PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS MATERI PERMASALAHAN SOSIAL MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS IV MI. “FATHURRACHMAN” JAKARTA SELATAN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh AGHNIA PUSPARINI NIM. 18090183000057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M /1436 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS MATERI PERMASALAHAN SOSIAL MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS IV MI. 6(FATHURRACHMAN'' JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
AGHNIA PUSPARINI NrM. 18090183000057
Di bawah bimbingan
:
t0-Qj.l.L.DR. FAUZAIY, MA NrP. r97 61107200701 1013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMT) FAI(ULTAS TLMU TARBIYAII DAI{ KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2015 M /1436 H
PENGESAIIAN PAIYITIA UJIAIY Skripsi berjudul Peningkatan Keaktifan Belajar IPS Materi Permasalahan Sosial Melalui Strategi Pembelajaran Koperatif Tipe Index card Match Pada Siswa Kelas IV Mi. "Fathurrachman'o Jakarta Selatan, disusun oleh Aghnia Pusparini, NIM. 18090183000057, Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Januari 2015 dinyatakan lulus dalam sidang munaqasah dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Shata I (S.Pd) padajurusan Kependidikan Islam Program Studi Pendidkan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Jakart+ 04 Maret 2015
Panitia Ujian Munaqasahn Ketua Panitia (Ketua
Jurusan/Prodi)
PGM)
l?
NrP. 198106n2009nrc03
bl^n:
Tanggal
I
?f DR. rWAN PURWANTO. M.Pd NIP. 197304242008mrcn Penguji
r0s!.!.1--[ _
Tanggal
ASEP EDIANA -LATIP. M.Pd
Penguji
Tanda tangan
:T*t..*r..
DR. FAUZAN. MA NrP. 19761 107200701 1013 Sekretaris (Ketua Prodi
Tanggal
^ 1'rrrs
4It/
Tanggal
II
Tanda tangan-.-
Tanda tangan
W .}
oa
NAI'rA WAFTONT. M.Pd NrP. 1 98 1 t0032009n2004
Dekan Fakultas
MP,
Ilnu
lu f ',ts
Ta%*!)svm
19591 0201 986032001
/-
PER}IYATAAII KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah
ini
:
Nama
AGHNIA PUSPARIM
Tempat/Tanggal lahir
Jakarta, 13 September
NIM
180901830000s7
Jurusan / Prodi Judul Skripsi
PGMI i DMS Peningkatan Keaktifan Belajar IPS Materi Permasalahan Sosial Melalui Strategi Pembelajaran Koperatif Tipe Index Card
1
990
Match Pada Siswa Kelas W Mi. "Fathurrachm an" J akarta
Dosen Pembimbing
NIP.
Se
latan.
DR. FAUZAN, MA 1976n 072007011013
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis didalamnya.
November 2014
NIM. 809018300934
ABSTRAK Aghnia Pusparini, NIM : 18090183000057. “Peningkatan Keaktifan Belajar IPS Materi Permasalahan Sosial Melalui Strategi Pembelajaran Koperatif Tipe Index Card Match Pada Siswa Kelas IV MI. Fathurrachman Jakarta Selatan”. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kata Kunci: Keaktifan belajar, Materi permasalahan sosial, Pembelajaran Koperatif Tipe Index Card Match. Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran IPS pra siklus pada siswa kelas IV MI Fathurrahman, Jakarta Selatan, ditemukan beberapa permasalahan, yaitu: [1] rendahnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, [2] kegiatan pembelajaran yang berlangsung sangat monoton, [3] kegiatan pembelajaran masih di dominasi oleh peran guru sebagai pusat pembelajaran, [4] kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sangat rendah. Untuk itu, perlu diadakan tindakan perbaikan pembelajaran untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang ada. Perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini melalui penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dalam pelaksanaannya dilakukan selama 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan subjek yang diteliti yaitu siswa kelas IV MI Fathurrachman yang berjumlah 25 orang. Sedangkan, teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunkan teknik non tes berupa lembar observasi yang kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif berupa angka yang diperoleh dari hasil observasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebesar 17,30% siswa yang menunjukan keaktifan belajar pada kegiatan pembelajaan pra siklus. Kemudian pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I, keaktifan belajar siswa meningkat sebesar 30,97%, sehingga persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 48,27%. Selanjutnya pada kegiatan penyempurnaan pembelajaran siklus II, keaktifan siswa kembali meningkat sebesar 33,60%, sehingga persentase rata-rata keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II sebesar 81,87%. Dengan demikian, berdasarkan analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa adanya peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match pada siswa kelas IV MI Fathurrachman, Jakarta Selatan.
ABSTRACT Aghnia Pusparini, NIM: 18090183000057. "Increased activeness Learning Material IPS Social Issues Through Cooperative Learning Strategies Type of Index Card Match In Grade IV MI. Fathurrachman South Jakarta ". Thesis Teacher Education Program Government Elementary School (primary education) Department of Islamic Education Faculty Tarbiyah and teacher, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Keywords: learning activeness, material social issues, Cooperative Learning Index Card Match mode. Based on the results of learning activities IPS pre cycles in grade IV MI Fathurrahman, South Jakarta, found several problems, namely: [1] the low activity of students in the learning activities, [2] the learning activities that take place very monotonous, [3] are still in the learning activities domination by the teacher's role as a center of learning, [4] the ability of teachers to manage the learning is very low. To that end, there should be learning corrective action to improve the conditions existing learning. Improvement of learning undertaken in this study through the implementation of cooperative learning strategies match the type of index cards. This research is a classroom action research which in practice is done for 2 cycles, each cycle consisting of planning, implementation, analysis and reflection. This study aims to increase students' activity in learning activities with the subjects studied were grade IV MI Fathurrachman totaling 25 people. Meanwhile, data collection techniques in this research using the non-test techniques such as observation sheet which is then analyzed by descriptive quantitative numerical results obtained from observation. The results showed that only amounted to 17.30% of students who show learning activeness in pembelajaan pre-cycle activity. Then on the first cycle of learning improvement activities, students' learning activeness increased by 30.97%, so that the average percentage of the activity of students in the first cycle of learning activities reached 48.27%. Later in the second cycle of learning improvement activities, student activity again increased by 33.60%, so that the average percentage of active students in learning activities by 81.87% second cycle. Thus, based on the data analysis showed that the increased activity of students in learning activities with the implementation of cooperative learning strategies match the type of index card in grade IV MI Fathurrachman, South Jakarta.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keaktifan Belajar IPS Materi Permasalahan Sosial Melalui Strategi Pembelajaran Koperatif Tipe Index Card Match Pada Siswa Kelas IV MI. Fathurrachman, Jakarta Selatan” dengan baik. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terwujud selain dari usaha serta kemampuan yang ada pada diri penulis sendiri, namun tak lepas dari dukungan dan bimbingan pihak-pihak terkait. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis ingin berterima kasih kepada kepada : 1.
Dra. Nurlena, MA., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
DR. Fauzan, MA. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing penulisan skripsi dari awal hingga akhir dengan penuh ketelitian dan kesabaran..
3.
Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Staff dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
H. Achmad Sidik, S.PdI., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam dan Yatim Piatu “Fathurrachman”, Jakarta Selatan.
6.
Suyatna, S.PdI., selaku Kepala MI. Fathurrachman yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di lembaga yang dipimpinnya.
7.
Dewan Guru MI. Fathurrachman - Jakarta Selatan yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi.
8.
Teman-teman mahasiswa Dual Mode System Program studi Pendidikan Guru Madrasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9.
Keluarga yang telah membantu secara moril maupun materil dari awal sampai akhir sehingga terselesainya skripsi ini dengan baik.
10.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu penyusunan skripsi hingga akhir.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi lembaga pendidkan dan para pembaca serta dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 8 November 2014 Penulis,
AGHNIA PUSPARINI NIM. 18090183000057
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
iii
LEMBAR PERNYATAAN
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR DIAGRAM
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah
1
B. Identifikasi area dan fokus penelitian
5
C. Pembatasan fokus peneliltian
6
D. Perumusan masalah penelitian
6
E. Tujuan dan kegunaan hasil penelitian
7
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan teori area dan fokus yang diteliti 1. Pembelajaran kooperatif
8 8
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
8
b. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif
9
c. Karakteristik pembelajaran kooperatif
10
d. Tujuan pembelajaran kooperatif
12
e. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif
13
f. Prosedur pembelajaran kooperatif
13
g. Keunggulan strategi pembelajaran kooperatif
16
h. Kelemahan strategi pembelajaran kooperatif
16
2. Model pembelajaran Index Card Match
17
3. Keaktifan siswa
18
a. Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses perencanaan 20 b. Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran 20 c. Kadar keaktifan siswa dilihat dari kegiatan evaluasi pembelajaran 4. Ilmu pengetahuan sosial
BAB III
20 21
a. Pengertian ilmu pengetahuan sosial
21
b. Karakteristik ilmu pengetahuan sosial
23
c. Fokus kajian ilmu pengetahuan sosial
23
d. Tujuan ilmu pengetahuan sosial
24
e. Kompetensi pendidikan IPS sekolah dasar
24
f. Standar kompetensi & kompetensi dasar IPS kelas IV
25
g. Permasalahan sosial
26
B. Hasil penelitian yang relevan
28
C. Kerangka berpikir
29
D. Hipotesis tindakan
29
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian
30
B. Metode penelitian dan rancangan siklus penelitian
30
C. Subjek dan objek penelitian
32
D. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian
33
E. Tahapan intervensi tindakan
33
1. Kegiatan pendahuluan
33
2. Kegiatan penelitian pra siklus
34
3. Kegiatan penelitian siklus I
34
4. Kegiatan penelitian siklus II
40
F. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan
46
G. Data dan sumber data
46
H. Teknik pengumpulan data
46
BAB IV
I. Instrumen pengumpul data
47
J. Indikator kinerja
48
K. Analisis data dan interpretasi data
48
DESKRIPSI, ANALISA DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi 1. Deskripsi kegiatan pra siklus
50
2. Deskripsi kegiatan siklus I
51
3. Deskripsi kegiatan siklus II
56
B. Analisa data
62
1. Analisa data pra siklus
62
2. Analisa data siklus I
64
3. Analisa data siklus II
65
C. Pembahasan
BAB V
50
67
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN A. Kesimpulan
73
B. Implikasi
73
C. Saran-saran
74
Lampiran-lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Pembelajaran kooperatif vs pembelajaran konvensional
10
Tabel 2.2
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
15
Tabel 2.3
Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas IV
25
Tabel 3.1
Kisi-kisi lembar observasi siswa
48
Tabel 3.2
Kisi-kisi lembar obsrvasi guru
48
Tabel 4.1
Keaktifan siswa pra siklus
63
Tabel 4.2
Keaktifan siswa siklus I
64
Tabel 4.3
Keaktifan siswa siklus II
66
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran pra siklus 67 Diagram 4.2 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I
68
Diagram 4.3 Persentase perbandingan keaktifan siswa pada kegiatan
69
pembelajaran pra siklus dengan siklus I Diagram 4.4 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II
70
Diagram 4.5 Persentase perbandingan keaktifan siswa pada kegiatan
71
pembelajaran siklus I dengan siklus II Diagram 4.6 Persentase perbandingan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran pra siklus, siklus I dengan siklus II
72
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci kesuksesan dalam meraih masa depan yang gemilang. Berbicara tentang proses pendidikan, sudah tentu tak terpisahkan dengan upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang memiliki kemampuan melaksanakan perannya di masa yang akan datang. Untuk menjadi manusia yang berkualitas harus melalui proses pendidikan yang berkualitas pula, karena kualitas pendidikan yang dimiliki seseorang akan menentukan kualitas hidupnya di masa yang akan datang. Dengan demikian, untuk memiliki kemampuan melaksanakan peran di masa yang akan datang harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dengan proses pembelajaran. Namun, kegiatan pembelajaran tidak akan terjadi apabila hanya ada pendidik dan pendidikan juga tidak akan terjadi apabila hanya ada peserta didik. Pendidik dan peserta didik merupakan satu kesatuan yang menjadi faktor utama terjadinya proses pembelajaran, karena pada hakekatnya kegiatan pembelajaran merupakan proses timbal balik antara pendidik dan peserta didik dalam satuan pembelajaran. Sedangkan menurut Oemar Hamalik, unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah peserta didik, suatu tujuan dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini, pendidik tidak termasuk sebagai unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat dialihkan kepada media sebagai pengganti. 1 Dengan demikian, berhasil tidaknya tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa, dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran peran guru sangatlah menentukan dalam dunia pendidikan. Untuk menjadi seorang guru yang profesional bukanlah hal yang mudah dan tidak pula diperoleh dari proses yang singkat. Untuk itu, kegiatan pembelajaran akan berjalan baik 1
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta:Bumi Aksara, 1999) Cet. 2 h. 66
1
2
apabila guru selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. Dengan persiapan yang matang maka guru akan mantap mengajar di depan kelas. Perencanaan yang matang dapat menimbulkan inisiatif dan daya kreatif guru ketika mengajar. Selain itu, guru harus tepat dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran agar bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga kelas menjadi hidup, karena metode penyajian yang selalu sama akan membosankan siswa. Selanjutnya, guru hendaknya memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang banyak melibatkan siswa untuk aktif dalam belajar karena siswa akan belajar secara aktif jika model pembelajaran yang di rencanakan guru mengharuskan siswa baik secara sukarela maupun terpaksa untuk melakukan kegiatan belajar. Seperti yang diungkapkan Slameto bahwa, penerimaan pelajaran jika dengan aktifitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu bergitu saja tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. 2 Siswa aktif bukan hanya sekedar hadir dikelas, menghapal materi kemudian mengerjakan latihan diakhir pelajaran, tetapi siswa terlibat dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktifitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Siswa akan terlihat aktif dengan berpartisipasi konstributif dalam proses pembelajaran seperti menyampaikan dan menjawab pertanyaan seputar materi pelajaran, mengajukan gagasan yang dimiliki, serta berinteraksi multi arah antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa. Oleh sebab itu, mengingat pentingnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, maka guru dituntut untuk melakukan usaha yang kreatif agar dapat menciptakan kondisi belajar yang efektif dan efisien. Belajar yang efektif dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan intruksional yang ingin dicapai. 3 Sedangkan belajar yang efisien tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. 4 2
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2003) h.36 3 Ibid., h.74 4 Ibid., h.76
3
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Materi pembahasan dalam pelajaran IPS yang bersifat teoritis serta cenderung hapalan tersebut semakin membuat pelajaran IPS terlihat membosankan. Seperti hasil observasi yang peneliti lakukan di MI Fathurrachman yang menggambarkan bahwa peristiwa yang menonjol dari pihak guru adalah dalam proses pembelajaran tidak menggunakan metode yang membuat siswa aktif, tetapi pembelajaran berlangsung pasif dengan masih mengandalkan metode ceramah yang dianggap nyaman dalam pelaksanaannya serta aman dari pertanyaan siswa karena tidak ada yang membantah keterangan guru. Padahal, apabila pembelajaran berlangsung pasif maka potensi siswa tidak dapat tergali dengan baik sehingga menghambat keberhasilan pendidikan. Seharusnya, guru harus membuat siswa berani mencoba, berani bertanya, serta berani mengemukakan gagasan. Selanjutnya, masih rendahnya kemampuan guru dalam mengelola kelas merupakan persoalan lain yang menambah kemacetan dalam pembelajaran yang dinamis dan dialogis. Persoalan tersebut juga diperparah oleh perencanaan pembelajaran yang disiapkan guru belum digarap secara serius sehingga semakin memperparah proses pembelajaran. Sedangkan peristiwa yang menonjol dari pihak siswa adalah kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena metode pembelajaran yang digunakan guru meminimalkan keterlibatan siswa. Guru terlihat lebih aktif dibandingkan siswa dengan memberikan materi pelajaran tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan argumennya. Sehingga, kegiatan siswa hanya sekedar mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan meskipun mereka tidak mengerti apa yang disampaikan. Semua bahan pelajaran yang diberikan guru diterima begitu saja tanpa diolah dan tanpa diragukan kebenarannya. Padahal, apabila siswa dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran, tidak hanya aspek kognitifnya saja yang diperoleh tetapi juga aspek afektif dan aspek psikomotorik. Lagipula, sikap pasif siswa dalam proses pembelajaran mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya kepada guru mengenai materi yang kurang dipahami.
4
Dengan demikian, secara keseluruhan proses pembelajaran yang seharusnya terdapat partisipasi berupa keaktifan siswa hanya berupa kegiatan mendengar dan mencatat materi yang guru sampaikan, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan yang dimilikinya. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kesenjangan pembelajaran, karena siswa yang mampu beradaptasi dengan baik akan semakin cerdas sedangkan siswa yang kemampuan berpikirnya kurang akan semakin terperosok disebabkan ketidakpahaman materi yang di sampaikan guru. Keadaan tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan, seolah guru hanya mengerjakan tugas pendidikan sebagai kegiatan formalitas semata. Sehingga, upaya untuk mengerjakan tugas pendidikan sebagai alat untuk mencerdasksan kehidupan bangsa masih sebatas retorika. Apabila masalah tersebut terus dibiarkan dan tidak segera diatasi, maka kualitas mutu pembelajaran akan semakin menurun bahkan tidak akan meningkat ketaraf yang lebih baik. Padahal, perbaikan mutu pendidikan harus terus diupayakan demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Karena melalui peningkatan kualitas pembelajaran, potensi siswa dapat tergali dengan baik sehingga dapat menuju keberhasilan pendidikan. Untuk itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran agar siswa terlibat secara aktif adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif. Wina Sanjaya mengatakan bahwa, “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen)”.5 Sedangkan Rusman mengemukakan bahwa, “cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang”.6 Lebih lanjut, Johnson (dalam Hasan, 1996) 5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed. 1, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 7, h.242 6 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed. 2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet. 5, h. 204
5
menjelaskan bahwa “belajar cooperative adalan pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut”.7 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar yang mengarahkan siswa harus mampu mencapai tujuan bersama secara kelompok. Dalam situasi ini, akan tumbuh rasa kebersamaan dan memiliki sikap kooperatif dengan sesama anggota kelompok, sehingga pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang untuk menghargai satu sama lain. Sedangkan salah satu jenis strategi pembelajaran kooperatif yang peneliti terapkan dalam penelitian ini adalah tipe Index Card Match. Menurut Mel Silberman, “pembelajaran Index Card Match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Ia membolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas.8 Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu topik dalam suasana menyenangkan, sehingga siswa tidak akan merasa jenuh dengan pembelajaran yang biasanya mengharuskan siswa duduk ditempat duduknya melainkan dapat berinteraksi secara aktif selama proses pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dapat dijadikan strategi yang efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa pada proses pembelajaran. Sehingga peneliti perlu mengambil tindakan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV MI. Fathurrachman pada pelajaran IPS.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian Dari situasi pembelajaran yang telah diuraikan, maka kondisi pembelajaran yang menjadi fokus penelitian ini dapat dijabarkan dalam 2 aspek, yaitu: 7
Ibid. Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:Pustaka Insan Madani:2009) Cet. 6 h. 240 8
6
1. Fokus siswa a. Kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran karena metode pembelajaran yang digunakan guru meminimalkan keterlibatan siswa. b. Tidak adanya kesempatan siswa untuk mengembangkan argumen yang dimilikinya karena guru terlihat lebih aktif dibandingkan siswa. c. Kegiatan siswa hanya sekedar mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan meskipun mereka tidak mengerti apa yang disampaikan. d. Sebagian besar siswa takut dan malu bertanya kepada guru mengenai materi yang kurang dipahami.
