EFEKTIVITAS METODE CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTS MATHLA’UL ANWAR CEMPLANG DESA SUKAMAJU KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Akmat Sholeh NIM: 1810011000061
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1435 H
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR Bismilahirrahmannirrahim Tiada kata yang lebih terpuji selain menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Karena dengan ridho-Nya penulis dapat rampungkan skripsi ini. Sholawat dan salam yang ditetapkan Alllah SWTatas junjungan alam Nabi Muhammad SAW sebagai penghulu Arab yang telah membawa kedamaian dan rahmat bagi semesta alam, para sahabat, keluarga, dan pengikutnya sampai akhir zaman. Penulisan skripsi ini di susun guna memenuhi persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan program studi sarjana pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu untuk terwujudnya skripsi ini, ucapan terimakasih penulis tak lupa tujukan kepada : 1.
Nurlena Rifai Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya, baik bapak/ibu dosen yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan, maupun para staf yang telah membantu kelancaran administrasi;
2.
Dr. Abd. Madjid Khon, M. Ag, Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
A. Basuni, MA. dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya, pikiran dan kesabaran yang teramat tulus disela-sela kesibukannya yang luar biasa untuk memberikan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi. Terima kasih Bapak.
4.
Para dosen yang telah memberikan pengalaman dan ilmunya kepada penulis dengan ikhlas dan sabar selama masa kuliah.
vi
5.
Direktur Pendidikan Agama Islam (DITPAIS), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan bantuan dan beasiswa sampai penulis menyelesaikan studi;
6.
Seluruh pengurus Yayasan Mathla’ul Anwar telah membantu penulis dalam mengumpulkan data.
7.
Bapak H. Nahruddin Muchtar, BA selaku kepala MTs. Mathla’ul Anwar Cemplang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8.
Seluruh guru, staf, dan siswa/I MTs. Mathla’ul Anwar Cemplang.
9.
Kepada kedua orangtua saya Bapak Suparmin dan Ibu Kamini yang sangat saya cintai. Terlalu banyak pengorbanan yang diberikan dari sejak lahir sampai sekarang, rasanya ananda tidak bisa membalasnya. Ananda hanya berdo’a kepada Allah SWT, sebab hanya Allah lah yang mampu membalasnya.
10.
Seluruh teman yang seperjuangan dan sepenanggungan, yaitu anak PAI Dual Mode System. Terima kasih banyak dan sukses selalu.
Hanya kepada Allah jua lah penulis mengucapkan syukur atas semua karunia-Nya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikannya, sehingga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin. Jakarta, 15 April 2014
Akmat Sholeh NIM: 1810011000061
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................
iii
PERNYATAAN PENULIS .........................................................................
iv
KATA PENGANTAR .................................................................................
v
DAFTAR ISI ...............................................................................................
vii
ABSTRAKSI ...............................................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................
1
B. Identifikasi Masalah .........................................................
5
C. Pembatasan Masalah ........................................................
6
D. Perumusan Masalah .........................................................
6
E. Tujuan Penelitian .............................................................
7
F. Manfaat Penelitian ...........................................................
7
KAJIAN TEORI TENTANG PENERAPAN METODE CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DAN PENDIDIKAN AQIDAH AKHLAK A. Kajian Tentang Metode CTL (Contextual Teaching and Learning) .........................................................................
8
1. Pengertian Metode .....................................................
9
2. Pengertian CTL (Contextual Teaching and Learning)
10
3. Prinsip Dasar CTL (Contextual Teaching and Learning) ...................................................................................
13
4. Penerapan Metode CTL (Contextual Teaching and Learning) Secara Garis Besar ..................................... 5. Lagkah-langkah Pembelajaran CTL………………....... B. Kajian Tentang Pembelajaran Aqidah Akhlak .................. 1. Pengertian Aqidah
viii
.
15 17 22 22
2. Macam-macam Aqidah ..............................................
23
3. Pengertian Akhlak ......................................................
24
4. Macam-macam Akhlak ..............................................
25
5. Kebutuhan Anak Terhadap Pendidikan Aqidah-Akhlak
31
6. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Aqidah-Akhlak
33
7. Tujuan Mempelajari Aqidah-Akhlak ..........................
36
8. Penerapan Metode CTL (Contextual Teaching and
BAB III
BAB IV
Learning) Dalam Pendidikan Akhlak .........................
39
C. Kerangka Berpikir ............................................................
41
D. Pengajuan Hipotesis .........................................................
43
METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………
44
B. Metode dan Desain Penelitian……………………………
44
C. Variabel Penelitian ………………………………….........
44
D. Populasi dan Sampel……………………………………..
45
E. Teknik Pengumpulan Data...……………………………..
45
F. Teknik Analisis Data……………………………………..
47
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MTs. Mathlaul Anwar Cemplang…….
48
1. Sejarah Berdirinya MTs. Mathlaul Anwar Cemplang .
48
2. Visi dan Misi Sekolah ................................................
49
3. Keadaan Guru dan Siswa ............................................
49
4. Sarana dan Prasarana ..................................................
51
5. Kurikulum MTs. Mathlaul Anwar Cemplang..............
52
B. Deskripsi Data .................................................................
53
1. Pelaksanaan Penelitian………………………………
53
2. Pelaksanaan Metode CTL dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs. Mathlaul Anwar Cemplang…………
54
C. Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah diTerapkan Metode CTL ................................................................................
ix
56
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................
65
B. Saran ...............................................................................
65
C. Kata Penutup ...................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
68
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..........................................................................
x
ABSTRAKSI Akmat Sholeh (1810011000061). Efektivitas Metode CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs. Mathlaul Anwar Cemplang Desa Sukamaju Kec. Cibungbulang Kab. Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode Contexktual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran aqidah akhlak ( Studi Kasus di MTs.Mathla’ul Anwar Cemplang) . Secara operasional yang dimaksud metode CTL pada penelitian ini adalah salah satu alternative emetode / cara yang dapat dipakai oleh guru dikelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pengalaman nyata siswa yang ada di kehidupanya sehari-hari/ masyarakat. Sedangkan pembelajaran aqidah akhlak merupakan hal yang penting dalam islam, seakan- akan tidak ada ajaran agama kecuali akhlak.Oleh karena itu akhlak menjadi pondasi hidup manusia, dari tata cara berpikir, berbicara, berprilaku seorang manusia, karena semua manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan fitrah (sempurna). Semakin baik metode CTL yang dilaksanakan dalam pembelajaran aqidah akhlak maka semakin baik juga hasil belajar siswa. Metode analisis data yang digunakan adalah one group pretest-posttest disain dengan taraf 5 %. Data
tentang
efektifitas
penggunaan
metode
CTL
dalam
pembelajaran aqidah akhlak diperoleh hasil ulangan yang di isi oleh siwa/I di MTs.
Mathla’ul Anwar
Cemplang.
Dari hasil
perhitungan dengan
menggunakan rumus uji t diperoleh t hitung sebesar 2,84. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan t table dengan taraf signifikan 5% adalah 2,02, berarti t hitung lebih besar dari pada t table. Dengan demikian hipotesis
xi
alternatif yang menyatakan metode CTL dapat meningkatkan pembelajaran aqidah akhlak dengan nyata di MTs. Mathla’ul Anwar Cemplang diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode CTL dapat menigkatkan hasil belajar pelajaran aqidah akhlak dengan nyata di MTs.Mathla’ul Anwar Cemplang. Hal ini menunjukkan bahwa metode CTL memiliki peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar pembelajaran aqidah akhlak dengan nyata di MTs. Mathla’ul Anwar Cemplang.
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda yaitu arahnya lebih condong kesumber globalisasi dari barat. Dimana keterbukaan, kebebasan, gaya hidup, sosial, nilai-nilai mampu merubah kepribadian dan prilaku manusia, terutama untuk kaum remaja yang masih butuh bimbingan yang kontinue dan pendidikan yang luas. Dalam kehidupan, prilaku seseorang merupakan tolok ukur terhadap nilai seseorang sehingga tinggi rendahnya derajat seseorang sangat tergantung dari prilakunya. Tingkah laku sebagai barometer, sedangkan tingkah laku yang baik seseorang akan selamat dunia akhiratnya. Banyak disebutkan dalam Al-Qur’an maupun Hadits Nabi SAW. Di antara ayat Al-Qur’an yang dapat dipakai sebagai landasan prilaku yang baik antara lain surat Al-Ahzab ayat 21:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS. AlAhzab [33] : 21).1 Jelaslah bahwa Rasulullah sebagai cerminan tingkah laku yang baik untuk setiap manusia yang ada di penjuru dunia. Akhlak merupakan hal yang penting dalam Islam, seakan-akan tidak ada ajaran agama kecuali akhlak. Oleh karena itu akhlak menjadi pondasi hidup
1
RHA. Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa, 1985), h. 670.
1
2
manusia, dari tatacara berpikir, berbicara, berprilaku seorang manusia, karena semua manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan fitrah (sempurna). Pentingnya akhlak tidak terbatas pada perseorangan saja, tetapi penting juga untuk masyarakat umat manusia seluruhnya. Hidup tidak akan bermakna tanpa akhlak yang mulia, jadi akhlak yang mulia adalah dasar pokok untuk menjaga bangsa, negara, rakyat, dan masyarakat. Karena bahaya krisis akhlak bagi kita semua jauh lebih besar dari pada kehancuran apapun di dunia ini baik pada hal-hal yang dapat dihitung, dirasa dan diraba. Pendidikan akhlak merupakan tindakan yang terpenting dan harus dipersiapkan untuk masa depan seseorang. Orang tua mempunyai kewajiban untuk
menanamkan
akhlakul
karimah pada
anak-anaknya
membahagiakan di alam kehidupan dunia dan akhirat.
2
yang
dapat
Dalam keluarga
pendidikan akhlakul karimah sangat penting bagi orang tua untuk anak-anaknya, sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 14:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.(QS. Luqman [31] : 14).3 Ayat tersebut menunjukkan dan menjelaskan bahwa tekanan utama pendidikan keluarga dalam Islam adalah pendidikan Akhlak, yaitu dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati kedua orang tua, bertingkah laku sopan baik dalam prilaku keseharian maupun dalam bertutur kata,
h. 21.
2
Khalik Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda, (Jakarta: Lentera, 1999),
3
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2006), h. 581.
3
karena pengalaman-pengalaman sensorial yang dialami anak usia dini merupakan dasar semua pembelajaran sehingga anak memperoleh bekal yang maksimal bagi hidupnya kelak.4 Keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam membentuk akhlak yang mulia serta ikut menentukan keberhasilanya, begitu juga dengan beberapa faktor lain seperti: (1) faktor lingkungan, karena lingkungan merupakan guru ketiga yang bisa mempengaruhi perkembangan anak. (2) Faktor pergaulan sehari-hari, dengan banyaknya seseorang yang tidak peduli dengan norma-norma yang digariskan dalam daerah tersebut, maka dia akan dicemooh dan dikucilkan masyarakat, baik hal berpakaian, berprilaku atau kebiasaankebiasaan lain, sebab manusia akan dihargai orang lain bukan karena kekayaan harta dan keturunannya melainkan karena baiknya akhlak dan prilakunya. (3) Faktor globalisasi yang berlangsung pada masa sekarang, (4) strategi dan teknik mendidik akhlak itu sendiri di sekolah. (5) kualitas dan prilaku guru yang menjadi panutan muridnya. Setiap orang tua dan semua guru ingin membina anak agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik formal maupun informal. Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya. 5 Maka dari itu, berbagai cara diupayakan oleh para orang tua dalam mendidik dan membina akhlak anak-anaknya. Para orang tua yang merasa
tidak
cukup
anak-anaknya
dibina
di
rumah,
berlomba-lomba
memasukkannya ke berbagai sekolah maupun pondok pesantren. Dengan demikian tugas terpenting bagi seorang guru atau pendidik terhadap anak adalah senantiasa menasehati dan membina akhlak mereka, serta membimbing agar tujuan utama mereka dalam menuntut ilmu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
4
Anita Yus, Model Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), Cet.ke-2, h. 2 5 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), Cet. Ke-17, h. 66.
4
Seorang guru hendaknya dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mendidik akhlak peserta didik, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kemudahan seorang guru dalam menerapkan akhlakul karimah pada diri peserta didik. Dan pastinya menentukan keberhasilan pembentukkan akhlak mulia tersebut. Permasalahan terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperoleh informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betulbetul bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk memahami konsepkonsep akademis, karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat atau saat di tempat kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL). Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan. Model CTL ini disebut pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.6
6
http://blog.umy.ac.id/igoputra/2012/01/16/metode-pembelajaran-ctl-contextualteaching-and-learning/. Diakses pada 5 Desember 2013 pk.21.00.
5
Ada beberapa alasan mengapa metode kontekstual menurut Depdiknas (2003) menjadi pilihan yaitu: (1) Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pemandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memperdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafalkan fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri, (2) Melalui landasan filosofi konstruksivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi belajar metode kontekstual, siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.7 Demikian halnya di MTS Mathla’ul Anwar Cemplang Sukamaju Cibungbulang, kota Bogor yang memilih menggunakan model CTL, guru membina akhlak peserta didik dengan menggunakan metode tersebut, sehingga peserta didik dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka penulis akan mengadakan penelitian dan pembahasan skripsi yang berjudul “Efektifitas Metode CTL (Contextual Teaching And Learning) Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlaq Di Sekolah Mts Mathla’ul Anwar Cemplang Sukamaju Cibungbulang Bogor”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan di antaranya adalah: 1. Pentingnya aqidah akhlak dalam Islam dan merupakan tindakan yang harus dipersiapkan untuk masa depan.
7
Ujang Nurdin, Metode Contextual Teaching and Learning (CTL), http://capitallecture.blogspot.com/2012/09/metode-contextual-teaching-and-learning.html. Diakses pada 5 Desember 2013 pk.14.15.
