaya baik kepada peserta didik. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Sebaiknya pedoman wawancara menampakan secara jelas aspek-aspek
penting dalam kurikulum 2013, terutama 4 Kompetensi Inti dan metode Saintifik. b. Dapat menggunakan 2 atau lebih teknik pengambilan data dalam penelitian,
sehingga diperoleh data yang kuat. c. Wawancara dilakukan setelah siap dan dalam suasana yang lebih kondusif. d. Sebaiknya dilakukan beberapa kali wawancara dalam pengambilan data. e. Wawancara dapat dilakukan kepada guru yang mengampu matapelajaran
yang berbeda. f. Melakukan pembatasan topik yang jelas agar pembahasan dan hasil lebih runcing/mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Dikjen Pendidikan Menengah. 2013. Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta. Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis Pembelajaran Tuntas Remedial. Jakarta John P. Miller, J.P. & Seller, W. 1985. Curriculum Perspective and Practice. Longman. Inc. Kemendikbud. 2013. Kompetensi Dasar SMA. Jakarta. Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan guru; Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta. Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Rosde. Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis. Interes Media. Bandung: Intere Media. Modul Pendidikan dan Latihan Kurikulum 2013 untuk Guru. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu. Trowbridge, L.W. & R.W. Bybee.1990. Becoming a Secondary School Science Teacher (5th ed). Columbus: Merrill Publishing Company.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN I SURAT PERMOHONAN IJIN DARI UNIVERSITAS
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN II SURAT PERNYATAAN DARI SEKOLAH
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN III TRANSKRIP WAWANCARA
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Transkrip Wawancara I (Guru 1) Sekolah
: SMA YPPK Tiga Raja, Timika
Tanggal
:17 Februari 2016
Jam
: 11:23 WIT – 11:48 WIT
Durasi
: sekitar 33 menit
Lokasi
: Lab Komputer SMA YPPK Tiga Raja
Kondisi
: Hening
Jumlah Orang : 2 orang
Pewawancara: Selamat siang mam, terima kaih atas kesediaannya untuk diwawancara. Saya adalah mahasiswi dari Universitas Sanata Dhama, Pendidikan Fisika; Maria Agattha Ayang Puspitaningrum Pramana. Guru 1 : Saya Maslan L. Gaol dari SMA YPPK Tiga Raja di sini sejak tahun 2010. Berarti sudah 6 tahun ya. P
: Saya ingin bertanya seputar implementasi Kurikulum 2013 (K13), bagaimana dijalankan di Sekolah ini. Nah, menurut mam, bagaimana sih K13 itu?
G1
: Kurikulum 2013 di SMA Tiga Raja sudah mulai dari tahun 2013. 2013/2014, 2014/2015, 2015/2016. Kalau Kurikulum 2013 sih, sudah bisa berjalan sih. Walau belum bisa berjalan sebelumnya. Nah itu karena sarana prasarananya. Bukunya yang belum ada. Belum semua buku cetak punya yang kurikulum 2013. Jadi masalahnya itu di sarana prasarana. Cuma sudah dilakukan.
P
: Kurikulum 2013 sendiri apa istimewanya mam?
G1
: Kan sebelumnya kan K06 ya, KTSP ya. Bedanya itu yang sekarang berpusat ke siswanya sedangkan K06 juga sudah berpusat ke siswanya Cuma yang sekarang kurikulum 2013 lebih banyak kdominan ke siswanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
daripada ke Gurunya. Kalo KTSP kan ke Guru dulu. Nah kalu tentang media pembelajaran, dulu kalo KTSP kan itu kalo TI masuk mata pelajaran TIK lago kalau k13 tapi sudah masuk dalam media pembelajaran. Terus masalah pendekatannya juga sekarang, kalau dulu pendekatannya metode pembelajarannya hanya elaborasi, kolaborasi, eksplorasi. Nah kalo sekarang udah Saintifik. Jadi udah ada langkah-langkahnya di kita. Jadi implementasinya kurikulum 2013 udah bisa dilakukan sih. Untuk perbedaannya K13 sama KTSP yang paling menonol apalagi penilaiannya. Kalau dulu kan KTSP hanya banyak penilaiannya saja. Nah, kalau sekarang kebalikkannya.
Kurikulum
2013
itu
mulai
dari
sikapnya
dulu,
keterampilannya, nah terakhir baru pegetahuannya. Jadi lebih bagus K13 karena lebih menili karakter siswa. P
: Kalau kurikulum 2013 sendiri khususnya di daerah sini khususnya di SMA YPPK Tiga Raja apa bisa berjalan dengan baik mam?
G1
: Berjalan sih berjalan dengan baik, Cuma ya itu tadi sarprasnya itu yang kurang. Jadi sekarang itu karna ga ada buku K13nya semua, Guru-guru lebih kreatif untuk mencari dari internet.
P
: Tentang K13 kan disokog oleh KI-KI (Kompetensi Inti) yang harus dimiliki oleh siswa kan mam, dari keempat KI yang ada, menurut mam, mana yang paling susah dijalankan?
G1
: Susah sih, dari KI 1 sampai KI 4 yang paling susah KI 4 ya. Karena itu proses keterampilan. Dan keterampilannya itu membutuhkan ke ini, kembali ke sarprasnya lagi. Apalagi di sini, di Sekolah kita ini kan siswanya kalo kita tuntut juga siswanya untuk membei alat praktikum, mereka akan susah di situ, dananya. Karena itu punya Sekolah itu siswanya ya menengah ke bawah. Kalo KI 1, KI 2, KI 3 sih masih bisa dilakukan.
P
: Berarti itu maksudnya mam keterampilan, keterampilan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
G1
: Dalam hal praktikum. Kalo tidak membutuhkan praktikum ya mereka bisa melaksanakan. Kalau praktikumnya sederhana ya kita bisa pakai alat di Lab. Seadanya saja. Tapi kalo misalnya kalo yang dituntut dari K13 sepenuhnya yang seperti itu ga bisa kita lakukan.
P
: Lalu untuk mengejar itu? Kan harus tetap ada bahan untu menilai keterampilan kan mam?
G1
: Jadi keterampilan itu keterampilan yang sarprasnya ada dan yang siswanya bisa lakukan. Jadi kalau ga bisa dicapai mudah-mudahan taun depannya sarprasnya udah bisa oke-oke. Karna kita masih awal-awal ya. Masih permulaan untuk K13.
A
: Kalau untuk 3 KI lainnya kan tadi bisa dicapai ya mam ya. Itu bagaimana cara mam mencapainya? Yang ini sebaiknya dinilai seperti ini, dan lainlain.
G1
: Kalo penilaiannya, itu kan dalam proses. Ketika kita mengajar, Gurunya ada trik sendiri untuk meneliti siswanya. Mulai dari masuk, K1 itu sudah bisa kita nilai, bagaimana prosesnya dari awalnya. Misalnya ketika kita memulai pelajaran ya, bagaimana siswa sudah bisa langsung berdoa, itu sudah KI 1.Bagaimana moralnya kita lihat dalam berteman, berkelompok, kita sudah bisa menilai moralnya dia. Jadi kita buat rubrik aja, rubrik penilaian. Kita bisa menilai siswanya satu per satu bagaimana mereka punya sikapnya. Jadi dari setiap prosesnya, mulai dari awal sikapnya, kita bisa melihat bagaimana awal sampai proses pembelajaran sampai akhirnya, kita bisa melihat siswa. Jadi itu penilaiannya KI 1 sampai KI 3. Kalo KI 4, kadang bisa. Ya itu lagi, yang lebih susah KI 4 nya.
P
: Nah kalau Fisika kan sangat eksak sekali kan mam. Jadi apakah KI 1 bisa didukung lagi dengan Fisikanya? Atau sebenarnya itu adalah 2 bagian yang terpisah mam?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
G1
: E menurutnya mam sih tidak ya, kalau KI itu kan bagaimana kita bersyukur kepada Tuhan begitu, jadi didukung sama pelajaran Fisika juga. Nah, kita belajar Fisika itu juga kan tentang alam. Nah untuk sains. Jadi bagaimana kita menghubungkan semua alam ini, jadi kita bersyukur. Nah, Tuhan yang menciptakan segala sesuatunya begitu. Jadi bagaimana siswa itu e mendalami dalam dirinya bahwa walaupun sebagus-bagusnya alat-alat praktikum dengan apa yang kita pelajari sekarang. Awalya harus bersyukur kepada Tuhan. Nah itu pasti ada hubungan, ada kaitannya. Biar siswanya kembali pada akhirnya adalah Tuhan begitu. Nah jadi KI bisa terpenuhi.
P
: Jadi dihubungkan apa yang dipelajari di Fisika dengan keTuhanan begitu ya mam ya.
G1
: Iya..
P
: Oh ya mam, tentang budaya menbaca. Kalau tadi kan mam sudah sempat menyebutkan bahwa mata pelajaran seperti TIK sudah disubtitusikan ke dalam mata pelajaran lain. Nah apa itu mendukung budaya membaca dan meneliti? Atau apakah di sini sudah punya budaya itu sendiri?
G1
: Ya kalo di Tiga Raja emang budaya bacanya itu masih tahap belajar semua siswanya. E sekarang kalo kita lihat frekuensinya di perpustakaan, frekuensinya kalo ibu lihat makin bertambah ya. Makin bertambah siswa yang mask di Perpus. E terus kalo misalnya internet kalo sekarang dengan adanya internet, media pembelajaran untuk TIK mereka lebih banyak membuka internet. Ya mudah-mudahan ketika mereka kita kasih soal dan kita kasih materi dan kita suruh searching di internetnya ya mereka ada niat untuk membacanya. Jadi kita lebih sekarang itu buat mereka bagaimana menggunakan media yang ada. Seperti kan kalo di Tiga Raja kan sudah ada wifinya, ada Labnya juga. Nah, mereka bagaimana membuat hal yang positif ya. Jadi mereka menggunakan wifi yang ada untuk serius belajar, untuk membaca. Ya mudah-mudahan itu membuat nilai membacanya itu, budaya untuk membacanya itu makin ada. Dan saya lihat sih siswa banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
ya. Ya misalnya wifi kita kan ada di kantor, ada di Lab, mereka ada mau cari tugas gitu ada banyak yang mau ke kantor atau ke Lab begitu. P
: Kalau misalnya ibu sendiri, kalau menyarankan gitu. E seperti, ibu pernah menyarankan siswa untuk misalnya kasih tugas “oh kalian nanti cari saja di internet ini”?
G1
: Oh iya, baru kalo di kita punya Sekolah ini di SMA Tiga Raja sudah punya web ya. Nah dulu kita kan memberikan tugas atau PR kan ke siswa kayak lewat lisan gitu, ya tertulis. Nah sekarang sudah lewat internet. Jadi kita memberikan soal gitu lewat web Sekolah. Adi sekalian mereka belajar tentang ujian nasional berbasis komputer. Nah kita juga sudah biasakan siswa untuk ujian online. Jadi kita memberikan soal lewat web Sekolah, jadi mereka bisa mengerjakannya di rumah.
P
: Oh jadi bisa di-cek sendiri sama siswa?
G1
: Hu’um. Jadi misalnya Gurunya tidak datang juga ke Sekolah, tetap bisa memberikan soalnya. Misalnya kan Gurunya sakit atau ijin ya, jadi bisa kasih pelajarannya lewat intenet. Jadi bagus juga web Sekolah itu bisa jadi media pembelajarannya.
P
: Kalo bekerja lewat internet gitu apakah ibu memilih untuk membatasi, maksudnya seoerti ibu menyarankan kepada siswa, “untuk tugas yang ini kalian bisa cari di alamat ini”? atau ibu memilih untuk bebas “kalian bebas mencari sumber dari manapun”?
G1
: Kalau soal materi sih, yang penting meraka materinya seputar Fisika. Mereka mo cari di yang .... kan kalo sekarang pelajarannya banyak ya yang masukan materi di internet juga. Lebih bagus semua yang dibuka, biar materinya, wawasannya lebih banyak. Jadi ga fokus satu. Misalnya ya kita kasih satu materi. Mau siapapun yang masukkan materi itu misalnya ke internet ya mereka bisa buka. Jadi ga hanya satu. Jadi mereka bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
membandingkan to, “materi ini yang dibuat ini, oh ya begini”. Dia bisa dibandingkan. P
: Jadi setiap informasi dipertimbangkan ya bu?
G1
: Iya..
P
: kalau itu kan tadi tentang TIK nya bu, kalau dalam keseharian mengajar bagaimana? Apa ada trik khusus dari ibu? Biar mereka punya budaya mencari atau meneliti?
G1
: Hu’um. Kalau Kurikulum 2013 itu kan sudah Saintifik ya. Kalau pedekatan saintifik itu kan pertama mengamati. Nah, biar bagaimana jiwa mereka bisa mau belajar untuk selanjutnya, nah pasti Gurunya punya trik sendiri. Kalau belajar Fisika ya misalnya belajar pengukuran. Misalnya nih kan kita sudah bawa jangka sorong, mikrometer skrup, penggaris. Nah ketika kita bawa itu dan mereka melihat, sudah mulai itu dari hatinya mereka sudah penasaran. Dari pengamatan itu, misalnya kita kasih gambar, mereka sudah mulai timbul pertanyaan-pertanyaan begitu. Nah nanti itu setelah pengamatan mereka kan kemudian akan mencari informasi. “Oh itu apa?”, “namanya apa?”, “cara makeknya bagaimana?”, “apa sih yang bisa diukur?” misalnya begitu.
