PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV MI NURUL HUDA CIPAYUNG DEPOK
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: ALEN SUDIARY NIM. 1110018300023
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
iii
ABSTRAK Alen Sudiary (NIM: 1110018300023). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh multiple intelligences terhadap hasil belajar IPA siswa pada materi energi panas dan energi bunyi. Penelitian ini dilakukan di kelas IV-A dan IV-B MI Nurul Huda Cipayung Depok. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan penelitian pretest-posttest control group design. Penentuan sampel ini berdasarkan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 60 siswa, dengan 30 siswa untuk kelas eksperimen dan 30 siswa untuk kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda. Data hasil instrumen tes dianalisis secara kuantitatif. Berdasarkan analisis data tes, diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen adalah 74,00 dan kelas kontrol adalah 63,44. Hal tersebut didasarkan pada hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t terhadap data posttest dengan n = 30 dan α=5%. Hasilnya adalah nilai t hitung = 5,06 sedangkan t tabel = 2,01. Terlihat bahwa t hitung > t tabel , sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa pada materi energi panas dan energi bunyi. Kata kunci: Metode Eksperimen, Hasil Belajar IPA, Energi Panas dan Bunyi
v
ABSTRACT Alen Sudiary (NIM: 1110018300023). The Effect of Multiple Intelligences Based Learning to The Learning Outcomes of Students Grade 4th in The Science at Nurul Huda Elementary School Cipayung Depok. Skripsi of Elementary School Education Study Departement, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of State Islamic University Jakarta, 2016. The purpose of this study was to determine the effect of multiple intelligences based learning to the learning outcomes of students’ grade 4th in the science concept of heat and sound energies. This study was conducted in class IV-A and IV-B of Nurul Huda Elementary School Cipayung Depok. The method which is used in this study is quasi-experiment with pretest-posttest control group research design. The sample was determined by using purposive sampling technique. This study’s samples are 30 students for experimental class and 30 students for control class. The instrument used in this study is a test instrument of multiple choices questions. Data from the test instrument’s result were analyzed quantitatively. Based on the analysis, the average score of students’ learning outcomes in experiment class is 74,00, and 63,44 for the control class’ students. It is based on hypothesis test result by using t test to the posttest data with n = 25 and α = 5%. The result is the value of t count = 2,80 while t table = 2,20. It showed that t count > t table , so it can be concluded that there are effects of multiple intelligences based learning to the science concept of heat and sound energies. Keywords: Experimental Methods, Science Learning Outcomes, Heat and Sound Energies.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Atas kasih dan sayang-Nya, penulis diberi kekuatan dan kesabaran untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah bagi Nabi mulia Rasulullah Muhammad Saw, Rasul pembawa rahmat bagi alam semesta, Rasul yang akan memberikan syafaat bagi kita di hari akhir nanti. Aamiin. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi S1 Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dengan judul “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok”. Keberhasilan penelitian dan selesainya skripsi ini tidak terlepas dari adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga dapat menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah Swt. Secara khusus, rasa terima kasih dan apresiasi yang tinggi disampaikan kepada: 1.
Prof. Dr. H. A. Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Abdul Ghofur, M.A., selaku Penasihat Akademik yang telah memberikan motivasi dan pengarahan selama menyelesaikan studi.
4.
Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dengan ilmu, masukan, dan pencerahannya sehingga menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
5.
Asep Ediana Latip, M.Pd, selaku Sekretaris Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. vii
6.
Mufida Awalia Putri, M.Pd, selaku dosen penguji I yang telah memberi arahan ilmu, masukan, dan pencerahannya sehingga menyelesaikan perbaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
7.
Fathiah Alatas, M.Si, selaku dosen penguji II yang telah memberi arahan ilmu, masukan, dan pencerahannya sehingga menyelesaikan perbaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
8.
Hasyim, S.Pd, selaku Kepala MI Nurul Huda Cipayung Depok, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, serta siswa-siswi kelas IV dan seluruh staf akademika MI Nurul Huda Cipayung Depok yang telah membantu proses penelitian penulis.
9.
Ayahanda tersayang Suparwoto dan Ibunda tercinta Almh. Srimulyani, serta adik-adik tersayang Fitri Riadini dan Liana Muharrlin atas kasih sayangnya kepada penulis yang tak terhingga. Terima kasih atas segala do’a, dukungan, dan kesabarannya, semoga Allah Swt menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangi penulis.
10. Keluarga besar Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Yayasan Pendidikan Budi Insan Cendekia, Yayasan Pesantren Islam Al Azhar, LDK Syahid UIN Jakarta, Sabtu dan Ahad Ceria, rekan-rekan PGMI Kelas A 2010, serta semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu atas segala do’a, dukungan, semangat, dan kepedulian yang besar terhadap penulis.
Akhirnya, hanya do’a yang dapat penulis panjatkan agar segala kebaikan yang telah dilakukan semua pihak dibalas oleh Allah Swt dengan sebaik-baik balasan. Penulis juga berharap semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan, serta menambah pustaka dan referensi bagi yang membutuhkan. Saran dan masukan sangat diharapkan penulis, demi kesempurnaan penelitian ini. Jakarta, Desember 2016
Alen Sudiary viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ..................................................... iv ABSTRAK ...........................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah dan Fokus Penelitian ............................
1
B. Identifikasi Masalah dan ..............................................................
4
C. Pembatasan Fokus Masalah ..........................................................
5
D. Perumusan Masalah Penelitian .....................................................
5
E. Tujuan Penelitian ..........................................................................
5
F. Kegunaan Penelitian .....................................................................
6
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR ..................
7
A. Kajian Teori ..................................................................................
7
1.
Pengertian Hasil Belajar ........................................................
7
2.
Pengertian Multiple Intelligences ..........................................
9
3.
Jenis-jenis Kecerdasan menurut Multiple Intelligences ......
11
a. Kecerdasan Verbal-Linguistik.......................................
11
b. Kecerdasan Logis-Matematis .......................................... 12 c. Kecerdasan Visual-Spasial .............................................. 14 d. Kecerdasan Jasmani-Kinestetis ....................................... 15 e. Kecerdasan Musikal-Ritmis ............................................ 16 f. Kecerdasan Naturalis ....................................................... 17 g. Kecerdasan Interpersonal ................................................ 18 h. Kecerdasan Interpersonal ................................................ 19
ix
4.
Pembelajaran IPA MI/ SD Berbasis Multiple Intelligences .. 20 a. Hakikat, Karakteristik, Tujuan, dan Ruang Lingkup IPA MI/SD .............................................................................. 20 b. Integrasi Multiple Intelligences dalam Pembelajaran IPA MI/SD .............................................................................. 24
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 30 C. Kerangka Pikir .............................................................................. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 32 A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 32 B. Metode dan Desain Penelitian ...................................................... 32 C. Variabel Penelitian ....................................................................... 33 D. Populasi dan Sampel..................................................................... 33 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 34 F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 34 G. Kalibrasi Instrumen ...................................................................... 36 1. Validitas ...............................................................................
36
2. Reliabilitas ...........................................................................
37
3. Taraf Kesukaran ...................................................................
38
4. Daya Pembeda .....................................................................
39
H. Teknik Analisis Data .................................................................
39
1. Uji N-Gain ............................................................................
40
2. Uji Normalitas ......................................................................
40
3. Uji Homogenitas ..................................................................
42
4. Uji Hipotesis ........................................................................
42
Hipotesis Statistik ......................................................................
44
I.
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 45 A. Hasil Penelitian............................................................................. 45 1. Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest ................................... 46 2. Hasil Uji Analisis N-Gain ...................................................... 47 3. Hasil Uji Prasyarat .................................................................. 48 a. Uji Normalitas ................................................................
x
48
b. Uji Homogenitas ............................................................
49
c. Uji Hipotesis ..................................................................
51
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................56 A. Kesimpulan .....................................................................................56 B. Saran ...............................................................................................56 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................57 LAMPIRAN ...........................................................................................................58
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Desain Penelitian .............................................................................. 32
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Tes ..................................................................... 35
Tabel 3.3
Kualifikasi Koefisien Korelasi ......................................................... 37
Tabel 3.4
Kategori Derajat Kesukaran .............................................................. 38
Tabel 3.5
Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................ 39
Tabel 3.6
Klasifikasi N-Gain ............................................................................ 40
Tabel 4.1
Reapitulasi Data Pretest dan Posttest ............................................... 46
Tabel 4.2
Hasil Uji Analisis N-Gain ................................................................. 47
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest ........................................ 48
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas N-Gain ............................................................ 49
Tabel 4.5
Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ..................................... 50
Tabel 4.6
Hasil Uji Homogenitas N-Gain ......................................................... 50
Tabel 4.7
Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ........................................... 51
Tabel 4.8
Hasil Uji Hipotesis N-Gain ............................................................... 52
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A1
Kisi-kisi Uji Coba Instrumen ...................................................... 59
Lampiran A2
Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen dengan Program ANATES ...................................................................... 69
Lampiran A3
Soal Instrumen Pretest dan Posttest ........................................... 71
Lampiran B1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Penelitian ................ 75
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA yang selama ini masih berkutat dengan ceramah dan hanya mencatat, sering membuat siswa kurang dapat menguasai materi pembelajaran IPA. Hal ini bermuara pada stigma negatif yang menyebutkan bahwa IPA adalah salah satu mata pelajaran yang sulit dan hanya orang-orang tertentu yang dapat menguasai materi pelajaran IPA. Hasil belajar siswa juga menjadi rendah, bahkan belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Salah satu contoh nyatanya terjadi di MI Nurul Huda Cipayung Depok. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melihat hasil ulangan harian IPA para siswa kelas IV di sekolah tersebut. Para siswa kelas IV di MI tersebut ternyata mendapatkan rata-rata nilai di bawah KKM pada mata pelajaran IPA materi energi panas dan energi bunyi. Pada saat ulangan harian materi energi panas dan energi bunyi, para siswa kelas IV-A rata-rata hanya mendapat nilai 3,25 sedangkan kelas IV-B nilai rata-ratanya hanya 3,27, sementara nilai KKM IPA kelas IV di MI Nurul Huda Cipayung Depok adalah 7,30. Dari total 30 siswa kelas IV-A hanya 7 siswa yang mencapai nilai KKM, sedangkan kelas IV-B yang siswanya berjumlah 30 siswa juga, hanya 8 siswa yang mencapai nilai KKM. Artinya, pada mata pelajaran IPA materi energi panas dan energi bunyi hanya 23% siswa kelas IV-A yang mencapai nilai KKM, sedangkan di kelas IV-B hanya sekitar 27% siswa yang nilainya mencapai KKM. Ketika peneliti mewawancarai guru IPA kelas IV, yang ternyata adalah guru kelasnya masing-masing, didapatkan informasi bahwa guru-guru tersebut saat mengajarkan mata pelajaran IPA hanya menggunakan metode ceramah. Selain itu, para siswa juga terkadang belajar sendiri dengan membaca buku paket saja karena saat itu para guru sedang sibuk menyiapkan akreditasi sekolah. Akibatnya guru menjadi tidak fokus mengajar dan sering meninggalkan kelas. Kalaupun menjelaskan materi, guru hanya mengulas apa 1
2
yang tertulis di buku paket tanpa media pembelajaran selain panpan tulis dan spidol. Para siswa pun akhirnya menerima materi tidak secara utuh dan masih banyak yang belum mereka pahami. Pembelajaran klasik yang hanya menggunakan metode ceramah seperti yang terjadi d MI Nurul Huda Cipayung Depok masih dianut di beberapa sekolah. Pembelajaran seperti ini juga masih menggunakan paradigma lama dengan menganggap semua siswa adalah sama, atau mungkin seharusnya sama. Siswa yang bisa memahami materi yang diajarkan dengan metode ceramah yang digunakan guru serta mendapatkan nilai tinggi pada penilaian hasil belajar, dianggap sebagai siswa pintar. Sementara siswa yang tidak bisa memahami materi, nilai hasil belajarnya di bawah standar, dan tidak bisa diam di kelas dianggap sebagai siswa bodoh, nakal, atau mungkin trouble maker. Thomas Armstrong dalam bukunya "sekolah para juara" juga mendeskripsikan model pembelajaran klasik yang antara lain memunculkan asumsi-asumsi: Pertama, para guru cenderung memisahkan atau memberikan identifikasi kepada para muridnya sebagai murid-murid yang pandai di satu sisi, dan murid-murid yang bodoh di sisi lain. Kedua, suasana kelas cenderung monoton dan membosankan. Hal ini dikarenakan para guru biasanya hanya bertumpu pada satu atau dua jenis kecerdasan dalam mengajar, yaitu cerdas berbahasa dan cerdas berlogika. Ketiga, mungkin seorang guru agak kesulitan dalam membangkitkan minat atau gairah murid-rnuridnya karena proses pembelajaran yang kurang kreatif. 1 Jika dianalisis lebih dalam, model pembelajaran klasik yang dipaparkan di atas tentunya tidak sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan yang demokratis, berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Hal tersebut juga tidak sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 1
Eman Relvan, “Pendekatan Multi Kecerdasan Menurut Gardner dan Implikasinya Bagi Pembelajaran PAI”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 1, No. 2, 2004, h. 155-156.
3
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 “Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak anak-anak yang memiliki talenta (gift), tidak mendapatkan reinforcement di sekolahnya, Pihak sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa.” 3 Hal ini sangat disayangkan mengingat setiap individu sesungguhnya memiliki keunikan masing-masing. Idealnya, proses pembelajaran memperhatikan keunikan tiap individu, terutama dari sisi intelegensinya. Guru harus mempetimbangkan
kecerdasan
dan
gaya
belajar
para
siswa,
serta
memperhatikan para siswa sebagai individu yang berbeda-beda, gunakan metode yang modern dan pendekatan di kelas untuk menciptakan suasana yang menarik bagi siswa dengan pilihan pembelajaran yang berbe-beda. Kenyataannya memang guru-guru di sekolah/ madrasah masih tetap mementingkan kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka anak didik yang tidak memiliki kedua kecerdasan
tersebut
akan
dianggap
bodoh.
Potensi-potensi
yang
terimplementasi dalam kecerdasan-kecerdasan lain yang dimiliki para siswa menjadi tidak berkembang, sehingga sekolah/madrasah hanya mampu mengembangkan potensi sebagian siswa saja. Padahal sesungguhnya potensipotensi yang dimiliki setiap siswa bila dikembangkan secara optimal, akan sangat bermanfaat baik bagi siswa secara individu maupun masyarakat luas. Salah satu gagasan modern yang dapat mengakomodasi berbagai potensi siswa adalah multiple intelligences
(multi kecerdasan atau kecerdasan
majemuk). Multiple intelligences juga sangat sesuai dengan pembelajaran tematik yang diterapkan dalam kurikulum 2013. Gagasan ini dipopulerkan oleh seorang profesor pendidikan dari Harvard University USA bernama Howard Gardner, Gardner yang juga seorang psikolog perkembangan, 2
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3. Handy Susanto, “Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran”, Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 4, 2005, h. 68. 3
4
pertama kali memperkenalkan Multiple Intelligences melalui bukunya yang berjudul Frames of Mind yang terbit tahun 1983. Teori multiple intelligences menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kemampuan intelektual. Delapan intelektual tersebut meliputi: (1) logis-matematis, (2) verbal-linguistis, (3) visual-spasisal, (4) gerak-kinestetis, (5) musikal-ritmis, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, dan (8) naturalis.” 4 Delapan kecerdasan tersebut masing-masing dimiliki oleh setiap individu. Tidak ada orang yang dikatakan tidak cerdas, karena tiap orang sebenarnya sudah memiliki kecerdasannya masing-masing. Penemuan
ini
mulai
membuka
stigma
pendidikan
lama
yang
mengharapkan semua siswa memilki kemampuan yang sama, sementara pada kenyataannya setiap individu memiliki keunikan masing-masing. Proses pembelajaran harusnya dapat menggali potensi siswa dan menguatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. “Artinya setiap guru harus bisa berpikir secara terbuka, yaitu keluar dari paradigma pengajaran tradisional, serta memiliki kepekaan untuk memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai penunjang proses pembelajaran.” 5 Kembali kepada hasil belajar IPA para siswa kelas IV MI Nurul Huda Cipayung yang sebagian besar di bawah KKM, penulis menjadi tertarik untuk mengunakan pembelajaran bebasis multiple intelligences dalam mata pelajaran IPA pada materi energi panas dan bunyi. Penulis ingin mengetahui implikasi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar siswa kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok.
B. Identifikasi Masalah dan Fokus Penelitian Dari latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok pada materi energi panas dan bunyi. Hal ini terlihat dari hasil 4 5
Ibid. Ibid., h. 72
5
ulangan para siswa. Dengan nilai KKM 7,30 hanya 23% siswa kelas IV-A yang mencapai nilai KKM, sedangkan di kelas IV-B hanya sekitar 27% siswa yang nilainya mencapai KKM. 2. Pada saat pembelajaran IPA di kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok guru masih mengandalkan ceramah tanpa media pembelajaran. 3. Guru perlu mencoba pembelajaran berbasis multiple intelligences yang dapat mengakomodasi berbagai potensi siswa.
C. Pembatasan Fokus Penelitian Identifikasi masalah tersebut masih terlalu luas cakupan areanya. Oleh sebab itu. peneliti membatasi penelitian dengan hanya berfokus pada: 1. Penerapan
pembelajaran
berbasis
multiple
intelligences
untuk
mengakomodasi berbagai potensi siswa. 2. Melihat perubahan hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok dengan pembelajaran berbasis multiple intelligences.
D. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana
pengaruh
penggunaan
pembelajaran
berbasis
multiple
intelligences terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok?
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar siswa kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok pada mata pelajaran IPA.
6
F. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini antara lain adalah: 1. Secara teoritis Menambah
pengetahuan
tentang
pembelajaran
berbasis
multiple
intelligences yang mungkin juga dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian sejenis. 2. Secara praktis: a. Bagi Siswa 1) Menstimulasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif. 2) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari IPA. 3) Meningkatkan pemahaman dan penguasaan tentang materi IPA. b. Bagi Guru 1) Dapat memberikan masukan dalam menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences yang sesuai dengan kondisi siswa. 2) Memberikan
kontribusi
pada
guru
untuk
memilih
model
pembelajaran yang dapat mengakomodasi berbagai potensi siswa. 3) Meningkatkan profesionalisme guru. 4) Mengembangkan pengelolaan kelas yang lebih efektif. c. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran dan praktiknya di sekolah, serta sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Pengertian Hasil Belajar Belajar merupakan kegiatan yang dialami oleh setiap manusia dalam hidupnya. Sejak manusia dilahirkan sampai akhir hidupnya mengalami proses belajar. Banyak ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang belajar. Beberapa pendapat tentang definisi belajar mulai bermunculan dari para ahli. Menurut Gagne, “Belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.” 6 Pendapat tersebut diperkuat oleh Cronbach yang berpendapat bahwa, “Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.” 7 Sementara Winkel mendefinisikan, “Belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.” 8 Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat diartikan belajar sebagai suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dinyatakan dalam tingkah laku yang baru sebagai hasil dari latihan dan pengalaman yang bersifat relatif menetap. Manusia terus melakukan interaksi dengan manusia lain dan lingkungannya, akan medapatkan pengalaman dan kemampuan baru dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Lebih jauh mengenai hasil belajar, Gagne berpedapat bahwa, “Segala sesuatu yang dipelajari manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang
6
M. Djauhar Siddiq, Pengembangan Bahan Pembelajaran SD, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2008), h. 4. 7 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 13. 8 Ingridwati Kurnia, Perkembangan Belajar Peserta Didik, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2008), h. 3.