2. Fokus guru a. Guru ketika melakukan proses belajar mengajar masih mengandalkan metode ceramah sehingga kondisi belajar belum kondusif. b. Rendahnya kemampuan guru dalam mengelola kelas merupakan persoalan lain yang menambah kemacetan dalam pembelajaran. c. Perencanaan pembelajaran yang disiapkan guru belum mampu digarap secara serius sehingga semakin memperparah proses pembelajaran.. d. Pembelajaran didomisasi oleh guru yang secara aktif mengajarkan materi sedangkan siswa mendengarkan dan mencatat materi.
C. Pembatasan Fokus Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka masalah yang diteliti dibatasi pada keaktifan siswa berinteraksi dengan guru, keaktifan siswa berinteraksi dengan siswa lain serta keaktifan siswa terhadap materi pembelajaran.
D. Perumusan Masalah Peelitian 1. “Bagaimana penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS?” 2. “Apakah melalui pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pelajaran IPS?”
7
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Hasil Penelitian a. Tujuan umum Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS yang selama ini bersifat konvensional dengan diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. b. Tujuan khusus Untuk meningkatkan keaktifan siswa pada pelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match sehingga siswa dapat berpartisipasi dengan guru maupun dengan siswa lainnya dalam kegiatan pembelajaran.
2. Kegunaan Hasil Penelitian a. Bagi guru 1.1
Menjadikan pertimbangan untuk meningkatkan keaktifan siswa melalui pemilihan dan penggunaan model pembelajaran untuk digunakan pada saat proses belajar mengajar.
1.2
Memberikan masukan dalam menentukan strategi belajar yang tepat, yang bisa menjadi alternatif lain dalam mata pelajaran IPS.
1.3
Memberikan pengalaman bagi guru dalam penerapan metode Index Card Match pada mata pelajaran IPS.
b. Bagi siswa 1.1
Meningkatkan keaktifan siswa melalui penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match.
1.2
Meningkatkan
pemahaman
materi
pelajaran
dengan
diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe index card match. c. Bagi sekolah 1.1
Sebagai masukan dalam rangka mewujudkan pembelajaran aktif yang bermuara pada peningkataan hasil belajar siswa.
1.2
Meningkatkan proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di MI Fathurrachman.
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Wina Sanjaya, “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen)”.1 Sedangkan menurut Rusman, “cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang”.2 Lebih lanjut, Johnson (dalam Hasan, 1996) menjelaskan bahwa “belajar
cooperative
adalan
pemanfaatan
kelompok
kecil
dalam
pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut”.3 Senada dengan pendapat tersebut, Artzt & Newman (1990:448) menyatakan bahwa “dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap angggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya”.4 Dalam hal ini, Trianto menegaskan bahwa, “tujaan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar”.5 1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.7, h.242 2 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed.2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet.5, h.204 3 Ibid. 4 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4, h.56 5 Ibid.
8
9
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar siswa dalam kelompok yang akan mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan bersama secara kelompok. Jadi, strategi pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang untuk saling menghargai satu sama lain.
b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Wina Sanjaya, terdapat empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu , yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; 2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai. 1.1 Adanya peserta dalam kelompok Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa diterapkan berdasarkan beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokan yang berdasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokan yang didasarkan latar belakang kemampuan, pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. 1.2 Adanya aturan kelompok Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waku dan tempat pelaksanaan dan lain sebagainya. 1.3 Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuan yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antar peserta saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman maupun gagasan-gagasan. 1.4 Adanya tujuan yang harus dicapai Aspek tujuan yang dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.6
6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.7, h.241-242
10
Dengan demikian, hal yang menarik dalam strategi pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota kelompok akan bersikap kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya, sehingga tumbuh rasa kebersamaan dengan sesama anggota kelompok. Selain itu, dalam pembelajaran kooperatif juga terdapat dampak pengiring seperti kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Dari alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Strategi
pembelajaran
kooperatif
berbeda
dengan
strategi
pembelajaran lain, karena pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada proses kerja sama kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas pembelajaran kooperatif. Berikut adalah perbedaan pembelajaran
kooperatif
dengan
pembelajaran
konvensional
yang
dikemukakan oleh Killen (1996) dalam Trianto:
Tabel 2.1 Pembelajaran kooperatif vs pembelajaran konvensional Pembelajaran kooperatif Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan
Pembelajaran konvensional Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”
11
siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, memercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antara pribadi yang salking menghargai)
Kelompok homogen.
belajar
biasanya
Pimpinan kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dsengan cara masingmasing. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan sering penyelesaian tugas.
hanya
pada
(Killen, 1996)7
Selanjutnya, dalam strategi pembelajaran kooperatif terdapat dua komponen utama seperti yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya yaitu komponen tugas kooperatif dan komponen struktur insentif kooperatif. 7
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4, h.58-59
12
Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mecapai tujuan kelompok.8 Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dari berbagai perspektif seperti yang dikutip oleh Rusman sebagai berikut: [1] Perspektif motivasi, artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok; [2] Perspektif sosial, artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan; [3] Perspektif perkembangan kognitif, artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. (Sanjaya, 2006:242)9 Dengan demikian, pembelajaran kooperatif disusun dalam suatu usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Para ahli menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa meningkatkan kinerja dalam tugas akademik serta memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang untuk bekerja satu sama lain dan belajar untuk menghargai satu sama lain. Selanjutnya, berikut adalah ungkapan para ahli mengenai tujuan pembelajaran kooperatif yang dikutip dalam Trianto. 8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.7, h.243 9 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed.2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet.5, h.206
13
Slavin (1995) mengemukakan bahwa belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasan materi. Sedangkan Johnson dan Johnson (1994) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Lebih lanjut, Zamroni (2000) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual.10 e. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut: 1.1 Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan. 1.2 Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. 1.3 Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. 1.4 Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. 1.5 Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama lebih efektif.11 f. Prosedur Pembelajaran Kooperatif Wina Sanjaya merumuskan bahwa prosedur strategi pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: 10
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4, h.57 11 Op.cit., h.212
14
1.1 Penjelasan materi Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. 1.2 Belajar dalam kelompok Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masingmasing yang telah dibentuk sebelumnya. Menurut Yudhi Munadi terdapat beberapa teknik dalam pembentukan kelompok, antara lain. 1.2.1 Random (acak) Cara ini dapat dilakukan dengan cara meminta siswa berhitung 1 sampai 4. Kemudian siswa yang menyebuut angka 1 berkumpul dengan siswa yang menyebut angka 1, begitu selanjutnya. 1.2.2 Purposive (ada tujuan tertetu) Cara ini dilakukan jika seorang guru mempunyai tujuan tertentu dan langkah ini dapat dilakukan apabila karakter siswa telah dikenali satu persatu.12 1.3 Penilaian Penilaian dalam strategi pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan infomasi kemampuan setiap siswa; dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerjasama setiap anggota kelompok. 1.4 Pengakuan tim Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling berprestasi, kemudian diberikan penghargaan. Pengakuan dan pemberian penghargaan diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.13 Sedangkan, Rusman membagi prosedur pembelajaran kooperatif kedalam 6 tahapan yang jelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
12
Yudhi Munadi, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, (Jakarta:FITK UIN Syarif Hidayatullah2011), Cet.2, h.41 13 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.7, h.248-249
15
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif TAHAP Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Tahap 2 Menyajikan informasi
Tahap 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Tahap 4` Membimbing kelompok bekerja dan belajar Tahap 5 Evaluasi
Tahap 6 Memberikan penghargaan (Rusman, 2012)
TINGKAH LAKU GURU Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melalukan transisi secara efektif dan efisien. Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
14
Dengan demikian, secara garis besar prosedur pembelajaran kooperatif diawali dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran selanjutnya memotivasi siswa untuk belajar. Kemudian dilanjutkan dengan penyajian informasi yang selanjutnya pembentukan kelompok siswa. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerjsama dalam kelompok. Fase terakhir meliputi presentasi hasil kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah dipelajari dan pemberian penghargaan terhadap hasil kerja kelompok maupun individu. 14
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed.2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet.5, h.211
16
g. Keunggulan Strategi Pembelajaran Kooperatif Wina Sanjaya merumuskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif, setidaknya memiliki keunggulan sebagai berikut 1.1. Melalui strategi pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 1.2 Strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 1.3 Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu anak respek pada orang lain serta menerima segala perbedaan. 1.4 Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 1.5 Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu dan sikap positif terhadap sekolah. 1.6 Melalui strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik, Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya. 1.7 Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (rill). 1.8 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.15 h. Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif Selain keunggulan, dalam pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan, seperti yang dirumuskan oleh Wina Sanjaya sebagai berikut: 1.1. Untuk memahami dan mengerti filosofis strategi pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalu kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok. 15
Op.cit., h.249-250
17
1.2. Ciri utama dari strategi pembelajaran kooperatif adalah siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak dapat dicapai oleh siswa. 1.3. Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. 1.4. Keberhasilan strategi pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini. 1.5. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh karena itu, melalui strategi pembelajarn kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam strategi pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.16 2. Model Pembelajaran Index Card Match Perubahan cara pandang siswa sebagai objek belajar menjadi subjek belajar menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai pendekatan pembelajaran. Sehingga, guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat siswa untuk aktif dalam pengalaman belajarnya. Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan dapat membantu meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. Menurut Mel Silberman, “pembelajaran Index Card Match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Ia membolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas”.17 Berdasarkan hal tersebut, perlu kiranya ada sebuah bahan kajian yang mendalam tentang apa dan bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match ini diterapkan dalam proses pembelajaran. Mel Silberman menjelaskan prosedur pelaksanaan model pembelajaran Index Card Match, sebagai berikut: 16
Ibid., h.250-251 Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:Pustaka Insan Madani:2009) Cet.6 h.240-241 17
18
a. Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan didalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk menyamai satu setengah jumlah siswa. b. Pada kartu terpisah, tulislah jawaban bagi setiap pertanyaan-pertanyaan tersebut. c. Campurlah dua lembar kartu dan kocok beberapa kali sampai benar-benar tercampur. d. Berikan satu kartu kepada setiap peserta didik. Jelaskan bahwa ini adalah latihan permainan. Sebagian memegang pertanyaan review dan sebagian lain memagang jawaban. e. Perintahkan kepada peserta didik untuk menemukan kartu permainannya. Ketika permainan dibentuk, perintahkan peserta didik yang bermain untuk mencari tempat duduk bersama (beritahu mereka jangan menyatakan kepada peserta didik lain apa yang ada pada kartunya. f. Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya, perintahkan setiap pasangan menguji peserta didik yang lain dengan membaca keras pertanyaannya dan menantang teman sekelas untuk menginformasikan jawaban kepadanya. 18 3. Keaktifan siswa Dalam proses pendidikan, pembelajaran di desain untuk membelajarkan siswa. Artinya, pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pendidikan mengarahkan guru untuk menerapkan pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Dalam hal ini, Dasim Busimansyah menjelaskan bahwa, “aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan dan mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah”19 Dengan demikian, keaktifan siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran dan aktifitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan prinsip utama dalam proses pembelajaran karena dengan keaktifan siswa tersebut, maka lambat laun akan mengantar mereka menuju belajar mandiri. 18
Ibid. Dasim Budimansyah, PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, (PT. Ganesindo, 2009), Cet.3, h.70 19
19
Namun, seperti yang dikatakan oleh Rusman bahwa “keaktifan siswa dalam pembelajaran bukan berarti siswa dibuat aktif menggantikan peran guru sehingga guru tidak perlu memainkan perannya dalam pembelajaran. Tetapi, aktifitas belajar siswa diciptakan dan dikondisikan oleh guru sebagai mediator dan fasilitator belajar siswa”.20 Dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,
mereka
akan
mampu
mengembangkan
potensi
yang
dimilikinya secara optimal. Walaupun demikian, jika dalam proses pembelajaran hanya mengandalkan keaktifan siswa saja tidaklah cukup, sebab pembelajaran memiliki tujuan yang harus dicapai. Apabila pembelajaran hanya membuat siswa aktif tetapi tidak efektif maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti pemahaman biasa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan berupa kegiatan fisik yang mudah diamati seperti membaca, menulis, berdiskusi, melakukan pengamatan dan kegiatan psikis yang sulit diamati seperti mendengarkan dan menyimak. Sehingga, kadar keaktifan siswa tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional.21 Oleh sebab itu, aktif tidaknya siswa dalam pembelajaran hanya siswa sendiri yang mengetahuinya. Sehingga, apabila siswa yang tampaknya hanya mendengarkan saja tidak berarti memiliki kadar keaktifan yang rendah dibandingkan dengan siswa yang sibuk mencatat. Sebab, mungkin saja siswa yang hanya mendengarkan itu tidak sekedar mendengarkan tetapi menyimak, menganalisa dalam pikirannya dari setiap informasi yang disampaikan. Sebaliknya, siswa yang sibuk mencatat tidak bisa dikatakan memiliki kadar keaktifan yang tinggi jika hanya sekedar aktif mencatat tanpa diikuti aktifitas mental dan emosi. Dengan demikian, siswa dapat dikatakan belajar secara aktif apabila siswa tersebut memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam kegiatan belajarnya. 20
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed.2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet.5, h.394 21 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.7, h.141
20
Untuk mengetahui proses pembelajaran memiliki kadar keaktifan yang tinggi, sedang atau lemah dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajatan maupun dalam mengevaluasi pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar keaktifan siswa semakin tinggi. . a. Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses perencanaan 1.1 Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran. 1.2 Adanya keterlibatan siswa dalam meyusun rancangan pembelajaran. 1.3 Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan. 1.4 Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan. b. Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran 1.1 Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 1.2 Siswa belajar secara langsung (experiental learning). Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri dan lain sebagainya. Demikian juga pengalaman itu bisa dilakukan dalam bentuk kerjasama dan interaksi dalam kelompok. 1.3 Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif. 1.4 Keterlibatan siswa dalam memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran. 1.5 Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung. 1.6 Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau antara guru dan siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan keterlibatan semua siswa secara merata. Artinya, pembelajaran atau proses tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu. c. Kadar keaktifan siswa dilihat dari kegiatan evaluasi pembelajaran 1.1 Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya. 1.2 Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
21
1.3 Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya. 22 Selanjutnya, Yuhdi Munadi (2011) mengemukakan ciri-ciri pokok pembelajaran aktif, antara lain adalah: a. Interaktif yang ditandai dengan adanya dialog antara siswa dengan siswa dan dialog antara siswa dengan guru dan bisanya memanfaatkan sumbersumber belajar yang bervariasi (media pembelajaran). b. Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dengan sikap berikut: 1.1 Mendorong setiap siswa untuk ikut aktif memberi pendapat 1.2 Mendorong setiap siswa untuk ikut berbuat 1.3 Mendorong setiap siswa utuk ikut aktif mencari sumber c. Menantang, yakni ditandai dengan sikap sebagai berikut: 1.1 Mendorong kompetensi antar siswa 1.2 Mengundang siswa untuk terlibat penuh 1.3 Membangkitkan gairah belajar siswa.23 Selanjutnya, secara khusus Wina Sanjaya mengemukakan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bertujuan sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna, artinya siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. b. Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, artinya melalui keaktifan siswa diharapkan tidak hanya kemampuan intelektual saja yang berkembang tetapi juga seluruh pribadi siswa termasuk sikap dan mental. 24 4. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Mengutip
pengertian
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
(IPS)
yang
dikemukakan oleh Ali Imran Udin dalam Abu Ahmadi menyatakan bahwa “Ilmu
Pengetahuan
Sosial
(IPS)
adalah
ilmu-ilmu
sosial
yang
disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah”.25 Sedangkan, Abu Ahmadi sendiri menyatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang
22
Ibid. Yudhi Munadi, Pembelajarn Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet.2, h.33 24 Op.cit., h.138 23
22
merupakan paduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran sosial.26 Selanjutnya, menurut A. Kosasih Djahiri, “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.27 Dalam hal ini, Sapriya menegaskan bahwa: “Pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS untuk sekolah dasar (SD) dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS dipersekolahan tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, dan ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu”.28 Lebih lanjut, Kurikulum 2006 yang dikutip oleh Sapriya dalam buku yang berbeda dari sebelumnya menjelaskan bahwa: “IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji sperangkat isu sosial.Pada jenjang SD/MI/SDLB, mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.29 Namun, pada jenjang SD/MI/SDLB, materi pembelajaran IPS disajikan secara terpadu sehingga tidak menunjukan label dari disiplin ilmu sosial, serta disusun secara tematik dengan mengambil tema-tema sosial yang terjadi di lingkungan siswa. Demikian juga tema-tema sosial yang dikaji berangkat dari fenomena serta aktifitas sosial yang terjadi disekitar siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu sosial merupakan dasar dari IPS tetapi tidak semua ilmu-ilmu sosial dapat 25
H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2003) Cet.4, h.2 Ibid. h.3 27 Sapriya, dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Ed.1 (Bandung:UPI PRESS, 2006), Cet.1, h.7 28 Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, Ed.1, (Bandung:UPI PRESS,2006), Cet.1 h.3 29 Loc.cit. 26
23
menjadi pokok bahasan dalam IPS. Tingkat usia, jenjang pendidikan dan perkembangan pengetahuan anak didik sangat menentukan materi-materi ilmu-ilmu sosial mana yang tepat menjadi pokok bahasan dalam IPS. Melalui substansi materi dalam pembelajaran IPS, siswa diharapkan tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan di dalam masyarakat tetapi mampu menjalani kehidupan nyata secara bijaksana.
b. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam kurikulum 2006 yang dikutip oleh Sapriya, menjelaskan bahwa mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.30 Dengan demikian, kunci utama dalam pembelajaran IPS adalah bagaimana membina kecerdasan sosial siswa yang mampu berpikir kritis, analitis, kreatif, inovatif, berwatak dan berkepribadian luhur, bersikap ilmiah dalam cara memandang, menganalisa serta menelaah kehidupan nyata yang dihadapinya.31 Oleh karena itu, guru IPS dituntut untuk mampu merencanakan pembelajaran IPS sedemikian rupa dengan memperhatikan prinsip dan karakteristik IPS itu sendiri sehingga tujuan dalam pembelajaran IPS dapat tercapai.
c. Fokus kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fokus kajian pendidikan IPS adalah kehidupan manusia dengan sejumlah aktifitas sosialnya. Seperti yang dikemukakan Nana Supriatna bahwa berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya . merupakan fokus kajian IPS. Aktifitas manusia dilihat dari dimensi waktu meliputi masa lalu, masa kini dan masa depan. Aktifitas manusia yang berkaitan 30 31
Ibid., h.9 Ibid.
