UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH AL-HIKMAH KALIBATA JAKARTA SELATAN (Penelitian Tindakan Kelas)
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Siti Azizah NIM 809011000389
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH AL-HIKMAH KALIBATA JAKARTA SELATAN (Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: Siti Azizah NIM. 809011000389
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Di Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan (Penelitian Tindakan Kelas) di susun oleh Siti Azizah Nomor Induk Mahasiswa 809011000389 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 17 April 2014
ABSTRAKSI
Nama Nim Judul
: SITI AZIZAH : 809011000389 : “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS II MI AL-HIKMAH KALIBATA JAKARTA SELATAN”.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar fiqh ibadah tentang sholat fardhu melalui penerapan metode demonstrasi pada siswa kelas II di MI Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menganalisaserta menginterpretasikan data mengenai upaya meningkatkan hasil belajar fiqh ibadah tentang sholat fardhu melalui penerapan metode demonstrasi pada siswa kelas II di MI Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada siswa kelas II sebanyak 20 siswa dari populasi seluruhnya jadi 100% penulis mengadakan riset atau penelitian kepada siswa kelas II, IV,V,IV seluruhnya. Kemudian setiap angket terdiri dari 10 pertanyaan. Dari hasil penelitian di MI Al-Hikmah diketahui adanya peningkatan hasil belajar Fiqh, hal ini bukti dari angket penelitian dan terjun langsung ke MI AlHikmah ternyata anak/siswa di MI Al-Hikmah baik dan terpuji dalam menjalankan ibadah disekolah maupun kesehariannya dirumah.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fiqh Ibadah Melalui Penerapan Metode Demonstrasi di Madrasah Ibtidaiyah alHikmah Kalibata Jakarta Selatan.” Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi
Muhammad Saw, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah membawa petunjuk kebenaran seluruh manusia yaitu ad-Dinul Islam yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan di akhirat. Penulisan dan penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dari keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh UIN Jakarta sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis menjadi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan di UIN Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan dan kurangnya pengalaman, banyaknya hambatan dan kesulitan senantiasa penulis temui dalam penyusunan skripsi ini. Dengan terselesainya skripsi ini, tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan karya ilmiah ini, dengan segala kerendahan hati, diucapkan terimakasih kepada: 1.
Dra. Nurlena Rifa’I M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta.
2. Abdul Ghafur,M.Ag, Pembimbing dan arahan bagi penulis dalam menyusun skripsi ini. 3. H. Abul Salam, Kepala MI Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
ii
4. Segenap Guru dan Karyawan MI. Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan yang telah memberikan bantuannya dalam memberikan data-data selama penelitian ini berlangsung. 5. Seluruh siswa/i kelas II MI. Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan yang turut membantu jalannya program penelitian ini. 6. Teristimewa kedua orangtua H.Abdul Salam (ayahanda) dan Hj. Muhaya (ibunda ), serta segenap keluarga yang dengan sabar telah membesarkan, membimbing, mendo’akan, mengarahkan, memberi kepercayaan, bantuan moril dan materil demi kesuksesan ananda. 7. Suami terkasih Arulan oyoh yang dengan sabar dan ikhlas telah setia menemani dari awal hingga akhir dan memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. 8. Anak-anakku tercinta Silma Chairunnisa, Ahmad Zaky, Nurul, Rahman, Fatimah Zahra, Abdul Hanan yang selalu setia menanti di rumah. 9. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Tiada kata yang patut diucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesarbesarnya dan do’a tulus, semoga amal baik mereka diterima oleh Allah dan mendapat Ridha-Nya. Amin... Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amiiin...
Jakarta, 2 Mei 2014 Penulis
Siti Azizah 809011000389 iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ABSTRAK ..................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar Belakang .......................................................................... Identifikasi Masalah ................................................................. Pembatasan Masalah ................................................................. Rumusan Masalah ..................................................................... Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
1 4 4 5 6
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Hasil Belajar ............................................................................. 1. Pengertian belajar………………………………….. ......... 2. Pengertian hasil belajar……………….. ............................. B. Pengertian Fiqh………………… ............................................. 1. Tujuan Pembelajaran Fiqh…………………….. ................ 2. Dasar-dasar Pembelajaran Fiqh………………. ................. C. Metode Demonstrasi…………………… ................................. 1. Pengertian Demonstrasi ...................................................... 2. Kelebihan dan kekurangan metode………………………… demonstrasi……………………………………………. ...
7 7 11 19 20 24 25 26 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G.
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... Metode Penelitian ..................................................................... Definisi Operasional variabel Penelitian .................................. Populasi dan Teknik Pengumpulan Sampel.............................. Teknik Pengumpulan Data........................................................ Teknik Analisis Data ................................................................ Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ........................
iv
29 30 31 32 34 35 36
BAB IV HASIL PENELITIAN A. B. C. D.
Gambaran Umum MI Al-Hikmah............................................. Deskruipsi Data......................................................................... Analisis Data ............................................................................. Interprestasi Data ......................................................................
39 44 48 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. B.
Kesimpulan ............................................................................... Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v
69 69
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak biasa dilepas dari kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak, selain itu juga pendidikan merupakan ruh yang sangat menentukan tinggi rendahnya kualitas suatu bangsa. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilaksanakan melalui tiga jalur. Dalam hal ini Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan secara; formal, yaitu sekolah yang mana jalur pendidikannya terstruktur dan berjenjang. Non formal, yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan informal, yaitu jalur pendidikan yang diselenggarakan dalam keluarga dan masyarakat atau lingkungan. Dalam hal ini pendidkan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, keterampilan dan lain-lain. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yaitu tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pendidikan formal. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan siswa, sedangkan 1
Undang-undang RI No, 20 Thn 2003, Tentang Sisdiknas, (Bandung: Citra Umbara, 2008), h. 13
1
2
mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan guru. Dua kegiatan tersebut menjadi terpadu manakala terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Seiring dengan dinamisnya kultur masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Beberapa
pandangan
modern
berpendapat;
Menurut
John
Dewey,
“pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial”. Menurut H. Horne, “pendidikan adalah proses yang terus-menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional, dan kemanusiaan dari manusia”.2 Menurut Pasal 1 undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dari proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3 Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat. Disinilah kehadiran model pembelajaran menempati posisi penting dalam penyampaian bahan pelajaran.4
2
Asep Suryana dan Suryadi, Pengelolaan Pendidikan, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009). h. 4. 3 Abd. Rozak, Fauzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-undang & Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta, FITK Press UIN Syarif Hidayatullah, 2010, Cet. 1), h. 4 4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h.76.
3
Tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat diamati dari dua sisi, yaitu tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh guru. Pemahaman seorang siswa berhubungan dengan daya serap seorang siswa dalam pembelajaran. Daya serap siswa adalah kemampuan atau kekuatan untuk melakukan sesuatu, untuk bertindak dalam menyerap pelajaran oleh setiap siswa. Salah satu kendala dalam proses pembelajaran di sekolah adalah adanya perbedaan daya serap individual diantara anak yang satu dengan anak yang lainnya walaupun dalam lingkungan dengan umur yang sama dan kelas yang sama. Bagi seorang guru, kondisi di atas menjadi suatu tantangan yang harus dihadapi. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan seperti menguasai materi pelajaran dan kemampuan untuk memilih, menata, mengemas materi pelajaran ke dalam cakupan dan kedalaman yang sesuai dengan sasaran yang mudah dicerna oleh siswa, memiliki penguasaan tentang teori
dan keterampilan belajar, dan memiliki pengetahuan tentang masa
pertumbuhan dan perkembangan siswa serta memiliki pemahaman tentang bagaimana siswa bekerja. Dalam pendidikan banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi itu secara garis besar dapat dibagi kepada faktor internal meliputi: faktor fisiologis dan fisikologis seperti keadaan panca indera, intelegensi, bakat dan motivasi. Thomas F. Staton yang berpendapatnya dikutip oleh Sardiman mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi, pemahaman dan ulangan.5 Menurut Muhibin Syah faktor psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran adalah tingkat kecerdasan dan intelegensi siswa.6
5
Sardiman Am. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004)cet. Ke-11, h. 40 6 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 1995), cet. Ke-2 h.
