PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ALAT TUBUH MAKHLUK HIDUP DAN FUNGSINYA (Studi Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh : Wahab NIM: 809018300501
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK) UNIVESITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ALAT TUBUH MAKHLUK HIDUP DAN FUNGSINYA (Studi Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : Wahab NIM: 809018300501
Di bawah bimbingan
Burhanudin Milama, M.Pd NIP. 19770201 200801 1 001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVESITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
LERMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul: Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Makhluk Hidup dan Fungsinya (Studi Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar). Disusun oleh: Wahab, NIM: 809018300501, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 25 Oktober 2013
Yang mengesahkan
Burhanudin Milama, M.Pd NIP. 19770201 200801 1 001
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Skirpsi berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Mahluk Hidup dan Fungsinya (Studi Penelitian Pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar Cibening, Pamijahan, Bogor) Disusun oleh: Wahab, NIM: 809018300501, Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosah pada tanggal 23 September 2013 dihadapan dewan penguji karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.) dalam bidang pendidikan. Jakarta, 3 April 2014 Panitia Ujian Munaqosah Panitia Munaqosah Ketua Panitia (Ketua Program Studi (PGMI)
Tanggal
TandaTangan
Fauzan, MA NIP.19810623 200912 1003
Penguji I Dr. Zulfiani, M.Pd NIP. 19760309 2005012002
Penguji II Fathia Alatas, M.Si NIP.19761107 2007011013 Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dra. Nurlena Rifa’i, MA.Ph.D NIP. 19591020 198603 2001
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Wahab
NIM
: 809018300501
Jurusan/ Prodi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK)
Bahwa Skripsi yang Berjudul: Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Makhluk Hidup dan Fungsinya (Studi Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV MI
Matla’ul Anwar)
adalah benar hasil karya sendiri di bawah
bimbingan dosen:
Nama
: Burhanudin Milama, M.Pd
NIP
: 19770201 200801 1 001
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya siap menerima segala konsekuensinya apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 25 September 2013 Yang Menyatakan
Wahab
ABSTRAKSI
Wahab: Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Makhluk Hidup dan Fungsinya (Studi Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar), 2013. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran talking chips. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, penelitian ini dilaksanakan di MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor dan obyek yang diteliti terbatas pada satu kelas yaitu kelas IV, dengan jumlah siswa 20 orang siswa. Pengambilan data melalui observasi dan Test (Pretest dan Postest). Penerapan model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai 20 siswa pada siklus I ratarata pretest 50,5 setelah dilakukan treatment atau tindakan dan dilakukan postest ratarata nilai meningkat menjadi 68. Pada siklus I siswa yang dinyatakan lulus sesuai dengan KKM mencapai 45%, sementara harapannya adalah mencapai 75% siswa dari Standar Kompetensi. Dengan perincian yang dinyatakan lulus sebanyak 9 siswa dengan perincian 7 siswa atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa atau sekitar 10% mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang dinyatakan tidak lulus sebanyak 11 siswa atau sekitar 55% karena nilai skor tesnya kurang dari 70, sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPA yang telah ditentukan oleh madrasah. Kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.36, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 36%. Pada siklus II rata-rata pretest 64 setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan Model Pembelajaran Talking Chips dilakukan postest rata-rata nilai meningkat menjadi 77. Tingkat keberhasilan siswa pada siklus II, yang dinyatakan lulus sebanyak 20 siswa dengan perincian 18 siswa mendapatkan nilai pada kategori baik atau 90% dan 2 siswa mendapatkan nilai sangat baik atau 10%. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh siswa telah mendapatkan nilai sesuai dengan KKM , artinya penelitian tindakan pada siklus II telah mencapai target minimal pencapaian 75% siswa mendapatkan nilai mencapai KKM. kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.37, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 37%. Kata Kunci: Talking Chips, Hasil Belajar, dan Konsep Alat Tubuh Makhluk Hidup dan Fungsinya
i
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkanNya, sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Makhluk Hidup dan Fungsinya (Studi Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar)”. Dalam kesempatan ini penulis akan menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa arahan dan dorongan selama penulis studi. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada yang terhormat : 1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D, sebagai dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Fauzan, MA sebagai Ketua Program Study, atas kebijakan, perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. 3. Burhanudin Milama, M.Pd sebagai pembimbing, yang telah banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan sehingga skripsi ini terwujud. 4. Kepala Sekolah beserta dewan guru, karyawan dan semua siswa MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan yang telah membantu kelancaran selama penelitian. 5. Kedua orang tua, istri dan anak penulis yang telah banyak membantu dan memberikan
semangat
serta
penuh
pengertian
selama
penulis
menyelesaikan studi. 6. Teman-teman mahasiswa PGMI semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dorongan dan motivasinya. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan yang telah diperbuat dengan pahala yang mulia disisi Allah SWT.Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para
ii
pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kemajuan penulis dimasa yang akan datang.
Jakarta, 25 Oktober 2013
Wahab
iii
DAFTAR TABEL NO
NAMA
1.
Tabel. 2.1
2.
Tabel. 2.2
KETERANGAN
HALAMAN
Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional Langkah-langkah
Model
Pembelajaran
Kooperatif Cara-cara
Pembelajaran
Kooperatif
Model
9
15
3.
Tabel. 2.3
4
Tabel 3.1
Posisi dan Peran Peneliti dalam Penelitian
34
5
Tabel 3.2
Kisi-kisi Pretest dan Postest Siklus I dan II
43
6
Tabel 4.1
Data hasil pretest dan posttest siklus I
52
7
Tabel 4.2
8
Tabel 4.3 Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II
55
9
Tabel 4.4 Hasil Observasi Siklus II
59
10
Tabel 4.5
11 12
Tallking Chips
Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I
Data hasil posttest dan pretest siklus II
Tabel 4.6 Rekapitulasi Postest Siklus I dan Postest Siklus II Tabel 4.7 Tabel Perbandingan Hasil Observasi Belajar
19
53
60 62 63
Siklus I dan II
iv
DAFTAR GAMBAR NO
NAMA
KETERANGAN
HALAMAN
1.
Gambar. 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
34
2.
Gambar 3.2
36
Model Skema Penelitian Tindakan Hopkins
v
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
1
RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II.
Lampiran
3
Lembar Observasi
Lampiran
4
Lembar Postest siklus I dan siklus II
Lampiran
5
Permohonan Izin Penelitian
Lampiran
6
Surat Penerimaan Izin Penelitian
vi
DAFTAR ISI
Halaman Abstrak ----------------------------------------------------------------------------------
i
Kata Pengantar -------------------------------------------------------------------------
ii
Daftar Tabel ----------------------------------------------------------------------------
iv
Daftar Gambar -------------------------------------------------------------------------
v
Daftar Lampiran ------------------------------------------------------------------------
vi
Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------------
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah -----------------------------------------------
1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ------------------------------
6
C. Pembatasan Fokus Penelitian ------------------------------------------
6
D. Perumusan Masalah Penelitian ---------------------------------------
7
E. Tujuan Penelitian --------------------------------------------------------
7
F. Kegunaan Hasil Penelitian ---------------------------------------------
7
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAN INTERVESI TINDAKAN A. Kajian Teoritis -----------------------------------------------------------
8
1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ---------------------------------
8
a. Prinsip Dasar dan Ciri dalam Pembelajaran Kooperatif ---
13
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif -----------------------------
14
c. Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif -----------------
15
2. Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips -----------------
16
a. Cara Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips -----
18
b. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips -------------------------------------------
19
c. Persamaan dan Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips dengan Model Kooperatif lain -------------vii
20
3. Hasil Belajar ----------------------------------------------------------
20
a. Pengertian Hasil Belajar ---------------------------------------
21
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ------------------
22
4. Pembelajaran IPA ----------------------------------------------------
26
a. Pengertian Belajar ----------------------------------------------
26
b. Pengertian Pembelajaran --------------------------------------
27
c. Pengertian IPA --------------------------------------------------
28
B. Penelitian yang Relevan ------------------------------------------------
29
C. Hipotesis Tindakan ------------------------------------------------------
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian -----------------------------------------
31
B. Metode dan Desain Penelitian -----------------------------------------
31
C. Subjek Penelitian --------------------------------------------------------
34
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian --------------------------
34
E. Tahap Intervensi Tindakan ---------------------------------------------
35
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan -------------------------
39
G. Data dan Sumber Data --------------------------------------------------
40
H. Instrumen Pengumpulan Data -----------------------------------------
40
I. Teknik Pengumpulan Data ---------------------------------------------
41
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ---------------------------------
44
K. Analisis Data dan Interpretasi Data -----------------------------------
45
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan -------------------------------
47
BAB IV DISKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data------------------------------------------------------------------
48
1. Siklus I ---------------------------------------------------------------------
48
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ------------------------------------
48
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I -------------------------------------
49
c. Hasil Tindakan Siklus I ---------------------------------------------
50
d. Refleksi Tindakan Siklus I------------------------------------------
55
2. Siklus II --------------------------------------------------------------------viii
56
a. Perencanaan Tindakan Siklus II -----------------------------------
56
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ------------------------------------
57
c. Observasi Tindakan Siklus II---------------------------------------
58
d. Refleksi Tindakan Siklus II-----------------------------------------
60
B. Analisis Data------------------------------------------------------------------
62
C. Pembahasan ------------------------------------------------------------------
65
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan --------------------------------------------------------------------
71
B. Saran ----------------------------------------------------------------------------
72
DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------
73
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi kebiasaan cara belajar juga berpengaruh pada hasil yang diinginkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan, faktor lain adalah faktor ekstern contohnya faktor keluarga, faktor sekolah serta faktor masyarakat. Setiap siswa mempunyai karakteristik yang beragam. Salah satu siswa dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami berbagai kesulitan, sedangkan tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapai berada di bawah semestinya. Proses belajar mengajar dilakukan oleh guru di kelas, diarahkan pada pemberian pengalaman bagi para siswa, sehingga secara kultural dan pribadi akan terjadi kegiatan belajar mengajar yang relevan antara guru dan siswa. Dengan demikian, pengolahan, pengarahan dan kemudahan belajar di kelas merupakan tugas penting bagi penyelenggara pendidikan formal di semua jenjang. Kegiatan belajar mengajar yang baik dan menguntungkan jika guru mengetahui sacara tepat faktor-faktor yang menunjang terciptanya kondisi tersebut. Guru mengenal masalah-masalah yang dianggap bisa merusak situasi dan iklim belajar mengajar. Selain itu, guru harus menguasai beberapa pendekatan dalam mengelola kelas atau mengatur kelas. Dengan kata lain, bahwa
progam
kelas
akan
terlaksana
1
dengan
baik
apabila
guru
2
mendayagunakan secara maksimal potensi kelas yang terdiri dari tiga unsur yaitu: guru, siswa, dan pengelolaan kelas. UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1 Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.2 Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini dimana siswa hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.3 Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi (SK)dan kompetensi dasar (KD). Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual. Siswa hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Siswa tidak dibiasakan
1
Ine Kusuma Aryani dan Markum Susatim. Pendidikan Berbasis Nilai.(Bogor: Galia Indah, 2010) h. 10 2 Bambang Sutedjo. Panduan Pengembangan Pembelajaran Ipa Terpadu Jakarta: Pusat Kurikulum,Balitbang Depdiknas(2010) Hlm 4,tersedia di Www.Puskur.Net 3 Ibid., h. 5
3
untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri.4 Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah siswa per kelas yang terlalu banyak.5 Berdasarkan hasil observasi yang telah penulis lakukan di lokasi penelitian yaitu di kelas IV MI Matlaul Anwar Cibening Pamijahan Bogor, proses pembelajaran masih menggunakan metode konvensional yaitu menggunakan metode ceramah, sehingga pembelajaran masih terpusat pada guru, semua informasi berpusat pada guru dan pembelajaran berlangsung searah. Pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan belum memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal. Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan
lingkungan
jarang
dilakukan.
Guru
IPA
sebagian
masih
mempertahankan urutan-urutan dalam buku tanpa memperdulikan kesesuaian dengan lingkungan belajar siswa. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan, sehingga proses pembelajaran cenderung menyebabkan suasana membosankan. Dari pembelajaran konvensional di atas berdampak terhadap hasil belajar. Siswa di kelas IV yang saya ajar pada nilai ulangan IPA 30 persen yang mencapai KKM, untuk nilai ulangan harian pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya. Konsep pembelajaran IPA menuntut adanya perubahan peran guru. Pada konsep konvensional guru lebih berperan sebagai transformator, artinya guru berperan hanya sebagai penyampai informasi, ide, atau gagasan, dan guru berada didepan kelas menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa hanya mendengar, menyimak, dan mencatat, kadang siswa diselingi pertanyaan dan latihan. Pola ini membuat siswa kurang aktif hanya menerima materi saja, 4 5
Ibid., h. 5 Ibid., h. 5
4
seperti halnya analogi gelas yang siap diisi air. Kondisi ini tidak sesuai dengan konsep pembelajaran (instructional) . Pembelajaran memandang siswa sebagai individu yang aktif, memiliki kemampuan dan potensi yang perlu dieksplorasi secara optimal. Agar pembelajaran lebih optimal, maka model pembelajaran harus efektif dan selektif sesuai dengan konsep yang diajarkan, sehingga siswa termotivasi untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Selain memandang penting peran aktif siswa dalam belajar, pembelajaran juga menuntut peran guru lebih luas. Diantara tugas guru tersebut adalah guru tidak hanya menerangkan dan menjelaskan materi kepada siswa, tetapi juga mengajak siswa untuk ikut
akif dalam proses belajar mengajar tersebut, karena
keberhasilan suatu proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh kualitas dan kemampuan guru. Pemilihan metode atau model pembelajaran yang tepat, tidak hanya mempertimbangkan tujuan pendidikan, tetapi juga harus mempertimbangkan keaktifan, potensi dan tingkat perkembangan siswa yang beragam, serta bagaimana memotivasi siswa. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mempunyai kreativitas yang tinggi dalam menggunakan model pembelajaran untuk menunjang tercapainya proses belajar mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif adalah pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam model, salah satunya adalah talking chips. Di dalam talking chips siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 4-5 orang perkelompok. Dalam kelompoknya para siswa diminta untuk mendiskusikan suatu masalah atau materi pelajaran. Kemudian setiap kelompok diberikan 4-5 kartu yang digunakan untuk siswa berbicara. Setelah siswa mengemukakan pendapatnya, maka kartu disimpan di atas meja kelompoknya. Proses dilanjutkan sampai seluruh siswa dapat menggunakan kartunya untuk berbicara. Cara ini membuat tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif berkomunikasi dengan guru atau siswa lainnya
5
di dalam kelas, sehingga terjadilah suatu pembelajaran yang hidup di dalam kelas. ”Talking Chips mempunyai dua proses yang penting, yaitu; proses sosial dan proses dalam penguasaan materi”6. Proses sosial berperan penting dalam talking chips yang menuntut siswa untuk dapat bekerjasama dalam kelompoknya, sehingga para siswa dapat membangun pengetahuan mereka di dalam suatu bingkai sosial yaitu pada ke lompoknya. Para siswa belajar untuk berdiskusi, meringkas, memperjelas suatu gagasan, dan konsep materi yang siswa pelajari, serta dapat memecahkan masalah-masalah. Penerapan pembelajaran model talking chips, akan memberikan motivasi siswa dan pengalaman siswa dalam belajar. Namun Pendekatan model pembelajaran talking chips masih belum dikenal di MI Matlaul Anwar, sehingga guru belum mempertimbangkan
pernah menggunakan pendekatan ini, dengan
usaha-usaha
agar
siswa
dapat
belajar
dengan
menyenangkan dan memperoleh manfaat besar sesuai dengan kebutuhan kurikulum maka perlu dilakukan penelitian tentang upaya meningkatkan proses dan hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Matlaul Anwar melalui pembelajaran model talking chips. Pembelajaran model talking chips yang diterapkan pada pokok bahasan konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya
juga diharapkan dapat
meningkatkan motivasi siswa secara efektif dan dapat menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar ke arah pembelajaran yang menciptakan interaktif sesama siswa, sehingga siswa dapat terdorong minat dan motivasinya untuk belajar IPA yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar kimia. Hasil belajar atau prestasi merupakan hasil dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Agar proses pembelajaran IPA dapat berjalan dengan baik dan tercapai tujuan pembelajaran IPA tersebut, maka diperlukan suatu strategi yang tepat supaya hasil yang dicapai maksimal dan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Guru harus dapat memilih metode-metode yang sesuai dengan 6
Sonia Kasal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm
6
pokok bahasan yang disampaikan, dan mempunyai cara-cara yang menarik sehingga siswa mempunyai minat dan motivasi yang tinggi terhadap pelajaran IPA, dengan demikian prestasi mudah diraih. Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini peneliti ingin mencoba mengaplikasikan sebuah model pembelajaran dengan teknik taking chip, dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Matla’ul Anwar. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Makhluk Hidup dan Fungsinya (Studi Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar)“. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut: 1. Sebagian siswa beranggapan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah mata pelajaran yang sulit dimengerti . 2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih rendah dalam konsep alat tubuh makhluk dan fungsinya. 3. Guru masih menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan materi pembelajaran. C. Pembatasa Masalah Supaya
permasalahan
yang dikaji
dapat
terarah dan untuk
menghindari penyimpangan dari masalah yang diteliti, maka perlu adanya pembatasan masalah. Masalah di sini dititik beratkan pada: 1.