6
2. Bagaimana hubungan pentingnya metode CTL dengan pendidikan aqidah akhlak di sekolah . 3. Faktor pergaulan sehari-hari yaitu dengan banyaknya seseorang yang tidak peduli dengan norma-norma yang digariskan dalam suatu daerah. 4. Faktor globalisasi yang berlangsung pada masa sekarang ini. 5. Akhlak negatif masih banyak mewarnai perilaku anak didik bahkan juga beberapa pendidik kita, sebutlah aksi tawuran antar pelajar dan kebocoran soal-soal ujian nasional. 6. Kurang terlaksananya metode CTL pada sekolah-sekolah sehingga pengetahuan tentang akhlak yang dimiliki siswa hanya bersifat kognitif (pengetahuan) tidak mencapai ranah afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).
C. Pembatasan Masalah Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam memahami isi kandungan skripsi yang merupakan cerminan judul, maka penulis menganggap perlu untuk memberikan batasan. Untuk membatasi persoalan dalam kajian dan penelitian ini, Perlu dikemukakan bahwa penulis tidak mengkaji dan meneliti permasalahan secara meluas. Penulis hanya akan meneliti permasalahan terkait: 1. Pelaksanaan metode CTL yang dilakukan guru dalam pembelajaran aqidah akhlak
di MTS Mathla’ul Anwar Cemplang Sukamaju
Cibungbulang. 2. Penerapan metode CTL dapat meningkatkan pendidikan aqidah akhlak di MTS Mathla’ul Anwar Cemplang Sukamaju Cibungbulang.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, berikut rumusan masalah yang hendak dicoba untuk dikaji yaitu: 1. Apakah penerapan metode CTL dapat meningkatkan pendidikan aqidah akhlak di MTS Mathla’ul Anwar Cemplang Sukamaju Cibungbulang?
7
E. Tujuan Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mempunyai tujuan sekaligus kegunaan , yaitu : 1. Untuk mengetahui dan mebuktikan bahwa model CTL benar-benar dapat meningkatkan pendidikan aqidah akhlak di MTS Mathla’ul Anwar Cemplang Sukamaju Cibungbulang?
F. Manfaat penelitian 1. Secara akademik penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan kepada pengembangan pembelajaran, khusunya metode CTL dalam pendidikan aqidah akhlak . 2. Menjadi masukan dan acuan bagi lembaga pendidikan lain yang berkeinginan untuk melakukan pengembangan metode CTL dalam pembelajaran aqidah akhlak . 3. Menjadi referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui kajian mengenai metode CTL dalam pembelajaran aqidah akhlak .
BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PENERAPAN METODE CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DAN PENDIDIKAN AQIDAH AKHLAK
A. Metode CTL Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning-CTL) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang banyak dibicarakan orang. Berbeda dengan strategi-strategi yang telah kita bicarakan sebelumnya, CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya. 1 Ada beberapa alasan mengapa metode kontekstual menurut Depdiknas (2003) menjadi pilihan yaitu: (1) Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pemandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang hams dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar.Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memperdayakan siswa.Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafalkan fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri, (2) Melalui landasan filosofi konstruksivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif
1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. Ke-8, h.254-255.
8
9
strategi belajar yang baru.Melalui strategi belajar metode kontekstual, siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. 2
1. Pengertian Metode Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Adapun pengertian dan definisi metode menurut para ahli antara lain : a. Titus: Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan. b. Wiradi: Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis). c. Ostle (1975): Metode adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi. d. Drs. Agus M. Hardjana: Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai. e. Hebert Bisno (1969): Metode adalah teknik-teknik yg digeneralisasikan dgn baik agar dapat diterima atau digunakan secara sama dalam satu disiplin, praktek, atau bidang disiplin dan praktek. f. Max Siporin (1975): Metode adalah sebuah orientasi aktifitas yg mengarah kepada persyaratan tugas-tugas dan tujuan-tujuan nyata. g. Rosdy Ruslan (2003:24): Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek
2
Ujang Nurdin, Metode Contextual Teaching and Learning (CTL), http://capitallecture.blogspot.com/2012/09/metode-contextual-teaching-and-learning.html. diakses pada 1 januari 2014, pk.11.03 WIB.
10
penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya. h. Nasir (1988:51): Metode adalah cara yang digunakan untuk memahami sebuah objek sebagai bahan ilmu yang bersangkutan. i. Kamus Bahasa Indonesia: Metode adalah cara kerja yg bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan. j. Departemen Sosial RI: Metode adalah cara teratur yg digunakan utk melaksanakan pekerjaan agar tercapai hasil sesuai dgn yg diharapkan. 3 Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian system pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantungpada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu startegi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.4
2. Pengertian CTL
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari penjelasan tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya 3
Pengertian dan Definisi Metode, Penelitian dan Metode Penelitian, http://setiawantopan. wordpress.com/2012/02/22/metode-penelitian-dan-metode-penelitian/, diakses pada 2 januari 2013, pkl. 00:36 WIB. 4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. Ke-8, h.147.
11
proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.5 Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Untuk memperkuat pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekadar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru. Oleh sebab itu, melalui pembelajaran kontekstual, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih 5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. Ke-8, h. 255-256.
12
ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat (bukan dekat dari segi fisik), akan tetapi secara fungsional apa yang dipelajari di sekolah senantiasa bersentuhan dengan situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkungannya (keluarga dan masyarakat). Menurut Johnson, CTL memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehar-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang baru.6 Sementara itu, Howey R, Keneth, mendefinisikan CTL sebagi berikut; CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersam-sama. 7 Kelebihan dari pendekatan CTL adalah suatu sistem belajar yang mengeluarkan potensi penuh seorang siswa secara ilmiah. Untuk lebih rincinya akan disebutkan satu persatu antara lain: a. Siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sama b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri. c. Sifat ingin tahu siswa akan berkembang dengan cara bertanya
6
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada ”Rajawali Pers”, 2013), h. 189. 7 Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada ”Rajawali Pers”, 2013), h. 189-190.
13
d. Siswa akan berpikir kritis dan kreatif untuk mengaitkan informasi baru dengan pengalaman yang telah dimilikinya.8
3. Prinsip Dasar CTL Prinsip
dasar
pembelajaran
kontekstual
adalah
agar
siswa
dapat
mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang telah diketahui dan apa yang ada di masyarakat, yaitu aplikasi dan konsep yang dipelajari. 9 Adapun secara terperinci prinsip pembelajaran kontekstual yang terdapat dalam buku Perencanaan pembelajaran sebagai berikut: a. Menekankan pada pemecahan masalah. b. Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai kontek seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja. c. Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali. d. Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa. e. Mendorong siswa belajar dari satu dengan lainnya dan belajar bersamasama. f. Menggunakan penilaian otentik. 10 Sedangkan dalam buku Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK adalah sebagai berikut: 1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental (developmentally appropriate) siswa.
8
Beberapa Gambaran Tentang CTL Pembelajaran Aqidah akhlak Bab II, http://gsfaceh.com/pustaka/skripsi-dan-buku/6546-beberapa-gambaran-tentang-ctl-pembelajaranaqidah-akhlak-bab-ii.html, diakses pada 3 januari 2014, pk.11.03 WIB. 9 Sumiati & Asra, Metode Pembelajaran ”Seri Pembelajaran Efektif”, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), h. 18. 10 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wahana Prima, 2009), h. 61.
14
2) Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (independent learning groups). 3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated learning). 4) Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of student). 5) Memperhatikan multi-inteligensi (multiple intelligences) siswa. 6) Menggunakan teknik-teknik bertanya (Questioning) untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. 7) Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).11 Dari prinsip-prinsip tersebut diatas sebetulnya hampir memiliki kesamaan satu sama lainnya. Akan tetapi agar lebih efektif dan efisien, maka penyusun dapat digabungkan kedua prinsip tersebut untuk saling melengkapi, yakni: 1) Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali. 2) Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa. 3) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental (developmentally appropriate) siswa. 4) Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (independent learning groups). 5) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated learning). 6) Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of student). 7) Menggunakan teknik-teknik bertanya (Questioning) untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. 11
Nurhadi.,dkk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004), Ed. Ke-2, Cet. I, h. 20-21.
15
8) Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).
4. Penerapan Metode CTL Secara Garis Besar Sebuah kelas dikatakan menggunakan metode kontekstual, jika menerapkan tuju komponen utama dalam pembelajaran, yaitu: a. Konstruktivisme (membentuk) 1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. 2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses "mengkonstruksi" bukan menerima pengetahuan. b. Inquiry (menemukan) 1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. 2) Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis. c. Questioning (bertanya) 1) Kegiatan
guru
untuk
mendorong,
membimbing
dan
menilai
kemampuan berpikir siswa. 2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry. d. Learning community (masyarakat belajar) 1) Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar. 2) Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. 3) Tukar pengalaman. 4) Berbagi ide. e. Modeling (pemodelan) 1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. 2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya. f. Reflection (refleksi) 1) Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
16
2) Mencatat apa yang telah dipelajari. 3) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok. g. Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya) 1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. 2) Penilaian produk (kinerja). 3) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual Karakteristik pembelajaran CTL yaitu: a) Kerjasama b) Saling menunjang c) Menyenangkan, tidak membosankan d) Belajar dengan bergairah e) Pembelajaran terintegrasi f) Menggunakan berbagai sumber g) Siswa aktif h) Sharing dengan teman i) Siswa kritis guru kreatif j) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, petapeta, gambar, artikel, humor dan lain-lain k) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain. 12
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Metode CTL dalam kelas cukup mudah.
12
Ujang Nurdin, Metode Contextual Teaching and Learning (CTL), http://capitallecture.blogspot.com/2012/09/metode-contextual-teaching-and-learning.html.diakses pada 3 januari 2014, pk.11.03 WIB.
17
5. Langkah-Langkah Pembelajaran CTL Menurut Dr. Kokom Komalasari, M.Pd.dan Rudi Hartono sebagai berikut: a. Menurut Dr. Kokom Komalasari, M.Pd. yaitu 1) Kegiatan Awal (10 Menit) a) Mengajak
siswa
membayangkan
sebuah
perjalanan
yang
mengasyikkan dengan modal sebuah peta. b) Memberikan pertanyaan kepada siswa: (a) apa fungsi peta tersebut dalam perjalanan, (b) apa yang kamu lakukan dengan peta itu. 2) Kegiatan inti (100 Menit) a) Mengajak siswa untuk mempersiapkan sebuah peta wilayah kecamatan, kota, dan Provinsi. b) Memberikan pujian kepada siswa yang telah memperoleh peta tersebut. c) Memberikan
pertanyaan
kepada
siswa
“mampukah
kalian
membuat peta?” guru menyakinkan siswa bahwa mereka mampu melakukannya. d) Mengajak siswa untuk mempersiapkan peralatannya, seperti: peta, kertas
gambar,
penggaris,
pensil,
penghapus,
dan
patlot
gambar/crayon. e) Memberikan penjelasan bagaimana menggambar peta lengkap dengan komponen-komponennya. f) Memberikan tugas kepada siswa untuk menggambar peta Kota Bandung dengan cara memilih salah satu yang diajukan, apakah peta Kecamatan Regol, Kota Bandung, atau peta Provinsi Jawa Barat. g) Memberikan pujian kepada siswa atas hasil karyanya. 3) Kegiatan Akhir (30 Menit) a) Siswa menuliskan kesimpulan mengenai kegunaan komponenkomponen pada peta.
18
b) Siswa mendapat tugas menggambar pata Provinsi Jawa Barat.13 b.
Langkah pembelajaran CTL menurut Rudi Hartono. Sebagai berikut: a) Pendahuluan 1) Guru menjelaskan kompetensi yang mesti dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. 2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa dalam kelas itu. Tiap-tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya: kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke sekolah bertaraf internasional, sementara kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke sekolah lain yang tidak bertaraf nasional. Melalui observasi sisiwa ditugaskan untuk mencata berbagai fakta sosial yang terjadi di lapangan. 3) Guru melakukan tanya-jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa. b) Inti Pembelajaran Ketika masing-masing kelompok sudah berada di lapangan, mereka berkewajiban untuk melakukan beberapa hal berikut: 1) Siswa melakukan observasi ke lembaga sekolah sesuai dengan pembagian tugas kelompok. 2) Siswa mencata hal-hal yang mereka temukan di lembaga sekolah sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya. 3) Ketika siswa sudah sudah selesai di lapangan, tugas siswa di dalam kelas adalah sebagai berikut:
13
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontektual“ Konsep dan Aplikasi”, (Bandung: Refika Aditama, 2011), Cet. Ke-2, h. 199-200.
19
a. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing. b. Siswa melaporkan hasil diskusinya. c. Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain. c) Penutup 1) Pada
bagian
penutup
ini,
sebagaimana
lazimnya
sebuah
pembelajaran, siswa diharapkan mampu menyimpulkan hasil observasi sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai. Guru bisa membantu siswa untuk menyimpulkan hasil observasi itu secara benar. 2) Setelah itu guru memberikan tugas pada siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema lembaga sekolah. Karangan yang ditulis berdasarkan pengalaman, ini akan membantu siswa untuk benar-benar memahamimateri pelajaran. 14 Dengan demikian, penyusun dapat mengabungkan dan menarik kesimpulan dari langkah-langkah pembelajaran CTL tersebut menjadi lebih efisien. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut: a. Kegiatan Awal Pembelajaran (10 menit) 1) Guru membuka pembelajaran dengan mengucap salamdan berdo’a (Religius) 2) Guru mengecek kehadiran siswa (Tanggungjawab) 3) Guru melakukan apersepsi (Perhatian) 4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa (Perhatian) 14
Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid, (Jogjakarta: DivaPress, 2013), Cet. I, h. 96-98.