24
dalam hubungan dan interaksin dengan aspek keruangan atau geografis. Aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktifitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial.32
d. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Menurut Hasan (1996), tujuan pendidikan IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan pertama berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu pengetahuan khususnya
ilmu-ilmu
sosial.
Tujuan
kedua
berorientasi
pada
pengembanagn diri siswa dan kepentingan masyarakat. Sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu.33
e. Kompetensi Pendidikan IPS Sekolah Dasar Dalam kurikulum KTSP terdapat dua aspek perkembangan kompetensi dalam pembelajaran IPS, yaitu aspek pengembangan intelektual dan aspek pengembangan keterampilan sosial. Aspek pengembangan intelektual meliputi pengembangan kemampuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya serta memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keretampilan dalam kehidupan sosial. Sementara, aspek pengembangan keterampilan sosial meliputi kemampuan untuk memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan serta memiliki kemampuan 32 33
Nana Supriatna, Pendidikan IPS di SD, Ed.I, (Bandung:UPI PRESS,2007) Cet.I. h.4 Ibid., h.5
25
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional maupun global.34
f. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu.35 Sedangkan, kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai standar kompetensi mata pelajaran tersebut.36 Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Berikut adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar pelajaran IPS kelas IV.
Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas IV Standar Kompetensi 1. Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
34
Kompetensi Dasar 1.1. Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana. 1.2. Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya. 1.3. Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat.
Ibid., h. 21-22 KTSP, Perangkat Pembelajaran MI/SD dan SDLB; Panduan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, h.1 36 Ibid., h.2 35
26
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
1.4. Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi). 1.5. Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat dan menjaga kelestariannya. (kabupaten/kota, provinsi). 1.6. Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya. 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
Sapriya, (2008)
37
g. Permasalahan Sosial Masalah sosial merupakan suatu keadaan di masyarakat yang tidak normal atau tidak semestinya. Masalah-masalah sosial dapat berupa masalah moral, masalah politik, masalah ekonomi, masalah agama dan masalah lainnya. Abu Ahmadi menjelaskan bahwa “masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh setiap masyarakat tidaklah sama antara satu dengan lainnya. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya serta keadaan lingkungan alamnya dimana masyarakat itu hidup”.38 Selanjutnya, menurut Nisbet (1961) yang membedakan masalah sosial dengan masalah lainnya adalah bahwa masalah sosial selalu ada kaitannya dengan nilai-nilai moral
37
Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung:UPI Press,2008), h.163
27
dan pranata-pranata sosial, serta selalu ada kaitannya dengan hubunganhubungan manusia dan dengan konteks-konteks normatif dimana hubungan-manusia manusia itu terwujud.39 Masalah sosial memiliki dua pendefinisian; [1] pendefinisian menurut umum, dan; [2] pendefinisian merurut para ahli. Menurut pendefinisian umum, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial. Sedangkan pendefinisian menurut para ahli, masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.40 Sebagai contoh, masalah pedagang kaki lima. Menurut definisi umum, pedagang kaki lima bukan masalah sosial karena merupakan upaya mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan menurut definisi ahli perencanaan kota, pedagang kaki lima adalah masalah sosial karena menjadi sumber kekacauan lalu lintas. Namun kenyataannya, permasalahan sosial tidak dirasakan secara sama oleh setiap warga masyarakat. Suatu kondisi yang dianggap merugikan sejumlah warga masyarakat belum tentu dirasakan oleh sejumlah masyarakat lainnya sebagai sesuatu yang menguntungkan. Misalnya masalah sampah, sampah yang bertebaran disebagian kota dirasakan merugikan kebersihan, kesehatan, keindahan tetapi para pengumpul barang bekas dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan. Dengan demikian, suatu masalah yang digolongkan sebagai masalah sosial oleh para ahli belum tentu dianggap sebagai masalah sosial oleh umum. Sebaliknya, masalah-masalah sosial yang dianggap sebagai masalah sosial oleh umum belum tentu dianggap sebagai masalah sosial oleh para ahli. Dengan demikian, batasan masalah sosial agak sedikit rumit karena mengingat masalah sosial berkaitan dengan sistem nilai yang berlaku di 38
H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2003) Cet.4, h.12 Ibid. 40 Ibid., h.12-13 39
28
masyarakat yang bersangkutan. Tetapi yang jelas, tidak ada satu pun tingkah laku manusia yang dapat dianggap sebagai suatu masalah sosial apabila tidak dianggap sebagai penyimpangan secara moral dari normanorma masyarakat yang telah diterima secara umum.
B. Hasil Penelitian yang Relevan No Peneliti 1. Roro Fattahu Sarah, Mahasiswi Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, 2013 2.
Tatmimatun Ni’mah, Mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
3.
Ratih Ariyanti, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Anis Fitrotunnisa, Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah
4.
Judul Penelitian Peningkatan keaktifan belajar IPS Sejarah siswa melalui model pembelajaran index card match (icm) kelas viii di smp negeri 4 semarang tahun ajaran 2012/2013. Penerapan metode index card match untuk meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran ips siswa kelas IV SDN 1 Petanahan, semester II tahun ajaran 2012/2013.
Peningkatan keaktifan dan hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe index card match siswa kelas IV SD Negeri Tugurejo 01 Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Penerapan Metode Index Card Match Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Bahasa Arab Kelas VIII C Mtsn Lab. UIN
Hasil Penelitian Dari hasil penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam proses pembelajaran, mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam berpikir kreatif dan berpikir kritis. Dari hasil penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam proses pembelajaran, mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam komunikasi yang bersifat multi arah, baik komunikasi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Dari hasil penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam proses pembelajaran, mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam membuat rangkuman materi yang telah telah dipelajari, serta aktif menyelesaikan tugas yang dberikan guru. Dari hasil penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam proses pembelajaran, mampu meningkatkan keaktifan
29
dan Keguruan, Yogyakarta, Bantul. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
5.
Winda Pramita Sari, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
siswa dalam mencari sumber belajar lain dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru serta meningkatkan antusiasme siswa dalam mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Upaya Meningkatkan Dari hasil penerapan Keaktifan dan Prestasi strategi pembelajaran Belajar Siswa Melalui kooperatif tipe index card Metode Index Card match dalam proses Match Pada Mata pembelajaran, mampu Pelajaran IPS Kelas meningkatkan keaktifan Ivsd Negeri Kopeng 01 siswa dalam bertanya Tahun Pelajaran kepada siswa lain atau 2011/2012. guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teoritis serta mengkaji laporan dari hasil penelitian sebelumnya sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini dipandang perlu mengajukan kerangka pemikiran sebagai berikut: 1) Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match akan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif. 2) Adanya keterkaitan antara penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match dengan peningkatkan keaktifan belajar siswa.
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori dan kerangka berfikir diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Penggunaan metode kooperatif tipe Index Card Match dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV MI Fathurrachnman pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014”.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Fathurrachman yang terletak di Jl. Pekayon I No. 4 Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. MI Fathurrachman dipilih karena peneliti bertugas ditempat tersebut sehingga peneliti memiliki peluang waktu yang cukup luas dalam mencari dan mengolah data. Alasan tersebut diperkuat oleh hasil observasi yang menggambarlan bahwa perencanaan pembelajaran yang disiapkan guru belum mampu digarap secara serius sehingga kemampuan guru dalam mengelola kelas sangat rendah, serta proses pembelajaran yang dilakukan masih mengandalkan metode ceramah, sehingga proses pembelajaran belum menunjukkan keaktifan siswa. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 6 bulan, yaitu sejak bulan Januari sampai bulan Juli 2014. Dengan kata lain penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode agar hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana yang ditentukan. Dilihat dari tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian yaitu ingin meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas maka penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau lebih dikenal dengan istilah classroom action research. Basrowi (2008) mengatakan bahwa “penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di kelas”.1 Senada dengan pernyataan tersebut, 1
H. M. Basrowi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2008), Cet. 2, h. 25
30
31
Hopkins (1992) menyatakan bahwa “classroom action research merupakan salah satu jenis penelitian tindakan yang bersifat praktis sebab penelitian ini menyangkut kegiatan yang dipraktikan guru sehari-hari. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dalam pekerjaan guru. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dalam kancah kelas tempat guru mengajar”.2 Untuk metode penelitian yang digunakan dalam penbelitian ini adalah dengan menggunakan metode Descriptive Research. Hadeli menjelaskan bahwa “penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, situasi atau kejadian dan karakteristik populasi”.3 Lebih lanjut, Sumadi Suryabrata dalam Hadeli mengemukakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk: (1) Mencari informasi faktual yang detail, menggambarkan gejala yang ada; (2) Mengidentifikasi masalah-masalah atau mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang telah dan sedang berlangsung; (3) Membuat komparasi dan evaluasi; (4) Mengetahui apa yang dikerjakan orang lain dalam menangani masalah atau situasi yang sama, agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa datang.4 Dalam penelitian tindakan kelas, diperlukan adanya rancangan penelitian karena penelitian tindakan kelas tidak sekedar mengungkapkan penyebab permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas tetapi mencari cara mengatasi permasalahan tersebut. Rancangan penelitian merupakan prosedur yang akan dilalui dalam mengumpulkan informasi untuk menjawab permasalahan penelitian. Seperti yang dikatakan oleh Hadeli bahwa “rancangan penelitian berisi gambaran tentang kapan penelitian dilakukan, darimana data diperoleh, dalam kondisi bagaimana subjek yang diteliti dan bagaimana mengolah data dan melaporkannya”.5 Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II yang masing-masing siklus terdiri dari 4 kegiatan utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari 2x pertemuan yang masing-masing
2
Ibid., h. 26 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat:Quantum Teaching,2006), Cet. 1, h. 63 4 Ibid., h. 64 3
32
dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Apabila pembelajaran siklus I sudah menunjukan indikator keaktifan siswa, maka tindakan tidak dilanjutkan, tetapi apabila pada siklus I belum menunjukkan indikator keaktifan siswa dari tindakan yang dilakukan, maka akan dilaksanakan pembelajaran pada siklus II. Apabila pembelajaran siklus II belum menunjukkan indikator keaktifan siswa dari tindakan yang dilakukan, maka akan dilaksanakan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Tetapi apabila sudah menunjukkan keberhasilan indikator keaktifan siswa, maka tidak dilakukan pengulangan tindakan. Namun demikian, peneliti akan berusaha melakukan penelitian dalam dua siklus dikarenakan peneliti dan guru yang bersangkutan akan berusaha secara optimal dengan menerapkan cara dan prosedur yang tepat sehingga dalam dua siklus tersebut dapat menunjukkan indikator keberhasilan penelitian yaitu meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Namun perlu diperhatikan bahwa penelitian tindakan kelas bersifat situasional, kondisional dan kontekstual. Dengan demikian, peneliti akan mengadaptasi pedoman yang disampaikan secara fleksibel, artinya peneliti akan mempertimbangkan kelayakan waktu, sarana dan prasarana yang dapat digunakan serta permasalahan yang mana pada waktu penelitian bisa dirasakan hasilnya.
C. Subjek dan Objek Penelitian Berdasarkan
judul
penelitian
dalam
penelitian
ini,
maka
subjek
penelitiannya adalah siswa kelas IV MI Fathurrahman tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 25 orang dengan rincian 15 orang siswa dan 10 orang siswi. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match sebagai upaya untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Karena pada umumnya, siswa tingkat dasar cenderung menyukai proses pembelajaran yang aktif dan bervariasi sehingga siswa tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran dalam kelas. Dengan demikian, siswa akan lebih antusias mengikuti pembelajaran sehingga dapat menunjukkan seluruh potensi yang dimilikinya. 5
Ibid., h. 59
33
D. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian Peneliti dalam penelitian ini berkolaborasi dengan guru kelas yang bertugas sebagai pelaksana tindakan, sedangkan peneliti sebagai observer bertugas mengamati seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran, serta aktivitas guru dalan melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match. Kemudian, peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian, agar hasil penelitian tersebut benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap.
E. Tahapan Intervensi Tindakan 1. Kegiatan pendahuluan Pada kegiatan pendahuluan, peneliti melakukan observasi untuk menjajaki proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru kelas. Kemudian, peneliti menganalisis permasalahan yang terjadi serta permasalahan yang ditimbulkan dari kegiatan pembelajaran tersebut. Setelah peneliti melakukan observasi, terlihat bahwa pemasalahan pembelajaran yang timbul berupa rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran yang disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan guru bersifat konvensional. Selanjutnya, peneliti mengajukan penawaran kepada guru kelas tehadap solusi permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Solusi yang peneliti tawarkan adalah penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dan kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, peneliti memberikan penguatan kepada guru kelas terhadap pengertian, prosedur serta kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran tersebut. Setelah pengajuan penawaran terhadap perbaikan pembelajaran disetujui oleh guru kelas, selanjutnya kegiatan yang peneliti lakukan adalah membuat instumen penelitian berupa lembar observasi kinerja guru serta lembar observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran pra siklus.
34
2. Kegiatan pembelajaran pra siklus Pihak yang menjadi pelaksana tindakan dalam kegiatan pembelajaran pra siklus adalah guru kelas. Sedangkan peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian yaitu di dalam kelas, selanjutnya peneliti mengamati keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pra siklus masih dengan metode konvensional yang biasa dilakukakan guru kelas guna mengetahui ada atau tidak adanya perubahan kondisi pembelajaran setelah dilakukannya perbaikan pembelajaran melalui penggunaaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match pada kegiatan pembelajaran siklus I.
3. Kegiatan pembelajaran siklus I a.
Tahap perencanaan Pada tahapan ini, guru membuat instrumen yang akan digunakan dalam penelitian yaitu lembar observasi kinerja guru serta lembar observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selanjutnya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Kandungan yang tertuang dalam RPP sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam
upaya
meningkatkan
keaktifan
siswa
dalam
proses
pembelajaran. Selanjutnya, materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian siklus I yaitu pada pertemuan pertama mengenai pengertian permasalahan sosial dan pertemuan kedua mengenai penyebab terjadinya permasalahan sosial. Materi tersebut sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum KTSP. Selanjutnya, peneliti mempersiapkan perlengkapan pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan dalam strategi pembelajaran index card match yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban.
35
b. Tahap pelaksanaan pertemuan pertama Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ádalah pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Namun, pelaksanaan ini bersifat fleksibel artinya dapat dikondisikan sesuai kebutuhan pengajaran yang berlangsung. Adapun pihak yang menjadi pelaksana tindakan dalam kegiatan pembelajaran adalah guru kelas. Sedangkan peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian yaitu di dalam kelas, selanjutnya peneliti mengamati keaktifan siswa dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui seberapa besar strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match mampu merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan keaktifan siswa yang dimaksud dalam penelitian ini berupa keaktifan berinteraksi dengan guru, keaktifan siswa berinteraksi siswa lain serta keaktifan terhadap materi pembelajaran. Adapun dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang masing-masing kegiatan akan diuraikan sebagai berikut: 1.1 Kegiatan awal 1.1.1 Guru mengkondisikan kelas berupa kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran. 1.1.2 Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. 1.1.3 Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. 1.2 Kegiatan inti 1.2.1 Guru menjelaskan secara kontekstual materi pembelajaran yang akan dipelajari yaitu mengenai permasalahan sosial dan permasalahan pribadi.
36
1.2.2 Guru memberi stimulus pertanyaan yang mengarah pada materi agar siswa terdorong untuk mengemukakan dugaan sementara berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. 1.2.3 Guru memperkenalkan siswa pada strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match melalui penjelasan terhadap prosedur pelaksanaan pembelajaran tersebut. 1.2.4 Guru membagikan kartu indeks berupa kartu soal atau kartu jawaban kepada masing-masing siswa. 1.2.5 Guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa dalam melaksanakan permainan kartu. 1.2.6 Siswa yang memegang kartu soal mencari jawaban terhadap kartu dimilikinya dengan cara membacakan pertanyaan kemudian menantang teman sekelas yang memegang kartu jawaban tersebut untuk membacakan jawabannya. 1.2.7 Siswa yang telah mendapatkan pasangan kartu duduk berkelompok
sambil
menunggu
siswa
yang
lainnya
mendapatkan kelompoknya. 1.2.8 Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
bermain
kartunya
dengan
membacakan
kartu
pertanyaan sekaligus jawabannya kepada kelompok lain. Sedangkan kelompok yang tidak melakukan presentasi memberikan tanggapannya 1.2.9 Setelah permainan kartu Index Card Match selesai, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya. 1.3 Kegiatan akhir 1.3.1 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin mengajukan argumen yang dimiliknya. 1.3.2 Guru bersama siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami. 1.3.3 Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.
37
1.3.4 Guru
menjelaskan
pembelajaran
kepada
pada
siswa
pertemuan
mengenai berikutnya
rencana yakni
mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan sosial.
c.
