PERANAN USAHA KECIL PADA INDUSTRI PENGOLAHAN LOGAM DAN MESIN DALAM MEMECAHKAN MASALAH PENGANGGURAN DI KABUPATEN TEGAL JAWA TENGAH (Studi Kasus Pada PT. Putra Bungsu Tegal)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: NOVI ARIYANTI NIM. 1110015000060
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK Novi Ariyanti (NIM: 1110015000060). Peranan Usaha Kecil Pada Industri Pengolahan Logam dan Mesin Dalam Memecahkan Masalah Pengangguran di Kabupaten Tegal Jawa Tengah (Studi Kasus Pada PT. Putra Bungsu Tegal). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan usaha kecil dalam gerakan OVOP (One Village One Product) pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal Jawa Tengah pada tahun 2012-2013. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini antara lain Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM dan Pasar Kabupaten Tegal, salah satu pemilik usaha industri pengolahan logam dan mesin di Kabupaten Tegal dan para pekerjanya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.Teknik pengolahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin merupakan usaha pedesaan yang mampu berkontribusi dalam membuka lapangan pekerjaan masyarakat sekitar. 2. Besarnya peranan usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal pada tahun 2012 adalah sebesar 0,34% dari seluruh penduduk yang bekerja di Kabupaten Tegal, sedangkan pada tahun 2013 peranannya meningkat menjadi 0,41% dari seluruh penduduk yang bekerja di Kabupaten Tegal. 3. Jumlah penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan logam dan mesin pada tahun 2012-2013 tetap, yaitu pada angka 2.527 jiwa. Hal ni membuktikan bahwa usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin mampu menekan angka pengangguran di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013. Kata kunci: Industri, pengolahan logam, mesin, dan pengangguran.
i
ABSTRACT
Novi Ariyanti (NIM: 1110015000060). The Importances of Small Business of Machine and Metal Manufacture Industry to Solve The Problem of Unemployment in Tegal Regency Central of Java (Study Kasus in PT. Putra Bungsu Tegal). The purpose of this research is to know how big the importances of small business in OVOP (One Village One Product) system of machine and metal manufacture industry to solve the problem of unemployment in Tegal Regency, central of Java 2012-2013. This research used descriptive qualitative method. The subjects of this research are The Head of Micro Business Development Section and Informal Dinas Koperasi, UKM and Traditional Market in Tegal Regency, one of the owner in machine and metal manufacture industry in Tegal Regency and all officials. Technique of collecting data in this research used interview, observation, adn documentation. While in technique of analyzing data used source triangular. Based the result of this research, it is conclude that: 1. Small business on machine and metal manufacture industry is a business of village that could give a contribution to make a new vocation for citizen. 2. The big importance of small businesson machine and metal manufacture industry in the way to solve a problem of unemployment in Tegal Regency in 2012 is 0,34% from all people who work in tegal regency. While in 2013, the value is increse to be 0,41% from all people who work in Tegal Regency. 3. Total of manpower absorption on machine and metal manufacture industry in 2012-2013 is permanent, it is 2.527 people. It is provesmall businesson machine and metal manufacture industry can hold unemployment in Tegal Regency in 2012-2013. Keywords: Industry, metal manufacture, machine, and unemployment.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh... Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yag berjudul: “Peranan Usaha Kecil Pada Industri Pengolahan Logam dan Mesin dalam Memecahkan Masalah Pengangguran di Kabupaten Tegal Jawa Tengah (Studi Kasus Pada PT. Putra Bungsu Tegal)”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan serta keterbatasan waktu yang diberikan oleh penulis di dalam penyusunan skripsi ini, akan tetapi penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Oleh sebab itu penulis akan menerima kritik dan saran yang tujuannya untuk membangun agar penulis dapat berusaha menyempurnakan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan syafaat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Dr. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku Kepala Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan SosialUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
4. Bapak Drs. A. Banadjid. selaku dosen pembimbing satu-satunya yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan arahan dan saran untuk Skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah memberikan ilmu, motivasi dan inspirasi selama penulis menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Seluruh Staff dan Sekretariat Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 7. Orangtuaku tercinta; Bapak Marwinsyah dan Ibu Siti Masitoh, Padhe Jono, Budhe Tum, dan kakakku: Mas Khoerul Anam Syahmadani, serta saudara-saudara yang ada di Dukuhwaru yang sampai saat ini telah memberikan kasih sayang, kekuatan, bimbingan, dan doa-doa yang tulus kepada penulis setiap saat. 8. Kawan-kawan Pendidikan IPS Program Studi Ekonomi-Akuntansi angkatan 2010, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Intinya, penulis bangga telah mengenal kalian. 9. Kawan bermain; Ayu Yuningsih, Eka Rahayu, Fitri Amalia Azzahro, dan Rima Setiyawati, yang telah banyak memberikan pengalaman berharga selama penulis tinggal di Jakarta. 10. Kawan-kawan Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat, para senior dan junior yang telah mengenalkan dunia luar kepada penulis. 11. Bapak Sarwoko, S.Psi., MM. selaku Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal. 12. Bapak H. Dimyati, selaku pemilik PT. Putra Bungsu Tegal yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di perusaannya. 13. Mba Sri, dan Mba Dewi, serta para pekerja di PT. Putra Bungsu Tegal, yang telah meluangkan waktunya dan berbaik hati untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian. 14. Pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi dalam pengumpulan data, seperti Bappeda Kabupaten Tegal, dan Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar
iv
Kabupaten Tegal, serta BPS Kabupaten Tegal, Disperindag Kabupaten Tegal, Dinsosnakertrans Kabupaten Tegal. 15. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan material dalam penyusunan Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam Skripsi ini. Dengan rendah hati penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak jika terdapat kesalahan yang kurang berkenan di hati pembaca. Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini memberikan manfaat untuk kita semua. Aamiin. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Jakarta, 09 September 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
Judul
Halaman
Abstrak ........ ...........................................................................................
i
Abstract ..................................................................................................
ii
Kata Pengantar .......................................................................................
iii
Daftar Isi..................................................................................................
vi
Daftar Gambar ........................................................................................
viii
Daftar Tabel ...........................................................................................
ix
Daftar Grafik ..........................................................................................
x
BAB I Pendahuluan .............................................................................
1
A. Latar Belakang ...........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
7
C. Pembatasan Masalah ..................................................................
7
D. Perumusan Masalah ...................................................................
7
E. Tujuan penelitian ........................................................................
8
F. Manfaat penelitian ......................................................................
8
BAB II Tinjauan Pustaka ....................................................................
10
A. Kajian Teori ...............................................................................
10
1. Industri Pengolahan Logam dan Mesin ................................
10
2. Gerakan OVOP (One Village One Product) ........................
22
3. Pengangguran .......................................................................
27
4. Peranan Usaha Kecil dalam Masalah Pengangguran ...........
38
B. Penelitian yang Relevan .............................................................
43
C. Kerangka Berfikir .......................................................................
45
D. Hipotesis Tindakan .....................................................................
46
BAB III Metodologi Penelitian ...........................................................
48
A. Tempat dan Waktu penelitian ....................................................
48
B. Desain Penelitian ........................................................................
48
C. Subjek dan Objek Penelitian ......................................................
50
vi
D. Instumen Penelitian ....................................................................
50
E. Sumber Data ...............................................................................
51
F. Data yang Dikumpulkan ............................................................
52
G. Teknik Pengambilan Sampling ..................................................
52
H. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
53
I. Teknik Keabsahan Data .............................................................
55
J. Teknik Analisis Data ..................................................................
56
BAB IV Analisis Hasil Penelitian .......................................................
59
A. Hasil Penelitian ..........................................................................
59
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................
59
2. PT. Putra Bungsu Tegal .......................................................
68
3. Peranan Usaha Kecil Industri Logam dan Mesin .................
76
B. Pembahasan Hasil Penelitian .....................................................
88
BAB V Penutup ....................................................................................
90
A. Kesimpulan ................................................................................
90
B. Implikasi .....................................................................................
91
C. Saran ...........................................................................................
91
Daftar Pustaka ......................................................................................
94
Lampiran ..............................................................................................
96
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Nama Gambar
Halaman
Gambar 2.1
Pelaku Kunci dan Perannya Dalam Gerakan OVOP ......
25
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir Penelitian ..........................................
43
viii
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Nama Tabel
Tabel 2.1
Entitas Klaster Kompomen Alat Berat ................................
11
Tabel 2.2
Aspek Positif dan Aspek Negatif OVOP ............................
26
Tabel 2.3
Ketenagakerjaan Th. 2012-2013 .........................................
32
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Miskin Th. 2012-2013 ...........................
34
Tabel 2.5
Penyarapan Tenaga Kerja Sektor Industri ..........................
41
Tabel 4.1
Lama Usia Bekerja ..............................................................
77
Tabel 4.2
Tingkat Pendidikan Terakhir Pekerja .................................
80
Tabel 4.3
Penghasilan Pekerja Th. 2012-2013 ....................................
81
Tabel 4.4
Data Ketenagakerjaan Th. 2012-2013 ................................
85
Tabel 4.5
Penyerapan Tenaga Kerja Sentra Industri Th. 2012 ..........
86
Tabel 4.6
Penyerapan Tenaga Kerja Sentra Industri Th. 2013 ..........
87
ix
Halaman
DAFTAR GRAFIK
No. Grafik
Nama Grafik
Halaman
Grafik 2.1
Jumlah Penduduk Kab. Tegal Th. 2010-2013 ....................
28
Grafik 2.2
Luas Pengolahan Lahan Kab. Tegal Th. 2011-2013 .........
29
Grafik 2.3
Upah Minimum Regional Kab. Tegal Th. 2011-2013 ......
30
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah perekonomian di negara berkembang, contohnya di Indonesia adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat tetapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan pembangunan perekonomiannya. Ketidakseimbangan ini akan memunculkan suatu permasalahan, yaitu masalah ketenagakerjaan. Sudah diketahui bahwa masalah ketenagakerjaan tidak hanya ditemui pada negara-negara berkembang saja, tetapi pada negaranegara maju pun sering ditemui masalah ketenagakerjaan. Di Indonesia, masalah ketenagakerjaan yang sering menjadi sorotan adalah masalah upah buruh yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Masalah upah buruh yang rendah merupakan masalah yang terjadi akhir-akhir ini, yang juga biasa terjadi pada setiap tahun yaitu aksi demo buruh secara besar-besaran di seluruh dunia pada 1 Mei yang berusaha menuntut hak kelayakan upah atas kerja mereka. Maka pada tanggal 1 Mei diperingati sebagai hari buruh internasional. Hal ini adalah suatu bukti bahwa hak yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan kewajiban yang telah mereka kerjakan atau bisa jadi hak yang mereka dapatkan sudah tidak sesuai dengan 1
2
biaya hidup yang harus ditanggung oleh mereka. Beban kerja yang berat dan biaya hidup yang semakin mahal, mendorong kaum buruh untuk menyalurkan aspirasinya melalui aksi demo tersebut. Upah buruh yang rendah bisa disebabkan karena tingkat kemampuan dan pendidikan tenaga kerja yang rendah sehingga menghasilkan mutu atau kualitas produksi yang rendah. Dengan mutu dan kualitas produk yang rendah akan mempengaruhi pendapatan suatu perusahaan. Masalah ketenagakerjaan yang kedua adalah pengangguran yang tinggi. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi setiap negara. Bukan hanya negara berkembang saja, negara maju pun pasti menghadapi masalah pengangguran, walaupun persentasenya mungkin lebih kecil dari pada negara berkembang. Berbeda dengan negara berkembang, masalah pengangguran di negara maju hanyalah berkaitan dengan siklus ekonomi, bukan karena kelangkaan investasi, ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut. Indonesia sebagai negara berkembang, dimana tingkat pertumbuhan penduduknya cepat tetapi pembangunan perekonomiannya relatif lebih lambat, hal ini yang akan menimbulkan berbagai masalah. Menurut Sadono Sukirno, “Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang besar dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin cepat. Hal ini akan menimbulkan beberapa efek, antara lain: 1. Jumlah tanggungan dalam keluarga semakin meningkat. Hal ini menyebabkan beban setiap keluarga untuk membiayai tanggungannya semakin besar. Sebaliknya, pendapatan yang rendah memiliki keterbatasan menanggung lebih banyak anggota keluarga. Dengan demikian, keluarga yang besar jumlah tanggungannya cenderung menghadapi masalah kemiskinan. 2. Besarnya tanggungan tanpa pendapatan yang memadai membatasi kemampuan keluarga dalam menyediakan dana untuk pendidikan anak-anak. Berarti kebanyakan anak di negara berkembang tidak memperoleh pendidikan yang cukup. Banyak di antara mereka taraf pendidikannya lebih rendah. 3. Pertambahan tenaga kerja sangat cepat dan sering kali tidak diikuti oleh pertambahan kesempatan kerja yang sama cepatnya. Sebagai akibatnya, di negara yang tingkat (persentase) pertumbuhan
3
penduduknya sangat tinggi dan jumlah penduduknya relatif besar (seperti Indonesia, India, dan Cina) masalah pengangguran menjadi semakin serius.”1 Sadono Sukirno dalam bukunya mengatakan bahwa pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat. Menurutnya tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat jika tidak diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan maka akan menimbulkan berbagai masalah yang harus ditanggung oleh masyarakat, seperti kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, dan munculnya pengangguran. Indonesia sebagai negara agraris, yang terjadi di negara Indonesia adalah sebagian besar masyarakatnya hidup di daerah pedesaan, dimana mata pencaharian utamanya berada di sektor pertanian tradisional. Tingkat kesejahteraan petani di Indonesia umumnya masih rendah. Menjadi seorang petani waktu bekerja penuhnya tidak menentu, yaitu pada saat musim panen saja, jika musim panen telah selesai mereka tidak akan bekerja sehari penuh. Problema pada sektor pertanian inilah yang memunculkan paradigma masyarakat yang negatif tentang petani pedesaan. Bekerja menjadi petani sudah tidak menjadi daya tarik bagi masyarakat pedesaan saat ini, khususnya angkatan kerja baru. Kota menjadi daya tarik tersendiri bagi kebanyakan masyarakat pedesaan, karena menurut mereka kota menyediakan banyak lapangan pekerjaan dengan upah yang tinggi. Tetapi yang menjadi masalah adalah arus perpindahan penduduk dari desa ke kota semakin banyak, sehingga jumlah penduduk di kota semakin padat. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan menimbulkan berbagai masalah serius yang harus ditanggung oleh masyarakat
dan
negara.
Maka
dari
desa,
pemerintah
hendaknya
mengupayakan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan adalah melalui peningkatan pembangunan ekonomi yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan di pedesaan. 1
Sadono Sukirno. Ekonomi Pembangungan (Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan), (Jakarta: Kencana, 2010), h. 15.
4
Kabupaten Tegal adalah salah satu daerah yang berada di Provinsi Jawa Tengah, sebagian wilayahnya digunakan untuk sektor pertanian. Sektor pertanian kini menemui berbagai masalah, seperti lahan pertanian yang mulai sempit, teknik produksi yang masih sederhana, sehingga hasil produksinya menurun. Kabupaten Tegal dengan ibukota Slawi, dewasa ini banyak bermunculan jiwa wirausaha kreatif yang bergerak pada kegiatan usaha kecil. Pada saat ini usaha kecil digadang-gadang sebagai tunas pembangun pertumbuhan perekonomian suatu negara. Potensi dan kontribusi para wirausaha memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Tegal, dikenal sebagai Jepangnya Indonesia. Karena sejak dahulu sampai sekarang banyak para Pandai Besi (orang yang ahli dalam bidang pengolahan besi). Pandai Besi dalam kosa kata bahasa Jawa dinamakan dengan Sayang. Oleh sebab itu di daerah Kabupaten Tegal terdapat suatu daerah yang beranama Pesayangan, karena banyak warganya yang ahli dalam bidang pengolahan besi dan logam. Hasil produknya sudah diekspor ke beberapa daerah, bahkan ada beberapa perusahaan yang telah bermitra dengan perusahaan asing. Industri pengolahan logam dan mesin adalah salah satu jenis usaha yang mempunyai jumlah unit usaha yang banyak di Kabupaten Tegal. Sehingga tenaga yang terserapnya pun tidak sedikit. Dibandingkan dengan jenis usaha industri yang lain, industri pengolahan logam dan mesin merupakan penyumbang terbanyak selama dua tahun terakhir terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tegal. PT. Putra Bungsu adalah salah satu usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin. Dikatakan sebagai usaha berskala kecil karena berdasarkan pendapatan bersih setiap tahunnya, yaitu kurang dari Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah). Industri logam dan mesin
5
ini berkonsentrasi pada pembuatan komponen-komponen kapal dan pengecoran logam. Perusahaan ini dijalankan oleh keluarga wirausahawan secara turun temurun. Untuk dapat menjadi seorang wirausaha harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan-Nya, karena manusia telah dilengkapi dengan akal dan pikiran yang dapat digunakan untuk berfikir secara rasional. Maka berdasarkan kelebihan tersebut, Allah menjadikan manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi ini supaya dapat memanfaatkan apa yang ada di muka bumi ini dengan baik dan benar. Berikut ini adalah salah satubukti tertulis dari firman Allah SWT yang ada di dalam kitab suci AlQur’an yang berkaitan dengan kepemimpinan manusia di muka bumi:
عمُ فِي األَرْضِ خَهِيفَةً قَانُىا ِ وَإِذْ قَالَ رَّبُلَ نِهْمَالَئِكَةِ إِوِي جَا: قال اهلل تعانى ل َ أَتَجْ َعمُ فِيهَا مَه يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِلُ اندِمَآءَ وَوَحْهُ وُسَّبِحُ ّبِحَمْدِكَ وَوُقَ ِدسُ نَلَ قَا ۞ َإِوِي أَعْهَ ُم مَا الَ تَعْهَمُىن Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhan-Mu berfirman kepada para malaikat, „Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi‟. Mereka berkata: „Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?‟.Dia berfirman, „Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui‟”. (QS. Al-Baqarah (2) : 30) Selain bukti yang tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an, bukti kecintaan Allah terhadap seorang pemuda yang mampu berkarya dan bekerja keras juga dibuktikan dalam Sabda Rasulullah SAW yang tertulis dalam Hadits dari Ashim bin Ubaidillah:
6
هلل عَهَيْه ُ هلل صَهَى ا ِ ل ُ ل رَسُ ْى َ ه أَّبِيْهِ قَالَ قَا ْ َه عُّبَيْ ِد اهلل عَهْ سَانِ ْم ع ِ ْه عَاصِ ْم ّب ْ َع )ه انْمُحْتَرِفَ (أخرجه انّبيهقى َ ِّب انْمُؤْم ُ ِن اهللَ يُح َ ِوَسَهَمَئ Artinya: “Dari Ashim bin Ubaidillah, dari Salim, dari bapaknya, dia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda, „Sesungguhnya Allah mencintai seorang mukmin yang berkarya atau bekerja keras‟. Dan di dalam riwayat Ibnu Abdan, „Pemuda yang berkarya atau bekerja keras‟”. (H.R. Baihaqy) Allah SWT telah menganugerahkan sumber daya alam yang berlimpah ruah di bumi Indonesia ini. Maka tidak ada alasan untuk menjadi negara miskin, jika setiap manusia yang telah diberikan akal pikiran mampu mengelolanya dengan baik dan benar untuk kepentingan bersama. Joseph
Alois
Schumpeter
adalah
seorang
ilmuwan
ekonomi
berkebangsaan Amerika-Austria, dalam teori pertumbuhan ekonominya ia menitikberatkan pada pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam teorinya ditunjukan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat suatu pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Dengan inovasi-inovasi yang diciptakan akan memberikan nilai lebih terhadap hasil produksinya, sehingga mampu memberikan daya tarik kepada para investor untuk menanamkan modalnya kepada usaha tersebut. Sehingga usahanya akan semakin maju dan semakin luas. Hal ini akan membuka kesempatan kerja yang banyak bagi masyarakat, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Unit usahanya yang banyak, mengindikasikan bahwa usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin merupakan sektor usaha yang dominan dalam menyerap tenaga kerja. Menyadari begitu besar kontribusi usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam menyerap banyak tenaga kerja di suatu daerah, berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka judul penelitian yang diambil oleh peneliti adalah
7
“Peranan Usaha Kecil Pada Industri Pengolahan Logam dan Mesin dalam Memecahkan Masalah Pengangguran di Kabupaten Tegal Jawa Tengah (Studi Kasus Pada PT. Putra Bungsu Tegal)”.
