DESAIN PEMBELAJARAN UNTUK MEMFASILITASI PENINGKATAN TARAF BERFIKIR SISWA DARI OPERASI KONKRET KE OPERASI FORMAL PADA POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR SERTA HASIL UJI COBANYA DI SMP PANGUDI LUHUR KELAS VIII.B WEDI KLATEN
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: ASTI DWI KUSUMAWATI NIM : 021424031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Life is Beautiful Hidup adalah anugrah untuk diterima dengan rasa syukur Untuk dipenuhi dengan persahabatan Untuk diabdikan demi kebaikan Untuk dibagi-bagikan dengan murah hati Untuk diperjuangkan dengan berani Untuk diberikan dengan gembira Hidupilah hidup Bersyukurlah, rasailah, cecaplah Betapa hidup lebih berharga dari segala hal yang lain Setiap hari, setiap saat, cintailah hidup Hidup adalah kebahagiaan Berbesarhatilah karena hidup lebih berharga dari seluruh dunia ini De Chee
Skripsi ini Kupersembahkan Untuk Keluargaku & saudaraku yang telah memberikan makna hidupku jadi berarti Orang-orang yang kusayangi yang membuat hidupku seperti pelangi
iv
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menghasilkan desain pembelajaran untuk memfasilitasi peningkatan taraf berfikir dari operasi konkret ke operasi formal pada pokok bahasan suhu dan kalor serta melaporkan hasil uji cobanya pada siswa kelas VIII.B SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Juli sampai 14 Agustus 2006 dengan mengambil sampel satu kelas yang berjumlah 38 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal-soal yang merepresentasikan operasi konkret dan operasi formal serta desain pembelajaran sebagai fasilitasi peningkatan dari operasi konkret ke operasi formal pada pokok bahasan suhu dan kalor.Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan taraf berfikir dari operasi konkret ke operasi formal dengan fasilitasi menggunakan suatu desain pembelajaran, siswa diminta untuk mengerjakan soal pretes dan postes. Hasil analisis pretes digunakan untuk mengetahui siswa tersebut masuk dalam tahap sensorimotorik, praoperasi, operasi konkret atau operasi formal. Bagi siswa yang masuk tahap sensorimotorik, praoperasi dan operasi formal tidak dianalisis lebih lanjut. Hanya bagi siswa yang termasuk dalam tahap operasi konkret dianalisis lebih lanjut kemudian dibandingkan dengan hasil postesnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 38 siswa ada 44,74% (17) siswa yang dapat dimasukkan dalam tahap perkembangan operasi konkret, 55,26% (21) siswa yang dapat dimasukkan dalam tahap sensorimotor dan tahap praoperasi serta tidak ada siswa yang berada pada tahap operasi formal. Dari 17 siswa setelah selama 5 kali pertemuan (8 JP) siswa mengikuti proses pembelajaran dan diakiri dengan postes. Maka hasil tes menunjukkan bahwa untuk soal operasi konkret ada 8 siswa (47,06%) yang mengalami peningkatan dan 4 siswa (23,53%) mengalami penurunan serta 5 siswa (29,41%) yang tetap (menjawab sama untuk soal pretes dan postes). Berdasarkan hasil Uji-T disimpulkan bahwa secara umum tidak ada peningkatan operasi konkret. Untuk soal operasi formal semua mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 20,85%. Berdasarkan hasil Uji-T disimpulkan bahwa secara umum terjadi peningkatan operasi formal.
vi
ABSTRACT
The goal of this research is to generate an instructional design for facilitating the thinking level improvement from concrete operation to formal operation in the topic of temperature and heat and to report its test results on the VIII B class of SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten. The research was held on 29 July- 14 August 2006 by surveying 38 students as the sample. Some instruments used in the research are problems that represent a concrete operation and formal operation, and also an instructional design as the improvement facilities from concrete operation to formal one. To know whether there is an improvement of thinking level from concrete operation to formal operation by using an instructional design, students were asked to solve pretest and posttest problems. The result of pretest analysis is used to know in which category a student is classified : the sensorymotoric, preoperation, concrete operation, or formal operation level. Students who are in the sensorymotoric, preoperation, and formal operation level were not being analyzed. Only for them who one classified in the concrete operation, a further analysis was made and then being compared with the posttes result. The result shows that from those 38 students there are 44.74% (17) students which belong to the concrete operation improvement level of 55.26% (21) students are sensorymotoric, and no student is classified in the formal operation. After joining the instructional process for five times meeting that ended by posttest, 17 students classified in the concrete operation had their change, 8 students got an improvement, 4 students got worse, and 5 students were in steady state. For formal operation problems, all of the 17 students got an improvement with the rate of 20.85%. According to T- test result, it can be conclude that generally there is an improvement of formal operation.
vii
KATA PENGANTAR
Pujian syukur kepada Tuhan, karena penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “DESAIN PEMBELAJARAN UNTUK MEMFASILITASI PENINGKATAN TARAF BERFIKIR SISWA DARI OPERASI KONKRET KE OPERASI FORMAL PADA POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR SERTA HASIL UJI COBANYA DI SMP PANGUDI LUHUR KELAS VIII.B WEDI KLATEN”. Perjuangan untuk mencapai keberhasilan memang berat. Terasa sekali beratnya hingga rasa malas dan putus asa sering mendera. Namun dengan kemauan ingin meraih masa depan telah mendorong penulis untuk tetap berusaha. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini, khususnya kepada: 1. Drs.A. Atmadi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang memberikan dorongan, semangat, saran dan kritikan serta membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. 2. Br. Antonius Parjana, FIC selaku kepala sekolah SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten. 3. Th. Tri Wahono, S.Pd. Selaku guru bidang studi fisika kelas VIIII.B di SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten. 4. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Bapak Sunarjo dan Bapak Sugeng (sekretariat JPMIPA), atas kerjasamanya dalam melayani pembuatan surat ijin penelitian. 6. Bapak dan ibu tercinta untuk doa, dukungan, nasehat dan kasih sayangnya. 7. Mbak Ria dan adikku Alm. Jujun tersayang yang selalu ada dalam hatiku. 8. Mas Sudi yang selalu memotivasi dan memberi semangat “Kuliah terus kapan luluse…………!!!” 9. Rm Nano atas motovasi dan doa-doanya serta kakak-kakakku Fr.Che-Che dan mas Boby, terima kasih atas sharing-sharingnya selama ini.
viii
10. Sahabat-sahabatku Wenni, Asti, Ria serta teman-teman sebimbingan Aka, Tasya dan P.Win, terima kasih atas doa, curhatan dan dukungannya selama ini. 11. Teman-temanku seangkatan PFIS 2002: Sulis, Wisnu, Idang, Eko, Heru, Titik, Nita, Cicik, Dina, Ari, Mif, Dedik dan Rita, terima kasih atas persahabatannya. 12. Teman-teman kost “Merah” :Yevin, Tia, Ika, Jaiko, Wiwid, Titis, Ardath dan teman-teman “Wiswa lestari” serta saudaraku Rina dan Angga, terima kasih untuk semuanya. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan doa selama perjalanan studi dan proses penyusunan skripsi ini.
Akhirnya penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan untuk itu saran dan kritik yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Yogyakarta, 8 Februari 2007 Penulis
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………..i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………....ii HALAMAN PENGESAHAN..…………………………………………………………iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………..iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………………………v ABSTRAK………………………………………………………………………………vi ABSTRACT……………………………………………………………………………vii KATA PENGANTAR…………………………………………………………………viii DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….x DAFTAR TABEL……………………………………………………………………...xii DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………………xiii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………..xiv BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………1 A. Latar Belakang………………………………………………………………..1 B. Perumusan Masalah…………………………………………………………..2 C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………..2 D. Manfaat Penelitian……………………………………………………………3 BAB II DASAR TEORI………………………………………………………………...4 A. Pengetahuan Awal…………………………………………………………....4 B. Transformasi dari Operasi Konkret ke Operasi Formal……………………...5 C. Desain Pembelajaran Fasilitasi Perkembangan………………………………7
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………………………12 A. Jenis Penelitian……………………………………………………….………12 B. Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………………….….12 C. Sampel Penelitian………………….…………………………………………12 D. Instrumen…………………………………………………………….………13 a. Desain Pembelajaran…………………………………….………………13 b. Instrumen Penelitian…………………………..…………………………16 E. Metode Pengumpulan Data……………………………………………..……22 F. Metode Analisis Data………………………………………….……………..22 BAB IV DATA DAN ANALISIS…………………………….………………………..28 A. Operasi Konkret dan Operasi Formal………………………..………………28 B. Variasi Tahap Perkembangan………………………………………….…….41 1. Pergeseran Taraf Perkembangan Operasi Konkret………………………41 2. Pergeseran Taraf Perkembangan Operasi Formal ……………........……47 BAB V PENUTUP….…………………………………..……………………..………57 A. Kesimpulan……………………………………………………………….….57 B. Saran…………………………………………………………………………59 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….60 LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Variasi jawaban soal pretes…………………………………………....29 Tabel 3.2 Hasil pretes siswa yang berada pada tahap operasi konkrit…………...33 Tabel 3.3 Variasi jawaban soal postes………………………………………..….35 Tabel 3.4 Hasil postes siswa yang sebelum pembelajaran berada pada tahap operasi konkret………………………………………….....39 Tabel 3.5 Prosentase kebenaran jawaban untuk soal operasi konkret………........43 Tabel 3.6 Signifikansi peningkatan operasi konkret……………………………..43 Tabel 3.7 Prosentase kebenaran jawaban untuk soal operasi formal………….....48 Tabel 3.8 Signifikansi peningkatan operasi formal………………………………49
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Variasi jawaban soal pretes………………...…………………………32 Grafik 3.2 Hasil pretes siswa yang berada pada tahap operasi konkret……….....34 Grafik 3.3 Variasi jawaban soal postes………………..…………………………38 Grafik 3.4 Hasil postes siswa yang sebelum pembelajaran berada pada tahap operasi konkret…………………..………………………40 Grafik 3.5 Pergeseran dari soal operasi konkret………………………..………..42 Grafik 3.6 Pergeseran dari soal operasi formal……………………….…..……...47
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rincian kemampuan dari operasi konkret dan operasi formal serta Penerapan soal terhadap masing-masing rincian kemampuan ……62 Lampiran 2. Desain Pembelajaran 1. Model Pembelajaran “ Suhu dan Termometer”.............................77 2. Model Pembelajaran “ Kalor dan Suhu Benda”............................81 3. Model Pembelajaran “Penghantar dan Isolator Panas”.................88 Lampiran 3. Soal pretes………………………………………………………….94 Lampiran 4. Soal postes………………………………………………………...101 Lampiran 5. Fasilitasi Perkembangan pada materi Suhu dan Kalor……………109 Lampiran 6. Kunci jawaban soal pretes dan postes…………………………….114 Lampiran 7. Tabel T- test ( Two- Tailed Test)…………………………………115 Lampiran 8. Surat permohonan ijin penelitian....................................................116 Lampiran 9. Surat keterangan melaksanakan penelitian.....................................117
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dewasa ini banyak teori perkembangan yang dipakai dan digunakan sebagai dasar untuk meneliti perkembangan seseorang. Salah satu teori yang sering dipakai adalah teori perkembangan Piaget. Teori ini menekankan perkembangan kognitif dan dampak dari proses perkembangan tersebut. Perkembangan pemikiran anak, sejak lahir sampai dewasa berbeda, makin maju dan sempurna. Teori Piaget juga sangat membantu pendidik untuk dapat membantu siswa mengembangkan pemikirannya. Pemikiran siswa berkembang secara perlahan dengan tahap–tahapnya, mulai dari tahap sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret dan akhirnya tahap operasi formal. Karena itu, dalam menyampaikan suatu materi kepada siswa perlu diperhatikan tingkat pemikirannya, dimulai dari yang konkret ke yang abstrak, dari bahan yang mudah ke bahan yang sulit dan dari bahan yang dekat dengannya sampai ke yang jauh. Pengetahuan adalah konstruksi siswa sendiri, maka siswa harus dibantu agar aktif dalam mengolah, mendalami dan membangun pengetahuannya. Sebagai seorang pendidik kita perlu mengerti tahap perkembangan siswa sehingga dapat membantu siswa secara lebih tepat. Pendidik perlu menciptakan suasana yang menantang siswa berfikir, merumuskan pikirannya, dan mengekspresikan apa yang siswa ketahui.
1
2
Pembelajaran dapat dirancang untuk memfasilitasi peningkatan taraf berfikir siswa. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk membuat suatu desain pembelajaran untuk memfasilitasi peningkatan taraf berfikir siswa dari operasi konkret ke operasi formal, khususnya pada pokok bahasan “Suhu dan Kalor”.
B. Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimanakah taraf berfikir siswa dari operasi konkret dapat meningkat ke operasi formal dengan fasilitasi sebuah pembelajaran pada pokok bahasan Suhu dan Kalor pada siswa kelas VIII.B SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten?"
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah menghasilkan desain pembelajaran yang dapat memfasilitasi peningkatan taraf berfikir dari operasi konkret ke operasi formal pada pokok bahasan suhu dan kalor serta melaporkan hasil uji cobanya pada siswa kelas VIII.B SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten.
3
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Dapat mengetahui ada tidaknya peningkatan taraf berfikir dari operasi konkret ke operasi formal dengan fasilitasi menggunakan suatu desain pembelajaran. 2. Dapat menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan dalam merancang proses belajar mengajar. 3. Dapat digunakan sebagai acuan untuk merancang pembelajaran untuk memfasilitasi peningkatan taraf perkembangan kognitif siswa pada materi yang lain.
BAB II DASAR TEORI
A. Pengetahuan Awal Menurut Piaget dalam Suparno (2001: 24-25), pengertian seseorang itu mengalami perkembangan dari lahir sampai menjadi dewasa. Secara garis besar, Piaget membedakan empat tahap perkembangan kognitif seorang anak (1) tahap sensorimotor yang terjadi sejak anak lahir sampai berumur 2 tahun, (2) tahap pra operasi pada umur 2 tahun sampai 7 tahun, (3) tahap operasi konkret pada umur 7 sampai 11 tahun, dan (4) tahap operasi formal pada umur 11 tahun ke atas. Setiap tahap perkembangan meneruskan tahap yang sebelumnya, membentuk tahap yang baru, dan mengembangkan tahap itu ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Pada skripsi ini yang akan dibahas adalah perkembangan dari tahap operasi konkret ke tahap operasi formal. Menurut Piaget, urutan tahap itu mempunyai beberapa sifat: 1) Urutan perkembangan tahap–tahap itu tetap, meskipun umur rata-rata terjadinya dapat bervariasi secara individual menurut tingkat inteligensi atau lingkungan sosial seseorang. Urutan tahap sensorimotor, praoperasi, operasi konkret dan operasi formal adalah tetap. Tetapi, kapan tahap-tahap itu dapat berkembang dalam diri seseorang dapat berbeda-beda. Seseorang dapat berkembang lebih cepat, sedangkan yang lain lebih lambat.
4
5
2) Urutan perkembangan itu tidak dapat saling ditukar. Seorang anak tidak dapat sampai pada tahap operasi formal kalau belum melalui tahap operasi konkret. 3) Setiap tahap yang lebih maju mempunyai penalaran yang secara kualitatif berbeda dengan penalaran tahap sebelumnya. Penalaran tahap berikutnya jauh lebih tinggi dari pada yang sebelumnya. 4) Setiap kemajuan dalam penalaran selalu dapat diterapkan secara lebih menyeluruh. Misalnya, seorang anak yang menyadari konsep kekekalan panjang dapat menggunakan penalaran yang sama bagi objek lain yang relevan dan bersesuaian. 5) Kemajuan tahap baru selalu mengandung perluasan dari struktur yang sebelumnya. Struktur yang lama diubah melalui adaptasi, meskipun formulasi yang sebelumnya tidak pernah dihilangkan. Transformasi penalaran yang baru dari yang sebelumnya merupakan perkembangan.
B. Transformasi dari Operasi Konkret ke Operasi Formal Menurut Suparno (2001: 69 - 70) tahap operasi konkret tidak hanya mengembangkan apa yang ada pada tahap praoperasi, tetapi juga melampaui dan membentuk skema lain yang baru. Tahap operasi konkret ini dicirikan dengan pemikiran anak yang sudah berdasarkan logika tertentu dengan sifat reversibilitas dan kekekalan. Anak sudah dapat berfikir menyeluruh dengan melihat banyak unsur dalam waktu yang sama. Pemikiran anak dalam banyak hal sudah lebih teratur dan terarah karena sudah dapat berfikir seriasi dan
6
klasifikasi dengan lebih baik, bahkan mengambil kesimpulan secara probabilitas. Konsep akan bilangan, waktu dan ruang sudah semakin lengkap terbentuk. Meskipun demikian, pemikiran yang logis dengan segala unsurnya di atas masih terbatas diterapkan pada benda-benda yang konkret, pemikiran itu belum diterapkan pada kalimat verbal, hipotetis dan abstrak. Anak pada tahap ini masih tetap kesulitan untuk memecahkan persoalan yang memiliki segi dan variabel terlalu banyak. Maka, meskipun inteligensi pada tahap ini sudah sangat maju, cara berfikir seorang anak tetap masih terbatas karena masih berdasarkan sesuatu yang konkret. Menurut Suparno (2001: 100 - 101) pada tahap pemikiran operasi formal, berkembanglah logika remaja dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Ada peralihan pemikiran dari pengalaman langsung menuju pemikiran yang berdasarkan proposisi dan hipotetis. Asimilasi dan akomodasi terus berperan dalam membentuk skema yang lebih menyeluruh pada pemikiran remaja. Unsur pokok pada pemikiran formal adalah pemikiran deduktif, induktif dan abstraktif. Yang pertama, mengambil keputusan khusus dari pengalaman yang umum, yang kedua mengambil kesimpulan umum dari pengalaman-pengalaman yang khusus dan yang terakhir, abstraksi tidak langsung dari objek. Pada tahap perkembangan ini seorang anak sudah mulai maju dalam memahami konsep proporsi dengan baik, sudah mampu menggunakan kombinasi dalam pemikirannya, dan sudah dapat menggabungkan dua
7
referensi pemikiran. Ia juga sudah mengerti probabilitas dengan unsur kombinasi dan permutasi. Pemetaan dan rincian kemampuan untuk operasi konkret dan operasi formal dapat dilihat di lampiran 1.
C. Desain Pembelajaran Fasilitasi Perkembangan Untuk dapat berkembang ke tahap operasi formal siswa yang masih berada pada tahap operasi konkret perlu difasilitasi. Pada penulisan ini penulis menyusun desain pembelajaran “ Suhu dan Kalor ” sebagai salah satu fasilitas agar taraf berfikir siswa meningkat dari operasi konkret ke operasi formal. Dalam desain yang dibuat ada beberapa metode yang digunakan yaitu: a) Demonstrasi Menurut Kartika Budi dalam handout kuliah “Metodologi Pembelajaran
Fisika”-nya,
demonstrasi
diartikan
sebagai
proses
menunjukkan “sesuatu”. Ada berbagai hal yang dapat ditunjukkan, antara lain objek, misalnya: magnet, lensa, prisma, cermin, model atom, model kristal, model tata surya, larutan elektrolit, jenis-jenis batuan, komponenkomponen elektronika seperti kapasitor, resistor, transistor, diode, kumparan; alat, misalnya: mikroskop, ampermeter, voltmeter, asiloskop, jangka sorong, tangki riak, spektrometer; cara menggunakan atau mengoperasikan suatu alat, misalnya: cara memasang, merangkai, mengoperasikan, dan membaca skala multimeter; suatu gejala atau proses, misal: pemuaian, terjadinya spektrum melalui kisi, perubahan arus yang mengikuti perubahan tegangan, gerak yang dipercepat atau diperlambat,
8
pembiasan dan pemantulan cahaya, terjadinya gelombang pada tali dan slingki, interferensi dengan tangki riak, pemantulan cahaya oleh cermin, pembiasan cahaya oleh prisma dan lensa, terjadinya gaya pada kawat berarus dalam medan magnet, interaksi antara dua kawat sejajar berarus, terjadinya arus induksi, dan sebagainya. Menurut Muhibbin Syah (1995: 210 - 211), keunggulan menggunakan metode demonstrasi antara lain (1) perhatian siswa lebih dapat dipusatkan, (2) proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, (3) pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. Selain itu demonstrasi juga memiliki kelemahan, antara lain (1) mahalnya biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk alat-alat modern, (2) untuk konsep tertentu memerlukan waktu yang lama, (3) untuk kelas yang besar tidak semua siswa dapat melihat dengan jelas kegiatan yang dilakukan, (4) dibandingkan dengan metode eksperimen, dengan metode demonstrasi siswa tidak mengalami percobaan sendiri. b) Eksperimen Eksperimen adalah suatu kegiatan mempergunakan alat-alat sains dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu yang baru (setidak-tidaknya bagi orang itu sendiri, meskipun tidak baru bagi orang lain) atau untuk mengetahui apa yang terjadi kalau diadakan suatu proses tertentu (Sukarno, dalam Sujanti, 1999: 15).