4
Dalam kaitannya dengan faktor sosial yang berasal dari orang tua Zakia Dradjat mengatakan: Apabila latihan-latihan agama dilalaikan pada waktu kecil atau diberikan dengan cara kaku, salah tidak cocok dengan anakanak, maka pada waktu dewasa nanti ia akan cenderung kepada atheis atau kurang perduli terhadap agama atau kurang merasakan pentingnya bagi dirinya. Dan sebaliknya, semakin banyak si anak mendapatkan latihan-latihan keagamaan pada waktu kecil, semakin dewasanya nanti semakin terasa kebutuhannya kepada agamanya.7 Melihat pernyataan di atas, pembinaan keagamaan pada anak perlu diberikan dan dimulai dari keluarga dan juga oleh lembaga pendidikan (sekolah) dimana keduanya harus mampu menanamkan pemahaman dan pengalaman keagamaannya, yang merupakan tanggung jawab yang sangat besar, dalam hal ini bimbingan keagamaan anak harus diarahkan pembentukan nilai-nilai
imani,
sedangkan
keteladanan,
pembiasaan
dan
disiplin
dititikberatkan pada pembentukkan nial-nilai amalia mengajarkan kepada mereka prinsip-prinsip agama yang sesuai dengan perkembangan mereka dan menanamkan benih-benih keyakinan serta iman dalam jiwa anak. Anak sejak usia muda telah melihat dan mempelajari hal-hal yang berada di luar diri mereka, mereka mellihat dan mengikuti apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh orang dewasa dan orang tua mereka tentang yang berhubungan dengan kemaslahatan agama.8 Bimbingan keagamaan yang lebih menarik kepada anak ialah mulamula yang mengandung gerakan Shalat pengalaman keagamaan yang menarik bagi anak diantaranya Shalat berjamaah, mengapa karena Shalat merupakan tiang pondasi suatu agama termasuk salah satu rukun Islam juga ibadah yang membedakan dengan agama lain. Apabila suatu keluarga jarang pergi ketempat ibadah, anaknya akan kurang aktif dalam soal-soal agama demikianlah anak yang hidup dalam keluarga yang kurang menjalankan agama dalam kehidupan sehari-hari, maka perhatian anak-anak terhadap 7 8
Zakiah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h.64 H Jalallun, Psikologi Agama, (Jakarta: PT.Raja GrafindoPersada, 2003)
5
agama akan kurang pula. Oleh karena itu betapa pentingnya orang tua membimbing keagamaan anaknya di rumah. Bimbingan tersebut sangat menunjang terhadap keberhasilan belajar agama di sekolah dan sekaligus memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar bagi anak di sekolah. Shalat dalam ajaran Islam menduduki posisi yang sangat penting dan mendasar. Setiap pribadi yang menyatakan pengakuannya terhadap Islam, maka setelah membaca 2 (dua) kalimat Syahadat dia harus dan wajib melaksanakan Shalat. Sedemikian pentingnya kedudukan Shalat dalam ajaran agama Islam,banyak ayat dalam Al-Qur‟an dan Hadits Rasulullah SAW., yang membahas tentang Shalat, diantaranya:
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, bersabda Rasulullah SAW: Shalat itu adalah tiang agama, barang siapa mengerjakan Shalat maka ia menegakkan agama. Dan barang siapa meninggalkannya maka ia telah merobohkan agama.” (HR. Bukhori dan Muslim)” 9
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, Bersabda Rasulullah SAW., Pemulaan amalan yang diperiksa dari amalan seorang hamba pada hari kiamat adalah Shalatnya. Jika Shalatnya diterima, maka seluruh amalnya diterima. Jika Shalatnya ditolak, maka seluruh amalnya ditolak. (HR. al-Thobari).”10
9
Al Hafidz Al Mundziry, Terjemah At Targhib Wat Tarhib, (Jakarta: Pustaka Amani, 1981), h. 33 10 Ibid,… h. 34
6
Dapat dipahami dari hadits-hadits tersebut di atas bahwa Shalat adalah pokok dari semua amal dan perbuatan dalam ajaran Islam. Ibadah Shalat yang dilaksanakan oleh pribadi muslim akan menimbulkan ekses terhadap amal yang lain. Jika amal ibadah Shalatnya baik dan benar, maka Insya Allah ibadah yang lain ikut baik begitu pula sebaliknya. Ibadah Shalat yang merupakan bagian mendasar dan sangat penting dalam ajaran agama Islam, tidaklah mungkin dapat dipahami dan diamalkan dengan baik dan benar oleh setiap pemeluknya tanpa adanya pendidikan dan pembinaan berkelanjutan sejak awal, yaitu sejak masa kanak-kanak. Orang tua memegang peranan yang sangat besar dalam menanamkan pendidikan agama Islam khususnya pendidikan Shalat. Pendidikan keluarga memang sangat penting namun tak kalah pentingnya adalah pendidikan di luar keluarga yaitu pendidikan pada lembagalembaga pendidikan. Di sini jelas guru atau pendidik mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar dalam memberikan pemahaman ajaran agama Islam khususnya Shalat. Orang tua dan guru/pendidik harus saling menjadi pelengkap dalam hal pendidikan terhadap anak dalam memahami dan mempraktekkan ajaran agama Islam khususnya Shalat. Orang tua terkadang mempunyai keterbatasan dalam ilmu agama Islam, disinilah guru/pendidik melengkapi. Sebaliknya guru/pendidik karena keterbatasan waktu dan tempat tidak dapat mengontrol apakah siswa sudah melaksanakan Shalat lima waktu di rumah, disinilah orang tua memegang peranan mengontrol aktifitas siswa/anak selama di rumah. Pada
dasarnya
pendidikan
sekolah
merupakan
lanjutan
dari
pendidikan di dalam keluarga, disamping itu, kehidupan di lingkungan sekolah adalah jembatan yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan di masyarakat berjalan begitu cepat di zaman seperti sekarang ini, khususnya di kota-kota besar globalisasi memberi pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang siswa yang menyangkut sikap dan prilaku anak didik/pelajar oleh karena itu perlu ditanamkan keimanan yang baik kepadanya agar mereka dapat menghadapi zaman yang sudah canggih ini.
7
Oleh karena itu sekolah MI al-Hikmah yang berada di tengah kota metropolitan mempunyai visi dan misi yang diharapkan berguna bagi anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah khususnya pada pelajara fiqih dimana guru mata pelajaran tersebut mengharapkan adanya upaya-upaya dalam kegiatan yang dapat menunjang pembelajaran fiqih, dengan berbagai praktek/demontrasi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga diharapkan siswa mampu dalam menghadapi tantangan-tantangan di era globalisasi dimasa mendatang. Dalam hal ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar pembelajaran fikih itu lebih menarik, maka perlu upaya pembelajaran yang tepat dan terarah, dalam hal ini peneliti beraktifitas melalui ibadah khususnya Shalat, untuk itulah beberapa uraian diatas melatar belakangi penelitian untuk malakukan penelitian tindakan tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih ibadah Melalui Penerapan Metode Demonstrasi pada siswa kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
diatas,
maka
dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Fiqih. 2. Suasana belajar yang menciptakan suasana yang kurang menyenangkan dan menciptakan image buruk terhadap pelajaran Fiqih. 3. Pembelajaran cenderung dilakukan dengan ceramah dan penugasan sehingga siswa kurang termotivasi dan aktif dalam proses belajar. 4. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang variatif.
8
C. Pembatasan Masalah Shalat Berdasarkan identifikasi masalah dan memperhatikan permasalahan yang ada, maka peneliti akan mencoba melakukan
penelitian pada mata
pelajaran Fiqih dengan menggunakan metode Demonstrasi pada siswa kelas II MI Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan. D. Perumusan Masalah Bertolak dari pembatasan masalah tersebut dirumuskan permasalahan yaitu: “Apakah dengan menggunakan metode demontrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran fiqih di MI Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan”. E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran fikih ibadah melalui metode demontrasi. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran fiqih ibadah tentang Shalat melalui metode demontrasi. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara praktis yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan memberikan kontribusi bagi pengembangan khasanah keilmuan terkait dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih khususnya ibadah Shalat. 2. Kegunaan Praktis Adapun secara praktis kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Siswa Meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran fiqih ibadah khususnya pada ibadah Shalat.
9
b. Bagi Guru Upaya untuk memberikan masukan ketika membimbing, mengarahkan dan mendidik siswa khususnya pada pelajaran fiqih yaitu Shalat berjamaah melalui metode demontrasi, sehingga lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa kelas II MI Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan. c. Bagi Sekolah Memberikan
masukan
di
dalam
menentukan
kebijakan,
mengembangkan dan merencanakan strategi dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam hal ini memilih dan menggunakan metode pengajaran yang efektif guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
10
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut M. Ngalim Purwanto, belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Belajar juga merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahanperubahan yanng disebabkan oleh pertumbuhan kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.11 Pengertian belajar menurut beberapa ahli : Menurut james O. Whittaker Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Cronchbach. Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L. Kingskey. Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
11
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), h.
85
10
11
Menurut Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah
serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. R. Gagne Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.12 Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafalan. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi. Lester D. Crow and Alice Crow Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Menurut Ngalim Purwanto Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman. Belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman atau prestasi individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi 12
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar;(Bandung; Rineka Cipta; 1999), h. 22
12
dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.13 Istilah pendidikan ini bermula dari bahasa Yunani yaitu “Pedagogis” Yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dengan istilah “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan, sedangkan dalam bahasa Arab sering diterjemahkan dengan “tarbiyah”.14 Kata “Islam” dalam pendidikan Islam memiliki arti pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang bercirikan dan berdasarkan ajaran agama Islam.15 Di dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Modern, istilah belajar diartikan
dengan
berusaha,
berlatih
untuk
mendapatkan
16
pengetahuan. Sedangkan Sardiman A.M menjelaskan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Belajar itu akan lebih baik jika siswa mengalami atau melakukannya.17 Yang disebut dengan belajar adalah perubahan yang relatif menetap, merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. Lamanya periode tersebut sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun.
13
Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester,(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 78 14 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h. 1 15 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1980), cet ke-4, h. 19 16 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern,(Jakarta: Pustaka Imani, 1998),h. 31 17 Sardiman A.M, Interaksian Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman Bagi Guru dan Calon Murid,(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1996), h. 22
13
2. Ciri-ciri Belajar Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut : a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif). b. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan. c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obatobatan. Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar: a. Adanya dorongan rasa ingin tahu. b. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya. c. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri. d. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya. e. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. f. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri. g. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. h. Untuk mengisi waktu luang. 3. Jenis-jenis Belajar Di dalam proses belajar terdapat berbagai macam jenis belajar. Jenis-jenis belajar menurut Gagne terbagi menjadi 8 jenis yaitu : a. Belajar isyarat (signal learning), b. Belajar stimulus respon. c. Belajar merantaikan (chaining)
14
d. Belajar asosiasi verbal (verbal Association) e. Belajar membedakan (discrimination) f. Belajar konsep (concept learning) g. Belajar dalil (rule learning) h. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Dari kedelapan jenis tersebut dapat menumbuhkembangkan perilaku kognitif yang mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis dan evaluasi. Selain dari kognititf aspek avektif dan psikomotor sesorang juga tumbuh. Aspek afektif mencakup Penerimaan, Sambutan,
Penilaian,
Pengorganisasian,
Karakterisasi.
Sedangkan
psikomotor mencakup Kesiapan (set), Meniru (imitation), Membiasakan (habitual), Adaptasi (adaption). Dari tumbuhnya ketiga aspek tersebut barulah seseorang dapat dikatakan telah mencapai tujuan dari belajar. Belajar kognitif dimana adalah belajar yang berkaitan dengan aspek intelektual. Kompetensi kawasan kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan,menganalsis, mensitesakan dan menilai pengalaman belajar. Pengalaman belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghafal misalnya menggunakan jembatan ingatan yaitu dengan dihubungkan dengan benda-benda, kata-kata atau sebagainya yang biasa ditemukan dan mudah diingat sebagai jembatan kita untuk mengingat hafalan kita. Jenis materi pembelajaran yang perlu dihafal dapat berupa fakta,konsep,prinsip, dan procedure. Pengalaman belajar untuk tingkat
pemahaman
dilakukan
dengan
membandingkan,
mengidentifikasikan karakteristik dan sebagainya. Pengalaman belajar tingkatan aplikasi dilakukan dengan jalan menerapkan rumus dalil atau prinsip terhadap kasus nyata yang terjadi di lapangan. Pengalaman belajar tingkatan sintesis dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau komponen,menyusun membentuk bangunan, menggambar dan sebagainya. Pengalaman belajar untuk mencapai kemampuan dasar tingkatan penilaian dilakukan
dengan
memberikan
menggunakan kriteria tertentu.
penilaian
terhadap
objek
studi
15
Berkaitan dengan kawasan afektif, pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan mengamati dan menirukan contoh/model, mendatangi objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntutan nilai yang dipelajari dan sebagainya. Untuk kawasan psikomotor, pengalaman belajar yang dapat dilakukan untuk mencapai kompetensi ini adalah berlatih dengan frekuensi tinggi
dan
intensif,
latihan
menirukan,
menstimulasikan,
mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai. 4. Prinsip-prinsip belajar Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila diterapkan dalam proses pengembangan
pembelajaran
dan
pelaksanaan
pembelajaran
akan
diperoleh hasil yang lebih optimal. Oleh karena itu untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne dan Alwi Suparman. Pembelajaran yang efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur pemanasan dan apersepsi, eksplorasi, konsolidaesi pembelajaran, pembentukan kompetensi; sikap dan perilaku, penilaian formatif. Pada dasarnya prinsip-prinsip belajar adalah perhatian, motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan belajar, materi belajar yang merangsang dan menantang, penguatan kepada siswa dan aspek psikologi lain. Perhatian,
dalam
pembelajaran
guru
hendaknya
tidak
mengabaikan masalah perhatian. Sebelum pembelajaran dimulai guru hendaknya menarik perhatian siswa agar siswa berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang sedang diajarkan.