B. Identifikasi Masalah Kinerja perekonomian di Kabupaten Tegal tidak luput dari dampak krisis ekonomi global. Sehingga masih banyak permasalahan yang ditemui. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan di wilayah Kabupaten Tegal diantaranya sebagai berikut: 1. Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. 2. Skill angkatan kerja baru rendah. 3. Luas lahan pertanian semakin sempit. 4. Tingkat Upah Minimum Regional (UMR) masih rendah. 5. Arus urbanisasi semakin meningkat. 6. Pengangguran selama kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi.
C. Pembatasan Masalah Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, supaya penelitian lebih terarah, maka peneliti memberikan pembatasan masalah pada kajian penelitiannya. Batasan masalah pada penelitian ini adalah peranan usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin pada gerakan OVOP (One Village One Product) dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013.
D. Perumusan Masalah Dari batasan masalah yang telah ditentukan di atas, maka rumusan masalah yang akan menjadi bahan penelitian adalah “Berapa besar peranan
8
usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin pada gerakan OVOP (One Village One Product) dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013?”.
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Seberapa besar peranan usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin pada gerakan OVOP (One Village One Product) dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013”.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan
ilmu
pendidikan
ekonomi
terutama
dalam
hal
kewirausahaan, serta dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian lanjutan terkait topik dalam penelitian ini. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah kontribusi, baik informasi maupun motivasi bagi perusahaan untuk selalu mengembangkan usahanya. b. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kebijakan dalam memecahkan permasalahan strategis yang ada di Kabupaten Tegal, khususnya mengenai peranan usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin pada gerakan OVOP dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal. c. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai peranan usaha kecil di Kabupaten Tegal dan dapat
9
memberikan motivasi untuk mengembangkan diri dalam bidang entrepreneurship.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Industri Pengolahan Logam dan Mesin Kata industri, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah kerajinan, perusahaan untuk membuat dan menghasilkan barang-barang berat seperti perusahaan pabrik besi dan baja, barang-barang ringan seperti perusahaan yang membuat barang-barang selain besi dan baja.2 Industri pengolahan merupakan kegiatan pengubahan bahan dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi, dengan mesin ataupun dengan tangan. Di Kabupaten Tegal terdapat berbagai macam jenis industri pengolahan, industri pengolahan logam dan mesin khususnya industri komponen perkapalan menjadi produk unggulan yang masuk sebagai kompetensi inti industri Kabupaten Tegal.
2
h. 44.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006),
11
Sentra industri pengolahan logam dan mesin termasuk dalam industri komponen alat berat yang merupakan salah satu produk komoditi industri andalan atau unggulan di Kabupaten Tegal. Industri komponen alat berat secara umum dapat didefinisikan sebagai industri berbahan baku utama besi dan baja. Kabupaten Tegal mempunyai sumber daya yang potensial untuk mengembangkan klaster industri komponen alat berat yang terkait dengan kebutuhan untuk industri-industri besar. Produk-produk komponen alat berat merupakan produk hulu yang penting karena merupakan bahan baku bagi industri hilirnya (industri kendaraan besar dan berat). Entitas Klaster Komponen Alat Berat Kabupaten Tegal terlihatkan pada tabel berikut:3 Tabel 2.1. Entitas Klaster Komponen Alat Berat Pelaku
Entitas Industri Inti
1. PT. Putra Bungsu 2. CV. Prima Karya 3. PT. Gemilang Lestari Teknindo 4. PT. Karya Paduyasa 5. CV. Millako Teknik Mandiri 6. CV. Jasa Pratama 7. CV. Rejeki Abadi Machinery
Industri Pemasok
1. PT. Krakatau Steel 2. PT. Jaya Paris Steel 3. PT. Gunawan Dian Jaya
Industri Penunjang
1. Bank 2. Perusahaan Katering 3. Perusahaan Transportasi 4. Penyedia mesin-mesin produksi, dll
3
Kebijakan Industri Kabupaten Tegal, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, 2012, h. 31.
12
Industri Terkait
1. Industri komponen kapal 2. Industri komponen otomotif 3. Industri alat pertanian 4. Industri alat pemadam 5. Industri galangan kapal, dll
Pasar
1. Temu bisnis 2. Pameran 3. Ekspo 4. Gelar produk 5. Eksebisi, dll
Pembeli
1. PT. Komatsu Indonesia 2. PT. Caterpillar 3. PT. United Tractor 4. PT. Sumitomo Indonesia
Lembaga
1. Kementerian Perindustrian
Pendukung
2. Dinas Perindag Provinsi Jateng 3. Dinas Perindag Kabupaten Tegal 4. BPP Teknologi 5. LIPI 6. ITB 7. Undip, dll
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal
Di Kabupaten Tegal terdapat 7 pelaku industri inti dalam klaster komponen alat berat, dari ketujuh pelaku tersebut memiliki pelakupelaku entitas masing-masing. Seperti pemasok barang, penunjang, konsentrasi industri yang terkait, cara memasarkan, pembeli hasil produksi, dan lembaga pendukung yang mempunyai wewenang dalam membina dan mengembangkan perindustrian.
13
Menurut Jahen F.R (2011-5), “Suatu negara harus melewati sebuah transformasi dalam perekonomian jika ingin memajukan kesejahteraan negara dan rakyat, dari negara dengan pertumbuhan pertanian menuju pertumbuhan industri dan diakhiri pertumbuhan pada sektor jasa. Tidak dapat dipungkiri, semenjak kecil hingga sekarang, masyarakat Indonesia selalu disuapi dengan kebanggaan akan kekayaan alam yang dimiliki. Akan tetapi, kita tidak pernah diajarkan bagaimana caranya agar kekayaan alam yang banyak ini bisa dimanfaatkan secara maksimal. Akibatnya, kita selalu bergantung kepada sektor pertanian dan tidak pernah bisa mengejar negara-negara industri lainnya. Solusi bagi kondisi ini adalah dengan melakukan industrialisasi sumber daya alam Indonesia”.4 Sumber daya alam yang melimpah keberadaannya akan menjadi sia-sia jika tidak dapat diolah dengan baik. Menurut Jahen, sejak jaman dahulu bangsa Indonesia sudah terbiasa dibanggakan dengan sumber daya alam yang berlimpah ruah, namun masyarakatnya tidak dapat memanfaatkannya dengan baik, tidak mampu menyulapnya agar menjadi suatu barang yang lebih tinggi nilainya. Mereka lebih bergantung pada sektor pertanian. Sedangkan lahan pertanian setiap tahun mengalami penurunan, sehingga hasil produksinya pun semakin rendah. Oleh karena permasalahan tersebut, salah satu jalan keluarnya adalah dengan melakukan industrialisasi, yaitu melalui pengembangan usaha kecil pada sektor non pertanian, usaha yang berorientasi pada pemanfaatan sumber daya alam lokal yang tersedia. Industrialisasi adalah proses transformasi ekonomi suatu negara dari sektor pertanian ke sektor industri. Kegiatan industri fokus pada pendayagunaan sumber daya yang tersedia di suatu negara. Sumber daya alam yang melimpah merupakan salah satu potensi besar untuk menunjang kemandirian suatu negara. Menilik masa lalu, Negara Indonesia sejak jaman dahulu dikenal dengan tanahnya yang subur sehingga hasil pertaniannya melimpah. Power inilah yang menjadikan 4
Jahen Fachrul Rezki, dkk, Seri Pemikiran Mahasiswa; Ekonomi Indonesia di Mata Anak Muda UI. (Depok: Beduose Media, 2010), h. 5.
14
Indonesia pada jaman dahulu dijuluki sebagai macan asia. Hasil pertaniannya yang melimpah menjadikannya mampu swasembada pangan. Namun dewasa ini, Indonesia telah kehilangan powernya. Sektor pertanian di Indonesia sedang mengalami kelesuan oleh beberapa sebab, antara lain lahan pertanian yang semakin sempit akibat alih fungsi, alat, dan teknik produksi yang masih sederhana. Sehingga hasil produktivitasnya rendah. PT. Putra Bungsu adalah salah satu industri inti yang temasuk ke dalam klaster komponen alat berat. perusahaan tersebut termasuk ke dalam jenis usaha kecil, karena jika dilihat dari penghasilan dalam satu tahunnya usaha ini memenuhi kriteria dalam usaha kecil. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Bab I Pasal I Nomor 9, bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan orang perorangan atau badan usaha bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.5 a. Kriteria Usaha Kecil Menurut Nurman Said, definisi usaha kecil sangat beragam, hal ini terjadi karena perbedaan pandangan pengkajian pada usaha kecil tersebut
atau
juga
perbedaan
pemakaian
kriteria.
Untuk
mendefinisikan arti dari usaha kecil, berikut akan disajikan beberapa kriteria usaha kecil dari berbagai negara.6
5
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 13 Tahun 2013, h. 4. Syahrial Syarif, Industri Kecil dan Kesempatan Kerja. (Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas, 1990), h. 63. 6
15
Kriteria yang dipakai untuk membedakan kelompok industri ada bermacam-macam, diantaranya: jumlah modal kerja yang digunakan, jumlah tenaga kerja, jumlah produksi, omzet penjualan, besarnya investasi dan metoda administrasi. Semua kriteria ini tidak dapat dipakai sekaligus, karena akan menyulitkan dalam penilaian. Yang dipergunakan adalah jumlah tenaga kerja, besarnya modal atau investasi, kapasitas produksi dan jumlah penjualan per-periode (omzet). Kriteria industri kecil seperti yang disampaikan di atas adalah relatif berbeda pada beberapa negara. Kita ambil beberapa contoh negara yang memberi pembatasan industri kecilnya seperti negara Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Philipina. Amerika serikat merupakan negara besar dan maju dalam perekonomian, namun perusahaan kecil tetap ada. Diperkirakan ada 8 juta perusahaan kecil atau kira-kira 90% dari perusahaan yang ada. Kriteria yang dipakai di Amerika serikat untuk industri kecil antara lain: 1) Tenaga kerja paling banyak 250 orang. 2) Pendapatan setahun rata-rata tidak lebih dari US $ 5 juta. 3) Bagi perusahaan dagang pendapatan tidak lebih US $ 1 juta. 4) Dalam bidang usaha konstruksi rata-rata pendapatan selama tiga tahun terakhir tidak lebih dari US $ 5 juta. Kriteria yang digunakan di Jepang sebagai suatu negara maju di bidang industri yang mempunyai perusahaan yang lebih dari 90% dari
jumlah
perusahaan.Kriteria
yang
dipergunakan
perusahaan kecil di Jepang adalah sebagai berikut:
terhadap
16
1) Jumlah modal tidak lebih 100 juta Yen dengan mempergunakan tenaga kerja lebih kurang 300 orang, untuk bidang usaha industri, pertambangan, transpor dan industri. 2) Perusahaan yang bergerak pada bidang grosir, modal yang digunakan tidak lebih 30 juta Yen dengan tenaga kerja 100 orang. 3) Perusahaan yang bergerak di bidang eceran dan jasa modalnya tidak lebih 10 juta Yen dengan tenaga kerja 50 orang 4) Perusahaan dengan tenaga kerja tidak lebih dari 20 orang dan 5 orang bagi perusahaan kecil perdagangan dan jasa. Di Negara Korea, kriteria industri kecil hampir sama dengan kriteria
yang
dipergunakan
di
Jepang.
Sedangkan
Philipina
memberikan kriteria industri kecil dengan tenaga kerja 5-100 orang dan memiliki asset tidak lebih dari 1 juta Peso. Sedangkan World Bank, membagi UKM ke dalam tiga jenis, yaitu Medium Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 300 orang, Small Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 30 orang, dan Micro Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 10 orang.7 Di Indonesia, menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut: 1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau;
7
http://www.infoukm.wordpress.com
17
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta ruiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah).8 b. Klasifikasi Usaha Kecil Menurut Ronald Clapham, dalam buku Pengusaha Kecil dan Menengah di Asia Tenggara, “Perusahaan kecil dan menengah digolongkan ke dalam tiga kelompok: 1) Pengaruh lokasi - Memerlukan bahan baku yang tersebar di seluruh daerah bersangkutan. - Barang-barang untuk pasar setempat dan dengan biaya angkutan yang relatif tinggi. 2) Pengaruh proses produksi - Tahap-tahap proses yang terpisah-pisah. - Kerajinan tangan dan pekerjaan halus. - Perakitan sederhana, mencampur atau sentuhan akhir. 3) Pengaruh pasar - Diferensiaasi produk dengan volume produksi yang rendah dan biaya rendah. - Produksi untuk pasar kecil dan tidak terpisah-pisah.”9 Klasifikasi sektor usaha yang dikutip oleh Meilano Trengguna, berdasarkan prinsip klasifikasi menurut jenis kegiatan ekonomi mengikuti konsep pada ISIC (International Standard Classification of All Economic Activities) revisi tahun 1968. Untuk kepentingan penyusunan klasifikasi usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar, digunakan 9 penggolongan utama sektor ekonomi yang meliputi: 1) Pertanian, Peternakan Kehutanan dan perikanan mencakup segala macam pengusahaan dan pemanfaatan benda-benda atau barang-barang biologis
8
Leonardus Saiman, Kewirausahaan (Teori, Praktik, dan Kasus-kasus). (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 9. 9 Ronald Clapham, Pengusaha Kecil dan Menengah di Asia Tenggara. (Jakarta: LP3ES, 1991), h. 17.
18
(hidup) yang berasal dari alam untuk memenuhi kebutuhan atau usaha lainnya. 2) Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalianmeliputi subsektor minyak dan gas bumi, subsektor pertambangan non migas, dan subsektor penggalian. 3) Industri Pengolahan Industri pengolahan merupakan kegiatan pengubahan bahan dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi atau setengah jadi dan/atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi, dengan mesin ataupun dengan tangan. 4) Listrik, Gas dan Air Bersih Listrikmencakup kegiatan pembangkitan, transmisi, dan distribusi listrik baik untuk keperluan rumah tangga, usaha, industri, gedung kantor pemerintah, penerangan jalan umum, dan lain sebagainya. Sedangkan gas mencakup kegiatan pengolahan gas cair, produksi gas dengan karbonasi arang atau dengan pengolahan yang mencampur gas dengan gas alam atau petroleum atau gas lainnya, serta penyaluran gas cair melalui suatu sistem pipa saluran kepada rumahtangga, perusahaan industri, atau pengguna komersial lainnya.
Air
bersih
mencakup
kegiatan
penampungan,
penjernihan, dan penyaluran air, baku atau air bersih dari terminal air melalui saluran air, pipa atau mobil tangki (dalam satu pengelolaan administrasi dengan kegiatan ekonominya) kepada rumah tangga, perusahaan industri atau pengguna komersial lainnya. 5) Bangunan Bangunan atau kontruksi, adalah kegiatan penyiapan, pembuatan, pemasangan, pemeliharaan, maupun perbaikan bangunan atau
19
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal maupun sarana lainnya. 6) Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan adalah kegiatan penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) barang baru maupun bekas. Sedangkan hotel adalah bagian dari lapangan usaha kategori penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum. Restoran disebut kegiatan penyediaan makan minum adalah usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan permanen yang menjual dan menyajikan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya. 7) Pengangkutan dan Komunikasi Pengangkutan
adalah
kegiatan
pemindahan
orang
atau
penumpang dan atau barang atau ternak dari satu tempat ke tempat lain melalui darat, air maupun udara dengan menggunakan alat angkutan bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan komunikasi yaitu usaha pelayanan komunikasi untuk umum baik melalui pos, telepon, telegraf atau teleks atau hubungan radio panggil (pager). 8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mencakup kegiatan perantara keuangan, asuransi, dana pensiun, penunjang perantara keuangan, real estate, usaha persewaan, dan jasa perusahaan. 9) Jasa-jasa Jasa-jasa meliputi kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang ditujukan untuk melayani kepentingan rumah tangga, badan usaha, pemerintah dan lembaga-lembaga lain.10 10
Hendry Meilano Trengguna, “Analisis Potensi Dan Hambatan yang Dihadapi UMKM Dalam Mengembangkan Usaha Dengan Menggunakan Alat Bantu Sistem Informasi Geografis (SIG): Studi Kasus Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok”, Skripsi pada Universitas Gunadarma, Jakarta, 2012, h. 4, dipublikasikan.
20
Usaha kecil dan industri kecil memang dipisahkan pada dua lembaga yang berbeda, yaitu UKM (Usaha Kecil dan Menengah) dan IKM (Industri Kecil dan Menengah). Usaha kecil adalah gabungan dari beberapa industri kecil yang bergerak di dalamnya. UKM maupun IKM merupakan kekuatan perekonomian di Negara Indonesia. Untuk menjadi negara yang mandiri dan tidak bergantung kepada negaranegara lain, maka suatu negara perlu memiliki kekuatan sendiri, yaitu salah satunya dengan cara memberdayakan sektor usaha yang mampu mendayagunakan sumber daya alam lokal. Pergerakan suatu usaha tidak lepas dari ide kreatifitas dan semangat para wirausaha. Kabupaten Tegal adalah salah satu wilayah yang potensial, dimana sejak jaman dahulu banyak berdiri suatu usaha dalam skala kecil, menengah, maupun besar. Pertumbuhan sektor industri di Kabupaten Tegal secara historis mempunyai posisi yang strategis, terutama karena dilatarbelakangi oleh tradisi turun-temurun dan budaya masyarakat yang cukup kreatif. Oleh karena itu sejalan dengan arah strategis pembangunan Kabupaten Tegal, yaitu PERTIWI (Pertanian, Industri, dan Pariwisata), maka pembangunan berbasis sektor industri merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan Kabupaten Tegal. Upaya pembangunan ini dianggap penting dalam mengembangkan
potensi
terbaik
setempat
dan
menekankan
pemberdayaan pelaku industri secara bertahap, serta mendorong posisi strategisnya dalam realita dinamika persaingan yang berkembang. Menurut Sutrisno Iwantoko, mengembangkan industri pedesaan adalah suatu keharusan. Menurutnya, terdapat beberapa pertimbangan mengapa
industri
pedesaan
menjadi
pilihan
pembangunan
perekonomian. Industri pedesaan menjadi pilihan karena secara geografis wilayah Indonesia sebagian besar didominasi oleh desa. Menurutnya desa menyimpan aneka ragam potensi baik kekayaan alam maupun sumber hayati tersedia disana. Namun permasalahnya
21
potensi yang dimiliki cukup tinggi, tetapi pemanfaatannya yang masih terbatas. Kemudian pertimbangan kedua adalah penawaran tenaga kerja yang cukup berlimpah. Di desa pertumbuhan penduduknya jauh lebih cepat daripada di kota sehingga jumlah tenaga kerjanya pun lebih banyak. Namun walaupun terjadi lonjakan permintaan hal ini tidak akan diikuti dengan kenaikan upah. Dan pertimbangan ketiga adalah kelembagaan desa relatif sudah cukup berkembang, seperti KUD, LKMD, juga PKK, Karang Taruna, Kelompok Usaha Bersama, bahkan berbagai lembaga keuangan seperti BRI, BPR dan bank swasta telah masuk ke desa. Menurutnya kelembagaan ini merupakan infrastruktur yang sangat menunjang bagi kelangsungan hidup industri pedesaan.”11 Lanjutnya, Sutrisno Iwantoko dalam bukunya mengatakan bahwa, “Landasan bagi pilihan atas perlunya pengembangan industri pedesaan adalah keefisienan dalam memanfaatkan sumber daya yang langka dan tingkat investasi yang sama. Prinsip efisiensi inilah yang diterapkan untuk menentukan pilihan-pilihan atas faktor-faktor penentu keberhasilan dalam upaya mengembangkan industri pedesaan. Faktor-faktor penentu itu antara lain; tenaga kerja, sumber bahan baku, sumber modal, tujuan pasar, dan investasi sumber daya fisik.”12 Menurut Sutrisno Iwantoko, keefisienan untuk tenaga kerja, prinsip pemanfaatan adalah sumber tenaga kerja utamanya haruslah tenaga kerja pedesaan. Namun pendidikan dan ketrampilan mereka umumnya masih terbatas. Oleh karena itu, sifat teknologi industri haruslah mengikuti sifat-sifat tenaga kerja tersebut. Untuk bahan baku, prioritasnya juga harus bahan baku lokal. Selain mudah didapat dan murah, juga memiliki dampak bagi masyarakat desa. Akan lebih mendayagunakan
sumber
daya
yang
ada
di
pedesaan.