Tahap pelaksanaan pertemuan kedua Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ádalah pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Namun, pelaksanaan ini bersifat fleksibel artinya dapat dikondisikan sesuai kebutuhan pengajaran yang berlangsung. Adapun pihak yang menjadi pelaksana tindakan dalam kegiatan pembelajaran adalah guru kelas. Sedangkan peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian yaitu di dalam kelas, selanjutnya peneliti mengamati keaktifan siswa dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui seberapa besar strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match mampu merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan keaktifan siswa yang dimaksud dalam penelitian ini berupa keaktifan berinteraksi dengan guru, keaktifan siswa berinteraksi siswa lain serta keaktifan terhadap materi pembelajaran. Adapun dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang masing-masing kegiatan akan diuraikan sebagai berikut: 1.1 Kegiatan awal 1.1.1 Guru mengkondisikan kelas berupa kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran. 1.1.2 Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. 1.1.3 Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
38
1.2 Kegiatan inti 1.2.1 Guru mengulas sedikit materi yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya agar siswa siap menerima materi selanjutnya yang masih berkaitan, kemudian memberikan stimulus pertanyaan yang mengarah pada materi agar siswa terdorong untuk mengemukakan dugaan sementara berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. 1.2.2 Guru menjelaskan secara kontekstual materi pembelajaran yang akan dipelajari yaitu mengenai penyebab terjadinya permasalahan sosial. 1.2.3 Guru menjelaskan kembali kepada siswa mengenai prosedur dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. 1.2.4 Guru membagikan kartu indeks berupa kartu soal atau kartu jawaban kepada masing-masing siswa. 1.2.5 Guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa dalam melaksanakan permainan kartu. 1.2.6 Siswa yang memegang kartu soal mencari jawaban terhadap kartu dimilikinya dengan cara membacakan pertanyaan kemudian menantang teman sekelas yang memegang kartu jawaban tersebut untuk membacakan jawabannya. 1.2.7 Siswa yang telah mendapatkan pasangan kartu duduk berkelompok
sambil
menunggu
siswa
yang
lainnya
mendapatkan kelompoknya. 1.2.8 Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
bermain
kartunya
dengan
membacakan
kartu
pertanyaan sekaligus jawabannya kepada kelompok lain. Sedangkan kelompok yang tidak melakukan presentasi memberikan tanggapannya 1.2.9 Setelah permainan kartu Index Card Match selesai, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya.
39
1.3 Kegiatan akhir 1.3.1 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin mengajukan argumen yang dimiliknya. 1.3.2 Guru bersama siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami. 1.3.3 Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. 1.3.4 Guru
menjelaskan
pembelajaran
kepada
pada
siswa
pertemuan
mengenai
rencana
berikutnya
yakni
mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan sosial.
d. Tahap analisis Pada tahap ini, peneliti dan guru kelas melakukan analisis hasil pengamatan terhadap seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran berupa: 1.1 Seberapa aktif siswa melakukan proses pembelajaran setelah dilakukan tindakan siklus I 1.2 Seberapa besar penurunan siswa yang tidak aktif pada proses pembelajaran setelah tindakan siklus I 1.3 Seberapa besar penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match mampu merangsang siswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
e.
Tahap refleksi Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan untuk melihat apa yang sudah dihasilkan atau apa yang belum dihasilkan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I yang
telah
terekam
dalam
lembar
observasi
kemudian
membandingkannya dengan kegiatan pra siklus. Refleksi tersebut dilakukan sebagai pengamatan akan keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan penelitian yaitu meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Apabila hasil analisis siklus I sudah menunjukan
40
indikator keaktifan siswa, maka penelitian dihentikan. Adapun indikator keaktifan siswa yang dimaksudkan dalam penelitian ini berupa keaktifan berinteraksi dengan guru, keaktifan berinteraksi dengan siswa lain serta keaktifan terhadap materi pembelajaran. Tetapi apabila indikator keaktifan siswa tersebut belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Selanjutnya, peneliti dengan guru kelas melakukan diskusi untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran Index Card Match terhadap keaktifan siswa. Hasil diskusi tersebut digunakan untuk melaksanakan tindakan pada siklus II.
4. Kegiatan penelitian siklus II a.
Tahap perencanaan Pada siklus II, peneliti dan guru kelas akan berusaha lebih optimal dalam menerapkan prosedur pembelajaran sehingga pada siklus II dapat menunjukkan indikator keberhasilan penelitian yaitu meningkatnya keaktifan siswa melalui pengggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match. Kegiatan perencanaan dimulai dengan kegiatan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Kandungan yang tertuang dalam RPP sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian siklus II yaitu pada pertemuan pertama mengenai dampak terjadinya permasalahan sosial dan pertemuan kedua mengenai cara mencegah terjadinya permasalahan sosial. Materi tersebut sesuai dengan Standar Kompetensi
dan
Kompetensi
Dasar
dalam
Kurikulum
KTSP.
Selanjutnya peneliti mempersiapkan perlengkapan pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan dalam strategi pembelajaran index card match yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban.
41
b. Tahap pelaksanaan pertemuan pertama Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ádalah pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Namun, pelaksanaan ini bersifat fleksibel artinya dapat dikondisikan sesuai kebutuhan pengajaran yang berlangsung. Adapun pihak yang menjadi pelaksana tindakan dalam kegiatan pembelajaran adalah guru kelas. Sedangkan peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian yaitu di dalam kelas, selanjutnya peneliti mengamati keaktifan siswa dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui seberapa besar strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match mampu merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Adapun kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang masing-masing kegiatan akan diuraikan sebagai berikut: 1.1 Kegiatan awal 1.1.1 Guru mengkondisikan kelas berupa kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran. 1.1.2 Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. 1.1.3 Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. 1.2 Kegiatan inti 1.2.1 Guru mengulas sedikit materi yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya agar siswa siap menerima materi selanjutnya yang masih berkaitan, kemudian memberikan stimulus pertanyaan yang mengarah pada materi agar siswa terdorong untuk mengemukakan dugaan sementara berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
42
1.2.2 Guru menjelaskan secara kontekstual materi pembelajaran yang akan dipelajari yaitu mengenai dampak terjadinya permasalahan sosial. 1.2.3 Guru menjelaskan kembali kepada siswa mengenai prosedur dalam
pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe
Index Card Match. 1.2.4 Guru membagikan kartu indeks berupa kartu soal atau kartu jawaban kepada masing-masing siswa. 1.2.5 Guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa dalam melaksanakan permainan kartu. 1.2.6 Siswa yang memegang kartu soal mencari jawaban terhadap kartu dimilikinya dengan cara membacakan pertanyaan kemudian menantang teman sekelas yang memegang kartu jawaban tersebut untuk membacakan jawabannya. 1.2.7 Siswa yang telah mendapatkan pasangan kartu duduk berkelompok
sambil
menunggu
siswa
yang
lainnya
mendapatkan kelompoknya. 1.2.8 Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
bermain
kartunya
dengan
membacakan
kartu
pertanyaan sekaligus jawabannya kepada kelompok lain. Sedangkan kelompok yang tidak melakukan presentasi memberikan tanggapannya 1.2.9 Setelah permainan kartu Index Card Match selesai, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya. 1.3 Kegiatan akhir 1.3.1 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin mengajukan argumen yang dimiliknya. 1.3.2 Guru bersama siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami. 1.3.3 Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.
43
1.3.4 Guru
menjelaskan
pembelajaran
pada
kepada
siswa
pertemuan
mengenai
berikutnya
rencana
yakni
cara
mencegah terjadinya permasalahan sosial.
c.
Tahap pelaksanaan pertemuan kedua Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ádalah pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Namun, pelaksanaan ini bersifat fleksibel artinya dapat dikondisikan sesuai kebutuhan pengajaran yang berlangsung. Adapun pihak yang menjadi pelaksana tindakan dalam kegiatan pembelajaran adalah guru kelas. Sedangkan peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian yaitu di dalam kelas, selanjutnya peneliti mengamati keaktifan siswa dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui seberapa besar strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match mampu merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Adapun kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang masing-masing kegiatan akan diuraikan sebagai berikut: 1.1 Kegiatan awal 1.1.1 Guru mengkondisikan kelas berupa kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran. 1.1.2 Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. 1.1.3 Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. 1.2 Kegiatan inti 1.2.1 Guru mengulas sedikit materi yang disampaikan pada petemuan sebelumnya agar siswa siap menerima materi
44
selanjutnya yang masih berkaitan, kemudian memberikan stimulus pertanyaan yang mengarah pada materi agar siswa terdorong untuk mengemukakan dugaan sementara berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. 1.2.2 Guru menjelaskan secara kontekstual materi pembelajaran yang akan dipelajari yaitu mengenai cara mencegah terjadinya permasalahan sosial. 1.2.3 Guru menjelaskan kembali kepada siswa mengenai prosedur dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. 1.2.4 Guru membagikan kartu indeks berupa kartu soal atau kartu jawaban kepada masing-masing siswa. 1.2.5 Guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa dalam melaksanakan permainan kartu. 1.2.6 Siswa yang memegang kartu soal mencari jawaban terhadap kartu dimilikinya dengan cara membacakan pertanyaan kemudian menantang teman sekelas yang memegang kartu jawaban tersebut untuk membacakan jawabannya. 1.2.7 Siswa yang telah mendapatkan pasangan kartu duduk berkelompok
sambil
menunggu
siswa
yang
lainnya
mendapatkan kelompoknya. 1.2.8 Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
bermain
kartunya
dengan
membacakan
kartu
pertanyaan sekaligus jawabannya kepada kelompok lain. Sedangkan kelompok yang tidak melakukan presentasi memberikan tanggapannya 1.2.9 Setelah permainan kartu Index Card Match selesai, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya. 1.3 Kegiatan akhir 1.3.1 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin mengajukan argumen yang dimiliknya.
45
1.3.2 Guru bersama siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami. 1.3.3 Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.
d. Tahap analisis Pada tahap ini, peneliti dan guru kelas melakukan analisis hasil pengamatan terhadap seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran berupa: 1.4 Seberapa aktif siswa melakukan proses pembelajaran setelah dilakukan tindakan siklus II. 1.5 Seberapa besar penurunan siswa yang tidak aktif pada proses pembelajaran setelah tindakan siklus II. 1.6 Seberapa besar penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match mampu merangsang siswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
e.
Tahap refleksi Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan untuk melihat apa yang sudah dihasilkan atau apa yang belum dihasilkan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II yang telah terekam dalam lembar observasi kemudian membandingkannya dengan kegiatan pra siklus dan dengan kegiatan siklus I. Refleksi tersebut dilakukan sebagai pengamatan akan keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan penelitian yaitu meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Apabila hasil analisis siklus II sudah menunjukan indikator keaktifan siswa, maka penelitian dihentikan. Adapun indikator keaktifan siswa yang dimaksudkan dalam penelitian ini berupa keaktifan berinteraksi dengan guru, keaktifan berinteraksi dengan siswa lain serta keaktifan terhadap materi pembelajaran. Tetapi apabila indikator keaktifan siswa tersebut belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
46
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) berupa penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV MI fathurrachman pada pelajaran IPS. Peningkatan keaktifan tersebut ditunjukan dengan adanya kenaikan taraf keaktifan siswa pada setiap siklusnya. Keaktifan siswa yang dimaksudkan dalam penelitian ini berupa keaktifan siswa berinteraksi dengan guru, keaktifan siswa berinteraksi siswa lain serta keaktifan terhadap materi pembelajaran.
G. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa kegiatan siswa dan kegiatan guru dalam melakukan penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match. Muhammad Idrus mengatakan bahwa “data kualitatif merujuk pada data kualitas objek penelitian, yaitu ukuran data berupa nonangka tetapi berupa satuan kualitas (misalnya istimewa, baik, buruk, tinggi, rendah, sedang), atau juga serangkaian informasi verbal dan nonverbal yang disampaikan informan kepada peneliti untuk menjelaskan perilaku ataupun peristiwa yang sedang menjadi fokus penelitian”. 6 Sedangkan, sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa dan guru kelas IV MI Fathurrachman, semester II tahun pelajaran 2013/2014.
H. Teknik Pengumpulan Data Dalam hal teknik pengumpulan data, Sugiyono menjelaskan bahwa “teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari peneitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan”.7 Untuk itu, teknik pengumpulan data yang gunakan dalam penelitian ini adalah teknik non tes berupa observasi, karena kegiatan observasi dalam penelitian tindakan kelas merupakan bagian
6
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta:2009), h. 84
47
yang tidak terpisahkan dari tindakan di setiap siklusnya. Observasi dilakukan untuk mengamati kinerja guru serta mengamati keaktifan siswa melalui penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam kegiatan pembelajaran. Dengan observasi, peneliti dapat secara langsung melihat objek yang diteliti tanpa melalui perantara yang mungkin bisa melebihkan atau mengurangi data sebenarnya. Menurut Wina Sanjaya, “observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tetang hal-hal yang akan diamati atau diteliti”.8 Sedangkan Muhammad Idrus mengemukakan bahwa, “observasi merupakan aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis”.9 Selanjutnya,
Sugiono
menegaskan
bahwa
“observasi
sebagai
teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalui berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga objek-objek alam yang lain”.10
I. Instrumen Penelitian Pada prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena yang akan diteliti sehingga dalam penelitian harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi kinerja guru dan lembar observasi keaktifan siswa dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. Pengisian lembar observasi dilakukan oleh peneliti sebagai pengamat pembelajaran. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan kisi-kisi instrumen. Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen penggumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian. 7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2010), Cet. 11, h. 224 8 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, h.86 9 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta:2009), h. 101 10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2010), Cet. 11, h. 145
48
Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa No.
Aspek
Jumlah butir
1.
Keaktifan siswa berinteraksi dengan guru
6
2.
Keaktifan siswa berinteraksi dengan siswa lain
7
3.
Keaktifan siswa terhadap materi pelajaran
2
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi Guru No.
Aspek
Jumlah butir
1.
Kinerja guru pada kegiatan pembuka
7
2.
Kinerja guru pada kegiatan inti
10
3.
Kinerja guru pada kegiatan penutup
4
J. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan keaktifan siswa dalam pengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS. Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Dengan demikian, penelitian ini mengacu pada indikator ketercapaian proses pembelajaran terhadap penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa yang dimaksudkan dalam penelitian ini berupa keaktifan siswa berinteraksi dengan guru, keaktifan siswa berinteraksi siswa lain serta keaktifan terhadap materi pembelajaran. Strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dapat dinyatakan efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa apabila porsentase keaktifan siswa dalam pembelajaran sebesar ≥80%. K. Analisis Data dan Interpretasi Data Analisis data merupakan proses menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Dalam hal ini, Nasution dalam Sugiono
49
menjelaskan bahwa “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”.11 Selanjutnya dalam membahas analisis data dalam penelitian kuantitatif, Miles and Huberman dalam Sugiono mengemukakan bahwa, “aktifitas dalam analisis data kuantitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.”12 Selanjutnya, Miles dan Huberman dalam Muhammad Idrus menambahkan bahwa, “ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis”.13
11
Sugiono, Metode Penelitianp Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 11, h. 245 12 Ibid., h.59 13 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta:2009), h. 148
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan tindakan 1. Deskripsi kegiatan pra siklus Kegiatan pembelajaran pra siklus dilaksanakan pada hari Senin, 2 Juni 2014 dengan masih menerapkan metode yang biasa dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu metode pembelajaran konvensional. Dalam hal ini, peneliti mulai melakukan pengamatan bersamaan dengan proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Agar hasil pengamatan tersebut benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap, maka peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu pengamatan yaitu di dalam kelas. Selanjutnya, pengamatan difokuskan pada aspek keaktifan siswa dengan menerapkan metode pembelajaran konvensional. Adapun dalam pelaksanaannya, pada kegiatan awal sebelum memulai pembelajaran guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi pembelajaran yang dilanjutkan dengan memberikan apersepsi yang berhubungan dengan materi sebelumnya. Pada kegiatan inti, guru meminta siswa membuka buku paket IPS materi permasalahan sosial lalu menunjuk beberapa orang siswa untuk membaca materi tersebut. Langkah berikutnya, guru menyampaikan materi permasalahan sosial secara kontekstual. Sedangkan siswa diminta untuk mencatat hal-hal penting mengenai materi yang disampaikan. Kegiatan selanjutnya memberikan siswa soal evaluasi sebagai penguatan siswa terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari. Pada kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya mengenai materi yang belum dipahami dilanjutkan menyampaikan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari secara lisan yang dilanjutkan dengan menutup pembelajaran. 50
51
2. Deskripsi kegiatan siklus 1 Pada tahapan ini, guru membuat perencanaan sebelum dilaksanakannya tindakan berupa pembuatan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian yaitu lembar observasi kinerja guru serta lembar observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selanjutnya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Kandungan yang tertuang dalam RPP sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match
dalam
upaya
meningkatkan
keaktifan
siswa
dalam
proses
pembelajaran. Selanjutnya, penyusunan materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yaitu pengertian dan penyebab terjadinya permasalahan sosial. Materi tersebut sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kegiatan perencanaan terakhir yaitu mempersiapkan perlengkapan pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan dalam strategi pembelajaran index card match yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban.
2.1 Deskripsi pembelajaran pertemuan pertama Pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 5 Juni 2014. Dalam hal ini, peneliti mulai melakukan pengamatan
bersamaan
dengan
proses
kegiatan
pembelajaran
berlangsung. Agar hasil pengamatan tersebut benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap, maka peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu pengamatan yaitu di dalam kelas. Selanjutnya, pengamatan difokuskan pada aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. Adapun dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang. masing-masing kegiatan akan dijelaskan sebagai berikut:
52
2.1.1 Kegiatan awal Sebelum
memulai
pembelajaran,
guru
melakukan
pengkondisian kelas berupa kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran. Selanjutnya, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru menyampaikan
tujuan
dan
manfaat
mempelajari
materi
pembelajaran yang dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Apersepsi tersebut berupa mengajukan pertanyaan kepada siswa seperti, “siapakah diantara kalian yang pernah dimarahi guru karena tidak mengerjakan PR?” dan “siapakah diantara kalian yang pernah mengalami pencurian?” Kegiatan apersepsi dimaksudkan agar terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta mendorong siswa untuk memberikan dugaan sementara yang berkaitan dengan materi pembelajaran melalui pendapat yang dikemukakannya. 2.1.2 Kegiatan inti Pada kegiatan ini, guru menjelaskan bahwa terdapat perbedaan pada kedua permasalahan tersebut, yaitu permasalahan pribadi dan permasalahan sosial. Selanjutnya, guru menyampaikan materi mengenai permasalahan sosial dan permasalahan pribadi secara kontekstual yang dilanjutkan dengan pemberian pertanyaan yang mengarah pada pertanyaan sebelumnya yaitu, “Setelah kalian mengetahui perbedaan antara masalah pribadi dan masalah sosial, sekarang manakah yang termasuk masalah sosial dan manakah yang termasuk masalah pribadi pada kasus dimarahi guru karena tidak mengerjakan PR dengan kasus pencurian?”. Setelah jawaban para siswa dianggap cukup, selanjutnya guru melakukan penguatan terhadap pemahaman siswa dengan memperkenalkan siswa pada pembelajaran index card match melalui penjelasan terhadap prosedur pelaksanaan pembelajaran
53
tersebut.