7
8
disebut domainds of learning, yaitu keterampilan motoris, informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif, dan sikap.” 9 a. Keterampilan Motoris Keterampilan ini merupakan keterampilan yang berhubungan dengan koordinasi berbagai gerakan tubuh. Dalam hal ini, misalnya melempar bola, main tenis, mengendarai mobil, mengetik huruf, dan lain sebagainya. b. Informasi Verbal Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, dan menggambar. diperlukan
Dalam hal ini, untuk dapat mengungkapkan sesuatu
kecerdasan.
Diperlukan
kerja
dari
pemikiran
untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain. c. Kemampuan Intelektual Manusia
mengadakan
interaksi
dengan
dunia
luar
dengan
menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar dengan cara inilah yang disebut kemampuan intelektual. Misalnya, membedakan huruf m dan n, menyebutkan tanaman yang sejenis. d. Strategi Kognitif Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang perlu untuk belajar, mengingat, dan berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karena ditujukan untuk dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya dengan satu kali serta memerlukan perbaikan terus-menerus. e. Sikap Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar; tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.
Negara Indonesia juga telah merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang mengarah pada hasil belajar yang diinginkan. Hal ini tertuang dalam pasal 3 9
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 22.
9
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional, yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 10 Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah semua hal yang didapatkan seseorang atau siswa selama proses belajar. Hasil belajar bukan hanya nilai atau predikat angka, melainkan dalam bentuk bertambahnya pengetahuan dan pemahaman, meningkatnya kemampuan, serta bertambah baiknya sikap atau perilaku.
2. Pengertian Multiple Intelligences Kecerdasan sering kali dikaitkan dengan intelektualitas. Beberapa ahli memiliki definisi sendiri-sendiri tentang kecerdasan atau intelektualitas. Konsep kecerdasan atau intelektualitas menurut Harlock adalah, “Kemampuan untuk menangkap sifat, arti, atau keterangan mengenai sesuatu dan mempunyai gambaran yang jelas dan lengkap tentang hal tersebut.”11 Pendapat lain tentang kecerdasan dikemukakan oleh Anastasi & Urbina, “Kecerdasan menurutnya lebih pada keberhasilan yang dapat dicapai individu dalam pengembangan dan penggunaan kemampuannya yang mempengaruhi penyesuaian emosional, hubungan antar pribadi, serta konsep diri yang dimiliki seseorang.” 12 Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu, menyelesaikan masalah, menghadapi tantangan, dan menciptakan hal yang bermanfaat. Kecerdasan
10
Nabisi Lapono, Belajar dan Pembelajaran SD, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2008), h. 55. 11 Ingridwati Kurnia, Perkembangan Belajar Peserta Didik, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2008), h. 33. 12 Ibid.
10
bukan hanya dikaitkan dengan nilai IQ, namun ada berbagai kecerdasan yang sayangnya selama ini kurang disadari. Berbagai kecerdasan tersebut kemudian terimplementasi dalam teori multiple intelligences atau multi kecerdasan. Multiple intelligences peratama kali dicetuskan oleh Howard Gardner, seorang ahli kognisi dari universitas John .H and Elisabeth .A. Hobbs serta profesor pendidikan dari sekolah pascsarjana Harvard. Dr. Gardner yang sangat memahami teori multiple intelligences menolak anggapan bahwa hanya ada satu kecerdasan manusia yang dapat diukur melalui psikometri. Hal ini seperti yang tertuang dalam karangannya bertajuk Frames of Mind, The Theory of Multiple Intelligences. Gardner memberikan definisi multiple intelligence (kecerdasan majemuk) yaitu: 1) kemampuan menciptakan produk baru yang memberikan konskuensi budaya bagi komunitasnya, 2) kemampuan dalam menciptakan atau menemukan pemecahan masalah dirinya, dan 3) potensi untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang melibatkan pemahaman baru. 13 “Multi kecerdasan adalah teori yang menunjukkan bahwa setiap anak terlahir ke dunia memiliki sedikitnya delapan macam potensi kecerdasan, Gardner menyebutnya dengan potensi unik, yang jika dipupuk dengan benar dapat turut memberikan sumbangan bagi keberhasilan proses pembelajaran anak didik.” 14 Dari keunikan tiap individu tersebut, Gardner kemudian membagi kecerdasan manusia menjadi 8 kategori, yaitu: (1) logis-matematis, (2) verbal-linguistis, (3) visual-spasisal, (4) gerak-kinestetis, (5) musicalritmis, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, dan (8) naturalis. Berdasarkan penjabaran sebelumnya, maka definisi multiple intelligences atau kecerdasan majemuk adalah sebuah teori yang merangkum berbagai potensi manusia melalui pembagian aspek-aspek kecerdasan. Ada banyak pengembangan aspek kecerdasan, namun setidaknya ada delapan kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu kecerdasan bahasa (cerdas dalam berkata-kata), matematik (cerdas dalam berhitung), spasialvisual (cerdas dalam menggambar 13
Ibid., h. 4. Eman Relvan, “Pendekatan Multi Kecerdasan Menurut Gardner dan Implikasinya Bagi Pembelajaran PAI”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 1, No. 2, 2004, h. 156. 14
11
dan
membayangkan), kecerdasan jasmani (cerdas dalam berolahraga dan
menari), musik (cerdas dalam bernyanyi dan bermain musik), intrapersonal (cerdas dalam memahami diri/emosi), interpersonal (cerdas dalam berinteraksi dengan sesama), dan naturalis (kemampuan memahmi alam).
3. Jenis-jenis Kecerdasan menurut Multiple Intelligences Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa teori Multiple Intelligences merepresentasikan banyak aspek kecerdasan yang bisa terus berkembang dan bertambah. Namun, kali ini hanya akan membahas delapan kecerdasan, yaitu: kecerdasan verbal, kecerdaan visual, kecerdasan logismatematik,
kecerdasan
kinestetik-jasmani,
kecerdasan
musikal-ritmis,
kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis. a. Kecerdasan Verbal – Linguistik Kecerdasan verbal-linguistik atau cerdas bahasa ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk mengolah bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. ”Kecerdasan verbal-linguistik ini meliputi kemampun retorika, kemampuan
mengingat
informasi,
kemampuan
menjelaskan
dan
kemampuan lain yang berhubungan dengan bahasa.” 15 Orang dengan
kecerdasan
verbal-linguistik
biasanya memiliki
kemampuan untuk menunjukkan pemikiran maupun pemahaman yang dimilikinya kepada orang lain lewat bahasa yang ia gunakan. Orang dengan kecerdasan ini biasanya berprofesi sebagai penulis, orator, pembicara, pengacara, atau pekerjaan lainnya yang membutuhkan keahlian berbahasa. 16 Kemampuan khusus dari kecerdasan linguistik adalah: “(1) melibatkan perasaan, pembicaraan, atau bahasa tulisan, (2) menngunakan komunikasi dan membuat pengertian melalui bahasa, dan (3) menggunakan sesitivitas
15
Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition, (Virginia USA: ASDC Publisher, 2009), p. 6. 16 Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), p. 14.
12
untuk membuat makna yang halus.” 17 Namun terkadang orang sering salah mengasumsikan seseorang yang memiliki kecerdasan verbal-linguistik. Pemilik kecerdasan ini bukan berarti harus mampu berbahasa asing atau menjadi orang yang sering bicara.
Kecerdasan verbal-linguistik biasanya memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik orang-orang yang cerdas verbal-linguistik adalah: (1) buku-buku terasa penting, (2) dapat mengingat cerita atau puisi dengan mudah, (3) suka bercerita, (4) suka permainan kata-kata, (5) senang menulis, (6) suka mencari sesuatu di buku atau ensiklopedia, (7) senang melafalkan kata-kata sulit, (8) menggunakan kata-kata penting saat menulis atau berbicara. 18 Berdasarkan berbagai pemaparan sebelumnya, kecerdasan verballinguistik adalah suatu kecerdasan untuk menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini mempunyai kemampuan mengolah bahasa atau kemampuan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pemikiran melalui bahasa yang digunakan. Namun, pemilik kecerdasan ini bukan berarti harus orang yang sering berbicara ataupun pandai berbahasa asing. Karakteristik pemilik kecerdasan verbal-linguistik biasanya terlihat dari kecintaannya terhadap buku, kesenangannya menulis, ataupun perbendaharaan kosakatanya yang lebih efektif.
b. Kecerdasan Logis – Matematis Kecerdasan logis-matematis biasanya berhubungan dengan angka, penghitungan, dan pengklasifikasian. “Kemampuan dalam kecerdasan ini meliputi
pengkategorian,
pengklasifikasi,
menarik
kesimpulan,
menggeneralisasikan, menghitung, dan merumuskan hipotesis.”19 Orangorang yang cerdas logis-matematis biasanya mampu menggunakan dan
17
Ibid., p. 15. Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition, (Virginia USA: ASDC Publisher, 2009), p. 22. 19 Ibid., p. 6 18
13
menilai hubungan yang abstrak, serta menggunakan bilangan dan berpikir logis. Namun, orang yang cerdas logis-metematis tidak selalu berorientasi pada bilangan atau menghubungkan segala sesuatu dengan angka. Sama halnya seperti kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logismatematis jugan memiliki karakteristik khusus untuk mengidentifikasi pemilik kecerdasan ini. Ciri-ciri untuk mengidentifikasi kecerdasan logismatematis adalah: 20 1) Suka menghitung barang-barang. 2) Suka membuat dan memperhatikan pola-pola. 3) Suka bertanya bagaimana cara kerja sesuatu. 4) Bisa berhitung hanya dengan berpikir dalam kepala. 5) Suka mengukur dan mengelompokkan benda-benda. 6) Menyukai permaianan yang butuh pemikiran logis. 7) Tertarik pada penemuan dan teori ilmu pengetahuan. 8) Suka melakukan eksperimen. 9) Suka menemukan kekurangan atu hal yang tidak logis yang dikatakan orang lain. 10) Lebih menyukai sesuatu yang bisa diukur, dianalisis, atau dihitung jumlahnya.
Dari pemaparan tersebut. diketahui bahwa orang dengan kecerdasan logis-matematis biasanya mampu mengolah angka, mengklasifikasikan, menggeralisasikan, menarik kesimpulan, maupun membuat hipotesis. Meskipun
sebagian
orang
yang
cerdas
logis-matematis
mampu
menghitung dengan baik, namun bukan berarti kecerdasan ini selalu dikaikan dengan bilangan semata. Kecerdasan logis-matematis lebih diasumsikan sebagai kemampuan berpikir logis, menarik hubungan sebabakibat, dan menyimpulkan sesuatu berdasarkan perhitungan matang, jadi bukan hanya berorientasi pada bilangan saja. 20
Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition, (Virginia USA: ASDC Publisher, 2009), p. 22-23
14
c. Kecerdasan Visual – Spasial Kecerdasan
visual-spasial
berhubungan
dengan
penggambaran,
bentuk, dan sistem tata ruang. “Kecerdasan ini berkaitan erat dengan warna, garis, bentuk, bahan, keruangan, serta hubungan antara elemenelemen tersebut. Orang dengan kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan sesuatu, membuat grafis yang menggambarkan sesuatu, dan beorientasi pada susunan spasial.” 21 Kecerdasan visual-spasial biasanya digunakan di bidang sains dan seni. Di bidang sains, kecerdasan ini digunakan dalam menggambarkan anatomi tubuh dan juga topologi. Sedangkan dalam bidang seni, kecerdasan visual-spasial biasanya dimiliki oleh orang-orang yang berprofesi sebagai pelukis, pemahat, arsitek, bahkan musisi dan penulis. Kemampuan utama kecerdasan visual-spasial adalah, “Mampu mengambarkan dan mentransformasikan apa yang dipikirkan menjadi nyata, serta mampu mangingat dengan baik melalui gambar atau membayangkan. .” 22 Tetapi, bukan berarti kecerdasan visual-spasial selalu berhubungan dengan penglihatan. Orang yang tuna netra juga bisa menggambaran dengan baik di dalam pikirannya. Ciri-ciri khusus untuk mengidentifikasi kecerdasan visual-spasial adalah: (1) suka menggambar atau melukis, (2) dapat mencocokkan pakaian dengan serasi dan menarik, (3) senang memecahkan teka-teki, (4) suka bermain dengan balok-balok atau lego, (5) senang berimajinasi, (6) dapat menggambarkan hal-hal dalam pikiran, (7) suka berfoto atau merekam video, (8) geometri lebih mudah daripada Aljabar. 23 Dari berbagai pemaparan tersebut dapat dismpulkan bahwa kecerdasan visual-spasial adalah kecerdasan yang memungkinkan pemiliknya untuk memvisualisasikan apa yang ada di pikirannya. Orang dengan kecerdasan ini juga lebih mudah mengingat melalui gambar atau dengan membayangkannya, 21
Orang-orang
dengan
kecerdasan
visual-spasial
Ibid., p. 7. Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), p. 16. 23 Thomas Armstrong, Op. cit., p. 23 22
15
biasanya menyukai gambar-gambar, sesuatu yang berwarna-warni, dan menyenangi sesuatu yang berhubungan dengan bentuk atau keruangan.
d. Kecerdasan Jasmani – Kinestetis Kecerdasan jasmani kinestetis berhubungan erat dengan tubuh. Secara spesifik, kecerdasan ini berkaitan dengan gerak dan kelenturan tubuh. Kecerdasan jasmani-kinestetis adalah kemampuan seseorang yang berhubungan dengan seluruh atau sebagian anggota tubuhnya yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, membuat sesuatu, dan sebagainya. Sebagian besar orang dengan kecerdasan jasmanikinestetis biasanya berprofesi sebagai atlet, penari, ataupun artis. 24 “Orang dengan kecerdasan jasmani-kinestetis memiliki keahlian menggunakan bagian-bagian tubuhnya untuk mengekspresikan ide dan perasaan. Selain itu, mereka menggunakan tangan untuk membuat atau mengubah sesuatu. ” 25 Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik yang membutuhkan keseimbangan, ketangkasan, fleksibilitas, kekuatan, dan kecepatan. Ciri-ciri untuk mengidentifikasi kecerdasan jasmani-kinestetis antara lain: (1) rutin berolahraga, (2) sulit duduk tenang dalam waktu lama, (3) memiliki koordinasi gerak tubuh yang baik, (4) perlu menyentuh sesuatu ketika ingin mempelajarinya, (5) suka permaianan yang mendebarkan, (6) suka bersepeda, bersepatu roda, & skateboard, (7) senang berdansa atau menari, (8) bisa meniru gerakan orang. 26 Kemampuan utama dari kecerdasan jasmani-kinestetis adalah mampu menggunakan bagian-bagian tubuh untuk menciptakan sesuatu atau menyelesaikan masalah, serta dapat mengarahkan kemampuannya seluruh tubuhnya atau sebagian tubuh. Tetapi bukan berarti orang dengan kecerdasan ini menjadi terlalu akttif atau sering bergerak tanpa arah. Dari beberapa pemaparan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kecerdasan jasmani-kinestetis ini biasanya dimiliki oleh atlet, penari, 24
Ibid., p. 8 Thomas R. Hoerr et. al, Celebrating Every Learner: Activities and Strategies for Creating a Multiple Intelligences Classroom, (San Francisco: Jossey-Bass, 2010), p. 76. 26 Thomas Armstrong, op. cit., p. 23-24. 25
16
ataupun aktor dan aktris. Orang dengan kecerdasan ini mampu menngunakan bagian tubuhnya untuk membuat sesuatu atau menghasilkan karya tertentu. Pemilik kecerdasan jasmani-kinestetis biasanya senang berolahraga, memiliki gerak dan keseimbangan tubuh yang baik, serta menyukai berbagai aktivitas yang menggunakan gerak tubuh.
e. Kecerdasan Musikal - Ritmis Kecerdasan musikal-ritmis meliputi sensitivitas terhadap ritme, melodi, dan warna suara. “Pengembangan lebih jauh tentang kecerdasan ini biasanya terlihat dari penguasaan orang dengan kecerdasan musikalritmis
terhadap
musik.” 27
Kecerdasan
musikal-ritmis
memiliki
kemampuan untuk menciptakan irama, mengkritisi musik, menggubah nada, dan menampilkan musik. Orang dengan kecerdasan ini mampu menghafal musik dengan mudah. “Kemampuan utama kecerdasan irama-musik adalah dapat merasakan dan memahami susunan pola nada, serta mampu menciptakan dan menarik makna dari suara atau nada. Namun, bukan berarti orang dengan kecerdasan musikal-ritmis selalu memainkan alat musik.” 28
Ciri-ciri yang mengidentifikasi kecerdasan musikal-ritmis antara lain: (1) memiliki suara yang bagus saat bernyanyi, (2) dapat mengenali kunci nada, (3) suka belajar dan memainkan alat musik (4) suka bersenandung saat belajar atau bekerja, (5) suka mengetuk atau menghentakkan sesuatu sesuai irama, (6) suka memperhatikan suarasuara di sekitar, dan (7) suka mengingat bagian lagu atau musik pendek dari iklan. 29 Dari penjabaran sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa kecerdasan musikal-ritmis adalah kecerdasan yang berkaitan erat dengan suara dan musik. Orang-orang dengan kecerdasan ini biasanya mampu membuat karya dengan suara atau alunan musik, serta menguasai elemen-elemen 27
Ibid., p. 7 Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), p. 15 29 Thomas Armstrong, Op. cit., p. 24 28
17
musik/nada. Mereka juga mudah mengingat sesuatu yang berhubungan dengan musik atau suara tertentu.
f. Kecerdasan Naturalis (Alam) Orang
dengan
kecerdasan
naturalis
mampu
mengenali
dan
mengklasifikasikan flora dan fauna di lingkungan sekitarnya. Ia juga dapat merasakan fenomena/ keunikan alam. Keahlian khusus yang dimiliki kecerdasan naturalis adalah: “(1) memahami alam dengan baik dan menjaganya agar tetap seimbang, (2) dapat merasakan perbedaan kondisi dan menggunakan hal-hal dari alam, serta (3) kecerdasan ini juga dapat mendukung kempuan lainnya.” 30 Namun, kecerdasan natural bukan hanya tentang dunia luar saja.
Selain karakteristik yang terlah disebutkan, ada beberapa ciri khusus untuk orang yang cerdas naturalis yaitu: (1) mampu belajar dengan mengobservasi dan menemukan hal-hal menarik dari fenomena alam, (2) mampu membandingkan, mengelompokkan, dan memilah, (3) menikmati aktivitas di luar rumah, (4) dapat dengan mudah membedakan benda yang sama, (5) senang berhubungan dengan alam, (6) menyukai tempat yang indah, (7) suka memelihara hewan peliharaan, (8) menyukai kegiatan yang berhubungan dengan alam seperti berkemah, mendaki gunung, dan memanjat tebing. 31 Dari pemamparan sebelumnya, diketahui bahwa orang dengan kecerdasan naturalis cenderung dekat dengan alam, baik flora maupun fauna. Mereka biasanya menyukai penjelajahan alam dan kebudayaan, serta mampu menangkap feniomena alam dengan baik. Namun, kecerdasan ini bukan hanya berhubungan dengan alam liar, tetapi juga meliputi kemampuan dalam membedakan benda, mengelompokkan benda, dan kemampuan mengobservasi.
30
Ibid., p. 19 Thomas R. Hoerr et. al, Celebrating Every Learner: Activities and Strategies for Creating a Multiple Intelligences Classroom, (San Francisco: Jossey-Bass, 2010), p. 226 31
18
g. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan yang berkaitan dengan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat di sekitarnya. “Kecerdasan interpersonal biasanya dipengaruhi suasana hati, tujuan, motivasi, dan perasaan terhadap orang lain.”32 Orang dengan kecerdasan interpersonal bisa membaca ekspresi wajah, suara, dan bahasa tubuh, serta mampu memahami dan mempengaruhi orang lain. Kecerdasan interpersonal sebenarnya adalah kecerdasan yang hampir dimiliki oleh semua manusia, mengingat manusia adalah makhluk sosial yang sering beerinteraksi
dengan
manusia
lainnya.