Penerapan model pembelajaran talking chips di MI Matlaul Anwar.
2.
Hasil belajar siswa yang diukur hanya pada aspek kognitif.
7
D. Perumusan Masalah Bertolak dari pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat perumusan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa di kelas IV MI Matlaul Anwar dengan menggunakan model pembelajaran talking chips? E. Tujuan Penelitian Bertolak dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui model pembelajaran talking chips. F. Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan bagi pihak-pihak terkait, berikut peneliti uraikan kegunaan hasil penelitian: 1. Bagi Madrasah Penelitian ini semoga berguna dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan prestasi, minat belajar dan kualitas dalam pelaksanaan pendidikan. 2. Bagi Guru Memperluas wawasan, pengetahuan, dan keterampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran talking chips pada mata pelajaran IPA. 3. Bagi siswa Penelitian ini semoga dapat mendorong siswa agar dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Kajian Teoritis 1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Kooperatif adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Inggris dengan kata kerja to cooperate
yang
berarti bekerja bersama-sama. Sedangkan
kooperatif dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti bersifat kerjasama. Secara umum, pengertian pembelajaran kooperatif ditafsirkan berbeda-beda oleh para ahli. Seperti yang dikutip oleh Miftahul Huda, menurut Roger, dkk (1992) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara social di antara kelompok-kelompok belajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain .1 Menurut Anita Lie,
mendefinisikan pembelajaran kooperatif
atau
pembelajaran bergotong royong merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerjasama sesamanya pada saat mengerjakan tugas terstruktur.2 Sedangkan
menurut Eggen dan Kauchak
dalam Hasan Fauzi Maufur pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok–kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh 1
Miftahul Huda, COOPERATIF LEARNING (Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 29 2 Anita Lie, COOPERATIF LEARNING (Mempraktikkkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas.(Jakarta:Kencana, 2008), hal.12.
8
9
guru dan saling membantu t eman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.3 Dari beberapa pengertian pembelajaran kooperatif yang dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam suatu kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, tiap anggota kelompok saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai hasil belajar yang baik. Pembelajaran kooperatif mempunyai asumsi bahwa untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran, siswa perlu menjadi bagian dari satu sistem kerjasama dalam kelompok. Yang perlu diperhatikan
dalam
pembelajaran kooperatif adalah keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan semata, tetapi juga oleh peran masing-masing anggota secara bersama di dalam kelompok. Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan konvensional dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional.4 Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya, sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya. Pimpinan kelompok dipilih secara 3
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sehingga anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”. Kelompok homogen.
belajar
Pemimpin
kelompok
biasanya
sering
Hasan Fauzi Maufur, Sejuta Jurus Mengajar Mangasikkan. (Semarang: Sindur Press, 2009) h. 129 4 Nurhadi dkk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004) h. 62-63
10
demokratis atau bergilir untuk ditentukan oleh guru atau kelompok memberikan pengalaman memimpin dibiarkan untuk memilih bagi para anggota kelompok. pemimpinnya dengan cara masingmasing. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti: kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok. Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).
Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas
Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping belajar
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
akademik,
pembelajaran
kooperatif
juga
efektif
untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model kooperatif telah meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Selain itu, model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interpendensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan,
dan struktur
11
reward. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir, struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerjasama atau kompetisi yang dibituhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.5 Penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Pembelajaran kooperatif juga dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,
m emecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan, maka siswa perlu diajarkan keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif tersebut berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dapat dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok. Lungren dalam Hasan Fauzi Maufur, menyusun
keterampilan-
keterampilan kooperatif tersebut secara terinci dalam tiga tingkatan keterampilan. Tingkatan tersebut yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.6 a. Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain: 1) Berada
dalam tugas,
yaitu
menjalankan tugas
sesuai
dengan
tanggungjawabnya. 2) Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas tertentu dan mengambil tanggungjawab tertentu dalam kelompok. 3) Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota kelompok untuk memberikan konstribusi. 4) Menggunakan kesempatan, yaitu menyamakan persepsi/pendapat.
5 6
Anita Lie. Op. Cit., h. 14 Hasan Fauzi Maufur, Op. Cit., h. 130-131
12
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain: 1) Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan verbal agar pembicara mengetahui anda secara energik menyerap informasi. 2) Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut. 3) Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat berbeda. 4) Memeriksa ketepatan, yaitu
membandingkan jawaban, memastikan
bahwa jawaban tersebut benar. c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir Keterampilan
kooperatif
tingkat
mahir
ini
antara
lain:
mengolaborasi, yaitu memperluas konsep, membuat kesimpulan dan menghubungkan pendapat- pendapat dengan topik tertentu. Pembelajaran
kooperatif
diharapkan
dapat
meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, belajar untuk bekerjasama, menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab antara sesama siswa terhadap kelompoknya untuk memperoleh yang terbaik bagi kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
kooperatif merupakan suatu pendekatan pengajaran yang mengutamakan siswa untuk saling bekerjasama
satu
dengan yang lainnya untuk
memahami dan mengerjakan segala tugas belajar mereka. Beberapa unsur penting dalam pembelajaran kooperatif meliputi kerjasama
dalam
menyelesaikan tugas, mendorong untuk bekerjasama yang terstruktur, tanggungjawab individu dan kelompok yang heterogen. Pembelajaran kooperatif digunakan dalam kelas yang selalu diliputi kerjasama dalam menyelesaikan tugas. Dalam kelompok belajar, semua anggota kelompok bekerjasama dan tidak memiliki respon yang terpisah.
13
a. Prinsip Dasar dan Ciri-ciri dalam Pembelajaran Kooperatif Adapun prinsip dasar dan elemen yang terkait dalam pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi dkk sebagai berikut7: 1) Saling ketergantungan positif. Dalam hal ini, dituntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan antara lain dalam hal pencapaian tujuan, penyelesaian tugas, bahan dan sumber, peran, dan hadiah. 2) Interaksi tatap muka. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar dan sumbangan pemikiran dalam pemecahan masalah, siswa harus mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara efektif. 3) Pertangungjawaban
individu.
Setiap
individu
dalam
kelompok
bertanggung jawab terhadap nilai kelompok, penilaian kelompok didasarkan pada rata-rata nilai semua anggota kelompok
secara
individu. 4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi merupakan keterampilan sosial
yang harus dimiliki
dan diajarkan
pada
siswa seperti:
tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, berani mempertahankan pikiran logis, mengkritik ide bukan
mengkritik
teman, tidak mendominasi orang lain, dan mandiri. Sedangkan menurut Shepardson dalam aninditya Sri Nugraheni, ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut8: 1) Guru harus mengupayakan terwujudnya interaksi antar siswa yang berada
dalam
sebuah
kelompok
(student-to-student interaction).
Oleh karena itu, guru harus dapat menciptakan kondisi yang mampu memberikan kesempatan yang merata kepada anggota kelompok untuk memberikan pendapat, pendapat, 7
ataupun
menyampaikan ringkasan, mempertahankan
memberikan
jalan
keluar
jika mengalami
Nurhadi dkk, Op. Cit., h. 61-62 Aninditya Sri Nugraheni, Penerapan Strategi Cooperatif Learning dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pedagogia, 20012) h. 47 8
14
permasalahan dalam diskusi. 2) Guru harus menciptakan interpendensi positif di kalangan anggota kelompok.
Artinya,
masing-masing
anggota
kelompok
harus
diupayakan terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, pendidik perlu menjelaskan kepada kelompok bahwa masing-masing anggota harus membiasakan diri mendengarkan dengan bak pendapat anggota lain, menerima pendapat anggota lain, dan berupaya dapat membantu teman lain menyumbangkan pikirannya. 3) Kemampuan masing-masing anggota kelompok diperhitungkan secara adil (individual acountability). Di dalam pembelajaran kooperatif, tidak ada peserta kelompok yang diperbolehkan mengemukakan pendapatnya secara sukarela, masing-masing anggota kelompok akan menyampaikan pendapatnya. Oleh kelompok akan
karena itu, seorang
anggota
menerima tugas dari pendidik, misalnya sebagai
pemimpin kelompok, sebagai perumus
hasil diskusi, atau sebagai
penyamapi hasil diskusi. 4) Pembelajaran kooperatif menekankan
pada
pencapaian
tujuan
bersama (group process skill). Pembelajaran ini mengajarkan kepada siswa untuk saling memberi informasi, saling mengajarkan jika anggota
kelompok yang belum mampu,
dan
ada
saling menghargai
pendapat anggotanya. b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Pengelolaan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif memiliki 3 tujuan yang ingin dicapai, yaitu:9 1) Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa yang sulit.
9
Ibid., h. 48
15
2) Pengakuan adanya keragaman Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan latar belakang tersebut diantaranya: perbedaan suku, agama, ras, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3) Pengembangan keterampilan sosial Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
oang lain,
bekerja dalam kelompok, dan
sebagainya. c. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif.
Langkah-langkah
itu
ditunjukkan pada Tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2 : Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif10
Langkah-Langkah
Tingkah Laku Guru
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Pengajar menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa belajar Menyajikan informasi Pengajar menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Mengorganisasikan siswa ke dalam Pengajar menjelaskan kepada siswa kelompokkelompok belajar bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Membimbing kelompok bekerja dan Pengajar membimbing kelompok Belajar belajar pada saat siswa mengerjakan tugas Evaluasi Pengajar mengevaluasi hasil 10
Ahmad Noor Fatirul, Cooperatif Learning, Trimanjuniarso.wordpress.com/Cooperatif-Learnig.pdf, h. 20
google:
www.
16
belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing anggota kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Pengajar mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
Memberikan penghargaan
2.
Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips Talking adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa inggris yang berarti berbicara, sedangkan chips yang berarti kartu. Jadi arti talking chips adalah kartu untuk berbicara. Sedangkan talking chips dalam pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dilakukan
dalam
kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang, masing-masing anggota kelompok membawa sejumlah
kartu yang berfungsi untuk menandai
apabila mereka telah berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke atas meja. Model
pembelajaran talking
chips atau kancing gemerincing
merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif. “ Teknik belajar mengajar kancing gemerincing dikembangkan oleh Spender Kagan(1992)”.11 Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik. Kegiatan kancing gemerincing membutuhkan pengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok. Teknik ini dapat memberikan kontribusi siswa secara merata. Teknik ini dapat digunakan untuk berdiskusi, mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain ataupun untuk saling mengevaluasi hapalan. Teknik kancing gemerincing dirancang untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya juga ada
11
Masitoh dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajar. (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI, 2009) h. 244
17
anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan.12 Dengan menerapkan teknik talking chip ini dalam proses pembelajaran, diharapkan semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk aktif dalam mengemukakan pendapat sehingga terjadi pemerataan kesempatan dalam pembagian tugas kelompok. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lie bahwa “dalam kegiatan kancing gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka serta mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain”.13 Di dalam talking chips (1) siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 4-6 orang perkelompok. (2) kelompoknya para siswa diminta untuk mendiskusikan suatu masalah atau materi pelajaran. ( 3 ) Setiap kelompok diberi 4-5 kartu yang digunakan untuk siswa berbicara. Setelah siswa mengemukakan pendapatnya, maka kartu disimpan di atas meja kelompoknya. Proses dilanjutkan sampai seluruh siswa dapat menggunakan kartunya untuk berbicara. Cara ini membuat tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Disamping itu, penerapan model pembelajaran suatu
kooperatif
model pembelajaran
teknik
talking
chips
merupakan
yang berpusat pada siswa
(student
oriented), dimana model pembelajaran ini sesuai menempati posisi sentral
sebagai
subyek
belajar melalui aktivitas mencari dan
menemukan materi pelajaran sendiri. Talking chips mempunyai dua proses yang penting, yaitu;14 proses sosial dan proses dalam penguasaan
materi. Proses sosial
berperan penting dalam talking chips yang menuntut siswa untuk dapat bekerjasama 12
dalam
kelompoknya,
sehingga
para
siswa
dapat
Lukman Zain. Pembelajaran Fiqih. (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI, 2009) h. 138 Asrul dkk. Pengaruh Peggunaan Teknik Talking Chip Terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Kelas VII SMPN 1 IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. ( Pillar of Physics Education, vol. 1. April 2013, 97-103) h. 98 14 Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm 13
18
membangun pengetahuan mereka di dalam suatu bingkai sosial yaitu pada kelompoknya. Para siswa belajar untuk berdiskusi, meringkas, memperjelas suatu gagasan, dan konsep materi yang mereka pelajari, serta dapat memecahkan masalah-masalah. Talking
Chips
mempunyai
tujuan
tidak
hanya
sekedar
penguasaan bahan pelajaran, tetapi adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. pembelajaran
Hal
ini
menjadi
kooperatif. Disamping itu,
ciri
khas
dalam
talking chips merupakan
metode pembelajaran secara kelompok, maka kelompok merupakan tempat
untuk
mencapai
membuat siswa untuk
tujuan sehingga kelompok harus mampu belajar.
Dengan demikian semua anggota
kelompok harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain dengan kelompoknya, siswa juga dapat berinteraksi dengan anggota
kelompok
lain
sehingga
tercipta
kondisi
saling
ketergantungan positif di dalam kelas mereka pada waktu yang sama. Proses penguasaan materi berjalan karena para siswa dituntut untuk dapat menguasai materi. a. Cara pembelajaran kooperatif model Talking Chips Terdapat lima langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada Tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3 : Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model talking chips15 No 1.
Guru menyiapkan kotak kecil yang berisikan kancing-kancing.
2.
Setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat ide harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya ditengah-tengah.
3.
15
Tahap kegiatan
Masitoh dan Laksmi Dewi. Op. Cit., h. 244
19
4.
5.
Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali
b. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif
model
Talking Chips. Dalam pembelajaran kooperatif model talking chips masingmasing
anggota
kelompok
mendapatkan
kesempatan
untuk
memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain dalam kelompoknya. Keunggulan lain dari model
ini
adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan
kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok kooperatif yang lain sering ada anggota yang selalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, ada juga anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan selalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Model pembelajaran talking chips memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta. Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran talking chips diantaranya: 1) Tidak semua konsep dalam IPA dapat mengungkapkan model talking hips, disinilah tingkat profesionalitas seorang guru dapat dinilai. Seorang guru yang profesional tentu dapat memilih metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran. 2) Pengelolaan waktu saat persiapan
dan pelaksanaan
perlu
diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dalam proses pembentukan pengetahuan siswa.
20
3) Pembelajaran model talking chips adalah model pembelajaran yang menarik namun
cukup sulit
dalam
pelaksanaannya, karena
memerlukan persiapan yang cukup sulit. Selain itu dalam pelaksanaannya guru dituntut untuk dapat mengawasi setiap siswa yang ada di kelas. Hal ini cukup sulit dilakukan terutama jika jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak. c. Persamaan dan
perbedaan pembelajaran
kooperatif
model
Talking Chips dengan model-model pembelajaran kooperatif lainnya. Semua
model-model
pembelajaran
kooperatif
yang
berlandaskan metode pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan, ciriciri, unsur-unsur, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan pembelajaran yang sama, akan tetapi setiap model dalam pembelajaran kooperatif mempunyai ciri khas tertentu. Pembelajaran kooperatif model talking chips dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan idenya, sehingga tidak ada siswa yang mendominasi dan siswa yang diam saja. Pembelajaran kooperatif model talking chips dapat membantu guru untuk memonitor tanggung jawab individu siswa. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif model talking chips juga akan
melatih
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal dalam hidup bermasyarakat, sehingga sangat penting bagi guru untuk membekali sebelumnya dengan kemampuan berkomunikasi, mengingat bahwa tidak semua siswa memiliki tingkat kemampuan untuk berkomunikasi. 3. Hasil Belajar Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk melihat bagaimana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat dan dapat dipercaya, kita memerlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif
21
dan memadai tentang indikator-indikator perubahan perilaku dan pribadi para siswa. Oleh sebab itu, kita biasanya berusaha mengambil cuplikan saja yang diharapkan mencerminkan keseluruhan perubahan perilaku itu. Tetapi sebelumnya indikator-indikator tentang hasil belajar (prestasi) sebagai tujuan pendidikan, penulis akan membahas tentang: a.