Konsekuensinya, industri pedesaan tidak akan seragam. Mereka memiliki sifat-sifat lokal yang spesifik. Sementara sumber modal perlu ada insentif dan rangsangan-rangsangan agar modal dari kota 11 12
Sutrisno Iwantoko. Kiat Sukses Berwirausaha. (Jakarta: PT. Grasindo. 2006). h. 16. Ibid. h.17
22
dapat mengalir ke pedesaan. Paling tidak pada periode permulaan haruslah disponsori oleh modal pemerintah. Sedangkan untuk pasar, tampaknya diperlukan tahapan-tahapan yaitu dari mulai pasar lokal yang kemudian secara bertahap ke pasar regional, kemudian pasar nasional, hingga pasar internasional. Atau mungkin kombinasi dari semuanya. Terakhir dukungan investasi sumber daya fisik, yang meliputi sarana jalan dan transportasi, komunikasi, pembangkit tenaga dan sumber air. Menurutnya dalam banyak kasus, kegagalan industri pedesaan disebabkan oleh buruknya sarana umum dan utilitas ini. 2. Gerakan OVOP (One Village One Product) a. Definisi OVOP Isu strategis yang telah berkembang di wilayah Kabupaten Tegal pada sektor perindustrian adalah adanya program OVOP (One Village One product, OVOP adalah suatu gerakan pemerintah bekerja sama dengan para pelaku usaha. OVOP telah berkembang di Kabupaten Tegal sejak tahun 2011. Dalam buku “Kebijakan Industri Kabupaten Tegal”, OVOP adalah upaya kelompok masyarakat yang dibantu pemerintah untuk menghasilkan produk yang menjadi identitas, dapat diterima pasar, dan mengandalkan sumber daya lokal. Disini, istilah “Village” dan “One-Product” tidaklah dimaknai secara harfiah. “Village” merujuk pada wilayah administratif tertentu, secara desa atau kelurahan, kecamatan, kabupaten atau kota dan sebagainya. Sementara itu, “OneProduct” dimaknai sebagai jumlah minimum jenis produk yang memenuhi kriteria tertentu. Tujuan adanya gerakan OVOP adalah mengembangkan
produk lokal berdaya saing global
dengan
menekankan pada penciptaan nilai tambah, mendorong semangat kemandirian
dan
kebanggaan.
Dengan
demikian,
tingkat
keberhasilannya tidak hanya diukur dari kemakmuran (Gross National
23
Product), tetapi juga kepuasan batin (Gross National Satisfaction) masyarakat setempat.13 Menurut kementerian Koperasi dan UKM RI, OVOP adalah upaya pemerintah dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk unggulan suatu daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam wadah koperasi atau UKM. Tiga Prinsip Gerakan OVOP berdasarkan kementerian Koperasi dan UKM RI adalah: a) Lokal tapi Global Pengembangan gerakan OVOP bertujuan untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memasarkan produk yang bisa menjadi sumber kebanggaan masyarakat setempat. Terutama yang bisa dipasarkan baik di dalam maupun di luar. Sehingga tercapai tujuan lokal tapi global. b) Kemandirian dan Kreativitas Sebagai penghela gerakan OVOP adalah masyarakat setempat. Agar mampu mandiri masyarakat harus mampu bangkit dan kreatif. c) Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemerintah Daerah harus menyadari dan mampu mendorong sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif. Mampu melakukan terobosan pariwisata,
jasa
baru di
serta
sektor pertanian, industri,
pemasaran
produknya.
Sehingga
meningkatkan kualitas, produktivitas, dan daya saing.14 PT. Putra Bungsu termasuk ke dalam sentra industri pengolahan logam dan mesin, dimana usaha tersebut memfokuskan
13
Kebijakan Industri Kabupaten Tegal, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, 2012, h. 53. 14 Pengembangan Produk Unggulan Daerah Melalui Pendekatan OVOP (One Village One Product), Deputi Menteri Bidang Pengkajian Sumber Daya UKMK, Kementerian Koperasi dan UKM RI, h. 6.
24
diri pada kegiatan memproduksi komponen kapal dan pengecoran logam. Usaha ini mampu memanfaatkan barang-barang bekas dari logam yang sudah tidak digunakan, kemudian didaur ulang menjadi barang yang lebih berguna. Maka dari itu, secara tidak langsung usaha ini tidak hanya mendayagunakan barang-barang yang sudah tidak terpakai, tetapi juga mampu meminimalisir dampak kerusakan lingkungan dengan mendaur barang barang bekas tersebut. Konsep OVOP pertama kali digagas pada tahun 1975-1978 oleh Gubernur Prefektur Oita, Dr. Morihiko Hiramatsu. Meskipun digagas oleh gubernur, namun porsi pelaksanaan OVOP di Prefektur Oita ada pada masyarakat sekitar atau komunitas. Seperti pada gambar berikut:15
15
Ibid.., h. 55.
25
Gambar 2.1. Pelaku Kunci dan Perannya Dalam Gerakan OVOP Haraguchi Tahun 2008
Pemerintah Prefektur Komunitas
(Dukungan Tambahan)
- Kelompok kerjasama/asosiasi/perempuan - Kepemimpian yang kompeten dan kuat - Menyajikan nasihat teknis dan pemasaran
Unit Layanan Teknis
- Pemilihan dan pembuatan produk/layanan yang sesuai dengan memanfaatkan sumber daya lokal - Pembagian informasi dan pembelajaran - Sosialisasi untuk kerjasama yang lebih baik
Anggota komunitas Deteminasi yang kokoh
Widyawisata, seminar, pertukaran
Menyajikan umpan balik pada kelompok
Memasarkan produk OVOP kepada pasar yang beragam melalui saluran distribusi yang berbedabeda Pekan raya/pameran, publisitas
Setiap kebijakan mempunyai kelebihan dan kekurangan masingmasing, begitupun dengan kebijakan OVOP. Maka dari itu, dalam mengambil kebijakan harus mengambil pendekatan yang paling sesuai dengan karakteristik wilaayahnya.
26
Tabel 2.1. Aspek Positif dan Aspek Negatif OVOP
Kebijakan OVOP
Aspek Positif
Aspek Negatif
1. Tingkat keberlanjutan
1. Perlu waktu lama untuk
yang lebih tinggi
melihat hasil
2. Efek luas komunitas
2. Ditentukan oleh
lebih lebar
kerjasama dan
3. Keterkaitan ke
kepemimpinan
belakang dan ke depan
komunitas
(backward and
3. Kurang responsif pada
forward linkage) dalam
ragam kebutuhan
ekonomi lokal.
produsen pada suatu komunitas.
1) Pendekatan OVOP di Kabupaten Tegal Pendekatan OVOP di Indonesia tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dilakukan di Jepang dan Thailand. Implementasi OVOP di negara kita mengikuti suatu konsep program membangun suatu regional, mungkin bisa tingkat desa, kecamatan, kota dan selanjutnya memilih satu produk utama yang
dihasilkan dari kreativitas
masyarakat desa. Pendekatan OVOP juga menggunakan sumberdaya lokal, memiliki kearifan lokal dan bernilai tambah tinggi. Produkproduk yang dipilih menjadi Gerakan OVOP tidak hanya dalam bentuk tangible product, tetapi juga dalam wujud intangible product, misalnya produk-produk budaya dan kesenian khas daerah yang memiliki nilai jual tinggi secara global. Prakarsa maupun kepeloporan di tingkat masyarakat Kabupaten Tegal masih relatif rendah. Maka, prakarsa gerakan OVOP dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah masih harus berperan
27
lebih dalam mendorong agenda gerakan OVOP, walaupun programprogram
yang
dijalankan
relatif
tidak
berkelanjutan
karena
pendekatannya adalah pendekatan “proyek”. Namun demikian, melalui stimulasi dapat membangkitkan kesadaran masyarakat untuk mengembangkan OVOP lebih berkelanjutan. 2) Kriteria Pengembangan Produk Menurut Konsep OVOP Pada dasarnya semua produk yang dihasilkan IKM Kabupaten Tegal memiliki ciri khas lokal yang dapat digunakan sebagai titik masuk pengembangan produk. Meskipun demikian, prioritas produkproduk yang memenuhi kriteria OVOP sebagai berikut: a. Bahan baku yang dapat disubstitusi b. Dapat dihasilkan mengikuti standar mutu tertentu c. Memanfaatkan sebesar-besarya sumber daya lokal d. Berpotensi masuk ke pasar spesifik e. Potensi ekspor melalui kapasitas merek yang kuat f. Stabilitas dan keberlanjutan produksi dan stabilitas mutu g. Tingkat kepuasan pelanggan Kriteria-kriteria tersebut di atas dapat dielaborasikan untuk memudahkan penerapannya pada pencarian OVOP. Masing-masing kriteria tersebut tidak memiliki bobot yang sama, namun setiap produk yang dinilai harus memiliki seluruh kriteria OVOP di atas.16 3. Pengangguran a. Definisi Pengangguran Pengangguran sering dijumpai pada setiap negara, baik negara sedang berkembang maupun negara sudah maju. Indonesia sebagai negara agraris, sebagian besar penduduknya hidup di pedesan, dimana angka pertumbuhan penduduknya tergolong cepat, sehingga akan menciptakan tenaga kerja yang melimpah. Salah satu contohnya
16
Ibid., h. 57.
28
Kabupaten Tegal. Kabupaten Tegal terdiri dari 18 kecamatan dan 287 desa dengan laju pertumbuhan penduduk sebagai berikut: Grafik 2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Tegal Tahun 2011-2013
1.600.000 1.400.000 1.200.000 1.000.000
Laki-laki
800.000
Perempuan
600.000
Jumlah
400.000 Jumlah Perempuan Laki-laki
200.000 0 2011
2012
2013
Sumber: BPS Kabupaten Tegal, diolah.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2013 menunjukan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tegal dari tahun 2011 sampai 2013. Pada tahun 2011 menunjukan jumlah penduduk Kabupaten Tegal sebesar 1.400.256 jiwa dari penduduk laki-laki sebesar 699.714 jiwa dan penduduk perempuan 700.543 jiwa. Naik menjadi 1.409.406 jiwa pada tahun 2012 denganpenduduk laki-laki sebesar 700.691 jiwa dan penduduk perempuan 708.715 jiwa. Dan pada tahun 2013 naik menjadi 1.415.009 jiwa dari penduduk laki-laki sebesar 703.494 jiwa dan penduduk perempuan 711.515 jiwa. Terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tegal dari tahun 20112013 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat akan menciptakan angkatan kerja baru. Lahirnya angkatan kerja baru jika tidak dibarengi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan akan
29
menyebabkan masalah pengangguran. Sektor pertanian saat ini mulai ditinggalkan oleh angkatan kerja baru, hal ini dikarenakan sektor pertanian di Kabupaten Tegal sepertinya sedang mengalami kelesuan. Berikut adalah grafik penggunaan lahan di Kabupaten Tegal: Grafik 2.2. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Tegal Tahun 2011-2013
50.000 40.000 30.000
Lahan Sawah
20.000
Bukan Lahan Sawah
10.000 0 2011
2012
2013
Sumber: BPS Kab. Tegal, diolah.
Wilayah Kabupaten Tegal seluas 87.879 hektar. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa, penggunaan lahan sawah lebih sedikit dibandingkan bukan lahan sawah. Di tahun 2011 luas lahan sawah seluas 40.234 hektar, di tahun 2012 menurun menjadi 40.172 hektar, dan di tahun 2013 menjadi 39.789 hektar. Luas lahan sawah yang semakin sempit maka akan mengkibatkan hasil produktivitasnya semakin sedikit, sehingga sektor ini (pertanian) tidak mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Kelesuan pada sektor pertanian, mengakibatkan para tenaga kerja baru beralih dari sektor nonpertanian. Bekerja bagi seseorang merupakan satu upaya untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin besar kebutuhan hidup yang dirasakan oleh seseorang semakin tinggi pula kecenderungan orang
30
tersebut untuk mencari pekerjaan. Seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka kepedulian perusahaan-perusahaan di Kabupaten
Tegal
terhadap
kesejahteraan
kaum
buruh
terus
ditingkatkan. Hal ini terlihat dari meningkatnya Upah Minimum Regional (UMR) di Kabupaten Tegal pada tahun 2011 sebesar Rp. 750.000,- perbulan, kemudian naik menjadi Rp. 780.000,- perbulan di tahun 2012 dan naik menjadi Rp. 850.000,- perbulan pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 upah pekerja naik menjadi Rp. 1.044.000,- perbulan. Berikut adalah grafik peningkatan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Tegal tahun 2011-2014: Grafik 2.3. Upah Minimum Regional Kabupaten Tegal Tahun 2011-2013
Upah Minimum Regional Kabupaten Tegal (Rupiah) 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0 2011
2012
2013
2014
Sumber: BPS Kabupaten Tegal
Biaya hidup di Kabupaten Tegal tergolong masih rendah. Jika di Bandingkan dengan kota-kota besar seperti Jakarta, yang mana UMR di Jakarta pada tahun 2014 adalah sebesar Rp. 2.400.000,- perbulan atau bisa dibilang dua kali lipatnya dari UMR Kabupaten Tegal. Rendahnya
tingkat
upah
pada
suatu
daerah
menjadi
suatu
pertimbangan besar bagi para pekerja. Tenaga kerja yang merasa
31
biaya tanggungannya tinggi mereka akan memilih untuk bekerja di luar kota, salah satu yang menjadi pilihan adalah Jakarta. Merantau adalah salah satu alternatif yang dianggap ampuh untuk menyelesaikan masalah kebutuhan hidup mereka. Sehingga perpindahan penduduk dari Kabupaten Tegal ke kota lain selalu terjadi setiap tahunnya. Namun tidak semua tenaga kerja melakukan urbanisasi, ada sebagian dari mereka yang memilih tinggal di daerah Kabupaten Tegal, mereka menganggur untuk sementara waktu, sambil menunggu
adanya
kesempatan
kerja
yang
sesuai
dengan
kemampuannya. Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Menurut Sadono Sukirno, “Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum memperolehnya.”17 Batas usia tenaga kerja di Indonesia mengikuti yaitu 15-64 tahun, angkatan kerja merupakan bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif. Menurut Sadono, seseorang yang dikatakan menganggur jika telah mencapai usia angkatan kerja,sedang aktif mencari pekerjaan. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Sebagai contoh, ibu rumahtangga yang tidak ingin bekerja karena ingin mengurus keluarganya, pelajar yang sedang menuntut ilmu, pensiunan adalah
17
Sadono Sukirno, Pengangtar Teori Makroekonomi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996), h. 14.
32
tidak tergolong sebagai penganggur. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan ketersediaan jumlah kesempatan kerja yang mampu menyerapnya. Berikut adalah data ketenagakerjaan penduduk Kabupaten Tegal tahun 2012-2013: Tabel 2.3. Ketenagakerjaan Tahun 2012-2013 Indikator
Tahun 2012
2013
Usia 10+
1.160.222
981.084
Angkatan Kerja
749.387
615.630
Bukan Angkatan Kerja
410.835
365.454
Bekerja
704.049
572.937
Pengangguran
45.338
42.693
TPAK
64,59
62,75
TKK
93,95
93,07
TPT
6,05
6,93
Sumber: BPS Kabupaten Tegal
Nyatanya di Kabupaten Tegal, pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat tidak mempengaruhi pertumbuhan jumlah angkatan kerja dari tahun 2012 ke tahun 2013. Di Kabupaten Tegal pertumbuhan
jumlah penduduk dari tahun 2012-2013 meningkat
10%, tetapi pertumbuhan anak usia 10+ (ke atas) menurun, diikuti dengan penurunan pertumbuhan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Usia kerja di Indonesia mengikuti standar internasional, yaitu 15 tahun ke atas. Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Tegal dipengaruhi oleh peningkatan jumlah kelahiran bayi yang cukup pesat, yaitu dari 2.735 bayi pada tahun 2012 meningkat menjadi 6.732 bayi pada tahun 2013.
33
Jumlah angkatan kerja tahun 2012 sebanyak 749.387 jiwa turun menjadi 615.630 jiwa di tahun 2013. Penawaran akan tingkat kesempatan kerjatahun 2013 jugamenurun 0,88% dari tahun 2012, sehingga pada tahun 2012 dari 749.387 angkatan kerja yang bekerja sebanyak 704.049 jiwa. Pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja mangalami penurunan menjadi 615.630 jiwa, oleh karena penurunan jumlah angkatan kerja dan penurunan tingkat kesempatan kerja, maka pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja yang bekerja menjadi 574.049 jiwa. Karenajumlah angkatan kerja dari tahun 2012-2013 terjadi penurunan sebanyak 133.757 jiwa, sedangkan tingkat kesempatan kerja hanya menurun 0,88%, sehingga tingkat pengangguran dalam satu tahun menurun sebanyak 2.645 jiwa dari angka 45.338 menjadi 42.693. Pengangguran
seringkali
menjadi
masalah
dalam
perekonomian suatu negara karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Pengangguran telah menjadi momokyang menakutkan terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Negara berkembang seringkali
dihadapkan dengan
besarnya angka pengangguran, karena sempitnya lapangan kerja dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan biasanya karena faktor kelangkaan modal untuk investasi. Manakala masalah pengangguran yang sangat pelik ini dibiarkan berlarut-larut, niscaya sangat besar kemungkinannya akan mendorong terjadinya krisis sosial. Indikator sosial mulai nampak dari semakin banyaknya jumlah anak-anak yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pengemis, pedagang asongan, bahkan pelaku tindak kriminalitas. Mereka
adalah
generasi
yang kehilangan
kesempatan
untuk
mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang baik. Krisis sosial
34
ditandai oleh semakin meningkatnya angka kriminalitas, semakin tingginya angka kenakalan remaja, dan semakin meningkatnya jumlah anak jalanan dan preman. Pengangguran yang terjadi tidak saja menimpa angkatan kerja yang baru lulus sekolah, akan tetapi juga menimpa orang tua yang kehilangan pekerjaan karena perusahaannya tutup, sehingga banyak orang yang frustasi menghadapi nasibnya. Realita yang terjadi di Kabupaten Tegal dewasa ini, sering dijumpai anak-anak belum cukup umur yang turun kelapangan untuk menjadi pengemis di tempat-tempat umum seperti pasar, terminal, tempat rekreasi dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwatingkat kenaikan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tegal, berdasarkan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal, jumlah penduduk miskin adalah sebagai berikut: Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Tegal Tahun 2012-2013 Tahun
Penduduk Miskin
2102
84.732
2013
137.689
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Tegal
Persentase penduduk miskin dari tahun 2012 sampai 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin sebanyak 84.732 jiwa atau sebanyak 6% dari jumlah penduduk pada tahun 2012. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk tahun 2013 yang meningkat, jumlah penduduk miskin naik menjadi 137.689 jiwa atau sebanyak 9% dari total jumlah penduduk. Jadi pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabupaten Tegal. b. Pengangguran di Kabupaten Tegal
35
Penentuan hasil Ujian Nasional kemudian menjadi pintu gerbang bagi para siswa yang akan melanjutkan masa depannya. Bagi yang akan bekerja; “Kemanakah mereka akan bekerja? Dimanakah mereka akan mencari kerja? Dan sejauh mana kemampuan yang mereka miliki untuk bekerja?”. Inilah beberapa pertanyaan yang mungkin menjadi perhatian mereka. Jika para angkatan kerja sudah mempunyai bekal atau persiapan sebelumnya kelak mereka akan mendapatkan pekerjaan yang diimpikan, namun sebaliknya jika para angkatan kerja baru tidak mempunyai bekal ketrampilan atau persiapan sebelumnya mereka akan menemui titik kebingungan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Dan pada akhirnya mereka akan menjadi pengangguran terbuka untuk sementara waktu. Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Wilayah Kabupaten Tegal yang sebagian besar adalah lahan pertanian nyatanya tidak mampu memberikan ruang untuk menyerap angkatan kerja baru. Dewasa ini angkatan kerja baru lebih tertarik bekerja pada sektor non-pertanian. Sebagian besar orang tua yang bekerja sebagai petani, mengharapkan anaknya tidak menjadi petani seperti mereka. Karena sektor pertanian dianggap kurang menjanjikan. Pada
sektor
pertanianpun
turut
menciptakan
suatu
masalah
pengangguran. Pengangguran yang terjadi pada sektor pertanian adalah pengangguran musiman. Di Kabupaten Tegal, pengangguran musiman tidak dapat dihindari keberadaannya. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada
waktu-waktu
tertentu
di
dalam
satu
tahun.