9
Eksperimen
merupakan
percobaan
yang
dilakukan
untuk
memperoleh data sehingga proses analisis dan kesimpulan dapat berlangsung. Dalam eksperimen siswa melakukan sendiri percobaannya (Kartika Budi, 2001: 48). Melihat dari pengertian eksperimen kita dapat mengetahui keunggulan dari metode eksperimen untuk proses belajar-mengajar di sekolah, antara lain (a) dapat memecahkan berbagai masalah dan uji bermacam-macam hipotesis, (b) dapat terjalin kerja sama untuk saling mendukung percobaan-percobaan, (c) dapat semakin memahami objek atau kejadian, (d) dapat menghidupkan kegiatan belajar, (e) dapat mengaitkan teori dengan peristiwa alam dalam lingkungan, (f) dapat mendorong motivasi siswa, (g) hasil eksperimen lebih mudah diingat daripada informasi melalui metode ceramah, (h) guru dapat melatih penalaran siswa dalam berpikir, (i) melatih sikap siswa dalam melakukan eksperimen (sikap-sikap positif seperti tidak mudah putus asa, kritis, kreatif, terbuka, tidak mudah puas, menghargai dan menerima berbagai masukan dari luar), (j) siswa aktif dalam mencari jawaban dari persoalan yang dihadapi, (k) siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Menurut Kartika Budi (1997: 170), selain memiliki keunggulan, metode eksperimen juga memiliki berbagai kelemahan, antara lain (a) metode eksperimen memerlukan sejumlah set alat sesuai dengan jumlah kelompok atau siswa sehingga memerlukan biaya cukup mahal untuk
10
membelinya, (b) memerlukan ruangan atau tempat khusus
untuk
melakukan
untuk
eksperimen,
(c)
memerlukan
waktu
khusus
mempersipakan dan pengemasan alat yang digunakan, (d) kegagalan atau kesalahan dalam eksperimen akan mengakibatkan salahnya penerimaan informasi bagi siswa. Dalam metode ini siswa diberikan kebebasan untuk melakukan percobaan dan pengamatan. Dengan demikian siswa memiliki pengalaman sendiri. Percobaan dan pengamatan dapat menghilangkan salah pengertian intuitif siswa. Percobaan yang dilakukan dapat menantang pengetahuan awal siswa apakah benar atau salah (Suparno, 2000). Eksperimen yang memberikan hasil yang bertentangan dengan konsep awal siswa dapat menyebabkan siswa merubah konsepnya dan untuk terjadinya perubahan konsep bergantung pada siswa yang mau belajar dengan aktif. c) Memunculkan suatu pertanyaan Kegiatan ini sering dilakukan oleh guru di awal pelajaran. Biasanya ini digunakan oleh guru untuk memancing pengetahuan awal siswa mengenai materi yang sedang diajarkan. Pada penulisan ini penulis juga melakukan hal yang sama pada sub pokok bahasan “ kalor dan suhu benda” serta “ penghantar dan isolator panas” d) Diskusi kelompok Penulis juga memilih metode ini dalam proses pembelajaran. Dengan metode ini siswa lebih berani dalam mengemukakan pendapatnya. Siswa memiliki kecenderungan lebih berani berbicara dengan temannya
11
dari pada berbicara di depan kelas. Dari metode ini diharapkan siswa satu dengan yang lain bisa saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang ada dan segala pemikiran bisa diutarakan sehingga bisa bertukar pikiran satu dengan yang lain.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat eksploratif, karena peneliti hanya ingin mengetahui bagaimanakah desain pembelajaran yang dibuat dapat memfasilitasi peningkatan taraf berfikir dari operasi konkret ke operasi formal pada siswa SMP kelas VIII Pangudi Luhur Wedi Klaten, untuk pokok bahasan suhu dan kalor.
B. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Juli sampai 14 Agustus 2006. b. Tempat Penelitian dilakukan di SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten, d.a Karangrejo, Pandes, Wedi, Klaten 57461.
C. Sampel Penelitian Dari 3 kelas VIII yang ada diambil 1 kelas yang dianggap lebih baik dari kedua kelas lainnya yaitu kelas VIII.B yang berjumlah 38 siswa. Menurut guru pengampu bidang studi fisika kelas ini dipilih karena kelas ini cukup aktif selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga selama proses pengambilan data peneliti akan lebih terbantu.
12
13
D. Instrumen a. Desain Pembelajaran Untuk memfasilitasi peningkatan taraf berfikir dari operasi konkret ke operasi formal peneliti membuat suatu desain pembelajaran. Ada beberapa langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan desain pembelajaran, antara lain: a) Memilih pokok bahasan tertentu Dalam penelitian ini penulis memilih “Suhu dan Kalor” sebagai materi pokok yang akan dipelajari. Materi pokok ini dibedakan menjadi 3 sub pokok bahasan: 1) suhu dan termometer, 2) kalor dan suhu benda, 3) penghantar dan isolator panas. b) Membuat pemetaan Pemetaan dibuat dalam bentuk kolom-kolom, agar lebih mudah dalam membaca dan lebih mudah dipahami. Beberapa langkah pemetaan yang dilakukan dalam pembuatan desain ini antara lain: 1. Rincian kemampuan operasi konkret dan operasi formal Kegiatan ini untuk mendaftar rincian kemampuan apa saja yang dimiliki anak masing-masing pada tahap operasi konkret dan operasi formal. Ada 8 rincian kemampuan pada tahap operasi konkret dan 11 rincian kemampuan pada tahap operasi formal. Rincian tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. Setiap rincian kemampuan diberikan penjelasan yang memperjelas kemampuan yang dimiliki anak pada tahap tersebut dan disertai contoh soal yang akan dipakai sebagai alat ukur.
14
2. Peyusunan
soal
yang
sesuai
dengan
masing-masing
rincian
kemampuan Untuk masing-masing rincian kemampuan pada tahap operasi konkret
maupun
operasi
formal
disusun
pada
soal-soal
yang
merepresentasikan rincian kemampuan tersebut. Beberapa soal diambil dari sumber utama buku “Teori perkembangan kognitif Jean Piaget” dan beberapa buku pendukung serta ada beberapa soal yang dibuat oleh penulis sendiri dengan mengacu pada penjelasan dari mesing-masing rincian kemampuan. Setiap sumber dari soal ditulis di belakang dari soal. Soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2. 3.
Fasilitasi transformasi dari operasi konkret ke operasi formal Desain yang dibuat ini sebagai salah satu fasilitasi siswa yang
masih berada pada tahap operasi konkret agar meningkat ke tahap operasi formal. Dalam setiap rincian kemampuan yang ada pada tahap operasi konkret difasilitasi dengan beberapa kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung agar bisa meningkat ke tahap operasi formal. Ada beberapa rincian kemampuan yang ada dalam operasi konkret tetapi tidak ada pada operasi formal maupun sebaliknya. Secara rinci untuk masing-masing rincian kemampuan dan fasilitasinya ada pada lampiran 5. c) Kekhasan dari desain yang dibuat Ketiga desain pembelajaran yang dibuat oleh penulis ini memiliki kekhasan yaitu pada proses pembelajaran yang dilakukan. Kekhasan ini
15
terlihat pada keaktifan siswa dalam setiap proses kegiatan yang dilakukan. Meskipun dari ketiga desain ini menggunakan metode yang berbeda tetapi metode yang dipilih mengaktifkan siswa untuk berfikir, bertindak dan berkomunikasi baik dengan sesama teman maupun dengan guru. d) Langkah-langkah Langkah-langkah pembelajaran dalam desain pembelajaran yang di buat secara umum adalah sebagai berikut. Pertama adalah kegiatan awal. Kegiatan awal adalah motivasi yang dipakai oleh penulis untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi
yang
akan
dipelajari.
Kegiatan
yang
dilakukan
adalah
memunculkan suatu pertanyaan kepada siswa, mengingat kembali peristiwa sehari-hari yang berkaitan dengan konsep tersebut dan mencoba untuk menghubungkannya. Kedua adalah kegiatan inti. Langkah ini merupakan inti dari proses pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan antara lain: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, pengumpulan data dan penyimpulannya. Ketiga adalah kegiatan pemantapan. Kegiatan ini merupakan rangkuman dari seluruh proses yang dilakukan. Perangkuman dapat dilakukan sekaligus untuk
memberikan evaluasi berupa Tanya jawab
lisan, latihan soal maupun pekerjaan rumah.
16
b. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah soalsoal pilihan ganda. Pada setiap soal, diberikan 4 pilihan jawaban. Soalsoal tersebut dikelompokkan merepresentasikan operasi konkret dan operasi formal. Dari soal yang diberikan, siswa menjawab langsung di lembar soal, karena untuk setiap soal diberikan tempat untuk menjawab langsung dan diberi tempat untuk menuliskan alasan memilih jawaban. Beberapa rincian kemampuan yang merepresentasikan operasi konkret menurut Suparno (2001: 69-86) antara lain: a. Adanya transformasi reversibel, yaitu kemampuan anak dalam mengerti setiap langkah dari proses trasformasi (perubahan). Anak tidak melihat setiap langkah perubahan sebagai yang berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan. Misalnya anak diberikan benda berputar maka ia sudah dapat melihat seluruh proses berputarnya, bukan hanya kedudukan akhir dan kedudukan awalnya. b. Sistem kekekalan (konservasi), ini adalah kemampuan anak dalam mengerti adanya konsep kekekalan objek. Baik itu kekekalan substansi, kekekalan panjang, kekekalan luas, dan kekekalan volume. c. Seriasi, merupakan kemampuan dalam mengatur atau mengurutkan unsur-unsur menurut semakin besar atau kecilnya unsur tersebut.
17
d. Klasifikasi, adalah kemampuan anak dalam mengelompokkan objekobjek secara lebih terstruktur atau kemampuan anak dalam mengklasifikasikan objek secara lebih sistematis. e. Bilangan, yakni kemampuan anak dalam korespondensi satu-satu dan sifat kekekalan serta kepandaian anak dalam membuat seriasi dan klasifikasi inklusif. Pengertian anak tentang bilangan bulat bertumbuh. f. Ruang, waktu dan kecepatan, yaitu kemampuan anak dapat mengerti relasi urutan waktu (sebelum dan sesudah) dan koordinasi dengan waktu (panjang dan pendek). Apabila anak dihadapkan pada suatu benda maka ia akan memperhatikan laju benda tersebut dan relasi antara waktu dan jarak. g. Kausalitas, adalah kemampuan anak yang sudah lebih mendalam yaitu melihat sebab suatu benda. Anak suka mempertanyakan mengapa sesuatu terjadi serta melihat dan meneliti terjadinya berbagai macam hal. h. Penalaran, adalah kemampuan di mana anak jarang berbicara dengan suatu alasan, lebih mengatakan apa yang terjadi. Dalam hal ini anak belum berfikir secara keseluruhan dengan baik masih menekankan bagian-bagian tertentu sehingga kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.
18
Beberapa rician kemampuan yang merepresentasikan operasi formal menurut Suparno (2001: 88-100) antara lain: a. Dua reversibel, adalah kemampuan dalam membentuk suatu sistem kombinasi dan struktur fundamental yang menunjukkan suatu sistem lengkap, di mana sudah dapat menggunakan dua unsur reversibel resiprok (transformasi pencerminan) dan inversi (proses transformasi kebalikan). b. Pemikiran yang abstraksi reflektif, adalah kemampuan berfikir secara proporsi yaitu pemikiran untuk membandingkan dua hal atau membagikan diantara dua hal. Pada kemampuan ini anak juga melakukan suatu tindakan terhadap objek sehingga terjadi abstraksi. c. Sistem konbinatoris, anak mampu membuat kombinasi dan permutasi dalam mengurutkan beberapa benda yang ada. d. Kombinasi objek-objek dan proposisi, ini adalah kemampuan dalam mengkombinasikan beberapa gagasan dan hipotesis dalam pernyataan afirmatif atau negatif yang sederhana. e. Pemikiran deduktif hipotetis, yaitu kemampuan anak dalam menarik kesimpulan yang penting dari kebenaran yang masih berupa kemungkinan (hipotesis) serta mengambil kesimpulan dari sesuatu yang umum. f. Pengertian probalitas, adalah kemampuan anak menggunakan sistem kombinasi yang memungkinkan melihat segala kemungkinan dari unsur-unsur yang ada. Selain itu anak dapat menghitung proporsi
19
sehingga dapat menagkap dan menghitung suatu probabilitas misalnya 2 4 = . 3 6
g. Fleksibel, adalah kemampuan anak dalam menghadapi hasil yang di luar dugaan karena semua kemungkinan sudah dipikirkan dan dalam menyelesaikan masalah tidak hanya terpaku pada satu metode pemecahan saja. h. Berfikir induktif saintifik, kemampuan anak dalam mengambil kesimpulan yang lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus serta dapat mengambil kesimpulan secara logis dari data yang ada. i.
Sistem
referensi
ganda,
adalah
kemampuan
anak
dalam
menggabungkan persoalan misalnya pada bahasan benda bertumpuk. j.
Kesetimbangan memahami
hidrostatis,
kesetimbangan
adalah dan
kemampuan
anak
dalam
mengapa
terjadi
dilaksanakan
dalam
mengetahui
kesetimbangan. Konsultasi
dengan
dosen
pembimbing
menyusun desain pembelajaran untuk memfasilitasi peningkatan taraf berfikir siswa dari operasi konkret ke operasi formal. Desain dibuat sedemikian rupa sehingga dalam setiap langkah-langkah kegiatan yang dilakukan selama proses pebelajaran dapat mengaktifkan siswa. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan, baik komunikasi antara guru dan siswa maupun antar sesama siswa dalam kelompok.
20
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan diharapkan siswa aktif berfikir maupun bekerja sama dalam kelompok dalam melakukan tugas yang diberikan. Pada saat kerja kelompok setiap kelompok diberikan petunjuk langkah-langkah yang harus dilakukan dan beberapa tugas yang harus dikerjakan. Dengan demikian diharapkan siswa yang masih berada pada tahap operasi konkret mengalami peningkatan ke tahap operasi formal. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat di desain pembelajaran (lampiran 2). Kualitas soal hanya ditentukan oleh validitas isi, apakah soal-soal itu bisa mengukur kemampuan taraf perkembangan pikiran siswa. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dibuat oleh peneliti dapat mengukur kemampuan siswa yang berada pada tahap operasi konkret dan operasi formal. Untuk itu peneliti sudah melakukan uji coba alat ukur yang berupa soal-soal tersebut sebanyak 4 kali di 3 SMP yang berbeda-beda dan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing. Soal pretes dan postes terlampir (lampiran 3 dan lampiran 4). Uji coba alat ukur yang pertama dilakukan pada tanggal 13 Februari 2006 di SMP N 2 Prambanan Klaten. Dari hasil uji coba dan konsultasi dengan dosen pembimbing, maka jenis soal yang semula berhubungan dengan materi pokok yaitu suhu dan kalor diganti, karena jenis soal yang digunakan untuk dapat mengukur kemampuan siswa berada pada tahap
21
mana adalah soal-soal yang merepresentasikan masing-masing rincian kemampuan baik dari operasi konkret maupun operasi formal. Uji coba alat ukur yang kedua dilakukan pada tanggal 6 Maret 2006 di SMP N 2 Prambanan Klaten. Dari hasil uji coba tes tersebut ada 1 soal yang diperbaiki kembali, 1 soal yang di hapus dan 3 soal baru. Soal yang diperbaiki adalah soal nomor 5. Semula gambar yang digunakan adalah sebuah timbangan yang miring seperti pada soal di bawah ini. Ada sebuah timbangan. Lihatlah gambar di bawah ini! T2 T1
B
A Bagaimanakah caranya agar timbangan A dan B bisa setimbang? a. dibuat panjang tali di A lebih panjang dari pada di B b. dibuat panjang tali di b lebih pendek dari pada di A c. dibuat lengan T2 lebih pendek dari pada lengan T1 d. dibuat lengan T1 lebih pendek dari pada lengan T2 Kemudian gambar diperbaiki dengan posisi timbangan yang setimbang dengan soal dan pilihan jawaban yang berbeda dari semula. Ada sebuah timbangan. Lihatlah gambar di bawah ini! T1
A
T2
B
22
Dari gambar di atas pernyataan di bawah ini manakah yang benar? a. Semakin berat benda (A), lengan timbangan T1 harus semakin panjang dari pada T2 agar terjadi kesetimbangan. b. Supaya terjadi keseimbangan, diperlukan lengan T1 lebih pendek dari pada lengan T2 bila beban A lebih ringan dari pada beban B. c. Semakin ringan benda (B), lengan timbangan T2 harus semakin pendek dari pada T1 agar terjadi keseimbangan. d. Supaya terjadi kesetimbangan, diperlukan lengan T2 lebih panjang dari pada lengan T1 bila beban B lebih ringan dari pada beban A. Soal tersebut diperbaiki karena kurang bisa mengukur kemampuan dalam membandingkan dua hal atau membagikan antara dua hal. Soal yang tidak digunakan adalah soal nomor 9, karena soal tersebut terlalu sederhana. Sehingga jumlah soal dari 20 menjadi 21. Uji coba alat ukur yang ketiga dilakukan pada tanggal 27 Maret 2006 di SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten. Dari hasil uji coba tes tersebut ada 1 soal yang dihapus dan 3 soal baru. soal yang tidak digunakan adalah soal nomor 3, karena soal tersebut kurang dapat mengukur kemampuan siswa dalam mengatur atau mengurutkan unsur-unsur menurut semakin besar atau kecilnya unsur tersebut (seriasi). Sehingga jumlah soal dari 21 menjadi 23. Uji coba alat ukur yang keempat dilakukan pada tanggal 24 April 2006 di SMP N 3 Gantiwarno Klaten. Dari hasil uji coba tes terakhir ini diketahui bahwa alat ukur telah memenuhi harapan atau standar.
E. Metode Pengumpulan Data Siswa diberikan tes 2 kali, yakni pretes dan postes yang berupa tes pilihan ganda. Soal-soal yang diujikan berupa soal-soal yang mengukur pemikiran operasi
23
konkret dan operasi formal. Hasil jawaban yang diperoleh dimasukkan dalam tabel-tabel yang disediakan untuk mengetahui siswa tersebut masuk dalam tahap operasi konkret atau formal. Bagi siswa yang dari hasil pretesnya termasuk dalam tahap operasi formal dan berada pada tahap di bawah operasi konkret (tahap sensorimotor dan tahap praoperasi) tidak dianalisis lagi, sedangkan bagi siswa yang dari hasil pretesnya termasuk dalam tahap operasi konkret dianalisis lebih lanjut. Setelah melakukan pretes semua siswa mengikuti proses pembelajaran menggunakan desain pembelajaran yang dibuat oleh peneliti. Kemudian diakhir setelah proses pembelajaran selesai, baru dilakukan postes dengan soal yang sama seperti soal pretes, hanya saja urutan soal diacak.