P
: Berarti ibu lebih sering memakai metode demonstrasi bu?
G1
: Ya, ada metode-metode demonstrasi, kalo Fisika sih kebanyakkannya metode demonstrasi eksperimen. Jadi siswanya mencoba. Ya mudahmudahan kedepannya bisa dilakukan lebih bagus lagi. Dan lebih banyak media yang ada, soalnya yag terbatas uga medianya ya jadi kendala juga. Tapi sekarang ini dengan adanya inernet yang sekarang, kita tinggal suruh carai gambar yang seperti ini, mereka bisa lihat begitu.
P
: Jadi paling tidak sudah ada bibit jiwa-jiwa meneliti begitu ya ibu ya. Didukung sama fisikanya. Nah menurut ibu kalau kita melihat secara luas di kehidupan siswa. Apakah itu juga tertanam di keseharian anak-anak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Apakah setelah itu mereka juga memandang segala seuatu dengan cara seperti itu? G1
: Kalau saya lihat sih berkembang ya.. anak-anaknya e seperti yang tahun lalu, dengan metode yang sudah ada sekarang ini ya jiwa menelitinya makin ini (mengacungkan jempol). Dengan adanya pendekatan saintifik di kurikulum 2013 mereka membuat karya ilmiahnya itu makin giat. Nah, dalam beberapa tahun lalu, sama dua tahun berturut-turut ini mereka ikut karya ilmiah dengan keterampilan yang tadi yah. Sampe mereka mengikuti yang namanya Karya Ilmiah Tingkat Kabupaten, dan ya Puji Tuhan mereka dapat juara. Ya itu berarti ada manfaatnya buat mereka biar menggali ya. Jadi bukan Cuma di dunia Sekolah saja bisa mereka lakukan. Tapi di dunia luar juga mereka sudah bisa lakukan. Begitu.
P
: Baik, kembali ke teknologi mam. Tadi kan sudah sempat disinggung, nah kalau di SMA Tiga Raja sendiri sudah punya sarana yang mendukung? Misalnya viewer, dll
G1
: Kalau di kelas sih nggak. Cuma di lab yang ada, sama di kantor. Kalau di kelas sih tidak. kalo kita di kelas tidak ada jaringa internetnya, belum sampai ya. Ya mudah-mudahan kita kan lagi ada pembangunan. Lagi pembangunan ini. Mudah-mudahan tahun depannya makin apa yang diharapkan di K13 bisa dilakukan begitu.
P
: Kalau ibu sendiri memandang bahwa sarana seperti demikian butuh atau tidak?
G1
: Butuh. Sangat butuh. Tadi bisa diakali juga. Kalo misalnya kita, selama ini kan kita punya infokus ya. Dan Guru-guru juga kan punya, sudah punya laptop sendiri, punya modem sendiri. Jadi kita punya paket data sendiri Gurunya. Puji Tuhan Sekolah memfasiltasi, semua Guru sudah punya tablet, punya ini juga, punya laptop masing-masing ya, begitu. Jadi untuk pembelajaran tertentu siswa diperbolehkan ini ya, bawa laptop untuk mencari informasi. Tapi yang penting itu dia, kembali ke aturan Sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Kalo misalnya untuk pelajaran tertentu bisa dibuka untuk melihat pelajaran. Kalo udah seesai baru dikembalikan lagi ke ruang piket. Karena kadangkadang ya taulah anak remaja, disalah-gunakan. P
: Berarti dikembalikan di ruang piket? Disimpannya di ruang piket?
G1
: Iya di ruang piket. Nah jadi pada saat pelajaran baru merka ambil.
P
: Ibu sering menggunakan metode seperti demikian kalau di kelas?
G1
: Iya jadi kalau misalnya di kelas yang kita sudah ada, Puji Tuhan sudah ada juga tabletnya, kita sekarang kalau cari materi walau bukunya ga ada ya yang K13, kita tinggal cari di internet saja.
P
: Nah itu kan pasti sudah direncanakan ya Bu, hari ini mau metode apa, besok mau metode apa ada dan seterusnya. Apakah dari apa yang ibu susun itu sudah sesuai dengan apa yang diinginkan ibu?
G1
: E berjalan ya berjalan sih. Tapi ya kalau 100% berjalannya seperti apa yang kita inginkan begitu ya tidak. karena kembali lagi ke siswa yang ada di Papua ini to. Khususnya yang ada di Tiga Raja ini. Siswa yang masuk, pengetahuannya ya itu, ga seperti yang di K13 yang dimaksudkannya. Yang “wah” begitu. Jadi yang datang, “income”nya yang masuk iu ya kemampuan dasarnya masih sangat rendah. Jadi kita sesuaikan dengan kondisi siswanya.
P
: Menurut ibu apakah K13 sudah cocok dengan kondisi dan karakter siswa yang ada di sini bu?
G1
: Menurutnya mau sih. kalo kurikulum 2013 sih cocok-cocok saja di sini. Apalagi kondisi di Timika ini yang karakter siswanya, orang di sini ini ya tidak bisa diatur begitu. Jadi misalnya penilaian yang pertama di K13 ini adalah sikap atau karakter dari siswa, mereka kan pasti kalo kita tekankan, apalagi kalau di K13 to, “tidak boleh nilai C, cuma A, itupun kalo B cuma 1” mereka pada udah takut. Jadi K13 ini membuat mereka semakin disiplin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
karakternya makin baik. Ya kita lihat karakter atau perkembangan siswanya begitu. Ya bagus sih kalo kita lihat. P
: Kurikulum 2013 menekan karakter yang “tidak baik” atau memunculkan yang baru mam?
G1
: Kalau K13 itu sih leih kepada mengarahkan siswa jadi lebih baik. Artinya karakter-karakter yang buruk itu bisa diredam.
P
: maksudnya karakter yang kurang baik itu seperti apa bu?
G1
: Misalnya, anak-anaknya kan malas. Siswanya yang malas, siswanya yang suka terlambat, yang kurang disiplin dalam mengerjakan tugas tu yang terutama. Nah sekarang dengan adanya K13 itu penilaian yang utama adalah sikap. Nah mereka kan juga ke Sekolah kan makin ontime. Lebih ini to, disiplin dalam waktu, disiplin dalam mengerjakan tugasnya. Jadi istilahnya mendorong mereka jadi makin baik begitu.
P
: Nah dalam menilai. Tadi kan ibu sudah sempat bercerita, jadi kayak misalnya sikap dari awal kan sudah kelihatan ya dari awal mereka masuk kelas, sikapnya seperti apa. Tapi kalau dalam penilaian sendiri. Nilainya. Pemberian nilainya dia masuk kategori anak yang bagaimana itu gimana Bu?
G1
: Oh, kalau misalnya penilaian sikap ya.. kita kan tiap harinya sudah membuat catatan sendiri dengan siswa yang ini. Jadi kita bisa menilai sikapnya. Apalagi kalo raport sekarang ya. Raport K13, sikapnya, keterampilannya, pengetahuannya dideskripsikan. Jadi dia kurangnya di mana, bagusnya di mana, nanti Guru setiap mata pelajaran menguraikan. Jadi tiap kita masuk di dalam kelas dalam proses pembelajaran, kita menilai sikapnya anak. Nah nanti kita ambil proses penilaian untuk raport. Nilai raportnya ya rerata dari setiap pertemuan. Kita ambil untuk penilaian.
P
: Berarti ibu punya catatan untuk setiap siswa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
G1
: Ya pastikan Guru punya kelemahan tersendiri. Guru 1 dengan siswa yang 40 misalnya. Pasti kewalahan Gurunya menilai satu per satu begitu. Jadi kita lihat, setiap kita keluar dari kelas atau apa saat kita di kelas, kita mengecek. “oh iya ini siswanya yang paling bagus, ini yang tidak” begitu. Jadi kita ya sudah, setiap pertemuan kita sudah cek. Kita bisa melihat siswanya ini dari setiap pertemuan begitu.
P
: Jadi dilihat hari itu siapa yang paling ekstrem begitu?
G1
: Hu’um, jadi kita lihat siapa yang paling baik dan tidaknya begitu.
P
: Nah itu kan buat menilai sikap Bu, kalau yang 2 lainnya?
G1
:
Kalau
keterampilan
sih
bisa
dilihat
kalau
kita
praktikum.
Keterampilannyabagaimana, kita bisa lihat juga kalau pada saat mereka kerjasamanya
bagaimana
dalam
melakukan
praktikum.
Dari
pengetahuannya sih dari sehari-hari yang kita lihat. Dari bagaimana keaktifannya bertanya dan menjawab begitu. Dan kalau untuk pengetahuan di sini kan ada dari ulangan-ulangan hariannya juga. Ada postest dan pretest juga, terus ada ujian mid semesternya. Dari semuanya itu kita kumpulkan nilainya baru kita masukan nilai untuk pengetahuan begitu. P
: Kalau pengetahuan/kognitifnya tadi mam, bagaimana mam memilih metode ealuasi mereka?
G1
: Kalau mam, mengajarnya itu, setiap masuk materi misalnya KD itu untuk pengukuran, kita sudah kasih pretest karena mereka kan sudah dapat materinya di SMP misalnya, jadi ya kita kasih pretest, sampe terakhir kasih postestnya. Jadi kita lihat sejauh mana kita dapat, dan setiap KD kita menilainya. Setiap KD selesai kita pasti ulangan harian. Jadi setiap 1 KD, ulangan harian, setiap 1 KD ulangan harian begitu. Jadi dalam tiap semester itu mungkin ada 4 ulangan harian. Berarti 2 KD itu nanti sesuadah mid dan 2 KD lagi udah ulangan semester. Jadi per KD dia ulangan harian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
P
: Nah kalau misalnya kemudia ada yang di bawah standart, ada yang di bawah KKM itu bagaimana cara mengatasinya?
G1
: Kalau misalnya ada yang di bawah KKM, di bawah standart, itu kita kasih remedial. Jadi ada, Sekolah ada kasih waktu remedial itu anak-anak yang di bawah KKM. Ya dikasih waktu seminggu biasanya. Jadi anak yang remedial ketemu sama Gurunya. Jadi misalnyanya mam mengajar Fisika, ada beberapa yang di bawah KKM, dikasih waktu buat remedial. Jadi kita kasih waktu khusus biasanya 1 minggu.
P
: Kalau proses remedialnya mam sendiri bagaimana?
G1
: Aa kita kan lihat nilainya kan per KD-KD ya, jadi yang mereka ulangi lagi itu adalah yang KD yang nilainya kurang. Seperti itu. Bukan semuanya lagi diulangi. Tapi yang kurang aja, itu yang dikasih remedial. Jadi yang dikasih itu ya perorang beda. Bukan secara klasikal begitu. Jadi setiap orang itu beda yang dikasih itunya. Tapi tetap tulisan ujiannya.
P
: Bagaimana perlakuan untuk mereka yang sudah lulus atau nilainya sudah di atas KKM?
G1
: Kalau dari Sekolah ada pengayaan. Kan yang sudah di atas KKM nilainya kita bisa lanjut ke materi selanjutnya, ke KD selanjutnya begitu.
P
: Kan biasanya ada pengajaran teman sejawat begitu nah bagaimana menurut mam tentang itu? Apa bisa diterapkan di sini?
G1
: Sangat baik dan sangat bagus ya. Misalnya mam begitu, kalo lagi mengajar di kelas, kadang kan ga semua siswa dapat ya, ga semua siswa mengerti. Nah kadang kalo temannya yang jadi tutor sebaya misalnya mereka yang sudah bisa, lumayan mengerti begitu, ya jadi lebih paham kalau ibu suruh maju ke depan atau istilahnya mengajari temannya. Lebih bisa mengerti mungkin karna bisa bahasa temannya, mereka oke begitu. Jadi mam ya sangat setuju kalo misalnyam amat mendukung ya kalau ada gitu. Teman sebaya yang mengajar gitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
P
: Kalau mam bagaimana? Dalam pembelajaran apakah mendukung atau dalam artian bilang “kamu tolong jadi ini ya, diajari dulu dia..”
G1
: Iya, dan biasanya seperti itu. Kan kadang kan Guru ga bisa kan liat semuanya ya. Jadi ya ada yang tadi, lebih paham, pasti kita suruh itu “coba lihat temanmu”. Misalnya juga kita ga kumpulkan yang pintar dengan yang pintar. Pasti kita baurkan. Jadi yang agak lumayan, yang lebih mengerti, yang lebih pintarnya kita gabungkan dengan yang lebih ini, yang kurang. Jadi mereka lebih menjadi tutor buat yang lainnya. Jadi ibu memang sangat mengharapkan yang kayak gitu.
P
: Nah Ibu, pertanyaan terakhir. Kan akhirnya SMA YPPK Tiga Raja ini memilih untuk tetap mempertahankan K13 ketimbang balik ke KTSP. Apakah Ibu, hm atau bagaimana pandangan Ibu tentang itu? Apakah sebenarnya pengennya balik saja atau justru sangat mendukung?