Biasanya
36
pengangguran seperti itu berlaku pada waktu-waktu dimana kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Waktu di antara menuai dan masa menanam berikutnya, dan periode di antara sesudah menanam bibit dan masa mengutip hasilnya, adalah masa yang kurang sibuk dalam kegiatan pertanian. Di dalam periode tersebut banyak diantara para petani dan tenaga kerja di sektor pertanian tidak melakukan suatu pekerjaan. Berarti mereka sedang dalam keadaan menganggur. Tetapi pengangguran itu adalah untuk sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu tertentu. Oleh sebab itu ia dinamakan pengangguran musiman.18 Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Pengangguran menjadi perhatian besar bagi pemerintah daerah Kabupaten Tegal. Berbagai upaya telah dilakukan, seperti memperluas lapangan
pekerjaan
dan
investasi,
namun
upayanya
belum
menunjukan pertumbuhan yang signifikan. Upaya penempatan TKI di luar negeri pun dilakukan. Indonesia sebagai negara agraris, dimana penduduknya mayoritas bekerja sebagai petani terutama di sebuah pedesaan, salah satu contohnya di Kabupaten Tegal. Petani di Kabupaten Tegal adalah petani tradisional yang pendapatannya tidak menentu dengan teknik dan peralatan yang masih cukup sederhana sehingga hasilnya tidak maksimal. Tidak maksimalnya hasil pertanian di Kabupaten Tegal bukan hanya karena faktor teknologi yang digunakan masih sederhana, tetapi juga karena luas lahan pertanian yang kini mulai sempit akibat alih fungsi menjadi lahan pemukiman penduduk. 18
Ibid., h. 299.
37
Dengan sempitnya lahan pertanian, kebutuhan akan tenaga kerja dalam sektor pertanianpun akan berkurang. Jam kerja untuk menjadi petanipun pada waktu-waktu tertentu. Beberapa petani yang hanya bekerja pada saat penen, jika sedang tidak ada yang digarap mereka akan menjadi pegangguran musiman, maka timbulah pandangan masyarakat desa yang menganggap bahwa menjadi petani tidak lagi menguntungkan. Sehingga tenaga kerja dan angkatan kerja baru lebih tertarik untuk melakukan urbanisasi. Bagi negara sedang berkembang, kebijakan pembangunan yang mengabaikan sektor pertanian (di dalam beberapa kasus dikorbankannya karena mengalirnya sumber daya alam dan manusia ke kota) telah menimbulkan kemandekan atau tidak memadainya pertumbuhan pendapatan di daerah pedesaan. Di pihak lain kebijakan mengimpor teknologi padat modal secara besar-besaran untuk mencapai
industrialisasi
dengan
segera
telah
menyebabkan
pertumbuhan kesempatan kerja di kota tidak sesuai dengan jumlah orang yang mencari pekerjaan. Ada beribu-ribu petani pedesaan kehilanganan tanah karena diterapkannya mekananisasi pertanian sebelum waktunya, atau mengerjakan tanah pertanian yang sangat sempit karena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Gejala ini menyebabkan mereka berusaha menyelamatkan diri dengan pindah ke kota-kota yang tumbuh dengan pesat, tetapi apa yang diidam-idamkan yaitu keadaan hidup yang lebih baik ternyata tidak dapat terwujud. Mobilitas penduduk dari desa ke kota bukan menjadi suatu penyelesaian masalah perekonomian pedesaan. Banyaknya lapangan kerja yang tersedia, tidak akan mampu menyerap semua angkatan kerja dari berbagai daerah. Jika tidak mempunyai persiapan yang matang mereka hanya akan menjadi masalah baru di perkotaan. Seperti kriminalitas, gelandangan, bahkan menjadi peminta-minta. Maka yang harus dibenahi adalah perekonomian di pedesaaan itu sendiri. Agar tidak terjadi ketimpangan antara desa dan kota,
38
pemerataan pembangunan dari Sabang sampai Merauke perlu diperhatikan, terutama pada wilayah pedesaan. Industrialisasi adalah salah satu jalan untuk memperkuat perekonomian pedesaan.
4. Peranan Usaha Kecil dalam Masalah Pengangguran Banyak jalan untuk mengatasi masalah pengangguran kalau kemauan politik diarahkan kesana. Menurut Teguh Suhono, persoalannya proses politik dan proses sosial di negeri ini sering tidak nyambung (macth), dan berjalan sendiri-sendiri, sehingga pemecahan masalahnya menjadi rumit dan sulit. Tingkat penganggur total masih tinggi tetapi ironisnya pemerintah nampak tidak serius menanggulanginya, dan para pihak yang berkompeten terlihat tenang-tenang saja. Minimnya lapangan kerja di sektor formal sebenarnya dapat disiasati oleh sebagian pencari kerja dengan memasuki sektor informal. Namun sayangnya bergeliatnya sektor informal ini tidak serta merta mendapatkan dukungan positif dari pemerintah. Hal ini tentunya sejalan dengan pendapat beberapa organisasi
non-pemerintah
yang
mengatakan
bahwa
pemerintah
cenderung memiliki paradigma "anti masyarakat miskin". Ancaman penggusuran terus dilakukan, sementara lapangan kerja di kota dan di desa semakin sempit. Ketidakseriusan pemerintah dalam menggerakkan sektor informal ini juga diperkuat dengan lemahnya pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat.19 Namun demikian keberadaan sektor informal masih memberikan setitik sinar pencerahan yang diharapkan dapat meringankan, bahkan mengatasi peliknya pengangguran akut yang sedang dirasakan oleh bangsa Indonesia. Titik sinar pencerahan sektor informal yang diharapkan dapat meringankan dan mengatasi masalah pengangguran
19
Teguh Sihono.,“Usaha Kecil dan Menengah Pengangguran”, Jurnal Ekonomia, 2005), h. 70.
(UKM)
dan
Upaya
Mengatasi
39
tersebut dilakukan oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). UKMdapat menjadi terobosan yang komprehensif untuk mengatasi pengangguran. UKM merupakan bagian penting dari perekonomian negara atau daerah. Namun kesadaran akan pentingnya UKM baru muncul belakangan ini. Menurut Berry, dkk, dalam Teguh suhono, “Ada beberapa alasan yang mendasari memandang penting terhadap keberadaan UKM, yaitu : a. Kinerja UKM cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga kerja yang produktif. b. Di dalam proses dinamika, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. c. UKM sering diyakini mempunyai keunggulan dalam hal fleksibilitas daripada usaha besar. Seperti yang disampaikan Kuneoro “Usaha Kecil, Menengah di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga”.20 UKM merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis, yaitu dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha yang berkarakteristik informal. Dengan UKM ini persoalan pengangguran sedikit banyak dapat teratasi dan implikasinya juga dalam hal pendapatan. Anjloknya pendapatan masyarakat yang menurunkan daya beli terhadap produk yang dipenuhi oleh Usaha Besar, produk yang dihasilkan UKM memungkinkan menjadi pengganti subtitusi produk Usaha Besar yang mengalami kebangkrutan. Jika demikian halnya maka kecenderungan itu sekaligus juga merupakan respon terhadap merosotnya daya beli masyarakat. Joseph Alois Schumpeter (8 Februari 1883 - 8 Januari 1950) adalah seorang ekonom Amerika-Austria dan ilmuwan politik. Dia sempat menjabat sebagai Menteri Keuangan Austria pada tahun 1919. Salah satu ekonom
paling
berpengaruh
dari
abad
ke-20,
mempopulerkan istilah "Destruksi Kreatif" dalam ekonomi. Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Joseph_Schumpeter 20
Ibid., h.78. http://id.wikipedia.org
21
Schumpeter 21
40
Deliarnov, “Schumpeter oleh beberapa penulis dimasukan sebagai pendukung aliran institusional. Hal itu karena pendapatnya yang mengatakan bahwa sumber utama kemakmuran bukan terletak pada domain itu sendiri, melainkan berada di luarnya, yaitu dalam lingkungan dan institusi masyarakat. Lebih jelas lagi, sumber kemakmuran terletak dalam jiwa kewiraswastaan (entrepreneurship), para pelaku ekonomi yang mengarsiteki pembangunan. Dia membedakan pengertian invensi dan inovasi. Invensi adalah hal penemuan teknik-teknik berproduksi baru. Sementara itu, inovasi mempunyai makna lebih luas, yang tidak hanya menyangkut teknik-teknik produksi baru.Akan tetapi juga penemuan komoditi baru, cara-cara pemasaran baru, dan sebagainya. Oleh Schumpeter, inovasi dianggap sebagai sesuatu loncatan dalam fungsi produksi. Inovasi ditentukan oleh inovator, tetapi entrepreneurlah yang mempraktikan hasil temuan tersebut pertama kali.”22 Menurut teori ekonomi Schumpeter, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh peranan pengusaha yang merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisiensi cara memproduksi dalam menghasilkan barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan yang kesemuanya memerlukan investasi baru. Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya, Schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang
menguntungkan.
Didorong
oleh
keinginan
mendapatkan
keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi Negara. Maka
22
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta, Rajawali Pers, 2012), h. 153.
41
pendapatan masyarakat akan bertambah dan konsumsi masyarakat menjadi
bertambah
tinggi.
Kenaikan
tersebut
akan
mendorong
perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Dalam bukunya, Prasetyoantoko berpendapat bahwa, sektor UKM potensinya sangat besar. Dengan adanya UKM yang berdiri pada suatu daerah akan sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat daerah dan sekitarnya, salah satu contohnya industri kecil, karena bentuk usaha ini merupakan usaha yang padat karya. Sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja.23 Dalam menghadapi persaingan global, suatu negara harus mempunyai kekuatan tersendiri. Di satu sisi usaha kecil ini mampu memanfaatkan potensi alam yang dimiliki oleh setiap daerah di Negara Indonesia dan di sisi lain usaha kecil ini mampu mempekerjakan tenaga kerja yang tidak sedikit. Dengan mendayagunakan potensi sumber daya manusia yang begitu melimpah, terlebih di suatu pedesaan, maka usaha kecil ini keberadaannya sangat potensial di kabupaten Tegal. Berikut adalah jumlah tenaga kerja yang diserap oleh jenis usaha pada sektor industri di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013: Tabel 2.5. Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Industri di Kabupaten Tegal Tahun 2012-2013 (Jiwa) Jenis Usaha
Tahun 2012
Tahun 2013
Industri Kecil
115.425
115.425
Industri Besar
5.680
5.680
Rumah Tangga
790
790
121.895
121.895
Total
Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Tegal 23
Prasetyo A. Ponzi Ekonomi. (Jakarta: Kompas, 2010), h. 172.
42
Sektor industri di Kabupaten Tegal berdasarkan skalanya dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu industri kecil, industri menengah, dan rumah tangga. Dalam penyerapan tenaga kerja, industri kecil menempati posisi pertama disusul dengan industri besar dan rumah tangga pada urutan terakhir. Jika dibandingkan dengan jumlah orang yang bekerja di tahun 2012, maka industri kecil berkontribusi sebesar 16,39%. Sedangkan pada tahun 2013 naik menjadi 21,27%, karena jumlah orang yang bekerja pada tahun 2013 menurun dari tahun 2012. Jadi dapat dilihat bahwa melalui inovasi dan motivasi para wirausaha, usaha ini ikut serta berkontribusi terhadap perekonomian suatu negara, kontribusinya adalah sebagai berikut: Pertama, sebagai salah satu jalan keluar untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan. Krisis ekonomi mengakibatkan banyak perusahaan gulung tikar, sehingga memaksanya untuk memberhentikan beberapa atau bahkan seluruh dari tenaga kerjanya. Tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan akan menjadi pengangguran sampai mendapatkan pekerjaan. Pertumbuhan jumlah penduduk akan melahirkan sejumlah tenaga kerja baru, sehingga akan menambah jumlah para pencari kerja. Dari masalah tersebut jika tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja akan menimbulkan masalah pengangguran. Biaya hidup yang semakin tinggi, membutuhkan upah yang tinggi pula, namun banyak perusahaan yang tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Munculnya usaha kecil mampu menyerap banyak tenaga kerja dan mejanjikan hasil yang tidak terbatas. Kedua, turut membangun perekonomian nasional dengan tidak membebani pemerintah dan masyarakat. Usaha kecil adalah jenis usaha madiri, baik beradan hukum atau tidak berbadan hukum. Dengan terserapnya beberapa tenaga kerja yang dahulunya tidak berpenghasilan
43
dengan bekerja pada sebuah Usaha Kecil dan Menengah akan mendapatkan penghasilan dan kegiatan usaha ini dapat berupa usaha sampingan, sehingga dapat menambah jumlah penghasilan di luar pekerjaan inti. Melalui kegiatan ekspor hasil produksi akan menyumbang devisa kepada negara sehingga turut membangun perekonomian nasional. Ketiga, meningkatkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Usaha kecil banyak memanfaatkan faktor-faktor produksi sekitar, faktorfaktor produksi tersebut antara lain, seperti sumber daya alam (tanah, air, udara, sinar matahari, tumbuh-tumbuhan, hewan, barang tambang), sumber daya manusia (tenaga kerja), sumber daya modal, dan sumber daya kewirausahaan untuk mengatur dan mengolah faktor-faktor produksi.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Dodi Haryanto (2008), dengan judul “Peranan Usaha Kecil Penyulingan Minyak Nilam Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes Tahun 2008”. Mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penelitian tersebut mendeskripsikan keadaan dan seberapa besar peranan Usaha Kecil Penyulingan Minyak Nilam terhadap penyerapan tenaga kerja. Usaha kecil ini merupakan usaha kecil pedesaan yang masih bersifat tradisional dan mempunyai peluang besar untuk menjadi usaha yang lebih besar. Usaha kecil ini memiliki kemampuan untuk menyerap tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan memiliki keterampilan terbatas. Dari keseluruhan jumlah tersebut menyerap tenaga kerja sebanyak 500 orang atau sebesar 0,86 % dari seluruh angkatan kerja yang ada di Kecamatan Bantarkawung. Keberadaan usaha ini telah menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat yang masih menganggur sebagai pekerjaan pokok, sehingga usaha kecil penyulingan
44
minyak nilam ini merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah kesempatan kerja di pedesaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ade Raselawati (2011), dengan judul “Pengaruh
Perkembangan
Usaha
Kecil
dan
Menengah
Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM di Indonesia”. Mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan
penelitian
tersebut
untuk
meganalisis
pengaruh
perkembangan Usaha Kecil dan Menengah terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data panel, data yang digunakan adalah data sekunder berupa PDB UKM, tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, investasi UKM, dari tahun 2000-2009. Dari analisisnya menggambarkan bahwa ekspor UKM, jumlah unit UKM, investasi UKM menunjukan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia. Sedangkan variabel tenaga kerja UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM karena penyerapan tenaga kerja tidak sebanding dengan nilai tambah yang dihasilkan. Penelitian yang dilakukan oleh Nelsen Diyan Pratama (2012), dengan judul “Analisis Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil di Kabupaten Jepara”. Mahasiswa dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian ini menggunakan regresi berganda, berdasarkan hasil perhitungannya menunjukan bahwa variabel penerimaan kredit modal kerja (X1) tidak signifikan, variabel jenis industri kecil (X2) mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap pertumbuhan penyerapan tenaga kerja (Y) dimana industri monel yang mempunyai pertumbuhan tenaga kerja paling banyak dibanding industri lain, variabel tingkat pendidikan pengusaha (X3) dan variabel modal (X4) serta variabel usia usaha (X5) mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap pertumbuhan penyerapan tenaga kerja (Y). Secara bersama-sama terhadap variabel bebas (penerimaan kerdit modal kerja (X1), jenis industri kecil (X2), pendidikan pengusaha (X3), modal (X4) dan usia usaha (X5) mempunyai
45
hubungan positif dan signifikan terhadap variabel terikat (pertumbuhan penyerapan tenaga kerja (Y)). Besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 91,9%.
C. Kerangka Berfikir Pertumbuhan penduduk yang cepat, tidak hanya memberikan dampak positif tetapi juga akan menimbulkan dampak negatif bagi suatu negara, jika pemerintah tidak bisa menyeimbangkan dari dampak tersebut. Pertumbuhan penduduk yang cepat di suatu pedesaan, akan menciptakan banyak angkatan kerja baru yang membutuhkan lapangan pekerjaaan pula. Namun, pemerintah daerah sepertinya belum berhasil menyeimbangkan masalah ketenagakerjaan tersebut. Sehingga terjadi pengangguran. Kegiatan perekonomian di pedesaan umumnya di dominasi oleh sektor pertanian yang sering menemui masalah, seperti teknologi yang digunakan masih sederhana, hasil produktivitas yang masih rendah, lahan pertanian yang semakin sempit, dan waktu bekerja penuhhanya pada saat musim-musim panen saja, setelah musim panen selesai waktu kerja para petani sedikit yaitu kurang dari 14 jam dalam seminggu,sehingga upah buruh di sektor pertanian rendah. Sehingga petani pada saat itu akan menjadi pengangguran terselubung. Sektor pertanian saat ini sudah tidak menjadi daya tarik bagi angkatan kerja baru, sehingga kebanyakan dari mereka melakukan urbanisasi. Permasalahan yang kompleks ini belum juga terselesaikan dari waktu ke waktu. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di pedesaan adalah dengan membuka lapangan pekerjaan di sekor industri.Industri adalah salah satu motor penggerak roda perekonomian di suatu daerah. Seperti usaha kecil, tumbuh dan berekembangnya usaha kecil di suatu daerah pedesaan dianggap sebagai salah satu jalan untuk memecahkan masalah pengangguran. Tumbuhnya para wirausahawan muda kreatif yang membentuk suatu usaha di tengah-tengah masyarakat diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja.
46
Maka dengan adanya usaha kecil yang tumbuh di suatu daerah, akan menurunkan tingkat pengangguran di daerah tersebut. Lebih jelasnya kerangka pemikiran tersebut ditampilkan melalui skema sebagai berikut:
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir Penelitian
Masalah Ketenagakerjaan : 1. Upah buruh rendah 2. Pengangguran tinggi
Melalui Teori Pertumbuhan EkonomiJoseph Alois Schumpeter, bahwa: “Inovasi para pelaku usaha akan menaikan tingkat perekonomian suatu negara.”