F. Metode Analisis Data Hasil jawaban pretes siswa yang sudah diperoleh dimasukkan dalam tabel 3.1 dengan cara memberi tanda cek (√) untuk jawaban yang benar dan tanda silang (X) untuk jawaban yang salah untuk jenis soal operasi konkret dan soal operasi formal. Tabel 3.1 Variasi jawaban soal pretes
Siswa X Y Z
Pilihan jawaban
ssosoal OK OF OK OF OK OF
1
2
3
…
Jml jawaban benar
Prosentase (%)
24
Keterangan: OK = Operasi Konkret OF = Operasi Formal Dari tabel 3.1 selajutnya dibuat grafik perbandingan kemampuan taraf berfikir antara operasi konkret dan operasi formal. Dari grafik tersebut akan terlihat siswa mana yang masuk dalam tahap operasi konkret dan operasi formal dengan cara melihat hasil prosentase jawaban yang benar. Jika minimal menjawab benar 6 soal dari 12 soal operasi konkret (50%) dan 6 soal dari 11 soal operasi formal (54,54%), siswa tersebut dinyatakan berada pada tahap operasi formal. Jika minimal menjawab benar 6 soal dari 12 soal operasi konkret (50%) dan kurang dari 6 soal dari 11 soal (< 54,54%) operasi formal, siswa tersebut dinyatakan berada pada tahap operasi konkret. Siswa yang menjawab benar soal operasi konkret di bawah 6 soal dari 12 soal operasi konkret kurang dari (50%), dinyatakan berada pada tahap di bawah operasi konkret, yaitu tahap sensorimotor dan tahap praoperasi. Siswa yang masuk dalam tahap operasi formal dan di bawah operasional konkret
(tahap
sensorimotor
dan
tahap
praoperasi)
tidak
dianalisis lagi.. Hanya siswa yang masuk dalam tahap operasi konkret saja yang perlu dianalisis lebih lanjut. Semua siswa baik yang berada pada tahap sensorimotor, tahap praoperasi, operasi konkret maupun operasional formal akan mengikuti proses pembelajaran dengan memakai desain pembelajaran yang sudah dibuat oleh peneliti. Bagi kelompok siswa yang masuk dalam tahap operasi konkret, hasil jawabannya dimasukkan lagi ke dalam tabel 3.2
25
Tabel 3.2 Hasil pretes siswa yang berada pada tahap operasi konkret
Siswa
Pilihan jawaban
soal
1
2
3
…
Jml jawaban benar
Prosen tase (%)
OK OF OK Y OF OK Z OF Keterangan: OK = Operasi Konkret X
OF = Operasi Formal Dari tabel 3.2 selanjutnya dibuat grafik perbandingan kemampuan taraf berfikir antara operasi konkret dan operasi formal. Siswa yang masih berada pada tahap operasi konkret, saat proses pembelajaran berlangsung diharapkan dapat terfasilitasi oleh pembelajaran dengan desain yang dibuat oleh peneliti sehingga setelah proses pembelajaran selesai, siswa dapat meningkat ke tahap operasi formal. Setelah proses pembelajaran selesai maka dilakukan postes, dan hasil jawaban siswa dimasukkan dalam tabel 3.3 Tabel 3.3 Variasi jawaban soal postes
Siswa
Pilihan jawaban
soal
1
OK OF OK Y OF OK Z OF Keterangan: OK = Operasi Konkret X
2
3
…
Jml jawaban benar
Prosen tase (%)
26
OF = Operasi Formal Dari tabel 3.3 selanjutnya dibuat grafik perbandingan kemampuan taraf berfikir antara operasi konkret dan operasi formal. Siswa yang berada pada tahap operasi konkret pada saat pretes akan dibandingkan dengan hasil postesnya. Hasil postes siswa ini dimasukkan dalam tabel 3.4 Tabel 3.4 Hasil postes siswa yang berada pada tahap operasi konkret
Siswa
Pilihan jawaban
soal
1
2
3
…
Jml jawaban benar
Prosen tase (%)
OK OF OK Y OF OK Z OF Keterangan: OK = Operasi Konkret X
OF = Operasi Formal Dari tabel 3.4 selanjutnya dibuat grafik perbandingan kemampuan taraf berfikir antara operasi konkret dan operasi formal. Untuk mengetahui apakah siswa mengalami perkembangan dari operasi konkret ke operasi formal, dilihat pada tabel 3.2 pretes dan tabel 3.4 postes. Tabel 3.2 menunjukkan prosentase kebenaran jawaban untuk masing-masing siswa yang berada pada tahap operasi konkret, dan kemudian dibandingkan dengan tabel 3.4. Dengan demikian, seberapa besar peningkatan untuk masing-masing siswa dapat dilihat. Dari kedua tabel dapat dilihat apakah siswa yang berada pada tahap
27
operasi konkret mengalami perkembangan setelah mengikuti pembelajaran menggunakan desain ataukah tidak. Untuk menentukan tingkat signifikansi perkembangan dari operasi konkret ke operasi formal digunakan uji-T dengan cara melihat hasil pretes siswa yang berada pada tahap operasi konkret kemudian dibandingkan dengan hasil postesnya. Selanjutnya dianalisis peningkatan untuk masing-masing rincian kemampuan. Uji-T ini digunakan untuk mengetes satu kelompok yang ditest dua kali, yaitu pretes dan postes. Cara menghitung tingkat signifikansi menggunakan tes-T adalah sebagai berikut.
t rel =
(x − x ) 1
(
2
)
⎡ ΣD 2 ⎤ 2 ⎢Σ D − ⎥ N ⎦ ⎣ N ( N − 1)
Dimana: D
: perbedaan antara score tiap subyek = Xi1 – Xi2
N
: jumlah pasang score (jumlah pasangan)
Df
:N–1
Dari hasil uji-T akan diperoleh nilai trel yang akan dibandingkan dengan tcrit yang diperoleh dari tabel lampiran 8. Apabila trel ada diantara tcrit maka tidak signifikan dan sebaliknya.
BAB IV DATA DAN ANALISIS
A.
Operasi Konkret dan Operasi Formal Data yang berupa hasil jawaban siswa dimasukkan dalam suatu tabel (Tabel 3.1) dengan cara memberi tanda (√) pada baris OK (Operasi Konkret) dan OF (Operasi Formal) untuk jawaban yang benar dan memberi tanda (X) pada baris OK (Operasi Konkret) dan OF (Operasi Formal) untuk jawaban yang salah. Selanjutnya setiap siswa secara umum ditentukan berada pada tahap operasi formal, operasi konkret, atau dibawahnya berdasar standar sebagai berikut. Jika minimal menjawab benar 6 soal dari 12 soal operasi konkret (50%) dan 6 soal dari 11 soal operasi formal (54,54%), siswa tersebut dinyatakan berada pada tahap operasi formal. Jika minimal menjawab benar 6 soal dari 12 soal operasi konkret (50%) dan kurang dari 6 soal dari 11 soal (< 54,54%) operasi formal, siswa tersebut dinyatakan berada pada tahap operasi konkret. Siswa yang menjawab benar soal operasi konkret di bawah 6 soal dari 12 soal operasi konkret (50%), dinyatakan berada pada tahap di bawah operasi konkret, yaitu tahap sensorimotor dan tahap praoperasi.
28
29
Tabel 3.1 Variasi jawaban soal pretes soal Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1
2
√
√
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Pil.jaw OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF
Χ √
√
√
Χ Χ
√
√
√
√
Χ
√
√
√
√
Χ
√
Χ
√
Χ
Χ
Χ
√
Χ
√
X
√
√
√
Χ
√ Χ √ Χ
Χ √
√
Χ
Χ
√
Χ √
Χ
Χ
Χ
Χ Χ
√
Χ
Χ
Χ √
√ √
√
X Χ √
X √
√ √
Χ Χ
√
Χ
Χ Χ
Χ √
√ X
Χ
Χ
X
X
Χ
X √
Χ Χ
Χ
Χ X
√
Χ
√ √
√
√ Χ
X Χ
Χ
Χ
X
√ Χ
Χ
√
√
Χ
Χ
Χ
Χ Χ
Χ
Χ
√ X
X
Χ Χ
√
Χ
√
Χ
Χ Χ
Χ
√
Χ
√
√
Χ Χ
√
X
Χ
√
Χ
Χ
Χ
√ √
Χ
Χ
Χ
Χ
√
√
Χ
√
Χ
X
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ √
√
Χ
Χ
Χ
Χ
√
Χ
Χ
Χ
√
Χ
√
Χ
Χ √
√
Χ
Χ
X
Χ
Χ
Χ
Χ
√ √
√
Χ
Χ Χ
Χ
√
Χ Χ
√
Χ
√
√
√
Χ
Χ
Χ Χ
Χ
√
Χ
Χ
√
Χ
√
Χ
√
√
√
Χ Χ
√ √
Χ √
√
√
Χ
√
√
Χ
Χ
√
√
√
Χ
√
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ √
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
√ Χ
Χ √
√ Χ
Χ √
√
Χ
Χ
√ √
√
√
Χ
Χ
√
Χ
Χ
√
√
Χ
√
Χ
√ √
√
√ Χ
√ Χ
Χ Χ
Χ √
Χ
Χ
√
√ Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
√
√
Χ
√ Χ
Χ Χ
Χ Χ
Χ √
Χ
Χ
Χ
Χ Χ
Χ
Χ
√
Χ
Χ
√
Χ
√ Χ
Χ Χ
Χ √
√ Χ
√ √
Χ
√
Jml Jaw bnr
Prosentase (%)
10 3 7 3 4 5 6 4 4 3 12 2 7 3 4 0 4 3 2 4 3 4 7 4 9 3 4 3
83.33 27.27 58.33 27.27 33.33 45.45 50.00 36.36 33.33 27.27 100 18.18 58.33 27.27 33.33 0 33.33 27.27 16.16 36.36 25.00 36.36 58.33 36.36 75.00 27.27 33.33 27.27
30
Siswa
soal 1
2
√
X
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Pil.jaw 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF
√
√
√
√ √
√
√
√
Χ
√
√
Χ
Χ
√
√
√
√
√
√
√
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
√
Χ
√
Χ
√ √
X
Χ Χ
Χ Χ
Χ
Χ
Χ
√
Χ Χ
√
Χ
√
X Χ
Χ
√
Χ
Χ √
Χ
√ Χ
Χ √
Χ
Χ √
√ Χ
Χ Χ
√
√
√
Χ
Χ
Χ
√ Χ
Χ
√ √ Χ √
√
Χ
Χ
X
Χ
X √
Χ Χ
Χ
Χ X
√
Χ
X X
Χ
Χ
Χ √
Χ
X
√
X Χ
Χ Χ
√ √
X
Χ
Χ
Χ √
Χ
√
Χ
Χ
X
Χ
X Χ
√
Χ Χ
√
√
Χ Χ
√
√ √
X
Χ
Χ
X
X √
Χ
√
Χ
√
Χ
√
√
√
Χ
Χ
X
Χ
Χ
Χ √
√
√
√
Χ
√
Χ
Χ
Χ
X
√
Χ
Χ
X
√
Χ
X X
X
Χ
X
√
Χ
Χ
Χ
√
X
Χ
Χ
Χ
X
√ √
Χ
X
√
Χ
√
Χ
X
Χ √
Χ
√
Χ
Χ
Χ
Χ
X
Χ
X √
√
√
X
Χ X
X
Χ
X
√
X
√
√
X
Χ
√
X √
X
X
√
Χ
√
Χ
√
Χ
Χ
Χ
Χ
X
Χ √
√
√
Χ
Χ
Χ
√ X
Χ X
X √
Χ √
X
Χ
Χ
X
X
X
√
Χ
X
Χ
√
Χ
√
√
√
Χ
√ √
Χ
√
X √
X √
√ Χ
Χ Χ
Χ
Χ
√
X X
√
Χ
Χ
√
Χ
√
Χ
Χ
Χ
Χ
√ √
√ √
Χ Χ
√ Χ
√
Χ
Χ
√ X
Χ
√
Χ
Χ
Χ
Χ
√
√ X
Χ Χ
Χ √
√ X
X √
Χ
X
Jml Jaw bnr
Prosentase (%)
9 2 5 4 5 1 4 4 8 2 2 3 10 2 4 3 11 1 4 2 4 3 2 3 10 2 5 3
75.00 18.18 41.67 36.36 41.67 9.09 33.33 36.36 66.67 18.18 16.67 27.27 83.33 18.18 33.33 27.27 91.67 9.09 33.33 18.18 33.33 27.27 16.67 27.27 83.33 18.18 41.67 27.27
31
Siswa
soal 1
2
√
Χ
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Pil.jaw 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF
Χ Χ
√
Χ
√ Χ
Χ
Χ
√
Χ
√
Χ
Χ
√
Χ
√
Χ
√
Χ
Χ
√
Χ
√ √ √ √
Χ Χ
Χ
√
Χ
Χ
√
Χ
Χ Χ
√ Χ
Χ
√ Χ
√ √
Χ
√
Χ
Χ
√
Χ Χ
√
Χ
Χ
Χ
Χ √
√ Χ
Χ
Χ Χ
√
Χ Χ
Χ
Χ
Χ
Χ Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
√ Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ Χ
Χ
√ Χ
Χ
√ √
√
Χ
Χ √
Χ
Χ
Χ Χ
Χ
Χ
Χ Χ
√
Χ
Χ
√ Χ
Χ
Χ
√ Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ Χ
Χ Χ
Χ Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
√
Χ
Χ
√
Χ
√
Χ
Χ
Χ
Χ
√ √
Χ
Χ
√
Χ Χ
Χ
√
Χ
Χ
Χ
Χ Χ
Χ Χ
√ Χ
Χ √
√
Χ
√
Χ Χ
√
Χ
Χ
√
Χ
√
Χ
Χ
Χ
√
√ Χ
Χ Χ
Χ Χ
Χ √
√
√
Χ
√ Χ
√
Χ
Χ
√
Χ
√
√
√
Χ
Χ
√ Χ
Χ √
√
Χ √
√
√
√
√ Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
√
Χ
√ Χ
Χ Χ
Χ
√
Χ
√
Χ Χ
Χ
Χ
Jml Jaw bnr
Prosentase (%)
7 2 7 3 3 2 7 2 6 3 6 2 1 3 1 2 4 2 4 3
58.33 18.18 58.33 27.27 25.00 18.18 58.33 18.18 50.00 27.27 50.00 18.18 8.33 27.27 8.33 18.18 33.33 27.27 33.33 27.27
Keterangan: OK = Operasi Konkret OF = Operasi Formal Dari tabel 3.1 diperoleh bahwa ada 44,74% (17) siswa yang dapat dimasukkan dalam tahap perkembangan operasi konkret, 55,26% (21) siswa yang dapat dimasukkan dalam tahap perkembangan di bawah operasi konkret yaitu tahap sensorimotor dan tahap praoperasi serta tidak ada siswa yang berada pada tahap operasi formal. Dalam hal ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah mereka yang berada pada tahap operasi konkret.
32 Grafik 3.1 Variasi jawaban soal pretes Grafik taraf perkembangan siswa untuk soal pretes 100 90 80
Prosentase
70 Operasi Konkret
60 50 40 30
Operasi Formal
20 10 0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
35
37
Siswa
Sesuai dengan ketentuan di mana siswa minimal menjawab benar 6 soal dari 12 soal operasi konkret (50%) dan kurang dari 6 soal dari 11 soal (< 54,54%) operasi formal maka siswa tersebut berada pada tahap operasi konkret. Dari grafik 3.1 terlihat bahwa ada 17 siswa yang masuk dalam tahap operasi konkret. Siswa tersebut adalah nomor 1, 2, 4, 6, 7, 12, 13, 15, 19, 21, 23, 27, 29, 30, 32, 33, dan 34.