G1
: Kalau Ibu sih mendukung terus dijalankan K13. Penilaiannya yang sangat bagus menurut Ibu. Ibu mengutamakan sikap ya. Cuma 1, sarprasnya yang harus dilengkapi lagi. Kalau didukung ya, harus didukung. Jangan mundur gitu. Kita sudah 3 tahun kurikulum 2013 ya kita lanjutkan. Jangan pernah mundur dan kembali ke KTSP. Banyak Sekolah lain yang kembali ke KTSP, ya kita jangan. Karena kurikulum 2013 ini bagus kalau diterapkan secara maksimal.
Bagus
perkembangan
siswanya.
Baik
untuk
mengali
keterampilan Gurunya juga jadi bagus. P
: Oke, kalau begitu terima kasih Ibu, Sekian wawancara kita. Semoga tambah baik lagi.
G1
: Okee sama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Transkrip Wawancara II (Guru 2)
Sekolah
: SMA Negeri 1 Mimika Timur
Tanggal
: 18 Februari 2016
Jam
: 10:03 WIT - 10:33 WIT
Durasi
: sekitar 30 menit 4 detik
Lokasi
: Ruang Guru SMAN 1 Mimika Timur
Kondisi
: Riuh
Jumlah Orang : sekitar 20 orang
Pewawancara : Baik, selamat pagi Pak. Terima kasih atas kesempatan dan berkenannya Bapak untuk diwawancarai. Saya Maria Agatha Ayang dari Universitas Sanata Dharma, program studi Pendidikan Fisika. Sebelumnya, maaf ini dengan Bapak? Guru 2 : Boi dari SMA Negeri 1 Timika. P
: Oh ya Pak, di sini bahan yang ingin saya teliti adalah Implementasi Kurikulum
2013
dalam
proses
pembelajaran.
Jadi
bagaimana
implementasinya di kelas. Oke, sebelumnya saya ingin tau, menurut Bapak bagaimana sih kurikulum 2013 itu? Mungkin kalau dari keunggulannya dibanding kurikulum sebelumnya, atau apa yang Bapak tangkap dari kurikulum 2013 ini? G2
: e yang jelas kalau saya lihat dari kondisi, apalagi Sekolah yang sekarang ii dan mungkin di seluruh Indonesia, dengan fasilitas yang ada, masih sangat susah untuk K13. Kenapa? Karena kan tuntutan dari K13 itu. Kendalanya lagi paling banyak dipenilaiannya itu. Penilaiannya sangat banyak. Terus, jadi sangat tidak berhubungan. Artinya bertolakbelakang dengan harapan. Harapan yang diharapkan di kelas dengan tuntutan kurikulum. Kenapa saya katakan begitu? Karena kan K13 itu mengharuskan penilaiannya sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
banyak. Hars kita mengenal karakter anak. Ya ini kan K13 itu orientasinya pendidikan karakter. Sementara di banyak Sekolah itu harus mengajar banyak siswa. Seperti saya ini mengajar 4 kelas. Dengan jumlah siswa sekitar 40 orang per kelas. Nah, jadi kendala itu pendidikan karakter ini. Jadi ini memang sudah sangat bagus membuat anak lebih memahami pembelajaran yang sebenarnya karena orientasinya ke anak. Tapi dengan fasilitas yang ada, dan yang kedua, seperti yang kita tau, terus terang kemampuan dari anak didik kami ini ya.. saya tidak bilang di bawah ratarata, tapi memang kalau SDMnya kita masih banyak kendala. Kenapa? Tanpa dibimbing langsung dalam misalnya penyelesaian soal, penggunaan rumus. Kalau kita ga bimbing langsung, ga akan selesai-selesai. P
: jadi K13 masih sulit diterapkan di sini Pak?
G2
: menurut saya masih banyak, e masih ada kendalalah. Masih ada kendala tentang fasilitas. Kemudian e basic kemampuan anak kami sih. Artinya masih membutuhkan bimbingan langsung. Sementara K13 kan memuat anak menerjemahkan sendiri.
P
: Jadi menurut apa apa sih intisari dari Kurikulum 2013? Apa yang ingin ditonjolkan di sana?
G2
: Kalau saya lihat K13 itu karakter sebenarnya. Pendidikan karakter. E sistem yang ada ini memang sangat bertolakbelakang dengan keadaan. Tuntutan di anak-anak itu kan e masalahnya begini. Pendidikan ini pendidikan karakter. Anak misalnya dituntut harus punya icon sendiri. Jadi, tapi secara umum kurikulum di Indonesia itu sangat, saya maih bingung apa sih tujuan kurikulum ini. Artinya begini, bingungnya itu, bayangkan sekarang kalau orang misalkan mau masuk suatu jurusan. E ada anak misalkan mau masuk pendeta lah. Dia mau masuk pendeta setelah dia lulus SMA. Kalau dia tidak lulus fisika kan dia tidak lulus semua. Kalau dia tidak lulus kimia, ga lulus juga. Ga lulus biologi, ga lulus juga. Apakah mau jadi pendeta itu memang harus memahami kimia? Kan ga relevan. Jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
kemudian, okelah di daerah sekarang ini ada Sekolah teologia yang minta. Kemudian yang penilaiannya itu, kedalanya di sosialisasi yang kurang. Apalagi di daerah seperti ini kan e baru di Sekolah ini masih mendinglah, masih ada kegiatan. Beberapa kali diundang ke luar. Meskipun yang diundang hanya beberapa orang, tapi masih mendinglah masih ada. Masih sedikit lebih mudah untuk memahami K13. Tapi kalau saya lihat temanteman lain di Sekolah yang lain, yang tidak pernah dipanggil dan tidak pernah pelatihan, hanya “oh ini ya K13?”. Jadi kalau kami udah upayakan. Walaupun masih banyak kendala dalam penerapan di kelas. Tapi memang kalau K13 itu kalau lihat hasilnya ke siswa, tapi mau tidak mau masih ada sesi-sesi yang perlu kami lakukan untuk membimbing anak-anak, terutama untuk bidang-bidang yang eksak seperti kimia, fisika, metematika, masih seperti itu. P
: Kalau melihat kondisi yang seperti demikian, Bapak sendiri bagaimana menerapkan Kurikulum 2013 di dalam kelas?
G2
: kalau saya tetap berpikir saya mengajar buat anak, untuk masa depan anak, unutk kemudian anak ini mau jadi seperti apa. Begini, jadi sekarang ini, dengan sistem pendidikan yang seperti ini, kita bingung. Misalkan anak ini mau jadi seorang polisi saja, misalkan bintara itu kan harus 6,0. Akademi itu harus 7,0. Kita ajarkan pendidikan karakter di Sekolah, tanpa kita lihat konitifnya. Nanti ujian nasional, dia selesai sudah. Nanti kalau UN nilainya ga bagus, ga bisa masuk polisi juga. Nilai UN ga sampai 6,0 ga bisa masuk bintara polisi, ga bisa masuk bintara TNI. Jadi dia mau jadi apa? Jadi tujuan kita, apalagi kalau kita di kelas 12 seperti ini, tujuan akhirnya bagaimana dia bisa menjawab soal UN nanti dan nilainya baik. Supaya ketika dia lulus dari SMA, mau dia jadi bntara polisi atau tentarabisa. Kalau tidak seperti yang kemarin itu kan, yang anak-anak di bawah 6,0 ga bisa mendaftar.
P
: Nilai masih menjadi hal yang penting ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
G2
: Nilai tetap menjadi hal yang penting. Kalau seandainya pemerintah menginginkan pendidikan karakter, tapi tidak bisa jadi ukuran, implikasinya nanti, kelanjutannya nanti buat anak-anak yang jadi masalah. Ini yang jadi persoalan. Ketika anak-anak tidak mencapai nilai 7,0 rata-rata UN, maka dia tidak akan bisa mendaftar angkatan. Dia tidak akan bisa mendaftar di IPDN. Kalau tidak mencapai rata-rata 7,0 untuk matapelajaran UN. Sedangkan di UN ga ada pertanyaan karakter. Yang ada pertanyaan kognitif. Mau tidak mau sekarang ini kami hanya, e kami lebih fokus ke arah kan anak-anak itu bagaimana dia bisa menjawab soal.
P
: Berarti Bapak kan harus tetap menilai sesuai dengan KI-KI yang ada di K13 ya. Nah untuk yang pertama, menurut Bapak KI berapa yang paling sulit untuk ditekankan ke siswa.
G2
: e yang paling memang taulah ya karakter kan kalau di sini karakternya keras. Karakter anak to. Kemudian kalau yang saya lihat yang paling terutama kalau di kelas 12 ya kita fokus ke situ saja, bagaimana dia menjawab soal. Yang paling susah kalau di sini berarti kan kita kan tuntut anak kreatif, tapi kalau basicnya kurang, bagaimana saya mau ajarkan dia misalkan tekanan, kalau perkalian saja masih kendala, pembagian aja masih kendala. Iya kan? E mengelola pembagian pengurangan perkalian itu masih susah. Jadi memang sangat artinya ada kendala dari pengetahuan anak juga. Juga kan nanti di tujuan akhir harus memikirkan bagaimana kelanjutan Sekolahnya.
P
: Jadi yang sulit masih keterampilan karena sulit kognitif juga ya Pak?
G2
: termasuk kesulita. Kemudian kalau keterampilan, fasilitas di Sekolah ini kan secara umum kalau saya lihat, ketika saya pernah pertemuan di Jakarta, saya tanya ke bagian NTT, ya bagian timur lah kaya Ambon sana, kendalanya sama. Di Sekolah ini masih sangat minim yang namanya mendukung, e mendukung karakter. Jadi setiap Sekolah harus bikin keasi mau bikin kayak apa. Ya carilah yang sesederhana mungkin. Sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
miinimlah. Jadi seandainya pemerintah sudah melihat K13 ini harus dibarengi juga dengan penunjangan fasilitas yang ada. P
: Kalau Bapak sendiri di luar itu, kan KI kan
G2
: Moral.
P
: Nah Bapak sendiri di luartanggung jawab menilai sikap, Bagaimana trik Bapak untuk membangun itu (pada diri siswa)?
G2
: Kalau yang kita lakukan, senin kan sudah pasti. Setiap senin kan upacara. Pembinaan karakter juga. Kemudian kalau di sini kan sebelum pembelajaran itu harus diarahkan dulu anak-anak. Ya diperingatkan kalau misalnya ada yang bolos. Harus briefing ulang. Banyak kendala sikap itu selalu kita arahkan. Karena ini juga kan digunakan sebagai SMA model. Ini kan SMA 1 ini digunaka sebagai SMA model d i Indonesia dari 300 Sekolah yang dipilih. Jadi kami memang mengembangkan itu. Dan kami berusaha mengembangkan K13 itu. Tapi memang jadi kendala itu, fasilitas yang kurang mencukupi.. ini sedang diupayakan melengkapi fasilitas supaya ke depan e K13 ini bisa dilaksanakan sesuai tuntutan kurikum. Kalau sekarang kami bekerja masih dari 2 sisi. Karena e kemampuan anak tetap harus kami pertimbangkan. Kemudian yang kedua e seperti itu tadi, dengan kejadian tahun kemarin, nilai UN itu menjadi acuan. Maka tahun ini kami berusaha keras membuat bahwasannya pendidik, e proses pembelajaran bisa masuk. Karena kalau kami bicara karakter, tapi ketika nasional mengukur bukan karakternya, yang diukur kognitifnya kan ga fair juga. Ya okelah kalau memang kita diberi kepercayaan menilai anak ini mau seperti apa, tapi acuan pemerintah janganlah di Perguruan Tinggi. Okelah ga apa-apa, tapi kalau misalkan nilainya kurang? Ga dapat di Perguruan Tinggi Negri favorit misalkan. Tapi yang jadi persoalan kalau misalkan masuk bintara itu kan ukurannya 6,0. Jadi kami harus berusaha biar anak-anak ini bisa menjawab soal dulu. Kalau tidak tercapai kan baru dia mau jadi apa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
P
: Kalau di dalam kelas bagaimana Bapak mencapai KI-KI yang diinginkan? Mungkin bisa kaitannya dengan pelajaran Fisika.
G2
: Fisika mendukung nilai moral. Nilai kan memang agak rumit. Saya juga bingung dengan pemerintah tentang ini. Tapi mungkin mereka mungkin sudah mengkaji ya. Tapi memang saya lihat, agama kan sudah ditambah menjadi 3 jam. Bayangkan, agama itu 3 jam, PKn itu 2 jam, fisika hanya 4 jam. Padahal dia jurusan IPA. Jadi saya juga tidaktau pertimbangan yang lain. IPS itu kan ada matapelajaran wajibnya, sejarah. Sejarah itu kan 6 jam. Sejarah itu 6 jam di kelas IPS. Itu jurusannya. Yang lebih aneh lagi tahun ini, kami kan K13. Anak IPS kan sejarahnya matapelajaran wajib, tapi tidak di-UN-kan. Padahal selama ini kami ajarakan 6 jam, tapi tidak di-UN-kan. Alasannya kan sekarang kan ujian nasional itu kan irisan. Ujian itu irisan. Irisan antara kurikulum 2013 dan KTSP 2006. Jadi kan saya bilang ini memang agak, tidak tau pertimbangannya. Tapi kemudian saya berpikir kalau yang diajarkan sejarah tapi kemudian tidak terpakai, tidak terukur nani. Ini memang tidak tau kebijakannya seperti apa. Kita harap ada kajiankajian yang lebih mendalam dari kementrian juga, karena menyangku pembagian jam juga. Karena seperti kimia itu saya rasa sangat kurang ya. Sangat sangat kurang. Apalagi dihubungkan dengan kemampuan anak. Jadi kalau di sini karena saya ini kurikum, kelas X itu kan hanya 3 jam fisikanya. Ada celah untuk menambah jam, saya tambahkanlah fisikanya 1 jam, kimia 1 jam, jadi 4 jam. Artinya itu untuk sedikit menambah. Nanti kelas XII kalau kami mau tambah lagi, nanti jam pulangnya terlalu sore. Karena kan anakanak ada yang tempatnya jauh.