20
5) Siswadibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa. b. Kegiatan Inti Pembelajaran 1) Eksplorasi (10 menit) Siswa mengidentifikasikan akhlak terpuji (Percaya Diri) 2) Elaborasi (35 menit) a) Guru menyampaikan materi pembelajaran mengenai akhlak terpuji. b) Guru memberikan lembar kerja untuk diisi oleh setiap kelompok selama 15 menit (Tanggung Jawab, Percaya Diri dan Mandiri). c) Perwakilandari tiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya (Percaya Diri dan Tanggung Jawab) d) Setiap kelompok menjawab pertanyaan dari kelompok lain (Percaya Diri). e) Tugas dikumpulkan. 3) Konfirmasi (15 menit) a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya (Percaya Diri) b) Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini. c. Kegiatan Akhir Pembelajaran (10 menit) 1) Guru
memberikanpengahargaan
pada
masing-masing
kelompok. 2) Guru
memberikan
penugasan
kepada
siswa
untuk
pertemuan berikutnya. (Tanggjawab dan Mandiri). 3) Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam dan do’a (Religius)
21
Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain/skenario pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. 15 Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL. 1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan di peroleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. 2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. 3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan. 4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. 5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.16
15
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada ”Rajawali Pers”, 2013), h.199.
22
B. Kajian Tentang Aqidah akhlak 1. Pengertian Aqidah Dalam kitab mu’jam al-falsafi, Jamil Shaliba mengartikan akidah menurut bahasa adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh. Ikatan tersebut berbeda dengan terjemahan kata ribath yang artinya juga ikatann tetapi ikatan yangmudah dibuka, karena akan mengandung unsur yang membahayakan. Dalam bidang perundang-undangan akidah berarti menyepakati antara dua perkara atau lebih yang harus dipatuhi bersama.Dalam kaitan ini akidah berkaitan dengan kata aqad yang digunakan untuk arti akad nikah, akad jual beli, akad kredit dan sebagainya. Dalam akad tersebut terdapat dua orang yang saling menyepakati sesuatu yang apabila tidak dipatuhi akan menimbulkan sesuatu yang membahayakan.17 Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang allah sebagai tuhan yang wajib disembah; ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya; perbuatan dengan amal saleh. Aqidah demikian itu mengandung arti bahwa dari orang yang beriman tidak ada rasa dalam hati, atau ucapan di mulut dan perbuatan melainkan secara keseluruhan menggambarkan iman kepada Allah, yakni tidak ada niat, ucapan dan perbuatan yang dikemukakan oleh orang yangberimanitu kecuali yang sejalan dengan kehendak Allah.18 Sedangkan aqidah menurut istilah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa yang didalamnya merasa tentram, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan. 16
Wina Sanjaya, Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan), (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. Ke-8, h. 256. 17 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada 2002), h. 84. 18 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada 2002), h. 84-85.
23
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, Sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batinnya. Akhlak yang mulia dalam agama Islam adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban, menjauhi segala larangan-larangan, memberikan hak kepada Allah, makhluk, sesama manusia dan alam sekitar dengan sebaikbaiknya. 19 2. Macam-macam Akidah a. Akidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Hal itu sebagaimana Firman Allah SWT. Yang artinya, “Barang siapa mengaharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah jepada Tuhannya.” (AlKahfi: 110).20 Pendapat lain mengatakan bahwa akidah yang benar adalah akidah yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, akidah yang berdiri diatas hujjah yang kokoh dan berlandaskan dalil-dalil yang shahih, akidah yang berjalan sesuai dengan fitrah manusia yaqng suci serta maksud penciptaan mereka dialam ini yaitu memurnikan ibadah hanya kepada Allah. 21
19
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2008), h.
1-2. 20
Artibimo. Blogspot.com/2011/12/makna-dan-arti-aqidah.html. diakses pada hari senin
tanggal 8 sepetember 2014, pk.22.00 21
Ukhuwahislamiah.com/aqidah-shahihah-vs-aqidah-bathilah. Diakses pada hari senin tanggal 8 September 2014, pk. 22.25
24
b. Akidah yang bathil adalah akidah yang tidak tidak merujuk kapada alQur’an dan Hadits akan tetapi merujuk kepada metode atau teori yang dicetuskan oleh tokoh-tokoh kesesatan. Akidah ini hanya berlandaskan persangkaan tak berdasar dan khayalankhayalan dusta yang ditiupkan oleh setan kepada hati-hati manusia yang lemah dan hampa dari cahaya kebenaran.
3. Pengertian Akhlak Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkah laku, perangai, tabi’at. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungi lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah (akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlaqul mazmumah. Misalnya kikir, zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya. Baik dan buruk akhlak didasarkan kepada sumber nilai, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Para Ulama Ilmu Akhlak merumuskan definisinya dengan berbedabeda tinjauan yang dikemukakannya, antara lain: a. Al-Qurtuby mengatakan: suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya. b. Muhammad bin ‘Ilan Al-Sadiqy mengatakan: Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain).
25
c. Ibnu Maskawaih mengatakan: Akhlak ialah keadaan jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat, tanpa memikirkan (lebih lama). d. Abu Bakar Jabir Al-Jaziri mengatakan: Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja. 22 e. Sedangkan akhlak menurut Imam Ghazali adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, atau dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu).23 Dari beberapa definisi tersebut di atas, penulis menarik definisi lain bahwa akhlak adalah perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya. Maka gerakan refleks, denyut jantung dan kedipan mata tidak dapat disebut akhlak karena gerakan tersebut tidak diperintah oleh unsur kejiwaan. Perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian. Seseoarang yang melakukan perbuatan bukan atas dasar karena Allah tidak dapat dikatakan perbuatan akhlak. Dalam perkembangan selanjutnya akhlak tumbuh menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri, yaitu ilmu yang memiliki ruang lingkup pokok bahasan, tujuan, rujukan, aliran dan para tokoh yang mengembangkannya. Kesemua aspek yang terkandung dalam akhlak ini kemudian membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan dan membentuk suatu ilmu.24
4. Macam-Macam Akhlak Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para Nabi dan orang-orang siddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan 22
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 3-4. Ahmad Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), cet. Ke-1, h. 12. 24 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 6-7.
23
26
sifat syaitan dan orang-orang yang tercela. Maka pada dasarnya, akhlak itu menjadi dua macam jenis: a. Akhlak baik atau terpuji (Al-Akhlaqu Al-Mahmudah), yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain. b. Akhlak buruk atau tercela (Al-Akhlaqu Al-Madhmumah), yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain. Dalam pembahasan ini, penulis membatasi hanya meninjau akhlak baik dan buruk terhadap Tuhan dan terhadap manusia dan tidak sampai membahas akhlak baik dan buruk terhadap makhluk di luar manusia. Maka berikut ini, dapat diuraikan sebagai berikut : a) Akhlak baik, meliputi antara lain: 1. Bertaubat (Al-Taubah), yaitu suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukan dan berusaha menjauhinya, serta melakukan perbuatan baik. Seperti firman Allah:
Dan diantara mereka ada orang yang Telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, Pastilah kami akan bersedekah dan Pastilah kami termasuk orangorang yang saleh. (QS. At-Taubah [9]:75). 2. Bersabar (Al-Sabru), yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar yang dimaksudkannya adalah sikap yang diawali dengan ikhtiyar, lalu diakhiri dengan sikap menerima dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari Tuhan.
27
Seperti firman Allah:
“Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.”(QS. Hud [11] :11). 3. Bersyukur
(Al-Shukru),
yaitu
suatu
sikap
yang
selalu
ingin
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik. Lalu disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada Yang memberi nikmat, yaitu Allah SWT. Seperti firman Allah:
“Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.”(QS. Al-Baqarah [2]: 52). 4. Rasa persaudaraan (Al-Ikha’), yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan baik dan bersatu dengan orang lain, karena ada keterikatan batin dengannya. 5. Memberi nasehat (An-Nasihah), yaitu suatu upaya untuk memberi petunjuk-petunjuk yang baik kepada orang lain dengan menggunakan perkataan, baik ketika orang yang dinasehati telah melakukan hal-hal yang buruk, maupun belum. 6. Memberi pertolongan (An-Nashru), yaitu suatu upaya untuk membantu orang lain, agar tidak mengalami suatu kesulitan.
28
7. Sopan santun (Al-Hilmu), yaitu sikap jiwa yang lemah lembut terhadap orang lain, sehinnga dalam perkataan dan perbuatannya selalu mengandung adab kesopanan yang mulia. 8. Ikhlas (Al-Ikhlas), yaitu sikap menjauhkan diri dari riya’ (menunjuknunjukkan kepada orang lain) ketika mengerjakan amal baik. Maka amalan seseorang dapat dikatakan jernih apabila dikerjakan dengan ikhlas. 25 Seperti Firma Allah:
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya.Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hambahamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf [12] : 24). 9. Jujur
dan
dapat
dipercaya
(Al-Amanah),
yaitu
sesuatu
yang
dipercayakan kepada seseorang, baik harta, ilmu, rahasia, atau lainnya yang wajib
dipelihara dan disampaikan kepada
yang
berhak
menerimanya. 10. Pemaaf (Al-Afwu), artinya manusia tiada sunyi dari khilaf dan salah. Maka apabila orang berbuat sesuatu terhadap diri seseorang yang karena
25
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h.10-15.
29
khilaf atau salah, maka patutlah dipakai sifat lemah lembut sebagai rahmat Allah terhadapnya, maafkanlah kekhilafan atau kesalahannya, janganlah mendendam serta mohonkanlah ampun kepada Allah untuknya, semoga ia surut dari langkahnya yang salah, lalu belaku baik di masa depan sampai akhir hayatnya. 26 b) Akhlak buruk, yang meliputi antara lain: 1. Takabbur (Al-Kibru), yaitu suatu sikap yang menyombongkan diri, sehingga tidak mau mengakui kekuasaan Allah di alam ini, termasuk mengingkari nikmat Allah yang ada padanya. 2. Musyrik, yaitu suatu sikap yang mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya, dengan cara menganggap bahwa ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaan-Nya. 3. Munafiq, yaitu suatu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan dengan kemauam hatinya dalam kehidupan beragama. 4. Boros atau berfoya-foya (Al-Israf), yaitu perbuatan yang selalu melampaui batas-batas ketentuan agama. Tuhan melarang bersikap boros, karena hal itu dapat melakukan dosa terhadap-Nya, merusak perekonomian manusia, merusak hubungan sosial, serta merusak diri sendiri. 5. Mudah marah, yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan oleh kesadarannya, sehingga menonjolkan sikap dan prilaku yang tidak menyenangkan orang lain. 6. Mengadu-adu, (An-Namimah), yaitu suatu perilaku yang suka memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain, dengan maksud agar hubungan sosial kedunya rusak. 7. Mengumpat (Al-Ghibah), yaitu suatu perilaku yang suka membicarakan keburukan seseorang kepada orang lain. 26
13.
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2008), h.
30
8. Kikir (Al-Bukhlu), yaitu suatu sikap yang tidak mau memberikan nilai materi dan jasa kepada orang lain. 9. Berbuat aniaya (Al-Zulmu), yaitu suatu perbuatan yang merugikan orang lain, baik kerugian materil maupaun non-materil. Dan ada juga yang mengatakan, bahwa seseorang yang mengambil hak-hak orang lain, termasuk perbuatan zalim. 10. Iri hati atau dengki, yaitu sikap kejiwaan seseorang yang selalu menginginkan agar kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bisa hilang sama sekali. 27 11. Egoistis (ananiyah), artinya manusia hidup tidaklah menyendiri, tetapi berada di tengah-tengah masyarakat yang heterogen. Ia harus yakin jika hasil perbuatan baik, masyarakat turut mengecap hasilnya, tetapi jika akibat perbuatannya buruk masyarakatpun turut pula menderita. Sebaliknya orang tiada patut hanya bekerja untuk dirinya, tanpa memperhatikan tuntutan masyarakat, sebab kebutuhan-kebutuhan manusia tiada dapat dihasilkan sendiri. Ia sangan memerlukan bantuan orang lain dan pertolongan dari anggota masyarakat. Sifat egoistis tidak diperdulikan orang lain, sahabatnya tidak banyak dan ini berarti mempersempit langkahnya sendiri di dunia yang luas ini. 12. Pendusta atau pembohong (Al-Kadzab), artinya sifat mengada-ada sesuatu yang sebenarnya tidak ada, dengan maksud untuk merendahkan seseorang. Kadang-kadang ia sendiri yang sengaja berdusta. Orang seperti ini setiap perkataannya tidak dipercayai orang lain. Di dunia ia akan memperoleh derita dan di akhirat ia akan menerima siksa. 28
27 28
15.