33 Tabel 3.2 Hasil pretes siswa yang berada pada tahap operasi konkret
Siswa
soal
1
2
√
√
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Pil.jaw 1 2 4 6 7 12 13 15 19 21 23 27 29 30 32 33 34
OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF
Χ √
√
√
Χ Χ
√
√
√
√
√
Χ
√
X
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
Χ
√
Χ
√
Χ
√
Χ
√
Χ
Χ
√
√ Χ √ Χ
Χ √
√
Χ √
√ √ √
Χ
Χ
√
√
Χ
X
Χ
X √
Χ
√ Χ
Χ
√ √
Χ
√ Χ
√
Χ
Χ Χ
Χ
Χ
Χ √
√ √
√
Χ
Keterangan: OK = Operasi Konkret OF = Operasi Formal
Χ
√
Χ
Χ
Χ Χ
Χ
√
Χ
Χ
√ √
Χ √
Χ
Χ √
Χ
Χ Χ
Χ
Χ
Χ
Χ Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
X Χ
√
Χ
√
Χ
Χ
√
X √
Χ
√
√
√
√ Χ
Χ
X
Χ
Χ
Χ √
√
√
Χ
√
Χ
Χ Χ
√
Χ
Χ
Χ
Χ
X
Χ √
√
Χ
Χ
√
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ √
√
√
X X
X
Χ
X √
√
Χ
√
√
√
Χ
Χ
X
X
√
√
√ √
√ X
Χ √
√
√
√
√
√
Χ
Χ Χ
√
√
√
Χ √
√
X
Χ
√
√
Χ
X
Χ
X √
√
√
√
X
Χ
Χ
X √
X
√
Χ
√
Χ
X
Χ
Χ
√
Χ X
√
X √
X Χ
√
√
Χ
√
Χ
Χ
X √
√
X
Χ
X
Χ
X
√ √
√
√
√ √
Χ
Χ
X √
√
√
√
√
Χ
X
Χ
Χ
√
√
√
√
Χ
X
X
X
Χ
√
√
Χ Χ
√ Χ
Χ √
√
√
Χ
√
√
√
Χ
Χ
√
√
Χ
√
√
√
Χ
√
√
Χ
X
√
X √
√
Χ
Χ
X
Χ
√ Χ
Χ √
√ Χ
√ √
√
√
Χ
√ √
√
Χ
Χ
√
√
√
Χ
√
Χ
√ √
X
Χ
X √
Χ
√ Χ
√ Χ
√ Χ
Χ X
Χ
Χ
√
√ Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
Χ
√
√
√ √
X
Χ
√ Χ
Χ Χ
√ √
Χ √
Χ
Χ
√
Χ Χ
Χ
Χ
Χ
√
Χ
√
√
√ Χ
Χ √
√ Χ
√ Χ
√ Χ
Χ
Χ
Jml Jaw bnr
Prosentase (%)
10 3 7 3 6 4 12 2 7 3 7 4 9 3 9 2 8 2 10 2 11 1 10 2 7 2 7 3 7 2 6 3 6 2
83.33 27.27 58.33 27.27 50.00 36.36 100 18.18 58.33 27.27 58.33 36.36 75.00 27.27 75.00 18.18 66.67 18.18 83.33 18.18 91.67 9.09 83.33 18.18 58.33 18.18 58.33 27.27 58.33 18.18 50.00 27.27 50.00 18.18
34 Grafik 3.2 Hasil pretes siswa yang berada pada tahap operasi konkret
Grafik taraf perkembangan siswa 100 90 80
Prosentase
70 Operasi Konkrit
60 50 40
Operasi Formal
30 20 10 0 1
2
4
6
7
12
13
15
19
21
Siswa
23
27
29
30
32
33
34
35 Tabel 3.3 Variasi jawaban soal postes
Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
soal Pil.jaw OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF
1
2
√
√
√
3
4
X
√
X
√
√
X
X
√
√
X
X
√
√
X
√
X
X
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
X
X
5
6
√
√
√
X X X X X X √ X √ X √ X
8
X
√
X
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
X
X
√
X
√
X
√
X
√
√
√
X
√
√
X
X
X
√
√
X
X
√
√ √
X
√
X
√
X X
X
X
X √
X
√
X
9
√
X
X
X
7
√
10
12
√
X
X
X
√
√
X
√
X
X
√
√
√
√
X
X
X
√
X
X
X
X
√
X
√
√
X
X
X
√
X
X
X
√
√
√
X
√
√ √
X X
X
√
X
√
X
√
13
√ X
X
√
X
11
X X
14
√
15
√
16
17
18
√
√
√
√
√
√
√
√
√
X
X
√
√
X
√
X
√
√
√
√
X
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
X
X
X
X
√
X
X
X
√
X
X
√
√
X
X
X
√
√
X
√
√
X
√
√
√
X
√
X
X
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
X
21
22
23
√
√
X
X
√
√
X
X
X
X
X
X
X
X
√
X
√
X
√
X
X
X
X
X
X
√
X
√
X
X
X
√
X
X
X
√
X
X
X
X
X
√
√
√
X
X
X
X
X
√
X
X
X
√
X
√
X
X
√
√
√
√
√
X
X
√
X
√
X
X
X
√ X X √ X √ √ X X √ √
20
√
X
√
19
√
Jml. Jaw. bnr
Prosentase (%)
12 6 10 4 4 2 9 6 5 0 12 6 9 4 2 4 6 7 5 2 8 3 7 5 12 7 5 4
100 54.54 83.33 36.36 33.33 16.67 75 54.54 45.45 0 100 54.54 75 36.36 16.67 36.36 54.54 63.63 41.67 18.18 66.67 27.27 58.33 45.45 100 63.63 41.67 36.36
36
Siswa
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
soal Pil.jaw
1
2
OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF
√
√
√
3
4
X
X
X
√
√
X
X
√
√
√
X
X
√
X
√
√
√
√
√
X
X
X
X
√
X
√
√
X
√
5
6
√
√
√
X √ √ √ X √ X X √ X X √
8
√
√
√
√
√
X
√
X
√
√
X
X
X
X
X
X
X
√
√
√
X
X
√
√
X
√
X
√
√
X
X
X
√
X
X
X √
X √
√
√
X √
X X
X X
X √
9
√
X
X
X
7
√ X
10
12
13
√
√
√
√
X
X
√
√
√
X
X
√
√
√
√
X
√
√
X
X
√
X
√
X
√
√
√
√
√
X
X
X
X
√
X
√
X
√
√
√
√
√
X
√
X
√
X √
15
√
X
16
17
18
X
√
√
√
X
√
X
X
√
√
√
X
√
√
√
X
√
√
X
√
X
X
X
√
√
√
X
X
X
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
X
√
X
√
√
√ X X X √ √ √
√
√
14
√ √
√
√
√
11
√
√
X √
X
√
X
X
X
√
X
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
X
√
X
√
√
X
X
√
X
√
√
X √ X X X
19
20
21
22
23
X
X
X
√
X
√
X
√
X
X
X
√
X
X
√
X
X
X
√
X
√
√
X
X
X
X
√
X
X
X
X
√
X
X
X
√
X
√
X
X
X
X
√
X
X
√
X
X
X
X
X
X
X
X
√
X
X
√
X
X
X
X
X
X
X
X
X
√
X
X
Jml. Jaw. bnr
Prosentase (%)
10 4 8 7 8 5 7 2 6 4 5 3 9 4 7 8 11 4 3 4 7 4 8 2 9 3 8 4
83.33 36.36 66.67 63.63 66.67 45.45 58.33 18.18 50 36.36 41.67 27.27 75 36.36 58.33 72.72 91.67 36.36 25 36.36 58.33 36.36 66.67 18.18 75 27.27 66.67 36.36
37
Siswa
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
soal Pil.jaw
1
2
OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF
X
X
√
3
4
√
X
X
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
5
6
X
√
√
X X √ X X X X √
8
√
√
√
√
√
X
√
X
√
X
√
X
√
√
X
√
X
X
√
X
√
√
X
√
√ √
X
√
X
√
X √
9
10
X
√
X
√
√
√
7
√ √
12
√
X
X
√
√
√
X
√
√
√
√
X
X
X
X
X
X
√
√
√
X
√
X √
X
√
X √
√
X
X
√
X
X √
11
X √
13
14
15
16
17
18
X
X
√
X
√
√
√
√
√
X
√
√
√
X
√
√
X
√
X
X
√
X
X
√
X
√
√
√
X
√
√
√
X
X
X
√
√
X
√
X
X
√
√
√
X
X
X
X
√
X
X
X
√
√
√
√
X √ X X X X √
20
21
22
23
X
X
X
X
X
X
X
X
√
X
√
√
X
X
X
X
√
√
X
X
√
√
√
X
X
X
√
X
√
X
X
X
√
√
X
X
X
√
√
X
X
√
X
X
√
√
X
√
√
X
√
√ √
19
√
√
Jml. Jaw. bnr 5 4 10 4 8 5 7 5 9 7 6 5 6 3 5 4 8 5 10 9
Prosentase (%)
41.67 36.36 83.33 36.36 66.67 45.45 58.33 45.45 75 63.63 50 45.45 50 27.27 45.45 36.36 66.67 45.45 83.33 81.81
Keterangan: OK = Operasi Konkret OF = Operasi Formal Yang akan dianalisis lebih lanjut hanya 17 siswa (nomor: 1, 2, 4, 6, 7, 12, 13, 15, 19, 21, 23, 27, 29, 30, 32, 33, dan 34) yang pada saat pretes berada pada tahap operasi konkret. Untuk siswa lain yang tetap mengikuti proses pembelajaran tidak akan dianalisis.
38 Grafik 3.3 Variasi jawaban soal postes
Grafik taraf perkembangan untuk soal postes 100 90 80
Prosentase
70
Operasi Konkrit
60 50 40
Operasi Formal
30 20 10 0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
Siswa
23
25
27
29
31
33
35
37
39 Tabel 3.4 Hasil postes siswa yang sebelum pembelajaran berada pada tahap operasi konkret
Siswa
soal
1
2
√
√
3
4
X
√
X
√
5
6
√
√
7
8
X
√
X
√
9
10
√
√
11
12
X
√
X
√
13
14
15
16
17
18
√
√
√
√
√
√
19
20
21
22
23
√
√
X
X
√
√
X
X
X
X
X
√
X
√
X
√
X
√
X
X
X
√
X
X
X
√
X
X
√
√
√
√
√
X
X
X
X
X
√
X
√
√
X
X
X
X
√
X
X
X
X
X
√
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
√
X
X
√
√
X
X
√
√
√
X
X
X
√
X
√
X
Pil.jaw 1 2 4 6 7 12 13 15 19 21 23 27 29 30 32 33 34
OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF OK OF
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
√
X
X
√
√
√
√
√
X
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
X X X X √ X √ X X X √ X X √ X
√
X
√
√
√
√
X
X
√
X
√
√
√
√
√
X
X
X
√
√
√
X
X
√
√
√
X
√
X
√
X
√
√
√
√
√ √
X
√
X
√
X
√
X √
X √
X √
X
√
√ √
X
√
X √
X
√
√
X
Keterangan: OK = Operasi Konkret OF = Operasi Formal
√
X
X
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
X
√
X
√
√
√
√
√
X
X
√
X
√
√
√
X
√
X
√
X
√
√
X
X
√
X
√
X
√
√
√
X √
X
√
X √
√
√
√
√
√
√
X
√
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
X
√
X
X
√
√
√
√
√
√
√
√
X
√
X
√
√
X
X
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√ X √ X √ X X √ √
√
√
√
√
√
√
X √
X
√
X
√
√
X
X
√
X
√
√
√
√
√
X
√
√
X
X
√
X
X
√
X
√
√
√
X
√
√
√
X
X
X
√
X X √ √ X X
Jml Jaw bnr
Prosentase (%)
12 6 10 4 9 6 12 6 9 4 7 5 12 7 10 4 6 4 9 4 11 4 9 3 5 4 10 4 7 5 9 7 6 5
100 54.54 83.33 36.36 75 54.54 100 54.54 75 36.36 58.33 45.45 100 63.63 83.33 36.36 50 36.36 75 36.36 91.67 36.36 75 27.27 41.67 36.36 83.33 36.36 58.33 45.45 75 63.63 50 45.45
40 Grafik 3.4 Hasil postes siswa yang siswa yang sebelum pembelajaran berada pada tahap operasi konkret Grafik taraf perkembangan siswa 100 90 80 Operasi Konkrit
Prosentase
70 60 50 40
Operasi Formal
30 20 10 0 1
2
4
6
7
12
13
15
19
21
23
27
29
30
32
33
34
Siswa Dari grafik di atas terlihat bahwa hasil postes siswa mengalami peningkatan dibandingkan hasil pretesnya. Seberapa besarnya peningkatan untuk masing-masing soal, baik soal operasi konkret maupun soal operasi formal akan dianalisis lebih lanjut.
41
B.
Variasi Tahap Perkembangan Seorang siswa dikatakan berada pada tahap operasi konkret dilihat dari hasil pretes dengan minimal menjawab benar 6 soal dari 12 soal operasi konkret (50%) dan kurang dari 6 soal dari 11 soal (< 54,54%) operasi formal. Dari standar tersebut, ada 17 anak yang masuk pada tahap tersebut (siswa dengan nomor 1, 2, 4, 6, 7, 12, 13, 15, 19, 21, 23 27, 29, 30, 32, 33, dan 34). Ada 12 soal yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa mencapai tahap operasi konkret ini (untuk soal pretes, lihat lampiran 3: soal nomor 1, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, dan 22, sedangkan untuk soal postes, lihat lampiran 4: soal nomor 1, 2, 5, 6, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18). Ada 11 soal yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa mencapai tahap operasi formal (untuk soal pretes, lihat lampiran 3: soal nomor 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19 dan 21, sedangkan untuk soal postes, lihat lampiran 4: soal nomor 3, 4, 7, 8, 11, 12, 19, 20, 21, 22 dan 23).
1. Pergeseran Taraf Perkembangan Operasi Konkret Pergeseran hasil tes operasi konkret sebelum dan sesudah pembelajaran dari siswa yang sebelum pembelajaran berada pada tahap operasi konkret dapat dilihat pada grafik 3.5 di bawah ini.
42
Grafik 3.5 Pergeseran dari soal operasi konkret Grafik pergeseran untuk soal operasi konkret 100 90 80 Pretes
Pro sen tase
70 60 50
Postes
40 30 20 10 0 1
2
4
6
7
12 13 15 19 21 23 27 29 30 32 33 34 Siswa
Dari 17 siswa di atas, yang mengalami peningkatan ada 8 siswa (nomor: 1, 2, 4, 7, 13, 15, 30, dan 33) (47,06%). Siswa tersebut dikatakan mengalami peningkatan karena pada soal postes prosentase kebenarannya lebih besar dari pada soal pretes. Yang mengalami penurunan ada 4 siswa (nomor: 19, 21, 27 dan 29) (23,53%). Siswa tersebut dikatakan mengalami penurunan karena pada soal postes prosentase kebenarannya lebih kecil dari pada soal pretes. Siswa yang menjawab tetap ada 5 siswa (nomor: 6, 12, 23, 32, dan 34) (29,41%). Siswa tersebut dikatakan tetap (tidak mengalami peningkatan atau penurunan) karena prosentase kebenaran sama pada saat soal pretes maupun soal postes. Di bawah ini adalah prosentase kebenaran jawaban untuk masing-masing rincian kemampuan (baik pretes maupun postes).
43
Tabel 3.5 Prosentase kebenaran jawaban untuk soal operasi konkret
No
Rincian kemampuan
A
Adanya transformasi reversibel
B
Sistem kekekalan (konservasi)
C
Seriasi
D E
Klasifikasi Bilangan Ruang, waktu, kecepatan Kausalitas Penalaran
F G H
No. soal
Pretes Jlm. Siswa yg menjwb. benar
(%)
Postes Jlm. siswa yg menjwb. benar
No. soal
(%)
(%)
1
16
94.12
15
16
94.12
0
2
8
47.06
16
8
47.06
0
4 6 10 12 8 14 16
9 16 13 9 9 10 12
52.94 94.12 76.47 52.94 52.94 58.82 70.59
1 2 5 9 6 10 14
14 15 11 9 11 10 10
82.35 88.23 64.70 52.94 64.70 58.82 58.82
29.41 -5.89 -11.77 0 11.76 0 -11.77
18
10
58.82
17
13
76.47
17.65
22 20
11 14
64.70 82.35
18 13
16 13
94.12 76.47
29.42 -5.88
Keterangan : tanda (-) berarti mengalami penurunan Tabel 3.6 Signifikansi peningkatan operasi konkret Siswa 1 2 4 6 7 12 13 15 19 21 23 27 29 30 32 33 34 Σ
Peningkannya/penuru nannya
Pretes
83.33 58.33 50 100 58.33 58.33 75 75 66.67 83.33 91.67
Postes
83.33 58.33 58.33 58.33 50 50
100 83.33 75 100 75 58.33 100 83.83 50 75 91.67 75 41.67 83.33 58.33 75 50
1158.31
1275.49
D = Pre - Post
D2
-16.67
277.89
-25
625.00
-25
625.00
0
0.00
-16.67
277.89
0
0.00
-25
625.00
-8.83
77.97
16.67
277.89
8.33
69.39
0
0.00
8.33
69.39
16.66
277.56
-25
625.00
0
0.00
-25
625.00
0 -117.18
0.00 4452.97
44
Untuk menentukan tingkat signifikansi peningkatan operasi konkret, di bawah ini akan dilakukan uji T. Cara menghitung tingkat singnifikan menggunakan Tes-T adalad sebagai berikut. t rel =
(x − x ) 1
(
2
)
⎡ ΣD 2 ⎤ 2 Σ − D ⎢ ⎥ N ⎦ ⎣ N ( N − 1)
Dimana: D
: perbedaan antara score tiap subyek = Xi1 – Xi2
N
: jumlah pasang score (jumlah pasangan)
Df
:N–1
x1 =
1158,31 = 68,14 17
t rel =
(68,14 − 75,03)
(
x2 =
)
⎡ − 117,18 2 ⎤ 4452 , 97 − ⎢ ⎥ 17 ⎣ ⎦ 17(17 − 1)
=
1275,49 = 75,03 17
− 6,89 = − 0,51 13,4
Df = 17 – 1 = 16 tcrit = 2,120 (two tailed test), dengan level signifikan 0,05 (dengan mengunakan tabel t) Daerah rejection : t rel ≤ − 2,120 atau t rel ≥ + 2,120 Karena trel ada diantara tcrit, maka tidak signifikan. Dari hasil uji-T dapat disimpulkan bahwa secara umum tidak ada peningkatan operasi konkret.
45
Meskipun secara umum tidak ada peningkatan operasi konkret, rincian kemampuan yang mengalami peningkatan ada 4. Dari keempat rincian kemampuan yang mengalami peningkatan, kemampuan anak dalam melihat suatu benda dan dalam meramalkan hasil dari kejadian-kejadian (kausalitas) adalah yang paling tinggi kenaikannya, yaitu 29,42%. Hal ini ditunjukkan dengan hasil kebenaran jawaban postes yang lebih besar, yaitu 16 siswa (94,12%) dibandingkan kebenaran jawaban pretesnya, yakni 11 siswa (64,70%). Urutan kedua adalah kemampuan anak dalam konsep kekekalan volume (soal nomor 4, lampiran 3).
A
B
Gambar 1. Kekekalan volume Gelas diisi air (A) selanjutnya, dimasukkan logam kedalamnya sehingga tinggi permukaan air naik (B). Apakah volume air di B tetap sama dengan A? Pada saat pretes, siswa yang menjawab benar bahwa volume di B tetap sama semula (lihat gambar 1 di atas) hanya 9 siswa (52,94%) dan selebihnya 8 siswa (47,06%) beranggapan bahwa volume air di B tidak sama dengan A (volume B lebih besar/volume A lebih besar). Tetapi pada saat postes yang menjawab benar meningkat menjadi 14 siswa (82,35%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa desain pembelajaran telah membantu beberapa
46
siswa yang masih beranggapan bahwa air di A dan B tidak sama, menjadi berfikir bahwa meskipun dalam B dimasukkan logam tetapi volume air dalam A dan B tetap sama. Urutan ketiga adalah kemampuan siswa dalam relasi antara waktu dan jarak dengan memperhatikan laju benda (bilangan, ruang, waktu dan kecepatan). Kemampuan tersebut direpresentasikan dengan soal di bawah ini (soal nomor 18, lampiran 3). Rumah Rudi jaraknya 5 km dari sekolahnya. Bila ia berjalan pelan-pelan dengan kecepatan 2,5 km/jam. Berapa jam yang dibutuhkan Rudi untuk berjalan pulang selama 1 minggu? Konsep yang harus digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut adalah konsep tentang kecepatan yaitu t =
pulang dalam 1 hari adalah t =
s . Waktu yang dibutuhkan Rudi untuk v
5 km = 2 jam . Waktu dalam 1 minggu 2,5 km / jam
adalah 2 jam x 6 = 12 jam. Yang menjawab benar soal tersebut meningkat dari 10 siswa (58,82%) menjadi 13 siswa (76,475), sehingga peningkatannya sebesar 17,65%. Keempat adalah kemampuan siswa dalam mengurutkan suatu bilangan (seriasi), yaitu mengurutkan dari kecil ke besar (soal nomor 8, lampiran 3). Siswa juga harus cermat dalam memilih jawaban karena meskipun soal bisa dikatakan mudah tetapi ada perintah “kecuali” yang membuat siswa harus benar-benar memilih jawaban yang tepat. Dari 17 siswa yang masuk dalam tahap operasi konkret, yang menjawab benar terjadi kenaikkan dari 9 siswa (52,945) menjadi 11 siswa (64,70%), sehingga peningkatannya sebesar 11,76%.
47
2. Pergeseran Taraf Perkembangan Operasi Formal
Pergeseran hasil tes operasi formal sebelum dan sesudah pembelajaran dari siswa yang sebelum pembelajaran berada pada tahap operasi konkret dapat dilihat pada grafik 3.6 Grafik 3.6 Pergeseran dari soal operasi formal Grafik pergeseran untuk soal operasi formal
100 90 80 Prosentase
70 Pretes
60 50
Postes
40 30 20 10 0 1
2
4
6
7
12 13 15 19 21 23 27 29 30 32 33 34 Siswa
Dari grafik di atas, terlihat bahwa semua siswa (17) mengalami peningkatan. Terlihat bahwa posisi grafik untuk soal postes berada lebih tinggi dari pada untuk soal pretes. Hal ini disebabkan karena prosentase kebenaran jawaban benar soal postes lebih besar dari pada soal pretes. Pergeseran untuk rincian kemampuan dari soal operasi formal ada di tabel 3.7.
48
Tabel 3.7 Prosentase kebenaran jawaban untuk soal operasi formal
No
A
B
C D
E F G H
I
J
Rincian kemampuan
Dua reversibel Pemikiran yang abstraksi Reflektif Sistem Kombinatoris
Kombinasi objek-objek Proposisi Pemikiran deduktif hipotesis Pengertian probabilitas Fleksibel Berfikir induktif saintifik Sistem referensi ganda Kesetimbang an hidrostatis
No. soal
Pretes Jlm. Siswa yg menjwb. benar
(%)
No. soal
Postes Jlm. siswa yg menjwb . benar
(%)
Peningkannya
(%)
3
6
35.29
12
8
47.06
11.77
5
9
52.95
7
12
70.58
17.63
11
2
11.76
21
5
29.41
17.65
15
2
11.76
22
5
29.41
17.65
17
3
17.65
11
7
41.18
23.53
7
4
23.53
3
4
23.53
0
9
0
0
4
9
52.94
52.94
13
6
35.29
8
14
82.35
47.06
21
1
5.88
23
2
11.76
5.88
19
2
11.76
20
9
52.94
41.18
23
6
35.29
19
7
41.18
5.89
Tabel di atas menunjukkan pergeseran dari tiap-tiap rincian kemampuan yang ada pada soal operasi formal.