P
: Kalau untuk menilai kemampuan anak, biasanya Bapak bagaimana?
G2
: Kita buat praktek. Ada sih peralatan yang kita buat ada. Tapi itu jga kan sudah lama. Jadi apa yang ada kita gunakan. Kemudian keterampilan biasanya kita nilai dengan membuat makalah oleh anak-anak dan praktikum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
P
: metode yang paling sering Bapak gunakan di kelas?
G2
: kalau untuk Fisika yang paling sering itu diskusi. Diskusi dengan kasus.
P
: Lalu bagaiman dngan budaya membaca dan meneliti di sini Pak? Apa bisa dikembangkan dan relevan?
G2
: kita sudah sampaikan masalah itu, sudah kita canangkan tentang budaya membaca. Cuma yang jadi persoalan itu kan di K13 itu buku yang disarankan bukan buku matapelajaran. Hanya buku yang meningkatkan minat baca. Jadi hanya mengantisipasi. Kalau saya sendiri cara saya ya yang buat makalah. Kalau dia buat makalah sudah pasti dia harus cari sumber. Kan tidak mungkin ngarang. Budaya baca yang dicanangkan itu pengadaan perpustakaan. Tapi bukunya belum memadai, yaitu kaitannya dengan jenis buku belum kita lakukan. Yang kita lakukan masih pada matapelajaran masing-masing.
P
: Apakah Bapak membebaskan peserta didik dalam mencari sumber atau membatasi mereka?
G2
: kalau saya lebih bebaskan, hanya kemudian saya batasi. “Oke kamu pemanfaatan radioaktif”, “kamu ciri-ciri atom” misalnya. Jadi kita bagi, nanti setelah selesai, kita share. Jadi kelompok 1 bagi ke kelompok 2, begitu juga sebaliknya. Jadi informasinya kan bagus.
P
: Dengan K13 apakah Fisika punya sumbangsih dalam membangun karakter siswa? Atau menurut Bapak itu adalah 2 hal terpisah?
G2
: kalau saya lihat di fisika itu memang diharapkan bisa menghasilkanlah pembentukannya. Cuma saya lihat kalau pendidikan karakter yang dibuat di situ, sepertinya tidak terlalu nampak. Paling ya cara kita, kita jelaskan saja bahwa semua itu yang kamu gunakan apa yang ada di sana, proses secara alamiah, merupakan proses, dari secara fisikanya, itu harus disyukuri. Jadi di setiap pembelajaran itu sudah kita sampaikan, karakter anak harus ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
Berturut-turut itu sampaikan bahwa bukan hanya belajar materi tapi ada sikapnya anak-anak. Sulit memang sulit. P
: kalau penggunaan TIK. Sekolah pasti kan sudah mengguakan TIK, apalagi jaman sekarang kan Guru juga sudah punya laptop dll. Kalau Bapak sendiri apakah juga gemar dengan itu?
G2
: E kalau saya sering gunakan infokus. Karena kita kan sudah punya 12 kelas yang dilengkapi infokus. Jadi biasanya kita share siapa yang hari ini mau pakai infokus. Kita bisa share materi atau video. Ya kita biasanya pindahpindah kelas, jadi biasanya kita minta tolong, “eh tolong pindahkah, pindah kelas sebelah dulu”. Persoalan ya memang sekarang di pemeliharaannya sangat terbatas. Kemudian pegadaan tidak berlanjut. Kami kan keasnya ada 38. Kemarin ini yang sempat ada baru 12. Jadi 38 rombongan belajar, yang pakai infokus cuma 12. Ya ini yang sekarang kita proritaskan kelas XII. Disediain juga di lab komputer. Jadi siapa mau pakai ya kita ada. Ambil di sana, bawa ke kelas, pasang, baru pake.
P
: ada yang portable
G2
: Iya.
P
: Penggunaan media-media tersebut sangat mendukung pembelajaran Bapak?
G2
: Bisa sih. Bisa tanpa itu. Tapi kalau saya ya sangat mendukug. Kemudian dengan proses menampilkan video, anak-anak kan jadi tertarik. Jadi dia suka. Kalau saya, saya tampilkan video lucu-lucu. Segar. Saya pikir sangat bagus ya. Dengan power point. Rumus-rumus kan kalau kita tulis kan lama. Dan saya biasakan itu. Kalau ada materi, kalau bisa di-power-point-kan. Atau dalam bentuk video. Selalu bisa lewat.
P
: Apa saja program atau aplikasi yang mendukung pembelajaran Bapak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
G2
: Kadang aplikasi apa, crocodile. Ada aplikasi khusus fisika yangbisa buat rangkaian listrik itu jga ada aplikasinya.
P
: lalu bagaimana dengan administrasi dalam Kurikulum 2013 Pak?
G2
: terlalu rumit. Dengan keadaan ini terlalu rumitlah. Penilaiannya terutama saya lihat. Akhirnya kalau Guru mengajarnya banyak. Ini Sekolahnya besar. Bayangkan Guru mengajar di 12 kelas, padahal hanya 2 jam. Di luar fisika misalnya, Guru yang sudah sertifikasi harus mengajar 2 jam di 12 kelas. 12 kali 2 kan 24 jam. 12 kelas dengan rata-rata 40 siswa. Bagaimana dia mau menilai karakter siswaa? Jadi artinya ada hubungan yang kurang sinkron. Saya yakin tidak ada Guru yang bisa menghafal 480 sekian-sekian siswa. Namanya saja tidak kenal, apalagi karakternya. Akhirnya kebanyakkan siswa akan ternilai dari kognitifnya saja. Paling tidak mungkin kita bayangkan seorang Guru menghafal 480 anak.
P
: untuk mengakali itu biasanya bagaimana Pak?
G2
: kalau mau diatasi, tidak boleh diatasi. Kalau memang mau mengurangi siswa ya tidak bisa mengurangi siswa. Kita itu sudah membludak siswanya. Ditolak, pasti marah. Jadi kita biasanya jarang menerima kurang dari 40 siswa per kelas. Sekarang kita memang upayakan 32 memang to. Tapi karena adanya instruksi dari Gubernur. Sudah disampaikan karena kondisi daerah, Sekolah boleh menerima sampai 40. Itu instruksinya.
P
: kalau RPP bagaimana? Sesuai dengan yang Bapak inginkan? Terlalu berat? Atau?
G2
: RPP kan biasa dibikin sesuai dengan kondisi kelas ya. E kemudian penilaian yang kembali kendala kalau banyak siswa di kelas. Waktu buat penilaian kalau 2 jam ya kurang. Jadi memang waktunya yang jangan kurang.
P
: jadi RPP sudah sesuai harapan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
G2
: memang kita kan sudah sesuaikan dengan kondisi kelas.
P
: lalu untuk evaluasi?
G2
: kalau evaluasi itukan kita kan misalnyakan pas anak-anak mengerjakan soal di depan kelas. Itu juga penilaian, praktek dan kemudian makalah.
P
: Kalau kemudian ada yang dibawah KKM?
G2
: Ada remedial.
P
: klasikal Pak?
G2
: kalau di sini masih cenderung klasikal karena anaknya banyak. Atau pemberian tugas, sebelumnya kita beri pengarahan.
P
: kalau yang untuk nilainya di atas KKM?
G2
: yang di atas ya melanjutkan saja. Kan tidak ada di sini pemisahan kelas. Jadi semua kita campur. Tidak ada kelas inti. Semua dicampur.
P
: Nah kalau menurut Bapak, setelah 3 tahun berjalan, dan melihat ke depan. Sebaiknya K13 ini sudah siap di sini? Sebaiknya mau tetap dilanjutkan atau mundur?
G2
: ini kan opini kan. Kalau menurut saya, kalau saya lihta K13 itu bagus. Penilaian karaker itu bagus jadi kita tau anak itu seperti apa. Tapi maunya dibarengi dengan fasilitas. Kalau jumlah Gurunya 2, jangan buat kebijakan bertentangan. Misalnyakan gini, jadi ini memang jadi persoalan. Guru kalau ga mengajar 24 jam, sertifikasinya ga ada. Sebenarnya Guru kalau mengajar kurang dari 24, penilainya tidak akan mencapai apa yang diinginkan K13. Di satu sisi Guru di suruh memahami anak. Di satu sisi Guru mengayomi belajar anak. Bertabrakan. Sangat-sangat bertabrakan. Penilaian karakter tidak bisa kalau siswa banyak. Jadi persiapannya kurang matang. Sampai yang saya baru dengar, tahun lalu dibuka jurusan kewirausahaan di perguruan tinggi. Padahal kami sudah mengajarkan dari 3 tahun lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
kewirausahaan. Kami ambilah Guru ekonomi, Guru apa untuk mengajar kewirausahaan.ketika kami input itu, tidak bisa jadi syarat ketika ia sampai ke kasir. Sudah diajarkan itu, tapi ga diakui. Gurunya ga disediakan. Jadi kan tidak ada Guru kewirausahaan dan tidak ada jurusan itu. Itu kan baru kemarin di buka di Perguruan Tinggi. Tapi di Sekolah sudah diajarkan dari 3 tahun lalu. Ya mudah-mudahan kebijakan itu harus berdasar analisis dulu. Tidak berdasar kemauan. P
: jadi mundur Pak?
G2
: Ya, menurut saya mundur saja. Kita kembali.
P
: oke baik. Terima kasih Pak atas waktu nya. Maaf jika ada yang kurang berkenan. Semoga SMAN 1 bisa semakin baik dan maju.
G2
: baik, sama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
Transkrip Wawancara III (Guru 3)
Sekolah
: SMA Negeri 1 Mimika Timur
Tanggal
: 18 Februari 2016
Jam
: 10:35 WIT – 10:56 WIT
Durasi
: sekitar 20 menit 14 detik
Lokasi
: Ruang Guru SMAN 1 Mimika Timur
Kondisi
: Riuh
Jumlah Orang : sekitar 20 orang
Pewawancara : Baik, selamat pagi Bu. Terima kasih atas kesempatan dan berkenannya Ibu untuk diwawancarai. Saya Maria Agatha Ayang dari Universitas Sanata Dharma, program studi Pendidikan Fisika. Sebelumnya, maaf ini dengan Ibu? Guru 4 : Indah dari SMA Negeri 1 Timika P
: Jadi Bu, di sini hal yang ingin saya teliti adalah Implementasi K13 dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Bagaimana penerapannya dalam pelajaran Fisika. Menurut Ibu bagaimana K13 itu? Apa yang paling penting dari K13? Dan apa esensi dasarnya?
G3
: Hm sebelumnya saya minta maaf ya mbak. Saya di SMA Negeri 1 ini baru mengajar sekitar 1 tahun. Sebelumnya saya di SMA Al-Falah yang menerapkan kurikulum KTSP. Jadi mungkin saya juga masih asing dengan kurikulum ini. Kalau mengenai kurikulum itu pak Boni itu yang tau dan pintar soal itu. Soalya beliau kan yang biasa itu penataran begitu ke luar. Kalau saya ya sama saja begitu-begitu dari dulu. Masih bingung juga saya soal kurikulum 2013. Masih baru juga jadi. Jadi kalau di kelas ya masih biasa saja. Tidak ada yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
P
: Kalau begitu sepengetahuan Ibu, K13 itu bagaimana sih Bu? Atau apakah ada yang berbed dalam pola ajar di sekoah ini dengan sekolah yang Ibu tempati dulu?
G3
: hm. Ya saya kurang paham sih K13 itu seperti apa. Tapi dengar-dengar, yang saya tau ya, K13 itu mengacu pada pendidikan karakter siswa. Jadi makanya bisa berdampak juga pada perubahan penilaian. Hal-hal yang kita nilai jadi banyak. Ada menilai sikap moral anak juga. Jadi K13 ada penekanan tambahan ke pendidikan karakter anak. Tapi kalau yang lain sih saya ras penerapannya dalam pembelajaran sih sama saja. Saya tetap mengajar seperti cara saya.
P
: Jadi menurut apa apa sih intisari dari Kurikulum 2013? Apa yang ingin ditonjolkan di sana?
G3
: Menurut saya lho ini ya mbak, pendidikan karakter. Kalau yang lebih jelas mungkin pak Boni yang tau. Kalau saya ya itu tadi. Tidak tau benar tidak tau salah
P
: Lalu apa saja ketercapaian yang ingin Ibu capai sewaktu mengaja di kelas?