“Kecerdasan
interpersonal adalah kemampuan untuk memahami orang lain. Orang dengan kecerdasan interpersonal yang lebih banyak, biasanya berprofesi sebagai guru, psikiater, penjual, atau politisi.” 33 Hal yang terlihat jelas dari kecerdasan interpersonal adalah sensitif terhadap perasaan, kepercayaan, suasana hati, dan maksud terhadap orang lain, Selain itu orang-orang yang cerdas interpersonal dapat memahami dan bisa bekerjasama dengan orang lain. “Mereka juga mampu mempengaruhi orang lain. Namun, orang dengan kecerdasan interpersonal tidak selalu bekerja dalam grup, ia juga bukan berarti selalu haus kekuasaan, juga tidak selalu bersikap sopan.” 34 Untuk mengenali orang-orang dengan kecerdasan interpersonal, terdapat ciri-ciri khusus yang dapat kita identifikasi. Ciri-ciri yang mengidentifikasi kecerdasan interpersonal adalah. 35 1) 2) 3) 4) 5) 32
Mudah berteman dengan orang lain. Suka membantu persoalan orang lain. Peka terhadap perasaan orang lain. Sering menjadi pemimpin atau ketua kelompok. Tidak suka mengerjakan sesuatu sendirian.
Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition, (Virginia USA: ASDC Publisher, 2009), p. 7 33 Ibid., p. 8 34 Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), p. 17-18 35 Thomas Armstrong, op. cit., p. 25.
19
6) Nyaman dalam kerumunan orang banyak. 7) Suka melakukan kegiatan sosial. 8) Sering punya waktu berkumpul dengan teman-teman. Dari penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat memahami orang lain, memberikan respon atau tanggapan yang tepat, serta dapat mempengaruhi orang lain. Kemampuan ini sebenarnya dimiliki oleh hampir seluruh manusia, mengingat manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi. Walaupun senang bekerjasama dan bisa mempengaruhi orang lain, bukan berarti orang yang cerdas interpersonal selalu bekerja dalam kelompok. Mereka juga tidak selalu bersikap sopan dan bukan pula orang yang haus kekuasaan.
h. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan mengenal diri sendiri dan
beradaptasi.
menggambarkan
Orang dirinya
dengan
kecerdasan
sendiri,
memahami
intrapersonal
bisa
kelebihan
dan
kekurangannya, serta berhati-hati terhadapsuasana hati, motivasi, watak, dan keinginan. “Ia juga mampu memahami diri, mendisiplinkan diri, dan menghargai dirinya.” 36 “Kemampuan utama dari kecerdasan intrapersonal adalah dapat membentuk pola pemikirannya sendiri, mampu membuat pertimbangan keputusan sendiri, serta dapat mengatur perasaan, suasana hati, motivasi, serta bertindak untuk jangka panjang.”
37
Namun, bukan berarti orang
yang cerdas intrapersonal selalu suka sendirian dan menjadi tertutup. Kecerdasan intrapersonal tidak sama dengan introvert, namun lebih kepada mengenal diri sendiri dengan lebih baik. Walaupun hampir semua orang memiliki kecerdasan intrapersonal, namun ada beberapa ciri khusus yang mengindikasikan seseorang 36
Ibid., p. 7. Susan Baum, et. al, Op. cit., p. 18.
37
20
memiliki
kecerdasan
intrapersonal
yang
mengidentifikasi kecerdasan intrapersonal yaitu:
kuat.
Ciri-ciri
yang
38
1) Tidak terlalu bergantung kepada orang lain. 2) Memiliki hobi yang dilakukan sendiri. 3) Terkadang punya pendapat yang berbeda dari orang lain. 4) Suka menulis buku harian atau catatan pribadi. 5) Suka menghabiskan waktu sendirian. 6) Menikmati bermain game sendirian. 7) Suka memikirkan gagasan penting dan cita-cita. 8) Memiliki tempat rahasia sendiri. 9) Terkadang sulit bicara dengan orang lain. 10) Saya bisa bekerja sendiri atau setidaknya memiliki usaha sendiri. Dari pemaparan sebelumnya diketahui bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang mengenali dan mengontrol dirinya dengan baik. Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal biasanya bisa dengan baik mengelola motivasi, perasaan hati, serta dengan mudah dapat beradaptasi. Walau demikian, bukan berarti orang yamng cerdas intrapersonal menjadi orang yang tertutup. Justru mereka bisa menjadi orang yang terbuka tentang gambaran dirinya, serta mengetahui kelebihan dan kekurangannya, sehingga bisa dengan maksimal menjalankan tugas dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
4. Pembelajaran IPA MI/ SD Berbasis Multiple Intelligences a. Hakikat, Karakteristik, Tujuan, dan Ruang Lingkup IPA MI/ SD 1) Hakikat IPA Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti ”pengetahuan”.
Science kemudian
berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science 38
Thomas Armstrong, Op. cit., p. 25.
21
yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Dalam kamus Fowler, ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai,
“Pengetahuan
yang
sistematis
dan
disusun
dengan
menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi).” 39 Definisi sains menurut Hungerford, Volk dan Ramsey adalah: “(1) proses memperoleh informasi melalui metode empiris, (2) penyelidikan yang telah ditata secara logis dan sistematis, dan (3) kombinasi proses berpikir kritis yang menghasilkan informasi yang valid.” 40 Berdasarkan tiga definisi tersebut Hungerford, Volk, dan Ramsey menyatakan bahwa sains mengandung dua elemen utama, yaitu: proses dan produk yang saling mengisi dalam derap kemajuan dan perkembangan sains. Sains sebagai suatu proses merupakan rangkaian kegiatan ilmiah atau hasil-hasil observasi terhadap fenomena alam untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) yang lazim disebut produk sains. Produk-produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, generalisasi, teori dan hukum-hukum, serta model yang dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Dari penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA memang mengedepankan dengan rangkaian kerja yang terdiri dari pengamatan dan klasifikasi data, kemudian biasanya terbentuk hipotesis yang akan diverifikasi dalam teori dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
39
Wasih Djojosoediro, Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA SD, (Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), h. 3. 40 Siti Fatonah, “Menumbuhkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) Anak dengan Mengenal Gaya Belajarnya dalam Pembelajaran IPA SD”, Jurnal AI-Bidayah, Vol. 1 No. 2, 2009, h. 232.
22
2) Karakteristik IPA MI/ SD Mata pelajaran IPA di MI/ SD tentunya memiliki perbedaan dengan mata pelajaran lainnya. Berikut ini adalah penjabaran karakteristik pelajaran IPA di MI/ SD. Menurut Wasih Djojosoediro, karakteristik IPA di MI/ SD yaitu: (1) mempunyai nilai ilmiah, (2) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, (3) merupakan pengetahuan teoritis, (4) merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan, serta (5) meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi, dan sikap. 41 Dari penjabaran Wasih Djojosoediro disebutkan bahwa IPA di MI/SD terdiri atas unsur produk, proses, aplikasi, dan sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum, Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan
atau
penyelidikan,
pengujian
hipotesis
melalui
eksperimentasi, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi adalah penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari dan penggunaannya untuk membantu manusia. Sikap yang dimaksud adalah menumbuhkan keingintahuan para siswa terhadap berbagai hal di sekitar mereka, kemudian menemukan pengetahuan baru melalui proses ilmiah.
3) Tujuan IPA MI/ SD Kementrian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Indonesia
telah
merumuskan tujuan dari pemebelajaran IPA di MI/SD. Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. 42
41
Wasih Djojosoediro, Op. cit., h. 5-6 Kemendikbud, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA MI/ SD, (Jakarta: Kemendikbud, 2015) h. 484-485. 42
23
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya. b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
4) Ruang Lingkup IPA MI/ SD Ruang lingkup IPA di MI/ SD tentunya berbeda dengan pelajaran IPA di SMP ataupun SMA. Kemendikbud juga telah dengan jelas memberikan batasan ruang lingkup IPA di SD/MI. Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek berikut. 43 a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
43
Kemendikbud, Ibid., h. 485.
24
d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
b. Integrasi Multiple Intelligences dalam Pembelajaran IPA MI/ SD 1) Tahap Perencanaan Pembelajaran
berbasis
multiple
intelligence
memerlukan
perancangan dan pengorganisasian agar dapat berbahasil dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kecerdasan yang akan dikembangkan. Menurut Thomas Amstrong, ada tujuh hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran berbasis multiple intelligence yaitu, “Focus on a specific objective or topic, ask key MI questions, consider the possibilities, brainstorm, select appropriate activities, set up a sequential plan, and implement the plan.” 44 Berdasarkan pemaparan Thomas Amstrong, terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan dalam merancang pembelajaran berbasis multiple intelligence, Berikut ini adalah penjabaran dari tujuh hal tersebut. a) Fokus pada Objek atau Topik yang Lebih Spesifik Sama seperti membuat rencana pengajaran lainnya, guru harus terlebih dahulu memahami materi atau topik yang akan diajarkan. Perbedaannya, kali ini guru bisa membuat topik yang lebih spesifik dengan instruksi yang lebih jelas untuk setiap siswa. b) Gunakan Pertanyaan-pertanyaan Kunci Multiple Intelligence Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang mencakup informasi apa saja yang perlu diketahui siswa dari materi pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran. c) Mempertimbangkan Kemungkinan-kemungkinan Pikirkan metode apa yang cocok dan bahan apa saja yang diperlukan selama pembelajaran. Buat juga daftar untuk hal-hal tidak terduga yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran. 44
Thomas Armstrong, Op. cit., p. 65-67
25
d) Memunculkan Ide Buatlah daftar pendekatan apa saja yang cocok untuk setiap kecerdasan.kemudian dibuat menjadi topic lebih spesifik. Ada baiknya jika meminta saran dari guru lain. e) Memilih Aktivitas yang Sesuai Dalam lesson plan atau RPP yang dibuat, usahakan membuat berbagai variasi kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengakomodosai berbagai tipe kecerdasan siswa. f) Membuat Contoh Rencana Dalam membuat perencanaan pembelajaran, guru harus membuatnya selengkap mungkin. Isi dari rencana pembelajaran tersebut adalah topik, pendekatan, aktivitas yang telah ditentukan, bahkan sampai evaluasi dan tidak lanjut pembelajaran. g) Implementasi Rencana Setelah membuat perencanaan yang matang, maka selanjutnya adalah implementasi. Kumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan, buatlah estimasi waktu, kemudian jalankan rencana pengajaran.
2) Tahap Pelaksanaan a) Cara Menarik Perhatian Siswa Masih menurut Amstrong, ada beberapa cara yang dapat dilakukan
guru
untuk
menarik
perhatian
siswa
di
awal
pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunaka untuk menarik perhatian siswa di kelas adalah sebagai berikut. 45 (1) Linguistik. Tuliskan kata-kata ‘Tolong diam!’ atau ‘Silence, please!’ di papan tulis. (2) Musikal. Bertepuk tangan dengan ritme tertentu dan biarkan siswa menjawab tepuk tangan itu.
45
Thomas Armstrong, Ibid., p. 113-114
26
(3) Jasmani-Kinestetis. Taruh jari di bibir sebagai penanda guru meminta siswa untuk diam, nantinya siswa akan mengikuti gerakan tersebut. (4) Spasial. Letakkan sebuah foto yang mengkonotasikan guru meminta siswa untuk diam di papan tulis (mungkin foto siswa yang duduk tenang). (5) Logikal-Matematis. Gunakan stopwatch lalu lakukan hitungan mundur. (6) Interpersonal. Bersiul kepada siswa dan katakan, “Waktunya dimulai!” (7) Intrapersonal. Mulailah pelajaran dengan biasa, berikan instruksi jika menyuruh siswa melakukan sesuatu. (8) Naturalis. Gunakan suara hewan yang menarik perhatian, jika memungkinkan, bawalah hewan jinak ke dalam kelas.
b) Mengatur Tingkah Laku Individu Untuk mendisiplinkan para siswa dengan kecerdasan yang berbeda-beda, memang dibutuhkan beberapa cara khusus, Caracara berikut bisa menjadi alternatif metode untuk mendisiplinkan siswa berdasarkan delapan kecerdasan tersebut. 46 (1) Linguistik. Mintalah siswa menyediakan sebuah buku. Nantinya di buku tersebut siswa akan menulis masalah apa yang mereka hadapi dan bagaiman solusi menurut mereka. (2) Logis-Matematis. Buatlah grafik jumlah sikap baik dan sikap buruk yang telah siswa lakukan. (3) Spasial. Buatlah gambar yang menunjukkan sikap mereka, namun bisa menggunakan karakter hewan atau tumbuhan. Bisa juga memutarkan video yang berhubungan dengan sikap.
46
Ibid., h. 115-116
27
(4) Jasmani-Kinestetis. Buatlah gerakan-gerakan yang bisa menenagkan siswa seperti mengambil nafas, merengangkan otot, atau gerakan kecil yang menyenangkan. (5) Musik. Ajak siswa mendengarkan musik yang mereka suka ketika mereka kehilangan kontrol. (6) Interpersonal. Buatkan kelompok konseling dimana siswa bisa membantu mencarikan solusi atau mengontrol temannya yang lain. (7) Intrapersonal. Buatlah konseling bilateral dimana dua siswa saling membantui dan saling memberi solusi. (8) Naturalis. Ceritakan fabel yang para karakternya menunjukkan sikap baik dan buiruk seperti manusia.
3) Strategi Pengajaran a) Strategi Untuk Kecerdasan Linguistik Kita bisa memulai dengan story telling. Pada dasarnya semua anak suka cerita. Guru bisa menceritakan apa saja yang bisa menarik perhatian dan motivasi siswa, selama cerita itu masih dipahami siswa dan tidak keluar topik pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA, guru bisa menceritakan pengalaman guru ketika pertama kali melakukan pratikum, atau guru juga bisa membuat rangkaian cerita yang di dalamnya mencerminkan manfaat energi bagi kehidupan. Guru juga bisa meinta siswa yang bercerita. Brainstorming adalah salah satu cara ampuh memfasilitasi siswa mengekspresikan pemikirannya. Guru bisa meminta siswa mencari ide untuk suatu topik. Guru bisa mengajak siswa membuat Kuis IPA atau meminta siswa membuat puisi tentang materi yang sedang dipelajari. Untuk memfasilitasi keterampilan menulis, teknik journalist writing juga layak digunakan. Siswa bisa menuangkan ide, pengetahuan, atau pengalamannya melalui tulisan yang bisa dibaca
28
temannya. Siswa bisa diminta untuk menulis tanaman monokotil dan dikotil apa saja yang ada di rumahnya, kemudian membacakannya layaknya mebaca berita. b) Strategi Untuk Kecerdasan Logis-Matematis Strategi untuk kecerdasan logis-matematis memang hampir sering kita temukan. Dalam pembelajaran IPA, siswa dengan kecerdasan ini bisa diminta membuat klasifikasi hewan ovipar, vivipara, dan ovovivipar. Atau membuat hubungan rantai makanan dari macam-macam jenis makhluk hidup. Melakukan studi ilmiah sederhana juga bisa jadi sangat disukai siswa. Guru bisa memberikan suatu topic untuk siswa amati, kemudian
siswa
bisa
melakukan
proses
ilmiah
untuk
mengerjakannya. c) Strategi Untuk Kecerdasan Spasial Siswa bisa membuat poster atau gambar yang berhubungan dengan materi IPA. Dalam materi tata surya misalnya, siswa pasti akan sangat senang membuat gambar luar angkasa dengan planet yang indah. Kecerdasan spasial tidak selalu berhubungan dengan gambar. Memberikan bacaan dengan warna yang berbeda dan eyecatching juga bisa menarik minat siswa. Jika selama ini buku bacaan dan LKS hanya berwarna hitam putih, guru bisa membuat komik yang lebih berwarna-warni atau meminta siswa mewarnai gambargambar komik yang belum berwarna. d) Strategi Untuk Kecerdasan Jasmani-Kinestetis Bermain body answer bisa sangat menarik bagi siswa. Misalnya guru memberikan kuis dengan soal pilihan ganda, siswa menjawab
dengan
gerakan
tertentu
untuk
melambangkan
pilihannya. Guru juga bisa mengadakan mini estafet untuk menjawab soalsoal dari guru. Membuat drama kelas tentang menjaga kebersihan
29
lingkungan juga bisa menjadi alternatif pilihan. Selain itu, kegiatan di luar kelas juga bisa membuat siswa antusias. e) Strategi Untuk Kecerdasan Musik Guru bisa memngubah lirik suatu lagu menjadi berisikan materi IPA. Lagu yang digunakan bisa lagu yang sedang popular atau guru membuat irama sendiri yang menarik. Guru juga bisa memberikan symbol-simbol suara untuk materi tertentu. Misalnya, ketika siswa diminta memberi contoh jenis hewan unggas dan mamalia, siswa bisa mengeluarkan suara mirip suara ayam dan kambing. f) Strategi Untuk Kecerdasan Interpersonal Siswa dengan kecerdasan interpersonal biasanya menyukai metode cooperative learning. Guru bisa membuatkan kelompok diskusi
atau
kelompok
kerja.
Siswa
dengan
kecerdasan
interpersonal juga bisa dijadikan tutor sebaya bagi temannya. Kecerdasan ini memang tidak selalu menggunakan metode membuat kelompok. Guru juga bisa membuat siswa seolah menjadi guru yang menjelaskan bagaimana alur fotosintesis. Selain memfasilitasi kecerdasan interpersonal, kegiatan semacam ini juga membangun kepercayaan diri siswa. g) Strategi Untuk Kecerdasan Intrapersonal Salah satu strategi yang bisa digunakan adalah reflection periode. Sediakan waktu sekitar 2-3 menit untuk siswa merefleksikan apanyang telah mereka pelajari dan biarkan mereka menanyakan apa yang belum dipahami. Buat juga koneksi antara materi pelajaran dengan diri mereka. Misalnya, orang yang marah akan menimbulkan energi panas lebih besar sehingga bisa membakar hati dan pikirannya. h) Strategi Untuk Kecerdasan Naturalis Pembelajaran IPA yang berkaitan dengan alam sebenarnya sangat
cocok
untuk
siswa
dengan
kecerdasan
naturalis.
30
Memperhatikan
tumbuhan
dan
hewan,
harusnya
menjadi
kesenangan bagi orang dengan kecerdasan ini. Beri waktu siswa untuk memperhatikan sendiri makhluk hidup di luar sana, Putarkan video atau gambar yang menunjukkan keunikan alam. Bila memungkinkan, memiliki hewan peliharaan kelas juga sangat menarik. Atau menjadikan taman sekolah sebagai kebun bersama juga menjadi pembelajaran yang sangat baik.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh I. Safitri, H.Bancong, dan H. Husain dalam Jurnal Pendidikan IPA Indonesia yang diterbitkan Universitas Negeri Semarang pada tahun 2003 yang berjudul Pengaruh Pendekatan Multiple Intelligences melalui Model Pembelajaran Langsung terhadap Sikap dan Hasil Belajar Kimia Siswa di SMA Negeri I Tellu Limpoe. Jurnal tersebut menunjukkan bahwa ketika siswa menerima materi, keaktifan siswa meningkat yang menunjukkan respon siswa yang positif terhadap mata pelajaran Kimia,Pendekatan Multiple Intelligences ini dapat membantu siswa merasa lebih percaya diri dan tidak merasa tersisihkan oleh teman-temannya yang dianggap cerdas di kelas. Hal tersebut berdampak pada nilai hasil belajar Kimia siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada kelas eksperimen sebesar 83,38, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 77,43, Jumlah siswa yang tuntas pada kelas eksperimen sebanyak 86,21%, sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 73,33%. 47 Penelitian senada juga pernah dilakukan oleh Tri Mei Adi Saputra dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences terhadap Hasil Belajar Kelas V di SDN 11 Metro Pusat Lampung. Hasil dari penelitian tersebut terdapat pengaruh yang signifikan 47
I. Safitri dkk, Pengaruh Pendekatan Multiple Intelligences melalui Model Pembelajaran Langsung terhadap Sikap dan Hasil Belajar Kimia Peserta Didik di SMA Negeri I Tellu Limpoe, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2003.(diunduh dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii).