16
Motivasi, Jika perhatian siswa sudah terpusat maka langkah guru selanjutnya memotivasi siswa. Walaupun siswa udah termotivasi dengan kegiatan awal saat guru mengkondisikan agar perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran yang sedang berlangsung. Namun guru wajib membangun motivasi sepanjang proses belajar dan pembelajaran berlangsung agar siswa dapa mengikuti pelajaran dengan baik. Keaktifan siswa, Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses belajar dan pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa. Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa banyak terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pengulangan belajar, Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara singkat. Siswa perlu melakukan pengulanganpengulangan supaya meteri yang dipelajari tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan pengulangan belajar. Materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya. Balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa. Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan. Aspek-aspek psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang diberikan kepada siswa tersebut
17
misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur jadwal pelajaran, dan lainlain. 5. Macam-macam Teori Belajar Dalam psikologi dan pendidikan,pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan
lingkungan
meningkatkan,
pengaruh atau
dan
membuat
pengalaman perubahan‟s
untuk
memperoleh,
pengetahuan
satu,
keterampilan, nilai, dan pandangan dunia. Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar.Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Macam-macam Teori Belajar Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk
menjelaskan
pembelajaran
berbasis
otak.
Dan
pandangan
konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep. a. Teori belajar Behaviorisme Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik
dengan
model
hubungan
stimulus-
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
18
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Teori belajar ini pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang di nginkan. Perilaku yang di nginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah ,tetapi instruksi singkat yang di kuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. b. Teori Belajar kognitivisme Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik
memproses
infromasi
dan
pelajaran
melalui
upayanya
mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif
ini adalah
Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
19
Menurut teori ini,proses belajar akan belajar dengan baik bila materi pelajaran yang beradaptasi (berkesinambungan)secara tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Dalam teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses pembelajaran ini bejalan tidak sepotong – sepotong atau terpisah – pisah melainkan bersambung sambung dan menyeluruh. Teori belajar kognitif ini guru bukanlah sumber belajar utama dan bukan kepatuhan siswa yang dituntut dalam refleksi atas apa yang diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Evaluasi belajar bukan pada hasil tetapi pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasi pengalamanya. c. Teori belajar Humanstik Menurut
teori
humanistik,tujuan
belajar
adalah
untuk
memanusiakan manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator
bagi
motivasi,kesadaran
para
siswa
mengenai
sedangkan makna
guru
kehidupan
memberikan siswa.
Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. d. Teori Belajar Konstruktivisme Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme
merupakan
landasan
berfikir
(filosofi)
pembelajarankonstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
20
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan
itu
dan
memberi
makna
melalui
pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan
baru,
mereka
akan
lebih
pahamdan
mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. e. Teori belajar Gestalt Menurut pandangan teori gestalt seseorng memperoleh pengetahuan melaui sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunya kembali dalam struktur yang sederhana sehungga lebih mudah dipahami. Manfaat dari beberapa teori belajar adalah : 1) Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar 2) Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran 3) Memandu guru untuk mengelola kelas 4) Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai 5) Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif. 6) Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.
21
6. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Howart Kingsley dalam bukunya membagi tiga macam hasil belajar mengajar diantaranya: a. Keterampilan dan kebiasaan. b. Pengetahuan dan pengarahan. c. Sikap dan cita-cita. Oleh karena itu hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar
adalah
kemampuanm
keterampilan,
sikap
dan
keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakkuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.18 Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenisjenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.19 Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:20
18
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.
250-251. 19 20
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 30. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 102-124.
22
1. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3. Ranah Psikomotor Meliputi
keterampilan
motorik,
manipulasi
benda-benda,
koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar: 1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengertian 3. Sikap dan cita-cita Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan
23
pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selamalamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.21 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Tabroni Rusyan, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan ke dalam 2 golongan, yaitu faktor ekstern dan faktor intern. a. Yang Termasuk faktor ekstern yaitu; Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian Faktor lingkungan fisik yang terdiri dari fasilitas rumah, iklim/cuaca dan lain-lain. Faktor spritual atau keagamaan. Faktor instrumental, yang terdiri dari Kurikulum, Guru, Sarana Prasarana, administrasi dan manajemen. b. Yang termasuk faktor intern yaitu: Faktor fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera Faktor jasmaniah, baik yanng sifatnya bawaan maupun yang diperoleh dari sebuah peristiwa Faktor psikologi seperti kecerdasan, bakat, prestasi yang dimiliki dan lain-lain Faktor kematangan fisik maupun psikis.22
21
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdikarya,2005), h. 22 22 Tabroni Rusyan, Op.Cit, h. 82
24
2. Fiqih A. Pengertian Fiqih Kata Fiqh secara bahasa adalah al-fahm (pemahaman) berarti faham yang mendalam, mengetahui batinnya sampai kedalamanya. Pada awalnya kata fiqh digunakan untuk semua bentuk pemahaman atas Al-Qur‟an, Hadist dan bahkan sejarah. Pemahaman atas ayat-ayat dan Hadist-hadist teologi, dulu diberi nama fiqh juga, seperti judul buku Abu Hanifa tentangnya, Fiqh al-akbar. Pemahaman atas sejarah hidup Nabi disebut dengan fiqh al-sira’. Namun setelah terjadi spesialisasi ilmu-ilmu agama, kata fiqh hanya digunakan untuk pemahaman atas syari‟at (agama), itu pun hanya yang berkaitan dengan hukum-hukum perbuatan manusia.23 Oleh karenanya, hari ini kita mengenal definisi fiqh sebagai:
Pengetahuan tentang hukum-hukum syari‟ah (agama) tentang perbuatan manusia yang digali atau ditemukan dari dalil-dalil terperinci. Fiqh disebut dengan ilmu atau pengetahuan, karena fiqh memang sebuah ilmu atau pengetahuan. Dengan pengertian ilmu berarti fiqh bukan agama, namun fiqh terkait dengan agama. Dapat dikatakan bahwa fiqh adalah salah satu ilmu agama, selain dari teologi (ilmu tauhid) dan tasawuf (ilmu akhlak Islami). Fiqh disebut ilmu karena fiqh menggunakan metode ilmiah dalam perumusannya, baik pada saat penemuan maupun pada saat penampilannya. Secara istilah fiqh adalah tentang hukum-hukum syar‟i yang bersifat amaliyah, yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafshili. Menurut ulama lain fiqh adalah apa yang dicapai oleh mujtahid dengan zannya. Sedangkan Al-Amidi memberikan definisi yang tidak berbeda dengan yang diatas: “fiqh adalah ilmu tentang seperangkat 23
Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih,(Jakarta: Direktorat Jenderal pendidikan Islam Departemen Agama RI 2009),cet ke- 1. h. 3
25
hukum-hukum syara‟ yang bersifat furu‟iyah (cabang), berhasil didapatkan melalui penalaran atau istidlal” Bila kita fahami pengertian fiqh sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, maka fiqh itu adalah hasil penalaran para fuqaha atas hukum Allah baik yang terdapat dalam Al-Qur‟an maupun Sunnah Rasul, yang berkaitan dengan tingkah laku manusia. Dari berbagai pendapat tersebut diatas dapat diambil suatu pengertian, bahwa hakekat fiqh itu adalah: a. Fiqh adalah ilmu tentang hukum Allah b. Fiqh bersifat amaliyah furu‟iyah c. Pengetahuan tentang hukum Allah didasarkan pada dalil tafshili (teruntai) d. Fiqh digali dan ditemukan melalui penalaran dan istidlal seorang mujtahid atau faqih.24 8. Obyek Ilmu Fiqih Islam Sebagian fuqaha‟ berpendapat bahwa obyek atau bidang kajian ilmu fiqih ada dua kategori besar, yaitu: a. Ibadah; mencakup Shalat, puasa, zakat, dan haji. b. Adat istiadat; mencakup selain ibadah berupa hukum aplikatif, baik yang bekaitan tentang jinayah atau muamalat, sirah (perjalanan hidup), wasiat, dan warisan. Sebagian lain membaginya menjadi empat bagian utama sebagai berikut: a. Ibadah b. Sesuatu yang berhubungan dengan eksistensi seseorang, yaitu aktivitas muamalat seperti jual beli c. Sesuatu yang berhubungan degan kelangsungan jenis/keturunan brupa aspek tempat berteduh, seperti akad penikahan dan hal-hal yang berhubungan dengannya.