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h.29-34. M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2008).h.14-
31
5. Kebutuhan Anak Terhadap Pendidikan Akidah-Akhlak Akhlak adalah unsur terpenting dalam pendidikan Islam.Bahkan Rasulullah SAW diutus oleh Sang Pencipta untuk membenahi akhlak akhlak manusia. “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad dan yang lain). Kaitannya dengan pendidikan akhlak, menumbuhkan akhlak mulia haruslah menjadi kompetensi dalam proses pendidikan akhlak setiap anak bangsa karena memiliki akhlak mulia adalah bagian dari fitrah setiap manusia. Potensi yang menjadi bawaan lahir setiap manusia yang dilahirkan. Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa “Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah“.29 Kondisi moral atau akhlak generasi muda yang rusak.Hal ini ditandai dengan maraknya seksbebas dikalangan remaja (generasi muda), peredaran narkoba di kalangan remaja, tawuran pelajar, peredaran foto dan video porno pada kalangan pelajar, dan sebagainya. 30 Manusia pasti kehilangan kendali dan salah arah bila nilainilai spiritual ditinggalkan, sehingga mudah terjerumus ke berbagai penyelewengan dan kerusakan, misalnya melakukan perampasan hak-hak orang lain, penyelewengan seksual dan pembunuhan. Nilai-nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran, yang kesemuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai hamba Allah serta anggota masyarakat.31 Selain itu, individu manusia harus hidup dalam lingkungan makna-makna dan nilai-nilai kehidupan yang dibangunya sendiri, di samping yang diperolehnya dari kitab suci (seperti al-Qur’an), tetapi tidak memahami apa yang dibacanya sangat memungkinkan perilakunya bertentangan dengan ajaran Al-Quran. Situasi ini menuntut individu untuk dapat mampu mengembangkan kemampuan rasionalnya 29
Yudha Kurniawan, Tri Puji Hindarsih, Character Building “Membangun Karakter Menjadi Pemimpin”, (Jakarta Selatan: SAIpublishing, 2011), h. 9. 30 Dharma kesuma Dkk,Pendidikan karakter (kajian teori dan praktek di sekolah), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset 2012), h.2. 31 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h.43.
32
yang bermakna adalah manakala akal pikiran manusia ini dijadikan sebagai alat untuk mencari kehidupan yang lebih baik berdasarkan logika dan rasionalitas yang dilandasi prinsip ketuhanan.32 Banyak sekali petunjuk dalam agama yang dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki akhlak manusia, antara lain anjuran untuk selalu bertaubat, bersabar, bersyukur, bertawakkal, mencintai orang lain, mengasihani serta menolongnya. Anjuran-anjuran itu, sering didapatkan dalam ayat-ayat akhlak, sebagai nasehat bagi orang-orang yang sering melakukan perbuatan buruk. Ini terbukti bahwa akhlak buruk dapat dididik menjadi baik.33 Imam Ghazali mengatakan: “Seandainya akhlak tidak bisa diubah, maka pasti tidak ada manfaatnya memberikan pesan-pesan, nasehat-nasehat dan didikan.” 34 Pendidikan akhlak merupakan tindakan yang terpenting dan harus dipersiapkan untuk masa depan seseorang. Secara normatif, pendidikan akhlak sudah ada dalam Al-Qur’an dan Hadits, tinggal kita merumuskannya secara operasional, sehingga dapat diterapkan pada peserta didik, baik yang menyangkut perkembangan anak manusia, maupun tempat dilaksanakannya pendidikan itu, diserahkan kepada manusia untuk merumuskan perencanaan dan pelaksanaannya. Menghadapi keburukan akhlak yang menggunakan sarana modern, harus juga memakai alat dan cara modern untuk mengatasinya. Tentu saja, normanya tetap berdasarkan ajaran agama, sedangkan teknik pendidikan dan penanggulangannya, harus disesuaikan dengan bentuk penyimpangan (keburukan akhlak) yang dihadapinya. Misalnya, penanggulangan kenakalan remaja berupa pengguanaan obat bius (narkotika), harus bekerja sama antara pihak penegak hukum, psikiater dan ahli agama dengan menggunakan metode yang tepat guna. Maka dapat dikatakan bahwa persoalan akhlak masa kini, harus diatasi pula dengan cara (teknik) masa kini. 35 32
Dharma kesuma., Dkk, Pendidikan karakter (kajian teori dan praktek di sekolah), (Bandung;PT Remaja Rosdakarya offset 2012), h. 127. 33 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 46. 34 Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, (Semarang: Usaha Keluarga, t.t.,), h. 54. 35 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h.47-48.
33
6. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Akidah-Akhlak Banyak
sekali
faktor-faktor
tidak
langsung
dalam
keluarga
yang
mempengaruhi pendidikan akhlak. Di samping itu, tentunya banyak pula pengalaman-pengalaman anak, yang mempunyai nilai pendidikan baginya, yaitu pembinaan-pembinaan tertentu yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak, baik melalui latihan-latihan, perbuatan, misalnya kebiasaan dalam makan-minum, buang air, mandi, tidur dan sebagainya. Semuanya itupun termasuk unsur pendidikan bagi akhlak anak. Berapa banyak macam pendidikan tidak langsung yang telah terjadi pada anak sebelum ia masuk sekolah, tentu saja setiap anak mempunyai pengalamannya sendiri, yang tidak sama dengan pengalaman ank lain. Pengalaman yang dibawa oleh anakanak dari rumah itu, akan menentukan sikapnya terhadap sekolah dan guru, termasuk guru agama.36 Guru agama mempunyai tugas yang cukup berat, yaitu ikut mendidik akhlak anak disamping mengajarkan pengetahuan agama kepada anak. Guru agama harus memperbaiki akhlak anak yang telah terlanjur rusak, karena pendidikan dalam keluarga. Guru agama harus membawa anak didik semuanya kepada arah pendidikan akhlak yang sehat dan baik. Setiap guru agama harus menyadari, bahwa segala sesuatu pada dirinya akan merupakan unsur pendidikan bagi anak didik. Di samping pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan dengan sengaja oleh guru agama dalam pendidikan anak didik, juga yang sangat penting dan menentukan pula adalah kepribadian, sikap dan cara hidup guru itu sendiri, bahkan cara berpakaian, cara bergaul, berbicara dan menghadapi setiap masalah, yang secara langsung tidak tampak hubungannya dengan pengajaran, namun dalam pendidikan atau pembinaan akhlak si anak, hal-hal itu sangat berpengaruh.37
36 37
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), h.67. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), h. 68.
34
Kemudian faktor yang paling berpengaruh adalah faktor dari luar yaitu pendidikan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. 38 Untuk tujuan itulah, manusia harus dididik melalui proses pendidikan islam. Berdasarkan pandangan diatas, maka pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupanya sesuai dengan cita-cita islam, karena nilai-nilai islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadianya. 39 Seperti firman Allah:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”(QS. An-Nahl [16] : 78). Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan. Masa pendidikan di sekolah dasar, merupakan kesempatan pertama yang sangat baik, untuk mendidik akhlak anak setelah orang tua.Seandainya guru-guru (baik guru umum, maupun guru agama), di sekolah dasar itu memiliki persyaratan kepribadian dan kemampuan untuk mendidik akhlak anak, maka anak yang tadinya sudah mulai bertumbuh ke arah yang kurang baik, dapat segera diperbaiki. Dan anak yang dari semula telah mempunyai dasar yang baik dari rumah dapat dilanjutkan pembinaannya dengan cara yang lebih sempurna lagi. Apabila pendidikan akhlak anak terlaksana dengan baik, maka si anak akan memasuki masa remaja dengan mudah dan pendidikan akhlak di masa remaja itu tidak akan mengalami kesukaran. 38 39
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 167. Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: CV Pustaka Setia), Cet ke-2, h. 13.
35
Akan tetapi, jika si anak berperilaku kurang baik, di mana pembinaan pribadi di rumah tidak terlaksana dan di sekolah kurang membantu, maka ia akan menghadapi masa remaja yang sulit dan pendidikan pribadinya akan sangat sukar.40 Dalam sebuah proses pendidikan, guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting selain komponen lainya, seperti tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan, dan dianggap sebagai komponen yang paling penting karena komponen ini mampu memahami, mendalami, melaksanakan dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan. Guru juga berperan penting dalam kaitanya dengan kurikulum, karena guru lah yang secara langsung berhubungan dengan murid karena seorang guru lah yang mampu memanfaatkan sebagai media pendidikan secara langsung bagi muridnya. 41 Seorang guru hendaknya dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mendidik akhlak peserta didik, karena hal ini merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemudahan seorang guru dalam menerapkan akhlakul karimah pada diri peserta didik dan pastinya menentukan keberhasilan pembentukkan akhlak mulia tersebut. Permasalahan terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperoleh informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betulbetul bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep akademis, karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat atau saat di tempat kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL).
40 41
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), h. 68. Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta:Prismasophie) cet l, h. 13-14.
36
CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan seharihari. 42 Karena dengan menggunakan pendekatan ini siswa akan lebih rajin dalam belajar, karena siswa akan termotivasi untuk memahami makna, hakekat, dan pentingnya belajar, karena pendekatan ini melibatkan siswa terjun langsung kelapangan, baik di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
7. Tujuan Mempelajari Aqidah Akhlak Aqidah akhlak merupakan pondasi (dasar) yang utama dalam pembentukan pribadi manusia yang seutuhnya. Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi berakhlak, merupakan hal yang pertama yang harus dilakukan, sebab akan melandasi kesetabilan kepribadian manusia secara keseluruhan.43 Tujuan dari pendidikan akhlak tersebut adalah untuk menyiapkan manusia (peserta didik) agar memiliki sikap dan prilaku yang terpuji. Baik ditinjau dari segi norma-norma agama maupun norma-norma sopan santun, adat kebiasaan, dan tatakrama yang berlaku di masyarakat.44 Adapun tujuan mempelajari nilai-nilai akhlak yaitu untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. 45 Selain itu juga secara efektif dapat membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat.Diketahui bahwa manusia memiliki jasmani dan rohani.Jasmani dibersihkan secara lahiriyah melalui fiqh, sedangkan rohani dibersihkan secara batiniah melalui akhlak. Jika tujuan tersebut dapat tercapai, maka
42
E. Mulayasa, Menjadi Guru Profesional ”Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan”, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. IV, h. 14. 43 Ramayulis Tuanku Khatib, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hlm. 87. 44 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III “Pendidikan Disiplin Ilmu”, (Jakarta: PT. Imperial Bhakti Utama, 2007), cet. Kedua, h. 29. 45 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 15.
37
manusia akan memiliki kebersihan batin yang pada gilirannya melahirkan perbuatan yang terpuji. 46 Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan mempelajari ilmu akhlak itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan. 47 Melihat
dari
segi
tujuan
akhir
setiap
ibadah
adalah
pembinaan
takwa.Bertakwa mengandung arti melaksanakan segala perintah agama dan meninggalkan segala larangan agama.Ini berarti menjauhi perbuatan-perbuatan jahat dan melaksanakan perbuatan-perbuatan baik (akhlaqul karimah). Semakin banyak ia beribadah makin suci hatinya, makin mulia akhlaknya dan makin dekat ia kepada Allah, makin besar pula rasa cinta kepada-Nya. Pendidikan akhlak dalam Islam dimulai sejak anak dilahirkan, bahkan sejak dalam kandungan.Perlu disadari bahwa pendidikan akhlak itu terjadi melalui semua segi pengalaman hidup, baik melalui penglihatan, pendengaran dan pengalaman atau perlakuan yang diterima atau melalui pendidikan dalam arti yang luas. Pembentukan akhlak dilakukan setahap demi setahap sesuai dengan irama pertumbuhan dan perkembangan, dengan mengikuti proses yang alami. 48 Dasar-dasar pembelajaran aqidah akhlak Al-Qur’an dan hadits merupakan pedoman hidup dalam islam yang menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan atau kepercayaan yang harus dipegang teguh oleh orang yang mempercayainya, selain itu dalam Al-Qur’an dan hadits juga dijelaskan tentang
criteria atau ukuran baik
buruknya perbuatan manusia. Dasar akhlak yang pertama dan utama adalah AlQur’an . Ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah , Siti Aisyah berkata “akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an”.
46
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 14. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 13. 48 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2008), h. 547
6.
38
Adapun dasar-dasar yang menjelaskan tentang aqidah diantaranya terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 285.49
Artinya: Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan
juga orang-orang yang beriman semuanya beriman kepada Allah, dan
Malaikat- malaikatNya, dan Kitab-KitabNya, dan Rasul-RasulNya. (Mereka berkata): "Kami tidak membezakan antara seorang dengan yang lain dari RasulRasulNya". Mereka berkata lagi: "Kami dengar dan kami taat. (Kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan Kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali". Adapun tujuan pembelajaran aqidah akhlak menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : Menurut Moh.Athiyah Al-Abrasyi tujuan dari pendidikan moral atau akhlak dalam islam adalah untuk membentuk individu yang bermoral baik,keras kemauan, sopan dalam berbicara dan bertingkah laku, bersifat bijaksana , ikhlas ,jujur dan suci. 50 Sedangkan menurut Moh. Rifai tujuan pendidikan aqidah akhlak : 1). Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan kepada peserta didik tentang hal-hal yang harus di imani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.
49
Masan Alfat dkk, Aqidah akhlak (untuk madrasah tsanawiyah 1994 untuk kelas 1), (Semarang : Pt Karya Toha Putra, 1997 ), h.3-4. 50 Moh . Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang , 1984), h. 104.
39
2). Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk , baik dalam hubunganya dengan allah ,dirinya sendiri, sesame manusia maupun dengan alam sekitarnya. 3). Memberikan bekal kepada peserta didik tentang aqidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang yang lebih tinggi.51 Berdasarkan rumusan-rumusan diatas , maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan aqidah akhlak adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada allah swt. Serta untuk memberikan pengetahuan mengenai akhlakul karimah sebagai bekal menuju kehidupan yang lebih baik.
8. Penerapan Metode CTL Dalam Pendidikan Aqidah Akhlak Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang tepat di dalam pendidikan Akhlak, karena dalam pendidikan ini siswa dituntut untuk mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata serta membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pendekatan CTL sangat dibutuhkan dalam pendidikan Akhlak, di sekolah agar pengetahuan yang dimiliki siswa tidak hanya bersifat kognitif (pengetahuan) tetapi juga mencapai ranah afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).Di samping itu, pendekatan CTL hendaknya mampu membentuk sifat toleran dan inklusif pada siswa.Sikap-sikap tersebut mendukung terlaksanya pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan bersama. Adapun untuk meningkatkan nilai prestasi siswa terlebih dahulu guru harus melihat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, pengatahuan yang 51
Moh . Rifai, Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 1994 Jilid 1 Kelas 1, (Semarang: Cv Wicaksono, 1994), h. 5.