Peran Usaha Kecil : 1. Menyerap tenaga kerja 2. Meningkatkan perekonomian nasional 3. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya
Terpecahnya masalah pengangguran di Kabupaten Tegal
D. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan dugaan yang diajukan atas pertanyaan penelitian, yang berupa kalimat pernyataan peneliti. Bertitik tolak dari pertanyaan penelitian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah diduga bahwa peranan usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam gerakan OVOP yang tumbuh dan berkembang pada suatu daerah dapat meneyerap
47
banyak tenaga kerja, termasuk disitu dalam memecahkan masalah pengangguran di daerah tersebut. Jenis usahanya yang padat karya membuat usaha kecil membutuhkan banyak tenaga kerja dan kegiatannya yang mudah dikerjakan membuat usaha kecil tidak membutuhan kriteria pendidikan yang tinggi. Jadi diduga peranan usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam gerakan OVOP sangat besar dalam memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal pada tahun 2012-2013.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Tegal, untuk mengetahui kondisi sosial dari para pekerja usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin, peneliti mengambil data pada sebuah industri kecil yaitu PT. Putra Bungsu yang beralamat di Jalan KH. Umar Asnawi II No.37, Desa Kebasen, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal. 2. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah dua bulan, yaitu Bulan Juli sampai Bulan Agustus 2014.
B. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa gambaran kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam penelitian ini, menggunakan analisis kualitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam
48
49
meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Berdasarkan pengertian di atas, maka pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena tetapi juga menerangkan hubungan, membuat prediksi serta mendapatkan makna dari suatu masalah yang akan dipecahkan. Tahapan-tahapan untuk melakukan penelitian tersebut, menurut Seno Aji Febrianto, yaitu dengan melakukan persiapan penelitian, pengumpulan data di lapangan, serta pengolahan data hasil penelitian. Persiapan penelitian yang dilakukan peneliti antara lain menyiapkan pedoman wawancara, pedoman observasi dan validasi kesiapan penelitian dengan mempelajari materi penelitian kualitatif dan materi objek penelitian yaitu tentang usaha kecil. Selanjutnya adalah proses pengumpulan data di lapangan meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi.24 Proses wawancara dilakukan kepada Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal: Bapak Sarwoko, S.Psi., MM dan pemilik PT. Putra Bungsu beserta karyawan-karyawan
yang
bekerja
di
PT.
Putra
Bungsu,
sehingga
mendapatkan hasil yaitu peranan usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam upaya memecahkan masalah pengangguran. Peneliti melakukan observasi terhadap sejarah, perkembangan, kendala dan tantangan usaha kecil. Kemudian setelah observasi dan wawancara dilakukan, peneliti beralih ke tahap dokumentasi yaitu mengumpulkan data berupa dokumen24
Seno Aji Febrianto, “Penataan Ruang Terbuka Hijau Ikonik Sebagai Sarana Interaksi dan Rekreasi Masyarakat Perkotaan di Kota Slawi Kabupaten Tegal”, Skripsi pada Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 42, tidak dipublikasikan.
50
dokumen dan arsip yang berkaitan dengan penelitian, seperti data-data ketenagakerjaan, perekonomian, dan data-data yang berkaitan dengan usaha kecil. Setelah terkumpul semua tahapan selanjutnya adalah pengolahan data hasil penelitian. Data dan informasi yang diperoleh dari penelitian direduksi, kemudian peneliti menyangkutkan dengan data pendukung lainnya seperti data dari dokumentasi atau arsip yang berkaitan dengan penelitian. Dengan demikian, kesimpulan dari hasil penelitian menjadi kuat.
C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah orang yang mempunyai kepentingan dan kekhususan bidang dalam usaha kecil. Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal: Bapak Sarwoko, S.Psi., MM. dan pemilik PT. Putra Bungsu Tegal beserta para pekerja di PT. Putra Bungsu Tegal. Objek yang menjadi kajian penelitian ini adalah usaha kecildalam gerakan OVOP pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dan pengangguran yang ada di Kabupaten Tegal.
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam penelitian. Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Peneliti sekaligus berperan sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitian. Sebagai instrumen, peneliti melakukan validasi terkait kesiapan penelitian dan selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi kesiapan penelitian meliputi evaluasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
51
memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Pemahaman mengenai objek penelitian dalam hal ini adalah peran usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Tegal. Instrumen teknis yang dipakai peneliti adalah dengan pedoman wawancara yang digunakan sebagai acuan dalam proses wawancara dan pedoman observasi untuk mengetahui situasi dan kondisi usaha kecil.25
E. Sumber Data Secara umum, ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Rinciannya adalah sebagai berikut : 1. Data Primer Dalam hal ini data primer yang diperoleh oleh peneliti merupakan hasil dari pengumpulan informasi-informasi yang dilakukan secara langsung melalui wawancara kepada pihak terkait yakni, Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal: Bapak Sarwoko, S.Psi., MM dan pemilik PT. Putera Bungsu Tegal beserta para pekerja yang bekerja di PT. Putera Bungsu Tegal. Pengumpulan data primer dari pihak-pihak yang terkait dengan objek permasalahan tersebut guna memperoleh informasi mengenai kondisi sosial danperanan usaha kecil pada industri pengolahan logam dan mesin dalam memecahkan masalah pengangguran. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang berupa arsip-arsip sebagai data penunjang berlangsungnya penelitian, diperoleh secara langsung dari pihak-pihak yang berkaitan dengan objek kajian penulisan skripsi ini. Adapun data-datanya seperti: 25
Sugiyono., Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), 2012, Bandung: Alfabeta. h. 305.
52
a) Data ketenagakerjaan Kabupaten Tegal tahun 2012-2013 b) Data perekonomian Kabupaten Tegal tahun 2012-2013 c) Dataindustri pengolahan logam dan mesin dari tahun 2012-2013 d) Serta berbagai literatur lain yang relavan dengan objek kajian penelitian.
F. Datayang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan sebagai data utama dalam penelitian kualitatif ini dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan dibantu oleh orang lain. Datadata yang dikumpulkan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Informasi mengenai data Kabupaten Tegal pada tahun 2012-2013, seperti sejarah, letak geografis, perekonomian, ketenagakerjaan, kependudukan, peribadatan, dan informasi mengenai usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin. Data-data tersebut diperoleh dari Kantor Pemerintah Pembangunan Daerah (Pemda) Kabupaten Tegal, Badan Pusat statistik (BPS) Kabupaten Tegal, Dinas Koperasi, UKM dan Pasar Kabupaten
Tegal,
serta
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
(Disperindag) Kabupaten Tegal, serta Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Tegal. 2. Informasi mengenai pandangan masyarakat setempat terhadap kondisi sosial pekerja dan peranan usaha kecil, data tersebut diperoleh dari hasil wawancara kepada Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal: Bapak Sarwoko, S.Psi., MM. dan pemilik PT. Putra Bungsu Tegal beserta para pekerja yang bekerja di PT. Putra Bungsu Tegal.
G. Teknik Pengambilan Sampel Untuk mengetahui kondisi sosial tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri pengolahan logam dan mesin, peneliti mengambil sampel pada sebuah industri pengolahan logam dan mesin. Teknik pengambilan sampel
53
yang digunakan adalah Purposive Sampling. Purvosive Sampling, menurut Sugiyono adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan peneliti dalam mengambil sampel yang akan diwawancarai adalah orang yang telah lama bekerja pada perusahaan tersebut sehingga dapat menjawab persoalan tenaga kerja. Penentuan sampel yang dilakukan berdasarkan metode kualitatif, dilakukan saat berada di lapangan dan selama penelitian berlangsung. Caranya yaitu peneliti memilih orang-orang yang ada di lapangan dengan pertimbangan orang tersebut mampu memberikan informasi yang akan diteliti. Kemudian peneliti dapat mempertimbangkan sampel lainnya untuk dapat memberikan informasi yang lebih. Pengambilan sampel akan dihentikan jika data yang diperoleh sudah cukup atau jenuh. Dari 54 populasi yang ada di PT. Putra Bungsu, peneliti mengambil sampel 21 orang sebagai subjek yang akan diteliti di PT. Putra Bungsu Tegal.
H. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalampenelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatakan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.26 Pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini
menggunakan
teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi. 1. Wawancara Masih menurut Sugiono, wawancara (interview) merupakan suatu proses tanya-jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadaphadapan secara fisik. Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut. “A meeting of two persons to exchenge information and idea trought question and responses, resulting in communication and joint 26
Ibid., h. 308.
54
construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tetentu.27 Wawancara ditujukan kepada pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan usaha kecil yaitu Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal: Bapak Sarwoko, S.Psi., MM. dan pemilik PT. Putra Bungsu Tegal beserta para pekerja yang bekerja di PT. Putera Bungsu Tegal. Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara semi terstruktur, yang mana peneliti mempersiapkan panduan wawancara namun dalam pelaksanaannya dikembangkan lebih luas sesuai kebutuhan penelitian. Proses wawancara yang dilakukan peneliti diawali dengan mengajukan izin penelitian kepada semua instansi yang terkait dengan usaha kecil di Kabupaten Tegal. Sebelum proses wawancara, peneliti terlebih dahulu mengajukan perjanjian mengenai waktu wawancara. Hal tersebut dilakukan agar dalam proses wawancara tidak mengganggu aktivitas informan. Pada proses wawancara, peneliti menggunakan pedoman yang telah dipersiapkan, tetapi terdapat pertanyaan yang tidak sesuai dengan pedoman namun masih dalam lingkup penelitian. Hal ini dilakukan untuk menanggapi dan mencari lebih jauh pernyataan yang tidak terduga dari informan yang diwawancarai. Hambatan yang terjadi dalam proses wawancara yaitu kesalahan disposisi dari instansi yang tidak sesuai dengan fokus penelitian ini, namun hal tersebut
dapat
teratasi
dengan
disposisi
ulang yang disesuaikan
dengan pertanyaan yang diajukan. 2. Pengamatan Pengamatan (observation) dilaksanakan dengan cara pendataan pengamatan
yang langsung dilakukan wilayah Kabupaten Tegal,
khususnya di sebuah unit usaha kecil pada industri pengolahan logam 27
Ibid., h. 317.
55
dan mesin yang ada di Desa Kebasen. Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman yang telah disediakan peneliti sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti sebagai pemeranserta sebagai pengamat atau non-partisipatif. Peranan peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta, tetapi melakukan fungsi pengamatan. Ia sebagai anggota pura-pura, jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya. Peranan demikian masih membatasi para subjek menyerahkan dan memberikan informasi terutama yang bersifat rahasia. 3. Dokumentasi Teknik dokumentasi (arsip) digunakan untuk mengumpulkan dokumen atau arsip yang telah dibuat oleh subjek yang dapat mendukung penelitian ini. Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.
I. Teknik Keabsahan Data Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menghubungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Mengukur keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi dibagi menjadi dua yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik adalah teknik dimana peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Sedangkan triangulasi sumber untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
56
Teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah triangulasi sumber. Hal ini bertujuan untuk membandingkan dan mengecek informasi yang diperoleh dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Pada proses wawancara, peneliti memberikan pertanyaan yang serupa kepada para subjek penelitian. Hal tersebut memberikan gambaran suatu proses yang dipahami masing-masing subjek. Peneliti juga membandingkan hasil wawancara dengan observasi. Pernyataan yang diperoleh dari informan dicocokkan dengan kondisidi lapangan. Terakhir adalah membandingkan dokumentasi dengan hasil pengamatan dengan dokumen.
J. Teknik Analisis Data Analisis
data
dilakukan
peneliti
dengan
mereduksi
data,
menyajikannya dan menarik kesimpulan. Penjelasan teknik tersebut secara rinci adalah sebagai berikut : 1. Reduksi Data Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mareduksi dara berarti merangkum, memilih halhal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.28
28
Ibid., h. 338.
57
Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan karena data yang diperoleh sangat banyak dan beragam, maka dilakukan pemilihan data yang sesuai serta penyusunan pola sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan
peranan
usaha
kecil
dalam
memecahkan
maslah
pengangguran. 2. Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan, “The most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative tex”.Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. “Looking at displays help us to understanding what is happening and to do some thing-further analysis or caution on that undestanding” Mile Huberman (1984). Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart. Untuk mengecek apakah peneliti telah memahami apa yang didisplaykan, maka perlu dijawab pertanyaan berikut. 3. Penarikan Kesimpulan Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
58
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan pada penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan yang muncul dari penyajian data adalah seberapa besar peranan usaha kecil menengah dalam memecahkan masalah pengangguran.
59
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Sejarah Kabupaten Tegal Sejak jaman dahulu Tegal sudah dikenal sebagai Jepangnya Indonesia. Menurut Febrie Hastiyanto, ungkapan Tegal sebagai Jepangnya Indonesia, mungkin hanya menjadi klaim lokal yang diketahui warga Tegal sendiri atau warga di wilayah eks Karesidenan Pekalongan. Meski demikian, klaim itu bukan tidak beralasan. Industri pengolahan merupakan penyumbang terbesar Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tegal. Tidak kurang dari 24 jenis industri logam dapat dihasilkan pengrajin Tegal, seperti industri komponen dan suku cadang alat
60
berat, automotif, kapal dan kelautan, listrik, kesehatan, senjata angin, aksesori, perbengkelan, pertanian, perkebunan, bahan bangunan dan rumah tangga, karoseri, pemadam kebakaran, dan peralatan pompa air Tegal juga dikenal sebagai tempat berdirinya lingkungan industri kecil (LIK) pertama di Jawa Tengah. Penduduk Tegal dikenal memiliki kultur wirausaha yang telah menjadi tradisi sejak lama. Keberadaan warung tegal (warteg) yang merajai bisnis makanan di Ibu Kota dan kota-kota lain, bersaing dengan Rumah Makan Padang, menjadi salah satu bukti. Di bidang industri kecil, kultur itu terbangun sejak kedatangan Ki Gede Sebayu (berkuasa 1601-1620), pendiri Tegal dari tlatah Pajang (Solo). Ki Gede Sebayu membawa serta 40 keluarga pengikutnya, yang ditempatkan di empat desa berbeda sesuai dengan keahliannya. Mereka yang bermukim di Desa Sayangan, andal membuat alat-alat perlengkapan dapur, dan yang menempati Desa Mejasem pandai membuat alat-alat pertukangan. Pengikut Ki Gede Sebayu yang membuka lahan di Desa Pagongan, ahli membuat alat-alat gerabah, serta penduduk Desa Banjaran piawai mengolah bahan-bahan menjadi penganan atau jajanan. Kultur itu menemukan momentumnya ketika Haji (Kaji) Gofur, salah seorang pengusaha besi asal Tegal mengangkut 21 pesawat terbang tua dari Madiun, Jawa Timur, pada dekade 1970-an. Oleh Kaji Gofur pesawat itu dipretheli (dibongkar) menjadi bahan baku industri mesin rumahannya, serta dijual kepada pengusaha lain. Paling tidak, sejak saat itu industri pengolahan logam mulai bergairah di Tegal. Selain LIK di Dampyak, Kramat, sentra-sentra industri itu tersebar juga di Kecamatan Talang, Tarub, Adiwerna, Kramat, Suradadi, Warureja, Lebaksiu, dan Bumijawa.
61
Tidak kurang 128.853 orang terserap pada industri-industri pengolahan, dari yang berskala besar, menengah, kecil, hingga mikro. Tidak salah bila kemudian Tegal mengklaim dirinya sebagai kota industri. Bisa jadi klaim Tegal sebagai Jepangnya Indonesia atau Tegal sebagai Kota Industri (pengolahan) tidak dikenal publik secara luas, karena penduduk hanya memproduksi bahan komponen. Dengan bentuknya sebagai bahan setengah jadi, konsumen terakhir mungkin tidak sadar dan tidak mengira, bila jendela kedap air, kemudi, atau perlengkapan kapal yang ditumpanginya, atau suku cadang pompa air, rice mill hingga blankwir mobil pemadam kebakaran yang dilihatnya, diproduksi oleh pengrajin Tegal. Realitas itu, di samping menegaskan keberadaan pengrajin Tegal dalam persepsi konsumen akhir juga membuat mereka menutup diri terhadap kemungkinan untuk lebih maju dan kreatif. Soal kreativitas, memang menjadi problem tersendiri, karena biasanya pengrajin membuat sebuah produk berdasarkan pesanan. Sudah saatnya pengrajin Tegal berpikir untuk membuat produk hasil kreasi sendiri, bahkan memproduksi barang-barang jadi, tidak lagi sebagai komponen atau suku cadang. Transformasi itu akan lebih menguntungkan secara finansial dan moral hak cipta pengrajin, serta dapat mengangkat nama baik daerah di kancah regional dan nasional. Pemberdayaan
pengrajin
juga
dapat
dilakukan
dengan
penguatan peran dan fungsi LIK. Problem klasik yang dihadapi pengrajin biasanya berkutat pada pemenuhan bahan baku, kreasi teknologi, serta jangkauan jaringan pemasaran. Keberadaan LIK sangat strategis sebagai lokalisasi kegiatan wirausaha, dan dapat menjadi wadah pengrajin dalam mengorganisasi diri untuk bersaing di bisnis industri (pengolahan). Lokalisasi dalam
62
LIK juga strategis dalam upaya mengontrol dan mengelola limbah hasil industri pengrajin. Tidak kalah pentingnya adalah upaya-upaya strategis dalam menyikapi serbuan produk-produk dari China yang lebih murah. Pada level kebijakan, proteksi dapat dilakukan pada kebijakan impor maupun kemauan untuk menggunakan produk lokal. Kampanye penggunaan produk lokal dapat dimulai oleh pemerintah dalam program dan kegiatan pembangunan yang membutuhkan produk industri
(pengolahan).