31
pada penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar afektif siswa. Nilai rerata pada kelas eksperimen adalah 73,6 sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 66,3. 48 Berdasarkan
keterangan
di
atas,
pembelajaran
berbasis
multiple
intelligences dinilai dapat meningkatkan hasil belajar para siswa. Ketika peneliti mengaplikasikan pembelajaran dengan multiple intelligences, para siswa terlihat lebih aktif dan bersemangat mengikuti pembelajaran. Para siswa lebih merasa nyaman belajar karena pembelajaran dapat mengakomodasi cara belajar dan kecerdasan para siswa yang berbeda-beda.
C. Kerangka Pikir Hasil belajar IPA para siswa kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok yang sebagian besar masih di bawah KKM. Walaupun kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok telah menggunakan tematik kurikulum 2013, namun guru masih menjadikan ceramah sebagai metode pembelajaran. Pembelajaran tematik yang dilaksanakan di MI Nurul Huda Cipayung Depok bisa diintegrasikan dengan multiple intelligences. Pembelajaran berbasis multiple intelligences ini bisa jadi membawa dampak poisitif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok, terutama pada materi energi panas dan energi bunyi.
48
Trimei Adi Saputra, Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences terhadap Hasil Belajar Kelas V di SDN 11 Metro Pusat Lampung, (Sripsi SI Jurusan Pend. Guru SD Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Lampung)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Nurul Huda kelas IV pada semester genap tahun pelajaran 2014-2015. MI Nurul Huda berlokasi di Jl. Jembatan Serong No.14 Kelurahan Cipayung Kecamatan Cipayung Kota Depok.
B. Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan pada Bab 1, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi eksperimen yaitu metode yang mempunyai kelas kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Tujuan dari kuasi eksperimen yaitu, “Memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan dan/atau manipulasi terhadap seluruh variabel yang relevan.” 49 Adapun rincian desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut. Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelas
Pretest
Treatment
Posttest
Kontrol
T1
X1
T2
Eksperimen
T1
X2
T2
Keterangan: T 1 : Pretest T 2 : Posttest X 1 : Tidak diberikan perlakuan (tidak menggunakan pembelajaran multiple intelligences) X 2 : Diberikan perlakuan (menggunakan pembelajaran multiple intelligences) 49
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 74.
32
33
C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, Variabel bebas dan variabel terikat itu sebagai berikut: Variabel Bebas (X)
: Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences
Variabel Terikat (Y)
: Hasil belajar IPA siswa
D. Populasi dan Sampel Dalam sebuah penelitian biasanya dikenal istilah populasi dan sampel penelitian. Berikut adalah pengertian dari populasi dan sampel. 1. Populasi “Populasi adalah suatu himpunan dengan sifat-sifat yang ditentukan oleh peneliti sedemikian rupa sehingga setiap individu dapat dinyatakan dengan tepat apakah individu tersebut menjadi anggota atau tidak.”50 Adapun populasi keseluruhan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi di MI Nurul Huda, sedangkan populasi target dalam penelitian ini adalah yaitu seluruh siswa kelas kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok. 2. Sampel Sampel adalah bagian paling penting dari sebuah penelitian, karena sampel adalah objek utama dari sebuah penelitian.
“Sampel adalah
himpunan bagian atau sebagian dari populasi yang karakteristiknya benarbenar diselidiki.” 51 Sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas dengan menggunakan teknik sampel bertujuan atau purposive sampling. Purposive sampling merupakan salah satu teknik sampling yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif. “Kriteria kelompok partisian yang dipilih sebelumnya harus relevan dengan pertanyaan penelitian,” 52 Peneliti mengambil sampel dengan tujuan membandingkan dua kelas yang ada,
50
Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: PT Rosemata Sampurna, 2010), h. 84. 51 Ibid., h. 85. 52 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 167.
34
dimana tujuan pengambilan sampel ini didasarkan kesamaan jumlah siswa (30 siswa), guru, kurikulum, dan materi. Berdasarkan hal tersebut maka subjek penelitian pada kelas IV-A sebagai kelas kontrol sedangkan IV-B sebagai kelas eksperimen.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah metode tes yang terdiri dari 30 soal pilihan ganda untuk pretest dan posttest.
F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes berupa tes objektif pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban serta penskoran jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah diberi skor 0. Awalnya jumlah butir soal yang akan diberikan adalah 55 soal, namun setelah diuji dengan kalibrasi instrumen, hanya 30 soal yang dapat digunakan untuk pretest dan posttest. Baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen diberikan tes dengan soal yang sama. Kisi-kisi instrumen tes pada materi energi panas dan bunyi serta penggunaannya dapat dlihat pada Tabel 3.2.
35
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Standar Kompetensi 8, Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar 8,1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.
∑ Soal
Indikator 1. Menyebutkan sumber-sumber energy panas.
2. Mengidentifikasi perpindahan energi panas 3. Mengelompokkan bendabenda konduktor dan isolator. 4.Menyebutkan sumbersimber energy bunyi. 5. Menggolongkan jenis-jenis bunyi berdasarkan jumlah frekuensinya 6. Mengidentifikasi sifat-sifat energy bunyi.
7. Menyimpulkan manfaat dari energy panas. 8. Menyimpulkan manfaat dari energy bunyi.
C1 1, 2, 3*, 4*, 5, 7, 9 11, 12, 16, 17
C2 6
Aspek Kognitif C3 C4 C5 8*
10*
14
18* 19* 20*
21
22
24, 25, 26* 29* 31, 32* 33, 34* 35, 36, 38 40* 41* 42, 43, 44* 45* 47 50, 51* 52
28* 30*
Keterangan: * = soal tidak valid (dibuang)
13, 15*
39* 46
7
4
∑ Soal 9
8
23*
6
27*
7
37
53, 54
37
C6
8
48*
10
49
4
55
3
5
0
2
55
36
G. Kalibrasi Instrumen Sebelum diberikan kepada sampel, instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini diuji terlebih dahulu. Pengujian instrumen tes ini harus memeuhi empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. 1. Validitas “Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apayang akan dikur.” 53 Suatu instrumen dikatakan valid jika mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid memiliki
validitas
yang
rendah.
Uji
validitas
dalam
penelitian
menggunakan rumus Korelasi Point Biserial (r pbi ) karena skor butir soal berbentuk dikotomi (skor butir 0 atau 1). Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi biserial antara skor butir soal dengan skor total tes adalah: 54
rpbi
Keterangan: : koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan r pbi skor total Xi : rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal Xt : rata-rata skor total semua responden St : standar deviasi skor total semua respond pi : proporsi jawaban benar untuk butir nomor i qi : proposi jawaban salah untuk butir nomor i Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka r pbi dibandingkan dengan r tabel dengan taraf signifikan (α) = 0,05, Jika r pbi > r tabel maka soal tersebut valid dan jika r pbi < r tabel maka soal tersebut tidak valid. Jadi apabila valid berarti soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar. Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, peneliti menggunakan program khusus ANATES. Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada lampiran A2. 53
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 244. 54 Ibid., h. 247.
37
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 55 soal yang diujicobakan terdapat 30 soal yang dinyatakan valid. Butir-butir soal tersebut adalah soal nomor 1, 2, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 21, 22, 24, 25, 31, 33, 35, 36, 37, 38, 42, 43, 46, 49, 50, 52, 53, 54, dan 55.
2. Reliabilitas Realiabilitas dapat membuktikan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. “Reliabilitas adalah derajat konsistensi instrumen yang bersangkutan.” 55 Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus KR-20 (Kuder-Richardson 20) sebagai berikut: 56
Piqi
Keterangan: r 11 : koefisien reliabilitas k : jumlah butir p i q i : varians skor butir pi : proposi jawaban benar untuk butir nomor i qi : proposi jawaban salah untuk butir nomor i 2 St : varians skor total Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas instrumen, maka r hitung (r 11 ) dikualifikasikan melalui koefisien korelasi sebagai berikut: 57 Tabel 3.3 Kualifikasi Koefisien Korelasi
55
Koefisien Korelasi
Kualifikasi
0,80 – 1,000
Sangat tinggi
0,60 – 0,799
Tinggi
0,40 – 0,599
Cukup
0,20 – 0,399
Rendah
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
Zainal Arifin, op. cit., h. 248 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 208. 57 Ibid., h. 209. 56
38
Penghitungan
reliabilitas
instrumen
dalam
penelitian
ini
menggunakan ANATES yang dapat dilihat pada Lampiran A2. Berdasarkan hasil penghitungan dengan mengguakan aplikasi ANATES, diperoleh niliai relabilitas instrumen tes ini adalah sebesar 0,792. Nilai tersebut termasuk kategori tinggi, atau dengan kata lain bahwa instrumen tersebut reliable. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen ini layak untuk digunakan dalam proses penelitian ini.
3. Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah, namun juga tidak terlalu sukar. Untuk itu, soal-soal pada instrumen penelitian ini harus diukur taraf kesukarannya untuk menentukan sukar atau mudahnya soalsoal tersebut. Penentuan kriteria derajat kesukaran didasarkan pada ketentuan berikut ini. 58 Tabel 3.4 Kategori Derajat Kesukaran Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran
Sukar
0,00 – 0,30
Sedang
0,30 – 0,70
Mudah
0,70 – 0,99
Sangat Mudah
1,00
Untuk mengukur derajat kesukaran soal-soal pada instrumen penelitian ini, maka digunakan program ANATES. Dapat dilihat pada lampiran A2, dari 55 soal yang diuji cobakan terdapat 7 soal yang termasuk kategori sangat mudah, 7 soal yang termasuk kategori mudah, 40 soal yang termasuk kategori sedang, dan 1 soal yang termasuk kategori sukar.
58
Ibid., h. 370.
39
4. Daya Pembeda Analisis daya pembeda dilakukan untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam menjawab soal-soal instrumen yang diberikan. Untuk mengklasifikasikan daya pembeda dari soal-soal instrumen penelitian, kita dapat menggunakan acuan sebagai berikut. 59 Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda
Klasifikasi Daya Pembeda
0,00 – 0,20
Buruk
0,21 – 0,40
Cukup
0,41 – 0,70
Baik
0,71 – 1,00
Baik Sekali
<0,00 (negatif)
Tidak Baik (diabaikan)
Untuk menentukan daya pembeda soal-soal instrumen, penelitian ini menggunakan ANATES. Seperti terlihat pada Lampiran A2, berdasarkan hasil uji coba menunjukkan bahwa dari 55 soal terdapat 3 soal yang masuk kategori tidak baik (diabaikan), 15 soal masuk kategori buruk, 16 soal masuk kategori cukup, 20 soal masuk kategori baik, dan 1 soal masuk kategori baik sekali.
H. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan analisis uji statistik terhadap data yang telah didapatkan. Dalam penelitan ini uji-t (t-test) digunakan sebagai uji statistik untuk menguji hipotesis. Namun sebelum dilakukan pngujian hipotesis, perlu dlakukan Uji prasyarat yang perlu dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas untuk memeriksa keabsahan sampel sebagai syarat dapat dilaksanakannya analisis data.
59
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 218.
40
1. Uji N-Gain Dari data yang diperoleh tersebut, dapat juga dilakukan perhitungan menggunakan Normal Gain (N-Gain), “Gain adalah selisih nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:” 60 Posttest - Pretest N-Gain = Skor ideal – Pretest Tabel 3.6 Klasifikasi N-Gain Nilai N-Gain
Klasifikasi N-Gain
> 0,70
Tinggi
0,30 – 0,70
Sedang
< 0,30
Rendah
2. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang dilakukan adalah uji Lilliefors. Adapun langkah-langkah untuk mengadakan uji Lilliefors adalah: 61 Pertama-tama, menentukan taraf signifikansi α = 5% (0,05) dengan hipotesis yang akan diuji: Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal Kriteria pengujian : Jika Lo = L hitung < Ltabel terima Ho, dan jika Lo = L hitung > Ltabel tolak Ho.
60
David E. Meltzer, Relation between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains, (Canada: Department of Physics and Astronomy Low a State University, 2000), p.255. 61 Kadir, Op. cit., h. 107-108.
41
Kedua, lakukan langkah-langkah pengujian normalitas berikut : a. Data pengamatan Y1, Y2, Y3, …, Yn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, …, Zn dengan rumus : Zi =
Yi-Y s
Keterangan : Zi = skor baku Yi = skor data Y = nilai rata-rata S = simpangan baku
b. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Zi dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan: Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 1-(0,5 + nilai tabel) c. Selanjutnya hitung proporsi Z 1 , Z 2 , Z 3 , …, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka:
S( Zi ) =
Banyaknya Z1, Z2, Z3, …, Zn n
d. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya, e. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut, nilai ini kita namakan Lo atau L hitung . f. Memberikan interpretesi Lhitung dengan membandingkannya dengan L tabel , L tabel adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors. g. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga L hitung dan Ltabel yang telah didapat. Apabila L hitung < Ltabel maka sampel berdasarkan dari distribusi normal.
42
3. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel tersebut bersifat homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Pengujian homogenitas dengan uji F dapat dilakukan apabila data yang akan diuji hanya ada dua kelompok data/sampel, Uji F dilakukan dengan cara membandingkan varians data terbesar dibagi varians data terkecil. Langkah-langkah melakukan pengujian homogenitas dengan Uji F sebagai berikut: 62 a. Tentukan taraf signifikan (α) untuk menguji hipotesis : Ho: (varians 1 sama dengan varians 2 atau homogen) H 1 : (varians 1 tidak sama dengan varians 2 atau tidak homogen). Dengan kriteria pengujian : 1) Terima Ho jika F hitung < F tabel , dan 2) Tolak H1 jika F hitung > F tabel , b. Menghitung varians tiap kelompok data. c. Tentukan nilai F hitung yaitu :
Varians Terbesar
F hitung = Varians Terkecil
d. Tentukan nilai F tabel untuk taraf signifikansi α, dk1 = dk pembilang = na-1, dan dk2 = dk penyebut = nb-1, Dalam hal ini na = banyaknya data kelompok varians terbesar dan nb = banyaknya data kelompok varians terkecil. e. Lakukan pengujian dengan cara membandingkan nilai F hitung dan F tabel .
4. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji-t. Berikut adalah langkah-langkah dalam uji-t: 63 a. Mencari rata-rata (mean) variabel 1 (kelas eksperimen), dengan rumus: M1 = 62 63
Kadir, Ibid., h. 119-120. Kadir, Ibid., h. 196-197.
∑ f1 x 1 ∑f
43
b. Mencari rata-rata (mean) variabel 2 (kelas kontrol), dengan rumus: ∑ f2 x 2
M2 =
∑f
c. Mencari standar deviasi variabel 1, dengan rumus:
SD 1 =
√
∑ f x12 N
-(
∑ f x1 N
d. Mencari standar deviasi variabel 2, dengan rumus:
SD 2 =
√
∑ f x22 N
-(
∑ f x2 N
)
2
)
2
e. Mencari standard eror mean variabel 1, dengan rumus: SEM 1 =
SD1 √N - 1
f. Mencari standard error mean variabel 2, dengan rumus: SEM 2 =
SD2 √N - 1
g. Mencari standard error perbedaan antara mean variabel 1 dan variabel 2, dengan rumus: SEM 1 – M 2 = h. Mencari t hitung dengan rumus:
√ (SEM1)2 + (SEM1)2 M1 - M2
t hitung = SEM1-M2
Keterangan: T : uji hipotesis M1 : mean (rata-rata) kelas eksperimen M2 : mean (rata-rata ) kelas kontrol SEM 1 : besarnya standar error mean sampel satu SEM 2 : besarnya standar mean error sampel dua N : number of case (banyaknya subyek yang diteliti) SD : standar deviasi dari sampel yang diteliti Berikut adalah kriteria penentuan keputusan uji-t: 1) Jika t hitung > t tabel , maka Ha diterima dan Ho ditolak. 2) Jika t hitung < t tabel , maka Ho dterima dan Ha ditolak.
44
I. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: H 0 : µ1 = µ2 H a : µ1 > µ2 Kriteria pengujian: H 0 ditolak, jika t hitung > t tabel . H 0 diterima, jika t hitung < t tabel . Keterangan: µ1 : Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode eksperimen (kelas eksperimen). µ2 : Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode ceramah (kelas kontrol). H 0 : Hipotesis nol Ha : Hipotesis alternatif
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada Bab 4 ini akan dijelaskan gambaran umum dari data yang diperoleh, yaitu meliputi data skor pretest dan posttest dari 60 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen dengan pembelajaran berbasis multiple intelligences dan 30 siswa kelas kontrol dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah. Instrumen yang diberikan pada masing-masing kelas tersebut berupa tes kognitif sebanyak 30 soal pilihan ganda yang telah diuji coba dan dianalisis. 1. Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest Sebelum menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences, baik kelompok kelas kontrol maupun kelas eksperimen masing-masing diberikan pretest. Pretest ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan awal siswa tentang energi panas dan energi bunyi, Setelah dilaksanakan pretest, barulah kedua kelompok mendapatkan pembelajaran dengan perlakuan berbeda. Kelas kontrol mendapat pembelajaran dengan metode konvensional sedangkan kelas eksperimen mendapat pembelajaran yang berbasis multiple intelligences. Setelah dilakukan pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda, dilaksanakanlah posttest. Posttest ini bertujuan untuk mengukur pengaruh pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar siswa. Berikut hasil rekapitulasi data yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.
45
46
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest Pretest Data
Posttest
Kontrol
Eksperimen
Kontrol
Eksperimen
Nilai Tertinggi
63,33
66,67
80,00
93,33
Nilai Terendah
23,33
20,00
46,67
60,00
Rata-rata
41,00
44,22
63,44
74,33
Standar Deviasi
10,19
11,51
9,88
9,99
Median
40
43
63
75
Modus
33,33
40
60
63,33
Pada Tabel 4.1 di atas menunjukkan rekapitulasi data hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas ekperimen. Diketahui bahwa pada kelas kontrol nilai prestest tertingginya adalah 63,33 sedangkan nilai terendah pada kelas kontrol adalah 23,33. Rata-rata nilai pretest pada kelas kontrol adalah 41,00 dengan standar deviasi pretest pada kelas tersebut adalah 10,19. Median dan modus hasil pretest kelas kontrol yaitu 40 dan 33,33. Nilai berbeda didapatkan kelas kontrol setelah dilakukan posttest. Pasca posttest, nilai tertinggi kelas kontrol adalah 80 dan nilai terendahnya adalah 46,67. Rata-rata nilai posttest pada kelas kontrol 63,44 dengan standar deviasi sebesar 9,88. Median dan modus hasil postest kelas kontrol yaitu 63 dan 60. Hasil rekapitulasi tersebut juga menyajikan data nilai pretest dan posttest kelas eksperimen. Pada data pretest, nilai tertinggi kelas eksperimen adalah 66,67 dan nilai terendahnya adalah 20. Nilai rata-rata pretest kelas eksperimen adalah 44,22 dengan standar deviasi 11,51. Median dan modus hasil prettest kelas eksperimen yaitu 43 dan 40. Sama seperti kelas kontrol, kelas eksperimen juga mengalami kenaikan nilai pasca posttest. Nilai posttest tertinggi kelas eksperimen adalah 93,33 , sedangkan nilai terendah posttest kelas eksperimen adalah 60. Nilai ratarata posttest pada kelas eksperimen mencapai 74,33 dengan standar deviasi
47
kelas eksperimen setelah posttest sebesar 9,99. Median dan modus hasil posttest kelas eksperimen yaitu 75 dan 63,33.