Selanjutnya
guru
membimbing
siswa
dalam
melaksanakan pembelajaran tersebut yang dimulai dengan pembagian kartu kepada masing-masing siswa. Setelah masingmasing siswa menerima kartu yang dibagikan guru, selanjutnya guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa dalam melakukan permainan index card match. Selanjutnya, guru mengintruksikan kepada siswa yang memegang kartu pertanyaan untuk mencari jawabannya dengan cara membacakan kartu pertanyaannya
kemudian
menantang
teman
sekelas
yang
memegang kartu jawaban dari pertanyaan tersebut untuk menjawabnya. Siswa yang memiliki kartu jawaban tersebut duduk berkelompok dengan siswa yang memiliki kartu pertanyaan. Setelah seluruh siswa mendapatkan kelompoknya, guru mengintruksikan kepada setiap kelompok untuk membacakan kartu pertanyaan sekaligus jawabannya sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan. Kegiatan tersebut berlangsung hingga masing-masing
kelompok
mempresentasikan
hasil
bermain
kartunya. Setelah permainan kartu selesai, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya. 2.1.3 Kegiatan akhir Pada kegiatan akhir untuk memantapkan siswa mengenai materi yang telah dipelajari, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin memberikan contoh permasalahan sosial yang terdapat di daerahnya. Selanjutnya, guru melakukan penguatan kepada siswa berupa tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami
kemudian
membimbing
siswa
untuk
membuat
kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru menjelaskan kepada siswa mengenai rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya yakni mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan sosial yang di lanjutkan dengan kegiatan guru dalam menutup kegiatan pembelajaran.
54
2.2 Deskripsi pembelajaran pertemuan kedua Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 9 Juni 2014. Dalam hal ini, peneliti mulai melakukan pengamatan
bersamaan
dengan
proses
kegiatan
pembelajaran
berlangsung. Agar hasil pengamatan tersebut benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap, maka peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu pengamatan yaitu di dalam kelas. Selanjutnya, pengamatan difokuskan pada aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. Adapun dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang. masing-masing kegiatan akan dijelaskan sebagai berikut: 2.2.1 Kegiatan awal Sebelum
memulai
pembelajaran,
guru
melakukan
pengkondisian kelas berupa kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran. Selanjutnya, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru menyampaikan
tujuan
dan
manfaat
mempelajari
materi
pembelajaran yang dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Apersepsi tersebut berupa mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya seperti, “Anak-anak, pada pertemuan sebelumya kalian telah belajar mengenai pengertian permasalahan pribadi dan permasalahan
sosial.
Sekarang,
dapatkan
diantara
kalian
menyebutkan contoh dari masing-masing permasalahan tersebut?” Kegiatan apersepsi dimaksudkan agar terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta mendorong siswa untuk mengingat kembali materi sebelumnya sehingga siswa siap menerima materi lanjutan.
55
2.2.2 Kegiatan inti Dalam kegiatan ini, guru mengulas sedikit materi yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya agar siswa siap menerima materi selanjutnya yang masih berkaitan. Kemudian, kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan penjelasan bahwa pada setiap permasalahan pasti terdapat penyebab mengapa masalah tersebut dapat terjadi, ibarat pepatah yang mengatakan bahwa tidak mungkin ada asap apabila tidak ada api. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang mengarah pada materi yang akan dipelajari, seperti “anak-anak, setiap hari kalian pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu guna menggapai masa depan yang gemilang, namun masih banyak anak-anak kurang seusia kalian yang kurang beruntung, mereka tidak dapat bersekolah dikarenakan oleh sesuatu hal. Tahukah kalian apa yang menyebabkan mereka putus sekolah?”. Setelah jawaban para siswa dianggap cukup, selanjutnya guru menyampaikan materi mengenai penyebab terjadinya permasalahan sosial secara kontekstual. Selanjutnya sebagai penguatan terhadap pemahaman siswa, guru menjelaskan kembali pembelajaran index card match melalui penjelasan terhadap prosedur pelaksanaannya. Selanjutnya guru membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran tersebut yang dimulai dengan pembagian kartu kepada masing-masing siswa. Setelah masing-masing siswa menerima kartu yang dibagikan guru, selanjutnya guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa dalam melakukan
permainan
kartu
dengan mengintruksikan kepada siswa yang memegang kartu pertanyaan untuk mencari jawabannya dengan cara membacakan kartu pertanyaannya kemudian menantang teman sekelas yang memegang kartu jawaban untuk menginformasikan jawabannya. Siswa yang memiliki kartu jawaban tersebut duduk berkelompok dengan siswa yang memiliki kartu pertanyaan.
56
Setelah seluruh siswa mendapatkan kelompoknya, guru mengintruksikan kepada setiap kelompok untuk membacakan kartu pertanyaan sekaligus jawabannya sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan. Kegiatan tersebut berlangsung hingga masing-masing
kelompok
mempresentasikan
hasil
bermain
kartunya. Setelah permainan kartu selesai, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya. 2.2.3 Kegiatan akhir Pada kegiatan akhir untuk memantapkan siswa mengenai materi yang telah dipelajari, guru memberikan kesempatan kepada siswa
yang
ingin
mengidentifikasi
penyebab
terjadinya
permasalahan sosial yang terdapat didaerahnya. Selanjutnya, guru melakukan penguatan kepada siswa berupa tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami kemudian membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru menjelaskan kepada siswa mengenai rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya yakni mengidentifikasi dampak terjadinya permasalahan sosial yang di lanjutkan dengan kegiatan guru dalam menutup kegiatan pembelajaran.
3. Deskripsi kegiatan siklus II Pada tahapan ini, guru membuat perencanaan sebelum dilaksanakannya tindakan berupa penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Kandungan yang tertuang dalam RPP sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam upaya
meningkatkan
keaktifan
siswa
dalam
proses
pembelajaran.
Selanjutnya, penyusunan materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yaitu dampak permasalahan sosial serta cara mencegah terjadinya permasalahan sosial. Materi tersebut sesuai dengan Standar Kompetensi (SK)
57
dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kegiatan perencanaan terakhir yaitu mempersiapkan perlengkapan pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan dalam strategi pembelajaran index card match yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban.
3.1 Deskripsi pembelajaran pertemuan pertama Pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Juni 2014. Dalam hal ini, peneliti mulai melakukan pengamatan
bersamaan
dengan
proses
kegiatan
pembelajaran
berlangsung. Agar hasil pengamatan tersebut benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap, maka peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu pengamatan yaitu di dalam kelas. Selanjutnya, pengamatan difokuskan pada aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. Adapun dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang. masing-masing kegiatan akan dijelaskan sebagai berikut: 2.1.1 Kegiatan awal Sebelum
memulai
pembelajaran,
guru
melakukan
pengkondisian kelas berupa kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran. Selanjutnya, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru menyampaikan
tujuan
dan
manfaat
mempelajari
materi
pembelajaran yang dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Apersepsi tersebut berupa mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya seperti, “Anak-anak, pada pertemuan sebelumnya kalian telah belajar mengenai penyebab terjadinya berbagai jenis
58
permasalahan sosial yang terjadi disekitar kita. Sekarang, dapatkah diantara kalian mengidentifikasi penyebab munculnya masalah anak putus sekolah?”. Kegiatan apersepsi dimaksudkan agar terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta mendorong siswa untuk mengingat kembali materi sebelumnya sehingga siswa siap menerima materi lanjutan. 2.1.2 Kegiatan inti Dalam kegiatan ini, guru mengulas sedikit materi yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya agar siswa siap menerima materi selanjutnya yang masih berkaitan. Kemudian, kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan penjelasan bahwa selain penyebab terdapat pula dampak dari masalah yang ditimbulkan. Kemudian, dilanjutkan dengan pemberian pertanyaan yang mengarah pada materi yang akan dipelajari, seperti “Anakanak, kalian telah mengetahui bahwa kemiskinan merupakan salah satu penyebab seseorang putus sekolah. Sekarang, dapatkah kalian mengidentifikasi dampak yang timbul apabila seseorang putus sekolah?”.
Setelah
jawaban
para
siswa
dianggap
cukup,
selanjutnya guru menyampaikan materi dampak terjadinya permasalahan sosial secara kontekstual. Selanjutnya sebagai penguatan terhadap pemahaman siswa, guru menjelaskan kembali pembelajaran index card match melalui penjelasan terhadap prosedur pelaksanaannya. Selanjutnya guru membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran tersebut yang dimulai dengan pembagian kartu kepada masing-masing siswa. Setelah masing-masing siswa menerima kartu yang dibagikan guru, selanjutnya guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa dalam melakukan
permainan
kartu
dengan mengintruksikan kepada siswa yang memegang kartu pertanyaan untuk mencari jawabannya dengan cara membacakan kartu pertanyaannya kemudian menantang teman sekelas yang
59
memegang kartu jawaban untuk menginformasikan jawabannya. Siswa yang memiliki kartu jawaban tersebut duduk berkelompok dengan siswa yang memiliki kartu pertanyaan. Setelah seluruh siswa mendapatkan kelompoknya, guru mengintruksikan kepada setiap kelompok untuk membacakan kartu pertanyaan sekaligus jawabannya sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan. Kegiatan tersebut berlangsung hingga masing-masing
kelompok
mempresentasikan
hasil
bermain
kartunya. Setelah permainan kartu selesai, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya. 2.1.3 Kegiatan akhir Pada kegiatan akhir untuk memantapkan siswa mengenai materi yang telah dipelajari, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin mengidentifikasi dampak permasalahan sosial yang terdapat di daerahnya. Selanjutnya, guru melakukan penguatan kepada siswa berupa tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami kemudian membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru menjelaskan kepada siswa mengenai rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya yaitu cara mengatasi permasalahan sosial yang dilanjutkan dengan kegiatan guru dalam menutup kegiatan pembelajaran.
4.1 Deskripsi pembelajaran pertemuan kedua Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 16 Juni 2014. Dalam hal ini, peneliti mulai melakukan pengamatan
bersamaan
dengan
proses
kegiatan
pembelajaran
berlangsung. Agar hasil pengamatan tersebut benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap, maka peneliti berada pada tempat dimana data dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu pengamatan yaitu di dalam kelas. Selanjutnya, pengamatan
60
difokuskan pada aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. Adapun dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang. masing-masing kegiatan akan dijelaskan sebagai berikut: 2.1.1 Kegiatan awal Sebelum
memulai
pembelajaran,
guru
melakukan
pengkondisian kelas berupa kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran. Selanjutnya, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru menyampaikan
tujuan
dan
manfaat
mempelajari
materi
pembelajaran yang dilanjutkan dengan pemberian apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Apersepsi tersebut berupa mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya seperti, “Anak-anak, pada pertemuan sebelumnya kalian telah belajar mengenai dampak berbagai jenis permasalahan sosial yang terjadi disekitar kita. Sekarang, dapatkah diantara kalian mengidentifikasi dampak yang timbul apabila seseorang putus sekolah?”. Kegiatan apersepsi dimaksudkan agar terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta mendorong siswa untuk mengingat kembali materi sebelumnya sehingga siswa siap menerima materi lanjutan. 2.1.2 Kegiatan inti Dalam kegiatan ini, guru mengulas sedikit materi yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya agar siswa siap menerima materi selanjutnya yang masih berkaitan. Kemudian, kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan penjelasan bahwa terdapat cara mencegah agar permasalahan sosial tidak yang terjadi disekitar kita. Kemudian, dilanjutkan dengan
61
pemberian pertanyaan kepada siswa yang mengarah pada materi selanjutnya, seperti “Anak-anak, sebagaimana yang telah kalian ketahui bahwa pencurian merupakan salah satu jenis permasalahan sosial. Sekarang, apa yang akan kalian lakukan apabila kalian ditinggal pergi ayah atau ibu ke suatu tempat sehingga kalian ditugasi untuk menjaga rumah, sedangkan kalian ingin pergi bermain dengan teman tetapi rumah yang kalian tinggalkan aman dari pencurian?”. Setelah jawaban para siswa dianggap cukup, selanjutnya guru menyampaikan materi cara mencegah terjadinya permasalahan sosial secara kontekstual. Selanjutnya sebagai penguatan terhadap pemahaman siswa, guru menjelaskan kembali pembelajaran index card match melalui penjelasan terhadap prosedur pelaksanaannya. Selanjutnya, guru membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran tersebut yang dimulai dengan pembagian kartu kepada masing-masing siswa. Setelah masing-masing siswa menerima kartu yang dibagikan guru, selanjutnya guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa dalam melakukan
permainan
kartu
dengan mengintruksikan kepada siswa yang memegang kartu pertanyaan untuk mencari jawabannya dengan cara membacakan kartu pertanyaannya kemudian menantang teman sekelas yang memegang kartu jawaban untuk menginformasikan jawabannya. Siswa yang memiliki kartu jawaban tersebut duduk berkelompok dengan siswa yang memiliki kartu pertanyaan. Setelah seluruh siswa mendapatkan kelompoknya, guru mengintruksikan kepada setiap kelompok untuk membacakan kartu pertanyaan sekaligus jawabannya sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan. Kegiatan tersebut berlangsung hingga masing-masing
kelompok
mempresentasikan
hasil
bermain
kartunya. Setelah permainan kartu selesai, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya.
62
2.1.3 Kegiatan akhir Pada kegiatan akhir untuk memantapkan siswa mengenai materi yang telah dipelajari, guru memberikan kesempatan kepada siswa
yang ingin
menjelaskan
cara mencegah terjadinya
permasalahan sosial. Selanjutnya, guru melakukan penguatan kepada siswa berupa tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami
kemudian
membimbing
siswa
untuk
membuat
kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari yang dilanjutkan dengan kegiatan guru dalam menutup kegiatan pembelajaran.
B. Analisis data 1. Analisis data pra siklus Berdasarkan hasil obervasi yang telah peneliti lakukan pada pra siklus menggambarkan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan masih di dominasi oleh peran guru sebagai pusat pembelajaran sehingga guru terlihat lebih aktif dibandingkan siswa. Hal tersebut menggambarkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sangat rendah, karena kegiatan siswa pada kegiatan pembelajaran hanya sekedar mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan guru kemudian mengerjakan soal evaluasi. Maka tidak heran apabila pada saat guru menyampaikan materi pelajaran, hanya beberapa siswa saja yang memperhatikan sedangkan beberapa siswa lain ada yang melamun bahkan tertidur terutama siswa yang duduk paling belakang. Materi pelajaran yang disampaikan guru pun tidak runtut dikarenakan guru tidak mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang matang. Masalahmasalah tersebut berakibat pada minimnya interaksi siswa dengan guru bahkan tidak ada interaksi dengan siswa lain. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran pada pra siklus belum menunjukkan indikator keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh hasil persentase rata-rata keaktifan siswa yang hanya sebesar 17,30%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
63
Table 4.1 Keaktifan siswa pra siklus Indikator
Siswa Aktif Frekuensi
Siswa Tidak aktif
Persentase
Frekuensi
Persentase
Aspek 1 1
16
64%
9
48%
2
-
0%
25
40%
3
9
36%
16
84%
4
11
44%
14
100%
5
-
0%
25
76%
6
11
44%
14
Aspek 2 1
-
0%
25
100%
2
-
0%
25
100%
3
-
0%
25
100%
4
-
0%
25
100%
5
-
0%
25
100%
6
-
0%
25
100%
7
-
0%
25
100%
Aspek 3 1
18
72%
7
28%
2
-
0%
25
100%
Rata-rata
17,30%
82,70%
Dari tabel rekapitulasi terhadap pengamatan keaktifan siswa pada kegiatan pra siklus menggambarkan bahwa, siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan lembar observasi dalam penelitian hanya sebesar 17,30%, sedangkan siswa yang belum menunjukkan keaktifan mencapai 83,70%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada pembelajaran pra siklus termasuk ke dalam kategori rendah sehingga diperlukan perbaikan pembelajaran siklus I.
64
2. Analisis data siklus I Berdasarkan hasil obervasi yang telah peneliti lakukan pada siklus I menggambarkan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah mulai terlihat walaupun belum menyeluruh. Hal tersebut berupa gambaran siswa yang cenderung pendiam sudah mulai membaur dengan teman saat pelaksanaan permainan kartu walaupun sedikit kebingungan dan suasana kelas menjadi sedikit ramai, keaktifan siswa berinteraksi dengan guru pun sudah mulai terlihat yang dibuktikan dengan siswa dapat merespon berbagai intruksi yang diberikan guru. Selanjutnya, pada kegiatan akhir pun siswa dapat mengajukan argumen yang dimilikinya dengan penuh semangat dan antusias serta dapat menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari dengan bahasa sendiri. Dengan demikian, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 48,27%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Table 4.2 Keaktifan siswa siklus I Indikator
Siswa Aktif Frekuensi
Persentase
Siswa Tidak aktif Frekuensi
Persentase
Aspek 1 1
13
52%
12
48%
2
12
48%
13
52%
3
18
72%
7
28%
4
11
44%
14
56%
5
15
60%
10
40%
6
9
36%
16
64%
Aspek 2 1
11
44%
14
56%
2
10
40%
15
60%
3
9
36%
16
64%
65
4
14
56%
11
44%
5
17
68%
8
32%
6
13
52%
12
48%
7
7
28%
18
72%
Aspek 3 1
9
36%
16
64%
2
13
52%
12
48%
Rata-rata
48,27%
51,73%
Dari tabel rekapitulasi terhadap pengamatan keaktifan siswa pada kegiatan siklus I menggambarkan bahwa, siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan lembar observasi dalam penelitian mencapai 48,27%, sedangkan siswa yang belum menunjukkan keaktifan sebesar 51,73%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada pembelajaran siklus I termasuk ke dalam kategori sedang sehingga diperlukan perbaikan pembelajaran siklus II agar keaktifan siswa lebih meningkat.