Keberpihakan
pemerintah
dengan
menggunakan produk lokal itu akan membantu pengrajin dalam meluaskan pemasaran produk. Bagi pengrajin, tidak ada cara lain kecuali tetap bertahan sembari mengembangkan diri dengan melakukan kreasi peningkatan mutu, hingga diversifikasi produk.29 b. Keadaan Geografis Kabupaten Tegal 1) Letak Geografis Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah agraris di Provinsi Jawa Tengah dengan Ibukota Slawi. Kabupaten Tegal terletak pada 108o57'6"-109o21'30" BT dan 6o50'41"-7o15'30" LS. Kabupaten Tegal juga merupakan salah satu daerah di pantura yang cukup
strategis
pada
persilangan arus transportasi
Semarang-Cirebon-Jakarta dan Jakarta-Tegal-Purwokerto dan Cilacap dengan fasilitas pelabuhan di Kota Tegal. Batas wilayah Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut: sebelah utara Kabupaten Tegal adalah Kota Tegal dan Laut Jawa, sebelah timurnya adalah Kabupaten Pemalang, sedangkan sebelah baratnya adalah Kabupaten Brebes, dan sebelah selatan dari Kabupaten Tegal adalah Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas. 2) Luas Wilayah 29
Febrie Hastiyanto, pegiat Kelompok Studi IDEA, staf Bapeda Kabupaten Tegal. (www.suaramerdeka.com)
63
Wilayah Kabupaten Tegal terdiri dari daratan seluas 87.879 ha dan lautan seluas 121,50 km². Data yang bersumber dari Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Perhutanan
Kabupaten Tegal,
menginformasikan bahwa dalam tahun 2013 ada pergeseran penggunaan lahan, dimana luas tanah sawah mengalami penurunan dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu 40.172 Ha menjadi 39.789 Ha atau sebesar 45,28% dari luas wilayah 87.879 Ha. Untuk kawasan Industri dari tahun 2009-2013 adalah 8.369,41 Ha atau sekitar 9,52% dari total luas daratan. 3) Banyaknya Desa Karena wilayahnya yang luas, Tegal terbagi menjadi dua bagian yaitu Kotamadya dan Kabupaten. Kabupaten Tegal terdiri dari 18 kecamatan, 287 desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran. c. Keadaan Demografi Kabupaten Tegal 1) Kependudukan Data jumlah penduduk Kabupaten Tegal selalu dinamis, karena banyak penduduk Kabupaten Tegal yang merantau (misalnya di Jakarta sebagai pengusaha warteg, pandai besi dll) akan tetapi mereka masih berdomisili di Kabupaten Tegal. Hal ini dapat kita lihat dari rekaman data penduduk Kababupaten Tegal. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal, tercatat pada tahun 2011 jumlah penduduk kabupaten Tegal 1.400.256 jiwa, kemudian meningkat pada tahun 2012 yaitu menjadi 1.409.406 jiwa, dan pada tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Tegal menjadi 1.415.009 jiwa. Angka Kepadatan penduduk dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. 2) Ketenagakerjaan Di bidang ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja pada tahun 2011 berjumlah 819.169 jiwa, pada tahun 2012 mengalami
64
kenaikan menjadi 749.387 jiwa, sementara pada tahun 2013 menurun menjadi615.630 jiwa. Sementara pengangguran pada tahun 2011-2013 mengalami penurunan, yaitu 2011: 56.441 jiwa, 2012: 45.338 jiwa, 2013: 42.693 jiwa. 3) Upah Minimum Regional Hal penting lainnya terkait dengan ketenagakerjaan adalah Upah Minimum Regional (UMR). Dari tahun ke tahun UMR di Kabupaten Tegal terus mengalami peningkatan (rata-rata per tahun sebesar 9%). Pada tahun 2009 UMR sebesar Rp. 640.000,dan pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014 naik menjadi Rp. 685.000,-, Rp 725.000,-, Rp. 780.000,-, 850.000,- dan Rp. 1.044.000,-. 4) Keadaan Sosial Ekonomi a) Sarana Perekonomian Wilayah darat, laut dan pegunungan semuanya ada disini. Berkumpul menjadi satu di atas tlatah Tegal. Perekonomian di wilayah Tegal sangat dipengaruhi oleh sektor kelautan, industri, pertanian, perdagangan. Mata pencaharian penduduknya diantaranya adalah nelayan, petani, industri, dan pedagang. Keberadaan warteg juga sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian dikota ini. Sekarang warteg tidak hanya di kota Tegal saja tapi sudah ada diseluruh Indonesia bahkan mancanegara yaitu Jepang dan Australia. Sebagian besar warteg dikelola oleh warga desa Krandon dan Cabawan dan desa Kabupaten lain. b) Sarana Pendidikan Dampak dari adanya penggabungan Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Tegal dalam kurun waktu 5 tahun, dapat kita lihat pada jumlah SD dan gabungan SD/MI. Tercatat pada tahun 2009 jumlah SD/MI sebayak 913 unit (157 MI dan 756 SD), dan di tahun 2013 ini menurun menjadi 903 unit (167 MI dan 736 SD).
65
Sementara itu, jumlah SMP/MTs mengalami kenaikan dari tahun 2009 ke 2010, yaitu dari 148 unit menjadi 150 unit. Di tahun 2011, 2012 dan 2013 jumlahnya terus bertambah menjadi 161, 163 dan 186 unit dan SMP/MTs. Pada jenjang SMA/MA/SMK, dalam lima tahun terakhir jumlahnya mengalami peningkatan, dari sebanyak 62 unit ditahun 2009 menjadi 65 unit pada tahun 2010. Tahun 2011 naik menjadi 75 unit, tahun 2012 menjadi 76 unit, dan tahun 2013 bertambah menjadi 85 unit. Berbeda dengan SMA/MA yang jumlahnya mengalami penurunan 1 unit, sekolah menengah kejuruan (SMK) dari tahun ke tahun terus bertambah sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mendorong tumbuh dan berkembangnya pendidikan kewirausahaan. Ada pertambahan yang signifikan dalam setiap tahunnya, tercatat jumlah SMK di Kabupaten Tegal dari tahun 2009-2013 berturut-turut yaitu : 36 unit, 39 unit, 50 unit, 51 unit dan 60 unit c) Sarana Kesehatan Jumlah sarana pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten Tegal dalam 5 tahun terakhir tidak mengalami perubahan yang berarti. Terakhir pada tahun 2013 Kabupaten Tegal memiliki puskesmas induk sebanyak 29 unit, puskesmas pembantu sebanyak 64 unit dan puskesmas keliling sebanyak 30 unit, serta Poliklinik
sejumlah
30
unit.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduknya dalam kurun waktu lima tahun berkisar pada angka 0,07% - 0,08%. Jumlah posyandu di tahun 2009 sebanyak 1.447 posyandu. Tahun 2010 bertambah menjadi 1.483 unit, dan tahun 2011 bertambah lagi menjadi 1.495 unit, sedangkan tahun 2012 dan tahun 2013 sebanyak 1.517 unit. Dari data tersebut dapat diketahui rasio posyandu per satuan balita selama kurun waktu lima tahun (2009-2013)
66
cenderung naik, yaitu berturut-turut: 1,09%, 1,16%, 1,18% dan 1,35%. Untuk jumlah Polindes, tahun 2009 terdapat 164 unit, tahun 2010: 164 unit, tahun 2011: 197 unit, sedangkan tahun 2012 dan 2013 sebanyak 201 unit. Untuk pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di Kabupaten Tegal tahun 2013 terdapat 1 rumah sakit umum daerah tipe B, 1 rumah sakit umum daerah tipe D, 2 rumah sakit swasta tipe C, dan 1 rumah sakit swasta tipe D. Dengan demikian rasio rumah sakit per satuan penduduk adalah 0,0003%). Agar pelayanan kesehatan terjangkau oleh masyarakat, Pemerintah Daerah pada tahun 2013 menyediakan sarana/fasilitas kesehatan di tingkat Desa, melalui pembentukan Desa Siaga sebanyak 287 unit. Rumah Bersalin dari tahun 20092011 sebanyak 19 unit, sedangkan tahun 2012 dan 2013 naik menjadi 21 unit. RS Bersalin (RS Khusus) berjumlah 21 unit di tahun 2013. Jumlah Klinik Praktek Dokter dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir cenderung turun, tercatat di tahun 2009 dan 2010 terdapat 310 unit, sedangkan di tahun 2011 turun menjadi 157 unit. Tahun 2012 dan 2013 mengalami sedikit kenaikan menjadi 160 dan 172 unit. d) Sarana Peribadatan Mayoritas penduduk Kabupaten Tegal pada tahun 2013 beragama Islam, yaitu sebanyak 1.579.393 orang (99,47%). Selebihnya sebanyak 4.573 orang (0,29%) beragama Kristen, 2.546 orang (0,16%) beragama Katholik, 512 orang (0,03%) beragama Hindu, 467 orang (0,03%) beragama Budha dan 179 orang (0,01%) beragama Konghucu dan 73 orang beragama lainnya. Hidup berdampingan dan saling toleransi antar pemeluk agama tetap terpelihara dengan baik.
67
Prasarana dan sarana peribadatan bagi masing-masing pemeluk agama juga tersedia dan terpenuhi dengan jumlah yang memadai. Pada tahun 2012 terdapat 824 Masjid dan 2.135 Mushola atau Langgar sebagai tempat ibadah pemeluk agama islam, 9 Gereja Kristen tempat ibadah pemeluk agama Kristen, 10 Gereja Khatolik/Kapel tempat ibadah pemeluk agama Katholik, 3 Pura/Kuil/Sanggah tempat ibadah pemeluk agama Hindu, dan 4 Vihara/Cetya/Klenteng tempat ibadah pemeluk agama Budha/Konghucu. Pondok pesantren sebagai basis pendidikan agama Islam di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 berjumlah 93 Ponpes dengan santri sebanyak 5.047 orang. Di samping itu terdapat pendidikan agama Islam untuk anak-anak
yaitu Taman
Pendidikan Al-Quran (TPA) yang jumlahnya meningkat jika membandingkan keadaan di tahun 2009 dan 2013. Jika di tahun 2009 berjumlah 714 unit, maka di tahun 2013 telah berkembang menjadi 796 unit. Sementara itu jumlah kuota haji tiap tahunnya berubah. Tercatat pada tahun 2009 kuota haji di Kabupaten Tegal sebanyak 1.038 orang, tahun 2009 menjadi 1.027 orang, dan tahun 2011 naik menjadi 1.077 orang. Di tahun 2012 kuoata naik lagi menjadi 1.129 orang tetapi turun menjadi 1.040 orang di tahun 2013. e) Sarana Perhubungan dan Transportasi Jenis transportasi di Kabupaten Tegal yang paling dominan adalah transportasi darat. Prasarana transportasi darat yang tersedia adalah berupa terminal tipe C sebanyak 1 unit, yang disinggahi bus AKAP sebanyak 25 bus dalam setiap harinya dengan rute pangkalan terminal Slawi ke luar kota menurun karena ada beberapa tempat yang menjadi terminal bayangan. Jumlah orang yang melalui terminal pada tahun 2013 sebanyak 232.164 orang, sedangkan jumlah barang yang melalui
68
terminal adalah sebanyak 255.683 ton. Jumlah penumpang untuk transportasi angkutan darat sebanyak 232.164 orang. Sementara prasarana tranportasi laut yang dimiliki hanya berupa pelabuhan pendaratan ikan sebanyak 2 unit, yang dimanfaatkan untuk pangkalan kapal ikan sejumlah 218 unit di tahun 2013. Sebagaimana dalam rekam data 2009-2013 jumlah ijin trayek yang berhasil dikeluarkan tidak cukup banyak, yaitu sebanyak 58 ijin trayek di tahun 2009 dan 2010, 132 di tahun 2011, 124 di tahun 2012 dan 126 di tahun 2013. Untuk menjamin kelaikan angkutan umum, langkah uji kir angkutan umum juga dilakukan. Tercatat pada tahun 2009 terdapat 350 kendaraan angkutan umum yang diuji kir, tahun 2010 sebanyak 858 kendaraan, tahun 2011 sebanyak 867 kendaraan, tahun 2012 sebanyak 832 kendaraan, dan tahun 2013 1.465 kendaraan.30 2. PT. Putra Bungsu Tegal 1) Sejarah Singkat PT. Putra Bungsu Tegal PT. Putra Bungsu Tegal didirikan pada 1988, bermula pada Usaha Dagang disebut UD. Putra Bungsu sesuai dengan surat izin usaha No. 115/kandep.33/2/II/91, memulai usaha dalam bentuk jasa pengecoran logam, memproduksi alat-alat pemadam kebakaran, alat-alat perkapalan dan pengecoran umum. Pada tahun 1993 PT. Putra Bungsu mengembangkan usaha dan memfokuskan pada jenis pekerjaan memproduksi komponen alat berat atau Sheet Metal Working Equipment Parts dan resmi bergabung
dengan
perusahaan
internasional
PT.
Komatsu
Indonesia sebagai salah satu pemasok. Seiring dengan perkembangan usaha perusahaan pada tahun 2004 resmi menjadi perusahaan swasta nasional sesuai dengan akta pendirian perusahaan No.5 tanggal 5 November 2004 oleh notaris 30
Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) Kabupaten Tegal Tahun 2013 (Cetak Th. 2014)
69
Suprihatin, SH di Tegal, dengan nama PT. Putra Bungsu. Saat ini yang menjadi mitra kerja perusahaan ini adalah PT. Komatsu Indonesia dan PT. Sumitomo Indonesia. a) Visi dan Misi PT. Putra Bungsu Tegal Pengembangan operasional PT. Putra Bungsu selalu berpedoman pada visi dan misi yang membantu perusahaan tetap fokus dalam meraih pencapaian keberhasilan. Visi dan misi membantu PT. Putra Bungsu untuk selalu berupaya mencapai idealisme dengan mengingatkan manajemen serta karyawan bahwa mereka bekerja sama demi tujuan-tujuan yang sama, yang akan menjadi sumbangan dalam jangka panjang perusahaan. Visi PT. Putra Bungsu Tegal adalah menjadi Good Corporate Citizen dengan posisi keuangan yang kuat, menjadi perusahaan produsen komponen alat berat yang berkualitas dengan reputasi global. Sedangkan misi PT. Putra Bungsu Tegal adalah menjadi produsen yang memimpin dan terpercaya sebuah portofolio produk komponen alat beratyang optimal, dengan harga yang kompetitif dan kualitas yang unggul di saat yang sama terus meningkatkan tanggung
ekuitas
jawab
produk
sosial
perusahaan,
perusahaan,
dan
melaksanakan memberikan
profitabilitas atau hasil investasi para pemegang saham serta nilai tambah semua stakeholder perusahaan. b) Produk-produk PT. Putra Bungsu Tegal 1. Pengecoran Logam Selain memproduksi komponen alat berat, PT. Putra Bungsu juga menerima jasa pengecoran logam. 2. Komponen Alat Berat Dalam pembuatan aksesoris komponen alat berat milik PT. Komatsu Indonesia, hasil produksinya antara lain: Bracket,
70
Cover, Plate, Stay, Hinge, Shim, Guide, Collar, Washer, Tube, Dave, dan Spacer. c) Struktur Organisasi Manajemen adalah sebagai sebuah proses perencanaan, perencanaan,
pengorganisasian,
pengkoordinasian,
dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai
dengan
jadwal.
Sebuah
perusahaan
yang
telah
berkembang perlu adanya sebuah manajemen yang baik. Struktur organisasi di PT. Putra Bungsu Tegal dapat dilihat pada lampiran. d) Tenaga Kerja Salah satu faktor produksi yang penting adalah man. Sumber daya manusia adalah salah satu faktor penjunjang keberlangsungan suatu proses produksi. Tenaga kerja yang ada pada PT. Putra Bungsu Tegal didominasi oleh laki-laki, mereka adalah orang-orang asli daerah Kabupaten Tegal. Hal ini merupakan salah satu usaha untuk memberdayakan sumber daya manusia yang tersedia. Dengan demikian kesejahteraan warga diharapkan dapat terjamin. Tenaga kerja PT.Putra Bungsu Tegaltahun 2012-2013 dapat dilihat pada lampiran. e) Penghasilan Pertahun Penghasilan PT. Putra Bungsu Tegal dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Penghasilan PT. Putra Bungsu Tegal tahun 2012-2013 dapat dilihat pada lampiran. f) Proses Produksi Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat, keras, penghantar listrik dan panas, serta mempunyai
71
titik cair yang tinggi. Bijih logam didapat dengan cara penambangan, setelah didapat sebelum diolah bijih logam dipecah sebesar kepalan tangan, kemudian dipilih yang mengandung unsur-unsur logam, dicuci, dikeringkan dengan cara dipanggang agar mengeluarkan uap yang mengandung air. Logam terbagi menjadi beberapa golongan, antara lain: 1) Logam berat, seperti besi, nikel, krom, tembaga, timah putih, timah hitam, dan seng. 2) Logam ringan, seperti alumunium, magnesium, titanium, kalsium, kalium, natrium, dan barium. 3) Logam mulia, seperti emas, perak, platina. 4) Logam tahan api, seperti wolfram, molibden, titanium, dan zirkonium. Industri pengolahan logam dan mesin PT. Putra Bungsu adalah sebuah perusahaan yang berdiri sejak 1988, awalnya bergerak di bidang pengecoran logam. Memproduksi alat-alat pemadam kebakaran, alat-alat perkapalan dan pengecoran umum. Pada tahun 1993 mengambil keputusan beralih pada jenis pekerjaan Sheet Metal Working Equipment Parts dan bergabung dengan PT. Komatsu Indonesia sebagai subcont dan memproduksi beberapa komponen untuk semua model alat berat untuk brand Komatsu. Berikut adalah proses produksi komponen alat-alat berat, mulai dari proses pemotongan, pengasahan, pembengkokan, pengeboran, dan pengecatan.
72
PEMOTONGAN
Pemotongan (cutting) besi atau logam dilakukan ketika scrap sudah melalui tahap pengecoran. Kemudian besi tersebut dipotong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
PENGASAHAN
73
Grinding adalah kegiatan memotong atau mengasah logam. Besi yang telah dipotong sesuai bentuknya kemudian digrenda. Mesin yang digunakan bernama Gerinda, adalah salah satu mesin perkakas yang digunakan untuk memotong dan mengasah benda kerja dengan tujuan tertentu. Mesin Gerinda diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu Mesin Gerinda Permukaan, Mesin Gerinda Tangan, Mesin Gerinda Duduk. Pada gambar di atas yang digunakan pada PT. Putra Bungsu Tegal adalah Mesin Gerinda Tangan. Menggerinda bertujuan untuk merapikan hasil pemotongan, merapikan hasil las, membentuk lengkungan pada benda kerja yang bersudut, menyiapkan permukaan benda kerja untuk dilas, dan lainlain. PEMBENGKOKAN
Setelah melalui tahap pemotongan dan pengasahan kemudian besi masuk ke tahap bending. Bending adalah proses pembengkokan besi. Mesin bending atau dalam bahasa indonesia disebut mesin
74
penekuk plat, berfungsi untuk menekuk plat dalam dengan sudut. Plat yang ditekuk biasanya untuk plat yang mempunyai ukuran yang besar dan lebar, sehingga sulit untuk dikerjakan dengan ragum plat, catok atau alat lainnya. Mesin pada gambar di atas menggunakan sistem hydrolik sebagai sumber tenaga penekuknya. Mesin ini membutuhkan daya listrik yang lebih efisien (dibandingkan tipe mekanikal) untuk menggerakkan pompa hydrolik-nya, mesin ini menggunakan fluida dalam sistem hidrolik-nya berupa oli hydrolik yang secara berkala harus diganti (2000 jam). Mesin ini mampu menekuk atau bendingplat-plat yang tebal (tergantung kapasitas mesin) seperti mild steel, stainless steel dan alumunium, akurasinya terkontrol. PENGEBORAN
Pengeboran adalah operasi menghasilkan lubang berbentuk bulat dalam lembaran kerja dengan menggunakan pemotong berputar yang disebut bor dan memiliki fungsi untuk membuat lubang,
75
membuat lubang bertingkat, dan membesarkan lubang. Pengeboran alat-alat berat menggunakan mesin tertentu. Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Mesin bor yang digunakan pada PT. Putra Bungsu Tegal adalah mesin bor radial, yang khusus dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat. Mesin ini langsung dipasang pada lantai, sedangkan mejamesin telah terpasang secara permanen pada landasan atau alas mesin. PENGECATAN
Tahap akhir dari proses ini adalah pengecatan logam-logam yang sudah melalui beberapa tahap sehingga sudah menjadi barang jadi. Pengecatan dilakukan dengan alat semprot supaya hasilnya lebih rata. Pengecatan besi berfungsi untuk menjaga besi agar tidak berkarat dan terlihat lebih menarik. Setelah pengecatan selesai maka besi-besi tersebut dikeringkan terlebih dahulu, untuk kemudian dikirim kepada konsumen.
76
3. Peranan Usaha Kecil Industri Pengolahan Logam dan Mesin; Dalam Memecahkan Masalah Pengangguran di Kabupaten Tegal Tahun 2012-2013 a. Data Primer Untuk menganalisis hasil penelitian, peneliti menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil wawancara dan observasi. Berikut adalah data wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 21 orang pekerja di PT. Putra Bungsu Tegal dan pihak-pihak yang terkait dengan usaha kecil industri pengolahan logam dan mesin: 1) Lama Usia Bekerja Tenaga kerja merupakan salah satu mesin penggerak dalam kegiatan usaha pengolaha logam. Para pekerja yang ada di dalam PT. Putra Bungsu Tegal adalah orang-orang asli Tegal. Hal ini membuktikan bahwa industri pengolahan logam dan mesin PT. Putra Bungsu Tegal memprioritaskan tenaga kerja yang tersedia di Kabupaten Tegal. Keberadaan mereka sangatlah penting dalam keberlangsungan berjalannya perusahaan. Maka lingkungan kerja yang kondusif sangat dibutuhkan demi kenyamanan bekerja para pekerja. Semakin lama mereka bekerja maka semakin tinggi pula derajat kenyamanan lingkungan kerjanya. Berdasarkan hasil wawancara kepada pemilik PT. Putra Bungsu Tegal, ada beberapa karyawannya yang setia bekerja sejak awal berdirinya perusahaan sampai sekarang ini. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan kerja di PT. Putra Bungsu Tegal sangat kondusif bagi pekerjanya. Berikut adalah tabel lama usia bekerja yang diperoleh dari hasil wawancara karyawan PT. Putra Bungsu Tegal sebanyak 21 orang:
77
Tabel 4.1. Lama Usia Bekerja (Tahun) No.