2. Hasil Uji Analisis N-Gain Data hasil pretest dan posttest yang telah didapatkan selanjutnya diolah menjadi bentuk N-Gain. Sesuai rumus yang telah dipaparkan di Bab 3, untuk mendapatkan N-Gain pada kelas kontrol hasil posttest dikurangi dengan hasil pretest, kemudian dibagi selisih antara skor ideal dengan hasil pretest. Begitu pula dengan kelas eksperimen. Hasil posttest nya dikurangi hasil pretest kelas eksperimen, kemudian dibagi selisih skor ideal dengan pretest kelas eksperimen. Adapun skor ideal yang ditentukan adalah 100, Bedasarkan penghitungan N-Gain kelas kontrol dan kelas eksperimen, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Analisis N-Gain Data
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Nilai Tertinggi
0,73
0,87
Nilai Terendah
-0,45
0,17
Rata-rata
0,36
0,56
Kategori
sedang
sedang
Nilai N-Gain tertinggi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak terlalu jauh, dimana pada kelas kontrol nilai N-Gain tertingginya adalah 0,73 sedangkan pada kelas eksperimen mencapai nilai 0,87. Nilai N-Gain tertinggi pada kelas kontrol dan kelas ekperimen tersebut masih termasuk kategori G-tinggi. Perbedaan yang cukup mencolok terlihat pada nilai N-Gain terendah kelas kontrol dan kelas eksperimen. Meskipun sama-sama terkategori nilai G-rendah, namun nilai N-Gain terendah kelas kontrol memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan nilai N-Gain terendah kelas ekperimen dimana pada kelas tersebut,nilai N-Gain terendahnya adalah 0,17, sedangkan pada kelas kontrol nilai N-Gain terendahnya hanya -0,45.
48
Hasil rata-rata N-Gain kelas kontrol adalah 0,36, sedangkan hasil ratarata N-Gain kelas eksperimen yaitu sebesar 0,56, Dilihat dari perolehan rata-rata N-Gain, baik kelas kontrol maupun kelas eksp/erimen, termasuk dalam kategori sedang, Jadi, hasil penghitungan N-Gain kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilanjutkan ke uji prasyarat.
3. Hasil Uji Prasyarat Dalam melakukan uji prasyarat pada penelitian ini, peneliti melakukan dua kali uji prasyarat, Yang pertama adalah uji prasyarat langsung dari data yang diperoleh. Yang kedua adalah uji prasyarat berdasarkan hasil penghitungan N-Gain. a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian pertama yang dilakukan sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut. Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data distribusi normal atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas hasil belajar siswa, digunakanlah uji Lilliefors pada taraf signifikansi (α) 0,05, dengan kriteria H 0 ditolak jika Lhitung atau L0 lebih besar dari L tabel , namun jika Lhitung atau L0 lebih kecil dari L tabel maka H 0 diterima, Hasil uji normalitas kedua kelompok sampel peneletian dapat dilihat pada Tabel 4.3, sedangkan hasil normalitas berdasarkan N-Gain dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Statistik Pretest
Posttest
Pretest
Posttest
30
30
30
30
Rata-rata
41,00
63,44
44,00
74,00
Standar Deviasi
10,19
9,88
11,51
9,99
L hitung
0,141
0,086
0,103
0,128
L tabel
0,161
0,161
0,161
0,161
normal
normal
normal
normal
Jumlah Sampel
Kesimpulan
49
Dari Tabel 4.3 diperoleh Lhitung pretest kelas kontrol sebesar 0,141 dan L hitung posttestnya sebesar 0,086. Sedangkan untuk kelas eksperimen diperoleh L hitung pretest sebesar 0,103 dan Lhitung posttest sebesar 0,128. Dengan N=30 dan taraf signifikansi 5%, diperoleh Ltabel sebesar 0,161. Jadi, dapat disimpulkan bahwa data pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas N-Gain Statistik
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Jumlah Sampel
30
30
Rata-rata
0,359
0,558
Standar Deviasi
0,217
0,159
L hitung
0,125
0,103
L tabel
0,161
0,161
normal
normal
Kesimpulan
Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa diperoleh L hitung kelas kontrol sebesar 0,125 dan untuk kelas eksperimen diperoleh L hitung sebesar 0,103. Masih dengan jumlah sampel kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing sebanyak 30 siswa dan taraf signifikansi masih sama yaitu 5%, diperoleh Ltabel sebesar 0,161. Jadi, dapat disimpulkan bahwa data pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Setelah data yang diperoleh berdistribusi normal, selajutnya dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas juga diperlukan sebagai uji prasyarat analisis statistik terhadap data yang didapatkan selama peneitian. Pada penelitian ini hasil uji homogenitas didapatkan dengan menggunakan uji F (Fisher).
50
Uji homogenitas kali ini didasarkan pada ketentuan bahwa jika F Hitung ≤ F Tabel maka dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen, sebaliknya jika F Hitung > F Tabel maka dinyatakan bahwa kedua data tidak memiliki varians yang homogen. Hasil uji homogenitas sebelum N-Gain dapat dilihat pada Tabel 4.5, sedangkan hasil uji homogenitas setelah N-Gain dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Pretest
Posttest
Statistik Kontrol
Eksperimen
Kontrol
Eksperimen
103,75
132,51
88,07
90,03
S2 F hitung
1,28
1,02
F table
1,86
1,86
Homogen
Homogen
Kesimpulan
Berdasarkan tabel di atas hasil perhitungan untuk data pretest didapatkan F hitung = 1,28 dan data posttest didapatkan F hitung = 1,02 dengan F
tabel
= 1,86. Dari gambaran tersebut dapat diketahui bahwa
hasil perhitungan uji homogenitas kedua data tersebut F
hitung
≤F
table.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa data pretest dan postest sampel tersebut memiliki varians yang homogen. Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Statistik Varians(S2)
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
0,03
0,05
F Hitung
1,67
F tabel (0,05;29;29)
1,86
Kesimpulan
varians kedua kelompok homogen
Berdasarkan Tabel 4.6 hasil penghitungan varians untuk kelas kontrol adalah sebesar 0,05, sedangkan varians kelas eksperimen sebesar 0,03. Dari data tersebut kemudian dicarilah nilai F Hitung dengan
51
cara nilai varians terbesar dibagi dengan nilai varians terkecil, atau dalam data ini berarti varians kelas kontrol dibagi varians kelas eksperimen. Dari penghitungan tersebut didapatkan F Hitung = 1,67 dengan F Tabel = 1,86. Dari gambaran di atas dapat diketahui bahwa hasil penghitungan uji homogenitas tersebut F Hitung ≤ F Tabel , Jadi, dapat disimpulkan bahwa kedua sampel tersebut memiliki varians yang homogen. c. Uji Hipotesis Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik sebelumnya, diperoleh bahwa data hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen pada penelitian ini berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogeny. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t. Uji hipotesis menggunakan uji-t ini dilakukan dengan kriteria pengujian, yaitu jika t hitung < t tabel maka H 0 diterima dan Ha ditolak. Jika t hitung > t tabel maka H 0 ditolak, dan Ha diterima. Berikut akan disajikan Tabel 4.7 yang menampilkan hasil uji hipotesis data data pretest dan posttest, dan Tabel 4.8 menampilkan hasil uji hipotesis setelah N-Gain. Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Pretest
Statistik
Posttest
Kontrol
Eksperimen
Kontrol
Eksperimen
Rata-rata
41,00
44,00
63,44
74,00
Varians (S2)
103,75
88,07
132,51
90,03
t hitung
1,07
5,06
t table
2,01
2,01
H 0 diterima
H 0 ditolak
Kesimpulan
Dari tabel di atas didapatkan nilai t
hitung
pretest sebesar 1,07 ,
sedangkan t tabel pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 58 adalah sebesar 2,01. Hasil pretest ini menunjukkan bahwa t hitung < t tabel maka H 0 diterima dan Ha ditolak.
52
Berbeda dengan hasil pretest, dari penghitungan hasil posttest didapatkan nilai t hitung sebesar 5,06 , sedangkan nilai t tabel masih sama yaitu sebesar 2,01. Data tersebut mengindikasikan bahwa t hitung > t tabel, artinya data hasil pottest menunjukkan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima. Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis N-Gain Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 0,558 0,359 Rata-rata 2 0,03 0,047 Varians (S ) S
Gabungan
0,20
t Hitung
3,93
t Tabel
2,00
Kesimpulan Tolak H o Dari tabel 4.8 didapatkan nilai S Gabungan sebesar 0,20 dan t hitung sebesar 3,93. Masih dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 58, didapatkan nilai t tabel sebesar 2,00. Data tersebut memperlihatkan bahwa t hitung > t tabel, artinya data hasil penelitian menunjukkan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima. Dari penghitungan uji hipotesis, baik uji hipotesis hasil posttest maupun uji hipotesis setelah N-Gain, sama-sama diperoleh kesimpulan H 0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini memperlihatkan adanya pengaruh pembelajaran menggunakan multiple intelligences terhadap hasil belajar IPA siswa.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Untuk mengetahui pengetahuan awal yang dimiliki siswa, sebelum dilakuian penelitian diadakan pretest kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kemudian diperoleh hasil rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 41,00 dan nilai rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 44,00. Nilai tertinggi kelas kontrol pada saat pretest yaitu 63,33 sedangkan nilai pretest tertinggi pada kelas eksperimen yaitu 66,67. Walaupun nilai tertinggi pretest kelas eksperimen sedikit lebih besar dibandingkan kelas kontrol, tetapi nilai
53
terendah kelas kontrol ternyata sedikit lebih tinggi daripada nilai terendah yang ada di kelas ekperimen. Di kelas kontrol nilai terendahnya yaitu 23,33, sedangkan di kelas eksperimen nilai terendahnya yaitu 20,00. Setelah diberikan perlakuan berbeda, dimana kelas kontrol mendapat pembelajaran dengan metode ceramah konvensional sedangkan kelas ekperimen mendapat pembelajaran dengan pendekatan multiple intelligences, kemudian dilakukan posttest untuk mengukur pengaruh multiple intelligences terhadap hasil belajar siswa. Dari posttest tersebut didapatkan hasil rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 63,44 dan pada kelas ekserimen sebesar 74,00. Nilai tertinggi kelas eksperimen juga lebih besar dibandingkan nilai tertinggi kelas kontrol, dimana nilai tertinggi kelas ekperimen mencapai 93,33 sedangkan kelas kontrol nilai tertingginya 80,00. Perbedaan yang cukup mencolok juga nampak dari nilai terendah masing-masing kelas sampel, dimana kelas kontrol nilai terendahnya hanya 46,67 sedangkan kelas eksperimen nilai terendahnya 60,00. Data hasil pretest dan posttest tersebut kemudian diolah menjadi nilai NGain. Dari hasil penghitungan N-Gain, nilai tertinggi kelas eksperimen sebesar 0,87, nilai terendahnya 0,17, dan rata-ratanya 0,56. Untuk N-Gain kelas kontrol nilai tertingginya 0,73, nilai terendahnya -0,45, dan rata-ratanya 0,36. Data hasil penghitungan N-Gain tersebut selanjutnya mengalami bebeerapa uji prasyarat, yakni uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Untuk menguji apakah data yang didapatkan terdistribusi normal atau tidak, digunakan uji Lilliefors pada taraf signifikansi (α) 0,05, dengan kriteria H 0 ditolak jika Lhitung atau L 0 lebih besar dari L tabel , namun jika L hitung atau L 0 lebih kecil dari Ltabel maka H 0 diterima. Dari uji normalitas tersebut diperoleh L hitung pretest kelas kontrol sebesar 0,141 dan Lhitung posttestnya sebesar 0,086. Sedangkan untuk kelas eksperimen diperoleh L hitung pretest sebesar 0,103 dan Lhitung posttest sebesar 0,128. Dengan jumlah sampel kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing sebanyak 30 siswa dan taraf signifikansi 5%, diperoleh L Tabel sebesar 0,161. Karena dari hasil pretest dan posttest kelas
54
kontrol serta kelas eksperimen menunjukkan LHitung < LTabel maka diimpulkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal. Untuk lebih menguatkan hasil tersebut, dilakukan juga uji normalitas dengan menggunakan data hasil penghitungan N-Gain. Kemudian didapatkan L hitung untuk kelas eksperimen sebesar 0,103 dan untuk kelas kontrol sebesar 0,125. Karena Lhitung kelas kontrol dan kelas ekperimen lebih kecil dibandingkan Ltabel sebesar 0,161, maka disimpulkan bahwa data pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal. Setelah data diketahui berdistribusi normal, selanjutnya dilakukaan uji homogenitas menggunakan Uji Fisher. Data penelitian dapat dikatakan homogen apabila F Hitung ≤ F Tabel . Dari data pretest didapatkan F hitung = 1,28 dan dari data posttest didapatkan F hitung = 1,02 dengan F tabel = 1,86. Dari hasil tersebut, baik data pretest maupun posttest menghasilkan nilai F hitung ≤ F tabel . Jadi, dapat disimpulkan bahwa data pretest dan postest sampel tersebut memiliki varians yang homogen. Untuk uji homogenitas dengan menggunakan hasil N-Gain yaitu dengan cara nilai varians terbesar dibagi dengan nilai varians terkecil, didapatkanlah F Hitung sebesar 1,67. Masih dengan F Tabel = 1,86, dapat disimpulkan bahwa kedua sampel tersebut memiliki varians yang homogen karena memenuhi syarat F Hitung ≤ F Tabel . Selanjutnya pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan kriteria pengujian, yaitu jika t
hitung
tabel
maka H 0 diterima dan Ha
ditolak. Jika t hitung > t tabel , maka H 0 ditolak, dan Ha diterima. Dari data pretest didapatkan nilai t hitung
pretest sebesar 1,07, sedangkan t
tabel
pada taraf
signifikansi 5% dan derajat kebebasan 58 adalah sebesar 2,01. Hasil pretest ini menunjukkan bahwa t hitung < t tabel maka H 0 diterima dan Ha ditolak. Namun, kemudian dari penghitungan hasil posttest didapatkan nilai t hitung sebesar 5,06 , dengan nilai t tabel masih sama yaitu sebesar 2,01, hasil posttest menunjukkan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima. Sedangkan
hasil
penghitungan
uji-t
berdasarkan
hasil
N-Gain
menunjukkan bahwa t hitung > t tabel, dimana didapatkan nilai t hitung sebesar 3,93,
55
sedangkan nilai t tabel untuk taraf 5% dan derajat kebebasan 58 yaitu sebesar 2,00. Dengan demikian didapatkan kesimpulan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil uji hipotesis posttest dan N-Gain menunjukkan pembelajaran berbasis multiple intelligences memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA kelas IV MI Nurul Huda pada materi energi panas dan energi bunyi.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari pembelajaran yang menggunakan multiple intelligences terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV. Hasil tersebut diperolah dari interpretasi nilai t nilai t
hitung
sebesar 5,06 dan t
hitung
tabel
yang lebih besar daripada t
tabel ,
dimana
yaitu sebesar 2,01. Hal tersebut juga terlihat
dari rata-rata hasil posttest kelas eksperimen yang mencapai 74,00 , lebih tinggi daripada rata-rata hasil posttest kelas kontrol yang hanya 63,44.
B. Saran Dari hasil kesimpulan di atas, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut : 1. Guru
disarankan
menggunakan
pembelajaran
berbasis
multiple
intelligences sebagai alternatif untuk mengakomodasi berbagai kecerdasan siswa. 2. Ketika ingin menggunakan pembelajaran dengan multiple intelligences. guru harus benar-benar memanajemen waktu dan media pembelajaran karena
pembelajaran
berbasis
multiple
intelligences
biasanya
membutuhkan waktu lebih banyak dan media pembelajaran yang lebih variatif. 3. Biarkan siswa mengekplorasi kecerdasannya melalui berbagai kegiatan pembelajaran. Namun demikian, guru juga harus tetap memonitor siswa agar guru dapat menentukan kegiatan pembelajaran yang tepat untuk memfasilitasi berbagai kecerdasan siswa.
56
57
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Armstrong, Thomas. 2009. Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition. Virginia USA: ASDC Publisher. Assidiq, Rijal. 2012. Pembelajaran Berbasis Pendekatan Kecerdasan Majemuk Sebagai Sebuah Inovasi dalam Pendidikan di SMA IT Asy Syifa Subang. Penelitian Inovasi Pendidikan pada Pascasarjana Pendidikan Ekonomi UPI. Bandung. h. 1-7. Baş, Gokhan and Beyhan. 2010. Effects Of Multiple Intelligences Supported Project-Based Learning on Student’s Achievement Levels and Attitudes Towards English Lesson. International Electronic Journal of Elementary Education. Vol. 2. Issue 3. p. 365-372. Baum, Susan., et. al. 2005. Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit. New York: Teachers College Press of Columbia University. Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djojosoediro, Wasih. 2010. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. Fatonah, Siti. 2009. Menumbuhkan Kecerdasan Majemuk Multiple Intelligence Anak dengan Mengenal Gaya Belajarnya dalam Pembelajaran IPA SD. Jurnal AI-Bidayah. Vol. 1. h. 230-235 Griggs, LeeAnn., et.al. 2009. Varying Pedagogy to Address Student Multiple Intelligences Human Architecture. Journal of the Sociology of SelfKnowledge. Vol. 7. Article 6. p. 55-57. Hoerr, Thomas R., et. al. 2010. Celebrating Every Learner: Activities and Strategies for Creating a Multiple Intelligences Classroom. San Francisco: Jossey-Bass. Kadir. 2010. Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT Rosemata Sampurna. Kemendikbud. 2015. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA MI/ SD. Jakarta: Kemendikbud.
58
Kurnia, Ingridwati. Perkembangan Belajar Siswa. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2008. Lapono, Nabisi. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Meltzer, David. E. 2000. Relation between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains. Canada: Department of Physics and Astronomy Low a State University. Relvan, Eman. 2004. Pendekatan Multi Kecerdasan Menurut Gardner dan Implikasinya Bagi Pembelajaran PAI. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. 1. No. 2. h. 155-160. Siddiq, M. Djauhar. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Sudjiono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Susanto, Handy. 2005. Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur. No.4. h. 67-75.
Lampiran A.1 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen
Standar Kompetensi 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar 8.1 Mendeskrips ikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
Indikator 1. Menye-butkan sumber-sumber energy panas.