40
dimiliki siswa dan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah. Semua itu sangat penting bagi guru untuk melihat perkembangan siswa selama proses belajar mengajar terjadi. 52 Kemampuan yang harus dikembangkan pada peserta didik melalui persekolahan adalah berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan (tunduk patuh pada konsep ketuhanan) dan mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia. Kemampuan yang perlu dikembangkan pada peserta didik Indonesia adalah kemampuan mengabdi kepada tuhan yang menciptaknya, kemampuan untuk menjadi dirinya sendiri, kemampuan untuk hidup secara harmoni dengan manusia dan makhluk lainya, dan kemampuan untuk menjadikan dunia ini sebagai wahana kemakmuran dan kesejahteraan bersama. 53 Nilai yang sangat terkenal dan melekat yang mencerminkan akhlak/perilaku yang luar biasa tercermin pada Nabi Muhammad Saw, yaitu: (1) sidik, (2) amanah,(3) fatonah, (4) tablig. Tentu dipahami bahwa empat nilai ini merupakan esensi, bukan seluruhnya. Karena Nabi Muhamad Saw. Juga terkenal dengan karakter kesabaranya,ketangguhanya, dan berbagai karakter lain. Sidik yang berarti benar, mencerminkan Rasulullah berkomitmen pada kebenaran, selalu berkata dan berbuat benar, dan berjuang untuk menegakkan kebenaran. Amanah yang berarti jujur atau terpercaya,
mencerminkan
bahwa
apa
yangdikatakan
dan
apa
yang
dilakukanRasulullah dapat dipercaya oleh siapa pun, baik oleh kaum muslimin maupun non muslimin. Fatonah yang berarti cerdas /pandai, arif, luas wawasan, terampil dan professional. Artinya, perilaku Rasulullah dapat dipertanggung jawabkan kehandalanya dalam memecahkan masalah. Tablig yang bermakna komunikatif mencerminkan bahwa siapa pun yang menjadi lawan bicara Rasulullah, 52
Beberapa Gambaran Tentang CTL Pembelajaran Aqidah akhlak Bab II, http://gsfaceh.com/pustaka/skripsi-dan-buku/6546-beberapa-gambaran-tentang-ctl-pembelajaranaqidah-akhlak-bab-ii.html, diakses pada 10 januari 2014, pk. 10.46 WIB. 53
Dharma Kesuma., Dkk.,Pendidikan Karakter “Kajian Teori dan Praktek di Sekolah”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset, 2012), h. 7.
41
maka orang tersebut akan mudah memahami apayang dibicarakan/dimaksudkan oleh Rasulullah.54
C. Kerangka Berpikir Dalam PP Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 1 ayat 36 disebutkan bahwa “pendidikan adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan/atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. 55 Pendidikan dalam konsepsi Islam tidak terlepas dari wahyu pertama, yaitu Surat Al-Alaq ayat 1-5. Surat ini mengilhami pendidikan dalam Islam, dalam ayat tersebut terdapat perintah untuk membaca dan menulis yang dilandasi atas nama Allah SWT. 56 Dengan demikian membaca dan menulis merupakan inti dari proses pendidikan. Setelah menjelaskan tentang metode CTL dan pembelajaran aqidah akhlak, disini akan diuraikan tentang efektifitas metode CTL dalam permbelajaran aqidah akhlak, sebagaimana telah diketahui bahwa suatu kegiatan bias dikatakan efektif apabila telah mencapai tujuan sesuai dengan yang telah ditentukan dalam pembelajaran aqidah akhlak, tujuan yang hendak dicapai adalah dapat membentuk dan menghasilkan individu yang beriman kepada Allah SWT. Dan memiliki akhlakul karimah sehingga dia tetap survive dalam menghadapi zaman yang semakin penuh dengan tantangan yang sangat berat. Upaya yang harus dilakukan pendidik dalam pembelajaran aqidah akhlak agar dapat menarik perhatian peserta didik dan mudah dipahami adalah harus terampil dalam memilih dan menggunakan metode yang tepat dalam menyampaikan materi
54
Dharma Kesuma., Dkk.,Pendidikan Karakter “Kajian Teori dan Praktek di Sekolah”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset, 2012), h. 11-12. 55 Tim LPP-SDM, Ensiklopedi Pendidikan Islam ”Proses dan Istilah-istilah Umum dalam Pendidikan Islam”, (Depok: Bina Muda Cipta Kreasi, 2010), Cet. Ke-I, h. 134. 56 Tim LPP-SDM, Ensiklopedi Pendidikan Islam ”Proses dan Istilah-istilah Umum dalam Pendidikan Islam”, (Depok: Bina Muda Cipta Kreasi, 2010), Cet. 1, h. 133.
42
tersebut salah satu metode yang bias diterapkan dalam pembelajaran aqidah akhlak adalah metode CTL, penerapan metode ini dapat digunakan cara mengkorelasikan materi yang disampaikan dengan pembuatan kelompok, melakukan tanya jawab, dan berdiskusi penggunaanya disesuaikan dengan karakteristik dan tingkat pendidikanya, agar lebih menarik sehingga peserta didik lebih antusias dalam mengikuti pembelajaranya materi yang disampaikan akan cepat meresap kedalam hati dan pikiran. Metode CTL sangat efektif dalam pembelajaran aqidah akhlak karena didalamnya menggunakan langkah-langkah yang membuat efektif didalam pembelajaran aqidah akhlak karena siswa terjun langsung dalam diskusi, tanya jawab yang akhirnya tidak hanya guru saja yang aktif tetapi juga siswanya juga ikut berkontribusi dalam pengajaranya, sehingga mewujudkan insan kamil yang berkualitas dalam segi dhahiriyah dan bathiniyah. Adapun indikator efektifitas metode CTL dalam pembelajaranya aqidah akhlak adalah: a. Selama proses pembelajaran peserta didik menjadi lebih antusias dan tidak mudah merasa jenuh. b. Peserta didik bias lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan. c. Meningkatkan prestasi peserta didik dalam pembelajaran aqidah akhlak. d.Dapat
melahirkan
generasi
muslim
yang
beriman,
bertaqwa
dan
berakhlakulkarimah. Apabila indikator-indikator diatas telah terwujud selama proses pembelajaran aqidah akhlak berlangsung, maka dapat diartikan bahwa metode CTL tersebut efektif dan bisa menjadi variasi metode yang dapat digunakan dalam pendidikan agama Islam khususnya pada pembelajaran aqidah akhlak, sehingga materi pelajaran agama Islam yang selama ini kurang disenangi peserta didik akan menjadi pembelajaran yang sangat menyenangkan dan sangat menarik, hal ini juga didukung oleh kemampuan pendidik dalam memilih menggunakan dan memadukan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan. Maka sebagai pendidik
43
harus mampu menguasai hal-hal yang berkenaan dengan proses pembelajaran antara lain mengenai penggunaan metode CTL, dan sumber-sumber pembelajaran lainya yang dapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran yang efektif.
D. Pengajuan Hipotesis Sebelum perhitungan dilakukan, peneliti mengajukan hipotesis alternative (Ha) sebagai berikut: Ha : Metode CTL dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan aqidah akhlak di MTs. Mathla’ul Anwar Cemplang. .
BAB lll METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014, hingga selesai tempat yang dijadikan penelitian adalah MTS Mathla’ul Anwar, Desa Sukamaju kecamatan. Cibungbulang, Kabupaten. Bogor. B. Metode dan Desain Penelitian Untuk memperoleh data, informasi dan fakta yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan penulis menggunakan metode survey dengan analisis deskriptif, yaitu dengan cara menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data dan informasi mengenai permasalahan yang dibahas. Dalam hal ini penulis menggunakan penelitian exsperimen untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesa tentang apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah digunakanya metode CTL dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas.Jenis yang digunakan dalam penelitian exsperimen pre-exsperimen desain yang menggunakan alat uji hasil exsperimenya one group pretest-postest desain. Adapun seting penelitianya adalah guru membuat dua kali pembelajaran yaitu kelas exsperimen atau kelompok bebas yang jadi obyek pokok percobaan dan kelas control atau kelompok terkendalikan dalam menggunakan metode CTL dalam pembelajaran aqidah akhlak. C. Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian1. Kata variabel berasal dari bahasa inggris variable dengan arti ubahan, faktor tak tetap, atau gejala yang dapat diubah-ubah2. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan penelitian3. 1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 159 2 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 36 3 Amirul Hadi dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), h. 205.
44
45
Pada penelitian ini penulis mengambil dua variabel.Variabel pertamaya itu metode Ceramah dan variabel yang keduaya itu Metode CTL. Variabel metode CTL merupakan variabel independent (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain, secara bebas berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel ini disimbolkan dengan huruf X atau variabel X. Dan metode ceramah merupakan variabel yang menduduki posisi sebagai variabel dependent (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain atau disebut variabel yang dipengaruhi. Variabel ini disimbolkan dengan huruf Y atauvariabel Y. Maka, variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu metode CTL. D. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian4.Penulis memilih kelas VIII sebagai populasi terjangkau dalam penelitian ini dikarekan para siswa yang duduk di tingkat ini lebih lama mengenal guru agama mereka yang menjadi objek. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.5 Untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, maka penulis mengambil teknik sampel dengan mengacu kepada pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil 10-15%, atau 20-25%, atau lebih. Jadi sampel pada penelitian ini penulis mengambil kelasVlll, jumlah 41 siswa sebagai populasi terjangkau. Maka, sampel yang diambil keseluruhan dari 41 siswa, sebagai populasi target pretest atau sebelum metode CTL dilakukan dan sebagai target posttest yakni sesudah metode CTL diterapkan. E. Teknik Pengumpulan Data. Pengumpulan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik-teknik sebagai berikut: 1. Observasi merupakan alat pengumpulan data dengan cara mendatangi 4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 173 5 Ibid hlm.174
46
langsung keobjek penelitian. Observasi ini dilaksanakan untuk mengamati kemampuan guru dalam menggunakan metode CTL dalam pembelajaran aqidah akhlak meliputi pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode CTL, siswa saat berlangsungnya pembelajaran, guru sebagai pengguna metode CTL
dalam pembelajaran pada saat diskusi berjalan serta keadaan MTS
Mathla’ul Anwar, Sukamaju Cibungbulang Bogor secara keseluruhan. 2. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan keterangan yang dapat menguatkan informasi data yang diperoleh sebagai bahan penulisan skripsi.Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan guru bidang studi pelajaran aqidah akhlak untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode CTL dalam pembelajaran aqidah akhlak. 3. Pretest dan Posttest untuk mengukur keberhasilan dari metode CTL yaitu dengan memberikan test kepada siswa setelah diterapkanya metode CTL dengan bentuk one group pretest –posttest disain. Didalam disain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen
dan
sesudah
eksperimen.
Observasi
dilakukan
sebelum
eksperimen di sebut pretest dan observasi dilakukan sesudah eksperimen disebut posttest. Pretest T1
Treatment X
Posttest T2
Keterangan 1. T1 yaitu pretest untuk mengukur mean prestasi belajar sebelum subjek diajar dengan metode CTL. 2. Subjek dikenakan X yaitu diterapkan metode CTL 3. T2 yaitu posttest untuk mengukur mean prestasi belajar setelah subjek dikenakan variable experiemental X. 4. T1 dan T2 dibandingkan untuk menentukan seberapakah perbedaan yang timbul, jika sekiranya ada, sebagai akibat dari digunakanya variabel experimental X. 5. Untuk mengukur perbedaan antara T1 dan T2 digunakan jenis uji beda rata-
47
rata untuk sampel yang saling berhubungan .Disebut juga dengan t-test untuk melakukan apakah perbedaan itu signifikan.6 6. Dari hasil pengukuran tersebut diambil kesimpulan yang merupakan hasil penelitian, yaitu: a. Apabila T hitung lebih besar atau sama dengan T tabel hipotesis alternatife (Ha) diterima atau disetujui. Meskipun metode penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, namun pretest itu memberikan landasan untuk membuat komperasi prestasi subjek yang sama sebelum dan sesudah dikenai X (exsperimetal treatments). F. Teknik Analisis Data Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kemudian penulis olah dengan metode deskriptif dan analisis sehingga menjadi penjelasan yang gamblang mengenai penggunaan metode CTL di kelas ,baik dari aspek guru maupun aspek siswa. Data yang diperoleh melalui pretest dan posttest yang diujikan kepada siswa sebelum dan setelah diterapkanya metode CTL dihitung dengan menggunakan uji “t”.7 Md
t=
X 2 d N ( N 1) s
Dengan Keterangan Md
= mean dari perbedaan pretest dengan posttest
Xd
= deviasimasing-masingsubjek (d-Md) = jumlahkuadratdeviasi
N
= subjekpadasampel
db
= ditentukandengan N-1
6
Sumardi Suyabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2003).
hlm.102. 7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka cipta, 2005), hlm. 349-350.