49
Tabel 3.8 Signifikansi peningkatan operasi formal Siswa
Pretes
Postes
27.27 27.27 36.36 18.18 27.27 36.36 27.27 18.18 18.18 18.18 9.09
1 2 4 6 7 12 13 15 19 21 23 27 29 30 32 33 34 Σ
D2
D = Pre - Post
18.18 18.18 27.27 18.18 27.27 18.18
54.54 36.36 54.54 54.54 36.36 45.45 63.63 36.36 36.36 36.36 36.36 27.27 36.36 36.36 45.45 63.63 45.45
390.87
745.38
-27.27
743.65
-9.09
82.63
-18.18
330.51
-36.36
1322.05
-9.09
82.63
-9.09
82.63
-36.36
1322.05
-18.18
330.51
-18.18
330.51
-18.18
330.51
-27.27
743.65
-9.09
82.63
-18.18
330.51
-9.09
82.63
-27.27
743.65
-36.36
1322.05
-27.27 -354.51
743.65 9006.46
Untuk menentukan tingkat signifikansi peningkatan operasi formal, di bawah ini akan dilakukan uji T. Cara penentuannya sama seperti pada soal operasi konkret.
x1 =
t rel =
390,87 = 22,99 17
x2 =
(22,99 − 43,85)
(
)
⎡ − 354,51 ⎤ ⎢9006,45 − ⎥ 17 ⎣ ⎦ ( ) 17 17 − 1 2
=
745,38 = 43,85 17
− 20,86 = − 8,55 2,44
Df = 17 – 1 = 16 tcrit = 2,120 (two tailed test), dengan level signifikan 0,05 (dengan mengunakan tabel t)
50
Daerah rejection : t rel ≤ − 2,120 atau t rel ≥ + 2,120 Karena trel tidak ada di antara tcrit maka signifikan. Dari hasil uji-T dapat disimpulkan bahwa secara umum terjadi peningkatan operasi formal. Meskipun demikian ada 1 rincian kemampuan yang tetap yaitu kemampuan dalam berfikir deduktif hipotetis. Ada 10 rincian kemampuan yang meningkat. Kemampuan yang paling tinggi mengalami peningkatan adalah kemampuan dalam menghitung proporsi sehingga siswa dapat menangkap atau menghitung suatu probabilitas (pengertian probabilitas). Kemampuan tersebut diuji dengan soal di bawah ini (soal nomor 9, lampiran3).
1 5 1 berbanding + adalah…………….. 12 4 2 Untuk bisa menyelesaikan soal di atas siswa harus paham konsep tentang pembagian dan penjumlahan. Siswa yang belum memiliki konsep ini menyelesaikan soal seperti di bawah ini: 1 5 1 1 5+2 : + : = 12 4 2 12 4 1 4 x = 12 7 1 = 21
Sedangkan konsep penyelesaian yang benar adalah konsep pembagian diselesaikan terlebih dahulu baru dijumlahkan dengan bilangan selanjutnya. Penyelesaian yang benar adalah sebagai berikut:
51
1 5 1 ⎛ 1 4⎞ 1 : + =⎜ x ⎟+ 12 4 2 ⎝ 12 5 ⎠ 2 1 1 = + 15 2 17 = 30 Soal ini mengalami peningkatan kebenaran jawaban sebesar 52,94%. Jumlah siswa yang menjawab benar untuk soal pretes tidak ada tetapi pada saat postes menjadi ada 9 siswa, yakni (52,94%). Peningkatan kedua adalah kemampuan siswa dalam memecahkan suatu persoalan yang tidak terpaku pada satu metode. Soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah (soal nomor 13, lampiran 3). Jika ketiga tangki yang berbentuk balok di bawah ini diisi air panas 1 liter semua, maka tangki manakah yang akan mendinginkan air paling cepat? A
B
C
Siswa yang menjawab salah memilih jawaban kotak A dan C. Yang ditanyakan adalah yang paling cepat sehingga jawaban yang paling tepat adalah kotak A saja. Soal ini memerlukan kecermatan dalam membaca, sehingga dapat memilih jawaban yang paling tepat. Tidak cukup dengan melihat dan membaca secara sekilas saja, diperlukan pemahaman. Siswa yang menjawab benar soal pretes ada 6 siswa (35,29%) dan pada saat postes meningkat menjadi 14 siswa (82,35%). Prosentase peningkatannya cukup tinggi, yakni sebesar 47,06%.
52
Ketiga adalah kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan, misalnya pada benda bertumpuk (sistem referensi ganda). Kemampuan ini diukur dengan menggunakan soal di bawah ini (soal nomor 19, lampiran 3). Suatu benda A bergerak ke kiri terhadap papan B, dan papan B bergerak ke kanan terhadap latar belakang C. Dari gambar di bawah ini kedudukan antara benda manakah yang diam? A B C
Siswa yang menjawab salah, memilih jawaban bahwa kedudukan 2 benda yang diam satu terhadap yang lain adalah benda A dan B. Kedudukan 2 benda yang diam satu terhadap yang lain adalah benda A dan latar belakang C. Terhadap soal ini siswa yang menjawab benar mengalami peningkatan dari 2 siswa (11,76%) menjadi 9 siswa (52,94%), peningkatannya 41,18%. Keempat dan kelima adalah kemampuan dalam mengkombinasikan objek berdasarkan prinsip kombinasi serta mengkombinasikan beberapa gagasan dan hipotesis dalam pernyataan afirmatif/negatif sederhana (kombinasi objek-objek dan proposisi). Kemampuan ini diukur dengan 2 buah
soal. Bila P>X, Q>Y, R>Z sedangkan P>Q>R dan X>Y>Z maka kesimpulan dari pernyataan tersebut yang benar adalah………(soal nomor 17, lampiran 3). Soal di atas merupakan soal penyimpulan dari pernyataan yang ada, sehingga jawaban yang benar dari pernyataan di atas adalah P>Y>Z ; Z
53
siswa (17,65%) menjadi 7 siswa (41,18%), yakni mengalami peningkatan 23,53%. Semua karyawan adalah pegawai negeri, sebagian karyawan adalah seniman. Kalimat yang tidak sesuai dengan pernyataan di atas adalah……………………….(soal nomor 15, lampiran 3). Soal yang kedua ini hampir sama dengan soal yang pertama, hanya saja kesimpulan
dan
pernyataan-pernyataan
berupa
kalimat.
Berdasarkan
pernyataan di atas, maka kalimat yang tidak sesuai adalah sebagian seniman adalah pegawai negeri, yaitu jawaban A. Yang menjawab benar soal nomor 15 mengalami kenaikan dari 2 siswa (11,76%) menjadi 5 siswa (29,41%), atau mengalami peningkatan sebesar 17,65%. Keenam adalah kemampuan dalam membuat kombinasi dan permutasi dalam mengurutkan beberapa benda yang ada. Kemampuan ini diukur dengan soal di bawah ini (soal nomor 11, lampiran3). Ada 3 buah kelereng yang berlainan warna yaitu merah, hijau, dan kuning. Ada berapa macam kemungkinan ketiga kelereng itu disusun berbeda? Degan soal tersebut, kemampuan siswa dalam mengkombinasikan susunan warna agar tidak sama diuji. Siswa yang sudah memiliki konsep akan menjawab 6 macam yaitu (merah, hijau, kuning), (merah, kuning, hijau), (hijau, kuning,merah), (hijau, merah, kuning), ( kuning,merah,hijau) dan (kuning,hijau,merah). Yang menjawab benar mengalami kenaikkan dari 2 siswa (11,76%) menjadi 5 siswa (29,41%), kenaikannya 17,65%. Ketujuh adalah kemampuan dalam berfikir untuk membandingkan dua hal atau membagikan di antara dua hal. Kemampuan ini ditunjukkan pada soal nomor 5, lampiran 3:
54
Ada sebuah timbangan. Lihatlah gambar di bawah ini! Dari gambar di bawah pernyataan ini manakah yang paling benar? T1
A
T2
B
Jawaban yang paling tepat untuk soal tersebut adalah pernyataan “D”: Supaya terjadi kesetimbangan, diperlukan lengan T2 lebih panjang dari pada lengan T1 bila beban B lebih ringan dari pada beban A. Siswa yang menjawab mereka beranggapan bahwa dilihat sekilas yang berat adalah beban A tanpa memperhatikan posisi lengan. Yang menjawab benar mengalami peningkatan dari 9 siswa (52,94%) menjadi 12 siswa (70,58%), sehingga kenaikannya sebesar 17,63% Kemampuan yang mengalami kenaikkan yang kedelapan adalah kemampuan dalam membentuk suatu kombinasi dari dua unsur reversibel yaitu antara inversi (proses trasformasi kebalikan) dan resiprok (transformasi pencerminan). Kemampuan ini diukur dengan soal di bawah ini (soal nomor 3, lampiran 3). Suatu titik P dilalui oleh 3 garis sehingga membentuk 6 sudut, dengan urutan sudut a, b, c, d, e dan f. X adalah jumlah sudut a + c + e dan Y adalah jumlah sudut b + d + f, maka carilah hubungan antara X dan Y!
Ada 2 jawaban yang paling banyak dipilih siswa yaitu X lebih besar dari Y atau Y lebih besar dari X. Yang menjawab benar “X sama besar dengan Y”.
55
Mengalami peningkatan dari 6 siswa ( 35,29%) menjadi 8 siswa (47,06%), dan prosentase kenaikannya sebesar 11,77%. Kesembilan adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep tentang kesetimbangan dan mengerti mengapa terjadi kesetimbangan (kesetimbangan hidrostatis). Kemampuan ini ditunjukkan pada soal nomor 23, lampiran 3: A
piston
B
?
20 cm
Dari gambar di atas, tinggi air mula-mula sama di kedua pipa. Di atas pipa A di taruh piston dan ditekan sehingga air di pipa A turun sepanjang 20 cm. jika perbandingan luas pipa A : pipa B adalah 2 : 5, apakah yang akan terjadi pada pipa B?
Bagi siswa yang sudah memiliki konsep ini akan dapat menyelesaikan soal dengan baik. Pada pipa A yang ditekan sejauh 20 cm akan menyebabkan air di pipa B naik. Seberapa besar kenaikannya dapat dihitung dengan menggunakan perbandingan luas pipa, yakni
2 x 20 cm = 8 cm . Siswa yang menjawab benar 5
mengalami peningkatan dari 6 siswa (35,29%) menjadi 7 siswa (41,18%), peningkatannya sebesar 5,89%. Rincian kemampuan yang mengalami kenaikkan kesepuluh adalah kemampuan dalam membuat hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel kontrol, mencatat hasil dan menarik kesimpulan secara logis dari data yang ada (berfikir induktif saintifik). Kemampuan ini diuji dengan soal nomor 21, lampiran 3:
56
Pada percobaan pendulum (bandul) di bawah ini. Beban ditarik ke atas sejauh t dan dilepaskan sehingga terjadi ayunan bandul ke kiri dan ke kanan. Unsur apakah yang mempengaruhi frekuensi ayunan?
tali
beban
t
Berhadapan dengan persoalan tersebut, anak yang belum berada pada tahap operasi formal melihat bahwa berat benda berpengaruh pada frekuensi ayunan bandul. Yang memiliki pengaruh terhadap frekuensi hanyalah panjang tali. Yang menjawab benar mengalami kenaikan dari 1 siswa (5,88%) menjadi 2 siswa (11,76%), sehingga kenaikannya sebesar 5,88%.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan data dan analisis di atas, secara keseluruhan dapat disimpulkan dari 38 siswa ada 44,74% (17) siswa yang dapat dimasukkan dalam tahap perkembangan operasi konkret, 55,26% (21) siswa yang dapat dimasukkan dalam tahap perkembangan di bawah operasi konkret yaitu tahap sensorimotor dan tahap praoperasi serta tidak ada siswa yang berada pada tahap operasi formal. Dari hasil penelitian maka siswa yang pada awalnya berada pada tahap operasi konkret, di mana pada tahap ini siswa memiliki beberapa kemampuan antara lain kemampuan dalam transformasi reversibel/ perubahan,
sistem
kekekalan/ konservasi, seriasi, klasifikas, kemampuan dalam bilangan, ruang, waktu dan kecepatan, kausalitas dan probabilitas, serta dalam penalaran. Dari tahap operasi konkret ini taraf berfikir siswa mengalami peningkatan berada pada tahap operasi formal dengan suatu fasilitasi berupa desain pembelajaran. Untuk penelitian ini materi pokok yang yang dipilih adalah “Suhu dan kalor”. Desain yang dibuat dibagi menjadi 3 sub pokok bahasan yaitu : 1) Model pembelajaran untuk sub pokok bahasan “ Suhu dan Termometer”, 2) Model pembelajaran untuk sub pokok bahasan “ Kalor dan Suhu benda”, 3) Model pembelajaran untuk sub pokok bahasan “ Penghantar dan Isolator Panas”. Selama proses pembelajaran peneliti menggunakan beberapa metode yaitu memunculkan suatu pertanyaan, demonstrasi, eksperimen dan diskusi secara kelompok. Dari beberapa metode yang digunakan ternyata cukup berhasil dalam usaha untuk fasilitasi taraf berfikir
57
58
siswa. Karena metode yang dipilih banyak melibatkan siswa untuk aktif dalam berfikir. Setelah selama 5 kali pertemuan (8 JP) siswa mengikuti proses pembelajaran dan diakhiri dengan postes maka hasil tes menunjukkan bahwa dari 17 siswa yang masuk dalam kelas operasi konkret, untuk soal operasi konkret ada 8 siswa (47,06%) yang mengalami peningkatan dan 4 siswa (23,53%) mengalami penurunan serta 5 siswa (29,41%) yang tetap (menjawab sama untuk soal pretes dan postes). Berdasarkan hasil Uji-T karena trel ada diantara tcrit, maka tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum tidak ada peningkatan operasi konkret. Untuk soal operasi formal dari 17 siswa, semua mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 20,85%. Berdasarkan hasil Uji-T karena trel tidak ada diantara tcrit, maka signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum terjadi peningkatan operasi formal. Siswa yang berada pada tahap operasi formal adalah siswa yang sudah memiliki beberapa kemampuan yang diukur dengan soal yang sesuai dengan kemampuan antara lain: dua reversibel, pemikiran yang abstraksi reflektif, sistem kombinatoris, kombinasi objek-objek dan proposisi, pemikiran deduktif hipotetis, pengertian probabilitas, fleksibel, berfikir Induktif saintifik, sistem referensi ganda, dan kesetimbangan hidrostatis. Urutan perkembangan tahap-tahap itu tetap, meskipun umur rata-rata terjadinya dapat bervariasi secara individual menurut tingkat inteligensi atau lingkungan sosial siswa itu sendiri. Urutan tahap sensorimotorik, praoperasi, operasi konkret dan operasi formal adalah tetap. Tetapi kapan tahap-tahap itu mulai berkembang dalam diri siswa dapat berbedabeda dan dalam penelitian ini salah satu cara tahap peningkatan taraf berfikir
59
siswa difasilitasi dengan desain pembelajaran agar siswa yang berada pada tahap operasi konkret meningkat ke tahap operasi formal.
B. SARAN Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk memperkuat hasil penelitian menjadi lebih valid, kiranya penyimpulan tahap berfikir siswa dapat diperkuat dengan analisis terhadap alasan yang diminta pada siswa atas pilihannya yang bisa diperoleh dengan cara tertulis atau wawancara. 2. Dengan penelitian ini, menjadi jelas bahwa taraf berfikir siswa yang semula berada pada tahap operasi konkret mengalami peningkatan berada pada operasi formal dengan fasilitasi desain pembelajaran khususnya pada pokok bahasan “ Suhu dan Kalor”. Karena itu untuk penelitian selanjutnya baik apabila dicoba untuk pokok bahasan yang berbeda. 3. Lebih baik juga diadakan pretes dan postes untuk soal materi yang dipelajari,
sehingga
terlihat
perbandingannya
antara
soal
yang
merepresentasikan rincian kemampuan dengan soal-soal pada materi tersebut.
60
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. Abu Drs ; Supriyono, Widodo Drs. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta ; Rineka Cipta Bismoko, J & Supratiknya, A. 2004. Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta ; Sanata Dharma Budi Kartika, Soekartadiredjo Darsa. 1997. Buku Teks Generasi Baru, Fisika SLTP 2. Jakarta ; Widya Utama Budi Kartika. 2004. Handout Kuliah Metodologi Penelitian Fisika. Universitas Sanata Dharma ; Yogyakarta Dahar, R.W. 1989. Teori Teori Belajar. Bandung ; Erlangga Pusat kurikulum. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta; Pusat Kurikulum , Balitbang Depdiknas Sarkim T. 1998. “Humaniora Dalam Pendidikan Sains” dalam Sumaji, dkk. Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta ; Kanisius Singgih D. Gunarsa. 1987. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta ; Gunung Mulia Suparno, Paul. 2000. Penelitian Pendidikan Fisika, Diktat Kuliah. Yogyakarta ; Sanata Dharma Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta ; Kanisius
61
Veuger Jacques Drs. MSF. 1983. Psikologi Perkembangan, Epistemologi Genetik dan Strukturalisme Menurut Jean Piaget. Yogyakarta ; Yayasan Studi dan Teknologi W. S. Winkel. 1986. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta ; Gramedia
LAMPIRAN
62
Rician Kemampuan dari Operasi Konkret dan Operasi Formal No 1
2
Umum Adanya transformasi reversibel
Sistem kekekalan (konservasi)
Operasi Konkret Rincian Kemampuan 1. Anak dapat mengerti setiap langkah proses trasformasi (perubahan). 2. Anak tidak melihat setiap langkah perubahan sebagai yang berdiri sendiri. Tetapi sebagai satu kesatuan. 3. misalnya anak diberikan benda berputar ia sudah dapat melihat seluruh proses berputarnya, bukan hanya kedudukan akhir dan kedudukan awalnya. 1. Anak sudah dapat mengerti adanya konsep kekekalan objek. 2. Anak dapat mengetahui bahwa volume memang sama meskipun tinggi air berbeda. 3. Anak dapat mengerti dan menangkap behwa substansi (banyakanya) suatu benda itu tetap, seperti massa suatu bungkalan lilin/lumpur tetap sama meskipun bentuknya dirubah menjadi bermacam-macam
No 1
2
Umum Dua reversibilitas
Pemikiran abstraksi reflektif (proporsi)
Operasi Formal Rincian Kemampuan 1. Remaja dapat membentuk suatu sistem kombinasi dan struktur fundamental yang menunjukkan suatu sistem lengkap. 2. Sudah dapat menggunakan dua unsur reversibel resiprok dan inversi. Dimana inversi adalah proses transformasi kebalikan. Resiprok adalah transformasi pencerminan.
1. Remaja dapat berfikir secara proporsi yaitu pemikiran untuk membandingkan dua hal atau membagikan diantara dua hal. 2. Remaja melakukan suatu tindakan terhadap objek sehingga terjadi abstraksi..
63
3
Seriasi
4
Klasifikasi
(kekekalan substansi). 4. Bila ada 8 dadu meskipun ditempatkan pada tempat yang berbeda anak tahu bahwa jumlahnya tetap 8 (kekekalan bilangan). 5. Anak mengerti bahwa panjangnya tetap sama (Piaget & Inhelder, 1969, Piaget, 1981) meskipun dipotong-potong (kekekalan panjang). 6. Anak sudah dapat mempunyai konsep kekekalan luas meskipun yang satu diletakan terpisah dan yang lain disatukan (kekekalan luas). 7. Anak sudah mengerti bahwa berat sama meskipun bentuknya berbeda (kekekalan berat). 8. Anak mengetahuibahwa volume air tetap sama setelah salah satu dimasukan logam (kekekala volume). Anak sudah dapat mengatur/ mengurutkan unsur-unsur menurut semakin besar atau kecilnya unsur tesebut. Anak dapat mengelompokkan objek-
3
Sistem kombinatoris
Remaja mampu membuat kombinasi dan permutasi dalam mengurutkan beberapa benda yang ada.
4
Kombinasi
1. Sudah dapat mengkombinasikan objek
64
onjek secara lebih terstruktur atau anak mengkalsifikasikan objek secara lebih sistematis (Piaget & Inhelder, 1969).
5
Bilangan
6
Ruang, waktu, kecepatan
7
Kausalitas
Anak dapat memasangkan satu-satu dengan baik dan mengerti soal kekekalan dengan baik. 1. Anak dapat mengerti relasi urutanwaktu (sebelum& sesudah) dan koordinasi dengan waktu (panjang & pendek). 2. Bila dihadapkan pada suatu benda anak akan memperhatikan laju benda tersebut dan relasi antara waktu dan jarak. 1. Anak sudah lebih mendalam melihat sebab suatu benda. 2. Anak suka mempertanyakan mengapa sesuatu terjadi. 3. Ia suka melihat dan meneliti terjadinya berbagai macam hal.