Pengertian Hasil Belajar Menurut Zainal Arifin “kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu
prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “Prestasi” yang berarti „hasil usaha‟. Istilah „prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa”.16 Di dalam buku Kamus Bahasa Indonesia untuk pendidikan dasar yang disusun oleh Qonita Aliya bahwa “prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya
)”.17 Sedangkan belajar
berarti belajar memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih ; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Tidak jauh dari pengertian yang dikemukakan oleh Mas‟ud, Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan yang dimiliki siswa,setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Hadari Nawawi hasil belajar adalah “tingkat keberhasilan murid untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes 16
Zainal Arifin.Evaluasi Pembelajaran.(Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI, 2009) h. 11 Qonita Alya Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar. (Jakarta: PT INDAH JAYA Pratama 2009) h.568 17
22
mengenai sejumlah materi. Dalam dunia pendidikan, bentuk penilaian dari suatu prestasi biasanya dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka. Jadi, hasil belajar adalah hasil yang diraih oleh siswa dari aktivitas belajarnya yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat diwujudkan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka. Hasil belajar yang didapatkan dalam suatu
oleh seorang siswa bersifat sementara kadang kala
tahapan belajar, siswa yang berhasil secara gemilang dalam
belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal. Seperti angka raport rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan sebagainya. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu “Faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. 1) Faktor Internal Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa . Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni : a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran
organ-organ
tubuh
dan
sendi-sendinya,
dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi
kualitas
siswa.Diantaranya adalah:
dan
kuantitas
perolehan
pembelajaran
23
a) Intelegensi siswa Jean piaget dalam Muhammad Asrori mengatakan bahwa intelligence atau kecerdasan yaitu “seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif termasuk kemampuan-kemampuan mental yang komplek seperti berpikir, memahami, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengvaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan”.18 Tingkat kecerdasan merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika tingkat kecerdasan rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula. Clark mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. b) Sikap siswa Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas belajar adalah sikap. Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi “Sikap merupakan salah satu ranah perilaku manusia atau siswa yang merupakan bagian dari tujuan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari ranah kognitif dan psikomotorik. Sikap yang dimiliki seseorang mempengaruhi tindakan orang tersebut terhadap suatu objek, orang atau peristiwa”.19 Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar siswa.Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga prestasi belajar yang di capai siswa akan kurang memuaskan. c) Bakat siswa 18 19
Muhammad Asrori. Psikologi Pembelajaran. (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009) h. 48 Masitoh dan Laksmi Dewi. Op. Cit., h. 47
24
Sebagaimana halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar tertentu. Secara umum bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Siswa yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar. d) Minat siswa Menurut Getzel dalam Harun Rasyid dan Mansur, “Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian”.20 Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. siswa yang menaruh minat besar terhadap bidang studi tertentu akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lain, sehingga memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. e) Motivasi Siswa Callahan and Clark dalam E. Mulyasa mengemukakan bahwa “motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Siswa akan belajar sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi”.21 Tanpa motivasi yang besar, siswa akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu minat intrinsik dan minat ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan 20
Harun Rasyid dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. (Bandung: CV Wacana Prima, 2009) h. 17 E. Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Suatu Panduan Praktis). (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, Cet ke-8) h. 264. 21
25
keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi yang dipandang lebih esensial adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal (faktor dari luar siswa),yakni kondisi/keadaan lingkungan di sekitar siswa . Adapun faktor ekstern yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah : a) Lingkungan sosial Lingkungan sosial siswa di sekolah adalah para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelasnya,yang dapat mempengaruhi semangat
belajar
siswa.
Masyarakat,
tetangga
dan
teman-teman
sepermainan di sekitar perkampungan siswa juga termasuk lingkungan sosial bagi siswa. Namun lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di capai siswa. b) Lingkungan non sosial Lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
4. Pembelajaran IPA
26
a. Pengertian belajar A. Tafsir dkk mengemukakan bahwa belajar adalah“ suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya”.22 Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Sejalan dengan pendapat di atas,
A. Tafsir mengutip
beberapa pendapat 1) Arif S. Sadiman mengatakan “ Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi sampai keliang lahat nanti”
23
2) Oemar
Hamalik berpendapat bahwa “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan”.24 Lukmanul Hakim menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “belajar pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang
terjadi
dari
adanya
interaksi
antara
seseorang
dengan
25
lingkungannya”. Jadi perubahan tingkah laku adalah hasil belajar. Artinya, seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Gegne dalam Najib Sulhan mengemukakan bahwa “belajar adalah sebuah
proses
perubahan
tingkah
laku
yang meliputi
perubahan
kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja)”.26 M. Dalyono mendefinisikan belajar sebagai “Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya”. 27 Perubahan tingkah laku atau pengalaman itu berkat adanya pengalaman dan latihan. 22
Tafsir, A, Pengembangan Wawasan Profesi Guru. (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2009), h. 15 23 Ibid., h. 26 24 Ibid., h. 26 25 Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran. (Bandung: CV Wacana Prima 2009), h. 142 26 Najib Sulhan, Pembangunan Karakter pada Anak. (Surabaya: SIC 2010) h. 5 27 M. Dalyono.Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Renika Cipta, 2010 Cet ke-6) h. 49
27
Syaiful Bahri Djamarah dkk., mengatakan “belajar adalah “Proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organism atau pribadi”. 28 Bertolak dari beberapa definisi di atas, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Itu artinya bahwa dalam belajar terdapat tingkah laku yang mengalami perubahan sebagai akibat dari interaksi dan pengalaman serta latihan, dan karena itu, perubahan tingkah laku yang disebabkan bukan oleh latihan dan pengalaman tidak digolongkan sebagai belajar. Belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisme sebagai hasil pengalaman. b. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata “ajar” ini lahirlah kata kerja “belajar” yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dan kata “pembelajaran” berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan pe -dan akhiran an yang merupakan konflik nominal yang mempunyai arti proses. Najib Sulhan mengatakan pembelajaran adalah “suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien”. 29 Berdasarkan pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan 28
Syaiful Bahri Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar . (Jakarta: Renika Cipta, 2006 Cet Ke-6) h. 10 29 Najib Sulhan, Op. Cit., h. 7
28
suatu proses atau usaha yang telah dirancang dan didesain secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien, yaitu dapat terbentuk suatu karakter yang baik dan positif dalam diri siswa itu sendiri dan dalam kondisi tertentu, selain itu siswa mendapatkan ilmu pengalaman dan pengetahuan dari apa yang telah diajarkan. Pembelajaran adalah suatu kata yang memiliki arti sama dengan kata mengajar. Kata mengajar memiliki arti yang kompleks dan beraneka macam sesuai dengan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan. Para ahli mengemukakan berbagai pengertian tentang mengajar bahwa, Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak sekedar menyampaikan informasi dari guru ke siswa, namun banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa. Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Sasaran akhir dari proses pengajaran adalah siswa belajar. c. Pengertian IPA Pembelajaran IPA bagi sebagian guru cenderung diajarkan secara konseptual saja, bersifat hafalan dan kurang mementingkan proses pemahaman dan pembinaan konsep. Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali seperti di sekolah, di halaman, di perpustakaan, di pedesaan dan sebagainya. Sarifuddin dan Winataputra mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi 5 kategori yaitu manusia, buku/perpustakaan, media masa, alam lingkungan dan media pendidikan. Namun guru biasanya kurang tertarik menggunakan media sebagai sumber belajar seperti halnya mengajak siswa keluar lingkungan sekolah karena berbagai faktor diantaranya waktu yang terbatas, bobot materi terlalu banyak serta
29
keterbatasan guru dalam mengembangkan inovasi pembelajaran padahal sumber belajar cukup kaya di lingkungan siswa tinggal. Melalui
kurikulum
berbasis
kompetensi
diharapkan
pola
pembelajaran yang disampaikan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Menanamkan sikap ilmiah kepada siswa dan melatih siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya secara ilmiah. Pada gilirannya siswa aktif dalam belajar karena pada dasarnya siswa sendiri yang akan menyelesaikan masalah-masalah yang dia dapatkan sesuai dengan konsep materi yang dipelajari dengan bantuan media sebagai sumber belajar siswa. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Tuti Hayati dalam skripsinya yang berjudul
Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn dengan Menggunakan Model Pembelajaran talking chips. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran talking chips pada matapelajaran PKn di kelas III MIS Tarbiyatul Falah Kaunggading Pamijahan Bogor tahun ajaran 2011/2012. Tuti Hayati menyimpulkan bahwa pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas III MI Tarbiyatul Falah, Kaunggading, Pamijahan, Bogor. Peningkatan hasil belajar siswa tampak dari kualitas proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh keaktifan, interaksi, sikap, dan antusias siswa dalam melaksanakan mengikuti proses pembelajaran dan dari nilai setelah diadakan tes. Penelitian yang relevan juga pernah dilakuan oleh Indah Komala Sari dalam skripsinya yang berjudul upaya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran talking chips pada mata pelajaran IPA. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran talking chips pada matapelajaran IPA di kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Miftahussudur Cibuntu Ciampea Bogor tahun ajaran 2000/2011. Indah Komala Sari menyimpulkan bahwa
30
model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VIII MTs Miftahussudur, Cibuntu Ciampea, Bogor. Penelitian-penelitian
tersebut
di
atas
membahas
tentang
pembelajaran talking chips untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini yang juga
membahas
tentang
pembelajaran
talking
chips
dalam
upaya
meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaannya pada objek penelitian ini yaitu siswa kelas IV MI Matla‟ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor, sedangkan dalam penelitian Tuti Hayati dilakukan di kelas III MI Tarbiyatul Falah kaunggading Pamijahan Bogor dan penelitian yang dilakukan oleh Indah Komala Sari dilakukan di kelas VIII MTs Miftahussudur Cibuntu, Ciampea Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh peningkatan hasil belajar IPA dengan penerapan model Pembelajaran talking chips di MI Matla‟ul anwar seperti hasil penelitian yang terdahulu. C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan deskripsi teoritis dan hasil penelitian yang relevan, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: Penerapan Model Pembelajaran talking cihps dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya. Jika peningkatan hasil belajar mencapai nilai KKM mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran talking chips maka siklus tindakan sudah berhasil
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas IVMI Matla’ul Anwar CibeningPamijahan, Bogor. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini diperkirakan membutuhkan waktu pelaksanaan selama tiga bulan yaitu bulan Juli 2013 sampai September 2013.Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan program pembelajaran efektif semester 1tahun pembelajaran 2013/2014. B. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), penelitian dengan tindakan bertujuan “untuk peningkatan dan perbaikan praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru1”. Menurut Priyono dalam Basrowi karakteristik penelitian tindakan kelas dalam makalahnya yang berjudul “Action Research sebagai Strategi Pengembangan Profesi Guru” yang dikutip oleh Basrowi dkk adalah (1) masalah yang dijadikan objek penelitian muncul dari dunia kerja penelitian; (2) bertujuan memecahkan masalah guna peningkatan kualitas; (3) menggunakan data yang beragam; (4) langkah-langkahnya merupakan siklus; (5) mengutamakan kerja kelompok2”. Berdasarkan Uraian diatas, penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik yang khusus, yakni untuk memecahkan masalah dan untuk meningkatkan kinerja guru.Dalam pelaksanaan diwarnai oleh pikiran ulang 1
AsroriMuhammad, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), h. 13 Basrowi dkk, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Insan Cendikia, 2010, Cet ke: 4), h. 23 2
31
32
(Reflectif Thinking) kolaburatif.Peneliti belajar dari pengalaman selama perubahan sehingga diperoleh suatu model pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan kondisi kelas yang ada. Jadi secara garis besarnya penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerja sehingga prestasi belajar siswa bisa lebih meningkat. Dalam penelitian ini guru dianggap paling tepat melakukan penelitian ini karena: 1. Guru mempunyai otonomi untuk menilai kinerjanya, 2. Guru merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya, 3. Interaksi guru dengan siswa berlangsung secara unik, dan 4. Keterlibatan guru dengan berbagai kegiatan inovatif yang bersifat
pengembangan mempersyaratkan guru mampu melakukan penelitian di kelasnya. Pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan tahap-tahap penelitian.Dalam sebuah penelitian tindakan kelas kita mengenal adanya siklus.Model-model siklus yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas diantaranya skema penelitian tindakan Hopkins atau Kurt Lewin. Model skema penelitian tindakan Hopkins menggunakan prosedur kerja yang dipandang sebagai suatu siklus spiral.Untuk selanjutnya dasar penelitian tindakan kelas ini menggunakan pengumpulan berdasar pada prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen yaitu. 1.
Perencanaan (Planning)
2.
Tindakan (Activity)
3.
Pengamatan (Observing dan)
4.
Refleksi (Reflecting) Dari keempat komponen di atas satu sama lain mempunyai hubungan
yang sangat erat dalam satu siklus yang dapat divisualisasikan pada Gambar 3.1 sebagai berikut:
33
Planning
Activity
Reflecting
Observing
Gambar3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Dalam siklus pertama menurut model Classroom Action Research (CAR) Kemnis dan Taggart maka tahap awal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1.
Rencana: Tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Tindakan: Tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3.
Observasi: Mengamati dan mengevaluasi atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap siswa dan
4.
Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan, dari berbagai kriteria.3 Setelah dilakukan refleksi atau renungan yang mencakup analisis,
sintesis, dan penelitian terhadap hasil pengamatan dari proses serta hasil tindakan biasanya ada beberapa masalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, serta diikuti refleksi ulang. Tahaptahap kegiatan ini berulang, sampai suatu permasalahan dianggap telah teratasi.
3
Basrowi, dkk., Op. Cit., h. 49
34
C. Subjek Penelitian yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor, yang berjumlah 20 orang siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Penelitian tindakan kelas yang peleliti lakukan merupakan penelitian kolaburatif artinya pada penelitian ini peneliti melakukan pelitian tidak sendiri akan tetapi dibantu oleh peneliti lain yang ditunjukkan pada Tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Posisi dan Peran Peneliti dalam Penelitian No
Nama dan Posisi
Peran 1. Melakukan pretest dan postest 2. Melaksanakan pembelajaran menggunakan
1
Wahab (Peneliti Utama)
model pembelajaran talking chips 3. Memberikan lembar pretest 4. Bersama konsultan ahli dan observer menganalisis
dan
menarik
kesimpulan
terhadap hasil penelitian 1. Membantu
2
Heri (Observer)
peneliti
utama
mengamati
proses pretest, implementasi tindakan dan melakukan postest. 2. Memberi masukan terhadap alalisis data dan kesimpulan yang diambil 1. Memberikan
masukan
kepada
peneliti
utama pada saat menyusun perangkat 3
Dosen pembimbing (Konsultan Ahli)
pembelajaran dan menyusun instrumen 2. Member masukan pada saat membuat siklus penelitian 3. Memberikan masukan pada saat melakukan
35
analisis data dan penarikan kesimpulan
E. Tahap Intervensi Tindakan Pelaksanaan penelitian ini menggunakan skema penelitian Tindakan Hopkins. Model skema penelitian tindakan Hopkins menggunakan prosedur kerja yang dipandang sebagai suatu siklus spiral dari (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Berdasarkan model skema penelitian tindakan Hopkins kemudian dikembangkan desain penelitian.Desain penelitian seperti yang terdapat pada Gambar 3.2 berikut ini. Tindakan Pendahuluan Perencanaan Tindakan dan Observasi Analisis Hasil Refleksi
Tuntas
Selesai
Tidak tuntas Perencanaan Tindakan & Observasi Analisis Hasil
Tuntas Refleksi Tidak Tuntas Siklus III Gambar 3.2 Model Skema Penelitian Tindakan Hopkins
Selesai
36
Berdasarkan desain penelitian pada Gambar 3.2 di atas, jika pada siklus I sudah diperoleh hasil yang diinginkan dan telah tercapai ketuntasan belajar
secara
klasikal
atau
individual
maka
pelaksanaan
siklus
dihentikan.Jika hasil yang dicapai masih belum seperti yang diinginkan maka dilanjutkan dengan siklus II dan seterusnya. Prosedur penelitian yang dilakukan berdasarkan gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tindakan Pendahuluan a. Mengidentifikasi Masalah Pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan wali kelas terkait dengan permasalahan yang selama ini muncul dalam kegiatan belajar mengajar di kelas IV, diantaranya tentang
strategi/metode apa yang
digunakan dalam pebelajaran di kelas, bagaimana motivasi dan prestasi belajar siswa selama ini pada pembelajaran IPA. Yang akan dijadikan sebagai acuan untuk perbaikan kegiatan pembelajaran berikutnya. b. Memeriksa Lapangan Peneliti mengobservasi permasalahan yang ada di lapangan padasaat kegiatan belajar berlangsung,untuk mengetahui permasalahan yang
telah
diidentifikasi
sebelumnya.Kemudian
peneliti
juga
melakukan pencatatan terhadap kejadian-kejadian di lapangan.Sebagai kegiatan memeriksa lapangan peneliti melaksanakan pre test dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. 2. Pelaksanan Siklus I a. Perencanaan Tindakan Setelah peneliti mengetahui pokok permasalahan yang terjadi, peneliti merencanakan tindakan dan berdiskusi dengan wali kelas IV, dengan harapan permasalahan tersebut dapat terselesaikan dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Adapunperencanaan dipersiapkan antara lain: 1) Membuat silabus pembelajaran 2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran 3) Membuat modul pembelajaran
yang
37
4) Mempersiapkan lembar observasi b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan dilaksanakan di kelas IV sesuai dengan perencanaan dalam
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
yang
telah
dibuat
sebelumnya.Peneliti juga membuat catatan terhadap perkembangan yang terjadi di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung.Selama pelaksanaan tindakan peneliti bertindak sebagai guru sekaligus observer yang mencatat pada lembar pengamatan observasi. c. Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan tindakan yang sedang dan telah dilaksanakan. Untuk melihat kesenangan dan keantusiasan siswa terhadap penggunaan media audio visual dalam pembelajaran IPA. Peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengemukakan data terkait hal-hal penting pada saat pembelajaran berlangsung. d. Refleksi Refleksi dilakukan untuk melihat hasil sementara peningkatan hasil belajardengan menggunakan
metode oudio visual pada mata
pelajaran IPA dan untuk melihat permasalahan yang timbul selama poses pembelajaran berlangsung. e. Revisi perencanaan Hasil yang didapatkan dari siklus pertama, menjadi patokan peneliti untuk melakukan revisi perencanaan selanjutnya.Revisi dilakukan oleh peneliti bersama dengan wali kelas IV untuk meninjau kembali rencana yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya dan mendiskusikan jika ada permasalah baru yang muncul tanpa diprediksi sebelumnya.