BAB IV HASIL PENELITIAN DATA A. Gambaran Umum MTS Mathla’ul Anwar Cemplang 1. Sejarah
Singkat
MTS
Mathla’ul
Anwar
Cemplang
Sukamaju
Cibungbulang, Bogor. Keberadaan Madrasah Tsanawiyah terus bergulir berjalan dengan pesatnya dengan kelebihan dan kekuranganya, yang mulanya hanya ada sekolah tingkat dasar yaitu MI Mathla’ul Anwar di Desa Sukamaju yang memiliki jumlah murid yang begitu banyak dan memiliki dua tempat sekolah (Cabang MI), selanjutnya dengan berkembangnya zaman maka di Desa Sukamaju berdirilah sebuah sekolah pemerintah yaitu SDN Cemplang 01 yang kemudian mengubah jumlah murid dari MI Mathla’ul Anwar sehingga membuat sekolah cabang tidak ada (berkurang muridnya) . Oleh karena itu maka sekolah cabang tadi didirikanlah sebuah sekolah tingkat lanjutan yaitu Mts. Mathla’ul Anwar ini di kenal dengan sebutan Mts. Mathlar. Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar berdiri sejak tahun 1989 , dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari profil identitas dibawah ini:
Identitas/ Profil Madrasah Nama Madrasah
: MTS.MATHLA;UL ANWAR
No. Piagam
: D/W.i/MTs/451/95
NSM
: 2123203003024
Alamat
: Jl.KH.Abd. Hamid Cemplang Kel./Ds. Sukamaju Kec. Cibungbulang Kab. Bogor
Kode Pos
: 16630
No. Telepon
: (0251) 8643961
Nama Kepala Madrasah
: Nahruddin Muchtar Tanggal. 03/06/1993 No. 05/SK/Perg.MA/VII/93
Nama pendiri.
: KH.M.Ahyar
Tahun Berdiri
: 1989
Nama Yayasan
: Mathla’ul Anwar
Alamat
: Jl .KH.Abd. Hamid Cemplang Desa Sukamaju
Status Madrasah
: Swasta
Status Akreditasi
:B
48
49
Belajar
: Pagi dan Siang
Jam Kegiatan Belajar
: 07.20 s.d 17.30
Kurikulum
: KTSP
Luas Tanah
: Luas : 635 m2
Dipergunakan
: Bangunan : 34 m2 Dipagar : … 30 m2,
Lapangan Upacara
: 215 m2
Belum dipergunakan
: Luas : 86 m2
Status Tanah
: Wakaf
2. Visi dan Misi Visi
: Mewujudkan siswa yang cerdas, berkualitas, mandiri berlandaskan iman dan taqwa.
Misi
: Melaksanakan proses pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien untuk membentuk kehidupananak bangsa.
3. Keadaan Guru dan Siswa a. Keadaan Guru MTs. Mathla’ul Anwar Cemplang keseluruhan berjumlah 15 orang,terdiri dari 10 orang laki-0laki dan 5 orang perempuan ditambah dengan 1 orang penjaga sekolah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.1 Jumlah guru MTS Mathla’ul Anwar Cemplang NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Abdul Fatah Achmad Hery,S.pd Anwar Sanusi,S.pd.I Armat, A.Ma Ayidia Noviana.S,S.pd.I Badrussalam Muchtar,A.Ma Irwan Zen Hj.Lia Nurfadilah H.Nahruddin Muchtar,BA Oman,Sog Saepul Anwar,A.Ma Ajeng Julianti,S.pd.I
L/P L L L L P L L P L L L P
Pend MA S1 S1 D2 S1 D2 SMA MA D3 SI D2 SI
Jabatan Guru Guru Waka Guru Guru TU Guru Guru Kepsek Guru Guru Guru
Keterangan
50
13 14 15 16
Lukita Febiola,S.pd Yati Sumiati,S.pd.I Drs.Upu Saprudin Oleh
P P L L
SI SI SI SD
Guru Guru Guru Penjaga
b. Keadaan Siswa 1) Keadaan siswa bulan juli s/d januari tahun pelajaran 2013/2014 Tabel 4.2 Jumlah Siswa MTS Mathla’ul Anwar Cemplang
No Keadaan Siswa 1 2 3 4
Jumlah Siswa Pengulang Droft Out/kembali Rombongan belajar
Kelas VII Kelas VIII
Kelas IX Jml
LK 18 0 0
LK 20 0 0
PR 15 0 0
LK 16 0 0
2
PR 25 0 0 2
PR 14 0 0
108 0 0 5
1
2) Jumlah Siswa Berdasarkan Usia,Kelas,dan Jenis Kelamin Tahun Pelajaran 2013/2014 Tabel 4.3 Keadaan Siswa MTS Mathla’ul Anwar Cemplang
No 1 2 3 4 5 6 7
Keadaan Siswa <12 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun 16 Tahun >16 Tahun
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
Jml
LK 0 10 9 7 1 0 0
LK 0 0 15 12 1 0 0
LK 0 0 0 3 7 0 0
0 26 57 51 21 0 0
PR 0 16 12 9 0 0 0
PR 0 0 21 11 0 0 0
PR 0 0 0 9 12 0 0
51
4. Sarana dan Prasarana Untuk keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak terlepas dari sarana prasarana yang memadai. Suatu kegiatan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya sarana prasarana yang dibutuhkan.Sarana prasana yang di miliki MTs Mathla’il Anwar Bogor dpat dilihat pada tabel berikut: a. Sarana Belajar 1) Jumlah Buku Menurut Bidang Studi Tabel 4.4 Jumlah Buku Menurut Bidang Studi MTS Mathla’ul Anwar Cemplang
No
Jenis
pai
mat
Ipa
Ips
b.ingg b.ind ppkn penja ketpl
0
0
0
0
0
0
0
0
0
70
85
40
36
84
139
20
6
6
Buku 1
2
Buku Pedoman Mengajar Buku Pelajaran
2) Jumlah Buku Bacaan Menurut Sumber
Tabel 4.5 Jumlah Buku Menurut Sumber MTS Mathla’ul Anwar Cemplang
N0 1 2 3
Asal Buku Bacaan Dari Depag Dari APBD Tk.1/11 Dari Lain-Lain Jumlah
Jumlah Judul 0 3 0 3
Jml Exempler 0 321 0 321
52
b. Prasarana Tabel 4.6 Prasarana MTS Mathla’ul Anwar Cemplang
No
Nama Prasarana
Jumlah
Baik
Kondisi Rusak Ringan -
Rusak Berat -
1
Bangunan Madrasah
1
1
2
Ruang Belajar/Lokal
3
-
3
-
3
Papan Statistik
3
3
-
-
4
Papan Absensi
3
3
-
-
5
Ruang Kepala Madrasah
1
-
-
-
6
Ruang Guru
1
-
-
-
7
Ruang Tata Usaha
1
-
1
-
8
Ruang Perpustakaan
1
-
1
1
9
Ruang Osis/Pramuka
1
-
1
1
10
Ruang Toilet Guru
1
-
-
1
11
Ruang Toilet Murid
2
-
-
2
12
Tata Usaha
1
-
-
1
13
Ruang UKS/PMR
1
-
-
1
14
Meja /Bangku Murid
60
23
37
-
15
Meja/Kursi Guru
3
3
-
16
Lemari
2
-
2
-
17
Rak Buku
2
-
2
-
18
Papan Tulis
3
-
3
-
19
Kursi Tamu
1
-
1
-
5. Kurikulum Kurikulum yang digunakan di MTs. Mathla’ul Anwar adalah KTSP.
53
B. Deskrisi Data Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan 2 minggu, hari pertama Tanggal 3 langsung diadakan ulangan harian / posttest karena untuk mengetahui metode sebelum CTL digunakan yaitu ceramah dan diskusi, setelah itu dilakukan pembelajaran menggunakan metode CTL. Setelah dilakukan pembelajaran selama 2 minggu baru dilakukan pretest untuk mengetahui hasil belajar dengan diterapkanya metode CTL. Untuk mendekatkan kebenaran tentang hasil penelitian ini penulis juga mewancarai guru aqidah akhlak sebagaimana terlampir. Sebelum melaksanakan penelitian ada beberapa hal yang penulis rumuskan, tentukan dan lakukan, diantaranya adalah: a. Instrumen penelitian adalah alat yang dijadikan penulis untuk mengukur keberhasilan dari penggunaan metode CTL yang penulis terapkan dalam pembelajaran aqidah akhlak. Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran penulis menggunakan uji t yang berupa ulangan harian. Pelaksanaan penelitian yaitu pada tanggal 3-17 Maret 2014 , yang bertempat di MTs Mathla’ul Anwar, Jl.KH,abd. Hamid Cemplang Desa Sukamaju. Pretest dilakukan Tanggal 3 maret 2014, yaitu metode sebelum memakai metode CTL . Posttest dilakukan setelah memakai metode CTL yaitu pada tanggal 17 maret 2014 setelah melakukan pembelajaran selama 2 minggu dilakukanlah ulangan harian yang selanjutnya hasilnya dibandingkan dengan hasil pretest apakah efektif tidaknya metode CTL tergantung dari hasil perbandingan rata-rata nilai siswa tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati penggunaan metode CTL dalam proses pembelajaran di kelas. Baik itu Penggunaan metode CTL yang dilaksanakan guru dalam pembelajaran,dalam hal ini aspek siswalah yang diteliti. Maupun penggunaan metode CTL oleh guru . Sesuai dengan uji test ulangan harian tersebut, jika hasilnya terisi
54
maksimal maka metode CTL di kelas telah memberikan efektifitas yang nyata, namun apabila hanya beberapa ulangan yang terisi, maka metode CTL tidak dapat memberikan efektifitasnya yang nyata. Diakhir penelitian peneliti akan mewawancarai guru mata pelajaran aqidah akhlak, dan beberapa siswa mengenai metode CTL dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas tersebut. b. Analisi dan Interpretasi Data Dari hasil penelitian dua minggu di MTS Mathla’ul Anwar Cemplang, dan dari data yang terkumpulkan maka data-data itu diperiksa, di edit, dan di analisis yang kemudian hasilnya dapat di deskripsikan dalam sebuah kesimpulan dan di interpretasikan sesuai dengan data yang terkumpul. 2. Pelaksanaan Metode CTL Pada Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mathla’ul Anwar Cemplang. Model metode yang diamati penulis ada dua metode yaitu metode ceramah dan metode CTL. Hasil pengamatan penulis pada pengamatan minggu pertama masih belum kelihatan karena masih menggunakan metode yang sebelumnya. Baru kemudian pada minggu ke dua menggunakan metode CTL, kelihatan kemajuan yang sangat nampak siswa semakin aktif bekerjasama dalam pelajaran karena metode CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh . Dalam penggunaan metode CTL oleh guru tersebut, ada dua aspek yang penulis
anggap penting karena dalam dalam melakukan penelitian ini yang
penulis temukan dalam melakukan penelitian ini yang penulis temukan di lapangan adalah ke dua aspek tersebut. a. Aspek Guru Aspek guru berarti melihat penggunaan metode CTL dari sisi guru yang menggunakan metode ini sebagai salah satu metodenya dalam pengajaran. 1. Kemampuan guru dalam memberikan stimulus pembelajaran Kemampuan ini adalah kemampuan guru yang dimiliki oleh guru dalam rangka menghidupkan kelas sehingga siswa mempunyai semangat untuk belajar.