3. Analisis data siklus II Berdasarkan hasil obervasi yang telah peneliti lakukan pada siklus II menggambarkan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah mulai menyeluruh. Peningkatan nampak pada saat siswa sangat antusiasme dalam merespon berbagai intruksi yang diberikan guru. Serta, pada saat memulai pembelajaran index card match terlihat bahwa siswa ingin segera mendapatkan kartu dan tak sabar untuk segera membuat kelompok. Setelah mendapatkan kelompok, siswa terlihat saling bekerja sama antar anggota kelompok sehingga terjalin komunikasi aktif antara siswa dengan siswa lain. Pada kegiatan akhir pun, siswa saling merebut kesempatan untuk mengajukan argumen yang dimilikinya, serta terlihat siswa semakin aktif dalam membuat catatan-catatan kecil terhadap materi yang guru sampaikan. Sehingga, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I I mencapai 81,87%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
66
Table 4.3 Keaktifan siswa siklus II Indikator
Siswa Aktif Frekuensi
Persentase
Siswa Tidak aktif Frekuensi
Persentase
Aspek 1 1
21
84%
4
16%
2
23
92%
2
8%
3
20
80%
5
20%
4
23
92%
2
8%
5
22
88%
3
12%
6
8
32%
17
68%
Aspek 2 1
23
92%
2
8%
2
19
76%
6
24%
3
18
72%
7
28%
4
20
80%
5
20%
5
23
92%
2
8%
6
23
92%
2
8%
7
20
80%
5
20%
Aspek 3 1
21
84%
4
16%
2
23
92%
2
8%
Rata-rata
81,87%
18,13%
Dari tabel rekapitulasi terhadap pengamatan keaktifan siswa pada kegiatan siklus II menggambarkan bahwa, siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan lembar observasi dalam penelitian telah mencapai 81,87%, sedangkan siswa yang belum aktif hanya sebesar
18,13%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada pembelajaran siklus II termasuk ke dalam kategori sangat baik sehingga tidak diperlukan perbaikan pembelajaran siklus selanjutnya.
67
C. Pembahasan Kondisi kegiatan pembelajaran pra siklus merupakan keadaan siswa sebelum tindakan perbaikan pembelajaran dilakukan. Kegiatan pembelajaran pra siklus sangat diperlukan untuk dijadikan landasan guna mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan keaktifan siswa setelah dilakukan tindakan. Setelah kegiatan pembelajaran pra siklus dilakukan terdapat data yang dihasilkan yaitu seperti yang disajikan dalam diagram berikut.
Diagram 4.1 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran pra siklus
Diagram tersebut menggambarkan bahwa pada kegiatan pembelajaran pra siklus, hanya sebesar 17,30% siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan lembar observasi penelitian, sehingga masih terdapat 82,70% siswa yang belum aktif. Rendahnya keaktifan siswa tersebut dipengaruhi oleh rasa bosan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung sangat monoton sehingga pembelajaran kurang menarik perhatian siswa. Sehingga tingkat keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran pra siklus termasuk ke dalam kategori rendah, maka diperlukan perbaikan pembelajaran pada siklus I. Setelah kegiatan pembelajaran siklus I dilakukan, peneliti melakukan kegiatan refleksi untuk melihat apa yang telah dihasilkan selama kegiatan pembelajaran berlangsung melalui pelaksanaan tindakan yang terekam dalam lembar observasi. Setelah kegiatan pembelajaran siklus I dilakukan, terdapat data yang dihasilkan yaitu seperti yang disajikan dalam diagram berikut.
68
Diagram 4.2 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I
Diagram tersebut menggambarkan bahwa pada kegiatan pembelajaran siklus I, terdapat 48,27% siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan lembar observasi penelitian, sehingga masih terdapat 51,73% siswa yang belum aktif. Masih rendahnya keaktifan siswa tersebut dapat dipengaruhi karena metode pembelajaran index card match belum pernah diterapkan sehingga masih terdapat siswa yang bingung saat mengikuti pembelajaran dengan metode index card match, untuk itu guru banyak memberikan pengarahan kepada siswa sehingga waktu pembelajaran menjadi lebih lama. Guru pun terlihat sedikit bingung karena kondisi kelas pada saat itu terlihat ramai. Namun, pada akhirnya guru dapat mengelola dan mengendalikan keberlangsungan proses pembelajaran dengan cara meminta siswa yang sudah mendapatkan pasangan kartu untuk segera membuat kelompok sehingga tidak mengganggu iklim belajar. Walaupun demikian, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran pra siklus. Meningkatnya keaktifan siswa tersebut dikarenakan siswa merasa tidak bosan dalam kegiatan pembelajaran karena tidak mengharuskan siswa untuk selalu duduk di tempat duduknya melainkan dapat berpindah untuk berinteraksi dengan guru dan siswa lain. Sehingga kegiatan pembelajaran lebih menarik perhatian siswa dan membuat siswa senang dalam menjalani kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, peningkatan keaktifan siswa tersebut dapat dilihat secara rinci pada diagram berikut.
69
Diagram 4.3 Persentase perbandingan keaktifan siswa Pada kegiatan pembelajaran pra siklus dengan siklus I
Diagram tersebut merupakan gambaran perbandingn keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran pra siklus dengan kegiatan pembelajaran siklus I. Pada diagram tersebut, menunjukkan bahwa keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mengalami peningkatan setelah dilakukannya tindakan perbaikan pembelajaran dengan diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam kegiatan pembelajaran dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran pra siklus dengan metode pembelajaran konvensional. Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaan pra siklus hanya sebesar 17,30%, kemudian setelah dilakukan kegiatan pembelajaran siklus I dengan diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match dalam kegiatan pembelajaran meningkat sebesar 30, 97%, sehingga persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 48,27%. Walaupun demikian, meskipun terjadinya peningkatan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I tetapi persentase yang dihasilkan masih termasuk ke dalam kategori sedang sehingga diperlukan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan melaksanakan prosedur pembelajaran yang lebih optimal agar keaktifan siswa lebih meningkat dari siklus sebelumnya.
70
Selanjutnya, setelah kegiatan pembelajaran siklus II dilakukan, peneliti melakukan kegiatan refleksi untuk melihat apa yang telah dihasilkan selama kegiatan pembelajaran berlangsung melalui pelaksanaan tindakan yang terekam dalam lembar observasi. Setelah kegiatan pembelajaran siklus II dilakukan, terdapat data yang dihasilkan yaitu seperti yang disajikan dalam diagram berikut.
Diagram 4.4 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II
Diagram tersebut menggambarkan bahwa pada kegiatan pembelajaran siklus II, terdapat 80,53% siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan lembar observasi penelitian, sehingga hanya tersisa 18,13% siswa yang belum aktif. Meningkatnya keaktifan siswa tersebut dikarenakan kegiatan pembelajaran Index Card Match yang dilakukan sudah berjalan dengan baik karena guru membimbing siswa pada kegiatan pembelajaran tersebut dengan baik pula. Siswa tidak lagi canggung dalam melaksanakan permainan kartu melainkan sangat antusias dalam kegiatan pembelajaan. Keadaan tersebut membuat kegiatan pembelajaran pada siklus II lebih menarik perhatian siswa dan membuat siswa senang dalam menjalani kegiatan pembelajaran sehingga siswa penuh semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran siklus I. Selanjutnya, peningkatan keaktifan siswa tersebut dapat dilihat secara rinci pada diagram berikut.
71
Diagram 4.5 Persentase perbandingan keaktifan siswa Pada kegiatan pembelajaran siklus I dengan siklus II
Diagram tersebut merupakan gambaran perbandingan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I dengan kegiatan pembelajaran siklus II. Pada diagram tersebut, menunjukkan bahwa keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran siklus I. Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaan siklus I hanya sebesar 48,27%, kemudian setelah dilakukan penyempurnaan kegiatan pembelajaran pada siklus II meningkat sebesar 33,60%, sehingga persentase rata-rata keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II sebesar 81,87%. Dengan demikian, persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaan siklus II termasuk ke dalam kategori sangat baik sehingga tidak diperlukan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya karena kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan indikator keberhasilan penelitian yaitu meningkatnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan diterapkannya strategi pembelajaran koopeatif tipe index card match. Selanjutnya,
berikut
adalah
diagram
keberhasilan
penelitian
berupa
meningkatnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dari pelaksanaan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II.
72
Diagram 4.6 Persentase perbandingan keaktifan siswa Pada kegiatan pembelajaran pra siklus, siklus I dengan siklus II
Diagram tersebut merupakan gambaran perbandingan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada kegiatan pra siklus, hanya sebesar 17,30% siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan lembar observasi penelitian, sehingga masih terdapat 82,70% siswa yang belum aktif. Sedangkan pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I keaktifan siswa meningkat sebesar 30,97%, sehingga persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 48,27%. Selanjutnya pada kegiatan penyempurnaan pembelajaran siklus II, keaktifan siswa kembali meningkat sebesar 33,60%, sehingga persentase rata-rata keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II sebesar 81,87%. Dengan demikian, berdasarkan diagram tersebut ditunjukkan bahwa adanya peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dimulai dari kegiatan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Hal tersebut menandakan keberhasilan penelitian berupa meningkatnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan diterapkannya strategi pembelajaran koopeatif tipe index card match. yang peneliti lakukan pada mata pelajaran IPS terhadap siswa kelas IV MI Fathurrahman tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 25 orang dengan rincian 10 siswa dan 15 siswi.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data terhadap penelitian yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV MI Fathurrachman Tahun Pelajaran 2013/2014, dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaraan kooperatif tipe index card match dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada kegiatan pembelajaan pra siklus, persentase keaktifan siswa hanya sebesar 17,30%, setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I meningkat sebesar 30,97% sehingga persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I sebesar 48,27%, bahkan pada penyempurnaan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II meningkat lagi sebesar 33,60% dari siklus I sehingga persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II mencapai 81,87%. Dengan demikian, perbaikan pembelajaran yang dilakukakan sudah mencapai indikator penelitian yaitu meningkatkan keaktian siswa dalam pembelajaran.
B. Implikasi Dari hasil penelitian menyatakan bahwa, meningkatnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui strategi pembelajaraan kooperatif tipe index card match. Dengan demikian, implikasi yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi guru untuk memilih dan menerapkan metode pembelajaran index card match dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman dalam mengajar. Selain itu implikasi praktis bagi siswa yaitu diharapkan siswa tidak malu-malu lagi dalam mengeluarkan argumen yang dimiliki dan turut serta dalam kegiatan pembelajaran dengan aktif berinteraksi dengan teman dan guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat menambah pengalaman siswa dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Sedangkan implikasi praktis bagi 73
74
sekolah yaitu diharapkan kepala sekolah selaku pimpinan dapat memberikan dukungan dalam pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match untuk perbaikan pembelajaran. Selain itu juga, melalui berbagai metode pembelajaran terutama index card match dapat menimbulkan variasi dalam proses belajar mengajar di sekolah.
C. Saran-saran Berdasarkan hasil yang didapatkan dari kegiatan penelitian, peneliti memberikan saran agar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran tipe index card match dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa memiliki semangat dan antusias dalam kegiatan belajarnya. 1.
Guru harus lebih memahami prosedur pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar dan siswa tidak lagi merasa kebingungan.
2.
Guru memberi penjelasan dengan jelas kepada siswa mengenai langkahlangkah strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match agar siswa paham apa yang harus mereka lakukan nantinya.
3.
Guru harus membimbing siswa dengan baik dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match agar siswa tidak lagi merasa kebingungan.
4.
Kepala sekolah selaku pimpinan dapat memberikan dukungan dalam pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match untuk perbaikan pembelajaran guna meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003. Basrowi. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia, 2008. Budimansyah, Dasim. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. PT. Ganesindo, 2009. Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching, 2006. Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 199 Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: 2009. Munadi, Yudhi. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2011. Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2012. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2010. Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana, 2010. Sapriya. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI PRESS, 2006. Sapriya. Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI PRESS, 2006. Sapriya. Pendidikan IPS. Bandung: UPI PRESS, 2008. Silberman, Mel, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif,. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010 Supriatna, Nana. Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI PRESS, 2007. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana, 2010.
KISI KISI LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH No.
1.
2.
3.
Aspek
Indikator
Nomor
Jumlah
pernyataan
butir
Keaktifan siswa
1. Merespon apersepsi yang diberikan guru
1
1
berinteraksi dengan guru
2. Menjawab pertanyaan yang diajukan guru
2
1
3. Menyimak penjelasan yang sampaikan guru
3
1
4. Melaksanakan intruksi yang diberikan guru dengan antusias
4
1
5. Mengajukan argumen yang dimiliki dengan penuh semangat
5
1
6. Mengajukan pertanyaan yang belum dipahami
6
1
Keaktifan siswa
1. Membuat kelompok dengan penuh semangat
7
1
berinteraksi dengan siswa lain
2. Melakukan pembagian kerja dalam kelompok
8
1
3. Mengemukakan pendapat dalam kelompok
9
1
4. Mendiskusikan kesimpulan kerja kelompok
10
1
5. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan semangat
11
1
6. Mendengarkan dengan baik ketika kelompok lain presentasi
12
1
7. Memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok lain
13
1
1. Membuat catatan-catatan kecil terhadap penjelasan guru
14
1
2. Menyimpulkan materi pelajaran dengan bahasanya sendiri
15
1
Keaktifan siswa terhadap materi pelajaran
KISI KISI LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH No.
1.
2.
Aspek
Indikator
Jumlah
pernyataan
butir
Kinerja guru pada
1. Memeriksa kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran.
1
1
kegiatan pembuka
2. Membuka kegiatan pembelajaan dengan mengucapkan salam.
2
1
3. Mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran.
3
1
4. Mengisi daftar hadir siswa.
4
1
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
5
1
6. Menjelaskan manfaat mempelajari materi pelajaran.
6
1
7. Menyampaikan apersepsi pembelajaran.
7
1
1. Menjelaskan materi pelajaran secara kontekstual.
8
1
2. Mengajukan pertanyaan kepada siswa.
9
1
3. Menjelaskan pembelajaran index card match.
10
1
4. Membagikan kartu index kepada siswa.
11
1
12-17
6
Kinerja guru pada kegiatan inti
5. Memfasilitasi siswa dalam melaksanakan permainan kartu. 3.
Nomor
Kinerja guru pada
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan argumen.
18
1
kegiatan penutup
2. Melakukan tanya jawab kepada siswa seputar materi yang belum dipahami.
19
1
3. Menjelaskan kepada siswa mengenai rencana pembelajaran selanjutnya.
20
1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1, Pertemuan 1 Sekolah
:
MI Fathurrachman
Mata Pelajaran
:
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester
:
IV/II
Alokasi Waktu
:
2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
C. Indikator 1. Mendeskripsikan pengertian masalah sosial 2. Mendeskripsikan pengertian masalah individu 3. Menyebutkan contoh masalahan sosial 4. Menyebutkan contoh masalah individu
D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian masalah sosial 2. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian masalah individu 3. Siswa dapat menyebutkan contoh masalah sosial 4. Siswa dapat menyebutkan contoh masalah individu
E. Materi Pembelajaran Permasalahan sosial
F. Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa Kegiatan awal
Guru memeriksa kesiapan sarana dan Siswa prasarana pembelajaran.
mempersiapkan
sarana
dan
prasarana pembelajaran.
Guru membuka kegiatan pembelajaan Siswa menjawab salam yang diberikan dengan mengucapkan salam.
guru.
Guru mengajak siswa untuk berdoa Siswa
berdoa
sebelum
memulai
sebelum memulai pembelajaran.
pelajaran dengan tekun.
Guru mengisi daftar hadir siswa
Siswa mempersiapkan diri sebelum belajar.
Guru
menyampaikan
tujuan Siswa
pembelajaran. Guru
penjelasan
yang
penjelasan
yang
apersepsi
yang
penjelasan
yang
pertanyaan
yang
penjelasan
yang
disampaikan guru.
menjelaskan
manfaat Siswa
mempelajari materi pelajaran. Guru
menyimak
menyampaikan
menyimak
disampaikan guru.
apersepsi Siswa
pembelajaran.
merespon
diberikan guru. Kegiatan inti
Guru menjelaskan materi pelajaran Siswa secara kontekstual
menyimak
disampaikan guru.
Guru mengajukan pertanyaan kepada Siswa
menjawab
siswa terkait dengan materi yang telah diajukan guru. dipelajari. Guru menjelaskan pembelajaran index Siswa card
match
melalui
menyimak
penjelasan disampaikan guru.
terhadap prosedur pelaksanaannya. Guru membagikan kartu index yang Siswa menerima kartu index yang terdiri dari kartu pertanyaan dan kartu dibagikan guru. jawaban kepada seluruh siswa. Guru
memfasilitasi
siswa
dalam Siswa melaksanakan intruksi yang
melaksanakan permainan kartu.
diberikan guru.
Guru mengintruksikan siswa yang Siswa yang memegang kartu soal menerima kartu soal untuk mencari membacakan pertanyaannya kemudian kartu jawaban yang sesuai dengan menantang teman yang memegang kartu miliknya.
kartu jawaban terhadap pertanyaan tersebut
untuk
membacakan
jawabannya. Guru mengintruksikan kepada siswa Siswa
yang
telah
mendapatkan
yang telah mendapatkan pasangan pasangan kartu membuat kelompok kartunya untuk duduk berkelompok sedangkan
siswa
sambil menunggu siswa yang lain mendapatkan mendapatkan kartu pasangannya. Guru
mengintruksikan
yang
pasangan
kartu
belum tetap
mencari pasangannya. setiap Setiap kelompok melakukan presentasi
kelompok untuk melakukan presentasi terhadap hasil bermain kartunya kepada terhadap hasil bermain kartunya.
kelompok lain,
Guru mengintruksikan kepada siswa Siswa memberikan tanggapan terhadap untuk menanggapi hasil presentasi hasil presentasi kelompok. kelompok. Guru mengintruksikan kepada siswa Siswa kembali ke tempat duduknya untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing dengan tertib. masing-masing. Kegiatan akhir Guru memberikan kesempatan kepada Siswa mengajukan diri untuk mencoba siswa yang ingin mengajukan argumen mengajukan argumen yang dimilikinya. yang dimilikinya melalui pemberian contoh mengenai permasalahan sosial yang terjadi di daerahnya. Guru melakukan kegiatan tanya jawab Siswa mengajukan pertanyaan seputar kepada siswa seputar materi yang materi yang belum dipahami belum dipahami.