24
h. 5
ZurinalZ., Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Peneliti UIN, 2008), cet ke-1,
26
d. Sesuatu yang berkaitan dengan kelangsungan hidup jenis/keturunan yang berkaitan dengan hak-hak sipil atau yang berhubungan dengannya. Sebagian lagi membuat kategorisasi sebagai berikut : a. Ibadah, yaitu shalat, zakat, puasa, haji dan jihad. b. Muamalat, yaitu tukar menukar harta, amanat, pernikahan dan berhubungan denganya, pendakwaan dan harta peninggalan. c. Hukuman, yaitu qishash, hukuman mencuri, zina, qadzaf (tuduhan palsu perzinahan), dan murtad (pindah agama dan keluar dari agama Islam).25 9. Sumber Fiqih Islam Adapun yang dimaksud dengan sumber (mashdar) fiqih Islam adalah ushul (dasar) yang dijadikan sandaran para fuqaha‟ dalam ijtihadnya, sebagai sandaran dalam menggali hukum-hukum syar‟i. Dan tidak ada kata syar‟i bagi fiqih Islam selama ia tidak bersumber dan lahir dari rahimnya. Kitab-kitab ushul fiqih menyebutkan ada beberapa sumber fiqih Islam, diantaranya; Al-Qur‟an, sunnah, ijma‟, qiyas, kemaslahatan umum, „urf, pendapat sahabat, syariat sebelum kita, istihsan, dan saddu dzari‟ah. Tidak semua sumber hukum fiqih ini disepakati oleh para fuqaha‟, diantaranya ada yang sudah disepakati oleh semua fuqaha‟ seperti Al-Qur‟an dan sunnah dan ada yang sudah disepakati oleh mayoritas ulama seperti ijma dan qiyas. Akan tetapi, ada juga yang masih dipertikaikan fuqaha‟ yaitu istihsan adalah menganggap sesuatu baik, dikatakan jika ia menganggap dan meyakini sesuatu itu baik, al-mashalih al-mursalah adalah manfaat, atau untuk menyebutkan perbuatan yang mengandung manfaat atau kebaikan, al-„urf adalah sesuatu yang sudh diyakini mayoritas orang, baik berupa ucapan atau perbuatan yang sudah berulang-ulang sehingga tertanam dalam jiwa dan diterima oleh akal
25
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’:Sejarah Legislasi Hukum Islam, (Jakarta:Amzah, 2009), cet ke-1, h. 7
27
mereka, pendapat sahabat, syariat umat sebelum Islam (syar‟u man qablana), dan sadd adz-dzara‟i.26 10. Kurikulum Fiqih pada Madrasah Ibtidaiyah. Mata pelajaran Fiqh di Madarasah Ibtidaiyyah merupakan salah satu mata pelajaran agama yang mempelajari tentang Fiqh ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara- cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan seharihari, serta Fiqh muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Serta substansial mata pelajaran Fiqh memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari- hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. Penyusunan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Fiqh di Madrasah Ibtidaiyyah ini dilakukan dengan cara mempertimbangkan dan me-review peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam aspek Fiqh untuk SD/ MI, serta memperhatikan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor: DJ.II.I/PP.00/ED/681/2006, tanggal 1 Agustus 2006 Tentang Pelaksanaan Standar Isi, yang intinya bahwa Madrasah dapat
26
ibid,… h. 138
28
meningkatkan kompetensi lulusan dan mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi.27 Dalam Permenag No. 2 Tahun 2008 di jelaskan bahwa Standar Kompetensi Lulusan mata pelajaran Fiqh di Madrasah Ibtidaiyah ialah siswa mampu mengenal dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun Islam, mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan thaharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. 11. Struktur Kurikulum Fiqih pada Madrasah Ibtidaiyyah. Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah sama dengan kurikulum Sekolah Dasar, hanya saja pada MI terdapat porsi lebih banyak mengenai Pendidikan Agama Islam. Selain mengajarkan mata pelajaran sebagaimana Sekolah Dasar, juga ditambah pelajaran-pelajaran seperti: a. Alquran Hadis b. Aqidah Akhlak c. Fiqih d. Sejarah Kebudayaan Islam e. Bahasa Arab
12. Tujuan Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah. Mata pelajaran Fiqh di Madrasah Ibtidaiyyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang Fiqh ibadah. Terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara- cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari- hari, serta Fiqh Muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial mata pelajaran Fiqh memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari- hari sebagai 27
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam di Madrasah
29
perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dan Allah, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. Mata pelajaran Fiqh di Madrasah Ibtidaiyyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1. Mengetahui dan memahami cara- cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. 2. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dan ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. 13. Ruang lingkup mata pelajaran Fiqh di Madrasah Ibtidaiyah. Ruang lingkup mata pelajaran Fiqh di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: i. Fiqh ibadah; yang menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara thaharah, shalat, puasa, zakat, ibadah haji. ii. Fiqh Muamalah; yang menyangkut pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam 14. Materi Pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Materi pembelajaran fiqih pada MI meliputi: a. Pembelajaran rukun Islam, Syahadat dan Bersuci dari Najis. b. Pembelajaran wudhu, mandi wajib dan Khitan. c. Pembelajaran azan dan iqamat. d. Pembelajaran Shalat fardu. e. Pembelajaran shalat berjamaah, shalat rawatib, zikir dan do‟a. f. Pembelajaran Shalat jum‟at dan shalat bagi orang sakit. g. Pembelajaran puasa dan amalan ramadhan dan shalat Id.
30
h. Pembelajaran zakat, infak, shodaqoh dan qurban. i. Pembelajaran haji, halal-haram dan muamalah. Dari materi-materi pembelajaran fiqih yang telah dijelaskan di atas, penulis ingin mengangkat materi tentang pembelajaran Shalat khususnya
tentang pembelajaran
praktek
Shalat.
Adapun
materi
pembelajaran praktek Shalat yang diajarkan untuk siswa MI meliputi gerakan dan bacaan serta ketentuan lainnya. - Standar Kompetensi dari pembelajaran praktek Shalat adalah siswa dapat atau mampu mempraktekkan Shalat fardu. - Kompetensi Dasar yang diharapkan dari pembelajaran praktek Shalat adalah : 1. Siswa mampu menyebutkan ketentuan tata cara Shalat fardu 2. Siswa mampu mempraktekkan keserasian gerakan dan bacaan Shalat fardu. Dan untuk mengukur kemampuan siswa diperlukan Evaluasi kompetensi siswa dalam menyebutkan ketentuan, gerakan dan bacaan Shalat yakni sebelum dan sesudah dilaksanakannya metode demontrasi tentang Shalat. Adapun test yang diberikan secara tertulis dengan 15 pertanyaan (terlampir). Adapun untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam mempraktekkan Shalat dan keserasian antara gerakan Shalat dan bacaan yang dilakukan dan ujian praktek dan aspek pengamatan gerakan dan bacaan yang perlu diamati guru (terlampir). 15. Metode Pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Metode-metode pembelajaran adalah tata cara yang digunakan guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan mengkhususkan aktifitas proses pembelajaran yang berlanngsung biasanya metode yang digunakan melalui salah satu strategi,
tetapi juga tidak tertutup kemungkinan
beberapa metode berada di dalam strategi yang bervariasi artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang dicapai oleh proses yang akan dilakukan
31
dalam kegiatan pembelajaran, ada banyak metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran yang terkait dengan strategi pembelajaran fiqih ibadah terutama tentang metode pembelajaran Shalat Metode / Teknik dan Media Pembelajaran Untuk dapat menyampaikan materi Shalat, agar tercapai tujuan utama pembelajaran, yaitu membentuk pribadi yang taqwa, diperlukan metode-metode pembelajaran yang relevan. Untuk mencapai kompetensi menyebutkan Shalat-Shalat fardu dapat menggunakan ceramah, tanya jawab, dan hapalan. Sedangkan untuk mencapai kompetensi menirukn gerakan menggunakan metode demontrasi ataupun latihan/praktek. Adapun
guna
meraih
kompetensi
“mampu
menirukan
bacaan”
menggunakan hapalan dan oenugasan. a. Metode Ceramah Metode ceramah dapat digunakan untuk menyampaikan materi fiqih tentang ketentuan Shalat, khususnya tentang kewajiban Shalat bagi setiap mukmin dan hal-hal yang bersifat teoritis lainnya. b. Metode Tanya jawab Metode tanya jawab dapat digunakan utuk mengetahui pengetahuan siswa tentang kewajiban Shalat, macam-macam Shalat sunah, dan untuk mengetahui siapa diantara siswa yang sudah biasa melaksanakan Shalat dirumahnya. Metode ini juga dapat digunakan untuk menguji hapalan bacaan Shalat atau memotivasi siswa untuk menghafalnya. c. Teknik Bola Pertanyaan Teknik ini salah satu teknik yang dapat digunakan dalam sesi tanya jawab. Teknik ini memadukan tanya jawab dengan bermain-main yang mungkin akan cocok bila diterapkan kepada siswa MI kelas V. d. Teknik Examples Non Examples Dalam pembelajaran Shalat, teknik ini dapat digunakan untuk memperkenalkan gerakan-gerakan Shalat dan urutannya melalui sejumlah gambar.
32
e. Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan. f. Metode Resitasi (Pemberian tugas) Dengan metode ini guru menggunakan pemberian tugas misalnya: pekerjaan rumah, sebagai cara atau alat untuk memantapkan pengetahuan siswa. g. Metode Demontrasi dan Eksperimen Metode demontrasi adalah cara menyampaikan materi pembelajaran dengan peragaan, baik dilakukan oleh dirinya atau meminta orang lain untuk memperagakannya. h. Metode Bermain Peran Metode
bermain
peran
adalah
cara
mengajar
dengan
mendemontrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial. i. Metode Inquiri Metode
inquiri
mempersiapkan
atau peserta
penyelidikan
merupaka
didik
situasi
pada
metode
untuk
yang
melakukan
eksperimen sendiri. j. Metode Kisah/cerita Metode ini dapat digunakan untuk menyentuh rasa anak didik agar membuat mereka berani, rajin, takut, cemas, harap dan sebagainya. k. Metode Pengulangan/hapalan. Dalam pembelajaran fiqih, metode pengulangan dapat digunakan untuk menghafalkan do‟a-do‟a dan bacaan. l. Metode Peneladanan Dalam pembelajaran agama,khusunya fiqih, metode peneladanan sangat efektif bagi keberhasilan mengajar. Metode ini dilakukan dengan memberi teladan pelaksanaan ajaran agama di depan siswa.
33
Oleh karena itu untuk mencapai kompetensi pada materi pembelajaran Shalat yaitu, dengan menirukan gerakan Shalat penulis menggunakan metode demontrasi ataupun latihan praktek. Adapun prosedur dan langkah-langkah yang akan diajarkan guru kepada siswa dalam hal ini menirukan gerakan-gerakan Shalat secara tertib melalui metode demontrasi/praktek adalah sebagai berikut : a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk melakukan Shalat. b. Guru mendemontrasikan keserasian gerakan dan bacaan Shalat sesuai dengan urutan Shalat yang benar, misalnya guru melakukan takbiratul ihram. c. Setelah selesai mendemontrasikan, guru membimbing pelatihan Shalat yang serasi baik dengan gerakannya kepada siswa perkelompok. d. Kemudian guru melakukan pengalihan atas kemampuan siswa dan memberikan umpan balik atas pelatihan Shalat siswa tersebut. e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan lebih lanjut. Dalam metode demontrasi/praktek guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam mempraktekkan gerakan dan bacaan Shalat, adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam membimbing siswa adalah: 1. Apakah posisi tangan ketika takbiratul ihram sudah tepat! 2. Apakah posisi tangan ketika berdiri sudah benar ! tangan kanan di atas tangan kiri ? 3. Apakah bacaan Al-Fatihah siswa sudah benar? 4. Apakah posisi rukuk siswa sudah benar ? apakah posisi benar, koreksilah segera 5. Apakah posisi sujud siswa sudah benar ? apakah posisi lima anggota tubuh dalam sujud ( dahi, hidung, telapak tangan, lutut dan jari kaki ) sudah tepat? jika belum bimbinglah sampai benar.