38
3. Pelakasanaan Siklus II a. Perencanaan Setelah mengetahui perkembangan permasalahan, dan setelah membuat revisi perencanaan, dalam tahap ini peneliti membuat rencana baru, untuk menanggapi permasalahan baru yang muncul sebagai usahaperbaikan dalam pembelajaran. Peneliti merencanakan tindakan dan berdiskusi dengan wali kelas, dengan harapan permasalahan dapat terselesaikan. Rencana tindakan diupayakan selalu terkait dengan tindakan yang telah dilakukan, sehingga ada rencana baru yang simultan, seperti mata rantai yang terus bersambung. b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan selanjutnya adalah memperbaharui pembelajaran dengan pokok bahasan selanjutnya.Pelaksanaan ini dilakukan dengan menerapkan rencana tindakan.Dalam hal ini peneliti juga membuat catatan
terhadap
berlangsungnya
kegiatan
belajar
di
dalam
kelas.Rencana yang sudah matang kemudian diaplikasikan di dalam kelas sebagai bentuk tindakan.Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai rencana tindakan guna memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan. c. Observasi Peneliti melakukan
pengamatan
dan
pencatatan
dalam
kegiatan pembelajaran terkait dengan perkembangan proses belajar dengan menggunakan lembar observasi d. Refleksi Peneliti mencatat hasil observasi dan berdiskusi dengan wali kelas untuk mengetahui hasil tindakan yang telah diterapkan. Peneliti merefleksi hasil dan menyimpulkan dari siklus I sampai siklus II sehingga dapat diketahui apakah ada peningkatan dalam proses dan hasil belajar siswa.
39
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Dalam
pelaksanaan
penelitian
tindakan
ini,
penulis
terus
mengupayakan untuk memberikan tindakan dengan cara menyajikan materi yang menarik yaitu dengan menampilkan beberapa film yang berkaitan dengan materi pembelajaran untuk diamati secara kelompok agar peningkatan hasil belajar dapat meningkat dan dapat mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Ada tiga jenis indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Indikator keberhasilan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil bila pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Hal ini diketahui dari sikap siswa yang merasa senang, antusias, termotivasi, aktif dan dapat memahami konsep materi pelajaran. 2. Indikator keberhasilan terhadap penerapan pembelajaran talking chips. Indikator keberhasilan terhadap hasil belajar siswa, siswa dikatakan berhasil dalam memahami konsep dalam pembelajaran apabila telah tuntas baik secara individu maupun secara klasikal untuk mendeskripsikan ketuntasan belajar siswa.Berdasarkan petunjuk pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa seorang siswa dinyatakan tuntas belajar bila memiliki nilai lebih dari standar ketuntasan belajar minimal ( >KKM) yang besarnya ditentukan oleh guru atau sekolah. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal tercapai apabila lebih dari 75% atau sama dengan dari banyaknya siswa di kelas tersebut tuntas. Penentuan KKM di tentukan oleh guru kelas dengan mengacu pada nilai ketuntasan belajar siswa yang ditentukan oleh pencapaian skor minimal. Untuk itu penelitian ini di katakana berhasil apabila hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor mencapai indikator ketuntasan minimal 75% dengan KKM yang telah ditetapkan sekolah sebesar 70,00.
40
G. Data dan Sumber Data Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data adalah siswakelas IV MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor, dimana siswa tersebut tidak hanya diperlukan sebagai obyek yang dikenai tindakan, tetapi juga aktif dalam kegiatan yang dilakukan. Data penelitian ini mencakup: 1. Skor tes siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan (pre test), hasil diskusi pada saat pelajaran berlangsung dan hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir tindakan (post test). 2. Hasil lembar observasi perilaku aktifitas siswa. 3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA berlangsung. Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan, pencatatan lapangan, dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan penggunaan media audio visualuntuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari: (1) dokumentasi, (2) observasi, (3) interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal dari evaluasi, pre test dan post test. H. Instrumen Pengumpulan Penelitian Dalam pelaksanaan pengumpulan data diperlukan instrument pengumpulan data yang tepat.Dalam penelitian kualitatif kedudukan peneliti cukup rumit.Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan akhirnya menjadi pelopor hasil penelitian. Secara terperinci instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pedoman pengamatan untuk menggali data tentang suasana kelas pada saat pembelajaran sedang berlangsung, keceriaan atau keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan kerja sama kelompok.
41
2. Pedoman wawancara untuk menggali data tentang tanggapan siswa terhadap penerapan metode pembelajaran yang dilaksanakan (khusus kelompok tertentu), untuk memperoleh informasi secara mendalam. 3. Tes digunakan untuk menggali data kuantitatif berupa hasil skor tes, skor tugas kelompok, dan skor tes kelompok. I.
Teknik pengumpulan data Data yang akurat akan bisa diperoleh ketika proses pengumpulan data tersebut dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian, yaitu: 1. Metode Observasi Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pengamatan
dan
pencatatan
sistematis
terhadap
kenyataankenyataan yang akan diselidiki.4 Metode observasi sering diartikan sebagai pengamatan, yaitu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan peraba). Dilihat dari hubungan antara observasi dan observan (yang diobservasi), dapat dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi non partisipan.Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati. Berkaitan dengan judul skripsi ini maka peneliti melakukan kegiatan observasi dengan cara partisipatif .Jadi peneliti terjun langsung kelapangan dengan mengadakan pengamatan terhadap subyek terteliti dengan mengambil bagian dalam suatu kegiatan. Melalui teknik observasi ini diperoleh data tentang; keadaan MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor sebagai obyek penelitian, yang meliputi: PBM dikelas keadaan guru dan keadaan siswa, serta keadaan sarana dan prasarananya. 4
Anas Sudijono, Statistika Pendidikan(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 107
42
Keuntungan dan kelemahan metode observasi antara lain : a. Keuntungan : 1) Untuk mengecek data yang sudah ada yang diperoleh dengan teknik lain. 2) Untuk memperoleh data secara serempak, sebenarnya dan langsung b. Kelemahan : 1) Tidak dapat mengungkapkan masalah-masalah pribadi yang sifatnya rahasia. 2) Faktor subyektifitas observer sukar untuk dihindari. Pedoman observasi. 2. Metode Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiono mendefinisikan interview sebagai berikut “a meeting of two persons to exchange information and ideas throught question and responss, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”.5wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Dari dari pengertian diatas, dapat memberi arahan dan landasan bagi peneliti bahwa melalui kegiatan wawancara diharapkan memperoleh pemahaman yang sama antara peneliti dengan subjek peneliti tentang berbagai hal yang berkaitan dengan informasi yang diperlukan. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin
melakukan
studi
pendahuluan
untuk
menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self respons, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. 5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2010 cet ke: 10) h. 231
43
Melalui wawancara ini peneliti berharap dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan luwes sesuai dengan yang direncanakan dalam penelitian. 3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi merupakan tekhnik pengumpulan data dengan jalan memanfaatkan dokumen yang ada (bahan tertulis, gambargambar penting atau film yang mendukung objektivitas peneliti). Metode ini digunakan untuk memperoleh: a. Latar belakang sekolah. b. Data guru, siswa, karyawan dan struktur organisasi MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor. c. Data
program-program
sekolah
yang
direncanakan
dalam
pembelajaran. d. Nilai prestasi belajar siswa 4. Pretest dan Postest Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan sejumlah pertanyaan secara tertulis yang harus dijawab oleh responden dengan
beberapa
alternatif
jawaban
yang
disediakan
untuk
mendapatkan informasi dari koresponden dalam arti laporan terhadap pribadinya atau hal-hal yang diketahui. J.
Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Untuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah cara pengecekan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu di luar data sebagai pembanding, misalnya konsultasi dengan guru wali kelas IV, guru mata pelajaran, dan pengurus kurikulum.
44
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan sumber lainnya.Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi sumber, yaitu yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.Untuk menguji keabsahan data yang dikumpulkan, peneliti akan melakukan: Pertama, teknik triangulasi antar sumber data, antar teknik pengumpulan data dan antar pengumpul data, yang dalam terakhir ini peneliti akan berupaya mendapatkan rekan atau pembantu dalam penggalian data dari warga di lokasi yang mampu membantu setelah diberi penjelasan. Triangulasi adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Kedua, pengecekan kebenaran informasi kepada para informan yang telah ditulis oleh peneliti dalam laporan penelitian (member check). Dalam kesempatan suatu pertemuan yang dihadiri oleh para responden atau informan, peneliti akan membacakan laporan hasil penelitian Ketiga, analisis kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga waktu tertentu dan keempat, perpanjangan waktu
penelitian. Cara ini akan ditempuh
selain untuk memperoleh bukti yang lebih lengkap juga untuk memeriksa konsistensi tindakan atau ekspresi keagamaan para responden/ informan. Data atau informasi yang telah dikumpulkan perlu diuji kebenarannnya (keabsahannya) melalui teknik trianggulasi berikut : 1. Triangulasi metode: jika informasi atau data yang berasal dari hasil wawancara misalnya, perlu diuji dengan hasil observasi dan seterusnya; 2. Triangulasi sumber: jika informasi tertentu misalnya, ditanyakan kepada responden yang berbeda atau antara responden dan dokumentasi. Dengan ungkapan lain jika melalui pemeriksaan-pemeriksaan tersebut ternyata tidak sama jawaban responden atau ada perbendaan data atau
45
informasi yang ditemukan maka keabsahan data diragukan kebenarannya. Dalam keadaan seperti ini peneliti harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sehingga diketahui informasi yang mana yang benar (absah). K. Analisis Data dan Interpretasi Data Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya peneliti akan melakukan analisis terhadap data tersebut. Adapun teknik analisa data dapat diuraikan sebagai berikut : 1. N-Gain (Normal Gain) N-Gain adalah rata-rata peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep pada siswa setelah pembelajaran dilakukan dengan penggunaan model pembelajaran tertentu. N-Gain dirumuskan sebagai berikut: Post test score – Pre test score N – Gain = Maximum possible score – pre test score 2. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis deskriptif dapat diuraikan sebagai berikut: a. Reduksi Data Data yang diperoleh dari sumber data melalui observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi di tuliskan dalam format rekaman data yang telah dipersiapkan.Data tersebut kemudian diklasifikasikan. b. Paparan Data Paparan data merupakan lanjutan dari langkah penyederhanaan (reduksi) data. Data yang telah disederhanakan kemudian di diskripsikan secara naratif berbentuk paparan data. Dari paparan data
46
tersebut akan didapatkan kesimpulan sementara yang berupa temuan penelitian. c. Penarikan Kesimpulan Tahap penarikan kesimpulan merupakan proses pemberian makna terhadap data yang disajikan dalam rangka mengambil keputusan serta dilakukan setelah didapatkan temuan penelitian. Temuan penelitian ini di verifikasikan (pengecekan keabsahan temuan) hingga diperoleh hasil penelitian.Verifikasi hasil penelitian merupakan kegiatan pengujian kebenaran, kecocokan berdasarkan indikator keberhasilan.Indikator keberhasilan merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Ada tiga jenis indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Indikator keberhasilan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil bila pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Hal ini diketahui dari sikap siswa yang merasa senang, antusias, termotivasi, aktif dan dapat memahami konsep materi pelajaran. 2. Indikator keberhasilan penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips. 3. Indikator keberhasilan terhadap hasil belajar siswa, siswa dikatakan berhasil dalam memahami konsep dalam pembelajaran apabila telah tuntas baik secara individu maupun secara klasikal untuk mendeskripsikan ketuntasan belajar siswa.Berdasarkan petunjuk pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa seorang siswa dinyatakan tuntas belajar bila memiliki nilai lebih dari standar ketuntasan belajar minimal >KKM) yang besarnya ditentukan oleh guru atau sekolah. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal tercapai apabila lebih dari 75% atau sama dengan dari banyaknya siswa di kelas tersebut tuntas.
47
L. Pengembangan Rencana Tindakan Pengembangan tindakan dalam penelitian dilakukan dalam dua siklus tindakan. Dalam siklus pertama direncanakan dua kali tindakan proses pembelajaran dan dalam siklus kedua direncanakan satu kali tindakan proses pembelajaran. Apabila rencana tindakan dua siklus dalam penelitian ini berhasil, maka penelitian tindakan kelas dengan penggunaan model Pembelajaran talking chips ini dihentikan.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data 1. Siklus I a. PerencanaanTindakan Pelaksanaan penelitian tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu dan jum’at tanggal 17 dan 19 Juli 2013. Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini,
peneliti berperan sebagai guru sekaligus sebagai
observer. Penelitian siklus I ini merupakan hasil refleksi dari pelaksanaan tindakan
awal
sebelum
siklus
sebagai
langkah
perbaikan
proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Pada perencanaan tindakan I, sebelum penelitian dilakukan, penelitian ini memiliki rencana untuk memperbaiki
efektifitas
dan
efisiensi kinerja proses belajar mengajar di dalam kelas.Pertama-tama peneliti menyiapkan bahan dan materi dengan menerapkan model pembelajaran talking chips untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVMI Matla’ul Anwar Cibening terhadap mata pelajaran IPA. Siklus ini terdiri dari dua kali pertemuan yang membahas materi tentang konsep “Rangka dan Alat Indra Manusia” (4x35 menit dengan 2 kali pertemuan). Sebelum tindakan
dilaksanakan,
penelitimelakukan
beberapa tahapan persiapan, yaitu: 1) Refleksi awal, dilakukan sebagai langkah perenungan mengenai rendahnya hasil belajar IPAkelas IVMI Matla’ul Anwar Cibening. 2) Menyusun RPP mengenai Standar Kompetensi “Rangka dan Alat Indra Manusia”. RPP disusun secara kolaboratif antara peneliti dan Observer. RPP yang dibuat memuat: standar kompetensi, kompetensi
dasar
indikator hasil belajar, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, langkahlangkah pembelajaran model pembelajaran talking chips serta rubrik penilaian yang digunakan untuk menentukan indikator keberhasilan 48
49
pembelajaran. Aspek yang dinilai pada hasil diarahkan pada ketepatan siswa meletakkan konsep dan tanda hubung yang tepat. RPP dikembangkan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan
oleh
peneliti dan observer. 3) Mempersiapkan lembar observasi untuk siswa sebagai alat untuk mencatat terhadap apa yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. 4) Membuat soal pre test dan post test. 5) Membagi siswa yang berjumlah 20 siswa menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang. b. Pelaksanaan Tindakan Setelah dipersiapkan rencana pembelajaran maka proses pembelajaran akan dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 17 dan 19 Juli. Pada pertemuan pertama peneliti terlebih dahulu melakukan pretest. Pada siklus pertama diadakan dua kali pertemuan. Adapun pembelajaran dilaksanakan dalam waktu 4x35 menit. Pada pertemuan pertama materi yang disampaikan adalah tentang Kompetensi Dasar “Rangka Manusia”Proses pembelajaran ini meliputi beberapa tahap dengan skenario yang telah ditetapkan dalam pembelajaran (RPP di lampiran). Pada tahapan pelaksanaan sklus I ini penulis membahas mengenai konsep “rangka tubuh manusia” dengan
menggunakan
pembelajaran talking chips dengan . Indikator atau tujuan Pembelajaran adalah siswa dapat mengidetifikasi rangka tubuh manusia. Pada kegiatan awal pembelajaran guru menggali apersepsi siswa dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai rangka tubuh manusia. Siswa menjawab pertanyaan guru secara serempak. Pada siklus ini terlihat adanya perhatian dari siswa mengenai rangka tubuh manusia. Selain itu guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai pentingnya mempelajari materi tersebut.