G3
: Hmm ketercapaian ya. Kalau saya yang penting anak aktif di kelas. Aktif bertanya, aktif mengerjakan tugas, sehingga nanti dia bisa mengerjakan soal ujian. Jadi ya yang paling penting siswa itu mengerti apa materi yang saya ajarkan. Ya bagaimanapun kurikulumnya kan sebenarnya tujuan utamanya itu. Yangpenting anak mengerti dan mampu mengerjakan soal. Pinter. Tapi berkaitan dengan kurikulum 2013 ini kalau yang tentang karakter itu sebenarnya baik sekali juga ya. Jadi siswa tidak sekedar pintar tapi juga berakhlak. Jadi ya yang saya kjar itu anak aktif. Kalau dia aktif bersosialisasi di kelas gitu kan juga dia sudah berkarakter to. Yang jelas mendidik biar dia menjadi manusia yang baik itu sudah pasti. Saya sih pikirnya gini ya mbak. Saya sudah digaji dari uang orang tua murid yang menitipkan anaknya. Jadi saya tidak mau sibuk dengan memikirkan administrasi, arti kurikulum, dll yang paling penting buat saya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
mendidik dan mengajar. Kita tidak tau besok anak yang kita didik mau jadi apa, akan jadi apa. Tapi kita erusaha apapun jadinya dia, itu yang terbaik buat dia. Jadi berusaha kebutuhannya terpenuhi. P
: Dengan kata lain yang ibu kejar kognitif dan moral Bu?
G3
: Ya.
P
: Usaha kongkret mewujudkan itu bagaimana Bu?
G3
: Mengajar seperti biasa ya. Sama buat kelompok diskusi kalau memungkinkan. Saya lebih sering memberi soal latihan, biar mereka biasa to. Kalau sering diberi soal kan ya saya pikirnya sudah biasa.
P
: Apakah Fisika mendukung keimanan?
G3
: Menurut saya kalau Fisika sebenarnya ya harusnya begitu mbak. Soalnya Fisikia kan belajar tentang kejadian alam sekitar kita. Kalau benar-benar dipelajari ya harusnya bisa. Bisa mensyukuri pemberian Tuhan to.
P
: Andil Ibu dalam menekankan hal itu bagaimana?
G3
: hm, andil dalam fisika mendukung keimanan ke pada Tuhan? Ya saya memulai pelajaran dengan doa itu pasti. Lalu mungkin tiap masuk ke materi baru, saya tekankan kepada siswa yang kita pelajari ini ada di kehidupan kita sehari-hari dan I adlah karya Tuhan. Harapannya ya mereka sadar bahwa ini semua anugerah Tuhan. Jadi bisa mempergunakan ilmunya dengan baik, dan hidup dalam lingkungan dan sikap yang baik juga. Harapannya begitu.
P
: Jadi ibu lebih sering memakai metode diskusi kelompok?
G3
: ya lumayan sering pakainya itu sama saya jelaskan saja di depan. Kembali ke yang klasik saja mbak. Soalnya ya bagaimana ya sudah rahasia umum kalau di sini sumber daya nya agak kurang dari yang di pulau lain jadi butuh sekali dibimbing. Saya juga kan sempat mengajar di jawa timur setelah lulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
kuliah ya mbak, setelah itu ikut suami ke sini. Dan memang benar terasa sekali bedanya dengan anak-anak di sana. Di sini itu lebih keras ya. Hm maaf ya mbak bukan rasis tapi kan memang budaya di sini lebih keras. Jadi mengajarnya butuh bimbingan lebih. Masak ada itu anak kelas XI belum lancar perkalian, tambahan, jadi saya musti balik ke dasar-dasar matematika lagi. Kalau mau pakai metode aneh-aneh takutnya waktunya ndak nyandak, mbak. P
: Metode eksperimen di sini gimana Bu?
G3
: Penggunaan alat lab gitu mbak? Hm alat lab di sini ga ada mbak. Ya ada tapi ga banyak gtu. Jadi memang wah tidak bisa saya andalkan kalau mau praktek-praktek gtu. Kalau dulu saya tidak tau ya. Kalau saya sih selama setaun di sini belum pernah praktek ya. Soalnya alatnya ga ada mbak. Waktu pertama ke sini saya itu langsung pengen liat lab nya. Sekolah negeri ti kan beda sama sekolah saya yang sebelumnya, swasta. Tapi ya ternyata sama saja. Kuncinya tidak tau bagaimana. Dimana. Ya begitu sudah mbak. Mbak juga lulusan sini kah? Tau sudah begitu to..
P
: Ibu pernah dengar mengenai 4 Kompetensi Inti Bu?
G3
: hmm anu itu yang silabus itu kan? Wah saya kurang megerti mbak kalau soal kurikulum yang administrasi gitu mungkin bisa tanya pak Boni saja.
P
: Kalau begitu menyusun RPPnya gimana Bu?
G3
: Kalau menyusun RPP saya rasa kan idak jauh beda sama yang kurikulum sebelumya ya mbak. Cuma sekarang lebih fokus ke siswanya gitu kan? Dan alhamdulilahnnya kan kami biasa susun RPP itu berembuk, jadi tidak terlalu berat juga. Jadi k=seperi saya bikin RPP nya nanti kan saya serahkan ke pak waka kurikulum ya mbak, sukurya waka kurikulum kan Pak Boni yang juga sama-sama Guru Fisika. Jadi bisa sharing. Saya juga sering tanya-tanya ke beliau baiknya bagaimana bgitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
P
: Kalau tentang penggunaan TIK di kelas ibu bagaimana? Apakah biasa ibu gunakan juga unuk membantu pengajaran?
G3
: hmm saya sih masih lebih senang dengan yang klasih saja ya mbak ya. Soalnya saya rasa lebih cocok dengan kondisi sekarang ini. Tapi kalau ada seperti proyektor gitu di setiap kelas saja rasa baik. Kan di sini baru ad beberapa kelas yang ada proyektornya. Saya pernah menggunakan itu, bagus juga jadi saya bisa putar video-video jadi anak tidak mengantuk. Tapi masih begitu belum aneh-aneh. Ya saya juga masih beradaptasi di sini juga mbak. Masih pengenalan kondisi karakteristik sekolah ini gimana.
P
: Tapi dengan sekolah sebelumnya juga memakai metode seperi yang di sini Bu/
G3
: iya, sama juga sih mbak.
P
: tadi kan Ibu bilang kalau pernah pakai proyektor ya Bu, itu aplikasi apa saja yang ibu pakai? Atau ibu pernah memakai internet di dalam kelas?
G3
: hm yang saya pakai ya itu tadi untuk putar video mbak. Sama ppt mungkin sekali-kali. Kalau penggunaan internet sendiri sekolah belum memasang internet di area sekolah ya. Kalau pakai modem masing-masing Guru sebenarnya bisa. Tapi saja tidak mbak. Kalau berkaian dengan internet mungkin pas saya kasih tugas saja saya bilang boleh cari di internet. Tapi kalau di kelas belum pernah saya coba. Ya mungkin bisa ke depannya saya coba.
P
: Ibu sendiri sering mencari bahan di internet? Dan apakah kalau memberi tugas begitu ibu membatasi link yang di cari atau bebas saja?
G3
: kalau saya sih lumayan sering cari di internet ya mbak. Soalnya katanya tidak ada buku K13 di sini. Tapi setelah saya cari di internet materi nya juga sebenarnya sama kok mbak. Jadi saya pakai buku pegangan yang KTSP saja. Mengenai siswa yang cari di internet, saya bebasan saja. Biar mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
bisa melihat semua informasi tentang ragam materi yang mereka cari sehingga bisa kritis juga memilah kesamaan dan perbedaan gitu to.. P
: Kalau dalam menilai ibu seperti apa Bu?
G3
: kalau menilai kan sudah pastidari nilai tugas itu yang saya masukan buat keterampilan. Seperti ulangan harian sama ujian akhir semester ya masukan ke nilai kognitifnya, nanti yang apa yang baru itu mbak. Hm sikap, itu dari sehari-hari siswanya sepeti apa di kelas. Bagaimana dia bersikap sama saya gurunya dan sama temannya. Ya saya litany Cuma yang hari ini kurang-ajar siapa gitu mbak. Sama yang baik sekali. Kalau yang biasa ya nanti B. begitu.
P
: jadi liat ekstremnya gitu ya Bu?
G3
: hm iya liat ekstremna mbak. Yang paling nakal dan paling baik. Kalau yang baik gitu pasti otomatos dekat dengan kita ya jadi pasti ingat. Kalau yang nakal-nakal gitu suka ganggu temannya dan keterlaluan ya saya catat namanya. Gitu mbak.
P
: Kalau untuk evaluasinya gimana Bu?
G3
: Saya sih hm evaluasinya ya ujian gitu ya maksudnya mbak? Ujiannya biasa semua di kelas klasikal. Nanti kalau ada yang nilainya jelek, di bawah standart ketuntasan ya remedial. Yang sudah lulus ya lanjut.
P
: remedialnya ada treatment khusus gitu ga Bu?
G3
: Treatment? Hm.. ga ada mbak. Jadi saya umumkan yang tidak lulus sebelum hari yang ada jam pelajaran fisikanya baru pas masuk saya kasih ujian gitu mbak. Ya kayak ujian ulang. Soalnya juga mirip-irip sama yang kemarin. Paling angkanya beda. Kalau yang sudah lulus saya suruh belajar sendiri di luar kalau sedikit.
P
: Jadi yang lulus tetap lanjut ya Bu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
G3
: iya tetap lanjut biar nanti cepat juga materinya to. Harapannya kalau pas pelajaran dia kan sudah belajar duluan jadi bisa bantu temannya yang kemarin remedial.
P
: Oh apakah pernah dibentuk kelompok belajar giu Bu?
G3
: kalau saya yang bentuk belum mbak. Tapi saya rasa kan otomatis to kalau memang pengen tau ya nanti mereka tanya sama temannya yang sudah bisa jadi tanya sendiri dari kemauan sendiri gitu saya maunya.
P
: Memilih tetap menjalankan K13 atau berheti Bu?
G3
: Kalau saya pribadi inginya kembali ke KTSP mbak. Kan dari segi pengetahuan ya sama saja to. Materi juga sama. Malah jadi meringankan Guru. Jadi saya sih lebih baik kita mundur dulu. Nanti kalau kita benarbenar siap baru mungkin bisa coba lagi K13. Begitu mbak.
P
: Baik, terima kasih Bu.. Semoga tetap semangat mendidik dan Sekolah bisa maju terus..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
Transkrip Wawancara IV (Guru 4)
Sekolah
: SMA Advent Timika
Tanggal
: 18 Februari 2016
Jam
: 11:41 WIT – 12:36 WIT
Durasi
: sekitar 55 menit 20 detik
Lokasi
: Ruang kelas SCI SMA Advent Timika
Kondisi
: Hening
Jumlah Orang : 4 orang
Pewawancara : Selamat pagi Mam, terima kasih atas kesediaan Mam untuk diwawancara dan meluangkan waktu di siang ini. Sebelumnya perkenalkan Mam, nama saya Maria Agatha Ayang Puspitaningrum Pramana dari Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma. Topik dari wawancara ke depan adalah sekitar Implementasi Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di kelas Mam. Dalam hal ini pembelajaran Fisika tentunya. Baik maaf boleh Mam memperkenalkan diri? Guru 4 : Oke terima kasih, saya Mam Ludya, mengajar Fisika di kelas X, XI, XII, dan termasuk kelas CI yang sekarang ruangannya sedang kita pakai. P
: Sudah berapa tahun mengajar Mam?
G4
: Saya mengajar dari tahun 2008. Tapi di Advent sendiri dari tahun 2012.
P
: Baik, menurut Mam sendiri seperti apa K13? Apa yang khas dari kurikulum tersebut dari kurikulum sebelumnya Mam?
G4
: Oke, menurut saya K13 kalau fisika, dari segi kognitifnya, pengetahuanya sama saja perasaan ya sebenarnya. Cuma kan menekan segi attitude-nya. Itu sebenarnya bagus supaya output-nya sekolahan itu dia lebih sopan, lebih santun. Tujuan pemerintah mungkin itu. Cuma harus apa namanya, seiring
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
dengan perkembangan jaman, saya rasa tertantang ini K13. Karena yang tadinya attitude tidak terlalu dipedulikan, bias dikatakan sekarang kan terbalik toh. Terbalik. Nah, pencapaian dari segi attitudenya saya rasa kami Guru tu kayak apa ya.., kayak untuk mencapai itu, mengutamakan attitudenya itu kayak sangat-sangat sukar. Karena saya pribadi ya, anakanak itu beda kayak dulu jamannya mam sekolah. Kalau jamannya mam sekolah dulu tu hormat sama Guru, kalua sekarang agak tidak hormat sama Guru pada umumnya. Saya juga tidak tau mengapa sampai bias seperti itu. Apa karena teknologi sudah berkembang jadi hp mereka itu bias melihat lebih untuk meng-copy apa saja yang mereka lihat di luar sana itu, sehingga sikap mereka di Sekolah itu lain. Sikap mereka di Sekolah itu lain. Nah, untuk di Advent sendiri -ada beberapa Sekolah yang saya tempati mengajar, saya rasa di Advent sebelum K13, untuk tiap awal dan akhir pembelajaran, diawali dengan doa itu sudah lama ya. Baru kalua di Sekolah lain mungkin Cuma di awl pelajaran dan nanti di akhir pelajaran di akhiri dengan doa. Ya itu untuk ke sananya menjadi K13 itu ya. Supaya sikapnya diutamakan. Cuma ya dari segi pendidiknya, boleh, tapi yang dihadapi kan anak didik yang beragam. Saya rasa tidak terlalu pas. Tidak tau kalau di Jawa sana. Tapi kalua di Papua, di Papua kan notabene orangnya keras ya. Jadi ya untuk mengikuti sasarannya, attitude itu tertantang kalua di Papua. Kalua saya pribadi yang itu tertantang. Mau dijadikan itu yang menonjol. P
: Berarti kurang cocok begitu Mam?