34
6. Apakah posisi antara dua sujud/tahiyat awal dan tahiyat akhir sudah benar? kalau belum periksa. Adapun Kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: a. Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati. b. Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain c. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar d. Dapat menambah pengalaman anak didik e. Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan f. Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit g. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung. Dari macam-macam metode tersebut guru fiqih di MI Al-Hikmah dalam pembelajarannya memakai metode demontrasi
3. Metode Demontrasi a. Pengertian Metode Demontrasi Yang di maksud dengan metode demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstran cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran
fiqih,
misalnya
bagaiamana
cara
berwudhu,
shalat,
memandikan orang mati, tawaf pada waktu haji,dan yang lainnya.
35
Secara etimologi Metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu Metha dan Hodos. Metha berarti melalui atau melewati, dan hodos yang berarti jalan
atau cara.28 Sedangkan menurut terminologi metode
berarti suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yang dimaksud dengan metode demontrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukkan tertentu kepada siswa. Metode demontrasi dapat digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran Fiqih, misalnya bagaimana cara berwudhu yang benar, bagaimana cara shalat yang benar, dan lain-lain. sebab kata demontrasi diambil dari “Demonstration: (to show) yang artinya memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu”. Pengertian lain dari metode seperti yang diungkapkan oleh para ahli di bawah ini: 1) Samsul Nizar mengartikan metode sebagai suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.29 2) Ahmad Tafsir mengartikan metode sebagai cara yang paling tepat dan cepat dalam melaksanakan sesuatu.30 Dari beberapa pengrtian di atas bisa disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
28
H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 141 29 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),h. 66 30 Ahmad Tafsir, Metodelogi Pengajaran Agama Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya , 1996),h. 9
36
Sedangkan
demontrasi
adalah
upaya
peragaan
penunjukan tentang cara mengerjakan atau melakukan sesuatu.
atau
31
Demontrasi menurut M. Uzer Usman adalah memperagakan apa yang diajarkan guru dengan cara didaktis, maksudnya agar apa yang disampaikan betul-betul dimiliki oleh peserta didik. dikatakan lebih lanjut bahwa dalam belajar yang efektif harus dimulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman kongkrit menuju pengalaman yang lebih abstrak. Artinya tidak cukup bagi seorang siswa mempelajari teori tanpa adanya peragaan yang kongkrit pula. Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih dulu Mendemonstrasikan dengan sebaikbaiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk. Demontrasi sebagai suatu metode mengajar berarti seorang guru atau demonstrator memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses. Misalnya dalam mengajarkan cara melaksanakan berwudhu diperlihatkan seluruh proses pelaksanaannya kepada seluruh siswa, atau dengan cara mempergunakan sumber-sumber lain sebagai alat demontrasi bantuan. Metode
Demontrasi
sangat
tepat
digunakan
karena
pengalaman dan pengalaman langsung dari seorang siswa akan dengan mudah tersimpan dalam memorinya. Dengan demikian, mereka dengan sendirinya memahami penjelasan dari gurunya tanpa harus bersusah payah. Jadi metode demontrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau memperagakan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun contoh atau tiruan yang sering disertai dengan penjelasan secara lisan. 31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),h. 208
37
b. Kelebihan Metode Demontrasi Adapun Kelebihan metode demonstran adalah sebagai berikut: 1) Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati. 2) Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain 3) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar 4) Dapat menambah pengalaman anak didik 5) Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan 6) Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit 7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung. c. Perbedaan Metode Demontrasi Dengan Metode Eksperimen Berbeda dengan metode eksperimen, metode demontrasi titik tekannya adalah memperagakan tentang jalannya suatu proses tertentu, sementara metode eksperimen adalah melakukan percobaan/praktik langsung atau dengan cara meneliti dan mengamati secara seksama. Perbedaan lainnya adalah metode demontrasi dilakukan oleh guru terlebih dahulu, baru diikuti oleh siswa, sedangkan metode eksperimen dilakukan oleh guru dan siswa secara bersama-sama. Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah di
miliki
oleh
anak
didik,
maka
guru
harus
mencoba
mendemonstrasikan di depan para murit. Dan apabila anak didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati langkah dari langkah dari setiap gera-gerik murid tersebut, sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkewajiban memperbaikinya.
38
Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, karna guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik yang menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya. Dari segi kelemahan metode demonstran adalah: 1) Memerlukan waktu yang cukup banyak 2) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien 3) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya 4) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit 5) Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif. Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah: 1) Perencanaan Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah: a) Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di harapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir b) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan c) Memperhitungkan waktu yang di butuhkan d) Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah: Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa. Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik.
39
2) Pelaksanaannya yang mesti di lakukan adalah: a) Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya b) Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa c) Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran d) Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik e) Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif f) Menghindari ketegangan 3). Evaluasi: Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas,
seperti
membuat
laporan,menjawab
pertanyaan,
mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah ataupun di rumah. 4). Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi tersebut adalah: a. Rumuskan secara spesifik yang dapat di capai oleh siswa. b. Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang telah di rencanakan. c. Menyiapkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai. d. Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah ibtidaiyah al-Hikmah kalibata Jakarta selatan RT 011/RW 01 No. 29 Kalibata Jakarta Selatan Waktu penelitian berlangsung selama 4 bulan mulai dari bulan Maret 2012 sampai bulan Mei 2012.
B. Metode dan Desain Penelitian Sesuai dengan tujuan ingin dicapai, maka metode yang penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau di kenal dengan Class Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan. Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi ( dan lembagalembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997).9
9
Enjah Takari “Penelitian Tindakan Kelas” (Bandung: PT. Genesindo, 2008) , Cet. Ke-I
h. 5
40
41
Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan. Dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.10 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa belajar mengajar untuk memperbaiki suatu kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu pelaksanaannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran yang dilaksanakan oleh guru/peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua siklus dan tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu :
10
Ibid …, h. 6
42
TAHAPAN SIKLUS-SIKLUS 1
Perencanaan
Persiapan Awal
(Planning)
a. Mengurus surat perizinan untuk melakukan observasi. b. Melakukan konsultasi pada dosen pembimbing terkait hasil observasi yang telah dilakukan. c. Menyusun kisi-kisi soal untuk instrumen penelitian. d. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah di buat. e. Melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing mengenai instrumen yang telah di buat. f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Fiqh pada materi sholat wajib dengan berjamaah. g. Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah untuk melakukan uji coba yang akan digunakan dalam penelitian. h. Mengolah hasil data uji coba dengan mencari validitas, reabilitas dan tingkat kesukaran butir soal instrumen. j. Menentukan butir soal yang layak untuk dijadikan instrumen penelitian.
2
Tindakan (Acting)
a. Mengadakan tes awal (pretest) pada setiap siklunya. Penelitian menggunakan soal-soal hasil analisis dan uji instrumen penelitian. b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tampilkan untuk maju kedepan c. Mengadakan tes akhir (postest) untuk siklus I dan II. Penelitian menggunakan soal yang sama ketika dilakukan tes awal (pretest).
3
Pengamatan
Pengamatan
dilakukan
bersamaan
dengan
proses
(Observing)
pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, dilakukan kolaborasi antara peneliti dan observer untuk mengisi lembar
43
observasi aktifitas siswa. 4
Refleksi
a. Menganalisis data hasil tes awal (pretest) pada setiap siklusnya dengan menggunakan uji statistik. b. Menganalisis data hasil tes akhir (postest) pada setiap siklusnya dengan menggunakan uji statistik. c. Melakukan
penarikan
kesimpulan
terhadap
hasil
penelitian berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan.
Pada tahap ini, data hasil pengamatan yang dapat dianalisis bersama dengan observer sehingga diketahui kekurangan yang ada pada siklus I. Hasil analisis tersebut dijadikan acuan untuk merencanakan tindakana pada siklus II. Langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas tergambar dibawah ini:
Langkah 1 Siklus
(2) Tindakan
(1) Rencana
(3) Pengamatan Analisis Hasil
(4) Refleksi Evaluasi
Gambar 3.1 Desain Intervensi Tindakan (Bagan Siklus PTK sumber KTI Prof Suharjono)
44
Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktek bukan merupakan dunia yang berlainan. Akan tetapi keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantungan, dan keduanya berfungsi untuk mendukung transformasi.
Langkah-langkah setiap tahapan penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
PRA PTK
Identifikasi Masalah
Analisis Masalah
Rumusan Masalah
Rumusan Hipotesis Tindakan
Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan
Observasi Tindakan
Refleksi
Gambar 3.2 Bagan Pra PTK
Siklus kedua
45
Setelah pelaksanaan siklus pertama dengan memperhatikan berbagai masukan dari para observer dari refleksi sebelumnya, PTK dilanjutkan pada siklus kedua. Pada siklus kedua ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan disertai observasi, dan refleksi.
SIKLUS I
PRA PTK
Identifikasi Masalah
Pelaksanaan Tindakan
Observasi Tindakan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan
Observasi Tindakan
Refleksi
Penyusunan Laporan
Gambar 3.3 Bagan Siklus PTK
46
C. Subyek dan Pihak yang Terkait dalam Penelitian Subyek dalam kegiatan penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada kelas II Madrasah Ibtidaiyah dengan jumlah siswa 23 orang, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Sedangkan pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah peneliti dan wali kelas II sebagai teman observer atau kolaborator.
D. Posisi dan Peran Peneliti dalam Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian koloburatif. Adapun penelitipeneliti yang terlibat antara lain: No 1
Posisi
Peranan
Peneliti Utama
1. Memberikan pretest dan postest
(Siti Azizah)
2.Mengajar materi sholat wajib dengan berjamaah 3. Memberikan lembar pretest 4.Bersama konsultan ahli dan observer menganalisis dan menarik kesimpulan terhadap hasil penelitian.