50
Setelah apersepsi selesai dilaksanakan kemudian masuk pada kegiatan inti. pada kegiatan inti guru menampilkan gambar sambil bercerita. Guru memperlihatkan gambar mengenai rangka manusia, sambil menjelaskan detail gambar tersebut. Setelah selesai guru menjelaskan, kemudian siswa dibagi menjadi 4 (empat) kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa, kemudian masing-masing kelompok diberi beberapa buah kotal gambar dan diperintahkan untuk menjelaskan
gambar tersebut,kemudian
mendiskusikan bersama kelompok lain.Setelah semua kelompok selesai berdiskusi, guru membimbing dan meluruskan kesalahpahaman yang telah terjadi. Pada kegiatan penutup guru dan siswa membuat kesimpulan bersama. Pada pertemuan kedua membahas tentang Kompetensi Dasar Mengenai “Rangka Manusia”. Tujuan pembelajaran adalah setelah mempelajari
tentang
rangka
manusia,
diharapkan
siswa
dapat
mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh dan fungsinya. c. Hasil Tindakan 1) Hasil Penilaian Test Hasil penilaian test dalam tahap ini menunjukkan bahwa kelas menjadi lebih berwarna, hal ini ditunjukkan oleh suasana presentasi dari masing-masing kelompok dan tanggapan dari kelompok lain. Pada siklus ini sebagian besar kegiatan telah terlaksana berdasarkan rencana pembelajaran. Tindakan perbaikan yang dilakukan oleh guru pada siklus pertama membawa dampak positif terhadap kegiatan diskusi dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada proses evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus. Evaluasi dilaksanakan dalam berbagai aspek untuk mengetahui peningkatan kegiatan diskusi dan hasil belajar siswa melalui observasi dan test. Berdasarkan pengamatan,post
51
test berjalan lancar. Setelah dilakukan koreksi, skor tiap-tiap siswa adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Data hasil pretest dan posttest siklus I Nama
Jenis
Siswa
Kelamin
1
Siswa-1
2
No
Pretest
Postest
N-Gain
P
50
80
0,6
Siswa-2
L
40
60
0,33
3
Siswa-3
L
60
70
0,25
4
Siswa-4
L
40
60
0,33
5
Siswa-5
P
40
60
0,33
6
Siswa-6
P
60
80
0,5
7
Siswa-7
L
70
80
0,33
8
Siswa-8
P
60
70
0,25
9
Siswa-9
L
50
60
0,2
10
Siswa-10
P
40
60
0,33
11
Siswa-11
L
40
60
0,33
12
Siswa-12
P
60
70
0,25
13
Siswa-13
L
40
60
0,33
14
Siswa-14
L
60
90
0,75
15
Siswa-15
L
50
60
0,2
16
Siswa-16
P
40
60
0,33
17
Siswa-17
P
40
60
0,33
18
Siswa-18
P
60
70
0,25
19
Siswa-19
P
70
90
0,67
20
Siswa-20
L
40
60
Jumlah
1010
1360
0,33 7,22
Rata-Rata
50,5
68
0,36
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran talking chips terbukti dapat meningkatkan hasil
52
belajar siswa terhadap materi pembelajaran IPA yang telah dipelajari. Hal ini terlihat adanya peningkatan skor postest yang semula nilai rata-rata kelas pada pretest sebesar 50,5 meningkat menjadi 68. Berdasarkan Tabel di atas dapat dikatakan bahwa tingkat keberhasilan siswa pada siklus I meningkat,artinya siswa pada siklus I yang dinyatakan lulus sesuai dengan KKM mencapai45%, sementara harapannya adalah mencapai 75% siswa dari Standar Kompetensi. Dengan perincian yang
dinyatakan
lulus sebanyak 9 siswa dengan
perincian7 siswa atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa atau sekitar 10% mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang dinyatakan
tidak
lulus
sebanyak
11
siswa
atau
sekitar
55%
karenanilaiskor tesnya kurang dari70,sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPAyang telah ditentukan oleh madrasah. Kemudian jika dilihat dari rata-rata Normal-Gain (N-Gain) pada tabel di atas adalah 0.36. hal ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa rata-rata sebesar 36% setelah pembelajaran dilakukan dengan penggunaan model pembelajaran talking chips pada konsep alat tubuh manusia dan fungsinya.
2) Hasil Observasi Tindakan Berdasarkan hasilobservasi terhadap proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran talking chips pada konsep rangka manusia disajikan dalam Tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I No
1
Aspek yang di Observasi
Mendengarkan penjelasan guru
SB
B
C
K
SK
5
4
3
2
1
6
5
3
3
3
RataRata 3,4
53
tentang tujuan pembelajaran 2
Melakukan komunikasi dengan baik
4
5
3
4
3
3
3
Menjawab pertanyaan guru
5
6
3
2
4
3,3
4
Mampu berdiskusi dengan baik
2
5
7
4
2
3,05
5
Menanyakan hal yang belum
2
6
4
4
4
2,9
diketahui 6
Mengungkapkan pendapat
1
4
6
7
2
2,75
7
Keaktifan dalam berdiskusi
4
5
7
2
2
3,35
8
Melakukan tes akhir
2
3
4
11
2,8
Berdasarkan data pada Tabel4.2 di atas diketahui bahwa sebagian siswa mulai enjoy mengikuti proses pembelajaran IPA yang disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran talking chips dengan bantuan media gambar, ini dikarenakan mereka merasa senang dan merasa lebih faham terhadap apa yang disampaikan oleh guru.Walaupun penggunaan media gambar ini telah memberi peningkatan hasil belajar, namun dirasa masih belum optimal, karena masih cukup banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu 70.Pada observasi siklus I pertemuan I, peneliti menemukan beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu: a) Kurangnya siswa bertanya kepada guru atau kepada siswa lain jika ada materi yang belum dipahami. b) Dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah, siswa masih canggung dan tidak serius hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan kegiatan diskusi. c) Sebagian besar siswa tidak serius dalam mengerjakan tugas dari guru, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mondar-mandir mencari contekan dari teman lainnya. d) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang diberikan oleh guru
54
e) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran. 3) Hasil Obsevasi Tindakan Pertemuan II Berdasarkan hasilobservasi terhadap proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran talking chips pada konsep kerangka tubuh makhluk hidup disajikan dalam Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II No
1
Aspek yang di Observasi
Mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
2
Melakukan komunikasi dengan baik
Rata-
SB
B
C
K
SK
5
4
3
2
1
8
7
3
2
4,05
5
6
6
3
3,65
Rata
3
Menjawab pertanyaan guru
8
5
6
1
4
4
Mampu berdiskusi dengan baik
5
6
5
4
3,6
5
Menanyakan hal yang belum
5
8
5
2
3,8
diketahui 6
Mengungkapkan pendapat
4
6
7
3
3,55
7
Keaktifan dalam berdiskusi
5
7
4
4
3,65
8
Melakukan tes akhir
2
3
4
11
2,8
Pada siklus I pertemuan ke II kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan yang sangat signifikan, suasan kelas terasa lebih hidup,proses transformasi ilmu terjadi dua arah tidak hanya guru yang berusaha untuk menyampaikan ilmu akan tetapi siswa mulai aktif bertanya terhadap apa yang belum merekan pahami.Diskusi kelompok berlangsung hidmat, sebagian siswa dapat pertanyaan-pertanyaan yang
55
dilontarkan oleh guru. Pada pertemuan ke II ini peneliti menemukan beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu : a) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang diberikan oleh guru b) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran d. Refleksi Tindakan Siklus I Pada kegiatan siklusI, yang dilaksanakan 2x pertemuan, berkenaan hasil belum mencapai target 75% siswa yang lulus sesuai KKM. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang masih kurang efektif dan kurang maksimal dalam menerangkan model pembelajaran talking chips. Oleh karena itu pada siklus kedua peneliti akan lebih memaksimalkan penerapan model pembelajaran talking chips, supaya proses pembelajaran semakin dapat dipahami. Pada pertemuan pada siklus I menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan dalam perumusan perencanaan tindakan (RPP). Jadwal jam pertemuan telah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran, sedangkan pada tahap pelaksanaan tindakan menunjukkan: 1) Mempresentasikan gambar mengenai rangka tubuh manusia dapat melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di depan orangorang, siswa masih terlihat malu-malu dan kurang percaya diri karena mereka belum terbiasa melakukan presentasi 2) Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking chips dapat memberikan pengalaman baru bagi para guru dan siswa. 3) Penerapan
model
pembelajaran
talking
chips
terbukti
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus pertama ini hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Dari 20 siswa 7 siswa atau sebesar 35%, dinyatakan lulus sesuai KKM dan 2 siswa atau 10% dinyatakan tidak lulus. Walaupun
hasil belajar siswa pada siklus I
56
mengalami peningkatan, akan tetapi masih ada 11 siswa atau 55% yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan oleh madrasah, oleh karena itu penelitian tindakan dilanjutkan pada siklus II. 2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan siklus II Siklus kedua penelitian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 24 Juli 2013. Pada rencana tindakan siklus II peneliti tetap menerapkan model pembelajaran talking chips pada mata pelajaranIPA, dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat lebih membantu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Menindak lanjuti hasil analisis dan refleksi pada siklus I, maka peneliti berupaya untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran, yaitu siswa dibiasakan dengan model pembelajaran talking chips sehingga diharapkan dapat lebih mudah memahami dan menguasai materi. Siklus ini terdiri dari dua kali pertemuan yang membahas materi tentang kosep “rangka tubuh manusia” (2x35 menit dengan 1 kali pertemuan). Sebelum pembelajaran dilaksanakan penelitian ini dimulai dari beberapa tahapan persiapan, yaitu: 1) Refleksi awal, dilakukukan sebagai langkah perenungan mengenai masih banyaknya siswa kelas IVMI Matla’ul Anwar Cibening yang mendapatkan nilai dibawah KKM pada penelitian tindakan siklus I. 2) Menyusun RPP mengenai Kompetensi Dasar “Rangka dan alat indra manusia”. RPP
disusun secara kolaboratif antara peneliti dan
Observer. RPP yang dibuat memuat: standar kompetensi, kompetensi dasar indikator hasil belajar, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, langkah-langkah pembelajaran
model pembelajaran talking chips
serta rubrik penilaian yang digunakan untuk menentukan indikator keberhasilan pembelajaran. Aspek yang dinilai pada hasil diarahkan
57
pada ketepatan siswa meletakkan konsep dan tanda hubung yang tepat.
RPP
dikembangkan
berdasarkan
silabus
yang
telah
dikembangkan oleh peneliti dan observer. 3) Mempersiapkan lembar observasi untuk siswa sebagai alat untuk mencatan terhadap apa yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. 4) Membuat soal pretest dan postest. 5) Membagi siswa yang berjumlah 20 siswa menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan penelitian siklus II dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1) Peneliti mengawali kegiatan dengan memberikan pujian kepada siswa kelas IVMI Matla’ul Anwar Cibening yang telah dapat meningkatkan hasil belajar pada siklus I, hal ini dilakukan untuk memberikan stimulus kepada seluruh siswa agar termotivasi untuk terus mengasah kemampuan kognitif mereka, sehingga hasil belajar siswa meningkat. 2) Kegiatan selanjutnya peneliti berusaha menggali apersepsi siswa mengenai Kompetensi Dasar “Rangka Manusia”. 3) Kegiatan inti, guru menjelaskan model pembelajaran talking chips yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan. 4) Guru mengelompokkan siswa menjadi 4 kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 5 anggota, kemudian setiap kelompok mendiskusikan mengenai apa yang telah mereka saksikan. 5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. 6) Kegiatan penutup dengan membuat kesimpulan bersama siswa, kemudian guru memberikan pujian kepada siswa agar terus bersemangat dan terus berlatih mengasah keterampilan kognitif mereka.
58
c. Hasil Tindakan Siklus II 1) Hasil Observasi Tindakan Siklus II Hasil observasi pada siklus II ini sebagian besar kegiatan telah terlaksana sesuai dengan apa yang direncanakan, proses pembelajaran pada siklus ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini dibuktikan dengan peningkatan kualitas prose pembelajaran dan hasil belajar siswa, data hasil belajar siswa pada siklus ke II kami sajikan pada Tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I No
1
Aspek yang di Observasi
Mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
2
Melakukan komunikasi dengan baik
Rata-
SB
B
C
K
SK
5
4
3
2
1
12
6
2
4,5
8
7
5
4,15
Rata
3
Menjawab pertanyaan guru
10
6
4
4,3
4
Mampu berdiskusi dengan baik
7
8
5
4,85
5
Menanyakan hal yang belum
7
6
7
4
diketahui 6
Mengungkapkan pendapat
5
10
6
4,15
7
Keaktifan dalam berdiskusi
8
7
5
4,15
8
Melakukan tes akhir
3
8
9
3,7
Pada siklus ke II, peneliti berusahan untuk terus menggali kelemahan pembelajaran pada siklus I, dengan penerapan model pembelajaran talking chips pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya pada mata pelajaran IPA di kelas IV MI Matla’ul Anwar Cibening. Proses pembelajaran dengan memanfaatkan talking chips. Pada
59
siklus ke II ini pembelajaran terus mengalami peningkatan yang signifikan, ini dibuktikan dengan suasana pembelajaran yang terjadi dua arah, diskusi kelompok dalam rangka memecahkan masalah berlangsung dengan alot, siswa lebih serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru dapat dijawab dengan tepat, suasana post test berlangsung dengan hidmat dan penuh keseriusan. Siswa berusaha untuk bertanya terhadap apa yang belum mereka mengerti dan pahami. pada siklus II penelitian dianggap telah berhasil, sebagian besar rencana proses pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Pada proses pembelajaran siklus II ini peneliti berhasil menemukan satu temuan yaitu siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang telah diberikan oleh guru. 2) Hasil Test Tindakan Siklus II Berdasarkan pengamatan, postest berjalan lancar. Setelah dilakukan koreksi skor tiap-tiap siswa adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Data hasil pretest dan posttest siklus II No
Nama Siswa
1
Siswa-1
2
Jenis
Pretest
Postest
N-Gain
P
60
80
0,5
Siswa-2
L
60
70
0,25
3
Siswa-3
L
70
80
0,33
4
Siswa-4
L
60
70
0,25
5
Siswa-5
P
60
70
0,25
6
Siswa-6
P
60
80
0,5
7
Siswa-7
L
80
90
0,5
8
Siswa-8
P
60
80
0,5
9
Siswa-9
L
60
80
0,5
Kelamin
60
10
Siswa-10
P
60
70
0,25
11
Siswa-11
L
60
70
0,25
12
Siswa-12
P
70
80
0,33
13
Siswa-13
L
60
70
0,25
14
Siswa-14
L
70
90
0,67
15
Siswa-15
L
70
80
0,33
16
Siswa-16
P
60
70
0,25
17
Siswa-17
P
60
70
0,25
18
Siswa-18
P
70
80
0,33
19
Siswa-19
P
70
90
0,67
20
Siswa-20
L
60
70
1280
1540
0,25 7,41
64
77
0,37
Jumlah Rata-Rata
Berdasar tabel di atas dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran talking chips terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran IPA yang telah dipelajari. Hal ini terlihat adanya peningkatan skor post test yang semula nilai rata-rata kelas pada pretest sebesar 64 meningkat menjadi 77. Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa tingkat keberhasilan siswa pada siklus II, yang dinyatakan lulus sebanyak 18 siswa dengan perincian 18 siswa mendapatkan nilai pada kategori baik atau 90% dan 2 siswa mendapatkan nilai sangat baik atau 10%. Dari 20 siswa 100% siswa sudah mendapatkan nilai sesuai KKM mata pelajaran IPA, artinya penelitian tindakan pada siklus II telah mencapai target minimal pencapaian 75% siswa mendapatkan nilai mencapai KKM. Kemudian jika dilihat dari rata-rata Normal-Gain (N-Gain) pada tabel di atas adalah 0.37. hal ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa rata-rata sebesar 37% setelah pembelajaran dilakukan dengan penggunaan model pembelajaran talking chips pada konsep alat tubuh manusia dan fungsinya.
61
d. Refleksi Tindakan Siklus II Pada kegiatan siklus II, menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan dalam perumusan perencanaan tindakan (RPP). Jadwal jam pertemuan telah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran sedangkan pada tahap pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa : 1) Diskusi kelompok dapat berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dari banyaknya siswa yang mulai berani melontarkan pertanyaanpertanyaan kepada kelompok lain yang sedang melakukan presentasi pada saat diskusi kelompok sedang berlangsung. 2) pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking chips dapat memberikan pengalaman baru bagi para guru dan siswa 3) penerapan model pembelajaran talking chips dengan bantuan media video terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian pada siklus pertama ini hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan peningkatan cukup signifikan yaitu 100% siswa dinyatakan telah lulus sesuai KKM yang telah ditentukan oleh madrasah. selain itu peningkatan terjadi dalam hal berikut: 1) Perhatian siswa terpusat pada pembelajaran. 2) Adanya motivasi belajar siswa dalam mengikuti materi pelajaran. 3) Siswa dapat mengikuti pembelajaran secara aktif. 4) Keinginan siswa sangat tinggi. 5) Meningkatnya kemampuan siswa dalam diskusi kelompok. 6) Peningkatan nilai rata-rata formatif Pada siklus II ini perbaikan pembelajaran di anggap telah berhasil karena Sebagian besar siswa telah tuntas belajar karena telah memenuhi KKM yang telah ditentukan oleh madrasah dengan rata–rata kelas 77 atau sebanyak 100% siswa dinyatakan lulus. Berdasarkan hasil Observasi, dan hasil tes atas penerapan model
pembelajaran
talking
chips
pada
mata
pelajaran
IPA,
sebagaimana telah dipaparkan di atas terbukti bahwa hipótesis yang
62
dirumuskan di bab pendahuluan yang berbunyi bahwa:“Jika peningkatan hasil belajar mencapai nilai KKM mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran talking chips maka siklus tindakan berhasil terbukti” B. Analisis Data Dari hasil penelitian diatas baik hasil observasi maupun hasil belajar kemudian direkapitulasi dan dianalisis untuk mengetahui perbandingan hasil observasi maupun hasil belajar sehingga dapat diketahui ada peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas IVMI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor. 1. Analisis Hasil Belajar
No
Tabel 4.6 Rekapitulasi Postest Siklus I dan Postest Siklus II Nama Pretest Postest Pretest Postest N-Gain Siswa siklus I Siklus I siklus I Siklus I
N-Gain
1
Siswa-1
50
80
0,6
60
80
0,5
2
Siswa-2
40
60
0,33
60
70
0,25
3
Siswa-3
60
70
0,25
70
80
0,33
4
Siswa-4
40
60
0,33
60
70
0,25
5
Siswa-5
40
60
0,33
60
70
0,25
6
Siswa-6
60
80
0,5
60
80
0,5
7
Siswa-7
70
80
0,33
80
90
0,5
8
Siswa-8
60
70
0,25
60
80
0,5
9
Siswa-9
50
60
0,2
60
80
0,5
10
Siswa-10
40
60
0,33
60
70
0,25
11
Siswa-11
40
60
0,33
60
70
0,25
12
Siswa-12
60
70
0,25
70
80
0,33
13
Siswa-13
40
60
0,33
60
70
0,25
14
Siswa-14
60
90
0,75
70
90
0,67
15
Siswa-15
50
60
0,2
70
80
0,33
63
16
Siswa-16
40
60
0,33
60
70
0,25
17
Siswa-17
40
60
0,33
60
70
0,25
18
Siswa-18
60
70
0,25
70
80
0,33
19
Siswa-19
70
90
0,67
70
90
0,67
20
Siswa-20
40
60
0,33
60
70
0,25
Jumlah
1010
1360
7,22
1280
1540
7,41
Rata-rata
50,5
68
0,36
64
77
0,37
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai pretest dan postest siklus I mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata pretest siswa pada siklus I adalah 50,5, dan rata-rata postest adalah 68. Kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang ditunjukkan dengan NGain, rata-rata N-Gain sebesar 0.36, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 36%. Pada siklus II nilai pretest dan postest mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata pretest siswa pada siklus II adalah 64, dan rata-rata postest adalah 77. kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.37, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 37%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan penerapan model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya di kelas IV MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan. Hal ini dapat dilihat dengan selalu ada peningkatan rata-rata hasil belajar siswa antara postest siklus I dan Postest siklus II.