G4
:Bukan kurang cocok. Tertantang. Tertantang saja toh. Karena untuk membalikkan sikap yang keras, sikap yang melawan, sikap yang susah diatur, susah ditertibkan, itu kan tantangannya agak besar kalau di sini. Kalau saya pribadi. Saya tidak tau kalau yang lain.
P
: Jadi yang paling utama yang menciri dalam pengajaran K13 adalah
G4
: K13 yang menonjolnya ya di situ, yang nilai sikapnya lebih banyak. Setelah itu psikomotoriknya, kemudian yang ketiga kognitifnya. Jadi ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
kalau dulu piramidnya gini, kalau sekarang terbalikkan. Itu yang saya tangkap. Makanya KI I, II, sosial dengan ini kan itu diwajibkan ada dalam setiap pembelajaran. Berarti yang utama itu. Kalau menurut saya seperti itu. P
: Tadi sudah sempat mam singgung tentang KI ya.. kalau menurut Mam, KI yang paling sulit untuk dikejar itu KI yang mana?
G4
: kalau menurut saya ya keimanan. KI I, KI II sosial. Kalau saya pribadi ya keimanan. Kalau saya pribadi ya saya bisa saja bilang saya ini beriman. Tapi dalamnya siapa yang tau? Kalau yang kedua sosial. Kita bisa mendekati, melihat
sosialnya
bagus,
tapi
keimanannya
kan
belum
tentu.
Menerapkannya itu ya. Padahal itu sebenarnya yang pokok. Kan yang namanya tabiat kan. Sikapnya anak-anak. Dari Guru bias. Tapi mungkin menghadapi siswanya seperti ini ya akhirnya melencng juga. Kalau yang ketiga kan namanya seorang Guru kan profesi jadi wajib punya kemampuan gitu. Bagi saya ya KI 1 yang sudah. Dalam implementasi, penerapannya yang susah. P
: melihat kendala begitu. Solusinya bagaimana mam? Dalam pembelajaran Fisika dan moral.
G4
: kalau dari Fisika ya. Kalau dari segi tiu. Kalau apa namanya. Kalau yang KI I kalau mau diinikan dengan fisika kan paling kita e.. apa e.. ke anakanak, tentunya pembelajaran mengenai mungkin jagad raya. Seperti itu kan mesti bisa di inikan. Bia dihubungkan dengan itu, segala sesuat yang ada di bumi ini semua diciptakan Tuhan kan. Tapi itu okelah pasti mereka bias tangkap. tapi KI I yang keimanannya itu yang susah. Sikapnya yang susah. Tapi kalau yang nyangkut pelajaran, dikasihtau ya semua tau semua. Seperti gerak jatuh bebas, atau gravitasi, meskipun ada teorinya tapi kan memang Tuhan sudah ciptakan seperti itu. Benda memang jatuhnya ke bawah, walaupun ada teorinya di fisika. Mereka bias terima seperti itu. Sudah berkembang semua ilmu pengetahuan, itu semua pasti mereka bias terima. Yang susah itu kan sikapnya kembali ke mereka sendiri. Kalau takut sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Tuhan itu kan kayak tidak terlalu takut. Kalau takut itu kan mereka takut juga sama Guru. Ini sudah ditegur, masih juga bgitu. Kalau kita orang fisika ya atau orang teknik. Biasanya kan dapat anak-anak yang tingkat mau belajarnya menengah ke atas. Dan kita biasanya di jurusan IPA. Karena yang cerewat itu menengah ke bawah. P
: apakah fisika dapat mendukung membangun moralitas?
G4
: kalau saya ilmu pengetahuan apapun itu tetap. Kalau dia disiplin, pasti bias moralnya baik. Walaupun meskipun katanya kalau sudah djelaskan mengenai gerak ya lalu mereka sadar yang enting mereka masih bias sadar kalau ilmu pengetahuan itu sebenarnya ciptaan Tuhan. Itu kan kan mengarah pada dia masih bisa bermoral. Yang tidak bermoral itu kan misalnya dia merasa ilmu pengetahuan karena ciptaannya manusia. Benda jatuh ke bawahkarena gravitasi bukan Tuhan. Itu baru tidak bermoral. Kalau mereka disiplin ya saya rasa masih bisa menciptakan manusia yang bermoral.
P
: Kalau kompetensi yang lainnya bagaimana Bu? Sudah bisa berjalan?
G4
: kalau saya pribadi di sini. Fisika yang Psiko ya kalau kami di Advent masih terkendala. Karena kalau itu peralatan lab kurang memadai. Di Advent, khususnya di Advent dan saya rasa pada umunya di Papua masih ada kendala di situ. Ya tergantung sarpras yang ada di lab. Peralatanperalatannya. Kalau ada ya mungkin akan berjalan. A kalau yang lainnya, buku referensi yang kami kurang. Sampai sekarang saja buku yang dibuat berdasarkan dengan K13 mau cari sampe taputar-taputar sampe kepala pusing, di Timika ndak ada. Apalagi kelas XII. Kalau kelas X, XI, mungkin bisa saya copy dari teman. Tapi di Advent ini belum pernah terima bantuan buku dari pemerintah. Kemudian KI III, buku refenrensi. Mau transfer ke anak-anak gimana bukunya aja ga ada. Modulnya, buku pakut aja ga ada. Apakah itu pegangan Guru atau buku paket dalam kelas ga ada. Ya kami donload saja di internet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
P
: mengakali itu
G4
: kalau saya mengakali itu tya K13 sama KTSP ini materinya sama. Cuma ada yang materi di KTSP di kelas X. contoh fluida statis dan dinamis di X, nah sekarang dibagi. Statis di kelas X, dinais di kelas XI. Nah untuk itu saya pakai saja uku referensi yang ada, saya sesuaikan dengan silabus, dan saya ajarkan ke anak-anak. Kalau saya terus terang, modul saya belum ada. Belum bikin untuk anak-anak. Jadi saya pake KTSP.
P
: keterampilan?
G4
: ya itu yang tadi saya bilang, terbatas pada sarpras. Untuk mengakali itu ya saja ini saja. Untuk materi-materi tertentu saya siapkan. Kalau ada materi yang saya ndak ada ya sampai kognitifnya saja. Keterampilannya ga ada. Ya kondisikan saja.
P
: kalau tentang metode. Ibu senang metode apa?
G4
: Saya kurang variatif sih kalau soal metode. Saya masih kooperatif. Masih em, kooperatif apa.. discovery. Tapi itu juga metodenya bukan dalam segi experimen. Karena kan kalau experiment kan keterampilannya bisa. Masih dalam basis pustaka. Kalau mau discovery dalam segi skill saya belum. Menyiapkan saya pake yang itu saja. Discovery pakai pustaka.
P
: Di K13 kan sangat menonjolkan budaya membaca dan meniliti ya bu. Kalau menurut ibu apa bisa dijalankan di sini?
G4
: kalau Fisika pribadi kita memang maunya seprti itu. Tapi kalau kita maunya seperti itu, ada kelas-kelas tertentu misalnya kelasnya SCI. bisa diterapakan karena kan mereka sedikit, masuk sini juga ada seleksi. Jadi rasa ingin tahu itu ada. Nah kalau dikasih tertantang seperti itu, mencari sendiri, itu mereka bisa. Tapi kaulau di kelas regular itu 1 atau 2 orang yangmau, yang lainnya malas tau. Kalau sudah malas, kalau sudah sampai disuruh-suruh gam au ya kembali kita lagi yang ngomong to. Tapi memang ada kelas tertentu, mayoritas mau seperti itu mau seperti itu harus sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
prosedur. Tapi kelas yang malas tau, ya ndak selesai-selesai itu materinya to. Ndak kelar-kelar mateinya. Kalau memang memungkinkan ya dikondisikan. Kalau memang kelasnya seperti itu tapi maunya K13 tujuannya begitu, kalau kita berpatokan sama tujuan terus sementara yang disuruh gam au ya ga kelar-kelar. Jadi ya lebih baik kita melencengkan sedikit begitu. P
: kalau melihat kondisi yang seperti demikian. Ibu triknya bagaimana?
G4
: kalau dia sudah mentoknya seperti itu, akhirnya sudah langsung kasih tugas. Mencari nanti ujung-ujungnya mereka pada umumnya takut kalau tidak ada nilainya. Jadi musti begitu. Tapi kalau mau bilang nanti dia cari sendiri, ga bisa. Jadi no 1 ini tugasnya ini, nanti mam periksa. Nah iu baru nanti dia kerja. Nanti dia cari teman atau dia cari sendiri. Yang penting akhirnya ada penilaian di situ. Jadi kalau saya sudah malas, saya langsung bilang seperti ini “nanti no 1 kamu yang maju ke depan” nah itu dia akan berusaha. Tapi kalau dilempar di dalam kelas, cari tau dan simpulkan, kalau tidak menunuk 1 orang nanti ga akan mau. Dia diam ada sampai selesai. Jadi kalau sudah pasif sekali ya saya langsung tunjuk orang,“kamu berdiri di depan sana”. Tapi di kelas-kelas regular yang begitu karena kan banyak orang. Ada yang mau ada yang tidak mau. Jadi apa yang kia mau setidaknya dia bisa tulis, dia bisa baca, aman.
P
: Budaya meneliti sendiri menurut ibu apa sih maksudnya budaya meneliti?
G4
: itu juga yang saya bingung. Kalau pemahamannya saya, meneliti itu mencari tau. Mungkin yang belum ada menjadi ada. Ilmuan fisika kan sudah tidak ada semua. Jadi meneliti ini meneliti pustaka. Kalau saya sih pikirnya begitu. Tapi kalau anak-anak sekarang di suruh begitu kan malas. Malas mereka disuruh meneliti, mau nya langsung hukum ini begitu, hukum ini begini. Maunya juga apa-apa itu kerjakan di rumah. Kalau langsung kerja tidak mau. Kalau dulu-dulu kan di KTSP kan kita yang bicara, Guru Nato (no action, talk only) sekarang kan ga bisa bisa begitu, kita diam saja. Tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
kan baru diterapkan, jadi siswanya juga shock. Kalau saya suruh baca buku, simpulkan sendiri, nanti mereka bilang “mau simpulkan apa mam? Mam liat-liat saja?” kaget mereka. Nanti tunggu dua bulan ya ga selesai-selesai. Jadi ya mau tidak mau kembali ke Guru NATO kita bicara banyak. Kalau mau diam ya tidak selesai. Sementara kan ada silabusnya, yang semester ini, ini. Ada tingkat pencapaian kompetensi yang materi ini, materi ini, harus selesai materi ini materi ini, ada ujian nasional juga yang semua soal materinya ada. Ya jadi ga bisa gitu. Tapi ya mudah-mudah ini kan baru, jadi yaa begitu semoga lama-lama ya ikut. Seperti KI 1 ya, harusnya kan kalau masuk kelas kan dulu kan siswa beri yang salam, kalau sekarang kan mana ada begitu. Saya yang sapa duluan, “selamat siang” atau siswanya malah belum siap. Padahal kan K13 ga seperti begitu, mereka siap baru kita masuk. Nah itu yang saya bilang tadi, yang KII ini kapan tercapainya? Yang segi sopan-santun ya kapan terjadinya? Ya memang sebenarnya harusnya seperti itu sih ya. Tapi ya sekarang ini, Guru ga ada, mereka keluar kelas, Guru ada baru satu-satu mereka muncul. Tapi ya semoga ke depannya ya bisa. P
: SDM kurang siap?
G4
: Ya SDM kurang siap mau dibikin begitu. Ya semoga ke depannya yang dibawahnya bisa ikut-ikut hingga tercapai.
P
: Kalau sulit tercapai gitu, lalu bagaimana menilainya?
G4
; dari segi nurut saja. Saya bilang bikin tugas dia bikin, di dalam ruangan mereka ga cerita. Ya itu yang saya nilai. Mereka satun, ga buat kacau. Jadi saya sekarang begini, saya buat catatan kan biar pas ada rapat nilainya kurang kita ga rebut. Jadi kalau yang diam ya saya tidak ada catatan. Ya jadi saya begitu, ada catatan yang saya bawa pas rapat yang tidak mau saya ubah. Jadi begitu say acatat ekstrimnya. Ekstrim baik dan ekstrim jahat. Yang biasa-biasa saja ya kalau tidak ekstrim nakal ya tidak ada catatannya. Jadi saya biasa nilainya itu yang paling top nakalnya ada yang paling top pintarnya. Yang sedang-sedang malah terlupakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
P
: menilai keterampilan?