2
Observer
1.Membantu peneliti utama mengamati
(Mursidi)
proses pretest, implementasi tindakan, postest 2.Memberikan
masukan-masukan
saat
analisis data dan menarik kesimpulan. 3
Konsultan Ahli (Abdul Ghofur. MA)
1.Memberikan
masukan
pada
peneliti
utama pada saat menyusun perangkat pembelajaran dan menyusun instrument 2.Memberikan masukan pada saat membuat siklus penelitian 3.Memberikan masukan saat analisis dan menarik kesimpulan.
47
E. Tahap Intervensi Tindakan Adapun Desain penelitian yang digunakan adalah desain siklus yang terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, melakukan tindakan, observasi, dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya. Adapun tahapan-tahapan intervensi siklus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Siklus I a. Tahap Perencanaan 1. Menelaah tujuan kurikulum pada materi sholat wajib dengan berjamaah 2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menyusun LKS. 3. Membuat
dan
Mempersiapkan
sumber,
bahan,
dan
media
pembelajaran 4. Menyusun instrumen penelitian 5. Memvalidasi instrumen penelitian b. Tahap tindakan-tindakan dan observasi
No Tahap Tindakan
Kegiatan Observasi
1
Mengamati proses pelaksanaan pree-
Pree-test
test 2
Implementasi materi sholat
- Mengamati proses implementasi
berjamaah
- Mencari hal-hal yang terjadi dalam
dengan menggunakan metode
proses pembuatan yang tidak ter-
Demonstrasi.
cantum dalam materi sholat wajib dengan berjamaah dan pada manfaat Mengamati proses pelaksanaan postest
3
Pos-test
Mengamati proses pengisian pos-test
48
c. Tahap Refleksi 1. Menganalisis data-data yang di peroleh pada tahap tindakan dan observasi. 2. Mengambil kesimpulan tentang kelebihan dan kelemahan penggunaan model pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi sholat berjamaah, sebagai acuan/desain untuk menyusun desain siklus selanjutnya.
Siklus II a. Perencanaan 1) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternatif pemecahan masalah. 2) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar. 3) Pengembangan program tindakan II. b. Tindakan Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui: 1) Guru melakukan apersepsi pada pelajaran yang sudah
2) Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. 3) Siswa bertanya jawab tentang sholat berjamaah 4) Siswa menceritakan tentang praktik sholat berjamaah 5) Presentasi hasil diskusi. 6) Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa. c. Pengamatan (Observasi) 1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. 2) Menilai
hasil
dikembangkan.
tindakan
sesuai
dengan
format
yang
sudah
49
d. Refleksi 1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul. 2) Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II. 3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III 4) Evaluasi tindakan II Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.
F. Hasil Intervensi yang Diharapkan Dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini, penulis terus mengupayakan untuk memberikan tindakan dengan cara penyajian materi semenarik mungkin yaitu dengan berkelompok yang berkaitan dengan materi pelajaran untuk diamati secara kelompok agar peningkatan hasil belajar dapat meningkat dan dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Penentuan nilai KKM di tentukan oleh guru kelas/ guru mata pelajaran dengan mengacu pada nilai ketuntasan belajar siswa yang ditentukan oleh pencapaian skor minimal. Untuk itu penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar Fiqih siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al-Himah terhadap materi sholat berjamaah, mencapai indikator kriteria ketuntasan Minimal 65 % dengan nilai KKM yang ditetapkan sekolah 70,00.
G. Data dan Sumber Data Data yang diperoleh berupa nilai hasil belajar siswa yang mencakup pemahaman konsep dan aktivitas siswa dengan menggunakan metode demonstrasi.
50
Data
Sumber Data
Instrumen
Pemahaman materi
Siswa
Pree-test dan pos-test
Aktivitas siswa
Siswa
Lembar observasi
H. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu: 1. Instrumen Tes Tes tertulis ini berupa tes awal (pretest) dan akhir (postest). Tes awal (pretest) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik, karena itu pertanyaan yang tercantum dalam pokok soal dibuat yang mudah. Sedangkan tes akhir (postest) adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada siswa para peserta didik dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal. 2. Instrumen Non Tes Dalam instrumen non test yang telah digunakan adalah sebagai berikut; a. Lembar observasi Lembar observasi ini terdiri dari lembar observasi aktifitas siswa dan lembar observasi aktifitas pembelajaran. Lembar observasi proses kegiatan belajar mengajar yaitu untuk mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai aktifitas belajar siswa dan proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi. b. Catatan lapangan Catatan lapangan digunakan untuk mengamati seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa dan aspek lainnya yang perlu dicatat.
51
I. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi terhadap proses pembelajaran, membuat catatan lapangan, dokumentasi, dan merekapitulasi nilai hasil belajar yang diperoleh siswa dari tes pada setiap akhir siklus. Setelah semua data terkumpul penelitian bersama kolaborator (guru mata pelajaran) melakukan analisis dan evaluasi data untuk membuat kesimpulan mengenai peningkatan hasil belajar siswa serta kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Sebelum tes tersebut dijadikan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden, yaitu orang-orang diluar sampel (subyek) yang telah ditetapkan. Dalam hal ini diluar subyek yang sudah ditetapkan. Tes uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut dapat memenuhi syarat validitas dan reliabilitasnya atau tidak. 1. Uji validitas Suatu alat evaluasi tersebut validity dapat diartikan tepat atu sahih, apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya, atau dengan kata lain suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu. Uji
validitas
adalah uji kesanggupan alat penilain dalam mengukur isi sebenarnya. Untuk mengetahui validitas instrumen soal maka digunakan rumus korelasi point Biserial.11
M P M1 SD1
11
p q
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet ke-2, h. 79
52
Keterangan: r pbsi = Koefisien korelasi biserial M
p
= Rerata skor pada subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
Mt
= Mean skor total yang berhasil dicapai oleh peserta tes
SD t
= Standar Deviasi dari skor total
P
= Proporsi peserta tes yang menjawab betul
q
= Proporsi peserta tes yang menjawab betul
r>r tabel maka butir soal tersebut valid r
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah ketepatan alat tersebut dalam mengukur apa yang dinilai. Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang disusun dapat memberikan hasil yang tepat atau tidak. Hal ini berarti apabila soal dikenakan untuk sejumlah subyek yang sama dalam waktu tertentu, maka hasil akan tetap sama. Instrumen disebut reliabil mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen tes hasil belajar siswa Kuder-Richardson (K-R 20) dengan rumus sebagai berikut:12
r11
2 n S pq = S2 n 1
Keterangan: r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhan n = jumlah butir soal dalam perangkat tes S = standar deviasi skor-skor tes p = proporsi subyek yang menjawab item benar
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, …………h. 100
53
q
= proporsi subyek yang menjawab item salah
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
Adapun kriteria pengujiannya adalah: r 11 = 0,00-0,20 = Reliabilitas kecil r 11 = 0,20-0,40 = Reliabilitas rendah r 11 = 0,40-0,70 = Reliabilitas sedang r 11 = 0,70-0,90 = Reliabilitas tinggi r 11 = 0,90-1,00 = Reliabilitas sangat tinggi r>r tabel instrumen hasil belajar reliabel r
3. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran merupakan suatu proporsi atau perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Indeks kesukaran rentangnya dari 0,0 sampai 1,0. Semakin besar indeks kesukarannya menunjukkan semakin sulit butir soal. Cara menghitung tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut:13 P=
B JS
Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyak siswa yang menjawab soal dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta test Kriteria tingkat kesukaran: 0,00-0,40 = sukar 0,50-0,70 = sedang 0,80-1,00 = mudah 13
Suharsimi Arikunto,. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,…..h. 208
54
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisi data, yaitu penelitian memberikan uraian mengenai hasil penelitian. Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan penelitian untuk mengurai data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif, lembar observasi kegiatan siswa dan guru pada proses pembelajaran, catatan lapangan, dan respon siswa terhadap metode demostrasi. Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus menggunakan gain skor. Gain adalah selisih antara nilai postes dan pretes, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran yang dilakukan guru. Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan Normalized Gain14
Indeks N-Gain
= Skor test akhir-skor tes awal Skor maksimum-skor tes awal
Dengan kategori:
14
g tinggi
: nilai (g) > 0,70
g sedang
: 0,70 > (g) > 0,3
g rendah
: nilai (g) < 0,3
Suherman “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah” (Jakarta: UIN, 2008), h. 51
55
L. Analisis Tindak Lanjut dan Pengembangan Perencanaan Tindakan Seperti yang telah dikemukakan, bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang memiliki tahapan-tahapan dalam tiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan/pengumpulan data dan rrefleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan perbaikan apabila setelah tindakan siklus I selesai dilakukan dan belum terjadi peningkatan hasil belajar siswa, maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya pada siklus II sebagai perbaikan pembelajaran. Jika hasil penelitian telah mencukupi indikator keberhasilan maka dicukupkan dan dianggap penelitian dilaksanakan.
tindakan kelas berhasil
56
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang MI Al-Hikmah Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah berada di wilayah Kelurahan Kalibata Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Di kelurahan Kalibata terdapat banyak Sekolah Swasta yang mengelolah pendidikan formal dari tingkat RA/TK, SD/MI, SMP/MTs, SLTA/MA bahkan sampai dengan Perguruan Tinggi. Tetapi selama ini mutu pendidikan tersebut masih kalah bersaing dengan sekolah-sekolah lain. MI Al-Hikmah yang berdiri sejak tahun 1986 sampai saat ini masih tetap eksis dan dapat melaksanakan Kegiatan Belajar mengajar walaupun dalam serba keterbatasan. Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah mempunyai potensi yang besar dan dapat dikembangkan lebih maju lagi, diantaranya karena : 1. Gedung MI Al-Hikmah sudah direnovasi sehingga Ruang kelas Belajarnya standar dan nyaman untuk belajar. 2. Sumber Daya Manusia ( SDM ) atau Guru sebagian besar sudah Strata Satu (S.1) dan sudah Pegawai Negeri Sipil ( PNS ). 3. Lokasi yang strategis 4. Lokasi lahan yang luas. Dengan segenap aktivitas akademik MI Nal-Hikmah akan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan mutu pendidikan, agar lulusan dari MI Al-Hikmah dapat bersaing dengan lulusan dari sekolah lain.