64
2. Analisis Hasil Observasi Tabel 4.7 Tabel Perbandingan Hasil Observasi Belajar Siklus I dan II No 1
Aspek yang di Observasi Mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
2
Melakukan komunikasi dengan baik
Siklus I SB
B
C
K
8
7
3
5
6
Siklus II SK
SB
B
C
2
12
6
2
6
3
8
7
5
3
Menjawab pertanyaan guru
8
5
6
1
10
6
4
4
Mampu berdiskusi dengan baik
5
6
5
4
7
8
5
5
Menanyakan hal yang belum
5
8
5
2
7
6
7
diketahui 6
Mengungkapkan pendapat
4
6
7
3
5
10
6
7
Keaktivan dalam berdiskusi
5
7
4
4
8
7
5
8
Melakukan tes akhir
2
3
4
11
3
8
9
K
SK
Pada observasi siklus I pertemuan I, peneliti menemukan beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu a) Kurangnya siswa bertanya kepada guru atau kepada siswa lain jika ada materi yang belum dipahami. b) Dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah, siswa masih canggung dan tidak serius hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan kegiatan diskusi. c) Sebagian besar siswa tidak serius dalam mengerjakan tugas dari guru, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mondar-mandir mencari contekan dari teman lainnya. d) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang diberikan oleh guru e) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran
65
Pada pertemuan ke II proses pembelajaran mengalami peningkatan yang cukup signifikan, suasana kelas terasa lebih hidup, proses transformasi ilmu terjadi dua arah tidak hanya guru yang berusaha untuk menyampaikan ilmu akan tetapi siswa mulai aktif bertanya terhadap apa yang belum merekan pahami. Diskusi kelompok berlangsung khidmat, sebagian siswa dapat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Pada pertemuan ke II ini peneliti
menemukan
beberapa
penemuan
pada
saat
pembelajaran
berlangsung, yaitu a) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang diberikan oleh guru b) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran Pada siklus ke II ini pembelajaran terus mengalami peningkatan yang signifikan, ini dibuktikan dengan suasana pembelajaran yang terjadi dua arah, diskusi kelompok dalam rangka memecahkan masalah berlangsung dengan a lot, siswa lebih serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru dapat dijawab dengan tepat, suasana posttest berlangsung dengan hidmat dan penuh keseriusan. Siswa berusaha untuk bertanya terhadap apa yang belum mereka mengerti dan pahami. pada siklus II penelitian dianggap telah berhasil, sebagian besar rencana proses pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Pada proses pembelajaran siklus II ini peneliti berhasil menemukan satu temuan yaitu siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang telah diberikan oleh guru.
C. Pembahasan Dari hasil penelitian diatas baik hasil observasi maupun hasil belajar kemudian direkapitulasi dan dianalisis untuk mengetahui perbandingan hasil observasi maupun hasil belajar sehingga dapat diketahui ada peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas IV MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor.
66
Berdasar hasil
belajardapat
dikatakan
bahwa penerapan
model
pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi IPA. Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test yang semula nilai rata-rata kelas siklus I dari pretest sebesar 50,5 meningkat menjadi 68 Tingkat keberhasilan siswa pada siklus I meningkat, artinya siswa pada siklus I yang dinyatakan lulus sesuai dengan KKM mencapai 45%, sementara harapannya adalah mencapai 75% siswa dari Standar Kompetensi. Dengan perincian yang dinyatakan lulus sebanyak 9 siswa dengan perincian 7 siswa atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa atau sekitar 10% mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang dinyatakan tidak lulus sebanyak 11 siswa atau sekitar 55% karena nilai skor tesnya kurang dari70, sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPAyang telah ditentukan oleh madrasah. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan pada siklus II Pada siklus II penerapan model pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi IPA.Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test yang semula nilai rata-rata kelas dari pretest sebesar 64 meningkat menjadi 77. Tingkat keberhasilan siswa pada siklus II, yang dinyatakan lulus sebanyak 20 siswa dengan perincian 18 siswa mendapatkan nilai pada kategori baik atau 90% dan 2siswa mendapatkan nilai sangat baik atau 10%, hal ini menunjukkan bahwa seluruh siswa telah mendapatkan nilai sesuai dengan KKM
(Kreteria Ketuntasan
Minimal)
mata pelajaran IPA yang
telah
ditentukan oleh madrasah, artinya penelitian tindakan pada siklus II telah mencapai target minimal pencapaian 75% siswa mendapatkan nilai mencapai KKM. Jika dilihat dari rata-rata N-Gain pada siklus I adalah 0,36, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman atas konsep yang telah diberikan oleh guru pada siklus I dengan penggunaan model pembelajaran talking chips meningkat 36% dan pada siklus II adalah 0,37, hal ini menunjukkan bahwa
67
tingkat pemahaman atas konsep yang telah diberikan oleh guru pada siklus II dengan penggunaan model pembelajaran talking chips meningkat 37%. Pada observasi siklus I pertemuan I, peneliti menemukan beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu a) Kurangnya siswa bertanya kepada guru atau kepada siswa lain jika ada materi yang belum dipahami. b) Dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah, siswa masih canggung dan tidak serius hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan kegiatan diskusi. c) Sebagian besar siswa tidak serius dalam mengerjakan tugas dari guru, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mondar-mandir mencari contekan dari teman lainnya. d) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang diberikan oleh guru e) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran Pada pertemuan ke II proses pembelajaran mengalami peningkatan yang cukup signifikan, suasana kelas terasa lebih hidup, proses transformasi ilmu terjadi dua arah tidak hanya guru yang berusaha untuk menyampaikan ilmu akan tetapi siswa mulai aktif bertanya terhadap apa yang belum merekan pahami. Diskusi kelompok berlangsung hidmat, sebagian siswa dapat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Pada pertemuan ke II ini peneliti menemukan beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu : a) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang diberikan oleh guru b) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran Pada siklus ke II ini pembelajaran terus mengalami peningkatan yang signifikan, ini dibuktikan dengan suasana pembelajaran yang terjadi dua arah, diskusi kelompok dalam rangka memecahkan masalah berlangsung dengan
68
alot, siswa lebih serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru dapat dijawab dengan tepat, suasana posttest berlangsung dengan hidmat dan penuh keseriusan. Siswa berusaha untuk bertanya terhadap apa yang belum mereka mengerti dan pahami. pada siklus II penelitian dianggap telah berhasil, sebagian besar rencana proses pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Pada proses pembelajaran siklus II ini peneliti berhasil menemukan satu temuan yaitu siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang telah diberikan oleh guru. Menurut Sonia Casal menyatakan bahwa talking chips mempunyai dua proses penting, yaitu proses sosial dan proses dalam penguasaan materi 1 . Metode pembelajaran kooperatif teknik talking chips menekankan kepada keterampilan sosial dan penguasaan materi. Keterampilan social diamati pada saat siswa berdiskusi pada kelompoknya. Keterampilan yang diamati antara lain: cara bekerjasama, cara mengungkapkan pendapat, menghormati pendapat teman, bertanggungjawab terhadap kelompok, saling ketergantungan terhadap teman. Keterampilan-keterampilan pada metode kooperatif teknik talking chips menjadikan siswa termotivasi untuk memberikan yang terbaik untuk kelompok dan dirinya. Dengan demikian dapat meningkatkan keterampilan social mereka pada saat berdiskusi dan meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan metode kooperatif teknik talking chips memiliki penguasaan materi yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan metode diskusi biasa. Dengan adanya hal ini peningkatan pemahaman dan penguasaan materi yang lebih baik berkenaan dengan konsep-konsep yang ada pada materi rangka makhluk hidup. Pemberian metode ini memicu siswa dapat belajar dari temannya dan sekaligus membelajarkan temannya, sehingga saling timbul ketergantungan positif. 1
Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercisa From Spain), Google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm
69
Kelebihan pada pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif teknik talking chips sangat mendukung dalam peningkatan hasil belajar. Kelebihan tersebut terlihat dalam hal mengembangkan potensi siswa, seperti terjadinya hubungan saling ketergantungan positif, mengembangkan semangat kerja kelompok dan semangat kebersamaan, serta menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat kompetisi diantara anggota kelompok. Kemudian pada kegiatan pembelajaran, tiap siswa mengemukakan pendapat, ide atau gagasan maka siswa dilatih untuk lebih berani berkomunikasi dan menghormati pendapat yang diutarakan siswa lain. Salah satu peningkatan
hasil belajar siswa disebabkan terjadinya
diskusi antar kelompok. Hal ini dikarenakan pembentukan kelompok yang heterogen berdasarkan perbedaan kemampuan akademis dan jenis kelamin. Pembentukan kelompok heterogen memberikan dampak positif karena dalam pembelajarannya terjadi
beberapa
interaksi
antar
siswa
yang
dapat
menguntungkan baik untuk guru maupun untuk siswa. Yang pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik dan gender. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa berinteraksi baik dengan guru maupun dengan siswa, dapat membantu perkembangan perilaku siswa untuk meningkatkan prestasi. Berdasarkan penelitian, metode kooperatif mengurangi peranan guru di kelas dan siswa lebih aktif menanyakan kesulitan materi yang dipelajari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meinarni yang menyatakan bahwa penggunaan metode kooperatif teknik talking chips menimbulkan keaktifan siswa dalam berkomunikasi pada saat proses pembelajaran. Siswa merasa senang berbagi dan bekerja sama dalam kelompok dan dapat memudahkan siswa untuk memahami materi yang diajarkan2.
2
Meinarni, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa II SMP Negeri 15 Bandung. (Bandung: UPI Bandung, 2005)
70
Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif teknik talking chips merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dapat memahami kandungan pembelajaran secara utuh, dikarenakan pembelajaran kooperatif teknik talking chips ini dapat menunjukkan aktivitas total masingmasing anggota kelompok dan setiap anggota kelompok mendapatkan tanggung jawab permasalahan, sehingga mendapatkan kesadaran anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi dalam kelompoknya. Berdasakan hasil observasi proses pembelajaran pada siklus I pertemuan I dan II dan siklus II, pembelajaran terus mengalami peningkatan.
Peningkatan
tersebut
pertemuan I, pembelajaran dengan
terjadi
bertahap.
Pada
siklus
I
model pembelajaran talking chips
merupakan awal sebagai langkah pembiasaan . Pada siklus I pertemuan I peningkatan proses pembelajaran belum signifikan bahkan dapat dikatakan peningkatannya sangat rendah, proses pembelajaran masih berlangsung satu arah . Kemudian pada pertemuan Ke II, peningkatan mulai Nampak dan cukup signifikan, ini dibuktikan dengan proses pembelajaran yang terjadi dua arah dan suasana kelas menjadi lebih hidup. Pada siklus ke II peningkatan kualitas pembelajaran sangat signifikan, hal ini dibuktikan dengan
sebagian
besar
rencana
yang
dituangkan
dalam
rancangan
pembelajaran telah berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil pretest dan postest siklus I penerapan model pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi IPA. Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test yang
semula
nilai rata-rata kelas dar pre test sebesar 50,5 meningkat
menjadi 68. Berdasarkan hasil pretest dan postes tsiklus II, penerapan model pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi IPA. Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test yang semula nilai rata-rata kelas dari pretest menjadi 77.
sebesar
68 meningkat
71
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada seluruh subjek atau siswa, sebagian besar siswa mengatakan bahwa mereka merasa bahwa model pembelajaran
talking chips sangat menyenangkan, siswa merasa
tidak terbebani, karena mereka bisa saling bertukar pendapat, dan bisa saling
bertanya
baik
dengan
siswa
maupun
dengan
guru.
Pada
pembelajaran sebelumnya siswa, siswa kurang mendapatkan bimbingan secara individu , siswa kurang berani bertanya, yang menunujukkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dan didasarkan atas teori-teori, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Bahwa
penerapan
model
pembelajaran
talking
chips
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai 20 siswa pada siklus I rata-rata pretest 50,5 setelah dilakukan treatment atau tindakan dan dilakukan postest rata-rata nilai meningkat menjadi 68. Pada siklus I siswa yang dinyatakan lulus sesuai dengan KKM mencapai 45%, sementara harapannya adalah mencapai 85% siswa dari Standar Kompetensi. Dengan perincian yang
dinyatakan
lulus sebanyak 9 siswa
dengan perincian 7 siswa atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa atau sekitar 10% mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang dinyatakan tidak lulus sebanyak 11 siswa atau sekitar 55% karena nilai skor tesnya kurang dari 70, sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPA yang telah ditentukan oleh guru. kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.36, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 36%. Pada siklus II rata-rata pretest 64 setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan Model Pembelajaran talking chips dan dilakukan postest ratarata nilai meningkat menjadi 77. Tingkat keberhasilan siswa pada siklus II, yang
dinyatakan
lulus sebanyak 20 siswa dengan perincian 18 siswa
mendapatkan nilai pada kategori baik atau 90% dan 2 siswa mendapatkan nilai sangat baik atau 10%. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh siswa telah mendapatkan nilai sesuai dengan KKM , artinya penelitian tindakan pada siklus II telah mencapai target minimal pencapaian 75% siswa mendapatkan 72
73
nilai mencapai KKM. kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.37, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 37%. B. Saran Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh lembaga, oleh karena itu peneliti memberikan saran di antaranya: 1. Bagi Peneliti Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor guru, metode yang dipakai dalam menyampaikan materi dan faktor lainnya. Sehubungan dengan hal itu perlu diteliti lebih lanjut terhadap faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi terhadap perilaku belajar tersebut. Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan tindakan kelas, maka untuk lebih mendalami faktor-faktor apa saja yang turut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut, perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan kuantitatif.
2. Bagi Guru Penggabungan metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat lebih menarik perhatian siswa, sehingga dengan perhatian siswa tersebut hasil belajar siswa meningkat. 3. Bagi Siswa Kepada siswa MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan diharapkan untuk terus menggali potensi dalam diri mereka dengan terus belajar dengan serius dan berusaha memahami apa yang telah disampaikan oleh guru, karena hanya dengan belajar dengan serius hasil belajar dapat diraih.
DAFTAR PUSTAKA
Alisuf Sabri, M.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007. Alya, Qonita. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar. Jakarta: PT INDAH JAYA Pratama, 2009. Arifin,Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI, 2009. Asrori, Muhammad. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima, 2009. Asrori, Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV.Wacana Prima, 2009. Asrori,Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima, 2009 Basrowi,dkk. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendikia, 2010. Bahri, Syaiful Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Renika Cipta, 2006 Cet Ke-6 B. Hamzah Ono. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2012. Casal, Sonia “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google:www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm Chris-hunt dan Alison Miyake, “Is Your Classoom Under Control? Dicipline In The
Classroom”,
Non-Teacher’s
google:
www.
Davidenglishhouse.com/snakes pdfs/winter 2003/features/winter 2003 hunt-miyake.pdf. Dalyono. M. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta, 2010 Cet ke-6. Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,WAWASAN Tugas Guru Dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Departemen Agama, ,2005. Rasyid,Harun dan Mansyur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana Prima, 2009. Sanjaya,Wina.STRATEGI
PEMBELAJARAN
Beroeientasi
Standar
Proses
Pendidikan, Jakarta:Kencana, 2008, cet. 5 Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima 2009 Sudijono, Anas. Statistika Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
74
75
Sulhan, Najib. Pembangunan Karakter pada Anak. (Surabaya: SIC 2010) Suprijono, Agus, Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009 Sutedjo, Bambang. Panduan Pengembangan Pembelajaran Ipa Terpadu Jakarta: Pusat
Kurikulum,Balitbang
Depdiknas
(2010)
,tersedia
di
Www.Puskur.Net Syukur, A. Ghazali, Menerapkan Paradigma Konstrktivisme Melalui Strategi Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, (Malang: Universitas Malang) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Oktober 2002 S.Wakhinudin, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar (Suatu Meta Analisis), Forum Pendidikan, Universitas Negeri Padang Press,(maret 2003). Tafsir, A, Pengembangan Wawasan Profesi Guru. (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2009). Tanree, Munir. Model Pembelajaran Konstruktiviis Realistik dengan Setting Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep Kimia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Maret 2009. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007 Wahyudi, Supri utomo, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di SMKN 1 Madiun, Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2007.
RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah
: MI Matlaul Anwar
Mata Pelajaran
: IPA
Kelas/Semester
: IV / 1
Alokasi Waktu
: 4x 35 Menit
Standar Kompetensi
: 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya dan pemeliharaannya
I.