G4
: Karen ini kami tidak ini ya, segi keterampilannya ya tinggal ini saja kalau saya. Saat saya kasih tugas, mereka cari tugas. Saya liat siapa yang lebih apa. Hm saat dia mencari itu lebih peka. Kadang saya bikin ini seperti ini, menilainya dari segi cepat. Siapa yang lebih cepat dan tepat. Mungkin tidak terlalu ini sih, soalnya keterampilan kan susah. Jadi saya bikinnya begitu, masalah gimana bisa menyelesaikan siapa yang lebih cepat. Jadi keterampilan menyelesaikan soal. Jadi saya kasih begiu. Karena mau praktek kan ga da sarprasnya to. Kalau ada di lab sih saya bisa nilai pake itu, tapi kalau ga ada di lab ya sudah saya begitu. Saya bikin persoalan, kalau dia cepat selesaikan, cepat paham,ya pasti kalo praktek dia bisa juga menyelesaikannya.
P
: Pendekatan Saintifik
G4
: Discover kan menemukan jadi saya rasa itu sama. Kalau saya sendiri, menyelesaikan pake discover itu sudah sama.
P
: Penggunakan inet
G4
: kalau dulu angkatan di atas mereka ada. Kalau sekarang ga ada. Ada sih kalau di kelas SCI, kalau regular ga ada. Kalau kelas SCI kan biayanya beda agak tinggi jadi mungkin itu yang bikin mereka dapat fasilitas internet juga. Bagus kalau ada internet, biar kalau mereka dikasih tugas ya begitu. Tapi ya kita tidak memungkiri kalau anak-anak seperti ini. Kalau ngerjain tugas malah ga ngerjain tugas. Malah online to. Jadi harus dikontrol. Kalau di SCI ini sih sebenarnya masih bisa karena sedikit siswa. Tapi kalau seandaiannya ada free wifi khusus untuk Advent ya mudah-mudahan tepat sasaran. Kembali ke individunya kembali. Takut sama Tuhannya ada nggak. Takut sama Guru nya ada nggak. Tapi saya rasa itu dibikin tujuannya positif. Supaya KBMnya berjalan bagus. Tidak ada referensi di perpus, bisa cari di internet. Tujuannya itu sebenarnya kembali ke manusianya. Dia mau bikin tujuannya baik atau mo bikin tujuan lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
P
: penggunaan TIK
G4
: e kalau seandaiannya dilengkapi di kelas, kita ga perlu cari di kelas sudah ada. Kan tinggal bawa laptopnya dari rumah atau tinggal buka internet. Kita cari sama-sama, buka sama-sama lalu pelajari sama-sama. Tapi kan ga disiapkan di kelas. Kalau ada di kantor pun ga mungkin bisa semua Guru pakai. Kalau ada di kelas ya saya rasa bisa kita optimalkan. Kalau saya ya lebih senang. Lebih baik daripada saya catat sendiri di depan kan. Cuma bikin slide presentasi dapat pakai di kelas lain lagi. Kan tinggal colok. Tapi karena tidak disiapkan. Jadi tidak bisa, kita bisa apa? Beli sendiri, belinya berapa? Todak bisa beli susu. Saya juga bingung, anak-anak ini mungkin dalam TIK untuk memakai apa kek apa itu, aplikasi yang softwarenya dong tau pake, tetapi giliran disuruh berkomentar, ini maksudnya apa dong tidak ngerti. Dong tidak tau. Tdak bisa berbicara tapi dong pake. Nah yang saya bigung lagi TIK di SMA su tidak ada lagi. Lalu bagaimana caraya buat dia begitu. Itu juga yang saya tidak tau K13. Meskipun saya bukan Guru TIK, TIK nya dihilangkan. Saya rasa TIK itu kalau mau berkembang, lalu siswanya mau bagaimana? Disuruh belajar di luar sana, kalau meeka ada money to. Sementara yang mereka belajar di warnet tidak dipelajari di Sekolah. Baru TIK ini Guru saja yang harus menguasai, nanti siswanya kalau mau jadi Guru, nanti dia tidak bisa?
P
: Penguasaan aplikasi.
G4
: Siswa sendiri yang mencari aplikasi sendiri. Mereka aktif mencari. Tapi dalam hal itu saja mungkin. Tadi maksud saya kan, begitu banyak aplikasi. Mereka pada umumnya, siswa itu mungkin kalau masih ada materi TIK, mereka aktif di TIK. Tapi kalau di pelajaran lain, tidak terlalu aktif mencari materi pelajaran itu. Saya rasa kalau TIK masih ada, mereka akan lebih aktif di situ.
P
: TIK sebenarnya mendukung maple lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
G4
: kalau Gurunya aktif, saya rasa bisa. Tapi sekarang kan masalahnya ga ada lagi yang pimpin mereka. Kalau masih ada TIK kana da yag arahkan mereka. Ya kemungkinan.
P
: Administrasi di K13. Menurut mam di K13 bagaimana administrasinya? Apa bedanya?
G4
: saya rasa lebih berat ya. Di siti yang berat. Soalnya kan harus ada mencari, harus mengumpulkan, habis itu mengkomunikasikan. Mencari saja sudah susah kan. Disuruh anak-anaknya, meskipun kita sudah bikin RPP, mencari ini ini ini ini, tapi dia tidak. Seandainya kita mau buat kelompok, mungkin dia tau, tapi teman-temannya yang lain ga tau. Guru bisa bikin RPP, tapi sesuaikah kita punya rencana? Berapa persen saja yang sesuai dengan RPP. Ya namanya saja rancangan ya. Mau dirancang seberapa tingginya kan tidak masalah. Tapi kondisinya? Saya rasa begitu. Bukan susah buat RPP nya, tapi aplikasinya dalam kelas yang susah. Dibikin, tapi kenyataannya bertolakbelakang dengan yang kita bikin. Dengan yang direncnankan. Akhirnya ya sudah, dilihat oke, tapi mungkin berapa persen saja yang oke, tercapai.
P
: Administrasi yang lain?
G4
: kalau kunci jawaban bisa. Tapi yang mau menilai in yang. Di K13 ini yang dibilang, pada saat belajar yang dinilai macam-macam toh. Nilai sikap, nilai skill, nilai macam-macam. Padahal 5 menit. Di Papua, fisikanya 4 jam, ada yang 5 jam. Yang 2 jam, 80 menit. Arahkan anak-anak buat mencari saja lama sekali, belum ngisi buat nilai-nilai. Susahnya di situ. Kadang kan tidak rampung, jadi kadang dikasih tanda ka ato bagaimana. Jadi akhirnya seperti tadi, ekstremnya saja kan. Ekstren yang nakal dan ekstrem yang pintar. Jadi yang tengah-tengah ini kan kurang objektif saya. Padahal tiap hari itu mood nya berubah-berubah anak-anak. Yang mau dicari nilainya terlalu banyak. Seandaiannya anak-anak seperti yang kita harapan kan, mau cari, dan tinggal kita luruskan pengetahuannya. Ini disuruh cari ga cari. Jadi bikin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
habis waktukan. Akhirnya menilainya ya itu saja, Top saja yang dinilai. Sisanya itu tinggai di rumah hahah. Saya priadi ya belum terlalu rangkum sama administrasi penilaiannya. Yang sulit ya RPP dan administrasi. RPP kan karena apa yang saya bikin tidak sesuai. Kalau penilaian kan tetap ada tapi dari berapa siswa itu tidak terlalu objektif. Akhirnya ya begitu sudah. P
: karya ilmiah Guru untuk mendukung budaya meneliti Guru.
G4
: tapi itu kayaknya buat untuk naik pangkat ya. Karya ilmiah itu kalau tidak salah yam au ke IV A ya. Karena golongan saya belum ke situ jadi saya tidak terlalu care dengan itu. Saya pernah dengan nanti kalau mau PLPG kalau nanti mau sertifikasi buat ada itu namanya, PTK. Nah itu yang kayaknya wajib. Tapi kalau karya ilmiah kayaknya ada golongan-golongan tertentu. Setiap naik pangkat bikin karya ilmiah, wadu ribet juga itu. Di Sekolah sudah ribet sama siswa, mau ribet lagi urus diri sendiri. Ya Pemerintah mungkin maksudnya baik ya tapi ya dikiria-kira saja Guru sanggup ga dibebani segitu. Kalau saya sih ya profesinya pasti karena dia lulus kuliah to. Tapi kalau KI 1 dan II ini, e ketuhanannya dan sosialnya. Untuk baw siswa ke sana saja Guru susah. Kalau setiap naik pangkat disuruh buat karya ilmiah ya terlalu berat ya. Kalau ada pangkat tertentu ya oke lah, tapi kalau IIIA naik B, C, terus buat ya capek juga. Capek deh.. coba piker, seluruh Guru Indonesia lho.. banyak sekali. Kalau misalnya dari IIID ke IVA ya ga papa, kan ga semua orang, tidak terlalu banyaklah seperti itu. Tapi kalau setiap naik ya capek juga. Cari yang gampang-gampang ka. Kumpul RPP saja ka mungkin. Kalau itu kan kita pasti bikin ya. Tapi kalau di Advent ga ada. yang untuk sekarang yang PNS baru Cuma saya di sini. Kalau yang pernah saya dengar itu sertifikasi baru bikin PTK. Kalau saya sertifikasi belum, belum bikin PTK. Katanyaa
P
: Pernah mau coba-coba bikin ?
G4
: kalau mau coba bisa, tapi belum tau. Tugasnya masih banyak. Tapi kalau diwajibkan yam au apalagi. Namanya wajib ya harus. Walaupun sebenarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
ya wadh berat sekali. Kalau saya berdoanya golongan tertentu saja lah. Kalau semua Guru, pukul rata, duh kasian. Lagipulan diperiksa ga itu? Tim yang periksa berapa? Gurunya beribu-ribu, yang periksa saja harus berapa? Mungkin judulnya saja diliat baru diinput. P
: evaluasi belajar seperti apa?
G4
; kalau saya evaluasi setiap selesai 1 materi pembelajaran. Kalau mau evaluasi terus ya capek muridnya. Nanti kan ujung-ujungnya begini, mau bikin evaluasi setiap pertemuan kan saya juga sudah menilai setiap pertemuan. Sapa yang maju jawab ya saya anggap itu sudah skill. Periksanya itu kan ya nanti ditagih lagi sama anak-anak. Nah kalau tiap selesai pembelajaran, saya buat evaluasi, tidak ada kerjaan saya di rumah. Kerjaan di rumah gimana? Nanti anakku bilang begini “ma koreksi terus sih, kok saya tidak pernah diajak belajar?” hahahah. Ya daripada tidak diperiksa, cari aman buat saya ya aman juga buat anak-anak. Nah kalau mau evaluasi juga. Kan anak-anak juga sering bilang “mam, hari ini juga kita ulangan ini, ulangan ini juga” jadi ya kasian juga. Kalau mau tiap hari ada bagusnya sih kalau tiap harinya jadinya dia belajar. Tapi nanti dia juga pusing belajar terus, saya juga pusing periksa terus. Ya jalan baiknya saja abis 1 bab saja.
P
: nilai di bawah KKN bagaimana?
G4
: kalau saya remed. Tetap tulisan. Saya jarang bikin lisan sih. Karena saya cenderung bikinnya itu memberika sesuatu dan mencari solusinya. Kalau mau lisan kan ga bisa kan apalagi rumusnya gitu. Kalau fisika ya musti klasikal. Klasikal kan musti utuh semua-semua kan. Cuma kadang kalau di kelas SCI itu, SCI kana da persaingan. Kompetensinya tinggi dan itu kan system SKS kan. Jadi kita itu sudah ujian duluan baru kelas X. tapi sekarang kelas X lagi ujian. Kalau regular itu Cuma boleh remed 2 kali kalau tidak ko ulang semester depan. Kalau SCI kan tidak pernah kok remed 2 kali. Kalau saya kan begini, apa yang kemarin saya ujikan. Itu juga yang nanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
saya keluarkan. Kelas-kelas SCI sih kalau sudah remed ya presentasinya ya paling 1 atau 2 orang yang masih stak. kalau mau kejar semua harus lulus ya waduh waktu habis buat remed. Saya ya remed Cuma 2 kali, kalau ga lulus ya ga lulus. P
: kalau yang di atas KKM?
G4
: yang di atas penilaian ya tetap lanjut materi. Say atetap lanjut materi, kadang kalao teman-temannya remed, mereka tetap lanjut materi. Kadang kalau 2 jam ya satu jamremed, satu jam belajar. Kalau saya ya begitu kalau tidak lulu 2 kali remednya ya sudah paling nilai raportnya merah.
P
: Lanjut pake K13 atao berenti?
G4
: tujuannya bagus, saya rasa kalau saya biasa bilang begini. Kalau memang anaknya beriman, pasti mau dibimbing. Kalau mau dibimbing pasti akan pintar. Ya daripada, kalau saya pribadai mending lanjut. Kita mau tunggu SDMnya siap kapan? Jadi lebih baik dari sekarang. Mungkin sekarang belum terlalu paham, belum sesuai dengan yang diinginkan. Yang kedua kan mungkin sedikit-sedikit nanti lama-lama kan bisa. Daripada dibekukan, kita ga tau kapan SDMnya siap. Kalau 5 tahun lagi kan paling sudah siap. Semua kan dari bawah. Dari bawah nanti siap ke atas juga siap. Kalau pendidik nya juga kan belajar juga. Tahun ini oh saya seperti ini, tahun kedua saya tau saya musti seprti ini. Daripada dibekukan ya nanti kaget lagi. Yang sebelumnya mungkin kan sudah belajar selanjutnya bisa dicoba kan. Kalau saya pribadi ya lanjutkan saja. Kalau dilanjutkan saja ya supaya itunya tercapai. Supaya kita belajrlah. Supaya belajar terus dapat kita capai dengan yang diinginkan. Asal jangan diubah-ubah lagi.