Soal 1. Apakah energy panas terbesar bagi bumi? a. Minyak bumi c. Matahari b. Batu bara d. Gas alam 2. Jelaskan bagaimana timbulnya energy panas! a. Ketika dua permukaan benda saling tarik-menarik. b. Ketika dua permukaan benda saling berjauhan. c. Ketika dua permukaan benda saling tolak-menolak. d. Ketika dua permukaan benda saling bergesekkan 3. Sebutkan beberapa sumber energy panas! a. Matahari, alat-alat listrik dan api b. Besi, baja dan alumunium c. Karet, plastic dan kain d. Matahari, besi dan api 4. Apakah sebutann untuk benda yang dapat menghasilkan energy panas? a. Sumber panas c. Peredam panas b. Penghantar panas d. Perambat panas 5. Sebutkan reaksi-reaksi yang dapat menghasilkan energy panas! a. Kimia, fisika dan listrik b. Kimia, mekanik dan listrik c. Mekanik, fisika dan listrik d. Mekanik, kimia, dan fisika
C1 v
Aspek Kognitif C2 C3 C4 C5
C6
v
v
v
v
59
2. Mengidenifikasi perpindahan energy panas
6. Reaksi apakah yang menimbulkan energy panas ketika kita menggesek-gesekkan telapak tangan? a. Kimia c. Fisika b. Listrik d. Mekanik 7. Sebutkan alat-alat listrik yang biasa digunakan untuk v menghasilkan energy panas! a. Teko listrik, setrika listrik dan kipas angin b. Kompor listrik, televisi dan teko listrik c. Setrika listrik, radio, dan kompor listrik d. Kompor listrik, setrika listrik dan teko listrik 8. Makanan yang kita makan nantinya akan dicerna dalam tubuh kita sehingga dapat menghasilkan tenaga dan panas tubuh. Disebut reaksi apakah hal tersebut? a. Kimia c. Fisika b. Listrik d. Mekanik 9. Disebut apakah perpindahan panas yang terjadi melalui v perantara benda padat? a. Radiasi c. Konduksi b. Konveksi d. Korosi 10. Manakah dari pilihan berikut ini yang bukan jenis-jenis perpindahan panas? a. Konduksi c. Konveksi b. Kohesi d. Radiasi
v
v
v
60
11. Jelaskan yang dimaksud perpindahan panas secara v konveksi! a. Perpindahan panas yang terjadi melalui aliran. b. Perpindahan panas yang terjadi melalui perantara besi. c. Perpindahan panas yang terjadi melalui perantara logam. d. Perpindahan panas yang terjadi melalui perantara alumunium. 12. Sebutkan benda-benda yang dapat mengalami erpindahan v panas secara konveksi! a. Padat dan gas c. Cair dan gas b. Padat dan cair d. Padat, cair, dan gas 13. Jika kita mencelupkan ujung sendok pada air panas, maka gagang sendok tersebut juga akan terasa panas. Menunjukkan contoh perpindahan panas apakah peristiwa tersebut? a. Konduksi c. Radiasi b. Konveksi d. Korosi 14. Sebutkan salah satu contoh peristiwa konveksi! a. Panas yang merambat melalui aliran ketika sedang memasak air. b. Panas yang dirasakan saat menyentuh besi yang ujungnya dibakar. c. Panas matahari yang terasa hingga ke bumi. d. Panas yang dirasakan tubuh ketika berada di dekat kompor yang menyala.
v
v
61
3. Mengelompokka n benda-benda aadkonduktor dan isolator.
15. Jika kita berada di dekat api unggun, maka tubuh kita juga akan terasa hangat. Menunjukkan perpindahan panas secara apakah peristiwa tersebut? a. Konduksi c. Konveksi b. Radiasi d. Korosi 16. Disebut apakah perpindahan panas yang terjadi tanpa melalui zat perantara? a. Konduksi c. Konveksi b. Radiasi d. Korosi 17. Merupakan contoh perpindahan panas secara apakah terjadinya angin darat dan angin laut? a. Konduksi c. Konveksi b. Radiasi d. Kohesi 18. Desebut apakah benda yang tidak dapat menghantarkan panas dengan baik? a. Konduktor c. Komposer b. Kontraktor d. Isolator 19. Sebutkan contoh benda-benda konduktor! a. Kayu dan karet c. Alumunium dan besi b. Besi dan plastic d. Kain dan alumunium 20. Disebut apakah benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik? a. Komposer c. Isolator b. Kontraktor d. Konduktor
v
v
v
v
v
v
62
21. Manakah di bawah ini yang bukan contoh benda-benda isolator? a. Kayu c. Kain b. Karet d. Logam 22. Manakah di antara logam di bawah ini, yang paling cepat menghantarkan panas? a. Besi c. Baja b. Perunggu d. Alumunium 23. Berikan contoh pasangan benda isolator dan konduktor secara tepat! ISOLATOR a. Besi b. Alumunium c. Kain d. Baja 4. Menyebutkan sumber-simber energy bunyi.
v
v
v
KONDUKTOR Karet Plastik Perunggu Kayu
24. Dari manakah energy bunyi berasal? v a. Dari benda yang berjauhan b. Dari benda yang berdiri c. Dari benda yang bergetar d. Dari benda yang tolak-menolak 25. Berasal dari getaran apakah suara yang keluar saat kita v berbicara? a. Tenggorokkan c. Kerongkongan b. Pita suara d. Gendang suara
63
5. Menggolongkan jenis-jenis bunyi berdasarkan jumlah frekuensinya
26. Disebut apakah benda yang dapat menghasilkan energy v bunyi? a. Perambat bunyi c. Sumber bunyi b. Peredam bunyi d. Penghantar bunyi 27. Apakah yang terjadi jika kita semakin dekat dengan sumber bunyi? a. Bunyi terdengar lebih lemah b. Bunyi terdengar biasa saja c. Bunyi terdengar lebih lambat d. Bunyi terdengar lebih keras 28. Di bawah ini, manakah contoh benda yang tidak dapat mengeluarkan bunyi? a. Gitar c. Biola b. Sirine d. Kain 29. Berilah contoh alat musik yang dapat mengeluarkan bunyi v dengan cara ditiup! a. Harmonica & biola c. Suling & harmonika b. Biola & gamelan d. Gamelan & suling 30. Di bawah ini manakah contoh alat musik yang tidak memiliki dawai/ senar? a. Kolintang c. Harpa b. Kecapi d. Sasando 31. Apakah sebutan untuk banyaknya getaran yang dihasilkan v suatu bunyi dalam satu detik? a. Frekuensi c. Hertz b. Amplitude d. Joule
v
v
v
64
32. Sebutkan macam-macam bunyi berdasarkan jumlah frekuensinya! a. Infrasonic, ultrasonic, dan supersonic b. Infrasonic, audiosonik, dan ultrasonic c. Audiosonik, supersonic, dan ultrasonic d. Audiosonik, infrasonic, dan supersonic 33. Jenis bunyi apakah yang dapat didengar oleh hewan jangkrik? a. Infrasonic c. Ultrasonik b. Audiosonik d. Supersonic 34. Disebut apakah satuan untuk frekuensi? a. Joule c. Watt b. Hertz d. Volt 35. Berapakah jumlah frekuensi bunyi audiosonik yang dapat di dengar manusia? a. 20 – 2.000 Hz c. 20 – 200.000 Hz b. 20 – 20.000 Hz d. 20 – 2.000.000 H 36. Berikan contoh hewan yang dapat mendengar bunyi ultrasonic! a. Ayam c. Elang b. Kucing d. Kelelawar 37. Di bawah ini, manakah jenis bunyi yang tidak sesuai dengan jumlah frekuensinya? a. Infrasonic (< 20 Hz) b. Audiosonik (20 – 20.000 Hz) c. Supersonic (< 20 Hz) d. Ultrasonik (> 20.000 Hz)
v
v
v
v
v
v
65
6. Mengidentifikasi sifat-sifat energy bunyi.
38. Jenis bunyi apakah yang memiliki frekuensi di bawah 20 Hz? a. Infrasonic c. Ultrasonik b. Audiosonik d. Supersonic 39. Berikut ini manakah yang bukan sifat-sifat energy bunyi? a. Bunyi dapat diserap b. Bunyi dapat dipantulkan c. Bunyi dapat ditangkap d. Bunyi dapat merambat 40. Disebut apakah pantulan bunyi yang terdengar lengkap sesudah bunyi asli? a. Gaung c. Gema b. Sonar d. Nada 41. Media apakah yang tidak dapat dirambati bunyi? a. Benda padat c. Benda gas b. Benda cair d. Luar angkasa 42. Media apakah yang dapat menjadi perantara rambatan bunyi paling cepat? a. Benda padat c. Benda gas b. Benda cair d. Luar angkasa
v
v
v
v
v
43. Media apakah yang paling lambat merambatkan bunyi? v a. Benda padat c. Benda gas b. Benda cair d. Luar angkasa 44. Berikan contoh benda yang bisa menyerap bunyi! a. Busa dan kain c. Kain dan aspal b. Busa dan aspal d. Aspal dan logam
v
66
45. Benda apakah yang dapat memantulkan bunyi? a. Benda yang basah b. Benda yang permukaanya licin c. Benda yang permukaannya keras d. Benda yang transparan
7. Menyimpulkan manfaat dari energy panas.
v
46. Berikut ini manakah yang bukan merupakan jenis-jenis pantulan bunyi? a. Gaung b. Sonar c. Gema d. Pantulan yang memperkeras bunyi asli 47. Jelaskan yang dimaksud dengan gaung! v a. Pantulan bunyi yang terdengar lengkap sesudah bunyi asli. b. Pantulan bunyi yang terdengar sebelum bunyi asli selesai. c. Pantulan yang terdengar memperkeras suara asli. d. Pantulan yang berulang-ulang. 48. Mengapa dinding ruang gedung bioskop biasanya dilapisi busa tebal, tujuannya adalah … a. Untuk memantulkan suara b. Untuk memperkeras suara c. Untuk meredam suara d. Untuk merambatkan suara 49. Mengapa kita perlu menjemur pakaian di bawah sinar matahari? a. Untuk membunuh bakteri b. Untuk melembutkan pakaian c. Untuk memperindah pakaian d. Untuk menghaluskan serat pakaian
v
v
v
67
50. Angin apakah yang berhembus pada siang hari dari laut v menuju ke daratan ? a. Angin muson c. Angin darat b. Angin topan d. Angin laut v 51. Apakah fungsi sinar matahari bagi tubuh kita?
a. b. c. d.
8. Menyimpulkan manfaat dari energy bunyi.
Mengaktifkan vitamin D Memutihkan kulit Membakar nutrisi tubuh Membangun sel-sel darah
52. Angin apakah yang biasa digunakan oleh nelayan untuk v melaut di malam hari adalah … a. Angin muson c. Angin darat b. Angin topan d. Angin laut 53. Alat apakah yang menggunakan suara untuk mengukur v kedalaman laut? a. Kapal selam c. Mobil Feri b. Speed boat d. Kereta api 54. Apakah fungsi dari pita suara yang bergetar? v a. Untuk memudahkan kita menelan makanan. b. Untuk memudahkan kita saat bernapas. c. Untuk mengatur katup tenggorokan. d. Untuk mengeluarkan suara saat bicara
55. Apakah fungsi suara yang keras pada sirine atau alarm? a. Untuk menghibur banyak orang b. Untuk menenangkan banyak orang c. Untuk memperingatkan banyak orang ada hal yang penting atau berbahaya. d. Untuk membubarkan banyak orang
v
68
Lampiran A.2 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen dengan Program ANATES Butir Soal
Daya
Taraf Korelasi
Butir
Daya
Taraf
Soal
Pembeda
Kesukaran
Korelasi
Pembeda
Kesukaran
1
0,125
0,261
Signifikan
14
0,375
0,335
Sangat Signifikan
2
0,625
0,526
Sangat Signifikan
15
0,000
0,081
-
3
0,125
0,117
-
16
0,625
0,540
Sangat Signifikan
4
0,000
0,075
-
17
0,375
0,340
Sangat Signifikan
5
0,625
0,421
Sangat Signifikan
18
0,125
0,223
-
6
0,750
0,546
Sangat Signifikan
19
0,000
0,031
-
7
0,500
0,299
Signifikan
20
0,250
0,188
-
8
0,250
0,071
-
21
0,500
0,.438
Sangat Signifikan
9
0,500
0,341
Sangat Signifikan
22
0,625
0,536
Sangat Signifikan
10
0,000
0,005
-
23
0,000
0,185
-
11
0,375
0,311
Signifikan
24
0,500
0,449
Sangat Signifikan
12
0,375
0,405
Sangat Signifikan
25
0,375
0,429
Sangat Signifikan
13
0,625
0,516
Sagat Signifikan
26
-0,250
-,0248
-
27
0,125
0,040
-
42
0,500
0,438
Sangat Signifikan
28
0,000
NAN
NAN
43
0,500
0,424
Sangat Signifikan 69
29
0,000
-0,008
-
44
0,250
0,140
-
30
0,125
0,232
-
45
0,250
0,233
-
31
0,625
0,539
Sangat Signifikan
46
0,250
0,252
Signifikan
32
-0,125
0,110
-
47
0,125
0,191
-
33
0,625
0,431
Sangat Signifikan
48
-0,125
0,002
-
34
0,125
0,175
-
49
0,625
474
35
0,250
0,223
-
50
0,375
0,312
Signifikan
36
0,625
532
Sangat Signifikan
51
0,250
0,181
-
37
0,500
0,282
Signifikan
52
0,500
0,444
Sangat Signifikan
38
0,500
0,229
-
53
0,375
0,283
Signifikan
39
0,250
0,079
-
54
0,625
0,536
Sangat Signifikan
40
0,125
0,027
-
55
0,500
0,429
Sangat Signifikan
41
0,250
0,146
-
Rata-rata
= 33,83
Simpang Baku
= 7,12
KorelasiXY = 0,65
Reliabilitas Tes
= 0.79
Butir Soal
Jumlah Subyek
= 30
= 55
Sangat Signifikan
70
71
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang benar!
1. Apakah energi panas terbesar bagi bumi? a. Minyak bumi
c. Matahari
b. Batu bara
d. Gas alam
2. Jelaskan bagaimana timbulnya energi panas! a. Ketika dua permukaan benda saling tarik-menarik. b. Ketika dua permukaan benda saling berjauhan. c. Ketika dua permukaan benda saling tolak-menolak. d. Ketika dua permukaan benda saling bergesekkan 3. Sebutkan reaksi-reaksi yang dapat menghasilkan energi panas! a. Kimia, fisika dan listrik b. Kimia, mekanik dan listrik c. Mekanik, fisika dan listrik d. Mekanik, kimia, dan fisika 4. Reaksi apakah yang menimbulkan panas ketika kita menggesek-gesekkan telapak tangan? a. Kimia
c. Fisika
b. Listrik
d. Mekanik
5. Sebutkan alat-alat listrik yang biasa digunakan untuk menghasilkan energi panas! a. Teko listrik, setrika listrik dan kipas angin b. Kompor listrik, televisi dan teko listrik c. Setrika listrik, radio, dan kompor listrik d. Kompor listrik, setrika listrik dan teko listrik 6. Disebut apakah perpindahan panas yang terjadi melalui perantara benda padat? a. Radiasi
c. Konduksi
b. Konveksi
d. Korosi
72
7. Jelaskan yang dimaksud perpindahan panas secara konveksi! a. Perpindahan panas yang terjadi melalui aliran. b. Perpindahan panas yang terjadi melalui perantara benda padat c. Perpindahan panas yang terjadi melalui perantara logam. d. Perpindahan panas yang terjadi melalui perantara udara 8. Sebutkan benda-benda yang dapat mengalami erpindahan panas secara konveksi! a. Padat dan gas
c. Cair dan gas
b. Padat dan cair
d. Padat, cair, dan gas
9. Jika kita mencelupkan ujung sendok pada air panas, maka gagang sendok tersebut juga akan terasa panas. Menunjukkan contoh perpindahan panas apakah peristiwa tersebut? a. Konduksi
c. Radiasi
b. Konveksi
d. Korosi
10. Sebutkan salah satu contoh peristiwa konveksi! a. Panas yang merambat melalui aliran ketika sedang memasak air. b. Panas yang dirasakan saat menyentuh besi yang ujungnya dibakar. c. Panas matahari yang terasa hingga ke bumi. d. Panas yang dirasakan tubuh ketika berada di dekat kompor yang menyala. 11. Disebut apakah perpindahan panas yang terjadi tanpa melalui zat perantara? a. Konduksi
c. Konveksi
b. Radiasi
d. Korosi
12. Merupakan contoh perpindahan panas secara apakah terjadinya angin darat dan angin laut? a. Konduksi
c. Konveksi
b. Radiasi
d. Kohesi
13. Disebut apakah benda yang tidak dapat menghantarkan panas dengan baik? a. Konduktor
c. Komposer
b. Kontraktor
d. Isolator
14. Manakah di bawah ini yang bukan contoh benda-benda isolator? a. Kayu
c. Kain
b. Karet
d. Logam
73
15. Manakah di antara logam di bawah ini, yang paling cepat menghantarkan panas? a. Besi
c. Baja
b. Perunggu
d. Alumunium
16. Dari manakah energi bunyi berasal? a. Dari benda yang berjauhan b. Dari benda yang berdiri c. Dari benda yang bergetar d. Dari benda yang tolak-menolak 17. Berasal dari getaran apakah suara yang keluar saat kita berbicara? a. Tenggorokkan
c. Kerongkongan
b. Pita suara
d. Gendang suara
18. Apakah sebutan untuk banyaknya getaran yang dihasilkan suatu bunyi dalam satu detik? a. Frekuensi
c. Hertz
b. Amplitude
d. Joule
19. Jenis bunyi apakah yang dapat didengar oleh hewan jangkrik? a. Infrasonik
c. Ultrasonik
b. Audiosonik
d. Supersonik
20. Berikan contoh hewan yang dapat mendengar bunyi ultrasonic! a. Ayam
c. Elang
b. Kucing
d. Kelelawar
21. Di bawah ini, manakah jenis bunyi yang tidak sesuai dengan jumlah frekuensinya? a. Infrasonic (< 20 Hz) b. Audiosonik (20 – 20.000 Hz) c. Supersonic (< 20 Hz) d. Ultrasonik (> 20.000 Hz) 22. Media apakah yang dapat menjadi perantara rambatan bunyi paling cepat? a. Benda padat
c. Benda gas
b. Benda cair
d. Luar angkasa
74
23. Media apakah yang paling lambat merambatkan bunyi? a. Benda padat
c. Benda gas
b. Benda cair
d. Luar angkasa
24. Berikut ini manakah yang bukan merupakan jenis-jenis pantulan bunyi? a. Gaung
c. Sonar
b. Gema
d.
Pantulan yang memperkeras bunyi asli
25. Mengapa kita perlu menjemur pakaian di bawah sinar matahari? a. Untuk membunuh bakteri b. Untuk melembutkan pakaian c. Untuk memperindah pakaian d. Untuk menghaluskan serat pakaian 26. Angin apakah yang berhembus pada siang hari dari laut menuju ke daratan ? a. Angin muson
c. Angin darat
b. Angin topan
d. Angin laut
27. Angin apakah yang biasa digunakan oleh nelayan untuk melaut di malam hari ? a. Angin muson
c. Angin darat
b. Angin topan
d. Angin laut
28. Alat apakah yang menggunakan suara untuk mengukur kedalaman laut? a. Kapal selam
c. Kapal Feri
b. Speed boat
d. Kereta api
29. Apakah fungsi dari pita suara yang bergetar? a. Untuk memudahkan kita menelan makanan. b. Untuk memudahkan kita saat bernapas. c. Untuk mengatur katup tenggorokan. d. Untuk mengeluarkan suara saat bicara 30. Apakah fungsi suara yang keras pada sirine atau alarm? a. Untuk menghibur banyak orang b. Untuk menenangkan banyak orang c. Untuk memperingatkan banyak orang ada hal yang penting atau berbahaya. d. Untuk membubarkan banyak orang
75
Lampiran B.1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Kelas Kontrol) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Waktu Metode
: SEKOLAH DASAR : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) : IV/2 : Energi dan Penggunaannya : 2 x 45 menit : Ceramah
A. Standar Kompetensi : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya C. Indikator 1. Mengidentifikasi sumber-sumber energi panas. 2. Mengidentifikasi perpindahan energi panas. 3. Mengelompokkan benda-benda konduktor dan isolator. D. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat mengidentifikasi sumber energi panas: a. Matahari b. Gesekan antara dua benda c. Alat-alat listrik 2. Siswa dapat mengidentifikasi perpindahan energi panas: a. Konduksi b. Konveksi c. Radiasi 3. Siswa dapat mengelompokkan benda-benda konduktor dan isolator. a. Konduktor : zat cair, zat gas, besi, baja, alumunium, dan logam lainnya b. Isolator : kain, karet, kayu, kertas, busa, dll E. Materi Essensial Energi Panas di Sekitar Kita Ketika berjemur pada pagi hari, apa yang kamu rasakan? Dari mana panas yang terasa olehmu? Matahari merupakan sumber energi panas. Panas disebut juga kalor. Panas suatu benda dapat diukur dengan termometer. Pernahkah kamu sakit panas? Berapa derajat celcius suhu tubuhmu? Panas merupakan bentuk energi yang dapat menaikkan atau menurunkan suhu benda. Apa lagi yang merupakan sumber energi panas, dan bagaimana sifat-sifat energi panas.