Kompetensi Dasar
: 1.1.Mendiskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya serta pemeliharaannya
II. Indikator Pencapaian
:
– Mmampu mendiskripsikan rangka kepala manusia – Mampu mendiskripsikan rangka badan manusia – Mampu mendiskripsikan rangka anggota gerak manusia
III. Tujuan Pembelajaran
:
– Siswa mampu mendiskripsikan rangka kepala manusia – Siswa mampu mendiskripsikan rangka badan manusia – Siswa mampu mendiskripsikan rangka anggota gerak manusia
IV. Materi Pembelajaran Rangka tubuh manusia
V. Metode Pembelajaran
Metode Talking Chips Metode Ceramah Metote Diskusi Metode Tanya Jawab Metode Pemberian Tugas
VI. Langkah-langkah Pembelajaran Petemuan ke-1 A. Pendahuluan (10) menit) Kegiata Guru Guru memberikan salam
Kegiatan Siswa Siswa menjawab salam
dan memulai pelajaran
dan membaca basmallah
dengan membaca basmallah
bersama-sama serta
dan kemudian berdo’a
berdo’a
Nilai Karakter Religius
sebelum pelajaran dimulai Siswa menyiapkan buku
Siswa menyiapkan buku
IPA, membuka bab yang
IPA dan membuka bab
akan dipelajari
yang akan dipelajari
Kreatif
memulai pelajaran Guru menjelaskan secara
Siswa mendengarkan dan
singkat materi yang akan
menyimak penjelasan
diajarkan dan tujuan dan
guru tentang materi yang
kompetensi dasar yang akan
akan diajarkan dan tujuan
dicapai.
atau kompetensi dasar
Perhatian
yang akan dicapai
B. Kegiatan Inti (55 Menit) B.1. Eksplorasi (15 menit) Kegiata Guru Guru menjelaskan tentang rangka kepala manusia.
Kegiatan Siswa Siswa menyimak
Nilai Karakter Perhatian dan Tekun
penjelasan guru tentang rangka kepala manusia
Guru meminta beberapa
Siswa yang ditunjuk
siswa untuk menjelaskan
menjelaskan materi yang
mengenai materi yang telah
telah dijelaskan
Berani
dijelaskan
B.2. Elaburasi (35 menit) Kegiata Guru Guru membagi siswa
Kegiatan Siswa
Nilai Karakter
Siswa membagi kelompok
Taat
menjadi lima kelompok,
menjadi lima kelompok
untuk berdiskusi yang
untuk berdiskusi
berkaitan dengan rangka kepala manusia Guru meminta siswa agar membacakan kesimpulan
Siswa membacakan
Tanggung jawab
kesimpulan hasil diskusi
hasil diskusi
B.3. Konfirmasi (15 menit) Kegiata Guru Dengan bimbingan guru,
Kegiatan Siswa Siswa merefleksi
siswa merefleksi kegiatan
kegiatanpembelajaran
pembelajaran guna
guna menggali
menggali pengalaman
pengalaman
Nilai Karakter Rasa ingin tahu
belajar yang telah dilakukan Guru memfasilitasi siswa
Siswa menggunakan
untuk memecahkan
fasilitas untuk
berbagai masalah dan
memecahkan berbagai
memberi informasi agar
masalah belajar yang telah
bereksplorasi lebih jauh
dilakukan
Kreatif
tentang jasa pejuang Guru memotivasi siswa yang kurang atau belum berpartisifasi aktif
C. Penutup (10 menit) Kegiata Guru
Kegiatan Siswa
Guru bertanya kepada siswa Siswa menjawab tentang materi yang telah
pertanyaan guru tentang
dipelajari selama pertemuan
materi yang telah
untuk mengetahui
dipelajari
pencapaian indikator, pencapaian kompetensi, dan kompetensi dasar
Nilai Karakter Berani
Guru bersama siswa
Siswa dan guru membuat
mengambil kesimpulan
kesimpulan materi yang
materi yang telah dipelajari
telah dipelajari
Guru menutup pelajaran
Siswa bersama-sama
dengan membaca
berdo’a mengakhiri
hamdallah dan
pelajaran
Kebersamaan
Religius
mengucapkan salam kepada siswa
Petemuan ke-2 A. Pendahuluan 10 menit) Kegiata Guru Guru memberikan salam
Kegiatan Siswa Siswa menjawab salam
dan memulai pelajaran
dan membaca basmallah
dengan membaca basmallah
bersama-sama serta
dan kemudian berdo’a
berdo’a untuk memulai
sebelum pelajaran dimulai
pelajaran
Guru memotivasi dan
Siswa mendengarkan dan
menjelaskan tujuan
memperhatikan penjelasan
pembelajaran
guru tentang tujuan
Nilai Karakter Religius
Kreatif
pembelajaran Guru bertanya kepada siswa Siswa menjawab mengenai pelajaran pada
pertanyaan guru tentang
pertemuan sebelumnya.
materi pada pertemuan
Perhatian
sebelumnya
B. Kegiatan Inti (55 Menit) B.1. Eksplorasi (15 menit) Kegiata Guru Untuk mengetahui
Kegiatan Siswa Siswa menjawab
pengetahuan siswa, guru
pertanyaan guru mengenai
memberi pertanyaan yang
kerangka tubuh manusia
berkaitan dengan kerangka
dengan fungsinya serta
tubuh manusia dengan
cara pemeliharaannya
fungsinya serta cara
Nilai Karakter Berani
pemeliharaannya Untuk mengetahui
Berani Siswa menjawab
pengetahuan siswa, guru
pertanyaan guru mengenai
memberikan pertanyaan
kerangka tubuh manusia
yang berkaitan dengan kerangka tubuh manusia Guru menjelaskan rangka badan manusia
Siawa mendengarkan
Perhatian
penjelasan guru tentang rangka badan manusia
B.2. Elaburasi (35 menit) Kegiata Guru Guru menyuruh agar siswa
Kegiatan Siswa
Nilai Karakter
Siswa membagi kelompok
Tanggung jawab
secara berkelompok
menjadi lima kelompok
mendiskusikan tentang
untuk berdiskusi tentang
rangka badan manusia
rangka badan manusia
Guru membimbing siswa
Siswa membagi kelompok
dalam melaksanakan
menjadi lima kelompok
diskusi
untuk berdiskusi
Guru meminta siswa agar membacakan hasil diskusi
Siswa yang ditunjuk
Tanggung jawab
Berani
temannya membacakan hasil diskusi
B.3. Konfirmasi (15 menit) Kegiata Guru
Kegiatan Siswa
Guru bertanya kepada siswa Siswa menjelaskan hal-hal tentang hal-hal yang belum
yang belum diketahui
diketahui oleh siswa
kepada guru
Guru bersama-sama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahpemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Nilai Karakter Berani
C. Penutup (10 menit) Kegiata Guru
Kegiatan Siswa
Nilai Karakter
Guru bertanya kepada siswa Siswa menjawab tentang materi yang telah
pertanyaan guru tentang
dipelajari selama pertemuan
materi yang telah
untuk mengetahui
dipelajari
Berani
pencapaian indikator, pencapaian kompetensi, dan kompetensi dasar Guru bersama siswa
Siswa dan guru membuat
mengambil kesimpulan
kesimpulan materi yang
materi yang telah dipelajari
telah dipelajari
Guru menutup pelajaran
Kebersamaan
Siswa bersama-sama
dengan membaca
berdo’a mengakhiri
hamdallah dan
pelajaran
Religius
mengucapkan salam kepada siswa
VII. Alat dan Sumber Belajar : Buku paket/ Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI
Buku sumber
kelas V karangan Warsito dkk. Buku penunjang yang relevan
VIII. Penilaian Indikator Pencapaian
Teknik
Bentuk
dan Kompetensi
Penilaian
Penilaian
Mendiskripsikan
Tes
rangka kepala manusia Mendiskripsikan rangka badan manusia Mendiskripsikan rangka anggota gerak
tertulis
Pilihan Ganda
Instrumen / Soal
Terlampir
Skor
XI.
Kriteria Penilaian 1. Produk (Hasil Diskusi) No Aspek 1
Konsep
2. Performansi No 1
2
Kriteria -
Semua benar
4
-
Sebagian besar benar
3
-
Sebagian kecil benar
2
-
Semua salah
1
Aspek
Kerjasama
Partisipasi
Skor
Kriteria
Skor
-
Bejerja sama
4
-
Kadang-kadang bekerja sama
2
-
Sebagian teknik bekerja sama
1
-
Aktif berpartisipasi
-
Kadang-kadang aktif
-
Tidak aktif
4 2 1
3. Lembar penilaian No
Nama siswa
Performansi Kerjasama
Partisipasi
Produk
Jml Skor
Nilai
Catatan: Nilai= (jumlah skor: jumlah skor maksimal) x 10 Untuk siswa yang tidak mencapai syarat penilaian KKM maka diadakan remedial
Pamijahan,
2013
Mengetahui Kepala MI Matlaul Anwar
Guru Mapel IPA Kelas IV
H. Baenuri
Wahab
RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah
: MI Matlaul Anwar
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas/Semester
: IV / 1
Pertemuan Ke
: 3 dan 4
Alokasi Waktu
: 4 x 35 Menit
Standar Kompetensi
:
– Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya.
I.
Kompetensi Dasar
:
– Mendiskripsikan hubungan anatara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya dan pemeliharaannya.
II. Indikator Pencapaian
: Kompetensi Pembelajaran – Mamppu mendiskripsikan tentang sendi. – Mampu mendiskripsikan fungsi rangka manusia.
III. Tujuan Pembelajaran
:
– Siswa mampu mendiskripsikan tentang sendi. – Siswa mampu mendiskripsikan fungsi rangka manusia.
IV. Materi Pembelajaran Rangka tubuh manusia dan fungsinya.
V. Metode Pembelajaran
Metode talking chips Metode Ceramah Metode diskusi Metode Tanya Jawab Metode Pemberian Tugas
V. Langkah-langkah Pembelajaran Petemuan ke-3 D. Pendahuluan (10) menit) Kegiata Guru Guru memberikan salam
Kegiatan Siswa Siswa menjawab salam
dan memulai pelajaran
dan membaca basmallah
dengan membaca basmallah
bersama-sama serta
dan kemudian berdo’a
berdo’a
Nilai Karakter Religius
sebelum pelajaran dimulai Siswa menyiapkan buku
Siswa menyiapkan buku
IPA, membuka bab yang
IPA dan membuka bab
akan dipelajari
yang akan dipelajari
Kreatif
memulai pelajaran Guru menjelaskan secara
Siswa mendengarkan dan
singkat materi yang akan
menyimak penjelasan
diajarkan dan tujuan dan
guru tentang materi yang
kompetensi dasar yang akan
akan diajarkan dan tujuan
dicapai.
atau kompetensi dasar
Perhatian
yang akan dicapai
E. Kegiatan Inti (55 Menit) B.1. Eksplorasi (15 menit) Kegiata Guru Guru menjelaskan tentang rangka kepala manusia.
Kegiatan Siswa Siswa menyimak
Nilai Karakter Perhatian dan Tekun
penjelasan guru tentang rangka kepala manusia
Guru meminta beberapa
Siswa yang ditunjuk
siswa untuk menjelaskan
menjelaskan materi yang
mengenai materi yang telah
telah dijelaskan
Berani
dijelaskan
B.2. Elaburasi (35 menit) Kegiata Guru Guru membagi siswa
Kegiatan Siswa
Nilai Karakter
Siswa membagi kelompok
Taat
menjadi lima kelompok,
menjadi lima kelompok
untuk berdiskusi yang
untuk berdiskusi
berkaitan dengan hubungan antara strruktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya dan pemeliharaannya Guru meminta siswa agar membacakan kesimpulan
Siswa membacakan
Tanggung jawab
kesimpulan hasil diskusi
hasil diskusi
B.3. Konfirmasi (15 menit) Kegiata Guru Dengan bimbingan guru,
Kegiatan Siswa Siswa merefleksi
siswa merefleksi kegiatan
kegiatanpembelajaran
pembelajaran guna
guna menggali
menggali pengalaman
pengalaman
Nilai Karakter Rasa ingin tahu
belajar yang telah dilakukan Guru memfasilitasi siswa
Siswa menggunakan
untuk memecahkan
fasilitas untuk
berbagai masalah dan
memecahkan berbagai
memberi informasi agar
masalah belajar yang telah
bereksplorasi lebih jauh
dilakukan
Kreatif
tentang jasa pejuang Guru memotivasi siswa yang kurang atau belum berpartisifasi aktif
F. Penutup (10 menit) Kegiata Guru
Kegiatan Siswa
Guru bertanya kepada siswa Siswa menjawab tentang materi yang telah
pertanyaan guru tentang
dipelajari selama pertemuan
materi yang telah
untuk mengetahui
dipelajari
Nilai Karakter Berani
pencapaian indikator, pencapaian kompetensi, dan kompetensi dasar Guru bersama siswa
Siswa dan guru membuat
mengambil kesimpulan
kesimpulan materi yang
materi yang telah dipelajari
telah dipelajari
Guru menutup pelajaran
Siswa bersama-sama
dengan membaca
berdo’a mengakhiri
hamdallah dan
pelajaran
Kebersamaan
Religius
mengucapkan salam kepada siswa
Petemuan ke-4 D. Pendahuluan 10 menit) Kegiata Guru Guru memberikan salam
Kegiatan Siswa Siswa menjawab salam
dan memulai pelajaran
dan membaca basmallah
dengan membaca basmallah
bersama-sama serta
dan kemudian berdo’a
berdo’a untuk memulai
sebelum pelajaran dimulai
pelajaran
Guru memotivasi dan
Siswa mendengarkan dan
menjelaskan tujuan
memperhatikan penjelasan
pembelajaran
guru tentang tujuan
Nilai Karakter Religius
Kreatif
pembelajaran Guru bertanya kepada siswa Siswa menjawab mengenai pelajaran pada
pertanyaan guru tentang
pertemuan sebelumnya.
materi pada pertemuan
Perhatian
sebelumnya
E. Kegiatan Inti (55 Menit) B.1. Eksplorasi (15 menit) Kegiata Guru Untuk mengetahui
Kegiatan Siswa Siswa menjawab
pengetahuan siswa, guru
pertanyaan guru mengenai
memberi pertanyaan yang
hubungan antara struktur
Nilai Karakter Berani
berkaitan dengan hubungan
kerangka tubuh manusia
antara struktur kerangka
dengan fungsinya dan
tubuh manusia dengan
pemeliharaannya
fungsinya dan pemeliharaannya Guru menjelaskan sendi pada manusia
Siswa mendengarkan
Perhatian
penjelasan guru tentang sendi pada manusia
B.2. Elaburasi (35 menit) Kegiata Guru Guru menyuruh agar siswa
Kegiatan Siswa
Nilai Karakter
Siswa membagi kelompok
Tanggung jawab
secara berkelompok
menjadi lima kelompok
mendiskusikan tentang
untuk berdiskusi tentang
hubungan antara struktur
rangka badan manusia
kerangka tubuh manusia
Tanggung jawab
dengan fungsinya dan pemeliharaannya Guru membimbing siswa
Siswa membagi kelompok
dalam melaksanakan
menjadi lima kelompok
diskusi
untuk berdiskusi
Guru meminta siswa agar membacakan hasil diskusi
Berani
Siswa yang ditunjuk temannya membacakan hasil diskusi
B.3. Konfirmasi (15 menit) Kegiata Guru
Kegiatan Siswa
Guru bertanya kepada siswa Siswa menjelaskan hal-hal tentang hal-hal yang belum
yang belum diketahui
diketahui oleh siswa
kepada guru
Guru bersama-sama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahpemahaman, memberikan penguatan
Nilai Karakter Berani
F. Penutup (10 menit) Kegiata Guru
Kegiatan Siswa
Nilai Karakter
Guru bertanya kepada siswa Siswa menjawab tentang materi yang telah
pertanyaan guru tentang
dipelajari selama pertemuan
materi yang telah
untuk mengetahui
dipelajari
Berani
pencapaian indikator, pencapaian kompetensi, dan kompetensi dasar Guru bersama siswa
Siswa dan guru membuat
mengambil kesimpulan
kesimpulan materi yang
materi yang telah dipelajari
telah dipelajari
Guru menutup pelajaran
Kebersamaan
Siswa bersama-sama
dengan membaca
berdo’a mengakhiri
hamdallah dan
pelajaran
Religius
mengucapkan salam kepada siswa
VI.