P
: Oke, kalau begitu terima kasih mam, Sekian wawancara kita. Semoga harapannya segera tercapai.
G4
: Okee sama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN IV CONTOH CODING
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
PENG-CODING-AN 1. Pengertian K13 (student center). Apa konsep dasar K.13?
G1 : Kan sebelumnya kan K06 ya, KTSP ya. Bedanya itu yang sekarang berpusat ke siswanya sedangkan K06 juga sudah berpusat ke siswanya Cuma yang sekarang kurikulum 2013 lebih banyak kdominan ke siswanya daripada ke Gurunya. Kalo KTSP kan ke Guru dulu. Nah kalu tentang media pembelajaran, dulu kalo KTSP kan itu kalo TI masuk mata pelajaran TIK lago kalau k13 tapi sudah masuk dalam media pembelajaran. Terus masalah pendsekatannya juga sekarang, kalau dulu pendekatannya metode pembelajarannya hanya elaborasi, kolaborasi, eksplorasi. Nah kalo sekarang udah Saintifik. Jadi udah ada langkahlangkahnya di kita. Jadi implementasinya kurikulum 2013 udah bisa dilakukan sih. Untuk perbedaannya K13 sama KTSP yang paling menonol apalagi penilaiannya. Kalau dulu kan KTSP hanya banyak penilaiannya saja. Nah, kalau sekarang kebalikkannya. Kurikulum 2013 itu mulai dari sikapnya dulu, keterampilannya, nah terakhir baru pegetahuannya. Jadi lebih bagus K13 karena lebih menili karakter siswa.
G2 : Kalau saya lihat K13 itu karakter sebenarnya. Pendidikan karakter. E sistem yang ada ini memang sangat bertolakbelakang dengan keadaan. Tuntutan di anak-anak itu kan e masalahnya begini. Pendidikan ini pendidikan karakter. Anak misalnya dituntut harus punya icon sendiri. Jadi, tapi secara umum kurikulum di Indonesia itu sangat, saya maih bingung apa sih tujuan kurikulum ini. Artinya begini, bingungnya itu, bayangkan sekarang kalau orang misalkan mau masuk suatu jurusan. E ada anak misalkan mau masuk pendeta lah. Dia mau masuk pendeta setelah dia lulus SMA. Kalau dia tidak lulus fisika kan dia tidak lulus semua. Kalau dia tidak lulus kimia, ga lulus juga. Ga lulus biologi, ga lulus juga. Apakah mau jadi pendeta itu memang harus memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
kimia? Kan ga relevan. Jadi kemudian, okelah di daerah sekarang ini ada Sekolah teologia yang minta. Kemudian yang penilaiannya itu, kedalanya di sosialisasi yang kurang. Apalagi di daerah seperti ini kan e baru di Sekolah ini masih mendinglah, masih ada kegiatan. Beberapa kali diundang ke luar. Meskipun yang diundang hanya beberapa orang, tapi masih mendinglah masih ada. Masih sedikit lebih mudah untuk memahami K13. Tapi kalau saya lihat teman-teman lain di Sekolah yang lain, yang tidak pernah dipanggil dan tidak pernah pelatihan, hanya “oh ini ya K13?”. Jadi kalau kami udah upayakan. Walaupun masih banyak kendala dalam penerapan di kelas. Tapi memang kalau K13 itu kalau lihat hasilnya ke siswa, tapi mau tidak mau masih ada sesi-sesi yang perlu kami lakukan untuk membimbing anak-anak, terutama untuk bidang-bidang yang eksak seperti kimia, fisika, metematika, masih seperti itu.
G3
: Oke, menurut saya K13 kalau fisika, dari segi kognitifnya,
pengetahuanya sama saja perasaan ya sebenarnya. Cuma kan menekan segi attitude-nya. Itu sebenarnya bagus supaya output-nya sekolahan itu dia lebih sopan, lebih santun. Tujuan pemerintah mungkin itu. Cuma harus apa namanya, seiring dengan perkembangan jaman, saya rasa tertantang ini K13. Karena yang tadinya attitude tidak terlalu dipedulikan, bias dikatakan sekarang kan terbalik toh. Terbalik. Nah, pencapaian dari segi attitudenya saya rasa kami Guru tu kayak apa ya.., kayak untuk mencapai itu, mengutamakan attitudenya itu kayak sangatsangat sukar. Karena saya pribadi ya, anak-anak itu beda kayak dulu jamannya mam sekolah. Kalau jamannya mam sekolah dulu tu hormat sama Guru, kalua sekarang agak tidak hormat sama Guru pada umumnya. Saya juga tidak tau mengapa sampai bias seperti itu. Apa karena teknologi sudah berkembang jadi hp mereka itu bias melihat lebih untuk meng-copy apa saja yang mereka lihat di luar sana itu, sehingga sikap mereka di Sekolah itu lain. Sikap mereka di Sekolah itu lain. Nah, untuk di Advent sendiri -ada beberapa Sekolah yang saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
tempati mengajar-, saya rasa di Advent sebelum K13, untuk tiap awal dan akhir pembelajaran, diawali dengan doa itu sudah lama ya. Baru kalua di Sekolah lain mungkin Cuma di awl pelajaran dan nanti di akhir pelajaran di akhiri dengan doa. Ya itu untuk ke sananya menjadi K13 itu ya. Supaya sikapnya diutamakan. Cuma ya dari segi pendidiknya, boleh, tapi yang dihadapi kan anak didik yang beragam. Saya rasa tidak terlalu pas. Tidak tau kalau di Jawa sana. Tapi kalua di Papua, di Papua kan notabene orangnya keras ya. Jadi ya untuk mengikuti sasarannya, attitude itu tertantang kalua di Papua. Kalua saya pribadi yang itu tertantang. Mau dijadikan itu yang menonjol. G3
: K13 yang menonjolnya ya di situ, yang nilai sikapnya lebih
banyak.
Setelah
itu
psikomotoriknya,
kemudian
yang ketiga
kognitifnya. Jadi ya kalau dulu piramidnya gini, kalau sekarang terbalikkan. Itu yang saya tangkap. Makanya KI I, II, sosial dengan ini kan itu diwajibkan ada dalam setiap pembelajaran. Berarti yang utama itu. Kalau menurut saya seperti itu.
G4 : hm. Ya saya kurang paham sih K13 itu seperti apa. Tapi dengardengar, yang saya tau ya, K13 itu mengacu pada pendidikan karakter siswa. Jadi makanya bisa berdampak juga pada perubahan penilaian. Hal-hal yang kita nilai jadi banyak. Ada menilai sikap moral anak juga. Jadi K13 ada penekanan tambahan ke pendidikan karakter anak. Tapi kalau yang lain sih saya ras penerapannya dalam pembelajaran sih sama saja. Saya tetap mengajar seperti cara saya. G4 : Menurut saya lho ini ya mbak, pendidikan karakter. Kalau yang lebih jelas mungkin pak Boni yang tau. Kalau saya ya itu tadi. Tidak tau benar tidak tau salah
Penguasaan KI-KI
G1 : Susah sih, dari KI 1 sampai KI 4 yang paling susah KI 4 ya. Karena itu proses keterampilan. Dan keterampilannya itu membutuhkan ke ini, kembali ke sarprasnya lagi. Apalagi di sini, di Sekolah kita ini kan siswanya kalo kita tuntut juga siswanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
untuk membei alat praktikum, mereka akan susah di situ, dananya. Karena itu punya Sekolah itu siswanya ya menengah ke bawah. Kalo KI 1, KI 2, KI 3 sih masih bisa dilakukan.
G2 : e yang paling memang taulah ya karakter kan kalau di sini karakternya keras. Karakter anak to. Kemudian kalau yang saya lihat yang paling terutama kalau di kelas 12 ya kita fokus ke situ saja, bagaimana dia menjawab soal. Yang paling susah kalau di sini berarti kan kita kan tuntut anak kreatif, tapi kalau basicnya kurang, bagaimana saya mau ajarkan dia misalkan tekanan, kalau perkalian saja masih kendala, pembagian aja masih kendala. Iya kan? E mengelola pembagian pengurangan perkalian itu masih susah. Jadi memang sangat artinya ada kendala dari pengetahuan anak juga. Juga kan nanti di tujuan akhir harus memikirkan bagaimana kelanjutan Sekolahnya. G2 : termasuk kesulita. Kemudian kalau keterampilan, fasilitas di Sekolah ini kan secara umum kalau saya lihat, ketika saya pernah pertemuan di Jakarta, saya tanya ke bagian NTT, ya bagian timur lah kaya Ambon sana, kendalanya sama. Di Sekolah ini masih sangat minim yang namanya mendukung, e mendukung karakter. Jadi setiap Sekolah harus bikin keasi mau bikin kayak apa. Ya carilah yang sesederhana mungkin. Sangat miinimlah. Jadi seandainya pemerintah sudah melihat K13 ini harus dibarengi juga dengan penunjangan fasilitas yang ada. P : Kalau Bapak sendiri di luar itu, kan KI kan G2 : Moral.
G3
: K13 yang menonjolnya ya di situ, yang nilai
sikapnya lebih banyak. Setelah itu psikomotoriknya, kemudian yang ketiga kognitifnya. Jadi ya kalau dulu piramidnya gini, kalau sekarang terbalikkan. Itu yang saya tangkap. Makanya KI I, II, sosial dengan ini kan itu diwajibkan ada dalam setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
pembelajaran. Berarti yang utama itu. Kalau menurut saya seperti itu. G3
: kalau menurut saya ya keimanan. KI I, KI II sosial.
Kalau saya pribadi ya keimanan. Kalau saya pribadi ya saya bisa saja bilang saya ini beriman. Tapi dalamnya siapa yang tau? Kalau yang kedua sosial. Kita bisa mendekati, melihat sosialnya bagus, tapi keimanannya kan belum tentu. Menerapkannya itu ya. Padahal itu sebenarnya yang pokok. Kan yang namanya tabiat kan. Sikapnya anak-anak. Dari Guru bias. Tapi mungkin menghadapi siswanya seperti ini ya akhirnya melencng juga. Kalau yang ketiga kan namanya seorang Guru kan profesi jadi wajib punya kemampuan gitu. Bagi saya ya KI 1 yang sudah. Dalam implementasi, penerapannya yang susah. G3
: kalau saya pribadi di sini. Fisika yang Psiko ya
kalau kami di Advent masih terkendala. Karena kalau itu peralatan lab kurang memadai. Di Advent, khususnya di Advent dan saya rasa pada umunya di Papua masih ada kendala di situ. Ya tergantung sarpras yang ada di lab. Peralatan-peralatannya. Kalau ada ya mungkin akan berjalan. A kalau yang lainnya, buku referensi yang kami kurang. Sampai sekarang saja buku yang dibuat berdasarkan dengan K13 mau cari sampe taputar-taputar sampe kepala pusing, di Timika ndak ada. Apalagi kelas XII. Kalau kelas X, XI, mungkin bisa saya copy dari teman. Tapi di Advent ini belum pernah terima bantuan buku dari pemerintah. Kemudian KI III, buku refenrensi. Mau transfer ke anak-anak gimana bukunya aja ga ada. Modulnya, buku pakut aja ga ada. Apakah itu pegangan Guru atau buku paket dalam kelas ga ada. Ya kami donload saja di internet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
G4 : Hmm ketercapaian ya. Kalau saya yang penting anak aktif di kelas. Aktif bertanya, aktif mengerjakan tugas, sehingga nanti dia bisa mengerjakan soal ujian. Jadi ya yang paling penting siswa itu mengerti apa materi yang saya ajarkan. Ya bagaimanapun kurikulumnya kan sebenarnya tujuan utamanya itu. Yangpenting anak mengerti dan mampu mengerjakan soal. Pinter. Tapi berkaitan dengan kurikulum 2013 ini kalau yang tentang karakter itu sebenarnya baik sekali juga ya. Jadi siswa tidak sekedar pintar tapi juga berakhlak. Jadi ya yang saya kjar itu anak aktif. Kalau dia aktif bersosialisasi di kelas gitu kan juga dia sudah berkarakter to. Yang jelas mendidik biar dia menjadi manusia yang baik itu sudah pasti. Saya sih pikirnya gini ya mbak. Saya sudah digaji dari uang orang tua murid yang menitipkan anaknya. Jadi saya tidak mau sibuk dengan memikirkan administrasi, arti kurikulum, dll yang paling penting buat saya adalah mendidik dan mengajar. Kita tidak tau besok anak yang kita didik mau jadi apa, akan jadi apa. Tapi kita erusaha apapun jadinya dia, itu yang terbaik buat dia. Jadi berusaha kebutuhannya terpenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN V FOTO KEADAAN SEKOLAH
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
1. SMA YPPK Tiga Raja Timika
2. SMA Negeri 1 Mimika Timur
3.SMA Advent Timika