55
Hal tersebut dapat dilihat dari : a) Memberikan tema-tema kontekstual dan kekinian Kemampuan guru dalam memberikan stimulus pembelajaran kaitanya dengan memberikan tema-tema kontekstual dan kekinian ditunjukan dengan memberikan contooh yang sesuai dengan konteks kekinian. b) Membangkitkan minat belajar siswa Dalam membangkitkan minat siswa untuk belajar
guru biasanya
menunjuk salah satu dari siswa untuk menjawab atau mengemukakan pendapatnya sesuai dengan tema yang telah dilontarkan. c) Memberikan statemen yang kontraversi Statemen atau pendapat yang kontraversi dilontarkan guru agar siswa dapat meresponnya dengan positif. 2. Kemampuan dalam mengaktifkan siswa dan mengelola kelas Kemampuan ini ditunjukan oleh guru dengan banyak cara sesuai dengan kreatifnya. Kemampuan ini sangat dibutuhkan agar kelas tidak monoton dan membosankan. Kemampuan-kemampuan tesebut di antaranya memberikan kesempatan siswa untuk memberikan suaranya dalam pembelajaran aqidah akhlak. Melibatkan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. b. Aspek Siswa Aspek siswa juga penting diperhatikan untuk menentukan apakah pembelajaran ini dapat berjalan dengan baik sehingga dapat ditentukan bahwa metode CTL ini dapat diandalkan. Aspek siswa yang diperhatikan oleh penulis dalam penelitian ini antara lain adalah: 1) Menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, yang artinya proses belajar diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung . proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya
56
menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. 2) Mendorong agar siswa dapat menemukan hubungna antara materi yang dipelajarai dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memory siswa, sehingga tidak mudah terlupakan. 3) Pemahaman siswa
terhadap materi. Pemahaman siswa tehadap materi
diperlukan untuk mengetahui sejauh manakah pemahaman mereka terhadap materi yang baru saja dipelajari .Hal itu untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan kepada mereka telah tercerna sesuai dengan apa yang diharapkan.Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi,hal-hal yang ditekliti oleh penulis adalah sebagai berikut: a) Pemahaman siswa setelah mempelajari pelajaran dengan metode CTL siswa mampu memahami apa yang tadi dipelajari dengan pengalaman nyata siswa tersebut dalam keseharianya. b) Keaktifan siswa semakin meningkat setelah diadakanya metode CTL, dengan dibuktikannya siswa yang mula selalu mengantuk disaat pelajaran aqidah akhlak kini setelah di lakukan pembelajaran dengan metode tersebut menjadi aktif karena menariknya langkah-langkahnya yang mengaktifkan semua siswa dalam pelajaran itu. c) Kekompakan siswa, dengan dilakukan penerapan metode CTL siswa menjadi kompak dalam hal apapun yang berkaitan dengan pelajaran baik pelajaran aqidah akhlak maupun yang lain, karena dengan ke efektifan metode ini mata pelajaran yang lain ikut serta menerapkan dengan metode CTL. C. Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Diterapkan Metode CTL Setelah dilakukan pengamatan terhadap proses penggunaan metode diskusi oleh guru dikelas kemudian penulis menguji para siswa dengan ulangan harian
57
yang merupakan hasil belajar mereka dengan menggunakan metode CTL. Dari hasil ulangan tersebut tercatat nilai siswa sesudah diterapkan metode CTL
rata-rata siswa adalah 88,90 dengan memperlihatkan hasil belajar
ini
dengan melihat hasil belajar siswa sebelum diterapkan metode CTL yaitu nilai rata-rata siswa adalah 85,97 maka dapat penulis sampaikan bahwa dalam penggunaan metode CTL ini telah berhasil. Untuk lebih jelasnya sengaja penulis menampilkan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan metode diskusi yaitu sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Ulangan Sebelum Metode CTL Digunakan Siswa Kelas VIII (41 Siswa) Di MTs. Mathla’ul Anwar Cemplang
No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Ahmad Hidayat Aida Nuraini Akbar Syam Andriansyah Anggi Handika Anisa Nurafifah Bediansyah Dedy Supriadi Didah Nurkhalifah Fardan Adima Mukhlis Farida Ibnu Fairus Abadi Ira Apriyani Kevin Aji Saputra Luthpi Rahmat Ramdani Muhamad Fauzan Rizki Muhamad Feri Firdaus Muhamad Helmi Muhamad Ikbal Muhamad Ikhsan Rivaldi Muhamad Jujun Junaedi Muhamad Lutfi Azis
Nilai Sebelum diajar dengan metode CTL 85 85 80 75 80 95 85 85 85 80 90 90 85 85 90 85 65 100 90 95 75 75
58
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Muhamad Miftah Muhamad Ramdani Muhamad Saeful Basir Muhamad Sahrul Nabila Nisa Faridatul Adawiyah Nuranita Fitriani Qifq Dacawangga J Ratu Paradanti Rifqi Abdilah Riska Herawati Rizki Maulana Satria Teguh Irawan Winda Nurhamidah Rina Maenatul Diah indriawati Kholikun Ahmad fardan Rata-rata
85 90 95 95 90 85 90 90 80 90 90 90 85 90 90 80 90 70 90 3525:41=85,97
TABEL 4.8
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
HASIL ULANGAN SESUDAH METODE CTL DIGUNAKAN Siswa Kelas VIII (41 Siswa) Di MTs. Mathla’ul Anwar Cemplang Nama Siswa Nilai Sesudah diajar dengan metode CTL Ahmad Hidayat 90 Aida Nuraini 80 Akbar Syam 80 Andriansyah 80 Anggi Handika 80 Anisa Nurafifah 95 Bediansyah 90 Dedy Supriadi 90 Didah Nurkhalifah 90 Fardan Adima Mukhlis 90 Farida 85 Ibnu Fairus Abadi 85 Ira Apriyani 95 Kevin Aji Saputra 90
59
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Luthpi Rahmat Ramdani Muhamad Fauzan Rizki Muhamad Feri Firdaus Muhamad Helmi Muhamad IKbal Muhamad Ikhsan Rivaldi Muhamad Jujun Junaedi Muhamad Lutfi Azis Muhamad Miftah Muhamad Ramdani Muhamad Saeful Basir Muhamad Sahrul Nabila Nisa Faridatul Adawiyah Nuranita Fitriani Qifq Dacawangga J Ratu Paradanti Rifqi Abdilah Riska Herawati Rizki Maulana Satria Teguh Irawan Winda Nurhamidah Rina Maenatul Diah indriawati Kholikun Ahmad fardan Rata-rata
90 85 90 85 95 85 90 90 90 90 95 90 95 95 90 95 95 90 85 85 85 95 90 80 95 90 85 3645:41=88,90
Dari kedua hasil ulangan harian tersebut dapat dilihat secara keseluruhan pada tabel berikut: Tabel 4.9 Skor hasil ulangan 41 siswa kelas VIII MTs.Mathla’ul Anwar Cemplang NO 1 2 3 4 5 6 7
Nama Siswa Ahmad Hidayat Aida Nuraini Akbar Syam Andriansyah Anggi Handika Anisa Nurafifah Bediansyah
Sebelum diajar dengan metode CTL 85 85 80 75 80 95 85
Sesudah diajar dengan metode CTL 90 80 80 80 80 95 90
60
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Dedy Supriadi Didah Nurkhalifah Fardan Adima Mukhlis Farida Ibnu Fairus Abadi Ira Apriyani Kevin Aji Saputra Luthpi Rahmat Ramdani Muhamad Fauzan Rizki Muhamad Feri Firdaus Muhamad Helmi Muhamad IKbal Muhamad Ikhsan Rivaldi Muhamad Jujun Junaedi Muhamad Lutfi Azis Muhamad Miftah Muhamad Ramdani Muhamad Saeful Basir Muhamad Sahrul Nabila Nisa Faridatul Adawiyah Nuranita Fitriani Qifq Dacawangga J Ratu Paradanti Rifqi Abdilah Riska Herawati Rizki Maulana Satria Teguh Irawan Winda Nurhamidah Rina Maenatul Diah indriawati
85 85 80 90 90 85 85 90 85 65 100 90 95 75 75 85 90 95 95 90 85 90 90 80 90 90 90 85 90 90 80 90
90 90 90 85 85 95 90 90 85 90 85 95 85 90 90 90 90 95 90 95 95 90 95 95 90 85 85 85 95 90 80 95
40
Kholikun
70
90
41
Ahmad fardan
90
85
3525:41=85,97
3645:41=88,90
Rata-rata
Jika dilihat dari rata-rata hasil ulangan siswa sebelum dan sesudah diajar dengan metode CTL, sebenarnya dapat disimpulkan bahwa metode CTL yang diterapkan dalam pembelajaran aqidah akhlak di MTS. Mathla’ul Anwar Cemplang sudah memberikan efektifitasnya yang nyata . oleh karena itu dapat
61
dijadikan andalan guru ketika akan mengajarkan materi aqidah akhlak di MTs.Mathla’ul Anwar Cemplang. Namun secara ilmiah hal itu belum dapat ditrima, maka penulis akan menghitungnya menurut kaidah-kaidah statistik pendidikan sebagai berikut:
Tabel 4.10 Perhitungan Untuk Memperoleh”t”
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Sebelum diajar dengan menggunakan metode CTL 85 85 80 75 80 95 85 85 85 80 90 90 85 85 90 85 65 100 90 95 75 75 85 90 95 95 90 85 90 90
Sesudah diajar dengan menggunakan metode CTL 90 80 80 80 80 95 90 90 90 90 85 85 95 90 90 85 90 85 95 85 90 90 90 90 95 90 95 95 90 95
D
d-Md (xd)
Xd
5 -5 0 5 0 0 5 5 5 10 -5 -5 5 5 5 -5 5 20 -5 -5 -5 15 15 5 5 -5 0 5 5 5
2,07 -7,93 0 2,07 0 0 2,07 2,07 2,07 7,07 -7,93 -7,93 2,07 2,07 2,07 -7,93 2,07 17,07 -7,93 -7,93 -7,93 12,07 12,07 2,07 2,07 -7,93 0 2,07 2,07 2,07
4,2849 62,8849 0 4,2849 0 0 4,2849 4,2849 4,2849 49,9849 62,8849 62,8849 4,2849 4,2849 4,2849 62,8849 4,2849 291,3849 62,8849 62,8849 62,8849 145,6849 145,6849 4,2849 4,2849 62,8849 0 4,2849 4,2849 4,2849
62
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Jumlah Rata-rata t=
∑ (
80 90 90 90 85 90 90 80 90 70 90 3275 85,97
95 90 85 85 85 95 90 80 95 90 85 3375 88,90
5 10 -5 -5 0 5 0 0 5 20 -5 120 2,93
)
diketahui : Md
∑
=
=
120 = 2,93 41 = 1738,6866
N = 41 db = ditentukan dengan N-1 = 41 – 1 = 40 t=
∑ (
)
,
=
, )
(
2,93
=
, (
=
)
2,93 ,
=
2,93 √1,060
2,07 7,07 -7,93 -7,93 0 2,07 0 0 2,07 17,07 -7,93
4,2849 49,9849 62,8849 62,8849 0 4,2849 0 0 4,2849 291,3849 62,8849 1738,6866
63
=
2,93 = 2,84 1,63
ttabel, t (0,05,40) = 2,02 pada taraf signifikan 5% t( 0,01,40 ) = 2,71 pada taraf signifikan 1% Dari hasil perhitungan melalui uji “ t” tersebut dapat dilihat bahwa t hitung lebih besar dari pada ttabel karena thitung = 2,84sedangkan ttabel = 2,02 dengan tabel “t” pada taraf signifikan 5 %. Sedangkan ttabel= 1 % .1 Ini berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan metode CTL merupakan perbedaan yang berarti atau perbedaan yang meyakinkan (signifikan). Kesimpulan yang dapat penulis tarik disini adalah, berdasarkan hasil uji t tersebut diatas, secara meyakinkan dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan metode CTL telah menunjukan efektifitasnya yang nyata, dalam arti kata dapat diandalkan sebagai metode yang baik untuk mengajarkan pelajaran aqidah akhlak di MTs. Mthla’ul Anwar Cemplang. Karena metode CTL dalam pembelajaran aqidah akhlak dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar siswa antara lain: 1. CTL memberi motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan perhatian terhadap apa-apa yang sedang mereka pelajari, karena itu dapat membantu murid menjawab pertanyaan-pertanyaan guru dengan alasan-alasan yang memadai, bukan hanya sekedar jawaban “ya” saja. 2. CTL juga membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antara kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat pengertian dari pada anggota kelas, karena dari pelajaran yang sudah berlangsung ataupun pembicaraan itu mereka dapat kesempatan untuk menarik hal-hal atau pengertian-pengertian baru yang di butuhkan. 3.
Dengan metode CTL siswa mampu menciptakan bentuk kemandirian, tanggung jawab, kreatif, inovatif, aktif, jujur dan berorientasi pada nilai untuk meraih prestasi. 1
Subana, Moersetyo rahadi dan sudrajat, Statistik pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2005), h. 206.
64
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode CTL yang diterapkan di MTS MATHLA’UL ANWAR, Cibungbulang Bogor Pada mata pelajaran aqidah akhlak telah memberikan efektifitasnya yang nyata yaitu sudah dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dan lain-lain yang termasuk ke dalam criteria siswa aktif.Meskipun belum sesempurna dengan yang diharapkan untuk kemajuan dalam pendidikan yang ada di Negara in,i tetapi setidaknya sudah ada tahapan kemajuan di dalam buruknya kualitas pendidikan di Negara ini
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan melalui uji “ t” tersebut dapat dilihat bahwa t hitung lebih besar dari pada ttabel karena thitung = 2,84sedangkan ttabel = 2,02 dengan tabel “t” pada taraf signifikan 5 %. Sedangkan ttabel= 1 % .1 Ini berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan metode CTL merupakan perbedaan yang berarti atau perbedaan yang meyakinkan (signifikan). Kesimpulan yang dapat penulis tarik disini adalah, berdasarkan hasil uji t tersebut diatas, secara meyakinkan dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan metode CTL
telah menunjukan efektifitasnya yang nyata, dalam arti kata dapat
diandalkan sebagai metode yang baik untuk mengajarkan pelajaran aqidah akhlak di MTs. Mthla’ul Anwar Cemplang. 1. Metode CTL diterapkan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak sebagai salah satu bentuk variasi metode dan diharapkan dapat membantu pendidik dalam proses belajar mengajar agar lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran dan memberikan hasil yang maksimal. 2. Penerapan metode CTL dalam pembelajaran Aqidah Akhlak sangat efektif karena dapat membuat siswa lebih antusias selama proses pembelajaran berlangsung dan membuat para siswa lebih mudahmemahami materi pelajaran serta dapat memberikan tauladan dalam bersikap dan bertingkah laku. B. Saran-saran Dari beberapa paparan di atas, ada hal-hal yang dapat dilakukan lebih lanjut sebagai masukan yang mungkin dapat berguna bagi lembaga yang menjadi objek penelitian ini, yaitu MTs. Mathla’ul Anwar Cemplang, antara lain: 1
Subana, Moersetyo rahadi dan sudrajat, Statistik pendidikan, (Bandung :CV. Pustaka setia,2005),h.206
65
66
1. Sekolah hendaknya tidak merasa puas dengan hasil pembelajaran akhlak yang diadakan di kelas melainkan juga harus lebih meningkatkan lagi kwalitas pembelajaran, baik dari segi media, metodelogi, dan sarana-prasarana. 2. Pihak sekolah perlu memperhatikan lagi tentang metode CTL yaitu segera melakukan kerjasama yang baik kepada semua pihak (stakeholders), baik guru, kepala sekolah, komite sekolah, orang tua siswa, dan sebagainya. Sehingga masing-masing bisa memposisikan fungsi dan perannya dalam melakukan kontrol terhadap anak-anak perkembangan perilaku dan akhlak anak, baik di sekolah maupun ketika berada di tengah-tengah masyarakat. 3. Guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan. 4. Siswa harus mampu menyaring dan menyikapi budaya-budaya baru yang kontraproduktif atau bahkan yang destruktif. 5. Seorang siswa harus dapat meningkatkan sikap dan menerapkan pengetahuan dengan kemampuannya. 6. Seorang siswa harus mampu menciptakan dalam dirinya suatu bentuk kemandirian, tanggung jawab, kreatif, inovatif, aktif, jujur dan berorentasi pada nilai untuk meraih prestasi.