5
objek-objek dan proposisi
berdasarkan prinsip kombinasi tanpa dibatasi dengan kenyataan objek itu. 2. Dapat membuat permutasi dengan memperhatikan semua kemungkinan ynag dapat terjadi 3. Dapat mengkombinasikan beberapa gagasan dan hipotesis dalam pernyataan afirmatif/ negatif yang sederhana.
Pemikiran deduktif hipotetis
1. Remaja dapat menarik kesimpulan yang penting dari kebenaran yang masih berupa kemungkinan (hipotesisi). 2. Remaja dapat menarik kesimpulan yang spesifik dari sesuatu yang umum. 3. Remaja dapat mengambil suatu kesimpulan yang benar dari suatu hipotesis yang dipercaya tidak benar. 4. Remaja memiliki pemikiran yang logis
65
6
8
Probabilitas
9
Penalaran
1. Anak dapat mengerti mesipun tidak dapat meramalkan hasil dari kejadian-kejadian individual, ia dapat mengantisipasi hasil dari jumlah yang banyak. 2. Pengertian probabilitas sebagai suatu perbandingan antara hal yang terjadi dengan kasus-kasus yang mungkin mulai terbentuk. 1. Anak jarang berbicara dengan suatu alasan, lebih mengatakan apa yang terjadi. 2. Belum berfikir secara keseluruhan dengan baik masih menekankan
Pengertian probabilitas
meskipun pada kenyataannya mereka tidak tahu atau belum menyadari behwa cara berfikir itu logis. 5. Seorang remaja harus mengerti dua operasi pokok yaitu kombinasi dan perhitungan proporsi. 6. Remaja dapat menggunakan sistem kombinasi yang memungkinkan melihat segala kemungkinan dari unsur-unsur yang ada. 7. Remaja dapt menghitung proporsi sehingga dapat menangkap dan menghitung suatu 2 4 probabilitas misalnya: = . 3 6
66
bagian-bagian tertentu. 3. Masih kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh. 7
8
9
Lebih fleksibel dalam menghadapi persoalan
1. Remaja tidak terpaku pada satu metode pemecahan saja. 2. Remaja jarnag menghadapi hasil yang diluar dugaan karena semua kemungkinan sudah dipikirkan. Pemikiran 1. Dapat mengambil kesimpulan yang lebih induktif umum berdasarkan kejadian-kejadian yang saintifik khusus. 2. Dapat membuat hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel kontrol, mencatat hasil dan menarik kesimpulan. 3. Dapat memikirkan sejumlah variabel yang berbeda pada waktu yang sama. 4. Dapat membuta desain percobaan atau apa yang mau dites dengan segala kemungkinananya. 5. Dapat meneliti dengan lebih cermat. 6. Dapat mengambil kesimpulan secara logis dari data ynag ada. Sistem Remaja dapt menggabungkan persoalan referensi ganda misalnya pada bahasan benda bertumpuk A B C
67
10
bahwa benda A bergerak kekiri terhadap B dan benda B bergerak kekanan terhadap lantai C. namum ia tidak dapat menyatuka bahwa benda A ternyata diam terhadap lntai C, karena gerak A terhadap B berkebalikan dengan gerak B terhadap lantai C. Kesetimbangan Remaja sudah mengerti kesetimbangan dan hidrostatis mengetahui mengapa terjadi kesetimbangan.
68
Penerapan Soal Terhadap Masing-masing Rincian Kemampuan
No 1
Rincian kemampuan Operasi konkret Adanya transformasi reversibel
Soal
No
Ada tiga bola A (merah), B (putih), C (hijau) yang memiliki besar dan bentuk yang sama. Ketiga bola tersebut dimasukkan dalam silinder seperti pada gambar di bawah ini! Suparno (2001: 71) Bagaimanakah urutan ketiga bola dari bawah
C ke atas setelah diputar selama 180° (setengah putaran)?
B a. B – C – A A b. B – A - C
c. C – A - B d. C – B – A
Pada gambar seperti no.1, bagaimanakah urutan ketiga bola dari bawah keatas, jika diputar selama 540° ( 1 putaran)? Suparno (2001: 71) a. C–B–A b. C–A–B
c. A – B – C d. B – C - A
1 x 2
1
Rincian kemampuan Operasi Formal Dua reversibilitas
Soal Suatu titik P dilalui oleh 3 garis sehingga membentuk 6 sudut, dengan urutan sudut a, b, c, d, e dan f. X adalah jumlah sudut a + c + e dan Y adalah jumlah sudut b + d + f, maka carilah hubungan antara X dan Y! Singgih (1987:155) a. X lebih besar dari Y b. X lebih kecil dari Y c. X sama besar dengan Y d. X dan Y hubungannya tidak bisa di tentukan
69
2
Sistem kekekalan (konservasi)
Lihatlah gambar dibawah ini!
2
Berfikir secara abstraksi reflektif (proporsi)
Ada sebuah timbangan. Lihatlah gambar di bawah ini!
T1
A A
T2
B
B
Gelas diisi air (A) selanjutnya, dimasukkan logam kedalamnya sehingga tinggi permukaan air naik (B). Apakah volume air di B tetap sama dengan A? Suparno (2001: 72) a. volumenya tidak sama b. volumenya sama c. volume B lebih besar d. volume A lebih besar
Dari gambar di atas pernyataan di bawah ini manakah yang benar? Suparno (2001: 96) a. Semakin berat benda (A), lengan timbangan T1 harus semakin panjang dari pada T2 agar terjadi kesetimbangan. b. Supaya terjadi keseimbangan, diperlukan lengan T1 lebih pendek dari pada lengan T2 bila beban A lebih ringan dari pada beban B. c. Semakin ringan benda (B), lengan timbangan T2 harus semakin pendek dari pada T1 agar terjadi keseimbangan. d. Supaya terjadi kesetimbangan, diperlukan lengan T2 lebih panjang dari pada lengan T1 bila beban B lebih ringan dari pada beban A.
70
Lihatlah gambar di bawah ini!
A B Segelas air (A) jika dituangkan kedalam sebuah mangkuk sayur (B), bagaimanakah volume air dalam mangkuk tersebut? a. lebih banyak yang di gelas (A) b. lebih banyak yang di mangkuk (B) c. volumenya berbeda d. volumennya sama Suatu tongkat, dipotong-potong serta dibengkokkan, seperti di bawah ini! Suparno (2001: 74)
A B
C Tongkat manakah yang paling panjang? a. tongkat B paling panjang b. ketiga tongkat sama panjang c. tongkat C palng pendek d. tongkat A paling panjang
71
Gambar di bawah ini lembu dan rumput disusun secara berbeda. Lembu manakah yang akan makan rumput lebih banyak? Suparno (2001: 74)
rumput
rumput
lembu
lembu
A
B
a. kedua lembu makan rumput yang sama. b.lembu B makan rumput lebih banyak c. lembu A makan rumput lebih banyak d.rumput B lebih banyak sehingga lembu B yang makan rumput lebih banyak. 3
Seriasi
Urutan bilangan 1< (1+1) < (1+1+1) < (1+1+1+1) < (1+1+1+1+1), urutan bilangan tersebut yang benar, kecuali…………………….. Suparno (2001: 83) a. 1 < 2 < 3 < 4 < 5 b. 5 > 4 > 3 > 2 > 1 c. 5 adalah bilangan yang paling besar d. 5 < 4< 3 < 2 < 1
3
Sistem kombinatoris
Ada 3 buah kelereng yang berlainan warna yaitu merah, hijau, dan kuning. Ada berapa macam kemungkinan ketiga kelereng itu disusun berbeda? a. 3 macam c. 9 macam b. 6 macam d. 12 macam
72
Bongkahan lilin yang berbentuk persegi panjang memiliki massa 0,5 kg. Jika bentuknya dirubah menjadi bulat berapakah massanya sekarang? a. > 0,5 kg c. 0,5 kg b. < 0,5 kg d. 0,4 kg
4
Klasifikasi
Lihatlah diagram di bawah ini!
4
Buah (A) pisang (B)
pisang emas (C)
bukan pisang (B’)
pisang yg lain (C’)
Berdasarkan unsur-unsur di atas (A,B,B’,C,C’) sesuai dengan sifat komposisi: pisang emas yang lain (C’) akan sama dengan seluruh pisang (B). Maka sifat seperti ini sering ditulis dengan…… Suparno (2001: 80) a. C + B = C’ c. C + C’ = B b. B + C’ = C d. B + C + C’ = 0 5 6
Bilangan Ruang, waktu, kecepatan
Rumah Rudi jaraknya 5 km dari sekolahnya. Bila ia berjalan pelan-pelan dengan kecepatan 2,5 km/jam. Berapa jam yang dibutuhkan Rudi untuk berjalan pulang selama 1 minggu? a. 6 jam c. 10 jam b. 8 jam d. 12 jam
Kombinasi objek-objek dan proposisi
Bila P>X, Q>Y, R>Z sedangkan P>Q>R dan X>Y>Z maka kesimpulan dari pernyataan tersebut yang benar adalah …... Singgih (1987:157) a. R>X ; Q>X b. Z
R dan X>Q c. Z
Y>Z ; Z
73
7
Kausalitas
8
Probabilitas
9
Penalaran
Kepada anak-anak diberikan lima tabung, keempat tabung berisi cairan yang masing-masing berwarna merah, kuning, biru dan putih. Percampuran warna apakah agar tabung yang kosong tersebut diperoleh warna hijau? a. kuning dan biru b. merah dan biru c. kuning dan putih d. biru dan putih
5
Pemikiran deduktif hipotetis
6
Pengertian probabilitas
7
Lebih fleksibel dalam menghadapi persoalan
Perhatikan premis di bawah ini! Semua jenis ikan bernafas dengan insang. Ikan paus bernafas dengan paru-paru, maka…….. Singgih (1987:160) a. sementara jenis ikan bernafas dengan paru-paru b. semua ikan paus termasuk jenis ikan c. semua ikan paus bukan termasuk jenis ikan d. semua ikan paus bernafas dengan insang
1 5 1 berbanding + adalah……………… 12 4 2 1 21 c. a. 21 12 17 7 d. b. 30 50
Perhatikan pernyataan di bawah ini! Rambut Tina (T) kurang gelap daripada rambut Sinta (S). Rambut Tina (T) lebih gelap daripada rambut Lily (L). Dari kedua pernyataan di atas, rambut siapakah yang paling gelap? Suparno (2001: 86) a. Tina c. Lily b. Sinta d. semua salah Jika ketiga tangki yang berbentuk balok di bawah ini diisi air panas 1 liter semua, maka tangki manakah yang akan mendinginkan air paling cepat?
74
B
A
a. b. 8
Pemikiran induktif saintifik
A dan C B
C
c. A d. C
Pada percobaan pendulum (bandul) dibawah ini. Beban ditarik ke atas sejauh t dan dilepaskan sehingga terjadi ayunan bandul ke kiri dan ke kanan. Unsur apakah yang mempengaruhi frekuensi ayunan? Suparno (2001: 93)
tali
beban a. b. c. d.
t
panjang tali panjang tali, berat benda panjang tali, berat benda dan kedudukan beban semula (t) panjang tali dan kedudukan beban semula (t)
75
9
Sistem referensi ganda
Suatu benda A bergerak ke kiri terhadap papan B, dan papan B bergerak ke kanan terhadap latar belakang C. Dari gambar di bawah ini kedudukan antara benda manakah yang diam? Suparno (2001: 97)
A B C C a. b. c. d. 10
Kesetimbanga n hidrostatis
benda (B) benda (A) terhadap benda (B) benda (A) terhadap dasar lantai (C) benda (B) terhadap dasar lantai (C)
A
B
Dari gambar di atas, tinggi air mula-mula sama di kedua pipa. Di atas pipa A di taruh piston dan ditekan sehingga air di pipa A turun sepanjang 20 cm. jika perbandingan luas pipa A : pipa B adalah 2 : 5, apakah yang akan terjadi pada pipa B? Suparno (2001: 98)
76
a. b. c. d.
air di pipa B menjadi turun sepanjang 4 cm air di pipa B menjadi naik sepanjang 4 cm air di pipa B menjadi naik sepanjang 8 cm air di pipa B menjadi turun sepanjang 20 cm
77
DESAIN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas Semester Waktu
: Fisika : VIII :I : 2 JP
Model Pembelajaran “ Suhu dan Termometer”
Langkah-langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal 1.
Motivasi: Siswa diajak untuk mengingat kembali peristiwa yang berhubungan dengan suhu dan dalam kehidupan sehari – hari kita seringkali mendengar kata suhu.
Guru mengawali dengan sedikit gambaran atau ilustrasi. “Dalam kehidupan sehari – hari setiap benda memiliki suhu tertentu. Misalnya suhu es sekitar 0° C, suhu kamar udara di Yogyakarta sekitar 30° C dan air mendidih pada suhu 100° C. Umumnya orang sering menganggap bahwa suhu dan panas itu sama..” Dari gambaran itu maka guru memunculkan suatu pertanyaan kepada siswa tentang pengertian mereka mengenai suhu dan kalor / panas? Dari pertanyaan yang diberikan diharapkan siswa menjawab bahwa suhu adalah besaran yang menyatakan panas atau dinginnya suatu benda sedangkan panas atau kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain karena adanya perbedaan suhu diantara kedua tempat tersebut.
•
Kepada siswa diajukan pertannyaan lagi “Dalam badan kita, apa yang bisa kita jadikan sebagai sensor suhu? Diharapkan siswa menjawab bahwa yang dapat dijadikan sensor suhu adalah jari/ kulit.
78
Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan “Apakah tangan bisa dijadikan sebagai alat pengukur suhu? dan apa alasannya?” Diharapkan siswa mengemukakan pendapatnya dan diharapkan siswa menjawab tidak, karena jari tidak memiliki ukuran yang jelas dan antara jari yang satu dengan jari yang lain memiliki sifat yang berbeda sehingga jari tidak bisa di jadikan patokan sebagai alat pengukur suhu.
2. Konsep yang harus dipahami dalam pembuatan termometer Segala zat cair bila dipanaskan akan memuai. Pada peneraan termometer ini, harus mendapatkan skala temperatur yang pasti. Untuk mendapatkan sebuah skala temperatur yang pasti, harus diplih satu jenis termometer sebagai standard. Pada peneraan termometer juga digunakan titik acuan suhu untuk pembuatan skala. Salah satu skala yang dikenal adalah skala Celcius. Skala Celcius angka 0 ditetapkan untuk suhu ketika air membeku, sedang angka 100 ditetapkan untuk suhu ketika air mendidih (pada tekanan atmosfie standar). Juga zat cair dalam termometer yang digunakan adala air raksa, karena air raksa memiliki sifat: memuai jika dipanaskan dan menyusut jika dingin.
B. Kegiatan Inti 1.
Perumusan masalah Kepada siswa diajukan permasalahan: “ Bagaimanakah caranya agar kita bisa membuat alat pengukur suhu yang memiliki skala yang jelas dan tepat?”
2.
Pengajuan hipotesis Siswa diberi kesempatan untuk mencoba menjelaskannya (Langkah ini sekaligus sebagai penggalian pengetahuan awal siswa). Berbagai inti jawaban siswa ditulis sebagai hipotesis-hipotesis. Beberapa hipotesis yang diharapkan antara lain: pada prinsipnya air raksa dalam tabung kalau dipanasi akan memuai, sehingga tinggi kolom air
79
raksa naik. Maka hubungan antara suhu T dengan tinggi h. Es mencair dan air mendidih punya suhu tetap.sehingga kedua peristiwa ini dapat dipakai sebagai titik-titikacauan pada peneraan termometer. 3.
Pengumpulan data dan penyimpulannya Dilakukan serangkaian percobaan: a.
Percobaan pertama “ Peneraan Termometer” Tujuan : 1. Siswa dapat membuat “calon termometer” secara benar. 2. Siswa dapat mengerti prisip pembuatan termometer air raksa. Alat dan bahan : calon termometer, termometer, gelas ukur, corong, beker glass, pemanas air, penggaris, spidol, es dan air. Siswa diminta untuk mempersiapkan alat dan bahan yang
diperlukan! Memasukkan calon termometer ke dalam corong yang berisi es.
Mengamati sampai permukaan air raksa tetap tidak turun lagi. Kemudian siswa diminta untuk memberikan tanda permukaan tersebut dengan spidol “ 0° C”. Kemudian salah satu siswa diminta untuk maju dan memasukkan
“calon termometer” ke dalam air yang sudah mendidih. Kemudian melihat sampai permukaan air raksa diam tidak naik lagi. Sama siswa diminta untuk memberikan tanda termometer tersebut dengan spidol “100° C”. Berapa panjang interval 0° - 100° pada calon termometer
tersebut? Kemudian salah satu siswa diminta untuk membagi interval tersebut menjadi 100 skala! 1 skala (1° C) = berapa cm? b.
Percobaan kedua “ Pengunaan termometer buatan” Tujuan
: Siswa dapat mengunakan termometer yang sudah dibuat.
Alat
: Memakai termometer yang sudah di buat pada percobaan pertama tadi.
80
•
Dengan menggunakan termometer buatan tersebut, ukurlah beberapa suhu badan teman kalian! Suhu ruangan dan suhu air kran!
•
Dengan menggunakan termometer pabrik ukurlah juga ketiga hal tersebut! Berapakah selisih dengan pengukuran “calon termometer”?
C. Kegiatan Pemantapan 1.
Perangkuman a.
Dalam pembuatan termometer diperlukan titik acuan yang diguakan adalah titik didih air, dan titik beku es.
b.
Diperlukan juga termometer standard untuk mendapatkan sebuah skala termometer yang pasti.
c.
Dalam termometer raksa, digunakan air raksa karena sifat air raksa memuai jika dipanaskan dan menyusut jika dingin.
d.
Termometer yang baik adalah termometer yang memiliki syarat: o Kepekaan : perubahan keadaan akibat sedikit saja perubahan suhu, dapat terukur. o Ketelitian : mengukur keadaan dan reproduksibilitasnya (dapat diperbanyak)
3.
Evaluasi, pekerjaan rumah, dan atau tugas Daftarlah
beberapa
jenis
termometer
bagaimanakah prinsip kerjanya!
-oOo-
yang
kamu
ketahui
dan
81
DESAIN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas Semester Waktu
: Fisika : VIII :I : 3 JP
Model Pembelajaran “ Kalor dan Suhu Benda”
Langkah-langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal 1. Motivasi a. Siswa diajak mengaitkan konsep kalor dalam peristiwa kehidupan sehari-hari yang sering dialami.
Peristiwa yang sering kita jumpai seperti ”Pada saat kita akan mandi dengan air hangat, kita biasanya memasak air sampai mendidih. Kemudian air tersebut dicampurkan dengan air dari bak yang suhunya lebih rendah.”
Dari peristiwa diatas guru memunculkan suatu pertanyaan kepada siswa “ Apabila dua benda yang suhunya berbeda dicampurkan, maka lama kelamaan suhu kedua benda itu akan menjadi sama. Mengapa demikian? “ Dari pertanyaan tersebut maka siswa diharapkan bisa menjawab bahwa pada percampuran air dari bak dan air yang dimasak terjadi peristiwa perpindahan energi. Energi yang dipindahkan dinamakan kalor. Air yang lebih tinggi suhunya melepaskan kalor, akibatnya suhu air tersebut turun. Kalor yang dilepaskan tersebut diterima oleh air yang suhunya lebih rendah sehingga suhunya naik.
82
B. Kegiatan Inti 1. Perumusan masalah Kepada siswa diajukan permasalahan: Pada kalor faktor – faktor apa sajakah yang menentukan besar kecilnya kalor yang diterima benda? 2. Pengajuan hipotesis Siswa diberi kesempatan untuk mencoba menjelaskannya (Langkah ini sekaligus sebagai penggalian pengetahuan awal siswa). Berbagai inti jawaban siswa ditulis sebagai hipotesis-hipotesis. 3. Pengumpulan data dan penyimpulannya Dilakukan serangkaian percobaan: a. Percobaan pertama “ Mengukur suhu air “ Tujuan
: Mencari hubungan antara kalor dan suhu benda.