Nama
Usia Bekerja
1
Reksa Surasa
3
2
Saryono
16
3
Syaiful Imam
22
4
Akhmad Soleh
5
Nurzaman
18 10
6
Tasrukhi
11
7
Muhaemin
13
8
Andriyanto
12
9
Akhmad Toha
12
10
Muh. Komarudin
11
11
Waluyo
12
Akhmad Dzubaedi
10 10
13
Nurokhman
9
14
Edi Asmadih
4
15
Imam Zaenuri
7
16
Mujiono
17
Abdul Khofir
8 3
18
Husni Mubarok
3
19
Aris Munandar
20
Luky Maulana
7 3
21
Nur Alip
2
Sumber: Data primer yang diolah sendiri.
Dari data yang diperoleh, lama bekerja di bawah 10 tahun terdapat 9 orang, dari 9 orang tersebut ada 5 orang yang termasuk pekerja baru. Lama bekerja di atas 10 terdapat 11 orang pekerja, dimana salah satu pekerjanya telah bekerja sejak perusahaan
78
tersebut resmi menjadi usaha yang fokus pada industri pengolahan logam. 2) Pekerjaan Sampingan Dari data primer hasil wawancara, semua pekerja yang diwawancarai mengaku bahwa bekerja di perusahaan industri pengolahan logam dan mesin tersebut adalah sebuah pekerjaan utama bagi kehidupan mereka. Mereka sangat menggantungkan kehidupannya pada perusahaan ini. Dari sini dapat dilihat bahwa keberadaan industri pengolahan logam sangat vital di tengahtengah masyarakat Kabupaten Tegal. Sehingga bisa dibayangkan jika tidak ada perusahaan industri pengolahan logam dan mesin di Kabupaten Tegal, maka banyak sekali tenaga kerja yang tidak mempunyai pekerjaan. 3) Profesi Sebelumnya Dari hasil wawancara, dari 21 pekerja yang diwawancarai mengaku bahwa pekerjaan yang mereka geluti saat ini adalah pekerjaan pertama dan yang utama. Jadi profesi para pekerja sebelum bekerja pada perusahaan industri pengolahan logam dan mesin yaitu tidak ada. 4) Tingkat Pendidikan Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh para pekerja berbeda-beda antara pekerja yang satu dengan pekerja yang lainnya. Berdasarkan keterangan informan yang ditemui di lapangan, diperoleh sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh para tenaga kerja dalam bagian produksi yaitu tamat SD, SMP, dan SMA. Sementara ada juga yang tamat Sarjana, hanya saja yang lulusan Sarjana di tempatkan pada bagian kantor bukan pada bagian produksi. Dengan demikian, diketahui bahwa tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh para
79
pekerja industri pengolahan logam dan mesin, paling rendah adalah tamatan SD dan paling tinggi adalah tamatan SMA. Menurut keterangan dari pemilik perusahaan, Bapak H. Dimyati, ketika perusahaan baru dirintis tingkat pendidikan para pekerja hanya lulusan SD sampai SMA saja, lambat laun semakin berkembangnya perusahaan, saat ini kriteria untuk tenaga kerja baru agar dapat bekerja di perusahaannya adalah minimal lulusan SMA. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar perusahaan industri pengolahan logam memberikan kriteria kepada para pekerja barunya adalah berpendidikan SMA. Latar belakang pendidikan formal para pekerja tidak mempengaruhi kualitas dan kemampuan para pekerja dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Untuk
menjadi
pekerja
pada
perusahaan ini tidak memerlukan persyaratan pendidikan tertentu, seperti bekerja pada instansi pemerintah maupun swasta yang harus melewati berbagai seleksi terlebih dahulu. Untuk bekerja pada perusahaan ini yang terpenting adalah mempunyai kemauan untuk belajar dan bekerja keras. Untuk mengetahui cara kerja mesinmesin yang ada di perusahaan, semuanya bisa dipelajari dengan orang-orang yang lebih senior. Jadi untuk bekerja pada perusahaan ini tidak mengharuskan pada orang-orang dari sekolah kejuruan dengan jurusan teknik mesin. Uraian tersebut di atas memberikan gambaran bahwa industri pengolahan logam di Kabupaten Tegal berperan menyerap tenaga kerja dari berbagai latar belakang pendidikan. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa para pekerja dengan tingkat pendidikan formal yang berbeda mampu bekerja pada industri pengolahan logam dan mesin. Tingkat pendidikan ternyata tidak berpengaruh terhadap kualitas dan kemampuan mereka dalam melaksanakan pekerjaan pada industri pengolahan logam. Seluruh kegiatan usaha ini dapat dikerjakan dengan pelatihan terlebih dahulu. Jurusan pendidikan
80
formal yang pernah ditempuh oleh para pekerja bukan merupakan syarat mutlak untuk bekerja pada usaha ini. Dengan demikian usaha kecil; industri pengolahan logam dan mesin, mempunyai peranan untuk menyerap tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang terbatas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2. Tingkat Pendidikan Terakhir Pekerja No.
Nama
Pendidikan Terakhir
1
Reksa Surasa
2
Saryono
SD
3
Syaiful Imam
SD
4
Akhmad Soleh
SD
5
Nurzaman
SMA
6
Tasrukhi
SMP
7
Muhaemin
SMP
8
Andriyanto
SMP
9
Akhmad Toha
SMP
10
Muh. Komarudin
SMP
11
Waluyo
SMP
12
Akhmad Dzubaedi
SMA
13
Nurokhman
SMP
14
Edi Asmadih
SMP
15
Imam Zaenuri
SMP
16
Mujiono
SMP
17
Abdul Khofir
SMA
18
Husni Mubarok
SMP
19
Aris Munandar
SMP
20
Luky Maulana
SMA
21
Nur Alip
SMA
Sumber: Data primer yang diolah sendiri.
SMA
81
5) Penghasilan Pekerja Seperti pemaparan di atas, kegiatan pada industri pengolahan logam tidak memerlukan tenaga kerja yang ahli dengan tingkat pendidikan tinggi. Dengan bekal tingkat pendidikan yang dimiliki dan keterampilan sederhana para pekerja bisa bekerja pada usaha kecil ini. Tingkat pendidikan yang dimiliki para pekerja juga tidak berpengaruh terhadap upah yang mereka terima. Upah yang diterima para pekerja ditentukan berdasarkan posisi dan lama usia bekerja para pekerja. Rata-rata upah pekerja di industri pengolahan logam adalah di atas UMR Kabupaten Tegal. Dari hasil wawancara, berikut adalah daftar upah pekerja di PT. Putra Bungsu Tegal: Tabel 4.3. Penghasilan Pekerja Tahun 2012-2013(Bulan) No.
Nama
Tahun 2012
2013
850.000
950.000
1
Reksa Surasa
2
Saryono
1.500.000
1.800.000
3
Syaiful Imam
1.400.000
1.700.000
4
Akhmad Soleh
1.300.000
1.600.000
5
Nurzaman
1.200.000
1.300.000
6
Tasrukhi
1.000.000
1.100.000
7
Muhaemin
1.200.000
1.350.000
8
Andriyanto
1.200.000
1.200.000
9
Akhmad Toha
1.200.000
1.200.000
10
Muh. Komarudin
900.000
1.000.000
11
Waluyo
1.500.000
1.700.000
12
Akhmad Dzubaedi
1.000.000
1.150.000
13
Nurokhman
1.200.000
1.400.000
14
Edi Asmadih
950.000
1.050.000
82
15
Imam Zaenuri
16
Mujiono
17
950.000
1.050.000
1.050.000
1.200.000
Abdul Khofir
780.000
950.000
18
Husni Mubarok
780.000
850.000
19
Aris Munandar
850.000
1.000.000
20
Luky Maulana
780.000
850.000
21
Nur Alip
780.000
850.000
Sumber: Data primer yang diolah sendiri.
Dari tabel penghasilan di atas dapat di lihat bahwa, baik di tahun 2012 maupun di tahun 2013 penghasilan para pekerta di atas UMR Kabupaten Tegal pada saat itu. Tinggi rendahnya penghasilan para pekerja di bagian produksi tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang pernah mereka dapatkan. Tinggi rendahnya penghasilan dipengaruhi oleh lama usia bekerja, sebab semakin lama mereka bekerja maka semakin banyak pula pengalaman yang mereka dapatkan, sehingga kemampuan yang mereka miliki semakin baik. 6) Tingkat Kesejahteraan Pekerja Dari hasil pengolahan data primer, sebagian besar para pekerja mengaku bahwa penghasilan yang mereka dapat sudah mampu mensejahterakan tetapi belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan mereka dan keluarganya. Biaya hidup yang semakin tinggi tetapi tingkat UMR di Kabupaten Tegal yang rendah mengakibatkan kesejahteraan para pekerja belum sepenuhnya tercapai. 7) Kendala yang Dihadapi Berdasarkan hasil wawancara kepada pemilik usaha industri pengolahan logam dan mesin, perusahaannya yang berdiri sejak tahun 1988, kemudian resmi memfokuskan usaha pada sektor industri logam pada 1993. Sampai saat ini berarti sudah berusia 26
83
tahun. Status usaha ini adalah milik sendiri atau usaha keluarga yang diturunkan secara turun temurun. Kendala yang dihadapi adalah masalah bahan baku, bahan baku yang dibutuhkan adalah berupa logam besi, tembaga dan lain sebagainya. Baik logam yang asli maupun berupa scrap (besi rongsok). Bahan baku logam yang asli didatangkan dari luar kota. Sementara bahan baku lokal yang tersedia adalah bahan baku yang berasal dari scrap. Kendalanya adalah keberadaan bahan baku logam sangat terbatas. Sehingga harus mencari partner bisnis yang lebih luas yang dapat menyediakan bahan baku logam yang lebih banyak. Kendala ini sejalan dengan pendapat dari Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal, saat diwawancarai mengenai kendala dari usaha industri pengolahan logam dan mesin. Menurutnya kendala yang dihadapi adalah bahan baku. Bahan baku dalam industri pengolahan logam dan mesin selama ini menggunakan bahan baku dari scrap dan bijih besi atau alumunium. Bahan baku scrap mudah didapat dan harganya terjangkau, tetapi karena menggunakan bahan baku dari scrap, maka hasil-hasil produksi industri logam juga harga jualnya cukup murah. Sedangkan bahan baku biji besi atau aluminium barangnya langka dan harus memesan dulu ke pabrik dari luar daerah dalam jumlah besar dan harganya mahal. Sebagai perbandingan harga besi rongsok kualitas bagus dijual dengan harga Rp 5.000,00 perkilogram, aluminium sekitar Rp 18.000,00 perkilogram dan tembaga mencapai Rp 70.000,00 perkilogram. Hal ini yang menjadi kendala untuk mengekspor produkproduknya ke daerah yang lebih luas, yaitu salah satunya karena bahan baku yang belum memenuhi standar. Sehingga mindset masyarakat dalam hal ini, para pelaku usaha yang menginginkan
84
perkembangan usahanya tetapi belum dapat menciptakan inovasi atau terobosan-terobosan baru supaya usahanya terus berkembang. Produk yang dihasilkan oleh usaha kecil rata-rata hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal saja. Usaha
kecil
keberadaannya
sangat
penting
dalam
perekonomian Kabupaten Tegal. Karena jenis usahanya yang padat karya sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja. Pekerja yang dibutuhkan juga tidak membutuhkan kriteria tertentu jadi masyarakat yang tidak mempunyai pengalaman dan kemampuan yang khusus juga dapat ikut membantu dalam proses produksi usaha terebut. Tapi kalau sudah menjadi usaha menengah biasanya memilih peran masyarakat yang lebih kreatif. Sehingga usaha kecil sudah pasti sangat berkontribusi dalam perekonomian, khususnya masalah ketenagakerjaan seperti pengangguran di Kabupaten Tegal. OVOP adalah gerakan dalam rangka mengembangkan usaha yang diarahkan untuk mengembangkan potensi daerah. Dengan adanya OVOP setiap daerah yang mempunyai potensi terkonsentrasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Sehingga setiap daerah dapat berkembang dan mempunyai produk yang khas. Di Kabupaten Tegal sudah banyak tumbuh berbagai usaha kecil yang telah maju, sementara usaha kecil yang paling dominan dalam memberikan kontribusi perekonomian di Kabupaten Tegal adalah pada sektor industri pengolahan logam dan mesin khususnya industri komponen perkapalan menjadi produk unggulan pertama dan masuk sebagai kompetensi inti industri Kabupaten Tegal. Karena memiliki jumlah unit dan tenaga kerja yang banyak. b. Data Sekunder Menurut Mudrajad Kuncoro dalam Dodi Haryanto, “Untuk mengetahui daya serap Usaha Kecil terhadap penyerapan tenaga kerja,
85
maka jumlah tenaga kerja yang terserap oleh usaha kecil dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja.”31 Jadi jika menghitung daya serap usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin terhadap tingkat pengangguran, makajumlah tenaga kerja yang terserap oleh usaha kecil pada sektorindustri pengolahan logam dan mesin dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja yang bekerja pada tahun tersebut. Sebelum menafsirkan penyerapan tenaga kerja usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin, berikut akan disajikan kembali data ketenagakerjaan di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013: Tabel 4.4. Data Ketenagakerjaan Kabupaten Tegal Tahun 2012-2013 (Jiwa) Tahun
Indikator
Satuan
2012
2013
749.387
615.630
Jiwa
410.835
365.454
Jiwa
Bekerja
704.049
572.937
Jiwa
Pengangguran
45.338
42.693
Jiwa
Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal, diolah.
Berdasarkan
data
sekunder
yang
diperoleh
dari
Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan logam dan mesin dari tahun 2012-2013 menunjukan peningkatan sebagai berikut: Tabel 4.5. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Pengolahan Logam dan Mesin Tahun 2012 31
Dodi Haryanto., “Peranan usaha kecil penyulingan minyak nilam terhadap penyerapan tenaga kerja di kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes”, Skripsi pada Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2008, h. 73, dipublikasikan.
86
No.
Sentra
Tenaga
Desa
Unit Usaha
Dampyak
11
117
Talang
16
75
Kerja
1.
Pengecoran Besi
2
Alat Pertanian
3
PAT dari Logam
Pesarean
125
375
4
Barang dari kuningan
Pesarean
130
415
5
Barang dari kuningan
Pesarean
25
100
6
Barang dari kuningan
Kebasen
33
235
7
Barang dari kuningan
Lemahduwur
10
70
8
Pande besi
Pegirikan
25
105
9
Komponen kapal
Kebasen
10
150
10
Komponen Hydrant
Kajen
10
80
11
Komponen kendaraan
Dampyak
7
35
12
Grendel atau Engsel
Kajen
60
440
Pesarean
10
40
13
Pengecoran alumunium
14
Komponen alat musik
Lemahduwur
20
110
15
PRT dari alumunium
Pesarean
10
30
Pesayangan
40
150
542
2.527
16
Barang perhiasan dari logam mulia Jumlah
Sumber: Data sekunder yang diolah sendiri.
Pada tahun 2012 dari ke-16 sentra yang tergabung pada industri pengolahan logam dan mesin, terdapat 542 unit usaha. Dari keseluruhannya mampu menyerap sebanyak 2527 tenaga kerja yang ada di Kabupaten Tegal. Jumlah angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Tegal pada tahun 2012 sebanyak 704.049, sedangkan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri pengolahan logam dan mesin di Kabupaten Tegal sebanyak 2.527 jiwa.
87
Sedangkan data penyerapan tenaga kerja usaha kecil pada sektor industri logam dan mesin pada tahun 2013 adalah datanya sebagai berikut: Tabel 4.6. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Pengolahan Logam dan Mesin Tahun 2013 No.
Sentra
Tenaga
Desa
Unit Usaha
Dampyak
11
117
Talang
16
75
Kerja
1
Pengecoran besi
2
Alat pertanian
3
PAT dari Logam
Pesarean
125
375
4
Barang dari kuningan
Pesarean
130
415
5
Barang dari kuningan
Pesarean
25
100
6
Barang dari kuningan
Kebasen
33
235
7
Barang dari kuningan
Lemahduwur
10
70
8
Pande besi
Pegirikan
25
105
9
Komponen Kapal
Kebasen
10
150
10
Komponen Hydrant
Kajen
10
80
11
Komponen kendaraan
Dampyak
7
35
12
Grendel atau Engsel
Kajen
60
440
Pesarean
10
40
13
Pengecoran alumunium
14
Komponen alat listrik
Lemahduwur
20
110
15
PRT dari alumunium
Pesarean
10
30
Pesayangan
40
150
542
2.527
16
Barang perhiasan dari logam mulia Jumlah
Sumber: Data sekunder yang diolah sendiri.
Di tahun 2013, jumlah unit usaha pada sektor industri pengolahan logam dan mesin tidak mengalami pertumbuhan dalam jumlahnya. Begitupun dengan penyerapan tenaga kerja sektor industri
88
pengolahan logam dan mesin yaitu sama seperti di tahun 2012, menyerap tenaga kerja sebanyak 2.527 jiwa. Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 menurun dari tahun 2012, yaitu menjadi 572.937 jiwa, sedangkan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri pengolahan logam dan mesin di Kabupaten Tegal sebanyak 2.527 jiwa.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Usaha kecil keberadaannya sangat vital bagi perekonomian di Kabupaten Tegal. Terutama di sektor perindustrian, pada gerakan OVOP di Kabupaten Tegal terdapat lima sektor usaha yang menghasilkan produk unggulan yaitu industri tekstil, industri bambu rotan, industri shuttlecock, industri makanan, dan industri logam. Dari kelima potensi tersebut salah satu usaha yang ikut berkontribusi dalam perekonomian Kabupaten Tegal adalah industri pengolahan. Berdasarkan hasil penelitian di salah satu industri pengolahan logam dan mesin, usaha tersebut merupakan pekerjaan pokok bagi para pekerjanya. Penghasilan rata-rata para pekerja setiap bulan sudah diatas UMR Kabupaten Tegal, sehingga sudah cukup mensejahterakan kehidupan mereka, meskipun belum sepenuhnya. Tingkat pendidikan para pekerja di industri pengolahan logam dan mesin,untuk saat ini kriteria yang digunakan adalah angkatan kerja yang lulusan SMA atau sederajatnya tanpa dibatasi dengan status sekolah umum atau kejuruan. Sehingga dengan adanyausaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin selain mampu memberikan kesejahteraan bagi para pekerjanya juga mampu membuka lapangan pekerjaan, sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang ada di lingkungan sekitar. Masalah yang terjadi pada industri pengolahan logam adalah bahan bakunya. Di Kabupaten Tegal bahan baku logam yang tersedia adalah berasal dari scrap, sementara untuk mendapatkan bahan dari logam asli harus didatangkan dari luar daerah. Dan jumlahnya pun terbatas. Bahan baku dari
89
scrap mudah diperoleh dan harganya sangat terjangkau, namun kualitas yang dihasilkan dari scrap tidak sebaik dari logam asli. Sehingga hasil produktivitas dari industri pengolahan logam dan mesin belum mampu memasarkannya ke berbagai daerah yang lebih luas. Kegiatan produksinya berdasarkan pesanan dari mitra kerja dan konsumen saja. Pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Tegal meningkat dari tahun 2012-2013 yaitu dari angka 1.409.406 jiwa menjadi 1.415.009 jiwa. Selisih pertumbuhannya adalah 5.603 jiwa dalam satu tahun. Namun peningkatan jumlah penduduk tidak diikuti denagan peningkatan angkatan kerjanya. Angkatan kerja pada tahun 2012 adalah 749.387 jiwa menurun di tahun 2013 yaitu menjadi 615.630. Sementara jumlah unit usaha kecil pada sektor industri pengolahan logamdan mesin dari tahun 2012-2013 tidak mengalami perkembangan yaitu dalam angka 542 unit, begitu pun dengan penyerapan tenaga kerjanya yaitu tetap pada angka 2.527 jiwa. Pada tahun 2012, perananusaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam menyerap tenaga kerja sebesar 0,34% dari seluruh angkatan kerja yang bekerja yang ada di Kabupaten Tegal. Sedangkanpada tahun 2013persentase perananusaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam menyerap tenaga kerja meningkat, usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin mampu menyerap tenaga kerja sebesar 0,41% dari seluruh angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Tegal. Tingkat pengangguran di Kabupaten Tegal dari tahun 2012-2013 menurun dari angka 45.338 jiwa menjadi 42.693 jiwa, selisihnya adalah 2.645 jiwa dalam satu tahun. Sedangkan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan logam dan mesin pada tahun 2012-2013 tidak mengalami perkembangan yaitu tetap dalam angka 2.527 jiwa, tetapi dengan adanyaindustri pengolahan logam dan mesin di Kabupaten Tegal setidaknya mampu mempertahankan para tenaga kerjasebanyak 2.527 jiwa untuk tetap berkerja, mendapatkan penghasilan, dan kebutuhan hidupnya terpenuhi.