76
1. Sumber Energi Panas Energi panas dapat diperoleh dari berbagai sumber. Untuk memanaskan badanmu yang kedinginan, kamu dapat berjemur. Panas diperoleh dari matahari. Bagaimana air panas di rumahmu diperoleh? Air panas bisa diperoleh dengan cara memanaskannya di atas kompor. Sekarang ini memanaskan air dapat juga dengan menggunakan pemanas dispenser Sumber energi panas dapat diperoleh dari matahari, api, listrik, juga dari gesekan. Banyak pekerjaan sehari-hari yang memanfaatkan energi panas dari matahari, api, dan listrik. 2. Perpindahan Energi Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu. Peristiwa perpindahan panas dapat dibedakan menjadi tiga. Ada konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi adalah perpindahan panas melalui benda padat tanpa aliran zat. Logam adalah penghantar panas yang baik. Contohnya besi, baja, atau aluminium. Benda-benda ini disebut konduktor. Konduktor adalah penghantar panas yang baik. Sedangkan benda yang tidak menghantarkan panas disebut isolator, contohnya kayu, kain, dan plastik. Konveksi adalah perpindahan panas dengan disertai aliran zat. Misalnya, saat kamu memasak air di panci menggunakan kompor. Suhu air dalam panci yang dipanaskan akan bertambah panas. Akibatnya air pun menjadi panas. Radiasi adalah perpindahan panas tanpa melalui zat perantara. Misalnya, panas matahari dan panas dari tungku pembakaran yang merambat ke tubuh kita. Panas sinar matahari merambat tanpa melalui zat perantara. F. Media Belajar Buku SAINS SD Relevan Kelas IV G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
Inti
Alokasi Waktu 1. Semua siswa berdo’a menurut agama dan 5 menit keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran) 2. Mengecek tentang kehadiran siswa. 3. Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang diharapkan.
Deskripsi Kegiatan
7 menit Eksplorasi 4. Siswa bertanya pernahkah siswa menggesekkan kedua telapak tangannya? Kemudian bertanya apa yang dirasakan oleh siswa.?
77
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
5. Guru menjelaskan bahwa rasa panas yang dirasakan siswa adalah akibat dari gesekan kedua telapak tangan siswa. Jika terjadi gesekan antar permukaan benda, maka akan timbul energi panas. 6. Guru bertanya, selain gesekan antar permukaan benda, sumber energi panas apalagi yang siswa ketahui. 45 menit Elaborasi 7. Setelah siswa mampu menyebutkan sumbersumber energi panas, guru mejelaskan bahwa sifat energi panas yaitu dapat berpindah. 8. Guru menjelaskan tentang konduksi dan memberikan contohnya: ketika sendok dicelupkan ke dalam air panas, maka ujung sendok juga akan terasa panas. 9. Guru menjelaskan tentang konveksi dan memberikan contoh: ketika memasak air terjadi aliran panas di dalam air sehingga air dapat mendidih secara merata. 10. Guru menjelaskan tentang radiasi dan memberikan contoh: ketika berada di dekat kompor yang sedang menyala, kita juga akan merasa panas walaupun tidak menyentuh kompor dan tidak ada perantara antara kita dengan api. 11. Guru juga menjelaskan tentang konduktor dan isolator. 12. Guru meminta siswa menyebutkan contoh benda-benda konduktor dan isolator. 25 menit Konfirmasi 13. Guru meminta siswa untuk menjawab beberapa soal 14. Guru mengajak siswa mengoreksi bersamasama jawaban siswa. 15. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan meluruskan jika masih ada yang salah.
78
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Eksperimen) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Waktu Metode
: : : : : :
SEKOLAH DASAR Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) IV/2 Energi dan Penggunaannya 2 x 45 menit Multiple Intelleginces
A. Standar Kompetensi : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya C. Indikator 1. Mengidentifikasi sumber-sumber energi panas. 2. Mengidentifikasi perpindahan energi panas. 3. Mengelompokkan benda-benda konduktor dan isolator. D. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat mengidentifikasi sumber energi panas: a. Matahari b. Gesekan antara dua benda c. Alat-alat listrik 2. Siswa dapat mengidentifikasi perpindahan energi panas: a. Konduksi b. Konveksi c. Radiasi 3. Siswa dapat mengelompokkan benda-benda konduktor dan isolator a. Konduktor : Besi, baja, alumunium, dan logam lainnya b. Isolator : Kain, kayu, busa, dan karet E. Media Belajar 1. Buku SAINS SD Relevan Kelas IV F. Kegiatan Pembelajaran Jenis Kecerdasan Kegiatan Siswa diminta menggesekkan kedua telapak tangannya, KINESTETIK kemudian bertanya apa yang dirasakan oleh siswa Guru menjelaskan lewat lagu jika terjadi gesek an antar MUSIKAL permukaan benda, maka akan timbul energi panas
79
Guru menjelaskan tentang konduksi, konveksi dan radiasi dengan memberi contoh gambar INTERPERSONAL Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil (3-4 orang) untuk mengisi lembar kerja yang telah disiapkan. Tiap kelompok diminta memperhatikan keadaan sekitar NATURALIS dan membuat daftar sumber energi panas yang berada di sekitar mereka saat itu. Tiap kelompok diminta membuat table yang LOGISmemisahkan contoh benda konduktordan contoh benda MATEMATIS isolator INTRAPERSONAL Guru meminta tiap kelompok menyebutkan apa saja manfaat energi panas dalam kehidupan kita Tiap kelompok diminta mempresentasikan hasil kerja VERBAL kelompoknya. VISUAL
Kegiatan Pendahuluan
Inti
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
1. Semua siswa berdo’a menurut agama dan 5 menit keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran) 2. Mengecek tentang kehadiran siswa. 3. Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang diharapkan. 7 menit Eksplorasi 4. Siswa diminta menggesekkan kedua telapak tangannya, kemudian bertanya apa yang dirasakan oleh siswa. (KINESTETIK) 5. Guru menjelaskan melalui lagu bahwa rasa panas yang dirasakan siswa adalah akibat dari gesekan kedua telapak tangan siswa. Jika terjadi gesek an antar permukaan benda, maka akan timbul energi panas. (MUSIK) 6. Guru bertanya, selain gesekan antar permukaan benda, sumber energi panas apalagi yang siswa ketahui. 60 menit Elaborasi 7. Setelah siswa mampu menyebutkan sumbersumber energi panas, guru mejelaskan bahwa sifat energi panas yaitu dapat berpindah. 8. Guru menjelaskan tentang konduksi, konveksi dan radiasi dengan memberi contoh gambar. (VISUAL) 9. Guru juga menjelaskan tentang konduktor dan isolator, serta contoh-contohnya.
80
Kegiatan
Penutup
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
10. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil (3-4 orang) untuk mengisi lembar kerja yang telah disiapkan dengan soal sebagai berikut: (INTERPERSONAL) 11. Tiap kelompok diminta memperhatikan keadaan sekitar dan membuat daftar sumber energi panas yang berada di sekitar mereka saat itu. (NATURALIS) 12. Tiap kelompok diminta membuat table yang memisahkan contoh benda konduktordan contoh benda isolator. (LOGISMATEMATIS) 13. Guru meminta tiap kelompok menyebutkan apa saja manfaat energi panas dalam kehidupan kita. (INTRAPERSONAL) 14. Setelah selesai, tiap kelompok diminta mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. (VERBAL) 10 menit Konfirmasi 15. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan meluruskan jika masih ada yang salah. 1. Bertanya jawab tentang materi yang telah 8 menit dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi). 2. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari. 3. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk menutup kegiatan pembelajaran).
81
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Kontrol) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Waktu Metode
: SEKOLAH DASAR : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) : IV/2 : Energi dan Penggunaannya : 2 x 45 menit : Ceramah
A. Standar Kompetensi : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar 8.1 Mendeskripsikan energi bunyi dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya C. Indikator 1. Menyebutkan sumber-sumber energi bunyi. 2. Mengidentifikasi jenis-jenis bunyi berdasarkan jumlah frekuensinya. 3. Mengidentifikasi sifat-sifat energi bunyi. D. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat mengidentifikasi sumber energi bunyi: a. Pita suara b. Alat musik c. Benda yang bergetar 2. Siswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis bunyi berdasarkan jumlah frekuensinya: a. Audiosonik b. Infrasonik c. Ultrasonik 3. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat energi bunyi. a. Bunyi dapat merambat melalui zat padat, cair, dan gas. b. Bunyi dapat dipantulkan. c. Bunyi dapat diserap. E. Materi Essensial 1. Energi Bunyi di Sekitar Kita Energi bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar. Misalnya saja pada pita suara kita. Cobalah pegang tenggorokanmu saat kamu berbicara atau menyanyi. Apa yang kamu rasakan pada tenggorokaanmu? Kamu akan merasakan tenggorokanmu bergetar.Ketika kita bicara atau mengeluarkan suara dari mulut kita, maka pita suara kita akan bergetar dan menghasilkan suara yang keluar melalui mulut kita. Tidak hanya pada pita suara kita, alat
82
musik, dan benda lain pun jika bergetar akan menghasilkan bunyi dan disebut sebagai sumber bunyi. 2. Frekuensi Banyak getaran yang terjadi dalam satu detik disebut dengan frekuensi. Satuan untuk frekuensi adalah hertz (Hz).Frekuensi yang dapat didengar manusia berkisar 20–20.000 Hz. Bunyi yang memiliki frekuensi 20–2.000 Hz disebut dengan audiosonik. Bunyi yang memiliki frekuensi kurang dari 20 Hz disebut infrasonik. Bunyi yang memiliki frekuensi lebih dari 20.000 Hz disebut dengan ultrasonik. Manusia tidak dapat mendengar bunyi infrasonik dan ultrasonik. Hanya hewan tertentu yang dapat mendengar bunyi tersebut. Contoh hewan yang dapat mendengar bunyi infrasonik adalah jangkrik. Kelelawar merupakan hewan yang dapat mendengar bunyi ultrasonik. 3. Sifat Energi Bunyi a. Bunyi dapat merambat melalui zat padat, cair, dan gas. Energi bunyi lebih cepat nerambat melalui zat padat, kemudian zat cair, dan paling lambat merambat melalui gas. Energi bunyi membutuhkan zat perantara untuk merambat, oleh sebab itu bunyi tidak dapat merambat di luar angkasa. b. Bunyi Dapat Dipantulkan 1) Gema adalah pantulan bunyi yang terdengar lengkap sesudah bunyi asli. Ketika berteriak di gua, suara merambat melalui udara ke dinding gua. Selanjutnya, bunyi dipantulkan ke dinding gua yang lain. Gema biasanya terjadi di tempat-tempat dengan permukaan keras dan rapat. 2) Gaung adalah pantulan bunyi yang terdengar sebelum bunyi asli selesai diucapkan. Hal ini karena jarak sumber bunyi dan dinding pemantul jauh. Terjadinya gaung menyebabkan suara asli tidak terdengar jelas. 3) Bunyi pantul yang memperkeras bunyi asli. Cobalah berteriak di dalam ruang kosong tertutup yang sempit. Ruangan tersebut harus memiliki permukaan dinding yang keras dan rapat. Bunyi pantul yang terdengar akan meperkeras suara aslinya. Hal ini karena jarak yang terlalu dekat antara sumber bunyi dan dinding pemantul. c. Bunyi Dapat Diserap Penyerapan bunyi terjadi jika perambatan dihalangi benda yang permukaannya lunak. Contohnya busa, karet, karung goni, atau serbuk gergaji. Benda-benda yang menyerap bunyi biasa disebut peredam bunyi. Pernahkah kamu menonton film di gedung bioskop? Dinding gedung bioskop dilapisi peredam bunyi supaya tidak terjadi gaung. F. Media Belajar Buku SAINS SD Relevan Kelas IV
83
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
Inti
Alokasi Waktu 1. Semua siswa berdo’a menurut agama dan 5 menit keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran) 2. Mengecek tentang kehadiran siswa. 3. Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang diharapkan.
Deskripsi Kegiatan
5 menit Eksplorasi 4. Siswa diminta bersuara sembil memegang terggorokannya, kemudian bertanya apa yang dirasakan oleh siswa. 5. Guru menjelaskan bahwa ketika kita bicara atau mengeluarkan suara dari mulut kita, maka pita suara kita akan bergetar dan menghasilkan suara yang keluar melalui mulut kita. 6. Guru bertanya, selain benda yang bergetar, sumber bunyi apalagi yang siswa ketahui. 45 menit Elaborasi 7. Setelah siswa mampu menyebutkan sumbersumber energi bunyi, guru mejelaskan tentang frekuensi dan jenis-jenis bunyi berdasarkan jumlah frekuensinya. 8. Guru menjelaskan bahwa salah satu sifat bunyi adalah dapat merambat melalui zat padat, cair, dan gas. 9. Guru menjelaskan bahwa sifat-sifat energi bunyi lainnya adalah dapat dipantulkan dan dapat diserap. 10. Guru menjelaskan tentang gema dan memberikan contohnya. 11. Guru menjelaskan tentang gaung dan memberikan contohnya. 12. Guru menjelaskan tentang penyerapan bunyi dan memberikan contohnya 25 menit Konfirmasi 13. Guru meminta siswa untuk menjawab beberapa soal (TERLAMPIR). 14. Guru mengajak siswa mengoreksi bersama-sama jawaban siswa. 15. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan meluruskan jika masih ada yang salah.
84
Kegiatan Penutup
Alokasi Waktu 16. Bertanya jawab tentang materi yang telah 10 menit dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi). 17. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari. 18. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk menutup kegiatan pembelajaran).
Deskripsi Kegiatan
85
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Eksperimen) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Waktu Metode
: SEKOLAH DASAR : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) : IV/2 : Energi dan Penggunaannya : 2 x 45 menit : Mjultiple Intelligences
A. Standar Kompetensi : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar 8.1 Mendeskripsikan energi bunyi dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya C. Indikator 1. Menjelaskan sumber-sumber energi bunyi. 2. Mengidentifikasi jenis-jenis bunyi berdasarkan jumlah frekuensinya. 3. Mengidentifikasi sifat-sifat energi bunyi. D. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat mengidentifikasi sumber energi bunyi: a. Pita suara b. Alat musik c. Benda yang bergetar 2. Siswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis bunyi berdasarkan jumlah frekuensinya: a. Audiosonik b. Infrasonik c. Ultrasonik 3. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat energi bunyi. a. Bunyi dapat merambat melalui zat padat, cair, dan gas. b. Bunyi dapat dipantulkan. c. Bunyi dapat diserap.
E. Media Belajar Buku SAINS SD Relevan Kelas IV
86
F. Kegiatan Pembelajaran Jenis Kecerdasan KINESTETIK
Kegiatan Siswa diminta bersuara sembil memegang terggorokannya, kemudian bertanya apa yang dirasakan oleh siswa Guru meminta siswa berdua dengan temannya MUSIKAL memperagakan dan menebak gema, gaung, dan bunyi yang memperkeras suara asli Guru mengajak siswa menebak dengan cepat jenis VISUAL bunyi apakah yang didengar gambar hewan yang ditampilkan INTERPERSONAL Guru meminta siswa berdua dengan temannya memperagakan gema, gaung, dan bunyi yang memperkeras suara asli guru mejelaskan tentang frekuensi dan jenis-jenis bunyi NATURALIS berdasarkan jumlah frekuensinya disertai hewan yang bisa mendengarkan Guru meminta siswa untuk mengelompokkan beberapa LOGIScontoh kasus ke dalam masing-masing sifat energi MATEMATIS bunyi INTRAPERSONAL Guru meminta siswa menceritakan pengalaman pribadinya tentang rambatan bunyi, pantulan bunyi, atau penyerapan bunyi Guru meminta beberapa siswa mengungkapkan VERBAL pendapatnya tentang mengapa bunyi tidak dapat merambat di luar angkasa?
Kegiatan Pendahuluan
Inti
Alokasi Waktu 1. Semua siswa berdo’a menurut agama dan 5 menit keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran) 2. Mengecek tentang kehadiran siswa. 3. Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang diharapkan.
Deskripsi Kegiatan
5 menit Eksplorasi 4. Siswa diminta bersuara sembil memegang terggorokannya, kemudian bertanya apa yang dirasakan oleh siswa. (KINESTETIK) 5. Guru menjelaskan bahwa ketika kita bicara atau mengeluarkan suara dari mulut kita, maka pita suara kita akan bergetar dan menghasilkan
87
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
suara yang keluar melalui mulut kita. 6. Guru menjelaskan bahwa bunyi dapat dihasilkan oleh benda yang bergetar. 7. Guru bertanya, selain benda yang bergetar, sumber bunyi apalagi yang siswa ketahui. 45 menit Elaborasi 8. Setelah siswa mampu menyebutkan sumbersumber energi bunyi, guru mejelaskan tentang frekuensi dan jenis-jenis bunyi berdasarkan jumlah frekuensinya disertai hewan yang bisa mendengarkan (NATURALIS) 9. Guru mengajak siswa menebak dengan cepat jenis bunyi apakah yang didengar gambar hewan yang ditampilkan. (VISUAL) 10. Guru menjelaskan bahwa salah satu sifat bunyi adalah dapat merambat melalui zat padat, cair, dan gas, tetapi bunyi dapat merambat di luar angkasa. Guru meminta beberapa siswa mengungkapkan pendapatnya tentang mengapa bunyi tidak dapat merambat di luar angkasa? (VERBAL) 11. Guru menjelaskan bahwa sifat-sifat energi bunyi lainnya adalah dapat dipantulkan dan dapat diserap. 12. Guru menjelaskan tentang gema, gaung dan bunyi yang memperkeras bunyi asli 13. Guru meminta siswa berdua dengan temannya memperagakan dan menebak gema, gaung, dan bunyi yang memperkeras suara asli (MUSIKAL) (INTERPERSONAL) 14. Guru menjelaskan tentang penyerapan bunyi dan contohnya di sekitar kita. 15. Guru meminta siswa menceritakan pengalaman pribadinya tentang rambatan bunyi, pantulan bunyi, atau penyerapan bunyi (INTRAPERSONAL)
88
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan Konfirmasi 16. Guru meminta siswa untuk mengelompokkan beberapa contoh kasus ke dalam masingmasing sifat energi bunyi (LOGISMATEMATIS) 17. Guru mengajak siswa mengoreksi bersamasama jawaban siswa. 18. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan meluruskan jika masih ada yang salah.
Penutup
19. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi). 20. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari. 21. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk menutup kegiatan pembelajaran).