68
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin. 2008. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah. Alfat, Masan., dkk. 1997. Aqidah Akhlak (Untuk Madrasah Tsanawiyah 1994 Untuk Kelas 1). Semarang: PT Karya Toha Putra. Al-Abrasyi, Athiyah Moh. 1984. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Al-Ghazali. Ihya’ Ulumiddin. Semarang: Usaha Keluarga, t.t. Al-Musawi, Khalik. 1999. Bagaimana Membangun Kepribadian Anda. Jakarta: Lentera. Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Daradjat, Zakiah. 2010. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Depag RI. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro. Hakim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wahana Prima. Hartono, Rudi. 2013. Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: Diva Press. Haryono, dan Hadi, Amirul. 1998. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia. Kesuma, Dharma., Dkk. 2012. Pendidikan karakter (kajian teori dan praktek di sekolah), Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset 2012. Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontektual“ Konsep dan Aplikasi”. Bandung: Refika Aditama. Kurniawan, Yudha, dan Hindarsih, Tri Puji. 2011. Character Building “Membangun Karakter Menjadi Pemimpin”. Jakarta Selatan: SAI Publishing. Khatib, Ramayulis Tuanku. 2001. Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga. Jakarta: Kalam Mulia.
69
Mahjuddin. 2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia. Mulayasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional “Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mustafa, Ahmad. 1997. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. Nata, Abuddin. 2011. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers. Nur, Uhbiyati . Ilmu Pendidikan Islam (IPI). Bandung: CV. Pustaka Setia. Cet. 2. Nurdin, Muhamad. Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta: Prismasophie. Cet ke-l. Nurhadi., dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Rifai, Moh .1994. Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 1994 Jilid 1 Kelas 1. Semarang: CV. Wicaksono. Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada ”Rajawali Pers”. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Soenarjo, RHA. 1985. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Intermasa. Subana, Moersetyo Rahadi dan Sudrajat, 2005. Statistik Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia. Sudjiono, Anas. 2003. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran “Seri Pembelajaran Efektif”. Bandung: CV. Wahana Prima. Suyabrata, Sumardi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Tim LPP-SDM. 2010. Ensiklopedi Pendidikan Islam “Proses dan Istilah-istilah Umum dalam Pendidikan Islam”. Depok: Bina Muda Cipta Kreasi. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III “Pendidikan Disiplin Ilmu”. Jakarta: PT. Imperial Bhakti Utama.
70
Yus, Anita. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Media Group. Cet. ke-2.
Beberapa Gambaran Tentang CTL Pembelajaran Aqidah akhlak Bab II, http://gsfaceh.com/pustaka/skripsi-dan-buku/6546-beberapa-gambaran-tentangctl-pembelajaran-aqidah-akhlak-bab-ii.html, diakses pada 10 januari 2014, pkl. 10.46 WIB. Beberapa Gambaran Tentang CTL Pembelajaran Aqidah akhlak Bab II, http://gsfaceh.com/pustaka/skripsi-dan-buku/6546-beberapa-gambaran-tentangctl-pembelajaran-aqidah-akhlak-bab-ii.html,
diakses pada 3
Januari 2014,
pkl.11.03 WIB. http://blog.umy.ac.id/igoputra/2012/01/16/metode-pembelajaran-ctlcontextual-teaching-and-learning/. Diakses pada 5 Desember 2013, Pkl. 21.00 WIB. Pengertian dan Definisi Metode, Penelitian dan Metode Penelitian, http://setiawantopan. wordpress.com/2012/02/22/metode-penelitian-dan-metodepenelitian/. Diakses pada 2 Januari 2013, pkl. 00:36 WIB. Ujang Nurdin, Metode Contextual Teaching and Learning (CTL), http://capital-lecture.blogspot.com/2012/09/metode-contextual-teaching-andlearning.html. Diakses pada 3 Januari 2014, pkl. 11.03 WIB. Ujang Nurdin, Metode Contextual Teaching and Learning (CTL), http://capital-lecture.blogspot.com/2012/09/metode-contextual-teaching-andlearning.html. Diakses pada 5 Desember 2013 pkl. 14.15 WIB.
ANGKET SEBELUM PENERAPAN METODE CTL DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs. MATHLA’UL ANWAR Petunjuk Pengisian: 1. Awali dengan membaca basmalah 2. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling tepat 3. Kami menjamin kerahasiaan anda 4. isilah identitas anda di bawah ini 5. Akhirilah dengan membaca hamdalah. Nama
:
Kelas
:
1.
Guru meminta anda menjelaskan materi yang akan diajarkan. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
2.
Siswa tidak dapat menjelaskan materi yang akan dipelajari. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
3.
Guru memberikan materinya dengan cara diskusi. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
4.
Guru membiasakan pembelajarannya dengan cara mencatat. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
5.
Siswa dapat mengerjakan soal dengan baik. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
6.
Guru memberikan soal diluar materi. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
7.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah
8.
Guru memberikan soal dengan sangat mudah. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah
9.
Guru memberikan materinya dengan metode yang bervariasi. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah
10.
Siswa tidak dapat bekerjasama dengan baik dalam kerja kelompok. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah
11.
Siswa membiasakan diri untuk sabar. a. Sangat setuju c. b. Setuju d.
Tidak setuju Sangat tidak setuju
12.
Siswa marah atas hinaan dan makian dari teman. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
13.
Siswa membiasakan diri selalu bersyukur. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
14.
Saya gunakan untuk berpoya-poya atas hadiah berupa uang. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
15.
Ketika bertemu guru, siswa dianjurkan menghornatinya dan mengucap salam. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
16.
Saya membalas kemarahan guru. a. Sangat setuju b. Setuju
17.
c. d.
Tidak setuju Sangat tidak setuju
Siswa membiasakan diri untuk ikhlas dalam membantu siapapun. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
18.
Saya menerima imbalan karena menolong orang. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
19.
Ketika saya diberikan uang untuk bayar SPP, maka saya membayarkannya. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
20.
Saya sering mangkir dari sekolah. a. Sangat setuju b. Setuju
c. d.
Tidak setuju Sangat tidak setuju
ANGKET SESUDAH PENERAPAN METODE CTL DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs. MATHLA’UL ANWAR Petunjuk Pengisian: 1. Awali dengan membaca basmalah 2. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling tepat 3. Kami menjamin kerahasiaan anda 4. isilah identitas anda di bawah ini 5. Akhirilah dengan membaca hamdalah. Nama
:
Kelas
:
1.
Ketika proses diskusi berlangsung, suasana kelas jadi hidup. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah
2.
Ketika proses diskusi berlangsung, ada kelompok yang pasif. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah
3.
Guru memberikan materinya dengan menampilkan tokoh. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah
4.
Guru tidak dapat menampilkan contoh untuk materi yang diajarkan. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah
5.
Diakhir pembelajaran siswa mencatat kesimpulan materi. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah
6.
Siswa tidak dapat memahami materi diajarkan. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi. a. Selalu c. Kadang-kadang
7.
b.
Sering
d.
Tidak Pernah
8.
Guru memberikan tugas tanpa dikoreksi. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah
9.
Hasil karya tulis yang ditugaskan dipajang dalam kelas. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan cara menyontek. a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak Pernah
10.
11.
Ketika saya dinyatakan lulus saya merasa senang, tapi saya sadar bahwa semua itu atas pertolongan Allah SWT. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
12.
Teman-teman bilang bahwa saya paling cakep, pintar, dan kaya, jadi saya harus mencari teman yang selevel. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
13.
Buku saya selalu kelihatan rapi dan bersih karena saya tidak mencorat-coretnya dengan hal yang tidak penting. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
14.
Saya membiasakan diri untuk jajan tanpa menyisihkan untuk menabung. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
15.
Saya dapat mengendalikan emosi ketika dihina teman-teman. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
16.
Ketika saya dijahili teman-teman, maka saya akan memarahinya. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
17.
Ketika teman saya mendapat penghargaan atas prestasinya, saya merasa iri dan bertekad untuk bersaing dengannya. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju Wajar apabila teman saya mendapat hadiah karena dia cakep dan kaya. a. Sangat setuju c. Tidak setuju
18.
b.
Setuju
d.
Sangat tidak setuju
19.
Saya berbohong demi menyelamatkan orang lain. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
20.
Ketika kebohongan saya diketahui oleh teman-teman, maka saya akan menutupinya dengan kebohongan lagi. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju
Hasil Wawancara Dengan Guru Aqidah Akhlak 1. Sejak kapan ibuk bergabung di Madrasah ini, dan apakah ibu langsung mengajar mata pelajaran aqidah akhlak? Saya bergabung di madrasah ini sejak tahun 2008 dan mengajar bidang studi akhlak 2. Tujuan apa yang ibu inginkan setelah selesai memberikan materi dikelas? Agar siswa- siswi mempunyai akhlakul karimah sesuai dengan tuntutan Rasulullah saw dan harapan orang tuanya, terutama dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari baik dirmah maupun dimasyarakat pada umumnya. 3. Langkah- langkah apa saja yang ibu persiapkan sebelum mengajar? Persiapan administrasi pendidikan sesuai dengan tugas dan peran pendidikan dalam pelaksanaan penyampaian materi ajar sesuai rencana, mulai dari penyusunan silabus, program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), metode dan penilaian sebagai program tindak lanjut untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan. 4. Apa yang ibu ketahui tentang pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)? Pendekatan CTL merupakan suatu model pembelajaran yang pada imoplementasinya membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk mmbuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan aplikasi kehidupan mereka sebagai
anggota masyarakat sehingga diharapkan hasil
pembelajaranmenjadi lebih bermakna, sebab mereka belajar melalui pengalaman dan bukan menghafal. 5. Pernahkah bapak menggunakan Contextual Teaching and Learning
(CTL) dalam
pembelajaran aqidah akhlak ? A. Jika pernah diterapkan seberapa besar keberhasilan pendekatan tersebut terhadap pembelajaran aqidah akhlak? Keberhasilan pendekatan tersebut terhadap
pembelajaran aqidah akhlak
mencapai 94% , ini dibuktikan dengan adanya dukungan dan kerja sama para pendidik di MTs mathla’ul Anwar dan dukungan dari masyarakat ( lingkungan sekitar). B. Bagaimana minat siswa dalam mengikuti pembelajaran aqidah akhlak? Baik sekali
C. Jika tidak pernah menerapkan mengapa? D. Metode apa yang selalu ibu terapkan dalam proses pembelajaran di kelas? Metode ceramah, Tanya jawab, penugasan individu, penugasan kelompok, diskusi. 6. Apakah pembelajaran aqidah akhlak memberikan dampak pada siswa? Yang diperhatikan oleh kami dari dampak pembelajaran aqidah akhlak bukan hanya siswa saja akan tetapi Madrasahpun menerima dampak dari pembelajaran tersebut termasuk masyarakat. Adapun dampak yang dirasakan sangat besar pengaruhnya , ini terbukti dengan adanya perbedaan antara sekolah dengan madrasah. Siswa madrasah dalam perkembangan globalisasi
saat ini dapat mengkondisikan dirinya dengan
kehidupan dunia nyata khususnya dunia sekolah yang sudah tidak asing lagi dengan kenakalan remaja saat ini, yaitu terjadinya kasus tawuran antar pelajar. 7. Bagaimana gambaran akhlak siswa di madrasah ini? Keberadaan akhlak siswa dilingkungan MTs. Mathla’ul Anwar sampai saat ini alhamdulialh masih dapat terkendalikan dengan baik, terutama dengan adanya dukungan dari yayasan dalam mempersiapkan sarana dan prasarana keagamaan dan kegitan pembinaan rohani yang secara intensif setiap hari dilakukan seperti kegitan shalat dhuha dan tadarus AL-Qur’an. Cibungbulang, 17 maret 2014 RESPONDEN Guru mata pelajaran Aqidah Akhlak
Hj. Lia Nurfadilah
Pewawancara
Akmat Sholeh
Jawaban Wawancara Siswa Kelas V111 MTs. Mathla’ul Anwar 1. Menurut anda efektif gak tentang metode CTL yang diterapkan oleh guru kalian? Menurut saya metode CTL ini sangat efektif karena kita menjadi lebih mudah dalam memahami maksud dari pelajaran tersebut, disamping itu dengan dibarengin pengalaman yang nyata dipelajari dapat kita jadikan sebagai tauladan dan kita juga tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak."(Andriansyah).
2. Menurut anda efektif gak tentang metode CTL yang diterapkan oleh guru kalian? "Menurut saya metode CTL ini lebih bisa membuat para siswamengerti tentang materi yang disampaikan karena disertai dengan pengalaman saya yang nyata sehingga kita bisa mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut, dan proses pembelajran menjadi lebih efektif, di samping itu kita juga bisa mengamalkan isi dari materi tersebutdalam kehidupan bermasyarakat.(Ahmad Hidayat).
3. Menurut anda efektif gak tentang metode CTL yang diterapkan oleh guru kalian? Saya merasa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak, karena sebelum metode ini diterapkan saya merasa cepat bosan karena kebanyakan materinya disampaikan dengan menggunakan metode ceramah. Tapi setelah diterapkan metode CTL
saya tidak merasa bosan lagi dengan pelajaran ini, karena saya bisa lebih
memahami dan mendalami materi yangdisampaikan dan hasil ujian saya juga lebih bagus”.(Ibnu Fairus Abadi).
4. Menurut anda efektif gak tentang metode CTL yang diterapkan oleh guru kalian? Metode ini sangat bagus digunakan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak, karena di dalamnya sarat dengan apa yang ada dalam kehidupan di masyarakat
yang dapat
dijadikan pelajaran dari segi aqidah dan akhlak, sehingga kita bisa menjadi manusia yang sempurna seutuhnya.( Muhammad Miftah).
Dari beberapa hasil wawancara yang kami kutip dengan beberapasiswa tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode CTL dalam pembelajaran Aqidah Akhlak sangat
efektif karena mereka menjadi lebih mudah memahami dan tidak mudah merasa bosan selama mengikuti pelajaran tersebut.Jadi ada relevansi antara teori dengan kehidupan nyata melalui penerapan metodeKisah ini, sehingga lebih mudah mengena dalam hati para peserta didik