56
57
VISI DAN MISI VISI Terselenggara proses pendidikan yang menggunakan keseimbangan Iman, Taqwa, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
MISI 1. Menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kurikulum. 2. Meningkatkan kualitas manajemen pendidikan dan sumber daya manusia (tenaga kependidikan). 3. Menghasilkan Pelajar yang mempunyai daya pikir yang handal dan kreatif serta mengerti akan ajaran agama menuju perilaku santun dan berbudi pekerti luhur. 1. Struktur Organisasi Untuk struktur organisasi MI Al-Hikmah
Jakarta Selatan
berdasarkan data yang diperoleh penulis dari bagian administrasi yaitu sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI MI AL-HIKMAH
YAYASAN MI AL-HIKMAH
KEPALA SEKOLAH KOMITE SEKOLAH
TATA USAHA WAKASEK
GURU-GURU
SISWA-SISWI
58
2. Keadaan Guru, karyawan dan Siswa-siswi Tabel 4.1 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No
Keterangan
Jumlah
Pendidik 1
Guru PNS Diperbantukan Tetap
2
2
Guru Tetap Yayasan
-
3
Guru Honorer
6
4
Guru Tidak Tetap
Tenaga Kependidikan 1
Bendahara
1
2
Tata Usaha
2
Tabel 4.2 Data Guru Dan Karyawan
NO
NAMA/NIP
1
H. Abdul Salam
2 3 4 5 6 7 8
Mursidi Mulyana Siti Azizah M. Kholil Amir Ma`mun, S.Ag Tri Wahyuni, S.Pd Ahmad Zamroni, S.Pd.I
PEND. TERAKHI R PGAN MAN MAN MAN SLTA IAIN UHAMKA Yudharta
BIDANG STUDY Bahasa Akidah Guru Kelas 4 Guru Kelas 2 Guru Kelas 1 Guru Kelas 3 Guru Kelas 5 Guru Kelas 6 Fikh, Qurdist
Arab,
59
Jumlah siswa-siswi MI Al-Hikmah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Data Siswa MI Nurul Ikhwan Tahun Pelajaran 2011-2012
NO 1 2 3 4 5 6
KELAS I II III IV V VI
JUMLAH
JENIS KELAMIN
JUMLAH
L 16 14 10 12 11 9
P 14 9 10 8 19 8
30 23 20 20 20 17
72
58
130
3. Sarana dan Prasarana Berdasarkan pengamatan dan informasi pihak MI Al-Hikmah Jakarta Selatan bersama ini dapat disajikan gambaran kondisi sarana dan prasarana sekolah, sebagaimana tabel berikut :
60
Tabel 4.4 Keadaan sarana dan prasarana sekolah MI Al-Hikmah
No
Jenis Prasarana
1 Ruang Kelas 2 Perpustakaan
Jumlah Jumlah Kategori Kerusakan Jumlah Ruang Ruang Rusak Rusak Rusak Ruang Kondisi Kondisi Ringan Sedang Berat Baik Buruk 5 5 1 1
3 R. Pimpinan
1
1
4 R. Guru
1
1
5 R. Tata Usaha
1
1
6 R. Konseling 7 Tempat Ibadah
1
8 R. UKS 9 Jamban
1
10 Gudang 11 R. Sirkulasi 12 Tempat Olahraga 13 R. OSIS
B. Deskripsi Data Setelah dilakukan pembelajaran sholat dengan menggunakan metode demontrasi menggunakan siklus I dan siklus II nilai tes akhir (post-test) setiap siswa mengalami peningkatan dari nilai tes awal (pre-test) siswa lebih mudah
memahami
dan
mengingat
materi
yang
diajarkan
dengan
menggunakan metode demontrasi karena siswa diberi kesempatan melakukan kegiatan sendiri untuk memperoleh pengetahuan sehingga terbentuklah konsep-konsep yang telah mereka temukan. Berdasarkan hasil observasi dan pemikiran selama pembelajaran sholat menggunakan metode demontrasi diperoleh data yang tercantum pada tabel.
61
Tabel 5. 5 Skor hasil belajar siswa pada siklus II dan siklus II
Rata-rata Skor hasil belajar Pre-test
Pos-test
Siklus I
43,7
69,5
Siklus II
48,5
76,0
Menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada praktek shplat meningkat setelah dilakukan kegiatan belajar mengajar dengan metode demontrasi. Hal ini terlihat dari rata-rata kelas skor postest yang meningkat dari rata-rata kelas skor pretest pada siklus I dan siklus II. Kenaikan rata-rata kelas skor pretest dan postest pada siklus I yaitu 43,7 menjadi 69,5 sedangkan kenaikan rata-rata kelas skor pretest dan postest pada siklus II yaitu 48,5 menjadi 76,0. Setelah melakukan refleksi pada siklus I dan berdasarkan peningkatan hasil belajar pada siklus I, peneliti merasa perlu untuk melanjutkan penelitian ke siklus II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I. Setelah dilakukan siklus II, peneliti memperoleh data yang menunjukkan bahwa terjadi pengikatan hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model metode demontrasi. Tabel 4.6 Siswa yang Mencapai KKM
No 1 2 3 4 5 6
Nama Ahmad Akbar Ramadhan Bayu Saputra Daimah Ervansyah Galuh Ramadhan Hambali
Pretest 83 77 73 77 70 70
Protest 70 80 77 80 80 70
62
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Helmy Nurul Illahi Insanul Kamil Junaedi Kartono M. Adib Anas Nur Mustika Dwi Jayanti Putri Septiani Uminah Ronald Surachman Sandi Rian Ramadhan Sarah Widiyani Putri Fatimah Sriyanti Santoso Sekti Warsito Maya Susilawati ∑ %
70 77 80 73 70 63 63 63 70 73 57 (belum tuntas) 70 57 (belum tuntas) 50 (belum tuntas) 17
77 73 77 73 80 80 73 80 70 70 80 80 70 80 20 100 %
Sesuai dengan tabel V.6 di atas, skor hasil belajar pada nilai protest telah diintegrasikan sesuai dengan KKM fiqih yang berlaku di MI Al-Hikmah yaitu ≥ 65. Pada siklus I, jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 17 orang ( 87,5 % ) sedangkan siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM sudah mencapai keseluruhan siswa yang mencapai 20 orang (100 %). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar fiqih siswa pada pelajaran sholat dengan metode demontrasi.
63
Tabel 4.7 Siklus I
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Ahmad Akbar Ramadhan Bayu Saputra Daimah Ervansyah Galuh Ramadhan Hambali Helmy Nurul Illahi Insanul Kamil Junaedi Kartono M. Adib Anas Nur Mustika Dwi Jayanti Putri Septiani Uminah Ronald Surachman Sandi Rian Ramadhan Sarah Widiyani Putri Fatimah Sriyanti Santoso Sekti Warsito Maya Susilawati Jumlah Rata-rata
Pretest 53 60 57 47 50 47 30 50 47 40 40 40 47 40 33 40 47 37 30 30 1872
Protest 83 77 73 77 70 70 70 77 80 73 70 63 63 63 70 73 57 70 57 50 1.390
43,74
69,5
64
Tabel 4. 8 Siklus II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Ahmad Akbar Ramadhan Bayu Saputra Daimah Ervansyah Galuh Ramadhan Hambali Helmy Nurul Illahi Insanul Kamil Junaedi Kartono M. Adib Anas Nur Mustika Dwi Jayanti Putri Septiani Uminah Ronald Surachman Sandi Rian Ramadhan Sarah Widiyani Putri Fatimah Sriyanti Santoso Sekti Warsito Maya Susilawati Jumlah Rata-rata
Pretest 58 60 49 50 45 40 39 47 50 48 56 46 45 50 47 50 45 50 45 50 970
Protest 70 80 77 80 80 70 77 73 77 73 80 80 73 80 70 70 80 80 70 80 1520
48,5
76,0
C. Analisi Data Berdasarkan deskripsi data tersebut maka dapat dianalisis sebagai berikut : 1. Data pelaksanaan mengajar fiqih ibadah dengan menggunakan metode lain (ceramah) di MI Al-Hikmah. Pelaksanaan metode lain (ceramah) di MI Al-Hikmah selama ini adalah sebagai berikut :
65
a. Pendahuluan 10 Menit awal guru mereview materi yang telah diberikan pada minggu lalu, siswa diberikan pertanyaan seputar materi tersebut. b. Inti Guru menyampaikan materi tentang sholat, pertama-tama niat, cara berdiri, takbiratul ihram dan seterusnya sampai salam c. Penutup Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dijelaskan. 2. Data pelaksanaan mengajar fiqih ibadah dengan menggunakan metode demontrasi di MI Al-Hikmah. a. Pendahuluan 10 menit awal digunakan untuk menyiapkan tempat yaitu di mushola sekolah serta mengkondisikan siswa dan menjelaskan solat fardu yang akan didemontrasikan. b. Inti (50 menit) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok terdiri dari 6 sampai 7 siswa setiap kelompok mempraktekkan cara solat dari niat sampai salam di bawah bimbingan guru, setiap kelompok mendapatkan waktu 10 menit sebelum
siswa
mempraktekkan
solat,
guru
terlebih
dahulu
memperlihatkan kepada mereka cara solat yang benar/tu’maninah yaitu sebagai berikut : 1. Niat solat, guru membaca niat solat fardu yang dipraktekkan/didemontrasikan 2. Cara berdiri yang benar 3. Takbiratul ihram (posisi tangan dan membaca takbir) 4. Membaca iftitah dengan suara yang dikeraskan 5. Membaca Al-Fatihah 6. Membaca Q.S pendek 7. Ruku 1) Kepala menghadap tempat sujud 2) Posisi punggung lurus 3) Posisi tangan di lutut
akan
66
4) Membaca do’a rukuk 8. I’tidal, guru mempraktekkan cara I’tidal 1) Posisi berdiri ketika I’tidal 2) Membaca do’a 9. Sujud 1) Cara turun untuk sujud 2) Posisi anggota sujud seperti kening, hidung, telapak tangan, lutut dan jari kaki 3) Membaca do’a sujud 4) Cara bangun dari sujud untuk berdiri 10. Duduk diantara 2 sujud 1) Posisi kedua kaki dan jari kaki 2) Bacaan do’a duduk diantara 2 sujud 11.Duduk tasyahud 1) Posisi ketika duduk tasyahud 2) Bacaan tahiyat 3) Bacan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW 12. Salam 13. Tertib a) Penutup Guru menjelaskan kepada siswa apa yang telah dipelajari kemudian menyuruh siswa mempraktekkan solat berkelompok seperti yang baru saja dipraktekkan guru (hal-hal yang diamati guru selama pelaksanaan solat siswa melalui metode demontrasi terlampir) 3. Data skor hasil belajar fiqih ibadah siswa tentang solat sebelum dan sesudah menggunakan metode demontrasi di MI Al-Hikmah. Skor yang melambangkan nilai ulangan PAI pada pelajarn fiqih ibadah tentang solat dari sejumlah 20 siswa kelas VI di MI Al-Hikmah pada saat pretest dan postest pada pelaksanaan solat/prakteksolat adalah sebagai berikut :
67
Tabel 4. 9 Skor Hasil Ulangan Siswa Melalui Siklus I Sebelum diterapkannya Metode Demontrasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Ahmad Akbar Ramadhan Bayu Saputra Daimah Ervansyah Galuh Ramadhan Hambali Helmy Nurul Illahi Insanul Kamil Junaedi Kartono M. Adib Anas Nur Mustika Dwi Jayanti Putri Septiani Uminah Ronald Surachman Sandi Rian Ramadhan Sarah Widiyani Putri Fatimah Sriyanti Santoso Sekti Warsito Maya Susilawati Rata-rata