Alokasi Waktu 25 menit
10 menit
89
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Kontrol) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Waktu Metode
: SEKOLAH DASAR : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) : IV/2 : Energi dan Penggunaannya : 2 x 45 menit : Ceramah
A. Standar Kompetensi : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya C. Indikator 1. Menyimpulkan manfaat dari energi panas 2. Menyimpulkan manfaat dari energi bunyi. D. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menyimpulkan manfaat energi panas: a. Angin darat dan angin laut b. Untuk menjemur pakaian c. Untuk memasak 2. Siswa dapat menyimpulkan manfaat energi bunyi: a. Untuk mengukur kedalaman laut b. Untuk bicara c. Untuk memberi peringatan E. Materi Essensial 1. Manfaat Energi Panas a. Menjemur pakaian di bawah sinar matahari dapat membunuh bakteri pada pakaian. b. Angin darat dan angin laut doigunakan nelayan untuk melaut pada malam hari dan kembali ke daratan pada siang hari. c. Sinar matahari membatu tubuh kita mengaktifkan vitamin D untuk tulang dan gigi. d. Kita bisa memasak dengan bantuan energi panas. 2. Manfaat Energi Bunyi a. Bunyi yang keras dimanfaatkan untuk memberi peringatan adanya bahaya atau sesuatu yang penting. b. Kita bisa berbicara karena adanya bunyi yang dihasilkan oleh pita suara yang bergetar.
90
c. Kapal selam menggunakan energi bunyi untuk mengukur kedalaman laut. F. Media Belajar Buku SAINS SD Relevan Kelas IV G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
Inti
Alokasi Waktu 1. Semua siswa berdo’a menurut agama dan 5 menit keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran) 2. Mengecek tentang kehadiran siswa. 3. Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang diharapkan.
Deskripsi Kegiatan
7 menit Eksplorasi 4. Guru mengulang pembelajaran sebelumnya. 5. Guru bertanya apakah siswa tau apa saja manfaat energi panas. 6. Guru bertanya apakah siswa tau apa saja manfaat energi bunyi. 45 menit Elaborasi 7. Guru menjelaskan manfaat energi panas: a. Angin darat dan angin laut b. Untuk menjemur pakaian c. Untuk memasak. d. Untuk mengaktifkan vitamin D dalam tubuh kita 8. Guru menjelaskan manfaat energi bunyi: a. Bunyi yang keras dimanfaatkan untuk memberi peringatan adanya bahaya atau sesuatu yang penting. b. Kita bisa berbicara karena adanya bunyi yang dihasilkan oleh pita suara yang bergetar. c. Kapal selam menggunakan energi bunyi untuk mengukur kedalaman laut. 25 menit Konfirmasi 9. Guru meminta siswa untuk menjawab beberapa soal 10. Guru mengajak siswa mengoreksi bersamasama jawaban siswa. 11. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan meluruskan jika masih ada yang salah.
91
Kegiatan Penutup
Alokasi Waktu 12. Bertanya jawab tentang materi yang telah 8 menit dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi). 13. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari. 14. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk menutup kegiatan pembelajaran).
Deskripsi Kegiatan
92
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Eksperimen) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Waktu Metode
: SEKOLAH DASAR : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) : IV/2 : Energi dan Penggunaannya : 2 x 45 menit : Multiple Intelligences
A. Standar Kompetensi : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya C. Indikator 1. Menyimpulkan manfaat dari energi panas 2. Menyimpulkan manfaat dari energi bunyi. D. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menyimpulkan manfaat energi panas: a. Angin darat dan angin laut b. Untuk menjemur pakaian c. Untuk memasak 2. Siswa dapat menyimpulkan manfaat energi bunyi: a. Untuk mengukur kedalaman laut b. Untuk bicara c. Untuk memberi peringatan E. Media Belajar Buku SAINS SD Relevan Kelas IV F. Kegiatan Pembelajaran Jenis Kecerdasan Kegiatan Guru mengajak siswa melakukan senam singkat KINESTETIK Guru mengajak siswa untuk menebak alat musik MUSIKAL berdasarkan suaranya Guru menjelaskan manfaat lain energi panas: yaitu VISUAL tentang angin darat dan angin laut melalui ilustrasi/.gambar INTERPERSONAL Guru meminta siswa berdua dengan temnnya membuat daftar manfaat energi panas Guru meminta siswa menyebutkan makhluk apa saja NATURALIS
93
yang membutuhkan cahaya matahari Guru meminta siswa membuat tabel yang mengekompokkan alat music berdasarkan cara penggunaannya INTRAPERSONAL Guru meminta siswa menuliskan pengalaman pribadinya yang berkaitan dengan manfaat energi bunyi Guru meminta beberapa siswa untuk menyampaikan VERBAL pengalamannya tersebut LOGISMATEMATIS
Kegiatan Pendahuluan
Inti
Alokasi Waktu 1. Semua siswa berdo’a menurut agama dan 5 menit keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran) 2. Mengecek tentang kehadiran siswa. 3. Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang diharapkan.
Deskripsi Kegiatan
7 menit Eksplorasi 4. Guru mengulang pembelajaran sebelumnya. 5. Guru bertanya apakah siswa tau apa saja manfaat energi panas. 6. Guru bertanya apakah siswa tau apa saja manfaat energi bunyi. 45 menit Elaborasi 7. Guru mengajak siswa melakukan senam singkat. (KINESTETIK) 8. Guru bertnya selain senam, hal apa yang dibutuhkan untuk menjaga agar tulang tetap sehat? 9. Guru menjelaskan bahwa tulang membutuhkan vitamin D, dan untuk mengaktifkan vitamin D dalam tubuh, diperlukan sinar matahari. 10. Guru meminta siswa menyebutkan makhluk apa saja yang membutuhkan cahaya matahari (NATURALIS) 11. Guru menjelaskan manfaat lain energi panas: yaitu tentang angin darat dan angin laut melalui ilustrasi/.gambar (VISUAL) 12. Guru meminta siswa berdua dengan temnnya membuat daftar manfaat energi panas (INTERPERSONAL) 13. Guru menjelaskan manfaat energi bunyi: a. Bunyi yang keras dimanfaatkan untuk memberi peringatan adanya bahaya atau
94
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
sesuatu yang penting. b. Kita bisa berbicara karena adanya bunyi yang dihasilkan oleh pita suara yang bergetar. c. Kapal selam menggunakan energi bunyi untuk mengukur kedalaman laut. d. Bunyi dapat menghasilkan musik 14. Guru mengajak siswa untuk menebak alat music berdasarkan suaranya (MUSIKAL) 15. Guru meminta siswa membuat tabel yang mengekompokkan alat music berdasarkan cara penggunaannya (LOGIS-MATEMATIS) 16. Guru meminta siswa menuliskan pengalaman pribadinya yang berkaitan dengan manfaat energi bunyi. (INTRAPERSONAL) 17. Guru meminta beberapa siswa untuk menyampaikan pengalamannya tersebut (VERBAL) 25 menit Konfirmasi 18. Guru meminta siswa untuk menjawab beberapa soal 19. Guru mengajak siswa mengoreksi bersamasama jawaban siswa. 20. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan meluruskan jika masih ada yang salah. Penutup
21. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi). 22. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari. 23. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk menutup kegiatan pembelajaran).
8 menit
Lampiran C.1 PENGHITUNGAN N-GAIN KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN A. Kelompok Kontrol NILAI PRETEST 50
NILAI POSTTEST
NILAI N-GAIN
NO.
1
NAMA SISWA AK
NILAI PRETEST 33
NILAI POSTTEST
NILAI N-GAIN
16
NAMA SISWA PK
57
0,133
63
0,450
2
BK
37
77
0,632
17
QK
63
47
-0,455
3
CK
47
70
0,438
18
RK
30
70
0,571
4
DK
33
60
0,400
19
SK
50
67
0,333
5
EK
33
63
0,450
20
TK
50
63
0,267
6
FK
33
60
0,400
21
UK
43
53
0,176
7
GK
40
47
0,111
22
PK
33
57
0,350
8
HK
43
60
0,294
23
WK
50
70
0,400
9
IK
53
73
0,429
24
XK
40
77
0,611
10
JK
47
50
0,063
25
YK
30
63
0,476
11
KK
23
60
0,478
26
ZK
33
53
0,300
12
LK
23
57
0,435
27
AAK
40
60
0,333
13
MK
37
50
0,211
28
ABK
37
67
0,474
14
NK
50
70
0,400
29
ACK
57
80
0,538
15
OK
27
80
0,727
30
ADK
53
70
0,357
NO.
95
B. Kelompok Eksperimen NILAI PRETEST 50
NILAI POSTTEST
NILAI N-GAIN
NO.
1
NAMA SISWA AE
NILAI PRETEST 27
NILAI POSTTEST
NILAI N-GAIN
16
NAMA SISWA PE
93
0,867
63
0,500
2
BE
40
70
0,500
17
QE
57
93
0,846
3
CE
40
73
0,556
18
RE
33
73
0,600
4
DE
60
77
0,417
19
SE
47
87
0,750
5
EE
43
67
0,412
20
TE
60
67
0,167
6
FE
53
80
0,571
21
UE
47
87
0,750
7
GE
37
67
0,474
22
PE
50
80
0,600
8
HE
37
63
0,421
23
WE
40
90
0,833
9
IE
40
63
0,389
24
XE
20
67
0,583
10
JE
37
70
0,526
25
YE
30
73
0,619
11
KE
63
90
0,727
26
ZE
57
77
0,462
12
LE
40
63
0,389
27
AAE
67
83
0,500
13
ME
23
80
0,739
28
ABE
50
77
0,533
14
NE
50
77
0,533
29
ACE
43
70
0,471
15
OE
47
80
0,625
30
ADE
40
63
0,389
NO.
96
Lampiran C.2 PERHITUNGAN UJI NORMALITAS A. Normalitas Pretest Kelas Kontroil Nilai F Kum 23 2 23 2 27 3 30 5 30 5 33 11 33 11 33 11 33 11 33 11 33 11 37 14 37 14 37 14 40 17
Zi -1.7354 -1.7354 -1.4080 -1.0806 -1.0806 -0.7531 -0.7531 -0.7531 -0.7531 -0.7531 -0.7531 -0.4257 -0.4257 -0.4257 -0.0982
f(Zi) 0.0413 0.0413 0.0796 0.1399 0.1399 0.2257 0.2257 0.2257 0.2257 0.2257 0.2257 0.3352 0.3352 0.3352 0.4609
S(Zi) 0.0667 0.0667 0.1000 0.1667 0.1667 0.3667 0.3667 0.3667 0.3667 0.3667 0.3667 0.4667 0.4667 0.4667 0.5667
|F(zi) - S(zi)| 0.0253 0.0253 0.0204 0.0267 0.0267 0.1410 0.1410 0.1410 0.1410 0.1410 0.1410 0.1315 0.1315 0.1315 0.1058
Nilai F Kum 40 17 40 17 43 19 43 19 47 21 47 21 50 26 50 26 50 26 50 26 50 26 53 28 53 28 57 29 63 30
Zi -0.0982 -0.0982 0.2292 0.2292 0.5566 0.5566 0.8841 0.8841 0.8841 0.8841 0.8841 1.2115 1.2115 1.5390 2.1938
f(Zi) 0.4609 0.4609 0.5906 0.5906 0.7111 0.7111 0.8117 0.8117 0.8117 0.8117 0.8117 0.8872 0.8872 0.9381 0.9859
Rata-rata Nilai
= 41
L Hitung Terbesar
= 0.1410
Standar Deviasi
= 10.1860
L Tabel
= 0,161
S(Zi) |F(zi) - S(zi)| 0.5667 0.1058 0.5667 0.1058 0.6333 0.0427 0.6333 0.0427 0.7000 0.0111 0.7000 0.0111 0.8667 0.0550 0.8667 0.0550 0.8667 0.0550 0.8667 0.0550 0.8667 0.0550 0.9333 0.0462 0.9333 0.0462 0.9667 0.0286 1.0000 0.0141
97
B. Normalitas Pretest Kelas Eksperimen Nilai F Kum 20 1 23 2 27 3 30 4 33 5 37 8 37 8 37 8 40 14 40 14 40 14 40 14 40 14 40 14 43 16
Zi -2.0851 -1.7955 -1.5059 -1.2163 -0.9267 -0.6371 -0.6371 -0.6371 -0.3475 -0.3475 -0.3475 -0.3475 -0.3475 -0.3475 -0.0579
f(Zi) 0.0185 0.0363 0.0660 0.1119 0.1770 0.2620 0.2620 0.2620 0.3641 0.3641 0.3641 0.3641 0.3641 0.3641 0.4769
S(Zi) 0.0333 0.0667 0.1000 0.1333 0.1667 0.2667 0.2667 0.2667 0.4667 0.4667 0.4667 0.4667 0.4667 0.4667 0.5333
|F(zi) - S(zi)| 0.0148 0.0304 0.0340 0.0214 0.0104 0.0046 0.0046 0.0046 0.1026 0.1026 0.1026 0.1026 0.1026 0.1026 0.0564
Nilai F Kum 43 16 47 19 47 19 47 19 50 23 50 23 50 23 50 23 53 24 57 26 57 26 60 28 60 28 63 29 67 30
Zi -0.0579 0.2317 0.2317 0.2317 0.5213 0.5213 0.5213 0.5213 0.8109 1.1005 1.1005 1.3901 1.3901 1.6797 1.9693
f(Zi) 0.4769 0.5916 0.5916 0.5916 0.6989 0.6989 0.6989 0.6989 0.7913 0.8644 0.8644 0.9178 0.9178 0.9535 0.9755
Rata-rata Nilai
= 44
L Hitung Terbesar
= 0.1026
Standar Deviasi
= 11.512
L Tabel
= 0,161
S(Zi) |F(zi) - S(zi)| 0.5333 0.0564 0.6333 0.0417 0.6333 0.0417 0.6333 0.0417 0.7667 0.0678 0.7667 0.0678 0.7667 0.0678 0.7667 0.0678 0.8000 0.0087 0.8667 0.0022 0.8667 0.0022 0.9333 0.0156 0.9333 0.0156 0.9667 0.0132 1.0000 0.0245
98
C. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol Nilai F Kum 47 2 47 2 50 4 50 4 53 6 53 6 57 9 57 9 57 9 60 14 60 14 60 14 60 14 60 14 63 18
Zi -1.7413 -1.7413 -1.3859 -1.3859 -1.0306 -1.0306 -0.6752 -0.6752 -0.6752 -0.3198 -0.3198 -0.3198 -0.3198 -0.3198 0.0355
f(Zi) 0.0408 0.0408 0.0829 0.0829 0.1514 0.1514 0.2498 0.2498 0.2498 0.3745 0.3745 0.3745 0.3745 0.3745 0.5142
S(Zi) |F(zi) - S(zi)| 0.0667 0.0259 0.0667 0.0259 0.1333 0.0504 0.1333 0.0504 0.2000 0.0486 0.2000 0.0486 0.3000 0.0502 0.3000 0.0502 0.3000 0.0502 0.4667 0.0921 0.4667 0.0921 0.4667 0.0921 0.4667 0.0921 0.4667 0.0921 0.6000 0.0858
Nilai F Kum 63 18 63 18 63 18 67 20 67 20 70 25 70 25 70 25 70 25 70 25 73 26 77 28 77 28 80 30 80 30
Zi 0.0355 0.0355 0.0355 0.3909 0.3909 0.7463 0.7463 0.7463 0.7463 0.7463 1.1016 1.4570 1.4570 1.8124 1.8124
f(Zi) 0.5142 0.5142 0.5142 0.6521 0.6521 0.7722 0.7722 0.7722 0.7722 0.7722 0.8647 0.9274 0.9274 0.9650 0.9650
Rata-rata Nilai
= 66
L Hitung Terbesar
= 0.0921
Standar Deviasi
= 9.38
L Tabel
= 0,161
S(Zi) |F(zi) - S(zi)| 0.6000 0.0858 0.6000 0.0858 0.6000 0.0858 0.6667 0.0146 0.6667 0.0146 0.8333 0.0611 0.8333 0.0611 0.8333 0.0611 0.8333 0.0611 0.8333 0.0611 0.8667 0.0020 0.9333 0.0059 0.9333 0.0059 1.0000 0.0350 1.0000 0.0350
99
D. Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen Nilai F Kum 63 5 63 5 63 5 63 5 63 5 67 9 67 9 67 9 67 9 70 12 70 12 70 12 73 15 73 15 73 15
Zi -1.2294 -1.2294 -1.2294 -1.2294 -1.2294 -0.8781 -0.8781 -0.8781 -0.8781 -0.5269 -0.5269 -0.5269 -0.1756 -0.1756 -0.1756
f(Zi) 0.1095 0.1095 0.1095 0.1095 0.1095 0.1899 0.1899 0.1899 0.1899 0.2991 0.2991 0.2991 0.4303 0.4303 0.4303
S(Zi) |F(zi) - S(zi)| 0.1667 0.0572 0.1667 0.0572 0.1667 0.0572 0.1667 0.0572 0.1667 0.0572 0.3000 0.1101 0.3000 0.1101 0.3000 0.1101 0.3000 0.1101 0.4000 0.1009 0.4000 0.1009 0.4000 0.1009 0.5000 0.0697 0.5000 0.0697 0.5000 0.0697
Nilai F Kum 77 19 77 19 77 19 77 19 80 23 80 23 80 23 80 23 83 24 87 26 87 26 90 28 90 28 93 30 93 30
Zi 0.1756 0.1756 0.1756 0.1756 0.5269 0.5269 0.5269 0.5269 0.8781 1.2294 1.2294 1.5806 1.5806 1.9319 1.9319
f(Zi) 0.5697 0.5697 0.5697 0.5697 0.7009 0.7009 0.7009 0.7009 0.8101 0.8905 0.8905 0.9430 0.9430 0.9733 0.9733
Rata-rata Nilai
= 75
L Hitung Terbesar
= 0.1101
Standar Deviasi
= 9.48
L Tabel
= 0,161
S(Zi) |F(zi) - S(zi)| 0.6333 0.0636 0.6333 0.0636 0.6333 0.0636 0.6333 0.0636 0.7667 0.0658 0.7667 0.0658 0.7667 0.0658 0.7667 0.0658 0.8000 0.0101 0.8667 0.0239 0.8667 0.0239 0.9333 0.0097 0.9333 0.0097 1.0000 0.0267 1.0000 0.0267
100
E. Uji Normalitas N-Gain Xi
fi
zi
F(zi)
fk
S(zi)
|F(zi) - S(zi)|
Xi
fi
zi
F(zi)
fk
S(zi)
|F(zi) - S(zi)|
0,167
1
-2,461
0,007
1
0,033
0,026
0,571
1
0,084
0,534
18
0,600
0,066
0,389
3
-1,064
0,144
4
0,133
0,010
0,583
1
0,159
0,563
19
0,633
0,070
0,412
1
-0,920
0,179
5
0,167
0,012
0,600
2
0,264
0,604
21
0,700
0,096
0,417
1
-0,889
0,187
6
0,200
0,013
0,619
1
0,384
0,649
22
0,733
0,084
0,421
1
-0,861
0,195
7
0,233
0,039
0,625
1
0,421
0,663
23
0,767
0,103
0,462
1
-0,607
0,272
8
0,267
0,005
0,727
1
1,065
0,856
24
0,800
0,056
0,471
1
-0,550
0,291
9
0,300
0,009
0,739
1
1,139
0,873
25
0,833
0,039
0,474
1
-0,530
0,298
10
0,333
0,035
0,750
2
1,208
0,886
27
0,900
0,014
0,500
3
-0,365
0,358
13
0,433
0,076
0,833
1
1,732
0,958
28
0,933
0,025
0,526
1
-0,199
0,421
14
0,467
0,046
0,846
1
1,812
0,965
29
0,967
0,002
0,533
2
-0,155
0,438
16
0,533
0,095
0,867
1
1,941
0,974
30
1,000
0,026
0,556
1
-0,015
0,494
17
0,567
0,073
Rata-rata Nilai
= 0.558
L Hitung Terbesar
= 0.103
Standar Deviasi
= 0.159
L Tabel
= 0,161 101