90
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Dari analisis hasil penelitian, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa usaha kecil pada industri pengolahan logam dan mesin dalam gerakan OVOP (One Village One Product) sangat berperan dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal pada tahun 2012-2013. Buktinya adalah sebagai berikut: 1. Industri pengolahan logam dan mesin adalah jenis usaha yang mempunyai jumlah unit usaha yang cukup banyak sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang banyak pula. Jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja sektor ini pada tahun 2012-2013 tetap yaitu 542 unit usaha dan 2.527 orang. 2. Pada tahun 2012 peranan usaha kecil dalam program OVOP (One Village One Product) pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal pada sebesar 0,34% dari seluruh penduduk yang bekerja di Kabupaten Tegal. 3. Pada tahun 2013 peranan usaha kecil dalam program OVOP (One Village One Product) pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam
91
upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 sebesar 0,41% dari seluruh penduduk yang bekerja di Kabupaten Tegal. 4. Tingkat pengangguran di Kabupaten Tegal pada tahun 2012-2013 mengalami penurunan dari angka 45.338 jiwa menjadi 42.693 jiwa. Sedangkan jumlah penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan logam dan mesin pada tahun 2012-2013 tetap dalam angka 2.527 jiwa. Meskipun demikian, hal ini membuktikan bahwa, usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin mampu menekan tingkat pengangguran di Kabupaten Tegal.
B. IMPLIKASI Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada para pengusaha dan pemerintah mengenai peranan usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam upaya mengatasi memecahkan masalah pengangguran, sehingga pemerintah dapat membantu pengusaha dalam bidang permodalan, pemasaran dan pengelolaan untuk mengotimalkan sumber daya yang ada. Dengan diketahuinya peranan usaha kecil industri pengolahan logam dan mesin maka baik pengusaha maupun pemerintah sekitar wilayah Kabupaten Tegal diharapkan dapat mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak termasuk penyedia bahan baku setempat agar usaha kecil pada industri pengolahan logam dan mesin ini lebih berkembang.
C. SARAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam program OVOP (One Village One Product) dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal pada tahun 2012-2013, maka saran yang dapat diberikan sebagai sumbangan pemikiran di bidang pembinaan dan pengembangan usaha kecil, khususnya pada sektor industri pengolahan logam dan mesin yaitu:
92
1. Kepada perusahaan dalam hal ini para pengusaha, supaya dapat mencari inovasi dan terobosan baru dalam mengembangkan produknya, mulai dari bahan baku hingga ke proses pemasaran. Agar produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik dan berstandar nasional bahkan internasional, sehingga mampu bersaing ke pasar global. 2. Kepada pemerintah dan pihak-pihak yang mempunyai wewenang dalam pembinaan dan pengembangan usaha kecil: a. Pemerintah bekerja sama dengan para pelaku usaha kecil untuk mencari jalan keluar dalam masalah bahan baku yaitu dengan menggalakan penelitian pada scrap dan studi banding ke perusahaan lain baik di dalam maupun di luar negeri. Sehingga para pelaku usaha mengetahui spesifikasi bahan baku yang baik dalam mengembangkan kualitas produksinya. b. Mengadakan pelatihan terhadap angkatan kerja maupun pekerja usaha kecil, melalui Balai Latihan Kerja (BLK) dan seminar-seminar. Sehingga para tenaga kerja lebih profesional dalam menghasilkan produksinya. c. Meningkatkan promosi produk dari usaha kecil di dalam maupun di luar negeri agar lebih dikenal. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu melalui media internet. Semua ini tidak terlepas dari komunikasi dengan berbagai pihak yaitu pemerintah, pengusaha, pekerja, dan masyarakat (swasta). d. Usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin sangat berpotensi untuk berkembang, maka pemerintah perlu mendukung para pengusaha dengan cara memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan. Sehingga para pelaku usaha tidak kesulitan dalam masalah permodalan. e. Produk unggulan dari usaha kecil beraneka ragam dan kualitasnya pun tidak kalah saing dengan produk luar negeri, maka pemerintah harus mempermudah persyaratan perizinan usaha, memberikan hak paten
93
terhadap hasil produksi usaha kecil dan tetap menggalakan gerakan cinta produk dalam negeri. Supaya produsen dalam negeri tidak kehilangan pangsa pasarnya. 3. Kepada peneliti, mengetahui sangat besarnya peranan usaha kecil dalam memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal, diharapkan mampu memberikan motivasi untuk mengembangkan diri pada bidang entrepreneurship. Berdiri di kaki sendiri adalah salah satu alternatif terbaik di tengah-tengah terbatasnya lapangan pekerjaan dan ketatnya dunia persaingan. Dengan membuka usaha, diharapkan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Sehingga kesejahteraan bersama dapat tercapai.
94
DAFTAR PUSTAKA Clapham, Ronald. Pengusaha Kecil dan Menengah di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES, 1991. Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers, 2012 Deputi Menteri Bidang Pengkajian Sumber Daya UKMK, Kementerian Koperasi dan UKM RI. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, Kebijakan Industri Kabupaten Tegal, 2012. Febrianto, Seno Aji. Penataan Ruang Terbuka Hijau Ikonik Sebagai Sarana Interaksi dan Rekreasi Masyarakat Perkotaan di Kota Slawi Kabupaten Tegal, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014. Haryanto, Dodi. Peranan usaha kecil penyulingan minyak nilam terhadap penyerapan tenaga kerja di kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes. Surakarta: UNS, 2008. Iwantoko, Sutrisno. Kiat Sukses Berwirausaha. Jakarta: PT. Grasindo. 2006. Prasetyoantoko, A. Ponzi Ekonomi. Jakarta: Kompas, 2010. Pratama, Nelsen Diyan. Analisis Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil di Kabupaten Jepara. Semarang: Universitas Diponegoro, 2012. Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: UI, 2004. Raselawati, Ade. Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM di Indonesia. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011. Said, Adri dan Widjaja, Ika. Akses Keuangan UMKM. Jakarta: Konrad-AdenauerStiftung e.V, 2007. Saiman, Leonardus. Kewirausahaan (Teori, Praktik dan Kasus-kasus). Jakarta: Salemba Empat, 2009.
95
Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) Kabupaten Tegal Tahun 2013 (Cetak Th 2014) Sihono, Teguh. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Upaya Mengatasi Pengangguran. Yogyakarta: Jurnal Ekonomia, 2005. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta, 2012. Sukirno, Sadono. Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan). Jakarta: Kencana, 2010. Sukirno, Sadono. Pengangtar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996. Syarif, Syahrial. Industri Kecil dan Kesempatan Kerja. Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas, 1990. Trengguna, Hendry Meilano. Analisis Potensi Dan Hambatan yang Dihadapi UMKM Dalam Mengembangkan Usaha Dengan Menggunakan Alat Bantu Sistem Informasi Geografis (SIG): Studi Kasus Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jakarta: Universitas Gunadarma, 2012. http://www.infoukm.wordpress.com http://id.wikipedia.org/wiki/Joseph_Schumpeter www.suaramerdeka.com
96
LAMPIRAN
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA I Subjek Penelitian : Pekerja PT. Putra Bungsu Tegal Pertanyaan : 1. Sudah berapa lama bekerja di perusahaan ini? 2. Apa pendidikan terakhir anda? 3. Berapa penghasilan perbulan? 4. Apakah penghasilan tersebut sudah mencukupi kebutuhan anda? 5. Apakah pekerjaan ini adalah pekerjaan utama anda? 6. Apa profesi yang digeluti sebelum bekerja di perusahaan ini? 7. Apakah usaha ini sangat membantu dalam mensejahterakan anda dan keluarga?
PEDOMAN WAWANCARA II Subjek Penelitian : Pengusaha atau pemilik PT. Putra Bungsu Tegal. Pertanyaan : 1. Sudah berapa lama usaha ini berdiri? 2. Apakah usaha ini hasil didirikan sendiri atau warisan turun temurun? 3. Apakah pengalaman skill anda dalam mengembangkan usaha ini? 4. Apakah saja kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usaha ini? 5. Bagaimana cara menyelesaikannya? 6. Bagaimana strategi pemasaran produk? 7. Mengenai sumber daya manusia, apakah pendidikan terakhir pegawai yang bekerja di perusahaan ini? 8. Dalam hal keuangan, untuk memperkuat modal, pembiayaannya dari mana saja?
PEDOMAN WAWANCARA III Subjek Penelitian : Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal Pertanyaan : 1. Apakah peran Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal dalam Usaha Kecil? 2. Apakah peran Usaha Kecil di Kabupaten Tegal? 3. Jenis usaha kecil apakah yang paling dominan memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tegal? 4. Apakah kendala yang dihadapi dalam perkembangan Usaha Kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin? 5. Bagaimana cara menyelesaikan kendala tersebut? 6. Mengenai Gerakan OVOP, bagaimana pengaruhnya terhadap usaha kecil di Kabupaten Tegal? 7. Apakah harapan ke depan mengenai Gerakan OVOP pada Usaha Kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin?
CATATAN LAPANGAN II Informan
: Pemilik PT. Putera Bungsu Tegal
Pelaksanaan
: Senin, 14 Juli 2014
Hasil Wawancara Sudah berapa lama usaha ini berdiri? Perusahaan ini ada sejak tahun 1988, kemudian resmi memfokuskan usaha pada sektor industri logam pada 1993. Sampai saat ini berarti sudah berusia 26 tahun. Apakah usaha ini hasil didirikan sendiri atau warisan turun temurun? Status usaha ini milik sendiri atau usaha keluarga yang diturunkan secara turun temurun. Apakah pengalaman skill anda dalam mengembangkan usaha ini? Karena usaha ini adalah usaha warisan secara turun temurun, skill yang saya miliki pun berasal dari pengalaman belajar dengan keluarga. Apakah saja kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usaha ini? Kendala yang dihadapi adalah masalah bahan baku, bahan baku pembuatan alat-alat berat berasal dari logam yang didatangkan dari luar kota. Sementara bahan baku lokal yang tersedia adalah bahan baku yang berasal dari scrap (besi rongsok). Kendalanya adalah keberadaan bahan baku logam sangat terbatas. Bagaimana cara menyelesaikannya?
Cara menyelesaikan masalah bahan baku di atas adalah dengan mencari partner bisnis yang lebih luas yang dapat menyediakan bahan baku logam yang lebih banyak. Bagaimana strategi pemasaran produk? Strategi dalam memasarkan produk adalah berdasarkan job order atau berdasarkan pesanan konsumen dan mitra bisnis yaitu PT. Komatsu Indonesia dan PT. Sumitomo Indonesia. Sehingga besar kecilnya omset perusahaan berdasarkan pesanan yang ada. Mengenai sumber daya manusia, apakah pendidikan terakhir pegawai yang bekerja di perusahaan ini? Kriteria pendidikan untuk tenaga kerja adalah lulusan SMA. Tetapi tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat yang berpendidikan rendah untuk bekerja disini, asalkan mempunyai pengalaman dan kemampuan di bidangnya. Untuk tenaga kerja baru akan diberi pelatihan terlebih dahulu oleh pekerja yang sudah lama bekerja di perusahaan ini. Dalam hal keuangan, untuk memperkuat modal, pembiayaannya dari mana saja? Untuk memperkuat modal, pembiayaan dari sendiri dan pinjaman dari bank daerah setempat, seperti Kredit Usaha Rakyat dan Bank lainnya. Bagaimana strategi untuk meningkatkan kepuasan para pelanggan? Pelanggan adalah faktor yang menentukan maju mundurnya suatu usaha. Untuk dapat memepertahankan dan meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan yaitu dengan cara menjaga kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan, melayaninya dengan baik dan berusaha untuk memfasilitasi apa yang menjadi pesanan oleh para pelanggan, khususnya mitra kerja.
CATATAN LAPANGAN III Informan
: Kepala
Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas
Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal Pelaksanaan
: Kamis, 21 Agustus 2014
Hasil Wawancara
Apakah peran Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal dalam usaha kecil? Peran Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar berasarkan Perda No. 8 Tahun 2008 antara lain menentukan kebijakan teknis dalam hal Koperasi, UKM, dan Pasar dan memberikan pelayanan, pengawasan, monitoring, dan evaluasi upaya pemberdayaan koperasi dan ukm. Dalam hal usaha kecil Dinas Koperasi, UKM, dan Pasarberperan dalam pembinaan dan pengembangan UKM. Apakah peran Usaha Kecil di Kabupaten Tegal? Usaha kecil keberadaannya sangat penting dalam perekonomian Kabupaten Tegal. Karena jenis usahanya yang padat karya sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja. Pekerja yang dibutuhkan juga tidak membutuhkan kriteria tertentu jadi masyarakat yang tidak mempunyai pengalaman dan kemampuan yang khusus juga dapat ikut membantu dalam proses produksi usaha terebut. Tapi kalau sudah menjadi usaha menengah biasanya memilih peran masyarakat yang lebih kreatif. Sehingga usaha kecil sudah pasti sangat berkontribusi dalam perekonomian, khususnya masalah ketenagakerjaan seperti pengangguran di Kabupaten Tegal. Jenis usaha kecil apakah yang paling dominan memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tegal?
Di Kabupaten Tegal sudah banyak tumbuh berbagai usaha kecil yang sudah maju, sementara usaha kecil yang paling dominan dalam memberikan kontribusi perekonomian di Kabupaten Tegal adalah pada sektor industri pengolahan. Di Kabupaten Tegal terdapat lima produk unggulan yaitu produk industri logam, tekstil, makanan, shuttlecock, dan kerajinan bambu. Akan tetapi, dari dari lima sektor unggulan tadi, industri pengolahan logam khususnya industri komponen perkapalan menjadi produk unggulan pertama dan masuk sebagai kompetensi inti industri Kabupaten Tegal. Karena memiliki jumlah unit dan tenaga kerja yang banyak. Apakah kendala yang dihadapi dalam perkembangan Usaha Kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin? Bahan baku dalam industri pengolahan logam dan mesin selama ini menggunakan bahan baku dari scrap (besi rongsok) dan biji besi atau alumunium. Bahan baku scrap mudah didapat dan harganya terjangkau, tetapi karena menggunakan bahan baku dari scrap, maka hasil-hasil produksi industri logam juga harga jualnya cukup murah. Sedangkan bahan baku logam asli, biji besi atau aluminium barangnya langka dan harus memesan dulu ke pabrik dari luar daerah dalam jumlah besar dan harganya mahal. Sebagai perbandingan harga besi rongsok kualitas bagus dijual dengan harga Rp 5.000,00 per kilogram, aluminium sekitar Rp 18.000,00 per kilogram dan tembaga mencapai Rp 70.000,00 per kilogram. Kemampuan para pekerja, misalnya pada saat memproduksi dalam jumlah sedikit kualitas hasil produksinya baik, sedangkan pada saat memproduksi dalam jumlah yang banyak maka kualitas hasil produksinya akan menurun. Hal ini yang menjadi kendala untuk mengekspor produk-produknya ke luar negeri, salah satunya karena bahan baku yang belum memenuhi standar. Sehingga mindset masyarakat dalam hal ini para pelaku usaha yang menginginkan perkembangan usahanya, tetapi belum juga menciptakan inovasi atau terobosan-terobosan baru supaya usahanya terus
berkembang. Produk yang dihasilkan oleh usaha kecil rata-rata hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal berdasarkan job order saja. Bagaimana cara menyelesaikan kendala tersebut? Sebagai badan binaan dan pengembangan usaha kecil, berusaha memberikan perlindungan produk melalui hak cipta, turut mempromosikan hasil produksi melalui seminar, pameran, dan memfasilitasi kemitraan. Untuk membantu mengatasi permasalahan tentang bahan baku, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tegal pada tahun 2013 akan mengadakan kajian terhadap bahan baku scrap (besi rongsok) yang selama ini banyak digunakan sebagai bahan baku pengecoran logam. Hal itu dilakukan agar produk yang dihasilkan IKM logam Kabupaten Tegal memiliki kualitas baik sehingga mampu bersaing dengan produk dari daerah lain dan produk luar negeri. Mengenai Gerakan OVOP, bagaimana pengaruhnya terhadap usaha kecil di Kabupaten Tegal? OVOP adalah gerakan dalam rangka mengembangkan usha yang diarahkan dalam rangka mengembangkan potensi daerah.dengan adanya OVOP setiap daerah yang mempunyai potensi mampu mengembangkan dengan memfokuskan pada pemanfaatan potensi yang dimilikinya. Sehingga setiap daerah dapat berkembang dan mempunyai produksi yang khas. Apakah harapan ke depan mengenai Gerakan OVOP pada Usaha Kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin? Harapannya seperti yang sudah dikatakan tadi, yaitu mindset para pelaku usaha yang harus diubah. Para pelaku usaha hendaknya sadar akan dunia persaingan yang semakin ketat. Sehingga membutuhkan terobosan-terobosan baru, supaya tidak tertinggal di pasaran nasional maupun internasional.
Mengenai kriteria pengembangan produk menurut konsep gerakan OVOP, melihat kendala dalam bahan baku, bagaimana upaya pemerintah untuk menciptakan bahan baku pengganti? Pemerintah akan terus mencari cara untuk menemukan bahan baku yang lebih berkualitas, seperti melakukan studi banding ke perusahaan lain, baik di dalam maupun di luar negeri, melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang berkompeten, seperti yang telah di jalankan yaitu pelatihan bersama dengan negara Jepang. Dengan usaha tersebut diharapkan produk-produk usaha mempunyai mutu yang lebih baik, sehingga mampu bersaing di pasaran. Apakah industri pengolahan logam dan mesin sudah memanfaatkan sumber daya yang tersedia di daerah Kabupaten Tegal? Sudah, industri di Kabupaten Tegal mengutamakan pemanfaatan sumber daya yang ada di Kabupaten Tegal, seperti industri pengolahan logam dan mesin, sangat mengutamakan sumber daya yang ada di lingkungan Kabupaten Tegal, seperti sumber daya manusianya. Sebagian besar hampir seluruhnya pekerja adalah tenaga kerja asli daerah sendiri.