Skor sebelum menggunakan metode demontrasi 87 77 73 77 70 70 70 77 80 73 70 63 63 63 70 73 57 70 57 50 69,5
68
Tabel 4. 10 Skor hasil ulangan siswa melalui siklus II setelah diterapkannya metode demontrasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Ahmad Akbar Ramadhan Bayu Saputra Daimah Ervansyah Galuh Ramadhan Hambali Helmy Nurul Illahi Insanul Kamil Junaedi Kartono M. Adib Anas Nur Mustika Dwi Jayanti Putri Septiani Uminah Ronald Surachman Sandi Rian Ramadhan Sarah Widiyani Putri Fatimah Sriyanti Santoso Sekti Warsito Maya Susilawati Rata-rata
Skor setelah menggunakan metode demontrasi 70 80 77 80 80 70 77 73 77 73 80 80 73 80 70 70 80 80 70 80 76,0
69
Tabel 4. 11 Skor hasil belajar siswa pada pelajaran fiqih tentang solat sebelum dan sesudah Menggunakan metode demontrasi No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ahmad Akbar Ramadhan Bayu Saputra Daimah Ervansyah Galuh Ramadhan Hambali Helmy Nurul Illahi Insanul Kamil Junaedi Kartono M. Adib Anas Nur Mustika Dwi Jayanti Putri Septiani Uminah Ronald Surachman Sandi Rian Ramadhan Sarah Widiyani Putri Fatimah Sriyanti Santoso Sekti Warsito Maya Susilawati Rata-rata Secara
umum
data
Skor hasil ulangan 20 siswa Skor sebelum Skor setelah menggunakan menggunakan metode demontrasi metode demontrasi 87 70 77 80 73 77 77 80 70 80 70 70 70 77 77 73 80 77 73 73 70 80 63 80 63 73 63 80 70 70 73 70 57 80 70 80 57 70 50 80 69,5 76,0 tersebut
sudah
dapat
menunjukkan
keberhasilan metode demontrasi jika dilihat dari nilai rata-rata siswa, namun karena secara ilmiah hal ini belum dapat diterima, maka akan menghitungkan menurut kaidah-kaidah statistik pendidikan berikut :
70
Tabel 4. 12 Perhitungan untuk memperoleh “ t ” No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 20=N
Skor hasil ulangan 20 siswa Dengan metode Dengan metode lain demontrasi 87 70 77 80 73 77 77 80 70 80 70 70 70 77 77 73 80 77 73 73 70 80 63 80 63 73 63 80 70 70 73 70 57 80 70 80 57 70 50 80 1386 1520
D = ( y-x )
D²=( y-x )²
13 -3 -4 -3 -10 0 -7 4 3 0 -10 -17 -10 -17 0 3 -23 -10 -13 -30 -134 = ∑D
169 9 16 9 100 0 49 16 9 0 100 289 100 289 0 9 529 100 169 900 2862=∑D²
Tanda – (“minus) disini bukanlah tanda aljabar, karena itu hendaknya dibaca: ada selisih/beda skor antara variabel X dan variabel Y sebesar 134. Dari tabel telah diberhasil kita peroleh : ∑D = 134 dan ∑D² = 2862 Dengan diperolehnya ∑D dan ∑D itu, maka dapat kita ketahui besarnya Deviasi standar perbedaan skor antara variable x dan variable y (dalam hal ini SDD)
71
SDD
√ ∑D² - ( ∑D )² = √2862 - ( 138 ) ²
=
N
(N)
20
= √143, 1 - ( 6,7 ) = √ 143,1 – 44,9 = √ 98,2
= 9,909591
Dengan diperoleh SDD sebesar
= 9,916
9,916, lebih lanjut dapat kita
perhitungan standar Error dari Mean Perbedaan skor antara variable x dab variable y : SEMD = SDD = 9,916 = 9,916 = 9,916 = 9,916 √ N-1
√ 20-1 √ 19
= 0,522
4,4
Langkah berikutnya adalah mencari harga to dengan menggunakan rumus : To = MD SEMD MD telah diketahui yaitu 6,5 sedangkan SEMD = 0,522, jadi : To = 6,5
= 12,45
0,522 Langkah berikutnya, kita berikan interprestasi terhadap to, dengan terlebih dahulu memperhitungkan df atau db-nya; df = N – 1 = 20 – 1 = 19 dengan df sebesar 19 kita konsultasi pada vtabel nilai “ t ”, baik taraf signifikansi 5 % maupun pada taraf signifikansi 1 %. Ternyata dengan df sebesar 19 itu diperoleh harga titik t atau t table pada signifikansi 5 % sebesar 2,09, sedangkan pada taraf signifikansi 1 % tt diperoleh sebesar 2,86 Dengan membandingkan besarnya “t” yang kita peroleh dalam perhitungan ( to = 12,45 ) dan besarnya “t” yang tercantum pada table nilai “t” ( tt.ts. 5 % = 2,09 tt.ts. 1 % = 2,86 ) maka dapat kita ketahui bahwa to adalah lebih besar dari tt yaitu : 2,09 < 12,45 > 2,86
72
D. Interprestasi Data Data yang diperoleh peneliti di atas, yaitu tentang tentang pelaksanaan sholat dengan menggunakan metode demontrasi sebelum dan sesudah dilaksanakan metode demontrasi tersebut di sekolah serta hasil skor dari keduanya dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut. Jika dilihat dari nilai rata-rata hasil ulangan dari praktek siswa dengan menggunakan metode demontrasi tentang sholat dibandingkan sebelum menggunakan metode demontrasi dapat disimpulkan bahwa metode demontrasi yang diterapkan dalam pembelajaran fiqih terutama tentang sholat di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah sudah memberikan pengaruhnya yang nyata, oleh karena itu dapat dijadikan andalan guru ketika akan mengajarkan materi fiqih terutama yang mengandung gerakan seperti materi sholat dll. Karena to lebih besar dari pada tt maka hipotesa nihil yang diajukan dimuka di tolak, ini berarti bahwa adanya perbedaan yang meyakinkan (=signifikan) kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah sesudah diterapkan metode demontrasi.
sebelum dan
73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisa data dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian responden memberikan respon/perhatian yang positif terhadap upaya yang dilakukan guru PAI khususnya guru fiqih di dalam meningkatkan hasil belajar siswanya melalui metode yang digunakan dalam menyampaikan pembelajarannya yaitu melalui metode demontrasi yang merupakan salah satu alternatif oleh guru fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah. 2. Pelaksanaan metode demontrasi tersebut cukup berhasil dengan baik, hal tersebut ditunjukkan dengan indikasi-indikasi sebagai berikut: a. Nilai siswa cenderung naik jika dilihat sesudah diterapkannya metode demontrasi ini nilai siswa mengalami kenaikan baik berupa nilai ulangan harian, ulangan semester maupun nilai raport. b. Sesudah diterapkannya metode demontrasi ini siswa lebih memahami penjelasan dari gurunya langsung dan juga memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. c. Diterapkannya metode demontrasi ini siswa merasa senang apabila ia ikut aktif dalam kegiatan keagamaan (ibadah) yang diadakan di sekolah atau di Masjid.
B. Saran-saran 1. Untuk meningkatkan pelaksanaan metode demontrasi yang dilaksanakan di MI Al-Hikmah, hendaknya siswa diberi rangkuman atau catatan tentang materi yang akan dibahas, sehingga siswa dapat memahami poin-poin penting dari metode demontrasi yang akan dilakukan.
73
74
2. Murid membutuhkan perhatian yang serius dari guru agar mereka dapat belajar dengan aktif, apabila dalam memahami pengetahuan agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, bukan pengalaman empiris. 3. Dalam rangka meningkatkan pembelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah, hendaknya guru fiqih mengusahakan adanya pembaharuan, dalam hal ini khususnya pembaharuan dalam penggunaan metode pengajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan seperti shalat berjamaah. 4. Hendaknya guru fiqih terlibat langsung dengan siswa dalam upaya menciptakan proses belajar, sehingga dapat memotivasi belajar pada siswa agar siswa semangat dalam belajar fiqih. 5. Perpustakaan sekolah hendaknya mempunyai referensi yang lebih banyak lagi berkenaan dengan materi pelajaran fiqih. Sehingga siswa tidak kesulitan dalam mencari sumber literatur yang lain.
75
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1980. Ahmad Tafsir, Metodelogi Pengajaran Agama Islam,Bandung: Rosdakarya , 1996.
Remaja
______________, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2010. Al Hafidz Al Mundziry, Terjemah At Targhib Wat Tarhib, Jakarta: Pustaka Amani, 1981 Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985. Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999
Dirjen Bimbaga Islam, Kurikulum Dasar Berciri Khas Agama Islam, Jakarta:Dirjen Bimbaga Islam Depag RI, 1994 Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999
H. Jalallun, Psikologi Agama, Jakarta: PT.Raja GrafindoPersada, 2003
H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1976 H. Abudin Nata,MA,Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta:Rajawali Pers, 2010.
75
76
Hj. Zurinal, Z., Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: Lembaga Peneliti UIN, 2008.
Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih, Jakarta: Direktorat Jenderal pendidikan Islam Departemen Agama RI 2009. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999.
Muhaimin, M. A, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta: Pustaka Imani, 1998. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. _____________, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung:Remaja Rosda Karya, 1995. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdikarya,2005. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara, 2006.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam di Madrasah Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976
H. M. Arifin,Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994.
77
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’:Sejarah Legislasi Hukum Islam, Jakarta:Amzah, 2009. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Sardiman A.M Interaksian Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman Bagi Guru dan Calon Murid, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1996. _____________. Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Undang-undang RI No, 20 Thn 2003, Tentang Sisdiknas, Bandung: Citra Umbara
Zakiah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
___________, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
____________, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: CV, Ruhama, 1995 cet ke-2, h. 35