Alat dan Sumber Belajar : Buku paket/ Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI
Buku sumber
kelas V karangan Warsito dkk. Buku penunjang yang relevan
VII. Penilaian Indikator Pencapaian
Teknik
Bentuk
dan Kompetensi
Penilaian
Penilaian
Mendiskripsikan
Tes
rangka kepala manusia Mendiskripsikan rangka badan manusia Mendiskripsikan rangka anggota gerak
tertulis
Pilihan Ganda
Instrumen / Soal
Terlampir
Skor
XII. Kriteria Penilaian 4. Produk (Hasil Diskusi) No Aspek 1
Konsep
5. Performansi No 1
2
Kriteria -
Semua benar
4
-
Sebagian besar benar
3
-
Sebagian kecil benar
2
-
Semua salah
1
Aspek
Kerjasama
Partisipasi
Skor
Kriteria
Skor
-
Bejerja sama
4
-
Kadang-kadang bekerja sama
2
-
Sebagian teknik bekerja sama
1
-
Aktif berpartisipasi
-
Kadang-kadang aktif
-
Tidak aktif
4 2 1
6. Lembar penilaian No
Nama siswa
Performansi Kerjasama
Partisipasi
Produk
Jml Skor
Nilai
Catatan: Nilai= (jumlah skor: jumlah skor maksimal) x 10 Untuk siswa yang tidak mencapai syarat penilaian KKM maka diadakan remedial
Pamijahan,
2013
Mengetahui Kepala MI Matlaul Anwar
Guru Mapel IPA Kelas IV
H. Baenuri
Wahab
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Nama Sekolah
: MI Matla’ul Anwar
Tahun Pelajaran
: 2013/2014
Kelas Semester
: IV/1
Materi
: Alat Tubuh Manusia dan Fungsinya
Siklus
:
Hari, Tanggal
:
Observer
: Wahab
Berilah tanda (x) pada pada nilai yang sesuai dengan pengamatan anda SB: Sangat Baik
No 1
B: Baik
C: Cukup
Aspek yang di Observasi
K: Kurang
SK: Sangat Kurang
Keterangan Ada
Tidak
Nilai SB
B
C
K
SK
Jumlah
Mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
2
Melakukan kounikasi dengan baik
3
Menjawab pertanyaan guru
4
Mampu berdiskusi dengan baik
5
Menanyakan hal yang belum diketahui
6
Mengungkapkan pendapat
7
Keaktivan dalam berdiskusi
8
Melakukan tes akhir
Observer
Wahab
Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran
Nama Sekolah
: MI Matla’ul Anwar
Tahun Pelajaran
: 2013/2014
Kelas Semester
: IV/1
Materi
: Alat Tubuh Manusia dan Fungsinya
Siklus
:
Hari, Tanggal
:
Observer
: Wahab
Berilah tanda (x) pada pada nilai yang sesuai dengan pengamatan anda SB: Sangat Baik
No 1
B: Baik
Aspek yang di Observasi
C: Cukup
K: Kurang
SK: Sangat Kurang
Keterangan Ada
Tidak
Nilai SB
B
C
K
SK
Jumlah
Guru menyampaiakan pembelajaran
2
Guru menyampaikan Tanya jawab dengan siswa
3
Guru menyiapkan media pembelajaran
4
Guru menutup pelajaran
Observer
Wahab
Lembar Observasi Aktivitas Guru
Nama Sekolah
: MI Matla’ul Anwar
Tahun Pelajaran
: 2013/2014
Kelas Semester
: IV/1
Materi
: Alat Tubuh Manusia dan Fungsinya
Siklus
:
Hari, Tanggal
:
Observer
: Wahab
Berilah tanda (x) pada pada nilai yang sesuai dengan pengamatan anda SB: Sangat Baik
No 1
B: Baik
C: Cukup
Aspek yang di Observasi
K: Kurang
SK: Sangat Kurang
Keterangan Ada
Tidak
Nilai SB
B
C
K
SK
Jumlah
Mengkondisikan siswa sebekum belajar
2
Member kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan idenya
3
Memotivasi siswa
4
Menyampaikan indicator yang dicapai
5
Melalukan apersepsi
6
Menggunakan media kartu sesuai indikator
7
Penjelasan pembelajaran dengan metode talking chips
8
Memberikan pertanyaan kepada siswa
9
Kemampuan menggunakan talking chips
10
Kemampuan menutup pelajaran Observer
Wahab
1
KISI-KISI SOAL Indikator
SIKLUS I Soal
Mendeskrip sikan rangka kepala manusia
Dalam susunan rangka manusia bagian yang paling atas adalah … a. Rangka kepala b. Rangka anggota c. Rangka badan d. Semua salah Tulang tengkorak berfungsi untuk ... a. Melindungi otak b. Melindungi jantung c. Melindungi paru-paru d. Semua salah Rangka manusia terbungkus oleh … a. Lemak b. Otot dan daging c. Kulit d. Daging Bagian tulang rangka kepala yang dapat bergerak adalah … a. Tulang dahi b. Tulang rahang bawah c. Tulang ubun-ubun d. Semua salah Contoh hewan yang memiliki rangka dalam seperti manusia adalah … a. Kepiting b. Capung c. Belalang d. Jerapah Berikut adalah contoh hewan yang tidak memiliki tulang dalam … a. Kambing b. Kepiting c. Ayam d. Burung Tulang rawan terdapat pada.... a. tangan c. telinga b. kaki d. rusuk Ketika kita mengunyah makanan maka tulang yang bergarak adalah tulang … a. tulang dahi b. tulang pilipis c. tulang tapis d. tulang rahang bawah
Jenjang
Kunci Jawaban
C1
a
C1
a
C1
b
C2
c
C2
d
C2
c
C1
c
C2
d
Keterangan
2
Mendeskrip sikan rangka badan manusia
Tulang keras banyak mengandung a. zat kapur b. zat perekat c. mineral d. mineral dan kalsium Tulang rawan banyak mengandung a. mineral b. zat perekat c. zat perekat d. zat Salah satu fungsi rangka adalah... a. melindungi otak. b. melindungi mata c. melindungi jantung d. melindungi tulang Tulang anggota tubuh bagian atas dan bawah disebut.... a. tulang poros b. rangka tubuh c. anggota tubuh d. rangka anggota gerak. Hubumgan antara tulang satu dengan tulang lain disebut … a.sendi c.otot b.daging d. b dan c benar Dibawah ini adalah kumpulan tulang yang membentuk Badan adalah.... a. tulang belikat, tulang dada, tulangrusuk b. tulang hasta, tulang belikat, tulang kering. c. tulang belakang, tulang paha, tulang betis d. tulang rusuk, tulang hasta, tulang pengumpil. Tulang dada terdiri atas tiga bagian yaitu … a. tulang rusuk, tulang bahu,tulang belikat b. b.tulang hasta, tulang belikat, tulang belakang. c. tulang bahu, tulang rusuk, tulang rawan d. tulang tangkai, tulang badan tulang taju pedang Tulang yang membentuk rangka bahu adalah … a. tulang belikat
C2
a
C1
c
C2
c
C1
d
C1
a
C1
a
C2
d
C1
c
3
b. tulang belikat c. tulang gelang bahu d. tulang leher Dibawah ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah ... a. membentuk tubuh. b. menegakan tubuh c. tempat melekatnya otot d. membentuk daging. Kelainan pada tulang belakang yang melengkung belakang disebut … a. lordosis c. skoliosis b. kifosis d. rahitis Kelainan pada tulang belakang yang melengkung kedepan, disebut … a. kifosis c. rahitis b. skoliosis d. lordosis Kelainan tulang belakang yang melengkung kekiri atau kekanan disebut … a. skoliosis c. rahitis b. lordosis d. kifosis
C2
d
C1
c
C1
d
C1
a
4
KISI-KISI SOAL Indikator
Mendeskr ipsikan rangka tubuh manusia
SIKLUS II Soal
Tulang rusuk terdiri dari … a. 7 pasang tulang rusuk sejati, 3 pasang tulang rusuk palsu, 2 pasang rusuk melayang b. 7 pasang tulang rusuk sejati, 2 pasang tulang rusuk palsu, 3 pasang tulang rusuk melayang c. 6 pasang tulang rusuk sejati, 3 pasang tulang rusuk palsu, 6 pasang tulang rusuk melayang. d. 5 pasang tulang rusuk sejati, 2 pasang tulang rusuk palsu, 3 pasang tulang rusuk melayang Rongga dada dibentuk oleh … a. tulang belikat b. tulang bahu c. tulang hasta d. tulang rusuk dan tulang dada. Rongga panggul dibentuk oleh ... a. tulang rusuk b. tulang belikat c. tulang gelang panggul d. tulang bahu Berikut ini yang bukan merupakan tulang rangka badan adalah … a. tulang rusuk b. tulang belakang c. tulang hasta d. tulang rusuk palsu Rangka badan meliputi … a. tulang belakang, tulang rusuk.tulang dada b. b.tulang belakang„tulang hasta,tulang dada c. tulang hasta, tulang dada tulang kering d. tulang keras, tulang dada .tulang rawan Berikut ini organ tubuh yang dilindungi oleh bangka badan kecuali.... a. jantung c. hati b. paru-paru d. mata Sikap tubuh yang salah ketika
C1
Kunci Jawaban a
C1
d
C1
c
C1
b
C1
a
C2
d
C2
a
Jenjang
Keterangan
5
Mendeskr ipsikan anggota gerak
duduk akan mengakibatka gangguan pada... a. tulang belakang b. tulang baha c. tulang leher d. tulang hasta Salah satu kegiatan yang dapat membantu pemeliharaan kesehatan rangka adalah … a. Nonton TV c. duduk b. Main d. olah raga Sinar matahari dapat membantu pembentukan vitamin … a. a b. b c. d d. c Zat yang dibutuhkan supaya tulang tidak cepat kropos adalah zat … a. fospor c. vitamin b b. vitamin a d. kalsium Penyakit akibat kekurangan vitamin D adalah penyakit … a. rematik c. kofosis b. rahitis d. skoliosis Osteoporosis adalah penyakit yang menyerang.... a. kulit c. tulang b. otot d. sendi Yang termasuk rangka anggota gerak bagian atas adalah.... a. kaki c. tangan b. kepala. d.kaki dan tangan Kaki adalah rangka anggota gerak bagian … a. atas c. tengah b. bawah d. samping. Sendi yang terdapat pada siku adalah sendi .... a. pelana c. engsel b. peluru d. geser Sendi yang dapat bergerak kesemua arah adalah sendi... a. engsel c. putar b. pel ana d. peluru Sendi yang terdapat pada tulang hasta dan tulang pengumpil adalah sendi … a. peluru c. geser b. engsel d. pelana Yang termasuk tulang anggota gerak
C2
d
C2
d
C1
d
C1
b
C1
c
C1
c
C1
a
C1
c
C1
d
C1
c
C2
a
6
bagian atas adalah … a. tulang lengan atas, tulang hasta, tulang pengumpil. b. tulang hasta tulang paha, tulang kering c. tulang lengan atas, tulang betis, tulang paha. d. tulang betis, tulang paha, tulang kering Yang bukan bagian dari tulang anggota gerak bawah adalah ... a. tulang paha . b. tulang betis c. tulang pengumpil d. tulang kering. Rangka anggota gerak bagian bawah adalah .... a. tulang paha, tulang kering, tulang pengumpil. b. tulang paha, tulang pengumpil, tulang jari c. tulang lengan atas, tulang hasta, tulang kering d. tulang paha, tulang betis, tulang kering.
C1
c
C2
d
Pretest/Postest Siklus I Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor
Berilah tanda silang pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang benar! 1. Dalam susunan rangka manusia bagian yang paling atas adala…
b.
ayam
d. burung
7. tulang rawan terdapat pada..
a. Rangka Kepala
a. tangan
c. telinga
b. Rangka Anggota
b. kaki
d. rusuk
c. Rangka Badan
8. ketika kita mengunyah makanan, maka
d. Semua Salah
tulang yang bergerak adalah tulang…
2. Tulang tengkorak berfungsi untuk… a. Melindungi otak b. Melindungi jantung
a. dahi
c. tapis
b. pelipis
d. rahang bawah
9. tulang keras banyak mengandung…
c. Melindungi paru-paru
a. zat kapur
c. mineral
d. Semua salah
b. zat perekat
d.mineral & kalsium
3. Rangka manusia terbungkus oleh…
10. tulang rawan banyak mengandung..
a. Lemak
a. mineral
c. zat perekat
b. Otot dan daging
b. kalsium
d. zat kapur
c. Kulit
11. salah satu fungsi rangka adalah..
d. daging
a. melindungi otak
4. bagian tulang rangka kepala yang dapat
b. melindungi mata
bergerak adalah..
c. melindungi jantung
a. tulang dahi
d. melindungi tulang
b. tulang rahang bawah
12. tulang anggota tubuh bagian atas dan
c. tulang ubun-ubun
bawah disebut..
d. semua salah
a. tulang poros
5. contoh hewan yang memiliki rangka
b. rangka tubuh
dalam seperti manusia adalah…
c. anggota tubuh
a. kepiting
c. belalang
d. rangka anggota gerak
b. capung
d. jerapah
6. berikut adalah contoh hewan yang
13. hubungan antara tulang satu dengan tulang lain disebut..
memiliki tulang dalam…
a. sendi
c. otot
a.
b. daging
d. b dan c benar
kambing
c. kepiting
14. dibawah ini adalah kumpulan tulang
a. lordosis
yang membentuk badan adalah..
b. kifosis
a. tulang belikat, tulang dada, tulang
c. skoliosis
rusuk
d. rahitis
b. tulang hasta, tulang belikat, tulang kering c. tulang belakang,
19. kelainan pada tulang belakang yang melengkung kedepan adalah.
tulang paha,
tulang betis d. tulang rusuk, tulang hasta, tulang pengumpil 15. tulang dada terdiri atas tiga bagian,
a. Kifosis b. Skoliosisi c. Rahitis d. lordosisi 20. kelainan
tulang
yaitu…
melengkung
a. tulang rusuk, tulang bahu, tulang
disebut..
belikat b. tulang hasta, tulang belikat, tulang belakang c. tulang bahu, tulang rusuk, tulang rawan d. tulang tangkai, tulang badan, taju pedang 16. tulang yang membentuk tulang bahu adalah.. a. tulang belikat b. tulang gelang c. tulang gelang bahu d. tulang leher 17. dibawah ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah.. a. membentuk tubuh b. menegakkan tubuh c. tempat melekatnya otot d. membentuk daging 18. kelainan pada tulang belakang yang melengkung kebelakang disbut..
a. skoliosis b. lordosis c. rahitis d. kofosis
kekiri
belakang atau
yang
kekanan
Pretest/Postest Siklus II Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor
Berilah tanda silang pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang benar! 1. Tulang rusuk terdiri dari… a. 7 pasang tulang rusuk sejati, 3 tulang pasang tulang rususk palsu, 2 pasang rusuk melayang b. 7 pasang tulang rusuk sejati, 2 pasang tulang rusuk palsu, 3 pasang tulang rusuk melayang c. 6 pasang tulang rusuk sejatu, 3 pasang tulang rusuk palsu, 6 pasang tulang rusuk melayang d. 5 pasang tulang rusuk sejati, 2
5. Rangka badan meliputi.. a. Tulang belakang, tulang rusuk, tulang dada b. Tulang
belakang,
tulang
tulang dada c. Tulang hasta, tulang dada, tulang kering d. Tulang keras, tulang dada, tulang rawan 6. Berikut ini organ tubuh yang dilindungi oleh rangka badan, kecuali..
pasang tulang rusuk palsu, 3 pasang
a. Jantung
c. hati
tulang rusuk melayang
b. Paru-paru
d. mata
2. Rongga dada dibentuk oleh..
hasta,
7. sikap tubuh yang salah ketika duduk
a. Tulang belikat
akan mengakibatkan gangguan pada..
b. Talang bahu
a. tulang belakang
c. Tulang hasta
b. tulang kaki
d. Tulang rusuk dan tulang dada
c. tulang leher
3. Rongga panggul dibentuk oleh…
d. tulang hasta
a. Tulang rusuk
8. salah
satu
kegiatan
yang
b. Tulang belikat
membantu
c. Tulang gelang panggul
rangka adalah..
d. Tulang bahu
a. nonton tv
c. duduk
b. main
d. olah raga
4. Berikut ini yang bukan merupakan tulang rangka badan adalah..
9. sinar
pemeliharaan
matahari
dapat
a. Tulang rusuk
pembentukan vitamin..
b. Tulang belakang
a. a
c. c
c. Tulang hasta
b. b
d. d
d. Tulang rusuk palsu
dapat
kesehatan
membantuk
10. zat yang dibutuhkan supaya tulang tidak cepat keropos adalah zat.. a. fosfor
c. vitamin b
b. vitamin A
d. kalsium
11. penyakit akibat kekurangan vitamin D adalah penyakit..
c. putar d. peluru 17. sendi yang terdapat pada tulang hasta dan tulang pengumpil adalah sendi.. a. peluru b. engsel
a. rematik
c. kofosis
c. geser
b. rahitis
d. skoliosis
d. pelana
12. osteoporosis adalah penyakit yang menyerang..
18. yang termasuk tulang anggota gerak bagian atas adalah..
a. kulit
c. tulang sendi
b. otot
d. sendi
13. yang termasuk rangka anggota gerak bagian atas adalah.. a. kaki b. kepala c. tangan d. kaki dan tangan 14. kaki adalah rangka anggota gerak
a. tulang lengan atas, tulang hasta, tulang pengumpil b. tulang hasta, tulang paha, tulang kering c. tulang lengan atas, tulang betis, tulang paha d. tulang betis, tulang paha, tulang kering 19. yang
bukan
bagian
dari
bagian..
anggota gerak bawah adalah..
a. atas
a. tulang paha
b. bawah
b. tulang betis
c. tengah
c. tulang pengumpil
d. samping
d. tulang kering
15. sendi yang terdapat pada siku adalah
tulang
20. rangka anggota gerak bagian bawah
sendi..
adalah..
a. pelana
a. tulang paha, tulang kering, tulang
b. peluru c. engsel d. geser 16. sendi yang dapat bergerak kesemua arah adalah sendi.. a. engsel b. pelana
pengumpil b. tulang paha, tulang pengumpil, tulang jari c. tulang lengan atas, tulang hasta, tulang kering d. tulang paha, tulang betis, tulang kering