Alat dan bahan : Pembakar spiritus, bejana, penyangga kaki tiga, termometer, stopwatch dan air. •
Guru meminta siswa untuk memasukkan 150 ml air kedalam bejana, kemudian meletakkan bejana tersebut diatas pembakar spiritus dengan menggunakan penyangga kaki tiga.
•
Kemudian guru menunjuk siswa yang lain untuk meletakkan termometer ke dalam air di bejana, dan menyalakan pembakar spiritusnya. Diusahakan agar nyala api tetap.
•
Salah satu siswa melihat pada termometer suhu awal sebelum dipanaskan. Dengan menggunakan stopwatch, seluruh siswa diminta untuk mengamati kenaikan suhu air setiap 3 menit sampai air mendidih.
83
•
Kemudian semua siswa diminta untuk memasukkan data kedalam tabel dibawah ini! Menit ke- Suhu air (°C) Pertambahan suhu (°C) 0 ......... ........................ 3 ......... ........................ 6 ......... ........................ 9 ......... ........................ 12 ......... ........................ 15 ......... ........................ 18 ......... ........................ dst ......... ........................ Pertambahan suhu = suhu pada saat tertentu dikurangi suhu saat sebelumnya.
•
Setelah percobaan selesai dilakukan, kemudian kepada siswa diajukan beberapa pertanyaaan: 1. Jika pemanasan terus menerus dilakukan, apakah suhu air akan semakin tinggi, tetap ataukah semakin rendah? 2. Bagaimanakah pertambahan suhu air untuk selang waktu yang sama (misalnya selang waktu antara menit ke-0 dan menit ke-3 atau menit ke-6 dan menit ke -9)?
•
Dari pertanyaan yang diberikan kemudian guru mengajak siswa untuk membahasnya, dimana jika pemanasan dilakukan terusmenerus maka suhu air akan naik dan semakin tinggi.
•
Dari pernyataan itu maka siswa diajak untuk membuat suatu kesimpulan yaitu “ Kenaikan suhu benda sebanding dengan kalor yang diberikan. Semakin banyak kalor yang diberikan, semakin tinggi kenaikan suhu benda.”
b.
Percobaan kedua “Mengukur suhu air yang massanya berbedabeda “ Tujuan
: Mencari hubungan antara kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu dengan massa benda.
84
Alat dan bahan : sama dengan percobaan ketiga hanya menggunakan air saja tanpa menggunakan minyak goreng. 1. Siswa diminta untuk memasukkan 50 ml air ke dalam bejana,
kemudian meletakkan bejana berisi air tersebut di atas pembakar spiritus dengan menggunakan penyangga kaki tiga. 2. Salah satu siswa diminta untuk maju dan meletakkan termometer
ke dalam air di bejana, kemudian diminta untuk mencatat suhu dan suhu ini dijadikan sebagai suhu mula-mula 3. .Menyalakan pembakar spiritus dan bersamaan dengan mulainya
pengukuran waktu dengan menggunakan stopwatch. 4. Apabila suhu air sudah bertambah 10°C, pemanasan dihentikan.
Kemudian siswa diminta untuk mencatat waktunya. 5. Guru meminta salah satu siswa untuk mengulangi langkah
kegiatan dari 1 – 4 dengan massa 100 ml dan 150 ml. 6. Apabila percobaan sudah selesai dilakukan maka semua siswa
diminta untuk memasukkan data kedalam tabel dibawah ini dan menjawab pertanyaan dibawah ini! Suhu Mula-mula Massa(ml) (°C) 50 ........ 100 ........ 150 ........
Suhu akhir (°C) ........ ........ ........
Waktu Pertambahan yg.diperlukan suhu (°C) (dt) 10 ........ 10 ........ 10 ........
7. Setelah diperoleh data maka siswa diminta untuk menjawab
pertanyaan dibawah ini! 1.
Semakin besar massa air, waktu yang diperlukan untuk menaikkan suhunya semakin singkat, tetap ataukah semakin lama?
2.
Apa kesimpulanmu dari percobaan yang keduan ini?
8. Dari pertanyaan yang diberikan kemudian guru mengajak siswa
untuk membahas dan membuat kesimpulan, dimana semakin besar
85
massa air maka waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu semakin lama.
c. Percobaan ketiga “Mengukur suhu beberapa jenis benda “ Tujuan
: Mencari hubungan antara kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu dan jenis benda.
Alat dan bahan
: Bejana, pembakar spiritus, peangga kaki tiga, termometer, stopwatch, air dan minyak goreng.
1. Siswa diminta untuk memasukkan 75 ml air ke dalam bejana, kemudian meletakkan bejana berisi air tersebut di atas pembakar spiritus dengan menggunakan penyangga kaki tiga. 2. Salah satu siswa diminta untuk maju dan meletakkan termometer ke dalam air di bejana, kemudian diminta untuk mencatat suhunya. 3. Menyalakan pembakar spiritus dan bersamaan dengan mulainya pengukuran waktu dengan menggunakan stopwatch. 4. Apabila suhu air sudah bertambah 10°C, pemanasan dihentikan. Kemudian siswa diminta untuk mencatat waktunya. 5. Guru meminta salah satu siswa untuk mengulangi langkah kegiatan dari 1- 4 dengan memakai minyak goreng sebanyak 75 ml. 6. Apabila percobaan sudah selesai dilakukan maka semua siswa diminta untuk memasukkan data kedalam tabel dibawah ini dan menjawab pertanyaan dibawah ini! Bahan Air Minyak goreng
Waktu yg.diperluka
Massa (ml)
Suhu Mula-mula (°C)
Suhu akhir (°C)
Pertambahan suhu (°C)
75
........
........
10
(dt) ........
75
........
........
10
........
7. Setelah diperoleh data maka siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah ini!
86
a. Benda yang digunakan pada percobaan di atas, apakah jenisnya sama
atau
berbeda?
Bagaimanakah
dengan
masssanya?
Apakahpertambahan suhu benda tersebut sama atau berbeda? b. bagaimana dengan waktu yang diperlukan untuk pemanasan benda-benda tersebut? c. Bila waktu yang diperlukan berbeda, berarti kalor yang diperlukan juga berbeda, jadi bagaimana hubungan antara kalor dengan waktu? 8.
Dari pertanyaan yang diberikan kemudian guru mengajak siswa untuk membahas dan membuat kesimpulan, dimana berbagai jenis benda yang berbeda dengan massa yang sama untuk menaikkan suhu yang sama diperlukan jumlah kalor yang berbeda.
C. Kegiatan Pemantapan 1.
Perangkuman Dari ketiga percobaan yang sudah dilakukan maka siswa diharapkan dapat menyimpulkan bahwa: a.
Untuk benda dengan bahan dan massa yang sama, pemberian kalor akan menaikkan suhu benda. Kenaikkan suhu benda sebanding dengan kalor yang diberikan. Semakin banyak kalor yang diberikan, semakin tinggi kenaikan suhu benda.
b.
Pada berbagai jenis benda yang berbeda dengan massa yang sama, untuk menaikkan suhu yang sama diperlukan jumlah kalor yang berbeda.
c.
Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda tergantung pada massa benda, jenis benda dan kenaikan suhu yang terjadi.
Sehingga dari kesimpulan itu maka siswa dapat merumuskan bahwa Q = m.C. Δt Dari kesimpulan itu diharapkan siswa mampu merumuskan bahwa dari percampuran air panas dan air dingin menunjukkan bahwa kalor yang dilepas oleh air panas sama dengan kalor yang diterima oleh air dingin.
87
Sehigga anak bisa memahami persamaan dari Azas black yaitu bahwa Qdilepas=Qditerima. 2.
Evaluasi Siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal dibawah ini sebagai Pekerjaan Rumah yang merupakan penerapan soal –soal dari kesi,pulan diatas. 1. Berapa kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 5 gram emas dari 50°C menjadi 70°C (nilai kalor jenis emas 130 J/kg°C)? 2. 15 kg air diuapkan pada titik didihnya. Berapakah kalor yang diperlukan bila kalor uap air 2,27 x 106 J/kg? 3. Untuk meleburkan 25 gram tembaga pada titik leburnya diperlukan kalor sebesar 5.150 J. Hitunglah kalor lebur tembaga tersebut! 4. 5,5 x 106 joule kalor digunakan untuk menguapkan alkohol. Jika kalor uap alkohol 1,1 x 106 J/kg, berapakah massa alkohol yang diuapkan? 5. Hitunglah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 2 kg raksa jika kalor uap raksa 2,27 x 106 J/kg.
-oOo-
88
DESAIN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas Semester Waktu
: Fisika : VIII :I : 3 JP
Model Pembelajaran “Penghantar dan Isolator Panas” Langkah-langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal 1. Motivasi: a.
Siswa diajak untuk membahas pengalamannya tentang hantaran panas sebagai berikut. •
Bagaimanakah yang dirasakan kulit kaki kita yang menyentuh lantai keramik dibandingkan dengan yang menyentuh udara pada malam hari? Diharapkan siswa mengungkapkan bahwa lantai keramik terasakan lebih dingin di kulit kita daripada udara.
•
Kepada siswa kemudian diberi informasi, dengan diantar pertanyaan: “Pernahkah anak-anak mengukur suhu lantai keramik dan udara di sekelilingnya pada malam hari?” “Bila kita mengukurnya, akan kita dapati bahwa suhu keduanya adalah sama. Hal ini sesuai dengan prinsip (hukum termodinamika) bahwa dua benda tak hidup yang saling bersentuhan cukup lama akan mempunyai suhu yang sama. Dalam hal ini, lantai keramik dan udara sudah lama bersentuhan, sehingga keduanya mempunyai suhu yang sama.”
B. Kegiatan Inti 1.
Perumusan masalah Kepada siswa diajukan permasalahan: “Mengapa lantai keramik terasa lebih dingin di kulit kita daripada udara di sekelingnya, padahal suhu keduanya sama?”
89
2.
Pengajuan hipotesis Siswa diberi kesempatan untuk mencoba menjelaskannya (Langkah ini sekaligus sebagai penggalian pengetahuan awal siswa). Berbagai inti jawaban siswa ditulis sebagai hipotesis-hipotesis.
3.
Pengumpulan data dan penyimpulannya Dilakukan serangkaian percobaan: a. Percobaan pertama •
Apakah yang terjadi bila salah satu ujung batang besi dimasukkan ke dalam air panas?
•
Pertama-tama dilakukan pemanasan sejumlah air dalam tabung erlenmeyer dengan pembakar spiritus hingga bersuhu ± 80 0C seperti ditunjukkan oleh termometer. Termometer
Air
•
Setelah selesai, seorang wakil siswa diminta untuk ke depan kelas, memegang sebuah batang besi pada salah satu ujungnya (A) dan mencelupkan ujung yang lain (B) ke dalam air yang telah dipanaskan tersebut.
90
Ujung A (dipegang) Batang besi
Ujung B Air panas
•
Setelah beberapa saat, kepada siswa tersebut ditanyakan, “Apakah yang dirasakan tangan yang memegang ujung batang besi sebelum dan setelah ujung yang lain dari batang besi itu dicelupkan ke dalam air panas?” Dapat diminta 1-2 wakil siswa lain lagi untuk melakukan hal yang sama. Akhirnya, hasilnya dituliskan di papan tulis dalam tabel yang disiapkan oleh guru sebagai berikut. Yang dirasakan tangan yang memegang ujung A
•
Sebelum ujung B dicelupkan
Setelah ujung B dicelupkan ke
ke dalam air panas
dalam air panas
Dingin
Panas
Kemudian, seluruh siswa diajak untuk menyimpulkan data percobaan yang telah diperoleh. Setiap usulan kesimpulan dari siswa, dimintakan tanggapan dari kelas sampai dapat diperoleh kesimpulan yang tepat: “Panas merambat melalui batang besi dari air menuju tangan.”
•
Selanjutnya, kepada siswa diinformasikan: “Benda yang dapat menghantarkan panas disebut penghantar (konduktor) panas. Dengan demikian, berdasarkan hasil percobaan di atas, dapat dikatakan bahwa besi termasuk penghantar panas.”
91
b.
Percobaan kedua •
Apakah semua benda merupakan penghantar panas?
•
Dilakukan percobaan seperti percobaan pertama untuk batang berbagai macam jenis benda, misalnya berturut-turut untuk batang kayu, aluminium, keramik, plastik, gelas, dll. Untuk setiap batang jenis benda yang berbeda, disuruh ke depan kelas siswa yang berbeda untuk melakukannya dan menuliskan hasilnya di papan tulis dalam tabel yang disiapkan oleh guru:
•
No.
Jenis benda
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Besi Kayu Aluminium Keramik Kaca Plastik .............................
Menghantar panas atau tidak Menghantar panas Tidak menghantar panas ............................ ............................ ............................ ............................ ............................
Sebelum dilakukan penyimpulan, kepada siswa ditanyakan, “Bagaimanakah kalau jenis bendanya adalah udara, menghantar panas
atau tidak?
Bagaimanakah
cara
mengetahuinya?”
Diharapkan sampai pada jawaban bahwa panas tidak merambat melalui udara sampai ke, misalnya tangan, yang di tempatkan pada jarak tertentu dari air panas tersebut. Kemudian ditambahkan pada tabel bahwa udara tidak menghantar panas. •
Seluruh siswa diajak untuk menyimpulkan data percobaan yang telah diperoleh. Setiap usulan kesimpulan dari siswa, dimintakan tanggapan dari kelas sampai dapat diperoleh kesimpulan yang tepat: “Tidak semua benda dapat menghantar panas. Ada benda yang dapat menghantar panas (disebut penghantar panas) dan ada benda yang tidak/kurang dapat menghantar panas.”
92
•
Kemudian kepada siswa diinformasikan: “Benda yang tidak/kurang dapat menghantar panas disebut isolator panas. Dengan demikian, berdasarkan hasil percobaan di atas, besi, keramik, aluminium dan gelas termasuk penghantar panas, sedangkan kayu, plastik dan udara termasuk isolator panas.”
4. Pemecahan masalah Siswa diajak untuk memecahkan permasalahan awal: “Mengapa lantai keramik terasa lebih dingin di kulit kita daripada udara di sekelingnya, padahal suhu keduanya sama?” Berdasarkan apa yang baru saja dipelajari bersama, diharapkan siswa dapat memberikan penjelasan yang intinya sebagai berikut. Dari hasil percobaan kedua dapat dipastikan bahwa sifat menghantar panas dari lantai keramik lebih baik daripada udara. Karena itu, pada kulit kita yang menyentuh lantai keramik terjadi aliran panas yang lebih besar/cepat daripada pada kulit kita yang menyetuh udara sekeliling lantai keramik itu. Karena kehilangan panas yang lebih cepat itulah, kulit merasakan lebih dingin pada yang menyentuh lantai keramik daripada pada yang menyentuh udara.
C.
Kegiatan Pemantapan 1. Perangkuman a.
Panas dapat merambat dalam benda-benda tertentu, contohnya besi.
b. Jenis benda yang dapat menghantarkan panas disebut penghantar
panas. c.
Tidak semua jenis benda dapat menghantar panas. Ada juga jenis benda yang tidak dapat menghantarkan panas; secara umum disebut isolator panas.
93
d. Yang termasuk penghantar panas antara lain besi, aluminium, kaca,
dan keramik; sedangkan yang termasuk isolator panas antara lain kayu, plastik dan udara. 2. Penerapan a.
Alat-alat memasak dibuat dari bahan penghantar panas sedangkan tangkainya dibuat dari bahan isolator panas.
b.
Muka seterika terbuat dari bahan penghantar panas, sedangkan tangkainya dibuat dari bahan isolator panas.
3. Evaluasi, pekerjaan rumah, dan atau tugas Daftarlah perlengkapan di rumah anda yang dibuat berdasarkan sifat penghantar dan isolator panas dan jelaskanlah mengapa masing-masing alat tersebut dibuat dari bahan penghantar atau isolator panas?
-oOo-
94
Soal Pretes Nama / No Kelas
: :
Pilihlah jawaban untuk soal-soal dibawah ini dengan cara memberi tanda silang pada jawaban yang benar serta memberikan alasannya pada setiap jawaban ! 1. Ada tiga bola A (merah), B (putih), C (hijau) yang memiliki besar dan bentuk yang sama. Ketiga bola tersebut dimasukkan dalam silinder seperti pada gambar di bawah ini! Bagaimanakah urutan ketiga bola dari bawah ke atas setelah diputar C selama 180° (setengah putaran)? a. B – C – A c. C – A - B B b. B – A - C d. C – B – A A Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Pada gambar seperti no.1, bagaimanakah urutan ketiga bola dari bawah keatas, 1 jika diputar selama 540° ( 1 x putaran)? 2 c. A – B – C a. C – B – A d. B – C - A b. C – A – B Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. Suatu titik P dilalui oleh 3 garis sehingga membentuk 6 sudut, dengan urutan sudut a, b, c, d, e dan f. X adalah jumlah sudut a + c + e dan Y adalah jumlah sudut b + d + f, maka carilah hubungan antara X dan Y! a. X lebih besar dari Y b. X lebih kecil dari Y c. X sama besar dengan Y d. X dan Y hubungannya tidak bisa di tentukan Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
95
4. Lihatlah gambar dibawah ini!
B
A
Gelas diisi air (A) selanjutnya, dimasukkan logam kedalamnya sehingga tinggi permukaan air naik (B). Apakah volume air di B tetap sama dengan A? c. volume B lebih besar a. volumenya tidak sama d. volume A lebih besar b. volumenya sama Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. Ada sebuah timbangan. Lihatlah gambar di bawah ini! T1
A
T2
B
dari gambar di atas pernyataan di bawah ini manakah yang benar? a. Semakin berat benda (A), lengan timbangan T1 harus semakin panjang dari pada T2 agar terjadi kesetimbangan. b. Supaya terjadi keseimbangan, diperlukan lengan T1 lebih pendek dari pada lengan T2 bila beban A lebih ringan dari pada beban B. c. Semakin ringan benda (B), lengan timbangan T2 harus semakin pendek dari pada T1 agar terjadi keseimbangan. d. Supaya terjadi kesetimbangan, diperlukan lengan T2 lebih panjang dari pada lengan T1 bila beban B lebih ringan dari pada beban A. Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
96
6. Lihatlah gambar di bawah ini!
A
B
Segelas air (A) jika dituangkan kedalam sebuah mangkuk sayur (B), bagaimanakah volume air dalam mangkuk tersebut? c. volumenya berbeda a. lebih banyak yang di gelas (A) d. volumennya sama b. lebih banyak yang di mangkuk (B) Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 7. Perhatikan premis di bawah ini! Semua jenis ikan bernafas dengan insang. Ikan paus bernafas dengan paru-paru, maka…….. a. sementara jenis ikan bernafas dengan paru-paru b. semua ikan paus termasuk jenis ikan c. semua ikan paus bukan termasuk jenis ikan d. semua ikan paus bernafas dengan insang Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 8. Urutan bilangan 1< (1+1) < (1+1+1) < (1+1+1+1) < (1+1+1+1+1), urutan bilangan tersebut yang benar, kecuali…………………….. c. 5 adalah bilangan yang paling besar a. 1 < 2 < 3 < 4 < 5 b. 5 > 4 > 3 > 2 > 1 d. 5 < 4< 3 < 2 <1 Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 1 5 1 berbanding + adalah……………………. 9. 12 4 2 1 21 a. c. 21 12 17 7 b. d. 30 50 Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
97
10. suatu tongkat, dipotong-potong serta dibengkokkan, seperti gambar di bawah ini! A B C Tongkat manakah yang paling panjang? a. tongkat B paling panjang c. tongkat C palng pendek b. ketiga tongkat sama panjang d. tongkat A paling panjang Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 11. Ada 3 buah kelereng yang berlainan warna yaitu merah, hijau, dan kuning. Ada berapa macam kemungkinan ketiga kelereng itu disusun berbeda? a. 3 macam c. 9 macam b. 6 macam d. 12 macam Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 12. Gambar di bawah ini lembu dan rumput disusun secara berbeda. Lembu manakah yang akan makan rumput lebih banyak?