Guru
membimbing
siswa
dalam Siswa membuat kesimpulan terhadap
membuat kesimpulan terhadap materi materi pelajaran yang telh dipelajari pelajaran yang telah dipelajari. Guru
menjelaskan
kepada
dengan kata-katanya sendiri. siswa Siswa
menyimak
penjelasan
mengenai rencana pembelajaran pada disampaikan guru. pertemuan berikutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar 1. Kartu index 2. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa 3. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV
I. Penilaian pembelajaran 1. Instrumen penilaian
: Lembar observasi guru : Lembar observasi siswa
2. Teknik penilaian
: Daftar cocok (Cek list)
J. Analisis penilaian 1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran skor yang diperoleh % skor =
x 100 skor maksimal
Kinerja sangat baik
: bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik
: bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang
: bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah
: bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah
: bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran skor yang diperoleh % skor =
x 100 skor maksimal
yang
Keaktifan sangat baik
: bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik
: bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang
: bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah
: bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah : bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 5 Juni 2014
Peneliti
Guru kelas
Aghnia Pusparini
Abdul Mughni, S.Pd
Mengetahui Kepala Sekolah
Suyatna, S.PdI NIP. 195505101980031008
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1, Pertemuan 2 Sekolah
:
MI Fathurrachman
Mata Pelajaran
:
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester
:
IV/II
Alokasi Waktu
:
2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
C. Indikator Mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan sosial
D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan sosial
E. Materi Pembelajaran Penyebab terjadinya permasalahan sosial
F. Model Pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa Kegiatan awal
Guru memeriksa kesiapan sarana dan Siswa
mempersiapkan
sarana
dan
prasarana pembelajaran.
prasarana pembelajaran.
Guru membuka kegiatan pembelajaan Siswa menjawab salam yang diberikan dengan mengucapkan salam.
guru.
Guru mengajak siswa untuk berdoa Siswa
berdoa
sebelum
memulai
sebelum memulai pembelajaran.
pelajaran dengan tekun.
Guru mengisi daftar hadir siswa
Siswa mempersiapkan diri sebelum belajar.
Guru
menyampaikan
tujuan Siswa
pembelajaran. Guru
penjelasan
yang
penjelasan
yang
apersepsi
yang
penjelasan
yang
pertanyaan
yang
penjelasan
yang
penjelasan
yang
disampaikan guru.
menjelaskan
manfaat Siswa
mempelajari materi pelajaran. Guru
menyimak
menyampaikan
menyimak
disampaikan guru.
apersepsi Siswa
pembelajaran.
merespon
diberikan guru. Kegiatan inti
Guru mengulas sedikit materi yang Siswa
menyimak
disampaikan pada pembelajaran di disampaikan guru. pertemuan sebelumnya. Guru mengajukan pertanyaan kepada Siswa
menjawab
siswa terkait dengan materi yang akan diajukan guru. dipelajari. Guru menjelaskan materi pelajaran Siswa secara kontekstual
disampaikan guru.
Guru menjelaskan pembelajaran index Siswa card
match
menyimak
melalui
menyimak
penjelasan disampaikan guru.
terhadap prosedur pelaksanaannya. Guru membagikan kartu index yang Siswa menerima kartu index yang terdiri dari kartu pertanyaan dan kartu dibagikan guru. jawaban kepada seluruh siswa. Guru
memfasilitasi
siswa
melaksanakan permainan kartu.
dalam Siswa melaksanakan intruksi yang diberikan guru.
Guru mengintruksikan siswa yang Siswa yang memegang kartu soal menerima kartu soal untuk mencari membacakan pertanyaannya kemudian kartu jawaban yang sesuai dengan menantang teman yang memegang kartu miliknya.
kartu jawaban terhadap pertanyaan tersebut
untuk
membacakan
jawabannya. Guru mengintruksikan kepada siswa Siswa
yang
telah
mendapatkan
yang telah mendapatkan pasangan pasangan kartu membuat kelompok kartunya untuk duduk berkelompok sedangkan
siswa
sambil menunggu siswa yang lain mendapatkan mendapatkan kartu pasangannya. Guru
mengintruksikan
yang
pasangan
kartu
belum tetap
mencari pasangannya. setiap Setiap kelompok melakukan presentasi
kelompok untuk melakukan presentasi terhadap hasil bermain kartunya kepada terhadap hasil bermain kartunya.
kelompok lain,
Guru mengintruksikan kepada siswa Siswa memberikan tanggapan terhadap untuk menanggapi hasil presentasi hasil presentasi kelompok. kelompok. Guru mengintruksikan kepada siswa Siswa kembali ke tempat duduknya untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing dengan tertib. masing-masing. Kegiatan akhir Guru memberikan kesempatan kepada Siswa mengajukan diri untuk mencoba siswa yang ingin mengajukan argumen mengajukan argumen yang dimilikinya. yang
dimilikinya
pengidentifikasian
melalui penyebab
terjadinya permasalahan sosial yang terjadi di daerahnya. Guru melakukan kegiatan tanya jawab Siswa mengajukan pertanyaan seputar kepada siswa seputar materi yang materi yang belum dipahami belum dipahami.
Guru
membimbing
siswa
dalam Siswa membuat kesimpulan terhadap
membuat kesimpulan terhadap materi materi pelajaran yang telh dipelajari pelajaran yang telah dipelajari. Guru
menjelaskan
kepada
dengan kata-katanya sendiri. siswa Siswa
menyimak
penjelasan
mengenai rencana pembelajaran pada disampaikan guru. pertemuan berikutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar 1. Kartu index 2. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa 3. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV
I. Penilaian pembelajaran 1. Instrumen penilaian
: Lembar observasi guru : Lembar observasi siswa
2. Teknik penilaian
: Daftar cocok (Cek list)
J. Analisis penilaian 1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran skor yang diperoleh % skor =
x 100 skor maksimal
Kinerja sangat baik
: bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik
: bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang
: bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah
: bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah
: bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran skor yang diperoleh % skor =
x 100 skor maksimal
yang
Keaktifan sangat baik
: bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik
: bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang
: bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah
: bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah : bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 9 Juni 2014
Peneliti
Guru kelas
Aghnia Pusparini
Abdul Mughni, S.Pd
Mengetahui Kepala Sekolah
Suyatna, S.PdI NIP. 195505101980031008
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU SIKLUS I
Sekolah
: MI Fathurrachman
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester
: IV/II
Tahun ajaran
: 2013/2014
Waktu
: 2x35 menit
Petunjuk: 1. Perhatikan kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung 2. Berilah tanda (√) disetiap butir-butir indikator apabila indikator tersebut dilaksanakan atau tanda (-) apabila indikator tersebut tidak dilaksanakan.
No.
Langkah
Indikator
kegiatan 1.
Kegiatan Awal
Pelaksanaan Ya
Tidak
√
-
√
-
√
-
4. Mengisi daftar hadir siswa
√
-
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
√
-
6. Menjelaskan manfaat mempelajari
√
-
√
-
√
-
1. Memeriksa kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran. 2. Membuka kegiatan pembelajaan dengan mengucapkan salam. 3. Mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran.
materi pelajaran. 7. Menyampaikan apersepsi pembelajaran. 2.
Kegiatan inti
8. Menjelaskan materi pelajaran secara kontekstual
9. Mengajukan pertanyaan kepada siswa
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
terkait dengan materi yang telah dipelajari. 10. Menjelaskan pembelajaran card
match
melalui
index
penjelasan
terhadap prosedur pelaksanaannya. 11. Membagikan
kartu
index
yang
terdiri dari kartu pertanyaan dan kartu jawaban
kepada seluruh
siswa. 12. Memfasilitasi
siswa
dalam
melaksanakan permainan kartu. 13. Mengintruksikan
siswa
yang
menerima kartu soal untuk mencari kartu jawaban yang sesuai dengan kartu miliknya. 14. Mengintruksikan kepada siswa yang telah
mendapatkan
pasangan
kartunya untuk duduk berkelompok. 15. Mengintruksikan setiap kelompok untuk
melakukan
presentasi
terhadap hasil bermain kartunya. 16. Mengintruksikan
kepada
siswa
untuk menanggapi hasil presentasi kelompok. 17. Mengintruksikan
kepada
siswa
untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing. 3.
Kegiatan akhir
18. Memberikan kesempatan kepada siswa
yang
ingin
mengajukan
argumen yang dimilikinya. 19. Melakukan kegiatan tanya jawab
√
-
√
-
√
-
kepada siswa seputar materi yang belum dipahami. 20. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
terhadap
materi
pelajaran yang telah dipelajari. 21. Menjelaskan mengenai
kepada
rencana
siswa
pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.
HASIL OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SIKLUS I
Sekolah
: MI Fathurrachman
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester
: IV/II
Tahun ajaran
: 2013/2014
Waktu
: 2x35 menit
Petunjuk: 1. Perhatikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung 2. Berilah tanda (√) disetiap butir-butir indikator apabila indikator tersebut dilaksanakan atau tanda (-) apabila indikator tersebut tidak dilaksanakan.
No.
Nama Siswa
Aspek 1 3
4
Aspek 2 2
3
4
5
Aspek 3
1
2
5
6
1
6
7
1
2
-
√ √ √ √ √ √ √
-
√
√ √ √
-
√
1
Ludyanawati
√
√ √ √ √
2
Fikri Zaeylani
√
√ √ √ √ √
-
√ √
3
M. Fadila
-
-
√ √ √
-
-
√
-
√
-
√
-
√
-
4
Silvilia
-
√
-
-
√
-
√
-
-
√ √
-
-
√
√
5
Eko Megantoro
-
-
-
√ √
-
√
-
-
√
-
-
-
√
-
6
Irnawati
√
√ √
√ √
-
√ √
-
√ √ √
-
√
7
M. Rizqi
√
-
√ √
-
√
-
-
-
-
-
-
-
√
-
8
Lusiana
√
-
-
-
-
-
√
-
√ √
-
-
-
√
9
Maulana Diva
-
-
√ √ √
-
√
-
√
-
-
√ √
-
√
10
Ahmad fauzi
-
√ √
-
√ √
-
-
√
-
-
-
-
-
√
11
Kamalia Larasati
√
-
-
-
√
-
√
-
-
√ √ √ √
-
-
12
Jhohan Akbar
√
√
-
-
√
-
√
-
-
√ √ √
-
-
√
13
Muhammad Afif
√
-
√
-
-
-
-
√
-
√ √
-
√
-
14
Feri Hartanto
√
√ √ √ √ √ √
-
√
-
√ √ √
-
√
-
-
-
15
Susi Setiowati
-
√ √ √ √ √ √
-
√
-
-
√
16
Virgiana Putri
-
-
-
-
-
-
√
-
√ √
-
-
√
-
17
Afandi
-
√ √ √
-
√
-
-
-
√ √ √
-
-
√
18
Arya Pratama
√
-
√
-
-
-
-
√
-
√
-
-
-
√
-
19
Rivandi Fakhar
√
-
-
-
√
-
√
-
-
-
-
-
-
-
-
20
Suci Fitriyani
-
√ √ √
-
√
-
-
√
-
√ √
-
-
√
21
Fathir Zikri
-
-
√
-
-
-
-
√
-
√
-
-
-
√
-
22
David Hindika
√
√ √
-
-
-
√
-
-
-
√ √
-
-
-
23
Irfan Zaki
-
-
√ √ √ √
-
-
-
√ √ √
-
-
√
24
Amaliya Zahra
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
-
-
-
25
Reisyah Cantika
-
√ √
-
-
-
-
√
-
√ √
-
-
√
-
-
√ √ √
Keterangan: Aspek 1 : Keaktifan siswa berinteraksi dengan guru 1. Merespon apersepsi yang diberikan guru 2. Menjawab pertanyaan yang diajukan guru 3. Menyimak penjelasan yang sampaikan guru 4. Melaksanakan intruksi yang diberikan guru dengan antusias 5. Mengajukan argumen yang dimiliki dengan penuh semangat 6. Mengajukan pertanyaan yang belum dipahami Aspek 2 : Keaktifan siswa berinteraksi dengan siswa lain 1. Membuat kelompok dengan penuh semangat 2. Melakukan pembagian kerja dalam kelompok 3. Mengemukakan pendapat dalam kelompok 4. Mendiskusikan kesimpulan kerja kelompok 5. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan semangat 6. Mendengarkan dengan baik ketika kelompok lain presentasi 7. Memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok lain Aspek 3 : Keaktifan siswa terhadap materi pelajaran 1. Membuat catatan-catatan kecil terhadap penjelasan guru 2. Menyimpulkan materi pelajaran dengan bahasanya sendiri
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 2, Pertemuan 1 Sekolah
:
MI Fathurrachman
Mata Pelajaran
:
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester
:
IV/II
Alokasi Waktu
:
2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
C. Indikator Merumuskan dampak terjadinya permasalahan sosial
D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat merumuskan dampak terjadinya permasalahan sosial
E. Materi Pembelajaran Dampak permasalahan sosial
F. Model Pembelajaran Index Card Match
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa Kegiatan awal
Guru memeriksa kesiapan sarana dan Siswa
mempersiapkan
sarana
dan
prasarana pembelajaran.
prasarana pembelajaran.
Guru membuka kegiatan pembelajaan Siswa menjawab salam yang diberikan dengan mengucapkan salam.
guru.
Guru mengajak siswa untuk berdoa Siswa
berdoa
sebelum
memulai
sebelum memulai pembelajaran.
pelajaran dengan tekun.
Guru mengisi daftar hadir siswa
Siswa mempersiapkan diri sebelum belajar.
Guru
menyampaikan
tujuan Siswa
pembelajaran. Guru
penjelasan
yang
penjelasan
yang
apersepsi
yang
penjelasan
yang
pertanyaan
yang
penjelasan
yang
penjelasan
yang
disampaikan guru.
menjelaskan
manfaat Siswa
mempelajari materi pelajaran. Guru
menyimak
menyampaikan
menyimak
disampaikan guru.
apersepsi Siswa
pembelajaran.
merespon
diberikan guru. Kegiatan inti
Guru mengulas sedikit materi yang Siswa
menyimak
disampaikan pada pembelajaran di disampaikan guru. pertemuan sebelumnya. Guru mengajukan pertanyaan kepada Siswa
menjawab
siswa terkait dengan materi yang akan diajukan guru. dipelajari. Guru menjelaskan materi pelajaran Siswa secara kontekstual
disampaikan guru.
Guru menjelaskan pembelajaran index Siswa card
match
menyimak
melalui
menyimak
penjelasan disampaikan guru.
terhadap prosedur pelaksanaannya. Guru membagikan kartu index yang Siswa menerima kartu index yang terdiri dari kartu pertanyaan dan kartu dibagikan guru. jawaban kepada seluruh siswa. Guru
memfasilitasi
siswa
melaksanakan permainan kartu.
dalam Siswa melaksanakan intruksi yang diberikan guru.
Guru mengintruksikan siswa yang Siswa yang memegang kartu soal menerima kartu soal untuk mencari membacakan pertanyaannya kemudian kartu jawaban yang sesuai dengan menantang teman yang memegang kartu miliknya.
kartu jawaban terhadap pertanyaan tersebut
untuk
membacakan
jawabannya. Guru mengintruksikan kepada siswa Siswa
yang
telah
mendapatkan
yang telah mendapatkan pasangan pasangan kartu membuat kelompok kartunya untuk duduk berkelompok sedangkan
siswa
sambil menunggu siswa yang lain mendapatkan mendapatkan kartu pasangannya. Guru
mengintruksikan
yang
pasangan
kartu
belum tetap
mencari pasangannya. setiap Setiap kelompok melakukan presentasi
kelompok untuk melakukan presentasi terhadap hasil bermain kartunya kepada terhadap hasil bermain kartunya.
kelompok lain,
Guru mengintruksikan kepada siswa Siswa memberikan tanggapan terhadap untuk menanggapi hasil presentasi hasil presentasi kelompok. kelompok. Guru mengintruksikan kepada siswa Siswa kembali ke tempat duduknya untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing dengan tertib. masing-masing. Kegiatan akhir Guru memberikan kesempatan kepada Siswa mengajukan diri untuk mencoba siswa yang ingin mengajukan argumen mengajukan argumen yang dimilikinya. yang dimilikinya melalui perumusan dampak
terjadinya
permasalahan
sosial yang terjadi di daerahnya. Guru melakukan kegiatan tanya jawab Siswa mengajukan pertanyaan seputar kepada siswa seputar materi yang materi yang belum dipahami belum dipahami.
Guru
membimbing
siswa
dalam Siswa membuat kesimpulan terhadap
membuat kesimpulan terhadap materi materi pelajaran yang telh dipelajari pelajaran yang telah dipelajari. Guru
menjelaskan
kepada
dengan kata-katanya sendiri. siswa Siswa
menyimak
penjelasan
mengenai rencana pembelajaran pada disampaikan guru. pertemuan berikutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar 1. Kartu index 2. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa 3. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV
I. Penilaian pembelajaran 1. Instrumen penilaian
: Lembar observasi guru : Lembar observasi siswa
2. Teknik penilaian
: Daftar cocok (Cek list)
J. Analisis penilaian 1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran skor yang diperoleh % skor =
x 100 skor maksimal
Kinerja sangat baik
: bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik
: bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang
: bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah
: bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah
: bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran skor yang diperoleh % skor =
x 100 skor maksimal
yang
Keaktifan sangat baik
: bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik
: bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang
: bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah
: bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah : bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 12 Juni 2014
Peneliti
Guru kelas
Aghnia Pusparini
Abdul Mughni, S.Pd
Mengetahui Kepala Sekolah
Suyatna, S.PdI NIP. 195505101980031008
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 2, Pertemuan 2 Sekolah
:
MI Fathurrachman
Mata Pelajaran
:
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester
:
IV/II
Alokasi Waktu
:
2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
C. Indikator Merumuskan cara mencegah terjadinya permasalahan sosial
D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat merumuskan cara mencegah terjadinya permasalahan sosial
E. Materi Pembelajaran Mencegah permasalahan sosial
F. Model Pembelajaran Index Card Match
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa Kegiatan awal
Guru memeriksa kesiapan sarana dan Siswa
mempersiapkan
sarana
dan
prasarana pembelajaran.
prasarana pembelajaran.