rumput
rumput
lembu
lembu
A
B
a. kedua lembu makan rumput yang sama. b. lembu B makan rumput lebih banyak c. lembu A makan rumput lebih banyak d. rumput B lebih banyak sehingga lembu B yang makan rumput lebih banyak. Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
98
13. Jika ketiga tangki yang berbentuk balok di bawah ini diisi air panas 1 liter semua, maka tangki manakah yang akan mendinginkan air paling cepat? A
B
C
a. balok A dan balok C c. balok A b. balok B d. balok C Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 14. Bongkahan lilin yang berbentuk persegi panjang memiliki massa 0,5 kg. Jika bentuknya dirubah menjadi bulat berapakah massanya sekarang? a. > 0,5 kg c. 0,5 kg d. 0,4 kg b. < 0,5 kg Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 15. Semua karyawan adalah pegawai negeri, sebagian karyawan adalah seniman. Kalimat yang tidak sesuai dengan pernyataan diatas adalah………………………. a. sebagian seniman adalah pegawai negeri b. semua seniman adalah karyawan c. sebagian pegawai negeri adalah karyawan d. semua karyawan bukan seniman Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 16. Lihatlah diagram di bawah ini! Buah (A) pisang (B)
pisang emas (C)
bukan pisang (B’)
pisang yg lain (C’)
Berdasarkan unsur-unsur di atas (A,B,B’,C,C’) sesuai dengan sifat komposisi: pisang emas yang lain (C’) akan sama dengan seluruh pisang (B). Maka sifat seperti ini sering ditulis dengan…… a. C + B = C’ c. C + C’ = B b. B + C’ = C d. B + C + C’ = 0
99
Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 17. Bila P>X, Q>Y, R>Z sedangkan P>Q>R dan X>Y>Z maka………. a. R>X ; Q>X b. Z
R dan X>Q c. Z
Y>Z ; Z
a. benda (B) c. benda (A) terhadap dasar lantai (C) b. benda (A) terhadap benda (B) d. benda (B) terhadap dasar lantai (C) Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 20. Perhatikan pernyataan di bawah ini! Rambut Tina (T) kurang gelap daripada rambut Sinta (S). Rambut Tina (T) lebih gelap daripada rambut Lily (L). Dari kedua pernyataan di atas, rambut siapakah yang paling gelap? a. Tina c. Lily b. Sinta d. semua salah Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
100
21. Pada percobaan pendulum (bandul) dibawah ini. Beban ditarik ke atas sejauh t dan dilepaskan sehingga terjadi ayunan bandul ke kiri dan ke kanan. Unsur apakah yang mempengaruhi frekuensi ayunan?
tali
beban
t
a. panjang tali b. panjang tali, berat benda c. panjang tali, berat benda dan kedudukan beban semula (t) d. panjang tali dan kedudukan beban semula (t) Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 22. Kepada anak-anak diberikan lima tabung, keempat tabung berisi cairan yang masing-masing berwarna merah, kuning, biru dan putih. Percampuran warna apakah agar tabung yang kosong tersebut diperoleh warna hijau? a. kuning dan biru c. kuning dan putih b. merah dan biru d. biru dan putih Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 23. A B piston
?
20 cm
Dari gambar di atas, tinggi air mula-mula sama di kedua pipa. Di atas pipa A di taruh piston dan ditekan sehingga air di pipa A turun sepanjang 20 cm. jika perbandingan luas pipa A : pipa B adalah 2 : 5, apakah yang akan terjadi pada pipa B? a. air di pipa B menjadi turun sepanjang 4 cm b. air di pipa B menjadi naik sepanjang 4 cm c. air di pipa B menjadi naik sepanjang 8 cm d. air di pipa B menjadi turun sepanjang 20 cm Karena………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………..
101
Soal Postes Nama /No Kelas
: :
Pilihlah jawaban untuk soal-soal dibawah ini dengan cara memberi tanda silang pada jawaban yang benar serta memberikan alasannya pada setiap jawaban ! 1.
Lihatlah gambar dibawah ini!
B
A
Gelas diisi air (A) selanjutnya, dimasukkan logam kedalamnya sehingga tinggi permukaan air naik (B). Apakah volume air di B tetap sama dengan A? a. volumenya tidak sama c. volume B lebih besar b. volumenya sama d. volume A lebih besar Karena……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 2. Lihatlah gambar di bawah ini!
A
B
Segelas air (A) jika dituangkan kedalam sebuah mangkuk sayur (B), bagaimanakah volume air dalam mangkuk tersebut? a. lebih banyak yang di gelas (A) c. volumenya berbeda b. lebih banyak yang di mangkuk (B) d. volumennya sama Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 3. Perhatikan premis di bawah ini! Semua jenis ikan bernafas dengan insang. Ikan paus bernafas dengan paru-paru, maka…………………………………..
102
a. sementara jenis ikan bernafas dengan paru-paru b. semua ikan paus termasuk jenis ikan c. semua ikan paus bukan termasuk jenis ikan d. semua ikan paus bernafas dengan insang Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 1 5 1 4. berbanding + adalah……………………. 12 4 2 1 21 a. c. 21 12 17 7 d. b. 30 50 Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 5. Suatu tongkat, dipotong-potong serta dibengkokkan, seperti gambar di bawah ini!
Tongkat manakah yang paling panjang? a. tongkat B paling panjang c. tongkat C palng pendek b. ketiga tongkat sama panjang d. tongkat A paling panjang Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 6. Urutan bilangan 1< (1+1) < (1+1+1) < (1+1+1+1) < (1+1+1+1+1), urutan bilangan tersebut yang benar, kecuali…………………….. a. 1 < 2 < 3 < 4 < 5 c. 5 adalah bilangan yang paling besar b. 5 > 4 > 3 > 2 > 1 d. 5 < 4< 3 < 2 <1 Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
103
7. Ada sebuah timbangan. Lihatlah gambar di bawah ini! T2
T1
B
A
Dari gambar di atas pernyataan di bawah ini manakah yang benar? a. Semakin berat benda (A), lengan timbangan T1 harus semakin panjang dari pada T2 agar terjadi kesetimbangan. b. Supaya terjadi keseimbangan, diperlukan lengan T1 lebih pendek dari pada lengan T2 bila beban A lebih ringan dari pada beban B. c. Semakin ringan benda (B), lengan timbangan T2 harus semakin pendek dari pada T1 agar terjadi keseimbangan. d. Supaya terjadi kesetimbangan, diperlukan lengan T2 lebih panjang dari pada lengan T1 bila beban B lebih ringan dari pada beban A. Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………….. 8. Jika ketiga tangki yang berbentuk balok di bawah ini diisi air panas 1 liter semua, maka tangki manakah yang akan mendinginkan air paling cepat? A
B
C
a. balok A dan balok C c. balok A b. balok B d. balok C Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
104
9. Gambar di bawah ini lembu dan rumput disusun secara berbeda. Lembu manakah yang akan makan rumput lebih banyak?
rumput
rumput
lembu
lembu
A
B
a. kedua lembu makan rumput yang sama. b. lembu B makan rumput lebih banyak c. lembu A makan rumput lebih banyak d. rumput B lebih banyak sehingga lembu B yang makan rumput lebih banyak. Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 10. Bongkahan lilin yang berbentuk persegi panjang memiliki massa 0,5 kg. Jika bentuknya dirubah menjadi bulat berapakah massanya sekarang? a. > 0,5 kg c. 0,5 kg d. 0,4 kg b. < 0,5 kg Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 11. Bila P>X, Q>Y, R>Z sedangkan P>Q>R dan X>Y>Z maka………. a. R>X ; Q>X b. Z
R dan X>Q c. Z
Y>Z ; Z
105
13. Perhatikan pernyataan di bawah ini! Rambut Tina (T) kurang gelap daripada rambut Sinta (S). Rambut Tina (T) lebih gelap daripada rambut Lily (L). Dari kedua pernyataan di atas, rambut siapakah yang paling gelap? a. Tina c. Lily b. Sinta d. semua salah Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 14. Lihatlah diagram di bawah ini! Buah (A) pisang (B)
pisang emas (C)
bukan pisang (B’)
pisang yg lain (C’)
Berdasarkan unsur-unsur di atas (A,B,B’,C,C’) sesuai dengan sifat komposisi: pisang emas yang lain (C’) akan sama dengan seluruh pisang (B). Maka sifat seperti ini sering ditulis dengan…… a. C + B = C’ c. C + C’ = B b. B + C’ = C d. B + C + C’ = 0 Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 15. Ada tiga bola A (merah), B (putih), C (hijau) yang memiliki besar dan bentuk yang sama. Ketiga bola tersebut dimasukkan dalam silinder seperti pada gambar di bawah ini! Bagaimanakah urutan ketiga bola dari bawah ke atas setelah diputar C selama 180° (setengah putaran)? a. B – C – A c. C – A - B B b. B – A - C d. C – B – A A Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 16. Pada gambar seperti no.15, bagaimanakah urutan ketiga bola dari bawah keatas, 1 jika diputar selama 540° ( 1 x putaran)? 2 c. A – B – C a. C – B – A b. C – A – B d. B – C - A
106
Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 17. Rumah Rudi jaraknya 5 km dari sekolahnya. Bila ia berjalan pelan-pelan dengan kecepatan 2,5 km/jam. Berapa jam yang dibutuhkan Rudi untuk berjalan pulang selama 1 minggu? a. 6 jam c. 10 jam b. 8 jam d. 12 jam Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 18. Kepada anak-anak diberikan lima tabung, keempat tabung berisi cairan yang masing-masing berwarna merah, kuning, biru dan putih. Percampuran warna apakah agar tabung yang kosong tersebut diperoleh warna hijau? a. kuning dan biru c. kuning dan putih b. merah dan biru d. biru dan putih Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 19. A
piston
B
?
20 cm
Dari gambar di atas, tinggi air mula-mula sama di kedua pipa. Di atas pipa A di taruh piston dan ditekan sehingga air di pipa A turun sepanjang 20 cm. jika perbandingan luas pipa A : pipa B adalah 2 : 5, apakah yang akan terjadi pada pipa B? a. air di pipa B menjadi turun sepanjang 4 cm b. air di pipa B menjadi naik sepanjang 4 cm c. air di pipa B menjadi naik sepanjang 8 cm d. air di pipa B menjadi turun sepanjang 20 cm Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………..
107
20. Dari gambar di bawah ini, kedudukan antara benda manakah yang diam? A B C C
a. benda (B) c. benda (A) terhadap dasar lantai (C) b. benda (A) terhadap benda (B) d. benda (B) terhadap dasar lantai (C) Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 21. Ada 3 buah kelereng yang berlainan warna yaitu merah, hijau, dan kuning. Ada berapa macam kemungkinan ketiga kelereng itu disusun berbeda? a. 3 macam c. 9 macam b. 6 macam d. 12 macam Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 22. Semua karyawan adalah pegawai negeri, sebagian karyawan adalah seniman. Kalimat yang tidak sesuai dengan pernyataan diatas adalah…………………. a. sebagian seniman adalah pegawai negeri b. semua seniman adalah karyawan c. sebagian pegawai negeri adalah karyawan d. semua karyawan bukan seniman Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
108
23. Pada percobaan pendulum (bandul) dibawah ini. Beban ditarik ke atas sejauh t dan dilepaskan sehingga terjadi ayunan bandul ke kiri dan ke kanan. Unsur apakah yang mempengaruhi frekuensi ayunan?
tali
beban
t
a. panjang tali b. panjang tali, berat benda c. panjang tali, berat benda dan kedudukan beban semula (t) d. panjang tali dan kedudukan beban semula (t) Karena…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
∼°°∼
109
Fasilitasi Perkembangan dari Operasi Konkret ke Operasi Formal pada Materi Suhu dan Kalor
Rincian Kemampuan Adanya transformasi reversibel
Sistem kekekalan (konservasi)
Seriasi
Operasi Konkret Materi Suhu dan Kalor Suhu dan Termometer Setelah anak berhasil membuat termometer buatan kemudian dicoba digunakan untuk mengukur suhu air kran, suhu ruangan maupun suhu badan tiap-tiap anak. Kalor dan Suhu Benda Pada percobaan pertama “Mengukur suhu air”. Anak mampu mengukur suhu air pada menit ke-1, 2, 3,...,dst dengan terus menerus dipanaskan sampai air mendidih. Penghantar dan Isolator Panas Dari melihat dan mencoba benda-benda yang disediakan anak mampu mengelompokkan mana yang termasuk konduktor dan mana yang termasuk isolator.
Klasifikasi
Bilangan
Operasi Formal Materi Suhu dan Kalor Suhu dan Termometer Dari hasil pengukuran suhu menggunakan termometer buatan kemudian anak membandingkan mengukur dengan termometer pabrik. Pemikiran Kalor dan Suhu Benda Anak mampu menghitung abstraksi pertambahan suhu dari menit ke-1 ke reflektif menit selanjutnya dan seterusnya (proporsi) sampai air mendidih. Sistem Penghantar dan Isolator Panas kombinatoris Anak sudah mampu mengaplikasikan yaitu dengan mendaftar benda-benda rumah tangga yang terbuat dari bahan isolator maupun konduktor. Rincian Kemampuan Dua reversibilitas
Fasilitasi
Melakukan eksperimen dalam kelompok ± 6 orang, dan disediakan petunjuk eksperimen. Eksperimen dan disediakan lembar untuk mencatat hasil eksperimen. Anak diberi PR untuk melihat secara langsung benda rumag tangga mana yang termasuk konduktor dan isolator.
Kombinasi objek-objek dan proposisi Kalor dan Suhu Benda Pada evaluasi yaitu pada PR berupa soalsoal hitungan.
Melihat contoh-contoh soal yang ada di buku atau berdiskusi dengan teman.
110
Ruang, waktu, kecepatan
Kausalitas
Probabilitas
Kalor dan Suhu Benda Dari ketiga percobaan yang dilakukan, anak diajak untuk mencari hubungan antara ketiganya yaitu: a. Untuk benda dengan bahan dan massa yang sama, pemberian kalor akan menaikkan suhu benda. Kenaikkan suhu benda sebanding dengan kalor yang diberikan. Semakin banyak kalor yang diberikan, semakin tinggi kenaikan suhu benda. b. Pada berbagai jenis benda yang berbeda dengan massa yang sama, untuk menaikkan suhu yang sama diperlukan jumlah kalor yang berbeda. c. Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda tergantung pada massa benda, jenis benda dan kenaikan suhu yang terjadi. Sehingga dari kesimpulan itu maka siswa dapat merumuskan bahwa Q = m.C. Δt Kalor dan Suhu Benda Pada ketiga percobaan yang dilakukan, jika hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori maka siswa akan langsung bertanya baikitu dengan teman maupun dengan guru mis: “pada proses pemanasan nyala api apakah bisa mempengaruhi?” Penghantar dan Isolator Panas Dengan mencoba berbagai jenis benda yang
Sebelum ketiga percobaan dilakukan, setiap kali selesai percobaan di tentukan point pentingnya.
Pemikiran deduktif hipotetis Pengertian probabilitas
Kalor dan Suhu Benda Anak melihat gejala-gejala yang muncul dari percobaan yang dilakukan dan mencoba untuk membahasnya atau berdiskusi dengan teman maupun bertanya dengan guru.
Guru sebagai fasilitator, tempat bertanya siswa.
Melakukan demonstrasi di depan kelas dan
111
Penalaran
dimasukkan dalam air mendidih yang nantinya dikelompokkan dalam konduktor /isolator, setidaknya anak bisa mengerti benda mana yang masuk dalam kelompok tertentu meskipun sebelumnya belum pernah mencoba dan baru dicoba pada saat di depan kelas. Ada dalam ketiga sub pokok bahasan yaitu pada saat kegiatan awal, yaitu dengan memunculkan suatu peranyaan, seperti: Pada saat kita akan mandi dengan air hangat, kita biasanya memasak air sampai mendidih. Kemudian air tersebut dicampurkan dengan air dari bak yang suhunya lebih rendah. Apabila dua benda yang suhunya berbeda dicampurkan, maka lama kelamaan suhu kedua benda itu akan menjadi sama. Mengapa demikian? Bagaimanakah yang dirasakan kulit kaki kita yang menyentuh lantai keramik dibandingkan dengan yang menyentuh udara pada malam hari? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan siswa mengungkapkan pendapatnya berdasarkan pengalaman yang sidah mereka alami sendiri.
beberapa anak diminta untuk maju mencoba di depan kelas.
Guru mencoba untuk mengarahkan jawaban agar jawaban/pendapat siswa tidak jauh keluar dari konsep fisika. Metode yang digunakan adalah tanya jawab dan sharing pengalaman.
Lebih fleksibel dalam menghadapi
Suhu dan Termometer Pada saat membandingkan hasil pengukuran suhu antara termometer buatan dengan termometer pabrik,
Diskusi dengan teman sekelompok maupun dengan kelompok
112
persoalan
Pemikiran induktif saintifik
Sistem referensi ganda
kemungkinan akan dijumpai nilai yang berbeda. Ini kadang menimbulkan pertanyaan pada siswa, kenapa bisa berbeda? Apa penyebabnya? Kalor dan Suhu Benda Pada saat pengambilan data siswa dituntut untuk teliti dan hati-hati dalam melakukan percobaan sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat. Pada saat perumusan hipotesis, siswa harus benar-benar memperhatikan data yang ada dan bisa menyimpulkannya. Data yang tidak sesuai dengan teori bukan berarti salah total, tetapi ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Kalor dan Suhu Benda Dari ketiga percobaan yang dilakukan, anak diajak untuk mencari hubungan antara ketiganya yaitu: a. Untuk benda dengan bahan dan massa yang sama, pemberian kalor akan menaikkan suhu benda. Kenaikkan suhu benda sebanding dengan kalor yang diberikan. Semakin banyak kalor yang diberikan, semakin tinggi kenaikan suhu benda.
lain. Membaca buku pegangan. Tanya jawab dengan guru. Teliti dalam eksperimen. Membuat kesimpulan berdasarkan data yang ada dan dihubungkan dengan dasar teorinya.
Sebelum ketiga percobaan dilakukan, setiap kali selesai percobaan di tentukan point pentingnya dan menggabungkan keimpulan dari ketiga percobaan yang dilakukan.
113
b. Pada berbagai jenis benda yang berbeda dengan massa yang sama, untuk menaikkan suhu yang sama diperlukan jumlah kalor yang berbeda. c. Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda tergantung pada massa benda, jenis benda dan kenaikan suhu yang terjadi. Sehingga dari kesimpulan itu maka siswa dapat merumuskan bahwa Q = m.C. Δt Kesetimbang Kalor dan Suhu Benda an Dari peristiwa sehari-hari yaitu: hidrostatis Pada saat kita akan mandi dengan air hangat, kita biasanya memasak air sampai mendidih. Kemudian air tersebut dicampurkan dengan air dari bak yang suhunya lebih rendah. Apabila dua benda yang suhunya berbeda dicampurkan, maka lama kelamaan suhu kedua benda itu akan menjadi sama. Mengapa demikian? Dari peristiwa tersebut anak diharapkan sampai pada kesimpulan dari Azas black yaitu bahwa Qdilepas=Qditerima.
Guru mencoba memfasilitasinya dengan memberikan suatu arahan dimana anak bisa sampai pada kesimpulan yang diharapkan.
114
KUNCI JAWABAN Soal Pretes 1.
D
13. C
2.
A
14. C
3.
C
15. A
4.
B
16. C
5.
D
17. D
6.
D
18. D
7.
C
19. C
8.
D
20. B
9.
B
21. A
10.
B
22. A
11.
B
23. C
12.
A
Soal Postes 1.
B
13. B
2.
D
14. C
3.
C
15. D
4.
B
16. A
5.
B
17. D
6.
D
18. A
7.
D
19. C
8.
C
20. C
9.
A
21. B
10.
C
22. A
11.
D
23. A
12.
C