Guru membuka kegiatan pembelajaan Siswa menjawab salam yang diberikan dengan mengucapkan salam.
guru.
Guru mengajak siswa untuk berdoa Siswa
berdoa
sebelum
memulai
sebelum memulai pembelajaran.
pelajaran dengan tekun.
Guru mengisi daftar hadir siswa
Siswa mempersiapkan diri sebelum belajar.
Guru
menyampaikan
tujuan Siswa
pembelajaran. Guru
penjelasan
yang
penjelasan
yang
apersepsi
yang
penjelasan
yang
pertanyaan
yang
penjelasan
yang
penjelasan
yang
disampaikan guru.
menjelaskan
manfaat Siswa
mempelajari materi pelajaran. Guru
menyimak
menyampaikan
menyimak
disampaikan guru.
apersepsi Siswa
pembelajaran.
merespon
diberikan guru. Kegiatan inti
Guru mengulas sedikit materi yang Siswa
menyimak
disampaikan pada pembelajaran di disampaikan guru. pertemuan sebelumnya. Guru mengajukan pertanyaan kepada Siswa
menjawab
siswa terkait dengan materi yang akan diajukan guru. dipelajari. Guru menjelaskan materi pelajaran Siswa secara kontekstual
disampaikan guru.
Guru menjelaskan pembelajaran index Siswa card
match
menyimak
melalui
menyimak
penjelasan disampaikan guru.
terhadap prosedur pelaksanaannya. Guru membagikan kartu index yang Siswa menerima kartu index yang terdiri dari kartu pertanyaan dan kartu dibagikan guru. jawaban kepada seluruh siswa. Guru
memfasilitasi
siswa
melaksanakan permainan kartu.
dalam Siswa melaksanakan intruksi yang diberikan guru.
Guru mengintruksikan siswa yang Siswa yang memegang kartu soal menerima kartu soal untuk mencari membacakan pertanyaannya kemudian kartu jawaban yang sesuai dengan menantang teman yang memegang kartu miliknya.
kartu jawaban terhadap pertanyaan tersebut
untuk
membacakan
jawabannya. Guru mengintruksikan kepada siswa Siswa
yang
telah
mendapatkan
yang telah mendapatkan pasangan pasangan kartu membuat kelompok kartunya untuk duduk berkelompok sedangkan
siswa
sambil menunggu siswa yang lain mendapatkan mendapatkan kartu pasangannya. Guru
mengintruksikan
yang
pasangan
kartu
belum tetap
mencari pasangannya. setiap Setiap kelompok melakukan presentasi
kelompok untuk melakukan presentasi terhadap hasil bermain kartunya kepada terhadap hasil bermain kartunya.
kelompok lain,
Guru mengintruksikan kepada siswa Siswa memberikan tanggapan terhadap untuk menanggapi hasil presentasi hasil presentasi kelompok. kelompok. Guru mengintruksikan kepada siswa Siswa kembali ke tempat duduknya untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing dengan tertib. masing-masing. Kegiatan akhir Guru memberikan kesempatan kepada Siswa mengajukan diri untuk mencoba siswa yang ingin mengajukan argumen mengajukan argumen yang dimilikinya. yang dimilikinya melalui perumusan caa mencegah terjadinya permasalahan sosial yang terjadi di daerahnya. Guru melakukan kegiatan tanya jawab Siswa mengajukan pertanyaan seputar kepada siswa seputar materi yang materi yang belum dipahami belum dipahami.
Guru
membimbing
siswa
dalam Siswa membuat kesimpulan terhadap
membuat kesimpulan terhadap materi materi pelajaran yang telh dipelajari pelajaran yang telah dipelajari. Guru
menjelaskan
kepada
dengan kata-katanya sendiri. siswa Siswa
menyimak
penjelasan
mengenai rencana pembelajaran pada disampaikan guru. pertemuan berikutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar 1. Kartu index 2. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa 3. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV
I. Penilaian pembelajaran 1. Instrumen penilaian
: Lembar observasi guru : Lembar observasi siswa
2. Teknik penilaian
: Daftar cocok (Cek list)
J. Analisis penilaian 1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran skor yang diperoleh % skor =
x 100 skor maksimal
Kinerja sangat baik
: bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik
: bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang
: bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah
: bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah
: bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran skor yang diperoleh % skor =
x 100 skor maksimal
yang
Keaktifan sangat baik
: bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik
: bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang
: bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah
: bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah : bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 16 Juni 2014
Peneliti
Guru kelas
Aghnia Pusparini
Abdul Mughni, S.Pd
Mengetahui Kepala Sekolah
Suyatna, S.PdI NIP. 195505101980031008
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU SIKLUS II
Sekolah
: MI Fathurrachman
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester
: IV/II
Tahun ajaran
: 2013/2014
Waktu
: 2x35 menit
Petunjuk: 3. Perhatikan kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung 4. Berilah tanda (√) disetiap butir-butir indikator apabila indikator tersebut dilaksanakan atau tanda (-) apabila indikator tersebut tidak dilaksanakan.
No.
Langkah
Indikator
kegiatan 1.
Kegiatan Awal
Pelaksanaan Ya
Tidak
√
-
√
-
√
-
4. Mengisi daftar hadir siswa
√
-
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
√
-
6. Menjelaskan manfaat mempelajari
√
-
√
-
√
-
1. Memeriksa kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran. 2. Membuka kegiatan pembelajaan dengan mengucapkan salam. 3. Mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran.
materi pelajaran. 7. Menyampaikan apersepsi pembelajaran. 2.
Kegiatan inti
8. Menjelaskan materi pelajaran secara kontekstual
9. Mengajukan pertanyaan kepada siswa
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
terkait dengan materi yang telah dipelajari. 10. Menjelaskan pembelajaran card
match
melalui
index
penjelasan
terhadap prosedur pelaksanaannya. 11. Membagikan
kartu
index
yang
terdiri dari kartu pertanyaan dan kartu jawaban
kepada seluruh
siswa. 12. Memfasilitasi
siswa
dalam
melaksanakan permainan kartu. 13. Mengintruksikan
siswa
yang
menerima kartu soal untuk mencari kartu jawaban yang sesuai dengan kartu miliknya. 14. Mengintruksikan kepada siswa yang telah
mendapatkan
pasangan
kartunya untuk duduk berkelompok. 15. Mengintruksikan setiap kelompok untuk
melakukan
presentasi
terhadap hasil bermain kartunya. 16. Mengintruksikan
kepada
siswa
untuk menanggapi hasil presentasi kelompok. 17. Mengintruksikan
kepada
siswa
untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing. 3.
Kegiatan akhir
18. Memberikan kesempatan kepada siswa
yang
ingin
mengajukan
argumen yang dimilikinya. 19. Melakukan kegiatan tanya jawab
√
-
√
-
√
-
kepada siswa seputar materi yang belum dipahami. 20. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
terhadap
materi
pelajaran yang telah dipelajari. 21. Menjelaskan mengenai
kepada
rencana
siswa
pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.
Peneliti
Aghnia Pusparini
Guru kelas
Abdul Mughni, S.Pd
HASIL OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SIKLUS II
Sekolah
: MI Fathurrachman
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester
: IV/II
Tahun ajaran
: 2013/2014
Waktu
: 2x35 menit
Petunjuk: 3. Perhatikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung 4. Berilah tanda (√) disetiap butir-butir indikator apabila indikator tersebut dilaksanakan atau tanda (-) apabila indikator tersebut tidak dilaksanakan.
No.
Nama Siswa
Aspek 1 3
4
Aspek 2 2
3
4
5
Aspek 3
1
2
5
6
1
6
7
1
2
√
√
1
Ludyanawati
√
√ √ √ √
-
√ √ √ √ √ √ √
2
Fikri Zaeylani
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
M. Fadila
√
√ √ √
-
-
√ √ √ √ √ √ √
√
√
4
Silvilia
√
√
-
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√
5
Eko Megantoro
√
√
-
√ √
√ √ √ √ √ √ √
-
√
6
Irnawati
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√
7
M. Rizqi
√
√ √ √ √
-
√ √ √ √ √ √ √
√
√
8
Lusiana
√
√
-
√ √ √ √ √ √ √
√
√
9
Maulana Diva
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√
10
Ahmad fauzi
-
√ √
-
√
√
11
Kamalia Larasati
√
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√
√
12
Jhohan Akbar
-
-
-
-
-
-
√ √ √ √ √ √ √
√
√
13
Muhammad Afif
√
√
-
√ √
-
√
√
√
14
Feri Hartanto
√
√ √ √ √
-
√ √ √ √ √ √
√
√
-
-
√ √
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√ √ -
-
-
-
-
√
√ √ √ √ -
15
Susi Setiowati
√
√ √ √ √
-
√ √ √ √ √ √ √
√
√
16
Virgiana Putri
√
√ √ √ √
-
√
-
-
-
17
Afandi
-
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√
√
18
Arya Pratama
√
√ √ √ √
-
√ √ √
-
√
19
Rivandi Fakhar
√
-
√ √ √
-
√ √ √ √ √ √
-
√
√
20
Suci Fitriyani
-
√ √
21
Fathir Zikri
√
-
22
David Hindika
√
√ √ √ √
23
Irfan Zaki
-
√
24
Amaliya Zahra
√
√ √ √ √
25
Reisyah Cantika
√
√ √
-
√ √
-
-
-
-
-
√
-
√ √ √
√ √ √ √
-
-
√
√
√
√
√ √
-
-
√ √ √
√
-
√ √ √ √ √ √ √
-
-
√ √ √
√
√
√ √ √ √ √ √ √
√
√
√
√
√
-
-
-
√ √ √ √ √ √
-
-
-
√ √
-
-
-
-
-
-
√
-
Keterangan: Aspek 1 : Keaktifan siswa berinteraksi dengan guru 1. Merespon apersepsi yang diberikan guru 2. Menjawab pertanyaan yang diajukan guru 3. Menyimak penjelasan yang sampaikan guru 4. Melaksanakan intruksi yang diberikan guru dengan antusias 5. Mengajukan argumen yang dimiliki dengan penuh semangat 6. Mengajukan pertanyaan yang belum dipahami Aspek 2 : Keaktifan siswa berinteraksi dengan siswa lain 1. Membuat kelompok dengan penuh semangat 2. Melakukan pembagian kerja dalam kelompok 3. Mengemukakan pendapat dalam kelompok 4. Mendiskusikan kesimpulan kerja kelompok 5. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan semangat 6. Mendengarkan dengan baik ketika kelompok lain presentasi 7. Memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok lain Aspek 3 : Keaktifan siswa terhadap materi pelajaran 1. Membuat catatan-catatan kecil terhadap penjelasan guru 2. Menyimpulkan materi pelajaran dengan bahasanya sendiri.
KEMENTERIAN APAMA UIN JAKARTA FITK Jl.
lr
FORM
No. Dokumen Tgl. Terbil
H. Juanda No 95 Ciputat t!i412 tndanesja
SURAT PERMOI{ONAN IZ.IN PENELITIAN Nomor : Un.01/F. 1/KM 01 .3t3049t2014 Lamp.'. Outline/Proposal Hal : Perrnohonan lzin Penelitian
Jakarta, 30
M
2014
Kepada Yth Kepala Ml Fathurrachr,ran Ragunan, Jakarta Selatan Di tempat Assal a nr u' al a iku m wr.wb.
Dengan hormat kami sarrrpaikan bahwa, l.lama
:
N thn
:18090183000057
Aghnia Pusparini
" : Pendidikan Guru Madrasah Semester : 1C
J
urusan
Judul
lbtidaiyah (PGMI)
skripsi : Peningkatan l(eaktifan Belajar IPS Materi permasalat r Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe lndex
C
Sosial
C Matclt
Pada Siswa Kelas lV Ml Fathurrachman, Jakarta Selatar adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Ja penelitian rnsiansi/sekolah/madrasah yang Saudara ptrrptn
rta yang
Untuk itu kami mohon Sauoara dapat. rnengizinkan
tersebut
sedang menyusun skripsi dan akan mengadakan
rnahasiswe.;
melaksanakan penelitian dirnaksud. Atas perhatian dan kerja sa'na Saudara, kanri ucapkan terima kasih. Wassal am
u' al aiku
rn wr.wb. a.n. Dekan l(ajuriKaprodi PGMI
rFLQqt!_, [)r. Fauzan, MA t'ilP. 19761107 200701 101 Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan
set)
di
/
I
I I I I
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM DAN YATIM PIATU
MADRASAII IBTIDAIYAII
FATITUKKACIIMAN
Jalan Pekayon 1 No. 04 Kel. Ragunan Kec. Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550, Telp. (021) 7802519, 98188700, 40967510 NSM. : 111231740046
N,P.S.N. .20102856
ST'RAT KETERANGAI\
Nomor : 26lSIVVIItuII-f1IW2gl4
Yang bertanda tangan
di
bawah
ini
Kepala Madrasah Ibtidaiyah MI
Fathurrachman, Pasar Minggu JakartaSelatan menerangkan bahwa:
Nama
AGHI\TIA PUSPARIM
Tempat tanggal lahir
Jakarta, 13 S'eptember 1990
NIM
18090183000057
Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Judul skripsi
Peningkatan Keaktifan Belajar
IPS
Materi
Permasalahan Sosial Melalui Strategi Pembelajaran
Koperatif
lll
Tip Index
Card Match Pada Siswa Kelas gFathurrachman" Jakarta Selatan,
Nama tersebut di atas adalah benar telah melalsanakan penelitian di MI Fathurrachman, Pasar Minggu Jakarta Selatan dari tanggal 2 Juni s.d 16 Jvni2014
Demikian sumt keterangan ini dibuat untuk dapat
dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakartu17 Juni20l4 Kepala MI. Fathurrachman
S.PdI 101980031008
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama NIM jiidiil Skiipsi
: : :
AGHNIA PUSPARIM 18090183000057
Penir'gkatan Keaktifan Belajar IPS Materi Permasalahan Sosial Melalui Strategi Pembelajaran Koperatif Tipe Index Card Match Pada Siswa Kelas IV t t: 6.I]^+L.,#^^L*^-:t rYIl. I d,Llttllt€lVlllll3lll
3.
4.
Halaman Skrinsi
Judul Buku
No.
2.
l^l,a*a Q-la+an JqAgr 4 Jwl$Brr.
Oemar Hamalih Kurikulum dan Pembelqjaran {Jakar.ta:Bumi Aksara. 1999) Cet. 2 Slameto, Belajar dan FsWor-I-aktor yang Me mpengaruhirrya (I akarta:PT. Rineka Cipta 2003) Wina Saqiay a" S*ate gi Peubelajaran Berorientas i Standar Pra se s P endidikan, FA. I (Jakarta: Kencana 2010), Cet.7 Model-model Pembelajaran
RusmarL
Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed.
2,
I
Paraf 0,f
r,2,3
4,8,9012,L4, 16,17,19,21
q q{
4.5,&12, 13,15,
l9
u4
(Jakarta: Rqiawali Pers, 2012), Cet. 5 5
Mel Silbermwr, Active Learning, lAI Snarcgi P emb e laj aran Akt
6.
7.
if
5,17
iltt
(Y ogyaka*a: Fustaka Insan
Madani:2009) Cet.6 Triantg Mendesain Model Pembelaj aran Irnvatif-Progresfi Ed, 1, (Jakarta:Kencana 2010). Cet.4 Yudhi Munadi, P e mbe lajaran Akt if, Irnvatif, Kreatif,, EfeHif dan Menyenongkan, (Jaka*a:FITK UIN Syarif Hidayatullah20l l),
8,1
l,l3
{ 14,21
nj
Cet.2 8.
9. 10.
Dasim Budimansyah, PAKEM Pembelai aran Akt if,, Kreatif, Etektif dan Me nycnangkan, (W . Ganesindo 2009). Cet.3 H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta2003) Cet.4
Sapriya, dlr,k, Pembelqiaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Ed.t (Bandung:UPl PRESS, 2006),
l8
22,27
u 0{
22,23
u4
Cet.1
1l 12. 13.
Sapriy4 dkk" Konsep Dasar IPS, Ed.l, {Bandune:UPl PRESS.2000" Cet. I Nana Supriatna, Pendidikan IPS di SD, Ed.I, (Bandune:UPl PRESS.2007) Cet. I KTSR Perangkat Pembelajaran MUSD dan
22
bl\
24
04
,}{
14. 15.
t6, t7. 18.
19.
SDLB; Panduan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelaiaran. Sapriya, Pendidikan fP,S, (Bandung:UPl Press.2008). H. M. Basrowi, Prosetlur Penelitian Tindakan Kelas. {Boeor:Ghalia Indonesiq 2008}, Cel2 Hadeli, Me tode Pene litian Kependiditan, (Ciputat:Ouantum Teaching,2006), Cet. 1 Muhammad ldrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, {Yosvakana:2009) Sugiyono, Me to& Perelitian Kuanlitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta" 20 10), Cet. 11 Wina Sa4iaya, Penelitian Tindakan Kelas, Ed. l, (Jakar&a: Kencana, 2010), Cet. 7
${ 26
{ 30,31
31,32 46,47"49
04
f4 0{
47,49
q{ 86
Jakerts, 8 November 2014 n^^^-
D^*L:-L:-^ llusgll r9lrlurrrruutE,
DR. FAUZAI\I,MA NIP. 197 61107200701 1013
t
-,l
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
:
AGHNIA PUSPARINI
Tempat / Tanggal Lahir
:
Jakarta, 13 September 1990
Agama
:
Islam
Pekerjaan
:
Guru
Alamat Rumah
:
Jl. Kalibata Selatan II G No. 38 RT. 002/RW. 04 Kel. Kalibata Kec. Pancoran, Jakarta Selatan 12740 Telp. 085813776045
Status
:
Menikah
PENDIDIKAN
1.
SD
:
SD Negeri Kalibata 01 Pagi Lulus tahun 2002
2.
SMP
:
SMP Negeri 163 Pejaten Timur Lulus tahun 2005
3.
SMA
:
SMK Tanjung Barat Lulus tahun 2008
4.
Perguruan Tinggi
:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta